AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN
ALOKASI DANA DESA DI DESA LOSARI KECAMATAN
AMPELGADING KABUPATEN PEMALANG
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Oleh :
SEKAR RARAS CAHYANINGRUM
B200150083
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN ALOKASI
DANA DESA DI DESA LOSARI KECAMATAN AMPELGADING
KABUPATEN PEMALANG
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
SEKAR RARAS CAHYANINGRUM
B200150083
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Fatchan Achyani, SE.,Msi.
NIK/NIDN: 643/614086801
ii
HALAMAN PENGESAHAN
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN ALOKASI
DANA DESA DI DESA LOSARI KECAMATAN AMPELGADING
KABUPATEN PEMALANG
oleh:
SEKAR RARAS CAHYANINGRUM
B200150083
Telah Dipertahankan Didepan Dewan Penguji
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari Selasa, 12 November 2019
Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Fatchan Achyani, SE.,Msi. (.............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Drs. Yuli Tri Cahyono,M.M.,Ak. (.............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Eko Sugiyanto, S.E.,M.Si. (.............................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Dr. Syamsudin, M. M
NIK. 19570217 1986 031 001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 11 November 2019
Penulis
SEKAR RARAS CAHYANINGRUM
B200150083
1
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI PENGELOLAAN ALOKASI
DANA DESA DI DESA LOSARI KECAMATAN AMPELGADING
KABUPATEN PEMALANG
Abstrak
Akuntabilitas merupakan suatu pertanggungjawaban pemerintah untuk melaporkan
dan menyajikan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban tersebut dilakukan agar pemerintah dapat transparan dengan
komitmen yang telah terbentuk dalam pelaksanaannya. Pemerintah desa Losari,
kecamatan Ampelgading, kabupaten Pemalang adalah pemerintah desa yang
mendukung adanya Good Governance khususnya akuntabilitas dan transparansi.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai akuntabilitas dan transparansi pemerintah desa
terhadap pengelolaan Dana Desa di desa Losari, kecamatan Ampelgading, kabupaten
Pemalang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dan
menggunakan teknik data penelitian dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah perangkat desa yang
kompeten dalam pengelolaan ADD di desa Losari. Hasil penelitian ini menunjukkan
pengelolaan keuangan Dana Desa yang diterapkan oleh pemerintah desa Losari
sudah sesuai dengan perundang-undangan maupun ketentuan-ketentuan yang
berlaku. Transparansi yang dilakukan oleh pemerintah desa Losari adalah dengan
adanya papan informasi yang ditempatkan di setiap Dusun dan di Kantor Desa.
Kata Kunci : transparansi, akuntabilitas, alokasi dana desa (ADD)
Abstract
Accountability is a responsibility of the goverment to report and present activities
that have been implemented to the public. By doing that the goverment can be work
transparently with the commitment that has been arranged in its implementation.
Losari village goverment, Ampelgading district, Pemalang district is a village
goverment that supports the existence of good governance, especially accountability
and transparency. This research aims to assess the accountability and transparency of
village goverment to the management of Village Funds in Losari village,
Ampelgading sub-district, Pemalang district. The method used is descriptive
qualitative research method and using the technique of research data with
observation, interview, and documentation. The sample used in this research is a
competent village apparatus in ADD management in Losari village. The results of
this research indicate the financial management of Village Funds implemented by the
village goverment Losari already in accordance with the legislation and provisions in
force. Transparency conducted by the village goverment Losari is by using
information boards that are placed in every village and village office.
Keywords : Transparency, Accountability, Village Funds Allocation (ADD)
1. PENDAHULUAN
Akuntansi adalah ilmu yang saat ini berkembang dengan pesat, khususnya dalam
bidang akuntansi pemerintahan. Akuntansi pemerintahan adalah salah satu bidang
ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan transaksi-
2
transaksi yang terjadi di badan pemerintahan. Adanya tuntutan akuntabilitas dan
transparansi atas pencatatan transaksi-transaksi, dan pelaporan kinerja pemerintahan
oleh pihak-pihak yang berkepentingan menjadikan akuntansi pemerintahan sebuah
kebutuhan yang tidak lagi terelakan saat ini.
Desa berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu yang berarti tanah air, tanah asal,
atau tanah kelahiran. Desa identik dengan kehidupan agraris dan kesederhanaannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah suatu kesatuan wilayah yang
dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (
dikepalai oleh seorang Kepala Desa ) atau desa merupakan kelompok rumah di luar
kota yang merupakan kesatuan.
Akuntansi pemerintahan tidak hanya diterapkan di pemerintah pusat, namun
juga di tingkat daerah sampai di wilayah pedesaan, yang semuanya itu membutuhkan
pertanggungjawaban di setiap anggaran dan kegiatan yang dilaksanakan. Namun
terkadang masih ada pihak-pihak yang terkait pembuatan laporan
pertanggungjawaban yang masih belum memahami akuntansi pemerintahan secara
benar, khususnya untuk daerah pedesaan. Dalam perkembangannya, kini desa telah
berkembang menjadi berbagai bentuk yang harus diberdayakan sehingga menjadi
desa yang mandiri, maju dan kuat untuk mencapai masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera. Desa memiliki wewenang untuk mengatur sendiri kawasannya sesuai
kemampuan dan potensi yang dimiliki masyarakatnya agar tercapai kesejahteraan
dan pemerataan kemampuan ekonomi.
