Download - Abs Trak
ABSTRAK
Julia, 10.111.010 jurusan Dharma Acarya STAB Bodhi Dharma Medan
Pada saat sekarang dengan kemampuan teknologi yang semakin cepat dibutuhkan peran
agama sebagai pedoman hidup. Agama semakin penting perannya menyeimbangkan gerak
langkah kita dalam menjalani kehidupan
Untuk memahami sebuah agama dengan baik agar tidak melakukan sesuatu yang justru
menyimpang dari ajaran suatu agama yang dianut, maka harus dikembalikan kepada dokrin dasar
ataupun akidah dari sebuah agama.
Dengan latar belakang tersebut penulis memiliki judul skripsi “PERSEPSI SISWA
BUDDHIS TERHADAP AJARAN IKUANTAO DITINJAU DARI KAIDAH DASAR
AGAMA BUDDHA” (Disekolah Swasta SMP Panca Karya Stabat).
Sebagian siswa memiliki persepsi bahwa ajaran Ikuantao sama dengan agama buddha
sehingga penulis menetapkan hipotesa awal bahwa “ ada perbedaan yang sangat mendasar antara
ajaran Ikuantao dan ajaran agama Buddha”. Untuk membuktikan apakah hipotesa awal yang
penulis nyatakan adalah benar, maka penulis mengadakan penelitian lanjutan dengan mengambil
data-data ataupun keterangan mengenai kedua ajaran.
Selain sejarah dan latar belakang munculnya kedua ajaran memberikan deskripsi
mengenai persepsi yang muncul dikalangan siswa sekolah Swasta Panca Karya melalui angket
yang penulis berikan.
Dari pemapanan kedua ajaran lalu penulis mengadakan analisis berdasarkan kaidah-
kaidah dasar ajaran Buddha kemudian membandingkannya dengan kaidah dasar ajaran Ikuantao.
Dari dalil-dalil yang penulis kemukakan penulis menyimpulkan bahwa ada perbedaan
mendasar antar kedua doktrin ajaran. Dengan demikian penulis menyatakan bahwa hipotesa awal
penulis terbukti bahwa benar ada perbedaan mendasar dan tegas diantara kedua ajaran. Penulis
memberikan saran-saran berdasarkan hasil kesimpulan di atas.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada saat sekarang dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat dibutuhkan peran
agama sebagai pedoman hidup, agama semakin penting perannya untuk menyeimbangkan gerak
langkah kita dalam menjalani kehidupan.
Untuk memahami sebuah agama dengan baik agar tidak melakukan sesuatu yang justru
menyimpang dari ajaran suatu agama yang dianut, maka harus dikembalikan kepada doktrin
dasar ataupun akibat dari sebuah agama.
Agama adalah suatu ajaran yang jika menurut agama Buddha dilakukan atau di
praktekkan dengan sempurna dapat menyebabkan sesorang mencapai kesucian.
Kebebasan seseorang untuk menganut agama dan kepercayaannya masing-masing
dijamin oleh negara sebagai mana tercantum dalam Undang-undang dasar di negara Indonesia.
Setiap pribadi bebas untuk menganut dan menyakini ajaran agamanya masing-masing sehingga
penting kiranya untuk menjadi catatan bahwa sebaiknya jika memang sebuah ajaran itu adalah
baik dan suci juga sempurna agar kiranya tidaknya”mendompleng” atau memakai ajaran agama
lain untuk menyatakan kebenaran ajaran agamanya.
Penulis yang berprofesi sebagai guru agama Buddha dan aktif mengajar di sekolah
Swasta Panca Karya di Stabat selalu menganjurkan kepada siswa /siswi Buddhis untuk
mengikuti pelaksanaan kebaktian di Vihara.
Penulis pernah aktif selama hampir satu tahun sewaktu masa sekolah menengah pertama
kelas III di “Hudteng”, di Vihara Bodhi maitreya Binjai karena saat itu ingin mempelajari agama
Buddha secara lebih baik sebelum kemudian memutuskan untuk aktif di Vihara setia Dharma
Binjai.
Karena latar belakang seperti yang penulis alami langsung maka penulis ingin meneliti
mengenai Ikuantao dan agama Buddha.
1.2 Indetifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas penulis mengindetifikasikan masalah
di dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
2
a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran agama Buddha di kalangan siswa
Buddhis.
b. Umumnya siswa menjawab menjadi seorang Buddhis karena keyakinan yang diturunkan dari
orang tua.
c. Munculnya persepsi Ikuantao indentik dengan agama Buddha yang benar.
d. Adanya persepsi di kalangan siswa beranggapan bahwa Fothang atau Hud Teng adalah
tempat ibadah khusus untuk mempelajari ajaran Buddha sedangkan Vihara-vihara Buddhis
yang jumlahnya harus sedikit justru indetik dengan kata Kelenteng yang di anggap sebagai
pemujaan agama tradisi yaitu tempat yang di pakai hanya untuk pemujaan dewa atau hanya
tempat untuk “Pai-pai” saja.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah berfungsi sebagai tumpuan perhatian pokok persoalan serta ruang
lingkup penelitian. Rumusan masalah haruslah dirumuskan secara jelas sehingga ruang lingkup
yang akan diteliti diketahui dengan pasti. Berdasarkan latar belakang dan indetifikasi masalah
tersebut diatas, maka penulis dapat :
“ Apakah ajaran Ikuantao sama dengan kaidah dasar ajaran agama Buddha?”.
1.4 Batasan Masalah
Setiap mengadakan penelitian perlu dibuat batasan masalahnya agar tidak melenceng dari topik
yang telah ditentukan. Suatu penelitian yang baik bukan ditentukan oleh luasnya permasalahan
yang di teliti.
Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan luasnya materi mengenai Ikuantao dan
agama Buddha maka penulis membuat batasan dalam penelitian ini adalah :
a. Ajaran Ikuantao yang umumnya diperoleh siswa yang sekolah di sekolah Swasta Panca
Karya tempat penulis mengajar pendidikan agama Buddha khususnya siswa kelas dua
sekolah menengah pertama.
b. Ajaran Ikuantao yang ada lingkungan komunitas Tionghoa di wilayah kota stabat dan
wilayah tandem sekitarnya (pusat pengajaran Ikuantao atau disebut “Fotheng” atau ‘Hud
Teng” oleh kalangan Ikuantao) dan secara kelembagaan belum berada dibawah naungan
lembaga perwakilan umat Buddha Indonesia ataupun secara kelembagaan resmi seperti Eka
Dharma yang berada di bawah lembaga penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang
maha Esa yang di akui oleh pemerintah ataupun bernaung dibawah kelembagaan agama lain
misalnya lembaga Parisadha hindu Dharma.
