AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT
DISERTASI
Oleh
SYAHMINAR
NIM : 098104001
Program Doktor (S3) Ilmu Pertanian
PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN
SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2020
Universitas Sumatera Utara
AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT
RINGKASAN DISERTASI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam
Program Doktor Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. untuk dipertahankan dihadapan Sidang
Terbuka Senat Universitas Sumatera Utara pada tanggal 24 Januari 2020
Oleh
SYAHMINAR
NIM : 098104001
Program Doktor (S3) Ilmu Pertanian
PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN
SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2020
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Ameliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut Untuk Pening
katan Produktivitas Kelapa Sawit
N a m a : S y a h m i n a r
N I M : 098104001
Program Studi : Ilmu Pertanian
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, M.S
Promotor
Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, M.P Ir. Ali Jamil, MP, PhD
Co-Promotor Co-Promotor
Ketua Program Studi, Dekan,
Prof. Ir. Edison Purba, PhD Dr. Ir. Hasanuddin, MS
Universitas Sumatera Utara
Lembar Penetapan Panitia Penguji
Diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi Doktor)
Tanggal : 24 Januari 2020
PANITIA PENGUJI DISERTASI PEMIMPIN SIDANG : Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.,Hum (Rektor Universitas Sumatera Utara) TIM PROMOTOR : Prof. Dr. Ir. Erwin Masrul Harahap, MS Promotor Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP Co-Promotor Ir. Ali Jamil, MP, Ph.D Co-Promotor TIM PENGUJI LUAR KOMISI Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, MS Dr. Ir. Mukhlis, MSi Prof. Dr. Ir. Basyaruddin, MS
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
JUDUL DISERTASI
AMELIORASI DAN PEMUPUKAN PADA LAHAN GAMBUT UNTUK
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT
Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini sebagai syarat untuk mempero leh
gelar Doktor pada Program Studi Doktor (S3) Ilmu Pertanian pada Program Pascasarjana
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis
sendiri. Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu
dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, penulis cantumkan sumbernya secara
jelas sesuai degan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah,
Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan
hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Medio Januari 2020
Penulis,
SYAHMINAR
098104001
Universitas Sumatera Utara
Bismillahirrahmanirrahim
“ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan,
tetapi mereka tidak sadar ” (Surat Al-Baqarah, ayat : 12)
“ Telah muncul kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan manusia,
sehingga Tuhan rasakan kepada mereka, akibat perbuatan mereka itu, agar
mereka kembali kejalan yang lurus ” (Surat Ar-Rum, ayat : 41)
“ Telitilah semua yang ada di langit maupun di bumi ”
(Surat Yunus, ayat : 101)
“ Maka, sudahkah kamu teliti tentang bibit (benih) yang kamu tanam ! ”
(Surat Al-Waqiah, ayat : 63)
“ Maka, sudahkah kamu teliti tentang air yang kamu minum !”
(Surat Al-Waqiah, ayat : 68)
“ Dan dari tanah yang subur dihasilkan tetanaman yang produktif dengan izin Allah dan dari tanah yang tidak subur (tandus) tidak dihasilkan, kecuali dengan payah ” (Surat Al-A’raf, ayat : 58)
“ Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu untuk memakmur
kannya ” (Surat Hud, ayat : 61)
“ Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukurannya ” (Surat Al-Hijr, ayat : 19)
“ Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu kami keluarkan dengan air itu segala macam tetumbuhan. Maka kami keluarkan sebagiannya tanaman yang menghijau itu bebijian yang banyak. Dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangakai yang menju lai dan kebun-kebun anggur, zaitun dan delima serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya ketika berbuah dan masaknya. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi kamu yang beriman ” (surat Al-An’am, ayat : 99).
Kepersembahkan buat :
Ayahanda/ibunda (alm/almh), seluruh keluarga (kakanda dan abangda), bapak dan ibu
mertua, serta Isteri dan anak-anak-ku tercinta.
Universitas Sumatera Utara
i
RINGKASAN
Syahminar. Ameliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut Untuk Peningka
tan Produktivitas Kelapa Sawit. Dibimbing oleh Erwin Masrul Harahap, Abdul Rauf
dan Ali Jamil.
Penelitian dilakukan atas tiga tahapan kegiatan yaitu tahapan pertama (penelitian-I)
merupakan percobaan inkubasi dari aplikasi bahan amelioran yang terdiri dari dolomit, batu
an fosfat dan tanah mineral pada media tanam gambut di polibag, tahapan kedua (penelitian-
II) merupakan percobaan aplikasi bahan amelioran yang sama terhadap perbaikan sifat kimia
tanah dan pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit di pembibitan utama, penelitian I dan II
dilakukan secara bersamaan dan tahapan ketiga (penelitian-III) bertujuan untuk melihat penga
ruh ameliorasi (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) dan pemupukan terhadap pertum
buhan dan peningkatan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut. Penelitian I dan II dila
kukan di Kelurahan Sijambi Kecamatan Datuk Bandar Kota Tanjungbalai, sedang penelitian
III di laksanakan di kebun PT. Grahadura, desa Sukarame Baru, Kecamatan Kualuhhulu-Aek
Kanopan, Kabupaten Labuhan.atu Utara-Sumatera Utara.
Penelitian I dan II menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non Faktorial,
terdiri dari tiga ulangan dengan sembilan perlakuan kombinasi jenis dan dosis bahan ameli
oran yang terdiri dari dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral yang sama, yaitu pemberian
dolomit, dibagi 3 taraf yaitu: D1=0,45 kg.polibag-1
; D2=0,90 kg.polibag-1
; dan D3=1,35 kg
.polibag-1
; pemberian batuan fosfat dibagi 3 taraf yaitu: F1=0,45 kg.polibag-1
; F2= 90 kg.
polibag-1
; dan F3=1,35 kg.polibag-1
; serta pemberian tanah mineral, juga dibagi 3 taraf yaitu:
M1=0,45 kg.polibag-1
; M2=0,90 kg.polibag-1
; dan M3=1,35 kg.polibag-1
. Penelitian I bertuju
an untuk melihat pengaruh bahan amelioran yang diinkubasi, terhadap perubahan sifat kimia
tanah media tanam gambut, sedang penelitian II bertujuan untuk melihat respon pertumbuhan
vegetatif bibit kelapa sawit di pembibitan utama dan perubahan sifat kimia tanah terhadap
pemberian bahan amelioran. Sedang penelitian tahap III disusun dengan menggunakan Ranca
ngan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan tiga ulangan.
Faktor pertama adalah pemberian jenis dan dosis bahan amelioran dibagi atas sembilan
macam kombinasi perlakuan yaitu: pemberian dolomit dengan sandi: D1= 14 kg.phn-1
(2
ton.ha-1
thn-1
); D2= 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
); D3= 42 kg.phn-1
(6 tont.ha-1
thn-1
); pemberian
batuan fosfat dengan kode: F1= 14 kg.phn-1
(2 ton.ha-1
thn-1
); F2= 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-
1), F3= 42 kg.phn
-1 (6 ton.ha
-1thn
-1); dan pemberian tanah mineral dengan kode: M1= 14 kg.
phn-1
(2 ton.ha-1
thn-1
); M2= 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
); dan M3= 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1thn
-
1). Sedang faktor kedua adalah aplikasi paket pemupukan dibagi atas 3 macam, yaitu: P1= pa
ket pemupukan Pusat Perkebunan Kelapa Sawit (PPKS) Medan; P2=paket pemupukan Tek
nologi Masukan Rendah (TMR), dan P3= paket pemupukan Kebun PT.Grahadura (PTG), se
hingga diperoleh 27 kombinasi perlakuan.
Hasil penelitian I menunjukkan bahwa secara umum pemberian ketiga jenis dan dosis
bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat, dan tanah mineral) beragam, untuk dosis 1,35 kg.
dolomit.polibag-1
(D3) tertinggi meningkatkan pH-tanah, K-dd, Ca-dd dan Mg-dd, sedang
dosis 1,35 kg.batuan fosfat.polibag-1
(F3) tertingggi meningkatkan kadar P-tersedia, semen
tara pemberian tanah mineral dosis 0,90-1,35 kg.polibag-1
(M2-M3) tertingggi meningkatkan
KTK-tanah.
Hasil penelitian II menunjukkan bahwa pemberian (dolomit, batuan fosfat dan tanah
mineral) secara umum juga beragam untuk semua umur pengamatan. Pemberian dolomit do
sis 0,90-1,35 kg.polibag-1
(D2 dan D3) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bibit dan
Universitas Sumatera Utara
ii
jumlah daun; sedang untuk pemberian batuan fosfat dan tanah mineral dosis yang sama 0,90-
1,35 kg.polibag-1
(F2;F3 dan M2; M3) selain mempengaruhi pertumbuhan tinggi bibit dan
jumlah daun bibit juga diameter bibit. Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran juga
dapat memperbaiki sifat kimia tanah media tanam gambut setelah pelaksanaan pembibitan
utama berakhir bila dibandingkan dengan analisis tanah awal, meliputi pH tanah, N-total, P-
tersedia, KTK tanah dan kation basa meliputi K,dd, Ca-dd dan Mg-dd. Hasil analisis tanah ter
tinggi untuk pH terdapat pada pemberian dolomit dosis 0,90-1,35 kg.polibag-1
(D2 dan D3);
N terdapat pemberian dolomit dosis 0,45-0,90 kg.polibag-1
(D1 dan D2) dan pemberian batu
an fosfat dosis 0,45 kg.polibag-1
(F1); P-tersedia tertinggi pada pemberian batuan fosfat untuk
semua dosis (F1;F2 dan F3); sedang untuk K, Ca, Mg dan KTK tertinggi terdapat pada pem
berian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3). Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio
ran tersebut juga menunjukkan adanya peningkatan terhadap kadar hara N,K,Ca dan Mg daun
bibit kelapa sawit, kecuali P. Kadar hara K dan Mg tertinggi pada pemberian tanah mineral
dosis 1,35 kg.polibag-1
(M3), kadar Ca tertinggi pada pemberian dolomit dan batuan fosfat
dosis 90-1,35 kg.polibag-1
(D2;D3 dan F2; F3), sementara untuk kadar N merata untuk semua
pemberain bahan amelioran.
Hasil penelitian III menunjukkan bahwa pemberian pemupukan Teknologi Masukan
Rendah (TMR/P2) dosis 3,25 kg.phn-1
thn-1
disertai pemberian tanah mineral dosis 42 kg.phn-
1 (6 ton.ha
-1thn
-1/M2) [M2P2], dan bersamaan dengan batuan fosfat dosis 14 kg.phn
-1 (2
ton.ha-1
thn-1
/F1) [F1P2] dan dolomit dosis 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/D3) [D3P2] berpenga
ruh terhadap kadar hara K, Ca, dan Mg daun kelapa sawit umur 14 tahun di lahan gambut.
Pemberian interaksi reaktan (pemupukan dan bahan amelioran) tidak berpengaruh nyata ter
hadap kadar hara P, tetapi berpengaruh terhadap kadar hara N daun secara mandiri, baik pem
berian pemupukan (P) maupun bahan amelioran (A). Kadar hara N daun tertinggi terdapat
pada pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.phn-1
ha-1
(P1) yaitu 2,78 %, sedang pada bahan ameli
oran terdapat pada pemberian dolo mit 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
/F2) yaitu 2,95 %.
Produksi TBS kelapa sawit varietas D x P Marihat umur 14 tahun di lahan gambut sub
grup Typic Haplosaprist tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis 42 kg.phn-1
(4
ton.ha-1
thn-1
/F3) yaitu 38,34 ton TBS.ha-1
thn-1
(rataan 3,20 ton.TBS.ha-1
). Sedang untuk paket
pemupukan terbaik/tertinggi terdapat pada pemberian paket pemupukan PPKS (P1) dosis 6,2
5 kg-1
phn-1
terdiri dari (1,50 kg urea; 1,50 kg TSP; 2,00 kg MoP; 1,25 kg kieserit) yaitu 37,36
ton TBS.ha-1
thn-1
(rataan 3,11 ton TBS.ha-1
). Sedang untuk interaksinya tidak menunjukkan
adanya pengaruh yang nyata, namun hasilnya cenderung yang terbaik terdapat pada pem
berian batuan fosfat disertai paket pemupukan PPKS [F3P1]. Untuk panjang pelepah dan
jumlah anak daun tertinggi terdapat pada interaksi pemberian tanah mineral dosis 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
/M2) disertai dengan paket pemupukan PPKS/P1 dosis 6,25 kg. phn
-1thn
-1
(1,50 kg urea; 1,50 kg TSP; 2,00 kg MoP dan 1,25 kg kieserit) [M2P1] yaitu 5,73 m dan
untuk jumlah anak daun yaitu 317,67 helai. Untuk jumlah pelepah dan rataan berat tandan
tertinggi terdapat pada pemberian tanah mineral secara tunggal dosis 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-
1thn
-1/M2) yaitu 42,93 pelepah dan rataan berat tandan (M2) yaitu 30,56 kg.phn
-1. Sedang
untuk jumlah tandan terbanyak terdapat pada pemberian batuan fosfat secara tunggal dosis 42
kg. phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/F3) yaitu 1,11 tandan.
Kata kunci : Lahan gambut, bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral),
pupuk kimia (urea, TSP, MoP dan kieserit), bibit, polibag dan tanaman kelapa
sawit
Universitas Sumatera Utara
iii
SUMMARY
Syahminar. Amelioration and Fertilization on Peatlands for Increasing the Productivity
of Oil Palm. Supervised by Erwin Masrul Harahap, Abdul Rauf and Ali Jamil.
The research was conducted in three stages. The first stage (research-I) is an incu
bation experiment of ameliorant materials including dolomite, rock phosphate and mineral
soil on peat planting media in polybags. The second stage (research-II) is an experimental
application of ameliorant material to improve soil chemical properties and vegetative growth
of oil palm seedlings in the main nursery. Research I and II were conducted simultaneously.
The third stage (research-III) aims to determine the effect of amelioration (dolomite, rock
phosphate and mineral soil) and fertilization on the growth and productivity of oil palm in
peatlands. Research I and II were conducted in Sijambi Village, Datuk Bandar Subdistrict,
Tanjungbalai City, while Research III was carried out in Grahadura Company, Sukarame
Baru Village, Kualuhhulu-Aek Kanopan Subdistrict, Labuhanbatu Utara District, North
Sumatra.
Research I and II used a non-factorial randomized block design, consisting of three
replications with nine treatment combinations of types and doses of ameliorant material
including dolomite, rock phosphate and mineral soil. Dolomite application consist of 3 levels:
D1 = 0.45 kg polybag-1
; D2 = 0.90 kg polybag-1
; and D3 = 1.35 kg polybag-1
. Rock phosphate
application consist of 3 levels: F1 = 0.45 kg polybag-1
; F2 = 90 kg polybag-1
; and F3 = 1.35
kg polybag-1
. Mineral soil applications also consist of 3 levels: M1 = 0.45 kg polybag-1
; M2 =
0.90 kg polybag-1
; and M3 = 1.35 kg polybag-1
. The research I aims to determine the effect of
incubated ameliorant material on changes in soil chemical properties of peat planting media.
Research II aims to determine the response of vegetative growth of oil palm seedlings in the
main nursery and changes in soil chemical properties to the ameliorant material application.
Research III was compiled using a factorial randomized block design consisting of two
factors with three replications. The first factor is the application of the type and dosage of
ameliorant material consisting of nine treatment combinations. Dolomite application: D1 = 2
tons ha-1
(14 kg plant-1
); D2 = 4 tons ha-1
(28 kg plant-1
); D3 = 6 tons ha-1
(42 kg plant-1
).
Rock phosphate applications: F1 = 2 tons ha-1
(14 kg plant-1
); F2 = 4 tons ha-1
(28 kg plant-1
),
F3 = 6 tons ha-1
(42 kg plant-1
). Mineral soil application: M1 = 2 tons ha-1
(14 kg plant-1
); M2
= 4 tons ha-1
(28 kg plant-1
); M3 = 6 tons ha-1
(42 kg plant-1
). The second factor was fertile
zation application consisting of three types, namely: P1 = fertilizer package for the Center for
Oil Palm Plantation (PPKS) Medan; P2 = fertilizer package Low Input Technology (TMR),
and P3 = fertilizer package Grahadura Company Plantation (PTG), so we get 27 treatment
combinations.
The results of the research I showed the application of the three types and doses of
ameliorant material (dolomite, rock phosphate, and mineral soil) vary. For the highest dose of
dolomite 1.35 kg polybag-1
(D3) increases the soil pH, K-exchangeable, Ca-exchangeable,
and Mg-exchangeable. Rock phosphate application at a dose of 1.35 kg of polybag-1
(F3)
increases the level of available P. While the mineral soil application dosage from 0.90 to 1.35
kg polybag-1
(M2-M3) is the highest in increasing CEC-soil.
The results of research II showed the application of ameliorant material (dolomite,
rock phosphate and mineral soil) varied for all ages of observation. Dolomite application with
a dose of 0.90-1.35 kg polybag-1
(D2 and D3) has been shown to increase the growth of
seedling height and number of leaves. Application of rock phosphate and mineral soil
dosages from 0.90 to 1.35 kg polybag-1
(F2; F3 and M2; M3) affect the growth of seedling
Universitas Sumatera Utara
iv
height, the number of seedling leaves, and seedling diameter. Application of the three types
and dosages of ameliorant material also improves the chemical properties of peat planting
media after the implementation of the main nursery ends compared to the initial soil analysis,
including soil pH, N-total, P-available, CEC and alkaline cation including K-exchangeable,
Ca-exchangeable, and Mg-exchangeable. The results of the analysis for the highest soil pH
was found in dolomite applications with doses of 0.90-1.35 kg polybag-1
(D2 and D3). The
highest N was found in dolomite application with a dose of 0.45 to 0.90 kg polybag-1
(D1 and
D2) and rock phosphate dose of 0.45 kg polybag-1
(F1). The highest available P was found in
rock phosphate applications for all doses (F1; F2 and F3). While for the highest K, Ca, Mg
and CEC were found in dolomite applications at a dose of 1.35 kg polybag-1
(D3). The
application of the three types and dosages of ameliorant material also showed an increase in
N, K, Ca and Mg nutrient uptake of seedling leaves, except P. The highest K and Mg nutrient
uptake was found in mineral soil applications with a dose of 1.35 kg polybag-1
(M3). The
highest Ca uptake was found in dolomite and rock phosphate applications in doses of 90-1.35
kg polybag-1
(D2; D3 and F2; F3), while for N uptake there was no difference for all
ameliorant material applications.
The results of the research III showed the application of Low Input Technology (TMR
/ P2) fertilization with a dose of 3.25 kg plant-1
year-1
accompanied by application of mineral
soil with a dose of 42 kg plant-1
(M3P2), simultaneously with the application of rock
phosphate with a dose of 14 kg plant-1
(F1P2) and dolomite application at a dose of 42 kg
plant-1
(D3P2) affect the nutrient uptake of K, Ca, and Mg leaves of 14-year-old oil palm in
peatlands. The application of reactant interactions (fertilization and ameliorant material) not
significantly affect the nutrient uptake of P, but it affect the uptake of N nutrients in leaves,
both in the application of fertilization (P) and ameliorant material (A). The highest nutrient
uptake of N in the leaves was found in PPKS fertilization package at a dose of 6.25 kg plant-1
ha-1
(P1) which was 2.78%, while the ameliorant material was found in dolomite application
at a dose of 28 kg plant-1
(F2), which was 2.95%.
The highest production of fresh fruit bunches (FFB) of 14-year-old oil palm in typic
haplo saprist subgroup peatlands was found in October 2015 observations in the dolomite
application at a dose of 28 kg plant-1
(4 tons ha-1
/D2) accompanied by TMR fertilizer dose of
3.25 kg plant-1
(1.00 kg urea; 0.5 kg TSP; 1.00 kg MoP and 0.75 kg kieserite/D2P2) which
was 3.92 tons FFB ha-1
. For the highest measurement results of stem length and number of
leaflets found in the interaction of mineral soil dosage of 28 kg plant-1
and PPKS fertilization
dose of 6.25 kg plant-1
year-1
(150 kg urea; 150 kg TSP; 2.00 kg MoP and 1.25 kg
kieserite/M2P1) which was 5.73 m and for the number of leaflets was 317.67 strands,
respectively in February and April 2016. The highest number of stem and average bunch
weight were found in April and March 2016 independently applied mineral soil at a dose of
28 kg plant-1
(M2), which was 42.93 stem, and the average bunch weight (M2) was 30.56 kg
plant-1
. Whereas the highest number of bunches was found in rock phosphate application with
a dose of 42 kg plant-1
(6 tons ha-1
/F3) which was 1.11 bunches in September 2015
observations.
Keywords: peatland, ameliorant material (dolomite, rock phosphate and mineral soil),
chemical fertilizer (urea, TSP, MoP, kieserite), seedling, polybag, oil palm
Universitas Sumatera Utara
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kelurahan dan Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang
Bedagai, pada hari Senin tanggal 14 Agustus 1962, merupakan putra ke-enam dari enam ber
saudara dari Bapak Muhammad Djasimsyah Batubara (Almarhum) dan ibunda Mariatun
Kabatiah Hasibuan (almarhumah). Pada hari Rabu, tanggal 29 September 1991 penulis meni
kah dengan Ir. Cik Zulia Lubis, MP, bapak mertua bernama Zulkarnain Mukhtar Lubis dan
ibu mertua bernama Halawiyah. Dikaruniai empat orang anak, tiga orang putra dan seorang
putri, yaitu Zulfakar Adi Putra, S.Kom (F-MIPA USU/mahasiswa S2 Ilmu Komputer USU),
bekerja sebagai PNS di kantor Kejaksaan Negeri P. Siantar. Aulia Fikri Ariq Putra, S.Pt (FP-
USU), Najla Huwaida Putri, Amd, SE [Program Diploma Akuntansi LP3I/S1 Perpajakan
STMIK-SUKMA] dan Addarsyah Dhia Putra mahasiswa S1 Program Studi bahasa Inggris di
Aligarh Muslim University-India. Ke-empatnya mengikuti pendidikan di Pesantren Darul Ara
fah, Kabupaten Deli Serdang selama enam tahun sejak SMP/Tsanawiyah sampai SMA/Ali
yah dengan pilihan rumpun IPA.
Pendidikan dasar ditempuh di Sekolah Dasar Negeri (SDN)-2 Dolok Masihul lulus
pada tahun 1974, SMP-Alwashliyah Dolok Masihul lulus tahun 1977, SMA Negeri-1 Tebing
Tinggi Deli Jurusan IPA, lulus tahun 1981 (penambahan masa studi setengah tahun), Prog
ram Strata satu (S1) pada Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)
Medan jurusan Ilmu Tanah, lulus Sarjana Muda (BSc) tahun 1984 dan lulus Sarjana Perta
nian lengkap (Ir) pada tahun 1986, mengikuti program Strata dua (S2) pada program studi
Ilmu Tanah Universitas Sumatera Utara (USU) Medan dan lulus Magister Pertanian (MP)
tahun 2004 dan mengikuti Program Strata tiga (S3) pada Program Studi Ilmu Pertanian
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara (USU) mulai tahun 2009 sampai sekarang.
Universitas Sumatera Utara
vi
Penulis adalah Dosen pada Fakultas Pertanian Universtas Asahan (UNA) Kisaran mulai
tahun 1988-sekarang
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT serta rahmat dan
karuniaNya, disertasi dengan judul: “Ameliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut
Untuk Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit” ini dapat disusun. Disertasi ini merupa
kan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi startum tiga (S3) pada Sekolah Pasca Sar
jana (SPS) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Dalam penulisan disertasi ini, yang diawali dengan penyusunan usulan penelitian/ren
cana penelitian, pelaksanaan penelitian di lapangan maupun laboratorium serta penyusunan
laporan berupa disertasi, banyak pihak yang memberikan kontribusi dan andil atas terselesai
kannya tulisan ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Erwin Masrul Harahap, MS, selaku Promotor/ketua komisi pem
bimbing atas bimbingan, arahan dan masukannya selama proses penelitian, beserta ke
luarga.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Abdul Rauf, MP, yang sangat banyak memberikan bimbingan,
saran dan sumbangan pemikiran dan Bapak Ir. H.Ali Jamil Harahap, MP, PhD yang telah
memberikan bimbingan, dorongan dan semangat, masing-masing sebagai Co-Promotor/
anggota pembimbing, beserta keluarga.
3. Ibu Prof.Dr.Ir.Asmarlaili, MS,DAA, Dr.Dra.Ir.Chairani Hanum, MS dan Dr.Ir.Edi Sigit
Sutarta,MSc, masing-masing sebagai dosen penguji dalam pelaksanaan seminar hasil dan.
Bapak Prof.Dr.Ir.Basyaruddin, MS, ibu Dr.Dra.Ir.Chairani Hanum, MS dan Bapak Dr.Ir.
Mukhlis,MSi masing-masing sebagai penguji dalam pelaksanaan ujian tertutup yang telah
banyak memberikan masukan dan saran dalam perbaikan disertasi ini.
4. Para pendukung finansial dalam penelitian ini, baik yang berasal dari beasiswa on Going
dari Pemerintah cq Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Republik Indonesia maupun da
ri Pimpinan Yayasan Universitas Asahan dan Rektor Universitas Asahan.
5. Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum beserta
seluruh jajarannya atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk me
ngikuti pendidikan Program Doktor Ilmu Pertanian.
Universitas Sumatera Utara
vii
6. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Bapak Dr.Ir.Hasanuddin,M.S.,
Ketua Program Studi Doktor Ilmu Pertanian Bapak Prof.Ir.Edison Purba, Ph.D dan Sekre
taris Program Studi Doktor Ilmu Pertanian Ibu Dr.Ir.Lisnawita Muis,M.Sc beserta jaja
rannya yang telah memberi izin, kesempatan dan pelayanan akademik yang cukup baik
kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Doktor Ilmu Pertanian.
7. Komisi pembimbing skripsi (baca: thesis) penulis sewaktu mengikuti pendidikan program
S1 pada Fakultas Pertanian UISU Medan (Bapak Dr.Ir.Y.T. Adiwiganda, M.Agr.Sc/ketua
dan Bapak Ir.H.Kosasih/anggota, Ketua Jurusan Ilmu Tanah Bapak Ir.Abdul Muin Lubis,
M.Agr.Sc (Alm); Dekan FP UISU Bapak Ir.Zainal Abidin, MS) dan Komisi pembimbing
thesis penulis pada jenjang S2 Program Pasca Sarjana USU Medan (Bapak Dr.Ir.M.R.
Adiwiganda, MSc/ketua, Bapak Dr.Ir.Alexander Manurung, MS (Alm)/anggota dan Ba
pak Dr.Ir.Erwin Masrul Harahap, MS/anggota; dan Ibu Prof.Dr.Ir.Asmarlaily, MS, DAA/
tim penguji merangkap sebagai Ketua Program Studi Ilmu Tanah, Prof.Dr.Ir.Abu Dardak,
MSc/penguji); dan Direktur Program Pascasarjana Bapak Prof.Dr.Ir.Sumono, MS, yang
telah banyak memberi ilmu pengetahuan, bimbingan, arahan, dan motivasi bagi penulis
untuk terus belajar dan melanjutkan studi.
8. Para dosen/guru yang telah banyak memberikan inspirasi dan meletakkan dasar-dasar ke
ahlian dalam ilmu pertanian (MKDK) dan keahlian dalam bidang Ilmu Tanah (MKK)
yang telah penulis lalui semenjak mengikuti pendidikan program S1 yang telah berjasa/
elitis dalam membekali penulis, antara lain: Bapak Ir.A.Halim Sulaiman,MSc; Ir.Dartius,
MS; Ir.Darun, MS; Ir.Ahmad Huzaini, MS (alm); Ir.Yenimar, MS; Ir.Musa Sembiring,
MS (alm); Ir.Lahuddin Musa,MS; dan Ir.M.Djamil Ritonga,MSc (alm) dari Fakultas Per
tanian USU; dan Bapak Dr.Ir.Mustafa Majnu, MSc (alm); Dr.Ir.Arifin Djamin (alm); Dr.
Ir.Usman Nasution; Ir.Arifin Kamdi, MS (alm); Dr.Ir.M.R.Adiwiganda,MSc; Dr.Ir.
Djohar Arifin; Dr.Ir.A.Hadi Idris; dan lain-lain yang berasal dari Kopertis wilayah-1 dan
Balai Penelitian PPKS Medan.
9. Bapak pimpinan Perkebunan PT. Grahadura, Asisten Kepala (Ir.Suyatno/Ir.Darius), Asis
ten Kebun (Abdul Hadi, SP) dan seluruh jajarannya yang telah memberikan kemudahan
dan memberikan lokasi izin melakukan praktik selama satu tahun.
10. Kepala Laboratorium Tanah dan Pupuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan
dan Laboratorium Research and Development Asian Agri Bahilang Estate Tebing Tinggi
beserta jajarannya yang telah membantu menganalisis tanah, bahan amelioran dan kadar
hara daun bibit dan tanaman kelapa sawit menghasilkan.
Universitas Sumatera Utara
viii
11. Kepala Perpustakaan Sentral USU, Perpustakaan/Publikasi PPKS Medan dan Perpusta
kaan BPTP Medan yang telah berkenan membantu dan memberi kemudahan dalam mem
peroleh bahan bacaan.
12. Kabag Pendidikan Biro rektor USU Ibu Dra.Rini Efri Leni, MSi yang telah membantu pe
nulis dalam proses penyelesaian administrasi ujian terbuka.
13. Saudara Surianto, SP, Ismail, SP, dan Surya Fajri, SP masing-masing sebagai alumni dan
Asisten Praktikum serta adik-adik mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Asahan
yang ikut dalam penjajakan lokasi penelitian, mengambil media tanam gambut, contoh
tanah komposit dan tanah mineral Ultisol sebagai bahan amelioran.
14. Kedua orang tua yang tidak sempat menyaksikan akhir perjuangan ini, bapak dan ibu
mertua, istri, anak-anak, kakak, abang dan seluruh keluarga tercinta atas segala dorongan
dan doa yang telah diberikan kepada penulis.
15. Semua pihak yang telah mendukung dalam perkuliahan dan penyusunan disertasi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat anugrah yang berlipat ganda dari
Allah SWT. Atas segala kekurangannya, kami ucapkan mohon maaf. Akhirnya semoga diser
tasi ini memberi sumbangsih walaupun hanya bagaikan sebutir pasir di lautan bagi perkem
bangan ilmu pengetahuan.
Medan, Medio Januari 2020
Penulis
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................................ i
SUMMARY ........................................................................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................. 1
Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6
Manfaat Penelitian ............................................................................................ 6
Kebaharuan/Keluaran Yang Diharapkan ........................................................ 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 7
Pengertian Gambut dan Penggolongannya .................................................... 7
Kesesuaian Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit ................................. 9
Karakteristik Fisik dan Kimia Tanah Gambat ................................................. 12
Potensi, Kendala dan Keberhasilan Ekspansi Tanaman Perkebunan di Lahan
Gambut .................................................................................................. 17
Sifat dan Tujuan Aplikasi Bahan Amelioran pada Lahan Gambut .................... 21
Sifat dan Peranan Pupuk N, P, K dan Mg pada Tanah dan Tanaman ................ 25
Universitas Sumatera Utara
x
Hipotesis ...................................................................................................... 30
Kerangka Pemikiran .................................................................................. 30
Kondisi Umum Lokasi Penelitian ................................................................... 33
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................. 38
Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 38
Bahan dan Alat ............................................................................................... 38
Rancangan Penelitian ..................................................................................... 39
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 41
Peubah Amatan ............................................................................................ 50
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 53
Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut terhadap Ameliorasi yang Di-inkubasi
di Polibag ............................................................................ 53
Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag ... 63
Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut pada Pembibitan Kelapa Sawit di
Polibag ................................................................................................................ 73
Kajian Kadar Hara Daun Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama .............. 84
Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut ..... . 93
Kajian Kadar Hara Daun Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut .................... 119
Pembahasan Umum ........................................................................................... 132
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 148
Kesimpulan ..................................................................................................... 148
S a r a n ........................................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 150
LAMPIRAN ..................................................................................................... 160
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR TABEL
Nomor J u d u l Halaman
1. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit pada lahan gambut ......... 12
2. Kombinasi jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan ................. 41
3. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan berdasakan penge lompokan umur pada lahan gambut (PPKS) ................................................ 48 4. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan berdasarkan tekno logi masukan rendah (TMR) ............................................................................... 49
5. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan kebun PT.Graha dura Kabupaten Labuhanbatu Utara (PTG) ........................................................ 49
6. Hasil analisis pH-tanah inkubasi akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran ada media tanam gambut di polibag ................................................................... 53 7. Hasil analisis N-tanah inkubasi akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di plolibag ................................................................. 54 8. Hasil analisis P-tersedia tanah inkubasi (ppm) akibat perlakuan jenis dan dosis ame lioran pada media tanam gambut di polibag ....................................................... 56 9. Hasil analisis K-dd tanah inkubasi (me.100 g-1) akibat perlakuan jenis dan dosis ame lioran pada media tanam gambut di polibag ....................................................... 57 10. Hasil analisis Ca-dd tanah inkubasi (me.100 g-1) akibat perlakuan jenis dan dosis amalioran pada media tanam gambut di polibag .............................................. 59 11. Hasil analisis Mg-dd tanah inkubasi (me.100 g-1) akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag .............................................. 60 12. Hasil analisis KTK-tanah inkubasi (me.100 g-1) akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ....................................... 62 13. Tinggi bibit kelapa sawit (cm) di pembibitan utama umur 5 BST-16 BST akibat per lakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ......... 66 16. Diameter bibit kelapa sawit (mm) di pembibitan utama umur 5 BST-16 BST akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ........ 69
Universitas Sumatera Utara
xii
15. Jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) di pembibitan utama umur 5 BST-16 BST akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag .. 72 16. Hasil analisis pH-tanah pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelio ran pada media tanam gambut di polibag .................................................. 73 17. Hasil analisis N-tanah (%) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis ame lioran pada media tanam gambut di polibag ...................................................... 75 18. Hasil analisis P-tersedia tanah (ppm) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ......................................... 76 19. Hasil analisis K-dd tanah (me.100 g-1) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ................................ 78 20. Hasil analisis Ca-dd tanah (me.100 g-1) pembibutan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ................................. 79 21. Hasil analisis Mg-dd tanah (me.100 g-1) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ............................... 81 22. Hasil analisis KTK-tanah (me.100 g-1) pembibitan utama akibat perlakuan jenis dan dosis melioran pada media tanam gambut di polibag ...................................... 82 23. Hasil analisis kadar hara N (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioranpada media tanam gambut di polibag ...................................... 84 24. Hasil analisis kadar hara P (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ........................................ 86 25. Hasil analisis kadar hara K (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ........................................ 88 26. Hasil analisis kadar hara Ca (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada media tanam gambut di polibag ...................................... 90 27. Hasil analisis kadar hara Mg (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis amelioran pada mdia tanam gambut di polibag ....................................... 91 28. Rataan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pem berian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) ................................................................ 96 29. Rataan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pem berian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan ber ikutnya November 2015 s/d April 2016) ........................................................... 97
Universitas Sumatera Utara
xiii
30. Rataan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) ............................................................... 100 31. Rataan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian pakket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016) ..................................................... 101 32. Rataan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) .................................................................... 103 33. Rataan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016) ................................................... 104 34. Rataan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) ......................................................... 107 35. Rataan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016) .............................................. 108 36. Rataan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) .................................................................... 110 37. Rataan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016) ....................................................... 111 38. Rataan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) .................................................................. . 114 39. Rataan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran di lahan gambut (enam bu- lan berikutnya November 2015 s/d April 2016) ................................................... 115 40. Produksi Tandan Buah Segar (ton.ha-1thn-1) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun terhadap Pemberian Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan pada Lahan Gambut .................................................................................................. 117 41. Hasil analisis kadar hara N (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut .............. 121 42. Hasil analisis kadar hara P (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat
Universitas Sumatera Utara
xiv
pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut .............. 123 43. Hasil analisis kadar hara K (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut ............... 126 44. Hasil analisis kadar hara Ca (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut ................ 128 45. Hasil analisis kadar hara Mg (%) daun tanaman kelapa sawit menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan bahan amelioran pada lahan gambut ................. 131 46. Rangkuman Hasil Analisis Tanah Inkubasi dan Sifat Tanah di Pembibitan Utama Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media Tanam Gambut di Polibag ...................................................................................................... 135 47. Rangkuman Hasil Pertambahan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm), Diameter Bibit (cm) dan Jumlah Daun (helai) Bibit di Pembibitan Utama Umur 5 BSt s/d 16 BST terhadap perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media Tanam Gambut di Polibag .................................................................................................. 138 48. Rangkuman Hasil Analisis Kadar Hara N, P, K, Ca dan Mg (%) Daun Bibit Kelapa Sa wit di Pembibitan Utama terhadap Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media Tanam Gambut di Polibag ............................................................................. 142 49. Rangkuman Hasil Analisis Kadar Hara N, P, K, Ca dan Mg (%) Daun Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 tahun terhadap Pemberian Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan pada Lahan Gambut ...................................................................... 146
Universitas Sumatera Utara
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor J u d u l Halaman
1. Bagan alur pikir penelitian ameliorasi dan pemupukan pada lahan gambut untuk penigkatan produktivitas kelapa sawit ........................................ 33
2. Peta sebaran jenis tanah di provinsi Sumatera Utara .............................. 36
3. Peta Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu Utara ............................. 37
4. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap nilai pH-tanah
Inkubasi di Polibag ............................................................................. 51
5. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap N total Tanah
Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag ................................. 53
5. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap P-tersedia Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag ....................................... 56
6. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap K-dd Tanah inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag ................................... 57
7. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Ca-dd Tanah inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag .................................. 59
8. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Mg-dd Tanah inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag ....................................... 61
9. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap KTK Tanah inkubasi pada Media Tanamn Gambut di Polibag ................................... 62
10. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Pertambuhan Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanaman Gambut di Polibag .......... 67
11. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Pertumbuhan Diameter Batang Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag 70
12. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Pertumbuhan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag ... 73
13. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap pH-Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................................ 74
14. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Anelioran terhadap N-Total Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................... 75
Universitas Sumatera Utara
xvi
15. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap P-Tersedia Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag .................................. 77
16. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap K-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................................ 78
17. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Ca-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................................ 80
18. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Mg-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ............................................ 81
19. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap KTK Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag ........................................... 83
20. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara N Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag ............................................................ 85
21. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara P Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag .................................................................. 87
22. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara K Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag ............................................................. 88
23. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara Ca Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag ...................................................... 90
24. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara Mg Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag ......................................................... 92
26. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Produksi TBS Kelapa Sawit Menghasilkan ................................................................................ 117
27. Hubungan Paket Pemupukan terhadap Produksi TBS Kelapa Sawit Menghasil kan ......................................................................................................... 117
28. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar Hara N Daun Kelapa Sawit Menghasikan di Lahan Gambut .............................................. 121
29. Hubungan Paket Pemupukan terhadap Kadar Hara N Daun Kelapa Sawit Meng hasilkan di Lahan Gambut ............................................................ 121 30. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan terhadap Kadar Hara K Daun Kelapa Sawit Menghasilkan di Lahan Gambut .............. 126
31. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan terhadap
Universitas Sumatera Utara
xvii
Kadar Hara Ca Daun Kelapa Sawit Menghasilkan di Lahan Gambut ........... 128
32. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan terhadap Kadar Hara Mg Daun Kelapa Sawit Menghasilkan di Lahan Gambut .................. 131
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor J u d u l Halaman 1. Hasil analisis contoh tanah gambut PT.Grahadura Kecamatan Kualuhhulu Kabu
paten Labuhanbatu Utara ............................................................................... 160 2. Hasil analisis tanah mineral Ultisol asal desa Kongsi Enam, Kecamatan Aek Natas
Kabupaten Labuhanbatu Utara ........................................................................ 161 3. Hasil analisis dolomit dan batuan fosfat ........................................................... 162
4. Kriterai kadar hara daun tanaman kelapa sawit menghasilkan ........................... 162
5. Rekomendasi pemupukan bibit kelapa sawit di pembibitan utama .................... 163
6. Nilai kritis sifat kimia tanah pada tanaman kelapa sawit ...................................... 163
7. Konsentrasi kritis hara N, P dan K pada daun kelapa sawit ................................. 163
8. Letak Bagan Penelitian Tanaman Kelapa Sawit di Lapangan .............................. 164 9. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis pH-tanah inkubasi pada media
tanam gambut di Polibag ........................................................................ 165 10. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis N-tanah (%) inkubasi pada media
tanam gambut di Polibag ................................................................................... 165 11. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis P-tersedia tanah (ppm) inkubasi
pada media tanam gambut di Polibag .............................................................. 165 12. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis K-dd tanah (me.100 g-1) inkubasi
pada media tanam gambut di Polibag ............................................................... 165 13. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis Ca-dd tanah (me.100 g-1) inkubasi
pada media tanam gambut di Polibag .............................................................. 166 14. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis Mg-dd tanah (me.100 g-1) inkubasi
pada media tanam gambut di Polibag .................................................................. 166 15. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis KTK tanah (me.100 g-1) inkubasi
pada media tanam gambut di Polibag ................................................................ 166
Universitas Sumatera Utara
xviii
16. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan utama umur 5 BST ............................................................................................ 166
17. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 6 BST ............................................................................................... 167 18. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 7 BST ........................................................................................... 167 19. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 8 BST ............................................................................................. 167 20. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 9 BST ........................................................................................ 167 21. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 10 BST ......................................................................................... 168 22. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 11 BST .......................................................................................... 168 23. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 12 BST ......................................................................................... 168 24. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 13 BST ...................................................................................... 168 25. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 14 BST ..................................................................................... 169 26. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 15 BST ...................................................................................... 169 27. Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit (cm) kelapa sawit di pembibitan
utama umur 16 BST ................................................................................. 169 28. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 5 BST ... ............................................................................... 169 29. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 6 BST ................................................................................. 170 30. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 7 BST ................................................................................... 170 31. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 8 BST .................................................................................. 170
Universitas Sumatera Utara
xix
32. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 9 BST .................................................................................... 170
33. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi tan utama umur 10 BST .................................................................................. 171
34. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 11 BST ................................................................................... 171 35. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 12 BST ...................................................................................... 171 36. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 13 BST .................................................................................. 171 37. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 14 BST ..................................................................................... 172 38. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 15 BST ............................................................................... 172 39. Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit (cm) kelapa sawit di pembibi
tan utama umur 16 BST .................................................................................. 172 40. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pem
bibitan utama umur 5 BST ............................................................................... 172 41. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pem
bibitan utama umur 6 BST ................................................................................. 173 42. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pem
bibitan utama umur 7 BST .............................................................................. 173 43. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi
bitan utama umur 8 BST ................................................................................ 173 44. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi
bitan utama umur 9 BST ................................................................................. 173 45. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi
bitan utama umur10 BST ................................................................................ 174 46. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi
bitan utama umur 11 BST ................................................................................. 174
Universitas Sumatera Utara
xx
47. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi bitan utama umur 12 BST ............................................................................... 174
48. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi
bitan utama umur13 BST .................................................................................. 174 49. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi
bitan utama umur 14 BST .............................................................................. 175 50. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi
bitan utama umur 15 BST ................................................................................. 175 51. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit (helai) kelapa sawit di pembi
bitan utama umur 16 BST .............................................................................. 175 52. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis pH-tanah pada pembibitan kelapa
sawit di polibag ............................................................................................. 175 53. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis N-total tanah (%) pada pembibi
tan kelapa sawit di polibag ................................................................................. 176 54. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis P-tersedia (ppm) pada pembibi
tan kelapa sawit di polibag . ......................................................................... 176 55. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis K-dd tanah (me.100 g-1) pada
pembibitan kelapa sawit di polibag .............................................................. 176
56. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis Ca-dd tanah (me.100 g-1) pada pembibitan kelapa sawit di polibag ................................................................ 176 57. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis Mg-dd tanah (me.100 g-1) pada
pembiitan kelapa sawit di polibag ................................................................. 177 58. Daftar sidik ragam pengamatan hasil analisis KTK-tanah (me.100 g-1) pada
pembibitan kelapa sawit di polibag ................................................................ 177 59. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara N (%) daun kelapa sawit di pembi
bitan utama ................................................................................................... 177 60. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara P (%) daun kelapa sawit di pembi
bitan utama ................................................................................................. 177 61. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara K (%) daun kelapa sawit di pembi
bitan utama ..... ............................................................................................... 178 62. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara Ca (%) daun kelapa sawit di pembi
bitan utama ........................................................................................................ 178
Universitas Sumatera Utara
xxi
63. Daftar sidik ragam pengamatan kadar hara Mg (%) daun kelapa sawit di pembi bitan utama. ....................................................................................................... 178 64. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .......................................... 178 65. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................................... 179 66. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................................ 179 67. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................................ 179 68. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................ 179 69. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................ 180 70. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 180
71. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil kan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 180
72. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .............................. 180 73. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 181 74. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ................................ 181 75. Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah (m) kelapa sawit menghasil
kan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .................................. 181 76. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng
hasilkan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .............................. 181 . 77. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng
hasilkan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 182 78. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng
hasilkan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 182
Universitas Sumatera Utara
xxii
79. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................ 182
80. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng
hasilkan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................. 182 81. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 183 82. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasikan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 183 83. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 183 84. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 183 85. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasikan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 184 86. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 184 87. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah (pelepah) kelapa sawit meng hasilkan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 184 88. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 184 89. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 185 90. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 185 91. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 185 92. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasilkan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................. 185 93. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasikan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 186 94. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasilkan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................. 186
Universitas Sumatera Utara
xxiii
95. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasilkan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................. 186 96. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit meng hasilkan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .................... 186 97. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasil kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 187 98. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasil kan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ............................... 187 99. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun (helai) kelapa sawit menghasil kan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ..................................... 187 100. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 187 101. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 188 102. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasillkan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 188 103. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 188 104. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ....................... 188 105. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 189 106. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ....................... 189 107. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................ 189 108. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 189 109. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasil kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .................. 190 110. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 190
Universitas Sumatera Utara
xxiv
111. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 190 112. Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan (tandan.phn-1) kelapa sawit meng hasilkan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 190 113. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................................... 191 114. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................................... 191 115. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .............................. 191 116. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 191 117. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................... 192 118. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 192 119. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ............................ 192 120. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 192 121. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 193 122. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Marer 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .................................. 193 123. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ................................... 193
124. Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan (kg.phn-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Mei 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................................... 193
125. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Juni 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ................................ 194 126. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Juli 2015 umur 14 tahun di lahan gambut .................................. 194
Universitas Sumatera Utara
xxv
127. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Agustus 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 194 128. Daftar sidik ragampengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan September 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ..................... 194 129. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Oktober 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ......................... 195 130. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan November 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ...................... 195 131. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Desember 2015 umur 14 tahun di lahan gambut ....................... 195 132. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Januari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut .......................... 195 133. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Februari 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................ 196 134. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan Maret 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ........................... 196 135. Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS (ton.ha-1) kelapa sawit menghasil kan bulan April 2016 umur 14 tahun di lahan gambut ............................. 196 136.Daftar sidik ragam Produksi Tandan Buah Segar (ton TBS.ha-1thn-1) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 tahun (bulan Mei 2015 d/d bulan Afril 2016) ............. 196 137. Daftar sidik ragam hasil analisis kadar hara N (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut ................................................................................. 197 138. Daftar sidik ragam hasil analisis kadar hara P (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut ................................................................................ 197 139. Daftar sdik ragam hasil analisis kadar hara K (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut ............................................................................... 197 140. Daftar sidik ragam hasil analisis kadar hara Ca (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut ................................................................................. 197 141. Daftar sidik ragam hasil analisis kadar hara Mg (%) daun kelapa sawit menghasil kan di lahan gambut .................................................................................. 198
Universitas Sumatera Utara
1
P E N D A H U L U A N
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) sebagai tanaman pendatang dari Afrika Barat,
kini menjadi tanaman utama disektor perkebunan di Indonesia. Sejak tahun 1911 kelapa sawit
telah dibudidayakan dan berkembang sangat pesat, dari luasan 0,12 juta ha tahun 1968 men
jadi 14,03 juta ha pada tahun 2018, tersebar di-23 provinsi, meningkat rataan sebesar 298 %.
thn-1
dalam lima dekade/50 tahun terakhir.
Di Indonesia kelapa sawit merupakan tanaman penghasil devisa negara dari sektor per
kebunan, di luar gas bumi dan batubara. Dilaporkan bahwa produksi minyak sawit (crude
palm oil/CPO) tahun 1981 sebesar 0,19 juta ton dan bertambah menjadi 43 juta ton pada ta
hun 2018, meningkat 609 %.thn-1
yang telah menyumbangkan terhadap devisa negara sebesar
106,94 ribu dollar US tahun 1981 meningkat menjadi 22,97 juta dollar US (Rp.314,5 triliun)
pada tahun 2017, naik menjadi 594 %.thn-1
(Dirjenbun, 2017).
Terbukanya peluang pengembangan budidaya kelapa sawit di Indonesia, disebabkan
oleh: (1) permintaan pasar di-50 negara yang tergolong tinggi, (2) didukung sumber daya
lahan yang cukup luas, (3) tersedianya tenaga kerja yang melimpah dan relatif murah; (4)
tersedianya teknologi budidaya yang siap pakai, (5) tersedianya bahan tanaman unggul baru,
seperti Topaz dan DxP PPKS 239 serta (6) daya saing minyak sawit (minyak nabati tropika)
yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan minyak nabati dari komoditas substitusi lainnya
seperti kedelai, kacang tanah, zaitun, kanola, jagung, dan biji bunga matahari yang berasal
dari negara sub tropika.
Dilaporkan terdapat areal seluas 31,77 juta ha yang sesuai untuk pengembangan perke
bunan kelapa sawit di Indonesia, sementara yang telah dimanfaatkan mencapai 14,03 juta ha
tahun 2018. Artinya terdapat sekitar 17,74 juta ha lahan yang masih tersedia dan berpotensi
untuk perluasan perkebunan kelapa sawit, termasuk lahan gambut.
Menurut Ariani, dkk, (2012) luas lahan gambut di dunia sekitar 424 juta ha (3% dari
luas daratan) yang tersebar di 180 negara, diantaranya sekitar 38 juta ha terdapat di wilayah
tropika. Di kawasan Asia Tenggara total lahan gambut diperkirakan 26 juta ha (Noor, 2010.,
Utami, 2012). Dari luasan lahan gambut yang ada di Indonesia, sekitar 9,00 juta ha berpotensi
sebagai lahan pertanian dan 4,20 juta ha diantaranya sudah direklamasi (Sopiawati, dkk,
2012). Paling tidak sepertiga dari sumber daya lahan basah (wetland) di dunia adalah lahan
gambut. Di Indonesia luas lahan rawa sekitar 33,40 juta ha, ditaksir 14,90 juta ha diantaranya
termasuk lahan gambut (Budianto dan Setyawan, 2006., Las, dkk, 2012).
Universitas Sumatera Utara
2
Saat ini terdapat lima sub ordo, 19 great grup dan 71 sub grup/macam tanah Histosol
di dunia (Rahim dan Arifin, 2011). Dilaporkan terdapat 10 macam tanah gambut di Indonesia
diantaranya Fluvaquantic Haplosaprist, Hemic Haplosaprist, Typic Haplosaprist (Adiwigan
da, 2007), Fluvaquantic Haplohemist, Typic Haplohemist, Sapric Haplohemist dan Fibrik
Haplohemist (Firmansyah, dkk, 2012) serta Hemic Haplofibrist, Typic Haplofibrist dan Typic
Sulfihemist (Winarna dan Rahutomo, 2008).
Ditinjau dari kesuburan tanahnya, gambut sangat beragam, sifat dan watak tanahnya
sangat dipengaruhi oleh ekosistem, sifat kimia, fisika dan biologi tanahnya. Karakteristik dan
ciri kimia tanah pada lahan gambut di lokasi penelitian meliputi, pH tanah 3,60 (sangat ma
sam); C-organik 54,19 (sangat tinggi); N-total 1,39% (sangat tinggi); C/N 39,00 (sangat ting
gi); P2O5 total 0,025% (rendah); P-tersedia 4,37 ppm (sangat rendah); K-dd 0,09 me.100 g-1
(sangat rendah); Ca-dd 14,66 me.100 g-1
(tinggi); Mg-dd 2,70 me.100 g-1
(tinggi); Na-dd 0,29
me.100 g-1
(tinggi); KTK 155,30 me.100 g-1
(sangat tinggi); KB 11,00% (sangat rendah);
ESP 0,19% (sangat rendah); EC/DHL 0,17 μs.cm-1
(rendah); dan hara mikro Cu˂ 1,01 ppm
(rendah); Zn 1,11 ppm (rendah): dan B 33,52 ppm (sedang/Lampiran 1). Secara umum kondi
si kesuburan dan tingkat kemasaman gambut tergolong rendah.
Sedang kendala fisik tanah gambut umumnya, meliputi kerapatan lindak/BD (bulk den
sity) rendah (0,1-0,2 g.cm-3
), daya dukung/tumpu (bearing capasity) rendah, sehingga tanam
an mudah doyong/tumbang (lodging), sangat ringan, lepas, rapuh (fragile), dan mudah terba
kar. Bersifat kering tak balik (irreversible drying) dalam kondisi kering, gambut akan beru
bah wujud menjadi pasir semu (pseudosand) yang sangat peka terhadap erosi angin, akibat
sifat suka air (hidrophylic) dari gambut berubah menjadi menolak air (hidrophobic). Jika kem
bali tergenang, gambut akan mengapung sehingga tidak dapat berfungsi sebagai media tum
buh tanaman. Warna tanah coklat tua/kelam tergantung tingkat dekomposisinya, porositas
dan kapasitas memegang air tinggi (15-30 kali bobot keringnya).
Potensi produksi kelapa sawit di lahan gambut umumnya tergolong rendah dan bera
gam. Winarna dan Rahutomo (2008) melaporkan rataan produktivitas kelapa sawit umur 6-10
tahun pada enam perkebunan kelapa sawit di lahan gambut di kabupaten Labuhanbatu, ma
sing-masing kebun Ajamu 12,5-22 ton TBS.ha-1
.thn-1
; Sei Tampang 17,5-20 ton TBS.ha-1
.thn-
1; Teluk Panji 7-23 ton TBS.ha
-1.thn
-1; Torgamba 17,5-23 ton TBS.ha
-1.thn
-1; Merbau 11-20
ton TBS.ha-1
.thn-1
; dan kebun Adipati 17-18,5 ton TBS.ha-1
.thn-1
. Sedang produksi kelapa
sawit di gambut tebal di Kalimantan Barat pada tanaman tahun ke-8 sekitar 14 ton TBS.ha-1
(Saragih, dkk, 2013). Dilaporkan bahwa produksi kelapa sawit pada lahan gambut dalam di
Universitas Sumatera Utara
3
lokasi penelitian yang berada pada kelas kesesuaian lahan S3/sesuai marjinal bervariasi di
enam afdeling antara 9-16 ton TBS ha-1
.thn-1
(Suyatno, 2012).
Kendala utama yang membatasi rendahnya produksi kelapa sawit di lahan gambut ada
lah rendahnya ketersediaan hara dan tingginya kandungan asam organik, seperti asam fenolat
yang bersifat fitotoksik. Beberapa jenis asam fenolat yang umum dijumpai dalam tanah ada
lah asam vanilat, p-kumarat, p-hidroksi benzoat, salisilat, galat, sinapat, gentisat, proto kate
kuat, ferulat, dan asam siringat (Tsutsaki, 1984., Stevenson, 1994., Barchia, 2006).
Pemberian bahan amelioran dan pemupukan dapat dilakukan untuk mengatasi perma
salahan kemasaman tanah dan rendahnya kesuburan pada tanah gambut. Bahan amelioran
yang digunakan dapat berupa kapur dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral. Dilaporkan bah
wa pemberian tanah mineral 10-20 ton.ha-1
.thn-1
dapat mengurangi fitotoksik asam organik
dan meningkatkan kadar hara makro dan mikro dalam tanah dan tanaman serta meningkatkan
bobot kering tanaman. Pemberian kapur/dolomit 1-2 ton.ha-1
.thn-1
dapat meningkatkan sejum
lah kation basa dan pH tanah. Pemberian batuan fosfat dapat meningkatkan KTK tanah dan
mengurangi pencucian hara kelompok kation basa. Selain itu batuan fosfat juga mengandung
Ca, P, Fe yang diperlukan pada tanah gambut (Syahbuddin dan Alwi, 2012).
Produktivitas kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya faktor
internal, perlakuan kultur teknis dan faktor eksternal/lingkungan. Faktor lingkungan terdiri
dari iklim dan tanah. Faktor tanah yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
adalah karakteristik lahan, tanah dan spesifik tanah yang sangat berbeda pada setiap wilayah.
Tanah gambut memiliki karakteristik spesifik, diantaranya tersusun atas material organik, ke
tebalan dan tingkat kematangannya sangat beragam, bobot isi/BD sangat ringan (0,05-0,2 g.
cm-3
), sehingga memiliki kapilaritas yang rendah, bersifat ringan, lepas, mudah kering, terba
kar dan tanaman mudah doyong.
Faktor lain yang menentukan produktivitas tanaman kelapa sawit adalah tindakan kul
tur teknis. Dilaporkan produktivitas kelapa sawit sangat ditentukan oleh pemupukan. Sekitar
40-60 % biaya pemeliharaan berasal dari pemupukan dan 30 % dari total biaya produksi.
Jenis pupuk yang lazim diberikan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan adalah pupuk
urea/ZA, TSP/SP-36/RP, MoP/ZK, dan kieserit/dolomit.
Kebutuhan hara pada tanaman kelapa sawit telah banyak dikemukakan oleh para pe
neliti. Kebutuhan minimal unsur hara pada tanaman kelapa sawit menghasilkan menurut Von
Uexkull dan Fairhurst (1991) bahwa unsur hara yang terangkut bersama panen untuk 1 ton
TBS setara dengan 2,94 kg N (6,50 kg urea), 0,44 kg P (2,20 kg TSP), 3,71 kg K (7,60 kg
MoP), 0,77 kg Mg (4,80 kg kieserit), dan 0,81 kg Ca (2,00 kg kalsit).
Universitas Sumatera Utara
4
Berangkat dari penjelasan di atas Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan telah
membuat rekomendasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit menurut umur dan jenis tanah
nya. Menurut Rahutomo, dkk, (2006) dosis pupuk tunggal yang diberikan pada tanaman kela
pa sawit menghasilkan pada tanah gambut umur 14-20 tahun adalah 6,25 kg.phn-1
ha-1
thn-1
,
yang terdiri dari 1,50 kg urea, 1,50 kg TSP, 2,00 kg MoP dan 1,25 kg kieserit.phn-1
thn-1
.
Dilain pihak rekomendasi pemupukan untuk tanaman kelapa sawit menghasilkan da
pat dilakukan dengan teknologi masukan rendah. Prinsipnya, kebutuhan hara dihitung dengan
konsep keseimbangan/neraca hara (balanced nutrition), dimana dosis pupuk yang diberikan
diperhitungkan dengan kebutuhan hara tanaman dan kemampuan lingkungan untuk menye
diakan hara. Berdasarkan konsep ini, dosis pupuk hanya diberikan untuk menambah unsur
hara yang kurang/tidak disediakan oleh lingkungan. Kebutuhan hara diketahui dari analisis
jaringan tanaman, sehingga diperoleh dosis pupuk N, P, K dan Mg untuk tanaman kelapa
sawit sebesar 3,25 kg.phn-1
.ha-1
thn-1
, yang terdiri dari 1,00 kg urea, 0,50 kg TSP, 1,00 kg
MoP dan 0,75 kg kieserit.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian penggunaan bahan amelioran (dolomit, batuan
fosfat dan tanah mineral) sebagai bahan pembenah (amendment) tanah dan aplikasi pupuk
an-organik (urea, TSP, MoP dan kieserit) untuk meningkatkan pertumbuhan dan produkti
vitas tandan buah segar kelapa sawit pada lahan gambut dilaksanakan.
Rumusan Masalah
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan disektor perkebunan yang
memberikan kontribusi cukup besar terhadap devisa negara di luar gas bumi dan batubara.
Oleh karena itu produktivitasnya perlu ditingkatkan, sejalan dengan laju pertambahan pendu
duk dan permintaan pasar di-50 negara akan minyak nabati tropika, baik untuk kebutuhan
domestik maupun untuk di ekspor.
Tanaman kelapa sawit mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis lahan, ter
masuk lahan gambut. Ekosistem lahan gambut sangat unik, kompleks dan khas, terdapat di
dataran rendah be-rawa, jenuh air yang mudah rusak bila terusik. Pengelolaan dan pengem
bangannya harus memperhatikan karakteristik gambut, baik ekosistem, sifat kimia, fisik mau
pun biologi tanahnya. Secara kimia, lahan gambut tropika memiliki kesuburan tanah yang ren
dah, baik makro maupun mikro, kejenuhan basa/KB rendah dengan tingkat kemasaman tanah
yang tinggi.
