1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peran Perguruan Tinggi untuk menciptakan sumber daya manusia yang
berdaya saing tinggi sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan bangsa.
Diantara beberapa Perguruan Tinggi ternama yang ada di Indonesia, Universitas
Negeri Gorontalo merupakan salah satu Perguruan Tinggi yang diharapkan
mampu mencetak sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi.
Universitas Negeri Gorontalo khususnya pada Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Jurusan Pendidikan Matematika diharapkan mampu mencetak
sumber daya manusia berkualitas yang nantinya akan menjadi ujung tombak bagi
kemajuan bangsa. Untuk itu, kualifikasi dosen sangat diperlukan untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan dan keterampilan agar mahasiswa memiliki
kompetensi sesuai dengan tuntutan dunia kerja yang berkembang pesat.
Kualifikasi dosen mutlak diperlukan karena metode atau keterampilan
mengajar yang diterapkan oleh dosen sangat berpengaruh pada proses belajar
mahasiswa. Hal ini di dukung oleh Wasty Soemanto (2003: 115) yang
menyatakan bahwa metode mengajar yang dipakai oleh pendidik sangat
mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh peserta didik atau dengan kata
lain, metode yang dipakai oleh pendidik menimbulkan perbedaan yang berarti
bagi proses belajar. Artinya, semakin baik cara dosen dalam mengelola kelas
dengan penerapan ketampilan mengajar secara efektif pada saat proses
pembelajaran berlangsung, hal ini pula akan membuat mahasiswa menjadi lebih
Resmawan 4114 07 092
2
fokus menerima materi yang diberikan. Sebaliknya jika dosen tidak mau peduli
dengan susana kelas dalam pembelajaran, maka yang timbul dibenak mahasiswa
hanya kejenuhan dan ketegangan. Perhatian tidak lagi terfokus untuk menerima
materi tetapi lebih terfokus pada waktu kapan akan berakhir proses pembelajaran
ini. Dengan demikian, setiap dosen dituntut untuk dapat menerapkan keterampilan
mengajar secara efektif.
Penarapan keterampilan mengajar secara efektif dapat diukur berdasarkan
beberapa indikator seperti kemampuan bertanya, kemampuan memberi penguatan,
kemampuan menjelaskan, kemampuan mengadakan variasi, kemampuan
membuka dan menutup pelajaran, kemampuan mengelola kelas, dan kemampuan
membimbing diskusi kelompok kecil serta kemampuan mengajar kelompok dan
perorangan dalam setiap proses pembelajaran (Hamid Darmadi, 2009: 1). Diantara
beberapa keterampilan tersebut, peneliti mengambil fokus pada keterampilan
dalam mengelola kelas yang nantinya akan dijadikan sebagai salah satu variabel
dalam penelitian. Keterampilan mengelola kelas dapat diukur berdasarkan
beberapa indikator seperti sikap tanggap, membagi perhatian, pemberian petunjuk
yang jelas, pemberian teguran, dan pemberian penguatan (Purwiro Harjati, 2008:
7). Hal ini sangat penting karena pengelolaan kelas menentukan kinerja dosen
dalam proses pembelajaran.
Sementara itu, dalam perkembangannya kinerja dosen saat ini banyak
dikeluhkan oleh mahasiswa. Keluhan-keluhan banyak muncul dari segi metode
pengajaran yang diterapkan oleh sebagian besar dosen di Jurusan Pendidikan
Matematika. Berdasarkan pengamatan penulis selama menjalani studi, sebagian
Resmawan 4114 07 092
3
besar dosen yang memberi mata kuliah tidak lagi memperhatikan cara
pengelolaan kelas dengan baik. Sebagai akibatnya, tidak dapat tercipta susana
kelas yang menyenangkan karena dosen terlalu menjaga sekat dengan mahasiswa
dan cenderung malas untuk memberi penjelasan secara detail. Pemberian mata
kuliah dengan metode diskusi atau pemberian tugas tanpa bimbingan lebih lanjut
senantiasa menjadi andalan dengan alasan agar mahasiswa bisa mandiri tanpa
harus menunggu suapan pengetahuan dari dosen. Padahal, dengan menerapkan
pengelolaan kelas yang baik bukan berarti membuat mahasiswa bersikap pasif
dalam proses pembelajaran tetapi sebaliknya hal itu dapat memicu semangat
untuk belajar dengan serius.
Berbicara tentang pengelolaan kelas, hal ini tidak terlepas dari kegiatan
belajar yang pada akhirnya mengarah pada hasil belajar. Hasil belajar yang
diharapkan tentunya adalah hasil belajar yang baik. Sudah menjadi fitrah manusia
bahwa setiap individu memiliki kehendak untuk mencapai hasil belajar yang
sebaik mungkin. Sementara untuk mencapai hasil belajar yang optimal tidak lepas
dari kondisi lingkungan dimana peserta didik dapat belajar dengan efektif dan
dapat mengembangkan kemampuan diri atau daya eksplorasinya sebab
berkembangnya tingkah laku peserta didik sebagai tujuan belajar hanya
dimungkinkan oleh adanya pengalaman belajar yang optimal itu (Umar
Tirtarahardja, 2008: 41).
Mencapai hasil belajar yang optimal merupakan sesuatu yang tidak mudah
bagi setiap orang. Demikian juga yang dialami oleh mahasiswa. Untuk itu, ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya
Resmawan 4114 07 092
4
yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini yaitu keterampilan mengajar
yang difokuskan pada keterampilan mengelola kelas. Keterampilan mengelola
kelas yang diterapkan oleh dosen atau tenaga pendidik memiliki peranan penting
dalam menanamkan pemahaman kepada mahasiswa pada setiap proses belajar
mengajar.
Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa faktor keterampilan mengajar
khususnya pada segi pengelolaan kelas jarang sekali kita jumpai dalam proses
pembelajaran dikampus, sementara keterampilan mengajar dosen menjadi salah
satu faktor yang dapat berpengaruh pula pada kemampuan mahasiswa dalam
meningkatkan hasil belajar secara optimal.
Berkaitan dengan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik
untuk mengadakan suatu penelitian terarah dengan judul “Analisis Hubungan
antara Keterampilan Dosen dalam Mengelola Kelas dengan Hasil Belajar
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti dapat mengidentifikasi
beberapa pokok masalah sebagai berikut:
1.2.1 Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan ilmu
pengetahuan yang sangat pesat, dibutuhkan sumber daya manusia yang
handal dan berdaya saing tinggi.
Resmawan 4114 07 092
5
1.2.2 Dalam perkembangannya kinerja dosen saat ini banyak dikeluhkan oleh
banyak mahasiswa. Keluhan-keluhan banyak muncul dari segi metode
pengajaran yang diterapkan oleh sebagian besar dosen di perguruan tinggi.
1.2.3 Penerapan keterampilan mengajar secara efektif dapat menimbulkan
perbedaan yang berarti bagi proses belajar mahasiswa.
1.2.4 Mahasiswa membutuhkan dosen yang senantiasa menerapkan
keterampilan mengajar secara efektif sehingga dapat memusatkan
perhatian pada penerimaan materi yang diberikan.
1.2.5 Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa penerapan keterampilan
mengajar secara efektif secara umum tidak lagi kita jumpai pada sebagian
besar dosen.
1.2.6 Mahasiswa membutuhkan suasana kondusif dan menyenangkan dalam
pembelajaran untuk dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah “Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keterampilan dosen
dalam mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa di Jurusan Pendidikan
Matematika?”
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini
dilaksanakan dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara keterampilan
Resmawan 4114 07 092
6
dosen dalam mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa di Jurusan
Pendidikan Matematika.
1.5 Manfaat Penelitian
Secara umum penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
kepada semua pihak terutama kepada para penyelenggara pendidikan dalam
mengelola proses pembelajaran khususnya di Jurusan Pendidikan Matematika.
Secara khusus penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan kepada:
1.5.1 Bagi dosen, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana
yang positif sehinga dapat lebih memperhatikan keterampilan mengajar
tertuama dalam hal pengelolaan kelas sebagai salah satu faktor eksternal
yang dapat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Dosen diharapkan
dapat menerapkan keterampilan mengelola kelas secara efektif dan efisien
sehingga dapat tercipta suasana kondusif dan menyenangkan dalam proses
perkuliahan.
1.5.2 Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat memicu kratifitas
belajar dan lebih proaktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat
tercipta komunikasi dan umpan balik dalam setiap proses pembelajaran di
kelas.
1.5.3 Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan tentang pengaruh keterampilan dosen dalam mengelola kelas
terhadap hasil belajar mahasiswa di Jurusan Pendidikan Matematika.
Resmawan 4114 07 092
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori2.1.1 Pengertian Mengajar
Mengajarmerupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab
moral yang cukup berat. Berhasilnya pendidikan pada siswa sangat bergantung
pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan tugasnya. Zamroni
(2000:74) mengatakan guru adalah kreator proses belajar mengajar. Ia adalah
orang yang akan mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji apa
yang menarik minatnya, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-
batas norma-norma yang ditegakkan secara konsisten. Dengan demikian dapat
dikemukakan bahwa orientasi pengajaran dalam konteks belajar mengajar
diarahkan untuk pengembangan aktivitas siswa dalam belajar.
Menurut Hamalik (2002: 53) mengajar dapat diartikan sebagai (1)
menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada
generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan
kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5)
kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu
proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.
Sedangkan J. Mursell dan S. Nasution (2008: 8) berpendapat bahwa mengajar
pada dasarnya adalah mengorganisasi pelajaran. Masalah mengajar dengan sukses
adalah mengorganisasi pelajaran untuk memperoleh hasil-hasil yang autentik,
yang sungguh-sungguh, dan yang sejati. Berdasarkan pendapat ini, kriteria utama
Resmawan 4114 07 092
8
mengajar dengan sukses dapat kita lihat dari hasil mengajar itu sendiri sebagai out
put dari sebuah pengorganisasian pembelajaran.
Sementara itu, Hamzah B. Uno (2009: 18) mengungkapkan bahwa strategi
pengorganisasian dalam pembelajaran merupakan metode untuk mengorganisasi
isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu
pada suatu tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram,
format dan lainnya yang setingkat dengan itu.
Jika berbicara tentang pembelajaran sebagai sebuah organisasi, maka
dalam proses pembelajaran itu seorang guru adalah organisator yang bertugas
untuk mengelola kelompok pembelajaran yang terlibat didalamnya sehingga dapat
memungkinkan kelompok dan individu-individu di dalamnya dapat berfungsi
secara efektif.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa mengajar pada dasarnya merupakan aktivitas kompleks yang
dilakukan oleh guru dalam mengorganisasi atau mengatur lingkungan dengan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi suatu
proses belajar mengajar.
2.1.2 Keterampilan Dasar Mengajar
Seorang guru professional telah mengikuti beberapa pelatihan yang
berkaitan dengan keterampilan dasar mengajar. Menurut Faried Wajdi & Moh.