3
c. Kaidah dasar didalam agama Buddha yang di ajarkan oleh Buddha Sakyamuni dan
menyatakan sangha sebagai lembaga yang langsung dibentuk oleh Hyang Buddha sebagai
lembaga yang langsung dibentuk oleh Hyang Buddha sebagai komunitas yang paling tua
didunia dan ada hingga sekarang sebagai lembaga penjaga dan pelestari Dharma ajaran
Buddha dan menjadi bagian dari 3 perlindungan atau Tri-Ratna yaitu perlindungan pada
Buddha Dharma dan Sangha.
d. Persepsi terhadap ajaran Ikuantao yang muncul dari buku nampar tulisan-tulisan mengenai
ajaran Ikuantao yang berasal dari kalangan Ikuantao yang seringkali hanya diterbitkan untuk
kalangan sendiri dan tidak untuk publikasi umum.
Untuk lebih mempersempit dan memperjelas batasan masalah penelitian ini, maka penulis
hanya membahas mengenai hal-hal yang jelas berbeda berbeda berdasarkan ajaran Ikuantao
maupun ajaran agama Buddha tetapi memiliki persamaan topik.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan indetifikasi masalah, rumusan masalah dan batasan masalah maka dalam
penelitian ini penulis lakukan dengan.
a. Mengumpulkan data dan mengolah data, informasi sehingga diperoleh gambaran yang jelas
dan faktual tentang ajaran Ikuantao
b. Memberikan pemahaman yang jelas mengenai kaidah agama Buddha yang memiliki dasar
pemikiran yang berbeda dengan ajaran lain.
c. Memberikan pemahaman yang baik terhadap masing-masing ajaran untuk memberikan
batasan garis yang cukup tegas dan jelas sehingga tidak lagi terjadi upaya mencampur
adukkan keyakinan yang berbeda sehingga semua ajaran dapat berkembang dengan baik
berlandaskan doktrin atau kaidah dasar masing-masing ajaran tanpa perlu melakukan
tindakan pembodohan masyarakat melalui cara-cara yang tidak etis.
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penulis dapat menarik manfaat penelitian ini
baik sebagai teoritis maupun praktik :
1. Manfaat Teoritis Bahwa hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
tentang ajaran agama Buddha dan Ikuantao dan kaidah dasar masing-masin ajaran.
4
2. Manfaat Praktisi
Bahwa penelitian ini secara praktis dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Hasil penelitian ini dapat membuka wawasan, pandangan masyarakat umum dan umat
Buddha tentang kaidah dasar dari kedua ajaran sehingga dapat menjalankannya dengan lebih
baik sesuai ajaran yang di anutnya.
b. Hasil penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk meneliti tentang dampak sosial yang telah
terjadi di lingkungan masyarakat berkaitan dengan penyebaran ajaran ikuantao dan
pemahaman yang dimiliki oleh masyarakat mengenai agama Buddha.
1.7 Hipotesa
Hipotesa adalah suatu jawaban sementara atau masalah penelitian yang kebenarannya
harus di ujisecara empiris menurut Sutrisno Hadi (1979) tentang pemecahan masalah-masalah,
hipotesa dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
1.8 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai latar belakang
penelitian, indetifikasi masalah, rumusan masalah, batasan Masalah, Tujuan
penelitian, manfaat penelitian, hipotesa dan sistematika pembahasan.
BAB II : Uraian Teoritis
Berisikan tentang uraian teori mengenai pengertian persepsi, ajaran ikuantao,
kaidah dasar agama Buddha yaitu pengertian Buddha, Hukum kKarma, tujuan
hidup, asal-usul 2 permata.
BAB III : Metode Penelitian
Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian
BAB IV : Hasil penelitian lapangan tentang persepsi yang muncul mengenai persamaan
Ikuantao dengan agama Buddha. Hasil penelitian lapangan mengenai persepsi
yang timbul dikalangan siswa Buddhis maupun hasil persepsi yang muncul dsari
kajian pustaka mengenai persamaan Ikuantao dan agama Buddha sehingga
dianggap sebagai ajaran yang sama.
5
BAB V : Pembahasan dan Evaluasi
Menyajikan dan menganalisa data mengenai kedua ajaran kemudian melakukan
perbandingan kedua ajaran kemudian melakukan perbandingan kedua ajaran
berdasarkan kaidah masing-masing ajaran.
BAB VI : Kesimpulan dan Saran
Pada bab terakhir, penulis akan mencoba menarik kesimpulan dan saran-saran
dari hasil penelitian yang dilakukan.
6
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Persepsi
Seringkali tingkah laku dan pemahaman seseorang atau sekelompok individu dipengaruhi
oleh informasi atau pengetahuan yang diterima dan disampaikan oleh individu maupun suatu
kelompok terutama dalam penelitian ini adalah kelompok ajaran religi sehingga menimbulkan
sebuah persepsi terhadap sesuatu objek atau ajaran. Persepsi merupakan cara pandang atau
tanggapan yang timbul dari seseorang terhadap suatu pengetahuan yang ia terima. Gibson,dkk
(1980) mengartikan persepsi sebagai suatu proses pengenalan maupun pemberian arti terhadap
lingkungan oleh individu. Pareek (1984) menyebutkan persepsi sebagai suatu proses menerima,
meyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada
rangsangan panca indra.
Sesuai bidang yang diteliti oleh penulis adalah mengenai persepsi yang muncul di
kalangan siswa Buddhis di sekolah Panca Karya, penulis melalui penelitian ini hanya melihat
sejauh mana persepsi yang timbul mengenai Ikuantao dan ajarannya, berkaitan dengan berapakah
persentase dari jumlah siswa tersebut yang memahami perbedaqan antara agama Buddha dan
ajaran Ikuantao.
2.2 Sejarah Ikuantao
Ajaran Ikuantao berkembang dengan baik di abab 21 berkat perananyang diberikan oleh
dua orang yang mempunyai pengaruh sangat besar dalam pengembangan ajaran Ikuantao yaitu
Chang Tienzen, Ibu Guru suci (Shi mu).
