ANALISIS KINERJA KEUANGAN BELANJA DAERAH MAJELIS RAKYAT PAPUA
KOTA JAYAPURA TAHUN 2011-2015
(Studi kasus pada Sekretariat Majelis Rakyat Papua)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Ignatia Avianti Matutina
NIM : 122114070
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BELANJA DAERAH MAJELISPAPUA KOTA JAYAPURA TA.HUN 2OII-20I5(Studi Kasus Pada Sekretariat Majelis Rakyat Papua)
SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana EkonomiProgram Studi Akuntansi
Oleh:Ignatia Avianti Matutina
NIM: 122114070
PROGRAM STUDI AIONTAI\SI JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI
T'.u'*'flTfflffHARMA2017
RAKYAT
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
II
LI}Z req{Jt4o Le'u.r?lun) usllo'Y
lsuB|un{Y u8snJsE In{ud
rrrB"rEOJd
Isdlr{S sllnrrel/|JurBJe0 ur,{n[EItr
(uride6 ]Bdlp5 sylaletrrq i?pu]sr)as epud snsu4 pnts)SIOZ-IIOZ N|IHYT
YUNdYAYT YIOX YNdYd IY,{YVl{ SIT'TfVT{H VU gYO Yf NiV'lUg triY tNYnflX yfUgfiilx SI Sn vNV
rSdIU-YS
BruJBr{c
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
S}iRiFSI
ANALISIS KINERJA KEI-]ANGAN BELANJA DAERAHMAJELIS &{KYAT PAPUA KOTA JAYAPURA
TAHUN 20tr1-201s
(Studi t usm pudu Sekretariat Majeiis Rakyat Papua)
Dipersiapkan dan ditulis oleh:Ignatia Avianti &latutina
NIM: 122114070
Telah dipertahankan di depar: Delvan PengujiPada Tanggal 7 Desernber 2*17
Dan dfuyxakan ffiemefinhi s5,'arat
Hue*aari t]*wsn Fenguji
Nama Lengkap
Dr. Fr. Reni Retno Anggraini, M.Si., Ak., CA
Lisia Apriani, SE., M.Si., Ak., QIA., CA
A. Diksa Kuntara, SE., MFA., QIA
M.'lrisnawati Rahay*, SE., M.Si., Ak., QIA., CA
Dra. YFh{. Gien Agustin&wansari, MtuI., Ak., CA
Yogyakarta, 31 Jaauan 2018Fakultas EkanomiUniversitas Dharura
iii
Tanda Tangan
G*uniarto, S.E.,M.B.A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
“Berdirilah teguh dan bertekunlah sekarang walaupun dalam kesukaran yang hebat.
Tuhan telah merencanakan, bila saatnya tiba Ia akan menolong anda.”
(Ibu Basilea Schlink)
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya.”
(Matius 21:22)
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan
Allah dari awal sampai akhir.”
(Pengkhotbah 3:11)
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Allah Bapa Yang Maha Kuasa
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapak Yoseph dan Mama Nuning Tercinta
Opa dan Oma yang kusayangi
Kakakku Sebas dan Adikku Princess Calista
Keluarga dan Sahabat.
Terima Kasih banyak atas doa, dukungan,
motivasi dan kasih sayang yang diberikan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LINTVERSITAS SANATA DHARMAFAKULTAS EKONOMI
JIIRUSAN AKLINTANSI - PROGRAM STUDI AKLINTANSI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:ANALISIS KINERJA KEUANGAN BELANJA DAERAII
MAJELIS RAKYAT PAPUA KOTA JAYAPURATAHLTN 20tl-2015
(Studi Kasus Pada Sekretariat Majelis Rakyat Papua)
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan catamenyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukan gagasan atau pendap at atau pemikiran dari penulis lain yang saya akuiseolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagiin atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, ata:u yang saya ambil dari tulisan orang
lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja maupun tidak,dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisansaya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakanmenyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
Yogyakarta, 31 Januari 2018Yang mer.rbuat p ernyataan,
\,/tn(\ ,\\'i
Ignatia AVianti Matutina
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
I,EMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma
Nama : Ignatia Avianti Matutina
NIM :122114070
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah saya yang
beg'udul "Analisis Kinerja Keuangan Belanja Daerah Majelis Rakyat Papua Kota
Jayapura Tahun 20ll-2015 Studi Kasus Pada Sekretariat Majelis Rakyat Papua"
kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma beserta perangkat yang diperlukan.
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Sanata Dharma hak untuk
menimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan tidak mempublikasikannya di intemet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izn dat', saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 31- Januari 2018
\glgnatia Avianti Matutina
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur bagi Tuhan Yesus dan Allah Bapa karena atas kuasa Roh-Nya
penulis diberikan kekuatan serta berkat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.
Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan serta arahan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan mengembangkan
kepribadian kepada penulis.
2. YP. Supardiyono, M.Si., Ak., CA., QIA., selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.
3. A. Diksa Kuntara, S.E., M.FA., QIA., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Yoseph Matutina selaku sekretaris di Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
yang telah memberikan izin penelitian dan bimbingannya selama penelitian
berlangsung sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Bapak dan Ibu dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan
bantuan dan bimbingan selama belajar di Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6.
7.
B.
Bapak dan Mama Tercinta, tenmakasih atas segala doa dan cinta yang se1alu
kalian berikan untukku, terimakasih rnama selalu mengingatkan saya untuk cepat
nrenyelesaikan skripsi ini.
Opa dan Oma yang kusayangi, Kakak Sebas, Adik Caiista, Dita Tokede, Roby
Chandra.
Untuk keluarga dan sahabat-sahabat tersayang Gana, Anggraini, Dhini Anggraeni,
Chatrin, Ryanti, Melani Pakasi, Rima, Nitha, Nursyafitri, Debby Putri Herlita,
Novi Milenium, Ester, Melan Sitangang, Ida, Ester Sahara, Maria, Dikta,
Adventia, Osi, Ena Mistika, Rani, Vinsen, Aan, Wieke, Tami, Yohana, Prima,
Teguh, Anastasya.
Selumh pihak yang telah membantu penulis dalarn menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, karena
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi para pembacanya.
Yogyakarta, 31 Januari 2018
1fl,.
9.
v111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ……………………………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ……………………... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH . vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………... xii
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………………. xiii
ABSTRAK …………………………………………………………………….. xiv
ABSTRACT ………………………………………………………………….... xv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………. 3
C. Batasan Masalah ………………………………………………... 3
D. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 4
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 4
F. Sistematika Penulisan ………………………………………….. 5
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..... 6
A. Otonomi Khusus ………………………………………………... 6
B. Anggaraan Pendapatan dan Belanja Daerah …………………..... 6
1. Pengertian APBD …………………………………………….. 6
2. Penyusunan APBD …………………………………………… 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
3. Fungsi APBD …………………………………………………. 8
4. Komponen APBD …………………………………………….. 9
C. Belanja Daerah …………………………………………………. 10
D. Pengukuran Kinerja …………………………………………….. 15
E. Analisis Kinerja Keuangan Belanja Daerah ……………………. 16
1. Analisis Varians Belanja ……………………………………... 17
2. Analisis Pertumbuhan Belanja ……………………………….. 18
3. Analisis Keserasian Belanja ………………………………….. 19
4. Rasio Efisiensi Belanja ………………………………………. 25
5. Rasio Belanja terhadap PDRB ……………………………….. 26
F. Penelitian Terdahulu …………………………………………... 27
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………….. 29
A. Jenis Penelitian ……………………………………………….. 29
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian …………………….. 29
1. Tempat Penelitian ………………………………………….. 29
2. Waktu Penelitian …………………………………………… 29
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian ……………………….. 29
D. Data yang Dibutuhkan ………………………………………… 29
E. Metode Pengumpulan Data ……………………………………. 30
F. Sumber Data …………………………………………………… 37
BAB IV GAMBARAN UMUM ……………………………………………... 38
A. Sejarah ………………………………………………………… 38
B. Visi dan Misi Sekretariat Majelis Rakyat Papua ……………… 38
C. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua …………………….. 40
D. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Majelis Rakyat Papua .......... 41
E. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Majelis Rakyat Papua ……. 42
F. Hubungan Antara MRP dengan Pemerintahan ………………… 43
G. Struktur Organisasi Sekretariat Majelis Rakyat Papua ………… 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………………………………… 46
A. Deskripsi Data ………………………………………………… 46
B. Analisis Data ………………………………………………….. 46
C. Pembahasan …………………………………………………… 60
BAB VI PENUTUP …………………………………………………………... 67
A. Kesimpulan ……………………………………………………… 67
B. Keterbatasan Penelitian ………………………………………….. 68
C. Saran ……………………………………………………………... 68
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 70
LAMPIRAN ………………………………………………………………….... 72
Lampiran 1 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2010 ……………………….. 73
Lampiran 2 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2011 …………………….… 78
Lampiran 3 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2012 ………………………. 83
Lampiran 4 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2013 ………………………. 88
Lampiran 5 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2014 ………………………. 92
Lampiran 6 Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2015 ………………………. 96
Lampiran 7 Pertanyaan Wawancara …………………………………………. 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kriteria Varians Belanja …………………………………..…. 18
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Pertumbuhan Belanja…………………..…. 19
Tabel 2.3 Kriteria Keserasian Belanja …………………………………. 25
Tabel 2.4 Kriteria Efisiensi Belanja ……………………………………. 26
Tabel 3.1 Kriteria Varians Belanja …………………………………...... 33
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Pertumbuhan Belanja……………………... 33
Tabel 3.3 Kriteria Keserasian Belanja …………………………………. 35
Tabel 3.4 Kriteria Efisiensi Belanja ……………………………………. 36
Tabel 5.1 Perhitungan Varians Belanja Daerah ………………………… 48
Tabel 5.2 Perhitungan Pertumbuhan Belanja Daerah…………………… 51
Tabel 5.3 Perhitungan Rasio Belanja Operasi……………………….…. 54
Tabel 5.4 Perhitungan Rasio Belanja Modal…………………………...... 56
Tabel 5.5 Perhitungan Efisiensi Belanja………………………………..... 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 5.1 Ukuran Varians Belanja ……………………………………….. 49
Grafik 5.2 Ukuran Pertumbuhan Belanja………………………………….. 52
Grafik 5.3 Ukuran Belanja Operasi………………………………………... 54
Grafik 5.4 Ukuran Belanja Modal…………………………………………. 57
Grafik 5.5 Ukuran Efisiensi Belanja……………………………………….. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BELANJA DAERAH
MAJELIS RAKYAT PAPUA KOTA JAYAPURA TAHUN 2011-2015
(Studi Kasus Pada Sekretariat Majelis Rakyat Papua)
Ignatia Avianti Matutina
122114070
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah daerah telah menggunakan
dana APBD secara baik, positif, seimbang, dan efisien pada Majelis Rakyat Papua Kota
Jayapura. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Majelis
Rakyat Papua yang ingin meningakatkan Kinerja Keuangan Belanja.
