Download - Analisis Masalah Dan LI SELLI NOVITA
Nama : Selli Novita Belinda
NIM : 04101001025
Analisis masalah
1. Apa saja yang menyebabkan pusing, malaise, dan kelelahan pada saat kehamilan?
Jawab:
(Tri, Tari)
2. Bagaimana pergerakan janin normal pada usia 32 minggu kehamilan? ( fisiologi
pergerakan janin)
Jawab:
(Lia)
3. Bagaimana interpretasi dari presentasi bokong?
Jawab:
(kak Nad)
Presentasi sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kacum uteri. Presentasi sungsang terjadi
bila panggung atau ekstremitas bawah janin berada di pintu atas panggul. Dengan
insidensi kejadian 3-4%
Klasifikasi Presentasi Sungsang
1. Frank breech /bokong murni (50-7-%) ekstremitas bawah mengalami fleksi pada
sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut sehingga kaki terletak berdekatan dengan
kepala.
2. Complete breech/bokong sempurna (5-10%) satu atau kedua kaki atau lutut dalam
keadaan fleksi.
3. Foot lign atau incomplete /presentasi kakai (10-30%) satu atau kedua kaki atau
lutut terletak dibawah bokong sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah
pada jalan lahir.
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan BB janin <2500g : 40%
adalah FrankBreech, 10% adalah complete breech, dan 50% adalah foot ling
breech
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan BB janin >2500g: adalah
65% frank breech, 10% adalah complete breech, dan 25% adalah foot ling
breech.
Faktor yang mempengaruhi malpresentasi:
1. Faktor maternal dan uterus : panggul sempit, neoplasma, kelainan uterus,
pada uterus bicornis, kelainan letak dan besarnya plasenta. Keadaan
seperti plansenta previa disertai dengan kedudukan janin yang tidak baik.
2. Faktor janin : bayi yang besar, kesalahan dalam dalam prioritas janin
misalnya pada presentasi bokong atau letak lintang, sikap janin: tidak
fleksi tapi ekstensi, kehamilan ganda, kelaina janin : hidrosefalus dan
anenchepalus, hydramnion.
Pengaruh malpresentasi:
1. Pengaruh pada ibu : karena diperlukan kerja otot uterus dan perut yang lebih
besar dan karena persalinan sering berjalan lama, perineum dsn jaringan lunak
lebih teregang sehingga lebih banyak terjadi robekan, perdarahan lebih banyak
berasal dari robekan uterus, cervix, dan vagina dan tempat perlekatan
plasenta.
Insidensi infeksi lebih tinggi, disebabkan oelh:
Ketuban pecah awal
Perdarahan banyak
Kerusakan jaringan
Pemeriksaan vaginal dan rectal yang sering
Pasien mengeluh kesakitan sebelum uterus mengeras dan masih terus
merasakan nyeri setelah uterus relaksasi.
Paresis usus dasn vesica urinaria menambah penderitaan pasien.
2. Pengaruh pada janin : janin tidak sempurna menyesuaikan diri dengan
panggul sehingga lebih melewati panggul dan menyebabkan perputaran
(moulage) berlebihan. Persalian yang lama berpengaruh lebih berat untuk
janin, mengakibatkan insidensi yang lebih tinggi. Insidensi tindakan yang juga
lebih tinggi memperbesar bahaya trauma pada bayi. Tali pusat membumbung
lebih sering terjadi.
Etiologi:
⁻ Kehamilan prematur
⁻ Hidramnion, ologohidramnion
⁻ Kelainan uterus (uterus bicornu atau uterus septum)
⁻ Tumor panggul
⁻ Riwayat presentasi bokong
⁻ Multipara
⁻ Panggul sempit
⁻ Hidrosepalus, anensepalus
⁻ Kehamilan kembar
Penyulit
⁻ Morbiditas dan motalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit
⁻ BBLR pada kehamilan preterm, pertumbuhan terlambat atau keduanya
⁻ Prolaps tali pusat
⁻ Plasenta previa
⁻ Anomali janin, neonatus dan bayi
⁻ Anomali dan tumor uterus
Diagnosis
⁻ Palpasi dan balotement leopold I: teraba kepala (balotement) di fundus
uteri
⁻ Vaginal toucher: teraba bokong yang lunak dan irregular
⁻ X-ray: dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini
penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah
kehamilan serta adanya kelainan kongenital.