Shi Zum dan Shi Mu merupakan penghormatan yang diberikan oleh kalangan Ikuantao
yang memiliki arti bapak guru suci dan ibu guru suci.
2.3 Pengertian Ikuantao
Ikuantao sering di terjemahkan sebagai Tao yang menyatukan segala sesuatu dengan yang satu,
ajarn ini berakar pada tradisi tiongkok yang menekankan pada keluarga, kehormatan , sikap
hormat dan kesantunan. Ajaran Ikuantao memiliki keyakinan bahwa semua ajaran orang
bijaksana bersumber dari Ikuantao.
7
2.4 Kaidah Dasar Ikuantao
Menurut ajaran Ikuantao ajaran mereka merupakan fiman langit yang diturunkan oleh
tuhan untuk menyelamatkan umat manusia Ikuantao diterjemahkan sebagai jalan ketuhanan.
Jumlah sekte ajaran Ikuantao yang diketahui ada 18 Sekte yaitu :
1. Bao Cuang
2. Xing yi
3. Fa yi
4. Jhi Chu
5. An Dong
6. Hao Ran
7. Chang Zhou
8. Wen Hua
9. Tian Xiang
10. Hui Cuang
11. Zheng Yi
12. Zi Guang
13. Ming Guang
14. Jin Guang
15. Bei Ping
16. Tian Zhen
17. Pun Guang
18. Li Zhi
Tao didefenisikan sebagai :
Jiwa sejati, nurani manusia
Tao menciptakan langit dan bumi
Tao telah ada sebelum langit dan bumi ada
Tao adalah hukum kebenaran dari kehidupan
Tao adalah Dharma hati.
Tao sumber segala kehidupan, Ikuantao diturunkan tanpa kata-kata atau tulisan oleh seorang
guru, Ikuantao didapat dulu baru disusul dengan pembinaan, ajaran Ikuantao tidak diberikan
sebelum seseorang memohon tao.
8
Manusia pada awalnya berasal dari surga dan suci, karena hatinyaaa terkotori maka
dilakukan sebagai manusia, bisa mendapatkan Ikuantao karena ada jodoh, kembali ke asal. Jika
tidak mendapatkan jalan ketuhanan maka tidak bisa kembali ke asal/surga. Untuk memohon
jalan ketuhanan harus orang baik, harus ada niat untuk berikrar, jasmani harus sempurna atau
tanpa cacat.
Kedudukan pria dan wanita mesti dibedakan dalam hubungan pada pelaksanaan upacara
ibadah maupun dalam lingkungan. Didalam pelaksanaan kebaktian, laki-laki diururutan pertama
saat melakukan simpuh atau sujud dengan tangan membentuk stempel suci. Pria mengucapkan
Iyin dissusul dengan nama masing-masing, wanita mengucapkan sin se disusul dengan nama
masing-masing.
Jika berjasa akan dihormati dikalangan penganut jalan ketuhanan, memohon jalan ketuhanan
akan memperoleh 3 pusaka yang bersifat rahasia. “ Untuk kepentingan penelitian ini penulis
kemukakan dari pengalaman penulis sendiri maupun dari data yang penulis dapatkan tanpa
mengurangi rasa hormat semata-mata untuk mendapatkan tujuan dari penelitian yang bersifat
ilmiah dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan dengan sikap dan pemikiran yang
objektif tanpa niat untuk mendiskreditkan pihak manapun”.
1. Pusaka I Yaitu pintu roh (Tien Sien Kuan Chiau)
Memakai dupa lalu jari tengah menunjuk satu titik diantara kedua mata dan alis disebut juga
Sien Miau Kuan atau pintu suci. Manusia terlahir dari lau mu wiang atau bunda suci sehingga
dengan dibukanya pintu suci ini maka roh kita setelah meninggal akan kembali langsung ke
surga melalui pintu ini.
2. Pusaka II kata –kata suci :
Disampaikan sebagai 5 kata rahasia yang tidak boleh dibocorkan, hanya boleh disampaikan jika
pelita bunda suci dinyalakan yaitu Wu Dai Fo Mi He
Yang memiliki artinya :
1. Alam abadi/ surga yang tidak pernah berubah
2. Alam khayangan yang dapat berubah yang didiami para dewa yang jika tidak memohon jalan
ketuhanan pada masa jabatannya habis akan dititiskan kembali kealam manusia.
3. Dunia fana yang selalu berubah yang ditempati manusia jika bisa membina diri dalam jalan
ketuhanan akan langsung kesurga abadi.
9
4. Ke IV dan V merupakan kakek guru pada zaman pancaran putik ini / zaman perlintasan
masal yang sekarang menguasai langit dan mempunyai cita-cita merubah bumi menjadi
surga.
Kalau kata-kata ini dibacakan dalam hati akan menggetarkan langit dan bumi sehingga akan
membangkitkan kasih sayang para dewa untuk menolong manusia, merupakan sandi
menghubungkan antara dunia fana dan sorga.
3. Pusaka III He Thong (stempel) /He Dong Yin/He Dong Li
Sikap kedua tangan dirangkapkan menggambarkan kata anak didalam aksara mandarin yang
merupakan gabungan huruf “Ci” (hari ini) dan “Hai”(kemarin/lama). Sikap ini memiliki arti
kembali seperti anak kecil yang suci dan bersedia menjadi murid Cikung dan Yek Hui Pusat.
Ketiga pusaka inilah kunci pulang ke surga. Fungsi dari ketiga Pusaka adalah :
1. Dapat menenangkan dan mengendalikan diri.
2. Dapat mengurangi mara bahaya yang menimpa seseorang
3. Dapat merubah nasib
4. Malampaui kelahiran dan kematian
5. Waktu pulang kembali kesurga digunakan untuk ujian masuk pintu surga sehingga tidak
boleh dilupakan.
Pelaksanaan upacara permohonan 3 pusaka hanya boleh diikuti satu kali saja dalam seumur
hidup, tetapi jika seseorang mengalami permohonan 3 pusaka di aliran lain. Ajaran Ikuantao
kemudian ingin mengikuti pindah kealiran lain maka mesti menjalani upacara permohonan 3
pusaka kembali karena dianggap bahwa aliran sebelumnya bisa saja tidak murni atau diragukan
sehingga dianjurkan untuk menjalaninya kembali.
