Laporan Kerja Praktek
CTCEH Labs Divisi R & D, PT. Edwar Technology
Tangerang Selatan-Banten
Periode 13 Januari—13 Februari 2014
Analisa Distribusi Medan Magnet pada Sensor Dasar Magnetic
Inductance Tomography (MIT) Menggunakan Simulasi Finite
Element Method (FEM)
Disusun Oleh :
Ilham Pebrika (10/305455/PA/13520)
PROGRAM FISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
i
Halaman Pengesahan
Analisa Distribusi Medan Magnet pada Sensor Dasar Magnetic
Inductance Tomography (MIT) Menggunakan Simulasi Finite
Element Method (FEM)
Laporan Kerja Praktik
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kerja Praktik
Program Studi Fisika, Universitas Gadjah Mada
Disusun Oleh:
Ilham Pebrika
10/305455/PA/13520
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan,
Dr. Eng Kwat Triyana, M.Si Marlin Ramadhan B. M.Sc
NIP.196709141997021001
Menyetujui
Ketua Jurusan Fisika
Universitas Gadjah Mada
Dr. Mitrayana,M.Sc
NIP. 197303031999031004
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena
atas izin dan karunia-Nya penulis dapat melaksanakan kerja praktek di
CTECH Laboratories, PT. Edwar Technology. Kerja praktek ini dilaksanakan
untuk memenuhi syarat kelulusan dari mata kuliah kerja praktek di Jurusan
Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Gadjah Mada
Selama pelaksanaan kerja praktek ini, penulis banyak mendapat
pengetahuan, bimbingan, dukungan, dan arahan dari semua pihak yang
telah membantu hingga penulisan laporan kerja praktek dengan judul ‘
Analisa Medan Magnet pada Sensor dasar Magnetic Induction
Tomography (MIT) Menggunakan Metod Finite Element Methode
(FEM)’ ini dapat terselesaikan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Khairil Anwar dan Rosniwati sebagai orang tua penulis yang selalu
memberikan dukungan dan doa selama melakukan kerja praktek
2. Bapak Marlin Ramadhan Badaillah selaku koordinator riset CTECH Labs
dan pembimbing lapangan yang senantiasa membimbing dan
mengarahkan penulis selama melaksanakan kerja praktek
3. Bapak Dr. Warsito P. Taruno M.Eng selaku Direktur Utama yang telah
memberikan ijin serta Fasilitas untuk melaksanakan kerja praktek di
CTECH Labs, PT Edwar Technology.
4. Bapak Dr.Eng Kwat Triyana, M.Si selaku dosen pembimbing atas arahan
dan masukannya.
5. Bapak Dr.Ing Ari Setiawan M.Si selaku Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan dan Akademik Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada
6. Bapak Dr. Mitrayan, M.Sc selaku ketua jurusan fisika, Fakultas MIPA,
Universitas Gadjah mada
iii
7. Bapak Drs Arif Hermanto SU Selaku Ketua Prodi Fisika Universitas
Gadjah Mada
8. Irwin Maulana S.T. sebagai staff Research and Development (R & D)
CTECH Labs PT. Edwar Technology atas bantuan teknisnya selama
melaksanakan kerja praktek
Dalam penulisan laporan ini baik proses pelaksanaan Kerja Praktek
maupun penyusunannya tentu masih banyak terdapat kekurangan sehingga
penulisa berharap kritikan yang membangun dari semua pihak.
Yogyakarta,
Februari 2014
Penulis
.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. vii.
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK…………………………………………… ix
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………………… 2
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan………………………………………… 2
II. PT. Edwar Technology & CTECH Labs. PT. Edwar Technology
2.1 PT. Edwar Technology……………………………………………… 4
2.2 Sejarah PT. Edwar Technology…………………………………….. 5
2.3 CTECH Laboratory PT. Edwar Technology……………………… 7
2.4 Visi CTECH Laboratories PT. Edwar Technology………………… 7
2.4.1 Visi……………………………………………………………. 7
2.4.2 Misi…………………………………………………………… 8
2.5 Struktur CTECH Labs. PT Edwar Technology……………………… 9
III TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Sekilas tentang Tomografi……………………………………………. 10
3.2 Jenis-jenis Tomografi………………………………………………….. 10
3.3 Prinsip kerja Tomografi……………………………………………….. 11
v
3.4 Magnetic Induction Tomoghraphy (MIT) ………………………… 12
3.5 Finite Elemen Methods (FEM)……………………………………… 14
3.6 Program Comsol Multyphysics……………………………………. 16
IV. METODE SIMULASI
4.1 Komputasi Sistem……………………………………………………. 17
4.1.1 Model Geometri………………………………………………. 18
4.1.2 Magnetic Field………………………………………………… 18
4.1.3 Multi Turn Coil………………………………………………. 19
4.1.4 Mesh………………………………………………………….. . 20
4.1.5 Frequency Domain…………………………………………... 20
4.1.6 Point Global Evaluation……………………………………… 21
V.HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil………………………………………………………………….. 23
5.2 Pembahasan…………………………………………………………. 29
VI.PENUTUP
6.1 Saran………………………………………………………………… 32
6.2 Kesimpulan…………………………………………………………. 32
VII.DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 33
vi
DAFTAR GAMBAR
BAB II
Gambar 2.1 Logo CTECH Labs dan PT. EDWAR Technology………………… 4
Gambar 2.2 Gambaran Umum Group dari PT. Edwar Technology……….. 6
Gambar 2.3 Group Penelitian di CTECH Labs…………………………….. 7
BAB III
Gambar 3.1 Prinsip Kerja Tomografi ……………………………………… 10
Gambar 3.2 Sistem Tomografi ……………………………………………. 11
Gambar 3.3 Prinsip Kerja MIT …………………………………………… 13
Gambar 3.4 Skema Finite Elemen Method ………………………………. 14
BAB IV
Gambar 4.1 Model Geometri …………………………………………….. 18
Gambar 4.2 Menu pada pembuatan geometri pada ………………………… 18
Comsol Multiphysiscs 4.3 untuk geometri circular dan rectangle
Gambar 4.3 Menu pemilihan model geometri……………………………. 19
Gambar 4.4 Multiturn Coil Domain ……………………………………………. 20
