HUBUNGAN ANTARA WAKTU TEMPUH LARI 40 METER DAN DAYA TOLAKAN DENGAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA GANTUNG PADA SISWA SMP NEGERI 5 TANJUNGPANDAN BELITUNG
Oleh :
Drs. Bambang Sujiono, M.Pd, Drs. Endang Darajat, M.K.M dan D a r m i l i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui sejauh mana: (1) Apakah
terdapat hubungan yang berarti antara waktu tempuh lari 40 meter (X1) dengan
hasil lompat jauh? (2) Apakah terdapat hubungan yang berarti antara daya
tolakan (X2) dengan hasil lompat jauh? (3) Apakah terdapat hubungan yang
berarti antara waktu tempuh lari 40 meter (X1) dan daya tolakan (X2) dengan
hasil lompat jauh?.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Tanjungpandan Belitung pada
tanggal 3 Februari 2006 untuk tes daya tolakan dan tanggal 4 Februari 2006
untuk tes kecepatan lari dan lompat jauh. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan tehnik survey. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 5 Tanjungpandan Belitung dengan
sampel 25 orang. Tehnik pengambilan sampel dengan cara rondom sampling
yaitu dengan cara undian.
Koefisien korelasi antara waktu tempuh lari 40 meter dengan hasil lompat
jauh adalah ry1 = 0,434, koefisien antara daya tolakan dengan hasil lompat jauh
adalah ry2 = 0,579 dan koefisien korelasi ganda antara waktu tempuh lari 40
meter dan daya tolakan dengan hasil lompat jauh adalah ry1-22 = 0,633
Uji keberartian koefisien korelasi ganda diperoleh harga Fhitung = 7,356
lebih besar dari Ftabel = 4,30, koefisien korelasi Ry1-2 = 0,633 adalah bearti dan
koefisien determinasinya adalah (Ry1.2)2 = 0,401 hal ini bearti bahwa 40,10 %
prestasi lompat jauh ditentukan oleh waktu tempuh lari 40 meter dan daya
tolakan secara bersama-sama.
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Terdapat
hubungan yang berarti antara waktu tempuh lari 40 meter (X1) dengan hasil
lompat jauh. (2) Terdapat hubungan yang berarti antara daya tolakan (X2)
dengan hasil lompat jauh. (3) Terdapat hubungan yang berarti antara waktu
tempuh lari 40 meter (X1) dan daya tolakan (X2) terhadap hasil lompat jauh.
A. Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan suatu cabang olahraga tertua dan juga dianggap
sebagai induk dari semua cabang olahraga. Atletik sejak jaman dulu secara tidak
sadar telah dilakukan orang seperti berjalan, berlari, melompat, menombak saat
berburu dalam kehidupan sehari-hari.
Atletik di Indonesia dikenal melalui penjajah Belanda. Pada saat itu yang
mendapat kesempatan untuk melakukan latihan hanya terbatas pada golongan
dan tempat-tempat tertentu saja.
Menurut Tamsir Riyadi, nomor-nomor yang ada dalam atletik meliputi
jalan dan lari, lompat, lempar. Untuk nomor lompat itu sendiri terdiri dari lompat
tinggi, lompat galah, lompat jangkit dan lompat jauh.1
Sejak diadakan Olimpiade kuno tahun 776 SM. Atletik sudah
diperlombakan termasuk lompat jauh. Sejak itu atletik selalu menjadi cabang
utama yang diperlombakan dalam setiap penyelenggaraan pesta olahraga dunia
yaitu Olimpiade (modern) sampai dengan saat ini.
Seiring dengan perkembangan jaman yang didukung oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam bidang kedokteran, memberikan
pengaruh terhadap perkembangan prestasi dibidang atletik dan khususnya.
Lompat jauh memgalami perkembangan dan kemajuan yang pesat. Hal ini
terbukti dengan adanya pemecahan-pemecahan rekor, baik untuk tingkat
Nasional, Asean maupun dunia.
Pada kejuaraan Asia tahun 1995, baru ada putra Indonesia yang mampu
melompat sejauh 7,86 m, yaitu atas nama Agus Reza Irawan. Dengan begitu, di
kawasan Asia Tenggara dan Asia kita masih tertinggal, apalagi dibandingkan
dengan rekor dunia.
1 Tamsir Riyadi, Petunjuk Atletik (Yogyakarta : 1982), h. 4
Untuk meningkatkan prestasi dibidang atletik, Indonesia melakukan
pembinaan secara intensif yang terbukti dengan adanya Pelatnas untuk jangka
panjang. Hal ini didukung pula dengan sering diadakannya perlombaan atletik di
tingkat daerah maupun tingkat nasional, yang dimaksudkan untuk lebih
merangsang atlet-atlet Indonesia berprestasi lebih baik. Selain dari usaha-usaha
tersebut, tentunya masih banyak lagi usaha-usaha yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu prestasi maksimal, yaitu dengan terus ditingkatkan pembibitan
dan pembinaan yang lebih baik dan berkesinambungan, serta penelitian ilmiah.
