Download - Akuntansi Pajak
PRODI - S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
Pokok Bahasan :
1. Pembukuan2. Hubungan akuntansi pajak dengan
akuntansi komersial3. Konsep dasar dan tujuan akuntansi
pajak
2
A. Pentingnya Pembukuan Untuk Perpajakan
Informasi pembukuan diperlukan untuk menghitung pajak terhutang dan verifikasi,serta pemeriksaan dan investigasi terhadapkebenaran penghitungan jumlah utangpajak tersebut.
3
Pentingnya pembukuan untuk perpajakan :
1. Mempermudah Wajib Pajak (WP) mengisi SPT.
2. Mempermudah perhitungan pengahsilan kena pajak.
3. Penyajian informasi tentang posisi financial dan hasil usaha untuk bahan analisis atau pengambilan keputusan ekonomi perusahaan.
4
B. Persyaratan Pembukuan
1. Diselenggarakan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya
2. Sekurang-kurangnya terdiri dari catatan tentang harta, kewajiban, utang, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian
3. Ditutup setiap akhir tahun dengan membuat Neraca dan Laporan L/R berdasarkan prinsip pembukuan yang taat azas (konsisten) dengan tahun sebelumnya.
4. Diselenggarakan dengan huruf latin, angka Arab, dengan bahasa Indonesia dan satuan mata uang rupiah (atau dengan bahasa Inggris dan mata uang US$ dengan ijin Menteri Keuangan.
5. Pembukuan dan dokumen yang menjadi dasarnya serta dokumen lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha (pekerjaan bebas) harus disimpan selama 10 tahun. 5
C. Sanksi Tidak Diselenggarakannya Pembukuan
WP yang sudah mampu melakukan pembukuan
untuk tujuan Pajak, namun tidak melakukannya :
penghasilan netonya dihitung berdasar norma
perhitungan, pajak yang kurang dibayar dari hasil
penerapan norma perhitungan akan dikenai sanksi
berupa kenaikan pajak 50% atau 100% dari pajak
yang kurang dibayar (pasal 13 ayat 3) UU KUP.
6
A. Tujuan Akuntansi
Komersial Menyediakan laporan & informasi keuangan serta info lain kepada pihak pengambil keputusan.
PajakMenyajikan laporan keuangan & informasi lain (tax compliance) kepada administrasi pajak.
UU Pajak memiliki prioritas untuk dipatuhi di atas praktek dan kelaziman akuntansi
7
B. Lembaga Pembuat KetentuanMetode, prosedur dan teknik akuntansidipengaruhi hukum pajak berdasarkan : UU Perpajakan Peraturan pemerintah Keputusan Presiden Keputusan Menteri Keputusan Direktorat Jenderal Pajak
Keputusan pengadilan pajak merujuk kepada ketentuan akuntansi perpajakan seperti :Majelis pertimbangan pajak,peradilan tata usaha negara, peradilan pidana, danlembaga peradilan lainnya.
8
A. Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan Tujuan Kebijakan Perpajakan :1. Aspek Alokasi
Tax policy diarahkan pada sikap netral (tidak/cenderung pengaruhi alokasi & diserahkan pada mekanisme pasar).2. Aspek Distribusi
Diarahkan untuk pengaruhi penyebaran pemilikan atau penguasaan faktor-2 produksi dan pemerataan hasil pembangunan.1. Aspek Stabilisasi
dilakukan melalui politik perpajakan, dimana pemerintah melakukan stabilitas ekonomi dengan tingkat pendayagunaan tertentu, SDM, stabilitas harga dan tingkat inflasi.9
Konsep dasar akuntansi berlaku umum Laporan Keuangan Fiskal dan Komersial meliputi :
Accrual Basis : pengakuan transaksi saat terjadi, dilaporkan pada periode tsb.
Going Concern : mengasumsikan aktivitas perusahaan akan tetap berlangsung terus.
10
B. Tujuan pelaporan keuangan perpajakanMenyajikan informasi sebagai bahanmenghitung Penghasilan Kena Pajak,
terutama dalam sistem self assesmentsebagai laporan pertangungjawaban ataskepercayaan menghitung pajak terhutang
bagi setiap WP.
C. Ciri kualitatif pelaporan keuangan perpajakan :Sama dengan ciri kualitatif pelaporan akuntansi komersial
meliputi :1. Relevan
2. Dapat dimengerti3. Keandalan
4. Dapat diperbandingkan11
D. Sifat dan keterbatasan pelaporan keuangan fiskal
1. Laporan Keuangan bersifat historis2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaanestimasi dan berbagai pertimbangan3. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi kelengkapan materi)4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis (substansi) setiap transaksi (tanpa, dalam kondisi tertentu, memperhatikan bentuk yuridis formalnya).5. Terdapatnya alternatif yang dapat digunakan mengakibatkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar WP.6. Informasi kualitatif, sedangkan fakta (yang tidak mendasar) yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya dikesampingkan.
12
Pokok Bahasan :• Pendekatan Umum• Perbedaan Orientasi Pelaporan• Prinsip Akuntansi Sebagai Subyek
Perbedaan• Proses Penyusunan
13
Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai solusi antaraketentuan Akuntansi dan Pajak :• Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi. Terdapat dua pembukuan oleh perusahaan : ketentuan pajak & praktek komersial Ketentuan pajak untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan standar independen terpisah dari prinsip akuntansi. Pembukuan perusahaan sesuai praktek komersial, kemudian melakukan rekonsiliasi sesuai ketentuan pajak. Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi Pembukuan perusahaan sesuai SAK, namun preferensi diberikan pada ketentuan pajak jika ada pengaturan yang tidak sejalan dengan SAK.
14
Terdapat perbedaan orientasi dan sifat pelaporan komersial dan fiskal, walaupun saling terkait secara ekstensif, terutama menyangkut tingkat toleransi fleksibilitas pemilihan standar.
Laporan Keuangan Komersialkonsep kewajaran penyajiansolusi keraguan pengukuran : prinsip konservatif
Laporan Keuangan Fiskalmenyimpang dari konsep kewajaranbergantung pada kebijakan & keputusan otoritas perpajakan
15
A. Penetapan Beban Dan Pendapatan Praktek Komersial : pengakuan penghasilan pada saat realisasi transaksi pertukaran & pembebanan biaya dalam masa yang sama dengan pengakuan penghasilan. Praktek Fiskal : kadang menyimpang dari prinsip tersebut.
B. Konsistensi Praktek Komersial : penerapan metode, kebijakan akuntansi yang konsisten dari tahun ke tahun, kecuali ada alasan kuat penggantian. Praktek Fiskal : juga seperti komersial, tetapi dalam konteks konsepsional ketentuan pajak dapat menentukan lain.
16
C. Konservatisme
Praktek Komersial : konservatis terhadap transaksi yang belum terjadi fakta pencadangan terhadap risiko kerugian.
Praktek fiskal : menganut realitas, dengan meneliti tiap elemen pengurang basis pengenaan pajak, kecuali bank & asuransi
17
18
Terdapat pembukuan ganda terhadap pos-pos yang berbeda (timing difference) aantara ketentuan perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk kontinuitas rekonsiliasi.
Perhitungan PPh berdasarkan laba akuntansi dan laba kena pajak (perpajakan) menimbulkan selisih, dicatat pada pos aktiva lain-lain di Neraca, yang secara teoritis dialokasikan dari waktu ke waktu.
19
Pokok Bahasan : Kas dan Bank Sekuritas Deposito Wesel Tagih Piutang Persediaan Biaya dibayar di muka
20
Kas : Alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. PSAK 2 setara kas adalah investasi yang sifatnya paling likuid, berjangka pendek dan dapat cepat dicairkan menjai kas tanpa menghadapi risiko
Bank : sisa rekening giro perusahaan di bank yang dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan umum perusahaan.
Adapun yang bukan termasuk kas & bank yaitu dana yang disishkan untuk tujuan tertentu seperti : perangko, cek mundur, cek kosong, rekening giro pada bank luar negeri yang tidak dapat segera dibayar.
Bunga rekening giro : Akuntansi Komersial : dicatat sebagai pengahasilan Akuntansi Fiskal : tidak dicatat sebagai penghasilan, karena
bunga sudah dikenakan PPh dengan tarif final 20% dan tidak boleh digabung dengan penghasilan yang lain (dikenakan tarif umum). 21
Merupakan surat berharga yang mudah diperjualbelikan untuk investasi sementara memanfaatkan dana yang tidak digunakan (secondary cash reserves).
Jenis Sekuritas :a. Saham Biasa & Saham Preferen
Penghasilan dari Saham : dividen, saham bonus, hak membeli emisi saham & capital gains. Penghasilan dividen tidak dikenakan pajak.
