Download - ACFTA
PENDAHULUAN
Beberapa tahun ini perdagangan bebas sudah mulai mulai gencar
dilakukan oleh negara-negara berkembang. Salah satunya Indonesia yang
berada di kawasan Asia Tenggara. Asia Tenggara merupakan kawasan regional
yang mempunyai organisasi atau perhimpunan yang bernama ASEAN. Dalam
urusan perdagangan bebas, ASEAN telah bekerja sama dengan banyak negara
berkembang maupun negara maju. Salah satu kerjasama tersebut ialah ACFTA
singkatan dari Asean – China Free Trade Area, yaitu suatu perjanjian kawasan
perdagangan bebas di antara anggota-anggota ASEAN dan China. Setelah
pembentukannya ini ACFTA menjadi kawasan perdagangan bebas terbesar
sedunia dalam ukuran jumlah penduduk dan ketiga terbesar dalam ukuran
volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa dan NAFTA
(Perdagangan Bebas Amerika Utara).
Bagi Indonesia sendiri perjanjian ini sebagai pemicu agar para pengusaha
lokal khususnya UMKM bisa lebih produktif dalam mengembangkan
usahanya. Agar produk yang di hasilkan bisa lebih dikenal masyarakat dunia
khususnya di Cina. Dukungan penuh dari pemerintah juga sangat di harapkan
agar terwujudnya masyarakat yang sejahtera.
2
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
ACFTA adalah suatu kawasan perdagangan bebas di antara anggota-
anggota ASEAN dan Cina. Kerangka kerjasama kesepakatan ini
ditandatangani di Phnom Penh, Cambodia, 4 November 2002, dan ditujukan
bagi pembentukan kawasan perdagangan bebas pada tahun 2010, tepatnya 1
Januari 2010. Setelah pembentukannya ini ia menjadi kawasan perdagangan
bebas terbesar sedunia dalam ukuran jumlah penduduk dan ketiga terbesar
dalam ukuran volume perdagangan, setelah Kawasan Perekonomian Eropa
dan NAFTA.
Usulan pembentukan kawasan ini dicetuskan Cina pada bulan
November 2000. Pada saat itu Cina memprediksi akan menggeser Amerika
Serikat pada posisi mitra dagang utama ketiga ASEAN, setelah Jepang dan
Uni Eropa. Pada rentang waktu antara 2003 dan 2008, volume
perdagangannya dengan ASEAN tumbuh dari US$59.6 milyar menjadi
US$192.5 milyar. Cina juga diprediksi menjadi negara eksporter dunia
terbesar pada tahun 2010.
Kerjasama ACFTA ini sangat penting, mengingat tujuan-tujuan yang
ingin dicapai bisa memberikan keuntungan yang begitu besar bagi negara-
negara yang terlibat apabila dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu
tujuan yaitu memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan yang
dapat menguntungkan tanpa menjatuhkan yang satu dengan yang lainnya.
Dalam kesepakatan tersebut juga akan merealisasikan liberalisasi jasa dan
investasi dan juga investasi yang telah disepekati setelah tarif barang
dilakukan, menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan
mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi
3
antara Negara-negara anggota. Dari beberapa tujuan ini ASEAN memiliki
harapan beberapa harapan yang dapat dicapai dengan jalan melaksanakan
ACFTA. salah satu tujuan tersebut adalah memperbaiki keadaan
perekonomian di Negara-negara ASEAN yang menurun drastis akibat krisis
khususnya bagi Laos, Vietnam, Myanmar dan Kamboja.
Negara peserta ACFTA :
1. Brunei Darussalam
2. Myanmar
3. Kamboja
4. Indonesia
5. Laos
6. Malaysia
7. Filipina
8. Singapura
9. Thailand
10. Vietnam
11. Republik Rakyat Cina
B. Proses Terbentuknya ACFTA
Kesepakatan pembentukan perdagangan bebsa ACFTA diawali oleh kese[aktan para
peserta ASEAN-China Summit di Brunei Darussalam pada November 2001. Hal terdebit
diikuti demgam penandatanganan naskah kerangka KErjasama ekonomi( The
Framework Agreement on A Comprehensive Economic Cooperation ) oleh para peserta
ASEAN-China Summit di Pnom Penh pada November 2002, dimana naskah ini menjadi
landasan bagi pembentukan ACFTA dalam 10 tahun dengan uatu fleksibilitas diberikan
kepada negara tertentu seperti Kamboja, Las, Myanmar dan Vietnam.
