perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
TAHUN ANGGARAN 2007-2009
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Akuntansi
Oleh :
FITRIYANA F3308057
PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Ø Hidup adalah proses belajar dan berjuang tanpa batas.
Ø Jika lebih baik itu memungkinkan, maka baik saja tidak cukup.
Ø Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir, tetapi
dari proses perjuangannya.
(Andre Wongso)
Ø Harga sebuah kebesaran adalah tanggung jawab. (Albert Einstein)
Ø Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al-Insyiroh: 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Allhamdulillaahirobbil’aalamiin
Kupersembahkan Karya Sederhana ini untuk:
· Ayah dan Ibuku tercinta yang telah
memberikan segalanya.
· Kakak-kakakku yang telah memberikan
bantuan dan dukungan.
· Arief Lukman Wijaya yang selalu
memberikan semangat dan motivasi.
· Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan judul ANALISIS KINERJA KEUANGAN
PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2007-2009.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program
Diploma III Akuntansi Keuangan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang ada pada diri penulis. Untuk itu segala kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis berharap
semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
membutuhkan.
Terlepas dari kekurangan yang ada, penyusunan Tugas Akhir ini tidak akan
terlaksana dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dukungan dan bantuan yang
bersifat materi maupun non materi dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang turut memberikan dorongan dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir
ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
3. Bapak Drs. Santoso Tri H, M. Si., Ak selaku Ketua Program Diploma III
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Agus budiatmanto, M. Si., Ak selaku Ketua Program Diploma III
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Bapak M. Syafiqurrahman, SE., MM., Ak selaku pembimbing magang dan
pembimbing Tugas Akhir di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
6. Bapak maupun Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu praktik dan teori
selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
7. Seluruh tenaga administrasi (kepala bagian tata usaha, bagian pendidikan,
bagian kemahasiswaan, bagian keuangan dan kepegawaian serta bagian
umum dan perlengkapan) Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
8. Bapak Kinkin Sultanul Hakim, SH., MM selaku Kepala Bagian Penagihan
yang telah membimbing serta memberikan ilmu di Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta.
9. Bapak Taufik Suryadharmawan, SE., MM selaku Seksi Penagihan dan
Keberatan serta Ibu Dra. Endang Murdiastuti selaku Seksi Pengelolaan
Penerimaan Sumber Pendapatan Lain-lain yang telah memberikan pengarahan
dan pengawasan selama magang kerja yang berlangsung di Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset kota Surakarta.
10. Ayah dan Ibuku tercinta yang telah memberikan kasih sayang serta doa yang
selalu mengiringi langkahku hingga ke jenjang yang lebih tinggi.
11. Keluarga besarku yang selalu memberikan semangat untuk penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
12. My lovely Arief Lukman Wijaya yang selalu memberikan motivasi, bantuan
serta dukungan untuk penulis.
13. Sahabat-sahabatku Eva, Intan, Nita, Indah, Nena, Farah, Galuh, Bena, Sinta,
Sarah yang telah menjadi sahabat yang baik untuk penulis.
14. Seluruh staf di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset kota
Surakarta.
15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan Tugas Akhir ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan dan menyusun tugas akhir ini, akan tetapi karya ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi akademi, perusahaan serta
para pembaca yang budiman.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
ABSTRACT ........................................................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
2. Kota Surakarta ...................................................................... 1
3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan
4. Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta .................. 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
5. Struktur Organisasi ............................................................... 7
6. Deskripsi Jabatan .................................................................. 9
7. Tata Kerja Dimas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset .......................................................................................
8. Kota Surakarta ...................................................................... 12
9. Visi dan Misi ......................................................................... 13
B. Latar Belakang ............................................................................. 14
C. Rumusan Masalah ........................................................................ 17
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 17
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 18
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Kinerja
a. Pengertian Kinerja ......................................................... 19
b. Manfaat Pengukuran Kinerja ......................................... 20
c. Tujuan Pengukuran Kinerja ........................................... 21
2. Laporan Kinerja Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan ....................................... 23
b. Tujuan Laporan Keuangan ............................................. 24
c. Manfaat Laporan Keuangan ........................................... 26
3. Analisis Laporan Keuangan
a. Pengertian Analisis Laporan Keuangan ......................... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
B. Analisis Data dan Pembahasan
1. Pendapatan Daerah ........................................................... 32
2. Belanja Daerah ................................................................. 36
3. Pembiayaan ...................................................................... 37
4. Analisis Rasio ....................................................................
a. Rasio Likuiditas ........................................................ 39
b. Rasio Kemandirian .................................................... 42
c. Rasio Solvabilitas ...................................................... 44
d. Rasio Leverage .......................................................... 45
5. Pencapaian Kinerja Pemerintah Kota Surakarta
Berdasarkan Amanat dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah ................................................ ̀ 46
BAB III TEMUAN
A. Kelebihan ................................................................................... 50
B. Kelemahan ................................................................................. 51
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 52
B. Saran ............................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
II. 1 Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta ............................... 33
II. 2 Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta .............................. 34
II. 3 Belanja Daerah Pemerintah Kota Surakarta ............................................ . 36
II. 4 Analisis Hubungan Laporan Kinerja Kota Surakarta ........................ ..... 38
II. 5 Rasio Likuiditas ....................................................................................... 40
II. 6 Rasio Kemandirian .................................................................................. 43
II. 7 Rasio Solvabilitas .................................................................................... 44
II. 8 Rasio Leverage ........................................................................................ 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar I. 1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Surakarta ....................................................................... 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pernyataan Penulisan Tugas Akhir
2. Surat Keterangan Magang dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kota Surakarta
3. Laporan Keuangan Neraca Pemerintah Kota Surakarta Tahun 2007-2009
4. Laporan Keuangan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah Pemerintah
Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
5. Ringkasan Perubahan Realisasi Anggaran dan Belanja Daerah Pemerintah
Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2007-2009
FITRIYANA F3308057
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat perkembangan kinerja Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009. Disamping itu, untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Surakarta untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam memberikan pelayanan publik. Serta menunjukkan akuntabilitas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku pengelola keuangan daerah. Langkah penelitian ini dilakukan dengan membandingkan antara teori dengan analisis kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009 yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan laporan keuangan yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta khususnya laporan kinerja yang disusun oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. Hasil dari penelitian ini adalah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta telah melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Surakarta, seperti: terealisasinya target Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun sebelumnya, belanja daerah tidak melebihi 100% dari anggaran yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun yang bersangkutan, pembiayaan sudah sesuai dengan kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota Surakarta, meskipun ada kebijakan yang belum terealisasi dengan baik. Sehingga Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta harus mampu memperbaiki kinerjanya di masa yang akan datang guna mewujudkan transparansi dan akuntabilitas selaku pengelola keuangan Kota Surakarta. Kata kunci: kinerja, kebijakan, analisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA
TAHUN ANGGARAN 2007-2009
FITRIYANA F3308057
The purpose of this research is to know development level the government performance of city of Surakarta fiscal year 2007-2009. In addition, to find out the policies made by the government of city of Surakarta to optimize it’s performance in delivering public services and demonstrate financial accountability Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta as financial management country. Step of this research is conducted by comparing the theory and analysis of the financial performance the government of city of Surakarta fiscal year 2007-2009 conducted by the researcher. Based on financial statement that publicly-owned of city of Surakarta particular performance reports prepared by Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. The result of this study is Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta have implemented policies that made the government of city of Surakarta, such as: the realization of the target revenue of 10% from the previous year’s budget, expenditures do not exceed 100% of the budget has been set in revenues and expenditures that year, the financing is in realized properly. So Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta should be able to improve it’s performance in the future in order to bring transparency and accountability as the financial manager of city of Surakarta.
