ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
MELALUI PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP
SISTEM KOLOID
SKRIPSI
Oleh
WINDA SYAFITRI
105016200562
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
i
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Winda Syafitri
NIM : 105016200562
Jurusan : Pendidikan IPA
Angkatan Tahun : 2005
Alamat : Jl. legal Parang Utara IV No.21 RT.008/04
Kec. Mampang Prapatan. Jakarta Selatan 12790
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
Melalui Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Sistem Koloid adalah benar hasil
karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
1. Nama : Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd
NIP Dosen : 196812282003031004
Jurusan : Pendidikan IPA/Kimia
2. Nama : Tonih Feronika, M.Pd
NIP Dosen : 197601072005011007
Jurusan : Pendidikan IPA/Kimia
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 9 Maret 2011
Yang Menyatakan
Winda Syafitri
ii
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA MELALUI
PENDEKATAN INKUIRI PADA KONSEP SISTEM KOLOID
SKRIPSI
Diajukan kepada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
Winda Syafitri
105016200562
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd
NIP. 196812282003031004
Tonih Feronika, M.Pd
NIP. 197601072005011007
iii
ABSTRAK
Winda Syafitri, Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui
Pendekatan Inkuiri Pada Konsep Sistem Koloid, skripsi jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam program studi kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan
keterampilan proses sains yang dimiliki siswa dapat berkembang melalui
pendekatan pembelajaran inkuiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif yang diarahkan untuk memperoleh informasi mengenai
keterampilan proses sains apa saja yang muncul melalui pembelajaran inkuiri dan
mengetahui seberapa besar keterampilan proses sains siswa dapat berkembang.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA PGRI 3 Jakarta pada kelas XI jurusan IPA.
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2009-2010. Subjek
penelitian ini adalah seluruh siswa SMA PGRI 3 Jakarta kelas XI jurusan IPA
yang berjumlah 21 orang. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari siswa laki-laki dan siswa perempuan, dari kategori tinggi, sedang, dan
rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedelapan aspek keterampilan
proses sains siswa muncul pada pembelajaran inkuiri dengan persentase yang
bervariasi dengan kategori muncul sesuai dan muncul tidak sesuai. Aspek yang
muncul sesuai yaitu aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi, aspek
prediksi, dan aspek komunikasi, sedangkan aspek bertanya, aspek hipotesis, dan
aspek interpretasi muncul tidak sesuai.
Kata kunci: Keterampilan Proses Sains, Inkuiri.
iv
KATA PENGANTAR
Al-hamdulillahirabbil ‘alamin, ucapan syukur hanya pantas diberikan
kapada Allah, Rabb semesta alam, penggengam alam dan seisinya. Yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kekuatan dan keikhlasan kepada kita semua
sehingga pada kesempatan kali ini dari sekian banyak kesempatan yang sudah
diberikan-Nya. Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar sarjana S1 pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam senantiasa kita sampaikan kepada al-Qudwah kita
Rasululah SAW. Keluarga, sahabat, dan umatnya yang tetap istiqamah dalam
memperjuangkan agama-Nya dan menghidupkan Sunnah-sunnahnya.
Penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan dialami, baik yang menyangkut
pengaturan waktu, pengumpulan bahan-bahan (data) maupun pembiayaan dan lain
sebagainya. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras disertai motivasi dan
bantuan dari berbagai pihak, maka segala kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi
dengan sebaik-baiknya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan maksimal
Insya Allah.
Tanpa mengurangi penghargaan dan terimakasih, secara khusus penulis
menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan atas
terselesaikannya skripsi ini, yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dedi Irwandi M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
sekaligus Penasehat Akademis atas pengarahan dan bimbingan yang telah
diberikan.
5. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang dengan
keikhlasan dan kesabaran membimbing penulis hingga akhir penulisan.
6. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, memberi motivasi dan
pengarahan serta dengan keikhlasan dan kesabaran membimbing penulis
hingga akhir penulisan.
7. Bapak Drs. H. Achmad Sjamsuri, MM, selaku Kepala Sekolah Sekolah
Menengah Atas PGRI 3 Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ayahanda (Rachmat Alwi) dan Ibunda (Netty Herawaty), serta kakak-
kakak tercinta (Firmansyah dan Firdaus) atas tetesan-tetesan keringat,
airmata dalam mendidik, merawat, memberikan doa, dukungan baik moril
maupun materil serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Sahabat- Sahabat tercinta, seperjuangan di atmosfer penuh Cinta Ilahi,
Nilma Purnama, Nur Subechan, Khusnul Khotimah, Agustiana, Agustiani,
Rizki Fauziah, Fatimah Azzahra, dan Gita Nurhasanah. Jazakumullah
khairan katsir atas support dan do’anya. Serta kesabaran dan
keikhlasannya dalam berjuang bersama. Semoga Allah kekalkan ukhuwah
ini dan pertemukan kita di Jannah-Nya nanti.
10. Teman-teman seperjuangan di KARIMA, adik-adik Rohis SMAN 55 dan
komda FITK, LDK Syahid, teman-teman SOLID 2005, teman-teman
jurusan IPA program studi kimia, dan semua pihak yang tak bisa
disebutkan satu per satu, tak bersua bukan berarti tidak ada motivasi dan
kalian membuktikan itu. Jazakumullah bi akhsanul Jaza.
vi
Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis berserah atas segala
sesuatu. Semoga semua kebaikan yang sudah dilakukan menjadi ladang dan
tabungan di yaumil akhir nanti, dan dibalas oleh Allah dengan balasan sebaik-
baiknya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Amin yaa Rabbal alamin.
Jakarta, 17 Februari 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... ii
ABSTRAK .......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................... 6
D. Perumusan Masalah .................................................... 6
E. Tujuan Penelitian......................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ...................................................... 7
BAB II DESKRIPSI TEORITIK
A. Hakikat Pendekatan Inkuiri ......................................... 8
B. Kemampuan Psikomotor ............................................. 17
C. Hakikat Keterampilan Proses Sains ............................ 20
D. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri ...... 24
E. Hakikat Ilmu Kimia .................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................... 34
B. Metode Penelitian ....................................................... 34
C. Subjek Penelitian ......................................................... 34
D. Instrumen Penelitian ................................................... 35
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 37
F. Teknik Pemeriksaan dan Keterpercayaan Studi .......... 39
viii
G. Teknik Analisis Data ................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................... 45
B. Pembahasan ................................................................. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................. 60
B. Saran ............................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................... 64
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains Siswa ........................... 26
Tabel 3.2 Format Wawancara ............................................................ 43
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aspek Keterampilan Proses Sains ........ 45
Tabel 4.2 Respon siswa terhadap pembelajaran kimia dengan
pendekatan inkuiri ..............................................................
48
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Batang Kemunculan Aspek Keterampilan
Proses Sains Siswa Secara Keseluruhan...........................
52
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran ................................................ 64
a. Silabus .................................................................... 64
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............ 66
c. Lembar Kerja Siswa (LKS) .................................... 83
Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data ....................................... 94
a. Format Lembar Observasi ...................................... 94
b. Kisi-kisi Pengamatan Lembar Observasi ............... 97
c. Format Wawancara ................................................. 104
Lampiran 3. Pengolahan Data ............................................................ 105
a. Hasil Perhitungan Lembar Observasi Secara
Keseluruhan ............................................................
109
b. Data Hasil Wawancara Tiap Kelompok ................. 111
Lampiran 4. Lembar Uji Referensi 112
Lampiran 5. a. Surat Permohonan Izin Penelitian 118
b. Surat Bimbingan Skripsi 119
c. Surat Keterangan Penelitian 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap ilmu pengetahuan memiliki karakteristik spesifik yang
membedakan ilmu tersebut dengan ilmu lainnya, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) merupakan salah satu cabang pokok ilmu pengetahuan yang
didalamnya terdapat berbagai cabang keilmuan, antara lain ilmu fisika, ilmu
biologi, dan ilmu kimia.
Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang harus dikuasai siswa di
SMA/MA adalah kimia, Michael Purba menjelaskan bahwa
Ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi. Rakayasa
yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang lain. Untuk
dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu memahami ilmu
kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur, serta sifat-sifat materi
oleh karena itu, ilmu kimia dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi,
serta energi yang menyertai perubahan tersebut.1
Bidang studi kimia seharusnya merupakan pelajaran yang
menyenangkan, karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Akan
tetapi apa yang diharapkan umumnya berlainan dengan kenyataan. Hal ini
dapat terjadi salah satunya adalah dengan penggunaan pendekatan
pembelajaran yang kurang tepat oleh guru dalam mengajar. Guru lebih
banyak menanamkan konsep-konsep materi pelajaran melalui transfer
informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung dihafal siswa,
sehingga tidak membentuk konsepsi yang benar. Pembelajaran seperti ini
tentu saja akan menciptakan suasana kelas yang statis, monoton, dan
membosankan. Dengan demikian perlu adanya peran guru dalam menentukan
pendekatan pembelajaran yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar
dan keterampilan siswa.
1 Michael Purba. Kimia SMU Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 3.
2
Proses belajar merupakan hasil yang kompleks. Belajar terkait dengan
apa yang harus dikerjakan oleh siswa tersebut. Guru hanya berfungsi sebagai
pembimbing dan pengarah, sedangkan yang menggerakkan proses tersebut
harus datang dari siswa. Dengan demikian, seorang pendidik perlu
menerapkan sebuah pendekatan yang mengarahkan siswa untuk berperan
aktif dan menggali potensi yang ada pada dirinya sendiri, sehingga siswa
mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu seperti
keterampilan dalam mengamati, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan,
meramalkan, komunikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian,
menggunakan alat/bahan, dan mengajukan pertanyaan.
Kenyataan yang terjadi di lapangan, pembelajaran cenderung hanya
mengembangkan beberapa keterampilan saja, misalnya keterampilan
berkomunikasi dan observasi. Keterampilan komunikasi kegiatan yang
dilakukan misalnya dengan diskusi kelompok, siswa melakukan kegiatan
diskusi dan tanya jawab. Sedangkan keterampilan observasi kegiatan yang
biasa dilakukan misalnya melalui kegiatan praktikum. Dalam kegiatan
praktikum siswa melakukan kegiatan diantaranya merancang dan
menggunakan alat, serta mencatat hasil pengamatan. Dari aspek keterampilan
komunikasi dan observasi tersebut sebenarnya tidak hanya sebatas itu, tetapi
masih banyak keterampilan-keterampilan yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan pembelajaran, misalnya keterampilan menyampaikan ide atau
gagasan, keterampilan mengamati, menggunakan/mengumpulkan fakta yang
relevan, menganalisis data, menyajikan pemahaman baru, dan masih banyak
lagi keterampilan-keterampilan proses sains yang dapat dikembangkan dalam
pembelajaran.
Menurut Zulfiani dkk, “pendekatan proses adalah pendekatan
pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut
menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampian proses”.2 Pendekatan proses dikenal juga dengan keterampilan
2 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009), cet. I, h. 93
3
proses, dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan
mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan
demikian keterampilan proses menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap
dan nilai. Jadi keterampilan proses adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu
interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep.
Pada dasarnya siswa memiliki keterampilan dalam belajar, misalnya
keterampilan bertanya, hipotesis, investigasi (merencanakan percobaan),
observasi (pengamatan), klasifikasi (mengelompokkan), prediksi
(meramalkan), interpretasi (menafsirkan pengamatan), dan komunikasi.
Namun keterampilan-keterampilan tersebut terkadang tidak muncul, maka
diperlukan adanya pendekatan dalam pembelajaran yang mampu
memunculkan keterampilan proses sains siswa tersebut. Pendekatan
pembelajaran yang mengarahkan pada terciptanya suasana kegiatan di atas
salah satunya adalah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri merupakan cara
pembelajaran yang mengajarkan kepada siswa untuk menjadi kritis, analisis-
argumentatif dalam mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan yang
ada dalam alam, melalui pengalaman-pengalaman dan sumber lainnya. Tidak
hanya meteri yang disampaikan guru di kelas.
Kemampuan inkuiri selalu dikaitkan dengan kegiatan penyelidikan
atau eksperimen. Dalam proses belajar tidak cukup hanya menggunakan
metode ceramah dan membaca buku. Siswa seharusnya mampu
mengkonstruksi pemahamannya serta terlibat aktif dalam pembelajaran mulai
dari merumuskan masalah, berhipotesis, merancang atau menganalisis
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, hingga membuat
kesimpulan. Siswa membutuhkan kesempatan untuk dapat berfikir dari ide
yang bersifat konkret menuju ide yang bersifat abstrak. Siswa perlu
memikirkan kembali hipotesisnya, mengadaptasi dan menguji coba
pemahaman dan maupun menyelesaikan masalah.
4
Salah satu prinsip utama inkuri, yaitu siswa dapat mengkonstruk
sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas aktif dalam
pembelajarannya. Dalam proses belajar mengajar, inkuiri ini digunakan
sebagai pendekatan pengajaran yang memungkinkan ide siswa berperan
dalam investigasi yang akan dilakukan oleh pembelajar/siswa.3
Melalui pendekatan inkuiri inilah siswa akan terdorong untuk belajar
melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
sesuai, ditambah lagi dengan dorongan yang diberikan guru, agar setiap siswa
memiliki pengalaman dalam melakukan percobaan yang memungkinkan
mereka menemukan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri. Dengan begitu,
keinginan siswa untuk mengetahui, akan menambah motivasi mereka untuk
melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawaban atau solusi
dari masalahnya. Pendekatan inkuiri juga mengajarkan kepada siswa untuk
belajar memecahkan masalah secara mandiri, sehingga dalam diri mereka
akan muncul kemampuan berpikir yang kritis, karena selama proses
pembelajaran berlangsung, guru terus menerus mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada siswa yang dapat membangkitkan pemikiran siswa secara
ilmiah, dengan demikian pikiran siswa akan termotivasi untuk selalu berpikir.
Dalam pendekatan inkuiri setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru
menuntut siswa untuk aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan dari
masalah yang dihadapinya, dan dari masalah tersebut mereka dituntut untuk
mencari sumber sendiri belajar mengemukakan pendapat sendiri, serta
merumuskan kesimpulan sendiri, yang nantinya dengan kesimpulan mereka
tersebut, mereka diharapkan dapat berdebat, menyanggah, serta
mempertahankan pendapatnya masing-masing. Jika hal tersebut sudah benar-
benar dapat dijalankan oleh seorang siswa, maka tentunya pengalaman-
pengalaman yang sudah didapat oleh siswa akan mudah untuk diingat dalam
kehidupannya, dan akan selalu tersimpan dalam memori pikirannya, dengan
demikian keterampilan-keterampilan proses sains siswa akan muncul dengan
baik.
3 Ibid., h. 121
5
Pada penelitian ini penulis memilih pelajaran kimia pada pokok
bahasan sistem koloid, dimana pokok bahasan ini dianggap sesuai bila
diajarkan melalui pendekatan inkuiri, karena pada pokok bahasan ini aktivitas
pembelajarannya dapat dilakukan dengan praktikum dan diskusi. Karena
dalam pembelajaran inkuiri ada aktifitas merancang dan menganalisis
eksperimen. Dalam kegiatan praktikum, siswa melakukan aktifitas seperti
merancang percobaan, merangkai dan menggunakan alat, menganalisis data,
dan prediksi. Sedangkan dalam kegiatan diskusi siswa melakukan aktifitas
bertanya, menyampaikan ide atau gagasan, menjawab atau menanggapi
pertanyaan, yang secara keseluruhan aktifitas yang dilakukan siswa tersebut
merupakan keterampilan proses yang muncul melalui pendekatan inkuiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan mengambil judul “Analisis Keterampilan
Proses Sains Siswa Melalui Pendekatan Inkuiri pada Konsep Sistem Koloid”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Pembelajaran kimia tidak melibatkan siswa secara aktif dalam menemukan
pengetahuan atau pemahaman sendiri.
2. Pembelajaran kimia belum melatih siswa mengembangkan keterampilan
proses.
3. Pembelajaran kimia lebih banyak menggunakan konsep-konsep materi
sebatas transfer informasi dan pemberian contoh-contoh.
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah ini dapat dibahas dan tidak meluas, maka penulis
membatasi permasalahan skripsi ini sebagai berikut:
6
1. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan pendekatan inkuiri menurut Erna
Suwangsih dengan tahapan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang
fenomena alam, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, merancang
dan menganalisis eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data,
membuat kesimpulan.
2. Keterampilan proses yang dikembangkan adalah keterampilan mengamati
(observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), mengelompokkan
(klasifikasi), meramalkan (prediksi), komunikasi, membuat hipotesis,
merencanakan penelitian (eksperimen), menggunakan alat/bahan,
mengajukan pertanyaan.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Diantara aspek-aspek keterampilan proses sains yang muncul, aspek apa
yang paling dominan dijumpai dalam penerapan pembelajaran melalui
pendekatan inkuiri?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran melalui pendekatan
inkuiri?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar kemampuan keterampilan proses sains
yang dimiliki siswa muncul melalui pendekatan pembelajaran inkuiri.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru:
a. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk membelajarkan peserta
didiknya dengan pendekatan pembelajaran yang membangun kreatifitas
juga pola pikir siswa yang kreatif.
b. Dari aspek keterampilan proses sains yang paling banyak muncul dapat
dimanfaatkan oleh guru untuk menentukan pendekatan pembelajaran
7
yang tepat karena pelajaran akan mudah diserap oleh siswa dengan
banyak melibatkan siswa pada aktivitas pembelajaran dari pada siswa
hanya membaca dan mendengar saja.
2. Bagi peneliti:
a. Dapat dijadikan literatur untuk penelitian lebih lanjut
b. Peneliti lebih memahami pendekatan pembelajaran inkuiri.
8
BAB II
DESKRIPSI TEORITIK
A. Hakikat Pendekatan Inkuiri
1. Pengertian inkuiri
Menurut Agus Sugianto “Inkuiri adalah seni mengajukan
pertanyaan tentang alam sekitar dan penemuan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut. di dalam inkuiri terdapat proses
pengamatan yang cermat, pengukuran, perumusan hipotesis,
interpretasi, dan pembentukan teori”.1 Dengan mengembangkan
pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk aktif, mengembangkan
kemampuan berfikir serta pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Jadi inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa
memproleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berfikir
mereka berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
Mark T. Jones dan Carles J. Eick menjelaskan bahwa
“Pembelajaran inkuiri adalah sebuah proses aktif dan menggambarkan
inkuiri yang ilmiah dan terjadi dalam konteks pendidikan formal”.2
Yang terpenting pada pembelajaran inkuiri adalah bahwa dalam proses
pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah
yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan guru
atau orang lain, mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya.
Inkuiri adalah istilah yang berasal dari bahasa inggris (inquiry),
yang artinya penyelidikan. “Inkuiri merupakan suatu teknik atau cara
yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas”.3 Dengan
mengembangkan pembelajaran mandiri, siswa dituntut untuk aktif,
1 Agus Sugianto, dkk. Pembelajaran IPA MI, (Surabaya: AprintA, 2009), h. 19.
2 Mark T. Jones dan Charles J. Eick, Implementing Inquiry Kit Curriculum: Obstacles,
Adaptation, and Practical Knowledge Development in Two Middle School Science Teachers,
dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, 22 Januari 2007, h. 493. 3 Roestiyah, NK. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), cet. IV, h. 75.
9
mengembangkan kemampuan berfikir serta pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Jadi inkuiri adalah suatu pendekatan pembelajaran
dimana siswa memperoleh kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan berfikir mereka berdasarkan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya.
Inkuiri adalah istilah dalam bahasa Inggris, yang merupakan
suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar
di depan kelas. Dalam pelaksanaannya guru memberikan
tugas berupa permasalahan di kelas. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat
tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka
mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di dalam
kelompok. Setelah hasil kerja mereka didiskusikan, kemudian
dibuat laporan yang tersusun dengan baik”.4
Dalam pembelajaran inkuiri ada interaksi antar siswa dalam
kelompok, mereka dapat mengembangkan keterampilan dalam
komunikasi. Selain itu siswa mampu berhipotesis terhadap masalah
yang disajikan serta menemukan jawaban melalui diskusi kelompok.