⁻ USG : presentasi janin, ukuran, jumlah kehamilan, lokasi plasenta, jumlah
cairan amnion, malforasi jaringan lunak atau tulang janin.
Penatalaksanaan:
1. Pemeriksaan:
⁻ Pasien harus dirawat di RS bila terdapat tanda persalinan atau terjadi
ketuban pecah (dikhawatirkan terjadi prolaps tali pusat)
⁻ Di RS dilakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan jenis
persalian sungsang –fleksi kepala janian –kelainan kongenital
⁻ Lakukan anamnesi dan pemeriksaan untuk menentukan keadaan ibu
dan anak
⁻ Tentukan cara persalinan yang dipilih
2. Pemantauan kesehatan janin
⁻ Selama persalinan, bila mungkin lakukan pemantauan detak jantung
janin secara terus-menerus (electronic fetal heart rate monitoring)
3. Oksitosin drip
Digunakan bila kontraksi uterus tidak memuaskan dengan pengawasan pada
ibu dan anak secara ketat.
Persalinan
Penentuan cara persalinan;
Metode lain:
Zatuchni Andros Breech Scoring
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila Zatuchni Andros
Breech Scoring antara 0-4. Persalinan sungsang perabdominal dengan sectio
caesarea saat ini lebih sering dilakukan.
4. Apa hubungan kelahiran posterm pada anak ketiga dengan induksi dan keadaan ibu yang
sekarang?
Jawab:
(Tri)
5. Apa yang menyebabkan PPH?
Jawab:
(Tari, kak Nad)
a. Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
Hipotoni sampe atonia uteri;
⁻ Akibat anestesi
⁻ Distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion)
⁻ Partus lama, partus kasep
⁻ Partus presipitatus/partus terlalu cepat
⁻ Persalinan karena induksi oksitosin
⁻ Multiparitas
⁻ Korioamnionitis
⁻ Pernah atonia sebelumnya
Sisa plasenta
⁻ Kotiledon atau selaput ketuban tersisa
⁻ Plasenta susenturiata
⁻ Plasenta akreta, inkreta, perkreta
Perdarahan karena robekan
⁻ Episiotomi yang melebar
⁻ Robekan pada perineum, vaginam serviks
⁻ Ruptura uteri
Gangguan koagulasi
⁻ Jarang terjadi, tapi bisa memperburuk keadaan.
6. Bagaimana hubungan riwayat komplikasi PPH pada kelahiran ketiga dengan kehamilan
sekarang?
Jawab:
(Lia, Yuli)
Adanya riwayat komplikasi PPH pada saat kelahiran anak ketiga merupakan suatu faktor
predisposisi untuk menderita anemia pada saat kehamilan selanjutnya. Kemungkinan
disebabkan karena pemenuhan akan zat besi belum tercukupi (faktor nutrisi).
7. Jelaskan aspek nutrisi pada ibu hamil?
Jawab:
(Tri, Yuli, Desi, Tari, Lia)
8. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan mekanisme keabnormalannya?
Jawab:
(kak Cey, Tri)
9. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan luar dan mekanisme keabnormalannya?
Jawab:
10. Bagaimana kesimpulan dari hasil pem. Lab. Dan mekanisme keabnormalannya?
Jawab:
11. Apa saja diagnosis banding pada kasus?
Jawab:
(Yuli)
12. Pemeriksaan penunjang?
Jawab:
13. Cara mendiagnosis dan WD?
Jawab:
(Pepes FERDIAN)
Lia
14. Etiologi dan factor resiko kehamilan pada kasus?
Jawab:
(kak Nadia,
Penyebab anemia pada ibu hamil
Umunya;
⁻ Asupan gizi tidak cukup atau penyerapan yang tidak
adequat.
⁻ kehilangan darah saat persalinan yang lalu,
⁻ perdarahan kronis atau kehilangan darah secara kronis
seperti pada penyakit ulkus peptikum, hemoroid, infeksi
parasit (seperti cacing tambang –ankilostoma dan nekator-,
schistosoma, dan mungkin Trichuris triciura)
⁻ Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan
SDM yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi,
masa pubertas, masa kehamilan, dan menyusui.
Faktor resiko
Umur yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun.
Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun
secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya
belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian
didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh
terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).
kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe
Pemeriksaan Antenatal minimal 4 kali pemeriksaan selama
kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2
kali pada trimester III.
Multipara
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya
anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan
pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus
memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung ( Wiknjosastro,
2005; Mochtar, 2004).