Karena dengan penelitian ilmiah faktor-faktor yang dapat mendukung terhadap
pencapaian prestasi dapat dianalisa secara seksama sehingga mampu
memberikan andil dalam penyusunan program.2
Menurut Jarver unsur-unsur yang dapat menentukan jauhnya lompatan
yaitu kecepatan lari, kekuatan dan kecepatan pada saat take off (memidahkan
kecepatan horizontal ke gerakan bersudut) serta tenaga lompat.3
Menurut U. Jonath, E. Haag dan Krampel bahwa faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi lompat jauh adalah:
1.) Keserbabisaan 2.) Bakat 3.) Kondisi tubuh seperti tenaga loncat, perasaan irama, daya reaksi,
kemudahan gerak dan kecekatan; 4.) Penguasaan tehnik, antara lain awalan atau ancang-ancang,
tumpuan/tolakan, melayang/saat di udara, pendaratan.4
Pendapat-pendapat para ahli tersebut tidak harus kita terima begitu saja,
namun perlu kita adakan pengajian lebih lanjut untuk benar-benar mengetahui
secara pasti sumbangan dari unsur-unsur yang telah dikemukakan tadi.
Sehingga dengan begitu akan membantu kita/pelatih dalam penyusunan
program latihan dan pembinaan serta pemilihan bibit-bibit atlet.
2 IAAF, Cara Mengajar Lari (Jakarta PB. PASI, 1981), h. 2 3 Jarver,Jess, Belajar dan Berlatih Atletik, Terjemahan Pioner, (Bandung, : 1982), h. 32 4 U. Jonath, E. Krampel, Atletik I, Diterjemahkan oleh Soeparmo, (Jakarta : PT. Rosda Jayapura, 1987), h. 244
B. Identifikasi Masalah
Berlandaskan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di muka,
maka dapat diajukan beberapa masalah yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara kesegaran jasmani dengan hasil lompat jauh?
2. Adakah hubungan antara satuan pelajaran yang diberikan dengan hasil
lompat jauh?
3. Adakah hubungan antara tinggi badan dengan hasil lompat jauh?
4. Adakah hubungan antara prasarana yang diberikan dengan hasil lompat
jauh?
5. Adakah hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter dengan hasil lompat
jauh?
6. Adakah hubungan antara daya tolakan dengan hasil lompat jauh?
7. Manakah yang lebih dominan antara kedua variabel (waktu tempuh lari 40
meter dan daya tolakan) dengan hasil lompat jauh?
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi yang telah dikemukakan agar peneliti tidak terlalu luas,
maka penelitian dibatasi pada : Hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter
dengan hasil lompat jauh, Hubungan antara daya tolakan dengan hasil lompat
jauh, Hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter dan daya tolakan dengan
hasil lompat jauh.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter dengan hasil
lompat jauh gaya gantung pada siswa SMP Negeri 5 Tanjungpandan?
2. Apakah terdapat hubungan antara daya tolakan dengan hasil lompat jauh
gaya gantung pada siswa SMP Negeri 5 Tanjungpandan?
3. Apakah terdapat hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter dan daya
tolakan dengan hasil lompat jauh gaya gantung pada siswa SMP Negeri 5
Tanjungpandan?
E. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan
bagi pelatih/pembina diantaranya adalah:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru penjas dalam mengajar olahraga di
sekolah.
2. Sebagai bahan pertimbangan didalam memilih atlet lompat jauh.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelatih/pembina dalam menyusun
program latihan yang tepat.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pelatih/pembina dalam
membina/melatih atlet lompat jauh.
F. KERANGKA TEORETIS
1. Hakikat Waktu Tempuh Lari 40 Meter
Kecepatan menurut Harsono yaitu untuk melakukan gerakan-gerakan
yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya atau
kemampuan untuk menempuh jarak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.5
Waktu tempuh dalam penelitian ini adalah kecepatan lari yaitu
kemampuan seseorang untuk berlari untuk menempuh jarak 40 meter dengan
waktu yang sesingkat-singkatnya atau secepat-cepatnya.
Kecepatan sangat diperlukan dalam olahraga atletik maupun pada
olahraga lainnya. Lari awalan merupakan gerakan pertama dalam lompat jauh,
yang bertujuan untuk memperoleh kecepatan yang tinggi, yang akan membawa
tubuh ke arah horizontal untuk memperoleh hasil yang optimal. Awalan dalam
lompat jauh dilakukan dengan mengunakan start berdiri. Menurut Cooper awalan
5 Harsono, Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching (Jakarta : Depdikbud, 1988), h. 216
lari harus mencapai jarak yang cukup dan memungkinkan pelari mencapai
persiapan yang tepat untuk tindakan akhir, awalan lari yang jelek/lambat hanya
akan menghasilkan prestasi yang jelek.6
Selama tiga sampai lima langkah terakhir pelompat mempersiapkan diri
untuk mengalihkan awalan/kecepatan horizontal kepada tolakan/kecepatan
vertikal, pada saat itu kecepatan tidak berkurang. Satu langkah sebelum yang
terakhir, kira-kira 10-15 cm dua kali lebih panjang dari langkah sebelumnya dan
yang terakhir. Karena titik berat badan akan terbawa ke bawah. (Jonath)7.
