ANALISIS NILAI TOLERANSI
DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI
(Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
KHOIRUL ALFANI
NIM 111-14-171
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2018
ii
ANALISIS NILAI TOLERANSI
DALAM BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI
(Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat SMP)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
KHOIRUL ALFANI
NIM 111-14-171
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
vi
MOTTO
Mendengarlah dengan telinga yang toleran, melihatlah melalui
mata belas kasihan, berbicaralah dengan bahasa cinta.
– Jalaludin Rumi-
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S Al-Hujurat:
13).
vii
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
1. Ibu Rohmatun dan Bapak Khoiri tercinta yang telah mendidik, membimbing,
memberikan kasih sayang dan doanya. Terimakasih atas segala pengorbanan
dan kerja keras kalian dalam membesarkanku, sejak dalam kandungan hingga
kini tumbuh menjadi dewasa.
2. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. yang senantiasa sabar memberikan koreksi
dan pengarahan hingga terselesaikannya penulisan Skripsi ini
3. Kakakku terkasih, Sri wahyuni yang selalu berbagi cerita, canda dan tawa
dikala pikiran jenuh.
4. Bapak/Ibu guru SMP N 8 Salatiga yang telah mendukung dan memberikan
fasilitas dalam bentuk buku-buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”.
5. Sahabatku-Sahabatku yang senantiasa memberikan masukan, saran, kritik dan
motivasi untuk terus berkarya.
6. Teman-teman Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga yang
telah memberikan semangat dan senantiasa mendukung setiap usaha yang saya
lakukan.
7. Teman-teman posko 5 KKN IAIN Salatiga Tahun 2018 yang telah
memberikan semangat dan motivasi.
8. Teman-Teman PPL IAIN Salatiga di SMP N 8 Salatiga yang membantu
mengumpulkan buku-buku “Pendidikan Agama dan Budi Pekerti”
9. Teman-Teman Dewan Kerja Cabang Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega
Kota Salatiga
10. Serta Almamater tercinta Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
viii
KATA PENGANTAR
بسم هلل الر حمن الر حيم
Puji Syukur kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat
SMP)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada insan mulia
nan agung Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat dan para umatnya hingga
akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah
terbatas sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Arahan dan bimbingan dari berbagai pihak sangat membantu terselesaikannya
skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
5. Bapak Dr. Fatchurrohman, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Dr. Mukti Ali, M. Hum selaku Pembina Racana 02.237
7. Ibu Dra. Astuti Sakdiyah, M. Pd selaku Pembina Racana 02.238
ix
8. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan
ilmu kepada penulis.
9. Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara tercinta yang telah memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Rekan-rekan seperjuangan yang acapkali saling mendukung, mendoakan,
dan senantiasa menemani perjuangan jihad di kampus.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil
dalam penulisan skripsi.
Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga Allah Swt.
senantiasa memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penulisan skripsi.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis,
skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 9 Maret 2018
Khoirul Alfani
NIM. 111-14-171
x
ABSTRAK
KHOIRUL ALFANI, 2018. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan
Agama Kristen Tingkat SMP). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan. Progam Studi Pendidikan Agama Islam. Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Imam
Sutomo, M.Ag.
Kata Kunci : Nilai Toleransi, Pendidikan Agama Islam dan Kristen
Pendidikan Agama bertujuan untuk mewujudkan manusia yang
berkarakter, salah satu karakter yang diwujudkan adalah toleransi. Toleransi
menjadi salah satu solusi dalam menyikapi kemajemukan, pluralisme dan
perbedaan. Nilai toleransi dimungkinkan dapat ditemukan dalam buku ajar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
analisis terhadap nilai toleransi dalam buku “Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti” tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), kemudian melakukan
komparasi terhadap kedua buku tersebut.
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan atau library research
dengan metode content analysis (analisis isi). Penyajian datanya dalam bentuk
deskripsi dan tabel supaya mudah dipahami oleh para pembaca.
Hasil penelitian ini di antaranya : 1) Nilai toleransi yang terkandung dalam
buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat SMP” dan “Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat SMP” secara keseluruhan mencakup
nilai toleransi yaitu mengakui hak setiap orang, menghormati keyakinan orang
lain, setuju dalam perbedaan, saling pengertian, kesadaran dan kejujuran, namun
dari butir letak toleransi lebih banyak pada buku “Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti” jika dibanding dengan buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti”. 2) Komparasi antara buku “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tingkat SMP“ dan buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat
SMP” meliputi aspek positif dari kedua buku. Aspek positif buku “Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti Tingkat SMP” : a) isi materi meliputi nilai
toleransi, akhlak terpuji, ibadah dan sejarah islam. b) penampilan buku meliputi
peta konsep, gambar-gambar yang menarik, kisah-kisah inspiratif, dialog islami
dan lain-lain. c) evaluasi pembelajaran meliputi refleksi akhlak mulia, ayo berlatih
dan lain-lain. Aspek positif buku “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Tingkat SMP” , yang pertama, isi materi meliputi nilai toleransi, gereja, akhlak
terpuji atau spiritualitas. Yang kedua, penampilan buku meliputi aktivitas siswa
dan nyanyian-nyanyian religi. Yang ketiga, evaluasi pembelajaran meliputi
aktivitas siswa yaitu membuat kliping, wawancara, memberikan pendapat
terhadap suatu masalah, dan diberikan soal-soal berupa analisis kasus.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... II
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... III
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ........................................ IV
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................... V
MOTTO .................................................................................................. VI
PESERSEMBAHAN .............................................................................. VII
KATA PENGANTAR ............................................................................ VIII
ABSTRAK .............................................................................................. X
DAFTAR ISI ........................................................................................... XI
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. XIII
DAFTAR TABEL ................................................................................... XIV
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah .................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 9
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................... ..... 10
F. Penelitian Terdahulu................................................... ...... 11
G. Penegasan Istilah .............................................................. 13
H. Metodologi Penelitian....................................................... 16
I. Sistematika Penulisan ....................................................... 19
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Analisis Nilai Toleransi .................................................... 20
B. Pendidikan Agama ............................................................ 31
xii
BAB III PROFIL BUKU PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI
A. Identitas Buku ................................................................... 58
B. Latar Belakang dan Tujuan Penyusunan Buku ................. 65
C. Konten Materi ................................................................... 68
1. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII ........................ 68
2. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ...................... 76
3. Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX ......................... 84
4. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ...................... 92
5. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ..................... 96
6. Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas IX ....................... 104
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai Toleransi buku
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ................................ 114
1. Buku Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti Kelas VII.......................................... ..... 114
2. Buku Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti Kelas VIII............................................ .. 129
3. Buku Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti Kelas IX.............................................. ... 142
B. Komparasi Buku
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ................................ 179
1. Aspek Positif Buku PAI dan Budi Pekerti.................. 179
2. Aspek Positif Buku PAK dan Budi Pekerti ................ 183
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................... 185
B. Saran ................................................................................. 186
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VII......................... 59
Gambar II : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas VIII ....................... 60
Gambar III : Cover Buku PAI dan Budi Pekerti Kelas IX .......................... 61
Gambar IV : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VII ....................... 62
Gambar V : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas VIII ...................... 63
Gambar VI : Cover Buku PAK dan Budi Pekerti Kelas IX ........................ 64
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII............... 58
Tabel 3.2 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII.............. 60
Tabel 3.3 : Identitas Buku PAI dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX................ 61
Tabel 3.4 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII............... 62
Tabel 3.5 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII............. 63
Tabel 3.6 : Identitas Buku PAK dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX................ 64
Tabel 3.7 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII............... 68
Tabel 3.8 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII.............. 76
Tabel 3.9 : Sebaran Materi Buku PAI dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX................ 84
Tabel 3.10 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII............... 92
Tabel 3.11 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII.............. 96
Tabel 3.12 : Sebaran Materi Buku PAK dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX................ 104
Tabel 4.1 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
xv
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII ................ 114
Tabel 4.2 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VIII............... 129
Tabel 4.3 : Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas IX ................. 142
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberagaman atau kemajemukan merupakan suatu takdir dan
kehendak Allah SWT yang menjadi sebuah tanda kebesaran akan
kekuasaan-Nya. Allah SWT menciptakan manusia dalam beraneka ragam
suku, ras, warna kulit dan bahasa agar manusia saling mengenal dan
memahami satu sama lain sebagai wujud manusia sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial manusia tidak bisa hidup sendiri karena pada
hakikatnya manusia satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan,
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga
perlu adanya sikap sosial yang harus dimiliki oleh setiap manusia, merasa
saling membutuhkan dan saling melengkapi satu sama lain.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Hujurat ayat 13 :
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa -
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah SWT menciptakan manusia
menjadi berbangsa-bangsa, bersuku-suku, supaya bisa saling mengenal
2
satu sama lain. Berbeda bangsa maka berbeda pula bahasanya, dan
berbeda suku berarti berbeda pula budaya adat istiadatnya.
Indonesia merupakan salah satu dari sekian negara di dunia yang
memiliki kemajemukan atau keberagaman sangat kompleks. Menurut
Badan Pusat Statistik tahun 2010 Indonesia terdiri dari 1.300 suku, 2.500
bahasa, 6 agama dan masih banyak lagi kebaragaman yang ada di
Indonesia (Na’im dan Syaputra, 2010: 8). Pada sensus tahun 2000,
religious demography di Indonesia menunjukkan 213 juta jiwa penganut
agama yang berbeda dengan komposisi 88.2% pemeluk Islam, 5.9%
Kristen, 3.1% Katolik, 1.8% Hindu, 0.8% Buddha, dan 0.2% agama serta
kepercayaan lainnya. Pada Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2005
juga masih menunjukkan angka yang hampir sama, yaitu pemeluk Islam
(88.58%), Kristen (5.79%), Katolik (3.08%), Hindu (1.73%), Buddha
(0.60%), Khonghucu (0.10%), dan lainnya (0.12%) (Bahari, 2010: 2). Data
diatas merupakan sebuah informasi yang menunjukan salah satu
keberagaman yang ada di Indonesia dalam kehidupan beragama.
Keberagaman tersebut tertuang dalam salah satu filosofi bangsa Indonesia
yang juga merupakan salah satu dari keempat pilar kebangsaan yaitu
Bhineka Tunggal Ika yang berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki
makna meskipun berbeda-beda namun tetap satu. Semboyan tersebut
sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai
macam-macam suku, bahasa, adat, kebudayaan yang terbingkai menjadi
satu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
3
Keberagaman atau kemajemukan bagaikan mata pisau yang
memiliki dua sisi, di satu sisi memiliki nilai positif dan di sisi lain
memiliki sisi negatif. Nilai positif kemajemukan dan keberagaman yaitu
menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai satu sama lain
serta menunjukan suatu kekayaan dalam keberanekaragaman, namun
keberagaman akan memiliki nilai negatif jika antara satu sama lain saling
mengakui dirinya yang paling baik dan paling benar, serta menunjukan
sikap eksklusivisme yang berlebihan. Sikap tersebut akan memunculkan
perpecahan dan konflik antara satu sama lain dan pada akhirnya ukhuwah
tidak akan bisa tercapai.
Harun Yahya (2003: 14), dalam bukunya yang berjudul Justice and
Tolerance In The Qur’an mengemukakan bahwa:
In the 20th century, Hitler's annihilation of millions of
people solely because he deemed the Aryan race superior to other
races is a good example of this. In our day, too, there are people
being subjected to cruel and unjust treatment because of the colour
of their skin or their race. In the United States and South Africa,
black people were for many years treated as second-class citizens,
and savage conflicts raged in many Asian and African countries
simply because of racial differences.
Dari kutipan di atas dapat diketahui adanya kasus intoleransi pada
abad ke-20, Hitler membunuh jutaan orang semata-mata karena perbedaan
suku dan ras, suku Arya merupakan suku yang lebih unggul dari pada suku
yang lain di Jerman. Pada era sekarang juga terjadi kasus intoleransi yang
sama karena memiliki warna kulit suku atau ras yang berbeda, salah satu
contoh sederhana yang terjadi di Amerika Serikat dan Afrika.
4
Konflik bernuansa agama di Ambon misalnya, memperlihatkan
bahwa Universitas Pattimura menjadi basis perlawanan kalangan Kristiani.
Wilayah kampus tersegregasi antara mahasiswa dari kalangan Kristen dan
dari kalangan Islam. Di sana para mahasiswa Kristiani menggalang
kekuatan dan turut terlibat secara aktif dalam konflik bernuansa agama
tersebut. Di Fakultas Teknik, dengan memanfaatkan peralatan yang ada
membuat senjata-senjata rakitan, anak panah, dan tombak bermata besi.
Sikap serupa dilakukan pula oleh para mahasiswa muslim di STAIN
Ambon atau mereka yang terlibat dalam organisasi kemahasiswaan,
sebagaimana dituturkan Abu Bakar Riri, mantan aktivis Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah (IMM) yang belakangan menjadi aktivis rekonsiliasi
Gerakan Baku Bae Maluku (Bahari, 2010: 5-6).
Dari studi kasus di atas menunjukan bahwa sikap toleransi
memiliki nilai yang sangat penting, dengan adanya toleransi maka
keberagaman dan kemajemukan mampu memberikan dampak positif
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara
normatif, tidak satupun agama yang mendorong penganutnya untuk
melakukan kekerasan terhadap agama dan kebudayaan lain. Namun secara
historis-faktual, banyak dijumpai tindakan kekerasan yang dilakukan oleh
manusia dengan justifikasi agama (Nugroho, 2016: 183). Colin Machleod
dalam Michael A. Petters (2010: 5), “Toleration is supposed to help
manage such disputes by delineating the degree and manner in which both
the state and citizens must accept the presence and expression of
5
commitments and practices whose value is strongly contested by some
citizens.” Dari pendapat Colin Machleod toleransi diharapkan dapat
mengatur hubungan antara individu dan individu kelompok, dalam
konteks perselisihan evaluatif yang cukup signifikan tentang praktik,
komitmen, kepercayaan yang dipegang orang lain, secara umum toleransi
menjadi salah satu media untuk menyikapi sebuah perbedaan-perbedaan
yang dimiliki oleh setiap individu agar perbedaan tersebut menjadi sebuah
kekayaan dalam keberanekaragaman dan bernilai positif.
Ahmad dan Sumyati (2015:170), “bahwa toleransi dalam bahasa
Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti
tenggang rasa. Sedangkan secara istilah toleransi adalah sikap saling
menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia.” Dari
pernyataan Ahmad dan Sumyati dapat diketahui bahwa toleransi dalam
istilah bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh, secara bahasa
toleransi memiliki pengertian tenggang rasa atau saling menghormati dan
menghargai atau saling membiarkan satu sama lain. Sedangkan secara
istilah toleransi memiliki arti suatu sikap menghargai atau menghormati
segala bentuk perbedaan yang ada, baik dalam berbeda suku, berbeda
bahasa dan berbeda pula agama antar satu orang dengan orang lain.
Islam adalah rahmatallil’alamin kasih sayang dan rahmat bagi
seluruh alam semesta, maka untuk merealisasikan hal itu seorang muslim
harus memiliki sifat toleransi terhadap orang lain agar tercipta perdamaian
dan kerukunan serta kesejahteraan bersama. Toleransi merupakan suatu
6
sikap menghargai dalam berbagai macam perbedaan, perbedaan bahasa,
suku, ras dan salah satunya adalah dalam hal beragama. Toleransi
beragama mengharuskan setiap pemeluk agama memiliki sikap
menghargai dan saling tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain, baik
dalam praktik ibadah maupun muamalah. Toleransi beragama tentu
memiliki sebuah batasan-batasan karena pada dasarnya setiap pemeluk
agama memiliki sikap fanatik atau menganggap bahwa agama yang
dianutnya adalah agama yang paling benar. Dengan adanya batasan
tersebut seorang pemeluk agama akan terhindar dari paham liberalisme
dalam memahami dan memaknai sebuah agama. Sikap toleransi
hendaknya harus diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat secara luas
tidak hanya dalam hal beragama.
Sikap toleransi adalah sikap yang tidak mudah dimiliki dan
ditanamkan pada diri seorang individu dalam waktu yang singkat, perlu
adanya penanaman sejak awal, sejak mereka berada pada lingkungan
sekolah. Lingkungan sekolah merupakan lingkungan yang paling efektif
dalam penanaman nilai-nilai budi pekerti luhur, salah satunya yaitu sikap
toleransi. Dengan adanya penanaman sikap toleransi sejak seorang
individu berada di lingkungan sekolah akan menghasilkan lulusan atau
sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki sikap toleransi yang
tinggi terhadap segala bentuk perbedaan yang mereka temui di dunia luar
yang lebih luas dan lebih komprehensif.
7
Penanaman sikap toleransi di sekolah dilakukan melalui kegiatan
belajar mengajar dalam berbagai macam mata pelajaran, mulai dari mata
pelajaran pendidikan kewarganegaraan, mata pelajaran ilmu pengetahuan
sosial, mata pelajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran agama dan
budi pekerti serta masih banyak mata pelajaran yang lain. Pendidikan
agama dan budi pekerti merupakan satu dari sekian mata pelajaran yang
di dalamnya terdapat nilai-nilai toleransi yang ditanamkan kepada siswa.
Salah satu penanaman tersebut melalui buku ajar Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti, buku ajar merupakan sumber belajar bagi siswa dalam
sebuah mata pelajaran, tidak hanya sebagai sumber belajar namun juga
menjadi sebuah media serta alat yang digunakan guru dalam proses belajar
mengajar.
Dari latar belakang masalah tersebut penulis ingin menganalisis
dan mengkaji serta meneliti lebih jauh tentang nilai toleransi dalam buku
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dalam penelitian yang berjudul
“Analisis Nilai Toleransi Dalam Buku Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti (Studi Komparasi Agama Islam dan Agama Kristen Tingkat
SMP)”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas
yaitu :
1. Bagaimana analisis nilai toleransi yang ada dalam buku Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013?
8
2. Bagaimana analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum
2013?
3. Bagaimana komparasi antara nilai toleransi dalam buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan nilai toleransi
dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat
SMP Kurikulum 2013?
C. Tujuan Penelitian
Sebuah peneletian tentu harus memiliki suatu tujuan, agar
memberikan hasil dan memberikan dampak yang positif dalam bidang
keilmuan. Tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum
2013.
2. Untuk mengetahui analisis nilai toleransi yang ada dalam buku ajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum
2013.
3. Untuk mengetahui komparasi antara nilai toleransi dalam buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan nilai toleransi
dalam ajar buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat
SMP Kurikulum 2013.
9
D. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dikatakan bermakna apabila memiliki sebuah
manfaat. Agar penelitian tersebut bisa memberikan dampak positif
terhadap perkembagan keilmuan yang ada. Manfaat tersebut bisa secara
teoretis maupun praktis. adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu
1. Secara teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan dan menampilkan
analisis nilai toleransi yang terkandung dalam buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat SMP
Kurikulum 2013.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menunjukan suatu komparasi
antara nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti dengan buku ajar Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kurikulum 2013.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan
tentang analisis nilai toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti kepada para pengajar atau pendidik mata
pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti khususnya dan
umumnya kepada para praktisi pendidikan.
10
b. Hasil penenlitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dan
rekomendasi, agar pendidik, penulis dan penerbit buku serta
praktisi di dunia pendidikan untuk lebih selektif dan lebih dalam
menganalisis kandungan nilai-nilai karakter yang ada dalam buku
ajar
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar pembahasan dalam sebuah penelitian tidak melebar jauh dari
topik penelitian, maka perlu dilakukan pembatasan masalah. Adapun
ruang lingkup permasalahan atau pembatasan masalah yang akan dibahas
dalam penulisan laporan skripsi ini, yaitu :
1. Nilai-nilai yang dimaksud disini adalah nilai toleransi dalam buku
ajar.
2. Buku ajar yang dikaji dan dianalisis adalah buku ajar Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP kurikulum 2013 yang banyak
dijadikan pegangan oleh para pendidik atau guru.
3. Buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yang dianalisis adalah
buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP kurikulum
2013.
4. Peneliti hanya akan menganalisis dan mengkomparasikan nilai
toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat
SMP kurikulum 2013, terfokus pada buku ajar Pendidikan Agama
11
Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti.
F. Penelitian Terdahulu
Tinjauan terhadap penelitian terdahulu penting untuk dilakukan,
agar penelitian memiliki perbedaan sekaligus pengembangan. Penulis
menyadari bahwa topik analisis buku ajar Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
tingkat SMP Kurikulum 2013 bukan merupakan topik penelitian yang
baru, namun sudah ada beberapa orang yang melakukan penelitian
terhadap buku ajar tersebut.
Seiring perkembangan keilmuan yang ada sehingga masih perlu
adanya penelitian lebih lanjut terhadap buku ajar Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti, terutama dalam konteks analisis nilai toleransi dan adanya
kajian komparasi antara kedua buku ajar yaitu buku ajar Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti. Dalam perkembangan keilmuan dan dunia penelitian ada
beberapa orang yang sudah melakukan penelitian tentang buku ajar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, yaitu :
a) Skripsi yang ditulis oleh Zeni Hafidhotun Nisa’ dengan judul
“Analisis Isi Buku Teks Pendidikan Agama Islam Untuk SMA:
Perspektif Kesetaraan Gender”. Melalui penelitian ini, Zeni
menjelaskan bahwa dalam buku ajar PAI di tingkat SMA karya
Syamsuri terdapat perspektif kesetaraan gender dan sekaligus juga
12
terdapat bias gender di dalamnya. Lebih lanjut, Zeni menguraikan
bentuk-bentuk kesetaraan gender dan bias gender dalam buku ajar
tersebut sekaligus menghitung frekwensinya.
Dalam hal ini, Zeni lebih memfokuskan kajiannya pada wacana
kesetaraan gender, sedangkan penulis disini menjadikan nilai toleransi
sebagai fokus penelitian yang akan dilakukan.
b) Skripsi Rina Hanipah Muslimah dengan judul “Analisis Nilai-Nilai
Pendidikan Multikultural Dalam Teks Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam SMA Kelas X”. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa
dalam buku ajar PAI untuk SMA kelas X karya Syamsuri
mengandung pendidikan multikultural yang signifikan di dalamnya.
Meski sama-sama meneliti buku ajaran PAI, buku ajar yang
digunakan Rina berbeda dengan buku yang diteliti penulis. Selain itu
Rina lebih memfokuskan pada aspek pendidikan multikultural,
sementara penulis memfokuskan pada aspek nilai toleransi dalam
penelitiannya.
c) Nikmatus Solikhah dalam skripsinya di UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang yang berjudul “Analisis Buku Teks Pendidikan Agama Islam
(PAI) Kelas VII SMPN 13 Malang”, menganalisis secara khusus isi
buku teks mata pelajaran PAI ditinjau dari Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasar (KD). Solikhah melakukan analisis isi dengan
memperhatikan aspek sampul, gambar, materi, rangkuman dan soal-
soal yang terdapat dalam buku ajar PAI. Objek penelitian ini juga
13
berbeda dengan objek yang dikaji penulis. Selain itu Nikmatus, lebih
menekankan penelitiannya pada aspek kualitas isi buku sedangkan
penulis menekankan penelitiannya pada aspek nilai toleransi dalam
buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Agama Kristen
sehingga muncul suatu perbandingan antara keduanya.
Dari beberapa penelitian di atas dapat diketahui bahwa penelitian
yang sudah dilakukan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing, serta memiliki urgensi dalam dunia pendidikan. penelitian
yang akan peneliti lakukan adalah tidak hanya terbatas pada analisis
sebuah buku, namun juga membandingkan antara kedua buku yang
berbeda dalam konteks agama, yaitu agama Islam dan agama Kristen
sehingga perlu adanya penelitian yang serius dalam penelitian tersebut
agar mampu memberikan hasil yang maksimal dan memberikan
dampak positif terhadap khasanah keilmuan dan penelitian ilmiah.
G. Penegasan Istilah
1. Analisis Nilai Toleransi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007:
43) analisis memiliki arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan dan sebagainya). Sesuatu aktivitas, benda, dan
hal-hal yang lain dikatakan memiliki nilai jika memiliki kegunaan
yang baik. Istilah nilai memiliki arti untuk menunjukan kegunaan suatu
hal dalam konteks hal yang baik dan membawa manfaat untuk orang
banyak. Sedangkan menurut Suleeman dan Sumiyatiningsih
14
(2015:110) menyatakan bahwa toleransi diartikan sebagai sikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan
sebagainya yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.
Dari uraian tentang arti analisis, nilai dan toleransi dapat
disimpulkan bahwa analisis nilai toleransi adalah suatu penyelidikan
atau penguraian suatu pokok peristiwa atau karangan tentang nilai
toleransi, sedangkan nilai toleransi adalah makna yang menunjukan
sikap, perbuatan dan perilaku yang baik dengan cara saling
menghargai, menghormati, membiarkan dan membolehkan orang lain
memiliki sebuah keyakinan, kepercayaan, prinsip atau pendapat lain
yang berbeda dengan diri sendiri.
2. Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah buku pegangan
atau sumber belajar yang digunakan dalam proses Pembelajaran
Agama dan Budi Pekerti yang disusun oleh praktisi-praktisi atau
pakar-pakar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta diterbitkan
oleh instansi formal dan disebarluaskan guna menunjang pelaksanaan
proses Pembelajaran Agama dan Budi Pekerti.
3. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagai salah satu sub
Pendidikan Nasional yang diajarkan sejak Sekolah Dasar(SD) atau
bahkan Taman Kanak-kanak(TK) sampai pada Perguruan Tinggi
15
merupakan salah satu sarana membentuk karakter religius pada peserta
didik. Menurut Zakiyah Daradjat (1975:97), “secara ringkas arti luas
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah dimulai dari keluarga,
dilanjutkan di sekolah dan dikembangkan dalam masyarakat.” Dari
pernyataan Zakiyah Daradjat di atas dapat disimpulkan bahwa arti luas
Pendidikan Agama adalah dimulai dari keluarga, keluarga merupakan
madrasah pertama bagi anak, tempat membangun pondasi atau dasar
kepribadian bagi anak, kemudian dilanjutkan di sekolah, ketepatan
orang tua dalam memilih lembaga pendidikan bagi anak akan
membawa pengaruh besar terhadap perkembangan anak, dan
dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Kurikulum 2013
Majid dan Rochman, (2014:1) “kurikulum 2013 merupakan
kurikulum berbasis kompetensi dengan memperkuat proses
pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan keterampilan.” Dari kutipan tersebut dapat diketahui
bahwa kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum dengan
formulasi yang baru yang merupakan penyempurnaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 menitik beratkan
pada sebuah proses pembelajaran dan penilaian untuk mencapai suatu
kompetensi yaitu kompetensi sikap, kompetensi keterampilan,
kompetensi pengetahuan dan kompetensi sosial.
16
Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan
saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu
dalam mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,
mengasosiasi atau menalar dan mengkomunikasikan (Majid dan
Rochman, 2014: 2). Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa penguatan
proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintifik yang
meliputi kegiatan 5 M dalam proses pembelajaran. 5 M tersebut yaitu
mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,
mengeksplorasi dan mengkomunikasikan.
H. Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitan
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan
(Library Research), Menurut Zed (2004:89), “Library Research adalah
penelitian yang dilakukan dengan menggunakan sumber-sumber
literatur perpustakaan. Objek penelitian yang digali lewat beragam
informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran,
majalah dan dokumen.” Peneliti menggunakan jenis penelitian
kepustakaan (Library Research) dalam menganalisis nilai toleransi
dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti khususnya dalam
buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku ajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum
2013.
17
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber
data primer dan sumber data sekunder.
a) Sumber data Primer
Sumber data primer adalah sumber data utama yang akan
dikaji dalam penelitian ini. Sumber data primer dalam penelitian
ini yaitu buku-buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti baik
buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan buku
ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP
Kurikulum 2013 mulai dari kelas 7 sampai kelas 9 yang banyak
dijadikan pegangan oleh pendidik atau guru mata pelajaran
tersebut.
b) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung dari
sumber data primer, sumber data sekunder dalam penelitian ini
yaitu buku-buku yang terkait dan dapat dijadikan referensi oleh
peneliti dalam penyusunan skripsi, yaitu buku tentang toleransi
beragama, tentang pendidikan dan buku-buku yang lain yang
relevan dengan topik penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu dengan mencari dan mengumpulkan buku yang menjadi sumber
data baik primer maupun sekunder, baik berupa catatan, buku, surat
18
kabar, majalah dan lain sebagainya. Selain itu peneliti juga
menggunakan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, notulen agenda dan lain sebagainya (Suharsimi, 2002:231).
Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan langkah-langkah
berikut:
a) Peneliti mengumpulkan buku-buku dan sumber-sumber yang
relevan dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
tersebut.
b) Peneliti membaca buku-buku dan sumber-sumber informasi terkait
dengan penelitian.
c) Peneliti mempelajari, mengkaji dan memahami kajian-kajian yang
ada dalam sumber data baik primer maupun sekunder.
d) Peneliti menganalisis, mengidentifikasi dan mengklasifikasikan
sumber-sumber data baik primer maupun sekunder.
4. Teknik Analisis Data
Dalam melakukan analisis tentang nilai toleransi dalam buku ajar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013
peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
a) Analisis Isi (Content Analsis).
Analisis isi atau sering disebut analisis dokumen adalah telaah
sistematis atau catatan-catatan atau dokumen-dokuman sebagai
sumber data (Faisal, 1982:134). Dengan metode analisis isi peneliti
19
akan menelaah secara sistematis buku-buku ajar Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti serta buku ajar Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013 sebagai
sumber data primer, serta buku-buku lain yang relevan sebagai
sumber data sekunder.
I. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan penelitian ini terdiri dari lima
bab, yaitu:
1. BAB I :Berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
ruang lingkup penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
2. BAB II :Berisi kajian pustaka yang terdiri atas tinjauan tentang
analisis nilai toleransi dan pendidikan agama dan budi pekerti.
3. BAB III :Berisi tentang profil buku ajar Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti dan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti tingkat SMP kurikulum 2013.
4. BAB IV : Berisi tentang analisis nilai toleransi dalam buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti untuk SMP Kurikulum 2013.Pada bab ini
akan dipaparkan analisis cakupan nilai toleransi dan komparasi atau
perbandingan antara kedua buku ajar tersebut.
5. BAB V :Berisi penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.
20
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Analisis Nilai Toleransi
Sebelum membahas lebih jauh tentang analisis nilai toleransi
secara mendalam, penulis akan terlebih dahulu membahas tentang makna
analisis, nilai dan toleransi.
