ANALISIS ISI PESAN DAKWAH DALAM ESQ (EMOTIONAL, SPIRITUAL, QUOTIENT) BASIC TRAINING
LEADERSHIP CENTER 165
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
ABDULLAH SUNTANINIM : 107051002149
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA1435 H. / 2014 M.
i
ABSTRAK
Abdullah SuntaniNIM: 107051002149
Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165, dibawah bimbingan Drs. Jumroni, M.Si
Training ESQ Leadership Center 165 didirikan oleh Ary Ginanjar Agustian, merupakan lembaga training yang memiliki metode baru tentang konsep kecerdasan emosi dan spiritual yang dikaitkan dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ikhsan. Kemudian disebut dengan ESQ Model 165 yang diaplikasikan dalam bentuk training. Walau dinamakan training Sumber Daya Manusia (SDM), namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadis.
Masalah penelitian ini yaitu analisis isi pesan dakwah dalam training ESQ dan menghususkan penelitian pada materi basic training, dengan dua pertanyaan yakni, apa saja pesan dakwah yang terkandung dalan training ESQ 165? Dan apa pesan dakwah yang paling dominan dalam training tersebut?
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian Analisis Isi (Content Analysis) melalui pendekatan kuantitatif, menurut Barelson, Analisis isi adalah suatu teknik penelitian yang objektif, sistematis dan menggambarkan secara kuantitatif isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dalam teknik analisis data disebut kategorisasi pesan dakwah yang terdapat pada materi training, kemudian membuat lembar koding yang diisi juri berjumlah tiga orang yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya hasil tim juri dijadikan sebagai koefisien reabilitas dan terakhir melakukan penghitungan persentase mengenai pesan dakwah yang dominan.
Isi pesan dakwah dalam training ESQ 165 yaitu pesan-pesan dakwah yang disampaikan mengandung tiga kategori yakni, akhlak, aqidah, syariah. Adapun pesan yang paling dominan adalah pesan syariah berjumlah 0,345%. Ke dua pesan Aqidah berjumlah 0,342%. Ke tiga pesan akhlak dengan hasil 0,312%.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan
kehadirat Allah SWT. Dengan kuasa dan rahmatNya memberikan ilmu dan ilham
kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga
senantiasa tercurahkan kepada Rasul pilihan Allah yaitu Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga, para sahabat, pengikut beliau dan seluruh umat manusia yang
setia kepadanya hingga akhir zaman.
Dalam penyusunan skripsi ini, banyak hambatan yang telah peneliti temui.
Namun karena kasih sayang Allah SWT, kemuliaan Nabi-Nya, keiklasan hati dan
kerja keras penulis, serta doa, motivasi maupun bantuan dari berbagai pihak, maka
kesulitan dan hambatan yang peneliti temui dapat dilalui dengan baik. Demikian
pula peneliti menyadari bahwa, skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, maka melalui tulisan
ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada:
1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Wahidin Saputra, MA,
selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si, selaku
Pembantu Dekan Bidang Administrasi dan merangkap sebagai pembimbing,
Drs. Study Rizal LK, MA, selaku pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Rahmat Baihaki, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam (KPI) dan Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA, Sekretaris Jurusan KPI.
iii
3. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas
ilmu pengetahuan yang telah diberikan, semoga penulis senantiasa dapat
memanfaatkan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
4. Terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Suntani dan Ibunda Siti
Hatimah yang telah memberikan banyak hal yang berarti dalam kehidupan
penulis. Cinta, kasih, sayang, doa dan dukungan baik moril maupun materil
yang semuan itu tak akan tergantikan dengan apapun.
5. Kakang Teteh; kang Imin (Muslimin), kang Nur (Nuryadi) teh Idah
(Almaidah) dan kedua keponakanku (Sri Ayu Hartati dan Raisa Adilatun
Najwa) yang telah memberikan kasih sayang, do’a, dukungan moril dan
materil yang berlimpah. Sehingga peneliti senantiasa termotivasi dan tidak
kenal menyerah dalam mencapai cita-cita.
6. Terhusus untuk Uwa/Ende (Almarhum Ende Suheruddin dan Ende Houjah)
yang selalu turut memotivasi dan memperhatikan perkembangan penulis sejak
memasuki pondok pesantren hingga perguruan tinggi. Semoga Allah
mengampuni segala dosa-dosanya dan mendapat tempat terbaik di sisi Allah.
Amin
7. KH. Hikmatullah A,Syam’un, M.Si pimpinan pondok pesantren Al-khairiyah
Citangkil yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan kesempatan bagi
penulis untuk mengukir dan mengamalkan ilmu.
8. Kang Abi (Dr. Ahmad Tholabi Khaerli, MA) yang telah memberikan
dukungan moral dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
iv
9. Para dewan juri materi ESQ Basic Training yang dengan sukarela meluangkan
waktunya untuk memberikan pengetahuan, bimbingan, informasi dan data-
data dalam pelaksanaan skripsi ini.
10. Special Thanks for Sahabat-sahabat Himpunan Alumni (HIMAL) Al-
khairiyah, kakak-kakak Racana Fatahillah-Nyimas Gandasari Pramuka UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Rekan-rekan Berita UIN, penulis-penulis
Padepokan Jejak Sastra (PJS) dan teman-teman alumni pondok pesantren
modern Ibadurrahman Tangerang, terimakasih untuk segala kenangan dan
pengalaman manis kebersamaan kita. Semoga kita menjadi orang yang
berguna bagi nusa, bangsa dan agama. Amin
11. Teman seperjuangan Komunikasi Penyiaran Islam periode 2007 khususnya
kelas D, kenangan manis selalu di hati dan semoga silaturrahmi selalu terjaga
antara kita meski sebatas via sosial media.
Akhir kata, penulis sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bantuan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu-
persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Amin Ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 13 Januari 2013
Abdullah Suntani
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ....................................................................................................... i
KATAPENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 7
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 14
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Isi................................................................ 16
B. Pengertian Training (Pelatihan) ................................................ 17
C. Pengertian Dakwah dan Ruang Lingkupnya ............................. 18
1. Pengertian Dakwah............................................................... 18
2. Tujuan Dakwah .................................................................... 21
3. Unsur-unsur Dakwah ........................................................... 26
1. Subjek / Pelaku Dakwah (da’i) ........................................ 26
2. Objek Dakwah (Mad’u) ................................................... 33
3. Materi Dakwah (Maadat al-Da’wah) ............................. 35
4. Metode Dakwah .............................................................. 39
5. Media Dakwah (Wasail al-Dakwah) .............................. 41
6. Efek Dakwah (Atsar al-Da’wah) ....................................... 44
vi
BAB III GAMBARAN UMUM ESQ LEADERSHIP CENTER 165
A. Profil ESQ Leadership Center 165 ...................................... 46
1. Sejarah Berdirinya ESQ ................................................ 46
2. Visi ...................................................................... 49
3. Misi ...................................................................... 49
B. Sekilas Tentang Pendiri........................................................ 49
C. Metode, Materi dan Tingkatan Training ESQ...................... 53
1.Metode Training ESQ ...................................................... 53
2.Materi Training ESQ ........................................................ 54
3.Tingkatan Training ESQ .................................................. 65
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Pesan Dakwah dalam Training ESQ ................................... 68
1. Pesan Dakwah Dalam Bagian I
( Unleash Spiritual Intellegent ) ...................................... 69
2. Pesan Dakwah Dalam Bagian II
( Develiping Emitional Intellegent ) ................................ 70
3. Pesan Dakwa Dalam Bagian III (Lets’s Action ) ............ 73
B. Pesan Dakwah Yang Paling Dominan Dalam Training
ESQ Leadership Center 165................................................. 77
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 79
B. Saran .................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 ........................................................................................................ 11
TABEL 2 ........................................................................................................ 12
TABEL 3 ........................................................................................................ 69
TABEL 4 ........................................................................................................ 70
TABEL 5 ........................................................................................................ 71
TABEL 6 ........................................................................................................ 71
TABEL 7 ........................................................................................................ 74
TABEL 8 ........................................................................................................ 74
TABEL 9 ........................................................................................................ 77
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Artinya:“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh dan berkata, ‘sesungguhnya aku termasuk orangyang berserah diri”. (QS al-Fusilat:33)
Di antara kelebihan syariat Islam yang dengannya Allah menyempurnakan
agama-Nya, dan merupakan nikmat yang sempurna adalah mengizinkan setiap
muslim dan muslimah menjadi penyeru kepada Allah. Dalam Islam tidak ada
monopoli dakwah., tidak ada tingkatan-tingkatan orang yang boleh berdakwah
dan yang tidak.1
Memasuki abad 21, dunia dakwah menghadapi berbagai tantangan
berkaitan dengan munculnya era globalisasi yang menciptakan tuntutan baru
terhadap agama. Itu berarti timbulnya keperluan agama untuk menjalankan
reaktualsasi (reidentifikasi) firman-firman Tuhan dalam al-Quran. Jika tidak
demikian maka agama Islam akan sulit dilibatkan untuk menerangkan globalisasi
1 Adnan Tharsyah, 16 Jalan Kebahagiaan Sejati, (Jakarta: Hikmah 2006) h. 261.
2
dalam berbagai dimensi kehidupan umat.2 Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi, telah membawa dampak
berarti pada perubahan sendi-sendi etika umat Islam. Era globalisasi memiliki
potensi untuk merubah hampir seluruh sistem kehidupan masyarakat baik di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan di bidang pertahanan dan
keamanan.
Disamping itu berbagai penyakit masyarakat seperti pencurian,
perampokan, penodongan, korupsi, pelanggaran HAM dan sejenisnya merupakan
problema mendasar umat Islam saat ini. Akses yang sangat mendasar dari
problema tersebut adalah timbulnya pendangkalan iman, yang mendatangkan
berbagai problem sosial dan keagamaan.3
Selain itu, Kerawanan moral dan etika itu muncul semakin transparan
dalam bentuk kemaksiatan karena disokong oleh kemajuan alat-alat teknologi
informasi mutakhir seperti siaran televisi, keping-keping VCD, jaringan Internet,
dan sebagainya. Kemaksiatan itu senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan
kuantitas, seperti maraknya perjudian, minum-minuman keras, dan tindakan
kriminal, serta menjamurnya tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang
semua itu diawali dengan penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa
malu.
2 A. Muis, Komunikasi Islam (Bandung: PT Rosda Karya 2001), h. 131.3 Jakfar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual dan Kontekstua; Peran dan Fungsinya Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Yogyakarta: AK Group 2006) hlm. 1
3
Oleh sebab itu, da’i harus mempunyai pemahaman yang mendalam bukan
saja menganggap bahwa dakwah dalam frame “amar ma’ruf nahi mungkar”,
sekedar menyampaikan saja melainkan harus memenuhi beberapa syarat, yakni
mencari materi yang cocok, mengetahui psikologis objek dakwah, memilih
metode yang representatif, menggunakan bahasa yang bijaksana dan sebagainya.
Secara konvensional, subjek dakwah terdiri dari da’i (mubaligh) dan pengelola
dakwah.4
Komposisi subjek dakwah tersebut muncul karena dakwah selama ini
lebih diartikan atau dititikberatkan pada dialog lisan (verbal) saja. Da’i sering
diidentikkan dengan penceramah, sementara pengelola dakwah adalah
penyelenggara kegiatan dakwah yang dilembagakan dalam institusi permanen
(ta’mir masjid, pengurus pengajian dan sebagainya) atau institusi sementara
dalam bentuk kepanitiaan. Subjek dakwah, lembaga atau pusat dakwah, adalah
institusi atau organisasi yang menjalankan atau mempunyai usaha berupa kegiatan
dakwah.5
Secara hakikat, Dakwah Islamiyah merupakan aktualisasi iman yang
dimanifestasikan dalam suatu kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilandasi secara tertentu, demi terwujudnya ajaran Islam
dalam segala segi kehidupan. Kegiatan tersebut sering disampaikan secara
individu atau pun kelompok melalui berbagai metode dan saran yang bertujuan
4Unzier Suparta dan Harjani, Metode Dakwah, (Jakarta: Rahmat Semesta, 2003), hlm. 6.5 Achyar Eldin, Dakwah Stratejik, (Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2003), hlm. 30-31.
4
memberi perubahan dalam segala segi kehidupan karena dakwah bersifat
universal.6 Maka dalam pelaksanaannya dakwah harus dapat menyentuh semua
lapisan atau tingkatan, baik dari sudut budaya, sosial, ekonomi, pendidikan, dan
kemajuan teknologi.
Semua aspek kehidupan tersebut, selalu dikaitkan dengan solusi Islam
yang berpedoman pada al-Quran dan hadis. Untuk itu dakwah Islam haruslah
dikemas dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah harus tampil secara
aktual, faktual, dan kontekstual. Aktual dalam arti memecahkan masalah yang
kekinian dan hangat ditengah masyarakat. Faktual dalam arti konkrit dan nyata,
serta kontekstual dalam arti relevan menyangkut problema yang sedang dihadapi
oleh masyarakat.7
Untuk mencapai tujuan dakwah secara maksimal, maka perlu dukungan
oleh para juru dakwah yang handal. Keandalan tersebut meliputi kualitas yang
seharusnya dimiliki oleh seorang juru dakwah yang sesuai dengan tujuan dewasa
ini. Aktivitas dakwah dipandang sebagai kegiatan yang diperlukan keahlian.
Mengingat suatu keahlian memerlukan penguasaan pengetahuan, maka para
aktivis dakwah (da’i / muballigh) harus memiliki kualifikasi dan persyaratan
akademik dan empirik dalam melaksanakan kewajiban dakwah.8
6 Jumanto, Toto, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani,
(Wonosobo: Jakarta,2001) h. xiii.7 Munzier Suparta dan Ani Hetani, Metode Dakwah: Pengantar Metodologi Dakwah Sebuah
Kajian (Jakarta: Kecana, 2003), Cet ke-1, , h.xiii.8 Asep Muhyidin, Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan
Wawasan,(Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 34.
5
Dakwah dapat diucapkan, dituliskan, digambarkan, dibentukkan,
dilakukan, diisyaratkan, dan lain sebaginya, menurut tingkat kesanggupan
manusia yang melakukannya untuk mencapai daya guna yang setingi-tingginya.
Yang menerima dakwah itu pun senang pula diberi dakwah. Makin indah dan
menarik cara dakwah yang dilakukan, makin tertarik orang.9
Di era modern ini, juru dakwah perlu memiliki dua kompetensi dalam
melaksanakan dakwah, yaitu: kompetensi substantif dan kompetensi metodologis.
Kompetensi substantif meliputi penguasaan seorang juru dakwah terhadap ajaran-
ajaran Islam secara tepat dan benar. Kompetensi metodologis meliputi
kemampuan juru dakwah dalam mensosialisasikan ajara-ajaran Islam kepada
sasaran dakwah (mad’u).10
Lembaga Training ESQ Leadership Center 165 yang didirikan oleh Ary
Ginanjar Agustian, merupakan lembaga training yang memiliki metode baru
tentang konsep kecerdasan emosi dan spiritual yang dikaitkan dengan nilai-nilai
yang terdapat dalam Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ikhsan, kemudian disebut
dengan ESQ Model 165 yang diaplikasikan dalam bentuk training. Walau
dinamakan training Sumber Daya Manusia (SDM), namun dalam training ini
diperkuat dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadits serta berlandaskan
pada pilar-pilar Syariat Islam, yaitu Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam.
9 M. Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: AL-mawardi 2004) h.ix.10 Abdul Munir Mulkhan, Ideologi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir dan
Azhar Basyir, (Yogyakarta: Sipress, 1996), hlm. 237.
6
Training ESQ adalah sebuah fenomena yang mampu menggugah dan
mengubah kehidupan seseorang. Hal itu bisa terjadi karena ESQ memang berbeda
dari pelatihan lainnya bukan sekedar pelatihan kepemimpinan atau menejemen
biasa. Training ESQ merupakan pelopor pelatihan yang mengasah sisi spriritual
dengan mendalam, bersamaan dengan sisi emosional dan intelektual seseorang.