Gambar 4.5 Mesh ……………………………………………………….. 20
Gambar 4.6 Frequency Domain ……………………………………………….. 21
Gambar 4.7 Global Point Evaluation ………………………………………….. 22
Bab V
Gambar 5.1 Garis gaya magnet pada penampang 2D ……………………. 23
Gambar 5.2 garis gaya magnet pada penampang 3D …………………… 23
vii
Gambar 5.3 Distribusi garis gaya medan magnet …………………………. 25
pada beberapa variasi arus
Gambar 5.4 Garis gaya magnet pada variasi jumlah lilitan koil …………… 26
Gambar 5.5 Perubahan Garis Gaya magnet pada beberapa medium ……… 28
viii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
BAB II
Tabel 2.1 Jenis tomografi berdasarkan fenomen fisika…………………….. 9
BAB V
Tabel dan grafik 5.1 Perubahan nilai fluks magnet ………………………. 25
terhadap variasi arus
Tabel dan grafik 5.2 perubahan nilai fluks magnet ……………………… 26
terhadap variasi arus
Tabel dan Grafik 5.3 Perubahan Fluks magnet terhadap ………………… 27
variasi perubahan jumlah lilitan
Tabel dan Grafik 5.4 Perubahan Fluks magnet terhadap ………………….. 28
variasi perubahan frekuensi
Tabel dan Grafik 5.5 Perubahan Fluks magnet pada beberap medium …….. 29
ix
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Saat ini penelitian dan pengembangan terhadap teknologi tomografi terus
dilakukan, aplikasinya yang semakin beragam diberbagai bidang seperti bidang medis
dan yang dikenal dengan istilah Non Destructive Testing (NDT) yakni pengujian
suatu objek khusunya bagian dalam, tanpa merusak objek yang ada, telah membuat
banyak ilmuwan di negara-negara maju khususnya berlomba-lomba mengembangkan
teknologi ini. Selain tomografi yang bersifat radiatif seperti x-ray Computed
Tomography (CT Scan), Single Photon Emission Computed Tomography ( SPECT),
dan Possitron Emission Tomography (PET), juga telah ditemukan tomografi elektrik
yang memilki klebihan dibandingkan tomografi radiatif. Kelebihan tersebut dapat
ditinjau dari sisi laju pencitraan, biaya kontruksi serta keselamatan penggunaan
sistem.
Magnetic Inductance Tomography (MIT) atau yang dikenal juga dengan
Mutual Inductance Tomography, Electromagnetic Tomography, atau
Electromagnetic Inductance Tomoghraphy, merupakan jenis tomografi electric yang
tergolong 10arallel baru dibandingkan jenis tomografi elektrik lainnya seperti
Electrical Impedance Tomography (EIT), Electrical Capacitance Tomography (ECT),
dan Magnetostatic Permeability Tomoghraphy (MPT). Secara umum MIT
didefinisikan sebagai teknik tomografi elektromagnetik frekuensi rendah yang
digunakan untuk mencitrakan penampang suatu objek secara tidak merusak (non-
invansive) dan tak bersentuhann (contactless) dengan kontras pada satu ataupun lebih
parameter elektromagnetik pasif yaitu, konduktivitas elektrik, permeabilitas, dan
permitivitas. Secara umum MIT lebih banyak digunakan untuk merekontruksi citra
penampang konduktivitas elektrik suatu benda. Karena secara prinsip kerja MIT,
yakni induksisasi arus listrik akan lebih terhadap konduktivitas suatu objek.
1
MIT memiliki prospek yang besar untuk diaplikasikan diberbagai bidang
seperti medis dan industry. Misal pencitraan diagnosik dan scanning pada organ
tubuh. Di bidang industri, MIT dapat digunakan untuk mendeteksi kerusakan
komponen logam, mendeteksi kerusakan sambungan logam, misal pada pengelasan,
Visualisai aliran logam cair, Inspeksi Solidifikasi logam, dan Pemantauan pola aliran
multiphase. Selain itu MIT juga bisa di aplikasikan di makanan dan farmasi.
Pemanfaatan MIT juga dikenal dengan istilah NDT (Non Destructive Testing) dimana
menganalisa suatu objek khususnya bagian dalam tanpa merusak objek tersebut,
misal inspeksi perpipaan dan deteksi keberadaan pada logam padat. Melihat dari
prospek pemanfaatan MIT, bisa dikatakan masa depan MIT cukup menjanjikan
sehingga antusias para peneliti diberbagai belahan dunia untuk melakukan riset di
bidang tomografi MIT dimana telah ada beberap hasil riset yang merupakan
pengembangan dari MIT seperti 3D MIT, Plannar MIT, Volumetric MIT, dan 4D
MIT.
PT. Edwar Technology merupakan perusahaan berbasis riset di Indonesia
yang saat ini concern pada penelitian tomografi. Melalui Divisi Risetnya, CTECH
Laboratory PT Edwar terus melakukan penelitian dan pengembangan teknologi
tomografi. Setelah dianggap berhasil dalam pengembangan Electrical Capacitance
Volume Tomography (ECVT), juga fokus di salah satunya pada penelitian dan
pengembangan MIT, dimana salah satunya penelitian pada sensor MIT yang memilki
prinsip pada distribusi medan magnet.
1.2 Tujuan
1. Mempelajari Sistem Magnetic Induction Tomography (MIT)
2. Melihat distribusi medan magnet pada sensor dasar MIT menggunakan
Metode FEM (Finite Element Method)
3. Mempelajari dan melakukan komputasi sistem MIT pada program
Comsol Multhyphysics 4.3
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
2
Waktu : 13 Januari -13 Februari 2013
Tempat : CTECH Laboratories, PT Edwar Tecnology, Jl. Jalur Sutera, Kavling
Spectra, Blok 23C, No. 11-12, Alam Sutera, Tangerang Selatan,
Banten, Indonesia
3
BAB II
Profil PT. Edwar Technology dan CTECH Laboratories
2.1 PT. EdWar Technology Indonesia
PT. EdWar Technology Indonesia adalah suatu perusahaan yang
bergerak di bidang pengembangan tomography. Perusahaan ini didirikan oleh
Dr.Warsito Purwo Taruno bersama Dr. Edi Sukur sahabatnya semasa kuliah program
doctor di Jepang. Induk perusahaan ini adalah CTECH Labs EdWar Technology.
