Download - Documenta
Abortus Provokatus
Pasca Riandy
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta
PENDAHULUAN
Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum ialah tindakan menghentikan
kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa melihat usia
kandungannya. Juga tidak dipersoalkan, apakah dengan pengguguran kehamilan
tersebut lahir bayi hidup atau mati (Yurisprudensi Hoge Raad HR 12 April 1898).
Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan,
kandungan tersebut masih hidup. Pengertian pengguguran kandungan menurut hukum
tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut kedokteran, yaitu adanya faktor
kesengajaan dan tidak adanya faktor usia kehamilan.Salah satu masalah yang
dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan berbagai pihak agar
masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan itu
dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Negara-negara di Eropa barat
umumnya mengancam perbuatan pengguguran kandungan dengan hukuman, kecuali
bila atas indikasi medis (bahaya maut atau bahaya kesehatan yang parah bagi si ibu,
yang bila dilanjutkan akan membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan kongenital
yang hebat). Amerika melarang penguguran kandungan yang ilegal, yaitu selain yang
dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu. Sedangkan Jepang
membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan di negara-negara Erope
Timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit tanpa
keharusan membayar biayanya. Di Jerman Barat, pengguguran kandungan usia 14
hari hingga 3 bulan, dengan izin si wanita, atas anjuran dokter dan dilakukan oleh
dokter, tidak diancam hukuman.
Pasca Riandy
102009220
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
(021) 5694-2061
1 | P a g e
BAB I
ISI
Kasus PBL 4 (Forensik Klinik)
Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B.
seorang anggota polisi membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebutnya sebagai botol dari
sebuah alat “suction curret” milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa dokter
tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang ilegal dan di dalam botol
tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil suction. Polisi menerangkan dalam surat
permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari tiga perempuan yang saat ini
sedang diperiksakan ke Bagian Kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan
pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran
kandungan dan apakah benar bahwa ketiga perempuan sedang diperiksa di kebidanan adalah
perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut
penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum terhadap dokter tersebut.
1. ANAMNESIS 8,9
Anamnesa dilakukan untuk mencari etiologi dari abortus. Dengan anamnesa yang telita
dan menjurus maka akan dikembangkan. Pemikiran mengenai pemeriksaan selanjutnya yang
dapat memperkuat dugaan kita pada suatu etiologi yang mendasari terjadinya abortus. Hal ini
akan berpengaruh juga pada rencana terapi yang akan dilakukan sesuai dengan etologinya.
2. Anamnesis :
Umur.
Status perkawinan.
Haid : siklus, terakhir.
Penyakit kelamin dan kandungan.
Waktu kejadian.
Tempat kejadian.
2 | P a g e
2)PEMERIKSAAN
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan, yaitu
dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum
mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa
kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.1,2
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
Abortus Provokatus Medisinalis / Artificialis / Therapeuticusàabortus yang dilakukan
dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan indikasi medik adalah demi
menyelamatkan nyawa ibu. Syarat – syaratnya :
1. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan) sesuai
dengan tanggung jawab profesi.
2. Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum, psikologi).
3. Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga terdekat.
4. Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai, yang
ditunjuk oleh pemerintah.
5. Prosedur tidak dirahasiakan.
6. Dokumen medik harus lengkap.
Abortus Provokatus Kriminalis aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi
medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat-alat atau obat-obat
tertentu. Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada
payuda, pigmentasi, hormonal, mikroskopik dan sebagainya. Perlu pula dibukti adanya usaha
penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/ ekster-na, daerah perut
bagian bawah.
Pemeriksaan toksikologik dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang dapat
mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha penghentian
kehamilan, misalnya yang berupa IUFD - kematian janin di dalam rahim dan pemeriksaan
mikroskopik terhadap sisa-sisa jaring-an.1
3 | P a g e
Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya :
Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi.
Kehamilan di luar nikah.
Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga).
Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan
kehamilan yang tidak diinginkan.
Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara
medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung
kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan
mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak
lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi.
Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak
maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan
dilatasi saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari
pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka
menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan
mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka resikonya semakin
kecil. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina
atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam.
Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan
kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini
dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin
menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan
cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat
terjadi pada orang yang melakukan abortus kriminalis.3,5,7
4 | P a g e
A. Pemeriksaan Fisik 3,6,7
Pemeriksaan fisik umum setidaknya meliputi keadaan umum, keadaan vital tubuh dan
lain-lain yang berhubungan dengan kasusnya, misalnya pakaian, rambut dan lain-lain.
Pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi status interna umum status obstetri. Pada
pemeriksaan fisik dapat ditemukan manifestasi klinis yang mengarah pada suatu gejala abortus
Pemeriksaan Ginekologi 8
a. Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginaan ada atau tidaknya jaringan hasil konsepsi, tercium
atau tidak bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup ada atau
tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
c. Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang,
tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
B. Pemeriksaan Laboratorium 8,9
Darah lengkap
Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.
LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
Pemeriksaan mikroskopik meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan,
kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian kehamilan. Ditemukan sel
radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas
Tes kehamilan
Tanda mungkin (probable signs) kehamilan antara lain :
1. Pembesaran perut dan uterus.
2. Perlunakan serviks dan serviks-uterus (Tanda Piscaseck)
3. Kontraksi uterus (Braxton Hicks) 4. Ballotment (palpasi kepala janin)
4. Tes hormon β-HCG urine, kadar β-HCG urine maksimal pada minggu 5-18.
Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif. terjadinya
kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
5 | P a g e
Tanda dugaan (Presumptive signs) kehamilan antara lain :
Amenore, nausea dan vomiting, malaise, polakisuria, hiperpigmentasi kulit, striae
gravidarum, kebiruan pada serviks dan vagina (Tanda Chadwick), payudara : hipertrofi
mammae, hiperpigmentasi areola, hipertrofi kelenjar Montgomery, kolostrum (minggu ke
12).
Tinggi fundus uteri sesuai usia kehamilan. Uterus pada wanita tidak hamil kira-kira
sebesar telur ayam. Pada palpasi tidak dapat diraba. Pada kehanilan uterus tumbuh secara
teratur, kecuali jika ada gangguan pada kehamilan tersebut. Perkiraan tinggi fundus uteri
sesuai usia kehamilan : Kehamilan usia 12 minggu : tepat di atas simfisis (syarat
pemeriksaan vesica urinaria dikosongkan dahulu). Kehamilan usia 16 minggu : setengah
jarak simfisis ke pusat. Kehamilan usia 20 minggu : tepi bawah pusat, Kehamilan usia 24
minggu : tepi atas pusat. Kehamilan usia 28 minggu : sepertiga jarak pusat ke processus
xyphoideus atau 3 jari di atas pusat. Kehamilan usia 32 minggu : setengah jarak pusat ke
processus xyphoideus. Kehamilan usia 36 minggu : pada 1 jari bawah processus
xyphoideus.
Tanda-tanda post Partus ( Masa Puperium ). Masa puerpurium atau masa nifas mulai
setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat
genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Tanda-tanda Partus :
Lochia
Keadaan ostium uteri
Perdarahan pervaginam
5. Usaha penghentian kehamilan misalnya tanda kekerasan pada genital interna/eksterna,
daerah perut dan bagian bawah. Hasil darim penghentian kehamilan adalah janin IUFD,
janin lahir (hidup/mati), jaringan desidua.
6. Pemeriksaan toksilogi dilakukan untuk mengetahui adanya obat atau zat yang dapat
mengakibatkan abortus.
3) ASPEK HUKUM 1-4
Menurut hukum, penguguran kandungan adalah tindakan penghentian kehamilan atau
mematikan janin sebelum waktunya kelahiran, tanpa melihat usia kandungan. Ini terlihat dari
ketentuan undang-undang sebagai berikut : 1,3,4
6 | P a g e
KUHP Pasal 299
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati,
dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya
dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun, atau pidana denda
paling banyak empat puluh ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan atau menjadikan perbuatan
tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat,
pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencarian, maka dapat
dicabut haknya untuk melakukan pencarian tersebut.
KUHP Pasal 346
Seorang perempuan yang sengaja menggugurkan atau memastikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
KUHP Pasal 347
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan
tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, iancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
KUHP Pasal 348
1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan
dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya perempuan tersebut, diancam paling lama tujuh
tahun.
KUHP Pasal 349
7 | P a g e
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan pasal
346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterapkan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah
dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan
dilakukan.
