ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA
DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT BANK X Tbk)
Oleh
HENI ROHAENI
H24053163
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ABSTRAK
Heni Rohaeni. H24053163. Analisis Dana Pihak Ketiga dan Kredit BermasalahTerhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X Tbk). Di bawah bimbingan Wita JuwitaErmawati.
Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional dimanadunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitasekonomi. Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur danamasyarakat yang bertujuan untuk peningkatan taraf hidup masyarakat. Dana yangberhasil dihimpun akan disalurkan kembali dalam bentuk kredit. Menurut Siamat(2004), proporsi pendapatan utama bank berasal dari kredit. Namun, kredit jugamerupakan salah satu faktor rapuhnya usaha perbankan apabila kredit tersebutdinyatakan bermasalah. Hal ini berimplikasi pada pengelolaan dana pihak ketigayang merupakan kegiatan penghimpunan dana dan kredit bermasalah yangmerupakan risiko dari kegiatan penyaluran dana. Penelitian ini bertujuan (1)Menganalisis komposisi dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito), (2)Menganalisis perkembangan dana pihak ketiga, kredit bermasalah, dan laba, dan(3) Menganalisis pengaruh dana pihak ketiga dan kredit bermasalah terhadap laba.Penelitian dilakukan di PT Bank X Tbk. Data yang digunakan dalam penelitian iniadalah data sekunder dari studi pustaka dan yang diperoleh dari perusahaanberupa laporan keuangan. Analisis menggunakan korelasi, regresi linier berganda,uji F, dan uji t dengan pengolah data Minitab 14.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi dana pihak ketiga pada PTBank X didominasi oleh deposito yang memiliki kontribusi terbesar terhadap totaldana pihak ketiga yaitu sebesar 56,50%, sedangkan tabungan dan giro memilikikontribusi yang hampir sama yaitu masing-masing sebesar 21,90% dan 21,61%.Baik DPK, NPL, dan laba PT Bank X mengalami fluktuasi selama periode 1999-2007 dimana DPK tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesarRp.247.355.023 (dalam juta) dengan pertumbuhan sebesar 20,25% dan terendahterjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 148.005.573 (dalam jutaan). NPL terendahterjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 7,10 % dan tertinggi terjadi pada tahun 1999yaitu sebesar 70,84%. PT Bank X mengalami kerugian yang cukup besar padatahun 1999 yaitu Rp.68.155.446 (dalam jutaan) dan kemudian mengalamiperkembangan yang cukup pesat di tahun 2000 dengan pertumbuhan sebesar103%. Akan tetapi pada tahun 2005 sempat mengalami penurunan sebesar 84%namun dapat ditingkatkan kembali di tahun 2006 sampai 2007. Hasil uji Fmenunjukkan bahwa secara keseluruhan dana pihak ketiga dan kredit bermasalahberpengaruh secara signifikan terhadap laba sebesar 94,7% sedangkan 5,3%dipengaruhi faktor lain di luar penelitian ini. Hasil uji t menunjukkan bahwasecara parsial dana pihak ketiga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba,sedangkan kredit bermasalah berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadaplaba. Model regresi menunjukkan bahwa DPK memberikan pengaruh positifterhadap laba sebesar 0,0440, artinya bahwa kenaikan DPK sebesar satu satuanakan menaikan laba sebesar 0,0440. Sedangkan NPL memberikan pengaruhnegatif sebesar 1,13E+08, artinya bahwa kenaikan NPL sebesar satu satuan akanmenurunkan laba sebesar 1,13E+08 (cateris paribus).
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA
DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT BANK X Tbk)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
HENI ROHAENI
H24053163
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA
DAN KREDIT BERMASALAH TERHADAP LABA
(STUDI KASUS PT BANK X Tbk)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
HENI ROHAENI
H24053163
Menyetujui, Agustus 2009
Wita Juwita Ermawati, STP. MMDosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.ScKetua Departemen
Tanggal lulus :
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pameungpeuk pada 15 Agustus
1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara
pasangan H.Aep Saepudin dan Hj.Wawat Sukmawati. Penulis
memulai pendidikan di SDN Gudang II tahun 1993. Penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Banjar pada tahun 1999 dan pada tahun 2002
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banjar pada
program IPA. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Tingkat Persiapan Bersama
(TPB) dan diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan
manajemen pada tahun 2006.
Selama menjalani perkuliahan, penulis berpartisipasi aktif dalam organisasi
kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor yang bernama Center Of
Management (COM@). Pada periode 2006-2007 dan 2007-2008 penulis menjabat
sebagai staff Produksi Operasi Bisnis. Selain itu, penulis juga aktif pada kegiatan
di lingkungan kampus seperti kepanitiaan (misalnya panitia Masa Perkenalan
Departemen sebagai seksi konsumsi), seminar-seminar dan pelatihan. Penulis juga
pernah melakukan kegiatan survai di kelurahan Pondok Jaya dan Bedahan dalam
rangka “Program Penanggulangan Kemiskinan” yang diselenggarakan oleh
BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Depok tahun 2009.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini mengambil judul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan
Kredit Bermasalah Terhadap Laba (Studi Kasus PT Bank X Tbk)” dan
bertujuan untuk mengetahui komposisi dan pengaruh dana pihak ketiga dan kredit
bermasalah terhadap laba.
Penyusunan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak baik
secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Wita Juwita Ermawati, STP, MM sebagai dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi
dan pengarahan kepada penulis.
2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM dan ibu Hardiana Widyastuti, S.Hut, MM
sebagai dosen penguji utama dalam sidang skripsi ini. Semua saran dan kritik
merupakan hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Edwin dan pihak Learning Center Group PT Bank X Tbk yang telah
memberikan kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan penelitian serta
memberikan masukan dan informasi demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Departemen Manajemen yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan yang berguna bagi penulis, Kepala Tata Usaha Fakultas Ekonomi
dan Manajemen dan staf atas bantuan selama penulis menyelesaikan
perkuliahan.
5. Kedua orang tua (Bapak dan Mama), kakak dan adikku (Teh Yeyen dan Tuti)
dan seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan doa yang tulus,
semangat dan kasih sayang kepada penulis.
6. Lulud Adi Subarkah dan Levi Elhusni yang memberikan inspirasi, motivasi,
dan bantuan kepada penulis.
vi
7. Try, Rara, Dewi, Pei, Anggi, Faris, Ira, Teh kokom, Oelan, Uni, Selvi yang
telah memberikan indahnya persahabatan, keceriaan dan kebersamaan selama
ini serta kasih sayang, motivasi dan masukan yang telah diberikan kepada
penulis.
8. Rekan-rekan satu bimbingan: Widi, Edi, dan Sari untuk kerjasama dan
motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi.
9. Teh Rika, Ramadhona, Irsam, Andri, Bagus, Maya, loniq, Annisa, Mbak
wulan, Ria, Novi Nurmia, Puti, Icha, Dila, Lina, Rini, Nain dan anak-anak
Bateng 23 (Ayu, Ala, Ides, Indri, Beby, Dian, Nana) untuk motivasi dan
masukan yang telah diberikan kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 42 yang selalu bersama-sama
membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta ilmu kehidupan yang
diberikan.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah
SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya.
Tidak ada kesempurnaan pada manusia. Penulis menyadari bahwa masih
terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran konstruktif sangat diperlukan untuk kemajuan yang lebih baik. Akhirnya,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kemaslahatan umat dan
bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH SWT. Amin.
Bogor, Agustus 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 11.2. Perumusan Masalah.............................................................................. 41.3. Tujuan Penelitian.................................................................................. 51.4. Manfaat Penelitian................................................................................ 61.5. Ruang Lingkup ..................................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank...................................................................................................... 72.1.1. Definisi Bank.............................................................................. 72.1.2. Fungsi dan Usaha Bank Umum.................................................. 7
2.2. Sumber Dana Bank............................................................................... 92.3. Alokasi Dana Bank............................................................................... 112.4. Penyaluran Kredit................................................................................. 12
2.4.1. Definisi Kredit............................................................................ 122.4.2. Tujuan Kredit ............................................................................. 132.2.3. Fungsi Kredit.............................................................................. 132.4.4. Jenis-jenis Kredit........................................................................ 14
2.5. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) ......................................... 162.6. Laba Bank............................................................................................. 182.7. Penelitian Terdahulu............................................................................. 19
III.METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran ............................................................................. 203.2. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 223.3. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 223.4. Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. 22
3.4.1. Analisis Deskriptif...................................................................... 223.4.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment .............................. 223.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 233.4.4. Analisis Uji simultan (Uji F) ...................................................... 263.4.5. Analisis Uji Parsial (UJi t) ......................................................... 27
viii
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan .............................................................. 294.1.1. Sejarah PT Bank X..................................................................... 294.1.2. Profil PT Bank X........................................................................ 394.1.3. Visi Misi PT Bank X.................................................................. 304.1.4. Produk dan Jasa .......................................................................... 30
4.2. Penghimpunan Dana............................................................................. 324.3. Penyaluran Kredit................................................................................. 38
4.3.1. Pengelolaan Risiko Kredit.......................................................... 394.3.2. Kredit Bermasalah PT Bank X................................................... 40
4.4. Laba PT. Bank X .................................................................................. 444.5. Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba. 46
4.5.1. Analisis Korelasi ........................................................................ 464.5.2. Analisis Regresi Linier Berganda .............................................. 474.5.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F)........................ 514.5.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t) .................................. 53
4.6. Implikasi Manajerial ............................................................................ 54
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan ................................................................................................. 562. Saran ........................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58
LAMPIRAN.................................................................................................... 60
ix
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi ..................... 23
2. Dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito) ............................................. 35
3. Persentase tingkat pertumbuhan penyaluran kredit 1999-2007 .................. 38
4. Jumlah kolektibilitas kredit periode 1999-2007.......................................... 41
5. Persentase Non Performig Loan (NPL) kredit periode 1999-2007............. 43
6. Laba PT Bank X periode 1999-2007 .......................................................... 45
7. Nilai korelasi antar variabel DPK, NPL, dan Laba..................................... 47
8. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda ................................................... 48
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Komposisi pendapatan bunga PT Bank X periode 2006-2007 .................. 4
2. Kerangka konseptual.................................................................................. 21
3. Komposisi dana pihak ketiga PT Bank X periode 1999-2007................... 33
4. Grafik perkembangan tingkat suku bunga dana dan suku bunga kredit ....
PT Bank X periode 1999-2007................................................................... 34
5. Grafik perkembangan jumlah dana pihak ketiga dan penyaluran kredit....
PT Bank X periode 1999-2007................................................................... 37
6. Komposisi kolektibilitas kredit PT Bank X periode 1999-2007................ 41
7. Grafik perkembangan rasio NPL PT Bank X periode 1999-2007 ............. 44
8. Grafik perkembangan laba PT Bank X periode 1999-2007....................... 46
9. Uji normalitas residual pada regresi berganda ........................................... 49
10. Hasil run test terhadap residual model....................................................... 50
11. Output uji heteroskedastisitas pada regresi berganda ................................ 51
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Struktur organisasi PT Bank X ................................................................. 60
2. Uji korelasi antara laba dengan DPK dan NPL ......................................... 61
3. Hasil analisis regresi antara laba dengan DPK dan NPL ........................... 62
4. Hasil uji validitas model DPK dan NPL terhadap laba ............................. 63
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional
dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan
pembangunan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kini setelah masa
krisis terlewati, perbaikan sektor ekonomi tetap menjadi prioritas utama.
Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia
perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas
ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika sektor ekonomi mengalami penurunan
maka salah satu cara mengembalikan stabilitas ekonomi adalah menata sektor
perbankan. Oleh karena itu pemerintah memberikan perhatian khusus
terhadap keberadaan perbankan dalam struktur perekonomian nasional.
Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui Bank
Indonesia yaitu dengan dikeluarkannya deregulasi di bidang keuangan,
moneter, dan perbankan yang berkelanjutan dengan tujuan untuk menciptakan
iklim perbankan yang sehat, mandiri, dan efisien. Berpijak dari adanya
kebutuhan blue print perbankan nasional dan sebagai kelanjutan dari program
restrukturisasi perbankan yang sudah berjalan sejak tahun 1998, maka Bank
Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API (Arsitektur
Perbankan Indonesia) sebagai suatu kerangka menyeluruh arah kebijakan
pengembangan industri perbankan Indonesia ke depan (www.bi.go.id).
Perbankan dalam menjalankan fungsinya yaitu berasaskan prinsip kehati-
hatian. Fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur
dana masyarakat yang bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
taraf hidup masyarakat.
Sebagai lembaga intermediasi, bank menerima simpanan dari nasabah
dan meminjamkannya kepada nasabah (unit ekonomi) lain yang
membutuhkan dana. Sumber dana terbesar yang dimiliki oleh bank berasal
dari dana simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) yang berupa
2
simpanan tabungan, giro dan deposito. Sumber dana tersebut akan disalurkan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Atas simpanan masyarakat
tersebut, bank memberikan imbalan berupa bunga. Sejalan dengan
karakteristik usaha tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang
kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah. Pengaturan secara ketat oleh
penguasa moneter terhadap kegiatan perbankan ini tidak terlepas dari
peranannya dalam pelaksanaan kebijakan moneter. Bank dapat
mempengaruhi jumlah uang beredar yang merupakan salah satu sasaran
pengaturan oleh penguasa moneter dengan menggunakan berbagai piranti
kebijakan moneter (www.bi.go.id).
Salah satu kegiatan industri perbankan adalah pemberian kredit. Menurut
Siamat (2004), proporsi pendapatan terbesar bank berasal dari pendapatan
bunga kredit yang disalurkan. Sedangkan jumlah kredit yang disalurkan
tersebut didanai oleh beberapa sumber yaitu modal sendiri, pinjaman dari
lembaga lain, dan pihak ketiga atau masyarakat. Menurut Kasmir (2004),
dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari beberapa sumber dana
tersebut sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh
suatu bank akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit.
Kredit diberikan kepada para debitur yang telah memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam perjanjian yang dilakukan antara pihak debitur dengan pihak
bank.
Industri perbankan adalah suatu industri yang rentan akan risiko,
terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam
bentuk berbagai investasi, salah satunya dalam pemberian kredit. Kredit
merupakan salah satu aktivitas bisnis perbankan yang memiliki risiko paling
besar dan signifikan dari semua risiko yang menyebabkan kerugian potensial.
Risiko kredit disini dimaksudkan sebagai ketidakmampuan debitur untuk
melunasi kewajibannya kepada pihak bank. Apabila pinjaman yang tidak
dapat dikembalikan jumlahnya cukup material, hal ini dapat menyebabkan
turunnya pendapatan, kinerja maupun tingkat kesehatan dan kelangsungan
bank.
3
Beberapa risiko kredit tak dapat dihindari, karena tanpa risiko tidak akan
ada pendapatan. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan dengan diimbangi
pengelolaan terhadap risiko yang baik akan menentukan keuntungan bank.
Namun di sisi lain, kredit juga merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan rapuhnya usaha perbankan yaitu apabila kredit tersebut
dinyatakan bermasalah. Besarnya kredit yang bermasalah ditunjukkan dalam
nilai Non Performing Loan (NPL). Semakin besar NPL berarti risiko kredit
semakin tinggi. Bank dapat mengkompensasikan pemberian kredit yang
mempunyai risiko tinggi diimbangi dengan pendapatan yang lebih tinggi
melalui penetapan suku bunga di atas normal. Namun, pemberian putusan
kredit harus dapat dijamin, apakah akan lebih banyak memberikan kredit
dengan tingkat pendapatan dan pengembalian tinggi, atau terlalu berisiko,
karena dapat mengakibatkan risiko potensial dalam bisnis (Coyle dalam
www.WordPress.com)
Saat ini, dunia perbankan di Indonesia mengalami kendala dengan
tingkat kredit bermasalah yang terus meningkat. Bank Indonesia (BI)
mencatat rasio kredit bermasalah (NPL) gross perbankan naik dari 4,33%
pada Maret menjadi 4,39% per April 2008. Sementara NPL net pada periode
yang sama naik dari 1,78% menjadi 1,8%. Komposisi NPL tersebut adalah
3,7% pada kredit modal kerja, kredit investasi 5,3%, dan kredit konsumsi
3,1% (www.zulfikargroup.blogspot.com).
PT Bank X merupakan bank yang terbentuk sebagai bagian dari program
restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia
melalui pengambilalihan empat bank. PT Bank X merupakan bank terbesar di
Indonesia dilihat dari sisi jumlah aktiva, pemberian kredit, maupun dana
pihak ketiga. PT Bank X menyediakan berbagai produk dan jasa perbankan
baik bagi nasabah perorangan, usaha kecil dan menengah (UKM), maupun
korporasi dan badan usaha milik negara (BUMN). Sebagai lembaga
intermediasi, bank memperoleh pendapatan dari bunga kredit atau surat-surat
berharga. Pendapatan bunga dari kegiatan penyaluran kredit memberikan
kontribusi paling besar terhadap pencapaian laba PT Bank X, seperti terlihat
pada Gambar 1. Pada tahun 2006 dan 2007, pendapatan bunga kredit PT
4
Bank X memiliki kontribusi masing-masing sebesar 43,1% dan 52,8%. Nilai
tersebut hampir mencapai setengah dari pendapatan bunga total.
Gambar 1. Komposisi pendapatan bunga PT Bank X Periode 2006-2007Sumber: PT Bank X (Data Diolah)
Dalam upaya pencapaian labanya, PT Bank X harus terus berusaha
menghimpun dana pihak ketiga untuk mendanai kegiatan penyaluran
kreditnya dan selalu berusaha untuk menurunkan tingkat NPL. Semakin
banyak dana yang disalurkan tentu saja semakin besar potensi menimbulkan
risiko kredit. NPL yang tinggi akan berpengaruh terhadap citra perusahaan
dan kinerja perbankan. Pengelolaan terhadap kegiatan penghimpunan dana
dan penyaluran dana sangat penting dan berguna sebagai salah satu input
alternatif dalam perumusan strategi tata kelola perusahaan.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam menghadapi perubahan ekonomi yang sangat fluktuatif di
Indonesia, lembaga keuangan dan pelaku ekonomi khususnya BUMN harus
mengelola kegiatan bank terutama dalam penyaluran kreditnya. Penyaluran
kredit yang diberikan kepada masyarakat memiliki tingkat risiko yang
beraneka ragam. Permasalahan yang terjadi pada PT Bank X adalah
31%
53%
7%3% 3% 3%
41,3%
43,1%
6,3%
4% 2,3% 3%
Obligasi pemerintah
Kredit yang diberikan
Surat berharga
Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain
Provisi dan komisi atas kredit yang diberikan
lainnya
2006 2007
5
ketidakstabilan Jumlah DPK, nilai NPL dan Laba. Tingginya jumlah DPK
yang dimiliki oleh PT Bank X akan berimplikasi pada kemampuannya dalam
melakukan ekspansi kredit, karena sumber pendanaan utama untuk
penyaluran kredit adalah jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh sebuah
bank. Tiap sumber dana memiliki kelebihan, kekurangaan dan biaya dana
yang harus diperhitungkan karena dapat mempengaruhi laba bank. Agar bank
mendapatkan laba, maka tingkat bunga kredit harus lebih tinggi dari biaya
yang dibayarkan kepada pemilik dana (Siamat, 2005). Sehingga bank akan
mendapatkan spread (selisih) yang positif. Akan tetapi, dalam menyalurkan
kreditnya bank menghadapi risiko kredit gagal bayar yang ditunjukkan oleh
nilai NPL. Sehingga dengan adanya NPL tersebut, laba yang sudah
ditargetkan bank akan terganggu. Maka kegiatan penghimpunan dan
penyaluran kredit harus dikelola dengan baik, karena dua kegiatan tersebut
merupakan satu kesatuan atas keberlangsungannya kegiatan usaha sebuah
bank. Oleh karena itu permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana komposisi dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito) pada
PT Bank X?
2. Bagaimana perkembangan dana pihak ketiga, NPL, dan laba pada PT
Bank X?
3. Bagaimana pengaruh dana pihak ketiga dan nilai NPL terhadap laba pada
PT Bank X?
1.3. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis komposisi dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito)
pada PT Bank X.
2. Menganalisis perkembangan dana pihak ketiga, NPL, dan laba pada PT
Bank X.
3. Menganalisis pengaruh dana pihak ketiga dan nilai NPL terhadap laba
pada PT Bank X.
6
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan serta saran-saran yang bermanfaat untuk pencapaian laba.
2. Bagi pembaca, sebagai salah satu bahan acuan dan referensi untuk
melakukan penelitian lanjutan.
3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah
wawasan keilmuan serta sebagai suatu latihan dalam menerapkan teori-
teori yang diperoleh penulis khususnya mengenai perbankan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang analisis pengaruh dana pihak ketiga dan kredit
bermasalah terhadap laba. Dimana dalam penelitian ini terfokus pada analisis
komposisi DPK, perkembangan DPK, nilai NPL, dan laba, dan pengaruh
dana pihak ketiga dan kredit bermasalah terhadap laba pada PT Bank X.