Uzer Usman (2009: 1) dalam keterampilan dasar mengajar tersebut ada 8
keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar mengajar yaitu;
Resmawan 4114 07 092
9
keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan
mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil,
keterampilan mengelola kelas, ketrampilan mengajar kelompok kecil dan
perseorangan.
2.1.2.1 Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus
merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan
pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi
hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan
meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat
mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan instruksional
menjadi lebih efektif.
Pada hakikatnya melalui pertanyaan kita akan mengetahui dan
mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Jika dikaitkan
dengan proses pembelajaran, maka kegiatan bertanya jawab antara guru dengan
siswa ataupun antara dosen dengan mahasiswa, antara sesama siswa atau
mahasiswa menunjukkan adanya interaksi dikelas yang dinamis dan multi arah.
Menurut Faried Wajdi & Moh. Uzer Usman (2009: 2) bertanya merupakan
ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di
berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
Resmawan 4114 07 092
10
pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong
kemampuan berpikir.
Kegiatan bertanya akan lebih efektif jika pertanyaan yang diajukan cukup
berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Menurut
Hamid Darmadi (2009: 1), tujuan guru mengajukan pertanyaan adalah
(1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa keingintahuan (3)
merangsang fungsi berpikir (4) mengembangkan keterampilan berpikir (5)
memfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7)
mendiagnosis kesulitas belajar siswa (8) mengkomunikasikan harapan yang
dinginkan oleh guru dari siswanya (9) merancang terjadinya diskusi dan
memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek
didik.
Jika kita perhatikan tujuan-tujuan pertanyaan sebagaimana tercantum
dalam kutipan diatas, maka sudah sepantasnya hal ini harus dikuasai oleh guru
maupun dosen, entah itu guru/ dosen pemula maupun yang sudah professional
karena hal ini dapat menimbulkan umpan balik dari materi yang disampaikan serta
juga dapat menggugah perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran.
2.1.2.2 Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respon terhadap suatu prilaku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam
kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan
verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan
Resmawan 4114 07 092
11
penguatan non verbal merupakan penguatan yang dinyatakan dengan mimic,
gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lain (Hamid Darmadi, 2009: 2).
Menurut Udin Winataputra (2008: 3) penguatan adalah respon yang
diberikan oleh guru terhadap perilaku siswa yang baik, yang menyebabkan siswa
tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkatkan perilaku yang baik
tersebut. Sementara itu Faried Wajdi & Moh. Uzer Usman (2009: 2)
mengemukakan bahwa penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons,
apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan
memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas
perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas
dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat
belajar dengan optimal. Demikian juga yang dialami oleh mahasiswa. Untuk
mencapai hasil belajar yang optimal, mahasiswa setidaknya juga memerlukan
suasana kelas yang mendukung dan kondusif.
Agar dapat memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus
diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik
pelaksanaannya. Disamping itu, juga perlu diingat bahwa penguatan harus
diberikan dengan hangat dan penuh semangat serta tidak menggunakan kata-kata
yang tidak pada tempatnya (Hamid Darmadi, 2009: 2).
Resmawan 4114 07 092
12
2.1.2.3 Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi mengandung makna perbedaan.Dalam kegiatan pembelajaran,
pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja
ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat
perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Menurut Udin Winataputra (2008:
4) variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi di
dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan
minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta
meningkatkan kadar keaktifan siswa.
Sedangkan menurut Faried Wajdi & Moh. Uzer Usman (2009: 3) Variasi
dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen,
antara lain:
1) Variasi dalam cara mengajar guru yang meliputi : penggunaan variasi suara
(teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau
kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye
contact and movement), gerakan badan mimik: variasi dalam ekspresi wajah
guru, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru ( teachers
movement).
2) Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat
pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke
dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi
penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan
Resmawan 4114 07 092
13
yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengart
(auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi
alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
3) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid
dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya.
Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan
kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
Sementara itu, tujuan utama guru melakukan variasi dalam kegiatan
pembelajaran adalah untuk mengurangi kebosanan peserta didik sehingga
perhatian mereka terpusat pada pelajaran (Hamid Darmadi, 2009: 3). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa variasi merupakan suatu kegiatan guru dalam
konteks proses interaksi belajar mengajar yang di tujukan untuk mengatasi
kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa
menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi.
2.1.2.4 Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar
percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah
berupa penjelasan. Penguasaan keterampilan menjelaskan yang didemonstrasikan
guru akan memungkinkan siswa memiliki pemahaman yang mantap tentang
masalah yang dijelaskan, serta meningkatnya keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Resmawan 4114 07 092
14
Menurut Hamid Darmadi, (2009: 4) pengertian menjelaskan dalam
kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu pada perbuatan
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan
sistematis sehingga dalam penyajiannya peserta didik dapat dengan mudah
memahaminya. Demikian juga Faried Wajdi & Moh. Uzer Usman (2009: 4)
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan ketrampilan menjelaskan adalah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk
menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya.
Adapun menurut Udin Winataputra (2008: 4) komponen keterampilan
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu:
1) Merencanakan materi penjelasan yang mencakup hal-hal tentang:
a) Menganalisis masalah;
b) Menentukan hubungan; serta
c) Menggunakan hukum, rumus, dan generalisasi yang sesuai.
2) Menyajikan penjelasan, yang mencakup hal berupa:
a) Kejelasan, yaitu keterampilan yang erat kaitannya dengan penggunaan
bahasa lisan;
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi, yang bisa dilakukan dengan pola induktif
atau deduktif;
c) Pemberian tekanan yang dapat dilakukan dengan berbagai variasi gaya
mengajar, dan membuat struktur sajian; dan
d) Balikan, yang bertujuan untuk mendapat informasi tentang tingkat
pemahaman siswa, baik melalui pertanyaan mapun melalui tugas.
Resmawan 4114 07 092
15
Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru atau tenaga
pendidik karena dengan penguasaan ini dapat memungkinkan bagi guru untuk
meningkatkan efektifitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya,
meningkatkan pemahaman peserta didik, membantu peserta didik memperluas
cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana
sumber belajar.
Kegiatan menjelaskan dalam pembelajaran bertujuan untuk membantu
siswa atau peserta didik memahami berbagai konsep dan prosedur secara objektif,
membimbing peserta didik memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan
peserta didik, memberi kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta
memperoleh balikan tentang pemahaman peserta didik. Hamid Darmadi (2009: 4)
memberikan perincian tentang komponen-komponen dan prinsip-prinsip
keterampilan menjelaskan sebagai berikut:
1. Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup:
a) Isi pesan yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan
contoh-contoh
b) Hal-hal yang berkaitan dengan siswa atau peserta didik
2. Keterampilan menyajikan penjelasan mencakup:
a) Kejelasan
b) Penggunaan contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan
deduktif
c) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting
d) Umpan balik
Resmawan 4114 07 092
16
3. Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip:
a) Adanya relevansi antara penjelasan dengan tujuan pembelajaran
b) Sesuai dengan keperluan
c) Mengingat latar belakang dan kemampuan siswa atau peserta didik
d) Diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan
e) Isi penjelasan bermakna bagi siswa atau peserta didik.
Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, dengan
selalu memperhatikan karakteristik siswa yang diberi penjelasan serta materi/
masalah yang dijelaskan.
2.1.2.5 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk
meningkatkan pengalaman peserta didik dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan prakondisi agar mental dan
perhatian peserta didik tertuju pada materi pelajaran yang akan mereka pelajari.
Menurut Faried Wajdi & Moh. Uzer Usman (2009: 4) yang dimaksud
dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan
prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap
kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Adapun Hamid Darmadi (2009: 4) berpendapat bahwa kegiatan membuka
Resmawan 4114 07 092
17
pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada
awal setiap penggal kegiatan, misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab,
mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pekerjaan tugas,
dan sebagainya. Sedangkan Menutup pelajaran merupakan kegiatan dan
pernyataan guru untuk menyimpulkan atau mengakhiri kegiatan inti.
Kegiatan membuka pelajaran dimaksudkan untuk menyiapkan mental
peserta didik agar ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan
memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi yang akan dibicarakan
dalam kegiatan pembelajaran.Menutup pelajaran juga dapat dilakukan pada akhir
setiap penggal kegiatan seperti mengakhiri kegiatan diskusi, Tanya jawab,
menindaklanjuti pekerjaan rumah dan sebagainya.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran bukanlah kegiatan
mengabsen peserta didik atau memintanya berdoa tetapi kegiatan menyiapkan
mentaln siswa untuk menerima pelajaran dan mengakhiri pelajaran dengan baik.
Komponen-komponen menutup pelajaran terdiri dari meninjau kembali,
mengadakan evaluasi penguasaan peserta didik dan memberikan tindak lanjut
(Hamid Darmadi, 2009: 5).
2.1.2.6 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Faried Wajdi & Moh. Uzer Usman (2009: 5) diskusi kelompok
adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah.
Resmawan 4114 07 092
18
Sementara itu, Hamid Darmadi (2009: 5) memberi penjelasan tentang
hakikat dan manfaat diskusi kelompok kecil sebagai berikut:
1. Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu format pembelajaran yang
mempunyai ciri-ciri:
a) Melibatkan 3-9 orang siswa setiap kelompoknya
b) Mempunyai tujuan yang mengikat
c) Berlangsung dalam interaksi tatap muka informal
d) Berlangsung menurut proses sistematis
2. Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk:
a) Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi
b) Meningkatkan disiplin
c) Meningkatkan motivasi belajar
d) Mengembangkan sikap saling membantu
e) Meningkatkan pemahaman
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa
menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses
yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian, diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di
dalamnya ketrampilan berbahasa.
Resmawan 4114 07 092
19
2.1.2.7 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar
klasikal bisaa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi
beberapa kelompok kecil yang berjalan secara berkelompok dan beberapa orang
siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan (Hamid Darmadi, 2009: 9).
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar
antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Komponen ketrampilan yang digunakan adalah: ketrampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi, ketrampilan mengorganisasi, ketrampilan membimbing
dan memudahkan belajar serta ketrampilan merencanakan dan melaksanakan
kegiatan belajar mengajar (Faried Wajdi & Moh. Uzer Usman, 2009: 5).
Dengan demikian, pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa ataupun siswa dengan siswa.
2.1.2.8 Keterampilan Mengelola Kelas
Menurut Hamid Darmadi (2009: 6) pengelolaan kelas adalah seperangkat
kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan,
mengulang, atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan dengan
hubungan-hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif serta
mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
Sedangkan menurut Faried Wajdi & Moh. Uzer Usman (2009: 5)
pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
Resmawan 4114 07 092
20
kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam
proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan ketrampilan mengelola kelas maka
perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan
dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentip) berkaitan
dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran,
dan bersifat represif ketrampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan
tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Berdasarkan berapa pendapat diatas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara
kondisi lingkungan dalam kelas dengan tujuan untuk menjaga stabilitas kegiatan
belajar mengajar sehingga dapat tercipta suasana kondusif dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian pengelolaan kelas sangat diperlukan dalam
proses pembelajaran agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar
dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana
belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
Hamid Darmadi (2009: 6) menjelaskan bahwa secara garis besar, terdapat
2 komponen utama dalam hal pengelolaan kelas, yaitu:
1) Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan
dan pemeliharaan kondisi belajar, dan
2) Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian
kondisi belajar optimal.