Undang-Undang No. 6 tahun 2014 mengenai penyelenggaraan pemerintah
desa menjadi penguat status desa sebagai lembaga pemerintahan dan diharapkan
dapat menunjukkan masyarakat dan memberdayakan masyarakat desa. Dengan
adanya undang-undang tersebut maka pemerintah mengeluarkan kebijakan mengenai
pembentukan Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai bentuk dari desentralisasi keuangan
untuk menjadi desa yang mandiri. Dengan adanya Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 47 tahun 2015 tentang perubahan atas peraturan pemerintah nomor
43 tahun 2014 tentang peraturan pelaksanaan undang-undang nomor 6 tahun 2014
tentang desa.
ADD sebagaimana dimaksud pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
pasal 1 nomor 47 tahun 2015 adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota
dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota setelah dikurangi
3
Dana Alokasi Khusus. Penggunaan ADD membutuhkan adanya sebuah perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban terhadap penggunaannya.
Didalam penggunaan ADD rawan terhadap tindakan penyelewengan yang
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dalam pengelolaan ADD.
Dibutuhkan peningkatan kinerja pemerintah desa dan Badan Pengawas Desa,
masyarakat juga diperlukan dalam mengawasi penggunaan anggaran yang diperoleh
dari pemerintah pusat, dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sehingga
penerapan dalam pembangunan desa dapat berjalan dengan baik. Desa dalam
melaksanakan kewenangan,hak dan kewajibannya didalam mengelola potensi yang
dimilikinya dituntut untuk melakukan secara transparan dan memiliki akuntabilitas
tinggi.
Pemberian ADD kepada desa, dapat dijadikan cerminan terwujudnya good
governance, dimana pemerintah dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat dan
sekaligus dapat meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga mendorong adanya
akuntabilitas dan transparansi pemerintah. Penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia yang good governance terdapat dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun
1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi,Kolusi,dan
Nepotisme.
Dijelaskan pada Bab 2 Pasal 2 tentang asas pengelolaan keuangan daerah
dalam Pemendagri No. 20 tahun 2018, keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas
transparan,akuntabel,partisipatif serta dilakukan dengan tertib disiplin anggaran.
Dengan adanya transparansi menjamin akses bagi masyarakat untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yaitu informasi tentang kebijakan ,
proses pembuatan, dan pelaksanannya serta hasil-hasil yang dicapai. Jadi, didalam
proses transparansi tidak hanya digunakan oleh pemerintah tetapi juga kepada
masyarakat yang juga mempunyai hak untuk mendapatkan informasi yang
menyangkut dengan kepentingan publik,sehingga masyarakat memperoleh akses
untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan.
Akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti
bahwa proses penganggaran keuangan mulai dari proses perencanaan, penyusunan,
dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat. Akuntabilitas dalam pemerintah desa melibatkan kemampuan
4
pemerintah desa untuk mempertanggungjawabkan kegiatan yang dilaksanakan dalam
kaitannya dengan masalah pembangunan dan pemerintahan desa.
Pertanggungjawaban yang dimaksud adalah masalah finansial yang terdapat dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) dengan Pendapatan Asli Desa
(PADes),Alokasi Dana Desa (ADD), dan Dana Desa (DD) termasuk komponen di
dalamnya.
Transparansi artinya dalam menjalankan pemerintahan, pemerintah
mengungkapkan hal–hal yang sifatnya material secara berkala kepada pihak – pihak
yang memiliki kepentingan, dalam hal ini yaitu masyarakat luas sehingga prinsip
keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan
akses informasi seluas–luasnya tentang keuangan daerah. Dengan adanya
transparansi menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh
informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan,
proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil–hasil yang dicapai.
Laporan keuangan desa adalah suatu bentuk kebutuhan transparansi yang
merupakan pendukung adanya akuntabilitas yang berupa keterbukaan pemerintah
desa atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik. Apabila laporan keuangan dapat
disampaikan dengan baik dan tepat waktu, maka kinerja keuangan pemerintah desa
juga akan baik.
Menurut Waluyo (2009) dalam Astuty dan Fanida (2013) akuntabilitas
meliputi pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pengguna lainnya
sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban
pemerintah atas semua aktifitas yang dilakukan, bukan hanya laporan keuangan saja
namun harus memberikan informasi dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial
dan politik. Prinsip-prinsip akuntabilitas harus didukung komitmen yang kuat dari
organisasi yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab di bidang pengawasan
dan penilaian. Akuntabilitas diharapkan dapat memperbaiki kualitas serta kinerja dari
instansi pemerintah agar menjadi pemerintahan yang transparan dan berorientasi
pada kepentingan publik.
Sulistiyani (2004) menyatakan bahwa Transparansi dan Akuntabilitas adalah
dua kata kunci dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun penyelenggaraan
perusahaan yang baik (Good Governance). Transparansi ditandai oleh apakah
5
kebijakan, regulasi, program, anggaran dan kegiatan pemerintah terbuka pada
publik.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Desa
berkewajiban mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan yang menjadi program
prioritas nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Salah satu contoh kegiatan pembangunan tersebut adalah pencegahan stunting, desa
perlu menyusun program/kegiatan relevan yang di danai oleh Dana Desa. Maka dari
itu, peneliti memilih Desa Losari sebagai objek penelitian karena desa tersebut
merupakan satu-satunya desa di kecamatan tersebut yang dipilih pemerintah pusat
sebagai lokasi khusus untuk melaksanakan program pencegahan stunting.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Putu Andi SuarJaya Putra,Kadek Sinarwati,dan Made Arie Wahyuni (2017)
yang berjudul Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa.
Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
objek penelitian.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik melakukan
penelitian yang berjudul “AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI
PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI DESA LOSARI KECAMATAN
AMPELGADING KABUPATEN PEMALANG”
2. METODE
Jenis penelitian adalah penelitan kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif.
Lokasi penelitian adalah Desa Losari, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten
Pemalang. Subyeknya beberapa informan yang dipercaya dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan dengan akurat sesuai dengan ketentuan Pemendagri
Nomor 20 Tahun 2018 yang meliputi : Kepala Desa, Sekretaris, Kaur Keuangan, dan
Kaur Perencanaan yang kompeten dalam pengelolaan ADD dengan tujuan untuk
mengetahui transparansi dan akuntabilitas pengelolaan ADD (Alokasi Dana Desa)
yang diterapkan di Desa Losari, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang.
Data yang digunakan yaitu data primer diperoleh melalui wawancara langsung
kepada pihak yang kompeten dalam pengelolaan ADD di Desa losari Kecamatan
Ampelgading Kabupaten Pemalang, dan data sekunder berupa dokumen-dokumen
yang dibutuhkan oleh peneliti dari Desa Losari Kecamatan Ampelgading Kabupaten
6
Pemalang. Teknik Pengumpulan Data meliputi Observasi, Wawancara dan
Dokumentasi. Analisis data meliputi Kondensasi data (data condensation), Penyajian
data (data display) dan Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion
drawing/verifications).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Data Penelitian
Desa losari merupakan bagian wilayah dari kecamatan Ampelgading kabupaten
Pemalang yang secara astronomi terletak antara 109,3ᵒ - 59,05ᵒ Bujur Timur dan
6.55,05ᵒ - 29,20 ᵒ Lintang Selatan. Kondisi topografi wilayah Desa Losari terdiri
dari daerah dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata 15 meter diatas permukaan air
laut (mdpl). Wilayah desa Losari merupakan daerah dataran rendah. Luas wilayah
desa Losari adalah 181,285 Ha
3.2 Hasil Analisis
Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan
uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Keuangan desa dikelola berdasarkan azas-azas
transparan,akuntabel,partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.
Pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban.
Perencanaan. Dokumen perencanaan keuangan desa meliputi RPJM Desa
dan RKP Desa yang berpedoman kepada perencanaan ppembangunan desa yang
disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa. Musyawarah desa
dilaksanakan paling lambat bulan Juli tahun anggaran berjalan. Penyusunan RPJM
Desa dan RKP Desa dilakukan secara partisipatif dalam forum musyawarah
perencanaan pembangunan desa yang melibatkan Badan Permusyawaratan Desa dan
unsur masyarakat desa. RPJM Desa memuat penjabaran visi dan misi Kepala Desa
terpilih, rencana penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat dan arah kebijakan
perencanaan pembangunan desa. RPJM Desa mengacu pada RPJM kabupaten/kota
dengan mempertimbangkan kondisi obyektif desa dan prioritas pembangunan
kabupaten/kota. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling lama tiga bulan
terhitung sejak pelantikan Kepala Desa.
7
RKP Desa merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu satu
tahun. RKP Desa memuat rencana penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat desa. RKP
Desa berisi evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya, prioritas
program,kegiatan,dan anggaran desa yang dikelola oleh desa maupun melalui kerja
sama antara desa/pihak ketiga serta kewenangan penugasan dari tingkatan
pemerintah yang lebih tinggi. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah desa pada
bulan juli tahun berjalan dan ditetapkan dengan peraturan desa paling lambat akhir
bulan September tahun berjalan. RKPD Desa menjadi dasar penetapan APBDesa.
Penganggaran. APBDes terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan
Desa. Pendapatan adalah semua penerimaan uang melalui rekening desa yang
merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali
oleh desa. Peraturan Desa tentang APBDes ditetapkan paling lambat tanggal 31
Desember tahun anggaran berjalan. Pendapatan desa bersumber dari : Pendapatan
Asli Desa (PADes), Alokasi APBN (Dana Desa), Bagi Hasil Pajak dan Retribusi
Kabupaten/Kota, Alokasi dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan
yang diterima Kabupaten/Kota, Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Hibah dan sumbangan yang tidak meengikat dari pihak ketiga, dan
Lain-lain PADes.
Pelaksanaan. Kepala desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan desa yang dalam pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada perangkat desa.