Proses penyebaran jalan ketuhanan melalui tiga zaman yang akan menyelamatkan 9.6 miliar
putera yaitu:
1. Zaman Pancaran Hijau yang berlangsung selama 1500 tahun (1000 SM). Zaman ini
menyelamatkan 200 Juta putera kembali ke asal, umumnya unsure hijau dominan digunakan
masyarakat.
2. Zaman pancaran Merah yang berlangsung selama 3000 tahun (1929) menyelamatkan 200
juta putera kembali keasal, warna unsure merah dominan digunakan masyarakat.
3. Zaman pancaran putih yang berlangsung sejak 1929 hingga saat berakhir selama 10800 tahun
dan akan diselamatkan 9 miliar 200 juta putera yang akan di selamatkan .
10
Sikap hidup vegetarian sangat dianjurkan sebagai tanggung jawab terhadap diri sendiri,
dengan bervegetarian bias mengikis sebagian dosa dan kesalahan yang telah diperbuat.
Bervegetarian juga dapat menghentikan perbuatan salah.
2.5 Kaidah Dasar Agama Buddha
2.5.1 Defenisi Agama
Agama dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah sebagai suatu system, prinsip
kepercayaan kepada tuhan (Dewa dan sebagainya) dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
2.5.2 Defenisi Ajaran Buddha
Dalam Buddha Dharma kata “agama” lebih dikenal dengan Sasana atau Dharma yang
secara harfiah berarti ajaran kebenaran. Agama Buddha tidak meletakkan pandangannya pada
makhluk adi kodrati atau pencipta tetapi bertitik tolak pada pencapaiankesucian dari seorang
Buddha yang diperoleh melalui pengalaman langsung dan penembusan.
2.5.3 Proses Penciptaan Manusia
Menurut pandangan Buddha Sasana atau ajaran Buddha manusia muncul di dunia bukan karena
dirinya maupun makhluk lain tetapi ia muncul karena sebab dan kondisi yang mendukung
(Bhikkhuni Samyutta) dalam hal ini nama dan rupa yang timbul dari proses patisamdhi Vinara
yang terakhir. Jika penyebabnya lenyap maka manusia juga akan lenyap.
2.6 Pokok Dasar Ajaran Agama Buddha
Tiang poko agama Buddha adalah meletakkan keyakinannya pada tiga permata yaitu
Buddha, Dharma dan Sangha sebagai perlindunganyang utama dan ini disampaikan oleh sang
Buddha kepada Boarahat.
Tiga Perlindungan mengandung makna berlindung kepada :
1. Buddha yang memiliki arti menghormati Buddha sebagai guru junjungan bagi dewa dan
manusia yang telah sempurna dan menjadi penyelamat sebagai penunjuk jalan bagi semua
makhluk dengan membimbing agar dapat mencapai pembebasan dari kelahiran.
Seorang Hyang Tathagata muncul didunia, seorang yang suci yang telah mencapai
penerangan sempurna, yang memiliki pengetahuan dari perilaku sempurna, yang sempurna
menempuh sang jalan (ke Nibbana), pengerah segenap alam, pembimbing yang tiada taranya
bagi batin manusia yang harus dijinakan, guru para dewa dan manusia, yang sadar yang patut
dimuliakan.
11
2. Dharma ajaran sempurna yang menjadi pedoman hidup dan sarana perlindungan untuk
mempertahankan dan membantu makhluk - makhluk dengan cara menghindarkan mereka
jatuh (terlahir kembali) dialam menyedihkan.
3. Sangha kelompok makhluk suci yang menjadi sumber perlindungan untuk menjalankan dan
memajhami Dharma. Ajaran Buddha sehingga dapat membantu setiap makhluk untuk
mencapai pembebasan dari Dukkha.
Didalam Kitab I tivuttaka Hyang Buddha dengan tegas menyatakan keyakinan yang tertinggi
adalah keyakinan kepada Buddha, Dharma dan Sangha.
Menurut tradisi Buddhis yang berkembang yang diturunkan oleh Buddha Sakyamuni,
seseorang dinyatakan sah telah beragama Buddha jika telah mengikuti upacara Wisudhi
Trisanana yang dinyatakan di depan rupang Buddha Sakyamuni adan Diwisudhi oleh anggota
Sangha sebagai saksi.
2.7 Keyakinan Terhadap Hukum Kesunyataan
Umat Buddha yakin bahwa di dalam alam-alam kehidupan berlaku hukum – hukum
kesunyataan, hukum yang tidak bergantung tempat, waktu dan keadaan atau sasana yaitu :
1. Catari Ariya Saccani (empat kebenaran mulia) yang memuat tentang empat kebenaran mulia
tentang Dukkha atau penderitaan, sebab-sebab Dukkha yakni tanha (Dukkha samudaya)
lenyapnya Dukkha (Dukkha Nirodha) yakni Nibbanadan jalan untuk melenyapkan Dukkha
(Dukkha Nirodha Gamini Patipada) yakni dengan jalan utama berurusan delapan yang terdiri
dari :
a. Pandangan benar – Samma Ditthi
b. Pikiran benar – Samma Sankappa
c. Ucapan benar – Samma Vaca
d. Pembuatan benar – Samma Kammanta
e. Mata Pencaharian – Samma Ajiva
f. Daya upaya benar – samma Vayama
g. Perhatrian benar – Samma Sati
h. Konsentrasi benar – Sammu Samadhi
2. Kamma dan punabhava (hukum pembuatan dan kelahiran kembali)
3. Tilakkhana (Hukum tiga Corak umum)
4. Paticcasamuppada( Hukum sebab musabab yang saling bergantung).
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan membaca buku, majalah, internet dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibicarakan. Hasil penelitian ini diperoleh
yang sifatnya teoritis (data sekunder).
b. Penelitian lapangan (field research), yaitu suatu metode yang langsung dilakukan
terhadap objek penelitian dalam hal ini adalah siswa Buddhis sekolah Panca Karya
Stabat dari penelitian lapangan ini akan diperoleh data untuk mendukung penelitian
ini.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview) yaitu Tanya jawab yang dilakukan kepada orang yang punya
kapasitas memberikan keterangan yang benar mengenai pengertian istilah suatu kata
yang diperlukan dalam penelitian ini maupun kepada siswa Buddhis sebagai Sumber
data primer.
b. Daftar pertanyaan (angket), yaitu penelitian yang dilakukan untuk membantu proses
data untuk penelitian ini.
c. Metode dokumentasi yaitu suatu cara mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang berupa catatan, foto, transkrip, buku, surat kabar , majalah, prasasti, berkas
untuk khotbah, agenda dan sebagainya.