CTECH Labs (Center for Tomography Research Laboratory) merupakan lembaga
riset untuk pengembangan tomography yang didirikan oleh Dr. Warsito pada tahun
2007. Nama EdWar Technology berasal dari nama panggilan kedua pendirinya
yaitu Edi dan Warsito yang disingkat menjadi EdWar. EdWar Technology
memiliki spesialisasi dalam penelitian dan pengembangan sistem pemantauan dan
pemeriksaan dengan menggunakan teknologi Electro Capacitance Tomography
(ECT) dan sensor 13arallel13v. Kantor PT. EdWar Technology Indonesia dan
CTECH Labs kini berada di jalan Jalur Sutera Kompleks Ruko Alam Sutera Kavling
Spectra nomor 23C, Tangerang, Banten.
Gambar .1 Logo CTECH Labs dan PT. EDWAR Technology
Salah satu prestasi yang membanggakan dalam pengembangan penelitian
di CTECH Labs ini adalah penemuan baru dalam bidang ECT, yaitu Electro
Capacitance Volume-Tomography (ECVT). Teknologi ini memungkinkan untuk
membuat pencitraan 3-D dari sebuah objek bergerak (real-time) atau real time volume
imaging (4-D). Selain itu, pada tahun 2010, PT. EdWar Technology Indonesia sudah
4
mulai mempromosikan produk lainnya, yaitu ECCT (Electro-Capacitive Cancer
Treatment) sebagai 14arallel14ve pengobatan kanker. Perusahaan ini didirikan
sebagai bentuk realisasi mimpi Dr. Warsito, yaitu mendirikan Institusi Riset Kelas
Dunia di Indonesia.
2.2 Sejarah PT.EdWar Technology
Warsito P. Taruno adalah salah satu researcher level dunia yang risetnya
selama ini adalaha pengembangan ECVT, bermula dari tugas akhir Warsito ketika
menjadi mahasiswa S-1 di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia, Universitas
Shizuoka, Jepang, tahun 1991. Ketika itu pria kelahiran Solo pada 1967 ini ingin
membuat teknologi yang mampu ―melihat‖ tembus dinding 14aralle yang terbuat dari
baja atau obyek yang opaque (tak tembus cahaya). Dia lantas melakukan riset di
Laboratorium of Molecular Transport di bawah bimbingan Profesor Shigeo
Uchida. Warsito kemudian meneruskan S-2 mengambil jurusan teknik kimia,
berlanjut ke S-3 jurusan teknik elektronika di Universitas Shizuoka. Tesis dan
disertasinya tetap mengenai teknologi tomografi. Pada 1999, beliau hijrah ke
Amerika Serikat. Berbekal riset tentang tomografi, dia menjadi satu dari 15
peneliti papan atas dunia di Industrial Research Consortium, Ohio State
University. Sebuah lembaga riset terpandang yang menjadi acuan sejumlah
perusahaan minyak raksasa di dunia semisal ExxonMobil, Conoco Phillips, dan
Shell. Empat tahun beliau curahkan tenaga dan waktu di Amerika. Mulai 2003
hingga 2006, ia memilih bolak-balik antara Amerika dan Indonesia. Akhirnya, dia
memutuskan kembali ke Indonesia, untuk membesarkan CTECH Labs, sehingga pada
tahun 2007 didirikanlah Ctech Labs Edwar Technology.
5
Gambar 2.2 Gambaran Umum Group dari PT. Edwar Technology
2.3 CTECH Laboratories PT, Edwar Technology
CTECH Laboratory merupakan divisi dari PT. Edwar Technology yang
bergerak dibidang riset dan pengembangan pada bisinis PT. Edwar Technology.
CTECH Labs sebenarnya lebih dahulu didirikan oleh Dr. Warsito yakni pada tahun
2007 kemudian baru diintegrasikan dengan PT. Edwar technology serta group-group
lainnya dalam satu payung PT. Edwar Technology.
2.4 Visi dan Misi CTECH Laboratories PT. Edwar Technology
2.3.1 Visi CTECH Laboratories PT. Edwar Technology
Visi dari CTECH Laboratories PT. Edwar Technology adalah menjadi
lembaga yang terkemuka di dunia untuk penelitian dan pengembangan sistem
Tomography.
6
2.3.2 Misi CTECH Laboratories PT. Edwar Technology
ntuk sistem tomography
dan instrumentasi.
dari sistem tomography dan
hasilnya untuk alatalat dunia 16arallel dan aplikasi lainnya.
-lembaga penelitian bertaraf
internasional sebaik mitra dalam negeri dalam upaya meningkatkan
pengembangan ilmu dan pengetahuan dan teknologi di Indonesia.
gan ilmiah pada universitas-
universitas dan lembaga penelitian nasional.
Membudayakan ilmuwan dan engineers yang memiliki high-skilled
sehingga mampu melakukan research & development kelas dunia.
Gambar 2.3 Group Penelitian di CTECH Labs
7
BAB III
Tinjuan Pustaka
3.1 Sekilas tentang tomografi
Tomografi berasal dari kata yunani dari kata Tomos yang berarti
bagian, irisan, atau potongan dan Graphia yang berarti gambar atau
penggambaran (Wikipedia, 2012). Jadi tomografi adalah penggambaran suatu
obyek dalam bentuk irisan-irisan atau beberapa sayatan melintang. Secara istilah
tomografi berarti penggambaran atau pencitraan yang berasal dari potongan-potongan
(slice) dari suatu obyek. Secara definisi, tomografi merupakan proses eksplorasi
karakteristik internal daerah tertentu melalui integral pengukuran yang
berhubungan dengan karakteristik internal dari domain tertentu (Beck and
Williams, 1996). Secara umum tomografi terbagi atas dua bagian yaitu hard-field dan
soft-field tomografi. Pada hard-field tomografi distribusi besaran fisika yang diterima
oleh receiver menunjukkan hubungan langsung (bisa dikatakan secara linier)
dengan transmitter secara independen setelah melewati obyek. Contoh dari hard-
field tomografi misalnya x-ray CT. Sedangkan ada soft-field tomografi bersifat
nonlinear. Contoh dari soft-field tomografi yaitu EIT (Electrical Impedance
Tomography), ECT (Electrical Capacitance Tomography), dan MIT (Magnetic
Induction Tomography). Meskipun sistem tomografi yang berdasarkan hard-field
tomografi lebih mudah dalam hal merekonstruksi citra, namun penggunaan soft-field
tomografi lebih diterima di bidang 17arallel dan laboratorium disebabkan
karena kecepatan akusisi data, harga yang lebih murah, aman, dan dapat
digunakan untuk berbagai macam ukuran obyek (Warsito and Fan, 2001).