1. Pengertian Analisis
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007: 43)
kata “analisis” memiliki arti penyelidikan terhadap suatu peristiwa
(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
Analisis juga memiliki arti penguraian suatu pokok atas berbagai
bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar
bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti
keseluruhan.
Dari uraian kamus di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
analisis berasal dari kata “analisa”, sedangkan kata “analisis” memiliki
arti suatu kegiatan penelaahan pokok atau peristiwa baik berupa teks
karangan atau perbuatan yang bertujuan untuk memperoleh pengertian
atau penjelasan secara lebih mendalam dan lebih luas untuk
memperoleh kebenaran dari suatu hal.
21
2. Pengertian Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007:
783) kata “nilai” memiliki arti harga, harga uang, angka kepandaian,
banyak sedikitnya isi, sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna
bagi kemanusiaan, sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai
dengan hakikatnya. Istilah nilai juga banyak digunakan dalam dunia
pendidikan, dalam dunia pendidikan nilai cenderung diartikan sebagai
sebuah angka atau huruf yang merupakan hasil dari sebuah proses
pembelajaran.
Dari kutipan kamus di atas dapat diketahui bahwa nilai dalam
bahasa Indonesia memiliki arti suatu harga, harga uang, angka
kepandaian, kadar atau banyak sedikitnya isi, sifat-sifat (hal-hal) yang
penting dan memiliki nilai kegunaan bagi kemanusiaan, makna yang
lain yaitu sesuatu hal yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hakikatnya, dalam konteks penelitian ini maka makna nilai yang
relevan dengan istilah toleransi adalah nilai merupakan sifat-sifat (hal-
hal) yang penting dan berguna bagi kemanusiaan atau bagi banyak
orang.
3. Pengertian Toleransi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2007: 1204)
kata “toleransi” berasal dari kata “toleran” yang memiliki arti bersifat atau
bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dst)
22
yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Toleransi dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia juga bermakna sifat atau sikap toleran,
batas ukur atau penambahan pengurangan yang masih diperbolehkan.
Dalam The American Heritage Dictionary of The English Language,
kata“toleransi” secara etimologis “The Capacity for or the practice of
recognizing and respecting the belief or practice of others”. Yang artinya
kemampuan atau kebiasaan mengakui dan menghormati kepercayaan, atau
kebiasaan dari orang lain.
Voltaire dalam Susan Mendus (2001: 6), dalam buku yang berjudul On
Toleration mengemukakan bahwa :
Tolerantion is a neccessary consequence of our being human. we
are all products of frailty fallible and prone to error. so let us
mutuallypardon each other's follies. This is the first principle of all
human rights. the recognition that we are all fallible, all frail and
liable to error, when coupled with the belief that rational
discussion may help us to correct our mistakes and approach
nearer to the truth, generates a presumption in favour of
toleration. on this account, refusal to tolerate is a from intellectual
arrogance, a blindness to the possibility that i may be wrong and
you my be right.
Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa suatu sikap toleransi
merupakan konsekuensi kebutuhan dalam diri manusia. manusia
merupakan makhluk yang lemah dan rentan terhadap kesalahan, jadi perlu
adanya suatu sikap saling membenci kesalahan. Hal itu merupakan prinsip
pertama dari semua hak asasi manusia, pengakuan bahwa manusia adalah
makhluk yang lemah , salah dan bertanggung jawab atas semua kesalahan.
Jika digabungkan dengan keyakinan bahwa diskusi atau pembahasan
rasional dapat membantu memperbaiki kesalahan dan pendekatan yang
23
dilakukan mendekati kebenaran, menghasilkan suatu anggapan yang
mendukung adanya toleransi. Pada anggapan ini penolakan terhadap sikap
toleransi adalah dari arogansi intelektual, suatu kebutuhan pendapat bahwa
bisa jadi saya salah dan anda benar.
Michael Jinkin (2004: 175) dalam buku yang berjudul
.Christianity, Tolerance, and Pluralism:a theological engangement with
Isaiah Berlin’s sosial theory, mengemukakan bahwa :
Toleration is an expression of modern liberalism, which
‘embodied’, Gray writes, ‘two incompatible philosophies’. From
one perspective, ‘liberal toleration is the ideal of a rational
consensus on the best way of life. From the other, it is the belief
that human beings can flourish in many ways of life’.35
Contemporary Western civilization owes an inestimable debt to the
traditions of liberal democracy which gave us a society that values
more the toleration than the suppression of ideas, a society that,
through its relative tolerance, has engendered a considerable
diversity of cultural, artistic, social and political expressions that
enrich our common life.
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Toleransi adalah
sebuah ungkapan liberalisme modern yang diwujudkan. Gray menulis dua
filosofi yang tidak sesuai. Dari satu perspektif toleransi liberal adalah cita-
cita dari konsensus rasional tentang cara hidup terbaik. Dari sumber lain,
toleransi liberal merupakan kepercayaan bahwa manusia dapat
berkembang dalam banyak cara untuk hidup. 35 peradaban kontemporer
barat berhutang dengan tradisi demokrasi liberal, yang memberi kita
masyarakat yang menghargai nilai lebih toleransi dari pada penekanan
gagasan, masyarakat yang melalui toleransi yang relatif, telah
menimbulkan beragam keragaman budaya, seni, sosial dan lambang
24
politik yang memperkaya kehidupan kita bersama. Toleransi juga
merupakan istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti
sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda dan tidak diterima oleh mayoritas atau
kelompok terbanyak dalam masyarakat. Contohnya adalah toleransi
beragama, yaitu masyarakat mayoritas dalam suatu masyarakat
mengijinkan keberadaan agama-agama lain. tidak hanya mengijinkan,
tetapi juga menghargai setiap kegiatan dan pelaksanaan peribadatan agama
lain (Suleeman dan Sumiyatiningsih, 2015:110-111).
Toleransi (Tasamuh) berarti sikap membolehkan atau membiarkan
ketidaksepakatan dan tidak menolak pendapat, sikap, ataupun gaya hidup
yang berbeda dengan diri sendiri(Niam,2014:182). Menurut Cak Nur
(1999:64) menegaskan bahwa:
Pada dasarnya toleransi merupakan persoalan ajaran dan kewajiban
melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan adanya tata
cara pergaulan yang “enak” antara berbagai kelompok yang
berbeda-beda, maka hasil itu harus dipahami sebagai “hikmah”
atau “manfaat” dari pelaksanaan suara ajaran yang benar. Hikmah
atau manfaat itu adalah sekunder nilainya, sedangkan yang primer
adalah ajaran yang benar itu. Maka sebagai yang sekunder itu
toleransi harus kita laksanakan dan wujudkan dalam masyarakat,
sekalipun untuk kelompok tertentu-bisa jadi untuk diri kita sendiri.
pelaksanaan toleransi secara konsekuen itu mungkin tidak
menghasilkan sesuatu yang “enak”.
Dari pendapat Cak Nur di atas dapat diketahui bahwa toleransi
terdapat dalam beberapa konteks, yaitu dalam konteks sosial, budaya, dan
agama. Toleransi bergama adalah suatu sikap dan perbuatan yang
mengijinkan eksistensi dan keberadaan dari agama-agama lain, tidak
25
hanya sebatas mengijinkan namun juga menghargai menghormati suatu
amalan ibadah atau praktek peribadatan agama lain.
Suleeman dan Sumiyatiningsih, (2015:111), toleransi beragama dibagi
menjadi tiga yaitu :
a. Toleransi negatif adalah sikap yang tidak menghargai dan menolak isi
ajaran dan pandangan agama dan keyakinan lain, serta tidak menerima
penganutnya tetapi membiarkan saja, karena menguntungkan (misal
dari segi keamanan dan ketentraman) atau karena sikap acuh tak acuh
terhadap agama.
b. Toleransi positif adalah sikap yang menolak isi ajaran dan pandangan
agama dan keyakinan lain, namun menerima atau menghargai para
penganutnya.
c. Toleransi ekumenis adalah sikap menerima dan menghargai baik isi
ajaran agama dan keyakinan lain, pandangan dan para pengikutnya
karena pengakuan bahwa di dalamnya ada nilai-nilai kebenaran yang
dapat memperkaya dan memperdalam ajaran, pandangan dan
kepercayaan diri sendiri.
Dari pernyataan Suleeman dan Sumiyatiningsih penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa toleransi beragama merupakan suatu sifat
dan sikap serta perilaku seseorang yang menghargai menghormati dan
mengijinkan adanya sebuah eksistensi dari agama lain yang berbeda
dengan agama atau kepercayaan diri sendiri. Toleransi beragama dibagi
menjadi tiga macam, yaitu toleransi negatif merupakan sebuah sikap atau
26
perilaku yang tidak menghargai dan menolak keberadaan agama lain dan
hanya membiarkan bahkan acuh tak acuh terhadap agama lain, yang kedua
toleransi positif yaitu sikap atau sifat yang menolak ajaran atau agama lain
namun menerima para penganutnya, yang ketiga yaitu toleransi ekumenis
yaitu suatu sifat dan perilaku menerima dan menghargai baik ajaran agama
lain dan para penganutnya.
4. Toleransi Perpektif Islam dan Kristen
Kerukunan hidup sangat dimungkinkan karena setiap agama pada
dasarnya memiliki prinsip ajaran hidup damai dan rukun. Semua agama
menganjurkan kepada para pemeluknya untuk senantiasa hidup damai dan
rukun dalam kehidupan sehari-hari.
a. Toleransi Perspektif Agama Islam
Agama Islam secara positif mendukung kerukunan hidup
bermasyarakat. Sikap kerukunan hidup tertanam dalam setiap pribadi
muslim adalah didasarkan atas pelajaran Al-Qur’an dan As-Sunah.
Umat Islam sudah terpimpin dengan Al-Qur’an untuk hidup rukun
bersama umat agama lain, dan dalam dakwahnya pun orang Islam
diberi garis jelas yaitu tidak dibenarkan melakukan paksaan untuk
menarik orang yang berlainan agama menjadi penganut Islam
(Daradjat, 1996: 143).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 15 :
27
15. Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan
tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah
mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman
kepada semua kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan
supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan
Tuhan kamu. bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal
kamu. tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah
mengumpulkan antara kita dan kepada-Nyalah kembali (kita)".
Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur’an Surat AL-Kafirun ayat 1-5:
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Dari kutipan dan ayat Al-Qur’an di atas dapat diketahui bahwa
agama Islam mempunyai prinsip sikap toleransi, menghormati serta
menghargai agama lain. hal tersebut diperintahkan oleh Allah SWT dalam
ayat Al-Qur’an yang merupakan pedoman dan dasar hukum yang pertama
dan utama dalam ajaran agama Islam. Sikap toleransi tersebut diwujudkan
dalam mendidik para pemeluk agama Islam untuk taat kepada pemerintah,
28
memberikan nilai-nilai moral serta aqidah-aqidah dalam kehidupan sosial
agar seorang muslim memiliki perilaku atau akhlak yang mulia, sehingga
tercipta kedamaian dan kerukunan antar sesama manusia.
Umar Hasyim dalam Mukti Ali (2006: 89-90), bahwa segi-segi toleransi
yaitu:
1) Mengakui Hak Setiap Orang
Setiap manusia memiliki hak yang sama dengan manusia yang
lain. agar setiap hak dari masing-masing individu terjamin, maka dari
masing-masing individu tersebut diharapkan adanya saling
pemahaman dan sikap toleransi. Hal ini akan terwujud dengan baik
jika setiap orang mengakui hak setiap orang lain di dalam menentukan
sikap, prinsip, keyakinan, agama dan nasibnya masing-masing.
2) Menghormati Keyakinan Orang Lain
Setiap orang dengan keyakinannya mempunyai klaim masing-
masing bahwa apa yang dijalankan dan dianutnya mempunyai
kebenaran dan dasar yang nyata. Oleh karena itu antara individu-
individu dalam suatu masyarakat diharapkan adanya sikap saling
memahami dan menghormati perbedaan keyakinan tersebut.
3) Menghargai dalam Perbedaan
Perbedaan memang selalu ada, perbedaan tidak harus selalu
menimbulkan permusuhan, pertikaian dan pertentangan. Perbedaan
adalah rahmat dan dapat memperkaya potensi dan dimensi-dimensi
yang ada dalam masyarakat.
29
4) Saling Pengertian
Sikap saling pengertian akan menimbulkan suatu sikap saling
menghormati dan saling menghargai satu sama lain sekalipun terdapat
perbedaan pandangan atau persepsi. Sikap saling pengertian ini sangat
penting karena merupakan inti dari toleransi.
5) Kesadaran dan Kejujuran
Seseorang yang tidak memiliki sikap saling pengertian, tidak
jujur pastilah memiliki sifat penggerutu dan mengumpat. Tetapi bagi
mereka yang memiliki sikap yang positif pastilah mereka akan
menekan perasaannya, kesadaran jiwa menimbulkan kejujuran dan
kepolosan sikap laku.
Dari penjelasan di atas penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa menurut Umar Hasyim toleransi ada beberapa segi, yaitu mengakui
hak orang lain, mengakui dan menghargai keyakinan orang lain, setuju dan
saling menghormati adanya perbedaan, saling mengerti dan memahami
antar pemeluk agama yang berbeda-beda dan adanya sikap kejujuran serta
kesadaran. Dengan adanya aktualisasi segi-segi toleransi tersebut maka
akan mampu terbentuk kerukunan antar manusia. Dan dari penjelasan di
atas dapat diketahui bahwa nilai toleransi adalah sifat-sifat (hal-hal) yang
penting dan berguna bagi kemanusiaan atau bagi banyak orang, yang
teraktualisasi atau terimplemetasi dalam sebuah sifat dan sikap serta
perilaku seseorang yang menghargai menghormati dan mengijinkan
30
adanya sebuah eksistensi dari agama, kepercayaan, pendapat , pandangan
dan prinsip lain yang berbeda dengan diri sendiri.
b. Toleransi Perspektif Agama Kristen
Kristen Protestan beranggapan bahwa aspek kerukunan hidup
beragama dapat diwujudkan melalui hukum kasih sayang yang merupakan
norma dan pedoman hidup yang terdapat dalam Al Kitab. Hukum kasih
tersebut ialah mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia
(Daradjat,1996:139-140). Kristen Protestan menjadikan sikap toleransi
atau kerukunan sebagai pedoman dalam beragama yang tertera dalam kitab
suci Kristen Protestan. Sikap tolaransi tersebut diwujudkan dalam sebuah
kasih. Sikap kasih terbagi menjadi dua yaitu kasih kepada Allah dan kasih
kepada manusia, bagian dari kasih kepada manusia adalah dengan sikap
toleransi, menghargai dan menghormati terhadap perbedaan antara satu
orang dengan orang lain.
Toleransi menurut ajaran Kristen Katolik sebagaimana tercantum
dalam Deklarasi Konsili Vatikan II tentang sikap Gereja terhadap agama-
agama bukan Kristen didasarkan asal Kisah Rasul-Rasul 17:26.“Adapun
segala bangsa itu merupakan satu masyarakat, dan asalnyapun satu juga,
karena Allah menjadikan seluruh bangsa manusia untuk menghuni seluruh
bumi.”
Deklarasi tersebut berpegang teguh pada hukum yang paling utama :
“Kasihanilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap hal budimu dan dengan
segenap kekuatanmu. Dan kasihanilah sesama mausia seperti
dirimu sendiri (Mark 12:30-31; Luk 10:27; Mat 22:37-40).
31
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa toleransi perspektif
Kristen dijelaskan dalam sebuah Deklarasi Konsili Vatikan II dan dalam
Kitab Suci Kristen, yang menganjurkan kepada setiap orang Kristen untuk
senantiasa mengasihi Allah dengan segenap jiwa dan kekuatan yang
dimiliki oleh seorang Kristian dan menganjurkan kepada setiap orang
Kristen untuk mengasihi sesama manusia sama seperti mengasihi dirinya
sendiri. Dan dapat diketahui juga bahwa agama Kristen memeritahkan
kepada para pemeluknya untuk menjaga kerukunan antar sesama manusia
dalam kehidupan sehari-hari dengan cara mengimplementasikan sikap
kasih dan toleransi terhadap pemeluk agama lain.
B. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti sebagai salah satu sub
Pendidikan Nasional yang diajarkan sejak Sekolah Dasar(SD) atau bahkan
Taman Kanak-kanak (TK) sampai pada Perguruan Tinggi merupakan salah
satu sarana membentuk karakter religius pada peserta didik. Pendidikan
merupakan usaha manusia untuk membina kepribadianya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan juga diartikan
sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Pada hakikatnya pendidikan
merupakan suatu usaha manusia yang bertujuan untuk membina akhlak,
perilaku, sikap dan kepribadian, agar individu tersebut dapat beradaptasi
dengan lingkungan dan masyarakat (Hasbullah, 2010:1).
32
Ahmad D. Marimba (1987:19), “pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk
membina akhlak, perilaku, budi pekerti, agar seorang individu memiliki
budi pekerti yang baik.
Dari pernyataan Hasbulah dan Ahmad D Marimba di atas dapat
diketahui bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana
dalam membentuk kepribadian manusia seutuhnya jasmani dan rohaninya
agar terwujud pribadi yang memiliki perilaku sesuai dengan aturan-aturan
dan norma-norma yang berlaku dimasyarakat dan agama. Pendidikan
memiliki peran yang penting dalam usaha membentuk pribadi yang
unggul. penanaman dan pengimplementasian nilai-nilai luhur dilakukan
melalui pendidikan, baik pendidikan formal dan non formal.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 1-5 yaitu :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dan Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan
oleh Muslim :
33
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما من رجل قال عن أبي هري رة ل الله له به طريق الجنة ومن يسلك طريقا يطلب فيه علما إل سه
أبطأ به عمله لم يسرع به نسبه 3643. Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah SAW bersabda,
"Tidaklah orang yang meniti jalan untuk menuntut ilmu kecuali
Allah akan memudahkan jalannya menuju surga, sedangkan orang
yang memperlambat dalam mengamalkannya maka tidak akan
cepat mendapatkan nasabnya (keberuntungan). " (Shahih:
Muslim)
Dari penjelasan ayat Al-Qur’an dan hadits di atas dapat diketahui
bahwa Allah SWT dan Rasulullah memerintahkan kepada setiap muslim
untuk menuntut ilmu. Islam adalah agama yang sangat menghormati dan
menghargai sebuah ilmu pengetahuan dan pendidikan, dalam hadits di atas
dijelaskan bahwa orang yang menuntut ilmu Allah akan memudahkan
jalannya menuju surga, hal itu merupakan suatu bukti yang kongkrit
bahwa ilmu pengetahuan atau pendidikan memiliki posisi yang sangat
penting dalam agama Islam.
Pendidikan ditinjau dari bidang kajiannya memiliki banyak kajian,
salah satunya yaitu dalam hal agama, yang disebut dengan Pendidikan
Agama.
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dalam Arti Luas
Bermacam-macam pendapat seseorang tentang Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, mulai dari isi Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti, apa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti, siapa penyelenggara atau subjek Pendidikan Agama dan Budi
34
Pekerti, apa manfaat dari Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan
masih banyak lagi yang lain. keberagaman pendapat tentang Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti disebabkan karena kurangnya pengertian
orang tentang Pendidikan Agama dan Budi Pekerti itu sendiri atau
kurangnya suatu penghayatan dalam kehidupan beragama. Secara
ringkas perbedaan pandangan tentang Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti disebabkan sikap yang berbeda-beda pada setiap individu
terhadap Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.
Menurut perhitungan dan penelitian Ahli Jiwa, dikatakan bahwa
orang-orang yang pada masa kecilnya tidak mendapat didikan Agama,
atau mendapatkannya dengan cara yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan jiwanya, serta tidak pernah dilatih atau dibiasakan
melaksanakan ajaran-ajaran agama, terutama ibadah, maka setelah
dewasa mereka tidak akan merasakan kebutuhan terhadap agama.
Sehingga sikap mereka terhadap agama, yaitu kadang-kadang menghina
dan menyerang orang-orang yang tekun beragama, terutama para
pemimpin agama dan ulama-ulamanya (Daradjat, 1975: 92).
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa penanaman atau
pemberian Pendidikan Agama dan Budi Pekerti seyogyanya diberikan
sejak seorang individu masih kecil, agar dalam perkembangan
keagamaanya seorang individu memiliki nilai penghayatan yang tinggi
terhadap agama secara umum dan agama yang dianutnya secara khusus.
Dalam pembentukan jiwa agama pada anak akan memberikan pengaruh
35
yang besar terhadap perkembangan anak jika dilakukan sejak kecil
yaitu dalam lingkungan keluarga yaitu dari kedua orang tuanya.
Keluarga memiliki peran yang besar dalam membentuk pola dasar
kepribadian anak yang akan menentukan seperti apa kepribadian anak
setelah mereka dewasa.
Setelah sang anak masuk masa sekolah, maka sang anak
mendapatkan pengalaman yang membantu pembinaan kepribadiannya,
salah satunya yaitu pembinaan keagamaan anak. Dalam lingkungan
sekolah pengaruh guru sangatlah besar, keyakinan dan kepercayaan
agama seorang guru akan terpantul dalam sikap dan perilakunya,
sehingga membawa pengaruh besar pada anak. Dengan kondisi ini
orang tua haruslah selektif dalam memilih pendidikan bagi anak, agar
tidak salah dalam memberikan pendidikan anak. Jika orang tua tidak
berhati-hati dalam memilih lembaga pendidikan untuk anak, maka anak
akan memperoleh pendidikan dan pembinaan agama yang tidak sesuai
dengan diri anak dan harapan orang tua.
Zakiayah Daradjat (1975:97), “secara ringkas arti luas
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dimulai dari keluarga, dilanjutkan
di sekolah dan dikembangkan dalam masyarakat.” Dari kutipan di atas
dapat disimpulkan bahwa arti luas Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
adalah dimulai dari keluarga, keluarga merupakan Madrasah pertama
bagi anak, tempat membangun pondasi atau dasar kepribadian bagi
anak, kemudian dilanjutkan di sekolah, ketepatan orang tua dalam
36
memilih lembaga pendidikan bagi anak akan membawa pengaruh besar
terhadap perkembangan anak, dan dikembangkan dalam kehidupan
bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dasar-Dasar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Sebuah pendidikan haruslah memiliki sebuah dasar sebagai
landasan dan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Dasar
pelaksanaan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yaitu :
a. Yuridis
Merupakan dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti yang berasal dari perundang-undangan yang
secara langsung atau pun tidak langsung dapat dijadikan pedoman
dalam pelaksanaan pendidikan.
Menurut Zuhairini (1983: 21-23), dari segi yuridis dasar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti ada 3 jenis , diantaranya
yaitu :
1) Dasar Ideal
Yakni dasar dari filsafah negara : Pancasila, dimana
sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, ini
mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya
beragama. Untuk merealisasikan hal itu maka diperlukan
adanya Pendidikan Agama dan Budi Pekerti kepada anak-anak.
37
a) Dasar Konstitusional
Yakni dasar dari UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1
dan 2 yang berbunyi :
1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa.
2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-
masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaan itu.
Agar supaya umat beragama tersebut menunaikan
ibadah sesuai ajaran agamanya masing-masing diperlukan
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
b) Dasar Operasional
Yang dimaksud dasar operasional adalah dasar yang
secara langsung mengatur pelaksanaan Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti di sekolah-sekolah, di Indonesia seperti
yang disebutkan pada Undang-Undang No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Pasal 12 ayat 1
poin a yang berbunyi :
1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak:
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan
agama yang dianutnya dan diajarkan oleh
pendidik yang seagama;
Dari kutipan Undang-Undang No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional dapat diketahui bahwa
landasan operasional Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
atau dasar yang mengatur pendidikan agama secara
38
langsung terdapat dalam Undang-Undang tersebut yang
tertera dalam pasal 12 ayat 1 poin a.
b. Religius
Yang dimaksud dasar religius dalam uraian ini adalah
dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama, menurut Ajaran
Islam, bahwa melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah
kepada-Nya.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menunjukan adanya
perintah tersebut, antara lain :
1) Dalam surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi :
125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.
2) Dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi :
104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
39
ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-
orang yang beruntung.
3) Dalam surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :
6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan(Zuhairini,1983:23-
24).
Dari ayat-ayat di atas dapat diketahui bahwa dalam ajaran
Agama Islam terdapat perintah untuk mendidik Agama dan Budi
Pekerti, perintah Allah tersebut terdapat dalam kitab suci Al-
Qur’an yang menjadi dasar dan pedoman hidup bagi umat muslim,
memberikan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti baik terhadap
keluarga maupun orang lain sesuai dengan kemampuannya.
c. Sosial Psikologis
Manusia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan, hanya saja cara mengabdi dan mendekatkan diri
kepada Tuhan itu berbeda-beda sesuai dengan agama yang
dianutnya. Itulah sebabnya diperlukan adanya Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti, agar dapat mengarahkan fitrah mereka tersebut
kearah yang benar, sehingga mereka akan dapat mengabdi dan
40
beribadah sesuai dengan ajaran agama. Tanpa adanya Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti dari satu generasi ke generasi berikutnya
maka orang akan semakin jauh dari agama yang benar
(Zuhairini,1983: 25-26).
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa manusia pada
hakikatnya akan senantiasa mendekatkan diri dan mengabdi kepada
Tuhan dalam rangka menciptakan kedamainan dan ketentraman
dalam diri manusia tersebut. Dengan adanya Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti maka dapat memberikan petunjuk kepada
seseorang untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya dengan benar serta mewujudkan generasi yang lebih baik
lagi.
3. Kedudukan, Fase dan Tujuan Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti
a. Kedudukan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti mempunyai
kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti menjamin memperbaiki akhlak anak-
anak dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi, serta
berbahagia dalam hidup dan kehidupannya.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti membersihkan
hati dan mensucikan jiwa serta mendidik hati nurani dan
mencetak anak-anak dengan kelakuan yang baik dan
41
mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia.
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti membentuk semua anak-
anak tanah airnya menjadi satu kekuatan yang kokoh kuat,
tidak goyang oleh badai dan topan, karena kekuatannya
bersumber dari perhubungan hati dan pencampuran rohani
(Yunus, 1983: 7-8).
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa pendidikan
agama dan budi pekerti memiliki kedudukan yang penting,
yaitu diantaranya, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
menjamin untuk memperbaiki akhlak, perilaku dan budi pekerti
anak-anak, Pendidikan Agama dan Budi Pekerti membersihkan
hati dan mensucikan jiwa, dan pendidikan agama membentuk
semua anak-anak ditanah air ini menjadi kokoh kuat dan tidak
mudah terpecah belah oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab.
b. Fase-Fase Pendidikan Agama dan Budi Peketi
Agama Islam pada khususnya adalah agama fitrah dan
agama amalan, agama rohani, dan perasaan, agama logika dan
fikiran, agama masyarakat dan peraturan. Mahmud Yunus
(1983:9), fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dibagi
menjadi tiga tingkatan yaitu :
1) Fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk kanak-
kanak
42
2) Fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk pemuda
pemudi
3) Fase Pendidikan Agama dan Budi Pekerti untuk orang
dewasa.
c. Tujuan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Mahmud Yunus (1983:13), tujuan Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti yaitu sebagai berikut :
1) Menanamkan perasan cinta dan taat kepada Allah
dalam hati kanak-kanak, yaitu dengan mengingatkan
nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.
2) Menanamkan ittikad yang benar dan kepercayaan yang
betul dalam dada kanak-kanak.
3) Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikuti
perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya,
baik terhadap Allah maupun terhadap masyarakat, yaitu
dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah
dan ingin akan pahalanya.
4) Mendidik anak dari kecilnya supaya membiasakan
akhlak mulia dan adat kebiasaan yang baik.
5) Memberi petunjuk mereka untuk hidup didunia dan
menuju akhirat.
6) Memberikan contoh dan suri teladan yang baik, serta
pengajaran dan nasihat-nasihat.
7) Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat
yang baik, yang berbudi luhur dan berakhlak mulia,
serta berpegang teguh pada ajaran agama.
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa tujuan
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti yaitu mendidik anak-anak,
remaja, orang dewasa menjadi seorang individu yang sejati
berpegang teguh pada ajaran agama dan berkahlak mulia,
sehingga mampu hidup di tengah-tengah masyarakat dan
43
menjadi mutiara di dalamnya untuk mengajak masyarakat
kepada kebijakan.
d. Faktor-Faktor Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Dalam melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti perlu diperhatikan adanya beberapa faktor-faktor yang
ikut menentukan keberhasilan sebuah Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti tersebut.
Zuhairini (1983:28), faktor-faktor Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti ada lima macam, yaitu :
1) Faktor Anak Didik
Faktor anak didik adalah merupakan salah satu
faktor pendidikan yang paling penting, karena tanpa
adanya faktor tersebut, maka pendidikan tidak akan
berlangsung. Oleh karena itu faktor anak didik tidak dapat
digantikan oleh faktor yang lain.
2) Faktor Pendidik
Pendidik merupakan salah satu faktor pendidikan yang
sangat penting karena pendidik itulah yang akan
bertanggungjawab dalam pembentukan pribadi anak
didiknya. Terutama pendidikan agama ia mempunyai
tanggungjawab yang lebih besar dibanding dengan
pendidik pada umumnya, karena selain bertanggungjawab
44
terhadap pembentukan pribadi yang sesuai ajaran agama,
ia bertanggungjawab terhadap Allah SWT.
3) Faktor Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat
penting, karena merupakan arah yang hendak di tuju oleh
pendidikan. Demikian pula halnya dalam Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, maka tujuan pendidikan itulah
yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.
4) Faktor Alat-Alat Pendidikan
Adapun yang dimaksud dengan alat-alat
pendidikan yaitu segala sesuatu yang dipergunakan dalam
usaha untuk mencapai tujuan dari pada pendidikan.
Dengan demikian yang dimaksud alat Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti yaitu segala sesuatu yang dipakai dalam
mencapai tujuan pembelajaran agama.
5) Faktor Lingkungan
Lingkungan mempunyai peran yang sangat penting
terhadap keberhasilan atau kegagalan Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti. Karena perkembangan jiwa pada anak
sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkunganya.
Lingkungan dapat memberikan pengaruh positif maupun
pengaruh negatif terhadap pertumbuhan jiwanya, dalam
45
sikapnya, dalam akhlaknya maupun dalam perasaan
agamanya. Pengaruh tersebut terutama datang dari teman-
teman sebaya dan masyarakat sekitarnya.
e. Kurikulum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar
yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan
secara sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku,
yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan (Manab, 2016:118).
Sedangkan Zuhairini (1983:57), istilah kurikulum
berasal dari kata “curriculum” yang mempunyai arti “a
course of study in aschool or university”. Kurikulum
adalah semua pengetahuan, kegiatan-kegiatan atau
pengalaman-pengalaman belajar yang diatur dengan
sistematis metodis, yang diterima oleh anak untuk
mencapai suatu tujuan.
