ANALISA PERILAKU BANGUNAN RUMAH SAKIT TIPE B DENGAN
SISTEM EVAKUASI BERUPA RAMP TERPISAH DAN DISATUKAN
DENGAN STRUKTUR UTAMA
Rara Diskarani
1,* dan Elly Tjahjono
1
1Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
ABSTRAK
Bandung merupakan kota dengan perkembangan pertumbuhan yang pesat sehingga harus diimbangi dengan
peningkatan taraf kesehatan yang baik pula. Untuk mewujudkannya diperlukan penyediaan sarana kesehatan
yang baik yaitu rumah sakit. Rumah sakit harus memberikan rasa nyaman bagi para pasien dan penghuninya,
khususnya jika terjadi kebakaran, gempa atau bencana alam lainnya sehingga pasien dapat dievakusi secara
aman dan lancar. Oleh karena itu diperlukan perancangan sistem evakuasi berupa ramp. Ramp dapat dirancang
terpisah atau menyatu dengan struktur utama. Hal tersebut merupakan variasi pada penelitian ini. Setelah
dilakukan analisa terhadap perbandingan kekakuan, kekuatan dan daktilitas, diperoleh bahwa rumah sakit yang
rampnya menyatu memiliki kekakuan, kekuatan dan daktilitas yang dominan lebih besar dibandingkan rumah
sakit yang rampnya terpisah. Namun ketidakberaturan torsi pada bangunan yang rampnya disatukan tidak
terpenuhi sehingga dilakukan perbaikan terhadap struktur ini dengan menambah dinding geser pada salah satu
sisi bangunan.
Kata kunci: Daktilitas; kekakuan; kekuatan; ramp; rumah sakit
ABSTRACT
Bandung is a city with rapid growth of development and should be offset by increassing the level of good health.
To make it happen, it is required to have a good health facilities such as hospital. A hospital should provide
comfort to patients and other occupants, especially if there is a fire, earthquake or other natural disaster so that
patients can be evacuated safely. Therefore, it is necessary to design an appropriate evacuation system that is
ramp. Ramp can be designed separate or conected to the main structure. Those are 2 variation in this research.
After analysis of comparative strength, stiffness and ductility of the variations, found that hospital with ramp
conected to main structure has greater strength, stiffness and ductility than the hospital with ramp separated to
main structure. But hospital with conected ramp has high torsional irregularity (torsional irregularity 1b), so
this building has to be improved by adding shearwall on a side of the main building.
Key words: Ductility; stiffness; strength; ramp; hospital
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
PENDAHULUAN
Sesuai dengan perundangan konstruksi yang ada di Indonesia tentang standarisasi
sarana dan prasarana, bangunan negara harus direncanakan dan dirancang sebaik-baiknya
sehingga dapat memenuhi kriteria bangunan yang layak dari segi mutu, biaya dan kriteria
administrasi. Salah satunya setiap bangunan publik harus memiliki sistem evakuasi yang baik
sehingga apabila terjadi kebakaran, gempa atau bencana lainnya, penghuni rumah sakit dapat
dievakusi secara aman. Sistem evakuasi yang tepat dirancang di rumah sakit selain tangga
dan elevator adalah ramp.
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dianalisis perbandingan perilaku bangunan
rumah sakit yang didesain memiliki ramp terpisah dan menyatu dengan struktur utama,
setelah itu jika bangunan dengan ramp menyatu belum memenuhi syarat bangunan yang ada
maka akan dilakukan perbaikan sampai diperoleh bangunan rumah sakit yang memiliki
sistem evakuasi yang aman dan layak digunakan.
TINJAUAN TEORITIS
Bangunan Rumah Sakit Tipe B
Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya 4 spesialis dasar, 4 spesialis penunjang
medik, 8 spesialis lainnya dan 2 subspesialis dasar serta dapat menjadi RS pendidikan apabila
telah memenuhi persyaratan dan standar (Kementerian Kesehatan RI, 2010) [7].
Sistem Evakuasi Ramp
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Fungsi dapat digantikan
dengan elevator (fire lift) (Kementerian Kesehatan RI, 2012) [8]. Adapun persyaratan ramp
menurut pedoman teknik sarana dan prasarana rumah sakit kelas B yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 [7] adalah sebagai berikut :
a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7°, perhitungan
kemiringan tersebut tidak termasuk awalan dan akhiran ramp (curb ramps/landing).
b. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak boleh lebih dari 900 cm.
Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
c. Lebar minimum dari ramp adalah 120 cm dengan tepi pengaman.
d. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar
sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dan stretcher,
dengan ukuran minimum 160 cm.
Gambar 1. Bentuk-Bentuk Ramp
Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B Oleh Kementerian Kesehatan RI, 2010
[7]
Gambar 2. Kemiringan Ramp
Sumber : Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas B Oleh Kementerian Kesehatan RI, 2010
[7]
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Sistem Struktur Rumah Sakit
Portal
Sistem rangka portal memiliki kekakuan yang tinggi sehingga cocok untuk menahan
beban lateral. Kekakuan lateral suatu rangka kaku bergantung pada kekakuan elemen kolom,
balok dan sambungannya.
Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
Sistem rangka pemikul momen adalah sistem struktur yang pada dasarnya memiliki
rangka ruang pemikul beban gravitasi dan beban lateral. Sistem rangka pemikul momen
menengah digunakan untuk wilayah gempa 3 dan 4 dimana bangunan yang akan dirancang
ini terletak di Bandung yang memiliki zona gempa 4.
METODE PENELITIAN
Diagram Alir Penelitian
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
Sumber : Olahan Penulis
Variasi Penelitian
Pada penelitian ini akan dilakukan perancangan bangunan rumah sakit tipe B 4 lantai
yang berlokasi di Bandung. Terdapat 3 variasi pada penelitian ini yang pada dasarnya
memiliki denah yang sama namun perbedaannya terletak pada perencanaan ramp yang
didesain terpisah dan menyatu dengan struktur utama.
Menetapkan Layout Struktur Menentukan Sistem Struktur Menentukan dimensi elemen
struktur
Menentukan dimensi ramp
Mendesain Permodelan
• A. Bangunan yang memiliki ramp terpisah dengan struktur utama
• B. Bangunan yang memiliki ramp menyatu dengan struktur Utama
Pembebanan untuk kedua variasi bangunan
Analisa respon struktur dari kedua variasi bangunan
Analisa perbandingan berupa :
• Kekakuan direpresentasikan oleh Lendutan
• Daktilitas direpresentasikan oleh Simpangan
• kekanuan direpresentasikan oleh Gaya Geser Dasar
Perbaikan variasi bangunan B jika belum memenuhi persyaratan bangunan
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Bangunan A (Ramp didesain terpisah dengan struktur utama)
Gambar 4. Denah Struktur Lantai 1 dan 2 Bangunan A
Sumber : Olahan Penulis
Gambar 5. Denah Struktur Lantai 3 Bangunan A
Sumber : Olahan Penulis
Gambar 6. Denah Struktur Lantai 3 Bangunan A
Sumber : Olahan Penulis
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Bangunan B (Ramp didesain menyatu dengan struktur utama)
Denah Bangunan B sama dengan bangunan A. Perbedaannya terletak pada ramp
yang didesain menyatu dengan strukur utama, tidak seperti bangunan A yang diberi dilatasi
50 cm.
Bangunan C
Bangunan C adalah bangunan yang akan dimodelkan jika bangunan B belum
memenuhi persyaratan bangunan yang ada sehingga bangunan C adalah perbaikan dari
bangunan B. Sehingga pada penelitian ini selain akan dihasilkan perbandingan bangunan
yang desain ramp terpisah dan disatukan dengan struktur utama juga diperoleh bangunan
dengan ramp yang menyatu dengan struktur utama namun layak digunakan.
Penentuan Dimensi Komponen Struktur
Perencanaan Dimensi Balok Induk
Pada perencanaan balok induk pada pelat dua arah, persyaratan tinggi balok
minimum adalah 1/10 hingga 1/15 bentang.
Perencanaan Dimensi Balok Anak
Balok anak pada preliminary design di rencanakan berdimensi 20/40 cm.
Perencanaan dimensi balok anak diambil minimal 1/3 dimensi balok induk.