3.2 Jenis – jenis Tomografi
Sistem tomografi pertama yaitu tomografi konvensional adalah pada
pencitraan sinar x. Pencitraan pada sinar x adalah menembakkan sumber sinar x
melewati tubuh pasien dengan meletakkan film dibelakangnya selama
8
pemaparan. Hasilnya, struktur pada bidang fokal akan tajam, sementara struktur di
bidang lain akan tampak blur. Dengan memodifikasi arah dan mengurangi
pergerakan, operator dapat memilih bidang fokal yang berbeda yang memasuki
era 18arallel, yaitu computer-assisted technique, yang dikenalkan oleh
Alessandro Vallebona pada awal tahun 1900, sangat berguna dan terbukti dalam
mengurangi masalah superimposisi dari struktur pada bayangan radiografi.
Tomografi modern menyertakan data proyeksi dari berbagai arah dan
memasukkan data tersebut ke dalam proses rekonstruksi tomografi dengan
18arallel. Berbagai macam tipe dari sinyal akuisisi dapat digunakan pada
Perhitungan algoritma yang sama dengan tujuan menghasilkan citra
tomografi. Tomografi merupakan teknik yang memanfaatkan fenomena fisika
untuk mengukur parameter besaran fisika. Berdasarkan fenomena fisika
tomografi dapat diklasifikasikan beberapa jenis, dapat dilihat pada Tabel
Tabel 3.1 Jenis tomografi berdasarkan fenomen fisika (Almushfi, 2009)
Sifat atenuasi dari sinar x saat melewati suatu medium menjadi modal
bagi x ray CT untuk memberikan citra pada bagian dalam tubuh manusia.
Atenuasi pada sinar x dipengaruhi oleh karakteristik obyek yang dilewatinya.
9
Untuk obyek seperti tulang, nilai atenuasi sinar x lebih tinggi bila dibandingkan
dengan obyek seperti otot. Dengan adanya perbedaan atenuasi ini dimungkinkan
untuk menghasilkan citra dengan menggunakan x-ray CT. Analisa yang lebih
banyak dipakai pada x-ray CT adalah analisa anatomi manusia.
Sistem pencitraan dengan menggunakan SPECT memanfaatkan sinar
gamma untuk menghasilkan citra. Metode SPECT ini juga biasa dikenal sebagai
teknik kedokteran nuklir. Pada sistem ini, bahan radioaktif yang memancarkan sinar
gamma dimasukkan ke dalam tubuh. Bahan radioaktif ini digabungkan dengan
bahan tertentu yang akan membawa bahan radioaktif menuju bagian organ tubuh
yang diinginkan. Ketika sampai pada organ yang dituju, bahan radioaktif akan
memancarkan sinar gamma. Dengan menggunakan kamera gamma kemudian
sinar gamma yang dipancarkan dideteksi dan direkonstruksi untuk menghasilkan
citra. Citra yang dihasilkan merupakan distribusi radionuklida di dalam organ
tersebut.
PET juga menggunakan bahan radioaktif seperti SPECT. Pada PET
bahan radioaktif yang dimasukkan ke dalam tubuh namun pada PET bahan
radioaktif yang digunakan memancarkan positron. Positron yang dipancarkan
mengalami anihilasi dengan electron yang kemudian menghasilkan dua foton
yang dipancarkan dalam arah yang saling berlawanan. Foton yang dipancarkan ini
dideteksi oleh detector yang kemudian direkonstruksi untuk menghasilkan citra.
MRI menggunakan sifat inti dalam menghasilkan citra. Medan magnet yang
sangat kuat, mencapai 1,5 Tesla diberikan kepada pasien. Oleh karena adanya
medan magnet yang sangat kuat, spin inti pada tubuh pasien akan berubah orientasi
secara parallel atau anti 19arallel terhadap arah medan magnet. Ketika diberikan
sinyal dengan frekuensi radio, sejumlah spin inti tersebut akan mengalami resonansi
dan saat sinyal dihentikan maka akan terjadi relaksasi. Proses relaksasi ini
memberikan data yang dapat direkonstruksi untuk menghasilkan citra.
Karakteristik dari inti atom yang mengalami resonansi dan relaksasi memberikan
10
peranan untuk menghasilkan citra bagian dalam tubuh.
3.3 Prinsip Tomografi
Pada dasarnya metode teknik tomografi dapat dibagi menjadi dua tahap
(Warsito, 2005), yaitu:
1. Proses pengambilan data proyeksi melalui sensor yang dipasang
di sekeliling obyek.
2. Proses rekonstruksi untuk mendapatkan citra dalam obyek dari
data proyeksi tersebut.
Gambar 3.1 Prinsip Kerja Tomografi
Proses pengambilan data proyeksi adalah merupakan sebuah problema
maju (forward problem), yang pada dasarnya merupakan pengukuran dari
sebuah parameter fisika dari gelombang yang dipancarkan dari sensor
transmitter dan berinteraksi dengan media dan diukur oleh sensor computer
(dapat dilihat pada Gambar 3.2). Besaran fisika terukur merupakan hasil
konvolusi antara kekuatan medan (field computer) dan distribusi sifat fisika
(Warsito, 2005).
11
Data proyeksi hasil pengukuran di sekeliling obyek akan direkonstruksi
dengan algoritma rekonstruksi untuk mendapatkan citra. Pada tomografi, terdapat
beberapa algoritma rekonstruksi. Algoritma tersebut terbagi menjadi dua cakupan
yaitu Filter Back Projection (FBP) dan Iterative Construction (IR). Kedua teknik ini
sama-sama memiliki akurasi dan waktu komputasi yang baik. FBP membutuhkan
waktu komputasi sedikit, sementara IR menghasilkan sedikit artifact (kesalahan
pada rekonstruksi) namun dengan waktu komputasi tinggi (Muchlisin, 2009).
Pada prinsipnya sistem tomografi bisa dibagi menjadi tiga bagian seperti
yang terlihat pada Gambar 3.2 (Warsito, 2005).
1. Sistem sensor yang mengelilingi obyek.
2. Rangkaian listrik untuk melakukan akuisisi data proyeksi.
3. Sistem 21omputer untuk melakukan kontrol, proses rekonstruksi, dan
penampilan hasil citra.