Dalam KUHP Pasal 299 terlibat tiga orang :
1) Barang siapa dengan sengaja mengobati
2) Barang siapa meyuruh supaya diobati
3) Pasien sendiri
Seorang abortus adakalanya tidak bekerja sendirian, tetapi mempunyai seorang
pembantu, seorang kaki tangan atau seorang calo, untuk orang inilah berlaku: barang siapa
menyuruh supaya diobati. Yang penting dalam pasal ini: diberitahukan atau ditimbulkan
harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan. Si perempuan dalam
pasal ini tidak perlu hamil, tetapi cukup bahwa dia merasa hamil. Obat yang diberikan tidak
perlu harus mujarab, dapat diberikan secangkir air yang sudah diberi mantra, yang penting
adalah memberikan atau menimbulkan harapan bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat
digugurkan.6
Yang diancam dengan hukuman adalah :
1) Si perempuan sendiri yang hamil
2) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan
Pada butir (1) si perempuan tidak perlu melakukan sendiri penguguran itu, tetapi ia dapat
menyuruh orang lain untuk itu. Untuk orang lain itu kemudian berlaku butir (2).
Dalam ketiga pasal dijumpai :
8 | P a g e
Dengan sengaja mematikan kandungan
Dengan sengaja menggugurkan kandungan
Mematikan kandungan berarti mematikan anak dalam kandungan yang masih hidup.
Karena anak yang dikeluarkan sudah mati, maka pembuktian bahwa anak masih hidup dalam
kandungan sulit dilakukan, bahkan mungkin tidak dapat dilakukan. Dengan sengaja
menggugurkan kandungan yang dinilai adalah perbuatan. Di rumah sakit, bila anak dalam
kandungan sudah mati, dokter tidak tergesa-gesa mengeluarkannya, kecuali ada indikasi untuk
itu, seperti pendarahan yang parah, bahaya infeksi yang mengancam sang ibu. Biasanya anak
yang mati dalam kandungan akan lahir sendiri, sebab anak yang mati merupakan benda asing
bagi ibunya. Jarang sekali anak yang mati dalam kandungan tidak dikeluarkan, tetapi cairan
dalam tubuh anak kemudian diserap, diabsorpsi, sehingga anak menjadi keras membatu:
lithopedion.
Dalam pasal mengenai pengguguran tidak disinggung tentang umur anak dalam
kandungan, ini berarti pengguguran dapat dilakukan sejak dari saat pembuahan sampai anak
hampir dilahirkan. Anak yang digugurkan tidak perlu selalu mati setelah keluar dari rahim, ini
dapat terjadi bila pengguguran dilakukan pada kandungan 28 minggu.
Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan pengguguran kandungan
dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis (bahaya maut atau bahaya kesehatan yang
parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan akan membahayakan diri si ibu, atau bahaya kelainan
kongenital yang hebat).
4)ASPEK ETIK MEDIKOLEGAL 2-4,6,8
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik
Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran
kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi
dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi
Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri
untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan
Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai
kewajiban umum.
9 | P a g e
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan
implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing
RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran
etik ini berupa “pengucilan” anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif
tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.
Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus
buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni: 1. Abortus
buatan legal. Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang
dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapeticus,
karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa
ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan :5,7
PASAL 15:
1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan:
Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; b. Oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai
dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli; c. Dengan persetujuan
ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya; d. Pada sarana kesehatan tertentu. 3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) :
Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena
bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang
dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah
suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa
tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut. Butir b : Tenaga
10 | P a g e
kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian
dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan. Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu
hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan
persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya. Butir d : Sarana kesehatan tertentu
adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan
tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah. Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai
pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan
jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk
persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan
illegal ). Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau
menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat
dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut
dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) :5,7
Etik kedokteran dan hukum kesehatan dalam obstetric ginekologi
Masalah-masalah yang berhubungan dengan reproduksi manusia merupakan masalah
yang sangat khusus dan paling rumit ditinjau dari segi etik, agama, hukum dan sosial, terlebih
dengan begitu pesatnya perkembangan dalam bidang obstetri ginekologi dalam tiga dekade
terakhir ini. Masalah-masalah kontrasepsi, aborsi, teknologi reproduksi buatan, operasi plastik
selaput dara dan sebagainya, memerlukan perhatian penuh pihak profesi kedokteran, hukum,
agama dan masyarakat luas.1,4
Abortus Provokatus
Masalah aborsi telah dibahas di berbagai pertemuan ilmiah dalam lebih dari 3 dekade
terakhir ini, baik di tingkat nasional maupun regional, namun hingga waktu ini Rancangan
Pengaturan Pengguguran berdasarkan Pertimbangan Kesehatan belum terwujud. Secara umum
hal ini telah dicantumkan dalam undang-undang kesehatan, namun penjabarannya belum selesai
juga. Kehampaan hukum itu menyangkut pula tindakan abortus provokatus pada kasus-kasus
kehamilan karena perkosaan, kehamilan pada usia remaja putri ( usia kurang dari 16 tahun, yang 11 | P a g e
belum mempunyai hak untuk menikah ), kehamilan pada wanita dengan gangguan jiwa,
kegagalan kontrasepsi dan wanita dengan grande multipara.
Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup insani (
KODEKI pasal 10 ). Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa
dalam keadaan darurat, sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat
dilakukan tindakan medik tertentu dan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian, dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya dan
dilakukan pada sarana kesehatan tertentu. Dalam KUHP secara rinci terdapat pasal - pasal yang
mengancam pelaku abortus ilegal sebagai berkut :
a. Wanita yang sengaja menggugurkan kandungan atau menyuruh orang lain melakukannya
(KUHP pasal 346, hukuman maksimum 4 tahun).
b. Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seijinnya (KUHP pasal 347,
hukuman maksimum 12 tahun dan bila wanita itu meninggal, hukuman maksimum 15 tahun).
c. Seorang yang menggugurkan kandungan wanita dengan seijin wanita tersebut (KUHP pasal
348, hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan dan bila wanita itu meninggal, hukuman
maksimum 7 tahun).
d. Dokter, Bidan atau Juru Obat yang melakukan kejahatan di atas ( KUHP pasal 349, hukuman
ditambah sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya ). Dalam pasal 80 UU Kesehatan
tercantum, bahwa “Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap
ibu hamil yang tidak dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau
janin yang dikandungnya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan pidana
denda paling banyak Rp.500.000.000,- ( limaratus juta rupiah )”.
5) PROSEDUR MEDIKOLEGAL 1,2,4,5
Pihak yang berwenang meminta visum et repertum
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut
sesuai dengan pasal 11 KUHAP. Adapun yang termasuk kategori penyidik menurut KUHAP
pasal 6 ayat (1) adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang
khusus dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan penyidik
pembantu berpangkat serendah-rendahnya sersan dua.
Pihak yang berwenang membuat visum et repertum12 | P a g e
Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1), yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik
yang menyangkut tubuh manusia dan membuat Keterangan Ahli adalah dokter ahli
kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya. Kewajiban dokter untuk membuat
Keterangan Ahli telah diatur dalam pasal 133 KUHAP. Keterangan Ahli ini akan dijadikan
sebagai alat bukti yang sah di depan sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP). Keterangan ahli
dapat diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan (pasal 186 KUHAP), dapat pula
diberikan pada masa penyidikan dalam bentuk laporan penyidik (Penjelasan Pasal 186
KUHAP), atau dapat diberikan dalam bentuk keterangan tertulis di dalam suatu surat (pasal
187 KUHAP).
Prosedur permintaan visum et repertum
Permintaan Keterangan Ahli oleh penyidik harus dilakukan secara tertulis, dan hal ini
secara tegas telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayaat (2), terutama untuk korban mati.
Jenasah harus diperlakukan dengan baik, diberi label identitas dan penyidik wajib
memberitahukan dan menjelaskan kepada keluarga korban mengenai pemeriksaan yang akan
dilaksanakan.
Korban atau benda bukti yang diperiksa
Tubuh manusia baik masih hidup maupun telah meninggal disertai oleh petugas
kepolisian yang berwenang. Serta barang bukti yang ditemukan berada didekat korban atau
tempat kejadian perkara.
Penggunaan visum et repertum
Kepentingan peradilan saja dan tidak boleh digunakan untuk penyelesaian klaim asuransi.
Penyerahan visum visum et repertum
Dengan demikian berkas Keterangan Ahli hanya boleh diserahkan kepada penyidik
(instansi) yang memintanya.
Pemeriksaan dilakukan dengan
Pemeriksaan luar dan
Pemeriksaan dalam
(a) Pemeriksaan dalam (Autopsi) dilakukan dengan membuka dan memeriksa isi rongga
kepala, leher, dada, perut dan panggul.
(b) Pemeriksaan dengan membuka bagian tubuh lain dilakukan apabila diperlukan.
13 | P a g e
Pembuatan visum et repertum
Visum et Repertum harus sudah selesai dan siap sejak pemeriksaan
Perpanjangan waktu pemeriksaan dapat dimintakan atau diberitahukan kepada
penyidik yang bersangkutan.