ESQ adalah suatu inovasi mutakhir yang bertujuan untuk membangkitkan
dimensi spiritual manusia.
Lembaga tersebut dinilai mampu memberikan solusi yang terbaik yang
mengembalikan semangat dan giroh untuk hidup dengan kembali pada ajaran
Islam serta mengamalkannya dengan sungguh-sungguh. Berdasarkan pemikiran
tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian: “Analisis Isi
Pesan Dakwah Dalam ESQ Basic Training Leadership Center 165”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk menghasilkan penelitian maksimal, maka dalam penelitian ini
peneliti membatasi ruang lingkupnya pada isi pesan dakwah dalam ESQ Basic
Training Leadership Center 165 yang diselenggarakan di Gedung Menara 165
pada Juli 2012 bagi karyawan JNE (Express, Across, Nation). Sedangkan unit
analisisnya ditetapkan berdasarkan tema pokok, khususnya pada ESQ basic
training.
7
2. Perumusan masalah
Melihat dari batasan di atas, maka penulis merumuskan masalah
umum sebagai berikut: Bagaimana isi pesan dakwah yang terdapat dalam
ESQ Basic Training Leadership Center 165?
Dalam bentuk kategorisasi dari masalah umum tersebut dapat
dirincikan pesan dakwah sebagai berikut:
a. Bagaimana pesan Aqidah dalam ESQ Basic Training Leadership Center?
b. Bagaimana pesan Syari’ah dalam ESQ Basic Training Leadership Center ?
c. Bagaimana isi pesan Akhlak dalam ESQ Training Leadership Center?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah peneliti rumuskan, maka
ada beberapa tujuan khusus yang ingin dicapai dari hasil penelitian, yaitu:
Secara umun untuk mengetahui pesan dakwah yang terdapat dalam Training
ESQ Leadership Center 165. Namun, dalam bentuk kategorisasi dari masalah
umum tersebut dapat dirinci isi pesan dakwah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pesan Aqidah yang terkandung dalam Training ESQ
Leadership Center 165.
b. Untuk mengetahui pesan Syari’ah yang terkandung dalam Training ESQ
Leadership Center 165.
8
c. Untuk mengetahui pesan Akhlak yang terkandung dalam Training ESQ
Leadership Center 165.
2. Manfaat penelitian
1. Segi Teoritis
Memberikan wawasan dan pengetahuan dalam upaya mengembangkan
studi komunikasi dan dakwah. Sehingga pesan-pesan dakwah dapat
diterima oleh masyarakat sesuai dengan tujuan dan keadaan zaman
2. Segi Praktis
Untuk menambah wawasan aktivitas akademik dan praktisi dakwah
agar dapat mengembangkan metode dakwah di lapangan serta dakwah
yang disampaikannya mudah dimengerti dan diterima dengan berbagai
macam model yang berkenaan dengan nilai-nilai yang bernuansa islami.
D. Metodologi Penelitian
1) Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, yaitu
penelitian yang dimaksudkan untuk meneliti isi pesan yang disampaikan
dalam suatu proses komunikasi.11 Pelopor analisis ini adalah Harold D.
Lasswell, yang memelopori tekhnik symbol coding, yaitu mencatat lambang
atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi.
11 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta
dengan UIN Press, 2006), h. 66.
9
Metode analisis ini juga diartikan sebagai objek data analisis secara
manifest yaitu di analisis menurut apa yang dikatakan (tersurat) bukan
menurut arti yang terkandung di atas baris demi baris (tersirat).12
2) Penetapan Juri
Penelitian ini agar menjadi relevan dengan permasalahan yang telah
dirumuskan, maka peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi
pesan, yang masing-masing dari mereka mempunyai pemahaman di bidangnya,
seperti aqidah, syariah dan akhlak.
Untuk memperoleh realibilitas dan validitas kategori-kategori, maka
peneliti menggunakan tiga orang juri dalam menganalisis isi pesan yaitu:
1. KH. Hikmatullah A. Syam’un, M.Si Ketua Yayasan Pondok Pesantren
(Pengurus Besar) Al-khairiyah.
2. Dr Ahmat Tholabi Kharlie, MA dosen dan lektor kepala Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Jakarta.
3. Dr Hasana Ahmad Said, MA dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan
Lampung.
Peneliti memilih ketiga juri tersebut, karena dinilai memahami
pembahasan mengenai ajaran Islam dan menggeluti di bidang Agama Islam.
12 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan
Aplikasi (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), hal. 7
10
3) Tehnik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis mengunakan
beberapa teknis diantaranya sebagai berikut:
a. Dokumentasi, adalah strategi yang digunakan ketika data tidak dapat
diperoleh dari hasil wawancara atau observasi, yaitu mengumpulkan buku-
buku, makalah, bulletin, majalah dan dokumen tertulis lainnya yang
berkaitan dengan objek penelitian13. Dengan kata lain dokumentasi yaitu
sebuah catatan tertulis atau literarut yang relevan dan berhubungan dengan
penelitian, seperti Profile Ary Ginanjar, Training ESQ, Program dan
kegiatan ESQ serta lain sebagainya.
b. Pengamatan (Observasi). Yaitu metode pengumpulan data di mana
peneliti mencatat informasi sebagaimana disaksikan selama menjalani
penelitian.14 Dalam penelitian ini penulis melakukan partisipasi penuh
dengan cara merasakan dan menghayati apa yang dirasakan oleh
responden yaitu dengan cara mengikuti pelaksanaan training ESQ atau
kegiatan lain yang menyangkut dengan penelitian baik di Menara 165
(Graha 165) atau di tempat-tempat lainnya.
4) Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah peneliti mendapatkan rekaman siaran yang telah ditentukan
sebagi sample penelitian. Kemudian, rekaman siaran terseut dijadikan
13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Bina Usaha,
1989), h. 6214 W Gulo, Metode Penelitian (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia 2002) h.116.
11
kedalam bentuk transkip data. Dalam pengolahan data ini, peneliti
melakukannya dalam bentuk Codding Sheet atau lembar koding yaitu berupa
tabel daftar cek yang berisi kategori-kategori subjek yang hendak diukur.15
Kemudian unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Isi Pesan
Dakwah Training ESQ Leadership Center 165 yang menjadi pokok persoalan
dan unit pengamatan adalah persatuan unit tema pesan dakwah yang menjadi
pokok pembahasan. Kategori dibuat berdasarkan pesan dakwah yang terdapat
dalam Training ESQ diantaranya: Aqidan, Syariah, dan Akhlak.
Tabel 1.
Kategorisasi Isi Pesan
NO. Kategorisasi
1. Aqidah
2. Syari’ah
3. Akhlak
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedangka pengertian aqidah dalam agama maksudnya
adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Aqidah juga bisa
diartikan sebagai iman kepada Allah, kepada malaikat, kitab suci al-Qur’an,
iman kepada rasul dan hari kiamat dan iman kepada qada dan qadar.
15 Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2006), h.75.
12
Akhlak diartikan budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Jadi,
akhlak adalah ajaran yang membina mental dan jiwa manusia untuk mencapai
hakikat kemanusiaan yang tinggi.
Syariah berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan Allah
untuk mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, mengatur hubungan
sesama.
Peneliti menggunakan rumus dari Holsty (1969) yang menjadi salah
satu acuan dalam analisis isi secara kuantitatif untuk mencari koefisien
realibilitas kategori antar juri dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai
keputusan antar juri sebagai berikut:
Koefisien Realibilitas =
Keterangan :
2M : Nomor keputusan yang sma antar juri
N1, N2 : Jumlah item yang dibuat oleh tim juri.
Table 2.
Hasil Kesepakatan Antar Juri
Antar juri Item Kesepakatan Ketidak Sepakatan Nilai
Ke 1 dan 2 95 82 13 0,86
Ke 2 dan 3 95 79 16 0,83
Ke 1 dan 3 95 83 12 0,87
Total 2,56
13
Setelah diketahui hasil dari ketiga juri yang telah dirinci dalam table di
atas dari keseluruhan item dan juga telah diketahui nilai rata-ratanya. Hasil ini
diperoleh dari menjumlahkan semua nilai dari kesepakatan tiga juri. Selanjutnya
dihitung dengan menggunakan rumus komposit realibility sebagai berikut:
Komposit Realibilitas = ( )
( )( )Keterangan :
N : Jumlah juri
X : Rata-rata koefisien realibilitas antara juri16
Nilai rata-rata = 2,56 : 3 = 0,853
Komposit reliabilitas = ,( , )
= ,,
= 0,944
Perhitungan dari data di atas menunjukan tingkat validitas yang cukup,
karena didasarkan pada penilaian dengan menggunakan tiga orang juri, sehingga
tidak ada terjadi kekeliruan data dan penilaian dapat dikatakan akurat dan
objektif.
Pada penelitian ini data akan dianalisis berdasarkan materi training
ESQ 165. Setelah data terkumpul, kemudian penulis akan melaporkan,
16 Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN Press 2006) h.
76-77
14
menggambarkan, mengklasifikasikan serta menginterpretasikan secara apa adanya
untuk kemudian disimpulkan menjadi data yang valid dan realiabel.
Adapun tehnik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku
pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi UIN Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis mengadakan tinjauan pustaka
yang terdapat dalam perpustakaan di fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi
maupun di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
mengumpulkan bahan-bahan materi.
Menurut pengamatan penulis dari hasil observasi yang dilakukan sampai
saat ini belum menemukan analisis isi pesan dakwah dalam training ESQ. yang
penulis temukan adalah, diantaranya Pengaruh Training ESQ Leadership Center
165 Terhadap Kepemimpinan Siswa SMA 86 Jakarta, Pola Komunikasi dalam
Training ESQ 165, penyusun Ratih damayanti angkatan 2005 dan Pengaruh
Pelaksanaan Training ESQ Terhadap Kinerja Karyawan UIN Jakarta, penyusun
Nadia Nurfitria angkatan 2007.
Secara umum pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah sama yaitu
mengenai training ESQ. Namun perbedaan dan yang menjadi kelebihan dari
penelitian ini yaitu terletak pada objek penelitian, yakni menganalisis isi materi
training tersebut.
15
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun atas lima bab yang masing-masing memiliki sub-sub
dengan sistematika penyusunan sebagai berikut:
BAB I Merupakan pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, dan terakhir tinjauan pustaka.
BAB II Bab ini membicarakan tentang pengertian analisis isi, pengertian
training, pengertian dakwah beserta ruang lingkupnya.
BAB III Membicarakan tentang Training ESQ Leadership Center 165. Bab ini
berisi sejarah ESQ, Visi-misi ESQ, Metode dan materi training ESQ.
BAB IV Mengupas tentang analisis isi pesan dakwah dalam Training ESQ
Leadership Center 165. Bab ini berisi pesan aqidah yang terdapat
dalam Training ESQ Leadership Center 165, pesan syariah yang
terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165, dan pesan
akhlak yang terdapat dalam Training ESQ Leadership Center 165.
BAB V Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dari penelitian
serta hasil penelitian dan berisi simpulan beserta saran-sarannya.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Analisis Isi
Dalam bukunya Jalaludin Rahmat menjelaskan, definisi analisis isi
(Content analysis) merupakan tehnik penilaian untuk memperoleh keterangan
dari isi komunikasi yang dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan
untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti surat kabar, buku, puisi,
lagu, lukisan, novel dan lain-lain.1
Menurut Klaus Krippendorf, metode analisis isi ialah sebuah teknik
penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi secara
sistemik dan objektif karakteristik-karakteristik dalam sebuah teks.2
Sedangkan menurut Agus Putranto menjelaskan, penelitian dengan
menggunakan metode analisis isi yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan
penyajian data yang secara terstruktur serta memberikan gambaran secara
terperinci tentang objek penelitian yaitu berupa pesan komunikasi.3
Adapun tujuan analisis isi, antara lain: (1) menggambarkan isi
komunikasi, (2) menguji hipotesis karakteristik-karakteristik suatu pesan, (3)
1 Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: PT Remaja Rosdkarya, 1993), h.
192 Klaus Krippendorf. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1993), h. 19, diterjemahkan oleh Farid Wjidi3 M. Antonius Birowo, Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Gintanyali, 2004), cet ke-1, hal.146
17
membandingkan isi media dengan “dunia nyata”, (4) melalui imej suatu
kelompok tertentu dan masyarakat, (5) menciptakan titik awal terhadap studi
efek media.4
B. Pengertian Training (Pelatihan)
Pelatihan merupakan usaha mengurangi atau menghilangkan terjadinya
kesenjangan antara kemampuan karyawan dengan yang dikehendaki organisasi.
Usaha tersebut dilakukan melalui peningkatan kemampuan kerja yang dimiliki
karyawan dengan cara menambah pengetahuan dan keterampilan serta merubah
sikap.5
Dalam SK Menpan N0. 01/Kep/M.Pan/2001 di lingkungan PNS, yang
dimaksud pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada
praktek dari pada teori yang dilakukan seseorang atau sekelompok dengan
menggunakan pendekatan pelatihan untuk orang dewasa dan bertujuan
meningkatkan dalam satu atau bebrapa jenis keterampilan tertentu.6
Selain itu, menurut Edwin B. Flippo yang dikutip Sedarmayanti, pelatihan
adalah proses membantu pegawai memperoleh efektivitas dalam pekerjaan
sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan, fikiran dan
tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap dengan tujuan: a). Increased
productivity in terms of both quantity and quality (meningkatkan produktivitas
4 Andi Bulaeng, Metodologi Penelitian Kounikasi Kontemporer, (Yogyakarta: Penerbit Andi
Offset, 2004), h. 1715 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2008) h. 1636 Ibid. h. 164
18
dalam jumlah maupun mutu). b). Reduced accident (Mengurangi kecelakaan. c).
Reduced supervision (mengurangi pengawasan. d). Increased organizational
stability and flexibility (meningkatkan stabilitas dan fleksibilitas organisasi. e).
Heightened morale (mempertinggi moral).7
C. Pengertian Dakwah dan Ruang Lingkupnya
1. Pengertian Dakwah
Kegiatan dakwah sebagai aktivitas untuk menegakkan nilai-nilai Islam
dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu usaha yang senantiasa
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Kata dakwah berasal dari bahasa
arab yang berarti ajakan, seruan, panggilan, undangan8. Kata dakwah (دعوة)
dalam ilmu tata bahasa Arab merupakan bentuk isim masdar dari kata kerja
(fiil), yaitu “da,a - yad’u” )یدعو-دعا ( yang artinya memanggil, mengajak, atau
menyeru. Dakwah menurut Prof Toha Yahya Umar MA dilihat dari dua segi
yaitu dakwah secara umum dan dakwah menurut Islam.
a. Pengertian dakwah secar umum adalah ilmu pengetahuan yang berisi cara-
cara dan tuntunan –tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian
manusia untuk menganut, menyetujui , melaksanakan suatu ideologi,
pendapat, pekerjaan tertentu.
7 Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2008) h. 1648 M. Toha Yahya Omar, Islam & Dakwah (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67
19
b. Menurut Islam adalah mengajak manusia kepada kebenaran yang sesuai
dengan perintah Allah SWT dengan cara yang bijaksanaa untuk
kemaslahatan manusia itu sendiri didunia maupun dia akhirat.9
Menurut Prof. Dr Yunan Yusuf, yang mengutip Syaikh Al-babiy al-
Khuli dakwah didefinisikan sebagai:
Upaya memindahkan situasi (Changing situation) manusia kepada situasi yang lebih baik. Pemindahan situasi ini mengandung makna yang sangat luas, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dakwah harus merambah upaya bagaimana menciptakan kehidupan sejahtera, aman dan damai dengan mengembangkan kreativitas, baik individu maupun masyarakat, dalam konteks ini dakwah adalah juga suatu proses pemberdayaan.10
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dakwah itu ialah suatu usaha
yang terus menerus dari seorang da’i untuk menciptakan suatu perubahan
menuju terciptanya suatu tatanan masyarakat yang berkeadaban yang
dilandasi dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Banyak pengertian dakwah dikemukakan oleh para ahli sesuai dengan
disiplin ilmunya. H. Endang Saifuddin Anshori berpendapat bahwa pengertian
dakwah terbagi dalam dua bagian, pertama, dakwah dalam pengertian sempit
yaitu penyampaian Islam kepada manusia baik melalui lisan, tulisan maupun
lukisan. Kedua, dakwah dalam pengertian luas yaitu, penjabaran,
penerjemahan, dan pengamalan ajaran Islam dalam perikehidupan dan
9 AH, Hasanuddin, Retorika Dakwah & Publisistik dalam kepemimpinan (Surabaya: Usaha
Nasional 1982), h. 34-3510 Yunan Yusuf, Dr. Metode dakwah, Naskah Panduan Bahan Ajar majelis ta’Lim DKI
Jakarta (Penerbit: Forum Komunikasi majelis Ta’lim DKI Jakarta, 2000), h. 3.