Keywords: performance, policies, analysis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
1. Sejarah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
tidak dapat dipisahkan dengan sejarah Kota Surakarta sebagai wilayah
pemerintahan otonom. Sesudah Indonesia Merdeka pada 17 Agustus
1945, di daerah Surakarta sampai tahun 1946 sedang diliputi suasana
yang hangat akibat adanya pertentangan pendapat antara pro dan kontra
daerah istimewa. Kemudian dengan penetapan pemerintah tanggal 15
Juli 1946 Nomor 16/ S-D Daerah Kerasidenan dan dibentuk Daerah
Baru dengan nama Kota Surakarta.
Peraturan itu kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi
Haminte Kota Surakarta. Haminte Kota Surakarta waktu itu terdiri atas
5 wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah
Kabupaten Karanganyar belum diserahkan. Pelaksanaan penyerahan 9
kelurahan dari Kabupaten Karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal
9 September 1950. Pelaksana teknis Pemerintah Surakarta terdiri atas
jawatan-jawatan. Jawatan yang dimaksud adalah Jawatan Sekretariat
Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial, Kesehatan Perusahaan,
Pamong Praja dan Jawatan Perekonomian. Jawatan Keuangan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
merupakan lembaga yang mengurusi penerimaan pendapatan daerah
yang antara lain adalah Pajak Daerah.
Berdasarkan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur
Pemerintahan, maka Jawatan Sekretariat Umum diganti menjadi Dinas
Pemerintahan Umum. Dinas Pemerintahan Umum ini terdiri atas
Urusan-urusan, dan setiap urusan ada bagian Urusan-urusan pada Dinas
Pemerintahan Umum pada saat itu terdiri atas:
a. Urusan Sekretariat Umum
b. Urusan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
c. Urusan Kepegawaian
d. Urusan Pusat Perbendaharaan (dahulu masuk Jawatan Keuangan)
e. Urusan Pusat Perbukuan (dahulu masuk Jawatan Keuangan)
f. Urusan Pusat Pembelian dan Perbekalan
g. Urusan Pajak (dahulu masuk Jawatan Keuangan)
h. Urusan Perumahan
i. Urusan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil (dahulu masuk
Jawatan Pamong Praja)
j. Bagian Penyelesaian Golongan Kecil (dahulu masuk Jawatan
Pamong Praja)
k. Urusan Perundang-undangan
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta tanggal
23 Pebruari Tahun 1970 Nomor 259/ X. 10/ kp.70 tentang Struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Organisasi Pemerintahan Kotamadya Surakarta. Urusan-urusan dari
dinas-dinas di Kota Surakarta termasuk Dinas Pemerintahan Umum,
diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum, diganti menjadi Bagian,
dan Bagian membawahi Urusan-urusan, sehingga dalam Dinas
Pemerintahan Umum Urusan Pajak diganti Bagian Pajak. Pada Tahun
1972 Bagian Pajak itu dihapus berdasarkan Surat Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 163/ Kep. / Kdh. IV/ Kp. 72 tentang Penghapusan
Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum tanggal 30 Juni 1972
karena bertalian dengan pembentukan Dinas Baru. Dinas Baru adalah
Dinas Pendapatan Daerah yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan
Walikota Surakarta tanggal 30 Juni 1972, Nomor 162/ Kdh. IV/ Kp. 72.
Dinas Pendapatan Daerah kemudian sering disingkat Dipenda
sesuai singkatan yang digunakan oleh Dinas Pendapatan Daerah
Propinsi Jawa Tengah. Menurut Surat Keputusan Walikota Kepala
Daerah Kotamadya Surakarta Nomor 162/ Kdh. IV/ Kp. 72 tersebut,
Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota
Daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah, menetapkan Kotamadya Surakarta diganti menjadi Kota
Surakarta yang dipimpin oleh seorang Walikota. Dengan berlakunya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, maka lahirlah Peraturan
Daerah Nomor 6 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, dan Keputusan Walikota
Surakarta Nomor 24 Tahun 2001 tentang Pedoman Uraian Tugas Dinas
Pendapatan Daerah Kota Surakarta.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta
(lembaran Daerah Kota Surakarta Tahun 2008 Nomor 6), Dinas
Pendapatan Daerah berubah nama menjadi Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset.
2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang Pendapatan
Daerah, yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta. Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
mempunyai tugas pokok seperti tercantum dalam Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 1990 pasal 3, yaitu melaksanakan sebagian urusan
rumah tangga daerah dalam bidang Pendapatan Daerah dan tugas-tugas
lainnya yang diserahkan oleh Walikota Surakarta kepadanya.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
mempunyai fungsi sebagaimana terdapat dalam Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 1990 pasal 4, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
a. Melakukan perumusan kebijakan teknis, pemberian bimbingan dan
pembinaan, koordinasi teknis dan tugas-tugas lain yang diserahkan
oleh Walikota Surakarta kepadanya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Melakukan urusan tata usaha.
c. Melakukan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak Daerah dan
Wajib Retribusi Daerah.
d. Membantu melakukan pekerjaan pendataan obyek dan subyek
Pajak Bumi dan Bangunan yang dilaksanakan oleh Direktorat
Jendral Pajak/ Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan dalam hal
menyampaikan dan menerima kembali Surat Pemberitahuan Obyek
Pajak Wajib Pajak.
e. Melakukan penetapan besarnya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
f. Membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang,
Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak dan sarana administrasi
Pajak Bumi dan Bangunan lainnya, yang diterbitkan oleh Direktorat
Jendral Pajak kepada Wajib Pajak kepada petugas pemungut Pajak
Bumi dan Bangunan yang ada dibawah pengawasannya.
g. Melakukan pembukuan dan pelaporan atas pemungutan dan
penyetoran Pajak Daerah serta Pendapatan Daerah lainnya.
h. Melakukan koordinasi dan pengawasan atas pekerjaan penagihan
Pajak Retribusi Daerah dan Penerimaan Asli Daerah lainnya, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilimpahkan oleh
Menteri Keuangan kepada daerah.
i. Melakukan tugas perencanaan dan pengendalian operasional di
bidang pendataan, penetapan dan penagihan Pajak Daerah,
Retribusi Daerah, Penerimaan Asli Daerah dan Pajak Bumi dan
Bangunan.
j. Melakukan penyuluhan mengenai Pajak Daerah, Retribusi Daerah
dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah
dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan suatu kegiatan dapat
berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat
diperlukan sesuai dengan bagian masing-masing. Adapun struktur
organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta dapat dilihat pada gambar berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Adapun tujuan disusunnya struktur organisasi tersebut adalah untuk:
a. Mempermudah pelaksanaan tugas dan pekerjaan.
b. Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan.
c. Mengkoordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
d. Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan,
sehingga mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Adapun susunan organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kota Surakarta adalah sebagai berikut:
a. Kepala Dinas
b. Bagian Tata Usaha, terdiri atas:
1) Sub Bagian Umum
2) Sub Bagian Kepegawaian
3) Sub Bagian Keuangan
c. Sub Dinas Bina Program, terdiri atas:
1) Seksi Perencanaan
2) Seksi Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan
d. Sub Dinas Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, terdiri atas:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
e. Sub Dinas Penetapan, terdiri atas:
1) Seksi Perhitungan
2) Seksi Penertiban Surat Ketetapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Seksi Angsuran
f. Sub Dinas Pembukuan, terdiri atas:
1) Seksi Pembukuan Penerimaan
2) Seksi Pembukuan Persediaan
g. Sub Dinas Penagihan, terdiri atas:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
h. Cabang Dinas, terdiri atas:
1) Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I meliputi
Kecamatan Banjarsari
2) Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II meliputi
Kecamatan Jebres dan Pasar Kliwon
3) Cabang Dinas Pendapatan Daerah Tingkat III meliputi
Kecamatan Laweyan dan Serengan
i. Kelompok Jabatan Fungsional/ Unit Pelaksana Teknis Dinas
4. Deskripsi Jabatan
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan
di bidang pendapatan daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas memberikan pelayanan
administrasi kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkungan
Dinas Pendapatan Daerah.
c. Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak Daerah dan Wajib
Retribusi Daerah serta pendataan Obyek Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah dan membantu melakukan pendataan obyek dan
subyek Pajak Bumi dan Bangunan yang dilakukan oleh Direktorat
Jendral Pajak.
d. Seksi Penetapan
Seksi Penetapan mempunyai tugas melakukan penghitungan dan
penetapan jumlah pajak dan retribusi daerah yang tertuang serta
menghitung besarnya angsuran atas permohonan Wajib Pajak dan
Retribusi Daerah, serta mengusahakan jumlah ketetapan yang
penagihannya dilimpahkan kepada daerah berdasarkan Surat
Pemberitahuan Pajak Tahunan.
e. Seksi Pembukuan dan Pelaporan
Seksi Pembukuan dan Pelaporan mempunyai tugas melaksanakan
pembukuan dan pelaporan mengenai realisasi penerimaan dan
tunggakan Pajak dan Retribusi Daerah dan Pajak Bumi dan
Bangunan serta pengelolaan benda berharga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
f. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melaksanakan Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang telah melampaui batas jatuh tempo,
melayani keberatan dan permohonan banding serta mengumpulkan
dan mengelola data sumber-sumber penerimaan daerah lainnya
diluar Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
g. Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasional
Seksi Perencanaan dan Pengendalian Operasional mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan rencana, pembinaan teknis pemungutan,
penggalian dan peningkatan pendapatan daerah.
h. Unit Penyuluhan
Unit Penyuluhan mempunyai tugas menyusun bahan penyuluhan
dan melaksanakan tugas penyuluhan, informasi dan penerangan
perpajakan dan retribusi daerah, pendapatan daerah lainnya, Pajak
Bumi dan Bangunan, serta mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan
di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
i. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
Unit Pelaksanaan Teknis Dinas berkedudukan sebagai unsur
pelaksana koordinasi kegiatan dinas di bidang pengelolaan terminal
dan pemungutan retribusi daerah, dipimpin oleh seorang Kepala
Unit Pelaksana Teknis Dinas yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Tata kerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kota Surakarta
Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta mendapat pembinaan tekis
fungsional dari Dinas Pendapatan Daerah Tingkat I Jawa Tengah.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Dinas menerapkan prinsip-
prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi, baik di
lingkungan Dinas Pendapatan Daerah maupun instansi-instansi lain di
luar Dinas Pendapatan Daerah sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala
Sub Bagian Tata Usaha, para Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan
dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas harus menerapkan prinsip-
prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplikasi sesuai dengan
bidang tugasnya masing-masing.
Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, para Kepala Seksi
dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung jawab memberikan
bimbingan/ pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan hasil-
hasil pelaksanaan tugasnya menurut hierarki jabatan masing-masing.
Kepala Dinas Bagian Tata Usaha, para Kepala Seksi, kepala Unit
Penyuluhan dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Para Kepala Urusan Sub Seksi pada Dinas
Pendapatan Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Sub Bagian Tata
Usaha/ Kepala Seksi yang membidanginya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Kepala Dinas, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi di
lingkungan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Jawa Tengah atas
usul Walikota Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Sub Seksi dan Kepala
Unit Penyuluhan di lingkungan Dinas Pendapatan Kota Surakarta
diangkat dan diberhentikan oleh Walikota Surakarta.
6. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kota Surakarta
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
memiliki visi dan misi yang mendukung kegiatan operasional instansi,
seperti berikut ini:
a. Visi
Mewujudkan peningkatan pendapatan daerah, pengelolaan
keuangan dan aset daerah yang optimal, efisien, transparan serta
accountable, menuju kemandirian keuangan daerah untuk
mendukung pembangunan daerah.
b. Misi
1) Meningkatkan dan mengintensifkan pendapatan daerah secara
optimal.
2) Meningkatkan kelancaran dan ketertiban pengelolaan keuangan
dan aset daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Meningkatkan pemberdayaan aset daerah secara efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
4) Mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang efektif dan
efisien serta accountable dengan memperhatikan azas
kepatuhan dan keadilan.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang mana timbul hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang sehingga perlu dikelola
dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan
daerah sebagaimana dimaksud merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah dituntut untuk
meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah daerah, yaitu mewujudkan
akuntabilitas dan transparansi di lingkungan pemerintahan. Adapun hal-hal
yang harus dipersiapkan dan dilakukan dalam pengelolaan keuangan
daerah, yaitu harus mengandung nilai-nilai kewajaran anggaran atas beban
kerja dan biaya terhadap setiap kegiatan, dan hal ini dapat dilakukan
melalui adanya Standar Analisa Belanja.
Selain kedua Undang-Undang di atas, terdapat peraturan perundang-
undangan yang menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah yang telah
terbit lebih dahulu, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
keuangan negara yang menyebutkan bahwa pada rancangan peraturan
daerah tentang laporan keuangan pemerintah daerah disertakan atau
dilampirkan informasi tambahan mengenai kinerja instansi pemerintah,
yakni prestasi yang berhasil dicapai oleh pengguna anggaran sehubungan
dengan anggaran yang telah digunakan. Tolok ukur kinerja merupakan
ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit kerja yang ditetapkan
dalam bentuk pelayanan oleh masing-masing daerah.
Kinerja adalah keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang
akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan
kuantitas dan kualitas yang terukur (Tim Penyusunan Modul Program
Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007: iv).
Pemerintah Daerah dalam mengelola keuangan daerah membentuk
organisasi dan tata kerja perangkat daerah yaitu Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 6 Tahun 2008. Pembentukan Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta ini guna membantu
pemerintah daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku organisasi dinas
daerah atau instansi Pemerintah Kota Surakarta mempunyai tugas pokok
melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset.
Tugas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta tersebut tidaklah mudah, karena penyusunan Anggaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Pendapatan dan Belanja Daerah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
Penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan
pendekatan kinerja mencakup dua hal, yaitu:
1. Penyusunan rancangan anggaran setiap Unit Organisasi Perangkat
Daerah.
2. Penyusunan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
pemerintah daerah oleh Tim Anggaran Eksekutif.
Semua kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah harus dilaksanakan
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta. Oleh
karena itu, kinerja Pemerintah Kota Surakarta dalam suatu periode sangat
dipengaruhi oleh kemampuan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kota Surakarta dalam melaksanakan tugasnya. Jadi, kinerja
Pemerintah Kota Surakarta tergantung pada program-program dan
kebijakan yang disusun dan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku pengelola keuangan
daerah.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta masih menemukan banyak kendala
seperti kebijakan yang belum terealisasi dengan baik, kurangnya kesadaran
wajib pajak dalam membayar pajak yang dapat mempengaruhi kinerja
Pemerintah Kota Surakarta. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
penulis tertarik untuk mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan
Pemerintah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2007-2009”.
C. Rumusan Masalah
Penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini membatasi masalah pada:
1. Bagaimana kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun
anggaran 2007-2009?
2. Bagaimana Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta mengoptimalkan kinerja Pemerintah Kota Surakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat perkembangan kinerja Pemerintah Kota
Surakarta pada tahun anggaran 2007-2009.
2. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota
Surakarta dalam mengoptimalkan kinerjanya.
E. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat
kepada berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta
Diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
pertimbangan dalam hal analisis kinerja keuangan pemerintah daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan serta informasi dan menerapkan
ilmu pengetahuan akademik dibidang analisis laporan keuangan yang
telah diperoleh dibangku kuliah ke dalam dunia sesungguhnya yang
penuh persaingan, khususnya dalam bidang analisis kinerja keuangan
pemerintah daerah.
