Download - ABSTRAK MUHAMMAD ZAIN,
ABSTRAK
MUHAMMAD ZAIN, Implementasi Kebijakan Pengujian Kendaraan Bermotor Di
UTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Makassar. (Dibimbing oleh Bapak Alimuddin
Said dan Ibu Nuryanti Mustari).
Pemberlakuan PP Kota Makassar No 55 tahun 2012 tentang Pengujian
Berkala Kendaraan Bermotor memberikan kewenangan pelaksanaan pengujian
kendaraan bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Makassar untuk dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sejalan dengan itu, pelaksanaan
pengujian berkala kendaraan bermotor belum terlaksana dengan maksimal yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka perlu diteliti dengan tujuan untuk
mengetahui implementasi pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan Kota
Makassar yang dilihat dari aspek Organisasi dan untuk mengetahui
hambatan-hambatan yang ditemui dalam implementasi kebijakan pengujian kendaraan
bermotor di Dinas Perhubungan Kota Makassar.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif dengan random Sampling
pengambilan sampel yang diambil dari berdasarkan data yang ada yang didukung oleh
informasi oleh 10 informan. Data di kumpulkan dengan observasi, wawancara, dan
Dokumentasi dan di analisis secara kualitatif. Metode analisis data yang digunakan
teknik analisis kualitatif adalah penginterpretasian terhadap apa yang ditemukan dan
pengambilan kesimpulan akhir menggunakan logika atau penalaran sistematis.
Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian kendaraan
bermotor di Dinas Perhubungan Kota Makassar cukup belum terlaksana dengan
maksimal yang dilihat pada variabel organisasi yaitu kurangnya sumber daya manusia
yang mempunyai pendidikan dan golongan/pangkat yang cukup untuk menduduki
jabatan yang ada di struktur organisasi dan kondisi alat uji yang tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya serta kurangnya tenaga profesional di bidang pengujian yang
mempunyai sertifikasi pengujian. Variabel interpretasi tentang peraturan kebijakan
qanun, petunjuk pelaksanaan administrasi dan petunjuk teknis pengujian telah
berjalan sesuai dengan peraturan nasional dengan kondisi prasarana dan sarana
seadanya, dan variabel penerapan pelaksanaan yaitu dalam prosedur kerja, program
kerja dapat berjalan dengan minimnya petugas dan waktu pelaksanaan dijadwalkan
pada jam kerja. Implementasi kebijakan mempunyai hambatan selain dari tiga
variabel tersebut dan masih rendahnya kesadaran pemilik kendaraan akan pentingnya
pengujian kendaraan bermotor.
KATA PENGANTAR
Tak ada kata ataupun kalimat yang pantas terucap selain ungkapan syukur
Alhamdulillah Robbil Alamin, penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas
petunjuk dan bimbingan-Nya jugalah sehingga Skripsi ml dapat terselesaikan
penulisannya, meskipun pembahasannya masih jauh dari kesempurnaan, baik isi
maupun teknik penuHsannya. Oleh sebab itu, Penulis sangat mengharapkan kepada
para pembaca yang budiman, agar dapat memberikan masukan dan kritikan yang
bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan penulisan Skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih pula kepada
Bapak Drs. Alimuddin Said, M. Pd sebagai pembimbing I dan Ibu DR. Nuryanti
Mustari, S. Ip, M. Si sebagai pembimbing II, yang telah mengarahkan dan membimbing
penulis sejak pengusulan judul sampai kepada penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula
penults mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar DR. H. Irwan Akib, M.Pd.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan A. Luhur Prianto, SIP, M.Si yang telah
membina jurusan Ilmu Pemerintahan ini.
3. Dosen Fisipol, Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah banyak membantu penults
selama menempuh pendidikan di kampus ini.
DAFTARISI
HALAMANPERSETUJUAN ........................................................................................ ii
ABSTRAK .................................................................................................................... iii
KATAPENGANTAR ................................................................................................... iv
DAFTARISI .................................................................................................................. vi
DAFTARTABEL ........................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................... . .............................. .. .............................3
C. Tujuan Penelitian ..... ................................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .........................................................................................4
BAB II TNJAUANPUSTAKA ...................................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................................5
1. Pengertian Implementasi Kebijakan ........................................................ 5
2. Unsur-Unsur Implementasi Kebijakan ..................................................... 8
3. Tahapan Implementasi Kebijakan ........................................................... 12
4. Model Implementasi Kebijakan .............................................................. 15
5. Pengujian Kendaraan Bermotor .............................................................. 17
6. Sasaran Pengujian Kendaraan Bermotor ............ , .................................. ,31
7. Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor ................................................ 32
B. Kerangka pikir ............................................................................................. 33
C. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................ 36
A. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 36
B. Jenis Penelitian ............................................................................................. 36
C. Populasi dan Sampel penelitian....,.,.,. ........................................................ ., 36
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 37
E. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 37
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.. ............................................ 40
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................................ 40
1. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 40
2. Implementasi Pengujian Kendaraan Bermotor.,,., ................................... 40
3. Tanggapan Informan terhadap Pengujian Kendaraan Bermotor yang
diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan ................................................ 45
B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengujian
kendaraan bermotor. .................................................................................... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 66
A. Kesimpulan .................................................................................................. 66
B. Saran ............................................................................................................ 66
DAFTARPUSTAKA .................................................................................................... 69
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Melakukan Pengujian Di Dinas
Perhubungan Kota Makassar .............................................................................. 42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam
memperlancar roda perekonomian, serta mempengaruhi semua aspek kehidupan
bangsa dan negara. Sehingga transportasi berperan sebagai penunjang, pendorong
dan penggerak bagi pertumbuhan daerah yang berpotensi dalam upaya
peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya Transportasi juga
sebagai penunjang pembangunan ekonomi, tanpa adanya transportasi sebagai
sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya basil yang memuaskan dalam
usaha pengembangan ekonomi dari suatu negara,
Menyadari pentingnya peranan transportasi bagi kehidupan manusia,
pemerintah Indonesia dituntut untuk mencarikan solusi yang terbaik bagi
perkembangan transportasi dengan melalui pelaksanaan kebijakan pemerintah
menyangkut kesejahteraan para pelaku usaha transportasi, dimana dalam hal ini
dapat berdampak pada pelayanan yang diberikan pelaku usaha transportasi
terhadap masyarakat sebagai pengguna sarana transportasi tersebut.
Dengan demikian transportasi selalu diusahakan perbaikan dan
kemajuannya sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga akan tercapai
efisiensinya yang lebih baik. Upaya pemerintah dalam pengembangan transportasi
dituangkan dalam peraturan pemerintah nomor 22 tahun 2012 tentang kendaraan
dan pengemudi yang mengatur kelayakan kendaraan yang beroperasi di jalan.
Tujuan dart kebijakan tersebut untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan dan
pencemaran udara yang disebabkan oleh kendaraan yang kurang layak jalan.
Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis,
ukuran dan lapisan, Kedalaman alur ban luar bagi kendaraan yang dinyatakan lulus
uji mendapat perpanjangan buku uji berkala selama enam bulan dan dilengkapi
dengan tanda samping, yaitu berat kosong kendaraan, jumlah berat yang
diperbolehkan/diizinkan, daya angkut barang, masa berlaku surat/tanda uji dan
kelas jalan terendah yang boleh dilalui dan bagi kendaraan yang dinyatakan tidak
lulus uji berkala, maka petugas penguji wajib memberitahukan secara tertulis yaitu
perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan, waktu dan tempat dilakukan pengujian
ulang tanpa dipungut biaya lagi.
Manfaat yang diperoleh bagi pemilik kendaraan yang telah mengikuti
pengujian kendaraan bermotor adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian kendaraan yang dioperasikan.
2. Mempermudah penyidikan pelanggaran menyangkut kendaraan yang
bersangkutan.
3. Memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka perencanaan pembangunan
nasional.
4. Menjaga kelestarian lingkungan yang disebabkan oleh asap gas buang
kendaraan bermotor dan keselamatan baik mated maupun jiwa.
5. Memperkecil kerusakan-kerusakan berat pada waktu pemakaian dan akan
mengurangi kecelakaan lalu lintas yang di akibatkan oleh kendaraan tersebut.
Pengujian kendaraan bermotor secara berkala sangat penting dilakukan,
selain menunjang kendaraan dalam keadaan yang baik dan siap pakai juga dapat
meminimalkan terjadinya kecelakaan di jalan raya yang akan banyak merugikan
pengemudi maupun masyarakat di sekitarnya. Dengan melakukan pengujian
kendaraan secara berkala maka kestabilan kendaraan akan terjamin baik dari
rungsi mesin maupun fungsi kendaraan lainnya
Kebijakan pengujian kendaraan bermotor selain mengurangi tingkat
kecelakaan juga mengurangi pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh asap gas
buang, kecelakaan lalu lintas karena kondisi rem yang tidak layak pakai serta
komponen kendaraan lainnya tidak baik secara teknis namun tetap dipaksakan
beroperasi, Padahal seyogiannya dilakukan per enam bulan untuk mengecek
kondisi mesin kendaraan.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti
proses implementasi kebijakan tentang pengujian Kendaraan UPTD-PKB Dinas
Perhubungan Kota Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan asumsi yang telah dikemukakan, maka hal yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana implementasi kebijakan tentang pengujian kendaraan bermotor di
UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Makassar?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengujian
kendaraan bermotor di UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Makassar?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan maka tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan implementasi pengujian
kendaraan bermotor UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Makassar yang dilihat dari
aspek organisasi, interpretasi, dan pelaksanaan,
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:
1. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan pemerintah Kota Makassar dalam melakukan evaluasi
kebijakan yang telah dikeluarkan khususnya tentang kebijakan pengujian
Kendaraan UPTD-PKB Dinas Perhubungan Kota Makassar.
2. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
menambah pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan penelitian di bidang
implementasi kebijakan publik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengeritian Implementasi Kebijakan
Kebijakan Studi implementasi adalah studi perubahan yang terjadi dan
perubahan bisa dimunculkan, juga merupakan studi tentang mikrostruktur dari
kehidupan politik yaitu organisasi di luar dan didalam sistem politik menjalankan
urusan mereka dan berinteraksi satu sama lain dan motivasi yang membuat
bertindak secara berbeda Persons (2005:463). Dalam setiap perumusan suatu
tindakan apakah itu menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi
dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi, karena suatu kebijaksanaan
tanpa diimplementasikan maka tidak akan banyak berarti. Sesuai dengan hal
tersebut, Van Meter dan Van Horn dalam Winamo (2008:146) mengemukakan
"Implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan
keputusan kebijakan sebelumnya”.
Standar dan sasaran kebijakan didasarkan pada kepentingan utama
terhadap faktor-faktor yang menentukan pencapaian kebijakan. Mengidentifikasi
indikator-indikator pencapaian merupakan tahap yang krusial dalam analisis
implementasi kebijakan. Indikator-indikator pencapaian ini menilai sejauh mana
ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Dampak
kondisi-kondisi ekonomi, sosial dan politik pada kebijakan publik merupakan
pusat perhatian yang besar selama dasawarsa yang lalu. Para peminat
perbandingan politik dan kebijakan publik secara khusus tertarik dalam
mengidentifikasikan pengaruh variabel-variabel lingkungan pada hasil hasil
kebijakan. Faktor-faktor implementasi keputusan-keputusan kebijakan mendapat
perhatian yang kecil, namun menurut Van Meter dan Van Horn, faktor-faktor ini
mempunyai efek yang mendalam terhadap pencapaian Badan-badan pelaksana.
Sedangkan menurut Edwards (2003:1) "Implementasi kebijakan adalah salah
satu tahap kebijakan publik, antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi
kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya".
Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang
merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu dapat mengalami kegagalan
sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu
kebijakan yang telah direncanakan dengan sangat baik, dapat mengalami kegagalan jika
kebijakan tersebut kurang di implementasikan dengan baik oleh para pelaksana
kebijakan.
Selanjutnya dikemukakan oleh O’Jones (1994;88) mengemukakan
"Implementasi adalah suatu proses interaktif antara suatu perangkat tujuan dengan
tindakan atau bersifat interaktif dengan kegiatan-kegiatan kebijaksanaan yang
mendahuluinya, dengan kata lain implementasi merupakan kegiatan yang dimaksudkan
untuk mengoperasikan sebuah program dengan pilar-pilar organisasi, interpretasi dan
pelaksanaan”.