20
penghidupan manusia termasuk bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan,
Iptek, kesenian, keluarga dan sebagainya”.11
Dakwah dalam pengertian sempit, misalnya pendapat sebagian orang
yang megatakan bahwa dakwah identik dengan tabligh (ceramah, pidato).
Pandangan semacam ini menurut Amrullah Ahmad12 kurang mampu memberi
jawaban yang lebih kongkrit terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat,
karena dakwah hanya berada di mimbar-mimbar. Oleh karena itu, berdakwah
selain dengan cara menyampaikan ( tabligh, ceramah, seminar dan lain-lain),
juga harus diperkaya dengan pelaksanaan yang lebih luas, yaitu suatu
kegiatan/usaha untuk merealisir ajaran Islam dalam semua segi kehidupan.13
Lebih lanjut Hamka memberikan suatu uraian bahwa kata dakwah
mempunyai makna lebih umum dari semta-mata tabligh.14
Dari pemahaman seperti itu, jelas sekali bahwa dakwah dapat
dilakukan di banyak tempat dan oleh kalangan dari beragam profesi. Al-
Khuli menegaskan bahwa da’i adalah orang yang menykini ideologi Islam
dan mengajak kepada fikiran Islam dengan berbagai cara, baik tulisan,
pidato, pembicaraan yang umum maupun yang husus serta dengan segala
perangkat dakwah yang mungkin dilakukan. Seorang da’i adalah dokter yang
mengobati segala penyakit jiwa dan memperbaiki keadaan masyarakat yang
11 Endang Syaifuddin Anshori, Wawasan Islam (Jakarta: CV Rajawali, 1986) cet ke. I h. 190.12 Amrullah Ahmad (ed) dakwah dan perubahan Sosial (Yogyakarta: Prima Duta 1983) h. 1.13 Ibid.14 Hamka, Prinsip dan Kebijakan dakwah Islam, (Jakarta: Penerbit Umminda 1982) h. 1.
21
rusak. Ia juga seorang peneliti dan pengamat yang kritis. Dengan kata lain
da’i adalah tokoh masyarakat, pemimpin politik, pelakun ekonomi, direktur,
atau pemegang kunci strategis disetiap lini kehidupan. Semua fungsi diatas
tidak mungkin dijalankan hanya dengan pidato. Ia juga bisa berfungsi sebagai
teman, sahabat dan saudara bagi si kaya maupun si miskin. Sehingga seorang
da’i harus mempunyai sifat kasih sayang dan kepedulian sosial yang tinggi,
tidak ada perbedaan antara kata dan perbuatan. Semua sifat tersebut harus
terinternalisasi menjadi satu karakter pada seorang da’i.
2. Tujuan Dakwah
Dari berbagai pengertian diatas, dakwkah Islam yang berdasarkan al-
Quran dan hadits pada hakekatnya memiliki tujuan untuk mengubah orang
atau situasi (changing situation) ke arah yang lebih baik dengan cara
menananmkan ajaran Islam untuk menjadikan pedoman hidup, baik bagi
individu maupun masyarakat dan untuk menciptakan kehidupan yang islami
baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Dalam kitab suci
al-Quraan tergambar bahwa tujuan dakwah adalah terciptanya masyarakat
khaira ummah yaitu masyarakat yan g senantiasa menyeru kepada kebajikan
dan mencegah adanya kemungkaran. Masyarakat khaira ummah tersebut
sejalan dengan firman Allah sebagai berikut:
22
Artinya:“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imron: 110)
Masyarakat khaira ummah yang digambarkan dalam al-Quran tersebut
menurut Imam Ibnu Katsir adalah sebaik-baik umat yaitu manusia yang
memberikan kotribusi terbaik kepada manusia lainnya (anfa’un naas lin-naas)
karena mereka menegakkan nilai-nilai kebenaran universal, dengan jalan
menyeruh kepada kebaikan (al-amru bi al-ma’ruf), mencegah kemungkaran
(nahyu ‘anli munkar) dan beriman kepada Allah.15
Menurut Nurcholis Madjid, manusia-manusia yang mengesakan
Tuhan akan menemukan kepribadian yang utuh dan integral, dan hal itu hanya
mungkin tercapai manakala seseorang memusatkan orientasi transendental
hidupnya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebaliknya mereka yang
menempatkan diri secara harkat dan martabatnya dibawah sesamanya atau,
apalagi di bawah objek dan gejala alam, akan mengakibatkan kepribadiannya
tak utuh. Karena ia akan kehilangan kebebasannya, dan hilangnnya kebebasan
15 Imam Ibnu Katsir, Tafsir al-Quran al-adzim (Riyad: Maktabah al-Rusyd, 2001) tafsir surat
Ali Imran ayat 110
23
itu mengakibatkan pula hilangnya kesempatan dan kemungkinan untuk
mengembangkan diri ke tingkat yang setinggi-tingginya.16
Adapun untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah
dakwah, sehingga tujuan dakwahnya dapat tercapai. Muhamad Sulthon
memperkenalkan dua macam teori untuk mencapai tujuan dakwah dimaksud,
sebagaimana yang pernah dilakukan Rasulullah SAW. Kedua teori tersebtu
Adalah (1) Teori Medan Dakwah (2) teori tahapan Dakwah.
(1) Teori Medan dakwah
Teori medan dakwah melihat dakwah sebagai ikhtiar muslim
mewujudkan khaira ummah. Ikhtiar itu merupakan refleksi tauhid yang
wajib ditunaikan oleh setipa muslim dengan inti pendorongnya adalah
nilai kebaikan (al-birr) dan kepatuhan menjalankan perintah Allah dan
menjauhi larangannya (al-taqwa). Pengaplikasiannya berbentuk amar
ma’ruf nahi munkar. Tugas ini yang telah dibebankan menjadi suatu
kewajiban pada setiap utusan Allah (Para rasul terdahulu) dan kemudaiin
diwariskan kepada umat Muhammad SAW. Ikhtiar dimaksud berhadpan
dengan situasi sosio-kultural yang mengandung nilai-nilai jahiliah yang
berlawanan dengan khaira ummah. Kondisi seperti itu pernah terjadi pada
dakwah Nabi Muhammad SAW ketika menghaddapi kaum jahiliah yang
diperparah oleh para penguasa dan konglomerat yag menindas kaum
16 Noercholis Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta: Penerbit Yayasan Wakaf
Paramadina, 2000), h. 97.
24
mustadh’afin. Karena upaya Rasulullah yang begitu intensif dan tidak
mengenal lelah memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, maka masyarakat
jahiliah yang pada walnya menolak dakwah nabi lambat laun
menerimanya dengan suka cita.17
(2) Teori Tahapan Dakwah
Teori tahapan dakwah memperjelas teori medan dakwah. Teori ini
terdiri dari takwin, tandzim dan pendelegasian. Takwin adalah tahapan
pembentukan masyarakat dakwah dalam bentuk internalisasi dan
sosialisasi ajaran tauhid. Tahap ini oleh nabi Muhammad dimulai dengan
iitisal fardli, yaitu berdakwah kepada orang terdekatnya sebagaimana
tersirat dalam pada firman Allah:
Artinya:Dan berilah peringatan kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Q.S. As-Syu’ara:214).
Setelah itu iitisal jama’i yaitu masyarakat pada umumnya
sebagaimana tersirat pada firman Allah:
Artinya:Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangn segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dariorang-orang musyrik. (Q.S. Al-Hijr: 94).
17 Muhammad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, epistemologis dan
aksiologis, (jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 118-121.
25
Adapun langkah dakwah Rasulullah pada tahapan ini, dimulai dengan
dakwah bil-lisan (tabligh) dan dakwah bil-hal (pengembangan masyarakat)
seperti dipresentasikan dengan Baiat ‘Aqabah. Internalisasi dan sosialisai itu
merupaka pembebasan masyarakat dari tata sosial dan budaya tughyani, yaitu
model budaya yang dicirikan oleh legalisasi perbudakan, pemasungan hak-
hak asasi manusia, pelestarian juarang pemisah dalam stratifikasi sosial dan
penguasaan asset ekonomi oleh kelompok tertentu. Dalam tahap ini Bai’at
merupakan inti pendorong yang signifikan.mereka yang ikut bai’at
membentuk masyarakat kecil sebagai basis komunitas dalam pembentukan
masyarakat khaira ummah,18 yaitu masyarakat yag patuh pada aturan hukum
yang disepakatai bersama dan membangun konsepsi kehidupan menuju
kepada kebahagiaan lahir dan batin.
Tahap tandzim merupakan tahap penataan dakwah yang berangkat dari
hasil internalisasi dan sosialisai yang dilakukan pada tahap pertama. Tahap
tandzim mengmbil bentuk institusionalisai Islam, yang diawali dengan hijrah
nabi. Dalam tahan ini sub tahapnya meliputi pembangunan masjid,
membentuk lembaga ukhuwah Islamiyah dan Basyariyah seperti Piagam
Madinah. Tahap ini kemudian dilanjutkan dengan tahap pendelegasian yang
dipresentasikan dengan pnyelenggaraan haji wada’, suatu tahap di mana
18 Muhammad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan
Aksiologis, (Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 118-121.
26
masyarakat Islam binaan Rasulullah Saw siap menjadi masyarakat yang
mandiri sehingga siap menerskan perjuangan Rasulullah SAW.19
Teori tahapan dakwh sebagaimana dipresentasikan AmrullahAhmad di
atas menggambarkan strategi dakwah yang didasarkan pada pencapaian tujuan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Tahapan tersebut
sangat penting sebagai upaya melaksanakan dakwah yang konsepsional
sehingga hasilnya realistis, terukur dan bisa dipertanggung jawabkan.
3. Unsur-unsur Dakwah
Di dalam berdakwah ada beberapa unsur:
1. Subjek/pelaku Dakwah (da’i).
Maju mundurnya Islam tergantung dari kegiatan dakwah yang
dilakukan umatnya, karena dakwah pada hakekatnya adalah meningkatkan
kualitas diberbagai sgei kehidupan, bagi mamsyarakat Islam khususnya
dan masyarakat luas pada umumnya. Oleh karena itu para pelaku dakwah
mendapatkan kedudukan yang mulia di mata Allah. Sebgai mana firman-
Nya:
Artinya: Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah,
19 Muhamad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis,
(Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 121.
27
Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya. (Q.S An-Nisa: 69)
Ayat Al-Quran tersebut menggambrakan bahwa orang yang taat
kepada Allah dan rasul-Nya mereka akan diberikan posisi yang mulia
yaitu berupa nikmat dimana mereka kelak berada bersama nabi, orang-
orang yang jujur, orang-orang yang berjuag di jalan Allah kemudian mati
syahid dan beserta orang-orang yang saleh dan mereka itulah sebetunya
orang-orang yang akan selamat hidupnya dan mencapai kebahagiaan
hakiki. Ada dua kategori da’I (pelaku dakwh) yaitu:20
a. Dakwah Individual (dakwah fardlu ‘ain)
Dakwah sebagai fardlu ‘ain adalah bahwa setiap pribadi
muslim merupakan pelaku dakwah. Kewajiban dakwah oleh setiap
individu muslim didasarkan atas firman Allah:
Artinya:Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S At-taubah:41)
20 Muhamad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis,
(Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 118.
28
Dari ayat tersebut tergambar bahwa tugas sebagai individu
muslim adalah menjaga dan melindungi agama dan mengamalkan
ajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan
bahwa semua problematika yang dihadapi umat Islam itulah
sesungguhnya problematika dakwah. Sebagai mana telah disebut
sebelumnya, bahwa tujuan dakwah adalah membangun khara ummah,
maka upaya untuk menjuju ke arah itu tiada lain umat Islam harus
melakukan jihad fi sabilillah (kerja keras dijalan Allah dalam berbagai
segi kehidupan). Menurut Qurais Shihab perintah berjihad pada
hakekatnya adalah untuk kemaslahatan (kebaikan) dan ayat tersebut
memerintahkan untuk menuju ke medan jihad dengan bergegas dan
penuh semangat baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa
berat, kaya atau miskin, kuat atau lemah sesuai dengan
kemampuannya dan jihad itu harus disertai harta dan dirimu di jalan
Allah.21
Kewajiban dakwah secara individual ini dapat dilakukan oleh
berbagai profesi seperti ulama, kaum cendekiawan, dokter, seniman,
poltikus , birokrat dan siapa saja kaum muslimin di mana mereka
melakukan kegiatan dakwah berbentuk tabligh/menyampaikan pesan
21 M. Quraish Shihab Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an (Jakarta:
Penerbit Lentera Hati, 2001) h. 571.
29
sesauia dengan hadits rasulullah Sampaikan sesuatu yang datang
dariku walauoun hanya satu ayat.
b. Dakwah Kolektif (dakwh fardlu kifayah)
Agama Islam juga memerintahkan untuk berdakwh secara
kolektif (organisasi) yaitu dakwah yang dilakukan oleh keompok
individu, institusi atau lembaga untuk menuju kepada satu kekuatan
yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam ditengah masyarakat. Karena
dengan dakwah secara kolektif maka kegiatan dakwah dapat diarahkan
kepada pengorganisasian secara lebih profesional dan melibatkan
banyak orang untuk mencapai tujuan tertentu sehingga efektivitas
dakwah dapat dilaksanakan secara maksimal.
Ada beberapa alasan mengapa dakwah kolektif /organisasi
menjadi fardlu kifayah karena dalam dakwah kolektif yang
terorganisir terdapat kegiatan yang bermanfaat yang tercermin sebagai
berikut:22
1. Kegiatan tersebut bertujuan untuk melayani masyarakat, misalnya
organisasi Majelis Ta’lim seperti BKMT dan FKMT adalah
melayani jamaah dalam merespon kebutuhan dan persoalan2 yang
dibutuhkan umat.
22 Muhamad Sulthon, Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis,
(Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003) h. 118-121.
30
2. Unruk mencapai sasaran yang sulit atau tidak mungkin dicapai
seorang diri.
3. Untuk mempertahankan suatu pengetahuan atau idealisme.
4. Untuk menyediakan karis dan terciptanya pengkaderan.23
Adapun kewajiband akwah kolektif ini tertuang dalam firman
Allah SWT:
Artinya:Dann hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali ‘Imran:104)
Dari pemahaman ayat yang disebutkan di ata, Sayyid Quthub
mengindikasikan keharusan didirikannya sebuah koletivitas dakwh di
tengah komunitas masyarakat yang tujuan utamanya adalah menyeru
kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah
kemungkiran. Keharusan tugas dakwah ini menurutnya dilakukan oleh
pemerintah/penguasa di mana kelompok ini dianggap memiliki
kekuasaan untuk mengajak seluruh aparat, unit-unit yang dibawh
naungannya, dan masyarakatnya dalam rangka melaksanakan aturan-
23 Ati Cahayati, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, (Jakarta: Penerbit PT. Grafindo,
2003), h. 5.
31
aturan yang telah ditetapkan Allah SWT.24 Aturan-aturan tersebut
berupa hukum-hukum yang telah ditetpkan dalam al-Quran dan hadits
yang orientasinya diarahkan pada pembentukn / perwujudan rasa
keadilan, terciptanya kesejahteraan, kedamaian dan kebahgiaan di
tengah-tengah masyarakat.
