Download - 6.Bab 1v Data Dan Analisa
BAB IV
DATA DAN ANALISA
1.1 Data Dan Analisa Modul-A (Pengenalan Jangka Sorong)
Gambar 1.1
Tabel 1.1 Hasil Pengukuran Jangka Sorong
Objek Ukur Pengamat A Pengamat B
J.S Nonius J.S Jam J.S Nonius J.S Jam
Diameter D1 10,56 10,52 10,50 10,31
D2 10,58 10,50 10,52 10,62
Panjang
L1 59,84 59,75 60,50 60,55
L2 50,60 50,70 50,67 50,71
L3 60,60 60,54 60,50 60,50
A 19,90 19,87 19,94 20,10
B 20,10 20,20 20,10 20,50
Lebar
B1 56,70 56,65 56,70 56,66
B2 56,65 56,57 56,74 56,76
E 23,40 23,35 23,54 22,79
F 23,00 22,87 23,05 23,32
K1 = L2-(A+B) 10.60 10.63 10,63 10,11
K2= B1-(E+F) 10.30 10.43 10,11 10,55
SelisihK1& K2 0.3 0.2 0.52 0,44
Gambar 1.2 Bagian-bagian Mistar Ingsut
Gambar. 1.3 Cara Memeriksa Kelurusan Sensor
Tabel 1.2 Kelurusan Sensor
Sisi Ukur Pengamat A & B
L Ada Cela/ Tidak rata
R Ada Cela/ Tidak rata
Tabel 1.3 Hasil Kalbrasi dengan Blok Ukur
Tinggi
Blok
Ukur
(mm)
Skala Mistar
Ingsut (µm)
Hasil Pengukuran
Pengamat A Pengamat B
i o d i o D
0 0.02 0 0 0 0 0 0
5 0.02 5 5 5 5 5 5
10 0.02 10 10 10 10 10 10
15 0.02 15 15 15 15 15 15
20 0.02 20 20 20 20 20 20
25 0.02 25 25 25 25 25 25
Grafik 1.1 Kesalahan Skala Utama Mistas Ingsut
Penyimpangan = Kesalahan Maksimum – Kesalahan Minimum
= 0 – 0
= 0
Toleransi Mistar Ingsut yang dianjurkan ( DIN 862)
- Kecermatan 1.10 mm = 7 + I/20(µm)
- Kercermatan 1/20 mm = 50 + I/20 (µm)
- Kecermatan 1/50 mm = 20 + I/20 (µm)
Dimana I = Kapasitas mistar ingsut
Diketahui : I = 150 mm, dengan kecermatan 1/50 mm
Kecermatan 1/50 mm = 20 + 150/20
Toleransi Mistar Ingsut yang dipakai = 27.5 µm
Analisa :
- Dari hasil pengukuran, dapat diketahui terdapat hasil pengukuran yang berbeda antara
pengukuran dengan menggunakan mistar ingsut skala nonius dan mistar ingsut jarum
skala jam dengan perbedaan yang relatif kecil. Hal ini bisa disebabkan oleh cara
membaca alat ukur yang dilakukan oleh praktikan, dan disebabkan posisi penempatan
sensor alat ukur pada permukaan benda kerja yang berbeda, karena kemungkinan
benda juga tidak selalu sama bagian kerataannya.
- Dari hasil pengukuran keseluruhan sensor mistar ingsut dengan menggunakan pisau
rata, diketahui bahwa terdapat cela yang artinya sensor dari mistar ingsut tersebut
tidak sepenuhnya lurus, dan kemungkinan terjadinya perbedaan ukuran antara
pengamat A dan B dapat di sebabkan beberapa faktor, misalnya dari pemahaman atau
dari cara membacanya yang berbeda, begitupun dengan penekanan sensor terhadap
beda kerja juga dapat menjadi perbedaan itu muncul, dan kemungkinan yang lainnya
permukaan benda kerja yang tidak rata antara sisi yang satu dengan sisi yang lain, hal
ini juga dapat menyebabkan perbedaannya hasil ukuran.
- A + D2 + B = L2 dan E + D2 + F = B2 apabila di jumlahkan sesuai dengan data yang
telah di dapatkan yang dimana 19,16 + 10,58 +19,38 = 49.12 , yang dimana L2 =
49,10. Hasil yang di dapatkan dari hasil penjumlahan tidak jauh beda dengan hasil
perbedaanya 0,02 mm dari hasil pengukuran yang telah di lakukan sehingga hasil bisa
di katakana sama, meskipun terdapat perbedaan, dan bisa di katakana sebagai
toleransi. Begitupula dengan 23,50 + 10,58 + 23,20 = 57,28 yang di mana B2 = 57,24 .
hasil yang di dapatkan dari hasil penjumlahan tidak jauh berbeda dengan hasil
pengukuran yang telah di lakukan,perbedaannya yaitu sebesar 0,04 mm sehingga hasil
pengukuran bisa di katakana sama, meskipun terdapat sedikit perbedaan, perbedaan
tersebut bisa di katakana sebagai toleransi
- Pengaruh ketidak lurusan pada batang utama pada hasil pengukuran antara lain, hasil
pengukuran yang berbeda, karena ketidak lurusan dapat mengakibatkan perbedaan
pada posisi penyentuhan sensor terhadap benda yang di ukur, seperti pada sensor yang
di ujung dan yang di tengah aka ada perbedaan hasil pengukuran.