Analisa Faktor-Faktor Dasar Lari
Kecepatan Rata-rata Jarak
Panjang Langkah Frekwensi Langkah
Waktu Untuk Melayang
Jarak Saat Melangkah
Jarak Saat Melayang
Jarak Saat Mendarat
Kec. Saat Lepas
Sudut Saat Lepas
Ketinggian Lepas
Hambatan Udara
Waktu
Di Tanah Di Udara
Waktu Tempuh
Gambar 1 : Faktor-Faktor Dasar Lari
Sumber : Dadang Masnun, Diktat Perkuliahan Biomekanika Teknik Olahraga(Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1991)
2. Hakikat Daya Tolakan
Tolakan merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mempergunakan
kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya untuk
6 Cooper, John M, Track and Field For Coachimg and Athlete (New Jersey : Prentise Hall, 1970), h 321 7 Jonath, Atletik.(Terjemahan PT Rosda Jaya Putra Jakarta, 1986), h. 197
mengadakan tolakan. Dalam hal ini tolakan dapat dinyatakan sebagai power
atau daya ledak (M. Sajoto)8
Dalam melakukan tolakan tersebut, pelompat harus mengarahkan dari
balok tolakan, untuk mengadakan tolakan ke atas dengan sudut 45º
(Soedarmito).9 Karena secara teori bahwa dengan sudut 45º tersebut akan
didapat jarak lompatan yang paling jauh. Pada sudut 45º ini akan didapat
komponen vertikal sama dengan komponen horizontal, dan akan dihasilkan
waktu maksimal di udara serta kecepatan horizontal maksimal.
Menurut Soedarminto dalam catatan lompatan para pelompat dunia, sudut
tolakan berkisar 43º.10 Sementara orang berpendapat bahwa, karena badannya
dapat mengembangkan kecepatan lebih dari pada mengangkatnya, tidaklah
mungkin orang mengembangkan power yang cukup untuk mencapai sudut 45º.
Pendek kata pelompat harus bertolak dengan kecepatan setinggi-tingginya dan
dengan tolakan setinggi mungkin untuk dapat mencapai lompatan yang terjauh.
Namun syarat utamanya menurut Soedarminto adalah pengembangan daya.
Daya ini dikembangkan dari lari awalan yang cepat dan lompatan ke atas yang
kuat dari balok lompatan.11
3. Hakikat Lompat Jauh Gaya Gantung Lompat jauh merupakan hasil kecepatan awalan dan tolakan kaki pada
papan tolakan. Dalam rangkaian untuk mencapai lompat jauh adalah diawali
dengan lari sprint untuk mencapai ketinggian maksimum yang terakhir dengan
8 M. Sajoto, Peningkatan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam Olahraga (Semarang : Dohara Prize, 1989), h. 17 9 Soedarminto, Kinesiologi (Jakarta : Dirjen Dikti, 1991), h. 153
10 Ibid, h. 255 11 Ibid, h. 253
pendaratan yang sempurna dengan berusaha menghindari jatuh duduk pada bak
lompatan.
Aip Syarifudin dan Woeryanto menjelaskan hal-hal/faktor-faktor yang
penting dalam melakukan tolakan dalam bukunya Dasar-Dasar Atletik
menyatakan:
a. Kecepatan horizontal yaitu kecepatan yang ditimbulkan oleh awalan.
b. Kecepatan vertikal yaitu kecepatan yang ditimbulkan dari kekuatan
menolak.12
Rangkaian gerakan pada lompat jauh gaya gantung dapat dibagi dalam
empat tahapan gerakan, yaitu awalan atau ancang-ancang, menolak, melayang
di udara dan mendarat (Jonath dkk).13 Dimana gerakan itu tidak dapat
dipisahkan, karena saling berkaitan antara gerakan yang satu dengan gerakan
yang lain.
12 Aip Syarifudin dan Woeryanto, Atletik (Jakarta : Depdikbud Dirjen Dikti Pembinaan Tenaga Pendidikan, 1985) h. 54 13 Op.Cit,h.197
Analisis Faktor-Faktor Dasar Lompat Jauh
L1 L2 L3
Menolak
Kecepatan Take Off
Fisik
Melayang
Ketinggian Take Off
Kecepatan Take Off
Posisi Tubuh Saat Take Off Sudut Take
Off
Mendarat
Posisi Mendarat
Gerakan Mendarat
Jauhnya Lompatan
Gambar 2 : Faktor-Faktor Dasar Lompat Jauh Sumber : Dadang Masnun, Diktat Perkuliahan Biomekanika Tehnik Olahraga
(Jakarta : FPOK IKIP Jakarta, 1991)
Jarak horizontal dalam lompat jauh ditentukan oleh :
a. L1 yaitu menolak (jarak CG ke papan tolakan)
b. L2 yaitu jarak saat melayang di udara
c. L3 yaitu jarak saat mendarat (jarak dari proyektil CG)
Dimana L1,L2 dan L3 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 3, Saat Menolak, Melayang dan Mendarat Sumber : James G. Hay, The Biomechanic of Sport Tehniques,
(Prentice Hall Inc, 1973), h. 24
a. Awalan
Awalan dalam lompat jauh merupakan lari dengan percepatan dari start
berdiri. Tujuan awalan pada lompat jauh adalah untuk mendapatkan kecepatan
yang setinggi mungkin sebelum mencapai papan tolakan.
Jarak lompatan yaitu saat tolakan, jarak saat melayang dan jarak saat
mendarat.
Ancang-ancang atau awalan yang dilakukan oleh pelompat harus secepat
mungkin, karena dua pertiga prestasi lompat jauh tergantung pada ancang-
ancang dan sepertiga pada lompat, oleh karena itu berbagai tahap tehnik lompat
jauh sangat dipengaruhi unsur kecepatan sprint dan kondisi (U. Jonath, E. Haag
dan R).14
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan pada awalan lompat jauh
adalah: pelompat tidak memperhitungkan kecepatan pada saat mendekati papan
tolakan, pelompat sering kali melakukan lari dengan kecepatan yang tidak teratur
pada waktu mendekati papan tolakan. 14 Op.Cit,h.200
Untuk mengatasi itu semua, maka harus melakukan latihan lari cepat
dengan kecepatan maksimum dan melakukan latihan mengalihkan langkah pada
tumpuan tampa menurunkan kecepatan.
