Download - akmen klmpok 6
KONSEP VARIABEL COSTING
Variabel costing merupakan perhitungan harga pokok produk yang hanya
memasukkan biaya produk variabel. Biaya produksi yang bersifat tetap terhadap
produk dimasukkan sebagai biaya periode. Secara sederhana, format Laporan
Laba/Rugi dengan variabel costing sebagai berikut:
Laporan Laba/Rugi(Variabel Costing)Penjualan Rp 000Biaya Variabel Rp 000 (-)Kontribusi Margin Rp 000Biaya Tetap Rp 000 (-) LABA (RUGI) RP 000
Laporan keuangan yang disusun dengan variabel costing lebih
memfokuskan pada perilaku biaya terhadap produk, yaitu biaya variabel dan biaya
tetap. Dengan pemisahan antara biaya yang bersifat variabel terhadap produk
dengan biaya yang sifatnya tetap, maka laporan keuangan variabel costing lebih
banyak manfaatnya bagi manajer. Salah satu manfaatnya adalah laporan tersebut
bisa digunakan untuk analisa perubahan laba yang diharapkan, apabila terjadi
perubahan penjualan atau perubahan biaya (analisa ini sering disebut dengan
analisa hubungan biaya volume laba atau cost volume profit analysis).
Variabel costing memisahkan biaya menjadi biaya produksi variabel dan
tetap, dan juga memisahkan biaya non produk menjadi variabel dan tetap. Agar
memudahkan dalam pengelompokkan, maka perlu dibuat rekening biaya yang
sesuai dengan pola perilakunya, yaitu menjadi biaya variabel dan biaya tetap
sedangkan biaya semi variabel, pada akhir periode harus dibuat analisis untuk
membedakan berapa yang termasuk variabel dan yang termasuk biaya tetap.
Kelemahan variabel costing diantaranya kesulitan pemisahan biaya variabel dan
biaya tetap dam bentuk laporan variabel costing tidak diterima untuk pihak
ekstern.
IDENTIFIKASI BIAYA VARIABEL DAN BIAYA TETAP
Masalah tersulit dalam analisis CVP adalah membagi semua biaya-biaya
yang dikeluarkan perusahaan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Analisis
CVP tidak mengenal jenis biaya lain, seperti biaya semi variabel, step costs, dan
sebagainya. Jadi sekali lagi, semua biaya yang dikeluarkan perusahaan semuanya
harus dikelompokkan menjadi biaya tetap maupun biaya variabel. Seringkali
banyak biaya perusahaan yang tidak dapat diklasifikasikan menjadi biaya tetap
maupun biaya variabel.
Kelompok pertama adalah biaya yang sering disebut sebagai mixed cost.
Contoh biaya ini adalah biaya listrik, air, telepon, dimana biaya-biaya tersebut
memiliki unsur biaya tetap dan biaya variabel. Untuk biaya seperti ini, maka unsur
biaya tetap dan biaya variabel harus dipisahkan. Cara-cara untuk memisahkan
kedua sifat biaya tersebut, antara lain dapat mempergunakan high-low point
method atau pemisahan secara statistik. Disarankan untuk melakukan pemisahan
secara statistik, karena pemisahan berdasarkan high-low point method tidak akan
menghasilkan angka pemisahan yang akurat.
Kelompok biaya kedua adalah biaya-biaya yang memang tidak dapat
dikelompokkan sebagai biaya tetap maupun biaya variabel. Dalam pembahasan
sebelumnya dikatakan dalam analisis CVP, biaya variabel adalah biaya yang
secara total akan meningkat atau menurun secara proporsional sesuai dengan
jumlah unit yang terjual. Karena itu, jika terdapat biaya yang angkanya berubah-
ubah, namun perubahan tersebut tidak proporsional dengan unit terjual, maka
biaya tersebut tidak dapat dikatakan sebagai biaya variabel. Contohnya, misalkan
ada sebuah toko roti yang akan melakukan analisis CVP. Dalam analisis CVP nya,
toko tersebut memperkirakan bahwa setiap hari sabtu dan minggu karyawan akan
melakukan lembur selama dua jam. Dalam hal ini biaya lembur bukan merupakan
biaya variabel, karena biaya lembur akan meningkat atau menurun sesuai dengan
jumlah jam lembur. Namun demikian, tidak ada jaminan bahwa setiap jam lembur
akan menghasilkan tingkat penjualan roti yang sama, karena itu biaya lembur
bukan merupakan biaya variabel. Karena dalam analisis CVP hanya ada dua
golongan biaya, maka biaya lembur tersebut akan dimasukkan dalam kategori
biaya tetap. Dengan demikian, definisi biaya tetap dalam analisis CVP adalah
semua biaya yang dikeluarkan perusahaan yang tidak dapat dikategorikan sebagai
biaya variabel.
