Download - 98736355 Fushushul Hikam Karya Ibnu Arabi
Fushushul Hikam karya Ibnu Arabi
Bismillaahir rohmaanir rohiim
Assalamu ‘alaikum wa rohmatullahi wa barokatuhu
Mengenal Fusus al-Hikam
Kaitannya dengan Nubuatan/Kabar ghaib mengenai Imam Mahdi
Fusus al-Hikam; Mutiara Hikmah 27 Nabi karya (Muhyiddin ) Ibnu
‘Arabi diterjemahkan dari judul asli ‘The Bezels of Wisdom’ The
Missionary Society of Saint Paul the Apostle in the state of New York,
New York, 1980 Penerbit Diadit Media, Gedung Diadit Media Jl.
Kramat Pulo 2A Jakarta telp. (021) 3148940, Fax. (021) 3900466 alih
bahasa/penerjemah dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia:
Ahmad Sahidah dan Nurjannah Arianti cet. Kedua, Februari 2009 xxxii
+ 424; 155 x 235 mm ISBN: 979-3957-96-4
Dalam bab tentang 2 mengenai ‘Hikmah Penghembusan Napas dalam
Firman tentang Syis’ halaman 91 dalam buku terjemahan Fusus al-
Hikam ini terdapat paragraph yang mengisyaratkan mengenai
pembaharu akhir zaman. Di dalam paragraph tersebut sama sekali tidak
disebut kata ‘Imam Mahdi’ atau ‘Isa yang akan datang’. Paragraf
tersebut ialah sebagai berikut:
“Akan menjadi ada dalam garis keturunan Syis bahwasanya manusia
sejati terakhir akan lahir, sambil membawa rahasia-rahasianya tentang
hikmah ilahi. Manusia semacam ini tidak akan lahir sesudah dirinya. Dia
akan menjadi Tanda Generasi. Di sana, akan lahir dengan dirinya
seorang saudara wanita yang lahir sebelumnya, sehingga kepalanya akan
menjadi kakinya. Dia akan lahir di daratan Cina dan akan berbicara
dengan bahasa daerah tersebut. Kemudian kesucian akan mengatasi para
pria dan wanita daerah ini dan, meskipun akan bergaul, tidak akan
terlahir seorang anak sebagai manusia sejati. Dia akan menyeru mereka
kepada Allah dengan tanpa keberhasilan, dan ketika Allah
mengambilnya beserta orang-orang yang beriman di masanya, yang lain
tetap hidup laksana binatang buas tanpa mengenal baik dan buruk,
digantikan dengan hukum alam yang lebih rendah, intelek dan Syariah
Suci menjadi kosong. Zaman akhir pun akan menyusul mereka.”
Komentar saya (Dildaar): kata daratan Cina bukanlah dimaksud berarti
wilayah RRC tertentu yang sekarang seperti Beijing, Shanghai dll. Pada
awal tahun 1200-an (beberapa puluh tahun sebelum buku ‘Fusus al-
Hikam ditulis/ penulisnya mendapat mimpi/kasyaf bertemu Rasulullah),
Khawarazm dan Samarqand (tanah leluhur Hadhrat Mirza Ghulam
Ahmad) sudah dikuasai Jenghiz Khan, kaisar Mongol-Cina. Sama
kasusnya dengan sabda nabi mengenai seorang tokoh yang membawa
iman dari golongan bangsanya Salman al-Farisi, faaris/Persia. Persia
yang dimaksud nabi janganlah disamakan wilayahnya dengan Islamic
Republic of Iran (IRI) karena Kekaisaran Persia jaman nabi sangat luas
jauh melebihi IRI. Wilayah yang termasuk di dalamnya ialah Iran, Irak,
sebagian Turki; bahkan pernah menguasai Suriah, Lebanon, Yordan
tetapi dipukul mundur tentara Romawi Timur; Afghanistan, sebagian
Pakistan, Armenia, Uzbekistan dll (Rusia selatan/Asia tengah).