Sedangkan menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Winarno (2008:189),
menjelaskan lebih lanjut tentang konsep implementasi kebijakan sebagai berikut :
memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah program dinyatakan berlaku atau
dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yaitu kejadian-kejadian
atau kegiatan yang timbul seteiah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan negara,
yaitu mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk
menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.
Berdasarkan pendapat para ahli dalam menentukan tahapan implementasi
kebijakan tersebut, terlihat bahwa implementasi program adalah tindakan-tindakan yang
dilaksanakan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat terhadap sesuatu objek/sasaran
yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Namun implementasi kebijakan yang sesuai dengan penelitian ini adalah menggunakan
teori O’Jones dengan melalui tiga pilar yaitu organisasi, interpretasi dan pelaksanaan
dikarenakan lokasi penelitian ini merupakan daerah baru pemekaran yang masih
membutuhkan peraturan daerah, sarana, prasarana dan tenaga profesional untuk
mendukung teori tersebut yaitu struktur organisasi, keahlian pelaksana, perlengkapan
alat uji, kebijakan yang sesuai dengan peraturan pemerintah, sesuai dengan petunjuk
pelaksana dan teknis, prosedur kerja dan program kerja yang jelas serta jadwal kegiatan
pelaksanaan yang tetap.
2. Unsur-Unsur Implementasi Kebijakan
Tachjan (2006:26) menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi
kebijakan yang mutlak hams ada yaitu:
a) Unsur pelaksana
b) Adanya program yang dilaksanakan serta
c) Target group atau kelompok sasaran
Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan yang diterangkan Dimock &
Dimock dalam Tachjan (2006:28) sebagai berikut."Pelaksana kebijakan merupakan
pihak-pihak yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran
organisasional, analisis serta penrumusan kebijakan dan strategi organisasi, pengambilan
keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian, penggerakkan manusia,
pelaksanaan operasional, pengawasan serta penilaian”.
Pihak yang terlibat penuh dalam implementasi kebijakan publik adalah
birokrasi Dengan begitu, unit-unit birokrasi menempati posisi dominan dalam
implementasi kebijakan yang berbeda dengan tahap formulasi dan penetapan
kebijakan publik dimana birokrasi mempunyai peranan besar namun tidak dominan.
Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti periling tanpa tindakan-tindakan riil yang
dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek. Hal ini dikemukakan oleh Grindle
dalam Tachjan (2006:31) bahwa " Implementation is that set of activities directed
toward putting out a program into effect.
Menurut Terry dalam Tachjan (2006:31) program merupakan rencana yang
bersifat komprehensif yang sudah menggambarkan sumber daya yang akan digunakan
dan terpadu dalam satu kesatuan. Program tersebut menggambarkan sasaran, kebijakan,
prosedur, metode, standar dan budjet. Pikiran yang serupa dikemukakan oleh Siagiaan,
program harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Sasaran yang dikehendaki
b) Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu
c) Besarnya biaya yang diperlukan beserta sumbernya
d) Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan dan Tenaga kerja yang dibutuhkan baik
ditinjau dari segi jumlahnya maupun dilihat dari sudut kualifikasi serta keahlian dan
keterampilan yang diperlukan (Wmarno,2008:12)
Selanjutnya, menurut Grindle dalam Tachjan (2006:34) menjelaskan bahwa
isi program harus menggambarkan; "kepentingan yang dipengaruhi (interest
affected), jenis manfaat (type of benefit), derajat perubahan yang diinginkan (extent
of change envisioned), status pembuat keputusan (site of decision making), pelaksana
program (program implementers) serta sumber daya yang tersedia (resources
commited)"
Program dalam konteks implementasi kebijakan publik terdiri dari
beberapa tahap yaitu:
a) Merancang bangun (design) program beserta perincian tugas dan perumusan tujuan
yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas serta biaya dan waktu.
b) Melaksanakan (application) program dengan mendayagunakan struktur-struktur dan
personalia, dana serta sumber-sumber lainnya, prosedur dan metode yang tepat.
c) Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-sarana pengawasan yang
tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan Taehjan (2006:35)
Unsur implementasi kebijakan publik yang terakhir adalah target group atau
kelompok sasaran, Taehjan (2006:35) mendefinisikan bahwa: "target group yaitu
sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang atau
jasa yang akan dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan".
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kelompok
sasaran dalam konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik yang dimiliki oleh
kelompok sasaran seperti: besaran kelompok, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pengalaman, usia serta kondisi sosial ekonomi mempengaruhi terhadap efektivitas
implementasi.
Berdasarkan asumsi di atas unsur implementasi kebijakan terdiri dari 3 unsur
yaitu pelaksana, program dan target. Unsur pelaksana dalam penelitian ini menurut PP
no 44 tahun 1993 adalah Pelaksanaan Pengujian kendaraan bermotor di Unit Pengujian
Kendaraan Bermotor dan pemeriksaan dilakukan oleh Penguji yang memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah, bagi kendaraan yang memenuhi kelaikan
akan disahkan oleh pejabat yang ditunjuk akan diberi tanda uji. Unsur programnya
dalam kebijakan ini adalah pengujian kendaraan yang meliputi uji:
a) Emisi gas buang kendaraan bermotor
b) Kebisingan suara kendaraan bermotor
c) Efisiensi sistem rem utama
d) Efisiensi sistem rem parker
e) Kincup roda depan
f) Tingkat suara klaxon
g) Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama
h) Radius putar
i) Alat penunjuk kecepatan
j) Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis,
ukuran dan lapisan
k) Kedalaman alur ban luar
Sedangkan unsur targetnya adalah semua kendaraan bermotor jenis mobil bus,
mobil barang, kereta gandengan, kereta tempelan, kendaraan umum dan kendaraan
khusus yang dioperasikan di jalan wajib dilakukan uji berkala. Dalam penelitian ini
peneliti berfokus pada kendaraan yang muatannya kurang dari 3500 kg.
3. Tahapan Implementasi Kebijakan
Widodo (2007;87) Implementasi mengacu pada tindakan untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan, tindakan ini berusaha untuk
mengubah keputusan-keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta
berusaha mencapai perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah
diputuskan sebelumnya. implementasi pada hakikatnya juga upaya pemahaman apa
yang seharusnya terjadi setelah sebuah program dilaksanakan.
implementasi kebijakan tidak hanya melibatkan instansi yang bertanggung
jawab untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, namun juga menyangkut jaringan kekuatan
politik, ekonomi, dan sosial. Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses
pelaksanaan keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:
a) Tahapan pengesahan peraturan perundangan;
b) Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana;
c) Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan;
d) Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki atau tidak;
e) Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana;
f) Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.
Widodo (2007;91) Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut
beberapa hal penting yakni:
a) Penyiapan sumber daya, unit dan met ode;
b) Menerjemahkan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat diterima dan
dijalankan;
c) Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin. Widodo (2007;101) Oleh
karena itu, implikasi sebuah kebijakan merupakan tindakan sistematis dari
pengorganisasian, penerjemahan dan aplikasi.
Berikut ini merupakan tahapan-tahapan operasional implementasi sebuah
kebijakan:
a) Tahapan intepretasi Tahapan ini merupakan tahapan penjabaran sebuah
kebijakan yang bersifat abstrak dan sangat umum ke dalam kebijakan atau tindakan
yang lebih bersifat manajerial dan operasional. Kebijakan abstrak biasanya tertuang
dalam bentuk peraturan perundangan yang dibuat oleh lembaga eksekutif dan
legislatif, bias berbentuk perda ataupun undang-undang. Kebijakan manajerial
biasanya tertuang dalam bentuk keputusan eksekutif yang bisa berupa peraturan
presiden maupun keputusan kepala daerah, sedangkan kebijakan operasional berupa
keputusan pejabat pemerintahan bisa berupa keputusan/peraturan menteri ataupun
keputusan kepala dinas terkait Kegiatan dalam tahap ini tidak hanya berupa proses
penjabaran dari kebijakan abstrak ke petunjuk pelaksanaan/teknis namun juga
berupa proses komunikasi dan sosialisasi kebijakan tersebut baik yang berbentuk
abstrak maupun operasional kepada para pemangku kepentingan,
b) Tahapan Pengorganisasian. Kegiatan pertama tahap ini adalah penentuan pelaksana
kebijakan (policy implementor) yang setidaknya dapat diidentifikasikan sebagai
berikut: instansi pemerintah (baik pusat maupun daerah); sektor swasta; LSM
maupun komponen masyarakat. Setelah pelaksana kebijakan ditetapkan; maka
dilakukan penentuan prosedur tetap kebijakan yang berfungsi sebagai pedoman,
petunjuk dan referensi bagi pelaksana dan sebagai pencegah terjadinya
kesalahpahaman saat para pelaksana tersebut menghadapi masalah, Prosedur tetap
tersebut terdiri atas prosedur operasi standar (SOP) atau standar pelayanan minimal
(SPM). Langkah berikutnya adalah penentuan besaran anggaran biaya dan sumber
pembiayaan.
Pembiayaan bisa diperoleh dari sektor pemerintah (APBN/APBD) maupun sektor
lain (swasta atau masyarakat). Selain itu juga diperlukan penentuan peralatan dan
fasilitas yang diperlukan, sebab peralatan tersebut akan berperan penting dalam
menentukan efektifitas dan efesiensi pelaksanaan kebijakan. Langkah selanjutnya
penetapan manajemen pelaksana kebijakan diwujudkan dalam penentuan pola
kepemimpinan dan koordinasi pelaksanaan, dalam hal ini penentuan focal point
pelaksana kebijakan. Setelah itu, jadwal pelaksanaan implementasi kebijakan segera
disusun untuk memperjelas hitungan waktu dan sebagai salah satu alat penentu
efesiensi implementasi sebuah kebijakan.
c) Tahapan implikasi. Tindakan dalam tahap ini adalah perwujudan masing-masing
tahapan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Peraturan Pemerintah no 44 tahun 2009 belum bisa diimplementasikan dengan
maksimal karena masih bersifat umum dan beium bersifat operasional, dari asumsi
tersebut dilakukanlah tahapan-tahapan Interpretasi, pengorganisasian, implikasi yaitu
dengan dibuatnya peraturan Walikota no 26 tahun 2007 tentang pengujian kendaraan
bermotor di kota Makassar sebagai penjabaran PP no 44 tahun 1993 yang terlalu
abstrak dan belum operasional.
Pemerintah membuat Peraturan Walikota no 10 tahun 2006 tentang jabatan
fungsional penguji kendaraan untuk menentukan pelaksana kebijakan (policy
implementor) dan diwujudkan dalam program pengujian kendaraan di Unit Pelaksana
Teknis Dinas Pengujian Kendaraan Bermotor Makassar dengan ditentukan sasaran
pengujian kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa, mencoba dan meneliti
diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor wajib uji berkaiasecara keseluruhan pada
bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam system komponen serta dimensi
teknisnya baik berdasarkan ketentuan yang berlaku.
4. Model Implementasi Kebijakan
Menurut O’Jones (1994:296) ada tiga pilar penilaian tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Organisasi, setiap organisasi harus memiliki struktur organisasi, adanya somber daya
manusia yang berkualitas sebagai tenaga pelaksana dan perlengkapan atau alat-alat
kerja serta didukung dengan perangkat hukum yang jelas.
b) Interpretasi, maka mereka yang bertanggung jawab dapat melaksanakan
tugasnya sesuai dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku, harus dilihat apakah
pelaksanaannya telah sesuai dengan petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis yang
dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.
c) Penerapan, peraturan/kebijakan berupa petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis telah
berjalan sesuai dengan ketentuan, untuk dapat melihat ini harus pula di lengkapi
dengan adanya prosedur kerja yang jelas, program kerja serta jadwal kegiatan
disiplin.
Sesuai dengan PP 55 tahun 2009, manfaat pengujian kendaraan bermotor yang
ingin dicapai sebagai berikut:
a) Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kendaraan lalu lintas,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan kerusakan-kerusakan berat pada waktu
pemakaian.
b) Memberikan informasi kepada masyarakat pengusaha tentang daya angkut yang
diizinkan, muatan sumbu terberat serta kelas jalan terendah yang dapat dilalui
sehingga diharapkan dapat mencegah kerusakan jalan di jembatan.
c) Memberi saran-saran perbaikan kepada pengusaha/pemilik kendaraan
bermotor.
d) Menginformasikan kelemahan-kelemahan terhadap produksi tertentu untuk
langkah penyempurnaan khususnya bagi produsen atau agen tunggal
pemegang merek.
e) Menyajikan data kuantitatif tentang potensi angkutan, baik angkutan
penumpang maupun angkutan barang dalam hubungan dengan pembinaan
angkutan secara umum.