Perencanaan Dimensi Pelat
Gambar 10. Pelat X yang Ditinjau untuk Preliminary Design
Sumber : Olahan Penulis
Di dalam penentuan tebal pelat lantai, digunakan sample plat tipe X dengan data-
data sebagai berikut :
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
) = 560
) = 500
=
= 1,12
Untuk Balok melintang 40/80 dengan
panjang 600 cm
t = 12 cm
bw = 40 cm
h = 80 cm
bw + 2 x hw = 40 + 2x(80-12) = 176
bw + 8 hf = 40 + 8 x 12 = 136
Ib = 1/12 x bw x h3
= 1/12 x 136 x 903 = 8262000
Is = 1/12 x bs x t3
= 1/12 x 450 x 123 = 64800
α1 =
= 127,5
Untuk Balok memanjang 40/90 dengan
panjang 540 cm
t = 12 cm
bw = 40 cm
h = 90 cm
bw + 2 x hw = 40 + 2x(90-12) = 196
bw + 8 hf = 40 + 8 x 12 = 136
Ib = 1/12 x bw x h3
= 1/12 x 136 x 903 = 8262000
Is = 1/12 x bs x t3
= 1/12 x 432,5 x 123 = 62280
α2 =
= 132,66
Untuk Balok anak memanjang 20/40
dengan panjang 600 cm
t = 12 cm
bw = 20 cm
h = 40 cm
bw + 2 x hw = 20 + 2x(40-12) = 76
bw + 8 hf = 20 + 8 x 12 = 116
Ib = 1/12 x bw x h3
= 1/12 x 76 x 403 = 405333,33
Is = 1/12 x bs x t3
= 1/12 x 540 x 123 = 77760
α3 =
= 5,21
Untuk Balok anak memanjang 20/40
dengan panjang 540 cm
t = 12 cm
bw = 20 cm
h = 40 cm
bw + 2 x hw = 20 + 2x(40-12) = 76
bw + 8 hf = 20 + 8 x 12 = 116
Ib = 1/12 x bw x h3
= 1/12 x 76 x 403 = 405333,33
Is = 1/12 x bs x t3
= 1/12 x 450 x 123 = 64800
α4 =
= 6,95
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
αm =
=
= 68,08
Pada SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.3 [1] :
Tebal pelat dengan balok yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut :
Untuk αm >2,0, ketebalan pelat minimum tidak boleh kurang dari :
(
)
(
)
sehingga tebal pelat rencana 120 mm > 113,3 mm , dan tidak boleh kurang dari 90
mm, sehingga tebal pelat memenuhi.
Perencanaan Dimensi Kolom
Tabel 1. Beban yang Diterima Lantai 2, 3 dan Atap
Jenis Beban
Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai Atap
Mati 93749,4 82499,4 43323,3 11664
Hidup 20250 20250 10125 4050 Sumber : Olahan Penulis
o Dimensi Kolom Lantai 1 (Beban dari lantai 2, 3, 4 dan atap)
Mutu beton = 30 Mpa = 300 kg/cm2
0,33 x f’c =
Dimensi : A =
=
= 3686,5 cm
2
A = b2 = 3686,5
Sehingga b = 60,7 = 60 cm
Sehingga dimensi kolom lantai 1 = 60x60 cm
o Dimensi Kolom Lantai 2 (Beban dari lantai 3, 4 dan atap)
Mutu beton = 30 Mpa = 300 kg/cm2
0,33 x f’c =
Dimensi : A =
=
= 2389,4 cm
2
A = b2 = 2389,4
Sehingga b = 48,88= 50 cm
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Sehingga dimensi kolom lantai 2 = 50x50 cm
o Dimensi Kolom Lantai 3 (Beban dari lantai 4 dan atap)
Mutu beton = 30 Mpa = 300 kg/cm2
0,33 x f’c =
Dimensi : A =
=
= 959,487 cm
2
A = b2 = 959,487 cm
2
Sehingga b = 30,97 cm = 40 cm