Samarkand (sekarang masuk Uzbekistan), daerah asal leluhur Hadhrat
Mirza Ghulam Ahmad a.s. termasuk dalam kekaisaran Persia.
Hadis nabi mengenainya juga tidak menyebut Imam Mahdi atau ‘Isa
tetapi ‘Lau kaanal iimaanu ‘indats tsurayya lanaa lahu rijaalun au
rojulun min haa-ulaa-i (Bukhori) hadis lain yang sejenis/searti ada yang
menyebutkan Persia namun tidak Imam Mahdi tetapi ‘seseorang atau
beberapa orang laki-laki’
Beberapa Point Penting dalam Buku tersebut
Pengantar Penerbit
Mengekspresikan rasa keagamaan lewat pengalaman mistik selalu
menjadi persoalan yang actual untuk didiskusikan. Sebab, ekspresi
dalam bentuk ini mempunyai watak kecenderungan yang dapat
mengarahkan pada kontroversi. Tasawuf, di satu sisi memberi kontribusi
besar dalam menggugah kesadaran etik, estetik, sastra, dan filsafat
dalam bentuk sikap hidup, moral atau tingkah laku, namun sejarah juga
mencatat bahwa ajaran ini tidak luput dari kecurigaan dan kecaman…
Arberry menyebut Ibn ‘Arabi sebagai ‘the Greatest Mystical Genius of
the Arab’. Sumbangan terbesarnya dalam dunia keilmuan Islam ialah ia
mengubah konsep2 esoterik Islam yang terkesan tidak terserap oleh daya
cerna rasionalitas, menjadi konsep2 yg sarat dengan muatan pemahaman
rasional, ramah, dan inklusif. Bukan bersifat pasti, rigid atau kaku. Oleh
sementara kalangan ia diklaim sebagai satu-satunya tokoh yang berhasil
menyelesaikan polemic antara al-Ghazali dan Ibn Rusyd.
Penting dicatat bahwa Ibn ‘Arabi sendiri sebenarnya tidak menggunakan
istilah/term Wahdah al-Wujud untuk menyebut ajaran mistiknya.
Term/istilah yg scr konseptual sebenarnya sudah muncul jauh sebelum
kelahirannya, diacukan/dihubungkan pada ajarannya ketika Ibn
Taimiyah jelas-jelas menolak ajarannya (Wahdatul Wujud) hingga
mengkafirkan siapa pun yang mengikutinya. Membincang mainstream
pemikiran Ibn ‘Arabi secara menyeluruh bukanlah sebuah kerja kecil.
Tidak kurang dari 100 buku yang pernah ditulis untk mengomentari
karya Fushushul Hikam.
Apa yang menarik dari buku ini? Banyak hal atau pendapat yang ‘aneh’
yang digagas penulisnya, yang tidak selaras dengan konsep-konsep
keilmuan Muslim yang ‘mapan’. Ibn ‘Arabi menganut konsepsi
keberagaman yg inklusif pluralistic. Ia mengecam orang yang hanya
membatasi Tuhan dalam satu kredo (dogma keyakinan) saja… Dalam
bidang eskatologi, Ibn ‘Arabi tidak sepaham dengan ulama-ulama yang
mapan. Ia menganggap bahwa pada dasarnya semua orang akan
menemukan kebahagiaannya di Akhirat, sekalipun di suatu tempat
bernama Neraka. Kepedihan siksaan di Neraka tidaklah bersifat abadi,
karena pada akhirnya orang-orang di Neraka akan menemukan
kesenangannya, baik berupa keringanan hukuman atau bahkan
kesenangan yang sama dinikmati oleh orang-orang di Surga karena
rahmat Allah berada di atas murka-Nya, maka secara otomatis, hukuman
di Neraka tidaklah bersifat abadi, semua pada akhirnya akan berada di
Jalan Lurus.