Resmawan 4114 07 092
21
Adapun menurut Purwiro Hardjati (2008: 7) keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal
meliputi: menunjukkan sikap tanggap, membagi perhatian, memusatkan perhatian
kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur, dan memberi
penguatan. Sedangkan keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian
kondisi belajar yang optimal meliputi: Modifikasi tingkah laku, Pengelolaan
kelompok, serta menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.
Terkait dengan pendapat di atas, maka untuk lebih mengefisienkan
penelitian yang akan dilakukan, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa
indikator-indikator yang akan digunakan sebagai tolak ukur keterampilan
mengelola kelas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Menunjukkan sikap tanggap
b) Membagi perhatian
c) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
d) Memberikan teguran
e) Memberi penguatan
2.1.3 Hakikat Belajar2.1.3.1 Pengertian Belajar
Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar dalam memberikan
gambaran tentang pengertian belajar. Menurut Morgan et.al. dalam Maftukhah
(2007: 30) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen
yang terjadi karena hasil dari praktek atau pengalaman. Menurut Slameto (2003:
Resmawan 4114 07 092
22
78) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Belajar merupakan
suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala
sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian belajar yang dikemukakan
oleh beberapa ahli, dapat diambil pengertian bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang relatif permanen yang lingkungannya.
2.1.3.2 Prinsip Belajar
Menurut Thomas dan Rohwer dalam Maftukhah (2007: 31) prinsip belajar
yang efektif adalah strategi belajar itu hendaknya sesuai dengan tujuan belajar dan
karakteristik siswa yang menggunakannya, strategi belajar yang efektif yaitu yang
memungkinkan seseorang mengerjakan kembali materi yang telah dipelajari, dan
membuat sesuatu menjadi baru, strategi belajar ini hendaknya melibatkan
pengolahan mental tingkat tinggi pada diri seseorang, pemantauan yang efektif
yaitu siswa mengetahui kapan dan bagaiman cara menerapkan strategi belajarnya
dan bagaimana cara menyatakan bahwa strategi yang digunakan itu bermanfaat,
kemujaraban personal bahwa siswa harus memiliki kejelasan bahwa belajar akan
berhasil apabila dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Dalam hal ini penyampaikan materi harus sesuai dengan rencana
pembelajaran agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Selain itu guru dapat
Resmawan 4114 07 092
23
membantu siswa dengan cara menyelenggarakan ujian berdasarkan pada materi
yang telah dipelajari. Dengan adanya ujian atau evaluasi guru dapat mengetahui
apakah tujuan dari pembelajaran sudah berhasil, karena keberhasilan belajar akan
ditentukan dengan hasil prestasinya.
2.1.3.3 Tujuan Belajar
Menurut Burhanuddin Salam (2004: 6) pada dasarnya belajar itu adalah
mengadakan hubungan antara sebuah respon tertentu dengan sebuah stimulus
yang tadinya tidak berhubungan. Belajar memiliki tiga pokok tujuan antara lain:
a. Pengumpulan/ akumulasi pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecekatan
c. Pembentukan sikap-sikap dan tingkah laku
Menurut hamalik (2006: 148) Tujuan belajar yaitu untuk memperoleh
pengetahuan tentang belajar, menambah ketrampilan belajar, mengetahui
kebisaaan dan sikap belajar yang baik. Dari penjelasan di atas dapat peneliti
simpulkan bahwa tujuan dari belajar adalah adanya perubahan dari pembelajar
dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu.
2.1.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Arden N Frandsen dalam Suryabrata Sumadi (2004: 253) mengatakan
bahwa hal yang dapat mendorong manusia atau seseorang untuk belajar karena
sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas, sifat yang kreatif yang ada
pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, keinginan untuk mendapatkan
Resmawan 4114 07 092
24
simpati dari teman-teman, orang tua dan guru, keinginan untuk memperbaiki
kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, adanya keinginan untuk
mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran dan ganjaran atau hukuman
sebagai akhir daripada belajar.
Menurut Slameto (2003: 54), secara umum faktor yang mempengaruhi
belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor Intern
Menurut Ahmadi (2007: 260) Faktor intern meliputi faktor biologis dan
faktor psikologis. Faktor biologis berhubungan dengan jasmani anak sedangkan
faktor psikologis berhubungan dengan rohaniah.
Selanjutnya akan diuraikan beberapa bagian yang merupakan faktor
biologis maupun psikologis.
1. Faktor Biologis
Faktor biologis adalah faktor yang berhubungan dengan jasmaniah anak
atau peserta didik (Ahmadi, 2007: 260). Faktor ini meliputi:
a) Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor penting dalam belajar. Pelajar yang tidak
sehat badannya, tentu tidak dapat belajar dengan baik, konsentrasi terganggu, dan
pelajaran akan sukar masuk. Menurut Ahmadi ( 2007: 261) dalam keadaan seperti
Resmawan 4114 07 092
25
ini jika kita memaksa anak untuk belajar giat, maka kita akan bersalah sebab
bagaimanapun anak tidak akan dapat belajar dengan baik.
b) Cacat Fisik
Cacat fisik tentunya juga dapat menghambat proses belajar, misalnya saja
orang buta, tuli, gangguan pendengaran, tangan hanya satu dan cacat fisik lainnya.
Untuk memberikan pembelajaran pada anak seperti ini memerlukan lembaga
khusus atau Pendidikan Luar bisaa (Ahmadi, 2007: 261). Dengan demikian,
jelaslah bahwa cacat fisik juga merupakan salah satu faktor yang dapat
menghambat pembelajaran.
2. Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah
(Ahmadi, 2007: 261). Faktor ini terdiri dari:
a) Intelegensi
Intelegensis adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis kecakapan, yaitu
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru
dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara efektir, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Slameto,
2003: 55). Jadi intelegensi adalah kesanggupan seseorang untuk beradaptasi
dalam berbagai situasi dan dapat diabstraksikan pada suatu kualitas yang sama.
Resmawan 4114 07 092
26
b) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus menerus disertai dengan rasa senang dan dari situ diperoleh kepuasan
(Hilgard dalam Slameto, 2003: 55). Jadi minat adalah sesuatu yang timbul karena
keinginan sendiri tanpa adanya paksan dari orang lain atau kecenderungan jiwa
seseorang kepada sesuatu yang bisaanya disertai dengan perasaan senang.
c) Bakat
Bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa sejak lahir diperoleh
melalui proseses genetik yang akan terealisasi menjadi kecakapan sesudah belajar
(Hilgard dalam Slameto, 2003: 55). Jadi, dengan bakat yang ada seorang anak
dapat menyalurkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga hal ini dapat menggali
potensi yang dimiliki agar dapat meningkatkan potensi diri.
d) Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah aktif, saat orang melakukan suatu
aktivitas (Darsono dalam Maftukhah, 2007: 34). Jadi motivasi adalah keseluruhan
daya penggerak yang ada di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
yang menjamin kelangsungan dalam kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Resmawan 4114 07 092
27
b. Faktor Ekstern
Selain faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa, terdapat juga faktor
ekstern yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat (Ahmadi, 2007:264).
1. Lingkungan Keluarga
Faktor keluarga merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar anak.Menurut Ahmadi (2007: 264) faktor keluarga meliputi
orang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
a) Orang Tua
Orang tua yang dapat mendidik anaknya dengan cara memberikan
pendidikan yang baik tentu akan sukses belajarnya. Sebaliknya orang tua yang
tidak mempedulikan pendidikan anaknya dan acuh tak acuh tentu tidak akan
berhasil dalam belajarnya (Ahmadi, 2007: 265). Hubungan acuh tak acuh dan
tanpa kasih sayang akan menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada diri seorang
anak. Adapun hubungan yang baik antara orang tua dengan anak yang disertai
dengan bimbingan dapat menimbulkan motivasi belajar bagi sang anak untuk
lebih meningkatkan prestasinya. Dengan demikian, faktor keluarga sangat
berpengaruh terhadap proses belajar anak.
Resmawan 4114 07 092
28
b) Suasana Rumah
Suasana rumah yang terlalu ganduh atau terlalu ramai tidak akan
memberikan waktu belajar yang baik buat anak. Misalnya saja suasana rumah
tangga yang selalu tegang dan selalu banyak pertengkaran diantara angota-
anggotanya. Hal ini dapat membuat anak merasa sedih dan kecewa sehingga
kurang bersemangat untuk belajar. Sebaliknya, suasana keluarga yang
menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang akan memberi motivasi yang
mendalam bagi anak untuk senantiasa belajar dengan baik.
c) Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga
Anak dalam belajar kadang-kadang memerlukan sarana yang terkadang
harganya mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak mencukupi, hal ini dapat
menjadi penghambat anak dalam belajar. Sebaliknya, anak dari keluarga mampu
dapat membeli alat-alat kelengkapan belajar sehingga dapat belajar dengan baik.
2. Lingkungan Sekolah
Ahmadi (2007: 266) memberikan penjelasan bahwa lingkungan sekolah
kadang-kadang juga menjadi faktor penghambat bagi anak untuk belajar.
Termasukm dalam faktor ini antara lain:
a) Interaksi guru dengan murid; Guru yang kurang berinteraksi dengan murid
menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar arena siswa merasa jauh
dengan guru, sehingga siswa akan segan beradaptasi secara aktif dengan guru.
Resmawan 4114 07 092
29
b) Cara penyajian; Guru menggunakan beberapa metode dapat membantu
meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan kegiatan belajar
mengajar serta minat siswa untuk belajar.
c) Hubungan antar murid; Guru harus mengendalikan kelas supaya dapat bekerja
sama dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
d) Standar pelajaran di atas ukuran, maksudnya guru berpendirian untuk
mempertahankan wibawanya dengan memberikan pelajaran di atas ukuran
standar. Akibatnya, anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Guru
dalam menuntut penguasaan kepada murid harus sesuai dengan kemampuan
siswa masing-masing, yang penting tujuan yang dirumuskan dapat tercapai.
e) Media pendidikan; Jumlah alat bantu mengajar akan menentukan lancar
tidaknya kegiatan belajar mengajar, antara lain seperti buku di perpustakaan,
peralatan alat laboratorium atau media lainnya.
f) Tugas rumah; guru jangan terlalu banyak memberikan tugas rumah, sehingga
anak tidak mempunyai waktu untuk belajar ataupun kegiatan lain.
g) Keadaan gedung; Banyaknya siswa dalam satu ruang kelas dapat
mengakibatkan ketidak efektifannya kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3. Lingkungan Masyarakat
Menurut Ahmadi (2007: 267) Faktor yang termasuk dalam lingkungan
masyarakat yang terkadang dapat menghambat kemajuan belajar anak antara lain:
a) Media massa, kadang anak membaca buku selain buku pelajaran, sehingga
lupa akan tugas belajar. Maka bacaan anak perlu diawasi dan diseleksi.