Praktek Komersial :Mencatat nilai sekuritas berdasarkan Cost Method & Lower Cost or Market
Praktek Fiskal :Mencatat nilai sekuritas berdasarkan Cost MethodPenghasilan dari penjualan saham tidak perlu dilaporkan dalam SPT dan dikonsolidasikan dengan penghasilan lainnya yang tidak dikenakan pajak final.
22
b. ObligasiBunga Obligasi dihitung sebagai penghasilan PPh yang dipungut atas bunga obligasi tidak boleh dikapitalisasi, tetapi harus dicatat sebagai pajak yang dibayar di muka (pasal 23).
c. Sekuritas yang lain Commercial paper, promissory notes, bill of
exchange, bankers acceptance, sertifikat deposito, repurchase agreement
Selisih nilai beli dan nilai jual / pelunasan merupakan penghasilan bagi pemegang sekuritas dan biaya bagi penerbit sekuritas.
23
d. Deposito Merupakan satuan mata uang rupiah atau valas, jangka
pendek atau jangka panjang di dalam atau di luar negeri. Untuk tujuan perpajakan termasuk deposito on call. Bunga
deposito dikenakan pajak 20% dan final. Bunga deposito merupakan penghasilan kena pajak yang bersifat final dan pajaknya tidak dapat dikreditkan.
e. Wesel Tagih Wesel tagih timbul dari utang piutang penyerahan barang
atau jasa. Bunga yang diterima pada saat pelunasan merupakan
penghasilan pemegang wesel dan biaya bagi penerbit promes.
Penghasilan bunga diskonto merupakan obyek potongan PPh pasal 23 (WP dalam negeri) atau PPh pasal 26 (WP luar negeri).
24
Wesel milik PT. Andi, nominal Rp. 1 juta tertanggal 10 Juni 1996, jangka waktu 60 hari (jatuh tempo 9 Agustus 1996), didiskontokan kepada PT. Iwan pada 25 Juni 1996. Jika disepakati tarif diskonto 12%, uang yang akan diterima PT. Andi pada setiap kondisi berikut : wesel tanpa bunga, dengan bunga 9% dan 15%.
25
1.009.625999.775985.000Hasil Penjualan :
1.025.000
--15.375
1.015.000
-15.225-
1.000.000
15.000--
Nilai jatuh tempo :Diskonto :a.
12%x(45/360)x1.000.000 =
b. 12%x(45/360)x1.015.000 =
c. 12%x(45/360)x1.025.000 =
1.000.000
--25.000
1.000.000
-15.000-
1.000.000
Tidak ada--
NominalBunga :-- 9%x(60/360)x1.000.000- 15%x(60/360)x1.000.000
Bunga 15%Bunga 9%Tanpa bungaJenis WeselPenjelasan
26
Pencatatan penyesuaian penghasilan bunga dalam masa kepemilikan wesel
(holding period) sbb :
Kas 1.009.625Piutang bunga 6.250 Piutang wesel 1.000.000 Laba penjualan wesel 3.375
Kas 999.775Rugi penjualan wesel 3.975 Piutang bunga 3.750 Piutang wesel 1.000.000
2. Pencatatan penjualan wesel
Piutang bunga 6.250Penghasilan bunga 6.250
Piutang bunga 3.750Pengahsilan bunga 3.750
1. Penyesuaian penghasilan bunga(10-25 juni 1993)Wesel dengan bunga 15%Wesel dengan bunga 9%
27
Piutang usaha timbul karena penjualan barang atau penyerahan jasa secara kredit. Untuk tujuan PPh : saat pencatatan penjualan mengikuti praktek akuntansi komersial. Untuk tujuan PPn : dapat berbeda dengan akuntansi komersial & PPh. Pengusaha diminta untuk menerbitkan faktur pajak selambatnya 30 hari setelah penyerahan barang dari penjualan (faktur standar) atau bersama-sama pada akhir bulan (faktur gabungan). Untuk tujuan perpajakan : pembukuan penyisihan untuk potongan tunai & retur penjualan tidak diperkenankan, tetapi memberlakukan metode penghapusan piutang langsung (direct written off).
28
Merupakan piutang yang terjadi karenatransaksi di luar aktivitas usaha. Untuk tujuan pajak : ketentuan pasal
18 ayat 4 UU PPh piutang kepada perusahaan afiliasi dikarakteristik sebagai modal.
Untuk pembukuan komersial : diakui sebagai piutang afiliasi untuk laporan keuangan fiskal dimasukkan dalam kelompok penyertaan pada perusahaan afiliasi/investasi.
29
Merupakan aktiva :• Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha
normal (barang dagang & dan produk jadi)• Berada dalam proses produksi• Bahan baku dan bahan pembantu
Untuk tujuan PPN, pasal 1 bagian (e) UU PPN 1984 menyatakan penyerahan barang kena pajak ke pedagang perantara dianggap transaksi penyerahan penjualan. Barang konsinyasi tidak termasuk persediaan consignor.
Akuntansi persediaan berkaitan dengan sistem pencatatan dan penilaian. Untuk tujuan perpajakan, pasal 10 ayat (6) UU PPh menganut Metode FIFO & Harga Pokok Rata-rata.
30
Merupakan biaya yang telah terjadi yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan
datang. Untuk tujuan perpajakan, pasal 11 ayat (10)
UU PPh 1984 menyebutkan biaya yang mempunyai masa manfaat > 1 tahun diamortisasi dengan tarif yang berlaku untuk aktiva golongan 1 (50%), golongan 2 (25%), golongan 3 (10%) atau metode satuan produksi.
Namun sejak berlaku UU No. 10 tahun 94 biaya tidak dibebankan melalui amortisasi lagi melainkan dialokasi menurut masa manfaatnya.
31
UU PAJAK PENGHAILAN NO. 38 TAHUN 2008
32
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh
dibebankan sekaligus, melainkan melalui penyusutan atau amortisasi .
Harta Berwujud yang tidak dapat disusutkan :Rumah milik perusahaan (bukan daerah terpencil ) yang ditempati pegawai merupakan pemberian kenikmatan, sehingga tidak dapat disusutkan kecuali pegawai yang menempati diberikan tunjangan perumahan sebesar biaya penyusutan rumah tersebut 33
Kelompok Harta Masa Manfaat
Tarif PenyusutanGaris Lurus Saldo Menurun
Bukan Bagunan :
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Bangunan :PermanenTidak Permanen
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
20 tahun10 tahun
25%
12,5%
6,25%
5%
5%10%
50%
25%
12,5%
10%
-
- 34
Kelompok Harta Tak Berwujud
Masa ManfaatTarif Penyusutan
Garis Lurus Saldo Menurun
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
4 tahun
8 tahun
16 tahun
20 tahun
25% x HP
12,5%
6,25%
5%
50% x NSB
25%
12,5%
10%
35
1. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tersebut.
2. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran untuk harta berwujud yang diperoleh setelah tanggal 1 Januari 2001, sedangkan untuk sebelumnya dimulai pada tahun saat digunakan aktiva tersebut. 36
3. Dengan persetujuan Direktur Jendral Pajak (KPP), WP dapat memulai penyusutan sejak harta tersebut digunakan atau menghasilkan (bulan produksi komersial)
4. Dasar penyusutan fiskal adalah harga perolehan tanpa dikurangi taksiran nilai residu
5. Penyusutan fiskal dilakukan perjenis aktiva tetap
37
Small tools /perlengkapan yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan, misal sendok untuk usaha hotel, pembebanan biaya dapat berdasarkan jumlah pengantian atau pembelian baru
38
a. Perangkat Lunak Komputer adalah semua program yang dapat digunakan pada sistem operasi komputer atas biaya pengeluaran dan up grade berupa program aplikasi
Umum : 1.Dapat dibebankan sebagai biaya pada
tahun pengeluaran2.Dikapitalisasi pada harga perolehan
komputer, pembebanannya melalui penyusutan fiskal (kel 1)
39
b. Program aplks khusus (kel 1) adalah program yang dirancang khusus untuk keperluan otomatisasi sistem administrasi, pekerjaan, kegiatan usaha tertentu, misalnya perbankan, asuransi, rumah sakit dsb, pembebanannya melalui penyusutan fiskal kelompok 1
Penyusutan komputer, printer, scanner, dan sejenisnya
Diperoleh sebelum 8 April 02, disusutkan berdasarkan
kel 2 (April 02), sebelumnya disusutkan kel. 1,
40
1. Kendaraan sedan atau yang sejenis termasuk juga kendaraan jenis minibus sepanjang digunakan untuk seorang pegawai tertentu karena jabatannya atau pekerjaannya, dan penggunaannya full time baik untuk kepentingan perusahaan maupun keperluan pribadi dan keluarga pegawai yang bersangkutan
2. Atas biaya pemeliharaan kendaraan dan perbaikan rutin termasuk pengeluaran rutin untuk pembelian atau pemakaian bahan bakar, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan (deductible) sebesar 50%
3. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan (deductible) sebagai 50% melalui penyusutan fiskal kel 2
41
3. Atas biaya perolehan atau pembelian atau perbaikan besar, dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan (deductible) sebagai 50% melalui penyusutan fiskal kel 2
4. Yang dimiliki sebelum tanggal 18 April 2002, dihitung Nilai Sisa Buku Fiskal Kel.2 tanggal 30 April 2002, 50% nya dapat dibebankan sebagai biaya peruahaan melalui penyuutan fiskal
42
Masa manfaat penyusutan fiskal lebih pendek dibandingkan masa penyusutan komersial mengakibatkan pada awal tahun investasi, penyusutan fiskal lebih besar dibanding penyusutan komersial, laba fiskal lebih kecil dibandingkan laba komersial dan PPh terhutang menurut fiskal lebih kecil dari beban PPh menurut akuntansi, dengan PSAK No. 46 akan dibukukan dalam Kewajiban Pajak Tangguhan (Deffered Tax Liabilities)
43
44
Untuk mendapatkan pajak yang masih harus
dibayar pada suatu tahun pajak maka atas pajak
yang terutang perlu dikurangi dengan kredit pajak.