Jadi, dalam pembelajaran inkuiri selain mengembangkan kemampuan
berfikir siswa, inkuiri juga mamapu mengembangkan keterampilan
siswa dalam berkomunikasi. Karena ada interaksi yang terjadi dalam
diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
“Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang
berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah,
pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah”.5
Dengan pembelajaran inkuiri inilah mereka akan dilatih
bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan dan memperoleh
keterampilan, serta memungkinkan peserta didik dalam berbagai tahap
perkemabangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan
4 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2005), cet. I, h.199. 5 Syaiful Segala, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alvabeta, CV., 2008), cet. VI, h. 196.
10
bahkan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap masalah-masalah
yang dihadapi.
“Pendekatan inkuiri adalah cara seorang ilmuan menyelidiki
dunia alam dan menghasilkan fakta-fakta, penjelasan mendasar (teori),
gambaran (hukum) dan produk (teknologi)”.6 Inkuiri memungkinkan
terjadinya integrasi berbagai disiplin ilmu. Ketika melakukan
eksplorasi, peserta didik akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
akan melibatkan sains dan ilmu lainnya.
NRC dalam Arthur A. Charin menjelaskan bahwa:
Inkuiri adalah kumpulan produk yang saling terkait dimana
ilmuan dan siswa bertanya tentang dunia alam dan
menyelidiki suatu gejala, siswa memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan pemahaman konsep, asas, model dan teori.
Inkuiri adalah komponen penting sebuah program sains pada
seluruh tingkatan kelas dan pada setiap bidang ilmu
pengetahuan.7
Inkuiri juga melibatkan komunikasi. Setiap peserta didik harus
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan berhubungan.
Mereka juga harus melaporkan hasil temuanya, baik itu secara lisan
maupun secara tertulis. Dengan begitu, mereka akan belajar dan
mengajar satu sama lain.
Menurut Carin dan Sund dalam Erna Suwangsih,
mengemukakan bahwa:
Inkuiri adalah the proses of investigating a problem, yaitu
proses dari menemukan masalah”. Adapun Piaget
mengemukakan bahwa “metode inkuiri merupakan suatu
metode yang mempersiapkan peserta didik untuk melakukan
eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi,
ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang
6 Jack Hassard dan Michael Dias, The Art of Teaching Science, (New York: Oxford
University Press, 2005), h. 35. 7 Arthur A. Charin dkk., Activities for Teaching Science as Inquiry, (New Jersey:
Pearson Merill Prentice Hall, 2005), h. 3.
11
lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
penemuan peserta didik lain”.8
Melalui kegiatan eksperimen, siswa diharapkan memiliki sikap ilmiah.
Pada kegiatan ini siswa dilatih untuk menemukan dan mencari jawaban
sendiri dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan. Dengan
demikian siswa dapat menguasai beberapa keterampilan, diantaranya
keterampilan merencanakan dan keterampilan melaksanakan penelitian
ilmiah.
Menurut Hamalik, “pengajaran berdasarkan inkuiri adalah suatu
strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok siswa
dihadapkan pada suatu persoalan atau mencari jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur kelompok
yang digariskan secara jelas”.9 Dengan demikian, siswa akan lebih
termotivasi untuk belajar, selain itu adanya kelompok memberikan
keterampilan bagi siswa untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan
teman kelompoknya dalam menjawab pertanyaan. Selain itu siswa
mampu berhipotesis terhadap masalah yang disajikan serta menemukan
jawaban melalui diskusi kelompok. Jadi, dalam pembelajaran inkuiri
selain mengembangkan kemampuan berfikir siswa, inkuiri juga mampu
mengembangkan keterampilan siswa dalam komunikasi. Karena ada
interaksi yang terjadi dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
Dari beberapa definisi inkuiri, maka dapat disimpulkan bahwa
inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
menemukan pengetahuan atau pemahaman, mulai dari merumuskan
masalah, mengumpulkan data dan informasi, membuat pertanyaan,
membuat hipotesis, melakukan percobaan, menganalisis hasil
percobaan, dan membuat kesimpulan.
8 Erna Suwangsih dkk, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006),
cet. Pertama, h. 185. 9 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), cet. I, h.
220.
12
2. Langkah-langkah pelaksanaan pendekatan inkuiri
Agar model pembelajaran inkuiri dapat dilaksanakan dengan
baik, maka perlu dilalui beberapa tahapan sebagai berikut:10
a. Penyajian masalah, pada tahap ini kepada siswa disajikan masalah
yang ditemukan. Penyajian masalah dirancang begitu rupa sehingga
siswa dihadapkan kepada situasi teka-teki yang menuntut jawaban
dan keterangan. Melalui masalah yang disajikan, siswa mampu
berhipotesis.
b. Tahapan berikutnya adalah pengumpulan dan verifikasi data. Situasi
teka-teki tadi diharapkan dapat mendorong keinginan siswa untuk
mencari dan mengumpulkan data. Data-data yang dikumpulkan
diverifikasi untuk mencari kesahihannya. Data yang kurang sahih
dibuang dan data yang sahih dijadikan dasar untuk mengambil
kesimpulan guna tindak lanjut berikutnya.
c. Tahap eksperimen. Pada tahap ini, berdasarkan data yang diperoleh
dan yang sudah diuji kesahihannya sebelumnya dilakukan
eksperimen. Tujuannya adalah untuk menguji dan mengeksplorasi
secara langsung.
d. Tahap selanjutnya adalah mengorganisir data dan merumuskan
penjelasan. Data yang diperoleh diorganisir secara sistematis dan
diberikan penjelasan. Siswa mencari data yang diperlukan untuk
menjawab permasalahan.
e. Tahap berikutnya adalah mengadakan analisis. Di sini siswa diminta
membuat analisa untuk melihat pola-pola yang terdapat dalam
eksperimen yang telah dilakukan. Diharapkan dengan menganalisa
pola-pola tertentu yang muncul ditemukanlah sesuatu yang baru.
inilah yang menjadi sasaran dari seluruh proses inkuiri yang telah
dilakukan.
10
Yusri Panggabean, dkk., Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum 2006,
(Bandung: Bina Media Informasi, 2007), cet. I. h. 78-79
13
Inkuiri merupakan pendekatan penyelidikan yang melibatkan
proses mental dengan berbagai kegiatan, kendatipun pendekatan inkuiri
ini paling banyak mendapat dukungan dan paling banyak pula
digunakan oleh para pendidik, namun hal tersebut tidak berarti bahwa
pendekatan lainnya itu diabaikan atau tidak digunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan inkuiri.
Adapun kegiatan-kegiatan dalam menerapkan pendekatan
inkuiri sebagai berikut:11
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam.
b. Merumuskan masalah yang ditemukan.
c. Merumuskan hipotesis.
d. Merancang dan melakukan eksperimen.
e. Mengumpulkan dan menganalisis data.
f. Menarik kesimpulan, mengembangkan sikap ilmiah, yakni: efektif,
jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.
Pendekatan inkuiri ini dilaksanakan oleh kelompok dengan
langkah-langkah sebagai berikut:12
a. Membentuk kelompok-kelompok inkuiri dengan jumlah kelompok
maksimal 6 (enam) kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri
atas lima atau enam orang.
b. Memperkenalkan topik-topik inkuiri kepada semua kelompok dan
setiap kelompok diharapkan memahami dan berminat
mempelajarinya.
c. Membentuk proposisi tentang kebijakan yang berhubungan dengan
topik, yakni pernyataan apa yang harus dikerjakan. Mungkin
terdapat satu atau lebih solusi yang diusulkan terhadap masalah
pokok.
d. Merumuskan semua istilah dalam proposisi kebijakan.
11
op.cit., h. 186. 12
op.cit., h. 224.
14
e. Menyelidiki validitas logis dan konsistensi internal pada proposisi
dan unsur-unsur penunjangnya.
f. Mengumpulkan bukti untuk unsur atau posisi proposisi.
g. Menganalisis solusi yang diusulkan dan mencari posisi kelompok.
h. Menilai proses kelompok.
Selama berlangsungnya proses ini, kelompok-kelompok
menyelenggarakan diskusi kelompok untuk membahas materi-materi
yang berkenaan dengan topik kelompok, masing-masing individu
berupaya menghimpun bukti-bukti yang dapat menunjang pemecahan
masalah kelompok. Proses tersebut diorganisasikan dan dipantau oleh
kelompok sendiri. Tiap individu bertanggung jawab memajukan
kelompoknya.
3. Keunggulan pendekatan inkuiri
Adapun teknik inquiry menurut Roestiyah NK dalam Rochmah
Yudhawati Dhewi, memiliki keunggulan sebagai berikut:13
a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri
siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan
ide-ide lebih baik.
b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada
situasi proses belajar yang baru.
c. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri, bersikap obyektif, jujur, terbuka dan bekerjasama.
d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesisnya sendiri.
e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik.
f. Situasi proses belajar menjadi lebih menarik bagi siswa.
g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h. Memberi kebebasan siswa untuk belajar mandiri.
13
Rochmah Yudhawati Dhewi, Mengembangkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Menggunakan Pendekatan Discovery dan Inquiry dalam Fisika, (Jakarta: Project Implementation
Commitee, 2007), h. 146.
15
i. Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang
tradisional. Kegiatan belajar menjadi lebih hidup, karena siswa
harus berperan aktif.
j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga
mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Keunggulan pendekatan inkuiri antara lain:14
a. Pembelajaran menjadi berpusat pada siswa.
b. Mengembangkan konsep diri siswa.
c. Siswa memiliki tingkat pengharapan yang tinggi, yaitu memiliki
ide tertentu tentang bagaimana ia dapat menyelesaikan suatu
tugas dengan caranya sendiri.
d. Mengembangkan bakat kemampuan individu siswa.
e. Pembelajaran inkuiri menghindarkan siswa dari cara-cara belajar
menghafal.
f. Pembelajaran inkuiri memberikan waktu bagi siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
4. Manfaat pendekatan inkuiri
Metode inkuri memberikan pengalaman-pengalaman belajar
yang nyata dan aktif kepada peserta didik. Peserta didik diharapkan
dapat mengambil inisiatif yang positif dalam proses belajarnya.
Dengan metode ini mereka akan dilatih bagaimana memecahkan
masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan, serta
memungkinkan peserta didik dalam berbagai tahap
perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan
bahkan bekerja sama dalam mencari solusi terhadap masalah-
masalah yang dihadapi.
Selain untuk mengembangkan kemampuan intelektual, model
pembelajaran inkuiri sangat baik untuk menjadikan siswa lebih
menghayati proses penyelidikan yang dilaksanakan dan belajar
14
Kinkin Suartini, Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode
Discovery-Inquiry (Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar),
(Jakarta: Project Implementation Commitee, 2007), h. 105.
16
tentang prosedur ilmiah secara langsung. Tujuannya adalah agar
siswa memperoleh pengetahuan baru dengan cara mencari sendiri.15
Pembelajaran sains berbasis inquiry perlu dilakukan
mengingat hal-hal berikut:16
a. Dalam sains terkandung dimensi produk (pengetahuan) dan
dimensi proses (kerja ilmiah). Dengan inquiry kedua dimensi
dapat dicapai.
b. Dengan melibatkan rasa ingin tahu siswa-siswi yang diungkapkan
dengan pertanyaan, pengetahuan yang diperoleh siswa-siswi
menjadi lebih bermakna.
c. Metode pembelajaran mewadahi perbedaan tahap perkembangan
siswa-siswi.
d. Pembelajaran sains berbasis inquiry dapat membangun
keterampilan berkomunikasi melalui pertukaran gagasan sains
sehingga siswa-siswi saling belajar satu sama lain.
e. Inquiry membangun kemampuan berpikir kritis dan masyarakat
yang tidak mudah mempercayai isu.
f. Inquiry membangun kesadaran tentang perlunya perlindungan
alam.
Inkuiri memungkinkan terwujudnya integrasi berbagai disiplin
ilmu. Ketika melakukan eksplorasi, mereka akan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang akan melibatkan sains dan ilmu lainnya.
Tidak hanya itu, inkuiri juga melibatkan komunikasi. Setiap peserta
didik harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan
berhubungan. Mereka juga harus melaporkan hasil-hasil temuannya,
baik itu secara lisan maupun secara tertulis. Dengan begitu, mereka
akan belajar dan mengajar satu sama lain.
15
op.cit., h. 78. 16
op.cit., h. 20.
17
B. Kemampuan Psikomotor
“Ranah perilaku psikomotorik menunjukkan pada segi
keterampilan atau kemahiran untuk meragakan suatu kegiatan atau
memperlihatkan suatu tindakan. Perilaku ini lebih merupakan
keterampilan secara fisik. Aspek-aspek perilaku ini mencakup tahapan:
menirukan, memanipulasi, artikulasi dan naturalisasi”.17
Hasil belajar pada
psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman
belajar tertentu.
Menurut Martinis Yamin, “Kawasan Psikomotor adalah kawasan
yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara
syaraf dan otot.”18
Dengan demikian kawasan psikomotor adalah kawasan
yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya
koordinasi otot-otot oleh pikiran sehingga diperoleh tingkat fisik tertentu.
Anas Sudiyono mengatakan bahwa “ranah psikomotor adalah
ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.”19
Hasil belajar ranah psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya
merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan
hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
kecenderungan untuk berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar
afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah
menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang
terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektifnya.
17
Uyu Wahyudin, dkk. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS,
2006), Cet. 1, h. 32. 18
Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2004), Cet.II, h. 37. 19
Anas Sudiyono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003), Cet. IV, h. 57-58.
18
Menurut Trowbridge dan Bybe dalam Ahmad Sofyan dkk.
menekankan bahwa “domain psikomotor mencakup aspek-aspek
perkembangan motorik, koordinasi otot, dan keterampilan-keterampilan
fisik. Selanjutnya Trowbridge dan Bybe mengklasifikasikan domain
psikomotor ke dalam empat kategori, yaitu: moving (bergerak),
manipulating (memanipulasi), communicating (berkomunikasi), dan
creating (menciptakan)".20
Ahmad Sofyan dkk. mengutip Trowbridge et.al (1981:127) yang
mencakup bergerak (moving), memanipulasi (manipulating),
berkomunikasi (communicating), dan menciptakan (creating). Berikut ini
akan dijelaskan satu persatu:21
Moving (bergerak), kategori ini merujuk pada sejumlah gerakan
tubuh yang melibatkan koordinasi gerakan-gerakan fisik. Dalam kelas
kimia, tujuan pembelajaran yang termasuk kategori ini adalah, misalnya:
siswa dapat membersihkan alat-alat praktikum atau siswa dapat membawa
mikroskop dengan benar, siswa dapat menempatkan atau menyimpan alat-
alat praktikum sesuai pada tempatnya. Kata kerja operasional yang dapat
digunakan untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar antara
lain: membawa, membersihkan, mengikuti, menempatkan atau
menyimpan.
Manipulating (memanipulasi), kategori ini merujuk pada aktivitas
yang mencakup pola-pola yang terkoordinasi dari gerakan-gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh, misalnya tangan-jari, tangan-mata. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator
pencapaian hasil belajar antara lain: mengkalibrasi, merangkai, meramu,
mengubah, membersihkan, menghubungkan, memanaskan,
mencampurkan, mengaduk, menimbang, mengoperasikan, dan
memperbaiki. Tujuan pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam kategori
20
op.cit., h. 24. 21
op.cit., h. 24-26.
19
ini, misalnya siswa dapat menuangkan larutan dari botol reagen ke dalam
gelas kimia dengan benar.
Communicating (berkomunikasi), kategori ini merujuk pada
pengertian aktivitas yang menyajikan gagasan dan perasaan untuk
diketahui oleh orang lain. kata kerja operasional yang dapat digunakan
untuk merumuskan indikator pencapaian hasil belajar siswa antara lain:
mengajukan pertanyaan, mengarang, menggambar, menjelaskan, membuat
grafik membuat tabel, mencatat, menulis, dan membuat rancangan. Tujuan
pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam aspek ini, misalnya: siswa
dapat mengajukan pertanyaan mengenai maslah-masalah yang sedang
didiskusikan atau siswa dapat melaporkan data percobaan secara akurat.
Creating (menciptakan), merujuk pada proses dan kinerja yang
dihasilkan dari gagasan-gagasan baru. Kreasi dalam mata pelajaran kimia
biasanya memerlukan sejumlah kombinasi dari gerakan, manipulasi, dan
komunikasi dalam membangkitkan hasil baru yang sifatnya unik. Kata
kerja operasional yang dapat digunakan untuk merumuskan indikator
pencapaian hasil belajar siswa antara lain: membuat kreasi, merancang,
mensintesis, menganalisis, dan membangun. Tujuan pembelajaran yang
dapat dirumuskan antara lain sebagai berikut: siswa dapat menggabungkan
potongan-potongan alat untuk membentuk instrumen atau peralatan baru
dalam suatu percobaan.
Sedangkan menurut Sax dalam Mardapi, dikatakan bahwa
keterampilan psikomotor mempunyai enam peringkat yaitu gerakan
refleks, gerakan dasar, kemampuan perceptual, gerakan fisik, gerakan
terampil, dan komunikasi nondiskursip. Gerakan refleks adalah respon
motor atau gerak tanpa sadar yang muncul ketika bayi lahir. Gerakan dasar
adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan kompleks yang khusus.
Dari sini akan meuncul keterampilan proses siswa. Kemampuan perceptual
adalah kombinasi kemampuan kognitif dan motor atau gerak. Kemampuan
fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling
terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar,
20
seperti keterampilan olah raga. Komunikasi nondiskursip adalah
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.22
Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan
ranah psikomotor mencakup gerakan fisik dan keterampilan tangan.
Keterampilan tangan ini menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang
dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu.
C. Hakikat Keterampilan Proses Sains
1. Pengertian Keterampilan Proses Sains (KPS)
Menurut Agus Sugianto “pendekatan keterampilan proses
merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses
belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari”.23
Jadi, keterampilan proses adalah suatu
pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh
kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret
sampai pada penemuan konsep.
Zulfani dkk. mengungkapkan bahwa “keterampilan proses sains
merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan
untuk memperoleh pengetahuan”.24
Dengan menggunakan
keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep.
Menurut E. Mulyasa “pendekatan keterampilan proses
merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses
belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari”.25
Jadi, keterampilan proses adalah suau
22
Mimin Haryati, Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan,
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), cet. I, h. 25. 23
op.cit., h.8. 24
op.cit., h. 51. 25
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), cet. I, h. 99.
21
pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh
kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dalam objek konkret
sampai pada penemuan konsep.
Dari beberapa definisi keterampilan proses, maka dapat
disimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan
pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berproses ilmiah dengan tujuan mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan siswa untuk menemukan dan mengemukakan sendiri fakta,
konsep, nilai serta sikap dalam diri siswa sendiri. Hal yang perlu
ditekankan pada penelitian ini pendekatan keterampilan proses yang
digunakan adalah pendekatan keteampilan proses pada proses IPA atau
keterampilan proses sains (KPS), yaitu pengembangan dari pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran sains.
2. Manfaat keterampilan proses Sains
Beberapa alasan keterampilan proses sains diperlukan dalam
pendidikan dasar dan menengah ialah:26
a. Memiliki manfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupan.
b. Memberi bekal siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara
bagaimana mempelajari sesuatu.
c. Membantu siswa mengembangkan dirinya sendiri.
d. Sangat membantu siswa yang masih berada pada taraf
perkembangan berpikir konkret.
e. Mengembangkan kreativitas siswa.
3. Aspek-aspek keterampilan proses
Ada 7 jenis kemampuan yang hendak dikembangkan
melalui proses pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan
proses, yakni:27
26
op.cit., h. 51-55. 27
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. I, h.
150-151.
22
a. Mengamati; siswa harus mampu menggunakan alat-alat
inderanya: melihat, mendengar, meraba, mencium, dan merasa.
Dengan kemampuan ini, dia dapat mengumpulkan
data/informasi yang relevan dengan kepentingan belajarnya.
b. Menggolongkan/mengklasifikasikan; siswa harus terampil
mengenal perbedaan dan persamaan atas hasil pengamatannya
terhadap suatu objek, serta mengadakan klasifikasi berdasarkan
ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Pembuatan
klasifikasi memerlukan kecermatan dalam melakukan
pengamatan.
c. Menafsirkan (menginterpretasikan); siswa harus memiliki
keterampilan menafsirkan fakta, data, informasi, atau peristiwa.
Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan percobaan atau
penelitian sederhana.
d. Meramalkan; siswa harus memiliki keterampilan
menghubungkan data, fakta, dan informasi. Siswa dituntut
terampil mengantisipasi dan meramalkan kegiatan atau peristiwa
yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
e. Menerapkan; siswa harus mampu menerapkan konsep yang
telah dipelajari dan dikuasai ke dalam situasi atau pengalaman
baru. keterampilan itu digunakan untuk menjelaskan tentang apa
yang akan terjadi dan dialami oleh siswa dalam proses
belajarnya.
f. Merencanakan penelitian; siswa harus mampu menentukan
masalah dan variabel-variabel yang akan diteliti, tujuan, dan
ruang lingkup penelitian. Dia harus menentukan langkah-
langkah kerja pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur
melakukan penelitian.
g. Mengkomunikasikan; siswa harus mampu menyusun dan
menyampaikan laporan secara sistematis dan menyampaikan
23
perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya kepada
siswa lain dan peminat lainnya.
Menurut Sri Sulistyorini dalam Agus Sugianto,
kemampuan-kemampuan yang menunjukkan keterlibatan peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui
partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut.28
a. Kemampuan bertanya/menemukan masalah
b. Kemampuan melakukan pengamatan
c. Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil
pengamatan.
d. Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi.
e. Kemampuan mengukur.
f. Kemampuan merencanakan dan melaksanakan suatu kegiatan
penelitian.
g. Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah
dikuasai dalam suatu situasi baru.
h. Kemampuan menyajikan atau mengkomunikasikan suatu hasil
pengamatan dan atau hasil penelitian.
Sesungguhnya dalam jenis-jenis keterampian proses itu
tidak ada batas yang jelas, satu sama lain saling terikat dan
berhubungan. Misalnya untuk dapat mengelompokan seseorang
memerlukan keterampilan pengamatan. Pengkatagorian jenis-
jenis keterampilan proses ini dimaksudkan untuk meninjau
dengan penekanan pada keterampilan tertentu.
D. Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Inkuiri
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa sains merupakan satu
kesatuan sistem yang mempunyai pola (keteraturan) tertentu dan diperoleh
melalui studi komprehensif, teliti dan sistematis. Sehingga dalam kegiatan
pembelajaran, sains atau IPA tidaklah hanya mengedepankan produk atau
28
op.cit., h. 8
24
hasil saja melainkan proses pencapaian pembelajarannya. Jika
pembelajaran menekankan pada aspek proses maka pengalaman belajar
siswa lebih bersifat langsung, karena dalam hal ini belajar sains bagi siswa
bukanlah lagi menghafal teori atau konsep semata, melainkan
mengimplementasikan atau mengkonstruksi pengetahuan secara langsung
dan menerapkannya pada kehidupan nyata.
Dalam proses pembelajaran seperti halnya inkuiri, keterampilan
tersebut tidak dapat dipisahkan atau ditawar lagi keberadaannya, karena
keterampilan proses dalam pembelajaran merupakan keterampilan-
keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa dalam memproses
pelajaran sains, karena dengan keterampilan proses sains ini siswa dapat
menemukan dan mengembangkan konsep dalam materi ajar. Peran dan
fungsi keterampilan proses juga tidak berhenti sampai disini saja,
melainkan akan berlanjut kepada pengembangan kemampuan siswa
berikutnya melalui proses interaksi antara kemampuan (keterampilan
memproses informasi sebelumnya) dengan konsep melalui proses belajar
mengajar hingga mengembangkan sikap dan nilai pada diri siswa.
Keterampilan proses dalam kegiatan pembelajaran selalu
disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan. Hal ini didasarkan atas
perbedaan tingkat perkembangan dan pengetahuan anak didik yang
berbeda-beda sesuai dengan usianya.
Keterampilan proses yang merupakan standar kelulusan bagi siswa
SMA dan MA meliputi: keterampilan mengamati, mengajukan hipotesis,
menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu
mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan
pertanyaan, menggolongkan dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil temuan secara lisan atau tertulis, menggali dan
memilih informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan
atau memecahkan sehari-hari.
Dalam kegiatan pembelajaran yang berorientasikan keterampilan
proses, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Conny Semiawan dkk.
25
dalam penelitiannya, “dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan
memproseskan perolehan, anak akan mampu menemukan dan
mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian,
keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan
pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan
skap dan nilai”.29
Sikap ilmiah dalam pelaksanaannya ini hanya akan muncul atau
bahkan berkembang jika siswa diperlakukan dan dianggap sebagai seorang
saintis muda di kelas. Dalam hal ini anak memerlukan lebih banyak doing
science daripada listening to scientific knowledge. Dengan kata lain,
peningkatan scientific attitude dapat berlangsung jika penagajaran IPA
guru dengan mengurangi peran „pengkhutbah‟ dan meningkatkan peran
fasilitator melalui kegiatan praktis IPA (scientific activities) yang
mendorong anak doing science seperti pengamatan, pengujian, dan
penelitian dan jenis keterampilan lainnya.
Pembahasan ini juga diperkuat dengan hasil-hasil penelitian
sebelumnya yang membuktikan bahwa keterampilan proses memiliki
keterikatan dengan sikap ilmiah siswa. Hal ini terbukti dari berbagai jenis
keterampilan proses ternyata melibatkan sikap ilmiah yang ada, seperti
pada kegiatan mengidentifikasikan masalah, siswa dilatih untuk memupuk
rasa ingin tahu, bersifat jujur, objektif, dan teliti. Dalam kegiatan
mengkomunikasikan siswa dilatih jujur, kerja sama dan kreatif. Dalam
kegiatan menyimpulkan hasil pengamatan, siswa dilatih memupuk rasa
ingin tahu, objektif, jujur, terbuka, kritis, kerja sama, dan berinisiatif. Hal
senada juga telah diungkapkan oleh Semiawan, dkk dalam bukunya bahwa
pendekatan keterampilan proses merupakan suatu sistem pengajaran yang
lebih banyak mengaktifkan siswa, serta memberi kesempatan yang luas
29
Conny Semiawan dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Grasindo, 1992),
cet. I, h. 18
26
dalam mengembangkan inetelektual, keterampilan proses sains, minat, dan
sikap ilmiahnya.
Pengembangan keterampilan proses diatas hanya terbatas dengan
menggunakan pendekatan keterampilan proses sains. Namun kini,
beranjak dari konsep pendekatan ini yaitu pengajaran yang mengaktifkan
siswa, maka bisa ditemukan atau digunakan model pembelajaran baru
didalamnya yang serupa, seperti discovery dan inkuiri.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan atau
keterkaitan antara keterampilan proses sains dengan sikap ilmiah siswa,
yang mana dalam hal ini tentunya melibatkan kegiatan pembelajaran yang
dapat menumbuhkan kedua aspek tersebut, salah satunya seperti telah
disebutkan sebelumnya yaitu dengan menggunakan pendekatan inkuiri.
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Proses Sains30
No. Keterampilan Proses
Sains
Aspek yang diamati
1 Bertanya/mengajukan
pertanyaan
Bertanya untuk meminta penjelasan
Mengajukan pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis
2 Hipotesis Membuat hipotesis/dugaan
sederhana dengan bahasa sendiri
Mengetahui bahwa ada lebih dari 1
kemungkinan penjelasan dari 1
kejadian
Menyadari bahwa suatu penjelasan
perlu di uji kebenarannya dengan
memperoleh bukti
3 Investigasi/merencanakan
percobaan
Menyiapkan alat dan bahan
Membuat campuran
Merangkai alat praktikum
Menggunakan alat dengan teknik
30
Op.cit., h. 56
27
yang benar
Membuat tabel hasil pengamatan
4 Observasi Mengamati perbedaan larutan,
suspensi, dan koloid.
Mengamati sifat-sifat koloid effek
tyndall dan koagulasi.
Menggunakan/mengumpulkan
fakta yang relevan
5 Klasifikasi Mencatat setiap pengamatan ke
dalam tabel
Mencari perbedaan dan persamaan.
Mengontraskan sifat-sifat
6 Prediksi Memperkirakan bentuk campuran
(homogen atau heterogen)
Memperikirakan terjadinya
gumpalan pada susu setelah
penambahan perasan jeruk nipis
7 Interpretasi Menggambarkan /menterjemahkan
data
Menganalisis data
Menyajikan pemahaman baru
Membuat keismpulan sesuai
dengan hasil pengamatan
8 Komunikasi Mempresentasikan hasil
pengamatan
Mendiskusikan hasil percobaan
Menampaikan ide/gagasn/data
Menyimak pendapat/gambaran
yang disampikan tiap kelompok
Menjawab/menanggapi pertanyaan.
28
E. Hakikat Ilmu Kimia
1. Pengertian Ilmu kimia
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari
berbagai fenomena dan hukum alam. Adapun ilmu pengetahuan alam itu
mencakup: sub bidang studi fisika, biologi, geologi, astronomi, dan salah
satunya adalah kimia.
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa
Ilmu kimia adalah ilmu pemahaman dan rekayasa materi.
Rakayasa yaitu mengubah suatu materi menjadi materi yang
lain. Untuk dapat melakukan rekayasa tersebut, para ahli perlu
memahami ilmu kimia, yaitu mengetahui susunan, struktur,
serta sifat-sifat materi oleh karena itu, ilmu kimia dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan,
struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai
perubahan tersebut.31
Dalam pengertian yang lain dikatakan bahwa “kimia merupakan
experimental science, yaitu ilmu yang berbasiskan percobaan. Semua
teori dan hukum-hukum kimia didasarkan pada data percobaan dan
pengamatan.”32
Pendek kata, dewasa ini kehidupan kita sehari-hari semakin
dibanjiri oleh bahan kimia, yang sering kali pula menghasilkan reaksi-
reaksi kimia. Jadi, sekarang ini bukan hanya orang yang bekerja di
laboratorium kimia saja yang setiap saat selalu dihadapkan pada bahan
kimia, contohnya adalah garam dapur, yang kandungannya tidak seratus
persen murni dari air laut, melainkan ada zat kimia yang terkandung
dalam garam tersebut.
2. Manfaat mempelajari Ilmu kimia
Mungkin ada yang bertanya tentang apa manfaat mempelajari ilmu
kimia. “Manfaat yang segera kita dapat ketika mempelajari ilmu kimia
adalah pemahaman yang lebih baik terhadap alam sekitar dan berbagai
31
Michael Purba. Kimia SMU Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 3. 32
Nana Sutresna, Kimia untuk SMA kelas X, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2006),
cet. II, h. 1.
29
proses yang berlangsung di dalamnya, sehingga kita dapat mengontrol
perubahan ini demi keuntungan bagi kehidupan manusia dan
lingkungan”.33
Manfaat lain dari belajar kimia adalah masalah
pembentukan sikap. “Dengan mempelajari ilmu kimia atau ilmu
pengetahuan pada umumnya, kita senantiasa berhadapan dengan masalah
dan berusaha memecahkannya secara sistematis. Seringkali masalah
dalam ilmu kimia terlihat rumit dan kompleks, sehingga ada kesan
bahwa ilmu kimia adalah ilmu yang sukar.34
Sebenarnya kerumitan itu
akan menjadi suatu keuntungan jika disikapi dengan benar apablia kita
menjadi terbiasa menghadapi masalah, kemudian memecahkannya
secara logis dan terencana, maka kebiasaan itu akan membantu kita
dalam menghadapi persoalan hidup sehari-hari. Diatas segalanya itu,
ilmu kimia akan menunjukkan kepada anda betapa teraturnya alam ini,
baik alam makro maupun mikro. Kiranya semua itu akan menambah
kekaguman kita kepada Sang pencipta
Adapun berikut ini akan diuraikan manfaat ilmu kimia secara garis
besarnya, yaitu:
a. Dengan belajar ilmu kimia, pola pikir ilmiah dapat terbentuk.
Artinya, jika kita terbiasa memecahkan masalah-masalah yang
timbul dalam ilmu kimia, diharapkan pola pikir ilmiah ini
terkristalisasi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
diterapkan dalam banyak hal.
b. Dengan belajar ilmu kimia, kita dapat mengerti bahan-bahan kimia
yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya susu, vitamin,
shampo, detergen, sabun, racun, anti nyamuk, kabel listrik, dan lain-
lain.
c. Lebih memudahkan siswa yang ingin melanjutkan studinya ke
perguruan tinggi jurusan kedokteran, biologi, pertanian, teknik
lingkungan, teknik kimia, dan lain-lain.
33
op.cit., h. 5. 34
op.cit., h. 6.
30
3. Konsep sistem koloid
a. Pengertian sistem koloid
“Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahasa yunani
berarti “lem”. Istiah koloid perama kali diperkenalkan oleh Thomas
Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang
merupakan kistal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya
kristal mudah mengalami difusi”.35
Oleh karena itu, zat semacam
gelatin ini kemudian disebut dengan koloid. Koloid atau disebut
juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem
dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi
lebih kecil daripada suspensi.
Sistem koloid adalah campuran homogen antara fasa
terdispersi dan fasa pendispersi. Campuran ini homogen, artinya
campuran dua zat menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja fasa
terdispersinya bukan dalam bentuk molekuler (bukan setiap molekul
tersebar), tetapi gabungan dari beberapa molekul. Jika kita ambil
contoh yang umum, zat terdispersi padatan dalam fasa pendispersi air
maka sistem koloid merupakan dispersi padatan (gabungan dari
banyak molekul) yang tersebar dalam medium pendispersi. Akan
tetapi, partikel padatan yang terdispersi ini kecil sehingga tidak bisa
dibedakan mana fasa terdispersi dan mana fasa pendispersi.36
b. Macam-macam koloid37
1) Sol: sistem koloid fase padat-cair disebut sol. Sol terbentuk dari
fase terdispersi berupa zat padat dan fase pendispersi berupa
cairan. Contoh: agar-agar, pektin, gelatin, cairan kanji.
35
Unggul Sudarmo, kimia SMA kelas XI, Seri Made Simple (SMS), (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2004), h. 193. 36
Nana Sutresna dkk, Panduan Menguasai Kimia 2, (Bandung: penerbit Ganeca, 2000),
cet. I, h. 110 37
Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, (Bandung: Gravindo Media
Pratama, 2006), cet. I, h. 294-298.
31
2) Sol padat: sistem koloid fase padat-padat terbentuk dari fase
terdispersi dan fase pendispersi yang sama-sama berwujud zat
padat. Contoh: logam campuran (aloi), misalnya stainless steel.
3) Aerosol padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa padat dan
fase pendispersi berupa gas. Contoh: asap dari pembakaran
sampah atau dari kendaraan bermotor.
4) Aerosol: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan fase
pendispersi berupa gas. Contoh: hairspray, obat nyamuk
semprot, parfum, cat semprot.
5) Emulsi: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan
medium pendispersi yang juga berupa cairan. Contoh: krim
(emulsi yang berbentuk pasta), dan lotion (emulsi yang berbentuk
cairan kental atau krim yang encer).
6) Emulsi padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa zat cair dan
medium pendispersi berupa zat padat. Contoh: keju, mentega,
dan mutiara.
7) Busa: terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan medium
pendispersi berupa zat cair. Contoh: sabun, deterjen, protein, dan
tanin.
8) Busa padat: terbentuk dari fase terdispersi berupa gas dan
medium pendispersi berupa zat padat. Contoh: karet busa, batu
apung.
c. Sifat-sifat koloid
1) Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari
partikel koloid.
2) Effek Tyndall
Effek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel
koloid.
32
3) Adsorbsi
Partikel koloid mempu menyerap molekul netral atau ion-
ion pada permukaannya. Jika partikel koloid menyerap ion
bermuatan, kemudian ion-ion tersebut menempel pada
permukaannya, partikel koloid tersebut menjadi bermuatan.
Contoh:
a) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya
menyerap ion H+.
b) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya
menyerap ion S2-.
4) Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang
terjadi karena kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena
penggabungan partikel koloid yang berbeda muatan sehingga
membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi dapat terjadi
karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan
elektrolit, pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda
muatan, atau karena elektroforesis.
5) Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan
dan medium pendispersinya cairan.
a) Koloid liofil:
sistem koloid yang afinitas fase terdispersinya besar
terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
b) Koloid liofob:
System koloid yang afinitas fase terdispersinya kecil
terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.
33
6) Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah suatu sistem koloid yang
ditambahkan pada sistem koloid lainnya agar diperoleh koloid
yang stabil. Contoh koloid pelindung adalah gelatin yang
merupakan koloid padatan dalam medium air.
7) Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan partikel koloid dari ion-
ion yang teradsorpsi sehingga ion-ion tersebut dapat dihilangkan
dan zat terdispersi terbebas dari ion-ion yang tidak diinginkan.38
38
ibid., h. 299-307.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA PGRI 3 Jakarta.
2. Waktu Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diambil yaitu materi sistem koloid yang
dipelajari di semester genap, maka penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-
18 Mei 2010.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif, dalam Subana dijelaskan bahwa “Penelitian Deskriptif menuturkan
dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan
fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikannya
apa adanya”.1 Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan
utama yakni menggambarkan secara sistematik fakta dan karakteristik objek
atau subjek yang diteliti secara tepat, dalam penelitian ini aspek yang akan di
teliti adalah keterampilan proses sains siswa.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA
di SMA PGRI 3 Jakarta yang terdistribusi ke dalam satu kelas dengan jumlah
siswa sebanyak 21 orang yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan. Siswa kelas XI jurusan IPA dianggap sesuai dijadikan sampel
dalam penelitian ini karena kelas XI jurusan IPA pada semester genap
mempelajari mata pelajaran kimia pokok bahasan sistem koloid dimana pokok
bahasan tersebut dijadikan oleh peneliti sebagai materi penunjang penelitian.
Siswa dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok, dimana tiap-tiap
kelompok terdapat siswa laki-laki dan perempuan, siswa dari kategori tinggi,
1 M. Subana, dkk, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), cet.
II, h. 89.
35
sedang, dan rendah. Penempatan kategori tinggi, sedang, dan rendah
ditentukan berdasarkan nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran kimia.
Pengelompokkan ini dilakukan agar tiap kelompok memiliki kemampuan
yang relatif homogen dalam hal praktikum dan diskusi.
D. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Pengamatan atau observasi (observation) adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis.2 Observasi yang dilakukan di sini adalah
observasi langsung, yang mengumpulkan data berdasarkan pengamatan
yang menggunakan mata atau telinga secara langsung. Dengan demikian
melalui observasi dapat terlihat kemunculan keterampilan proses sains
yang diamati dengan menggunakan panca indera secara langsung.
Instrumen yang digunakan untuk menyaring data aspek keterampilan
proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
adalah lembar observasi. Untuk mengetahui urutan kemunculan
keterampilan proses dan frekuensi, dalam Subana yang mengutip
Ruseffendi bahwa “khusus untuk observasi terhadap interaksi belajar-
mengajar di kelas dikembangkan beberapa instrument yang disebut VICS,
Bias, dan Flanders”.3 Format observasi yang dikembangkan menggunakan
format yang dikembangkan oleh Flinders, namun dalam penelitian ini
dimodifikasi sesuai dengan keperluan penelitian. Format dalam penelitian
ini menggunakan 3 kategori yaitu muncul sesuai, muncul tidak sesuai, dan
tidak muncul. Lembar observasi digunakan untuk menjaring aspek
keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria-kriteria yang
ada. Aspek keterampilan proses yang diamati pada penelitian ini tiap
pertemuan berbeda, hal tersebut dilakukan karena disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang akan di lakukan.
Observasi mulai dilakukan pada pertemuan pertama, pada
pertemuan pertama persiapan untuk melakukan kegiatan praktikum,
2 Suharismi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005),
cet. V, h. 30. 3 op.cit., h.143.
36
dimana siswa mulai melakukan pembelajaran berbasis inkuiri yaitu siswa
diberi LKS yang berisi tujuan, alat dan bahan saja, sedangkan prosedur
penelitiannya siswa sendiri yang menentukannya. Oleh sebab itu pada
bagian ini siswa melakukan diskusi kelompok untuk menentukan prosedur
penelitian, aspek keterampilan proses sains yang di amati observer pada
bagian ini adalah aspek bertanya dan aspek hipotesis.
Pada pertemuan ke dua siswa melanjutkan kegiatan diskusi
kelompok membuat rancangan langkah kerja praktikum koloid pada
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan. Pada pertemuan ke dua
tidak ada pengamatan observasi.
