1
ANALISIS ADAPTASI NOVEL GRAFIS FRANZ KAFKA
“DER PROCESS” PERWUJUDAN KRITIK KEKUASAAN BIROKRASI PERADILAN
Nur Shafa Nadhilah, Lily Tjahjandari
Program Studi Jerman FIB UI, Depok 16424, Indonesia
E-Mail: [email protected]
Abstrak
Karya adaptasi dewasa ini menjadi opsi penyampaian wacana dan perspektif yang kemudian diakui sebagai karya yang otonom. Salah satunya yakni adaptasi novel Der Process karya Franz Kafka dalam wahan novel grafis oleh Chantal Montellier dan David Zane Mairowitz. Der Process hadir bagaikan ramalan akan teror dan kegelisahan masyarakat modern dalam kungkungan kekuasaan dan birokrasi pemerintah. Keterlibatan dalam peristiwa terkait mungkin terjadi, namun tidak semua individu siap dan mampu berjuang hingga akhir. Sebagaimana yang tergambar dalam karya ini, Josef K. ditangkap tanpa diberitahu kesalahannya dan harus melalui berbagai peristiwa yang membuatnya bersentuhan dengan birokrasi peradilan yang kuat, dan sewenang-wenang. Citraan dan pemadatan cerita akan dehumanisasi dan pemerintahan tiran dalam wahana novel grafis ini membentuk wahana penceritaan yang tajam akan kemuraman, keterasingan, dan keputusasaan ala Kafkaesk. Kata Kunci: Franz Kafka, Novel Grafis, Citraan, Birokrasi, Kekuasaan, Pengadilan, Tertekan, Kafkaesk
Adaptation Analysis of Franz Kafka’s “Der Process” Graphic Novel Edition – Authority Critics in Trial’s Bureaucracies
Adaptation becomes one of the option to pronounce discourse and perspective, which is recognized as an autonomous work. One of them is adaptation work from Franz Kafka’s greatest novel Der Process, that is adapted in graphic novel by Chantal Montellier and David Zane Mairowitz. Der Process stood as prophecy of terror and torture of modern society within the confines of power and government bureaucracy. Involvement in such related events may happen, but not all people are ready and able to fight. As depicted in the graphic novel “Der Process”, Josef K. is arrested without knowing his faults and forced to struggle against an absurd judicial process that over powerful and absolute. The graphic novel’s illustrations, that have been through a process of elimination, construct sharper medium of storytelling, that feature gloom, alienation, and despair that reinforce Kafkaesk milieu. Key words: Franz Kafka, Graphic Novel, Illustration, Bureaucracy, Power or Authority, The Trial, being pressured, Kafkaesk
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
2
Pendahuluan
Sebuah karya sastra dapat diadaptasi ke dalam wahana lain dan secara sah diakui sebagai
keberagaman bentuk olah karya. Literaturadaption mengacu pada peralihan medium suatu karya
yakni teks, gambar, dan bunyi. Karya adaptasi awalnya berbasis dari cerpen, dongeng, novel, dan
naskah drama, namun kini hanya dari sastra kanon. Sastra kanon merupakan karya lintas periode,
yang diinterpretasi, dikritik, dan diadaptasi menjadi karya dalam wahana lain serta menimbulkan
efek responsif pada karya selanjutnya. Salah satunya yakni karya Franz Kafka yang diadaptasi ke
dalam drama radio, opera, film, lukisan, dan novel grafis, Der Process. Perubahan wahana
penyampaian dalam karya adaptasi tentu berpengaruh pada penceritaan, penokohan, perspektif,
dan wacana yang disuguhkan. Hal tersebut menjadi pembahasan dalam jurnal ini
Jurnal ini memaparkan bagaimana proses adaptasi dapat membatasi atau bahkan
membuka kemungkinan baru dalam bercerita atau dalam kata lain mengupas apakah karya
adaptasi dalam satu wahan baru, tetap mempertahankan persektif atau justru mengambil langkah
yang berseberangan. Unsur pembangun cerita antara wahana tentu beragam dan akan mengalami
proses pengkodean ulang untuk membangun dunia penceritaan yang baru. Proses ini dapat
diikuti dengan jelas dalam adaptasi novel karya Franz Kafka dalam wahana novel grafis karya
Chantal Montellier dan David Zane Mairowitz, Der Process.
Der Process merupakan karya Franz Kafka yang ditulis dari tahun 1914 hingga awal
1915 yang diterbitkan tahun 1925. Kafka menuliskan karya ini dalam sebuah buku catatan tak
berurut dan terhenti penulisannya, yang kemudian dilanjutkan dan diatur babnya oleh Max
Brod1. Sementara versi novel grafis terbit dalam bahasa inggris pada tahun 2008 dan
ditranslasikan dalam bahasa jerman pada tahun 2013 dengan menggunakan kalimat-kalimat
sesuai novel sumber, bukan translasi langsung dari novel grafis versi bahasa inggris2.
Der Process menyajikan pengalaman keterlibatan kekuasaan (Macht), yang secara
kontinu ditampilkan Kafka dalam karyanya, yakni seputar birokrasi. Kafka ingin
menggambarkan kekuasaan pemerintahan (Bürokratie Herrschaft) sebagai tekanan keras yang
ada dalam keseharian masyarakat dan juga menjadi penyebab deformasi3 karakter seseorang,
dalam hal ini tokoh utama, Josef K. Kekuasaan yang menekan masyarakat disimbolkan dengan 1 Max Brod merupakan penulis novel dan esai berbahasa jerman dan dikenali khalayak sebagai teman, editor karya-karya dan penulis biografi Franz Kafka http://www.britannica.com/biography/Max-Brod diakses pada 04 Februari 2016 2 Informasi didapatkan dari penulis narasi, David Zanz Mairowitz, melalui daring. 3 Deformasi adalah perubahan bentuk atau wujud dari yang baik menjadi kurang baik http://kbbi.web.id/deformasi diakses pada 04 februari 2016 pukul 16:55
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
3
sistem peradilan atau hukum yang rumit dan didukung oleh kekuasaan yang tak terlihat dan
absolut. Dengan begitu masyarakat sering merasa menjadi korban akan kekuasaan dan hanya
menjadi objek yang dimainkan oleh kekuatan yang lebih superior. Masarakat pun meragukan
dirinya sebagai makhluk yang otonom karena merasa dilemahkan hak-haknya. Hal itu
diperburuk dengan kondisi masyarakat yang kebanyakan merawa awam dengan sesuatu yang
berbau hukum dan pemerintahan serta tidak memiliki ketertarikan untuk memiliki wawasan
dasar akan itu. Masyarakat yang dalam kesehariannya sudah bersentuhan dengan birokrasi pun
belum tentu mampu menghadapi peristiwa terkait. Antar satu bidang dengan yang lain
memungkinkan memiliki persamaan secara struktural dalam birokrasi, persaingan, konflik
kekuasaan, dan hirarkinya, namun metode penerapannya pasti berbeda, terutama dalam ranah
hukum yang seringkali menimbulkan ketakutan yang jauh melampaui bayangan, misalnya
dengan adanya ancaman dan intimidasi yang Josef K dapatkan dalam novel ini.