5. Pengujian Kendaraan Bermotor
Pengujian kendaraan bermotor disebut juga uji kir adalah serangkaian kegiatan
menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor, kereta gandengan,
kereta tempelan dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan
teknis dan laik jalan, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 44 tahun 1993 tentang
kendaraan dan pengemudi, Pengujian Kendaraan bermotor dilaksanakan secara
berkala 6 (enam) bulan sekali dalam rangka menjamin keselamatan, kelestarian
lingkungan dan pelayanan umum.
Sesuai dengan Undang-Undang RI No. 14 tahun 1992 tujuan transportasi
adalah untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat,
lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien, maupun memadukan modal transportasi
lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan,
pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan menunjang pembangunan
nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Maka untuk
mewujudkan hal tersebut diatas semua peruntukannya harus memenuhi persyaratan
teknis dan ambang batas laik jalan serta sesuai dengan kelas jalan yang dilalui.
Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor bersifat pelayanan umum dan lebih
diutamakan pada pertimbangan menyangkut aspek keselamatan secara teknis terhadap
pengguna/kendaraan bermotor di jalan sampai pada tujuannya dan kelestarian
lingkungan dan kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor
yang digunakan di jalan, sehingga tidak untuk mencari keuntungan materil.
Pengaturan dan pembinaan kendaraan maupun mengemudi tersebut tidak
dapat dipisahkan dart sistem lalu lintas dan angkutan jalan yang secara keseluruhan
merupakan bagian tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional. Pada
kenyataannya, kegiatan pengaturan dan pembinaan tersebut menuntut keterlibatan serta
dukungan berbagai instansi pemerintah maupun masyarakat yang mempunyai kaitan
tugas dengan bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Untuk mencapai daya guna dan
basil guna yang optimal, diperlukan adanya pengaturan dan pembinaan secara terpadu,
menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dapat dicapai jika kegiatan pengaturan dan
pembinaan pada masing-masing instansi pemerintah tersebut terkoordinasi secara utuh,
tertib, teratur dan sinergenik antara satu dengan lainnya, tanpa mengurangi tugas dan
tanggung jawab masing-masing instansi.
Di dalam Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 diatur kewajiban pemilik
untuk mendaftarkan kendaraan bermotornya, dalam rangka mengumpulkan data yang
dapat digunakan untuk tertib administrasi, pengendalian kendaraan bermotor yang
dioperasikan di Indonesia, mempermudah penyidikan pelanggaran atau kejahatan yang
menyangkut kendaraan yang bersangkutan, serta dalam rangka perencanaan kendaraan
yang bersangkutan, serta dalam rangka perencanaan, rekayasa dan manajemen lalu
lintas dan angkutan jalan, dan memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka
perencanaan pembangunan nasional.
Berikut prosedur dan gambaran pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor:
1. Pengujian Berkala Pertama.
Syarat-syarat Pengujian Berkala Pertama adalah sebagai berikut:
a. Permohonan Uji Berkala Pertama dari pemilik atau yang dikuasakan
b. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), asli dan fotocopy;
c. Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik, asli beserta fotocopy atau surat kuasa dari
pemilik kendaraan;
d. Sertifikat Uji Tipe yang dikeluarkan Dirjen Perhubungan Darat RI, asli
beserta fotocopy
e. Sertifikat Registrasi Uji Tipe yang dikeluarkan oleh penanggung jawab
produksi/rakit/ impor, asli beserta fotocopy
f. Surat Keterangan Tera dari Badan Metrologi, bagi kendaraan tanki, taksi dengan
argometer dan kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas (BBG), asli
beserta fotocopy
g. Rekomendasi dari Kepala Dinas Perhubungan Kota Depok (khusus angkutan
penumpang umum
h. Biaya Retribusi sesuai tarif
i. Kendaraan datang ke lokasi pengujian.
Prosedur Pengujian Berkala Pertama :
Prosedur Pengujian Berkala Pertama dapat dilihat sebagaimana alur gambar
berikut ini:
Urutan kegiatan Pengujian Berkala Pertama adalah sebagai berikut:
a. Pemilik atau yang dikuasakan mendaftarkan kendaraannya dengan
menyerahkan syarat-syarat administrasi
b. Penetapan jumlah Retribusi Pengujian Berkala Pertama dan nomor unit
pendaftaran
c. Pemohon membayar biaya retribusi Pengujian Berkala Pertama dan menerima
bukti pembayaran serta Formulir Berita Acara Pengujian Berkala Pertama;
d. Pemohon membawa kendaraannya untuk diperiksa dan diuji di gedung
Pengujian, serta menyerahkan Formulir Berita Acara Pengujian Berkala beserta
syarat-syarat;
e. Penguji melakukan pemeriksaan dan pengujian, pengukuran dimensi kendaraan,
penetapan JBB / JBKB, Berat Kendaraan, menghitung Daya Angkut Orang dan
Barang, JBI/JBKI, MST dan Kelas Jalan Terendah;
f. Penguji menetapkan hasil pengujian dan menandatangani Berita Acara
Pengujian
2. Berkala Pertama;
Pemanggilan dan pemberitahuan hasil pengujian kepada pemohon. Apabila
hasil pengujian dinyatakan "Lulus", maka
a. Penetapan dan pembubuhan Nomor Uji pada rangka kendaraan
b. Pemohon diminta menyerahkan Plat Nomor kendaraan untuk dipasang Plat Uji
dan diperintahkan untuk pemasangan Tanda Samping
c. Pengisian Buku Uji dan Kartu induk Pemeriksaan
d. Penguji Menandatangani Buku Uji dan Kartu Induk Pemeriksaan;
e. Menyerahkan Buku Uji dan Plat Nomor yang telah dipasangkan Plat Uji.
f. Apabila hasil pengujian dinyatakan "Tidak Lulus", pemohon berhak banding atau
melakukan perbaikan-perbaikan sesuai Berita Acara Pengujian Berkala Pertama
selanjutnya dilakukan Pengujian Ulang’
g. Waktu Pelayanan Maksimal 90 (sembilan puluh) menit.
3. Pengujian Rubah Bentuk.
Syarat-syarat pengujian Rubah Bentuk sama dengan Pengujian Berkala Pertama,
hanya ditambah dengan sertifikat Rancang Bangun dari Dirjen Perhubungan Darat
Prosedur dan kegiatan Pengujian Rubah Bentuk sama dengan Prosedur Pengujian
Berkala Pertama, hanya tidak ada pembubuhan nomor uji, karena kendaraan
dimaksud sudah mempunyai nomor uji a. Pengujian Berkala Periodik Syarat-syarat
Pengujian Berkala Periodik adalah sebagai berikut:
1) Permohonan Uji Berkala Periodik dari pemilik atau yang dikuasakan
2) Buku Uji Berkala asli, jika hilang wajib melampirkan Berita Acara Kehilangan
dari Kepolisian dan potongan berita kehilangan di media cetak
3) Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), asli dan fotocopy
4) Kartu Tanda Penduduk (K.TP) Pemilik, asli beserta fotocopy atau surat kuasa
dari pemilik kendaraan
5) Kartu Pengawasan (Khusus angkutan penumpang umum).
a. Prosedur Pengujian Berkala Periodik :
Prosedur Pengujian Berkala Periodik dapat dilihat sebagaimana alur pada
gambar berikut ini:
1) Pemilik atau yang dikuasakan mendaftarkan kendaraannya dengan
menyerahkan syarat-syarat administrasi
2) Penetapan jumlah Retribusi Pengujian Berkala Periodik dan nomor urut
pendaftaran
3) Pemohon membayar biaya Retribusi Pengujian Berkala Periodik dan menerima bukti
pembayaran serta Formulir Berita Acara Pengujian Berkala;
4) Pemohon membawa kendaraannya untuk diperiksa dan diuji di gedung pengujian,
serta menyerahkan Formulir Berita Acara Pengujian Berkala beserta syarat-syarat
5) Penguji menetapkan hasil pengujian dan menandatangani Berita Acara
c. Pengujian Berkala Periodik;
Pemanggilan dan pemberitahuan hasil pengujian kepada pemohon. Apabila hasil
pengujian dinyatakan "Lulus", maka .
1) Pemohon diminta menyerahkan Plat Nomor kendaraan untuk dipasang Plat Uji
dan diperintahkan untuk pemasangan Tanda Samping
2) Pengisian Buku Uji dan Kartu Induk Pemeriksaan
3) Penguji Menandatangani Buku Uji dan Kartu Induk Pemeriksaan;
4) Penyerahan Buku Uji dan Plat Nomor yang telah dipasangkan Tanda Uji.
5) Apabila hasil pengujian dinyatakan "Tidak Lulus", pemohon berhak banding atau
melakukan perbaikan teknis sesuai Berita Acara Pengujian Berkala
6) Periodik, selanjutnya dilakukan Pengujian Ulang;
7) Waktu Pelayanan Maksimal 60 (enam puluh) menit.
4. Pengujian Penghapusan/Scraping.
Syarat-syarat Pengujian Penghapusan/Scraping adalah sebagai berikut:
a. Permohonan Pengujian Penghapusan/Scraping disampaikan kepada Kepala
Dinas Perhubungan Kota Depok;
b. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), ash dan fotocopy
c. Salinan Keputusan Pengadilan (bagi kendaraan hasil sitaan pengadilan)
d. Buku uji (khusus kendaraan wajib uji).
Prosedur Pengujian Penghapusan/Scraping:
Prosedur Pengujian Penghapusan/Scraping dapat dilihat sebagaimana atur
pada gambar berikut ini:
Urutan Pelaksanaan Pengujian Penghapusan/Scraping adalah sebagai berikut:
a. Pemohon mendaftarkan Pengujian Penghapusan/Scraping dengan menyerahkan
syarat-syarat administrasi
b. Penetapan jumlah Retribusi Pengujian Penghapusan/Scraping;
c. Pemohon membayar biaya Retribusi Pengujian Penghapusan/Scraping dan
menerima bukti pembayaran
d. Pemohon membawa kendaraannya untuk diperiksa dan diuji di gedung
pengujian (apabila tidak dimungkinkan karena sesuatu hal, maka penguji wajib
mendatangi ke tempat kendaraan dimaksud berada), serta menyerahkan
e. Formulir Laporan Pengujian Pengujian Penghapusan, beserta syarat-syarat;
1) Penguji menetapkan hasil pengujian dan menandatangani Formulir Laporan
Pengujian Penghapusan/Scraping
2) Ketua Panitia Pengujian Penghapusan memberikan Surat Keterangan Penilaian
Kondisi Teknis Kendaraan atas dasar Laporan Pengujian Penghapusan/Scraping
3) Pemanggilan dan pemberitahuan hasil pengujian kepada pemohon
4) Pemohon menerima hasil Pengujian Penghapusan/Scraping.
5) Waktu Pelayanan Maksimal 60 (Enam puluh) menit.
5. Pengujian di Tempat
Syarat-syarat Pengujian di tempat sama dengan Pengujian Berkala Periodik,
hanya pada pelaksanaannya diharuskan:
a. Jumlah minimal 20 kendaraan
b. Memiliki Pelataran yang cukup luas
c. Di lokasi pemohon, dan berada di wilayah Kota.
d. Waktu pelayanan maksimal 60 (Enam puluh) menit
e. Prosedur dan Urutan Kegiatan Pelaksanaan Pengujian di tempat sama dengan
Pengujian Berkala Periodik.
6.Numpang Uji
a. Numpang Uji Masuk
Syarat-syarat dan pelaksanaan Numpang Uji Masuk sama dengan Pengujian
Berkala Periodik, hanya pada pelaksanaannya diharuskan melampirkan Surat
Rekomendasi Numpang Uji dari daerah asal kendaraan yang bersangkutan.
b. Numpang Uji Keluar
Syarat-syarat Numpang Uji Keluar adalah sebagai berikut:
1) Permohonan Numpang Uji dari pemilik atau yang dikuasakan
2) Buku Uji Berkala asli, jika hilang wajib melampirkan Berita Acara
Kehilangan dari Kepolisian dan potongan berita kehilangan di media cetak
3) Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), asli dan fotocopy;
4) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik, asli beserta fotocopy atau surat kuasa
dari pemilik kendaraan
5) Kartu Pengawasan (Khusus angkutan penumpang umum).
