Download - ABI - Copy
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang
Industri makanan dan minuman merupakan industri yang banyak jenis dan variasi
produknya. Untuk industri minuman, konsumsi minuman ringan di Indonesia masih
didominasi oleh air minuman dalam kemasan (84,1%), diikuti teh cepat saji (8,9%),minuman
berkarbonasi (3,5%), dan minuman ringan lainnya (3,5%) (Mandiri, 2012). Minuman ringan
berkarbonasi adalah minuman yang dibuat dengan mengabsorpsi karbondioksida ke dalam
air minum, mengandung gas CO2 yang larut dalam air berfungsi sebagai anti bakteri untuk
mengawetkan minuman secara alami (Ashurt, 1998). Absorbsi gas CO2 dapat menggunakan
alat karbonator. Minuman ringan pertama kali ditemukan pada abad 16 di Eropa yaitu
pemasukan CO2 ke air yang bertujuan untuk terapi kesehatan kemudian penemuan
berkembang hingga saat ini hingga menemukan formula minuman berkarbonasi yang disebut
Chero Cola. Minuman berkarbonasi (Sparkling Beverages), secara harfiah diartikan
minuman yang mengandung karbonasi. Minuman berkarbonasi memiliki beberapa nama
populer yang berbeda-beda, sebagai contoh, di Amerika Serikat, dikenal dengan nama soda,
soda pop, pop atau tonik, di Inggris dikenal dengan fizzy drinks, di Kanada dikenal dengan
Soda atau Pop saja. Di daerah Ireland, mereka menyebutnya Minerals. Sedangkan di
Indonesia orang lebih mengenalnya dengan sebutan minuman bersoda. Karbonasi terjadi
ketika gas CO2 terlarut secara sempurna dalam air. Proses ini akan menghasilkan sensasi
karbonasi "Fizz" pada air berkarbonasi dan sparkling mineral water. Hal tersebut diikuti
dengan reaksi keluarnya buih (foaming) pada minuman soda yang tidak lain adalah proses
pelepasan kandungan CO2 terlarut di dalam air. Menilik bahan baku dan proses
pembuatannya minuman berkarbonasi tidak memiliki kandungan alkohol (Anonim, 2012).
Minuman ini banyak disukai karena rasanya yang nikmat, siap saji dan sangat
memenuhi selera bagi mereka yang sedang dahaga, terutama setelah berolahraga dan bekerja
berat. Suatu hal yang wajar jika minuman ini disukai karena iklim kita yang tropis lembab
dengan suhu udara yang cukup tinggi. Orang membutuhkan banyak cairan karena cuaca
panas dapat menghilangkan cairan tubuh dngan cepat. Disamping itu, minuman ringan juga
dapat menyebabkan erosi gigi dan karies gigi dimana terjadi kerusakan pada gigi akibat
demineralisasi jaringan keras yang disebabkan oleh asam (prasetyo, 2005).
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud minuman ringan berkarbonasi?
1.2.2 Bagaimana menganalisis bahan baku dan produk minuman ringan?
1.2.3 Bagaimana proses produksi minuman ringan?
1.2.4 Bagaimana proses pengolahan dan pemanfaatan limbah produksinya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan yang dimaksud dengan minuman ringan berkarbonasi
1.3.2 Dapat menjelaskan cara menganalisis bahan baku dan produk minuman ringan
1.3.3 Dapat menjelaskan proses produksi pembuatan minuman ringan
1.3.4 Mampu menjelaskan proses pengolahan limbah produksi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Minuman Ringan Berkarbonasi
Minuman ringan berkarbonasi adalah minuman yang dibuat dengan mengabsorpsi
karbondioksida ke dalam air minum, mengandung gas CO2 yang larut dalam air berfungsi
sebagai anti bakteri untuk mengawetkan minuman secara alami (Ashurt, 1998). Absorbsi gas
CO2 dapat menggunakan alat karbonator. Minuman ringan (soft drink) dapat dibagi dalam
dua sub kategori, yaitu minuman ringan tanpa soda (still drink) dan minuman ringan bersoda
(carbonated soft drink). Still drink awalnya mencakup jus buah dan minuman sari buah,
kemudian dengan perkembangannya muncul produk-produk yang memiliki kebutuhan dan
proses mirip dengan minuman still drink, seperti air beraroma, minuman isotonik, minuman
bervitamin, teh rasa buah, energy drink dan lain-lain. Minuman ringan bersoda biasanya
adalah minuman rasa buah atau ekstrak jernih yang diberikan soda (gas CO2) sebagai
preservatif dan penyegar, seperti cola dan squash . Minuman ringan bersoda pada dasarnya
telah ditambahkan pemanis, flavored, acidified, pewarna, kandungan soda, dan kandungan
kimia lainnya (Patterand and Hotchkiss 1995; Trisnanto 2008)
2.2 Analisa Bahan Baku
a. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan produk, ikut
dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dibandingkan bahan–bahan
lainnya. Jadi bahan baku ini juga disebut bahan utama.