Pada penelitian adaptasi terhadap novel “Der Process” karya Franz Kafka ke dalam
novel grafis dengan judul yang sama oleh Chantal Montellier dan David Zane Mairowitz ini,
penulis tertarik pada isu kekuasaan pemerintahan (Bürokratie) dan hukum yang diangkat dalam
cerita dan ingin mengetahui lebih dalam mengenai jenis adaptasi yang digunakan oleh penulis
narasi dan pelukis ilustrasi novel grafis dan bagaimana hal itu berpengaruh pada penceritaan
yang dibangun. Kemudian penggambaran tokoh utama, Josef K., sebagai pihak yang tidak
bersalah menghadapi rentetan tekanan dan tuduhan dalam proses peradilannya juga akan
ditonjolkan dalam penelitian ini karena menjadi deskripsi yang nyata bagaimana ketidaktahuan
akan hukum dan kekuasaan pemerintahan membuat seseorang, yang berpendidikan dan bekerja
dalam lingkup profesional yang tinggi, pun menghadapi tekanan yang menyesakkan untuk
memahami jalannya birokrasi. Lalu kritik dan wacana apa saja yang ditekankan dalam novel
grafis ini akan menjadi pembahasan lebih lanjut diperbandingkan dengan teori birokrasi idel Max
Weber, apakah ada kesesuaian atau justru berseberangan dengan fakta penceritaan. Keseluruhan
penelitian dan pembahasan hal tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan hasil dari suatu karya
adaptasi (Adapationwerke) antara suatu bentuk seni tertulis (karya sastra novel) ke dalam bentuk
novel grafis (graphische Novel atau Komik) Der Prozess karya Franz Kafka, melihat pencitraan
atau visualisasi dari teks, melihat perubahan awal-akhir cerita dan perspektif, dan menilai
ketersampaian maksud, kritik serta wacana saat suatu karya disampaikan melalui wahana lain.
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
4
Tinjauan Teoritis
„Adaptiert von.. / Nach..“ atau „diadaptasi dari..“ merupakan keterangan yang sering
terpampang pada poster film, halaman judul novel, dan album musik. Keterangan itu
menandakkan bahwa ada karya induk yang menginsipirasi kehadiran produk tersebut, produk
adaptasi. Seperti menurut Gérard Genette dalam buku A Theory of Adaptation bahwa karya
adaptasi ada pada “second degree” atau tingkat kedua. Namun karya ini tentu dipandang sebagai
karya yang otonom, dapat dikritik dan diinterpretasi (Bluestone dalam Hutcheon, 2006: 6),
seperti kutipan berikut yang menyatakan bahwa adaptasi menawarkan berbagai elemen dari
cerita yang memang bisa dan dianggap terpisah oleh para pengadaptasi.
What the phenomenon of adaptation suggests, […], the various elements of the story can and are considered separately by adapters and by theorists, if only because technical constraints of different media will inevitably highlight different aspects of that story (Gaudreault and Marion dalam Hutcheon, 2006: 6)
Terjemahan Fenomena adaptasi menunjukkan, […], bahwa berbagai elemen cerita bisa dan dianggap terpisah oleh pelaku adaptasi dan para teoritikus karena kendala teknis media yang berbeda pasti akan menyoroti aspek yang berbeda plula dari cerita.
Adapatasi dipahami sebagai pengulangan namun bukan penjiplakan yang dilatarbelakangi oleh
banyak tujuan yaitu adanya desakan untuk mengkonsumsi dan menghapus ingatan dari teks
sumber atau menyalin sebagai bentuk penghormatan akan karya yang diadaptasi (Greenberg
dalam Hutcheon, 2006: 7). Proses adaptasi terbagi menjadi dua jenis, yakni adaptasi tematik dan
struktur. Adaptasi tematik merupakan proses penciptaan rangaian cerita baru yang terinspirasi
dari salah satu bagian dari karya sumber, sementara adaptasi struktur merupakan adaptasi lintas
wahana yang mempertahankan ide cerita secara utuh. Elemen yang diadaptasi yaitu tema,
kejadian, latarbelakang, tokoh, tujuan, sudut pandang, konteks, simbol, citraan, dll (Hutcheon,
2006: 10). Simbol memiliki pembahasan khusus dalam penelitian ini karena kekuasaan dan
birokrasi hadir dengan berbagai rupa simbol untuk menancapkan kekuasaan dan melegitimasinya
menjadi wewenang. Peran simbol akan dijabarkan dengan teori semiotika Pierce dengan fokus
simbol referensial dan kondensasi (Edelman, 1985: 6). Contoh adaptasi tema yakni karya Kafka
dengan tema identik keputusasaan (Kafkaesk) diadaptasi ke banyak panggung pertunjukkan
teater yang biasa berkonsentrasi pada padu padan dialog dan pembangunan suasana yang serius
dan kental yang cocok dengan tema semacam itu. Produk adaptasi kini bukan hanya film dan
drama, tapi juga musik, , permainan video, dan novel grafis.
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
5
Teori novel grafis juga menjadi dasar penelitian ini karena novel grafis memiliki elemen
penceritaan yang berbeda dengan novel konvensional, yang kemudian menjadi elemen yang
membatasi dan memperluas penceritaan. Novel grafis merupakan sarana untuk
mengkomunikasikan perspektif, opini, bahkan pesan sosial dan politik (Dominique Girard,
2009). Pengertian dan struktur novel grafis disamakan dengan komik sehingga dipahami dalam
buku Understanding Comic bahwa komik didefinisikan oleh Scott McCloud sebagai gambar-
gambar dan simbol-simbol lain yang terjukstaposisi dalam suatu urutan dengan maksud
memberikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca. Elemen dalam novel
grafis adalah panel, sudut pandang, balon kata, parit, bunyi huruf, cerita, splash, ilustrasi, garis,
dan simbol. Teks dan gambar berperan penting dalam keberhasilan penyampaian maksud (Rippl
dan Etter, 2013: 197) dan memilliki fungsi diterangkan-menerangkan (Eisner 1985: 59). Dalam
proses adaptasi terdapat elemen yang langsung dapat ditransfer ke media adaptasi (dari narasi ke
visual), yaitu elemen cerita narasi, seperti plot, tokoh, setting, peristiwa, dan tema. Perubahan
fungsi distribusi dilakukan melalui beberapa tahapan dan paling dominan adalah eliminasi narasi.