Sehingga dimensi kolom lantai 3 = 40x40 cm
o Dimensi Kolom Lantai 4
Dimensi kolom lantai 4 disamakan dengan lantai 3 yaitu 40x40 cm
Tabel 4. Dimensi Balok Induk
Tipe Balok Induk Dimensi (cm)
B1 40/90
B2 40/70
B3 30/50
B4 40/80 Sumber : Olahan Penulis
Tabel 5. Mutu Beton
Jenis Mutu
Balok F’c 25 MPa
Kolom F’c 30 MPa
Pelat F’c 25 MPa
Tangga F’c 25 MPa
Ramp F’c 25 MPa Sumber : Olahan Penulis
Tabel 6. Mutu Baja Tulangan
Jenis Mutu
Pelat Beton f'c 25 Mpa, Baja Tulangan Fy 390 MPa D10
Balok Beton f’c 25 Mpa, Baja Tulangan Longitudinal Fy 390
MPa D22, Tulangan Sengkang Fy 390 MPa D10
Kolom Beton f’c 30 Mpa, Baja Tulangan Longitudinal Fy 390
MPa D22, Tulangan Sengkang Fy 390 MPa D10
Ramp Beton F'c 25 Mpa, Baja Tulangan Fy 390 MPa D10
Tangga Beton F'c 25 Mpa, Baja Tulangan Fy 390 MPa D10 Sumber : Olahan Penulis
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Perencanaan Dimensi Tangga
Syarat perencanaan tangga :
2t + i = 64 sampai 67
2x18 + i = 66
i = 30 cm
direncanakan :
lebar injakan (i) = 30 cm
tinjakan (t) = 18 cm
tebal pelat tangga = 14 cm
tebal pelat bordes = 14 cm
Tangga lantai 1 :
Jumlah tanjakan tangga ke bawah =
keatas
(n.t) =
= 14 buah
(n.i) = (n.t)-1 = 14-1 = 13 buah
Panjang horisontal tangga = 30 x 13
= 390 cm
Lebar bordes = 500 – 390 = 110 cm
Gambar 11. Tangga lantai 1
Sumber : Olahan Penulis
Tangga lantai 2 dan 3 :
jumlah tanjakan tangga ke bawah =
keatas
(n.t) =
= 12 buah
(n.i) = (n.t)-1 = 12-1 = 11 buah
Panjang horisontal tangga = 30 x 11
= 330 cm
Lebar bordes = 500 – 330 = 170 cm
Gambar 12. Tangga lantai 2 dan 3
Sumber : Olahan Penulis
Perencanaan Dimensi Ramp
o Lebar ramp = 250 cm
o Dimensi Bordes = 500x500 cm
o Jarak antar ramp = 80 cm
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
o Dimensi Kolom = 50/50 cm
o Dimensi Balok = 30/50 cm
o Tebal pelat ramp = 15 cm
o Sudut kemiringan ramp lantai 1
o = tan-1
(
) = 6,368
0
o Sudut kemiringan ramp lantai 2 dan 3
o = tan-1
(
) = 5,102
0
Gambar 13. Ramp
Sumber : Olahan Penulis
Pembebanan
Beban Mati
Beban Mati adalah berat seluruh bahan konstruksi gedung yang terpasang serta
komponen arsitektural dan struktural lainnya.
Beban Hidup
Menurut SNI 03-1727-1989 beban hidup untuk gedung rumah sakit digunakan
sebesar 250 kg /m2 , ruang pertemuan 400 kg/m
2 dan 100 kg/m
2 untuk beban pekerja (Atap)
(1989) [3].
Beban Hujan
Menurut SNI 03-1727-1989 beban terbagi rata air hujan adalah 40 – 0,8 α kg/m2,
dengan α adalah sudut kemiringan atap, dengan α > 500 dapat diabaikan (1989) [3].
Beban Gempa
Perancangan gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012 [2] dengan menggunakan
respon spektrum, dimana perlu diketahui jenis tanah untuk kemudian dibuat respon
spektrumnya.