7. Presedur Numpang Uji Keluar
Prosedur Numpang Uji Keluar dapat dilihat sebagaimana alur pada gambar
berikut ini:
Urutan kegiatan Numpang Uji Keluar
Urutan Pelaksanaan Numpang Uji Keluar adalah sebagai berikut:
a. Pemohon mengajukan permohonan Numpang Uji Keluar dengan menyerahkan
syarat-syarat;
b. Penetapan jumlah Retribusi Pengujian Numpang Uji Keluar
c. Pemohon membayar biaya Retribusi Pengujian Numpang Uji Keluar dan
menerima bukti pembayaran
d. Pembuatan Surat Rekomendasi Numpang Uji;
e. Penetapan Rekomendasi Numpang Uji
f. Pemohon menerima hasil Surat Rekomendasi Numpang Uji Keluar
g. Waktu Pelayanan Maksimal 30 (Tiga puluh) menit.
8. Mutasi Uji
a. Mutasi Uji Masuk
Syarat-syarat dan pelaksanaan Mutasi Uji Masuk sama dengan Pengujian Berkala
Periodik, hanya pada pelaksanaannya diharuskan melampirkan Surat Mutasi Uji
Kendaraan dan Surat Mutasi Kendaraan/Viskal Antar Daerah dari daerah asal
kendaraan yang bersangkutan.
b. Mutasi Uji Keluar
Syarat-syarat Mutasi Uji Keluar adalah sebagai berikut :
1) Permohonan Mutasi Uji Keluar dari pemilik atau yang dikuasakan
2) Buku Uji Berkala asli, jika hilang wajib melampirkan Berita Acara
Kehilangan dari Kepolisian dan potongan berita kehilangan di media cetak
3) Surat Mutasi Kendaraan/Viskal Antar Daerah, asli dan fotocopy
4) Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pemilik, asli beserta fotocopy atau surat kuasa
dari pemilik kendaraan
5) Kartu Pengawasan (Khusus angkutan penumpang umum);
6) Waktu pelayanan maksimal 30 (Tiga puluh) menit
b. Prosedur Mutasi Uji Keluar :
Prosedur Mutasi Uji Keluar dapat dilihat sebagaimana alur pada gambar
berikut ini:
Urutan kegiatan Mutasi Uji Keluar Urutan Pelaksanaan Mutasi Uji Keluar adalah sebagai
berikut:
a. Pemohon mendaftarkan Mutasi Uji Keluar dengan menyerahkan syarat-syarat;
b. Penetapan jumlah Mutasi Uji Keluar
c. Pemohon membayar biaya Mutasi Uji Keluar dan menerima bukti pembayaran
d. Pembuatan Surat Rekomendasi Mutasi Uji Keluar;
e. Penetapan Surat Rekomendasi Mutasi Uji Keluar
f. Pemohon menerima hasil Surat Rekomendasi Mutasi Uji Keluar.
g. Waktu Pelayanan Maksimal 30 (Tiga puluh) menit.
6. Sasaran Pengujian Kendaraan Bermotor
Sasaran pengujian kendaraan bermotor meliputi kegiatan memeriksa,
mencoba dan meneliti diarahkan kepada setiap kendaraan bermotor wajib uji berkala
secara keseluruhan pada bagian-bagian kendaraan secara fungsional dalam sistem
komponen serta dimensi teknisnya baik berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Kendaraan bermotor yang wajib uji berkala untuk memenuhi ambang batas laik jalan
yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1993 meliputi:
a. Emisi gas buang kendaraan bermotor
b. Kebisingan suara kendaraan bermotor
c. Efisiensi sistem rem utama
d. Efisiensi sistem rem parkir
e. Kincup roda depan
f. Tingkat suara klakson
g. Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama
h. Radius putar
i. Alat penunjuk kecepatan
j. Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis,
ukuran dan lapisan
k. Kedalaman alur ban luar
Pelaksanaan Pengujian kendaraan bermotor di Unit Pengujian Kendaraan Bermotor dan
pemeriksaan dilakukan oleh Penguji yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan
oleh pemerintah, bagi kendaraan yang memenuhi kelaikan akan disahkan oleh pejabat
yang ditunjuk akan diberi tanda uji. Sasaran pengujian kendaraan bermotor meliputi
kegiatan memeriksa, menguji, mencoba dan meneliti diarahkan kepada setiap
kendaraan bermotor wajib uji secara keseluruhan pada bagian-bagian kendaraan
secara fungsional dalam sistem komponen serta dimensi teknisnya baik maupun
berdasarkan persyaratan teknis yang objektif
7. Manfaat Pengujian Kendaraan Bermotor
Sesuai dengan PP 44 tahun 1993, manfaat pengujian kendaraan bermotor
sebagai berikut:
a. Mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya kendaraan lalu lintas,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan kerusakan-kerusakan berat pada waktu
pemakaian.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat pengusaha tentang daya angkut yang
diizinkan, muatan sumbu terberat serta kelas jalan terendah yang dapat dilalui
sehingga diharapkan dapat mencegah kerusakan jalan di jembatan.
c. Memberi saran-saran perbaikan kepada pengusaha/pemilik kendaraan bermotor.
d. Menginformasikan kelemahan-kelemahan terhadap produksi tertentu untuk langkah
penyempurnaan khususnya bagi produsen atau agen tunggal pemegang merek.
e. Menyajikan data kuantitatif tentang potensi angkutan, baik angkutan penumpang
maupun angkutan barang dalam hubungan dengan pembinaan angkutan secara
umum.
B. Kerangka pikir
Pemerintah telah mengeluarkan berbagai program, diantaranya adalah
program menurunkan angka kecelakaan, dengan mengeluarkan suatu kebijakan
yaitu peraturan pemerintah nomor 55 tahun 2009 tentang kendaraan dan
pengemudi yang mengatur kelayakan kendaraan yang beroperasi di jalan. Untuk
membuat suatu implementasi kebijakan tersebut, maka standar penilaian yang dapat
dipakai adalah organisasi yaitu Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor di Unit
Pelaksana Teknis Penguji Kendaraan Bermotor, Dinas Perhubungan Makassar,
yang terdiri dari: a) Struktur organisasi: Unit Pelaksana Teknis Penguji Kendaraan
Bermotor, Dinas Perhubungan Makassar, mempunyai struktur organisasi
pelaksanaan. b) Keahlian pelaksana: Mempunyai SDM yang berkualitas dibidang
pengujian kendaraan atau yang mempunyai sertifikat pengujian kendaraan
bermotor, dan c) Perlengkapan alat uji kendaraan: Mempunyai sarana dan prasarana
yang mendukung pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor.
Interpretasi adalah Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor di Unit
Pelaksana Teknis Penguji Kendaraan Bermotor, Dinas Perhubungan Makassar,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu: sesuai dengan peraturan:
Kebijaksanaan yang telah dibuat harus sesuai dengan peraturan yang berlaku baik
peraturan tingkat Pusat, Provinsi atau Kabupaten/Kota, petunjuk pelaksana: Tata
pelaksanaan yang bersifat administratif dan petunjuk teknis: Pelaksanaan secara
teknis yang diterapkan di lapangan. Berikut kerangka pikir penelitian:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian
Angkutan Umum di Unit Pelaksana Teknis Penguji Kendaraan Bermotor.
C. Deskripsi Fokus Penelitian
1. Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan komponen pelaksana dalam
mencapai tujuan sasaran pengujian kendaraan bermotor di Unit Pelaksana Teknis
Penguji Kendaraan Bermotor, Dinas Perhubungan Kota Makassar.
2. Prosedur kerja yaitu memiliki mekanisme kerja yang jelas agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi tumpang tindih.
3. Pendaftaran yaitu prosedur yang harus di lalui oleh pemilik kendaraan untuk
mendaftarkan kendaraannya untuk dilakukan uji kendaraan bermotor guna
mengetahui kondisi kendaraan.
3. Uji emisi kendaraan yaitu uji kelayakan kendaraan seperti pada uji gas buangan
kendaraan, apakah masih layak dan tidak menyebabkan polusi.
4. Uji system kemudi yaitu uji kelayakan kendaraan pada system kemudi yang
merupakan unsur penting dalam mengontrol jalannya kendaraan
5. Sosialisasi kebijakan pengujian kendaraan yaitu proses pengenalan maupun
informasi mengenai pentingnya kendaraan dilakukan pengujian guna
mengetahui kondisi pasti kendaraan agar tidak mengakibatkan kecelakaan di jalan
raya.
6. Sanksi yaitu aturan yang menetapkan dan pemberian hukuman atau peringatan bagi
Perusahaan Otobus (PO) yang tidak lulus dalam pengujian kendaraan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Makassar, khususnya pada Unit
Pelaksana Teknis Dinas Penguji Kendaraan Bermotor Kota Makassar, Dipilih
UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor sebagai lokasi penelitian karena untuk
melihat sejauh mana implementasi kebijakan pengujian kendaraan bermotor yang
dilaksanakan pada UPTD PKB Kota Makassar.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berusaha
mendeskripsikan dan menyajikan basil penelitian secara lengkap sesuai dengan
permasalahan yang diteliti.
C. Populasi dan Sampel penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai UPTD PKB Kota Makassar.
Adapun jumlah populasi di UPTD PKB Kota Makassar pada bagian pengujian
kendaraan bermotor.
2. Sampel penelitian sebanyak 5 orang pegawai UPTD PKB Kota Makassar yang
dipilih dengan menggunakan random sampling dan 5 orang sopir PO sebagai
sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 10 orang sebagai informan.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang ditempuh penuUs dengan cara
melakukan pengamatan langsung di lapangan.
2. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung
kepada informan.
3. Dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158), Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang pengujian kendaraan bermotor.
Jents dan Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif dan untuk
memperoleh data peneliti menggunakan cara:
1. Data Sekunder diperoleh melalui: Studi kepustakaan yang bersumber pada
laporan-Iaporan, dokumen-dokumen yangberhubungan dengan permasal-ahan
yang diteliti, terutama mengenai implementasikebijakan tentang pengujian
Angkutan Umum di Kota Makassar. Data-data yangdikumpulkan merupakan
data yang mempunyai kesesuaian dan kaitan dengankebutuhan penelitian yang
dilakukan.
2. Data Primer diperoleh melalui; mencari data primer dapat dilakukan dengan
wawancara mendalam (in-dept interview) dengan penggunaan alat penelitian
verbal (recording) untuk memperoleh data-datayang diperlakukan dalam
penelitian ini menjadi lengkap.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengumpulan dan mengolah data
kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dengan analisis akan
menguraikan dan memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan data yang
diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis kualitatif. Analisis secara
kualitatif adalah analisis data yang tidak bisa dikategorikan secara statistik. Dalam
analisis kualitatif ini, maka penginterpretasian terhadap apa yang ditemukan dan
pengambilan kesimpulan akhir menggunakan logika atau penalaran sistematis.
Model analisis kualitatif digunakan model analisis interaktif, yaitu model
analisis yang memerlukan tiga komponen berupa reduksi data, sajian data, serta
penarikan kesimpulan/verifikasi dengan menggunakan proses siklus. Dalam
menggunakan analisis kualitatif, maka penginterpretasian terhadap apa yang
dhentukan dan pengambilan kesimpulan akhir digunakan logika atau penalaran
sistematik. Ada tiga komponen pokok dalam tahapan anatisa data menurut HB
Sutopo, yaitu:
1. Data Reduction merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan
abstraksi data kasar yang ada dalam field note. Reduksi data dilakukan selama
penelitian berlangsung, hasilnya data dapat disederhanakan dan
ditransformasikan melalui seleksi ketat, ringkasan serta penggolongan dalam
suatu pola.