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa
kurikulum adalah suatu program dalam pendidikan yang
terdiri dari berbagai macam perangkat, pengetahuan-
pengetahuan, kegiatan-kegiatan yaang diprogram
direncanakan secara matang dan sistematis untuk mencapai
46
tujuan pendidikan. kurikulum juga diartikan proses atau
seperangkat kegiatan yang harus dilalui peserta didik untuk
mendapatkan ijazah.
Kurikulum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
merupakan bahan-bahan pendidikan agama berupa
kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan
sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam
rangka mencapai tujuan Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti (Zuhairini, 1983:59).
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa
kurikulum Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah
semua pengetahuan agama dan budi pekerti, baik berupa
aktivitas-aktivitas, kegiatan-kegiatan yang diberikan kepada
peserta didik untuk dapat mencapai tujuan dari Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti. Kurikulum memiliki nilai urgensi
yang sangat penting dalam pendidikan, kurikulum memiliki
peran sebagai perangkat dan komponen dalam pendidikan.
Dalam kurikulum itulah pendidikan akan dikemas
sedemikian rupa sehingga pembelajaran yang dilakukan
akan lebih menarik, menantang, mengandung pendidikan
serta efektif dan efisien.
47
f. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di SMP
Mahmud Yunus (1983: 71), Pendidikan Agama dan budi
Pekerti di Sekolah Menengah Pertama dibagi menjadi
sebagai berikut :
1) Keimanan
Sebagaimana asas pengajaran keimanan di
Sekolah Dasar ialah membangkitkan semangat dan
perasaan halus kanak-kanak, maka di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) ini asas ini juga tidak dapat
dilepaskan. Jadi perasaan halus murid-murid harus
dipergunakan dalam pelajaran keimanan, serta ditambah
dan diperkuat dengan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-
hadits untuk menetapkan ittiqad itu. Pendeknya asas
pengajaran keimanan di tingkat ini, selain
mempergunakan perasaan juga mempergunakan dalil
aqli dan nash agama. Dengan tiga asas itu keimanan
murid-murid akan bertambah tebal dan kuat.
2) Ibadat
Pelajaran ibadat ditingkat Sekolah Menegah
Pertama (SMP) ini, seperti halnya Sekolah Dasar,
yaitu mementingkan amal perbuatan (praktek), serta
ditambah dengan menerangkan mana-mana yang perlu
dan mana-mana yang sunat diantara amal perbuatan.
48
Begitu juga diterangkan apa-apa yang membatalkan
serta hikmah-hikmanya untuk kehidupan perseorangan
dan kebahagiaan masyarakat.
Selain dari pada itu harus diterangkan juga
tujuan amal ibadat, yaitu untuk mengingat Allah dan
memohonkan hidayat dan taufiq kepada-Nya, supaya
selamat dan berbahagai dunia dan akhirat.
3) Akhlak
Materi akhlak ditingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) memiliki tujuan yaitu, mendidik murid-
murid supaya berlaku sopan santun dan berakhlak
mulia, sesuai dengan ajaran agama dan masyarakat,
membentuk kepribadian murid-murid sebagai seorang
individu sejati dan membiasakan sifat-sifat yang baik
dan akhlak yang mulia, sopan santun, halus budi
pekerti, adil, sabar, serta menjauhi sifat-sifat buruk.
4) Sejarah
Materi sejarah khususnya sejarah islam pada
Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki tujuan
mempelajari sejarah bangsa Arab khususnya dan umat
manusia pada umunya. Dengan mempelajari kehidupan
Nabi Muhammad SAW murid-murid dan umat Islam
akan mendapatkan suri tauladan yang baik yang dapat
49
dijadikan contoh dalam segala perilakunya. Dengan
demikian pelajaran sejarah, khususnya sejarah islam,
bertujuan untuk pendidikan akhlak, selain mengetahui
perkembangan agama Islam seluruh dunia.
5) Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Hadits-Hadits serta Islam
dan Kemasyarakatan
Materi pembelajaran Al-Qur’an dan hadits di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) terdiri dari dua
macam yaitu, membaca Al-Qur’an dan Tafsir Al-
Qur’an. Sedangkan materi Islam dan kemasyarakatan
pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu
dimaksudkan agar mengetahui bahwa Islam
berhubungan rapat dengan masyarakat dan tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat. Misalnya musyawarah
dalam Islam, Islam dan perdamaian.
g. Pendidikan Agama pada Sekolah Umum
Setelah seorang anak melalui masa pertumbuhan
dan perkembangan yang pertama yaitu didalam keluarga
dan telah mendapatkan berbagi macam ilmu dan bekal utuk
perkembangan dan pembentukan dasar kepribadiannya,
selanjutnya anak akan memasuki dunia yang lebih luas
yaitu dunia sekolah. Pada dunia sekolah seorang anak
akan belajar dan melihat dunia yang lebih luas, seorang
50
anak akan mulai bersosialisasi dan berinteraksi dengan
banyak orang, dengan teman sebaya dan dengan bapak ibu
guru. Dari pergaulan yang kompleks tersebut seorang anak
akan dapat menemukan berbagai hal baru diantaranya yaitu
kepribadian orang yang berbeda-beda. Dalam kaitanya
dengan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, anak akan
menemukan teman atau guru yang memiliki kepribadian
agama yang baik atau positif dan kepribadian agama yang
negatif hal itu semua terbungkus dalam sebuah suasana
sekolah.
Dari suasana sekolah yang begitu beragam dan
sangat kompleks maka tugas guru agama di sekolah umum
sebenarnya cukup berat, guru agama harus menghadapi
sikap jiwa bermacam-macam yang dibawa oleh anak dari
rumah, di samping dia harus berhadapan dengan guru-guru
pengetahuan umum yang beraneka ragam sikapnya
terhadap agama. Oleh karena itu syarat pertama yang harus
dimiliki oleh guru agama yaitu kepribadian yang
mencerminkan ajaran agama yang akan diajarkan kepada
murid-muridnya(Daradjat, 1975: 99).
Selain kepribadian yang menjadi syarat utama bagi
seorang guru agama, seorang guru agama juga harus
mengetahui ciri-ciri perkembangan jiwa anak agar ia dapat
51
melaksanakan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dengan
cara yang sesuai dengan perkembangan anak. Tidak hanya
terbatas dengan cara mengajar yang sesuai dengan
perkembangan anak, namun juga isi materi, media
pembelajaran dan model pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan kepribadian anak.
Zakiah Daradjat (1975:101), guru agama harus
dapat memperbaiki kesalahan yang terlanjur dibuat oleh
orang tua, di samping menjaga jangan tersalah pula dalam
memberikan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di
sekolah. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti di sekolah
umum akan berjalan dengan lancar dan sukses mencapai
tujuannya jika suasana sekolah secara keseluruhan
membantu dan tidak bertentangan dengan tujuan .
h. Pendidikan Agama pada Sekolah Lanjutan
Pendidikan Agama di sekolah lanjutan hendaknya dapat
membantu mengatasi berbagai macam persoalan yang
dihadapi oleh peserta didik, terutama masalah remaja,
karena sebagian besar siswa atau peserta didik pada sekolah
lanjutan adalah usia remaja. Zakiah Daradjat (1975:107-
103), ada beberapa aspek yang menjadi perhatian khusus
dalam Pendidikan Agama dan Budi Pekerti pada sekolah
lanjutan yaitu:
52
1) Guru Agama
Sebagai seorang guru yang akan berhadapan
dengan remaja yang sedang mengalami kegoncangan
jiwa maka ia harus mengerti betul tentang keadaan
remaja itu. Karena dia tidak hanya bertugas memberi
pelajaran, namun dalam arti membekali anak didik
dengan pengetahuan agama, akan tetapi ia bertugas
mendidik dan membina jiwa anak didik yang sedang
mengalami berbagai perubahan dan kegoncangan itu,
serta membekali mereka dengan pengetahuan agama
yang mereka butuhkan.
2) Pemilihan Materi
Seorang guru agama yang bijaksana akan dapat
memilih materi pelajaran agama yang cocok bagi anak
didik yang dihadapinya. Andaikata ada materi pelajaran
yang perlu diajarkan sebenarnya tidak berhubungan
dengan diri anak didik, maka guru harus
menjelaskannya dengan jalan yang dekat kepada
hidupnya supaya dia tertarik dan merasa perlu pula
mengetahui hal-hal tersebut. Pada umur-umur itu remaja
merasa butuh akan hal-hal yang membantunya untuk
menonjol, maka Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
hendaknya dapat pula menolongnya untuk itu.
53
3) Metode Pengkajian
Pengkajian Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
hendaknya memperhatikan keadaan jiwa anak didik
yang dihadapi dan menyadari bahwa Pendidikan Agama
dan Budi Pekerti bertujuan untuk membina pribadi anak
didik, di samping itu perlu diingatkan pula bahwa
agama mempunyai segi-segi yang harus dipercayai dan
sukar untuk membuktikannya secara langsung, dan satu
hal yang tidak boleh dilupakan, adalah bahwa latihan-
latihan keagamaan sangat penting agar agama itu betul-
betul masuk menjadi bagian dari pribadi anak dan
agama itu amaliyah sebelum ilmiyah. Berilah
kesempatan kepada anak didik untuk mempunyai
pengalaman yang bersifat keagamaan sebanyak
mungkin.
Dari kutipan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
menurut Zakiah Daradjat dalam Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti pada Sekolah Lanjutan terdapat beberapa segi atau aspek
yang menjadi perhatian khusus yaitu, Guru Agama, sosok guru
agama yang inspiratif dan dapat dijadikan contoh serta suri
tauladan bagi peserta didik merupakan sosok guru agama yang
ideal dengan perkembangan jiwa anak, yang kedua yaitu pemilihan
materi, guru yang bijaksana adalah guru yang mampu memilih
54
materi yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak dan
yang ketiga yaitu metode pengkajian, metode pengkajian yang
tepat akan membuat pembelajaran lebih menarik, menyenangkan,
efektif dan efisien.
55
BAB III
PROFIL BUKU AJAR
PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI
Buku ajar digunakan sebagai sumber belajar oleh peserta didik
sesuai dengan mata pelajaran yang ada, pendidik menjadikan buku ajar
tidak hanya sebagai sumber belajar namun sebagai pedoman dalam
memberikan atau menyampaikan materi, memberikan tugas dan
melaksanakan evaluasi pembelajaran. Buku ajar dalam penerapan di
sekolah-sekolah dikenal pula dengan sebutan buku teks, buku materi, buku
paket, atau buku panduan belajar. Melihat konten atau isi buku teks sama
dengan buku ajar. Jadi buku ajar yang dimaksudkan adalah buku teks,
buku paket, buku materi.
Dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 1 dijelaskan pula bahwa:
Buku teks adalah buku acuan wajib untuk digunakan di satuan
pendidikan dasar dan menengah atau perguruan tinggi yang
memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan,
ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan
estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang
disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.
Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah buku pegangan
atau sumber belajar yang digunakan dalam proses Pembelajaran Agama
dan Budi Pekerti yang disusun oleh praktisi-praktisi atau pakar-pakar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta diterbitkan oleh instansi formal
dan disebarluaskan guna menunjang pelaksanaan proses Pembelajaran
Agama dan Budi Pekerti.
56
Peran buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dalam suatu
proses pembelajaran sangat penting, keberadaan buku ajar memberikan
penjelasan materi dan cakupan materi yang harus disampaikan atau
diajarkan oleh pendidik kepada peserta didik. Peran yang lain adalah
sebagai acuan dalam sebuah penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dengan adanya buku ajar memberikan acuan kepada
pendidik dalam menuliskan atau menempatkan cakupan materi yang
merupakan salah satu komponen dalam Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dengan adanya buku ajar sebagai acuan, maka
materi yang disampaikan oleh pendidik tidak akan melebar jauh dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disusun sedemikian
rupa.
Sebuah buku ajar harus memiliki sebuah fungsi, fungsi tersebut
harus ada korelasi dengan pembelajaran. Nasution dalam Andi Prastowo
(2012: 169), mengemukakan bahwa buku ajar memiliki beberapa fungsi
yaitu, “(1) Sebagai bahan referensi atau bahan rujukan oleh peserta didik,
(2) Sebagai bahan evaluasi, (3) Sebagai alat bantu pendidik dalam
melaksanakan kurikulum, dan (4) Sebagai salah satu penentu metode
atau teknik pengajaran yang akan digunakan pendidik.” Dari kutipan
tersebut penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa buku ajar
memiliki beberapa fungsi, fungsi yang pertama adalah sebagai sumber
belajar atau referensi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran, proses
pembelajaran merupakan sebuah proses mencari menemukan dan
57
menyajikan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan terorganisir,
proses pencarian tersebut salah satunya dalam buku ajar, fungsi yang
kedua yaitu sebagai bahan evaluasi, buku ajar berisi materi-materi dan
latihan soal, dari materi dan latihan soal tersebut dapat dijadikan sebagai
bahan evaluasi dan penilaian keberhasilan sebuah proses pembelajaran,
fungsi yang ketiga yaitu sebagai alat bantu pendidik dalam melaksanakan
kurikulum, guru pada hakikatnya adalah sebagai pelaksana dan
pengembang sebuah kurikulum, dalam pelaksanaan dan pengembangan
kurikulum dilakukan dengan melalui buku ajar, fungsi yang keempat
adalah penentu metode dalam pembelajaran, materi-materi yang ada dalam
buku ajar menentukan sebuah metode yang digunakan oleh pendidik
dalam sebuah pembelajaran, karena pada dasar metode harus ada
kesesuaian dengan materi.
Penggunaan buku ajar harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku
saat ini, agar ada korelasi dan keterkaitan antara keduanya. Kurikulum
2013 menurut Majid dan Rochman (2014:1), “merupakan kurikulum
berbasis kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan
penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.” Dari pendapat Majid dan Rochman tersebut dapat diketahui
bahwa kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum dengan formulasi
yang baru yang merupakan penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Kurikulum 2013 menitikberatkan pada sebuah proses
pembelajaran dan penilaian untuk mencapai suatu kompetensi yaitu
58
kompetensi sikap, kompetensi keterampilan, kompetensi pengetahuan dan
kompetensi sosial.
Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan
saintifik, yaitu pembelajaran yang mendorong siswa lebih mampu dalam
mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data, mengasosiasi
atau menalar dan mengkomunikasikan (Majid dan Rochman, 2014: 2).
Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa penguatan proses pembelajaran
dilakukan melalui pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan 5 M. 5 M
tersebut yaitu mengamati, menanya, mencoba atau mengumpulkan data,
mengeksplorasi dan mengkomunikasikan. Dengan adanya kesesuaian
antara kurikulum dan buku ajar akan mampu menunjang keberhasilan
dalam sebuah pembelajaran menjadi lebih efektif, efisien dan berkualitas.
A. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas VII-IX
Tingkat SMP
1. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII
Tabel 3.1 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas VII
Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti
Penerbit
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Tahun Terbit
2014
Kontributor Naskah Mustahdi dan Sumiyati
59
Tebal halaman
212 Halaman
Penelaah Yususf A. Hasan dan Ismail SM
Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMP Kelas VII
60
2. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas
VIII
Tabel 3.2 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas VIII
Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti
Penerbit
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Tahun Terbit
2014
Kontributor Naskah
Muhammad Ahsan dan Sumiyati
Tebal halaman
228 Halaman
Penelaah Yusuf A. Hasan
Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP
Kelas VIII
61
3. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas IX
Tabel 3.3 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas IX
Judul Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti
Penerbit
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Tahun Terbit
2015
Kontributor Naskah
Muhammad Ahsan dan Sumiyati
Jumlah halaman
288 Halaman
Penelaah Dr. Marzuki dan Ismail
Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
SMP Kelas IX
62
4. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas
VII
Tabel 3.4 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti Kelas VII
Judul Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
Penerbit
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Tahun Terbit
2016
Kontributor Naskah
Pdt. Janse Belandina Non-Serrano
Jumlah halaman
122 Halaman
Penelaah Binsar Jonathan Pakpahan, Justitia Vox
Dei Hattu, Marvel Kawatu
Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
SMP Kelas VII
63
5. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas
VIII
Tabel 3.5 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti Kelas VIII
Judul Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
Penerbit
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Tahun Terbit
2014
Kontributor Naskah
Julia Suleeman Chandra, Janse
Belandina Non-Serrano dan Stephen
Suleeeman
Jumlah halaman
104 Halaman
Penelaah Pdt. Robert P. Borrong
Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
SMP Kelas VIII
64
6. Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas
IX
Tabel 3.6 Identitas Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen Dan Budi
Pekerti Kelas IX
Judul Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
Penerbit
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Tahun Terbit
2015
Kontributor Naskah
Stephen Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih
Jumlah halaman
200 Halaman
Penelaah Daniel Stefanus, Ishak Roedi dan Pelita
hati Surbakti
Berikut gambar buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
SMP Kelas VII
65
B. Latar Belakang Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti Tingkat SMP
Buku ajar merupakan buku acuan wajib yang digunakan dalam tingkat
satuan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
sampai pada pendidikan tinggi. Buku ajar disusun oleh praktisi-praktisi ahli
dalam bidang tersebut. Penyusunan tersebut dilakukan berdasarkan kebutuhan
dan tujuan serta cita-cita luhur dari proses pendidikan, yaitu mewujudkan
individu yang mempunyai kecerdasan, serta berakhlak mulia. Kebutuhan dan
cita-cita tersebut menjadi latar belakang penyusunan sebuah buku ajar, begitu
pula pada buku ajar mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.
Latar belakang penyusunan buku ajar dapat dilihat pada kata
pengantar yang terdapat pada buku ajar. Latar belakang penyusunan buku ajar
pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Perkerti baik Pendidikan
Agama Islam maupun Pendidikan Agama Kristen dari kelas VII-IX terdapat
pada kata pengantar buku ajar tersebut. Namun Penulis hanya akan
menuliskan latar belakang penyusunan buku ajar Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti pada tingkat SMP kelas VIII karena esensi dari masing-masig
tingkatan sama, sehingga penulis mengambil sampel kelas VIII.
1. Latar Belakang Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kelas VIII
Latar belakang penyusunan buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Tingkat SMP Kelas VIII terdapat pada kata pengantar yang
66
disampaikan oleh Menteri Pendidikan Republik Indonesia, yaitu
Muhammad Nuh. Berikut kata pengantar tersebut :
“Semata-mata (innama) misi pengutusan Nabi Muhammad
SAW, adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak. Sejalan
dengan itu, dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa beliau diutus
hanyalah untuk menebarkan kasih sayang kepada semesta alam.
Dengan demikian, di dalam ayat Al-Qur’an ini digunakan struktur
gramatika yang menunjukan sifat eksklusif misi pengutusan Nabi
Muhammad SAW.
Dalam struktur ajaran agama Islam pendidikan akhlak
adalah yang terpenting. Penguatan akidah adalah dasar.
Sementara, ibadah adalah sarana, sedangkan tujuan adalah
pengembangan akhlak mulia. Sehubungan dengan itu, Nabi
Muhammad SAW, Bersabda, “mukmin yang paling sempurna
imannya adalah yang paling baik akhlaknya” dan “orang yang
paling baik islamnya adalah yang paling baik akhlaknya.” dengan
kata lain, hanya akhlak mulia yang dipenuhi dengan sifat kasih
sayang sajalah yang bisa menjadi bukti kekuatan akidah dan
kebaikan ibadah. Sejalan dengan itu Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti diorientasikan pada pembentukan akhlak yang mulia
dan penuh kasih sayang kepada segenap unsur alam semesta.
Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VIII
ini ditulis dan dirancang penuh dengan semangat itu.
Pembelajarannya dibagi kedalam beberapa kegiatan keagamaan
yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha memahami
pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikanya dalam tindakan
nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan
agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.
Kutipan di atas merupakan latar belakang penyusunan buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, maka dapat disimpulkan
bahwa penyusunan buku ajar dilatar belakangi karena kebutuhan berupa
pentingnya Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu sarana membentuk
individu berakhlak mulia, serta didasarkan cita-cita yang hendak dicapai
67
yaitu salah satunya meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia
guna mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia merdeka.
2. Latar Belakang Penyusunan Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti Tingkat SMP Kelas VIII
Latar belakang penyusunan buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti Tingkat SMP Kelas VIII juga terdapat pada kata pengantar
yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Republik Indonesia, yaitu
Muhammad Nuh. Berikut kata pengantar tersebut :
Belajar bukan sekedar untuk tahu, melainkan dengan belajar
sesorang menjadi tumbuh dan berubah. Tidak sekedar belajar lalu
berubah, dan menjadi semakin dekat dengan Allah sendiri.
sebagaimana tertulis dalam mazmur 119:73, “tangan-Mu telah
menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian,
supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu”. Tidak sekedar
belajar lalu berubah, tetapi juga mengubah keadaan. Kurikulum
2013 dirancang agar tahapan pembelajaran memungkinkan peserta
didik berkembang dan proses menyerap pengetahuan dan
mengembangkan keterampilan hingga memekarkan sikap serta
nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Pembelajaran agama diharapkan mampu menambah
wawasan keagamaan, mengasah keterampilan beragama dan
mewujudkan sikap beragama peserta didik yang utuh dan
berimbang yang mencakup hubungan manusia dengan
penciptanya, sesama manusia dengan manusia dan lingkungannya.
Untuk itu, pendidikan agama perlu diberi penekanan khusus terkait
dengan penanaman karakter dalam pembentukan budi pekerti
luhur. Karakter yang kita ingin tanamkan antara lain : kejujuran,
kedisiplinan, cinta kebersihan, kasih sayang, semangat berbagi,
optimisme, cinta tanah air, kepenasaran intelektual dan kreativitas.
Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti kelas
VIII ini ditulis dan dirancang penuh dengan semangat itu.
Pembelajarannya dibagi kedalam beberapa kegiatan keagamaan
yang harus dilakukan peserta didik dalam usaha memahami
pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikanya dalam tindakan
nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan
agamanya, baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial.
68
Kutipan di atas merupakan latar belakang penyusunan buku ajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, maka dapat disimpulkan
bahwa penyusunan buku ajar dilatar belakangi karena kebutuhan, yaitu
pendidikan agama diharapkan mampu menambah wawasan keagamaan,
mengasah keterampilan beragama dan mewujudkan sikap beragama
peserta didik yang utuh dan berimbang yang mencakup hubungan manusia
dengan penciptanya, sesama manusia dengan manusia dan lingkungannya.
serta didasarkan cita-cita yang hendak dicapai yaitu salah satunya
meningkatkan kualitas mutu pendidikan di Indonesia guna mempersiapkan
generasi seratus tahun Indonesia merdeka.
C. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Tingkat
SMP
Buku ajar merupakan sebuah sumber belajar atau referensi bagi
peserta didik, sehingga di dalamnya terdapat beberapa materi yang harus
dikuasai oleh peserta didik. Beberapa materi yang terdapat dalam buku ajar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP Kurikulum 2013, khusus
nya pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, yaitu seperti dalam tabel
berikut:
1. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tingkat SMP Kelas VII
Tabel 3.7 Sebaran Materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti Kelas VII
69
Bab Materi Inti Sub Materi
1 Lebih Dekat dengan
Allah SWT yang Sangat
Indah Nama-Nama-Nya
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Iman kepada Allah SWT
d. Makna Al-Asmau al-Husna
e. Hikmah Beriman kepada
Allah SWT
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
2 Hidup Tenang dengan
Kejujuran, Amanah dan
Istiqomah
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Mari Berperilaku Jujur
d. Mari Berperilaku Amanah
e. Mari Berperilaku Istiqomah
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
3 Semua Bersih Hidup
Jadi Nyaman
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Ingin Tahu tentang Taharah
d. Bagaimana Cara Taharah
e. Hikmah Taharah
f. Rangkuman
70
g. Ayo Berlatih
4 Indahnya Kebersamaan
dengan Berjamaah
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Ayo Shalat Berjamaah
d. Tata Cara Shalat Berjamaah
e. Pembiasaan Shalat Berjamaah
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
5 Selamat Datang Wahai
Nabiku Kekasih Allah
SWT
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Kehadiran Sang Kekasih
d. Nabi Muhammad SAW
Diangkat Menjadi Rasul
e. Dakwah Nabi Muhammad
SAW di Mekah
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
6 Dengan Ilmu
Pengetahuan Semua
Menjadi Lebih Mudah
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Mari Membaca Al-Qur’an:
1) Membaca Q.S. ar-
Rahman ayat 33
71
2) Membaca Q.S. al-
Mujadalah ayat 11
3) Menerapkan Hukum
Bacaan Panjang/mad
4) Mengartikan Q.S. ar-
Rahman ayat 33
5) Mengartikan Q.S. al-
Mujadallah ayat 11
d. Mari Memahami Al-Qur’an
1) Kandungan Q.S. ar-
Rahman ayat 33 serta
Hadits Terkait
2) Kandungan Q.S. al-
Mujadallah ayat 11 serta
Hadits Terkait
e. Perilaku Orang yang Cinta
Ilmu Pengetahuan
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
7 Meneladani Ketaatan
Malaikat-Malaikat
Allah SWT
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Siapakah Malaikat Itu?
72
d. Nama dan Tugas Malaikat
e. Perilaku Orang yang Beriman
Kepada Malaikat Allah SWT
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
8 Berempati itu Mudah
Menghormati itu Indah
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Mari Berempati
d. Mari Menghormati Orang
Tua Kita
e. Mari Menghormati Guru
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
9 Memupuk Rasa
Persatuan pada Hari
yang Kita Tunggu
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Apa Shalat Jum’at Itu?
d. Ketentuan Shalat Jum’at
e. Aku Ingin Bisa Shalat Jum’at
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
10 Islam Memberikan
Kemudahan melalui
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
73
Shalat Jama’ dan Qasar c. Aku Ingin Tahu Ketentuan
Shalat Jama’
d. Aku Ingin Tahu Ketentuan
Shalat Qasar
e. Aku Bisa Shalat Jama’ dan
Qasar
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
11 Hijrah ke Madinah
Sebuah Kisah yang
Membanggakan
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Sebab-Sebab Rasulullah
Hijrah
d. Berita Gembira dari Kota
Yasrib
e. Perjalanan Hijrah Rasulullah
SAW
f. Dakwah Nabi Muhammad di
Madinah
g. Rangkuman
h. Ayo Berlatih
12 Al-Khulafau Ar-
Rasyidun Penerus
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
74
Perjuangan Nabi
Muhammad SAW
c. Abu Bakar As-Shidiq
Bijaksana dan Tegas
d. Umar bin Khatab Tegas dan
Pemberani
e. Usman bin Affan Baik Hati
dan Dermawan
f. Ali bin Abi Thalib Cerdas
dan Sabar
g. Rangkuman
h. Ayo Berlatih
13 Hidup Jadi Lebih
Damai dengan Ikhlas,
Sabar dan Pemaaf
a. Mari Renungkan
b. Mari Mengamati
c. Mari Belajar Al-Qur’an
1) Membaca Al-Qur’an
a) Membaca Q.S. An-
Nisa ayat 146
b) Membaca Q.S. Al-
Baqarah ayat 153
c) Membaca Q.S. Ali-
Imran ayat 134
2) Memahami Hukum
Bacaan Nun
75
Sukun/Tanwin
3) Mengartikan Q.S. An-Nisa
ayat 146, Q.S. Al-Baqarah
ayat 153 dan Q.S. Ali-
Imran ayat 134
d. Mari Memahami Al-Qur’an
1) Kandungan Q.S. An-Nisa
ayat 146 serta Hadits
Terkait
2) Kandungan Q.S. Al-
Baqarah ayat 153 serta
Hadits Terkait
3) Kandungan Q.S. Ali-
Imran ayat 134 serta
Hadits Terkait
e. Perilaku Ikhlas, Sabar dan
Pemaaf
1) Perilaku Ikhlas dalam
Kehidupan Sehari-hari
2) Perilaku Sabar dalam
Kehidupan Sehari-hari
3) Perilaku Pemaaf dalam
Kehidupan Sehari-hari
76
f. Rangkuman
g. Ayo Berlatih
2. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tingkat SMP Kelas VIII
Tabel 3.8 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti Kelas VIII
Bab Materi Inti Sub Materi
1 Meyakini Kitab-Kitab
Allah SWT, Mencintai
Al-Qur’an
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Pengertian Iman kepada
Kitab-kitab Allah SWT
d. Nama-nama Kitab Allah
SWT dan Rasul
Penerimanya
e. Kitab Allah Sebagai
Petunjuk bagi Manusia
f. Al-Qur’an Sebagai Kitab
Suci Umat Islam
g. Perbedaan Kitab dengan
Suhuf
h. Hikmah Beriman kepada
77
Kitab Allah
i. Refleksi Akhlak Mulia
j. Kisah Teladan
k. Rangkuman
l. Ayo Berlatih
m. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
2 Lebih Dekat Kepada
Allah SWT dengan
Mengamalkan Shalat
Sunnah
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Shalat Sunnah Berjamaah
d. Shalat Sunnah Munfarid
e. Shalat Sunnah Berjamaah
atau Munfarid
f. Hikmah Shalat Sunnah
g. Refleksi Akhlak Mulia
h. Kisah Teladan
i. Rangkuman
j. Ayo Berlatih
k. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
3 Jiwa Lebih Tenang
dengan Banyak
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
78
Melakukan Sujud c. Sujud Syukur
d. Sujud Sahwi
e. Sujud Tilawah
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
4 Ibadah Puasa
Membentuk Pribadi yang
Taqwa
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Puasa Wajib
d. Puasa Sunnah
e. Waktu yang Diharamkan
untuk Berpuasa
f. Hikmah Berpuasa
g. Refleksi Akhlak Mulia
h. Kisah Teladan
i. Rangkuman
j. Ayo Berlatih
k. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
79
5. Pertumbuhan Ilmu
Pengetahuan pada Masa
Umayyah
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Daulah Umayyah di
Damaskus (661-750 M)
d. Daulah Umayyah di
Andalusia (756-1031 M)
e. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
f. Pertumbuhan Kebudayaan
g. Refleksi Akhlak Mulia
h. Kisah Teladan
i. Rangkuman
j. Ayo Berlatih
k. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
6 Rendah Hati, Hemat dan
Sederhana Membuat
Hidup Lebih Mulia
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Membaca Ayat Al-Qur’an
1) Membaca Q.S. Al-
Furqan ayat 63
2) Membaca Q.S. Al-Isra’
ayat 27
80
d. Memahami Ilmu Tajwid
Tentang Al Syamsyiah dan
Al Qomariyah
e. Mengartikan ayat Al-
Qur’an
1) Mengartikan Q.S. Al-
Furqan ayat 63
2) Mengartikan Q.S. Al-
Isra’ ayat 27
f. Memahami ayat Al-Qur’an
1) Kandungan Q.S. Al-
Furqan ayat 63
2) Kandungan Q.S. Al-
Isra’ ayat 27
g. Refleksi Akhlak Mulia
h. Kisah Teladan
i. Rangkuman
j. Ayo Berlatih
k. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
7 Meneladani Kemuliaan
dan Kejujuran Para Rasul
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
81
Allah SWT c. Pengertian Iman Kepada
Rasul
d. Tugas Para Rasul
e. Sifat-sifat Para Rasul
f. Kisah Dakwah 25 Rasul
g. Hikmah Beriman Kepada
Rasul Allah SWT
h. Refleksi Akhlak Mulia
i. Kisah Teladan
j. Rangkuman
k. Ayo Berlatih
l. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
8 Mengkonsumsi Makanan
dan Minuman yang Halal
dan Menjauhi yang
Haram
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Makanan Halal
d. Makanan Haram
e. Minuman Halal
f. Minuman Haram
g. Manfaat Mengkonsumsi
Makanan dan Minuman
yang Halal
82
h. Akibat Buruk dari Makanan
dan Minuman yang Haram
i. Refleksi Akhlak Mulia
j. Kisah Teladan
k. Rangkuman
l. Ayo Berlatih
m. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
9 Pertumbuhan Ilmu
Pengetahuan pada Masa
Abbasiyah
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Pemerintahan Daulah
Abbasiyah
d. Perkembangan Ilmu
Pengetahuan pada Masa
Bani Abbasiyah
e. Perkembangan Kebudayaan
pada Masa Bani Abbasiyah
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
83
Siswa
10 Hidup Sehat dengan
Makanan dan Minuman
yang Halal serta Bergizi
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Mari Membaca
Memabaca Q.S. An-Nahl
ayat 114
d. Mari Memahami Hukum
Bacaan Mim sukun
e. Mari Memahami Pesan-
Pesan Mulia dalam Q.S.