Proses ini wajar karena presentasi visual dapat menyingkat informasi yang harus muncul dalam
narasi verbal atau tekstual.
Untuk pemaparan wacana dan perspektif yang ditekankan dalam karya adaptasi novel
grafis ini, penulis menggunakan teori birokrasi ideal Max Weber sehingga dapat tersaji
perbandingan dengan fakta penceritaan. Birokrasi Weberian secara ideal menolak politik satu
pemimpin (monokratie) dan menjunjung birokrasi yang dilandasi prinsip kolegalitas4. Ciri
birokrasi ini, dalam Wirtschaft und Gesellschaft, antara lain adalah pejabat secara rasional bebas,
tetapi dibatasi oleh jabatannya, jabatan disusun oleh tingkat hierarki dari atas ke bawah dan
kesamping dengan konsekuensi perbedaan kekuasaan, setiap pejabat sama sekali tidak
dibenarkan menjalankan jabatannya untuk kepentingan pribadi, tindakan organisasi bersifat
impersonal, melibatkan eksekusi atas kebijakan publik, dan sentralisasi koordinasi, komunikasi,
dan kontrol Kondisi birokrasi ini kemudian berpengaruh pada relasi antara yang berkuasa dan
dikuasai, perlakuan aparat sebagai pengendali dan pengawal jalannya kekuasaan pada kelas yang
dipimpin, dan kekuatan dari kekuasaan tersebut.Yang perlu diperhatikan dalam usaha
perbandingan tipe ideal dengan fakta dalam karya adalah bahwa tipe ideal ini sendiri merupakan
4 http://www.olev.de/b/max-weber-buerokratie.htm (diakses pada 13 Mei 2016 / 00:22)
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
6
hasil pemikiran ilmiah Weber, sehingga tentu tidak mudah diterapkan dalam situasi sosial
tertentu dan keidealitasan ini belum tentu menjadi yang „sebagaimana mestinya”.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan kajian pustaka dan menggunakan
teori naratologi, adaptasi, dan kekuasaan birokrasi Max Weber guna menampilkan perbandingan
gambaran tipe ideal birokrasi dengan fakta yang dibangun dalam penceritaan. Langkah awal
dalam penelitian ini adalah menentukan sumber data primer dan sekunder yang mendukung
penelitian karya adaptasi ini. Lalu terpilihlah karya adaptasi yang menjadi korpus data yakni
novel grafis Der Process karya Chantal Montellier dan David Zane Mairowitz didampingi novel
sumber Der Process karya Franz Kafka. Langkah kedua yakni menentukan teori yang akan
digunakan sebagai landasan pembahasan penelitian. Kemudian diikuti langkah ketiga yaitu
menentukan bab yang akan dijadikan fokus pembahasan dengan cara memilah dan
mengklasifikasi kalimat (narasi dan dialog) dan citraan yang terdapat dalam korpus data dalam
beberapa aspek. Pengelompokkan dibagi menjadi beberapa fokus analisis yakni hal-hal yang
menggambarkan proses tokoh utama, sebagai yang tidak bersalah, menjalani jeratan peradilan
dan hal-hal yang terkait dengan simbol birokrasi, hukum, dan kekuasaan. Setelah itu masuk
dalam analisis karya adaptasi yang berpegang pada novel sumber dan kesesuaian penerapan
teori. Penelitin ini ditutup dengan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dengan menjelaskan
proses adaptasi dari citraan atau visualisasi teks ke gambar hingga ketersampaian kritik dan
wacana yang ditekankan.
Hasil Penelitian
Pada pembahasan proses adaptasi dari novel konvensional ke novel grafis nampak
pergerakan elemen distribusi antar wahana. Elemen novel sumber, Der Process, dibangun oleh
elemen tunggal yakni elemen cerita (tokoh, penokohan, alur, latar belakang, dan sudut pandang).
Sedangkan penceritaan novel grafis terdiri dari dua elemen yaitu elemen cerita narasi (plot,
tokoh, setting) dan visual (panel, sudut pandang, balon kata, parit, bunyi huruf, cerita, splash
atau panel inti, ilustrasi, garis, dan simbol). Kata dialihkodekan menjadi gambar dan paragraf
menjadi satu panel atau lebih. Alur berjalan dengan adanya susunan dan jarak antar panel seperti
dijelaskan oleh McCloud dalam bukunya, Understanding Comics, bahwa komik adalah
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
7
sequential art5. Pengambilan contoh bagaimana novel grafis membangun penceritaannya akan
dipaparkan pada sub pembahasan. Berikut bagan yang menyajikan proses perubahan struktur
narasi kedua wahana.
Proses adaptasi yang dijalankan oleh David Zane Mairowitz dan Chantal Montellier ini tergolong
adaptasi struktur, bukan tematik, dengan pertimbangan bahwa alur, sudut pandang, dan elemen
kunci masih dalam benang merah novel sumber dan mempertahankan pengembangan cerita
dengan perspektif ala Kafka. Penulis narasi dan pelukis ilustrasi tidak memilih pandangan
tertentu untuk menciptakan rangkaian cerita baru, namun keduanya melakukan klasifikasi
beberapa peristiwa untuk kemudian ditonjolkan dan diperkuat wacananya.
Ide utama novel grafis Der Process yakni seseorang yang dikenai tuduhan hingga
dieksekusi tanpa tau penyebabnya. Segala usaha tokoh utama, Josef K., dalam rangka
menjunjung kebebasan pribadinya yang tak bersalah dalam memahami jeratan peradilan menjadi
menjadi inti perkembangan alur. Hal yang menyulitkan tokoh K. adalah ia lambat menyadari
bahwa yang ia hadapi bukan instansi hukum biasa, namun pengadilan yang berjalan tertutup
dengan hakim yang tak terlihat, dakwaan yang tersembunyi, dan eksekusi yang berjalan tanpa
keputusan hakim, dan tanpa proses peradilan. Sebagaimana penyataan Kaiser berikut ini,
5 Terjemahan Gambar yang berurutan. Lebih lanjut McCloud dalam Understanding Comics menjelaskan pengertian komik yakni “Juxtaposed pictorial and other unages in deliberate sequence, intended to convey information and/or to produce an asthetic response in the viewer” atau gambar-gambar dan symbol-simbol lain yang terjukstaposisi dalam suatu urutan dengan maksud memberikan informasi dan atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
8
Was sich ihm als Erkenntnis verschlieβt, ist aber, dass sein “Prozess nichts mit einem im üblichen Sinne juristischen Prozess zu tun hat, sondern mit seinen unsichtbaren Richtern, der verhemlichten Anklageschrift und der Hinrichtung ohne eigentlichen Urteilsspruch eher das Gegenbild des ordentlichen Prozessablaufs ist (Kaiser dalam Groβe, 2006: 46-47).