- Air
Air diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman 100-200 meter untuk kemudian
diolah sebelum digunakan dalam proses produksi, maupun oleh kebutuhan sehari-hari
perusahaan.
Air diperoleh dari sumur bor yang dikategorikan menjadi 2 jenis :
1. Treated Water
Digunakan untuk produksi, keperluan air minum kantin, dan kantor.
3
2. Untreated Water
Digunakan untuk keperluan kamar mandi, pencucian ruangan, perkarangan dan
lain – lain.
- Gula
Gula yang digunakan haruslah memenuhi standar yang telah ditetapkan,
diantaranya adalah gula yang memiliki kadar 99,99% dan bebas dari kotoran. Gula
diperoleh dari Australia, Thailand dan China. Rata – rata kebutuhan gula yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 1:
Jenis Produksi Jumlah Gula Keterangan
Coca Cola
Sprite
Fanta Strawbery
Fanta Melon
Fanta Creamy
Frestea
203.225
258.081
292.65
259.20
255.40
166.80
Untuk Produksi 1 satuan
unit
(Anonim, 2012)
- Concentrate
Concentrate dibeli dari PT. Coca Cola Indonesia Jakarta (satu-satunya perusahaan
yang menyediakan bahan ini untuk Coca Cola Company di Indonesia). Concentrate
terdiri dari 2 jenis yaitu Concentrate Dry (Part IB dan Part I) serta Concetrate liquid.
Rata-rata kebutuhan Concentrate per unit produksi yang digunakan dapat dilihat pada
Tabel 2:
4
Jenis Produksi Concetrate (Part) Keterangan
I
IB II
Coca Cola
Sprite
Fanta
Strawbery
Fanta Melon
Fanta
Creamy
Fanta Soda
Water
0.667 t
0.25
0.5 b
0.5 b
0.5 b
0.5 b
0.25 b
0.5 b
0.5 b
0.5
0.67 t
0.5 b
1.0 t
1.0 t
0.5 b
T= tabung
B=bungkus
(Anonim, 2012)
- Carbon Dioksida (CO2)
Carbon dioksida (CO2) merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai
penyegar dan pengawet minuman. Selain dari itu secara kualitas berfungsi untuk
menunjukkan ciri dari Coca Cola itu sendiri. CO2 di beli dari PT. Aneka Gas dan UD.
Mulya Perkasa di Medan. Rata-rata penggunaan CO2 dapat dilihat pada Tabel 3:
5
b. Bahan Pembantu
Bahan pembantu adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan
ditambahkan ke dalam proses pembuatan produk yang mana komponennya tidak jelas
dibedakan pada produk.
- Kaporit [Ca (Ocl)2)
Digunakan dalam proses pengolahan air, membunuh bakteri (menghambat pertumbuhan
mikroorganisme), membilas botol dan sanitasi peralatan.
- Asam Sulfat (H2SO4
Bahan ini digunakan untuk membebaskan dan menghilangkan gas-gas yang
terlarut dalam air.
- Filter Aid
Berfungsi untuk melapisi filter paper sewaktu proses penyaringan sympel syrup
di filter press, memperbesar pori – pori filter paper sehingga mempermudah
filtrasi dan menahan carbon aktif sehingga tidak lolos ke final syrup tank.
- Karbon Aktif
Digunakan pada pembuatan syrup untuk menjernihkan larutan gula dan
menghilangkan bau-bau asing.
- Kerikil
6
Jenis Produksi Jumlah Pemakaian
CO2(Kg)
Keterangan
Coca Cola
Sprite
Fanta Strawbery
Fanta Melon
Fanta Creamy
Fanta Soda Water
14.26
14.65
9.90
9.90
9.90
15.84
Untuk Produksi 1
Satuan Unit
Berfungsi sebagai media penyaring pada sand filter di proses pengolahan air
agar dapat menyaring benda-benda asing yang larut dalam air olahan.