2. Data Display adalah rakitan organisasi informasi yang memungkinkan
kesimpulan riset dilakukan, sehingga peneliti akan dengan mudah memahami apa
yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
3. Canclution drawing dari awal pengumpulan data peneliti harus mengerti apa arti
dari hal-hal yang ditelitmya, dengan cara peneatatan peraturan, pola-pola, pernyataan
konfigurasi yang mapan dan arahan sebab akibat sehingga memudahkan dalam
pengambilan kesimpulan. Sedangkan analisis Kuantkaif yaitu pengolahan data yang
meliputi input data, entri data dan penyajian data hasil penelkian dalam bentuk tabel
frekuensi, distribusi, maupun variable-variabel berbentuk numerik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dinas perhubungan Kota Makassar adalah Instansi Pemerintah daerah
Kota Makassar yang bergerak di Bidang perhubungan, baik itu perhubungan
darat, laut, maupun udara. Tugas dari dinas Perhubungan dispesifikasikan pada
sistem angkutan umum dan trayeknya dan memeriksakan setiap kendaraan.
2. Implementasi Pengujian Kendaraan Bermotor
Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor pada dasarnya bertujuan
untuk menjaga keselamatan baik bagi pengusaha angkutan maupun penumpang
umum (Konsumen). Secara teknis tercantum dalam Pasal 132 ayat (2)
menjelaskan bahwa pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor adalah
merupakan tanggung jawab pemerintah. Dalam hal ini Dinas Perhubungan yang
ditunjuk oleh Pemerintah sebagai satu-satunya lembaga yang diberi wewenang
untuk melakukan pengujian kelaikan bagi kendaraan umum.
Petugas di Dinas Perhubungan Kota Makassar juga sudah memiliki
spesifikasi sebagaimana disyaratkan dalam pasal 133, pasal 134, pasal 135 dan
pasal 136 dimana petugas Dinas Perhubungan sebagai pelaksana teknis pengujian
kendaraan dilakukan oleh tenaga penguji yang memiliki kualifikasi teknis.
Kelengkapan peralatan pengujian juga dimiliki oleh Dinas Perhubungan dalam
pelaksanaan pengujian kelaikan kendaraan bermotor.
Syarat kewajiban setiap kendaraan bermotor penumpang kendaraan umum
secara jelas diatur oleh Pasal 12 dan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1992.
Secara rinci pasal 12 mengatur mengenai persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan
bermotor dan pasal 13 mengatur pengujian kendaraan bermotor. Adapun isi dari
Pasal 12 dan Pasal 13 adalah sebagai berikut: Pasal 12
1) Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan hams sesuai dengan
peruntukannya, memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan
kelas jalan yang dilalui.
2) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan dan kendaraan khusus
yang dibuat dan/atau dirakit di dalam negeri serta diimpor, harus sesuai dengan
peruntukan dan kelas jalan yang akan dilaluinya serta wajib memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan.
3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Pcraturan Pemerintah.
Pasal 13
1) Setiap kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan
khusus yang dioperasikan di jalan wajib diuji.
2) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi uji tipe dan/atau uji
berkala.
3) Kendaraan yang dinyatakan lulus uji sebagaimana dimaksud dalam ayat diberikan
tanda bukti.
4) Persyaratan, tata cara pengujian, masa berlaku, dan pemberian tanda bukti
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Selanjutnya berdasarkan Pasal 148 Peraturan Pemerintah Nomor 55
Tahun 2012 disebutkan bahwa setiap kendaraan umum yang dioperasikan di jalan
wajib melakukan uji berkala kelaikan jaian secara berkala, Pelaksanaan
pengujian kendaraan bermotor bagi setiap kendaraan dilakukan setiap 6 bulan
sekali. Sebagai implementasi dari ketentuan wajib uji tersebut dapat diketahui data
mengenai jumlah kendaraan bermotor wajib uji dan yang telah diuji oleh Dinas
Perhubungan Kota Makassar selama tahun 2010 hingga tahun 2012 adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Kendaraan Bermotor Yang Melakukan Pengujian Di Dinas
Perhubungan Kota Makassar
No Jenis 2008 2009 2010 2011 2012
1 Mobil PenumpangUmum 200 217 224 328 511
2 Bus Umum 1509 1523 1591 1340 1548
3 Bus Bukan Umum 14232 16083 16777 15104 17351
Jumlah 15941 17823 18592 16772 19410
Sumber : Dinas Perhubungan Tahun 2013
Selanjutnya yang menjadi pembahasan utama yakni bagaimana
mekanisme Pelaksanaan Sistem Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas
Perhubungan Kota Makassar pada pengujian berkala yang dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali, yang dilaksanakan di Gedung Pengujian Kendaraan
Bermotor sesuai dengan alamat pemilik atau peruntukan kendaraan.
1. Ketentuan dan syarat melakukan pengujian kendaraan bermotor, yaitu harus
melengkapi:
a. Surat Tanda Uji Kendaraan (STUK) beserta fotocopynya;
b. Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) beserta fotocopynya;
c. Bagi kendaraan penumpang/Bis Umum harus melengkapi ash kartu
pengawasan;
d. Biaya Retribusi sesuai tarif
e. Kendaraan beserta pengemudinya datang ke lokasi pengujian.
2. Mekanis Pengujian
Mekanis pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor dapat dilihat sebagaimana pada
alur berikut:
Tata cara pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor (PKB)
Loket I
a. Pemegang/pemilik kendaraan bermotor melapor pada loket I untuk
mendapatkan formulir permohonan uji bagi kendaraan wajib uji dengan
melengkapi surat-surat kendaraan bagi wajib uji antara lain:
1) Surat Tanda Uji Kendaraan (STUK) beserta fotocopynya;
2) Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) beserta fotocopynya;
3) Bagi kendaraan penumpang/bis umum harus melengkapi asli Kartu
Pengawasan;
4) Kendaraan bermotor yang akan diuji harus hadir di lokasi/lapangan
Gedung Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan.
b. Loket 0
Petugas administrasi pengujian kendaraan bermotor menerima nasi! pengisian
formulir permohonan uji dari loket I dan petugas tersebut memeriksa/meneliti
pengisian formulir beserta kelengkapan surat-surat kendaraan dan setelah lengkap
dan benar didaftarkan tanggal penetapan uji selanjutnya berkas tersebut diserahkan
ke loket III
c. Loket HI
Berkas loket II tersebut diserahkan kepada Bendaharawan Khusus Penerima dan
Bendaharawan Penerima memanggil pemegang/pemilik kendaraan untuk
melunasi/membayar antara lain:
1) Biaya Retribusi Uji;
2) Biaya Plat Uji;
3) Biaya Permohonan Uji;
4) Biaya Buku Uji bila ada penggantian buku yang rusak, habis ruang masa uji dan
uji pertama kali;
5) Biaya Leges.
d. Loket TV
Setelah berkas tersebut diterima oleh penguji, penguji mengadakan pemeriksaan
teknis kendaraan yang diuji dimaksud dan setelah dinyatakan lulus uji Petugas
Administrasi menyelesaikan proses pengisian Kartu Induk maupun buku uji dan
penandatanganan Buku Uji dimaksud oleh Penguji, serta pemasangan Plat Uji (tanda
lulus uji). Bila kendaraan tidak lulus uji,
penguji memerintahkan pemegang/pemilik kendaraan tersebut untuk
memperbaiki bagian-bagian yang rusak sesuai petunjuk yang telah disyahkan
oleh penguji dan penguji sekalian menetapkan tanggal kendaraan tersebut untuk
diuji kembali setelah kendaraan tersebut diperbaiki.
3. Tanggapan Informan terhadap Pengujian Kendaraan Bermotor yang
diselenggarakan oleh Dinas Perhubungan.
Untuk mengetahui penilaian dari informan terhadap implementasi kebijakan
pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan Kota Makassar, peneliti telah
melakukan wawancara mendalam yang terdiri dari tiga aspek, yaitu pertama organisasi
yang terdiri dari struktur organisasi, keahllan pelaksana dan perlengkapan alat pengujian,
kedua interpretasi adalah pelaksanaan yang sesuai dengan ketentuan peraturan, petunjuk
pelaksana dan petunjuk teknis, dan yang ketiga pelaksanaan yang berjalan sesuai dengan
prosedur kerja, program kerja dan jadwal kegiatan yang berdasarkan dengan teori
Charles 0?Jones.
Berdasarkan informasi dari beberapa informan, diperoleh keterangan bahwa
Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor tahun 2005 yang telah di setujui oleh dewan
empat tahun yang lalu bam dapat dtoperasikan tahun 2008 sampai dengan saat ini
dengan keterbatasan sarana, alat dan sumber daya manusianya. Untuk memperoleh
gambaran yang lebih rinei menurut teori Charles O? Jones aktivitas utama yang paling
penting dalam implementasi kebijakan adalah organisasi, interpretasi dan pelaksanan,
berikut ini pembahasannya:
1. Prosedur Kerja
a. Pendaftaran
Prosedur untuk dilakukan pengujian terhadap kendaraan maka langkah pertama
yaitu memasukan permohonan tertulis atau mendaftarakan kendaraan dan setelahnya
wajib memenuhi persyaratan uji. Persyaratan untuk mendaftarkan kendaraan guna
dilakukan pengujian maka sopir atau pihak PO wajib melengkapi berkas atau ketentuan
yang berlaku. Adapun persyaratanya dijelaskan berikut:
1) Pemilik kendaraan atau kuasanya mengajukan permohonan pendaftaran uji di Loket-I,
dengan membawa persyaratan buku uji dan STNK. Bila memenuhi syarat akan dapat
tanda bukti daftar uji dan surat perintah bayar retribusi.
2) Pemilik/kuasanya membayar retribusi uji di Loket-II, dan memperoleh tanda bukti
bayar retribusi uji (cash register).
3) Pemilik/kuasanya mengajukan penetapan pelayanan teknis pengujian di Loket-III,
yang meliputi penetapan waktu, tempat, dan uji teknis.
4) Pemilik/kuasanya/pengemudi membawa kendaraan ke lokasi pengujian dan
menunjukkan identitas pemilik/surat kuasa dan tanda bukti penetapan uji, kemudian
memperoleh Surat Perintah Uji (SPU) dari Loket-TTI sebagai pengantar untuk
melaksanakan uji teknis kendaraan.
Adapun bagan Bagan tentang sistem dan prosedur pengujian disajikan di
bawah ini:
Gambar 10. Bagan Prosedur Pengujian Kendaraan Bermotor
Sumber : Dinas Perhubungan Kota Makassar
Urutan kegiatan Pengujian Berkala Pertama adalah sebagai berikut
1) Pemilik atau yang dikuasakan mendaftarkan kendaraannya dengan
menyerahkan syarat-syarat administrasi
2) Penetapan jumlah Retribusi Pengujian Berkala Pertama dan nomor urut
pendaftaran
3) Pemohon membayar biaya retribusi Pengujian Berkala Pertama dan menerima
bukti pembayaran serta Formulir Berita Acara Pengujian Berkala Pertama
4) Pemohon membawa kendaraannya untuk diperiksa dan diuji di gedung
Pengujian, serta menyerahkan Formulir Berita Acara Pengujian Berkala beserta
syarat-syarat
Adapun tugas-tugas pelaksana Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas
Perhubungan Kota Makassar dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang beriaku
maka setiap petugas dituntut memiliki kemampuan yang memadai sesuai dengan
bidangnya, Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Hadira (tanggal 3
Oktober 2013) menyatakan bahwa:
"...Dinas Perhubimgan terbentuk berdasarkan Ketentuan PP 41 tahun 2003
tentang Organisasi Perangkat Daerah terbentukkh Qamrn Rota Makassar Nomor 3
tahun 2003 mengenai aturan prosedur kerja sebelum uji kelayakan kendaraan
dilakukan maka prosedur teknis haruslah dipenuhi terlebih dahulu yaitu
mendaftarkan kendaraan untuk dilakukan uji kelayakan yang selanjutnya akan
dilakukan uji emisi dan uji system kendali jika yang bersangkutan sudah memenuhi
persyaratan diawal."