Terjemahan Namun yang ia tidak ketahui yakni bahwa peradilannya tidak terkait sama sekali dengan lembaga hukum biasa, namun dengan hakim yang tak terlihat, dakwaan yang disembunyikan dan eksekusi yang dijalankan tanpa proses dan putusan peradilan yang sebenar-benarnya.
Penggambaran K., sebagai pihak yang tidak bersalah yang menghadapi peradilannya, dapat
dilihat dari citraan-citraan pada langkah awalnya mencerna situasi penangkapan dengan mencari
kejelasan instansi yang menangkapnya, mempertanyakan kesalahannya dan dimana surat
penangkapannya serta menyanggupi untuk hadir pada pemeriksaan pertama. Kegigihan K. untuk
memahami perkara dan proses penghakiman atas dirinya yaitu dengan bertemu berbagai pihak
yang terkait dengan pengadilan seperti pengacara Huld, pelukis pengadilan Tittorelli, dan pastur
penjara. Kemudian citraan dan penceritaan mengenai berbagai proses birokrasi yang rumit dan di
luar kepatutan menguatkan posisi K. sebagai pihak yang „dijatuhi“ perkara tanpa melakukan
pelanggaran apapun sebelumnya. Proses birokrasi tersebut antara lain proses penetapan tokoh
utama sebagai tersangka yang cacat hukum dan tidak diperhitungkannya hak dasar terdakwa
dalam persidangan (Recht auf Belehrung und Unterrichtung)6.
Melalui penceritaan akan tokoh utama yang kental akan suasana tertekan, terasing, dan
getir, Chantal Montellier dan David Zane Mairowitz, ingin menitikberatkan pada kritik dan
wacana mengenai ketidakidealan birokrasi yang membayangi kehidupan modern dan
ketidaksadaran serta ketidakpedulian individu dalam komunitas sosial akan hal tersebut yang
memperburuknya. Bersamaan dengan hal itu birokrasi yang hadir sebagai fakta penceritaan
ditampilkan sudah sesuai dengan „syarat“ birokrasi ideal ala Max Weber, misalnya memiliki
hierarki kekuasaan, peraturan, dan bersifat tertutup akan pengaruh luar. Namun keidelitasan
tersebut berujung pada kerusakan yang lebih hebat lagi pada tatanan masyarakat dan
memunculkan aksi tidak percaya masyarakat pada penguasa dan instansi yang dipimpinnya. Ironi
tersebut menjadi titik untuk penulis membandingkan teori birokrasi ideal Weber dengan visinya
yang pro rakyat dengan fakta penceritaan dalam novel grafis yang cenderung berseberangan.
6 http://ec.europa.eu/justice/criminal/criminal-rights/right-information/index_de.htm (diakses pada 25 Mei 2016/23:01)
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
9
Pembahasan
Bagian ini memaparkan inti penelitian yakni analisis adaptasi, naratologi umum, dan
analisis ini kritik kekuasaan birokrasi peradilan yang diilustrasikan dalam novel grafis. Bab ini
juga dilengkapi dengan pembahasan unsur yang berperan dalam penceritaan novel grafis karya
Chantal Montellier dan David Zane Mairowitz, yaitu tokoh dan penokohan, sudut pandang, alur,
latar waktu dan ruang yang disampaikan sesuai konvensi novel grafis.
Analisis Adaptasi Novel Grafis Der Process
Novel grafis ini terbit dalam bahasa inggris pada tahun 2008, lalu ditranslasikan dalam
bahasa jerman pada tahun 2013 oleh Anja Kootz dengan menggunakan kalimat sesuai novel
sumber7. Der Process dalam wahana ini menyajikan pencitraan dengan alur yang sama dengan
novel sumber yang menggambarkan seseorang yang tidak bersalah terjerat dalam cengkraman
birokrasi pengadilan dan tenggelam dalam kekuasaan yang tak terlihat dan mustahil diabaikan.
Sebagaimana menurut Reiner Stach,
Der Prozess ist ein “Monstrum” und “ Finsternis, wohin man blickt” (Stach 2004:537) Terjemahan
Der Process bagaikan monster dan kegelapan, kemanapun memandang.
Tempo penceritaan novel grafis begitu cepat dan disajikan dengan ilustrasi kontras hitam
putih dengan piktorial dan tema ala Film-noir8. Pemilihan suasana ini mendukung keluarnya
citraan yang sesuai dengan penceritaan novel sumber. Novel grafis ini dibangun dengan gaya
distopia yaitu kondisi serba kekurangan dan penuh teror yang tampil dengan elemen pembangun
cerita dehumanisasi, pemerintahan tiran, dan latar belakang ruang yang buruk. Gaya penyajian
piktorial itu merupakan ciri dari gaya realis dan surreal9 ala Kafkaesk10. Sudut pandang
penceritaan dalam novel grafis disampaikan dengan gaya Kafka, yakni“monoperspektivishe und
einsinnege Narration” atau perpektif tunggal searah (Schmitz-Emans, 1982: 114). Ilustrasi tokoh
utama, Josef K., merupakan pengolahan ulang dari foto penulis novel Der Process, Franz Kafka,
yang digabungkan dengan interpretasi pelukis ilustrasi. Ini menjelaskan bahwa versi novel grafis
7 Informasi didapatkan dari penulis narasi. David Zanz Mairowitz, melalui daring. 8 Flim noir dari masa ini dihubungkan dengan gaya dalam pencahayaan yang rendah yang berakar dalam sinematografi ekspresionis jerman, yang menekankan keambiguan moral dan motivasi seksual.Jerold J. Abrams menulis bahwa dalam noir klasik, Sang protagonis selalu terjebak masalah tanpa sepengetahuannya, seakan alienasi dan pesimisme adalah bagian tak terhindarkan. Karakter utama diungkapkan selalu bergulat dalam kebobrokan sosial sekitarnya. 9 Seni sastra yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan nonrasional dalam citraan (diatas atau diluar realitas atau kenyataan) http://kbbi.web.id/surealisme (diaksespada 31 maret 2016/2:30) 10 Karakter Kafkaeks untuk menyebar situasi ketakutan, ketidakpastian, dan keterasingan seperti kekuasaan birokrasi, keanehan rasa bersalah, dan kesia-siaan dalam Anz, Thomas, 2009. Franz Kafka Leben undWerk. Muenchen:Beck
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
10
mengandung interpretasi yang sangat mempertimbangkan hubungan paralel antara Josef K. dan
Kafka, misalnya ilustrasi bagian tubuh (kuping, mata dan tata rambut), hari lahir, latar belakang
ruang (Praha), dan lingkaran pertemanan yang identik dengan Kafka. Teks pada novel sumber
melalui proses parafrase sehingga menjadi lebih padat untuk disajikan dalam balon kata.