Gambar 3.2 Sistem Tomografi
3.4 Magnetic Induction Tomography (MIT)
12
Magnetic Induction Tomography (MIT) merupakan teknik yang dapat
mencitrakan sifat elekromagnetik distribusi konduktivitas dalam suatu obyek
(Peyton et al, 1995). Teknik ini pun dikenal sebagai Electrical Magnetic
Tomography (EMT) atau Mutual Induction Tomography. Medan magnet
yang dihasilkan dari arus bolak balik (AC) dalam sistem koil transmitter
menghasilkan arus eddy didalam obyek material konduktif, dan menghasilkan
medan magnet yang kedua yang dapat dideteksi dengan mengukur nilai tegangan
induksi dalam koil. Skematika pengukuran MIT diilustrasikan oleh dua koil
pada Gambar 3.3 dan prinsip sistem MIT ditunjukkan pada Gambar 3.3 Dua koil
tersebut (koil 1 dan 2) ditempatkan pada batas ruang obyek, posisi koil tegak
lurus terhadap batasan ruang obyek. Jika sebuah arus sinusoidal diberikan ke
koil 1 (koil transmitter) akan menghasilkan medan magnet (B) di ruang obyek.
Medan magnet tersebut bisa disebut medan magnet pertama (B0).
Jika medan magnet pertama (B0) berinteraksi dengan obyek konduktif
akan menghasilkan arus eddy dan arus eddy tersebut akan menghasilkan medan
magnet kedua (B2) yang akan diterima oleh koil receiver.
Gambar 3.3 Prinsip Kerja MIT
13
3.5 Finite Elemen Methods (FEM)
Salah satu solusi unuk menyelesaikan batas arus eddy (Eddy Current)
menggunakan FEM (Finite Elemen Method). Dimana domain terpisah membentuk
dua sub-domain seperti pada gambar.2 dimana salah satunya merupakan daerah tidak
bermuatan Ωn yang merupakan daerah Stationary sedangkan yang lainnya dianggap
daerah bermuatan Ωc yang terdapat arus eddy. Besaran Ar, Ar-V berfungsi sebagai
pereduksi Magnetic Vector Potensial Ar pada keseluruha daerah, modifikasi scalar
potensial V diaplikasikan pada wilayah yang bermuatan dan Magnetik Vektor
Potensial As merupakan daerah yang dihasilkan oleh koil pada batas daerah ketika
tidak ada material yang diberikan.
Gambar 3.4 Skema Finite Element Method
Diasumsikan daerah waktu dengan frekuensi angular ω, persamaan yang ada :
∇× H = (σ+jωε ) E+ J , ….(1)
∇. (σ +jωε)E = 0 …………...(2)
Dimana H dan E adalah intensitas Medan magnet dan Intensitas Medan
listrik. Vektor Js adalah rapat arus elektrik pada koil transmitter (σ + jωε ) yang
14
merupakan distribusi konduktivitas kompleks pada objek. Intensitas medan magnet
pada domain digambarkan dengan persamaan :
E = -jωA - ∇V
Ungkapan lain dari 24omput elektrik potensial sebagai fungsi waktu sama
dengan potensial agar simetri pada turunan integral persamaan Galerkin. Persamaan
(3) di modifikasi dengan persamaan berikut :
E = - jωA – jω∇V
dimana A = Ar +A diberikan oleh B = ∇× A dan subsitusi persamaan (4)
kedalam Pers (1) dan (3) didapatkan persamaan untuk model nilai batas arus eddy
pada MIT sebagai :
∇× (ν∇×A) + jωκ (A+∇V ) = J ,………………(5)
jω∇iκ(A+ ∇V ) = 0 …………… (6)
dimana ν =1 µ ( µ : magnetic permeability) dan κ = σ + jωε .
setelah di generate pada mesh tetrahedral untuk domain, garis FEM bisa
digunakan untuk solusi arus eddy yang digambarkan oleh persamaan (5) dan (6) dan
untuk mencocokan dengan nilai batas.
Untus orde pertama finite element Vektor potensial magnetic diantara garis
nodes (I,j) diaprokmasi oleh garis basis fungsi Ni j
Diberikan fungsi
N ji = Lj∇Li – iL∇Li……..(7)
dimana Li, Lj adalah nodal basis functions. Aplikasi teknik finite element
Galerkin menggunakan garis fungsi basis diperoleh persamaan :
∫
∫
∫
....(8)
15
∫
……………………………………….(9)
Dimana N merupakan kombinasi linear dari garis basis fungsi Ω adalah
keseluruhan domain, Ωc adalah daerah arus edi dan Ωs adalah daerah arus asal.
Voltase terimbas ( V ) pada koil receiver bisa ditentukan pada
∫
……………………………………………….(10)
Dimana J0 adalah unit rapat arus yang dgunakan pada koil receiver
3.6 Program Comsol Multyphysics
Comsol Multyphysics merupakan salah satu program komersial yang bisa
digunakan untuk menyelesaikan simulasi sistem pada beberapa modalitas tomografi
elektrik seperti EIT, ECT, maupun MIT. COMSOL Multyphysics memilki beberapa
macam modul permasalahan yang dibedakan berdasarkan tema fisisnya seperti
akustik, elektromagnetik, termal, ,fluida serta sifat fisis lainnya. Misal untuk kajian
elektromagnetik frekuensi rendah, Comsol memiliki modul yang dinamakan AC/DC
module, dimana dalam module ini COMSOL memiliki banyak variasi permodelan
fisis dari elektrostatik dan magnetostatik hingga elektrodinamika frekuensi rendah.
Saat ini telah program multyphysics versi terbaru adalah versi 4.3, dimana
sebelumnya multyphysics versi 3.5. dimana multhyphysics 4.3 memiliki fitur lebih
lengkap serta penggunaan yang lebih mudah dibandingkan versi 3.5. Comsol
multhyphysics yang digunakan selama Kerja Praktek ialah versi 4.3
16
BAB IV
METODE SIMULASI
Pada bab ini akan dibahas metode yang digunakan selama melakukan simulasi
yang digunakan dalam komputasi dan simulasi MIT. Simulasi dan Komputasi
dilakukan menggunakan program COMSOL Multhyphysics versi 4.3, Modul
AC/DC.