Secara fisik, gambut bersifat sangat spesifik, mudah amblas, mudah kering dan mudah
terbakar bila kering. Gambut memiliki sifat sangat ringan, lepas dan rapuh (fragile) bila ter
Universitas Sumatera Utara
5
usik. Dengan teknologi pengelolaan air yang mumpuni dan terarah, disertai pemberian reak
tan (bahan amelioran dan pemupukan) yang tepat, lahan gambut dapat dimanfaatkan. Pembe
rian bahan amelioran bertujuan: (1) memasok sejumlah hara makro maupun mikro; (2) me
ningkatkan pH-tanah dan KB; dan (3) kation polivalen yang terdapat dalam bahan amelioran
dapat mengkelasi asam organik/asam monomer, yang bersifat toksik membentuk asam poli
mer/kopolimer dengan rantai karbon yang panjang dengan berat molekul yang besar yang ber
sifat non-toksik. Ikatan kompleks organo kation yang terbentuk menyebabkan tanah gambut
tidak mudah terdegradasi, sehingga laju emisi gas rumah kaca/GRK dapat ditekan.
Karakteristik lahan gambut memiliki kesuburan rendah, baik makro maupun mikro,
KB rendah dengan kemasaman tinggi. Pemberian bahan amelioran dan pemupukan dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah kemasaman tanah dan rendahnya ketersediaan hara pada
tanah gambut. Dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral dapat digunakan sebagai bahan ameli
oran, sedang pupuk urea, TSP, MoP dan kieserit sebagai sumber hara N, P, K dan Mg sering
digunakan sebagai pupuk kimia. Tanaman kelapa sawit memerlukan pupuk an-organik dalam
jumlah besar, mengingat dalam 1 ton TBS yang dihasilkan setara 6,3 kg urea, 2,1 kg TSP, 7,3
kg MoP, dan 4,9 kg kieserit (Sutarta dan Winarna, 2002., Rahutomo, dkk, 2006 ).
Tanaman kelapa sawit telah berhasil dibudidayakan secara komersial sejak tahun
1911, saat ini memasuki generasi kelima dan terus berkembang sangan pesat. Dari luasan
0,12 juta ha pada tahun 1968 menjadi 14,03 juta ha pada tahun 2018, meningkat 117 kali
lipat, dengan perincian pada tahun 2016 perkebunan yang dikelola Perusahaan Besar Swasta
(PBS) sebesar 52 %, Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 41 % dengan luas hampir 5 juta ha dan
Perusahaan Besar Nasional (PBN) sebesar 7 %, dengan produksi minyak sawit yang disum
bangkan dari sektor PBS sebesar 57 %, PR sebesar 35 % dan PBN sebesar 8 %. Ini menunjuk
kan bahwa minyak sawit/CPO memiliki prospek pasar yang baik. Dengan perkataan lain mi
nyak sawit sangat diminati oleh konsumen, mengingat keunggulan kompetitif dan kompara
tif yang dimilikinya dengan tingkat harga yang dapat bersaing dengan minyak nabati lainnya
(Pamin, dkk, 1999., PASPI, 2016).
Saragih, dkk, (2013) melaporkan bahwa di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi pem
bangunan kebun kelapa sawit di lahan gambut yang dilakukan pada kedalaman 1-5 m, dipero
leh produksi bervariasi sekitar 12-25 ton TBS.ha-1
thn-1
. Sedang Koedadiri, dkk, (1998) mela
porkan tingkat produksi kelapa sawit pada berbagai ketebalan gambut (50 cm; 75 cm dan 100
cm) pada tanah Fluvaquantic Troposaprist di kebun Sei Galuh PTP.Nusantara V Riau dengan
kerapatan tanaman 130 phn.ha-1
adalah 16,9; 14,5; dan 14,1 ton TBS.ha-1
.thn-1
. Sementara
Universitas Sumatera Utara
6
Pangudijatno (1998) melaporkan bahwa tanaman kelapa sawit di tanah gambut ombrogen
(kesuburan rendah) masih memberikan produksi 15,7 ton TBS selama 13 tahun masa panen.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengevaluasi penggunaan bahan amelioran dalam memperbaiki karakteristik tanah,
pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.
2. Untuk mengevaluasi pengaruh paket pemupukan terhadap karakteristik tanah, pertumbuh
an dan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.
3. Untuk mengevaluasi pengaruh interaksi antara penggunaan bahan amelioran dan paket pe
mupukan terhadap karakteristik tanah, pertumbuhan dana produktivitas kelapa sawit di
lahan gambut.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada pekebun/pembudidaya kelapa sawit, praktisi perkebunan,
penyuluh perkebunan, pegiat/pemerhati perkebunan, pelaksana teknis perkebunan, institu
si pemerintah maupun swasta dan pemangku kepentingan (stake horder/user) dibidang per
kebunan tentang jenis/sumber dan dosis bahan amelioran dan aplikasi paket pemupukan
yang tepat sebagai bahan pembenah tanah dan sumber hara untuk meningkatkan pertum
buhan dan produktivitas TBS kelapa sawit pada lahan gambut.
2. Memberikan masukan dan saran kepada pengambil kebijakan (desition maker) dan pelaku
produksi/pekebun tentang pemanfaatan sumber/jenis dan dosis bahan amelioran dalam
rangka perbaikan sifat kimia tanah, kadar hara daun dan pertumbuhan vegetatif bibit ke
lapa sawit di pembibitan utama pada media tanam gambut di polibag
.
Kebaharuan/Keluaran Yang Diharapkan
Penggunaan tanah mineral dapat menggantikan peran bahan amelioran, baik dolomit
maupun batuan fosfat. Pemberian tanah mineral sebanyak 28 kg.phn-1
.thn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
) di
sertai paket pemupukan dapat menggantikan peran dolomit dan batuan fosfat dosis 14 kg.phn-
1 (2 ton.ha
-1thn
-1) dapat meningkatkan produksi TBS kelapa sawit pada lahan gambut sub
grup Typic Haplosaprist, dengan hasil 36 ton TBS.ha-1
thn-1
(3 ton TBS.ha-1
). Secara ekono
mis penggunaan tanah mineral 5 kali lipat (79 %) lebih murah bila dibandingkan dengan peng
gunaan dolomit, dan 12 kali lipat (92 %) lebih murah bila dibandingkan dengan penggunaan
batuan fosfat, dengan kondisi harga kedua bahan amelioran tersebut saat ini.
Universitas Sumatera Utara
7
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Gambut dan Penggolongannya
A.. Pengertian Gambut
Gambut mempunyai banyak istilah, ditiap daerah/suku di Indonesia sering mengguna
kan sebutan tersendiri masing-masing disebut dengan tanah hitam (Jawa), tanah rawang/tanah
payo (Riau dan Jambi), ambul (Kalimantan Selatan), sepuk (Kalimantan Barat), tanah daun/
tanah gelam (Sumatera Utara). Di masing-masing negara juga menggunakan istilah gambut
yang berbeda, misalnya peat (Inggris/UK), fen (Amerika Utara), musked (Kanada), bog (Irlan
dia, Rusia, Amerika), mire (Finlandia), more (Jerman) dan veen (Belanda). Ragam istilah ter
sebut boleh jadi menunjukkan kekhasan dari ciri dan sifat gambut tersebut yang berbeda
bahan penyusun, ketabalan, kematangan, atau lingkungan fisiknya (Noor, 2010).
Istilah gambut sendiri diambil dari kosa kata bahasa daerah Kalimantan Selatan, suku
Banjar, yang sebetulnya adalah nama salah satu ibukota kecamatan di Kabupaten Banjar yai
tu Kecamatan Gambut. Gambut diartikan sebagai material organik yang tertimbun secara ala
mi dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya sedikit me
ngalami perombakan (Noor, 2001).
Menurut Andriesse (1992) dalam Subardja, dkk, (2006) gambut adalah tanah organik
(organic soil), tetapi tidak berarti bahwa tanah organik adalah tanah gambut. Tanah organik
yang telah mengalami perombakan secara sempurna sehingga bagian tumbuhan aslinya tidak
dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi dengan ketebalan ˂50 cm disebut tanah ber
gambut (peaty soil/peaty muck). Sedang Kanapathy (1975) dalam Barchia (2006) mendefini
sikan tanah gambut sebagai tanah organik, tebalnya minimal 1 m dengan luas minimal 1 hek
tar dan mengandung bahan mineral ˂70 %.
Menurut Soil Survey Staff (2010) tanah gambut terbentuk dari bahan tanah organik,
umumnya jenuh air, mengandung C-organik 18 % atau lebih bila fraksi mineral mengandung
liat 60 % atau lebih, atau memiliki 12 % atau lebih C-organik bila fraksi mineral tidak meng
andung liat, atau mengandung C-organik 12-18 % bila kandungan liat diantara 0-60 %. Bila
tidak pernah jenuh air alami minimal mengandung C-organik 20 %. Kedalaman tanah gam
but minimal 40 cm bila bahan telah terdekomposisi sedang/hemik sampai lanjut/saprik atau
minimal 60 cm jika belum/sedikit terdekomposisi (fibrik) atau setidak-tidaknya tanah gambut
memiliki lebih dari setengah lapisan tanah teratas 80 cm merupakan bahan tanah organik.
7
Universitas Sumatera Utara
8
Hardjowigeno dan Abdullah (1987) mendefinisikan tanah gambut sebagai tanah yang
terbentuk dari timbunan sisa vegetasi yang telah mati, baik yang sudah lapuk maupun belum.
Tanah gambut mengandung maksimal 20 % bahan organik (berat kering), apabila kandungan
bagian zarah berukuran clay (˂2 μ) mencapai 0% atau maksimal 30 % bahan organik, apabila
kandungan clay 60 %, ketebalan bahan organik ≥50 cm.
Subagyo (1997) menambahkan, disebut sebagai tanah gambut apabila memenuhi ke
tentuan: (1) terdiri atas bahan organik, (2) jenuh air selama ≥1 bulan dalam setiap tahun, (3)
ketebalan minimal 60 cm, apabila tersusun dari bahan fibrik atau jika BD ˂0,1 g.cm-3
dan (4)
ketebalan minimal 40 cm, apabila tersusun dari bahan saprik/hemik atau jika terdiri dari ba
han fibrik dengan kadar serat ˂75 % bagian volume dan BD ≥ 0,1 g.cm-3
.
Lahan gambut (peat land) menurut hasil rumusan Semiloka Nasional Pemanfaatan La
han Gambut Berkelanjutan di Bogor (2010) adalah: (1) lahan yang dibatasi sebagai suatu area
yang ditutupi endapan bahan organik dengan ketebalan ˃50 cm yang sebagian besar belum
melapuk secara sempurna dan tertimbun dalam waktu lama serta mempunyai kandungan C-
organik ˃18%; dan (2) Lahan gambut yang mempunyai ketebalam ˃3 m berada di luar kawa
san hutan dan bukan sebagai kubah gambut, serta luas pemanfataannya berada di dalam satu
an pemanfaatan lahan sesuai kebijakan penggunaan lahan yang terkait dengan perencanaan
pembangunan daerah, masih dapat digunakan untuk keperluan lain, terutama untuk pertanian/
perkebunan (Sabiham dan Sukarman, 2012).
B.. Penggolongan Gambut
Dalam klasifikasi tanah, gambut dikelompokkan kedalam ordo/golongan Histosol (Or
ganosol) yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanah mineral. Sifat dan ciri tanah
gambut (peat soil) beragam tergantung pada bahan asal, proses dan lingkungan pembentu
kannya, sehingga gambut dapat dibedakan berdasarkan bahan penyusunnya, gambut dibeda
kan atas: (1) gambut lumutan, terdiri atas campuran tanaman air termasuk plankton; (2) gam
but seratan, terdiri dari campuran sphagnum dan rumputan; dan (3) gambut kayuan, berasal
dari jenis pepohonan dan semak. Berdasarkan tingkat kesuburannya, gambut dibedakan atas:
(1) gambut eutrofik, tingkat kesuburan tinggi, dipengaruhi air payau dan air sungai; (2) gam
but oligotrofik, tingkat kesuburan rendah, dipengaruhi air hujan; dan (3) gambut mesotrofik,
tingkat kesuburan sedang, dipengaruhi air sungai. Berdasarkan wilayah iklimnya, gambut di
bedakan atas: (1) gambut tropik, terdapat di kawasan tropika atau sub tropika, dan (2) gambut
iklim sedang, terdapat di kawasan temprate yang memiliki empat musim. Berdasarkan proses
pembentukannya, gambut dibedakan atas: (1) gambut ombrogen, pembentukannya dipengaru
7
Universitas Sumatera Utara
9
hi air hujan/miskin hara, dan (2) gambut topogen, dipengaruhi topografi dan luapan air sungai
/lebih subur. Berdasarkan lingkungan pembentukannya/fisiografi, gambut dibedakan atas: (1)
gambut cekungan, terbentuk di daerah depresi, lembah sungai dan rawa burit (back swamps);
dan (2) gambut sungai, terbentuk di sepanjang sungai; (3) gambut dataran tinggi, terbentuk di
punggung bukit/pegunungan, dan (4) gambut dataran pesisir, terbentuk disepanjang garis pan
tai. Berdasarkan ketebalan lapisan bahan organiknya, gambut dibedakan atas: (1) gambut
dangkal, dengan ketebalan 50-100 cm; (2) gambut tengahan/sedang, ketebalan 100-200 cm;
(3) gambut dalam, ketebalan 200-400 cm; dan (4) gambut sangat dalam, dengan ketebalan
˃400 cm. Berdasrkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan atas: (1) gambut fibrik, gam
but mentah dengan ciri sisa jaringan tanaman masih asli; (2) gambut hemik, gambut separoh
matang; dan (3) gambut saprik, gambut matang yang telah mengalami perombakan sangat lan
jut. Berdasarkan lingkungan fisiknya, gambut dibedakan atas: (1) gambut dataran rawa pan
tai; (2) gambut rawa lagun; (3) gambut depresi/pelembahan; (4) gambut terisolasi pada lem
bah sungai; (5) gambut endapan karang/kawasan salin; dan (6) gambut rawa delta (Noor,
2001., Soekardi dan Hidayat, 1988).
Berdasarkan ekosistemnya lahan gambut dibedakan atas: (1) ekosistem hutan rawa,
(swamps forest) dan (2) ekosistem perairan (aquatic). Berdasarkan kekuatan aliran dan jarak
dari muara sungai, gambut dibedakan atas: (1) zona wilayah aliran air/rawa payau (brackish
swamps); (2) zona aliran air tawar yang dipengaruhi ayunan pasang surut permukaan air su
ngai/laut (tidal wetland); dan (3) zona air tawar pedalaman yang tidak dipengaruhi ayunan
pasang surut air (fresh water). Berdasarkan kondisi hidrologi dan letak wilayahnya, lahan
gambut dibedakan atas; (1) gambut pantai; (2) gambut pasang surut (tidal swampsland); dan
(3) gambut pedalaman (swampyland) (Mawardi, dkk, 2013). Berdasarkan bentang lahan
(terrain) dan hidrologi kawasan lahan gambut dibedakan atas: (1) zona kawasan budidaya,
dan (2) zona kawasan adaptif (Wijaya-Adhi, 1988., Noor, 2010).
Kesesuaian Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit
Indonesia termasuk negara kepulauan terbesar di dunia, pemilik hutan hujan tropika
(tropica rain forest) terluas ketiga setelah Brazil dan Kongo yang memiliki biodiversitas/kera
gaman hayati terlengkap kedua setelah Brazil dengan total luas lahan gambut 20 juta ha (4,72
% gambut dunia) terbesar ke-empat setelah Kanada (170 juta ha), Rusia (150 juta ha) dan
Amerika Serikat seluas 40 juta ha (Purnomo,2010., Ritung, dkk, 2012., Subardja dan Suryani,
2012).
Universitas Sumatera Utara
10
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman komersial diberbagai belahan bumi, teruta
uma di daerah tropika yang berada di kawasan antara 10⁰ LU dan 10⁰ LS, seperti pantai Barat
Afrika, wilayah tropika Amerika Selatan, Indo Pasifik Selatan dan Asia Tenggara (Piggot,
1990). Di Indonesia kelapa sawit tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi (minus Sulawe
si Utara dan Gorontalo), Papua dan Jawa (Banten dan Jawa Barat) (Rahutomo, dkk, 2008).
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai tingkat keragaman karakteristik
tanah, seperti Ultisiol (Podsolik), Inceptisol (Latosol), Entisol (Aluvial), Andisol (Andosol),
dan Histosol (Organosol/Gambut). Berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, kelapa sa
wit dapat dibudidayakan pada tanah mineral sampai dengan lahan gambut (Pahan, 2007., Adi
wiganda, 2007., Sunarko, 2014).
Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai berombak, de
ngan kemiringan 0-8% (0-4⁰). Pada wilayah bergelombang sampai berbukit dengan kemiri
ngan 8-30% (4⁰-16⁰). Kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik melalui
upaya pengelolaan tertentu seperti pembuatan teras. Pada wilayah berbukit dengan kemiri
ngan ˃30% (˃16⁰) tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang
besar untuk pengelolaannya, sedang produksi yang dihasilkan relatif rendah (Pahan, 2007.,
Sulistyo, dkk, 2010., Hidayat, dkk, 2013).
Kemasaman tanah optimal untuk kelapa sawit adalah pH 5,0-6,0, tetapi masih toleran
hidup pada pH˂5,0, seperti pada tanah gambut dengan pH 3,5-4,0. Pengelolaan tingkat kema
saman tanah dapat dilakukan melalui tindakan pemupukan dengan menggunakan jenis-jenis
pupuk yang berkemampuan meningkatkan pH-tanah seperti dolomit, kapur kalsit/karbonat
dan batuan fosfat (Sulistyo, dkk, 2010., Malangyoedo, 2014).
Sedang persyaratan iklim yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, meliputi
temperatur udara 22-33⁰C (optimal 24-27⁰C), rataan curah hujan 1750-3000 mm.thn-1
(opti
mal 1750-2500 mm.thn-1
), dengan penyebaran merata sepanjang tahun tanpa bulan kering
(˂60 mm.bln-1
/Schmidt dan Ferguson; ˂100 mm.bln-1
/Oldeman), kebutuhan air optimal di
lapangan 120-140 mm.bln-1
(4,1-4,65 mm.hr-1
), kelembaban udara 50-90% (optimal 80%),
lama penyinaran minimal 1825 jam.thn-1
atau 5 jam.hr-1
(optimal 6 jam.hr-1
), kecepatan angin
5-6 km.jam-1
, dengan elevasi ≤400 m di atas permukaan laut (Harahap, dkk, 2000., Siregar,
dkk, 2006., Sunarko, 2014). Kelembaban udara bersama temperatur mempengaruhi permu
kaan stomata yang berperan dalam pertukaran gas, terutama CO2 yang dibutuhkan dalam
proses fotosintesis (Gardner, dkk, 1991., Soepandi, 2014).
Universitas Sumatera Utara
11
Menurut Rahutomo, dkk, (2008) karakteristik lahan yang diperlukan dalam penilaian
lahan gambut untuk penggunaan kelapa sawit adalah: (1) curah hujan per tahun (mm); (2)
jumlah bulan kering (bln); (3) temperatur rataan tahunan (⁰C); (4) kedalaman muka air tanah
(cm); (5) kematangan gambut (fibrik, hemik, saprik); (6) kedalaman gambut (cm), (7) kandu
ngan bahan kasar (%-volume); dan (8) reaksi tanah (pH). Oleh Wiratmoko, dkk, (2008) di
tambahkan tiga faktor lagi, yaitu: (9) kedalaman sulfidik/pirit (cm); (10) kadar abu (%) dan
(11) salinitas (mmhos.cm-1
; ds.m-1
).
Pengelolaan yang tepat sangat diperlukan untuk mewujudkan keberhasilan budidaya
kelapa sawit pada lahan gambut. Menurut Rahutomo, dkk, (2008) ada delapan kunci sukses
yang perlu diperhatikan dalam pengembangan lahan gambut untuk tanaman kelapa sawit yai
tu: (1) identifikasi dan kesesuaian, (2) pembukaan lahan gambut tanpa bakar, (3) pemadatan
jalur tanam, (4) pengelolaan air, (5) pembangunan dan peningkatan kualitas jalan, (6) pemu
pukan, (7) pelaksanaan kultur teknis yang baik, dan (8) pengawasan kebakaran.
Menurut Sunarko (2014) lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa
sawit harus memenuhi kriteria: (1) berada dalam kawasan budidaya, dapat berasal dari kawas
an hutan yang telah dilepas atau areal penggunaan lain; (2) ketebalan lapisan gambut ˂4 m,
dapat berupa hamparan atau proporsi lahan minimal 70 % dari luas areal yang akan diusaha
kan; (3) lapisan substratum (lapisan tanah mineral dibawah gambut) menentukan kemampuan
lahan gambut sebagai media tumbuh tanaman; (4) tingkat kematangan gambut yang direko
mendasikan adalah gambut matang/saprik dan setengah matang/hemik; (5) tingkat kesuburan
tanah gambut tergolong eutropik/cukup subur untuk budidaya kelapa sawit, karena adanya
pengaruh luapan air sungai/pasang surut air laut; (6) tata air harus diperhatikan karena sifat
tanah gambut bersifat tak balik, tujuan pengelolaan air antara lain mengatur muka air yang di
pertahankan pada 50-70 cm untuk ruang akar; mencegah pengeringan dan penurunan muka
gambut; mencegah oksidasi pirit dan akumulasi garam/salinitas.
Oleh Adiwiganda (2007) ditambahkan dua faktor lagi yaitu (7) kandungan bahan
kasar berupa kayu-kayuan optimal ˂15 %, kandungan bahan kasar 15-35 % sudah merupakan
pembatas untuk pertumbuhan perakaran dan daya pegang air, sedang lahan dengan bahan
kasar ˃35 % tidak direkomendasikan untuk kelapa sawit; (8) kelapa sawit di lahan gambut
memiliki toleransi yang tinggi terhadap kelas drainase tanah. Gambut agak basah (drainase
agak terhambat) merupakan tempat yang sesuai untuk kelapa sawit. Gambut kering biasanya
mengandung pasir semu (pseudo sand) yang tinggi tidak sesuai untuk kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
12
Menurut Winarna dan Rahutomo (2008) dan Sulistyo, dkk, (2010) karakteristik lahan
gambut yang diperlukan dalam penilaian lahan untuk kelapa sawit dapat di lihat pada Tabel 1
di bawah ini
Tabel 1. Kriteria kesesuaian lahan untuk kelapa sawit pada tanah gambut
No
Karakteristik Lahan
Sim
Bol Intensitas Faktor Pembatas
S1/Tanpa
(0) S2/Ringan
(1) S3/Sedang
(2) N/Berat
(3) 1 Curah hujan (mm.thn
-1) W 1.750-3000 1.750-1.500
˃3000
1.500-1250 ˂1.250
2 Temperatur rataan tahunan
(⁰C)
T 25-28 22-25
28-32
20-22
32-35
˂20
˃35
3 Bulan kering (bln) K ˂1 1-2 2-3 ˃3
4 Ketinggian di atas permuka
an laut ( m dpl)
L ˂200 200-300 300-400 ˃400
5 Kandungan bahan kasar
(%-volume)
B ˂3 3-15 15-40 ˃40
6 Ketebalan gambut (cm) S ˂60 60-150 150-300 ˃300
7 Tingkat pelapukan gambut T Saprik Hemosaprik;
Saprohemik
Hemik;Fibro
hemik; Hemofibrik
Fibrik
8 Kelas drainase D Baik, Sedang Agak terhambat Terhambat; Agak
cepat
Sangat terhambat;
Cepat; Tergenang
9 Kemasaman tanah/pH (H2O) A 5,0-6,0 4,0-5,0 3,5-4,0 ˂3,5
10 Salinitas (ds.m-1
) C ˂2 2-3 3-4 ˃4
11 Kedalaman sulfidik (cm) X ˃125 100-125 90-100 ˂90
12 ESP (% Na) N ˂5
5-10 10-15 ˃15
13 Defisit air (mm.thn-1
) W ˂150 150-250 250-400 ˃400
14 Bahaya banjir/genangan F F0/tanpa F1/ringan F2/sedang ≥F3/agak berat
15 Lama penyinaran (jam/hari) N 6,0 5,5-6,0 5,0-6,0 ˂5,0
Sumber : diolah dari Mahi (2015); Sulistyo, dkk, (2010) Winarna dan Rahutomo (2007); Hardjowigeno
dan Widiatmaka (2007).
Karakteristik Fisik dan Kimia Tanah Gambut
A. Sifat Fisik Tanah Gambut
1. Kematangan Gambut
Kematangan gambut adalah tingkat pelapukan bahan organik yang akan menjadi kom
ponen utama dari tanah gambut yang sangat menentukan tingkat produktivitas, kesuburan dan
ketersediaan hara. Ketersediaan hara pada lahan gambut yang lebih matang relatif lebih ter
sedia dibandingkan lahan gambut mentah. Struktur gambut relatif lebih matang dan lebih
baik untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan tingkat kematangannya, gambut dibedakan
atas saprik/matang, hemik/setengah matang dan fibrik/mentah (Barchia, 2006).
2. Kadar Air
Lahan gambut memiliki kemampuan menyerap dan menyimpan air jauh lebih tinggi di
bandingkan tanah mineral. Hal ini disebabkan gugus fungsional/bagian aktif dari tanah gam
but yang berperan dalam menyerap air. Gambut dapat menyimpan air 850 l.m-3
(88,60 juta l.
ha-1
) (Noor, 2010). Komposisi bahan organik yang dominan menyebabkan gambut mampu
Universitas Sumatera Utara
13
menyerap air dalam jumlah yang relatif tinggi. Elon, et al, (2011) menyatakan air yang ter
kandung dalam tanah gambut dapat mencapai 300-3000 % bobot keringnya, jauh lebih ting
gi dibandingkan tanah mineral yang kemampuan menyerap airnya hanya berkisar 20-35 %
bobot keringnya. Mutalib, et al, (1991) melaporkan kadar air gambut pada kisaran yang lebih
rendah yaitu 100-1300 %, artinya gambut mampu menyerap air 1-13 kali bobot keringnya.
Kemampuan gambut yang tinggi dalam menyimpan air antara lain ditentukan oleh porositas
gambut yang bisa mencapai 95 % (Widjaya-Adhi, 1988).
3. Berat Isi/Kerapatan Lindak
Berat isi [bobot volume/kerapatan lindak/bulk density (BI/BV/BD)] menunjukkan be
rat massa padatan dalam suatu volume tertentu yang umumnya dinyatakan dalam satuan g.
cm-³ (kg.dm
-³; ton.m
-³). Berat isi sangat erat hubungannya dengan porositas, daya menahan be
ban, dan potensi daya menyimpan air. Tanah dengan nilai BD relatif rendah umumnya mem
punyai daya mendah umumnya porositas yang tinggi, sehingga potensi menyerap dan menya
lurkan air menjadi tinggi, namun jika nilai BD terlalu rendah menyebabkan tanah mempunyai
daya menahan beban yang rendah. BD tanah gambut yang sangat rendah yaitu ˂0,1 g.cm-³
(gambut fibrik/mentah). Sedang gambut pantai dan gambut yang terletak pada jalur aliran su
ngai mempunyai BD lebih tinggi yaitu ˃0,2 g.cm-³, semakin matang gambut, rataan BD gam
but menjadi lebih tinggi (Noor, 2010., Sabiham, 2009).
4. Subsiden/Penurunan Permukaan (Subsidence)
Penurunan permukaan lahan sering dialami lahan gambut yang telah direklamasi/drai
nase. Proses drainase menyebabkan air yang berada diantara massa gambut mengalir keluar
(utamanya bagian air yang bisa mengalir dengan kekuatan gravitasi), akibatnya gambut meng
empis/menyusut. Subsiden juga bisa terjadi karena: (1) massa gambut mengalami pengerutan
akibat berkurangnya air dalam bahan gambut; (2) terjadinya proses pelapukan dan; (3) proses
pemadatan karena perubahan berat isi/BD gambut. Subsiden menyebabkan keterbatasan ru
ang penyimpan air, sehingga fungsi gambut sebagai pengatur tata air bisa menurun. Menurut
Dariah, dkk, (2012) pada lahan gambut yang telah di drainase dan digunakan budidaya kelapa
sawit di Riau dan Jambi, nenas di Kalimantan Barat dan Karet di Kalimantan Tengah, laju
subsiden berkisar antara 2,7-5,6 cm.thn-1
5. Daya Menahan Beban (Bearing Capasity)
Daya menahan beban gambut tergolong rendah, sehingga merupakan faktor pengham
Universitas Sumatera Utara
14
bat pembatas tanaman tahunan seperti kelapa sawit, akibatnya tanaman mudah doyong/tum
bang. Daya menahan beban pada tanah gambut dipengaruhi oleh tingkat kematangan gambut.
Gambut yang reaktif lebih matang umumnya lebih padat, sehingga daya menahan beban lebih
tinggi. Bebarapa perkebunan besar melakukan peningkatan daya menahan beban melalui pro
ses pemadatan dengan alat mekanisasi. Kondisi gambut yang lunak/lembek akibat kadar air
yang tinggi berkontribusi terhadap rendahnya daya menahan beban tanah gambut. Oleh kare
na itu drainase, selain bertujuan menghilangkan kelebihan air juga untuk meningkatkan daya
menahan beban. Daya menahan beban pada lahan gambut sangat dipengaruhi oleh: (1) ting
kat kematangan gambut, (2) ketebalan gambut, dan (3) kondisi gambut yang terlalu lunak aki
bat kadar air yang terlalu tinggi (Valat, et al, 1991., Noor, 2001).
6. Kering Tak Balik (Irreversible Drying)
Gambut dengan kadar air ˂100% berdasarkan berat, umumnya telah mengalami pro
ses kering tak balik. Pada kondisi ini gambut menjadi mudah terbakar dan hanyut terbawa
aliran air (Widjaya-Adhi, 1988). Gambut juga tidak mempunyai kemampuan lagi untuk me
nyerap air dan unsur hara, sehingga menjadi tidak sesuai lagi sebagai media tanaman. Dalam
kondisi kering tak balik, gambut nampak seperti pasir, dikenal sebagai pasir semu (pseudo
sand) yang sulit diakses mikrobia dekomposer.
Menurut Sabiham (2007) penurunan kemampuan gambut menyerap air berkaitan de
ngan penurunan ketersediaan gugus karboksilat (-COOH) dan OH-fenolat dalam gambut.
Komponen organik ini merupakan senyawa yang bersifat hidrofilik (suka air), sehingga jika
fase cair telah hilang maka gambut yang pada mulanya bersifat hidrofilik berubah menjadi
hidrofobik (menolak air).
B. Sifat Kimia Tanah Gambut
1. Kemasaman Tanah (pH)
Kemasaman tanah gambut tropika umumnya tinggi (pH 3-5) yang disebabkan oleh
jeleknya kondisi drainase dan hidrolisis asam-asam organik yang didominasi oleh asam fulfat
dan humat (Widjaya-Adhi, 1988., Rumawas, 1985). Bahan organik yang telah terdekompo
sisi mempunyai gugus reaktif seperti karboksilat (-COOH) dan fenolat (C₆H₄OH) yang men
dominasi kompleks pertukaran dan bersifat sebagai asam lemah, sehingga dapat terdisosiasi
dan menghasilkan ion H+ dalam jumlah banyak. Kemasaman tanah yang tinggi mempenga
ruhi ketersediaan hara P,K,Ca dan unsur mikro. Kemasaman tanah gambut cenderung makin
Universitas Sumatera Utara
15
tinggi jika gambut makin tebal. Tingkat kemasaman gambut (pH 3,30) disekitar kubah lebih
rendah dibandingkan gambut yang berada dipinggir/mendekati sungai dengan pH rataan 4,30.
Gambut mentah/fibrik belum terurai mengandung kadar asam organik yang lebih tinggi dari
pada gambut saprik yang umumnya mengandung abu/sumber basa-basa (Adji, dkk, 2005.,
Dzaytekin and Barau, 2009).
2. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada tanah gambut sangat tinggi, berkisar 100-300
me.100 g-1
berdasarkan berat kering mutlak (Hartatik dan Suriadikarta, 2006). Tingginya nilai
KTK tersebut disebabkan oleh muatan negatif tergantung pH yang sebagian besar berasal dari
gugus karboksilat (-COOH) dan fenolat (OH-fenol) dengan kontribusi terhadap KTK sebesar
10-30 % dan penyumbang terbesarnya adalah derivat fraksi lignin yang tergantung muatan 64
-74 % (Charman, 2002). Tingginya nilai KTK menyebabkan tanggapan tanah terhadap reaksi
asam-basa dalam larutan tanah untuk mencapai kesetimbangan memerlukan lebih banyak
reaktan (bahan amelioran dan pupuk).
3. Kadar Asam Organik
Tanah gambut tropika Indonesia mempunyai kandungan lignin lebih tinggi daripada
gambut beriklim sub-tropika. Dekomposisi lignin menghasilkan asam-asam organik seperti
asam fenolat, sedangkan selulosa dan hemi selulosa terdekomposisi menjadi senyawa karbok
silat. Hampir semua mekanisme kimiawi yang terjadi dalam bahan gambut berlangsung pada
tapak reaktif gugus fungsi, terutama COOH (karboksil), OH-fenol (fenolik), dan OH-alkohol
(hidroksi alkohol) yang sangat stabil tergantung keadaan redoks dan pH-tanah. Dalam kema
saman oksidatif, gugus fungsional akan mengalami proses oksidasi dan dekarboksilasi mem
bentuk C=O quinon yang kurang/tidak reaktif, sehingga reaksi pertukaran kation tidak ber
jalan, bahkan kation tidak dapat terjerap, sehingga mudah hilang akibat pencucian. Stabilitas
bahan gambut yang dominan berasal dari ikatan-CHO (formil/aldehid) umumnya rendah, ka
rena mudah terdekomposisi membentuk CO₂, CH₄ dan H₂O (Sabiham, 2007).
Sabiham dan Ismangun (1997) melaporkan enam derivat asam-asam fenolat yang sa
ngat penting dalam tanah gambut di Jambi dan Kalimantan Tengah yaitu asam ferulat, sina
pat, p-kumarat, vanilat, siringat dan asam p-hidroksi benzoat. Asam-asam fenolat tersebut
mempunyai pengaruh langsung terhadap proses biokimia dan fisiologi tanaman serta keterse
diaan hara dalam tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asam-asam fenolat ber
Universitas Sumatera Utara
16
sifat toksik bagi tanaman (fitotoxic) dan menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi ter
hambat.
4. Ketersediaan Hara Makro
Ketersediaan hara N, P, K, Ca dan Mg dalam tanah gambut umumnya rendah, meski
pun kandungan N, P, K-total tergolong tinggi, tetapi berada dalam bentuk organik (Mutalib,
et al, 1991). Kandungan N-total tanah gambut tropika di beberapa daerah di Indonesia tergo
long rendah, berkisar antara 0,30-2,10 %, di Malaysia 0,90-1,70 % dan Brunei 0,30-2,20 %.
Perbedaan tersebut terkait sifat N pada lahan gambut yang memiliki keragaman tinggi dan di
pengaruhi oleh proses translokasi maupun emisi. Dari kisaran tersebut N-mineral yang terse
dia bagi tanaman kurang dari 1%.
Tanah gambut mempunyai kemampuan menjerap pupuk P relatif rendah, karena ta
nah gambut banyak mengandung gugus fungsional dengan berat molekul tinggi (asam humat
dan fulfat). Gugus tersebut mempunyai muatan negatif, sehingga diperlukan jembatan kation
agar unsur P dapat bertahan dalam kompleks pertukaran (Litoar, et al, 2005., Barchia, 2006).
Ketersediaan K pada tanah gambut berbeda, tergantung tingkat dekomposisi gambut.
Pada gambut saprik yang telah direklamasi terjadi penurunan kadar K-tersedia antara 38-50
% pada kondisi tergenang, sedang pada gambut alamiah/fibrik penurunan kadar K-tersedia
dalam tanah sebesar 34 %. Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan abu gambut saprik
yang lebih besar dari pada gambut fibrik. Pembukaan lahan, drainase dan kebakaran lahan da
pat menambah sumber K (Lappalainen, 1996., Dariah, dkk, 2012).
Kejenuhan basa (KB) Ca,Mg,K dan Na dalam tanah gambut tergolong rendah antara
5-10%, pada hal secara umum KB yang baik agar tanaman dapat menyerap basa-basa dengan
mudah adalah sekitar 30 %. Hal ini disebabkan lahan gambut Indonesia terbentuk di atas
tanah miskin hara dan/atau hanya mendapat hara dari air hujan (gambut ombrogen). Kejenu
han basa tanah gambut di Kalimantan Tengah rataan ˂10 %. Meskipun lahan gambut memi
liki KTK yang sangat tinggi (90-200 me.100 g-1
), tetapi KB sangat rendah, yang berakibat
terhadap rendahnya ketersediaan hara terutama K, Ca, dan Mg (Noor, dkk, 2013).
5. Ketersediaan Hara Mikro
Selain hara makro, lahan gambut juga kahat hara mikro seperti Cu, Zn, Fe, Mn, B
dan Mo. Kadar unsur hara Cu, Zn, dan B di lahan gambut umumnya sangat rendah dan sering
terjadi defisiensi (Mutalib,et al, 1991). Pembentukan senyawa organik metalik kompleks me
Universitas Sumatera Utara
17
nyebabkan unsur mikro tidak/kurang tersedia. Keberadaan asam-asam karboksilat dan fenolat
dalam gambut berfungsi sebagai pengikat logam dengan urutan pengikatan adalah Cu>Pb>
Zn>Ni>Co>Mn. Tingginya kadar asam fenolat menyebabkan tanah gambut kahat Cu. Keter
sediaan hara Cu dan Zn yang rendah pada tanah gambut juga dapat disebabkan pH yang ren
dah (Ambak and Tadano, 1991).
6. Kadar Abu
Kadar abu merupakan salah satu penciri kesuburan tanah gambut. Kadar abu pada ta
nah gambut oligotropik umumnya ˂1 %, kecuali pada tanah gambut yang telah mengalami ke
bakaran/dibudidayakan intensif dapat mencapai 2-4 %. Makin tebal gambut, kandungan abu
dan basa-basa makin rendah. Rendahnya kandungan basa-basa pada gambut ombrogen (ku
rang subur) dipengaruhi oleh proses pembentukan yang banyak dipengaruhi oleh air hujan
dan proses pencucian hara keluar sistem selama pembentukan gambut.
Kandungan bahwa mineral gambut (% kadar abu) bervariasi, sehingga kandungan C-
organiknya juga beragam. Gambut tropik umumya mengandung C-organik 18-55 %, rataan
30-45 % (% berat). Bahan mineral/kadar abu gambut mengandung Fe2O3 relatif tinggi ˃3 %.
Kadar abu gambut mengandung 1,22 % N, 122,16 ppm P, 1,55 me.100 g-1
K, 84,62 me.100
g-1 Ca, dan 4,80 me.100 g
-1 Mg (Barchia, 2006).
Potensi, Kendala dan Keberhasilan Ekspansi Tanaman Perkebunan di Lahan Gambut
A.. Potensi Lahan Gambut Untuk Ekspansi Tanaman Perkebunan
Total luas lahan rawa di Indonesia sekitar 33,40 juta ha, terdiri dari lahan rawa pasang
surut (tidal swampsland) 20,10 juta ha dan lahan rawa non pasang surut/lahan rawa labak/
lahan rawa pedalaman (swampyland) 13,30 juta ha. Lahan rawa pasang surut terdiri dari 6,7
juta ha lahan sulfat masam (acid sulphate land), 11,00 juta ha lahan gambut (peat land), 0,43
juta ha lahan salin (saline land) dan sisanya sekitar 2 juta ha berupa tanah pertanian potensial
(Budianto dan Setyawan, 2006., Noor, 2007., Las, dkk, 2012).
Menurut Noor (2004) luas lahan rawa lebak tersebut berdasarkan tipologi lahan dan
jenis tanahnya terdiri dari lebak dangkal seluas 4,17 juta ha, lebak tengahan seluas 6,08 juta
ha, terdiri dari tanah Aluvial 3,45 juta ha dan tanah bergambut seluas 2,63 juta ha. Sedang
lebak dalam seluas 3,03 juta ha, terdiri dari tanah aluvial 0,67 juta ha dan gambut dangkal
seluas 2,36 juta ha. Sebaran lahan rawa lebak menurut pulau, di Sumatera 2,77 juta ha, Kali
mantan 3,58 juta ha, Papua 6,31 juta ha dan Sulawesi 0,64 juta ha.
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Noor (2010) lahan gambut di Indonesia terdiri dari lahan bergambut (tebal ˂
50 cm) seluas 1,60 juta ha dan lahan gambut seluas 20 juta ha. Lahan bergambut dan gam
but dangkal (tebal 50-100 cm) cocok untuk budidaya tanaman pangan, seperti padi dan pala
wija. Gambut sedang (tebal 100-200 cm) sesuai untuk sayuran dan hortikultura. Gambut da
lam (tebal 200-400 cm) dapat digunakan untuk perkebunan dengan budidaya terbatas, sele
bihnya berupa gambut sangat dalam (tebal ˃400 cm) diarahkan sebagai kawasan lindung.
Tanaman kelapa sawit berpotensi untuk dikembangkan di lahan gambut, karena memi
liki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) tingkat kemiringan hidro-topografi tanah relatif
datar dengan struktur tanah berpori (spons); (2) kemampuan menyerap air tinggi, dapat me
nyimpan air sangat besar mencapai 90 % dari volumenya; (3) kaya akan bahan organik, deng
an C-organik 12-18 % (20-30 % bahan organik); (4) sebarannya cukup luas mencapai 20 juta
ha, diantaranya 9,00 juta ha sesuai untuk perluasan pertanian, dan 1,70 juta ha telah di buka
untuk perkebunan kelapa sawit; (5) pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut
memberikan kesempatan kerja sebanyak 1 orang/4 ha, berarti untuk kegiatan on farm/off farm
dari luas 1,70 juta ha dapat menyerap 425 ribu orang tenaga kerja; (6) industri kelapa sawit
mampu menyerap 16,20 juta orang tenaga kerja, dengan rincian 4,2 juta tenaga kerja lang
sung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung; (7) meski pengembangan kelapa sawit berada
pada kelas kesesuaian lahan S3/sesuai marjinal, potensi produksinya dapat menghasilkan 24,5
ton TBS.ha-1
.thn-1
, rataan berat tandan 20,6 kg.ha-1
, dengan rataan rendemen minyak sawit
21-23 %, lebih rendah 2 % dari tanah mineral; dan (8) berfungsi sebagai kawasan penyangga
hidrologi, pada kawasan insitu/setempat, dapat mencegah banjir di musim hujan, penyuplai
air di musim kemarau, dan mencegah intrusi air laut ke daratan (Henson, 1999., Mawardi,
dkk, 2013., Noor, dkk, 3013).
B. Kendala Pengembangan Ekspansi Perkebunan di Lahan Gambut
Dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut secara berkelanjutan per
lu diperhatikan beberapa faktor berikut : (1) lahan gambut yang diusahakan berada pada la
han masyarakat dan kawasan budidaya atau areal penggunaan lain (APL); (2) ketebalan lapi
san gambut yang dikelola ˂ 400 cm, makin tebal gambut, makin besar kendala biofisiknya
dan makin rendah produktivitas lahannya; (3) substratum, tanah mineral di bawah lapisan
gambut dapat berupa pasir kuarsa dan lapisan pirit, apabila terusik tanah gambut akan beru
bah menjadi Entisol berpasir (psamment) dan Entisol berbahan sulfidik/pirit (sulfaquent).
Kajian karakteristik di perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan, pada pengamatan profil,
dijumpai lapisan pirit pada kedalaman sekitar 50 cm disebut Typic Sulfaquent, sedang bila di
Universitas Sumatera Utara
19
jumpai pada kedalaman sekitar 100 cm disebut Sulfic Endoquent; kelapa sawit semakin baik
per tumbuhan dan produksinya, apabila posisi lapisan pirit semakin dalam; (4) tingkat
kematang an gambut tergolong saprik/matang atau hemik/setengah matang; tingkat
kematangan fibrik tidak direkomendasikan untuk dibuka (Noor, 2004., Subardja, dkk, 2006.,
Ritung, dkk, 2012).
Sunarko (2014) menambahkan faktor lain yang perlu diperhatikan adalah: (5) tingkat
kesuburan tanah gambut tergolong eutrofik, yang mengandung hara makro dan mikro yang
cukup untuk budidaya kelapa sawit; (6) tergolong gambut topogen, terbentuk dipengaruhi air
tanah dan luapan air sungai yang lebih subur, katimbang gambut ombrogen yang hanya dipe
ngaruhi air hujan; (7) ekosistem lahan gambut sangat spesifik, selalu jenuh air/an-aerob (satu
rated water), bila direklamasi terjadi oksidasi terhadap bahan gambut yang dapat memperce
pat proses penurunan muka tanah/amblasan (subsidence) dan pemadatan tanah (compaction)
(Saragih, dkk, 2013).
Dilain pihak permasalahan/kendala utama pemanfaatan lahan gambut untuk perkebun
an kelapa sawit adalah: (1) terjadi penurunan permukaan air tanah apabila lahan gambut di
reklamasi, pembukaan lahan (land clering) dan kanalisasi (drainage), sehingga tinggi permu
kaan air perlu dipertahankan pada level 50-70 cm, agar ketebalan 40-70 cm pada lapisan per
mukaan lahan, kondisi tanahnya bersifat aerobik/tetap kering, untuk memungkinkan bagi per
tumbuhan tanaman diatasnya; (2) terjadi penurunan muka tanah (amblasan/subsidance), apa
bila gambut direklamasi/teroksidasi; (3) terjadi kering tak balik (irreversible drying) apabila
gambut tersingkap, berada dalam kondisi kering, gambut akan menolak air (hidrophobic), se
hingga terjadi penurunan kemampuan menahan air; (4) daya dukung/tumpu gambut rendah,
kerapatan lindak/BD rendah (fibrik sampai saprik 0,11-0,21 g.cm-3
), sehingga menyebabkan
kelapa sawit doyong/rebah; (5) gambut bersifat lepas, ringan dan rapuh (fragile), sehingga
mudah rusak, apabila terusik (terbakar/dibakar, diolah intensif/di drainase), sehingga terben
tuk lahan tidur/piasan/bongkor/terdegradasi yang sulit untuk diperbaiki kembali (Barchia, 20
06., Noor, 2010).
C. Faktor Keberhasilan Ekspansi Tanaman Perkebunan di Lahan Gambut
Menurut Saragih, dkk, (2013) keberhasilan pengembangan tanaman perkebunan di
lahan gambut sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia tanah gambut, meliputi: (1) ke
tebalan gambut yang diizinkan direklamasi untuk lahan pertanian/perkebunan ˂400 cm; (2)
tingkat kesuburan rendah, baik makro maupun mikro; (3) tingkat kemasaman tanah relatif
tinggi, pH ≤ 3,5 (sangat masam), dengan kandungan asam organik tergolong tinggi, terutama
Universitas Sumatera Utara
20
asam fenolat; (4) substratum, tanah mineral di bawah lapisan gambut dapat berupa pasir ku
arsa atau lapisan pirit/endapan liat marine (fluviatil marine sediment); (5) daya dukung/sang
ga tanah gambut relatif rendah, BD ˂1 g.cm-3
, sehingga tanaman kelapa sawit doyong/rebah,
dan (6) penurunan dan pemadatan gambut setelah direklamasi.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah: (7) komposisi penyusun dan kematangan
gambut. Tanah gambut hemik di Indonesia penyebarannya paling luas 10,60 juta ha, gambut
fibrik 1,10 juta ha, gambut saprik 1,50 juta ha, dan gambut hemik bersulfat masam (sulfihe
mist) sekitar 2,10 juta ha, sekitar 8,40 juta ha gambut hemik potensial untuk dikembangkan
menjadi areal pertanian; (8) gambut bersifat kering tak balik, dalam kondisi kering akan mena
rik air (hidrophobic). Tanah gambut alami memiliki sifat hidrofilik dan mampu menahan air
sampai 13 kali bobot keringnya; (9) gambut bersifat lepas, ringan dan rapuh, sehingga mudah
rusak/terbakar bila terusik; (10) berada dalam kawasan budidaya dan lahan masyrakat (Noor,
2010., Subardja dan Suryani, 2012).
Disisi lain, beberapa faktor yang menyebabkan ketidakberhasilan pengembangan tana
man perkebunan di lahan gambut adalah: (1) perencanaan yang kurang/tidak matang, sehing
ga terjadi banyak pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya; (2) kurangnya
implementasi dari kaidah-kaidah konservasi lahan, dan (3) kurangnya pemahaman terhadap
perilaku/watak lahan gambut, sehingga penggunaan teknologi cenderung kurang tepat (Bar
chia, 2006., Noor, 2010).
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang mampu beradaptasi dengan baik
pada berbagai jenis lahan termasuk lahan gambut. Dengan pengelolaan yang tepat disertai
pemberian pupuk, maka pemanfaatan lahan gambut dapat memberikan manfaat yang besar.
Dilaporkan bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit di lahan gambut sangat beragam dari
12-25 ton TBS.ha-1
.thn-1
. Untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit diperlukan hara
makro N,P,K,Ca, dan Mg yang selalu berada dalam keadaan kekurangan pada lahan gambut
(Tarigan dan Sipayung, 2011., Noor, dkk, 2013).
Secara umum pupuk yang rutin diberikan pada tanaman kelapa sawit adalah urea/ZA,
TSP/SP-36, MoP dan kieserit/dolomit. Dilaporkan bahwa biaya pemupukan di perkebunan
kelapa sawit tergolong cukup tinggi mencapai 30 % dari total biaya produksi (Rahutomo,
dkk, 2006). Banyaknya kebutuhan pupuk yang diperlukan tanaman berhubungan erat dengan
besarnya unsur hara yang terangkut pada saat panen (Pahan, 2007., Sunarko, 2014).
Terdapat beberapa paket pemupukan untuk tanaman kelapa sawit menghasilkan di
lahan gambut. Menurut Bahri (1996) pemupukan pada tanaman kelapa sawit dibedakan atas
tiga kelompok umur, yaitu 2-5 tahun, 5-15 tahun dan ˃15 tahun. Untuk kelompok umur 5-15
Universitas Sumatera Utara
21
tahun dianjurkan dosis total N,P,K,Mg dari kisaran minimal ke maksimal yaitu 5,50-11,50
kg.phn-1
thn-1
terdiri dari (1,50-3,00 kg urea; 1,00-3,00 kg TSP; 2,00-3,50 kg MoP; dan 1,00-
2,00 kg kieserit). Publikasi PT.Pusri membagi pemupukan pada tanaman kelapa sawit atas
empat kelompok umur, yaitu 3-8 tahun, 9-13 tahun, 14-20 tahun dan 21-25 tahun. Untuk
umur 14-20 tahun direkomendasikan dosis total N,P,K,Mg yaitu 6,00 kg.phn-1
.thn-1
, terdiri
dari (1,50 kg urea; 1,50 kg TSP; 2,00 kg MoP; dan 1,00 kg kieserit) (Malangyoedo, 2014).
Adiwiganda (2007) melaporkan rekomendasi pemupukan pada tanaman kelapa sawit
dibedakan atas dasar kelas lahan, masing-masing untuk lahan kelas-1 dianjurkan mengguna
kan dosis total N,P,K,Mg yang berasal dari pupuk tunggal yaitu 5 kg.phn-1
thn-1
terdiri dari
(1,50 kg urea; 0,75 kg TSP; 2,00 kg MoP dan 0,75 kg kieserit). Untuk lahan kelas-2 dosis
total sebesar 6,25 kg.phn-1
thn-1
terdiri dari (2,00 kg urea; 0,75, kg TSP; 2,50 kg MoP dan 1,0
0 kg kieserit). Sedang untuk lahan kelas-3 dosis total sebesar 8,00 kg.phn-1
.thn-1
, terdiri dari
(2,50 kg urea; 1,00 kg TSP; 3,25 kg MoP dan 1,25 kg kieserit).
Sifat dan Tujuan pemberian bahan Amelioran pada Lahan Gambut
A. Batuan Fosfat/Fosfat Alam
Amelioran adalah bahan organik/an-organik yang dapat meningkatkan kondisi kesubur
an tanah melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Kriteria amelioran yang baik
bagi lahan gambut adalah memiliki KB yang tinggi, dapat meningkatkan derajat pH-tanah se
cara nyata, memperbaiki struktur tanah, memiliki kandungan hara yang lengkap dan mampu
mengusir senyawa beracun, terutama asam organik (Ariani, dkk, 2011).
Pemberian bahan amelioran seperti tanah mineral, dolomit, batuan fosfat, zeolit, pu
gam, kapur, abu bakaran (gambut, sekam padi, kayu, serbuk gergaji, serasah, janjang sawit,
purun tikus), terak baja, lumpur (laut, payau dan sungai), biokar, pukan, limbah ikan dan
udang, dapat meningkatkan pH-tanah dan basa-basa dalam tanah. Pemberian batuan fosfat
sebagai bahan amelioran pada lahan gambut bertujuan: (1) untuk meningkatkan kadar hara,
terutama Ca, P, Fe; (2) dapat meningkatkan reaksi tanah/pH (setiap kuintal batuan fosfat
setara sepertiga ton kapur kalsit); (3) dapat menekan kelarutan asam organik, karena batuan
fosfat mengandung kation logam; (4) memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah; dan
(5) meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman (Barchia, 2006., Susilawati, dkk, 2012).
Menurut Sulistyo, dkk, (2010) batuan fosfat memiliki sifat-sifat: (1) tergolong garam
normal dengan rumus molekul Ca3(PO4)2; (2) kadar hara beragam tergantung sumbernya 25-
38 % P2O5, larut dalam asam sitrat 2 %, minimal 8-10 %; (3) Ca+Mg (setara CaO) minimal
Universitas Sumatera Utara
22
40 %; (4) Al2O3+Fe2O3 maksimal 3% (5) kadar air maksimal 3 %; (6) kehalusan (lolos saring
an 80 % mesh) minimal 50 % dan kehalusan (lolos saringan 25 %) minimal 80 %. Sedang
Malangyoedo (2014) menambahkan sifat batuan fosfat yang lain adalah (7) reaksi kemasa
man bersifat netral sampai basa; (8) berbentuk tepung/serbuk; (9) warna tergantung sumber
nya, abu-abu keputihan sampai merah kecoklatan; (10) kelarutan dalam air sangat rendah;
(11) bersifat tidak higroskopis; (12) kandungan Al2O3+Fe2O3 0,2 % (RP-Gafsa); 0,18 % (RP-
Maroko) dan 9,3 % (CIRP); (13) kehalusan (lolos saringan 80 mesh) 63 % dan (lolos saring
an 100 mesh) 91 % untuk RP-Gafsa; (lolos saringan 80 mesh) 29 % dan (lolos saringan 100
mesh) 80 % untuk RP-Maroko dan (lolos saringan 80 mesh) 60 % serta (lolos saringan 100
mesh) 99 % untuk CIRP. Dalam batuan fosfat juga terdapat sejumlah hara mikro seperti Cu
(100 ppm), Zn (200 ppm) dan Mn (0,5 ppm) (Mukhlis, dkk, 2011).
Menurut Boughton (2000) batuan fosfat impor yang umum di Indonesia berasal dari Jor
dania (JRP), China (CRP), Australia (CIRP), Amerika (NCRP dan CFRP), dan Afrika Utara
(Agrophos dari Aljazair; Gafsa-RP dari Tunisia; dan RP-Maroko). Batuan fosfat di alam ber
sumber dari; (1) aktivitas gunung berapi (fosfat volkanik); (2) fosfat sedimentasi berasal dari
bangkai binatang laut seperti ikan dan organisma air, dan (3) fosfat guano yang berasal dari
kotoran burung dan kelelawar. Fosfat yang paling banyak digunakan adalah jenis sedimen
tasi. Semua mineral batuan fosfat mempunyai struktur dasar mineral apatit Ca10(PO4)6F2 deng
an beberapa tambahan CO3 dan OH yang kehadirannya sangat mempengaruhi stabilitas mine
ral dan reaktivitasnya.
Menurut Damanik, dkk, (2010) terdapat lima varietas apatit di alam yaitu: (1) karbo
nat apatit, [Ca3(PO4)2]3.CaCO3; (2) fluor apatit, [Ca3(PO4)2]3.CaF2; (3) klor apatit, [Ca3
(PO4)2]3.CaCl2; (4) hidroksi apatit, [Ca3(PO4)]3.Ca(OH)2; dan (5) sulfat apatit, [Ca3(PO4)2]3.
CaSO4. Umumnya reaktivitas batuan fosfat lebih rendah daripada superfosfat (TSP, SP-36
dan SP-18), reaktivitas batuan fosfat berhubungan dengan kehalusan butir, senyawa penyu
sunnya, sifat kimia tanah dan substitusi isomorfik.
Penggunaan batuan fosfat sebagai sumber P dan bahan amelioran pada perkebunan di
lahan gambut telah dilaporkan Rahutomo, dkk, (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan
batuan fosfat pada lahan gambut memberikan respon yang baik terhadap tanaman kelapa
sawit, kakao, karet dan tebu.
Pengaruh batuan fosfat terhadap ketersediaan P pada tiga jenis tanah (Gambut, Incep
tisol dan Oksisol) telah diteliti Hasibuan (1997) dalam Damanik, dkk, (2010) yang menya
takan bahwa ketersediaan P-tanah pada tanah Histosol/Gambut lebih tinggi dibandingkan
kedua jenis tanah lainnya (Oksisol dan Inceptisol). Efektivitas Histosol dalam mempercepat
Universitas Sumatera Utara
23
pelarutan P dari batuan fosfat 11 kali lebih tinggi dari pada Inseptisol dan empat kali diban
dingkan dengan Oksisol.
B. Dolomit (Calmag)
Pemberian bahan amalioran dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemasam
an tanah dan rendahnya ketersediaan hara pada lahan gambut. Pemberian dolomit sebagai
bahan amelioran bertujuan: (1) untuk meningkatkan pH tanah; (2) meningkatkan KB/kation
basa; (3) menekan total emisi GRK, terutama gas rawa/metana CH4; (4) meningkatkan penam
batan/rosot karbon (sequaster/sink), dan (5) meningkatkan produktivitas tanah gambut yang
berkelanjutan. Kejenuhan basa tanah gambut umumnya ˂15 %. Sementara secara umum keje
nuhan basa tanah gambut harus mencapai 30 %, agar tanaman dapat menyerap basa tukar
dengan mudah (Barchia, 2006; Suriadikarta, 2012).
Menurut Malangyoeda (2014) dolomit yang beredar di pasaran memiliki beberapa
sifat antara lain: (1) tergolong garam rangkap dengan rumus molekul CaMg(CO3)2; (2) meng
andung 18-22 % MgO dan 40 % CaO; (3) reaksi pupuk bersifat basa; (4) berbentuk tepung/
serbuk; (5) berwarna putih/keabu-abuan; (6) sukar larut dalam air; (7) bersifat tidak higros
kopis. Sulistyo, dkk, (2010) menjelaskan bahwa spesifikasi dolomit berdasarkan Standar Nasi
onal Indonesia (SNI) antara lain: (8) mengandung MgO minimal 18 %; (2) mengandung CaO
minimal 30 %; (3) Al2O3+Fe2O3 maksimal 3 %, (4) SiO2 maksimal 3 %; (5) kadar air maksi
mal 5 %; (6) Ni maksimal 5 ppm; (7) kehalusan (lolos saringan 80 mesh) 100 %; lolos saring
an 25 mesh minimal 50 %. Menurut Alloway (1990) dalam kapur juga terdapat logam berat
Cr (10-15 ppm), Co (0,4-3 ppm), Cd (0,04-0,1 ppm), Ni (10-20 ppm), dan Pb (20-1250 ppm).
Pemberian dolomit sebagai bahan amelioran pada lahan gambut telah diteliti oleh
Noor (2001) yang menyatakan bahwa pemberian dolomit 4 ton dolomit.ha-1
dapat meningkat
kan pH-tanah dari 3,30 menjadi 4,80 dan meningkatkan kejenuhan basa/KB dari 23 % menja
di 35,60 %. Kejenuhan basa yang ideal untuk tanaman budidaya berkisar 30 %.
Juga dilaporkan bahwa pemberian bahan amelioran dan pupuk yang cukup sangat di
perlukan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Umumnya lahan gambut bersifat masam
dan kahat hara, dengan tingkat kesuburan sangat beragam. Oleh sebab itu pemberian bahan
amelioran seperti kapur dolomit dan batuan fosfat diperlukan untuk memperbaiki kemasaman
tanah, sekaligus meningkatkan ketersediaan Ca dan Mg serta mengefisienkan pemberian pu
puk (Barchia, 2006., Sabiham, 2009).
Universitas Sumatera Utara
24
C. Tanah Mineral
Tanah mineral adalah salah satu bahan amelioran yang kaya akan kation polivalen, Fe,
Al, Mn, Cu, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kestabilan lahan gambut dan me
ngatasi bahaya asam organik. Pemberian tanah mineral juga dapat memperkuat ikatan kation
dan anion, sehingga konservasi terhadap hara yang berasal dari pupuk menjadi lebih baik.
Selain itu, ikatan dengan koloid an-organik menyebabkan degradasi bahan gambut menjadi
terhambat, sehingga gambut sebagai sumber daya alam dapat digunakan dalam jangka waktu
yang lama. Penggunaan kation Fe sangat baik bagi pengikatan P, sehingga dapat mengkon
versi dan meningkatkan ketersediaan P (Hartatik, dkk, 2004., Suastika, dkk, 2006).