Perangkat desa terdiri dari atas sekretariat desa, pelaksana kewilayahan dan
peelaksana teknis. Perangkat desa berkedudukan sebagai unsur pembantu kepala
desa. Sekretariat desa dipimpin oleh sekretaris desa dibantu oleh unsur staf
sekretariat yang bertugas membantu kepala desa dalam bidang adminitrasi
pemerintahan. Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala desa
sebagai satuan tugas kewilayahan. Pelaksana teknis merupakan unsur pembanntu
kepala desa sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana Teknis Pengelolaan
Keuangan Desa adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh Kepala Desa untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan desa. Bendahara adalah perangkat desa yang
ditunjuk oleh Kepala desa untuk menerima,menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan,membayarkan, dan mempertanggungjawabkan keuangan desa
8
dalam rangka pelaksanaan APBDes. Pencairan dana dalam rekening Kas Desa
ditandatangani oleh kepala desa dan bendahara desa.
Pelaporan dan Pertanggungjawaban. Kepala desa menyampaikan laporan
realisasi pelaksanaan APBDes kepada bupati/walikota setiap semester tahun berjalan
dan setiap akhir tahun anggaran. Format pertanggungjawaban yang disajikan dalam
peraturan menteri dalam negeri terkait hanya ditujukan untuk untuk bendahara.
Laporan pertanggungjawaban tersebut meliputi laporan pertanggungjawaban
penerimaan dan laporan pertanggungjawaban pengeluaran. Laporan
pertanggungjawaban penerimaan dilampirkan dengan buku kas umum, buku kas
pembantu perincian obyek penerimaan dan bukti penerimaan lainnya yang sah.
Laporan pertanggungjawaban pengeluaran dilampirkan dengan buku kas umum,
buku kas pembantu perincian obyek pengeluaran yang disertai dengan bukti-bukti
pengeluaran yang sah dan bukti atas penyetoran PPN atau PPh ke kas Negara.
a. Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Transparansi merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk
mengetahui dan menempatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
daerah. Dengan adanya transparansi akan menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yaitu
informasi tentang kebijakan, proses pembuatan, dan pelaksanaannya serta hasil yang
telah dicapai.
b. Transparansi Desa Losari
Transparansi diadakan atas dasar arus informasi yang terbuka dan bebas. Seluruh
proses yang dilakukan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga, hal yang
berhubungan dengan informasi wajib untuk dapat diakses oleh masyarakat luas dan
informasi yang tersedia harus memadai dan mudah dimengerti agar dapat dipantau
oleh publik. Berikut adalah informasi yang diperoleh mengenai transparansi yang
didapatkan dari hasil wawancara dengan Kepala Desa Losari :
“Transparansi keuangan dalam wujud keterbukaan pemerintah desa
mengenai informasi keuangan kepada masyarakat. Untuk desa Losari sudah
melaksanakan transparansi melalui papan informasi APBDesa di balai desa
maupun papan informasi di setiap dusun yang terdiri dari 4 dusun, dan
sistem keuangan desa juga sudah dapat diakses melalui internet.” ( Kepala
Desa/Agus Rujito Senin, 17 Juni 2019 pukul 21.07 WIB di Kediaman Kepala
Desa Losari )
9
Pelaporan dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi. Informasi
yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh oleh
mereka yang membutuhkan. Pemerintah desa Losari memberikan informasi terkait
dengan indikator kesesuaian transparansi pengelolaan alokasi dana desa menurut
Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018 pasal 71-72. Berikut uraian dari pemerintah desa
Losari :
“Iya ada, jadi di setiap kegiatan itu terpampang papan proyek atau papan
kegiatan dan disitu tertera nominal untuk kegiatannya apa. Laporan realisasi
dan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDES ini diinformasikan
juga kepada masyarakat melalui media tertulis. Laporan
pertanggungjawaban dilaporkan kepada Bupati melalui Camat.” .” ( Kepala
Desa/Agus Rujito Senin, 17 Juni 2019 pukul 21.09 WIB di Kediaman Kepala
Desa Losari )
Transparansi merupakan hal seluruh lapisan masyarakat terhadap keterbukaan
dan kebebasan untuk mengetahui kegiatan pembangunan yang berasal dari
pemerintah yang tujuan utamanya adalah untuk pemberdayaan masyarakat, seperti
halnya dana ADD. Transparansi mengukur tingkat keamanahan pihak pengelola
dalam menjalankan kegiatan pembangunan yang harus dilaksanakan oleh aparatur
desa.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa desa Losari
sudah memperlihatkan pengelolaan alokasi dana desa yang transparan terhadap
masyarakat desa dengan tujuan agar terbangunnya kepercayaan masyarakat desa
kepada aparat desa yang dipercaya diberikan amanah dalam mengelola dana desa
yang diberikan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, aparatur desa tersebut
mencoba melakukan yang terbaik dalam mengelola Alokasi Dana Desa seperti
memasang papan informasi APBDES di Balai Desa dan juga disetiap dusun di desa
tersebut.
c. Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa
Akuntabilitas merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban oleh pihak yang
diberi kepercayaan oleh masyarakat/individu dimana nantinya terdapat keberhasilan
atau kegagalan di dalam pelaksanaan tugasnya tersebut dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban tersebut berkaitan langsung dengan
aktivitas birokrasi dalam memberikan pelayanan sebagai kontra prestasi atau hak-hak
yang telah dipungut langsung maupun tidak langsung dari masyarakat.
10
Pertanggungjawaban perlu dilakukan melalui media yang selanjutnya dapat
dikomunikasikan kepada pihak internal maupun eksternal (publik) secara periodik
maupun secara tidak terduga sebagai suatu kewajiban hukum dan bukan karena
sukarela.