Perbedaan struktur narasi visual yang dimiliki kedua media menimbulkan masalah dalam
proses adaptasi, sehingga perubahan dalam berbagai aspek pada wahana adaptasi tidak dapat
dihindari seperti adanya fakta perbedaan kuantitas konten. Novel sumber terdiri atas 10 bab yaitu
Verhaftung – Gespräch mit Frau Grubach – Dann Fräulein Bürstner, Erste Untersuchung, Im
leeren Sitzungssal – Der Student – Der Kanzleien, Die Freundin des Fräulein Bürstner, Der
Prügler, Der Onkel – Leni, Advokat – Fabrikant – Maler, Kaufmann Block – Kündigung des
Advokanten, Im Dom, dan Ende. Sementara novel grafis terdiri atas 9 bab tanpa judul per bab
dengan beberapa perbedaan yakni terdapat bab yang digabung, yaitu bab 2 dan 3 novel digabung
menjadi bab 2 novel grafis. Kemudian terdapat bab yang dibagi kedalam dua pembahasan yakni
bab 7 novel dibagi menjadi bab 5 dan 6 novel grafis serta terdapat pula bab yang dieliminasi
secara keseluruhan yakni bab 4. Eliminasi itu secara langsung berdampak pada pengurangan
tokoh dalam penceritaan dan sebagai alat untuk memperlihatkan focus cerita dan wacana yang
ingin disampaikan. Melihat bagaimana elemen kunci masih dalam benang merah novel sumber,
maka adaptasi ini merupakan adaptasi struktur. Tokoh dibalik novel grafis, Chantal Montellier
dan David Zane Mairowitz tidak memilih satu pandangan atau tema tertentu. Sehingga dapat
dilihat pengembangan karya adaptasi, bukan melulu pada kuantitas konten karena inti dari
adaptasi adalah pembaca mendapatkan pengalaman karya yang berbeda.
Birokrasi Peradilan dari sudut pandang Josef K.
Kehadiran Der Process dianggap sebagai perwujudan mimpi buruk (Albtraum), novel
erotis, dan penggambaran hal mustahil (groteske Tragikomödie). Dengan melihat proporsi
penceritaan yang dibangun dalam novel grafis maka yang tampak adalah adanya usaha
penyampaian kritik akan kekuasaan yang direpresentasikan melalui pengadilan, birokrasi, dan
aparatnya serta rasa bersalah (Schuldfrage) yang dikenai pada Josef K sebagai wujud mimpi
buruk masyarakat modern. Kritik pada novel grafis Der Process disampaikan melalui
perwujudan situasi peradilan yang tidak ideal dan disajikan beriringan dengan usaha yang
nampak sia-sia yang dilalui tokoh untuk kembali mendapatkan “kemanusiaan”nya.
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
11
Proses ia memperjuangkan haknya sebagai pihak yang tidak bersalah yang menghadapi
peradilannya, dapat dilihat dari upaya mencari tau kejelasan instansi yang menangkapnya, terus
menanyakan apa kesalahannya dan dimana surat penangkapannya serta bersedia datang pada
pemeriksaan. Namun terjadi peristiwa kesalahan penyampaian identitas oleh hakim pemeriksa,
yang menurut seharusnya tidak terjadi dalam pemeriksaan. Hal ini menandakkan kemungkinan
adanya penetapan tersangka yang cacat hukum. Sebagaimana dalam peraturan perundangan yang
berlaku di Jerman (Deutschen Strafprozessordnung (StPO)) dan Indonesia (KUHAP) bahwa
hakim pemeriksa (Untersuchungsrichter atau Ermittlungsrichter) berfungsi untuk memastikan
berkas pendakwaan tidak menyalahi aturan dan sesuai dengan aturan formil dan materil11, yakni
identitas terdakwa dan perkara yang dikenakan pada terdakwa.
Lalu dengan pamannya, K. dikenalkan kepada pengacara Huld dengan niatan
mempermudah interaksi dengan pengadilan dan tentunya membela K. sebagaimana hak seorang
terdakwa untuk memiliki kuasa hukum dalam keadaan dan situasi yang sesuai. Usaha berikutnya
adalah pertemuan dengan pelukis pengadilan Tittorelli, yang dianggap dekat dengan lingkungan
hakim pengadilan. K. menanyakan mengenai kemungkinan pembebasan. Pada pembicaraan
11 Formil dan materil yang dimaksud adalah, syarat formil yakni memastikan nama, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, tempat tinggal, pekerjaan, jenis kelamin, kebangsaan dan agama terdakwa dan syarat materiil yakni memastikan waktu dan tempat tindak pidana dilakukan (tempus delicti dan locus delicti), perbuatan yang didakwakan, dan hal-hal yang menyertai perbuatan-perbuatan pidana itu yang dapat menimbulkan masalah yang memberatkan dan meringankan. http://www.pnsarolangun. go.id/index.php/prosedur-berperkara/pemeriksaan-perkara/pidana-acara-biasa (diakses pada 25 Mei 2016 / 11:17)
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
12
tersebut, K. berada pada puncak kesadaran bahwa pengadilan yang ia hadapi bukan pengadilan
biasa karena semua jalan pembebasan ada dengan syarat di luar nalar yang ada tidak
menjauhkannya dari peradilan. Kemudian pertemuan dengan sesame pesakitan peradilan, yakni
pengusaha Block, menambah keinginan K. untuk semakin menjauhkan dirinya dari kungkungan
perkara misterius yang ditimpakan padanya. Nasib Block merupakan cerminan diri K. di masa
depan yang jelas ia tidak pernah impikan. Block tidak terpenuhi haknya sebagai tersangka, yakni
mendapatkaninformasi dan pemberitahuan (Recht auf Belehrung und Unterrichtung)50 dan diadili
dan mendapat putusan pengadilan (Pasal 50 KUHAP).
Perspektif K., yang digunakan dalam novel grafis ini secara keseluruhan, membuahkan
banyak pertanyaan dan hipotesis mengenai proses peradilan semacam apa yang sebetulnya
menjalankan mekanisme kekuasaannya dengan cara seperti ini.
