Download - Adab Dalam Menuntut Ilmu
Adab Menuntut Ilmu Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita sangatlah banyak. Adab-adab tersebut di antaranya adalah :
1. Ikhlas karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah karena Allah Azza Wa Jalla dan untuk negeri
akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa
mendapatkan kedudukan yang tinggi atau ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang
sejenisnya, maka Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Sallam telah memberi peringatan tentang hal
ini dalam sabdanya :
“Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu dengan mengharap wajah Allah, tidaklah ia
mempelajarinya melainkan untuk memperoleh harta dunia, dia takkan mendapatkan harumnya
bau surga di hari kiamat.” [Dekeluarkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan]
Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin mendapatkan syahadah (MA atau
Doktor, misalnya) bukan karena ingin mendapatkan dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan
yang tidak tertulis kalau seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala
ucapannya menjadi lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar.
Niat ini - insya Allah - termasuk niat yang benar.
2. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.
Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk menghilangkan kebodohan dari
diri kita, setelah kita menjadi orang yang memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang
lain untuk menghilang kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang
lain itu dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.
Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu kita duduk dimasjid dan
mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi manfa’at pada orang lain dengan ilmu itu pada
setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang kedua; karena Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa
Sallam bersabda :
“Sampaikanlah dariku walaupun cuma satu ayat (HR: Bukhari)
Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila niatnya benar. Para muridnya
bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau menjawab: ia berniat menghilangkan
kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.
3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari’at.
Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat dalam menuntut ilmu untuk membela
syari’at. Karena kedudukan syari’at sama dengan pedang kalau tidak ada seseorang yang
menggunakannya ia tidak berarti apa-apa. Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal
yang menyimpang dari agama (bid’ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah
Sholallahu Alaihi Wa Sallam. Hal ini tidak ada yang bisa melakukannya kecuali orang yang
memiliki ilmu yang benar, sesuai petunjuk Al-Qor’an dan As-Sunnah.
4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.
Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu menerima perbedaan itu dengan
lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena
persoalan aqidah adalah masalah yang tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf 1).
Berbeda dalam masalah ijtihad, perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan
pada masa Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Sallam masih hidup. Karena itu jangan sampai kita
menghina atau menjelekkan orang lain yang kebetulan berbeda pandapat dengan kita.
5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan ilmu yang telah
diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah, ibadah, akhlak maupun muamalah.
Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata
(pedang) tidak akan ada gunanya kecuali diamalkan (digunakan).
6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.
Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat yang terjadi di
kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat atau mencela ulama yang kebetulan keliru di
dalam memutuskan suatu masalah. Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar
apalagi kalau orang itu adalah seorang ulama.
7. Mencari kebenaran dan sabar
Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang penuntut ilmu adalah mencari
kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari kebenaran dari berita berita yang sampai
kepada kita yang menjadi sumber hukum. Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya,
kita harus meneliti lebih dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan
bukti bahwa hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian ) dari hadits
tersebut. Dalam mencari kebenaran ini kita harus sabar, jangan tergesa-gasa, jangan cepat merasa
bosan atau keluh kesah. Jangan sampai kita mempelajari satu pelajaran setengah-setengah,
belajar satu kitab sebentar lalu ganti lagi dengan kitab yang lain. Kalau seperti itu kita tidak akan
mendapatkan apa dari yang kita tuntut.
Di samping itu, mencari kebenaran dalam ilmu sangat penting karena sesungguhnya pembawa
berita terkadang punya maksud yang tidak benar, atau barangkali dia tidak bermaksud jahat
namun dia keliru dalam memahami sebuah dalil.Wallahu ‘Alam.