Perencanaan. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah salah satu pendapatan desa
yang penggunaannya tertuang didalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(APBDes), oleh karena itu program perencanaan dan kegiatannya disusun melalui
Musyawarah Perencanaan Desa (Musrenbangdes). Musrenbangdes tersebut
mengharuskan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan
menentukan pembangunan yang akan dilaksanakan khususnya yang ber alokasi di
desa yang bersangkutan sehingga benar-benar dapat merespon kebutuhan/aspirasi
yang berkembang.
Perencanaan pengelolaan ADD Desa Losari dimulai dari penyusunan laporan
keuangan yang mengacu pada APBDes tahun berjalan lalu menyusun peraturan desa
tentang APBDes berdasarkan tahun berkenaan kemudian disetujui kepala desa.
Ditindaklanjuti pembahasan bersama BPD lalu disampaikan pada bagian hukum lalu
disampaikan pada bupati melalui camat. Perencanaan pengelolaan ADD Desa Losari
seperti hasil wawancara yang dilakukan di Kantor Kepala Desa Losari bersama
dengan sekretaris desa, yaitu :
“ Sesuai dengan Permendagri No 20 Tahun 2018 dalam penyusunan
pelaporan keuangan itu mengacu pada APBDes tahun berjalan dengan
prosesnya yang pertama sekretaris desa telah menyusun peraturan desa
tentang APBDes berdasarkan tahun berkenaan kemudian sekretaris desa
menyampaikan rancangan peraturan desa kepada kepala desa untuk
disetujui, setelah rancangan peraturan APBDes disampaikan ke kepala desa
kemudian ditindaklanjuti dengan pembahasan dengan BPD atau Badan
Permusyawaratan Desa untuk disepakati, kemudian setelah disepekati
pemerintah desa melalui sekretaris desa mengundangkan peraturan desa
tentang APBDes tahun 2018 kemudian ditindaklanjuti ke bagian hukum
untuk mendapatkan klarifikasi,setelah klarifikasi itu selesai pemerintah desa
menyampaikan peraturan desa tersebut kepada bupati melalui camat”
(Sekretaris Desa Senin, 17 Juni 2019 pukul 10.08 WIB di Kantor Kepala
Desa Losari)
Pemerintah desa dalam menyusun program yang akan dilaksanakan harus
dapat meningkatkan fasilitas kesehatan, pendidikan, pertanian, pengelolaan
lingkungan hidup ekonomi masyarakat, serta perekonomian guna untuk
meningkatkan kualitas hidup masyarakat di desa. Proses perencanaan pembangunan
11
ini tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDesa). RKPesa ini akan
menentukan arah pembangunan desa dalam satu tahun kedepan. Dalam penyusunan
RKPDesa ini harus berdasarkan fokus perencanaan pemerintah desa yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa). RPJMDesa dan
RKPDesa akan menjadi satu-satunya dokumen perencanaan desa untuk penyusunan
APBDesa yang diatur melalui Peraturan Desa. Selanjutya disesuaikan dengan
program pembangunan pemerintah kabupaten, pemerintah kota serta pemerintah
provinsi. Mengingat pentingnya RKPDesa, dibutuhkan peran dari pemerintah desa
untuk dapat merancang apa saja yang menjadi prioritas pembangunan setahun
kedepan. Berikut uraian Sekretaris desa mengenai mekanisme penyusunan RKPDesa
Losari :
“Pemerintah desa Losari sudah melaksanakan penyusunan RKPDesa sesuai
dengan Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018. Sekretaris desa Losari sudah
menyampaikan APBDesa kepada kepala desa untuk disetujui. Pemerintah
desa Losari dan BPD juga sudah membahas sesuai dengan Pemendagri
Nomor 20 Tahun 2018 bahwa APBDesa ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara pemerintah desa dengan BPD. Pemerintah desa setelah menetapkan
APBDesa tahun 2018 setelah diundangkan kemudian ditindaklanjuti dengan
mengajukan klarifikasi ke bagian hukum sekretaris daerah kabupaten
pemalang untuk mendapatkan persetujuan, kemudian setelah persetujuan itu
turun kami menyampaikan APBDesa.” (Sekretaris Desa Senin, 17 Juni 2019
pukul 10.10 WIB di Kantor Kepala Desa Losari)
Perencanaan pengelolaan ADD pada desa ini pada prinsipnya sudah
teralokasi dan berpedoman pada Permendagri Nomor 20 Tahun 2018. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya pelaksanaan musyawarah desa membuka kesempatan
untuk masyarakat dalam memberikan aspirasinya sekalipun sebagai media belajar
bagi masyarakat terhadap prinsip akuntabilitas pengelolaan ADD. Unsur yang
diundang dalam musyawarah desa ini meliputi Kepala Desa, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), Kepala Dusun, Perangkat Desa dan unsur
Kelembagaan Desa.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa desa Losari
sudah memperlihatkan pengelolaan alokasi dana desa yang akuntabel dan transparan.
Hasil penelitian di lapangan, pemerintah desa Losari dalam tahapan perencanaan
menyusun program-program sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari musyawarah-
musyawarah yang diselenggarakan antara pemerintah desa dengan Badan
12
Permusyawaratan Desa (BPD). Temuan ini sesuai dengan prinsip transparansi dan
akuntabilitas untuk dapat mewujudkan konsep Good Governance.