Resmawan 4114 07 092
30
b) Teman bergaul, untuk mengembangkan sosialisasinya, anak perlu
bergauldengan anak lain, tetapi perlu diawasi agar jangan sampai
mendapatkan teman bergaul yang kurang baik pengaruhnya, karena perbuatan
yang kurang baik akan mudah menular pada orang lain.
c) Cara hidup lingkungan, cara hidup lingkungan sekitar besar pengaruhnya pada
pertumbuhan anak.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa yaitu faktor pengajar atau dosen,
khususnya diamati pada gaya mengajar dosen.
2.1.4 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar
mengajar berlangsung. Gagne (dalam Uno, 2004: 265) mengemukakan bahwa
hasil belajar sebagai kapabilitas (kemampuan tertentu) sebagai akibat dari belajar.
Sedangkan menurut Hamalik (2002: 159) hasil belajar adalah menunjuk pada
prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya derajat
perubahan tingkah laku siswa. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku yang terdiri dari sejumlah aspek,
dimana hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek
tersebut. Aspek-aspek yang dimaksud antara lain : pengetahuan , pemahaman,
kebisaaan, keterampilan, apresiasi, emosional dan sikap.
Hasil belajar sangat erat hubungannya dengan proses belajar mengajar
ditinjau dari dua segi, yakni dari segi proses dan segi hasil belajar. Dari segi
Resmawan 4114 07 092
31
proses artinya keberhasilan pengajaran terletak pada proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa sebagai akibat proses-proses yang dilakukan oleh siswa
(Sudjana, 2005: 109).
Dimiyati dan Mujiono (2002: 109) mengatakan bahwa ”hasil belajar
adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendeki tercapainya tujuan
pengajaran dimana hasil belajar ditandai dengan skala nilai.”
Menurut Oemar Hamalik dalam Indra Munawar (2009: 120),
”Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai
melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya
adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu
Pengetahuan (mengingat,menghapal)
a. Pemahaman (mengintetpretasikan)
b. Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
c. Analisis (menjabarkan suatu konsep)
d. Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
e. Evaluasi (membandingkan nilai-nilai, ide, metode, dan sebagainya).
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu sebagai berikut:
Resmawan 4114 07 092
32
a. Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu)
b. Merespon (aktif berpartisifasi)
c. Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai nilai-nilai tertentu)
d. Pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai-nilaiyang dipercayai)
e. Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, sebagai berikut:
a. Peniruan (menirukan gerak)
b. Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
c. Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)
d. Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
e. Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).”
Berdasarkan pengertian di atas, maka hasil belajar dapat diartikan sebagai
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya dalam bentuk perubahan kemampuan siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar dan memiliki perubahan sikap dan keterampilan sebagai hasil dari
usaha yang dilakukan.
2.1.5 Kerangka Berpikir
Hasil belajar merupakan sasaran yang ingin dicapai setelah proses belajar
mengajar berlangsung. Hasil belajar sangat erat hubungannya dengan proses
belajar mengajar ditinjau dari dua segi, yakni dari segi proses dan segi hasil
Resmawan 4114 07 092
33
belajar. Dari segi proses artinya keberhasilan pengajaran terletak pada proses-
proses yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang melibatkan pihak terkait
yakni bagaimana keterampilan dosen dalam melakukan pengelolaan kelas serta
bagaimana sikap mahasiswa dalam merespon kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh dosen. Sedangkan dari segi hasil artinya keberhasilan pengajaran
terletak pada hasil belajar mahasiswa setelah dilakukan evaluasi pembelajaran.
Sementara itu, keterampilan mengajar yang dalam hal ini adalah teknik
pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran dapat diukur dengan beberapa
indikator yang telah ditetapkan sebagaimana yang tercantum pada kajian teori
yaitu (1) menunjukkan sikap tanggap, (2) membagi perhatian, (3) memberikan
petunjuk-petunjuk yang jelas, (4) memberikan teguran, dan (5) memberikan
penguatan.
Adapun untuk poin (1) menunjukkan sikap tanggap, dapat diukur dengan
beberapa sub indikator seperti memandang secara seksama, gerakan mendekati,
memberikan pernyataan, memberi reaksi terhadap gangguan dan kekacauan. Poin
(2) membagi perhatian, diukur dengan sub indikator berupa perhatian secara
visual, yaitu mengalihkan perhatian sejenak dari kegiatan sebelumnya kepada
kelompok atau individu tertentu dan perhatian secara verbal, yaitu memberika
komentar singkat terhadap aktivitaf individu yang diamati. Poin (3) petunjuk yang
jelas, diukur dengan sub indikator berupa pemberian petunjuk kepada seluruh
kelompok dan petunjuk kepada setiap individu. Poin (4) teguran, dapat diukur
dengan beberapa sub indikator antara lain menekan pada tingkah laku positif,
menyarankan alternatif tingkah laku, memberika teguran yang keras,
Resmawan 4114 07 092
34
menggunakan mimik dan gerak, menggunakan nama mahasiswa, dan menetapkan
harapan-harapan. Sedangkan yang terakhir poin (5) penguatan, diukur dengan sub
indikator berupa penguatan verbal dan non verbal. Penguatan verbal dapat
dilakukan dengan kata-kata sementara penguatan non verbal dapat dilakukan
melalui mimik dan gerak, mendekati, sentuhan, dan mengadakan kegiatan
menyenangkan.
Keterampilan dalam mengelola kelas dalam pembelajaran merupakan
salah satu faktor ekstrinsik yang berpengaruh pada hasil belajar mahasiswa.
Adanya kemauan dan motivasi belajar yang tinggi dari mahasiswa merupakan
faktor utama yang dapat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Namun yang
menjadi masalah dalam pencapaian hasil belajar mahasiswa adalah bagaimana
kreatifitas dosen dalam mengelola kelas dalam proses pembelajaran sehingga hal
itu dapat memancing kemauan belajar dan meningkatkan motivasi mahasiswa
untuk berprestasi. Mahasiswa memiliki karakter yang berbeda-beda dalam
penerimaan informasi dalam proses pembelajaran. Hal seperti inilah yang
menunut bagi seorang tenaga pendidik untuk senantiasa menerapkan keterampilan
mengajar yang dalam hal ini adalah keterampilan mengelola kelas secara optimal
sehingga pemberian penjelasan dapat diterima oleh mahasiswa secara efektif dan
merata.
Hasil belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu
dapat memberikan kepuasan tertentu pada manusia, khususnya manusia yang
berada pada bangku kuliah mengingat hasil belajar sebagai indikator kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai mahasiswa. Untuk lebih memperjelas
Resmawan 4114 07 092
35
hubungan kedua variabel tersebut, maka di bawah ini digambarkan bagan sebagai
berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa keterampilan
Dosen dalam mengelola kelas merupakan faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar mahasiswa. Keterampilan Dosen dalam mengelola kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung dapat mendorong dan memotivasi mahasiswa untuk
lebih meningkatkan semangat untuk berprestasi. Dengan demikian, dapat diduga
bahwa keterampilan dosen dalam mengelola kelas memiliki pengaruh terhadap
hasil belajar mahasiswa. Makin baik keterampilan mengelola kelas yang
diterapkan oleh dosen, maka akan semakin tinggi hasil belajar mahasiswa.
2.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori sebagaimana yang telah uraian diatas maka
peneliti dapat merumuskan hipotesis bahwa terdapat hubungan yang positif antara
Keterampilan Dosen dalam Mengelola Kelas dengan Hasil Belajar Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Matematika.
Resmawan 4114 07 092
Keterampilan Dosen dalam Mengelola Kelas (X):
a. Menunjukkan Sikap Tanggap
b. Membagi Perhatianc. Memberikan Petunjuk-
Petunjuk yang Jelasd. Memberikan Tegurane. Memberikan Penguatan
Hasil Belajar Mahasiswa (Y)Diukur berdasarkan hasil
belajar mahasiswa pada akhir semester.
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo.
3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran
2010-2011 selama kurang lebih 4 bulan (Oktober, November, Desember, Januari)
mulai dari persiapan hingga pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporan.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian3.2.1 Populasi
Menurut Margono (2009:118) populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa ragular jurusan pendidikan
matematika mulai dari semester III sampai semester VII dengan jumlah 331 orang
yang tersebar di 12 kelas.
3.2.2 Sampel dan Teknik Sampling
Dalam rangka penetapan sampel, Arikunto (2002: 104) mengemukakan
bahwa apabila populasi lebih dari 100 orang maka sampel yang diambil adalah
sebanyak 10 s/d 15 % atau 20 s/d 25 %. Sedangkan apabila populasinya kurang
Resmawan 4114 07 092
37
dari 100 orang maka sampelnya adalah seluruh populasi. Adapun dalam penelitian
ini, penentuan sampel diambil sebanyak 10 % dari jumlah populasi.
Agar di peroleh sampel yang representatif, maka teknik sampling yang
digunakan adalah Propostional Random Sampling, yakni teknik yang dilakukan
untuk memperoleh sampel yang representatif, seimbang atau sebanding dengan
banyaknya subyek dalam masing-masing kelas populasi yang tersebar dalam 12
kelas. Banyaknya sampel yang diambil dapat ditentukan melalui perhitungan
sebagai berikut:
Sampel = Populasi x 10 %
Sampel = 331 x 10 %
Sampel = 33,1 %
≈ 33 Orang
Penetapan sampel secara keseluruhan dapat dihitung dengan mengambil
10 % dari tiap-tiap kelas. Secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Data Penyebaran Anggota Sampel Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA Universitas Negeri Gorontalo Tahun Pelajaran
2010-2011.
No Semester Kelas Populasi Sampel (10%*Populasi)1
III
A 30 32 B 30 33 C 32 34 D 31 35
V
A 20 26 B 28 37 C 29 38 D 27 39
VII
A 30 310 B 22 211 C 24 212 D 28 3
Jumlah 331 33
Resmawan 4114 07 092
38
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain
(Sugiyono, 2009: 60). Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang terdiri dari:
3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel Bebas (Independent Variable) adalah variabel yang
mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependent (terikat) yang disebut dengan variabel X (Sugiyono, 2009: 61). Yang
menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterampilan dosen dalam
mengelola kelas dengan memperhatikan indikator sebagai berikut:
a) Menunjukkan Sikap Tanggap
b) Membagi Perhatian
c) Memberikan Petunjuk-Petunjuk yang Jelas
d) Memberikan Teguran
e) Memberikan Penguatan
3.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas yang disebut dengan
variabel Y (Sugiyono, 2009: 61). Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian
ini adalah hasil belajar mahasiswa jurusan pendidikan matematika yang di ambil
secara dokumentasi dari tata usaha jurusan pendidikan matematika.
