i
ANALISIS DINAMIKA KETERLIBATAN HIZBULLAH
DALAM KONFLIK SURIAH PASCA PEMILU
PARLEMEN LEBANON 2018
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Muhammad Jayakarta
11141130000066
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/ 2020 M
v
ABSTRAK
Penelitian ini memahami dan menjelaskan dinamika keterlibatan Hizbullah
dalam Konflik Suriah setelah kemenangan mereka dalam pemilihan parlemen di
Lebanon pada tahun 2018. Hezbollah adalah organisasi Islam berafiliasi Syiah yang
berbasis di Lebanon Selatan. Semenjak pertempuran Qusayr pada 2013, Hizbullah
memiliki peran penting dalam mempertahankan rezim al-Assad dan mencegah
jatuhnya Suriah menjadi negara gagal, atau dikendalikan oleh kelompok-kelompok
ekstremis. Hizbullah memiliki 7.000 sampai 10.000 pejuang di Suriah, penempatan
terbesar mereka di dunia di luar Lebanon. Selain memiliki misi menjaga stabilnya
pemerintahan Bashar al-Assad, Hizbullah menggunakan propaganda dan kampanye
media intensif untuk menggambarkan dirinya sebagai pelindung komunitas Syiah
yang di perbatasan Lebanon-Suriah. Hizbullah juga berjanji untuk melindungi situs-
situs suci Syiah di Suriah, seperti makam Sayyidah Zainab di Damaskus selatan.
Hizbullah juga telah melatih, menasehati, dan membantu komunitas, dan proksi Syiah
lainnya di Suriah.
Pada Mei 2018 di tengah keterlibatan mereka dalam konflik Suriah, Hizbullah
dan partai koalisinya, 8 Maret, berpartisipasi dalam pemilihan di Lebanon dan
memenangkan mayoritas kursi di parlemen. Juga pada bulan Mei, Putin mengangkat
wacana tentang penarikan semua pasukan asing dari Suriah, termasuk Hizbullah dan
aliansi Iran. Wacana penarikan pasukan ini mewarnai dinamika keterlibatan Hizbullah
di Suriah, di tengah kondisi pemerintahan Bashar al-Assad yang semakin stabil, dan
kemenangan Hizbullah dalam politik domestik mereka, ditambah ancaman keamanan
oleh meningkatnya kehadiran Israel di Suriah. Hal ini menimbulkan pertanyaan faktor
apa yang membuat Hizbullah masih memlanjutkan kehadirannya di tengah konflik
Suriah. Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dan data
dikumpulkan dengan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
keputusan Hizbullah tetap terlibat dalam Konflik Suriah dilatarbelakangi faktor
hubungan geopolitik antara Hizbullah, Iran, dan Suriah yang tergabung dalam Poros
Perlawanan di Timur Tengah. Selain itu faktor kesetiaan Hizbullah terhadap Iran
dalam sistem Wilayatul Faqih juga menjadi faktor penguat diambilnya keputusan
tersebut.
Kata kunci: Hizbullah, Konflik Suriah, Wilayatul Faqih, Iran, Poros Perlawanan,
Koalisi 8 Maret
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Dinamika Keterlibatan Hizbullah Dalam Konflik Suriah Pasca
Pemilu Parlemen Lebanon 2018” ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada
baginda Nabi Muhammad SAWW beserta Keluarga sucinya, juga Sahabat- sahabatnya
yang setia. Seiring dengan perjalanan penulis dalam menyusun skripsi ini, tiada henti-
hentinya penulis menerima banyak dukungan dari berbagai pihak dalam berbagai
macam bentuk. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-
dalamnya kepada :
1. Keluarga penulis selaku pendukung utama bagi penulis sehingga dapat
bertahan menyelesaikan karya Skripsi ini. Untuk Bapak, Mamah, dan Zaka
terima kasih banyak, terkhusus doa- doa yang senantiasa dipanjatkan demi
kebaikan penulis.
2. Bapak Ahmad Alfajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Eva Mushoffa, MHSPS, selaku Dosen Pembimbing yang selalu
memberikan arahan serta bimbingan agar skripsi ini dapat selesai tanpa
kendala yang berarti. Mohon maaf terlalu banyak menyusahkan ibu baik waktu
maupun tenaga, Terima kasih banyak ibu, atas kesabarannya selama ini.
4. Segenap jajaran dosen dan staf Program Studi HI UIN Jakarta serta FISIP UIN
Jakarta yang telah memberikan segudang ilmu serta wawasan yang baru
vii
kepada penulis, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa
perkuliahan.
5. Sahabat- sahabat penulis yakni; Fatin, Topan, Earvin, Tebo, Shonyo, Bisri,
Faruq, Chusnul, Reni, Reza Rizki, Ryanta, Eja Baraqbah, Robith, Maco,
Risfiana, Fulki, Aji, Pale, dan Adit, yang atas pertemanan ini membuat penulis
dapat bertahan selama masa perkuliahan selama ini. Terima kasih banyak,
senantiasa ikhlas tetap hadir di setiap titik dan momen yang penulis alami
selama enam tahun terakhir.
6. Kepada anak- anak Bangsat Hijrah (re: Leviathan FC) Oby, Alif, Aqil, Aria,
Apip, Beben, Ajis, Arkan, Dika, Bimo, Akbar, Imtiyaz, Unggul. Terima kasih
atas dukungan dan waktunya menemani di kala penulis mencari pelarian di
sela- sela penulisan skripsi ini.
7. Sahabat- Sahabati PMII Komisariat FISIP UIN Jakarta. Kepada Abang dan
Kakak; Labib, Tio, Cena, Pasto, Fikri, Kholid, Azmi, Ruly, Kadir, Juple, Irma,
Irzal, Padlan, Shidki, Malik, Sarah, Upang, Tami, Karim yang senantiasa
menasehati penulis sampai detik ini. Juga kepada adik- adik di Komisariat;
Ncu, Muhsin, Agoy, Raden, Kai, Sarah, Pece, Nisaul, Rixza, Anwar, Salsa,
Gaby, Widhis, Adnan, Alrahman, Kate, Fitara, Bojong, Ludi, Apip Tufail,
Hafiz, yang mewarnai kehidupan berorganisasi selama di Ciputat.
8. Teman- teman penghuni kelas HI- C 2014; Yuni, Leha, Ola, Diah, Rhinanda,
Hana, Tirana, Nada, Andam, Yuana, Fira, Thifa, Dea, Atun, Sasa, Mayang,
Hanin, Yusti, Messayu, Yaqub, Jaka, Rifda Terima kasih atas perjalanan
viii
menuntut ilmu selama ini, berkat bantuan mereka penulis dapat melewati
setiap mata kuliah sampai tahap akhir ini.
9. Teman-teman angkatan 2014 serta kakak- kakak senior baik Jurusan Hubungan
Internasional, Sosiologi, maupun Ilmu Politik. Terima kasih atas semua saran,
masukan, dan diskusi sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
perkuliahan.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua dukungan dan bantuan
yang diberikan dengan kebaikan yang berlipat ganda. Terakhir, penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga dengan segala kekurangan
yang dimiliki, skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi
setiap pembacanya dan bagi perkembangan studi Hubungan Internasional kedepannya.
Jakarta, 13 Januari 2020
Muhammad Jayakarta
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI………. ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………...……………..........1
A. Pernyataan Masalah............................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian..........................................................................8
C. Tujuan dan Manfaat………………....……………………………....8
D. Tinjauan Pustaka………………………………………………........9
E. Kerangka Pemikiran..……………………………………………...14
a. Foreign Policy Analysis…………………………………….....14
b. Geopolitik…….………………………………..........................17
F. Metode Penelitian……………………………..……………..……...20
G. Sistematika Penulisan…………………………………...………… 22
BAB II KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK SURIAH DAN
PEMILU PARLEMEN LEBANON
2018…..............................................................................………………………..24
A. Profil Hizbullah...................................................................................24
B. Kiprah Militer dan Politik Hizbullah………..………………...........28
a. Hizbullah sebagai Gerakan Milisi...................................................28
a. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah............................30
b. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah Periode 2014 –
2018……………………………………………………..……….33
b. Hizbullah sebagai Partai Politik......................................................39
a. Hizbullah dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018..................42
BAB III DINAMIKA HIZBULLAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON
2018.........................................………………………………….........................48
A. Dinamika Internal (Kemenangan Politik Hizbullah: Penguasaan Parlemen
dan Kabinet)……………………………………………............................48
a. Koalisi 8 Maret Menguasai Kabinet Baru..........................................48
B. Dinamika Eksternal (Pembatalan Wacana Penarikan Pasukan dan
Menguatnya Israel di Suriah)………………….........................................52
a. Pembatalan Wacana Penarikan Milisi Hizbullah dari Suriah.............52
b. Hizbullah dan Iran Menempati Perbatasan Suriah- Israel…….…......55
c. Menguatnya Posisi Israel di Suriah....................................................57
.
x
BAB IV ANALISIS KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK
SURIAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018 ..…....................62
A. Faktor- faktor di balik keputusan Hizbullah tetap bertahan dalam
Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018.....................63
a Faktor Internal....................................................................................64
a Faktor Psikologis: Kesetiaan pada Wilayatul Faqih dan
Prinsip Perlawanan terhadap Zionis Israel......................................64
b. Situasi Politik Domestik...............................................................72
b. Faktor Eksternal................................................................................74
a. Penguatan Posisi Israel dalam Konflik Suriah............................75
b. Faktor Geopolitik: Poros Perlawanan (Axis of Resistance)
di Regional....................................................................................78
BAB V PENUTUP ……………………………………........………………...…81
5.1 Kesimpulan ………………......……………………………………………...81
5.2 Saran ……………………………………………..…………………………..84
xii
DAFTAR SINGKATAN
AMAL Afwaj al-Mouqawma Al-Lubnaniyya
FM Future Movement
FPA Foreign Policy Analysis
FPM Free Patriotic Movement
FSA Free Syrian Army
IDF Israel Defense Forces
IRGC Islamic Revolutionary Guard Corps
ISIS Islamic State of Iraq and Syria
NDF National Defence Force
PLO Palestine Liberation Organization
PMF Popular Mobilization Forces
PSP Progressive Socialist Party
SDF Syrian Democratic Forces
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. PERNYATAAN MASALAH
Skripsi ini bertujuan untuk memahami dan menjelaskan dinamika
keterlibatan Hizbullah di dalam konflik Suriah pasca pemilu parlemen Lebanon
tahun 2018. Hizbullah menjadi layak dibahas dikarenakan sepak terjangnya
selama ini yang independen, yakni lepas dari campur tangan pemerintah Lebanon.
Hizbullah adalah salah satu aktor non- negara yang sejak 2012 konsisten ikut
terjun ke dalam pusaran konflik Suriah dan tergabung dalam aliansi pemerintah
mempertahankan rezim Bashar al-Assad. Namun pada Mei 2018 muncul wacana
penarikan seluruh pasukan asing dari wilayah Suriah, termasuk Hizbullah.
Selanjutnya di bulan yang sama juga Hizbullah bersama koalisinya, 8 Maret,
meraih kemenangan dan kursi mayoritas di pemilu parlemen Lebanon. Penilitian
ini akan membahas dinamika keterlibatan Hizbullah pada konflik Suriah pasca
pemilu parlemen Lebanon 2018.
Konflik Suriah adalah salah satu dari rangkaian peristiwa revolusi yang
melanda Timur Tengah dan Afrika, yang seringkali disebut dengan istilah Arab
Spring. Fenomena Arab Spring dimulai pada Desember 2010 yakni saat terjadinya
demonstrasi di Tunisia memprotes kediktatoran pemerintahan Presiden Ben Ali.
Fenomena ini menyebar sampai ke Mesir, dan kemudian ke Libya, Yaman,
Bahrain, dan Suriah, lalu ke beberapa negara lain dengan intensitas yang
2
bervariasi.1 Arab Spring melahirkan perubahan baru pada pemerintahan di negara
seperti Tunisia, Mesir, dan Libya. Sedangkan di Suriah rezim al Assad masih
berkuasa dan bertahan ditengah pemberontakan dan perang saudara yang masih
berlangsung.2
Suriah telah berada dalam pemerintahan rezim keluarga al-Assad sejak
Hafez Al-Assad berhasil menjadi Presiden Suriah pada tahun 1970.3 Hafez Al-
Assad meninggal pada tahun 2000, yang sekaligus menjadi tanda akhir dari
kepemimpinannya. Pasca Hafez Al-Assad, kepemimpinan Suriah dilanjutkan oleh
putranya yaitu Bashar Al- Assad. Bashar Al-Assad diharapkan mampu membawa
Suriah menjadi Negara yang lebih terbuka dan demokratis.4 Namun,
kepemimpinan Bashar Al-Assad menunjukkan bahwa rezimnya tidak jauh
berbeda dari rezim ayahnya Hafez Al-Assad. Upaya-upaya pembaruan yang
pernah dijanjikan sebelumnya tidak pernah terealisasi.
Ketidakpuasaan dan kekecewaan yang dirasakan rakyat Suriah mendapatkan
momentum dengan berlangsungnya fenomena Arab Spring yang melanda negara-
negara Timur Tengah. Gejolak politik Suriah hadir pertama kali pada tanggal 18
Maret 2011 di Kota Dara‘a. Para demonstran melakukan protes terhadap tindakan
aparat keamanan yang melakukan penangkapan terhadap para pelajar di kota
1 Lynch, M. (2012) The Arab Uprising: The Unfinished Revolutions of the New Middle
East. New York: Public Affairs. 2 Çakmak C., Ustaoğlu M. (2015) The Arab Spring and the Emergence of the Syrian Crisis.
In: Post-Conflict Syrian State and Nation Building: Economic and Political Development.
Palgrave Pivot, New York. 3 Sri Mulyati, Analisis Kegagalan Implementasi Amman Plan 2012 Di Suriah (Skripsi,
Universitas Indonesia, 2013), Hlm 36. 4 Sri Mulyati, Analisis Kegagalan Implementasi Amman Plan 2012 Di Suriah
3
tersebut.5 Demonstrasi yang terjadi di kota tersebut mengakibatkan jatuhnya
korban jiwa di kalangan para demonstran. Pada 29 Juli 2011, para perwira tentara
yang membelot mengumumkan pembentukan Free Syrian Army (FSA), dan
menjadi pasukan oposisi dalam melawan rezim al-Assad. Pada titik inilah
gelombang demonstrasi sipil meningkat menjadi perang sipil.6
Gejolak politik Suriah yang berkepanjangan menimbulkan perhatian dari
berbagai aktor internasional. Kelompok oposisi yang di kemudian hari semakin
membesar, mendapat bantuan dari negara lain seperti Amerika Serikat, Arab
Saudi, Qatar, dan Turki. Selain itu muncul pula kelompok perlawanan lain yang
memiliki agenda tersendiri, seperti para Jihadis Islam, dan Pasukan Kurdi, hal ini
membuat gejolak konflik di Suriah semakin tidak terkendali. Israel juga ikut
terlibat di dalam konflik dikarenakan semakin membesarnya keberadaan milisi
Hizbullah dan pasukan Quds Iran di perbatasan mereka dengan Suriah. Di sisi lain
rezim al-Assad bisa bertahan dikarenakan dukungan dari Rusia, Iran. Salah satu
aktor non-negara yang tergabung di dalam aliansi pemerintah adalah kelompok
Hizbullah. Hizbullah merupakan kelompok gerakan sosial politik Islam
bermazhab Syiah yang berbasis di Lebanon.7
Hizbullah berdiri pada tahun 1982 dan berbasis di wilayah Lebanon selatan
yang mayoritas populasinya bermazhab Syiah Imamiyah (Syiah Dua Belas
Imam). Hizbullah memiliki sayap politik dan militer yang tumbuh besar dengan
5 Trias Kuncahyono, Musim Semi Di Suriah: Anak- Anak Sekolah Penyulut Revolusi
(Jakarta: Kompas, 2013), Hlm 62. 6 Alan Axelrod, The Middle East Conflict. (New York: Alpha Books, 2014), Hlm 291.
7 Arnav Mariwala, The Syrian Civil War. Stanford University. Dipublikasikan pada 2014,
bisa didapatkan di https://web.stanford.edu/group/sias/cgi-bin/smunc/wp-
content/uploads/2014/10/Syria-Govt.pdf Diakses pada 9 Januari 2019 pukul 15.21 WIB.
4
cepat di kancah internasional, khususnya Timur Tengah. Hizbullah mengukuhkan
kapasitasnya sebagai aktor non-negara yang semakin disegani dan diperhitungkan
berkat kemampuannya mengelola gerakan berideologi jihad yang militan di dalam
sebuah negara yang pluralistik.8
Terbentuknya Hizbullah sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor,
yakni: Pertama, ketimpangan dalam aspek sosial, ekonomi, maupun politik yang
dialami oleh masyarakat Syiah di Lebanon.9 Kedua, Revolusi Islam Iran pada
1979. Ideologi revolusioner yang digaungkan ulama syiah Imam Khomaini
membawa kepercayaan diri bagi mayoritas Syiah Lebanon yang menginginkan
gerakan yang lebih autentik, lebih revolusioner, dan lebih Islam, demi perubahan
di negara mereka.10
Ketiga, perpecahan di dalam kelompok Afwaj Al-Muqawah
Al-Lubnaniyyah atau Amal (Harapan). Pada 1982, tubuh Amal terpecah dalam
beberapa kelompok baru yang menentang kompromi terhadap invasi Israel atas
Lebanon selatan dan Beirut. Mereka juga memilih untuk mengedepankan strategi
wilayah al-faqh yang berpijak pada ideologi jihad yang lebih revolusioner.
Mereka lantas bergabung dengan kelompok-kelompok Syiah lain untuk
membentuk gerakan dengan nama Hizbullah dan resmi berdiri pada 1982.11
Terakhir, dan ini menjadi faktor paling utama terbentuknya Hizbullah,
yakni invasi Israel terhadap Lebanon pada 1982. Invasi tersebut bertujuan
mengusir pejuang Palestina dari wilayah Lebanon selatan, yang mayoritas
berisikan masyarakat Syiah. Invasi yang dilakukan Israel dengan mengerahkan
8 Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. (Jakarta:
Noura Books, 2012), Hlm 1. 9 Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. Hlm. 16
10 Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. Hlm. 21
11 Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. Hlm. 33
5
60.000 tentara paa saat itu memaksa 140.000 masyarakat mengungsi dari wilayah
selatan Lebanon12
Berkat invasi tersebut, selain menjadi trigger dalam proses
kemunculan Hizbullah, juga menanamkan secara tegas apa yang menjadi tujuan
dibentuknya Hizbullah sampai saat ini; Menentang segala bentuk penjajahan oleh
Zionis Israel.
Hizbullah tergabung dalam ‗Poros Perlawanan‘ atau The Axis of
Resistance yang merupakan aliansi pimpinan negara dan non-negara yang
dipimpin Iran di Timur Tengah. aliansi ini berusaha untuk menghadapi
kepentingan Barat di kawasan ini, yaitu Amerika Serikat dan Israel. Secara
historis, aliansi ini termasuk rezim Assad di Suriah, Milisi syiah di Irak, Hizbullah
Lebanon. Selain memiliki tujuan regional bersama, pilar lain dari poros ini adalah
dukungan bersama dengan saling memberikan bantuan material, keuangan,
pelatihan, dan logistik yang ekstensif kepada mitra regionalnya.13
Sebagian besar
dukungan ini telah mengalir melalui Suriah, menjadikannya pusat utama dalam
proyeksi kekuatan Iran di wilayah Syam. Oleh karenanya perang di Suriah
menghadirkan ancaman yang signifikan, bahkan eksistensial, terhadap aliansi
strategis ini dengan membahayakan salah satu anggota utamanya, sekaligus jalur
utama untuk dukungan Iran kepada Hizbullah.
Keterlibatan Hizbullah di Suriah mencapai klimaksnya pada April 2013
dengan keputusan untuk memimpin dan berhasil memenangkan serangan darat
terhadap al-Qusayr, sebuah kota di provinsi Homs yang tidak jauh dari perbatasan
12
Fadhlan Nur Hakiem, Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah. (Tesis, Universitas
Indonesia: 2015), Hlm 74. 13
Marisa Sullivan, Hezbollah in Syria, in Middle East Security Report 19. New York:
Institute for the Study of War, 2014. Hlm 9.
6
Lebanon. Kota ini adalah rute strategis yang menghubungkan Damaskus ke
provinsi-provinsi pesisir Suriah serta yang menuju Lembah Bekaa di Lebanon.
Pasukan pemberontak telah menguasai daerah itu sejak pertengahan 2012 dan ini
mengancam jalur komunikasi utama rezim al-Assad.14
Oleh karena itu, kota ini
tidak hanya menjadi prioritas bagi rezim Assad tetapi juga bagi Hizbullah untuk
melindungi wilayah perbatasan Lebanon dari kelompok oposisi.
Dengan hadirnya Hizbullah dan pasukan al-Quds dari Iran memang
berperan dalam memperpanjang ‗nafas‘ pemerintahan al-Assad, namun tidak
dapat dipungkiri jalannya konflik justru berkembang kearah yang jauh lebih
kompleks. Pihak oposisi yang secara berkala terus konsisten menyerang dan
berupaya merebut wilayah dari pemerintah, seperti Homs, Aleppo, Ghouta dan
Damaskus, telah menarik simpati dan mendapat dukungan dari para pendukung
internasionalnya, seperti; Turki, Arab Saudi, Qatar dan Yordania, bersama dengan
AS, Inggris dan Perancis. Konflik yang awalnya dimulai oleh rakyat yang
memberontak demi merebut kekuasaan dari pemerintahan yang otoriter, menyebar
dan berkembang menjadi konflik proksi yang menarik kekuatan regional dan
dunia.15
Di tengah keterlibatan mereka di dalam konflik Suriah, pada 6 Mei,
Hizbullah mengikuti pemilu parlemen pertama mereka setelah sembilan tahun.
Hizbullah tergabung dalam koalisi politik bernama 8 Maret yang terdiri dari
14
Nicholas Blanford, Why Hezbollah has openly joined the Syrian fight. The Christian
Science Monitor, June 23, 2013, http://www.csmonitor.com/World/Middle-East/2013/0623/Why-
Hezbollah-has-openly-joined-the-Syrian-fight. 15
Lucy Rodgers, David Gritten, etc. Syria: The Story of the Conflict. BBC News. March
11th
2016. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868 Diakses pada 7 Juni 2018,
06.48 WIB.
7
Gerakan Syiah, Amal, Gerakan Kristen Maronit, Free Patriotic Movement (FPM),
dan partai lainnya. Koalisi 8 Maret memenangkan 68 dari total 128 kursi di
Parlemen Lebanon, Hal ini cukup untuk menunjukkan mereka menguasai kursi
mayoritas di Parlemen. Koalisi Hizbullah mengalahkan rival politik mereka yakni
Koalisi 14 Maret pimpinan Saad Hariri (yang berisikan Gerakan Sunni, Sunni
Future Movement, dan Maronite Lebanese Forces).16
Hasil pemilu tersebut juga
menandai kemenangan pertama Hizbullah di dalam kiprah politik domestik
mereka.
Di tengah situasi tersebut, Hizbullah kembali memunculkan wacana untuk
menarik pasukan mereka dari wilayah Suriah. Wacana yang sempat dilakukan
pada Mei 2017 yakni saat mereka menarik pasukan dari perbatasan Lebanon –
Suriah.17
Pada 27 Mei 2018, beberapa hari setelah pemilu parlemen Lebanon
terlaksana, Hizbullah kembali menarik pasukan mereka dari wilayah selatan
Suriah, tepatnya kota Dar‘a.18
Wacana penarikan pasukan ini mewarnai dinamika
keterlibatan mereka di Suriah, ditengah kondisi pemerintahan Bashar al-Assad
yang semakin stabil, serta kemenangan Hizbullah dalam politik domestik mereka,
memunculkan petanyaan apakah kehadiran Hizbullah masih relevan di dalam
Konflik Suriah.