15. Epidemiologi?
Jawab:
Diketahui bahwa 10% - 20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada kehamilannya.
Di dunia 34 % terjadi anemia pada ibu hamil dimana 75 % berada di negara sedang
berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Prevalensi anemia pada ibu hamil di
Negara berkembang 43 % dan 12 % pada wanita hamil di daerah kaya atau Negara maju (
Allen, 2007 ). Di Indonesia prevalensi anemia kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% -71.5%
dengan rata-rata 63,5%, sedangkan di Amerika Serikat hanya 6% ( Syaifudin, 2006). Di
Bali prevalensi anemia pada ibu hamil tahun 2007 yaitu 46,2 % (Ani dkk, 2007) Di
RSUD Wangaya Kota Denpasar ibu hamil aterm dengan anemia 25,6 % ( CM. RSUD
Wangaya, 2010). Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil sebagian besar
penyebabnya adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin (Saifudin, 2006 dan Saspriyana, 2010).
16. Patofisiologi?
Jawab:
(Tri,
17. Manifestasi klinis?
Jawab:
(kak Ceyka,
18. Tatalaksana ( farmako dan non farmako)?
Jawab:
Penatalaksanaan:
1. Pemeriksaan:
⁻ Pasien harus dirawat di RS bila terdapat tanda persalinan atau terjadi
ketuban pecah (dikhawatirkan terjadi prolaps tali pusat)
⁻ Di RS dilakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan jenis
persalian sungsang –fleksi kepala janian –kelainan kongenital
⁻ Lakukan anamnesi dan pemeriksaan untuk menentukan keadaan ibu
dan anak
⁻ Tentukan cara persalinan yang dipilih
2. Pemantauan kesehatan janin
⁻ Selama persalinan, bila mungkin lakukan pemantauan detak jantung
janin secara terus-menerus (electronic fetal heart rate monitoring)
3. Oksitosin drip
Digunakan bila kontraksi uterus tidak memuaskan dengan pengawasan pada
ibu dan anak secara ketat.
Persalinan
Penentuan cara persalinan;
Metode lain:
Zatuchni Andros Breech Scoring
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila Zatuchni Andros
Breech Scoring antara 0-4. Persalinan sungsang perabdominal dengan sectio
caesarea saat ini lebih sering dilakukan.
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang
diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral).
⁻ Terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat,
fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari
dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan.
⁻ Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10 ml secara
intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu
2gr%. Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi,
di mana terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal,
anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk (Sasparyana,
2010 ; Wiknjosastro 2005).
19. Prognosis?
Jawab:
Vitam ibu dan janin : BONAM
Fungsionam ibu dan janin : BONAM
20. Komplikasi?
Jawab:
(Nur,
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah:
⁻ keguguran (abortus),
⁻ kelahiran prematur,
⁻ persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi
(inersia uteri),
⁻ perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim
(atonia uteri),
⁻ syok,
⁻ infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin,
⁻ serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi
kordis.
⁻ Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada
persalinan (Wiknjosastro, 2005; Saifudin, 2006 ).
Pengaruh anemia pada kehamilan.
Risiko pada masa antenatal berat badan kurang, plasenta previa,
eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi
tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa
pascanatal dapat terjadi subinvolusi.
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar
scor rendah, gawat janin (Anonim,”tt”).
Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan
terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu (Mansjoer dkk., 2008 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan
dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan
perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008).
Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi ( Smith et
al., 2010 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan:
⁻ gangguan his-kekuatan mengejan,
⁻ Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar,
⁻ Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan,
⁻ Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum
akibat atonia uteri,
⁻ Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri.
⁻ Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi
mammae ( Shafa, 2010 ; Saifudin, 2006)
21. Preventif?
Jawab:
(kak Nadia,
Pencegahan anemia pada ibu hamil
Pemberian suplementasi tablet besi
Dosis suplementatif yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua tablet
(satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200 µg asam folat) yang dimakan
selama paruh kedua kehamilan karena pada saat tersebut kebutuhan akan
zat besi sangat tinggi.
Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan,
Sumber makanan yang mengandung zat besi
Zat Besi Sumber
Zat besi heme Daging, ikan, unggas, dan hasil olahan
darah.
Terhitung sebagai 10-15% dari asupan zat
besi di negara industri, dan <10% asupan
zat besi di negara yang sedang berkembang.
Ketersediaan hayatinya tinggi: 20-30%
Bukan heme
Zat besi makanan Terutama terdapat pada seralia, umbi-
umbian, sayuran, kacang. Ketersediaan
hayatinya bergantung pada ada atau
tidaknya faktor pemacu dan penghambat
yang dikonsumsi bersamaan.
Zat besi cemaran Tanah, debu, wajan besi, dll. Ketersediaan
hayati rendah.
Zat besi fortifikasi Ketersediaan hayatinya ditentukan oleh
komponen makanan.
mengkonsumsi vitamin C untuk meningkatkan penyerapan terhadap Fe.
Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat
besi seperti : fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).
22. KDU?
Jawab:
ADB 4
Malpresentasi 2
Hipotesis (YANG SUDAH DIPERBAIKI)
Wanita 37 tahun G4P3A0, hamil 32 minggu dengan presentasi bokong dan mempunyai
riwayat komplikasi PPH mengalami ADB dan defisiensi nutrien.
MALPRESENTASI
Faktor yang mempengaruhi malpresentasi:
3. Faktor maternal dan uterus : panggul sempit, neoplasma, kelainan uterus,
pada uterus bicornis, kelainan letak dan besarnya plasenta. Keadaan
seperti plansenta previa disertai dengan kedudukan janin yang tidak baik.
4. Faktor janin : bayi yang besar, kesalahan dalam dalam prioritas janin
misalnya pada presentasi bokong atau letak lintang, sikap janin: tidak
fleksi tapi ekstensi, kehamilan ganda, kelaina janin : hidrosefalus dan
anenchepalus, hydramnion.
Pengaruh malpresentasi:
3. Pengaruh pada ibu : karena diperlukan kerja otot uterus dan perut yang lebih
besar dan karena persalinan sering berjalan lama, perineum dsn jaringan lunak
lebih teregang sehingga lebih banyak terjadi robekan, perdarahan lebih banyak
berasal dari robekan uterus, cervix, dan vagina dan tempat perlekatan
plasenta.
Insidensi infeksi lebih tinggi, disebabkan oelh:
Ketuban pecah awal
Perdarahan banyak
Kerusakan jaringan
Pemeriksaan vaginal dan rectal yang sering
Pasien mengeluh kesakitan sebelum uterus mengeras dan masih terus
merasakan nyeri setelah uterus relaksasi.
Paresis usus dasn vesica urinaria menambah penderitaan pasien.
4. Pengaruh pada janin : janin tidak sempurna menyesuaikan diri dengan
panggul sehingga lebih melewati panggul dan menyebabkan perputaran
(moulage) berlebihan. Persalian yang lama berpengaruh lebih berat untuk
janin, mengakibatkan insidensi yang lebih tinggi. Insidensi tindakan yang juga
lebih tinggi memperbesar bahaya trauma pada bayi. Tali pusat membumbung
lebih sering terjadi.
Presentasi sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kacum uteri. Presentasi sungsang terjadi
bila panggung atau ekstremitas bawah janin berada di pintu atas panggul. Dengan
insidensi kejadian 3-4%
Klasifikasi Presentasi Sungsang
4. Frank breech /bokong murni (50-7-%) ekstremitas bawah mengalami fleksi pada
sendi panggul dan ekstensi pada sendi lutut sehingga kaki terletak berdekatan dengan
kepala.
5. Complete breech/bokong sempurna (5-10%) satu atau kedua kaki atau lutut dalam
keadaan fleksi.
6. Foot lign atau incomplete /presentasi kakai (10-30%) satu atau kedua kaki atau
lutut terletak dibawah bokong sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah
pada jalan lahir.
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan BB janin <2500g : 40%
adalah FrankBreech, 10% adalah complete breech, dan 50% adalah foot ling
breech
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan BB janin >2500g: adalah
65% frank breech, 10% adalah complete breech, dan 25% adalah foot ling
breech.
Etiologi:
⁻ Kehamilan prematur
⁻ Hidramnion, ologohidramnion
⁻ Kelainan uterus (uterus bicornu atau uterus septum)
⁻ Tumor panggul
⁻ Riwayat presentasi bokong
⁻ Multipara
⁻ Panggul sempit
⁻ Hidrosepalus, anensepalus
⁻ Kehamilan kembar
Penyulit
⁻ Morbiditas dan motalitas perinatal akibat pelahiran yang sulit
⁻ BBLR pada kehamilan preterm, pertumbuhan terlambat atau keduanya
⁻ Prolaps tali pusat
⁻ Plasenta previa
⁻ Anomali janin, neonatus dan bayi
⁻ Anomali dan tumor uterus
Diagnosis
⁻ Palpasi dan balotement leopold I: teraba kepala (balotement) di fundus
uteri
⁻ Vaginal toucher: teraba bokong yang lunak dan irregular
⁻ X-ray: dapat membedakan dengan presentasi kepala dan pemeriksaan ini
penting untuk menentukan jenis presentasi sungsang dan jumlah
kehamilan serta adanya kelainan kongenital.
⁻ USG : presentasi janin, ukuran, jumlah kehamilan, lokasi plasenta, jumlah
cairan amnion, malforasi jaringan lunak atau tulang janin.
Penatalaksanaan:
4. Pemeriksaan:
⁻ Pasien harus dirawat di RS bila terdapat tanda persalinan atau terjadi
ketuban pecah (dikhawatirkan terjadi prolaps tali pusat)
⁻ Di RS dilakukan pemeriksaan USG ulang untuk memastikan jenis
persalian sungsang –fleksi kepala janian –kelainan kongenital
⁻ Lakukan anamnesi dan pemeriksaan untuk menentukan keadaan ibu
dan anak
⁻ Tentukan cara persalinan yang dipilih
5. Pemantauan kesehatan janin
⁻ Selama persalinan, bila mungkin lakukan pemantauan detak jantung
janin secara terus-menerus (electronic fetal heart rate monitoring)
6. Oksitosin drip
Digunakan bila kontraksi uterus tidak memuaskan dengan pengawasan pada
ibu dan anak secara ketat.
Persalinan
Penentuan cara persalinan;
Metode lain:
Zatuchni Andros Breech Scoring
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila Zatuchni Andros
Breech Scoring antara 0-4. Persalinan sungsang perabdominal dengan sectio
caesarea saat ini lebih sering dilakukan.
ANEMIA PADA IBU HAMIL
Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada
trimester II ( Depkes RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah
menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen
untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50
sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Penyebab anemia pada ibu hamil
Umunya;
⁻ kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat
persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik
(Mochtar, 2004).
Faktor resiko
Umur yang sehat dan aman adalah umur 20 – 35 tahun.
Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun
secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya
belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
zat – zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta
berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian
didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh
terhadap kajadian anemia (Amirrudin dan Wahyuddin, 2004).
kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe
Pemeriksaan Antenatal minimal 4 kali pemeriksaan selama
kehamilan, 1 kali pada trimester satu, 1 kali pada trimester II dan 2
kali pada trimester III.
Multipara
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya
anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan
pemenuhan kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah harus
memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung ( Wiknjosastro,
2005; Mochtar, 2004).
Gejala anemia pada ibu hamil
Lemah, Pucat, Mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam batas
normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi.
Dan secara klinis dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah
(malnutrisi).
Derajat anemia pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang
dari 11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu
hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di
Indonesia sangat bervariasi, yaitu:
⁻ Tidak anemia : Hb >11 gr%,
⁻ Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%,
⁻ Anemia sedang : Hb 7-8.9 gr%,
⁻ Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ;
Kusumah, 2009).
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun
cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet.
Sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih menggunakan
alat Sahli. Dan pemeriksaan darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali
selama hamil yaitu pada trimester I dan trimester III ( Depkes , 2009; Kusumah,
2009 ).
Metoda Cyanmethemoglobin ini cukup teliti dan dianjurkan oleh International
Committee for Standardization in Hemathology (ICSH). Menurut cara ini darah
dicampurkan dengan larutan drapkin untuk memecah hemoglobin menjadi
cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian diukur pada 540 mm dalam
kalorimeter fotoelekrit atau spektrofotometer. Cara penentuan Hb yang banyak
dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan cukup sederhana tapi
ketelitiannya perlu dibandingkan dengan cara standar yang dianjurkan WHO
(Masrizal, 2007).
Prevalensi anemia kehamilan
Diketahui bahwa 10% - 20% ibu hamil di dunia menderita anemia pada
kehamilannya. Di dunia 34 % terjadi anemia pada ibu hamil dimana 75 % berada
di negara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Prevalensi
anemia pada ibu hamil di Negara berkembang 43 % dan 12 % pada wanita hamil
di daerah kaya atau Negara maju ( Allen, 2007 ). Di Indonesia prevalensi anemia
kehamilan relatif tinggi, yaitu 38% -71.5% dengan rata-rata 63,5%, sedangkan di
Amerika Serikat hanya 6% ( Syaifudin, 2006). Di Bali prevalensi anemia pada ibu
hamil tahun 2007 yaitu 46,2 % (Ani dkk, 2007) Di RSUD Wangaya Kota
Denpasar ibu hamil aterm dengan anemia 25,6 % ( CM. RSUD Wangaya, 2010).
Tingginya prevalensi anemia pada ibu hamil sebagian besar penyebabnya adalah
kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin (Saifudin,
2006 dan Saspriyana, 2010).
Kematian ibu akibat anemia di beberapa Negara berkembang berkisar 27 per
kelahiran hidup ( KH ) di India, dan 194 per 100 000 kelahiran hidup di Pakistan (
Allen, 2007 ). Menurut WHO 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan
dengan anemia dalam kehamilan. (Saifudin, 2006 dan Saspriyana, 2010).
Sedangkan di Kota Denpasar tahun 2008 kematian ibu 42 per KH dan 20 %
disebabkan oleh karena anemia (Profil Kesehatan Kota Denpasar , 2008 ).
Masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah masih tingginya prevalensi
anemia pada ibu hamil dan sebagian besar penyebabnya adalah kekurangan zat
besi untuk pembentukan haemoglobin. Keadaan kekurangan zat besi pada ibu
hamil akan menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel
tubuh maupun sel otak janin ( Depkes , 2009) .
Transfer zat besi ke janin
Menrut Allen ( 2007) Transfer zat besi dari ibu ke janin di dukung oleh
peningkatan substansial dalam penyerapan zat besi ibu selama kehamilan dan
diatur oleh plasenta. Serum fertin meningkat pada umur kehamilan 12 – 25
minggu, Kebanyakan zat besi ditransfer ke janin setelah umur kehamilan 30
minggu yang sesuai dengan waktu puncak efisiensi penyerapan zat besi ibu.
Serum transferin membawa zat besi dari sirkulasi ibu untuk transferin reseptor
yang terletak pada permukaan apikal dan sinsitiotropoblas plasenta, holotransferin
adalah endocytosied ; besi dilepaskan dan apotransferin dikembalikan ke sirkulasi
ibu. Zat besi kemudian bebas mengikat fertin dalam sel – sel plasenta yang akan
dipindahkan ke apotransferrin yang masuk dari sisi plasenta dan keluar sebagai
holotransferrin ke dalam sirkulasi janin. Plasenta sebagai transfortasi zat besi dari
ibu ke janin. Ketika status gizi ibu yang kurang, jumlah reseptor transferrin
plasenta meningkat sehingga zat besi lebih banyak diambil oleh plasenta dan
ditransfortasi untuk janin serta zat besi yang berlebihan untuk janin dapat dicegah
oleh sintesis plasenta fertin.
Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Penyulit-penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah:
⁻ keguguran (abortus),
⁻ kelahiran prematurs,
⁻ persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi
(inersia uteri),
⁻ perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim
(atonia uteri),
⁻ syok,
⁻ infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin,
⁻ serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan dekompensasi
kordis.
⁻ Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada
persalinan (Wiknjosastro, 2005; Saifudin, 2006 ).
Pengaruh anemia pada kehamilan.
Risiko pada masa antenatal berat badan kurang, plasenta previa,
eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi
tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa
pascanatal dapat terjadi subinvolusi.
Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature, apgar
scor rendah, gawat janin (Anonim,”tt”).
Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan
terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian,
gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis hingga
kematian ibu (Mansjoer dkk., 2008 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan
gangguan his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan
dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan
perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk., 2008).
Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi ( Smith et
al., 2010 ).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan:
⁻ gangguan his-kekuatan mengejan,
⁻ Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar,
⁻ Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
memerlukan tindakan operasi kebidanan,
⁻ Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum
akibat atonia uteri,
⁻ Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri.
⁻ Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kosrdis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi
mammae ( Shafa, 2010 ; Saifudin, 2006)
Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil
Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan,
mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup,
mengkonsumsi vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25,
50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3,
4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun
dalam proses pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak. Mengurangi
konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti :
fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal, 2007).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang
diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral).
⁻ Terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat,
fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari
dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per bulan.
⁻ Sedangkan pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum
dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intravena atau 2×10 ml secara
intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin relatif cepat yaitu
2gr%. Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi,
di mana terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal,
anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk (Sasparyana,
2010 ; Wiknjosastro 2005).