Selanjutnya wawancara dengan Bapak Ibrahim pada tanggal 3
Oktober 2013 sebagai berikut:
"...pendaftaran memang tidak termasukdalam PP 41 tahun 2003 namun
merupakan persyaratan teknis dimana dengan adanya pendaftaran maka dapat
diketahui secara pasti pemilik kendaraan dan bagaimana kondisi kendaraan
dengan begitu kami pihak pelaksana pengujia kelayakan dapat menyampaikan
apa-apa saja yang perlu dibenahi dan diperbaiki"
Dari wawancara dengan Ibu Hadira dan Pak Ibrahim dapat diketahui
bahwa setelah masalah administrast terkadang tidak begitu diperhatikan oleh
pemilik kendaraan, apalagi bagi PO besar. Didukung dengan pendapat dari Pak Majid
sebagai petugas administrasi pada tanggal 3 Oktober 2013 yaitu:
"...Kalau masalah pendaftaran saja sulit dilakukan maka pengujian juga pun
akan suit dilaksanakan, jangan heran jika banyak terjadi kecelakaan karena
kondisi kendaraan yang kurang bagus tetapi karena tidak mau repot ya pakai saja
tak perlu diperiksa, padahal aturan sebenarnya PO yang tidak lulus pengujian akan
dikenakan sansksi"
Ilampir sejalan dengan pendapat Ibu Hadira, Pak Majid sebagai petugas
administrasi menyatakan salah satu guna dari diadakannya loket pendaftaran
sebelum dilakukan pengujian pada kendaraan yaitu selain untuk informasi identitas
kendaraan juga untuk membudayakan kebiasaan antri pada pemilik-pemilik kendaraan,
apalgi untuk PO besar akan lebih indah diliat jika keseluruhan prosedur di ikuti sehingga
sistem kerja juga akan terlaksana secara tertib.
b, Pengujian Kendaraan
Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan
persyaratan teknis dan pengujian ambang batas !aik jalan, yang digunakan untuk
penetapan dan pengesahan keiaikan jalan kendaraan bermotor. Pengujian berkala
kendaraan bermotor dilaksanakan berdasarkan sistem dan prosedur yang ditetapkan
oleh ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan.
Maksud dari diselenggarakannya pengujian kendaraan bermotor adalah untuk
menjamin agar setiap kendaraan yang akan digunakan dijalan, selalu dan tetap
memenuhi persyaratan teknis dan ketentuan ambang batas laik jalan. Dalam
penjaminan ini, pemilik kendaraan wajib menjaga kondisi teknis kendaraannya selama
masa uji masih berlaku, dan untuk itu dapat dilakukan uji petik laik jalan untuk
mengetahui keiaikan jalan. Sedangkan tujuan dari pengujian kendaraan bermotor
adalah untuk menjamin keselamatan pengemudi dan pemakai jalan, turut menjaga
kelestarian lingkungan dan meningkatkan pelayanan umum.
Jenis-jenis kendaraan yang wajib melakukan pengujian kedaraan
diantaranya yaitu:
1) Mobil Penumpang; Setiap kendaraan bermotor yang diiengkapi sebanyak
banyaknya 8 tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik
dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
2) Mobil Bus: Setiap kendaraan bermotor diiengkapi lebih dari 8 tempat duduk
tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa
perlengkapan pengangkutan bagasi.
3) Mobil Barang: Setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk dalam
sepeda motor, mobil penumpang dan mobil bus.
4) Kendaraan Khusus adalah kendaraan bermotor selain daripada kendaraan
bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang yang
penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang
khusus.
Pelaksana penguji kendaraan bermotor adalah pegawai negeri sipil yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang
untuk melaksanakan kegiatan pengujian kendaraan bermotor. Profesi pekerjaan seorang
penguji telah ditetapkan menjadi jabatan fungsional penguji kendaraan bermotor
berdasarkan ketentuan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.
150/KEP/M.P AN/11/2003 tentang Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor
dan Angka Kreditnya, serta Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara No. KM.48 Tahun 2004 dan No. 20 Tahun 2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penguji Kendaraan Bermotor dan Angka
Kreditnya. Tugas-tugas pokok tersebut telah ditentukan oleh Kepala Pengujian
Kendaraan dimaksud, hal ini dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam
pelaksanaan pengujian. Kenyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara yang penulis
lakukan pada Bapak Chaidir pada tanggal 5 Oktober, bahwa:
"...Pegawai negeri di bidang pengujian ada dua orang dan yang satu orang
tersebut memiliki sertifikat pengujian serta dibantu oleh 10 orang pegawai
harian lepas/honorer, tetapi mereka dapat melaksanakan tugasnya
masing-masing dengan pengawasan dua pegawai tersebut sehingga tidak
terjadinya tumpang tindih pelaksanaan pengujian tersebut"
Dari hasil wawaneara dapat disimpulkan bahwa prosedur kerja telah
dilaksanakan sebagaimana mestinya dimana masing-masing personil sudah paham
tupoksi dan melaksanakan tupoksi dimaksud, meskipun dengan jumlah tenaga penguji
masih sangat terbatas. Berdasarkan pengamatan penulis jumlah tenaga pengujian yang
profesional dan memiliki keahlian di bidang pengujian kendaraan bermotor masih sangat
kurang. Menurut penulis jika jumlah sumber daya manusia dibidang pengujian
kendaraan bermotor dimaksud dapat ditambah untuk kelancaran pelaksanaan tugas
lapangan akan bisa lebih maksimal.
c. Pengujian Emisi Kendaraan
Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan Kota
Makassar telah sesuai dengan PP Dinas Perhubungan Kota Makassar No. 2 tahun 2005
yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2012 tentang pengujian emisi
kendaraan dan berdasarkan pelaksanaan uji emisi terhadap beberapa kendaraan yang
beroperasi dilingkungan masyarakat tak terkecuali truk besar ditemukan beberapa fakta
yang cukup mengejutkan yakni dari 10 kendaraan yang dilakukan uji emisi terdapat 40
persen yang tidak lulus kelayakan kendaraan, Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu
Hayati dalam wawancara pada tanggal 5 Oktober 2013, bahwa:
". .pengujian emisi kendaraan yang dilakukan dilapangan diperleh bahwa masih
banyak kendaraan yang tidak lulus dalam pengujian kelayakan kendaraan namun
masih tetap beroprasi dilapangan"
Seyogiannya PO maupun pemilik kendaraan angkutan umum seharusnya
memperhatikan kelayakan kendaraan yang digunakan, Dimana suatu kendaraan baik
bus, truk, maupun mini bus (pete-pete) dinilai lulus uji emisi yakni untuk kendaraan
berbahan bakar bensin batas normalnya yakni 2,5 persen, sementara bus besar (truk)
berbahan bakar solar batas normalnya yakni 70 persen.
Wawancara dengan saudara Naufal tanggal 9 Oktober, menyatakan bahwa:
"...adanya pengujian kelayakan kendaraan ini merupakan suatu kegiatan poshif
bagi penumpang. Pasalnya, kegiatan seperti ini dapat menurunkan tingkat polusi
bagi masyarakat dan alam"
Selanjutnya wawancara dengan saudara Suherman (tanggal 9 Oktober 2013)
yang menyatakan bahwa:
" ..... pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan Kota
Makassar masih belum maksimal, dimana masih banyak kendaraan yang tidak
layak (tidak lulus pengujian kelayakan) masih terus beroperasi dan hal ini tentunya
akan membawa dampak pada pencemaran udara"
Dengan demikian manfaat yang diperoleh dengan melakukan pengujian emisi
kendaraan yaitu dari segi keamanan dalam berkendaraan karena telah teruji laik untuk
berjalan dan dari segi kesehatan dalam asap buang kendaraan.
d. Pengujian Sistem Kendall
Pengujian sistem kendali adalah pengujian pada kendaraan pada sistem
operasina yang meiiputi pada kendali kendaraan (stir), pengereman, lampu weser,
klakson, uji speedometer, uji kebisingan suara, uji kincup roda depan, uji gaya dan
efisiensi rem utama dan rem parkir, serta uji lampu utama. Berikut bagan
pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor:
Berdasarkan wawancara dengan bapak Faridh tanggal 3 Oktober 2013
bahwa:
"...pengujian pada system kendali yang paling penting yaitu pengujian pada
kedali kendaraan (stir) dan rem kendaraan, karena jika terdapat kekurangan atau
kerusakan pada kedua komponen tersebut maka kendaraan akan mengakibatkan
kecelakaan."
Pengujian sistem kendali kendaraan menurut satah seorang informan yaitu
Abdul Wahab memberikan pernyataan bawah:
"...Banyak manfaat yang diperoleh kepada masyarakat yaitu Keselamatan
perjalanan baik untuk pemilik kendaraan maupun pengguna jalan bagi
masyarakat, pencegahan dini terjadinya kecelakaan lalu lintas dan ikut berperan
serta memberikan kontribusi kepada masyarakat"
Pernyataan senada diberikan pula oleh seorang informan bahwa:
"...Apabila kendaraan tersebut telah diuji kelaikannya dan kami mengetahui
kondisi kendaraan tersebut yang mana perlu diperbaiki schingga supir tidak
merasa takut untuk mengemudi kendaraan tersebut dan kami merasa aman bila
ada pemeriksaan dijalan oleh apara"
Begitu juga yang dirasakan oleh saudara Alfan sebagai supir tentang manfaat
pengujian kendaraan bermotor sebagai berikut.
"...Untuk kami kelancaran dalam bekerja karena tidak perlu khawatir dengan razia
kelengkapan kendaraan dan bagi penumpang atau masyarakat tidak khawatir
menggunakan angkutan umum yang lulus uji karena kendaraan tersebut laik
jalan".
Berdasarkan pada beberapa pendapat informan maka penulis
menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian sistem kendali kendaraan sangat
banyak memberikan manfaat kepada masyarakat disamping memberikan rasa aman
kepada masyarakat pengguna angkutan umum dan pengguna jasa angkutan seperti PO.
2. Sosialisasi Kebijakan
Sosialisasi kebijakan yang dilakukan oleh pelaksana penguji kendaraan
bermotor belum optimal bal tersebut terlihat dari pemahaman masyarakat mengenai
efek dari penggunaan kendaraan yang tidak layak guna masih saja di terlihat di
lingkungan sekitar. Seperti kendaraan yang tidak lulus uji emisi masi banyak di dapat di
beroperasi dijalan-jalan baik itu angkutan umum, truk, maupun kendaraan pribadi. Sebut
saja kendaraan roda dua yang tak layak uji emisi masih banyak digunakan oleh para
pelajar dan mahasiswa, Demikian juga para tukang ojek.
Sebagaimana paparan diatas, Faridh AR memberikan tanggapan bahwa:
"...masyarakat belum banyak memahami masalah efek dari penggunaan
kendaraan yang tidak lulus pengujian, kadang ditemui di jalan raya asap kendaraan
yang mengepul hitam keluar dari knalpot, efek dari asap hitam tersebut memang
tidak terlihat sekarang namun akan terliht dimasa mendatang pada kesehatan
manusia"
Berdasarkan hal tersebut maka sosialisasi mengenai pentingnya pengujian
kendaraan perlu dilakukan kembali seserig mungkin. Efek dari kednaraan yang tak
layak guna nantinya lambat laun akan memberikan dampak negative kepada kesehatan
dan kebersihan udara di samping meningkatkan resiko kecelakaan.
Hal tersebut juga dikatakan oleh seorang informan bahwa;
”.. kendaraan yang tak layak pakai sebenarnya tidak boleh digunakan, apalagi jika
ke lingkungan ramai. Kendaraan yang tak lulus uji system kendali resiko
kecelakaan dan mencelakakan orang sangat tinggi, saat ini masih banyak
kendaraan roda dua yang rem nya blong dan tidak sesuai standar, demikian juga
angkutan urnum mulai dari fisik saja sudah tidak layak apalagi mesin, namun
masih digunakana karena rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai dampak
dan akibat yang ditimbulkan"
Pemasangan spanduk maupun banner himbauan pun bisa menjadi pilihan
dalam sosialisasi kegiatan uji emisi kendaraan, atau penertiban oleh aparat
pemerintah di lapangan, Kita ambil contoh, penggunaan helm teropong di Makassar
terbukti ampuh, ketika aparat Kepolisian seeara rutin menilang dan memberikan sanksi
terhadap warga Makassar yang masih menggunakan helm tidak sesuai standart
keamanan yang ditentukan. Kegiatan pemeriksaan kelengkapan surat- surat seperti
STNK dan SIM pun menjadi efektif.
Hal ini sebagai bukti bahwa pemberlakuan aturan dan upaya penertiban warga
Makassar bisa dilakukan. Permasalahannya kini adalah kapan hal ini akan mulai
diberlakukan secara rutin di Makassar? Sebagai pengendara sepeda motor di
Makassar, Penulis merasa sangat terganggu dengan kepulan asap hitam berbahan
timbal milik para pengendara.