Kredit pajak penghasilan adalah pajak-pajak yang
telah dibayar sendiri atau telah dipotong oleh
pihak lain yang berkaitan dengan transaksi antara
Wajib Pajak dengan pihak lain45
Yag perlu diperhatikan atas pajak-pajak yang dapat di kresitkan antar lain :
1.PPh yang dapat dikreditkan tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha Wajib Pajak dalam rangka mendapatkan, menagih, dan memlihara penghasilan
2.Masa bulan perolehan PPh yang dikreditkan berada pada masa tahun PPh yang terutang
46
PPh 21 PPh 22 PPh 23 PPh 24Kredit Pajak Yang Dibayar Sendiri PPh Pasal 25 Fiskal Luar NegeriSurat Tagihan Pajak (STP)
47
Kewajiban adalah pengorbanan ekonomis yang wajib dilakukan di masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa, yang timbul karena adanya transaksi pada masa sebelumnya
48
1. Kewajiban Jangka Pendek 2. Kewajiban Jangka Panjang 3. Kewajiban Lain
49
Adalah : kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu satu tahun atau satu siklus operasional perusahaan mana yang lebih lama (PSAK No. 9 Buku SAK 1994)
Kewajiban Lancar mencakup antara lain :
◘Hutang Dagangberasal dari transaksi pembelian barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan usaha normal.
Hutang dagang dapat dicatat dengan Metode:◑ Metode Bruto → jumlah yang harus dibayar,tanpa
potongan tunai◑ Metode Netto → jumlah yang harus dibayar jika ada
potongan tunai
Untuk pembelian BKP, maka dalam jumlah hutang, termasuk PPN
50
Contoh:Tanggal 15 Januari 2008 dibeli barang kena pajak Rp. 10.000.000. Tanggal 10 Pebruari 2008 hutang itu dilunasiPencatatan berdasarkan metode bruto:
15 Januari 2008 Pembelian 10.000.000 PPN Masukan 1.000.000 Hutang Dagang 11.000.000
10 Pebruari 2008 Hutang Dagang 11.000.000 Kas 11.000.000
◘ Hutang Wesel Dapat terjadi sebagai transformasi hutang dagang atau yang dikeluarkan untuk mendapatkan pinjamanApabila atas wesel, harus dibayar bunga/dipotong bunga (diskonto), maka bunga (diskonto) yang dibayar atas wesel harus dicatat terpisah.
Contoh:Tanggal 1 Juli 2008 PT Adhitya meminjam uang dari bank dengan menyerahkan surat promes Rp. 10.000.000 dengan diskonto 12% dan jangka waktu 12 bulan
Pencatatan pinjaman:1 Juli 2008Kas 8.800.000Diskonto wesel bayar 1.200.000 Wesel bayar 10.000.000
51
31 Desember 2008Biaya bunga 600.000 Diskonto wesel bayar 600.000
Rugi-Laba 600.000 Biaya bunga 600.000
Pelunasan WeselWesel bayar 100.000.000 Kas 100.000.000
◘ Hutang DevidenUtang dividen timbul, jika sudah ada pengumuman pembagian laba. Sesuai dengan ketentuan UU PPh, maka terutangnya dividen akan menimbulkan kewajiban pemotongan PPh 23 sebesar 10 % Final, (ketentuan ini mulai berlaku 1 Januari 2009) apabila dividen dibagikan kepada WPOP, sedangkan bagi WP Badan harus dilihat berdasarkan kepemilikan sahamnya. Contoh:Tanggal 20 Desember 2008 PT Radhitya mengumumkan akan membayar deviden tunai Rp. 10.000.000 pada 10 Januari 2009.
52
Pencatatan:
20 Desember 2008
Laba ditahan 10.000.000 Hutang deviden 8.500.000 PPh ps 23 harus dibayar 1.500.000
10 Januari 2009
Hutang deviden 8.500.000 Kas 8.500.000
Saat Pelunasan PPh 23
PPh 23 harus dibayar 1.500.000Kas 1.500.000
Berdasarkan Akuntansi Komersial, pengumuman dividen saham, tidak menimbulkan hutang dividen bagi perusahaan
◘ Biaya yang Masih harus dibayar Ada beberapa jenis biaya yang telah terjadi , tetapi pembayarannya akan dilakukan di kemudian hari. Contohnya : gaji karyawan dan bunga pinjaman. Biaya yang masih harus dibayar, diketahui pad sat penutupan buku dan dicatat sebagai biaya pada periode terjadinya biaya.
◘ Pendapatan diterima dimuka : penghasilan dari penjualan barang atau penyerahan jasa, yang diterima sebelum terjadi transaksi penyerahan barang atau jasa. Hal ini disebabkan oleh adanya kewajiban penerima pembayaran untuk menyerahkan barang dan jasa di kemudian hari.
53
2. Kewajiban Jangka Panjang◘ Hutang ObligasiObligasi merupakan surat pengakuan hutang jangka panjang yang akan dibayar pada tanggal tertentuMenurut spesifikasi dan sifat kewajiban yang melekat pad emitennya terdiri dari :∙ obligasi hipotik∙ obligasi dengan jaminan surat berharga∙ obligasi dengan jaminan pihak ketiga∙ obligasi tanpa jaminan∙ obligasi dengan bunga yang bergantung pada penghasilan penerbit∙ obligasi dengan hak atas laba∙ obligasi konversi
Menurut pembuktian atas kepemilikan∙ obligasi terdaftar∙ obligasi tanpa registrasi
Menurut cara pelunasan dan tanggal jatuh tempo∙ obligasi dengan satu tanggal jauth tempo∙ obligasi seri∙ obligasi dengan hak penarikan kembali dengan kurs tertentu sebelum jatuh tempo 54
Sebagaimana saham, pada obligasi juga dapat terjadi adanya agio dan disagio. Hal ini merupakan penyesuaian terhadap tarif bunga nominal , yaitu agio mengurangi biaya bunga dan sebaliknya disagio menambah biaya bunga. Untuk penyesuaian rugi laba, penyesuaian dilakukan dengan amortisasi tahunan terhadap jumlah agio atau disagio. Penghasilan bagi pemodal baik berupa bunga maupun amortisasi disagio merupakan Penghasilan Kena Pajak.Menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (1) UU PPh, disebutkan bahwa bagian keuntungan yang didistribusikan kepada pemegang obligasi yang mempunyai hak terhadap laba merupakan dividen, sehingga bagi emiten obligasi, hanya bunga tetap yang dianggap sebagai biaya pengurang PKP, sedangkan bagian laba variabelnya diperlakukan sama dengan dividen.