Secara umum pemberian tanah mineral sebagai bahan amelioran bertujuan: (1) untuk
meningkatkan kadar hara makro dan mikro; (2) untuk mengkelasi asam-asam organik, asam
monomer yang bersifat toksik melalui pembentukan ikatan kompleks organo kation yang
berantai karbon lebih panjang dengan berat molekul yang lebih besar berupa asam polimer
yang bersifat non toksik, sehingga tanah gambut tidak mudah terdegradasi dan menekan terja
dinya laju emisi GRK; (3) pemberian kation polivalen (Fe, Mn, Cu, Zn) yang cukup dapat
meningkatkan muatan positif gambut yang mampu mengadsorpsi anion hara seperti P dan S,
sehingga dapat meningkatkan efisiensi terhadap pemupukan P; (4) memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah; (5) mampu mengusir senyawa beracun, terutama asam organik; dan
(6) meningkatkan produksi pertanian (Sopiawati, dkk, 2012., Syahbuddin dan Alwi, 2012).
Pemberian tanah mineral sebagai bahan amelioran pada lahan gambut telah dilaporkan
Zubaidah, dkk, (1979) yang menyatakan bahwa pemberian tanah mineral pada tanah gambut
dengan takaran 60 ton.ha-1
mampu meningkatkan pH-tanah sekitar 0,16 , Al-dd 0,5 me.100 g-
1, kation basa (K-dd 0,26 me.100 g
-1, Na-dd 0,51 me.100 g
-1, Ca-dd 2,25 me.100 g
-1) dan
menurunkan KTK tanah 13,54 me.100 g-1
, C-organik 2,9 % dan P-tersedia 13,63 ppm.
Pemberian tanah mineral penting dalam pembentukan organo metalic immobile com
plexes. Reaksi antara kation logam dan ligan melalui penggunaan pasangan elektron memung
kinkan beberapa kation dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan reaktivitas asam fenolik,
sehingga tidak membahayakan tanaman. Bahan yang kaya akan kation polivalen seperti tanah
mineral dapat digunakan untuk meningkatkan kestabilan lahan gambut dalam mengatasi baha
ya asam organik (Stevenson dan Vitch, 1997., Barchia,2006., Noor, 2010).
Halim dan Seopardi (1986) juga melaporkan bahwa pencampuran tanah mineral dan
basa pada tanah gambut pedalaman Berengbengkel Kalimantan Tengah dapat meningkatkan
jumlah dan KB dapat tukar. Usaha pemberian tanah mineral pada lahan gambut pedalaman
lebih mengefisienkan pemberian basa.
Universitas Sumatera Utara
25
Hasil penelitian Hartatik (2012) menunjukkan bahwa efektivitas pengendalian asam
fenolat pada lahan gambut dapat ditingkatkan dengan pemberian tanah mineral yang berkadar
Fe-tinggi melalui pembentukan senyawa komplek organik-kation Fe.
Sifat dan Peranan Pupuk N, P, K dan Mg pada Tanah dan Tanaman
A . Sifat Umum Pupuk An-Organik
1. Sifat Umum Pupuk Urea
Secara umum pupuk urea memiliki sifat: (1) rumus molekul CO[NH2]2; (2) kandung
an N total 45-46 % N; (3) tergolong pupuk organik buatan; (4) berbentuk butiran bulat kecil
dengan diameter ± 1 mm; (5) reaktivitas pupuk dalam air larut/mudah tersedia (1030 g.ltr-1
);
(6) bersifat sangat higroskopis, mulai menarik air dari udara pada kelembaban nisbi 73 %
pada suhu 30⁰C; (7) tidak bersifat mengionisir dalam larutan, sehingga mudah mengalami
pencucian; (8) Indeks garam/salt index pupuk urea 75,4; (9) radius ion NH4+
1,43⁰A (0,143
nm), diserap tanaman melalui aliran massa 98,8 % (Damanik, dkk, 2010., Donahue, et al,
1977).
Hardjowigeno (2010) menambahkan sifat pupuk urea yang lain adalah; (10) reaksi ke
masaman pupuk sedikit masam (EA=80); Artinya untuk menghilangkan kemasaman yang di
sebabkan 100 kg urea perlu ditambahkan 80 kg CaCO3 kedalam tanah; (11) bentuk N yang di
lepas kedalam tanah yang diserap tanaman dalam bentuk ion amonium (NH4+) dan ion nitrat
(NO3-); (12) kadar biuret dalam pupuk harus lebih kecil dari 1,5-2 %; (13) urea memiliki
bentuk: (a) prill, bentuk butiran halus berwarna putih; (b) Urea Super Granuler (USG) ben
tuk hampir sama dengan urea prill, hanya ukurannya lebih besar; (c) urea ball fertilizer, ber
bentuk bola-bola kecil; (d) urea briket, bentuknya pipih seperti cakram, dan (e) urea tablet,
berbentuk tablet yang diaplikasi dengan alat aplikator; (14) karena urea tergolong pupuk orga
nik, sehingga tidak dapat terionisasi, dan harus diubah dulu menjadi amonium karbonat deng
an bantuan reaksi enzim urease melalui proses hidrolisis yaitu: CO[NH2]2 + 2 H2O
[NH4]2CO3; (15) hara N dalam tanah dan tanaman bersifat mobil.
2. Sifat Umum Pupuk TSP
Menurut Hardjowigeno (2010) pupuk TSP (Triple Super Phosphate) memiliki sifat
meliputi:(1) termasuk garam asam dengan rumus molekul Ca[H2PO4]2.H2O; (2) kadar P2O5
pupuk 46-48%, CaO 20%; (3) berbentuk butiran kecil berwarna abu-abu; (4) tergolong pupuk
super fosfat sama seperti SP-36; SSP/SP-18 dan DSP (super fosfat rangkap) dan ESP (super
Universitas Sumatera Utara
26
fosfat tunggal); (5) mobilitas ion hara P dalam tanah bersifat mobil, sedang dalam tana man
bersifat immobil.
Oleh Malangyoedo (2014) sifat-sifat pupuk TSP yang lainnya adalah: (6) reaktivitas
pupuk larut dalam air (99 g.ltr-1
); (7) diserap dalam bentuk ion ortofosfat, yaitu: H2PO4- dan
HPO4=; (8) reaksi kemasaman pupuk bersifat netral; (9) tidak bersifat higrokopis; (10) berba
han dasar asam fosfat dan kalsium yang menghasilkan kalsium fosfat; (11) Salt indeks pupuk
TSP 10,08. Ion fosfat diserap tanaman melalui proses difusi 90,9 %. (Donahue, et al, 1977).
Oleh Pathak, et al, (2002) dijelaskan dalam TSP juga terdapat kandungan hara mikro seperti
Cu (7 ppm), Zn (75 ppm), dan Mn (200 ppm). Sedang Alloway (1990) menjelaskan bahwa
dalam pupuk P juga terdapat logam berat seperti Cr (66-245 ppm), Co (1-12 ppm), Cd (0,1-
170 ppm), Ni (7-38 ppm), dan Pb (7-225 ppm).
3. Sifat Umum Pupuk MoP
Menurut Damanik, dkk, (2010) pupuk MoP (Muriate of Potash) memiliki sifat antara
lain: (1) termasuk garam normal dengan rumus molekul KCl; (2) KCl-80 mengandung 52-53
% K2O dan KCl-90 mengandung 55-58 % K2O dengan kadar Cl 47 %; (3) reaktivitas pupuk
dalam air mudah larut/tersedia; (4) diserap tanaman dalam bentuk ion K+
dan Cl-); (5) kurang
baik diberikan pada tanaman yang peka/reaktif terhadap klor seperti tanaman tembakau; (6)
reaksi kemasaman pupuk tergolong agak masam/asam lemah; (7) bersifat sedikit higroskopis
pada kelembaban nisbi 84 %; (8) Salt indeks pupuk MoP 116,16. Kalium diserap tanaman
lebih banyak melalui difusi 77,7%; (9) Kalium termasuk hara makro primer kelompok logam
ringan; (10) radius ion K+
1,33oA (0,133 nm) (Donahue, et al, 1977)
Malangyoedo (2014) menambahkan sifat pupuk MoP yang lain adalah: (11) MoP yang
berasal dari hasil tambang, biasanya berwarna kemerah-merahan sampai kecoklatan, sedang
yang dibuat di pabrik berwarna putih; (12) karena pupuk MoP tersusun dari gugusan basa ke
ras dan asam keras, maka reaksi kemasaman pupuk bersifat netral sampai agak masam, tetapi
jika pupuk MoP terus menerus digunakan, lambat laun dapat mengasamkan tanah, akibat dari
sisa anion klor/Cl- yang tertinggal; (13) ion hara K
+ dalam tanah dan tanaman bersifat mobil.
Mukhlis, dkk, (2011) menambahkan bahwa dalam pupuk MoP juga dapat mengandung hara
mikro seperti Cu (3 ppm), Zn (3 ppm), Mn (8 ppm), Cd (14 ppm) dan Pb (88 ppm).
4. Sifat Umum Pupuk Kieserit
Menurut Hardjowigeno (2010) pupuk kieserit memiliki sifat antara lain: (1) termasuk
garam normal terhidrat dengan rumus molekul MgSO4.H2O; (2) kieserit murni mengandung
Universitas Sumatera Utara
27
29 % MgO dan 23 % S; dalam perdagangan mengandung 27 % MgO dan 22 % S; (3) bahan
dasar pembuatan pupuk adalah Mg(OH)2 (brucit) dan MgCO3 (magnesit); (4) pupuk berwar
na putih keabu-abuan/putih. Radius ion Mg 0,66 ⁰A (0,066 nm), (5) Mg termasuk hara makro
sekunder kelompok logam ringan, (6) diserap tanaman melalui aliran massa dan intersepsi
akar (Tisdale, el al, 1993., Gardner, et al, 1991)
Sifat pupuk kieserit yang lain adalah: (7) bentuk pupuk tergantung sumbernya, kristal
dan tepung; (8) reaktivitas pupuk dalam air tergantung sumbernya, agak sukar larut sampai
dapat larut; (9) diserap tanaman dalam bentuk ion Mg++
; (10) bersifat tidak higroskopis; (11)
mobilitas ion hara Mg++
dalam tanah dan tanaman bersifat mobil; (12) karena pupuk tersusun
dari gugusan basa lemah dan asam keras, maka reaksi kemasaman pupuk bersifat agak ma
sam. Penggunaannya secara terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi masam, akibat
dari pengaruh anion sisa sulfat yang tertinggal (Malangyoedo, 2014).
B. Peranan Hara N, P, K dan Mg pada Tanaman
1. Peranan Hara N pada Tanaman
Menurut Gardner, et al (1991) N merupakan komponen utama berbagai senyawa orga
nik di dalam tubuh tanaman, meliputi asam amino, amida, protein, enzim, hormon, vitamin,
klorofil dan alkaloid, 40-45 % dari protoplasma tersusun dari senyawa yang mengan dung N.
Peranan N yang lain oleh Wijaya (2008) ditambahkan: (1) penting untuk mendorong
pertumbuhan daun yang memiliki helaian yang lebih luas dengan kandungan klorofil yang le
bih tinggi, sehingga tanaman mampu menghasilkan karbohidrat/asimilat dalam jumlah yang
cukup untuk menopang pertumbuhan vegetatif; (2) penting dalam mempengaruhi pertumbuh
an akar tanaman, memacu percabangan akar dan batang; (3) terlibat dalam inisiasi bunga dan
perkembangan buah yang diinduksi oleh hormon ABA; (4) penting dalam meningkatkan resis
tensi/ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit; (5) mempengaruhi pembentu
kan jaringan penguat (selulosa dan lignin) pada sel-sel tanaman.
Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kriteria kadar hara N daun tanaman kelapa
sawit menghasilkan adalah ˂2,30 % tergolong defisiensi, 2,40-2,80 % tergolong optimal, dan
˃3,00 % tergolong tinggi.
2. Peranan Hara P pada Tanaman
Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa unsur hara P dalam tanaman berperan:
(1) penting dalam transfer energi, metabolisma karbohidrat dan protein serta transfer karbo
Universitas Sumatera Utara
28
hidrat didalam sel daun, seperti proses hidrolisis ATP dan ADP melepaskan energi; (2) terli
bat dalam pembentukan membran sel tanaman, seperti fosfolipid penyusun enzim, ko-enzim,
nukleotida (bahan penyusun asam nukleat) dan fitin; (3) meningkatkan efisiensi fungsi dan
penggunaan N.
Oleh Gardner, et al, (1991) ditambahkan bahwa P dalam tanaman: (4) penting dalam pro
ses penangkapan energi cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi biokimia; (5) terli
bat dalam sintesis protein, terutama yang terdapat pada jaringan hijau, sintesis karbohidrat,
memacu pertumbuhan bunga dan biji serta menentukan kemampuan berkecambah dari biji be
nih; (6) memperbaiki pertumbuhan akar tanaman, densitas/kerapatan akar, memacu pertum
buhan memanjang akar lateral; (7) penting dalam proses metabolisma, termasuk fotosintesis
dan sebagai komponen pembentukan struktur asam nukleat, ko-enzim, fosfolipid dan fosfo-
protein; (8) memacu pertumbuhan awal tanaman, memperkuat batang dan perkembangan per
akaran serta memperbaiki kualitas produksi tanaman.
Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kriteria kadar hara P daun tanaman kelapa
sawit menghasilkan adalah ˂0,14 % tergolong defisiensi, 0,15-0,18 % tergolong optimal, dan
˃0,25 % tergolong tinggi. Oleh Dierolf, et al, (2001) dijelaskan bahwa untuk kriteria nilai
kritis P-tersedia sifat kesuburan kimia tanah pada tanaman kelapa sawit dibedakan atas 15
ppm tergolong rendah, 20 ppm tergolong sedang dan 25 ppm tergolong tinggi.
3. Peranan Hara K pada Tanaman
Peranan fisiologis pupuk K pada tanaman dijelaskan Gardner, et al, (1991) antara
lain: (1) penting sebagai kofaktor dan aktivator enzim-enzim dalam metabolisma karbohidrat
dan protein, serta membantu mengatur tekanan osmotik dan keseimbangan ion di dalam tana
man; (2) memacu translokasi karbohidrat dari daun ke organ tanaman yang lain, terutama
organ tanaman penyimpan karbohidrat seperti ubi; (3) berpengaruh langsung terhadap ting
kat semi permeabel membran dan fosforilasi di dalam kloroplast; (4) mengaktifkan kerja bebe
rapa enzim dalam metabolisma dan biosintesis seperti asetik thiokinase, aldolase, piruvat
kinase, glutamil sistein sintetase, formil tetrahidrofolat sintetase, suksinil Co-A sintetase,
induksi nitrat reduktase, sintesis tepung dan ATP-ase.
Selanjutnya peranan K terhadap tanaman ditambahkan oleh Wijaya (2008) antara lain:
(5) penting dalam menjaga tekanan osmotis dan turgor sel, jika konsentrasi K dalam tanaman
turun, tekanan turgor sel tanaman termasuk sel penutup stomata berkurang, akibatnya stomata
menutup, sehingga penyerapan air melalui tarikan transpirasi berkurang, akibatnya tanaman
cepat layu; (6) memperbaiki transpirasi asimilat dan daya simpan hasil; (7) meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
29
ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit dan frost; (8) menghemat pengguna
an air melalui pengaturan membuka menutupnya stomata; (9) mengoptimalkan pemanfaatan
cahaya matahari dan tanaman tahan rebah; dan (10) memacu sintesis protein, gula, lemak,
pati dan selulosa. Kalium sangat dibutuhkan beberapa spesies tanaman penghasil protein, kar
bohidrat, lemak/minyak, penghasil gula dan vitamin C.
Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kriteria kadar hara K daun tanaman kelapa
sawit menghasilkan adalah ˂0,75 % tergolong defisiensi, 0,90-1,20 % tergolong optimal, dan
˃1,60 % tergolong tinggi. Oleh Dierolf, et al, (2001) dijelaskan bahwa untuk kriteria nilai
kritis K-dd sifat kesuburan kimia tanah pada tanaman kelapa sawit dibedakan atas 0,2 cmol.
kg-1
tergolong rendah, 0,2 cmol.kg-1
tergolong sedang, dan 0,4 cmol.kg-1
tergolong tinggi. Ka
dar Mg dan K tanah yang ideal untuk tanaman kelapa sawit adalah Mg-dd 0,4-1,0 cmol.kg-1
dan K-dd 0,15-0,20 cmol.kg-1
, dengan Mg/K˃2, K-tersedia bagi tanaman (Purba, dkk, 1992.,
PTP Nusantara IV, 2007).
4. Peranan Hara Mg pada Tanaman
Salisbury dan Ross (1995) menjelaskan bahwa peranan hara Mg secara fisiologis
dalam tanaman adalah: (1) sebagai komponen penyusun klorofil dan pembawa fosfat, ter
utama dalam pembentukan biji berkadar minyak tinggi yang mengandung lesitin: (2) aktif di
dalam fungsi penggabungan antara enzim dan substrat site, seperti memompa Mg++
dari tila
koid ke stroma pada keadaan ada cahaya dapat mengaktifkan RuBP-karboksilase; (3) bertin
dak sebagai kofaktor pada banyak reaksi enzimatik. Mg juga berfungsi mengatur pH-sel tana
man dan menjadi unsur perantara pada sintesis protein.
Peranan Mg selanjutnya ditambahkan oleh Wijaya (2008) antara lain: (4) penting dalam
sintesis protein dan pembentukan RNA di dalam inti sel. Kinerja enzim fosfatase; ATP-ase;
dan karboksolase akan lebih baik jika ada ion Mg++
; (5) merupakan komponen ribosom, yang
penting dalam sintesis protein, sehingga jika terjadi defisiensi Mg dapat menurunkan kualitas
hasil.
Menururt Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kriterai kadar hara Mg daun tanaman
kelapa sawit menghasilkan adalah ˂0,20 % tergolong defisiensi, 0,25-0,40 % tergolong opti
mal, dan ˃0,70 % tergolong tinggi. Oleh Dierolf, et al (2001) dijelaskan bahwa untuk kriteria
nilai kritis Mg-dd sifat kesuburan kimia tanah pada tanaman kelapa sawit dibedakan atas 0,2
cmol. kg-1
tergolong rendah, 0,3 cmol.kg-1
tergolong sedang, dan ˃0,3 cmol.kg-1
tergolong
tinggi. Keseimbangan Ca dan Mg dalam tanah penting dalam kesuburan tanah, karena ber
dampak terhadap ketersediaan hara, pertumbuhan dan produksi tanaman. Rasio keseimba
Universitas Sumatera Utara
30
ngan Ca/Mg/K=75/17/8 (9:2:1) atau Ca/Mg˃5 ideal untuk kebanyakan tanaman, Ca/K˃4
pupuk K sangat diperlukan pada tanah gambut (Nurhidayati, 2017).
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini bahwa :
1. Penggunaan berbagai jenis dan dosis bahan amelioran berpengaruh nyata terhadap karak
teristik tanah, pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.
2. Penggunaan beberapa paket pemupukan berpengaruh nyata terhadap karakteristik tanah,
pertumbuhan dan produktivitas kelapa sawit di lahan gambut.
3. Interaksi pemberian berbagai jenis dan dosis bahan amelioran dan paket pemupukan da
pat memperbaiki secara nyata karakteristik tanah, pertrumbuhan dan produktivitas kelapa
sawit di lahan gambut.
Kerangka Pemikiran
Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2018 ditaksir 14.03 juta ha,
sebagian besar dikembangkan pada tanah mineral dan sisanya pada lahan gambut dengan luas
1,70 juta ha. Setiap jenis tanah mempunyai tingkat kesuburan tanah yang berbeda, baik fisik
maupun kimia yang merupakan faktor penting dalam menentukan produktivitas tanaman.
Terdapat 15 macam tanah yang ditemukan di areal perkebunan kelapa sawit di Indone
sia, diantaranya yang terluas adalah Typic Haplosaprist. Karakteristik tanah gambut diperke
bunan kelapa sawit secara umum memiliki sifat kimia: (1) tingkat kesuburan rendah; (2) ke
masaman tergolong tinggi; (3) C-organik 12-18 % (bahan organik 20-30 %); (4) KB rendah
(˂10 %) ; (5) kation basa rendah; (6) KTK tergolong tinggi (100-300 me.100 g-1
); (7) memi
liki tipe koloid gambut yang melayang dan terintegrasi dengan air gambut yang terdiri dari
asam-asam organik alifatik dan aromatik yang memiliki gugus fungsional yang aktif; (8) kua
litas gambut tergantung dari pengaruh intrusi air sungai/laut dan bahan substratum, dan (9)
kualitas air gambut sangat dipengaruhi oleh sifat internal (karakteristik hidrologi dan kesubur
an tanahnya) dan sifat eksternal (lingkungan fisik bagian hulu dan insitu serta aktivitas manu
sia). Secara fisik gambut bersifat lepas, rapuh, ringan, mudah rusak dan terbakar bila terusik,
sehingga pengembangannya memerlukan konsep pembangunan konstruktif-adaptif.
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang mampu beradaptasi dengan baik
pada berbagai jenis lahan, termasuk lahan gambut. Dengan pengelolaan air yang tepat diser
tai pemberian bahan amelioran untuk peningkatan stabilitas bahan gambut dan perbaikan ke
Universitas Sumatera Utara
31
suburan tanah melalui pemupukan, maka pemanfaatan lahan gambut dapat memberikan man
faat yang besar, tidak hanya masa kini, tetapi juga untuk masa yang akan datang. Dilaporkan
bahwa produktivitas tanaman kelapa sawit di lahan gambut sangat beragam dari 12-25 ton
TBS.ha-1
.thn-1
(Tarigan dan Sipayung, 2011., Saragih, dkk, 2013)
Pemberian bahan amelioran dan pupuk an-organik sangat diperlukan untuk memper
baiki karakteristik lahan gambut. Pemberian bahan amelioran bertujuan untuk menurunkan
tingkat kemasaman tanah yang tergolong tinggi yang didominasi oleh asam fenolat. Pemberi
an dolomit 1-2 ton.ha-1
dapat meningkatkan basa dan pH tanah gambut, sedang pemberian
tanah mineral 10-20 ton.ha-1
dapat mengurangi keracunan tanaman/fitotoksik dari asam orga
nik dan meningkatkan kadar hara, baik makro maupun mikro (Syahbuddin dan Alwi, 2012).
Dilain pihak, pemupukan bertujuan untuk memasok sejumlah hara agar konsentrasi
nya dalam tanah meningkat, mempertahankan tingkat kesuburan tanah yang optimal untuk
mendukung pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas tanaman, terutama yang berasal
dari hara makro N, P, K, Ca, dan Mg yang selalu berada dalam keadaan kekurangan pada
tanah gambut, yang peranannya terlibat dalam penyusunan jaringan tanaman.
Secara umum pupuk yang rutin diberikan pada tanaman kelapa sawit adalah urea, SP-
36/TSP, MoP/ZK dan kieserit. Dilaporkan bahwa biaya pemupukan di perkebunan kelapa
sawit tergolong cukup tinggi mencapai 60 % dari biaya pemeliharaan (Adiwiganda, 2007).
Banyaknya kebutuhan pupuk yang diperlukan tanaman berhubungan erat dengan besarnya
hara yang terangkut pada saat panen.
Dilaporkan bahwa untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit sebesar
25 ton TBS.ha-1
, terangkut sejumlah hara bersama TBS sebesar 73,20 kg N (159 kg urea),
11,60 kg P (58 kg TSP), 93,40 kg K (191 kg MoP/KCl), 20,80 kg Mg (130 kg kieserit), dan
19,50 kg Ca (49 kg kalsit) (Ng dan Thmaboo, 1967).
Sedang Anwar (2000) menambahkan selain hara makro juga terangkut hara mikro ber
sama hasil panen untuk setiap 1 ton TBS sebesar 2,89 kg N (6,28 kg urea), 0,43 kg P (2,15kg
TSP), 3,65 kg K (7,65 kg MoP), 0,80 kg Ca (2,00 kg kalsit), 0,76 kg Mg (4,75 kg kieserit).
Sedang hara mikro yang terangkut adalah 2,43 g Fe (7,36 g Fero sulfat/FeSO4.7H2O), 1,49 g
Mn (76,48 g Mangan sulfat/MnSO4), 4,69 Cu (13,40 g Tembaga sulfat/CuSO4.H2O), 4,85 g
Zn (16,17 g Zinc sulfat/ZnSO4.7H2O), 2,12 g B (19,27 g Na-tetra borat dekahidrat/Na2B4O7.
10H2O), dan 0,0083 g Mo (0,015 g Amonium molibdat/[(NH4)6Mo7O24.14H2O].
Dari interpretasi analisis hara di atas dapat di lihat bahwa sebaran hara makro yang ter
angkut bersama hasil panen terbanyak adalah N dan K, sedang yang berasal dari hara mikro
adalah Cu dan Zn. Secara fisiologis N penting dalam pembentukan protein, asam nukleat,
Universitas Sumatera Utara
32
alkaloid dan klorofil, serta terlibat dalam inisiasi bunga dan perkembangan buah, sedang K
berpengaruh terhadap fotosintesis dan respirasi serta berfungsi sebagai katalisator dalam ber
bagai reaksi biokoimia. Kalium banyak dijumpai dalam tandan buah, serabut dan cangkang.
Kekurangan K akan membatasi produksi. Tembaga penting dalam sintesis protein dan pem
bentukan klorofil. Sedang Zn selain penting dalam pembentukan klorofil dan protein, juga ter
libat dalam proses metabolisme N, hormon tumbuh dan pembentukan berbagai enzim.
Bila Zn berada dalam keadaan defisiensi (˂10 ppm Zn) dapat menyebabkan sintesis/
kandungan protein akan menurun. Demikian pula bila terjadi kekahatan Cu (˂3 ppm Cu) da
pat mengganggu sintesis protein dan pembentukan klorofil yang menyebabkan ukuran tandan
mengecil. Pemberian 150 g CuSO4.phn-1
dapat meningkatkan bobot TBS sebesar 12,70-29,
50%, sedang aplikasi ZnSO4 dapat meningkatkan produksi TBS sebesar 22-29% bila diban
dingkan dengan kontrol (Anwar, 2000).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dibuat sistematikanya dalam bentuk bagan
alur pikir sebagaimana tertera pada Gambar 1 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
33
Inkubasi bahan amelioran penelitian-I
(dolomit, FA & tanah mine
ral) pada media tanam gam
but di polibag (Penelitian-I)
Penelitian-II Ameliorasi (dolomit; FA & Peubah amatan :
tanah mineral) di pembibi 1.Pertumbuhan vegetatif
an utama pada media tanam bibit kelapa sawit;
gambut 2. Kadar hara daun bibit
kelapa sawit;
3. Sifat kimia tanah di pem
bibitan utama;
Penelitian-III Ameliorasi (dolomit; FA & Peubah amatan :
tanah mineral) dan pemu- 1.Kadar hara daun kelapa
pukan (urea,TSP; MoP & sawit menghasilkan;
kieserit) pd lahan gambut 2.Pertumbuhan vegetatif;
3.Produktivitas (tTBS.ha-1
)
Teknologi ameliorasi dan
pemupukan an-organik pd
kelapa sawit menghasilkan
di lahan gambut
Gambar 1. Bagan alur pikir penelitian Amaliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut untuk
Meningkatkan Produktivitas Kelapa Sawit.
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Dalam sistem klasifikasi tanah baru, taksonomi tanah USDA (1975/1999) terdiri dari
enam katagori dengan sifat-sifat faktor pembeda mulai dari kategori tinggi ke kategori rendah
,meliputi ordo/golongan terdiri dari 11 taksa, sub ordo/kumpulan 53 taksa, great grup/jenis
tanah 250 taksa, subgrup/macam tanah dan famili/rupa dengan jumlah yang terus bertambah
serta seri tanah di Amerika saja terdapat sekitar 12 ribu taksa (Hardjowigeno, 1993).
Menurut Rachim dan Arifin (2011) pada tahun 2010 terdapat penambahan jumlah
taksa dari enam kategori tanah, meliputi jumlah ordo menjadi 12 taksa, sub ordo menjadi 70
taksa, great grup menjadi 343 taksa, dan sub grup menjadi 2607 taksa. Untuk ordo Histosol
Universitas Sumatera Utara
34
terdapat lima sub ordo, 19 jenis tanah dan 71 macam tanah. Typic Haplosaprist adalah salah
satu macam tanah gambut, tempat penelitian berlangsung (Adiwiganda, dkk, 1996).
Typic Haplosaprist adalah macam tanah gambut yang mempunyai tingkat kematang
an saprik, telah mengalami pelapukan lanjut yang bersifat matang hingga sangat matang ber
kembang pada regim temperatur isohipertermik (suhu tanah tahunan rataan ≥ 22 ⁰C dengan
perbedaan temperatur tanah rataan musim panas dan musim dingin ˂ 6 ⁰C) pada kedalaman
50 cm dengan regim kelembaban udik (tanah tidak pernah kering selama 90 hari kumulatif
setiap tahun normal). Jika suhu tanah tahunan rataan ˂22 ⁰C dan perbedaan suhu tanah rataan
musim panas dan dingin pada kedalaman 50 cm dari permukaan tanah ≥6 ⁰C (Hardjowigeno,
1993; Adiwiganda, dkk, 1996., Soil Survey Staff, 2010).
Menurut Noor (2010) penyebaran lahan gambut di Indonesia ditaksir seluas 20 juta
ha. Penyebarannya terluas terdapat di Provinsi Papua (5,51 juta ha), Riau (3,96 juta ha), Kali
mantan Tengah (2,93 juta ha), Kalimantan Barat (1,69 juta ha), Sumatera Selatan (1,32 juta
ha), dan Papua Barat (1,31 juta ha). Di Sumatera sekitar 1,58 juta ha telah dikonversi menjadi
perkebunan kelapa sawit, di Kalimantan 307,51 ribu ha dan sisanya di Papua sekitar 1.727 ha.
Areal perkebunan kelapa sawit terbesar di lahan gambut di Sumatera terdapat di Riau (728,61
ribu ha), Sumatera Selatan (330,38 ribu ha) dan Sumatera Utara (209,42 ribu ha) (Barus, dkk,
2012).
Di Sumatera Utara luas lahan gambut sekitar 325 ribu ha dan tersebar di daerah pan
tai Timur Sumatera/Labuhanbatu. Kebun PT Grahadura terletak di desa Sukarame Baru, keca
matan Kualuhulu Aek Kanopan kabupaten Labuhanbatu Utara. Menurut Adiwiganda, dkk,
(1996) kawasan lokasi penelitian termasuk ke dalam macam tanah Typic Haplosaprist deng
an karakteristik lahan termasuk formasi geologi Halosen-Pleistosin (zaman kuarter), berba
han induk endapan organik, fisiografi kubah gambut, dengan bentuk wilayah datar sampai ce
kung/depresi. Tergolong tanah gambut matang dan dalam (≥4 m), kandungan serat (fibrik)
rendah sampai sedang dengan sifat fisik dan kesuburan kimia rendah.
Kondisi umum sifat fisik tanah, mulai dari lapisan atas dan bawah berwarna hitam
(5YR 2,5/I), topografi datar, tekstur tanah lempung organik, struktur spons, konsistensi tidak
lekat, drainase tergenang/lambat dengan kerapatan lindak rendah (BD 0,10-0,20 g.cm-3
). Se
dang kondisi sifat kimia tanahnya memiliki pH-tanah 3,1-4,0 (rendah), C-organik ˃300 %
(tinggi), N 2,0-4,0 % (tinggi), C/N 20-24 (tinggi), P-tersedia 1-10 ppm (rendah-agak rendah),
kation tukar K 0,2-0,3 me.100 g-1
(agak rendah); Ca ˂0,7 me.100 g-1
(rendah), Mg 0,1-0,4
Universitas Sumatera Utara
35
me.100 g-1
(rendah), KTK 12-84 me.100 g-1
(sedang-tinggi), KB 1-10% (rendah), status kesu
buran tanah tergolong rendah (Adiwiganda, dkk, 1994).
Secara klimatologis berdasarkan karakteristik pola hujan, daerah tempat penelitian ter
masuk tipe iklim ekuatorial, yang dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal (dua pun
cak hujan) yang biasa terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober yaitu pada saat matahari berada
dekat ekuator. Pola curah hujan seperti ini umum dijumpai pada kebun-kebun kelapa sawit di
Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Papua, yang ditandai dengan
jumlah bulan kering ˂1 bulan (curah hujan ˂60 mm.bln-1
) dengan jumlah curah hujan sebesar
1700 mm-3000 mm.thn-1
dengan penyebaran relatif merata sepanjang tahun (tipe iklim B me
nurut Schmidt-Fergusson) (Adiwiganda, dkk, 1999).
Sumatera Utara bagian Timur merupakan sentra perkebunan berbagai komoditas, ter
utama kelapa sawit (daerah tempat penelitian). Menurut Malangyoedo (2014) peta pewilaya
han kelapa sawit daerah ini tergolong unit kesesuaian agroklimat zone-1, sangat sesuai agro
klimat dengan tanpa/atau satu faktor pembatas ringan (SA1-n), distribusi curah hujan sebesar
1750-3000 mm.thn-1
, tanpa bulan kering, radiasi surya 6 jam.hari-1
, dengan defisit air/ceka
man kekeringan/water deficit) ≤200 mm.thn-1
. Defisit air merupakan salah satu parameter
yang mewakili kondisi iklim yang merupakan interaksi kompleks dari elevasi, bulan kering,
curah hujan dan penyinaran matahari yang sangat berpengaruh pada proses pembungaan/pem
buahan atau produktivitas kelapa sawit 18-30 bulan yang akan datang. Dampak besarnya defi
sit air per tahun menyebabkan produktivias kelapa sawit menurun. Bila terjadi difisit air ˃500
mm.thn-1
dapat menyebabkan penurunan produktivitas kelapa sawit sebesar 15-100 % (Purba,
dkk, 1989; PTP-Nusantara IV, 2007).
Sopandie (2014) menjelaskan cekaman kekeringan akan menurunkan fotosintesis, per
tumbuhan dan produksi. Penurunan aktifitas fotosintesis pada kondisi kekeringan disebabkan
oleh penutupan stomata yang akan menurunkan konsentrasi CO2 dalam sel, dan dehidrasi sel
mesofil daun yang dapat menyebabkan kerusakan organ fotosintesis.
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 2. Peta sebaran jenis tanah di provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
37
Gambar 3. Peta pemerintahan kabupaten Labuhanbatu Utara
Universitas Sumatera Utara
38
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan atas tiga tahapan kegiatan yaitu: (1) tahapan pertama (penelitian
-I) merupakan percobaan inkubasi dari aplikasi bahan amelioran yang terdiri dari dolomit,
batuan fosfat dan tanah mineral pada media tanam gambut di polibag; (2) tahapan kedua (pe
nelitian-II) merupakan percobaan aplikasi bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah
mineral) terhadap pertumbuhan vegetatif dan serapan hara daun kelapa sawit di pembibitan
utama pada media tanam gambut di polibag, penelitian satu dan dua dilakukan secara bersa
maan, dan; (3) tahapan ketiga (penelitian-III) bertujuan untuk melihat pengaruh pemanfaatan
bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) dan aplikasi pemupukan an-orga
nik urea, TSP, MoP dan kieserit terhadap pertumbuhan, kadar hara dan produktivitas kelapa
sawit pada lahan gambut.
Penelitian tahap-I dan-II dilakukan di kelurahan Sijambi kecamatan Datuk Bandar
Kota Tanjungbalai, dilaksanakan secara bersamaan, sedang penelitian tahap-III dilaksanakan
di PT.Grahadura desa Sukarame Baru, kecamatan Kualuhhulu Aek Kanopan, Kabupaten La
buhanbatu Utara-Sumatera Utara.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2015 sampai dengan bulan April tahun 2016.
Tanah sebagai media tanam dalam percobaan inkubasi dan media tanam gambut di pembibit
an utama kelapa sawit yang digunakan berasal dari lokasi penelitian yang terletak pada eleva
si 2-3 m di atas permukaan laut, 20 km dari pinggir laut pantai Timur Sumatera (gambut tran
sisi yang dipengaruhi air pasang surut), berada pada tipe iklim C1 (Oldeman) dan tipe iklim B
(Schmidt-Fergusson).
Areal penelitian-III terdapat pada divisi V Blok F-8 dengan luas blok 28 ha. Objek
tanaman yang diamati berasal dari bahan tanaman varietas D x P Marihat, tahun tanam 2000,
umur 14 tahun, yang ditanam dengan kerapatan (SPH/stems per hectare) 150 tanaman.ha-1
,
jarak tanam 7,6 m x 8,8 m berada pada lahan gambut dengan sub grup Typic Haplosaprist,
kelas kesesuaian lahan S3-s3a2 (sesuai marjinal, tergolong gambut dalam dengan tingkat ke
masaman tinggi, pH 3,60). Jumlah unit percobaan di lapangan sebanyak 27 plot dengan tiga
ulangan. Setiap plot percobaan terdiri atas 12 tanaman dengan tiga tanaman sampel dan sem
bilan tanaman penyangga. Luas areal percobaan seluruhnya 6,80 ha.
Analisis awal contoh tanah gambut dan tanah mineral sebagai bahan amelioran di ana
lisis di Laboratorium Tanah dan Pupuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)-Medan, sedang
38
Universitas Sumatera Utara
39
analisis kadar hara daun pada tanaman kelapa sawit, dolomit dan batuan fosfat di analisis di
Laboratorium Reaserach and Development Asian Agri-Bahilang Estate Tebing Tinggi
.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian I dan II adalah bibit kelapa sawit di pembibi
tan awal umur 4-5 bulan yang telah berdaun 4-5 helai, media tanam gambut, polibag hitam
ukuran 40 cm x 45 cm, tebal 0,20 mm, bahan amelioran dolomit (19% MgO; 34% CaO dan
0,1% Fe2O3); batuan fosfat (23% P2O5; 34% CaO dan 2,47% Fe2O3) [Lampiran 3]; dan tanah
mineral Ultisol, pupuk multihara (15:15:6:4) dan (12:12:17:2); kieserit (27% MgO; 22% S);
insektisida Sevin 45 WP (ba.karbaril 85%), Decis 2,5 EC (ba.Deltametrin 2,5%), fungisida
Dithane-M 45 (ba.mankozeb) dan bahan-bahan kimia yang digunakan dalam analisis di labo
ratorium dalam penetapan contoh tanah awal gambut, tanah mineral, dan kadar hara daun.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian I-II adalah alat-alat yang digunakan di lapangan
untuk mengambil contoh tanah sebagai media dan sejumlah alat laboratorium yang diperlu
kan seperti pH-meter, oven, hydrometer, shaker, alat destilasi, timbangan analititk, kalori
meter, alat destruksi, pembakar, AAS, dan sejumlah peralatan gelas lainnya. Sedang alat-alat
yang digunakan dalam pengamatan di pembibitan utama adalah plat tanaman sampel, kode
perlakuan, meteran, beaker gelas, gembor, sendok plastik, hand counter dan schalifer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian-III adalah tanaman kelapa sawit varietas DxP
Marihat sebagai objek penelitian, tahun tanam 2000, dengan produktivitas 16 ton TBS.ha-1
.
Bahan lainnya adalah bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral), pupuk an-
organik [urea 45% N, TSP (46 % P2O5; 20% CaO) MoP (60% K2O; 47% Cl) dan kieserit
(27% MgO; 22% S)], pupuk mikro Cu-sulfat/CuSO4.4H2O [(25% Cu dan13% S), dan Zn-
sulfat/ZnSO4H2O (36% Zn;17% S)] dan herbisida Gromoxone. Bahan yang digunakan dalam
pengambilan contoh daun kelapa sawit adalah aquades, amplop berlobang dan kapas. Alat-
alat yang digunakan dalam penelitian di lapangan adalah angkong, plat kode perlakuan, pa
rang, egrek, galah, kampak, timbangan, dan sejumlah peralatan yang diperlukan untuk penga
mbilan contoh daun kelapa sawit, seperti gunting tanaman, pelubang amplop, dan alat-alat
lain yang mendukung penelitian ini.
Rancangan Penelitian
Penelitian-I : Kajian sifat kimia media tanam gambut terhadap ameliorasi yang di
inkubasi di polibag
Universitas Sumatera Utara
40
Penelitian kajian sifat kimia media tanam gambut terhadap ameliorasi yang di inku
basi di polibag (tanpa menggunakan tanaman indikator), menggunakan Rancangan Acak Ke
lompok (RAK) non Faktorial, tiga ulangan dengan sembilan perlakuan kombinasi jenis dan
dosis bahan amelioran yang terdiri dari:
D1= 0,45 kg dolomit.polibag-1
D2= 0,90 kg.dolomit.polibag-1
D3= 1,35 kg dolomit.polibag-1
F1= 0,45 kg.batuan fosfat.polibag
-1
F2= 0,90 kg.batuan fosfat.polibag-1
F3= 1,35 kg.batuan fosfat.polibag-1
M1= 0,45 kg.tanah mineral.polibag-1
M2= 0,90 kg.tanah mineral.polibag
-1
M3= 1,35 kg.tanah mineral.polibag-1
.
Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan tersebut, data akan dianalisis secara statis
tika dengan menggunakan model linier sebagai berikut :
Yij = μ + Ƭi + βj + ∑ij
Үij = respon/nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = nilai tengah umum
Ƭi = pengaruh perlakuan ke-i
Βj = pengaruh blok ke-j
∑ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Apabila hasil daftar sidik ragam perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata, maka
dilanjutkan dengan uji lanjutan berdasarkan uji jarak Duncan (Duncans Multiple Range Test/
DMRT) (Gomez dan Gomez, 1995).
Penelitian-II : Kajian sifat kimia media tanam gambut dan respon pertumbuhan bibit
kelapa sawit terhadap ameliorasi di polibag
Penelitian kajian sifat kimia media tanam gambut terhadap ameliorasi dan respon per
tumbuhan bibit kelapa sawit di polibag, disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) non faktorial dengan sembilan perlakuan kombinasi jenis dan dosis bahan amelioran
dengan tiga ulangan sebagai berikut :
D1= 0,45 kg dolomit.polibag-1
D2= 0,90 kg.dolomit.polibag-1
D3= 1,35 kg dolomit.polibag-1
Universitas Sumatera Utara
41
F1= 0,45 kg.batuan fosfat.polibag-1
F2= 0,90 kg.batuan fosfat.polibag-1
F3= 1,35 kg.batuan fosfat.polibag-1
M1= 0,45 kg.tanah mineral.polibag-1
M2= 0,90 kg.tanah mineral.polibag-1
M3= 1,35 kg.tanah mineral.polibag-1
.
Untuk mengetahui respon dari perlakuan tersebut, data akan dianalisis secara statistik
dengan menggunakan model linier sebagai berikut :
Yij = μ + Ƭi + βj + ∑ij
Yij = respon/nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
μ = nilai tangah umum
Ƭi = pengaruh perlakuan ke-i
Βj = pengaruh blok ke-j
∑ij = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Apabila dari hasil daftar sidik ragam perlakuan berbeda nyata, maka akan dilanjutkan
dengan uji lanjutan berdasarkan Uji Jarak Duncans (Duncant Multiple Range Test/DMRT)
(Gomez dan Gomez, 1995).
Penelitian-III : Ameliorasi dan Pemupukan pada Lahan Gambut untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Produktivitas Kelapa Sawit.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial, terdiri dari 2 faktor 3
ulangan. Faktor pertama, terdiri dari 9 taraf pemberian dosis dan jenis bahan amelioran,
sedang faktor kedua terdiri dari 3 paket pemupukan seperti yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2. Kombinasi jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan
Bahan
amelioran
(Faktor-I)
Dosis
bahan amelioran Paket
pemupukan
(Faktor-II)
Dosis paket pemupukan (kg.phn-1
thn1) (ton.ha
-1
thn-1
)
(kg.phn-1
thn-1
)
D1
D2
D3
F1
F2
F3
M1
M2
M3
2
4
6
2
4
6
2
4
6
14
28
42
14
28
42
14
28
42
P1 (PPKS)
P2 (TMR)
P3 (PTG)
6,25 kg; terdiri dari : (1,50 kg urea+
1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg
kieserit)
3,25 kg; terdiri dari : (1,00 kg urea+
0,50 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg
kieserit)
5,60 kg; (1,50 kg urea+1,25 kg TSP+
2,00 kg MoP+0,75 kg ki eserit+0,05kg
Cu-sulfat+0,05 kg Zn-sulfat)
Universitas Sumatera Utara
42
Keterangan :D=dolomit; F=batuan fosfat; M=tanah mineral; P1=paket pemupukan dari PPKS; P2=paket
pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); dan P3=paket pemupukan Kebun (PTG).
Dari kedua faktor perlakuan di atas diperoleh kombinasi perlakukan sebanyak 27 unit,
yaitu : D1P1; D1P2; D1P3; D2P1; D2P2; D2P3; D3P1; D3P2; D3P3; F1P1; F1P2; F1P3; F2P1; F2P2;
F2P3; F3P1; F3P2; F3P3; M1P1; M1P2; M1P3; M2P1; M2P2; M2P3; M3P1; M3P2; dan M3P3.
Untuk mengetahui pengaruh tunggal dan interaksi dari perlakuan jenis dan dosis ba
han amelioran tersebut, data dianalisis secara statistik dengan menggunakan model linier seba
gai berikut :
Y ijk = μ + ᾳi + βj + ɤk + (βɤ) jk + ∑ ijk
Y ijk = hasil pengamatan dari faktor bahan amelioran pada taraf ke-j dan faktor pupuk an-
organik pada taraf ke-k pada ulangan ke-i
μ = efek nilai tengah umum
ᾳi = efek dari blok ke-i
βj = efek dari faktor bahan amelioran pada taraf ke-j
ɤk = efek dari faktor pupuk an-organik pada taraf ke-k
(βɤ) jk = efek interaksi faktor bahan amelioran pada taraf ke-j dan pupuk an-organik pada
taraf ke-k
∑ ijk = efek galat dari faktor bahan amelioran pada taraf ke-j dan pupuk an-organik pada
taraf ke-k pada blok ke-i
Peubah amatan yang diamati akan dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji
F/Anova. Apabila hasil daftar sidik ragam berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji lanju
tan berdasarkan Uji Jarak Duncans (Duncant Multiple Range Test/DMRT) (Gomez dan
Gomez, 1995).
A. Pelaksanaan Penelitian-I
1. Persiapan Areal Inkubasi
Lahan yang digunakan untuk areal inkubasi dibersihkan, selanjutnya diratakan, seba
gai tempat tegaknya polibag. Setiap perlakuan jenis dan dosis dari bahan amelioran (dolomit,
batuan fosfat dan tanah mineral) dicampur dengan media tanam gambut sesuai perlakuan.
2. Pengisisan Media Tanam dan Bahan Amelioran ke Polibag
Media tanam gambut dibersihkan dari bahan-bahan kasar yang terbawa pada saat
pengambilan. Selanjutnya media gambut dicampur dengan bahan amelioran (dolomit, batuan
fosfat dan tanah mineral) sesuai jenis dan dosis perlakuan. Kemudian media campuran diisi
Universitas Sumatera Utara
43
kedalam polibag dengan cara mengguncang polibag agar tanahnya menjadi padat. Polibag
yang telah diisi, disusun sesuai perlakuan dan ulangan percobaan. Media hasil campuran
selanjutnya diinkubasi/dibiarkan selama satu tahun.
3. Peubah Amatan
Sifat kimia tanah yang diamati dari percobaan inkubasi bahan amelioran pada media
tanam gambut adalah :
1). pH (H2O) tanah perbandingan (1: 2,5) dengan metode Elektrometri
2). N-tanah dengan menggunakan metode Kjeldahl
3). P-tersedia dengan metode Bray No.2
4). Kation dapat ditukar (K, Ca, Mg) dengan metode perkolasai NH4OAc 1N pH 7,0; AAS
5). KTK-tanah dengan metode ekstraksi NH4OAc 1N pH 7,0
B. Pelaksanaan Penelitian-II
1. Persiapan Areal Pembibitan di Pembibitan Utama
Lahan yang akan digunakan untuk areal pembibitan dibersihkan dari segala bebatuan,
gulma/tunggul dan kotoran lainnya, selanjutnya areal diratakan agar dapat menyokong ber
diri/tegaknya polibag. Selanjutnya dibuat parit drainase di sekitarnya untuk mencegah terja
dinya genangan air dalam areral penelitian. Setiap plot penelitian terdiri dari empat polibag
bibit kelapa sawit, sehingga dalam satu ulangan terdapat 36 polibag. Karena dalam penelitian
ini ada tiga ulangan, sehingga jumlah bibit kelapa sawit ada 144 polibag. Bibit ditanam
dengan jarak antar polibag 70 cm x 70 cm.
2. Pengisian Media Tanam ke Polibag dan Aplikasi bahan Amelioran
Media tanam yang dicampur adalah tanah gambut dan bahan amelioran (dolomit,
batuan fosfat dan tanah mineral) disesuaikan dengan jenis dan dosis perlakuan masing-ma
sing. Media diisikan ke dalam polibag, dilakukan sampai 2-3 cm dari bibir polibag, dengan
cara mengguncang polibag agar tanahnya menjadi padat dan penuh. Polibag yang telah diisi
disusun sesuai bagan percobaan pada areal yang telah disediakan.
3. Penanaman Bibit dari Pembibitan Awal ke Pembibitan Utama
Pemindahan bibit dari pembibitan awal (pre nursery) ke pembibitan utama (main nur
sery) dilakukan pada umur 4-5 bulan (bibit telah berdaun 4-5 helai). Penyiapan lubang tanam
pada polibag pembibitan utama dilakukan dengan ukuran yang sama dengan besar polibag
Universitas Sumatera Utara
44
pembibitan awal. Kemudian bibit pembibitan awal dimasukkan kedalam lubang tanam sete
lah kantong plasik, polibag kecil dibuang. Tanah di sekeliling lubang ditekan agar padat mera
ta, selanjutnya dilakukan penambahan tanah hingga sebatas leher akar atau setinggi 2-3 cm
dari bibir polibag dibiarkan kosong sebagai tempat meletakkan pupuk dan air penyiraman.
4. Pemeliharaan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada saat hujan˃5 mm
.hari-1
tidak dilakukan penyiraman, karena curah hujan tersebut cukup untuk memenuhi ke
butuhan bibit. Penyiraman dilakukan merata pada seluruh bibit dengan menggunakan gelas
ukur sebayak 1 ltr.polibag-1
umur 4-6 bulan. Kebutuhan air akan meningkat sejalan dengan
pertambahan umur bibit. Untuk umur bibit tanaman ˃6 bulan diberi 1,5 ltr.polibag-1
hari-1
.
b. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang ada di dalam poli
bag secara manual, sedang gulma yang terdapat diluar polibag dibersihkan dengan cara meng
garuk dengan tajak/cangkul.
c. Pemupukan di Pembibitan Utama
Aplikasi pemupukan di pembibitan utama dapat dilakukan dengan menggunakan pu
puk majemuk NPKMg formulasi (15:15:6:4) dan (12:12:17:2) dan kieserit sesuai rekomen
dasi dari pemupukan di pembibitan utama (Lampiran-4). Pupuk majemuk tersebut disebar
secara merata di polibag dengan jarak 5 cm dari bonggol bibit. Pupuk diberikan tepat waktu
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang bibit di pembibitan utama adalah uret, Apogonia, ulat
kantong, ulat api dan belalang. Untuk menghindari serangan Apogonia sp bibit di semprot
dengan Sevin 45 WP (ba.karbaril 85%). Khusus uret dapat dikendalikan dengan Decis 2,5
EC (ba.Deltametrun 2,5%) dengan konsentrasi 5-10 cc.bibit-1
. Penyakit yang sering dijumpai
adalah penyakit Curvularia, Helminthosporia dan Antracnose. Fungisida yang digunakan ada
lah Dithane-M 45 (ba.Mancozeb) atau Daconil (ba.klorotalonil), atau Antracol (ba.Propi neb)
dengan konsentrasi 0,1-0,2% dengan frekuensi 10-14 hari.
Universitas Sumatera Utara
45
5. Peubah Amatan
a. Kompoenen Pertumbuhan Bibit
1). Tinggi Bibit (cm)
Pengukuran tinggi bibit dilakukan setelah tanaman berumur 2 MST di pembibitan
utama. Tinggi bibit di ukur dari permukaan tanah/leher akar sampai ujung daun tertinggi deng
an menggunakan meteran. Untuk menjaga ketepatan dalam pengukuran, pada setiap tanaman
sampel diberi patok standar setinggi 1 cm. Interval waktu pengukuran satu bulan sekali sela
ma satu tahun.
2). Diameter Batang (mm)
Pengukurannya dilaksanakan satu bulan sekali dengan menggunakan schalifer. Setiap
kali pengukuran dilakukan dua kali dengan arah yang berlawanan kemudian diambil rataan
nya untuk mendapatkan angka/data yang akurat. Pengamatan dilakukan mulai umur 5 bulan
selama satu tahun dengan interval satu bulan sekali.
3). Jumlah Daun (helai)
Pengamatan jumlah daun dilakukan dengan menghitung jumlah daun yang telah mem
buka sempurna. Pengamatan dilakukan mulai 2 MST di pembibitan utama dengan interval
satu bulan sekali selama satu tahun.
b. Komponen Sifat Kimia Tanah di Pembibitan
1). pH (H2O) tanah dengan perbandingan (1: 2,5) dengan metode Elektrometri
2). N-tanah dengan menggunakan metode Kjeldahl
3). P-tersedia dengan metode Bray no.2
4). Kation basa tukar (K, Ca, Mg); metode perkolasai NH4OAc 1N pH 7,0; AAS
5). KTK-tanah dengan metode ekstraksi NH4OAc 1N pH 7,0
6. Pengambilan Contoh Daun
Syarat bibit tanaman yang diambil sebagai tanaman contoh tidak merupakan tanaman
sisipan, bukan tanaman pinggir, dan tanaman normal tidak terkena penyakit. Contoh daun
yang dimbil untuk tanaman di pembibitan (berumur ˂2 tahun) berasal dari anak daun dari
pelepah ke-4, sebanyak jumlah daun yang dibutuhkan. Helaian daun yang diambil adalah dua
helai pada bagian dibelah kiri dan kanan, kemudian dibersihkan, jika permukaan daunnya
kotor. Sepertiga bagian dari ujung anak daun dan sepertiga bagian bawah dibuang. Bagian
Universitas Sumatera Utara
46
yang diambil adalah helaian daun sepertiga bagian tengah. Lidi dari daun dibuang. Helaian
daun dari kesatuan contoh daun diikat dan dijadikan satu contoh, selanjutnya dimasukkan
kedalam kantong plastik/amplop berlubang untuk selanjutnya dikirim ke laboratorium. Con
toh daun diambil pagi hari sekitar jam 07:00-13:00 WIB (Darmosarkoro dan Suwandi, 1999.,
Muklis, 2007). Macam analisis serapan hara daun adalah :
a. Komponen Serapan Hara Daun di Pembibitan
1). Serapan hara N, dengan menggunakan metode Kjeldahl
2). Serapan hara P, dengan menggunakan metode Spectrophotometry
3). Serapan hara K, dengan menggunakan metode Flamephotometry
4). Serapan hara Ca, dengan menggunakan metode AAS
5). Serapan hara Mg, dengan menggunakan metode AAS
C. Pelaksanaan Penelitian-III
1. Bahan Tanaman
Karakteristik bahan tanaman D x P Marihat memiliki rataan jumlah tandan sebanyak
12 tandan.phn-1
thn-1
, rataan berat tandan 17 kg, rataan produksi 24-25 ton TBS.ha-1
thn-1
deng
an potensi hasil 31 ton.ha-1
thn-1
, kadar rendemen 23-25 %, rataan (kadar minyak sawit/crude
palm oil/CPO) 6,0-6,3 ton.ha-1
thn-1
dengan potensi CPO 7,9 ton.ha-1
thn-1
, minyak inti (palm
karnel oil/PKO) 7,1 %.thn-1
. Pertumbuhan meninggi 70-80 cm.thn-1
, dengan panjang pelepah
6,12 m. Keunggulan panjang buah besar dan mesocarp tebal (Purba, dkk, 2005; Sipayung dan
Liwang, 2011).
2. Pemeliharaan
a. Penyiangan Gulma
Pengendalian gulma dilaksanakan di piringan pohon, pasar pikul/jalan panen dan di
gawangan. Tujuan pengendalian gulma di piringan adalah: (1) untuk memudahkan dalam
pengutipan berondolan dan (2) meningkatkan efektivitas pemupukan. Pengendalian gulma di
pasar pikul bertujuan agar memudahkan dilalui pekerja, sedang pengendalian di gawangan
untuk mengurangi persaingan terhadap penyerapan air, hara dan menjaga kelembaban kebun.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual (membabat dan mendongkel anak kayu)
dan kimia.
Terdapat 35 jenis gulma penting di perkebunan kelapa sawit dengan 13 suku, diantara
nya kelompok rerumputan 11 suku, paku-pakuan enam suku, compositae empat suku, legumi
nosae tiga suku, masing-masing bawangan, meniran dan herandong dua suku. Selain di atas
Universitas Sumatera Utara
47
tanah, terdapat juga gulma epifit (Ficus sp dan Aspleinum nidus) yang hidup dari batang
pohon (Mangoensoekarjo dan Soejono, 2016).
Pengendalian gulma dilakukan tiga kali dalam setahun, masing-masing satu kali secara
manual dan dua kali secara kimia dengan menggunakan herbisida Gramoxone 276 XL (bahan
aktif Paraquat diklorida 2,76 g.ltr-1
) dengan dosis 1,5 L+75 g Ally 20 WDG.ha-1
blanket.
b. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama utama yang sering terdapat pada Tanaman Menghasilkan di perkebunan kela
pa sawit adalah ulat pemakan daun (ulat api, ulat kantong dan ulat bulu). Ulat api yang sering
dijumpai adalah Setohtosea asigna, Setora nitens, Darma trima dan D.diducta, sedang ulat
kantong yang sering dijumpai adalah Mahasena corbetti dan Metisa plana. Ulat bulu yang
sering dijumpai antara lain Dasychira inclusa, D.Mendosa dan Amathusa phidippus. Insekti
sida yang digunakan adalah Turicide HP (ba Bacillus turingiensis dengan dosis 300-500 g.ha-
1) atau Decis 2,5 EC (ba.Deltrametin dengan dosis 200-300 ltr.ha
-1). Hama lainnya adalah
kumbang penggerek pucuk Oryctes rhynoceros diberantas dengan menabur insektisida butir
an Karbosulfat 0,05-0,10 g ba.pohon-1
setiap 2 minggu atau 3 butir kapur barus.pohon-1
tiap
1-2 kali.bulan-1
pada pucuk kelapa sawit. Penggerek Tandan Buah yang disebab kan ulat
Tirathaba mundella dan T.rufivena dikendalikan dengan insektisida Turicide 500 g ba.ha-1
,
Dimillin 105 g ba.ha-1
atau Baythroid 13,5 g ba.ha-1
.
Penyakit yang umum menyerang tanaman menghasilkan adalah busuk pangkal batang
yang disebabkan oleh jamur patogen Ganoderma bonimnence dikendalikan dengan Marfu-P.
Pada lahan gambut serangan penyakit ini dapat mencapai 25-45 % (Sulistyo, dkk, 2010).
Pengendalian sebaiknya dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dengan sanitasi
kebun dan tegakan. Pihak kebun melakukan dengan cara penimbunan tanah pada pangkal ba
tang, cara lain dengan menanam kultivar resisten untuk lahan gambut seperti varietas Topaz.
Secara kimia dengan fungisida sistemik kelompok Triazol seperti Triadimenol dan Triadi
mefon.
Penyakit karat daun disebabkan jamur karat oleh alga Cephaleuros virescens yang biasa
nya menyerang daun tua pada tanaman menghasilkan umur >5 tahun. Penyebabnya karena
kelembaban tinggi, titik embun dipermukaan daun dan debu. Di tanah gambut sering dijum
pai serangan berat hingga 40 % dari jumlah total mulai dari daun terbawah, sehingga meng
hambat fotosintesis. Secara kimia dilakukan dengan fungisida klorotalonil, Mankozeb dan
koper oksiklorida dengan konsentrasi 0,2-0,3 % disemprotkan kepermukaan atas daun tiap
Universitas Sumatera Utara
48
10-14 hari. Pengendalian hama dan penyakit secara kimia intensitas dan frekuensinya dila
kukan tergantung kemampuan finansial kebun.
c. Penunasan/Pemangkasan Pelepah
Untuk memudahkan panen, daun tua dipangkas. Penunasan (pruning) tidak boleh ter
lalu banyak karena dapat menurunkan produksi. Penunasan bertujuan: (1) untuk mengatur
jumlah pelepah yang perlu dipertahankan/ditinggal di pohon, (2) menjaga keseimbangan fisio
logis tanaman dan sanitasi, (3) memperlancar penyerbukan, (4) memudahkan panen dan peng
amatan tandan matang. Jumlah pelepah per pohon berpengaruh terhadap pertumbuhan akar,
bobot tandan dan produksi TBS. Standar umum jumlah pelepah tanaman umur≥8 tahun
adalah 40-48 pelepah.phn-1
dan umur <8 tahun sebanyak 48-54 pelepah.phn-1
. Tanaman yang
mempunyai jumlah <40 pelepah.phn-1
dapat merangsang terbentuknya bunga jantan yang
lebih banyak. Sebaliknya >56 pelepah.phn-1
dapat merangsang timbulnya penyakit busuk tan
dan dan menyulitkan panen (Sulistyo, dkk, 2010).
