Transcript

Ethan Frome

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP BANK

Nanang SasongkoFakultas Ekonomi Universitas Jenderal Achmad Yani

I. Pendahuluan

Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas pembayaran uang, dimana industri perbankan memegang peranan yang sangat strategis dapat dikatakan sebagai urat nadi dari sistem perekonomian. Kegiatan pokok bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat, mempunyai fungsi sebagai intermediary service. Perkembangan perekonomian Indonesia yang semakin pesat, membutuhkan modal yang cukup besar yang sebaiknya dipenuhi dari sumber dana domestik, sehingga perlu adanya iklim penggalian sumber dana masyarakat melalui mobilisasi dana masyarakat yang dilakukan sektor perbankan. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui Otoritas Moneter, dalam hal ini adalah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, telah mengeluarkan rangkaian deregulasi di bidang keuangan, moneter dan perbankan yang berkelanjutan, yang tujuannya untuk menciptakan iklim perbankan yang sehat, mandiri dan efisien. Kebijakan ini pertama digulirkan pada tanggal 1 Juni 1983 (Pakjun83), merupakan awal perkembangan industri perbankan yang berdasarkan mekanisme pasar (interest rate regulation). Melalui Pakjun83 bank-bank diberi kebebasan dalam memobilisasi dana masyarakat dengan menghapus pembatasan kredit dan plafon suku bunga serta pemabatasan kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Kebijakan selanjutnya yaitu pada tanggal 27 Oktober 1988 (Pakto88) , yang bertujuan meningkatkan mobilisasi dana domestik dengan menurunkan hambatan masuk ke dalam sektor perbankan, sehingga mempermudah persyaratan membuka bank baru maupun cabang bank dan penurunan Cadangan Wajib Minimum ( Reserve Requirement/RR) dari 15% menjadi 2% . Dampak dari kedua kebijakan tersebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan perbankan, baik jumlah bank dan jaringan kantor bank yang diikuti oleh peningkatan volume usaha dan jenis produk yang ditawarkan. Jumlah bank sebelum Pakto88 hanya 63 buah bank dan 1.863 kantor bank. Secara kumulatif pasca Pkato88 sampai dengan 1997 jumlah bank menjadi 238 buah bank dan 7.775 buah kantor bank. Dengan struktur kelembagaan tersebut kegiatan operasional bank mengalami perkembangan yang sangat pesat sekali, hal ini tercermin dari hasil pengerahan dana masyarakat dari Rp. 37,5 trilyun pada tahun 1987 menjadi Rp. 357 trilyun pada tahun 1997. (Sumber : Bank Indonesia). Perkembangan mobilisasi dana masyarakat yang tinggi mununjukkan betapa besar kepercayaan masyarakat terhadap bank, dengan kata lain banking habit masyarakat sudah tinggi. Hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini tentang perkembangan jumlah bank dan kantor bank , serta perkembangan simpanan masyarakat, khususnya di wilayah Propinsi Jawa Barat yang ditetapkan sebagai obyek penelitian.

Tabel 1Perkembangan Simpanan MasyarakatPada Bank Umum dan BPRPeriode 1989 - 1998(milyar rupiah)

TAHUNGIRODEPOSITOTABUNGANJUMLAH19891.4062.1741.0354.61519922.0234.3682.9509.72419932.3545.3583.82611.54519963.44711.2107.26921.92619975.70616.7098.15230.56719987.04333.2948.94249.668Sumber : Bank Indonesia (data diolah kembali)

Tabel 2

Perkembangan Jumlah NasabahPada Bank Umum dan BPRPeriode 1989 1998

TAHUNJUMLAH (orang)PERUBAHAN19894.006.904-19926.102.6741.018.481 (20,03%)1993 5.390.126(712.548) (11,68%)1996 10.137.4782.077.358 (15,77%)19979.837.748(299.730) (2,96%)1998 10.203.253365.505 (3,72%) Sumber : Bank Indonesia (data diolah kembali).