55
3. Restrukturisasi Hutang
⇨mencegah penyitaan dan pengaduan kepailitan. Restrukturisasi dapat berupa pertukaran aktiva, pertukaran ekuitas dan modifikasi persyaratan. Restrukturisasi dapat menyebabkan total pembayaran melebihi nilai utang terbaru
4. Kewajiban yang lain• hutang yang besarnya bergantung pada hasil usaha• ∙piutang dagang yang digadaikan• ∙penjualan piutang wesel• ∙ endosemen atau wesel bayar• ∙ sengketa hukum• ∙ kewajiban sesuai dengan kontrak• ∙ pembelian aktiva tetap atau pembangunan aktiva tetap berdasarkan
kontrak
56
Hutang Pajak Penghasilan Hutang Pihutang PPN dan PPn BM
57
Pajak Penghasilan Pasal 25 ∙ pelunasan sendiri oleh wajib pajak selama tahun berjalan dilakukan
dengan membayar angsuran bulanan sesuai dengan ketentuan pasal 25 (misalnya 1/12 dari PPh terhutang menurut SPT tahun lalu setelah dikurangi dengan kredit pajak)
∙ pembayaran angsuran merupakan pembayaran dimuka terhadap hutang pajak penghasilan yang akan dihitung sendiri oleh wajib pajak pada akhir tahun pajak
Pajak Penghasilan Pasal 21⇨ Pajak penghasilan atas gaji, upah, honorarium, tunjangan, pensiun,
kegiatan, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa (termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas) dipungut melalui sistem pemotongan (withholding system) pada saat penghasilan itu dibayarkan
Contoh:PT Adhitya pada januari 2009 membayarkan gaji dan upah sebagai berikut:Jumlah brutto Rp. 100.000.000Potongan:Iuran pensiun Rp. 5.000.000Premi astek 2.500.000Pajak penghasilan 12.500.000 20.000.000Dibayarkan Rp. 80.000.000 58
Pencatatan oleh perusahaana. Pada saat penghitungan dan pemotongan pajak iuran pensiun & premi astek: Biaya gaji 100.000.000 Hutang iuran pensiun 5.000.000 Hutang premi astek 2.500.000 Hutang PPh pasal 21 12.500.000 Kas 80.000.000
b. Pada saat penyetoran pajak dan iuran lainnya ke kas negara Hutang PPh ps 21 12.500.000 Hutang iuran pensiun 5.000.000 Hutang premi astek 2.500.000 Kas 20.000.000
Pajak Penghasilan Pasal 22 ⇨ dipungut dari potensi penghasilan yang terdapat dalam transaksi impor
atau penghasilan yang terdapat dalam transaksi impor atau kegiatan dibidang lain
59
Contoh:PT Adhitya ditunjuk sebagai pemungut PPh ps 22 atas transaksi yang
dilakukan melalui badan itu. Januari 200, PT Iwan melakukan transaksi senilai Rp. 100.000.000 dengan PT Adhitya. Tarif PPh pasal 22 misalnya 2,5%. Oleh karena itu, PT Iwan selain membayar nilai transaksi Rp. 100.000.000 masih harus menambah pembayaran PPh ps 22 Rp. 2.500.000 ( 2,5% x 100.000.000)
Pencatatan yang dilakukan PT Adhityaa. Pada waktu memungut PPh pasal 22 Kas 102.500.000 Hutang PPh ps 22 2.500.000 Penjualan 100.000.000 b. Pada waktu penyetoran PPh pasal 22 Hutang PPh pasal 22 2.500.000 Kas 2.500.000
Pajak Penghasilan Pasal 23 ⇨ pemotongan pajak penghasilan yang berupa dividen, bunga, royalti,
hadiah, sewa dan imbalan atas jasa.⇨ tarif potongan 15% atas jumlah penghasilan brutto atau prakiraan
penghasilan netto⇨pengecualian: pembayaran bunga kepada bank, sewa kepada perusahaan
sewa guna usaha, bunga simpanan tertentu60
Contoh:PT Adhitya membayar bunga kepada PT Iwan Rp. 50.000.000 Pencatatan:a. Pemotongan PPh pasal 23 sebanyak 15% Biaya bunga 50.000.000 Hutang PPh pasal 23 7.500.000 Kas 42.500.000
b. Pembayaran pajak ke kas negara Hutang PPh pasal 23 7.500.000 Kas 7.500.000
Pajak Penghasilan pasal 26 ⇨ pemotongan pembayaran dividen dan bunga kepada wajib pajak luar negri ⇨ tarif 20% dari jumlah bruttoContoh:PT Adhitya membayar premi asuransi Rp. 10.000.000 kepada X Co. Ltd. Dan
atas premi itu diperkirakan penghasilan 50%, maka PT Adhitya harus memotong pajak Rp. 1.000.000 (20% x 50% x Rp. 10.000.000)
61
II. PPN dan PPn BM⇨ Penghasilan yang diperoleh atau diterima perusahaan dikenakan pajak
penghasilan, sedangkan atas transaksi penyerahan barang dan jasa dikenakan PPN dan PPn
BM
Contoh:PT Adhitya pada januari 2008 melakukan pembelian barang dan jasa kena
pajak Rp. 10.000.000 dan menyerahkan barang kena pajak Rp. 15.000.000. Tarif PPN
10%, kalau semua pajak masukan dapat dikreditkan maka pencatatan:
62
a. Pembelian barang dan jasa Pembelian 10.000.000 PPn masukan 1.000.000 Kas/Hutang 11.000.000
b. Penjualan barang Kas/ Piutang 16.500.000 Penjualan 15.000.000 PPn keluaran 1.500.000
c. Pada saat penyetoran PPN PPN keluaran 1.500.000 PPN masukan 1.000.000 PPN harus dibayar 500.000
PPN harus dibayar 500.000 Kas 500.000
63
Hutang Pajak yang lain⇨ PBB, pajak yang dipungut pemerintah daerah (misalnya pajak kendaraan
bermotor), retribusi⇨ pajak tersebut umumnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
perusahaan⇨ pada penutupan tahun, pajak itu dipindahkan sebagai biaya pada laporan
laba-rugi
64
Modal Saham Saldo Laba Right, Warrant, dan Opsi atas Saham Penyesuaian Modal Selisih Penilaian Kembali
65
⇨ merupakan bagian dari ekuitas suatu perseroan terbatas yabg dikontribusikan pemilik.
Jenis saham:∙ saham biasa∙ saham preferen, hak preferensi: a. pembagian aktiva lebih dulu pada saat likuidasi b. pembagian deviden c. convertible d. dapat ditebus kembali
Agio : selisih lebih antara nilai nominal dan harga pasarDisagio : selisish kurang antara nilai nominal dan harga pasar
Cara pembayaran saham: tunai, angsuran, penukaran dengan saham perusahaan lainContoh:∙ PT Darma menempatkan 1000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp. 10.000 dengan harga Rp. 15.000 per lembarPencatatan:
Kas 15.000.000 Modal saham 10.000.000 Agio saham 5.000.000
66
Treasury Stock: pembelian kembali saham oleh perusahaaan penerbit saham tersebut
Pencatatan treasury stock:∙ Cost method : sebesar jumlah yang semula diterima apabila saham itu akan
dikeluarkan lagi∙ Par value method : apabila saham dianggap ditarik dari peredaran
Penerimaan dari treasury stock dapat dianggap sebagai deviden apabila:a. Dalam tahun lampau diperoleh labab. Kelebihan penerimaan diatas harga perolehannya
Saham preferen dapat ditukar dengan saham biasa:⇨selisih NB saham preferen (nominal + agio) dengan NNom saham biasa
dapat merupakan agio saham biasa (kalau lebih besar)⇨ dibebankan kepada laba yang ditahan (kalau lebih rendah)
Contoh:PT Iwan mempunyai 1000 lembar saham prioritas convertible dengan harga
nominal @Rp. 10.000.000. Agio saham Rp. 2.500.000. Pada 2 Januari 2009 diumumkan saham itu dapat ditukarkan dengan saham biasa dengan nilai nominal @ 5.000.000, dengan proporsi 1 lb saham prioritas mendapat 3 lb saham biasa
67
Pencatatan oleh PT Iwan
Modal saham prioritas 10.000.000Agio saham prioritas 2.500.000Laba ditahan 2.500.000 Saham biasa (3.000 x 5.000) 15.000.000
Untuk tujuan pajak:⇨ pembebanan kepada laba ditahan 2.500.000 dianggap sebagai pembagian
deviden kepada pemegang saham prioritas⇨ PT Iwan harus memotong PPh pasal 23 sebesar 15%, kecuali pemegang
saham itu sebuah badan⇨ penerima saham memperhitungkan dividen 2.500.000 dan mengkreditkan
PPh pasal 23
68
B. Saldo Laba dan Distribusi Laba1. Saldo Laba(laba ditahan)⇨ PSAK No. 21 : saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik
setelah memperhitungkan pembagian deviden dan koreksi laba periode lalu.