Resmawan 4114 07 092
39
3.4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan
pendekatan korelasional yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dua
buah variabel yaitu keterampilan dosen dalam mengelola kelas (Variabel X)
dengan hasil belajar mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika (Variabel Y).
3.4 Desain Penelitian
Adapun desain penelitian ini adalah regresi korelasi dengan analisis jalur
yang dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:
Gambar 2. Pola hubungan Variabel X dengan Variabel Y
Dimana
X = variabel bebas, yaitu keterampilan dosen dalam mengelola kelas Y = variabel terikat, yaitu hasil belajar mahasiswa
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dipakai ada dua
macam, yaitu:
3.5.1 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa
Jurusan Pendidikan Matematika.
Resmawan 4114 07 092
X Y
40
3.5.2 Metode angket
Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk memperoleh data tentang
keterampilan dosen dalam mengelola kelas.
Angket atau kuesioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan
cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis
pula oleh responden (Margono, 2009: 167). Angket yang digunakan berupa
angket tertutup dalam bentuk berstruktur dan berisi pertanyaan-pertanyaan
maupun pernyataan yang disusun berdasarkan dimensi dan indikator variabel
keterampilan mengajar dosen. Angket terdiri dari 33 nomor pernyataan, setiap
item pernyataan dilengkapi dengan 4 alternatif jawaban dalam bentuk skala
penilaian 4, 3 , 2, 1 sesuai dengan jenis pertanyaan dan indikator yang diukur.
Sebelum angket diedarkan pada anggota sampel, terlebih dahulu diuji
kesahihan dan keterandalan terhadap 30 orang responden di luar sampel.
Pengujian ini dilakukan sebagai pemenuhan syarat validitas dan reliabilitas.
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan bahwa tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang yang akan diukur. Reliabilitas adalah
pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi apakah instrumen yang digunakan
untuk menjaring data benar-benar meyakinkan sebagai instrumen pengumpul
data. Pengujian validitas angket lebih dititikberatkan pada uji kesejajaran skor
antar item dengan skor total dari item, dimana dalam penyusunannya tolak ukur
yang digunakan berasal dari indikator-indikator yang ada.
Perhitungan koefisien validitas dilakukan dengan menggunakan rumus
koefisien Korelasi Product Moment, yakni:
Resmawan 4114 07 092
41
r xy=n∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√[n∑ X 2−(∑ X )2 ] [n∑ Y 2−(∑Y )2 ](Arikunto, 2002: 243)
Dengan : rxy = Validitas tes n = Jumlah responden ∑X = Skor setiap item ∑Y = Skor total responden
Adapun kriteria pengujian validitas butir adalah apabila r butir lebih besar
dari r tabel, maka butir dinyatakan valid (diterima) dalam hal lain ditolak.
Sedangkan pengujian reliabilitas angket menggunakan rumus Alpha
Crombach, yakni
r11=| KK−1||1−∑ σb
2
σ12 |
(Arikunto, 2002: 171)
Dimana : r11 = Reabilitas instrumenk = Banyaknya butir instrumen
∑ σ
b2 = Jumlah varians butir instrumen
σ
12 = Varians total instrumen
Berikut ini akan diuraikan tahapan pengembangan Instrumen
Keterampilan Mengelola Kelas.
a. Definisi Konseptual
Pengelolaan kelas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara
kondisi lingkungan dalam kelas dengan tujuan untuk menjaga stabilitas kegiatan
belajar mengajar sehingga dapat tercipta suasana kondusif dalam proses
pembelajaran. Dengan demikian pengelolaan kelas sangat diperlukan dalam
Resmawan 4114 07 092
42
proses pembelajaran agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar
dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana
belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
Hamid Darmadi (2009: 6) menjelaskan bahwa secara garis besar, terdapat
2 komponen utama dalam hal pengelolaan kelas, yaitu:
3) Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan
dan pemeliharaan kondisi belajar, dan
4) Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian
kondisi belajar optimal.
b. Definisi Operasional
Keterampilan mengelola kelas adalah skor total yang diperoleh mahasiswa
dengan mengisi/menjawab setiap pernyataan dalam kuesioner/angket penelitian
dengan indikator; bersikap tanggap dengan beberapa aspek yang diukur
berdasarkan sub indikator (1) memandang secara seksama, (2) gerakan mendekati,
(3) memberi pernyataan, (4) memberi rekasi terhadap gangguan dan kekacauan;
membagi perhatian dengan sub indikator (1) perhatian secara visual, (2) perhatian
secara verbal; memberi petunjuk yang jelas dengan sub indikator, (1) petunjuk
kepada seluruh kelompok, (2) petunjuk kepada mahasiswa secara individu;
memberi teguran dengan sub indikator (1) menekan pada pola tingkah laku
positif, (2) menyarankan alternatif tingkah laku, (3) teguran yang keras
(4) menggunakan nama mahasiswa; dan memberi penguatan dengan sub indikator
Resmawan 4114 07 092
43
(1) penguatan dengan kata-kata (verbal), (2) penguatan berupa mimik dan gerakan
(3) penguatan dengan gerakan mendekati, dan kegiatan yang menyenangkan.
c. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Mengelola Kelas
Kisi-kisi instrumen keterampilan mengelola kelas disajikan pada Tabel 2
berikut:
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Mengelola Kelas
No Indikator Aspek yang diukur Jumlah ItemNomor Item
1. Bersikap tanggap
1. Memandang secara saksama
2. Gerakan mendekati3. Memberikan pernyataan4. Memberikan rekasi
terhadap gangguan dan kekacauan
91,3,5,7,9,14
,19,23,30
2. Membagi perhatian
5. Perhatian secara visual (Mengalihkan perhatian kepada kelompok atau individu tertentu)
6. Perhatian secara verbal (Memberi komentar singkat terhadap aktivitas individu yang diamati)
102,10,12,13,
16,17, 20,25,28,32
3. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
7. Memberikan petunjuk kepada seluruh kelompok
8. Memberikan petunjuk kepada mahasiswa secara individu
4 4,11,18,21
4. Memberi teguran
9. Menekan pada tingkah laku positif
10. Menyarankan alternatif tingkah laku
11. Teguran yang keras12. Menggunakan nama
mahasiswa
4 6,22,24,26
5. Memberi penguatan
13. Memberikan penguatan dengan kata-kata (verbal)
14. Penguatan berupa mimik dan gerakan
15. Penguatan dengan gerakan
6 8,15,27,29,31,33
Resmawan 4114 07 092
44
mendekati16. Kegiatan yang
menyenangkan
d. Hasil Uji Coba Lapangan1) Pengujian Validitas Butir
Uji coba instrumen keterampilan mengelola kelas dilaksanakan pada 30
orang responden pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas MIPA
Universitas Negeri Gorontalo tahun pelajaran 2010-2011 di luar sampel.
Instrumen ini berisi 33 butir soal dengan berbentuk pernyataan dilengkapi dengan
4 alternatif jawaban yaitu: a. Selalu b. Kadang-Kadang, c. Hampir Tidak Pernah
d. Tidak Pernah. Masing-masing jawaban diberi skor berturut-turut 4, 3, 2, 1
untuk pernyataan atau pertanyaan positif sedangkan untuk peryataan negatif diberi
skor 1, 2, 3, 4. Analisis butir skor ini menggunakan rumus Korelasi Product
Moment (Arikunto, 2002: 243) yaitu korelasi antara skor butir dengan skor total.
Kriteria pengujian validitas butir adalah apabila r butir lebih besar dari r tabel,
maka butir dinyatakan valid (diterima) dan dalam hal lain ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan bantuan program
Microsoft Exel For Windows 2007, dari 33 butir soal yang diujikan kepada 30
mahasiswa (responden) diperoleh 21 butir soal atau 63,64 % yang dinyatakan
valid dan 12 butir soal atau 36,36 % dinyatakan tidak valid (drop). Butir-butir
yang valid tersebut adalah butir 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 16, 18, 19, 21, 23,
24, 25, 26, 27, 28, dan 29 sedangkan butir-butir yang tidak valid adalah butir
nomor 1, 5, 11, 13, 15, 17, 20, 22, 30, 31, 32, dan 33. Hasil perhitungan disajikan
pada lampiran 3, poin A.
Resmawan 4114 07 092
45
2) Pengujian Reliabilitas Instrumen
Perhitungan reliabilitas instrumen keterampilan mengelola kelas, setelah
butir yang tidak valid dihilangkan menggunakan formula Alpha Cronbach dengan
bantuan program Microsof Exel For Windows 2007. Dari hasil perhitungan
diperoleh reliabilitas sebesar 0,82757. Hasil perhitungan disajikan pada lampiran
3, poin B.
. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat instrumen keterampilan
mengelola kelas memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Tingkat kepercayaan
instrumen keterampilan mengelola kelas ini dilihat dari klasifikasi besarnya
koefisien reliabilitas berdasarkan patokan menurut J.P Guilford sebagaimana yang
dikutip Sulistyowati (2009: 70) adalah sebagai berikut.
r < 0,20 : Tingkat reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r < 0,40 : Tingkat reliabilitas rendah
0,40 ≤ r < 0,70 : Tingkat reliabilitas sedang
0,70 ≤ r < 0,90 : Tingkat reliabitas tinggi
0,90 ≤ r ≤ 0,100 : Tingkat reliabilitas sangat tinggi
Dengan memperhatikan hasil pengujian validitas dan reliabilitas empirik,
maka 21 butir pernyataan tentang keterampilan mengelola kelas dinyatakan
memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian. Hasil perhitungan
disajikan pada lampiran 3, poin B.