16
Carla E. Humud. Lebanon's 2018 Elections. CRS Insights. May 11, 2018. Bisa Didapat
di https://fas.org/sgp/crs/mideast/IN10900.pdf Diakses pada 21 Desember 2018, 15.03 WIB. 17
Diana Moukalled, Has Hezbollah withdrawn from Syria?. Arab News. Dipublikasikan
pada 15 Mei 2017. http://www.arabnews.com/node/1100196 Diakses pada 10 Januari 2019 pukul
16.10 WIB. 18
Middle East Monitor, Hezbollah withdraws from south Syria. Dipublikasikan pada 23
Mei 2018. https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-withdraws-from-south-syria/
Diakes pada 10 Januari 2019 pukul 16.13 WIB.
8
a. PERNYATAAN MASALAH
Di tengah keterlibatan mereka di dalam Konflik Suriah, kemenangan partai
koalisi Hizbullah di dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018 menjadi momentum
kebangkitan Hizbullah dalam perpolitikan domestik. Dengan kursi mayoritas yang
Hizbullah miliki, meningkatkan kemungkinan mengatur perundang-undangan
yang akan menguntungkan di kemudian hari, khususnya untuk operasi milisi
mereka di Suriah. Namun di sisi lain kemenangan politik ini membawa tanggung
jawab baru bagi Hizbullah terkait kepentingan bersama masyarakat Lebanon
untuk membangun pemerintahan yang baik. Untuk itu penting untuk melihat
dinamika yang terjadi dalam keterlibatan Hizbullah pada Konflik Suriah pasca
pemilu parlemen Lebanon 2018.
1.2 PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengangkat
masalah mengenai Faktor Apa yang melatarbelakangi Dinamika Keterlibatan
Hizbullah dalam Konflik Suriah pasca Pemilihan Umum Parlemen Lebanon
2018?
1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
a. Memperoleh informasi tentang bagaimana dinamika kawasan Timur
Tengah pasca fenomena Arab Spring, terkhusus Konflik Suriah.
9
b. Mengidentifikasi tentang bagaimana respon Organisasi Hizbullah terkait
dengan pecahnya konflik bersaudara di Suriah.
c. Memberikan informasi tentang proses pemilihan umum Parlemen Lebanon
pada 2018.
d. Mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
terutama dalam disiplin Ilmu Hubungan Internasional, dalam masalah
dinamika Arab Spring di Suriah khususnya terkait keterlibatan Hizbullah
disana.
e. Menjadi sumber informasi publik, kalangan penstudi ilmu hubungan
internasional khususnya dan semua kalangan secara umum, serta sumber
informasi bagi pemerintah, dalam masalah dinamika Arab Spring di Suriah
khususnya terkait keterlibatan Hizbullah disana.
1.4 Tinjauan Pustaka
Skripsi ini membagi tinjauan pustaka dengan menyesuaikan tema- tema
besar yang terkait dengan keterlibatan Hizbulloh di dalam konflik Suriah. Karena
itu, Tinjauan Pustaka ini di mulai dengan studi-studi yang terkait dengan
transformasi Hizbullah sejak pendiriannya, sampai pada keterlibatannya di dalam
politik regional.
A. Transformasi Organisasi Hizbullah
Literatur yang memuat sejarah terkait Hizbullah biasanya terfokus kepada
salah satu aspek organisasi, sering kali hanya sebagai kelompok agama, sehingga
luput akan peran Hizbullah lainnya yang tak kalah penting dalam sejarah
10
transformasi salah satu Organisasi Agama terbesar di Lebanon tersebut. Menurut
Musa Kazhim19
di dalam bukunya yang berisikan latar belakang dan transformasi
organisasi Hizbullah menuturkan bahwa; Hizbullah dalam sejarahnya terbentuk
dari ekspresi kekecewaan dan perlawanan kelompok Syiah Lebanon akan
ketimpangan sosial yang mereka alami di masa kepemimpinan kelompok Kristen
Maronit dan lemahnya respon organisasi Amal saat Israel menginvasi wilayah
Lebanon selatan pada 1982. Sehingga kemudian lahirlah kelompok-kelompok
perlawanan yang cenderung radikal dan revolusioner yang di satukan oleh
Manifesto 1985 dan memainkan peranan penting dalam Perang Sipil Lebanon
1975- 1990 serta perlawanan terhadap Invasi Israel saat itu.
Sementara Shmuel Bar,20
menuturkan di dalam jurnalnya yang berisikan
ringkasan mengenai ideologi politik Hizbullah: bahwa Hizbullah juga terbentuk
atas semangat revolusi Islam yang ditularkan oleh rezim Syiah di Iran. Iran pasca
revolusi memiliki misi menyebarkan pesan ‗revolusi Islam‘ termasuk ke Lebanon.
Organisasi Amal yang dinilai terlalu sekuler memicu kemunculan kelompok-
kelompok ‗radikal‘ yang kemudian dimanfaatkan oleh Iran dengan mengirimkan
pasukan al-Quds guna menyebarkan ideologi revolusi dan sistem kepemimpinan
wilayatul faqih, serta melatih milisi di sana. Iran berhasil mencapai misi- nya
untuk menaungi organisasi Syiah di Lebanon yang akan beroperasi dan menerima
perlindungan dari Iran saat Hizbullah resmi didirikan pada 1985.
19
Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. (Jakarta:
Noura Books, 2012), Hlm 16. 20
Dr. Shmuel Bar, 2006 Lebanese Hizballah – Political, Ideological and Organizational
Highlights. PRISM National Defense University. Hlm. 2.
11
Augustus Norton21
di dalam jurnalnya yang berisikan peran Hizbullah
dalam sosial politik Lebanon menjelaskan bahwa; Hizbullah menjalankan banyak
peranan di dalam komunitas Syiah Lebanon. Hizbullah bukan hanya sekedar
milisi bersenjata, mereka memainkan peran sebagai gerakan politik yang
memberikan pelayanan sosial. Selanjutnya peningkatan peran Hizbullah di dalam
ranah politik praktis mulai terjadi pada tahun 1992, saat Hizbullah mengikuti
Pemilu Parlemen Lebanon sebagai sebuah partai politik. Berti22
di dalam
artikelnya yang membahas perubahan manifesto organisasi Hizbullah
menjelaskan; Hizbullah yang di awal terbentuknya mendorong pendirian negara
Islam Lebanon, kemudian dalam Manifesto 2009 mengakui bergabungnya mereka
ke dalam sistem perpolitikan Lebanon dan menghilangkan seruan Negara Islam.
Kemudian Musa Kazhim23
Kazhim menuturkan bahwa Hizbullah sadar bahwa
sebuah organisasi perlawanan membutuhkan kekuatan politik sekaligus
kepercayaan publik untuk bertahan. Transformasi ini dianggap sebuah prestasi
tersendiri dikarenakan Hizbullah berhasil meningkatkan pengaruh mereka dalam
ranah politik praktis, tanpa meninggalkan dimensi perlawanan agama di tengah
kondisi Lebanon yang heterogen dan multikultur.
B. Hizbullah sebagai Aktor non- Negara di Regional
Melanjutkan tinjauan literatur yang pertama, skripsi ini juga menemukan
bahwa transformasi Hizbullah sebagai organisasi tidak hanya terjadi dalam ranah
21
Augustus Richard Norton (2007) The Role of Hezbollah in Lebanese Domestic
Politics, The International Spectator, 42:4, Hlm. 480. 22
Benedetta Berti, The "Rebirth" of Hizbollah: Analyzing the 2009 Manifesto.
INSS,Strategic Assessment, Volume 12, No. 4, February 2010. Hlm. 96. 23
Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. (Jakarta:
Noura Books, 2012), Hlm .8
12
domestik, tetapi juga regional. Jonathan Gelbart misalnya24
, berpendapat bahwa
Hizbullah memang sejak pendiriannya tidak terlepas dari pengaruh dinamika
geopolitik di regional Timur Tengah. Sejak perang sipil Lebanon 1975- 1990 yang
melibatkan intervensi banyak negara dari Amerika Serikat, Perancis, Israel,
Suriah, dan Iran. Kemudian invasi Israel ke wilayah Lebanon selatan pada 1978
dan 1982 yang menanamkan narasi perlawanan Hizbullah terhadap zionis Israel
dan terus menguat dari masa ke masa. Juga keterlibatan Suriah dan Iran
memobilisasi perlawanan kelompok Syiah Lebanon dalam misi mereka
menghalau pengaruh negara Barat di Timur Tengah.
Sejalan dengan Gelbart, Samantha May25
menyebutkan bahwa Hak
Persenjataan Hizbullah yang dimiliki pasca Perjanjian Thaif 1990 menjadi faktor
penting penguatan Hizbullah di regional. Pasca berakhirnya Perang Sipil Lebanon
melalui perjanjian Taif pada 1990, kepemilikan senjata Hizbullah tetap diizinkan
karena dianggap lebih siap membendung invasi Israel di Lebanon selatan. Hak
istimewa tersebut kemudian memuluskan ambisi Hizbullah, yang memang
mengadopsi ideologi kepemimpinan wilayatul faqih kemudian bertransformasi
menjadi salah satu aktor regional yang tergabung dalam poros perlawanan
bersama Iran dan Suriah. Poros perlawanan adalah kelompok negara atau
organisasi yang menolak pengaruh Barat di Timur Tengah khususnya Amerika
Serikat, Israel dan sekutu mereka.
24
Jonathan Gelbart, 2010. The Iran-Syria Axis: A Critical Investigation. Stanford Journal of
Internasional Relations. Vol. XII. Hlm. 37. 25
Samantha May (2019), The Rise of the “Resistance Axis”: Hezbollah
and the Legacy of the Taif Agreement, Nationalism and Ethnic Politics, 25:1, Hlm.115-132
13
Meski Hizbullah menyatakan diri tergabung ke dalam sistem pemerintahan
Lebanon pasca Perjanjian Taif, namun tidak mencegah Hizbullah untuk bertindak
tanpa izin atau pemberitahuan kepada pemerintah Lebanon, seperti yang terjadi
pada penculikan tentara Israel yang berujung Perang 33 hari pada 2006; juga
keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah yang masih berlangsung sampai saat
ini. ―Lebanonisasi Hizbullah‖ atau Integrasi mereka ke dalam sistem
pemerintahan tidak lebih dari sekadar pelapis yang menyamarkan kekuatan nyata
dan pembuat keputusan kelompok itu, yakni Iran.26
Di sisi lain, Fadhlan27
menambahkan bahwa selain kedekatan politik di
antara Hizbullah dengan anggota Poros Perlawanan, aspek ideologis juga menjadi
faktor penting dalam transisi Hizbullah di regional. Sepak terjang Hizbullah
memang sejak awal dibungkus oleh ideologi mazhab Syiah yang memang kental
akan narasi perlawanan di dalamnya, khususnya Peristiwa Karbala dan Peringatan
Asyura. Sebagaimana Husein bin Ali melawan penindasan dalam sosok Yazid bin
Muawiyah, begitu pula Hizbullah menarasikan perlawanan mereka terhadap Israel
dan negara Barat. Aspek ideologis pula yang menjadi justifikasi dimulainya
keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah pada 2012, saat itu Hizbullah
beralasan motif dari keterlibatan Hizbullah dalam konflik Suriah adalah;
Melindungi wilayah selatan Lebanon dari Kelompok ekstrimis seperti Jabhat Al-
Nusra dan Islamic State of Syria and Iraq (ISIS) yang bertentangan dengan
26
Samantha May (2019), The Rise of the “Resistance Axis”: Hezbollah
and the Legacy of the Taif Agreement 27
Fadhlan Nur Hakiem, Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah. (Tesis, Universitas
Indonesia: 2015). Hlm 121- 122.
14
ideologi Syiah, juga mengancam keberadaan situs-situs suci ajaran Syiah baik di
Lebanon maupun Suriah.
Apa yang membedakan skripsi ini dengan setia tinjauan pustaka di atas
adalah skripsi ini berfokus pada analisis Hizbullah dalam konteks Konflik Suriah
pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018 yang akan menjadi objek kajian utama,
terutama untuk mengeksplorasi tindakan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Hizbullah ketika dihadapkan kepada benturan kondisi dari peran mereka yang
beragam, baik sebagai pasukan milisi, dan partai politik. Berdasarkan literatur di
atas skripsi ini berasumsi bahwa Hizbullah yang dalam perkembangannya juga
menjadi aktor regional, yang didukung oleh aliansi yang sudah lama terbangun
antara Hizbullah dan the Axis of Resistence.
1.5 KERANGKA PEMIKIRAN
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa mengapa Hizbullah masih
mempertahankan kehadirannya di dalam konflik Suriah. Untuk itu, skripsi ini
menggunakan pendekatan Analisa Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy
Analysis), dan konsep Geopolitik, yang sering dirujuk dalam menjelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi perilaku aktor di level internasional.
1.5.1 Foreign Policy Analysis
Skripsi ini menerapkan paradigma yang ada dalam konsep Kebijakan Luar
Negeri, untuk menganalisis manuver- manuver yang dilakukan Hizbullah pasca
Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Konsep Kebijakan Luar Negeri yang ada
15
sebelumnya memang cenderung ‗state- centric‘ namun skripsi ini berpegang pada
definisi Kebijakan Luar Negeri yang dikemukakan oleh D.J. Gerner yakni;
―Analisis Kebijakan Luar Negeri adalah „niat, pernyataan, dan tindakan
aktor - seringkali, tetapi tidak selalu, negara - diarahkan ke dunia luar dan
respons aktor lain terhadap niat, pernyataan, dan tindakan ini‖28
Di dalam skripsi ini transformasi yang dilakukan Hizbullah menjadi salah
satu contoh berkembangnya aktor non- negara yang mempengaruhi dinamika
hubungan internasional saat ini, khususnya di Timur Tengah. Berge,29
mengkhususkan kasus pada aktor-aktor non- negara bersenjata ini muncul dalam
masa yang dinamis di mana otoritas negara berkurang, mereka juga memiliki
milisi yang tersedia, sekaligus mengendalikan wilayah tertentu, dan dipercaya
dapat menjalankan Kebijakan Luar Negeri- nya sendiri. Namun, teori atau konsep
Foreign Policy Analysis (FPA) yang ada sebelumnya sangat ‗state-centric‘ dan
tidak cocok bagi aktor- aktor tersebut.
Untuk itu di dalam penelitian ini perlu adanya perluasan makna dari FPA itu
sendiri. Hill30
berpendapat untuk studi ini FPA dapat dipahami secara luas dengan
merujuk pada definisi yang tepat yakni "jumlah hubungan eksternal resmi yang
dilakukan oleh aktor independen (biasanya tetapi tidak secara eksklusif sebuah
negara) dalam hubungan internasional". Sejalan dengan itu Baumann dan
28
Gerner, D.J. 1995. The Evolution of the Study of Foreign Policy. In Foreign Policy
Analysis: Continuity and Change in Its Second Generation, edited by L. Neack, J.A.K. Hey, and
P.K. Haney. Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Hlm. 18 29
Wietse van den Berge, Analyzing Middle Eastern Armed Non-State Actors' Foreign
Policy. Leiden University. Global Security Studies, Summer 2016, Volume 7, Issue 3. Hlm. 13. 30
Hill, C. (2016). Foreign policy in the twenty-first century (2d ed.). Basingstoke, U.K.:
Palgrave Macmillan. Hlm. 4.
16
Stengel31
berpendapat bahwa konsep- konsep teoritis dari perangkat FPA seperti
keyakinan, dan pendekatan kognitif, dapat diterapkan untuk menganalisis
pengambilan keputusan aktor non- negara, baik tersendiri, maupun kebijakan
yang melibatkan aktor negara lain. Definisi tersebut membuka peluang
diterapkannya konsep Kebijakan Luar Negeri di dalam menganalisis aktor non-
negara. Aktor non negara di sini khususnya yang bersenjata, memiliki milisi/
pasukan tersedia, dan menguasai teritorial tertentu, sehingga memiliki kapasitas
untuk menjalankan kebijakan otonomi mereka sendiri.32
Konsep Foreign Policy
Analysis yang akan dipakai adalah dari karya Alex Mintz dan Karl DeRouen.
Hinnebusch juga berpendapat bahwa memang aktor non- negara di Timur
Tengah memiliki pengaruh yang berbeda dibandingkan regional lain. Hal ini
didasari asumsi zero-sum yang menandai peningkatan pengaruh aktor non-Negara
bersenjata dan menyiratkan berkurangnya pengaruh aktor Negara, yakni rezim-
rezim negara Timur Tengah ‗diuji‘ dengan penggunaan kekerasan serta kontrol
mereka atas wilayah tertentu.33
Aktor non- Negara yang memenuhi asumsi
tersebut di antaranya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Kurdistan di Irak dan
Suriah, serta yang menjadi objek penelitian kali ini, Hizbullah.
Hinnebusch juga menambahkan bahwa Kebijakan Luar Negeri regional
Timur Tengah memang kompleks, dikarenakan tingginya ketidaksesuaian antara
Negara dengan Identitas, di mana negara bukan entitas kesatuan, tetapi terdiri dari
31
Frank A. Stengel and Rainer Baumann, (2017). Non-State Actors and Foreign Policy.
Oxford Research Encyclopedia of Politics. Hlm. 13. 32
Wietse van den Berge, Analyzing Middle Eastern Armed Non-State Actors' Foreign
Policy. Leiden University. Global Security Studies, Summer 2016, Volume 7, Issue 3. Hlm. 13 33
Hinnebusch, Raymond. 2014. Foreign Policy in the Middle East. In The Foreign Policies
of Middle East States, Hlm. 26 doi:10.1017/s002074380639126x
17
beberapa sub-kelompok. Hal ini tidak hanya terjadi dalam tatanan politik
kekuasaan regional di antara negara- negara, tetapi juga faktor trans-nasional
seperti identitas lintas batas yang punya pengaruh kuat pada Kebijakan Luar
Negeri Timur Tengah.34
Faktor identitas inilah yang sering kali mendasari setiap
kebijakan Hizbullah, baik dalam tatanan domestik, maupun internasional.
Alex Mintz dan Karl DeRouen berpendapat bahwa Keputusan kebijakan
luar negeri dibentuk oleh banyak faktor. Dinamika politik internasional memiliki
banyak variabel yang mesti diperhitungkan ketika suatu keputusan dibuat. Mereka
membagi faktor-faktor penentu kebijakan tersebut ke dalam tiga kelompok besar
yakni; Faktor Psikologis (di antaranya Emosi, Konsistensi Kognitif, Images,
Kepribadian Pemimpin, Gaya Kepemimpinan, Analogies and Learning, Evoked
Set, dan Belief System and Schema); Faktor Domestik (di antaranya Kondisi
Ekonomi, Kepentingan Ekonomi, Opini Publik, Electoral Cycles, dan Two-Level
Games); Faktor Internasional (di antaranya Deterrence, Perlombaan Senjata,
Strategic Suprises, Aliansi, dan Jenis Rezim Lawan).
1.5.2 Geopolitik
Konsep teoritis Geopolitik awalnya dianggap usang oleh para pemikir
konstruktifis/ post modernis dikarenakan kurangnya deskriptif, preskriptif, dan
prediktif utama, sehingga tidak dapat menghasilkan karya ilmiah yang
bermakna.35
Namun masih ada beberapa sarjana yang mencantumkan penjelasan
Geopolitik di dalam penelitian mereka tentang Hubungan Internasional; Michael
Klare, misalnya, berfokus pada permintaan, persediaan, karakteristik spasial
34
Hinnebusch, Raymond. 2014. Foreign Policy in the Middle East. Hlm. 1- 9 35
Christopher J. Fettweis, On Heartlands and Chessboards: Classical Geopolitics, Then
and Now, Orbis, vol. 59, no. 2 (2015), Hlm. 233–48.
18
sumber daya untuk menjelaskan konflik antar negara.36
Klare berpendapat bahwa
kekuatan nasional di abad ke-21 ditentukan oleh luasnya sumber daya suatu
negara dan kemampuannya untuk menghasilkan sumber kekayaan lain untuk
membeli sumber daya, terutama minyak.37
Hal ini yang mendominasi sebagian
besar sejarah modern di Timur Tengah, sejak awal abad 19 kekuatan Eropa telah
berkompetisi untuk menjajah wilayah Timur Tengah dalam upaya untuk
mengendalikan sumber daya alam dan lokasi geostrategisnya.
Negara dengan sumber daya geostrategis adalah mereka yang menikmati
lokasi geografis startegis sekaligus populasi yang cukup berpendidikan dan punya
kekuatan ekonomi sehingga memainkan peran yang luas dalam dinamika politik
regional. Turki dan Iran adalah salah satu contoh negara yang berhasil
memobilisasi sumber daya dan memperluas pengaruh mereka di era pasca Arab
Spring.38
Untuk Iran, wilayah pegunungan yang mereka miliki telah melindungi
mereka dari invasi asing dalam sebagian sejarahnya, namun di sisi lain juga
membatasi kemampuan mereka untuk memproyeksikan kekuatan dan pengaruh ke
wilayah lain di regional. Secara historis, Iran lebih berpengaruh ketika negara-
negara tetangganya mengalami krisis politik.39
Hal ini menjelaskan peningkatan
pengaruh Iran di Irak pasca invasi Amerika Serikat, juga di Suriah pasca Arab
36
Sören Scholvin, 2016. Geopolitics: An Overview of Concepts and Empirical Examples
From International Relations. FIIA Working Paper Hlm. 5. 37
Michael T. Klare, Rising Powers, Shrinking Planet: The New Geopolitics of Energy
(New York:
Holt, 2009) 38
Dina Rashed, 2019. Geography, Resources and the Geopolitics of Middle East Conflicts.
E-International Relations. Artikel, tersedia di: https://www.e-ir.info/2019/05/24/geography-
resources-and-the-geopolitics-of-middle-east-conflicts Diakses pada 13 Januari 2020. 39
Dina Rashed, 2019. Geography, Resources and the Geopolitics of Middle East Conflicts.
19
Spring, kemudian lebih awal dari itu saat pendirian proksi Hizbullah di masa
Konflik Sipil Lebanon 1975- 1990.
Arab Spring yang melanda beberapa negara di regional Timur Tengah
mengundang intervensi asing dari negara- negara kuat di regional seperti Arab
Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Turki, dan Iran ikut campur dalam politik
domestik enam negara yang berkonflik, karena lebih kuat secara ekonomi. Selain
itu kondisi demografis dan geografis negara yang berkonflik juga berdampak
penting dalam membatasi dan membentuk intervensi regional dan Internasional.40
Misalnya, di dalam kasus skripsi ini; intervensi asing dalam Konflik Suriah
berakibat pada munculnya kelompok- kelompok milisi, Arab saudi mendukung
kubu oposisi FSA atau Free Syrian Army, dan kelompok jihadis yang mayoritas
bermazhab salafi, sementara Turki mengintervensi konflik Suriah dengan tujuan
menekan perkembangan milisi YPG (Yekîneyên Parastina Gel) suku Kurdi, Iran
di sisi lain meningkatkan pengaruhnya terhadap rezim Suriah dan Hizbullah
Lebanon yang kuat untuk memberikan aliran tentara, senjata, dan dukungan
logistik yang mantap kepada rezim Assad dikarenakan kedekatan ideologis, dan
historis di antara mereka.
Geopolitik dewasa ini, sudah berkembang jauh dari sekedar persoalan
geografis atau sumber daya alam semata, namun sudah pada sumber daya
demografis dan sumber- sumber ideasional, khususnya retorika agama di Timur
Tengah. Arab Spring mengungkap sejauh mana sumber ideasional tersebut
40
Dina Rashed, 2019. Geography, Resources and the Geopolitics of Middle East Conflicts.
20
berpengaruh atas kelompok- kelompok demografis suatu negara.41
Arab Spring
memunculkan aktor- aktor ‗kekerasan‘ baru yang dilindungi oleh negara- negara
kuat di regional, seperti: Hizbullah di Lebanon, dan Popular Mobilization Forces
di Irak yang didukung oleh Iran; ISIS dan Jabhat al Nusra di Suriah yang didanai
oleh Turki, Arab saudi, dan Amerika serikat
Nantinya keputusan Hizbullah tetap melanjutkan keterlibatan mereka
dalam Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018 akan dianalisis
menggunakan konsep di atas. Faktor internal dan eksternal dari keputusan
Hizbullah tersebut akan dijabarkan masing- masing, dan akan disimpulkan faktor
mana yang paling berpengaruh dalam keputusan tersebut. Juga pengaruh dimensi
geopolitik regional timur tengah terhadap keputusan Hizbullah, terkait kondisi
politik terkini pasca Arab Spring dan kelanjutan hubungan mereka dengan Iran
dan Suriah.