Pelaksanaan. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang pembiayaannya bersumber
dari ADD sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksanaan Desa. Dalam pelaksanaan
program ADD ini, dibutuhkan keterbukaan dari Tim Pelaksana Desa kepada seluruh
masyarakat. Guna mendukung keterbukaan dan penyampaian informasi secara jelas
kepada masyarakat, maka disetiap kegiatan fisik harus dipasang papan informasi
kegiatan di lokasi kegiatan tersebut dilaksanakan, sehingga masyarakat dengan bebas
dapat mengetahui tentang program ADD maupun memberikan kritik dan saran
kepada Tim Pelaksana Desa demi kesempurnaan pengelolaan ADD.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan dari sisi prinsip akuntabilitas pelaksanaan
ADD ditempuh melalui sistem pelaporan yaitu pelaporan bulanan dan laporan
masing - masing tahapan kegiatan. Pelaksanaan menjadi bagian terpenting dalam
suatu kegiatan atau pelaksanaan program di Desa Losari dalam pengelolaan ADD
dibentuk sebuah tim yang bertugas untuk melaksanakan serta mengelola kegiatan
yang dibiayai oleh ADD. Berikut hasil wawancara dengan Kaur Perencanaan yang
mengatakan :
”Tahap pertama musyawarah desa untuk melaksanakan kegiatan, kedua
merencanakan kegiatan pembangunan dan rencana anggaran belanja, ketiga
membuat tim pengelola kegiatan, kemudian tahap ke empat melaksanakan
kegiatan sesuai tahapan atau termin yang ditentukan”. (Huprani/Kaur
Perencanaan Senin, 17 Juni 2019 pukul 08.46 WIB di Kantor Kepala Desa
Losari)
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 49 Tahun 2016 mengenai Tata
Cara Pengalokasian Dana Desa. Penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara
pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas
Umum Daerah (RKUD) untuk selanjutnya dilakukan pemindahbukuan dari RKUD
ke Rekening Kas Desa (RKD). Dalam pelaksanaan keuangan di desa, ada beberapa
prinsip yang wajib ditaati mengenai penerimaan dan pengeluaran yang dilaksanakan
melalui RKD. Seluruh penerimaan dan pengeluaran desa yang dilakukan oleh
pemerintah desa dilaksanakan menggunakan RKD. Hal tersebut menjadikan sistem
keuangan desa terpusat. Berikut hasil wawancara bersama dengan Kaur Perencanaan
desa Losari :
13
“ Semua penerimaan maupun pengeluaran desa dilakukan dengan rekening
kas desa. Kemudian pelaksana kegiatan memberikan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa. Setelah itu Kepala Desa
memberikan SPP kepada Sekretaris. Sekretaris memverifikasi SPP dan
Kepala Desa menyetujuinya, lalu bendahara melakukan pembayaran.”
(Huprani/Kaur Perencanaan Senin, 17 Juni 2019 pukul 08.48 WIB di Kantor
Kepala Desa Losari)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa desa Losari
sudah memperlihatkan pengelolaan alokasi dana desa yang akuntabel dan transparan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa didalam pelaksanaan ADD senantiasa
dilaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan oleh pengelola ADD di tingkat desa
terutama tentang kegiatan fisik dan penyerapan dana. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa tanggungjawab pengelola ADD di tingkat desa sudah memenuhi
ketentuan pelaksanaan kegiatan ADD yang bertahap dan laporan akhir pelaksanaan
kegiatan.
Penatausahaan. Menurut Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 menyatakan
bahwa, penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa yang wajib melakukan
pencatatan setiap pemasukkan dan pengeluaran kas serta melakukan tutup buku
setiap akhir bulan secara tertib. Bendahara desa bisa menggunakan Buku Kas Umum,
Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank guna membantu pencatatannya. Semua
hasil pencatatan dilaporkan melalui Laporan Pertanggungjawaban kepada Kepala
Desa selaku pemangku kewenangan tertinggi.
Penatausahaan Desa Losari secara teknis telah berpedoman pada Permendagri
Nomor 20 Tahun 2018. Hal tersebut dapat diketahui dengan adanya Peraturan Desa
Nomor 6 Tahun 2018 mengenai APBDesa yang telah dibahas dan disepakati
bersama antara Kepala desa dengan BPD. Penatausahaan yang dilakukan oleh
Bendahara desa Losari melalui pencatatan yang meliputi buku kas umum, buku kas
pembantu pajak, dan buku bank guna membantu pencatatannya. Berikut adalah hasil
wawancara dengan Kaur Keuangan Desa Losari :
“ Setiap bendahara ada petunjuk umum jadi otomatis sudah sesuai dengan
Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 misalnya seperti penyusunan anggaran
pun ada petunjuk atau pedoman umum”. (Kaur Keuangan Desa/Supriyanto
Senin, 17 Juni 2019 pukul 10.20 WIB di Kantor Kepala Desa Losari)
Peran dari pemerintah desa disini yakni untuk mencatat penerimaan serta
pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan. Laporan yang dibuat
14
secara manual sesuai dengan aturan dari Permendagri Nomor 20 Tahun 2018. Untuk
laporan yang dibuat oleh pemerintah desa Losari adalah Buku Kas Umum, Buku
Pembantu Pajak, Buku Bank.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa desa Losari
sudah memperlihatkan pengelolaan alokasi dana desa yang akuntabel dan transparan.