Penunasan pelepah dilakukan pada saat rotasi panen. Kebun menganut sistem songgo
dua yang meninggalkan dua pelepah di atas tandan yang akan dipanen dengan rotasi panen 10
hari sekali.
d. Pemupukan
Untuk mendapatkan produksi TBS yang tinggi diperlukan pemupukan yang cukup ting
gi (40-60 %) dari biaya pemeliharaan, (15-30 %) dari biaya produksi. Agar pemupukan dapat
digunakan secara efisien dan tepat sasaran, perlu diperhatikan penentuan jenis pupuk, dosis
pupuk, metode pemupukan, waktu dan frekuensi pemupukan serta pengawasan mutu pupuk
(Rahutomo, dkk, 2006., Adiwiganda, 2007)
Jenis pupuk an-organik yang diberikan berasal dari pupuk tunggal masing masing kebu
tuhan hara N,P,K dan Mg berasal dari urea (45 % N), TSP (46 % P2O5), MoP (60 % K2O)
dan kieserit (27 % MgO). Dalam penelitian ini dosis pupuk N,P,K dan Mg yang diberikan ber
asal dari tiga sumber yaitu :
(1). Berdasarkan rekomendasi umum untuk kelapa sawit pada lahan gambut yang dikeluarkan
PPKS Medan yang didasarkan pada pengelompokan umur tanaman (Winarna, dkk, 2003)
seperti Tabel 2 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
49
Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Berdasarkan
Pengelompokan Umur pada Lahan Gambut
Kelompok
Umur (thn)
Dosis Pupuk (kg.phn-1
thn-1
)
Urea/ZA TSP/SP-36 MoP/ZK Kies/dolomit Jumlah
4-8
2,00/4,25
1,25/1,50
1,50/1,75
1,00/1,50
5,75/9,00
9-13
2,50/5,50
1,75/2,50
2,25/2,75
1,25/2,00
7,75/12.75
14-20
1,50/3,25
1,50/2,00
2,00/2,50
1,25/2,00
6,25/9,75
21-25
1,50/3,25
1,00/1,50
1,25/1,50
1,00/1,50
4,75/7,75
(2). Pemberian dosis pupuk berdasarkan Teknologi Masukan Rendah (TMR) dilakukan
dengan penerapan konsep neraca hara, dimana dosis pupuk yang diberikan didasarkan pada
perhitungan kebutuhan hara yang diperlukan tanaman dan kemampuan lingkungan dalam
menyediakan hara. Berdasarkan konsep tersebut dosis pupuk hanya diberikan untuk menam
bah unsur hara yang kurang/tidak dapat disediakan oleh lingkungan (Ng dan Thamboo, 1967;
Pahan, 2007).
Dari hasil perhitungan unsur hara dengan melihat potensi produktivitas TBS.ha-1
.thn-1
diperoleh kebutuhan unsur hara untuk kebutuhan kelapa sawit sebagai berikut:
Tabel 4. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Berdasarkan Tekno
logi Masukan Rendah
Jenis Pupuk Dosis Pupuk
(kg.thn-1) (kg.phn-1.thn-1)
Pupuk N (58,56 kg N.ha-1
)
1.Urea (46 % N)
2.ZA (21 % N)
127,30 (130) urea
278,85 (275) ZA
O,89 (1,00) urea
1,95 (2,00) ZA
Pupuk P (9,28 kg P.ha-1
)
1.TSP (46 % P205; 20% P)
2.SP-36 (36 % P205;15% P)
46,40 (50) TSP
61,87 (75) SP-36
0,32 (0,50) TSP
0,43 (0,50) SP-36
Pupuk K (74,72 kg K.ha-1
)
1.MoP (60 % K2O; 49% K)
2.ZK (50 % K20: 41% K)
152,49 (150) MoP
182,24 (175) ZK
1,07 (1,00) MoP
1,27 (1,25) ZK
Pupuk Mg (16,64 kg Mg.ha-1
)
1.Kieserit (27 % Mg0; 16% Mg)
2.Dolomit (18 % Mg0; 10% Mg)
104,00 (100) kieserit
166,40 (175) dolomit
0,72 (0,75) kieserit
1,16 (1,00) dolomit
Jumlah 430 kg 3,25 kg
Keterangan: angka dalam kurung ( ) adalah angka pembulatan.
(3) Pemberian dosis pupuk an-organik N,P,K dan Mg yang direkomendasikan pihak kebun
dan telah digunakan pada tahun 2008 sampai 2011 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
50
Tabel 5. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilakn PT.Grahadura
Jenis Pupuk
Dosis Pupuk
(kg.phn-1
.thn-1
) (kg.phn-1
.thn-1
)
Urea/ZA (46 % N; 21 % N) 1,50 urea 3,25 ZA
TSP/RP (20 % P; 13 % P) 1,25 TSP 2,00 RP
MoP/ZK (49 % K; 41 % K) 2,00 MoP 2,50 ZK
Kies/dol (16%Mg: 10%Mg) 0,75 kieserit 1,00 dolomit
Cooper-sulfat (25 % Cu) 0,05 Cu-sulfat 0,05 Cu-sulfat
Zinc-sulfat (36 % Zn) 0,05 Zn-sulfat 0,05 Zn-sulfat
Jumlah 5,60 kg 8,85 kg
Ketiga paket pemupukan di atas diberikan mulai dari tengah piringan (100 cm dari
pohon) sampai ke bagian dalam piringan dengan cara ditabur merata. Waktu pemupukan dila
kukan pagi hari (sebaiknya dilaksanakan pada saat curah hujan 60-200 mm. bln-1
) dengan fre
kuensi 6 bulan untuk semua jenis pupuk, ditambah pupuk mikro Cu dan Zn masing-masing
50 g.phn-1
untuk rekomendasi pemupukan kebun (PTP-Nusantara IV, 2007; Sulistyo, dkk,
2010). Sejak tahun 2012 sampai dengan saat penelitian dilaksanakan pihak kebun tidak
pernah lagi memberikan keenam jenis dan dosis pupuk an-organik diatas.
3. Peubah Amatan
a. Komponen Tanaman
1) .Panjang Pelepah Daun (m)
Pengamatan panjang pelepah dilakukan dengan cara mengukur panjang pelepah daun
dari tanaman sampel, mulai dari anak daun yang terdapat pada pangkal racis sampai ujung
daun dengan cara meluruskan anak daun dengan menggunakan meteran, kemudian diambil
rataannya. Pengamatan dilakukan selama satu tahun.
2). Jumlah Pelepah Daun (pelepah)
Pengamatan jumlah pelepah dilakukan dengan cara menghitung jumlah pelepah daun
yang telah membuka sempurna dengan mengikuti rumus filotaksis (susunan anak daun pada
batang) 3/8. Artinya dalam tiga kali putaran batang tanaman terdapat/dilalui delapan pelepah
daun. Bila diketahui filotaksis dan jumlah daun pada umur dan jenis tanaman, maka dapat
ditetapkan daun yang terletak ditengah. Pengamatan dilakukan pada rotasi panen tiap 10 hari
Universitas Sumatera Utara
51
(tiga kali pengamatan dalam tiap bulan) kemudian diambil rataaannya. Pengamatan dilaku
kan selama satu tahun.
3). Jumlah Anak Daun (helai/pelepah)
Pengamatan jumlah anak daun dilakukan dengan cara menghitung jumlah anak daun
tanaman sampel yang terdapat pada rachis disebelah kiri dan kanan pelepah dengan menggu
nakan hand counter, diamati pada saat rotasi panen tiap 10 hari (tiga kali pengamatan dalam
tiap bulan) kemudian diambil rataannya. Pengamatan dilakukan selama satu tahun.
4). Rataan Berat Tandan (kg.pohon-1
)
Pengamatan berat tandan (BT) dilakukan dengan cara menghitung berat tandan kelapa
sawit/TBS tanaman sampel dari tiga kali penimbangan pada saat rotasi panen tiap 10 hari
dalam tiap bulan, dengan timbangan kapasitas 60 kg, kemudian dihitung rataan berat
tandannya. Pengamatan dilakukan selama satu tahun
5). Rataan Jumlah Tandan (tandan.pohon-1
)
Pengamatan jumlah tandan (JT) dilakukan dengan cara menghitung jumlah sampel tan
dan kelapa sawit dari tiga kali perhitungan rotasi panen tiap 10 hari dalam tiap bulan kemu
dian di hitung rataan jumlah tandannya. Pengamatan dilakukan selama setahun.
6). Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
bln-1
)
Estimasi perhitungan berat/produksi TBS kelapa sawit pada luasan satu hektar dalam
kurun waktu satu bulan diperoleh dari hasil perkalian antara rataan jumlah tandan (JT), rataan
berat tandan (BT) dan kerapatan tanam dalam 1 hektar (SPH/stems per hectare=135 tan.ha-1
).
Penimbangan total berat TBS tiap bulan berasal dari penjumlahan berat TBS dengan interval
10 hari (3 kali dalam tiap bulan) selama satu tahun.
7). Produksi Tandan Buah Segar (ton TBS.ha-1
thn-1
)
Perhitungan berat/produksi TBS kelapa sawit dalam satu tahun, dihitung dengan cara
mengalikan hasil penimbangan berat TBS kelapa sawit tiap bulan pada luasan satu hetar da
lam kurun waktu satu tahun (12 bulan).
Universitas Sumatera Utara
52
b. Komponen Kadar Hara Daun
Di akhir pengamatan dilakukan pengambilan contoh daun kelapa sawit untuk di analisis
Pengambilan contoh daun didasarkan pada Kesatuan Contoh Daun (KCD) yang mencermin
kan keseragaman umur tanaman, jenis tanah, tindakan kultur teknis dan topografi/drainase.
Dilakukan dengan sistem terpusat, dimana pohon contoh diambil pada wilayah tertentu dari
satu KCD yang dianggap mewakili dari areal dengan topografi datar-berombak, yang terdiri
dari 2-3 baris tanaman yang terletak di tengah areal. Syarat pohon contoh: (1) tidak dekat
dengan jalan, sungai, parit, dan bangunan; (2) bukan pohon sisipan, (3) tidak berdekatan deng
an hiaten (areal terbuka), dan (4) pohon normal tidak terserang penyakit. Contoh daun tanam
an menghasilkan yang di ambil berasal dari pelepah ke-17 yang letaknya di bawah daun ke-9
agak kesebelah kiri pada susunan pelepah pohon dengan spiral kanan dan agak kesebelah
kanan jika susunan pelepah dengan spiral kiri. Pengambilan contoh daun diambil pagi hari-
tengah hari jam 07.00-13.00 WIB. Pengambilan helai daun berasal dari titik ujung permukaan
datar dari permukaan atas pelepah, diambil masing-masing tiga helai pada bagian sebelah
kanan maupun sebelah kiri. Selanjutnya helai anak daun di potong menjadi tiga bagian, seper
tiga bagian tengah akan dikirim ke laboratorium. Bagian helaian daun yang kotor, berdebu,
dan berjamur dibersihkan dengan kapas yang dibasahi aquadest, kemudian lidinya dipisah
kan/dibuang dari daun. Helaian daun dari satu KCD dijadikan satu contoh daun dan dima
sukkan kedalam amplop berlubang yang telah diberi label sandi perlakuan. Contoh daun yang
telah disiapkan dalam amplop berlubang dikeringkan dengan oven pada temperatur 80⁰C
selama 12 jam untuk menghindari timbulnya jamur. Selanjutnya contoh daun yang telah
kering dikirim ke laboratorium (Darmosarkoro dan Suwandi, 1999., Mukhlis, 2007). Jenis
peubah amatan yang di analisis dari contoh daun antara lain :
1). Kadar hara N dengan menggunakan metode Kjeldahl
2). Kadar hara P dengan menggunakan metode Spectrophotometry
3). Kadar hara K dengan menggunkan metode Flamephotometry
4). Kadar hara Ca dengan menggunakan metode AAS
5). Kadar hara Mg dengan menggunakan metode AAS
Universitas Sumatera Utara
53
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian I
Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut terhadap Ameliorasi yang di-inkubasi di
Polibag
1 . Reaksi Tanah (pH-Tanah)
Daftar sidik ragam tanah inkubasi media tanam gambut di polibag selama satu tahun
dapat di lihat pada Lampiran 9. Rataan nilai pH-tanah pada media tanam gambut di polibag
disajikan pada Tabel 6, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap
pH-tanah ditampilkan pada Gambar 4 di bawah ini.
Tabel 6. Hasil analisis pH-tanah inkubasi akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran
pada media tanaman gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran pH tanah Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg taneh mineral.polibag-1
)
6,15 c
6,40 b
6,63 a
4,51 f
4,96 e
5,65 d
4,13 h
4,24 g
4,28 g
Agak masam
Agak masam
Netral
Masam
Masam
Agak masam
Sangat masam
Sangat masam
Sangat masam
KK = 1,21 %
Keterangan: 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/DMRT. .
2. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982).
Gambar 4. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Niali pH Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
Dari Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian ke
tiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap reaksi tanah/pH-tanah inkubasi
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
pH
Tan
ah
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
53
Universitas Sumatera Utara
54
media tanam gambut di polibag, dengan nilai pH-tanah tertinggi terdapat pada perlakuan pem
berian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3) yaitu 6,63, meningkat 1,61 kali lipat (D3 vs M1),
lebih tinggi 1,84 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal (A3 vs TA), berbeda
nyata dengan pemberian dolomit dosis 0,45 kg.polibag-1
(D1) dan dosis 0,90 kg.polibag-1
(A2), demikian pula terhadap kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (F1-F3 dan M1-
M3).
Dari Gambar 4 di atas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio
ran menunjukkan adanya peningkatan terhadap nilai pH-tanah inkubasi dengan semakin ting
ginya dosis bahan amelioran yang diberikan, polanya berbanding lurus. Jenis bahan amelio
ran tertinggi nilai pH-tanahnya pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
) dimulai dari dolomit,
diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D1; F1 dan M1), sedang untuk nilai pH-tanah ter
tinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
) polanya juga sama, dimulai dari dolomit, diikuti
batuan fosfat dan terendah tanah mineral (D3; F3 dan M3).
Hardjowigeno (2010) menjelaskan bahwa dolomit termasuk salah satu bahan kapur
yang dapat digunakan sebagai bahan amelioran untuk memperbaiki kondisi sifat kimia tanah,
teruatama pH-tanah. Bahan lain yang dapat diguanakan adalah kapur karbonat, kapur tohor
kapur bakar dan kapur sirih/kapur tembok, terak baja dan batuan fosfat.
2 . Nitrogen Total Tanah (%)
Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat
pada Lampiran 10. Rataan kandungan N-tanah pada media tanam gambut di polibag disaji
kan pada Tabel 7, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap N-total
tanah ditampilkan pada Gambar 5 di bawah ini.
Tabel 7. Hasil analisis N-tanah (%) inkubasi akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelio
ran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran N-tanah (%) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
1,30 a
0,89 d
0,37 e
1,05 bc
0,95 cd
0,73 e
1,12 b
0,88 d
0,74 e
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sedang
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Tinggi
KK = 7,08 %
Keterangan: 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2.. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982).
Universitas Sumatera Utara
55
Gambar 5. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Kandungan N-Total Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
Dari Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian ke
tiga jenis bahan amelioran yang dicobakan terhadap hasil analisis N-tanah inkubasi media
tanam gambut di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian bahan
amelioran 0,45 kg dolomit.polibag-1
(D1) dengan nilai 1,30 % N, meningkat 3,51 kali lipat
(D1 vs D3), akan tetapi lebih rendah/turun 6,47 % bila dibandingkan dengan analisis tanah
awal (A1 vs TA), berbeda nyata dengan perlakuan pemberian dolomit yang lebih tinggi, baik
dengan dosis 0,90 kg dolomit.poolibag-1
(D2) maupun dosis 1,35 kg dolomit.polibag-1
(D3),
demikian pula berbeda nyata dengan kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (F1-F3;
dan M2-M3).
Dari Gambar 5 di atas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio
ran menunjukkan adanya penurunan kadar N-total tanah inkubasi dengan semakin tingginya
dosis bahan amelioran yang digunakan, polanya berbanding terbalik. Untuk nilai N-total ta
nah tertinggi pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
) adalah dolomit diikuti batuan fosfat dan
tanah mineral (D1; F1 dan M1), sedang untuk nilai N-total tanah tertinggi pada dosis tinggi
(1,35 kg.poli bag-1
) dimulai dari batuan fosfat, tanah mieral dan dolomit (F3; M3 dan D3).
Leiwakabessy (1988) menyatakan bahwa ada korelasi antara ketersediaan N-total
tanah dengan kondisi pH-tanah. Tanah-tanah yang memiliki reaksi/pH tanah menuju netral
sampai basa (pH 5,5-10), ketersedian N-total tanahnya agak lebih rendah dari pada tanah-
tanah bereaksi yang agak lebih masam. Tan (1993) menambahkan tingginya konsentrasi Ca
dalam tanah yang berasal dari dolomit dosis tinggi, dan kadar Ca-tanah yang tergolong tinggi,
dapat menghambat ketersediaan dan kadar hara N bagi tanaman (sifat antagonisme hara
antara Ca tinggi dengan ketersediaan N tanah).
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
0 0.45 0.9 1.35 1.8
N-T
ota
l tan
ah (
%)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
56
3 . Fosfor Tersedia (ppm)
Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat
pada Lampiran 11. Rataan kadar P-tersedia tanah pada media tanam gambut di polibag disaji
kan pada Tabel 8, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap P-ter
sedia tanah ditampilkan pada Gambar 6 di bawah ini.
Tabel 8. Hasil analisis P-tersedia tanah inkubasi (ppm) akibat perlakuan jenis dan dosis
amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran P-tersedia (ppm) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
23,01 e
54,14 de
56,20 de
90,69 c
113,51 b
131,49 a
51,79 de
64,06 de
72,56 d
Sedang
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
KK = 9,78 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber
beda nyata pada tara 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982).
Gambar 6. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap P-tersedia Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
Dari Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
batuan fosfat yang digunakan terhadap kadar P-tersedia tanah inkubasi media tanam gambut
di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian batuan fosfat dengan do
sis 1,35 kg.polibag-1
(F3) yaitu 131,49 ppm, meningkat 5,71 kali lipat (F3 vs D1), dan lebih
tinggi 30,09 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA (F3 vs TA), berbeda
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
P-t
erse
dia
tan
ah (
pp
m)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
57
nyata terhadap kedua perlakuan pemberian batuan fosfat dengan dosis 0,45 kg.polibag-1
(F1)
maupun dosis 0,90 kg.polibag-1
(F2), demikian pula terhadap kedua jenis dan dosis perlakuan
bahan amelioran lainnya (D1-D3 dan M1-M3).
Dari Gambar 6 di atas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio
ran menunjukkan adanya peningkatan kadar P-tersedia tanah inkubasi dengan semakin tinggi
nya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan bersifat berbanding lurus). Jenis
bahan amelioran tertinggi untuk P-tersedia tanah pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
) dimu
lai dari batuan fosfat, diikuti tanah mineral dan dolomit (F1; M1 dan D1), demikian pula
untuk ketersediaan P-tanah pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
) polanya adalah sama, yaitu
batuan fosfat, diikuti tanah mineral dan dolomit (F3; M3 dan D3).
Munawar (2011) menjelaskan konsentrasi P dalam tanah sangat dipengaruhi oleh fak
tor pelapukan yang berasal dari P-organik, berupa sisa flora dan fauna serta jasad renik dalam
tanah, reaksi tanah/pH-tanah, dan ketersediaan kation logam (Al, Fe dan Ca, Mg). Jumlah P-
organik total dalam tanah beragam antara 20-80 %, yang terdapat sebagai inositol-P (2-50
%), asam nukleat (0,2-2,5 %) dan fosfolipid (1-5 %) serta fosfoprotein dalam jumlah sangat
sedikit.
4 . Kalium dapat ditukar (me.100 g-1
)
Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat
pada Lampiran 12. Rataan kadar K-dd tanah pada media tanam gambut di polibag disajikan
pada Tabel 9 sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap K-dd tanah
ditampikan pada Gambar 7 di bawah ini.
. Tabel 9. Hasil analisis K-dd tanah inkubasi (me.100 g-1
) akibat perlakuan jenis dan dosis
bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran K-dd (me.100 g
-1) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
0,35 d
0,39 cd
0,55 a
0,25 e
0,39 cd
0,49 b
0,40 cd
0,43 bc
0,48 b
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
KK = 7,64 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2. Kriteria Penlilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982).
Universitas Sumatera Utara
58
Gambar 7. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap K-dd tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
Dari Tabel 9 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari perlakuan pem
berian ketiga bahan amelioran terhadap kandungan K-dd tanah inkubasi pada media tanam
gambut di polibag, dengan nilai K-dd tanah tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian
dolomit dengan dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3) yaitu 0,55 me.100 g-1
, meningkat 2,20 kali lipat
(D3 vs F1), dan lebih tinggi 6,11 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA
(D3 vs TA), berbeda nyata dengan kedua perlakuan dolomit dengan dosis 0,45 kg.polibag-1
(D1) maupun dengan dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2), demikian pula terhadap kedua jenis dan
dosis bahan amelioran lainnya, masing-masing untuk batuan fosfat dengan peningkatan dosis
0,45 kg.polibag-1
sampai 1,35 kg.polibag-1
(F1-F3), maupun pada perlakuan bahan amelioran
tanah mineral (M1-M3).
Dari Gambar 7 di atas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio
ran menunjukkan adanya peningkatan kadar K-dd tanah inkubasi dengan semakin tingginya
dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungannya berbanding lurus). Jenis bahan
amelioran tertinggi untuk K-dd tanah pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
) dimulai dari tanah
mineral, diikuti dolomit dan batuan fosfat (M1; D1 dan F1) , sedang nilai akhir K-dd tanah ter
tinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan di
akhiri tanah mineral (D3; F3 dan M3).
Menurut Winarso (2005) ketersediaan K-dd dalam tanah sangat dipengaruhi oleh
bahan induk/jenis bahan organik tanah dan intrusi air laut/sungai. Sumber K pada tanah gam
but sangat dipengaruhi oleh K dalam jaringan tanaman yang bervariasi antara 1,7 %-2,7 %
dari berat kering daun.
5. Kalsium dapat ditukar (me.100 g-1
)
Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0 0.45 0.9 1.35 1.8K-d
d t
anah
(m
e.10
0g-1
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
59
pada Lampiran 13. Rataan kadar Ca-dd tanah pada media tanam gambut di polibag disajikan
pada Tabel 10 sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap Ca-dd tanah
ditampilkan pada Gambar 8 di bawah ini.
Tabel 10. Hasil analisis Ca-dd tanah inkubasi (me.100 g-1
) akibat perlakuan jenis dan dosis
amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran Ca-dd (me.100 g
-1) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
25,65 b
27,41 b
29,61 a
10,49 e
13,48 d
17,31 c
3,48 f
3,81 f
3,99 f
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
KK = 6,16 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2.. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982).
Gambar 8. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Ca-dd Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
Dari Tabel 10 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari perlakuan
pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran, masing-masing dolomit, batuan fosfat dan
tanah mineral. untuk berbagai peningkatan dosis terhadap kandungan Ca-dd tanah inkubasi
pada media tanam gambut di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pem
berian bahan amelioran dolomit 1,35 kg.polibag-1
(D3) yaitu 29,61 me.100 g-1
, meningkat
8,51 kali lipat (D3 vs M1) dan lebih tinggi 2,02 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis
tanah awal/TA (D3 vs TA), berbeda nyata dengan perlakuan bahan amelioran dolomit dosis
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
Ca-
dd
tan
ah (
me.
100g
-1)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
60
0,45 kg.polibag-1
(D1) maupun dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2), demikian pula terhadap perla
kuan bahan amelioran lainnya, baik batuan fosfat (F1-F3) maupun tanah mineral (M1-M3).
Dari Gambar 8 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan kadar Ca-dd tanah inkubasi dengan semakin tingginya dosis
bahan amelioran yang digunakan (pola hubungannya berbanding lurus). Jenis bahan amelio
ran tertinggi untuk Ca-dd tanah pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
) dimulai dari dolomit,
diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D1; F1 dan M1). Sedang untuk nilai Ca-dd tanah ter
tinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan
tanah mineral (D3; F3 dan M3).
Munawar (2011) menjelaskan bahwa ketersediaan Ca-dd dalam larutan tanah sangat
dipengaruhi beberapa faktor yaitu pasokan Ca-total, pH-tanah, KTK, derajat kejenuhan Ca, ti
pe koloid, dan rasio Ca dengan kation-kation lain dalam tanah (Ca/Mg dan Ca/K). Rasio Ca/
Mg˂6,6 dan Ca/K˂13 terjadi defisiensi Mg dan K, sehingga diperlukan pemupukan Mg dan
K.
6 . Magnesium dapat ditukar (me.100 g-1
)
Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat
pada Lampiran 14. Rataan kadar Mg-dd tanah pada media tanam gambut di polibag disaji
kan pada Tabel 11, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap Mg-dd
tanah ditampilkan pada Gambar 9 di bawah ini.
Tabel 11. Hasil analisis Mg-dd tanah inkubasi (me.100 g-1
) akibat perlakuan jenis dan dosis
amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran Mg-dd (me.100 g
-1) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
13,29 c
16,42 b
20,99 a
1,54 e
2,71 e
7,65 d
1,32 e
1,74 e
2,78 e
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
KK = 12,89 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982).
Universitas Sumatera Utara
61
Gambar 9. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Mg-dd Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
Dari Tabel 11 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kadar Mg-dd
tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dengan nilai tertinggi terdapat pada pem
berian bahan amelioran dolomit 1,35 kg.polibag-1
(D3) yaitu 20,99 me.100 g-1
, meningkat 15,
90 kali lipat (D3 vs M1), dan lebih tinggi 7,77 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis
tanah awal (D3 vs TA), berbeda nyata dengan kedua bahan amelioran dolomit lainnya, baik
dosis 0,45 kg.polibag-1
(D1) maupun dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2), demikian pula terhadap
bahan amelioran lainnya (batuan fosfat dan tanah mineral).
Dari Gambar 9 tampak bahwa pemberain ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan kadar Mg-dd tanah inkubasi dengan semakin tingginya dosis
bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan berbanding lurus). Jenis bahan amelioran
tertinggi untuk Mg-dd tanah pada dosis rendah 0,45 kg.polibag-1
dimulai dari dolomit, diikuti
batuan fosfat dan tanah mineral (D1; F1 dan M1). Sedang nilasi Mg-dd tertinggi pada dosis
tinggi 1,35 kg.polibag-1
dimulai dari dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral (D3; F3 dan
M3).
Munawar (2011) menjelaskan bahwa ada korelasi antara kadar Mg-dd tanah dengan
sumber Mg dalam tanah. Dalam tanaman Mg-organik sangat beragam antara 0,1-0,4% Mg,
sehingga konsentrasi dalam larutan tanah juga bervariasi. Ketersediaannya sangat dipenga
ruhi oleh pasokan Mg, pH-tanah, derajat kejenuhan Mg, sifat-sifat dari ion dapat tukar dan
tipe koloid.
7 . Kapasitas Tukar Kation (me.100 g-1
)
Daftar sidik ragam tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag dapat di lihat
pada Lampiran 15. Rataan nilai KTK tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag di
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
0 0.5 1 1.5Mg-
dd
tan
ah (
me.
100
-1)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
62
sajikan pada Tabel 12 sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap
KTK tanah ditampilkan pada Gambar 10 di bawah ini.
Tabel 12. Hasil analisis KTK tanah inkubasi (me.100 g-1
) akibat perlakuan jenis dan dosis
amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran KTK (me.100 g-1
) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
24,65 e
35,62 c
37,11 c
32,31 d
35,70 c
40,41 b
36,47 c
48,23 a
49,54 a
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
KK = 12,89 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982)
Gambar 10. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap KTK Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
Dari Tabel 12 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari ketiga jenis
dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit; batuan fosfat dan tanah mineral) terha
dap nilai KTK tanah inkubasi pada media tanam gambut di polibag, dengan nilai KTK ter
tinggi terdapat pada pemberian bahan amelioran tanah mineral dengan dosis 1,35 kg. polibag-
1 (M3) yaitu 49,54 me.100 g
-1, meningkat 2,01 kali lipat (M3 vs D1), lebih rendah/turun 68,
10 % bila dibandingkan dengan analisis tanah awal (M3 vs TA), berbeda nyata dengan pem
berian perlakuan bahan amelioran tanah mineral dengan dosis 0,45 kg.polibag-1
(M1), demi
kian pula terhadap kedua jenis dan dosis perlakuan bahan ameli oran lainnya (dolomit dan
batuan fosfat).
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
55.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
KTK
tan
ah (
me.
100g
-1)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
63
Dari Gambar 10 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
menujukkan adanya peningkatan terhadap nikai KTK tanah inkubasi dengan semakain tinggi
nya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungannya berbanding lurus). Jenis
bahan amelioran tertinggi untuk nilai KTK tanah pada dosis rendah 0,45 kg.polibag-1
dimulai
dari tanah mineral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M1; F1 dan D1). Sedang nilai KTK
tanah tertinggi pada dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
dimulai dari tanah mineral, batuan fosfat
dan dolomit (M3; F3 dan D3).
Nurhidayati (2017) menjelaskan bahwa tingginya nilai KTK suatu jenis tanah, ter
utama tanah gambut, sangat dipengaruhi oleh reaksi tanah/pH-tanah, kejenuhan basa/KB,
jumlah kation basa, jenis bahan organik, pengapuran dan pemupukan.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum pemberian ketiga
jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) hasilnya bervari
asi, untuk pemberian dolomit dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
(D3) dapat meningkatkan pH
tanah sebesar 6,63, K-dd sebesar 0,55 me.100 g-1
, Ca-dd sebesar 29,61 me.100 g-1
dan Mg-dd
sebesar 20,99 me.100 g-1
, sedang untuk pemberian batuan fosfat dosis tinggi 1,35 kg.polibag-
1 (F3) terdapat pada pengamatan kadar P-tersedia sebesar 131,49 ppm, sementara pemberian
tanah mineral dosis sedang sampai tingggi 0,90-1,35 kg.polibag-1
(M2-M3) dapat meningkat
kan KTK-tanah masing-masing sebesar 48,23 me.100 g-1
dan 49,54 me.100 g-1
.
Penelitian-II
Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut dan Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit terhadap Ameliorasi di Polibag
A. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag
1 . Tinggi Bibit (cm)
Daftar sidik ragam pengamatan tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan utama (main
nursery) pada penelitian-II dapat di lihat pada Lampiran 16-27. Rataan pertambahan tinggi
bibit kelapa sawit di pembibitan utama umur 5 BST-16 BST terdapat pada Tabel 13, sedang
hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap pertam bahan
tinggi bibit kelapa sawit disajikan pada Gambar 11 di awah ini.
Universitas Sumatera Utara
64
Dari Tabel 13 dan Gambar 11 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata
dari perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit/D1-D3; batu
an fosfat/F1-F3 dan tanah mineral/M1-M3) pada media tanam gambut di polibag terhadap per
tambahan tinggi bibit kelapa sawit umur 5 BST sampai 16 BST selama satu tahun.
Secara umum tampak bahwa pertambahan tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan
utama dari umur 5 BST sampai 16 BST polanya selalu bersifat berbanding lurus antara dosis
perlakuan bahan amelioran, baik dolomit, batuan fosfat maupun tanah mineral, bila diban
dingkan dengan dosis taraf 0,45 kg.polibag-1
(D1; F1 dan M1) dengan dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2; F2 dan M2) menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, akan tetapi pada dosis perla
kuan bahan amelioran yang semakin tinggi, yaitu 1,35 kg.polibag-1
(D3; F3 dan M3) tidak me
nunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit di
pembibitan utama.
Bila dibandingkan pertambahan tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan utama umur
16 BST (pengamatan terakhir) pada perlakuan dolomit taraf 0,90 kg.polibag-1
(D2) dengan
perlakuan dolomit dengan dosis 0,45 kg.polibag-1
(D1) terdapat pertambahan tinggi bibit
kelapa sawit sebesar 19,04 %, meningkat 1,19 kali lipat (D2 vs D1), sedang untuk perlakuan
batuan fosfat dengan dosis yang sama (F2 vs F1) terdapat peningkatan pertambahan tinggi
bibit kelapa sawit sebesar 25,20 %, meningkat 1,25 kali lipat (F2 vs F1), demikian pula untuk
perlakuan tanah mineral dengan dosis yang sama (M2 vs M1) terdapat pertambahan tinggi
bibit kelapa sawit sebesar 25,42 %, meningkat 1,25 kali lipat (M2 vs M1).
Adanya respon pertambahan tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan utama umur 16
BST akibat perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran, taraf 0,90 kg.polibag-1
(D2; F2
dan M2) bila dibandingkan dengan dosis taraf 0,45 kg.polibag-1
(D1; F1 dan M1) disebabkan
karena adanya sumbangan ion hara Ca dan Mg yang berasal dari dolomit, hara Ca dan P dari
batuan fosfat, tanah mineral serta adanya pemberian rekomendasi pemupukan pupuk maje
muk dan kieserit di pembibitan utama selama satu tahun (Lampiran 5). Pemberian jenis dan
bahan amelioran dengan dosis yang lebih tinggi 1,35 kg.polibag-1
, baik dolomit, batuan fosfat
maupun tanah mineral (D3; F3 dan M3) tidak menunjukkan adanya pertambahan terhadap
tinggi bibit kelapa sawit di pembibitan utama, diduga karena tingginya konsentrasi ion hara
dalam larutan tanah yang disumbangkan dari ketiga jenis bahan amelioran menyebabkan
terjadinya antagonisme hara, yang menyebabkan beberapa ion hara lain menjadi tidak terse
dia bagi tanaman.
Tan (1993) menjelaskan salah satu faktor ekternal, terutama sifat kimiawi tanah yang
dapat mempengaruhi ketersediaan ion hara disebabkan oleh sifat-sifat ion hara (ukuran/
Universitas Sumatera Utara
65
radius ion, muatan ion, mobilitas ion, kekuatan ion) seperti kesetimbangan hara, antagonisme
ion hara dan sinergisme. Anion hara memiliki radius ion lebih besar daripada kation, mobili
tas ion lebih tinggi pada kelompok ion monovalen dibandingkan kelompok ion polivalen.
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 13. Tinggi bibit kelapa sawit (cm) di pembibitan utama (main nursery) umur 5 BST sampai 16 BST akibat perlakuan jenis dan dosis
bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan
bahan
amelioran
Bulan Setelah Tanam (BST)
Mei
2015
Juni
2015
Juli
2015
Agustus
2015
Septem
2015
Oktober
2015
Novem
2015
Desem
2015
Januari
2016
Februari
2016
Maret
2016
April
2016
D1
D2
D3
F1
F2
F3
M1
M2
M3
26,03 bc
28,48 ab
27,78 ac
25,62 c
28,60 ab
28,00 ac
25,53 c
29,17 a
29,13 a
31,05 bc
34,52 a
33,77 a
29,97 c
33,48 ab
33,55 ab
30,55 c
33,80 a
34,77 a
36,47 b
40,57 a
40,49 a
35,35 b
41,10 a
40,42 a
35,82 b
39,73 a
41,12 a
42,37 b
47,72 a
47,47 a
41,30 b
47,68 a
47,48 a
41,60 b
48,17 a
48,63 a
49,32 b
56,18 a
55,47 a
48,93 b
56,12 a
55,68 a
49,18 b
56,90 a
57,02 a
56,97 b
63,35 a
63,67 a
56,85 b
64,43 a
63,90 a
55,92 b
64,92 a
65,08 a
72,48 b
84,17 a
83,78 a
71,85 b
84,13 a
83,20 a
72,17 b
84,15 a
84,03 a
83,00 b
96,15 a
95,67 a
82,37 b
96,50 a
95,93 a
83,22 b
97,08 a
96,28 a
93,77 b
111,03 a
109,60 a
94,37 b
111,42 a
110,87 a
94,35 b
111,97 a
111,67 a
106,30 b
129,23 a
127,95 a
106,22 b
128,87 a
127,43 a
106,32 b
129,10 a
128,90 a
119,17 b
146,35 a
145,65 a
119,33 b
146,75 a
146,13 a
118,90 b
147,37 a
146,63 a
138,67 b
165,07 a
147,78 ab
132,17 b
165,48 a
165,47 a
132,75 b
166,50 a
166,05 a
KK (%) 4,91 4,09 3,55 2,27 1,74 1,57 1,10 1,08 1,12 1,04 0,68 6,29
Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/
DMRT.
2. D1=0,45 kg dolomit.polibag-1; D2=0,90 kg dolomit.polibag-1; D3=1,35 kg dolomit.polibag-1; F1=0,45 kg batuan fosfat.polibag-1; F2=0,90 kg batuan fosfat.polibag-1; F3=1,35 kg
batuan fosfat. polibag-1; M1=0,45 kg tanah mineral.polibag-1; M2=0,90 kg tanah mineral.polibag-1; dan M3=1,35 kg tanah mineral.polibag-1; KK = Koefisien Keragaman
53
Universitas Sumatera Utara
67
Gambar 11. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Pertambahan Tinggi Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag
2. Diameter bibit (cm)
Daftar sidik ragam pengamatan diameter bibit kelapa sawit di pembibitan utama
dapat di lihat pada Lampiran 28-39. Rataan pertambahan diameter bibit kelapa sawit di pem
bibitan utama umur 5 BST sampai 16 BST terdapat pada Tabel 14, sedang hubungan antara
jenis dan dosis bahan amelioran terhadap pertambahan diameter batang bibit kelapa sawit
disajikan pada Gambar 12 di bawah ini.
Dari Tabel 14 dan Gambar 12 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata
dari perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat
dan tanah mineral) pada media tanam gambut di polibag terhadap pertambahan diameter bibit
kelapa sawit umur 5 BST sampai 16 BST.
Bila di lihat dari tabel tersebut tampak bahwa respon pertambahan diameter bibit
kelapa sawit di pembibitan utama dari umur 5 BST sampai 16 BST (selama satu tahun) pola
nya hampir sama dengan pengamatan pertambahan tinggi bibit, cenderung berkorelasi positif,
dari dosis perlakuan bahan amelioran taraf awal yaitu 0,45 kg.polibag-1
(D1, F1 dan M1) de
ngan dosis taraf 0,90 kg.polibag-1
(D2, F2 dan M2) menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata secara statistik, dengan perolehan diameter bibit kelapa sawit terbesar yaitu 8,87 cm
(dolomit/D2), 8,88 cm (F2) dan 8,97 cm (M2), akan tetapi tidak berpengaruh nyata pada do
sis perlakuan bahan amelioran yang semakin tinggi yaitu 1,35 kg.polibag-1
(D3, F3 dan M3).
Bila dibandingkan pertambahan diameter bibit kelapa sawit di pembibitan utama
umur 16 BST (pengamatan terakhir) antara perlakuan bahan amelioran dengan dosis terbaik/
level dua yaitu 0,90 kg.polibag-1
(D2; F2 dan M2) dengan dosis taraf 0,45 kg.polibag-1
(D1;
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tin
ggi b
ibit
kel
apa
saw
it (
cm)
Bulan Pengamatan (Mei 2015 s/d April 2016)
D1
D2
D3
F1
F2
F3
M1
M2
M3
Universitas Sumatera Utara
68
F1 dan M1) terdapat pertambahan diameter bibit kelapa sawit, masing-masing untuk per
lakuan dolomit sebesar 14,90 %, meningkat 1,15 kali lipat (D2 vs D1), batuan fosfat sebesar
14,29 %, meningkat 1,14 kali lipat (F2 vs F1), dan untuk tanah mineral sebesar 15,44 %,
meningkat 1,15 kali lipat (M2 vs M1), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan jenis dan
dosis bahan amelioran yang semakin tinggi, yaitu 1,35 kg.polibag-1
(D3; F3 dan M3).
Adanya respon pertambahan diameter bibit kelapa sawit di pembibitan utama umur 16
BST akibat perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit; batu
an fosfat dan tanah mineral) pada dosis level dua yaitu 0,90 kg.polibag-1
(A2; A5 dan A8)
bila dibandingkan dengan dosis di bawahnya yaitu 0,45 kg.polibag-1
(D1; F1 dan M1) dise
babkan karena pada dosis level kedua tersebut diduga terdapat kondisi ion hara yang seim
bang dan optimal dalam menyediakan/memasok hara Ca, Mg, P dari dolomit, batuan fosfat,
dan tanah mineral maupun ion hara lainnya yang berasal dari pupuk multihara (15; 15:6:4)
dan (12:12:17:2) dan kieserit dari rekomendasi pemupukan di pembibitan utama, yang konse
kuensinya dapat diserap dalam mendukung pertumbuhan diameter bibit kelapa sawit.
Munawar (2011) menjelaskan bahwa terdapat hubungan ketersediaan stok hara dalam
laruran tanah dengan tampilan pertumbuahan tanaman. Status ion hara yang diserap tanaman
sangat dipengaruhi oleh kesetimbangan hara, kation/anion pengikat hara, reaktivitas, reaktan
(bahan amelioran/pupuk) yang diberikan baik dalam air atau asam, mobilitas ion hara, sifat
antagonisme hara dan efek Viets.
Universitas Sumatera Utara
69
Tabel 14. Diameter bibit kelapa sawit (cm) di pembibitan utama (main nursery) umur 5 BST sampai 16 BST akibat perlakuan jenis dan dosis
bahan amelioran pada media tanam gmbut di polibag
Perlakuan bahan amelioran
Bulan Setelah Tanam (BST)
Mei 2015
Juni 2015
Juli 2015
Agustus 2015
Septem 2015
Oktober 2015
Novem 2015
Desem 2015
Januari 2016
Februari 2016
Maret 2016
April 2016
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2
M3
1,72 e 2,08 cd 1,95 de 1,98 de 2,37 abc 2,25 a-d 2,10 bcd 2,48 a 2,43 ab
2,17 d 2,53 bc 2,53 bc 2,28 d 2,57 ab 2,50 cd 2,55 bc 2,65 a 2,67 a
2,45 d 2,80 bcd 2,93 abc 2,62 cd 3,10 ab 2,93 abc 2,58 cd 3,30 a 3,28 a
3,17 b 3,73 a 3,73 a 3,28 b 3,90 a 3,88 a 3,28 b 3,92 a 3,93 a
3,63 c 4,45 a 4,25 b 3,62 c 4,33 ab 4,33 ab 3,67 c 4,48 a 4,43 a
4,13 b 4,75 a 4,80 a 4,27 b 4,87 a 4,82 a 4,22 b 4,92 a 4,90 a
4,60 c 5,17 b 5,03 b 4,70 c 5,82 a 5,85 a 5,18 b 5,92 a 5,93 a
5,70 c 6,40 a 6,38 a 5,73 c 6,47 a 6,43 a 5,85 b 6,45 a 6,47 a
6,03 c 6,90 a 6,83 a 6,20 b 6,90 a 6,83 a 6,23 b 6,95 a 6,88 a
6,53 d 7,25 bc 7,18 c 6,55 d 7,25 bc 7,22 c 6,60 d 7,45 a 7,38 ab
7,17 b 7,90 a 7,87 a 7,23 b 7,90 a 7,85 a 7,25 b 7,93 a 7,93 a
7,72 b 8.87 a 8,88 a 7,77 b 8,88 a 8,82 a 7,77 b 8,97 a 8,93 a
KK (%) 7,98 8,15 6,63 3,00 2,26 2,54 1,57 0,75 0,98 1,06 0,87 1,41
Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/
DMRT.
2 . A1=0,45 kg dolomit.polibag-1
; A2=0,90 kg dolomit.polibag-1
; A3=1,35 kg dolomit.polibag-1
; A4=0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
; A5=0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
; A6=1,35 kg
batuan fosfat.polibag-1
; A7=0,45 kg tanah mineral.polibag-1
; A8=0,90 kg tanah mineral.polibag-1
; dan A9=1,35 kg tanah mineral.polibag-1
; KK=Koefisien Keragaman.
Universitas Sumatera Utara
70
Gambar 12. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Pertambahan Diameter Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag
3. Jumlah Daun (helai)
Daftar sidik ragam pengamatan jumlah daun bibit kelapa sawit di pembibitan utama
dapat di lihat pada Lampiran 40-51. Rataan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit di
pembibitan utama umur 5 BST sampai 16 BST terdapat pada Tabel 15, sedang hubungan
antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit
di polibag disajikan pada Gambar 13 di bawah ini.
Dari Tabel 15 dan Gambar 13 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata
dari perlakuan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat
dan tanah mineral) pada media tanam gambut di polibag terhadap pertambahan jumlah daun
bibit kelapa sawit umur 5 BST sampai 16 BST.
Dari tabel tersebut menunjukan bahwa respon dari pertambahan jumlah daun bibit
kelapa sawit di pembibitan utama umur 5 BST sampai 16 BST (selama satu tahun) mengikuti
pola penyebaran yang hampir sama dengan trend pertambahan tinggi bibit dan diameter bibit
kelapa sawit di pembibitan utama, dimana terdapat korelasi yang berbanding lurus antara
jenis dan dosis bahan amelioran yang semakin tinggi sampai taraf dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2; F2 dan M2) dengan taraf dosis di bawahnya 0,45 kg.polibag-1
(D1; F1 dan M1) menun
jukkan adanya pengaruh yang nyata, akan tetapi tidak berpengaruh nyata bila dibandingkan
dengan perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran yang semakin tinggi sampai taraf dosis
1,35 kg. polibag-1
(D3; F3 dan M3).
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dia
met
er B
ibit
Kel
apa
Saw
it (
cm)
Bulan Pengamatan (Mei 2015 s/d April 2016)
D1
D2
D3
F1
F2
F3
M1
M2
M3
Universitas Sumatera Utara
71
Secara statistik dari tabel di atas juga dapat di lihat bahwa jumlah daun bibit kelapa
sawit di pembibitan utama (pengamatan terakhir) yang terbanyak terdapat pada jenis dan
dosis bahan amelioran pada taraf dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2; F2 dan M2) berturut turut yaitu
16,78 helai (D2 dan F2) dan 16,89 helai (M2). Bila dibandingkan dengan perlakuan dan
dosis bahan amelioran di bawahnya 0,45 kg.polibag-1
(D1; F1 dan M1) terdapat pertambahan
jumlah daun bibit kelapa sawit sebesar 4,88 %, meningkat 1,05 kali lipat (D2 vs D1), 3,45 %,
meningkat 1,03 kali lipat (F2 vs F1) dan 2,74 %, meningkat 1,03 kali lipat (M2 vs M1), tidak
berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran, dengan
dosis yang semakin tinggi yaitu 1,35 kg.polibag-1
(D3; F3 dan M3).
Adanya respon pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit di pembibitan utama
umur 16 BST akibat perlakuan dari ketiga jenis dan bahan amelioran yang digunakan (dolo
mit, batuan fosfat dan tanah mineral) pada taraf dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2; F2 dan M2)
dengan dosis di bawahnya yaitu 0,45 kg.polibag-1
(D1; F1 dan M1) disebabkan karena pada
dosis tersebut diduga ketersediaan ion hara berada dalam kondisi optimal/seimbang dalam
larutan tanah, sehingga terbanyak dapat diserap akar tanaman.
Foth (1994) menjelaskan bahwa jumlah ion hara yang dapat diserap oleh akar tanam
an sangat dipengaruhi oleh bentuk ion hara, posisi ion hari dari jangkuan perakaran, keterse
diaannya, berkesinambungan dalam satu siklus hidup tanaman, tidak mengandung kation lo
gam beracun yang dapat menekan ketersediaan anion hara, terutama P, S, B dan Mo.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ketiga jenis bahan ameli
oran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) secara umum hasilnya beragam untuk semua
peubah amatan yang diamati. Pemberian dolomit dosis 0,90-1,35 kg.polibag-1
(D2 dan D3)
dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun bibit kelapa sawit merata dalam
setiap bulan pengamatan, sedang untuk pemberian batuan fosfat dan tanah mineral pada dosis
yang sama yaitu 0,90-1,35 kg.polibag-1
(F2-F3 dan M2-M3) dapat mempengaruhi/meningkat
kan semua pengamatan pertumbuhan vegetatif, meliputi tinggi, diameter dan jumlah daun
bibit kelepa sawit yang merata untuk setiap bulan pengamatan.
Universitas Sumatera Utara
72
Tabel 15. Jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) di pembibitan utama (main nursery) umur 5 BST sampai 16 BST akibat perlakuan jenis dan
dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran
Bulan Setelah Tanam (BST)
Mei 2015
Juni 2015
Juli 2015
Agustus 2015
Septem 2015
Oktober 2015
Novem 2015
Desem 2015
Januari 2016
Februari 2016
Maret 2016
April 2016
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2
M3
5,33 b 5,74 ab 5,33 b 5,33 b 5,44 ab 5,78 a 5,56 ab 5,78 a 5,78 a
6,22 c 6,56 abc 6,56 abc 6,22 c 6,78 a 6,67 ab 6,33 bc 6,78 a 6,78 a
7,33 d 7,67 bc 7,67 bc 7,33 d 7,67 bc 7,67 bc 7,44 cd 7,78 ab 7,89 a
8,33 c 8,78 ab 8,67 abc 8,33 c 8,67 abc 8,78 ab 8,44 bc 8,78 ab 8,89 a
9,33 b 9,78 a 9,89 a 9,33 b 9,89 a 9,78 a 9,22 b 9,78 a 9,78 a
10,22 c 10,67 ab 10,78 a 10,33 bc 10,67 ab 10,89 a 10,33 bc 10,78 a 10,89 a
11,00 b 11,89 a 11,78 a 11,22 b 11,89 a 11,76 a 11,33 b 11,89 a 11,78 a
11,78 c 12,89 a 12,45 ab 12,00 bc 12,89 a 12,78 a 12.33abc 12,78 a 12.78 a
13,11 c 13,56abc 13,89 a 13,33 bc 13,78 ab 13,78 ab 13,44abc 13,89 a 13,78 ab
14,00 b 14,89 a 14,67 a 14,22 b 14,89 a 14,78 a 14,22 b 14,89 a 14,67 a
15,00 b 15,89 a 15,78 a 15,22 b 15,89 a 15,78 a 15.33 b 15,78 a 15,78 a
16,00 d 16,78 ab 16,78 ab 16,22 cd 16,78 ab 16,78 ab 16,44 bc 16,89 a 16,78 a
KK (%) 3,93 3,22 3,26 2,08 1,97 1,71 1,81 2,54 2,05 1,29 1,36 1,26
Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/
DMRT
2. D1=0,45 kg dolomit.polibag-1
; D2=0,90 kg dolomit.polibag-1
; D3=1,35 kg dolomit.polibag-1
; F1=0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
; F2=0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
; F3=1,35 kg
batuan fosfat.polibag-1
; M1=0,45 kg tanah mineral.polibag-1
; M2=0,90 kg tanah mineral.polibag-1
; dan M3=1,35 kg tanah mineral.polibag-1
; KK=Koefisien Keragaman.
Universitas Sumatera Utara
73
Gambar 13. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit pada Media Tanam Gambut di Polibag
B. Kajian Sifat Kimia Media Tanam Gambut di Pembibitan Kelapa Sawit di Polibag
1. Reaksi Tanah (pH-tanah)
Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran
52. Rataan nilai pH-tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat dilihat
pada Tabel 16, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap pH-tanah
disajikan pada Gambar 14 bawah ini.
Tabel 16. Hasil analisis pH tanah pada pembibitan kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran pH tanah Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
6,39 b
6,67 a
6,75 a
5,25 e
5,92 cd
6,06 c
5,79 d
5,88 cd
6,08 c
Agak masam
Netral
Netral
Masam
Agak masam
Agak masam
Agak masam
Agak masam
Agak masam
KK 1,78 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncans/DMRT. 2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982).
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jum
ah d
aun
bib
it K
elap
a Sa
wit
(h
elai
)
Bulan Pengamatan (Mei 2015 s/d April 2016)
D1
D2
D3
F1
F2
F3
M1
M2
M3
Universitas Sumatera Utara
74
Gambar 14. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap pH Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap reaksi tanah/pH tanah pem
bibitan utama pada media tanam gambut di polibag, dengan nilai pH tanah tertinggi terdapat
pada pemberian dolomit dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2) yaitu 6,67, meningkat 1,27 kali lipat
(D2 vs F1) dan lebih tinggi 1,85 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA
(D2 vs TA), tidak berbeda nyata dengan pemberian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3) teta
pi berbeda dengan pemberian dolomit dosis 0,45 kg.polibag-1
(D1), demikian pula terha dap
kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (F1-F3 dan M1-M3).
Dari Gambar 14 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan terhadap nilai pH-tanah pembibitan kelapa sawit di polibag de
ngan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan berbanding
lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk nilai pH-tanah pada dosis terendah (0,45 kg.
polibag-1
) dimulai dari dolomit, diikuti tanah mineral dan batuan fosfat (D1; M1 dan F1).
Sedang nilai pH-tanah tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
) dimulai dari dolomit,
diikuti tanah mineral dan batuan fosfat yang hampir berimpit (D3; M3 dan F3).
Hakim (2006) menjelaskan bahwa dolomit termasuk bahan pengapuran yang dapat
digunakan untuk menaikkan nilai pH tanah bereaksi masam. Selain dolomit, kapur (pertani
an/kalsit, kapur tohor/kapur bakar, dan kapur tembok/kapur sirih) juga dapat digunakan seba
gai bahan amelioran, yang kemampuannya dapat menaikkan pH tanah, dan sangat tergantung
pada nilai netralisasi bahan kapur/grade, bentuk/mutu kapur dan kehalusan/ukuran besar butir
kapur.
2.. Nitrogen Total Tanah (%)
Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
pH
Tan
ah
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
75
53. Rataan kadar N total tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat
dilihat pada Tabel 17, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap N-
total tanah disajikan pada Gambar 15 di bawah ini.
Tabel 17. Hasil analisis N tanah (%) pada pembibitan kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan
dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran N tanah (%) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
0,77 ab
0,73 abc
0,66 cd
0,82 a
0,71 bc
0,58 de
0,54 e
0,48 ef
0,39 f
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
KK 8,59 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada tara 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah (1983) Bogor dan BPP
Medan (1982).
Gambar 15. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap N-Total Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 17 di atas dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar N total tanah pembi
bitan kelapa sawit di polibag, dengan nilai N total tanah tertinggi terdapat pada pemberian
batuan fosfat dengan dosis 0,45 kg.polibag-1
(F1) yaitu 0,82 % N, meningkat 2,10 kali lipat
(F1 vs M3), akan tetapi lebih rendah/menurun 41,01 % bila dibandingkan dengan analisis ta
nah awal/TA (F1 vs TA), berbeda nyata dengan pemberian sesama batuan fosfat dengan do
sis yang lebih tinggi, baik 0,90 kg.polibag-1
maupun 1,35 kg.polibag-1
(F2-F3), demikian pula
berbeda nyata bila dibandingkan dengan kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-
D3 dan M1-M3).
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
0.80
0.90
0 0.45 0.9 1.35 1.8
N-T
ota
l tan
ah (
%)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
76
Dari Gambar 15 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya penurunan kadar N-total tanah pada pembibitan kelapa sawit di polibag de
ngan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan bersifat ber
banding terbalik). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kadar N-total tanah pada dosis ren
dah (0,45 kg.polibag-1
) dimulai dari batuan fosfat, diikuti dolomit dan tanah mineral (F1; D1
dan M1). Sedang kadar N-total tanah terendah pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
) dimulai
dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah minral (D3; F3 dan M3).
Winarso (2005) melaporkan bahwa kadar N-total tanah sangat dipengaruhi oleh sum
ber N-organik (95 % tidak tersedia), C/N rasio/laju mineralisasi, pemupukan, curah hujan,
dan lingkungan (kelembaban, aerasi, pH tanah). Bentuk N organik dalam tanah dapat berupa
asam amino/protein, amida, gula amino, heksosamin, derivat purin dan pirimidin.
3.. Fosfor Tersedia (ppm)
Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran
54. Rataan kadar P-tersedia tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat
dilihat pada Tabel 18, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap P-
tersedia tanah disajikan pada Gambar 16 di bawah ini.
Tabel 18. Hasil analisis P-tersedia tanah (ppm) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis
dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran P-tersedia (ppm) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
38,03 g
59,39 f
87,47 cd
102,31 ab
111,45 a
112,29 a
90,71 bc
77,22 de
70,06 ef
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
KK 7,71 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT. 2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP
Medan (1982).
Universitas Sumatera Utara
77
Gambar 16. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap P-Tersedia Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 18 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar P-tersedia tanah
pembibitan kelapa sawit di polibag, dengan kadar P-tersedia tanah tertinggi terdapat pada
pemberian batuan fosfat dosis 0,90 kg.polibag-1
(F2), namun tidak berbeda nyata, baik de
ngan dosis rendah 0,45 kg.polibag-1
(F1) maupun dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
(F3), dengan
nilai P-tersedia tanah tertinggi yaitu 111,45 ppm, meningkat 2,93 kali lipat (F2 vs D1) dan
lebih tinggi 25,50 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA (F2 vs TA), ber
beda nyata terhadap kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-D3 dan M1-M3).
Dari Gambar 16 tampak bahwa pemberian kedua jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan terhadap kadar P-tersedia tanah pembibitan kelapa sawit di po
libag dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran batuan fosfat dan dolomit yang diguna
kan (pola hubungan bersifat berbanding lurus). Sedang untuk pemberian tanah mineral terjadi
penurunan (pola hubungan bersifat berbanding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk
kadar P-tersedia tanah dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
) dimulai dari batuan fosfat diikuti
tanah mineral dan dolomit (F1; M1 dan D1). Sedang kadar P-tersedia tanah tertinggi pada
dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
) dimulai dari batuan fosfat diikuti dolomit (F3 dan D3), semen
tara untuk tanah mineral terjadi penurunan kadar P-tersedia tanah (M3).
Damanik, dkk, (2010) menjelaskan bahwa P-tersedia dalam larutan tanah sangat ber
gantung pada reaksi/pH tanah, cadangan/sumber bahan organik tanah, C/P rasio, kalarutan
reaktivitas kation logam Fe/Al, dan lingkungan (suhu tanah, aerasi dan kelembaban tanah).
4.. Kalium dapat ditukar (me.100 g-1
)
Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran
30.00
50.00
70.00
90.00
110.00
130.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
P-
Ters
ed
ia (
pp
m)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
78
55. Rataan kadar K-dd tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat di
lihat pada Tabel 19, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap K-dd
tanah disajikan pada Gambar 17 di bawah ini.
Tabel 19. Hasil analisis K-dd tanah (me.100 g-1
) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis
dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran K-dd (me.100 g-1
) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
0,77 e
1,81 d
2,13 d
0,73 e
2,85 c
4,31 b
1,93 d
3,10 c
5,02 a
Tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
KK 8,63 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT. 2..Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan
BPP Medan (1982).
Gambar 17. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap K-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 19 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar K-dd tanah pembibi
tan kelapa sawit di polibag, dengan kadar K-dd tertinggi terdapat pada pemberian tanah mine
ral dosis 1,35 kg.polibag-1
(M3) yaitu 5,02 me.100g-1
, meningkat 6,88 kali lipat (M3 vs F1),
dan lebih tinggi 55,78 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA (M3 vs
TA), berbeda nyata terhadap kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-D3 dan F1-
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
K-d
d t
anah
(m
e.10
0g-1
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
79
F3), demikian pula terhadap sesama tanah mineral dengan dosis yang lebih rendah, masing-
masing dengan dosis 0,45 kg. polibag-1
(M1) dan dosis 0,90 kg.polibag-1
(M2).
Dari Gambar 17 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan kandungan K-dd tanah pembibitan kelapa sawit di polibag
dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan bersifat
berbanding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kandungan K-dd tanah pada dosis
rendah (0,45 kg.polibag-1
) dimulai dari tanah mineral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M1;
F1 dan D1). Sedang kandungan K-dd tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
) dimulai
dari tanah mineral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M3; F3 dan D3).
Tisdale, et al, (1993) menjelaskan bahwa tingginya nilai K-dd suatu tanah sangat di
pengaruhi oleh tipe koloid, tingkat pelapukan bahan organik, reaksi/pH tanah, jumlah kation
basa, kejenuhan basa/KB, suhu, dan pemupukan.
5. Kalsium dapat ditukar (me.100 g-1
)
Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran
56. Rataan kadar Ca-dd tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat di
lihat pada Tabel 20, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap Ca-dd
tanah disajikan pada Gambar 18 di bawah ini.
Tabel 20. Hasil analisis Ca-dd tanah (me.100 g-1
) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis
dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran Ca-dd (me.100 g-1
) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
11,58 cd
12,22 b
13,54 a
10,42 d
12,27 b
14,14 a
6,46 f
6,74 f
7,88 e
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
KK 5,80 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber-
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2. .Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan
BPP Medan (1982).