Pada pertemuan ke tiga pelaksanaan praktikum, aspek keterampilan
proses sains yang diamati yaitu, aspek investigasi, aspek observasi, aspek
klasifikasi dan aspek prediksi. Pada bagian ini siswa ditugaskan untuk
melakukan kegiatan praktikum dengan menggunakan alat, bahan, dan
tujuan yang telah disediakan dalam LKS dengan pedoman prosedur yang
telah dibuat dan didiskusikan bersama kelompoknya masing-masing.
Pada pertemuan ke empat membahas hasil praktikum. Aspek
keterampilan proses yang diamati adalah aspek interpretasi dan
komunikasi, karena pada kegiatan ini pembelajaran dilakukan dengan cara
diskusi kelompok yang membahas tentang hasil yang di dapat dalam
praktikum.
Dalam penelitian ini keterampilan proses, pencuplikan data melalui
lembar observasi melibatkan empat orang observer yang mengobservasi
terhadap lima kelompok. Setiap kelompok diobservasi oleh satu orang
observer yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan tentang
pelaksanaan ebservasi dari peneliti. Satu orang observer mengobservasi
dua kelompok. Penjelasan yang diberikan berupa penjelasan penggunaan
lembar observasi pada saat mengamati kegiatan praktikum serta pemberian
kisi-kisi tiap poin pengamatan pada lembar observasi. Dengan langkah
tersebut diharapkan persepsi setiap observer terhadap fenomena yang
muncul pada saat pembelajaran menjadi sama.
37
2. Wawancara
Menurut Suharismi Arikunto “wawancara atau interviu (interview)
adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak dikatakan
sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan
sama sekali untuk mengajukan pertanyaan”.4 Dengan demikian wawancara
merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan, yang diaksanakan
dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka,
dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan.
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan Tanya jawab
langsung kepada perwakilan siswa di tiap-tiap kelompok. Wawancara
tersebut digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
berbasis inkuiri.
E. Teknik Pengumpulan Data
Agar semua dapat diperoleh dengan baik dan lengkap, ada beberapa
tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan pengumpulan data tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Adapun langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah sebagai
berikut:
a. Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada standar
isi mata pelajaran Kimia SMA kelas XI sesuai dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pedidikan (KTSP) yang digunakan sekarang, serta
menganalsis materi pada buku teks atau paket untuk menentukan
pokok bahasan yang pembelajarannya dapat menggunakan metode
diskusi dan praktikum dengan menggunakan pembelajaran berbasis
inkuiri. Pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah sistem
koloid.
b. Membuat silabus, dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP).
c. Membuat instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data.
4 op.cit., h. 30.
38
d. Menguji Validasi instrument penelitian oleh para ahli, kemudian
diperbaiki sesuai dengan sasaran para ahli. Apabila instrument tersebut
telah disetujui oleh para ahli, maka instrument tersebut akan langsung
digunakan untuk penelitian.
e. Memperbanyak instrument untuk digunakan dalam penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian berlangsung selama 5 pertemuan. Adapun uraian
kegiatan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut:
a. Pertemuan pertama
Pembagian kelompok, siswa dibagi ke dalam lima kelompok,
setiap kelompok terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan, siswa
dari kategori tinggi, sedang dan rendah. Guru memberikan LKS
kepada setiap kelompok siswa untuk kemudian dipelajari dan
didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Siswa ditugaskan untuk
merumuskan prosedur/langkah kerja praktikum serta dasar teori sistem
koloid sebagaimana belum tersedia pada LKS, LKS yang telah
dilengkapi akan dijadikan pedoman siswa untuk melakukan kegiatan
praktikum pada pertemuan selanjutnya.
Pada pertemuan pertama mulai dilakukan observasi terhadap
keterampilan proses proses sains siswa selama melakukan kegiatan
diskusi, setiap kelompok didampingi satu observer, yang bertugas
untuk mencatat kemunculan keterampilan proses sains siswa pada saat
diskusi. Sebelum pertemuan pertama dimulai, para observer sudah
memiliki lembar observasi dan sudah mengetahui siswa yang akan
diobservasi. Para observer diberikan pengarahan tentang cara penilaian
pada lembar observasi sebelum pertemuan pertama.
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua siswa melanjutkan kegiatan diskusi
kelompok membuat rancangan langkah kerja praktikum koloid pada
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah disediakan. Pada pertemuan ke
dua tidak ada pengamatan observasi.
39
c. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan ketiga dilakukan kegiatan praktikum mengenai
mengklasifikasikan suspensi kasar larutan sejati dan koloid
berdasarkan data hasil pengamatan (effek tyndall, kogulasi,
homogen/heterogen, dan penyaringan). Pada pertemuan kedua ini
dilakukan pula observasi terhadap keterampilan proses sains siswa
selama melakukan praktikum, setiap kelompok didampingi satu
observer.
d. Pertemuan keempat
Pada pertemuan keempat siswa melakukan kegiatan diskusi
dan presentasi mengenai hasil praktikum yang telah mereka lakukan
pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini dilakukan pula
observasi terhadap keterampilan proses sains siswa selama melakukan
diskusi, setiap kelompok didampingi satu observer.
e. Pertemuan kelima
Pada pertemuan kelima dilakukan wawancara terhadap
perwakilan kelompok siswa pada masing-masing kelompok.
3. Tahap Pengolahan Data
Langkah-langkah dalam tahap pengolahan data adalah:
a. Pengolahan data lembar observasi
b. Pengolahan data hasil wawancara
F. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi
Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, instrumen lembar
observasi dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk mengetahui
validitasnya dan proses pembelajaran direkam untuk menjaga reliabilitasnya.
1. Validitas
“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen.”5 Suatu instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan. Untuk mengetahui ketepatan
instrumen lembar observasi untuk mengukur keterampilan proses sains
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 168.
40
dilakukan validasi isi oleh dosen pembimbing. Validasi ini dilakukan
dengan cara menentukan tujuan mengadakan pengamatan, mengadakan
pembatasan terhadap bagian yang akan diamati, merumuskan indikator
dari tiap bagian yang akan diamati, dan menderetkan semua indikator
dalam tabel persiapan yang juga memuat aspek tingkah laku yang
terkandung dalam indikator.
2. Reliabilitas
“Reliabilitas bermakna keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
atau konsistensi dan dapat diartikan sejauh mana hasil suatu pengukuran
dapat dipercaya dan konsisten”.6 “Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu
instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik”.7 Untuk menjaga reliabilitas dari
instrumen lembar observasi, maka sebelum melakukan pengamatan yang
sesungguhnya, observer perlu dilatih terlebih dahulu untuk
“menyingkirkan” atau “menekan sampai sesedikit mungkin” unsur
objektivitas observer. Alternatif lain yang digunakan dalam mencari
reliabilitas instrumen observasi yaitu dengan dokumentasi video.
6 op.cit., h. 105.
7 op.cit., h. 178.
41
ALUR PENELITIAN
Analisis Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA
Analisis Materi Pelajaran
Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Membuat Instrumen Penelitian
Validitas Instrumen
Memperbanyak Instrumen
Diskusi
Praktikum
Diskusi
Observasi
Penentuan Siswa yang Akan
Diwawancarai
wawancara Temuan Penelitian
Analisis dan
Pembahasan
Kesimpulan dan
saran
YA
P
E
R
S
I
A
P
A
N
P
E
L
A
K
S
A
N
A
A
N
P
E
N
G
O
L
A
H
A
N
D
A
T
A
42
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, analisis yang dilakukan adalah deskriptif
kualitatif, dalam Suharismi Arikunto dijelaskan bahwa
Analisis deskriptif kualitatif adalah memberikan predikat kepada
variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Predikat yang diberikan tersebut dalam bentuk peringkat yang
sebanding dengan atau atas dasar kondisi yang diinginkan agar
pemberian predikat dapat tepat maka sebelum dilakukan pemberian
predikat, dilakukan kondisi tersebut diukur dengan persentase, baru
kemudian ditransfer ke predikat.8
1. Lembar Observasi
Data yang diperoleh dari format lembar observasi kemudian
dianalisis lebih lanjut dengan cara:
a. Memberi di bagian mana tanda ceklis (√) di bubuhkan, dalam Slameto
dijelaskan bahwa “Chek-list atau daftar cek adalah salah satu
alat/pedoman observasi yang berupa daftar kemungkinan-
kemungkinan aspek tingah laku seseorang yang sengaja dibuat untuk
memudahkan mengenai ada tidaknya aspek-aspek tingkah laku tertentu
pada seseorang yang akan dinilai”.9 Tanda ceklis tersebut dimasukkan
kedalam lembar observasi sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap
aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul selama
berlangsungnya rangkaian kegiatan pembelajaran inkuiri.
b. Perhitungan Skala Pengukuran10
Skala Keterangan
3 Muncul sesuai
2 Muncul tidak sesuai
1 Tidak muncul
Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 3 x 1 x 21
= 63. Untuk ini skor tertinggi tiap butir 3, jumlah butir 1, dan jumlah
8 Suharismi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), cet. Ke-
7, h. 269. 9 Slameto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet.I, h. 96.
10 op.cit., h. 108 – 110.
43
responden 21. Sedangkan bila setiap butir mendapat skor terendah = 1 x 1 x
21 = 21. Sehingga secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut:
21 42 63
Tidak muncul 35 muncul tidak sesuai 49 muncul sesuai
Jika dibuat persentasenya menjadi:
77,9%
c. Menginterpretasi secara deskriptif data persentase tiap-tiap aspek
keterampilan proses sains siswa yang muncul selama berlangsungnya
rangkaian kegiatan pembelajaran inkuiri.
2. Format Wawancara
Data yang diperoleh dari hasil wawancara dibuat dalam bentuk
tabel untuk kemudian diterjemahkan secara deskriptif.
Tabel 3.2 Format Wawancara
Variabel Kisi-kisi Pertanyaan
Respon siswa
terhadap
pembelajaran
dengan
pendekatan
inkuiri
Apakah kamu senang belajar kimia disertai dengan kegiatan
praktikum? Jelaskan pendapatmu!
Bagaimana kesanmu setelah mengikuti proses pembelajaran
kimia dengan pendekatan seperti ini (inkuiri) ?
Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan
pendapatmu!
Kegiatan apa saja kamu lakukan selama kegiatan praktikum
berlangsung?
Apakah kamu menemukan kesulitan selama praktikum
44
berlangsung? Jika “ya” kesulitan apa yang kamu hadapi, jika
“tidak” apa alasanmu!
Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk
dilakukan? Berikan alasanmu!
Apakah melalui pembelajaran ini (inkuiri) kalian mampu
berhipotesis? Apakah kalian berantusias untuk menguji
hipotesis kalian?
Apakah kamu terlatih bekerja ilmiah melalui praktikum yang
telah dilakukan. Berikan alasanmu!
Keterampilan
proses sains yang
muncul
Keterampilan apa saja yang dapat kamu kembangkan melalui
pembelajaran seperti ini? Jelaskan pendapatmu!
Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi
untuk membuat pertanyaan dan meningkatkan kreativitas
kamu? Berikan alasanmu!
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan temuan yang diperoleh dari penelitian beserta
pembahasannya.
A. Hasil Penelitian
Temuan yang diperoleh selama lima kali pertemuan berupa data hasil
observasi masing-masing aspek keterampilan proses sains siswa yang
dilakukan selama 4 kali pertemuan, dan wawancara 1 kali pertemuan, maka
diperoleh hasil sebagaimana yang peneliti jabarkan dalam bentuk tabel-tabel
frekuensi dan presentase sebagai berikut:
1. Data Hasil Obeservasi Keterampilan Proses Sains
Aspek-aspek keterampilan proses sains yang dinilai selama 4 kali
pertemuan ini diantaranya aspek bertanya, hipotesis, investigasi, observasi,
klasifkasi, prediksi, interpretasi, dan komunikasi. Hasil temuan
keterampilan proses sains siswa disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Aspek Keterampilan Proses Sains
No
Aspek
keterampil
an proses
sains
Sub aspek yang
diamati
Persentas
e (%) sub
aspek
Persentas
e (%)
rata-rata
aspek
Kategor
i
1 Bertanya
a. Bertanya untuk
meminta penjelasan. 79,36
77,4
Muncul
tidak
sesuai
b. Mengajukan
pertanyaan yang
berlatar belakang
hipotesis
75,4
2 Hipotesis a. Membuat
hipotesis/dugaan 85,7 72,5
Muncul
tidak
46
sederhana dengan
bahasa sendiri
sesuai
b. Mengetahui bahwa
ada lebih dari 1
kemungkinan
penjelasan dari 1
kejadian
74,6
c. Menyadari bahwa
suatu penjelasan
perlu di uji
kebenarannya
dengan memperoleh
bukti
57,1
3 Investigasi
a. Menyiapkan alat dan
bahan 95,2
89,8 Muncul
sesuai
b.Membuat campuran 95,2
c. Merangkai alat
praktikum 90,5
d.Menggunakan alat
dengan teknik yang
benar
95,2
e. Membuat tabel hasil
pengamatan 73
4 Observasi
a. Mengamati
perbedaan larutan,
suspensi, dan koloid.
95,2
86,2 Muncul
sesuai b.Mengamati sifat-sifat
koloid effek tyndall
dan koagulasi.
87,3
c. Menggunakan/meng 76,2
47
umpulkan fakta yang
relevan
5 Klasifikasi
a. Mencatat setiap
pengamatan ke
dalam tabel
76,2
79,9 Muncul
sesuai b.Mencari perbedaan
dan persamaan. 87,3
c. Mengontraskan sifat-
sifat 76,2
6 Prediksi
a. Memperkirakan
bentuk campuran
(homogen atau
heterogen)
90,5
88,1 Muncul
sesuai b.Memperikirakan
terjadinya gumpalan
pada susu setelah
penambahan perasan
jeruk nipis
85,7
7 Interpretasi
a. Menggambar/menterj
emahkan data 93,7
82,6 Muncul
sesuai
b.Menganalisis data 98,4
c. Menyajikan
pemahaman baru 47,6
d.Membuat
kesimpulan sesuai
dengan hasil
pengamatan
90,5
8 Komunikasi
a. Mendiskusikan
hasil percobaan 88,9
88,2 Muncul
sesuai b. Mempresentasikan 100
48
hasil pengamatan
c. Menyimak
pendapat/gambaran
yang disampikan
tiap kelompok
85,7
d. Menjawab/menang
gapi pertanyaan 92
e. Mempresentasikan
hasil pengamatan 74,6
Persentase (%) rata-rata keterampilan proses sains 83,1 Muncul
sesuai
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa aspek bertanya muncul
tidak sesuai dengan persentase sebesar 77,4%, aspek hipotesis muncul
tidak sesuai dengan persentase sebesar 72,5%, aspek investigasi muncul
sesuai dengan persentase sebesar 89,8,3%, aspek observasi muncul sesuai
dengan persentase sebesar 86,2%, aspek klasifikasi muncul sesuai dengan
persentase sebesar 79,9%, aspek prediksi muncul sesuai dengan persentase
sebesar 88,1%, aspek interpretasi muncul tidak sesuai dengan persentase
sebesar 82,6%, dan aspek komunikasi muncul sesuai dengan persentase
sebesar 88,2%, rata-rata aspek keterampilan proses sebesar 83,1%. Nilai
rata-rata yang ditunjukkan dapat menunjukkan bahwa seluruh aspek
keterampilan proses yang muncul melalui pembelajaran berbasis inkuiri
muncul sesuai.
2. Hasil Wawancara
Dalam penelitian ini selain menggunakan data observasi
keterampilan proses sains siswa, data yang dapat memperkuat hasil
penelitian adalah data wawancara. Adapun hasil temuan wawancara
disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
49
Tabel 4.2 Respon siswa terhadap pembelajaran kimia dengan pendekatan inkuiri
No Pertanyaan Kesimpulan jawaban siswa
1 Apakah kamu senang belajar
kimia disertai dengan kegiatan
praktikum? Jelaskan pendapatmu!
Senang, karena belajar kimia dengan
kegiatan praktikum tidak membosankan
dan kami bisa mendapatkan
pengalaman baru, serta dapat
membuktikan suatu materi melalui
percobaan.
2 Bagaimana kesanmu setelah
mengikuti proses pembelajaran
kimia dengan pendekatan seperti
ini (inkuiri)?
Mengasyikkan, karena pembelajaran
seperti ini membuat kita lebih berani
dalam mengungkapkan pendapat, dapat
belajar mandiri, sehingga pelajaran
lebih mudah kita fahami. Tapi karena
kami belum terbiasa jadi masih sering
mengandalkan guru, dan kadang sulit
dimengerti.
3 Apakah pembelajaran ini menarik
menurutmu? Jelaskan
pendapatmu!
Menarik, karena pembelajarannya lebih
menekankan kepada penerapan,
sehingga kita dapat memecahkan
masalah secara langsung, selain itu bisa
berdiskusi dengan teman kelompok.
Dengan diskusi kelompok membuat
kami berani mengungkapkan pendapat,
dan bertanya.
4 Kegiatan apa saja kamu lakukan
selama kegiatan praktikum
berlangsung?
Kami masing-masing membagi tugas,
ada yang mengamati, mencatat,
membuat campuran, dan lain
sebagainya.
5 Apakah kamu menemukan
kesulitan selama praktikum
Ya, karena pembelajaran seperti ini
baru buat kami. Kami terbiasa
50
berlangsung? Jika “ya” kesulitan
apa yang kamu hadapi, jika
“tidak” apa alasanmu!
dibimbing sepenuhnya oleh guru. Tapi
kami senang, karena dalam kelompok
satu sama lain saling membantu.
6 Menurutmu, apakah pembelajaran
seperti ini efektif untuk
dilakukan? Berikan alasanmu!
Ya, karena dengan adanya kelompok
belajar dan praktik kita dapat
menguasai dengan cepat dari apa yang
sudah kita pelajari dan mendapat
masukan-masukan dari kelompok lain
untuk mengoreksi kekurangan
kelompok kami, selain itu kami dapat
mengembangkan pemikiran kami
sendiri dan masalah yang kami hadapi.
7 Keterampilan apa saja yang dapat
kamu kembangkan melalui
pembelajaran seperti ini? Jelaskan
pendapatmu!
Keterampilan dalam bertanya, berfikir,
berpendapat, menggunakan alat, serta
keterampilan memecahkan masalah.
Karena dalam pembelajaran ini kita
dituntut untuk belajar mandiri.
8 Apakah melalui pembelajaran ini
(inkuiri) kalian mampu
berhipotesis? Apakah kalian
berantusias untuk menguji
hipotesis kalian?
Sulit, karena kami belum terbiasa
belajar dengan pembelajaran inkuiri.
Kami biasa mengandalkan guru, belum
terbiasa untuk belajar mandiri. Selain
itu kami tidak memiliki pengetahuan
sebelumnya tentang koloid, hanya
sebagian teman-teman yang sudah
mempelajari sebelumnya.
Kami merasa teori yang diberikan
sudah benar dan sesuai dengan apa
yang ada di dalam buku, jadi kami
merasa tidak perlu membuktikannya
dalam percobaan
51
9 Apakah kamu terlatih bekerja
ilmiah melalui praktikum yang
telah dilakukan. Berikan
alasanmu!
Ya terlatih, karena kita dapat
mengatahui hal-hal menarik yang baru
kita ketahui dari praktikum dari
pengalaman pembelajaran ini. Selain itu
dalam praktikum sudah ada
pedomannya dalam LKS, jadi kami
tinggal mengikuti saja apa yang
terdapat dalam LKS.
10 Dengan pembelajaran seperti ini,
apakah kamu termotivasi untuk
membuat pertanyaan dan
meningkatkan kreativitas kamu?
Berikan alasanmu!
Ya, karena pembelajaran seperti ini
memberi rasa ingin tahu, terpacu dan
menimbulkan banyak pertanyaan.
Sehingga kita semakin termotivasi
dalam meningkatkan kreativitas kami.
Tetapi kami kurang bisa menanggapi
pertanyaan, buat kami cukup kelompok
yang presentasi yang menjawab atau
menanggapi pertanyaan.
B. Pembahasan
1.Katerampilan Proses Sains
Telah kita ketahui bahwa keterampilan proses memberi tekanan
kepada proses pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Penelitian yang dilakukan selama empat
kali pertemuan ini aspek keterampilan proses yang diamati tiap pertemuan
berbeda-beda sesuai dengan aktivitas pembelajaran yang dilakukan.