Menurut Aip Syarifudin cara mengambil awalan bermacam-macam
diantaranya :
i. Mencoba beberapa kali melakukan awalan, sehingga tepat, kemudian baru
diukur.
ii. Beberapa kali lari dengan balok tolakan ke tempat dimana akan memulai
awalan.
iii. Gabungan dari kedua cara tersebut.15
Jarak untuk melakukan awalan tidak dapat ditentukan, hal ini ditentukan
oleh masing-masing atlet sesuai dengan kondisinya. Sedangkan jarak untuk
awalan sekitar 30 meter sampai 40 meter.
Gambar 4. Awalan Dari Star Berdiri Sampai Dengan Persiapan Menolak
Sumber : Gerry A. Carr, Atletik Untuk Sekolah
(Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2003), h. 167
15 Op.Cit,h.58
b. Tolakan
Dalam melakukan tolakan, pelompat menapakkan kaki tolakan yang
hampir lencang dengan tumitnya. Pada saat itu badan agak condong ke
belakang. Telapak kaki untuk menolak bergulir ke depan melalui seluruh
telapaknya. Kaki (tungkai) tolak sedikit dibengkokkan (sampai ± 150º) dan
disusul oleh kaki ayun dan pada waktu itu lengan membuat gerakan yang
berlawanan dengan gerakan kakinya. Dalam tahapan ini sangatlah penting
bahwa badan bagian atas dijaga tegak mengarah ke depan.
Tolakan dimulai dengan melencangkan lutut (meluruskan tungkai) dan
pergelangan kaki tolakan. Paha kaki ayun sekarang hampir horizontal dan
bagian bawahnya bergabung lurus ke bawah. Badan tetap tegak, lengan
menunjang gerak pada saat tolakan (tinggi ke depan, kemudian turun ke
belakang) (Jonath).16
Menurut Soedarminto dalam melakukan gerakan tersebut, pelompat harus
mengarahkan tolakan, untuk mengadakan tolakan ke atas dengan sudut 45º.17
karena secara teori bahwa dengan sudut 45º tersebut akan didapat jarak
lompatan yang paling jauh. Pada sudut 45º ini akan didapat komponen vertikal
sama dengan komponen horizontal dan akan dihasilkan waktu maksimal di
udara serta kecepatan horizontal akan lebih jauh.
Gambar 5. Kaki Tolak dan Gerakan Pada Saat Menolak
16 Op.Cit,h.200
17 Op.Cit,h. 253
Sumber : Drs. Rahmat, Materi Pokok Kapita Selekta
(Jakarta, Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), h 39
c. Saat Melayang di Udara
Menurut Ballesteros bahwa untuk membantu tolakan ke atas lengan harus
diayunkan ke atas dan kaki yang melangkah diayun setinggi mungkin.18 Dimana
kaki tumpu harus ditekuk. Sesudah kaki tumpu meninggalkan balok tolakan, lutut
ditekuk sehingga dapat dibawa ke depan dengan lebih cepat. Kemudian
pelompat menurunkan kaki ayun, kaki ayun sampai bagian atas dan bawahnya
membentuk sudut 90º. Pada waktu itu juga lepas tapak (kaki tolak) ditarik ke
depan di bawah tubuh. Pada waktu yang sama lengan diangkat dan seluruh
badan diluruskan dalam posisi sedikit melengkung. Ini adalah sifat khas gaya
gantung, yang dibentuk untuk meredam gerak rotasi ke depan yang tidak
diinginkan sebagai akibat dari tolakan dan membantu angkatan kaki yang baik
untuk membentuk posisi pendaratan yang efektif.
Gambar 6, Sikap Badan di Udara
Sumber : Gerry A. Carr, Atletik Untuk Sekolah (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada 2003), h. 151
d. Saat Mendarat
Menurut Jarver pada pertengahan melayang lengan diayunkan ke
belakang atas sebagai persiapan pendaratan19. Kemudian kedua lengan dan
badan bagian atas diayun ke depan. Menurut Thompson pada gerakan
persiapan mendarat ini berlaku pula Hukum Newto III (Hukum aksi reaksi).
18 Ballesteros, Jm, Pedoman Dasar Melatih Atletik, Terjemahan (Jakarta : PB PASI, 1993), p. 82 19 Jess Jarver, Belajar dan Berlatih Atletik,(Bandung,1982), h. 40
Sebagai aksinya adalah pengayunan lengan dan badan ke depan dan sebagai
reaksinya adalah gerakan tungkai kaki ke depan.
Menurut Gunter suatu pendaratan yang baik dipersiapkan dan ditentukan
dalam fase melayang sebelumnya. Keterampilan dan syarat–syarat yang
diperlukan (tenaga/kekuatan otot perut), memungkinkan untuk memegang sikap
tegak selama mungkin. Suatu otot perut yang kekurangan tenaga, selanjutnya
mengakibatkan kaki terlalu cepat menurun dan suatu pendaratan yang terlalu
dini. Jadi kekuatan otot perut sangat diperlukan untuk membawa tungkai jauh ke
depan.