Dari kedua tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa walaupun jumlah nasabah menurun , khususnya pasca likuidasi Bank Suma (akhir tahun 1992) dan pasca likuidasi hasil keputusan BPPN pada tanggal 1 Nopember 1997, akan tetapi secara nominal perkembangan simpanan masyarakat mengalami kenaikkan yang cukup berarti. Perkembangan tersebut mencerminkan masih tingginya kepercayaan masyarakat terhadap bank, walaupun ditengah krisis likuidasi bank. Mengingat kepercayaan masyarakat merupakan modal pokok dari kegiatan usaha bank, sementara dilain pihak bahwa bank merupakan urat nadi bagi kelancaran kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service. Menciptakan dan memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank, tidak hanya menjadi tanggung jawab industri perbankan, akan tetapi menjadi tanggung jawab pemerintah dengan lembaga-lembaga terkait. Dengan demikian kepercayaan masyarakat terhadap bank merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjaga kontinuitas usaha bank , menciptakan dan menjaga kestabilan moneter disatu pihak dan stabilitas ekonomi dilain pihak. Untuk itu sudah saatnya dilakukan penelitian untuk mengkaji perihal kepercayaan masyarakat pada bank, dan penelitian ini dilakukan dengan mengambil judul Analisi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Masyarakat Terhadap Bank. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank, dengan pembatasan masalah yang akan diteliti adalah (a) bagaimana nasabah dapat mengetahui kriteria bank yang sehat, (b) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank dan (c) sampai seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik bagi obyek penelitian, maupun bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Kerangka pemikiran penelitian ini didasakan pada landasan teori yang relevan, dimana bank sebagai lembaga kepercayaan yang merupakan bagian dari sistem moneter merupakan sarana untuk pembentukan dana alokasi tabungan masyarakat, maka peranan kebijakan moneter dalam suatu perekonomian sangat penting dalam menciptakan dan memelihara suatu tingkat kestabilan ekonomi. Sesuai dengan pengertian bank menurut UU-RI No. 10/1998 tentang Perbankan , bahwa Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.Sedangkan dalam pasal 29 dikatakan bahwa Mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya . Dari kedua penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan pokok bank diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Untuk dapat meningkatkan taraf hidup rakyat, tentu diperlukan modal kepercayaan masyarakat dan kepercayaan ini akan diberikan hanya kepada bank yang sehat. Dengan demikian tingkat kesehatan bank sangat erat hubungannya dengan kepercayaan masyarakat terhadap bank. Badudu Zain (1994:1040) mengatakan tentang kepercayaan, bahwa Kepercayaan adalah meletakkan kepercayaan atau memberikan kepada seseorang untuk menjaga, memelihara, menyimpan , merahasiakan dan sebagainya. Masyarakat sebagai salah satu bagian dari pelaku ekonomi, dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat sebagai akibat perkembangan dari teknologi informasi, telah mempengaruhi perilakunya sebagai pelaku ekonomi. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Soemitro Djojohadikusumo (1991:149) bahwa ..dalam proses pengambilan keputusan para pelaku ekonomi mengandalkan pengalaman dan pengetahuannya dari masa lalu dan masa kini, perkiraan-perkiraan yang akan terjadi di masa mendatang ditambah dengan segenap informasi data yang sekarang tersedia . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi yang tersedia tentang kondisi sektor perbankan, dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil yang berkaitan dengan dengan kepercayaannya kepada bank. Peranan bank yang sangat strategis dalam perkembangan ekonomi, sehingga perlu diperhatikan dan dijaga kontinuitas usahanya, dengan meningkatkan kemampuan menggali sumber dana masyarakat. Untuk itu perlu didukung oleh instrumen yang efektif yang dapat memotivasi masyarakat menyimpan uangnya di bank. Instrumen tersebut diantaranya adalah (a) adanya jaminan keamanan atas simpanan masyarakat, (b) tingkat bunga yang stabil dan kompetitif, (c) pelayanan yang baik dan (d) informasi yang tersedia tentang perkembangan industri perbankan. Motivasi masyarakat mempercayakan dananya di bank tentunya selain mengharapkan mendapatkan keuntungan, juga mengharapkan adanya jaminan keamanan atas simpanan masyarakat secara hukum. Perilaku seseorang pada saat tertentu biasanya ditentukan oleh kebutuhan yang paling kuat, yaitu rasa aman. Kerangka kekuatan kebutuhan manusia telah dikembangkan oleh Abraham Maslow, yang dikenal dengan Hirarki Kebutuhan Maslow fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan perwujudan diri. Dikatakan bahwa Kebutuhan rasa aman yang berada pada alam sadar cukup jelas dan sangat umum diantara semua orang pada umumnya. Sedangkan Paul Hersey mengutip pendapat dari Soul W. Gellerman (1992:36) dikatakan bahwa Semua orang memiliki keinginan untuk terbebas dari bahaya yang mengancam kehidupannya, yaitu kecelakaan, peperangan dan ketidakpastian ekonomi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap individu maupun kelompok sangat membutuhkan rasa aman, tanpa kecuali kebutuhan rasa aman yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya. Instrumen berikutnya yang memberikan pengaruh sangat besar terhadap berbagai kondisi ekonomi yaitu tingkat bunga . Wasis (1998:94) mengatakan bahwa Tingkat bunga yang tinggi akan dapat menarik masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank, karena para pemilik dana mengharapakan keuntungan dari dana yang disimpan di bank. Sedangkan Budiono (1980:2) mengatakan bahwa Tingkat bunga adalah harga dari penggunaan uang yang dapat dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Dengan demikian bahwa tingkat bunga yang tinggi masih efektif dijadikan sebagai instrumen dalam meningkatkan mobilisasi dana masyarakat. Seperti halnya yang diungkapkan Soemitro Djojohadikusumo (1991:149) tentang pelaku ekonomi yang memiliki perilaku rasional, yaitu Perilaku ekonomi (economic behaviour) pada dasarnya bersifat rasional, artinya para pelaku ekonomi bersikap rasional di dalam mengadakan pilihan ekonomi dan mengambil keputusan ekonomi. Sikap ini tercermin dari perkembangan simpanan masyarakat bila dibandingkan dengan perkembangan jumlah nasabah. Dimana pada tahun 1997 dimana perekonomian Indonesia sedang dilanda krisis dan langkah berani dari BPPN dengan melikuidasi 16 bank umum swasta nasional , yang dilanjutkan dengan program beku operasi atau pengambil alihan operasional. Namun demikian minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank masih tetap tinggi, yaitu memanfaatkan tingkat bunga deposito yang cukup tinggi (67% per bulan tahun 1997/1998), walaupun jika dilihat jumlah orang (nasabah) mengalami penurunan. Kondisi ini membuktikan masih berlakunya teori Keynes bahwa Bunga uang ditentukan oleh preferensi likuiditas, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat bunga merupakan imbalan atau kontraprestasi yang diberikan oleh bank kepada penyimpanan dana. Suku bunga yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk menghemat pengeluaran konsumsinya dan menyimpan bagian yang lebih dari aktiva totalnya dalam bentuk aktiva yang memberikan penghasilan. Kepercayaan masyarakat terhadap bank tidak terlepas dari masalah kepuasan, yang dapat dipenuhi salah satunya dari pelayanan yang prima. Sehingga pembahasan masalah konsep kepuasaan pelanggan (nasabah) menjadi suatu hal yang vital. Persaingan antar bank yang semakin ketat, dimana semakin banyak produsen yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan setiap bank harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utama. Hal ini tercermin dari banyaknya bank menyertakan konsumennya terhadap kepuasan nasabah dalam penyertaan misinya. As. Mahmoeddin (1996:2) mengatakan bahwa Pelayanan yang baik merupakan salah satu syarat untuk berhasilnya bank dalam usaha pengumpulan dana sebanyak mungkin, penjualan jasa seoptimal mungkin yang pada akhirnya memperoleh laba semaksimal mungkin. Sedangkan Tjiptono, yang mengutip pendapat Engel,et.all. (1995:27) mengatakan bahwa Kepuasaan pelanggan merupakan evaluasi purna beli, dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan. Dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang baik, ramah, cepat dan akurat merupakan suatu prinsip yang harus dimiliki oleh setiap petugas bank, yang harus memberikan pelayanan prima kepada nasabah. Semakin baik pelayanan yang diberikan, maka semakin tinggi tingkat kepuasan nasabah, semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank. Perilaku masyarakat sebagai pelaku ekonomi tentu sangat berkepentingan dengan tersedianya informasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Tindakan atau pengambilan keputusan secara rasional berdasarkan pengalaman dan informasi yang diperoleh. Kondisi perilaku masyarakat yang semakin kritis, menuntut peranan Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia sebagai lembaga yang berwenang mengeluarkan informasi, dapat secara aktif mensosialisasikan setiap perubahan kebijakan tentang perbankan, sehingga masyarakat dapat mengetahui dan mengikuti perkembangan perbankan dengan baik, khususnya tingkat kesehatan bank. Dengan demikian informasi dapat dijadikan sebagai instrumen yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Sumitro Djojohadikusumo (1991:149) tersebut diatas.

II. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah propinsi Jawa Barat, dengan obyek penelitian Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Kabupaten dan Kotamadya Bandung. Terpilihnya wilayah Kabupaten dan Kotamadya Bandung sebagai obyek penelitian, dikarenakan wilayah tersebut menguasai pangsa pasar sebesar 60% dari seluruh pangsa pasar di wilayah Propinsi Jawa Barat, sedangkan wilayah lainnya hanya menguasai pangsa pasar dibawah 10%. (Sumber : Laporan Bank Indonesia). Teknik pengumpulan data, dimana data yang diperlukan adalah data sekunder yaitu tentang perkembangan sumber dana masyarakat (giro, deposito dan tabungan) dari tahun 1989 - 1998 , sedangkan data primer diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian (kuesioner). Kuesioner disusun dalam bentuk pertanyaan berskala penilaian Likert (Likert Scale) berjenjang atau berkatagori 5 (lima). Untuk jawaban kalimat positip setiap item instrumen diberi nilai kuantitatif sebagai berikut :- Sangat Setuju (SS) .5-Setuju (S) ..4

-Kurang Setuju (KS)3

-Tidak Setuju (TS).. 2

-Sangat Tidak Setuju (STS).1

Sedangkan untuk kalimat negatif setiap item instrumen diberi nilai kuantatif berlawanan dengan kalimat positip. Sehubungan dengan skor yang diperoleh mempunyai tingkat pengukuran ordinal, untuk itu cara pengukurannya perlu ditingkatkan menjadi interval yaitu melalui Method of Successive Interval (MSI). Jumlah nasabah sebagai populasi yang cukup besar, untuk itu sampel yang dapat dianggap representatif adalah sampling acak secara proporsional menurut stratifikasi, yaitu untuk mendapatkan sampel yang dapat mewakili populasi memberikan kesempatan dan peluang yang sama kepada setiap anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel. Dalam penentuan jumlah sampel minimal yaitu dengan menggunakan teori maksimin dengan derajat kepercayaan 95% ( = 5%) dan Bound of Error (BE) yang diinginkan adalah 10%. Adapun langkah kerja rumus :

no Nino = ------------------- dan ni = ------ x n no 1 N 1 + ----------- N

Dari jumlah populasi dari Bank Umum Pemerintah sebanyak 6.825.588 orang, Bank Umum Swasta sebanyak 2.512.192 orang dan BPR sebanyak 865.373 orang, sehingga jumlah populasi sebanyak 10.203.253 orang. Hasil penghitungan diperoleh jumlah responden minimal 96 orang. Akan tetapi dari 250 instrumen yang disebarkan, diperoleh 120 orang, sehingga ditetapkan sampel penelitian ini adalah 120 orang. Rancangan pengujian dilakukan dengan menguji keterandalan melalui Uji Reabilitas dan untuk kesahihan melalui Uji Validitas. Sedangkan rancangan analisis, untuk mengukur pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y) dengan menggunakan Analisis Jalur (Path Analysis). Model analisis yang digunakan adalah : YI = Pyx1 X1 + Pyx4 X4 + IAdapun besarnya pengaruh dari suatu varaibel penyebab ke variabel akibat disebut dengan Koefisien Jalur yang dinyatakan oleh besarnya nilai numerik. Hipotesis kerja dalam penelitian ini dirumuskan :