Contoh:PT Darma dalam tahun 2008 memperoleh penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000. Penghasilan itu diperoleh setelah eliminasi penghasilan antar badan Rp. 34.000.000 dan pengeluaran untuk karyawan yang berupa fasilitas dan kenikmatan
Untuk keperluan perpajakan, penghasilan dan laba 2008 PT Darma yang dapat ditransfer ke saldo laba dihitung sbb:Penghasilan kena pajak Rp. 100.000.000Pajak penghasilan 21.250.000 78.750.000Penghasilan bukan objek pajak 34.000.000 + 112.750.000 Pengeluaran bukan pengurang PKP 20.000.000 –Penghasilan dan laba 92.750.000
69
2. Distribusi Laba⇨ deviden : distribusi laba kepada para pemegang sahamBentuk pembagian deviden:⇨ uang kas, harta selain kas, surat hutang, saham perusahaan sendiri
Distribusi dividen menyebabkan berkurangnya jumlah saldo labaPengecualian : a. dividen saham dalam bentuk pemecahan sahamb. Dividen likuidasic. Pembagian lainnya yang bukan merupakan dividen dalam pengertian
akuntansi komersial, tetapi diperlakukan seperti itu dalam perpajakanPengertian deviden dalam perpajakan:a. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoranb. Penerimaan atau perolehan dari pembelian kembali sebagian atau seluruh
saham yang disetorc. Pembayaran kembali sebagian atau seluruh penyetoran modal, sepanjang
terdapat laba dari tahun-tahun lampau, kecuali dalam pengecilan modal statuter
d. Pembayaran kepada atau penerbitan tanda-tanda labae. Laba yang dibagikan kepada pemegang obligasi yang berpartisipasi dalam
labaf. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi persero yang dibebankan
sebagai biaya perusahaan70
Yang dipertimbangkan dalam pembagian deviden:Tanggal pengumuman, pendaftaran, dan pembayaran
∙ deviden secara resmi terhutang saat dilakukan pengumuan pembagian deviden
Contoh1:Tanggal 20 Desember 2008 PT Darma mengumumkan akan membagi deviden
sejumlah Rp. 10.000.000. Pada tanggal 5 Januari 2009 dividen dibayar tunai
Pencatatan:a. 20 Desember Saldo laba 10.000.000 Hutang deviden 8.500.000 Hutang PPh pasal 23 1.500.000
b. 5 Januari HUtang dividen 8.500.000 Hutang PPh pasal 1.500.000 Kas 10.000.000
71
Jika dividen, dilunasi dengan penyerahan sekuritas PT Q yang mempunyai nilai nominal Rp. 10.00.000 dengan kurs 110 (semula diperoleh dengan kurs 105) maka pencatatan berdasarkan nilai pasar tampak sebagai berikut:
Investasi sekuritas PT Q 500.000 Laba atas investasi sekuritas 500.000
Saldo laba 11.000.000 Hutang deviden 11.000.000
Hutang deviden 11.000.000 Investasi sekuritas PT Q 11.000.000
Contoh 2:PT Darma membagikan deviden yang berupa treasury stock dengan harga
pasar Rp. 11.500.000. Harga perolehan saham itu Rp. 10.500.000. Pencatatan yang dibuat oleh badan (tanpa memperhatikan PPh pasal 23 dan pasal 26) sebagai berikut:
Saldo laba 11.500.000 Treasury stock 10.500.000 Agio saham transaksi TS 1.000.000
72
C. Riht, Warrant, dan Opsi atas Saham Perusahaan yang berkeinginan melakukan emisi saham dapat
memberikan kesempatan pertama untuk membeli saham kepada:• pemegang saham lama (dalam bentuk pre-emptive stock right)• pemegang sekuritas yang lain• opsi kepada pejabat atau karyawan perusahaan
Pencatatan penerbitan right : dalam memorial Bagi investor, pengumuman right secara komersial diikuti dengan
relokasi biaya (harga) perolehan saham. Harga perolehan relokasi dipakai sebagai unsur penambah harga saham
baru
Contoh:PT Iwan memiliki 100 lembar saham PT Andi (dari total 1000 lembar). Nilai
Nominal saham Rp. 10.000 dan dibeli dengan harga Rp. 18.000 per lembar. PT Andi mengumumkan tiap 4 lembar saham lama dapat membeli 1 lembar saham
emisi baru dengan harga Rp. 11.000. Saham lama dijual di pasar dengan harga sebesar
Rp. 14.500 (tanpa right), sedangkan right dapat dijual dengan harga Rp. Rp. 500. Alokasi
harga perolehan yang dilakukan PT Iwan sebagai berikut: 73
a. Right = 500/(14.500 + 500) x Rp. 18.000 = Rp. 600 per lembarb. Saham = Rp. 18.000 - Rp.600 = Rp. 17.400
Atas alokasi harga perolehan dicatat:Hak atas saham PT Andi (600 x 100) Rp. 60.000 Investasi saham PT Andi Rp. 60.000
Bila hak atas saham itu dimanfaatkan, dicatat:Investasi saham PT Andi Rp. 335.000 Kas Rp. 275.000 Hak atas saham PT Andi Rp. 60.000
Nilai saham baru sebanyak 25 lembar yang dibeli sebesar 25 x Rp. 11.000, ditambah dengan harga right Rp. 60.000 dan jumlah totalnya Rp. 335.000Kalau right dijual semua dengan harga Rp. 875 per lembar, dibuat catatan sbb:
Kas (100 x 875) Rp. 87.500 Hak beli saham PT Andi Rp. 60.000 Laba penjualan hak beli saham PT Andi Rp. 27.500
74
• Warrant Penerbitan saham preferen atau obligasi sering diikuti dengan hak untuk
membeli saham biasa perusahaan.
Contoh:PT Surya menerbitkan 100 lembar saham preferen dengan nominal Rp. 10.000
dengan harga Rp. 12.000. Pemegang saham preferen itu dapat memesan saham biasa dengan nominal Rp. 5.000 dengan harga Rp. 6.500. Segera setelah penerbitan saham preferen warrant terjual dengan harga Rp. 1.000, sedangkan saham preferen tanpa warrant dijual dengan harga Rp. 11.500
Harga perolehan warrant = 1.00/(11.500 + 1.000) x 12.000 = Rp. 960.000 atau sebesar Rp. 960 per lembar.
Pada saat penjualan 100 lembar saham preferen oleh PT Surya dibuat catatan sbb:
Kas Rp. 12.000.000 Saham preferen Rp. 10.000.000 Agio saham preferen 1.040.000 Warrant saham biasa 960.000
75
Bila warrant dipakai semua, dicatat:Kas Rp. 6.500.000Warrant atas saham biasa 960.000 Saham biasa Rp. 5.000.000 Agio saham biasa 2.460.000
Bila warrant dibiarkan kadaluarsa, dicatat:Warrant atas saham biasa 960.0000 Tambahan setoran modal kadaluarsa-warrant 960.000
secara komersial, kadaluarsanya warrant dianggap sebagai transaksi modal tidak ada keuntungan yang dilaporkan
• Opsi saham Merupakan pemberian hak berpartisipasi karyawan dalam pemilikan
perusahaan Nilai yang dicatat dalam realisasi program sebesar nilai pertukaran yang
terjadi
76
D. Penyesuaian Modal karena Kuasi ReorganisasiKuasi reorganisasi (atau restrukturisasi kapital) merupakan prosedur penataan
kembali modal yang dilakukan untuk menutup kerugian struktural (kerugian terus-menerus) atau defisit dalam jumlah yang material tampilan struktur perusahaan menjadi lebih baik
Contoh: Neraca PT Darma per 31 Desember 2008, sebagai berikut
Aktiva lancarPeralatanAkumulasi depresiasi
300.0002.000.000(600.000)
1.700.000
HutangModal sahamTambahan modal distrSaldo laba
400.0001.500.000
300.000(500.000)1.700.000
77
Untuk menutup jumlah negatif saldo laba, dilakukan kuasi reorganisasi sbb:1. Peralatan dinilai kembali sebesar harga pasar menjadi Rp. 920.000 (semula 1.400.000)2. Dalam aktiva lancar terdapat persediaan yang overstated Rp. 80.000 dan Rp. 40.000 merupakan piutang tak tertagih1. Nilai nominal saham diturunkan menjadi Rp. 40 per saham (semula Rp. 100)
Pencatatan yang dilakukan sbb:1. Saldo laba Rp. 480.000 Akumulasi depresiasi Rp. 480.000
1. Saldo laba Rp. 120.000 Aktiva lancar Rp, 120.000
1. Modal saham (nom Rp.100) Rp. 1.500.000 Modal saham (nom Rp. 40) Rp. 1.500.000 Tambahan modal disetor Rp. 900.000
1. Tambahan modal disetor Rp. 1.100.000 Saldo laba Rp. 1.100.000
78
Setelah kuasi reorganisasi
Kuasi reorganisasi PT Darma dapat menimbulkan beberapa implikasi sbb:1. Pengurangan nilai persediaan dan penghapusan piutang memerlukan
suatu penelitian yang seksama sebab ketentuan pajak menganut asas material (bagaimana faktanya). Secara jelas pengurangan nilai persediaaan tidak diperkenankan, sedangkan penghapusan piutang harus didukung oleh beberapa fakta.