An-Nahl ayat 114
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
11 Menghindari Minuman
Keras, Judi dan
Pertengkaran
a. Mari Renungkan
b. Dialog Islami
c. Mari Membaca Q.S. Al-
Maidah ayat 90-91 dan 32
d. Memahami Hukum Bacaan
84
Qolqolah
e. Mari Belajar Mengartikan
Q.S. Al-Maidah ayat 90-91
dan 32
f. Mari Memahami Pesan-
Pesan Mulia dalam Q.S. Al-
Maidah ayat 90-91 dan 32
g. Refleksi Akhlak Mulia
h. Kisah Teladan
i. Rangkuman
j. Ayo Berlatih
k. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
3. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Tingkat SMP Kelas IX
Tabel 3.9 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti Kelas IX
Bab Materi Inti Sub Materi
1 Meyakini Hari Akhir,
Mengakhiri Kebiasaan
Buruk
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Pengertian Hari Akhir dan
85
Macam-macam Kiamat
d. Kejadian Kiamat Kubra
e. Refleksi Akhlak Mulia
f. Kisah Teladan
g. Rangkuman
h. Ayo Berlatih
i. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
2 Menatap Masa Depan
dengan Optimis, Ikhtiar
dan Tawakal
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Optimis
d. Ikhtiar
j. Tawakal
k. Refleksi Akhlak Mulia
l. Kisah Teladan
m. Rangkuman
n. Ayo Berlatih
e. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
3 Mengasah Pribadi yang
Unggul dengan Jujur,
Santun, dan Malu
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Jujur
86
d. Santun
e. Malu
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
4. Akikah dan Kurban
Menumbuhkan
Kepedulian Umat
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Ketentuan dan Tata Cara
Penyembelihan
d. Akikah
e. Kurban
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
5 Kehadiran Islam
mendamaikan Bumi
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
87
Nusantara c. Alur Perjalanan Dakwah di
Nusantara
d. Cara-cara Dakwah di
Nusantara
e. Kerajaan-kerajaan Islam di
Nusantara
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
6 Meraih Kesuksesan
dengan Optimis, Ikhtiar
dan Tawakal
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Mari Membaca Ayat Al-
Qur’an
1) Membaca Q.S. Az-
Zumar ayat 53
2) Membaca Q.S. An-Najm
ayat 39-42
3) Membaca Q.S. Ali-
Imran ayat 159
88
d. Memahami Tajwid Tentang
Tafkhim dan Tarqiq
e. Mari Belajar Mengartikan
Ayat Al-Qur’an
1) Mengartikan Q.S. Az-
Zumar ayat 53
2) Mengartikan Q.S. An-
Najm ayat 39-42
3) Mengartikan Q.S. Ali-
Imran ayat 159
f. Memahami Kandungan
Ayat Al-Qur’an
1) Memahami Q.S. Az-
Zumar ayat 53
2) Memahami Q.S. An-
Najm ayat 39-42
3) Memahami Q.S. Ali-
Imran ayat 159
g. Refleksi Akhlak Mulia
h. Kisah Teladan
i. Rangkuman
j. Ayo Berlatih
k. Catatan untuk Orang Tua
89
Siswa
7 Beriman kepada Qada’
dan Qadar Berbuah
Ketenangan Hati
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Pengertian Qada’, Qadar
dan Takdir
d. Takdir Mualla dan Mubram
e. Dahsyatnya Manfaat
Beriman kepada Qada’ dan
Qadar
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
8 Damaikan Negeri dengan
Toleransi
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Pengertian Toleransi
d. Sikap Toleransi dalam
Kehidupan Sehari-hari
e. Toleransi dan Kedamaian
Negeri
90
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
9 Menuai Keberkahan
dengan Rasa Hormat,
Taat Kepada Orangtua
dan Guru
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Hormat dan Sayang kepada
Orangtua dan Guru
d. Taat kepada Orangtua dan
Guru
e. Refleksi Akhlak Mulia
f. Kisah Teladan
g. Rangkuman
h. Ayo Berlatih
i. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
10 Dahsyatnya Persatuan
Ibadah Haji dan Umrah
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Ibadah haji
d. Ibadah Umrah
91
e. Hikmah Haji dan Umrah
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
11 Menelusuri Tradisi Islam
Nusantara
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
c. Tradisi Nusantara Sebelum
Islam
d. Akulturasi Budaya Islam
e. Melestarikan Tradisi Islam
Nusantara
f. Refleksi Akhlak Mulia
g. Kisah Teladan
h. Rangkuman
i. Ayo Berlatih
j. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
12 Menyuburkan
Kebersamaan dengan
a. Renungkanlah
b. Dialog Islami
92
Toleransi dan
Menghargai Perbedaan
c. Mari Membaca Q.S. Al-
Hujarat ayat 13
d. Memahami Tajwid tentang
Tanda Waqaf
e. Mari Belajar Mengartikan
Q.S. Al-Hujarat ayat 13
f. Memahami Kandungan
Q.S. Al-Hujarat ayat 13
g. Refleksi Akhlak Mulia
h. Kisah Teladan
i. Rangkuman
j. Ayo Berlatih
k. Catatan untuk Orang Tua
Siswa
4. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Tingkat SMP Kelas VII
Tabel 3.10 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti Kelas VII
Bab Materi Inti Sub Materi
1 Indahnya Mengampuni a. Pengantar
93
b. Memahami Pengampunan
c. Bagaimana Mengampuni
d. Rangkuman
2 Karya Pengampunan
Allah dan Tuhan Yesus
Kristus
a. Pengantar
b. Makna Pengampunan
c. Pengampunan Allah
d. Rangkuman
e. Tugas
3 Baptisan sebagai Tanda
Menjadi Milik Kristus
a. Pengantar
b. Arti Baptisan
c. Baptis Percik atau Selam
d. Rangkuman
e. Tugas
4 Dosa dan Pertaubatan a. Pengantar
b. Hakikat Dosa
c. Akibat Dosa
d. Pertaubatan
e. Rangkuman
f. Tugas
5 Allah Memelihara
Ciptaan-Nya
a. Pengantar
b. Allah Memelihara Ciptaan-
94
Nya
c. Rangkuman
d. Tugas
6 Menjaga dan
Melestarikan Alam
a. Pengantar
b. Kerusakan Alam
c. Tanggungjawab
Memelihara Alam
d. Rangkuman
7 Nilai-nilai Kristiani
Menjadi Pegangan
Hidupku
a. Pengantar
b. Nilai Kristiani
c. Nilai Kristiani Menjadi
Pegangan Hidup
d. Rangkuman
e. Tugas
8 Kerendahan Hati a. Pengantar
b. Makna Kerendahan Hati
c. Ciri-ciri Kerendahan Hati
d. Rangkuman
9 Solider terhadap Teman
dan Sahabat
a. Pengantar
b. Makna Solidaritas dalam
Pertemanan dan
95
Persahabatan
c. Membangun Solidaritas
Sosial
d. Rangkuman
e. Tugas
10 Membangun Solidaritas
Sosial: Belajar dari
Ajaran Yesus Kristus
a. Pengantar
b. Belajar dari Yesus
c. Solidaritas di Tengah-
tengah Kehidupan Jamaat
Kristen Pertama
d. Rangkuman
11 Membangun Solidaritas
di Tengah Masyarakat
Majemuk
a. Pengantar
b. Masyarakat Indonesia yang
Majemuk
c. Solidaritas dalam
Masyarakat Majemuk
d. Rangkuman
e. Tugas
12 Hati Nurani: Memilih
yang Benar
a. Pengantar
b. Peran Hati Nurani
c. Rangkuman
96
d. Tugas
13 Sekolah dan Keluarga
sebagai Tempat Melatih
Disiplin
a. Pengantar
b. Memahami Disiplin
c. Apakah Disiplin
Mempengaruhi Kehidupan
Remaja
d. Rangkuman
14 Remaja Kristen yang
Disiplin
a. Pengantar
b. Makna Disiplin
c. Mengapa Remaja
Membutuhkan Disiplin Diri
d. Rangkuman
5. Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Tingkat SMP Kelas VIII
Tabel 3.10 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti Kelas VIII
Bab Materi Inti Sub Materi
1 Hidup Beriman a. Pengantar
b. Iman dan Percaya
c. Implikasi Bagi Saya
97
d. Memilihara Iman
e. Belajar dari Tokoh Alkitab
f. Ciri-ciri Orang yang
Memelihara Iman
g. Berbagi Pesan dan Kesan
h. Rangkuman
2 Hidup Berpengharapan a. Pengantar
b. Makna Hidup
Berpengharapan
c. Pentingnya Memiliki
Harapan
d. Mengamati Lebih Jeli
e. Menyatakan
Pengharapanmu Melalui
Tulisan
f. Rangkuman
3 Memilih untuk Tidak
Putus Asa
a. Pengantar
b. Mengapa Harus Kuatir dan
Putus Asa
c. Keterbatasan Manusia
d. Menemukan Janji Allah di
Mazmur 21-Mazmur 30
98
e. Menyanyikan Lagu Apa
yang Kau Alami Kini
f. Rangkuman
4 Dampak dari Hidup
Beriman dan
Pengharapan
a. Pengantar
b. Memahami Makna Iman
dan Pengharapan
c. Manusia yang Memiliki
Iman dan Pengharapan
d. Dampak dari Hidup
Beriman dan
Berpengharapan dalam Diri
Orang Percaya
e. Refleksi
f. Rangkuman
5 Roh Kudus Penopang
Hidup Orang Beriman
a. Pengantar
b. Penjelasan Singkat tentang
Pemahaman tentang Roh
Kudus
c. Tuhan Yesus Menjanjikan
Roh Kudus yang
Menguatkan
d. Roh Kudus Menghibur dan
99
Menguatkan
e. Roh Kudus Menguatkan
Gereja dan Umat
f. Rangkuman
g. Memahami Roh Kudus
dengan menjawab
pertanyaan ini
h. Penutup
i. Doa Penutup
6 Belajar dari Para Matir a. Pengantar
b. Kisah Para Martir
c. Merenungkan Siapa Yesus
Kristus
d. Menghayati Kehidupan
Para Martir
e. Rangkuman
7 Yesus Teladanku a. Pengantar
b. Yesus Peduli dengan Yang
Menderita (Markus 1:40-
45)
c. Yesus Dekat dengan
Mereka yang
100
Dilecehkan(Yohanes 4: 5-
30)
d. Yesus Membenci
Ketidakadilan(Mat. 21: 12-
13)
e. Yesus Membenci
Kemunafikan(Mat.7: 3-5)
f. Yesus Berdoa Kepada
Bapa-Nya (Luk. 22:39-43)
8 Setia Beribadah, Berdoa
dan Membaca Alkitab
a. Pengantar
b. Makna Beribadah, Berdoa,
dan Membaca Alkitab
c. Memahami Doa Bapa Kami
d. Pentingnya Beribadah,
Berdoa, dan Membaca
Alkitab Bagi Remaja SMP
e. Presentasi Hasil Observasi
Mengenai Beribadah,
berdoa, dan membaca
Alkitab di Kalangan
Remaja SMP
f. Sikap yang Baik dan Benar
101
dalam Beribadah, Berdoa
dan Membaca Alkitab
g. Apakah Semua Doa
Dijawab Sesuai dengan
Permintaan
h. Diskusi
i. Janji Untuk Setia
Beribadah, Berdoa dan
Membaca Alkitab
j. Rangkuman
9 Hidup Berkelimpahan a. Pengantar
b. Kristus Sebagai Pemimpin
yang Layak Diikuti
c. Menyanyi dari Kidung
Jemaat nomor 263 yang
T’lah Menang
d. Mengamati Sikap Hidup
Orang Lain
e. Memeriksa Diri Sendiri
f. Mengenali Janji Allah
g. Rangkuman
10 Mengapa Bersyukur a. Pengantar
102
b. Belajar Bersyukur
c. Mengamati Sikap Orang
Lain
d. Menggali Makna Bersyukur
e. Rangkuman
11 Bersyukur Bukan
Sekedar Pasrah
a. Pengantar
b. Makna Bersyukur bukan
Sekedar Pasrah
c. Menyanyikan Kidung
Jemaat No 457 Ya Tuhan,
Tiap Jam
d. Belajar dari Pengalaman
Orang Tua
e. Belajar dari Pengalaman
Teman
f. Memberikan Makna
Bersyukur Bagi Diri Sendiri
g. Rangkuman
12 Memilih Untuk
Bersyukur
a. Pengantar
b. Kisah Ibu Pengeluh
c. Arti Memilih untuk
Bersyukur
103
d. Menemukan Makna
Bersyukur
e. Belajar dari Anne Frank
f. Mengatasi Hambatan Untuk
Bersyukur
g. Mengekspresikan Rasa
Syukur
h. Rangkuman
13 Bersyukur Dalam Situasi
Sulit
a. Pengantar
b. Menyanyi dari Kidung
Jemaat No 392 Ku
Berbahagia
c. Mengapa Tetap Bersyukur
dalam Situasi Sulit
d. Berbagi Pengalaman
e. Menyanyi dari Kidung
Jemaat No 391 Puji Tuhan
Haleluya
f. Rangkuman
14 Allah Tetap bekerja a. Pengantar
b. Makna Allah Tetap Bekerja
c. Karya Tuhan dalam
104
Hidupku
d. Rangkuman
Sebaran Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Tingkat
SMP Kelas IX
Tabel 3.12 Sebaran materi dalam Buku ajar Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti Kelas IX
Bab Materi Inti Sub Materi
1 Gereja Sebagai Umat
Allah yang Baru
a. Pendahuluan
b. Gereja Gedungnya atau
Orangnya
c. Makna Gereja
d. Umat Allah yang Baru
e. Pergumulan Gereja
f. Rangkuman
g. Penilaian
h. Nyanyian Penutup
i. Doa Penutup
2 Mengenal Gerejaku a. Pendahuluan
b. Gereja yang Terpecah-
pecah: Perpecahan Pertama
c. Perpecahan-Perpecahan
105
Berikutnya
d. Gereja di Indonesia
e. Gereja Mengusahakan
Kesejahteraan Kota
f. Rangkuman
g. Penilaian
h. Nyanyian Penutup
i. Doa Penutup
3 Gereja yang Hidup di
Dunia
a. Pendahuluan
b. Gereja yang Memberitakan
c. Gereja yang Bersekutu
d. Gereja yang Tidak
Membeda-bedakan
e. Pdt. Dr. Martin Luther
King, Jr. Dan
Perjuangannya
f. Rangkuman
g. Penilaian
h. Nyanyian Penutup
i. Doa Penutup
4 Gereja yang Bersaksi dan
Melayani di Dunia
a. Pendahuluan
b. Gereja yang Memuridkan
106
c. Gereja yang Melayani
d. Gereja yang Bersaksi
e. Pelayanan Sosial Gereja
dan Tantangannya
f. Rangkuman
g. Penilaian
h. Nyanyian Penutup
i. Doa Penutup
5 Gereja yang Bergumul di
Dunia
a. Pendahuluan
b. Kerajaan Sorga dalam
Pemberitaan Yesus
c. Ciri-ciri Kehidupan Warga
Kerajaan Sorga
d. Mordechai Vanunu Berani
Bertahan dengan
Keyakinannya
e. Hidup Sebagai Orang Asing
f. Gereja yang Bergumul di
Dunia
g. Rangkuman
h. Penilaian
i. Nyanyian Penutup
107
j. Doa Penutup
6 Gereja dan Orang Muda a. Pendahuluan
b. Pandangan tentang Gereja
c. Allah Memanggil Daud
d. Yesus Memanggil Andreas
e. Paulus dan Rekan-
Rekannya
f. Benarkah Gereja
Membutuhkan Orang Muda
g. Rangkuman
h. Penilaian
i. Nyanyian Penutup
j. Doa Penutup
7 Gereja yang
Memperbarui Diri
a. Pendahuluan
b. Gereja dan Tradisi
c. Perubahan Sebagai Hukum
Kehidupan
d. Umat Allah yang Berubah
e. Rangkuman
f. Penilaian
g. Nyanyian Penutup
h. Doa Penutup
108
8 Indahnya Lingkungan
yang Majemuk
a. Pendahuluan
b. Kemajemukan : Dilema
yang Harus Dihadapi
c. Kemajemukan Sebagai
Karunia Allah
d. Kemajemukan di Indonesia:
Perlu Dikelola
e. Hidup Bersama dalam
Kemajemukan
f. Mengembangkan
Kemajemukan di Bumi
Indonesia
g. Rangkuman
h. Penilaian
i. Nyanyian Penutup
j. Doa Penutup
9 Toleransi Bagian Dari
Kehidupanku
a. Pendahuluan
b. Toleransi dalam Kehidupan
Bersama
c. Toleransi Dalam Ajaran
Kristen
d. Melihat Kembali apa yang
109
Telah Terjadi
e. Perlunya Transformasi
Lingkungan Sosial
f. Rangkuman
g. Penilaian
h. Nyanyian Penutup
i. Doa Penutup
10 Membangun Perdamaian
Merajut Toleransi
a. Pendahuluan
b. Agama adalah Anugrah
c. Perdamaian dalam
Perspektif Alkitab dan
Teologis
d. Perdamaian Antar Umat
Beragama
e. Dialog Untuk Perdamaian
f. Merawat Perdamaian
Merajut Toleransi
g. Rangkuman
h. Penilaian
i. Nyanyian Penutup
j. Doa Penutup
11 Pengembangan Diriku a. Pendahuluan
110
Untuk Pelayanan Bagi
Sesama
b. Masa Remaja Masa
Transisi
c. Orang Kristen di Tengah
Gereja dan Lingkungan
Sosial
d. Keterlibatan Sosial
Berlandaskan Iman
Kristiani
e. Berperan Serta Secara Aktif
f. Peran Serta Remaja untuk
Pelayanan Bagi Sesama
g. Rangkuman
h. Penilaian
i. Nyanyian Penutup
j. Doa Penutup
12 Hidup Bermakna Bagi
Lingkungan Sekolah
a. Pendahuluan
b. Pentingnya Makna Hidup
bagi Manusia
c. Hidup Bermakna di
Lingkungan Sekolah
d. Kaitan Hidup Bermakna
dengan Iman Kristen
111
e. Hidup Bermakna dengan
Mengembangkan
Kecerdasan Majemuk
f. Rangkuman
g. Penilaian
h. Nyanyian Penutup
i. Doa Penutup
13 Perilaku dalam
Pengembangan
Masyarakat
a. Pendahuluan
b. Remaja di Tengah
Masyarakat Suatu Realitas
c. Landasan Kristiani, Peran
dan Kepedulian Remaja di
Tengah Masyarakat
d. Pelayanan Holistik bagi
Masyarakat
e. Perubahan Sosial dan
Dampaknya bagi
Masyarakat
f. Sikap Remaja di Tengah
Perubahan Sosial
g. Rangkuman
h. Penilaian
112
i. Nyanyian Penutup
j. Doa Penutup
14 Remaja di Tengah Dunia
yang Berubah
a. Pendahuluan
b. Dunia yang Berubah
c. Berbagai Dampak Dunia
yang Berubah
d. Menghadapi Dunia yang
Berubah di Bawah Terang
Kristus
e. Merencanakan Masa Depan
dalam Dunia yang Berubah
f. Rangkuman
g. Penilaian
h. Nyanyian Penutup
i. Doa Penutup
113
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan penulis akan memaparkan tentang analisis nilai
toleransi yang ada dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat
SMP kuriulum 2013 khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti dan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti. Setelah
melakukan analisis pada buku tersebut, penulis juga akan mengkomparasikan
atau membandingkan secara komprehensif terkait aspek positif antara kedua buku
ajar tersebut.
Penulis menggunakan Metode Analisis Isi (contens analisys) dalam
melakukan analisis pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu nilai toleransi
dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Dari pemaparan di atas
dapat ditarik sebuah garis besar bahwa pada bab ini penulis akan memaparkan dua
pokok permasalahan atau dua sub bab, yang pertama yaitu tentang analisis nilai
toleransi dalam buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, yaitu mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dan Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti, sub bab yang kedua yaitu komparasi atau perbandingan
antara kedua buku ajar mata pelajaran tersebut yaitu Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti dan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti.
A. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti.
Analisis nilai toleransi merupakan serangkaian kegiatan pencarian,
penelaahan, penyelidikan dan penguraian suatu pokok peristiwa atau
114
karangan tentang nilai toleransi, sedangkan nilai toleransi adalah makna yang
menunjukan sikap, perbuatan dan perilaku yang baik dengan cara saling
menghargai, menghormati, membiarkan dan membolehkan orang lain
memiliki sebuah keyakinan, kepercayaan, prinsip atau pendapat lain yang
berbeda dengan diri sendiri. Analisis nilai toleransi dalam buku ajar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dapat dibaca dalam tabel dibawah ini :
1. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti Kelas VII
Tabel 4.1 Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti Kelas VII
Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti
Mengakui Hak Setiap Orang
1. Pada bab VI, Sub bab
“Kandungan Q.S. al-
Mujadalah/58:11”, terdapat nilai
toleransi yaitu berlapang-lapang
atau tenggang rasa dan
kesetaraan dalam majelis.
Kutipan materi :
Ayat ini menjelaskan
tentang berlapang-lapanglah
kalian ketika berada dalam
majelis (tempat mencari
ilmu). Yakni apabila kita
berada di tempat menuntut
ilmu, baik itu di kelas,
masjid, majelis taklim dan
lain sebagainya, kita harus
memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk
sama mendapatkan tempat
duduk yang layak
Mengakui Hak Setiap Orang
1. Pada bab I, Sub bab
“Pengantar”, terdapat nilai
toleransi yaitu keadilan.
Kutipan materi :
Apakah kamu pernah
mendengar nama Nelson
Mandela, ia adalah
seorang tokoh pejuang
Afrika Selatan yang
memperjuangkan keadilan
bagi kaum kulit hitam di
Afrika Selatan yang
ditindas dan diperlakukan
secara tidak adil (Non-
Serrano, 2016: 2).
2. Pada bab XI, Sub bab “
Solidaritas dalam Masyarakat
Majemuk”, terdapat nilai
toleransi yaitu solidaritas di
115
(Sumiyati, 2014: 86). tengah masyarakat. Kutipan
materi:
Bentuk solidaritas ditengah
- tengah masyarakat
majemuk yang kamu
wujudkan sebagai remaja
yaitu; menghargai teman
dan orang lain meskipun
mereka berbeda denganmu,
menghargai para penganut
agama lain dan semua
aturan agamanya termasuk
ibadah, berteman dengan
semua orang tanpa
memandang perbedaan
yang ada, dapat bekerja
sama dan menolong teman
dan sesama tanpa
memandang perbedaan
agama, suku, dan status
sosial (Non-Serrano, 2016:
87).
Menghormati Keyakinan Orang
Lain
1. Pada bab I, Sub bab
“Mempelajari dan Memahami
Makna Al-Asma’u Al-husna”,
terdapat nilai toleransi yaitu
mendengarkan dan menghargai
orang yang sedang berbicara.
Kutipan materi :
Perilaku atau sikap yang
mencerminkan keimanan
kepada Allah SWT. Yang
memiliki sifat Maha
Mendengar adalah kita
harus mau mendengarkan
orang lain yang sedang
berbicara. Terlebih lagi jika
yang berbicara adalah orang
tua dan guru kita, lalu
bagaimana sikap kita jika
Menghormati Keyakinan Orang
Lain
1. Pada bab XI, Sub bab
“Masyarakat Indonesia yang
Majemuk”, terdapat nilai
toleransi yaitu bersikap baik
dan memandang positif dalam
keberagaman yang majemuk.
kutipan materi :
Ada yang beragama Kristen
, Katolik, Islam, Hindu,
Budha, Khong Hu Chu, nah
keberagamaan itu disebut
majemuk. Bagaimana kamu
memandang mereka yang
berbeda denganmu ? sering
kali masih ada orang yang
memandang orang lain
yang berbeda dengannya
seperti rasa curiga. Akan
116
tidak senang terhadap apa
yang disampaikan tentu kita
harus menyampaikan hal itu
kepada lawan bicara kita
dengan sikap dan bahasa
yang santun (Sumiyati,
2014: 7).
2. Pada bab VIII, Sub bab
“Menghormati Orang Tua”,
terdapat nilai toleransi yaitu
menghormati dan berbuat baik
kepada orang tua. Kutipan
materi :
Begitu besar jasa orang tua
sehingga kita sebagai anak
wajib hukumnya berbuat
baik kepada keduanya.
Allah SWT memerintahkan
kita untuk berbuat baik
kepada keduanya (Sumiyati,
2014: 113).
3. Pada bab VIII, Sub bab
“Menghormati Guru”, terdapat
nilai toleransi di dalamnya yaitu
menghormati dan berbuat baik
kepada guru. Kutipan materi :
Kita juga diperintahkan
untuk senantiasa berbuat
baik dan berbakti kepada
guru. Gurulah yang telah
mendidik dan mengajarkan
ilmu kepada kita. Sebagai
pendidik guru membentuk
kita menjadi manusia yang
beriman, mengerti baik dan
buruk, berbudi pekerti
luhur, dan menjadi orang
yang bertanggungjawab,
tetapi, dalam ajaran
Kristen, kamu diminta
untuk bersikap baik dan
memandang orang lain
secara positif (Non-
Serrano, 2016: 79).
2. Pada bab XI, Sub bab “
Solidaritas dalam Masyarakat
Majemuk”, terdapat nilai
toleransi yaitu solidaritas di
tengah masyarakat. Kutipan
materi:
Bentuk solidaritas ditengah
- tengah masyarakat
majemuk yang kamu
wujudkan sebagai remaja
yaitu ; menghargai teman
dan orang lain meskipun
mereka berbeda denganmu,
menghargai para penganut
agama lain dan semua
aturan agamanya termasuk
ibadah, berteman dengan
semua orang tanpa
memandang perbedaan
yang ada, dapat bekerja
sama dan menolong teman
dan sesama tanpa
memandang perbedaan
agama, suku, dan status
sosial (Non-Serrano, 2016:
87).
117
baik kepada diri sendiri,
masyarakat, bangsa maupun
negara (Sumiyati, 2014:
115).
Setuju Dalam Perbedaan
1. Pada bab XI, Sub bab
“Dakwah Nabi Muhammad di
Madinah”, terdapat nilai
toleransi yaitu Persaudaraan
Sejati. Kutipan materi :
Nabi Muhammad SAW
mempersaudarakan antara
orang muhajirin dengan
ansor. muhajirin adalah
orang yang berhijrah,
sedangkan ansor adalah
orang yang menyambut
kedatangan para kaum
muhajirin di Madinah.
Setiap orang ansor
mengakui orang muhajirin
sebagai saudaranya. Perlu
diketahui juga bahwa di
Madinah tidak hanya orang
islam namun juga terdapat
orang non muslim, agar
terjadi hubungan yang
harmonis antara keduanya,
saling menghormati,
toleransi dan menjaga
lingkungan di Madinah
maka harus ada kesepakatan
bersama (Sumiyati, 2014:
162-163).
Setuju Dalam Perbedaan
1. Pada bab III, Sub bab “Arti
Baptisan”, terdapat nilai
toleransi yaitu keberagaman
kebijakan dalam praktek
ibadah. Kutipan materi :
Gereja mengakui dan
melaksanakan baptisan
bagi anak-anak, dari usia
bayi dan baptisan dewasa.
Akan tetapi ada juga
beberapa gereja yang hanya
mengakui baptisan orang
dewasa. Dalam injil Lukas
18:16a, Matius 19:14a,
Markus 10:14a, Yesus
memarahi para murid-
murid-Nya yang ingin
menghalang-halangi anak-
anak datang kepadanya
(Non-Serrano, 2016: 21).
2. Pada bab III, Sub bab “Baptis
Percik atau Selam”, di
dalamnya terdapat nilai
toleransi yaitu keberagaman
kebijakan dalam praktek
ibadah. Kutipan materi :
Sejak beberapa waktu yang
lalu, banyak terjadi
perdebatan mengenai cara
baptisan mana yang lebih
Alkitabiah. Namun, Alkitab
sendiri tidak memberikan
118
penekanan pada cara baptis
tertentu. Alkitab lebih
memberikan penekanan
pada makna baptisan.
Setiap gereja melakukan
cara baptisan menurut
tradisi dan aturan gereja
masing-masing. Pada
dasarnya yang terpenting
bukan cara seseorang
dibaptis melainkan makna
baptisan itu sendiri (Non-
Serrano, 2016: 23).
3. Pada bab XI, Sub bab “
Solidaritas dalam Masyarakat
Majemuk”, terdapat nilai
toleransi yaitu solidaritas
dalam masyarakat majemuk.