Dalam bidang epistemology, Ibn ‘Arabi tidaklah mengandalkan
kemampuan akal, kendatipun dalam banyak konsepsinya ia terkadang
memaksa akal mencernanya. Ia mensintesiskan doktrin dengan
penalaran intelektual, namun pada akhirnya lebih mengakui keunggulan
pengetahuan intuitif daripada pengetahuan diskursif. Ibn ‘Arabi dalam
buku ini, coba mengelaborasi hikmah-hikmah ilahi yang terdapat dalam
27 nabi dalam AlQuran.
Fusus al-Hikam (Fushuushul Hikam/Fushush al Hikam, bukan fushushul
hukum) dalam edisi Inggris diterjemahkan the Bezels of Wisdom dalam
bahasa Indonesia secara harfiah berarti Batu Cincin Hikmah, secara
bebas dapat pula diterjemahkan Untaian Mutiara Hikmah. Edisi
terjemahan Indonesia didasarkan pada edisi terjemahan Inggrisnya oleh
R.W.J. Austin, Ibn ‘Arabi: the Bezels of Wisdom (New York: Paulist
Press, 1980)
Naif bila kita betul2 ingin memahami ide-ide buku tersebut dengan
hanya mendasarkan diri pada terjemahan Inggrisnya, kendatipun dari
satu sisi diakui ada kelebihannya…melalui buku ini telah dicocokkan
dengan edisi Arab asli yang diedit oleh Abu al-‘Ala ‘Afifi, Fusus al-
Hikam (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, t.t.)
Tentang Editor dan Penulis pengantar
Ralph Austin lahir pada 1938 di Willerby, Inggris. Memperoleh gelar
Honoris dalam bidang Arab Klasik dan Ph.D dalam bidang mistisisme
Islam dari Universitas of London. Ia meneliti Muhyiddin Ibn ‘Arabi
secara khusus dan menghabiskan waktunya di Maroko dan Turki untuk
mempelajari manuskrip-manuskrip yang relevan.
(istilah Jemaatnya mewakafkan hidupnya, adakah anak wakaf /sebagian
dari kita menghabiskan waktu/hidupnya untuk hal-hal demikian? Salah
satu bidang utk anak wakaf-nou ialah pengkajian literatur
agama/perbandingan agama. Adakah anak wakaf yang diarahkan
kesana? -Pen.)
Karyanya yang lain mengenai Ibn ‘Arabi dipublikasikan dalam bhs
Prancis. Sekarang secara khusus meminati signifikansi simbolis dan
arketip tentang feminism dalam mistisisme Islam (hal mana dibahas oleh
Ibn ‘Arabi dalam bab terakhir buku ini)
Titus Burckhardt, putra dari pemahat Swiss lahir 1908 di Florence.
Tertarik pada seni timur hal mana mengarahkannya pada studi teoretis
tentang doktrin-doktrin timur, dan berulang kali singgah di Negara-
negara Islam. Ia adalah tamu pada Universitas kuno al-Qarawiyin di Fez.
Ia menerjemahkan beberapa karya Ibn ‘Arabi ke dalam bahasa Prancis.
Pengantar
Untuk menghindari kesalahpahaman, kami akan menunjukkan bahwa
karya-karya yang ditulis oleh Muhyi ad-Din Ibn ‘Arabi ini pada
dasarnya tidak mempunyai persetujuan bersyarat dari para sufi atau
kontemplatif Muslim; di sini kami tidak membicarakan tentang ‘orang
luar’ yang sepenuhnya menolak sufisme dalam dimensi metafisiknya…
Saya (Titus Burckhardt) datang untuk mengetahui tempat di mana Ibn
‘Arabi sering menyepi untuk berdoa atau salat dan meditasi/tafakkur;..