Seorang da’i harus memiliki keimanan yang mendalam yaitu
keyakinan akan kebenaran agama Allah. Posisi keimanan tersebut
harus mampu membangun diri menjadi manusia paripurna atau
manusia digital.25 Manusia seperti itu hanya mengenal bilangan 0 (nol)
dan 1 (satu). 0 (nol) mengosongkan otak dari fikiran yang jelek dan
hati yang rusak dalam memposisikan diri di hadapan Sag Khalik. Satu
(1) hanya berprinsip kepada yang Esa. Ketika diri seseorang telah
mencapai titik nol (0) berarti ia siap membangun mental tauhid.
Mental tauhid inilah sebagai bekal keimanan sejati dalam menjalankan
dakwah. Keimanan ini harus terus diyakininya sekalipun ia hanya
seorag diri, da’i tidak boleh goyah kendatipun orang-orang kafir dalam
jumlah dan kekuan yang besar. Keimanan yang kuat dan pemahaman
yang benar terhadap ajaran Islam akan menjadi daya dorong
munculnya semangat juang untuk melakukan jihad di jalan Allah.
24 Sayyid Quthub: Tafsir Fi Dzilali Al-Qur’an, Jilid. 1, hal. 444.25 Ary Ginanjar Agustian, ESQ Mencerahkan Emosi dan Spiritual, dalam “NEBULA” Nomor
02, hal. 3.
32
Keimanan tersebut akan termanifestasi dalam sifat-sifat mulia antara
lain:
1. Zero Paradigma. Yaitu sebuah keadaaan dimana seseorang mampu
untuk berjiwa jernih kemudian menemukan siapa Tuhannya.
Sehingga pada akhirnya ia menemukan potensi tersembunyi dalam
dirinya untuk meraih goal (tujuan) perjuangan.
2. Rasa Cinta (Mahabbah) kepadaAllah. Cinta atu mahabbah
merupakan ruh bagi kecerdasan ruhani yaitu keinginan untuk
memberi dan tidak mengharapkan imbalan (pamrih). Rasa cinta
yang mendalam kepada Allah merupakan kecerdasan ruhaniah
yang mampu mengatasi seluruh perasaan yang bersifat jasadi.
Kecerdasan ini mampu memberikan kesempatan kepada manusia
untuk berbuat dengan sebaik-baiknya yang disertai dengan
tanggung jawab sebagai bentuk cinta kepada Allah (mahabbah
lillah) yang merupakann kebenaran tertinggi.26
3. Rasa Takut, yaitu rasa takut kepada Allah SWT. Kondisi ini
merupakan puncak dari segala hikmah. Barang saipa takut kepada
Allah maka ia tidak akan takut kepeda siapapun, dengan demikian
26 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Trancendental Intelligence: membentuk Kepribadian
Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h. x-xi
33
apapun yang terjadi rintangan didalam kegiatan dakwahnya, tidak
akan membuatnya surut dalam menegakkan kebenaran illahi.27
2. Objek Dakwah (mad’u)
Dalam litertur dakwah tidak ada kesepakatan dikalangna ilmaun
dakwah mengenai jumlah rumpun mad’u. sementara dalam sural Al-
Baqarah mad’u dikelompokan dalam tiga rumpun yaitu, mu’min, kafir
dan munafik. Sebagaimana dikatakan mujahid: “Empat ayat di awal surat
Al-Baqarah mendeskripsikan tentang sifat orang mukmin, dua ayat
mendeskripsikan sifat orang kafir dan ketiga belas ayat berikutnya
mendeskripsikan sifat orang munafik”28 ayat tersebut adalah:
27 Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Trancendental Intelligence: membentuk Kepribadian
Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) h. x-xi28 Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.
34
Artinya:Alif laam miin. Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang Amat berat. Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (Q.S Al-Baqarah:1-9)
Dalam realitanya, kelompok mad’u dapat dibagi dalam berbagai
kelompok baik pendidikan, ekonomi, status sosial dan sebagainya. Karen
itu pula Dr. Yunan Yusuf mengelompokan mad’u dari berbagai tinjauan
yaitu:29
1) Ditinjau dari segi penerimaan dan penolakan ajaran Islam, madu
terbagi dua, muslim dan non muslim.
2) Mad’u ditinjau dari tingkat pengetahaun agamanya terbagi tiga, ulama,
pembelajar, dan awam.
3) Mad’u ditinjau dari struktur terbagi tiga: pemerintah (al-mala),
masyarakat maju (al-mufrathin) dan terbelakang (al-mustadh’afin).
29 Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.
35
4) Madu ditinjua dari prioritas dakwah, di mulai dari diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan seterusnya.30
3. Materi Dakwah (Maadat al-Da’wah).
Pesan (massage) terdiri dari dua aspek, yakni isi atau isi pesan (the
content of massage) dan lambing (symbol) untuk mengekspresikannya.31
Maddah Dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’I
kepada mad’u. dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah
dakwah adalah ajaran islam itu sendiri.32 Keseluruhan materi dakwah pada
dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu:33 (1) Al-qur’an dan Hadits.
Merupakan sumber utama ajaran islam. Oleh karena itu materi dakwah
Islam tidak dapat terlepas dari dua sumber tersebut, bahkan bila tidak
berstandar dari keduanya, seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan
dilarang oleh syariat Islam. (2) opini Ulama. Islam menganjurkan umatnya
untuk berpikir-pikir, berijtihad menemukan hokum-hukum yang sangat
operasional sebagai tafsiran dan akwil al-Quran dan hadits. Maka dari
hasil penelitian dan pemikiran para ulama ini, bias dijadikan sumber ke
dua, dengan kata lain penemuan baru yang tidak bertentangan dengan al-
Quran dan Hadits dapat pula dijadikan sebagai sumber materi dakwah.
30 Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.31 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2003), cet. Ke-3, hal. 31232 M, Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009), hal. 2433 Amuni Syukir, Dasar-dasar strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), hal 63
36
Istilah materi dalam bahasa indonesia diartikan sebagai suatu yang
dijadikan bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, diterangkan dan
sebagainya.34 Menurut Wardi Bachtiar, materi dakwah adalah al-Islam
yang bersumber dari al-Quran dan hadits sebagai sumber utamanya yang
meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu
yang diperoleh darinya.35
Dengan demikian al-Quran dan hadis merupakan materi dasar
yang harus dimiliki dan dikuasai oleh seorang da’i disamping keahlian
dibidan keilmuan lainnya.
Di samping itu materi dakwh bisa diperkaya denagn pendpat Prof
Dr. Harun Nasution dalam bukunya “Islam Ditinjau Dari Berbagai
Aspeknya” berupa aqidah, syariah yang didalamnya hukum dan
perundang-undangan Islam, Filsafat dan Mistisme (tasawuf), Politik
Islam, Ekonomi Islam, Sejarah Peradaban Islam, Estetika dan Seni
Islam.36
a. Aqidah
Secara etimologi berarti ikatan, dan angkutan. Secara tekhnis
berarti kepercayaan, keyakinan, iman, creed, credo.37 Aqidah dalam
34 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (jakarta: Balai
pustaka 1989). H. 566.35 Wardi bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (jakarta: Logos 1997) h. 33-34.36 Harun Nasution, Prof. Dr. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek (Jakarta: UI Press 1998).37 Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h
25
37
islam bersifat I’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah
yang erat hubungannya dengan rukun iman.
Menurut bahasa, aqidah di ambil dari kata al-Aqd, yaitu
mengikat, menguatkan, teguh, dan mengukuhkan. Menurut istilah,
Aqidah ialah iman yang kuat kepada Allah dan apa yang diwajibkan
berupa tauhid (mengesakan Allah dalam peribadatan), beriman kepada
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, takdir
baik dan buruk-Nya, dan mengimani semua cabang dari pokok-pokok
keimanan ini serta hal-hal yang masuk dalam kategorinya berupa
prinsip-prinsip agama.38 Masalah aqidah ini secara garis besar
ditunjukan oleh rasulullah SAW, dalam sabdanya: “Iman ialah engkau
percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya, Hari Akhir dan percaya kepada ketentuan Allah yang baik
maupun yang buruk”.
b. Syariah
Syariah secara etimologi berarti jalan. Syariah Islam adalah
suatu system norma ilahi yang mengatur hubungan antara manusia
dan Tuhan, hubungan sesama manusia, serta hubungan antar manusia
dalam alam lainnya.39
38 Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin, Cara Mudah Memahami Aqidah; Sesuai al-Quran, as-
Sunnah dan pemahaman Salafus Shalih, (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007), h 3-439 Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993), h
45.
38
Syariah dalam islam, berhubungan berat dengan amal lahir
(nyata) dalam rangka mentaati semua peraturan atau hokum Allah
guna mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhannya dan
mengatur pergaulan hidup antara sesame manusia. Maksudnya,
masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah syariah bukan
saja terbatas pada ibadah kepada Allah, akan tetapi masalah-masalah
yang berkenaan dengan pergaulan hidup antara sesame manusia,
seperti hokum jual beli, berumah-tangga, kepemimpinan, dan amal-
amal salaeh lainnya. Demikian juga larangan Allah seperti minuman
keras, berzinah, mencuri dan lain-lainnya.40
c. Akhlak
Akhlak atau budi pekerti, akhlak dalam aktifitas dakwah
merupakan pelengkap saja, yakni untuk melengkapi keimanan dan
keislaman seseorang. Meskipun akhlak ini berfungsi sebagai
pelengkap, bukan berarti masalah akhlak kurang penting dibandingkan
dengan masalah keimanan dan keislaman, akan tetapi akhlak
merupakan penyempurnaan keimanan dan keislaman seseorang.41
Secara garis besar, akhlak islam mencakup bebrapa hal, yaitu:42
1. Akhlak manusia terhadap khalik
40 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-ikhlas, 1983), h. 60-61.41 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Penerbit AMZAH, 2009), hal. 89-9242 Endang Syaifudin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993),h.
25
39
2. Akhlak manusia terhadap makhluk
a. Akhlak terhadap manusia
yaitu diri sendiri, tetangga dan masyarakat luas lainnya.
b. Akhlak terhadap bukan manusia
Yaitu flora, fauna dan sebagainya.
4. Metode Dakwah
Istilah metode berasl dari bahasa yunani yaitu methodos yang
berarti cara atau jalan.43 Sedangkan dalam bahasa arab kata metode
biasnya disebut thariqat atau manhaj yang juga mengandung arti tata cara.
Sementara dalam bahasa indonesia metode diartikan: “cara yang teratur
dan berfikir baik-baik untuk maksud tertnetu, cara yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan”. Metode merujuk pada cara kerja yang teratur, terorganisir
dan sistematis atau bersistem.44 Dengan demikian metode dakwah berarti
cara yang ditempuh guna mencapai tujuan dakwh.
Dr. Wardi Bachtiar berpendapat bahwa metode dakwah adalah
cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan
materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai
43 Fuad hasan dan Koentjaraningrat, Beberapa Aspek metodologi Ilmiah, dalam:
Koentjaraningrat (ed) Metodologi Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977) h. 16. 44 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
pustaka 1989). h.580
40
tujuan tertentu.45 Adapun ayat al-quran yang berkaitan dengan metode
dakwah sbb:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S An-Nahl: 125)
Ayat tersebut menjelaskan landsan dasar metodologi dakwh yang
terdiri dari bil hikmah, bilmau’idzatil hasanah dan dakwah mujadalah.46
Dari sumber metode itu tumbuh metode-metode yang merupakan
operasionalnya yaitu dakwah dengan lisan (bil lisan) tulisan (bil Kitabah),
seni dan contoh perbuatan (bil Hal). Dakwah dengan lisan berupa
ceramah, seminar, simposium, diskusi, khutbah an lain-lain. Dakwh
dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabat, spanduk, lukisan-
lukisan dan lain-lain. Dakwah bil hal berupa prilaku yang sopan sesuai
dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan
tekun, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia,
memlihara anak yatim, mendirikan lembaga pendidikan dan lain-lain.47
45 Wardi Bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Op. Cit. h. 34.46 Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 4-6.47 Wardi Bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Op. Cit. h. 34.
41
Metode dakwah sebagiman dikemukakan al-Quran tersebut
dipergunakan Ary Ginanjar Agustian sebagaiman ia lakukan melalui
ceramah-ceramahnya maupun yang terdapat dalam trainingnya. Begitu
pula dengan dakwah bil kibah ia lakukan dengan terbitnya bebrapa karya
tulis baik dalam bentuk buku maupun tulisan di media Nebula dan media
lainnya seperti brosur, pamflet dan lain-lain.
5. Media Dakwah (Wasail al-Dakwah)
Dalam menjelaskan kegiatan dakwh seorang da’i tak cukup hanya
mengandalkan ceramah, khutbah, tabligh dan lain-lain, akan tetapi
diperlukan pula saran lainnya yaitu media, baik media cetak maupun
elektronik. Media-media tersebut adalah media pendukung bagi kegiatan
dakwah yang berarti peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan
materi dakwah.48
Pada zaman modern media dakwah telah berkembang sedemikian
cepat dengan ditemukannya teknologi seperti televisi, video, kaset
remkaman, majalah, surat kabar dan lain-lain. Media dakwah era
millennium berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, seperti teknologi komunikasi dan informasi. Media tersebut
sangat diperlukan dalam menunjang bagi suksesnya kegiatan dakwah
karena teknologi informasi (TI) tersebut jangkauannnya sangat luas (tanpa
48 Wardi Bachtiar, Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Op. Cit. h. 34.
42
mengenal batas). Diantara bebrapa media yang dapat diergunakan sebagai
pendukung kegiatan dakwah adalah sbb:
a. Media cetak
Media cetak adalah media yang dihasilkan dari produk mesin
percetakan baik berupa buku, majalah, surat kabar, selebaran, brosur
dan lain-lain yang isi dan materinya tentang agama, baik uraiannya
dengan dalil-dalil agama maupun bertema agama atau berupa bahasan
dengan tinjauan kacamata agama.49 Penyajian melalui media cetak ini
perlu ditampilkan secara menarik baik isi maupun format serta design
sehingga mendorong minat baca dan rasa ingin tahu.
b. Radio dan Televisi
Merupakan suatu media dakwah yang sangat efektif karena
jangkauannya yang sangat luas dan jauh. Oleh karena itu
pemanfaattnnya agar digunakan seefektif mungkin dengan menyajikan
materi yang bervariasi agar diterima oleh mad’u dan mereka
terpengaruh melalui tayangan yang disajikan.50
Selain radio dan televisi media lain yang menarik adalah film
yang pembuatannya memrlukan dana yang tidak sedikit dan
diperlukan keahlian tersendiri. Karena hasilnya untuk masyarakat,
maka perencanaanya harus disusun secara matang dengan mengikuti
49 Yunan Yusuf, Buku Panduan Pelaksana Tugas Penyuluhan Agama Utama (Jakarta:
Deartemen Agama RI 2003)h. 5.50 Ibid. h. 51
43
sertrakan para ulama agar tidak terjadi hal-hal yang negatif, untuk
itulah maka dalam pengunaan media ini di perlukan pendekatan dan
motivasi yang kuat.
c. Media Visualisasi
Media ini merupakan alat untuk menampilkan sesuatu dalm
bentuk gambar seperti lukisan, foto, grafik, maupun gambaran tentang
teori-teori atau sistem-sistem kegiatan baik organisasi, dakwah,
penerangan, kebudayaan pembinaan masyarakat dan lain-lain. Untuk
menyajikan visualisasi perlu adanya perencanaan yang matang tentang
apa yang akan ditampilkan. Dengan demikian bahan dan data perlu
dicari dan dikupas sedemikian rupa, sehingga betul-betul menjadi
bahan pokok yang menjunjung perencanaan tentang apa yang
ditampilkan. Satu hal yang sangat penting ialah, bagaimana
menmpikan datanya dengan motif dan bentuk yang menarik dan
mudah dilihat/dipahami, sehingga orang terkesan akan apa yang
dilihat, yang mencerminkan bahwa sesuatu kegiatan yang merupakan
manifestasi keimanan atau kehawtiran itu menarik, logis dan
membawa rasa aman bahagia.51
d. Media Elektronik
Media elektronik dimaksud kan sebgai alat yang menggunakan
tenaga listrik, baterai atau aki sesuai dengan keperluan situasi dan
51 Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 52.