Pada simulasi dilakukan beberapa variasi untuk melihat distribusi medan
magnet, yakni :
Variasi nilai arus, jumlah lilitan dan frekuensi untuk menganalisa nilai medan
magnet yang terdapat diantara koil pada boundary yang ditentukan. Medium
yang digunakan adalah udara dengan nilai permitivitas =1, permeabilitas = 1,
dan konduktivitas = 0
Variasi medium yang ditempatkan dalam medium udara dengan nilai
permitivitas, permeabilitas dan konduktivitas yang bervariasi.
4.1 Komputasi Sistem
Komputasi sistem MIT disimulasikan menggunakan sistem 3 dimensi
menggunakan program COMSOL Multiphysics versi 4.3, modul AC/DC, Induction
Current, yang merupakan modul dengan tinjauan studi elektromagnetik secara
domain frekuensi
4.2 Geometri Model
Desain Geometri yang digunakan berbentuk persegi dan lingkaran untuk
melihat distribusi dari model dari sensor dasar MIT yakni daerah diantara dua koil.
Untuk geometri awal digunakan model 2D Assymetric, dimana dibuat daerah
penampang 2D simulasi untuk melihat garis distribusi medan magnet yang terdapat
17
pada koil yang mengalir arus edi, hal ini sama seperti tujuan simulasi yakni melihat
distribusi medan magnet diantara dua koil sebagai sensor dasar MIT.
Gambar 4.1 Model Geometri
Gambar 4.2 Menu pada pembuatan geometri pada Comsol Multiphysiscs 4.3 untuk geometri
circular dan rectangle
18
4.3 Magnetic Field
Magnetic Field disini dimaksudkan untuk melihat distribusi medan magnet
pada daerah Finite Elemen Methode (FEM) yang akan dilihat pada dilayah rectangle
besar dan wilayah rectangle kecil diantara dua circular merupakan sebagai daerah
dimana medium akan divariasikan untuk melihat perubahan distribusi medan magnet
dari berbagai medium yang berbeda
Gambar 4.3 Magnetic Field
4.4 Multi Turn Coil
Multi Turn Coil merupakan menu untuk mendefinisikan koil yang diwakili
dengan circular, pada pilihan tersebut terdapat input Arus/Tegangan dan Jumlah
lilitan pada koil sebagai salah satu variabel yang divariasikan dari perubahan
distribusi medan magnet
19
Gambar 4.4 Multi Turn Coil Domain
4.5 Mesh
yakni membagi domain menjadi beberapa bagian kecil menggunakan sarana
meshing pada tools yang ada di COMSOL Multyphysic v 4.3. Mesh merupakan
bagian dari model geometri yang terdiri dari unit-unit kecil dengan bentuk yang
sederhana (triangular atau quadrilateral). Ukurannya dapat diatur sekecil apapun
sesuai dengan kemampuan tingkat komputasi dari computer yang digunakan.
Gambar 4.5 Mesh
Jumlah elemen dari mesh ini akan berhubungan langsung dengan
keakurasian dari solusi. Semakin banyak jumlah elemen yang digunakan maka
20
semakin kecil eror yang dihasilkan. Namun demikian, banyaknya jumlah elemen
mesh akan berkenaan dengan besarnya memori yang digunakan.
4.6 Frequency Domain
Frequency Domain merupakan menu pada COMSOL Multyphysics 4.3 yang
berfungsi untuk masukan domain frekuensi dari model simulasi yang dibuat. Nilai
variasi tersebut dapat berupa nilai tunggal atau beberapa nilai dengan range tertentu
misal 100 Hz-1000 Hz dengan range 10 Hz. Pada simulasi ini juga dilakukan variasi
nilai masukan frekuensi domain untuk melihat perubahan nilai dan garis medan
magnet diantara dua koil
Gambar 4.6 Frequency Domain
4.7 Global Point Evaluation
Global point evaluation merupakan pilihan pada Program Comsol
Multiphysics yang berisi pilihan untuk menghitng nilai secara umum pada model atau
simulasi yang dilakukan. Pada simulasi MIT, nilai fluks magnet diukur pada salah
satu koil yang disebut koil receiver, dimana koil tersebut tidak dialiri arus listrik
sehingga koil tersebut berfungsi untuk menangkap nilai fluks magnet yang sampai
kesana. Karena model geometri yang digunakan 2D Assymetrik untuk model
21
geometri awal maka nilai point dibuat pada circle yang didefenisikan sebagai koil
receiver. Yakni pada empat titik dimana jika disimulasikan pada ruang 3D maka nilai
tersebut akan berada sepanjang koil receiver yang berupa cincin yang diambil nilai
rata rata dari keempat point tersebut.
Gambar 4.7 Global Point Evaluation
22
BAB V
Hasil dan Pembahasan
5.1 Results
Results merupakan pilihan untuk melihat hasil dari simulasi yang dilakukan
dimana pada simulasi ini bertujuan untuk melihat nilai dan garis gaya dari distribusi
medan magnet diantar dua koil, dimana selain dalam pelintang 2D juga dilihat dalam
penampang 3D.
Hasil dari simulasi untuk melihat distribusi medan magnet dibuat dengan
berbagai variasi nilai variabel dimana nilai output yang dipakai yakni pada distribusi
garis gaya serta besar nilai medan magnet yang didapatkan pada salah satu koil yang
dijadikan koil receiver
Untuk garis gaya pada penampang dua (2D) dimensi diperoleh garis gaya
dengan variasi nilai arus diperoleh nilai flux medan magnet dan garis gaya magnet
seperti pada gambar dibawah.