[…] Oder stellt das Gericht vielmehr die Macht als solche dar, die aus unerklärlicher Bosheit mit Josef K. Katz und Maus spielt und dabei die Mechanismen der Machtsübung und Schuldzuweisung veranschaulicht?
Terjemahan
[…] atau sebaliknya pengadilan menggambarakan kekuasaan atas Josef K. sebagaimana perminan kucing dan tikus dengan kejahatan yang tak dimengerti danmengilustrasikan mekanisme dari kekuasaan dan tuduhan?
Penggambaran tokoh K. melawan pengadilan yakni sebagaimana sebuah permainan tikus dan
kucing, yang mana pengadilan harus menemukan calon korbannya atau pesakitannya untuk
menancapkan kontrol dan fungsi pengawasannya dan membiarkan pesakitannya tersebut
melewati proses peradilan untuk melindungi haknya.
Kritik Kekuasaan Birokrasi Peradilan dalam novel grafis Der Process diperbandingkan
dengan teori Birokrasi Ideal Max Weber
Kekuasaan (Macht) menurut Max Weber merupakan kemampuan untuk melaksanakan
kehendak sendiri sekalipun mengalami perlawanan dalam satu hubungan sosial, tidak peduli apa
yang mendasari kemampuan ini. Bergulirnya kekuasaan membutuhkan dua elemen, yakni kaum
yang berkuasa (superordinat) dan yang dikuasai (subordinat).
Pengadilan merupakan instansi eksklusif tertentu yang terdapat dalam sebuah negara dan
termasuk dalam salah satu dinas kepemerintahan. Pengadilan tentu saja memiliki suatu sistem
sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaannya. Sistem tersebut adalah birokrasi. Dalam
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
13
bukunya "Wirtschaft und Gesellschaft. Grundriß der verstehenden Soziologie" Max Weber
menjelaskan pengertian birokrasi,
die modernen, leistungsfähigen Strukturen von Wirtschaft und Verwaltung beschrieben die gekennzeichnet sind durch bewusst gesetzte Regeln und auf Dauer eingerichtete "Verwaltungen" in "Büros" mit hauptamtlichem, fachlich ausgebildetem Personal ("legale Herrschaft mit bürokratischem Verwaltungsstab"), im Unterschied zu früheren Herrschaftsformen (traditionaler oder charismatischer Herrschaft)12.
Terjemahan Birokrasi merupakan struktur ekonomi dan pemerintahan yang modern dan efisien yang bercirikan aturan-aturan yang sah dan secara permanen menyelaraskan pemerintahan di instansi-instansi dengan pekerja yang terlatih (kekuasaan yang sah dengan staf pemerintahan birokratif), yang berbeda dengan bentuk kekuasaan sebelumnya (kekuasaan tradisional / kharismatik).
Birokrasi pada suatu instansi diatur dalam hirarki vertikal yang ketat dan komunikasi antara
pekerja dibatasi oleh jabatannya, terdapat pembagian kerja, dengan peraturan tertulis dan sistem
kekuasaan terpusat agar sistem bekerja dalam keteraturan. Dari pernyataan itu terlihat bahwa
birokrasi seharusnya memiliki landasan yang diakui dan tertulis (durch bewusst gesetzte Regeln)
sebagai sumber segala kebijakan dan tindakan. Landasan itu berwujud peraturan yang mengikat
dan membatasi dan menjadi pedoman dalam menjalankan kuasa yang pula dikenakan pada kaum
subordinat namun kemudian sering menyimpang. Peraturan berkembang menjadi tujuan
sebagaimana yang tergambar dalam novel grafis ini. Peraturan yang tidak pernah nampak
bentuknya, tidak ada akses terhadapnya, dan tidak mengedepankan sistem berkeadilan.
Penyimpangan peraturan dapat dilihat melalui komunikasi K. dengan Pelukis Tittorelli mengenai
peraturan pembebasan tersangka berikut ini,
12 Weber, Max. 1922. "Wirtschaft und Gesellschaft. Grundriß der verstehenden Soziologie". Tübingen: Mohr
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
14
Melalui peraturan pembebasan di atas terlihat bahwa kekuasaan menyimpang menjadi
“kekerasan” (Schnell wird Macht hier zu Gewalt, oft in Form von Erpressung) (Arms, 2001: 7).
Otoritas pengadilan sebagai organisasi hukum dan aparatnya menjadi menyimpang dengan
sistem yang merepresi individu yang terlibat dalam kekuasaannya. Pengadilan nampak sebagai
organisasi yang melegalkan kebiadaban dan mengimani perendahan harga diri pesakitannya.
Ciri berikutnya keberadaan hirarki yang tergambar dalam novel grafis Der Process pada
panel yang mengilustrasikan interaksi awal K. dengan aparat pengadilan. Aparat yang bertugas
menangkap dan memberitahukan status K. tampak tidak mengetahui kesalahan K.
Disini sangat terlihat peranan tiap tingkatan pekerjaan yang diatur sesuai hirarki dari atas ke
bawah. Sistem ini menimbulkan konsekuensi, sebagaimana tipe birokrasi ideal menurut Max
Weber (Weber, 1972: 126), “in fester Amtshierarchie” yakni adanya kekakuan dalam organisasi
karena jabatan atasan dan bawahan yang menyandang kekuasaan atau fungsi yang berbeda satu
dan lainnya (mit festen Amtskompetenzen). “Realitas” pembagian kerja dan hirarki pengadilan,
yakni pelukis pengadilan Tittorelli dan pengacara Huld. Mereka menjelaskan adanya kekuasaan
yang lebih besar yang mengatur jalannya peradilan. Tittorelli menjelaskan bahwa pegawai
rendahan hanya bisa memahami kasus sampai titik tertentu dan bergaul dengan sesamanya.
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
15
Struktur ini memang mencerminkan kategori birokrasi ideal. Namun keluaran dari keduanya
berbeda karena hirarki yang idealnya mempermudah koordinasi antara pihak satu dengan
lainnya, justru membatasi hubungan antara satu bagian dengan bagian di atasnya yang membuat
komunikasi dan alur informasi menjadi terputus. Hal ini mengilustrasikan celah dari
keidealitasan yang ditawarkan birokrasi Weberian.