Adapun dalam laporan pertanggungjawaban keuangan dilihat secara hasil fisik juga
sudah menunjukkan pelaksanaan yang akuntabel dan transparan. Desa tersebut juga
sudah menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.
Pelaporan dan Pertanggungjawaban. Permendagri Nomor 20 Tahun 2018
menyatakan bahwa kepala desa menyampaikan kepada Bupati/walikota melaui
camat setiap akhir tahun anggaran yang berupa laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDesa yang terdiri dari pendapatan belanja dan pembiayaan yang
sudah ditetapkan dalam peraturan desa yang dilampiri dengan format Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran Berkenaan.
Kekayaan milik desa per 31 Desember Tahun berkenaan dan program pemerintah
dan pemerintah di daerah yang masuk ke desa. Berikut hasil wawancara dengan
Kepala Desa Losari :
“ Setiap semester kalau tahap pertama biasanya dilaporkan bulan juli dan
tahap terakhir di bulan oktober sampai desember” ( Kepala Desa/ Agus
Rujito Senin, 17 Juni 2019 pukul 21.07 WIB di Kediaman Kepala Desa
Losari)
Menurut Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018 dalam melaksanakan tugas,
kewenangan, hak, dan kewajibannya dalam pengelolaan keuangan desa termasuk
didalamnya Dana Desa, kepala desa wajib menyampaikan kepada Bupati/Walikota
setiap periodik dan tahunan. Penyampaian laporan realisasi Dana Desa dilakukan
paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun anggaran berjalan untuk semester
satu dan paling lambat minggu keempat bulan Januari tahun anggaran berikutnya
untuk semester dua. Menurut pendapat kepala desa mengenai laporan realisasi Dana
Desa :
“Iya, untuk semester pertama biasanya dilakukan di bulan juli dan semester
kedua dibulan oktober sampai desember. Itupun tergantung kesiapan desa
masing-masing yaa. Cuma kita semaksimal mungkin sesuai jadwal bisa kita
selesaikan di bulan juli dan tahap kedua di bulan desember tersebut.
Semuanya laporan pertanggungjawaban kita Perdeskan, yang jelas Perdes
ini tidak menyimpang dari undang-undang atau peraturan yang diatasnya.
15
Dalam lampiran format laporan ada yang biasa disebut dengan PAD, jadi
ada program pemerintah pusat ada program pemerintah daerah baik
provinsi maupun kabupaten.” ( Kepala Desa/ Agus Rujito Senin, 17 Juni
2019 pukul 21.09 WIB di Kediaman Kepala Desa Losari)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa desa Losari
sudah memperlihatkan pengelolaan alokasi dana desa yang akuntabel dan transparan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan ADD juga telah melaksanakan
pelaporan dan pertanggungjawaban adminitrasi keuangan ADD dengan baik.
3.3 Pembahasan
a. Transparansi pengelolaan ADD
Transparansi berarti pemerintah desa mengelola keuangan secara terbuka, sebab
keuangan itu adalah milik rakyat atau barang publik yang harus diketahui oleh
masyarakat. Pemerintah desa wajib menyampaikan informasi secara terbuka
APBDesa kepada masyarakat. Keterbukaan akan meningkatkan kepercayaan dan
penghormatan masyarakat kepada pemerintah desa.
Transparansi perencanaan pengelolaan ADD pada desa Losari untuk seluruh
penerapannya sudah sesuai dengan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018, yaitu
adanya kegiatan pencatatan kas masuk maupun keluar dapat diakses dengan mudah
oleh masyarakat serta ada papan pengumuman informasi di setiap dusun, adanya
laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa
diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang
mudah diakses oleh masyarakat, serta laporan realisasi dan laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan ADD disampaikan kepada
Bupati/Walikota melalui Camat.
b. Akuntabilitas pengelolaan ADD
Akuntabilitas memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan desa
dengan tugas-tugas yang dibebankan dalam rangka meningkatkan nilai dan kualitas
kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Menilai pemerintah desa dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
Akuntabilitas tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan serta pelaporan
dan pertanggungjawaban pengelolaan ADD pada desa Losari pada penerapannya
sudah teralokasi dan berpedoman pada Pemendagri Nomor 20 Tahun 2018. Dimana
16
penyaluran dana ADD dari desa ke masyarakat sudah sesuai proedur tata cara
pengelolaan ADD dimana melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
serta pelaporan dan pertanggungjawaban. Dalam pelaporan dan pertanggungjawaban
Pemerintahan Desa terhadap ADD dibuatlah yang namanya Laporan Realisasi.