Masalah lain yang timbul adalah rumus CVP mengatakan bahwa biaya
variabel harus dinyatakan secara per unit dan tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
total. Misalkan, dalam toko roti tersebut, untuk membuat roti dibutuhkan berbagai
bahan baku, termasuk air. Biaya air untuk membuat roti merupakan biaya
variabel, karena makin banyak roti yang dibuat, makin banyak air yang dipakai,
dan kenaikannya adalah proporsional. Masalahnya adalah, jika perusahaan ingin
memperlakukan biaya air sebagai biaya variabel, maka perusahaan harus dapat
menghitung berapa biaya air untuk membuat satu roti. Jika jenis roti yang
dihasilkan perusahaan cukup banyak, maka perhitungan biaya air per unit roti
menjadi cukup sulit untuk dilakukan. Jika toko roti tersebut tidak menghitung
biaya air per unit roti dan hanya memiliki informasi mengenai angka total biaya
air, maka biaya air untuk pembuatan roti tersebut meskipun sebenarnya bersifat
variabel, terpaksa akan dimasukkan dalam kelompok biaya tetap. Dari penjelasan
diatas terlihat bahwa dalam analisis CVP banyak biaya dalam kelompok biaya
tetap bukan merupakan biaya tetap.
PENGENALAN CVP
Pengertian analisis Cost Volume Profit (CVP) adalah analisis yang
digunakan untuk menentukan bagaimana perubahan dalam biaya dan volume
dapat mempengaruhi pendapatan operasional (operating income) perusahaan dan
pendapatan bersih (net income). Seperti kita ketahui, jumlah produk yang
dihasilkan perusahaan didalam suatu periode tertentu akan memiliki hubungan
langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Ketika biaya itu
dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan,
laba perusahaan yang diperoleh pada suatu periode akan terpengaruh menjadi
lebih besar atau lebih kecil. Untuk melihat hubungan antara ketiga variabel itu
(biaya, volume, dan laba) diperlukanlah analisis cost volume profit.
Manajemen merencanakan keuangan dan mengambil keputusan dengan
melihat hubungan besarnya biaya yang dikeluarkan suatu perusahaan dengan
besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
Dalam mengambil keputusan, manajemen juga melihat lima elemen penting
terkait analisis cost volume profit, yaitu:
Harga produk yaitu harga yang ditetapkan di dalam suatu periode tertentu
secara konstan.
Volume atau tingkat aktivitas yaitu besarnya produk yang dihasilkan dan
direncanakan akan dijual di dalam suatu periode tertentu.
Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan
secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi.
Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik di dalam suatu periode
tertentu.
Bauran volume produk yang dijual yaitu proporsi volume relatif produk-
produk perusahaan yang akan dijual.
Dalam melihat hubungan diantara kelima elemen tersebut terdapat beberapa
asumsi yang harus digunakan didalam hubungan diantara besarnya biaya dan
volume serta laba yang akan diperoleh, yaitu :
Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Hal ini
berarti harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi
perubahan volume penjualan.
Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi
secara akurat ke dalam elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah
biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus
konstan.
Dalam perusahaan mulitiproduk, bauran penjualannya tidak berubah.
Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Berarti,
jumlah persediaan tidak berubah.
Dalam referensi lain, asumsi dasar analisis cost volume profit disederhanakan
menjadi:
a) semua biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap
b) fungsi jumlah biaya adalah linier dalam kisaran relevan
c) fungsi jumlah pendapatan adalah linier dalam kisaran relevan dan harga
jual dianggap konstan
d) hanya terdapat satu pemicu biaya yaitu volume unit produk / rupiah
penjualan
e) tidak ada persediaan.
Dengan pengertian dan asumsi seperti diatas maka jika salah satu elemen saja
berubah maka hasil analisis cost volume profit pasti akan menghasilkan
kesimpulan yang berbada dan dapat menghasilkan keputusan yang berbeda juga.