Pendaratan yang baik hendaknya merupakan lanjutan dari pola melayang
pusat gaya berat. Tentunya harus terletak sejauh mungkin, yaitu pada jarak
horizontal terbesar antara tumit dan pusat gaya berat tubuh. Jadi pada saat
sebelum menyentuh pasir, kedua kaki/tungkai diluluskan/dijulur ke depan dan
badan membengkuk ke depan (Jarver). 20Pada saat seperti ini tentu saja
diperlukan kelentukan togok ke depan yang baik untuk melakukan pendaratan
yang baik pula sehingga akan diperoleh hasil lompat yang jauh. Setelah tumit
menyentuh pasir, kedua lutut segera ditekuk dan biarkan badan condong terus
ke depan.
Gambar 7, Urutan Gerakan Lompat Sumber : IAAF, Pedoman Latihan Dasar Atletik
(Jakarta : PB.PASI 1979), h. 53
20 Ibid, h. 42-43
G. KERANGKA BERPIKIR
Untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh, kecepatan memiliki
hubungan yang erat dengan daya. Dimana semua gerakan tersebut tidak bisa
dipisahkan karena saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Dari uraian di atas, maka dalam lompat jauh tidak cukup mengandalkan
kecepatan saja, karena masih banyak faktor-faktor yang menunjang dalam
menentukan keberhasilan suatu teknik dalam lompat jauh, yaitu daya tolakan.
i. Hubungan Antara Waktu Tempuh Lari 40 Meter Dengan Hasil Lompat Jauh
Untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh, awalan harus dilakukan
secepat mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh energi kinetik yang
besar, selain itu akan diperoleh kecepatan horizontal yang besar pula. Bila
awalan lari yang dilakukan itu lambat, maka kecepatan horizontal yang diperoleh
akan mengakibatkan pada berkurangnya hasil lompatan. Pertahankan kecepatan
sampai pada saat akan melakukan tolakan untuk melompat. Dengan uraian
tersebut diduga akan ada hubungan yang berarti antara waktu tempuh dengan
hasil lompat jauh.
ii. Hubungan Antara Daya Tolakan Dengan Hasil Lompat Jauh
Setelah awalan dilakukan secepat-cepatnya dan kecepatan itu
dipertahankan sampai pada saat akan melakukan tolakan untuk melompat. Pada
saat melakukan tolakan ini diperlukan daya tolakan yang besar untuk
mendapatkan hasil lompatan yang baik. Daya tolakan (power) disini diperoleh
dari kecepatan lari yang cepat dan tolakan yang kuat dari balok tolakan. Dari
uraian tersebut maka diduga ada hubungan yang berarti antara daya tolakan
dengan hasil lompat jauh.
ii. Hubungan Antara Waktu Tempuh Lari 40 Meter dan Daya Tolakan Dengan Hasil Lompat Jauh
Dimana telah diuraikan di atas bahwa kecepatan awalan dan daya tolakan
semua ini saling keterkaitan antara yang satu dengan yang lain.
Hasil akhir dari lompat jauh merupakan gabungan dari semua komponen-
komponen atau teknik-teknik yang terdapat pada lompat jauh. Dengan demikian
diduga bahwa waktu tempuh lari 40 meter dan daya tolakan memberikan
hubungan yang berarti terhadap hasil lompat jauh.
H. PENGAJUAN HIPOTESIS
Berdasarkan kajian pada kerangka teori dan kerangka berpikir yang telah
dikemukakan di atas, maka peneliti mempunyai hipotesis sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang berarti antara waktu tempuh lari 40 meter dengan
hasil lompat jauh gaya gantung.
2. Terdapat hubungan yang berarti antara daya tolakan dengan hasil lompat
jauh gaya gantung.
3. Terdapat hubungan yang berarti antara waktu tempuh lari 40 meter dan daya
tolakan dengan hasil lompat jauh gaya gantung.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
berarti antara waktu tempuh lari 40 meter dan daya tolakan dengan prestasi
lompat jauh gaya gantung pada siswa SMP Negeri 5 Tanjungpandan Belitung.
Secara operasional tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan yang berarti antara waktu tempuh lari 40 meter
dengan prestasi lompat jauh.
2. Untuk mengetahui hubungan yang berarti antara daya tolakan dengan
prestasi lompat jauh.
3. Untuk mengetahui hubungan yang berarti antara waktu tempuh lari 40 meter
dan daya tolakan dengan prestasi lompat jauh.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kampus B Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Jakarta.
2. Waktu Penelitian
a. Pada tanggal 3 Februari 2006, Pukul 15.00 sampai selesai
Untuk tes daya tolakan
b. Pada tanggal 4 Februari 2006, pukul 15.00 sampai selesai
Untuk tes kecepatan lari
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan teknik survey. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kecepatan lari
dan daya tolakan dan variabel terikatnya adalah prestasi lompat jauh.
Desain yang digunakan:
X 1
X 2
Y
Keterangan:
X1 = Waktu tempuh
X2 = Daya tolakan
Y = Prestasi lompat jauh
D. Populasi dan Tehnik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 5 Tanjungpandan
Belitung berjumlah 50 orang.
2. Tehnik Pengambilan Sampel
Adapun tehnik pengambilan sampel dengan cara random sampling, yaitu
dengan cara undian, dengan tahapan tahapan sebagai berikut :
1. Tulis angka satu sampai dengan lima puluh pada secarik kertas (sesuai
dengan banyaknya sampel).