1.6 METODE PENELITIAN
Skripsi ini menggunakan tipe penelitian deskriptif- analitik, yaitu suatu
bentuk penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan secara sistematis
mengenai kasus atau fenomena yang terjadi, dimana hal tersebut relevan dengan
masalah yang diteliti. Hasil dari uraian tersebut selanjutnya akan dianalisis,
sehingga akan berujung pada kesimpulan yang bersifat analitik.
Skripsi ini juga menggunakan jenis data teoritis yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, dengan sumber data primer dan sekunder. Terkait hal ini,
41
Dina Rashed, 2019. Geography, Resources and the Geopolitics of Middle East Conflicts.
21
sumber data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara langsung dari sumber asli, contoh sumber data primer ini misalnya seperti
dokumen terkait, serta wawancara dari pejabat terkait, data resmi dari website
Hizbullah seperti al-Manar. Sedangkan, sumber data sekunder merupakan sumber
data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, contoh sumber data
sekunder ini seperti melalui media perantara, seperti buku, jurnal, koran, dan
penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Skripsi ini mengumpulkan data dengan menggunakan metode studi pustaka
(library research), yaitu pengumpulan data dengan cara menelaah sejumlah
literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Literatur tersebut berupa
buku, jurnal, koran, artikel, serta situs-situs pendukung yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti. Data-data yang diperoleh kemudian digunakan untuk
mengkaji fenomena-fenomena yang dibahas dalam penelitian.
Skripsi ini menggunakan teknik analisis data yang bersifat kualitatif. Data
kualitatif disini memiliki arti sebagai data informasi yang berbentuk kalimat
verbal, bukan berupa simbol angka atau bilangan. Data yang diperoleh dari
berbagai literatur dan wawancara tersebut kemudian dihubungkan dengan
permasalahan yang ada yang selanjutnya dijelaskan dan dianalisis berdasarkan
fakta-fakta yang ada dan akhirnya dapat disusun dalam suatu tulisan serta ditarik
suatu kesimpulan.
22
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1: PENDAHULUAN. Pada bab ini, akan dijabarkan latar belakang
masalah beserta rumusan masalah sehingga memunculkan pertanyaan penelitian
yang menjadi fokus skripsi ini. Selanjutnya akan dijabarkan pula tujuan dan
manfaat penelitian ini, selanjutnya ada kerangka konseptual yang menjadi alat
bantu dalam menganalisa pertanyaan penelitian. Kemudian ditutup dengan
metode penulisan yang dipakai, serta sistematika penulisan skripsi ini.
BAB 2: KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK
SURIAH DAN PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018. Bab dua akan
menjabarkan sejarah Hizbullah sejak pendiriannya dan perkembangan mereka
hingga saat ini. Pembahasan di dalam Bab ini terbagi ke dalam dua fokus yakni
Hizbullah sebagai gerakan milisi, perlawanan mereka terhadap Israel sampai pada
keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah; dan Hizbullah sebagai partai politik,
awal keikutsertaan mereka ke dalam sistem politik Lebanon, terbentuknya Koalisi
Politik 8 Maret, sampai pada kemenangan pertama mereka dalam Pemilu
Parlemen Lebanon.
BAB 3: DINAMIKA HIZBULLAH PASCA PEMILU PARLEMEN
LEBANON 2018. Pada Bab ini akan dijabarkan dinamika yang dialami Hizbullah
pasca kemenangan politik mereka pada Pemilu Parlemen 2018. Bab ini dibagi ke
dalam dua sub bab besar yakni dinamika internal dan eksternal. Dinamika internal
berisikan manuver Hizbullah dalam proses bargaining politik di Lebanon, apa
saja yang mereka dapatkan pasca kemenangan ini, dan apa manfaatnya. Dinamika
eksternal berfokus pada keadaan yang terjadi dalam Konflik Suriah, di antaranya
23
menguatnya kehadiran Israel di pusaran konflik, serta peralihan fokus koalisi
Hizbullah dari upaya menstabilkan Rezim al- Assad kepada potensi konflik baru
dengan Israel.
BAB 4: ANALISIS KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM
KONFLIK SURIAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018. Di
dalam Bab ini akan menganalisis tentang mengapa Hizbullah memutuskan tetap
terlibat dalam Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Di dalamnya
akan dijabarkan mengenai faktor- faktor penentu yang mempengaruhi Hizbullah
mengambil keputusan tersebut, baik itu faktor psikologis, situasi domestik,
maupun internasional.
BAB 5: PENUTUP. Merupakan bab penutup dari penelitian ini, yang berisi
kesimpulan dari rumusan masalah serta analisa yang dihasilkan dari bab-bab
sebelumnya. Bab ini menyimpulkan hasil temuan terhadap rumusan masalah
dalam penelitian ini. Bab ini kemudian ditutup oleh penyampaian saran khususnya
kepada peneliti yang akan mendalami studi serupa
24
BAB 2
KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK SURIAH DAN
PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018
Bab 2 berisikan tentang keterlibatan Hizbullah di dalam Konflik Suriah sampai
pada keikutsertaan mereka pada Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Bab ini dimulai
dengan profil organisasi Hizbullah, dilanjutkan sejarah Hizbullah baik sebagai
organisasi perlawanan dan sebagai partai politik, lalu keterlibatan Hizbullah di
Suriah, dan ditutup oleh penjabaran tentang Pemilu Parlemen Lebanon 2018
A. Profil Hizbullah
Organisasi Hizbullah merupakan sebuah Partai politik, Gerakan milisi Syiah,
dan sekaligus kelompok Proxy Iran di Lebanon. Hizbullah berasal dari bahasa
arab حزب هللا yang artinya adalah ‗Golongan Allah‘ atau Party of God. Hizbullah
berdiri di masa perang sipil Lebanon tahun 1975-1990 tepatnya saat terjadi invasi
oleh Israel pada 1982.42
Invasi tersebut selain menjadi pemicu dalam proses
kemunculan Hizbullah, juga menanamkan secara tegas apa yang menjadi tujuan
dibentuknya Hizbullah, yakni salah satunya menentang segala bentuk penjajahan
oleh Zionis Israel. Hal tersebut tertulis jelas di dalam manifesto pendirian mereka
yang dimuat pada 1985;
―Asumsi utama dalam perjuangan kami melawan Israel menyatakan bahwa entitas
Zionis agresif sejak awal, dan dibangun di atas tanah yang direbut dari pemiliknya,
dengan mengorbankan hak-hak rakyat Muslim. Karena itu perjuangan kita akan berakhir
42
Jonathan Masters, and Zachary Laub, Hezbollah. Council on Foreign Relations.
Dipublish pada 3 Januari 2014. https://www.cfr.org/backgrounder/Hezbollah Diakses pada 10
September 2019, pukul 11.59 WIB.
25
hanya ketika entitas ini dilenyapkan. Kami tidak mengakui akan perjanjian dengan itu,
tidak ada gencatan senjata, dan tidak ada perjanjian damai, baik terpisah atau
konsolidasi.‖43
Selain sebagai bentuk gerakan perlawanan terhadap invasi Israel, Hizbullah
juga merupakan produk kebangkitan golongan Syiah di Lebanon. Kebangkitan ini
dipicu oleh peristiwa hilangnya tokoh intelektual dan pergerakan mereka, Sayyid
Musa al- Sadr pada 1978, dan juga terjadinya Revolusi Islam di Iran pada 1979.44
Iran dan Suriah juga berjasa dalam pendirian organisasi ini, Iran dengan senang
hati membantu terbentuknya prospek proxy baru di Lebanon, yang dapat
mencegah Israel dan sekutunya menguasai negara tersebut, sekaligus melebur
faksi- faksi Syiah Lebanon ke dalam satu entitas. Bantuan Iran adalah berupa
dukungan keuangan serta berperan dalam melatih para milisi dengan mengirim
pasukan Quds atau IRGC (Islamic Revolutionary Guard Corps) yang difasilitasi
oleh pemerintah Suriah.45
Pasukan Quds pula yang berjasa membentuk ideologi
Islam Revolusioner yang menjadi manifesto pergerakan Hizbullah yang bertahan
sampai saat ini.
Hizbullah memiliki basis di wilayah-wilayah yang didominasi oleh warga
Syiah Lebanon, seperti selatan Beirut, wilayah selatan Lebanon, dan Lembah
43
Nass al-Risala al-Maftuha allati wajahaha Hizballah ila-l-Mustad'afin fi Lubnan wa-l-
Alam. Centrum Informatie en Documentatie Israel.
https://www.cidi.nl/dossiers/li/Hezbollah/programmaHA_eng.html Diakses pada 10 September
2019, pukul 12.07 WIB. 44
Musa Kazhim, Hizbullah: Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. (Jakarta:
Noura Books, 2012), Hlm. 21 45
Matthew Levitt, The Origins of Hezbollah. The Atlantic. Dipublikasikan pada 23 Oktober
2013. https://www.theatlantic.com/international/archive/2013/10/the-origins-of-hezbollah/280809/
Diaskes pada 10 September 2019, pukul 12.14 WIB.
26
Bekaa di timur. Melalui dukungan yang signifikan dari Suriah dan Iran, Hizbullah
mempertahankan pasukan keamanan yang luas, organisasi politik, dan jaringan
pelayanan sosial di Lebanon.46
Hizbullah sering kali digambarkan sebagai
―gerakan politik tunggal paling kuat di Lebanon‖.47
Gambar II.1. Bagan Struktural Organisasi Hizbullah
Sumber: Dr. Shmuel Bar, Lebanese Hizballah – Political, Ideological and
Organizational Highlights. PRISM National Defense University. 2006, tersedia di:
https://cco.ndu.edu/Portals/96/Documents/Articles/Lebanese-Hizballah-Ideological-and-
Organizational-Highlights_Shmuel_Bar.pdf
46
Jonathan Masters, and Zachary Laub, Hezbollah. Council on Foreign Relations. 47
Daniel L. Byman. Hezbollah: Most Powerful Political Movement in Lebanon. Interviewed by
Bernard Gwertzman. Council on Foreign Relations. 29 Mei 2008.
https://www.cfr.org/interview/hezbollah-most-powerful-political-movement-
lebanon?breadcrumb=%252F Diakses pada 10 September 2019, pukul 12.19 WIB.
27
Hizbullah dijalankan oleh sembilan anggota Majlis Shura al-Qarar (Dewan
Syura‘). Dewan Syura‘ adalah yang bertanggung jawab mengontrol
kepemimpinan Hizbullah, mengontrol kebijakan militer, politik dan sosial
Hizbullah,48
dengan pemilihan anggota dewan diselenggarakan setiap 2 atau 3
tahun sekali. Dewan eksekutif yang membawahi unit- unit kerja Hizbullah dalam
kapasitasnya sebagai lembaga sosial; Dewan politik, yang bertanggung jawab
dalam urusan partai Hizbullah di antaranya relasi dengan partai- partai politik
anggota Koalisi Politik 8 Maret; kemudian dua unit Internasional yakni,
Organisasi Jihad Islam yang bertanggung jawab dalam setiap aksi Internasional
milisi Hizbullah, dan Dewan Hubungan Luar Negeri yang bertugas dalam operasi
rahasia Hizbullah di seluruh dunia, meliputi perekrutan, penggalangan dana, dan
pengumpulan intelijen. Selanjutnya ada para mujahidin dan pasukan gerilyawan.
Sayyid Hasan Nasrallah memimpin Hizbullah sejak 1992, menjabat sebagai ketua
Dewan Syura‘ sekaligus memimpin Hizbullah sebagai Sekretaris Jenderal.49
48
Dr. Shmuel Bar, Lebanese Hizballah – Political, Ideological and Organizational
Highlights. PRISM National Defense University. 29 Oktober 2006.
https://cco.ndu.edu/Portals/96/Documents/Articles/Lebanese-Hizballah-Ideological-and-
Organizational-Highlights_Shmuel_Bar.pdf Diakses pada 10 September 2019, pukul 12.46 WIB. 49
Dr. Col. (Res.) Eitan Azani, Hezbollah – A Global Terrorist Organization – Situational
Report as of September 2006. Israel: Institute for Counter-Terrorism, 2006.
http://www.investigativeproject.org/documents/testimony/260.pdf Diakses pada 10 September
2019, pukul 12.54 WIB.
28
B. Kiprah Militer dan Politik Hizbullah
a. Hizbullah sebagai Gerakan Milisi
Hizbullah di awal terbentuknya masih beroperasi secara bebas dan kurang
terorganisir sebagai gerakan perlawanan agama. Hal ini berlanjut sampai 1985 di
mana saat itu Hizbullah di bawah kepemimpinan Sayyid Abbas al-Musawi
mengeluarkan manifesto pertamanya yang berisikan platform tentang militansi,
relijiusitas, dan anti-imperialisme dalam organisasi.50
Manifesto ini menjadi
pedoman ideologi pergerakan organisasi Hizbullah dalam politik dan sosial
khususnya selama perang saudara Lebanon, dan Invasi Israel.
Di masa perang saudara Lebanon 1975- 1990 Hizbullah bersaing dengan
organisasi Syiah lain yakni Amal memperebutkan simpati masyarakat Syiah
Lebanon dan saling mengklaim diri paling berjasa mengusir Israel dari tanah
Lebanon. Memanfaatkan dukungan langsung dari pasukan Quds Iran, Hizbullah
berhasil berkembang pesat dan memperluas basis operasinya dari lembah Beeka
di timur ke pinggiran Beirut dan kota kota Syiah di bukit selatan Lebanon.
Gelombang serangan mereka terhadap target militer dan diplomatik AS, serta
Israel Defences Forces (IDF) membuat mereka dianggap sebagai pemimpin
perlawanan terhadap invasi asing, ditambah kegiatan sosial dan amal mereka
menambah simpatik dan dukungan lebih besar dari komunitas Syiah lainnya.51
Pada 1990 diadakan perjanjian Thaif yang mengakhiri perang saudara
Lebanon, dan menuntut pihak -pihak yang terlibat untuk membubarkan diri dan
50
Augustus Richard Norton, Hezbollah: A Short History, Princeton University Press,
Princeton, 2007. 51
Casey L. Addis, and Christopher M. Blanchard, 2011. Hizbullah: Background and Issues
for Congress. Hlm. 7. Tersedia di https://fas.org/sgp/crs/mideast/R41446.pdf Diunduh pada 10
September 2019, pukul 13.13 WIB.
29
melucuti senjata mereka. Hizbullah mem‘branding‘ ulang elemen bersenjata
mereka menjadi label al-Muqawamah al-Islamiyyah atau ‗perlawanan Islam‘ yang
didedikasikan untuk mengakhiri pendudukan Israel, sehingga menjadi satu
satunya organisasi yang kepemilikan senjatanya dibolehkan oleh pemerintah
Lebanon pasca perjanjian Thaif.52
Hizbullah dianggap jauh lebih siap untuk
bertahan dari akibat perang tersebut dibandingkan Pemerintahan Lebanon yang
baru terbentuk.
Invasi Israel tetap bertahan dan jumlah serangan Hizbullah juga meningkat
sepanjang medio 1990-an. Ada 4.928 dari total 6.058 operasi yang terjadi antara
tahun 1996 dan 2000; dan 1.528 serangan terjadi pada tahun 1999 saja. Lebih dari
4000 Roket Katyusha diluncurkan menarget kota-kota di utara Israel pada 1990-
2000. Hizbullah menyebut tahun 1990-2000 sebagai ‗Tahun Perlawanan paling
Gemilang‘, puncaknya adalah penarikan diri pasukan IDF dari wilayah Lebanon
pada 24 Mei 2000.53
Aktivitas militer Hizbullah selanjutnya cenderung mereda sampai pada 12
Juli 2006, Hizbullah melancarkan operasi militer terhadap Israel, menewaskan
sejumlah tentara Israel dan menculik dua orang sebagai tawanan perang. Hal ini
adalah upaya mereka menekan Israel agar membebaskan tiga orang pasukan milisi
yang dipenjara di penjara Israel. Tindakan ini menyebabkan Israel melancarkan
serangan militer besar-besaran terhadap Hizbullah. Perang 34 hari antara
Hizbullah dan Israel mengakibatkan kematian lebih dari 1.000 orang Lebanon dan
52
Casey L. Addis, and Christopher M. Blanchard, Hezbollah: Background and Issues for
Congress. Hlm. 8 53
Ahmad Hamzeh, (2004). In the Path of Hezbollah. In Modern Intellectual and Political
History of the Middle East. Syracuse University Press. Hlm. 89- 90
30
pengungsi sekitar 1.000.000 orang. Hizbullah membunuh 119 tentara IDF dan 44
warga sipil Israel.54
Berhasil berperang dan bertahan melawan Israel adalah suatu
prestasi yang tidak pernah dilakukan oleh milisi Arab sebelumnya, karenanya
Hizbullah dan pemimpinnya, Hassan Nasrallah, dianggap sebagai pahlawan di
sebagian besar dunia Arab saat itu.
a. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah
Fenomena Arab Spring yang melanda negara- negara di Timur Tengah
akhirnya terasa pengaruhnya di Suriah pada Maret 2011. Gelombang demonstrasi
semakin meningkat, menuntut demokratisasi pemerintahan, serta turunnya rezim
al- Assad yang terlah berkuasa hampir 40 tahun di Suriah.55
Demonstrasi sipil
akhirnya berkembang menjadi perang sipil saat terbentuknya pasukan Free Syrian
Army pada Juli 2011 menjadi pasukan pemberontak melawan pemerintahan
Bashar al-Assad.56
Hizbullah berada dalam posisi dilema yang sulit, setelah memuji
keberhasilan gerakan revolusioner di Tunisia, Mesir, Libya, dan Bahrain.
Hizbullah terancam kepentingannya oleh gerakan serupa terhadap sekutu kunci
mereka, Presiden Bashar al-Assad di Suriah. Ketika protes menyebar ke seluruh
Suriah dan jumlah korban sipil meningkat, Nasrallah berbicara mendukung Assad,
juga menggemakan penurunan al-Assad sebagai konspirasi Barat.
Para petinggi Hizbullah tidak mengkonfirmasi kegiatan mereka di Suriah
sampai pada 2013, ketika Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrallah,
54
Hezbollah, Britannica. Dipublikasikan pada 23 Agustus 2018.
https://www.britannica.com/topic/Hezbollah Diakses pada 10 September 2019, pukul 13.31 WIB 55
Trias Kuncahyono, Musim Semi Di Suriah: Anak-Anak Penyulut Revolusi (Jakarta:
Kompas, 2013), Hlm 62. 56
Alan Axelrod, The Middle East Conflict. (New York: Alpha Books, 2014), Hlm 291
31
dengan tegas mengumumkan bahwa Hizbullah mengirim pasukan untuk
membantu mempertahankan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah. Terhitung
sampai Juni 2018, Hizbullah memiliki 7000- 10000 milisi di wilayah Suriah,
menjadikannya sebagai persebaran terbesar Hizbullah di seluruh dunia, di luar
Lebanon.57
Akhir tahun 2012 sampai pertengahan 2013 adalah titik terendah bagi rezim
al-Assad. Laju pertempuran akhirnya mulai melemahkan kemampuan militer
rezim al-Assad dan menumbuhkan pesimisme akan kemungkinan bertahannya
rezim tersebut. Di lain sisi kubu pemberontak berkembang dengan pesat,
menguasai wilayah utara Suriah, dan kota Aleppo.58
Konflik juga berkembang ke
arah isu sektarian setelah kelompok jihadis islam Jabhat al-Nusra yang berafiliasi
dengan al-Qaeda mulai terasa perannya di Suriah. Setelah tertangkapnya 48
pasukan Quds oleh pembetontak pada Agustus 2012, serta terbunuhnya Jenderal
senior mereka Hassan Shateri pada Februari 2013.59
Iran mulai meningkatkan
komitmen mereka membantu rezim al-Assad, demi membalikkan situasi di masa
kritis tersebut.
Seiring dengan peningkatan komitmen Iran di Suriah, Hizbullah juga
melakukan hal yang sama atas nama rezim al-Assad. Hal ini disinyalir berkat
57
Seth G. Jones and Maxwell B. Markusen, The Escalating Conflict with Hezbollah in
Syria, Center for Strategic and International Studies, June 20, 2018,
https://www.csis.org/analysis/escalating-conflict-hezbollah-syria Diakses pada 10 September
2019, pukul 13.41 WIB. 58
Karin Laub and Ben Hubbard, Syria Crisis: Rebels Make Major Advances in Aleppo,
Associated Press, October 25, 2012, http://www.huffingtonpost.com/2012/10/25/syria-crisis-
aleppo-_n_2016992.html Diakses pada 10 September 2019, pukul 13.53 WIB 59
Will Fulton, The Assassination of Iranian Quds Force General Hassan Shateri in Syria,
Iran Tracker, Critical Threats Project, February 28, 2013,
http://www.irantracker.org/analysis/fulton-assassination-iranian-quds-force-general-hassan-
shateri-syria-february-28-2013 Diakses pada 10 September 2019, 13.55 WIB.
32
dorongan dari Iran serta adanya kepentingan bersama. Peran Hizbullah meningkat
dari misi penasihat, menjadi terjun langsung ke medan pertempuran, beroperasi
dengan jumlah besar dan berjuang bersama pasukan pemerintah al-Assad. Salah
satu buktinya adalah peran Hizbullah dalam membuat dan melatih National
Defense Force (NDF), pasukan paramiliter nasional Suriah di Latakia, Homs,
Damaskus, dan Aleppo.60
Hizbullah juga bermitra bersama NDF di medan
pertempuran, yang kemudian terjadi saat merebut kota- kota dari tangan
pemberontak.
Keterlibatan Hizbullah mencapai puncaknya saat memimpin langsung
operasi perebutan kota al-Qusayr pada April 2013. Al-Qusayr adalah kota di
provinsi Homs dekat perbatasan Lebanon, kota tersebut adalah rute strategis yang
menghubungkan Damaskus dengan kota- kota di pesisir Suriah dan lembah Beeka
di Lebanon. Al-Qusayr sejak 2012 dikuasai oleh pemberontak dan mengancam
jalur komunikasi bagi rezim al-Assad.61
Mengusir pemberontak dari al-Qusayr
bukan hanya prioritas militer bagi rezim Assad, tetapi juga untuk Hezbollah,
karena kehadiran pemberontak juga merupakan ancaman bagi desa-desa Syiah
Lebanon di kedua sisi perbatasan dan dekat al-Qusayr.62
Operasi al-Qusayr berujung pada keberhasilan bagi Hizbullah dan
pemerintah Suriah. Kemenangan ini menjadi titik balik penting dalam konflik
60
Dominic Evans, Analysis: Hezbollah takes Syrian centre-stage, yet remains in shadows,
Reuters, June 18, 2013, http://www.reuters.com/article/2013/06/18/us-syria-crisis-hezbollah-
analysis-idUSBRESBRESBRESBRE95H10Y2013061 Diakses pada 10 September 2019, pukul
13.57 WIB 61
Nicholas Blanford, Why Hezbollah has openly joined the Syrian fight, The Christian
Science Monitor, June 23, 2013, http://www.csmonitor.com/World/Middle-East/2013/0623/Why-
Hezbollah-has-openly-joined-the-Syrian-fight Diakses pada 10 September 2019, pukul 13.59 WIB 62
Marisa Sullivan, Hezbollah in Syria, Middle East Security Report 19, Institute for the
Study of War (Apr. 1, 2014), Hlm 15. Diunduh di https://www.jstor.org/stable/resrep07896
33
Suriah, selain sebagai pukulan besar bagi pasukan pemberontak baik secara
militer dan psikologis, al-Qusayr juga menandai fase baru keterlibatan Hizbullah
yang jelas dan substansial dalam konflik Suriah.63
Hizbullah tidak lagi membela
keterlibatannya semata-mata untuk membela komunitas Syiah Lebanon, tetapi
secara terbuka berkomitmen untuk memastikan Assad tetap berkuasa. Nasrallah
menggambarkan perjuangan di Suriah bukan saja perpanjangan dari perlawanan
terhadap Israel dan Barat, tetapi juga melawan ancaman takfiri (ekstrimis
Sunni).64
Penggambaran ini digunakan demi mendapatkan dukungan dari
kalangan syiah Lebanon yang khawatir keterlibatan Hizbullah di Suriah
menyimpang dari misi perlawanan mereka dengan Israel, dan akan mengancam
stabilitas Lebanon.
b. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah Periode
2014 - 2018
Pasca keterlibatan Hizbullah di al-Qusayr, peran Hizbullah semakin
meningkat dalam konflik Suriah. Pasca al-Qusayr, Hizbullah terlibat dalam
operasi pembebasan beberapa wilayah di Homs, Aleppo, Damaskus, Qalamoun
dan Yabroud. Namun, berbeda dengan peran Hizbullah yang terlibat langsung
dalam operasi militer di Al-Qusayr, dalam beberapa operasi militer pasca Al-
Qusayr, Hizbullah tidak terlibat secara langsung. Dalam upaya perebutan kembali
63
Nicholas Blanford, Hezbollah marks major triumph as Qusayr tips back to Assad camp,
The Christian Science Monitor, June 5, 2013, http://www.csmonitor.com/World/Middle-
East/2013/0605/Hezbollah-marks-major-triumph-as-Qusayr-tips-back-into-Assad-camp Diakses
pada 10 September 2019, pukul 14.05 WIB. 64
Anne Barnard, Hezbollah Commits to an All-Out Fight to Save Assad, The New York
Times, May 25, 2013, http://www.nytimes.com/2013/05/26/world/middleeast/syrian-army-and-
hezbollah-step-up-raids-on-rebels.html Diakses pada 10 September 2019, pukul 14.07 WIB
34
Aleppo, Hizbullah lebih memposisikan diri untuk memberikan pertimbangan-
pertimbangan strategis kepada pasukan rezim Assad dan NDF.65
Hizbullah juga kemudian terlibat dalam operasi militer di Damaskus.