4
Pada bulan November 2004, peserta ASEAN-China Summit menandatangani Naskah
Perjanjian Perdagangan Barang (The Framework Agreement on Trade in Goods )
yang berlaku pada 1 Juli 2005. Berdasarkan perjanjian ini segara ASEAN 5
(Indonesia, Thailand, Singapura, Philipina, Malaysia) dan China sepakat untuk
menghilangkan 90% komoditas pada tahun 2010. Untuk negara ASEAN lainnya
pemberlakuan kesepakatan dapat ditunda hingga 2015.
Perjanjian ACFTA ini telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia dengan
KEPPRES No.48 tahun 2004 dan mulai diberlakukan pada tanggal 1 januari
2010. Namun yang jadi kendala utama pelaksanaan berlakunya perjanjian
ACFTA di Indonesia, bahwa ternyata banyak pihak yang meminta agar
waktu berlakunya perjanjian ini agar direnegoisasi kembali oleh pemerintah,
yang menurut prediksi para pelaku bisnis dan pemerhati ekonomi Indonesia
akan dapat merontokkan ketahanan ekonomi nasional dari serbuan produk
China yang masuk ke Indonesia. Adapun yang perlu diperhatikan
selanjutnya oleh pemerintah Indonesia dalam merenegosi-asikan kembali
ACFTA dalam lingkup pos-pos tertentu yang dianggap belum siap
menghadapi pelaksanaan ACFTA di Indonesia, maka pemerintah dalam
pengertian paham monisme yang dianut pada UU No. 24 tahun 2004,
khususnya Pasal 4 ayat (2) dapat mengarahkan kepada kesamaan kedudukan
dan saling menguntungkan antarnegara peserta. Namun kendalanya adalah
UU ini hanya berlaku di Indonesia, maka tugas pemerintah yang paling berat
adalah meyakinkan negara sesama anggota ASEAN agar mendukung
rencana yang diusung pemerintah Indonesia mengenai ketidak siapan
beberapa post yang belum siap sepenuhnya menghadapi akibat dari
pelaksanaan perdagangan bebas ACFTA di Indonesia.
5
C. Langkah RI dan China dalam menyukseskan ACFTA
Pemerintah Indonesia dan China siap menjalin kerjasama terkait ASEAN-
China Free Trade Agreement. Ada lima kesepakatan, di antaranya China
mengizinkan pembukaan cabang Bank Mandiri dan pinjaman kepada LPEI,
serta membuka fasilitas kredit ekspor untuk pembangunan infrastruktur di
Indonesia. Dalam Pertemuan Komisi Bersama (Joint Commission
Meeting/JCM) ke-10 di Yogyakarta, Sabtu 3 April 2010, Indonesia diwakili
oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu. Sedangkan China diwakili
Menteri Perdagangan Chen Deming. JCM merupakan forum untuk
membahas isu perdagangan investasi, kerjasama keuangan dan
pembangunan.
JCM ke-10 hari ini dilaksanakan dalam suasana persahabatan dan
kerjasama sehingga menghasilkan kesepakatan yang saling menguntungkan
kedua belah pihak. Beberapa hasil kesepakatan tersebut antara lain:
1. Pihak China sepakat untuk memfasilitasi akses pasar bagi beberapa
buah-buahan tropis (pisang, nenas, rambutan) dan sarang burung
walet Indonesia untuk dapat memasuki pasar China.
2 Kedua pihak sepakat untuk membentuk Kelompok Kerja Resolusi
Perdagangan (Working Group on Trade Resolution/WGTR), yang
bertujuan untuk memfasilitasi perdagangan yang lancar di antara
kedua negara; juga memfasilitasi pembukaan Cabang Bank
Mandiri di RRT demi memperkuat hubungan transaksi langsung
perbankan.
3. Atas permintaan Indonesia, dalam JCM ini delegasi RRT
menyetujui pembukaan cabang Bank Mandiri di RRT , sehingga
6
akan memperkuat hubungan langsung transaksi perbankan kedua
Negara.
4. Kerjasama antara Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)
dan China Exim Bank dimana kedua pihak menandatangani
perjanjian pinjaman sebesar US$ 100 juta dari CEB kepada LPEI.