3.3 Teknik Pengolahan Data.
Analisis atas data dilakukan melalui dua metode, yakni :
1. Metode Deskriptik
Metode ini adalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengelompokkan,
menginterpretasikan,sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya mengenai
masalah yang diteliti.
2. Metode deduktif
Metode ini dalah suatu cara menganalisa dan menarik suatu kesimpulan yang bertitik
tolak dari prinsip dimana kebenarannya diterima secara umum untuk diperbandingkan
dengan fakta yang ada dalam praktek sebagai suatu pernyatan khusus sehingga
diperoleh penyimpangan maupun penyesuaian secara khusus.
13
BAB IV
HASIL PENELITIAN LAPANGAN TENTANG PERSEPSI YANG MUNCUL
MENGENAI PERSAMA IKUANTAO DENGAN AGAMA BUDDHA
4.1 Gambaran Umum Siswa Sekolah Menengah Pertama swasta Panca Karya Kelas
VIII
Di sekolah ini mayoritas siswa adalah beragama Buddha, tiap tingkatan ada dua kelas dan
diantara kedua kelas selalu satu kelas terdiri dari 100 persen siswa Buddhis sedangkan kelas
lainnya adalah kelas pembauran, jumlah siswa seperti terlihat pada table di bawah :
No Nama Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah1 VII 42 29 712 VIII 32 32 643 IX 45 45 90
Jumlah 119 106 225
Tabel 1. Jumlah Siswa Sekolah Swasta Panca Karya
Untuk kepentingan penelitian ini penulis hanya membatasi pada pengambilan data dari
siswa kelas II atau VIII SMP Panca Karya :
No Bentuk PertanyaanKelas VIII A
Persentase Keterangan
1 Siswa beraga Buddha 19 orang 59.3 % Siswa beragama Islam 9 orangKristen 4 orang
2 Siswa yang telah diwisuda Buddhis Nihil 03 Siswa yang Gui Kheng 9 orang 47.36 %4 Pernah ikut kemah remaja (Ikuantao) 1 orang 5.1%5 Pernah ikut dalam acara pelatihan Buddha Nihil 06 Pernah ikut tata cara persembahan dalam
kebaktian agama BuddhaNihil 0
7 Pernah ikut tata cara persembahan dalam kebaktian ajaran Ikuantao
8 Menjadi umat Buddha karena tradisi yang diturunkan oleh orang tua
Tabel 2. Hasil Angket
14
Dari data diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa mayoritas siswa tersebut adalah
Buddhis, sedangkan siswa beragama lain di abaikan dari data kerana tentu mereka tidak
memahami objejk penelitian yang penulis lakukan.
Siswa Buddhis meskipun mayoritas ternyata banyak yang tidak diwisudha secara
Buddhis. Padahal untuk memahami ajaran Buddha dengan baik mestinya telah menjalani
Wisudhi Trisarana.
Hal ini diperparah lagi jika orang tua siswa tidak memahami ajaran Buddha karena
menjadi umat Buddha hanya karena tradisi yang telah diwariskan turun temurun.
Belajar agama Buddha tidak mesti hanya bersumber dari apa yang didapatkan dari
pelajaran di sekolah tetapi juga bias diperoleh dengan mengikuti kegiatan pelatihan agama
Buddha yang diselenggarakan Vihara Buddhis maupun lembaga-lembaga agama Buddha.
Dibawah ini adalah hasil angket yang diberikan kepada siswa kelas VIII A SMP Panca
Karya :
Jawaban Jumlah dan Persentase KeteranganTiga pusaka adalah suatu yang penting yang mesti dijaga kerahasiaanya oleh umat Buddha
8 orang atau 25%
Tiga pusaka adalah ajaran Buddha karena ajaran Buddha selalubaik dan benar
4 orang atau 12.5%
Ajaran 3 pusaka tersebut merupakan sumber ajaran semua ajaran agama di dunia
1 orang atau 3.125%
Tiga pusaka dapat melindungi Kita 2 orang atau 6.25%Tidak tahu/tidak mengerti 14 orang atau 43.75%Jumlah 32 orang
Tabel 3. Hasil Pertanyaan Angket
Penulis mendeskripsikan bahwa pemahaman siswa Buddhis di sekolah Swasta Panca
Karya sangat kurang pemahamannya mengenai hakikat dasar ajaran agama Buddha, sehingga
ajaran Ikuantao yang mereka terima timbul persepsi bahwa ajaran Ikuantao sama dengan ajaran
agama Buddha.
Persepsi yang timbul dapat dilihat dari hasil angket yang penulis berikan diatas, bahwa
lebih dari 50 persen siswa memiliki persepsi bahwa ajaran Ikuantao sama dan memiliki
kaitannya dengan agama Buddha.
15
4.2 Persepsi Mengenai persamaan Ikuantao dan Agama Buddha dalam Upacara
menjadi umat baru
Kalangan siswa yang telah mengikuti upacara permohonan 3 pusaka dan dibuktikan
dengan kartu ursudhi yang berjumlah berkisar 50 persen dari jumlah siswa yang diteliti
menyatakan bahwa mereka telah resmi beragama Buddha. Meski beberapa diantara siswa
menyatakan mengalami upacara tersebut sejak masih kecil dan mereka tidak ingat atau tidak tau
ajaran yang di sampaikan waktu permohonan tersebut.
Didalam agama Buddha seseorang dianggap resmi sebagai Buddhis jika telah
menyatakan perlindungan kepada triratna yaitu menyatakan perlindungan kepada Buddha,
Dharma dan Sangha.
Sebagai akhir dari upacara dilakukan pembakaran kertas yang dituliskan nama umat yang
baru, hal ini disamakan dengan upacara Po un Yang yang dilakukan Bhiksu Mahayana . Setelah
selesai upacara maka kepada umat baru diucapkan selamat dan diberikan sebagai hasil
persembahan kepada Bunda Suci atau Lao Mu dan orang suci lainnya berupa permen atau kue.
Kemudian umat diminta untuk memberikan dana yang nilainya tidak besar tetapi dana ini
dikatakan sebagai dana paramitha atau “Kung Tek”dalam bahasa hokkian .
4.3 Persepsi Mengenai Patriach yang disamakan dengan Patriach didalam Agama
Buddha.