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Gambar 14. Grafik Respon Spektrum
Sumber : Olahan Penulis
HASIL PENELITIAN
Gaya Geser Dasar Dinamik
Bangunan A
Tabel 7. Total Gaya Geser Dasar Struktur A
Gaya Geser Dasar (N)
Spec X (Fx) 7311084,46
Spec Y (Fy) 8184570,73 Sumber : Olahan Penulis
Bangunan B
Tabel 8. Total Gaya Geser Dasar Struktur B
Gaya Geser Dasar (N)
Spec X (Fx) 8455065,19
Spec Y (Fy) 9797585,78 Sumber : Olahan Penulis
Lendutan
Tabel 9. Lendutan dan Lendutan Izin Tiap Lantai Bangunan A dan B
Bangunan A Bangunan B
lendutan panjang
balok L/240 lendutan
panjang balok
L/480
Story 1 27,3849 10800 45 27,3786 10800 45
Story 2 27,3385 10800 45 27,3155 10800 45
Story 3 35,052 10800 45 34,9738 10800 45
Story 4 33,7543 10800 45 33,7536 10800 45 Sumber : Olahan Penulis
0
2
4
6
8
0 1 2 3Sa
T
Grafik Respon Spektrum
Series1
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Tabel 10. Lendutan dan Lendutan Izin Balok pada Bangunan C
Tipe Balok
Panjang Lendutan Lendutan Izin
(L/240)
B1 10800 1,49 45
B2 7200 4,524 30
B3 3600 0,687 15
B4 6000 1,699 25
9000 13,174 37,5
B5
2700 0,78 11,25
3600 1,727 15
4500 2,459 18,75
9000 6,822 37,5
10800 10,443 45
BK 1500 0,703 6,25 Sumber : Olahan Penulis
Simpangan
Tabel 11. Simpangan dan Simpangan Izin Antar Lantai Bangunan A dan B
Lantai/Story Tinggi Bangunan A Bangunan B Simpangan izin
Maksimum (0,015xh)
DispX DispY DispX DispY
STORY 1 Spec X 5000 36,3252 25,3679 24,5965 23,8518 75
Spec Y 5000 6,1998 38,6943 22,8082 39,5718 75
STORY 2 Spec X 9000 52,7689 34,9463 34,6039 32,8125 135
Spec Y 9000 9,0059 54,8097 32,0968 55,8447 135
STORY 3 Spec X 13000 69,118 38,0888 34,2739 34,3215 195
Spec Y 13000 10,7095 70,6869 29,265 72,4645 195
STORY 4 Spec X 17000 79,8985 42,5241 35,6658 40,6327 255
Spec Y 17000 12,3619 80,6971 25,5798 83,8133 255 Sumber : Olahan Penulis
Tabel 12. Simpangan dan Simpangan Izin Antar Lantai Bangunan C
Lantai/Story Tinggi
Bangunan C Simpangan izin
Maksimum (0,010xh)
DispX DispY
STORY 1 Spec X 5000 11,1558 11,0835 50
Spec Y 5000 4,9815 27,0886 50
STORY 2 Spec X 9000 17,3187 16,2958 90
Spec Y 9000 8,4306 44,043 90
STORY 3 Spec X 13000 20,9847 16,194 130
Spec Y 13000 9,9929 62,737 130
STORY 4 Spec X 17000 28,0073 20,8318 170
Spec Y 17000 11,0769 76,6176 170 Sumber : Olahan Penulis
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Shear Wall Design pada Bangunan C
Story PierLbl StnLoc EdgeBar EndBar EndSpcng ReqRatio CurrRatio PierLeg LegX1 LegY1 LegX2 LegY2 ShearAv B-
ZoneLft B-
ZoneRt Message
STORY1 P1 Top 20d 20d 80 0,0088 0,0098 T 1 0 0 3600 0 1,181 Boundary Zone Not Needed; Boundary Zone Not Needed;
Bot 20d 20d 80 0,0084 0,0098 B 1 0 0 3600 0 1,181 Boundary Zone Not Needed; Boundary Zone Not Needed;
STORY1 P2 Top 20d 20d 80 0,0084 0,0088 T 1 3600 0 10800 0 1,181 Boundary Zone Not Needed; Boundary Zone Not Needed;
Bot 20d 20d 80 0,0077 0,0088 B 1 3600 0 10800 0 1,181 Boundary Zone Not Needed; Boundary Zone Not Needed;
STORY2 P3 Top 20d 20d 150 0,0025 0,0054 T 1 0 0 3600 0 1,181 Boundary Zone Not Needed; Boundary Zone Not Needed;
Bot 20d 20d 150 0,0025 0,0054 B 1 0 0 3600 0 1,181 Boundary Zone Not Needed; Boundary Zone Not Needed;
STORY2 P4 Top 20d 20d 150 0,0025 0,0048 T 1 3600 0 10800 0 1,181 Boundary Zone Not Needed; Boundary Zone Not Needed;
Bot 20d 20d 150 0,0025 0,0048 B 1 3600 0 10800 0 1,181 Boundary Zone Not Needed; Boundary Zone Not Needed;
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
PEMBAHASAN
Gaya Geser Dasar Dinamik
Gambar 15. Gaya Geser Dasar Bangunan
A dan B
Sumber : Olahan Penulis
Berdasarkan grafik diatas, terlihat
bahwa baik pada gempa arah X maupun Y,
bangunan B memiliki gaya geser dasar
akibat gempa lebih besar dibandingkan
dengan bangunan A. Gaya geser dasar pada
bangunan merepresentasikan kekuatan
bangunan, hal ini ditunjukkan oleh besaran
gaya lateral yang mampu diserap oleh
bangunan sehingga semakin besar nilainya
maka bangunan semakin kuat menahan
gaya gempa. Sehingga apabila dilihat dari
gaya geser dasar akibat gempa, kekuatan
bangunan B lebih kuat 17,67 %
dibandingkan dengan bangunan A
dikarenakan dapat menyerap gaya geser
dasar lebih besar dibandingkan bangunan
A.