LPEI juga saat ini dalam tahap finalisasi MoU dan Industrial &
Commercial Bank of China (ICBC) untuk penyediaan kredit
sebanyak US$ 250 juta kepada LPEI. Pinjaman tersebut akan
digunakan oleh LPEI sebagai fasilitas kredit untuk mendukung
perusahaan-perusahaan di kedua negara terkait dengan proyek-
proyek perdagangan dan investasi dalam berbagai sektor-sektor
prioritas yang disetujui oleh kedua belah pihak termasuk
perdagangan dan investasi barang modal, proyek-proyek sektor
infrastruktur, energi dan konstruksi
5. Kedua pihak setuju untuk memaksimalkan penggunaan Pinjaman
Kredit Ekspor Preferensial (Preferential Export Buyers Credit)
sebesar US$ 1,8 miliar dan Pinjaman Konsesi Pemerintah
(Government Concessional Loan) sebesar 1,8 miliar RMB untuk
dapat dipergunakan oleh Indonesia dalam mengembangkan
berbagai proyek infrastruktur. Adapun proyek-proyek yang telah
diselesaikan adalah proyek Jembatan Suramadu dan pembangkit
Listrik Tenaga Batu Bara Labuhan Angin. Sementara
pembangunan Waduk Jati Gede masih dalam proses. Terdapat pula
6 proyek baru yang telah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu:
pembangkit Listrik Tenaga Uap Parit Baru (Kalimantan Barat) dan
pengadaan material untuk jalur sepanjang 1.000 km and 200 unit
turn out yang masih dalam proses pengadaan; serta konstruksi
Jalan Tol antara Medan dan Kuala Namu (Sumatera Utara);
7
Jembatan Tayan (Kalimantan Barat); Pengembangan Jalan Tol
Tahap I: Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Jawa Barat); dan Jembatan
Kendari (Sulawesi Tenggara).
6. Kedua belah pihak telah menyelesaikan Perjanjian Perluasan dan
Pendalaman Kerjasama Bilateral Ekonomi dan Perdagangan
(Agreement on Expanding and Deepening Bilateral Economic
Cooperation) yang akan ditandatangani pada saat kunjungan
Perdana Menteri Wen Jiabao ke Indonesia pada akhir bulan ini.
7. Membahas Agreed Minutes of the Meeting for Further
Strengthening Economic and Trade Cooperation) yang antara lain
berisi:
a. Deklarasi Bersama antara Indonesia dan RRT mengenai
Kemitraan Strategis yang telah ditandatangani oleh kedua
Pimpinan Negara pada bulan April 2005 menjadi dasar
untuk lebih memperkuat kerjasama perdagangan dan ekonomi
antara kedua Negara.
b. Berdasarkan Deklarasi ini, kedua belah pihak akan
mengembangkan perspektif strategis dalam mengatasi
kepentingan jangka panjang dan membawa hubungan ke
tingkat yang baru untuk kepentingan kedua banga dan
negara.
c. Untuk mencapai tujuan tersebut, Perjanjian Perdagangan Bebas
ASEAN-China (ACFTA) tetap menjadi dasar strategis dimana
masing-masing pihak harus penuh mengimplementasikan
perjanjian tersebut secara menyeluruh dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
8
d. Kedua pihak akan menetapkan pertumbuhan perdagangan
bilateral yang tinggi dan berkelanjutan, dimana jika terdapat
ketidakseimbangan perdagangan, pihak yang mengalami
surplus perdagangan berkewajiban untuk mengambil tindakan-
tindakan termasuk mendorong impor lebih lanjut dan
memberikan dukungan yang diperlukan.
e. Agreed minutes ini merupakan upaya untuk menindaklanjuti
concern beberapa industri di Indonesia terkait dengan dampak
dari Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA). Kedua pihak
percaya bahwa komitmen bersama antara kedua pemerintah,
disertai dengan komitmen-komitmen dari kedua komunitas
bisnis, akan dapat mengatasi kekhawatiran tersebut.