Hasil pemeriksaan sementara dapat dibuat untuk kepentingan penyidikan.
Visum et Repertum dibuat dengan format dan substansi yang sesuai dengan standar
yang berlaku nasional.
Hasil pemeriksaan harus dirahasiakan dari pihak selain penyidik peminta
pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan dalam bentuk terbatas dapat diberikan kepada keluarga korban,
terutama apabila diduga akan terjadi obstruction of justice
6) INTERPRESTASI TEMUAN 2,3,6-8
Barang Bukti
Pemeriksaan barang bukti campuran darah dan jaringan
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel-sel darah merah. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mencari tahu bahwa campuran darah tersebut adalah darah manusia atau
hewan. Cara ini tidak dapat dilakukan bila terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut.
Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca objek dan ditambahkan 1
liter larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan
membuat sediaan hapus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan tersebut
dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah.
Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut hany menentukan kelas dan
bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram
dan tidak berinti, sedangkan kelas-kelas lainny berbentuk oval/elips dan berinti. Selain itu
keuntungan dari sediaan hapus adalah dapat terlihat luokosit berinti banyak. Bila terlihat
drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal
dari seorang wanita.6
14 | P a g e
Umur janin
Berdasarkan pertumbuhan bagian-bagian tubuh :
Umur Kehamilan ( bulan ) Ciri-ciri Pertumbuhan Hidung, telinga, jari mulai
terbentuk ( belum sempurna ), kepala menempel ke dada, daun telinga jela, kelopak
mata masih melekat, leher mulai terbentuk, belum ada deferensiasi genetalia, genetalia
externa terbentuk dan dapat dikenali, kulit merah dan tipis sekali, kulit lebih tebal,
kelopak mata terpisah, terbentuk alis dan bulu mata, kulit keriput, pertumbuhan
lengkap/sempurna.6
Berdasarkan inti penulangan :
o Calcaneus : 5 – 6 bulan
o Talus : 7 bulan
o Femur distal : 8 – 9 bulan
o Tibia prox : 9 – 10 bulan
o
Hubungan janin dengan tersangaka yang diduga menggugurkan kandungan
Untuk mengetahui hubungan antara tersangkan dengan janin tersebut dapat dilkukan
pemeriksaan uji DNA Mitokondria. DNA mitokondria, berbeda dengan organel sel lainnya,
mitokondria memiliki materi genetik sendiri yang karakteristiknya berbeda dengan materi genetik
di inti sel. Mitokondria, sesuai dengan namanya, merupakan rantai DNA yang terletak di bagian
sel yang bernama mitokondria.
DNA mitokondria (mtDNA) berukuran 16.569 pasang basa dan terdapat dalam matriks
mitokondria, berbentuk sirkuler serta memiliki untai ganda yang terdiri dari untai heavy (H) dan
light (L). Dinamakan seperti ini karena untai H memiliki berat molekul yang lebih besar dari
untai L, disebabkan oleh banyaknya kandungan basa purin. MtDNA terdiri dari daerah pengode
(coding region)dan daerah yang tidak mengode (non-coding region). MtDNA mengandung 37
gen pengode untuk 2 rRNA, 22 tRNA, dan 13 polipeptida yang merupakan subunit kompleks
enzim yang terlibat dalam fosforilasi oksidatif, yaitu: subunit 1, 2, 3, 4, 4L, 5, dan 6 dari
kompleks I, subunit b (sitokrom b) dari kompleks III, subunit I, II, dan III dari kompleks IV
(sitokrom oksidase) serta subunit 6 dan 8 dari kompleks V. Kebanyakan gen ini ditranskripsi dari
untai H, yaitu 2 rRNA,14 dari 22 tRNA dan 12 polipeptida. MtDNA tidak memiliki intron dan
semua gen pengode terletak berdampingan Sedangkan protein lainnya yang juga berfungsi dalam
fosforilasi oksidatif seperti enzim-enzim metabolisme, DNA dan RNA polimerase, protein
ribosom dan mtDNA regulatory factors semuanya dikode oleh gen inti, disintesis dalam sitosol
dan kemudian diimpor ke organel.2,3 15 | P a g e
Daerah yang tidak mengode dari mtDNA berukuran 1122 pb, dimulai dari nukleotida
16024 hingga 576 dan terletak diantara gen tRNApro dan tRNAphe. Daerah ini mengandung
daerah yang memiliki variasi tinggi yang disebut displacement loop (D-loop). D-loop merupakan
daerah beruntai tiga (tripple stranded) untai ketiga lebih dikenal sebagai 7S DNA. D-loop
memiliki dua daerah dengan laju polymorphism yang tinggi sehingga urutannya sangat bervariasi
antar individu, yaitu Hypervariable I (HVSI) dan Hypervariable II (HVSII). Daerah non-coding
juga mengandung daerah pengontrol karena mempunyai origin of replication untuk untai H (OH)
dan promoter transkripsi untuk untai H dan L (PL dan PH). Selain itu, daerah non-coding juga
mengandung tiga daerah lestari yang disebut dengan conserved sequence block (CSB) I, II, III.