Tingkat persentase munculnya aspek keterampilan proses sains siswa
selama pembelajaran melalui pendekatan inkuiri berlangsung menunjukkan
banyak variasi, ada yang muncul sesuai, dan ada yang muncul tidak sesuai,
hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Secara keseluruhan persentase kemunculan aspek keterampilan
proses sains yang diamati disajikan dalam bentuk diagram berikut:
52
Gambar 4.1 Diagram Batang Kemunculan Aspek Keterampilan
Proses Sains Siswa Secara Keseluruhan.
Aspek yang pertama yaitu aspek bertanya. Pada aspek bertanya sub
aspek bertanya untuk meminta penjelasan memiliki nilai persentase yang
cukup tinggi dibandingkan dengan sub aspek mengajukan pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis. Bertanya untuk meminta penjelasan merupakan
hal yang paling mudah dilakukan oleh siswa, karena siswa dapat bertanya
apa yang mereka belum mengerti tanpa ragu, namun tidak sedikit pula siswa
yang malu bertanya. Sedangkan sub aspek mengajukan pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis muncul dengan persentase yang lebih rendah, sub
aspek ini muncul tidak sesuai karena untuk bertanya yang berlatar belakang
hipotesis membutuhkan pengetahuan yang dasar tentang hal yang sedang
dikaji, sehingga siswa belum mampu untuk membayangkan hal yang belum
pernah dilakukan kemudian dipertanyakan.
Pada aspek hipotesis, sub aspek membuat hipotesis/dugaan
sederhana dengan bahasa sendiri merupakan sub aspek yang muncul dengan
nilai persentase paling tinggi, artinya sub aspek ini muncul sesuai dan paling
dominan dibandingkan sub aspek lainnya pada aspek hipotesis, sedangkan
53
sub aspek menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya
dengan memperoleh bukti muncul tidak sesuai dengan persentase paling
rendah, karena berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa cukup
memperoleh bukti dari teori yang mereka dapatkan pada buku, sehingga
mereka tak perlu mengujinya kembali. Maka secara keseluruhan aspek
hipotesis muncul sesuai, hal ini berdasarkan hasil wawancara, siswa belum
terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri, siswa
terbiasa menerima atau menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta
tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar.
Aspek berikutnya yaitu aspek investigasi, sub aspek yang memiliki
persentase paling tinggi adalah membuat campuran, menyiapkan alat dan
bahan, serta menggunakan alat dengan teknik yang benar. Aktivitas
membuat campuran banyak dilakukan oleh siswa karena dalam LKS siswa
ditugaskan untuk membuat campuran sebelum melakukan percobaan.
Sedangkan menyiapkan alat dan bahan merupakan bagian dari kegiatan
praktikum, dimana sebelum praktikum siswa harus menyiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan sesuai dengan pedoman pada LKS. Begitupun
menggunakan alat dengan teknik yang benar, siswa mampu menggunakan
alat praktikum dengan teknik yang benar karena sebelumnya siswa telah
ditugaskan membuat langkah kerja lengkap dengan gambar. Alat-alat yang
digunakan cukup sederhana dan siswa mampu menggunakannnya dengan
baik. Aktivitas merangkai alat praktikum memiliki persentase dibawah
aktivitas membuat campuran, menyiapkan alat dan bahan, serta
menggunakan alat dengan teknik yang benar. Karena pada aktivitas
merangkai alat praktikum, tiap kelompok mengandalkan salah satu teman
saja untuk merangkai alat praktikum, mereka telah membagi tugas kerja.
Aktivitas membuat tabel hasil pengamatan memiliki nilai persentase paling
rendah pada aspek ini, hanya sebagian siswa yang membuat tabel yang
lainnya tidak, hal tersebut menurut siswa cukup salah satu siswa dalam
kelompok yang bertugas membuat tabel hasil pengamatan. Maka aspek
investigasi/merencanakan percobaan secara keseluruhan muncul sesuai.
54
Aspek observasi. Sub aspek yang memiliki persentase paling tinggi
adalah mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid. Sub aspek ini
muncul sesuai. Sedangkan sub aspek menggunakan/mengumpulkan fakta
yang relevan muncul tidak sesuai dengan persentase yang lebih rendah.
Ativitas mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid banyak
dilakukan oleh siswa karena dalam LKS siswa ditugaskan untuk mencatat
perbedaan larutan, suspensi dan koloid. Dari hasil lapangan siswa
mengamati perbedaan larutan, suspensi dan koloid dengan cara disaring,
homogen atau heterogen dan pengamatan effek tyndall, aktivitas ini
dilakukan dengan seksama dan teliti. Aktivitas
menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan memiliki persentase yang
lebih rendah karena siswa mengumpulkan fakta sebelum pelaksanaan
praktikum akan tetapi sedikit yang menggunakannya, siswa hanya
menggunakan LKS yang diberikan. Maka aspek observasi muncul dengan
baik, karena pada pelaksanannya siswa melakukan penelitian atau praktikum
sesuai dengan prosedur/langkah kerja yang telah mereka buat. Selain itu
siswa sangat antusias melakukan praktikum, karena kegiatan ini jarang
mereka lakukan sebelumnya.
Aspek prediksi, terdiri atas dua sub aspek yang muncul sesuai
dengan persentase yang hampir sama yaitu memperkirakan bentuk campuran
(homogen atau heterogen) dan memperkirakan terjadinya gumpalan pada
susu setelah diberi perasan jeruk nipis. Aktivitas ini banyak dilakukan siswa,
karena dari hasil lapangan untuk membedakan larutan, suspensi, dan koloid,
siswa sebelumnya memperkirakan apakah dari ketiga campuran tersebut
homogen atau heterogen, selain itu pada percobaan koagulasi siswapun
harus memperkirakan terjadinya gumpalan pada susu.
Aspek klasifikasi, sub aspek mencari perbedaan dan persamaan
muncul sesuai dengan persentase paling tinggi, karena aktivitas mencari
perbedaan dan persamaan merupakan bagian untuk mengerjakan LKS, yaitu
pada saat menulis kesimpulan dan mengerjakan evaluasi serta terdapat pada
langkah kerja yang mereka buat. Sedangkan mengontraskan sifat-sifat dan
55
mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel memiliki persentase yang sama
dan lebih rendah dari sub aspek mencari persamaan dan perbedaan, misalnya
pada praktikum effek tyndall, siswa hanya mengamati bagaimana cahaya
lampu saat disorotkan ketiga campuran tanpa mengamati bagaimana sifat-
sifat effek tyndall, mengapa cahayanya dihamburkan dan sebagainya. Selain
itu siswa yang mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel hanya sebagian
siswa saja, karena berdasarkan hasil wawancara siswa lebih mengandalkan
teman kelompoknya, karena praktikum ini dilaksanakan berkelompok,
mereka telah membagi tugas, ada yang mencatat dan sebagainya. Maka
aspek klasifikasi secara keseluruhan muncul sesuai.
Pada aspek komunikasi, sub aspek menyampaikan ide/gagasan/data,
menyimak pendapat/gambaran yang disampaikan tiap kelompok,
memprentasikan hasil pengamatan, dan mendiskusikan rancangan langkah
kerja muncul sesuai. Keempat sub aspek ini mudah dilakukan siswa, siswa
bebas menyampaikan ide/gagasan mereka dalam kerja kelompok maupun
saat diskusi kelas, selain itu adanya aktivitas mempresentasikan hasil
pengamatan, seluruh siswa menyimak dengan baik, karena dapat menjadi
bahan masukan bagi mereka. Sedangkan sub aspek menjawab/menanggapi
pertanyaan muncul tidak sesuai, dengan persentase dibawah keempat sub
aspek lainnya. Hal ini terlihat dari hasil wawancara bahwa siswa cenderung
menerima pendapat dari siswa lainnya, dan ketika tanya jawab, lebih banyak
siswa yang presentasi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan. Siswa lainnya
lebih banyak aktivitas menyimak. Dan sebagian siswa tidak memperhatikan
ketika temannya presentasi. Maka secara keseluruhan aspek komunikasi
muncul sesuai, hal ini karena ada interaksi antar siswa dalam kegiatan
belajar, pada pelaksanaannya siswa melakukan diskusi kelompok sebelum
maupun sesudah melakukan praktikum, diskusi dalam kelompok maupun
diskusi kelas. Dalam kegiatannya siswa menyampikan ide/gagasan/data,
mempresentasikan hasil pengamatan, serta menjawab/menanggapi
pertanyaan, sehingga siswa telah melakukan komunikasi dengan baik.
56
Aspek interpretasi memiliki persentase terendah dari aspek
komunikasi. Sub aspek menggambar/menterjemahkan data, membuat
kesimpulan sesuai dengan hasil pengamatan dan menganalisis data muncul
dengan baik, karena dalam LKS siswa ditugaskan untuk mengisi hasil
pengamatan dan membuat kesimpulan. Untuk membuat kesimpulan
tentunya siswa melakukan aktivitas sebelumnya yaitu menganalisis data dan
menterjemahkan data.
Aktivitas menyajikan pemahaman baru muncul tidak sesuai dengan
persentase jauh di bawah ketiga aspek lainnya. Kegiatan menyajikan
pemahaman baru hanya dilakukan oleh beberapa orang saja, dimana
pemahaman baru disini siswa melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
kegiatan praktikum akan tetapi diluar LKS. Dari data hasil wawancara,
siswa cenderung mengikuti saja apa yang sudah terdapat dalam LKS.
Berdasarkan pembahasan di atas, menunjukkan bahwa selama
kegiatan pembelajaran inkuiri, setiap pertemuan menggunakan aspek yang
berbeda karena tujuan pembelajaran pada tiap pertemuan berbeda-beda
sehingga setiap aspek memiliki nilai persentase yang bervariasi.
Dengan demikian, aspek keterampilan proses sains siswa yang
diamati ada beberapa aspek yang muncul sesuai dan ada pula aspek yang
muncul tidak sesuai. Aspek keterampilan proses yang muncul sesuai adalah
aspek investigasi, aspek observasi, aspek klasifikasi, aspek prediksi,
interpretasi, dan aspek komunikasi. Sedangkan aspek yang muncul tidak
sesuai adalah aspek bertanya dan hipotesis.
Dari delapan aspek keterampilan proses sains tersebut, aspek yang
memiliki persentase tertinggi dan paling dominan adalah aspek investigasi.
Aspek investigasi muncul dengan baik dan paling dominan karena pada
kegiatan ini siswa telah diberikan pedoman LKS yang sebelumnya mereka
ditugaskan untuk membuat rancangan langkah kerja pada LKS tersebut,
sehingga siswa dengan mudah merencanakan percobaan. Selain itu
berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa senang belajar dengan kegiatan
praktikum, menurut mereka belajar dengan kegiatan praktikum tidak
57
membosankan, mereka mendapat pengalaman baru, serta dapat
membuktikan suatu materi melalui suatu percobaan. Dengan demikian siswa
sangat berantusias untuk melakukan penelitian sehingga mereka sungguh-
sungguh untuk melakukan penelitian.
Sedangkan aspek yang muncul dengan persentase paling rendah
adalah aspek hipotesis. Aspek ini memiliki persentase paling rendah dengan
kategori muncul tidak sesuai, hal tersebut terjadi karena berdasarkan hasil
wawancara siswa belum terbiasa melakukan kegiatan pembelajaran berbasis
inkuiri, siswa terbiasa menerima atau menyimak materi yang disampaikan
oleh guru, tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar.
Pada diagram 4.1 jelas terlihat bahwa keterampilan proses sains yang
muncul sesuai dengan persentase tertinggi adalah aspek investigasi,
sedangkan aspek yang muncul tidak sesuai dengan persentase terendah
adalah aspek hipotesis.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki keterampilan dasar, oleh sebab
itu untuk mencapai kriteria keterampilan proses sains yang maksimal baik
yang dasar maupun yang terpadu harus terlatih kepada siswa, hal tersebut
sebagaimana dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa “Pendekatan
keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa.
Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah
dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar
menunjukkan jati dirinya.”.1
Secara keseluruhan persentase keterampilan proses sains siswa
sebesar 83,1% dengan muncul sesuai. Maka hasil penelitian menunjukkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan inkuiri mampu mengungkap dan
mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
1 op.cit., h. 149.
58
2.Respon siswa terhadap Pembelajaran Berbasis inkuiri
Hasil penelitian menunjukkan adanya respon yang positif terhadap
pembelajaran berbasis inkuiri. Dimana sebagian siswa merasa senang
belajar kimia dengan pendekatan inkuiri tersebut, dalam pembelajaran
inkuiri ini siswa dilibatkan secara aktif mulai dari merumuskan masalah,
mengajukan hipotesis, merancang dan menganalisis percobaan,
mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan. Sehingga
kegiatan belajar yang mereka lakukan jadi lebih bermakna dan mereka jadi
lebih memahami materi pelajaran. Sebagaimana paham konstrutivisme
bahwa dalam proses pembelajaran Siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan
bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dibenak mereka sendiri.2
Dalam pembelajaran inkuiri siswa diminta untuk melakukan
hipotesis, menurut siswa ini sulit dilakukan karena mereka belum terbiasa
untuk belajar mandiri. Mereka terbiasa mengandalkan guru. Selain itu
banyak siswa yang belum membaca materi koloid sebelumnya, ini terlihat
ketika mereka diminta untuk berhipotesis, munculnya hipotesis diluar yang
diharapkan. Misalnya ketika guru menampilkan gambar tiga buah campuran
diantaranya campuran air dan gula, campuran air dan susu, campuran air
dan kopi. Siswa kurang mampu menafsirkan ketiga gambar tersebut, karena
menurut mereka guru yang akan menjelaskan gambar tersebut.
Namun, siswa merasa senang dengan adanya praktikum, mereka
diminta untuk merancang percobaan. Menurut mereka dengan adanya
praktikum kegiatan belajar jadi tidak membosankan, mereka dapat menguji
langsung teori yang mereka pelajari sebelumnya. Karena praktikum
dilakukan berkelompok, maka diantara mereka saling membantu,
bekerjasama, yang kurang faham dapat diajari oleh siswa yang lebih faham,
menurut mereka hal ini dapat mengembangkan pemikiran mereka. Selain itu
adanya kegiatan diskusi pada saat sebelum maupun sesudah praktikum
2 op.cit., h. 123
59
dalam pembelajaran inkuiri menurut siswa dapat menarik minat belajar
siswa, karena siswa merasa kegiatan pembelajaran tidak monoton.
Adanya kegiatan diskusi dapat memberikan pengaruh positif bagi
siswa, karena siswa merasa ditantang untuk selalu belajar dan berfikir lebih
keras selama merumuskan langkah kerja praktikum bersama kelompoknya.
Selain itu kegiatan diskusi juga dapat melatih siswa untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi, melalui kegiatan ini siswa menjadi lebih berani
untuk bertanya, menjawab pertanyaan, mengeluarkan ide/gagasan/pendapat,
dan lainnya.
Namun demikian, pembelajaran seperti ini juga mempunyai
kekurangan, diantaranya pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran
yang baru bagi siswa sehingga di dalam proses pelaksanaannya siswa
merasa sedikit kaku karena belum terbiasa. Selanjutnya, dikarenakan dalam
pembelajaran ini lebih banyak berdiskusi dibandingkan dengan kegiatan
praktikum, siswa menjadi bosan dengan kegiatan diskusi, sehingga pada
saat diskusi ini dapat memberikan peluang kepada siswa yang kurang aktif
pada kegiatan diskusi untuk membicarakan topik lain di luar materi
pembelajaran.
60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dibahas sebelumnya, diperoleh
beberapa kesimpulan mengenai keterampilan proses sains siswa dan
respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri pada pokok bahasan sistem
koloid, sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri berpengaruh baik terhadap
keterampilan proses sains siswa, hal ini terlihat dari persentase
kemunculan keterampilan proses sains secara keseluruhan sebesar
83,1%. Dari kedelapan aspek keterampilan proses sains semua muncul
dengan nilai yang bervariasi. Pada aspek bertanya muncul tidak sesuai
dengan persentase sebesar 77,4%, aspek hipotesis muncul tidak sesuai
dengan persentase sebesar 72,5%, aspek investigasi muncul sesuai
dengan persentase sebesar 89,8%, aspek observasi muncul sesuai
dengan persentase sebesar 86,2%, aspek klasifikasi muncul sesuai
dengan persentase sebesar 79,9%, aspek prediksi muncul sesuai
dengan persentase sebesar 88,1%, aspek interpretasi muncul sesuai
dengan persentase sebesar 82,6% , aspek komunikasi muncul sesuai
dengan persentase sebesar 88,2%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa dari kedelapan aspek keterampilan proses sains yang diamati
aspek investigasi muncul paling dominan diantara aspek lainnya.
2. Sebagian siswa senang belajar dengan pendekatan inkuiri karena dalam
pembelajaran ini banyak melibatkan siswa dalam proses belajar.
Kegiatan praktikum dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam
menggunakan alat dan bahan yang ada di laboratorium. Sedangkan
diskusi kelompok dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam
berkomunikasi dan hubungan sosial antar siswapun semakin
meningkat. Adapun kekurangan dari pembelajaran ini adalah seringnya
berdiskusi membuat siswa merasa bosan.
61
B. Saran
1. Dalam mengambangkan pembelajaran inkuiri hendaknya guru lebih
kreatif menemukan hal-hal baru dan dapat mengemasnya dengan lebih
menarik dan tidak membosankan terutama pada saat diskusi.
2. Sebaiknya guru memberikan pengalaman yang bervariasi pada siswa,
dengan demikian siswa dapat mengembangkan kreativitas dan
menambah wawasan baru pada siswa.
62
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharismi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara,
2005.
Arikunto, Suharismi, Manajemen Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
Arikunto, Suharismi, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Charin, Arthur A, dkk., Activities for Teaching Science as Inquiry, New Jersey:
Pearson Merill Prentice Hall, 2005.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001.
Hassard, Jack dan Michael Dias, The Art of Teaching Science, (New York: Oxford
University Press, 2005.
Jones, Mark T dan Charles J. Eick, Implementing Inquiry Kit Curriculum:
Obstacles, Adaptation, and Practical Knowledge Development in Two
Middle School Science Teachers, jurnal dari
www.interscience.wiley.com, 2006.
Mulyasa, E., Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, Bandung: 2005
Panggabean, Yusri, dkk., Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum
2006, (Bandung: Bina Media Informasi, 2007.
Purba, Michael. Kimia SMU Kelas X, Jakarta: Erlangga, 2006.
Roestiyah, NK., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Sanjaya, Wina, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, Jakarta: Kencana, 2005.
Segala Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: CV. Alvabeta.
Semiawan, Conny, dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta: PT. Grasindo,
1992.
Slameto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1988.
Sofyan, Ahmad, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta:
UIN Press, 2007.
63
Suartini, Kinkin, Urgensi Pertanyaan dalam Pembelajaran Sains dengan Metode
Discovery-inquiry, (Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan
Matematika Dasar), Jakarta: Project Implementation Committee, 2007.
Subana, M., dkk, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Sudarmo, Unggul, kimia SMA kelas XI, Seri Made Simple (SMS), (Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2004.
Sudiyono, Anas, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003.
Sugianto, Agus, Pembelajaran IPA MI, Surabaya: AprintA, 2009.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D, Bandung: Alfabeta 2008.
Sutresna, Nana, Cerdas Belajar Kimia untuk kelas XI, Bandung: Gravindo Media
Pratama, 2006.
Sutresna, Nana, Kimia untuk SMA kelas X, Bandung: Grafindo Media Pratama,
cet. Kedua, 2006.
Sutresna, Nana, dkk, Panduan Menguasai Kimia 2, Bandung: penerbit Ganeca,
2000.
Suwangsih, Erna, dkk, Model Pembelajaran Matematika, Bandung: UPI Press,
cet. Pertama 2006.
Unggul Sudarmo, Kimia SMA kelas XI, Seri Made Simple (SMS), Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2005.
Wahyudin, Uyu, dkk. Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, Bandung: UPI
PRESS, 2006.
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2004.
Zulfiani, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
2009.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Pembelajaran
a. Silabus
SILABUS
Nama Sekolah : SMA PGRI 3 Jakarta
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/Genap
Standar Kompetensi : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Alokasi Waktu : 10 jam
Kompetensi
Dasar
Materi
Pelajaran
Kegiatan
Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/Bahan/Alat
Mengelompokkan
sifat-sifat koloid
dan penerapannya
dalam kehidupan
sehari-hari.