Sejak awal konflik, mempertahankan Damaskus merupakan prioritas Hizbullah
karena keberadaan tempat suci Sayyida Siti Zainab. Beberapa pejuang Hizbullah
telah tewas di Damaskus dari bulan Juni sampai Agustus 2013, termasuk salah
satu adalah komandan seniornya yaitu Ayman Said Tahini.66
Sejak tahun 2014 Hizbullah memulai perjuangan mereka melawan
gelombang milisi ekstrimis sunni atau takfiri. Para jihadis islam ini mayoritas
berasal dari organisasi Jabhat al_Nusra dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)
yang bertujuan mendirikan negara kekhalifahan Islam di wilayah Irak dan Suriah.
Serangan yang dilancarkan para jihadis ini tidak hanya menarget kota- kota di Irak
dan Suriah, tetapi juga situs- situs lokal bersejarah di sana, bahkan beberapa
serangan juga menarget kota kota di perbatasan Lebanon, dekat dengan markas
militer Hizbullah.
Pada Agustus 2014, terjadi kerja sama unik diantara ISIS dan al-Nusra
yang melancarkan serangan gabungan menarget kota Arsal di Lebanon, walaupun
secara singkat bisa ditumpas oleh operasi pasukan militer nasional Lebanon. Pada
Mei 2015 milisi Hizbullah terlibat dalam perlawanan sengit dengan para
pemberontak (Free Syrian Army dan ISIS) di wilayah Qalamoun di Suriah, dekat
perbatasan Lebanon.
65
Marisa Sullivan, Hezbollah in Syria, Hlm 16- 17. 66
Marisa Sullivan, Hezbollah in Syria, Hlm 19- 20.
35
Pada Juli 2017, Hizbullah melancarkan serangan militer ke markas al-
Nusra di wilayah Baalbek, Lebanon, dekat perbatasan Suriah.67
Hizbullah
menggunakan rangkaian kampanye militer tersebut untuk menggalang dukungan
domestik Lebanon terhadap keterlibatan mereka di Suriah. Hizbullah berusaha
menumbuhkan citra sebagai pelindung komunitas Syiah terhadap ekstrimis Sunni.
Hizbullah juga membentuk, membimbing, dan melatih milisi perlawanan
Syiah lainnya di Suriah. Salah satunya bernama Al-Muqawama al-Islamiyah fi
Suria atau ‗Perlawanan Islam di Suriah‘. Milisi ini hampir sama dengan milisi-
milisi lain yang pernah dilatih oleh Hizbullah, seperti contohnya unit Asaib Ahl
al-Haq di Irak. Beberapa contoh milisi yang dilatih Hizbullah di Suriah adalah;
Quwat al Ridha, yang beroperasi di beberapa provinsi di Suriah seperti Homs. Al-
Ghaliboun: Saraya al-Muqawama al-Islamiyah fi Suria, yang beroperasi di Daraa
dan Quneitra. Liwa al-Imam al-Baqir, yang beroperasi di beberapa wilayah seperti
Aleppo.68
Setidaknya ada sekitar 8000 sampai 12000 total pejuang asing syiah di
Suriah dari negara- negara seperti Afghanistan, Yaman, dan Irak. Para milisi ini
secara sistemik diorganisir oleh departemen eksternal pasukan Quds dari Iran.69
67
Tom Perry and Angus McDowall, Lebanese Army, Hezbollah Announce Offensive
against Islamic State on Syrian Border, Reuters, August 18, 2017,
https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-lebanon-syria/lebanese-army-hezbollah-
announce-offensives-against-islamic-state-on-syrian-border-idUSKCN1AZ03G Diakses pada 24
Januari 2019, pukul 14.05 WIB. 68
Phillip Smyth, Lebanese Hezbollah‟s Islamic Resistance in Syria, Washington Institute
for Near East Policy, April 26, 2018, http://www.washingtoninstitute.org/policy-
analysis/view/lebanese-hezbollahs-islamic-resistance-in-syria Diakses pada 24 Januari 2019, pukul
14.19 WIB. 69
Phillip Smyth, Iran Is Outpacing Assad for Control of Syria‟s Shia Militias, Washington
Institute for Near East Policy, April 12, 2018, https://www.washingtoninstitute.org/policy-
analysis/view/iran-is-outpacing-assad-for-control-of-syrias-shia-militias Diakses pada 24 Januari
2019, pukul 14.34 WIB.
36
Milisi Hizbullah di Suriah telah meningkatkan keterampilan tempur
operasional dan taktis mereka, melatih dan memperlengkapi ribuan gerilyawan
sebagai bagian dari jaringan milisi Syiah yang sedang tumbuh, dan menimbun
gudang persenjataan lengkap berupa senjata-senjata seperti rudal balistik jarak
pendek Fateh-110 / M-600, Shahab-1 dan rudal balistik jarak pendek Shahab-2,
rudal berpandu anti-tank Toophan, 9M133 Kornet rudal jinjing, pengangkut
personel lapis baja M113, tank tempur utama T-72, kendaraan udara tak berawak
Karrar, dan roket Katyusha.70
Sampai dengan 2018 sebagian besar milisi Hizbullah dan pasukan proksi
mereka tersebar di sepanjang perbatasan Lebanon- Suriah, dimana ada kantong
besar komunitas syiah dan situs- situs suci mereka disana, tentunya juga
berdekatan dengan markas utama Hizbullah di selatan Lebanon. Hizbullah juga
mengerahkan milisi mereka jauh lebih dalam ke wilayah Suriah sampai pada
sekitar kota Damaskus dan Homs, bahkan ada laporan yang menyebutkan
keberadaan milisi Hizbullah sejauh wilayah Deir al-Zour di Sungai Eufrat Tengah,
Suriah timur.71
Perkembangan terbaru pada pertengahan 2018 menunjukkan
dimulainya peningkatan kehadiran Hizbullah di pos- pos militer Suriah dekat
perbatasan Israel- Suriah.
Perkembangan situasi tersebut tentunya merugikan bagi Israel, yang juga
ikut andil -meski tidak masif- dalam membantu perjuangan pihak oposisi
70
Seth G. Jones and Maxwell B. Markusen, The Escalating Conflict with Hezbollah in
Syria, Center for Strategic and International Studies, June 20, 2018,
https://www.csis.org/analysis/escalating-conflict-hezbollah-syria Di akses pada 27 Januari 2020,
pukul 12.46 WIB. 71
Yaakov Lappin, Israeli Military Chief Outlines Hizbullah‟s Syria Commitment, HIS
Jane‘s Defence Weekly, January 4, 2018, http://www.janes.com/article/76795/israeli-military-
chief-outlines-hizbullah-s-syria-commitment Diakses pada 24 Januari 2019, pukul 14.59 WIB.
37
melawan pemerintahan Bashar al-Assad.72
Militer Israel diyakini berada di
belakang puluhan serangan udara dalam beberapa tahun terakhir terhadap posisi
Hizbullah, Iran, dan Suriah. Pemerintah AS dan Israel memandang peran Iran di
Suriah sebagai ancaman terhadap Israel.
Salah satu serangan Israel terjadi pada 9 April 2018, ketika Israel
menempatkan diri dalam konfrontasi langsung dengan Iran, mengacu pada
serangan rudal yang menargetkan lokasi militer mereka di Suriah. Dua pesawat
tempur Israel, menggunakan wilayah udara Lebanon, menembakkan delapan rudal
di pangkalan militer T-4. Serangan terhadap pangkalan udara itu, yang terletak 40
km di barat Palmyra, menewaskan sekitar 14 orang, setidaknya empat di
antaranya adalah pasukan Iran dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.73
Di tengah situasi tersebut, Hizbullah kembali memunculkan wacana untuk
menarik pasukan mereka dari wilayah Suriah. Wacana yang sempat dilakukan
pada Mei 2017, yakni saat mereka menarik pasukan dari perbatasan Lebanon –
Suriah.74
Pada 27 Mei 2018, beberapa hari setelah pemilu parlemen Lebanon
terlaksana, Hizbullah kembali menarik pasukan mereka dari wilayah selatan
Suriah, tepatnya kota Dar‘a.75
72
Anoosha Boralessa, Israel‟s involvement in the war against Syria, Voltaire Network, 7
September 2018, https://www.voltairenet.org/article202825.html Diakses pada 27 Januari 2019,
pukul 21.03 WIB. 73
Hezbollah's Nasrallah: Israel made 'historic mistake' in Syria, Al Jazeera News. April
14, 2018. https://www.aljazeera.com/news/2018/04/hezbollah-nasrallah-israel-historic-mistake-
syria-180413192231157.html Diakses pada 27 Januari 2019, pukul 21.15 WIB. 74
Diana Moukalled, Has Hezbollah withdrawn from Syria ?. Arab News. Dipublikasikan
pada 15 Mei 2017. http://www.arabnews.com/node/1100196 Diakses pada 10 Januari 2019 pukul
16.10 WIB. 75
Middle East Monitor, Hezbollah withdraws from south Syria. Dipublikasikan pada 23
Mei 2018. https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-withdraws-from-south-syria/
Diakes pada 10 Januari 2019 pukul 16.13 WIB.
38
Di tengah kondisi tersebut muncul anggapan bahwa Hizbullah menarik diri
dari Konflik Suriah. Hal ini bersamaan dengan keikutsertaan Hizbullah dalam
Pemilu Parlemen di negara mereka, Lebanon. Pada 27 Mei 2018, beberapa hari
setelah pemilu parlemen Lebanon terlaksana, Hizbullah kembali menarik pasukan
mereka dari wilayah selatan Suriah, tepatnya kota Dar‘a.76
Anggapan ini semakin
menguat saat Presiden Rusia, Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Suriah,
Bashar al-Assad di Sochi, Rusia, di mana ia menghembuskan wacana penarikan
diri bagi setiap pasukan asing di Suriah.77
Wacana ini berlaku untuk seluruh
pasukan asing, seperti Iran, Hizbullah, Amerika Serikat, Turki, dan negara lain
yang memiliki pasukan di wilayah Suriah.
Wacana penarikan pasukan ini menambah dinamika keterlibatan Hizbullah
di Konflik Suriah. Kondisi perang Suriah terkini menjadi dua sisi mata uang bagi
Hizbullah. Di satu sisi kehadiran milisi Hizbullah dipertanyakan setelah
perkembangan situasi kini memihak rezim al-Assad dengan kondisi yang semakin
stabil, namun di sisi lain kehadiran Israel yang menguat juga menjadi ancaman
bagi Hizbullah melihat sejarah di antara keduanya. Kondisi Hizbullah di dalam
perpolitikan domestik Lebanon juga membutuhkan perhatian pasca kemenangan
mereka dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018.
76
Middle East Monitor, Hezbollah withdraws from south Syria. Dipublikasikan pada 23
Mei 2018. https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-withdraws-from-south-syria/
Diakes pada 10 Januari 2019 pukul 16.13 WIB. 77
Russia calls for foreign troop pull out from Syria including Iran, Hezbollah. Al Arabiya,
19 May 2018. http://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2018/05/19/Russia-calls-for-
foreign-troops-pullout-from-Syria-including-Iran-Hezbollah-.html Diakses pada 10 September
2019, pukul 14.31 WIB.
39
b. Hizbullah sebagai Partai Politik
Sejak pendiriannya pada medio 1980-an Hizbullah telah memiliki banyak
label, baik dari mereka sendiri maupun orang lain di antaranya; Milisi, Kelompok
teroris, Perlawanan Islam, Organisasi layanan sosial, dan Partai Politik. Eksistensi
Hizbullah menuai kritik dikarenakan status mereka sebagai kelompok teroris yang
merujuk pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 1559. Meski demikian, terlepas
dari seruan untuk melucuti senjata dan klasifikasi Hizbullah sebagai kelompok
teroris oleh beberapa negara, Hizbullah diakui sebagai partai politik yang sah di
Lebanon, di seluruh dunia Arab, dan bahkan di beberapa pemerintahan Barat,
seperti Inggris dan banyak negara Eropa lainnya.78
Terlepas dari stereotip tadi, Hizbullah sejak awal memang bukan hanya
sekedar milisi bersenjata, mereka memainkan peran sebagai gerakan politik yang
memberikan pelayanan sosial. Pada awal 1983, Hizbullah menciptakan jaringan
layanan sosial yang luas yang tidak dapat disediakan oleh pemerintah Lebanon,
termasuk layanan kesehatan kepada masyarakat, distribusi air, listrik, dan
pembuangan sampah.79
Inilah peran politik paling pertama bagi Hizbullah, yakni
memberikan pelayanan sosial sebagai bentuk dakwah dengan misi utama
memperluas pengaruh Syiah di Lebanon.
Hizbullah saat itu mulai dianggap sebagai ‗organisasi yang paling efektif
dan efisien‘, mereka menyediakan tingkat layanan sosial yang sangat efisien
78
Wiegand, Krista E. (2009), Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese
Political Party. Studies in Conflict & Terrorism, London: Routledge. Hlm. 670. 79
Wiegand, Krista E. (2009), Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese
Political Party. Hlm. 673.
40
seperti; rumah sakit, sekolah, sekolah kejuruan untuk anak laki-laki dan
perempuan, pusat budaya, tidak seperti organisasi lainnya di Lebanon. Bahkan
dalam banyak kasus, warga Syiah Lebanon terbukti lebih dahulu mencari layanan
sosial Hizbullah dibandingkan pergi mencari bantuan ke pemerintah
(kesejahteraan, pendidikan, dan kebutuhan medis), di tengah kondisi pendudukan
oleh Israel.80
Sejak berakhirnya perang sipil Lebanon pada 1990 melalui Perjanjian Thaif,
yang menetapkan pelucutan senjata seluruh milisi kecuali milik Hizbullah,
membuka jendela bagi transformasi sikap mereka terhadap negara. Hizbullah
perlahan mengubah dirinya untuk dapat bekerja di dalam sistem politik, tanpa
adanya upaya bersenjata. Hizbullah mengembangkan sayap politiknya menjadi
partai politik non- bersenjata. Langkah besar pertama Hizbullah sebagai sebuah
partai politik adalah keputusannya berpartisipasi dalam pemilihan parlemen pada
1992. Dalam waktu kurang dari lima puluh hari semenjak pengumuman
keikutsertaan Hizbullah dalam pemilu parlemen Lebanon 1992, mereka berhasil
memobilisasi dukungan publik dengan menghadirkan program politik dan sosial
yang komprehensif, menghasilkan perolehan delapan kursi dari total 128 kursi.
Salah satu faktor penting adalah terciptanya koalisi dengan sekte-sekte lain seperti
Sunni dan Kristen. Sejak itu, Hizbullah telah berpartisipasi dalam pemilihan
parlemen tahun 1996, 2000, dan 2005 dan pemilihan kota tahun 1998 dan 2004.
80
Wiegand, Krista E. (2009), Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese
Political Party. Hlm. 673
41
Dalam pemilihan parlemen 2000, perolehan kursi Hizbullah di parlemen Lebanon
naik dari 9 menjadi 12.81
Dukungan pemerintah yang terang-terangan untuk Hizbullah tiba-tiba
terhenti setelah pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafiq Hariri pada Februari
2005. Setelah Suriah dituduh melakukan pembunuhan, Hizbullah dan kelompok
pro-Suriah lainnya mengadakan demonstrasi besar-besaran pada 8 Maret untuk
mendukung Suriah. Sebagai tanggapan, kelompok-kelompok anti-Suriah dipimpin
oleh Future Movement mengerakkan ribuan orang dalam protes pada 14 Maret,
menuntut penarikan pasukan Suriah dari Lebanon dan mengakhiri campur tangan
Suriah dalam politik internal Lebanon. Pada Maret 2005, dengan protes anti-
Suriah dan tekanan internasional yang kuat menyebabkan Suriah akhirnya
menarik pasukannya dari Lebanon.
Setelah peristiwa tersebut kontestasi politik Lebanon terbelah ke dalam dua
kelompok besar yakni Koalisi 8 Maret, dan Koalisi 14 Maret. Nantinya kedua
aliansi ini selalu bersaing di setiap momentum politik Lebanon. Bagaimana
nantinya kelompok ini terbentuk dan apa saja dinamika politik yang terjadi
sampai 2018 yang menentukan hasil Pemilu Parlemen akan dijelaskan dalam sub
bab berikut
a. Hizbullah dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018
Semenjak masa penjajahan Perancis pada 1920, Lebanon mulai mengenal
sistem pembagian kekuasaan berdasarkan agama dan sekte yang dikenal dengan
81
S. Simon and J. Stevenson, Declawing the „Organization of God‟ Toward Normalization
in Lebanon, World Policy Journal (Summer 2001), Hlm. 39.
42
sistem Confessional. Saat itu dikarenakan kedekatan penjajah Perancis dengan
komunitas Kristen Maronit, maka Maronit memperoleh kekuasaan terbesar
hampir di semua sektor pemerintahan. Presiden sebagai jabatan tertinggi negara
dipegang komunitas Kristen Maronit, Perdana Menteri sebagai pimpinan
eksekutif dipegang komunitas Sunni, Speaker of Parliament sebagai pimpinan
lembaga legislatif dipegang komunitas Syiah.
Semenjak peristiwa terbunuhnya Perdana Menteri Rafiq Hariri pada 2005,
dan Suriah dicurigai memiliki peran. Demonstrasi massa Lebanon terbelah dua,
yakni mereka yang menolak pengaruh Suriah dalam Pemerintahan Lebanon serta
menuntut pemulangan pasukan Suriah, dan mereka yang mendukung pengaruh
Suriah di Lebanon. Hal ini kemudian melatarbelakangi terciptanya dua blok
politik yang berlawanan secara ideologis dalam politik Lebanon, yakni Koalisi 8
Maret, dan Koalisi 14 Maret
- Aliansi 14 Maret
Aliansi ini dinamai berdasarkan tanggal 14 Maret 2005 yang dipercaya
sebagai awal dari Revolusi Cedar yakni demonstrasi menuntut penarikan pasukan
Suriah dari Lebanon. Aliansi ini didominasi oleh golongan Sunni dari partai
Future Movement pimpinan Hariri, kemudian bergabung partai dari golongan
Maronit dan Druze dengan satu tujuan untuk melihat akhir pendudukan Suriah di
Lebanon. Dipimpin oleh putra Rafiq Hariri, Saad Hariri, Aliansi 14 Maret terdiri
43
dari partai golongan Druze, Progressive Socialist Party pimpinan Walid Jumblatt,
lalu Lebanese Forces pimpinan Samir Geagea82
Meskipun di kemudian hari menang dalam pemilu 2005 dan 2009, aliansi
ini kurang efektif dan menderita konflik internal. Meski awalnya bersatu di bawah
tujuan membebaskan Lebanon dari kontrol Suriah, selanjutnya justru berbagai
kelompok politik tersebut tidak memiliki landasan bersama yang kuat. Keluarnya
Michel Aoun dan Free Patriotic Movement pada 2006 menjadi pukulan telak bagi
aliansi tersebut. Hal ini disebabkan tidak adanya dukungan dari pimpinan Aliansi
14 Maret terhadap pencalonan Aoun menjadi Presiden Lebanon untuk pemilihan
presiden 2009, akibatnya Aliansi 14 Maret kehilangan mayoritas dukungan dari
komunitas Kristen, dan sejak saat itu aliansi semakin didominasi oleh golongan
Sunni dan Future Movement pimpinan Saad Hariri.83
- Aliansi 8 Maret
Aliansi ini dinamai berdasarkan tanggal peristiwa demonstrasi mendukung
keberadaan Suriah di Lebanon pada 8 Maret 2005. Aliansi ini pada awalnya
berisikan Hizbullah dan Amal sebagai partai yang menjadi sekutu Suriah.
Hizbullah mendominasi aliansi dikarenakan kekuatan organisasi dan kemampuan
militer mereka. Dalam pemilihan umum 2005 Aliansi 8 Maret memenangkan 57
dari 128 kursi di Parlemen. Aliansi ini semakin kuat setelah bergabungnya partai
Kristen Maronit Free Patriotic Movement pimpinan Michel Aoun pada 2006.84
82
Governance & Politics of Lebanon, fanack.com. Diperbarui pada 18 Oktober 2018,
https://fanack.com/Lebanon/governance-and-politcs-of-Lebanon/ 83
Governance & Politics of Lebanon, fanack.com. 84
Governance & Politics of Lebanon, fanack.com.
44
Sejak pecahnya Arab Spring di wilayah timur tengah pada 2010 khususnya
perang sipil yang terjadi di negara tetangga mereka Suriah pada 2011, menambah
ketegangan politik di antara Hizbullah dan Future Movement serta beberapa
golongan Sunni dan Salafi. Hizbullah yang memihak rezim Bashar al-Assad di
Suriah, sementara golongan Sunni Future Movement mendukung pasukan oposisi
Suriah. Pada April 2013, pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah secara
terbuka mengakui bahwa pasukannya telah terlibat langsung dalam operasi militer
terhadap pejuang oposisi Suriah dan mendukung pemerintahan Bashar al-Assad.
Di tengah kondisi tersebut, pada Mei 2018 Lebanon kembali mengadakan
pemilihan umum parlemen yang sempat tertunda sejak 2009. Pemungutan suara di
parlemen terjadi di masa pergolakan dan ketegangan yang luar biasa, baik secara
regional maupun di dalam domestik Lebanon. Pemilu parlemen Lebanon menjadi
persaingan dua kekuatan besar di timur tengah, yakni Arab Saudi (yang menjadi
patron Future Movement-nya Saad Hariri) dan Iran (pelindung dari milisi Syiah
Lebanon, Hizbullah).
Menjelang diselenggarakannya pemilihan parlemen 2018 memperlihatkan
keadaan yang berbeda signifikan di antara Aliansi utama perpolitikan Lebanon.