Terkait dengan terbatasnya informasi karena lebarnya parit hirarki, maka timbullah
penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat kepada para subordinat. Penyalahgunaan kekuasaan ini
kemudian menjadi ironi dengan tipe ideal lainnya yang menyatakan bahwa setiap pejabat berada
di bawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara disiplin (einer
strengen einheitlichen Amtsdisziplin und Kontrolle unterliegen) (Weber, 1972: 126). K.
kehilangan hak sebagai warga negara saat mempertanyakan legitimasi dari hukum dan aparatnya
atas peristiwa penangkapannya sebagaimana menurut Karol Sauerland,
Dort, wo ein idealer Machtapparat die Herrschaft innehat, wird man verhaftet, ohne daß man den Grund erfährt (Sauerland, 1985:235).
Terjemahan Disitu terlihat struktur kekuasaan yang ideal memegang kekuasaan. Orang bisa ditangkap tanpa diberitahu kesalahannya
Melalui perbandingan unsur penceritaan di atas dengan teori birokrasi ideal Max Weber nampak
bahwa Kafka membangun konflik antara Josef K. dengan pengadilan sebagai institusi
pemerintahan dengan prinsip-prinsip yang tak dapat dipahami dan bergerak tanpa kejelasan
otoritas serta identitas (Leich, 2003: 63). Di sini terlihat bahwa legitimasi terlihat tidak
diperlukan oleh para aparat peradilan tersebut untuk menguatkan wewenang mereka dan
birokrasi dianggap memperkuat kekuasaannya sendiri (Verselbständigung der Bürokratie) dan
dengan kekuasaan tak terbatas. Sehingga nampak sebagaimana pernyataan Theodor W. Adorno
bahwa fenomena dalam novel grafis ini sebagai ramalan akan teror dan kegelisahan
(Prophezeiung von Terror und Folter) (Adorno dalam dalam Krischel, 2011:112).
Legitimasi dari birokrasi peradilan dan stabilisasi sistem berwujud pada simbolia yang
ada dalam novel grafis ini. Kekuasaan pengadilan dilegitimasi oleh simbolia sehingga menjadi
kewenangan yang diterima dan simbolia terbagi menjadi referensial dan kondensasi. Simbolia
referensial mengacu pada elemen dan situasi objektif, apakah itu objek fisik, sosial, ataupun
abstrak yang memiliki makna denotatif, yaitu makna yang menghubungkan lambang itu dengan
suatu rujukan (Edelman, 1967: 6) atau dalam semiotik Peirce sebagai ikon. Dalam novel grafis
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
16
Der Process salah satu contoh simbolia referensial adalah perasaan tertekan tokoh K. dalam
penyelesaian kasusnya dengan organisasi hukum yang tidak lazimdan mengancam. Perilaku K.
sebagai reaksi dari tekanan yang dihadapinya merupakan ikon diagramatis yang memiliki fungsi
referensi abstrak yakni pada ketakutan akibat peradilan.
Josef K.s intellektuelle und psychische Reaktion auf das Gerichtsverfahren gegen ihn spiegelt seine Autoritätsgläubigkeit und ein Schuldbewußtsein unterhalb aller rationale Einsichten wider. An dieses Schuldbewußtsein dargestellt als archaisches Erbe und als individuelle Zurichtung knüpft die Institution Gericht an, um sich ihre Opfer gefügig zu machen (Leich: 2003: 71).
Terjemahan Reaksi intelegensia dan fisik Josef K. atas perkara peradilan mencerminkan sikapnya akan kekuasaan dan tekanan rasa bersalah dibalik semua pemikiran yang masuk akal. Tekanan rasa bersalah digambarkan sebagai warisan yang kolot dan institusi peradilan mengikat korbannya agar dapat menyesuaikan diri.
Sementara simbol kondensasi adalah lambang yang memiliki makna konotatif yang
menghubungkan dengan orientasi-orientasi terhadap lambang itu sendiri dan bukan terhadap
apapun yang khusus yang ditunjukkannya. Ini dikenal dalam teori semiotik Peirce sebagai
simbol yang penggunaannya sesuai kesepakatan masyarakat (Edelman, 1967: 6). Contoh simbol
kondensasi dalam novel grafis ini adalah “status” sebagai pesakitan seperti K. dan Block.
Pilihannya hanya mengaku bersalah atau dikenai status bersalah. Status itu diberikan oleh
pengadilan diawali dengan proses penangkapan dan membawa K. pada keharusan menjalani
sidang penyeledikan. Tahap dalam penentuan status K. sebagai tersangka diabaikan, ia dijadikan
tersangka tanpa bukti permulaan dan dieksekusi tanpa peradilan. K. dilemahkan hak atas
hukumnya. Walaupun begitu tidak akan ada yang mempertimbangkan nasib K. karena
“status”nya tersebut telah menjadikan ia sebagai bukan dirinya, seorang kriminal, yang
memalukan, sebagaimana pada panel berikut,
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
17
Dengan demikian terlihat penggambaran birokrasi pengadilan sebagai sistem dari
organisasi hukum dalam penceritaan novel grafis ini berseberangan dengan tipe ideal birokrasi
Weberian. Fakta-fakta penceritaan berbanding terbalik dengan sistem ideal Weberian. Adanya
hirarki, pengawasan dan kontrol, peraturan yang idealnya diterapkan untuk mencapai sebuah
keteraturan demi satu tujuan bersama diilustrasikan menjadi sebuah ironi dalam novel grafis Der
Process karena kesemuanya justru memiliki keluaran hal-hal yang tidak efisien dan melenceng
dari tujuan didirikannya suatu organisasi, dalam hal ini organisasi peradilan. Novel grafis Der
Process secara perlahan dan mendalam menegaskan bahwa dalam dunia modern terdapat
kekuasaan semacam itu, kekuasaan yang absolut.
Kesimpulan
Keberadaan novel grafis Der Process menyuguhkan potret kekhawatiran dan kegelisahan
masyarakat modern atas kungkungan sistem yang pada satu sisi mereka patuhi namun sisi lain
menjerat eksistensi kemanusiaan mereka. Penekanan penceritaan pada nasib Josef K. sebagai
seseorang awam, yang bukan siapa-siapa dalam satu kelas masyarakat, yang hanya bagian dari
masyarakat pekerja kapitalis dengan orientasi uang dan pekerjaan, ditangkap dan dilemahkan
hak-haknya sebagai manusia bebas mengarahkan pada pemahaman bahwa peristiwa tersebut
dapat terjadi kapan saja dan mengenai siapa saja.