D. Pengaruh ACFTA bagi Indonesia
Penerapan Perjanjian Perdagangan Bebas ASEAN-China tak selalu berdampak
negatif. Indonesia dan China sama-sama memperoleh keuntungan dari kesepakatan
tersebut. Sejak ACFTA diterapkan, jumlah perusahaan China yang menanamkan investasi
diIndonesia juga bertambah. Hingga akhir 2010 terdapat lebih dari seribu perusahaan China
yang tercatat di Indonesia, dengan investasi langsung mencapai 2,9 miliar dollar AS atau
naik 31,7 persen dari tahun sebelumnya. Agar keuntungan yang diperoleh
maksimal,Indonesia memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi,
terutamamenyangkut daya saing industri nasional. Melihat kondisi yang ada,
Indonesia perlu segera mempertajam orientasi kebijakan pembangunan
industri, agar lebih searah dengan tantangan persaingan ke depan. Tanpa
daya saing, potensi pasar Indonesia yang kini menduduki ranking 15 dunia
hanya akan dinikmati produk asing. Dengan jumlah penduduk yang besar
9
dan terus bertambah, Indonesia sangat membutuhkan keberadaan industri
yang kuat, berdaya saing di pasar dalam negeri maupun global. Industri
adalah kunci bagi peningkatan kualitas hidup bangsa, sekaligus kunci bagi
ketahanan perekonomian nasional. Perlu kebijakan yang didukung seluruh
pemangku kepentingan, untuk menempatkan pasar dalam negeri sebagai
basis pengembangan industri dalam negeri. Oleh sebab itu dalam
menghadapi diberlakukannya sistem Perdagangan Bebas/Liberalisasi Pasar
Global (tidak hanya ACFTA), pemerintah diharapkan melihat masalah yang
dihadapi industri nasional dalam sudut pandang yang lebih luas. Jangan
hanya sekadar dengan langkah defensif/protektif, namun kita harus berpikir
bahwa pertahanan paling baik adalah dengan kebijakan ofensif.
Banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh perjanjian ACFTA ini
membawa pemerintah melakukan strategi demi menyelamatkan industri-
industri dalam negeri salah satunya dengan melakukan peningakatan daya
saing, memproteksi produk dalam negeri sehingga produk–produk impor
tidak menguasai pasar dalam negeri sehingga mampu tercipta peluang yang
lebih besar untuk produk–produk dalam negeri menguasai pasar sendiri serta
mengambil kebijakan-kebijakan untuk meningkatakan stabilitas ekonomi
indonesia.
Selain itu walaupun ACFTA banyak membawa pengaruh negatif
terhadap industri-industri dalam negeri akan tetapi Indonesia masih bisa
mendapatkan peluang yaitu dengan meningkatkan ekspor produk-produk
unggulan dalam negeri, Indonesia harus jeli melihat peluang yanga ada agar
dapat mengambil keuntungan yang mampu menopang perekonomian
indoensia. Sementara itu, tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam
bidang perdagangan luar negeri adalah bagaimana meningkatkan daya saing
terhadap ekonomi negara-negara kawasan yang makin meningkat
pertumbuhan dan produktifitasnya. Dalam hal ini, sinkronisasi kebijakan
10
pusat dan daerah perlu ditingkatkan. Ini dilakukan agar bisa terwujud
percepatan pembangunan infrastruktur dan jaminan pasokan energi seperti
listrik. Yang juga tak kalah penting, seharusnya ekonomi biaya tinggi harus
bisa dihilangkan, jika industri kita diharapkan bisa bersaing di tingkat global.
E. Antisipasi Dampak ACFTA
Pelaksanaan ACFTA mendapat tanggapan yang serius dari Kementerian Tenaga
Kerjadan Transmigrasi RI. Menakertrans meminta kesungguhan dari seluruh
jajarankementerian untuk melakukan koordinasi antar unit dalam mengantisipasi isu
ACFTA. Menakertrans menjelaskan berdasarkan pemantauan sementara,
KementerianNakertrans menyimpulkan bahwa pelaksanaan ACFTA sejak awal tahun
inimemperoleh tanggapan yang beragam dari berbagai kalangan. Sebagian pengusahadan
serikat pekerja mengkhawatirkan akan terjadinya dampak sistemik karenaketidakmampuan
industri dalam negeri untuk bersaing dengan produk China akandiikuti oleh pemutusan
hubungan kerja atau rasionalisasi karyawan. Sebagian lagi merasa justru ini menjadi
tantangan untuk meningkatkan kualitas dan kinerjaperusahaan agar bisa bersaing dengan
produk luar.