44
tempat dan oleh karena itu alat tersebut harus dipersiapkan terlebih
dahulu.52 Untuk menampilkan film misalnya diperlukan proyketor.
Melalui film misalnya mad’u diajak menikmati sajian dakwha yang
tidak membosankan karen di dalamnya terkandung unsur hiburan,
demikian pula VCD, in focus dan lain sebagainya. Sebagai saran
pendukung kegiatan dakwah dewasa ini media elektronik seperti yang
ditampilkan melalui film merupakan kebutuhan yang tidak dapat
dielakan. Bahkan dengan proyektor atau LCD materi dakwah dapat
divisualisasikan sedemikian rupa sehingga dapat menjadikan mad’u
tidak jenuh untuk menikmati dakwah yang disuguhkan.
6. Efek Dakwah (Atsar al-Da’wah)
Dalam komunikadi dakwah, efektifitas dakwah akan dinilai sejauh
mana da’i dapat mempengaruhi mad’u di dalam penympaina pesan
dakwahnya. Pengaruh dakwah tersebut harus menciptakan sebuah
perubahan dalam diri seseorang atau masyarakat menuju terciptanya
situasi yang lebih baik atau bernilai positif sesuai dengan apa-apa yang
dipesankan Allah melalui al-Quran dan hadis.
Sebagai sebuah pesan, dakwah adalah pesan da’i kepada madu
sehingga madu mengikuti apa yang dikehendaki oleh da’i yaitu
tertanamnya nilai-nilai yang terkandung dalam al-Quran dan hadits.
Pengaruh dakwah ada/memiliki indikasi-indikasi yaitu tertanmmnya
52 Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.
45
keimanan dalam diri seseorang sehingga mereka dpat menjalankan apa
yang dipesankan oleh da’i tersebut. Indikasi dari efek dakwh tersebut
antara lain tercermin dalm firman Allah:
Artinya:Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (Q.S Al-Anfal: 02)
Dari ayat tersebut dikemukakn bahawa efek dakwah bagi madu
ialah apabila tertanam rasa keimanna yang mendalam melalui
teraplikasinya keimanan tersebut dalam gerak kehidupan seseorang baik
dalam kontek hubungan kepada Allah seperti melaksanakan sholat dengan
khusu, rajin qiyamullail dan ibadah mahdhah lainnya.53 Begitu juga dalam
konteks hubungan sesama manusia, dengan mengawali niat karena Allah
eseorang merasa gelisah hatinya untuk menolong orang lain bila orang
tersebut mendapat kesusahan dan kesulitan, memiliki berbaik sangka
(positif thinking, khusnudzan) dan ingin terus menerus berbuat baik,
menyambung silaturrahmi da lain sebagainya.
53 Yunan Yusuf, Metode dakwah, Seri panduan Majelis Ta’lim (Jakarta: FKMT tt) h. 12.
46
BAB III
GAMBARAN UMUM ESQ LEADERSHIP CENTER 165
A. Profil ESQ Leadership Center 165
1. Sejarah Berdirinya ESQ
Training ESQ adalah training kepemimpinan dan pengembangan
kepribadian dengan tujuan membentuk karakter tangguh yang
memadukan konsep kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan
emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) secara terintegrasi dan
transendental.1 Tujuan jangka panjang yang ingin dicapai lembaga ini
adalah ingin menjadikan Indonesia emas pada tahun 2020 dan dunia
emas 2050. materi dasar training ini adalah bersumber dari al-Quran
dan hadis. Mengajarkan 7 Nilai dasar yang terdiri dari Jujur,
Tanggung Jawab, Visioner, Disiplin, Kerjasama, Adil, dan peduli.
Salah satu tujuan training ini aadalah menjadikan pesertanya cerdas
emosi dan spiritual berdasarkan dari pancaran 1 Ihsan, 6 Rukun Iman,
dan 5 Rukun Islam.
Berawal dari sebuah buku “ESQ” yang kemudian
ditransformasikan dalam bentuk Training ESQ yang diluncurkan pada
6 Juni 2006. Buku ESQ karya Ary Ginanjar Agustian, sebuah buku
laris (best seller) yang berisikan membangun kesuksesan berdasarkan
5 Rukun Islam dan 6 Rukun Iman. Meningkatnya minat baca
1 Brosur ESQ Training
47
masyarakat terhadap buku ESQ menjadikan buku ini “National Best
Seller”. Melihat semangat pembaca yang tinggi, diterbitkanlah buku
kedua, ESQ Power yang lebih menajamkan pemahaman ke dalam diri
dengan landasan Ihsan. Buku itu pun semakin menarik perhatian
masyarakat luas. Untuk lebih menyempurnakan lagi, terbitlah buku ke
tiga yang merupakan pembaharuan dari buku pertama, ESQ: Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual yang telah
dicetak sebanyak lebih dari 400.000 eksemplar. Tak salah bila buku
itu juga termasuk kategori best seller. Seluruh isinya merupakan
proses pembelajaran dan pengalaman Ary Ginanjar Agustian selama
kurun waktu lebih dari sepuluh tahun.
Setelah 10 tahun berdiri, sejak 16 Mei 2000, ESQ LC telah
menjadi salah satu lembaga pelatihan sumber daya manusia terbesar di
Indonesia. Setiap bulan terselenggara rata-rata 100 even training di
dalam maupun luar negeri, dan menghasilkan alumni per bulan rata-
rata 10.000-15.000 orang. Sampai dengan saat ini, telah terselenggara
lebih dari 5,000 training (data per Nopember 2010) dengan total
alumni hampir 1 juta orang (data per Nopember 2010). Untuk
melaksanakan itu semua, ESQ LC saat ini didukung lebih dari 500
orang karyawan.
Sejak tahun 2006, mulai diselenggarakan training di luar negeri
seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Belanda, Amerika Serikat, dan
Australia. Tahun 2009, beberapa negara lainnya seperti Jepang,
48
Dubai, Mesir pun menunggu untuk terselenggaranya training ESQ.
Khusus di Malaysia, sejak bulan April 2007 secara resmi dibuka
cabang ESQ.
Training ESQ bukan hanya ditujukan bagi kalangan dewasa
namun juga bagi mahasiswa, remaja dan anak-anak, sebagai generasi
penerus masa depan yang harus diselamatkan. Menyadari akan
tanggung jawab sosialnya, ESQ LC bekerjasama dengan Forum
Komunikasi Alumni ESQ telah melaksanakan berbagai program bagi
masyarakat dan salah satu diantaranya adalah training cuma-cuma
bagi lebih dari 100,000 (data per Nopember 2010) guru di seluruh
Indonesia. Tujuannya, agar para guru memiliki kecerdasan emosional
dan spiritual disamping kecerdasan intelektual dan membangun ketiga
kecerdasan tersebut pada para siswa. Program tersebut akan terus
digulirkan hingga target minimum 1 juta orang guru tercapai pada
tahun 2020.2
Keberhasilan ESQ bukan seperti membalikkan telapak tangan,
semua melalui proses perjalanan panjang seorang Ary Ginanjar
Agustian, tak lain adalah pendiri ESQ sendiri atau penemu ESQ
model.
2 http:gerakjalanesq.wordpress.com/training-esq-Cuma-Cuma-untuk-para-ustadz-se-
dki. Rabu, 22 Juli 2013. 14:16:10
49
2. Visi
Menjadi leadersihip center kelas dunia yang terkemuka dan
independen.3
3. Misi
a. Memberikan kontribusi dalam pembangunan karakter individu dan
korporasi yang tangguh dengan penyampaian “The ESQ Way
165” kepada masyarakat luas melalui pelatihan dan media lainnya
secara professional.
b. Membangun jejaring (network) dan bersinergi di segala bidang
yang mendatangkan manfaat dan kesejahteraan masyarakat.
Berupaya terus-menerus menjadi lembaga professional yang dibentuk
melalui penerapan ESQ Way 165.
B. Sekilas Tentang Pendiri
Di balik keberhasilan ESQ yang fenomenal, tentulah berdiri
seorang tokoh yang inovatif dan kreatif. Tokoh pencetus ide sekaligus
pendiri ESQ Leadership Center adalah Ary Ginanjar Agustian.4
Ary Ginanjar lahir di bandung pada tanggal 24 Maret 1965. Ia
merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. A.
Rohim Agustjik dan Hj. Ana Rahim. Ayahnya lahir di Palembang dan
bekerja di departemen kesehatan RI sedangkan ibunya lahir di bandung.
Setelah lahir di bandung bebrapa bulan, maka ia dibawa ke Jakarta
3 The ESQ Way 165, Menuju Indonesia Emas (Jakarta: PT. Arga Bangun Bangsa),
h. 74 http://www.esqway165.com/about-us/founder/
50
tinggal bersama orang tuanya di Tanah Abang. Dia disekolahkan di
SDN Kare 1, SMP 70 Pejompongan dan SMA 68 di Jakarta.
Setelah Ary GA selesai menempuh pendidikan menengahnya
di Jakarta, ia melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP)
Bandung jurusan Turism Manajemen. Kemudian ia bekerja di Dinas
Pariwisata Bali. Bebrapa kemudian ia memperoleh beasisiwa selama
satu tahun untuk belajar di Tafe College, Adelaide, South Australia
mendalami bidang komunikasi pada tahun 1985. Sepulangnya dari
Australia ia kembali bertugas ditempat semula (dinas pariwisata).
Disamping itu ia diminta mengajar politeknik di Universitas Udayana
Jimbaran Bali. Setelah selama lima tahun ia menjadi dosen, ia berhenti
sebagai PNS dan beralih profesi menjadi pelaku bisnis sambil menjadi
trainer dalm bidang sumber daya manusia (SDM).
Setelah sukses mengawali bisnisnya di Bali, ia kemudian
kembali ke Jakarta sekitar akhir tahun 1990-an. Di Jakarta ia
mendirikan bebrap perusahaan dan memgang berbagai jabatan penting
antara lain sebagai presiden direktur PT Arga Wijaya, Komisaris Utama
PT. Arsa Dwi Nirmala, Executive Vice Presiden di JJP (Jakarta
professional chapter), menjadi ketua diklat dan litbang di HIPMI Jaya
(Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) dan terakhir ia mendirikan
pusat pelatihan ESQ Leadership center yang telah mengadakan bebrapa
kali pelatihan.
51
Ary Ginanjar Agustian adalah seorang profesional yang telah
berkecimpung di dunia bisnis selama lebih dari 20 tahun. Melalui buku-
buku yang dipelajari, perenungan serta pengalamannya tersebut Ary
Ginanjar menulis sebuah buku yang sangat fenomenal “ESQ: Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi & Spiritual”. Di dalam buku
tersebut ia menyampaikan gagasan bahwa untuk mencapai keberhasilan,
kecerdasan intelektual (IQ) saja tidak cukup. Diperlukan kecerdasan
emosional (EQ) yang akan memberikan keterampilan dalam
bersosialiasi dan berhubungan dengan orang lain, serta kecerdasan
spiritual (SQ) yang akan memberikan jawaban atas eksistensi diri.
Untuk menggabungkan ketiga kecerdasan tersebut, Ary Ginanjar
merancang sebuah konsep yang disebutnya The ESQWay165, yaitu
sebuah konsep pembangunan karakter yang komprehensif dan integratif
berdasarkan 1 nilai universal, 6 prinsip pembanguan mental dan 5
langkah aksi.
Untuk menyampaikan konsep tersebut, Ary Ginanjar
merancang metode training yang menggunakan teknologi tinggi dan
multimedia modern. Ia kemudian mendirikan lembaga training
pembangunan karakter yaitu ESQ Leadership Center. Keberhasilannya
dalam memberikan motivasi dan semangat perubahan melalui buku
serta training tersebut, membuat Ary Ginanjar terpilih sebagai salah satu
The Most Powerful People and Ideas in Business 2004 oleh Majalah
Swasembada. Ia juga terpilih menjadi Tokoh Perubahan 2005 oleh
52
Koran Republika serta didaulat menjadi Pengurus Dewan Pakar ICMI
periode 2005–2010. Pada Maret 2007, Ary Ginanjar juga telah berhasil
memperkenalkan ESQ di Oxford, Inggris. Dalam sebuah pertemuan
yang diselenggarakan oleh The Oxford Academy of Total Intelligence
tersebut Ary Ginanjar telah memukau sejumlah pakar Spiritual Quotient
(SQ) dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Australia, Denmark,
Belanda, Nepal dan India.
Penghargaan serta pengakuan atas konsep The ESQWay165
sebagai metode pembangunan karakter terus mengalir. Pada peringatan
Sumpah Pemuda di tahun 2009, Ary Ginanjar menerima penghargaan
dari Menteri Pemuda dan Olah Raga yang bertajuk “ESQ Model sebagai
Metode Pembangunan Karakter”. Kemudian pada tahun yang sama
Majalah Biografi Politik juga menobatkan Ary Ginanjar sebagai
Pemimpin Muda Berpengaruh 2009. Sebagai penghargaan atas
kontribusi ESQ dalam pembangunan karakter di lingkungan Kepolisian
RI maka di tahun 2010 Ary Ginanjar menerima pula penghargaan dari
Kepala Kepolisian Republik Indonesia.
Konsep The ESQWay165 sebagai metode pembangunan
karakter juga telah diakui secara akademis melalui penganugerahan
gelar Doctor Honoris Causa oleh Universitas Negeri Yogyakarta kepada
Ary Ginanjar pada Desember 2007. Ary Ginanjar juga mendapat
53
kepercayaan untuk mengajar mata kuliah “Strategi Pendidikan
Karakter” di program pascasarjana UNY.5
C. Metode, Materi dan Tingkatan Training ESQ
1. Metode Training ESQ 165
Peserta akan dituntut membangkitkan tujuh nilai dasar: Jujur,
Tanggungjawab, Visioner, Disiplin, Kerja Sama, Adil, dan Peduli.
Nilai-nilai ini sesungguhnya sudah tertanam dalam diri manusia sejak
lahir. Melalui training ESQ ini peserta diarahkan untuk memiliki nilai-
nilai dasar tersebut dan membantu membangkitkan kekuatan
tersembunyi serta mengarahkan seluruh potensi dirinya untuk
kehidupan dan pekerjaan yang lebih produktif.
“Yang unik dan membedakan training ESQ dari pelatihan lainnya adalah training dibuat sedemikian rupa sehingga peseta akan merasa seperti menikmati sebuah pertunjukan yang bermakna. Sebagai materi pendukung, peserta juga akan diajak terliabat beberapa aktivitas dalam training seperti permainin, simulasi serta saling berbagi pengalaman diantara peserta. Materi training akan disampaikan dengan menggunakan multimedia yang menggabungkan antara animasi, klip, film, efek suara dan musik. Ditampilkan dengan medium beberapa layar besar, berukuran 4x6 meter dan tata suara hingga 15.000 watt. Training dilaksanakan di berbagai tempat terpilih dengan standar tertentu untuk memastikan bahwa training dapat berlangsung nyaman dan menyenangkan bagi peserta”.6
5 http://esq165blog.wordpress.com/sekilas-esq/Sekilas ESQ. Kamis 26/09/13
6 New Life Option: ESQ Leadership Training (Jakarta: PT. Arga, t.t), h. 1
54
2. Materi Training ESQ
Training ESQ adalah sebuah training yang menyatukan tiga
kecerdasan sekaligus, yaitu IQ, EQ, SQ. Walau dinamakan training
SDM (Sumber Daya Manusia), namun dalam training ini diperkuat
dengan penjelasan ayat-ayat Al-Quran dan hadits. Training ini
bukanlah training agama, seperti halnya penuturan Ary Ginanjar
Agustian dalam bukunya yang berjudul ESQ: Rahasia Sukses
Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. “… kalau di dalam
buku ini ada al-Quran, ini bukan untuk golongan, tapi untuk seluruh
umat Islam. Bukan al-Quran untuk Islam, bukan dunia untuk Islam,
tetapi Al-quran dan Islam untuk dunia…”7
“Terdapat tiga tahapan pemberian materi di training ESQ,
yaitu Unleash Spiritual Intellegent, Developing Emotional Intellegent,
dan Let’s Action.”8
1. Unleash Spiritual Intellegent
a. ESQ Backgraound
Dalam ESQ background, peserta diperkenalkan
seputar ESQ dengan memepertanyakan “mengapa ESQ”?.