Resmawan 4114 07 092
46
e. Kisi kisi Instrumen Keterampilan Mengelola Kelas (Setelah Butir yang Tidak Valid dihilangkan)
Kisi-kisi instrumen keterampilan mengelola kelas, setelah butir yang tidak
valid dihilangkan disajikan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Mengelola Kelas Setelah Butir yang Tidak Valid Dihilangkan
No Indikator Aspek yang diukurJumlah
ItemNomor Item
1. Bersikap tanggap
17. Memandang secara saksama18. Gerakan mendekati19. Memberikan pernyataan20. Memberikan rekasi terhadap
gangguan dan kekacauan
62, 5, 7, 10, 15,
13
2. Membagi perhatian
21. Perhatian secara visual (Mengalihkan perhatian kepada kelompok atau individu tertentu)
22. Perhatian secara verbal (Memberi komentar singkat terhadap aktivitas individu yang diamati)
68, 11, 17, 20, 21, 19
, 3. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
23. Memberikan petunjuk kepada seluruh kelompok
24. Memberikan petunjuk kepada mahasiswa secara individu
3 3, 12, 14
4. Memberi teguran
25. Menekan pada tingkah laku positif26. Menyarankan alternatif tingkah laku27. Teguran yang keras28. Menggunakan nama mahasiswa
3 4, 16, 18
5. Memberi penguatan
29. Memberikan penguatan dengan kata-kata (verbal)
30. Penguatan berupa mimik dan gerakan
31. Penguatan dengan gerakan mendekati
32. Kegiatan yang menyenangkan
3 1, 6, 9
3.6 Teknik Analisis Data
Resmawan 4114 07 092
47
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian,
yaitu analisis deskriptif dan analisis inferensial. Analisis deskriptif dilakukan
untuk menyajikan data setiap variabel dalam besaran-besaran statistik seperti rata-
rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (modus), simpangan baku
(standar deviasi), dan menvisualisasikannya ke dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan histogram, sedangkan analisis inferensial digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
3.6.1 Uji Normalitas Data
Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan
pengujian normalitas. Uji normalitas dalam penelitian ini adalah uji normalitas
galat regresi Y atas X dengan menggunakan uji Liliefors (L0) (Sudjana, 2002:
467). Uji normalitas galat regresi dimaksudkan untuk melihat apakah data hasil
pengukuran berdistribusi normal atau tidak sehingga analisis selanjutnya dapat
dilakukan. Hipotesis statistik yang diuji dinyatakan sebagai berikut.
H0 : Populasi galat taksiran berdistribusi normalH1 : Populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima jikaL0 ≤ Ltabel dan H0 ditolak jika
L0>Ltabel pada taraf nyata α yang dipilih. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
1. Menentukan Persamaan Regresi Y atas X.
Resmawan 4114 07 092
48
Model regresi linear untuk variabel tak bebas Y dengan variabel bebas X
adalah, Ŷ=a+bX , dimana harga a dan b dapat dicari dengan menggunakan
rumus berikut.
a=(∑Y ) (∑ X2 )− (∑ X )(∑ XY )
n∑ X2−(∑Y )2
b=n∑ XY−(∑ X ) (∑ Y )
n∑ X2−(∑ Y )2
Dimana:
a = Konstantab = Koefisien korelasi arah regresi∑ X = Jumlah nilai keterampilan dosen dalam mengelola kelas
∑Y = Jumlah nilai hasil belajar mahasiswa
∑ X2 = Jumlah kuadrat nilai keterampilan dosen mengelola kelas
∑ XY = Hasil kali antara nilai keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa
2. Melaksanakan perhitungan normalitas galat regresi Y atas X dengan menggunakan uji Liliefors dengan tahapan sebagai berikut:
(1) Pengamatan X1, X2, …., Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, …., Zn dengan
menggunakan rumus Zi=X i−¿S¿
Dimana :
X = Rata-rata sampel yang diperoleh dengan rumus:
¿∑ X i
n¿¿
S = Standar deviasi yang diperoleh dengan rumuss=¿
s=√ ni (∑ X i2)−(∑ X i )
2
n❑ (n❑−1 )
Resmawan 4114 07 092
49
(2) Untuk bilangan baku menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F ( Z i )=P ( Z ≤ Z i )
(3) Menghitung proporsi Z1, Z2, …., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:
S ( Zi )=Banyaknya , Z1 , Z2 ,… ,Zn yang≤ Z i
n
(4) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) kemudian menentukan harga mutlaknya.
(5) Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih
tersebut. Harga tersebut dinamakan L0. Jika L0 ≤ Ldaftar maka galat regresi
berdistribusi normal, dan sebaliknya, jika L0¿ Ldaftar maka galat regresi
tidak berdistribusi normal.
3.6.2 Analisis Regresi dan Korelasi Sederhana
Bila hasil pengujian telah menyimpulkan bahwa data yang diperoleh
berdistribusi normal, dilanjutkan dengan analisis yang menggunakan analisis
regresi dan korelasi sederhana, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencari Persamaan Regresi
Untuk keperluan ini dipergunakan suatu persamaan umum sebagai berikut:
Ŷ=a+bX (Sudjana, 2002: 315)
Untuk menghitung harga a dan b dipergunakan rumus:
a=(∑Y ) (∑ X2 )− (∑ X )(∑ XY )
n∑ X2−(∑Y )2
b=n∑ XY−(∑ X ) (∑ Y )
n∑ X2−(∑ Y )2
Resmawan 4114 07 092
50
Dengan:
a = Konstantab = Koefisien korelasi arah regresi∑ X = Jumlah nilai keterampilan dosen dalam mengelola kelas
∑Y = Jumlah nilai hasil belajar mahasiswa
∑ X2 = Jumlah kuadrat nilai keterampilan dosen mengelola kelas
∑ XY = Hasil kali antara nilai keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa
2. Menguji Signifikansi Regresi (Menguji Keberartian Koefisien Arah Regresi)
Untuk menguji keberartian arah regresi Ŷ=a+bX , menggunakan uji
Fisher dengan rumus sebagai berikut.
Fhitung=JK (reg )JK (s )(n−2 )
Dimana:
JK(reg) = b∑ XY=b(∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
n )JK(S) = JK(T) – JK(a) – JK(reg)
Keterangan:JK(reg) = JK(b|a) = Jumlah Kuadrat Regresi b|aJK(S) = Jumlah Kuadrat SisaJK(T) =∑Y 2 = Jumlah Kuadrat Total
JK(a) = ∑ Y 2
n = Jumlah Kuadrat Regresi a
Hipotesis yang diuji:
H0 : Model regresi tidak signifikan/berarti.H1 : Model regresi signifikan/berarti.
Kriteria pengujian:
JikaFhitung≥ Ftabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan
(dk) pembilang 1 dan dk penyebut = n - 2 maka regresi signifikan, dalam hal lain
tidak signifikan.
Resmawan 4114 07 092
51
3. Menguji Linearitas Persamaan Regresi (Kelinearan Regresi)
Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara variabel X dan
variabel Y apakah benar-benar liniear maupun berarti.Hubungan antara kedua
variabel tersebut dinyatakan oleh persamaan regresi dengan batas-batas kelinearan
dan keberartian sebagaimana terdapat pada penjelasan-penjelasan rumus di bawah
ini.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji Fisher dengan rumus:
Fhitung (TC )=RJK (TC )RJK (G )
Dimana:
RJK(TC) = JK (TC )dk (TC )
; RJK(G) = JK (G )dk (G )
JK(G) = ∑x
❑ {∑Y i−(∑ Y i )
2
ni}
JK(TC) = JK(S) – JK(G), dk(TC) = k - 2 dan dk(G) = n – k
Keterangan:RJK(TC) = Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna CocokRJK(G) = Rata-rata Jumlah Kuadrat Galatk = Banyaknya Kelompok Data Menurut Y
Hipotesis yang diuji:
H0 = Model Regresi Berbentuk LinearH1 = Model Regresi Tidak Berbentuk Linear
Kriteria Pengujian:
Jika Fhitung≥ Ftabel maka H0 diterima, dalam hal lain H0 ditolak pada taraf
signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) pembilang = k - 2 dan dk
penyebut = n - k.
Resmawan 4114 07 092
52
4. Menghitung Koefisien Korelasi
Untuk menentukan apakah ada hubungan antara tingkat sosial ekonomi
orang tua dengan hasil belajar mahasiswa siswa digunakan rumus Pearson
Product Moment sebagai berikut.
r xy=n∑ XY−(∑ X ) (∑Y )
√[n∑ X 2−(∑ X )2 ] [n∑ Y 2−(∑Y )2 ]Keterangan:
r xy = Koefisien Korelasi antara Skor keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan Hasil Belajar Mahasiswa
X = Nilai Tabel tingkat keterampilan dosen dalam mengelola kelasY = Nilai Tabel Hasil Belajar Mahasiswan = Jumlah Sampel
Nilai r adalah: | r | ¿ 1 atau -1 ¿ r ¿ 1, yang bermakna:
r = 0 : Tidak ada hubungan/pengaruh antara variabel X dengan Yr = 1 : Hubungan/pengaruh positif sempurna antara variabel X dan Yr = -1 : Hubungan/pengaruh negatif sempurna antara variabel X dengan Y
Untuk memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang diperoleh
besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan seperti pada Tabel 4
berikut:
Tabel 4. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi.
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangan rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
Resmawan 4114 07 092
53
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1, 00 Sangat kuat
(Sugiyono, 2005: 216).
5. Menghitung Koefisien Determinasi
Menghitung koefisien determinasi (r2
atau R2
) dimaksudkan untuk
melihat tingkat keeratan hubungan antara variabel keterampilan dosen dalam
mengelola kelas (X) dengan hasil belajar mahasiswa (Y). Rumus yang digunakan
adalah:
Koefisien Determinasi = r2¿ 100%
6. Menguji Signifikansi Koefisien Korelasi (Menguji Keberartian Hubungan)
Langkah-langkah yang digunakan untuk menguji keberartian koefisien
korelasi adalah sebagai berikut.
1. Menentukan Pasangan Hipotesis Yang Diuji
Ho : Koefisien Korelasi tidak Signifikan/Berarti
H1 : Koefisien Korelasi Signifikan/Berarti.
2. Uji t
t=r √ n−21−r2
(Sugiyono, 2005: 234)
Dimana : t = Nilai Hitung Statistik r = Nilai Koefisien Korelasi antara keterampilan dosen dalam
mengelola kelas dengan Hasil Belajar Mahasiswan = Banyaknya sampel.
Resmawan 4114 07 092
54
3. Kriteria pengujian
Tolak H 0 jika t hitung≥t tabel dan pada keadaan lain H 0 diterima, pada taraf
signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = n – 2
3.7 Hipotesis Statistik
Hipotesis penelitian ini dinyatakan dalam bentuk hipotesis statistik sebagai
berikut.
Ho : ρ = 0
H1 : ρ ≠ 0
Keterangan:
Ho : Hipotesis nol
H1 : Hipotesis alternatifρ : Koefisien Korelasi Populasi antara keterampilan dosen dalam
mengelola kelas dengan Hasil Belajar Mahasiswa.= : Tidak Ada Hubungan antara keterampilan dosen dalam mengelola
kelas dengan Hasil Belajar Mahasiswa. ≠ : Ada Hubungan antara keterampilan dosen dalam mengelola kelas
dengan Hasil Belajar Mahasiswa. Jika ρ > 0, maka terdapat
Hubungan Positif antara keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan Hasil Belajar Mahasiswa dan jika ρ < 0, maka terdapat Hubungan Negatif antara keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan Hasil Belajar Mahasiswa.
Resmawan 4114 07 092
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan berturut-turut (1) hasil penelitian yang
meliputi (a) hasil pengujian analisis deskriptif data penelitian untuk memperoleh
gambaran tentang karakteristik skor dari subjek penelitian dari setiap variabel
yang telah diteliti, (b) hasil pengujian persyaratan analisis, (c) hasil pengujian
hipotesis penelitian, (2) pembahasan, dan (3) keterbatasan penelitian.