Dimana : H0 : Pyxi = 0 H1 : Pyxi 0 (I = 1,2,.4)

Sedangkan langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

III. Pembahasan Hasil Uji Validitas, dimana dari 47 pertanyaan yang ada dalam intrumen penelitian, dengan menggunakan Koefisien Korelasi Pearson , dimana hasil uji-t pada taraf nyata = 0,05 diperoleh bahwa 46 pertanyaan dinyatakan valid dan 1 pertanyaan tidak valid. Sedangkan hasil pengujian memperlihatkan hasil yang signifikan. Sedangkan hasil Uji Reabilitas, dengan menggunakan teknik belah dua Spearman Brown pada taraf nyata = 0,05 diperoleh hasil dimana rxx > dari rtabel. Hal ini memperlihatkan bahwa data reliabel dan menggambarkan secara tepat (valid) konsep yang diukur, artinya pengujian hipotesis penelitian ini akan mengenai sasaran. Hasil penghitungan pendapat responden, khusunya dari variabel informasi diperoleh hasil sebagai berikut :Tabel 3Mendapatkan informasi dari media cetak dan elektronik

No.Pendapat RespondenJumlah Responden1Sangat Setuju (SS) 57 orang (47,5%)2Setuju (S) 59 orang (49,2%)3Kurang Setuju (KS) 3 orang (2,5%)4Tidak Setuju (TS) 1 orang (0,8%)5Sangat Tidak Setuju (STS)-

120 orang

Tabel 4Laporan keuangan bank yang dipublikasikanmerupakan informasi tentang kesehatan bank

No.Pendapat RespondenJumlah Responden1Sangat Setuju (SS) 50 orang (41,6%)2Setuju (S) 59 orang (49,2%)3Kurang Setuju (KS) 8 orang (6,7%)4Tidak Setuju (TS) 1 orang (0,8%)5Sangat Tidak Setuju (STS) 2 orang (1,7%)

120 orang

Tabel 5Tidak mengikuti laporan keuangan yang dipublikasikankarena tidak mengerti

No.Pendapat RespondenJumlah Responden1Sangat Setuju (SS) 14 orang (11,7%)2Setuju (S) 30 orang (25%)3Kurang Setuju (KS) 52 orang (45,3%)4Tidak Setuju (TS) 23 orang (19,2%)5Sangat Tidak Setuju (STS) 1 orang (0,8%)

120 orang

Tabel 6Nasabah tidak memiliki informasi yang benar tentang kriteria kesehatan bank

No.Pendapat RespondenJumlah Responden1Sangat Setuju (SS) 5 orang (4,2%)2Setuju (S) 30 orang (25%) 3Kurang Setuju (TS) 39 orang (32,5%)4Tidak Setuju (TS) 37 orang (30,8%)5Sangat Tidak Setuju (STS) 9 orang (7,5%)

120 orang

Dari beberapa tabel tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat cukup memiliki informasi tentang perbankan, dengan mengikuti perkembangan informasi dan laporan keuangan bank yang dipublikasikan. Hal ini berarti kepercayaan masyarakat terhadap bank atas dasar pengetahuan yang diperoleh dari berbagai informasi yang tersedia. Dengan demikian hipotesis pertama telah terjawab Hasil pengujian secara parsial , baik melalui penghitungan korelasi maupun matriks inversi diperoleh nilai numerik koefisien jalur sebagai berikut :Pyx1 = -0,0154 ; Pyx2 = 0,0547 ; Pyx3 = 0,1725 ; Pyx4 = 0,1471R2y(x1,x2,x3.x4) = 0,0685 dan Py = 0, 9315.Berdasarkan hasil pengujian secara simultan atau bersama-sama diperoleh hasil dimana nilai F = 2,1132, sedangkan Ftabel = 1,9944. Hal ini berarti bahwa Fhitung > Ftabel. . Artinya H0 ditolak yang menyatakan Hyxi 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama faktor keamanan, pelayanan, suku bunga dan informasi berpengaruh secara signifikan terhadap kepercayaan masyarakat pada bank. Korelasi yang lemah dari masing-masing variabel X terhadap variabel Y, hal ini disebabkan turunnya kinerja bank akibat menurunnya kepercayaan masyarakat pada bank, sehingga pengaruh variabel X yang merupakan faktor intern bank menjadi kurang memberikan pengaruh. Dengan demikian hipotesis kedua telah terjawab dan dari hasil penghitungan di atas, dapat digambarkan struktur awal dan akhir pengujian koefisien jalur secara simultan, sebagai berikut :