Prakata
Fusus al-Hikam yang ditulis pada tahun-tahun terakhir kehidupan Ibn
‘Arabi, secara jelas disuguhkan sebagai ringkasan ajaran-ajaran mistik
sang guru Andalusia ini dan, sebagaimana adanya, tidak
diragukanmenjadi salah satu karyanya yang paling penting, yang
berhubungan dengan semua tema pokok pemikirannya yang sangat
orisinal dan berpengaruh besar. Sebagian besar karya ini ditulis di
Damaskus (sekarang Suriah) di mana Ibn ‘Arabi menghabiskan masa
sepuluh tahun terakhirnya di sana…Sebagai sebuah karya synopsis, gaya
penulisannya sangat padat dan ringkas, yang secara khusus
menjadikannya sebagai karya yang sulit diterjemahkan ke dalam bahasa-
bahasa lain dalam suatu cara, sehingga mencitakan beberapa reduksi
(kerancuan/kekurangan/ketidaksempurnaan) pemahaman bagi para
pembaca non-Arab dan non-Muslim.…dan pengaruh-pengaruh dari yang
telah menembus secara mendalam, tidak hanya ke dalam semua
pemikiran Sufi berikutnya, tetapi juga ke dalam struktur mistisisme
Kristen (sebagai contoh Dante Aleighari dll).
Pendahuluan
Kehidupan dan Karya Muhyi ad-Din Ibn ‘Arabi. Lahir pada 27
Ramadhan 560 (17 Agustus 1165) di kotapraja Murcia Spanyol. Nama
lengkapnya Muhammad Ibn ‘Ali Muhammad Ibn ‘Arabi at-Ta’i al-
Hatimi, menunjukkan bahwa dia berasal dari keturunan Arab Kuno.
Ayahnya, Perdana Menteri/Menteri Utama wilayah tersebut merupakan
tokoh terkenal dan berpengaruh dalam bidang politik dan pendidikan.
Keluarga Ibn ‘Arabi pindah ke Sevilla dengan hati-hati ketika kalah
perang dengan kaum Muslim golongan Muwahhidun. Penguasa Sevilla
yang murah hati menyambut mereka dengan baik dan menempatkan
mereka dalam posisi terhormat. Waktu itu, Ibn ‘Arabi berusia 8 tahun.
Di sinilah ia memulai pendidikan formalnya. Pelajarannya ialah Al-
Quran dan tafsir, hadis, gramatika dan komposisi Arab, serta hukum
Islam.
Beliau menikah dalam usia belasan tahun dan menapaki jalan sufi
semenjak usia itu. Pada usia 20 tahun ia bertemu/dipertemukan oleh
ayahnya dengan Ibnu Rusyd, seorang filusuf, ahli hukum dan terpelajar
Islam. Pada usia ini juga sudah mengkaji mengenai mistik islam
(tasawuf) dan banyak melakukan tirakat/metode tarekat mendekatkan
diri pada Allah seperti doa, salat, puasa, tahajud, i’tikaf, pengasingan diri
dan periode meditasi/perenungan.
Pada 1190-an, ia kadang-kadang meninggalkan daerah asalnya dan
mengadakan perjalanan ke Afrika Utara, dengan menghabiskan sebagian
besar waktunya di Tunis (Tunisia). Di sini ia banyak belajar pada guru-
guru sufi dan membaca karya-karya tulis mereka. Ia juga menulis puisi.
Kembali ke Sevilla krn kekacauan politik di Tunis. Pergi ke Rota untuk
ziarah ke tempat keramat/terhormat secara rohani. Kembali ke Fez. 1195
pulang ke Sevilla mendalami Hadis nabi bersama sang paman. Bolak-
balik Sevilla dan Fez. Seperti pada masa remaja, di kota Fez, Ibn ‘Arabi
bnyak mengalami pnyingkapan/Kasysyaaf.
1200, berada di Marakesy setelah sebelumnya menghadiri pemakaman
Ibnu Rusyd. Dari Marakesy (skrng Maroko), mendapat kasyaf dan
diperintahkan Tuhan agar pergi lagi ke Fez. Bertemu dengan seorang
teman yang dpat dipercaya, Muhammad al-Hasar yang kemudian
menemaninya ke daerah-daerah Islam di timur.