Aliansi 14 Maret yang sempat menang dalam pemilihan umum 2005 dan 2009
mulai kehilangan partai pengusung utamanya. Setelah keluarnya partai Free
Patriotic Movement pada 2006, kemudian pada 2009 partai Progressive Socialist
Party pimpinan Walid Jumblatt juga keluar dari aliansi. Selanjutnya pasca
terpilihnya Michel Aoun dari Aliansi 8 Maret sebagai presiden pada 2016, posisi
Aliansi 14 Maret semakin genting di dalam pemerintahan, meskipun masih
45
memiliki Saad Hariri sebagai Perdana Menteri. Perkembangan terakhir setelah
peran Arab Saudi dalam pengunduran diri Saad Hariri yang ambigu pada 2017,
kemudian pembatalannya di kemudian hari, telah lebih jauh memisahkan partai
Future Movement dari sisa Aliansi 14 Maret, baik itu perorangan atau partai, juga
menurunkan elektabilitas mereka di mata masyarakat Lebanon.85
Di sisi lain, Aliansi 8 Maret tampaknya lebih stabil, karena, sejauh ini,
Hizbullah telah mampu mempertahankan kohesi dan menjaga hubungan dekatnya
dengan partai Free Patriotic Movement. Kedua partai tersebut menjadi semakin
dominan ketika konflik Suriah menempa Hizbullah baik secara politis maupun
militer, dan Michel Aoun dari Free Patriotic Movement terpilih sebagai Presiden
Lebanon pada 2016.
Keterlibatan Hizbullah di Suriah juga telah memainkan peran kunci dalam
perjanjian dua aliansi yang saling bertentangan untuk menunda pemilihan
parlemen. Parlemen memperpanjang mandatnya sendiri dua kali pada tahun 2013
dan 2014, dengan demikian melanggar prinsip-prinsip rotasi kekuasaan dan
periode pemilu. Pada 2017, Parlemen memutuskan untuk menunda pemilihan
untuk ketiga kalinya secara teknis selama enam bulan bersamaan dengan
diberlakukannya undang-undang pemilihan yang baru, yang saat ini berlaku.86
- Hasil Pemilu Parlemen Lebanon 2018
Hasil pemilihan umum parlemen pada 6 Mei 2018 memperlihatkan partai-
partai yang bersekutu dengan Hizbullah peningkatan dalam porsi kursi mereka
85
Political Party Mapping in Lebanon Ahead of the 2018 Elections, Konrad Adenauer
Stiftung. https://www.kas.de/c/document_library/get_file?uuid=d5efc091-a9b8-4357-36f6-
7717164c277e&groupId=252038 Diakses pada 10 September 2019, pukul 15.20 WIB 86
Political Party Mapping in Lebanon Ahead of the 2018 Elections, Konrad Adenauer
Stiftung.
46
dari sekitar 44% menjadi 53%. Aliansi Politik 8 Maret yang beranggotakan
Hizbullah, Gerakan Syiah Amal, Gerakan Maronit Free Patriotic Movement, dan
partai sekutu lainnya, memenangkan penghitungan suara dengan 68 kursi
parlemen Lebanon. Ini cukup untuk mengamankan jumlah kursi mayoritas di
parlemen Lebanon (68 dari total 128 kursi). Hizbullah sendiri tidak mendapat
kursi tambahan, tetap dengan 13 kursi.87
Aliansi 8 Maret tetap memegang kursi
yang cukup untuk mencegah pembentukan kuorum dua pertiga, yang dalam
praktiknya dapat menentukan keputusan tertentu seperti pemilihan presiden (yang
menjadi tugas parlemen Lebanon).
Aliansi politik saingan mereka, 14 Maret yang terdiri dari partai Sunni
Future Movement, partai Maronit Lebanese Forces, dan sekutu parlemen lainnya,
kehilangan 10 kursi. Future Movement pimpinan Perdana Menteri Saad Hariri
mengalami kerugian terbesar (kehilangan sepertiga kursinya) namun tetap
menjadi golongan Sunni terbesar di Parlemen. Partai Lebanese Forces termasuk
pemenang terbesar dengan meningkatkan kursi mereka dari 8 menjadi 14 kursi.88
Dengan hasil ini, Aliansi 8 Maret yang terdiri dari Hizbullah dan sekutunya
menerima mayoritas kursi, sehingga membuat Hizbullah dominan secara politik
untuk pertama kalinya. Banyak pengamat internasional menyimpulkan pemilu ini
sebagai kemenangan politik besar bagi Hizbullah.89
Di sisi lain, kemenangan
87
Carla E. Humud, Lebanon's 2018 Elections. Congressional Research Service Insight.
Dipublikasikan pada 11 Mei 2018. https://fas.org/sgp/crs/mideast/IN10900.pdf Diakses pada 10
September 2019, pukul 15.29 WIB 88
Carla E. Humud, Lebanon's 2018 Elections. Congressional Research Service Insight. 89
Dan Williams, Israeli minister says 'Lebanon equals Hezbollah' after election. reuters.
Dipublikasikan pada 7 Mei 2018. https://www.reuters.com/article/us-lebanon-election-
israel/israeli-minister-says-lebanon-equals-hezbollah-after-election-idUSKBN1I80FW Diakses
pada 10 September 2019, 15.34 WIB
47
politik tersebut juga memberikan risiko kepada Hizbullah sebagai sebuah partai.
Setelah selama ini membingkai dirinya dengan label gerakan milisi yang
beroperasi di luar sistem politik Lebanon, perolehan suara pemilihan Hizbullah
sekarang mendorong partai untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk
mengatasi tantangan sosial ekonomi dan infrastruktur domestik.
Lalu dengan kondisi sosial politik tersebut, bagaimana dinamika yang akan
terjadi dengan perjuangan milisi Hizbullah di luar Lebanon, khususnya
keberlangsungan milisi mereka di dalam Konflik Suriah. Juga bagaimana posisi
dominan Hizbullah secara politik domestik dapat memberikan dampak terhadap
keberlangsungan organisasi ini sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan dalam
kancah internasional, khususnya Timur Tengah akan dijabarkan di dalam Bab
selanjutnya.
48
BAB 3
DINAMIKA HIZBULLAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018
Bab 3 berisikan dinamika yang dialami Hizbullah pasca kemenangan politik
mereka dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Dibuka dengan penjabaran
mengenai peningkatan pengaruh Hizbullah di dalam Pemerintahan Lebanon, di
antaranya penguasaan Parlemen dan Kabinet Menteri. Kemudian akan dijabarkan
mengenai dinamika Hizbullah di Konflik Suriah, di antaranya pembatalan wacana
penarikan pasukan mereka, dan potensi konflik baru dengan Israel.
A. Dinamika Internal (Kemenangan Politik Hizbullah: Penguasaan
Parlemen dan Kabinet)
a. Koalisi 8 Maret Menguasai Kabinet Baru
Seperti yang telah dijabarkan di bab sebelumnya mengenai hasil pemilu
parlemen Lebanon 2018, Hizbullah dan sekutu politiknya, Koalisi 8 Maret,
memenangi kursi mayoritas di parlemen. Hasil pemilihan umum parlemen pada 6
Mei 2018 menunjukkan peningkatan dalam porsi kursi partai-partai yang
bersekutu dengan Hizbullah menjadi 53% (68 dari total 128 kursi). Ini cukup
untuk mengamankan jumlah kursi mayoritas di parlemen Lebanon, Hizbullah
sendiri meraih 13 kursi. Sementara koalisi politik pesaing mereka, Koalisi 14
49
Maret, yang terdiri dari partai Sunni Future Movement, partai Maronit Lebanese
Forces, dan sekutu parlemen lainnya, kehilangan 10 kursi.90
Hasil ini membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan yang baru, dalam
bentuk Kabinet baru. Dikenal secara resmi sebagai Dewan Menteri, Kabinet
terdiri dari 30 jabatan menteri, saat ini didistribusikan di antara 10 partai.
Pemimpin Amal, Nabih Berri, yang telah menjabat sebagai pembicara parlemen
sejak tahun 1992 kembali terpilih pada 23 Mei 2018.91
Selanjutnya pada 24 Mei
2018, Presiden Aoun kembali menunjuk Saad Hariri sebagai Perdana Menteri.92
Hariri kemudian bertanggung jawab terhadap pembentukan kabinet kerja baru
untuk pemerintahan selanjutnya. Di dalam proses inilah Hizbullah menunjukkan
dominasinya khususnya dalam penunjukan beberapa Menteri.
Semenjak kemenangan mereka pada pemilu parlemen Mei 2018, Hizbullah
mulai ikut andil mengatur pembentukan pemerintahan baru. Sejak awal tuntutan
utama mereka kepada Saad Hariri yang tidak dapat dinegosiasikan adalah
penguasaan terhadap Kementerian Kesehatan. Tuntutan ini kemudian berhasil
setelah Jamil Jabak terpilih sebagai Menteri Kesehatan yang baru. Meski bukan
anggota Hizbullah, Jamil Jabak adalah mantan dokter pribadi Hasan Nasrullah,
90
Carla E. Humud, Lebanon's 2018 Elections. CRS Insight. Dipublikasikan pada 11 Mei
2018. https://fas.org/sgp/crs/mideast/IN10900.pdf Diakses pada 29 Mei 2019, pukul 10.46 WIB. 91
Ellen Francis and Laila Bassam, Lebanese parliament re-elects Shi'ite Berri as speaker.
reuters. Dipublikasikan pada 23 Mei 2018. https://www.reuters.com/article/us-lebanon-
election/lebanese-parliament-re-elects-shiite-berri-as-speaker-idUSKCN1IO195 Diakses pada 12
Maret 2019 pukul 21.42 WIB. 92
Carla E. Humud, Lebanon. Congressional Research Service Report. Dipublikasikan pada
19 Juni 2018. https://fas.org/sgp/crs/mideast/R44759.pdf Diakses pada 12 Maret 2019 pukul 21.46
WIB.
50
Sekretaris Jenderal Hizbullah.93
Dengan memilih menteri kesehatan, Hizbullah
akan bergerak melampaui peran marginal yang dimainkannya di pemerintahan
sebelumnya: kementerian ini memiliki anggaran terbesar keempat di negara
Lebanon. Bantuan luar negeri terbaru kepada kementerian ini termasuk $ 120 juta
dari Bank Dunia untuk dihabiskan selama lima tahun sejak 2019. Kementerian
juga menerima banyak obat dari Organisasi Kesehatan Dunia dan Uni Eropa.94
Hizbullah juga memiliki dua kursi menteri tambahan yakni; Muhammad Fneish
sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Mahmoud Kmati sebagai Menteri
Negara untuk Urusan Parlemen (Merupakan sektor penting, karena berwenang
mengatur anggaran Parlemen).95
Hizbullah juga mengatur saham politik partai lain. Contohnya, partai
Kristen Lebanese Forces, yang meski meningkatkan kursi mereka pasca pemilu
parlemen, Hizbullah ‗mengasingkan‘ mereka dalam proses pembentukan
pemerintah. Alih- alih mendapatkan posisi menteri pertahanan yang dijanjikan,
posisi tersebut justru menjadi milik sekutu Hizbullah, Elias Bou Saab, dari partai
Free Patriotic Movement. Hizbullah juga mengatur saham politik sekte Druze,
dengan memaksa Walid Jumblatt -pemimpin Progressive Socialist Party- untuk
93
Tony Badran, New Government Demonstrates Hezbollah‟s Dominance of Lebanon.
Foudation for Defense of Democracies. 1 Februari 2019.
https://www.fdd.org/analysis/2019/02/01/new-government-demonstrates-hezbollahs-dominance-
of-lebanon/ Diakses pada 20 Juli 2019, pukul 21.56 WIB. 94
Laila Bassam, Health ministry pick to widen Hezbollah role in Lebanese state. Reuters,
December 20, 2018. https://www.reuters.com/article/us-lebanon-government-hezbollah/health-
ministry-pick-to-widen-hezbollah-role-in-lebanese-state-idUSKCN1OJ1PD Diakses pada 29 Mei
2019. pukul 11.18 WIB. 95
Tom Perry, and Laila Bassam. Lebanon agrees new government, PM vows bold reforms.
Reuters, Januari 31, 2019. https://www.reuters.com/article/us-lebanon-government/lebanon-
agrees-new-government-pm-vows-bold-reforms-idUSKCN1PP26I Diakses pada 29 Mei 2019,
pukul 11.46 WIB.
51
menyerahkan salah satu dari tiga kursi mereka kepada partai Druze aliansi
Hizbullah, Lebanese Democratic Party. Hizbullah juga menuntut agar Hariri
memberikan bagian kepada sosok sunni yang pro- Hizbullah dan menjadikannya
menteri. Hizbullah selanjutnya memaksa sekutu Kristen mereka, Presiden Michael
Aoun dari partai Free Patriotic Movement untuk mengosongkan slot mereka.
Dengan melakukan hal tersebut maka Hizbullah telah menanggalkan setiap pihak,
bahkan aliansinya sendiri, kemampuan untuk mem-veto keputusan pemerintah
secara mandiri.96
Di dalam kabinet pemerintahan baru, koalisi 8 Maret memiliki
18 menteri dari total 30 kursi menteri, yang mendominasi hampir semua
kementerian penting (termasuk pertahanan, urusan luar negeri, kesehatan, hukum,
ekonomi, energi, dan pertanian), dengan hanya 12 menteri dari koalisi Hariri.97
Koalisi 8 Maret kini mengatur koalisi mayoritas semua sekte di Lebanon.
Proses pembentukan pemerintah menunjukkan dengan jelas dominasi Hizbullah
yang menjalankan seluruh tatanan politik, menguatkan anggapan bahwa Lebanon
saat ini identik dengan Hizbullah. Hizbullah dan koalisinya dari berbagai
spektrum sektarian kini menguasai lebih dari setengah komposisi kabinet, benar-
benar mencerminkan kemenangan mereka pada pemilu Mei lalu.
96
Tony Badran, New Government Demonstrates Hezbollah‟s Dominance of Lebanon.
Foudation for Defense of Democracies. 97
Orna Mizrahi, Challenges Facing the New Government in Lebanon, and Implications for
Israel. The Institute for National Security Studies, 13 Februari 2019.
https://www.inss.org.il/publication/challenges-facing-new-government-lebanon-implications-
israel/ Diakses pada 20 Juli 2019, pukul 21.52 WIB.
52
B. Dinamika Eksternal (Pembatalan Wacana Penarikan Pasukan dan
Menguatnya Israel di Suriah)
a. Pembatalan Wacana Penarikan Milisi Hizbullah dari Suriah
Wacana ini pertama kali dikemukakan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin,
saat pertemuan dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, di Sochi, Rusia pada 17
Mei 2018.98
Wacana ini berlaku untuk seluruh pasukan asing, seperti Iran,
Hizbullah, Amerika Serikat, Turki, dan negara lain yang memiliki pasukan di
wilayah Suriah. Putin beralasan bahwa dengan kemenangan tentara Suriah dalam
perang melawan terorisme, maka ‗fase militer‘ segera berakhir dan akan
memasuki ‗fase politik‘ dan perdamaian, yang ditandai dengan penarikan seluruh
pasukan asing dari wilayah Suriah.
Selanjutnya pada Desember 2018, Presiden Amerika Serikat, Donald
Trump, memutuskan menarik pasukan sebagian besar mereka dari wilayah Suriah,
karena yakin bahwa ISIS telah dikalahkan.99
Penarikan pasukan AS ini berimbas
pada beberapa aspek, di antaranya mengancam keutuhan aliansi oposisi Syrian
Democratic Forces (SDF) yang terdiri dari pasukan Kurdi dan milisi Arab.
Dukungan AS kepada SDF memang menjadikan milisi Kurdi dan sekutu mereka
sebagai salah satu kekuatan utama di Suriah, namun juga meninggalkan mereka
dengan musuh yang kuat. Perginya AS membuat pasukan Kurdi semakin
98
Russia calls for foreign troop pull out from Syria including Iran, Hezbollah. Al Arabiya,
19 May 2018. http://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2018/05/19/Russia-calls-for-
foreign-troops-pullout-from-Syria-including-Iran-Hezbollah-.html Diakses pada 24 Juni 2019,
pukul 21.25 WIB. 99
Syria conflict: US officials withdraw troops after IS 'defeat'. BBC News, 19 December
2018. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-46623617 Diakses pada 24 Juni 2019, pukul
22.26 WIB.
53
terancam oleh kehadiran militer Turki. Hal ini juga berdampak positif bagi
Pemerintah al-Assad karena dengan kepergian militer AS maka akan melemahkan
kekuatan pasukan oposisi, terlebih SDF yang menguasai 30% wilayah Suriah di
bagian timur.
Sementara itu respon dari Iran melalui juru bicara Menteri Luar Negeri-
nya, Bahram Qassemi, menolak seruan Presiden Putin terkait wacana penarikan
mundur pasukan asing dari Suriah setelah proses perdamaian intra-Suriah
dimulai.100
Ia menegaskan bahwa Iran adalah negara merdeka, yang menentukan
kebijakannya sendiri. Tidak ada yang bisa memaksa Iran melakukan apa pun.
Kehadiran Iran didasari undangan dari Damaskus dan bertujuan untuk memerangi
terorisme dan menjaga integritas wilayah Suriah, dan akan terus begitu selama
Suriah masih membutuhkan bantuan mereka.
Pernyataan senada juga dilontarkan oleh Sekretaris Jenderal Hizbullah,
Sayyid Hasan Nasrallah, Ia menegaskan meski seluruh dunia bersatu tidak akan
bisa memaksa Hizbullah menarik diri dari Suriah. Hanya ada satu cara;
permintaan langsung dari pemerintah Suriah.101
Nasrallah menambahkan bahwa
sebagian besar wilayah Suriah telah aman. Penarikan pasukan Hizbullah dari
selatan Suriah pada 27 Mei 2018102
, pun bukan atas dasar wacana yang
dikemukakan Putin, penarikan tersebut semata- mata hanya taktik militer. Milisi
100
Ahmad Majidyar, Tehran rejects Putin‟s call for troop withdrawal from Syria. Middle
East Institute, May 21 2018. https://www.mei.edu/publications/tehran-rejects-putins-call-troop-
withdrawal-syria Diakses pada 25 Juni 2019, pukul 14.42 WIB. 101
Nasrallah: Entire World Can't Force Us to Withdraw from Syria. Naharnet, 8 June
2018. http://www.naharnet.com/stories/en/247112 Diakses pada 25 Juni 2019, pukul 14.49 WIB. 102
Hezbollah withdraws from south Syria. Middle East Monitor, 23 May 2018.
Dipublikasikan pada 23 Mei 2018. https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-
withdraws-from-south-syria/ Diakses pada 25 Juni, pukul 15.40 WIB.
54
Hizbullah yang dievakuasi dari kota Dara‘a, Etman, dan Khirbet Ghazala
dipindahkan ke utara dekat Damaskus, digantikan oleh militer Suriah.
Dapat disimpulkan bahwa Hizbullah tetap melanjutkan keterlibatan mereka
dalam Konflik Suriah. Hizbullah yang dibentuk Iran pada 1982, sampai saat ini
diakui sebagai kelompok terkuat di Lebanon. Hizbullah juga berevolusi lebih
lanjut menjadi aktor regional yang harus diperhitungkan. Ekspansi perang
mengajarkannya bagaimana mengerahkan dan mempertahankan pasukan di luar
negeri. Dalam prosesnya, kelompok itu ikut membangun poros yang membentang
dari Iran melalui Irak dan Suriah ke Lebanon. Hasilnya bukan hanya peningkatan
hubungan militer tetapi juga ikatan ideologis antara mereka yang kini memahami
diri sebagai saudara seperjuangan melawan Israel, Amerika Serikat, Arab Saudi,
dan sekutu Teluk. Bahkan Milisi Syiah, seperti Houthi di Yaman dan milisi syiah
Popular Mobilization Forces di Irak, memandang pemimpin Hizbullah, Nasrallah
sebagai inspirasi dan kematangan Hizbullah dalam militer, politik, dan kelas
ekonomi sosial sebagai model untuk ditiru.103
Dengan keunggulan di medan
perang di Suriah, kepemilikan persenjataan yang luas di Lebanon, sekutu politik
domestik yang berkuasa, dan sekutu yang berkomitmen di seluruh kawasan,
Hizbullah berada pada posisi terkuatnya semenjak pendirian mereka pada medio
1980.
103
Brian Katz, Will Hezbollah‟s Rise Be Its Downfall?. Foreign Affairs, March 8, 2019.
https://www.foreignaffairs.com/articles/israel/2019-03-08/will-hezbollahs-rise-be-its-downfall
Diakses pada 29 Mei 2019, pukul 12.38 WIB.
55
b. Hizbullah dan Iran Menempati Perbatasan Suriah- Israel
Seperti yang telah dijabarkan dalam sub-bab sebelumnya bahwa
perkembangan terakhir Konflik Suriah kini memihak kubu al-Assad termasuk
Hizbullah di dalamnya. Hizbullah dan Iran mulai menancapkan pengaruh mereka
di wilayah perbatasan Suriah- Israel dengan mendirikan pos- pos militer di sana.
Selain karena mayoritas penduduk di sana berideologi Syiah, dan terdapat situs-
situs suci, ini juga sebagai taktik selanjutnya dalam menanggulangi konflik
lanjutan dengan Israel.
Kini Hizbullah yang ditempa peperangan selama kurang lebih 7 tahun
dalam Konflik Suriah, telah berkembang menjadi salah satu kekuatan yang patut
diperhitungkan. Selain kapabilitas militer yang meningkat, Hizbullah juga
menancapkan pengaruhnya di wilayah selatan Suriah, tepatnya di perbatasan
Suriah- Lebanon, dan Suriah- Israel. Setelah pemerintah Suriah berhasil bertahan
melawan kubu oposisi dan kelompok ekstrimis, Hizbullah secara intensif mulai
melakukan propaganda dan agitasi media dengan menyatakan diri sebagai
pelindung komunitas Syiah di Suriah. Hal ini terjadi di perbatasan Suriah-
Lebanon, seperti al-Qusayr, Lembah Bekaa, dan wilayah sekitar makam cucu
Rasulullah, Sayyidah Zainab binti Ali di selatan Damaskus. Wilayah itu dijadikan
basis oleh Hizbullah karena tipologinya mirip dengan selatan Lebanon; mayoritas
56
warganya Syiah, banyak situs- situs sakral Syiah di sana, dan tentunya berdekatan
dengan Israel.104
Hizbullah juga beroperasi secara rahasia di wilayah Hawran, yang
berbatasan dengan Dataran Golan, Israel. Pangkalan itu berisikan ratusan pasukan
dari Lebanon dan Suriah yang mayoritas berasal dari Hawran, yang berkat
kemiskinan di sana akibat perang, Hizbullah mudah untuk merekrut milisi baru.
Selain itu Iran juga menjadikan pangkalan militer di selatan Damaskus, seperti
Lapangan udara al-Shayrat di Homs, dan pangkalan al-Kiswah, sebagai salah satu
pusat strategi 105
Perkembangan situasi yang terjadi memperbarui hubungan Hizbullah dan
Israel yang dalam sejarahnya adalah dua kubu yang selalu berseberangan, sejak
Hizbullah berdiri konflik di antara keduanya selalu diperbaharui, seiring dengan
dinamika regional di sana. Keterlibatan Israel yang meningkat di Suriah dan
secara spesifik menarget pos militer Iran dan Hizbullah, akan mengancam
eksistensi mereka di Suriah, dan bukan tidak mungkin mengancam keamanan
markas Hizbullah di Lebanon selatan. Eskalasi konflik yang membesar pun akan
mengancam posisi Hizbullah di dalam Pemerintahan Lebanon yang mereka raih
pasca pemilu parlemen 2018. Jika wilayah Lebanon sampai terdampak oleh
eskalasi konflik tentunya akan mempengaruhi kepercayaan publik yang telah
diraih oleh Hizbullah, yang tidak hanya terdiri oleh komunitas Syiah, tetapi juga
104
Seth G. Jones dan Maxwell B. Markusen, The Escalating Conflict with Hezbollah in
Syria. CSIS Briefs, 20 Juni 2018. https://www.csis.org/analysis/escalating-conflict-hezbollah-syria
Diakses pada 27 Juni 2019, pukul 17.02 WIB. 105
Avi Issacharoff, Hezbollah is now giving orders to Syria‟s army – and using it to spy on
Israel. The Times of Israel, 24 Juni 2019. https://www.timesofisrael.com/hezbollah-is-now-giving-
orders-to-syrias-army-and-using-it-to-spy-on-israel/ Diakses pada 27 Juni 2019, pukul 17.10 WIB.