Universitas Sumatera Utara
80
Gambar 18. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Ca-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari tabel 20 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar Ca-dd tanah pembibit
an kelapa sawit di polibag, dengan kadar Ca-dd tertinggi terdapat pada pemberian batuan fos
fat dosis 1,35 kg.polibag-1
(F3) yaitu 14,14 me.100 g-1
, meningkat 2,19 kali lipat (F3 vs M1),
akan tetapi berbeda nyata dengan pemberian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3), akan tetapi
lebih rendah 0,96 kali lipat (3,55 %) bila dibandingkan dengan analisis tanah awal/TA (F3 vs
TA), berbeda nyata dengan kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-D2 dan M1-
M3), demikian pula terhadap sesama batuan fosfat dengan dosis 0,45 kg.polibag-1
dan 0,90
kg.polibag-1
(F1 dan F2).
Dari Gambar 18 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan terhadap kandungan Ca-dd tanah pembibitan kelapa sawit di
polibag dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan ber
sifat berbanding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kandungan Ca-dd tanah pada
dosis rendah (0,45 kg.polibag-1) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral
(D1; F1 dan M1). Sedang kandungan Ca-dd tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg. polibag-1
)
dimulai dari batuan fosfat, diikuti dolomit dan tanah mineral (F3; D3 dan M3).
Munawar (2011) melaporkan bahwa tingginya nilai Ca-dd suatu tanah sangat dipenga
ruhi oleh sumber Ca dalam bahan organik (garam Ca-pektat, Ca-oksalat), reaksi/pH-tanah,
nilai KTK, kejenuhan basa/KB dan dominasi kation basa seperti ion K, Ca, Mg dan Na.
6. Magnesium dapat ditukar (me.100 g-1
)
Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampi
ran 57. Rataan kadar Mg-dd tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat
5.00
7.00
9.00
11.00
13.00
15.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
Ca
-dd
tan
ah (
me.
100g
-1)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
81
di lihat pada Tabel 21, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap Mg-
dd tanah disajikan pada Gambar 19 di bawah ini.
Tabel 21. Hasil analisis Mg-dd tanah (me.100 g-1
) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis
dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran Mg-dd (me.100 g-1
) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
22,45 d
27,93 b
38,89 a
18,56 e
19,62 e
25,33 c
15,53 f
19,38 e
21,30 d
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
Sangat tinggi
KK 3,07 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT. 2. Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983]) dan
BPP Medan (1982).
Gambar 19. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Mg-dd Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar Mg-dd tanah pembi
bitan kelapa sawit di polibag, dengan nilai Mg-dd tanah tertinggi terdapat pada pemberian
dolomit dengan dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3) yaitu 38,89 me.100 g-1
, meningkat 2,50 kali lipat
(D3 vs M1) dan lebih tinggi 14,40 kali lipat bila dibandingkan dengan analisis tanah awal
(D3 vs TA), berbeda nyata dengan semua reaktan/bahan amelioran lainnya, bila dibanding
kan dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (F1-F3 dan M1-M3), demikian
pula terhadap sesama dosis dolomit lainnya mulai dari dosis 0,45 kg.polibag-1
dan dosis 0,90
kg.polibag-1
(D1 vs D2 dan D3).
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8Mg-
dd
tan
ah (
me.
100g
-1)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
82
Dari Gambar 19 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan terhadap kandungan Mg-dd tanah pembibitan kelapa sawit di
polibag dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan ber
sifat berbanding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kandungan Mg-dd tanah pada
dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral
(D1; F1 dan M1). Sedang kandungan Mg-dd tanah tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.poli
bag-1
) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D3; F3 dan M3).
Foth (1984) menjelaskan bahwa ketersediaan Mg-dd tanah sangat dipengaruhi oleh
sumber bahan organik/klorofil daun, reaksi/pH tanah, KTK tanah, kejenuhan basa/KB, jenis
kation basa dan lingkungan (suhu, aerasi dan kelembaban tanah).
7. Kapasitas Tukar Kation (me.100 g-1
)
Daftar sidik ragam tanah pembibitan kelapa sawit di polibag terdapat pada Lampiran
58. Rataan nilai KTK tanah media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit dapat di lihat
pada Tabel 22, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terhadap KTK tanah
disajkkan pada Gambar 20 di bawah ini.
Tabel 22. Hasil analisis KTK tanah (me.100 g-1
) pada pembibitan kelapa sawit akibat jenis
dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
Perlakuan bahan amelioran KTK tanah (me.100 g-1
) Kriteria
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
30,38 d
33,42 c
36,25 a
29,57 d
33,25 c
34,95 b
24,52 e
29,43 d
34,18 bc
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Tinggi
KK 1,89 %
Keterangan : 1.Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2.Kriteria Penilaian Sifat Tanah berdasarkan Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan
BPP Medan (1982)
Universitas Sumatera Utara
83
.
Gambar 20. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap KTK Tanah Media Tanam Gambut Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 22 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kandungan KTK tanah ter
tinggi terdapat pada pemberian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3) yaitu 36,25 me.100 g-1 ,
meningkat 1,48 kali lipat (D3 vs M1), namun lebih rendah/menurun 76,66 % bila dibanding
kan dengan analisis tanah awal/TA (A3 vs TA), berbeda nyata dengan kedua jenis dan dosis
bahan amelioran lainnya (F1-F3 dan M1-M3), demikian pula terhadap sesama dolomit deng
an dosis 0,45 kg.polibag-1
(D1) dan dosis 0,90 kg.polibag-1
(D2).
Dari Gambar 20 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan kandungan KTK tanah pembibitan kelapa sawit di polibag de
ngan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola hubungan bersifat ber
banding lurus). Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kandungan KTK tanah pada dosis ren
dah (0,45 kg.polibag-1
) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D1; F1
dan M1). Demikina pula untuk kandungan KTK tanah tertinggi pada dosis tinggi (1,35 kg.
polibag-1
) dimulai dari dolomit, diikuti batuan fosfat dan tanah mineral (D3; F3 dan M3).
Nurhidayati (2017) menjelaskan bahwa tingginya nilai KTK suatu tanah sangat di
pengaruhi oleh jenis kation basa, kejenuhan basa/KB, kandungan bahan organik dan lingku
ngan proses dekomposisi bahan organik seperti suhu, kelembaban, dan pH tanah.
Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis
bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) dapat memperbaiki sifat kimia
media tanam gambut meliputi pH-tanah, N-total, P-tersedia, KTK dan kation basa K-dd, Ca-
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
0 0.45 0.9 1.35 1.8
KTK
tan
ah (
me.
100g
-1)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
84
dd dan Mg-dd. Hasil analisis tanah tertinggi untuk pengamatan pH-tanah terdapat pada pem
berian dolomit dosis 0,45-0,90 kg polibag-1
(D2 dan D3) yaitu 6,67 dan 6,75; N total tanah
terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis 0,45 kg.polibag-1
(F1) yaitu 0,82 % N, P-tersedia
tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat untuk semua dosis 0,90 kg polibag-1
(F2),
yaitu 111,45 ppm; sedang untuk kation basa Ca-dd., Mg-dd dan KTK tertinggi terdapat pada
pemberian dolomit dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3) yaitu 13,54 me.100 g-1
Ca dan 36,25 me.100
g-1
KTK; sedang untuk K-dd tertingi terdapat pada pemberian tanah mineral dosis 1,35 kg
polibag-1
(M3) yaitu 5,02 me.100 g-1
K.
A.. Kajian Kadar Hara Daun Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
1 . Kadar Hara N (%)
Daftar sidik ragam kadar hara N daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di
polibag terdapat pada Lampiran 59. Rataan kadar hara N daun bibit kelapa sawit umur 16
BST disajikan pada Tabel 23, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha
dap kadar hara N dapat di lihat pada Gambar 21 di bawah ini.
Tabel 23. Hasil analisis kadar hara N (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan
dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag.
Perlakuan bahan amelioran Kadar hara N (%) Kondisi hara dalam daun
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
1,98 b
2,31 a
2,54 a
2,33 a
2,54 a
2,58 a
2,48 a
2,58 a
2,56 a
Defisiensi
Defisiensi
Optimal
Defisiensi
Optimal
Optimal
Defisiensi
Optimal
Optimal
KK 6,48 %
Keterangan : 1 .Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2...Kriteria Penilaian Kadar Hara Kelapa Sawit Umur ˂6 tahun oleh Von Uexkull dan
Fairhurst (1991).
Universitas Sumatera Utara
85
Gambar 21. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Kadar Hara N Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap kadar N daun bibit kelapa
sawit di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis tinggi
1,35 kg.polibag-1
(F3) dan pemberian tanah mineral dosis sedang 0,90 kg.polibag-1
(M2) yaitu
2,58 % N, meningkat 1,30 kali lipat bila dibandingkan dengan pemberian dolomit dosis ren
dah 0,45 kg.polibag-1
(F3 dan M2 vs D1), akan tetapi tidak berbeda nyata bila dibandingkan
dengan semua kombinasi jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D2-D3; F1-F2 dan M1-
M3).
Dari Gambar 21 tampak bahwa pemberian dolomit dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
/D1) menunjukkan adanya peningkatan terhadap kadar N daun bibit kelapa sawit di polibag
dengan semakin tingginya dosis bahan amelioran yang diberikan, dimulai dari tanah mineral,
diikuti batuan fosfat dan dolomit (M1; F1 dan D1), sedang untuk kadar N daun tertinggi pada
dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
) dimulai dari batuan fosfat dan dolomit, sedang tanah mineral
tampak cenderung menurun, meski berada pada posisi teratas.
Rendahnya kadar N daun bibit kelapa sawit di polibag pada pemberian dolomit dosis
rendah 0,45 kg.polibag-1
(D1) karena ketersediaan hara N tanah tergolong rendah (Tabel 22),
meski N total tanah gambut tergolong sangat tinggi, namun C/N-nya tergolong tinggi (Lampi
ran-1), akan tetapi kadar N tanah pada pembibitan kelapa sawit meningkat menjadi lebih
tinggi. Hal ini diduga karena adanya pemberian pupuk dasar multihara (15:15:6:4) dan (12:
12:17:2) serta keiserit yang rutin diberikan dua kali dalam setiap bulan, sehingga ada penam
bahan hara N kedalam tanah dan tanaman.
Bila dibandingkan jumlah kadar hara N daun bibit kelapa sawit dengan perlakuan
pemberian dolomit dosis rendah 0,45 kg.polibag-1
(D1) yaitu 1,98 % N dengan konsentrasi ha
1.50
1.70
1.90
2.10
2.30
2.50
2.70
0 0.45 0.9 1.35 1.8
Kad
ar N
dau
n (
%)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
86
ra dalam daun kelapa sawit umur ˂6 tahun yang dikemukakan oleh Fairhurst (1991) yaitu
˂2,5% N, maka pertumbuhan bibit kelapa sawit yang ditanam di polibag dikategorikan ber
ada dalam kondisi defisiensi N, akan tetapi untuk perlakuan pemberian jenis dan dosis bahan
amelioran yang lebih tinggi, masing-masing pada perlakuan pemberian dolomit dosis 1,35 kg.
polibag-1
(D3), pemberian batuan fosfat dosis 0,90 kg.polibag-1
dan 1,35 kg.polibag-1
(F2-F3)
dan pemberian tanah mineral dengan dosis 0,90 kg.polibag-1
dan 1,35 kg.polibag-1
(M2M3)
kadar hara N pada daun umumnya ˃2,5% N yang berarti kondisi tanaman tidak mengalami
defisiensi N (normal/optimal).
Fairhurst (1991) menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara status hara dalam
daun kelapa sawit umur ˂6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila N dalam daun
kelapa sawit mengandung ˂2,5 % N, tanaman berada dalam kondisi kahad/defisiensi hara N.
Bila mengandung 2,6-2,9% N, tanaman berada dalam kondisi pertumbuhan optimal/normal,
sedang bila ˃3,1% N, maka tanaman berada dalam kondisi ekses/berlebihan.
2 . Kadar Hara P (%)
Daftar sidik ragam kadar hara P daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di
polibag terdapat pada Lampiran 60. Rataan kadar hara P daun bibit kelapa sawit umur 16
BST disajikan pada Tabel 24, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha
dap kadar hara P dapat di lihat pada Gambar 22 di bawah ini.
Tabel 24. Hasil Analisis Kadar Hara P (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis
dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag
. Perlakuan bahan amelioran Kadar hara P (%) Kondisi hara dalam daun
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
0,17 a
0,18 a
0,51 a
0,21 a
0,22 a
0,25 a
0,19 a
0,22 a
0,20 a
Optimal
Optimal
Berlebihan
Optimal
Optimal
Optimal
Optimal
Optimal
Optimal
KK 7,32 %
Keterangan : 1.Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak ber
beda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT
2.Kriteria Penilaian Kadar Hara Kelapa Sawit Umur˂6 tahun oleh Von Uexkull dan Fairhurst
(1991).
Universitas Sumatera Utara
87
Gambar 22. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Kadar Hara P Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 24 dan Gambar 22 diatas tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis
bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kadar P
daun bibit kelapa sawit di polibag tidak/belum menunjukkan adanya pengaruh yang nyata,
akan tetapi bila di lihat secara umum rataan kadar hara P pada daun kelapa sawit di polibag
dari terendah sampai tertinggi yaitu 0,17 % P (D1) dan 0,51 % P (D3) bila dibandingkan
dengan konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit umur ˂6 tahun [˂0,15% P, artinya kadar P
daun berada pada kondisi kahad] diperoleh informasi bahwa kondisi bibit kelapa sawit di
pembibitan berada dalam kondisi optimal/normal (berada pada kisaran 0,16-0,19% P).
Dengan perkataan lain bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang
digunakan dapat memberikan pertumbuhan bibit kelapa sawit di polibag secara optimal. Hal
ini didukung dari perolehan nilai P-tersedia tanah inkubasi yang tergolong sedang sampai
sangat tinggi (Tabel 8), kecuali pada pemberian dolomit dosis rendah 0,45 kg.polibag-1
(D1)
dan P-tersedia tanah setelah selesai pelaksanaan pembibitan di pembibitan, dimana P-tersedia
tergolong sangat tinggi (Tabel 17).
Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat korelasi antara status hara dalam daun
kelapa sawit umur ˂6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila P dalam daun kelapa
sawit mengandung ˂0,15% P, tanaman berada dalam kondisi defisiensi, bila mengandung
0,16-0,19% P tanaman berada dalam kondisi pertumbuhan optimal/normal, sedang bila meng
andung ˃3,1% P status P dalam tanaman berada dalam kondisi berlebihan.
3 . Kadar Hara K (%)
Daftar sidik ragam kadar hara K daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di
polibag terdapat pada Lampiran 61. Rataan kadar hara K daun bibit kelapa sawit umur 16
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0 0.45 0.9 1.35 1.8
Kad
ar P
dau
n (
%)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
88
BST disajikan pada Tabel 25, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha
dap kadar hara K dapat di lihat pada Gambar 23 di bawah ini
Tabel 25. Hasil analisis kadar hara K (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis dan
dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag.
Perlakuan bahan amelioran Kadar hara K (%) Kondisi hara dalam daun
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1
)
1,60 e
1,69 de
1,78 cd
1,63 e
1,76 cd
1,96 ab
1,69 de
1,86 bc
2,00 a
Optimal
Optimal
Optimal
Optimal
Optimal
Berlebihan
Optimal
Optimal
Berlebihan
KK 3,26 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2.. Kriteria Penilaian Kadar Hara Kelapa Sawit Umur˂6 tahun oleh Von Uexkull dan Fairhurst
(1991).
Gambar 23. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap
Kadar Hara K Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah
mineral) terhadap kadar K daun bibit kelapa sawit di polibag, dengan kadar K daun tertinggi
terdapat pada pemberian tanah mineral dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
(M3) yaitu 2,00 %, me
ningkat rataan 1,24 kali lipat (M3 vs D1 dan F1), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pem
berian batuan fosfat dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
(F3).
Dari Gambar 23 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan kadar K daun bibit kelapa sawit di polibag dengan semakin
1.40
1.50
1.60
1.70
1.80
1.90
2.00
2.10
0 0.45 0.9 1.35 1.8
Kad
ar K
dau
n(%
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
89
tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola korelasi bersifat positif). Jenis ba han
amelioran tertinggi untuk kadar K daun pada dosis rendah 0,45 kg.polibag-1
dimulai dari
tanah mineral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M1; F1 dan D1), demikian pula untuk kadar
K daun tertinggi pada dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
polanya sama, dimulai dari tanah mine
ral, diikuti batuan fosfat dan dolomit (M3; F3 dan D3).
Tingginya kadar hara K daun bibit kelapa sawit pada pemberian tanah mineral dosis
tinggi 1,35 kg.polibag-1
(M3) diduga karena pada perlakuan ini mendapat tambahan hara K
yang berasal dari pupuk dasar multihara NPKMg formulasi (15:15:6:4) dan (12:12:17:2) serta
pupuk kieseri (sumber Mg dan S). Selain itu tanah mineral juga diprediksi mengandung hara
K (Lampiran-2) dan mineral K bentuk tidak larut yang apabila bereaksi dengan asam-asam
organik yang berasal dari tanah gambut dapat menghasilkan ion hara K yang dapat diserap
oleh akar tanaman.
Umumnya rataan kadar K daun pada bibit kelapa sawit di polibag dari jenis dan
dosis bahan amelioran yang digunakan, mulai dosis rendah 0,45 kg.polibag-1
(D1, F1 dan
M1) sampai dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
yaitu 1,78 % K (D3), berada dalam kondisi optimal
/normal, sedang 1,96% K (F3) dan 2,00% K (M3), kadar K daun berada dalam kondisi
berlebihan/ekses.
Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara kadar hara daun kela
pa sawit umur ˂6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila kadar K daun mengan
dung ˂1,00 % K, tanaman berada dalam kondisi kahad/defisiensi hara K, bila mengandung
1,00-1,30 % K tanaman berada dalam kondisi optimal/normal, sedang bila mengandung ˃
1,80 % K, tanaman berada dalam kondisi berlebihan/ekses.
4 . Kadar Hara Ca (%)
Daftar sidik ragam kadar hara Ca daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di
polibag terdapat pada Lampiran 62. Rataan kadar hara Ca daun bibit kelapa sawit umur 16
BST disajikan pada Tabel 26, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha
dap kadar hara Ca dapat di lihat pada Gambar 24 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
90
Tabel 26. Hasil analisis kadar hara Ca (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis
dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag.
Perlakuan bahan amelioran Kadar hara Ca (%) ` Kondisi hara dalam daun
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90kg tanah mineral.polibag-1)
M3 (1,35kg tanah mineral.polibag-1)
0,28 ab
0,27 abc
0,30 a
0,20 c
0,28 ab
0,30 a
0,22 bc
0,24 abc
0,24 abc
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
KK 13,31 %
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2. Kriteria Penilaian Kadar Hara Kelapa Sawit Umur˂6 tahun oleh Von Uexkull dan Fairhurst
(1991).
Gambar 24. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Kadar Hara Ca Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 26 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah
mineral) terhadap kadar Ca daun bibit kelapa sawit di polibag, dengan nilai tertinggi terdapat
pada pemberian dolomit dan batuan fosfat dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
(D3 dan F3) yaitu
0,30 % Ca, meningkat 1,50 kali lipat, lebih tinggi 50 % bila dibandingkan dengan pemberian
batuan fosfat dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
/F1) [D3/F3 vs F1], tidak berbeda nyata dengan
pemberian dolomit (dosis rendah dan sedang); batuan fosfat (dosis sedang) dan tanah mineral
(dosis sedang dan tinggi) [ D3/F3 vs D1-D2; F2; dan M2-M3].
Dari Gambar 24 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan terhadap kadar Ca daun bibit kelapa sawit di polibag dengan
semakin tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan (pola korelasi bersifat positif).
0.15
0.17
0.19
0.21
0.23
0.25
0.27
0.29
0.31
0 0.45 0.9 1.35 1.8
Kad
ar C
a d
aun
(%
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
91
Jenis bahan amelioran tertinggi untuk kadar Ca daun pada dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
) di
mulai dari dolomit, diikuti tanah mineral dan batuan fosfat (D1; M1 dan F1), sedang untuk
kadar Ca daun tertinggi pada dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
dimulai dari batuan fosfat, diikuti
dolomit dan tanah mineral (F3; D3 dan M3).
Meski kadar Ca daun bibit kelapa sawit di polibag akibat pemberian dolomit dan batu
an fosfat dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
(D3 dan F3) yaitu 0,30 % Ca tergolong tertinggi kadar
nya bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, namun statusnya untuk mendukung pertum
buhan tanaman tergolong kahad/kekurangan. Hal ini diduga karena Ca termasuk kelompok
hara imobil dalam tanaman, sehingga sukar berpindah dari jaringan/daun tua yang terletak di
pelepah bagian bawah kanopi ke jaringan/daun lebih muda pada pelepah keempat dibagian
atas tanaman dimana daun sampel untuk analisis daun diambil. Faktor lainnya diduga Ca
yang terdapat dalam tanah yang berasal dari bahan amelioran, sebagian terikat kembali de
ngan ion ortofosfat (H2PO4-1
dan HPO4-2
) membentuk persenyawaan sukar larut atau mem
bentuk kelat dengan asam-asam organik berupa Ca-humat.
Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara status hara dalam daun
bibit kelapa sawit umur ˂6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila konsentrasi Ca
dalam daun kelapa sawit mengandung ˂0,30 % Ca tanaman berada dalam kondisi kahad/keku
rangan hara. Bila mengandung 0,50-0,75 % Ca tanaman berada dalam kondisi optimal/nor
mal, sedang bila mengandung ˃1,00% Ca tanaman berada dalam kondisi berlebihan/ekses.
5 . Kadar Hara Mg (%)
Daftar sidik ragam kadar hara Mg daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut
di polibag terdapat pada Lampiran 63. Rataan kadar hara Mg daun bibit kelapa sawit umur 16
BST disajikan pada Tabel 27, sedang hubungan antara jenis dan dosis bahan amelioran terha
dap kadar hara Mg dapat di lihat pada Gambar 25 di bawah ini.
Tabel 27. Hasil analisis kadar hara Mg (%) daun bibit kelapa sawit akibat perlakuan jenis
dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di polibag.
Perlakuan bahan amelioran Kadar hara Mg (%) Kondisi hara dalam daun
D1 (0,45 kg dolomit.polibag-1
)
D2 (0,90 kg dolomit.polibag-1
)
D3 (1,35 kg dolomit.polibag-1
)
F1 (0,45 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F2 (0,90 kg batuan fosfat.polibag-1
)
F3 (1,35 kg batuan fosfat.polibag-1
)
M1 (0,45 kg tanah mineral.polibag-1
)
M2 (0,90 kg tanah mineral.polibag-1
)
M3 (1,35 kg tanah mineral.polibag-1)
0,27 c
0,28 c
0,32 c
0,20 c
0,23 c
0,25 c
0,26 c
1,28 b
1,98 a
Defisiensi
Defisiensi
Optimal
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
Defisiensi
Berlebihan
Berlebihan
KK 13,15 %
Universitas Sumatera Utara
92
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan/DMRT.
2. Kriteria Penilaian Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Umur˂6 tahun oleh Von Uexkull dan
Fairhurst (1991).
Gambar 25. Grafik Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap
Kadar Hara Mg Daun Bibit Kelapa Sawit di Polibag
Dari Tabel 27 di atas menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah
mineral) terhadap kadar Mg daun bibit kelapa sawit di polibag dengan nilai tertinggi terdapat
pada pemberian tanah mineral dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
/M3) yaitu 1,98 %, meningkat
9,90 kali lipat bila dibandingkan dengan pemberian dolomit dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
/
F1) [M3 vs F1], berbeda nyata dengan semua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (M3 vs
M1-M2; F1-F3 dan D1-D3).
Dari Gambar 25 tampak bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran me
nunjukkan adanya peningkatan kadar Mg daun binit kelapa sawit di polibag dengan semakin
tingginya dosis bahan aamelioran yang digunakan (pola korelasi bersifat positif). Jenis bahan
amelioran tertinggi untuk kadar Mg daun pada dosis rendah 0,45 kg.polibag-1
dimulai dari ba
tuan fosfat, diikuti tanah mineral dan dolomit (F1; M1 dan D1), sedang kadar Mg daun
tertinggi pada dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
dimulai dari tanah mineral, diikuti dolomit dan
batuna fosfat (M3; D3 dan F3).
Secara umum dari tabel di atas juga menunjukkan bahwa kedua jenis dan dosis ba
han amelioran lainnya (dolomit dan batuan fosfat), mulai dari dosis rendah sampai tinggi
(D1-D3 dan F1-F3) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar hara Mg
daun bibit kelapa sawit di polibag, meski secara visual/matematik terjadi peningkatan kadar
Mg daun dengan semakin tingginya dosis dari kedua bahan amelioran yang diberikan.
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
0 0.45 0.9 1.35 1.8
Kad
ar M
g d
aun
(%
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D (Dolomit)
F (Batuan Fosfat)
M (Tanah Mineral)
Universitas Sumatera Utara
93
Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa pemberian dolomit dosis tinggi 1,35 kg.
polibag-1
(D3) diperoleh kadar Mg 0,32 % (tergolong optimal), demikian pula pada pembe
rain tanah mineral dosis tinggi 1,35 kg.poli bag-1
(M3) diperoleh kadar Mg 1,98 % (tergolong
berlebihan) dalam mendukung pertumbuhan tanaman berdasarkan kriteria kadar hara daun
kelapa sawit umur ˂ 6 tahaun. Namun pada pemberian batuan fosfat dosis tinggi 1,35 kg.poli
bag-1
(F3) diperoleh kadar Mg 0,25 % (tergolong kahad/kekurangan). Rendahnya kadar Mg
daun pada perlakuan pemberian batuan fosfat diduga karena tingginya kadar Ca yang berasal
dari batuan fosfat, dapat menghambat serapan Mg oleh akar tanaman, disebabkan pengaruh
antagonisme hara. Faktor lainnya disebabkan Mg tanah dapat membentuk kelat membentuk
persenyawaan makro molekul yang sulit diserap oleh akar tanaman.
Menurut Fairhurst (1991) bila daun kelapa sawit mengandung ˂0,20 % Mg tanaman
berada dalam kondisi kahad/defisiensi hara. Bila mengandung 0,30-0,45 % Mg tanaman bera
da dalam kondisi normal/optimal, sedang bila mengandung ˃0,70% Mg, tanaman berada
dalam kondisi berlebihan/ekses.
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian ketiga jenis dan dosis ba
han amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) pada media tanam gambut menun
jukkan adanya peningkatan terhadap kadar hara N, K, Ca dan Mg daun bibit kelapa sawit,
kecuali kadar P. Kadar hara K dan Mg tertinggi terdapat pada pemberian tanah mineral dosis
1,35 kg.polibag-1
(M3) yaitu 2,00 me.100 g-1
K dan 1,98 me.100 g-1
Mg; kadar hara Ca ter
tinggi pada pemberian dolomit dan batuan fosfat dosis 1,35 kg.polibag-1
(D3 dan F3) yaitu
0,30 me.100 g-1
Ca akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberain dolomit dosis 0,45-
0,90 kg polibag-1
(D1 dan D2); sementara untuk kadar hara N tertinggi merata diperoleh di
semua jenis dan dosis bahan amelioran, kecuali pada pemberian dolomit dosis 0,45 kg poli
bag-1
(D1).
Penelitian III
Ameliorasi dan Pumupukan pada Lahan Gambut Terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kelapa Sawit
A.. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kelapa Sawit di Lahan Gambut
1.. Panjang Pelepah (m)
Universitas Sumatera Utara
94
Daftar sidik ragam pengamatan panjang pelepah kelapa sawit menghasilkan dapat di
lihat pada Lampiran 64-75. Sedang rataan panjang pelepah kelapa sawit umur 14 tahun di
lahan gambut ditampilkan pada Tabel 28 dan 29 di bawah ini.
Dari Tabel 28 dan 29 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari perlakuan
pemberian paket pemupukan dan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit;
batuan fosfat dan tanah mineral) yang digunakan, baik secara mandiri (P) atau (A) maupun
interaksinya (P/A) untuk pengamatan bulan Mei, Juni, Juli 2015 dan bulan Februari 2016,
sedang untuk interak sinya tidak berpengaruh.
Ada pengaruh yang nyata dari pemberian paket pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.phn-
1thn
-1 (1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit.phn
-1thn
-1) disertai dengan
pemberian tanah mineral dengan dosis 14 kg.phn-1
(2 ton.ha-1
) [P1M1] yaitu 5,40 m untuk
pengamatan bulan Juni 2015, dengan batuan fosfat dosis 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
) [P1F2] yaitu
5,50 m untuk bulan Juli 2015 dan paket pemupukan kebun PTG dengan dosis 5,60 kg.phn-
1thn
-1 (1,50 kg urea+1,25 kg TSP+2,00 kg MoP+0,75 kg kieserit+0,05 kg Cu-sulfat+0,05 kg
Zn-sulfat) disertai dengan pemberian tanah mineral dosis 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
) [P3M2] yai
tu 5,33 m untuk penga matan bulan Mei 2015.
Secara umum bila di lihat pola penyebaran respon tertinggi dari panjang pelepah kela
pa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut akibat pemberian paket pemupukan
dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan terdapat pada bulan Febru ari
2016 yaitu pada paket pemupukan PPKS dengan dosis 6,25 kg.phn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg
TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai tanah mineral dengan dosis 28 kg.phn-1
(4
ton.ha-1
) [P1M2] yaitu 5,73 m, meningkat 1,07 kali lipat (P1M2 vs P3D1). Namun apabila di
bandingkan dengan deskripsi panjang pelepah varietas D x P Marihat terdapat penurunan
sebesar 0,94 kali lipat. Hal ini diduga karena kondisi keragaman bahan tanaman yang tumbuh
di lapangan, akibat adanya tanaman sisipan, sehingga berbeda umurnya, serta dugaan lain pa
da saat pembukaan lahan, pihak pemilik kebun menggunakan bahan tanaman sembarang
yang tidak jelas asal usul tetua dari induknya. Menurut Sipayung dan Liwang (2011) bahan
tanaman varietas D x P Marihat hasil persilangan memiliki panjang pelepah 6,12 m.
Tingginya hasil rataan panjang pelepah kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di
lahan gambut pada pengamatan bulan Februari 2016 akibat pemberian paket pemupukan
PPKS dosis 6,25 kg.phn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai
dengan pemberian tanah mineral dengan dosis 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
) [P1M2] karena
pada kombinasi kedua perlakuan tersebut terdapat konsenrrasi ion hara esensial yang optimal
Universitas Sumatera Utara
95
dalam mendukung pertumbuhan panjang pelepah. Diperkirakan terdapat sejumlah unsur hara
dalam larutan tanah yang seimbang pada tanah tersebut, akibat adanya sumbangan unsur ha
ra, baik berasal dari paket pemupukan PPKS yaitu 6,25 kg.phn-1
.ha-1
thn-1
(1,50 kg urea+1,50
kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) maupun yang berasal dari tanah mineral, berupa kati
on basa (K, Ca dan Mg) dan kation polivalen/unsur mikro (Fe, Zn, Cu dan Mn).
Hartatik (2012) menyatakan bahwa pemberian tanah mineral pada tanah gambut dapat
meningkatkan ikatan kation dan anion, sehingga konservasi unsur hara yang berasal dari pu
puk menjadi lebih baik. Distribusi bentuk-bentuk ikatan (terlarut, dapat tukar dan residual/
persenyawaan tidak larut) dari kation Fe yang tererap berperan dalam menentukan efekti vitas
asam fenolat.
Universitas Sumatera Utara
96
Tabel 28. Rataan Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 Mei 2015 5,20 a-d 5,13 cd 5,20 a-d 5,20 a-d 5,27 ab 5,20 a-d 5,23 cd 5,13 a-d 5,20 cd 5,20 Juni 5,23 b-e 5,13 de 5,17 cde 5,20 cde 5,27 a-d 5,20 cde 5,40 a 5,23 b-e 5,13 de 5,18 Juli 5,27 bcd 5,17 cd 5,23 bcd 5,23 bcd 5,30 bcd 5,50 a 5,27 bcd 5,17 cd 5,23 bcd 5,26 Agustus 5,27 4,50 5,30 5,40 5,20 5,37 5,33 5,20 5,23 5,20 September 5,27 5,23 5,37 5,37 5,23 5,37 5,37 5,23 5,27 5,30 b Oktober 5,30 5,27 5,40 5,37 5,30 5,50 5,40 5,27 5,27 5,34
P2 Mei 2015 5,13 cd 5,23 c-d 5,13 cd 5,17 bcd 5,17 bcd 5,20 a-d 5,20 a-d 5,20 a-d 5,27 ab 5,19 Juni 5,13 de 5,20 de 5,13 de 5,13 de 5,13 de 5,20 cde 5,27 a-d 5,23 b-e 5,20 cde 5,18 Juli 5,23 bcd 5,13 d 5,17 cd 5,13 d 5,18 bcd 5,23 bcd 5,37 ab 5,23 bcd 5,20 bcd 5,21 Agustus 5,30 5,20 5,23 5,17 5,22 5,20 5,33 5,30 5,23 5,24 September 5,30 5,20 5,27 5,27 5,27 5,37 5,37 5,33 5,30 5,30 b Oktober 5,33 5,23 5,33 5,40 5,27 5,33 5,40 5,43 5,30 5,34
P3 Mei 2015 5,19 a-d 5,13 cd 5,12 d 5,10 d 5,17 bcd 5,30 ab 5,13 cd 5,27 abc 5,33 a 5,19 Juni 5,17 cde 5,20 cde 5,17 cde 5,10 e 5,17 cde 5,30 abc 5,13 de 5,30 abc 5,37 ab 5,21 Juli 5,17 cd 5,17 cd 5,20 bcd 5,23 bcd 5,20 bcd 5,37 ab 5,17 cd 5,33 abc 5,37 ab 5,24 Agustus 5,23 5,30 5,30 5,33 5,27 5,33 5,33 5,40 5,40 5,32 September 5,27 5,33 5,40 5,43 5,30 5,33 5,37 5,40 5,47 5,37 a Oktober 5,30 5,33 5,43 5,43 5,33 5,50 5,37 5,43 5,47 5,40
Rataan BA Mei 2015 5,18 bc 5,17 be 5,15 c 5,16 bc 5,20 abc 5,23 ab 5,19 abc 5,20 abc 5,27 a KK=1,41 % Juni 5,18 c 5,18 c 5,16 c 5,14 c 5,19 bc 5,30 a 5,21 bc 5,22 abc 5,27 ab KK=1,44 % Juli 5,22 bc 5,16 bc 5,20 bc 5,20 bc 5,23 bc 5,39 a 5,27 ab 5,24 bc 5,27 ab KK=1,79% Agustus 5,27 5,00 5,28 5,30 5,23 5,30 5,33 5,30 5,29 KK=4,54% September 5,28 5,26 5,34 5,36 5,27 5,36 5,37 5,32 5,34 KK=2,06% Oktober 5,31 5,28 5,39 5,40 5,30 5,44 5,39 5,38 5,34 KK=2,36%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukani PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
]; F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn
-1); BA=bahan amalioran;
Universitas Sumatera Utara
97
Tabel 29. Rataan Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 November 2015 5,37 5,37 5,37 5,47 5,40 5,50 5,43 5,33 5,53 5,42 Desember 5,35 5,38 5,43 5,30 5,27 5,37 5,51 5,46 5,54 5,40 Januari 2016 5,63 5,60 5,53 5,53 5,43 5,67 5,57 5,53 5,47 5,55 a Februari 5,60 a-d 4,60 a-d 5,43 abc 5,63 a-d 5,57 abc 5,63 abc 5,60 a-d 5,73 a 5,63 abc 5,60 a Maret 5,70 5,70 5,53 5,63 5,50 5,70 5,57 5,63 5,70 5,63 April 5,63 5,60 5,53 5,70 5,53 5,67 5,53 5,53 5,53 5,59 a
P2 November 2015 5,47 5,23 5,40 5,50 5,50 5,30 5,43 5,50 5,47 5,42 Desember 5,30 5,37 5,28 5,29 5,29 5,33 5,43 5,45 5,35 5,34 Januari 2016 5,43 5,50 5,37 5,57 5,43 5,57 5,60 5,60 5,60 5,52 a Februari 5,60 a-d 5,63 abc 5,26 a-d 5,57 a-d 5,53 bcd 5,67 abc 5,70 ab 5,70 ab 5,63 ? 5,63 a Maret 5,57 5,53 5,60 5,63 5,60 5,60 5,57 5,63 5,63 5,60 April 5,47 5,53 5,37 5,57 5,47 5,57 5,60 5,60 5,60 5,53 a
P3 November 2015 5,30 5,40 5,40 5,33 5,53 5,40 5,40 5,53 5,47 5,42 Desember 5,25 5,30 5,33 5,33 5,40 5,34 5,39 5,27 5,47 5,35 Januari 2016 5,40 5,37 5,43 5,60 5,43 5,33 5,47 5,33 5,43 5,42 b Februari 5,37 e 5,43 de 5,53 bcd 5,60 a-d 5,63 abc 5,60 a-d 5,50 cde 5,57 a-d 5,60 a-d 5,54 b Maret 5,67 5,57 5,60 5,53 5,60 5,57 5,50 5,60 5,60 5,42 April 5,40 5,37 5,43 5,60 5,43 5,33 5,47 5,33 5,43 5,42 b
Rataan BA November 2015 5,38 5,33 5,39 5,43 5,48 5,40 5,42 5,46 5,49 KK=2,79% Desember 5,30 5,35 5,35 5,31 5,32 5,38 5,44 5,39 5,45 KK=2,31% Januari 2016 5,49 5,49 5,44 5,57 5,43 5,52 5,54 5,49 5,50 KK=2,75% Februari 5,52 c 5,56 be 5,52 c 5,60 abc 5,58 abc 5,63 ab 5,60 abc 5,67 a 5,62 ab KK=1,61% Maret 5,64 5,60 5,58 5,60 5,57 5,62 5,54 5,62 5,64 KK=2,05% April 5,50 5,50 5,44 5,62 5,48 5,52 5,53 5,49 5,52 KK=2,65%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi( PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
) M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
; dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
98
2.. Jumlah Pelepah (pelepah)
Daftar sidik ragam pengamatan jumlah pelepah kelapa sawit menghasilkan dapat di
lihat pada Lampiran 75-87. Sedang rataan jumlah pelepah kelapa sawit menghasilkan umur
14 tahun di lahan gambut ditampilkan pada Tabel 30 dan 31 di bawah ini.
Dari Tabel 30 dan 31 tersebut dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata secara
faktor tunggal dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit; batu an fosfat
dan tanah mineral/A) yang digunakan terhadap jumlah pelepah kelapa sawit menghasilkan
umur 14 tahun pada lahan gambut selama satu tahun, masing-masing terdapat pada pengama
tan bulan Mei, Agustus, September, Oktober, November tahaun 2015 dan bulan Februari dan
April tahun 2016.
Adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
yang digunakan secara mandiri terhadap pengamatan terakhir bulan April 2016 terdapat pada
pemberian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
/M2) yaitu 42,93 pelepah, berbe
da nyata bila dibandingkan dengan pemberian dolomit dosis rendah dan sedang, mulai 14 kg.
phn-1
-28 kg.phn-1
(2-4 ton.ha-1
) [D1 dan D2], selebihnya tidak berbeda nyata terhadap semua
perlakuan lainnya.
Secara umum dari tabel di atas tampak bahwa pola penyebaran respon jumlah pelepah
kelapa sawit menghasilkan tertinggi akibat pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
(dolomit; batuan fosfat dan tanah mineral) pada pengamatan bulan April 2016 terdapat pada
pemberian tanah mineral dengan dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
/M2) yaitu 42,93 pele
pah, meningkat 1,02 kali lipat bila dibandingkan dolomit dosis rendah 14 kg.phn-1
(2 ton.ha-1
/
D1) [M2 vs D1], akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian bahan amelioran lainnya
(D3; F1-F3; M1 dan M3).
Tingginya jumlah pelepah kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut
pada akhi pengamatan bulan April 2016 akibat pemberian tanah mineral dengan dosis 28 kg.
phn-1
(4 ton.ha-1
/M2) karena adanya sumbangan ion hara kedalam larutan tanah yang berasal
dari kation basa (K, Ca, Mg) dan kation polivalen kelompok hara mikro yang terdapat dalam
tanah mineral. Selain itu pemberian tanah mineral kedalam tanah gambut juga dapat menam
bahkan sejumlah koloid mineral yang berperan dalam memegang kation hara, sehingga dapat
menahan proses pencucian hara. Tambahan pula pemberian tanah mineral juga dapat mengu
rangi kemaman tanah, sehingga menekan asam-asam yang bersifat toksik
Silistyo, dkk, (2010) menambahkan bahwa batas minimal jumlah pelepah tanaman
kelapa sawit menghasilkan umur ≥ 8 tahun untuk mendukung pertumbuhan dan produktivi
Universitas Sumatera Utara
99
tas TBS yang optimal adalah 40 pelepah.phn-1
. Tanaman yang memiliki jumlah ˂40 pele
pah.phn-1
dapat merangsang terbentuknya bunga jantan yang lebih banyak.
Hartatik (2012) menjelaskan bahwa efektivitas pengendalian asam fenolat dalam
tanah gambut dapat ditingkatkan dengan pemberian bahan amelioran yang berasal dari tanah
mineral berkadar Fe, Al tinggi, melalui pembentukan senyawa/ikatan kompleks organik-kati
on Fe/Al (senyawa organo metalik kompleks).
Universitas Sumatera Utara
100
Tabel 30. Rataan Jumlah Pelepah (pelepah) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 Mei 2015 40,00 40,23 40,11 40,11 40,11 40,22 40,33 40,44 40,44 40,22 Juni 40,00 40,44 40,11 40,33 40,44 40,33 40,44 40,67 40,56 40,37 Juli 40,00 40,44 40,55 40,44 40,22 40,22 40,11 40,44 40,22 40,29 Agustus 40,11 40,78 40,55 41,22 40,89 40,44 40,44 41,11 41,22 40,75 September 40,33 41,11 41,22 40,94 41,11 40,22 40,44 41,33 41,22 40,88 Oktober 40,00 41,11 41,50 41,56 41,56 41,22 40,89 41,56 41,44 41,20
P2 Mei 2015 40,00 40,00 40,22 40,11 40,33 40,44 40,39 40,33 40,50 40,22 Juni 40,22 40,67 40,22 40,22 40,44 40,33 40,44 40,45 40,33 40,37 Juli 40,44 40,22 40,22 40,89 40,56 40,56 40,22 40,55 40,50 40,46 Agustus 40,11 40,89 40,11 40,22 41,11 40,89 40,56 41,11 40,56 40,62 September 40,22 41,11 40,33 40,11 41,22 41,44 40,44 41,33 40,67 40,76 Oktober 40,55 41,44 40,55 40,55 41,89 41,56 40,89 41,78 41,67 41,21
P3 Mei 2015 40,00 40,22 40,22 40,22 40,39 40,44 40,56 40,33 40,45 40,31 Juni 40,22 40,28 40,33 40,44 40,22 40,56 40,33 40,31 40,39 40,34 Juli 40,00 40,55 44,66 40,22 40,67 40,71 40,44 40,44 40,70 40,49 Agustus 40,00 41,78 40,55 40,00 40,67 40,78 40,22 41,11 41,22 40,58 September 40,22 41,22 40,67 40,22 40,89 41,11 41,78 41,22 41,89 41,02 Oktober 40,44 41,33 41,33 40,89 40,56 24,11 41,33 41,33 32,78 41,12
Rataan BA Mei 2015 40,00 e 40,22 bcd 40,18 cde 40,15 de 40,28 a-d 40,37 abc 40,43 ab 40,37 abc 40,46 a KK=0,49% Juni 40,46 40,46 40,22 40,33 40,37 40,41 40,41 40,48 40,43 KK=0,80% Juli 40,15 40,41 40,48 40,52 40,48 40,50 40,26 40,48 40,47 KK=1,28% Agustus 40,07 d 40,81 abc 40,41 cd 40,48 bcd 40,89 ab 40,70 abc 40,41 cd 41,07 a 41,00 a KK=0,99% September 40,26 c 41,15 a 40,74 abc 40,43 bc 41,07 ab 40,92 ab 40,89 abc 41,30 a 41,26 a KK=1,55% Oktober 40,33 b 41,30 a 41,13 a 41,00 a 41,33 a 41,30 a 41,04 a 41,56 a 41,63 a KK=1,88%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
101
Tabel 31. Rataan Jumlah Pelepah (pelepah) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)
Paket Pemupukan
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 November 2015 41,07 41,22 41,11 41,39 41,17 41,61 41,22 41,67 41,45 41,32
Desember 41,41 41,26 41,50 41,67 41,61 41,72 41,72 41,83 41,67 41,60 Januari 2016 41,56 41,78 41,72 41,89 41,89 41,89 41,89 42,00 41,96 41,84 Februari 41,78 42,11 42,00 42,02 42,11 42,33 42,00 42,39 42,22 42,11 Maret 41,89 42,22 42,39 42,33 42,55 42,56 42,22 42,78 42,56 42,46 April 42,39 42,11 42,39 42,72 42,67 42,61 42,89 42,89 42,67 42,59
P2 November 2015 40,72 41,39 40,89 40,96 41,61 41,39 41,56 41,50 41,41 41,32 Desember 41,56 41,78 41,61 41,61 41,74 41,74 41,74 41,85 41,85 41,72 Januari 2016 41,83 42,06 41,89 41,89 41,89 42,11 42,06 42,18 42,00 41,99 Februari 42,11 42,33 42,17 42,00 42,17 42,11 42,33 42,45 42,22 42,21 Maret 42,39 42,61 42,33 42,22 42,44 42,67 42,50 42,56 42,44 42,46 April 42,33 42,67 42,44 42,39 42,61 42,89 42,56 42,78 42,64 42,59
P3 November 2015 40,89 41,67 40,96 40,95 40,95 41,39 41,41 41,79 42,00 41,33 Desember 41,63 41,72 41,89 41,61 41,57 41,78 41,72 41,89 42,06 41,76 Januari 2016 41,89 42,00 42,02 42,00 41,78 42,22 42,02 42,40 42,17 42,05 Februari 42,00 42,22 42,11 42,11 42,33 42,44 42,45 42,50 42,33 42,28 Maret 42,22 42,33 42,44 42,28 42,83 42,61 42,67 42,72 42,67 42,53 April 42,22 42,45 42,78 42,50 42,72 42,89 42,83 43,11 43,11 42,74
Rataan P November 2015 40,90 c 41,43 abc 40,99 bc 41,10 abc 41,24 abc 41,46 ab 41,40 abc 41,65 a 41,62 a KK=1,23% Desember 41,53 41,59 41,67 41,63 41,64 41,75 41,73 41,86 41,86 KK=0,67% Januari 2016 41,76 41,95 41,88 41,93 41,85 41,07 41,99 42,20 42,04 KK=0,78% Februari 41,96 c 41,22 abc 42,09 bc 42,04 bc 42,20 abc 42,29 ab 42,26 abc 42,44 a 42,26 a KK=0,68% Maret 42,16 42,39 42,39 42,28 42,61 42,61 42,46 42,69 42,56 KK=0,90% April 42,31 c 42,41 bc 42,54 abc 42,54 abc 42,67 abc 42,80 ab 42,76 ab 42,93 a 42,80 ab KK=0,96%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton Rbatuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
102
3 . Jumlah Anak Daun (helai.pelepah-1
)
Daftar sidik ragam pengamatan jumlah anak daun kelapa sawit menghasilkan dapat di
lihat pada Lampiran 88-99. Sedang rataan jumlah anak daun kelapa sawit menghasilkan
umur 14 tahun di lahan gambut ditampilkan pada Tabel 32 dan 33 di bawah ini.
Dari Tabel 32 dan 33 tersebut dapat di lihat bahwa ada pengaruh yang nyata dari pem
berian paket pemupukan PPKS dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit; batu
an fosfat dan tanah mineral) yang digunakan, baik secara mandiri (P) atau (A) maupun inter
aksinya (P/A) untuk pengamatan terakhir bulan April 2016.
Adanya pengaruh yang nyata dari pemberian paket pemupukan dan ketiga jenis dan
dosis bahan amelioran yang digunakan terhadap pengamatan jumlah anak daun kelapa sawit
menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut pada pengamatan bulan April 2016, dengan
jumlah anak daun terbanyak terdapat pada perlakuan pemberian paket pemupukan PPKS do
sis 6,25 kg.phn-1
thn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai pem
berian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
) [P1M2] yaitu 317,67 helai, berbeda
nyata bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya (P1D1, P1D3, P3F1, P1F2, P1M1 , P2D3,
P2 M1, P3D2, P3D3, P3F3, P3M1 dan P3M2).
Secara umum bila di lihat dari pola penyebaran respon jumlah anak daun kelapa sawit
menghasilkan akibat pemberian paket pemupukan dan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
yang digunakan, tertinggi terdapat pada paket pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.phn-1
thn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai dengan pemberian tanah
mineral dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
) [P1M2] yaitu 317,67 helai, meningkat 1,03 kali
lipat (P1M2 vs P3D1) untuk pengamatan terakhir bulan April 2016.
Tingginya jumlah anak daun kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gam
but pada pengamatan terakhir bulan April 2016 akibat pemberian paket pemupukan PPKS
dosis 6,25 kg.phn-1
thn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai
pemberian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
) [P1M2] karena ketersediaan
unsur hara esensial pada kombinasi kedua perlakuan tersebut berada dalam kondisi optimal
untuk mendukung pertumbuhan jumlah anak daun.
Syahbudin dan Alwi (2102) menjelaskan bahwa pemberian reaktan berupa bahan ame
lioran tanah mineral dosis 10-20 ton.ha-1
thn-1
dapat mengurangi fitotoksik dari asam organik
dan meningkatkan kadar hara makro dan mikro dalam tanah.
Universitas Sumatera Utara
103
Tabel 32. Rataan Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 Mei 2015 284,11 e 306,89 abc 292,89 cde 316,11 a 300,89 a-d 298,67 b-e 301,00 a-d 313,44 ab 309,56 ab 302,62 ab Juni 305,44 ghi 311,33 b-e 308,22 efg 314,78 a 308,33 efg 305,00 hi 309,44 def 314,33 ab 314,22 ab 310,12 a Juli 310,00 315,22 308,22 310,67 308,89 304,89 311,44 316,33 316,78 311,38 a Agustus 309,67 314,89 312,44 313,00 308,11 306,22 310,00 316,89 315,67 311,88 a September 309,67 313,11 311,00 310,89 309,11 308,11 311,00 313,67 313,56 311,12 Oktober 305,33 310,89 307,44 312,00 309,11 306,89 307,44 311,55 311,89 309,17
P2 Mei 2015 300,89 a-d 308,22 abc 305,22 abc 285,22 de 298,78 b-e 306,67 abc 292,67 cde 303,33 abc 298,22 b-e 299,91 b Juni 309,44 def 313,00 abc 310,33 c-f 308,45 efg 304,22 i 303,67 i 303,56 i 310,78 c-f 310,45 c-f 308,21 b Juli 307,33 313,78 310,67 306,33 304,11 301,11 306,00 313,00 312,78 308,35 b Agustus 308,78 313,56 310,00 308,56 306,11 304,11 308,78 321,11 313,44 309,49 b September 308,89 313,78 311,67 309,67 307,78 306,67 310,33 312,44 313,33 310,51 Oktober 306,78 312,67 310,89 311,33 311,11 308,67 307,44 310,67 311,67 310,14
P3 Mei 2015 297,67 b-e 313,00 ab 309,44 ab 307,67 abc 304,78 abc 301,67 abc 303,67 abc 308,67 abc 311,00 ab 306,39 a Juni 309,55 def 314,22 ab 312,33 a-d 309,55 def 307,89 fgh 306,22 ghi 307,55 fgh 312,67 a-d 312,00 a-d 310,22 a Juli 310,11 315,00 312,22 311,56 309,44 307,67 308,00 315,00 316,89 311,77 a Agustus 309,44 313,22 311,00 310,33 308,45 306,56 311,44 314,56 314,67 311,07 a September 309,44 313,22 311,00 310,33 308,45 306,56 311,44 314,56 314,67 311,07 Oktober 307,33 311,78 309,44 310,78 308,22 305,66 306,89 314,00 314,11 309,80
Rataan BA Mei 2015 294,22 d 309,37 a 302,52 abc 303,00 ab 301,48 abc 302,33 abc 299,11 cd 308,48 a 306,26 ab KK=2,69% Juni 308,15 d 312,85 a 310,30 c 310,93 bc 306,82 d 304,96 e 306,85 d 312,59 ab 312,22 ab KK=0,52% Juli 309,15 d 314,67 c 310,37 bc 309,52 bc 307,48 bc 304,56 b 308,48 a 314,78 a 315,48 a KK=0,87% Agustus 309,30 bc 313,89 a 311,15 b 310,63 b 307,56 c 305,63 d 310,07 b 314,52 a 314,59 a KK=0,62% September 309,33 cd 313,37 a 311,22 b 310,30 bc 308,44 d 307,11 e 310,93 bc 313,56 a 313,85 a KK=0,56% Oktober 306,48 d 311,78 a 309,26 bc 311,37 ab 309,48 b 307,07 d 307,26 cd 312,07 a 312,56 a KK=0,64%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2.. P1=Paket pemupukan rekomendasi( PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.ha-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
; dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
104
Tabel 33. Rataan Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 November 2015 301,44 306,44 309,44 306,00 306,33 302,00 308,00 302,33 310,89 305,88 b Desember 310,89 313,22 308,89 312,89 310,11 309,56 312,00 312,11 311,22 311,21 Januari 2016 312,67 312,67 312,22 312,45 315,33 312,78 313,33 312,33 314,00 313,09 a Februari 312,67 313,34 311,55 315,34 312,89 314,00 312,33 315,00 314,67 313,64 Maret 313,44 317,11 311,00 313,56 315,00 313,33 309,55 314,11 314,00 313,46 April 312,67 b-e 314,00 a-d 312,22 313,78 bcd 312,22 c-f 314,00 a-d 314,33 b-e 317,67 a 315,89 ab 313,98 a
P2 November 2015 302,11 312,67 308,22 310,89 311,89 305,56 306,00 311,33 309,89 308,63 a Desember 308,78 311,78 308,78 308,78 308,89 309,33 308,11 309,67 310,33 309,38 Januari 2016 310,11 311,89 309,33 312,78 310,89 309,44 313,44 313,44 315,89 311,91 b Februari 312,22 313,89 312,78 315,55 312,78 313,33 312,00 313,55 313,67 313,31 Maret 312,67 314,45 312,89 313,67 312,22 312,33 314,11 313,00 314,33 313,30 April 314,00 ad 314,56 abc 312,89 b-e 314,67 314,89 abc 313,67 bcd 312,78 b-e 313,67 bcd 314,67 abc 313,98 a
P3 November 2015 304,67 308,45 307,67 308,56 306,78 307,22 307,44 307,00 311,00 307,64 ab Desember 305,44 309,11 307,67 315,44 312,78 310,67 308,11 313,55 315,11 310,88 Januari 2016 311,55 315,56 313,50 314,78 313,44 312,78 311,44 315,00 315,67 313,75 a Februari 310,22 314,22 313,00 313,56 313,00 311,55 312,00 313,67 313,66 312,76 Maret 312,11 316,22 315,11 314,89 314,89 313,44 312,67 314,00 314,11 314,16 April 308,22 g 313,00 b-e 312,22 b-f 315,00 abc 314,11 a-d 309,89 efg 308,89 fg 310,78 d-g 314,11 a-d 311,80 b
Rataan BA November 2015 302,74 c 309,19 ab 308,44 ab 308,48 ab 308,04 ab 304,93 bc 307,15 ab 306,89 ab 310,59 a KK=1,27% Desember 308,37 b 311,37 ab 308,44 b 312,37 a 310,59 ab 309,85 ab 309,41 ab 311,78 a 312,22 a KK=0,97% Januari 2016 311,44 c 313,37 abc 311,68 bc 313,33 abc 313,22 abc 311,67 bc 312,74 bc 313,59 ab 315,19 a KK=0,62% Februari 311,70 d 313,82 ab 312,44 cd 314,82 a 312,89 cd 312,96 abc 312,44 cd 314,07 ab 314,00 ab KK=0,56% Maret 312,74 b 315,93 a 313,00 b 314,04 ab 314,04 ab 313,04 b 312,11 b 313,70 ab 314,15 ab KK=0,66% April 311,63 d 313,85 abc 312,44 cd 314,48 ab 313,74 abc 312,52 bcd 311,67 d 314,04 abc 314,89 a KK=0,58%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2.. P1=Paket pemupukan rekomen( PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); AF4= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); F5= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan F6= 6 ton tanah mineral.ha-1
([42 kg.ha
-1); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
105
4. Rataan Jumlah Tandan (tandan.phn-1
)
Daftar sidik ragam pengamatan jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan dapat di
lihat pada Lampiran 100-111. Sedang rataan jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan umur
14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 34 dan 35 di bawah ini.
Dari Tabel 34 dan 35 tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata
dari pemberian paket pemupukan (PPKS; TMR dan PTG) dan pemberian ketiga jenis dan do
sis bahan amelioran yang digunakann (dolomit; batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap
pengamatan jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut, baik
secara tunggal dari masing-masing perlakuan paket pemupukan (P) dan pemberian bahan
amelioran (A) maupun interaksinya (P/A) untuk semua umur pengamatan, akan tetapi terda
pat perbedaan yang nyata dari perlakuan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
yang digunakan (A) pada pengamatan bulan September 2015.
Tidak adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ketiga paket pemupukan dan pem
berian bahan amelioran baik secara tunggal (P atau A) maupun interaksinya (P/A) terhadap
pengamatan jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun pada lahan gambut,
karena banyaknya jumlah tandan per pohon yang dihasilkan oleh tanaman dalam satuan wak
tu sangat dipengaruhi oleh sifat genatis/hereditas dari tanaman.
Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa fenotif/tampilan produktivitas tanaman
seperti jumlah tandan, sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor internal/
(genetik/hereditas/innate), faktor eksternal/lingkungan (enforce) yang terdiri dari tanah (eda
fik) dan iklim (klimatik), dan pemeliharaan (tindakan kultur teknis/induce). Faktor kedua dan
ketiga (ekternal dan kultur teknis) dapat diperbaiki dan dimodifikasi disesuaikan dengan ke
butuhan tanaman, meski dalam skala terbatas, seperti praktik bertanam di rumah kaca atau
rumah kasa (green house atau screening house). Sedang faktor genetis amat sulit untuk di
ubah, meski juga tidak menutup kemungkinan untuk berubah, karena faktor lain, seperti ada
nya radiasi dari unsur radio aktif, konsentrasi hara yang terlalu tinggi, kehadiran logam berat,
dan suhu yang terlalu tinggi/ekstrim. Dalam hal ini, tingginya konsentrasi hara P yang berasal
dari reaktivitas/ionisasi batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/F3) akan dapat
me nambah pembentukan jumlah tandan yang dihasilkan.
Terdapat pengaruh yang berbeda nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan
amelioran dosis tinggi terhadap jumlah tandan kelapa sawit menghasilkan pada pengamatan
bulan September 2015 akibat pemberian bahan amelioran batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.
phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/F3) yaitu 1,11 tandan, meningkat 1,16 kali lipat (F1 vs D2), akan tetapi
Universitas Sumatera Utara
106
tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan pemberian bahan amelioran tanah mineral do
sis rendah 14 kg.phn-1
(2 ton.ha-1
/M1). Hal ini diduga karena tingginya konsentrasi ion hara P
dan Ca dalam larutan tanah yang berasal dari ionisasi batuan fosfat dapat menghasilkan jum
lah tandan kelapa sawit yang lebih banyak bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, se
hingga dapat memicu terhadap pembentukan tandan. Dilaporkan bahwa sumbangan hara P
dan Ca dalam menghasilkan 1 ton TBS setara dengan 2,10 kg pupuk TSP dan 2,81 kg dolo
mit (Rahutomo, dkk, 2006).