Materi ini memasuki pada tataran dimensi IQ, pada ESQ
backgroun ini diperkenalkan seputar teori yang merupakan
pijakan awal dalam pemberian materi.
7 Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
(Jakarta: Arga 2005), h. 208 Ratih Damayanti, Skripsi Pola komunikasi dalam training ESQ 165, thn. 2008, h.
63
55
Pada materi ini, peserta diberikan pengetahuan tentang fakta-
fakta kemampuan kecerdasan intelektual, emosional, dan
spiritual dengan menunjukan hasil-hasil penelitian tentang
seberapa besar pengaruh antara ketiga kecerdasan ini menjadi
seseorang pemimpin atau pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM).
b. ESQ Outer Journey
Merupakan materi yang mengajak peserta masuk
dalam dimensi rasa dan dimensi spiritual. Tujuan utama
penyampaian materi ini adalah:
1. peserta memiliki kesadaran ilahiyah (god conciousness),
yaitu kesadaran tentang eksistensi Allah, kebesaran Allah,
dan keesaan Allah.
2. Tumbuhnya keyakinan kepada Tuhan dalam hati para
peserta.9
c. ESQ Inner Journey
Setelah melihat keluar, kemudian training memberikan
materi yang mengajak peserta untuk memperhatikan dalam diri
sendiri. Tujuan Inner Journey ini adalah:
1. Peserta memiliki god conciousness: eksistensi Allah,
kebesaran Allah, dan keesaan Allah.
9 Ratih damayanti, Skripsi Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165
56
2. Peserta mampu mengenal dan merasakan sifat Allah di
dalam dirinya dan getarannya.
3. Merasakan kebesaran Allah melalui suara hati manusia dan
asmaul husna.
Muhasabah dengan membandingkan betapa sifat-sifat
itu telah diabaikan dan didzolimi.10
d. Zero Maind Proses (Penjernihan Emosi)
“Dalam diri seseorang sebenarnya telah dikaruniakan
oleh Tuhan sebuah jiwa, di mana dengan jiwa tersebut tiap
orang bebas memilih sikap, bereaksi positif / negatif, berhenti /
melanjutkan, marah / sabar, reaktif / produktif, atau bahkan
baik / buruk.”11
Zero Mind Proses (ZMP) merupakan sebuah rumus
bagaimana manusia mampu khususnya peserta menyadari
kebenaran suara hati yang sama setiap orang. Adapun rumus
ZMP itu adalah: = ~
Angka berapapun jika dibagi dengan nol maka akan
mendekati tak terhingga (~). Jika kita ikhlas dan jernih (= 0)
maka kita akan mendekati yang Maha Tinggi yaitu Allah.
10 Ratih damayanti, Skripsi Pola Komunikasi dalam Training ESQ 165 h. 64-6511 Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
(Jakarta: Arga 2005) h. 67
57
Terdapat tujuh faktor yang tanpa disadari membuat manusia
buta hati, yaitu: prasangka negatif, pengaruh prinsip hidup,
pengaruh pengalaman, kepentingan, sudut pandang,
pembanding, dan literatur.12 Ketujuh belenggu ini sangat
mempengaruhi cara berfikir seseorang, oleh karena itu
kemmpuan melihat sesuatu secara jernih dan objektif harus
didahului oleh kemampuan mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi. Caranya adalah dengan mengembalikan
manusia pad afitrah hatinya, sehingga mampu melihat dengan
mata hati, memilih dengan cara yanga adil dan bijaksana
sesuai suara hati sehingga keputusan yang diambil menjadi
benar.
2. Developing Emotional Intellegent
Setelah ditemukan suara hati pada dimensi spiritual, maka
nilai-nilai itu dibentuk dan dibentengi oleh enam prinsip untuk
membangun mentalitas / kecerdasan emosi. Pada tahap ini materi
yang diberikan sudah memasuki pada tahap mental building yang
bertujuan untuk membangun kecerdasan emosi.
a. Star principle (Prinsip Bintang)
Komitmen spiritual adalah hidup hanya berpegang
teguh pada Tuhan yang maha Esa. Tidak ada prinsip selain
12 Agustian, ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, h.
67.
58
Dia. “Prinsip ini akan membuat manusia merasa aman,
memiliki kepercayaan diri yang tingggi, integritas,
kebijaksanaan, dan semua dilandasi oleh iman, dan dibangun
dengan prinsip hanya kepada Allah, serta memuliakan dan
menjaga sifat-sifatNya pada diri manusia”.13
Pada Star Prinsiple yang berarti iman kepada Tuhan,
ada tuju hasil dari prinsip bintang ini, yaitu: bijaksana,
inegritas, rasa aman, situasi terus berubah, kepercayaan diri,
intuisi, dan sumber motivasi.14
b. Angel Principle ( Prinsip Malaikat)
Penyampaian materi prinsip malaikat ini baisanya
diawali dengan sebuah cerita “Rudi dan sikat Gigi”. Dalam
kisah ini digambarkan bahwa setiap tindakan yang dilakukan
tidak mengharapkan pujian dari orang lain, cukup malaikat
mencatat di pundak di sebelah kanan dan tidak membutuhkan
tepuk tangan serta penghargaan dari orang lain. Hasil dari
prinsip ini akan menciptakan loyalitas, komitmen, kebiasaan
memberi dan mengawali, kebiasaan menolong dan saling
percaya.
1) Keteladanan malaikat
13 Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara
Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual, ed., pidato ilmiah penganugrahan gelar kehormatan Doktor Honoris causa, 17 desember 2007 (Yogyakarta: UNY Press, 2007), h. 26
14 Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 137
59
Malaikat adalah mahluk mulia, mereka sangat
dipercaya oleh Tuhan untuk menjalankan segala perintah-
Nya. Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik2nya.
Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kpd mereka,
akan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Prinsip tungggal
hanya mengabdi kepada Allah swt.15
2) Integritas dan loyalitas
Loyalitas dan kesetiaan pada prinsip yang dianut.
integritas adalah sikap jujur, konsisten, komitmn, berani
dan dapat dipercaya. Integritas muncul dari kesadaran diri
terdalam, yang bersumber dari suara hati. Integritas tidak
menipu dan tidak berbohong karena integritas tidak
memerlukan tepuk tangan orang lain.16
3) Kebiasaan memberi dan mengawali
Dengan mengucap bismillah, setiap kali akan
melakukan suatu pekerjaan, berarti kita telah melakukan
sesuatu yang yang tidak akan merugikan orang lain, karena
efektivitas bismillah sendiri adalah suatu investasi
kepercayaaan, karena merupakan prinsip yan mendahului
“memberi”, bukan menunggu ataupun meminta.17
15 Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara
Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 13916 Ibid., h. 14217 Ibid., h. 143
60
4) Komitmen
“menyatukan sebuah janji adalah pekerjaan yang
sangat mudah, namun menepati janji adalah sebuah
langkah emas yang mampu meraih kepercayaan yang
sangat tinggi nilainya bagi orang lain. Meski anya sebuah
janji kecil, namun sesungguhnya hal tersebut sangat
berpengaruh kepada kredibilitas seseorang.18”
5) Saling komitmen dan saling percaya
“saat mengucap “assalamualaikum wr wb” kepada
orang lain sesungguhnya memiliki arti: smg Allah
memberikan keselamatan dan rahmat kepad anda. Ketika
mengucap kata ‘semoga’ sebuah makan a “saya berharap”
memancar dari padanya.”19 Berharap secara sungguh-
sungguh agar ia mendapat keselamatan serta berkah.
Asssalamualaikum adlah seuntai kata bermakana janji
persaudaraan, saling percaya dan saling membantu.
c. Leadership principle (prinsip kepemimpinan)
Menjadi pemimpin dengan empta sifat yaitu fathonan
(cerdas), amanah (jujur), shidiq (benar), dan tabligh
(komunikatif).20
18 Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara
Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 14719 Ibid h. 14820 Ibid h. 158
61
d. Learning principle (perinsip pembelajaran)
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, (QS al-alaq 1-3)
Perinsip ini merupaakn kebiasan untuk memperbaiki
dan meningkatkan serta membuang hal2 buruk. Untuk
melatihnya menggunakan doktrin harian yang dibaca
berulang-ulang, seperti kita mebaca surat al-fatihah setiap
shalat secara berulang2 sebg peross penyempurnaan secara
terusmnerus.
e. Vision principle (prinsip masa dpean)
Pada vision princpl inilah langkah pembangunan visi
dimulai. Vision princpl selalu berorientasi pada tujuan akhir di
setiap langkah. Visi terbagi menjadi 3, yaitu: visi jangka
panjang, bahwa hari akhir senagai tuuan akhir (surge atau
neraka). Hal ini akan menimbulkan pengendalian diri dan rasa
aman abadi, karena kita selalu memilih target yang lebih besar.
Visi jangka menengah, membangun bangsa Indonesia emas.
Visi jangka pendek adalh membangun pribadi emas yang
mamapu menjalankan nilai2 165 dalm kehidupan.21
f. Well organized principle (prinsip kteraturan)
21 Ary, Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 203-214
62
Memiliki kesadaran, ketenangan dan keyakinan dalam
berusaha, karena pengetahuan akan kepastian hokum alam dan
hokum social. Sangat memahami akan arti penting sebuah
proses yang harus dilaluui. Sell berorientasi pada pembentukan
system (sinergi), dan sll berupaya menjaga sisstem yang telah
dibentuk. Menyadari bahwa diri kiat sebagai bagian dari
sebuah system, demikian selalu ikhlas dimanapun posisinya
berada dengan situasi atau kejadian apapun denan
menghormati sebagai bagian dari keteraturan.
3. Lets action
Setelah mengenal suara hati, membangun enam prinsip
mentalitas, maka langkah ketiga adalah bagaimana cara
mengaplikasikan suara hati kedalam langkah aksi. Karena
nilai-nilai itu harus dikeluarkan menjdi realitas dan aplikasi
nyata. Untu itu supaya tidak keluar dari garis orbit maka
dituntut dengan lima langkah sehingga menjadi lima kebiasan.
Lima langkah ini berada pada dimensi fisik agar tetap
pada garis orgbit. Adapun aksi-aksi tersebut adalah:22
a) Mision Statement (penetapan misi),
Mission Statement yang dimaksud adalah tentang
kebenaran isi syahadat yang sebenarnya merupakan
ketetapan dari tuhan. Hal ini lebih dapat menguatkan
22 Ary Ginanjar, Membangun SumberDaya Manusia dengan Kesinergian Antara
Kecerdasan Spiritual Emosional dan Intelktual ESQ (Jakarta: Arga Publishing) h. 262
63
keyakinan seseorang tentang kebenaran rukun islam yang
pertama, yakni syahadat.
Menetapkan misi bahwa hidup adalah pengabdian
kepada Allah. Pernyataan misi hidup ini akan membangun
sebuah keyakinan dalam berusaha, memberikan daya
dorong yang kuat dalam mencapai tujuan.
b) Character building (pembangunan karakter)
Melatih dan membentuk karakter dengan
pengulangan sehingga terjadi internalisasi karakter. Salah
satu melahirkan karakter unggul adalah dengan melakukan
shalat yang dilakukan secara konsisten.
Shalat adalah penelitian menyeluruh untuk menjaga
serta meningkatkan kualitas kejernihan emosi dan spiritual
seseorang.
c) Self controlling (pengendalian diri)
Tujuan akhir pengendalian diri yang dilatih dan
dilambangkan dengan puasa sebenarnya adalah
keberhasilan bukan sebuah pelarian diri dari kenyataan
hidup di dunia yang seharusnya dihadapi.
Puasa tanpa didahului niat, hanyalah menghasilkan
kesia-siaan. Hanya sebatas menahan nafsu (makan/minum)
tanpa tujuan yang jelas. Puasa adalah bentuk metode
64
pelatihan pengendalian diri yang bertujuan untuk
memlihara asset kita yang paling berharga, yaitu fitrah.
d) Social strategi (ketangguhan sosial)
Pada bagian ini, yaitu ketangguhan social berupa
zakat, pada hakekatnya adalah untuk mengeluarkan god
spot / fitrah diri ke arah kondisi nyata dalam bentuk
aplikasi yang konkrit suara hati. Prinsip zakat adalah
mengeluarkan.
e) Total action (aplikasi total)
Total action di sini dilambangkan dengan haji.
Secara prinsip, haji merupakan langkah yang berpusat pada
Allah Yang Maha Esa, dimana setiap tujuan tidak lagi
berprinsip pada yang lain. Prinsip ini akan melahirkan jiwa
yang luar biasa. Haji adalah suatu transformasi prinsip dan
langkah secara total (tawaf), konsistensi perjuangan sa’i,
evaluasi dan visualisasi serta mengenal jati diri spiritual
ketika wukuf.
Ada 7 nilai dasar yang terdapat dalam ESQ tersebut
diambil dari Asmaul Husna sebagai bentuk pengabdian
kepada sifat Allah yang terletak pada pusat orbit:
1. Jujur, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, Al-
mukmin.
65
2. Tanggung jawab, adalah wujud pengabdian kepada
sifat Allah, Al-wakiil.
3. Disiplin, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah,
Al-matiin
4. Kerjasama, adalah wujud pengabdian kepada sifat
Allah, A-jamii’.
5. Adil, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah, A-
adl.
6. Visioner, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah,
Al-akhir.
7. Peduli, adalah wujud pengabdian kepada sifat Allah,
Al-bashir.
Ketujuh sifat inilah yang harus dijadikan values
atau nilai yang melaksanakan disamping nilai-nilai lainnya
yang berjumlah 99 sebagai sumber pengabdian.23
3. Tingkatan Training ESQ
Untuk mempermudah segmentasi peserta, training ESQ dibagi
menjadi beberapa tingkatan, yaitu:24
23 Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual,
(Jakarta: Arga Publishing 2008) h. 90
24 http://esq165blog.wordpress.com/sekilas-esq/ Kamis 26/09/13
66
1. ESQ Basic Training
Pada training awal ini peserta akan memperoleh pemahaman
tentang konsep dasar ESQ serta merasakan pengalaman spiritual
yang akan mengubah hidup peserta ke arah yang lebih baik. ESQ
Basic Training ini memiliki beberapa jenis kelas yaitu Kelas
Eksekutif, Kelas Profesional, Kelas Reguler, Kelas Mahasiswa,
Kelas Remaja dan Kelas Anak-anak.25
2. ESQ Mission Statement
Training ini membantu peserta untuk memiliki visi yang
jelas & misi yang kuat. Setelah mengikuti training ini peserta ber-
hak menyandang YELLOW BELT dengan predikat Bintang 1.
3. ESQ Character Building
Melalui training ini peserta akan menjadi seorang pribadi yang
memiliki karakter kuat dan tangguh. Setelah mengikuti training
ini peserta berhak menyandang GREEN BELT dengan predikat
Bintang 2.
4. ESQ Self Control
Kemampuan untuk mengendalikan diri serta mengalahkan
semua kelemahan adalah hasil yang akan peserta peroleh dari
training ESQ Self Control. Setelah mengikuti training ini peserta
berhak menyandang BLUE BELT dengan predikat Bintang 3.
25http://esq165blog.wordpress.com/sekilas-esq/ Sekilas ESQ Kamis 26/09/13
67
5. ESQ Strategic Collaboration
Di dalam training ini peserta akan diajak untuk
menemukan potensi yang tak ternilai yaitu kolaborasi serta
menciptakan tim kerja yang solid. Setelah training ini peserta
berhak menyandang DARK BLUE BELT dengan predikat
Bintang 4.
6. ESQ Total Action
Untuk mewujudkan sebuah ide menjadi kenyataan maka
diperlukan kemampuan untuk mengeksekusi, dan itulah yang
akan peserta dapatkan dalam training ESQ Total Action. Setelah
mengikuti training ini peserta berhak menyandang BROWN
BELT dengan predikat Bintang 5.