3. Bagi Pihak Lain
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dan menjadi dasar bagi
penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kinerja
a. Pengertian kinerja
Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu
kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab
dengan hasil seperti yang diharapkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kinerja adalah sesuatu
yang telah dicapai/ dapat juga diartikan sebagai hasil yang dapat
diperlihatkan. Menurut Helfert (1996) kinerja perusahaan adalah
hasil yang telah dicapai/ yang dapat diperlihatkan oleh perusahaan
selama melaksanakan kegiatan produksinya. Kinerja perusahaan
dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara, yaitu:
1) Analisis laporan keuangan, yaitu cara penilaian kinerja untuk
mengetahui posisi keuangan dan kemajuan hasil operasi
perusahaan.
2) Analisis anggaran, yaitu cara penilaian kinerja untuk
mengetahui keefektifan anggaran yang ada untuk kegiatan
operasi perusahaan.
3) Analisis kebijakan akuntansi, yaitu cara penilaian kinerja untuk
mengetahui pengaruh kebijakan akuntansi perusahaan terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
keuntungan yang diperoleh dan terhadap perkembangan
perusahaan apabila ditetapkan dalam kegiatan operasi
perusahaan.
4) Analisis risiko, yaitu cara penilaian kinerja dengan menganalisis
faktor-faktor dasar yang menentukan risiko-risiko yang
dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya.
b. Manfaat pengukuran kinerja
Ada beberapa manfaat pengukuran kinerja seperti yang
diungkapkan Mardiasmo (2002: 122), yaitu:
1) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan
untuk menilai kinerja manajemen.
2) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan.
3) Untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan
tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja.
4) Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman
(reward and punishment) secara objektif atas pencapaian
prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja
yang telah disepakati.
5) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam
rangka memperbaiki kinerja organisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
6) Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah
terpenuhi.
7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara
objektif.
Menurut Mardiasmo (2002: 121) sistem pengukuran kinerja
sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur
finansial dan non-finansial. Sistem pengukuran kinerja dapat
dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran
kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment
system.
c. Tujuan pengukuran kinerja
Menurut Mardiasmo (2002: 122) secara umum, tujuan sistem
pengukuran kinerja adalah:
1) Untuk mengkomunikasikan strategi secara secara lebih baik
(top down dan bottom up).
2) Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara
berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian
strategi.
3) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level
menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
Ada beberapa aspek kinerja yang dapat diukur dalam
pengukuran kinerja menurut Bastian (2006: 276-277), yaitu:
1) Aspek finansial
2) Kepuasan pelanggan
3) Operasi dan bisnis internal
4) Kepuasan pegawai
5) Kepuasan komunitas
6) Waktu
Ada beberapa aspek pengukuran kinerja organisasi sektor publik
menurut Mahsun (2006: 31), antara lain:
1) Kelompok masukan (input) adalah segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk
menghasilkan keluaran.
2) Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan baik dari
segi kecepatan, ketepatan, maupun tingkat ukuran pelaksanaan
kegiatan tersebut.
3) Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan
langsung dapat dicapai dari sesuatu kegiatan yang dapat
berwujud (tangible) maupun yang tidak berwujud (intangible).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4) Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang
mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah yang mempunyai efek langsung.
5) Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan
tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan.
6) Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan
baik positif maupun negatif.
Menurut Mardiasmo (2002, 130-131) indikator value for money
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisiensi).
2) Indikator kualitas pelayanan (efektivitas).
2. Laporan Kinerja Keuangan
a. Pengertian laporan keuangan
Menurut Mardiasmo (2002: 159) laporan keuangan organisasi
sektor publik merupakan komponen penting untuk menciptakan
akuntabilitas sektor publik. Akuntansi dan laporan keuangan
mengandung pengertian sebagai suatu proses pengumpulan,
pengolahan, dan pengkomunikasian informasi yang bermanfaat
untuk pembuatan keputusan dan untuk menilai kinerja organisasi.
Menurut Munawir (2003: 31) laporan keuangan merupakan alat
yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan.
Menurut Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar
Auditor Sektor Publik (2007: 20) keuangan daerah dikelola dengan
berdasarkan azas umum, tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatuhan, dan
manfaat untuk masyarakat.
Menurut Mardiasmo (2002: 160) organisasi sektor publik
dituntut untuk dapat membuat laporan keuangan eksternal yang
meliputi laporan keuangan formal, seperti Laporan Surplus/ Defisit,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Rugi/ Laba, Laporan Aliran
Kas, Neraca, serta Laporan Kinerja yang dinyatakan dalam ukuran
finansial dan non-finansial.
Laporan kinerja keuangan atau disebut juga laporan pendapatan
dan biaya, laporan surplus-rugi, laporan operasi, laporan surplus-
defisit, atau laporan profit dan kas adalah laporan keuangan yang
menyajikan pendapatan dan biaya selama satu tahun periode
(Bastian, 2006: 248).
b. Tujuan laporan keuangan
Menurut Mardiasmo (2002: 163-164) secara rinci tujuan
akuntansi dan laporan keuangan organisasi pemerintahan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan
memprediksi aliran kas, saldo neraca, dan kebutuhan sumber
daya finansial jangka pendek unit pemerintah.
2) Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan
memprediksi kondisi ekonomi suatu unit pemerintahan dan
perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya.
3) Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja,
kesesuainnya dengan peraturan perundang-undangan, kontrak
yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan.
4) Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran,
serta untuk memprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber
daya terhadap pencapaian tujuan operasional.
5) Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial
dan organisasional, seperti:
a) Untuk menentukan biaya program, fungsi, dan aktivitas
sehingga memudahkan analisis dan melakukan
perbandingan dengan kriteria yang telah ditetapkan,
membandingkan dengan kinerja periode-periode
sebelumnya, dan dengan kinerja unit pemerintah lain.
b) Untuk mengevaluasi tingkat ekonomi dan efisiensi operasi,
program, aktivitas, dan fungsi tertentu di unit pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
c) Untuk mengevaluasi hasil suatu program, aktivitas, dan
fungsi serta efektivitas terhadap pencapaian tujuan dan
target.
d) Untuk mengevaluasi tingkat pemerataan (equality) dan
keadilan (equity).
c. Manfaat laporan kinerja keuangan
Pelaporan kinerja keuangan memiliki beberapa fungsi seperti
yang diungkapkan Bastian (2006: 306-308), yaitu:
1) Sebagai motivator untuk meningkatkan kinerja.
2) Sebagai alat akuntabilitas.
3) Sebagai alat untuk menentukan latihan terbaik.
Ada beberapa klasifikasi pemakai laporan keuangan sektor
publik seperti yang diungkapkan Anthony dalam Mardiasmo (2002:
168) menjadi lima kelompok, yaitu:
1) Lembaga pemerintah (governing bodies).
2) Investor dan kreditor.
3) Pemberi sumber daya (resource providers).
4) Badan pengawas (oversight bodies).
5) Konstituen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Analisis Laporan Keuangan
a. Pengertian analisis laporan keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan upaya untuk
mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan
pemerintah daerah, dengan menguraikan pos-pos laporan keuangan
menjadi unit informasi yang lebih rinci dan melihat hubungan antar
pos untuk mengetahui kondisi keuangan, sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan (Tim Penyusun Modul Program Pendidikan
Non Gelar Auditor Sektor Publik, 2007: 71).
Ada beberapa karakteristik dalam analisis laporan keuangan
menurut Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar
Auditor Sektor Publik (2007: 69), antara lain:
1) Fokus pada laporan keuangan.
2) Memuat analisis hubungan.
3) Memuat implikasi dan prediksi.
4) Dipengaruhi oleh kemampuan analis.
Analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari ragam laporan
yang ada seperti yang diungkapkan Bastian (2006: 250), yaitu:
1) Laporan kinerja keuangan (Neraca).
2) Likuiditas pemerintahan.
3) Komposisi investasi.
4) Kekayaan pemerintah.
5) Komposisi kewajiban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
6) Revaluasi cadangan.
7) Komposisi hutang pensiun.
8) Laporan kinerja keuangan (surplus-defisit).
9) Efektivitas penarikan.
10) Tingkat pelanggaran peraturan keuangan.
11) Komposisi pendapatan.