- Caustik Soda (NaOH)
Dipakai pada proses pencucian botol pada bottle washer sebagai deterjen.
- Bahan Kimia Lainnya
Misalnya Poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur, Cl2, KMnO4.
c. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna menyelesaikan suatu
produk atau suatu bahan yang ditambahkan pada produk dimana bahan ini bukan bagian
dari produk akhir.
Bahan penolong pada proses pembuatan minuman ringan yang terdapat pada PT.
Coca Cola Bottling Indonesia Medan pada umumnya dibutuhkan pada proses packing,
yaitu :
- Botol
Botol adalah bahan pengemas minuman ringan yang dihasilkan oleh PT. Coca Cola
Bottling Indonesia Medan yang siap dipasarkan.
- Crown Cork (penutup botol)
Digunakan untuk menutup botol minuman ringan.
- Crate (Peti Plastik)
Berfungsi sebagai tempat penyusunan botol-botol dengan kapasitas 24 botol per crate.
Crate yang dipakai ada yaitu : Full Depth Crate ini dipakai untuk produk Coca Cola,
Sprite, Fanta dan Frestea dengan berat rata-rata kurang lebih dari 1,8-1,9 kg/buah.
- Karton
Digunakan sebagai tempat pengepakan minuman yang dikemas dalam botol plastic.
2.3 Proses Produksi
Adapun proses pembuatan dan pembotolan Coca cola, Sprite, dan Fanta di
perusahaan ini mengalami beberapa tahapan, seperti terlihat pada gambar berikut:
7
1. Proses Pengolahan Air (Water Treatment)
Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman pada PT.
Coca Cola Bottling Indonesia Medan. Air diperoleh dari 4 sumur bor dengan kedalaman
100-200 m dari sumur dan dengan kedalaman ini diharapkan air sumur tersebut tidak
mengandung zat-zat organik atau bebas dari pencemaran. Air yang diperoleh dengan
bantuan pompa raw meter yang berkapasitas 22 m3/jam.
Air dari sumur akan dipompa ke alat degasifier yang sebelumnya diinjeksikan
H2SO4 dengan tujuan mengubah CO2 sehingga mudah dibebaskan dan menghilangkan
gas-gas yang terlarut dalam air.
8
Dari degasifier air masuk ke dalam fluclator tank / reaction tank. Sebelumnya
ditambahkan Poly Aluminium Chlorine (PAC), kapur dan Cl 2 10%. PAC berfungsi
untuk mengendapkan senyawa-senyawa organik. Kapur berfungsi untuk menaikan besar
pH, karena semakin besar pH maka kecepatan mengendapkann semakin besar. Sementara
Cl2 berfungsi sebagai antiseptik untuk mematikan kuman-kuman bakteri dan standart
chlorine dalam air, dimana standart chlorine dalam air adalah 6-10 ppm. Pada fluclator
tank terjadi pengendapan floc dimana akan mengendap kebawah, sementara air pada
bagian atas akan dialirkan ke sand filter. Jarak antara permukaan air dengan floc dijaga
lebih kurang 1-1,25 m untuk mempertahankan kejernihan air. Di sand filter air akan
disaring. Ada 3 sand filter tetapi yang digunakan hanya 2, sementara yang satu lagi
sebagai cadangan. Sebagian filter digunakan kerikil dengan ukuran sebagai berikut :
- Lapisan I dengan ukuran 2-3 m
- Lapisan II dngan ukuran 1-2 m
- Lapisan III dengan ukuran 0.5-1 m
Total lapisan tebalnya lebih kurang ¾ dari tinggi sand filter. Setiap hari setelah
produksi akan dilakukan back wash yang berfungsi untuk menghilangkan
partikel/kotoran dalam sand filter. Sementara setiap 3 bulan sekali kerikil-kerikil akan
dikeluarkan untuk dicuci dengan Hcl 2-5 % lalu dapat dipakai kembali.
Dari sand filter air dialirkan ke storage tank. Setelah air sampai ketinggian
maksimum, pompa air dari sumur akan mati secara otomatis dan akan hidup kembali
apabila telah mencapai tinggi maksimum. Kemudian air dialirkan lagi ke buffer tank dan
sebelumnya ditambahkan chlorine 10 %. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa
dari bakteri -bakteri yang masih terdapat di dalam air yang telah diolah.