Meskipun tujuan utama dari analisis ini adalah untuk melihat hubungan diantara
elemen-elemen tersebut dan pengaruhnya satu dengan yang lainnya.
Terkait asumsi dasar biaya diklasifikasikan sebagai biaya variabel dan tetap,
manajemen harus teliti dalam memasukkan semua biaya variable yang relevan
yaitu tidak hanya biaya produksi saja tapi juga biaya penjualan dan biaya
distribusi. Ketelitian ini diperlukan untuk mengukur biaya variabel per unit. Selain
itu, (pada analisis jangka pendek) biaya tetap yang relevan dapat diartikan sebagai
biaya tetap yang diperkirakan berubah sehubungan dengan peluncuran produk
baru. Pada saat biaya variabel dan biaya tetap dijumlahkan menjadi biaya total,
dapat diasumsikan dengan analisis cost volume profit bahwa pendapatan dan total
biaya adalah linear pada rentang aktivitas yang relevan. Meskipun perilaku biaya
sebenarnya tidak relevan dengan rentang output yang terbatas, total biaya
diharapkan meningkat mendekati tingkat yang linear.
Karena peran yang sangat vital, analisis cost volume profit ini dapat
diterapkan dalam banyak hal seperti menentukan harga jual produk atau jasa,
memperkenalkan produk atau jasa baru, mengganti peralatan, memutuskan apakah
produk atau jasa yang ada seharusnya dibuat di dalam perusahaan atau dibeli dari
luar perusahaan, dan melakukan analisis apa yang akan dilakukan, jika sesuatu
dipilih oleh manajemen.
RUMUS PERHITUNGAN COST VOLUME PROFIT (CVP)
Dalam format laba rugi diatas terlihat bahwa tiga unsur utama, yaitu
penjualan, biaya variabel dan margin kontribusi semuanya bersifat variabel.
Artinya semakin banyak unit yang terjual, maka penjualan, total biaya variabel,
dan konsekuensinya total margin kontribusi akan meningkat dan sebaliknya.
Dengan demikian, bila perusahaan dapat memaksimalkan margin kontribusinya,
maka otomatis laba perusahaan juga akan maksimal, karena biaya tetap tidak akan
berubah. Namun jika perusahaan hanya dapat menjual sejumlah unit tertentu yang
menyebabkan total kontribusi margin nya sama dengan total biaya tetap, maka
perusahaan dikatakan dapat mencapai titik impas atau break even point. Dalam
format laporan laba-rugi diatas dapat dibuat rumus untuk mencari titik impas
sebagai berikut:
1. Titik impas dalam unit = total biaya tetap / (Harga jual per unit –
Biaya variabel per unit)
Dalam perencanaan laba, perusahaan tentu saja tidak akan puas hanya
mencapai titik impas, perusahaan tentunya ingin mendapatkan keuntungan. Target
keuntungan perusahaan biasanya bersifat absolut dan berperilaku seperti biaya
tetap. Jika demikian keadaannya, maka rumus untuk menghitung berapa besarnya
unit yang harus dijual perusahaan untuk mendapat keuntungan tertentu adalah:
2. Unit terjual untuk mencapai keuntungan tertentu = (total biaya tetap
+ target keuntungan) / (harga jual per unit – biaya variabel per unit)
Dari rumus tersebut terlihat bahwa untuk mendapatkan suatu tingkat keuntungan
tertentu, maka jumlah target unit yang harus dijual perusahaan tidak hanya
menutupi biaya tetap saja, namun juga harus mencapai tingkat keuntungan
perusahaan. Variasi dari rumus ini adalah apabila terdapat tingkat pajak tertentu
yang akan dikenakan perusahaan. Jika demikian keadaan nya maka rumus yang
digunakan adalah:
3. Unit terjual untuk mencapai keuntungan tertentu = (total biaya tetap
+ target keuntungan sebelum pajak) / (harga jual per unit - biaya
variabel per unit)
Tingkat keuntungan sebelum pajak diperoleh dengan rumus:
4. Tingkat keuntungan sebelum pajak = tingkat keuntungan setelah
pajak / (1 – tingkat pajak)
Jika yang diinginkan adalah perhitungan target penjualan bukan dalam unit,
namun dalam rupiah, maka rumus yang dipakai adalah:
5. Target rupiah terjual = (total biaya tetap + target keuntungan) / (rasio
margin kontribusi)
6. Rasio margin kontribusi = (Harga jual per unit – Biaya variabel per
unit) / Harga jual per unit
TITIK IMPAS DALAM UNIT
Titik impas (Break Even Point – BEP) adalah titik di mana total pendapatan
sama dengan total biaya, titik di mana laba sama dengan nol. Keputusan awal
perusahaan dalam mengimplementasikan pendekatan unit yang terjual pada
analisis CVP adalah menentukan apa yang dimaksud dengan sebuah unit.
Keputusan kedua terpusat pada pemisahan biaya menjadi komponen tetap dan
variabel.
A. Penggunaan Laba Operasi dalam Analisis CVP
Laba operasi hanya mencakup pendapatan dan beban dari operasional
normal perusahaan sedangkan laba bersih adalah laba operasi dikurangi pajak
penghasilan. Persamaan laba operasi sebagai berikut:
Laba Operasi = (Harga x Jumlah unit yang terjual) – (Biaya variabel per
unit X Jumlah unit yang terjual) – Total biaya tetap
B. Jalan Pintas untuk Menghitung Unit Impas
Margin kontribusi adalah pendapatan penjualan dikurangi total biaya
variabel.pada impas, margin kontribusi sama dengan beban tetap. Margin
kontribusi per unit bisa dihitung dengan salah satu dari dua cara berikut: (1)
membagi total margin kontribusi dengan unit yang terjual dan (2) menghitung
harga dikurangi biaya variabel per unit. Saat menghitung titik impas, pajak
penghasilan tidak berperan. Hal ini disebabkan pajak yang dibayar atas laba nol
adalah nol. Secara umum, pajak dihitung sebagai persentase dari laba. Laba
setelah pajak dihitung dengan mengurangkan pajak dari laba operasi (atau laba
sebelum pajak).
TITIK IMPAS DALAM DOLAR PENJUALAN
Untuk menghitung titik impas dalam dolar penjualan, biaya variabel
didefinisikan sebagi suatu persentase dari penjualan bukan sebagai sebuah jumlah
per unit yang terjual. Rasio biaya variabel merupakan bagian dari setiap dolar
penjualan yang harus digunakan untuk menutup biaya variabel. Rasio margin
kontribusi adalah bagian dari setiap dolar penjualan yang tersedia untuk menutup
biaya tetap dan menghasilkan laba. Rumus yang digunakan adalah:
Titik impas dalam dolar penjualan = Biaya tetap / (1 – Rasio biaya variabel)
Karena margin kontribusi merupakan pendapatan yang tersisa setelah biaya
variabel tertutupi, margin kontribusi tersebut pastilah merupakan pendapatan
penjualan yang tersedia untuk menutupi biaya tetap dan menyumbang laba. Dalam
hal ini, terdapat tiga kemungkinan: biaya tetap bisa sama dengan margin
kontribusi (laba operasi sama dengan nol sehingga perusahaan impas), biaya tetap
lebih kecil dari margin kontribusi (perusahaan mengalami laba), atau biaya tetap
lebih besar dari margin kontribusi (perusahaan mengalami rugi).
ANALISIS MULTI PRODUK
Analisis biaya volume laba untuk perusahaan yang memproduksi dan
menjual sejumlah produk atau jasa tidak jauh berbeda dengan cara pengoperasian
pada produk tunggal. Terdapat beban tetap langsung dan beban tetap umum dalam
proyeksi laporan laba rugi. Beban tetap langsung adalah biaya tetap yang dapat
ditelusuri ke setiap produk dan akan hilang jika produk tersebut tidak ada
sedangkan beban tetap umum adalah biaya tetap yang tidak dapat ditelusuri ke
produk dan akan tetap muncul meskipun salah satu produk di eliminasi.
Pengalokasian biaya tetap umum ke setiap lini produk sebelum menghitung
titik impas dapat mengalami kesulitan. Kemungkinan pemecahannya adalah
mengonversikan masalah multiproduk menjadi masalah tunggal. Kunci dari
konversi ini adalah mengidentifikasi bauran penjualan yang diharapkan dalam unit
dari produk-produk yang dipasarkan. Bauran penjualan adalah kombinasi relatif
dari berbagai produk yang dijual perusahaan.
Titik Impas dalam Unit
a. Penentuan Bauran Penjualan
Bauran penjualan dapat diukur dalam unit yang terjual atau bagian dari
pendapatan. Bauran penjualan dalam pendapatan menggunakan bauran penjualan
dalam unit dan memberikannya bobot menurut harganya. Untuk analisis CVP,
kita harus menggunakan bauran penjualan yang dinyatakan dalam unit.
b. Bauran Penjualan dan Analisis CVP
Untuk menggunakan pendekatan titik impas dalam unit, harga jual per paket
dan biaya variabel per paket harus diketahui. Untuk menghitung nilai-nilai paket
tersebut, diperlukan bauran penjualan, harga setiap produk, dan setiap biaya
variabel.
Pendekatan Dolar Penjualan
Titik impas dalam dolar penjualan secara implisit menggunakan asumsi
bauran penjualan, tetapi mengabaikan persyaratan menghitungan margin
kontribusi per paket. Tidak ada pengetahuan terhadap data produk individual yang
diperlukan. Upaya penghitungannya mirip dengan yang digunakan dalam
pengaturan produk tunggal.
REPRESENTASI GRAFIS DARI HUBUNGAN CVP
Untuk memahami hubungan CVP lebih mendalam, dapat dilakukan melalui
penggambaran secara visual. Penyajian secara grafis dapat membantu para
manajer melihat perbedaan antara biaya variable dan pendapatan. Hal itu juga
dapat membantu mereka memahami dampak kenaikan atau penurunan penjualan
terhadap titik impas dengan cepat. Dua grafik dasar yang penting, grafik laba
volume dan grafik biaya volume laba, yang akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Grafik Laba Volume
Grafik laba volume menggambarkan hubungan antar laba dan volume
penjualan secaara visual. Grafik laba volume merupakan grafik dari persamaan
laba operasi. Dalam grafik ini, laba operasi merupakan variabel terikat dan unit
merupakan variabel bebas. Nilai variabel bebas biasanya diukur pada sumbu
horizontal dan nilai variabel terikat pada sumbu vertikal.
b. Grafik Biaya Volume Laba
Grafik biaya volume laba menggambarkan hubungan antara biaya, volume,
dan laba. Diperlukan grafik dengan dua garis terpisah yaitu garis total pendapatan
dan garis total biaya. Tiap-tiap garis disajikan dengan dua persamaan berikut:
Pendapatan = Harga x Unit
Total biaya = (Biaya variabel per unit x Unit) + Biaya tetap
Asumsi-Asumsi pada Analisis Biaya Volume Laba
Grafik laba volume dan biaya volume laba yang baru mengandalkan
beberapa asumsi yang penting sebagai berikut:
a. Fungsi Linear.
Asumsi pertama, yaitu fungsi biaya dan pendapatan linear, memerlukan
pertimbangan tambahan. Saat kuantitas yang dijual meningkat, pendapatan
juga meningkat. Namun, kemudian, peningkatannya mulai tidak setajam
bila dibandingkan sebelumnya. Fungsi total biaya lebih rumit, yaitu pada
awalnya naik tajam, kemudian agak mendatar yang selanjutnya kembali
naik secara tajam.
b. Rentang yang Relevan. Analisis CVP merupakan alat pengambilan
keputusan jangka pendek sehingga kita perlu menetapkan rentang relevan
yang menggambarkan hubungan biaya dan pendapatan yang berlaku.
c. Produksi Sama dengan Penjualan. Asumsi ketiga adalah apa yang
diproduksi dapat dijual. Tidak ada perubahan persediaan selama periode
tertentu.
d. Bauran Penjualan yang Konstan. Dalam analisis produk tunggal, bauran
penjualan tentu saja konstan yaitu 100 persen dari penjualan adalah satu
produk. Namun, tidak mungkin memprediksikan bauran penjualannya
dengan pasti. Dalam praktiknya, kendala ini biasanya ditangani dengan
analisis sensitivitas.
e. Harga dan Biaya Diketahui dengan Pasti. Pada kenyataannya,
perusahaan jarang mengetahui harga, biaya variabel, dan biaya tetap secara
pasti.
ANALISIS CVP DALAM KETIDAKPASTIAN
Analisis CVP dilakukan dalam tahap perencanaan, dimana asumsi yang
dibuat perusahaan belum tentu sama dengan kondisi yang sebenarnya saat rencana
tersebut dilaksanakan. Karena itu, unsur ketidakpastian harus dipertimbangkan.