Jenis penelitian adalah studi kasus. Penelitian ini dilakukan pada periode tahun
anggaran 2011-2015. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis varians belanja,
analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, dan rasio efisiensi belanja.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan belanja Majelis
Rakyat Papua (MRP) Kota Jayapura dilihat dari Varians Belanja secara umum dapat
dikatakan baik, pertumbuhan belanja MRP secara umum menunjukkan pertumbuhan
yang positif, keserasian belanja MRP dinilai tidak seimbang disebabkan oleh sebagian
dana dialokasikan untuk belanja operasi dan hanya beberapa persen dialokasikan untuk
belanja modal, dan efisiensi belanja MRP secara umum telah melakukan efisiensi
belanja.
Kata kunci: Analisis Varians Belanja, Analisis Pertumbuhan Belanja, Analisis
Keserasian Belanja, Rasio Efisiensi Belanja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
FINANCIAL PERFORMANCE ANALYSIS OF MAJELIS RAKYAT PAPUA
AT JAYAPURA CITY IN THE PERIOD 2011-2015
(A Case Study in Majelis Rakyat Papua)
Ignatia Avianti Matutina
122114070
Sanata Dharma University
Yogyakarta
The purpose of this research is to determine whether the region has used APBD
funds in a good, positively, balancely, and efecienly in Majelis Rakyat Papua (MRP)
Jayapura City. The results of this study are expected to provide input to the Majelis
Rakyat Papua Jayapura City who want to improve the Financial Performance.
Case study was used in this research and was analyzing the data between 2011-
2015. Spending analytic varians, spending growth varians, compatibility expenditure,
spending ratio efficiency were used as analytic technique.
The result of this research shows that MRP financial performance in Jayapura
City from spending varians side of view is good and with a positively grow of spending.
Compatibility expenditure of MRP was unbalance because some of the funds were
allocated for operational expenditure and only a few percent were allocated for capital
expenditures, and the efficiency of Majelis Rakyat Papua expenditure in general is
efficient.
Keywords: Spending analytic varians, spending growth varians, compatibility
analyzes expenditure, spending ratio efficiency
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi khusus bagi Provinsi Papua pada dasarnya adalah kewenangan
khusus yang diakui dan diberikan bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk
mengatur dan mengurus diri sendiri dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kewenangan khusus yang dimaksud adalah memberikan tanggung
jawab yang lebih besar bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di
Provinsi Papua bagi kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian dari rakyat
Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pilar utama dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Provinsi
Papua terdiri atas tiga komponen, yakni Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), Pemerintah Daerah (Gubernur beserta perangkat lainnya), dan Majelis
Rakyat Papua (MRP). Kelahiran otonomi khusus Papua, yang telah
memberikan kewenangan khusus bagi rakyat dan pemerintah Provinsi Papua
sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi telah membuat suatu lembaga khusus
yang diberi nama Majelis Rakyat Papua (MRP).
Majelis Rakyat Papua (MRP) merupakan badan representase kultural
orang asli Papua. MRP memiliki kewenangan melaksanakan fungsi tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli Papua, dengan
berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan
perempuan, dan pemantapan kerukunan hidup beragama.
Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan Otonomi khusus Papua secara
optimal berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, dibutuhkan suatu
peningkatan kinerja Pemerintah Daerah, DPRD, dan MRP Provinsi Papua
dalam mencapai tujuan otonomi khusus Papua yang meliputi kewenangan
khusus, kelembagaan khusus dan pengelolaan dana otonomi khusus. Perlu
diterapkan suatu standar atau acuan pada sistem pengelolaan keuangan daerah
di otonomi khusus yaitu terkait dengan Laporan Realisasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah untuk mengetahui apakah pengelolaan
keuangan daerah tersebut sudah bisa dikatakan baik, positif, seimbang, dan
efisien. Untuk itu diperlukan suatu analisis kinerja keuangan otonomi khusus
sebagai perbandingan dalam penetapan kebijakan keuangan pada tahun
anggaran selanjutnya.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari entitas
pelaporan dan entitas akuntansi yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi,
akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan dan entitas akuntansi terhadap
anggaran dengan menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
penggunaan sumber daya ekonomi dan informasi mengenai realisasi anggaran
secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja Pemerintah
Daerah dalam hal penggunaan anggaran.
Analisis Kinerja Keuangan Belanja Daerah dilakukan untuk mengevaluasi
apakah MRP telah menggunakan APBD secara ekonomis, efisien, dan efektif.
Dengan melihat uraian tersebut, maka penulis ingin menganalisis kinerja MRP
berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran dengan menggunakan analisis
varians belanja daerah, analisis pertumbuhan belanja daerah, analisis keserasian
belanja daerah, dan rasio efisiensi belanja daerah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu :
Bagaimana Kinerja Keuangan MRP berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran
selama lima tahun terakhir (2011-2015) dilihat dari analisis varians belanja,
analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, dan rasio efisiensi
belanja daerah ?
C. Batasan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah periode Laporan Realisasi APBD adalah
tahun 2011-2015 dan analisis yang digunakan adalah analisis varians belanja,
analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja (analisis belanja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
operasi terhadap total belanja, dan analisis belanja modal terhadap total
belanja), dan rasio efisiensi belanja.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi apakah daerah telah
menggunakan APBD secara baik, positif, seimbang, dan efisien.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak:
1. Bagi Majelis Rakyat Papua
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa membantu pihak keuangan Majelis
Rakyat Papua sebagai referensi dan bahan pertimbangan dalam menentukan
keputusan kinerja keuangan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi tambahan untuk kemajuan
penelitian di Universitas Sanata Dharma dan menjadi bahan acuan untuk
penelitian selanjutnya.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini digunakan untuk sarana memperkaya pengetahuan dan berlatih
dalam meneliti suatu kasus untuk pengembangan ilmu akuntansi kedepannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi tentang uraian mengenai teori yang menunjang penelitian dan
sebagai dasar dalam penelitian untuk mengolah dan menganalisis data.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian, subjek dan objek penelitian,
teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV Gambaran Umum
Bab ini berisi tentang MRP Kota Jayapura berdasarkan data-data yang
diperoleh.
BAB V Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan deskripsi data yang telah diperoleh dan analisis data dari
penelitian yang telah dilakukan.
BAB VI Penutup
Bab ini berisi kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
keterbatasan penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Otonomi Khusus
Otonomi Khusus menurut UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi khusus bagi
Provinsi Papua pada dasarnya adalah kewenangan khusus yang diakui dan
diberikan bagi provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan mengurus diri sendiri
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan khusus yang
dimaksud memberikan tanggung jawab yang lebih besar bagi provinsi dan rakyat
Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan
kekayaan alam di Provinsi Papua untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat
Papua sebagai bagian dari rakyat Indonesia dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
1. Pengertian APBD
Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
APBD didefinisikan sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
disetujui oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah, kemudian
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Berbagai definisi atau pengertian anggaran menurut Djayasinga (2007)
antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
a. APBD menggambarkan segala bentuk kegiatan Pemerintah daerah dalam
mencari sumber-sumber penerimaan dan kemudian bagaimana dana-dana
tersebut digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah.
b. APBD menggambarkan perkiraan dan pengeluaran daerah yang di harapkan
terjadi dalam satu tahun kedepan yang didasarkan atas realisasinya masa yang
lalu.
c. APBD merupakan rencana kerja operasional Pemerintah Daerah yang akan
dilaksanakan satu tahun kedepan dalam satuan angka Rupiah. APBD ini
merupakan terjemahan secara moneteris dari dokumen perencanaan daerah
yang ada dan disepakati yang akan dilakasanakan selama setahun.
2. Penyusunan APBD
Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2016 didasarkan prinsip sebagai berikut
(Permendagri No 52 Tahun 2015):
a. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah;
b. Tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat;
c. Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan;
d. Transparan, untuk memudahkan masyarakata mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang APBD;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
e. Partisipatif, dengan melibatkan masyarakat; dan
f. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
3. Fungsi APBD
Permedagri No. 13 Tahun 2006 pasal 15 dan pasal 16 menyebutkan bahwa
APBD memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
b. Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah
untuk merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai
(mengawasi) apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan
tujuan untuk mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
e. Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus
memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
f. Fungsi Stabilisasi
Fungsi stabilitas memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian daerah.
4. Komponen APBD
Menurut Permendagri No. 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Komponen APBD adalah sebagai
berikut:
a. Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD Tahun Anggaran
merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian
serta dasar hukum penerimanya. Komponen Pendapatan Daerah adalah
Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan
Daerah yang sah.
b. Belanja Daerah
Belanja daerah harus digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah
Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Komponen
Belanja Daerah adalah Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.
c. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Komponen
pembiayaan daerah adalah Penerimaan Pembiayaan, Pengeluaran
Pembiayaan, dan Sisa Lebih Pembiayaan (SILPA) Tahun Berjalan.
C. Belanja Daerah
1. Pengertian Belanja Daerah
Belanja Daerah menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 adalah semua
kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah diprioritaskan untuk
mendanai urusan pemerintah wajib yang terkait pelayanan dasar yang
ditetapkan dengan standar pelayanan minimal dengan berpedoman pada standar
teknis dan standar harga satuan regional sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan, belanja daerah dapat
didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi ekuitas dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja
dapat dipahami sebagai kewajiban pemerintah daerah yang mengurangi
kekayaan bersih yang terjadi akibat transaksi masa lalu. Namun dalam hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
perlu dipahami bahwa belanja daerah berbeda dengan pengeluaran daerah.
Tidak semua pengeluaran yang dilakukan pemerintah daerah yang
menyebabkan berkurangnya kas di rekening Kas Umum Daerah dikategorikan
sebagai belanja. Namun setiap belanja merupakan pengeluaran pemerintah
daerah. Pengeluaran pemerintah daerah dapat berupa belanja atau bisa juga
merupakan pengeluaran pembiayaan (Mahmudi 2016: 153).