2. Devaluasi peralatan (aktiva tetap) tak mudah diizinkan karena pajak menganut harga historis
3. Penghapusan rugi (defisit Rp. 500.000) dapat menghilangkan hak konpensasi kerugian sebagaimana diatur dalam pasal 6 ayat (3) UU PPh 1984
Aktiva lancarPeralatanAkumulasi depresiasi
180.0002.000.000
(1.080.000)
HutangModal sahamTambahan modal disetorSaldo laba
400.000600.000100.000
-
1.100.000 1.100.000
79
E. Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap Akuntansi menganut harga historis dan harga pertukaran. Penyimpangan dasar harga historis dapat diterima apabila:a. Terdapat perubahan harga yang cukup material dan secararelatif bersifat
permanenb. Memperoleh fasilitas perpajakanc. Untuk penjualan saham di pasar modald. Untuk tujuan penggabungan usaha.Ketentuan revaluasi sejak tahun 1996: Harus dilakukan dengan bantuan lembaga appraisal yang disahkan Mentri
Keuangan berdasarkan harga pasar wajar Hanya boleh dilakukan terhadap aktiva yang dimiliki lebih dari 5 tahun. Nilai sisa lebih dari penilaian kembali aktiva dikenakan pajak penghasilan final
10% setelah terlebih dahulu dikompensasikan dengan kerugian yang masih berhak atas kompensasi kerugian.
Bila ada selisih penilaian kembali setelah pajak itu dikapitalisasikan dan dibagikan dalam bentuk saham bonus, pembagian deviden tidak dikenakan pajak penghasilan
Penyusutan dari aktiva yang dinilai kembali itu dilakukan bukan berdasarkan sisa manfaat, tetapi berdasarkan masa manfaat (semula) sesuai dengan ketentuan perpajakan
80
Contoh:PT Dian, selain aktiva kelompok 1 (masa manfaat 4 tahun) dan kelompok 2 (masa manfaat 8 tahun), mempunyai harta berupa tanah dan bangunan Rp. 300.000. Nilai buku dari harta kelompok 2 Rp. 150.000.000. Perusahaan berniat melakukan revaluasi dengan jasa appraisal “Iwan & rekan”. Nilai appraisal tanah dan bangunan Rp. 500.000.000, nilai harta kelompok 2 Rp. 200.000.000. Perusahaan masih mempunyai kerugian yang dapat dikompensasikan Rp. 125.000.000. Dengan penilaian kembali itu akan diperoleh nilai lebih Rp. 250.000.000. Karena kerugian yang masih dapat dikompensasikan Rp. 125.000.000, pajak penghasilan yang dapat dibayar final 10% sebesar Rp. 12.500.000. Nilai lebih itu kemudian dikapitalisasi dalam bentuk saham dan dibagikan kepada para persero.
Pencatatan yang dilakukan:1. Untuk mencatat revaluasi Tanah dan bangunan Rp. 200.000.000 Harta kelompok 2 50.000.000 Pajak penghasilan terhutang Rp. 12.500.000 Selisih penilaian kembali aktiva 237.500.000
2. Untuk mencatat pembayaran pajak penghasilan Pajak penghasilan terhutang Rp. 12.500.000 Kas Rp. 12.500.000
81
3. Untuk mencatat kapitalisasi selisih penilaian kembali Selisih penilaian kembali aktiva Rp. 237.500.000 Modal saham Rp.
237.500.000
Untuk pembagian saham bonus tidak dilakukan pencatatan pembukuan, cukup dalam buku memorial
Bila terlebih dahulu ditentukan, saldo rugi akan ditutup ke selisih penilaian kembali aktiva yang berarti jumlah yang dikapitalisasi Rp. 112.500.000
Biaya yang dikeluarkan untuk kantor appraisal sehubungan dengan jasa yang lain, misalnya Rp. 12.500.000 karena sesuai dengan ketentuan perpajakan biaya itu tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena pajak yang lain, jumlah yang dikapitalisasi menjadi Rp. 100.000.000
Penyusutan atas nilai buku baru harta kelompok 2 Rp. 200.000 dilakukan selama masa 8 tahun, apakah memakai metode garis lurus atau saldo menurun bergantung pada metode yang dipakai perusahaan sebelum revaluasi.
Nilai buku bangunan Rp. 500.000.000 disusutkan selama 20 th dengan menggunakan metode garis lurus.
82
TAHUN 2008
83
Subjek Pajak Penghasilan Objek Pajak Penghasilan Penghasilan yang Bukan Objek Pajak
Penghasilan Penghasilan yang dikenakan pajak Final Penghasilan yang Merupakan Objek
Pajak Penghasilan Luar Negeri
84
Subjek Pajak Penghasilan : Wajib Pajak yang menurut ketentuan harus membayar, memotong atau memungtu pajak yang terhutang atas objek pajak .
Subjek Pajak dibedakan 1.Subjek Pajak Dalam Negeri2.Subjek Pajak Luar Negeri
85
Subjek Pajak Penghasilan Dalam Negeri :
1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dlm jangka waktu 12 bulan, atau wp orang pribadi berniat untuk bertempat tinggal di Indonesia
2. Badan yang didirikan atau bertempat tinggal di Indonesia,
3. Warisan yang belum terbagi sebagao kesatuan, menggantikan yang berhak.
86
Subjek Pajak Luar Negeri Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di
Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dlm jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang :
a. Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
b.Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia
87
Yang menjadi Objek Pajak Penghasilan adalah PENGHASILAN, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun
88
Beberapa bentuk penghasilan menurut akuntansi komersial sudah dibukukan sebagai penghasilan , tetapi dalam akuntansi pajak bukan merupakan penghasilan yang menjadi Objek Pajak Penghasilan. Artinya penghasilan tersebut tidak perlu lagi di perhitungkan PPh terhutangnya. Bukan objek PPh
1. Bantuan atau sumbangan,2. Zakat3. Harta hibahan4. Warisan5. Harta termasuk setoran tunai yang diterima
oleh Badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal
89
6. Pemberian dalam bentuk Natura7. Klaim Asuransi8.Deviden Tertentura9. Iuran Dana Pensiun10. Penghasilan Dana Pensiun 11. Pembagian Laba Komanditer yang
tidak Terbagi atas saham12. Bunga Obligasi perusahaan
Reksadana13. Penghasilan Modal Vent14. Pembebansan Hutang Tertentu
90
No. Jenis Penghasilan Tarif Dari Diatur1. Bunga Deposito dan Tabungan 20% Bunga Ps 4(2) UU PPh2. Bunga dan Premium SWAP / Forward 20% Bungan dan Premium Ps 4(2) UU PPh3. Bunga diterima Anggota Koperasi 15% Bunga Ps 4(2) UU PPh
Hadiah Undian 25% Bruto PP No.132/2000Pesangon, Tebusan Pensiun, THT, tabungan hari tua yang dibayar sekaligus
Psl 17 PB- Rp 25 jt Kep. 545/PJ/2000
4. Transaksi saham serta sekuritas lainnya di Bursa Efek antara lain saham saham diterima orang pribadi atau badan
0,1% Bruto Ps 4(2) UU PPh
5. Saham diterima Pendiri 0,5% Seluruh saham saat IPO Ps 4(2) UU PPh6. Bunga Obligasi Dengan Kupon
Diskonto Obligasi dengan Kupon20% Bruto Bunga Ps 4(2) UU PPh
7. Diskonto Obligasi tanpa bunga 20% Selisih Lebih Ps 4(2) UU PPh8. Penghasilan Tanah dan/bangunan 5% N.tertinggi H.Jual dan NJOP Ps 4(2) UU PPh
9. Sewa tanah dan/ bangunan 10% Sewa bruto Ps 4(2) UU PPh10. Jasa Konsultan Manajemen 4% Bruto -PPN Ps 4(2) UU PPh11. Jasa Maklon Internasional 2,1% Biaya pembuatan –Bhn Baku KMK 543/200212 Penerbangan Luar Negeri 2,64% Bruto KMK 417/1996
13. Pelayaran Dalam Negeri 1,2% Peredaran Bruto KMK 417/199614. Konstruksi Pengusaha Kecil, pengadaan s.d Rp 1M 2% DPP PPN Ps 4(2) UU PPh
15. Bahan bakar minyak jenis Premix, Super TT dan gas penyalur/agen PERTAMINA
0,3% Penjualan Kep 417/2001
16. Hasil Tembakau 0,15% Harga Bandrol KMK.384/200117. Semen 0,25% DPP PPN KMK 401/200118. Selesih lebih hasil revaluasi 10% Selisih lebih-komps kerugian 91
Penghasilan yang merupakan Objek Pajak dapat dibedakan :
1. Penghasilan dari kegiatan usaha2. Penghasilan sebagai Karyawan3. Penghasilan dari pemberi jasa4. Penghasilan dari Modal atas harta yang
bergerak5. Penghasilan dari Modal atas harta tak
bergerak6. Penghasilan dari Pembebasan hutang
92
1. Penghasilan dari kegiatan usaha Penghasilan dari suatu kegiatan usaha yang
merupakan objek pajak terdiri dari kegiatan usaha maupun luar usaha seperti :
a. Laba Usahab. Penghasilan dari Luar Usaha Laba Usaha : Penjualan Rp xxxHarga Pokok Penjualan Rp xxxLaba Bruto Rp xxxBiaya Usaha Rp xxxLaba Usaha Rp xxx
93
Laba Bruto Usahaa. Penjualan atau peredaran bruto dihitung
berdasarkan akrual Stelselb.Potongan Penjualan diakui kalau sudah
direalisasi, penyisihan potongan penjualan tidak diakui
c. Retur penjualan yang tidak diganti barang, diakui berdasarkan realisasi, penyisihan tidak diakui
d.Penilaian persediaan berdasarkan Harga Perolehan (tidak diperkenankan dengan dasar harga pokok dan harga pasar mana yg lebih rendah)