Gb. 1 : Struktur Awal Koefisien Analisis Jalur

Gb. 2 : Struktur Hasil Penghitungan Analisis JalurSecara Simultan

Pengujian secara parsial dilakukan melalui Uji-t , diperoleh hasil bahwa variabel suku bunga dan informasi merupakan variabel yang lebih dominan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank. Dimana besarnya pengaruh suku bunga pada taraf nyata 10% adalah Pyx3 = 0,1657 dan informasi pada taraf nyata 20% adalah Pyx4 = 0,1740, dengan koefisien determinasi sebesar R2y(x3,x4) = 0,0659. Dengan demikian koefisien jalur diluar variabel X3 dan X4 sebesar Py = 0,9341. Pengaruh dominan dari variabel suku bunga dan informasi terhadap kepercayaan masyarakat pada bank, hal ini sesuai dengan teori yang berlaku yang telah dijelaskan dalam kerangka pemikiran. Sikap masyarakat sebagai pelaku ekonomi sudah semakin realistis dan rasional.

Tabel 7Besarnya Pengaruh X3 dan X4 Terhadap Y

VARIABELPENGARUHBESAR (%)PENGARUH TOTALSuku Bunga (X3)a.Langsung

b.Tidak langsung

Melalui X42,75 %

0,41 %

3,16 %Informasi (X4)a.Langsung

b.Tidak langsung

Melalui X33,03 %

0,41 %

3,44 %

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa adanya pengaruh langsung variabel suku bunga telah dijelaskan dalam teori terdahulu, sedangkan pengaruh tidak langsung melalui variabel informasi, yaitu adanya upaya pemerintah akan menjamin keamanan simpanan masyarakat pada bank, maka perubahan terhadap tingkat suku bunga masih memberikan pengaruh terhadap kepercayaan masyarakat pada bank. Sedangkan pengaruh langsung variabel informasi, yaitu adanya akurasi informasi yang disampaikan oleh lembaga terkait yang dianggap memiliki kredibilitas, pengaruh tidak langsung melalui suku bunga, bahwa perubahan suku bunga karena ingin memberikan kontribusi kepada sektor riil, agar dapat melakukan aktivitasnya kembali, yang pada akhirnya akan menghidupkan roda perekonomian secara umum. Dengan demikian hipotesis ketiga telah terjawab dan dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Gb. 3 : Struktur Hasil Pengujian Koefisien Analisis JalurSecara Parsial

IV. Kesimpulan dan Saran Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan walaupun hipotesis dapat terjawab dengan baik, dimana terdapat signifikansi antara variabel keamanan, pelayanan, suku bunga dan informasi dengan kepercayaan masyarakat terhadap bank, begitu juga dapat diketahui variabel yang lebih dominan mempengaruhi, yaitu variabel suku bunga dan informasi. Akan tetapi menunjukan korelasi yang sangat lemah. Hal ini dimungkinkan karena kinerja bank yang kurang baik dan yang lebih penting karena adanya krisis kepercayaan masyarakat baik kepada pemerintah maupun kepada bank. Dengan demikian dari kesimpulan tersebut disarankan, (a) khususnya kepada Bank Indonesia yang mempunyai peranan dan fungsi yang multidimensial dapat menjadi lembaga yang bersifat independen, (b) Bank Indonesia lebih meningkatkan sosialisasi informasi tentang perbankan secara berkala dan terkoordinasi dengan lembaga terkait, (c) Keterbatasan hasil penelitian yang diperoleh, kiranya ada pihak yang berkenan untuk menindaklanjuti penelitian ini, khususnya mengungkap variabel yang lebih relevan , sehingga hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang besar , baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi perkembangan sektor perbankan.

Bandung, 21 Oktober 1999


Top Related