Daerah yang lestari ini diduga memiliki peranan penting dalam replikasi
7) VISUM et REPERTUM 8-10
Visum et repertum berasal dari kata latin yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
yaitu something seen atau appearance (visum) dan inventions atau find out (repertum). Visum et
repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik
yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia baik hidup atau mati
ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah
sumpah, untuk kepentingan peradilan.
Peranan dan fungsi visum et repertum adalah untuk proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu
tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya
dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau
pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian
kesimpulan.
Maksud pembuatan visum et repertum yakni sebagai salah satu barang bukti (corpus
delicti) yang sah di pengadilan karena barang buktinya sendiri telah berubah pada saat
persidangan berlangsung.
Ada 3 tujuan pembuatan visum et repertum, yaitu :
1. Memberikan kenyataan (barang bukti) pada hakim.
2. Menyimpulkan berdasarkan hubungan sebab akibat.
16 | P a g e
3. Memungkinkan hakim memanggil dokter ahli lainnya untuk membuat
kesimpulan visum et repertum yang lebih baru.
Contoh Visum et Repertum pada kasus ini
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK & MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT Dr. CIPTO MANGUNKUSUMO
Jl. Salemba Raya No.6, Jakarta 10430, telp : 021-3106976
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------VISUM ET REPERTUMNo.: 21/TU.FK/I/2011PRO JUSTITIA Jakarta, 20 Januari 2013
Yang bertanda tangan di bawah ini: ......., dokter Rumah Sakit Umum Daerah, atas permintaan dari ........ dengan nomor: ..... tertanggal ..... dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal ..... pukul ...., bertempat di Rumah Sakit Umum Ukrida telah melakukan pemeriksaan terhadap korban dengan nomor registrasi: ..... yang menurut surat tersebut adalah,Nama : …………………………………………………………………………………….Jenis kelamin : …………………………………………………………………………………….Umur : …………………………………………………………………………………….Alamat :……………………………………………………………………………………..Kebangsaaan : …………………………………………………………………………………….
…………………………………..HASIL PEMERIKSAAN……………………………………..
Pemeriksaan Luar: …………………………………………………………………………………Pemeriksaan Dalam : ………………………………………………………………………………Pemeriksaan Tambahan: …………………………………………………………………………..
………………………………………KESIMPULAN…………………………………………..
Demikianlah Visum Et Repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan sebaik-baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Dokter Pemeriksa,
dr. Pasca
17 | P a g e
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Penemuan botol yang berisi campuran darah dan jaringan yang diduga adalah hasil dari
suction dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan sebagai barang bukti.