Ada tiga cara yang dilakukan perusahaan untuk mengantisipasi ketidakpastian
tersebut, yaitu:
a. Safety Margin
Merupakan selisih antara unit yang diperkirakan dapat dijual
perusahaan pada periode analisis dengan unit yang harus terjual untuk
mencapain titik impas. Semakin besar safety margin yang dimiliki
perusahaan, maka posisi perusahaan akan semakin aman, karena jika
terdapat asumsi yang sedikit meleset, perkiraan posisi perusahaan masih
jauh dari titik impas. Sebaliknya, jika safety margin perusahaan rendah,
maka perusahaan berada dalam posisi yang rawan, karena jika terdapat
asumsi yang meleset, maka laba yang diperoleh perusahaan bisa dibawah
titik impas, dengan kata lain perusahaan merugi.
b. Operating Leverage
Mengukur besarnya proporsi biaya tetap dibandingkan dengan total
biaya yang dikeluarkan perusahaan. Semakin tinggi operating leverage
berarti semakin tinggi proporsi biaya tetap dalam perusahaan. Proporsi
biaya tetap yang semakin tinggi akan menambah resiko yang dihadapi
perusahaan, karena semakin tinggi biaya tetap perusahaan, maka fluktuasi
laba yang diperoleh perusahaan akan cenderung semakin besar. Rumus
untuk menghitung operating leverage adalah total margin kontribusi
dibagi dengan total laba operasi.
c. Analisis Sensitivitas (what-if analysis)
Analisis sensitivitas adalah teknik “bagaimana-jika” yang menguji
dampak dari perubahan asumsi-asumsi yang mendasarinya terhadap suatu
jawaban. Akuntan harus mengetahui distribusi biaya dan harga dari
perusahaan, serta dampak perubahan kondisi ekonomi terhadap variabel-
variabel tersebut. Keunggulan dari analisis sensitivitas adalah memberikan
masukan dan melatih intuisi bagi para manajer untuk merasakan tingkat
pengaruh dari variabel yang buruk terhadap suatu jawaban.
KASUS
Skyview Manor
Studi kasus dilakukan pada tahun 1962 di Vermont. Skyview Manor
adalah resort lama, tapi terpelihara dengan baik dan telah mengalami perubahan
kepemilikan beberapa kali selama bertahun-tahun. Skyview Manor tidak memiliki
restoran atau bar. Resort ini memasang tarif menengah, resort hotel dengan
kualitas yang baik.
Skyview Manor beroperasi hanya selama musim ski, yaitu tanggal 2
desember sampai akhir Maret. gunung ski yang beroperasi atas izin dari negara
selama 120 hari per tahun. Sebanyak 50 kamar di sayap timur disewakan dengan
harga $15 untuk hunian tunggal atau $20 untuk hunian double. Sayap barat hotel
memiliki 30 kamar, yang semuanya memiliki pemandangan lereng ski,
pegunungan, dan desa kamar di sayap barat memiliki tarif $20 dan $25 untuk
hunian tunggal atau ganda. tingkat hunian rata-rata selama musim ski adalah
sekitar 80% biasanya,hotel ini penuh pada akhir pekan dan rata-rata 50 sampai 60
kamar disewa pada malam minggu rasio rata-rata hunian tunggal vs ganda adalah
2:8.
hasil operasi untuk tahun fiskal terakhir ditampilkan pada figur 1. Bapak
kachack manajer hotel, prihatin dengan bulan-bulan diluar musim, yang
menunjukkan kerugian setiap bulan dan mengurangi keuntungan tinggi yang
dilaporkan selama musim. dia telah menyarankan kepada pemilik, bahwa untuk
mengurangi kerugian diluar musim, mereka harus setuju untuk menjaga
operasional hotel sayap barat sepanjang tahun. dia memperkirakan tingkat hunian
rata-rata di luar musim ski menjadi antara 20% dan 40% untuk beberapa tahun
kedepan. kachack memperkirakan bahwa pada off-season klien tingkat hunian
40% untuk 30 kamar selama musim-off jika pemilik mengeluarkan dana sebesar $
4000 untuk iklan setiap tahun ($ 500 setiap bulan). tidak ada bukti yang
menunjukkan bahwa 2;8 rasio single vs ganda akan berbeda selama akhir tahun
atau di masadepan. tarif, harus dikurangi secara drastis, menjadi $10 dan $15
untuk tunggal dan ganda.
gaji manajer dibayar selama 12 bulan. dia bertugas merawat fasilitas
selama off-season dan juga kontrak sebagian besar perbaikan dan pemeliharaan
dalam kurun waktu tersebut. Menggunakan sayap barat tidak akan mengganggu
pekerjaan ini,tetapi akan menghasilkan tambahan sekitar $2000 per tahun untuk
perbaikan dan pemeliharaan.