Bila dibandingkan hasil pengamatan jumlah tandan pada pemberian bahan amelioran
batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
/F3) diatas dengan jumlah tandan sesuai des
kripsi varietas D x P Marihat sebanyak 12 tandan.phn-1
thn-1
, rataan 1 tandan.bln-1
(Sipayung
dan Liwang, 2011) terdapat peningkatan jumlah tandan pada pengamatan bulan September
2015 sebesar 11%. Hal ini diduga disebabkan pengaruh dosis pemberian batuan fosfat yang
cukup tinggi, sehingga menyebabkan ketersediaan ion hara P (ion ortofosfat, H2PO4- dan
HPO4=) dalam larutan tanah cukup tersedia, akibat pemberian batuan fosfat per tama kali
pada bulan April, yang diperkirakan telah memicu pembentukan calon tandan kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
107
Tabel 34. Rataan Jumlah Tandan (tandan.phn-1
) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di
Lahan Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2016)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 Mei 2015 1,11 1,00 1,11 1,00 1,11 1,11 1,11 1,00 1,11 1,07 Juni 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,02 Juli 1,11 1,11 1,00 1,11 1,11 1,00 1,00 1,11 1,00 1,06 Agustus 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,01` September 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 Oktober 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 0,99
P2 Mei 2015 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,11 1,11 1,06 Juni 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,01 Juli 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,11 1,00 1,02 Agustus 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1.,11 1,00 1,00 1,02 September 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,00 0,89 1,01 Oktober 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 0,98
P3 Mei 2015 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,11 1,00 1,06 Juni 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,10 1,02 Juli 1,00 1,11 1,00 1,11 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,04 Agustus 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,11 1,00 1,04 September 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,00 1,00 1,02 Oktober 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 1,11 1,00 1,00
Rataan BA Mei 2015 1,11 1,00 1,04 1,00 1,04 1,11 1,11 1,07 1,11 KK=13,77% Juni 1,00 1,00 1,04 0,96 1,00 1,00 1,00 1,11 1,07 KK= 9,59 % Juli 1,04 1,11 1,04 1,07 1,07 1,04 1,00 1,04 1,00 KK=11,33% Agustus 1,04 1,00 1,00 1,00 1,00 1,07 1,11 1,04 1,00 KK= 9,51 % September 1,00 bc 0,96 c 1,00 b 1,00 bc 1,00 bc 1,11 a 1,07 ab 1,00 bc 0,96 c KK= 9,77 % Oktober 1,00 0,96 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 1,04 0,93 KK=10,62%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi( PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
);D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-2
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
28 kg.phn-1
; dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
108
Tabel 35. Rataan Jumlah tandan (tandan.phn-1
) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di
Lahan Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 November 2015 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 Desember 1,00 1,00 1,00 1,11 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,02 Januari 2016 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 0,89 Februari 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 Maret 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 April 0,89 0,89 1,00 0,89 0,89 1,00 1,00 0,89 0,89 0,93
P2 November 2015 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 0,94 Desember 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,02 Januari 2016 1,00 1,00 0,89 0,89 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 0,99 Februari 1,00 0,89 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 0,89 1,00 0,96 Maret 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 April 1,00 0,89 0,89 0,89 0,89 1,00 1,00 0,89 1,00 0,94
P3 November 2015 1,00 0,89 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 Desember 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,89 Januari 2016 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 Februari 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 0,89 1,00 Maret 1,00 1,00 1,00 1,00 1,11 1,00 1,00 1,00 1,00 1,01 April 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Rataan BA November 2015 1,00 0,96 1,00 0,93 1,00 1,00 0,96 0,96 1,00 KK=8,50% Desember 1,00 1,00 1,00 1,07 1,04 1,00 1,00 1,07 1,00 KK=8,07% Januari 2016 1,00 1,00 0.96 0,89 1,00 1,04 1,04 1,04 0,96 KK=9,93% Februari 1,00 0,96 1,00 1,00 0,93 1,04 1,04 0,96 0,96 KK=9,44% Maret 1,00 1,00 1,00 1,00 1,04 1,00 1,00 1,00 1,00 KK=3,65% April 0,96 0,93 0,96 0,93 0,93 1,00 1,00 0,93 0,89 KK=12,89%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); A8= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan A9= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
109
5. Rataan Berat Tandan (kg.phn-1
)
Daftar sidik ragam pengamatan berat tandan kelapa sawit menghasilkan dapat di lihat
pada Lampiran 112-123. Sedang rataan berat tandan kelapa sawit umur 14 tahun di lahan
gambut disajikan pada Tabel 36 dan 37 di bawah ini.
Dari Tabel 36 dan 37 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pem
berian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit; batuan fosfat dan tanah mineral)
secara tunggal (A) yang digunakan terhadap hasil berat tandan kelapa sawit menghasilkan
umur 14 tahun di lahan gambut, akan tetapi tidak berbeda terhadap peket pemupukan secara
tunggal (P) maupun interaksinya (A/P).
Adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
yang digunakan terhadap berat tandan kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun pada lahan
gambut sejak pengamatan bulan bulan Juni, Agustus, September, Oktober 2015 sampai bulan
Januari, Februari dan Maret 2016. Respon berat tandan kelapa sawit menghasilkan akibat
pemberian bahan amelioran yang digunakan selama satu tahun pada pengamatan terakhir bu
lan Maret 2016 tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28 kg.phn-1
(4
ton.ha-1
/F2) yaitu 30,89 kg.tandan-1
, dan pemberian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1
(4
ton.ha-1
/M2) yaitu 30,56 kg.tandan-1
serta terendah terdapat pada pemberian dolomit dosis
rendah 14 kg.phn-1
(2 ton.ha-1
/D1) yaitu 23,89 kg.tandan-1
, meningkat 1,28-1,29 kali lipat (F2
dan M2 vs D1)
Tingginya berat tandan kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut
pada pengamatan bulan Maret 2016 akibat pemberian bahan amelioran batuan fosfat dengan
dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
/F2) dan tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-
1/M2) karena adanya ionisasi dari batuan fosfat dalam tanah yang akan menghasilkan ion
hara P dan Ca, bahkan kation Fe (Lampiran 3), terkadang dapat mengandung kation logam
kelompok hara mikro lainnya seperti Cu, Zn dan Mn (Mukhlis, dkk, 2011). Sementara dalam
tanah mineral terdapat sumber hara berupa kation basa (K, Ca dan Mg) dan Fe (Lampiram 3)
dan sumber kation logam polivalen seperti Fe, Al, Mn, Zn, dan Cu (Lampiran 2).
Halim dan Soepardi (1986) melaporkan bahwa pemberian pencampuran tanah mineral
dan basa (dolomit, kapur, batuan fosfat) pada tanah gambut Kalimantan Tengah dapat mening
katkan jumlah kation basa dan kejenuhan basa.
Universitas Sumatera Utara
110
Tabel 36. Rataan Berat Tandan (kg.phn-1
) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015) 83
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 Mei 2015 19,33 21,00 18,17 22,00 19,33 20,33 19,67 20,83 21,00 20,19 Juni 18,17 22,33 19,33 22,17 21,67 19,00 21,00 22,33 19,83 20,65 Juli 21,50 20,50 22,83 20,00 20,83 19,83 23,50 22,17 26,67 21,98 Agustus 20,33 23,83 24,33 24,67 25,83 21,50 21,67 26,33 23,83 23,59 September 24,00 26,00 24,00 29,00 22,83 24,00 24,17 27,17 28,00 25,46 Oktober 22,50 27,17 26,83 27,17 29,83 23,83 26,17 27,33 27,33 26,46
P2 Mei 2015 19,33 21,00 18,17 21.00 18,33 21,83 19,67 21,00 21,00 20,15 Juni 19,00 22,33 22,00 22,23 21,83 17,83 19,67 21,00 21,00 20,78 Juli 23,83 22,83 22,67 22,33 19,83 22,50 22,17 23,50 24,67 22,70 Agustus 20,50 21,83 28,,67 24,67 25,83 19,83 21,00 24,83 26,50 23,74 September 24,00 26,00 23,83 27,83 25,83 22,50 26,33 25,83 27,33 25,72 Oktober 25,33 27,33 30,17 30,33 28,33 24,00 26,00 28,67 29,50 27,74
P3 Mei 2015 18,00 21,00 19,00 21,00 18,17 19,83 19,67 22,00 21,00 19,96 Juni 18,33 22,33 24,33 23,33 24,00 19,00 20,00 20,00 20,00 21,26 Juli 22,67 22,83 21,50 21,17 21,50 23,17 22,33 24,67 24,67 22,72 Agustus 18,50 24,67 23,17 24,67 24,33 22,67 21,50 26,67 27,83 23,78 September 22,50 29,00 27,00 23,00 25,17 22,50 26,33 29,33 29,33 26,02 Oktober 22,50 28,67 29,67 27,33 28,17 24,00 25,83 30,67 32,83 27,74
Rataan BA Mei 2015 18,89 21,00 18,44 21,33 18,61 20,67 19,67 21,28 21,00 KK=11,14% Juni 18,50 b 22,33 a 21,89 a 22,61 a 22,50 a 18,61 b 20,22 ab 21,11 ab 20,28 ab KK=12,95% Juli 22,67 22,06 22,33 21,17 20,72 21,83 22,67 23,44 25,33 KK=14,22% Agustus 19,78 b 23,44 ab 25,39 a 24,67 a 25,33 a 21,33 b 21,39 ab 25,94 a 26,06 a KK=15,92% September 23,50 bc 27,00 ab 25,61 abc 26,67 abc 24,61 abc 23,00 c 25,61 abc 27,44 a 28,22 a KK=13,61% Oktober 23,44 b 27,72 a 28,89 a 28,28 a 28,78 a 23,94 b 26,00 ab 28,89 a 29,89 a KK=13,27%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1 (14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
111
Tabel 37. Rataan Berat Tandan (kg.phn-1
) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 November 2015 22,17 22,33 23,00 21,00 23,17 22,17 23,17 21,00 22,40 22,27 Desember 22,33 26,33 25,40 24,67 25,57 22,33 23,90 24,67 26,33 24,61 Januari 2016 23,33 24,67 24,00 22,00 24,00 23,00 22,00 23,87 26,73 23,73 Februari 23,33 27,60 25,00 22,00 30,40 24,67 25,67 30,60 30,80 26,67 Maret 23,67 30,33 27,67 28,67 32,00 25,33 24,67 30,67 28,67 27,96 April 24,67 25,80 26,47 24,67 22,00 27,00 24,67 28,60 25,80 25,52
P2 November 2015 23,17 22,33 24,50 22,33 24,50 23,17 23,17 21,00 21,17 22,81 Desember 22,33 24,50 24,40 24,67 25,40 22,67 20,00 24,67 26,33 23,89 Januari 2016 24,33 29,00 23,00 21,00 24,00 23,33 23,67 26,73 27,73 24,76 Februari 23,33 27,60 26,80 24,80 30,40 23,67 25,67 30,60 30,80 27,07 Maret 23,33 30,33 29,47 29,00 32,00 26,33 26,33 30,67 27,33 28,31 April 22,33 27,60 25,13 24,87 24,33 25,67 24,33 27,60 26,80 25,41
P3 November 2015 23,17 22,33 21,83 21,17 21,67 23,17 23,17 20,00 22,83 22,15 Desember 22,33 24,67 25,40 24,67 24,23 22,67 22,33 26,33 26,33 24,33 Januari 2016 23,33 24,00 24,00 22,00 23,00 23,33 28,40 22,00 26,33 24,04 Februari 25,00 27,60 26,80 24,80 30,13 24,33 24,33 26,33 30,80 27,38 Maret 24,67 29,00 28,00 27,00 28,67 25,67 29,93 30,33 28,67 27,99 April 25,33 30,43 26,80 26,53 22,67 26,00 27,53 27,60 28,93 26,87
Rataan BA November 2015 22,83 22,33 23,11 21,50 23,11 22,83 23,17 20,67 22,13 KK=11,46% Desember 22,33 25,17 25,07 24,67 25,07 22,56 22,08 25,22 26,33 KK=13,41% Januari 2016 23,67 bcd 25,89 ab 23,67 bcd 21,67 d 23,67 bcd 23,22 cd 24,69 abc 24,20 bc 26,93 a KK= 9,74% Februari 23,89 d 27,60 d 26,20 cd 23,87 cd 30,31 cd 24,22 bc 25,89 ab 30,60 ab 30,80 ab KK=10,66% Maret 23,89 d 29,89 ab 28,38 abc 28,22 abc 30,89 a 25,78 cd 26,98 bcd 30,56 a 28,22 abc KK=11,14% April 24,11 27,94 26,13 25,36 23,00 26,22 25,51 27,93 27,18 KK=13,86%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2.. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
[14 kg.phn-1
]; D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
]; D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
112
6.. Produksi Tandan Buah Segara (ton.TBS.ha-1
)
Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS kelapa sawit menghasilkan dapat di
lihat pada Lampiran 124-135. Sedang rataan produksi kelapa sawit menghasilkan umur 14
tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 38 dan 39 di bawah ini.
Dari Tabel 38 dan 39 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh interaksi dari pem
berian paket pemupukan dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit; batuan fos
fat dan tanah mineral) yang digunakan (A/P) terhadap produksi TBS kelapa sawit mengha
silkan per hektar pada pengamatan bulan Oktober 2015, demikian pula terhadap pemberian
bahan amelioran secara tunggal (A) terdapat pada pengamatan mulai bulan Agustus, Okto
ber, Desember 2015 diikuti bulan Januari sampai bulan April tahun 2016, akan tetapi tidak
berbeda nyata pada pemberian paket pemupukan secara tunggal (P).
Adanya pengaruh yang nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
yang digunakan secara tunggal pada pengamatan bulan April 2016 terhadap produksi tandan
buah segar/TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut, dengan hasil
tertinggi masing-masing terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28 kg.phn-1
(4
ton.ha-1
thn-1
) [F2] yaitu 4,17 ton.ha-1
meningkat 1,25 kali lipat (F2 vs D1), akan tetapi tidak
berbeda nyata dengan pemberian tanah mineral dosis sedang sampai tinggi 28 kg.phn-1
-42 kg.
phn-1
(4-6 ton.ha-1
thn-1
) [M2 dan M3] yaitu 4,11 dan 3,81 ton.ha-1
dan pada pemberian batuan
fosfat dosis rendah 14 kg.phn-1
(2 ton.ha-1
thn-1
) [F1] yaitu 3,81 ton.ha-1
serta pemberian
dolomit dosis sedang sampai tinggi 28-42 kg.phn-1
(4-6 ton.ha-1
thn-1
) [D2 dan D3] yaitu 4,04
dan 3,83 ton.ha-1
. Bila dibandingkan dengan potensi TBS kebun yang tidak pernah dilakukan
pemupukan selama tiga tahun terakhir sejak tahun 2012 sebesar 16 ton.ha-1
thn-1
(rataan 1,33
ton.ha-1
) terdapat pening katan 3,18 kali lipat (meningkat sebesar 88,79 %.thn-1
).
Secara umum bila dilihat pola penyebaran respon peningkatan produksi tandan buah
segar/TBS kelapa sawit akibat interaksi pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
dengan paket pemupukan serta pengaruh tunggal dari pemberian paket pemupukan selama
satu tahun pengamatan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, kecuali pada penga
matan bulan Oktober 2015, dimana interaksi pemberian paket pemupukan TMR (P2) disertai
pemberian dolomit dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
/D2) [P2D2] yaitu 3,92 ton.ha-1
,
meningkat 1,32 kali lipat bila dibandingkan dengan hasil terendah (P2D2 vs P1M1); tidak ber
beda nyata dengan P2M2, P2M3, P2D3, P1D1, P1D2, P1M2, P1M3, P3,F2, P3 M1, P3M2,
dan P3M3.
Universitas Sumatera Utara
113
Tingginya produksi TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut
pada pengamatan bulan Oktober 2015 (pengamatan bulan ke-enam) akibat interaksi pembe
rian tanah mineral dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
/M2) dan pemberian dolomit dosis se
dang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
/D2) yang disertai dengan pemberian paket pemupukan TMR
(P2) dosis 3,25 kg.phn-1
(1.00 kg urea+0,5 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) [P2D2 dan
P2M2]. Pemberian pupuk kimia N,P,K dan Mg yang masing-masing ber asal dari pupuk
urea, TSP, MoP dan kieserit dapat mensuplai hara, demikian pula yang ber asal dari bahan
amelioran, berupa tanah mineral dan dolomit, sehingga konsentrasi hara esen sial dalam laru
tan tanah menjadi optimal dan seimbang dalam mendukung pembentukan TBS.
Pemberian tanah mineral diperkirakan dapat memasok sejumlah ion hara kelompok
kation basa dan kation polivalen kelompok logam/hara mikro. Pemberian tanah mineral juga
dapat menambah koloid mineral yang mampu berperan menjerap kation hara sehingga dapat
mencegah pencucian. Adanya tambahan kation polivalen ke dalam tanah gambut dapat pula
menonaktifkan sejumlah asam-asam organik yang bersifat toksik dari reaksi kelasi yang ter
bentuk.
Hartatik (2012) menjelaskan bahwa produktivitas lahan gambut dapat ditingkatkan
melalui pemberian bahan amelioran, berupa tanah mineral. Kation logam, Fe, Mn, Cu, Zn, Co
yang terdapat dalam tanah mineral tersebut dapat mengurangi pengaruh buruk dari asam feno
lat, melalui adsorpsi/jerapan kation pada tapak reaktif gambut.
Universitas Sumatera Utara
114
Tabel 38. Rataan Produksi TBS (ton.ha-1
) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan pertama Mei 2015 s/d Oktober 2015)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 Mei 2015 2,70 3,0 2 3,15 2,99 3,19 2,82 3,10 3,02 2,68 2,96 Juni 3,00 3,30 3,10 2,84 3,13 3,00 3,13 3,12 3,30 3,17 Juli 3,17 3,03 3,06 2,96 3,08 2,95 3,17 3,27 3,60 3,12 Agustus 2,75 3,22 3,29 3,33 3,49 3,24 3,18 3,56 3,22 3,25 September 3,30 3,56 3,40 3,33 3,45 3,02 3,54 3,33 3,56 3,39 Oktober 3,45 a-e 3,64 a-e 3,24 cde 2,97 c 3,24 cd 3,11 de 2,97 e 3,85 ab 3,59 a-d 3,34
P2 Mei 2015 2,82 3,02 2,97 3,02 2,95 2,90 2,90 2,84 2,84 2,92 Juni 3,02 3,30 3,31 3,02 3,31 3,32 3,13 3,12 3,14 3,17 Juli 3,22 3,34 3,06 3,02 2,94 3,04 2,99 3,17 3,33 3,12 Agustus 2,77 2,95 3,87 3,33 3,49 2,94 3,10 3,35 3,58 3,26 September 3,30 3,31 3,29 3,33 3,76 3,06 3,32 3,67 3,56 3,40 Oktober 3,29 b-e 3,92 a 3,34 a-e 3,15 de 3,24 cde 3,15 de 3,13 de 3,90 a 3,75 ab 3,44
P3 Mei 2015 2,99 3,02 3,28 3,15 3,24 2,82 2,96 2,70 2,70 2,99 Juni 3,13 3,02 2,95 2,86 2,92 3,13 3,13 3,26 3,37 3,09 Juli 3,06 3,34 2,90 3,12 2,90 3,40 3,02 3,33 3,33 3,16 Agustus 2,76 3,33 3,13 3,33 3,29 3,24 3,19 3,91 3,76 3,34 September 3,02 3,33 3,43 3,33 3,27 3,06 3,30 3,90 3,56 3,36 Oktober 3,15 de 3,24 cde 3,24 cde 3,28 b-e 3,42 a-e 3,15 de 3,84 ab 3,59 a-d 3,53 a-e 3,38
Rataan BA Mei 2015 2,84 3,02 3,13 3,05 3,13 2,85 2,99 2,85 2,74 KK=11,68% Juni 3,05 3,20 3,12 2,90 3,12 3,12 3,13 3,17 3,27 KK= 9,68% Juli 3,15 3,24 3,01 3,03 2,97 3,13 3,06 3,26 3,42 KK=10,80% Agustus 2,76 b 3,17 ab 3,43 a 3,33 a 3,42 a 3,17 ab 3,16 ab 3,61 a 3,52 a KK=14,43% September 3,20 3,40 3,37 3,33 3,50 3,05 3,05 3,63 3,56 KK=12,60% Oktober 3,30 cd 3,60 abc 3,31 cd 3,14 d 3,30 cd 3,14 d 3,14 d 3,78 a 3,62 ab KK= 8,37%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
[14 kg.phn-1
]; D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit>ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
115
Tabel 39. Rataan Prpduksi TBS (ton.ha-1
) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran di Lahan
Gambut (Enam bulan berikutnya November 2015 s/d April 2016)
Paket Pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
) D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 November 2015 3,24 3,51 3,24 3,92 3,08 3,57 2,93 3,67 3,75 3,44 Desember 3,30 3,47 3,57 3,64 3,27 3,65 3,33 3,86 3,48 3,51 Januari 2016 2,97 3,65 3,62 3,67 4,03 3,22 3,53 3,69 3,69 3,56 Februari 3,15 4,05 3,38 3,62 4,10 3,63 3,47 4,11 4,16 3,74 Maret 3,20 4,10 3,74 3,83 4,32 3,42 3,30 4,11 3,87 3,77 April 3,20 4,10 3,74 3,87 4,32 3,42 3,33 4,11 3,87 3,78
P2 November 2015 3,24 3,51 3,49 3,76 3,49 3,04 3,56 3,49 3,69 3,47 Desember 3,02 3,72 3,39 3,67 3,47 3,47 3,29 4,05 3,62 3,50 Januari 2016 3,42 3,69 4,07 4,10 3,24 3,24 3,51 3,87 3,99 3,75 Februari 3,15 3,73 3,62 3,67 3,20 3,20 3,47 3,84 4,16 3,66 Maret 3,15 4,10 3,98 3,92 3,56 3,56 3,56 4,14 3,69 3,82 April 3,49 4,10 3,98 3,92 3,56 3,56 3,56 4,10 3,69 3,86
P3 November 2015 3,04 3,92 3,65 3,10 3,40 3,04 3,56 3,96 3,96 3,51 Desember 3,42 4,11 3,62 3,59 3,06 3,51 3,69 4,05 3,90 3,66 Januari 2016 2,95 3,87 4,10 3,69 3,80 3,24 3,49 4,14 4,44 3,74 Februari 3,38 4,05 3,62 3,67 4,07 3,58 3,56 4,13 4,16 3,80 Maret 3,33 3,92 3,78 3,65 4,20 3,47 4,04 4,10 3,87 3,82 April 3,33 3,92 3,78 3,65 3,87 3,47 4,04 4,10 3,87 3,78
Rataan BA November 2015 3,17 3,65 3,46 3,59 3,32 3,32 3,35 3,71 3,80 KK=14,40% Desember 3,26 c 3,77 ab 3,53 abc 3,63 abc 3,21 c 3,54 abc 3,44 bc 3,99 a 3,67 abc KK=12,08% Januari 2016 3,11 c 3,74 ab 3,90 a 3,82 a 3,89 a 3,23 bc 3,51 abc 3,90 a 4,04 a KK=13,45% Februari 3,23 d 3,94 ab 3,54 cd 3,66 bc 4,09 a 3,47 cd 3,50 cd 4,03 a 4,16 a KK= 8,86% Maret 3,23 e 4,04 abc 3,83 bc 3,80 bcd 4,28 a 3,48 de 3,63 cd 4,13 ab 3,81 bcd KK=10,37% April 3,34 d 4,04 ab 3,83 ab 3,81 abc 4,17 a 3,48 cd 3,64 bcd 4,11 a 3,81 abc KK=11,01%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2.. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1 (14 kg.phn-1
]; D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); F3= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); dan M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
Universitas Sumatera Utara
116
7. Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (ton.TBS.ha-1.
thn-1
)
Daftar sidik ragam pengamatan produksi TBS kelapa sawit menghasilkan dapat di
lihat pada Lampiran 136. Rataan produksi kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di la
han gambut disajikan pada Tabel 40, sedang hubungan antara ketiga jenis dan dosis bahan
amelioran dengan pemberian paket pemupukan terhadap produksi TBS kelapa sawit mengha
silkan dapat di lihat pada Gambar 26 dan Gambar 27 di bawah ini
Dari Tabel 40 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
paket pemupukan (P) dan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (D/F/M) yang digunakan
secara tunggal terhadap produksi TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan
gambut, masing-masing untuk produksi TBS kelapa sawit menghasilkan tertinggi terdapat
pada paket pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.phn-1
thn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg
MoP+1,25 kg kieserit) [P1] yaitu 37,36 ton.TBS ha-1
thn-1
, berbeda nyata/meningkat 1,00 kali
lipat bila dibandingkan dengan paket pemupukan TMR (P2), akan tetapi tidak berbeda nyata
deng an paket pemupukan kebun PTG (P3). Sedang untuk jenis dan dosis bahan amelioran
terting gi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/F3)
yaitu 38,34 ton.TBS ha-1
thn-1
, berbeda nyata/meningkat 1,08 kali lipat bila dibandingkan
dengan hasil produksi TBS terendah pada pemberian tanah mineral dosis rendah (M1), akan
tetapi tidak berbeda nyata bila dibandingkan dengan pemberian batuan fosfat dosis sedang
(F2), dolomit dosis sedang dan tinggi (D2 dan D3). Bila dibandingkan produksi kelapa sawit
tertinggi ter sebut dengan produktsi rataan kelapa sawit yang dikelola secara baik di Indone
sia 30 ton TBS.ha-1
thn-1
(Malangyoedo, 2014), meningkat 1,28 kali lipat/meningkat sebesar
27,80 %. Tingginya produksi TBS kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, dian
taranya faktor internal, ekternal/lingkungan dan kultur teknis
Menurut Sulistyo, dkk, (2010) faktor internal, meliputi kualitas bibit/bahan tanaman,
umur tanaman dan jumlah pelepah, sedang faktor eksternal adalah kesuburan tanah, kelas ke
sesuaian lahan dan iklim. Sedang faktor kultur teknis dipengaruhi oleh manajemen produksi,
meliputi serangga penyerbuk, kerapatan tanam, pemupukan dan pemahaman kriteria panen.
Dari Gambar 26 tampak bahwa produksi TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 ta
hun di lahan gambut tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis tingg 42 kg.phn-1
.
(6 ton.ha-1
thn-1
/F3), diikuti dolomit (D3) dan terendah pada tanah mineral (M3). Sedang pada
Gambar 27 menunjukkan bahwa produksi TBS kelapa sawit tertinggi terdapat pada paket
pemupukan PPKS (P1), kemudian diikuti paket kebun PTG (P3) dan terendah pada paket
TMR (P2).
Universitas Sumatera Utara
117
Tabel 40. Produksi Tandan Buah Segar (ton.ha-1.thn-1) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 tahun terhadap Pemberian Bahan Amelioran dan Paket Pemupukan pada Lahan Gambut
Paket pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 (PPKS) 36,13 37,96 38,50 36,98 38,75 38,71 35,99 36,77 36,45 37,36 a P2 (TMR) 35,54 36,53 36,56 36,24 36,98 37,71 35,18 35,21 35,37 36,15 b P3 (PTG) 35,99 37,06 38,05 36,74 37,75 38,62 35,35 36,09 35,71 36,82 ab
Rataan BA 35,89 cd 37,19 abc 37,70 ab 36,65 bcd 37,83 ab 38,34 a 35,51 d 36,02 cd 35,84 cd KK=4,13% Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); A1= 2 ton do
lomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); A2= 4 ton dolomit.ha-1
(28.phn-1
); A3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); A5= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.
phn-1
); A6=6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); A8= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); A9= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
);
BA=bahan amelioran;
35.5
36
36.5
37
37.5
PPKS TMR PTG
Pro
du
ksi T
BS
(t.h
a-1
.th
n-1
)
Paket pemupukan (kg.phn-1.thn-1)
Gambar 26 . Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran Terhadap Produksi TBS Kelapa Sawit Menghasilkan
Gambar 27. Hubungan Paket Pemupukan Terhadap Produksi TBS Kelapa Sawit Menghasilkan
34
35
36
37
38
39
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3
Pro
du
ksi T
BS
(t.h
a-1
.th
n-1
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)
Universitas Sumatera Utara
118
Secara umum bila dilihat pola penyebaran peningkatan produksi tandan buah segar/
TBS kelapa sawit menghasilkan pada lahan gambut akibat interaksi pemberian paket pemupu
kan dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (P/A) selama satu tahun
menunjukkan bahwa tidak/belum adanya pengaruh yang nyata, akan tetapi secara matematis
memiliki kecenderung terhadap peningkatan produksi TBS terdapat pada kombinasi perlaku
an P1D3, P1F3, P3D3 dan P3F3.
Tingginya produktivitas TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gam
but akibat pemberian batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/F3) disebabkan
karena adanya penambahan ion ortofosfat (H2PO4-
dan HPO4=) dalam tanah gambut yang
memiliki kadar P-total dan P-tersedia dalam tanah tergolong sangat rendah (Lampiran-1).
Tersedianya ion fosfat dalam tanah yang berasal dari ionisasi batuan fosfat, dan didukung
stok air/curah hujan, temperatur dan lama penyinaran matahari yang optimal akan menjamin
tingginya pro duktivitas TBS kelapa sawit. Sedang tingginya produktivitas TBS kelapa sawit
akibat pembe rian paket pemupukan PPKS (P1) disebabkan karena adanya tambahan ion
fosfat yang bera sal dari pemberian paket pemupukan dengan dosis 6,25 kg.phn-1
thn-1
yang
terdiri dari 1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit. Tersedianya aneka
macam ion hara makro yang sangat dibutuhkan tanaman dalam mendukung produktivitas
TBS kelapa sawit, meli puti N dari urea, P dan Ca dari TSP, K dan Cl dari MoP dan Mg dan
S dari kieserit.
Sunarko (2014) menjelaskan bahwa produktivitas lahan gambut dapat ditingkatkan
melalui pemberian berbagai bahan amelioran/pembenah tanah yang berperan untuk memper
baiki kondisi sifat kimia tanah seperti reaksi tanah/pH tanah dan memasok sejumlah ion hara
ke dalam tanah. Sementara pemberian paket pemupukan PPKS yang terdiri dari gabungan be
berapa jenis pupuk tunggal dapat memasok sejumlah ion hara makro, meliputi N, P, Ca, K,
Cl, Mg dan S yang berasal dari pupuk urea, TSP, MoP dan kieserit yang amat dibutuhkan
untuk pembentukan TBS kelapa sawit.
Universitas Sumatera Utara
119
B.. Kajian Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Menghasilkan di Lahan Gambut
1.. Kadar Hara N (%)
Daftar sidik ragam kadar hara N daun tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan
gambut pada penelitian-III dapat di lihat pada Lampiran 137. Rataan kadar N daun tanaman
kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 41, sedang
hubungan antara ketiga jenis dan dosis bahan amelioran dengan pemberian paket pemupukan
terhadap kadar N daun dapat di lihat pada Gambar 28 dan Gambar 29 di bawah ini.
Dari Tabel 41 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
paket pemupukan (P) dan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (D/F/M) yang digunakan
secara tunggal terhadap kadar N daun tanaman kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di
lahan gambut, masing-masing untuk kadar N daun tertinggi terdapat pada paket pemupukan
PPKS dosis 6,25 kg.phn-1
thn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit)
[P1] yaitu 2,78 % N, berbeda nyata/meningkat 1,03 kali lipat bila dibandingkan dengan paket
kebun PTG (P3), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan paket TMR (P2). Sedang untuk jenis
dan dosis bahan amelioran tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28
kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
) [F2] yaitu 2,95% N, berbeda nyata/meningkat 1,17 kali lipat bila di
bandingkan dengan pemberian dolomit dosis tinggi (D3), akan tetapi tidak berbeda nyata bila
dibandingkan dengan perlakuan jenis dan dosis bahan amelioran lainnya, kecuali pada pembe
rian dolomit dosis sedang (D2).
Dari Gambar 28 tampak bahwa kadar Mg daun pada tanaman kelapa sawit menghasil
kan tertinggi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
)
[F2], diikuti dolomit dan terendah pada tanah mineral. Sedang pada Gambar 29 menunjukkan
bahwa kadar N daun tertinggi terdapat pada paket pemupukan PPKS (P1), kemudian diikuti
paket TMR (P2) dan terendah pada paket PTG (P3).
Belum/tidak adanya pengaruh terhadap kadar N daun tanaman kelapa sawit mengha
silkan akibat interaksi dari pemberian paket pemupukan disertai dengan pemberian ketiga je
nis dan dosis bahan amelioran (P/A) diduga karena kadar N daun tanaman kelapa sawit meng
hasilkan tergolong optimal dalam mendukung pertumbuhan tanaman dengan kisaran N daun
tanaman kelapa sawit umur ˃6 tahun berkisar antara 2,4-2,8 % N.
Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat korelasi antara kad hara dalam daun
tanaman kelapa sawit menghasilkan umur ˃6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman.
Bila kadar N daun tanaman kelapa sawit menghasilkan mengandung ˂2,30 % N, tanaman
berada dalam kondisi kahad/defisiensi N. Bila mengandung 2,4-2,8 % N, tanaman berada da
Universitas Sumatera Utara
120
lam kondisi optimal/normal, sedang bila mengandung ˃3,0 % N, maka tanaman berada dalam
kondisi berlebihan/eksesif.
Bila dibandingkan pemberian paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.phn-1
thn-1
dengan kedua paket pemupukan lainnya, masing-masing paket PPKS (P1) dosis yaitu 6,25
kg.phn-1
thn-1
dan paket pemupukan PTG (P3) dosis 5,60 kg.phn-1
(1,50 kg urea+1,25 kg
TSP+1,25 kg MoP+0,75 kg kieserit) menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata terha
dap kadar N daun tanaman kelapa sawit (umur ˃ 6 tahun). Hal ini disebabkan karena tinggi
nya dosis pupuk kimia yang diberikan kedalam tanah, tidak selalu berbanding lurus dengan
kadar hara yang terdapat pada tanaman, terutama N daun. Diduga tingginya kadar hara pada
daun yang berasal dari pupuk dalam tanah dapat menekan ketersediaan beberapa ion hara
lainnya yang dibutuhkan tanaman.
Nurhidayati (2017) melaporkan bahwa tingginya konsentrasi hara N tanah dapat me
nekan ketersediaan hara mikro Cu dan mempersulit serapan hara mikro Mn. Demikian pula
halnya, jika ion sulfat (SO4=) yang berasal dari pupuk kieserit terlalu tinggi dalam larutan
tanah dapat menghambat penyerapan hara mikro Mo. Dan tingginya konsentrasi hara P yang
berasal dari batuan fosfat dan TSP dapat menyebabkan terjadinya kekurangan hara mikro
kelompok logam seperti Zn, Fe dan Cu.
Universitas Sumatera Utara
121
Tabel 41. Hasil Analisis Kadar Hara N (%) Daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan
Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut
Paket pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (PTG)
2,74 (O) 2,77 (O) 2,72 (O)
2,91 (O) 2,85 (O) 2,79 (O)
2,67 (O) 2,36 (O) 2,57 (O)
2,80 (O) 2,85 (O) 2,70 (O)
3,03 (L) 2,98 (O) 2,82 (O)
2,72 (O) 2,72 (O) 2,70 (O)
2,71 (O) 2,62 (O) 2,71 (O)
2,73 (O) 2,69 (O) 2,84 (O)
2,66 (O) 2,60 (O) 2,44 (O)
2,78 a (O) 2,72 ab (O) 2,70 b (O)
Rataan BA 2,74 bc (O) 2,85 ab (O) 2,53 d (O) 2,79 bc (O) 2,95 a (O) 2,71 c (O) 2,68 c (O) 2,75 bc (O) 2,57 d (O) KK=3,91% Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah [TMR]; P3=Paket pemupukan kebun (PTG); A1=2 ton dolomit.ha-1
(14kg.phn-1
);
A2= 4 ton dolomit.ha-1
(28.phn-1
); A3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); A5= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); A6=6 ton batuan
fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); A8= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); A9= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
3..Huruf yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) menurut Von Uexkull dan Fairhurst
(1991), dimana : K= Kahad/defisiensi; O= Optimal/normall; L= Berlebihan/eksesif.
2.65
2.70
2.75
2.80
PPKS TMR PTG
Kad
ar N
dau
n (
%)
Paket Pemupukan (kg.phn-1)
Gambar 28. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran terhadap Kadar N daun Kelapa Sawit Menghasilkan
Gambar 29. Hubungan Paket Pemupukan Terhadap Kadar N Daun Kelapa Sawit Menghasilkan
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
3
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3
Kad
ar N
Dau
n (
%)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)
Universitas Sumatera Utara
122
2.. Kadar Hara P (%)
Daftar sidik ragam kadar hara P daun tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan
gambut dapat di lihat pada Lampiran 138. Rataan kadar hara P daun tanaman kelapa sawit
menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 42 di bawah ini.
Dari Tabel 42 tersebut menunjukkan bahwa pemberian paket pemupukan (PPKS/P1;
TMR/P2 dan PTG/P3) dengan ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit/D; batuan fos
fat/F dan tanah mineral/M) baik secara tunggal maupun interaksinya (P/A) tidak/belum mem
berikan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar P daun tanaman kelapa sawit mengha
silkan umur 14 tahun di lahan gambut.
Tidak/belum adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar hara P daun tanaman kelapa
sawit menghasilkan akibat dari pengaruh pemberian paket pemupukan dengan ketiga jenis
dan dosis bahan amelioran, baik secara tunggal (P) atau (A) maupun interaksinya (P/A), kare
na semua kombinasi perlakuan yang dicobakan mendapat tambahan hara dari pupuk kimia
yang sama, meliputi N-amonium/nitrat dari urea, ion Ca dan ion ortofosfat dari TSP, ion K
dan Cl dari MoP dan ion Mg dan sulfat dari kieserit. Sementara dalam bahan amelioran yang
dicobakan juga mengandung sejumlah hara seperti ion Ca, Mg dan Fe dari dolomit, ion Ca,
Fe dan ortofosfat dari batuan fosfat dan ion amonium/nitrat, fosfat, kation polivalen/kation
logam dari tanah mineral [Lampiran 2 dan 3].
Fairhurst (1991) menjelaskan bahwa ada hubungan konsentrasi hara dalam daun tana
man kelapa sawit menghasilkan umur ˃6 tahun dengan kondisi status hara dalam daun. Bila
kadar hara P daun ˂0,14 % P, tanaman berada dalam kondisi defisiensi/kekurangan, bila
mengandung 0,15-0,18 % P, kadar hara berada dalam kondisi optimal/cukup untuk mendu
kung pertumbuhan tanaman. Sedang bila mengandung ˃0,25 % P, kondisi hara dalam tanam
an berada dalam keadaan berlebihan/eksesif.
Namun bila di lihat dari tabel tersebut di atas, secara umum sebaran rataan kadar hara
P daun tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan gambut berada dalam kategori optimal
dengan kisaran 0,15-0,18 % P. Artinya semua daun tanaman kelapa sawit menghasilkan ber
ada dalam kondisi optimal/cukup dalam mendukung pertumbuhan tanaman, dengan kisaran
kadar hara P daun 0,15-1,31 % P, lebih tinggi 72,22 % bila dibandingkan dengan rataan ter
tinggi kadar hara P daun dengan kondisi berlebih/eksesif yang terdapat pada perlakuan inter
aksi (P2M3 dan P3M3).
Universitas Sumatera Utara
123
Tabel 42. Hasil Analisis Kadar Hara P (%) Daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan
Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut
Paket pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (PTG)
0,18 (O) 0,19 (O) 0,19 (O)
0,21 (O) 0,21 (O) 0,20 (O)
0,19 (O) 0,15 (O) 0,19 (O)
0,19 (O) 0,20 (O) 0,19 (O)
0,21 (O) 0,22 (O) 0,20 (O)
0,17 (O) 0,18 (O) 0,18 (O)
0,20 (O) 0,20 (O) 0,21 (O)
0,19 (O) 0,19 (O) 0,19 (O)
0,18 (O) 0,38 (L) 0,38 (L)
0,19 (O) 0,21 (O) 0,21 (O)
Rataan BA 0,19 (O) 0,21 (O) 0,18 (O) 0,19 (O) 0,21 (O) 0,18 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,31 (L) KK=4,69%
Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2 P1=Paket pemupukan rekomendasi PPKS-Medan; P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); A1= 2
ton dolomit.ha-1 (14 kg.phn-1
); A2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); A3= 6 ton dolomit.ha (42 kg.phn-1
); A4= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); A5= 4 ton batuan fosfat.
ha-1
(28 kg.phn-1
); A6= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); A8= 4 ton mineral.ha-1
[28 kg.phn-1
]; A9= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
3. Huruf dalam kurung yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃ 6 tahun) menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) dimana, K=kahad/defisiensi ; O=optimal/normal dan L=berlebih/eksesif.
Universitas Sumatera Utara
124
3.. Kadar Hara K (%)
Daftar sidik ragam kadar K daun tanaman kelapa sawit menghasilkan pada lahan gam
but dapat di lihat pada Lampiran 139. Rataan kadar K daun tanaman kelapa sawit menghasil
kan umur 14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 43 sedang hubungan antara ketiga
jenis dan dosis bahan amelioran disertai paket pemupukan terhadap kadar hara K daun dapat
dilihat pada Gambar 30 di bawah ini.
Dari Tabel 43 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari interaksi
pemberian paket pemupukan (PPKS/P1; TMR/P2 dan PTG/P3) disertai pemberian ketiga je
nis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit/D; batuan fosfat/F dan tanah mine
ral/M) terhadap kadar K daun tanaman kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan
gambut dengan kadar K daun tertinggi terdapat pada paket pemupukan PPKS (P1) dosis 6,25
kg.thn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai pemberian dolo
mit dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
/D2) [P1D2], yaitu 1,35 % K, meningkat 1,93 kali
lipat bila dibandingkan dengan perlakuan kadar K daun terendah (P1D2 vs P3D3), berbeda
nyata terhadap semua kombiasi perlakuan, kecuali P2M3 dan P3M3.
Dari Gambar 30 tersebut tampak bahwa kadar K daun kelapa sawit menghasilkan di
lahan gambut tertinggi terdapat pada interaksi paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.phn-
1thn
-1 (1,00 kg urea+0,5 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian tanah
mineral dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
/M2) [P2M2] yaitu 1,36 % K, meningkat 1,94 kali
lipat bila dibandingkan dengan kadar K terendah (P2M2 vs P3D3), berbeda nyata terhadap
semua kombinasi perlakuan, kecuali dengan P1D2 dan P3M3.
Tingginya kadar K daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) di lahan gam
but pada paket pemupukan TMR (P2) dosis 5,60 kg.phn-1
(1,50 kg urea+1,25 kg TSP+2,00
kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai dengan pemberian tanah mineral dosis tinggi 42 kg.phn-1
(6
ton.ha.-1
/M3) [P2M3] yaitu 1,36 % K, karena adanya tambahan hara K yang berasal dari pu
puk MoP dan tanah mineral (Lampiran 2). Adanya penambahan koloid liat dari tanah mine
ral kedalam tanah gambut dapat pula berperan sebagai sumber koloid tanah yang dapat menje
rap beberapa kation hara, sehingga dapat mengurangi pencucian hara. Hartatik (2012) mela
porkan bahwa pemberian tanah mineral pada tanah gambut bersama dengan pupuk kimia
dapat meningkatkan ketersediaan hara dalam tanah, baik yang berasal dari pupuk maupun
yang dibebaskan melalui pelapukan batuan/mineral sukar lapuk menjadi bentuk hara yang
tersedia akibat bereaksi dengan asam-asam organik yang berasal dari tanah gambut.
Universitas Sumatera Utara
125
Fairhurst (1991) menjelaskan terdapat hubungan antara kadar hara tanah dengan ka
dar hara daun tanaman tanaman kelapa sawit menghasilkan umur ˃6 tahun. Bila kadar hara K
daun mengandung ˂0,75, maka kondisi hara dalam tanaman berada dalam kondisi kahad/
kekurangan. Bila mengandung 0,9-1,2 % K, tanaman berada dalam kondisi optimal, sedang
jika mengandung ˃1,6 % K, kadar hara K tanaman berada dalam kondisi berlebihan/eksesif.
Universitas Sumatera Utara
126
Tabel 43. Hasil Analisis Kadar Hara K (%) Daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan
Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut
Paket pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (PTG)
0,96 f-i (O) 0,99 d-g (O) 1,01 c-f (O)
1,35 a (O) 0,81 i-m (K) 0,89 ijk (K)
0,92 hij (O) 0,71 lm (K) 0,70 m (K)
0,80 j-m (O) 0,88 ijk (O) 1,15 bc (O)
0,88 ijk (O) 0,96 ghi (O) 0,92 hij (O)
0,76 klm (O) 0,85 i-l (O) 0,84 i-l (O)
0,97 e-h (O) 1,00 c-g (O) 0,95 ghi (O)
1,02 cde (O) 1,12 bcd (O)
1,15 bc (O)
0,85 i-l (O) 1,36 a (O)
1,26 ab (O)
0,94 (O) 0,96 (O) 0,99 (O)
Rataan BA 0,99 cd (O) 1,01 bc (O) 0,78 e (K) 0,94 cd (O) 0,92 d (O) 0,82 e (O) 0,97 cd (O) 1,10 ab (O) 1,15 a (O) KK=8,02%
Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uj Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); A1= 2 ton dolo
mit.ha-1
(14 kg.phn-1
); kg.phn-1
); A2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); A3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); A5= 4 ton batuan fosfat.
ha-1
(28 kg.phn-1
); A6= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); A7= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); A8= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); A9= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42 kg.phn-1
);
3.. Huruf dalam kurung yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃ 6 tahun) menurut Von Uexkull
dan Fairhurst (1991) dimana, K= kahad/defisiensi ; O= optimal/normal dan L= berlebihan/eksesif.
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3
Ka
da
r K
da
un
(%
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)
PPKS
TMR
PTG
Gambar 30. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemu pukan Terhadap Kadar K daun Kelapa Sawit Menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
127
4.. Kadar Hara Kalsium (%)
Daftar sidik ragam kadar Ca daun pada tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan
gambut terdapat pada Lampiran 140. Rataan kadar Ca daun kelapa sawit menghasilkan umur
14 tahun di lahan gambut disajikan pada Tabel 44, sedang hubungan antara ketiga jenis dan
dosis bahan amelioran dan paket pemupukan terhadap kadar Ca daun dapat di lihat pada Gam
bar 31 di bawah ini.
Dari Tabel 44 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari interaksi
pemberian paket pemupukan (PPKS/P1; TMR/P2 dan PTG/P3) disertai dengan pemberian ke
tiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit/D; batuan fosfat/F dan tanah
mineral/M) terhadap kadar Ca daun tanaman kelapa sawit menghasilkan pada lahan gambut
dengan kadar Ca tertinggi terdapat pada paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.phn-1
thn-1
(1,00 kg urea+0,5 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian batuan fosfat do
sis (14 kg.phn-1
thn-1
/F1) [P2F1] yaitu 0,91% Ca, meningkat 1,90 kali lipat bila dibandingkan
dengan kadar Ca terendah (P2F1 vs P1D3), berbeda nyata dengan semua kombinasi perla
kuan yang ada, kecuali [P1F1].
Dari Gambar 31 tampak bahwa kadar Ca daun kelapa sawit menghasilkan tertinggi ter
dapat pada interaksi paket pemupukan TMR (P2) dengan pemberian dolomit dosis rendah,
sedang pada pemberian batuan fosfat dengan dosis yang semakin tinggi, berbanding terbalik
terhadap peningkatan kadar Ca daun (polanya berkorelasi negatif) yaitu P2F1, tidak berbeda
nyata dengan perlakuan interaksi P1F1.
Tingginya kadar Ca daun tanaman kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan
gambut pada kombinasi pemberian paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.thn-1
(1,00 kg
urea+0,50 kg TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian batuan fosfat dosis 14
kg.phn-1
(2 ton.ha-1
/F1) [P2F1] yaitu 0,91 %, karena adanya tambahan ion hara Ca yang ber
asal dari batuan fosfat (Lampiran-3) dan dari pupuk TSP, yang menyebabkan ketersediaan
ion hara Ca meningkat dalam larutan tanah.
Menurut Fairhurst (1991) terdapat hubungan antara status kadar hara daun tanaman
kelapa sawit menghasilkan umur ˃6 tahun dengan kondisi pertumbuhan tanaman. Bila kadar
Ca daun mengandung 0,25 % Ca, tanaman berada dalam kondisi kahad/kekurangan hara. Bila
mengandung 0,5-0,75 % Ca, tanaman berada dalam kondisi optimal/normal, sedang bila me
ngandung ˃1,00 % Ca, tanaman berada dalam kondisi berlebihan/eksesif.
Universitas Sumatera Utara
128
Tabel 44. Hasil Analisis Kadar Hara Ca (%) daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan
Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut
Paket pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (TPG)
0,45 i (O) 0,51 hi (O) 0,50 hi (O)
0,71 bcd (L) 0,70 b-e (L) 0,70 bcd (L)
0,48 i (O) 0,65 c-g (O) 0,66 c-f (O)
0,80 ab (L) 0,91 a (L) 0,77 bc (L)
0,68 b-f (O) 0,68 b-f (O) 0,56 e-i (O)
0,55 f-i (O) 0,56 e- (O) 0,47 i (O)
0,46 i (O) 0,51 hi (O) 0,52 ghi (O)
0,62 d-h (O) 0,67 c-f (O) 0,65 c-g (O)
0,74 bcd (L) 0,66 c-g (O) 0,52 ghi (O)
0,61 ab (O) 0,65 a (O) 0,59 b (O)
Rataan BA 0,49 d (O) 0,70 b (L) 0,60 c (O) 0,83 a (L) 0,64 bc (O) 0,53 d (O) 0,50 d (O) 0,64 bc (O) 0,64 bc (O) KK=11,02%
Keterangan : 1. Angka yang di ikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); D1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); F1= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); F2= 4 batuan fosfat.ha-1
(28
kg.phn-1
); A6= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42
kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
3. Huruf dalam kurung yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃ 6 tahun) menurut Von Uexkull
dan Fairhurst (1991) dimana, K= kahad/defisiensi ; O= optimal/normal dan L= berlebih/eksesif.
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3
Kad
ar C
a d
aun
(%
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)
PPKS
TMR
PTG
Gambar 31. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemu pukan Terhadap Kadar Ca daun Kelapa Sawit Menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
129
5.. Kadar Hara Mg (%)
Daftar sidik ragam kadar Mg daun pada tanaman kelapa sawit menghasilkan dapat di
lihat pada Lampiran 141. Rataan kadar Mg daun tanaman kelapa sawit menghasilkan umur
14 tahun pada lahan gambut disajikan pada Tabel 45, sedang hubungan antara ketiga jenis
dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan terhadap kadar Mg daun ditampilkan
pada Gambar 32 di bawah ini.
Dari Tabel 45 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari interaksi pemberian
paket pemupukan (PPKS/P1; TMR/P2 dan PTG/P3) disertai pemberian ketiga jenis dan dosis
bahan amelioran (dolomit/D; batuan fosfat/F dan tanah mineral/M) terhadap kadar Mg daun
tanaman kelapa sawit menghasilkan di lahan gambut, dengan kadar Mg daun tertinggi terda
pat pada paket pemupukan TMR (P2) dosis 3,25 kg.phn-1
thn-1
(1,00 kg urea+ 0,50 TSP+1,00
kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian dolomit dosis 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
/D3) [P2
D3] yaitu 0,57 % Mg, meningkat 1,90 kali lipat bila dibandingkan dengan kadar Mg daun ter
endah (P2D3 vs P2M1), berbeda nyata terhadap semua kombinasi perlakuan, kecuali pada
interaksi P1 F1, P2F1, P3F1.dan P1D2.
Dari Gambar 32 tersebut tampak bahwa kadar Mg daun tanaman kelapa sawit mengha
silkan tertinggi terdapat pada interaksi paket pemupukan TMR (P2) disertai dengan dosis
dolomit yang semakin tinggi (polanya berkorelasi positif) yaitu P2D3, diikuti P3D3, sedang
P1D3 cendrung menurun dengan semakin tingginya dosis dolomit yang digunakan..
Tingginya kadar Mg daun pada tanaman kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di
lahan gambut pada interaksi paket pemupukan TMR (P2) dengan pemberian dolomit dosis
tinggi/D3 [P2D3] diduga karena adanya penambahan ion Mg yang berasal dari dolomit dan
pupuk kieserit, sehingga ketersediaan hara Mg dalam tanah meningkat, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan kadar Mg daun dalam mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit
yang optimal/normal.
Fairhurst (1991) melaporkan bahwa terdapat hubungan antara status hara Mg daun
tanaman kelapa sawit menghasilkan (umur˃6 tahun) dengan kondisi pertumbuhan tanaman.
Bila kadar Mg-daun pada tanaman ˂0,20 % Mg, tanaman berada dalam keadaan defisiensi/
kekurangan hara, bila mengandung 0,25-0,40 % Mg, tanaman berada dalam kondisi optimal/
cukup dalam mendukung pertumbuhan tanaman, sedang bila mengandung ˃0,7% Mg, tanam
an berada dalam kondisi berlebihan hara/eksesif.
Universitas Sumatera Utara
130
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberian paket pemupukan TMR
(P2) dosis 3,25 kg.phn-1
disertai pemberian tanah mineral dosis 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/
M3) [P2M3], batuan fosfat dosis 14 kg.phn-1
thn-1
(2 ton.ha-1
thn-1
/F1) [P2F1] dan dolomit
dosis 42 kg.phn-1
thn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/D3) [P2D3] memberikan pengaruh terhadap kadar hara
K, Ca dan Mg daun kelapa sawit umur 14 tahun (˃6 tahun) di lahan gambut. Kadar hara K,
Ca dan Mg daun tertinggi masing-masing sebesar 1,36 % K, 0,91 % Ca, dan 0,57 % Mg.
Ketiga status hara K, Ca dan Mg daun berada dalam kondisi optimal dalam mendukung
pertumbuhan tanaman. Pemberian interaksi paket pemupukan dengan ketiga bahan amelioran
(P/A) tidak berpenga ruh terhadap kadar hara P, tetapi berpengaruh terhadap kadar N daun
secara tunggal, baik pada paket pemupukan (P) maupun bahan amelioran (A). Kadar hara
daun tertinggi pada pa ket pemupukan PPKS dosis 6,20 kg.phn-1
(P1) yaitu 2,78 % N, sedang
pada pemberian dolomit 28 kg.phn-1
thn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
/F2) yaitu 2,95 % N.
Universitas Sumatera Utara
131
Tabel 45. Hasil Analisis Kadar Hara Mg (%) Daun Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan Akibat Pemberian Paket Pemupukan dan Perlakuan Jenis dan
Dosis Bahan Amelioran pada Lahan Gambut
Paket pemupukan
Jenis dan dosis bahan amelioran (kg.phn-1
)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 (PPKS) P2 (TMR) P3 (PTG)
0,38 g-k (O) 0,45 c-i (O) 0,39 g-k (O)
0,50 a-e (O) 0,49 b-f (O) 0,45 e-i (O)
0,37 i-l (O) 0,57 a (O) 0,51 abc (O)
0,56 ab (O) 0,50 a-d (O) 0,52 abc (O)
0,48 b-f (O) 0,44 c-i (O) 0,44 c-i (O)
0,40 f-k (O) 0,39 g-k (O) 0,40 f-k (O)
0,33 kl (O) 0,30 l (O) 0,33 jkl (O)
0,49 b-f (O) 0,41 e-j (O) 0,37 h-l (O)
0,45 c-h (O) 0,42 d-i (O) 0,47 c-g (O)
0,44 (O) 0,44 (O) 0,43 (O)
Rataan BA 0,41 de (O) 0,48 b (O) 0,48 ab (O) 0,53 a (O) 0,46 bc (O) 0,40 e (O) 0,32 f (O) 0,42 cde (O) 0,45 bcd (O) KK=9,76%
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 % dengan menggunakan Uji Jarak
Duncans/DMRT.
2. P1=Paket pemupukan rekomendasi (PPKS); P2=Paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=Paket pemupukan PT.Perkebunan Grahadura (PTG); A1= 2 ton
dolomit.ha-1
(14 kg.phn-1
); A2= 4 ton dolomit.ha-1
(28 kg.phn-1
); A3= 6 ton dolomit.ha-1
(42 kg.phn-1
); A4= 2 ton batuan fosfat.ha-1
(14 kg.phn-1
); A5= 4 ton batuan fosfat.ha-1
(28 kg.phn-1
); A6= 6 ton batuan fosfat.ha-1
(42 kg.phn-1
); M1= 2 ton tanah mineral.ha-1
(14 kg.phn-1
); M2= 4 ton mineral.ha-1
(28 kg.phn-1
); M3= 6 ton tanah mineral.ha-1
(42
kg.phn-1
); BA=bahan amelioran;
3. Huruf dalam kurung yang terdapat dibelakang angka rataan statistik menunjukkan kriteria hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃ 6 tahun) menurut Von Uexkull
dan Fairhurst (1991) dimana, K= kahad/defisiensi ; O= optimal/normal dan L= berlebih/eksesif.
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3
Kad
ar M
g d
aun
(%
)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)
PPKS
TMR
PTG
Gambar 32. Hubungan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran dan Paket Pemu pukan Terhadap Kadar Mg daun Kelapa Sawit Menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
132
Pembahasan Umum
Dari tabel rangkuman sifat tanah inkubasi pada media tanam gambut selama satu ta
hun di pembibitan utama akibat perlakuan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kajian sifat kimia tanah
pada media tanam gambut disajikan pada Tabel 46.
Dari Tabel 46 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan pada media tanam gambut di polibag
terhadap semua parameter sifat kimia tanah yang diamati, meliputi pH tanah, N-total, P-terse
dia, kation basa (K, Ca, Mg) dan KTK tanah bila dibandingkan dengan hasil analisis tanah
awal (Lampiran-1).
Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah
mineral) pada media tanam gambut menunjukan adanya pengaruh yang nyata terhadap nilai
pH-tanah inkubasi, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian dolomit, diikuti
batuan fosfat dan tanah mineral (Gambar 4), demikian pula halnya untuk tanah pembibitan
kelapa sawit di polibag (Gambar 14). Meningkatnya nilai pH-tanah pada media tanam gam
but, baik untuk tanah inkubasi maupun pada tanah pembibitan kelapa sawit di polibag dari
dosis 0,45 kg.polibag-1
sampai 1,35 kg.polibag-1
(D1-D3) disebabkan pemberian dolomit pada
media tanamn gambut dapat menghasilkan senyawa, berupa kation Ca++
dan Mg++
, ion bikar
bonat (HCO3-) dan ion hidroksil (OH
-). Banyaknya ion hidoksil yang dihasilkan merupakan
penyebab naiknya nilai pH-tanah. Selain itu ion bikarbonat yang dihasilkan dapat pula me
nonaktifkan kation logam seperti Al, Fe, Mn yang terdapat dalam larutan tanah membentuk
Al/Fe/Mn-bikarbonat yang tidak larut. Ion bikarbonat dapat pula berikatan dengan ion H+
membentuk molekul air dan karbon dioksida yang menyebabkan nilai pH-tanah meningkat
/naik.
Hardjowigeno (2010) menjelaskan bahwa dolomit termasuk salah satu bahan kapur
yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai pH-tanah. Bahan kapur lainnya yang dapat
digunakan adalah kapur pertanian (kapar karbonat), kapur oksida (kapur bakar/tohor) dan ka
pur hidrat (kapur sirih/kapur tembok) yang dosisnya sangat dipengaruhi oleh nilai pH-tanah
awal, kadar bahan organik, mutu kapur/kehalusan dan jenis tanaman.
Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di poli
bag menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar N-total tanah inkubasi, dengan
nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian dolomit dosis 0,45 kg.polibag-1
(D1), ber
beda nyata bila dibandingkan dengan semua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (Gam
Universitas Sumatera Utara
133
bar 5), demikian pula untuk media tanam gambut pada pembibitan kelapa sawit di polibag
(Gambar 15). Dengan perkataan lain, pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang
semakin tinggi (D2-D3; F2-F3 dan M2-M3) berbanding terbalik terhadap kadar N-total tanah
pada dosis rendah (D1;F1;M1), artinya terjadi penurunan kadar N-total tanah dengan semakin
tingginya dosis bahan amelioran yang digunakan.
Menurunnya kadar N-total tanah, dengan semakin tingginya dosis ketiga bahan ameli
oran yang digunakan, baik pada tanah inkubasi maupun tanah pada pembibitan kelapa sawit,
disebabkan karena meningkatnya nilai pH-tanah, akibat pemberian dolomit. Kehadiran ion
hidroksil (OH-1
) dalam tanah dapat bereaksi dengan ion amonium (N-NH4+) yang berasal da
ri mineralisasi/amonifikasi bahan organik, membentuk amonium hidroksida (NH4OH), yang
dapat pula terionisasi menghasilkan molekul air (H2O) dan gas amonia (NH3) yang menguap
ke atmosfir. Faktor lain diduga terjadi reaksi denitrifikasi dalam tanah, dengan kondisi tanah
kaya bahan organik, kelembaban tinggi, rendahnya kadar oksigen dan tingginya suhu/terik
matahari, menyebabkan ion nitrat (N-NO3-1
) yang dihasilkan dari proses nitrifikasi tereduksi
menjadi N yang dapat hilang menguap ke atmosfer dalam bentuk N2O, NO dan N2.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Leiwakabessy (1988) yang menyatakan bah
wa ketersediaan N-total tanah makin menurun/rendah dengan semakin tingginya dosis bahan
amelioran yang digunakan. Artinya kadar N-total tanah tertinggi terdapat pada dosis bahan
amelioran yang paling rendah (D1;F1;M1) dengan nilai pH tanah yang lebih rendah/bereaksi
lebih masam.
Winarso (2005) menambahkan bahwa tanah-tanah yang diberi kapur akan mengura
ngi ketersediaan N yang menjadi lebih rendah dalam tanah daripada tanah-tanah yang tidak
diberi kapur/dolomit.
Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di poli
bag menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar P-tersedia tanah inkubasi, de
ngan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan batuan fosfat dosis tinggi yaitu 1,35 kg.polibag-1
(F3), diikuti D3 dan M3, berbeda nyata bila dibandingkan dengan semua perlakuan bahan
amelioran lainnya (Gambar 6), demikian pula untuk tanah pada pembibitan kelapa sawit di
polibag, mengikuti pola yang sama (Gambar 16), kecuali untuk perlakuan bahan amelioran ta
nah mineral, dimana pada pemberian dosis yang semakin tinggi tidak diikuti dengan keterse
diaan P tanah yang semakin tinggi (berbanding lurus). Dengan perkataan lain pemberian ke
tiga jenis dan dosis yang semakin tinggi pada tanah inkubasi berbanding lurus dengan kenai
kan P-tersedia tanah, demikian pula untuk tanah pada pembibitan kelapa sawit di polibag, ke
cuali untuk perlakuan pemberian tanah mineral terdapat pola yang berbanding terbalik.
Universitas Sumatera Utara
134
Hal ini karena semakin banyak tanah mineral yang diberikan pada media tanam gam
but di polibag, ketersediaan P-tanah relatif berkurang akibat kehadiran kation-kation logam
(Al;Fe;Mn) yang terdapat dalam tanah mineral yang dapat memfiksasi P membentuk perse
nyawaan tidak,larut
Nurhidayati (2017) menyatakan bahwa ketersediaan P dalam tanah sangat dipenga
ruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah reaksi tanah/pH-tanah, jumlah kation logam, ka
dar bahan organik, dan jenis bahan kapur.
Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di poli
bag menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kation basa tukar (K, Ca dan Mg)
tanah inkubasi, dengan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian dosis bahan amelio
ran 1,35 kg.polibag-1
(D3;F3;M3) berbeda nyata untuk setiap peningkatan dosis, terutama
untuk bahan amelioran dolomit dan batuan fosfat, demikian pula pada media tanam pembi
bian kelapa sawit di polibag selalu berbanding lurus. Dengan perkataan lain semakin tinggi
dosis ketiga jenis dan dosis bahan amelioran, diikuti dengan semakin meningkatnya kation
basa tukar tanah (K,Ca, dan Mg). Tingginya kadar Ca dan Mg tanah, selain disebabkan oleh
pemberian bahan amelioran (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) juga dapat dipengaru
hi oleh bahan induk tanah yang tergolong tinggi (Lampiran 1).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Munawar (2011) bahwa jenis dan komposisi
hara/basa tukar yang disumbangkan kedalam tanah kerap berbanding lurus dengan kadar hara
yang terdapat dalam bahan pembenah tanah.
Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut di poli
bag menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap nilai KTK tanah inkubasi, dengan
nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian bahan amelioran dosis tinggi yaitu 1,35 kg.
polibag-1
(D3;F3;M3) berbeda nyata bila dibandingkan dengan semua jenis dan dosis bahan
amelioran lainnya (Gambar 10), demikian pula untuk media tanam gambut pada pembibitan
kelapa sawit (Gambar 20).
Secara umum pemberian jenis dan dosis bahan amelioran terhadap nilai KTK tanah
mengikuti pola berbanding lurus. Dengan perkataan lain, pemberian jenis dan dosis bahan
amelioran yang semakin tinggi akan diikuti oleh peninhkatan nilai KTK tanah.
Hardjowigeno (2010) menyatakan bahwa nilai KTK suatu tanah sangat dipengaruhi
oleh bahan induk tanah, reaksi tanah/pH tanah, jenis dan dosis bahan amelioran/pembenah
tanah, pemupukan dan resapan/intrusi air laut atau sungai.
Universitas Sumatera Utara
135
Tabel 46. Rangkuman Hasil Analisis Tanah Inkubasi dan Sifat Tanah di Pembibitan Utama Akibat Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media
Tanam Gambut di Polibag
Macam Analisis Jenis dan Bahan Amelioran (kg.polibag-1)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Sifat Tanah Awal
A.pH-Tanah 3,60 (SM) 1.Tanah Inkubasi 6,15 c (AM) 6,40 b (AM) 6,63 a (N) 4,51 f (M) 4,96 e (M) 5,65 d (AM) 4,13 h (SM) 4,24 g (SM) 4,28 g (SM)
2.Tanah Bibitan 6,39 b (AM) 6,67 a (N) 6,75 a (N) 5,25 e (M) 5,92 cd (AM) 6,06 c (AM) 5,79 d (AM) 5,88 cd (AM) 6,08 c (AM) B .N-Total 1,39 % (ST) 1.Tanah Inkubasi 1,30 a (ST) 0,89 d (ST) 0,37 e (S) 1,05 bc (ST) 0,95 cd (ST) 0,73 e (T) 1,12 b (ST) 0,88 d (ST) 0,74 e (T) 2.Tanah Bibitan 0,77 ab (T) 0,73 abc (T) 0,66 cd (T) 0,82 a (ST) 0,71 bc (T) 0,58 de (T) 0,54 e (T) 0,48 ef (S) 0,39 f (S) C.P-Tersedia 4,37 ppm (SR) 1.Tanah Inkubasi 23,01 f (S) 54,14 e (ST) 56,20 e (ST) 90,69 c (ST) 113,51 b (ST) 131,49 a (ST) 51,79 e (ST) 64,06 de (ST) 92,56 d (ST) 2.Tanah Bibitan 38,03 g (ST) 59,39 f (ST) 87,47 cd (ST) 102,31 ab (ST) 111,45 a (ST) 112,29 a (ST) 90,71 bc (ST) 77,22 de (ST) 70,06 ef (ST) D. K-dd 0,09 me/100 g (SR) 1.Tanah Inkubasi 0,35 d (S) 0,39 cd (S) 0,55 a (S) 0,25 e (R) 0,39 cd (S) 0,49 b (S) 0,40 cd (S) 0,43 bc (S) 0,48 b (S)
2.Tanah Bibitan 0,77 e (T) 1,81 d (ST) 2,13 d (ST) 0,73 e (T) 2,85 c (ST) 4,32 b (ST) 1,93 d (ST) 3,10 c (ST) 5,02 a (ST) E. Ca-dd 14,66 me/100g (T) 1.Tanah Inkubasi 25,65 b (ST) 27,41 b (ST) 29,61 a (ST) 10,49 e (S) 13,48 d (T) 17,31 c (T) 3,48 f (R) 3,81 f (R) 3,99 f (R)
2.Tanah Bibitan 11,58 cd (T) 12,22 b (T) 13,54 a (T) 10,42 d (T) 12,27 b (T) 14,14 a (T) 6,46 f (S) 6,74 f (S) 7,88 e (S) F.Mg-dd 2,70 me/100 g (T) 1.Tanah Inkubasi 13,29 c (ST) 16,42 b (ST) 20,99 a (ST) 1,54 e (S) 2,71 e (T) 7,65 d (T) 1,32 e (S) 1,74 e (S) 2,78 e (T)
2.Tanah Bibitan 22,45 d (ST) 27,93 b (ST) 38,89 a (ST) 18,56 e (ST) 19,62 e (ST) 25,33 c (ST) 15,53 f (ST) 19,38 e (ST) 21,30 d (ST) G.KTK Tanah 155,30 me/100 g (ST) 1.Tanah Inkubasi 24,65 e (S) 35,62 c (T) 37,11 c (T) 32,31 d (T) 35,70 c (T) 40,41 b (ST) 36,47 c (T) 48,23 a (ST) 49,54 a (ST)
2.Tanah Bibitan 30,38 d (T) 33,42 c (T) 36,25 a (T) 29,57 d (T) 33,25 c (T) 34,95 b (T) 24,52 e (S) 29,43 d (T) 34,18 bc (T)
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/DMRT.
2 .Kriteria penilaian sifat tanah berdasarkan staf Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPP Medan (1982) yaitu : SM=sangat masam; M=masam;AM=agak
masam;N=netral; SR=sangat rendah; R=rendah; S=sedang; T=tinggi dan ST=sangat tinggi; Sedang huruf dalam kurung dibelakang notasi statistik adalah kriteria kadar hara
daun kelapa sawit umur ˂ 6 tahun menurut Von Uexkull dan Fairthurst (1991) adalah K=kahad/defisiensi; O=optimal/cukup; L=berlebihan/Eksesif;
3..Pemberian dolomit; D1=2 ton.ha-1 (14 kg.phn-1); D2=4 ton.ha-1(28 kg.phn-1); D3=6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1); pemberian batuan fosfat; F1=2 ton.ha-1 (14 kg.phn-1); F2=4 ton.ha-1
(28 kg.phn-1); F3=6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1); Pemberian tanah mineral; M1=2 ton.ha-1 (14 kg.phn-1); M2=4 ton.ha-1 (28 kg.pgn-1); M3=6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1);
::
Universitas Sumatera Utara
136
Dari tabel rangkuman hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit di
pembibitan umur 5 BST sampai 16 BST selama satu tahun di polibag terhadap pemberian ke
tiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mine
ral) terhadap pertambahan tinggi, diameter dan jumlah daun bibit kelapa sawit dapat dilihat
pada Tabel 47.
Bila dilihat dari Tabel 47 dan Tabel 13-15 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
nyata dari pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan pada media ta
nam gambut di polibag terhadap semua parameter pertumbuhan vegetatif bibit kelapa sawit
yang diamati, meliputi pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun bibit kelapa sawit un
tuk semua taraf pemberian bahan amelioran yang dicobakan. Pertambahan tinggi bibit kelapa
sawit tertinggi umur 16 BST (pengamatan terakhir) di pembibitan utama terdapat pada pem
berian tanah mineral dosis sedang (M2), yaitu 166,50 cm, diikuti batuan fosfat dan dolo mit
dosis sedang (F2 dan D2), berbeda nyata dengan pemberian tanah mineral; batuan fosfat dan
dolomit dosis rendah (M2;F2;D2) vs (M1;F1;D1); akan tetapi ketiganya berbeda nyata bila
dibandingkan dengan pengamatan umur 5 BST (pengamatan pertama) pada pemberian tanah
mineral dosis sedang (M2) yaitu 29,17 cm, diikuti batuan fosfat dan dolomit dosis sedang
(F2;D2), [M2;F2;D2/pengamatan terakhir vs M2;F2;D2/pengamatan pertama], terjadi pe
nambahan tinggi bibit 5,71 kali lipat/meningkat 39,36 % tiap bulan. Sedang bila dibanding
kan dengan standar pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit umur 9 BST di pembibitan utama/
main nursery (umur 1 tahun dihitung dari pembibitan awal/prenursery) dengan rataan tinggi
bibit kelapa sawit 132,50 cm (Sunarko, 2014), terdapat peningkatan pertambahan tinggi bibit
sebesar 0,97 kali lipat/meningkat 31,54 % tiap bulan bila dibandingkan tinggi bibit umur 9
BST (bibit standar) dengan tinggi tanaman indikator umur 1 BST di pembibitan utama (umur
4 bulan).
Untuk pengamatan pertambahan diameter bibit kelapa sawit pada media tanam gam
but di pembibitan utama umur 16 BST terbesar juga terdapat pada pemberian tanah mineral,
batuan fosfat dan dolomit dosis sedang (M2;F2;D2), tidak berbeda nyata dengan pemberian
ketiga bahan amelioran dosis tinggi (M3;F3;D3), tetapi berbeda nyata bila dibandingkan deng
an pemberian tanah mineral, batuan fosfat dan dolomit dosis rendah (M2;F2;D2 vs M1;F1;
D1). Bila dibandingkan dengan [M2;F2;D2/pengamatan terakhir vs M2;F2;D2/pengamatan
pertama], yaitu 8,97 cm dengan 2,48 cm, terjadi penambahan diameter bibit sebesar 3,62 kali
lipat/meningkat 21,81 % tiap bulan. Sedang apabila dibandingkan dengan standar pertumbuh
Universitas Sumatera Utara
137
an diameter bibit kelapa sawit umur 9 BST di pembibitan utama (umur 1 tahun dihitung dari
pembibitan awal) dengan rataan diameter bibit 9,05 cm (Sunarko, 2014), terdapat peningka
tan pertambahan diameter bibit sebesar 0,77 kali lipat/meningkat 29,44 % tiap bulan bila di
bandingkan diameter bibit umur 9 BST (bibit standar) dengan diameter tanaman indikator
umur 1 BST di pembibitan utama (umur 4 bulan).
Sedang untuk pengamatan pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit di pembibitan
utama umur 16 BST terbanyak juga terdapat pada pemberian tanah mineral dosis sedang
(M2) yaitu 16,89 helai, berbeda nyata dengan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio
ran dosis rendah (M1;F1;D1), akan tetapi tidak berbeda dengan kombinasi pemberian ketiga
jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (M2 vs M3;D2-D3;F2-F3). Bila diandingkan jumlah
daun bibit umur 15 BST akibat pemberian tanah mineral dosis sedang (M2/pengamatan terak
hir) yaitu 16,89 helai dengan pemberian tanah mineral dan dosis yang sama (M2/pengamatan
pertama) terjadi penambahan jumlah daun bibit sebesar 2,92 kali lipat/meningkat 16,02 %
tiap bulan. Sedang apabila dibandingkan dengan standar pertumbuhan jumlah daun bibit kela
pa sawit umur 9 BST di pembibitan utama (umur 1 tahun dihitung dari pembibitan awal) de
ngan rataan jumlah daun 18,50 helai (Sunarko, 2014), terdapat peningkatan pertambahan
jumlah daun bibit sebesar 3,20 kali lipat/meningkat 24,45 % tiap bulan bila dibandingkan
jumlah daun bibit umur 9 BST (bibit standar) dengan jumlah daun tanaman indikator umur 1
BST di pembibitan utama (umur 4 bulan).
Terdapatnya respon pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (dolomit, batu
an fosfat dan tanah mineral) terhadap semua peubah amatan, meliputi pertambahan tinggi, dia
meter dan jumlah daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di pembibitan utama ka
rena adanya pasokan ion hara dari ketiga jenis bahan amelioran dan tambahan ion hara dari
pupuk dasar multihara formula (15:15:6-4), formulasi (12:12:17:2) dan kieserit. Pemberian
bahan amelioran bertujuan untuk memperbaiki sifat kimia tanah seperti pH-tanah, kejenuhan
basa dan status hara. Ion hara N, P, K, Mg (dari pupuk multihara); Mg dan S (dari pupuk kie
serit), sedang kation Ca, Mg dan Fe (dari dolomit); P, Ca dan Fe (dari batuan fosfat) dan N,
P, kation basa, dan hara mikro logam yang berasal dari tanah mineral (Lampiran-1, 2 dan 3).
Leiwakabessy (1988) menjelaskan bahwa tujuan utama dari pemberian bahan amelio
ran adalah untuk memperbaiki sifat kimia tanah, utamanya pH-tanah, kejenuhan basa, dan
mengeleminir logam-logam tertentu melalui pembentukan senyawa kompleks organo-kation,
disamping itu juga dapat berperan sebagai menyumbangkan sejumalah kation hara.
Universitas Sumatera Utara
138
Tabel 47. Rangkuman Hasil Pertumbuhan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm), Diameter Bibit (cm) dan Jumlah Daun (helai) Bibit Kelapa Sawit di
Pembibitan Utama Umur 5 BST s/d 16 BST terhadap Perlakuan Jenis dan Dosis Bahan Amelioran pada Media Tanam Gambuit di
Polibag
Pertumbuhan Bibit
kelapa sawit
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 KK (%)
Tinggi Bibit (cm)
● Mei 2015 (bln-1) 26,03 bc 28,48 ab 27,78 ac 25,62 c 28,60 ab 28,00 ab 25,53 c 29,17 a 29,13 a 4,91
● April 2016(bln-12) 138,67 b 165,07 a 147,78 ab 132,17 b 165,48 a 165,47 a 132,75 b 166,50 a 166,05 a 6,29
Diameter Bibit (cm)
● Mei 2015 (bln-1) 1,72 e 2,08 cd 1,95 de 1,98 de 2,37 a-c 2,25 a-d 2,10 b-d 2,48 a 2,43 ab 7,98
● April 2016 (bln-12) 7,72 b 8,87 a 8,88 a 7,77 b 8,88 a 8,82 a 7,77 b 8,97 a 8,93 a 1,41
Jumlah Daun (helai)
● Mei 2015 (bln-1) 5,33 b 5,74 ab 5,33 b 5,33 b 5,44 ab 5,78 a 5,56 ab 5,78 a 5,78 a 3,93
● April 2016 (bln-12) 16,00 d 16,78 ab 16,78 ab 16,22 cd 16,78 ab 16,78 ab 16,44 bc 16,89 a 16,78 a 1,26
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji Jarak Duncans/
DMRT.
2...Jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan yaitu : pemberian dolomit, D1= 0,45 kg.polibag-1; D2= 0,90 kg.polibag-1; D3= 1,35 kg.polibag-1; pemberian batuan fosfat, F1=
0,45 kg.polibag-1; F2= 0,90 kg.polibag-1; F3= 1,35 kg.polibag-1; pemberiamn tanah mineral, M1= 0,45 kg.polibag-1; M2= 0,90 kg.polibag -1; M3= 1,35 kg.polibag-1; dan KK=
Koefisien keragaman.
Universitas Sumatera Utara
139
Dari tabel rangkuman kadar hara daun bibit kelapa sawit pada media tanam gambut di
polibag selama satu tahun akibat pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang di
gunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kadar N, P, K, Ca dan Mg daun
bibit kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 48.
Dari Tabel 48 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari pemberian
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan pada media tanam gambut di polibag
terhadap semua parameter kadar hara daun yang diamati, meliputi kadar N, P, K, Ca dan Mg
daun bibit kelapa sawit untuk semua taraf perlakuan yang dicobakan, kecuali kadar hara P.
Tidak adanya perbedaan kadar P daun diantara semua perlakuan dari ketiga jenis dan dosis
bahan amelioran yang digunakan, karena kadar P-tersedia pada media tanam gambut di pem
bibitan tergolong sangat tinggi (Tabel-18), sehingga berkorelasi dengan kadar P-daun (Tabel
24) dan bila dilihat statusnya dalam daun, kadarnya tergolong optimal untuk mendukung per
tumbuhan bibit tanaman kelapa sawit di polibag. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
Munawar (2011) bahwa kadar P dalam tanah dan tanaman bersifat mobil, karena itu kadar P
tanah dengan tanaman berkorelasi positif.
Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut menun
jukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar N daun bibit kelapa sawit, dengan kadar
tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian tanah mineral dosis sedang (M2), diikuti batuan
fosfat dosis tinggi (F3) dan dolomit dosis tinggi (D3), berbeda nyata dengan pemberian dolo
mit dosis rendah (D1), akan tetapi tidak berbeda terhadap perlakuan pemberian bahan ame
lioran lainnya (D2; F1-F2,M1-M3). Tingginya kadar N-daun pada semua perlakuan pemberi
an ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan (D2-D3; F1-F3 dan M1-M3) bila
di bandingkan dengan pemberian dolomit dosis rendah (D1) disebabkan karena tingginya
kadar P pada media tanam gambut (Tabel-18) diikuti dengan meningkatnya kadar P-daun
(Tabel-24) dapat meningkatkan serapan kation basa (K, Ca dan Mg/muatan positif)
berdasarkan kese imbangan muatan, sehingga dapat menghambat serapan anion N-nitrat
(muatan negatif), ter utama terlihat pada perlakuan (D1-D2; diikuti F1 dan M1) bila dilihat
kadar N-daun berada dalam kondisi kahad/defisiensi.
Winarso (2005) menjelaskan bahwa rendahnya kadar hara pada duan, dapat dipengaru
hi oleh keseimbangan muatan ion yang diserap, sifat antagonisme dan sinergisme ion hara,
mobolitas ion hara dalam tanah dan tanaman serta ukuran ion.
Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut menun
jukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar K-daun bibit kelapa sawit, dengan kadar
tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian tanah mineral dosis tinggi (1,35 kg.polibag-1
/
Universitas Sumatera Utara
140
M3), yaitu 2,00 % K berbeda nyata/lebih tinggi 1,25 kali lipat/meningkat 25 % bila diban
dingkan dengan pemberian dolomit dosis rendah (0,45 kg.polibag-1
/D1) [M3 vs D1], berbeda
nyata terdahap semua kombinasi perlakuan dari ketiga jenis dan dosis bahan amelioran lain
nya (D1-D3; F-1-F2; dan M1-M2), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian batuan
fosfat dosis tinggi (F3). Berdasarkan kriteria penilaian kadar hara daun bibit kelapa sawit
(umur˂6 tahun) tampak bahwa semua perolehan nilai kadar K-daun tergolong optimal dalam
mendukung pertumbuhan bibit kelapa sawit di polibag, bahkan untuk perlakuan pemberian
tanah mineral dan batuan fosfat dosis tinggi (M3 dan F3) diperoleh kadar K-daun dengan
kategori berlebihan.
Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) menjelaskan bila kadar K-daun bibit kela
pa sawit (umur˂6 tahun) mengandung ˂1,00 %, tanaman tergolong kahad/defisiensi hara,
bila mengandung 1,10-1,30 % tergolong optimal/normal dan bila mengandung ˃1,90 % tergo
long berlebihan/eksesif.
Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran pada media tanam gambut menun
jukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap kadar Ca-daun bibit kelapa sawit di polibag, de
ngan kadar tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian batuan fosfat dan dolomit dosis ting
gi yaitu 1,35 kg.polibag-1
(F3 dan D3), yaitu 0,30 % Ca berbeda/lebih tinggi 1,50 kali lipat/
meningkat 50 % bila dibandingkan dengan pemberian batuan fosfat dosis rendah (0,45 kg.
polibag-1
/F1) [F3 dan D3 vs F1], berbeda nyata dengan pemberian batuan fosfat dan tanah
mineral dosis rendah (F3;D3 vs F1 dan M1), tidak berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya
(D1-D2; F2; M2-M3). Meski pada perlakuan (F3 dan D3) terdapat kadar Ca-daun tertinggi,
namun secara keseluruhan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran tersebut terha
dap kadar Ca-daun berada dalam kondisi kahad/defisiensi hara. Rendahnya kadar Ca pada
daun bibit kelapa sawit diduga karena adanya pengaruh antagonisme ion hara. Tingginya ion
K dan Cl yang berasal dari ionisasi pupuk MoP dan kadar N-tanah yang berasal dari pupuk
urea, dapat menghambat serapan Ca oleh tanaman. Munawar (2011) menjelaskan bahwa ting
ginya konsentrasi suatu ion hara dalam tanah, dapat menghambat terhadap proses serapan ion
hara lainnya oleh tanaman.
Sedang untuk pengamatan kadar Mg-daun tertinggi terdapat pada pemberian tanah
mineral dosis tinggi 1,35 kg.polibag-1
(M3) yaitu 1,98 % Mg, naik 9,90 kali lipat bila diban
dingkan dengan perlakuan pemberian batuan fosfat dosis rendah (M3 vs F1), berbeda nyata
terhadap semua perlakuan pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan
(M3 vs D1-D3; F1-F3 dan M1-M2). Tingginya kadar Mg-daun pada pemberian tanah mine
ral dosis tinggi diduga disebabkan karena tingginya kadar Mg-tanah gambut dapat diadsorpsi
Universitas Sumatera Utara
141
oleh tanah mineral dosis tinggi yang diberikan kedalam tanah, sehingga akar tanaman dapat
mengabsorsinya melalui proses aliran massa, sisanya melalui intersepsi akar. Sedang rendah
nya kadar Mg-daun pada pemberian kedua jenis dan dosis bahan amelioran lainnya (D1-D3
dan F1-F3) diduga karena ion Mg-tanah dapat terikat dengan anion sisa asam organik mem
bentuk kelat berupa Mg-humat, sehingga membentuk persenyawaan dengan molekul besar,
dan tidak dapat diserap oleh akar tanaman.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Leiwakabessy (1988) bahwa logam ringan
seperti Ca dan Mg yang terdapat dalam larutan tanah, ketersediaannya sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, diantaranya dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi ion hara lain, yang
dapat menimbulkan efek antagonis. Tingginya konsentrasi ion hara K, Ca dan Cl dalam tanah
dapat menghambat serapan hara Mg, demikian pula jika kadar N-amonium dalam tanah bera
da cukup tinggi yang berasal dari aktivitas pemupukan, juga dapat mengganngu serapan Mg
oleh tanaman
Universitas Sumatera Utara
142
Tabel 48. Rangkuman Hasil Analisis Kadar Hara N, P, K, Ca dan Mg Daun Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Terhadap Jenis dan Dosis Bahan Amalioran
pada Media Tanam Gambut di Polibag
Macam Kadar Hara Daun (%)
Jenis dan Dosis Bahan Ameioran (kg.polibag-1
)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 KK (%)
Hara N 1,98 b (K) 2,31 a (K) 2,54 a (O) 2,33 a (K) 2,54 a (O) 2,58 a (O) 2,48 a (K) 2,58 a (O) 2,56 a (O) 6,48 Hara P 0,17 (O) 0,18 (O) 0,51 (L) 0,21 (O) 0,22 (O) 0,25 (O) 0,19 (O) 0,22 (O) 0,20 (O) 7,32 Hara K 1,60 e (O) 1,69 de (O) 1,78 cd (O) 1,63 e (O) 1,76 cd (O) 1,96 ab (L) 1,69 de (O) 1,86 bc (O) 2,00 a (L) 3,26 Hara Ca 0,28 ab (K) 0,27 abc (K) 0,30 a (K) 0,20 c (K) 0,28 ab (K) 0,30 a (K) 0,22 bc (K) 0,24 abc (K) 0,24 abc (K) 13,31 Hara Mg 0,27 c (K) 0,28 c (K) 0,32 c (O) 0,20 c (K) 0,23 c (K) 0,25 c (K) 0,26 c (K) 1,28 b (L) 1,98 a (L) 13,15
Keterangan : 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji
Jarak Duncans/DMRT.
2. Huruf dalam kurung dibelakang notasi statistik adalah kriteria kadar hara daun bibit kelapa sawit umur ˂ 6 tahun menurut Von Uexkull dan Fairthurst
(1991), dimana : K=kahad/defisensi; O=optimal/normal; L=berlebihan/eksesif;
3. Pemberian dolomit; D1=2 ton.ha-1
(14 kg.phn-1
); D2=4 ton.ha-1
(28 kg.phn-1
); D3=6 ton.ha-1
(42 kg.phn-1
); pemberian batuan fosfat; F1=2 ton.ha-1
(14 kg.phn-
1); F2=4 ton.ha
-1 (28 kg.phn
-1); F3=6 ton.ha
-1 (42 kg.phn
-1); Pemberian tanah mineral; M1=2 ton.ha
-1 (14 kg.phn
-1); M2=4 ton.ha
-1 (28 kg.pgn
-1); M3=6
ton.ha-1
(42 kg.phn-1
); KK= Koefisien Keragaman.
Universitas Sumatera Utara
143
Dari tabel rangkuman kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun pada
lahan gambut selama satu tahun akibat pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran
yang digunakan (dolomit, batuan fosfat dan tanah mineral) terhadap kadar N, P, K, Ca dan
Mg-daun kelapa sawit menghasilkan dapat di lihat pada Tabel 49.
Dari Tabel 49 tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ketiga jenis dan
dosis bahan amelioran yang digunakan disertai aplikasi paket pemupukan pada lahan gambut
terhadap semua peubah amatan, meliputi kadar hara N, P, K, Ca dan Mg-daun kelapa sawit
menghasilkan untuk semua taraf perlakuan pemberian, kecuali kadar N dan P-daun, akan teta
pi berpengaruh nyata secara tunggal terhadap pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelio
ran (A) dan paket pemupukan (P) terhadap kadar N-daun. Hasil analisis kadar N-daun terting
gi terdapat pada pemberian batuan fosfat dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
/F2) yaitu 2,95%
N, berbeda nyata/lebih tinggi 1,17 kali lipat/meningkat 16,60 % bila dibandingkan dengan
pemberian dolomit dosis tinggi (F2 vs D3), akan tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian
dolomit dosis sedang (D2).
Sedang kadar N-daun tertinggi pada paket pemupukan PPKS (P1) dengan dosis 6,25
kg.phn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) yaitu 2,78 % N, berbeda/
lebih tinggi 1,03 kali lipat/meningkat 2,96 % bila dibandingkan dengan paket pemupukan ke
bun PTG (P1 vs P3), tidak berbeda dengan paket pemupukan TMR (P2). Tingginya N-daun
diduga, karena N-tersedia dalam tanah akibat pemberian paket pemupukan berkorelasi positif
de ngan kadar N-daun tanaman. Hal ini dapat di lihat dari analisis kadar N-daun pada
tanaman yang berada dalam kondisi optimal dalam mendukung pertumbuhan tanaman kelapa
sawit.
Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) kadar N-daun optimal untuk mendukung
pertumbuhan tanaman kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) berada pada kisaran 2,4-
2,8 % N, bila mengandung ˂2,3 % N berada dalam kondisi kahad/defisiensi, sedang bila me
ngandung ˃3,0 % kondisi N-daun berada dalam kondisi berlebihan/eksesif.
Tidak/belum adanya pengaruh kadar P-daun kelapa sawit menghasilkan untuk semua
kombinasi perlakuan, baik pengaruh tunggal maupun interaksinya, diduga karena kadar P-ta
nah, akibat adanya pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran disertai pemberian ke
tiga paket pemupukan telah dapat memasok sejumlah ion hara P yang diperlukan untuk men
dukung pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat di lihat dari hasil analisis kadar P-daun untuk
semua kombinasi perlakuan, dimana kadarnya berada pada kisaran 0,15 %-0,38 % P (opti
mal sampai berlebihan). Von Uexkull dan Fairhurst melaporkan (1991) bahwa kadar P-daun
yang optimal untuk mendukung pertumbuhan kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun)
Universitas Sumatera Utara
144
berada pada kisaran 0,15-0,18 % P, sedang jika ˂0,14 % P menunjukkan gejala kahad/defisi
ensi, dan bila ˃0,25 % P menunjukkan P-daun berada dalam kondisi berlebihan/eksesif.
Pemberian interaksi ketiga jenis dan dosis bahan amelioran disertai paket pemupukan
terhadap kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun pada lahan gambut me
nunjukkan adanya pengaruh yang nyata, dengan kadar K tertinggi terdapat pada pemberian
paket pemupuka PPKS dosis 6,25 kg.phn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg
kieserit) disertai pemberian dolomit dosis sedang 28 kg.phn-1
(4 ton.ha-1
thn-1
) [P1D2] yaitu
1,35 % K, berbeda/lebih tinggi 1,93 kali lipat/meningkat 92,86 % bila diban dingkan dengan
pembe rian paket pemupukan kebun PTG disertai pemberian dolomit dosis tinggi 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
) [P1D2 vs P3D3], berbeda nyata terhadap semua kombinasi perlakuan dari
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan, kecuali (P2M3 dan P3M3).
Tingginya kadar K-daun pada kombinasi perlakuan (P1D1; P2M3 dan P3M3) dise
babkan tanah mendapatkan tambahan ion K+ yang berasal dari paket pemupukan/pupuk MoP,
selain itu adanya tambahan aneka jenis hara dari tanah mineral yang diberikan sebagai bahan
amelioran, yang menyebabkan konsentrasi ion K+ dalam tanah bertambah dan kadar K-daun
pada tanaman juga meningkat, korelasinya bersifat positif/berbanding lurus, dengan kisaran
K-daun 0,70 % K (P3D3/K-daun rendah/kahad) sampai 1,35 % K (P1D2/K-daun berlebihan).
Von Uexkull dan Fairhurst (1991) menjelaskan bahwa kriteria kadar K-daun pada ta
naman kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) dibedakan atas tiga kategori, bila ˂0,75 %
K tergolong kekurangan/defisiensi, bila 0,90 % K˗1,20 % K tergolong optimal/normal dalam
mendu kung pertumbuhan tanaman, sedang bila ˃1,90% K tergolong berlebihan/eksesif.
Untuk kadar Ca-daun kelapa sawit menghasilkan pada lahan gambut tertinggi terda
pat pada pemberian paket pemupukan TMR dosis 3,25 kg.phn-1
(1,00 kg urea+0,50 kg TSP
+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian batuan fosfat dosis rendah 14 kg.phn
-1 (2
ton.ha-1
thn-1
) [P2F1] yaitu 0,91 % Ca, berbeda nyata/lebih tinggi 2,02 kali lipat/meningkat
102,22 % Ca bila dibandingkan dengan pemberian paket pemupukan PPKS dosis 6,25 kg.
phn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25 kg kieserit) disertai pemberian dolomit
dosis rendah 14 kg.ha-1
(2 ton.ha-1
thn-1
) [P2F1 vs P1D1], berbeda nyata terhadap semua kom
binasi perla kuan dari ketiga jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemupukan,
kecuali (P1D1).
Tingginya kadar Ca-daun pada kombinasi perlakuan (P1D1 dan P2F1) disebabkan ta
nah mendapatkan tambahan ion Ca++
yang berasal dari paket pemupukan/pupuk TSP, selain
itu adanya tambahan aneka jenis hara dari tanah mineral yang diberikan sebagai bahan ame
lioran, yang menyebabkan konsentrasi ion K+ dalam tanah bertambah dan kadar Ca-daun
Universitas Sumatera Utara
145
juga meningkat, korelasinya bersifat positif/berbanding lurus, dengan kisaran Ca-daun 0,45
% Ca (P1D1/K-daun optimal/normal) sampai 0,91 % Ca (P2F1/K-daun berlebihan).
Menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991) terdapat hubungan kondisi/status hara de
ngan konsentrasi hara dalam daun, dimana bila kadar Ca ˂0,25 % kondisi hara berada dalam
keadaan kekurangan/defisiensi, bila 0,50-0,75 % Ca kondisi hara berada dalam keadaan opti
mal, sedang bila ˃1,00 % Ca, kondisi hara berada dalam keadaan berlebihan/eksesif.
Pemberian interaksi ketiga jenis dan dosis bahan amelioran disertai paket pemupukan
terhadap kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun selama satu tahun pada
lahan gambut menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, dengan kadar Mg daun tertinggi
terdapat pada pemberian paket pemupuka TMR dosis 3,25 kg.phn-1
(1,00 kg urea+0,50 kg
TSP+1,00 kg MoP+0,75 kg kieserit) disertai pemberian dolomit dosis tinggi 42 kg.phn-1
(6
ton.ha-1
thn-1
) [P2D3] yaitu 0,57% Mg, berbeda nyata/lebih tinggi 1,90 kali lipat/meningkat 90
% bila dibandingkan dengan pemberian paket pemupukan TMR disertai pemberian tanah
mine ral dosis rendah 14 kg.phn-1
(2 ton.ha-1
thn-1
) [P2D3 vs P2M1], berbeda nyata terhadap
semua kombinasi perlakuan dari ketiga jenis dan dosis bahan amelioran dengan paket pemu
pukan (P1 D2; P1F1; P2F1; P3D3 dan P3F1).
Tingginya kadar Mg-daun pada kombinasi perlakuan (P2D3) disebabkan tanah men
dapatkan tambahan ion Mg++
yang berasal dari paket pemupukan/pupuk kieserit (MgSO4),
selain itu juga yang berasal dari dolomit [CaMg(CO3)2] yang diberikan sebagai bahan amelio
ran, yang menyebabkan konsentrasi ion Mg++
dalam tanah dan Mg-daun tanaman juga me
ningkat, hubungannya berkorelasi positif/berbanding lurus, dengan kisaran Mg-daun terendah
0,30 % Mg (P2M1) sampai tertinggi 0,57 % Mg (P2D3), keduanya tergolong optimal dalam
mendukung pertumbuhan tanaman. Hal ini juga didukung oleh sifat Mg dalam tanah dan tana
man yang bersifat mobil.
Von Uexkull dan Fairhurst (1991) menjelaskan bahwa kriteria kadar Mg-daun pada ta
naman kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun) dibedakan atas tiga kategori, bila ˂0,20 %
Mg tergolong kekurangan/kahad, bila 0,25 % Mg˗0,40 % Mg tergolong optimal/normal da
lam mendukung pertumbuhan tanaman, sedang bila ˃0,70% Mg tergolong berlebihan/eksesif.
Universitas Sumatera Utara
146
Tabel 49. Rangkuman Hasil Analisis Kadar Hara N, P, K, Ca dan Mg (%) Daun Kelapa Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun terhadap Pemberian Bahan
Amelioran dan Paket Pemupukan pada Lahan Gambut
Paket Pemupukan/ Kadar Hara (%)
Jenis dan Dosis Bahan Amelioran (kg.phn-1
)
D1 D2 D3 F1 F2 F3 M1 M2 M3 Rataan P
P1 ( paket PPKS) Kadar N 2,74 (O) 2,91 (O) 2,67 (O) 2,80 (O) 3,03 (T) 2,72 (O) 2,71 (O) 2,73 (O) 2,66 (O) 2,78 a (O) Kadar P 0,18 (O) 0,21 (O) 0,19 (O) 0,19 (O) 0,21 (O) 0,17 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,18 (O) 0,19 (O) Kadar K 0,96 f-i (O) 1,35 hij (O) 0,92 hij (O) 0,80 j-m (O) 0,88 ijk (O) 0,76 klm (O) 0,97 e-h (O) 1,02 cde (O) 0,85 i-l (O) 0,94 (O)
Kadar Ca 0,45 i (O) 0,71 bcd (T) 0,48 i (O) 0,80 ab (T) 0,68 b-f (O) 0,55 f-i (O) 0,46 i (O) 0,62 d-h (O) 0,74 bcd (T) 0,61 ab (O) Kadar Mg 0,38 g-k (O) 0,50 a-e (O) 0,37 i-l (O) 0,56 ab (O) 0,48 b-f (O) 0,40 f-k (O) 0,33 kl (O) 0,49 b-f (O) 0,45 c-h (O) 0,44 (O)
P2 (paket TMR) Kadar N 2,77 (O) 2,85 (O) 2,36 (O) 2,85 (O) 2,98 (O) 2,72 (O) 2,62 (O) 2,69 (O) 2,60 (O) 2,72 ab (O) Kadar P 0,19 (O) 0,21 (O) 0,15 (O) 0,20 (O) 0,22 (O) 0,18 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,38 (O) 0,21 (O) Kadar K 0,99 d-g (O) 0,81 i-m (O) 0,71 lm (K) 0,88 ijk (O) 0,96 ghi (O) 0,85 i-l (O) 1,00 c-g (O) 1,12 bcd (O) 1,36 a (O) 0,96 (O) Kadar Ca 0,51 hi (O) 0,70 b-e (O) 0,65 c-g (O) 0,91 a (T) 0,68 b-f (O) 0,56 e-i (O) 0,51 hi (O) 0,67 c-f (O) 0,66 c-g (O) 0,65 a (O) Kadar Mg 0,45 c-i (O) 0,49 b-f (O) 0,57 a (O) 0,50 a-d (O) 0,44 c-i (O) 0,39 g-k (O) 0,30 l (O) 0,41 e-j (O) 0,42 d-i (O) 0,44 (O) P3 (paket kebun PTG) Kadar N 2,72 (O) 2,79 (O) 2,57 (O) 2,70 (O) 2,82 (O) 2,70 (O) 2,71 (O) 2,84 (O) 2,44 (O) 2,70 b (O) Kadar P 0,19 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,19 (O) 0,20 (O) 0,18 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,38 (T) 0,21 (O) Kadar K 1,01 c-f (O) 0,89 ijk (O) 0,70 m (K) 1,15 bc (O) 0,92 hij (O) 0,84 i-l (O) 0,95 ghi (O) 1,15 bc (O) 1,26 ab (O) 0,99 (O) Kadar Ca 0,50 hi (O) 0,70 bcd (O) 0,66 c-f (O) 0,77 bc (O) 0,56 e-i (O) 0,47 i (O) 0,52 gh i (O) 0,65 c-g (O) 0,52 ghi (O) 0,59 b (O) Kadar Mg 0,39 g-k (O) 0,45 e-i (O) 0,51 abc (O) 0,52 abc (O) 0,44 c-i (O) 0,40 f-k (O) 0,33 jkl (O) 0,37 h-l (O) 0,47 c-g (O) 0,43 (O)
Rataan Bhn Amelioran
Kadar N 2,74 bc (O) 2,85 ab (O) 2,53 d (O) 2,79 bc (O) 2,95 a (O) 2,71 c (O) 2,68 c (O) 2,75 bc (O) 2,57 d (O) KK= 3,91 %
Kadar P 0,19 (O) 0,21 (O) 0,18 (O) 0,19 (O) 0,21 (O) 0,18 (O) 0,20 (O) 0,19 (O) 0,31 (T) KK= 4,69 % Kadar K 0,99 cd (O) 1,01 bc (O) 0,78 e (O) 0,94 cd (O) 0,92 d (O) 0,82 e (O) 0,97 cd (O) 1,10 ab (O) 1,15 a (O) KK= 8,02 % Kadar Ca 0,49 d (O) 0,70 b (O) 0,60 c (O) 0,83 a (T) 0,64 bc (O) 0,53 d (O) 0,50 d (O) 0,64 bc (O) 0,64 bc (O) KK=11,02 % Kadar Mg 0,41 de (O) 0,48 ab (O) 0,48 ab (O) 0,53 a (O) 0,46 bc (O) 0,40 e (O) 0,32 f (O) 0,42 cde (O) 0,45 bcd (O) KK= 9,76 %
Keterangan: 1. Angka yang diikuti oleh dua huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5% dengan menggunakan Uji Jarak Duncans
/DMRT
2.. Huruf dalam kurung dibelakang notasi statistik adalah kriteria penilaian kadar hara daun kelapa sawit menghasilkan (umur ˃6 tahun), menurut Von Uexkull dan Fairhurst (1991)
dimana, K= Kahad/Defisiensi, O= Optimal/normal; dan L= Berlebihan/Eksesif.
3.. P1=paket pemupukan (PPKS); P2=paket pemupukan Teknologi Masukan Rendah (TMR); P3=paket pemupukan Kebun (PTG); Pemberian dolomit, D1= 2 ton.ha -1 (14 kg.phn-
1); D2= 4 ton.ha-1 (28 kg.phn-1); D3= 6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1); pemberian batuan fosfat, F1= 2 ton.ha-1 (14 kg.hn-1); F2= 4 ton.ha-1 (28 kg.phn-1); F3= 6 ton.ha-1 (42 kg.ph-1);
pemberian tanah mineral, M1= 2 ton.ha-1 (14 kg.phn-1); M2= 4 ton.ha-1 (28 kg.phn-1); M3= 6 ton.ha-1 (42 kg.phn-1); dan KK= Koefisien Keragaman.
Universitas Sumatera Utara
147
Dari Tabel 40 menunjukkan ada pengaruh dari pemberian paket pemupukan (P) dan
ketiga jenis dan dosis bahan amelioran (A) yang digunakan secara tunggal terhadap produksi
TBS kelapa sawit menghasilkan umur 14 tahun di lahan gambut, tertinggi terdapat pada paket
pemupukan PPKS/P1 dosis 6,25 kg.phn-1
thn-1
(1,50 kg urea+1,50 kg TSP+2,00 kg MoP+1,25
kg kieserit) yaitu 37,36 ton.ha-1
thn-1
, berbeda nyata/lebih tinggi 1,00 kali lipat/meningkat 3,35
% bila dibanding dengan paket pemupukan TMR/P2, akan tetapi tidak berbeda dengan paket
pemupukan kebun PTG/P3. Sedang untuk jenis dan dosis bahan amelioran tertinggi terdapat
pada pemberian batuan fosfat dosis tinggi 42 kg.phn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
/F3) yaitu 38,34 ton.ha-
1thn
-1, berbeda nyata/lebih tinggi 1,08 kali lipat/meningkat 9,35 % bila dibanding dengan pem
berian tanah mineral dosis rendah (M1), akan tetapi tidak berbeda bila dibandingkan dengan
pemberian batuan fosfat dan dolomit dosis sedang-tinggi (F2: D2-D3). Bila dibandingkan
produksi TBS kelapa sawit tertinggi masing-masing untuk paket pemupukan PPKS dan pem
berian batuan fosfat dengan produktsi rataan TBS kelapa sawit yang dikelola secara baik di
Indonesia (3 ton.ha-1
/36 ton TBS.ha-1
thn-1
), terdapat peningkatan 1,04-1,07 kali lipat/naik
sebesar 3,78 %-6,50 %. Sedang bila dibandingkan dengan produksi TBS kelapa sawit rataan
kebun PTG yang dicapai sebelumnya (16 ton.ha-1.
thn-1
), terdapat peningkatan 2,34-2,40 kali
lipat.
Dilaporkan Sunarko (2014) bahwa produksi TBS kelapa sawit, jika dikelola secara
baik dapat menghasilkan TBS 6 ton.ha-1
. Hasil yang telah dicapai ini juga telah melampaui
ambisi visi baru menuju era “35-26” [produktivias kelapa sawit 35 ton TBS.ha-1
dan rende
men CPO 26 %] yang dicetuskan dalam acara peringatan 100 tahun Perkebunan Kelapa Sa
wit di Indonesia yang diselenggarakan oleh GAPKI di Medan (Rahutomo, 2011). Namun
bila dibandingkan dengan produktivitas TBS kelapa sawit di Malaysia yang dikelola intensif,
dengan biaya pemeliharaan/pemupukan ≥65 % atau ≥35 % dari total biaya produksi dapat
menghasilkan TBS 12 ton.ha-1
thn-1
(4 kali lipat lebih tinggi dari produksi TBS kelapa sawit
Indonesia), sehingga produksi TBS kelapa sawit di Indonesia masih memiliki peluang untuk
ditingkatkan. Meningkatnya produksi TBS kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh banyak fak
tor, diantaranya faktor internal/innate, eksternal/enforce dan kultur teknis/induce.
Pahan (2007) menjelaskan faktor internal, meliputi kualitas bahan tanaman (varietas,
umur tanaman dan jumlah pelepah), sedang faktor eksternal adalah iklim dan tanah (jenis ta
nah, kesuburan tanah, kesesuaian lahan, pengawetan tanah). Sedang faktor kultur teknis dipe
ngaruhi oleh teknis agronomis (kerapatan/SPH, serangga penyerbuk, ablasi/kastrasi, tanaman
penutup tanah/LCC, pemupukan, pengendalian OPT, alat panen, teknis pemanenan dan krite
ria panen kelapa sawit).
Universitas Sumatera Utara
148
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pemberian bahan amelioran dan pupuk kimia (urea, TSP,
MoP dan kieserit) dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahan amelioran yang terbaik untuk meningkatkan hasil tanaman kelapa sawit varie
tas D x P Marihat umur 14 tahun pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist,
dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit sebesar 38,34 ton TBS.ha-1
thn-1
(rata
an 3,20 ton.TBS.ha-1
) dengan menggunakan batuan fosfat dosis 42 kg.phn-1
thn-1
(6
ton.ha-1
thn-1
) [F3], diikuti perlakuan pemberian dolomit (D3) dan tanah mineral (M2).
2. Paket pemupukan yang terbaik untuk meningkatkan hasil tanaman kelapa sawit varie
tas D x P Marihat umur 14 tahun pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist,
dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit sebesar 37,36 ton.TBS.ha-1
thn-1
(rata
an 3,11 ton.TBS.ha-1
) dengan menggunakan paket pemupukan PPKS (P1) dosis 6,25
kg.phn-1
thn-1
, yang terdiri dari 1,50 kg urea, 1,50 kg TSP, 2,00 kg MoP, dan 1,25 kg
kieserit, diikuti paket pemupukan kebun PTG (P3) dan paket pemupukan TMR (P2).
3. Pemberian ketiga jenis dan dosis bahan amelioran yang digunakan disertai paket pe
mupukan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap peningkatkan pro
duktivitas TBS kelapa sawit umur 14 tahun pada lahan gambut subgrup Typic Haplo
saprist, namun hasil yang terbaik cenderung diperoleh pada interaksi pemberian batu
an fosfat dosis sedang dan tinggi disertai paket pemupukan PPKS (F2P1-F3P1).
4. Penggunaan tanah mineral sebagai bahan amelioran sebanyak 28 kg.phn-1
thn-1
(4
ton.ha-1
thn-1
) disertai paket pemupukan dapat menggantikan peran dolomit dan batu
an fosfat dosis rendah 14 kg.phn-1
thn-1
(2 ton.ha-1
thn-1
) dalam meningkatkan potensi
hasil TBS kelapa sawit pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist, dengan hasil
36 ton TBS.ha-1
thn-1
(rataan 3 ton.ha-1
). Secara ekonomis penggunaan tanah mineral
5 kali lipat (79 %) lebih murah bila dibandingkan dengan penggunaan dolomit, dan 12
kali lipat (92 %) lebih murah bila dibandingkan dengan penggunaan batuan fosfat,
dengan harga kedua bahan amelioran tersebut saat ini.
148
Universitas Sumatera Utara
149
S a r a n
1.. Untuk meningkatkan produksi TBS kelapa sawit varietas D x P Marihat umur 14 tahun
pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist yang terdapat di kabupaten Labuhanbatu
Utara dapat digunakan batuan fosfat sebanyak 42 kg.phn-1
thn-1
(6 ton.ha-1
thn-1
) [F3] di
sertai paket pemupukan PPKS [P1] sebanyak 6,25 kg.phn-1
yang terdiri dari 1,50 kg
urea 1,50 kg TSP; 2,00 kg MoP; dan 1,25 kg kieserit [F3P1].
2..Mengingat kemasaman tanah pada lahan gambut subgrup Typic Haplosaprist sanga ma
sam (pH 3,60) dengan kandungan hara N,P,K dan KB rendah, disarankan agar dalam me
ngelola perkebunan kelapa sawit pada lahan gambut perlu dilakukan pemberian bahan ame
lioran dan pupuk kimia untuk memperbaiki sifat kimia tanah, meliputi pH, KB, menekan
dominasi asam organik dan memasok sejumlah hara yang diperlukan tanaman. Pengguna
an batuan fosfat sebagai sumber hara P yang ketersediaannya sangat rendah pada tanah
gambut, sangat penting dalam meningkatkan produktivitas TBS kelapa sawit dan menekan
dominasi asam organik/asam monomer yang bersifat fitotoksik menjadi asam polimer yang
bersifat non-toksik, menekan laju emisi GRK, sehingga meningkatkan stabilitas tanah dan
menghambat laju dekomposisi bahan gambut
.
Universitas Sumatera Utara
150
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda, R., A.U. Lubis dan P. Purba. 1994. Karakteristik Tanah pada Beberapa Tingkat
Famili di Areal Kelapa Sawit Indonesia. Berita Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan
vol.2 : 175-187.
____________., A. Purba dan Z. Poeloengan. 1996. Pengolahan Tanah Areal Peremajaan Ke
lapa Sawit Berdasarkan Sifat Tanah pada Tingkat Sub Grup/Macam.Warta Pusat Pene
litian Kelapa Sawit-Medan, vol. 4 (1): 9-22.
____________, H.H.Siregar, and E.S. Sutarta. 1999. Agroclimatic Zones for Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq) Plantation in Indonesia. In Proceedings 1999 PORIM International
Palm Oil Congress, Emerging Technologies and Opportunities in Next Millinium.
Palm Oil Research Institute of Malaysia, Kuala Lumpur, pp : 387-401.
____________. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Perkebunan Kelapa Sawit. Dalam
Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, hlm 19-118.
Adji, F.F., B.D. Kertanegoro and A.Maas. 2005. Relationship Between the Depth of Groun
Water Table Dynamic and Peats Degradation in Klampangan Centre Kalimanatn. In
Waste and B. Radjagukguk (Eds). Proceeding of the Session on the Role Tropical
Peatlands in Global Change Processes, Yogyakarta-Indonesia, 21-30 p.
Agus, F dan I. M. G. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi Untuk Pertanian dan Aspek Ling
kungan. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.
Indonesia, 36 hlm.
Alloway, B.J. 1990. The Origin of Heavy Metal in Soils. In B.J. Alloway (Ed) Heavy Metals
in Soil. Jhon Willey & Sons. Inc.New York, p : 29-39.
Ambak, K and T.Tadano. 1991. Effect of Micronutrient Application on the Grouth and Occur
rence of Sterility In Barley and Rice a Malaysian Deep Peat Soil. Soil Sci. Plant Nutr.
37 (4): 715-724.
Anwar, S. 2000. Fungsi, Gejala dan Penyebab Terjadinya Defisiensi Unsur Hara Mikro pada
Kelapa Sawit. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, vol.8 (2) : 87-97.
Ariani, M., R.Kartikawati, dan P. Setyanto. 2011. Ameliorasi Tanah Gambut Meningkatkan
Produksi Padi dan Menekan Emisi Gas Rumah Kaca. Edisi 6, Tabloid Sinar Tani, 2
Maret 2011, Jakarta.
_____., W.A.Nugraha, A.Firmansyah, D.Nursyamsi, dan P.Setyanto. 2012. Pengurangan
Emisi CO2 Melalui Ameliorasi pada Intercopping Karet dan Nanas di Lahan Gambut
Jabiren Kalimantan Tengah. Dalam Pros.Sem.Nas. Pengelolaan Lahan Gambut Ber
kelanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor, hlm : 275-283.
Bahri, S..1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, 318 hlm.
151
Universitas Sumatera Utara
151
Barchia, M. F. 2006. Gambut Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Gadjah Mada Univer
sity Press, Yogyakarta, 196 hlm.
Barus, B., D.Shiddiq, I.S. Iman, B.H.Trisasongko, Komarsa,G, dan R.Kusumo. 2012. Sebar
an Kebun Kelapa Sawit Aktual dan Potensi Pengembangannya di Lahan Bergambut
di Pulau Sumatera. Dalam Pros.Sem. Nas. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanju
tan, BP3 Kementan Pertanian, Bogor, hlm : 223-232.
Boughton, T. 2000. Petunjuk Memilih Fosfat Alam Bermutu. Dalam Pros.Pertemuan Teknis
Kelapa Sawit-I. Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit Melalui Penerapan Kultur
Teknis Terkini dan Pengawasan Mutu Pupuk, PPKS Medan, hlm : 35-42.
Charman, D. 2002. Peatlands and Enviranment Change. Jhon Wiley & Sons. Ltd England.
Damanik, M.M.B., B.E.Hasibuan, Fauzi, Safruddin dan H.Hanum. 2010. Kesuburan Tanah
dan Pemupukan. Univeristas Sumatera Utara press, Medan, 303 hlm.
Dariah, A., E.Susanti, dan F.Agus. 2012. Baseline Survey: Cadangan Karbon pada Lahan
Gambut di Lokasi Demplot Penelitian ICCTF (Riau, Jambi, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan). Dalam Pros.Sem.Nas.Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanju
tan, Balitbangtan Kementan, Bogor, hlm : 445-459.
Darmosarkoro, W., Akiyat, Sugiono, E.Sutarta. 2008. Pembibitan Kelapa Sawit. Bagaimana
Memperoleh Bibit yang Jagur. Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 52 hlm.
_______________., dan Suwandi. 1999. Pedoman Teknis Pedoman Pengambilan Contoh
Daun Tanaman Kelapa Sawit. No.1.2-Pub-99, PPKS Medan, 14 hlm.
Dierolf, T.S., T.H.Fairhurt and E.W.Mutert. 2001. Soil Fertility Kit: a Tool Kit for Acid,
Upland Soil Fertility Management in South East Asia. Potash and Phosphate Institute
of Canada, Potash and Phosphate Institute. Food andAgriculture Organisation and
Gesellschaft fur Technische Zusammenarbeit.
Direktorat Jenderal Perkebunan [Dirjenbun]. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia, Direkto
rat Jenderal Perkebunan, Kementrian, Jakarta.
Dradjat, B. 2012. Upaya Mengatasi Black Champaign Kelapa Sawit dan Langkah Strategis
ke Depan. Dalam Pros. Sem. Nas. Petani dan Pembangunan Pertanian. Balitbangtan,
Kementrian Pertanian, hlm: 276-292.
Donahue,R.L., R.W. Miller and J.C.Shickluna. 1997. Soils An Introduction to Soils and Plant
Growth. Fourth edition. Prentice Hall Inc. New Jersey.
Dzaytekin, H.H and A.Barau. 2009. Characteristics, Genesis and Close Fication of a Basin
Peat Soil Under Negative Human Impact in Turkey. Original Article. Environ Goal
56: 1057-1063
Elon, S.V., D.H.Boelter, J.Palvanen, D.S.Nichols, T.Malterer, and A.Gafni. 2011. Physical
Propertiesof Organis Soils. Taylor and Francis Group, LLC.
Universitas Sumatera Utara
152
Fadli,M.L., E.S.Sutarta, P.Purba, Sugiyono, W.Darmosarkoro dan E.N.Ginting.2006. Kelapa
Sawit pada Lahan Gambut. Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 51 hlm.
Fairhurst, T. 1991. Pocket Guide Nutrient Deficiency Symptoms and Disorder in Oil Palm
Elaeis guineensis Jacq, Potash and Phosphate Institute, Singapore, 31 p.
Firmansyah, M.A., W.A.Nugriho dan M.S.Mokhtar. 2012. Penegelolaan Lahan Gambut Ber
kelanjutan: Studi Kasus Pengembangan Karet dan Tanaman Sela di Desa Jabiren
Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah. Dalam Pros.Sem.Nas Pengelolaan
Lahan Gambut Berkelanjutan, Balitbangtan Kementan, Bogor, hlm : 233-243.
Foth,H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Ed 6. Terjemahan dari Fundamental of Soil Science
oleh Soenarto Adisoemarto, Aksara Pratama, Erlangga, Jakarta, 374 hlm,
Gardner,F.P., R.B.Pearce dan R.L.Mitchell. 1991.Fsiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan
dari Physiology of Crop Plants oleh : Herawati Susilo. UI Press, Jakarta, 428 hlm.
Gomez, K.A., dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Ed.2
Terjemahan dari : Statistical Procedures for Agricultural Research oleh E.Sjamsuddin,
J.S.Baharsjah dan A.H.Nasution. UI Press, Jakarta, 698 hlm.
Hakim,N. 2006. Pengelolaan KesuburanTanah Masam dengan Teknologi Pengapuran Ter
padu. Andalas University Press, Padang, 204 hlm.
Halim, A, dan G.Soepardi. 1986. Pengaruh Pencampuran Tanah Mineral dan Basa dengan
Tanah Gambut Pedalaman Kalimantan Tengah dalam Budidaya Tanaman Kedelai.
Dalam Pros.Kongres Nasional IV HITI. Vol.2 hal: 473-494.
Hanafiah, K.A. 2013. Dasar-dasar Ilmu Tanah . PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 360 hlm.
Harahap, I.Y.,Winarna dan E.S. Sutarta. 2000. Produktifitas Tanaman Kelapa Sawit Tinjauan
Dari Aspek Tanah dan Iklim. Pros. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2000-I (Darmo
sarkoro, et al, eds) Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, hlm 13-34.
___________ Y.Pangaribuan, E.S.Sutarta dan T.C.Hidayat. 2008. Kelapa Sawit dan Lingku
ngan, Menurut Kajian Riset dan Pengamatan Lingkungan. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit, Medan, 24 hlm.
Hardjowigeno, S, and Abdullah. 1987. Suitable of Peat soil of Sumatera for Agricultural
Development. International Peat Society Symposium on Tropical Peat and Peatland
for Development, Yogyakarta, 9-14 Februari 1987.
_____________. 1993. Klasifiasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta, 274
hlm.
_____________., dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tata
Guna Lahan Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 352 hlm..
_____________. 2010. Ilmu Tanah. C.V.Akademika Psessindo, Cet ke-7, Jakarta, 288 hlm.
Universitas Sumatera Utara
153
Hartatik, W., K.Idris, S.Sabiham, S.Djuniwati, dan J.Sri Adiningsih. 2004. Peningkatan
Ikatan Fosfat dalam Kolom Tanah Gambut yang Diberi Bahan Amelioran Tanah
Mineral dan Beberapa Jenis Fosfat Alam. Jurnal Tanah dan Lingkungan 6 (1) : 22-30.
_________, dan D.A.Suriadikarta. 2006. Teknologi pengelolaan Hara Lahan Gambut. Dalam
Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumber Daya Lahan Pertanian. Balitbangtan Deptan, Bogor.
_______., 2012. Distribusi Bentuk-bentuk Besi dan Kelarutan Amelioran Tanah Mineral
dalam Gambut. Dalam Pros.Sem. Nas. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan, Bogor, hlm : 261-273.
Henson, I.E. 1999. Comparative Eco-Physiology of Oil Palm of Oil Palm and Tropical Rain
Forest. Oil and Environtment: A Malaysian Prespective. Kuala Lumpur: MPOG.
Hidayat, T.C., I.Y. Harahap, Y. Pangaribuan, S. Rahutomo, W.A. Harsanto, dan W.R. Fauzi.
2013. Air & Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 47 hlm.
___________, 2013. Bunga, Buah, dan Produksi Kelapa Sawit. Seri Kelapa Sawit Populer-
13, Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 42 hlm.
Koedadiri, A.D., Winarna dan B.H. Sitanggang. 1998. Keragaan dan Produktivitas Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Berbagai Tingkat Ketebalan Gambut
Fluvaquentic Troposaprist. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 6 (2): 129-139.
Lappalainen, E. 1996. General Review on World Peatland and Peat Resources. In: E. Lappa
lainen (Ed.) Global Peat Resources. IPS-GSF, p : 53-56.
Las. I., Sakarman, K. Subagyono, D.A. Suriadikarta, M. Noor dan A. Jumberi. 2007. Grand
Design Lahan Rawa. Dalam Pros.Sem.Nas.Pertanian Lahan Rawa, Balit bangtan-
Pemkab Kapuas Kalimantan Tengah, hlm: 29-48.
____., M.Sarwani, A.Mulyani, dan M.F.Saragih. 2012. Dilema dan Rasionalisasi Kebijakan
Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Areal Pertanian. Dalam Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balitbangtan, Kementrian Perta
niann, Bogor, hlm : 17-27.
Leiwakabessy, , F.M. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian IPB,
Bogor, 294 hlm.
Litaor, M.I., O.Reichmann, A.Haim, K.Auerswald and M. Shenker. 2005. Sorption Charac
teristics of Phosphorous in Peat Soil of a Semiarid Altered Wetland. Soil Sci. Soc.of
American Journal, 69: 1658-1665.
Lubis, A.U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat Penelitian Perke
bunan Marihat-Bandar Kuala. P. Siantar Sumatera Utara, 421 hlm.
Malangyoedo, A. 2014. Sukses Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Produktivitas Tinggi.
Lily Publisher. Andi Offset. Yogyakarta, 153 hlm.
Universitas Sumatera Utara
154
Mangoensoekarjo, S dan A.T. Soejono 2015. Ilmu Gulma dan Pengelolaan pada Budidaya
Perkebunan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 156 hlm.
Mawardi, E.Maftu’ah dan K.Anwar. 2013. Ekosistem Lahan Gambut. Dalam Lahan Gambut:
Pemanfaatan dan Pengembangannya untuk Pertanian. Kanisius,Yogyakarta,hlm: 1-20.
Mukhlis. 2007. Analisis Tanah Tanaman. Universitas Sumatera Utara Press, Medan, 155 hlm.
_______., Sarifuddin dan H. Hanum. 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. Universitas Su
matera Utara Press, Medan, 287 hlm.
Mulyani, A dan I.Las. 2008. Potensi Sumber Daya Lahan dan Optimatisasi Pengembangan
Komoditas Penghasil Bioenergi di Indonesia. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Balitbangtan, Deptan, Bogor 27 (1) : 31-41.
_________, S. Ritung dan Irsal Kas. 2011. Potensi dan Ketersediaan Sumber Daya Lahan Un
tuk Mendukung Ketahanan Pangan. Jurnal Litbang Pertanian 30 (2): 73-80.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press, Bogor, 240 hlm.
Mutalib, A. A., L. S. Lim, M. H. Wong and L. Kononvai. 1992. Characteristics Distribution
and utilization of Peat in Malaysia. p 7-16 in Aminuddin (ed.). Proc. Int. Symp. On
Tropic Peatland, Kuching, Malaysia, 6-10 May 1991.
Ng, SK and S.Thamboo.1967. Nutrients Contents of Oil Palms in Malaya. In Nutrients Requ
ired for Reproduction: Fruit Buncesh and male inflorescences. Malay. Agric. J.
46.3/45.
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. Kanisius, Yogyakarta, 174
hlm.
_______. 2004. Lahan Rawa, Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 238 hlm.
_______. 2007.Rawa Lebak, Ekologi, Pemanfaatan dan Pengembangannya. PT. Raja Grafin
do Persada, Jakarta, 270 hlm.
_______. 2010. Lahan Gambut, Pengembangan, Konservasi dan Perubahan Iklim. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, 212 hlm.
_______, M. Saleh dan H. Syahbuddin. 2013. Penggunaan dan Permasalahan Lahan Gambut.
Dalam Lahan Gambut: Pemanfaatan dan Pengembangannya untuk Pertanian. Kani
sius, Yogyakarta, hlm: 63-88.
Nurhidayati. 2017. Kesuburan dan Kesehatan Tanah, Suatu Pengantar Penilaian Kualitas Ta
nah Menuju Pertanian Berkelanjutan. Intimedia, Malang, 293 hlm.
Pahan, I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga
Hilir. Penebar Swadaya, Jakarta, 411 hlm.
Universitas Sumatera Utara
155
Pamin, K., T.Wahyono dan P.Guritno. 1999. Prospek Pemasaran Minyak Sawit Indonesia.
Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 5 (1) : 47-53.
Pangudijatno, G.1998. Sebuah Kajian Tentang Pertanaman Kelapa Sawit pada Tanah
Gambut. Bul.Pertanian 7 (1): 1-6.
PASPI- 2016. Mitos dan Fakta Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi
dan Lingkungan Global. Alumni Insitut Pertanian Bogor, Bogor 152 hlm.
Pathak, H., D.R.Biswas and Ramandeep Singh. 2002. Fertilizer Use and Environmental Quali
ty, Fertilizer News. 47 (11) : 13-20.
Piggot, C.J. 1990. Growing Oil Palm an Illustrated Guide Society of Planters, Kuala Lumpur,
460 p.
Prihandana, R dan R, Hendroko. 2008. Energi Hijau, Pilihan Bijak Menuju Negeri Mandiri
Energi. Penebar Swadaya, Jakarta, 248 hlm.
Perusahaan Terbatas Perkebunan Nusantara [PTP Nusantara] IV. 2007. Standar Prosedur
Operasi (SPO) Tanaman Kelapa Sawit. PTP Nusantara IV (Persero), Sumatera Utara-
Indonesia.
Purba, P., A.U. Lubis, dan E.L. Tobing. 1989. Pemetaan dan Jenis Tanah Perkebunan Kelapa
sawit di Sumatera Utara. Dalam Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)
Kumpulan Kertas Kerja PPM, PT.Perkebunan VI-VII Pusat Penelitian Marihat,
P.Siantar-Indonesia, hlm : 99-115.
_______., I.Y.Harahap dan M.L.Fadli.1992.Agihan dan Keadaan Hara Tanah pada Perke
bunan Kelapa Sawit di Indonesia Bagian Barat, Bul.Puslitbun Marihat, 12 (2) : 1-8.
Purba, A.R., E.Suprianto,Y.Yenni,Sujadi dan N. Supena. 2005. Karateristik Bahan Tanaman
Unggul PPKS dan Pola Pengelompokannya di Pembibitan. Pusat Penelitian Kelapa
Sawait-Medan, 37 hlm.
Purnomo, A. 2012. Menjaga Hutan Kita, Prakontra Kebijakan Moratorium Hutan dan Gam
but. Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 120 hlm.
Rahim, D.A.dan M.Arifin. 2011. Dasar-dasar Klasifikasi Tanah. Pustaka Reka Cipta,
Bandung, 383 hlm.
Rahutomo, S., M.L.Fadli dan E.S. Sutarta. 2006. Prediksi Kebutuhan Pupuk Untuk Perkebu
nan Kelapa Sawit di Indonesia Hingga 2010. Warta Pusat Penelitian Kelapa Sawit 14
(2) : 23-34.
________, Winarna, O.Wiratmoko, N.H.Darlan, M.L.Fadli dan Sugiyono. 2008. Delapan
Kunci Sukses Pengembangan Lahan Gambut Untuk Tanaman Kelapa Sawit. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit-Medan, 24 hlm.
Rajagukguk,B. 2000. Perubahan Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Tanah Gambut Akibat Rekla
masi Lahan Gambut Pertanian. Ilmu Tanah dan Lingkungan. V (2) : 1-15.
Universitas Sumatera Utara
156
Rieley, J.O., A.A. Ahmadshah, and M. A. Brady. 1996. The Extern and Nature of Tropical
Peat Swamps. In : E. Maltby et al. (Eds.). Pros of a Workshop on Integrated Planning
and Management of Tropical Lowland Peatland. IUCN. 17–54 p.
Ritung, S., Wahyunto, dan K.Nugroho. 2012. Karakteristik dan Sebaran Lahan Gambut di
Sumatera, Kalimantan dan Papua. Dalam Pros.Sem.Nas. Pengelolaan Lahan Gambut
Berkelanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor, hlm : 47-61.
Rumawas, F.1985. Reclamation of Degraded Acid Tropical Soil Indonesia. Proc.of on
ISRAM Inaugural Work Shop Yurumaguas Peru and Brazilia, p : 206-215.
Sabiham, S. dan M.Ismangun. 1997. Potensi dan Kendala Pengembangan Lahan Gambut
Untuk Pertanian. Dalam Prosiding Simposium Nasional dan Kongres V PERAGI,
Jakarta, 25–27 Januari 1996 hlm 63 – 84.
__________. 2007. Potensi dan Pemanfaatan Lahan Gambut Berkelanjutan untuk Pertanian.
Dalam Pros.Sem.Nas. Pertanian Lahan Rawa. Buku 1. Balitbangtan-Pemkab Kapuas
Kalimantan Tengah, hlm 63-85.
___________. 2009. Pengelolaan Lahan Gambut Indonesia Berbasis Keunikan Ekosistem.
Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Pengelolaan Tanah. Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 16
September 2009. 107 hlm.
___________, dan Sukarman. 2012. Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Pengembangan
Kelapa Sawit di Indonesia. Dalam Pros.Semnas. Pengelolaan Lahan Gambut Berke
lanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor, hlm : 1-15.
Salisbury, F.B. dan C.W.Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid-1, Sel : Air, Larutan dan
Permukaan, ed-4, ITB, Bandung, 241 hlm.
Saragih, S., M. Alwi dan M. Thamrin. 2013. Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan di
Lahan Gambut. Dalam Lahan Gambut: Pemanfaatan dan Pengembangannya untuk
Pertanian, Kanisius, Yogyakarta, hlm: 149-185.
Silvius, M.J. and W.Giesen. 1996. Toard Integrated Management of Swamp Forest. A Case
Study from Sumatera. In Tropical Island Peatlands of South East Asia (E. Malby,
C.Immirize and R.J. Sufford, Eds. LUCN Gland Swizerland, p: 247-267
Sipayung, H.H dan T. Liwang. 2011. Kunci Sukses Mendapatkan Benih Sawit Unggul. Lily
Publisher Andi Offset, Yogyakarta, 156 hlm.
Siregar, H.H., N.H. Darlan, T.C. Hidayat, W. Darmosarkoro, dan I.Y. Harahap. 2006. Hujan
Sebagai Faktor Penting untuk Perkebunan Kelapa Sawit. PPKS Medan, 41 hlm.
Soekardi,M dan A.Hidayat. 1988. Ekstent and Distribution of Peatsoil of Indonesia. In Paper
Presented at Third Meeting of the Cooperative Research on Problem Soil, 22 – 26
August 1988. Bogor.
Soil Survey Staff. 2010. Keys to Soil Taxonomy.11th
Edition USDA (United States Depar
tment of Agriculture)-Natural Resources Conservation Service. Washington DC.
Universitas Sumatera Utara
157
Sopandie, D. 2013. Fisiologi Adaptasi Tanaman terhadap Cekaman Abiotik pada Agro ekosis
tem Tropika, Institut Pertanian Bogor Press, Bogor, 228 hlm.
Sopiawati, T., H.L.Susilawati, A.Hervani, D.Nursyamsi, P.Setyanto dan Nurhayati. 2012.
Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran terhadap Penurunan Emisi Gas Karbon
dioksida pada Perkebunan Sawit dengan Tanaman Sela di Lahan Gambut. Dalam
Pros. Semnas. Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Balitbangtan, Kementan,
Bogor, hal : 305-319.
Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry, Genesis, Composition and Practions, John Wiley
and son, Inc. New York, 443 p.
____________. dan A.Fitch. 1997. Kimia Pengomplekan Ion Logam dengan Organik Larutan
Tanah Dalam Interaksi Mineral Tanah dengan Organik Alami dan Mikroba. Univer
sitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta, hlm 32–90.
Suastika, I.W., S.Sabiham, dan D.A.Suriadikarta. 2006. Pengaruh Pencampuran Tanah Mine
ral Berpirit pada Tanah Gambut terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi. Jurnal Ilmu-
ilmu Pertanian Indonesia 8 (2): 99-109.
Subagyo, H. 1997. Potensi Pengembangan dan Tata Ruang Lahan Rawa untuk Pertanian.
Dalam Pros.Simposium Nasional dan Kongres VI PERAGI, Jakarta, hlm : 17-55.
Subardja, D., Irsal Las, dan Arsil Saleh. 2006. Distribution of Land Potential for Oil Palm
Extensification in Indonesia. International Oil Palm Conferemce 2006, Bali 19 – 23
June 2006, 7 p.
__________ dan E.Suryani. 2012. Klasifikasi dan Distribusi Tanah Gambut Indonesia Serta
Pemanfaatannya Untuk Pertanian. Dalam Pros.Seminar Nasional Pengelolaan Lahan
Gambut Berkelanjutan, BP3 Kementan Pertanian, Bogor, hlm : 87-93.
Sulistyo D.H, B., A. Purba, D. Siahaan, J. Efendi dan A. Sidik. 2010. Budidaya Kelapa Sawit.
PT. Balai Pustaka dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Jakarta, 190 hlm.
Sunarko. 2014. Budidaya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. PT.Agro Media Pustaka.
Jakarta, 200 hlm.
Suriadikarta, D.A dan M.T.Sutriadi. 2007. Jenis-jenis Lahan Berpotensi Untuk Pengembang
an Pertanian di Lahan Rawa. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balit
bangtan, Deptan, Bogor, 26 (3): 115-122.
_______________. 2012. Teknologi Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Dalam Pros.
Semnas Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, BP3 Kementan Pertanian, Bogor,
hlm : 197-211.
Susilawati, H.L., M.Noor, T.Sopiawati, A.Pramono, dan P.Setyanto. 2012. Peranan Pembe
rian Bahan Organik dan Dolomit terhadap Emisi GRK (CO2 dan CH4) dan Neraca
Karbon pada Lahan Padi Sawah di Tanah Gambut Kalimantan Selatan. Dalam Pros.
Sem.Nas.Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor,
hlm : 357-368.
Universitas Sumatera Utara
158
Sutarta, E.S., dan Winarna. 2002. Upaya Peningkatan Efisiensi dan Langkah Alternatif
Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit. Warta PPKS Medan 10 (2-3): 23-32.
Suyatno. 2012. Tantangan Pengelolaan Kebun Kelapa Sawit di Lahan Gambut. Estate Head
Area Sumut-2, PT. Bakrie Sumatera Plantation, 12 hlm.
Syahbuddin, H dan M.Alwi. 2012. Potensi dan Pengembangan Lahan Gambut dalam Perspek
tif Pengembangan Untuk Pertanian Tanaman Pangan. Dalam Prosiding Sem.Nas.Peng
elolaan Lahan Gambut Berkelanjutan, Balitbangtan Kementan, Bogor, hlm: 75-86.
Tan, K.H.1993. Principles oil Chemistry. Marcel Dekker Inc. New York, 362 p.
Tarigan, B dan T.Sipayung. 2011. Kontribusi Perkebunan Kelapa Sawit dalam Perekonomian
dan Lingkungan Hidup Sumatera Utara. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor, 128
hlm.
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, J.D. Beaton, J.L. Havlin. 1993. Soil Fertility andFertilizers, 4 th
Ed. Macmillan Publishing Company, New York, 634 p.
Tsutsuki, K. 1984. Volatile Produce and Low Moleculer Weight Product of the An-aerobic
Decomsiti on of Organic Matter. Inter Rice Res. Inst. Soil Organic Matter, p: 329-43.
Utami, S.N.H. 2012. Lahan Gambut Terdegradasi. Dalam Pros.Sem.Nas.Pengelolaan Lahan
Gambut Berkelanjutan, Balitbangtan, Kementan, Bogor, hlm : 185-196.
Valat, B. C. Jouany and L. M. Riviere. 1991. Characterization of The Wetting Properties of
Air Dried Peat and Compost. Soil Sci. 152 (2): 100–107.
Von Uexkull, H.R., and T.H.Fairhurst. 1991. Fertilizing for High Yield and Quality the oil
palm. IPI Bulletin, no. 12.
Widjaya Adhi, IPG. 1988. Physical and Chemical Characteristic of Peatsoils of Indonesia. In
Indonesian Agric. Res. And Dev. Jour. 10 (3): 59–64. AARD, Bogor.
________________, K. Nugroho, D. S. Ardi, dan K. A. A. Syarifuddin. 1992. Sumber Daya
Lahan Rawa: Potensi, Keterbatasan dan Pemanfaatan. Dalam: Partohardjono dan M.
Syam (Eds.) Risalah Pertemuan Nasional Perkembangan Pertanian Lahan Rawa
Pasang Surut dan Lebak. Puslitbangtan. Bogor, hlm 19–38.
Wijaya, K.A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil dan Resistensi Alami
Tanaman. Prestasi Pustaka, Jakarta, 120 hlm.
Winarna., D. Wiratmoko, E.S. Sutarta, S. Rahutomo dan Sujadi. 2007. Potensi dan Kendala
Lahan Rawa Pasang Surut untuk Budidaya Kelapa Sawit. Dalam Pros.Sem.Nas.
Lahan Rawa,Buku1 Balitbangtan-Pemkab.Kapuas Kalimantan Tengah, hlm: 223-235.
_______, dan S. Rahutomo. 2008. Hubungan Karakteristik Lahan Gambut dengan Produksi
Kelapa Sawit, Jurnal Penelitian Kelapa Sawit 16 (1): 27-35.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media, Yog
yakarta, 269 hlm.
Universitas Sumatera Utara
159
Wiratmoko,D., Winarna dan E.S. Sutarta. 2007. Analisis Hubungan Karakteristik Lahan Gam
but Dengan Produksi Kelapa Sawit. Dalam Pros.Sem.Nas. Pertanian Lahan Rawa,
Buku 1 Balitbangtan-Pemkab Kapuas Kalimantan Tengah, hlm: 211-221
Wong, L.S., R. Hashim and F.H. Ali. 2008. Strength and Permeability of Stabilized Peatsoil Journal of Applied Sciences 8 (21): 3986-3990.
Zubaidah, Y.,Burhanuddin dan Hafshah.1979. Pemberian Tanah Mineral pada Tanah Gambut
terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays). Jerami (2) : 25-30.
Universitas Sumatera Utara
160
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis Contoh Tanah Gambut PT.Perkebunan Grahadura Kecamatan
Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara
No Sifat Tanah Satuan Hasil Kriteria Metode
1 pH (H2O) - 3,60 SM Potensiometri
2
C-Organik % 54,19 ST Volumetri/Walkley & Black
3
N-Total % 1,39 ST Volumetri/Kjeldahl
4
C/N 39,00 ST Hasil perhitungan
5
6
P2O5-Total
P-tersedia
%
ppm
0,025
4,37
SR
SR
Spektrofotometri/HCl 25%
Bray-2
7 Basa-dd
K-dd
Ca-dd
Mg-dd
Na-dd
me.100 g-1
me.100 g-1
me.100 g-1
me.100 g-1
me.100 g-1
-
0,09
14,66
2,70
0,29
-
SR
T
T
T
AAS/Amonium-OAc 1 N
AAS/Amonium-OAc 1 N
AAS/Amonium-OAc 1 N
AAS/Amonium-OAc 1 N
8 JKB me.100 g-1
17,74 - Amonium-OAc 1 N
9 KTK/CEC me.100 g-1
155,30 ST Volumetri/NaCl 10%
10 KB/BS % 11,00 SR
Perhitungan
11 Cu ppm ˂ 1,01 - AAS
12 Zn ppm 1,11 - AAS
13 B ppm 33,52 - Spektrofotometri
14 DHL/EC ms.cm-1
0,17 R Potensiometri
Keterangan: 1. Hasil analisis contoh tanah di analisis di Laboratorium Tanah dan Pupuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan,dengan kriteria Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983).
2..ST=Sangat tinggi; T=Tinggi; S=Sedang; R=Rendah; SR=Sangat rendah; SM=Sa ngat masam; JKB=Jumlah Kation Basa; KB=Kejenuhan Basa (BS=Base Saturation); KTK=Kapasitas Tukar Kation (CEC=Cation Exchange Capasity); DHL=Daya Hantar Listrik (EC=Electrical Conductivity); AAS=Atomic Absortion Spectrophotometer;
[me.100 g-1
= me%=c.mol (+).kg-1
].
149
160
Universitas Sumatera Utara
161
Lampiran 2. Hasil Analisis Tanah Mineral Ultisol asal desa Kongsi Enam, kecamatan Aek
Natas, Kabupaten Labuhanbatu Utara
No
Sifat Tanah
Satuan
Hasil
Kriteria
Metode
1 Pasir
% 46 - Hydrometer
2
Debu % 16 Liat Hydrometer
3
Liat % 38 - Hydrometer
4
pH (H2O; 1 :
2,5)
- 5,30 SR/M Potensiometri
5
C-Organik % 0,07 SR Volumetri/Walkley dan Black
6 N-Total % 0,04 SR Volumetri/Kjeldahl
7 C/N - 2,00 SR Perhitungan
8 P-tersedia ppm 1,01 SR Spektrofotometri/Bray-2
9 K-dd me.100g-1
0,11 R AAS/Amonium-OAc 1N
10 Ca-dd me.100g-1
0,51 R AAS/Amonium-OAc 1N
11 Mg-dd me.100g-1
0,56 R AAS/Amonium-OAc 1N
12 Na-dd me.100g-1
0,06 R AAS/Amonium-OAc 1N
13 JKB me.100g-1
1,24 - Amonium-OAc 1 N
14 KTK/CEC me.100g-1
6,62 R Volumetri/NaCl 10 %
15 KB/BS % 18,73 SR Amonium-OAc 1 N
16 Al-dd me.100g-1
0,03 - Volumetri/KCl 1 N
17 Cu ppm 0,05 - Volumetri/KCl 1 N
18 Mn ppm 14,15 - AAS
19 Zn ppm 4,09 - AAS
20 Fe ppm 2,00 - AAS
Keterangan: 1. Hasil analisis contoh tanah di analisis di Laboratorium Tanah dan Pupuk Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, dengan kriteria Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983).
2. ST=Sangat tinggi; T=Tinggi; S=Sedang; R=Rendah; SR=Sangat rendah; M=Masam; JKB=Jumlah Kation Basa; KB=Kejenuhan Basa (BS=Base Saturation); KTK= Kapa sitas Tuklar Kation (CEC=Cation Exchange Capasity); AAS=Atomic Absorptipon Spectrophotometer; (me.100 g
-1=me%=c.mol (+).kg
-1).
Universitas Sumatera Utara
162
Lampiran 3. Hasil Analisis Dolomit dan Fosfat Alam/Batuan Fosfat
No Macam analisis Parameter Hasil (%) Metode
1
Dolomit
Kelembaban
MgO
CaO
Fe2O3
12,03
19,10
34,32
0,10
Oven (103±2⁰C)
AAS
AAS
AAS
2
Fosfat Alam/RP
Kelembaban
P2O5-total
CaO
Fe2O5
14,19
22,64
33,51
2,47
Oven (103±2⁰)
Spectrophotometry
AAS
AAS
Keterangan : Hasil Analisis Contoh Dolomit dan Fosfat Alam di analisis di Laboratorium Tanah dan Tanam
an PT. Asian Agri Bahilang Estate Tebing Tinggi.
Lampiran 4. Kriteria Kadar Hara Daun Kelapa Sawit Tanaman Menghasilkan
Sumber : Uexkull and Fairhurst (1991)
Unsur Hara Defisiensi Optimal Tinggi
.......... (%).......
N
P
K
Ca
Mg
S
Cl
˂2,30
˂0,14
˂0,75
˂0,25
˂0,20
˂0,20
˂0,25
2,40-2,80
0,15-0,18
0,90-1,20
0,50-0,75
0,25-0,40
0,25-0,35
0,50-0,70
˃3,00
˃0,25
˃1,60
˃1,00
˃1,70
˃0,60
˃1,00
......... (ppm) .......
B
Cu
Zn
˂8,00
˂3,00
˂10
15-25
5-8
2-18
˃40
˃15
˃80
Universitas Sumatera Utara
163
Lampiran 5. Rekomendasi Pemupukan Bibit Kelapa Sawit di Pembibitan Utama (main nur sery)
Umur Bibit (minggu)
Jenis dan dosis pupuk
NPKMg 15:15:6:4 (g.bibit-1)
NPKMg 12:12:17:2 (g.bibit-1)
Kieserit (g.bibit-1)
14-15 2,5 - - 16-17 5,0 - 5,0 18,20 7,5 - - 22-24 10,0 - 5,0 26 - 10 - 28 - 10 7,5 30 - 10 - 32 - 10 7,5 34 - 15 - 36 - 15 10 38 - 15 - 40 - 15 10 42 - 20 - 44 - 20 15 46 - 20 - 48 - 20 15 50 - 25 - 52 - 25 15
Sumber : Darmosaskoro, W., Akiyat, Sugiyono dan E.S. Sutarta (2008) PPKS-Medan.
Lampiran 6. Nilai Kritis Sifat Kimia Tanah pada Tanaman Kelapa Sawit
Macam Analisis Kriteria Kesuburan
Rendah Sedang Tinggi P-tersedia (mg.kg-1) 15 20 25 K-dd (cmol (+) kg-1) 0,2 0,3 0,4 Ca-dd (cmol (+) kg-1) 0,4 1-2 ˃2 Mg-dd (cmol (+) kg-1) 0,2 0,3 ˃0,3 Kej.Al (%) 20 25-30 50
Sumber : Dierolf, Fairhurst dan Mutert (2001)
Lampiran 7. Konsentrasi Kritis Hara N, P dan K pada Daun Kelapa Sawit
Macam Analisis [% bobot kering]
Kriteria Kesuburan
Rendah Sedang Tinggi Nitrogen (N) ˂2,5 2,5-3,0 ˃3,0 Posfor (P) ˂0,15 0,17-0,18 ˃0,2 Kalium (K) ˂1,0 1,0-1,3 ˃1,3
Sumber : Dierolf, Fairhurst dan Murtert (2001)
Universitas Sumatera Utara
164
Lampiran 8. Letak Bagan Penelitian Tanaman Kelapa Sawit di Lapangan
= Tanaman sampel = Tanaman penyangga = Tanaman bukan sampel Keterangan : Jumlah tanaman per plot = 12 tanaman Jumlah tanaman sampel = 3 tanaman Jumlah tanaman penyangga = 9 tanaman Jarak tanam =7,6 m x 8,8 m sistem segi tiga sama sisi Jumlah populasi = 150 tanaman.ha
-1
Universitas Sumatera Utara
165
Lampiran 9 Daftar Sidik Ragam Pengamatan Nilai pH Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,21 tn 3,63
Amelioran (A) 8 24,13 3,02 755,97 * 2,59
Galat 16 0,06 0,00
Total 26 24,19
KK = 1,21 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar N Tanah (%) Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,26
tn 3,63
Amelioran
(A) 8 1,73 0,22 54,28 * 2,59
Galat 16 0,06 0,00
Total 26 1,80
KK = 7,08 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 11. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar P-tersedia (ppm) Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 10.203,85 5.101,93 3,16 tn 3,63
Amelioran (A) 8 7.025.919,90 878.239,99 543,34 * 2,59
Galat 16 25.861,92 1.616,37
Total 26 7.061.985,67
KK = 9,78 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5%
Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar K-dd (me.100 g-1
) Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 1,47 tn 3,63
Amelioran (A) 8 0,19 0,02 23,09 * 2,59
Galat 16 0,02 0,00
Total 26 0,20
KK = 7,64 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5%
Universitas Sumatera Utara
166
Lampiran 13. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar Ca-dd (me.100 g-1
) Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 7,36 3,68 4,30 * 3,63
Amelioran (A) 8 2.665,07 333,13 389,32 * 2,59
Galat 16 13,69 0,86
Total 26 2.686,12
KK = 6,16 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 14. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar Mg-dd (me.100 g-1
) Tanah Inkubasi pada Media Tanam Gambut di Polibag
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 9,66 4,83 5,03 * 3,63
Amelioran (A) 8 1.341,55 167,69 174,70 * 2,59
Galat 16 15,36 0,96
Total 26 1.366,57
KK = 12,89 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 15. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar KTK (me.100 g-1
) Tanah Inkubasi pada Media Tanam di Polibag
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 50,50 25,25 18,32 * 3,63
Amelioran (A) 8 1.403,70 175,46 127,30 * 2,59
Galat 16 22,05 1,38
Total 26 1.476,26
KK = 3,11 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 16. Kadar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 5 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 9,56 4,78 2,60 tn 3,63
Amelioran (A) 8 52,32 6,54 3,56 * 2,59
Galat 16 29,37 1,84
Total 26 91,24
KK = 4,91 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
167
Lampiran 17. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 6 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,01 0,01 0,00 tn 3,63
Amelioran (A) 8 77,77 9,72 5,49 * 2,59
Galat 16 28,36 1,77
Total 26 106,14
KK = 4,06 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibtan Utama Umur 7 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 1,93 0,97 0,50 tn 3,63
Amelioran (A) 8 137,98 17,25 8,99 * 2,59
Galat 16 30,69 1,92
Total 26 170,60
KK = 3,55 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 19. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 8 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 1,34 0,67 0,62 tn 3,63
Amelioran (A) 8 228,36 28,55 26,30 * 2,59
Galat 16 17,37 1,09
Total 26 247,07
KK = 2,27 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 9 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 5,64 2,82 3,21 tn 3,63
Amelioran (A) 8 307,16 38,40 43,67 * 2,59
Galat 16 14,07 0,88
Total 26 326,86
KK = 1,74%; tn = tidak berbeda naya pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
168
Lampiran 21. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 10 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 8,18 4,09 4,38 * 3,63
Amelioran (A) 8 360,19 45,02 48,19 * 2,59
Galat 16 14,95 0,93
Total 26 383,32
KK = 1,57 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 11 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 3,53 1,77 2,30 tn 3,63
Amelioran (A) 8 830,32 103,79 134,87 * 2,59
Galat 16 12,31 0,77
Total 26 846,16 KK = 1,10%; tn = tidak berbeda nyata; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 23. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 12 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 6,06 3,03 3,06 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1.083,49 135,44 136,68 * 2,59
Galat 16 15,85 0,99
Total 26 1.105,41 KK = 1,08 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 13 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 3,40 1,70 1,22 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1.731,01 216,38 154,72 * 2,59
Galat 16 22,38 1,40
Total 26 1.756,78
KK = 1,12 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
169
Lampiran 25. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 14 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 7,77 3,89 2,43 tn 3,63
Amelioran (A) 8 2.992,28 374,04 233,69 * 2,59
Galat 16 25,61 1,60
Total 26 3.025,66 KK = 1,04 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 26. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 15 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 3,79 1,90 2,20 tn 3,63
Amelioran (A) 8 4.492,64 561,58 651,75 * 2,59
Galat 16 13,79 0,86
Total 26 4.510,21
KK = 0,68 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 27. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 16 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 323,59 161,80 1,74 tn 3,63
Amelioran (A) 8 5.655,60 706,95 7,59 * 2,59
Galat 16 1.489,54 93,10
Total 26 7.468,73 KK = 6,29 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 28. Daftar Sidik RagamPengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 5 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,11 0,06 1,93 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1,53 0,19 6,50 * 2,59
Galat 16 0,47 0,03
Total 26 2,12
KK = 7,98 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
170
Lampiran 29. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 6 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,22 0,11 2,71 tn 3,63
Amelioran (A) 8 0,65 0,08 2,67 * 2,59
Galat 16 0,66 0,04
Total 26 1,54
KK = 8,15 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 30. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibit an Utama Umur 7 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,29 0,14 3,91 * 3,63
Amelioran (A) 8 2,22 0,28 7,58 * 2,59
Galat 16 0,59 0,04
Total 26 3,10 KK = 6,63 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 31. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 8 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan
2 0,09 0,04 3,63 tn 3,63
Amelioran (A) 8 2,35 0,29 24,59 * 2,59
Galat 16 0,19 0,01
Total 26 2,63
KK = 3,00 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 32. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 9 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,13 tn 3,63
Amelioran (A) 8 3,42 0,43 40,10 * 2,59
Galat 16 0,14 0,01
Total 26 2,63
KK = 2,26 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
171
Lampiran 33. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit [cm] Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 10 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 7,82 3,91 2,43 tn 3,63
Amelioran (A) 8 13,05 1,63 1,01 * 2,59
Galat 16 25,73 1,61
Total 26 46,60
KK = 2,53 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 34. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit [cm] Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 11 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,08 0,04 5,83 * 3,63
Amelioran (A) 8 6,83 0,85 121,06 * 2,59
Galat 16 0,11 0,01
Total 26 7,02 KK = 1,57 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 35. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 12 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,03 0,02 7,70 * 3,63
Amelioran (A) 8 2,77 0,35 158,95 * 2,59
Galat 16 0,03 0,00
Total 26 2,84
KK = 0,75 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 36. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 13 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,08 0,04 8,96 * 3,63
Amelioran (A) 8 3,28 0,41 96,96 * 2,59
Galat 16 0,07 0,00
Total 26 3,42 KK = 0,98 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
172
Lampiran 37. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 14 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,03 0,01 2,46 tn 3,63
Amelioran (A) 8 3,35 0,42 75,02 * 2,59
Galat 16 0,09 0,01
Total 26 3,46 KK = 1,06 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 38. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 15 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,02 0,01 1,89 tn 3,63
Amelioran (A) 8 2,81 0,35 78,56 * 2,59
Galat 16 0,07 0,00
Total 26 2,90
KK = 0,87 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 39. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Diameter Bibit (cm) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 16 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,07 0,04 2,46 tn 3,63
Amelioran (A) 8 7,87 0,98 68,57 * 2,59
Galat 16 0,23 0,01
Total 26 8,17 KK = 1,41 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 40. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 5 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,31 0,16 3,26 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1,03 0,13 2,70 * 2,59
Galat 16 0,76 0,05
Total 26 2,11 KK = 3,93 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
173
Lampiran 41. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 6 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,03 0,02 0,37 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1,31 0,16 3,69 * 2,59
Galat 16 0,71 0,04
Total 26 2,05 KK = 3,22 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 42. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 7 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,13 0,07 1,09 tn 3,63
Amelioran (A) 8 0,90 0,11 1,84 * 2,59
Galat 16 0,99 0,06
Total 26 2,03 KK = 3,26 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 43. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 8 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,08 0,04 1,17 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1,05 0,13 4,08 * 2,59
Galat 16 0,52 0,03
Total 26 1,65 KK = 2,08 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 44. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 9 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,16 0,08 2,15 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1,71 0,21 5,92 * 2,59
Galat 16 0,58 0,04
Total 26 2,44 KK = 1,97 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
174
Lampiran 45. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama umur 10 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,06 0,03 0,87 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1,59 0,20 6,00 * 2,59
Galat 16 0,53 0,03
Total 26 2,18 KK = 1,71 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 46. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 11 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,03 0,02 0,40 tn 3,63
Amelioran (A) 8 2,76 0,34 7,83 * 2,59
Galat 16 0,70 0,04
Total 26 3,50 KK = 1,81 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 47. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 12 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,66 0,33 3,28 tn 3,63
Amelioran (A) 8 4,01 0,50 4,95 * 2,59
Galat 16 1,62 0,10
Total 26 6,30 KK = 2,54 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 48. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 13 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 0,05 tn 3,63
Amelioran (A) 8 1,79 0,22 2,86 * 2,59
Galat 16 1,25 0,08
Total 26 3,05 KK = 2,05 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
175
Lampiran 49. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 14 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 0,10 tn 3,63
Amelioran (A) 8 2,82 0,35 8,74 * 2,59
Galat 16 0,65 0,04
Total 26 3,47 KK = 1,29 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 50. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 15 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 0,09 tn 3,63
Amelioran (A) 8 2,62 0,33 7,31 * 2,59
Galat 16 0,72 0,04
Total 26 3,35 KK = 1,36 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 51. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Jumlah Daun Bibit (helai) Kelapa Sawit di Pembibitan Utama Umur 16 BST
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,11 0,05 1,22 tn 3,63
Amelioran (A) 8 2,32 0,29 6,67 * 2,59
Galat 16 0,70 0,04
Total 26 3,13
KK = 1,26 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 52. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Hasil Nilai pH Tanah pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,01 0,01 0,49 tn 3,63
Amelioran (A) 8 5,17 0,65 55,07 * 2,59
Galat 16 0,19 0,01
Total 26 5,37 KK = 1,78 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
176
Lampiran 53. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar N Total (%) Tanah pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,37 tn 3,63
Amelioran (A) 8 0,50 0,06 21,25 * 2,59
Galat 16 0,05 0,00
Total 26 0,55 KK = 8,59 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 54. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar P tersedia (ppm) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 7.131,73 3.565,86 0,87 tn 3,63
Amelioran
(A) 8 1.469.903,07 183.737,88 44,68 * 2,59
Galat 16 65.796,89 4.112,31
Total 26 1.542.831,68 KK = 7,71 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 55. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar K-dd (me.100 g-1
) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,11 0,05 1,16 tn 3,63
Amelioran (A) 8 51,43 6,43 135,94 * 2,59
Galat 16 0,76 0,05
Total 26 52,30 KK = 8,63 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 56. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar Ca-dd (me.100 g-1
) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 1,26 0,63 1,67 tn 3,63
Amelioran
(A) 8 200,92 25,12 66,62 * 2,59
Galat 16 6,03 0,38
Total 26 208,22 KK = 5,80 %’ tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
177
Lampiran 57. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar Mg-dd (me.100 g-1
) Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,03 0,01 0,03 tn 3,63
Amelioran
(A) 8 1.154,74 144,34 283,66 * 2,59
Galat 16 8,14 0,51
Total 26 1.162,91 KK = 3,07 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 58. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Kadar KTK (me.100 g-1
) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,11 0,05 1,16 tn 3,63
Amelioran (A) 8 51,43 6,43 135,94 * 2,59
Galat 16 0,76 0,05
Total 26 52,30 KK = 8,63 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 59. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara N (%) pada Pembibitan Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,07 0,04 1,45 tn 3,63
Amelioran (A) 8 0,93 0,12 4,67 * 2,59
Galat 16 0,40 0,02
Total 26 1,40 KK = 6,48 %’ tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 60. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara P (%) pada Pembibit an Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,10 0,05 1,47 tn 3,63
Amelioran (A) 8 0,27 0,03 1,00 tn 2,59
Galat 16 0,55 0,03
Total 26 0,92
KK = 77,32 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
178
Lampiran 61. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara K (%) pada Pembibitan
Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 1,07 tn 3,63
Amelioran
(A) 8 0,47 0,06 14,33 * 2,59
Galat 16 0,07 0,00
Total 26 0,55
KK = 3,62 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 62. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara Ca (%) pada Pembibitan
Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,34 tn 3,63
Amelioran (A) 8 0,03 0,00 2,93 * 2,59
Galat 16 0,02 0,00
Total 26 0,05
KK = 13,31 %’ tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 63. Daftar Sidik Ragam Pengamatan Analisis Kadar Hara Mg (%) pada Pembibitan
Kelapa Sawit di Pembibitan Utama
SK DB JK KT Fhitung Ftabel(0,5)
Ulangan 2 0,03 0,01 2,69 tn 3,63
Amelioran (A) 8 9,56 1,19 217,56 * 2,59
Galat 16 0,09 0,01
Total 26 9,67
KK = 13,15 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 64. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Mei 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,30 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,07 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,10 0,01 2,40 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,16 0,01 2,40 * 1,84 Galat 52 0,28 0,01 1,91 * -
Total 80 0,55 - - -
KK = 1,41 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
179
Lampiran 65. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Juni 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 0,68 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,02 0,01 2,13 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,19 0,02 4,21 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,22 0,01 2,50 * 1,84 Galat 52 0,29 0,01 - -
Total 80 0,74 - - -
KK = 1,44 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 66. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Juli 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 0,52 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,04 0,02 2,31 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,25 0,03 3,65 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,28 0,02 2,04 * 1,84 Galat 52 0,45 0,01 - -
Total 80 1,04 - - -
KK = 1,78 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 67. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Agustus 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,11 0,06 1,01 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,21 0,10 1,82 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,72 0,09 1,57 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,20 0,08 1,32 tn 1,84 Galat 52 2,96 0,06 - -
Total 80 5,21 - - -
KK = 4,54 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 68. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan September 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,03 0,02 1,36 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,08 0,04 3,51 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,13 0,02 1,37 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,14 0,01 0,71 tn 1,84 Galat 52 0,63 0,01 - -
Total 80 1,01 - - -
KK = 2,06 %%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
180
Lampiran 69. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Oktober 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,15 0,07 4,45 * 3,18 Pemupukan (P) 2 0,07 0,03 2,07 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,21 0,03 1,63 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,16 0,01 0,62 tn 1,84 Galat 52 0,85 0,02 - -
Total 80 1,44 - - -
KK = 2,38 %%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 70. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan November 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,02 0,01 0,54 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,01 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,18 0,02 1,02 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,31 0,02 0,86 tn 1,84 Galat 52 1,16 0,02 - -
Total 80 1,67 - - -
KK = 2,75 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 71. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Desember 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,05 0,03 1,63 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,05 0,03 1,74 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,22 0,03 1,81 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,21 0,01 0,83 tn 1,84 Galat 52 0,80 0,02 - -
Total 80 1,33 - - -
KK = 2,31%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 72. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Januari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,02 0,01 0,49 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,24 0,12 5,34 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,13 0,02 0,73 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,35 0,02 0,95 tn 1,84 Galat 52 1,19 0,02 - -
Total 80 1,94 - - - KK = 2,75 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
181
Lampiran 73. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Februari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,05 0,02 2,89 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 7,15 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,18 0,02 2,72 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,24 0,02 1,87 * 1,84 Galat 52 0,42 0,01 -
Total 80 1,00 - -
KK = 1,61 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 74. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan Maret 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,03 0,01 1,02 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,03 0,02 1,24 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,09 0,01 0,82 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,15 0,01 0,70 tn 1,84 Galat 52 0,69 0,01 - -
Total 80 0,98 - - -
KK = 2,05 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 75. Daftar Sidik Ragam Panjang Pelepah (m) Kelapa Sawit Menghasilkan Umur
14 Tahun Bulan April 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,04 0,02 1,01 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,37 0,19 8,68 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,17 0,02 1,02 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,25 0,02 0,73tn 1,84 Galat 52 1,11 0,02 - -
Total 80 1,95 - - -
KK = 2,65 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 76. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Mei 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,10 0,05 1,32 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 1,51 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,61 0,20 5,25 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,27 0,02 0,45 tn 1,84 Galat 52 1,99 0,04 - -
Total 80 4,09 - - -
KK = 0,49 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
182
Lampiran 77. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,11 0,06 0,54 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,01 0,06 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,88 0,11 1,07 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,97 0,06 0,59 tn 1,84 Galat 52 5,36 0,10 - -
Total 80 7,33 - - -
KK = 0,80 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 78. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,66 0,33 1,24 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,60 0,30 1,13 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,17 0,15 0,55 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 2,23 0,14 0,52 tn 1,84 Galat 52 13,86 0,27 - -
Total 80 18,53 - - -
KK = 1,28 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 79. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,22 0,11 0,68 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,45 0,22 1,39 tn 3,18 Amelioran (A) 8 7,83 0,98 6,06 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 4,25 0,27 1,65 tn 1,84 Galat 52 8,39 0,16 - -
Total 80 21,14 - - -
KK = 0,99 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 80. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan September 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 1,63 0,82 2,03 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,91 0,46 1,14 tn 3,18 Amelioran (A) 8 9,36 1,17 2,91 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 9,98 0,62 1,55 tn 1,84 Galat 52 20,90 0,40 - -
Total 80 42,78 - - -
KK = 1,55 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
183
Lampiran 81. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,53 0,27 0,82 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 0,19 tn 3,18 Amelioran (A) 8 10,51 1,31 4,05 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 7,74 0,48 1,49 tn 1,84 Galat 52 16,86 0,32 - -
Total 80 35,77 - - -
KK = 1,88 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 82. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan November 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,03 0,01 0,05 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,06 0,03 0,12 tn 3,18 Amelioran (A) 8 5,23 0,65 2,55 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 2,61 0,16 0,64 tn 1,84 Galat 52 13,37 0,26 - -
Total 80 21,30 - - -
KK = 1,23 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 83. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,20 0,10 1,27 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,40 0,20 2,55 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,93 0,12 1,49 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,71 0,04 0,57 tn 1,84 Galat 52 4,05 0,08 - -
Total 80 6,28 - - -
KK = 0,67 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 84. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,02 0,01 0,30 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,64 0,32 3,04 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,22 0,15 1,44 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,39 0,02 0,23 tn 1,84 Galat 52 5,51 0,11 - -
Total 80 7,78 - - -
KK = 0,78 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
184
Lampiran 85. Daftar Siaki Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,50 0,25 3,00 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,40 0,20 2,43 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,52 0,19 2,29 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,53 0,03 0,40 tn 1,84 Galat 52 4,33 0,08 - -
Total 80 7,28 - - -
KK = 0,68 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 86. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,49 O,24 1,67 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,27 0,14 0,95 tn 3,18 Amelioran (A) 8 2,14 0,27 1,84 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,12 0,07 0,48 tn 1,84 Galat 52 7,54 0,15 - -
Total 80 11,56 - - -
KK = 0,90 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 87. Daftar Sidik Ragam Jumlah Pelepah Daun (pelepah) Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 Tahun Bulan April 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,31 0,15 0,91tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,38 0,19 1,14 tn 3,18 Amelioran (A) 8 2,96 0,37 2,20 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,57 0,10 0,58 tn 1,84 Galat 52 8,74 0,17 - -
Total 80 13,97 - - -
KK = 0,96%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 88. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Mei 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 128,79 64,39 0,97 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 572,32 286,16 4,31 * 3,18 Amelioran (A) 8 1.587,66 198,46 2,99 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 2.736,93 171,06 2,58 * 1,84 Galat 52 3.448,62 66,32 - -
Total 80 8.474,31 - - -
KK = 2,69 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
185
Lampiran 89. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 21,66 10,83 4,11* 3,18 Pemupukan (P) 2 69,44 34,72 13,19 * 3,18 Amelioran (A) 8 607,68 75,96 28,85 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 205,22 12,83 4,87 * 1,84 Galat 52 136,90 2,83 - -
Total 80 136,90 - - -
KK= 0,52%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 90. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 12,19 6,10 0,84 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 189,57 94,79 13,00 * 3,18 Amelioran (A) 8 1.006,11 125,76 17,24 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 111,94 7,00 0,96 tn 1,84 Galat 52 379,24 7,29 - -
Total 80 1.699,05 - - -
KK = 0,87 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 91. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 1,78 0,89 0,24 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 79,41 39,71 10,65 * 3,18 Amelioran (A) 8 701,58 87,70 23,53 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 38,15 2,38 0,64 * 1,84 Galat 52 193,81 3,73 - -
Total 80 1.014,74 - - -
KK = 0,62%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 92. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan September 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,84 0,42 0,14 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 6,36 3,18 1,03 tn 3,18 Amelioran (A) 8 406,69 50,84 16,52 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 17,37 1,09 0,35 tn 1,84 Galat 52 160,04 3,08 - -
Total 80 691,30 - - -
KK = 0,56%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
186
Lampiran 93. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 11,20 5,60 1,41 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 12,90 6,45 1,63 tn 3,18 Amelioran (A) 8 399,30 49,91 12,58 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 74,69 4,67 1,18 tn 1,84 Galat 52 206,33 3,97 - -
Total 80 704,42 - - -
KK = 0,64%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 94. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan November 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 56,99 28,49 1,86 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 105,09 52,55 3,43 * 3,18 Amelioran (A) 8 397,90 49,74 3,25 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 226,41 14,15 0,92 tn 1,84 Galat 52 796,05 15,31 -
Total 80 1.582,44 - -
KK = 1,27%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 95. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,68 0,34 0,04 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 51,15 25,58 2,85 tn 3,18 Amelioran (A) 8 173,18 21,65 2,41 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 209,73 13,11 1,46 tn 1,84 Galat 52 467,18 8,98 - -
Total 80 901,92 - - -
KK = 0,97 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 96. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 4,60 2,30 0,61 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 46,56 23,28 6,17 * 3,18 Amelioran (A) 8 102,30 12,79 3,39 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 99,41 6,21 1,65 tn 1,84 Galat 52 196,19 3,77 - -
Total 80 449,07 - - -
KK = 0,62%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
187
Lampiran 97. Daftar Sididk Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 6,73 3,37 1,11 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 10,59 5,29 1,24 tn 3,18 Amelioran (A) 8 71,19 8,90 2,93 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 30,73 1,92 0,63 tn 1,84 Galat 52 158,01 3,04 - -
Total 80 277,26 - - -
KK = 0,56 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 98. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,41 0,21 0,05 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 11,41 5,70 1,33 tn 3,18 Amelioran (A) 8 87,54 10,94 2,56 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 83,06 5,19 1,21 tn 1,84 Galat 52 222,37 4,28 - -
Total 80 404,79 - - -
KK = 0,66 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 99. Daftar Sidik Ragam Jumlah Anak Daun (helai) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan April 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 20,28 10,14 3,02 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 85,04 42,52 12,67 * 3,18 Amelioran (A) 8 105,71 13,21 3,94 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 131,47 8,22 2,45 * 1,84 Galat 52 174,48 3,36 - -
Total 80 516,98 - - -
KK = 0,58 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 100. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur14 Tahun Bulan Mei 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,04 0,02 1,00 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,06 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,16 0,02 0,95 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,07 0,00 0,20 tn 1,84 Galat 52 1,12 0,02 - -
Total 80 1,40 - - -
KK = 13,77 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Universitas Sumatera Utara
188
Lampiran 101. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,01 0,56 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,14 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,15 0,15 1,93 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,07 0,07 0,46 tn 1,84 Galat 52 0,50 0,50 -
Total 80 0,73 - -
KK = 5,59 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 102. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,10 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,02 0,01 0,68 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,11 0,01 0,97 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,10 0,01 0,46 tn 1,84 Galat 52 0,72 0,01 - -
Total 80 0,95 - - -
KK = 11,33 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 103. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,01 0,56 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,02 0,01 0,98 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,12 0,01 1,51 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,05 0,00 0,35 tn 1,84 Galat 52 0,50 0,01 - -
Total 80 0,70 - - -
KK = 9,51 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 104. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan September 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,00 0,41 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,17 0,02 2,17 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,06 0,00 0,41 tn 1,84 Galat 52 0,51 0,01 - -
Total 80 0,75 - - -
KK = 9,77 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
189
Lampiran 105. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 0,37 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,00 0,37 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,07 0,01 0,82 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,09 0,01 0,50 tn 1,84 Galat 52 0,57 0,01 - -
Total 80 0,75 - - -
KK = 10,62 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 106. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan November 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,00 0,00 0,19 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,19 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,05 0,01 0,92 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,09 0,01 0,85 tn 1,84 Galat 52 0,36 0,01 - -
Total 80 0,51 - - -
KK = 8,50 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 107. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,01 0,79 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,20 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,08 0,01 1,39 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,07 0,00 0,65 tn 1,84 Galat 52 0,35 0,01 - -
Total 80 0,51 - - -
KK = 8,07 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 108. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 0,42 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,00 0,42 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,15 0,02 1,89 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,09 0,01 0,58 tn 1,84 Galat 52 0,50 0,01 - -
Total 80 0,75 - - -
KK = 9,93 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Universitas Sumatera Utara
190
Lampiran 109. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,06 0,03 3,25 3,18 Pemupukan (P) 2 0,02 0,01 1,39 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,10 0,01 1,39 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,12 0,01 0,87 tn 1,84 Galat 52 0,45 0,01 - -
Total 80 0,75 - - -
KK = 9,44 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 110. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,00 1,00 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,08 0,00 1,00 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,01 0,00 1,00 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,02 0,00 1,00 tn 1,84 Galat 52 0,07 0,00 -
Total 80 0,11 - -
KK = 3,65 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 111. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tandan (tandan) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan April 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,01 0,01 0,35 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,08 0,04 2,75 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,07 0,01 0,55 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,09 0,01 0,35 tn 1,84 Galat 52 0,79 0,02 - -
Total 80 1,04 - - -
KK = 12,89 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 112. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Mei 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 4,56 2,28 0,23 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 2,01 1,01 0,10 tn 3,18 Amelioran (A) 8 373,49 46,69 4,77 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 87,85 5,49 0,56 tn 1,84 Galat 52 908,72 9,78 - -
Total 80 976,64 - - -
KK = 11,14 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
191
Lampiran 113. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 29,15 14,58 1,99 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 5,60 2,80 0,38 tn 3,18 Amelioran (A) 8 183,69 22,96 3,14 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 183,69 3,87 0,53 tn 1,84 Galat 52 61,90 7,32 - -
Total 80 380,51 - - -
KK = 12,95 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 114. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 19,71 9,85 0,97 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 9,64 4,82 0,47 tn 3,18 Amelioran (A) 8 131,17 16,40 1,61 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 64,20 4,01 0,39 tn 1,84 Galat 52 530,96 10,21 -
Total 80 755,67 - -
KK = 14,22 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 115. Daftar Sidik Ragam Berat Jumah Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 12,74 6,37 0,45 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,52 0,26 0,02 tn 3,18 Amelioran (A) 8 390,89 48,86 3,43 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 117,98 7,37 0,52 tn 1,84 Galat 52 740,76 14,25 - -
Total 80 1.262,89 - - -
KK = 15,92 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 116. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan September 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 21,95 10,98 0,98 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 4,17 2,09 0,17 tn 3,18 Amelioran (A) 8 227,21 28,40 2,31 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 146,49 9,16 0,75 tn 1,84 Galat 52 638,22 12,27 - -
Total 80 1.038,04 - - -
KK =13,61%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
192
Lampiran 117. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 38,02 19,01 1,45 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 29,39 14,69 1,12 tn 3,18 Amelioran (A) 8 385,94 48,24 3,67 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 97,39 6,09 0,46 tn 1,84 Galat 52 683,48 13,14 - -
Total 80 1.234,22 - - -
KK = 13,27%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 118. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan November 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 12,74 6,37 0,97 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 6,83 3,42 0,52 tn 3,18 Amelioran (A) 8 52,77 6,60 1,00 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 29,60 1,85 0,28 tn 1,84 Galat 52 342,78 6,59 -
Total 80 444,73 - -
KK = 011,46 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 119. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 14,62 7,31 0,69 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 7,30 3,65 0,34 tn 3,18 Amelioran (A) 8 170,01 21,25 2,00 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 32,92 2,06 0,19 tn 1,84 Galat 52 551,24 10,60 - -
Total 80 776,09 - - -
KK= 13,41%; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 120. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 6,46 3,23 0,58 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 14,83 7,41 1,34 tn 3,18 Amelioran (A) 8 169,07 21,13 3,81 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 140,99 8,81 1,59 tn 1,84 Galat 52 288,34 5,55 - -
Total 80 619,68 - - -
KK= 9,74 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
193
Lampiran 121. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 4,99 2,50 0,30 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 6,73 3,36 0,40 tn 3,18 Amelioran (A) 8 610,16 76,27 9,17 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 23,58 1,47 0,18 tn 1,84 Galat 52 432,29 8,31 - -
Total 80 1.077,74 - - -
KK = 10,66 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 122. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 4,56 2,28 0,23 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 2,01 1,01 0,10 tn 3,18 Amelioran (A) 8 373,49 46,69 4,77 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 87,85 5,49 0,56 tn 1,84 Galat 52 508,72 9,78 - -
Total 80 976,64 - - -
KK= 11,14 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 123. Daftar Sidik Ragam Rataan Berat Tandan (kg) Kelapa Sawit Menghasilkan
Umur 14 Tahun Bulan April 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,19 0,09 0,01 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 35,82 17,91 1,39 tn 3,18 Amelioran (A) 8 199,38 24,92 1,93 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 70,27 4,39 0,34 tn 1,84 Galat 52 671,58 12,91 - -
Total 80 977,24 - - -
KK = 13,86 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 124. Daftar Sidik Ragan Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa Sawit
Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Mei 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,16 0,08 0,69 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,07 0,03 0,28 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,42 0,18 1,49 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,67 0,04 0,35 tn 1,84 Galat 52 6,19 0,12 -
Total 80 8,51 - -
KK = 11,68 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Universitas Sumatera Utara
194
Lampiran 125. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Juni 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,37 0,18 2,01 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 0,64 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,75 0,09 1,03 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,75 0,05 0,51 tn 1,84 Galat 52 4,74 0,09 - -
Total 80 6,72 - - -
KK = 9,68 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 126. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Juli 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,46 0,23 1,99 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,01 0,06 tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,50 0,19 1,63 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,94 0,06 0,51 tn 1,84 Galat 52 5,99 0,12 - -
Total 80 8,91 - - -
KK = 10,80 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 127. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Agustus 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,27 0,13 0,59 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,12 0,06 0,26 tn 3,18 Amelioran (A) 8 4,70 0,59 2,62 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 2,33 0,15 0,65 tn 1,84 Galat 52 11,69 0,22 - -
Total 80 19,69 - - -
KK = 14,43 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 128. Daftar Sididk Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan September 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,07 0,03 0,18 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,03 0,01 0,08 tn 3,18 Amelioran (A) 8 2,28 0,29 1,57 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,23 0,08 0,42 tn 1,84 Galat 52 9,44 0,18 - -
Total 80 13,04 - - -
KK = 12,60 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Universitas Sumatera Utara
195
Lampiran 129. Daftar Sididk Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Oktober 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,03 0,01 0,18 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,14 0,07 1,85 tn 3,18 Amelioran (A) 8 3,65 0,46 5,68 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 2,49 0,16 1,94 * 1,84 Galat 52 4,18 0,08 - -
Total 80 10,49 - - -
KK = 8,37 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 130. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan November 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,41 0,20 0,82 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,08 0,04 0,16 tn 3,18 Amelioran (A) 8 3,62 0,45 1,81 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 3,80 0,24 10,95 tn 1,84 Galat 52 13,01 0,25 - -
Total 80 20,91 - - -
KK = 14,40 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %;
Lampiran 131. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Desember 2015
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,11 0,06 0,30 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,43 0,22 1,17 tn 3,18 Amelioran (A) 8 4,26 0,53 2,88 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,35 0,08 0,46 tn 1,84 Galat 52 9,62 0,18 - -
Total 80 15,77 - - -
KK = 12,08 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 132. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Januari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,63 0,32 1,28 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,57 0,28 1,16 tn 3,18 Amelioran (A) 8 7,57 0,95 3,85 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,88 0,12 0,48 tn 1,84 Galat 52 12,76 0,25 - -
Total 80 23,40 - - -
KK = 13,45 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
196
Lampiran 133. Daftar Sididk Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Februari 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,45 0,23 2,05 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,28 0,14 1,26 tn 3,18 Amelioran (A) 8 7,77 0,97 8,87 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,67 0,04 0,38 tn 1,84 Galat 52 5,70 0,11 - -
Total 80 14,86 - - -
KK = 8,86 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 134. Daftar Sididk Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan Maret 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,15 0,08 3,49 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,05 0,02 0,16 tn 3,18 Amelioran (A) 8 7,64 0,95 6,14 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,25 0,08 0,50 tn 1,84 Galat 52 8,09 0,16 - -
Total 80 17,18 - - -
KK = 10,37 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 135. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar (kg TBS.ha-1
) Kelapa
Sawit Menghasilkan Umur 14 Tahun Bulan April 2016
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,13 0,07 0,37 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,11 0,05 0,30 tn 3,18 Amelioran (A) 8 5,65 0,71 4,03 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,59 0,10 0,57 tn 1,84 Galat 52 9,13 0,18 - -
Total 80 16,61 - - -
KK = 11,01 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 136. Daftar Sidik Ragam Produksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Menghasil
kan Umur 14 tahun (Mei 2015 s/d April 2016)
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 6,42 3,21 1,39 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 19,93 9,97 4,33 * 3,18 Amelioran (A) 8 76,03 9,50 4,13 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 3,96 0,25 0,11 tn 1,84 Galat 52 119,79 2,30 - -
Total 80 226,14 - - -
KK = 4,13 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
197
Lampiran 137. Daftar Sididk Ragam Analisis Kadar Hara N (%) pada Tanaman Kelapa
Sawit Umur 14 Tahun
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,21 0,11 9,35 * 3,18 Pemupukan (P) 2 0,09 0,04 3,80 * 3,18 Amelioran (A) 8 1,20 0,15 13,12 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,32 0,02 1,78 tn 1,84 Galat 52 0,59 0,01 - -
Total 80 2,41 - - -
KK = 3,91 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 138. Daftar Sididk Ragam Analisis Kadar Hara P (%) pada Tanaman Kelapa
Sawit Umur 14 Tahun
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,04 0,02 2,10 tn 3,18 Pemupukan (P) 2 0,01 0,01 0,57 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,12 0,02 1,63 tn 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,07 0,00 0,50 tn 1,84 Galat 52 0,48 0,01 -
Total 80 0,73 - -
KK = 46,91 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 139. Daftar Sidik Ragam Analisis Kadar Hara K (%) pada Tanaman Kelapa
Sawit Umur 14 Tahun
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,15 0,08 12,69 * 3,18 Pemupukan (P) 2 0,03 0,01 2,16tn 3,18 Amelioran (A) 8 1,05 0,13 22,02 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 1,28 0,08 13,35 * 1,84 Galat 52 0,31 0,01 - --
Total 80 2,82 - - -
KK = 8,02 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Lampiran 140. Daftar Sidik Ragam Analisis Kadar Hara Ca (%) pada Tanaman Kelapa
Sawit Umur 14 Tahun
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,14 0,07 14,81* 3,18 Pemupukan (P) 2 0,04 0,02 4,24 * 3,18 Amelioran (A) 8 0,83 0,10 22,45 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,19 0,01 2,54 * 1,84 Galat 52 0,24 0,00 - -
Total 80 1,44 - - -
KK= 11,02 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara
198
Lampiran 141. Daftar Sidik Ragam Analisis Kadar Hara Mg (%) pada Tanaman Kelapa
Sawit Umur 14 Tahun
SK DB JK KT F Hitung F Tabel (0,5)
Ulangan 2 0,02 0,01 4,50 * 3,18 Pemupukan (P) 2 0,00 0,00 0,58 tn 3,18 Amelioran (A) 8 0,25 0,03 17,10 * 2,12 Interaksi (PxA) 16 0,11 0,01 3,78 * 1,84 Galat 52 0,09 0,00 - -
Total 80 0,47 - - -
KK = 9,76 %; tn = tidak berbeda nyata pada taraf 5 %; * = berbeda nyata pada taraf 5 %
Universitas Sumatera Utara