Sistem
koloid
Merancang dan
melakukan
percobaan untuk
melihat
perbedaan
suspensi, koloid,
Mengklasifikasikan
suspensi kasar,
larutan sejati dan
koloid berdasarkan
data hasil
pengamatan (effek
Jenis
tagihan
Tugas
kelompok
Bentuk
instrumen
8 Jam Sumber
Buku paket kimia
gravindo dan
sumber lain
Bahan/alat
LKS
dan larutan sejati
melalui
percobaan effek
tyndall,
homogen/heterog
en, dan
penyaringan.
Serta
mendeskripsikan
sifat-sifat effek
tyndall dan
koagulasi.
Menyimpulkan
perbedaan
koloid, suspensi
dan larutan sejati
serta sifat-sifat
effek tyndall dan
koagulasi.
tyndall,
homogen/heterogen,
dan penyaringan)
Mendeskripsikan
sifat-sifat koloid
(effek tyndall dan
koagulasi) melalui
percobaan.
Lembar
observasi
Bahan/alat
praktikum
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah : SMA PGRI 3
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran
Standar Kompetensi : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Indikator :
1. Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data
hasil pengamatan (effek Tyndall, homogen/heterogen, dan penyaringan)
2. Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (Efek tyndall dan koagulasi) melalui percobaan.
Materi Pembelajaran :
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan
suspensi. Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat
heterogen dan labil. Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid
merupakan sistem heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu
media yang homogen. Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer
(nm) hingga satu mikrometer (µm).
Effek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Partikel koloid akan memantulkan dan menghamburkan cahaya yang
mengenainya sehingga cahaya akan terlihat lebih terang. Jika kemudian cahaya ini
ditangkap layar, cahaya pada layar tersebut tampak buram.
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid yang terjadi karena
kerusakan stabilitas sistem koloid atau karena penggabungan partikel koloid yang
berbeda muatan sehingga membentuk partikel yang lebih besar. Koagulasi dapat
terjadi karena pengaruh pemanasan, pendinginan, penambahan elektrolit,
pembusukan, pencampuran koloid yang berbeda muatan, atau karena
elektroforesis.
Pendekatan Pembelajaran : inkuiri
Skenario Pembelajaran
Pertemuan Ke-1:
No Strategi Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Siswa I Kegiatan Pendahuluan :
Mengecek kehadiran siswa
Menjelaskan tujuan
pembelajaran
Tujuan :
1. Siswa dapat
Mengklasifikasikan
suspensi kasar, larutan
sejati dan koloid
berdasarkan data hasil
pengamatan (effek
Tyndall,
homogen/heterogen,
dan penyaringan) 2. Siswa dapat
mendeskripsikan sifat-
sifat koloid (efek tyndall
dan koagulasi) melalui
percobaan.
Menyampaikan kegiatan
pembelajaran yang akan
dilakukan: 1. Pertemuan pertama,
siswa melakukan diskusi
kelompok untuk
membuat rancangan
langkah kerja praktikum
koloid pada Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang
telah disediakan.
2. Pertemuan kedua
melanjutkan diskusi
kelompok membuat
rancangan langkah
kerja.
3. Pertemuan ketiga,
melakukan kegiatan
praktikum berkelompok.
Mendengarkan dan
memperhatikan guru.
Menyimak penjelasan guru
tentang tujuan pembelajaran
5 menit
10 menit
4. Pertemuan keempat,
mempresentasikan hasil
praktikum.
Apersepsi: (mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
tentang fenomena alam)
Memberikan pertanyaan
kepada siswa melalui gambar
(power point): a. “Apakah kalian pernah
ke puncak? Pernahkah
kalian memperhatikan
bagaimana cahaya sorot
lampu mobil ketika
berada di daerah
berkabut?”
b. “Minuman apa yang
biasa disajikan ketika
membaca koran atau
santai di pagi hari?”
c. “Pernahkah kalian
merebus telur?apa yang
terjadi pada telur yang
telah direbus?”
d. “Tahukah kalian disebut
apakah peristiwa-
peristiwa tersebut?
Mengapa demikian?”
Menjawab pertanyaan guru
tentang :
a. “Sorot lampu mobil pada
daerah berkabut terlihat
lebih jelas, tetapi jalan
tidak terlihat jelas.”
b. „Kopi atau susu”
c. “Telur yang telah
direbus akan
menggumpal atau
keras.”
d. “Koloid. Karena pada
sorot cahaya mobil di
daerah berkabut terjadi
pembiasan cahaya yang
disebut effek tyndall,
kopi adalah suspensi,
dan susu adalah koloid.
Sedangkan telur yang
mengeras adalah
koagulasi.”
15 menit
II Kegiatan inti
Membagi siswa ke dalam
empat kelompok berdasarkan
heterogenitas gender dan
kategori nilai tinggi, sedang,
dan rendah.
Perumusan Masalah:
Menampilkan gambar 3
buah campuran: 1) Air + kopi
2) Air + gula
Siswa berkumpul bersama
kelompok masing-masing .
Siswa merumuskan masalah:
Dari ke tiga campuran
tersebut manakah yang
10 menit
80 menit
3) Air + susu
Menampilkan gambar susu
yang diberi perasan jeruk
nipis.
Apa yang bisa kalian tafsirkan
dari gambar tersebut?
Hipotesis:
Membimbing siswa berhipotesis
dalam diskusi kelompok serta
membuat rancangan percobaan
untuk membuktikan salah satu
sifat koloid yaitu effek tyndall
dan koagulasi, serta percobaan
untuk membedakan antara
larutan sejati, koloid, dan
suspensi dengan alat dan bahan
seperti tertera dalam LKS!
termasuk larutan,
suspensi, dan koloid?
Mengapa susu yang diberi
perasan jeruk nipis
menjadi menggumpal?
Siswa melakukan hipotesis
melalui diskusi kelompok
dengan bersumber dari buku
paket: a. Campuran :
1) Air + kopi adalah
suspensi
2) Air + gula adalah larutan
3) Air + susu adalah koloid
Cara membedakannya :
Suspensi : campuran
heterogen, dapat disaring,
warnanya keruh.
Larutan : campuran homogen,
tidak dapat disaring, warnanya
jernih.
Koloid: campuran heterogen,
tidak dapat disaring, warnanya
agak keruh.
Dibuktikan dengan percobaan: 1) Effek tyndall
2) Mengukur ukuran zat.
3) Menyaring dengan suatu
membran
semipermeabel.
b. Susu yang diberikan
perasan jeruk nipis akan
menggumpal.
c. Langkah percobaan
a) effek tyndall.
ALAT :
Gelas kimia 3 buah ukuran
100 mL
Lampu senter 1 buah
Kotak karton 30 cm2 dengan
lubang pengamatan
Spatula 1 buah
BAHAN :
Kopi
Gula
Susu
Air suling/aquades
CARA KERJA : 1. Isilah 3 buah gelas kimia
dengan 75 mL air.
2. Pada gelas 1 tambahkan 1
sendok teh kopi. Aduk hingga
rata.
3. Tempatkan gelas kimia yang
berisi campuran kopi dengan
air ke dalam kotak karton dan
senterlah larutan gula tersebut
melalui lubang karton.
4. Amati apa yang terlihat melalui
lubang pengamatan.
(Mengamati) 5. Catatlah hasil pengamatanmu.
6. Ulangi langkah 1, 2, 3, 4 dan 5
untuk campuran air dan susu,
serta campuran air dan gula.
7. Analisislah hasil
pengamatanmu.
(Menganalisis) 8. Buatlah kesimpulan dari hasil
pengamatanmu.
b) Percobaan membedakan
suspensi kasar, larutan sejati
dan koloid berdasarkan data
hasil pengamatan
homogen/heterogen, dan
penyaringan.
ALAT :
Gelas kimia 3 buah ukuran
100 mL.
Kertas saring
Spatula 1 buah
BAHAN :
Kopi
Gula
Meminta perwakilan tiap
kelompok
mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas
melalui windows shoping.
Susu
CARA KERJA : Air suling/aquades
1. Isilah 3 buah kimia dengan
75 mL air.
2. Pada gelas 1 tambahkan 1
sendok teh kopi. Aduk
hingga rata.
3. Amati apakah campuran
tersebut larut (homogen)?
Atau terpisah (heterogen)?
Apakah terdapat endapan?
Apakah dapat disaring?
4. Catatlah hasil
pengamatanmu.
5. Ulangi langkah 1, 2, 3, dan 4
untuk campuran air dan susu,
serta campuran air dan gula.
6. Analisislah hasil
pengamatanmu.
(Menganalisis) 7. Buatlah kesimpulan dari
hasil pengamatanmu.
c) Percobaan koagulasi
ALAT :
Gelas kimia 1 buah.
Tabung reaksi 1 buah.
Pipet tetes 1 buah.
Gelas ukur 1 buah.
BAHAN :
Susu
Air perasan jeruk nipis
CARA KERJA : 1. Isilah 1 buah kimia dengan
75 mL air.
2. Tambahkan 1 sendok teh
susu. Aduk hingga rata.
3. masukkan sebanyak 3 mL
campuran susu ke dalam
tabung reaksi
4. Tambahkan air perasan jeruk
nipis sebanyak 10 tetes.
5. Catatlah hasil
pengamatanmu.
6. Analisislah hasil
pengamatanmu.
(Menganalisis)
7. Buatlah kesimpulan dari
hasil pengamatanmu
Perwakilan kelompok maju
untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, siswa lain
menyimak dan menanggapi
hasil diskusinya. III Kegiatan Penutup:
Mengarahkan siswa untuk
menyimpulkan materi
berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang telah
dilakukan.
Menyimpulkan materi
pembelajaran:
Koloid adalah campuran
heterogen yang umumnya
stabil, terdiri dari dua fase
(terdispersi dan pendispersi).
Koloid mempunyai ukuran
partikel antara 1- 100 nm,
yang tidak dapat disaring dan
warnanya agak keruh.
Suspensi adalah campuran
heterogen, tidak stabil dan
terdiri dari dua fase. Suspensi
mempunyai ukuran partikel
lebih dari 100 nm, dapat
disaring dan warnanya keruh.
Larutan adalah campuran
homogen yang stabil, dan
terdiri dari satu fase. Larutan
mempuntai ukuran partikel
kurang dari 1 nm, tidak dapat
di saring dan warnanya jernih.
Sifat-sifat koloid yang khas: a. Partikel koloid dapat
menghamburkan cahaya
(Effek tyndall)
b. Partikel koloid bergerak
secara acak yang disebut
dengan gerak Brown.
c. Partikel koloid dapat
menyerap partikel yang
bermuatan sehingga
partil koloid itu
bermuata (adsorpsi).
d. Geraknya dapat
dipengaruhi oleh medan
listrik. (elektroforesis)
e. Partikel koloid dapat
10 menit
5 menit
Memberikan tugas untuk
membaca buku sumber atau
referensi lain:
Buku pegangan guru buku
kimia gravindo
http://www.psb-
psma.org/forum/bahan-
ajar/kimia/koloid
http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-
smk/kelas_x/pengelompokan
-koloid/
menyiapkan alat dan bahan
untuk praktikum
digumpalkan sehingga
kestabilannya hilang
(koagulasi).
Menyimak tugas yang
diberikan oleh guru.
Rencana Pelaksanaan Pemblajaran
Nama Sekolah : SMA PGRI 3
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran
Standar Kompetensi : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Indikator :
1. Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data
hasil pengamatan (effek Tyndall, homogen/heterogen, dan penyaringan)
2. Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (Efek tyndall dan koagulasi) melalui percobaan.
Strategi Pembelajaran : inkuiri
Skenario Pembelajaran
Pertemuan Ke-2:
No Strategi Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Siswa I Kegiatan Pendahuluan :
Mengecek kehadiran siswa
Menyampaikan kegiatan
pembelajaran yang akan
dilakukan: Pertemuan kedua,
siswa melanjutkan
kegiatan diskusi
kelompok untuk
membuat rancangan
langkah kerja
praktikum koloid
pada Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang
telah disediakan.
Mendengarkan dan
memperhatikan guru.
Menyimak penjelasan guru
5 menit
5 menit
II Kegiatan inti
Membagi siswa ke dalam
empat kelompok
berdasarkan heterogenitas
gender dan kategori nilai
tinggi, sedang, dan rendah.
Membimbing siswa dalam
Siswa berkumpul bersama
kelompoknya masing-masing
Langkah percobaan
5 menit
20 menit
diskusi kelompok membuat
rancangan percobaan untuk
membuktikan salah satu
sifat koloid yaitu effek
tyndall dan koagulasi, serta
percobaan untuk
membedakan antara larutan
sejati, koloid, dan suspensi
dengan alat dan bahan
seperti tertera dalam LKS!
a) effek tyndall.
Percobaan 1
ALAT :
Gelas kimia 3 buah ukuran
100 mL
Lampu senter 1 buah
Kotak karton 30 cm2 dengan
lubang pengamatan
Spatula 1 buah
BAHAN :
Kopi
Gula
Susu
Air suling/aquades
CARA KERJA : 1. Isilah 3 buah gelas kimia dengan
75 mL air.
2. Pada gelas 1 tambahkan 1
sendok teh kopi. Aduk hingga
rata.
3. Tempatkan gelas kimia yang
berisi campuran kopi dengan air
ke dalam kotak karton dan
senterlah larutan gula tersebut
melalui lubang karton.
4. Amati apa yang terlihat melalui
lubang pengamatan.
(Mengamati) 5. Catatlah hasil pengamatanmu.
6. Ulangi langkah 1, 2, 3, 4 dan 5
untuk campuran air dan susu,
serta campuran air dan gula.
7. Analisislah hasil pengamatanmu.
(Menganalisis) 8. Buatlah kesimpulan dari hasil
pengamatanmu.
b) Percobaan membedakan
suspensi kasar, larutan sejati
dan koloid berdasarkan data
hasil pengamatan
homogen/heterogen, dan
penyaringan.
ALAT :
Gelas kimia 3 buah ukuran
100 mL.
Kertas saring
Spatula 1 buah
BAHAN :
Kopi
Gula
Susu
CARA KERJA : 1. Isilah 3 buah kimia dengan 75
mL air.
2. Pada gelas 1 tambahkan 1
sendok teh kopi. Aduk hingga
rata.
3. Amati apakah campuran
tersebut larut (homogen)? Atau
terpisah (heterogen)?
4. Apakah terdapat endapan?
5. Apakah dapat disaring?
6. Catatlah hasil pengamatanmu.
7. Ulangi langkah 1, 2, 3, dan 4
untuk campuran air dan susu,
serta campuran air dan gula.
8. Analisislah hasil
pengamatanmu.
(Menganalisis) 9. Buatlah kesimpulan dari hasil
pengamatanmu.
d) Percobaan koagulasi
ALAT :
Gelas kimia 1 buah.
Tabung reaksi 1 buah.
Pipet tetes 1 buah.
Gelas ukur 1 buah.
BAHAN :
Susu
Air perasan jeruk nipis
CARA KERJA : 1. Isilah 1 buah kimia dengan 75
mL air.
2. Tambahkan 1 sendok teh susu.
Aduk hingga rata.
3. masukkan sebanyak 3 mL
campuran susu ke dalam
tabung reaksi
4. Tambahkan air perasan jeruk
nipis sebanyak 10 tetes.
Meminta perwakilan
tiap kelompok
mempresentasikan hasil
diskusinya di depan
kelas melalui windows
shoping.
5. Catatlah hasil pengamatanmu.
6. Analisislah hasil
pengamatanmu.
(Menganalisis)
7. Buatlah kesimpulan dari hasil
pengamatanmu
Perwakilan kelompok maju
untuk mempresentasikan hasil
diskusinya, siswa lain
menyimak dan menanggapi
hasil diskusinya.
45 menit
III Kegiatan Penutup:
Mengarahkan siswa untuk
menyimpulkan materi
berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang telah
dilakukan.
Menyimpulkan materi
pembelajaran:
Koloid adalah campuran
heterogen yang umumnya
stabil, terdiri dari dua fase
(terdispersi dan pendispersi).
Koloid mempunyai ukuran
partikel antara 1- 100 nm, yang
tidak dapat disaring dan
warnanya agak keruh.
Suspensi adalah campuran
heterogen, tidak stabil dan
terdiri dari dua fase. Suspensi
mempunyai ukuran partikel
lebih dari 100 nm, dapat
disaring dan warnanya keruh.
Larutan adalah campuran
homogen yang stabil, dan
terdiri dari satu fase. Larutan
mempuntai ukuran partikel
kurang dari 1 nm, tidak dapat di
saring dan warnanya jernih.
Sifat-sifat koloid yang khas: f. Partikel koloid dapat
menghamburkan cahaya
(Effek tyndall)
g. Partikel koloid bergerak
secara acak yang disebut
dengan gerak Brown.
h. Partikel koloid dapat
menyerap partikel yang
bermuatan sehingga partil
koloid itu bermuata
10 menit
(adsorpsi).
i. Geraknya dapat
dipengaruhi oleh medan
listrik. (elektroforesis)
j. Partikel koloid dapat
digumpalkan sehingga
kestabilannya hilang
(koagulasi).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Nama Sekolah : SMA PGRI 3
Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI/2
Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran
Standar Kompetensi : Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari.
Indikator :
1. Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data
hasil pengamatan (effek Tyndall, homogen/heterogen, dan penyaringan)
2. Mendeskripsikan sifat-sifat koloid (Efek tyndall dan koagulasi) melalui percobaan.
Strategi Pembelajaran : inkuiri
Skenario Pembelajaran
Pertemuan Ke-3
No Strategi Pembelajaran Alokasi
waktu Guru Siswa
1 Kegiatan Pendahuluan:
Mengecek kehadiran
siswa.
Memberikan arahan tata
cara kerja di laboratorium
Menyimak dan memeperhatikan
guru
Menyimak penjelasan guru.
5 menit
10 menit
2 Kegiatan inti:
Eksperimen
Membimbing dan
mengarahkan siswa dalam
melaksanakan kegiatan
praktikum secara
berkelompok
Melakukan kegiatan praktikum
secara berkelompok
berdasarkan langkah kerja yang
telah mereka buat pada lembar
LKS.
Langkah kerja praktikum (lihat
lampiran langkah kerja
praktikum)
Langkah percobaan 1 (effek
tyndall)
ALAT :
Gelas kimia 3 buah ukuran
100 mL
Lampu senter 1 buah
Kotak karton 30 cm2 dengan
lubang pengamatan
75 menit
Spatula 1 buah
BAHAN :
Kopi
Gula
Susu
Air suling/aquades
CARA KERJA : 1. Isilah 3 buah gelas kimia
dengan 75 mL air.
2. Pada gelas 1 tambahkan 1
sendok teh kopi. Aduk hingga
rata.
3. Tempatkan gelas kimia yang
berisi campuran kopi dengan
air ke dalam kotak karton dan
senterlah larutan gula tersebut
melalui lubang karton.
4. Amati apa yang terlihat melalui
lubang pengamatan.
(Mengamati) 5. Catatlah hasil pengamatanmu.
6. Ulangi langkah 1, 2, 3, 4 dan 5
untuk campuran air dan susu,
serta campuran air dan gula.
7. Analisislah hasil
pengamatanmu.
(Menganalisis) 8. Buatlah kesimpulan dari hasil
pengamatanmu.
Langkah percobaan 2
(membedakan suspensi kasar,
larutan sejati dan koloid
berdasarkan data hasil pengamatan
homogen/heterogen, dan
penyaringan).
ALAT :
Gelas bening 3 buah.
Kertas saring.
Spatula 1 buah.
BAHAN :
Kopi
Gula
Susu
CARA KERJA :
Membimbing siswa
melakukan diskusi
kelompok hasil praktikum
Air suling/aquades
1. Isilah 3 buah gelas bening
dengan 75 mL air.
2. Pada gelas 1 tambahkan 1
sendok teh kopi. Aduk hingga
rata.
3. Amati apakah campuran
tersebut larut (homogen)?
Atau terpisah (heterogen)?
Apakah terdapat endapan?
Apakah dapat disaring?
4. Catatlah hasil pengamatanmu.
5. Ulangi langkah 1, 2, 3, dan 4
untuk campuran air dan susu,
serta campuran air dan gula.
6. Analisislah hasil
pengamatanmu.
(Menganalisis) 7. Buatlah kesimpulan dari hasil
pengamatanmu.
Langkah percobaan 3 (koagulasi)
ALAT :
Gelas bening 1 buah.
Tabung reaksi 1 buah.