3. Sanksi
Pentingnya pemahaman masyarakat pengguna kendaraan mengenai
pengujian kendaraan layak atau tidak layak akan membantu meminimalkan tingkat
kecelakaan dan polusi di lingkungan masyarakat.
Selama ini kesadaran warga terhadap Uji Emisi Kendaraan di Makassar
ditemukan hanya dalam beberapa kesempatan asap hitam kendaraan yang keluar dari
knalpot bila kita telaah kandungan yang terdapat dalam kepulan asap hitam, sungguh
sangat membahayakan bagi kesehatan kita. Diantara CO, C02, timbal/lead, Sox,
timbal merupakan salah satu yang membahayakan.
Menurut Artikel yang terdapat dalam www.melindafaospital.com, timbal secara
umum akan mengakibatkan gangguan pada mata, saluran pernafasan, jantung, dan
gangguan pada otak manusia. Sedangkan secara khusus, pada anak-anak, timbal bisa
merusak sel darah merah. Bila anak-anak dengan jumlah sel darah merah yang minim,
maka bisa menyebabkan anemia dan berpengaruh pada otaknya. Untuk orang dewasa,
timbal bisa mempengaruhi sistem reproduksi / kesuburan yang disebabkan jumlah dan
fungsi sperma berkurang, yang lama-lama akan menyebabkan kemandulan, Sanksi
pelanggaran uji emisi segera diterapkan kendaraan bermotor menyumbang
polusi terbesar dibanding Rokok, Pemerintah Kota Makassar akan segera
menerapkan sanksi serupa bagi kendaraan bermotor roda empat yang diwajibkan lolos
uji emisi.
Senada dengan pernyataan seorang informan Abdul Majid menyatakan
bahwa:
"segera menerapkan sanksi bagi kendaraan bermotor roda empat yang tidak
memenuhi ketentuan uji emisi"
Penerapan sanksi bagi kendaraan bermotor akan dilakukan dengan prosedur
yang sama untuk larangan merokok, yakni dimulai dan razia oleh satuan petugas
(Satgas) yang telah ditentukan hingga diproses ke pengadilan. Dalam hat ini petugas
akan memberikan sanksi bagi kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun PO bila
didapati kendaraan yang tidak lulus dalam pengujian, maka akan diberikan teguran
berupa peringatan. Adapun untuk hukuman terberatnya, pihak Dishub akan
menghentikan izin operasi PO tersebut.
Memang diakui oleh Dinas Perhubungan jika saat ini uji emisi hanya
diberlakukan bagi kendaraan umum berpelat kuning dengan periodisasi dua kali dalam
satu tahun. Padahal, jumlah kendaraan pribadi jauh lebih banyak dibanding kendaraan
umum, serta mendominasi seluruh ruas jalan raya. Setiap hari, jumlah kendaraan
bermotor yang menapaki seluruh ruas jalan di Kota Makassar, mencapai 2 juta
armada, dengan rincian 1,5 juta kendaraan diantaranya berlalu lalang pada siang hart,
dan sisanya pada malam had batk dart dalam Kota Makassar maupun dari arah lur
Kota Makassar.
Seperti pernyataan dari seorang informan yang merupakan supir truk
sebuah perusahaan mengatakan bahwa:
"...saya sangat sering kena tilang pada saat memasuki perbatasan Kota
Makassar sehingga saya harus menghubungi pihak manajemen perusahaan untuk
kelancaran agar segera dilepas"
Sebenarnya jika dikaji lebih dalam lagi pemahaman pemilik kendaraan
pribadi akan kadar gas buang relatif masih kecil. Karenanya, dalam dua tahun
terakhir, pihanya secara periodik melakukan uji emisi gratis di sejumlah ruas jalan raya.
Seperti yang katakana oleh seorang informan bahwa:
"Minimal, pemilik kendaraan mengetahui tingkat gas buang kendaraan
masing-masing, serta melakukan perbaikan jika diketahui tingkat emisi
melebihi ambang batas yang ditetapkan," ujarnya sembari menegaskan, kadar
emisi kendaraan sangat bergantung pada perawatan.
Sanksi untuk kendaraan pribadi, umum, maupun PO akan diberikan
sanksi teguran bila masih ditemui tidak lulus pengujian kendaraan dan jika setelah
diberikan teguran masih tidak di indahkan maka akan diberikan sanksi berupa
menarik izin trayek untuk angkutan umum dan PO sedangkan untuk kendaraan
pribadi akan di beri sanksi tilang yang akan berakhir di pengadilan.
B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan pengujian
kendaraan bermotor
Pengujian Kendaraan Bermotor di Kota Makassar dalam pelaksanaan
kebijakan pengujian kendaraan bermotor di Dinas perhubungan Kota Makassar
terdapat beberapa faktor penghambat dan faktor pendukung.
1. Faktor pendukung
a. Keahlian Pelaksana
Berdasarkan beberapa wawancara dari berbagai pihak, maka dapat
disimpulkan faktor pendukung keahlian pelaksana. Peraturan Pemerintah No. 55
tahun 2012 tentang Kendaraan dan Pengemudi menyatakan bahwa hams memiliki
sertifikat pengujian yang diperoleh dengan melakukan sekolah pelatihan pengujian
kendaraan bermotor, sementara di Kota Makassar hanya ada satu orang pengujian
kendaraan bermotor yang akan memasuki masa pesiun. Dengan kondisi seperti ini,
tentunya kualitas pemberian pelayanan pengujian kendaraan bermotor kepada
masyarakat menjadi kurang maksimal. Menurut para informan datam pelaksanaan
pengujian diperlukan petugas yang memiliki tenaga skill dalam bidang pengujian
tersebut, Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak Muhammad Fadil
(tanggal 3 Oktober 2013) selaku staf pengujian kendaran bermotor, yang
mengatakan:
"...keahltan pelaksana pengujian kendaraan bermotor yang kami miliki
di DInas Perhubungan cukup profesinal, dimana mereka telah bekerja selama
kurang lebih lima tahun sehingga tak perlu lagi diragukan kemampuannya dalam
menangani pengujian kendaraan bermotor"
b. Pengawasan Proses Pengujian
Pelaksanaan proses pengujian kendaraan akan dapat berjalan lancer dan baik
jika ditunjang dengan pengawasan yang senantiasa teratur. Apalagi jika pengujian
dilakukan oleh staf baru tentunya masih membutuhkan arahan untuk menjadi pelaksana
yang handar.
Sesuai dengan wawancara Abdul Wahab (tanggal 3 Oktober 2013) sebagai
informan yaitu:
"...pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor ketika sedang menangani
kendaraan selalu berada dalam pengawasan staf senior jika kebetulan yang
mengerjakan pengujian endaraan adalah staf baru, sehingga kemungkinan terjadi
kesalahan dalam pengujian adalah sangat kecil."
2. Faktor penghambat
a. Pemahaman Pelaksana Penguji Kendaraan
Pelaksanaan pengujian kendaraan akan berjalan lancer jika pemahaman yang
dimiliki oleh pelaksana penguji baik. seorang staf penguji kendaraan bermotor akan
jauh lebih baik jika dalam pelaksanaan pengujian lebih memahami unsur-unsur
penting dari setiap komponen kendaraan. Seperti yang dikatakan oleh seorang
informan bahwa:
"...pemahaman mengenai bagaimana cara mengoperasikan alat uji sudah sangat
dipahami oleh para staf, akan tetapi masih ada beberapa staf yang belum begitu
paham, itu dikarenakan mereka masih staf baru, jadi pengalaman masih
kurang"
Pemahaman mengenai alat uji kendaraan sangat diperlukan agar diketahui
secara seksama. Dimana kelulusan kendaraan yang di uji akan bergantung pada
pelaksana pengujian.
b. Peralatan Alat Uji Yang Masih Minim
Untuk menjamin laik atau tidak laik jalannya suatu kendaraan bermotor
tergantung pada fungsi alat uji kendaraan bermotor tersebut, sehingga faktor
perlengkapan alat uji kendaraan bermotor sangat diperlukan dalam melaksanakan suatu
kebijakan disamping sumber daya manusia sebagai pelaksananya, Pengujian kendaraan
bermotor yang maksimal sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No. 55
tahun 2012 tentang Kendaraan dan pengemudi, pasal 127 meliputi:
a) Emisi gas buang kendaraan bermotor
b) Kebisingan suara kendaraan bermotor
c) Efisiensi sistem rem utama
d) Efisiensi sistem rem parkir
e) Kincup roda depan
f) Tingkat suara klakson
g) Kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama
h) Radius putar
i) Alat penunjuk kecepatan
j) Kekuatan untuk kerja dan ketahanan ban luar untuk masing-masing jenis, ukuran
dan lapisan
k) Kedalaman alur ban luar
Berbeda dengan kondisi perlengkapan alat uji kendaraan bermotor di Kota
Makassar pada saat ini hanya ada alat uji ambang batas gas buang, lampu, rem dan alat
uji gas dan lampu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga Dinas
Perhubungan Kota Makassar menjalankan pengujian dengan peralatan seadanya
dalam upaya pemberian pelayanan pengujian kendaraan bermotor kepada
masyarakat, Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan penulis pada Bapak
Audi Alfian (4 Oktober 2013)bahwa:
"...Pada akhir tahun 2008 tepatnya pada bulan Nopember telah terlaksana
pengujian kendaraan bermotor sebagaimana mestinya sampai pada bulan april
tahun 2010 setelah itu baru keadaan alat uji rusak karerta sering terjadinya mati
lampu"
Diungkapkan oleh Bapak Ibrahim, dalatn wawancara pada tanggal 3
Oktober2013bahwa;
",. .Kondisi alat uji sekarang ini dalam keadaan rusak, bukannya kita tumbalkan
PLN tapi inilah kenyataannya karena keseringan mati lampu mengakibatkan
alat-alat uji menjadi rusak. Pengujian di Kota Makassar ini mempunyai pengujian
berukuran standar yaitu alat uji rem, lampu dan gas buang. Kondisi alat uji rem
masih dapat berfungsi akan tetapi alat uji lampu dan gas buang dalam keadaan
rusak, dan untuk sementara ini kami melakukan pengujian lampu dan gas buang
dengan cara manual yaitu kasat mata"
Dari hasil wawancara diketahui bahwa pengujian kendaraan bermotor telah
dilakukan sejak tahun 2003, sementara pada saat penelitian ini dilakukan kondisi alat
pengujian tersebut dalam keadaan rusak dalam arti tidak bisa digunakan.
Sebagaimana yang diketahui pengujian kendaraan bermotor dilakukan untuk menguji
gas buang, lampu dan rem karena kerusakan alat pengujian, pengujian hanya dapat
dilakukan untuk menguji rem. Hal ini berarti jika tetap dilaksanakan pengujian
kendaraan bermotor, maka pengujian yang dilakukan tidak maksimal karena untuk
pengujian gas buang dan lampu tidak dapat dilakukan.
Sementara berdasarkan standar pengujian kendaraan bermotor, maka pengujian
terhadap kendaraan bermotor yang harus dilakukan meliputi uji gas buang, uji lampu
dan uji rem dan pengujian yang maksimal yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
55 tahun 2012 tentang Kendaraan dan pengemudi pasal 127 karena berdasarkan
peraturan tersebut pengujian tersebut juga menguji kondisi ban kendaraan bermotor
karena kondisi daerah raemerlukan pengujian yang maksimal.
Selanjutnya belum ada penanganan yang serius terhadap kondisi kerusakan
alat penguji, hal ini terjadi karena tidak adanya dana pemeliharaan alat penguji dimaksud
dan masih belum ada tenaga ahli teknis dibidang pengujian kendaraan bermotor
dimaksud sehingga tidak bisa segera diperbaiki.
Begitu juga yang dirasakan oleh saudara Rifai sebagai supir tentang
manfaat pengujian kendaraan bermotor (9 Oktober 2013) bahwa:
". .Untuk kami kelancaran dalam bekerja karena tidak perlu khawatir dengan razia
kelengkapan kendaraan dan bagi penumpang atau masyarakat tidak khawatir
menggunakan angkutan umum yang lulus uji karena kendaraan tersebut laik
jalan"
Jawaban yang disampaikan oleh dua rekan supir tersebut didukung dengan
hasil wawancara saudara Rudini tanggal 9 Oktober 2013 bahwa;
"...Karena adanya di uji seperti ini ya kami sebagai supir tidak takut lagi
mengendarai kendaraannya karena kendaraan ini sudah di uji dengan alat uji dan
apabila belum diuji kami akan kena tilang kalau ada razia"
Sementara itu berdasarkan peraturan Kota Makassar No.3 pasal 12
disebutkan bahwa Pengujian kendaraan bermotor selain ditunjang oleh tenaga penguji
yang memiliki kualifikasi teknis sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku juga harus ditunjang oleh fasilitas dan peralatan pengujian yang sesuai.