2. Klasifikasi Belanja Daerah
Klasifikasi belanja daerah berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah:
a. Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah
Klasifikasi belanja menurut urusan pemerintah terdiri dari belanja urusan
wajib dan belanja urusan pilihan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib
diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan
dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas
sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan
sosial. Belanja menurut urusan pilihan mancakup pertanian, kehutanan,
energi dan sumber daya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan,
perdagangan, perindustrian dan transmigrasi.
b. Klasifikasi belanja menurut fungsi
Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan
dan keterpaduan pengelolaan keuangan Negara terdiri dari pelayanan umum,
ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan, dan
perlindungan sosial.
c. Klasifikasi belanja menurut organisasi
Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan
organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.
d. Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan
urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah.
3. Kelompok Belanja Daerah
Klasifikasi belanja menurut kelompok terdiri dari belanja tidak langsung dan
belanja langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak
terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja Tidak Langsung terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
Belanja Pegawai adalah belanja kompensasi dalam bentuk gaji
dan tunjangan serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada
pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
b. Belanja Bunga
Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan pembayaran
bunga uang yang dihitung atas kewajiban pokok utang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menegah,
dan jangka panjang.
c. Subsidi
Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya
produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual
produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat
banyak.
d. Belanja Hibah
Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah
dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pemerintah atau
pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat atau
perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.
e. Bantuan Sosial
Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian
bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat
yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
f. Belanja Bagi Hasil
Belanja bagi hasil digunakan untuk menganggarkan dana bagi
hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada
Kabupaten/Kota atau pendapatan Kabupaten/Kota kepada
pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
g. Bantuan Keuangan
Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada
Kabupaten/Kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah
lainnya atau dari pemerintah Kabupaten/Kota kepada daerah dan
pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau
peningkatan kemampuan keuangan.
h. Belanja Tidak Terduga
Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak
dipikirkan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup.
Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja
langsung terdiri dari:
a. Belanja Pegawai
Belanja pegawai dalam hal ini untuk pengeluaran honorarium atau
upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah
daerah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
b. Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang dan jasa digunakan untuk pengeluaran
pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari
12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan
program dan kegiatan pemerintah.
c. Belanja Modal
Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan
dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan asset
tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12
(duabelas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan,
seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
pembangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan asset tetap lainnya.
D. Pengukuran Kinerja
Mahsun (2009: 25) Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat
pencapai pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning
suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau
tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui
hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria
keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan
atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada
tolak ukurnya.
Menurut Robertson (2002) dalam Mahsun, dkk (2013: 141), “pengukuran
kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan
pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya,
termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan
barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa
diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan);
hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas
tindakan dalam mencapai tujuan”.
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu
periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran
dana, yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas (Jumingan 2006: 239).
E. Analisis Kinerja Keuangan Belanja Daerah
Menurut Mahmudi (2016: 154), Analisis Kinerja Keuangan Belanja Daerah
dilakukan untuk menilai atau mengevaluasi apakah daerah telah menggunakan
APBD secara ekonomis, efisien, dan efektif. Kinerja keuangan belanja dapat
dinilai baik apabila realisasi belanja lebih rendah daripada anggaran belanja.
Berdasarkan informasi pada Laporan Realisasi Anggaran, kita dapat membuat
analisis anggaran khususnya analisis belanja antara lain berupa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
1. Analisis Varians Belanja Daerah
Analisis ini merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisish antara realisasi
belanja dengan anggaran belanja. Jika terdapat selisih lebih (realisasi belanja
melebihi jumlah yang dianggarkan maka dapat dikatakan memiliki Kinerja
Keuangan Belanja yang tidak baik, sedangkan jika terdapat selisih kurang
(realisasi belanja kurang dari jumlah yang dianggarkan) maka Kinerja Keuangan
Daerah dapat dinilai baik (Mahmudi 2016: 155).
Menurut Mahmudi (2016: 155) Selisih anggaran belanja dikategorikan menjadi
dua jenis, yaitu:
a. Selisih disukai (flavourable variance) yaitu jika realisasi belanja lebih kecil
dari anggarannya.
b. Selisih tidak disukai (unfavourable variance) yaitu jika realisasi belanja
lebih besar dari anggarannya.
Menurut Mahmudi (2016: 157) rumus utnuk menghitung varians belanja
dijelaskan sebagai berikut:
Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja
Adapun kriteria penilaian varians belanja, perbandingan diukur dengan kriteria
pengukuran kinerja keuangan dapat dilihat dalam tabel 2.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Tabel 2.1 Kriteria Varians Belanja
Kriteria Varians Belanja Ukuran
Baik Realisasi Belanja < Anggaran
Belanja
Kurang Baik Realisasi Belanja > Anggaran
Belanja
Sumber: Mahmudi(2016: 155)
2. Analisis Pertumbuhan Belanja Daerah
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui
pertumbuhan belanja dari tahun ke tahun positif atau negatif. Pada umumnya
belanja memiliki kecenderungan selalu naik. Alasan kenaikan belanja biasanya
dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan kurs rupiah,
perubahan jumlah cakupan layanan, dan penyesuain faktor makro ekonomi.
Pertumbuhan belanja harus diikuti dengan pertumbuhan pendapat yang
seimbang (Halim, 2012).
Menurut Mahmudi (2016:158) pertumbuhan belanja adalah kenaikan
atau penurunan belanja selama kurun waktu tertentu. Analisis pertumbuhan
selain untuk menilai pos belanja dapat pula digunakan untuk menilai
pertumbuhan aset, utang, ekuitas, pendapatan, dan sebagainya. Analisis
pertumbuhan belanja daerah berguna untuk mengetahui pertumbuhan belanja
dari tahun ke tahun. Belanja daerah sendiri biasanya memiliki kecenderungan
untuk naik, kenaikan tersebut terjadi karena adanya penyesuaian dengan inflasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
perubahan nilai tukar rupiah, perubahan cakupan pelayanan, dan penyesuaian
faktor makro ekonomi. Kenaikan wajar atau tidaknya perlu melihat beberapa
hal yang disebutkan sebelumnya dan alasan kenaikan belanja terjadi, apakah
karena kenaikan internal yang relatif terencana dan terkendali ataukah faktor
eksternal yang diluar kendali pemerintah daerah.
Menurut Mahmudi (2016: 158) rumus untuk menghitung pertumbuhan belanja
daerah dijelaskan sebagai berikut:
Adapun kriteria penilaian pertumbuhan belanja, perbandingan diukur dengan
kriteria pengukuran kinerja keuangan dapat dilihat dalam tabel 2.2
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Pertumbuhan Belanja
Kriteria Penilaian Pertumbuhan
Belanja
Ukuran Pertumbuhan Belanja
Naik Positif
Turun Negatif
Sumber: Mahmudi(2016:158)
3. Analisis Keserasian Belanja Daerah
Analisis Keserasian Belanja Daerah merupakan analisis yang di mana titik fokus
analisis berada pada 3 (tiga) fungsi utama anggaran, yaitu sebagai alat distribusi,
Pertumbuhan Belanja Tahun t
=Realisasi Belanja Tahun t-Realisasi Belanja Tahun t-1
Realisasi Belanja Tahun t-1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
alokasi, dan stabibilisasi. Menurut Mahmudi (2016:160) keserasian belanja
adalah keseimbangan antar belanja. Keserasian belanja bagi pemerintah daerah
bermanfaat dalam mengalokasikan keseluruhan belanja sesuai dengan
kebutuhan rencana kerja anggaran. Dengan adanya keserasian belanja maka
setiap pemerintah daerah dapat mengalokasi anggaran belanja yang menjadi
prioritas belanja sesuai peruntukkannya. Analisis Keserasian Belanja Daerah
meliputi:
a. Analisis Belanja per Fungsi terhadap Total Belanja
Menurut Mahmudi (2016: 160) Analisis belanja per fungsi terhadap total
belanja dihitung dengan cara membandingkan belanja tiap-tiap fungsi
terhadap total belanja dalam APBD. Dalam hal ini terdapat Sembilan fungsi,
yaitu:
1) Pelayanan Umum Pemerintahan
2) Ketertiban dan Keamanan
3) Ekonomi
4) Lingkungan Hidup
5) Perumahan dan Fasilitas Umum
6) Kesehatan
7) Pariwisata dan Budaya
8) Pendidikan
9) Perlindungan Sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Rasio Belanja per Fungsi terhadap Total Belanja dirumuskan sebagai
berikut:
Rasio Belanja per Fungsi=Realisasi Belanja Fungsi…
Total Belanja Daerah
b. Analisis Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
Menurut Mahmudi (2016: 162) belanja operasi terhadap total belanja
merupakan perbandingan antara total belanja operasi dengan total belanja.
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah.
Menurut Mahmudi (2016: 162) rumus untuk menghitung belanja operasi
terhadap total belanja dijelaskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Operasi terhadap Total Belanja
=Realisasi Belanja Operasi
Total Belanja Daerah
c. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Belanja Modal menurut Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2011 adalah
pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi
manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Nilai aset tetap dalam belanja
modal yaitu sebesar harga beli/bangunan aset ditambah seluruh belanja
yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap
digunakan. Belanja Modal meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
1) Belanja modal tanah,
2) Belanja modal peralatan dan mesin,
3) Belanja modal gedung dan bangunan,
4) Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan,
5) Belanja modal aset tetap lainnya,
6) Belanja aset lainnya (aset tak berwujud).
Analisis belanja modal terhadap total belanja merupakan perbandingan
antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Berdasarkan
rasio ini, pembaca laporan dapat mengetahui porsi belanja daerah yang
dialokasikan untuk investasi dalam bentuk belanja modal pada tahun
anggaran bersangkutan. Berbeda dengan belanja barang dan jasa yang
bersifat jangka pendek dan rutin, pengeluaran belanja modal yang dilakukan
saat ini akan memberikan manfaat jangka menengah dan panjang (Mahmudi
2016: 162).
Menurut Mahmudi (2016: 163) rumus untuk menghitung belanja modal
terhadap total belanja dijelaskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja
=Realisasi Belanja Modal
Total Belanja Daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
d. Analisis Belanja Langsung dan Tidak Langsung
Menurut Mahmudi (2016: 163), Analisis proporsi belanja langsung dan
tidak langsung bermanfaat untuk kepentingan manajemen internal
pemerintah daerah, yaitu untuk pengendalian biaya dan pengendalian
anggaran (cost & budgetary control). Belanja langsung dan belanja tidak
langsung tidak menjadi bagian dari laporan keuangan eksternal, namun
informasi tersebut sangat penting bagi manajemen internal.