Pipet tetes 1 buah
Gelas ukur 1 buah
BAHAN :
Susu
Air perasan jeruk nipis
CARA KERJA : 1. Isilah 1 buah gelas kimia
dengan 75 mL air.
2. Tambahkan 1 sendok teh susu.
Aduk hingga rata.
3. Masukkan sebanyak 3 mL
campuran susu ke dalam
tabung reaksi
4. Tambahkan air perasan jeruk
nipis sebanyak 10 tetes
5. masukkan 3 mL campuran susu
ke dalam tabung reaksi
6. Catatlah hasil pengamatanmu.
7. Analisislah hasil
pengamatanmu.
(Menganalisis)
8. Buatlah kesimpulan dari hasil
pengamatanmu
30 menit
Siswa mendiskusikan hasil
praktikum.
3 Kegiatan Penutup:
Mengarahkan siswa untuk
menyimpulkan materi
berdasarkan kegiatan
pembelajaran yang telah
dilakukan.
Memberikan tugas kepada
siswa untuk membuat
laporan hasil praktikum
yang telah dilakukan
secara berkelompok, untuk
dipresentasikan pada
pertemuan berikutnya.
Menyimpulkan hasil praktikum. Efek Tyndall ialah gejala
penghamburan berkas sinar
(cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena
ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek tyndall ini ditemukan
oleh John Tyndall (1820-1893),
seorang ahli fisika Inggris. Oleh
karena itu sifat itu disebut efek
tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang
terjadi jika suatu larutan
terkena sinar. Pada saat larutan
sejati disinari dengan cahaya,
maka larutan tersebut tidak
akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid
cahaya akan dihamburkan. hal
itu terjadi karena partikel-
partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif
besar untuk dapat
menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil
sehingga hamburan yang terjadi
hanya sedikit dan sangat sulit
diamati
Menyimak tugas yang diberikan
oleh guru.
10 menit
5 menit
c. Lembar Kerja Siswa (LKS)
LEMBAR KERJA SISWA
“Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid berdasarkan data
hasil pengamatan (effek tyndall, koagulasi, homogen/heterogen, dan
penyaringan)”
A. Tujuan
Untuk mengamati perbedaan suspensi kasar, larutan sejati dan koloid
berdasarkan data hasil pengamatan (effek tyndall, koagulasi,
homogen/heterogen, dan penyaringan).
B. Alat dan Bahan
B.1. Kegiatan 1: mengamati perbedaan suspensi kasar, larutan sejati dan
koloid berdasarkan data hasil pengamatan effek tyndall
No Nama Alat dan Bahan Satuan/Ukuran Jumlah
1. Gunting - 1
2. Kotak karton - 1
3. Gelas kimia 100 mL 3
4. Lampu senter - 1
5. Spatula - 1
6. Kopi - 1 sendok teh
7. Susu - 1 sendok teh
8. Gula - 1 sendok teh
9. Air suling/aquades - -
B.2. Kegiatan 2: mengamati perbedaan suspensi kasar, larutan sejati dan
koloid berdasarkan data hasil pengamatan homogen/heterogen, dan
penyaringan.
No Nama Alat dan Bahan Satuan/Ukuran Jumlah
1. Gelas kimia 100 mL 3
2. Kertas saring - 1
3. Spatula - 1
4. Kopi - 1 sendok teh
5. Susu - 1 sendok teh
6. Gula - 1 sendok teh
7. Air suling/aquades - -
B.3. Kegiatan 3: mengamati perbedaan suspensi kasar, larutan sejati dan
koloid berdasarkan data hasil pengamatan koagulasi
No Nama Alat dan Bahan Satuan/Ukuran Jumlah
1. Gelas kimia 100 mL 1
2. Tabung reaksi - 1
3. Pipet tetes - 1
4. Gelas ukur - 1
5. Susu - 1 sendok teh
6. Jeruk nipis - 1
7. Air suling/aquades - -
C. Permasalahan
1. Bagaimana anda memahami perbedaan suspensi kasar, larutan sejati dan
koloid berdasarkan data hasil pengamatan effek tyndall?
2. Bagaimana anda memahami perbedaan suspensi kasar, larutan sejati dan
koloid berdasarkan data hasil pengamatan homogen/heterogen dan kertas
saring?
3. Bagaimana anda memahami perbedaan suspensi kasar, larutan sejati dan
koloid berdasarkan data hasil pengamatan koagulasi?
D. Langkah Kerja
Berdasarkan alat dan bahan yang tersedia (pada butir B) dan permasalahan
pada (pada butr C), rumuskan langkah kerja untuk memecahkan permasalahan
pada butir C tersebut pada kolom di bawah ini:
Langkah kerja untuk kegiatan I:
Langkah kerja untuk kegiatan II:
Langkah kerja untuk kegiatan III:
E. Diskusi
Diskusikan hasil pengamatan kelompok kamu, kemudian rumuskan
kesimpulannya pada kolom di bawah ini:
E.1. Hasil Pengamatan (dalam bentuk tabel)
Hasil pengamatan kegiatan I:
Hasil pengamatan kegiatan II:
Hasil pengamatan kegiatan III:
E.2 Kesimpulan
Kesimpulan kegiatan I:
Kesimpulan kegiatan II:
Kesimpulan kegiatan III:
F. Evaluasi
1. Berdasarkan data hasil percobaan, manakah campuran yang termasuk
larutan sejati, suspensi dan koloid? Jelaskan!
Jawab:
2. Jelaskan sifat-sifat effek tyndall dan koagulsi!
Jawab:
3. Tuliskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya koagulasi pada
sistem koloid!
Jawab:
4. Jelaskan pengaruh penambahan air perasan jeruk nipis pada susu!
Jawab:
Lampiran 2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Format Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Pertemuan I Nama/kelompok: ………...
Penilaian keterampilan proses sains siswa
Aspek keterampilan proses sains yang diamati
Beri Tanda Ceklis
(√)
3 2 1
1.Bertanya/mengajukan pertanyaan
a. Bertanya untuk meminta penjelasan
b.Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang
hipotesis
2.Hipotesis
a. Membuat hipotesis/dugaan sederhana dengan bahasa
sendiri
b.Mengetahui bahwa ada lebih dari 1 kemungkinan
penjelasan dari 1 kejadian
c. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu di uji
kebenarannya dengan memperoleh bukti
Keterangan:
3 = muncul sesuai
2 = muncul tidak sesuai
1 = tidak muncul
Catatan observer:
Observer,
(………………..)
LEMBAR OBSERVASI
Pertemuan II Nama/kelompok: ………...
Penilaian keterampilan proses sains siswa
Aspek keterampilan proses sains yang diamati Beri Tanda Ceklis (√)
3 2 1
1.Investigasi/merencanakan percobaan
a. Menyiapkan alat dan bahan
b. Membuat campuran
c. Merangkai alat praktikum
d. Menggunakan alat dengan teknik yang benar
e. Membuat tabel hasil pengamatan
2.Observasi
a. Mengamati perbedaan larutan, suspensi, dan koloid.
b. Mengamati sifat-sifat koloid effek tyndall dan koagulasi.
c. Menggunakan/mengumpulkan fakta yang relevan
3.Klasifikasi
a. Mencatat setiap pengamatan ke dalam tabel
b. Mencari perbedaan dan persamaan.
c. Mengontraskan sifat-sifat
4.Prediksi
a. Memperkirakan bentuk campuran (homogen atau
heterogen)
b. Memperikirakan terjadinya gumpalan pada susu setelah
penambahan perasan jeruk nipis
Keterangan:
3 = muncul sesuai
2 = muncul tidak sesuai
1 = tidak muncul
Catatan observer:
Observer,
(………………..)
LEMBAR OBSERVASI
Pertemuan III Nama/kelompok: ………….
Penilaian keterampilan proses sains siswa
Aspek keterampilan proses sains yang diamati Beri Tanda Ceklis (√)
3 2 1
1. Interpretasi
a. Menggambarkan /menterjemahkan data
b.Menganalisis data
c. Menyajikan pemahaman baru
d.Membuat kesimpulan sesuai dengan hasil
pengamatan
2. Komunikasi
a. Mempresentasian hasil pengamatan
b.Mendiskusikan hasil percobaan
c. Menyampaikan ide/gagasan/data
d.Menyimak pendapat/gambaran yang
disampaikan tiap kelompok
e. Menjawab/menanggapi pertanyaan
Keterangan:
3 = muncul sesuai
2 = muncul tidak sesuai
1 = tidak muncul
Catatan observer:
Observer,
(………………..)
b. Kisi-Kisi Pengamatan Lembar Observasi
Kisi-kisi pengamatan lembar observasi
Pertemuan I
Penilaian keterampilan proses sains
No Aspek yang diamati Indikator Penjelasan
Muncul sesuai Muncul tidak sesuai Tidak muncul
1. Bertanya Bertanya untuk
meminta penjelasan
Siswa bertanya apa, bagaimana, dan
mengapa, guna memperoleh kejelasan
tentang kegiatan pembelajaran.
Siswa bertanya tidak sesuai
dengan topik pembahasan.
Siswa tidak mengajukan
pertanyaan.
Mengajukan
pertanyaan yang
berlatar belakang
hipotesis
Siswa bertanya tentang kegiatan
pembelajaran sesuai dengan
pemikiran/penemuan awal.
Misalnya:
Dari ke tiga campuran tersebut manakah
yang termasuk larutan, suspensi, dan
koloid?
Siswa mengajukan pertanyaan
yang tidak berlatar belakang
hipotesis.
Misalnya:
Mengapa susu dicampur dengan
jeruk nipis, tidak dengan yang
lain?
Siswa tidak mengajukan
pertanyaan yang berlatar
belakang hipotesis.
2. Hipotesis
Membuat
hipotesis/dugaan
sederhana dengan
bahasa sendiri
Siswa membuat hipotesis dengan bahasa
sendiri.
Misalnya campuran:
4) Air + kopi adalah suspensi
5) Air + gula adalah larutan
6) Air + susu adalah koloid
Karena:
Suspensi: antara air dan kopi tidak larut,
terbentuknya endapan dan dapat
Siswa melakukan hipote yang
tidak sesuai. Misalnya:
1) Air + kopi adalah koloid
2) Air + gula adalah suspensi
3) .Air + susu adalah larutan.
Siswa tidak melakukan
hipotesis.
dipisahkan.
Larutan: antara air dan gula larut dan tidak
bisa dipisahkan, warna larutan homogen.
Koloid: seakan larut, tapi warna air
berubah menjadi putih
Mengetahui bahwa ada
lebih dari satu
kemungkinan
penjelasan dari satu
kejadian
Siswa mengetahui bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi sesuatu itu bisa
terjadi.
Misalnya: mengapa campuran susu
disebut koloid? Apakah karena terjadi
perubahan warna? tetapi susu sulit untuk
dipisahkan secara fisik.
Siswa tidak mengetahui
bahwa ada lebih dari satu
kemungkinan penjelasan
dari satu kejadian
Menyadari bahwa suatu
penjelasan perlu di uji
kebenarannya dengan
memperoleh bukti
Siswa sadar bahwa suatu penjelasan harus
didukung dengan konsep dan pembuktian.
Misalnya:
Siswa menduga campuran susu adalah
larutan sejati, untuk mendapatkan jawaban
yang benar maka siswa harus melakukan
praktikum.
Siswa hanya menyadari suatu
penjelasan harus didukung
dengan konsep dan pembuktian,
tapi tidak perlu diuji, karena
sudah merasa cukup dengan
penjelasan di buku paket kimia.
Siswa merasa tidak perlu
diuji kebenaran suatu
penjelasan dengan
memperoleh bukti.
Pertemuan III:
Penilaian keterampilan proses sains
No Aspek yang diamati Indikator Penjelasan
Muncul sesuai Muncul tidak sesuai Tidak muncul
1
Investigasi/merencanakan
percobaan
Menyiapkan alat dan
bahan
Siswa menyiapkan alat dan bahan sesuai
dengan LKS.
Misalnya: menyiapkan gelas kimia,
spatula, air, kopi, gula, susu, dan lainnya
sesuai LKS.
Siswa menyiapkan alat dan
bahan tidak sesuai dengan LKS.
Siswa tidak menyiapkan
alat dan bahan sesuai
Membuat campuran kopi,
susu, dan gula
Siswa membuat campuran dengan cara
yang benar.
Misalnya: membuat larutan gula 75 mL.
berarti yang harus siswa lakukan yaitu
masukkan gula ke dalam gelas kimia,
kemudian larutkan dengan air ½ dari
volume larutan yang diminta (37,5 mL)
aduk dan pastikan terlarut, kemudian
baru tambahkan air sampai volumenya
75 mL.
Siswa membuat campuran tidak
sesuai dengan petunjuk pada
LKS.
Misalnya:
Siswa membuat campuran tanpa
mengukur volume larutan yang
digunakan.
Siswa tidak membuat
campuran kopi, susu, dan
gula.
Merangkai alat praktikum Siswa merangkai alat dengan benar.
Misalnya:
Pada percobaan effek tyndall, yang
digunakan adalah gelas kimia, kotak
pengamatan senter. Rangkaian alat yang
seharusnya yaitu gelas kimia diletakkan
di dalam kotak, dengan posisi gelas
Siswa merangkai alat tidak
dengan teknik yang benar.
Misalnya:
Pada percobaan effek tyndall,
lubang pengamatan yang dibuat
tidak cukup untuk pengamatan
gelas. Atau lubang terlalu besar
Siswa tidak merangkai
alat praktikum, siswa
hanya mengandalkan
teman lainnya untuk
merangkai alat
praktikum.
tepat di depan lubang pengamatan.
Pegang lampu senter mengarah ke dalam
lubang kecil di sisi kotak.
sehingga cahaya senter tidak
terlihat dengan jelas.
Menggunakan alat dengan
teknik yang benar
Siswa menempatkan gelas tepat pada
lubang penyinaran dan lubang
pengamatan pada percobaan effek
tyndall.
Siswa menempatkan gelas tidak
tepat pada lubang penyinaran
dan lubang pengamatan pada
percobaan effek tyndall.
Sistwa tidak
menggunakan alat (tidak
melakukan kegiatan
praktikum).
Membuat tabel hasil
pegamatan
Siswa membuat tabel untuk mencatat
hasil pengamatan
Siswa membuat tabel hasil
pengamatan namun tidak
lengkap.
Siswa tidak membuat
tabel hasil pengamatan.
2 Observasi Mengamati perbedaan
larutan, suspensi, dan
koloid.
Siswa mengamati perbedaan dari espek
kelarutan, penyaringan atau terbentuknya
endapan
Siswa melakukan pengamatan
tidak berdasarkan aspek
kelarutan, penyaringan atau
terbentuknya endapan.
Siswa tidak mengamati
perbedaan larutan,
suspensi, dan koloid.
Mengamati sifat-sifat
koloid effek tyndall dan
koagulasi.
Siswa mengamati sifat-sifat effek tyndall
dari adanya pembiasan cahaya, saat
campuran disorotkan lampu senter.
Siswa mengamati sifat-sifat koagulasi
dari adanya penggumpalan campuran
susu yang ditambahkan air perasan jeruk
nipis
Siswa hanya melakukan
pengamatan tanpa mencari tahu
hal-hal yang menyebabkan
terjadinya effek tyndall dan
koagulasi.
Siswa tidak mengamati
sifat-sifat koloid effek
tyndall dan koagulasi.
Mengumpulkan fakta
yang relevan
Siswa menggunakan fakta yang sesuai
dengan kenyataan
Hanya mengumpulkan teori-
teori yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
Siswa tidak
mengumpulkan fakta-
fakta yang relevan.
3 Klasifikasi Mencatat setiap
pengamatan ke dalam
tabel
Siswa mencatat apa yang terlihat dari
hasil praktikum
Siswa hanya mencatat sebagian
yang terlihat dari hasil
praktikum.
Siswa tidak mencatat
hasil pengamatan ke
dalam tabel.
Mencari perbedaan
/persamaan.
Siswa membedakan/menyamakan
percobaan yang satu dengan yang lain.
Misalnya: membedakan larutan,
suspensi, dan koloid
Siswa hanya melihat sifat
masing-masing campuran.
Siswa tidak mencari
perbedaan /persamaan
percobaan yang satu
dengan yang lain.
Mengontraskan sifat-sifat Siswa melihat sifat-sifat yang terjadi
pada sampel.
Misalnya: pada saat percobaan effek
tyndall dan koagulasi.
siswa melihat sifat-sifat yang
terjadi pada sampel hanya pada
satu percobaan saja. Misalnya
hanya pada percobaan effek
tyndall saja.
Siswa tidak melihat sifat-
sifat yang terjadi pada
sampel.
4 Prediksi Memperkirakan bentuk
campuran (homogen atau
heterogen)
Siswa memperkirakan apakah campuran
homogen atau heterogen (larut sempurna
atau dapat dipisahkan)
Siswa hanya memperhatikan
apakah campuran homogen atau
heterogen saja.
Siswa tidak
memperkirakan apakah
campuran homogen atau
heterogen (larut
sempurna atau dapat
dipisahkan)
Pertemuan ke IV
Penilaian keterampilan proses sains
No Aspek yang diamati Indikator Penjelasan
Muncul sesuai Muncul tidak sesuai Tidak muncul
1. Interretasi Menggambarkan/menterjemahkan
data
Siswa mnguraikan komponen-
komponen data,
menghubungkan, mendalami
dan memahami data.
Siswa hanya menguraikan komponen-
komponen data, tanpa
menghubungkan, mendalami dan
memahami data.
Siswa tidak mnguraikan
komponen-komponen data,
menghubungkan, mendalami
dan memahami data.
Menganalisis data Siswa menjelaskan data yang
diperoleh secara lengkap.
Siswa menjelaskan data yang
diperoleh tidak secara lengkap.
Siswa tidak menjelaskan data
yang diperoleh.
Menyajikan permasalahan baru Siswa meneliti bahan yang
tidak diinstruksikan di LKS
Siswa hanya meneliti bahan yang
diinstruksikan di LKS.
Siswa tidak meneliti bahan
baik yang tidak
diinstruksikan di LKS
maupun yang diinstruksikan
di LKS.
Membuat kesimpulan sesuai
dengan hasil pengamatan
Siswa menyimpulkan tentang
pembelajaran yang telah
dilakukan sesuai dengan hasil
pengamatan.
Siswa menyimpulkan berdasarkan
teori dari buku paket kimia.
Siswa tidak membuat
kesimpulan tentang
pembelajaran yang telah
dilakukan.
2. komunikasi Mempresentasikan hasil Siswa menjelaskan hasil
pengamatan dengan baik
berdasarkan percobaan yang
benar dan sesuai teori.
Siswa menjelaskan hasil pengamatan,
namun hasil pengamatan tidak sesuai
dengan teori yang sebenarnya.
Siswa tidak
mempresentasikan hasil
pengamatan.
Mendiskusikan hasil pengamatan Siswa mendiskusikan hasil
pengamatan yang didapat, pada
masing-masing kelompok
dalam diskusi kelas.
Siswa mendiskusikan diluar topik
pembahasan.
Siswa tidak melakukan
diskusi.
Menyimak pendapat/gambaran
yang disampaikan tiap kelompok
Siswa mendengarkan,
memperhatikan, dan
menanggapi pendapat orang
lain.
Siswa hanya mendengarkan pendapat
orang lain.
Siswa tidak mendengarkan,
memperhatikan, dan
menanggapi pendapat orang
lain.
Menanggapi/menjawab
pertanyaan
Siswa menjawab pertanyaan
guru, teman dan sebagainya
dengan jawaban yang
sebenarnya.
Siswa menjawab pertanyaan guru,
teman dan sebagainya dengan jawaban
yang kurang tepat.
Siswa tidak menjawab
pertanyaan guru, teman dan
sebagainya
Menyampaikan ide/gagasan/data Siswa
mengusulkan/menyampaikan
ide/gagasan kepada teman,
guru, dan sebagainya.
Siswa tidak
mengusulkan/menyampaikan
ide/gagasan kepada teman,
guru, dan sebagainya.
c. Format Wawancara
WAWANCARA
Variabel Kisi-kisi Pertanyaan
Respon siswa
terhadap
pembelajaran
dengan pendekatan
inkuiri
Apakah kamu senang belajar kimia disertai dengan kegiatan praktikum?
Jelaskan pendapatmu!
Bagaimana kesanmu setelah mengikuti proses pembelajaran kimia dengan
pendekatan seperti ini (inkuiri) ?
Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan pendapatmu!
Kegiatan apa saja kamu lakukan selama kegiatan praktikum berlangsung?
Apakah kamu menemukan kesulitan selama praktikum berlangsung? Jika
“ya” kesulitan apa yang kamu hadapi, jika “tidak” apa alasanmu!
Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan?
Berikan alasanmu!
Apakah melalui pembelajaran ini (inkuiri) kalian mampu berhipotesis?
Apakah kalian berantusias untuk menguji hipotesis kalian?
Apakah kamu terlatih bekerja ilmiah melalui praktikum yang telah
dilakukan. Berikan alasanmu!
Keterampilan
proses sains yang
muncul
Keterampilan apa saja yang dapat kamu kembangkan melalui pembelajaran
seperti ini? Jelaskan pendapatmu!
Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi untuk membuat
pertanyaan dan meningkatkan kreativitas kamu? Berikan alasanmu!
Lampiran 3. Pengolahan Data
a. Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa
Data Hasil Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa
Pertemuan pertama
Aspek KPS Nomor absent siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1. Bertanya/mengajukan
pertanyaan
a. Bertanya untuk meminta
penjelasan 1 3 3 1 3 3 3 3 3 2 1 2 3 1 3 3 3 3 3 3
b. Mengajukan pertanyaan
yang berlatar belakang
hipotesis
1 3 3 2 3 1 1 3 3 2 2 1 3 2 3 2 3 3 2 2
2. Hipotesis
a. Membuat hipotesis/dugaan
sederhana dengan bahasa
sendiri
1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
b. Mengetahui bahwa ada
lebih dari 1 kemungkinan
penjelasan dari 1 kejadian
1 1 1 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3
c. Menyadari bahwa suatu
penjelasan perlu di uji
kebenarannya dengan
memperoleh bukti
1 1 2 1 2 2 1 2 3 1 1 3 1 2 3 2 3 1 1 3
Pertemuan kedua
Aspek KPS Nomor absent siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
3. Investigasi/merencanakan
percobaan
a. Menyiapkan alat dan bahan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
b. Membuat campuran 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
c. Merangkai alat praktikum 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
d. Menggunakan alat dengan
teknik yang benar 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
e. Membuat tabel hasil
pengamatan 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2
4. Observasi
a. Mengamati perbedaan
larutan, suspensi, dan
koloid.
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
b. Mengamati sifat-sifat
koloid effek tyndall dan
koagulasi.
3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3
c. Menggunakan/mengumpul
kan fakta yang relevan 3 3 3 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3
5. Klasifikasi
a. Mencatat setiap
pengamatan ke dalam tabel 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2
b. Mencari perbedaan dan
persamaan. 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3
c. Mengontraskan sifat-sifat
2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3
6. Prediksi
a. Memperkirakan bentuk
campuran (homogen atau
heterogen)
2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
b. Memperikirakan
terjadinya gumpalan
pada susu setelah
penambahan perasan
jeruk nipis
3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 1
Pertemuan ketiga
Aspek KPS Nomor absent siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
7. Interpretasi
e. Menggambarkan
/menterjemahkan data 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3
f. Menganalisis data 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
g. Menyajikan pemahaman
baru 2 1 2 1 1 2 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1
h. Membuat keismpulan
sesuai dengan hasil
pengamatan
3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 2 3
8. Komunikasi
a. Mempresentasian hasil
pengamatan 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2
b. Mendiskusikan hasil
percobaan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
c. Menyampaikan
ide/gagasan/data 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 1 3
d. Menyimak
pendapat/gambaran yang
disampaikan tiap kelompok
3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
e. Menjawab/menanggapi
pertanyaan 1 2 3 3 2 1 3 2 3 1 2 1 3 1 2 3 3 3 3 2 3
b. Hasil Perhitungan Lembar Observasi Keterampian Proses Sains Siswa Secara Keseluruhan
Pertemuan No
Aspek yang
diamati Sub aspek yang diamati
Persentase (%)
sub aspek
Persentase (%)
rata-rata aspek Kategori
I 1 Bertanya a. Bertanya untuk meminta penjelasan. 79,36
77,4 Muncul tidak
sesuai b. Mengajukan pertanyaan yang berlatar
belakang hipotesis 75,4
2 Hipotesis a. Membuat hipotesis/dugaan sederhana
dengan bahasa sendiri 85,7
72,5 Muncul tidak
sesuai
b. Mengetahui bahwa ada lebih dari 1
kemungkinan penjelasan dari 1 kejadian 74,6
c. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu di
uji kebenarannya dengan memperoleh bukti 57,1
II 3 Investigasi a. Menyiapkan alat dan bahan 95,2
89,8 Muncul sesuai
b.Membuat campuran 95,2
c. Merangkai alat praktikum 90,5
d.Menggunakan alat dengan teknik yang
benar 95,2
e. Membuat tabel hasil pengamatan 73
4 Observasi a. Mengamati perbedaan larutan, suspensi,
dan koloid. 95,2
86,2 Muncul sesuai b.Mengamati sifat-sifat koloid effek tyndall
dan koagulasi. 87,3
c. Menggunakan/mengumpulkan fakta yang
relevan 76,2
5 Klasifikasi a. Mencatat setiap pengamatan ke dalam table 76,2
79,9 Muncul sesuai b.Mencari perbedaan dan persamaan. 87,3
c. Mengontraskan sifat-sifat 76,2
6 Prediksi a. Memperkirakan bentuk campuran
(homogen atau heterogen) 90,5
88,1 Muncul sesuai b.Memperikirakan terjadinya gumpalan pada
susu setelah penambahan perasan jeruk
nipis
85,7
III 7 Interpretasi a. Menggambar/menterjemahkan data 93,7
82,6 Muncul sesuai
b.Menganalisis data 98,4
c. Menyajikan pemahaman baru 47,6
d.Membuat kesimpulan sesuai dengan hasil
pengamatan 90,5
8 Komunikasi a. Mendiskusikan hasil percobaan 88,9
88,2 Muncul sesuai
b. Mempresentasikan hasil pengamatan 100
c. Menyimak pendapat/gambaran yang
disampikan tiap kelompok 85,7
d. Menjawab/menanggapi pertanyaan 92
e. Mempresentasikan hasil pengamatan 74,6
Rata-Rata 83,1 Muncul sesuai
c. Data Hasil Wawancara Tiap Kelompok
Kelompok: 1
Variabel No Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa
Respon siswa
terhadap
pembelajaran
dengan pendekatan
inkuiri
1 Apakah kamu senang
belajar kimia disertai
dengan kegiatan praktikum?
Jelaskan pendapatmu!
Senang, karena dapat lebih memahami
apa yang dipelajari bukan hanya teori
di buku atau penjelasan guru,
melainkan saya lebih mengetahui apa
yang saya pelajari.
2 Bagaimana kesanmu setelah
mengikuti proses
pembelajaran kimia dengan
pendekatan seperti ini
(inkuiri) ?
menarik, dapat menambah
pengetahuan.
3 Apakah pembelajaran ini
menarik menurutmu?
Jelaskan pendapatmu!
Menarik, dapat berinteraksi antar
teman lain kelompok.
4 Kegiatan apa saja yang
kamu lakukan selama
kegiatan praktikum
berlangsung?
Mempersiapkan alat dan bahan,
meggunakan alat dan bahan,
mengamati hasil kegiatan.
5 Apakah kamu menemukan
kesulitan selama praktikum
berlangsung? Jika “ya”
kesulitan apa yang kamu
hadapi, jika “tidak” apa
alasanmu!
Ya, pada saat memperkirakan larutan
dan koloid melalui percobaan effek
tyndall. Kotak pengamatan yang
kelompok saya buat terlalu kecil,
sehingga saya sulit mengamati apakah
cahayanya dihamburkan atau
diteruskan.
6 Menurutmu, apakah
pembelajaran seperti ini
efektif untuk dilakukan?
Berikan alasanmu!
Kurang efektif, karena banyak
bercanda dan ketika presentasi
berlangsung banyak yang kurang
memperhatikan sehingga apa yang
disampaikan banyak yang tidak
dimengerti.
7 Apakah melalui Saya tidak dapat berhipotesis, karena
pembelajaran ini (inkuiri)
kamu mampu berhipotesis?
Apakah kamu berantusias
untuk menguji hipotesismu?
saya tidak mengerti, saya tidak
membaca buku sebelumnya dan
kurang memperhatikan pelajaran.
8 Apakah kamu terlatih
bekerja ilmiah melalui
praktikum yang telah
dilakukan. Berikan
alasanmu!
Belum begitu terlatih, karena belum
terbiasa, dan ini merupakan hal yang
baru buat saya.
Keterampilan
proses sains
9 Keterampilan apa saja yang
dapat kamu kembangkan
melalui pembelajaran
seperti ini? Jelaskan
pendapatmu!
Keterampilan bertanya, keterampilan
untuk berbicara i depan kelas,
memperoleh pengalaman untuk
menggunakan alat-alat yang
digunakan dalam pengujian materi
10 Dengan pembelajaran
seperti ini, apakah kamu
termotivasi untuk membuat
pertanyaan dan
meningkatkan kreativitas
kamu? Berikan alasanmu!
Ya, karena dengan bertanya saya jadi
tahu.
Kelompok: 2
Variabel No Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa
Respon siswa
terhadap
pembelajaran
dengan pendekatan
inkuiri
1 Apakah kamu senang
belajar kimia disertai
dengan kegiatan praktikum?
Jelaskan pendapatmu!
Senang, karena bisa membuktikan
suatu materi melalui percobaan.
2 Bagaimana kesanmu setelah
mengikuti proses
pembelajaran kimia dengan
pendekatan seperti ini
(inkuiri) ?
Mengasikkan, karena kita mencoba
metode pembelajaran yang baru dan
menjadi lebih berani dalam
mengungkapkan pendapat.
3 Apakah pembelajaran ini
menarik menurutmu?
Jelaskan pendapatmu!
Menarik, karena dapat berhipotesis
menurut pendapat sendiri.
4 Kegiatan apa saja yang
kamu lakukan selama
kegiatan praktikum
berlangsung?
Mengamati dan mencari tahu
kebenaran yang sesuai dengan teori.
5 Apakah kamu menemukan
kesulitan selama praktikum
berlangsung? Jika “ya”
kesulitan apa yang kamu
hadapi, jika “tidak” apa
alasanmu!
Tidak, karena anggota kelompok satu
sama lain saling membantu dan
kompak.
6 Menurutmu, apakah
pembelajaran seperti ini
efektif untuk dilakukan?
Berikan alasanmu!
Efektif, karena lebih mudah
dimengerti pelajaran yang sedang
dibahas.
7 Apakah melalui
pembelajaran ini (inkuiri)
kalian mampu berhipotesis?
Apakah kalian berantusias
untuk menguji hipotesis
kalian?
Saya kurang mampu berhipotesis,
karena saya malas dan tidak membaca
buku sebelumnya, selain itu saya
kurang percaya diri dalam
menyampikan pendapat.
8 Apakah kamu terlatih
bekerja ilmiah melalui
praktikum yang telah
dilakukan. Berikan
alasanmu!
Ya, karena saya jadi lebih mengetahui
secara spesfik alat dan bahan kimia
dan cara penggunaannya.
Keterampilan
proses sains
9 Keterampilan apa saja yang
dapat kamu kembangkan
melalui pembelajaran
seperti ini? Jelaskan
pendapatmu!
Komunikasi, berpendapat,
bereksperimen.
10 Dengan pembelajaran
seperti ini, apakah kamu
termotivasi untuk membuat
pertanyaan dan
meningkatkan kreativitas
kamu? Berikan alasanmu!
Ya, karena memunculkan rasa ingin
tahu yang lebih besar.
Kelompok: 3
Variabel No Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa
Respon siswa
terhadap
pembelajaran
dengan pendekatan
inkuiri
1 Apakah kamu senang
belajar kimia disertai
dengan kegiatan praktikum?
Jelaskan pendapatmu!
Senang, karena dapat melatih
keterampilan, kekompakkan dan dapat
mengaplikasikannya dikehidupan
sehari-hari.
2 Bagaimana kesanmu setelah
mengikuti proses
pembelajaran kimia dengan
pendekatan seperti ini
(inkuiri) ?
Lebih kepada kebersamaan sehingga
dapat memecahkan permasalahan
bersama-sama.
3 Apakah pembelajaran ini
menarik menurutmu?
Jelaskan pendapatmu!
Menarik, karena pembelajarannya
lebih menekankan kepada penerapan
sehingga kita dapat memecahkan
masalah secara langsung.
4 Kegiatan apa saja yang
kamu lakukan selama
kegiatan praktikum
berlangsung?
Membuat hipotesis, melakukan
eksperimen, berdiskusi untuk
memecahkan masalah.
5 Apakah kamu menemukan
kesulitan selama praktikum
berlangsung? Jika “ya”
kesulitan apa yang kamu
hadapi, jika “tidak” apa
alasanmu!
Ya, karena masih memiliki
keterbatasan dalam mengamati suatu
sistem. Misalnya dalam mengamati
larutan dan koloid melalui percobaan
effek tyndall.
6 Menurutmu, apakah
pembelajaran seperti ini
efektif untuk dilakukan?
Berikan alasanmu!
Cukup efektif, karena dengan adanya
kelompok belajar dan praktik saya
dapat menguasai dengan cepat dari
apa yang sudah kita pelajari dan
mendapat masukan-masukan baik dari
kelompok lain maupun dari guru.
7 Apakah melalui
pembelajaran ini (inkuiri)
kalian mampu berhipotesis?
Apakah kamu berantusias
untuk menguji hipotesismu?
Saya kurang bisa berhipotesis, saya
mencoba untuk berhipotesis tapi
hipotesis saya tidak tepat. Karena saya
tidak baca buku sebelumnya.
8 Apakah kamu terlatih
bekerja ilmiah melalui
praktikum yang telah
dilakukan. Berikan
alasanmu!
Terlatih, karena terbiasa.
Keterampilan
proses sains
9 Keterampilan apa saja yang
dapat kamu kembangkan
melalui pembelajaran
seperti ini? Jelaskan
pendapatmu!
Bertanya, merumuskan masalah, dan
meningkatkan kreatifitas.
10 Dengan pembelajaran
seperti ini, apakah kamu
termotivasi untuk membuat
pertanyaan dan
meningkatkan kreativitas
kamu? Berikan alasanmu!
Ya, karena pembelajaran seperti ini
memberi rasa ingin tahu, dan
membuat saya ingin membuat hal
yang baru dan bermanfaat.
Kelompok: 4
Variabel No Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa
Respon siswa
terhadap
pembelajaran
1 Apakah kamu senang
belajar kimia disertai
dengan kegiatan praktikum?
Senang, karena dengan praktikum
saya dapat memahami perbedaan
koloid, larutan, dan suspensi.
dengan pendekatan
inkuiri
Jelaskan pendapatmu!
2 Bagaimana kesanmu setelah
mengikuti proses
pembelajaran kimia dengan
pendekatan seperti ini
(inkuiri) ?
Senang, karena saya dapat belajar
mandiri dalam merumuskan suatu
masalah dan memecahkan masalah.
3 Apakah pembelajaran ini
menarik menurutmu?
Jelaskan pendapatmu!
Manarik, karena pembelajaran seperti
ini baru buat saya, selain itu saya
dapat berkomunikasi dengan baik
antara satu sama lain.
4 Kegiatan apa saja yang
kamu lakukan selama
kegiatan praktikum
berlangsung?
Melakukan percobaan, mangamati,
mencatat apa yang diamati.
5 Apakah kamu menemukan
kesulitan selama praktikum
berlangsung? Jika “ya”
kesulitan apa yang kamu
hadapi, jika “tidak” apa
alasanmu!
Tidak, karena kami saling membantu
satu sama lain.
6 Menurutmu, apakah
pembelajaran seperti ini
efektif untuk dilakukan?
Berikan alasanmu!
Efektif, karena ada praktikum yang
dapat membuat saya lebih mengerti
dan memahami pelajaran.
7 Apakah melalui
pembelajaran ini (inkuiri)
kalian mampu berhipotesis?
Apakah kalian berantusias
untuk menguji hipotesis
kalian?
Ya. Karena saya sudah paham
dasarnya, saya sebelumnya sudah
membaca materi sistem koloid.
Saya berantusias untuk mencari tau
kebenaran hipotesis saya melalui
percobaan.
8 Apakah kamu terlatih
bekerja ilmiah melalui
praktikum yang telah
dilakukan. Berikan
Belum cukup terlatih, karena metode
ini baru buat saya, jadi saya belum
terbiasa.
alasanmu!
Keterampilan
proses sains
9 Keterampilan apa saja yang
dapat kamu kembangkan
melalui pembelajaran
seperti ini? Jelaskan
pendapatmu!
Keterampilan menggunakan alat dan
bahan.
10 Dengan pembelajaran
seperti ini, apakah kamu
termotivasi untuk membuat
pertanyaan dan
meningkatkan kreativitas
kamu? Berikan alasanmu!
Ya, karena dengan pembelajaran
seperti ini kita dapat terpacu dan
menimbulkan banyak pertanyaan dan
pasti akan meningkatkan kreatifitas
kita.
Kelompok: 5
Variabel No Pertanyaan Kesimpulan Jawaban Siswa
Respon siswa
terhadap
pembelajaran
dengan pendekatan
inkuiri
1 Apakah kamu senang
belajar kimia disertai
dengan kegiatan praktikum?
Jelaskan pendapatmu!
Senang, karena belajar kimia dengan
praktikum tidak membosankan dan
saya bisa mendapat pengalaman baru.
2 Bagaimana kesanmu setelah
mengikuti proses
pembelajaran kimia dengan
pendekatan seperti ini
(inkuiri) ?
Metode pembelajaran seperti ini lebih
mudah dimengerti dan dapat
dikembangkan oleh kita.
3 Apakah pembelajaran ini
menarik menurutmu?
Jelaskan pendapatmu!
Ya menarik, karena dalam
pembelajran ini dapat berbagi
pendapat dengan anggota kelompok
lain.
4 Kegiatan apa saja kamu
lakukan selama kegiatan
praktikum berlangsung?
Merumuskan masalah, hipotesis,
berdiskusi dan juga tanya jawab.
5 Apakah kamu menemukan Ya. Ada beberapa kesulitan yang saya
kesulitan selama praktikum
berlangsung? Jika “ya”
kesulitan apa yang kamu
hadapi, jika “tidak” apa
alasanmu!
hadapi, yaitu dalam berhipotesis atau
menduga-duga suatu masalah, juga
dalam merumuskan masalah. Hal ini
karena baru buat kami. Kami terbiasa
dibimbing oleh guru.
6 Menurutmu, apakah
pembelajaran seperti ini
efektif untuk dilakukan?
Berikan alasanmu!
Sangat efektif, karena saya dapat
mengembangkan pemikiran saya
sendiri dan masalah yang saya hadapi.
7 Apakah melalui
pembelajaran ini (inkuiri)
kalian mampu berhipotesis?
Apakah kalian berantusias
untuk menguji hipotesis
kalian?
Ya. Saya cukup bisa berhipotesis.
Karena saya sudah mengetahuinya
melalui buku, saya sudah baca materi
sistem koloid sebelumnya.
Saya cukup berantusias untuk
membuktikan hipotesis saya.
8 Apakah kamu terlatih
bekerja ilmiah melalui
praktikum yang telah
dilakukan. Berikan
alasanmu!
Terlatih, karena saya dapat
mengetahui hal-hal menarik yang baru
saya ketahui dari praktikum dan
pengalaman dari pembelajaran ini.
Keterampilan
proses sains
9 Keterampilan apa saja yang
dapat kamu kembangkan
melalui pembelajaran
seperti ini? Jelaskan
pendapatmu!
Keterampilan dalam berkomunikasi,
berfikir, berpendapat, memecahkan
masalah. Karena dalam pembelajaran
ini kita dituntut untuk tidak
mengandalkan guru (belajar dari kita,
oleh kita, dan untuk kita).
10 Dengan pembelajaran
seperti ini, apakah kamu
termotivasi untuk membuat
pertanyaan dan
meningkatkan kreativitas
kamu? Berikan alasanmu!
Termotivasi untuk belajar lebih aktif,
kreatif, dan lebih baik dari
sebelumnya. Selain itu saya berani
bertanya dan mengemukakan
pendapat karena dapat melatih otak
saya untuk berfikir lebih kreatif, dan
saya cenderung banyak ingin tahu.