7. ESQ Star Leader
Peserta akan diminta mengajukan sebuah ide proyek sesuai
dengan bidang & keahlian masing-masing, demi terwujudnya
Indonesia dan Dunia Emas. Dalam pelaksanaannya peserta akan
didukung oleh jaringan ESQ diseluruh dunia. Setelah
menyelesaikan proyek ini peserta berhak menyandang BLACK
BELT dengan predikat Bintang 6.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Pesan Dakwah dalam Training ESQ
Pada bab ini penulis akan menguraikan data untuk memperoleh validitas
dan realibilitas tentang isi pesan dakwah dalam program Training ESQ
Leadership Center 165. Dalam menganalisa pesan dakwah tersebut, peneliti
menggunakan metode analisi isi (conten analysis) sebagai suatu metode
penelitian yang bersifat mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau
tercetak dalam suatu media massa. Adapun pelopor analisis isi adalah Harold D.
Laswell, ia membuat teknik symbol coding yaitu mencatat lambang atau pesan
secara sistematis untuk kemudian dapat dinterpretasikan oleh peneliti.1
Untuk memperoleh realibitas dan validitas kategori isi pesan dakwah,
maka diadakan pengujian kategori pada tiga orang juri atau koder yang dipilih
dari orang yang dipandang kredibel dan mampu memberikan penilaian secara
objektif.
Dalam training terdapat tiga bagian yaitu Unleash Spiritual Intellegent
yang biasa disebut satu Hati (hati yang ihsan), Developing Emotional Intellegent,
atau rukun iman (enam prinsip) dan Let’s Action yang biasa disebut rukun islam
1 Bambang Setiawan, Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2004), h. 7.9)
69
(lima langkah). Dari semua tema diteliti pesan-pesan dakwah yang terkandung
dalam setiap bagian tersebut dengan kategorisai yang telah dibuat.
Berikut adalah hasil pengujian kategori oleh tiga orang juri dan akan
ditampilkan oleh peneliti penjelasan sesuai dengan urutan materi (bagian).
1. Pesan Dakwah dalam Bagian I ( Unleash Spiritual Intellegent )
Pada bagian ini diperoleh data bahwa kategori pesan dakwah pada
materi ESQ 165 yang memiliki nilai dominan adalah pesan akhlak. Berikut
hasil penilaian juri yang telah dianalisis dari tujuh jumlah materi:
Table 3
Kategori Pesan dalam Bagian I ( Unleash Spiritual Intellegent )
No Kategor Frekuensi Persentase
1 Aqidah 3 42,85 %
2 Syariah 0 0 %
3 Akhlak 4 57,14 %
Jumlah 7 100 %
Dari tabel di atas, hasil perhitungan pesan dakwah yang mendominasi
adalah pesan akhlak berjumlah 57,14%. Hasil dari persentase penilaian ketiga
juri menunjukan bahwa materi training ESQ 165 pada bagian satu
menekankan kepada para peserta terhadap makna dan pentingnya akhlak.
Baik terhadap pencipta, antar sesama dan sebagainya.
70
Berikut ini adalah rincian pesan yang mengandung kategori pesan
akhlak menurut kesepakatan juri:
Table 4
Rician Kategori Akhlak
Kategori Materi / Uraian
Pesan
Akhlak
Inner Journey: Setiap manusia ditiupkan ruh oleh Allah,
atau bisa kita sebut Suara Hati yang bersumber dari Asmaul
Husna. Jika kita menjalankan sifat-sifat yang terkandung
dalam asmaul husna, kitapun secara tidak langsung mendekat
kepada Allah Swt. ESQ pun merealisasikan dengan 7 Budi
Utama: Jujur, Tanggung Jawab, Visioner, Disiplin,
Kerjasama, Adil, Peduli.
Penjernihan Emosi: Hindari berprasangka buruk, upayakan
berprasangka baik kepada orang lain.
Kebebasan Hati: Setiap manusia telah dikaruniai oleh Tuhan
sebuah jiwa, yang dengan jiwa itu, ia bebas menentukan
pilihan reaksi. Bereaksi positif atau negatif, marah atau sabar,
reaktif atau proaktif, bereaksi baik atau buruk.
Kesadaran Diri: dibutuhkan kejernihan hati sebelum
mencari dan menemukan kebenaran, kebenaran yang sesuai
dengan kehendak sang pencipta.
2. Pesan Dakwah dalam Bagian II Developing Emotional Intellegent
Pada bagian ini terdapat 51 materi pesan dakwah. Dari 51 materi pesan
dakwah yang telah dikategorisasikan menghasilkan nilai sebagai berikut:
71
Table 5
Kategori Pesan dalam Bagian II ( Developing Emotional Intellegent )
No Kategori Frekuensi Persentase
1 Aqidah 19 37,25 %
2 Syariah 17 33,33 %
3 Akhlak 15 29,41 %
Jumlah 51 100 %
Perhitungan tabel di atas menampilkan bahwa kategori pesan aqidah
lebih dominan ketimbang kategori syariah dan akhlak, yakni 37,25%. Dengan
demikian, persentase penilaian ketiga juri menunjukan bahwa materi training
ESQ 165 pada bagian dua menekankan kepada para peserta terhadap
keyakinan kepada Allah yang menjadi prinsip kehidupan.
Berikut ini adalah rincian pesan yang mengandung kategori pesan
aqidah menurut kesepakatan juri:
Table 6
Ricinan Kategori Pesan Aqidah
Kategori Materi / Uraian
Rasa Aman: Rasa aman abadi yanag ada didasar hati
membuat sesorang bisa menghadapi segala situasi,
yang tidak mengenakan sekalipun. Ia perpegang pada
Laa ilaaha Illallah
72
Pesan
Aqidah
Sumber Motivasi: Allah senantiasa mendampingi,
dengan suara-suara hati yang merupakan sifat-sifat-
Nya. Apabila terjatuh, sadarlah, itu berarti masih
banyak ilmu yang belum diketahui. Pelajari kesalahan
tersebut, cari jawaban kenapa jatuh. Ambil jurus
kedua dan bangkit kembali. Allah yang maha Agng
mencintai hamba-Nya.
Keteladanan Malaikat: Malaikat adalah contoh bagi
manusia tentang integritas sesungguhnya: integritas
total yang menghasilkan suatu kepercayaan tingkat
tinggi.
Integritas dan Loyalitas: Setiap apa yang kita
lakukan, yakinlah, malaikat mencacatnya. Jangan
mengaharapkan penghargaan dari manusia.
Berorientasilah kepada kepercayaan dan ridho Allah,
bukan semata uang.
Mencari Kebenaran: membaca adalah awal suatu
perintah untuk mengenal dan berfikir tentang
eksistensi diri dan Tuhan sebagai pencipta.
Al-Qur’an Sebagai Pedoman Puncak: Al-Qur’an
juga memberikan peneghan agar manusia memiliki
kepercayaan diri yang sejati dan mampu memberikan
motivasi yang kuat dan prinsip yang teguh.
Jaminan Masa Depan: Perjuangan rasulullah
menghadapi kaum Quraisy adalah misi Tuhan
sesungguhnya, dan itulah seni serta keindahan hidup,
yaitu sebuah perjuangan dan pengabdian kepada
Allah
73
Pesan
Aqidah
Bebaskan Belenggu: Adanya kesadaran diri bahwa
hanya Allah yang paling sempurna, akan membuat
manusia merasa seperti gelas kosong yang siap untuk
diisi ilmu baru, sehingga langkah-langkah
penyempurnaan diri selalu dilakukan.
Teladani Sistem Manajemen Alam Semesta:
pelajari bagaimana Allah memotivasi setiap manusia
dengan menciptakan dorongan-dorongan yang
ditumbuhkan di hati setiap individu, agar mereka
selalu mencari kemuliaan dan kemajuan. Hasil
akhrnya, hamba2 Allah itu bekerja maksimal. Maka,
di samping system punishment yang tegas, system
rewarding perlu mendapat penekanan khusus,
sekiranya ingin belajar dari manajemen Allah. Inilah
system yang disebut Rububiah Allah atau sisitem
pemeliharaan Allah.
3. Pesan Dakwah pada Bagian III ( Let’s Action )
Kategorisasi pesan dakwah pada bagian ini memiliki nilai yang
bervariasi. Berikut hasil penilaian ketiga juri dari 37 materi pesan dakwah
dalam training ESQ 165:
74
Table 7
Kategori pesan dalam Bagian III ( Let’s Action )
No Kategor Frekuensi Presentase
1 Aqidah 5 13,51 %
2 Syariah 26 70,27 %
3 Akhlak 6 16,21 %
Jumlah 37 100
Persentase perhitungan ketiga juri terhadap materi training ESQ 165
bagian tiga menunjukan bahwa pesan syariah menjadi materi yang lebih
mendominasi dengan perolehan nilai 70,27%. Karena dalam training tersebut
menjelaskan tentang hal yang bersangkutan dengan amaliah, seperti shalat.
Shalat dalam Islam berfungsi sebag tiang atau pondasi bangunn.
Berikut ini adalah rincian pesan yang mengandung kategori pesan
aqidah menurut kesepakatan juri:
Table 8
Ricinan Kategori Pesan Syariah
Kategori Materi / Uraian
Relaksasi: Fungsi relaksasi dalam sholat akan memberikan
ruang berfikir bagi perasaan intuitif, sekaligus mentasbihkan
kecerdasan emosi serta spiritual seseorang, dan menjaga
kefitrahan suara hati.
75
Pesan
Syariah
Membangun Kekuatan Afirmasi: Sholat juga memberikan
kekuatan afirmasi yang dapat membantu seseorang untuk lebih
menyelaraskan nilai-nilai positif keimanan dengan realitas
kehidupan.
Pembangkit dan Penyeimbang Energi Batiniah: Selain
untuk menyelarskan hati, pikiran dan kenyataan hidup, solat
juga sebuah mekanisme yang bias menabah energy baru, yang
terakumulasi menjadi kumpulan dorongan untuk segera
berbuat nyata sebagai aplikasi pemikiran ke dalam realitas.
Energy itu akan breubah menjadi perjuangan nyata dalam
menjalankan misi sebagai rahmatan lil ‘alamin. Sholat akan
meghasilkan sumber daya manusia yg diilhami “cahaya Allah”
yg berperan utk memakmurkan bumi.
Pengasahan Prinsip: Sholat adalah pelatihan menyeluruh
untuk menjaga kejernihan emosi dan spiritual seseorang.
Adzan: Adzan yg dikumandangkan secara antusisa lima kali
dalam sehari, semestinya mampu menularkan emosi dari isi
ucapan adzan itu sendiri. Dan isi adzan lainnya yang secara
keseluruhan akan mampu memengaruhi serta membangkitkan
semanga seseorg utk meraih kemenangan dan memgang
prinsip.
Garis Orbit dan Makna Kiblat: karakter setiap pribadi yang
tetap pd garis orbit akan selalu mengelilingi titik Tuhan.
Karakter yg terbangun akan sesuai dg suara hati. garis orbit itu
dijaga dengan enam asas Rukun Iman, dan dikelilingi solat
lima kali sehari semalam. Jgn sampai kita beredar di luar garis
orbit, meski fisik sudah melakukan sholat, karena jiwa, pikiran
serta tingkah laku kita mengorbit dan berpusat kpd prinsip
76
Pesan
Syariah
yang lain.
Ketangguhan Sosial (Social Strength): Ketangguhan
diaplikasika melalui tiga langkah; Syahadat (mission
statement), sholat (character building), dan Puasa (self
control).
Keluarkan Potensi Spiritual (Core Values): prinsip zakat
bukan sebatas member sebagian dari penghasilan, namun zakat
dimaknai sebagai potensi fitrah, seperti member perhatian dan
penghargaan, menunjukan sikap kasih saying, berempati, dan
menunjukan integritas.
Hadapi Tantangan—Lontar Jumrah: manusia dilahirkan
dalam kondisi hati yg fitrah, namun pendidikan dan
pengalaman telah begitu kuat berperan dalam menciptakan
belenggu yg menutup “penglihatan” kefitrahan hati. sehingga
seringkali kita tak mampu melihat secara obyektif. Melontar
jumrah di Mina adalah symbol dari pelawanan aktif terhadap
musuh2 yg ada di dalam diri tersebut.
Pengasahan Komitmen dan Integritas—Thawaf: Komitmen
bukan hanya sebuah janji yg terucap dan adal dalam pikiran,
tetapi komitmen harus diwujudkan melalui perbuatan dan
langkah nyata. Semua benda dari yg terkecil hingga terbesar,
dari ataom sampai system tata surya, berthawaf, patuh
mengikuti aturan-Nya.
77
B. Pesan Dakwah yang Paling Dominan dalam Training ESQ
Leadership Center 165
Berdasarkan hasil nilai yang digambarkan dalam table dari ketiga juri
tersebut, maka nilai kesepakatan yang diperoleh antar juri menjadi ukuran nilai
pesan dakwah yang terdapat dalam training. Secara keseluruhan bagian (I, II dan
III), pesan dakwah yang terdapat dalam training ESQ Leadership Center 165 ini
dengan total jumlah komposit realibitas adalah nilai Syariah, dengan rincian pada
bagian I 0%, bagian II 33,33% dan bagian III 70,27%.
Setelah peneliti melakukan perhitungan realibilitas dan frekuensi
prosentase kepada tiga juri terhadap kategori-kategori yang telah peneliti buat dan
melakukan analisis isi dalam training ESQ Leadership Center 165dari table yang
telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat dibuat pesan dominan dalam training
tersebut dengan rekapitulasi sebagai berikut:
Tabel 9
Kategori Pesan Dakwah Paling Dominan
NO Kategori Bag I Bag. II Bag. III Total Rata-rata
1 Aqidah 42,85% 37,25% 13,51% 93,61% 0,312%
2 Syariah 0% 33,33% 70,27% 103,6% 0,345%
3 Akhlak 57,14% 29,41% 16,21% 102,7% 0,342%
Total 100% 100% 100% 300%
78
Dari table di atas dapat dilihat nilai yang paling dominan dari masing-masing
bagian ( I, II dan III ) adalah pesan syariah dengan nilai 0,345%. Meskipun pada
bagian pertama pesan syariah memiliki nilai 0 (nol), namun pada bagian ke dua dan
ke tiga pesan syariah memiliki nilai yang cukup tinggi, sehingga mampu
mendominasi pesan aqidah dan akhlak.
Kedua pesan akhlah dengan jumlah 0,342%. Jumlah tersebut tidak terlalu
lebar dengan jumlah pesan syariah, hanya berselising tiga angka. Dan ketiga 0,312%
untuk pesan aqidah. Hasil ini diperoleh dari jumlah kategori pesan dibagi dengan
total nilai keseluruhan kategori.
Demikian uraian pesan dakwah dalam training ESQ Leadership Center 165.
Perhitungan dari data di atas menunjukan tingkat validitas yang cukup tinggi, karena
didasarkan pada penilaian dengan menggunakan tiga orang juri, sehingga tidak akan
terjadi kekeliruan data, dan penilaian dapat dikatakan akurat serta objektif. Berbeda
dengan menggunakan satu orang juri yang akan menghasilkan data dan kesimpulan
penelitian ini secara subjektif.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam program training ESQ yang digagas oleh Ary Ginanjar Agustian.
Dakwah yang disampaikan begitu kental. Walau dinamakan training Sumber
Daya Manusia (SDM), namun dalam training ini diperkuat dengan penjelasan
ayat-ayat al-Quran dan hadis serta berlandaskan pada pilar-pilar Syariat Islam,
yaitu Ihsan, Rukun Iman dan Rukun Islam, kemudian dikenal dengan istilah The
ESQ Way 165. Dari sini penulis bisa menarik kesimpulan yaitu:
1. Training ESQ menjelaskan berbagai perkembangan mutakhir di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek), tetapi juga disertai dengan amalan-amalan
yg selama ini menjadi ciri gerakan tradisional seperti shalawatan dan doa-doa
lainnya dengan membunyikan suara.