Lendutan
Gambar 16. Lendutan dan Lendutan Izin
Tiap Lantai
Sumber : Olahan Penulis
Berdasarkan SNI beton 03-2847-
2002, lendutan izin maksimum yang
diambil adalah L/240 [1]. Lendutan pada
kedua variasi bangunan memenuhi karena
kurang dari lendutan izin maksimumnya.
Berdasarkan tabel hasil lendutan diatas
terlihat bahwa lendutan maksimum yang
terjadi pada bangunan B sedikit lebih kecil
0,083 % dibandingkan dengan lendutan
pada bangunan A. Sehingga bangunan B
lebih kaku 0,083 % dibandingkan
bangunan A.
0
5000000
10000000
15000000
Spec X Spec Y
V (
N)
Gempa Arah X dan arah Y
Gaya Geser Dasar
Bangunan A
Bangunan B
01020304050
Dis
pla
cem
en
t
Story
Displacement
Bangunan A
Bangunan B
lendutan izinmaksimum
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Simpangan
Gambar 17. Simpangan dan Simpangan Izin Tiap Lantai
Sumber : Olahan Penulis
Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.12.1, simpangan antar lantai izin disyaratkan
0,015 hsx [2]. Dari tabel dan grafik diatas, telihat bahwa simpangan yang terjadi akibat beban
gempa arah X pada bangunan A lebih besar dibandingkan simpangan pada bangunan B,
namun akibat beban gempa arah Y pada bangunan B lebih besar dibandingkan simpangan
pada bangunan A. Sehingga disimpulkan bangunan B lebih daktail 81,46 % dalam arah X
sedangkan pada arah Y bangunan A lebih daktail 2,63 % dibandingkan bangunan B.
Evaluasi Bangunan B
Bangunan B perlu diperbaiki karena tidak memenuhi persyaratan bangunan dilihat
dari ketidakberaturan torsi dan simpangan yang terjadi .
Ketidakberaturan Torsi
Tabel 11. Simpangan Akibat Gaya Gempa Arah Y pada Bangunan B
Lantai δmax (mm)
δmin (mm)
δrata-rata
1,2xδrata-rata
1,4xδrata-rata
1 39,5718 17,962 28,7669 34,52028 40,27366
2 55,8447 25,8041 40,8244 48,98928 57,15416
3 72,4645 32,9613 52,7129 63,25548 73,79806
4 83,8133 39,3262 61,56975 73,8837 86,19765 Sumber : Olahan Penulis
Bangunan B termasuk kedalam kategori bangunan dengan ketidakberaturan torsi 1b.
Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.2.5.4, struktur tidak boleh mempunyai ketidakberaturan
torsi yang berlebihan yaitu ketidakberaturan struktur horizontal tipe 1b (δmax>1,4 δavg) [2].