Kutipan materi :
Membersihkan rumah-
rumah ibadah agama lain
bersama teman-teman dari
berbagai macam agama,
mengunjungi panti jompo
atau keluarga yang kurang
mampu dari berbagai
macam agama dan
memberi bantuan sesuai
kemampuan, mengunjungi
rumah ibadah secara
bergiliran dan beramah
tamah dengan pimpinan
rumah ibadah setempat
(Non-Serrano, 2016: 88).
4. Pada bab XII, Sub bab “Peran
Hati Nurani”, terdapat nilai
toleransi yaitu berfikir terbuka
atas pendapat orang lain.
119
Kutipan materi :
Kamu perlu bersikap
terbuka terhadap pikiran
dan pendapat orang lain,
tetapi amat penting untuk
menunjukan pikiran dan
pendapatmu sendiri. jika
kalau kamu mampu
melakukannya, maka kamu
pun mampu untuk memilih
yang benar, memutuskan
yang benar (Non-Serrano,
2016: 93).
Saling Pengertian
1. Pada bab VIII, Sub bab “Mari
Berempati” terdapat nilai
toleransi yaitu bersikap empati.
Kutipan materi :
Allah SWT menyuruh umat
manusia untuk berempati
terhadap sesamanya. Peduli
dan membantu antar sesama
yang membutuhkan. Allah
SWT sangat murka kepada
orang-orang yang egois dan
sombong (Sumiyati, 2014:
111).
2. Pada bab IX, Sub bab
“Ketentuan Shalat Jum’at”,
terdapat nilai toleransi yaitu
menguatkan tali shilaturahim.
Kutipan materi :
Kita semua bisa mengetahui
kondisi jamaah yang
lainnya, misalnya jika kita
Saling Pengertian
1. Pada bab II, Sub bab
“Pengampunan Allah”, terdapat
nilai toleransi yaitu saling
mengampuni dan berbuat baik
kepada sesama. Kutipan materi
:
Kristus telah mengampuni
dan menyelamatkan kamu,
kamu wajib mengampuni
orang lain, juga mohon
ampunan pada orang lain
jika kamu bersalah.
Bagaimana jika orang lain
tidak mau mengampunimu?
teruslah berdoa dan berbuat
baik kepadanya, suatu saat
hatinya akan luluh dan
mengampunimu (Non-
Serrano, 2016: 12).
2. Pada bab XI, Sub bab
“Solidaritas dalam Masyarakat
120
melihat ada jamaah dilanda
kesusahan hidup , kita bisa
membantu mereka, atau jika
ada yang jarang kemasjid
karena sakit, kita bisa
menjenguk mereka. Bahkan
jika kita melihat ada yang
bermaksiat kita bisa
langsung menasehatinya.
Dari sini umat islam bisa
mewujudkan suatu sikap
semangat tolong-menolong
di dalam kebaikan dan
taqwa sekaligus saling
menasehati dalam kebaikan
dan kesabaran dengan amar
ma’ruf dan nahi mungkar
(Sumiyati, 2014: 129).
3. Pada bab X, Sub bab “Aku Bisa
Shalat Jama’ dan Qasar”,
terdapat nilai toleransi yaitu
Kemudahan dalam pelaksanaan
praktik ibadah. Kutipan materi :
Allah memberikan berbagai
kemudahan untuk Sholat
ketika dalam situasi sulit
kalau tidak bisa duduk,
boleh dengan berbaring.
Kalau waktunya sempit,
sholat bisa digabung dan
diringkas. Pada intinya
semua kemudahan itu
diberikan oleh Allah SWT
agar umat islam tidak
meninggalkan kewajiban
shalat (Sumiyati, 2014:
148).
Majemuk”, terdapat nilai
toleransi yaitu saling peduli
antar pemeluk agama lain.
Kutipan materi :
Suatu hari suster ini
ditangkap tentara MILF.
Selama dalam penyekapan,
suster ini dilayani seorang
perempuan muslim disana.
Beberapa hari kemudian,
suster ini dilepaskan
kekesusteran. Suatu kali
terjadi pertempuran antara
pemerintah Filipina dan
MILF. Banyak orang
dikalangan MILF yang
tertangkap. Sang suster
mendengar kabar bahwa
perempuan muslim yang
melayaninya selama
disandera oleh MILF juga
ikut tertangkap dan ditahan
dimarkas militer. Suster
memutuskan untuk dapat
mengunjunginya. Setelah
dari kunjungan sang suster
bertekad untuk dapat
melepaskan perempuan dari
tahanan. Maka dia
melakukan upaya pelepasan
(Non-Serrano, 2016: 84).
Kesadaran dan Kejujuran Kesadaran dan Kejujuran
121
1. Pada bab IV, Sub bab “
Pembiasaan Shalat Berjamaah”,
di dalamnya terdapat nilai
toleransi yaitu mengutamakan
kebersamaan (berjamaah).
Kutipan materi :
Perbandingan pahala antara
sholat sendirian dengan
berjamaah, yaitu satu
banding 27 derajat. Hal ini
karena sholat berjamaah
memiliki keutamaan, yaitu:
yang pertama menjalin
shilaturahim antar sesama,
yang kedua mengajarkan
hidup disiplin, saling cinta
dan menghargai, yang
ketiga menjaga persatuan,
kesatuan, dan kebersamaan,
yang keempat menahan dari
kemauan sendiri (egois),
yang kelima mengajarkan
kepatuhan seorang muslim
kepada para pimpinannya
(Sumiyati, 2014: 52).
2. Pada bab XII, Sub bab “ Ali bin
Abi Tholib Cerdas dan Sabar”,
terdapat nilai toleransi yaitu
berbuat baik kepada orang yang
berperilaku jahat terhadap kita.
1. Pada bab VIII, Sub bab “Ciri-
ciri Kerendahan Hati”, terdapat
nilai toleransi yaitu rendah hati.
Kutipan materi :
Rendah hati merupakan
sikap yang ditunjukan
melalui kesadaran bahwa
manusia adalah makhluk
fana dengan penuh
keterbatasan, karena itu
manusia sangat bergantung
sepenuhnya pada Allah.
Implikasinya adalah kita
menuruti perintah-perintah
serta tekun membaca
Alkitab. Menghargai teman
dan sesama (Non-Serrano,
2016: 59)
2. Pada bab IX, Sub bab
“Membangun Sifat Solidaritas
Sosial”, terdapat nilai toleransi
yaitu Solidaritas terhadap
teman. Kutipan materi :
Solidaritas harus dilandasi
oleh sifat kasih dan
penghargaan terhadap
teman dan sahabat. Kita
mewujudkan solidaritas
pada teman dan sahabat
berdasarkan kasih yang
122
Kutipan materi :
Dari sudut pasar kota
Madinah, terdapat seorang
pengemis Yahudi buta.
Kerjanya membujuk orang-
orang agar tidak mendekati
Nabi Muhammad SAW dia
menganggap bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah
orang gila, pembohong,
tukang sihir, ia berkata :
“apabila kalian semua
mendekatinya, maka kalian
akan dipengaruhinya. ”
Namun setiap pagi Nabi
Muhammad SAW selalu
mendatangi Yahudi itu dan
memberinya makanan dan
menyuapinya (Sumiyati,
2014: 179).
3. Pada bab XIII, Sub bab
“Perilaku Ikhlas, Sabar dan
Pemaaf (Perilaku Pemaaf dalam
Kehidupan Sehari - hari)”,
terdapat nilai toleransi yaitu
berbuat baik kepada orang yang
berperilaku jahat terhadap kita.
Kutipan materi :
Suatu ketika Abu Jahal,
paman Nabi Muhammad
tulus tanpa mengharapkan
imbalan (Non-Serrano,
2016: 68)
3. Pada bab X, Sub bab “Belajar
Dari Yesus”, terdapat nilai
toleransi yaitu Solidaritas
terhadap sesama. Kutipan
materi :
Seluruh pekerjaan dan
pelayanan Yesus dilandasi
oleh cinta kasih dan
solidaritas yang tulus pada
manusia. Ia pun meminta
umatnya melakukan hal
yang sama (Non-Serrano,
2016: 73).
4. Pada bab X, Sub bab “
Solidaritas di Tengah Jamaat
Kristen Pertama”, terdapat
nilai toleransi yaitu mengasihi
Tuhan dan sesama. Kutipan
materi :
Yesus mengajarkan bahwa
kasih Tuhan tidak terlepas
dari kasih kepada sesama
manusia demikian pula
sebaliknya, kasih pada
sesama tidak terlepas dari
kasih Tuhan. orang yang
123
SAW. Menyewa seorang
Yahudi untuk menyakiti
Nabi. Lalu si Yahudi tadi
pergi menuju lorong yang
biasa dilewati Nabi untuk
menuju Ka’bah. Disaat
Nabi lewat, dia memanggil.
Nabi pun menengok karena
beliau tidak pernah
mengecewakan siapapun
yang memanggilnya. Disaat
itulah Yahudi tadi meludahi
wajah Rasulullah SAW.
Nabi tidak sedikitpun marah
atau menghardik Yahudi
itu. Dan ketika sang Yahudi
jatuh sakit Rasulullah SAW
menjenguk orang Yahudi
tersebut (Sumiyati, 2014:
197).
4. Pada bab VIII, Sub bab “Mari
Renungkan”, terdapat nilai
toleransi yaitu peduli terhadap
sesama, menghormati orang tua
dan guru. Kutipan materi:
Kita harus bersikap peduli,
merasakan apa yang
dirasakan teman kita. Kita
wajib menghormati kedua
orang tua kita yang telah
mengaku dirinya pengikut
Yesus Kristus harus dapat
membuktikan bahwa dia
mampu menunjukan dan
mewujudkan sifat kasihnya
kepada Tuhan dan sesama
Adapun syarat untuk dapat
mewujudkan solidaritas
sosial bagi sesama yaitu,
dilakukan berdasarkan pada
kesadaran dan ketulusan
hati, dilakukan berdasarkan
pengasihan dan sikap saling
menghargai, hal tersebut
dilakukan sebagai wujud
iman (Non-Serrano, 2016:
75-76).
5. Pada bab XI, Sub bab
“Masyarakat Indonesia yang
Majemuk”, terdapat nilai
toleransi yaitu menolong
pemeluk agama lain. Kutipan
materi :
Ketika pulang sekolah
dengan teman-temanmu,
dijalan ada seseorang kakek
minta tolong pada kalian
untuk dapat mengantarnya
kemasjid terdekat, teman-
temanmu tidak mau
124
membesarkan kita. Kita
juga wajib menghormati
guru-guru kita karena dari
merekalah kita sekarang ini
bisa membaca dan menulis
(Sumiyati, 2014: 109).
5. Pada bab XIII, Sub bab “ Mari
Renungkan”, di dalamnya
terdapat nilai toleransi yaitu
ikhlas, sabar, dan pemaaf.
Kutipan materi :
Kuncinya terdapat pada
keikhlasan hati, kesabaran
jiwa, dan pribadi yang
pemaaf. Allah SWT telah
mengajarkan ketiga hal ini
melalui ayat - ayatnya.
Rasulullah SAW juga telah
memberikan contoh yang
nyata (Sumiyati, 2014:
187).
menolong karena kakek itu
bukan orang kristen.
Akhirnya kamu sendiri
yang mengantar kakek itu
karena semua temanmu
meninggalkanmu (Non-
Serrano, 2016: 82).
6. Pada bab XI, Sub bab
“Solidaritas dalam Masyarakat
Majemuk”, di dalamya
terdapat nilai toleransi yaitu
peduli dan solider pada
sesama. Kutipan materi :
Kita terpanggil untuk
peduli dan solider pada
sesama tanpa memandang
perbedaan latar belakang.
Hukum kasih sayang yang
diajarkan Yesus harusnya
menjadi pedoman hidup
kita untuk dapat peduli,
mengasihi, dan mampu
menunjukan solidaritas kita
kepada sesama tanpa
memandang dari berbagai
perbedaan suku, budaya,
dan agama (Non-Serrano,
2016: 86).
7. Pada bab XI, Sub bab “
125
Solidaritas dalam Masyarakat
Majemuk”, di dalamnya
terdapat nilai toleransi yaitu
solidaritas dalam masyarakat
majemuk. Kutipan materi :
Membersihkan rumah-
rumah ibadah agama lain
bersama teman-teman dari
berbagai macam agama,
mengunjungi panti jompo
atau keluarga yang kurang
mampu dari berbagai
macam agama dan
memberi bantuan sesuai
kemampuan, mengunjungi
rumah ibadah secara
bergiliran dan beramah
tamah dengan pimpinan
rumah ibadah setempat
(Non-Serrano, 2016: 88).
Berdasarkan pemaparan tabel di atas, sebaran materi yang terkait
dengan nilai-nilai toleransi antara buku ajar Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti dengan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti Kelas
VII secara umum sama, mencakup kelima segi nilai toleransi yaitu,
mengakui hak orang lain, menghormati keyakinan orang lain, setuju dalam
126
perbedaan, saling pengertian, kesadaran dan kejujuran, kedua buku
mencakup kelima segi tersebut.
Dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas
VII nilai toleransi terbanyak yaitu pada segi kesadaran dan kejujuran , segi
yang paling sedikit terdapat pada segi mengakui hak setiap orang dan
setuju dalam perbedaan. Segi kesadaran dan kejujuran mencakup lima
poin yaitu, yang pertama Pada bab IV dengan tema “Indahnya
Kebersamaan dengan Berjamaah”, yang kedua pada bab XII dengan tema
“Al-Khulafau Ar-Rasyidun Penerus Perjuangan Nabi Muhammad SAW”,
yang ketiga pada bab XIII dengan tema “Hidup Jadi Lebih Damai dengan
Ikhlas, Sabar dan Pemaaf”, yang keempat pada bab VIII dengan tema
“Berempati itu Mudah Menghormati itu Indah”, dan yang kelima yaitu
pada bab XIII dengan tema “Hidup Jadi Lebih Damai dengan Ikhlas, Sabar
dan Pemaaf” sama dengan nomer tiga namun berbeda sub bab. segi yang
paling sedikit mengakui hak setiap orang dan setuju dalam perbedaan, segi
mengakui hak setiap orang terdapat pada bab VI dengan tema “Dengan
Ilmu Pengetahuan Semua Menjadi Lebih Mudah”. Segi setuju dalam
perbedaan terdapat pada bab XI dengan tema “Hijrah ke Madinah Sebuah
Kisah yang Membanggakan.
Sedangkan dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Kelas VII nilai toleransi yang terbanyak yaitu pada segi kesadaran dan
kejujuran. Segi yang paling sedikit yaitu mengakui hak setiap orang,
menghormati keyakinan orang lain dan saling pengertian.
127
Segi kesadaran dan kejujuran terdapat tujuh poin, yang pertama
pada bab VIII dengan tema “Kerendahan Hati”, yang kedua pada bab IX
dengan tema “Solider terhadap Teman dan Sahabat”, yang ketiga pada bab
X dengan tema “Membangun Solidaritas Sosial: Belajar dari Ajaran Yesus
Kristus”, yang keempat pada bab X dengan tema “Membangun Solidaritas
Sosial: Belajar dari Ajaran Yesus Kristus” namun berbeda Sub bab dengan
yang ketiga, yang kelima pada bab XI dengan tema “Membangun
Solidaritas di Tengah Masyarakat Majemuk”, yang keenam pada bab XI
dengan tema sama dengan yang keenam namun Sub babnya berbeda, yang
ketujuh pada bab dan Sub bab yang sama dengan yang keenam namun
halamannya berbeda.
Segi mengakui hak setiap orang terdiri dari dua pion, yang pertama
pada bab I dengan tema “Indahnya Mengampuni”, yang kedua pada bab
XI dengan tema “Membangun Solidaritas di Tengah Masyarakat
Majemuk”. Segi menghormati keyakinan orang lain terdiri dari dua poin,
yang pertama pada bab XI dengan tema “Membangun Solidaritas di
Tengah Masyarakat Majemuk”, yang kedua pada bab yang sama namun
sub babnya berbeda. Segi saling pengertian terdiri dari dua poin, yang
pertama pada bab II dengan tema “Karya Pengampunan Allah dan Tuhan
Yesus Kristus”, yang kedua pada bab XI dengan tema “Membangun
Solidaritas di Tengah Masyarakat Majemuk”.
Pemaparan materi pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan pemaparan materi
128
pada buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, bahasa yang
digunakan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mudah
untuk dipahami dan tidak bertele-tele, sehingga analisis nilai toleransi
lebih mudah ditemukan pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti jika dibandingkan dalam buku Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti.
2. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti Kelas VIII
Tabel 4.2 Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti Kelas VIII
Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti
Mengakui Hak Setiap Orang
1. Pada bab IX, Sub bab
“Pemerintah Daulah Abbasiyah”,
terdapat nilai toleransi yaitu
keadilan dan jiwa sosial. Kutipan
materi :
Harun Ar-Rasyid adalah
seorang khalifah yang adil
dan memiliki jiwa sosial
yang sangat tinggi. Untuk
meningkatkan kesejahteraan
dan layanan kesehatan, dia
mendirikan rumah sakit,
lembaga pendidikan dokter,
dan farmasi. Pada masa
pemerintahanya terdapat
paling tidak sekitar 800
Mengakui Hak Setiap Orang
1. Pada bab VII, Sub bab “ Yesus
Dekat dengan Mereka yang
Dilecehkan”, terdapat nilai
toleransi yaitu tidak
menghakimi sesorang.
Kutipan materi :
Yesus mengetahui pasti sisi
kelam kehidupan perempuan
itu, namun ia tidak
menghakiminya. Ia tidak
menjauhkan dirinya dari
perempuan itu (Julia
Suleeman Chandra, Jense
Belandina Non-Serrano dan
Stephen Suleeman, 2014:
51).
129
orang dokter (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2014:
170).
2. Pada bab IX, Sub bab
“Pemerintah Daulah Abbasiyah”,
terdapat nilai toleransi yaitu
kesetaraan dalam peran
pemerintahan. Kutipan materi :
Al-Mu’tasim, merupakan
khalifah berikutnya (833-
842 M), memberi peluang
besar kepada orang-orang
Turki untuk masuk dalam
pemeritahan. Keterlibatan
mereka dimulai sebagai
tentara pengawal. Tidak
seperti pada masa daulah
Umayyah, dinasti Abbasiyah
mengadakan perubahan
pada sistem ketentaraan
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2014: 171).
2. Pada bab VII, Sub bab “Yesus
Dekat dengan Mereka yang
Dilecehkan”, terdapat nilai
toleransi yaitu menerima
kondisi orang lain. Kutipan
materi :
Setiap orang membutuhkan
teman, sahabat, dan orang-
orang yang bersedia
menerimanya, betapapun
keadaannya (Julia Suleeman
Chandra, Jense Belandina
Non-Serrano dan Stephen
Suleeman, 2014: 52).
3. Pada bab X, Sub bab “ Belajar
Bersyukur”, terdapat nilai
toleransi yaitu bersyukur dan
tidak mengambil hak orang lain.
Kutipan materi :
Menerima apa yang menjadi
haknya, jangan sampai
mengambil hak orang lain,
apalagi menjadi serakah.
Selalu bersyukur dengan apa
pun yang menjadi bagian
mereka (Julia Suleeman
Chandra, Jense Belandina
Non-Serrano dan Stephen
Suleeman, 2014: 69).
4. Pada bab XI, Sub bab “Makna
Bersyukur Bukan Sekedar
Pasrah”, terdapat nilai toleransi
yaitu kebaikan untuk semua
makhluk. Kutipan materi :
Manusia dengan segala
keterbatasannya hanya
130
mampu membuat kebaikan
untuk dirinya sendiri dan
orang-orang yang ada di
sekitarnya. Namun, Allah
tidaklah berfikiran sempit
seperti itu. Ketika Allah
berbuat kebaikan, ia berfikir
untuk semua yang ada di
dunia ini, bukan hanya
mereka yang ada di Israel,
bukan hanya orang Yahudi,
tetapi semua umat manusia
(Julia Suleeman Chandra,
Jense Belandina Non-
Serrano dan Stephen
Suleeman, 2014: 76).
Menghormati Keyakinan Orang
Lain
1. Pada bab I, Sub bab “Nama-
nama Kitab Allah SWT dan
Rasul Penerimanya”, terdapat
nilai toleransi yaitu meyakini
keberadaan kitab agama lain.
Kutipan materi :
sebagai muslim kita sangat
meyakini akan keberadaan
kitab Taurat ini. Kita
meyakini bahwa kitab
Taurat benar-benar wahyu
dari Allah SWT. Memiliki
sikap toleransi yang tinggi
karena kitab-kitab Allah
memberikan penjelasan
tentang penanaman sikap
toleransi, yaitu selalu
menghormati sesama, dan
menghargai orang lain
bahkan pemeluk agama lain
(Muhammad Ahsan dan
Menghormati Keyakinan Orang
Lain
1. Pada bab I, Sub bab “Ciri-ciri
Orang yang Memelihara Iman”,
terdapat nilai toleransi yaitu
menghormati norma sosial
Masyarakat. Kutipan materi:
Konteks hidup Daniel dan
kawan-kawan di tengah
lingkungan pluralistik mirip
dengan konteks Indonesia
yang majemuk. Namun
Daniel yang beriman tidak
menjadikannya langsung
menolak semua norma sosial
masyarakat. Contoh Daniel
mengikuti kebiasaan
setempat dalam memberi
salam kepada raja dan tidak
keberatan ketika nama
mereka diganti dengan nama
Babel (Julia Suleeman
Chandra, Jense Belandina
131
Sumyati, 2014: 6).
2. Pada bab VII, Sub bab
‘Pengertian Iman Kepada
Rasul”, terdapat nilai toleransi
yaitu meyakini keberadaan Rasul
agama lain. Kutipan materi :
Allah mengutus Rasul dari
kalangan manusia sendiri
sehingga dapat diteladani.
umat islam wajib
mengimani seluruh Rasul
yang diutus oleh Allah, kita
tidak hanya diperintahkan
untuk mengimani Nabi
Muhammad SAW tetapi
juga harus meyakini seluruh
utusan Allah sepanjang
zaman yang jumlahnya 25
Rasul (Muhammad Ahsan
dan Sumyati, 2014: 125).
Non-Serrano dan Stephen
Suleeman, 2014: 7).
2. Pada bab XI, Sub bab “ Makna
Bersyukur Bukan Sekedar
Pasrah”, terdapat nilai toleransi
yaitu menghormati dan patuh
kepada orang tua. Kutipan
materi:
Kejadian ini akan membuat
Ani belajar bahwa tidak baik
untuk membantah apa yang
diperintahkan oleh orang tua
dan guru. Sudah sepatutnya
Ani bersyukur bahwa
melalui hal ini diingatkan
untuk tidak melakukan hal-
hal yang salah yang malah
membawa kerugian (Julia
Suleeman Chandra, Jense
Belandina Non-Serrano dan
Stephen Suleeman, 2014:
76).
Setuju dalam Perbedaan
1. Pada bab II, Sub bab “Shalat
Sunah Berjamaah”, terdapat nilai
toleransi yaitu menghormati dan
menghargai perbedaan dalam
praktik ibadah. Kutipan materi :
Saat waktunya telah tiba,
imam memberikan isyarat
dimulainya shalat id, bilal
atau menyerukan seruan
untuk shalat :“As-shalaatu
jaami’atau, mari kita
laksanakan shalat id
berjamaah”. Amri berbisik,
Setuju dalam Perbedaan
1. Pada bab V, Sub bab ”Roh
Kudus Menguatkan Gereja dan
Umat”, terdapat nilai toleransi
yaitu saling menghormati dalam
perbedaan dalam praktik ibadah
di gereja. Kutipan materi :
Di kalangan gereja-gereja
Pentakostal- dan Karismatik
yang bertumbuh sebagai
bentuk baru gerakan
Pentakostal terjadi gairah
yang luar biasa di dalam
peribadahan. Lagu-lagu
132
“tahun lalu , aku shalat id
ditempat lain tidak ada
seruan seperti ini.”
Jawab Salim, “ya betul,
seruan seperti tadi memang
tidak harus dilakukan, ayo
kita berdiri”( Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2014:
28).
mereka yang melukiskan
pembaharuan hidup dan
persekutuan yang erat, orang
percaya dengan Tuhannya.
Kini juga dinyanyikan oleh
orang-orang kristen dari
gereja-gereja yang lain,
tidak terbatas hanya gereja-
gereja Pentakostal saja (Julia
Suleeman Chandra, Jense
Belandina Non-Serrano dan
Stephen Suleeman, 2014:
38).
2. Pada bab VIII, Sub bab ”Sikap
yang Baik dan Benar dalam
Beribadah, Berdoa dan
Membaca Alkitab”, terdapat
nilai toleransi yaitu perbedaan
dalam pelaksanaan ibadah.
Kutipan materi:
Banyak orang yang kurang
memperhatikan sikap dalam
ibadah dan berdoa, masih
ada orang yang datang
kepertemuan raya dan
ibadah seolah-olah sedang
menuju ketempat rekreasi.
Memang ada gereja-gereja
tertentu yang melakukan
litergi ibadah dengan
menggunakan band dan
musik juga bertepuk tangan.
Dalam mazmurpun ditulis
bahwa kita memuji Tuhan
dengan alat musik gambus,
kecapi, rebana dan lain-lain
(Julia Suleeman Chandra,
Jense Belandina Non-
Serrano dan Stephen
133
Suleeman, 2014: 59)
Saling Pengertian
1. Pada bab II, Sub bab “Shalat
Sunnah Berjamaah atau
Munfarid”, terdapat nilai
toleransi yaitu keringanan atau
kemudahan dalam pelaksanaan
ibadah. Kutipan materi :
Dalam praktik shalat sunnah
ini memerlukan waktu yang
relatif lama, oleh karenanya
Shalat tasbih dilaksanakan
sesuai dengan kemampuan.
Jika seseorang mampu
melaksanakannya setiap
hari, laksanakanlah setiap
harinya, jika tidak mampu
melaksanakannya dalam
setiap harinya, maka
laksanakanlah setiap hari
jum’at. Jika tidak mampu
melaksanakan setiap hari
jum’at laksanakan setiap
sebulan sekali, setahun
sekali, atau minimal seumur
hidup sekali (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2014:
40).
2. Pada bab IV, Sub bab “Puasa
Saling Pengertian
1. Pada bab VIII, Sub bab “
Makna Beribadah, Berdoa, dan
Membaca Al-Kitab”, terdapat
nilai toleransi yaitu membangun
persekutuan atau kesatuan.
Kutipan materi :
mereka bertekun dalam
pengajaran Rasul-Rasul dan
dalam persekutuan. Mereka
selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan
berdoa. Tidak hanya
beribadah, berdoa dan
membaca Alkitab, tetapi
mereka juga saling
menolong tanpa pamrih
terutama bagi mereka yang
berkekurangan (Julia
Suleeman Chandra, Jense
Belandina Non-Serrano dan
Stephen Suleeman, 2014:
57).
2. Pada bab VIII, Sub bab”
Pentingnya Beribadah, Berdoa,
Membaca Alkitab bagi Remaja
SMP”, terdapat nilai toleransi
yaitu kebersamaan dalam suatu
134
Wajib”, di dalamnya terdapat
nilai toleransi yaitu keringanan
atau kemudahan dalam
pelaksanaan ibadah. Kutipan
materi :
Berpuasa adalah kewajiban
bagi setiap muslim. Akan
tetapi dalam keadaan
tertentu boleh seseorang
tidak berpuasa. Adapun
orang yang tidak
diperbolehkan melakukan
puasa yaitu :
Yang pertama orang yang
sedang sakit dan tidak kuat
untuk berpuasa, yang kedua
orang yang dalam perjalanan
jauh, yang ketiga orang tua
yang sudah lemah dan tidak
kuat untuk berpuasa, yang
keempat orang yang hamil
dan menyusui anak
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2014: 72).
3. Pada bab IV, Sub bab “Hikmah
Berpuasa” terdapat nilai toleransi
yaitu solidaritas terhadap
sesama. kutipan materi :
Menumbuhkan rasa
solidaritas terhadap sesama
terutama kasih sayang
terhadap fakir miskin
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2014: 77).
kelompok masyarakat beragama
Kutipan materi :
Durkheim berhasil meneliti
mengenai agama dan
masyarakat, di dalam
penelitiannya, Durkheim
mengemukakan bahwa ada
kaitan antara kebersamaan
dalam ibadah dengan
eratnya kebersamaan dalam
suatu kelompok masyarakat
beragama. Ketika kelompok
masyarakat menjalankan
proses liturgi penyembahan,
dalam nyanyian-nyanyian
dan penyembahan dapat
mempersatukan orang -
orang dalam satu perasaan
kebersamaan (Julia
Suleeman Chandra, Jense
Belandina Non-Serrano dan
Stephen Suleeman, 2014:
58)
3. Pada bab VIII, Sub bab ”
Pentingnya Beribadah, Berdoa,
Membaca Alkitab bagi Remaja
SMP”, terdapat nilai toleransi
yaitu menumbuhkan sikap
sosial. Kutipan materi :
Kesetiaan dalam beribadah
135
4. Pada bab XI, Sub bab “Mari
Memahami Pesan-Pesan Mulia
dalam Q.S. Al-Maidah ayat 90-
91 dan 32”, terdapat nilai
toleransi yaitu kerukunan antar
sesama umat muslim dan non
muslim. Kutipan materi :
Perbuatan pertengkaran dan
pembunuhan sangat dilarang
. Larangan ini bersifat
menyeluruh. Tidak boleh
orang muslim bertengkar
dengan sesama muslim.
Orang muslim juga tidak
boleh bertengkar dengan
selain muslim. Allah
menghendaki kehidupan ini
berjalan dengan damai dan
segala permasalahan juga
diselesaikan dengan cara
yang baik, seperti dengan
musyawarah atau dialog
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2014: 209).
membuat sikap sosial kamu
semakin bertumbuh. Dalam
ibadah kamu bertemu
dengan berbagai orang dari
berbagai latar belakang
semua melebur dalam doa,
pujian, dan persembahan
(Julia Suleeman Chandra,
Jense Belandina Non-
Serrano dan Stephen
Suleeman, 2014: 59).
Kesadaran dan Kejujuran
1. Pada bab VI, Sub bab “
Memahami Ayat Al-Qur’an,
kandungan Q.S. Al-Furqon ayat
63 dan Q.S. Al-Izra’ ayat 27”,
terdapat nilai toleransi yaitu
tawadhu’. Kutipan materi :
Pengertian Tawadhu’ adalah
sikap diri yang tidak merasa
lebih dari orang lain. orang
yang tawadhu’ berkeyakinan
Kesadaran dan Kejujuran
1. Pada bab VI, Sub bab “Kisah
Para Martir”, terdapat nilai
toleransi yaitu bersikap baik
terhadap orang lain yang
berbeda keyakinan. Kutipan
materi :
John Bunyan di penjarakan
di Bedford selama 12 tahun.