Mereka berdua mengadakan perjalanan mengunjungi Bijayah, Tunis,
Aleksandria dan Kairo (Mesir). Ibn ‘Arabi melanjutkan perjalanan ke
Makkah sendirian karena sahabatnya wafat di Kairo. Di Makkah
disambut dengan ramah oleh keluarga-keluarga saleh. Diceritakan
bahwa waktu itu umumnya penduduk Makkah sangat terpelajar. Di sini
Ibn ‘Arabi menulis puisi ‘Tarjuman al-Asywaaq’. Ibadah dan ziarah ke
Ka’bah sangat rajin beliau lakukan. Mengalami dua
penyingkapan/kasyaf penting, pertama, ‘the Eternal Youth’ penyatuan
hal-hal yang bertentangan,..keseluruhan ketegangan dipecahkan. Kedua,
kasyaf/penyingkapan yang menegaskan bahwa dialah tanda kesucian
Muhammad (mendapat gelar khotamul auliya dalam umat Muhammad
s.a.w.-pen). Tidak diragukan bahwa beliau ‘Syekh agung’ dalam semua
generasi sufi selanjutnya. Pengaruhnya sangat mendalam. Menyusun
karya monumental ‘al-Futuhat al-Makkiyah (the Meccan Revelation).
Menyelesaikan 4 karya yang lebih kecil termasuk uraian mengenai
biografi singkat guru-gurunya dan apa-apa yang pernah diajarkan
mereka.
1204, meninggalkan kota suci dan mengadakan perjalanan ke Baghdad.
Pergi ke Mosul. Selama satu tahun menulis dan belajar. Hasilnya at-
Tanazzulat al-Mausuliyah berisi tentang makna esoteric/batin/tersirat
dari wudhu dan shalat.
1206, tiba di Kairo (Mesir). Mendapat tentangan keras dari ulama-ulama
di sana. Selamat dengan sarana surat rekomendasi sahabat dari Tunis
kpd Sultan Mesir agar melindunginya. Meninggalkan Mesir dan pergi
lagi ziarah ke Makkah yang masyarakatnya lebih appresiatif.
1210, tiba di Konya (skrng Turki) setelah mengadakan perjalanan lewat
Aleppo (Suriah) ke Asia Kecil. Diterima dengan penghormatan dan
kemurahan hati oleh gurunya di sana dan juga Sultan/penguasa.
Masyarakat dan kaum sufi Konya menghormatinya sebagai guru.
Pengaruhnya sangat dominan. Tokoh kunci komentator ajaran-ajarannya
ialah Sadr ad-Din al-Qunawi >>> Jalal ad-Din Rumi >>>Abd al-Karim
al-Jilli.
1211, tiba di Baghdad setelah mengadakan perjalanan dari Konya ke
utara melalui Kayseri, Siwa, Armenia (selatan Rusia); ke selatan,
melalui Harran lalu ke Baghdad. Bertemu dengan tokoh sufi
berpengaruh Umar as-Suhrawardi, penulis ‘Awarif al-Ma’arif. Umar
memujinya sebagai ‘sebuah lautan-lautan kebenaran-kebenaran ilahi’.
1212 Kay Kaus dari Konya mengirim surat meminta nasihat.
1213 tiba di Aleppo (skr Suriah)
1214 tiba di Makkah, membahas kumpulan puisinya ‘Tarjuman al-
Asywaaq’. Mengunjungi Madinah dan Yerussalem.
1215 menemui Kay Kaus di Malatya, Asia Kecil/Turki. Mengajar dan
mengawasi murid-muridnya selama 5 tahun.
1220-1221 berada di Aleppo, menerima perlakuan terhormat dan
kepercayaan dari penguasa. Para ahli hukum dan teolog (ulama) merasa
cemburu.