Dalam hal ini selalu dianggap bahwa aliran Ikuantao yang bersifat rahasia berasal dari
Maha Kasapa sebagai Patriach pertama karena didalam literature Mahayana dikatakan Maha
Kassapa mendapatkan ajaran pencerahan langsung dari sang Buddha saat beliau mengangkat
sekuntum bunga dan hanya yang mulia Kassapa yang tersenyum dan mengerti. Disamping itu
juga selalu disinggung patriarch ke 6 yaitu Huimeng sebagai sesepuh ikuantao. Adakalanya
ajaran Ikuantao menyatakan bahwa Buddha Sakyamuni mendapatkan inisiasi dari Laozi yang
hidup disebelah utara Tiangkok dan pergi ke india untuk mengajarkan 3 pusaka kepada
sakyamuni.
4.4 Penggunaan Patung yang dianggap sebagai Simbol Tempat Ibadah umat Buddha
yaitu Catiya atau Vihara
Penggunaan patung Bodhisativa maitreya yang sering disebut Buddha Meitreya
menimbulkan persepsi bahwa Ikuantao juga sama dengan Buddhis, simbul patung lainnya
anatara lain Kuankong yang dikenal dalam tradisi Mahayana sebagai dewa pelindung Dharma
dan Chi kung yang oleh masyarakat Taiwan dikenal sebagai Buddha hidup sehingga banyak film
16
berseri yang menceritakan kisah tentang Chi kung. Karena pemahaman yang bersifat tradisi
sehingga umat Buddha tersebut tentu tidak bisa membedakan nya dengan ajaran agama Buddha
Sakyamuni yang benar.
4.5 Persepsi mengenai Hukum Karma dari kedua ajaran yang dianggap sama.
Persepsi ini muncul disebabkan karena menggunakan istilah yang sama yaitu hukum karma.
Ajaran Ikuantao selalu bicara mengenai musuh karma yang dating membalas dendam jika
saatnya telah tiba, karma ini diperoleh karena tindakan penjagalan bagi non vegetarian.
17
BAB V
PEMBAHASAN DAN EVALUASI
5.1 Analisis terhadap Sejarah Awal Agama Budha
Ajaran Buddha atau Buddha sasana dimulai sejak pencerahan yang dicapai langsung oleh
pertapa Gotama. Setelah mengalami pengalaman pencerahan secara langsung, beliau berada pada
kesadaran penuh dan memperoleh gelar sebagai Buddha yang berasal dari suku Sakyamuni.
Dari pencapaian yang diperoleh Buddha Sakyamuni yang merupakan Guru junjungan.
Tidak hanya manusia tetapi jugapara dewa, maka sungguh tidak dapat diterima pandangan yang
mengatakan bahwa pencapaian Buddha Sakyamuni karena pencerahan yang diterima atau
diturunkan oleh sesorang.
Bagaimanapun juga banyak ajaran Buddha Sakyamuni yang tidak ada pada ajaran
maupun agama lain, seperti ajaran tentang bangaimana untuk bebas dari kelakuan hukum alam
semesta yang disebut panca Niyama , proses pekerjaanya pikiran dalam ajaran Abhidharma,
konsep tentang tiga corak umum yaitu Dukkha, Anicca dan Anatta, konsep Sunyata dalam ajaran
Mahayana maupun mandala dalam ajaran Vajrayana dan sebagainya.
5.2 Analisis terhadap Proses Asal Mula Manusia
Dalam majjhima Nikayana diceritakan bahwa Buddha, karena welas asik-Nya terhadap
semua makhluk, menyelidiki dunia dengan mata ke Buddha-an sebelum memutuskan untuk
mengajarkan Dharma melalui proses melihat kelakuan diri-Nya dan kelakuan setiap makhluk
serta kematian berulang kali yang dialami dalam masa yang sangat lampau. Buddha Sakyamuni
mampu memahami sebab-sebab dan proses yang terjadi tidak hanya pada manusia dan semua
makhluk tetapi juga seluruh fenomena aaalam yang melingkupinya .
Dari pernyataan diatas sangat jelas berbeda dengan pernyataan ajaran Ikuantao yang
menyatakan bahwa asal manusia adalah berasal dari surge meski agama Buddha mengenal
kehidupan di surge tetapi agama Buddha tidak bisa menerima jika suatu tindakan tertentu dalam
1 kehidupan kemudian mesti diganjar dengan surge abadi maupun neraka abadi.
Pada Kenyataanya meski kehidupan di surga maupun neraka sangat panjang yang bahkan
bisa mencapai ratusan kali tetapi suatu saat juga akan berakhir jika karma seseorang telah
saatnya berbuah maka tidak ada apapun yang bisa menghalangi.
18
5.3 Analisis terhadap Ti-Ratana/Triratna
Tiratana adalah bahasa Pali sedangkan Triratna adalah bahasa sansekerta yang memiliki
arti tiga permata dalam bahasa mandarin diterjemahkan sebagai Sam Pao atau shapa dalam
bahasa hokkian . meskipun memiliki atau memakai istilah yang sama tetapi jika kandungan yang
ada di dalamnya berbeda tentu saja pengertiannya juga berbeda.
Ajaran Buddha tidak bisa dilepaskan dari ketiga permata ini yaitu Buddha, Dharma dan
Sangha. Tiga permata ini dianggap sebagai perlindungan yang utama dalam menjalani proses
mencapai pencerahan tetapi ketiganya tidak dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan
ataupun sebagai anak kunci yang dipakai untuk mencapai tujuan yaitu Nibbana.
Bahkan didalam ajaran agama Buddha aliran Tamayana yang dikenal dengan ajaran
esoterisnya kenyataannya tidak ada sesuatu yang dirahasiakan seperti yang terjadi dengan ajaran
Ikuantao. Dalam ajaran Tantra, mandala rahasia adalah sikap batin, kejiwaan, sikap meditasi
kedalam rasa kesadaran dan keterbukaan dimana kita tidak ragu terhadap emosi kita
(penderitaan, kegelisahan).