12) Komposisi pengeluaran.
13) Beban bunga pinjaman.
14) Rugi surplus translasi mata uang.
15) Laporan arus kas.
16) Komposisi arus kas.
17) Tingkat penarikan pajak baik individu, organisasi maupun
produk.
18) Komposisi pajak tidak langsung.
19) Komposisi likuiditas pendapatan lain-lain.
20) Komposisi pengeluaran kas.
21) Komposisi pengeluaran investasi.
22) Komposisi pencairan investasi.
23) Komposisi likuiditas pertukaran mata uang.
Dalam menganalisis laporan keuangan pemerintah daerah rasio-
rasio keuangan yang dapat digunakan untuk analisis laporan
keuangan pemerintah daerah menurut Mahmudi (2007: 920), antara
lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan pemerintah
daerah untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Walaupun pemerintah daerah sudah menyusun anggaran kas,
tetapi analisis likuiditas akan lebih bermanfaat bagi manajemen
dibandingkan jika hanya mendasarkan pada anggaran kas saja.
Untuk melakukan analisis likuiditas ada beberapa rasio yang
bisa dipelajari, yaitu:
a) Rasio Lancar (Current ratio)
Rasio lancar membandingkan antara aktiva lancar yang
dimiliki pemerintah daerah pada tanggal neraca dengan
utang jangka pendek. Rasio lancar merupakan ukuran
standar untuk menilai kesehatan keuangan organisasi, baik
organisasi bisnis maupun pemerintah daerah. Rasio ini
menunjukkan apakah pemerintah daerah memiliki aset yang
mencukupi untuk melunasi utangnya. Nilai standar rasio
lancar yang dianggap lancar adalah 2:1. Namun angka
tersebut tidaklah mutlak, sangat tergantung karakteristik aset
lancar dan utang lancar. Tetapi nilai nominal yang masih
bisa diterima adalah 1:1, jika kurang dari itu maka keuangan
organisasi tidak lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b) Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas membandingkan antara kas antara kas yang
tersedia dalam pemerintah ditambah efek yang dapat segera
diuangkan (investasi jangka pendek) dibagi dengan utang
lancar. Rasio kas bermanfaat untuk mengetahui kemampuan
pemerintah daerah dalam membayar utang yang segera
dipenuhi dengan kas dan efek yang dimiliki pemerintah
daerah.
c) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick ratio membandingkan antara aktiva lancar setelah
dikurangi persediaan dengan utang lancar. Quick ratio
mengindikasikan apakah pemerintah daerah dapat
membayar utangnya dengan cepat. Semakin tinggi nilai
quick ratio maka semakin tinggi tingkat likuiditas keuangan.
Nilai yang dianggap baik untuk quick ratio adalah 1:1.
d) Working Capital to Total Assets
Working capital to Total Assets adalah rasio keuangan
untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dengan posisi
modal kerja neto.
2) Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas dapat digunakan untuk melihat
kemampuan pemerintah daerah dalam memenuhi seluruh
kewajibannya, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
panjang. Dikatakan tidak solvabel apabila total utang yang
dimiliki pemerintah daerah lebih besar dibandingkan dengan
total asetnya.
3) Rasio Utang (Leverage)
a) Rasio Utang terhadap Ekuitas (total debt to equity ratio)
Rasio utang terhadap ekuitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengetahui bagian dari setiap rupiah
ekuitas dan yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
utang. Rasio utang terhadap ekuitas yang tinggi
mengindikasikan bahwa pemerintah daerah mungkin sudah
kelebihan utang dan harus segera mencari jalan untuk
mengurangi utang. Semakin besar rasio ini menunjukkan
resiko pemberian utang semakin besar.
b) Rasio Utang terhadap Aset Modal (total debt to capital
assets)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui bagian dari aset
modal yang dapat digunakan untuk menjamin utang.
Pemerintah daerah tidak diasumsikan untuk dilikuidasi
karena kreditor tidak bisa mengklaim aset modal pemerintah
daerah jika terjadi kegagalan dalam membayar utang,
kreditor tidak dapat mempailitkan pemerintah daerah. Rasio
ini kurang relevan jika digunakan dalam organisasi sektor
publik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
c) Time Interest Earned Ratio
Time Interest Earned Ratio adalah rasio untuk
mengetahui besarnya jaminan keuntungan untuk membayar
bunga utang jangka panjang. Rasio ini dihitung dengan cara
membandingkan laba sebelum bunga dan pajak dengan
utang jangka panjang. Rasio ini juga kurang tepat untuk
digunakan dalam sektor publik.
4) Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian yaitu rasio yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kemandirian Pemerintah Daerah dalam hal
pendanaan semua aktivitasnya. Semakin tinggi nilai rasio
kemandirian Pemerintah Daerah maka semakin baik karena
Pemerintah Daerah tidak tergantung dana dari pihak ketiga
untuk mendanai semua aktivitasnya.
B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1. Pendapatan Daerah
Pemerintah Kota Surakarta telah melakukan efektivitas dan
efisiensi Pendapatan Asli Daerah. Adapun Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta sebagai pengelola
keuangan daerah melakukan kebijakan-kebijakan untuk pendapatan
daerah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
a. Target Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun
sebelumnya.
b. Kebijakan keuangan pendapatan daerah dari pos lain-lain
menyesuaikan dengan kebijakan yang berlaku di Pemerintah Pusat
dan atau Propinsi.
c. Kebijakan keuangan untuk dana perimbangan juga menyesuaikan
dengan kebijakan yang berlaku di Pemerintah Pusat dan atau
Propinsi.
Pencapaian kinerja pendapatan Pemerintah Kota Surakarta dapat
dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel II. 1 Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2006-2009 (dalam rupiah)
Tahun
Anggaran APBD setelah
perubahan Realisasi APBD Lebih/
(kurang) 2006 74.709.440.000,00 78.637.865.549,00 105,26% 2007 88.034.379.000,00 89.430.977.982,00 101,59% 2008 96.199.901.000,00 102.929.501.970,00 107,00% 2009 110.842.157.600,00 101.972.318.682,00 92,00%
Sumber: Data yang diolah
Efektivitas adalah kontribusi output terhadap pencapaian tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2002: 132). Dikatakan
efektif apabila selisih realisasi penerimaan dengan target yang
dianggarkan mengalami selisih positif yaitu di atas/ lebih dari 100%,
sedangkan kurang/ tidak efektif apabila selisih realisasi penerimaan
dengan target yang dianggarkan mengalami selisih negatif yaitu di
bawah/ kurang dari 100%. Untuk dapat mengetahui seberapa besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tingkat efektivitas penerimaan Pendapatan Asli Daerah digunakan
rumus sebagai berikut:
Berdasarkan tabel di atas, analisis efektivitas untuk penerimaan
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2006-
2008 sudah efektif dalam mengoptimalkan penerimaan dari sektor
Pendapatan Asli Daerah karena nilai rasio efektivitas pada tahun 2007-
2008 mencapai lebih dari 100%. Pada tahun 2009 tingkat efektivitas
penerimaan dari sektor Pendapatan Asli Daerah justru mengalami
penurunan sangat signifikan di bawah 100% yaitu hanya 92%. Ini bisa
disebabkan karena pada tahun 2009 penerimaan dari pos hasil retribusi
daerah mengalami penurunan.