Penggambaran birokrasi pengadilan sebagai sistem dari organisasi hukum dalam
penceritaan novel grafis ini terlihat berseberangan dengan tipe ideal birokrasi Weberian. Fakta
penceritaan berbanding terbalik dengan sistem ideal ala Weber. Adanya hirarki, pengawasan,
kontrol, dan peraturan yang idealnya diterapkan untuk mencapai sebuah keteraturan demi satu
tujuan bersama diilustrasikan menjadi sebuah ironi dalam novel grafis Der Process karena
kesemuanya justru memiliki keluaran hal-hal yang tidak efisien dan melenceng dari tujuan
didirikannya suatu organisasi, dalam hal ini organisasi peradilan. Seluruh instansi pemegang
kekuasaan seharusnya menjalankan kekuasaannya dengan modal elemen inti atau birokrasi yang
terstruktur yang saling berinterkasi dengan tujuan keberhasilan tujuan dan kepuasan masyarakat
serta yang terpenting bergerak dengan peraturan yang terlegitimasi dan rasional. Namun
keidealan tersebut bukan merupakan potret realitas yang ditawarkan pada novel grafis ini.
Instansi yang seharusnya mengusung transparasi, menomorsatukan HAM, dan menjalankan
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
18
kekuasaan yang berkeadilan justru digambarkan dengan citraan yang dramatis menjelma menjadi
organisasi dengan birokrasi yang otoriter dalam menjalankan kekuasaannya.
Novel grafis Der Process menegaskan bahwa dalam dunia modern terdapat kekuasaan
semacam itu, kekuasaan yang absolut. Perspektif dan wacana yang diperkuat dalam karya
adaptasi ini disampaikan melalui dua unsur kuat yang saling mendukung, yakni gambar dan teks.
Gambar menjadi produk adaptasi yang berhasil menghantarkan karakter, memperkuat situasi,
dan memperjelas pandangan yang ingin ditekankan dan dibagi oleh penulis narasi dan ilustrator
novel grafis kepada pembacanya.
Daftar Referensi
Sumber Utama
Montellier, Chantal dan David Zane Mairowitz. Der Process – Nach Franz Kafka. München: Knesebeck GmbH & Co. Verlag KG, 2013.
Sumber Pustaka (Cetak dan Elektronik)
Beicken, Peter U. Franz Kafka, „Der Prozeβ“:Interpretation. Munich: Oldenbourg, 1995.
Biguenet, John dan Rainer Schulte. Theories of Translation: An Anthology of Essays from Dryden to Derrida. Chicago: The University of Chicago Press, 1992.
Brod. Max, Franz Kafka. Eine Freundschaft. Briefwechsel, Frankfurt am Main: Malcolm Pasley, 1989.
Edelman, Murray. The Symbolic Uses of Politics. Chicago: University of Illinois Press, 1985.
Groβe, Wilhelm. Franz Kafka Der Process. Stuttgart: Phillip Reclam jun. GmbH &Co, 2006.
Hutcheon, Linda. Theory of Adaptation. New York: Routledge, 2006.
Kafka, Franz. Der Process. Berlin: Suhrkamp Verlag AG, 2005.
Lefevre P, Ian Gordon, Mark Jancovich dan Matthew P Mc Allister. Incompatible VisualOntologies? The Problematic Adaptationof Drawn Image, Film and Comic Book.Ed. Jackson:University Press of Mississippi, 2007.
Maharsi, Maharsi. Komik: Dunia Kreatif Tanpa Batas. Yogyakarta: Kata Buku, 2010.
McCloud, Scott. Understanding Comics – The Invisible Art. New York: Harper Collins Publisher, 2001.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.
Pierce, Charles S. Semiotische Schriften-Band 1. Berlin: Suhrkampf. 2000
Rippl, Gabrielle. Handbook of Intermediality. Jerman: Walter de Gruyter GmBH, 2015.
Schmidt, Friedrich. Text und Interpretation: zur Deutungsproblematik bei Franz Kafka – Dargestellt in einer kritischen Analyse der Türhüterlegende. Würzburg: Königshausen und Neumann, 2007.
Scmitz-Emans, Monika. Literatur-Comics: Adaptionen und Transformationen der Weltliteratur. Berlin: De gruyter, 2012.
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016
19
Weber, Max. The Theory Of Social And Economic Organization. New York: The Free Press, 1964.
Weber, Max. Wirtschaft und Gesellschaft. Grundriß der verstehenden Soziologie. Tübingen: Mohr, 1922.
Jurnal dan Artikel Elektronik
Blank, Juliane. Erzählperspektive im Medienwechsel. Visuelle Fokalisierung in Comic- Adaptionen von Texten Franz Kafkas, 2011. diakses dari http://edoc.huberlin.de/kunsttexte/2011-1/blank-juliane-9/PDF/blank.pdf pada 3 April 2016 / 1:09
Shanower, Eric. The Art of the Graphic Novel. The Alan Review, 2005.
Wintersteigner, Christina. Die Lücke als Aufforderung. Comicadaptionen von Franz Kafkas Leben und Werk. Diakses dari: http://www.medienimpulse.at/pdf/Medienimpulse_Die_Luecke_als_Aufforderung__Comicadaptionen_von_Franz_Kafkas_Leben_und_Werk_Wintersteiger_20130826.pdf pada 25 Maret 2016 pukul 17:16
Morawitzky, Thomas. Die Verwandlungen des Franz K. diakses melalui laman Stuttgarter Nachrichten edisi 13 Januari 2014 diakses pada 26 Frebruari 2016 pukul 19:35.
Jones MT. Found in Translation:Structural and Cognitive Aspect of TheAdaptation Comic Art to Film.Philadelphia, Pennsylvania: TempleUniversity Press; 2008. http://mattsmediaresearch.com/pdfs/FinalDesertation.pdf diakses pada 28 Februari 2015
Sahid, Nur. Wanita-Wanita Korban Peradaban Priyayi Jawa Dalam Karya Naratif Indonesia: Sebuah Kajian Sosiologi Sastra, (Laporan Penelitian DIPA ISI Yogyakarta), 2004
Sumber Leksika
“Macht” Brockhaus-Wahrig, 1982, Deutsches Wörterbuch – in 6 Bänden. Stuttgart: Brockhaus. Hal:551
“Macht” 1999. Duden `Das große Wörterbuch der deutschen Sprache´ - in zehn Bänden. Mannheim: Dudenverlag. hal: 2482
“Deformasi“ http://kbbi.web.id/deformasi diakses pada 04 februari 2016 /16:55
“Surealisme” http://kbbi.web.id/surealisme diakses pada 31 Maret 2016/2:30
“Elemen integral” http://kbbi.web.id/integral diakses pada 02 April 2016 / 13:19
Sumber Internet
Syarat Formil Dan Materil Penahanan.
http://www.pnsarolangun.go.id/index.php/prosedur-berperkara/pemeriksaan-perkara/pidana-acara-biasa (diakses pada 25 Mei 2016 / 11:17)
Analisis Adaptasi ..., Nur Shafa Nadhilah, FIB UI, 2016