Penelitian ini tidak menganalisis sumber pendanaan lain dan faktor-faktor
penyebab kredit bermasalah. Data yang digunakan dalam penelitian adalah
data dari tahun 1999 sampai tahun 2007. Penggunaan jangka waktu tersebut
digunakan agar pendugaan parameter lebih akurat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank
2.1.1. Definisi Bank
Menurut UU No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan UU. No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak.
2.1.2. Fungsi dan Usaha Bank Umum
Siamat (2004) menyebutkan bahwa bank umum memiliki fungsi
pokok sebagai berikut:
1) Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih
efisien dalam kegiatan ekonomi.
2) Menciptakan uang.
3) Menghimpun dan menyalurkannya kepada masyarakat.
4) Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut
UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan dalam Siamat (2004)
adalah sebagai berikut:
1) Menghimpun dana dari masyarakat.
2) Memberikan kredit.
3) Menerbitkan surat pengakuan utang.
4) Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun.
untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
a) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diaksep oleh bank
b) Surat pengakuan utang
c) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah
d) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
e) Obligasi
f) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun
8
g) Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
dengan satu tahun
5) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah.
6) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau
meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan
menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan
wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga.
8) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat
berharga.
9) Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak (custodian).
10) Melakukan penempatan dana dari menambah kepada nasabah
lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa
efek.
11) Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun
sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya
kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut
wajib dicairkan secepatnya.
12) Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring), kartu kredit dan
kegiatan wali amanat (trustee).
13) Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
14) Melakukan kegiatan lain misalnya kegiatan dalam valuta asing,
melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di
bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, dan asuransi, dan melakukan penyertaan modal
sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit.
15) Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang.
9
2.2. Sumber Dana Bank
Menurut Kasmir (2008), sumber dana bank adalah usaha bank dalam
menghimpun dana dari masyarakat. Sumber dana bank dapat diperoleh dari:
1. Dana yang berasal dari bank itu sendiri
Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri)
maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dalam bank. Perolehan dana
ini biasanya digunakan apabila bank mengalami kesulitan untuk
memperoleh dana dari luar. Adapun pencarian dana yang bersumber dari
bank itu sendiri terdiri dari :
a. Setoran modal dari pemegang saham merupakan modal dari para
pemegang saham lama atau pemegang saham baru.
b. Cadangan laba merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan oleh
bank dan sementara waktu belum digunakan.
c. Laba bank yang belum dibagi merupakan laba tahun berjalan tapi
belum dibagikan kepada para pemegang saham.
2. Dana yang berasal dari masyarakat luas
Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan
operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu
membiayai operasinya dari sumber dana ini. Menurut UU No.10 Tahun
1998 sumber dana yang dimaksud adalah :
a. Simpanan giro
Merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
b. Simpanan tabungan
Merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
10
c. Simpanan deposito
Merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan
dengan bank.
Pembagian jenis simpanan ke dalam beberapa jenis dimaksudkan
agar para penyimpan mempunyai pilihan sesuai dengan tujuan
masing-masing. Tiap pilihan mempunyai pilihan mempunyai
pertimbangan tertentu dan adanya suatu pengharapan yang ingin
diperolehnya. Pengharapan yang ingin diperoleh dapat berupa
keuntungan dari bunga dan kemudahan atau keamanan uangnya.
3. Dana yang bersumber dari lembaga lain
Sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami
kesulitan dalam pencarian sumber dana pertama dan kedua diatas.
Adapun sumber dana yang dimaksud adalah :
a. Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), merupakan kredit yang
diberikan Bank Indonesia kepada bank-bank yang mengalami
kesulitan likuiditasnya.
b. Pinjaman antar bank (call money). Biasanya pinjaman ini diberikan
kepada bank- bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga
kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman
ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relatif tinggi jika
dibandingkan dengan pinjaman lainnya.
c. Pinjaman dari bank-bank luar negeri, merupakan pinjaman yang
diperoleh perbankan dari pihak luar negeri.
d. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan
menerbitkan SBPU kemudian diperjualbelikan kepada pihak yang
berminat, baik perusahaan keuangan maupun non keuangan. SBPU
diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga
masyarakat tertarik untuk membelinya.
11
2.3. Alokasi Dana Bank
Dana yang telah berhasil dihimpun dari berbagai sumber perlu dikelola
secara efektif dan efisien dengan mempersiapkan strategi penempatan dana
berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Menurut Siamat (2004),
penempatan dana mempunyai beberapa tujuan yaitu :
a. Untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup.
b. Untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar
posisi likuiditas tetap aman.
Menurut Siamat (2004), penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat
diklasifikasikan berdasarkan prioritas penggunaan dana dan sifat aktiva
bank :
1. Prioritas penggunaan dana
Penggunaan dana bank dua prioritas pertama adalah dalam bentuk :
a. Cadangan primer (primary reserve)
Cadangan primer dimaksudkan antara lain untuk memenuhi
ketentuan likuiditas wajib minimum dan keperluan operasi bank
sehari-hari termasuk untuk memenuhi semua penarikan simpanan
dan permintaan kredit nasabah. Disamping itu cadangan ini
digunakan untuk penyelesaian kliring antarbank dan kewajiban-
kewajiban lainnya yang segera harus dibayar. Cadangan primer
meliputi uang kas yang ada dalam bank, saldo rekening giro pada
bank sentral dan bank-bank lainnya, dan warkat-warkat yang dalam
proses penagihan.
b. Cadangan sekunder (secondary reserve)
Cadangan sekunder dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya diperkirakan kurang dari
satu tahun. Cadangan sekunder ini semata-mata dimaksudkan untuk
kebutuhan likuiditas dan untuk memperoleh keuntungan.
c. Penyaluran kredit
Penyaluran kredit merupakan kegitan utama bank. Oleh karena itu
sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan usaha ini.
12
d. Investments
Penggunaan dana bank untuk investment yaitu penanaman dana
dalam surat-surat berharga yang berjangka panjang. Tujuannya yaitu
untuk memaksimalkan penghasilan. Adapun instrumen untuk
investment adalah saham yang dibeli melalui bursa efek dan obligasi
dengan berbagai jenis.
2. Penggunaan dana menurut aktiva
Penggunaan dana bank berdasarkan sifat aktiva adalah pengaplikasian
dana ke dalam bentuk aktiva yang dapat memberikan hasil dan tidak
memberikan hasil bagi bank yang bersangkutan. Penggunaan dana ini
dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Akiva tidak produktif (non-earning assets)
Aktiva tidak produktif merupakan penanaman dana ke dalam aktiva
yang tidak memberikan hasil bagi bank terdiri dari : 1) alat likuid,
terdiri dari kas, giro pada bank sentral, dan giro pada bank-bank
lain.2) Aktiva tetap dan inventaris, yang penggunaan dananya
diperoleh dari modal sendiri bank yang bersangkutan.
b. Aktiva produktif (earning assets)
Aktiva produktif merupakan semua penanaman dana dalam rupiah
dan valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan
sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif bank terdiri
dari : kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat
berharga, dan penyertaan.
2.4. Penyaluran Kredit
2.4.1. Definisi Kredit
Kredit berasal dari bahasa yunani yaitu credere yang berarti
kepercayaan. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga.
13
Menurut Kasmir (2004), kredit berarti memperoleh barang
dengan membayar cicilan atau angsuran di kemudian hari atau
memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan
dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan
perjanjian.
Menurut Rivai (2005), kredit adalah penyerahan barang, jasa,
atau uang dari satu pihak (kreditor/pemberi pinjaman) atas dasar
kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower)
dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit
pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak.
2.4.2. Tujuan Kredit
Kasmir (2001) menyebutkan bahwa ”pemberian suatu fasilitas
kredit mempunyai tujuan tertentu”. Tujuan pemberian kredit tersebut
tidak akan terlepas dari misi bank tersebut. Adapun tujuan utama
pemberian suatu kredit antara lain:
1) Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank
dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2) Membantu usaha nasabah
Yaitu untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
agar dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3) Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh
pihak perbankan, maka semakin baik, karena akan
meningkatkan penerimaan pajak, membuka kesempatan kerja,
meningkatkan jumlah barang dan jasa, serta menghemat dan
meningkatkan devisa negara.
2.4.3. Fungsi Kredit
Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam
perekonomian. Menurut Rivai (2005), fungsi kredit di dalam
perekonomian, perdagangan, dan keuangan terdiri dari:
14
a. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang
b. Kredit meningkatkan utility (daya guna) suatu barang
c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
d. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat
e. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi
f. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional
g. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional
2.4.4. Jenis-jenis Kredit
Menurut Kasmir (2004), beragam jenis kegiatan usaha
mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis kredit. Secara
umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dilihat dari
berbagai segi diantaranya:
1. Segi Kegunaan
a. Kredit Investasi
Kredit investasi adalah kredit yang biasanya digunakan
untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek
atau pabrik baru dimana pemakaiannya untuk suatu periode
yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini
adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.
b. Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja adalah kredit yang digunakan untuk
keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
2. Segi Tujuan Kredit
a. Kredit Produktif
Kredit produktif adalah kredit yang digunakan untuk
peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini
diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa.
b. Kredit konsumtif
Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk
konsumsi atau dipakai secara pribadi. Tidak ada
pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan.
15
c. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan adalah kredit yang digunakan unuk
kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang
dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagangan tersebut.
3. Segi Jangka Waktu
a. Kredit Jangka Pendek
Kredit jangka pendek memiliki jangka waktu kurang dari
satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya
digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit Jangka Menengah
Kredit jangka menengah memiliki jangka waktu berkisar
antara satu tahun sampai dengan tiga tahun.
c. Kredit Jangka Panjang
Kredit jangka panjang memiliki jangka waktu diatas tiga
tahun atau lima tahun dan biasanya kredit ini digunakan
untuk investasi jangka panjang.
4. Segi Jaminan
a. Kredit dengan jaminan
Kredit yang diberikan dengan jaminan tertentu. Jaminan
dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.
b. Kredit Tanpa Jaminan
Kredit yang diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter, serta loyalitas calon debitur selama berhubungan
dengan kreditur (bank) bersangkutan.
5. Segi Sektor Usaha
a. Kredit pertanian
Kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau
pertanian rakyat. Kredit ini bisa berupa jangka pendek atau
jangka panjang.
16
b. Kredit Peternakan
Kredit ini diberikan untuk sektor peternakan, biasanya
untuk waktu yang relatif pendek.
c. Kredit Industri
Kredit ini digunakan untuk membiayai industri pengolahan
baik untuk industri kecil, menengah, atau besar.
d. Kredit Pertambangan
Kredit ini digunakan untuk usaha tambang, biasanya dalam
jangka panjang.
e. Kredit Pendidikan
Kredit pendidikan digunakan untuk membangun sarana dan
prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk
para mahasiswa yang sedang belajar.
f. Kredit Profesi
Kredit profesi diberikan kepada kalangan para profesional
seperti dosen, dokter dan pengacara.
g. Kredit perumahan
Kredit perumahan digunakan untuk membiayai
pembangunan atau pembelian perumahan dan sektor-sektor
usaha lainnya.