1223-1240 setelah banyak melakukan perjalanan, menerima undangan
dari al-Malik al-Adil, (penguasa keturunan Salahuddin al-Ayyubi) agar
tinggal di Damaskus. Al-Asyraf, setelah ayahnya al-Adil meninggal
terus mendukung Ibn ‘Arabi. Sang guru menggunakan waktunya
menyelesaikan al-Futuhat al-Makkiyah (Penyingkapan-Penyingkapan
yang Diterima di Makkah-) dan kumpulan puisi utamanya, ad-Diwan.
Pada masa ini ia menulis Fushush al-Hikam sebagai ringkasan dari
ajaran-ajarannya. (Dalam buku-buku tersebut ada pendapat Ibnu ‘Arabi
yang sama dengan pendapat Ahmadiyah mengenai khotamun nabiyyin,
surga-neraka dll)
Fusus al-Hikam
Terjemahan bahasa Inggris ‘the Bezels of Wisdom’ sangat harfiah dan
tidak praktis. Kata bahasa Arab Fashsh, yang merupakan kata tunggal
dari Fushush (fa shod ditasydid dan fa shod wau shod), berarti batu
cincin (bezel) atau tempat di mana permata, yang diukir dengan sebuah
nama, dirangkai untuk membuat sebuah cincin tanda. Benar bahwa kata
ini juga digunakan untuk menunjukkan permata itu sendiri, tetapi bukan
itulah yang dimaksudkan di sini oleh penulisnya. (Adapun kata ‘Hikam’
adalah bentuk jamak dari hikmah). Dengan menyebut karyanya,
Fushuush al-Hikam, Ibn ‘Arabi bermaksud bahwa masing-masing nabi,
yang dijadikan setiap judul bab dalam buku ini, adalah tempat manusia
di mana batu permata dari masing-masing jenis hikmah ditetapkan,
kemudian menjadikan masing-masing nabi sebagai penanda atau tanda,
berdasarkan pilihan dari sebuah aspek tertentu Hikmah Keilahian.
Mukaddimah
Imam Muhyiddin Ibn ‘Arabi wrote:
“Dengan nama Allah Yang Maha Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Puji syukur kepada Allah…Semoga Allah memberkati dan melindungi
Muhammad, sosok yang memberikan aspirasi dari khazanah kurnia dan
kemuliaan, beserta keluarganya.
Aku melihat Rasulullah dalam suatu kunjungan kepadaku pada akhir
Muharram 627, di kota Damaskus. Dia memegang sebuah kitab dan
berkata kepadaku: “Ini adalah kitab Fusus al-Hikam; ambil dan
sampaikan kepada manusia agar mereka bisa mengambil manfaat
darinya.” Aku menjawab, “Segenap ketundukan selayaknya
dipersembahkan ke hadirat Allah dan rasul-Nya; ketundukan ini
seharusnya dilaksanakan sebagaimana kita diperintahkan.” Oleh karena
itu, aku melaksanakan keinginanku, memurnikan niat, dan mencurahkan
maksudku untuk menerbitkan kitab ini, seperti diperintahkan sang Rasul,
tidak ada tambahan dan ataupun pengurangan di dalamnya. Aku
memohon kepada Allah…, agar aku bisa menjadi penyampai, dan bukan
seorang penulis…
“Inilah dari Allah, maka dengarkanlah! Dan kepada Allah-lah kamu
kembali! Ketika kamu mendengar apa yang aku sampaikan,
dengarkanlah! Maka dengan pemahaman, lihatlah rincian secara
menyeluruh Dan juga, lihatlah ke semua itu sebagai bagian dari
keseluruhan. Lalu, berikanlah ini pada orang-orang yang mencarinya,
dan jangan lupa. Inilah rahmat yang melimpah pada kamu, maka
sebarkanlah!”