Pencapaian kinerja pendapatan Pemerintah Kota Surakarta
berdasarkan target yang telah ditetapkan dapat dilihat dari tabel berikut
ini:
Tabel II. 2 Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2009
Tahun Anggaran
Target 10% dari Anggaran setelah Perubahan Tahun Sebelumnya
2007 19,7% 2008 17% 2009 6%
Sumber: Data yang diolah
x 100%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Berdasarkan tabel di atas, analisis pencapaian target 10% dari
anggaran tahun sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pendapatan
Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2007-2008 mengalami kenaikan
tetapi pada tahun 2009 justru pendapatan Pemerintah Kota Surakarta
mengalami penurunan sebesar 0,9% dari tahun sebelumnya. Dilihat
berdasarkan pencapaian target Pendapatan Asli Daerah sebesar 10%
dari anggaran tahun sebelumnya dengan usaha ekstensifikasi dan
intensifikasi pendapatan masih belum optimal. Pada tahun 2007 sudah
memenuhi target sebesar 19,7%, sedangkan tahun 2008 target
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 17%,
dan pada tahun 2009 justru target 10% dari anggaran tahun sebelumnya
tidak tercapai karena hanya mencapai sebesar 6%. Selama 3 tahun
tugas Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta selaku pengelola keuangan daerah mengalami kegagalan
hanya pada tahun 2009 karena pendapatan daerah tidak dapat
melampaui target/ kebijakan yang diambilnya. Ini disebabkan pada
tahun 2009 Pendapatan Asli Daerah dari sektor Hasil Retribusi Daerah
juga menurun dari tahun sebelumnya karena kurangnya kesadaran
masyarakat untuk membayar retribusi daerah.
2. Belanja Daerah
Adapun Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta sebagai pengelola keuangan daerah melakukan kebijakan-
kebijakan untuk belanja daerah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. Penyusunan belanja daerah dapat menunjang efektivitas
pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing satuan kerja perangkat
daerah.
b. Belanja daerah disusun berdasarkan pendekatan anggaran kinerja
yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang
direncanakan.
c. Belanja administrasi umum non gaji dianggarkan sesuai kebutuhan
agar satuan kerja perangkat daerah dapat beroperasi, sedangkan
untuk belanja pegawai/ personalia disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pencapaian kinerja belanja daerah Pemerintah Kota Surakarta
berdasarkan analisis efektivitas dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel II. 3 Belanja Daerah Pemerintah Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2009 (dalam rupiah)
Tahun
Anggaran APBD setelah
Perubahan Realisasi Anggaran Lebih/
(kurang)
2007 656.247.692.050,00 588.297.504.607,60 89,65%
2008 854.690.595.842,00 760.080.852.467,00 88,93% 2009 869.969.523.040,00 747.265.480.803,00 85,90%
Sumber: Data yang diolah
Dikatakan efektif apabila selisih realisasi anggaran belanja dengan
target yang dianggarkan mengalami selisih positif yaitu di bawah/
kurang dari 100%, sedangkan kurang/ tidak efektif apabila selisih
realisasi anggaran belanja dengan target yang dianggarkan mengalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
selisih negatif yaitu di atas/ lebih dari 100% karena menunjukkan
terjadinya pemborosan anggaran belanja daerah.
Berdasarkan tabel belanja daerah di atas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan Pemerintah Kota Surakarta telah dilaksanakan oleh Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta tentang
belanja daerah, yaitu tidak melebihi 100% dari anggaran setelah
perubahan tahun yang bersangkutan. Terlihat bahwa dari tahun ke
tahun tingkat efektivitas penggunaan anggaran untuk belanja daerah
semakin baik. Belanja daerah ini dialokasikan untuk membiayai belanja
aparatur daerah dan belanja pelayanan publik.
3. Pembiayaan
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
mempunyai kebijakan-kebijakan dalam hal pembiayaan keuangan
untuk Pemerintah Kota Surakarta, antara lain:
a. Perkiraan untuk Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun
sebelumnya akan digunakan untuk menutup defisit anggaran dan
sebagian akan dialokasikan pada Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
tahun berkenaan, untuk pembayaran pokok pinjaman, dana
cadangan, dan penyertaan modal.
Pencapaian kinerja dilihat dari pembiayaan daerah Pemerintah Kota
Surakarta dapat dilihat dari tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Tabel II. 4 Analisis Hubungan Laporan Kinerja Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2009 (dalam rupiah)
Nama Akun Realisasi Anggaran
2007 2008 2009 Pendapatan (a) 601.429.870.735 751.268.361.957
728.938.187.952
Belanja (b) 588.297.504.607 760.080.852.467
747.265.480.803
Surplus/ (Defisit) (c= a-b) 13.132.366.127 (8.812.490.510)
(18.327.292.851)
Pembiayaan: Penerimaan (d) 121.981.672.429 107.984.094.971
43.101.371.954
Pengeluaran (e) 78.340.612.810 57.080.484.682
4.817.459.918
Surplus/ (Defisit) (f= d-e) 43.541.059.619 50.903.610.289 38.283.912.036
SILPA (g=c-f) 56.773.425.746 42.091.119.779 19.956.619.185 Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel analisis hubungan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pada tahun 2008 dan 2009 terjadi defisit anggaran yang
disebabkan total belanja yang lebih besar daripada total pendapatan.
Keadaan ini terjadi karena meningkatnya belanja dari aktivitas operasi
dan aktivitas investasi non keuangan pada Pemerintah Kota Surakarta
tahun 2008 dan 2009, sedangkan untuk pembiayaan Kota Surakarta
sudah sesuai dengan kebijakan yang telah dilaksanakan Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta karena
dari analisis hubungan antar pos-pos laporan kinerja tersebut terlihat
bahwa tidak ada penyimpangan dalam penyajiannya. Untuk masalah
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran, menurut Kepala Bidang Akuntansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta akan ditutup pada anggaran surplus tahun 2012 yang akan
datang.
4. Analisis Rasio
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan metode untuk menganalisis
kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio ini dapat diukur dengan menggunakan rasio
lancar, quick ratio dan rasio kas terhadap total utang lancar. Pada
quick ratio, pos persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar karena
dianggap sebagai aktiva lancar yang paling lama untuk berubah
menjadi kas. Pos persediaan ini umumnya bukan persediaan barang
dagang yang ditujukan untuk dijual kembali tetapi untuk digunakan
dalam kegiatan operasional pemerintah daerah atau diserahkan
kepada masyarakat. Pada rasio kas, pos yang digunakan dalam rasio
ini hanya pos kas dan investasi jangka pendek. Hal ini untuk
menunjukkan perbandingan yang lebih likuid dari rasio lancar.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio lancar, rasio cepat
dan rasio kas, yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Dengan rumus tersebut di atas dapat dihitung rasio likuiditas pada
Pemerintah Kota Surakarta sebagai berikut:
Tabel II. 5 Rasio Likuiditas Pemerintah Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2009 (dalam rupiah)
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Kas 56.867.319.233,40
36.353.409.805,40
19.964.195.040,40 Aktiva Lancar 69.482.724.327,78
56.466.025.339,70
32.835.154.832,81
Persediaan 4.523.709.836,38
7.094.297.288,30
6.061.009.357,41 Investasi jangka pendek Utang Lancar
- 8.815.161.470,51
6.000.000.000,00
5.606.131.686,00
-
29.905.787.925,00
Rasio Lancar 8,00
10,10
1,10
Rasio Cepat 7,40
8,80
0,90
Rasio Kas 6,40
7,50
0,70 Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan hasil analisis perhitungan rasio lancar di atas dapat
disimpulkan bahwa nilai rasio lancar pada tahun 2007 yaitu 8:1
yang berarti setiap Rp1,00 utang lancar Pemerintah Kota Surakarta
dapat dijamin dengan Rp8,00 aktiva lancar yang dimiliki
Pemerintah Kota Surakarta. Pada tahun 2008 nilai rasio lancar yaitu
10:1 ini menunjukkan bahwa setiap Rp1,00 utang lancar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Pemerintah Kota Surakarta dapat dijamin dengan Rp10,10 aktiva
lancar yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Hal ini
menunjukkan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota
Surakarta pada tahun 2007-2008 dianggap sangat baik karena
memiliki aktiva lancar yang mencukupi untuk melunasi kewajiban
jangka pendeknya. Nilai standar rasio lancar yang dianggap lancar
adalah 2:1 atau nilai nominal yang masih bisa diterima adalah 1:1.