Oleh karena itu, Kementerian Nakertrans berinisiatif untuk melakukan koordinasi
lebihintensif dengan Kementerian Perindustriuan dan Kementerian Perdagangan untuk
terusmemantau agar ekses pelaksanaan ACFTA bisa diantisipasi sehingga tidak
berpotensinegatif. Bahkan dalam Rapat Pimpinan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI,Menakertrans A. Muhaimin Iskandar membentuk Satuan Tugas
PemantauanPelaksanaan ACFTA yang bertugas untuk memantau semua kawasan
industri,membuat analisa dan prediksi serta menyiapkan rencana aksi antisipasi.“Satgas
ini akan memberikan masukan kepada Menakertrans apa langkah-langkahmendesak dan
strategis yang harus dilakukan kementerian jika dipandang mulaimuncul adanya ekses
negatif tersebut,” kata Menakertrans
11
Satgas telah dibentuk dengan nama SATGAS ANTISIPASI DAMPAK ACFTA
TERHADAP SEKTOR KETENAGAKERJAAN dan terdiri dari:
1. Bidang Antisipasi Aksi dan Kebijakan
2. Bidang Kajian
3. Pusat Krisis
Tugas Satgas yaitu:
1. Memantau dan mensosialisasikan perkembangan dampak ACFTA
2. Melakukan kajian dan analisis dampak ACFTA
3. Mengevaluasi dan merumuskan kebijakan dalam mengantisipasi
pemberlakuan ACFTA
4. Melakukan tindakan segera dampak ACFTA
5. Merekomendasikan kepada pimpinan terhadap kebijakan-kebijakan yang
segeradiambil
F. Strategi Pemerintah Dalam Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Melalui
Kerjasama ACFTA
Indonesia sangat terkena dampak dari adanya perjanjian ACFTA ini,
maka dari itu pemerintah perlu mengambil langkah tegas untuk
memperbaiki dan melindungi industri-industri domestik dari serbuan
barang-barang China yang sudah menguasai pasar domestik Indonesia.
Pemerintah perlu menyusun strategi dan mengambil kebijakan yang tepat
salah satunya dengan melakukan renegosiasi dengan China, penguatan dan
pengamanan pasar domestik, meningkatakan daya saing. selain itu
kebijakan pembangunan industri dan perdagangan pemerintah Indonesia
bertekad untuk meningkatkan daya saing nasional dalam rangka
mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan dengan meningkatkan
12
produktivitas nasional secara terus menerus melalui penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pengembangan sumber daya manusia.
13
G. Saran
1. Pemerintah seharusnya meningkatkan sumber daya manusia Indonesia
dengan memberikan pelatihan kepada para pekerja atau melakukan
sosialisasi mengenai ACFTA kepada para pelaku usaha agar mereka
dapat meningkatkan kreatifitas dan daya saing
2. Pemerintah seharusnya memberikan intensif atau pinjaman modal dengan
suku bunga yang rendah kepada para usaha kecil dan menengah
3. Pemerintah lebih menggalakkan aksi “100% CINTA INDONESIA ” agar
para konsumen lebih memilih dan menggunak produk dalam negeri
14
Kesimpulan
Dengan jumlah penduduk yang besar dan terus bertambah, Indonesia sangat
membutuhkan keberadaan industri yang kuat, berdaya saing di pasar dalam
negeri maupun global. Industri adalah kunci bagi peningkatan kualitas hidup
bangsa, sekaligus kunci bagi ketahanan perekonomian nasional.
Mengembangkan industri bukanlah sekedar membangun pabrik, tapi
membangun sebuah sistem yang terintegrasi. Penciptaan iklim yang kondusif
bagi pengembangan sektor industri manufaktur, perlu lebih mendapat perhatian
sesuai dengan tuntutan persaingan ke depan. Untuk itu butuh komitmen seluruh
Komponen Bangsa guna Menyelamatkan Industri dalam negeri kita. Dari sisi
Mikro Perusahaan, setidaknya ada tiga aspek yang harus mendapat perhatian,
yaitu : Technology Innovation, Entrepreneurship dan Technology Management.
Penguatan ketiga aspek itu adalah mutlak, terutama guna mengembangkan daya
saing dalam arus globalisasi yang makin kuat.
15