•
1. Hikmah Keilahian dalam Firman tentang Adam
2. Hikmah Penghembusan Napas dalam Firman tentang Syis
• Ibnu ‘Arabi menyimpulkan bab ini dengan sebuah ramalan aneh
berkenaan dengan nasib manusia sebagaimana dirumuskan dalam
ajaran-ajarannya. Dia mengatakan bahwa manusia yang sesungguhnya
dari garis keturunan Syis, akan lahir di Cina, dan bahwa dia akan
mempunyai seorang kakak perempuan. Dia menuju pada kenabian, yang
setelahnya, manusia akan menjadi liar, kehilangan semangat dan hukum,
hingga datangnya sang Hari Kiamat. Kemudian, dia menunjukkan
bahwa sintesis manusia khusus terhadap ruh dan alam, di mana kita
semua adalah bagiannya, akan berakhir, dan mata rantainya terputus.
(Syis bin Adam. Putera2 Adam; Sam, Ham, Jafeth dan Syis/Seth
menurunkan keluarga2 yang dominan/berpengaruh dari segi peradaban
dan kebudayaan dalam berbagai suku bangsa dan bangsa dunia-pen. )
•
1. Hikmah Keagungan dalam Firman tentang Nuh
2. Hikmah Kesucian dalam Firman tentang Idris
3. Hikmah Cinta yang Mempesona dalam Firman tentang Ibrahim
4. Hikmah Realitas dalam Firman tentang Ishaq
5. Hikmah Keindahan dalam Firman tentang Isma’il
6. Hikmah Ruh dalam Firman tentang Ya’qub
7. Hikmah Cahaya dalam Firman tentang Yusuf
8. Hikmah Kesatuan dalam Firman tentang Hud
9. Hikmah Pembukaan dalam Firman tentang Salih
10. Hikmah Hati dalam Firman tentang Syu’aib
11. Hikmah Kekuasaan dalam Firman tentang Lut
12. Hikmah Takdir dalam Firman tentang ‘Uzair
13. Hikmah Kenabian dalam Firman tentang ‘Isa
14. Hikmah Kepengasihan dalam Firman tentang Sulayman
15. Hikmah Wujud dalam Firman tentang Dawud
16. Hikmah Napas dalam Firman tentang Yunus
17. Hikmah yang Gaib dalam Firman tentang Ayyub
18. Hikmah Kemuliaan dalam Firman tentang Yahya
19. Hikmah Penguasaan dalam Firman tentang Zakariyya
20. Hikmah Kedekatan dalam Firman tentang Ilyas
21. Hikmah Kebajikan dalam Firman tentang Luqman
22. Hikmah Kepemimpinan dalam Firman tentang Harun
23. Hikmah Keunggulan dalam Firman tentang Musa
24. Hikmah Tempat Meminta dalam Firman tentang Khalid
25. Hikmah Singularitas dalam Firman tentang Muhammad
Subhaanallahi wa bi hamdihi subhaanallahil ‘azhiim, Allahumma sholli
‘ala Muhammadin wa ‘ala aali Muhammadin (Hadhrat Masih Mau’ud
a.s., para khalifah, para wali termasuk Hadhrat Ibnu ‘Arabi dll, aamiin)
Kita berdoa semoga Allah menganugerahkan pahala yg tiada putus-
putusnya, salaam, rahmat dan keberkatan kepada Baginda Nabi
Muhammad s.a.w., para sahabat, keluarga rohani beliau termasuk
Hadhrat Imam Mahdi a.s., para khalifah beliau dan tak lupa Hadhrat
Muhyiddin Ibnu ‘Arabi dll, aamiin
Wa akhiru da’wana anil hamdu lillaahi robbil ‘aalamiin
Tambahan dari karya tulis Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad
mengomentari salah satu bab dalam buku Ibnu Arabi diatas. Dalam bab
tentang 2 mengenai ‘Hikmah Penghembusan Napas dalam Firman
tentang Syis’ halaman 91 dalam buku terjemahan Fusus al-Hikam ini
terdapat paragraph yang mengisyaratkan mengenai pembaharu akhir
zaman.