e. Metode Penilaian Persediaan dengan FIFO atau Rata-rata (LIFO tidak diperkenankan)
94
Laba Bruto Usahaf. Kerugian atas barang hilan atau kecurian
harus didukung dengan laporan kepolisiang. Pemusnahan barang harus dibuat berita
acara dan diotorisasi oleh pejabat yang berwenangh. Hilang dalam proses produksi, dalam
penyimpanan atau penguapan harus sesuai dengan
rendemen yang wajar
95
2. Penghasilan sebagai Karyawan Gaji Upah Tunjangan Honorarium Komisi, Bonus, THR, Gratifikasi, Hadiah
96
3. Penghasilan dari pemberi jasa Jasa Pelayaran (Sewa kapal tanpa awak 6%) Jasa Konstruksi (perecanaan, pelaksanaan,
pengawasan) Jasa Perencana dan jasa Pengawasan Jasa Tenaga Ahli (Dokter, Akuntan, Arsitek,
Pengacara dll)
4. Penghasilan dari Modal atas harta yang bergerak
Keuntungan karena selisih Kurs Keuntungan karena penjualan / krn pengaliahan
harta Sewa harta yang bergerak
97
5. Penghasilan dari Modal atas harta tak bergerak, berupa:
Bunga (premium, diskonto, imbalan krn jaminan hutang)
Dividen (pembagian laba baik langsung maupun tidak langsung dalam nama dan bentuk apapun)
Royalti (Hak atas harta tak berwujud, harta berwujud, informasi)
98
6. Penghasilan dari Pembebasan HutangPembebasan hutang oleh pihak yang
berpiutang dianggap sebagai penghasilan bagi pihak yang semula berhutang, sedangkan bagi pihak yang berpiutang dapat dibebankan sebagai biaya. Dengan peraturan pemerintah dpt dikecualikan dari ketentuan tsb:
1.Hutang dari debitur kecil, misalnya Kukesra, KUT, kredit perumahan sangat sederhana
2.Kredit kecil sampai batasan Rp 300.000.000
99
a. Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri :
Penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut (akrual stelsel)
Penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan (Kas Stelsel)
Penghasilan berupa dividen dilakukan dalam tahun pajak saat perolehan tersebut ditetapkan sesuai dengan MKRI 650/KMK04/1994, SE 22/pj.4/1995
a. Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh dikompensasikan dengan penghasilan dalam negeri
b. Pajak Penghasilan yang dibayar/terutang di luar negeri dapat dikreditkan dalam tahun pajak
100
a. Jumlah kredit pajak luar negeri tidak boleh melebihi jumlah tertentu
b. Dalam hal jumlah Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan, kelebihannya tidak dapat:
- Diperhitungkan dengan PPh tahun berikutnya,
- Dikurangi- Restutusi
101
102
Biaya adalah pengorbanan yangdinyatakan dalam rupiah untukmemperoleh barang dan jasa.Berdasarkan Periode Akuntansi Pemanfaatannya
1.Pengeluaran Kapital ( Capital expenditure ) yaitu pengeluaran yang memberi manfaat lebih dari satu
periode dan dibuku atau dicatat sebagai aktiva.1.Pengeluaran Penghasilan ( Revenue Expenditure )
yaitu pengeluaran yang dapat memberi manfaat hanya satu
periode yang bersangkutan dan dibuku atau dicatat sebagai
beban.103
Stetsel AcrualBeban diakui pada saat terutang.
Stetsel KasBeban diakui pada saat pembayaran.
104
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang meliputi biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan, atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalan bentuk uang, bunga sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih, premi asurasni, biaya administrasi dan pajak kecuali Pajak Penghasilan.
2. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
105
1. Iuran kepada dana pensiun yang mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan .
2. Kerugian yang diderita karena penjualan atau pengalihan barang dan atau hak yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,
3. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing4. Biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia5. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan bea
siswa, magang dan pelatihan dalam rangka pengikatan kualitas SDM
6. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
106
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutan yang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menkeu.
4. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan
107
1. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
2. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
3. Harta yang dihibahkan,bantuan atau sumbangan, dan warisan, kecuali zakat atas penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh WPOP pemeluk agama Islam dan atau WP Badan DN yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disyahkan oleh pemerintah
4. Pajak Penghasilan5. Biaya atau pengeluaran untuk kepentingan pribadi wajib pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya6. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham7. Sanksi perpajakan 108
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A Pajak Masukan sepanjang tidak dapat dibuktikan bahwa Pajak Masukan tersebut benar-benar telah dibayar Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak, pajaknya bersifat final, berdasarkan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) UU PPh tetapi tidak termasuk dividen sepanjang Pajak Penghasilan tersebut ditambahkan dalam penghitungan dasar untuk pemotongan pajak, dan Kerugian dari harta atau hutang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
109
Jika penghasilan bruto sesudah dikurangi biaya yang diperkenankan menurut pajak didapat keruigian maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan selama 5 ( lima ) tahun sejak tahun yang berikutnya sesudah tahun dideritanya kerugian tersebut.
110
Untuk mendorong investasi, pemerintah dapat memberikan fasilitas pajak yang berupa :
Masa Bebas Pajak ( Tax Holiday ), berarti Laba setelah pajak yang tersedia untuk dibagi ( tanpa memperhatikan elemen yang lain ) sama besar dengan jumlah laba komersial yang ditransfer ke saldo laba ( walaupun secara yuridis dapat saja terjadi perbedaan perlakuan antara ketentuan fiskal dan komersial )
Perangsang Penanaman ( Investmen allowance ), yang diberikan dalam bentuk pengurang penghasilan dihitung sebesar sekian persen dari realisasi investasi, meyebabkan jumlah laba kena pajak lebih kecil dari laba komersial tanpa adanya beban biaya (komersial ) 111
Kredit (pajak) Investasi ( Invesment Credit ), memberikan pengurangan pajak yang dihitung sebesar sekian persen dari realisasi investasi
Akselerasi penyusutan ( Accelerated Depreciation ), merupakan beban penyusutan yang dipercepat yang merupakan pengurang penghasilan untuk tujuan komersial dan pajak.
Pengurangan Tarif ( Rate Reduction ), potongan pajak penghasilan 26 atas deviden dan laba setelah pajak BUT yang perlakuannya dapat dipersamakan dengan masa bebas pajak.
112
Studi Kasus SPT PPh WP Badan
113
Rekonsiliasi (koreksi) fiskal adalah peroses penyesuaian atas laba komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilkan neto/laba yang sesuai dengan ketentuan pajak.
Perbedaan-perbedaan antara akuntansi dan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap / Permanen dan beda waktu sementara 114
Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya menurut akuntansi dengan menurut pajak yaitu adanya penghasilan dan biaya yang diakui menurut akuntansi komersial namun tidak diakui menurut fiskal, atau sebaliknya. Beda tetap mengakibat laba/rugi menurut akuntansi berbeda secara tetap dengan laba kena pajak menurut fiskal (taxable income)
115
Berda tetap timbul karena peraturan perpajakan mengharuskan hal-hal berikut dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena Pajak :
1. Penghasilan yang telah dikenakan PPh Final (Psl 4 ayat 2 UU PPh)
2. Penghasilan yang bukan objek pajak (Psl 4 ayat 3 UU PPh)
3. Pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha, yaitu mendapat, menagih dan memelihara penghasilan atau jlhnya melebihi kewajaran (Psl 9 ayat 1 UU PPh)
116
Beda waktu merupakan perbedaan perlakuan akuntansi dan perpajakan yang sifatnya temporer. Artinya seara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya.