Dari buffer tank ini , air dilewatkan melalui carbon filter untuk menyerap chlorine
dan partikel-partikel kecil. Kadar Cl2 setelah melewati carbon filter adalah 0 ppm.
Setelah itu air dilewatkan melalui polisher filter sebagi proses penyaringan akhir.
Air hasil pengolahan (treated water) inilah yang dipakai untuk proses produksi
pembuatan Coca Cola, Sprite, Fanta, dan Frestea. Pada tiap tahapan proses pengolahan
akan diambil sampel air untuk diperiksa oleh bagian Quality Control di laboratorium
9
untuk memastikan bahwa air hasil pengolahan akan memenuhi persyaratan yang
ditentukan.
2. Proses Pembuatan Syrup
Treated Water dari hot water tank dialirkan ke tangki pelarut dan didalamnnya
dimasukkan gula sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Perbandingan air dan gula
berdasarkan pada derajat kemanisan (Brix) yang ditentukan. Temperatur air untuk
melarutkan lebih kurang 800C. Ke dalam tangki pelarut tersebut juga dimasukkan
karbon aktif untuk menyerap bau dan menurunkan warna sehingga larutan menjadi
jernih. Pelarutan gula dan air dilakukan selama lebih kurang dari 60 menit dan diaduk
dengan agigator sampai homogen. Hasil pelarutan ini disebut syrup dasar telah
memenuhi syarat yang telah ditentukan.
Setelah semua larut, langkah selanjutnya adalah penyaringan / filtrasi.
Sebelumnya dilakukan precoating (pelapisan awal) untuk membentuk lapiasan pada
filter paper. Air treated dialairkan ke tangki precoting yaitu sebuah tangki kecil yang
terbuat dari stainless steel yang dilengkapai oleh sebuah agigator. Lalu kedalamnya
ditambahkan filter aid. Cairan dari tangki precoating disirkulasikan melalui filter sampai
semua filter aid menempel pada filter paper dengan baik. Syrup dasar akan dialirkan ke
filter dan disirkulasikan sampai filternya bersih.
Syrup dasar yang telah disaring dimasukkan ke tangki pencampur. Sebelumnya
didinginkan sampai temperatur 20-250C. Pada tangki pencampur dimasukan
concentrate Coca Cola, demikian juga untuk Sprite dan Fanta. Setelah semua part
dituangkan, campuran syrup dasar diaduk selama lebih kurang 1 jam. Pada syrup akhir,
derajat kemanisan diperiksa kembali agar tercapai tingkat kemanisan yang sesuai dengan
standart yang ditentukan.
3. Proses Pemurnian CO2
CO2 yang dipakai adalah CO2 yang dibeli dari PT. Aneka Gas Medan dan UD.
Mulya Perkasa Medan. CO2 ini kemungkinan besar masih mengandung zat / gas lain
10
sehingga mengurangi kemurnian CO2. Untuk itu CO2 perlu dimurnikan terlebih dahulu
sebelum digunakan dengan cara sebagai berikut :
Tabung-tabung CO2 pada bagian atasnya harus disemprot dengan air terlebih
dahulu supaya selang-selang penghubung tidak membeku, bila membeku
CO2tidak berjalan dengan lancar.
CO2 kemudian dialirkan lagi ke dalam tabung yang berisi KMnO4berfungsi
mengikat zat impurity (kotoran).
CO2 kemudian dialirkankan lagi ke dalam tabung yang berisi air. Tujuannya
untuk memurnikan CO2 agar KMnO4tidak terbawa pada proses selanjutnya.
Tahap selanjutnya adalah melewatkan CO2 pada tabung yang berisi karbon
dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan.
Terakhir CO 2disaring pada filter sehingga kotoran yang tersisa dapat tertahan.
CO2 yang telah melalui tahapan diatas adalah CO2yang telah dimurnikan dan
dapat digunakan dalam proses pencampuran.
4. Proses Pencampuran air, Sirup dan CO 2
Proses paramix adalah proses pencampuran dari air, syrup akhir dan CO2
sehingga diperoleh minuman ringan (beverage) yang siap untuk diisi kemasannya
Air dari treated water dan syrup akhir bersamaan masuk ke mesin pencampuran. Air
sebelumnya didearasi di Daerator. Dearasi adalah proses pengeluaran udara dari dalam
air yang digunakan untuk membuat minuman sehingga mempermudah proses karborasi
dan membantu mempelancar pengisian. Jadi dearasi ini bertujuan untuk memisahkan
gas oksigen di dalam air sehingga CO2 mudah larut di dalamnya. Air masuk ke daerator
dimana tekanan daerator adalah 0,8 bar dan kemudian gas CO2 akan dipompakan ke
dalam liter air.