2. Kertas tersebut digulung.
3. Lalu masukkan kertas tersebut dalam kotak dan dikocok.
4. Kemudian masing-masing sampel menarik satu kertas.
5. Sampel yang mendapatkan nomor ganjil merupakan sampel yang akan
dijadikan testee.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah dengan cara melakukan pengukuran
terhadap variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Sebelum diambil
hasil tesnya, maka testee diberikan kesempatan untuk melakukan pemanasan.
Instrument yang digunakan adalah:
A. Tes Waktu Tempuh Lari 40 Meter
1. Tujuan : mengukur kecepatan lari 40 meter seseorang/testee
2. Alat dan perlengkapan tes:
• Stop watch
• Bendera start dan peluit
• Tiang pengamat garis finish
• Alat tulis dan blangko tes
1. Petugas tes
• Rool call
• Pencatat hasil
• Timer
2. Pelaksanaan tes
• Start dilakukan dengan start berdiri
• Pada saat aba-aba bersedia testee mendekati garis statr dan salah
satu ujung kaki sedekat mungkin dengan garis start.
• Pada aba-aba “YA” testee berlari secepat-cepatnya menempuh jarak
40 meter sampai melewati garis finish.
• Pada saat testee mulai bergerak stop wach dihidupkan dan pada saat
testee melewati garis finish stop watch dimatikan.
• Setiap testee diberi kesempatan melakukan sebanyak dua kali.
3. Penilaian
Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh testee dari dua kali
kesempatan dan waktu terbaik yang digunakan untuk pengolahan data,
dengan satuan sampai persepuluh detik.
B. Tes Daya Tolakan (Vertikal Jump Test)
1. Tujuan : Mengukur daya tolakan otot tungkai testee.
2. Alat dan perlengkapan tes:
• Papan vertical jump
• Serbuk kapur dan penghapus
• Alat tulis dan blangko tes
3. Pelaksanaam tes
Teste berdiri dibawah papan vertical jump. Testee melakukan persiapan
meloncat dengan dua kaki. Pada waktu melompat jari-jari tangan harus
memegang/menyenyuh papan vertikal jump. Testee diberi dua kali
kesempatan untuk melalukan lompatan.
4. Penilaian
Hasil terbaik selama dua kali melakukan itulah yang dipergunakan untuk
pengolahan data dengan satuan centimeter.
C. Tes Prestasi Lompat Jauh
1. Tujuan : Mengukur jauhnya lompatan.
2. Alat dan Perlengkapan tes yang digunakan:
• Bak lompatan
• Bendera
• Meteran
• Cangkul
• Alat tulis dan blangko tes
3. Petugas tes
• Pengawas papan tolakan
• Petugas pengukur lompatan
• Petugas perata pasir
• Pencatat hasil
4. Pelaksanaan tes
Testee melakukan persiapan lompatan dengan mengambil awalan 20
meter sampai 30 meter. Lari awalan dilakukan dengan kecepatan penuh,
menolak dengan satu kaki dan mendarat dengan dua kaki. Hasil lompatan
diukur dari papan tolakan sampai titik jatuhnya badan yang terdekat
dengan balok. Masing-masing testee diberi kesempatan melakukan
sebanyak dua kali.
5. Penilaian
Lompatan terjauh dari dua kali melakukan lompatan itulah yang
dipergunakan untuk pengolahan data
F. Tehnik Pengumpulan Data
Identifikasi variabel yang akan dites, yaitu:
a. Variabel bebas : -. Waktu tempuh lari 40 meter
-. Daya tolakan
b. Variabel terikat : Lompat jauh
G. Tehnik Analisis Data
Tehnik analisis data mengunakan tehnik statistik regresi dan korelasi
linear ganda, dilanjutkan dengan mencari kontribusi dari masing-masing
prediktor terhadap veriabel tidak bebas. Langkah-langkahnya adalah:
1. Mencari Persamaan Regresi Sederhana
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan bentuk hubungan antara variabel
X dengan variabel Y dengan bentuk persaamaan sebagai berikut:
Y = a + bx21
Dimana:
Y = Variabel respon yang diperoleh dari persamaan regresi
a = Konstanta regresi untuk X = 0
b = Koefisien regresi yang menentukan arah regresi terletak
22Koefisien arah a dan b untuk persamaan regresi diatas dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
a = 2
22
2
222
2
)X( -X n.Y)X( )X( -)X( )Y(
∑∑
∑∑∑∑
b = 2
12
1
11
)X( -X n.)Y( )X( -XY.n
∑∑
∑∑∑
2. Mencari Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi antara variabel X dan Y dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut:
rxy = { } { })Y( -)Y(n. -)X( -)X(n.
Y)( X)( -)XY.n(2222 ∑∑∑∑
∑∑∑
23
3. Uji Keberartian Koefisien Korelasi
Sebelum koefisien korelasi diatas dipakai untuk mengambil kesimpulan,
terlebih dahulu diuji mengenai keberartiannya.
21 Sudjana, Metode Statistik (Bandung : Tarsito, 1992), h. 312 22 Ibid, h. 315 23 Ibid, h. 47.
Hipotesis statistik:
• H0 = ρ = 0
• H1 = ρ = > 0
Kriteria pengujian:
• 24Tolak H0, jika thitung > ttabel, dalam hal lain H0 diterima pada ά = 0,05
Untuk keperluan uji ini diperlukan rumus sebagai berikut:
t hitung = 2r -1r
2 -nr
4. Mencari Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan jalan
mengalihkan koefisien korelasi yang sudah dikuadratkan dengan 100%.