Ibu kecheck dibayar $20 per hari untuk mengawasi pelayan dan
membantu pelayanan check-in Selama musim ini, dia bekerja tujuh hari
seminggu. Petugas meja biasa dan setiap pembantu dibayar setiap hari dengan
tarif $24 dan $15 masing-masing. pajak gaji dan tunjangan lainnya sekitar 20%
dari gaji. Meskipun depresiasi dan pajak properti tidak akan terpengaruh oleh
keputusan untuk menjaga sayap barat beroperasi, asuransi akan meningkat sebesar
$500 untuk tahun ini. Selama musim, diperkirakan Mr dan Mrs kecheck bisa
menangani meja depan tanpa orang tambahan. Ibu kecheck, harus dibayar selama
lima hari seminggu.
persediaan pembersih dan setengah dari biaya lain-lain (pasokan kamar)
dianggap bawaan dari jumlah kamar yang ditempati. Sisi lain dari biaya lain-lain
tetap dan tidak akan berubah dengan operasi 12-bulan. Linen telah disewa dari
supply house dan biaya juga tergantung pada jumlah atau kamar yang ditempati,
tetapi dua kali lebih banyak, rata-rata, untuk hunian ganda daripada untuk hunian
tunggal. utilitas meliputi dua item : telepon dan listrik. tidak ada biaya listrik
dengan ditutupnya hotel. dengan operasi hotel, beban listrik adalah fungsi
dari jumlah kamar yang tersedia kamar harus menggunakan pemanas ruangan atau
AC tagihan telepon untuk masing-masing empat bulan musiman adalah sebagai berikut :
80 telepon @ $3.00 /bulan $240
Layanan dasar biaya $ 50
$290
Selama off-season, hanya biaya pelayanan dasar yang dibayar. Biaya bulanan
sebesar $3 adalah hanya berlaku untuk telepon yang aktif.
Aspek tambahan yang di usulkan pak kachack adalah menambahkan
kolam renang air panas indoor di hotel. Pak kachack percaya bahwa ini akan
meningkatkan kemungkinan tingkat hunian musim hingga berada di atas 30%
perkiraan tidak mungkin dipastikan tepat. diketahui bahwa meskipun tingkat
hunian musim dingin tidak akan sangat terpengaruh dengan menambahkan kolam
renang dalam ruangan, kolam renang harus dibangun untuk bertahan
dalam persaingan. biaya kolam tersebut diperkirakan sebesar $40.000 jumlah ini
dapat disusutkan selama lima tahun tanpa nilai sisa ($15,000 dari $40,000 untuk
plastic bubble dan pemanas, yang akan digunakan sembilan bulan dalam setahun)
Satu-satunya biaya lain yang terkait dengan kolam renang adalah $400 per bulan
untuk lifeguard , diwajibkan oleh hukum selama jam-jam sibuk, asuransi dan
pajak tambahan, diperkirakan $1,200 biaya pemanas $1,000 dan biaya
pemeliharaan tahunan $1.800 jika kolam renang indoor , penjaga diperlukan
selama 12 bulan. jika tidak tertutup, penjaga diperlukan hanya untuk tiga bulan
musim panas (dari 15 juni-15 September, periode terpanas), dan tidak akan ada
biaya pemanasan.
Figur 1
Skyview Manor Operating Statement, For the Fiscal Year ended 3/31/62
(Pernyataan Operasi Skyview Manor, Untuk Tahun Buku yang berakhir 31/3/62)
Pendapatan $ 160,800
biaya gaji
manajer $ 15,000
istri manajer $ 2,400
petugas meja $ 2,880
pelayan (empat) $ 7,200
$ 27,480
pajak gaji dan pinggiran
manfaat $ 5,496
depresiasi (15 tahun hidup) 30,000
Pajak properti 4,000
Asuransi 3,000
perbaikan dan pemeliharaan 17,204
alat bersih-bersih 1,920
keperluan 6,360
layanan linen 13,920
bunga hipotek (5% tingkat bunga) 21,716
biaya lain-lain 7,314
total biaya $ 138,410
laba sebelum pajak pendapatan federal $ 22,390
pajak pendapatan federal (48%) 10,747
keuntungan bersih $ 11,643