Sedangkan nilai rasio lancar pada tahun 2009 menunjukkan bahwa
setiap Rp1,00 utang lancar yang dimiliki Pemerintah Kota
Surakarta dapat dijamin dengan Rp1,10 aktiva lancarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota
Surakarta masih dianggap baik walaupun tidak selikuid pada tahun
2007-2008 yang mana tahun 2009 nilai aktiva lancar menurun,
sedangkan nilai utang lancar cenderung naik secara signifikan.
Penyebab naiknya utang lancar ini disebabkan pos utang jangka
pendek lainnya juga naik sangat signifikan. Keadaan seperti ini
dianggap masih aman dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
karena nilai rasio lancar pada tahun 2009 yaitu 1:1 yang merupakan
nilai nominal yang masih bisa diterima.
Quick ratio selama 3 tahun menunjukkan hanya pada tahun
2009 Pemerintah Kota Surakarta tidak bisa memenuhi kewajiban
jangka pendeknya menggunakan aktiva lancar dikurangi
persediaan. Nilai quick ratio pada tahun 2009 yaitu 0,9:1 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
berarti bahwa setiap Rp1,00 utang lancar yang dimiliki Pemerintah
Kota Surakarta dijamin dengan Rp0,9 aktiva lancar setelah
dikurangi persediaan. Ini menunjukkan bahwa tanpa persediaan,
kondisi keuangan Pemerintah Kota Surakarta tidak likuid dan
persediaan merupakan aset yang penting untuk menjamin utang
lancar bagi Pemerintah Kota Surakarta.
Untuk rasio kas, selama 3 tahun tersebut menunjukkan hanya
pada tahun 2009 Pemerintah Kota Surakarta tidak bisa memenuhi
kewajiban jangka pendeknya menggunakan kas ditambah investasi
jangka pendek. Ini disebabkan karena Pendapatan Asli Daerah pada
tahun 2009 menurun yang berdampak pada turunnya nominal kas,
sedangkan Pemerintah Kota Surakarta tahun 2009 sudah tidak
berinvestasi pada investasi jangka pendek.
b. Rasio Kemandirian
Rasio kemandirian digunakan untuk mengukur tingkat
kemandirian Pemerintah Daerah dalam hal pendanaan semua
aktivitasnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio
kemandirian yaitu sebagai berikut:
Dari rasio ini, dapat diketahui tingkat kemandirian Pemerintah Kota
Surakarta selama tahun 2007-2009 dalam tabel berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel II. 6 Rasio Kemandirian Pemerintah Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2009 (dalam rupiah)
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Realisasi PAD 89.430.977.982,00 102.929.501.970,00 101.972.318.682,00 Dana Alokasi Umum 374.500.999.992,00 420.911.721.000,00 435.470.810.000.00 Utang 31.755.454.608,51 25.353.800.211,00 46.708.191.274,00 Utang PFK 55.264.397,00 233.846.526,00 7.575.855,00 Utang pajak pusat
-
-
-
Rasio Kemandirian 22% 23% 21% Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel rasio kemandirian di atas, dapat disimpulkan
bahwa tingkat kemandirian Pemerintah Kota Surakarta dalam hal
pendanaan untuk semua aktivitasnya kurang baik. Ini terlihat dari
nilai rasio kemandirian pada tahun 2007 sebesar 22%, pada tahun
2008 naik menjadi 23%, berarti ini menunjukkan hal yang positif
karena Pemerintah Kota Surakarta tidak terlalu tergantung dengan
dana dari pihak luar baik utang dalam negeri maupun luar negeri
sudah berkurang. Pada tahun 2009 tingkat kemandirian turun
menjadi 21% yang menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Surakarta
pada tahun ini membutuhkan banyak dana untuk membiayai belanja
daerah karena pada tahun ini belanja daerah juga mengalami
peningkatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
c. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas ini mengukur kemampuan Pemerintah Daerah
dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Pemerintah Daerah
dikatakan tidak solvabel apabila total utang yang dimiliki lebih
besar dari pada total aktivanya. Semakin besar nilai rasio ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah tidak dapat menjamin
semua utang-utangnya dengan menggunakan semua aktivanya.
Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio solvabilitas yaitu
sebagai berikut:
Dari rumus tersebut di atas, dapat diketahui nilai rasio solvabilitas
Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2007-2009 sebagai berikut:
Tabel II. 7 Rasio Solvabilitas Pemerintah Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2009 (dalam rupiah)
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Total Aktiva 3.330.436.830.935,00 3.490.440.009.924,00 6.166.782.681.081,00
Total Utang 31.755.454.609,00 25.353.800.211,00 46.708.191.274,00
Rasio Solvabilitas
105,00
138,00 132,00
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan
keuangan Pemerintah Daerah Kota Surakarta dalam memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
semua kewajibannya sangat solvabel menggunakan semua aktiva
yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta. Nilai rasio solvabilitas
tertinggi pada tahun 2008 yaitu Rp138,00 yang berarti bahwa setiap
Rp1,00 utang yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dapat
dijamin dengan menggunakan Rp138,00 aktivanya. Selama 3 tahun
berturut-turut terlihat nilai total aktiva jauh lebih besar daripada
nilai total utang yang menunjukkan rasio solvabilitas pada
Pemerintah Kota Surakarta sangat baik.
d. Rasio Leverage
Rasio leverage ini digunakan untuk mengukur perbandingan
antara ekuitas dana (kekayaan bersih Pemerintah Daerah) dengan
total utang. Dengan rasio ini dapat diketahui seberapa besar
kemampuan Pemerintah Kota Surakarta dalam membayar utang
jika ditinjau dari ekuitas dana yang dimiliki Pemerintah Kota
Surakarta. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio leverage
ini sebagai berikut:
Dari rumus tersebut di atas, dapat diketahui nilai rasio leverage
Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2007-2009 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel II. 8 Rasio Leverage Pemerintah Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2009 (dalam rupiah)
Keterangan Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Total Ekuitas dana 3.298.681.376.326,00
3.465.086.209.712,00 6.120.074.489.806,00
Total Utang 31.755.454.609,00
25.353.800.211,00 46.708.191.274,00
Rasio Leverage 104,00 137,00
131,00
Sumber: Data yang diolah
Berdasarkan tabel tersebut di atas, menunjukkan kemampuan
Pemerintah Kota Surakarta dalam memenuhi kewajibannya jika
ditinjau dari ekuitas dana yang dimiliki. Nilai rasio leverage
tertinggi pada tahun 2008 yaitu Rp137,00 yang berarti setiap
Rp1,00 utang yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta dapat
dijamin dengan Rp137,00 ekuitas dana yang dimiliki Pemerintah
Kota Surakarta. Dilihat selama 3 tahun berturut-turut nilai rasio
leverage pada Pemerintah Kota Surakarta sangat baik karena total
ekuitas dananya dapat menjamin setiap utangnya.
5. Pencapaian Kinerja Pemerintah Kota Surakarta berdasarkan
amanat dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Pemerintah Kota Surakarta selama tahun anggaran 2007-2009
memprioritaskan pembangunan sesuai dengan amanat dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Hal tersebut dapat dilihat dari
ditetapkannya tujuan, sasaran dan strategi untuk mencapai kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pemerintah Kota Surakarta yang dikelola dan dilaksanakan Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Tujuan yang ditetapkan
Selama tahun anggaran 2007-2009 telah ditetapkan tujuan
sebagai berikut:
1) Tersedianya fasilitas umum yang memadai, peningkatan
pelayanan kepada masyarakat yang diharapkan dapat
memberikan sumbangan kontribusi terhadap Pendapatan Asli
Daerah yang lebih besar.
2) Terwujudnya pelayanan yang lebih baik dalam mengelola
kekayaan daerah untuk masyarakat melalui upaya
pengembangan dan optimalisasi potensi pasar dan kekayaan
yang ada.
b. Sasaran yang ditetapkan
Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan tersebut di atas, telah
ditetapkan sasaran sebagai berikut ini:
1) Terwujudnya peningkatan sarana dan prasarana umum.
2) Terwujudnya peningkatan pelayanan terhadap masyarakat.
3) Terwujudnya pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel
khususnya pengeloaan kekayaan daerah.
4) Terwujudnya peningkatan pendapatan khususnya Pendapatan
Asli Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c. Program dan kegiatan yang ditetapkan
Dengan adanya tujuan dan sasaran yang ditetapkan di atas, telah
ditetapkan program dan kegiatan sebagai berikut:
1) Program tertib administrasi keuangan.
2) Program peningkatan sumber daya aparatur, dan pembangunan
infrastruktur.
3) Program peningkatan sarana dan prasarana aparatur.
d. Hasil (outcome)
Hasil (outcome) yang dicapai sudah baik, walaupun ada
beberapa yang belum optimal. Hal tersebut bisa dilihat dari
pencapaian target realisasi Pendapatan Asli Daerah pada tahun
2007-2008, yaitu 10% dari anggaran tahun sebelumnya, belanja
daerah tidak mencapai di atas 100% seperti yang telah ditetapkan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah perubahan
tahun yang bersangkutan, dan pembiayaan yang sudah sesuai
dengan kebijakan dari anggaran yang telah ditetapkan, serta
beberapa analisis yang penulis lakukan untuk mengetahui kesehatan
keuangan Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-2009.
e. Kelompok manfaat (benefit)
Manfaat (benefit) yang diperoleh dari kinerja Pemerintah Kota
Surakarta selama tahun anggaran 2007-2009, antara lain:
1) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta berhasil meningkatkan kualitas sarana dan prasarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
aparatur untuk memperlancar kegiatan otonomi daerah. Hal ini
dapat dilihat dari bertambahnya aktiva Pemerintah Kota
Surakarta dan realisasi belanja untuk dialokasikan pada belanja
aparatur daerah.
2) Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta berhasil meningkatkan sarana dan prasarana umum
untuk memuaskan pelayanan terhadap masyarakat. Hal ini dapat
dilihat dari meningkatnya belanja untuk pelayanan publik pada
tahun 2008.
f. Kelompok dampak (impact)
1) Keberhasilan dalam meningkatkan sarana dan prasarana baik
aparatur maupun umum mengakibatkan peningkatan belanja
dan pembiayaan daerah, sehingga efisiensi dan efektivitas
terhadap belanja dan pembiayaan daerah belum optimal.
2) Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar retribusi
daerah mengakibatkan Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku penegelola keuangan
daerah mengalami kegagalan pada tahun 2009 dalam rangka
meningkatkan pendapatan daerah khususnya Pendapatan Asli
Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
TEMUAN
A. KELEBIHAN
Dari hasil analisis pada Bab II, penulis menemukan beberapa temuan
kelebihan pada kinerja Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-
2009, antara lain sebagai berikut:
1. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari target
Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun sebelumnya telah
tercapai pada tahun 2007 dan 2008.
2. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari Belanja
Daerah tidak melebihi 100% dari anggaran tahun yang bersangkutan
telah tercapai selama tahun 2007-2009.
3. Pencapaian kinerja Pemerintah Kota Surakarta dilihat dari Pembiayaan
sudah sesuai dengan kebijakan dari anggaran yang telah ditetapkan dan
sudah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Surakarta.
4. Tingkat solvabilitas selama tahun 2007-2009 sangat tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa kesehatan keuangan Pemerintah Kota
Surakarta sangat baik karena dapat memenuhi kewajiban yang dimiliki
Pemerintah Kota Surakarta dengan menggunakan semua aktivanya.
5. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
berhasil meningkatkan sarana dan prasarana aparatur. Hal ini dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dilihat dari realisasi belanja aparatur daerah serta meningkatnya aset
tetap tiap tahunnya guna kegiatan operasional daerah.
B. KELEMAHAN
Dari hasil analisis pada Bab II, penulis menemukan beberapa temuan
kelemahan pada kinerja Pemerintah Kota Surakarta tahun anggaran 2007-
2009, antara lain sebagai berikut:
1. Kurang optimalnya kinerja Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Kota Surakarta dalam melaksanakan kebijakan dari
Pemerintah Kota Surakarta untuk meningkatkan pendapatan dari sektor
Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi Pendapatan
Asli Daerah pada tahun 2009 tidak dapat mencapai target 10% dari
anggaran tahun sebelumnya karena hanya mencapai target 6%.
2. Tingkat kemandirian Pemerintah Kota Surakarta pada tahun 2009
kurang baik dalam membiayai semua aktivitasnya karena masih
tergantung dana dari pihak ketiga. Hal ini terlihat pada tahun 2009
belanja daerah meningkat dan utang juga meningkat.
3. Keberhasilan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana aparatur
menyebabkan meningkatnya belanja daerah dan pembiayaan Kota
Surakarta, sehingga efektivitas dan efisiensi terhadap belanja daerah
dan pembiayaan belum optimal dilakukan Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari data dan pembahasan pada bab II, penulis melakukan beberapa
analisis yang dapat disimpulkan bahwa:
1. Kinerja keuangan Pemerintah Kota Surakarta pada tahun anggaran
2007-2009 sudah baik, meskipun masih ada yang dibawah target yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surakarta dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah setelah perubahan selama tahun 2007-
2009. Hal ini dapat dibuktikan bahwa Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta selaku pengelola keuangan daerah
mampu menjalankan tugas dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan
Pemerintah Kota Surakarta, seperti:
a. Pendapatan daerah dari tahun 2007 ke 2008 mengalami kenaikan
sehingga target Pendapatan Asli Daerah 10% dari anggaran tahun
sebelumnya dapat terealisasi, tapi pada tahun 2009 terjadi
penurunan pendapatan daerah yang menyebabkan target tidak
terealisasi sehingga Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Surakarta mengalami kegagalan dalam meningkatkan
pendapatan khususnya Pendapatan Asli Daerah.
b. Keefektivan belanja daerah selama tahun 2007-2009 yang tidak
melebihi 100% dari anggaran tahun bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
c. Pembiayaan Kota Surakarta selama tahun 2007-2009 sudah sesuai
dengan kebijakan yang telah dilaksanakan Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta karena dari analisis
hubungan antar pos-pos laporan kinerja tersebut terlihat jelas bahwa
tidak ada penyimpangan dalam penyajiannya.
2. Analisis kinerja Pemerintah Kota Surakarta pada tahun anggaran
2007-2009 berdasarkan analisis rasio, seperti:
a. Analisis rasio likuiditas menunjukkan bahwa kesehatan keuangan
Pemerintah Kota Surakarta dapat menjamin utang lancar baik
dengan aktiva lancar, aktiva lancar dikurangi persediaan, dan kas
ditambah investasi jangka pendek yang dimiliki Pemerintah Kota
Surakarta.
b. Analisis rasio kemandirian menunjukkan tingkat kemandirian
Pemerintah Kota Surakarta cukup baik karena tidak selalu
tergantung dana pihak ketiga.
c. Analisis rasio solvabilitas Pemerintah Kota Surakarta selama
tahun 2007-2009 sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai total
aktiva jauh lebih besar daripada nilai total utang.
d. Analisis rasio leverage Pemerintah Kota Surakarta selama tahun
2007-2009 sangat baik karena total ekuitas dana yang dimiliki
Pemerintah Kota Surakarta dapat menjamin setiap utangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
B. SARAN
Melalui penelitian ini, penulis berharap bisa memberikan saran yang
bermanfaat untuk Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta, antara lain:
1. Diharapkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta tetap melaksanakan kebijakan yang dibuat Pemerintah Kota
Surakarta seperti target Pendapatan Asli Daerah setiap tahunnya
meningkat sebesar 10% dari anggaran tahun sebelumnya.
2. Diharapkan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta melakukan penyuluhan terhadap Wajib Pajak untuk
meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam aktivitas pembayaran
pajak guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.