0
50
100
150
200
250
300
Spec
X
Spec
Y
Spec
X
Spec
Y
Spec
X
Spec
Y
Spec
X
Spec
Y
STORY 1 STORY 2 STORY 3 STORY 4
Sim
pan
gan
(m
m)
Simpangan Tiap Lantai
Bangunan A (disp X)
Bangunan A (disp Y)
Bangunan B (disp X)
Bangunan B (disp Y)
Simpangan izin
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Simpangan
Gambar 11. Simpangan di Lantai 4
Bangunan B
Sumber : Olahan Penulis
Dilihat dari grafik simpangan
dilantai 4 diatas, terlihat bahwa pada
bangunan B, akibat gempa arah X justru
mengakibatkan simpangan terbesar diarah Y.
Hal ini terjadi karena bangunan B mengalami
puntir, sehingga perlu dilakukan perbaikan
terhadap struktur bangunan B.
Bangunan C
Bangunan C merupakan hasil perbaikan dari bangunan B yang belum memenuhi
persyaratan bangunan. Perbaikan dilakukan dengan menambahkan dinding geser (shear wall)
di daerah yang memiliki kekakuan yang lemah.
Dimensi Shearwall
Total panjang = 10,8 m
Tebal = 1 m
Tinggi = 9 m (2 lantai)
Lokasi Shearwall
Shear wall diletakkan di As 1 – AD pada lantai dasar hingga lantai 2
Gambar 11. Lokasi Shearwall
Sumber : Olahan Penulis
020406080
100B
angu
nan
A
Ban
gun
an B
Ban
gun
an A
Ban
gun
an B
Spec X Spec Y
Sim
pan
gan
(m
m)
Simpangan di Lantai 4
Simpangan X
Simpangan Y
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
Pengecekan Lendutan
Berdasarkan SNI beton 03-2847-2002, lendutan izin maksimum yang diambil adalah
L/240 [1]. Lendutan maksimum yang terjadi adalah 13,174 mm dibawah lendutan izin
maksimum yaitu 37,5 mm sehingga memenuhi.
Pengecekan Simpangan
Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.12.1, simpangan antar lantai izin disyaratkan
0,01 hsx [2]. Pada bangunan ini diambil simpangan izin antar lantai 0,010 hsx, karena
bangunan rumah sakit 4 tingkat dan didesain shear wall. Dilihat dari tabel simpangan yang
terjadi dibawah simpangan izin maksimum sehingga terpenuhi.
Pengecekan Ketidakberaturan Torsi
Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.2.5.4, struktur tidak boleh mempunyai
ketidakberaturan torsi yang berlebihan yaitu ketidakberaturan struktur horizontal tipe 1b [2].
Tabel Simpangan akibat gempa arah X
Lantai δmax (mm)
δmin (mm)
δrata-rata
1,2xδrata-rata
1,4xδrata-rata
1 11,1558 6,2231 8,68945 10,42734 12,16523
2 17,3187 7,6198 12,46925 14,9631 17,45695
3 20,9847 9,4118 15,19825 18,2379 21,27755
4 28,0073 19,0026 23,50495 28,20594 32,90693 Sumber : Olahan Penulis
Tabel Simpangan akibat gempa arah Y
Lantai δmax (mm)
δmin (mm)
δrata-rata
1,2xδrata-rata
1,4xδrata-rata
1 27,0886 22,0383 24,56345 29,47614 34,38883
2 44,043 34,3706 39,2068 47,04816 54,88952
3 62,737 44,8973 53,81715 64,58058 75,34401
4 76,6176 54,6491 65,63335 78,76002 91,88669 Sumber : Olahan Penulis
Dilihat dari tabel diatas, terlihat bahwa akibat gempa arah X di setiap lantai
bangunan C termasuk kedalam kategori ketidakberaturan torsi 1a dikarenakan 1,2 δavg<δmax<
1,4δavg, sedangkan akibat gempa arah Y di setiap lantai bangunan C termasuk kedalam
kategori tanpa ketidakberaturan torsi dikarenakan δmax< 1,2δavg. Sehingga jika dilihat dari
ketidakberaturan torsi, bangunan C memenuhi dikarenakan memiliki ketidakberaturan torsi
1a.
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
PENUTUP
Pada penelitian ini dilakukan analisa perbandingan bangunan A dan bangunan B.
Bangunan A adalah bangunan rumah sakit yang memiliki sistem evakuasi berupa ramp yang
terpisah dengan struktur utama sedangkan bangunan B adalah bangunan rumah sakit yang
desain rampnya menyatu dengan struktur utama. Bangunan C merupakan perbaikan dari
bangunan B yang belum memenuhi persyaratan bangunan.
Perbandingan Respon Struktur Bangunan A dan bangunan B
o Bangunan A dan B memenuhi gaya geser dasar dinamik minimal, lendutan dan
simpangan sesuai dengan peraturan.
o Dari segi kekuatan, bangunan B lebih kuat 17,67% dibandingkan bangunan A.
hal ini terlihat dari gaya geser dasar bangunan B lebih besar dibandingkan
bangunan A, sehingga bangunan B dapat menerima gaya gempa lebih besar
dibandingkan bangunan A.
o Dari segi kekakuan, bangunan B lebih kaku 0,083% dibandingkan bangunan A.
Hal ini terlihat dari besarnya lendutan pada bangunan B lebih kecil dibandingkan
bangunan A.
o Dari segi daktilitas, pada arah X bangunan B lebih daktail 81,46% dibandingkan
bangunan A, namun sebaliknya pada arah Y bangunan A lebih daktail 2,63%
dibandingkan bangunan B. Hal ini terlihat dari simpangan yang terjadi akibat
gempa arah X lebih besar pada bangunan A dibandingkan B sedangkan akibat
gampa arah Y simpangan yang terjadi pada bangunan B lebih besar
dibandingkan bangunan A.
o Tingkat ketidakberaturan torsi bangunan B lebih tinggi dibanding kan bangunan
A. bangunan B mencapai tingkat ketidakberaturan horisontal 1b.
Bangunan B perlu dilakukan perbaikan dikarenakan termasuk dalam kategori
bangunan dengan ketidakberaturan horisontal 1b sehingga dilakukan perencanaan
bangunan C.
Perbaikan bangunan B (Bangunan C) dengan menambah shearwall setebal 1 m pada
As 1 – AD dari lantai dasar hingga lantai 2.
Bangunan C memenuhi persyaratan bangunan dilihat dari :
o Lendutan pada struktur utama dan pada ramp kurang dari lendutan izin
maksimum.
o Simpangan tiap lantai kurang dari simpangan izin antar lantai
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013
o Bangunan C termasuk dalam kategori bangunan dengan tingkat ketidakberaturan
horisontal 1a.
KEPUSTAKAAN
1. Balitbang PU.2002. SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
unyuk Bangunan Gedung. Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum.
2. Balitbang PU. 2012. SNI 03-1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung. Bandung: Kementerian
Pekerjaan Umum.
3. Balitbang PU. 1989. SNI 1727-1989 tentang Perencanaan Pembebanan untuk Rumah
dan Gedung. Bandung: Kementerian Pekerjaan Umum.
4. Bina Marga. 1990. Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan No. 008/T/BNKT/1990.
Jakarta: Bina Marga
5. Departemen PU. 2006. Perencanaan Sistem Drainase Jalan Pd. T-02-2006-B. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum.
6. Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan. 2010. Pedoman Teknis Sarana dan
Prasarana Rumah Sakit Kelas B. Jakarta: Kementerian Kesehatan
7. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. 2012. Pedoman
Penyusunan Rencana Induk (Master Plan) Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan
8. Tim Penyusun. 2013. Buku Pedoman Mata Kuliah Proyek. Depok: Departemen Teknik
Sipil Universitas Indonesia
9. Gunawanto, Yoga. Perancangan Modifikasi Struktur Gedung Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Kepanjen Malang dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus
Untuk Bangunan di Aceh. Surabaya: Teknik Sipil FTSP ITS
10. Manajemen Rumah Sakit. RS bagi Penyandang Disabilitas: Fisik Terbatas, Akses
Terbatas.
http://manajemenrumahsakit.net/2012/11/rs-bagi-penyandang-disabilitas-fisik-
terbatas-akses-terbatas-6/
11. Pramono, Dadang. 2011. Modifikasi Perancangan Gedung umah Sakit Royal Surabaya
Mengunakan Balk Pratekan. Surabaya: Teknik Sipil FTSP ITS
Analisa perilaku..., Rara Diskarani, FT UI, 2013