Berangkat dari kondisi tersebut, pihak Dinas Perhubungan Kota Makassar
harus segera mungkin melakukan pembenahan dilingkungan internalnya untuk
mendukung ketersediaan fasilitas alat pengujian kendaraan bermotor guna memenuhi
kebutuhan permintaan masyarakat dibidang pengujian kendaraan.
c. Kuantitas pelaksana uji kendaraan masih kurang
Dari hasil wawancara tersebut maka pelaksanaan pengujian kendaraan
bermotor memang diakui masih kurang untuk menangani jumlah kendaraan yang akan
diperiksa. Demikian data penulis melakukan wawancara terhadap pemilik kendaraan
bermotor sebagai berikut:
Wawancara dengan saudara Naufal tanggal 9 Oktober, menyatakan bahwa:
"....petugas pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan
Kota Makassar diakui masih kurang padahal pelaksanaan pengujian kendaraan
dilakukan mulai pada jam kerja kantor yaitu dari jam 08.00 wib s/d 16.30 wib
dan ditambah dengan hari sabtu setengah had mulai dari jam 08.00 wib s/d 11.00
WTB dengan jumlah kendaraan yang cukup banyak kadang membuat staf
kewalahan"
Selanjutnya wawancara dengan saudara Suherman (tanggal 9 Oktober 2013)
yang menyatakan bahwa:
" ..... pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan Kota
Makassar Biasanya saya melakukan pengujian pada hari kerja dan saya kadang
juga melanjutkan pengujian diluar jam kerja jika tidak selesai"
Berdasarkan wawancara pada kedua informan diatas maka diperoleh
bahwa kuantitas tenaga penguji kendaraan masih sangat membutuhkan tambah staf
untuk menangani jumlah kendaraan yang harus di uji kelayakan se Kota Makassar.
BAB V
KESEMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis terhadap Implementasi Kebijakan
Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Perhubungan Kota Makassar, maka dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor masih memerlukan
penanganan keseriusan seperti pada aspek sosialisasi kepada masyarakat untuk
lebih banyak memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat dari
pengujian kendaraan yang lulus uji dan dampak negatif yang dapat di akibatkan
jika tidak lulus uji kendaraan.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, diusulkan beberapa saran yang dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi Dinas Perhubungan Kota Makassar dalam
penerapan kebijakan pengujian kendaraan bermotor antara lain sebagai berikut:
1. Perlu diupayakan anggaran pemeliharaan dan perawatan alat-alat uji yang rusak
guna untuk dapat segera memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan pengujian kendaraan bermotor di Dinas Perhubungan Kota Makassar.
2. Pemerintah Kota Makassar dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Makassar,
sebaiknya memprogramkan untuk mengutus minimal 3 (tiga) orang petugas
untuk dapat mengikuti pendidikan dan latihan dibidang pengujian kendaraan
bermotor, yang saat ini diselenggarakan oleh Balai Pendidikan dan Latihan,
sehingga para petugas yang telab memperoleh pendidikan dan latihan agar
dapat bekerja lebih bask dan professional.
3. Perlu dilaksanakan penyuluhan setiap tahunnya kepada supir atau pemtlik
kendaraan yang berdomisili di sekitar Kota Makassar guna pentingnya
melakukan pengujian kendaraan bermotor tepat pada waktunya dan prosedur
pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor yang berdasarkan pada PP Kota
Makassar No. 2 tahun 2005 serta retribusi yang telah ditetapkan pada PP No. 3
tahun 2005.
4. Adanya koordinasi pihak-pihak sebagai panitia pengesahan kebijakan sekaligus
pengawasan kebijakan dilapangan dengan pihak Dinas Perhubungan Kota
Makassar selaku pelaksana kebijakan pengujian kendaraan bermotor di Kota
Makassar, sehingga kedua pihak mengetahui kendala-kendala atau kebutuhan
akan terlaksananya pengujian kendaraan tersebut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
5. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dilingkungan pemerintah daerah diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan Penyidikan tindak pidana
pelanggaran dibidang pengujian kendaraan bermotor untuk dapat lebih tegas lagi
terhadap pengguna/pemilik kendaraan yang melakukan pelanggaran dengan
sanksi yang telah ditetapkan pada pasal 14 Dinas Perhubungan Kota Makassar
No.2 tahun 2005.
6. Penambahan sarana dan prasarana seperti gedung yang lebih luas sehingga
dapat dilaksanakan pengujian kendaraan bermotor dengan sistem loket,
sebagaimana tercantum pada prosedur uji periodik pengujian kendaraan
bermotor wilayah sehingga dapat memperlancar proses pengujian kendaraan
bermotor tersebut.
7. Adanya papan informasi di gedung pengujian mengenai persyaratan
administrasi, besar biaya administrasi, tata pelaksanaan administrasi dan tata
pelaksanaan teknis pengujian kendaraan bermotor, sehingga ada
ketransparanan dalam pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor.
8. Pengujian kendaraan bermotor di Kota Makassar dapat dilaksanakan pengujian
yang maksimal sesuai dengan pasal 127 Peraturan Pemerintah No. 55 tahun
2012, pengujian yang sesuai dengan kondisi daerah tersebut demi keselamatan
pengguna jalan yaitu perlu diupayakan pengujian kondisi ban.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2004. Kebijakan Publik, Jakarta. Yayasan Pancur Siwah
Ahmad. A.K, 2006, Ramus lengkap bahasa Indonesia, Reality polisher
Afikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatcm Praktek, Penerbit
Rineka Cipta, Jakarta.
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Dunn, Wiliam N. 1999. Analisis Kebijakan Publik, Yogyakaita: Gadjah Mada
University Press.
Edwards. G. 2003. Implementasi Kebijakan Publik, Yogyakarta: Lukman Offset.
Eriza. F. 2006. Implementasi Proyek Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan
Laut/Marine Coastal Resources Management Project (Studi Deskriptif di
Kabupaten Langkat), Tesis-S2, Program Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara - Medan.
Harahap, J.S. 2004. Implementasi Proyek Jalan dan Jembatan, Tesis-S2. Program
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara - Medan.
Husaini Usman dan Purnomo. 2009, Metodologi Penelitian Sosial, cet.ke-2, Burnt
Aksarajakarta
Ibrahim, A 2004. Pokok-pokok Analisis Kebijakan Publik (AKP), Bandung: Mandar
Maju.
Jones, Charles O. 1994. Pengantar Kebijakan Publik (Public Policy), Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Kasim, A. 2002. Teori Pembuatan Keputusan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Lase, Martinus. 2007. Implementasi Pelayanan Publik Bidang Pengujian Kendaraan
Bermotor pada Dinas Perhubungan Kota Medan, Tesis-S2. Program
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara - Medan.
Mayer, R.R dan Greenwood, E. 2004. Rancangan Penelitian Kebijakan Sosial,
Jakarta: CV. Rajawali
Moleong, L.J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Syaifudin. 2006. Reformasi Pelayanan Publik, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Subarsono.Ag. 2005. Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Siti Eraa Latifi Suryana. 2009. Implementasi Kebijakan Tentang Pengujian
Kendaraan Bermotor Di Kabupaten Aceh Tamiang. Sekolah pascasarjana
universitas sumatera utara. Medan. Tesis. Tidak dipublikasikan
Parsons, W. 2005. Public Policy (Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan),
Jakarta: Prenada Media.
Tangkilisan, HNS. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi, Yogyakarta: Lukman
Offset.
Tjandra, W.R.; Kurniawan, A.; Estiningsih, M dan Hilal, E. 2006. Peningkatan
Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan Publik, Yogyakarta:
Pembaruan.
Widodo, Joko. 2007. Analisis Kebijakan Publik, Konsep dan Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Publik. Malang:Bayu Media Publishing
Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori & Proses, Jakarta: PT.Buku Kita.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Pengemudi. 1993. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah., 2006. Jakarta: Departemen Hukum dan Ham.
Qanun Kabupaten No. 3 Tahun 2005 tentang Retribusi Pengujian Berkala
Kendaraan Bermotor. 2005.
hhtp//www.suaraMakassar.eom.
Implemeniasi-Kebijakan-Pengujian-Kendaraan-di-Makassar.
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara ini merupakan wahana untuk menggali informasi mengenai
pendapat responden yang berkaitan dengan judul penelitian Implementasi Kebijakan
Tentang Pengujian Kendaraan Bermotor di Dinas Pebubungan Kota Makassar.
Jawaban yang Bapak/ibu berikan tidak akan mempengaruhi keberadaan
Bapak/ibu di tempat kerja, karena penelitian ini semata-mata untuk keperluan
akademis. Untuk itu kami mengharapkan informasi serta jawaban yang
sesungguhnya dari Bapak/ibu sesuai dengan pandanagan Bapak/ibu mengenai hal
tersebut.
Atas bantuan dan partisipasinya dalam mengeluangkan waktu saya
ucapkan terima kasih. Identitas Informan
1. Nama
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Status Perkawinan
5. Pendidikan Terakhir
6. Pangkat (Gol./Ruang)
7. Jabatan
8. Instansi
9. Keterlibatan dalam Penguji kendaraan bermotor
- Sebagai
- Sejak (tahun)
A. Organisasi
1. Apakah menurut anda struktur organisasi yang ada di Dinas Perhubungan Kota
Makassar telah terlaksana dengan maksimal yang sesuai dengan tupoksi?
2. Berapa orang pelaksana pengujian kendaraan bermotor yang mempunyai
keahlian khusus dalam bidang pengujian kendaraan bermotor?
3. Untuk dapat terlaksana pengujian kendaraan bermotor yang lebih, maka Dinas
Perhubungan Kota Makassar perlu berapa orang yang ahli dalam pengujian
kendaraan bermotor?
4. Apakah sarana dan prasarana pengujian kendaraan bermotor sudah memadai?
5. Kiranya belum memadai pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor, maka
diperlukan alat uji apa saja untuk mendukung pengujian yang lebih baik?
B. Interpretasi
1. Apakah peraturan pengujian yang ada di Dinas Perhubungan Kota Makassar
berlaku pada tingkat Pusat, Provisi dan Kabupaten/Kota?
2. Apakah peraturan/qanun tentang pengujian kendaraan bermotor sudah
mencukupi?
3. Persyaratan administrasi untuk dapat melakukan pengujian kendaraan bermotor di
Dinas Perhubungan Kota Makassar?
4. Bagaimana tata pelaksanaan administrasi di pengujian?
5. Apakah dari segi teknik operasional pengujian kendaraan bermotor sudah
memadai?
6. Bagaimana tata pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor?
C. Pelaksanaan
1. Apakah prosedur kerja di bidang pengujian kendaraan bermotor di Dinas
Perhubungan Kota Makassar sudah jelas pelaksanaannya?
2. Bagaimana prosedur pelaksana pengujian kendaraan bermotor di Dinas
Perhubungan Kota Makassar?
3. Apakah program Dinas Perhubungan Kota Makassar khususnya dibidang
pengujian kendaraan bermotor tidak berjalan dengan ketentuan yang berlaku?,
Kalau belum apa sebabnya?
4. Kapan jadwal pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor dan berapa lama
untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor per ? unit?
Lain-lain
1. Menurut anda faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala/hambatan dalam
pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor, mengapa?
2. Apa tindakan yang dilakukan apabila kendaraan bermotor yang diuji dinyatakan
tidak laik jalan?
3. Berapa taman kendaraan yang wajib uji yang ada atau berdomisili di Kota
Makassar?
4. Apakah anda mengetahui berapa kendaraan bermotor yang mengalami
kecelakaan yang diakibatkan oleh tidak layak jalan kendaraan bermotor?
5. Apakah peran organda-organda atau pemilik kendaraan umum sudah memadai?
6. Apa manfaat yang diperoleh untuk masyarakat bila kendaraan umum
melakukan pengujian kendaraan bermotor?