Pengklasifikasian belanja ke dalam belanja langsung dan belanja tidak
langsung merupakan klasifikasi berdasarkan aktivitas, sedangkan
pengklasifikasian belanja ke dalam belanja operasi dan belanja modal adalah
klasifikasi berdasarkan jangka waktu manfaat yang dinikmati atas belanja
tersebut. Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan
kegiatan (aktivitas), sedangkan belanja tidak langsung merupakan
pengeluaran belanja yang tidak terkait dengan pelaksanaan kegiatan secara
langsung. Dalam sektor bisnis jenis belanja ini dikenal sebagai biaya
langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Dilihat dari
sudut pandang Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik, belanja
langsung dikategorikan sebagai biaya teknik (engineered expense/
expenditure), sedangkan belanja tidak langsung dikategorikan sebagai biaya
kebijakan (discretionary expense/expenditure). Belanja langsung dapat
dikendalikan melalui manajemen aktivitas, penetapan standar belanja dan
standar harga unit. Sementara itu belanja tidak langsung dapat dikendalikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
melalui penetapan anggaran ketat (hard budget) dan efisiensi anggaran.
Semestinya belanja langsung lebih besar dari belanja tidak langsung, sebab
belanja langsung sangat mempengaruhi kualitas output kegiatan. Rasio
belanja langsung dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja
=Total Belanja Langsung
Total Belanja Daerah
Sementara itu, rasio belanja tidak langsung dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja
=Total Belanja Tidak Langsung
Total Belanja Daerah
Menurut Mahmudi (2016: 162), kriteria penilaian analisis keserasian
belanja operasi bersifat jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin
dan berulang (recurrent). Pada umumnya proporsi elanja operasi mendominasi
total belanja daerah yaitu antara 60-90 persen. Pemerintah daerah dengan
tingkat pendapatan tinggi cenderung memiliki porsi belanja operasi yang lebih
tinggi dibandingkan pemerintah daerah yang tingkat pendapatan rendah,
sedangkan pemerintah daerah dengan tingkat pendapaan daerah rendah pada
umumnya justru memiliki proporsi tingkat belanja modal yang lebih tinggi
dibandingkan pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi. Pada umumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah adalah antara 5-20
persen.
Adapun kriteria penilaian belanja operasi terhadap total belanja, dan belanja
modal terhadap total belanja dapat dilihat dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Kriteria Penilain belanja operasi terhadap total belanja dan belanja
modal terhadap total belanja
Kriteria Penilaian proporsi Jika sesuai dengan
proporsi yang
ditentukan maka
dapat dikatakan
seimbang tetapi jika
lebih atau kurang
dari proporsi yang
ditentukan maka
dapat dikatakan tidak
seimbang.
Belanja Operasi
terhadap Total Belanja
60-90%
Belanja Modal terhadap
Total Belanja
5-20%
Sumber: Mahmudi ( 2016:162)
4. Analisis Efisiensi Belanja Daerah
Menurut Mahmudi (2016: 164), rasio efisiensi belanja merupakan
perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi
belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang
dilakukan pemerintah. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi
anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%, Sebaliknya jika lebih dari
100% maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Menurut Mahmudi (2016: 164) rumus untuk menghitung efisiensi belanja
dijelaskan sebagai berikut:
Kriteria penilaian efisiensi belanja dapat dilihat dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 Kriteria penilaian efisiensi belanja
Kriteria penilaian efisiensi belanja Keterangan
Kurang dari 100% Efisiensi
Lebih dari 100% Tidak efisiensi
Sumber: Mahmudi(2016:164)
5. Rasio Belanja terhadap PDRB
Menurut Mahmudi (2016: 164) Rasio belanja daerah terhadap PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) merupakan perbandingan antara total
belanja daerah dengan PDRB yang dihasilkan daerah. Rasio ini
menunjukkan produktivitas dan efektivitas belanja daerah. Rasio ini
dirumuskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Daerah terhadap PDRB
=Total Realisasi Belanja Daerah
Total PDRB
Rasio Efisiensi Belanja=Realisasi Belanja
Anggaran Belanja ×100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Bahrun 2014 dari Universitas Negeri
Yogyakarta yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Klaten tahun 2008-2012 dengan
menggunakan Analisis Pendapatan dan Analisis Belanja, menghasilkan bahwa
kinerja Pemerintah Kabupaten Klaten pada tahun 2008-2012 dilihat dari Kinerja
Keuangan Pendapatan Daerah secara umum dapat dikatakan baik, Meskipun
tingkat ketergantungan terhadap pemerintah pusat masih tinggi dan pemungutan
pajak daerah masih belum efisien. Sedangkan dilihat dari Kinerja Keuangan
Belanja Daerah secara umum dapat dikatakan baik, tetapi dalam keserasian
belanja belum terjadi keseimbangan antara Belanja Operasi dengan Belanja
Modal.
Penelitian yang dilakukan oleh wahidah 2016 dari Universitas Sam Ratulangi
Manado yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten
Minahasa Utara tahun 2012-2014 menggunakan perhitungan Analisis Kinerja
Pendapatan dan Analisis Kinerja Belanja, menghasilkan kinerja pendapatan
pemerintah daerah Kabupaten Minahasa Utara dapat dinilai berada pada tingkat
kemampuan yang kurang. Hal ini dilihat dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terhadap total pendapatan daerah secara keseluruhan masih relatif kecil.
Pemerintah daerah belum mampu membiayai pengeluarannya sendiri dengan kata
lain, masih sangat tergantung pada pemerintah pusat. Berdasarkan kinerja belanja
pemerintah daerah Kabupaten Minahasa Utara dapat dinilai belum optimal dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
keserasian belanja. Ini menunjukan bahwa pemerintah lebih memprioritaskan
porsi belanjanya untuk belanja operasi dari pada belanja modal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus, yaitu
penelitian secara mendalam terhadap objek tertentu untuk memberikan
gambaran secara jelas mengenai objek yang akan diteliti. Penelitian ini
dilakukan secara langsung di Majelis Rakyat Papua (MRP) Kota Jayapura
sehingga hasil analisis yang diperoleh hanya berlaku bagi objek yang diteliti.
B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Majelis Rakyat Papua (MRP) Kota Jayapura.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.
C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang diteliti. Subjek pada penelitian ini
adalah Majelis Rakyat Papua (MRP) Kota Jayapura khususnya bagian
Sekretaris. Objek pada penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran
Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura.
D. Data yang Dibutuhkan
1. Gambaran Umum
a) Sejarah Majelis Rakyat Papua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b) Visi dan Misi Sekretariat Majelis Rakyat Papua (MRP)
c) Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua
d) Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Majelis Rakyat Papua (MRP)
e) Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Majelis Rakyat Papua (MRP)
f) Hubungan antara MRP dengan pemerintahan
g) Bagan struktur organisasi MRP
2. Laporan Realisasi Anggaran tahun 2011-2015
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan cara :
1. Wawancara
Menurut Sugiyono (2012: 137) wawancara yang digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin studi pendahuluan untuk
menemukan masalah yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden sedikit/kecil. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi apa yang akan diperoleh) maupun tidak terstruktur
(peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
sistematis dan lengkap sebagai pengumpul datanya) dan dapat dilakukan
secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak langsung (melalui
media seperti telepon). Dari teknik ini penulis mengadakan tanya jawab
langsung kepada staff bagian keuangan Majelis Rakyat Papua untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mendapatkan Informasi mengenai gambaran umum dan seputaran Laporan
Realisasi Anggaran.
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013: 240), dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi
merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan cara mengumpulkan
dokumen-dokumen dari sumber terpercaya yang mengetahui tentang
narasumber. Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006: 231) yaitu
mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan cara mencatat atau menyalin
dokumen-dokumen maupun data lain yang terkait dengan masalah yang
diteliti oleh penulis dan pengumpulan data-data yang berhubungan dengan
penelitian seperti gambaran umum Majelis Rakyat Papua (MRP) Kota
Jayapur serta Laporan realisasi Anggaran tahun 2011-2015.
3. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
yaitu mendeskripsikan suatu organisasi atau lembaga dengan teknik
perbandingan antara laporan realisasi untuk beberapa periode waktu yang
berurutan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan periode waktu year-
to-year change analysis dimana peneliti akan membandingkan laporan
realisasi anggaran tahun 2011 sampai 2015 untuk melihat setiap perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang terjadi. Teknik ini juga sebagai gambaran tentang arah perubahan yang
terjadi dan juga untuk memprediksi tentang kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi pada tahun berikutnya.
Penelitian ini akan menggunakan Analisis Varians Belanja, Analisis
Pertumbuhan Belanja, Analisis Keserasian Belanja (Analisis Belanja
Operasi Terhadap Total Belanja dan Analisis Belanja Modal Terhadap Total
Belanja), dan Rasio Efesiensi Belanja. Penelitian ini juga akan menggunakan
teknik membandingkan Laporan Realisasi Anggaran dari tahun 2011-2015
dalam bentuk garis trend. Dalam penelitian ini, guna mengetahui kinerja
Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura yang akan dinilai dari Laporan
Realisasi tahun 2011 sampai tahun 2015, maka dilakukan pengukuran
sebagai berikut:
1) Analisis Varians Belanja Daerah
Varians belanja merupakan selisih antara realisasi belanja dengan belanja
yang dianggarkan. Menurut Mahmudi (2016: 157) rumus untuk
menghitung varians belanja dijelaskan sebagai berikut:
Varians belanja= Realisasi Belanja - Anggaran Belanja
Adapun kriteria penilaian varians belanja, perbandingan diukur dengan kriteria
pengukuran kinerja keuangan dapat dilihat dalam tabel 3.1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 3.1 Kriteria Varians Belanja
Kriteria Varians Belanja Ukuran
Baik Realisasi Belanja < Anggaran Belanja
Kurang Baik Realisasi Belanja > Anggaran Belanja
Sumber: Mahmudi (2016: 155)
2) Analisis Pertumbuhan Belanja Daerah
Pertumbuhan belanja merupakan pertumbuhan belanja yang dialokasikan
pemerintah daerah dari tahun ke tahun. Menurut Mahmudi (2016: 158) rumus
untuk menghitung pertumbuhan belanja daerah dijelaskan sebagai berikut:
Pertumbuhan Belanja Tahun t
=Realisasi Belanja Tahun t-Realisasi Belanja Tahun t-1
Realisasi Belanja Tahun t-1
Adapun kriteria penilaian pertumbuhan belanja, perbandingan diukur dengan
kriteria pengukuran kinerja keuangan dapat dilihat dalam tabel 3.2
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Pertumbuhan Belanja
Kriteria Penilaian Pertumbuhan
Belanja
Ukuran Pertumbuhan Belanja
Naik Positif
Turun Negatif
Sumber: Mahmudi(2016: 158)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3) Analisis Keserasian Belanja Daerah
Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk mengetahui keseimbangan
antarbelanja. Agar fungsi anggaran tersebut dapat berjalan dengan baik, maka
pemerintah daerah perlu membuat harmonisasi belanja. Dalam Analisis
Keserasian Belanja Daerah peneliti menggunakan 2 (dua) analisis, yaitu:
a. Analisis Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
Menurut Mahmudi (2016: 162) belanja operasi terhadap total belanja
merupakan perbandingan antara total belanja operasi dengan total belanja.