Meskipun ajaran Ikuantao sering mengambil kitab Daodeching yang diajarka oleh
laziyang hidup di abab 600 SM-400 Sm sebagai sumber pengajaran, namun dari buku daodejing
jelas sangat berbeda dalam pembicaraan mengenai 3 pusaka. Dalam buku daodejing
menyebutkan tiga mustika yang selalu dipegang erat-erat adalah yang pertama cinta kasih, yang
kedua hemat dan yang ketiga adalah tak menonjolkan diri jika kita memperhatikan bahwa ajaran
Ikuantao juga mengajarkan 3 pusaka yang lebih tinggi yaitu pahala, kearifan, dan welas asik,
jelas bahkan ketiga pusaka ini juga berbeda kata maupun pengertiannya.
5.4 Analisis Terhadap proses kelakuan dan kematian makhluk hidup
Dalam ajaran agama Buddha aliran Theravada adan 31 alam kehidupan tempat makhluk
bertumimbal lahir, sedangkan didalam ajaran Mahayana diringkas menjadi 10 alam kehidupan.
Empat alam merupakan alam kesucian sedangkan 6 alam yang lain adalah alam yang msih
meliputi nafsu. Dalam ajaran Buddha proses kelahiran kembali setiap makhluk melalui 4 cara
yaitu kandungan, telur, spontan maupun kelembaran.
Proses kematian dan kelahiran dari satu kehidupan kekehidupan berikutnya berlangsung
sangat cepat dari patisansadhi muncul bhawanga citta berproses lalu muncul monodvaravajjana,
javana serta bhawanga citta.
19
Jika dibandingkan dengan proses keluarnya roh dalam ajaran Ikuantao tentu sangat
bertolak belakang, sehingga penulis simpulkan bahwa berkaitan dengan proses kematian dan
kelahiran dari kedua ajaran ini sangat berbeda dalam cara maupun proses tersebut.
5.5 Analisis terhadap Tujuan Akhir
Agama Buddha menyatakan tujuan akhir dari menjalankan ajaran Buddha adalah
mencapai pembebasan dari kelahiran dan kematian yaitu Nibbana . Pelaksanaan kebajikan yang
banyak tidak menjadi jaminan untuk bisa mencapai Nibbana. Nibbana hanya dapat dicapai jika
unsure kebencian, keserakahan dan kebodohan sebagai unsure yang menyebabkan kelakuan yang
berulang dapat dilenyapkan dengan melenyapkan ketiga akar ini maka Dukkha atau penderitaan
dengan sendirinya akan lenyap jika dukkha lenyap maka tentu tidak kta telah bebas dari
kelahiran kembali.
Setiap orang akan memiliki kedudukan dan jawaban yang berbeda tergantung kepada jasa
dan pahalanya, bahkan ajaran ini juga menyatakan setiap jasa dan pahala akan dicatat dengan
jelas dialam ini. Jika seseorang dalam kehidupan ini memiliki hutang karma di masa lampau
misalnya membunuh dan berbuahdimasa ini menurut ajaran Ikuantao maka jika orang tersebut
banyaak mengumpulkan jasa dan pahala dengan mengajak oaring-orang untuk menjalani ajaran
Ikuantao maka para suci berunding dengan penangih karma untuk mengurangi akibab karma
tersebut. Tentu saja pemahaman demikian sangat tidak bisa di terima didalam ajaran Buddha.
5.6 Analisis terhadap proses Pekerjaan Hukum sebab Akibat
Menurut ajaran Buddha Sakyamuni ada hukum alam semesta yang terdiri dari Panca
Niyama atau Lima niyama, hukum ini berlaku diseluruh akam semesta ia bekerja dengan
sendirinya tanpa ada sesuatu kekuatanpun yang bisa merubahnya diluar dari proses hukum
tersebut.
Hukum yang negatur tentang perbuatan adalah hukum karma atau karma Niyama, cara
bekerjanya hukum ini rumit dan kompleks dan proses pekerjaanya hukum karma didasarkan
kepada waktu, kekuatan dan fungsi.
Jika kita bandingkan dengan ajaran Ikuantao yang menyatakan hutang nyawa bayar
nyawa berkaitan dengan hidup non vegetarian. Dikatan jika kita melakukan penjagalan
(pemotongan/pembunuhan) maka semua arwah atau roh dari makhluk tersebut setelah
mengalami hukuman di neraka akan menuntut balas kepada sipenjagal.
20
5.7 Evaluasi terhadap Persepsi siswa SMP Panca Karya
Persepsi yang muncul dikalangan siswa Buddhis seperti yang penulis sampaikan di Bab
V, tentu saja adalah persepsi yang tidak benar, hal ini dapat kita lihat dari fakta-fakta yang
penulis sampaikan di Bab V ini. Bahwa kemudian persepsi penulis ini telah tertanam dikalangan
siswa, maka menjadi tanggung jawab dari semua pihakyang berkepentingan bagi pengembangan
ajaran Buddha Dhamma di Indonesia untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap penting
dan perlu untuk mengembalikan persepsi yang benar kepada siswa dan masyarakat Buddhis pada
umunya.
Sejak zaman reformasi bergulir pemerintah tidak lagi mengharuskan wadah tunggal
dalam memberikan aspirasi social maupu keagamaan. Kebijaksanaan ini tentu saja berimplikasi
bahwa setiap golongan atau sekte agama dapat mendirikan organisasinya masing-masing selama
tidak melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan Negara maupun menimbulkan gejolak social
yang mengganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.
Agama Buddha adalah agama yang mengajarkan kebenaran universal yang bisa
dibuktikan dan tidak takut untuk mempertanyakan kebenarannya ajaran ini tidak berdasarkan
ajarannya pada dogma-dogma maupun kekuatan makhluk adi kodrati, tetapi hukum universal
yang berlaku dialam semesta.
Dari dalil –dalil maupun acuan ajaran kaidah dasar agama Buddha yang penulis
sampaikan diatas dan dibandingkan dengan kaidah dasar ajaran Ikuantao maka penulis
menyimpulkan bahwa hipotesa awal yang penulis berikan di awal penelitian ini yaitu “perbedaan
yang sanagt mendasar antara ajaran Ikuantao dan agama Buddha” terbukti benar, bahwa terdapat
perbedaan yang dangat jelas dan tegas diantara kedua ajaran.