4.1 Hasil Penelitian4.1.1 Hasil Pengujian Analisis Deskriptif Data Penelitian
Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini terdiri dari: keterampilan
dosen dalam mengelola kelas (X) dan hasil belajar mahasiswa jurusan pendidikan
matematika (Y). Skor masing-masing data ini dideskripsikan dalam bentuk rata-
rata atau mean (M), modus (Mo), median (Me), standar deviasi (SD), distribusi
frekuensi, dan histogram. Rekapitulasi data hasil penelitian disajikan pada tabel 5
dan hasil perhitungan disajikan pada lampiran 9.
Resmawan 4114 07 092
56
Tabel 5. Rekapitulasi Skor Data Hasil Penelitian
VariabelData
Skor Min
Skor Max
Range Mean Modus Median SD
X 45,70 69,20 23 58,17 59,1 58,61 137,39
Y 2,40 4,00 1,6 3,07 3,00 3,00 4,81
Keterangan:X= Keterampilan Dosen dalam Mengelola KelasY= Hasil Belajar Mahaiswa Jurusan Pendidikan Matematika
Uraian deskripsi data hasil penelitian secara lengkap disajikan sebagai
berikut.
a. Data Keterampilan Dosen dalam Mengelola Kelas
Data keterampilan dosen dalam mengelola kelas dijaring melalui kuesioner
yang tersebar ke dalam 21 butir pernyataan. Secara teoretik skor minimum yang
dicapai adalah 21 dan skor maksimum adalah 84. Berdasarkan rentangan skor
maksimum dan minimum doperoleh rerata teoretik adalah 52,5.
Berdasarkan hasil kuesioner kecemasan belajar yang dijaring dari 33 orang
mahasiswa diperoleh skor maksimum 69,20, skor minimum 45,70, rerata (M)
sebesar 58,17; modus (Mo) sebesar 59,1; median (Me) sebesar 58,61; dan standar
deviasi (SD) sebesar 137,39. Dari skor maksimum dan minimum tersebut,
diperoleh rentangan skor 23, panjang kelas interval 4 dan banyaknya kelas
interval 6. (hasil perhitungan disajikan pada lampiran 9). Sebaran data-data
tersebut disajikan dalam Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keterampilan Dosen dalam Mengelola Kelas
No.
Kelas Interval
XiFrekuensi Absolut
Presentase Relatif (%)
Resmawan 4114 07 092
57
1.
2.
3.
4.
5.
6.
46 - 49
50 - 53
54 - 57
58 - 61
62 - 65
66 – 69
47,5
51,5
55,5
59,5
63,5
67,5
4
3
7
9
6
4
12,12
9,09
21,21
27,27
18,18
12,12
Jumlah 33 100
Berdasarkan Tabel 6 nampak bahwa ada 9 orang mahasiswa atau 27,27%
yang memberikan penilaian terhadap keterampilan dosen dalam mengelola kelas
dengan skor sekitar rata-rata, ada 10 orang mahasiswa atau 30,30% memberikan
penilaian dengan skor di atas rata-rata, dan 14 orang mahasiswa atau 42,42%
memberikan penilaian dengan skor di bawah rata-rata. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar mahasiswa memberikan penilaian bahwa keterampilan
dosen dalam mengelola kelas masih dibawa rata-rata.
Lebih jelasnya sebaran data berdasarkan distribusi frekuensi pada Tabel 6
di atas disajikan dalam bentuk histogram seperti tampak pada gambar 3 berikut:
Resmawan 4114 07 092
58
47.5 51.5 55.5 59.5 63.5 67.50
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4
3
7
9
6
4
Interval Keterampilan Mengelola Kelas (X)
Gambar 3. Histogram Frekuensi Keterampilan Mengelola Kelas
b. Data Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
Data hasil belajar mahasiswa jurusan pendidikan matematika diambil dari
nilai akhir semester berdasarkan Kartu Hasil Studi yang sesuai dengan arsip nilai
mahasiswa di jurusan Pendidikan Matematika. Secara teoritik skor minimum yang
dicapai adalah 0 dan skor maksimum adalah 4,00. Berdasarkan rentangan skor 0
sampai 4,00, diperoleh rerata teoritik sebesar 2,00.
Berdasarkan data dari 33 orang mahasiswa jurusan pendidikan
matematika, diperoleh skor minimum 2,40; skor maksimum 4,00; rerata (M)
sebesar 3,07; modul (Mo) sebesar 3,00; median (Me) sebesar 3,00; dan standar
deviasi (SD) sebesar 4,81 (Perhitungan disajikan pada lampiran 9). Berdasarkan
data hasil belajar mahasiswa tersebut, setelah diurutkan mulai dari data terkecil
hingga data terbesar dapat disajikan dalam table 7 berikut:
Resmawan 4114 07 092
59
Tabel 7. Tabel Frekuensi Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika
No Xi Frekuensi Absolut Persentase Relatif (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
2,40
2,50
2,60
2,80
2,90
3,00
3,10
3,20
3,40
3,50
3,70
3,80
4,00
3
1
3
4
2
7
1
3
2
2
1
2
2
9,09
3,03
9,09
12,12
6,06
21,21
3,03
9,09
6,06
6,06
3,03
6,06
6,06
Jumlah 33 100
Berdasarkan Tabel 7 nampak bahwa ada 7 orang mahasiswa atau 21,21%
memperoleh skor hasil belajar sekitar rata-rata, ada 13 orang mahasiswa atau
39,39% memperoleh skor di atas rata-rata, dan 13 orang mahasiswa atau 39,39%
memperoleh skor di bawah rata-rata.
Lebih jelasnya sebaran data berdasarkan distribusi frekuensi pada tabel 6
di atas disajikan dalam bentuk histogram seperti tampak pada gambar 4.2. berikut:
Resmawan 4114 07 092
60
2.4 2.5 2.6 2.8 2.9 3 3.1 3.2 3.4 3.5 3.7 3.8 40
1
2
3
4
5
6
7
8
Hasil Belajar Mahasiswa (Y)
Gambar 4. Histogram Hasil Belajar Mahasiswa
4.1.2 Hasil Pengujian Persyaratan Analisis Data
Pengujian persyaratan analisis data yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah pengujian normalitas galat regresi Hasil Belajar Mahasiswa (Y) atas
Keterampilan Dosen dalam Mengelola Kelas (X). Pengujian normalitas data
menggunakan uji galat taksiran (Y-Y ) dengan menggunakan uji Lilliefors (l0)
Hipotesis statistik yang diuji dinyatakan sebagai berikut:
H0 : Populasi galat taksiran berdistribusi normalH1 : Populasi galat taksiran tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujiannya adalah terima H0 jika L0≤ Ltabel dan tolak H0 jika
L0> Ltabel pada taraf nyata α yang dipilih. Dalam penelitian ini dipilih α = 0,05,
sehingga untuk n = 33 maka nilai Ltabel =
0,886
√33 = 0,1542.
Resmawan 4114 07 092
61
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan program Excel For
Windows 2007 diperoleh L0 = 0,0569 (Hasil perhitungan disajikan pada lampiran
10). Karena nilai L0 = 0,0569 < Ltabel = 0,1542 maka di simpulkan bahwa galat
regresi Y atas X berdistribusi normal. Dalam hal ini data berasal dari populasi
berdistribusi normal, yang berarti persyaratan normalitas data untuk regresi linear
sederhana Y atas X dipenuhi.
Rangkuman hasil pengujian normalitas galat regresi Y atas X di sajikan
pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Galat Regresi Hasil Belajar Mahasiswa (Y) atas Keterampilan Dosen dalam Mengelola Kelas (X)
Galat Taksiran L0
LtKesimpulan
α = 0,05
(Y - Y ) 0,0569 0,1542 Normal
4.1.3. Hasil Pengujian Hipotesis
Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa persyaratan analisis
korelasi dan regresi sederhana yakni pengujian normalitas data penelitian telah
dipenuhi. Dengan demikian, data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini
layak menggunakan Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana. Hipotesis yang
akan diuji adalah: ” Terdapat hubungan positif antara keterampilan dosen dalam
mengelola kelas (X) dengan Hasil Belajar Mahasiswa (Y), yaitu semakin tinggi
Resmawan 4114 07 092
62
tingkat keterampilan dosen dalam mengelola kelas, akan semakin tinggi pula hasil
belajar yang dicapai oleh mahasiswa”.
Dari hasil perhitungan analisis korelasi dan regresi sederhana data variabel
keterampilan mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa menghasilkan arah
regresi b sebesar 0,05 dan konstanta a sebesar 309,07. Dengan demikian bentuk
hubungan dari kedua variabel tersebut digambarkan oleh persamaan regresi
Y= 309,07 + 0,05X
Sebelum digunakan untuk menarik kesimpulan penelitian, persamaan
regresi ini harus memenuhi syarat linearitas dan signifikansi regresi. Untuk
mengetahui kelinearan dan derajat signifikansi (keberartian regresi) digunakan uji
F. Dengan menggunakan bantuan program program Excel For Windows 2007
diperoleh nilai F seperti tampak pada Tabel 9. (Perhitungan disajikan pada
lampiran 11, poin 2 dan 3).
Tabel 9. ANAVA Untuk Uji Signifikansi dan Linearitas Dari Hasil Belajar Matematika atas Keterampilan dosen dalam mengelola kelas
Sumber varians
dk JK RJK FhitungFtabel
α = 0,05
Total 33 317,51 - -
Resmawan 4114 07 092
63
Regresi (a)
Regresi (b|
a)
Sisa
1
1
31
310,96
2,56325
3,98675
310,96
2,56325
-
19,93* 4,16
Tuna cocok
Galat
28
3
3,90675
0,08
0,1395
0,02675,2247ns 8,62
Keterangan:
dk : Derajat kebebasanJK : Jumlah KuadratRJK : Rata-rata Jumlah Kuadratns : Regresi Berbentuk linear* : Sangat signifikan
Dari tabel ANAVA di atas untuk uji signifikansi persamaan regresi
diperoleh Fh itung = 19,93 untuk taraf nyata α = 0,05 dengan dk pembilang = 1 dan
dk penyebut = 31 diperoleh F (0,95 )(1,31 ) = 4,16. Dengan kriteria pengujian jika
Fh itung≥ Ftabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk)
pembilang 1 dan dk penyebut = n-2 maka regresi signifikan, dalam hal lain tidak
signifikan. Karena Fh itung= 19,93 > F tabel = 4,16, berarti persamaan regresi Y =
309,07 + 0,05X signifikan (berarti).