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah pusat/daerah.
Menurut Mahmudi (2016: 162) rumus untuk menghitung belanja operasi
terhadap total belanja dijelaskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Operasi terhadap Total Belanja
=Realisasi Belanja Operasi
Total Belanja Daerah
b. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Menurut Mahmudi (2016: 163) rumus untuk menghitung belanja modal
terhadap total belanja dijelaskan sebagai berikut:
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja
=Realisasi Belanja Modal
Total Belanja Daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Menurut Mahmudi (2016: 162) kriteria penilaian analisis keserasian belanja
operasi bersifat jangka pendek dan dalam hal tertentu sifatnya rutin dan berulang
(recurrent). Pada umumnya proporsi belanja operasi mendominasi total belanja
daerah yaitu antara 60-90 persen. Pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan
tinggi cenderung memiliki porsi belanja operasi yang lebih tinggi dibandingkan
pemerintah daerah yang tingkat pendapatan rendah, sedangkan pemerintah daerah
dengan tingkat pendapaan daerah rendah pada umumnya justru memiliki proporsi
tingkat belanja modal yang lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah dengan
pendapatan tinggi. Pada umumnya proporsi belanja modal terhadap total belanja
daerah adalah antara 5-20 persen.
Tabel 3.3 Kriteria Penilain belanja operasi terhadap total belanja dan belanja
modal terhadap total belanja
Tabel 3.3 Kriteria penilaian belanja operasi terhadap total belanja, dan belanja
modal terhadap total belanja
Kriteria Penilaian proporsi Jika sesuai dengan
proporsi yang
ditentukan maka
dapat dikatakan
seimbang tetapi jika
lebih atau kurang
dari proporsi yang
ditentukan maka
dapat dikatakan tidak
seimbang.
Belanja Operasi
terhadap Total Belanja
60-90%
Belanja Modal terhadap
Total Belanja
5-20%
Sumber: Mahmudi( 2016:162)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
4) Analisis Efisiensi Belanja Daerah
Menurut Mahmudi (2016: 164) rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan
antara realisasi belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini
digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan
pemerintah antara realisasi belanja dengan total belanja.
Menurut Mahmudi (2016: 164) rumus untuk menghitung efisiensi belanja
dijelaskan sebagai berikut:
Rasio Efisiensi Belanja=Realisasi Belanja
Anggaran Belanja ×100%
Menurut Mahmudi (2016: 164) pemerintah daerah dinilai telah melakukan
efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih
maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran.
Kriteria penilaian efisiensi belanja dapat dilihat dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 Kriteria penilaian efisiensi belanja
Kriteria penilaian efisiensi belanja Keterangan
Kurang dari 100% Efisiensi
Lebih dari 100% Tidak efisiensi
Sumber: Mahmudi(2016:164)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan kinerja keuangan pada tahun
2011 sampai 2015 apakah menurun, stabil, atau meningkat, serta menganalisis
faktor penyebab penurunan, kestabilan, serta peningkatan kinerja dan memberikan
kesimpulan terhadap Kinerja Majelis Rakyat Papua (MRP) Kota Jayapura
berdasarkan analisis varians belanja, analisis pertumbuhan belanja, analisis
keserasian belanja, dan rasio efisiensi belanja.
F. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
yaitu data yang diperoleh dengan wawancara langsung pada Sekretaris Majelis
Rakyat Papua, data yang telah ada dari dokumen resmi MRP dan Laporan Realisasi
Anggaran MRP untuk tahun 2011-2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah
Kelahiran otonomi khusus yang telah memberikan kewenangan khusus bagi
rakyat dan pemerintah Provinsi Papua sebagaimana telah diatur dalam undang-
undang Nomor 21 tahun 2001 tentang otonomi khusus telah membuat suatu
lembaga khusus pada tahun 2007 yang diberi nama Majelis Rakyat Papua di
Kota Jayapura. Majelis Rakyat Papua merupakan representasi kultural orang asli
Papua, yang memiliki wewenang tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak
orang asli Papua dengan berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan
budaya, pemberdayaan perempuan dan pemantapan kerukunan hidup beragama.
B. Visi dan Misi Sekretariat Majelis Rakyat Papua (MRP)
Visi dari Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura adalah terwujudnya pelayanan
administrasi yang maksimal bagi pimpinan dan anggota Majelis Rakyat Papua.
Dalam melaksanakan tugas dan kewenangan Majelis Rakyat Papua, guna
perlindungan hak-hak orang asli papua dengan berlandaskan pada penghormatan
terhadap adat dan budaya, pemberdayaan perempuan dan pemantapan kerukunan
hidup beragama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Misi MRP Kota Jayapura sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan administrasi terhadap pimpinan dan anggota MRP.
2. Memberikan pelayanan akomodasi terhadap pimpinan dan anggota MRP serta
sekretariat MRP.
3. Mewujudkan perencanaan pembangunan yang mantap dan terkoordinasi dalam
penyelenggaraan administrasi sekretariat MRP.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana alat kelengkapan MRP.
5. Meningkatkan sarana dan prasarana sekretariat MRP.
6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM anggota MRP dan aparatur
sekretariat MRP.
7. Meningkatkan pelaksanaan rapat-rapat alat kelengkapan MRP sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Meningkatkan pelayanan pelaksanaan urusan RT serta perjalanan dinas
pimpinan, anggota MRP, sekretariat dan tamu.
9. Meningkatkan dan mengembangkan penyusunan perencanaan dan
penganggaran serta penatausahaan keuangan MRP dan sekretariat MRP.
10. Meningkatkan Sumber Daya Manusia anggota MRP dan aparatur sekretariat
MRP melalui pelatihan dan pendidikan formal, sosialisasi peraturan
perundang-undangan serta bimbingan teknis implementasi peraturan
perundang-undangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
C. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua
Otonomi khusus bagi Provinsi Papua pada dasarnya adalah pemberian
kewenangan yang lebih luas bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk mengatur dan
mengurus diri sendiri di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kewenangan yang lebih luas berarti pula tanggung jawab yang lebih besar bagi
Provinsi dan rakyat Papua untuk menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur
pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua untuk sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat Papua sebagai bagian dari rakyat Indonesia sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Kewenagan ini berarti pula kewenangan untuk
memberdayakan potensi sosial-budaya dan perekonomian masyarakat Papua,
termasuk memberikan peran yang memadai bagi orang-orang asli Papua melalui
para wakil adat, agama, dan kaum perempuan. Peran yang dilakukan adalah ikut
serta merumuskan kebijakan daerah, menentukan strategi pembangunan dengan
tetap menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan masyarakat Papua,
melestarikan budaya serta lingkungan alam Papua, yang tercermin melalui
perubahan nama Irian Jaya menjadi Papua, lambang daerah dalam bentuk bendera
daerah dan lagu daerah sebagai bentuk aktualisasi jati diri rakyat Papua dan
pengakuan terhadap eksistensi hak ulayat, adat, masyarakat adat, dan hukum adat.
Sebagai bentuk nyata dari upaya mewujudkan tujuan diatas, maka dalam Undang-
Undang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua diamanatkan Majelis Rakyat Papua
(MRP). MRP merupakan representasi kultural orang asli Papua, yang memiliki
wewenang tertentu dalam rangka perlindungan hak-hak orang asli Papua dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan
perempuan dan pemantapan kerukunan hidup bersama.
D. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Majelis Rakyat Papua (MRP)
Dalam kapasitasnya sebagai lembaga representasi kultural orang asli Papua, MRP
mempunyai hak dan kewajiban. Hak MRP tersebut mencakup :
1. Meminta keterangan kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota mengenai
hal-hal yang terkait dengan perlindungan hak-hak orang asli Papua.
2. Meminta peninjauan kembali Perdasi dan Keputusan Gubernur yang dinilai
bertentangan dengan perlindungan hak-hak orang asli Papua.
3. Mengajukan rencana Anggaran Belanja MRP kepada DPRP sebagai satu
kesatuan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Papua,
dan menetapkan Peraturan Tata Tertib MRP.
Kewajiban MRP tersebut mencakup :
1. Mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan mengabdi kepada rakyat Provinsi Papua
2. Mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta menaati
peraturan perundang-undangan.
3. Membina pelestarian penyelenggaraan kehidupan adat dan budaya asli Papua.
4. Membina kerukunan kehidupan beragama dan mendorong pemberdayaan
perempuan.
Agar MRP dapat melaksanakan hak dan kewajiban secara jelas, lancar dan
bertanggungjawab dalam hubungan kerja sama dengan Gubernur, DPRP,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Bupati/Walikota, DPRP Kabupaten/Kota serta masyarakat untuk melaksanakan
kebijakan otonomi khusus Papua, maka dibutuhkan Peraturan Daerah Khusus
yang mengatur secara jelas dan sistematis tentang pelaksanaan hak dan kewajiban
MRP.
E. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Majelis Rakyat Papua (MRP)
Dalam kapasitasnya sebagai lembaga representasi kultural orang asli Papua MRP,
mempunyai tugas dan wewenang tertentu yang mencakup pemberian:
1. Pertimbangan dan persetujuan terhadap bakal calon Gubernur dan Wakil
Gubernur yang diusulkan oleh DPRP.
2. Pertimbangan dan persetujuan terhadap Rancangan Perdasus yang diajukan
oleh DPRP bersama-sama dengan Gubernur.
3. Saran, pertimbangan dan persetujuan terhadap rencana perjanjian kerjasama
yang dibuat oleh Pemerintah maupun pemerintah provinsi dengan pihak ketiga
yang berlaku di Provinsi Papua khusus yang menyangkut perlindungan hak-hak
orang asli Papua, serta memfasilitasi tindak lanjut penyelesaiannya.
4. Pertimbangan kepada DPRP, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota serta
Bupati/Walikota mengenai hal-hal yang terkait dengan perlindungan hak-hak
orang asli Papua.
Supaya MRP dapat melaksanakan tugas dan wewenangnya secara jelas, lancar
dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintah bersama Gubernur
dan DPRP, untuk melaksanakan kebijakan otonomi khusus Papua, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dibutuhkan Peraturan Daerah Khusus yang mengatur secara jelas dan sistematis
tentang pelaksanaan tugas dan wewenang MRP.