2.5. Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)
Menurut Rivai (2005), kredit bemasalah merupakan kredit yang
mengalami kesulitan di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya
terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya,
pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi beban
nasabah yang bersangkutan. Menurut ketentuan Bank Indonesia dalam
Siamat (2004), kredit digolongkan menurut kualitasnya yaitu:
1. Kredit lancar (pass), kredit digolongkan lancar apabila memenuhi
kriteria:
a) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu
b) Memiliki mutasi rekening yang aktif
17
c) Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai (cash
collateral)
2. Kredit dalam perhatian khusus (special mention)
Kredit yang digolongkan ke dalam perhatian khusus apabila memenuhi
kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang belum
melampaui 90 hari.
b) Kadang-kadang terjadi cerukan.
c) Mutasi rekening relatif aktif
d) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan.
e) Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kredit kurang lancar (substandard)
Kredit yang digolongkan ke dalam kurang lancar apabila memenuhi
kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampaui 90 hari.
b) Sering terjadi cerukan.
c) Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.
d) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari
Sembilan puluh hari.
e) Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah.
f) Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Kredit diragukan (doubtful)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi
kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampaui 180 hari.
b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
d) Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan.
18
5. Kredit macet (loss)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi
kriteria:
a) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga yang telah
melampaui 270 hari.
b) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
c) Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.
Menurut Riyadi (2004), NPL adalah perbandingan antara jumlah kredit
yang diberikan dengan kolektibilitas tiga sampai dengan lima dibandingkan
dengan total kredit yang diberikan oleh bank.
Rumus :
NPL gross =/
x 100%................................. 1)
NPL nett =/ /
x 100% .... 2)
Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah
maksimal 5%, jika melebihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat
kesehatan bank yang bersangkutan.
2.6. Laba Bank
Laba merupakan merupakan kelebihan pendapatan, hasil, atau harga
jual diatas biaya-biaya yang terlibat; setiap manfaat keuangan yang berasal
dari suatu kegiatan komersial, dari praktek suatu profesi, atau dari suatu
transaksi pribadi (Kamus istilah akuntansi, 1985).
Menurut Sastradipoera dalam Gumayantika (2008), laba adalah jumlah
yang tersisa setelah biaya tetap dan biaya variabel dikurangkan dari
penerimaan bank, kelebihan pendapatan (income) di atas pengeluaran
(expenditure) bank. Jadi untuk mengetahui terlebih dahulu nilai seluruh
pendapatan dan nilai biaya secara keseluruhan. Laba yang diperoleh suatu
perusahaan menunjukkan sejauh mana manajemen perusahaan berhasil
mengorganisasi bisnis dan sebaliknya.
19
2.7. Hasil Penelitian Terdahulu
Gumayantika (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh risiko
kredit terhadap laba pada Bank Jabar Cabang Ciamis. Hasil penelitian ini
dengan menggunakan korelasi pearson product moment membuktikan
bahwa terdapat hubungan yang negatif sebesar 0,652 antara risiko kredit dan
laba.
Pada penelitian Marchtina (2005), menganalisis pengaruh dana
simpanan masyarakat dan suku bunga kredit terhadap penyaluran kredit
pada bank pemerintah di Karesidenan Surakarta periode 2002-2004.
Penelitian ini membuktikan bahwa dana simpanan masyarakat sebagai salah
satu sumber dana bank memiliki pengaruh yang signifikan dan positif
terhadap penyaluran kredit, sedangkan suku bunga kredit mempunyai
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.
Pada penelitian Pradipta (2008) menganalisis portofolio sumber dana
PT Bank Lampung KCP Antasari sebagai instrumen optimalisasi budgeting
dan pengambilan strategi. Penelitian ini membuktikan bahwa berdasarkan
uji F secara keseluruhan portofolio sumber dana yang terdiri dari giro
swasta, SIGERMAS, dan transfer antar kantor berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan. Berdasarkan hasil pengujian dengan
menggunakan uji t bahwa secara parsial giro swasta dan SIGERMAS
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan, sedangkan
transfer antar kantor berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap
pendapatan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Sebagai lembaga intermediasi, bank mempunyai kegiatan utama yaitu
menghimpun dan menyalurkan dana. Sumber dana terbesar yang dimiliki
oleh bank berasal dari simpanan masyarakat yang berupa tabungan, giro, dan
deposito. Sumber dana tersebut akan disalurkan kembali kepada masyarakat
dalam bentuk kredit. Atas simpanan masyarakat tersebut, bank memberikan
imbalan berupa bunga. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat
membutuhkan bank dengan fasilitas kreditnya. Oleh sebab itu, bank
mempunyai peranan penting dalam pengelolaan dana yang beredar di
masyarakat. Pendapatan terbesar bank berasal dari pendapatan bunga dari
kredit yang disalurkan (Siamat, 2004). Sedangkan jumlah kredit yang
disalurkan tersebut ditentukan oleh besarnya sumber dana yang diperoleh dari
masyarakat. Namun dalam merealisasikan kegiatan bisnisnya, kredit selalu
dihubungkan dengan prinsip risk and return, dimana kegiatan yang
diharapkan akan mempunyai hasil atau pendapatan yang besar, biasanya
mempunyai risiko yang tinggi.
Dalam penelitian ini, sumber pendanaan yang digunakan adalah sumber
dana yang berasal dari pihak ketiga yang terdiri dari tabungan, giro, dan
deposito. Besarnya risiko kredit ditunjukkan dalam nilai Non Performing
Loan (NPL). Tingginya NPL menunjukkan banyaknya pihak debitur yang
tidak dapat membayar secara kontinu atas pinjaman kreditnya. Sedangkan
laba bank yang digunakan adalah laba bersih sebelum dikurangi pajak.
Besarnya dana pihak ketiga yang diperoleh dan nilai NPL akan
berpengaruh terhadap laba bank. Analisis regresi linier berganda digunakan
untuk melihat pengaruh perubahan sumber dana pihak ketiga dan NPL secara
simultan terhadap laba bank. Sedangkan analisis korelasi digunakan untuk
melihat derajat hubungan diantara sumber dana yang diperoleh dan nilai NPL
terhadap laba bank. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi input alternatif
dalam peningkatan laba bank. Adapun kerangka pemikiran konseptual dari
penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 2.
21
Variabel independen Variabel independen
Variabel dependen
Gambar 2. Kerangka Konseptual
Keterangan :
PT. Bank X
Fungsi intermediasi
Penghimpun dana Penyalur dana
NPL
Laba
- Korelasi pearsonproduct moment
- Regresi linierberganda
- Uji F- Uji t
Pengaruh dana pihak ketiga dan NPLterhadap laba
Dana pihak ketiga :TabunganGiroDeposito
Analisisdeskriptif
Analisisdeskriptif
: Alur pemikiran
: Alat analisis
22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di PT Bank X yang berlokasi di Jakarta.
Pemilihan tempat dilakukan secara purposive. Waktu penelitian dimulai dari
bulan Februari 2009 sampai April 2009.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan, baik
oleh pihak pengumpul data atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel,
diagram, dan lain-lain (Juanda, 2003). Data sekunder diperoleh dari data
historis PT Bank X, studi literatur, laporan penelitian, dan laporan keuangan
yang diterbitkan bank maupun internet.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode
statistik yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif, analisis
korelasi pearson product moment, analisis regresi linier berganda dan diolah
dengan menggunakan Minitab 14.
3.4.1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang digunakan untuk
menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi, Sugiono
dalam Gumayantika (2008).
3.4.2. Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Korelasi pearson product moment merupakan statistik yang
mengukur keserasian hubungan diantara dua variabel. Rumus dibawah
ini digunakan bila sekaligus akan menghitung persamaan regresi.
Menurut Alma (2007), perumusan untuk korelasi pearson product
moment yaitu:= ∑ (∑ )(∑ ){ ∑ –(∑ ) } { ∑ }............................................. 3)
23
Dimana:
r = Koefisien korelasi
Y = Variabel terikat ( Laba)
X = Variabel bebas ( DPK dan NPL)
n = Lamanya periode
Korelasi pearson product moment dilambangkan dengan (r)
dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila
nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak
ada korelasi; dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat.
Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuat lemahnya
hubungan korelasi, maka dapat digunakan pedoman korelasi seperti
pada Tabel 1.
Tabel 1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisienkorelasiInterval Koefisien Tingkat Hubungan0.00 - 0.199 Sangat rendah0.20 - 0.399 Rendah0.40 - 0.599 Sedang0.60 - 0.799 Kuat0.80 - 1.000 Sangat kuat
Sumber : Sugiono, 2006
3.4.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Arief (2006), analisis regresi digunakan untuk melihat
bagaimana variasi peubah dari beberapa peubah bebas mempengaruhi
peubah tidak bebas dalam suatu fenomena yang kompleks. Analisis
regresi dapat dibedakan menjadi regresi sederhana dan regresi
berganda. Jika parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu
peubah tidak bebas dengan lebih dari satu peubah bebas maka yang
digunakan adalah regresi berganda. Analisis regresi berganda
menjelaskan seberapa jauh suatu peubah mempengaruhi peubah
lainnya. Pada penelitian ini dana pihak ketiga dan kredit bermasalah
menjadi peubah bebas yang mempengaruhi peubah tidak bebas yaitu
laba. Model regresi berganda ditunjukkan oleh persamaan berikut ini :
24
Y = + + +e ................................................................ 4)
Keterangan :
Y = Labaβ = KonstantaX = DPKX = NPL
= Tingkat kesalahan (galat)
Ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi oleh model regresi. Oleh
karena itu diperlukan pengujian asumsi yang meliputi uji normalitas,
uji multikolinearitas, uji autokorelasi dan heteroskedastisitas menurut
Gujarati dalam Susanti (2007).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan jika data yang
digunakan kurang dari 30 untuk mengetahui distribusi kenormalan
data, yaitu apakah data dapat dianggap berdistribusi normal atau
tidak. Ketika data telah berdistribusi normal, maka data tersebut
dapat diolah menggunakan statistik parametrik yang pada
penelitian ini menggunakan model regresi berganda. Untuk
menguji kenormalan data dilakukan dengan menguji kenormalan
data residual. Uji normalitas dapat dilihat dengan melihat nilai
statistik Kolmogorov-Smirnov (KS) pada uji normalitas residual.