57
Sunni dan Kristen Maronit. Di satu sisi Hizbullah yang ‗berinduk‘ kepada Iran
akan mengikuti setiap taktik dan manuver mereka di Suriah, termasuk
mengalihkan fokus dari misi mempertahankan Pemerintahan al-Assad kepada
kemungkinan konflik lanjutan dengan Israel.
c. Menguatnya Posisi Israel di Suriah
Israel pada awalnya memutuskan tidak terlibat, baik langsung ataupun tidak
langsung, di dalam Konflik Suriah yang dimulai pada 2011. Israel dalam dua
tahun pertama pemberontakan, mempertahankan kebijakan non-intervensi dalam
peristiwa yang terjadi di Suriah. Kebijakan ini didasarkan pada pandangan bahwa
pemberontakan dan perang saudara berikutnya adalah urusan rumah tangga, tidak
mungkin memiliki efek langsung pada keamanan Israel.106
Hal ini didasari oleh
pengalaman mereka sebelumnya mengintervensi konflik bersaudara di Lebanon,
namun gagal mendapatkan tujuan mereka.
Pada 2013, ketika dampak pertempuran mulai mendekati Dataran Tinggi
Golan yang diduduki Israel, mereka memberikan peringatan berupa ‗batasan-
batasan‘ yang jika dilanggar, dapat memicu keterlibatan mereka di Suriah, di
antaranya; Pertempuran yang melanggar batas wilayah di Dataran Tinggi Golan
dan Israel; Pembangunan infrastruktur ofensif oleh rezim al-Assad maupun
sekutunya di sepanjang perbatasan Dataran Tinggi Golan; dan Pengiriman
106
Nir Boms, (2018): Israel‟s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities,
Israel Journal of Foreign Affairs, DOI: 10.1080/23739770.2017.1430006.
58
bersenjata untuk Hizbullah di Lebanon, seperti precision-guided missiles, anti-
aircraft weapons, dan senjata kimia.107
Pada 2017, Israel yang merasa bahwa Rusia dan Amerika Serikat tidak
melindungi kepentingan mereka di Suriah, yakni mencegah kehadiran pasukan
Iran dan sekutunya di Suriah selatan, Israel memutuskan untuk mengintervensi
lebih jauh ke dalam Konflik Suriah. Intervensi tersebut berupa penyerangan
terhadap Iran dengan frekuensi yang lebih besar.108
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengunjungi Putin di
Moskow, Rusia pada 9 Mei 2018.109
Saat itu Netanyahu membahas situasi konflik
di Suriah terkait meningkatnya tensi di antara Israel dengan Iran. Setelah
sebelumnya terjadi saling balas serangan di antara kedua negara di wilayah
Suriah. Serangan Israel secara spesifik menarget pasukan revolusi Iran di
beberapa pangkalan militer Suriah. Israel beralasan bahwa serangan mereka
menarget kiriman senjata dari Iran ke Hizbullah karena mengancam keamanan
mereka. Tensi konflik di Suriah kini bergeser dari yang sebelumnya menarget
kelompok teroris sebagai musuh bersama, kini ketegangan terjadi di antara Israel
dan aliansi Iran di Suriah.
107
International Crisis Group, Israel, Hizbollah and Iran: Preventing Another War in Syria,
February 2018. Accessible online: https://www.crisisgroup.org/middle-east-north-africa/eastern-
mediterranean/syria/182-israel-hizbollah-and-iran-preventing-another-war-syria Diakses pada 18
September 2019, pukul 0.00 WIB. 108
Elizabeth Tsurkov, Israel‟s Deepening Involvement with Syria‟s Rebels, War on the
Rocks, February 14, 2018. https://warontherocks.com/2018/02/israels-deepening-involvement-
syrias-rebels/ Diakses pada 18 September 2019, pukul 0.37 WIB. 109
Benjamin Netanyahu and Vladimir Putin talk Syria in Moscow. DW.com, 9 May 2018.
https://p.dw.com/p/2xPGA Diakses pada 24 Juni 2019, pukul 21.52 WIB.
59
Para petinggi Israel menggambarkan peningkatan militer Iran dan Hizbullah
di barat daya Suriah, tepatnya di perbatasan utara Israel sebagai ancaman yang
signifikan terhadap keamanan mereka. Pada Januari 2019, Perdana Menteri Israel
Benyamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel telah menyerang Iran dan
Hizbullah di Suriah "ratusan kali." Pada tahun 2018, pasukan Israel dan Iran
berulang kali menargetkan satu sama lain di dalam dan di wilayah yang dikuasai
Suriah dan Israel. Sementara Israel telah melakukan banyak serangan udara di
Suriah sejak 2012 — sebagian besar pada target yang terkait dengan pengiriman
senjata ke Hizbullah Lebanon — serangan 2018 muncul untuk pertama kalinya
secara langsung menargetkan infrastruktur Iran di Suriah, dan dilaporkan
menewaskan puluhan personel Iran.110
Pada 9 April 2018, misalnya, pesawat Israel menyerang lapangan udara T-4
Suriah di provinsi Homs, menewaskan tujuh personil militer Iran.111
Pada 9 dan
10 Mei, pesawat tempur F-35 Israel, F-15I, F-16I, dan pesawat lain menyerang
lebih dari 20 target Iran di Suriah — termasuk pangkalan logistik Iran dan pos
terdepan — dengan lebih dari 70 rudal jelajah dan bom berpemandu presisi.112
Pada 24 Mei, pejuang Angkatan Udara Israel menyerang depot amunisi dan target
110
Carla E. Humud, dkk. Iran and Israel: Tension Over Syria. CRS In Focus. 5 Juni 2019.
Bisa didapat di https://fas.org/sgp/crs/mideast/IF10858.pdf Diakses pada 2 Juni 2019 pukul 20.43
WIB. 111
Judah Ari Gross, Satellite Captures Destruction on Syrian Base after Alleged Israeli
Strike, Times of Israel, May 1, 2018, Diakses pada 11 Oktober 2019.
https://www.timesofisrael.com/satellite-captures-destruction-on-syrian-base-after-alleged-israeli-
strike/ 112
Amos Harel et al., Israel Launches Most Extensive Strike in Syria in Decades after
Iranian Rocket Barrage, Haaretz, May 11, 2018, Diakses pada 11 Oktober 2019
https://www.haaretz.com/israel-news/israel-launches-extensive-syria-strike-after-iranian-rocket-
barrage-1.6073938
60
lainnya di pangkalan udara al-Qusayr (atau Daba'a) di sektor barat dari provinsi
Homs, yang diduga membunuh seorang komandan senior Hizbullah.113
Situasi konflik antara Israel dengan Hizbullah juga diperbaharui dengan
penemuan terowongan- terowongan bersenjata di wilayah Israel. Israel
melancarkan Operasi Perisai Utara pada 4 Desember 2018 untuk menemukan dan
menghancurkan terowongan serangan lintas-perbatasan Hizbullah, dan pada 13
Januari, militer mengumumkan telah menemukan semua bagian dan sedang
berupaya menghancurkannya.114
IDF mengatakan terowongan itu dilengkapi
dengan infrastruktur canggih untuk listrik, ventilasi dan sistem komunikasi. IDF
percaya bahwa terowongan ini dibangun dengan tujuan khusus untuk
memungkinkan ribuan milisi Hizbullah untuk melakukan serangan infiltrasi
terhadap sasaran militer dan sipil di Israel utara sebagai manuver pembuka yang
mengejutkan dalam kemungkinan perang di masa mendatang.
Keputusan Presiden Trump untuk melepaskan diri dari konflik Suriah, yang
diwujudkan dalam keputusan untuk menarik pasukan Amerika pada akhir 2018,
mengurangi ruang Israel untuk bermanuver lebih jauh dalam Konflik Suriah.
Kemungkinan yang terjadi adalah, keterlibatan Israel di Suriah pasca perang
terbatas pada serangan terhadap aset Iran dan keterlibatan diplomatik dengan
113
Hezbollah Men, Including Commander, Said Killed in Syria Strike Blamed on Israel,
Times of Israel, May 29, 2018, Diakses pada 11 Oktober 2019
https://www.timesofisrael.com/hezbollah-men-including-commander-said-killed-in-syria-strike-
blamed-on-israel/ 114
TOI Staff dan Judah Ari Gross, IDF reveals „longest, most significant‟ Hezbollah tunnel
on northern border. The Times of Israel, 30 Mei 2019. Diakses pada 11 Oktober 2019
https://www.timesofisrael.com/idf-reveals-longest-most-significant-hezbollah-tunnel-yet-on-
northern-border/
61
Rusia.115
Melalui serangkaian serangan yang menarget Iran, yang dilakukan
dalam lingkungan operasional yang semakin terbatas, Israel berusaha
menghalangi Iran untuk berinvestasi dalam pembangunan pangkalan permanen di
Suriah dan pemeliharaan rute pasokan persenjataan aktif yang berjalan melalui
Suriah. Selain itu, Israel terlibat dengan Moskow dengan harapan bahwa Rusia
akan tertarik dan mampu meyakinkan rezim Assad untuk mengurangi pijakan Iran
di Suriah. Di tengah setiap upaya tersebut, Israel juga akan menghadapi Hizbullah
yang telah berkembang pesat, baik secara militer dan secara politik.
115
Tsurkov, Elizabeth. Israeli Policy Toward Syria (2011 - 2019). Center for Middle East
Studies, Occasional Paper Series. June 2019. Josef Korbel School of International Studies,
University of Denver. Hlm. 11. Bisa didapat di
https://www.du.edu/korbel/middleeast/media/documents/tsurkov_occasional_paper_2019.pdf
62
BAB IV
ANALISIS KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK SURIAH
PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018
Bab ini berisikan analisa terkait dinamika yang terjadi kepada Hizbullah
pasca kemenangan politik mereka di Pemilu Parlemen Lebanon 2018, khususnya
mengenai keterlibatan mereka dalam Konflik Suriah. Keputusan melanjutkan
keterlibatan di dalam Konflik Suriah yang diambil oleh Hizbullah dianalisis sesuai
dengan asumsi- asumsi dasar yang terdapat di dalam konsep Foreign Policy
Analysis. Berpedoman pada definisi Analisis Kebijakan Luar Negeri dari D.J.
Gerner:
―Analisis Kebijakan Luar Negeri adalah ‗niat, pernyataan, dan tindakan aktor – sering
kali, tetapi tidak selalu negara - diarahkan ke dunia luar dan respons aktor lain terhadap
niat, pernyataan, dan tindakan ini‖116
Definisi tersebut membuka peluang diterapkannya konsep Kebijakan Luar
Negeri yang sebelumnya cenderung ‗state centric‟ untuk dipakai menganalisis
aktor non-negara. Berge, di dalam karyanya menambahkan bahwa aktor non-
negara di sini, khususnya yang bersenjata, memiliki milisi/ pasukan tersedia,
menguasai teritorial tertentu, sehingga memiliki kapasitas untuk menjalankan
kebijakan luar negeri otonomi mereka sendiri.117
Hinnebusch juga berpendapat
116
Gerner, D.J. 1995. The Evolution of the Study of Foreign Policy. In Foreign Policy
Analysis: Continuity and Change in Its Second Generation, edited by L. Neack, J.A.K. Hey, and
P.K. Haney. Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Hlm. 18 117
Wietse van den Berge, Analyzing Middle Eastern Armed Non-State Actors' Foreign
Policy. Leiden University. Global Security Studies, Summer 2016, Volume 7, Issue 3. Hlm. 13
63
bahwa memang aktor non-negara di Timur Tengah memiliki pengaruh yang
berbeda dibandingkan regional lain. Hal ini didasari asumsi zero-sum yang
menandai peningkatan pengaruh aktor non-Negara bersenjata dan menyiratkan
berkurangnya pengaruh aktor Negara, dengan kata lain rezim-rezim negara Timur
Tengah diuji dengan penggunaan kekerasan serta kontrol mereka atas wilayah
tertentu.118
Aktor non- Negara yang memenuhi asumsi tersebut di antaranya
Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Kurdistan di perbatasan Irak- Turki_Suriah,
serta yang menjadi objek penelitian kali ini, Hizbullah.
Seperti yang telah dijabarkan pada bab- bab sebelumnya, bahwa Hizbullah
memutuskan untuk tetap melanjutkan keterlibatan mereka dalam Konflik Suriah
pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Keputusan tersebut di ambil ketika
Hizbullah dihadapkan oleh benturan kondisi atas peran mereka yang beragam
sebagai organisasi. Pada bab ini keputusan Hizbullah tersebut dianalisis dengan
kaidah yang tercantum dalam Foreign Policy Analysis dalam karya Alex Mintz
dan Karl DeRouen, yang meyakini bahwa kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh
beberapa faktor kunci.
A. Faktor- faktor di balik keputusan Hizbullah tetap bertahan dalam
Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018
Keputusan Hizbullah untuk tetap melanjutkan keterlibatan di Suriah pasca
kemenangan politik dalam pemilu parlemen Lebanon di dasari oleh beberapa
faktor. Menurut Alex Mintz terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
118
Hinnebusch, Raymond. 2014. Foreign Policy in the Middle East. In The Foreign
Policies of Middle East States, Hlm. 26 doi:10.1017/s002074380639126x
64
pengambilan keputusan dalam Foreign Policy Decision Making. Faktor-faktor
tersebut dibagi menjadi dua; Internal (Psikologis, dan Situasi politik domestik);
dan Eksternal (Geopolitik, atau situasi Internasional).119
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah variabel- variabel berpengaruh terhadap kebijakan
yang berasal dari kondisi domestik atau dalam negeri, juga kondisi pribadi si
pemangku kebijakan. Terkait penelitian ini, kondisi Hizbullah di dalam
perpolitikan domestik Lebanon mempengaruhi Sekretaris Jenderal Sayyid Hasan
Nasrallah dalam proses pengambilan keputusan. Skripsi ini menemukan dua
faktor internal yang memiliki pengaruh dalam kebijakan tersebut yakni Faktor
Psikologis, dan Situasi politik domestik.
a. Faktor Psikologis (Kesetiaan pada Wilayatul Faqih dan
Prinsip Perlawanan terhadap Zionis Israel)
Di dalam proses perumusan kebijakan sampai kepada keputusan yang
diambil, sering kali hanya melibatkan kelompok kecil penguasa, bahkan hanya
bergantung pada seorang individu kunci. Hal ini menjadikan faktor psikologis
berpotensi berdampak besar pada keputusan yang dibuat oleh unit kecil ini.120
Faktor Psikologis ini di antaranya kepribadian, kepercayaan yang dianut, emosi,
ideologi, serta pengalaman yang membentuk pengambilan keputusan dalam
119
Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,
Cambridge University Press, Cambridge, Hlm. 3 120
Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,
Hlm. 97.
65
kebijakan luar negeri. Keputusan yang diambil oleh Nasrallah dalam merespon
dinamika Konflik Suriah dipengaruhi oleh faktor- faktor tersebut.
Ideologi politik yang dianut oleh Nasrallah kental kaitannya dengan ajaran
Syiah Imamiyah, dengan sistem Wilayatul Faqih sebagai implementasinya, juga
narasi ‗perlawanan‘ melawan Zionis Israel. Sejarah hubungan dan kesetiaan
Hizbullah terhadap sistem Wilayatul Faqih menjadi faktor penting dalam
keputusan ini. Seperti yang telah dijabarkan pada bab- bab sebelumnya Hizbullah
tergabung ke dalam sistem Wilayatul Faqih yang dipimpin oleh Ayatullah Sayyid
Ali Khamenei yang diimplementasikan oleh kesetiaan mereka terhadap Iran.
Sejarah di antara Hizbullah dan Israel juga menjadi faktor psikologis tersendiri
dalam keputusan ini. Pun telah dijabarkan dalam bab- bab sebelumnya bahwa kini
kehadiran Israel terhadap Hizbullah dan Iran semakin menguat di Suriah. Hal ini
menjadi justifikasi berlanjutnya keterlibatan Hizbullah di Suriah, manifesto
perlawanan terhadap Israel kini kembali diperbaharui setelah sempat usang di
awal keterlibatan mereka di Suriah.
a. Kesetiaan pada sistem Wilayatul Faqih
Di dalam manifesto organisasi yang diperbaharui pada 2009, Hizbullah
menegaskan evolusi politik dan militer organisasi mereka sejak Surat terbuka
pada 1985, dan menjelaskan visi strategis kelompok untuk masa depan. Di
dalamnya terdiri beberapa visi Hizbullah terkait dengan berbagai macam isu, baik
domestik maupun regional. Namun perubahan besar terjadi pada visi mereka
terkait pendirian negara Islam Lebanon, Manifesto Hizbullah 2009
66
menghilangkan referensi terkait Wilayatul Faqih dan negara Islam. Hal ini
memunculkan pertanyaan ideologi apa yang dipegang oleh Hizbullah untuk masa
depan.
Di awal kemunculannya, lewat Surat Terbuka 1985 Hizbullah dengan
bangga secara terbuka memegang gagasan Wilayatul Faqih, yang membuat
mereka tunduk kepada otoritas supreme leader Iran saat itu, Ayatullah Khomaini.
Namun dengan berjalannya waktu dan berbagai alasan, (seperti meninggalnya
Khomaini, masuknya Hizbullah ke dalam sistem politik Lebanon, dan tantangan
dari Fadlallah121
) membuat Hizbullah mengurangi gagasan ini di dalam
pernyataan publiknya, sehingga relatif jarang dikemukakan ke publik.122
Meskipun demikian di dalam publikasi internal mereka, dan peringatan
periodik kultural mereka, ekspresi kesetiaan absolut kepada pemimpin wilayatul
faqih kerap hadir. Ketaatan pada prinsip ini disajikan sebagai prinsip dasar
kepercayaan yang menjadi kewajiban semua penganut Syiah. Di sisi lain,
kesetiaan anggota Hizbullah kepada sistem ini, tak dapat dipungkiri berpotensi
mendiskreditkan pemimpin organisasi, karena menuntut mereka untuk patuh
kepada pemimpin asing di luar organisasi dalam hal Agama dan Politik. Namun,
hal ini tidak terjadi di masa kepemimpinan Hasan Nasrallah, sebab ia menjadi
121
Ayatullah Sayyid Muhammad Husein Fadlallah adalah seorang Marja‘ atau ahli hukum
Islam dalam mazhab Syiah dan menjadi ‗mentor spiritual‘ bagi organisasi Hizbullah. Selama
hidupnya, Fadlallah menentang posisi Ayatullah Ali Khamenei sebagai wali faqih, serta menolak
ketergantungan Hizbullah terhadap sistem wilayatul faqih dikarenakan menurutnya Hizbullah
harus tetap pada identitasnya sebagai aktor non- negara yang otonom dan tidak bergantung pada
sistem negara- bangsa. 122
Samantha May (2019) The Rise of the “Resistance Axis”: Hezbollah
and the Legacy of the Taif Agreement, Nationalism and Ethnic Politics, 25:1, Hlm. 124.
67
simbol keberhasilan bahkan di luar Lebanon dan salah satu tokoh yang paling
dikagumi di dunia Arab.123
Alasan utama untuk ini adalah kenyataan bahwa Nasrallah memimpin suatu
gerakan dan bukan kepala negara. Dengan demikian, dukungan kekuatan regional
sebenarnya memperkuat dan bukannya melemahkannya. Selain itu, meski dalam
berbagai pidatonya Nasrallah sering kali membicarakan tentang topik- topik
keagamaan dan memadukan motif hukum- agama dalam pidatonya. Ia tidak
menampilkan diri sebagai marja‟ atau otoritas tertinggi dalam masalah hukum
Islam, tetap sebagai seorang pemimpin gerakan politik dan militer.
Sehingga subordinasi Nasrallah dengan Wali Faqih Iran dalam konteks
Agama tidak dapat membahayakan status kepemimpinannya. Ditambah dengan
kharisma dirinya, memungkinkan Nasrallah untuk menunjukkan kesetiaan kepada
pemimpin wilayatul faqih tanpa kehilangan independensinya. Kesimpulannya,
Hizbullah kini berhasil menikmati dua peran; beroperasi sebagai gerakan milisi
dan partai politik yang sah di Lebanon, sambil terus setia kepada supreme leader
di Iran sebagai otoritas tertinggi sehingga menerima dukungan Agama, Politik,
Ekonomi, dan Militer dari salah satu kekuatan terkuat di regional.
Meski wilayatul faqih memang tidak tercantum secara terbuka di dalam
Manifesto Organisasi Hizbullah, tidak dapat dipungkiri manuver-manuver yang
mereka lakukan di kemudian hari secara jelas melambangkan kesetiaan mereka di
dalam sistem tersebut. Contoh paling jelas tentunya keputusan mereka terlibat
123
Dr. Uri Rosset (2011), Hizballah and Wilayat al-Faqih. Working Paper at Herzliya 11th
Annual Conference. Dapat diakses di
https://www.idc.ac.il/he/research/ips/Documents/2011/%D7%A0%D7%99%D7%99%D7%A8%D
7%95%D7%AA/Rosset-2011.pdf Diakses pada 5 Desember 2019,pukul 15.54 WIB.
68
dalam konflik Suriah pada 2013, yang menunjukkan kesetiaan mereka kepada
Iran dalam kepentingannya membela Pemerintah Bashar al-Assad.
b. Narasi Perlawanan dengan Israel
Hizbullah mengkapitalisasi prinsip tradisional Syiah yakni ‗kesyahidan‘ dan
‗penindasan‘. Hizbullah mendefinisikan perjuangannya sebagai perlawanan abadi
menolak penindasan. ‗Kesyahidan‘ memiliki tempat khusus di dalam narasi ajaran
Syiah. ‗Kesyahidan‘ adalah implementasi dari ekspresi pamungkas di dalam sosok
Imam Husain bin Ali, Sayyid al-Syuhada, Pangeran Para Martir. Husain adalah
cucu Rasulullah yang melawan kekhalifahan Umayyah dalam Peristiwa Karbala
pada 61H/ 680M. Kerangka ‗kesyahidan‘ mereka didasarkan oleh perlawanan dan
penderitaan beliau, sebab di balik peristiwa yang tragis, perlawanan yang
dilakukan al- Husein dianggap pro-aktif dan inspiratif, karena tidak diam dan
melawan segala bentuk penindasan.124
Kepercayaan ini menjadi inspirasi bagi
Hizbullah dan kebanyakan milisi Syiah lain di dalam perjuangan mereka. Mereka
memposisikan diri sebagai al-Husein yang tertindas, dan akan selalu ada pihak
Yazid bin Muawiyah, penindas bagi masing-masing mereka. Bagi kaum Mullah
Iran di masa Revolusi 1979, ada Shah Pahlevi, bagi milisi Syiah di Irak, ada
Rezim Saddam Husein, dan bagi Hizbullah tentunya Israel.
Di dalam konteks terkini prinsip suci ‗kesyahidan‘ ini oleh Hizbullah
dikorelasikan dengan narasi perlawanan dengan Israel. Sejak invasi Israel yang
menginspirasi terbentuknya Hizbullah pada 1982 terhadap Lebanon, Israel selalu
dinarasikan sebagai ‗musuh‘, dan ‗penindas‘. Hal ini diakumulasikan oleh
124
Simon Engelkes, A Blood Wedding: Hezbollah‟s shuhada and its Culture of Martyrdom.
Paper. American University of Beirut, 2015. Bisa didapatkan di http://www.intelligence-and-
investigations.com/media/uploads/63_Hezbollah_s_Culture_of_Martyrdom.pdf
69
komitmen lain mereka terkait kemerdekaan Palestina dari okupansi Zionis Israel,
sehingga narasi perlawanan ini menjadi prinsip istimewa bagi organisasi. Sejak
surat terbuka 1985 sampai kepada manifesto 2009, komitmen mereka terkait
Israel, dan Palestina tidak pernah berubah. Memanfaatkan tema-tema tradisional
Syiah seperti kesyahidan dan penindasan, Hizbullah mendefinisikan
perjuangannya melawan Israel dalam istilah perlawanan abadi.