5. Mencari Persamaan Regresi Linier Ganda
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan bentuk hubungan antara variabel
X1 dengan X2 terhadap Y.
Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan bentuk hubungan antara variabel
X1 dengan X2 terhadap Y.
Ŷ = b0 + b1 X1 + b2 X2
25Dimana:
b0 = Y – b1X1 – b2x2
b1 = 2
212
22
1
22112
2
)XX( -)X( )X(Y)X( )XX( -Y)X( )X(
∑∑∑
∑∑∑∑
b2 = 2
212
22
1
22122
1
)XX( -)X( )X(Y)X( )XX( -Y)X( )X(
∑∑∑
∑∑∑∑
6. Mencari Koefisien Korelasi Ganda
24 Ibid, h. 52. 25 Ibid, h. 69
Koefisien korelasi ganda Ry12 dicari dengan mengunakan rumus sebagai
berikut:26
Ry12 = 2Y(Reg) Jk
∑
Dimana:
Jk(Reg) = b1∑x1y1 + b2∑x2y
7. Uji Keberartian Korelasi Ganda
Hipotesis Statistik:
-. H0 = Ry12 = 0
-. H1 = Ry12 > 0
Kriteria pengujiannya:
Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel, delam hal lain H0 diterima pada α = 0,05 untuk
keperluan ini diperlukan rumus sebagai berikut:27
F hitung = ( ) 1 -k -n / R -1k R
2
2
Dimana:
F = Uji keberartian regresi
R = Koefisien korelasi ganda
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah sampel
Ftabel dapat dicari dari daftar distribusi F dengan DK sebagai pembilang adalah
k = 2 dan sebagai dk penyebut adalah (n-k-1) atau 37 pada α = 0,05
H. Hipotesis Statistik
26 Ibid, h. 107. 27 Ibid, h. 109
1. Untuk hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter dengan hasil lompat
jauh:
H0 = ρyx1 = 0
H1 = ρyx1 > 0
2. Untuk hubungan antara daya tolakan dengan hasil lompat jauh :
H0 = ρyx2 = 0
H1 = ρyx2 > 0
3. Untuk hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter dan daya tolakan
dengan hasil lompat jauh:
H0 = ρx1x2 = 0
H1 = ρx1x2 > 0
HASIL PENELITIAN
A. Diskripsi Teori
Deskripsi teori pada penelitian ini meliputi nilai terendah, nilai tertinggi,
rata-rata, simpangan baku dan variabel. Berikut ini mengenai data-data
lengkapnya:
Table 1. Deskripsi Data Penelitian
Variabel Kecepatan Lari 40 m (X1)
Daya Tolakan (X2)
Prestasi Lompat Jauh
(Y) Nilai tertinggi 7,79 51,00 387,00 Nilai terendah 6,00 26,00 263,00 Rata-rata 7,20 36,60 326,60 Simpangan baku 0,47 6,33 26,03 Varians 0,22 40,08 677,75
1. Data Waktu Tempuh Lari 40 Meter (X1)
Di bawah ini disajikan mengenai distribusi frekuensi dan grafik
histogram data waktu tempuh lari 40 meter (X1)
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Waktu Tempuh Lari 40 Meter (X1)
Interval Kelas Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
6 – 6,3 2 8
6,4 – 6,7 1 4
6,8 – 7,1 7 28
7,4 – 7,7 14 56
7,8 – 8,1 1 4
Jumlah 25 100
Di bawah ini digambarkan grafik histogram dari data X1
0123456789
101112131415
Frekuensi
Nilai 6,00 6,40 6,80 7,40 7,80 8,10
Gambar 8. Grafik Histogram Data Waktu Tempuh Lari 40 Meter
2. Data Daya Tolakan (X2)
Di bawah ini disajikan mengenai industri frekuensi dan grafik histogram
data daya tolakan (X2)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Daya Tolakan (X2)
Interval Kelas Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
26 – 30 3 12
31 – 35 11 44
36 – 40 6 24
41 – 45 2 8
46 – 51 3 12
Jumlah 25 100
Di bawah ini digambarkan grafik histogram dari data X2
Frekuensi
0123456789
101112131415
Nilai
26 31 36 41 46 51
Gambar 9. Garafik Histogram Data Daya Tolakan
3. Data Prestasi Lompat Jauh (Y)
Di bawah ini disajikan mengenai distribusi frekuensi dan grafik
histogram data prestasi lompat jauh (Y)
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Prestasi Lompat Jauh (Y)
Interval Kelas Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
263 – 287 2 8
288 – 312 3 12
313 – 337 15 60
338 – 362 4 16
363 – 387 1 4
Jumlah 25 100
Di bawah ini digambarkan grafik histogram dari data Y
Frekuensi
0123456789
101112131415
Nilai
263 288 313 338 363 387
Gambar 10. Grafik Histogram Data Prestasi Lompat Jauh
B. Pengujian Hipotesis
1. Hubungan Antara Waktu Tempuh Lari 40 Meter Dengan Prestasi Lompat Jauh
Hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter dengan prestasi lompat
jauh dinyatakan oleh persamaan regresi Ŷ = 72,23 + 0,49X1 artinya waktu
tempuh lari 40 meter dapat diketahui atau diperkirakan dengan persamaan
regresi tersebut jika variabel waktu tempuh lari 40 meter (X1) diketahui.
Hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter (X1) dengan prestasi
lompat jauh (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry1 = 0,434. Koefisien
korelasi tersebut harus diuji terlebih dahulu mengenai keberartiannya,
sebelum digunakan untuk mengambil kesimpulan.