Jika nilai statistik KS lebih kecil dibanding nilai tabel KS dan nilai
p-value lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi
sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan (Iriawan
dan Astuti, 2006).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah kondisi dimana peubah-peubah bebas
memiliki korelasi diantara satu dengan yang lainnya. Jika peubah-
peubah bebas memiliki korelasi sama dengan 1 atau berkorelasi
sempurna mengakibatkan koefisien-koefisien regresi menjadi tidak
dapat diperkirakan dan nilai standar error setiap koefisien regresi
25
menjadi tak hingga (Arief, 2006). Uji multikolinearitas adalah uji
untuk melihat apakah terdapat korelasi antara peubah bebas yang
digunakan dalam model regresi. Untuk melihat apakah ada
multikolinearitas pada model regresi dilihat dari nilai variance
inflation factor atau (VIF). Jika nilai VIF masing-masing peubah
bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka model regresi
memiliki multikolinearitas sehingga menjadi tidak valid (Iriawan
dan Astuti, 2006).
c. Uji Autokorelasi
Menurut Arief (2006), penaksiran model regresi linear
memiliki asumsi bahwa tidak terdapat korelasi serial atau
autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial kemungkinan terjadi
pada data time series. Model regresi yang baik tidak
memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya
autokorelasi adalah pengujian hipotesis dalam uji F menjadi tidak
valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan yang
menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi yang
ditaksir.
Uji autokorelasi dengan perangkat lunak Minitab melalui uji
Run test residual. Jika hasil penghitungan didapatkan p-value lebih
besar dari α, menunjukkan tidak adanya autokorelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual
untuk peubah bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk
peubah yang diketahui tetap, disebut dengan homoskedastisitas.
Jika varian berbeda, disebut heteroskedastisitas (Arief, 2006).
Asumsi pada model regresi adalah varian setiap variabel
independen mempunyai nilai yang konstan atau memiliki varian
yang sama. Masalah heteroskedastisitas umumnya terjadi pada data
cross sectional. Konsekuensi dari adanya heteroskedastisitas adalah
kemungkinan untuk mengambil kesimpulan yang salah dalam uji F
26
karena pengujian tingkat signifikansi yang kurang kuat Gujarati
dalam Susanti (2007).
Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat
heteroskedastisitas dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada
output perhitungan dengan perangkat lunak Minitab. Sebaran titik-
titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di atas
dan di bawah nol menunjukkan bahwa model regresi tidak
mengalami masalah heteroskedastisitas (Iriawan dan Astuti, 2006).
3.4.4. Analisis Uji Simultan (Uji F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimaksud dalam model menpunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen (Kuncoro, 2003). Langkah-
langkah uji satistik F:
Langkah-langkah uji statistik F adalah :
a. Merumuskan hipotesis
1) H : = 0, , ,Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua
parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua
variabel independen bukan meruapakan penjelas yang
signifikan terhadap variabel dependen.
2) H : ∃ ≠ 0 , , ,Hipotesis alternatifnya (H1), tidak semua parameter secara
simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu
variabel independen merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
b. Menentukan F tabel
1. F α (k-1, n-k)
2. Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir.
3. Derajat bebas pembilang = k-1
4. Derajat bebas penyebut = n-k
27
c. Menentukan F hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
program Minitab 14
d. Membandingkan F hitung dengan F tabel
1. Jika statistik hitung (angka F output) > statistik tabel (F
tabel) atau F hitung < -F tabel maka H0 ditolak dan H1
diterima.
2. Jika –F tabel < statistik hitung (angka F output) < statistik
table (F tabel) maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat dilihat pada
hasil uji analysis of variance (ANOVA). ANOVA merupakan uji
hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada (Iriawan dan Astuti,
2006). Hipotesis yang digunakan sama dengan hipotesis uji F, dengan
daerah penolakan p- value < α.
3.4.5. Analisis Uji Parsial (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel terikat (Kuncoro, 2003). Langkah-langkah uji statistik t
adalah:
4. Merumuskan hipotesis
a. H : β = 0
Hipotesis nol (H ) yang hendak diuji adalah apakah suatu
parameter (β ) sama dengan nol. Artinya, suatu variabel
independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap
variabel depeden.
b. H : β ≠ 0
Hipotesis alternatifnya (H ), parameter suatu variabel tidak
sama dengan nol. Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen.
5. Menentukan t-tabel
a. Menentukan besarnya t-tabel : ( / , )b. Taraf nyata (α) = 0,05; yaitu tingkat kesalahan yang masih dapat
ditolerir.
28
c. Derajat bebas (df) = n-k
6. Menentukan t-hitung yang diperoleh dari hasil regresi melalui
program minitab.
7. Membandingkan t-hitung dengan t-tabel
a. Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (t tabel)
atau t hitung < -t tabel maka H ditolak dan H diterima.
b. Jika –t tabel < statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (t
tabel) maka H diterima dan H ditolak.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1.Sejarah PT. Bank X
PT Bank X berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian
dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanankan oleh
pemerintah Indonesia melalui pengambilalihan empat bank. Pada
bulan Juli 1999, empat bank milik pemerintah tersebut yaitu Bank A,
Bank B, Bank C dan Bank D, bergabung menjadi PT Bank X dengan
pelaksanan merger. Kemudian PT Bank X mulai beroperasi pada
bulan Agustus 1999. Keempat bank yang digabung merupakan bank-
bank yang telah lama beroperasi di Indonesia.
4.1.2.Profil PT. Bank X
Sejak didirikan, PT Bank X terus berupaya untuk membentuk tim
manajemen yang profesional serta bekerja berdasarkan prinsip-prinsip
good corporate governance, pengawasan dan kepatuhan yang sesuai
standar internasional. PT Bank X disupervisi oleh komisaris yang
terdiri dari orang-orang yang menonjol di bidang keuangan yang
ditunjuk oleh pemegang saham termasuk Menteri Negara BUMN.
Tingkatan tertinggi dari manajemen eksekutif adalah direksi, yang
dipimpin oleh direktur utama. Direksi PT Bank X terdiri dari bankir
yang berasal dari bankir profesional. Sebagai bagian dari penerapan
good corporate governance, Bank X membentuk Compliance Group,
Internal Audit dan Corporate Secretary, dan juga diperiksa oleh Bank
Indonesia dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta diaudit dari
waktu ke waktu setiap tahunnya oleh auditor independen.
Pada tanggal 14 Juli 2003, Pemerintah Republik Indonesia
melakukan divestasi sebesar 20 % atas kepemilikan saham di PT Bank
X melalui penawaran umum perdana. Proses divestasi saham
pemerintah pada PT Bank X tersebut didasarkan pada Peraturan
Pemerintah No. 27 Tahun 2003 tentang penjualan saham Negara
Republik Indonesia pada PT Bank X. Dalam Peraturan Pemerintah
30
tersebut dijelaskan bahwa penjualan saham PT Bank X akan
dilakukan melalui pasar modal atau kepada mitra strategis dengan
jumlah maksimal 30 % dari jumlah saham yang telah dikeluarkan dan
disetor penuh atau sejumlah Rp. 4.000.000 saham biasa atas nama
Seri B milik Negara Repubik Indonesia dengan nilai nominal sebesar
Rp. 500 per saham dan harga penawaran sebesar Rp. 675 per saham.
Pada bulan April 2003, PT Bank X menerbitkan Medium Term
Notes (MTN) sebesar USD 300 juta, berjangka waktu 5 tahun yang
dicatatkan di Bursa Efek Singapura. Pada bulan Agustus 2003, PT
Bank X menyelesaikan implementasi eMAS (Enterprise “X” Advance
System), yang merupakan sistem core banking baru. Pada tanggal 11
Maret 2004, Pemerintah Republik Indonesia melakukan divestasi
lanjutan atas 10 % kepemilikan di PT Bank X. Hal ini merupakan
landasan bagi tahap transformasi berikutnya menjadi Regional
Champion Bank pada tahun 2010.
4.1.3.Visi Misi PT. Bank X
PT Bank X memiliki sebuah visi yaitu “Bank terpercaya pilihan
anda”. Untuk mencapai visi tersebut PT Bank X memiliki misi-misi
yang mendukung. Misi-misi PT Bank X adalah :
1. Berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pasar.
2. Mengembangkan sumber daya manusia profesional.
3. Memberikan keuntungan yang maksimal pada stakeholder.
4. Melaksanakan manajemen terbuka.
5. Peduli terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungan.
4.1.4.Produk dan Jasa
Sebagai lembaga keuangan bank, PT Bank X memiliki produk-
produk baik itu dalam penghimpun dana, penyaluran dana maupun
jasa-jasa perbankan lainnya. Konsumen PT Bank X dapat dibagi
menjadi beberapa segmen yaitu : Corporate, Commercial, Micro,
Consumer, dan Small Business. Produk-produk yang tersedia bagi
konsumen yaitu:
31
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Tabungan X, adalah tabungan dengan berbagai fasilitas yang
dapat membantu nasabah seperti SMS Banking, Internet
Banking dan Call X, ATM, Weekend Banking, layanan
Autodebet dan layanan Automatic Fund Transfer.
b. Giro, adalah fasilitas penyimpanan dana yang dapat membantu
transaksi bisnis dengan adanya fasilitas cek dan bilyet giro,
dan tersedia pilihan berbagai mata uang yaitu : Rupiah, USD,
SGD, AUD, GBD, DEM, JPY, HKD, CHF, dan FFR.
c. Deposito, adalah fasilitas penyimpanan dana dengan suku
bunga deposito yang kompetitif dan menjadikan investasi lebih
cepat berkembang. Produk deposito menyediakan berbagai
pilihan jangka waktu yang dapat dipilih sesuai dengan
kebutuhan nasabah, yaitu : 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan,
atau 24 bulan.
d. Deposito On Call, adalah deposito yang ditunjukkan kepada
nasabah corporate yang akan menginvestasikan kelebihan
likuiditas dananya dengan berbagai pilihan jangka waktu yaitu
7 sampai dengan 13 hari, 14 sampai dengan 20 hari, dan 21
sampai dengan 28 hari.
e. Tabungan Haji, adalah tabungan bagi calon jemaah haji setelah
memperoleh dan menunjukkan surat pendaftaran pergi haji.
f. Tabungan Rencana X, adalah tabungan dengan setoran wajib
bulanan yang memberikan ekstra perlindungan asuransi gratis
dan bunga yang relatif lebih tinggi.
g. Tabungan Bisnis, adalah tabungan yang dikhususkan untk
nasabah pebisnis dengan fasilitas kartu debet, layanan e-
Banking, gratis biaya transfer, dan deskripsi transaksi yang
lebih jelas dan lengkap dibandingkan tabungan biasa.
h. Tabungan Kapel
i. Tabungan TKI
j. Tabungan Mikro
32
2. Produk Penyaluran Dana
a. Kredit Modal Kerja untuk segmen Corporate dan Commercial.
b. Kredit Investasi untuk segmen Corporate dan Commercial.
c. Kredit Jaminan Tunai
d. Kredit Modal Kerja Komoditas
e. Kredit Modal Kerja dengan fasilitas e-Biz Card X
f. Kredit Multiguna usaha
g. Kredit Usaha Mikro
h. Kredit Serbaguna Mikro
i. Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
j. Kredit Usaha Mikro –Layak Tanpa Agunan
k. KPR Graha X
l. Kredit Multiguna X
m. Kredit Agunan Deposito X
n. Kredit Mitrakarya X
3. Jasa Lain-lain
Jasa lain-lain terdiri dari : Kartu X, ATM X, Call X, SMS banking
X, Internet Banking, m-ATM, X Dana Sejahtera, X siswa
Sejahtera, X Investasi Sejahtera, X Jiwa Sejahtera, Transaksi
Valuta Asing, Safe Deposit Box, L/C Issues and Amendment, L/C
Advising, L/C Negotiation, L/C Confirmation, dan lain-lain.
4.2. Penghimpunan Dana
Bank dalam menjalankan usahanya yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi
atau kredit. Sehubungan dengan fungsi penghimpunan dana ini, bank sering
pula disebut lembaga kepercayaan. Kebutuhan dana untuk melakukan
ekspansi kredit dipenuhi PT Bank X dengan mengelola beberapa sumber
dana. Sumber utama dana bank berasal dari penghimpunan dana tersebut
yang berupa simpanan dalam bentuk tabungan, giro, dan simpanan
berjangka. Sumber-sumber dana bank dalam bentuk simpanan tersebut
berasal dari masyarakat maupun dari nasabah institusi. Gambar 3
33
menunjukkan komposisi dana pihak ketiga PT Bank X selama periode
1999-2007.
Gambar 3. Komposisi Dana Pihak Ketiga PT Bank X Periode 1999-2007Sumber: PT Bank X (Data Diolah)
Selama periode 1999-2007, deposito memiliki kontribusi yang sangat
besar tehadap total DPK yang berhasil di himpun oleh PT Bank X yaitu
sebesar 56,50%, sedangkan tabungan memberikan kontribusi yang tidak
berbeda jauh dengan giro yaitu masing-masing sebesar 21,90% dan 21,61%.
Dana yang cukup tinggi akan berimplikasi pada kemampuan PT Bank X
untuk menyalurkan kreditnya, karena untuk melakukan ekspansi kredit
dibutuhkan dana yang memenuhi. Permintaan terhadap kredit yang cukup
tinggi harus diimbangi dengan dana yang tersedia. Aliran pemikiran
ekonomi moneter Keynes menyatakan bahwa meningkatnya penawaran
uang atau uang beredar akan meningkatkan ketersediaan dana yang dapat
dipinjamkan atau loanable funds (Mankiw, 2000).
33
menunjukkan komposisi dana pihak ketiga PT Bank X selama periode
1999-2007.
Gambar 3. Komposisi Dana Pihak Ketiga PT Bank X Periode 1999-2007Sumber: PT Bank X (Data Diolah)
Selama periode 1999-2007, deposito memiliki kontribusi yang sangat
besar tehadap total DPK yang berhasil di himpun oleh PT Bank X yaitu
sebesar 56,50%, sedangkan tabungan memberikan kontribusi yang tidak
berbeda jauh dengan giro yaitu masing-masing sebesar 21,90% dan 21,61%.
Dana yang cukup tinggi akan berimplikasi pada kemampuan PT Bank X
untuk menyalurkan kreditnya, karena untuk melakukan ekspansi kredit
dibutuhkan dana yang memenuhi. Permintaan terhadap kredit yang cukup
tinggi harus diimbangi dengan dana yang tersedia. Aliran pemikiran
ekonomi moneter Keynes menyatakan bahwa meningkatnya penawaran
uang atau uang beredar akan meningkatkan ketersediaan dana yang dapat
dipinjamkan atau loanable funds (Mankiw, 2000).
21.90%
56.50%
21.61%
Tabungan Deposito Giro
33
menunjukkan komposisi dana pihak ketiga PT Bank X selama periode
1999-2007.
Gambar 3. Komposisi Dana Pihak Ketiga PT Bank X Periode 1999-2007Sumber: PT Bank X (Data Diolah)
Selama periode 1999-2007, deposito memiliki kontribusi yang sangat
besar tehadap total DPK yang berhasil di himpun oleh PT Bank X yaitu
sebesar 56,50%, sedangkan tabungan memberikan kontribusi yang tidak
berbeda jauh dengan giro yaitu masing-masing sebesar 21,90% dan 21,61%.
Dana yang cukup tinggi akan berimplikasi pada kemampuan PT Bank X
untuk menyalurkan kreditnya, karena untuk melakukan ekspansi kredit
dibutuhkan dana yang memenuhi. Permintaan terhadap kredit yang cukup
tinggi harus diimbangi dengan dana yang tersedia. Aliran pemikiran
ekonomi moneter Keynes menyatakan bahwa meningkatnya penawaran
uang atau uang beredar akan meningkatkan ketersediaan dana yang dapat
dipinjamkan atau loanable funds (Mankiw, 2000).
34
Gambar 4. Grafik Perkembangan Tingkat Suku Bunga Dana dan SukuBunga Kredit PT Bank X periode 1999-2007.Sumber : PT Bank X (Data Diolah).
Besarnya kontribusi deposito terhadap DPK disebabkan karena tingkat
suku bunga deposito lebih besar dari dua jenis DPK lainnya. Seperti terlihat
pada Gambar 4 sepanjang tahun 1999 sampai 2007, tingkat suku bunga
deposito selalu lebih besar daripada dua produk simpanan lainnya sehingga
para nasabah lebih tertarik untuk menyimpan uangnya pada produk
simpanan ini walaupun memiliki jangka waktu yang lebih lama daripada
produk tabungan maupun giro. Tingkat suku bunga dana selalu lebih rendah
daripada tingkat suku bunga pinjaman atau kredit sehingga menghasilkan
spread (selisih) yang positif.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
ting
kat
suku
bun
ga (
dala
m p
erse
n)
Tahun
Suku Bunga Giro
Suku Bunga Tabungan
Suku Bunga deposito
Suku Bunga Kredit
35
Tabel 2. Jumlah Dana Pihak Ketiga (Giro, Tabungan, Deposito)periode 1999-2007 (dalam jutaan rupiah).
Tahun Tabungan Deposito Giro Total DPKTingkatPertumbuhan
1999 14,305,273 113,844,250 19,856,050 148,005,5739.67% 76.92% 13.42% 100%
2000 18,030,147 109,593,640 35,751,479 163,375,26611.04% 67.08% 21.88% 100% 10.38%
2001 22,304,803 130,583,474 37,557,461 190,445,73811.71% 68.57% 19.72% 100% 16.57%
2002 29,926,190 121,536,974 32,579,923 184,043,08716.26% 66.04% 17.70% 100% -3.36%
2003 41,307,433 99,271,665 38,231,656 178,810,75423.10% 55.52% 21.38% 100% -2.84%
2004 53,533,402 81,221,639 41,083,330 175,838,37130.44% 46.19% 23.36% 100% -1.66%
2005 47,153,178 112,726,204 46,410,270 206,289,65222.86% 54.64% 22.50% 100% 17.32%
2006 60,303,561 96,591,234 48,812,753 205,707,54829.32% 46.96% 23.73% 100% -0.28%
2007 85,358,814 94,985,258 67,010,951 247,355,02334.51% 38.40% 27.09% 100% 20.25%
Sumber : PT Bank X (Data Diolah)
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui perkembangan DPK yang di
himpun oleh PT Bank X selama jangka waktu sembilan tahun yaitu mulai
tahun 1999 sampai dengan tahun 2007. Deposito selalu menjadi pemberi
kontribusi terbesar terhadap total DPK yang berhasil dihimpun PT Bank X
dibandingkan dengan giro dan tabungan. Giro dan tabungan memiliki
kontribusi yang tidak berbeda jauh setiap tahunnya.
Kontribusi deposito terbesar terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 68,57%
terhadap total DPK. Peningkatan tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat
suku bunga deposito yaitu sebesar 15,62%, dimana nilai tersebut merupakan
nilai tertinggi dari tingkat suku bunga deposito sepanjang tahun 1999
sampai 2007. Sedangkan deposito memiliki nilai terkecil pada tahun 2004
dengan kontribusi sebesar 46,19% terhadap total dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun. Walaupun pada tahun 2004 kontribusi deposito cukup
kecil dari tahun sebelumnya, akan tetapi kontribusinya hampir mencapai
setengah dari total jumlah DPK. Penurunan tersebut disebabkan oleh
36
rendahnya tingkat suku bunga deposito yaitu sebesar 6,5%, dimana nilai
tersebut merupakan nilai terkecil dari tingkat suku bunga deposito sepanjang
tahun 1999 sampai 2007. Hal tersebut mencerminkan bahwa semakin besar
tingkat suku bunga deposito maka nasabah akan semakin tertarik untuk
mendepositokan uangnya sehingga akan semakin besar pula jumlah
deposito yang dapat dihimpun oleh PT Bank X.
Kontribusi tabungan terhadap dana pihak ketiga pada umumnya
mengalami peningkatan. Besarnya kontribusi tabungan terbesar terhadap
dana pihak ketiga terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 34,51%, dan untuk
kontribusi terkecil terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 9,67%. Untuk
tahun-tahun selanjutnya mengalami fluktuasi, dari tahun 1999 sampai tahun
2004 kontribusi tabungan mengalami peningkatan akan tetapi pada tahun
2005 sempat mengalami penurunan dan meningkat lagi pada tahun 2005
sampai 2007.
Kontribusi giro terhadap DPK yang telah dihimpun mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. Tahun 1999 terjadi peningkatan dari 13,42%
menjadi 21,88% pada tahun 2000. Pada tahun 2001 sampai dengan 2002
kontribusi tabungan terhadap DPK mengalami penurunan masing-masing
menjadi 19,72% dan 17,70%. Setelah penurunan tersebut kemudian pada
tahun selanjutnya secara umum meningkat sampai 2007.
Dana pihak ketiga yang dihimpun oleh PT Bank X dari tahun 1999
sampai dengan tahun 2007 mengalami fluktuasi. DPK tertinggi terjadi pada
tahun 2007 yaitu sebesar Rp.247.355.023.000.000. dengan pertumbuhan
sebesar 20,25%. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh PT.Bank X
mengalami peningkatan yang pesat dibandingkan tahun 2006. Hal itu
disebabkan penurunan tingkat inflasi dari 15,74 pada tahun 2006 sampai
6,52 menjelang tahun 2007 (www.BI.go.id.).
Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya volume dana pihak ketiga,
menurut Keynes dalam Hanifelza (2004), dana pihak ketiga dipengaruhi
oleh pendapatan. Menurut U Tun Way dalam Hanifelza (2004), dana pihak
ketiga dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu : kemampuan (ability), kemauan
(willingness), dan kesempatan (opportunity). Ketiga faktor tersebut
37
merupakan fungsi dari beberapa variabel independen yang mempengaruhi
dana pihak ketiga. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dana pihak
ketiga adalah pendapatan, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, banyaknya
lembaga perbankan (jumlah bank), dan populasi (jumlah penduduk).
Selain itu, agar tetap menciptakan rasa aman bagi nasabah penyimpan
dana serta menjaga stabilitas sistem perbankan maka pemerintah
membentuk LPS. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang merupakan
suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah
perbankan di Indonesia yang dibentuk berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin Simpanan yang
ditetapkan pada 22 September 2004. LPS berfungsi menjamin simpanan
nasabah bank dan turut aktif dalam menjaga stabilitas sistem perbankan
sesuai kewenangannya. Setiap bank yang melakukan kegiatan usaha di
wilayah Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan LPS dan
salah satunya adalah PT Bank X (www.BI.go.id)
Sebagai bank dengan jumlah dana pihak ketiga terbesar yaitu 23,9%
dari total dana pihak ketiga seluruh perbankan Indonesia (PT. Bank, 2001),
PT bank X mempunyai potensi yang baik untuk memanfaatkan
pertumbuhan pasar domestik. Gambar 5 menunjukkan bahwa penyaluran
kredit PT Bank X mengalami peningkatan, karena hal ini didukung oleh
jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh PT Bank X.
Gambar 5. Grafik Perkembangan Jumlah Dana Pihak Ketiga (Giro,Tabungan, Deposito) dan penyaluran Kredit PT Bank Xperiode 1999-2007.Sumber : PT Bank X (Data Diolah).
0
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
Dana Pihak Ketiga
Penyaluran kredit
38
4.3. Penyaluran Kredit
Kegiatan usaha perbankan yang paling utama adalah penyaluran kredit.
PT Bank X merupakan bank yang termasuk kategori bank terbesar dilihat
dari segi penyaluran kreditnya. Kredit yang disalurkan tersebut berasal dari
modal sendiri, pinjaman dari lembaga lain dan yang paling utama berasal
dari dana pihak ketiga. Penyaluran kredit memberikan kontribusi paling
besar terhadap pencapaian laba bank karena sebagian besar dana yang
dihimpun akan disalurkan dalam bentuk kredit. Perkembangan penyaluran
kredit PT Bank X cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 3. Persentase Tingkat Pertumbuhan Penyaluran Kredit periode1999-2007
Tahun Jumlah Kredit yangDisalurkan
TingkatPertumbuhan
1999 44,022,6622000 43,022,539 -2.27%2001 48,185,786 12.00%2002 65,417,248 35.76%2003 75,942,620 16.09%2004 94,434,739 24.35%2005 106,852,946 13.15%2006 117,757,322 10.21%2007 138,553,552 17.66%
Sumber : PT Bank X (Data Diolah)
Kredit yang disalurkan mengalami peningkatan setiap tahunnya mulai
dari tahun 2001-2007, walaupun pada awalnya sempat mengalami
penurunan yaitu pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penyaluran kredit
menurun sebesar 2,27% dan berhasil ditingkatkan kembali di tahun 2001
sebesar 12%. Peningkatan tersebut berlangsung hingga tahun 2007. Hal ini
terjadi karena PT Bank X mempunyai dana pihak ketiga yang besar
sehingga dapat memenuhi permintaan uang yaitu dalam bentuk kredit yang
besar pula.
39
4.3.1.Pengelolaan Risiko Kredit PT Bank X
Kredit yang disalurkan kepada debitur mengandung risiko kredit.
Untuk itulah diperlukan suatu prosedur pengelolaan risiko kredit yang
disalurkan baik saat penyaluran kredit maupun dalam pengawasan
kredit. Tugas pengelolaan risiko kredit dilakukan oleh Corporate Risk
Management Group yang menangani pengawasan risiko kredit
korporasi, lembaga dan perusahaan pemerintah serta BUMN.
Sedangkan yang memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan
risiko kredit komersial dan konsumsi adalah Retail Risk Management
Group. Kedua Group ini melaporkan hasil pengawasannya kepada
Risk and Capital Committee.
Kredit yang bersifat produktif merupakan kredit dengan jumlah
mendominasi portofolio kredit dibandingkan dengan kredit konsumtif.
Oleh karena itu pengawasan terhadap debitur kredit produktif
dilakukan dengan sangat cermat dan teliti. Pengawasan kredit untuk
kredit produktif antara lain :
a. Pengkajian terhadap kewajiban (selain pembayaran) debitur setiap
satu tahun sekali.
b. Kunjungan ke debitur yang dilakukan 3 bulan sekali.
c. Pengkajian terhadap laporan keuangan debitur setiap satu tahun
sekali.
d. Verifikasi dokumen hukum debitur setiap satu tahun sekali.
e. Penilaian harta bergerak yang dimiliki debitur yang menjadi
agunan dilakukan enam bulan sekali.
f. Penilaian harta tak bergerak debitur yang menjadi agunan dalam
setahun sekali.
Pengelolaan risiko kredit bertujuan untuk menjaga agar kredit
yang telah disalurkan tidak menjadi kredit bermasalah yang dapat
meningkatkan risiko NPL. Pengendalian rasio NPL dimaksudkan agar
kerugian yang terjadi dapat diminimalkan serta mengoptimalkan
penyaluran kredit. PT Bank X memiliki beberapa prosedur terkait
dengan penyaluran kredit seperti kebijakan perkreditan PT Bank X,
40
pedoman pelaksanaan kredit, dan pedoman teknis lainnya. Pedoman-
pedoman ini memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kredit mulai
dari tahap permohonan, proses analisa, persetujuan, dokumentasi,
pengawasan, hingga proses restrukturisasi disertai dengan analisa dan
perhitungan risiko.
Pengelolaan risiko kredit diterapkan pada tingkat transaksional
maupun tingkat portofolio. Prinsip four eye diterapkan pada tingkat
transaksional. Prinsip ini digunakan dalam pengambilan keputusan
kredit. Dalam prinsip ini, penyaluran kredit melibatkan empat pihak
dari PT Bank X. Pihak-pihak tersebut adalah masing-masing unit
bisnis yang menerima permohonan kredit, Credit Risk Management
Unit, rapat Komite Kredit, dan Pejabat Pemegang Kewenangan
Memutus Kredit. Prinsip ini membuat keputusan untuk menentukan
penyaluran kredit menjadi lebih objektif. Hal ini karena pihak yang
terlibat dalam analisis kredit tidak hanya unit bisnis yang menerima
permohonan kredit. Selain dilakukan oleh unit bisnis terkait, analisis
kredit juga melibatkan pihak yang mengelola risiko kredit yaitu Credit
Risk Management Unit serta Pejabat Pemegang Kewenangan
Memutus Kredit.
Keputusan penyaluran kredit menggunakan format Nota Analisa
Kredit, Analisa Keuangan, panduan Tools Rating, dan Scoring System.
Tools Rating dan Scoring System digunakan untuk menentukan
pengukuran risiko kredit dan penetapan suku bunga yang berdasarkan
risiko. Untuk menjaga agar Tools Rating dan Scoring System tetap
dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan kredit maka setiap
unit bisnis melakukan evaluasi yang hasilnya berupa Credit scoring
Review dan Rating Outlook setiap tiga bulan dan semester.
4.3.2.Kredit Bermasalah PT Bank X
Setiap usaha pasti akan menghadapi sebuah masalah, begitupun
dengan kegiatan usaha perbankan dalam menyalurkan kreditnya.
Masalah yang dihadapi adalah ketika debitur tidak mampu membayar
kembali baik pokok maupun bunganya kepada pihak bank.
41
Ketidakmampuan tersebut dinamakan kredit bermasalah atau kredit
gagal bayar yang dapat ditunjukkan oleh rasio Non Performing Loan
(NPL). Bank Indonesia mengklasifikasikan kualitas kredit dalam lima
kolektibilitas. Kredit diklasifikasikan menjadi kredit kualitas lancar,
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit
dengan kualitas lancar, dan dalam perhatian khusus digolongkan ke
dalam kredit tidak bermasalah, sedangkan kredit dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet digolongkan dalam kredit
bermasalah. Besar masing-masing kolektibilitas pada tahun 1999
sampai tahun 2007 terlihat pada Tabel 4 dan Gambar 6.
Tabel 4. Jumlah kolektibilitas kredit periode 1999-2007(dalam jutaan rupiah)
Tahun kredit lancar(tepat waktu)
Kreditdalamperhatiankhusus
Kreditkuranglancar
Kreditdiragukan
Kreditmacet
1999 8,803,292 4,033,229 5,397,942 4,399,505 21,388,694
2000 19,153,518 15,350,356 3,395,600 1,864,289 3,258,776
2001 30,818,511 12,655,129 2,561,479 966,132 1,184,535
2002 44,451,924 16,201,501 1,521,643 1,039,787 2,202,393
2003 58,184,992 11,215,816 1,675,651 1,437,009 3,429,152
2004 79,132,055 8,599,071 2,369,744 440,706 3,893,163
2005 66,377,880 13,461,308 5,699,321 5,378,174 15,936,263
2006 80,950,434 17,544,961 2,119,395 699,514 16,443,018
2007 110,654,193 15,931,251 1,400,294 547,824 10,019,990
Rata-rata 55,391,867 12,776,958 2,904,563 1,863,660 8,639,554
Persentase 68% 16% 4% 2% 11%Sumber : PT Bank X (Data Diolah)
Gambar 6. Komposisi Kolektibilitas Kredit PT Bank X periode 1999-2007. Sumber : PT Bank X (data diolah).
kredit lancar (tepat waktu)
Kredit kurang lancar
Kredit macet
41
Ketidakmampuan tersebut dinamakan kredit bermasalah atau kredit
gagal bayar yang dapat ditunjukkan oleh rasio Non Performing Loan
(NPL). Bank Indonesia mengklasifikasikan kualitas kredit dalam lima
kolektibilitas. Kredit diklasifikasikan menjadi kredit kualitas lancar,
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit
dengan kualitas lancar, dan dalam perhatian khusus digolongkan ke
dalam kredit tidak bermasalah, sedangkan kredit dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet digolongkan dalam kredit
bermasalah. Besar masing-masing kolektibilitas pada tahun 1999
sampai tahun 2007 terlihat pada Tabel 4 dan Gambar 6.