Alex Mintz, dan Karl DeRouen di dalam bukunya menyebut hal ini dengan
istilah Images atau Persepsi. Hal ini berperan sebagai komponen pembentuk
Belief Systems atau sistem kepercayaan. Images adalah stereotip yang digunakan
pikiran untuk meng-kategorikan suatu peristiwa atau aktor, persepsi ini terbentuk
dari proses kognitif. Images berguna untuk menyederhanakan realitas yang rumit,
tetapi terkadang menempatkan pembuat keputusan pada risiko bias dan
generalisasi berlebihan. Images dibentuk oleh interaksi tiga penilaian yang dibuat
oleh masing-masing aktor: keseimbangan strategis, peluang atau ancaman yang
dirasakan, dan budaya yang dipersepsikan.125
Sebagai contoh sederhana, di masa
perang dingin Pemerintah Amerika Serikat akan selalu dipersepsikan oleh Uni
Soviet sebagai ‗musuh‘, dan ‗rival abadi‘, hal ini kemudian berpengaruh dalam
beberapa kebijakan luar negeri mereka. Hal ini berlaku pula di dalam organisasi
Hizbullah, di mana Israel akan selalu dipersepsikan sebagai ‗musuh‘, sementara
Iran sebagai ‗teman‘.
Bagi pribadi Nasrallah sendiri, invasi Israel sangat berpengaruh dalam
karir politik dan jalan hidupnya. Nasrallah yang lahir pada 1960 sudah terhitung
125
Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,
Hlm. 101
70
lima kali merasakan dampak invasi Israel. Semasa perang saudara terhitung dua
kali Lebanon selatan diinvasi oleh Israel, pada 1978 dan 1982. Invasi Israel tidak
berhenti saat perdamaian Lebanon diteken pada 1990 lewat Perjanjian Thaif,
Israel tetap melancarkan operasi militer ke Lebanon pada 1993 dan 1996.
Hizbullah di bawah kepemimpinan Nasrallah menjadi garda terdepan menahan
serangan tersebut sampai akhirnya Israel menarik diri di tahun 2000. Nasrallah
sendiri mesti kehilangan putra tertuanya, Hadi Nasrallah yang terbunuh oleh
pasukan Israel pada 1997.126
Terakhir pada 2006 Hizbullah dan Israel terlibat
konflik yang dipicu oleh tuntutan Hizbullah terkait pembebasan milisi mereka
oleh Israel. Kedua pihak mengklaim kemenangan, namun di mata dunia Arab dan
Islam, Hizbullah dipuji akan prestasinya bertahan dari serangan Israel, meski
kapasitas mereka yang ‗sekadar‘ organisasi milisi.
Manifesto perlawanan Hizbullah inilah yang berpengaruh besar dalam
ideologi politik seorang Hasan Nasrallah juga kebijakan yang di ambil oleh
Hizbullah. Faktor agama khususnya ajaran mazhab Syiah yang Ia anut juga
menjadi faktor penting di setiap aksi juga orasi dalam kehidupan politik Nasrallah.
Terakhir, faktor sejarah dan pengalaman dirinya dengan Israel, sejak sebagai
pasukan gerilyawan sampai kini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal juga
membentuk diri dan pandangan politik Nasrallah. Kebijakan- kebijakan yang
diambil Hizbullah nantinya tidak bisa dilepaskan dari prinsip- prinsip tadi.
126
World News Briefs; Hezbollah Leader Loses Son in Lebanon Clash. New York Times.
14 September 1997. Diakses pada 30 September 2019, pukul 9.42 WIB
https://www.nytimes.com/1997/09/14/world/world-news-briefs-hezbollah-leader-loses-son-in-
lebanon-clash.html
71
Sebagai pembanding, sejak awal keterlibatan Hizbullah dalam Konflik
Suriah tepatnya pada 2013 langsung mendapat banyak kecaman dari dalam publik
Lebanon. Hal ini didasari oleh sejarah yang terjadi di antara Lebanon dengan
rezim al- Assad di Suriah. Seperti yang dijabarkan pada bab 2, Suriah di bawah
kepemimpinan rezim al- Assad berusaha menguasai Lebanon dan terlibat dalam
konflik sipil 1975- 1990. Setelah perjanjian Taif ditandatangani pun Suriah tetap
memiliki pengaruh di dalam Pemerintahan Lebanon, sampai terjadinya peristiwa
pembunuhan Rafiq Hariri pada 2005, yang memaksa Suriah untuk menarik diri
dari wilayah Lebanon, baik secara militer maupun politik. Terbelahnya publik
Lebanon saat itu, antara yang menolak, dan yang mendukung intervensi Suriah di
Lebanon, menandai terbentuknya dua koalisi politik besar yakni, Koalisi 8 Maret,
dan Koalisi 14 Maret. Dua koalisi politik tersebut kemudian mewarnai dinamika
perpolitikan domestik Lebanon sampai saat ini.
Lebih lanjut di dalam komunitas Syiah Lebanon sendiri keterlibatan
Hizbullah dalam Konflik Suriah mendapat kecaman. Beberapa di antara mereka
jengah dengan kondisi di mana Hizbullah terlalu ‗mendominasi‘ kehidupan
komunitas Syiah di Lebanon, dan merasa bahwa rasionalitas ‗perlawanan‘
semakin usang dan tidak relevan. Bagaimanapun, Israel menarik diri dari wilayah
Lebanon lebih dari 19 tahun yang lalu, dan kedua musuh belum saling bertarung
dalam pertempuran berkelanjutan selama lebih dari 13 tahun.
Seperti yang dijabarkan pada bab 2, Hizbullah didirikan salah satunya
dengan prinsip ‗perlawanan‘ terhadap Israel yang saat itu menginvasi Lebanon
pada 1982, khususnya wilayah selatan yang didominasi komunitas Syiah. Setelah
72
berhasil mengusir Israel pada 2000, dan memukul mundur Israel pada Perang
2006, Hizbullah dan Nasrallah, mendapatkan perhatian dunia Internasional,
khususnya penghormatan dari dunia Arab dan Muslim. Namun, keterlibatan
Hizbullah dalam Konflik Suriah di kubu Pemerintahan al- Assad oleh beberapa
kalangan dianggap merusak citra Hizbullah sebagai pahlawan kaum tertindas.
Skripsi ini menemukan bahwa faktor ideologis menjadi penting karena
meski sejak awal keterlibatan mereka di Suriah mendapat preseden buruk di mata
publik Lebanon, bahkan di komunitas Syiah sendiri. Namun, Hizbullah tetap pada
keputusannya untuk terlibat dalam Konflik Suriah, membantu Iran dan poros
perlawanan (axis of resistance) menstabilkan Pemerintahan Rezim al-Assad.
b. Situasi Politik Domestik
Situasi politik, terlebih pada masa- masa elektoral terbukti memiliki peran
penting dalam kalkulus pengambilan keputusan oleh para pemimpin. Masa
pemilu, upaya bertahan dalam arena politis, serta persaingan politik, memiliki
pengaruh dalam keputusan terkait penggunaan kekuatan, penurunan eskalasi
konflik, serta usaha perundingan damai.127
Secara sederhana, para pemimpin atau
entitas politik yang keberlangsungan politiknya bergantung pada persetujuan
pemilih maka mereka akan memilih kebijakan yang menyenangkan hati publik.
Faktor ini menjadi penting pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Namun
dalam kasus ini, Hizbullah telah menyelesaikan masa- masa penting elektoral
mereka dan bersama koalisinya berhasil memenangkan pertarungan politik
tersebut. Hizbullah bersama koalisi 8 Maret kini dalam posisi terkuat mereka
127
Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,
Hlm. 132
73
setelah memenangkan kursi mayoritas di Parlemen, kemenangan ini melengkapi
keberhasilan mereka menjadikan Michel Aoun dari partai Free Patriotic
Movement sebagai Presiden Lebanon pada 2016 lalu. Hizbullah kini dapat
dianggap menguasai Lebanon, baik secara eksekutif maupun legislatif.
Skripsi ini berpendapat bahwa situasi pasca pemilu di Lebanon sangat
menguntungkan Hizbullah dari berbagai sisi. Seperti yang dijabarkan pada bab 3,
Hizbullah berhasil mendominasi dinamika politik domestik dengan mengatur
saham politis partai lain di Lebanon. Hizbullah juga berhasil memasukkan partai-
partai Sunni koalisi mereka ke dalam Pemerintahan, yang juga semakin
melemahkan kubu Saad Hariri, Koalisi 14 Maret. Selain menguasai kursi
mayoritas di parlemen Lebanon bersama koalisi 8 Maret, Hizbullah juga berhasil
mendapatkan tiga kursi Kementerian, di antaranya bahkan Kementerian
Kesehatan dengan anggaran keempat terbesar di Lebanon. Ini adalah kemenangan
pertama Hizbullah dalam konteks politik praktis setelah sebelumnya parlemen
selalu dikuasai oleh koalisi lawan, 14 Maret. Kemenangan ini juga secara de jure
memantapkan posisi mereka sebagai entitas terkuat di Lebanon, setelah
sebelumnya secara de facto diakui karena hak istimewa persenjataan mereka.
Kemenangan ini berarti banyak hal bagi Hizbullah, salah satu keuntungan
terbesar adalah hak istimewa mereka atas kepemilikan persenjataan dipastikan
akan terus berlanjut. Hak istimewa ini sempat dipertanyakan relevansinya di
periode- periode sebelumnya saat Parlemen dikuasai oleh Saad Hariri dan
koalisinya. Selain itu secara legislasi dengan kursi mayoritas yang mereka miliki,
Hizbullah dapat mendorong disahkannya perundang-undangan yang
74
menguntungkan operasi mereka di Lebanon, dan menjauhkan segala potensi
pencabutan hak bersenjata yang mereka miliki.
Situasi ini tentunya berdampak pada berkurangnya ‗sekat- sekat‘ atau
‗kendala‘ yang sebelumnya secara politis mencegah Hizbullah dalam mengambil
sebuah keputusan. Kemenangan ini juga menjadi ‗pelumas‘ bagi koalisi eksternal
mereka, yakni Poros Perlawanan, melengkapi keberhasilan koalisi ini
menstabilkan Pemerintahan al- Assad di Suriah. Koalisi yang terbentang dari Iran-
Irak- Suriah, bahkan sampai Lebanon dan Yaman kini semakin kuat.
Meski sempat dikecam di awal keterlibatan mereka di Suriah, Hizbullah
membuktikan dengan kemenangan politik ini bahwa kepercayaan publik masih
memihak mereka. Sehingga penguatan posisi Hizbullah di dalam pemerintahan
Lebanon ini menambah kepercayaan diri mereka untuk tetap melanjutkan
keterlibatan di dalam Konflik Suriah, sekaligus mengimbangi tanggung jawab
baru di dalam tubuh pemerintahan.
b. Faktor Eksternal
Keputusan kebijakan luar negeri biasanya dibuat dalam pengaturan strategis.
Dengan demikian, perilaku musuh dan sekutu mempengaruhi keputusan kebijakan
luar negeri dalam pengaturan sekuensial interaktif. Faktor-faktor seperti
perlombaan senjata, pencegahan, jenis rezim musuh, strategic surprise, dan
aliansi memengaruhi keputusan kebijakan luar negeri.128
Di dalam keputusan
Hizbullah melanjutkan keterlibatan mereka dalam Konflik Suriah terdapat
128
Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,
Hlm. 121
75
beberapa faktor eksternal (atau internasional) yang memiliki pengaruh, yakni
ancaman Israel yang semakin meningkat, dan loyalitas mereka kepada Aliansi
Perlawanan (The Axis of Resistance) di kawasan Timur Tengah.
a. Penguatan Posisi Israel dalam Konflik Suriah
Salah satu faktor berpengaruh di dalam suatu keputusan luar negeri erat
kaitannya dengan keamanan. Para pemikir realis bersepakat bahwa untuk bertahan
di dalam sistem internasional, suatu entitas dituntut meningkatkan pertahanannya
demi mencegah invasi terhadap wilayah mereka, dikenal dengan istilah detterance
atau pencegahan.129
Namun di dalam praktiknya detterance sering kali berujung
kepada security dilemma, di mana ketika setiap entitas membangun pertahanannya
demi kelangsungan hidup mereka sendiri, entitas- entitas lain -terlebih para
tetangga- melihat ini sebagai ancaman, sehingga melakukan hal yang sama dan
melahirkan perlombaan senjata. Perlombaan senjata sederhananya adalah
pertarungan kompetitif dari pengeluaran pertahanan dan pembangunan
kemampuan militer antara dua negara atau blok. Beberapa negara menjadi contoh
dari rivalitas dari persaingan senjata dan keamanan ini, seperti India-Pakistan,
Korea Utara-Korea Selatan, juga Poros Perlawanan (Hizbullah, Suriah, dan Iran)
dengan Israel, Amerika Serikat, dan Koalisi Arab Saudi di Timur Tengah.
Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa salah satu dinamika yang
terjadi dalam konflik Suriah kini adalah menguatnya kehadiran Israel di sana yang
secara spesifik menarget operasi militer Hizbullah dan Iran, serta transfer senjata
di antara mereka. Sejak awal 2018 rangkaian serangan Israel meningkat pesat
129
Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,
Hlm. 122
76
dibandingkan tahun- tahun sebelumnya. Salah satu serangan terbesar dari Israel
terjadi pada 9 April 2018, IDF melancarkan serangan udara terhadap pangkalan
udara T-4 Palmyra di Suriah Tengah. Serangan ini menewaskan 14 milisi yang 7
di antaranya adalah tentara Quds Iran.130
Selanjutnya hampir di setiap bulannya
Israel melancarkan serangan militer kepada pangkalan militer Iran, Suriah, dan
Hizbullah di berbagai wilayah di Suriah, juga menarget suplai bersenjata yang
dikirimkan ke wilayah Lebanon.131
Salah satu yang paling baru adalah serangan
IDF terhadap beberapa sasaran militer Iran dan Suriah di luar Damaskus dan
Homs, menewaskan 16 orang (termasuk 9 milisi asing) dan melukai 21 lainnya.132
Israel merasa dengan semakin stabilnya Pemerintahan Bashar al-Assad di
Suriah bersamaan dengan kokohnya hubungan militer mereka dengan Iran dan
Hizbullah, adalah ancaman bagi Israel. Israel sadar betul bahwa setelah operasi
militer Poros Perlawanan di Suriah menemukan keberhasilannya, maka hanya
menunggu waktu saja Israel akan menjadi target mereka. Hal ini berkaitan dengan
kesadaran bersama di antara anggota ini yang menentang kepentingan Barat,
khususnya Amerika Serikat dan Israel, serta kemerdekaan Palestina yang belum
tercapai.
Fakta ini bagi Hizbullah yang tergabung dalam Poros Perlawanan tentunya
menjadi ancaman baru dalam operasi mereka di Konflik Suriah, setelah kelompok
130
TOI Staff, IDF official said to confirm attack in Syria: „First strike on Iranian targets‟.
16 April 2018. The Times of Israel. https://www.timesofisrael.com/idf-official-confirms-attack-in-
syria-first-strike-on-live-iranian-targets/ Diakses pada 22 Oktober 2018, pukul 17.11 WIB. 131
Judah Ari Gross, IDF says it has bombed over 200 Iranian targets in Syria since 2017. 4
September 2018, The Times of Israel. https://www.timesofisrael.com/idf-says-it-has-carried-out-
over-200-strikes-in-syria-since-2017/ Diakses pada 22 Oktober 2019, pukul 17.19 WIB. 132
Reuters, dan Jack Khoury. Israel Strikes Iranian Targets in Syria, Report Says; 16
Killed, 21 Wounded. 1 Juli 2019. Haaretz. https://www.haaretz.com/middle-east-news/israel-
strikes-iran-hezbollah-targets-in-syria-four-killed-21-wounded-1.7425013 Diakses pada 22
Oktober 2019, pukul 17.25 WIB.
77
ekstrimis seperti ISIS, dan al-Nusra mulai menelan kekalahan mereka. Selain itu
dengan fakta sejarah yang terjadi di antara Hizbullah dan Israel, kondisi ini tentu
saja menjadi ancaman khusus bagi mereka. Seperti yang kita ketahui, Israel
menempati posisi khusus di dalam manifesto perlawanan organisasi ini. Apalagi
pasca kemenangan politik mereka pada 2018, Israel kini menganggap Lebanon
sama dengan Hizbullah, bahkan Israel kembali menyerang markas Hizbullah di
wilayah Lebanon, dengan dalih menyerang pabrik pusat pembuatan teknologi
militer Hizbullah.133
Hal ini tidak pernah mereka lakukan semenjak Perang 30
Hari pada 2006, sekaligus melanggar ‗red line‘ di antara mereka. Manuver Israel
menambah ancaman baru terhadap peran Hizbullah yang beragam, sebab selain
berperan sebagai milisi perlawanan Syiah yang berkiblat pada sistem wilayatul
faqih, Hizbullah juga berperan sebagai pelindung wilayah Lebanon dalam
kapasitas mereka sebagai entitas politik yang tergabung di dalam Pemerintahan
Lebanon.
Sehingga skripsi ini berargumen bahwa manuver Israel tersebut menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan Hizbullah tetap bertahan dalam
Konflik Suriah. Hampir mirip seperti alasan awal mereka terlibat di Suriah yakni
salah satunya mencegah gelombang Islam Ekstrimis dari wilayah Lebanon.
Bahwa dengan tetap berada di wilayah Suriah, serta menguatkan kapabilitas
mereka di sana terlebih di wilayah- wilayah yang berbatasan langsung dengan
Israel, seperti Dataran Golan, maka Hizbullah dapat mencegah (detterence) dan
menjauhkan potensi konflik dari wilayah Lebanon (sebagai pelindung warga dan
133
Kersten Knipp, Emad Hassan. Israel on edge after Syria strikes, Lebanon 'drone attack'.
dw.com. 26 Agustus 2019. https://www.dw.com/en/israel-on-edge-after-syria-strikes-lebanon-
drone-attack/a-50175246 Diakses pada 15 Desember 2019, pukul 23.54 WIB.
78
masyarakat Lebanon) sambil terus memberikan ancaman kepada wilayah Israel
dari Suriah (sebagai mitra aliansi Poros Perlawanan).
b.Faktor Geopolitik: Poros Perlawanan (Axis of Resistance) di
Regional
Salah satu faktor penting dalam keputusan luar negeri biasanya terkait
dengan Aliansi. Pembentukan aliansi adalah perpanjangan cara lain dari kebijakan
luar negeri. Dengan demikian, itu mempengaruhi pengambilan keputusan dalam
urusan luar negeri. Aliansi dapat menyulut persenjataan, serta berseteru dengan
aliansi/ entitas lain. Faktor aliansi di sini adalah terkait komitmen Hizbullah di
dalam aliansi ―Axis of Resistance‖ atau Poros Perlawanan yang dipimpin oleh
Iran.
Poros Perlawanan adalah gabungan dari beberapa entitas di Timur Tengah
yang dipersatukan oleh kesamaan ‗nasib‘ dan ‗cita-cita‘ yakni menolak setiap
kepentingan Barat di regional Timur Tengah. Poros ini berisikan Iran, Suriah,
Hizbullah, milisi Syiah Popular Mobilization Forces di Irak, dan milisi Syiah
Houthi di Yaman. Dasar dari terbentuknya poros ini dapat ditarik ‗benang
merah‘nya semenjak berdirinya Negara Islam Iran pasca Revolusi Islam 1979.134
Revolusi tersebut secara instan mengubah permusuhan Iran dengan Suriah,
mereka berbagi pemahaman yang sama tentang musuh utama regional, Blok
Barat. Suriah kemudian menjadi satu- satunya negara Arab yang memihak Iran
dalam Perang Irak-Iran pada 1980-1988.
134
Jonathan Gelbart, The Iran-Syria Axis: A Critical Investigation. Stanford Journal of
Internasional Relations. Vol. XII. 2010.
79
Selanjutnya hubungan ini semakin berkembang saat mereka bersepakat
membantu milisi Syiah melawan Invasi Israel terhadap Lebanon pada 1982, yang
di kemudian hari menjadi cikal bakal terbentuknya organisasi Hizbullah. Poros ini
kemudian semakin berkembang dengan bergabungnya beberapa entitas lain,
seperti Hamas di Palestina (dengan kesamaan misi terkait Zionis Israel, menjadi
bukti poros ini tidak hanya didasari narasi sektarian), kemudian milisi Syiah di
Irak yang menguat setelah tumbangnya rezim Saddam Husein, serta milisi Syiah
Houthi di Yaman saat gelombang Arab Spring melanda Timur Tengah.
Keutuhan Poros Perlawanan ini sempat goyah di saat gelombang revolusi
Arab Spring mengancam Pemerintahan Bashar al- Assad di Suriah yang kemudian
berkembang menjadi perang sipil pada 2011. Konflik di Suriah diperburuk oleh
intervensi internasional yang terjadi dengan kepentingan yang beragam, termasuk
Iran dan Hizbullah yang mencoba menstabilkan Pemerintahan al-Assad demi
keberlangsungan Poros Perlawanan di kawasan. Setelah sempat berada pada
kondisi terburuknya pada medio 2011-2014 dikarenakan gempuran dari berbagai
pihak di antaranya yakni pihak oposisi, juga kelompok ekstrimis. Koalisi
Pemerintah al-Assad kembali bangkit saat Pemerintah Rusia ikut terlibat di dalam
kubu Pemerintah pada 2015, dan secara perlahan mulai merebut kembali wilayah-
wilayah yang sempat dikuasai kelompok lawan.
Situasi konflik Suriah yang telah berjalan kurang lebih 8 tahun kini mulai
berpihak kepada aliansi perlawanan yang dipimpin Iran. Setelah kalahnya
kelompok ekstrimis seperti ISIS, dan Jabhat al- Nusra, serta melemahnya
kelompok oposisi setelah Amerika Serikat menarik diri, kini kepemimpinan
80
Bashar al-Assad semakin stabil. Hizbullah dan Iran yang sejak awal melibatkan
diri dalam membantu mempertahankan rezim al-Assad kini mulai memperkuat
posisi militer mereka di Dataran tinggi Golan yang berbatasan langsung dengan
wilayah Israel. Arah kebijakan aliansi di dalam konflik Suriah yang kini mulai
mengubah fokus mereka dari menstabilkan rezim al-Assad di Suriah kepada
potensi konflik baru dengan Israel. Hal ini memicu meningkatnya kehadiran Israel
di konflik Suriah setelah sebelumnya hanya menyerang arakan suplai bersenjata
Hizbullah dan markas militer mereka.
Melihat situasi yang dialami oleh aliansi ‗perlawanan‘, Hizbullah dituntut
untuk tetap hadir dan melanjutkan keterlibatan mereka dalam Konflik Suriah.
Situasi Israel ini menandai ancaman baru terhadap kekuatan aliansi ‗perlawanan‘
yang baru saja selesai dari konflik Suriah. Eskalasi konflik nantinya memang
tidak dapat diprediksi, namun dengan tetap terlibat dalam Konflik Suriah,
Hizbullah bisa tetap menjaga loyalitas mereka dengan aliansi.
Skripsi ini berargumen bahwa aliansi menjadi faktor penting di balik
keputusan Hizbullah tetap terlibat di Suriah pasca Pemilu. Sebab hampir semua
manuver serta prestasi yang Hizbullah raih sampai saat ini adalah salah satunya
berkat sokongan tanpa henti dari Poros Perlawanan ini. Kapabilitas militer mereka
yang terus meningkat (bahkan dikatakan melebihi kapasitas militer Negara
Lebanon itu sendiri), serta Kemenangan politis terbaru mereka tidak dapat
dipungkiri adalah hasil dari relasi yang baik dengan Iran dan Suriah. Sehingga
meski kini dihadapkan oleh tanggung jawab baru pasca pemilu, namun loyalitas
terhadap Poros Perlawanan tetap jadi prioritas utama mereka.