21
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pemilihan judul penelitian bagaimanapun seperti yang penulis sampaikan diawal
pembahasan, penulis tidak bertujuan untuk mendiskreditkan pihak manapun, penelitian ini
semata-mata untuk tujuan ilmiah dan dengan kaidah-kaidah ilmiah sehingga apa yang dihasilkan
penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Menguti oapa yang disampaikan oleh
seorang pendeta Nasrani yaitu Bapak J.A Ferdinandus dalam suatu forum kerukunan umat
beragama Sumatera Utara yang penulis ikuti yaitu “apa yang berbeda dari agama-agama jangan
disamakan dan apa yang sama jangan di beda-bedakan” sebagai panduan dalam menjaga
kerukunan hidup beragama.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan dan dengan pertimbangan mengenai hal diatas
maka penulis mengambil kesimpulan :
1. Ajaran agama Buddha atau Buddha Sasana adalah bersumber dari pengetahuan melalui
penembusan Dharma yang dicapai Buddha Sakyamuni secara langsung sehingga upaya
apapun untuk menyatakan ada ajaran yang lebih tinggi atau pencapaian makhluk lain yang
dianggap suci tidak bisa diterima.
2. Menurut agama Buddha kehidupan manusia dimulai tanpa awal manusia tidak diciptakan
makhluk lain maupun dirinya sendiri, ia muncul karena sebab dan kondisi yang mendukung.
3. Tri-Ratna, san Pao atau Trisarana adalah perlindungan yang utama bagi umat Buddha yang
terdiri dari Buddha Dharma dan Sangha dan ketiga perlindungan ini dirahasiakan.
4. Proses kematian dan kelahiran dari sata kehidupan ke kehidupan berikutnya menurut ajaran
Buddha berlangsung sangat cepat dari patisangdhi, muncul bhavanga citta berproses lalu
muncul monodvaravajjana, javana serta bhavanga citta.
5. Menurut ajaran Buddha Sakyamuni ada hukum alam semesta yang terdiri dari panca Niyama
atau lima Niyama. Hukum ini berkalu diseluruh alam semsta. Salah satu hukum yang
mengatur hukum karma adalah karma niyama.
6. Buddha Sakyamuni adalah guru tidak hanya bagi manusia tetapi juga makhluk dewa, beliau
adalah sosok penyelamat bagi semua makhluk yang telah mengajarkan cara dan bimbingan
setiap makhluk untuk bebas dari penderitaan dan mencapai Nibbana
22
19
7. Agama Buddha adalah agama yang mengajukan kebenaran universal yang bisa dibuktikan
dan tidak takut untuk dipertanyakan kebenaranya. Ajaran ini tidak mendasarkan ajaranya
kepada dogma-dogma maupun kekuatan makhluk adi kodrati, tetapi kepada hukum universal
yang berlaku dilan semesta.
8. Menurut ajaran Buddha bahwa kebajikan saja tidak cukup untuk mencapai Nibbana, Nibbana
hanya bisa di capai dengan menjalankan jalan utama beruas delapan sehingga kotoran batin
yang muncul kebencian , keserakahan dan kebodohan dapat lenyap, sedangkan ajaran
ikuantao menyatakan bahwa tujuan akhir hanya dapat dicapai melalui pembukaan pintu suci
sebagai satu-satunya jalan dan pertobatan dengan bervegetarian, melalui kebajikan serta
melintasi umat
9. Persepsi yang muncul dikalangan siswa Buddhis yang menyatakan bahwa ajaran Ikuantao
bukan ajaran Buddha.
10. Terdapat perbedaan yang tegas dan jelas diantara agama Buddha dan ajaran Ikuantao.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulismemberikan saran sebagai berikut :
1. Kepada siswa Buddhis khusunya siswa Panca Karya penulis menyarankan kepada mereka
agar dapat mempelajari ajaran Buddha dengan lebih baik, bersyukurlah dapat dilahirkan di
keluarga Buddhis sehingga memiliki kesempatan untuk beragam Buddha.
2. Kepada siswa Buddhis penulis harapkan dapat menjadikan hasil dari penelitian ini sebagai
pedoman untuk memahami ajaran Buddha yang benar.
3. Kepada kalangan penganut ajaran Ikuantao penulis sampaikan bahwa sekarang pemerintah
telah memberikan kesempatan yang lebih luas untuk menjalankan kehidupan beragama yang
lebih baik, alangkah bijaksananyajika mereka menyebar luaskan ajaran mereka tidak dengan
mengatas namakan ajaran atau symbol agama Buddha.
4. Kepada kalangan umat Buddha yang terlanjur ikut dengan ajaran Ikuantao maupun agama
lain , jika sadar dan ingin kembali menyatakan diri sebagai umat Buddhism aka ajaran
Buddha tidak pernah menutup pintunya. Keputusan beragama adalah pilihan anda,
sebagaimana bibit yang anda tanam dan rawat demikianlah buah yang akan anda nikmati.
5. Kepada kalangan umat Buddha, penulis sampaikan bahwa dari pada bicara tentang
perbedaan-perbedaan, pemahaman antara aliran akan lebih bijaksana jika kita mulai bekerja
bersama-sama untuk membangun potensi yang sangat besar yang dimiliki umat Buddha yang
sangat sedikit diperhatikan.
6. Kepada kalangan semua guru agama Buddha marilah kita dengan keterbatasan yang ada
menggunakan upaya kausaliya atau cara bijak untuk mengajarkan Dharma yang lebih
23
7. mudah diterima dan dimengerti bagi siswa-siswa Buddha sehingga mereka lebih tertarik
mempelajari dan mendalami agama Buddha.
8. Kepada pihgak mahasiswa lainnya penulis sampaikan bahwa penelitiuan yang masih
sederhana dan terbatas yang penulis lakukan kiranya dapat dijadikan landasan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut untuk kepentingan pengembangan Buddha Dharma.
9. Kepada kalangan pandita, Dharma Duta, room, Rohaniawan Buddhis agar kiranya hasil
penelitian ini dapat dijadikan sumber wawasan dalam menyebarkan Buddha Dharma.
10. Kepada rekan-rekan sedharma semoga dengan hasil penelitianini dapat menambah wawasan
dan keyakinan atas perbedaan ajaran Buddha dengan ajaran lain dalam banyak hal.
11. Untuk menyikapi sikap darisebagian umat Buddha yang kurang memahami atau bahkan
salah dalam pemahaman terhadap ajaran budha maka seluruh komponen umat Buddha yang
berkewajiban turut menyebarkan Buddha-Dharma, penulis sarankan untuk dapat
menyikapinya dengan penuh kebijaksanaan dan Welas asik dalam membimbing dan
mengarahkanmereka untuk kembali kepada ajaran Buddha yang benar.
24