F. Hubungan Antara MRP dengan Pemerintahan
Undang-Undang No. 21/ 2001, status Otonomi Khusus akan memberikan peran
besar kapada MRP, karena pada Bab V UU No.21/2001, disebutkan bahwa MRP
merupakan bagian dari pemerintahan daerah di Papua, yang atas dasar itu
pemerintahan di Papua didasarkan pada tiga lembaga yakni: legislatif (Dewan
Perwakilan Rakyat Papua), eksekutif (gubernur dan pemerintahan daerah) dan
MRP, yang menurut UU No.21/2001, posisi ketiga lembaga tersebut adalah setara
dan sederajat. MRP bersama dengan DPRP dan Gubernur merupakan 3 pilar
penyelenggaraan kepemerintahan di Papua. Namun, MRP dalam menjalankan
fungsinya harus memastikan agar hak-hak asli orang Papua terlindungi dan tidak
diabaikan dalam setiap keputusan yang diambil oleh DPRP sebagai kekuatan
legislatif dan Gubernur sebagai kekuatan eksekutif.
Sesuai dengan Undang-Undang Otonomi Khusus, posisi MRP setara dan
sedejarat dengan DPRP dan Gubernur. Oleh karena itu keberadaan MRP tidak bisa
dikesampingkan. Jika MRP dikesampingkan maka keputusan legislatif dan
eksekutif di Papua tidak akan berjalan sesuai dengan Undang-Undang Otonomi
Khusus. Terpencarnya kekuasaan di Papua, akan membuat politik lokal lebih
dinamis dari pada daerah lainnya karena politik tidak lagi dimonopoli oleh partai
politik, tetapi juga dikembangkan oleh komunitas Adat dan Agama serta
perempuan dalam MRP. Sejalan dengan itu, juga terjadi demokratisasi politik lokal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
di Papua karena Gubernur, DPRP mendapat imbangan dari MRP. Dalam kerangka
ini pemerintahan pusat tidak lagi menentukan secara otoriter, tetapi berkonsultasi
dengan kekuasaan di daerah Papua, yaitu MRP. Kehadiran MRP membuat Papua
menjadi otonom karena pemerintahan pusat dalam membuat kebijakan harus
melakuan konsultasi dengan MRP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
G. Struktur Organisasi Sekretariat Majelis Rakyata Papua (MRP)
Gambar I: Struktur Organisasi
Sumber: Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan di Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
adalah untuk mengevaluasi kinerja keuangan belanja daerah tahun 2011-2015.
Data yang diperlukan adalah laporan realisasi anggaran tahun 2011-2015.
Data diperoleh dari Majelis Rakyat Papua di Kota Jayapura. Data yang sudah
diperoleh kemudian diolah menggunakan analisis varians belanja, analisis
pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, dan rasio efisiensi dengan
aplikasi Microsoft Excel.
B. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis belanja daerah yang terbagi atas
analisis varians belanja, analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja,
dan rasio efisiensi belanja. Analisis belanja daerah sangat penting dilakukan untuk
mengevaluasi apakah pemerintah daerah telah menggunakan APBD secara
ekonomis, efisien, dan efektif.
1. Analisis Varians Belanja Daerah
Menurut Mahmudi (2016: 155) rumus untuk menghitung varians belanja
sebagai berikut:
Analisis Varians Belanja= Realisasi Belanja-Anggaran Belanja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Perhitungan varians belanja untuk kegiatan Majelis Rakyat Papua pada tahun 2011-
2015 adalah
Varians Belanja tahun 2011
= Rp52.054.635.889 - Rp58.747.705.000 = Rp(6.693.069.111)
Varians Belanja tahun 2012
= Rp47.162.798.591 - Rp53.107.013.000 = Rp(5.944.214.409)
Varians Belanja tahun 2013
= Rp48.564.491.849 - Rp53.115.602.000 = Rp(4.551.110.151)
Varians Belanja tahun 2014
= Rp14.381.116.751- Rp63.594.300.000 = Rp(49.213.183.249)
Varians Belanja tahun 2015
= Rp63.231.970.895 - Rp7.710.140.000 = Rp(4.478.169.105)
Keterangan:
Realisasi Belanja: Realisasi belanja yang diperoleh Majelis Rakyat Papua Kota
Jayapura untuk semua kegiatan pada tahun 2011 adalah sebesar
Rp52.054.635.889.
Anggaran Belanja: Anggaran belanja yang diperoleh Majelis Rakyat Papua
Kota Jayapura untuk semua kegiatan pada tahun 2011 adalah sebesar
Rp58.747.705.000.
Hasil perhitungan pada Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura pada tahun 2011
menunjukkan angka sebesar Rp6.693.069.111 sehingga kinerja keuangan
Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura tersebut dikatakan baik, dikarenakan
realisasi lebih kecil dibandingkan anggaran begitupun pada tahun 2012, 2013,
2014, dan 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Analisis varians belanja seluruh kegiatan Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 dapat dilihat di tabel 5.1
Tabel 5.1 Varians Belanja Tahun 2011-2015
Sumber: Data diolah
Berdasarkan analisis varians belanja yang telah dilakukan oleh penulis
mengenai Kinerja Keuangan Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura, maka dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 varians belanja
untuk menilai kinerja keuangan dapat dikatakan baik dikarenakan nilai realisasi
tahun 2011-2015 lebih kecil dari anggaran belanja (Mahmudi 2016: 155).
NO Tahun Realisasi
Belanja (Rp)
Anggaran
Belanja (Rp)
Varians Belanja
(Rp)
Persentase
Realisasi
APBD
Keterangan
1 2011 52.054.635.889 58.747.705.000 (6.693.069.111) 88,61% Baik
2 2012 47.162.798.591 53.107.013.000 (5.944.214.409) 88,81% Baik
3 2013 48.564.491.849 53.115.602.000 (4.551.110.151) 91,43% Baik
4 2014 14.381.116.751 63.594.300.000 (49.213.183.249) 22,61% Baik
5 2015 63.231.970.895 67.710.140.000 (4.478.169.105) 93,39% Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Grafik 5.1 Varians Belanja Tahun 2011 – 2015
Grafik 5.1 menunjukkan perubahan tingkat varians belanja yang terjadi pada
Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015.
Tingkat persentase varians belanja pada tahun 2011 adalah sebesar 88,61%, tahun
2012 adalah sebesar 88,81%, tahun 2013 adalah sebesar 91,39%, tahun 2014
adalah sebesar 22,61%, dan tahun 2015 adalah sebesar 93.39%.
2) Analisis Pertumbuhan Belanja
Menurut Mahmudi (2016: 158) rumus untuk menghitung pertumbuhan belanja
sebagai berikut:
Pertumbuhan Belanja Tahun t
=Realisasi Belanja Tahun t-Realisasi Belanja Tahun t-1
Realisasi Belanja Tahun t-1
88.61% 88.81% 91.43%
22.61%
93.39%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
2011 2012 2013 2014 2015
VARIANS BELANJA
varians belanja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Perhitungan pertumbuhan belanja untuk kegiatan Majelis Rakyat Papua pada tahun
2011-2015 sebagai beriktut:
Pertumbuhan Belanja tahun 2011
=52.054.635.889 - 37.108.721.966
37.108.721.966 = 40,28%
Pertumbuhan Belanja tahun 2012
=47.162.798.591 - 52. 054.635.889
52.054.635.889= (9,40%)
Pertumbuhan Belanja tahun 2013
=48.564.491.849 - 47.162.798.591
47.162.798.591= 2,97%
Pertumbuhan Belanja tahun 2014
=14.381.116.751 - 48.564.491.849
48.564.491.849= (70,39%)
Pertumbuhan Belanja tahun 2015
=63.231.970.895 - 14.381.116.751
14.381.116.751= 339,69%
Analisis pertumbuhan belanja seluruh kegiatan Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 dapat dilihat di tabel 5.2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 5.2 Pertumbuhan Belanja Tahun 2011-2015
No Tahun Realisasi
Belanja (Rp)
Pertumbuhan
Belanja (%)
Keterangan
1 2010 37.108.721.966 - -
2 2011 52.054.635.889 40,28% positif
3 2012 47.162.798.591 (9,40%) negatif
4 2013 48.564.491.849 2,97% positif
5 2014 14.381.116.751 (70,39%) negatif
6 2015 63.231.970.895 339,69% positif
Rata-Rata 45.079.002.795 60,63% Positif
Sumber : Data diolah
Berdasarkan analisis pertumbuhan belanja yang telah dilakukan oleh penulis
mengenai Kinerja Keuangan Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura, maka dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 pertumbuhan
belanja mengalami peningkatan dan penurunan yang signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Grafik 5.2 Ukuran Pertumbuhan Belanja tahun 2011-2015
Grafik 5.2 menunjukkan perubahan tingkat pertumbuhan belanja pada Majelis
Rakyat Papua Kota Jayapura dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan tahun 2015.
Tingkat persentase pertumbuhan belanja tahun 2011 adalah sebesar 40,28%, tahun
2012 adalah sebesar -9,40%, tahun 2013 adalah sebesar 2,97%, tahun 2014 adalah
sebesar -70,39%, dan tahun 2015 adalah sebesar 339,69%.
3. Analisis Keserasian Belanja
a) Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja
Rasio Belanja Operasi tehadap Total Belanja =Realisasi Belanja Operasi
Total Belanja Daerah
40.28%
-9.40%2.97%
-70.39%
339.69%
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
300.00%
350.00%
400.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PERTUMBUHAN BELANJA
PERTUMBUHAN BELANJA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Perhitungan Belanja Operasi terhadap Total Belanja untuk kegiatan Majelis Rakyat
Papua pada tahun 2011-2015 adalah
Rasio Belanja Operasi terhadap Total Belanja tahun 2011
=44.450.432.889
52.054.635.889 = 85,39%
Rasio Belanja Operasi terhadap Total Belanja tahun 2012
=45.973.713.591
47.162.798.591= 97,48%
Rasio Belanja Operasi terhadap Total Belanja tahun 2013
=47.774.185.849
48.564.491.849= 98,37%
Rasio Belanja Operasi terhadap Total Belanja tahun 2014
=14.381.116.751
14.381.116.751= 100,00%
Rasio Belanja Operasi terhadap Total Belanja tahun 2015
=63.024.930.895
63.231.970.895= 99,67%
Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja seluruh kegiatan Majelis Rakyat
Papua Kota Jayapura tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015 dapat dilihat di tabel 5.3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 5.3 Rasio Belanja Operasi 2011-2015
No Tahun Total Belanja
Operasi (Rp)
Total Belanja (Rp) RasioBelanja
Operasi
1 2011 44.450.432.889 52.054.635.889 85,39%
2 2012 45.973.713.591 47.162.798.591 97,48%
3 2013 47.774.185.849 48.564.491.849 98,37%
4 2014 14.381.116.751 14.381.116.751 100,00%
5 2015 63.024.930.895 63.231.970.895 99,67%
Rata-rata 96,18%
Sumber: Data diolah
Berdasarkan analisis Belanja Operasi yang telah dilakukan oleh penulis mengenai
Kinerja Keuangan Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura, maka dapat disimpulkan
bahwa pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 pertumbuhan belanja
mengalami peningkatan dan penurunan yang signifikan.