Kondisi penjara yang buruk
tidak membuat semangat
dan Iman John Bunyan
runtuh. Dia tetap berkarya
lewat tulisan-tulisannya.
136
bahwa semua kelebihan
yang ada dalam dirinya
semata-mata merupakan
karunia dari Allah SWT.
Dengan keyakinan yang
demikian dia merasa bahwa
tidak sepantasnya kalau
kelebihan yang dimiliki itu
dibangga - banggakan.
Sebaliknya segala kelebihan
yang dimiliki itu diterima
sebagai sebuah nikmat yang
harusdisyukuri (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2014:
109).
2. Pada bab IX, Sub bab “Mari
Renungkan, terdapat nilai
toleransi yaitu keterbukaan
dalam keilmuan. Kutipan materi
:
Al-Ma’mun pengganti
Harun Ar-Rasyid, dikenal
sebagai khalifah yang sangat
cinta kepada ilmu filsafat.
Pada masa pemerintahanya,
penerjemahan buku-buku
asing digalakan. Untuk
menerjemahkan buku-buku
Yunani, ia memanggil
penerjemah dari golongan
Kristen dan penganut agama
lain (Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2014: 167).
Sampai pada tahun 1672,
Raja Charless II
memutuskan membatalkan
semua hukuman dan Bunyan
dibebaskan (Julia Suleeman
Chandra, Jense Belandina
Non-Serrano dan Stephen
Suleeman, 2014: 45)
2. Pada bab VII, Sub bab “ Yesus
Peduli Dengan Orang yang
Menderita “, terdapat nilai
toleransi yaitu peduli terhadap
orang yang menderita. Kutipan
materi:
Orang kusta memohon
kepada Tuhan. “kalau
engkau mau, engkau dapat
mentahirkan aku”. Lalu, apa
yang terjadi? Apakah Tuhan
Yesus mau menyembuhkan
orang itu? ayat 41
menggambarkan bagaimana
perasaan Yesus melihat
permohonan orang kusta itu.
Di situ dikatakan, “maka
tergeraklah hatinya oleh
belas kasihan, lalu ia
mengulurkan tangan-Nya,
menjamah orang itu dan
berkata kepadanya. “aku
mau jadilah engkau tahir”.
Orang kusta itu pun
langsung sembuh (Julia
137
3. Pada bab XI, Sub bab “ Mari
Renungkan”, terdapat Nilai
toleransi yaitu menyelesaikan
masalah dengan damai. Kutipan
materi:
Bagaimanapun yang
namanya kekerasan ,
pertikaian, dan pertengkaran
tidak dibenarkan dalam
ajaran Islam. selama
persoalan dapat diselesaikan
dengan cara damai, kita
diperintahkan untuk dapat
menyelesaikan dengan cara
damai (Muhammad Ahsan
dan Sumyati, 2014: 199).
Suleeman Chandra, Jense
Belandina Non-Serrano dan
Stephen Suleeman, 2014:
49).
.
3. Pada bab VIII, Sub bab “Sikap
yang Baik dan Benar dalam
Beribadah, Berdoa dan
Membaca Alkitab”, terdapat
nilai toleransi yaitu persekutuan
dalam ibadah. Kutipan materi:
Jadi, kehadiran kamu di
Gereja dan persekutuan
remaja amat penting dalam
memupuk persekutuan dan
kamu juga dapat belajar dari
pengalaman orang lain
dalam persekutuan (Julia
Suleeman Chandra, Jense
Belandina Non-Serrano dan
Stephen Suleeman, 2014:
60).
4. Pada bab IX, Sub bab” Kristus
Sebagai Pemimpin yang Layak
Diikuti”, terdapat nilai toleransi
yaitu mengasihi sesama.
Kutipan materi :
Kita harus mengasihi
138
sesama manusia seperti diri
kita sendiri. (Matius 22: 39).
Kecenderungan manusia
adalah mementingkan diri
sendiri dan mengorbankan
orang lain demi
mendapatkan apa yang kita
inginkan. Tetapi hukum
yang diajarkan Tuhan Yesus
justru mengajarkan kita
untuk mengasihi orang lain
seperti kita mengasihi diri
sendiri. bila ini dipraktikan
oleh semua orang di dunia
ini, tentu kita akan
mengalami hidup dalam
damai sejahtera, tidak ada
lagi perkelahian, pertikaian,
dan perang (Julia Suleeman
Chandra, Jense Belandina
Non-Serrano dan Stephen
Suleeman, 2014: 64).
Berdasarkan pemaparan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
sebaran materi yang terkait dengan nilai-nilai toleransi antara buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti Kelas VIII secara umum sama, mencakup lima
139
segi nilai toleransi yaitu, mengakui hak orang lain, menghormati
keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan, saling pengertian,
kesadaran dan kejujuran, kedua buku mencakup kelima segi tersebut.
Dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas
VIII nilai toleransi yang paling banyak yaitu pada segi saling pengertian
dan nilai toleransi yang paling sedikit terdapat pada setuju dalam
perbedaan. Segi saling pengertian mencakup empat poin, yang pertama
pada bab II dengan tema “Lebih Dekat Kepada Allah SWT dengan
Mengamalkan Shalat Sunnah”, yang kedua yaitu pada bab IV dengan tema
“Ibadah Puasa Membentuk Pribadi yang Taqwa”, yang ketiga yaitu pada
bab IV dengan tema sama dengan yang ketiga namun Sub bab berbeda,
yang keempat pada bab XI dengan tema “Menghindari Minuman Keras,
Judi dan Pertengkaran”. Segi yang paling sedikit nilai toleransinya yaitu
setuju dalam perbedaan, yaitu hanya terdapat pada bab II dengan tema
“Lebih Dekat Kepada Allah SWT dengan Mengamalkan Shalat Sunnah”.
Sedangkan dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti nilai toleransi yang paling banyak terdapat dalam segi mengakui
hak setiap orang serta kesadaran dan kejujuran, nilai toleransi yang paling
sedikit yaitu terdapat pada segi menghormati keyakinan orang lain dan
setuju dalam perbedaan. Segi mengakui hak setiap orang terdapat empat
poin, yang pertama pada bab VII dengan tema “Yesus Teladanku”, yang
kedua pada bab dan Sub bab yang sama dengan yang pertama namun
berbeda halaman, yang ketiga pada bab X dengan tema “Mengapa
140
Bersyukur”, yang keempat pada bab XI dengan tema “Bersyukur Bukan
Sekedar Pasrah”. Selain mengakui hak setiap orang yang mencakup nilai
toleransi paling banyak yaitu segi kesadaran dan kejujuran, terdapat empat
poin, yang pertama pada bab VI dengan tema “Belajar dari Para Matir “,
yang kedua pada bab VII dengan tema “Yesus Teladanku “, yang ketiga
pada bab yang sama dengan kedua namun Sub babnya berbeda, yang
keempat pada bab IX dengan tema “Hidup Berkelimpahan “. Segi yang
paling sedikit, pertama yaitu segi menghormati keyakinan orang lain
terdapat pada dua bab, pada bab I dengan tema “Hidup Beriman”, yang
kedua pada bab XI dengan tema “Bersyukur Bukan Sekedar Pasrah. Kedua
yaitu, Segi setuju dalam perbedaan terdapat dua bab, yang pertama pada
bab V dengan tema “Roh Kudus Penopang Hidup Orang Beriman”, yang
kedua pada bab VIII dengan tema “Setia Beribadah, Berdoa dan Membaca
Alkitab”.
Pemaparan materi pada buku Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti lebih mudah dipahami jika dibandingkan dengan pemaparan materi
pada buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti, sehingga analisis
nilai toleransi lebih mudah ditemukan pada buku Pendidikan Agama
Islam dan Budi Pekerti. Namun jika dikalkulasi Secara keselurahan
kandungan butir nilai toleransi pada Buku ajar Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti lebih banyak yaitu terdapat lima belas butir letak nilai
toleransi dalam buku tersebut, sedangkan Buku Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti hanya dua belas.
141
3. Analisis Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti Kelas IX
Tabel 4.3 Nilai Toleransi dalam Buku Ajar Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti Kelas IX
Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti
Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti
Mengakui Hak Setiap Orang
1. Pada bab I dengan Sub bab
“Kejadian Kiamat Kubra”,
terdapat nilai toleransi yaitu
keadilan dalam balasan
perbuatan. Kutipan materi:
Allah SWT memiliki sifat
Yang Maha Adil, karena
seluruh perbuatan manusia
akan diadili. Seluruh amal
baik dan amal buruk
manusia akan mendapatkan
balasannya. Tidak ada
satupun perbuatan yang
luput dari keadilan Allah
SWT (Muhammad Ahsan
dan Sumyati, 2015: 15).
2. Pada bab V, Sub bab “Cara-
cara Dakwah di Nusantara”,
terdapat nilai toleransi yaitu
Mengakui Hak Setiap Orang
1. Pada bab III, Sub bab “Gereja
yang Tidak Membeda-bedakan,
terdapat nilai toleransi yaitu
Persekutuan antar umat Kristen.
Kutipan materi :
Dalam perjamuan kasih ini
tergambar persekutuan yang
sangat erat dan mendalam
antara orang-orang kristen
perdana. Tidak ada pembeda-
bedaan diantara mereka. orang-
orang dari kelas atas bergabung
dengan mereka yang dari kelas
bawah (Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
28).
2. Pada bab III, Sub bab “Gereja
yang Tidak Membeda-bedakan”,
terdapat nilai toleransi yaitu
kesamaan dalam kedudukan.
Kutipan materi :
Dengan demikian, ketika
Paulus mengatakan bahwa
di dalam kristus tidak lagi
ada orang Yahudi maupun
Yunani, hamba atau
merdeka, laki - laki atau
142
persamaan hak dan derajat
dalam Islam. Kutipan materi:
Agama Islam mengajarkan
persamaan hak dan derajat
bagi semua manusia karena
kemuliaan manusia tidak
ditentukan oleh kastanya
melainkan karena tingkat
ketaqwaannya kepada Allah
SWT (Muhammad Ahsan
dan Sumyati, 2015: 102).
3. Pada bab XI, Sub bab
“Akulturasi Budaya Islam”,
terdapat nilai toleransi yaitu
Keterbukaan pikiran dan
kemerdekaan berpendapat.
Kutipan materi :
Islam sesungguhnya sangat
membuka diri terhadap
budaya-budaya dari luar
islam. Agama islam
mempersilahkan kepada
siapapun untuk berpendapat
mengemukakan ide dan
gagasan, atau menciptakan
budaya - budaya tertentu,
asalkan sesuai prinsip-
prinsip sebagai berikut yaitu
: tidak melanggar suatu
ketentuan hukum halal-
haram, dan mendatangkan
maslahat serta tidak
menimbulkan mafsadat ,
perempuan, persekutuan
gereja, mestinya menjadi
sebuah komunitas yang
ideal, cermin manusia yang
dibebaskan, dipersatukan,
dan diperdamaikan oleh
Yesus Kristus (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 29).
3. Pada bab III, Sub bab “ Pdt. Dr.
Martin Luther King Jr. Dan
Perjuangannya”, terdapat nilai
toleransi yaitu kesamaan hak.
Kutipan materi :
Pdt. King berulang kali
menerima ancaman akan
dibunuh. Rumahnya kerap
beberapa kali dibom orang-
orang yang membenci dia.
Namun King tetap
berpegang teguh pada
prinsipnya untuk berjuang
tanpa kekerasan. Ia bertekad
untuk menggunakan cara -
cara damai agar orang-
orang kulit hitam
memperoleh hak - hak
mereka yang setara (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 31).
4. Pada bab IV, Sub bab “ Gereja
yang Memuridkan”, terdapat
nilai toleransi yaitu kasih
terhadap sesama. Kutipan
materi :
Salah satu hal yang
dilakukan oleh orang-orang
Kristen perdana untuk
143
sesuai dengan prinsip al-
Wala’(kecintaan yang hanya
kepada Allah SWT dan apa
saja yang dicintai oleh Allah
SWT) dan al-Bara’(berlepas
diri dan membenci dari apa
saja yang dibenci oleh Allah
SWT (Muhammad Ahsan
dan Sumyati, 2015: 235).
4. Pada bab XII, Sub bab
“Memahami Kandungan Q.S.
Al-Hujarat ayat 13”, terdapat
nilai toleransi yaitu kesamaan
dalam interaksi sosial. Kutipan
materi :
Q.S. al-Hujarat ayat 13 ini
mengandung pesan yang
luar biasa, yakni kita
diajarkan untuk tidak
saling membeda-bedakan
orang lain berdasarkan
kekayaan, warna kulit, ras,
suku, bangsa, dan
perbedaan fisik lainnya.
Akan tetapi kita diajarkan
untuk menjadi orang yang
mulia di sisi Allah
berdasarkan ketakwaan
kita. Kita diperintahkan
untuk saling mengenal
berbagai jenis dan karakter
manusia agar mampu
memahami kelebihan dan
kekurangan masing-masing
menunjukan bahwa mereka
adalah murid-murid Tuhan
Yesus adalah menyatakan
kasih mereka kepada
siapapun juga. Kita sudah
melihat bagaimana Gereja
perdana membuka dirinya
terhadap orang-orang yang
telah tersingkirkan dari
masyarakat pada umumnya
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih,
2015: 38).
5. Pada bab IV, Sub bab “Gereja
yang Melayani”, terdapat nilai
toleransi yaitu penegakan hak
asasi manusia. Kutipan materi :
Apa yang kita bahas pada
bagian A dan B di atas
menunjukan dengan jelas
bahwa konsep menjadi
murid Yesus sangat erat
hubunganya dengan konsep
melayani sesama manusia.
Perjuangan menegakkan
hak asasi manusia adalah
salah satu upaya yang harus
dilakukan Gereja dan
semua orang kristen
sebagai suatu pelayanan
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih,
2015: 39).
6. Pada bab VII, Sub bab “ Gereja
dan Tradisi”, terdapat nilai
toleransi yaitu kesamaan dalam
kedudukan. Kutipan materi :
Kini sudah banyak Gereja
144
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 262).
5. Pada bab BAB VII, Sub bab
“Renungkanlah”, terdapat
nilai toleransi yaitu
mensyukuri perbedaan.
Kutipan materi:
Perbedaan bukan untuk
dijadikan bahan olok-
olokan, tetapi disyukuri
dan diambil hikmahnya.
Bahwa setiap manusia
memiliki kelebihan dan
kelemahan diri masing -
masing. Kelebihan yang
dimiliki bukan untuk
disombongkan, kepada
orang lain, akan tetapi
digunakan membantu,
meringankan beban
hidup orang lain
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 148).
6. Pada bab VIII, Sub bab”
Toleransi dan Kedamaian
Negeri” terdapat nilai toleransi
yaitu penjaminan Hak setiap
warga negara. Kutipan materi :
Indonesia sebagai negara
dengan penduduk muslim
terbesar di dunia telah
yang mengakui perempuan
sebagai pemimpinya. Baru-
baru ini, Gereja Anglikan di
Inggris mengambil sebuah
keputusan membolehkan
perempuan menjadi uskup
mereka (Stephen Suleeman
dan Dien Sumiyatiningsih,
2015: 80).
7. Pada bab VII, Sub bab “ Umat
Allah yang Berubah”, terdapat
nilai toleransi yaitu kesamaan
hak dalam pencerahan roh
kudus. Kutipan materi:
kini semua orang
mendapatkannya. Roh Allah
dicurahkan kepada anak-
anak, laki – laki maupun
perempuan, teruna - teruna,
orang - orang tua, bahkan
juga hamba laki - laki dan
perempuan. Sungguh suatu
peristiwa yang luar biasa,
ketika Roh Allah turun dan
tinggal di dalam hati setiap
orang tanpa memandang
kelas dan batas usia, tanpa
membedakan laki - laki dan
perempuan (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 88).
8. Pada bab VIII, Sub bab”
Kemajemukan sebagai Karunia
Allah”, terdapat nilai toleransi
yaitu kesetaraan harkat dan
martabat. Kutipan materi :
Pada hakikatnya semua
145
menempatkan diri sebagai
contoh bagi bangsa lain
tentang pelaksanaan
toleransi beragama. Undang-
Undang Dasar 1945
menjamin hak setiap warga
negara untuk melaksanakan
ibadah sesuai agama dan
keyakinan masing-masing.
Disamping hak bersama ,
kita juga punya kewajiban
untuk menghargai dan
menghormati umat agama
lain (Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 176).
manusia memiliki harkat
dan martabat yang sama dan
setara. Tidak ada yang dapat
mengklaim bahwa ia lebih
berharga dihadapan Tuhan.
Juga tidak diperbolehkan
memandang sesama sebagai
ciptaan yang hina atau lebih
rendah. (Stephen Suleeman
dan Dien Sumiyatiningsih,
2015: 98).
9. Pada bab IX, Sub bab “
Pendahuluan”, terdapat nilai
toleransi yaitu pentingnya sikap
toleransi. Kutipan materi:
Permasalahan yang muncul
di masyarakat mestinya
menjadi persoalan bersama-
sama. Demikian juga segala
sesuatu yang telah dicapai
haruslah dilihat sebagai hasil
bersama. Tidak ada satu
golongan, suku atau agama
apapun yang merasa dirinya
lebih berjasa dalam
membangun bangsa
Indonesia yang satu.
Ketegangan akan terjadi
apabila satu golongan, suku
atau agama mementingkan
kepentingan golongannya
sendiri dan mengabaikan
golongan-golongan lainnya.
Oleh karena itu sikap yang
dibutuhkan ditengah-tengah
kemajemukan yaitu toleransi
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
109).
146
10. Pada bab IX, Sub bab “
Toleransi dalam Ajaran
Kristen”, terdapat nilai toleransi
yaitu kesamaan derajat. Kutipan
materi :
Allah memang menghendaki
semua umat manusia
diperlakukan dengan
penghormatan yang sama
karena mereka mempunyai
martabat yang sama sebagai
manusia yang diciptakan
menurut gambar Allah. Pada
suatu kali Tuhan Yesus
sedang mengajar dan banyak
orang yang datang kepada-
Nya sambil membawa anak-
anak mereka yang masih
kecil kepada Yesus. Mereka
ingin agar Tuhan menjamah
anak - anak itu dan
memberkati mereka. melihat
hal itu murid-murid marah.
Mereka merasa kehadiran
anak-anak itu mengganggu.
Namun Yesus justru
bersikap sebaliknya. Ia
memeritahkan murid -
muridnya membiarkan anak-
anak itu datang kepada-Nya
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
112).
11. Pada bab IX, Sub bab”
Toleransi dalam Ajaran
Kristen”, terdapat nilai toleransi
yaitu penghormatan dalam
toleransi. Kutipan materi :
147
Pengajaran Tuhan Yesus
mengenai kasih mempunyai
implikasi terhadap kesamaan
derajat semua manusia,
termasuk hak dan
penghormatan yang dimiliki,
, pemahaman orang kristen
tentang toleransi seharusnya
tidak hanya terbatas pada
kesediaan untuk bersabar
terhadap praktik iman dan
kepercayaan orang lain,
tetapi juga memberikan
penghormatan yang tulus
kepada mereka yang
berbeda dari kita. Dengan
toleransi kita memberikan
penghormatan terhadap hak
seseorang untuk berpegang
teguh pada suatu
pandangan, walaupun kita
tidak harus menyetujui isi
pandangan tersebut yang
berkaitan dengan teladan
Tuhan Yesus maka sebagai
orang kristen, termasuk
remaja, kita memiliki dasar
yang kuat untuk toleran
dengan semua orang.
Sebagaimana Tuhan Yesus
memandang bahwa semua
orang sederajat di hadapan
Allah, demikianlah kita juga
harus memandang bahwa
semua orang apapun latar
belakangnya adalah setara.(
Stephen Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015:
113).
148
12. Pada bab X, Sub bab “
Perdamaian Antar Umat
Beragama”, terdapat nilai
toleransi yaitu kesetaraan dan
kesederajatan. Kutipan materi :
Dengan landasan kesetaraan
dan kesederajatan, serta
usaha untuk saling percaya
dan memahami pihak lain
maka akan terjalin suatu
hubungan dan keterbukaan,
untuk menemukan cara dan
jalan terbaik agar konflik
antar agama dapat teratasi,
sehingga pada gilirannya
dapat menciptakan suatu
kehidupan bersama yang
penuh damai (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015:
127).
13. Pada bab XI, Sub bab”
Keterlibatan Sosial dengan
Berlandaskan Iman Kristiani ”,
terdapat nilai toleransi yaitu
sifat kasih kepada sesama.
Kutipan materi :
Kasih sejati adalah perintah
sosial yang sangat penting.
Kasih tersebut direfleksikan
dengan cara memahami dan
menghormati sesamanya,
dan hak - hak yang
dimilikanya.
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
141).
14. Pada bab XIII, Sub bab
149
“Landasan Kristiani, Peran dan
Kepedulian Remaja di Tengah
Masyarakat”, terdapat nilai
toleransi yaitu memandang
orang lain setara. Kutipan
materi :
Rasul Paulus mengatakan
bahwa dalam usaha berperan
serta bagi pengembangan
masyarakat, kita harus
memperlakukan orang lain
sebagai subjek yang setara
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
165).
Menghormati Keyakinan Orang
Lain
1. Pada bab V, Sub bab “Cara-
cara Dakwah di Nusantara”,
terdapat nilai toleransi yaitu
menghormati terhadap kesenian
dan kebudayaan. Kutipan
Menghormati Keyakinan Orang
Lain
1. Pada bab III, Sub bab
“Rangkuman”, terdapat nilai
toleransi yaitu persekutuan
dengan sesama ataupun berbeda
keyakinan. Kutipan materi :
Gereja memberitakan Yesus
Kristus yang menebus kita
dan mempersatukan kita.
Persatuan itu harus terwujud
di dalam persekutuan hidup
kita bukan hanya dengan
150
materi:
Sebelum Islam datang,
kesenian dan kebudayaan
Hindu-Budha mengakar kuat
ditengah-tengah masyarakat.
Kesenian tersebut tidak
dihilangkan tapi justru
digunakan sebagai sarana
dakwah (Muhammad Ahsan
dan Sumyati, 2015: 103).
2. Pada bab XI, Sub bab “Tradisi
Nusantara Sebelum Islam”,
terdapat nilai toleransi yaitu
Toleransi dalam Kesenian dan
kebudayaan. Kutipan materi :
Masuknya kebudayaan
Hindu-Budha dari India ke
Nusantara melalui proses
penyesuaian dengan kondisi
masyarakat. Tentu saja
penyesuaian ini tanpa
menghilangkan unsur asli
budaya di Nusantara. Di
antara pengaruh kebudayaan
Hindu-Budha di Indonesia
terletak pada seni rupa dan
seni ukir. Dibidang seni rupa
dan seni ukir terlihat pada
relief atau seni ukir pada
dinding-dinding candi
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 232-234).
3. Pada bab XI, Sub bab
sesama orang Kristen, tetapi
juga dengan orang-orang
lain yang berbeda keyakinan
sekalipun
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
33).
2. Pada bab IV, Sub bab “ Gereja
yang Melayani”, terdapat nilai
toleransi yaitu pelayanan
kepada orang yang berbeda
keyakinan. Kutipan materi :
Para Rasul tentu mengingat
pesan dan ajaran Tuhan
Yesus. Karena itulah, Gereja
perdana harus memberikan
perhatian khusus kepada
para janda dari kelompok
Yahudi Helenis ini. Para
Rasul memahami benar
bahwa iman yang mereka
beritakan harus dinyatakan
dalam perbuatan mereka
dalam bentuk kasih kepada
orang - orang yang
membutuhkannya (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 40).
3. Pada bab VIII, Sub bab “
Kemajemukan sebagai Karunia
Allah”, terdapat nilai toleransi
yaitu menghormati sesama.
Kutipan materi :
Selanjutnya ayat 12-17
memberikan petunjuk
kepada kita untuk saling
menghormati di dalam
komunitas kecil (orang tua
151
“Melestarikan Tradisi Islam
Nusantara”, terdapat nilai
toleransi yaitu akulturasi ajaran
Islam dengan tradisi lokal
Nusantara. Kutipan materi :
Karenanya muncullah tradisi
islam Nusantara sebagai
bentuk akulturasi antara
ajaran agama islam dan
tradisi lokal Nusantara.
Tradisi islam digunakan
sebagai metode dakwah
pada waktu itu. Para ulama
tidak memisahkan secara
total tradisi yang telah ada
dimasyarakat. Mereka
memasukan ajaran - ajaran
islam kedalam tradisi
tersebut dengan harapan
masyarakat tidak merasa
kehilangan adat dan ajaran
islam dapat diterima
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 240).
4. Pada bab VIII, Sub bab“
Pengertian Toleransi”, terdapat
nilai toleransi yaitu toleransi
kepada non muslim kutipan
materi :
Adapun yang dimaksud
toleransi kepada non muslim
yaitu menghargai dan
kita) dan juga dalam lingkup
yang lebih besar dengan
lingkungan sosial yang
beragam dan latar belakang
yang berbeda-beda (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 99).
4. Pada bab VIII, Sub bab
“Mengembangkan
Kemajemukan di Bumi
Indonesia”, terdapat nilai
toleransi yaitu menghargai
keyakinan orang lain. Kutipan
materi :
Pemeluk agama diberikan
ajaran, perintah dan larangan
untuk menjadi pribadi yang
lebih baik, meskipun masing
-masing agama memiliki
ajaran yang berbeda, namun
masing - masing agama
haruslah menghargai satu
sama lain agar tercipta
kehidupan bangsa Indonesia
yang damai. Sebagai satu
bangsa, semua masyarakat
dengan berbagai latar
belakang yang ada harus
bekerja sama, bukan
berkelahi karena kenyataan
perbedaan
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
105).
5. Pada bab IX, Sub bab “Melihat
Kembali Apa yang Telah
Dipelajari”, terdapat nilai
toleransi yaitu saling
152
menghormati pemeluk
agama lain untuk beribadah
sesuai agama dan
keyakinannya masing -
masing (Muhammad Ahsan
dan Sumyati, 2015: 171).
menghargai dengan orang yang
berbeda agama. Kutipan materi
:
Mengembangkan sikap
saling menghargai. Hal ini
terjadi karena mengakui
bahwa setiap agama
mempunyai keistimewaan
atau keunikan. Dengan
demikian sikap toleran juga
merupakan suatu sikap yang
terus menerus mau belajar
dari orang lain, sehingga
akan terjadi proses
memperkaya dan proses
mengembangkan diri .
Dengan demikian remaja
akan terhindar dari sikap
mau menang sendiri, egois,
sombong, dan sikap
merendahkan orang lain,
bahkan juga menghindarkan
diri dari tindak kekerasan
terhadap orang yang berbeda
pemahaman dan keyakinan
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
115).
6. Pada bab X, Sub bab “Agama
adalah Anugerah Tuhan”,
terdapat nilai toleransi yaitu
perdamaian antara umat
beragama dan pluralisme.
Kutipan materi :
Dalam mewujudkan adanya
perdamaian antar umat
beragama, pluralisme harus
dipahami sebagai semangat
untuk menghargai keyakinan
153
agama sendiri dan sejalan
dengan itu menghormati
keyakinan agama lain.
penganut agama lain tidak
dilihat sebagai musuh,
lawan atau saingan.
Sebalikya, mereka adalah
teman kerja, saudara,
sesama yang memiliki
tujuan yang sama, yakni
kesejahteraan manusia dan
alam ciptaan Allah
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
112).
7. Pada bab X, Sub bab “ Merawat
Perdamaian Merajut Toleransi”,
terdapat nilai toleransi yaitu
implementasi toleransi dalam
kehidupan nyata. Kutipan
materi :
Toleransi antar umat
beragama harus tercermin
pada tindakan-tindakan atau
perbuatan yang menunjukan
umat saling menghargai,
menghormati, menolong,
dan mengasihi. Termasuk di
dalamnya menghormati
agama dan iman orang lain,
menghormati ibadah yang
dijalankan oleh orang lain,
serta memberi kesempatan
kepada pemeluk agama
menjalankan ibadahnya
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
131).
154
Setuju dalam Perbedaan
1. Pada bab V , Sub bab “Alur
Perjalanan Dakwah di
Nusantara”, terdapat nilai
toleransi yaitu toleransi dalam
keberagaman teori keilmuan.
Kutipan materi :
Teori Mekah, teori Gujarat,
teori Persia, teori Cina
masing - masing memiliki
kelemahan dan kelebihan
sendiri-sendiri. tidak ada
kemutlakan dan kepastian
yang jelas masing - masing
teori tersebut. Semua teori
diatas semakin memperkaya
khazanah keilmuan tentang
sejarah islam Nusantara
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 100).
2. Pada bab VIII, Sub bab “Sikap
Toleransi dalam Kehidupan
Sehari-hari”, terdapat nilai
toleransi yaitu toleransi dalam
bermasyarakat. Kutipan materi :
Toleransi merupakan salah
satu akhlak mulia (akhlakul
karimah) yang harus
Setuju dalam Perbedaan
1. Pada bab I, Sub bab
“Pendahuluan”, terdapat nilai
toleransi yaitu memahami
perbedaan. Kutipan materi :
Berbagai macam manusia,
terdiri dari bangsa-bangsa,
lain bahasanya dan warna
kulitnya, tempatnya pun
berbeda-beda.
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
1).
2. Pada bab I, Sub bab “Pergumulan
Gereja”, terdapat nilai toleransi
yaitu kesetaraan dalam tempat
ibadah. Kutipan materi :
Walaupun pada mulanya
murid-murid Yesus hanya
terdiri dari orang-orang
Yahudi, bahkan hanya dari
satu daerah saja yaitu
Galilea, Gereja perdana
sudah terdiri dari orang-
orang yang berasal dari latar
belakang dan budaya yang
berbeda-beda
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
6).
3. Pada bab II, Sub bab “Gereja di
Indonesia”, terdapat nilai
toleransi yaitu Persekutuan dalam
lembaga peribadatan. Kutipan
materi :
Selain Persatuan Gereja
155
dimiliki setiap muslim.
Dengan menjunjung tinggi
sikap menghargai perbedaan
ini maka kehidupan
masyarakat akan damai dan
sejahtera. Oleh karena itu
kita harus menerapkan
toleransi dalam kehidupn
sehari-hari baik di
lingkungan sekolah, rumah,
maupun di lingkungan
masyarakat (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2015:
172).
3. Pada bab XI, Sub bab” Dialog
Islami”, terdapat nilai toleransi
yaitu berfikir positif terhadap
budaya asing. Kutipan materi :
Annisa : “ Bagaimana Sikap
kita terhadap tradisi asing
atau budaya asing yang
masuk ke Indonesia ?”
Bu Kuswati : “ Pertanyaan
yang bagus, annisa. Selama
budaya asing tersebut sesuai
dengan kepribadian bangsa
dan syariat Islam kita boleh
menerimanya” (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2015:
232).
4. Pada bab XII, Sub bab “
Memahami Kandungan Q.S Al-
Hujarat ayat 13”, terdapat nilai
Indonesia (PGI) ada pula
sejumlah organisasi antar
Gereja seperti Persekutuan
Injili Indonesia disingkat
PII, PGLII (Persekutuan
Gereja - gereja dan Lembaga
- lembaga Injili Indonesia),
Persekutuan Gereja - gereja
Pentakosta Indonesia
disingkat PGPI, Persekutuan
Baptis Indonesia disingkat
PBI, GMAHK (Gereja
Masehi Advent Har
Ketujuh). Dikalangan geraja
Katolik Roma kita mengenal
Konferensi Waligereja
Indonesia disingkat KWI,
yaitu perhimpunan para
uskup Gereja Katolik Roma
di Indonesia
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
19)
4. Pada bab II, Sub bab “Gereja di
Indonesia”, terdapat nilai
toleransi yaitu semangat dan
harapan persatuan lembaga
peribadatan. Kutipan materi :
Acara ini diikuti oleh PGI,
PGPI, PGLII, PBI, Gereja
Ortodhoks, BK (Bala
Keselamatan), dan Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh
serta oleh semua keuskupan
Gereja Katolik Roma di
Indonesia. Ini adalah sebuah
pesta rohani yang ingin
menunjukan semangat dan
harapan persatuan gereja-
156
toleransi yaitu pembiasaan hidup
toleransi dalam kehidupan
sehari-hari. Kutipan materi :
Latihan yang paling
sederhana adalah memulai
dari lingkungan sekitar,
misalnya dalam keluarga
mau menghargai kesukaan
anggota keluarga yang lain,
dan di Sekolah mau
menghargai pendapat teman-
teman saat berdiskusi
kelompok. Hal-hal seperti
ini mungkin bagi kalian
terlihat sepele, akan tetapi
jika kalian biasakan dalam
kehidupan sehari-hari, maka
kalian akan lebih mudah
untuk bertoleransi dan
menghargai adanya sebuah
perbedaan dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Jika kita sudah
terbiasa bertoleransi dan
menghargai perbedaan,
maka kehidupan akan
menjadi lebih tenang dan
penuh dengan kedamaian
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 263).
geraja di seluruh Indonesia.
Bersatu tidak berarti Gereja-
gereja itu melebur menjadi
satu gereja saja, melainkan
bersatu dalam arti satu jiwa
dan satu hati untuk
mengutamakan pelayanan
kepada sesama demi nama
Tuhan Yesus Kristus
(Stephen Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 19).
5. Pada bab II, Sub bab “Penilain”,
terdapat nilai toleransi, yaitu
bertoleransi dalam praktek ibadah
di Gereja. Kutipan materi :
Hari minggu mendatang,
mintalah teman - temanmu
yang berasal dari gereja
yang berbeda sinode dengan
gerejamu (mis. Kamu dari
gereja protestan di Indonesia
bagian Barat (GPIB),
meminta temanmu yang
katolik atau dari Huria
Kristen Bank Protestan,
untuk mengajak kamu ke
gerejanya dan beribadahlah
disana. Rasakan dan
nikmatilah persamaan -
persamaan dan perbedaan -
perbedaan yang dapat kamu
amati (Stephen Suleeman
dan Dien Sumiyatiningsih,
2015: 21).
6. Pada bab III, Sub bab “ Gereja
yang Memberitakan”, terdapat
nilai toleransi yaitu keberaneka
ragaman dalam pelaksanaan
157
ibadah. Kutipan materi :
Di dalam kebaktian -
kebaktian sekarang mungkin
kita mendengar berbagai
pemberitaan yang lain.
misalnya khotbah yang
berisi penghiburan untuk
jamaat yang sedang berduka
cita, atau pengajaran tentang
menjalani kehidupan sebagai
seorang Kristen, atau
bagaimana tanggungjawab
orang Kristen dalam
kehidupan di masyarakat
dan bagaimana menjalin
hubungan dengan orang-
orang lain yang berbeda
keyakinan, dan lain-lain
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
25).
7. Pada bab V, Sub bab “ Hidup
Sebagai Orang Asing”, terdapat
nilai toleransi yaitu berfikir
positif dalam perbedaan
pendapat. Kutipan materi :
Simatupang mengatakan
bahwa orang kristen harus
hidup dengan “Sikap positif,
kritis, kreatif, dan realistis “.
Maksudanya orang Kristen
harus berani berbeda
pendapat dengan masyarakat
di sekitarnya. Namun itu
tidak berarti sekedar berbeda
pendapat, sebab kita pun
harus dapat bersikap positif
apabila memang apa yang
kita hadapi itu baik dan
158
benar (Stephen Suleeman
dan Dien Sumiyatiningsih,
2015: 58).
8. Pada bab VII, Sub bab “ Gereja
dan Tradisi”, terdapat nilai
toleransi yaitu saling
memahami pendapat orang lain.
Kutipan materi:
Begitu pula dengan bulan-
bulan yang mengorbit
Yupiter. Para Astronom
Yesuit, pakar ajaran gereja,
ilmu pengetahuan, dan
filsafat pengetahuan alam
mula - mula menentang
kesimpulan Galileo. Namun
dalam satu atau dua tahun
kemudian, ketika teleskop
yang lebih baik ditemukan,
mereka dapat melakukan
pengamatan yang sama
sehingga mereka memahami
pendapat Galileo (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 82).
9. Pada bab VIII, Sub bab
“Kemajemukan: Dilema yang
Harus Dihadapi”, terdapat nilai
toleransi yaitu bersikap positif
terhadap perbedaan. Kutipan
materi :
Sebagai makhluk sosial kita
tidak dapat menolak realita
kenyataan untuk hidup
bersama dengan orang lain.
perbedaan-perbedaan yang
ada justru menolong kita
159
untuk saling melengkapi
satu dengan yang lainya
karena kita masing-masing
pasti memiliki berbagai
kelemahan dan kekurangan
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
96).
10. Pada bab VIII, Sub bab “Hidup
Bersama dalam Kemajemukan”,
terdapat nilai toleransi yaitu
bersikap positif terhadap
perbedaan. Kutipan materi :
Pandanglah perbedaan bukan
sebagai sesuatu yang
menakutkan sehingga dapat,
mengancam hubungan kita
dengan sesama. Kita harus
belajar untuk memandang
yang lain sebagai sesama
saudara ciptaan Tuhan
karena itu mereka adalah
hadiah yang indah dalam
hidup kita. Pandanglah orang
lain yang berbeda bukan
sebagai lawan atau musuh
yang harus ditaklukan,
melainkan sebagai kawan,
sahabat, rekan yang harus
dikasihi untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik
(Stephen Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 104).
Saling Pengertian Saling Pengertian
160
1. Pada bab V, Sub bab “Cara-cara
Dakwah di Nusantara”, terdapat
nilai toleransi yaitu hubungan
sosial dalam dakwah. Kutipan
materi :
mubaligh yang menyebarkan
islam di Nusantara pandai
dalam menjalin hubungan
sosial dengan masyarakat
sekitar. Mereka yang telah
tinggal menetap di
Nusantara aktif membaur
dengan masyarakat melalui
kegiatan sosial (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2015:
102).
2. Pada bab VIII, Sub bab
“Pengertian Toleransi”, terdapat
nilai toleransi yaitu Toleransi
terhadap sesama muslim dan non
muslim. Kutipan materi :
Toleransi dalam islam
mencakup dua hal yaitu
toleransi antar sesama umat
muslim dan toleransi kepada
nonmuslim. Toleransi antar
sesama umat muslim berarti
dapat menghargai dan
menghormati perbedaan
pendapat yang ada dalam
ajaran agama islam. Adapun
toleransi kepada non muslim
1. Pada bab I, Sub bab “Pergumulan
Gereja”, terdapat nilai toleransi
yaitu saling berbagi. Kutipan
materi:
Orang - orang Kristen
perdana tidak menganggap
milik mereka hanya untuk
mereka sendiri. mereka
saling membagikan apa
yang mereka miliki,
sehingga tidak ada satu pun
yang kekurangan (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 9).
2. Pada bab VIII, Sub bab”
Kemajemukan sebagai Karunia
Allah”, terdapat nilai toleransi
yaitu saling mengasihi. Kutipan
materi :
Saling mengasihi sesama
merupakan tindakan dan
cara hidup yang
mewujudkan kemuliaan
Tuhan kepada siapapun,
apapun kelompok maupun
golonganya. Kasih yang
merupakan ciri khas bagi
pengikut kristus pada
dasarnya adalah kasih yang
memberi diri dan mau
berkorban demi kebaikan
orang lain (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015:
100).
3. Pada bab IX, Sub bab “ Melihat
Kembali Apa yang Telah
Dipelajari”, terdapat nilai
161
yaitu menghargai dan
menghormati pemeluk
agama lain untuk beribadah
sesuai agama dan keyakinan
masing-masing (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2015:
170).
3. Pada bab IX, Sub bab “Hormat
dan Sayang kepada Orang tua
dan Guru”, terdapat nilai
toleransi yaitu saling
menghormati dan menyayangi
dalam keluarga. Kutipan materi :
Suatu keharmonisan dan
kebahagiaan dalam sebuah
keluarga akan terwujud jika
semua anggota keluarga
saling menghormati dan
menyayangi. Seorang anak
menghormati orang tua, dan
orang tua menyayangi anak,
adik menghormati kakak,
dan kakak menyayangi
adiknya. Adanya sikap
saling menghormati dan
menyayangi seperti ini harus
dibiasakan mulai dari
keluarga. Pembiasaan dan
penanaman akhlak mulia
sejak dari dalam keluarga
akan membentuk karakter
positif seorang anak
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 189).
toleransi yaitu saling mengenal
secara mendalam dan saling
percaya dalam kemajemukan.
Kutipan materi:
Dengan berjumpa dan
mengenal dengan orang
yang berbeda dengan kita,
akan muncul pemahaman
pada diri kita mengapa
orang - orang dengan agama
tertentu melakukan kegiatan
praktik keagamaan tertentu.
Memahami tidak berarti kita
harus menyetujui apa yang
orang lain percayai dan
lakukan. Namun dengan
mengenal mereka, kita akan
mampu membagun sebuah
pamahaman diri kita sendiri,
dan pada gilirannya akan
mampu menghargai praktik
–praktik yang berbeda itu.
Kalau dimungkinkan dicari
titik temu, sebagai sikap
peduli pada sesama. Saling
pengenalan satu sama lain
akan berkembang lebih jauh
kepada kesadaran tentang
kesetaraan dan keadilan. Hal
ini selanjutnya akan
melahirkan rasa saling
percaya yang dapat
menolong kita memperkuat
kehidupan komunitas. Sikap
saling percaya ini
memungkinkan adanya kerja
sama dengan orang yang
berbeda - beda (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015:
162
115).
4. Pada bab XI, Sub bab “ Orang
Kristen di Tengah Gereja dan
Lingkungan Sosial”, terdapat
nilai toleransi yaitu persekutuan.
Kutipan materi :
Setiap orang yang percaya
pada Kristus dipanggil untuk
bersekutu. Dengan saling
bersekutu setiap orang bisa
saling menjaga, mengasihi,
dan saling membangun
didalam Iman Kristus
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
139)
5. Pada bab XIII, Sub bab
“Pengantar”, terdapat nilai
toleransi yaitu saling menolong
dan mendukung. Kutipan materi :
Setiap orang kristen, baik
tua maupun muda, termasuk
remaja, merupakan anggota
masyarakat yang saling
berhubungan dan saling
menolong serta mendukung
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
162).
6. Pada bab XIII, Sub bab
“Perubahan Sosial dan
Dampaknya bagi Masyarakat”,
terdapat nilai toleransi yaitu
kepedulian kepada sesama.
Kutipan materi :
Di sinilah kita sebagai
pengikut Kristus harus
163
menunjukan kepedulian kita.
Kita dituntut untuk
mengambil bagian dalam
pekerjaan Tuhan Yesus,
yaitu dengan memperhatikan
memberikan pertolongan
dalam bentuk apapun yang
dapat kita berikan, sebagai
wujud kepedulian dan
tanggungjawab kita di
tengah - tengah masyarakat
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
169).
Kesadaran dan Kejujuran
1. Pada bab III dengan Sub bab
“Santun”, terdapat nilai toleransi
yaitu sopan santun dalam
pergaulan dimasyarakat. Kutipan
materi :
Sopan santun sangat penting
dalam pergaulan hidup
sehari - hari. Kita akan
dihargai dan dihormati
orang lain jika menunjukan
sikap sopan santun. Orang
lain akan merasa nyaman
dengan kehadiran kita.
Sebaliknya, jika berperilaku
tidak sopan maka orang lain
juga tidak akan menghargai
dan menghormati kita
(Muhammad Ahsan dan
Kesadaran dan Kejujuran
1. Pada bab II, Sub bab “Gereja
Mengusahakan Kesejahteraan
Kota”, terdapat nilai toleransi
yaitu larangan hidup eksklusif.
Kutipan materi :
Namun Demikian, dari apa
yang dikatakan oleh Nabi
Yeremia, kita semua dapat
menyimpulkan bahwasanya
mereka tidak boleh hidup
eksklusif dan tidak peduli
terhadap masyarakat di
sekelilingnya. Dalam
konteks masa kini, gereja
pun harus sadar bahwa
gereja hadir di dunia bukan
hanya untuk dirinya sendiri.
Gereja hadir untuk menjadi
berkat bagi kota diseluruh
dunia (Stephen Suleeman
dan Dien Sumiyatiningsih,
2015: 20).
164
Sumyati, 2015: 54).
2. Pada bab VI, Sub bab
“Memahami Kandungan Ayat
Al-Qur’an (Q.S. Ali-Imran ayat
159)”, terdapat nilai toleransi
yaitu bersikap lemah lembut.
Kutipan materi :
Rasululllah SAW tidak
bersikap keras dan berhati
kasar kepada orang-orang
disekeliling Nabi. Jika Nabi
bersikap keras dan berhati
kasar tentu orang disekitar
Nabi akan menjauhkan diri.
Pada dasarnya setiap orang
ingin diperlakukan lemah
lembut dan dihargai
pendapatnya. Sikap keras
dan kasar kepada orang lain
hanya akan menyemai
permusuhan (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2015:
137).
3. Pada bab VIII, Sub bab
“Toleransi dan Kedamaian
Negeri”, terdapat nilai toleransi
yaitu makna toleransi dan
kedamaian negeri. Kutipan
materi :
2. Pada bab III, Sub bab “Gereja
yang Bersekutu”, terdapat nilai
toleransi yaitu persekutuan atau
koinonia. Kutipan materi :
Kata koinonia sendiri
mengandung arti yang jauh
lebih mendelam dari pada
sekedar “persekutuan”, sebab
dalam kata ini terkandung
makna persekutuan, berbagi
dan hubungan yang sangat
erat. Karena itu koinonia
juga dapat berarti pemberian
yang dilakukan bersama-
sama kepada satu sama lain,
seperti yang digambarkan
oleh kehidupan jamaat
perdana yang membagi-
bagikan kepunyaan mereka
(Stephen Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 27).
3. Pada bab III, Sub bab “ Gereja
yang Tidak Membeda-bedakan,
terdapat nilai toleransi yaitu
tidak egois dan dermawan.
Kutipan materi :
Dalam kisah para Rasul
melukiskan kehidupan umat
Kristen perdana yang indah.
Mereka tidak egois
melainkan membagi -
bagikan harta mereka
kepada semua orang hidup
dengan secukupnya ,
sehingga setiap orang dapat
hidup dengan kecukupan
(Stephen Suleeman dan
165
Toleransi antar umat
beragama di Indonesia
sudah berjalan dengan baik
dan perlu dijaga. Penduduk
Indonesia sudah terbiasa
dengan perbedaan agama
dan keyakinan diantara
mereka. meski harus diakui
masih ada kasus-kasus kecil
akibat salah paham diantara
warga negara. namun
kehidupan beragama di
Indonesia mencerminkan
toleransi yang tinggi. Semua
agama mengajarkan
kedamain hidup rukun
dengan sesama warga
negara. tidak ada agama
yang mengajarkan kepada
pemeluknya untuk saling
bermusuhan dan saling
menghina umat agama lain
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 174)).
4. Pada bab IX, Sub bab “Hormat
dan Sayang kepada Orang tua
dan Guru”, terdapat nilai
toleransi yaitu menghormati dan
menghargai guru. Kutipan materi
:
Rasullah SAW, menegaskan
bahwa kalian dilarang untuk
merendahkan, menghina ,
atau mencela guru, baik
secara langsung maupun
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
28).
4. Pada bab IV, Sub bab”
Pendahuluan”, terdapat nilai
toleransi yaitu kepedulian
kepada orang-orang yang
membutuhkan. Kutipan materi :
Gereja Kristen Indonesia
membantu para korban
tsunami di Aceh yang terjadi
pada 26 Desember 2004,
GKI menyatakan, antara
lain, bahwa gereja ini
membantu korban becana
untuk mewujudkan kasih
luhur Kristus bagi siapapun
yang menderita, dan dalam
rangka mewujudkan Hukum
Kasih, yakni mengasihi
sesama manusia, siapapun
mereka, khususnya yang
hidupnya sedang dilanda
musibah (Stephen Suleeman
dan Dien Sumiyatiningsih,
2015: 35).
5. Pada bab VII, Sub bab “Umat
Allah yang Berubah”, terdapat
nilai toleransi yaitu, meminta
maaf dan memaafkan kesalahan
orang lain. Kutipan materi :
Pada Juli 2014 Paus
Fransiskus berkujung ke
sebuah gereja Pentakosta di
Italia, dan di sana beliau
meminta maaf atas
deskriminasi yang pernah
dilakukan oleh gereja
katolik Roma terhadap
166
tidak langsung. Sikap ini
harus dipegang sungguh-
sungguh sebab bisa jadi
suatu saat kalian lebih pintar
dari guru-guru kalian.
Meskipun demikian kalian
harus tetap rendah hati dan
menghormatinya
(Muhammad Ahsan dan
Sumyati, 2015: 194).
5. Pada bab XI, Sub bab ”
Melestarikan Tradisi Islam
Nusantara”, terdapat nilai
toleransi yaitu toleransi dalam
tradisi islam Nusantara. Kutipan
materi :
Halal bihalal sebagai sebuah
tradisi khas islam Indonesia
lahir dari sebuah proses
sejarah. Tradisi ini digali
dari kesadaran batin para
tokoh-tokoh umat islam
masa lalu untuk membangun
hubungan yang harmois
antar umat. Dengan halal
bihalal, pemimpin agama,
tokoh - tokoh masyarakat
dan pemerintah akan
berkumpul, berinteraksi dan
saling bertukar informasi.
Dari komunikasi ini akan
mempererat kekeluargaan
dan dapat menyelesaikan
berbagai masalah yang ada
(Muhammad Ahsan dan
orang - orang Pentakostal.
Paus berkata, “ Orang-orang
Katolik telah menindas dan
menolak orang - orang
Pentakostal, seolah-olah
mereka orang-orang gila.
Saya adalah gembala orang-
orang Katolik, dan saya
meminta anda semua
memaafkan semua saudara-
saudari Katolik saya yang
tidak paham dan yang
tergoda oleh iblis.” Hal yang
sama juga diungkapkan oleh
para pemimpin gereja Injili
menyambut kedatangan
Paus. Pdt. Dr. Geof
Tunniliffe, sekretaris
Jenderal Aliansi Injili se-
Dunia, juga meminta maaf
karena orang - orang
Pentakostal juga pernah
menganiaya orang - orang
katolik Roma (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 89).
6. Pada bab VIII, Sub bab “
Kemajemukan: Dilema yang
Harus Dihadapi”, terdapat nilai
toleransi yaitu bersikap positif
dalam menyikapi sebuah
kemajemukan. Kutipan materi :
Apabila kita menyadari
kekayaan serta kepelbagaian
yang perlu dirawat dan
diperdayakan secara
maksimal , kita akan
167
Sumyati, 2015: 241).
6. Pada bab V, Sub bab “ Mari
Renungkan”, terdapat nilai
toleransi yaitu dakwah dengan
cara damai. Kutipan materi :
Kedatangan mereka
disambut hangat dan
diterima dengan baik, hal ini
disebabkan dakwah yang
mereka lakukan adalah
dakwah dengan cara-cara
damai, bukan dengan
kekerasan. Bagi Islam tidak
ada paksaan dalam
beragama karena telah
tampak jelas mana yang haq
dan yang batil (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2015:
94).
7. Pada bab VI, Sub bab
“Memahami Kandungan Ayat
Al-Qur’an (Q.S. Ali-Imran ayat
159)”, terdapat nilai toleransi
yaitu etika bermusyawarah.
Kutipan materi :
Agar tujuan ini tercapai
perlu dijunjung tinggi etika
bermusyawarah. Etika
tersebut yaitu bersikap
lemah lembut, santun dalam
berpendapat, menghargai
menemukan warna dan
dinamika positif, bahkan
membanggakan. Dalam hal
ini misalnya agama,
kelompok etnik, budaya
merupakan suatu kekayaan
dan menjadi modal besar
bagi pembangunan bangsa
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
97).
7. Pada bab VIII, Sub bab”
Kemajemukan sebagai Karunia
Allah”, terdapat nilai toleransi
yaitu menghadirkan perdamaian
dan kepekaan untuk membela
sesama. Kutipan materi :
Dalam perjanjian baru,
firman Tuhan yang terkenal
adalah “Ucapan Berbahagia”
yang diungkapkan di
Khotbah di Bukit. Dalam
Injil Matius Yesus
mengatakan “Berbahagialah
orang yang membawa
damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah”.
Firman tersebut menegaskan
bahwa kita semua, siapapun
juga, apapun agamanya, dan
168
pendapat orang lain, dan
tidak mudah menyalahkan
orang lain (Muhammad
Ahsan dan Sumyati, 2015:
138).
latar belakang suku
bangsanya, dipanggil untuk
menghadirkan damai di
dunia kehidupan yang kudus
dan beriman kepada Tuhan,
ternyata tidak ditentukan
seberapa jauh kita
memahami hukum Tuhan,
melainkan sejuah mana kita
bersedia menyatakannya
kepada sesama kita, apapun
agamanya, status sosialnya,
maupun suku/rasnya. Kita
terpanggil untuk memiliki,
mengembangkan kepekaan
untuk menaruh belas
kasihan dan bersedia
membela sesama kita
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
99).
8. Pada bab IX, Sub bab “
Toleransi dalam Kehidupan
Bersama”, terdapat nilai
toleransi yaitu, makna toleransi.
Kutipan materi :
Toleransi diartikan sebagai
sikap bersifat menenggang
(menghargai, membiarkan,
membolehkan), sebuah
pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan dan
169
sebagainya) yang berbeda
atau bertentangan dengan
pendirian sendiri. dengan
demikian dapat diketahui
pengertian toleransi secara
luas adalah suatu sikap atau
perilaku manusia yang
menghargai, menghormati
setiap tindakan yang orang
lain lakukan, dan juga sikap
yang mengandung sebuah
kegigihan mempertahankan
hidup atau keyakinan
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
110).
9. Pada bab IX, Sub bab
“Toleransi dalam Kehidupan
Bersama”, terdapat nilai
toleransi yaitu hasil sikap
toleransi. Kutipan materi :
Toleransi akan membuahkan
sikap hidup berdampingan
secara damai, adanya
kesejahteraan dalam hidup
bersama, kehidupan yang
utuh, jauh dari perpecahan,
suatu persatuan dan
kesatuan terwujud sehingga
mendukung kemajuan
pembangunan lingkungan
masyarakat. Sebaliknya jika
tidak ada toleransi dalam
kehidupan bersama maka
hubungan masyarakat akan
170
menjadi renggang atau
bahkan terputus, karena
adanya pihak - pihak yang
ingin menang sendiri
(Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
111).
10. Pada bab IX, Sub bab “
Toleransi dalam Ajaran Kristen,
terdapat nilai toleransi yaitu
mengasihi musuh dan
mendoakanya. Kutipan materi :
Tuhan Yesus sendiri
mengungkapkan perintah-
Nya secara eksplisit kepada
para murid dalam Matius
5:44 yaitu agar mereka
mengasihi musuh dan
mendoakan mereka yang
menganiaya para murid.
Musuh yang dimaksud pada
konteks ini dapat dipahami
sebagai orang yang tidak
sepaham, sepandangan,
sealiran, atau seagama
dengan kita. Tentu hal ini
tidak mudah dilakukan, akan
tetapi satu-satunya alasan
untuk mengasihi orang-
orang tersebut ialah karena
171
Allah juga memelihara
setiap orang dalam anugrah-
Nya (Stephen Suleeman dan
Dien Sumiyatiningsih, 2015:
113).
11. Pada bab IX, Sub bab” Perlunya
Transformasi Lingkungan
Sosial”, terdapat nilai toleransi
yaitu memiliki kepekaan,
toleransi, dan memahami ide
orang lain serta komitmen
untuk menuju transformasi
lingkungan. Kutipan materi :
Setiap orang akan memiliki
kepekaan, toleransi, dan
berusaha memahami ide-ide
orang lain. setiap orang
membutuhkan kemampuan
untuk dapat melihat
lingkungan sekitar sebagai
tempat kemajemukan,
bahkan termotivasi untuk
memanfaatkan perbedaan
bagi kepentingan semua
orang atau lingkungannya.
Dalam keadaan seperti ini,
interaksi dan pemahaman
terhadap orang lain menjadi
suatu kebutuhan bersama.
172
Komitmen pada budaya
tanpa kekerasan dan
menghargai kehidupan,
komitmen kepada budaya
solidaritas dan relasi yang
setara serta adil, komitmen
kepada budaya menghormati
hak-hak asasi manusia dan
kerja sama yang setara antar
individu, komitmen kepada
budaya toleransi dan hidup
dalam kebenaran (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015:
118).
12. Pada bab X, Sub bab
“Perdamaian dalam Perspektif
Alkitab dan Teologi”, terdapat
nilai toleransi yaitu makna
damai. Kutipan materi :
Di sini damai berarti adanya
keutuhan sosial ,
kesejahteraan sosial ketika
masyarakat hidup dalam
suasana yang aman dan
damai. Dengan demikian
damai berkaitan dengan
173
relasi antar manusia. Di sini
juga penting kita
menghubungkan makna
damai dengan keutuhan
dalam masyarakat dengan
ide relasi antara penguasa
dan warga masyarakat, atau
antara pemimpin dan rakyat
atau yang dicirikan dengan
relasi harmonis (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015:
124).
13. Pada bab X, Sub bab “Merawat
Perdamaian Merajut Toleransi”,
terdapat nilai toleransi yaitu
perdamaian antara umat
beragama. Kutipan materi:
Pada hakikatnya perdamaian
antar agama perlu
dikembangkan dan dirawat.
Perdamaian secara kongkrit
dapat dirasakan bila ada
suasana persaudaraan dan
kebersamaan antar semua
orang walaupun mereka
174
berbeda suku, ras, golongan,
dan agama (Stephen
Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015:
130).
14. Pada bab X, Sub bab “Merawat
Perdamaian Merajut Toleransi,
terdapat nilai toleransi yaitu
merawat perdamaian. Kutipan
materi:
Perdamian harus dirawat
dan dikembangkan terus
menerus. Harus diupayakan
langkah - langkah dengan
kesepakatan - kesepakatan
yang semakin maju melalui
pengalaman perjalanan
bersama (Stephen Suleeman
dan Dien Sumiyatiningsih,
2015: 131).
15. Pada bab XI, Sub bab “ Peran
Serta Remaja untuk Pelayanan
bagi Sesama”, terdapat nilai
toleransi yaitu membuka diri
terhadap orang lain. Kutipan
materi :
Di tengah dunia yang semakin
kompleks dan pluralistik, kita
175
dipanggil untuk membuka diri
melalui kesaksian mereka,
bekerjasama dengan semua
orang dalam memikul
tanggungjawab kita sebagai
warga masyarakat dan dunia.
Kita dipanggil untuk turut
bertanggungjawab membantu
semua orang apapun juga
agama dan keyakinannya
(Stephen Suleeman dan Dien
Sumiyatiningsih, 2015: 143).
Berdasarkan pemaparan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
sebaran materi yang terkait dengan nilai-nilai toleransi antara buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti Kelas IX secara umum sama, mencakup lima
segi nilai toleransi, diantaranya mengakui hak orang lain, menghormati
keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan, saling pengertian,
kesadaran dan kejujuran. kedua buku mencakup kelima segi tersebut tidak
ada lima segi yang tidak mencakup nilai toleransi dalam buku ajar
tersebut.
Dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas
IX nilai toleransi yang paling banyak terdapat pada segi kesadaran dan
kejujuran, yang paling sedikit terdapat pada segi saling pengertian. Segi
kesadaran dan kejujuran terdapat tujuh point yang mengandung nilai
toleransi yaitu, yang pertama pada bab III dengan tema “Mengasah Pribadi
176
yang Unggul dengan Jujur, Santun, dan Malu”, yang kedua pada bab VI
dengan tema “Meraih Kesuksesan dengan Optimis, Ikhtiar dan Tawakal,
yang ketiga pada bab VIII dengan tema “Damaikan Negeri dengan
Toleransi”, yang keempat pada bab IX dengan tema “Menuai Keberkahan
dengan Rasa Hormat, Taat Kepada Orangtua dan Guru”, yang kelima pada
bab XI dengan tema “Menelusuri Tradisi Islam Nusantara”, yang keenam
pada bab V dengan tema “Kehadiran Islam mendamaikan Bumi
Nusantara” , dan yang ketujuh pada bab yang sama dengan kedua namun
berbeda halaman. Sedangkan nilai toleransi yang paling sedikit yaitu pada
segi saling pengertian terdapat tiga poin yang menunjukan nilai toleransi
yaitu, yang pertama pada bab V dengan tema “Kehadiran Islam
mendamaikan Bumi Nusantara”, yang kedua pada bab VIII dengan tema
“Damaikan Negeri dengan Toleransi”, yang ketiga pada BAB IX dengan
tema “Menuai Keberkahan dengan Rasa Hormat, Taat Kepada Orangtua
dan Guru”.
Sedangkan dalam buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti nilai toleransi yang paling banyak ,terdapat pada segi kesadaran
dan kejujuran, yang paling sedikit pada segi saling pengertian. Segi
kesadaran dan kejujuran terdapat lima belas poin yang mengandung nilai
toleransi, diantaranya yang pertama pada bab II dengan tema “Mengenal
Gerejaku”, yang kedua pada bab III dengan tema “Gereja yang Hidup di
Dunia”, yang ketiga pada bab sama dengan nomer dua namun pada Sub
bab yang berbeda, yang keempat pada bab IV dengan tema “Gereja yang
177
Bersaksi dan Melayani di Dunia”, yang kelima pada bab VII dengan tema
“Gereja yang Memperbarui Diri”, yang keenam pada bab VIII dengan
tema “Indahnya Lingkungan yang Majemuk”, yang ketujuh yaitu sama
dengan bab yang ada pada nomer enam namun letak nilai toleransinya
berbeda Sub bab, yang kedelapan pada bab IX dengan tema “Toleransi
Bagian dari Kehidupanku”, yang kesembilan pada bab sama dengan nomer
delapan namun pada Sub bab yang berbeda, yang kesepuluh pada bab
yang sama dengan nomer sembilan dan delapan namun pada Sub bab yang
berbeda, yang kesebelas sama dengan bab delapan, sembilan, dan
kesepuluh namun Sub bab berbeda, yang kedua belas pada bab X dengan
tema “Membangun Perdamaian Merajut Toleransi”, yang ketiga belas
pada bab yang sama dengan nomer dua belas namun Sub bab yang
berbeda, yang keempat belas pada bab dan Sub bab yang sama dengan
nomer tiga belas namun halamannya berbeda, yang kelima belas pada bab
XI dengan tema “Pengembangan Diriku untuk Pelayanan bagi Sesama”.
Segi saling pengertian terdapat nilai toleransi pada enam poin
yaitu, yang pertama pada bab I dengan tema “Gereja Sebagai Umat Allah
yang Baru”, yang kedua pada bab VIII dengan tema “Indahnya
Lingkungan yang Majemuk”, yang ketiga pada bab IX dengan tema
“Toleransi Bagian Dari Kehidupanku”, yang empat pada bab XI dengan
tema “Pengembangan Diriku Untuk Pelayanan Bagi Sesama”, yang kelima
pada bab XIII dengan tema “Perilaku dalam Pengembangan Masyarakat”,
yang keenam pada bab sama dengan nomer lima namun Sub bab berbeda.
178
Secara keseluruhan kandungan nilai toleransi pada Buku ajar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Kelas IX lebih banyak jika
dibandingkan Kelas VII dan VIII dan kandungan nilai toleransi dalam
buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti lebih banyak yaitu
terdapat lima puluh dua butir letak nilai toleransi dalam buku tersebut,
sedangkan Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti hanya dua
puluh empat.
B. Komparasi antara Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti dan Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Setelah melakukan analisis tentang nilai toleransi pada buku ajar
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti tingkat SMP, selanjutnya penulis
akan mengkomparasikan kedua buku ajar tersebut, yaitu buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tingkat SMP dengan buku ajar
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP. Penulis akan
mengkomparasikan secara menyeluruh meliputi isi materi, tampilan buku
(performance), dan evaluasi pembelajaran melalui aspek positif dari kedua
buku tersebut.
1. Aspek Positif Buku Ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti
Ditinjau dari segi materi, buku Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti banyak memaparkan materi tentang nilai toleransi, nilai-
nilai tersebut disisipkan pada penjelasan materi dan banyak terdapat
pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas IX,
179
yaitu pada bab V dengan tema “ Kehadiran Islam Mendamaikan Bumi
Nusantara”, pada bab ini dijelaskan sejarah perjalanan dan
perkembangan islam di Indonesia, mulai dari alur perjalanan dakwah,
cara-cara dakwah hingga kerajaan-kerajaan islam, selanjutnya pada
bab VIII dengan tema “ Damaikan Negeri dengan Toleransi”, pada
bab ini dijelaskan mengenai makna dan konsep toleransi,
implementasi toleransi dalam kehidupan sehari-hari, dan urgensi
toleransi dalam menciptakan perdamaian dan kerukunan di Indonesia.
Nilai toleransi yang lain terdapat pada bab XI dengan tema “
Menelusuri Tradisi Islam Nusantara, pada bab ini dijelaskan tradisi-
tradisi hasil kebudayaan dan akulturasi budaya antara budaya agama
Islam dengan agama Hindu-Budha, selanjutnya nilai toleransi juga
terdapat pada bab XII dengan tema “Menyuburkan Kebersamaan
dengan Toleransi dan Menghargai Perbedaan”, pada bab ini dijelaskan
makna kandungan Q.S. Al-hujarat ayat 13, hal ini dapat memberikan
pemahaman kepada para pembaca bahwa toleransi merupakan ajaran
agama Islam dan Allah sendiri yang memerintahkan melalui ayat
tersebut.
Isi materi dalam buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti tidak hanya berhenti pada nilai toleransi, namun juga
mengandung banyak materi tentang akhlak terpuji sebagai pedoman
dan teladan umat islam dalam berperilaku. Akhlak terpuji tersebut
banyak terdapat pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi
180
Pekerti Kelas VII, yaitu yang pertama pada bab II dengan tema “
Hidup Tenang dengan Kejujuran, Amanah dan Istiqomah” pada bab
ini peserta didik diharapkan mampu mengimplementasikan sifat-sifat
mulia tersebut dalam kehidupan sehari-hari, yang kedua pada bab VIII
dengan tema “ Berempati Itu Mudah, Menghormati Itu Indah”, pada
bab ini peserta didik diajarkan untuk bisa berempati dan menghargai
orang lain, yang ketiga pada bab XIII dengan tema “ Hidup Jadi Lebih
Damai dengan Ikhlas, Sabar, dan Pemaaf”, pada bab ini peserta didik
diajak untuk membaca dan memahami kandungan ayat dalam Al-
Qur’an yang menjelaskan tentang sifat-sifat mulia tersebut.
Isi materi yang selanjutnya yaitu tentang praktik ibadah dalam
ajaran Islam, dalam buku ajar terdapat banyak sekali ketentuan-
ketentuan dan perintah dalam melakukan praktek ibadah, seperti yang
terdapat pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas VIII, yaitu tentang beriman kepada kitab-kitab, shalat sunnah,
sujud sebagai tanda bersyukur, mengkonsumsi makanan yang halal
dan menjauhi yang haram, serta banyak kisah-kisah sejarah peradaban
Islam yang disampaikan pada setiap kelas mulai dari kelas VII
sampai kelas IX.
Jika ditinjau dari penampilan (Performance) buku ajar”
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan buku ajar yang
sangat menarik hal ini ditunjukan adanya beberapa konten menarik
yang ada dalam buku tersebut yang pertama adanya peta kosep materi.
181
Peta konsep materi ini memudahkan guru dan peserta didik
dalam memahami alur dan membangun konsep pemahaman terhadap
materi yang ada, sehingga guru dan peserta didik lebih terarah dalam
pembelajaran, yang kedua adanya gambar-gambar yang menarik,
seperti yang ditunjukan pada buku ajar Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti Kelas VII dimana setiap awal pembelajaran peserta didik
diarahkan untuk mengamati gambar tersebut, sehingga peserta didik
memiliki gambaran yang kongkrit tentang materi yang akan
disampaikan, yang ketiga adanya kisah-kisah inspiratif yang dapat
menjadi teladan bagi peserta didik dalam menjalani kehidupan, yang
keempat terdapat dialog islami seperti yang terdapat pada buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VIII dan kelas IX
yang di dalamnya disisipkan banyak sekali akhlak-akhlak mulia
melalui percakapan di dalamnya.
Siswa juga dapat mempraktikan dialog tersebut menjadi
metode Rolle Playing sehingga pembelajaran lebih menarik dan
menyenangkan, yang kelima terdapat kolom Mari Renungkan atau
Renungkanlah pada Setiap buku, mulai dari kelas VII sampai Kelas
IX, kolom tersebut membuat para peserta didik dapat melakukan
muhasabah diri tentang materi-materi yang akan disampaikan
sehingga peserta didik lebih mudah dalam memahami sebuah materi
yang disampaikan karena melalui perenungan mampu membuat
peserta didik lebih tenang dan tentram dalam pembelajaran.
182
Ditinjau dari latihan soal atau evaluasi pembelajaran buku ajar
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terdapat latihan soal dan
evaluasi pembelajaran yang bervariatif, yang pertama Refleksi Akhlak
Mulia, pada refleksi Akhlak Mulia peserta didik diminta untuk
memberikan pendapat dengan cara mencetang atau memberikan
gambar jempol atau memberikan emoticon yang menarik pada
pertanyaan-pertanyaan tentang analisa diri terhadap akhlak mulia,
pertanyaan tersebut seperti pada lembar angket kuesioner, yang kedua
aktivitas siswa, pada aktivitas siswa ini perserta didik melakukan
kegiatan-kegiatan aktif learning berupa diskusi kelompok atau
mempraktikan sebuah materi sehingga dalam pembelajaran terjadi
kesan yang membuat peserta didik selalu ingat dengan materi, yang
ketiga yaitu ayo berlatih, pada ayo berlatih ini terdapat soal berupa
pilihan ganda dan esay guna mengukur daya tangkap dan pemahaman
peserta didik tentang materi yang disampaikan, yang keempat yaitu
catatan orang tua, dalam kolom ini berisi pesan atau catatan untuk
orang tua siswa tentang aktivitas peserta didik didalam kelas ketika
pembelajaran, sehingga kemunikasi antara sekolah dan orang tua bisa
terjalin dengan baik karena ada singkronisasi antara keduanya.
2. Aspek Positif Buku Ajar Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti
Ditinjau dari isi materi buku ajar Pendidikan Agama Kristen
dan Budi Pekerti Tingkat SMP berisi banyak sekali nilai-nilai
183
toleransi, seperti yang terdapat pada buku ajar Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti Kelas IX, pada bab VIII dengan tema “
Indahnya Lingkungan yang Majemuk” pada bab ini peserta didik
diajarkan materi-materi tentang bagaimana menyikapi kemajemukan
dengan positif, yang kedua pada bab IX dengan tema “ Toleransi
Bagian dari Kehidupanku” pada bab ini peserta didik diajarkan untuk
mengimplementasikan toleransi dalam kehidupan sehari-sehari, dan
bagaimana toleransi dalam ajaran agama Kristen, yang ketiga pada
bab X dengan tema “Membangun Perdamaian Merajut Toleransi”,
pada bab ini peserta didik diarahkan untuk mampu menciptakan
perdamaian dan membangun perdamaian itu dengan toleransi.
Ditinjau dari segi materi yang lain buku ajar Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti tingkat SMP banyak terdapat materi
yang membahas tentang Gereja secara mendalam, hal ini seperti yang
terdapat pada buku ajar “Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
kelas IX” ada tujuh materi yang membahas geraja, yaitu dari bab I
sampai pada bab VII, sehingga peserta didik memiliki pemahaman
yang luas dan mendalam bahwa gereja bukan hanya sebatas tempat
ibadah. segi materi yang lain adalah akhlak terpuji atau spiritualitas
seperti yang terdapat pada buku ajar Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti Kelas VIII yang secara keseluruhan materi yang terdapat
dalam buku itu berisi tentang nilai-nilai akhlak dan spiritualitas.
Dalam buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti materi
184
antara satu bab dengan bab yang lain saling berkaitan dan
berkesinambungan contohnya materi geraja pada kelas IX.
Ditinjau dari penampilan (performance) memang tidak
semenarik buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, namun
dalam buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti banyak
sekali aktifitas-aktifitas siswa yang menarik dan membuat siswa aktif
dalam pembelajaran, seperti kegiatan Role Playing, Wawancara
terhadap teman, orang tua dan pendeta di Geraja, terdapat juga
kegiatan bakti sosial ke panti asuhan, dan berkunjung ke tempat-
tempat ibadah baik agama kristen maupun umat agama lain. hal
tersebut membuat siswa memiliki kemampuan afektif dan
psikomotorik yang bagus sehingga peserta didik tidak hanya pintar
dalam pembelajaran namun juga memiliki sikap yang baik dan
memiliki keterampilan yang dapat mereka gunakan sebagai bekal
dalam menjalani kehidupan yang lebih luas. Terdapat juga nyanyian,
doa-doa dan ayat Injil tentang materi yang akan dipelajari pada setiap
awal dan akhir pembelajaran hal ini dapat meningkatkan kecerdasan
spiritual peserta didik.
Ditinjau dari evaluasi pembelajaran dalam buku Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti menekankan evaluasi pembelajaran
dengan melakukan aktivitas siswa yaitu membuat kliping, wawancara,
memberikan pendapat terhadap suatu masalah, dan diberikan soal-soal
berupa analisis kasus.
185
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Nilai toleransi yang terdapat pada Buku Pendidikan Agama Islam dan
Agama Kristen tingkat SMP Kelas VII sampai IX, yaitu mencakup
keseluruhan segi nilai toleransi di antaranya mengakui hak setiap
orang, menghormati keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan,
saling pengertian, kesadaran dan kejujuran. Pada buku “Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VII sampai IX” terdapat 49 butir
letak nilai toleransi.
2. Nilai toleransi yang terdapat pada Buku Pendidikan Agama Islam dan
Agama Kristen tingkat SMP Kelas VII sampai IX, yaitu mencakup
keseluruhan segi nilai toleransi di antaranya mengakui hak setiap
orang, menghormati keyakinan orang lain, setuju dalam perbedaan,
saling pengertian, kesadaran dan kejujuran. buku “Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti Kelas VII sampai IX” terdapat 84 butir letak
nilai toleransi.
3. Perbandingan atau komparasi pada kedua buku meliputi aspek positif
dari kedua buku tersebut. aspek positif buku Pendidikan Agama Islam
dan Budi Pekerti Kelas VII sampai IX mencakup tiga aspek yaitu isi
materi, Penampilan (Performance), dan evaluasi pembelajaran
186
meliputi : nilai toleransi, akhlak terpuji, peta konsep materi, gambar-
gambar yang menarik, refleksi akhlak mulia, aktivitas siswa dan lain-
lain. Aspek positif buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti
Kelas VII sampai IX mencakup isi materi, Penampilan (Performance),
dan evaluasi pembelajaran meliputi : nilai toleransi, tentang gereja,
aktivitas siswa yang melatih sikap, keterampilan, membuat kliping.
B. SARAN
Nilai toleransi memiliki peranan yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama. Toleransi merupakan
sebuah solusi dalam menyikapi sebuah perbedaan, pluralisme dan
kemajemukan. Saran yang penulis berikan setelah melakukan analisis
terhadap kedua buku tersebut yaitu :
1. Bagi Guru MAPEL Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dalam buku
ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti terdapat banyak nilai
toleransi, maka seorang guru harus bisa menanamkan nilai-nilai
tersebut kepada peserta didik melalui bentuk kegiatan pembelajaran
yang menarik, menyenangkan dan mengandung pendidikan dalam
rangka menyiapkan generasi seratus tahun Indonesia merdeka.
2. Bagi penyusun buku ajar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, buku
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti perlu adanya konten-
konten yang menarik dan bervariatif seperti peta konsep materi, kolom
mari renungkanlah, dialog atau percakapan, refleksi akhlak mulia,
mari mengamati gambar.
Daftar Pustaka
Ahsan, Muhammad dan Sumiyati. 2015. Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti Kelas IX. Jakarta: : Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Ahsan, Muhammad dan Sumyati. 2014. Pendidikan Agama Islam dan
Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Ali, Mukti. 2006. Pluralisme Agama Di Persimpangan Menuju Tuhan.
Salatiga: STAIN Salatiga Press.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
A. Petter, Michael. 2015. Toleration, Respect and Recognition in
Education. Malaysia: Toppan Best-set Premedia Limited.
Bahari. 2010. Toleransi Beragama Mahasiswa (Studi tentang Pengaruh
Kepribadian, Keterlibatan Organisasi, Hasil Belajar Pendidikan
Agama, dan Lingkungan Pendidikan terhadap Toleransi
Mahasiswa Berbeda Agama pada 7 Perguruan Tinggi Umum
Negeri. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama.
Chandra, Julia Suleeman dkk. 2014. Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Daradjat, Zakiah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental.
Jakarta: Bulan Bintang.
Daradjat, Zakiah. 1996. Perbandingan Agama 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
D.Marimba, Ahmad. 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Banung:
PT Al-Ma’arif.
Faisal, Sanapiah. 1982. Metodologi Penelitian. Surabaya: Usaha Nasional.
Hafidhotun Nisa’, Zeni. 2010. Analisis Isi Buku Teks Pendidikan Agama
Islam Untuk SMA: Perspektif Kesetaraan Gender. Yogyakarta:
Skripsi, UIN Sunan Kalijaga.
Hanipah Muslimah, Rina. 2010. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan
Multikultural Dalam Teks Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam SMA Kelas X. Yogyakarta: Skripsi, UIN Sunan Kalijaga.
Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Jinkin, Michael. 2004. Christianity, Tolerance, and Pluralism:a
theological engangement with Isaiah Berlin’s sosial theory.
London: Routledge.
Madjid, Nurcholis. 1999. Cendikiawan dan Religiusitas Masyarakat.
Jakarta: Tekad.
Majid, Abdul dan Chaerul Rochman. 2014. Pendekatan Ilmiah dalam
Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Manab, Abdul. 2016. Manajemen Kurikulum Pembelajaran di Madrasah.
Yogyakarta: Kalimedia.
Mustahdi dan Sumyati. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
Mendus, Susan. 2001. On Toleration. Oxford New York: Oxford
University Press.
Ni’am, Akhsan dan Hendry Syaputra. 2011. Kewarganegaraan, Suku
Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-Hari Penduduk Indonesia
Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Niam, Ngainun. 2014. Islam dan Pluralisme Agama Dinamika Perebutan
Makna. Yogyakarta: Aura Pustaka.
Nugroho, Muhammad Aji. 2016. Urgensi dan Signifikansi Pendidikan
Islam Multikultural Terhadap Kompleksitas Keberagamaan di
Indonesia. , Attarbiyah Journal of Islamic Culture and Education,
(Online), Vol 2, No. 2,(http://attarbiyah.iainsalatiga.ac.id diakses
pada 27 Maret 2018).
Non-Serrrano, Jense Belandina. 2016. Pendidikan Agama Kristen dan
Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 2 Tahun 2008 Tentang Buku.
Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
P.Pickett, Joseph. 2006. The American Heritage Dictionary of The English
Language. Baston : Houghton Mifflin Company.
Solikhah, Nikmatus 2011. Analisis Buku Teks Pendidikan Agama Islam
(PAI) Kelas VII SMPN 13 Malang. Malang: Skripsi, UIN Maulana
Malik Ibrahim.
Suleeman, Stephen dan Dien Sumiyatiningsih. 2015. Pendidikan Agama
Kristen dan Budi Pekerti untuk Kelas IX. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Yahya, Harun. 2003. Justice and Tolerance In The Qur’an. Istanbul:
Shafiq Book.
Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yunus, Mahmud. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Padang: PT
Hidakarya Agung Jakarta.
Zed, Mestika. 2004. Metode Penilaian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Zuhairini dkk. 1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Malang: Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Khoirul Alfani
NIM : 111-14-171
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 27 Desember 1995
Pendidikan :
1. SD Negeri Gentan 04 Tahun 2008
2. MTsN Susukan Tahun 2011
3. MAN Suruh Tahun 2014
Alamat : Gentan RT 01/RW 01, Desa Gentan, Kec. Susukan
Kab. Semarang
Susukan, 9 Maret 2018
Khoirul Alfani
DAFTAR NILAI SKK
Nama :Khoirul Alfani
NIM :111-14-171
Fakultas/Jurusan :FTIK/PAI
Pembimbing Akademik :Dr. Fatchurrohman, M. Pd
No Nama Kegiatan Pelaksanaan Keterangan Point
1 OPAK STAIN Salatiga 2014
“Aktualisasi Gerakan Mahasiswa
yang Beretika, Disiplin dan
Berfikir Terbuka”
18-19 Agustus 2014 Peserta 3
2 OPAK Jurusan Tarbiyah STAIN
Salatiga 2014 “Aktualisasi
Pendidikan Karakter Sebagai
Pembentuk Generasi yang
Religius, Educative, dan
Humanis”
20-21 Agustus 2014 Peserta 3
3 Orientasi Dasar Keislaman
(ODK) “Pemahman Islam
Rahmatan Lil’alamin Sebagai
Langkah Awal Menjadi
Mahasiswa Berkarakter”
21 Agustus 2014 Peserta 2
4 Achievment Motivation Training
(AMT) “Dengan AMT Semangat
Menyongsong Prestasi”
23 Agustus 2014 Peserta 2
5 UPT Perpustakaan STAIN
Salatiga
28 Agustus 2014 Peserta 2
6 Pendidikan Dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP)
XXIV Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi IAIN Salatiga “
PLCPP Sebagai Langkah
Rekonstruktif Karakter Pandega
dalam Membangun Racana yang
Loyal dan Bermartabat
26-29 September
2014
Peserta 2
7 PIAGAM PENGHARGAAN
Panglima Komando Daerah
Militer IV/DIPONEGORO dalam
Pelatihan Bela Negara Bagi
Mahasiswa PTN/PTS Se-Jateng
dan DIY
20-23 Oktober 2014 Peserta 4
8 SERTIFIKAT Peserta Kader Bela
Negara
20-23 Oktober 2014 Peserta 2
9 Seminar Nasional
Entrepreneurship Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi IAIN
Salatiga
16 November 2014 Peserta 8
10 Gladi Wira Brigsus Ke-21(GWB
XXI) Brigade Khusus Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
STAIN Salatiga
7-10 November 2014 Peserta 3
11 Pembrivetan dan Pelantikan Ke-
21 (VETTIK XXI) Brigade
Khusus Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi STAIN Salatiga
29-30 November
2014
Peserta 3
12 SURAT KEPETUSAN Rektor
IAIN Salatiga tentang
“Pengangkatan Pengurus Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
GUDEP Kota Salatiga 02.237-
02.238 IAIN Salatiga”
17 Maret 2015 Dewan Racana 4
13 Gladi Tangguh Brigsus ke-10
(GTB X) Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi IAIN Salatiga
11-12 April 2015 Peserta 3
14 SURAT KEPUTUSAN
Komandan Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga tentang
“Penetapan Penjurusan Panter”
27 April 2015 Reka Pertolongan
Pertama
4
15 PIAGAM PENGHARGAAN Juri
Lomba Halang Rintang kegiatan
Boy Scout Jamboree(BOSJAM)
16-17 Mei 2015 Juri 3
16 Latihan Gabungan (LATGAB)
Perguruan Tinggi ke-10 Se-Jawa
dan sekitarnya.
9-11 Mei 2015 Peserta 3
17 Pelatihan Spesialisasi Restoring
Family Link (RFL) PMI Provinsi
Jawa Tengah
25-30 Mei 2015 Peserta 4
18 Amalan Ramadhan Racana Ke-
17(ARR XVII) Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi IAIN
Salatiga
5 Juli 2015 Peserta 2
19 SURAT KEPUTUSAN Kepala
Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Assalafi Tentang “Penugasan
Pelatih Ekstrakurikuler Pramuka”
16 Juli 2015 Pembina/Pelatih
Ekstrakurikuler
Pramuka
7
20 SURAT KEPUTUSAN Rektor
IAIN Salatiga Tentang “Panitia
Penyelenggara Kegiatan Orientasi
Pengenalan Akademik Dan
Kemahasiswaan IAIN Salatiga”
27 Juli 2015 Panitia 3
21 Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP) XXV
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
25-27 September
2015
Panitia 3
22 Gladhi Wira Brigsus Ke-22
(GWB XXII) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
24-27 Oktober 2015 Panitia 3
23 SURAT KEPUTUSAN
Komandan Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga tentang
“Penetapan Satuan Tugas GWB
XXII”
16 November 2015 Panitia 3
24 PIAGAM PENGHARGAAN
Jelajah Rute Juang Yudha Prawira
Kuswa Kwartir Daerah Gerakan
Pramuka Jawa Tengah
7-10 November 2015 Peserta 2
25 PIAGAM PENGHARGAAN
Kwartir Daerah Gerakan Pramuka
Jawa Tengah kegiatan
Perkemahan Bakti Satuan Karya
Kalpataru II Kwartir Daerah
Gerakan Pramuka Jawa Tengah.
26-29 November
2015
Peserta 2
26 Pembrivetan dan Pelantikan ke-22
(VETTIK XXII) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
28-29 November
2015
Panitia 3
27 SURAT KEPUTUSAN
Komandan Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga tentang
“Penetapan Satuan Tugas
VETTIK XXII”
24 November 2015 Panitia 3
28 IJAZAH Kursus Pembina
Pramuka Mahir Tingkat Dasar
Kwartir Cabang Kota Salatiga
21-26 November
2015
Peserta 4
29 Gladi Tangguh Brigsus ke-11
(GTB XI) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
13-14 Februari 2016 Panitia 3
30 SURAT KEPETUSAN Rektor
IAIN Salatiga tentang
“Pengangkatan Pengurus Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
GUDEP Kota Salatiga 02.237-
14 Maret 2016 Dewan Racana 4
02.238 IAIN Salatiga”
31 SURAT KEPUTUSAN
Komandan Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga tentang
“Penetapan Satuan Tugas GTB
XI”
9 April 2016 Panitia 3
32 Gladian Pimpinan Pandega (GPP)
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
22-23 April 2016 Peserta 3
33 Pelatihan Pengelolaan Dewan
Kerja IX Kwartir Daerah Gerakan
Pramuka Jawa Tengah
27 April-1 Mei 2016 Peserta 4
34 PIAGAM PENGHARGAAN
Perkemahan Wirakarya XIII
Perguruan Tinggi Keagamaan
(PTK) Se-Indonesia
16-22 Mei 2016 Peserta 8
35 PIAGAM PENGHARGAAN
Kwartir Daerah Gerakan Pramuka
Jawa Tengah kegiatan
Perkemahan Bakti Pandega
Kwartir Daerah Gerakan Pramuka
Jawa Tengah
26-29 Mei 2016 Pimpinan
Kontingen
Cabang Kota
Salatiga
5
36 Amalan Ramadhan Racana
(ARR) Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi IAIN Salatiga
23-26 Juni 2016 Panitia 3
37 SURAT KEPUTUSAN Ketua
Kwartir Cabang Gerakan
Pramuka Kota Salatiga Tentang
“Susunan Pengurus Dewan Kerja
Pramuka Penegak dan Pandega
Kwartir Cabang Kota Salatiga
Masa Bakti 2016-2020”
14 Juli 2016 Sekretaris 1
Dewan Kerja
Cabang
4
38 SURAT KEPUTUSAN Kepala
Madrasah Tsaniwayah (MTs)
Assalafi tentang “Penugasan
Pelatih Ekstrakurikuler Pramuka”
16 Juli 2016 Pembina/Pelatih
Ekstrakurikuler
Pramuka
7
39 IJAZAH Kursus Pembina Mahir
Tingkat Lanjut (KML) Golongan
Penegak Kwartir Cabang Kota
Salatiga
6-11 September 2016 Peserta 4
40 PIAGAM PENGHARGAAN
Seminar Tertib Lalu Lintas Dan
Pelatihan Safety Riding Kepada
Anggota Pramuka Tingkat
Perguruan Tinggi Se-Jawa dan
Madura
16 September 2016 Panitia 6
41 Latihan Gabungan (LATGAB)
Perguruan Tinggi ke-11 Se-Jawa
dan Madura
16-18 September
2016
Panitia 4
42 Pendidikan dan Latihan Calon
Pramuka Pandega (PLCPP)
XXVI Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi IAIN Salatiga
30 September -2
Oktober 2016
Panitia 3
43 Pembekalan Pamong Satuan
Karya Pramuka Bhayangkara
Kepolisian Daerah Jawa Tengah
12 Oktober 2016 Peserta 2
44 Gladhi Wira Brigsus Ke-23
(GWB XXIII) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
28-31 Oktober 2016 Panitia 3
45 Pembrivetan dan Pelantikan
(VETTIK XXIII) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
12-13 November
2016
Panitia 3
46 Konservasi Alam tema
“Konservasi Alam Sebagai
Investasi Lingkungan Bersih
Dimasa Depan “Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga”
27 November 2016 Peserta 2
47 Gladi Tangguh Brigsus ke-12
(GTB XII) Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
18-19 Februari 2017 Penanggungjawab 3
48 SURAT KEPETUSAN Rektor
IAIN Salatiga tentang
“Pengangkatan Pengurus Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
GUDEP Kota Salatiga 02.237-
02.238 IAIN Salatiga”
27 Februari 2017 Ketua Dewan
Racana 02.237
4
49 SURAT KEPUTUSAN
Komandan Brigade Khusus
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga tentang
“Penetapan Satuan Tugas GTB
XII”
5 April 2017 Penanggungjawab 3
50 Gladian Pimpinan Pandega (GPP)
Racana Kusuma Dilaga-Woro
Srikandhi IAIN Salatiga
8-9 April 2017 Penanggungjawab 3
51 Konservasi Alam Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi
22 April 2017 Penanggungjawab 3
52 Latihan Gabungan (LATGAB)
Perguruan Tinggi ke-12 Se-Jawa,
Madura dan NTB
13-15 Mei 2017 Panitia 6
53 Amalan Ramadhan Racana
(ARR) Racana Kusuma Dilaga-
Woro Srikandhi IAIN Salatiga
1-4 Juni 2017 Penanggungjawab 2
54 Latihan Dasar Kepimimpinan
(LDK) tingkat Kota Salatiga
24-26 Agustus 2017 Pendamping
Kegiatan
3
55 Gladian Pimpinan Regu
(DIANPINRU) Gudep SMP N 8
Salatiga
29-31 Agustus 2017 Pendamping
Kegiatan
3
56 Karnaval Peringatan Hari
Kemerdekaan RI Tingkat Kota
Salatiga yang Ke-72
3 September 2017 Pendamping
Kegiatan
3
57 Peringatan Hari Besar Islam 2 September 2017 Pendamping 3
(PHBI) Idul Adha1438 H Kegiatan
58 Kemah Bakti Pelantikan Anggota
Gudep 04.126-127
7-9 September 2017 Pendamping
Kegiatan
3
59 Pendidikan Tamu Racana
(DIKTARA) Racana Kusuma
Dilaga-Woro Srikandhi IAIN
Salatiga
21-25 September
2017
Penanggungjawab 3
60 Gladi Wira Brigsus Ke-24 (GWB
XXIV) Brigade Khusus Racana
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
IAIN Salatiga
27-30 Oktober 2017 Penanggungjawab 3