-
4.2 Data Dan Analisa Modul –B (Pengenalan Mikrometer)
Gambar 2.1 Penggunaan Mikrometer
Tabel 2.1 Penggunaan Mikrometer
Diameter
Skala Pengamat A Pengamat B
Maks Min Posisi I Posisi II Posisi I Posisi II
A 0,01 0,01 16,10 16,15 16,12 16,15
B 0,01 0,01 16,17 16,14 16,14 16,15
C 0,01 0,01 24,00 23,99 23,99 24,00
D 0,01 0,01 24,04 24,03 24,02 24,04
E 0,01 0,01 43,53 43,53 43,53 43,53
F 0,01 0,01 43,55 43,55 43,55 43,55
G 0,01 0,01 43,55 43,55 43,55 43,55
H 0,01 0,01 23,93 23,94 23,94 23,93
I 0,01 0,01 23,93 23,93 23,93 23,93
Tabel 2.2 Kalibrasi Mikrometer
Objek Hasil Pengukuran ( Pengamat A & B )
Kedudukan
Nol
Kedataran
Mulut Ukur
Sensor tetap
2
Gambar :
Harga = 2 x 0,32 = 0,64 µm
Sensor gerak
4
Gambar :
Harga = 4 x 0,32 = 1,28 µm
Kesejajaran
Mulut Ukur
Ukuran Optical
Flat
Jumlah Garis Interferensi Ketidak
Sejajaran (µm)Landasan Tetap Landasan Gerak
12,00 2 4 1,92
12,12 2 2 1,28
12,25 3 2 1,60
12,37 3 1 1,28
Tabel 2.3 Hasil Pengukuran Kebenaran Skala Utama Mikrometer
No. Blok Ukur Kesalahan No. Blok Ukur Kesalahan
1 1 mm 1,01 mm 6 6 mm 6,01
2 2 mm 2,01 mm 7 7 mm 7,01
3 3 mm 3,01 mm 8 8 mm 8,01
4 4 mm 4,01 mm 9 9 mm 9,01
5 5 mm 5,01 mm 10 10 mm 10,01
Garfik Kesalahan Kisar Komulatif
Kesalahan total dari Mikrometer untuk range 1 s/d 10 mm adalah
(55-55,10) = 10 (µm)
Analisa :
Dari Pengukuran kesejajaran antara sensor tetap dengan sensor gerak ditemukan
bahwa sensor tersebut kurang sejajar atau tidak rata.
Dari hasil pengukuran dengan referensi blok ukur sebagai referensinya menyatakan
bahwa hasil yang di ukur tidak sama dengan nominal yang terdapat pada blok ukur,
sehingga hasil pengukuran tidak akurat, karena adanya selisih perbedaan/
penyimpangan antara hasil ukur dan nominal blok ukur.
Dari data-data yang didapat dari hasil pengukuran yang kita lakukan, Mikrometer sekrup memiliki ketelitian pengukuran yang lebih baik dengan jangka sorong serta perbedaan pengukuran yang satu dengan yang lainnya cenderung sama, dan akurat.
Sehingga pengukuran menggunakan micrometer sekrup memiliki penyimpangan
ukuran yang relative kecil dibandingkan dengan mistar ingsut.
4.3 Data dan Analisa Modul –C (Pengukuran Sudut dan Ketinggian)
Gambar 3.1 Benda Kerja Pengukuran Sudut
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Sudut
Objek Ukur Pengamat A Pengamat B
Nonius Optic Nonius Optic
Sudut : a.
b.
c.
d.
68⁰ 15’ 70⁰79⁰ 15’ 80⁰101⁰ 50’ 100⁰110⁰ 55’ 110⁰
Jumlah 360⁰15’ 360⁰Teoritis 360⁰ 360⁰Kesalahan 360 -⁰ 360⁰15’ =
15’
0
Sudut Semua sudut 0
e = 180 – (a+b) 32,7 30
E = (d+c) – 180 32,05 30
selisih 0.65 0
Gambar 3.2 Benda Kerja Pengukuran Ketinggian
Tabel 3.2 Hasil Pengukuran Ketinggian
Pengukuran Ketinggian
(Dimensi
Pengamat A Pengamat B
Ketelitian mampu ulang
Dimensi a diukur 10 kali
57,10 57,06
57,08 57,02
57,04 57,12
57,20 57,18
57,14 57,20
Rata – rata 57,114
0,004271111Deviasi Standar
Posisi 1 Posisi 2 Posisi 1 Posisi 2
a 57,10 mm 57,08 mm
b 75,40 mm 75,38 mm
c 35,38 mm 35,38 mm
d 23,78 mm 23,79 mm
e 33,28 mm 33,27 mm
f 10,80 mm 11,02 mm
d+e 57,06 mm 57,06 mm
a-d+e 0,04 mm 0,04 mm
Analisa :
Hasil pengukuran yang telah di lakukan terdapat perbedaan antara posisi satu dan
posisi dua, karena diakibatkan ketidakrataan permukaan benda kerjanya. Sehingga
hasil ukuran yang di dapatkan tidak akan sama jika permukaan bendanya tidak rata
Dari hasil pengukuran pengukuran bagian a yang telah di lakukan, hasil yang di
dapatkan yaitu 57,10 mm sedangkan hasil penjumlahan bagian d dan e yaitu 57,06
mm, yang di mana bagian d dan e ini terdapat pada bagian a, dan pengukuran yang di
lakukan oleh praktikan, cara yang di lakukan dengan cara menggores bagian yang di
ukur, kemungkinan dengan cara ini tidak terlalu akurat. Maka hasil yang di dapatkan
tidak sama meskipun perbedaannya tidak terlalu besar. Selisihnya yaitu mencapai
0,04mm.