Sirup akhir langsung dimasukkan ke dalam gelas syrup. Dengan perbandingan
tertentu, air dan syrup akhir dircampur.
11
Hasil pencampuran didinginkan sehingga temperatur lebih kurang 0-10C dengan
medium pendingin gelikol. Hal ini dilakukan karena semakin rendah temperatur
campuran, semakin tinggi absorpsi CO2 .
Campuran kemudian dimasukan ke karbonasi. Karbonasi adalah proses pelarutan
CO 2 dalam suatu cairan. Gas CO2 yang dimurnikan di masukkan ke karbonator dimana
tekanannya dikendalikan oleh alat Taylor. Alat taylor mengukur temperatur campuran
cairan dan dikonversikan ke dalam tekanan CO2 yang dibutuhkan agar air dapat
mengabsorbsi CO2 hingga kandungan tertentu. Produk yang keluar dari karbonator
inilah yang disebut beverage dan diteruskan kemesin filter dan crowner.
5. Proses Pembotolan
Proses pembotolan mengalami beberapa tahap, yaitu :
a. Pencucian Botol
Botol-botol yang digunakan untuk pengisian minuman harus bersih (bebas
kuman), tidak rusak atau pecah. Untuk itu botol-botol sebelum digunakan harus di cuci
terlebih dahulu. Botol bekas yang datang dari pasar (setelah dikonsumsi konsumen)
ataupun botol baru masuk ke mesin pencuci botol, terlebih dahulu di sortir. Tujuannya
untuk memeriksa apakah ada botol-botol yang terlalu kotor atau rusak. 2 mudah larut
di dalamnya. Air masuk ke daerator dimana tekanan daerator adalah 0,8 bar, dan
kemudian gas CO2 akan dipompakan masuk kedalam liter air. Botol yang terlalu kotor
akan dipisahkan untuk dicuci secara manual terlebih dahulu, sementara botol yang
rusak/pecah akan disisihkan. Dengan bantuan conveyor, botol-botol dimasukkan ke
dalam mesin pencucian botol yang cara kerjanya adalah sebagai berikut :
- Botol dibilas menggunakan air yang disirkulasi kembali dari air tahap pembilasan
akhir. Air ini umumnya mengandung sedikit sisa caustik yang dapat membantu
pembilasan awal. Air dipanaskan sampai temperatur lebih kurang 450 C.
- Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran di bagian dalam dan di luar botol
yang tidak terlalu lekat akan terlepas. Botol-botol kemudian akan masuk ke tangki
12
perendam caustic I. Larutan di dalam tangki I harus bersuhu lebih kurang 560C, dan
konsentrasi caustic lebih kurang 2,5 %.
- Botol-botol kemudian bergerak ke tangki perendam caustic II yang suhunya lebih
panas yaitu lebih kurang 780C. Botol akan disemprot di bagian dalamnya untuk
dibersihkan.
- Botol kemudian melalui tangki perendam yang berisi air yang disirkulasi dari treated
dan mengalami penyemprotan luar dan dalam sebanyak 2 kali.
- Botol-botol yang telah dicuci dialirkan dengan menggunakan conveyor ke mesin
filter dan crowner. Sebelum botol diperiksa oleh inspektor untuk mengetahui apakah
botol sudah memenuhi syarat. Botol yang masih kotor atau cacat akan disisihkan.
b. Pengisian Minuman Kebotol
Proses pengisian minuman ke dalam botol adalah sebagai berikut :
- Pembukaan filling valve (kran pengisian)
- Pembukaan filling valve bertujuan agar tekanan yang ada pada mesin dapat
dipindahkan ke botol.
- Setelah selesai pengisian, kran pengisian di tutup.
- Pembuangan udara yang masih tersisa di dalam ruangan botol bagian atas ditujukan
untuk menghindari timbulnya buih sehingga sejumlah minuman keluar dari dalam
botol yang mengakibatkan isinya menjadi kurang. Hal ini bisa terjadi karena adanya
perbedaan tekanan.
c. Penutupan Botol Minuman
Botol yang telah berisi minuman selanjutnya di tutup dengan menggunakan
crowner machine, yang fungsinya untuk menutup botol. Botol yang sudah di tutup
selalu dicek oleh inspektor. Inspeksi akan mensortir minuman yang tidak memenuhi
syarat, misalnya retak, volume botol yang kurang bagus atau berlebih dan sebagainya.