Laporan Realisasi adalah bentuk pertanggungjawaban Pemerintahan Desa terhadap
pengelolaan Alokasi Dana Desa yang dilaporkan dua kali dalam setahun atau setiap
semester dalam setahun, dalam penerapannya laporan ini dilakukan sesuai kesiapan
masing-masing desa tapi desa Losari selalu berusaha semaksimal mungkin sesuai
jadwal yaitu bulan juli dan bulan desember. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi
Pelaksanaan APBDesa adalah pertanggungjawaban Pemerintahan Desa terhadap
pengelolaan ADD secara terperinci yang ditunjukkan kepada pemberi amanah yang
tentunya agar dapat menjadi lebih transparan dan akuntabel mengenai segala aktifitas
yang telah dilaksanakan terhadap dana tersebut. Laporan pertanggungjawaban
Realisasi Pelaksanaan APBDesa dilaporkan setiap akhir tahun anggaran.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Transparansi pengelolaan ADD pada desa Losari untuk penerapannya sudah
sesuai dengan Permendagri Nomor 20 Tahun 2018, adanya kegiatan pencatatan
kas masuk maupun keluar dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat serta ada
papan pengumuman informasi di setiap dusun, adanya laporan realisasi dan
laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa diinformasikan
kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi yang mudah
diakses oleh masyarakat, serta laporan realisasi dan laporan pertanggungjawaban
realisasi pelaksanaan ADD disampaikan kepada Bupati/Walikota melalui Camat.
b. Akuntabilitas tahap perencanaan pengelolaan ADD pada Desa Losari pada
penerapannya sudah teralokasi dan berpedoman pada Permendagri Nomor 20
Tahun 2018. Hal ini dibuktikan dengan Raperbedes APBDesa yang
dimusyawarahkan antara pemerintahan desa dengan Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dalam forum musyawarah desa.
17
c. Akuntabilitas tahap pelaksanaan pengelolaan ADD pada desa Losari telah
akuntabel dan berpedoman pada Permendagri Nomor 20 Tahun 2018. Hal ini
dibuktikan dengan adanya mekanisme pelaksanaan sesuai dengan permendagri
serta desa memiliki rekening kas desa dan Surat Permintaan Pembayaran.
d. Akuntabilitas tahap penatausahaan pengelolaan ADD pada desa Losari telah
memperlihatkan pengelolaan yang akuntabel dan berpedoman pada Pemendagri
Nomor 20 Tahun 2018 baik format Raperbedes tentang APBDesa, Buku kas
umum, buku bank, buku pembantu pajak, Laporan realisasi APBDesa, dan
Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa.
e. Tahap pelaporan dan pertanggungjawaban Laporan Pertanggungjawaban
Realisasi APBDesa pada desa Losari telah menggunakan format laporan
pertanggungjawaban realisasi dan sudah berpedoman pada Permendagri Nomor
20 Tahun 2018 yaitu desa telah melaporkan realisasi semester I dan II, serta
laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa di tahun akhir
anggaran.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut:
a. Penelitian selanjutnya diharapkan agar membahas komponen pengelolaan
keuangan desa secara detail dan terperinci termasuk untuk tahapan pembinaan
dan pengawasannya, mengenai nilai kerja pihak pemerintahan, serta nominal
uang yang tertera secara lebih detail.
b. Rekomendasi kepada Pemerintah Desa Losari sebagai pelaksana pengelola
keuangan desa telah menjalankan proses Akuntabilitas Keuangan Desa dengan
cukup baik namun tetap harus ada kemajuan dan peningkatan dalam pengelolaan
keuangan dan akuntabilitas keuangan desa yaitu dengan mencari inovasi-inovasi
baru melalui studi banding ke desa-desa di daerah luar Kecamatan Ampelgading
hal ini diharapkan bisa menambah pengalaman dan wawasan khususnya staf di
Desa Losari dalam rangka mengoptimalkan Pengelolaan keuangan serta
akuntabilitas Keuangannya. Selanjutnya dapat juga dengan mengadakan agenda
rutin yaitu diklat-diklat dan pelatihan terkait pengelolaan keuangan dan
akuntabilitas keuangan desa.
18
DAFTAR PUSTAKA
Astuty, Elgia dan Fanida, Eva H. 2013. Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES) (Studi
pada Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2011 di Desa Sareng Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun). Jurnal. Universitas Negeri Surabaya.
Kholmi, M. (2016). Akuntabilitas pengelolaan alokasi dana desa (studi di desa
kedungbetik kecamatan kesamben kabupaten jombang). Journal of
Innovation in Business and Economics, 7(2), 143-152.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Jakarta. Erlangga.
Manajemen Islam, Volume 3, No 1. STIE PGRI Dewantara: Jombang.
Moeleong L.J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.
Nafidah, L. N., & Anisa, N. (2017). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa di
Kabupaten Jombang. Akuntabilitas, 10(2), 273-288.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia pasal 1 nomor 47 tahun 2015
Perda Pemalang Nomor 87 Tahun 2018 tentang ADD
Putra, I. P. A. S., Sinarwati, N. K., & Wahyuni, M. A. (2017). Akuntabilitas dan
Transparansi Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bubunan,
Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Akuntansi) Undiksha, 8(2).
Ramli, M. (2017). Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa: Studi Kasus Gampong
Harapan, Kota Lhokseumawe. Akuntabilitas, 10(1), 19-30.
Sulistiyani. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Susliyanti, E. D. (2017). TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS ALOKASI
DANA DESA (Studi pada Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten
Bantul Tahun 2015). Wahana: Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Akuntansi, 20(1), 16-26.
Syachbrani, Warka. 2012. Akuntansi dan Akuntabilitas Pemerintah Desa. Tugas
Akhir Mata Kuliah. Program Magister sains Akuntansi. Fakultas Ekonomika
dan Bisnis. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas Korupsi,Kolusi,dan Nepotisme.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.