Grafik 5.3 Ukuran Belanja Operasi Tahun 2011-2015
85.39%
97.48%98.37%
100.00% 99.67%
75.00%
80.00%
85.00%
90.00%
95.00%
100.00%
105.00%
2011 2012 2013 2014 2015
BELANJA OPERASI
BELANJA OPERASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Grafik 5.3 menunjukkan perubahan tingkat belanja operasi pada Majelis Rakyat
Papua Kota Jayapura dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015. Tingkat
persentase belanja operasi pada tahun 2011 adalah sebesar 85,39%, tahun 2012
adalah sebesar 97,48%, tahun 2013 adalah sebesar 98,37%, tahun 2014 adalah
sebesar 100,00%, dan tahun 2015 adalah sebesar 99,67%.
b) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Rumus untuk menghitung belanja modal terhadap total belanja sebagai berikut:
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja
=Realisasi Belanja Modal
Total Belanja Daerah
Perhitungan Belanja Modal terhadap Total Belanja untuk kegiatan Majelis Rakyat
Papua pada tahun 2011-2015 adalah
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja 2011
=7.604.203.000
52.054.635.889= 0,146081187 = 14,61%
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja tahun 2012
=1.189.085.000
47.162.798.591= 0,024212 = 2,52%
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja tahun 2013
=790.306.000
48.564.491.849= 0,01627333 = 1,63%
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja tahun 2014
=0
14.381.116.751= 0 = 0,00%
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja tahun 2015
=207.040.000
63.231.970.895= 0,003274293 = 0,33%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 5.4 Rasio Belanja Modal tahun 2011-2015
No Tahun Total Belanja Modal
(Rp)
Total Belanja
(Rp)
Rasio
Belanja
Modal
1 2011 7.604.203.000 52.054.635.889 14,61%
2 2012 1.189.085.000 47.162798.591 2,52%
3 2013 790.306.000 48.564.491.849 1,63%
4 2014 0 14.381.116.751 0,00%
5 2015 207.040.000 63.231.970.895 0,33%
Rata-rata 3,82%
Sumber: Data diolah
Berdasarkan belanja modal yang telah dilakukan oleh penulis mengenai Kinerja
Keuangan Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura, maka dapat disimpulkan bahwa
pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 belanja modal mengalami penurunan
yang signifikan, akan tetapi pada tahun 2015 rasio keserasian belanja modal
mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 tidak terdapat belanja modal karena
pengeluaran belanja modal memberikan jangka menegah dan jangka panjang
sehingga belanja modal tidak secara rutin dilakukan setiap tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Grafik 5.4 Ukuran Belanja Modal Tahun 2011-2015
Grafik 5.4 menunjukkan perubahan tingkat belanja modal pada Majelis Rakyat
Papua Kota Jayapura dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015. Tingkat
persentase belanja modal pada tahun 2011 adalah sebesar 14,61%, tahun 2012
adalah sebesar 2,52%, tahun 2013 adalah sebesar 1,63%, tahun 2014 adalah
sebesar 0,00%, dan tahun 2015 adalah sebesar 0,33%. Berdasarkan tabel 5.3 dan
tabel 5.4 dapat dilihat bahwa selama tahun 2011-2015 sebagian besar dana yang
dialokasikan dari total belanja lebih besar untuk belanja operasi dibandingkan
dengan belanja modal sehingga rasio belanja operasi relatif lebih kecil. Selama
tahun 2011-2015 rata-rata belanja operasi sebesar 96,18% sedangkan untuk
belanja modal sebesar 3,82%. Hal ini menunjukkan bahwa total belanja dari
APBD lebih besar dialokasikan untuk belanja operasi yang manfaatnya habis
dikonsumsi dalam satu tahun anggaran sehingga belanja operasi ini sifatnya
14.61%
2.52%1.63%
0.00% 0.33%
-2.00%
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
2011 2012 2013 2014 2015
BELANJA MODAL
BELANJA MODAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
jangka pendek. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Majelis
Rakyat Papua merupakan salah satu pemerintah daerah yang memiliki
pendapatan tinggi.
4) Rasio Efisiensi Belanja
Rumus untuk menghitung rasio efisiensi belanja sebagai berikut:
Rasio Efisiensi Belanja=Realisasi Belanja
Anggaran Belanja ×100%
Perhitungan Efisiensi Belanja untuk kegiatan Majelis Rakyat Papua pada tahun 2011-
2015 adalah
Rasio Efisiensi Belanja tahun 2011
=52.054.635.889
58.747.705.000 × 100% = 88,61%
Rasio Efisiensi Belanja tahun 2012
=47.162.798.591
53.107.013.000 × 100% = 88,81%
Rasio Efisensi Belanja tahun 2013
=48.564.491.849
53.115.602.000 ×100% = 91,43%
Rasio Efisiensi Belanja tahun 2014
=14.381.116.751
63.594.300.000 ×100% = 22,61%
Rasio Efisiensi Belanja tahun 2015
=63.231.970.895
67.710.140.000 ×100% = 93,39%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Hasil perhitungan pada belanja Majelis Rakyat Papua pada tahun 2011
menunjukkan angka sebesar 88,61% sehingga dapat dikatakan efisien.
Analisis mengenai pengukuran Efisiensi Belanja Majelis Rakyat Papua Kota
Jayapura tahun 2011 sampai dengan 2015 dapat dilihat di tabel 5.5
Tabel 5.5 Efisiensi Belanja Tahun 2011-2015
No Tahun Realisasi
Belanja (Rp)
Anggaran
Belanja (Rp)
Persentase
Efisiensi
Belanja
Keterangan
1 2011 52.054.635.889 58.747.705.000 88,61% Efisien
2 2012 47.162.798.591 53.107.013.000 88,81% Efisien
3 2013 48.564.491.849 53.115.602.000 91,43% Efisien
4 2014 14.381.116.751 63.594.300.000 22,61% Efisien
5 2015 63.231.970.895 67.710.140.000 93,39% Efisien
Sumber: Data diolah
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa Efisiensi Belanja Majelis Rakyat
Papua Kota Jayapura telah efisien. Persentase tahun 2011-2015 ini masih di
bawah 100%, sehingga dapat dikatakan Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura telah
mampu melakukan efisiensi belanja pada tahun 2011 sampai dengan 2015
(Mahmudi 2016: 164).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Grafik 5.5 Ukuran Efisiensi Belanja Tahun 2011-2015
Grafik 5.5 menunjukkan perubahan tingkat efisiensi belanja pada Majelis Rakyat
Papua Kota Jayapura dari tahun 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015. Tingkat persentase
efisiensi belanja pada tahun 2011 adalah sebesar 88,61%, tahun 2012 adalah sebesar
88,81%, tahun 2013 adalah sebesar 91,43%, tahun 2014 adalah sebesar 22,61%, dan
tahun 2015 adalah sebesar 93,61%. Rasio efisiensi belanja paling rendah adalah pada
tahun 2014 hal ini disebabkan karena tidak adanya belanja modal sehingga jumlah
realisasi belanja pada tahun 2014 cukup rendah.
B. Pembahasan
Hasil penelitian Analisis Kinerja Keuangan Belanja Daerah Majelis Rakyat Papua
Kota Jayapura selama periode 2011-2015 yang meliputi:
1) Analisis Varians Belanja
88.61% 88.81% 91.43%
22.61%
93.61%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
2011 2012 2013 2014 2015
EFISIENSI BELANJA
EFISIENSI BELANJA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Analisis Varians Belanja Daerah menunjukkan bahwa secara umum
Kinerja Keuangan Belanja Majelis Rakyat Papua dapat dikatakan baik. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan Grafik 5.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2011
sampai tahun 2015 realisasi belanja selalu lebih kecil daripada anggaran belanja
dan realisasi anggaran belanja dari tahun 2011-2015 yang mencapai rata-rata
76,08%. Realisasi tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu 93,39%, sedangkan
realisasi terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu 22,61%. Realisasi belanja paling
rendah terjadi pada tahun 2014 disebabkan karena tidak adanya belanja modal
pada tahun bersangkutan. Hasil ini mendukung pendapat yang dikemukankan oleh
Mahmudi (2016:155) yaitu pemerintah daerah akan dinilai baik kinerja belanjanya
apabila realisasi belanja tidak melebihi dari jumlah yang dianggarkan.
2) Analisis Pertumbuhan Belanja
Berdasarkan Tabel 5.2 dan Grafik 5.2 dapat dilihat bahwa pertumbuhan
belanja dari tahun 2011-2015 mengalami peningkatan dan penurunan yang sangat
signifikan. Pada tahun 2011 pertumbuhan belanja adalah sebesar 40,28%, pada
tahun 2012 persentase ini turun cukup signifikan menjadi -9,40% dengan selisih
sebesar 49,68% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 persentase
sebesar -9,40% hal ini disebabkan karena realisasi belanja tahun 2012 dikurangi
dengan realisasi belanja tahun 2011 lalu dibagi dengan realisasi tahun 2011
mendapatkan hasil minus. Pada tahun 2013 pertumbuhan belanja naik menjadi
2,97% atau mengalamai peningkatan sebesar 12,37% dibanding tahun 2012. Pada
tahun 2014 terjadi lagi penurunan pertumbuhan yang signifikan lagi seperti pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
tahun 2012 yaitu -70,39% atau terjadi penurunan sebesar 73,36% dibanding tahun
2013 atau penurunan sebesar 110,67 % jika dibanding dengan tahun 2011. Tahun
2015 pertumbuhan belanja mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan
339,69% atau naik sebesar 410,08% dibanding tahun sebelumnya. Penaikan dan
penurunan yang signifikan ini sangat dipengaruhi oleh anggaran dan realisasi
belanja pada tahun 2013 dimana dengan anggaran Rp63.594.300.000 realisasi
belanja hanya sebesar Rp14.381.116.751.