Minuman tersebut lalu disisihkan sebagai reject produk. Produk ini tidak boleh dijual,
sedangkan minuman yang baik (lolos dari sortiran) akan dibawa ke tempat pengepakan
melalui conveyor.
13
d. Pemberian Kode Produksi dan Pengepakan
Sebelum sampai ketempat pengepakan, botol diberi kode produksi oleh coding
machine dan diperiksa oleh inspektor. Produk yanag tidak memenuhi syarat disisihkan
untuk dibuang. Ditempat pengepakan botol di masukan oleh operator ke dalam crate
dan disusun di atas pallet. Forklift akan membawa pallet yang telah diisi dengan
produk ke gudang produk jadi.
(Anonim, 2012)
2.4 Analisa Limbah
Pengolahan Limbah yang dihasilkan oleh PT. Coca-Cola Bottlig Indonesia secara
umum dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu:
a. Limbah Padat
Yang tergolong dalam limbah padat adalah segala sesuatu zat padat yang
tidak bermanfaat lagi dan dapat mengganggu jalannya proses produksi seperti
botol yang tidak layak pakai, sedotan minuman dan kertas.
b. Limbah Cair
Yang tergolong limbah cair adalah limbah yang berasal dari proses produksi
dan limbah dari hasil sanitasi. Limbah cair ini mengalami proses pengolahan
sebelum dialirkan ke sungai. Sistem pengolahan limbah cair oleh PT. Coca-Cola
Bottling Indonesia adalah secara aerobik, dengan tahapan sebagai berikut:
- Screening Unit
Limbah buangan dari proses produksi dialirkan melalui pipa ke screening unit.
Pada bagian ini terjadi pemisahan antara limbah padat dengan limbah cair.
- Equalition Pond
Limbah cair kemudian dialirkan ke equalition pond. Sekeliling sisi dari equalition
pond dilapisi dengan kertas plastik hitam, dengan tujuan limbah tidak meresap ke
dalam tanah. Limbah cair ini dihomogenkan dengan pompa hingga suhu 400C.
- Neutralition Tank
14
Dari equalition pond limbah cair kemudian mengalir ke neutralition tank dimana
pada tahap ini diinjeksi H2SO4 dengan tujuan menetralkan pH agar berkisar anatara
7,5 – 8,2.
- Oxidan Ditch
Limbah kemudian dialirkan ke oxidan ditch untuk ditambahkan O2, pupuk urea
dan posfat agar bakteri dapat hidup dan berkembang biak. Bakteri ini bertujuan
untuk menguraikan zat organik dalam limbah menjadi lumpur.
- Calrification Tank
Sludge/lumpur dialirkan ke clarification tank untuk memisahkan air dengan
lumpur tersebut, kemudian air ini dialirkan ke sungai Deli.
- Belt Press
Sludge/lumpur dari calrification belt tank dialirkan melalui belt press ke equalition
pond untuk dioleh kembali.
Diagram pengolahan limbah cair dapat dilihat pada gambar 2
(Anonim, 2012)
15
BAB III
KESIMPULAN
Minuman ringan berkarbonasi adalah minuman yang dibuat dengan mengabsorpsi
karbondioksida ke dalam air minum, mengandung gas CO2 yang larut dalam air berfungsi
sebagai anti bakteri untuk mengawetkan minuman secara alami. Minuman ini merupakan
campuran dari sirup, gula, konsenrat, CO2, air, caramel, dan bahan tambahan lainnya.
Minuman ini banyak disukai karena rasanya yang nikmat, siap saji dan sangat memenuhi
selera bagi mereka yang sedang dahaga, terutama setelah berolahraga dan bekerja berat.
Suatu hal yang wajar jika minuman ini disukai karena iklim kita yang tropis lembab dengan
suhu udara yang cukup tinggi. Orang membutuhkan banyak cairan karena cuaca panas dapat
menghilangkan cairan tubuh dngan cepat. Disamping itu, minuman ringan juga dapat
menyebabkan erosi gigi dan karies gigi dimana terjadi kerusakan pada gigi akibat
demineralisasi jaringan keras yang disebabkan oleh asam.
16