“Akan menjadi ada dalam garis keturunan Syis bahwasanya manusia
sejati terakhir akan lahir, sambil membawa rahasia-rahasianya tentang
hikmah ilahi. Manusia semacam ini tidak akan lahir sesudah dirinya. Dia
akan menjadi Tanda Generasi. Di sana, akan lahir dengan dirinya
seorang saudara wanita yang lahir sebelumnya, sehingga kepalanya akan
menjadi kakinya. Dia akan lahir di daratan Cina dan akan berbicara
dengan bahasa daerah tersebut. Kemudian kesucian akan mengatasi para
pria dan wanita daerah ini dan, meskipun akan bergaul, tidak akan
terlahir seorang anak sebagai manusia sejati. Dia akan menyeru mereka
kepada Allah dengan tanpa keberhasilan, dan ketika Allah
mengambilnya beserta orang-orang yang beriman di masanya, yang lain
tetap hidup laksana binatang buas tanpa mengenal baik dan buruk,
digantikan dengan hukum alam yang lebih rendah, intelek dan Syariah
Suci menjadi kosong. Zaman akhir pun akan menyusul mereka.”
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menulis:
And the visionaries among the people of Islam have not only declared
the Promised Messiah who is the Final Caliph and the Seal of Caliphs
similar to Adam in that Adam was born at the end of the sixth day and
the Promised Messiah will be born at the end of the sixth millennium but
also similar in that like Adam he too will be born on a Friday and his
birth will also be as a twin so that just as Adam was born a twin first
Adam and then Eve. Similarly the Promised Messiah will also be born a
twin. So All Praise is due to Allah and [we beseech him] that I am the
fulfilment of his prophecy I too was born a twin on a Friday morning the
only difference was that the girl whose name was Jannet was born
before. She entered Paradise a few days later and I followed her birth.
The Shaykh Muhiyudeen ibn ‘Arabi has recorded this prophecy in his
book the Fusûs that he will be of Chinese origin.[1]
(Haqiqatul Wahy [The Philosophy of Revelation]. 1907. R. K. xxii.
209).
This prophecy of the Shaykh Muhiyudeen ibn al-‘Arabi apparently
contradicts that Word of God which was revealed to me and published in
my book Barahin e Ahmadiyya because this Word declares me to be of
Persian origin as Almighty Allah states in Barahin e Ahmadiyya ‘Hold
fast to Unity, hold fast to Unity, O sons of Persia.’ * Then in another
place in the same Barahin e Ahmadiyya he states ‘Those who have
obstructed people from the way of Allah, have been refuted by a man of
Persian origin. Allah appreciates his effort.’ So those people who are
enemies of Islam and block the way of God have been frustrated by a
Persian person (this humble one) and God appreciates his effort.
Then [He] states in a third place in This same Barahin e Ahmadiyya
[where] it is stated ‘Had faith
ascended to the Pleiades, a man of Persian origin would have brought it
down thence’ so that if faith had risen from the Earth and ascended to
the Pleiades even so a man from Persia (that is this humble one) would
reach up to there and bring it back. The answer to this conflict is that lots
of Muslims had spread across China through the missions of Islam and
their preaching resulted in many millions of Chinese converting to Islam
and this is why there are over 6000000 Muslims in China even today so
it is possible that some Persians had also moved to China and preferred
to be called Chinese just as many from among the Arabs who first came
to Hindustan were known as Indians as are all Syeds and Qureshis and
there is no doubt about it that our family is commonly believed to be a
Mongol family which is doubtless of Chinese origin although whatever
God has disclosed is correct without a doubt.
[1] This means that his family will carry Turkish blood our family which
is of Mongol ethnicity due to its fame is So as to fulfil this prophecy
because although the truth is certainly that which God has said that this
family is of Persian origin but it is certainly observable and verifiable
that most of our mothers and grandmothers are from the Mongol race
who are Chinese in origin and lived in Chin
Di sunting.mazliqpati.
22 Oktober Banten