Hal ini mendukung pendapat Mahmudi (2016: 160) pertumbuhan anggaran
belanja tentu bisa negatif atau lebih kecil dari tahun sebelumnya jika memang
belanja tersebut tidak prioritas untuk tahun sekarang. Secara umum Analisis
Pertumbuhan belanja Daerah menunjukkan bahwa Kinerja Keuangan Belanja
Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura mengalami pertumbuhan positif. Hal ini
ditunjukkan dengan rata-rata tahun 2011-2015 mengalami pertumbuhan yang
positif yaitu 60,63%. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar
-70,39% dan pada tahun 2012 yaitu sebesar -9,40% hal ini disebabkan oleh realisasi
belanja pada tahun tersebut cukup rendah dan pada tahun 2014 tidak terdapat
belanja modal sehingga realisasi belanja sangat rendah yaitu sebesar
Rp14.381.116.751 sedangkan yang dianggarkan adalah sebesar Rp63.594.300.000.
3) Analisis Keserasian Belanja Daerah
a) Belanja Operasi terhadap Total Belanja
Pada tahun 2011 belanja operasi sebesar Rp44.450.432.889 atau sebesar
85,39% dari total realisasi belanja. Pada tahun 2012 terjadi kenaikan sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
12,09% dengan angka realisasi belanja operasi sebesar Rp45.973.713.591 atau
97,48% dari total realisasi belanja, pada tahun 2013 terjadi lagi kenaikan tapi
tidak begitu signifikan yaitu sebesar 0,89% dibanding tahun sebelumnya atau
total Rp47.774.185.849 dari total realisasi belanja sebesar Rp48.564.491.849.
Tahun 2014 persentase realisasi belanja operasi mencapai angka 100% atau
mengalami kenaikan sebesar 1,63% dimana semua realisasi belanja pada tahun
tersebut yang sebesar Rp14.381.116.751 habis dipakai untuk belanja operasi
seperti belanja pegawai, dan belanja barang dan jasa, selain itu belanja modal
pada tahun 2014 adalah sebesar 0. Pada tahun 2014 belanja modal sebesar 0
disebabkan tidak adanya belanja modal pada tahun bersangkutan karena belanja
modal memberikan jangka menengah dan jangka panjang sehingga tidak rutin
untuk belanja modal setiap tahunnya. Pada tahun berikutnya terjadi penurunan
persentase sebesar 0,33% tapi dengan jumlah realisasi anggaran yang lebih
besar yaitu jumlah belanja operasi sebesar Rp63.024.930.895 dari total realisasi
belanja senilai Rp63.231.970.895. Dari hasil tersebut belanja operasi Majelis
Rakyat Papua (MRP) dinilai tidak seimbang karena memprioritaskan sebagian
besar dana untuk belanja operasi. Selama tahun 2011-2015 rata-rata belanja
operasi sebesar 96,18%. Hasil ini mendukung pendapat Mahmudi (2016: 162)
pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan tinggi cenderung memiliki porsi
belanja operasi lebih tinggi dibandingkan pemerintah daerah yang tingkat
pendapatannya rendah. Proporsi belanja operasi mendominasi total belanja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
daerah, yaitu antara 60-90 persen sedangkan MRP melebihi proporsi belanja
operasi yaitu sebesar 96,18% maka dapat dikatakan tidak seimbang.
b) Belanja Modal terhadap Total Belanja
Berdasarkan Tabel 5.4 dan Grafik 5.4 dapat dilihat bahwa rasio belanja
modal terhadap total belanja pada tahun 2011-2014 mengalami penurunan yang
signifikan, akan tetapi pada tahun 2015 rasio keserasian belanja modal
mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 rasio belanja modal sebesar 14,61%,
pada tahun 2012 rasio belanja modal yang dicapai adalah 2,52% mengalami
penurunan sebesar 12,09 %, pada tahun 2013 rasio belanja modal yang dicapai
adalah sebesar 1,63 %, juga mengalami penurunan sebesar 0,89% dari tahun
2012, pada tahun 2014 belanja modal sebesar 0 disebabkan oleh tidak adanya
belanja modal pada tahun bersangkutan karena belanja modal memberikan
jangka menengah dan jangka panjang sehingga tidak rutin untuk belanja modal
setiap tahunnya. Akan tetapi pada tahun 2015 rasio belanja modal mengalami
peningkatan dari tahun 2014 dan mengalami penurunan dari tahun 2011-2013.
Penurunan ini terjadi karena berkurangnya dana alokasi untuk belanja modal
dari tahun ke tahun, yaitu tahun 2011 sebesar Rp7.604.203.000 tahun 2012
sebesar Rp1.189.085.000 tahun 2013 sebesar Rp790.306.000 tahun 2014
sebesar 0, dan tahun 2015 sebesar Rp207.040.000. Selama tahun 2011-2015
rata-rata belanja modal sebesar 3,82%.
Analisis Keserasian Belanja Daerah pada umumnya proporsi belanja
modal terhadap total belanja daerah adalah antara 5-20% (Mahmudi, 2016:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
163). Rata-rata belanja modal sebesar 3,82% hal ini dapat dinilai tidak
seimbang karena MRP hanya memprioritaskan belanja operasi dibandingkan
belanja modal dan pada tahun 2014 tidak terdapat belanja modal sehingga
persentase yang dihasilkan lebih kecil yaitu sebesar 3,82 sedangkan proporsi
belanja modal sebesar 5-20%.
Berdasarkan kinerja belanja Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura dapat
dinilai tidak seimbang dalam keserasian belanja ini menunjukan bahwa
pemerintah lebih memprioritaskan porsi belanjanya untuk belanja operasi dari
pada belanja modal.
4) Analisis Efisiensi Belanja
Persentase efisiensi belanja menunjukkan bahwa Majelis Rakyat Papua
Kota Jayapura telah melakukan efisiensi belanja untuk tahun 2011-2015. Hal
ini ditunjukkan dengan realisasi belanja Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
tidak melebihi anggaran belanja. Hasil ini mendukung pendapat Mahmudi
(2016: 164) jika rasio efisiensinya kurang dari 100% maka dinilai telah
melakukan efisiensi anggaran. Angka dari Rasio Efisiensi Belanja tidak bersifat
absolut tetapi relatif atau tidak ada standar baku yang dianggap baik untuk rasio
ini. MRP dapat dikatakan melakukan efisiensi anggaran karena rasio efisiensi
dari tahun 2011 – 2015 selalu dibawah 100%. Persentase efisiensi belanja
paling rendah terjadi pada tahun 2014 belanja modal sebesar 0 disebabkan tidak
adanya belanja modal pada tahun bersangkutan karena belanja modal
memberikan jangka menengah dan jangka panjang sehingga tidak rutin untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
belanja modal setiap tahunnya sehingga dana untuk belanja operasi akan
dianggarkan lagi pada tahun berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan Majelis Rakyat Papua (MRP):
1. Analisis Varians Belanja Daerah
Kinerja Keuangan Belanja Majelis Rakyat Papua (MRP) Kota Jayapura dilihat
dari Varians Belanja MRP selama tahun 2011-2015 secara umum dapat
dikatakan baik. Artinya realisasi belanja Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
tidak melebihi anggaran yang diberikan.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja Daerah
Kinerja Keuangan Belanja Majelis Rakyat Papua (MRP) Kota Jayapura dilihat
dari pertumbuhan belanja MRP selama tahun 2011-2015 secara umum
menunjukkan pertumbuhan yang positif. Artinya MRP Kota Jayapura
mengalami kenaikan dengan rata-rata sebesar 60,63%.
3. Analisis Keserasian Belanja Daerah
Kinerja Keuangan Belanja Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura dilihat dari
Keserasian belanja daerah secara umum terlihat bahwa sebagian besar dana
belanja dialokasikan untuk belanja operasi dan hanya beberapa persen
dialokasikan untuk belanja modal. Selama tahun 2011-2015 rata-rata Belanja
Operasi sebear 96,18% sedangkan Belanja Modal sebesar 3,82%. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
kinerja belanja Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura dapat dinilai tidak
seimbang dalam keserasian belanja ini menunjukan bahwa pemerintah lebih
memprioritaskan porsi belanjanya untuk belanja operasi dari pada belanja
modal.
4. Efisiensi Belanja Daerah
Kinerja Keuangan Belanja Majelis Rakyat Papua (MRP) dapat dilihat dari
efisiensi Belanja Daerah bahwa realisasi anggaran belanja MRP Kota Jayapura
tidak terdapat angka yang melebihi anggaran belanja. Artinya MRP Kota
Jayapura telah melalukan efisiensi belanja hal ini disebabkan dari tahun 2011-
2015 tidak terdapat persentase yang melebihi 100%.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini adalah kurang lengkapnya data yang terdapat dalam
Laporan Realisasi Anggaran khususnya belanja operasi.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai serta melihat keterbatasan dari
penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Majelis Rakyat Papua
Kinerja Majelis Rakyat Papua pada tahun 2011-2015 dapat dikatakan telah
melaksanakan kegiatannya dengan baik dalam arti realisasi lebih kecil dari
anggaran yang diberikan, maka diharapkan dapat dipertahankan atau
ditingkatkan pada periode berikutnya sehingga kinerja keuangan belanja dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dikatakan baik, dan seimbangkan belanja operasi dengan belanja modal jangan
hanya memprioritaskan pada belanja operasi.
2. Bagi Penelitian Selanjutnya
Sebaiknya peneliti mampu menganalisis lebih baik mengenai kinerja belanja,
atau dapat menganalisis satu tahun anggaran saja untuk diteliti dengan tujuan
hasil lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,
Jakarta.
Djayasinga, Marselina. 2007. Riset Anggaran untuk Rakyat Studi Kasus: APBD Kota
Bandar Lampung. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume XII No.1.
Halim, A. 2012. Akuntansi Keuangan Daerah dan Sektor Publik. Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan.Cetakan Pertama. PT. Bumi
Aksara,Jakarta.
Mahsun, Moh . 2009. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE, Yogyakarta.
Mahsun, Moh., Firma Sulistiyowati dan Heribertus Andre Purwanugraha. 2013.
Akuntansi Sektor Publik. Edisi Ketiga.BPFE, Yogyakarta.
Mahmudi. 2016. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Edisis
Ketiga,Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit ANDI, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang
Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2016.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Alfabeta, Bandung.
________. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Lampiran 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lampiran 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Lampiran 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Lampiran 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Lampiran 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
A. Pertanyaan Wawancara
1. Gambaran Umum
a. Sejarah Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
b. Visi dan Misi Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
c. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua
d. Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
e. Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
f. Hubungan antara Majelis Rakyat Papua dengan Pemerintahan
g. Bagan Struktur Organisasi Majelis Rakyat Papua Kota Jayapura
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI