Download - Al qur`an di hati seorang muslim
Disusun Oleh: Feri ChandraNIM: 201111004Prodi: Budidaya PerkebunanTahun Ajaran: 2011/2012
Al-Qur`an Di Hati Seorang Muslim
Ada beberapa pertanyaan yang selalu menggelayuti hati ketika melihat
kondisi kaum muslimin. Pertanyaan itu sebagai berikut:
Bukankan Allah itu Maha Penyayang dan sangat menyayangi umat beriman ?.
Bukankan Allah itu Maha berkuasa dan mampu menjayakan kaum muslimin ?.
Bukankan Al Qur’an yang kita baca dalam shalat kita adalah sumber kebahagiaan,
kejayaan, kemakmuran bagi yang mengamalkannya ?.
Bukankah kaum muslimin itu umat terbaik yang diutus untuk memimpin, bukan
dipimpin umat lain, mendidik bukan dididik umat lain ?.
Bukankah umat Islam dijadikan Allah sebagai umat yang satu ?.
Terus kalau kita ingin memproyeksikan hakekat di atas dengan kondisi
kaum muslimin pada masa kini, maka hasilnya akan menuntut kita untuk
lebih merenung, dimana kejayaan kaum muslimin ?, dimana harga diri
kaum muslimin?, bahkan dimana harga darah seorang muslim di mata
kaum muslimin sendiri ?, dimana kepemimpinan, kejayaan kaum muslimin
diatas kaum yang lainnya ?, dimana solidaritas sesama kaum muslimin ?
dalam skala nasional maupun internasional .
Kemudian saya membaca ayat ini :
��ه الل �#ر �ذ�ك ل 'ه'م# 'وب ق'ل ع, ,خ#ش, ت ,ن# أ 'وا آم,ن �ذ�ين, �ل ل �ن# ,أ ي ,م# ,ل أ
'وا 'وت أ �ذ�ين, ,ال ك 'وا 'ون ,ك ي و,ال #ح,ق< ال م�ن, ل, ,ز, ن و,م,ا
ف,ق,س,ت# ,م,د' األ# #ه�م' ,ي ع,ل ف,ط,ال, #ل' ق,ب م�ن# ,اب, �ت #ك ال
ق'ون, �ف,اس #ه'م# م�ن Qير� ,ث و,ك 'ه'م# 'وب ﴾۱٦الحديد:﴿ق'ل "Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya
telah diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang
atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka
adalah orang-orang yang fasik" ( QS. Al-Hadiid: 16).
Dan merenungi rintihan Rasulullah kepada Robbnya dengan mengatakan :
ه,ذ,ا ﴿ �خ,ذ'وا ات ق,و#م�ي ��ن إ ب< ر, ,ا ي س'ول' �الر و,ق,ال,
[ م,ه#ج'ورا آن, #ق'ر# ﴾۳۰الفرقان:﴿ ﴾ال"Berkatalah Rasul: wahai Robbku sungguh kaumku telah menjadikan Alquran ini
sesuatu yang ditinggalkan”. QS. Al-Furqaan: 30
Ditinggalkan karena mereka tak membacanya, atau tidak mau
merenungi maknanya atau tidak mau mengamalkan isinya.
Yang paling tepat untuk menjawab pertanyaan diatas adalah kita
bersama merenungi sambutan Rasulullah dan para sahabat terhadap
Al Qur’an dan bagaimana kedudukan Al Qur’an dihati mereka.
Bagaimana Al Qur’an dihati Rasulallah dan para
sahabat ?
Pertama : para sahabat memandang kebesaran Al Quran dari
kebesaran yang menurunkannya, kesempurnaannya dari kesempurnaan
yang menurunkannya, mereka memandang bahwa Al Qur’an turun dari
Raja, Pemelihara, Sesembahan yang Maha Perkasa, Maha Mengetaui,
Maha Kasih Sayang, sebagaimana ditekankan oleh Allah dalam berbagai
permulaan surat :
سورة﴾ تنـزيل الكتاب من الله العزيز الحكيم﴿
تنـزيل الكتاب من الله﴿الزمر، الجاثية، األحقاف،
تنـزيل من﴿ سورة المؤمن، ﴾العزيز العليم
كذلك يوحي إليك﴿ سورة فصلت ﴾الرحمن الرحيم
وإلى الذين من قبلك الله العزيز الحكيم ،له ما في
﴾السموات وما في األرض وهو العلي العظيم سورة الشورى
Dari pandangan ini mereka menerima Al Qur’an dengan perasaan
bahagia campur perasaan hormat, siap melaksanakan perintah dan
perasaan cemas dan harapan, serta perasaan kerinduan yang amat
dalam, bagaimana tidak ?, karena orang yang membaca Al Qur’an berarti
seakan mendapat kehormatan bermunajat dengan Allah, sekaligus seperti
seorang prajurit yang menerima perintah dari atasan dan seorang yang
mencari pembimbing mendapat pengarahan dari Dzat yang maha
mengetahui. Dan perasaan inilah yang digambarkan oleh Allah dalam
Firmannya :
أولئك الذين أنعم الله عليهم من النبيين من﴿
ذرية آدم وممن حملنا مع نوح ومن ذرية
إبراهيم وإسرائيل وممن هدينا واجتبينا إذا تتلى
)سورة﴾عليهم آيات الرحمن خروا سجدا وبكيا
(۵۸مريم اآلية :
"Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu
para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat
bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang
telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah
Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan
bersujud dan menangis" (QS. Maryam: 58)
إن الذين أوتوا العلم من قبله إذا يتلى عليهم﴿
] ويقولون سبحان ربنا إن كان يخرون لألذقان سجدا
[ ] ويخرون لألذقان ويزيدهم خشوعا وعد ربنا لمفعوال
﴾
(۱۰۹-۱۰۷ )سورة اإلسراء:
"Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya
apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka
mereka sambil bersujud dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami,
sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi"(108) Dan mereka menyungkur
atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu' " ( QS. Al-
Israa: 107-109)
Perasaan diatas menyebabkan Umu Aiman menangis ketika
teringat akan wafatnya Rasulullah. Suatu saat Abu Bakar dan Umar
berkunjung kepada ibu asuh Rasulallah, Ummu Aiman dan ketika mereka
duduk, menagislah Ummu Aiman karena teringat wafatnya Rasulallah,
maka berkatalah Abu Bakar dan Umar, “Kenapa anda menangis
sementara Rasulullah mendapatkan tempat yang mulia” ? Ummu Aiman
menjawab, "Saya menangis bukan karena meninggalnya beliau melainkan
karena terputusnya wahyu Allah yang datang kepada beliau pada pagi
dan petang hari", maka saat itu pula meledaklah tangisan mereka
bertiga .
Dari perasaan diatas para sahabat membaca dan menerima Al
Qur’an untuk dilaksanakan secara spontan tanpa menunggu-nunggu dan
tanpa protes sedikitpun, walau-pun hal itu bertentangan dengan
kebiasaan mereka, tapi mereka bisa menundukkan perasaan mereka
dengan kecintaan kepada Allah.
Ketika turun perintah untuk memakai jilbab pada surat Al Ahzab :
59, malam hari Rasulallah menyampaikan ayat itu kepada para sahabat,
pagi harinya para istri sahabat sudah memakai jilbab semua, bahkan
`Aisyah mengatakan, "Sebaik-baik wanita adalah wanita Anshor, mereka
diperintah untuk memakai hijab pada malam hari sementara pada
paginya mereka sudah memakainya, bahkan ada yang merobek kelambu
mereka untuk dijadikan jilbab".
Ketika diharamkannya khomer dan ayat itu sampai kepada mereka,
saat itu juga langsung mereka membuang simpanan khomernya dan
menuang apa yang masih berada pada tangannya.
Salah satu rahasia keajaiban para sahabat dalam berinteraksi
dengan Al Qur’an adalah keimanan mereka kepada Allah, surga dan
neraka-Nya, juga kepada janji-Nya, sehingga mereka melakukan sesuatu
yang apabila dilihat oleh orang yang tak/tidak memahami latar belakang
ini akan sulit menafsirkannya.
Seperti ketika mereka membaca tentang janji Allah buat orang-
orang yang berjihad karena cinta kepada Allah, seorang sahabat yang
bernama Umair bin Hamam sedang makan korma bertanya: wahai
Rasulullah, “Dimana saya kalau saya mati dalam perang ini ? Rasululloh
menjawab "Di sorga", berkatalah Umair : "Sungguh menunggu waktu
masuk surga sampai menghabiskan makan kurma tujuh biji ini adalah
sangat lama”, dan akhirnya dibuanglah sisa kurma yang belum dimakan
dan langsung memasuki pertempuran sampai menemui syahidnya.
Kondisi keimanan yang tinggi ini menjadi episode kehidupan
mereka untuk menjadi bagian dari yang diceritakan oleh Allah dalam Al
Qur’an, Hal itu seperti perhatian orang-orang Anshor terhadap orang-
orang muhajirin atau perhatian mereka terhadap orang-orang yang
lemah, seperti yang Allah ceritakan dalam surat Al Hasyr dimana
Rasulullah kedatangan tamu dan beliau tidak memiliki sesuatu untuk
menjamunya, akhirnya beliau tawarkan hal itu kepada sahabatnya, siapa
yang bersedia membawa tamu beliau, dengan sepontan salah satu
sahabat bersedia, tetapi ketika sampai rumah ternyata istrinya bilang
bahwa tidak ada persediaan makanan kecuali makan malam anaknya,
maka sahabat tadi memerintahkan istrinya agar mengeluarkan makanan
tadi untuk tamunya dan mengeluarkan dua piring kemudian segera
mematikan lampu ketika tamunya sedang makan, tamunya makan dan
tuan rumah menampakkan seakan-akan ikut makan bersama, agar dia
bisa makan dengan enak, ketika sampai pagi hari sahabat tadi bertemu
dengan rasul dan beliau bilang kalau Allah heran dengan apa dia lakukan,
maka turunlah firman Allah ayat kesembilan dari surat al Hasyr.
Kedua : Rasulullah dan para sahabat memandang Al Qur’an
sebagai obat bagi segala penyakit hati dan ketika mereka membaca Al
Quran yang berbicara tentang segala kelemahan hati, penyakit hati,
mereka tidaklah merasa tersinggung bahkan mereka berusaha
mengoreksi hati mereka dan membersihkan segala sifat yang dicela oleh
Al Qur’an serta berusaha untuk bertaubat dari apa yang dikatakan buruk
oleh Al Qur’an .
Maka sudah pantaslah ketika Al Qur’an banyak menceritakan sifat-
sifat munafiqin mulai dari malas shalat, sedikit berdzikir, pengecut,
mengambil orang kafir sebagai pemimpin dan lain-lainnya, para sahabat
segera mengkoreksi hati mereka dan mencari obatnya, walaupun mereka
tidak dihinggapi penyakit itu, berkatalah Abdullah ibnu Mulaikah :
كلهم يخافونأدركت سبعين من أصحاب محمد
من النفاق.
“Aku mendapatkan tujuh puluh dari sahabat nabi, mereka semua takut kalau
terkena penyakit nifaq”.
Ketika sahabat Handholah merasa adanya fluktuasi keimanan, maka
segeralah ia datang kepada Rasulallah dengan mengatakan “Ya
Rasulallah nifaqlah Handholah”, berkatalah Rasul Allah : "Kenapa ?"
Handlolah menjawab: “Wahai Rasul Allah kalau saya sedang berada
disamping engkau dan engkau ingatkan kami dengan sorga dan neraka,
jadilah sorga dan neraka seakan-akan jelas dimata kami, tapi jika kami
pulang dan bergaul dengan anak istri serta sibuk dengan harta kami, kami
banyak lupa, bersabdalah Rasulallah, “Wahai Handholah kalau kalian
berada dalam kondisi seperti itu (seakan melihat sorga dan neraka) terus
menerus pastilah para malaikat menyalami kalian dijalan-jalan kalian”.
Dari sensitifitas perasaan Handholah dalam berinteraksi dengan
Al Qur’an, ia bisa mengalahkan perasaan ingin dekat dengan istrinya pada
malam pertama dan ditinggalkannya untuk berjihad sampai syahid,
padahal ia belum sempat mandi junub, sehingga Rasulullah bersabda
bahwa ia dimandikan oleh para malaikat .
Ketiga : Para sahabat memandang bahwa Al Qur’an adalah nasehat
dari Dzat yang amat sayang dengan mereka yang sangat perlu didengar,
yang berarti bahwa mereka sangat menyadari kalau mereka bisa salah,
tapi akan segera kembali kepada kebenaran manakala ada teguran dari Al
Qur’an.
Ma’qil bin Yasar pernah menikahkan adik perempuannya dengan
salah seorang sahabat, tapi kemudian di cerainya sampai habis masa
iddahnya, kemudian bekas suami tadi melamar lagi dan karena Ma’qil
sedang marah beliau tolak lamarannya dan bertekad untuk tidak
menikahkan kembali keduanya, padahal adiknya juga masih cinta dengan
bekas suaminya serta ingin kembali kepadanya. Dengan kejadian ini Allah
menurunkan ayat :
﴿�'وه'ن ,ع#ض'ل ,ه'ن� ف,ال ت ل ج,, ,غ#ن, أ ,ل اء, ف,ب <س, 'م' الن �ق#ت �ذ,ا ط,ل و,إ
�وف #م,ع#ر' �ال ,ه'م# ب #ن ,ي اض,و#ا ب ,ر, �ذ,ا ت و,اج,ه'ن� إ ,ز# #ك�ح#ن, أ ,ن ,ن# ي أ
� ,و#م #ي �ه� و,ال �الل 'ؤ#م�ن' ب 'م# ي #ك ,ان, م�ن �ه� م,ن# ك 'وع,ظ' ب �ك, ي ذ,ل
'م# #ت ,ن ,م' و,أ ,ع#ل �ه' ي ط#ه,ر' و,الل, 'م# و,أ ,ك ,ى ل ك ,ز# 'م# أ �ك خ�ر� ذ,ل اآل#
,م'ون, ,ع#ل ( ۲۳۲ )البقرة:﴾ال ت
"Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya,
maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan
bakal suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan
cara yang ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu kepada Allah dan hari kemudian. Itu lebih baik
bagimu dan lebih suci. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui"
QS. Al-Baqarah: 232
Setelah turun ayat ini Ma’qil langsung menikahkan adiknya lagi
dengan sahabat mantan suamiya .
Sahabat hidup dengan misi, “Risalah menyelamat-kan seluruh
manusia dari perbudakan manusia untuk manusia menuju penghambaan
Allah yang Esa dan mengeluarkan mereka dari kedhaliman sistim manusia
menuju keadilan Islam dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan
akherat”, dan pastilah kaum yang membawa misi demikian ada
pendukung dan musuhnya, maka mereka menjadikan Al Qur’an sebagai
pembimbing untuk mengetahui musuh-musuh Allah, dan musuh mereka,
siapa wali-wali mereka dan wali-wali Allah dan mereka memperlakukan
manusia sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Allah, mereka cinta
terhadap ayah, anak, istri, serta kerabat mereka. Tetapi jika yang dicintai
itu memusuhi Allah dan Rasul-Nya serta membenci Islam, maka mereka
segera merubah sikapnya dengan hanya memihak Allah dan mencabut
perasaan cintanya kepada selain Allah, Allah berfirman :
'و,اد»ون, ﴿ خ�ر� ي � اآل# ,و#م #ي �ه� و,ال �الل 'ون, ب 'ؤ#م�ن ] ي ,ج�د' ق,و#ما ال ت
و# , ,اء,ه'م# أ #ن ,ب و# أ
, ,اء,ه'م# أ 'وا آب ,ان ,و# ك ,ه' و,ل ول س' �ه, و,ر, م,ن# ح,اد� الل
�ه�م' 'وب ,ب, ف�ي ق'ل ,ت �ك, ك ,ئ 'ول ,ه'م# أ ت ير, �و# ع,ش, ,ه'م# أ �خ#و,ان إ
,ج#ر�ي م�ن# �ات® ت ن 'ه'م# ج, ل �'د#خ #ه' و,ي وح® م�ن �ر' �د,ه'م# ب ,ي �يم,ان, و,أ األ#
ض'وا #ه'م# و,ر, �ه' ع,ن ض�ي, الل �د�ين, ف�يه,ا ر, ال #ه,ار' خ, ن, �ه,ا األ# ت ,ح# ت
�ه� ه'م' ب, الل �ن� ح�ز# ال إ, �ه� أ ب' الل �ك, ح�ز# ,ئ 'ول #ه' أ ع,ن
�ح'ون, #م'ف#ل (۲۲ )المجادلة:﴾ال". Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-
Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-
saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah
menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya.
Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan
rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya
hizbullah itu adalah golongan yang beruntung" QS. Al-Mujaadilah: 2
Ayat ini turun berkenaan ketika Abu Ubidah bin Jaroh membunuh
ayahnya di perang Badar, karena ayahnya bersama pasukan kuffar
quraisy.
Keempat : Para sahabat memandang bahwa seluruh alam
semesta dan diri mereka adalah ciptaan Allah dan tidak mungkin
membudidayakan alam semesta serta mengatur mereka kecuali Dzat
yang menciptakannya, sehingga mereka meyakini bahwa keimannya
menuntut untuk menjadikan Al Qur’an sebagai satu kesatuan yang utuh
yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya, mereka
menjadikan Al Quran sebagai way Of live –pedoman hidup- mereka dan
sangat sensitif terhadap usaha-usaha yang akan memisahkan satu bagian
sistim Islam dengan bagian yang lainnya.
Pantaslah kalau Kholifah Abu Bakar berpidato ketika banyak
orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat, dengan
mengatakan :
[ أينقص الدين وأنا حي !! والله لو منعوني عقاال
لقاتلتهم على منعه كانوا يؤدونه إلى رسول الله
رواه مسلم .
“Apakah agama ini akan dikurangi padahal saya masih hidup, demi
Allah kalau mereka menghalangi tali yang mereka serahkan kepada
Rasulallah pastilah aku perangi mereka atas keengganannya”.
Mereka menyadari betul adanya perbedaan antara orang yang belum
mampu melaksanakan, dengan orang yang sengaja memilih-milih apa
yang mau dilakukan dan apa yang ditolak.
Yang pertama masih dalam ruang lingkup iman seperti Raja Habsyi
yang dishalati ghoib oleh Rasulallah, padahal ia belum melaksanakan
hukum Islam, karena belum mampu. Adapun yang sengaja pilih-pilih
seperti memilih beras, mereka mencap orang tersebut sudah keluar dari
Islam atau munafiqin, sebagaimana yang Allah firmankan :
اء'﴿ ,ع#ض® ف,م,ا ج,ز, �ب ون, ب #ف'ر' ,ك ,اب� و,ت �ت #ك ,ع#ض� ال �ب 'ون, ب 'ؤ#م�ن ,ف,ت أ
,و#م, ,ا و,ي #ي ,اة� الد»ن ي #ح, يQ ف�ي ال �ال� خ�ز# 'م# إ #ك �ك, م�ن ,ف#ع,ل' ذ,ل م,ن# ي
�غ,اف�ل® ع,م�ا �ه' ب #ع,ذ,اب� و,م,ا الل د< ال ,ش, �ل,ى أ د»ون, إ 'ر, ,ام,ة� ي #ق�ي ال
'ون, ,ع#م,ل ( ۸۵ )البقرة: من اآلية﴾ت
“Apakah kalian beriman dengan sebagian kitab dan kafir terhadap sebagian
yang lain? Tidaklah balasan orang yang melakukan demikian kecuali kehinaan
didunia dan dihari qiamat mereka dikembalikan ke adzab yang sangat keras.
Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” QS. Al-Baqarah: 85
Keuniversalan dan keintegralan Al Qur’an ini digambarkan oleh sahabat
Ali bin Abi Tholib dalam ucapannya :
هو كتاب الله فيه نبأ من قبلكم ،وخبر ما بعدكم وحكم ما
بينكم هو الفصل ليس بالهزل من تركه من جبار قصمه
الله ومن ابتغى الهدى في غيره أضله الله وهو حبل الله
المتين وهو الذكر الحكيم وهو الصراط المستقيم وهو
الذي ال تزيغ به األهواء، وال تلتبس به األلسنة وال يشبع
منه العلماء وال يخلق عن كثرة الرد« وال تنقضي عجائبه
إناوهو الذي لم تنته الجن إذا سمعته حتى قالوا
]، يهدى إلى الرشد فآمنا به ] عجبا من قالسمعنا قرآنا
به صدق ومن عمل به أجر ومن حكم به عدل ومن دعا
إليه هدي إلى صراط مستقيم .
“Dia adalah Kitabullah yang di dalamnya ada berita orang sebelum kalian,
kabar apa yang terjadi setelah kalian, hukum diantara kalian, dia adalah
keputusan yang serius bukan main-main, barang siapa meninggalkannya dengan
kesombongan pasti dihancurkan oleh Allah , barang siapa mencari petunjuk dari
selainnya akan disesatkan oleh Allah, dialah tali Allah yang kokoh, dialah
peringatan yang bijaksana, dialah jalan yang lurus, dialah yang dengannya hawa
nafsu tidak menyeleweng, dan tidak akan rancu dengannya lisan, dan tidak
kenyang-kenyangnya dari (membacanya, mempelajarinya) para ulama, tak akan
usang karena diulang-ulang, dan tak habis-habis keajaibannya, dan dialah yang
jin tak henti-hentinya dari mendengarnya sehingga dia mengatakan; “Sungguh
kami mendengar Al- Qur’an yang penuh keajaiban, menunjukkan ke jalan lurus,
maka kami beriman dengannya", barang siapa yang berkata dengannya pasti
benar, barang siapa beramal dengannya pasti diberi pahala, barang siapa
menghukumi dengannya pastilah adil, barang siapa mengajak kepadanya pasti
di tunjuki kejalan yang lurus.
Kelima : Para sahabat memandang bahwa Al Qur`an adalah kasih
sayang dari Allah, mereka melihat bahwa seluruh isi Al Quran, baik itu
aqidah, hukum, perintah, larangan serta berita–beritanya hanyalah untuk
kebaikan manusia, maka mereka menerimanya dengan senang hati,
adapun yang menolak hukum Islam pada dasarnya adalah lebih memihak
kepada para pemeras orang lemah dari pada memihak orang yang
diperas, lebih sayang dengan para pembunuh dari pada yang dibunuh
atau lebih memihak para penggarong dan pemerkosa dari pada yang di
garong dan diperkosa, lebih memihak musuh Allah dari pada memihak
Allah, dan secara implisit menuduh Allah keras dan dholim, orang yang
semacam ini perlu intropeksi akan hakekat keimanannya.
Sedangkan para sahabat memahami hal tersebut di atas
sebagaimana memahami wajibnya puasa dari firman Allah :
" كتب عليكم الصيام "
"Telah diwajibkan bagi kalian untuk berpuasa" QS. Al-Baqarah
Mereka juga memahami wajibnya jihad, menegakkan qishos,
mengamalkan wasiyat dengan firman Allah :
كتب عليكم القصاص كتب عليكم إذا حضر أحدكم
سورة البقرةكتب عليكم القتال الموت
"Telah diwajibkan bagi kalian hukum qishash" "Diwajibkan atas kamu, apabila
seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut" "Diwajibkan bagi kalian
untuk berperang" QS. Al-Baqarah
Para sahabat menjadikan Al Qur’an sebagai penerang hakekat
hidup, dari Al Qur’an mereka mengetahui bahwa dunia ini hanya seperti
tanaman di ladang yang hijau kemudian menguning dan hancur, maka
mereka sangat zuhud dengan dunia, mereka mengetahui dari Al Qur’an
bahwa rizqi, umur sudah ditentukan oleh Allah dan tidak akan berkurang
karena perjuangan, maka mereka terus berjuang dan berjihad tanpa takut
mati dan tidak pula takut kehilangan harta, mereka mengetahui bahwa
mereka diciptakan dalam kondisi bertingkat-tingkat dalam hal ekonomi,
kecerdasan dan kekuatan fisik untuk menguji mereka akan tugas yang
mereka pikul, maka ketika mereka menjadi para gubernur dan kholifah
mereka melihat itu semua sebagai tugas bukan suatu kehormatan,
apalagi ketika mereka mendengar Rasulallah bersabda seperti yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori-Muslim :
" ما من عبد يسترعيه الله رعية فلم يحطها
)متفق عليه (بنصيحة إال لم يجدها رائحة الجنة "
“Tidaklah ada seorang hamba yang dijadikan Allah memimpin rakyat
kemudian tidak serius dalam memikirkan kemaslahatannya kecuali tidak akan
mencium baunya sorga” HR. Muttafaq 'alaih.
" ما من وال يلي رعية من المسلمين فيموت وهو
) متفق عليه (غاش لهم إال حرم الله عليه الجنة"
“Tidaklah ada seorang wali (pemimpin) rakyat dari kaum muslimin kemudian
mati dalam kondisi curang terhadap mereka kecuali Allah haramkan atas dia
sorga” HR. Muttafaq 'alaihi.
Para sahabat ketika mendengar hadits ini mereka langsung
bersungguh-sungguh dalam memikirkan nasib rakyatnya, sangat berhati
hati dalam mengelola harta rakyat sampai Kholifah Umar mengatakan,
“Saya menempatkan diri saya dengan baitul mal ini seperti wali yatim
dengan harta anak yatim, kalau kaya tidak makan sama sekali darinya
dan kalau miskin makan secukupnya”, dan pantaslah Umar dalam musim
kelaparan ikut merasakan dan ikut terdengar keroncongan perutnya,
beliau mengatakan kepada perutnya :
قرقري أو ال تقرقري فإنك لن تشبعي حتى يشبع
المسلمون .
“Silahkan perutku engkau keroncongan atau tidak keroncongan, engkau
tak akan kenyang kecuali kalau seluruh kaum muslimin sudah kenyang.”
Dan itu semua dikarenakan para sahabat diberi keimanan sebelum
menerima Al Quran sehingga mereka selalu membacanya siang dan
malam dan memiliki waktu mingguan dan bulanan dalam menghatamkan
bacaan Al-Qur’an, mereka tidak pernah merasa kenyang dari membaca Al
Qur’an dan mentadaburinya sebagaimana Allah ceritakan kondisi
mereka:
" الذين آتيناهم الكتاب يتلونه حق تالوته أولئك
يؤمنون به "
“Orang-orang yang Kami berikan kitab, mereka membacanya dengan
sebenar-benar bacaan mereka itulah orang yang benar–benar beriman
dengannya”.
أمن هو قانت آناء الليل ساجدا وقائما يحذر اآلخرة
ويرجو رحمة ربه قل هل يستوى الذين ال يعلمون
والذين ال يعلمون إنما يتذكر أو لو األلباب
۹ سورة الزمر:
Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran" (QS. Az-Zumar: 9).
Mereka tidak hanya mencukupkan diri dengan membaca, akan
tetapi tapi mereka mentadabburinya sehingga diantara mereka ada yang
mengulang-ulang satu ayat dalam shalatnya sampai fajar.
Terakhir, mereka melihat Al Quran sebagai sesuatu yang mengorbit
kepada tauhid yang isinya berkisar :
أ - التوحيد : معرفة الله توحيده وجالله، عظمته،
ورحمته، وقربه من عبادة .
A : Tauhid: Mengetahui Allah bahwa Dia adalah yang Maha Esa, Agung, Mulia,
Pemberi Rahmat dan dekat dengan hamba-Nya.
ب - آيات التوحيد و قدرة الله .
B : Bukti-bukti ketauhid-an dan kekuasan Allah .
ج - حقوق التوحيد : األوامر والنواهي وإخالص العبادة,
. [ جعل الحكم له خالصا
C : Hak tauhid yaitu perintah untuk dijalankan, larangan untuk
ditinggalkan, ibadah untuk ditunaikan, ikhlas dalam beribadah dan
menjadikan hukum ditegakkan hanya untuk Allah, karena Allah telah
menegaskan bahwa hukum hanya milik Allah dan kalau menyembah
Allah haruslah menjadikan hukumnya sebagai aturan kehidupan dan
itu sarat agar agama seseorang menjadi agama yang lurus :
" إن الحكم إال لله أمر أال تعبدوا إال إياه ذلك الدين القيم
"
“Hukum itu milik Allah dan tidaklah kalian diperintah kecuali untuk
menyembah kepada-Nya, dan itulah agama yang lurus”.
[ د - جزاء التوحيد : ثواب الموحدين من الرفعة في الدنيا
والتمكين والبركة في الحياة، واألمن، والعزة، ودخول
الجنة، والنصر على األعداء، وعقوبة المشركين
والكافرين والمنافقين من الهوان في الدنيا والضنق في
الحياة والعذاب الدائم في اآلخرة .
D : Balasan yang didapat dari bertauhid yang berupa pahala buat
ahli tauhid dari ketinggian didunia, stabilitas kedudukan, keberkahan
hidup, keamanan, kejayaan, masuk sorga, dan kemenangan terhadap
musuh. juga hukuman terhadap orang musyrikin, kafirin dan
munafiqin dari kehinaan didunia, kesempitan dalam kehidupan dan
adzab yang kekal di akherat.
هـ - مواصفات الموحدين : من التواضع للحق،
حسن الخلق، االستعداد للتضحيات، الوفاء بعهد الله
والناس، األمر بالمعروف والنهي عن المنكر،
ودعوة الناس للخير .
E : Kriteria muwahhidin )ahli tauhid( seperti tawadhu’ terhadap
kebenaran, akhlaq yang baik, kesiapan untuk berkorban, setia dengan
janji, amar ma’ruf dan nahi mungkar, serta mengajak manusia kepada
kebaikan.
و - المفاهيم المعينة على االستقامة من بيان
حقيقة الدنيا وأنها متاع الغرور، ومحدودية عمر
اإلنسان، وصعوبة سكرات الموت .
F : Pemahaman-pemahaman yang membantu ahli tauhid untuk
bisa istiqamah dalam iman seperti keterangan akan hakekat dunia dan
bahwasanya dia itu kesenangan yang menipu, dan bahwa umur
manusia itu sangat terbatas dan menghadapi sakaratul maut adalah
sebuah kesulitan yang akan dihadapi oleh setiap manusia.
Terakhir sebagai penutup, itulah sifat dan interaksi para sahabat
terhadap Al Qur’an dan semoga kita bisa mencontoh mereka, mereka
telah bersusah payah untuk kebahagiaan kita, rasa lelah sudah hilang,
mereka telah bahagia untuk selama-lamanya dan didunia sejak zaman
mereka sampai hari kiamat selalu dikenang dan didoakan oleh orang
yang datang setelah mereka, alangkah bahagianya mereka.
اللهم إنا نسألك بعزتك التى ال ترام وبملكك الذى ال
يضام وبنورك الذى مالء أركان عرشك أت تمأل
قلوبنا باإليمان وأن تهدى قلوبنا لإلسالم وأن تجعلنا
ممن يحبك ويحب دينك أكثر من محبته لنفسه، وأن
] وأن ترزقنا اتباعه وأن ترينا الباطل ترينا الحق حقا
] وأن ترزقنا اجتنابه إنك سميع الدعاء وصل باطال
اللهم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين .