-
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)
Oleh
DIAN ROSALIA PRADINI
H24062329
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
-
2
RINGKASAN
DIAN ROSALIA PRADINI. H24062329. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk). Di bawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.
Dunia Perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas ekonomi.
Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional, terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini berpengaruh pada peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Dengan semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka potensi terjadinya risiko pun semakin besar. Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko pembiayaan, (2) Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaaan, (3) Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba, (4) Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah korelasi pearson product moment untuk melihat derajat hubungan pembiayaan dan NPF terhadap laba bank, dan regresi linier berganda untuk melihat pengaruh perubahan pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank dengan alat analisis minitab 14.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko pembiayaan dipengaruhi oleh faktor internal (sumber daya manusia, teknologi informasi, kebijakan dan prosedur, keuangan, dan pengendalian internal) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, peminjam, dan persaingan dengan bank lain). Manajemen risiko pembiayaan yang dilakukan untuk mengendalikan dan mengelola risiko dengan cara preventive control of finance (penetapan prosedur dan kebijakan umum pembiayaan, asuransi, peningkatan kualitas SDM, penagihan intensif, dan manajemen kolektibilitas) dan repressive control of finance (proses revitalisasi, dan penyelesaian melalui jaminan baik secara non litigasi maupun litigasi). Pembiayaan pada PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk terus mengalami peningkatan dengan rata-rata 5,54% per triwulan selama periode 2007-2010 yang didominasi oleh pembiayaan murabahah dengan persentase rata-rata 44,70% terhadap total pembiayaan. Sedangkan NPF dan laba mengalami fluktuasi pada periode yang sama dimana NPF tertinggi terjadi pada triwulan ke tiga 2009 sebesar 8,86% dan terendah pada triwulan terakhir 2007 sebesar 2,91%. Pertumbuhan laba terbesar terjadi pada triwulan pertama 2008 yaitu mencapai 37,89% dan terendah turun sebesar 18,66% pada triwulan ke tiga 2009. Model regresi menunjukkan bahwa pembiayaan memberikan pengaruh positif terhadap laba dengan koefisien 0,0257 atau setiap kenaikan pembiayaan sebesar satu miliar
-
3
rupiah akan menaikkan perolehan laba sebesar 0,0257 miliar rupiah. Sedangkan NPF memberikan pengaruh negatif terhadap laba dengan koefisien -2147 atau dengan kenaikan NPF sebesar 1% akan menurunkan laba sebesar 2,147 miliar rupiah. Hasil uji F menunjukkan bahwa secara keseluruhan pembiayaan dan NPF berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikansi 5% dengan nilai p-value 0,021. Namun, secara parsial hanya pembiayaan yang berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada tingkat signifikasi 5 % dengan nilai p-value 0,008. Model ini memiliki nilai R-square sebesar 50,3% yang berarti keragaman nilai dari laba 50,3% dipengaruhi oleh variabel dalam model yaitu pembiayaan dan NPF, sedangkan 49,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian.
-
4
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
DIAN ROSALIA PRADINI
H24062329
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
-
5
Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap
Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)
Nama : Dian Rosalia Pradini NIM : H24062329
Menyetujui:
Pembimbing,
(Farida Ratna Dewi, SE, MM) NIP: 197103072005012001
Mengetahui:
Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc) NIP: 196101231986011002
Tanggal Lulus :
-
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 10 September 1988.
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara
pasangan H. Endang Ruswandi dan Hj. Sudiarti. Penulis
mengawali pendidikan formal di TK Desfita Pondok Indah,
Cilegon. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan di SD
Yayasan Pendidikan Warga Krakatau Steel (YPWKS) III
Cilegon pada tahun 1994 hingga 2000. Setelah selesai dari sekolah dasar penulis
melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Cilegon dari tahun 2000-2003.
Kemudian tahun 2003-2006, penulis menempuh pendidikan di SLTA Negeri 1
Cilegon. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI)
pada tahun 2006 dan menempuh pendidikan di Departemen Manajemen tahun
2007. Selama perkuliahan penulis aktif berorganisasi di kelembagaan mahasiswa
sebagai bendahara divisi pendidikan dan keilmuan, Sharia Economic Student Club
(SES-C) dan sekretaris divisi keputrian FORMASI. Selain itu penulis juga
berkesempatan menjadi tentor kajian ekonomi syariah pada Small Group
Discussion SES-C.
Pada tahun 2009 penulis tergabung dalam divisi acara untuk SEASON 4
(Sharia Economic at Seminar, Expo, and Campaign). Pada tahun 2008, penulis
melaksanakan praktek kerja pada bidang Subdit Subsidiaris, Management
Accounting Krakatau Steel dan pada tahun 2009 pada bidang pemasaran dan
purchasing Krakatau Industrial and Entertainment Company.
iii
-
7
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Alloh
SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Skripsi ini mengambil judul Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan dan
Pengaruhnya Terhadap Laba (Studi Kasus PT. Bank Muamalat Indonesia,
Tbk) dilaksanakan sejak bulan November hingga Desember 2010. Dengan telah
selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan
motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skipsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk kemajuan
yang lebih baik. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kemaslahatan umat dan bernilai ibadah dalam pandangan Alloh SWT. Amin.
Bogor, April 2011
Dian Rosalia Pradini
iv
-
8
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Alloh SWT atas karuniaNya sehingga
skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Manajemen
Risiko Pembiayaan Dan Pengaruhnya Terhadap Laba dilaksanakan pada PT.
BMI, Tbk sejak bulan November hingga Desember 2010.
Dengan selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibunda dan Ayahanda, atas kasih sayang dan pengorbanan Beliau berdua
kepada penulis dan sebagai motivator utama penulis dapat segera
menyelesaikan skripsi ini, juga adik-adikku tercinta Sevy Dwi Putri dan
Nanda Chesaria atas keceriaan, motivasi, dan dukungan yang diberikan.
2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM atas bimbingan Beliau dalam penyelesaian
pendidikan sarjana yang ditempuh oleh penulis, dan atas kesabaran Beliau
dalam membimbing.
3. Ibu Dra. Siti Rahmawati, MPd dan Ibu Yusrina Permanasari, S.Sos, ME atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu menjadi dosen penguji dan
memberikan masukan yang membangun bagi penulis.
4. Bapak Ir. Arviyan Arifin selaku presiden direktur BMI dan Bapak Ahmad
Fadjri selaku direktur Muamalat Institute atas kesempatan yang diberikan
kepada penulis untuk dapat melaksanakan penelitian pada PT. BMI, Tbk.
5. Ibu Sunarti atas segala bantuan dalam proses perolehan data, wawancara, dan
orientasi serta motivasi yang diberikan.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Departemen Manajemen, FEM
IPB.
7. Sahabat-sahabat rohis kelas manajemen 43 Manajemen Moeslem Society
(MMS) Ade gustika, Hendra Etri Gunawan, Munawar Holil, Indra Yuda, Tri
Joko, Yunita Tri Rahayu Purba, Dwi Rahayu, Lulus Fitriana, serta rekan-rekan
seperjuangan Salam ISC 2010 atas kerjasama, pengorbanan, teladan, dan
ukhuwah yang tak akan terlupakan.
8. Yunita Tri Rahayu Purba dan Dwi Rahayu atas bingkai persahabatan terindah
selama perkuliahan serta dukungan dan motivasi terselesainya skripsi.
v
-
9
9. Sahabat-sahabat SES-C angkatan 41, 42, 43, 44, dan 45 atas kerjasama,
pengorbanan, teladan, dan ukhuwah yang indah dan tak terlupakan.
10. Saudari-saudari NJ Houz atas bantuan dan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir.
11. Rekan-rekan Manajemen 43 yang selalu bersama-sama membuat kenangan
indah selama kuliah.
12. Teman-teman satu bimbingan skripsi Astrid, Dwi, Alini, Tunjung, Faisal,
Winda, Mevi, dan Ajit atas motivasi dan dukungan untuk segera
menyelesaikan tugas akhir.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga
Alloh SWT senantiasa memberikan balasan atas seluruh kebaikan yang telah
diberikan.
vi
-
10
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................. v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xi
I. PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................ 5 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................. 6 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 7
2.1. Pengertian Bank ................................................................... 7 2.2. Bank Syariah ...................................................................... 8
2.2.1. Definisi Bank Syariah ................................................ 8 2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah ............................ 8
2.3. Pembiayaan Bank Syariah ................................................... 11 2.3.1. Pengertian Pembiayaan .............................................. 11 2.3.2. Jenis-jenis Pembiayaan............................................... 12 2.3.3. Produk Pembiayaan .................................................... 12 2.3.4. Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan ........................ 15
2.4. Risiko ................................................................................. 17 2.4.1. Pengertian Risiko ....................................................... 17 2.4.2. Jenis-jenis Risiko ....................................................... 17
2.5. Risiko Pembiayaan ............................................................. 20 2.6. Teknik Pengelolaan Risiko .................................................. 23 2.7. Manajemen Risiko .............................................................. 24
2.7.1. Definisi Manajemen Risiko ........................................ 24 2.7.2. Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah ................. 25 2.7.3. Proses Manajemen Risiko .......................................... 27
2.8. Laba Bank .......................................................................... 29 2.9. Hasil Penelitian Terdahulu .................................................. 29
III. METODE PENELITIAN ........................................................ 30
3.1. Kerangka Pemikiran ........................................................... 30
vii
-
11
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 32 3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................. 32 3.4. Metode Pengolahan Dan Hasil Analisis Data ....................... 32
3.4.1. Analisis Deskriptif ..................................................... 32 3.4.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment ............... 32 3.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda............................... 33 3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F) ...................................... 36 3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t) ....................................... 37
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 38
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ............................................. 38 4.1.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan .................................. 38 4.1.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ........................... 39 4.1.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan .................... 39 4.1.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 40
4.2. Proses Penyaluran Pembiayaan ........................................... 44 4.3. Perkembangan Pembiayaan ................................................. 53 4.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Pembiayaaan ..... 58 4.5. Manajemen Risiko Pembiayaan .......................................... 64
4.5.1. Identifikasi Risiko Pembiayaan .................................. 65 4.5.2. Pengelompokan Risiko Pembiayaan ........................... 66 4.5.3. Pengukuran Tingkat Risiko Pembiayaan .................... 68 4.5.4. Pengendalian Dan Pengelolaan Risiko Pembiayaan .... 70
4.6. Laba Bank Muamalat Indonesia .......................................... 75 4.7. Pengaruh Pembiayaan Dan Rasio NPF Terhadap Laba ......... 76
4.7.1. Analisis Korelasi ........................................................ 76 4.7.2. Analisis Regresi Linear Berganda............................... 77 4.7.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F) ......... 81 4.7.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) .................. 82
4.8. Implikasi Manajerial ............................................................ 83
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 85
1. Kesimpulan ..................................................................................... 85 2. Saran ........................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 87
LAMPIRAN ....................................................................................... 89
viii
-
12
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional .......................... 2 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah .......................................... 2 3. Perbandingan bank syariah dan bank konvensional ............................. 11
4. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi .............. 33 5. Divisi dalam struktur organisasi Bank Muamalat Indonesia ................ 40 6. Garis besar pelaksanaan On The Spot (OTS) ....................................... 48 7. Perkembangan pembiayaan per triwulan periode 2007-2010 ............... 54 8. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ........................ 56
9. PPAP minimum yang wajib dibentuk berdasarkan kualitas ................. 61 10. Jumlah kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 ......................... 67 11. Persentase Non Performing Finance (NPF) periode 2007-2010........... 69 12. Laba periode 2007-2010 ..................................................................... 75 13. Nilai korelasi antar variabel pembiaayaan, NPF, dan laba ................... 76 14. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda ............................................ 78
ix
-
13
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Proses manajemen risiko bank Islam dan konvensional ....................... 25 2. Penilaian risiko bank Islam dengan pendekatan kualitatif .................... 26 3. Siklus manajemen risiko ..................................................................... 28 4. Kerangka pemikiran penelitian ........................................................... 31 5. Proses penyaluran pembiayaan PT. BMI, Tbk ..................................... 52
6. Grafik perkembangan pembiayaan berdasarkan produk ....................... 53 7. Grafik perkembangan DPK dan pembiayaan periode 2007-2010 ....... 55 8. Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) periode 2007-2010 ................... 56 9. Grafik perkembangan jumlah peminjam periode 2007-2010................ 57 10. Komposisi kolektibilitas pembiayaan periode 2007-2010 .................... 66 11. Grafik perkembangan rasio NPF periode 2007-2010 ........................... 70 12. Grafik perkembangan laba periode 20017-2010 .................................. 76 13. Output uji heteroskedastisitas pada regresi .......................................... 79 14. Hasil run test terhadap residual model ................................................. 80 15. Output uji heteroskedastisitas pada regresi .......................................... 81
x
-
14
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Struktur organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk ...................... 89 2. Tingkat pembiayaan bermasalah Bank Umum Syariah (BUS) ............. 90
3. Pertumbuhan NPF perbankan syariah periode 2006-2010 ................... 91 4. Komposisi pembiayaan BMI terhadap total pembiayaan BUS ............. 92 5. Pembiayaan BMI periode 2006-2010 .................................................. 93
6. Skema proses pemberian pembiayaan BMI ......................................... 94 7. Proyeksi tingkat kesehatan pembiayaan .............................................. 95 8. Kuesioner penelitian ........................................................................... 96 9. Data kolektibilitas BMI periode 2007-2010 ........................................ 101 10. Hasil perhitungan regresi berganda .................................................... 115
xi
-
15
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dunia perbankan memegang peranan penting dalam stabilitas
ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami
penurunan maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah
menata sektor perbankan. Sehingga kebijakan pengembangan industri
perbankan diarahkan untuk mencapai suatu sistem perbankan yang sehat,
kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada
gilirannya akan membantu mendorong perekonomian nasional secara
berkesinambungan.
Perbankan Indonesia tidak hanya diisi oleh perbankan konvensional
saja. Terdapat pula perbankan syariah yang sejak tahun 1992 telah
memainkan perannya di dunia perbankan Indonesia. Bank syariah adalah
bank yang tata cara dan operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam dengan prinsip yang berorientasi produktif, berlandaskan keadilan,
dan mengembangkan investasi yang halal dalam perbaikan kesejahteraan
masyarakat (Karim, 2003).
Saat ini, pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia mengalami
kemajuan yang pesat. Salah satu faktornya disebabkan oleh dukungan
permintaan islamic product dari penduduk Indonesia yang sebagian besar
adalah muslim. Pada perkembangannya, jumlah perbankan syariah dalam
5 tahun terakhir selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan.
Dengan berdirinya 5 bank syariah baru yaitu BCA syariah, BNI syariah,
Bank Jabar Banten syariah, Bank Victoria syariah, dan Maybank
Indonesia Syariah semakin mendorong pertumbuhan perbankan syariah
secara signifikan. Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010),
jumlah jaringan kantor perbankan syariah mengalami peningkatan
rata-rata 29,83% per tahun selama periode 2006-2010, persentase tersebut
lebih besar dibanding perbankan konvensional yang mencapai 11,11%.
Tabel 1 menunjukkan jumlah jaringan kantor perbankan syariah dan
konvensional dalam kurun waktu tahun 2006 hingga tahun 2010.
1
-
16
Tabel 1. Jaringan kantor perbankan syariah dan konvensional
Sumber: Bank Indonesia, 2010
Kondisi perbankan syariah yang semakin tumbuh berpengaruh pada
peningkatan ekspansi pembiayaan pada tahun 2010. Di samping itu,
fungsi bank sebagai lembaga keuangan untuk menyalurkan dana kepada
peminjam yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan dan semakin
kompleksnya kebutuhan pendanaan baik yang bersifat modal, investasi
maupun konsumsi dari masyarakat dan korporasi mengakibatkan
pembiayaan perbankan syariah pun semakin berkembang.
Tabel 2. Komposisi pembiayaan perbankan syariah (triliun rupiah) Akad 2006 2007 2008 2009 2010
Akad Mudharabah 2,335 4,406 7,411 10,412 14,624 Akad Musyarakah 4,062 5,578 6,205 6,597 8,631 Akad Murabahah 12,624 16,553 22,486 26,321 37,.508 Akad Salam 0 0 0 0 0 Akad Istishna 337 351 369 423 347 Akad Ijarah 836 516 765 1,305 2,341 Akad Qardh 250 540 959 1,829 4,731 Total 20,445 27,944 38,195 46,886 68,181
Sumber: Bank Indonesia, 2010
Tabel 2 menunjukkan bahwa total pembiayaan yang disalurkan
perbankan syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Pada
tahun 2006 total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp 20,445 triliun
dan terus meningkat setiap tahunnya hingga tahun 2010 menjadi Rp
Jenis Bank 2006 2007 2008 2009 2010
Bank Umum Syariah Jumlah Bank 3 3 5 6 11 Jumlah Kantor 349 401 581 711 1.215 Unit Usaha Syariah Jumlah Bank 20 26 27 25 23 Jumlah Kantor 183 196 241 287 262 BPR Syariah Jumlah Bank 105 114 131 138 150 Jumlah Kantor 105 185 202 225 287 Bank Konvensional Jumlah Bank 130 130 124 121 122 Jumlah Kantor 9110 9680 10868 12837 13837
2
-
17
68,181 triliun atau mengalami pertumbuhan rata-rata 35,38 persen per
tahun.
Dari kegiatan pembiayaan ini, semakin banyak dana yang disalurkan
maka potensi timbulnya risiko pun semakin besar. Hal ini karena
pembiayaan merupakan salah satu aktivitas perbankan yang memiliki
risiko disebabkan oleh adanya ketidakmampuan peminjam untuk melunasi
kewajibannya kepada pihak bank. Besarnya risiko pembiayaan
ditunjukkan dalam rasio Non Performing Finance (NPF). Tingginya NPF
menunjukkan banyaknya jumlah peminjam yang tidak dapat
mengembalikan pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah
disepakati bersama antara bank dengan peminjam. Pembiayaan dengan
kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet termasuk dalam NPF.
Semakin besar NPF menunjukkan semakin tinggi tingkat pembiayaan
bermasalah, sehingga mengakibatkan turunnya pendapatan yang
berpengaruh pada kinerja, tingkat kesehatan, dan kelangsungan bank.
Saat ini, dunia perbankan syariah di Indonesia mengalami kendala
dengan tingkat pembiayaan bermasalah. Bank Indonesia mencatat
sebanyak 6 periode triwulan selama 2006-2010, rasio pembiayaan
bermasalah (NPF) berada pada tingkat di atas 5%. Selama periode
tersebut, NPF tumbuh dengan persentase rata-rata sebesar 0,31% per
triwulan. NPF meningkat dari 3,02% pada Desember 2010 menjadi 3,28%
per Januari 2011 dengan komposisi 45,2% modal kerja, 19,5% investasi,
dan 35,3% konsumsi (Lampiran 2).
Di Indonesia, salah satu bank syariah besar yang berkontribusi dalam
industri perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia (BMI).
Berdasarkan data statistik Bank Indonesia (2010), BMI merupakan bank
syariah besar dilihat dari sisi jumlah aktiva dan pembiayaan. BMI
menyediakan berbagai produk syariah bagi nasabah perorangan, usaha
kecil dan menengah (UKM), korporasi dan badan usaha milik negara
(BUMN). Sebagai lembaga intermediasi, BMI tidak hanya menyimpan
dana dari masyarakat tetapi juga menyalurkan dana kepada peminjam
yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan. Jumlah pembiayaan BMI
3
-
18
mencapai 14,38% dari total pembiayaan industri perbankan syariah di
Indonesia. Jumlah tersebut menempati posisi pertama. Selanjutnya, BSM
13,46% dan Bank Mega Syariah 0,70%, sedangkan 71,46% lainnya
merupakan pembiayaan dari 8 bank umum syariah yaitu BRI syariah,
Bank Bukopin Syariah, Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA
syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank Syariah BNI, dan Maybank
Indonesia Syariah serta 24 unit usaha syariah (Lampiran 4). Berdasarkan
laporan keuangan BMI (2010), pembiayaan BMI terus mengalami
peningkatan dengan persentase rata-rata sebesar 4,57% per triwulan dalam
kurun waktu tahun 2006 sampai Juni 2010 (Lampiran 5). Dari kegiatan
pembiayaan tersebut bank memperoleh pendapatan. Namun di sisi lain,
potensi timbulnya risiko pun semakin besar.
Dalam upaya pencapaian laba yang maksimum, BMI sebagai bank
syariah besar dengan visi Bank syariah utama di Indonesia, dominan di
pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional harus terus berusaha
meningkatkan pembiayaan dengan nilai NPF yang rendah melalui
pengelolaan risiko pembiayaan yang baik. Risiko pembiayaan perlu
dikendalikan. Kegiatan pembiayaan dan pengendalian risiko hendaknya
diantisipasi oleh kualitas sistem manajemen risiko pembiayaan yang baik.
Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat penting dan
berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada
pencapaian laba. Dengan pencapaian laba yang maksimum, BMI
diharapkan mampu meningkatkan kinerja, mempertahankan kesehatan,
dan kelangsungan bank serta semakin mapan dalam persaingan di dunia
perbankan Indonesia.
1.2. Perumusan Masalah Fungsi Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi
menimbulkan kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan dalam kegiatan
penyaluran dana. Pembiayaan yang semakin besar mengakibatkan potensi
terjadinya risiko pembiayaan semakin tinggi. Hal ini karena pembiayaan
merupakan salah satu aktivitas bisnis bank yang memiliki risiko besar dan
4
-
19
signifikan. Pada penelitian ini, besarnya risiko pembiayaan ditunjukkan
dalam Non Performing Financing (NPF). Tingginya nilai NPF
menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat mengembalikan
pinjaman sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati bersama
antara bank dengan peminjam. Hal ini perlu diantisipasi oleh manajemen
risiko yang baik melalui pengelolaan dan pengendalian risiko pembiayaan
agar dapat memaksimalkan pencapaian laba dan meminimalisasi kerugian
yang dihadapi oleh Bank Muamalat Indonesia. Oleh karena itu,
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan pada
Bank Muamalat Indonesia?
2. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan pada Bank Muamalat
Indonesia?
3. Bagaimana perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank
Muamalat Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank
Muamalat Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian Mengacu pada perumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas,
maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan
pada Bank Muamalat Indonesia.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis manajemen risiko pembiayaan
pada Bank Muamalat Indonesia.
3. Menganalisis perkembangan pembiayaan, NPF, dan laba pada Bank
Muamalat Indonesia.
4. Menganalisis pengaruh pembiayaan dan NPF terhadap laba pada Bank
Muamalat Indonesia.
5
-
20
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan input
alternatif manajerial terhadap berbagai kemungkinan terjadinya risiko
pembiayaan yang berpengaruh pada pencapaian laba sehingga dapat
meminimalisasi kerugian dan meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan kontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia
terutama bagi kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada
umumnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai analisis manajemen risiko pembiayaan dan
pengaruhnya terhadap laba. Terfokus pada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko pembiayaan, manajemen risiko pembiayaan,
perkembangan pembiayaan, NPF dan laba, serta pengaruh pembiayaan dan
NPF terhadap laba Bank BMI. Data dan informasi yang digunakan dalam
penelitian hanya berdasarkan dari sudut pandang perusahaan. Perhitungan
risiko pembiayaan tidak memperhitungkan aspek pasar seperti suku bunga
dan inflasi serta tidak memperhitungkan aspek makroekonomi yang
mempengaruhi kinerja PT BMI. Penelitian ini hanya membahas risiko
pembiayaan sedangkan risiko operasional dan risiko pasar tidak menjadi
bahasan dalam penelitian.
6
-
21
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bank
Bank secara etimologi memiliki arti tempat untuk menukarkan uang.
Secara lembaga keuangan, bank adalah setiap perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dan
menyalurkan dana, atau kedua-duanya, menghimpun dan menyalurkan
(Kasmir, 2000).
Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU
No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank diartikan sebagai badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari definisi bank diatas, menunjukkan bahwa kegiatan utama bank
adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan
sumber dana bank dan dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak
semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tapi juga
kegiatannya harus diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarakat
(Siamat, 2004).
Bank sebagai suatu badan usaha yang memberikan jasa atau pelayanan
keuangan memiliki beberapa tujuan dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya. Menurut Siamat (2004), tujuan tersebut dapat dibedakan
berdasarkan jangka waktu, yaitu:
1. Tactical Planning (Jangka pendek)
a. Pemenuhan likuiditas, terutama untuk memenuhi likuiditas wajib
minimum yang ditetapkan oleh otoritas moneter disamping
kebutuhan likuiditas untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah
sehari-hari.
b. Memberikan pelayanan kepada nasabah secara maksimum.
2. Strategic Planning (Jangka Panjang)
a) Meningkatkan nilai perusahaan.
b) Memperoleh laba maksimum.
-
22
2.2. Bank Syariah
2.2.1. Definisi Bank Syariah
Bank Islam adalah lembaga keuangan atau perbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada
prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada
Al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank syariah
adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan
pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariah Islam (Siamat, 2004).
Menurut Karim (2003), dalam kegiatan operasionalnya, bank
syariah melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan,
memberikan pinjaman, dan memberikan pelayanan jasa dengan
berlandaskan prinsip syariah. Baraba dalam Darajat (2007),
menambahkan satu fungsi bank syariah, yaitu sebagai pengelola
fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta
penyaluran dana kebajikan.
2.2.2. Falsafah Operasional Bank Syariah
Menurut Muhammad dalam Darajat (2007), hal-hal yang harus
dilakukan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya adalah
dengan cara menjauhkan diri dari praktik-praktik yang memiliki
unsur riba serta menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan.
Unsur riba tersebut dihindari dengan cara:
1) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan
keberhasilan suatu usaha di muka secara pasti.
2) Menghindari penggunaan sistem presentasi untuk pembebanan
biaya terhadap utang atau pemberian imbalan terhadap
simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara
otomatis utang atau simpanan tersebut hanya karena
berjalannya waktu.
8
-
23
3) Menghindari penggunaan sistem perdagangan atau penyewaan
barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan
memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.
4) Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka
tambahan atas utang yang bukan atas prakarsa yang
mempunyai utang secara sukarela.
Hal lain yang membedakan bank syariah dengan bank
konvesional terlihat dari beberapa aspek, yaitu aspek legal, struktur
organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja (Antonio,
2001).
a) Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki
konsekuensi baik duniawi maupun ukhrawi karena akad yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam. Setiap akad dalam bank
syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun
ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad seperti hal-
hal berikut:
a. Rukun, mencakup penjual, pembeli, barang yang
dipertukarkan, harga, dan akad (ijab kabul).
b. Syarat, seperti:
1) Barang dan jasa bersifat halal, sehingga transaksi atas
barang dan jasa yang haram menjadi batal demi hukum
syariah.
2) Harga barang dan jasa harus jelas.
3) Tempat penyerahan harus jelas karena akan berdampak
pada biaya transportasi.
4) Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam
kepemilikan, tidak boleh menjual sesuatu yang belum
dimiliki dan dikuasai.
b) Struktur Organisasi
Unsur yang paling membedakan antara bank syariah
dengan bank konvensional adalah adanya Dewan Pengawas
9
-
24
Syariah (DPS) pada bank syariah, yang bertugas mengawasi
operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan
garis-garis syariah. DPS biasanya diletakkan pada posisi
setingkat dewan komisaris pada setiap bank. Hal ini bertujuan
untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan
oleh DPS. Oleh karena itu, biasanya penetapan anggota DPS
dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para
anggota DPS tersebut mendapatkan rekomendasi dari Dewan
Syariah Nasional.
c) Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bank syariah tidak mungkin membiayai usaha yang
terkandung didalamnya hal-hal yang diharamkan. Dalam
perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui
sebelum dipastikan beberapa hal pokok, diantaranya sebagai
berikut: Apakah objek pembiayaan itu halal atau haram?
Apakah proyek menimbulkan kerugian bagi masyarakat?
Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan asusila? (Antonio,
2001).
d) Lingkungan Kerja dan Corporate Culture
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja
yang sejalan dengan syariah, antara lain sikap amanah dan
shiddiq yang baik. Di samping itu, karyawan bank syariah
harus memiliki skill yang baik dan profesional, dan tabhligh.
Dalam reward dan dan punishment pun juga diperlukan prinsip
keadilan yang sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, cara
berpakaian dan tingkah laku dari para karyawan juga harus
mengikuti syariat Islam (Antonio, 2001). Tabel 3 menunjukkan
perbedaan bank syariah dengan bank konvensional.
10
-
25
Tabel 3. Perbandingan Bank Syariah dan Bank Konvesional Bank Syariah Bank Konvensional
Melakukan investasi-investasi
yang halal saja
Investasi yang halal dan
haram
Berdasarkan prinsip bagi hasil,
jual beli, atau sewa
Memakai perangkat bunga
Profit dan falah oriented Profit oriented
Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan
Hubungan dengan nasabah
adalah hubungan debitur-
kreditur
Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
DPS
Tidak ada dewan sejenis
Sumber: Antonio, 2001
2.3. Pembiayaan Bank Syariah
2.3.1. Pengertian Pembiayaan
Menurut UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU No.10 tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Bank Indonesia (2007), menyebutkan bahwa pembiayaan
syariah mengandung beberapa nilai dasar dalam pelaksanaannya,
yaitu:
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang
menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan
persetujuan pembiayaan baik dalam menghitung margin
keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai pembiayaan
tersebut.
11
-
26
2.3.2. Jenis-Jenis Pembiayaan Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah, yaitu (Karim, 2003):
1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah.
Adalah pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada
perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usahanya
berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2. Pembiayaan Investasi Syariah
Adalah pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang
untuk pembelian barang-barang modal yang diperlukan untuk:
a. Pendirian proyek baru, yaitu pendirian atau pembangunan
proyek atau pabrik dalam rangka usaha baru.
b. Rehabilitasi, yaitu penggantian mesin atau peralatan lama
yang sudah rusak dengan mesin atau peralatan baru yang
lebih baik.
c. Modernisasi, yaitu penggantian secara keseluruhan mesin
atau peralatan lama dengan mesin atau peralatan baru
dengan teknologi yang lebih baik.
d. Relokasi proyek yang sudah ada, yaitu pemindahan lokasi
proyek atau pabrik secara keseluruhan (termasuk sarana
penunjang pabrik, seperti laboratorium).
3. Pembiayaan Konsumsi Syariah
Adalah pembiayaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan
nasabah baik barang maupun jasa yang tidak dipergunakan
untuk tujuan usaha dan umumnya bersifat perorangan.
2.3.3. Produk Pembiayaan Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, produk
pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu (Karim, 2003):
1. Berdasarkan Prinsip Jual Beli
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda. Tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga
12
-
27
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan
berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan
barangnya, yaitu:
a. Murabahah
Adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah
dimana bank syariah membeli barang yang diperlukan oleh
nasabah dan kemudian menjualnya kepada nasabah yang
bersangkutan dengan margin atau keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah.
b. Salam
Adalah perjanjian jual beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran
harga terlebih dahulu. Dalam transaksi ini, kualitas,
kuantitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti.
c. Istishna
Adalah perjanjian jual beli dalam bentuk pemesanan
pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan tertentu
yang disepakati antara pemesan dan penjual.
2. Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil
a. Musyarakah
Adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai
kesepakatan.
b. Mudharabah
Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana
shahibul maal (pihak pertama) menyediakan seluruh atau
100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.
Keuntungan usaha mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan
13
-
28
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian pengelola.
c. Muzaraah
Adalah akad kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap, dimana pemiliki lahan
memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk
ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu
(persentase) dari hasil panen.
d. Musaqah
Adalah akad kerja sama, merupakan bentuk yang lebih
sederhana dari muzaraah dimana penggarap hanya
bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Sebagai imbalan, penggarap berhak atas nisbah tertentu dari
hasil panen.
3. Berdasarkan Prinsip Sewa
a. Ijarah
Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Harga
sewa disepakati pada awal perjanjian antara bank dengan
nasabah.
b. Ijarah Muntahiyyah Bittamlik
Adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa
melalui pembayaran upah sewa. Pada akhir masa sewa,
bank menjual barang yang disewakannya kepada nasabah
yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan. Harga sewa
dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank
dengan nasabah.
4. Berdasarkan Prinsip Pinjaman
Penyaluran dana bank syariah berdasarkan prinsip pinjaman
dilakukan dengan menggunakan akad qardh yaitu penyediaan
dana atau tagihan yang diberikan kepada pihak peminjam dan
14
-
29
mewajibkannya melakukan pembayaran baik secara langsung
maupun angsuran dalam jangka waktu tertentu tanpa disertai
tambahan pada saat pengembaliannya. Pembiayaan ini bersifat
khusus dan bersumber dari sadaqah, infak, zakat atau modal
yang sengaja dialokasikan untuk tujuan sosial. Oleh karenanya,
al-qardh dikenal sebagai pembiayaan dana talangan bagi
nasabah atau sebagai sumber dana talangan antar bank.
2.3.4 Prinsip-Prinsip Penilaian Pembiayaan Dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah, terdapat
prinsip-prinsip penilaian pembiayaan yang harus dipenuhi oleh
pemohon pembiayaan karena terdapat unsur kepercayaan dan
risiko yang harus dipertaruhkan. Untuk memperkecil risiko
pembiayaan yang mungkin terjadi, maka pembiayaan harus dinilai
dengan memperhatikan (Munawir dalam Hartati, 2005):
1. Character
Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
peminjam dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan
bahwa peminjam dapat memenuhi kewajibannya. Bank
melakukan beberapa pendekatan untuk mengetahui karakter
nasabah, diantaranya dengan mengenal dekat nasabah,
mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur,
dan mengumpulkan keterangan serta meminta pendapat dari
rekan-rekannya, pegawai, dan pesaing mengenai reputasi,
kebiasaan pribadi, pergaulan sosial, dan lain-lain.
2. Capacity
Penilaian terhadap kemampuan calon peminjam baik dalam
manajemen maupun keahlian pada bidang usaha yang dijalani.
Hal-hal yang diperhatikan dalam penilaian, yaitu angka-angka
hasil produksi, angka-angka penjualan dan pembelian,
perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya,
data-data finansial terdahulu yang tercermin dalam laporan
keuangan perusahaan. Sehingga dapat mengukur kemampuan
15
-
30
nasabah untuk melaksanakan rencana kerjanya terkait dengan
penggunaan pembiayaan tersebut.
3. Capital
Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
calon peminjam dengan cara menganalisa posisi finansial
perusahaan secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh rasio
finansial dan penekanan pada komposisi modalnya. Untuk itu
bank melakukan analisa rasio sehingga dapat mengetahui
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari calon peminjam,
serta analisis neraca, minimal neraca dua tahun terakhir.
4. Collateral
Penilaian terhadap jaminan yang diberikan oleh calon
peminjam untuk dapat meyakinkan, jika terjadi risiko
kegagalan pembayaran maka jaminan dapat dipakai sebagai
pengganti dari kewajibannya. Untuk itu bank harus meneliti
kepemilikian jaminan tersebut, mengukur stabilitas nilai
jaminan, memperhatikan kemampuan jaminan untuk dapat
dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa terlalu
mengurangi nilainya, dan memperhatikan barang jaminan
adalah benar-benar menjamin kepentingan bank sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
5. Condition
Penilaian terhadap kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat dan secara spesifik melihat keterkaitannya dengan
jenis usaha yang dijalani oleh calon peminjam. Bank
memperhatikan keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi
perkembangan dan kondisi usaha, membandingkan dengan
usaha sejenis lainnya didaerah dan lokasi lingkungannya, dan
prospek usaha di masa yang akan datang serta pengaruh
kebijakan pemerintah terhadap prospek industri dimana usaha
calon peminjam termasuk didalamnya.
16
-
31
2.4. Risiko
2.4.1. Pengertian Risiko
Risiko dalam konteks perbankan menurut Karim (2003)
merupakan suatu kejadian potensial, baik anticipated (dapat
diperkirakan) maupun unanticipated (tidak dapat diperkirakan)
yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan
bank. Menurut Djohanputro (2004), risiko terkait dengan adanya
keadaan tidak pasti dan tingkat ketidakpastian terukur secara
kuantitatif yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.
Menurut Kountur (2004), risiko sebagai suatu keadaan tidak
pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan sehingga dapat
memberikan dampak yang merugikan.
2.4.2. Jenis-Jenis Risiko
Secara umum, risiko yang terjadi pada aktivitas fungsional
bank syariah diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu (Karim, 2003):
1. Risiko Pembiayaan
Risiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan pihak lawan
transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada bank syariah,
risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan
pembiayaan korporasi.
2. Risiko Pasar
Risiko kerugian yang terjadi pada portofolio yang dimiliki
bank akibat adanya pergerakan variabel pasar berupa suku
bunga dan nilai tukar. Risiko pasar mencakup empat hal, yaitu:
a. Risiko Tingkat Suku Bunga
Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi
tingkat bunga. Meskipun bank syariah tidak menetapkan
tingkat bunga baik dari sisi pendanaan maupun dari sisi
pembiayaan, namun bank syariah tidak terlepas dari risiko
tingkat bunga. Hal ini disebabkan pasar yang dijangkau
oleh bank syariah tidak hanya untuk nasabah-nasabah yang
memiliki tingkat keloyalan penuh terhadap syariah
17
-
32
sehingga terdapat kemungkinan bank syariah menghadapi
beberapa kondisi, diantaranya:
1) Direct Competitor Market Rate (DCMR) yaitu tingkat
bagi hasil dari bank-bank yang menjalankan usaha
dengan prinsip syariah.
2) Indirect Copetitor Market Rate (ICMR) yaitu tingkat
bunga pada bank-bank konvensional.
3) Expected Competitive Return for Investor, yaitu hasil
investasi yang kompetitif yang diharapkan oleh
investor.
Dari kondisi tersebut, interest rate risk timbul jika
bagi hasil pendanaan syariah lebih kecil dari tingkat
bunga atau pada sisi pembiayaan, jika margin yang
dikenakan lebih besar dari tingkat bunga maka nasabah
dapat beralih pada bank konvensional.
b. Risiko Pertukaran Mata Uang
Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari fluktuasi
nilai tukar terhadap rugi laba bank. Hal ini karena bank
syariah tidak terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing
meskipun aktivitas treasury syariah tidak terpengaruh risiko
kurs secara langsung.
c. Risiko Harga
Adalah risiko yang terjadi sebagai akibat dari
perubahan harga. Pada bank syariah, risiko harga timbul
dari perubahan harga atas instrumen keuangan (obligasi
syariah dan reksadana syariah) dan komoditas.
d. Risiko Likuiditas
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakmampuan
bank untuk memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Risiko likuiditas yang dihadapi bank syariah, diantaranya:
1) Turunnya kepercayaan nasabah terhadap sistem
perbankan syariah.
18
-
33
2) Turunnya kepercayaan nasabah pada bank syariah yang
bersangkutan.
3) Dalam mudharabah kontrak, memungkin nasabah
untuk menarik dananya kapan saja.
4) Mismatcing antara dana jangka pendek dengan
pembiayaan jangka panjang.
5) Keterbatasan instrumen keuangan untuk solusi
likuiditas.
3. Risiko Operasional
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan atau
tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem dan adanya problem eksternal yang
mempengaruhi operasional bank. Risiko operasional mencakup
lima hal, yaitu:
1. Risiko Reputasi
Adalah risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi
negatif terkait dengan kegiatan bank atau persepsi negatif
terhadap bank.
2. Risiko Kepatuhan
Adalah risiko yang disebabkan oleh tidak dipatuhinya
ketentuan-ketentuan yang ada, baik ketentuan internal
maupun eksternal.
3. Risiko Strategik
Adalah risiko yang disebabkan oleh ketidaktepatan
dalam hal penetapan dan pelaksanaan strategi bank,
pengambilan keputusan bisnis, dan ketidakpatuhan bank
dalam melaksanakan perubahan perundang-undangan atau
ketentuan lain yang berlaku.
4. Risiko Transaksi
Adalah risiko yang disebabkan oleh permasalahan yang
yang timbul dalam pelayanan atau produk-produk yang
disediakan. Diantaranya, yaitu kekeliruan dalam penetapan
19
-
34
akad, kesempurnaan akad, dan sistem teknologi informasi
dari bank tersebut.
5. Risiko Hukum
Adalah risiko yang disebabkan oleh kelemahan aspek
yuridis. Diantaranya, yaitu adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung
dan kelemahan perjanjian sehingga tidak terpenuhinya
syarat keabsahan suatu kontrak.
2.5. Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya
kegagalan pihak lawan transaksi dalam memenuhi kewajibannya. Pada
bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan
pembiayaan korporasi, diantaranya (Karim, 2003):
1. Risiko Terkait Produk
a) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Certainty Contracts (NCC)
Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang memiliki
kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihak-
pihak yang bertransaksi saling menukarkan asetnya. Pembiayaan
berbasis NCC, yaitu:
1) Murabahah
Risiko yang timbul dari pembiayaan murabahah, diantaranya:
- Default atau kelalaian diakibatkan oleh nasabah yang tidak
membayar angsuran dengan sengaja.
- Penundaan kewajiban pembayaran pada waktu jatuh tempo
yang disebabkan oleh ketidakmampuan nasabah
menimbulkan kerugian bagi bank, karena bank tidak
diperbolehkan menerima tambahan pendapatan dari
keterlambatan tersebut melainkan menunggu hingga
nasabah mampu membayar angsurannya.
- Fluktuasi harga komparatif.
20
-
35
- Penolakan nasabah terhadap barang yang dibeli karena
rusak atau tidak sesuai dengan spesifikasi dari permintaan
nasabah.
2) Ijarah
Risiko yang timbul dari pembiayaan ijarah, diantaranya:
- Dalam hal barang yang disewakan adalah milik bank,
ketiadaan nasabah akan menimbulkan risiko tidak
produktifnya aset ijarah.
- Dalam hal barang yang disewakan adalah bukan milik
bank, timbul risiko kerusakan barang diluar pemakaian
normal.
- Dalam hal jasa tenaga kerja yang disewakan bank kepada
nasabah memungkinkan timbulnya risiko ketidaksesuaian
nasabah terhadap performance pemberi jasa.
3) Salam dan Istishna
Risiko yang timbul dari pembiayaan salam dan istishna,
diantaranya:
- Risiko gagal-serah barang.
- Risiko jatuhnya harga barang.
b) Risiko Pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC)
Adalah risiko pembiayaan dari transaksi yang belum memiliki
kepastian pendapatan baik jumlah maupun waktunya dan pihak-
pihak yang bertransaksi saling mencampurkan asetnya menjadi
satu kesatuan untuk mendapatkan keuntungan serta risiko
ditanggung bersama. Pembiayaan berbasis NUC, yaitu
mudharabah dan musyarakah.
Risiko yang timbul dari pembiayaan mudharabah dan
musyarakah, diantaranya:
- Asymmetric information problem, yaitu kecenderungan salah
satu pihak lebih banyak menguasai informasi bersikap tidak
jujur.
21
-
36
- Side streaming, yaitu nasabah tidak mengelola dana sesuai
dengan kontrak perjanjian.
- Kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
2. Risiko Pembiayaan Korporasi
Kompleksitas dan volume pembiayaan korporasi menimbulkan
risiko tambahan selain risiko terkait produk, yaitu:
a) Risiko Perubahan Kondisi Bisnis Nasabah Setelah Pencairan
Pembiayaan
Adalah risiko yang dapat timbul dari perubahan kondisi bisnis
nasabah setelah pencairan biaya, diantaranya:
1) Over Trading
Terjadi ketika nasabah mengembangkan volume bisnis
yang besar dengan dukungan modal yang kecil.
2) Adverse Trading
Terjadi ketika nasabah mengembangkan bisnisnya dengan
kebijakan melakukan pengeluaran tetap yang besar setiap
tahunnya sedangkan volume penjualannya tidak stabil. Dalam
keadaan ini, posisi nasabah lemah dan berisiko tinggi.
3) Liquidity Run
Terjadi ketika nasabah mengalami kesulitan likuiditas
karena kehilangan sumber pendapatan dan peningkatan
pengeluaran yang tidak terduga. Keadaan ini akan
mempengaruhi kemampuan nasabah dalam menyelesaikan
kewajibannya kepada bank.
b) Risiko Analisis Bank
1) Analisis Pembiayaan yang Keliru
Terjadi karena kesalahan dalam pengambilan keputusan
pembiayaan dari informasi yang tersedia. Kekeliruan bukan
karena perubahan kondisi nasabah yang tidak terduga tetapi
nasabah yang bersangkutan berisiko tinggi.
22
-
37
2) Creative Accounting
Terjadi karena adanya kecurangan dari pihak nasabah
melalui penggunaan kebijakan akuntansi perusahaan yang
memberikan keterangan tidak sesuai dengan laporan keuangan
yang sebenarnya. Seperti, menggambarkan keuntungan lebih
besar, aset lebih bernilai, pengurangan kewajiban pada neraca
keuangan.
3) Karakter Nasabah
Terjadi karena adanya kesengajaan dari pihak nasabah
untuk menciptakan pembiayaan macet dan bank belum secara
objektif memberikan penilaian terhadap karakter nasabah.
2.6. Teknik Pengelolaan Risiko
Pada prinsipnya, terdapat empat teknik pengelolaan risiko secara
klasik. Keempat teknik tersebut adalah penghindaran risiko, pengurangan
risiko, pemindahan risiko, dan penanganan risiko (Djohanputro, 2004):
1. Penghindaran Risiko
Penghindaran risiko adalah tindakan bank untuk tidak melakukan
kegiatan tertentu yang mengandung risiko yang tidak diinginkan.
Pada dasarnya, tidak ada manusia yang bisa menghindari risiko,
demikian halnya dengan bank. Oleh karena itu, bank dapat
menghindari beberapa risiko dengan tidak memasuki wilayah bisnis
atau kegiatan tertentu. Hal terpenting adalah kemampuan bank
melakukan studi dan identifikasi risiko.
2. Pengurangan Risiko
Pengurangan risiko penting dilakukan oleh bank agar dapat
menekan besarnya risiko. Teknik ini dapat dilakukan dengan cara
pengurangan kemungkinan terjadinya peril (risiko yang menjadi
kenyataan) atau menekan besarnya dampak bila peril terjadi.
3. Pemindahan Risiko
Pemindahan atau pengalihan risiko dilakukan dengan cara
memindahkan risiko dari satu pihak ke pihak lainnya dengan tujuan
bisnis, seperti asuransi.
23
-
38
Akibat pemindahan risiko menimbulkan biaya. Terdapat dua macam
biaya yang ditanggung bank akibat mengalihkan risiko kepada pihak
lain. Biaya berupa premi yang harus dibayarkan kepada pihak
penanggung risiko dan biaya berupa hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan keuntungan dengan menanggung risiko.
4. Penanganan Risiko
Penanganan terhadap risiko dilakukan karena dua sebab. Pertama,
bank secara sadar ingin mempertahankan risiko dan mengelolanya
sendiri. Dengan pertimbangan didasarkan atas efektivitas biaya dan
selama manajemen memiliki kemampuan serta sumber daya untuk
mengelola sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari
risiko itu sendiri. Kedua, bank tidak mengetahui risiko tersebut
sehingga risiko yang tidak teridentifikasi tidak akan dikelola.
2.7. Manajemen Risiko
2.7.1. Definisi Manajemen Risiko
Kontur (2004), mendefinisikan manajemen risiko adalah cara-
cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses
manajemen dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur, dan
menangani risiko-risiko yang dihadapi perusahaan.
Menurut Karim (2003), manajemen risiko adalah
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
pelaksanaan kegiatan usaha bank dengan tingkat risiko yang wajar
secara terarah, terintegrasi, dan berkesinambungan. Dengan
demikian, manajemen risiko berfungsi sebagai filter terhadap
kegiatan usaha bank.
Tujuan manajemen risiko adalah (Karim, 2003):
1. Menyediakan informasi tentang risiko kepada pihak regulator.
2. Memastikan bank tidak mengalami kerugian yang bersifat
unacceptable.
3. Meminimalisasi kerugian dari berbagai risiko yang bersifat
uncontrolled.
24
-
39
4. Mengukur eksposur dan pemusatan risiko.
5. Mengalokasikan modal dan membatasi risiko.
2.7.2 Karakter Manajemen Risiko Bank Syariah Manajemen risiko dalam bank Islam mempunyai karakter yang
berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut terletak
pada proses manajemen risiko operasional bank Islam yang
meliputi identifikasi risiko, penilaian risiko, antisipasi risiko, dan
monitoring risiko (Karim, 2003). Gambar 1 menunjukkan
perbandingan proses manajemen risiko antara bank Islam dengan
bank konvensional.
Gambar 1. Perbandingan Proses Manajemen Risiko antara Bank Islam dengan Bank Konvensional (Karim, 2003)
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko yang dilakukan bank Islam tidak hanya
mencakup risiko yang ada pada bank-bank secara umum, tetapi
Bank Konvensional Bank Syariah
Identifikasi Risiko
Penilaian Risiko
Antisipasi Risiko
Monitoring Risiko
General Banking General Banking Risk
Penilaian Risiko Penilaian Risiko
Syariah Spesific Risk
Antisipasi Risiko
General Banking Response
Syariah Banking Response
General Banking Activities
Syariah Spesific Activities
Monitoring Risiko
25
-
40
juga meliputi risiko pada bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko pada bank Islam mengacu pada hubungan
antara probability dan impact yang ditunjukkan dalam
pendekatan kualitatif pada (gambar 2).
Gambar 2. Penilaian Risiko Bank Islam Dengan Pendekatan Kualitatif (Karim, 2003)
Berdasarkan kuadran tersebut:
a) Kuadran I sampai IX merupakan posisi suatu jenis risiko
b) Jenis risiko V, VI, VIII, IX (area abu-abu) merupakan jenis
risiko yang memiliki prioritas pengendalian karena
kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dalam tingkat
sedang dan tinggi.
c) Jenis risiko dalam kuadran I, II, III, IV, dan VII (area putih)
diselesaikan setelah penyelesaian risiko pada area abu-abu.
d) Adanya otoritas perbankan dan otoritas syariah
mengakibatkan risiko di area putih masuk ke daerah abu-
abu.
3. Antisipasi Risiko
Pada bank Islam, antisipasi risiko dilaksanakan dengan
Tujuan:
a) Preventive, bank Islam diharuskan mendapat persetujuan
dari Dewan Pengawas Syariah terkait kebijakan atas segala
kegiatan usahanya untuk mencegah kekeliruan dalam
proses dan transaksi dari aspek syariah. Selain itu, bank
IMPA
CT High III VI IX
Med II V VIII
Low I IV VII
Low Med High
PROBABILITY
26
-
41
Islam memerlukan fatwa Dewan Syariah Nasional bila
Bank Indonesia memandang persetujuan Dewan Pengawas
Syariah belum memadai atau berada diluar
kewenangannya.
b) Detective, pengawasan terhadap jalannya setiap kegiatan
usaha bank Islam baik dari segi aspek perbankan oleh Bank
Indonesia maupun aspek syariah oleh Dewan Pengawas
Syariah.
c) Recovery, koreksi atas kesalahan dengan melibatkan Bank
Indonesia untuk aspek perbankan dan Dewan Syariah
Nasional untuk aspek syariah.
4. Monitor dan Pengendalian Risiko
Aktivitas monitoring dalam bank Islam tidak hanya
melibatkan manajemen bank Islam tetapi juga Dewan
Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah nasional (DSN).
2.7.3. Proses Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko pada bank Islam menurut Karim
(2003) dimulai dengan mengenal, memahami, dan
mengidentifikasi risiko baik yang sudah ada maupun yang
mungkin terjadi dari kegiatan usaha baru. Kemudian, dilakukan
pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko secara
berkesinambungan membentuk sebuah siklus.
Menurut Djohanputro (2004), secara umum siklus manajemen
risiko terdiri dari lima tahap yaitu identifikasi risiko, pengukuran
risiko, pemetaan risiko, model pengelolaan dan pengawasan serta
pengendalian risiko dapat ditunjukkan pada (gambar 3).
27
-
42
Gambar 3. Siklus Manajemen Risiko (Djohanputro, 2004)
Tahap 1 : Identifikasi Risiko
Pada tahap ini, perusahaan mengidentifikasi risiko yang akan
dihadapi. Langkah pertama dalam memulai proses identifikasi
adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan.
Tahap 2 : Pengukuran Risiko
Pada tahap ini, perusahaan mengukur seberapa besar
kemungkinan risiko yang akan terjadi. Pengukuran risiko mengacu
pada dua faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas
risiko terkait dengan berapa banyak nilai eksposure yang rentan
terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan suatu
risiko dapat terjadi.
Tahap 3 : Pemetaan Risiko
Pada tahap ini, perusahaan menetapkan prioritas risiko
berdasarkan kepentingan. Penetapan prioritas disebabkan karena
keterbatasan sumber daya yang ada untuk menghadapi semua
risiko.
Tahap 4 : Model Pengelolaan Risiko
Pada tahap ini, risiko dikelola dengan model pengelolaan risiko
perusahaan. Pengelolaan risiko dapat dilakukan secara
konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi
pengelolaan.
Identifikasi Risiko Evaluasi Pihak Berkepentingan
Pemetaan Risiko
Pengukuran Risiko
Model Pengelolaan
Pengawasan dan Pengendalian
28
-
43
Tahap 5 : Monitor dan Pengendalian
Pada tahap ini, perusahaan melakukan monitoring dan
pengendalian. Hal ini penting untuk dilakukan, karena: manajemen
perlu (1) memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko
berjalan sesuai dengan rencana, (2) memastikan bahwa model
pengelolaan risiko cukup efektif, dan (3) memantau perkembangan
terhadap kecenderungan berubahnya profil risiko, karena
perubahan ini berpengaruh pada pergeseran peta risiko atau
prioritas risiko.
2.8. Laba Bank
Menurut Sastradipoera dalam Rohaeni (2009), laba adalah jumlah
yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari
penerimaan bank, kelebihan pendapatan di atas pengeluaran bank. Jadi
untuk mengetahui laba suatu perusahaan (bank) harus mengetahui terlebih
dahulu nilai seluruh pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba
yang diperoleh oleh suatu perusahaan menunjukkan sejauh mana
manajemen perusahaan berhasil mengorganisasi bisnis dan sebaliknya.
2.9. Hasil Penelitian Terdahulu
Gumayantika (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh risiko
kredit terhadap laba pada Bank Jabar Ciamis. Hasil penelitian ini dengan
menggunakan korelasi pearson product moment membuktikan bahwa
terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan laba.
Pada penelitian Rohaeni (2009), menganalisis pengaruh kredit
bermasalah terhadap laba pada PT Bank X. Penelitian ini membuktikan
bahwa berdasarkan model regresi linier berganda NPL memberikan
pengaruh negatif sebesar 1,13E+08, artinya bahwa kenaikan NPL satu
satuan akan menurunkan laba sebesar 1,13E+08. Berdasarkan hasil
pengujian dengan menggunakan uji t, membuktikan bahwa kredit
bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap laba.
29
-
44
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Bank Muamalat Indonesia sebagai lembaga intermediasi mempunyai
kegiatan utama yaitu menghimpun dan menyalurkan dana. Sumber dana
yang ada akan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk
pembiayaan. Namun dalam realisasinya, pembiayaan tidak terlepas dari
prinsip risk and return, dimana kegiatan yang diharapkan akan
mempunyai hasil atau pendapatan yang besar, biasanya mempunyai risiko
yang tinggi. Dengan jumlah pembiayaan yang semakin besar maka
peluang untuk mendapatkan keuntungan pun semakin besar. Namun di sisi
lain, tingkat risiko yang mungkin terjadi akan semakin tinggi pula.
Risiko pembiayaan perlu dikendalikan. Pengendalian risiko hendaknya
diantisipasi oleh manajemen risiko pembiayaan yang baik. Manajemen
risiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi,
mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dalam
kegiatan usaha dengan tujuan agar terhindar dari kerugian yang lebih
besar. Identifikasi dan analisis manajemen risiko pembiayaan sangat
penting dan berguna sebagai input alternatif manajerial terhadap berbagai
kemungkinan terjadinya risiko pembiayaan yang berpengaruh pada
pencapaian laba.
Dalam penelitian ini, pembiayaan dan Non Performing Finance (NPF)
adalah variabel yang digunakan untuk meneliti pengaruh manajemen
risiko terhadap laba. Manajemen risiko secara tidak langsung berpengaruh
pada pencapaian laba yang maksimal melalui pengelolaan dan
pengendalian risiko pembiayaan yang mungkin terjadi akibat tingginya
konsentrasi pembiayaan dan nilai NPF. Pengelolaan dan pengendalian
manajemen risiko diharapkan mampu menekan tingkat NPF meski
pembiayaan terus ditingkatkan sehingga pencapaian laba dapat maksimal.
NPF menunjukkan banyaknya peminjam yang tidak dapat membayar
secara kontinyu pinjamannya. Sedangkan laba bank yang digunakan
adalah laba bersih sebelum dikurangi pajak.
30
-
45
Besarnya pembiayaan dan nilai NPF berpengaruh terhadap laba bank.
Analisis linier berganda digunakan untuk melihat pengaruh perubahan
pembiayaan dan NPF secara simultan terhadap laba bank. Sedangkan
analisis korelasi digunakan untuk melihat derajat hubungan diantara
pembiayaan dan nilai NPF terhadap laba bank. Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi input alternatif dalam peningkatan laba. Adapun kerangka
pemikiran konseptual dari penelitian ini, dapat dilihat pada (gambar 4).
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan : : Alur pemikiran : Alat analisis
Pembiayaan
Laba
Pengaruh Pembiayaan dan NPF terhadap laba
Korelasi Pearson Product Moment
Regresi Linear Berganda
Uji F
Uji t
Risiko Pembiayaan
Implikasi Manajerial
Pengelolaan dan Pengendalian Risiko Pembiayaan
Manajemen Risiko Pembiayaan
Pembiayaan NPF
Murabahah Mudharabah Musyarakah Istishna Qardh Ijarah
BMI
31
-
46
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Muamalat Institute dengan objek penelitian
PT. Bank Muamalat Indonesia,Tbk yang berlokasi di Arthaloka Building
Jalan Jenderal Sudirman No.2 Jakarta Pusat. Data diperoleh melalui
Muamalat Institute yang berlokasi di Gedung Dana Pensiun Telkom
Lantai 2 Jalan Jenderal S Parman kav 56 Slipi, Jakarta Barat. Pemilihan
tempat dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dimulai dari bulan
November 2010 sampai Desember 2010.
3.3. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan,
pengumpulan data, dan wawancara langsung dengan pihak analisis
pembiayaan. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur,
buku, skripsi, data historis, dan laporan keuangan bank.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan
metode statistik yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif,
analisis korelasi pearson product moment, analisis linier berganda, dan
diolah dengan menggunakan minitab 14.
3.4.1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiono, 2006).
3.4.2. Analisis Korelasi Person Product Moment Korelasi pearson product moment adalah statistik yang
mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus
dibawah ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan
regresi.
32
-
47
Dalam sugiono (2006), perumusan untuk korelasi pearson
product moment yaitu:
nXiYi __ ( Xi ) ( Yi ) r= = ...(1) n Xi2 __ ( Xi )2 n Yi2 __ ( Yi )2 Dimana:
r =Koefisien korelasi
Y = Variabel terikat ( laba )
X = Variabel bebas ( tingkat risiko kredit )
n = Lamanya periode
Korelasi pearson product moment dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 r +1).
Nilai r = -1 memiliki arti korelasi negatif sempurna; r = 0 berarti
tidak ada korelasi; dan r = 1 memiliki arti korelasi sangat kuat. Tabel 4. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien
Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.00 0.199 Sangat rendah 0.20 0.399 Rendah 0.40 0.599 Sedang 0.60 0.799 Kuat 0.80 1.000 Sangat kuat
Sumber : Sugiono, 2006
3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Arief (2006), analisis regresi digunakan untuk melihat
bagaimana variasi peubah dari beberapa peubah bebas
mempengaruhi peubah tidak bebas dalam suatu fenomena yang
kompleks. Analisis regresi dapat dibedakan menjadi regresi
sederhana dan regresi berganda. Jika parameter dari suatu
hubungan fungsional antara satu peubah tidak bebas dengan lebih
dari satu peubah bebas maka yang digunakan adalah regresi
berganda. Analisis berganda menjelaskan seberapa jauh suatu
peubah mempengaruhi peubah lainnya. Pada penelitian ini
pembiayaan yang disalurkan dan pembiayaan bermasalah menjadi
33
-
48
peubah bebas yang mempengaruhi peubah tidak bebas yaitu laba.
Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini:
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + e ...... (2)
Keterangan :
Y = Laba
= Konstanta
X1= Pembiayaan
X2= NPF
e = Tingkat kesalahan (galat)
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi.
Oleh karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan
heroskedastisitas menurut (Gujarati dalam Rohaeni, 2009).
a. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang
digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi
kenormalan data, yaitu apakah data dapat dianggap
berdistribusi normal atau tidak. Ketika data telah berdistribusi
normal, maka data tersebut dapat diolah menggunakan model
regresi berganda. Untuk menguji kenormalan data dilakukan
dengan menguji kenormalan data residual. Uji normalitas dapat
dilihat dengan melihat nilai statistik Kolmogorov-Smirnov (KS)
pada uji normalitas residual. Jika nilai statistik KS lebih kecil
dibanding nilai tabel KS dan nilai p-value lebih besar dari ,
maka asumsi kenormalan terpenuhi sehingga model regresi
yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan dan Astuti, 2006)
b. Uji Multikoliniearitas Multikolinieritas adalah kondisi dimana peubah-peubah
bebas memiliki korelasi diantara satu dengan lainnya. Jika
peubah-peubah bebas memiliki korelasi sama dengan 1 atau
berkorelasi sempurna mengakibatkan koefisien-koefisien
regresi menjadi tidak dapat diperkirakan dan nilai standar error
34
-
49
setiap koefisien regresi menjadi tak hingga (Arief, 2006). Uji
multikolinieritas adalah uji untuk melihat apakah terdapat
korelasi antara peubah bebas yang digunakan dalam model
regresi. Untuk melihat apakah ada multikolinieritas pada model
regresi dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika
nilai VIF masing-masing peubah bebas memiliki nilai lebih
besar dari 5 maka model regresi memiliki multikolinieritas
sehingga menjadi tidak valid (Iriawan dan Astuti, 2006)
c. Uji Autokorelasi Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linear
memiliki asumsi bahwa tidak terdapat autokorelasi.
Autokorelasi kemungkinan terjadi pada data time series. Model
regresi yang baik tidak memperkenankan terjadinya
autokorelasi. Akibat dari terjadinya autokorelasi adalah
pengujian hipotesis dalam uji F menjadi tidak valid dan jika
diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyimpang
pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.
Uji autokorelasi dengan perangkat lunak minitab melalui
uji run test residual. Jika hasil perhitungan didapatkan p-value
lebih besar dari , menunjukkan tidak adanya autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari
residual untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari
residual untuk peubah yang diketahui tetap, disebut dengan
homoskedastisitas. Jika varian berbeda, disebut
heteroskedastisitas (Arief, 2006). Asumsi pada model regresi
adalah varian setiap variabel independen mempunyai nilai yang
konstan atau memiliki varian yang sama. Masalah
heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data cross sectional.
Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah
kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam
35
-
50
uji F karena pengujian yang kurang kuat (Iriawan dan Astuti,
2006).
Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar
pada output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab.
Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun
tersebar di atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa model
regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan
dan Astuti, 2006).
3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimaksud dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik F:
1. Merumuskan hipotesis
a) H0 : i = 0, i=1,2,3
b) H1 : i 0, i=1,2,3
2. Menentukan F tabel
a) F (k-1, n-k)
b) Taraf nyata () = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir.
c) Derajat bebas pembilang = k-1
d) Derajat bebas penyebut = n-k
3. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
perangkat lunak minitab 14.
4. Membandingkan F hitung dengan F tabel
a) Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F
tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b) Jika F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik
table (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
36
-
51
3.4.5. Analisis Uji Simultan (Uji t )
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003). Langkah-
langkah uji statistik t adalah:
1. Merumuskan Hipotesis
a. H0 : 1 = 0
Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (1) sama dengan nol. Artinya, suatu variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
b. H0 : 1 0
Hipotesis alternatifnya (H1), parameter suatu variabel tidak
sama dengan nol. Artinya, semua variabel tersebut
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2. Menentukan t tabel
a. Menentukan besarnya t-tabel : t (/2,df)
b. Taraf nyata () = 0,05 yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir
c. Derajat bebas (df) = n-k
3. Menentukan t hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
program minitab 14.
4. Membandingkan t hitung dengan t tabel
a. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t
tabel) atau t hitung < t tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
b. Jika t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik
tabel (t tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
37
-
52
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan
PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius
Tsani 1412 H atau 1 November 1991. Pendirian Bank Muamalat
Indonesia ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
Pemerintah Indonesia. Kegiatan operasi BMI di mulai pada 27
Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Setelah dua tahun sejak didirikan,
bank Muamalat berhasil mendapatkan predikat sebagai Bank
Devisa tepatnya pada tanggal 27 Oktober 1994. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah
pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun
produk yang terus berkembang.
Pada akhir tahun 90an, bank Muamalat terkena dampak krisis
moneter. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai
lebih dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar
kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat
permodalannya, bank Muamalat memperoleh bantuan dari Islamic
Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab
Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi
salah satu pemegang saham bank Muamalat. Dalam kurun waktu
1999-2002, bank Muamalat berhasil mengubah kondisi dari rugi
menjadi laba melalui upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat,
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,
serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara
murni.
Pada akhir tahun 2004, bank Muamalat tetap merupakan bank
syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar
Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar
serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar. Saat ini, BMI
-
53
merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang
luar negeri yaitu Kuala Lumpur, Malaysia. Dalam upaya
aksesibilitas nasabah di Malaysia, BMI melakukan kerjasama
melalui jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS)
sehingga layanan dapat diakses di lebih dari 2000 ATM di
Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank Muamalat
berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak
hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan
aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen
tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media massa, lembaga
nasional, dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari
70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun
terakhir. Penghargaan yang diterima antara lain Best Islamic Bank
in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur),
Best Islamic Financial Institution in Indonesia 2009 oleh Global
Finance (New York) serta The Best Islamic Finance House in
Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan a. Visi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar
spiritual, dikagumi di pasar rasional.
b. Misi Bank Muamalat Indonesia, Tbk.
Menjadi Role Model Lembaga Keuangan Syariah dunia
dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan
manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimumkan nilai bagi stakeholder.
4.1.3. Struktur Organisasi Perusahaan Pemegang tertinggi dalam struktur organisasi bank Muamalat
adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang membawahi
Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris. Pada struktur
organisasi Bank Muamalat Indonesia, Presiden Direktur terletak
dibawah Dewan Pengawas Syariah dan Dewan Komisaris serta
39
-
54
membawahi 5 Divisi diantaranya Compliance and Corporate
Planning Director, Corporate Banking Director, Retail Banking
Director, Treasury and International Ban