Gambar 5.1 garis gaya magnet pada penampang 2D
23
Sedangkan untuk hasil pada penampang 3D diperoleh hasil
Gambar 5.2 garis gaya magnet pada penampang 3D
Untuk nilai variasi nilai arus masukan pada simulasi diperoleh distribusi
medan magnet
24
0.00E+00
2.00E-09
4.00E-09
6.00E-09
8.00E-09
1.00E-08
0 2 4 6 8 10 12
(T)
(mA)
Grafik Perubahan Arus (I)
terhadap Fluks Magnet (B)
Gambar 5.3 distribusi garis gaya medan magnet pada beberapa variasi arus (1-
10 Ampere)
Sedangkan untuk besar fluks magnet pada koil receiver pada setiap variasi
arus diperoleh nilai :
Arus (I) Fluks Magnet
(B)
1 9.37x10-10
2 1.87x10-09
3 2.81x10-09
4 3.75x10-09
5 4.68x10-09
6 5.62x10-09
7 6.56x10-09
8 7.50x10-09
9 8.43x10-09
10 9.37x10-09
25
Tabel dan grafik 5.1 perubahan nilai fluks magnet terhadap variasi arus
Sedangkan untuk variasi nilai tegangan (V) diperoleh nilai :
Tabel dan grafik 5.2 perubahan nilai fluks magnet terhadap variasi tegangan
Untuk variasi jumlah lilitan diperoleh nilai garis medan magnet :
Beda
Tegangan
(V)
Fluks Magnet
(B)
1 8.59x10-06
2 1.72x10-05
3 2.58x10-05
4 3.44x10-05
5 4.30x10-05
6 5.15x10-05
7 6.01x10-05
8 6.87x10-05
9 7.73x10-05
10 8.59x10-05
0.00E+00
2.00E-05
4.00E-05
6.00E-05
8.00E-05
1.00E-04
0 5 10 15
T
Volt
Pengaruh Perubahan Tegangan
(V) terhadap Fluks Magnet (B)
26
0.00E+00
2.00E-10
4.00E-10
6.00E-10
8.00E-10
1.00E-09
1.20E-09
1.40E-09
0 5 10 15 20 25 30
Flu
ks
Ma
gn
etik
(B
)
Jumlah Lilitan (N)
Grafik Perubahan Jumlah Lilitan (N) terhadap Fluks Magnetik (B)
(T)
9.35E-10
9.40E-10
9.45E-10
9.50E-10
9.55E-10
9.60E-10
9.65E-10
9.70E-10
9.75E-10
0 20 40 60 80 100 120
T
Hz
Grafik Pengaruh Perubahan Frekuensi (f) terhadap Fluks
Magnetik (B)
Gambar 5.4 garis gaya magnet pada variasi jumlah lilitan koil
Tabel dan Grafik 5.3 Perubahan Fluks magnet terhadap variasi
perubahan jumlah lilitan
Untuk variasi frekuensi diperoleh nilai
Jumlah
Lilitan
Fluks
Magnetik
(B)
5 2.34x10-10
10 4.68x10-10
15 7.03x10-10
20 9.37x10-10
25 1.17x10-09
Frekuensi
(MHz)
Fluks magnet
(B)
10 9.37x10-10
15 9.38x10-10
20 9.38x10-10
25 9.39x10-10
30 9.40x10-10
35 9.41x10-10
40 9.43x10-10
45 9.44x10-10
50 9.46x10-10
55 9.48x10-10
60 9.50x10-10
65 9.52x10-10
70 9.54x10-10
75 9.57x10-10
27
Tabel dan Grafik 5.4 Perubahan Fluks magnet terhadap variasi
perubahan frekuensi
Untuk variasi nilai medium
Alumunium Tembaga Besi
Magnesium Silikon Air
Gambar 5.5 Perubahan Garis Gaya magnet pada beberapa medium
Untuk nilai Fluks Magnetik pada koil receiver
80 9.60x10-10
85 9.63x10-10
90 9.66x10-10
95 9.69x10-10
100 9.73x10-10
Medium Fluks
Magnetik (B)
28
Besi
Air Udara
Alumunium Tembaga
Magnesium
-1.00E-09
-5.00E-10
0.00E+00
5.00E-10
1.00E-09
1.50E-09
(T)
Medium
Besar Fluks Magnet (B) pada beberapa
medium
Tabel dan Grafik 5.5 Perubahan Fluks magnet pada beberap medium
5.2 Pembahasan
Pada Simulasi yang dilakukan menggunakan Program Comsol Multiphysics
4.3, bertujuan untuk melihat distribusi medan medan yang terjadi pada sensor dasar
Magnetic Indutance Tomoghraphy (MIT). Sistem dari sensor tersebut terdiri dari dua
koil dimana satu koil dialiri aliran arus yang akan mengalirkan medan magnet
dinamakan koil Transmitter dan koil lainnya yang nantinya akan menerima medan
magnet dari arus edi akibat medan magnet pertama yang dinamakan koil receiver.
Pada simulasi ini dilakukan variasi beberapa variabel yang bertujuan untuk melihat
perubahan dari arah medan magnet yang berupa garis gaya maupun besar dari fluks
magnet yang melewati koil receiver. Sistem perhitungannya merupakan nilai rata-rata
dari fluks magnet yang mengalir sepanjang koil receiver. Untuk variasi nilai Arus (I),
Tegangan (V) dan Jumlah lilitan (N) diperoleh nilai yang umum berlaku pada fluks
magnet pada selenoida dimana jika arus (I), beda tegangan (V) dan jumlah lilitan (N)
yang diperbesar maka nilai fluks magnet juga akan semakin besar sebagaimana hasil
simulasi pada tabel dan grafik (5.1),(5.2), dan (5.3). Sedangkan untuk jumlah garis
gaya juga akan semakin besar seperti pada perubahan gambar (5.3) dan (5.4) pada
variasi arus (I) beda tegangan (V) dan Jumlah lilitan koil (N) mengacu persamaan
medan magnet pada selonoida
Besi 3.15x10-10
Air 9.37x10-10
Udara 9.37x10-10
Almunium 6.66x10-12
Tembaga 5.71x10-12
Magnesium
(AZ31B)
1.21x10-11
29
L = (N.ɸ) / i…………………….()
L = (µo.N2.A) / l……………….()
ɸ = (µo.N.i.A) / l………………()
B=(µo.N.i) / l…………………..()
L merupakan nilai induktansi dari koil (Henry), N jumlah lilitan dari koil, ɸ
Magnetik fluks (Weber), i arus (Ampere), B densitas magnetik fluks (Weber/meter2),
l panjang koil (meter). Dari persamaan diatas terlihat nilai medan magnet (B) akan
sebanding dengan nilai arus (I) dan nilai jumlah lilitan (N)
Kemudian jika mengacu pada persamaan Finite Element Methods (FEM)
seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dimana FEM merupakan metode
analisa dimana adanya batasan elemen yang dianalisa dimana dalam hal ini medan
magnet diantara dua koil sensor dasar MIT, batasan tersebut dibatasi oleh medium
diantara dua koil dan daerah luar yakni udara dengan batasan yang ditentukan pada
program Comsol Multiphysics
Pada variabel frekuensi perubahan nilai domain frekuensi yang diberikan pada
simulasi sistem tidak memperlihatkan perubahan signifikan pada medan magnet pada
rentang 1 KHz – 100 KHz, masukan nilai frekuensi akan mempengaruhi nilai fluks
magnet pada nilai rentang 100 KHz sampai dengan 100 MHz dan cukup
memperlihatkan perubahan pada nilai fluks. Pemakaian nilai frekuensi bergantung
dari objek yang akan dianalisa misal di bidang industri pada rentang 100 KHz – 10
MHz, dan medis pada rentang 10 MHz – 100 MHz, serta lainnya dimana penggunaan
nilai frekeuensi akan berbeda karena bergantung dari objek serta konstruksi citra yang
dihasilkan.