81
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hizbullah adalah sebuah organisasi sosial politik Islam bermazhab Syiah
yang berbasis di Lebanon. Organisasi ini berdiri pada medio 1980-an di tengah
situasi perang sipil di Lebanon dan Invasi Israel ke wilayah Lebanon selatan pada
1982. Berdirinya Hizbullah sendiri sedikit banyak dibantu oleh pasukan Quds Iran
dan Rezim al- Assad di Suriah yang saat itu mempunyai misi mencegah pengaruh
Israel di Lebanon dengan memperkuat milisi Syiah di Lebanon Selatan. Kerja
sama ini yang di kemudian hari membentuk suatu poros politik regional di Timur
Tengah yang dikenal dengan nama Poros Perlawanan atau The Axis of Resistance.
Hizbullah tetap diizinkan mempertahankan hak kepemilikan senjata
mereka pasca Perjanjian Taif yang mengakhiri Perang Sipil di Lebanon pada
1990. Hizbullah juga bertransformasi mengikuti perkembangan Negara Lebanon
yang sedang berbenah, setelah diberikan keistimewaan dengan hak kepemilikan
senjata, Hizbullah melebarkan sayap organisasinya ke dalam arena politik praktis
dan memasuki sistem Pemerintahan Lebanon. Hizbullah secara rutin mengikuti
pemilihan umum yang diadakan sejak 1992, sekaligus mengirimkan wakil partai
mereka dalam kursi Parlemen Lebanon hingga saat ini.
Hizbullah kemudian tergabung di dalam koalisi politik 8 Maret; bersama
dengan Partai Kristen Maronit, Free Patriotic Movement; dan Partai Syiah
lainnya, Amal Movement. Koalisi ini kemudian berhasil memenangkan kursi
Presiden Lebanon atas nama Michel Aoun pada Pemilu 2016. Sepak terjang
82
Hizbullah dalam arena politik Lebanon semakin lengkap setelah koalisinya
berhasil meraih kursi mayoritas dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Hal ini
tentunya semakin memantapkan Hizbullah sebagai aktor paling berpengaruh di
Lebanon berkat kepemilikan persenjataan mereka dan kemenangan politik saat
ini.
Dominasi Hizbullah akan perpolitikan domestik diiringi oleh penguatan
posisi mereka di regional Timur Tengah. Hizbullah tergabung ke dalam poros
politik dan militer yang terbentang dari Iran, Suriah, sampai Lebanon yang
dikenal dengan nama Poros Perlawanan. Poros ini memiliki kesamaan visi dan
misi yakni perlawanan atas dominasi Barat khususnya Amerika Serikat dan Israel
di Timur Tengah. Keutuhan Poros Perlawanan sempat mengalami ancaman saat
gelombang Arab Spring menimpa Rezim al- Assad di Suriah. Hizbullah kemudian
memutuskan ikut terlibat langsung bersama Iran dalam upaya mempertahankan
Pemerintahan al- Assad di Suriah. Faksi al- Assad kemudian mendapat dukungan
militer tambahan dari Rusia pada 2015 yang menjadi titik balik keberhasilan
koalisi ini di dalam Perang sipil tersebut.
Pada 2018 koalisi al- Assad mulai menemukan titik keberhasilan mereka
setelah merebut wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Faksi Oposisi
ataupun Faksi Jihadis. Tahun 2018 pun ditandai oleh munculnya wacana
penarikan pasukan asing dari wilayah Suriah yang diusulkan oleh Presiden Rusia,
Vladimir Putin. Pada Mei 2018, Putin menyerukan penarikan pasukan asing dari
wilayah Suriah menandai berakhirnya fase militer dan dimulainya fase
perdamaian di Suriah. Hizbullah pada saat itu pun menarik milisi mereka dari
83
beberapa wilayah Suriah, bersamaan dengan masa pemilu mereka di Lebanon dan
menguatkan isu berakhirnya keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah. Namun
beberapa bulan kemudian tepatnya September 2018, Pemimpin Hizbullah, Sayyid
Hasan Nasrallah menegaskan Hizbullah akan terus bertahan di Suriah selama
diperlukan, dan tidak ada yang bisa memaksa Hizbullah meninggalkan Suriah
kecuali permintaan langsung dari Pemerintah Suriah.
Skripsi ini menganalisis keputusan Hizbullah melanjutkan keterlibatan
mereka di dalam Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018
menggunakan konsep Foreign Policy Analysis yang kemudian memperlihatkan
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut diambil. Faktor tersebut
terdiri dari faktor internal di antaranya kesetiaan Hizbullah terhadap sistem
kepemimpinan wilayatul faqih; narasi perlawanan terhadap Israel; serta situasi
perpolitikan Lebanon yang kini membuat mereka lebih leluasa mengambil
kebijakan. Sementara itu faktor eksternal terdiri dari isu keamanan Lebanon pasca
menguatnya kehadiran Israel di Suriah yang secara spesifik menarget militer
Hizbullah dan Iran; dan faktor koalisi Hizbullah dengan Poros Perlawanan
menuntut kesetiaan mereka dan tetap terlibat dalam Konflik Suriah.
Skripsi ini berargumen bahwa faktor geopolitik yakni kesetiaan Hizbullah
terhadap Poros Perlawanan menjadi faktor utama dalam kebijakan ini. Keputusan
Hizbullah tetap melanjutkan keterlibatan dalam Konflik Suriah, di tengah
tanggung jawab baru pasca kemenangan politik domestik, menunjukkan sisi
utama Hizbullah sebagai organisasi milisi mitra Iran di regional Timur Tengah.
Hizbullah memiliki prinsip utama yakni perlawanan agamis dengan doktrin Ahlul
84
Bait (atau Syiah Imammiyah). Hal ini diimplementasikan dengan kesetiaan
mereka terhadap negara Iran sebagai representasi dari sistem Wilayatul Faqih.
Sehingga ketika dihadapkan kepada benturan kondisi dari peran mereka yang
beragam sebagai organisasi, prinsip tadi menjadi pijakan.
5.2 Saran
Skripsi ini tentunya dibuat dengan semaksimal mungkin, namun tentu saja
masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari sisi penulisan maupun analisa,
karena hanya mengandalkan studi pustaka tidak ditambah data pendukung seperti
wawancara. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu maupun kemampuan penulis
dalam mencari dan mengelaborasikan data demi melahirkan suatu analisa yang
mumpuni. Untuk itu penulis memohon maaf sebesar- sebesarnya terlebih kepada
pembaca yang menjadikan skripsi ini sebagai rujukan
Penulis juga menyarankan untuk para peneliti yang ingin meneliti studi
serupa, baik itu regional Timur Tengah, ataupun spesifik tentang Hizbullah.
Sebagaimana narasi ideologis mendapat tempat istimewa bagi aktor- aktor di
regional Timur Tengah. Skripsi ini melihat sisi ideologis Hizbullah masih kurang
mendapat perhatian yang layak terlebih dalam menjelaskan perkembangan
Hizbullah sampai pada posisi sekarang ini. Seperti yang tertulis di dalam banyak
literatur ilmiah bahwa kalkulasi cost-benefit yang berorientasi material berbasis
Barat sulit untuk menjelaskan perilaku aktor di Timur Tengah secara
komprehensif, karena dinamika politik yang terjadi kental akan narasi ideologis
85
ataupun budaya. Untuk itu penulis menyarankan untuk lebih luas dalam melihat
sebuah peristiwa politik, terlebih pada hal-hal yang bersifat non- material tadi.
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Buku, dan Jurnal
Axelrod, Alan. The Middle East Conflict. New York: Alpha Books, 2014.
Berti, Benedetta. “The "Rebirth" of Hizbollah: Analyzing the 2009 Manifesto”. INSS,
Strategic Assessment, Volume 12, No. 4, (2010)
Boms, Nir. “Israel‟s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities”, Israel
Journal of Foreign Affairs, (2018)
C, Hill. Foreign Policy in the Twenty- First Century (2d ed.). Basingstoke, U.K.:
Palgrave Macmillan, 2016.
Gelbart, Jonathan. “The Iran-Syria Axis: A Critical Investigation”. Stanford Journal of
Internasional Relations. Vol. XII, (2010).
Hakiem, Fadhlan Nur. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah. Tesis,
Universitas Indonesia, 2015.
Kazhim, Musa. Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. Jakarta:
Noura Books, 2012.
Kuncahyono, Trias. Musim Semi Di Suriah: Anak- Anak Sekolah Penyulut Revolusi.
Jakarta: Kompas, 2013.
Lynch, M. The Arab Uprising: The Unfinished Revolutions of the New Middle East.
New York: Public Affairs, 2012.
Mintz, Alex dan Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making.
Cambridge: Cambridge University Press, 2010.
Mulyati, Sri. Analisis Kegagalan Implementasi Amman Plan 2012 di Suriah. Skripsi,
Universitas Indonesia, 2013.
Norton, Augustus Richard. Hezbollah: A Short History. Princeton: Princeton
University Press, 2007.
Simon, S. dan J. Stevenson. “Declawing the „Organization of God‟ Toward
Normalization in Lebanon”, World Policy Journal, (2001)
Stengel, Frank A. dan Rainer Baumann. “Non-State Actors and Foreign Policy”.
Oxford Research Encyclopedia of Politics, (2017)
xiv
Situs Berita dan Artikel Online
Addis, Casey L. dan Christopher M. Blanchard. “Hizbullah: Background and Issues
for Congress”. FAS.org, 2011. Tersedia di https://fas.org/sgp/crs/mideast/R41446.pdf
Diunduh pada 10 September 2019.
Al Arabiya, Russia calls for foreign troop pull out from Syria including Iran,
Hezbollah. Tersedia di http://english.alarabiya.net/en/News/middle-
east/2018/05/19/Russia-calls-for-foreign-troops-pullout-from-Syria-including-Iran-
Hezbollah-.html Diakses pada 10 September 2019.
Al Jazeera News, Hezbollah's Nasrallah: Israel made 'historic mistake' in Syria.
Tersedia di https://www.aljazeera.com/news/2018/04/hezbollah-nasrallah-israel-
historic-mistake-syria-180413192231157.html Diakses pada 27 Januari 2019.
Amos Harel et al. “Israel Launches Most Extensive Strike in Syria in Decades after
Iranian Rocket Barrage”, Haaretz. Tersedia di https://www.haaretz.com/israel-
news/israel-launches-extensive-syria-strike-after-iranian-rocket-barrage-1.6073938
Diakses pada 11 Oktober 2019.
Azani, Dr. Col. (Res.) Eitan. “Hezbollah – A Global Terrorist Organization –
Situational Report as of September 2006”. Israel: Institute for Counter-Terrorism,
2016. Tersedia di http://www.investigativeproject.org/documents/testimony/260.pdf
Diunduh pada 10 September 2019.
Badran, Tony. “New Government Demonstrates Hezbollah‟s Dominance of Lebanon”.
Foudation for Defense of Democracies. Tersedia di
https://www.fdd.org/analysis/2019/02/01/new-government-demonstrates-hezbollahs-
dominance-of-lebanon/ Diakses pada 20 Juli 2019.
Bar, Dr. Shmuel. “Lebanese Hizballah – Political, Ideological and Organizational
Highlights”. PRISM National Defense University, 2006. Tersedia di
https://cco.ndu.edu/Portals/96/Documents/Articles/Lebanese-Hizballah-Ideological-
and-Organizational-Highlights_Shmuel_Bar.pdf Diunduh pada 10 September 2019.
Barnard, Anne. “Hezbollah Commits to an All-Out Fight to Save Assad”, The
New York Times. Tersedia di
http://www.nytimes.com/2013/05/26/world/middleeast/syrian-army-and-
hezbollah-step-up-raids-on-rebels.html Diakses pada 10 September 2019.
Bassam, Laila. “Health ministry pick to widen Hezbollah role in Lebanese state”.
Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-lebanon-government-
hezbollah/health-ministry-pick-to-widen-hezbollah-role-in-lebanese-state-
idUSKCN1OJ1PD Diakses pada 29 Mei 2019.
xv
BBC News, Syria conflict: US officials withdraw troops after IS 'defeat'. Tersedia di
https://www.bbc.com/news/world-middle-east-46623617 Diakses pada 24 Juni 2019.
Blanford, Nicholas. “Why Hezbollah has openly joined the Syrian fight.” The
Christian Science Monitor. Tersedia di http://www.csmonitor.com/World/Middle-
East/2013/0623/Why-Hezbollah-has-openly-joined-the-Syrian-fight Diakses pada 10
September 2019.
Britannica, Hezbollah. Tersedia di https://www.britannica.com/topic/Hezbollah
Diakses pada 10 September 2019.
Byman, Daniel L. “Hezbollah: Most Powerful Political Movement in Lebanon”.
Interviewed by Bernard Gwertzman. Council on Foreign Relations. Tersedia di
https://www.cfr.org/interview/hezbollah-most-powerful-political-movement-
lebanon?breadcrumb=%252F Diakses pada 10 September 2019.
Centrum Informatie en Documentatie Israel, Nass al-Risala al-Maftuha allati
wajahaha Hizballah ila-l-Mustad'afin fi Lubnan wa-l-Alam. Tersedia di
https://www.cidi.nl/dossiers/li/Hezbollah/programmaHA_eng.html Diakses pada 10
September 2019.
DW.com, Benjamin Netanyahu and Vladimir Putin talk Syria in Moscow. Tersedia di
https://p.dw.com/p/2xPGA Diakses pada 24 Juni 2019.
Evans, Dominic. “Analysis: Hezbollah takes Syrian centre-stage, yet remains in
shadows”, Reuters. Tersedia di http://www.reuters.com/article/2013/06/18/us-syria-
crisis-hezbollah-analysis-idUSBRESBRESBRESBRE95H10Y2013061 Diakses pada
10 September 2019.
fanack.com, Governance & Politics of Lebanon. Tersedia di
https://fanack.com/Lebanon/governance-and-politcs-of-Lebanon/ Diakses pada 18
Oktober 2018.
Francis, Ellen dan Laila Bassam, “Lebanese parliament re-elects Shi'ite Berri as
speaker”. Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-lebanon-
election/lebanese-parliament-re-elects-shiite-berri-as-speaker-idUSKCN1IO195
Diakses pada 12 Maret 2019.
Fulton, Will. “The Assassination of Iranian Quds Force General Hassan Shateri in
Syria”, Iran Tracker, Critical Threats Project. Tersedia di
http://www.irantracker.org/analysis/fulton-assassination-iranian-quds-force-general-
hassan-shateri-syria-february-28-2013 Diakses pada 10 September 2019.
Gross, Judah Ari. “IDF reveals „longest, most significant‟ Hezbollah tunnel on
northern border”. The Times of Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/idf-
reveals-longest-most-significant-hezbollah-tunnel-yet-on-northern-border/ Diakses
pada 11 Oktober 2019.
xvi
Gross, Judah Ari. “IDF says it has bombed over 200 Iranian targets in Syria since
2017”. The Times of Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/idf-says-it-has-
carried-out-over-200-strikes-in-syria-since-2017/ Diakses pada 22 Oktober 2019.
Gross, Judah Ari. “Satellite Captures Destruction on Syrian Base after Alleged Israeli
Strike”, Times of Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/satellite-captures-
destruction-on-syrian-base-after-alleged-israeli-strike/ Diakses pada 11 Oktober 2019.
Humud, Carla E. “Lebanon's 2018 Elections”. CRS Insights. Tersedia di
https://fas.org/sgp/crs/mideast/IN10900.pdf Diunduh pada 21 Desember 2018.
Humud, Carla E. et al. “Iran and Israel: Tension Over Syria”. CRS In Focus, 2019.
Tersedia di https://fas.org/sgp/crs/mideast/IF10858.pdf Diunduh pada 2 Juni 2019.
Internasional Crisis Group, Israel, Hizbollah and Iran: Preventing Another War in
Syria”. Tersedia di https://www.crisisgroup.org/middle-east-north-africa/eastern-
mediterranean/syria/182-israel-hizbollah-and-iran-preventing-another-war-syria
Diakses pada 18 September 2019.
Issacharoff, Avi. “Hezbollah is now giving orders to Syria‟s army – and using it to spy
on Israel”. The Times of Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/hezbollah-
is-now-giving-orders-to-syrias-army-and-using-it-to-spy-on-israel/ Diakses pada 27
Juni 2019.
Jones, Seth G. dan Maxwell B. Markusen, “The Escalating Conflict with Hezbollah in
Syria”, Center for Strategic and International Studies. Tersedia di
https://www.csis.org/analysis/escalating-conflict-hezbollah-syria Diakses pada 27 Juni
2019.
Katz, Brian. “Will Hezbollah‟s Rise Be Its Downfall?”. Foreign Affairs, 2019.
Tersedia di https://www.foreignaffairs.com/articles/israel/2019-03-08/will-hezbollahs-
rise-be-its-downfall Diunduh pada 29 Mei 2019.
Khoury, Jack. “Israel Strikes Iranian Targets in Syria, Report Says; 16 Killed, 21
Wounded”. Haaretz. Tersedia di https://www.haaretz.com/middle-east-news/israel-
strikes-iran-hezbollah-targets-in-syria-four-killed-21-wounded-1.7425013 Diakses
pada 22 Oktober 2019.
Knipp, Kersten dan Emad Hassan. “Israel on edge after Syria strikes, Lebanon 'drone
attack'”. dw.com. Tersedia di https://www.dw.com/en/israel-on-edge-after-syria-
strikes-lebanon-drone-attack/a-50175246 Diakses pada 15 Desember 2019.
Konrad Adenauer Stiftung, Political Party Mapping in Lebanon
Ahead of the 2018 Elections. Tersedia di
https://www.kas.de/c/document_library/get_file?uuid=d5efc091-
a9b8-4357-36f6-7717164c277e&groupId=252038 Diakses pada 10
September 2019.
xvii
Lappin, Yaakov. “Israeli Military Chief Outlines Hizbullah‟s Syria Commitment”, HIS
Jane’s Defence Weekly. Tersedia di http://www.janes.com/article/76795/israeli-
military-chief-outlines-hizbullah-s-syria-commitment Diakses pada 24 Januari 2019.
Laub, Karin dan Ben Hubbard, “Syria Crisis: Rebels Make Major Advances in
Aleppo”, Associated Press. Tersedia di
http://www.huffingtonpost.com/2012/10/25/syria-crisis-aleppo-_n_2016992.html
Diakses pada 10 September 2019.
Levitt, Matthew. “The Origins of Hezbollah”. The Atlantic. Tersedia di
https://www.theatlantic.com/international/archive/2013/10/the-origins-of-
hezbollah/280809/ Diakses pada 10 September 2019.
Majidyar, Ahmad. “Tehran rejects Putin‟s call for troop withdrawal from Syria”.
Middle East Institute. Tersedia di https://www.mei.edu/publications/tehran-rejects-
putins-call-troop-withdrawal-syria Diakses pada 25 Juni 2019.
Mariwala, Arnav. “The Syrian Civil War”. Stanford University. 2014. Tersedia di
https://web.stanford.edu/group/sias/cgi-bin/smunc/wp-content/uploads/2014/10/Syria-
Govt.pdf Diunduh pada 9 Januari 2019.
Masters, Jonathan dan Zachary Laub, “Hezbollah”. Council on Foreign Relations.
Tersedia di https://www.cfr.org/backgrounder/Hezbollah Diakses pada 10 September
2019.
Middle East Monitor, Hezbollah withdraws from south Syria. Tersedia di
https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-withdraws-from-south-
syria/ Diakses pada 10 Januari 2019.
Mizrahi, Orna. “Challenges Facing the New Government in Lebanon, and
Implications for Israel”. The Institute for National Security Studies. Tersedia di
https://www.inss.org.il/publication/challenges-facing-new-government-lebanon-
implications-israel/ Diakses pada 20 Juli 2019.
Moukalled, Diana. “Has Hezbollah withdrawn from Syria?”. Arab News. Tersedia di
http://www.arabnews.com/node/1100196 Diakses pada 10 Januari 2019.
Naharnet, Nasrallah: Entire World Can't Force Us to Withdraw from Syria. Tersedia
di http://www.naharnet.com/stories/en/247112 Diakses pada 25 Juni 2019.
New York Times, World News Briefs; Hezbollah Leader Loses Son in Lebanon
Clash”. Tersedia di https://www.nytimes.com/1997/09/14/world/world-news-briefs-
hezbollah-leader-loses-son-in-lebanon-clash.html Diakses pada 30 September 2019.
Perry, Tom dan Laila Bassam. “Lebanon agrees new government, PM vows bold
reforms”. Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-lebanon-
government/lebanon-agrees-new-government-pm-vows-bold-reforms-
idUSKCN1PP26I Diakses pada 29 Mei 2019.
xviii
Rodgers, Lucy, David Gritten, etc. “Syria: The Story of the Conflict”. BBC News.
Tersedia di https://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868 Diakses pada 7
Juni 2018.
Rosset, Dr. Uri. “Hizballah and Wilayat al-Faqih”. Working Paper at Herzliya 11th
Annual Conference (2011). Tersedia di
https://www.idc.ac.il/he/research/ips/Documents/2011/%D7%A0%D7%99%D7%99%
D7%A8%D7%95%D7%AA/Rosset-2011.pdf Diunduh pada 5 Desember 2019.
Smyth, Phillip. “Iran Is Outpacing Assad for Control of Syria‟s Shia Militias”,
Washington Institute for Near East Policy, Tersedia di
https://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/iran-is-outpacing-assad-for-
control-of-syrias-shia-militias Diakses pada 24 Januari 2019.
Smyth, Phillip. “Lebanese Hezbollah‟s Islamic Resistance in Syria”, Washington
Institute for Near East Policy. Tersedia d http://www.washingtoninstitute.org/policy-
analysis/view/lebanese-hezbollahs-islamic-resistance-in-syria Diakses pada 24 Januari
2019.
The Times of Israel, IDF official said to confirm attack in Syria: ‘First strike on
Iranian targets. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/idf-official-confirms-
attack-in-syria-first-strike-on-live-iranian-targets/ Diakses pada 22 Oktober 2018.
Times of Israel, Hezbollah Men, Including Commander, Said Killed in Syria Strike
Blamed on Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/hezbollah-men-
including-commander-said-killed-in-syria-strike-blamed-on-israel/ Diakses pada 11
Oktober 2019.
Tsurkov, Elizabeth. “Israel‟s Deepening Involvement with Syria‟s Rebels”, War on
the Rocks. Tersedia di https://warontherocks.com/2018/02/israels-deepening-
involvement-syrias-rebels/ Diakses pada 18 September 2019.
Williams, Dan. “Israeli minister says 'Lebanon equals Hezbollah' after election”.
Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-lebanon-election-israel/israeli-
minister-says-lebanon-equals-hezbollah-after-election-idUSKBN1I80FW Diakses
pada 10 September 2019.
xix
Artikel, Laporan, Working Paper, dll.
Berge, Wietse van den. “Analyzing Middle Eastern Armed Non-State Actors' Foreign
Policy”. Global Security Studies, Volume 7, Issue 3. Leiden University (2016).
Çakmak, C. dan M. Ustaoğlu. “The Arab Spring and the Emergence of the Syrian
Crisis”. Post-Conflict Syrian State and Nation Building: Economic and Political
Development. Palgrave Pivot, New York (2015).
Engelkes, Simon. “A Blood Wedding: Hezbollah‟s Shuhada and its Culture of
Martyrdom”. Paper, American University of Beirut (2015)
Gerner, D.J. “The Evolution of the Study of Foreign Policy”. Foreign Policy Analysis:
Continuity and Change in Its Second Generation. Englewood Cliffs: Prentice-Hall
(1995).
Hamzeh, Ahmad. “In the Path of Hezbollah”. Modern Intellectual and Political
History of the Middle East. Syracuse University Press (2004)
Hinnebusch, Raymond. “Foreign Policy in the Middle East”. The Foreign Policies of
Middle East States (2014).
May, Samantha. “The Rise of the “Resistance Axis”: Hezbollah and the Legacy of the
Taif Agreement”. Nationalism and Ethnic Politics (2019).
Sullivan, Marisa. “Hezbollah in Syria”, Middle East Security Report 19. New York:
Institute for the Study of War (2014).
Tsurkov, Elizabeth. “Israeli Policy Toward Syria (2011 - 2019)”. Center for Middle
East Studies, Occasional Paper Series. Josef Korbel School of International Studies,
University of Denver (2019)
Wiegand, Krista E. 2009. “Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese
Political Party”. Studies in Conflict & Terrorism, London: Routledge (2009).