2. Dari kategorisasi yang terdapat dalam materi training ESQ maka dapat
diketahui pesan-pesan yang dominan dari bagian yang diteliti antara lain:
a. Pada bagian pertama (Unleash Spiritual Intellegent/satu hati) dengan
jumlah tujuh materi yaitu, pesan Akhlak berjumlah 57,14%, pesan Aqidah
berjumlah 42,85% dan pada pesan Syariah dewan juri tidak memberikan
penilaian atau 0%.
80
b. Pada bagian kedua (Developing Emotional Intellegent/enam prinsip)
dengan jumlah 51 materi yaitu, pesan Aqidah berjumlah 37,25%, pesan
Syariah berjumlah 33,33% dan pesan Akhlak dengan nilai persentase
29,41%.
c. Pada bagian ketiga (Let’s Action/lima langkah) dengan jumlah 37 materi
yaitu, pada pesan Syariah berjumlah 70,27%, pesan Akhlak berjumlah
16,21%, dan pesan Aqidah dengan jumlah 13,51%.
Berdasarkan pengolahan data keseluruhan yang berjumlah 95
sub tema yang diteliti, maka dapat diketahui pesan dakwah yang paling
dominan dari masing-masing bagian ( I, II dan III ) adalah pesan syariah
dengan nilai 0,345%. Kedua pesan akhlah dengan jumlah 0,342%. Dan
ketiga 0,312% untuk pesan aqidah.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penulisan ini, penulis memberikan bebrapa
saran-saran antara lain:
1. Kepada para ilmuan dan sarjanah yang bergerak dalam bidang dakwah
agar lebih memberikan nuansa baru yang inovatif terhadap konsep dakwah
yang aktual. Karena dakwah tidak sekedar pidato atau ceramah.
81
2. Training ESQ menjadi salah satu media dakwah dalam era modernisasi
dan gelobalisasi dengan konsep visualisasi yang menarik, logis dan
membawa rasa aman.
3. Model training seperti ini (ESQ) menjadi konsep baru dalam dakwah,
sehingga pesan-pesan yang disampaikan dapat mudah dipahami, dihayati
dan tidak membosankan.
82
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Agustian, Ary Ginanjar , The ESQ Way 165, Menuju Indonesia Emas, Jakarta: PT. Arga Publishing 2005
Agustian, Ary Ginanjar, New Life Option: ESQ Leadership Training, Jakarta: Arga Publishing: 2006
Agustian, Ary Ginanjar ESQ: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Jakarta: Arga Publishing 2008
Ahmad, Amrullah dakwah dan perubahan Sosial Yogyakarta: Prima Duta 1983
Al-Jibrin, Abdullah bin Abdul Aziz Cara Mudah Memahami Aqidah; Sesuai al-Quran, as-Sunnah dan Pemahaman Salafus Shalih, Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2007
Amin, Samsul Munir Ilmu Dakwah, Jakarta: Penerbit AMZAH, 2009
Anshari, Endang Syaifudin Wawasan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993
Anshori, Endang Syaifuddin Wawasan Islam Jakarta: CV Rajawali, 1986
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Bina Usaha, 1989
bachtiar, Wardi Dr. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos 1997
Birowo, M. Antonius Metodologi Penelitian Komunikasi: Teori dan Aplikasi,Yogyakarta: Gintanyali, 2004
Bulaeng, Andi Metodologi Penelitian Kounikasi Kontemporer, Yogyakarta: Penerbit Andi Offset, 2004
Cahayati, Ati Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Penerbit PT. Grafindo, 2003
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai pustaka 1989
83
Effendy, Onong Uchjana Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003
Eldin, Achyar Dakwah Stratejik, Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2003
Gulo, W Metode Penelitian, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia 2002
Hamka, Prinsip dan Kebijakan dakwah Islam, Jakarta: penerbit Umminda 1982
Hasanuddin, AH, Retorika Dakwah & Publisistik dalam kepemimpinan Surabaya: Usaha Nasional 1982
Jumanto, Toto, Psikologi Dakwah Dengan Aspek-Aspek Kejiwaan yang Qur’ani,Wonosobo: Jakarta, 2001
Jumroni dan Suhaimi, Metode-metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006
Katsir, Imam Ibnu Tafsir al-Quran al-adzim Riyad: Maktabah al-Rusyd, 2001, tafsir surat Ali Imran ayat 110
Koentjaraningrat, Fuad hasan dan Beberapa Aspek metodologi Ilmiah, dalam: Koentjaraningrat (ed) Metodologi Penelitian Masyarakat Jakarta: Gramedia, 1977
Krippendorf, Klaus Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993, diterjemahkan oleh Farid Wjidi
Madjid, Noercholis Islam Doktrin dan Peradaban Jakarta: Penerbit Yayasan Wakaf Paramadina, 2000
Mulkhan, Abdul Munir Ideologi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir,Yogyakarta: Sipress, 1996
Muhyidin, Asep Dakwah dalam Perspektif al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan,Bandung: Pustaka Setia, 2002
Muis, A. Komunikasi Islam Bandung: PT Rosda Karya 2001
Nasution, Harun Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek Jakarta: UI Press 1998
Omar, M. Toha Yahya Islam & Dakwah Jakarta: PT. Al-mawardi prima, 2004
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif Teori dan Aplikasi Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006
84
Quthub, Sayyid Tafsir Fi Dzilali Al-Qur’an, Jilid. 1
Rahmat, Jalaludin Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: PT Remaja Rosdkarya, 1993
Saifullah, Jakfar Puteh Dakwah Tekstual dan Kontekstua; Peran dan Fungsinya Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, Yogyakarta: AK Group 2006
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Bandung: Refika Aditama, 2008
Setiawan, Bambang Materi Pokok Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2004
Shihab, M. Quraish Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2001
Sulthon, Muhammad M Ag. Design Ilmu Dakwah: Kajian Ontologis, epistemologis dan aksiologis, Jogjakarta: pustaka Pelajar 2003
Suparta, Munzier dan Hj Ani Hetani, Metode Dakwah: Pengantar MetodologiDakwah Sebuah Kajian Jakarta: Rahmat Semesta, 2003
Syukir, Asmuni Dasar-dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al-ikhlas, 1983
Tasmara, Toto Kecerdasan Ruhaniah Trancendental Intelligence: membentuk Kepribadian Yang Bertanggung Jawab, Profesional dan Berakhlak Jakarta: Gema Insani Press, 2001
Tharsyah, Adnan 16 Jalan Kebahagiaan Sejati, Jakarta: Hikmah 2006
Wahyu Ilahi, M, Munir dan Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009
Yusuf, Yunan Metode dakwah, Naskah Panduan Bahan Ajar majelis ta’lim DKI Jakarta Jakarta: Forum Komunikasi majelis Ta’lim DKI Jakarta, 2000
Yusuf, Yunan, Buku Panduan Pelaksana Tugas Penyuluhan Agama Utama Jakarta: Deartemen Agama RI 2003
85
Majalah dan Internet
Majalah “NEBULA” Nomor 02, ESQ Mencerahkan Emosi dan Spiritual
Brosur ESQ Training
http//www.esq165.com
http://esq165blog.wordpress.com
http:gerakjalanesq.wordpress.com
MATERI ESQ Leadership Center 165
I. Unleash Spiritual Intellegent, meliputi:
1.a. Outer Journey1.b. Inner Journey1.c. Zero Mind Proces 1.c1. kebebasan hati 1.c2. Anggukan Universal 1.c3. Kesadaran Diri 1.c4. Suara Hati
II. Developing Emotional Intellegent, meliputi:
2.a. Star Principle2.a1. Integritas2a2. Rasa Aman2.a3. Situasi Terus Berubah2.a4. kepercayaan Diri2.a5. Intuisi2.a6. Sumber Motivasi
2.b. Anggel principle 2.b1. Keteladanan Malaikat
2.b2. Integritas dan Loyalitas2.b3. Kebebasan member dan
mengawali2.b4. Komitmen2.b5. Salam Komitmen bersinergi2.b6. Kualitas Upaya vs hasil
2.c. Leader principle2.c1. Paradigma Yang keliru.2.c2. semua Orang adalah pemimpin2.c3. pemimpin adalah pengaruh2.c4. Tangga Kepemimpinan2.c5. Pemimpin tingkat 12.c6. Pemimpin tingkat 22.c7. pemimpin tingkat 32.c8. pemimpin tingkat 42.c9. pemimpin tingkat 5
2.d. Learning Principle2.d1. Bacalah2.d2. Mencari kebenaran2.d3. Berfikir kritis2.d4. evaluasi dan sempurnakan2.d5. Pengaruh materi bacaan
2.d6. Ilmu pengetahuan vs kebenaran2.d7. Beberapa Mukjizat allah.2.d8. Al-quran sbg pedoman puncak2.d9. Kekuatan dan kesempurnaan - Al-fatihah
2.e. Vision Principle2.e1. Siapkan pondasinya2.e2. Rumusan Visi2.e3. Orientasi jangka pendek2.e4. Orientasi jangka menengah2.e5. Orientasi Jangka panjang, kendali social dan ketenangan batiniah2.e6. Jaminan masa depan.2.e7. Apabila anda masih ragu.
2.f. Well Organized2.f1. Mulailah dengan tujuan2f2. Semua melalui proses2.f3. Bebaskan belenggu2.f4. Kepastian hokum alam2.f5. Sistem sinergi Allah2.f6. Teladani system manajemen alam semesta2.f7. Memelihari system2.f8. Jangan melanggar suara hati.
III. Let’s Action, melalui:
3.a. Mission Statement3.a1. Kekuatan sebuah misi3.a2. Membangun misi kehidupan3.a3. Membulatkan tekad3.a4. Membangun visi3.a5. Menciptakan wawasan3.a6. Transformasi nilai3.a7. Komitmen total
3.b. Character Building3.b1. Relaksasi
3.b2. Membangun kekuatan afirmasi3.b3. Meningkatkan kecerdasan
MATERI ESQ Leadership Center 165
emosi dan spiritual3.b4. Membangun pengalaman positif3.b5. Pembangkit dan penyeimbang energy batiniah3.b6. Pengasahan prinsip3.b7. Adzan3. b8. Garis orbit dan makna kiblat
3.c. Self Controling3.c1. Meraih kemerdekaan sejati3.c2. memelihara God Spot3.c3. Mengendalikan suasana hati3.c4. Meningkatkan kecakapan emosi secara fisiologi3.c5. Pengendalian Prinsip3.c6. Pelihara tata garis orbit
3.d. Strategi Collaboration3.d1. Ketangguhan social3.d2. Keluarkan potensi spiritual (Core Values)3.d3. Pentingnya sinergi3.d4. Makna Zakat dalam Rukun Iman3.d5. Jaga garis orbit
3.e. Total Action3.e1. Langkah zero mind process__Ihram3.e2. Kenali diri dan evaluasi__Wukuf3.e3. Hadapi tantangan__Lontar Jumrah3.e4. Pengasahan komitmen dan integritas__Thawaf3.e5. Pengasahan AQ (Adversity Quotient)__Sa’i3.e6. Sinergi__Jamaah Haji.
TABEL HASIL PENJUARIAN ANTAR JURI
NO MATERII II III KETERANGAN
Ak Sy Ak Aq Sy Ak Aq Sy AkI 1 (Satu) Hati Unleash Spiritual Intellegent
1 1.a √ √ √ Aqidah2 1.b √ √ √ Akhlak3 1.c √ √ √ Akhlak4 1.c.a √ √ √ Akhlak5 1.c.b √ √ √ Aqidah6 1.c.c √ √ √ Akidah7 1.c.d √ √ √ Aqidah
II 6 (Enam) Prinsip Developing Emotional Intellegent8 2.a √ √ √ Akhlak9 2.a1 √ √ √ Syariah
10 2.a2 √ √ √ Aqidah11 2.a3 √ √ √ Aqidah12 2.a4 √ √ √ Aqidah13 2.a5 √ √ √ Aqidah14 2.a6 √ √ √ Aqidah15 2.b √ √ √ Syariah16 2.b1 √ √ √ Aqidah17 2.b2 √ √ √ Aqidah18 2.b3 √ √ √ Akhlak19 2.b4 √ √ √ Akhlak20 2.b5 √ √ √ Akhlak21 2.b6 √ √ √ Akhlak22 2.c √ √ √ Syariah23 2.c1 √ √ √ Akhlak24 2.c2 √ √ √ Syariah25 2.c3 √ √ √ Syariah
NO MATERI I II III KETERANGANAq Sy Ak Aq Sy Ak Aq Sy Ak
26 2.c4 √ √ √ Aqidah27 2.c5 √ √ √ Akhlak28 2.c6 √ √ √ Syariah29 2.c7 √ √ √ Syariah30 2.c8 √ √ √ Akhlak31 2.c9 √ √ √ Akhlak32 2.d √ √ √ Syariah33 2.d1 √ √ √ Syariah34 2.d2 √ √ √ Aqidah35 2.d3 √ √ √ Aqidah36 2.d4 √ √ √ Aqidah37 2.d5 √ √ √ Syariah38 2.d6 √ √ √ Syariah39 2.d7 √ √ √ Aqidah40 2.d8 √ √ √ Aqidah41 2.d9 √ √ √ Aqidah42 2.e √ √ √ Syariah43 2.e1 √ √ √ Syariah44 2.e2 √ √ √ Syariah45 2.e3 √ √ √ Akhlak46 2.e4 √ √ √ Akhlak47 2.e5 √ √ √ Aqidah48 2.e6 √ √ √ Akhlak49 2.e7 √ √ √ Syariah50 2.f √ √ √ Akhlak51 2.f1 √ √ √ Akhlak52 2.f2 √ √ √ Syariah53 2.f3 √ √ √ Aqidah54 2.f4 √ √ √ Aqidah55 2.f5 √ √ √ Aqidah
MATERI I II III
Aq Sy Ak Aq Sy Ak Aq Sy Ak56 2.f6 √ √ √ Aqidah57 2.f7 √ √ √ Akhlak58 2.f8 √ √ √ Syariah
III 5 (Lima) Langkah Let’s Action59 3.a √ √ Akidah60 3.a1 √ √ Akidah61 3.a2 √ √ Akidah62 3.a3 √ √ Syariah63 3.a4 √ √ Syariah64 3.a5 √ √ Syariah65 3.a6 √ √ Syariah66 3.a7 √ √ Aqidah67 3.b √ √ Syariah68 3.b1 √ √ Syariah69 3.b2 √ √ Akhlak70 3.b3 √ √ Akhlak71 3.b4 √ √ Akhlak72 3.b5 √ √ Syariah73 3.b6 √ √ Syariah74 3.b7 √ √ Syariah75 3.b8 √ √ Syariah76 3.c √ √ Syariah77 3.c1 √ √ Aqidah78 3.c2 √ √ Aqidah79 3.c3 √ √ Aqidah80 3.c4 √ √ Syariah81 3.c5 √ √ Syariah82 3.c6 √ √ Syariah83 3.d √ √ Syariah84 3.d1 √ √ Syariah
NO. MATERI I II IIIAk Sy Ak Aq Sy Ak Aq Sy Ak
85 3.d2 √ √ √ Syariah86 3.d3 √ √ √ Syariah87 3.d4 √ √ √ Syariah88 3.d5 √ √ √ Aqidah89 3.e √ √ √ Syariah90 3.e1 √ √ √ Syariah91 3.e2 √ √ √ Syariah92 3.e3 √ √ √ Syariah93 3.e4 √ √ √ Syariah94 3.e5 √ √ √ Syariah95 3.e6 √ √ √ Syariah
Kesimpulan Tabel Penjurian
1. Unleash Spiritual Intellegent (7 Materi) 2. Developing Emotional Intellegent (51 Materi)Aqidah = 3Syariah = 0Akhlak = 4
Aqidah = 19Syariah = 17Akhlak = 15
3. Let’s Action (37 Materi)Aqidah = 5Syariah = 26Akhlak = 6
MANAGEMENT TEAM
MANAGEMENT TEAM
THE ESQ WAY 165 / ESQ MODEL
Penulis saat menjadi Team ATS (Alumni Training Support / Asisten Trainer) pada training Reguler karyawan JNE
Penulis saat menjadi Team ATS (Alumni Training Support / Asisten Trainer) pada training Reguler karyawan JNE