Sedangkan pada variasi medium, medium medium yang divariasikan diantara
dua koil merupakan beberapa medium dengan nilai konduktivitas (σ), permeabilitas
(µ), dan nilai permitivitas yang bervariasi. Dimana dari hasil simulasi yang didapatjan
diperoleh nilai fluks magnet yang bergantung pada nilai konduktivitas dan
30
permeabilitas, dari literartur nilai attenuation (pengurangan) nilai fluks akibat
interaksi dengan objek, akan berbanding lurus dengan nilai konduktivitas (σ)
dari objek yang digunakan sebagai medium. Dari hasil simulasi juga terlihat
pengurangan garis gaya dari fluks magnet yang terdapat diantara dua koil
tersebut. sehingga pemanfaatan MIT untuk menganalisa terutama bahan bahan
yang memilki nilai konduktivitas tinggi akan sangat baik karena nilai
attenuation yang diakibatkan oleh benda tersebut.
31
BAB VI
Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Dari simulasi yang dilakukan untuk menganalisa distribusi medan magnet pada
sensor dasar Magnetic Induction Tomography (MIT) menggunakan metode Finite
Element Method (FEM) diperoleh beberapa kesimpulan
1. Distribusi medan magnet yang merupakan nilai fluks magnet akan bergantung
dari nilai input yakni Arus (I), Tegangan (V) Jumlah Lilitan (N) dan
Frekuensi (f) dimana nilai fluks magnet akan berbanding lurus dengan nilai
input yang diberikan
2. Nilai fluks magnet pada distribusi medan magnet juga akan bergantung pada
medium/objek yang terleak diantar dua koilnya dimana pelemahan
(Attenuation) yang terjadi akan semakin besar diakibatkan nilai konduktivitas,
permitivitas dan permeabilitas. Dimana nilainya akan berbanding lurus.
6.2 Saran
Saat ini MIT terus diteliti dan dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan dari
berbagai dunia terutama negara-negara maju karena MIT mampu menghasilkan citra
yang cukup baik terutama pada objek objek yang memiliki nilai konduktivitas yang
tinggi seperti objek-objek logam sehingga sangat potensial untuk dimanfaatkan pada
dunia industri terutama industri manufacture. Selain itu MIT juga bisa diaplikasikan
didunia medis, serta sektor-sektor lainnya yang memanfaatakan teknologi tomografi.
Apalagi secara kuantitas riset dan pengembangan terhadap tomografi MIT ini masih
bisa dikatakan masih sedikit sehingga inovasi-inovasi pada riset ini masih sangat
terbuka luas.
Pada kerja praktek kali ini batasan kerja baru terbatas pada simulasi untuk
melihat nilai dan distribusi medan magnet pada sistem dua koil sebagai model sistem
kerja sistem sensor pada MIT. Untuk tahap selanjutnya ialah pembuatan model sistem
32
sensor MIT dengan jumlah koil yang bervariasi misal 16 koil atau 32 koil. Kemudian
pengujian suatu objek serta rekonstruksi citra dari hasil analisa objek tersebut dengan
menggunakan algoritma dengan berbagai metode yang ada. Karena keterbatasn waktu
serta pemakaian Comsol Multiphysics versi 4.3 yang merupakan versi terbaru dari
versi pendahulunya 3.5 dimana tampilan serta penggunaan yang cukup berubah
signifikan sehingga cukup terkendala pada penggunaan program ini karena harus
dipelajari dari dasar.
33
Daftar Pustaka
- Warsito, W. and L.S. Fan. 2001. Measurementsof Real Time Flow
Structure in Gas-Liquid and Gas-Liquid-Solid Flow Systems Using
Electrical Capacitance Tomography (ECT).
- Warsito. 2005. Review: Komputasi Tomografi dan Aplikasinya. Prosiding
Semiloka Teknologi dan Komputasi Serta Aplikasi.
- Yu, Z. Z., et al. 1995. A Review Of Electro-Magnetic Tomography At
UMIST. The Institution of Electrical Engineers. Printed and published by the
IEE, Savoy Place, London WCPR OBL, UK.
- Dekdouk, Bachir .2010.Image Reconstruction of Low Conductivity Material
Distribution using Magnetic Induction Tomography. School of Electrical and
Electronic Engineering, University of Manchester, UK
- Reinaldo, Rifki.2012. Pengembangan awal sistem Magnetic Induction
Tomography untuk pencitraan objek logam. Laporan kerja praktek lapangan.
Jurusan Fisika, UNJ – CTECH Laboratories, PT Edwar Teknologi.
- Syahrul Ullum, Dona. 2011. Aplikasi Magnetic Induction
Tomography.UNTIRTA-CTECH Labs. Edwar Technology
- Muchlisin. 2009. Pengembangan Multi-Modal Elecrtical Capacitance
Volume Tomography (ECVT) Sebagai Basis Untuk Pencitraan Tubuh
Manusia [skripsi]. Depok : Departemen Fisika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
- Peyton, A.J, et al. 1995. Elecromagnetic Imaging Using Mutual
Inductance Tomography: Potential for Process Aplications. Part.
Syst.Charact, vol.12, no. 12, pp.66-74.
- Peyton, A.J, et al. 1999. Development of Electromagnetic Tomography (EMT)
for Industrial Applications. Part 1: Sensor Design and Instrumentation. 1st
World Congress on Industrial Process Tomography, Buxton, Greater
Manchester.
34
- Saputra, Almushfi. 2009. Penghitungan Kapasitansi Pada Electrical
Capacitance Volume Tomography (ECVT) Dengan Menggunakan Metode
Artificial Neural Network [skripsi]. Depok: Departemen Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
- www. Wikipedia.com (2010)
35