Kemudian untuk pengujian linearitas persamaan regresi diperoleh Fh itung
= 5,2247 untuk taraf nyata α = 0,05 dk pembilang = 28 dan dk penyebut = 3
diperoleh F (0,95 )(28,3) = 8,62. Dengan kriteria pengujian Jika Fhitung≤F tabel maka
model regresi berbentuk linear, dalam hal lain jika Fhitung>F tabel , maka model
regresi tidak berbentuk linear pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan derajat
Resmawan 4114 07 092
64
kebebasan (dk) pembilang = k - 2 dan dk penyebut = n - k. Karena Fh itung = 5,2247
< F tabel = 8,62, berarti persamaan regresi Y=309,07+0,05 X berbentuk linear.
Persamaan ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan satu unit skor keterampilan
mengelola kelas, maka skor hasil belajar mahasiswa akan meningkat sebesar 0,05
unit pada konstanta 309,07.
Untuk uji korelasi sederhana skor keterampilan dosen dalam mengelola
kelas (X) dengan skor hasil belajar mahasiswa (Y) diperoleh nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,604491. Koefisien korelasi sederhana ini ternyata berarti
(signifikan) setelah dilakukan pengujian keberartian koefisien korelasi dengan
menggunakan uji-t pada α = 0,05. Ini berarti bahwa koefisien korelasi
keterampilan dosen dalam mengelola kelas (X) dengan hasil belajar mahasiswa
(Y) adalah signifikan (análisis uji signifikansi koefisien korelasi disajikan pada
lampiran 11, poin 4 dan 6) . Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa
terdapat hubungan positif antara keterampilan dosen dalam mengelola kelas (X)
dengan Hasil Belajar Mahasiswa (Y) teruji kebenarannya, yaitu semakin tinggi
tingkat keterampilan dosen dalam mengelola kelas, akan semakin tinggi pula hasil
belajar yang diperoleh mahasiswa.
Pengaruh positif antara keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan
hasil belajar mahasiswa didukung oleh koefisien determinasi (r2) sebesar
0,365409. Hal ini berarti bahwa 36,54 % variasi yang terjadi pada hasil belajar
mahasiswa dijelaskan oleh variasi keterampilan dosen dalam mengelola kelas (X)
melalui persamaan regresi Y=309,07+0,05 X .
Resmawan 4114 07 092
65
Rangkuman hasil pengujian signifikansi koefisien korelasi antara
keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa dan
kontribusinya disajikan pada tabel 10, serta perhitungannya disajikan pada
lampiran 11, poin 4, 5 dan 6).
Tabel 10. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Signifikansi Koefisien Korelasi antara Keterampilan Dosen dalam Mengelola Kelas (X) dengan Hasil Belajar
Mahasiswa (Y)
n dk r xy r2 Kontribusi(%)
t hit
t tabel
α = 0,05
33 31 0,604491 0,365409 56,15 4,224972 * 2,0395
Keterangan:
n = Jumlah Respondenr xy = Koefisien Korelasi antara Keterampilan dosen dalam mengelola kelas
dengan Hasil belajar mahasiswar2 = Koefisien Determinasi antara Keterampilan dosen dalam mengelola kelas
dengan Hasil belajar mahasiswa * = Koesifien Korelasi Signifikan (t h¿¿ = 4,224972 > t tab = 2,0395 pada
taraf nyata α = 0,05)
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya serta mengacu
pada rumusan hipotesis yang berbunyi terdapat hubungan positif antara
keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa
jurusan pendidikan matematika, maka diperlukan uji statistik yang akan
digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti.
Resmawan 4114 07 092
66
Dari hasil uji statistik diperoleh persamaan regresi antara keterampilan
dosen dalam mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa adalah
Y=309,07+0,05 X . Model regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu
skor keterampilan dosen dalam mengelola kelas akan diikuti oleh kenaikan skor
hasil belajar mahasiswa sebesar 0,05 unit pada konstanta 309,07. Dengan kata lain
makin tinggi tingkat keterampilan dosen dalam mengelola kelas, makin tinggi
pula hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa.
Hubungan antara kedua variabel juga diperkuat dengan nilai koefisien
korelasi antara antara kedua variabel (r xy) sebesar 0,604491. Hasil perhitungan
koefisien korelasi sebesar 0,604491 ini mengindikasikan bahwa hubungan antara
keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan hasil belajar mahasiswa adalah
hubungan positif dan kuat. Kuatnya hubungan kecemasan belajar dengan hasil
belajar mahasiswa, ditunjukkan pula oleh harga koefisien determinasi (r2 ) sebesar
0,365409 dengan kontribusi 36,54%. Hal ini memberikan gambaran bahwa ada
sebesar 36,54 % variasi hasil belajar mahasiswa dapat dijelaskan oleh
keterampilan dosen dalam mengelola kelas, sedangkan 63,46 % ditentukan oleh
faktor lain, misalnya faktor eksternal seperti sarana dan prasarana belajar,
lingkungan keluarga, serta kondisi sosial ekonomi maupun faktor-faktor internal
dari mahasiswa seperti motivasi belajar, perhatian, minat, intelegensi dan
sebagainya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Slameto (2003: 54) yang menyatakan
bahwa secara umum faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern dan
faktor ekstern. Sementara itu Ahmadi (2007: 260) mengemukakan bahwa faktor
intern meliputi faktor biologis seperti kesehatan dan cacat fisik, dan faktor
Resmawan 4114 07 092
67
psikologis seperti integensi, minat, bakat, dan motivasi. Adapun faktor ekstern
meliputi orang tua, suasana rumah, keadaan sosial ekonomi, serta lingkungan.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Hal yang tidak dapat dihindari oleh seorang peneliti sebagai makhluk yang
jauh dari kesempurnaan adalah adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian
baik itu keterbatasan dari dalam diri peneliti sendiri maupun yang berasal dari luar
yang juga turut berpengaruh dalam pengambilan data. Walaupun dalam penelitian
ini, peneliti telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi peneliti menyadari bahwa
dalam skripsi ini masih terdapat beberapa keterbatasan, khususnya pada instrumen
penelitian. Keterbatasan ini bukan hal yang disengajakan tetapi semata-mata
karena kemampuan peneliti dan pengaruh pihak-pihak lain yang secara langsung
maupun tidak langsung terlibat ataupun dilibatkan dalam penelitian ini.
Keterbatasan tersebut antara lain:
1. Keterbatasan instrumen penelitian, disadari peneliti karena terbatasnya
sumber yang berhasil diperoleh peneliti dalam penyusunan teori.
Keterbatasan teori secara langsung menyebabkan keterbatasan instrumen,
terutama dalam hal indikator-indikator dari keterampilan mengelola kelas.
Artinya, bila diperoleh sumber-sumber rujukan teori yang lebih banyak, akan
lebih dapat mengungkap variabel-variabel penelitian dengan baik.
2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini hanya divalidasi oleh 2 orang
pakar disertai dengan arahan pembimbing, artinya bahwa semakin banyak
Resmawan 4114 07 092
68
pakar yang dilibatkan dalam validasi instrumen, akan turut berpengaruh
terhadap tingkat kualitas instrumen yang digunakan dalam penelitian.
3. Data keterampilan mengelola kelas diperoleh melalui kuesioner/ angket
penelitian. Instrumen ini bukan merupakan satu-satunya instrumen yang
mampu mengungkap keseluruhan aspek yang diteliti meskipun telah diuji
melalui uji coba lapangan dan menghasilkan tingkat reliabilitas yang tinggi.
Salah satu hal yang tidak dapat dikontrol peneliti adalah kemauan mahasiswa
sebagai responden untuk mengungkap keadaan sebenarnya yang ditemukan
dilapangan terkait dengan keterampilan dosen dalam mengelola kelas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Resmawan 4114 07 092
69
Dari hasil pengujian hipotesis penelitian, dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
5.1.1 Dalam perhitungan dan hasil analisis terdapat hubungan positif dan
signifikan antara keterampilan dosen dalam mengelola kelas dengan hasil
belajar mahasiswa jurusan pendidikan matematika.
5.1.2 Koefisien determinasi sebesar 0,365409 atau 36,54%, menggambarkan
bahwa kontribusi yang diberikan oleh variabel keterampilan dosen dalam
mengelola kelas (X) terhadap hasil belajar mahasiswa (Y) adalah sebesar
36,54%
5.1.3 Dari hasil analisis dipeeroleh bahwa adanya hubungan yang positif dan
berarti (signifikan) antara partisipasi siswa terhadap hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Matematika.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai berikut.
5.2.1 Sebagai tenaga pengajar yang profesional, hendaknya dosen tidak serta
merta beranggapan bahwa dalam proses pembelajaran dikelas mahasiswa
harus senantiasa berpartisipasi secara aktif, sementara dosen hanya
memberikan apa yang muncul dari partisipasi mahasiswa karena pada
dasarnya mahasiswa membutuhkan sesuatu yang lebih dari dosen serta
suasana yang menyenangkan dan kondusif selama pelaksanaan kegiatan
belajar. Oleh karena itu dosen hendaknya lebih memperhatikan bagaimana
Resmawan 4114 07 092
70
kondisi kelas pada saat pembelajaran berlangsung karena hal ini akan turut
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa.
5.2.2 Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh peneliti baik pada hasil
penelitian maupun pada pengkajian teori, maka variabel keterampilan
mengelola kelas masih membutuhkan beberapa pengkajian dan penelitian
lebih khusus dan lebih mengarah pada individu yang diteliti. Hendaknya
peneliti lain bisa mengadakan penelitian secara langsung pada dosen
terkait dengan keterampilan mengelola kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Darmadi, Hamid. 2009. Kemampuan Dasar Mengajar. Bandung: Alfabeta
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Resmawan 4114 07 092
71
Harjati, Purwiro. 2008. Keterampilan Dasar Mengajar. Internet: http://www.purjatifis.blogspot.com/. Akses: 26 Oktober 2010
Indra Munawar. 2009. Hasil Belajar (Pengertian dan Defenisi). Internet: http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan definisi.html. Akses : 4 Oktober 2010
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Mursell, J.& Nasution, S. 2008. Mengajar dengan Sukses.Jakarta: PT. Bumi Aksara
Salam, Burhanuddin. 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika (Edisi VI). Bandung: Tarsito
....................... 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta
……….... 2009.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV Alfabeta
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sulistyowati. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap Kemampuan Koneksi Matematika Ditinjau dari Keterampilan Berpikir Kritis, Tesis. Gorontalo: PPs Universitas Negeri Gorontalo.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tirtarahardja, Umar. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Uno, Hamzah B. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Wadji, Farid & Usman, Uzer. 2009. Delapan Kompetensi Dasar Mengajar. Internet:http://edukasi.kompasiana.com/2009/10/19/delapan-kompetensi-dasar-mengajar/ akses: 23 Oktober 2010.
Resmawan 4114 07 092
72
Winataputra, Udin. 2008. Keterampilan Dasar Mengajar. internet: http://massofa.wordpress.com/2008/01/25/ketrampilan-dasar-mengajar/ akses: 23 Okt0ber 2010
Zamroni. 2000. Paradigma Pendidikan Masa Depan. Yogyakarta: Bigraf Publishing.
Resmawan 4114 07 092