Hasil uji koefisien korelasi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5. Uji koefisien korelasi X1 terhadap Y
Koefisien Korelasi thitung ttabel
0,434 2,312 2,069
Uji keberartian koefisien korelasi di atas terlihat bahwa thitung = 2.312
lebih besar dari ttabel = 2,069 berarti koefisien korelasi ry = 0,434 adalah
berarti. Dengan demikian hipotesis yang mengatakan terdapat hubungan
yang berarti antara waktu tempuh lari 40 meter dengan prestasi lompat jauh
didukung oleh data penelitian.
Koefisien determinasi waktu tempuh lari 40 meter dalam prestasi
lompat jauh (ry1)2 = 0,189 hal ini berarti bahwa 18,90% prestasi lompat jauh
ditentukan oleh waktu tempuh lari 40 meter.
2. Hubungan Antara Daya Tolakan Dengan Prestasi Lompat Jauh
Hubungan antara daya tolakan dengan prestasi lompat jauh
dinyatakan oleh persamaan regresi Ŷ = 199,30 + 0,75 X2 artinya daya tolakan
dapat diketahui atau diperkirakan dengan persamaan regresi tersebut jika
variabel daya tolakan (X2) diketahui.
Hubungan antara daya tolakan (X2) dengan prestasi lompat jauh (Y)
ditunjukkan oleh koefisien korelasi ry2 = 0,579. Koefisien korelasi tersebut
harus diuji terlebih dahulu mengenai keberartiannya, sebelum digunakan
untuk mengambil kesimpulan.
Hasil uji koefisien korelasi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6. Uji koefisien korelasi X2 terhadap Y
Koefisien Korelasi thitung Ttabel
0,579 3,402 2,069
Uji keberartian koefisien korelasi di atas terlihat bahwa thitung = 3,402
lebih besar dari ttabel = 2,069. Berarti dengan demikian hipotesis yang
mengatakan terdapat hubungan yang berarti antara daya tolakan dengan
prestasi lompat jauh didukung oleh data penelitian.
Koefisien determinasi daya tolakan dalam prestasi lompat jauh (ry2)2
= 0,335 hal ini berarti bahwa 33,50% prestasi lompat jauh ditentukan oleh
daya tolakan (X2).
3. Hubungan Antara Waktu Tempuh Lari 40 Meter dan Daya Tolakan Secara Bersama-sama Dengan Prestasi Lompat Jauh
Hubungan antara waktu tempuh lari 40 meter (X1) dan daya tolakan
(X2) dengan prestasi lompat jauh (Y) dinyatakan oleh persamaan regresi
Ŷ = 2,47 + 0,31 X1 + 0,63 X2
Sedangkan kekuatan hubungan antara ketiga variabel tersebut
dinyatakan oleh Ry1-22 = 0,633 koefisien tersebut harus diuji terlebih dahulu
mengenai keberartiannya, sebelum digunakan untuk mengambil kesimpulan.
Hasil uji koefisien korelasi tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 7. Uji koefisien korelasi X1,X2 terhadap Y
Koefisien Korelasi Fhitung Ftabel
0,633 7,356 4,30
Uji keberartian koefisien korelasi di atas terlihat bahwa Fhitung =
7,356 lebih besar dari Ftabel = 4,30. Berarti koefisien korelasi Ry1-2 = 0,633
adalah berarti. Koefisien determinasinya adalah (Ry1.2)2 = 0,401 hal ini berarti
bahwa 40,10 % prestasi lompat jauh ditentukan oleh waktu tempuh lari 40
meter dan daya tolakan secara bersama-sama.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV, maka peneliti menarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara waktu tempuh lari 40 meter
dengan prestasi lompat jauh.
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara daya tolakan dengan prestasi
lompat jauh.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara waktu tempuh lari 40 meter
dengan daya tolakan dengan prestasi lompat jauh.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas peneliti ingin menyampaikan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Didalam memilih bibit lompat jauh hendaknya dipilih yang memiliki kecepatan
lari yang baik, daya tolakan yang baik, dan faktor-faktor yang dapat
meningkatkan prestasi atlet.
2. Mengadakan penelitian yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar
dan sampel yang benar-benar sudah terlatih.
3. Mengadakan penelitian yang sama, namun dengan sampel putri
4. Mengadakan sampel yang sama, namun dengan instrument yang berbeda.
Lampiran 1
Tabel 8. Daftar Hasil Tes Waktu Tempuh Lari 40 Meter, Daya Tolakan dan
Lompat Jauh
No Tes Lari 40 m Tes Daya Tolakan
Tes Lompat Jauh
1 6,91 35 330 2 7,59 40 361 3 7,28 30 335 4 6,98 51 361 5 7,51 31 290 6 7,20 32 315 7 7,65 37 335 8 6,95 44 321 9 7,60 35 319
10 7,70 32 326 11 7,71 28 335 12 6,00 48 387 13 7,12 40 323 14 6,41 46 263 15 7,40 32 346 16 6,24 34 320 17 7,37 40 358 18 6,91 42 327 19 7,05 40 332 20 7,79 26 305 21 7,31 33 320 22 7,74 40 312 23 6,91 34 329 24 7,20 34 335 25 7,42 31 280
Jumlah 179,95 915 8165
Rata-rata 7,20 36,60 326,60
Simpangan Baku 0,47 6,33 26,03