Pemeriksaan awal yang dilakukan adalah menentukan bahwa darah yang berada pada botol
tersebut adalah darah manusia. Pada wanita yang dicurigai tersebut juga dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahui apakah campuran darah dan jaringan tersebut ada hubungannnya dengan
mereka. Pemeriksaan dilakukan oleh Dokter Obstetri dan Ginekologi untuk menilai tanda-tanda
pernah melakukan abortus. Tanda-tanda dilihat dari masih adakah bekas persalinan, tanda
kehamilan sebelumnya, dan laboratorium HCG. Untuk menentukan adanya hubungan antara
tersangka dan hasil section tersebut maka dilakukan pemeriksaan DNA mitokondria. 4
Pengguguran kandungan di Indonesia merupakan suatu tindakan kejahatan apabila tidak
memiliki indikasi khusus seperti dapat membahayakan jiwa sang ibu, oleh karena itu korban
aborsi dalam hal ini adalah perempuan yang melakukan aborsi serta tenaga ahli (dokter) akan
dikenakan hukuman sesuai undang-undang yang berlaku. Selain dikenakan hukuman menurut
undang-undang, dokter juga melanggaran Kode Etika Profesi Dokter yang dapat dikenakan
sanksi berupa pencabutan izin praktek, pengucilan dan lain-lain. 4-5
Aborsi dalam pengertian medis berarti kelahiran janin yang belum dapat mempertahankan
hidup. Aborsi dapat terjadi pada setiap wanita hamil karena berbagai sebab. Ada dua cara aborsi:
tidak sengaja alias keguguran (abortus apontaneous) dan sengaja (abortus provocatus). Aborsi
dengan sengaja masih terbagi dua: abortus provocatus medicinalis dan abortus provocatus
criminalis. Abortus provocatus medicinalis dilakukan dokter untuk keselamatan si ibu. Tindakan
itu dilindungi oleh pasal 48 KUHP sebagai alasan pemaaf. Sementara itu, aborsi yang dianggap
18 | P a g e
sebagai kejahatan adalah aborsi dengan cara yang kedua, yakni aborsi yang sengaja dilakukan
dengan alasan nonmedis terhadap janin yang sedang dikandung. 2-4
Keberadaan aborsi senantiasa menimbulkan pendapat pro dan kontra dalam masyarakat. Di
beberapa negara, aborsi dilarang keras. Pelakunya diancam hukuman yang relatif berat.
Sebaliknya, di sejumlah negara lain abortus diperbolehkan. Di Amerika Serikat, Jerman, dan
RRC yang sudah memiliki undang-undang yang mengizinkan aborsi, ternyata pengguguran
kandungan masih terus diperdebatkan. Di Amerika Serikat, sekitar 70.000 aktivis wanita
antiaborsi, akhir-akhir ini, melakukan unjuk rasa agar Mahkamah Agung di negara superkuat itu
mengkaji kembali UU Aborsi. 4
Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah desakan
berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula saat kehidupan
itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Abortus atau pengguguran kandungan
selalu menjadi permasalahan dari masa ke masa. Di lain pihak ada keadaan yang memaksa
pengguguran kandungan yang harus ditempuh (provokasi) untuk menyelamatkan nyawa ibu
hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan bukan untuk tujuan ini. Yang terakhir inilah
yang menjadi permasalahan karena dalam pandangan masyarakat, hukum dan agama tindakan
abortus bertentangan dengan kaidah yang baik. 5-7
Dalam pengertian medis, abortus adalah gugur kandungan atau keguguran dan keguguran itu
sendiri berarti berakhirnya kehamilan, sebelum fetus dapat hidup sendiri di luar kandungan. Batas
umur kandungan yang dapat diterima didalam abortus adalah sebelum 28 minggu dan berat
badan fetus yang keluar kurang dari 1000 gram. Sehingga peran dokter sekarang harus sangat
ditingkatkan dalam hal membantu atau menolong masyarakat, sehingga tidak ada terjadi lagi
dokter yang hanya memikirkan kepentingan diri sendiri.1,3,5-8
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Budyanto A, Wibisana W, dan Sudiono S dkk. “Ilmu Kedokteran Forensik”. Cetakan kedua.
Jakarta: Bagian ilmu kedokteran forensik FKUI. 1997.
2. Idries AM, Tjiptomartono AL. “Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses
Penyidikan”. Cetakan Pertama Edisi Revisi. Jakarta : Sagung Seto, 2008.
3. Aborsi , Di unduh dari http://unair.com/lab/forensik, 8 Jan 2013.
4. Staf pengajar ilmu kedokteran forensik FKUI. “peraturan perundang-undangan bidang
kedokteran”. Cetakan kedua. Jakarta:bagian kedokteran ferensik FKUI. 1994.
5. Abortus dalam kaitannya dengan ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. di unduh dari :
www. forensikmed.com 8 januari 2013
6. Abortus provocatus dan hukum Di unduh dari www.contohskripsitesis.com. 8 januari 2013
7. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Pemeriksaan laboratorium forensic sederhana.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
1997: 14-5.
8. Adiraansz G, Hanafiah TM. Diagnosis kehamilan. Dalam Ilmu kebidanan, Prawirohardjo S.
Jakarta: PT. Bina pustaka; 2008.p. 213
9. Pengguguran kandungan. Di unduh dari www.klinikindonesia.com. 8 januari 2013
10. Abortus, Diunduh dari www.pdfchaser.com, 8 januari 2013
20 | P a g e