Beda waktu biasanya timbul karena perbedaan metode yang dipakai antara pajak dengan akuntansi dalam hal:
1. Akrual dan realisasi2. Penyusutan dan Amortisasi3. Penilaian Persediaan4. Kompensasi kerugian Fiskal
117
Rekonsiliasi fiskal dilakukan oleh wajib pajak untuk mempermudah mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh dan menyusun laporan keuangan fiskal yang harus dilampirkan pada saat menyampaikan SPT Tahunan PPh.
Contoh soal :Data laporan keuangan PT. Fast tahun
2008 (dalam Rp)118
Penjualan 1.250.000.000HPP 500.000.000Penghasilan Bruto Usaha 750.000.000Biaya Operasional :1. Gaji 55.000.0002. Tunjangan Transpor Karyawan 45.000.0003. Makan kantor 6.000.0004. Pengobatan ditanggung perusahaan 20.000.0005. Training Karyawan 15.000.0006. Seragam Satpam 12.000.0007. Saksi adm pajak 10.000.0008. Pengangkutan 4.500.0009. Bunga pinjaman 7.000.00010. Cadangan penghapusan piutang 5.000.00011.Jamuan tamu tanpa daf.normatif 10.000.00012. Listrik dan Telpon kantor 24.000.00013. PBB dan Bea Meterai 3.000.00014. Penyusutan Aktiva Tetap 40.000.00015. Premi Asurani Kebakaran Pebrik 10.000.00016. Bantuan HUT RI 5.000.000Total Biaya Operasional 271.500.000Laba Usaha 478.500.000Pendapatan lain-lain:1. Dividen (20%) PT. Jaya (setelah PPh) 85.000.0002. Sewa mobil box (stlh PPh) 9.700.0003. Keuntungan selisih kurs 5.000.0004. Penerimaan Pengembalian PBB 5.000.0005. Jasa giro Bank Mandiri (sblm PPh) 2.000.000Total Pendaptan lain 106.700.000Laba Usaha sebelum PPh 585.200.000
119
Jenis Aset Tahun Beli Harga Beli (Rp)
Nilai Residu (Rp)
Bangunan Permanen
06-07-2004 400.000.000 50.000.000
Kelompok 1 10-12-2005 60.000.000 10.000.000
Keterangan tambahan :
Diminta :1. Buatlah rekonsiliasi fiskal untuk PT Fast2. Berapakah Penghasilan Neto Fiskal3. Berapakah PPh Penghasilan untuk tahun pajak 20084. Isikanlah SPT 1771 wajib pajak Badan / PT Fast
120
PASAL 28 (8) KUP
121
Pasal 28 ayat 8 KUP Pembukuan dengan menggunakan
bahasa asing dan mata uanga asing selain rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Mentri Keuangan
Keputusan MKRI No. 533/KMK.04/2000
Penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa asing (bahasa inggris) dan mata uang asing selain Rupiah (Dollar Amerika Serikat) serta penyampaian SPT Tahunan
122
1. Wp dalam rangka Penanaman Modal Asing (PAM), yaitu wajib Pajak yang beroperasi berdasrkan ketentuan undang-undang yang menegatur mengenai PMA
2. WP dalam rangka Kontran Karya yaitu WP yang beroperasi berdasakan kontrak dengan pemerintah RI sebagai dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pertambangan
123
Wp dalam rangka Kontrak Bagi Hasil, yaitu WP yang beroprasi berdasarkan undang-undang yang mengatur mengenai pertambangan minyak dan gas bumi.
Bentuk Usaha Tetap (BUT) WP yang mendaftar emisi sahamnya,
baik sebagian maupun seluruhnya dibursa efek luar negeri
WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri yaitu
124
Perusahaan anak yang dimiliki dan atau dikuasai
oleh perusahaan induk di luar negeri dalam
hubungan istimewa Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang
menerbitkan Reksadana dalam demonisasi mata uang asing USD dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar-Modal –Lembaga keuangan sesuai dengan Peratuan Perundang-undangan 125
WP mengajukan permohonan tertulis ke KPP paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku diselenggarakan dalam USD atau 3 bulan sejak tanggalpendirian bagi WP baru
Dirjen Pajak atas nama MKRI memberikan putusan paling lama 30 hari sejak tanggal permohonan WP diterima. Apabila sudah lewat 30 hari belum diterbitkan keputusan, permohonan WP dianggap diterima
126
WP dalam rangka Kontrak Karya atau Kontrak Bagi Hasil yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa inggris dan mata uang USD, wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat wajib pajak terdaftar palinglambat 1 bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dalam bahasa inggris dan mata uang USD tersebut dimulai 127
Dimulai dari neraca akhir tahun buku sebelumnya
(dalam Rp) yang dikonversikan ke mata uang
USD dengan menggunakan Kurs. Untuk harga perolehan harta berwujud
dan ayau harta tidak berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut.
Akumulasi penyusutan atau amortisasi harta tersebut menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut
128
Untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelmnya, berdasarkan sistem pembukuan yangdianut dilakukan secara taat asas
Apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis, atau nilai selisih lebih dikonversi ke dalam mata uang USD dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat dilakukannya revaluasi 129
Laba ditahan atau sisa kerugian dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam mata uang USD dengan menggunakan kurs sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumna, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas
Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi 130
Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akibat konversi dari mata uang rupiah ke mata uang USD, maka selisih laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan
Sisa kerugian fiskla dalam mata uang Rupiah dari tahun-tahun sebelumnya yang dapat dikompensasikan ke tahun pajak dimulainya pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang USD dengan menggunakan kurs yang yang ditetapkan dalam keputusan MK yang berlaku pada akhir tahun buku pada saat kerugian fiskal tersebut terjadi 131
Untuk Transaksi yang dilakukan dengan mata uang USD pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi yang bersangkutan
Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri yang menggunakan mata uang selain USD, dikonversikan ke dalam mata uang USD dengan menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksiyaitu :
a. Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku mana kurs yang dipakai adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut
132
b. Apablia dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, maka kurs yang dipakai adalah kurs yang sebenarnya berlaku berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas
133
Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk tahun pajak pertama adalah sebesar PPh Psl 25 dalam satuan mata uang rupiah dikonversi dengan menggunakan kurs tengah BI yang berlaku
Pembayaran PPh Psl 25 dan Psl 29 serta PPh Final yang dibayar sendiri oleh WP yang diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa dan mata uang USD, dapat dilakukan dalam uang Rupiah 134
Dalam hal pembayaran PPh Psl 25, Psl 29 dan PPh Final dilakukan dalam mata uang Rupiah, WP harus mengkonversikan pembayaran dalam mata uang Rupiah tersebut ke mata uang USD dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam Kep-Menkeu yang berlaku pada tanggal pembayaran
135
WP yang diizikan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang USD, wajib menyampaikan SPT Tahunan PPh. Badan berserta lampirannya dalam hal bahasa Indonesia kecuali lampiran berupa laoran keuangan, dan dalam mata uang USD
Dalam penerapan tarif Psl 17 penghasilan Kena Pajak dikonversi kedalam mata uanga USD dengan menggunakan kurs yang ditetapkan dalam KepMenKeu yang berlaku pada akhir tahun pajak yang bersangkutan
136
Dalam hal terdapat bukti pembayaran atau pemotongan/pemungutan PPh Psl 22 dan Psl 23 dalam mata uang rupiah yang akan dikresitkan dalam SPT Tahunan PPh. Badan harus dikonversi ke dalam mata uang USD dengan menggunakan krs yang ditetapkan dalam KMK yang berlaku pada tanggal pembayaran atau pemotongan/pemungutan pajak tersebut 137
WP yang tidak mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dalam mata uang USD, atau permohonannya ditolak, atau tidak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar, namun tetap menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang USD, terhadap WP tersebut diperlakukan sebagai WP yang tidak menyelenggarakan pembukuan
138
Telah diizinkan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang USD atau pemberitahuan ke KPP tempat WP terdaftar, namun pembukuannya tetap diselenggarakan dalam bahasa Indonesia atau mata uang rupiah, maka izinnya dicabut dan WP tidak boleh lagi mengajukan permohonan untuk penyelenggaraan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang USD
139