Tabel 4. Jumlah kolektibilitas kredit periode 1999-2007(dalam jutaan rupiah)
Tahun kredit lancar(tepat waktu)
Kreditdalamperhatiankhusus
Kreditkuranglancar
Kreditdiragukan
Kreditmacet
1999 8,803,292 4,033,229 5,397,942 4,399,505 21,388,694
2000 19,153,518 15,350,356 3,395,600 1,864,289 3,258,776
2001 30,818,511 12,655,129 2,561,479 966,132 1,184,535
2002 44,451,924 16,201,501 1,521,643 1,039,787 2,202,393
2003 58,184,992 11,215,816 1,675,651 1,437,009 3,429,152
2004 79,132,055 8,599,071 2,369,744 440,706 3,893,163
2005 66,377,880 13,461,308 5,699,321 5,378,174 15,936,263
2006 80,950,434 17,544,961 2,119,395 699,514 16,443,018
2007 110,654,193 15,931,251 1,400,294 547,824 10,019,990
Rata-rata 55,391,867 12,776,958 2,904,563 1,863,660 8,639,554
Persentase 68% 16% 4% 2% 11%Sumber : PT Bank X (Data Diolah)
Gambar 6. Komposisi Kolektibilitas Kredit PT Bank X periode 1999-2007. Sumber : PT Bank X (data diolah).
68%
16%
4% 2% 11%
kredit lancar (tepat waktu) Kredit dalam perhatian khusus
Kredit kurang lancar Kredit diragukan
Kredit macet
41
Ketidakmampuan tersebut dinamakan kredit bermasalah atau kredit
gagal bayar yang dapat ditunjukkan oleh rasio Non Performing Loan
(NPL). Bank Indonesia mengklasifikasikan kualitas kredit dalam lima
kolektibilitas. Kredit diklasifikasikan menjadi kredit kualitas lancar,
dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Kredit
dengan kualitas lancar, dan dalam perhatian khusus digolongkan ke
dalam kredit tidak bermasalah, sedangkan kredit dengan kualitas
kurang lancar, diragukan dan macet digolongkan dalam kredit
bermasalah. Besar masing-masing kolektibilitas pada tahun 1999
sampai tahun 2007 terlihat pada Tabel 4 dan Gambar 6.
Tabel 4. Jumlah kolektibilitas kredit periode 1999-2007(dalam jutaan rupiah)
Tahun kredit lancar(tepat waktu)
Kreditdalamperhatiankhusus
Kreditkuranglancar
Kreditdiragukan
Kreditmacet
1999 8,803,292 4,033,229 5,397,942 4,399,505 21,388,694
2000 19,153,518 15,350,356 3,395,600 1,864,289 3,258,776
2001 30,818,511 12,655,129 2,561,479 966,132 1,184,535
2002 44,451,924 16,201,501 1,521,643 1,039,787 2,202,393
2003 58,184,992 11,215,816 1,675,651 1,437,009 3,429,152
2004 79,132,055 8,599,071 2,369,744 440,706 3,893,163
2005 66,377,880 13,461,308 5,699,321 5,378,174 15,936,263
2006 80,950,434 17,544,961 2,119,395 699,514 16,443,018
2007 110,654,193 15,931,251 1,400,294 547,824 10,019,990
Rata-rata 55,391,867 12,776,958 2,904,563 1,863,660 8,639,554
Persentase 68% 16% 4% 2% 11%Sumber : PT Bank X (Data Diolah)
Gambar 6. Komposisi Kolektibilitas Kredit PT Bank X periode 1999-2007. Sumber : PT Bank X (data diolah).
Kredit dalam perhatian khusus
42
Dari Gambar 6, dapat dilihat bahwa rata-rata kredit lancar
memiliki persentase yang paling besar diantara kolektibilitas lainnya
yaitu sebesar 68% dari total rata-rata kolektibilitas PT Bank X.
Kolektibilitas lancar paling rendah terjadi pada tahun 1999 yaitu
sebesar Rp.8.803.292.000.000 dan paling tinggi terjadi pada tahun
2007 yaitu sebesar Rp.110.654.193.000.000.
Kredit dalam perhatian khusus merupakan kolektibilitas yang
kedua dimana mengalami keterlambatan 90 hari, dengan rata-rata 16%
terhadap total kolektibilitas PT Bank X. Kolektibilitas dalam perhatian
khusus paling tinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar
Rp.16.201.501.000.000. Sedangkan paling rendah terjadi pada tahun
1999 yaitu sebesar Rp.4.033.229.000.000.
NPL adalah kredit yang tidak diikuti oleh pelunasan pembayaran
pokok atau angsuran sebagaimana yang telah dipersyaratkan dalam
perjanjian kredit. Kredit dengan kolektibilitas kurang lancar,
diragukan, dan macet termasuk dalam NPL. Rasio NPL diperoleh dari
pembagian antara NPL dengan total kredit yang diberikan. Semakin
besar rasio NPL, semakin tinggi pula risiko yang ditanggung oleh
pihak bank dan menunjukkan kegagalan bank dalam mengelola dana
yang ada. Nilai NPL akan mempengaruhi laba yang diperoleh dan
akan menentukan posisi bank tersebut dinyatakan sehat atau tidak.
Berdasarkan aturan BI, bank wajib memiliki NPL neto dibawah 5
persen. Jika tidak, bank akan masuk dalam program pengawasan
intensif atau pengawasan khusus oleh BI.
43
Tabel 5. Persentase Non Performing Loan (NPL) kredit periode 1999-2007 (dalam jutaan rupiah)
Sumber : PT Bank X (Data Diolah)
Tabel 5 menunjukkan bahwa NPL PT Bank X mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. NPL bruto terendah terlihat pada tahun
2004 yaitu sebesar 7,10 % dengan NPL neto 1,87% dan tertinggi
ditunjukkan pada tahun 1999 yaitu sebesar 70,84% dengan NPL neto
20,57%. Pada tahun 1999 merupakan tahun dimana PT Bank X
mencatat tingkat NPL tertinggi sepanjang tahun 1999 sampai tahun
2007. Tingginya NPL yang dialami PT Bank X merupakan imbas dari
terjadinya krisis ekonomi dan moneter Negara Indonesia pada tahun
1997. Krisis ekonomi tersebut merapuhkan dunia perbankan dan salah
satunya PT Bank X. Akibat dari krisis ekonomi tersebut, tingkat
inflasi melonjak begitu tinggi pada tahun 1998 yaitu sebesar 77,56%
yang mendorong peningkatan indeks harga konsumen, sehingga
puluhan bahkan ratusan perusahaan mulai dari skala kecil hingga
konglomerasi terkena dampaknya. Sekitar 70 persen lebih perusahaan
yang tercatat di pasar modal juga insolvent (bangkrut) dan akhirnya
menurunkan kemampuan mereka untuk melunasi baik pokok maupun
bunga yang dibebankan kepada pihak debitur.
Pada tahun 2000, tingkat inflasi mulai turun sampai 9,35% dan
PT Bank X mulai merestrukturisasi kreditnya sehingga pada tahun ini
bisa menekan tingkat NPL bruto sampai 19,80% dengan NPL neto
Tahun NPL (Rp) Jumlah kredityang disalurkan(Rp)
NPLBruto
PPAP NPLneto
1999 31.186.141 44.022.662 70,84% 22.131.786 20,57%
2000 8.518.665 43.022.539 19,80% 12.499.948 9,25%
2001 4.712.146 48.185.786 9,78% 6.098.717 2,88%
2002 4.763.823 65.417.248 7,28% 8.906.545 6,33%
2003 6.541.812 75.942.620 8,61% 8.890.383 3,09%
2004 6.703.613 94.434.739 7,10% 8.471.343 1,87%
2005 27.013.758 106.852.946 25,28% 11.823.614 14,22%
2006 19.261.927 117.757.322 16,36% 14.388.695 4,14%
2007 11.968.108 138.553.552 8,64% 13.041.696 0,77%
44
9,85%. Penurunan NPL tersebut terus dialami sampai tahun 2004, dan
kembali meningkat pada tahun 2005 sampai mencapai 25,28% dengan
NPL neto 14,22%. Pergerakan NPL bruto dapat dilihat pada Gambar
7.
Gambar 7. Grafik Perkembangan Rasio NPL Bruto PT Bank Xperiode 1999-2007. Sumber : PT Bank X (Data Diolah).
4.4. Laba Bank X
Laba yang diperoleh suatu perusahaan menunjukkan keberhasilan
perusahaan tersebut dalam mengelola usahanya, baik dalam penghimpunan
dana maupun penyaluran kreditnya. Laba memiliki peranan yaitu sebagai
tujuan setiap perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi, tolak ukur
efektivitas, selisih pendapatan dengan biaya, dan mengukur efisiensi dan
efektivitas. Peningkatan laba dari periode ke periode berikutnya dapat
dijadikan gambaran bagi pihak yang berkepentingan dalam rangka
pengambilan keputusan. Laba PT Bank X diperoleh dari pendapatan bunga
kredit, obligasi rekapitalisasi pemerintah, surat berharga, pendapatan
operasional lainnya, dan pendapatan bukan operasional. Laba yang
diperoleh dari kegiatan penyaluran kredit merupakan pendapatan utama dari
sebuah bank. Pendapatan tersebut berasal dari pendapatan bunga kredit,
provisi dan komisi kredit. Akan tetapi, pendapatan bunga obligasi
rekapitalisasi pemerintah memiliki kontribusi terbesar pada laba PT Bank X
di tahun 2001.
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
NPL Bruto
45
Tabel 6. Laba PT Bank X periode 1999-2007 (dalam jutaan rupiah)
Tahun Laba bersihsebelum pajak
TingkatPertumbuhan
1999 -68,155,4462000 2,023,479 103%2001 3,850,438 90%2002 5,809,970 51%2003 7,031,524 21%2004 7,525,002 7%2005 1,232,553 -84%2006 2,831,196 130%2007 6,333,383 124%
Sumber : PT Bank X (Data Diolah)
Pada tahun 1999, PT Bank X mengalami kerugian yang cukup besar
yaitu Rp.68.155.446.000.000. Kerugian tersebut disebabkan oleh tingginya
tingkat NPL bruto sebesar 70,84% dengan NPL neto 20,57%. NPL yang
tinggi merupakan imbas dari terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada
tahun 1997. Krisis tersebut disebabkan oleh guncangan nilai tukar rupiah
yang anjlok terhadap dolar AS. Saat krisis mulai menerpa Indonesia pada
1998, nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga Rp 16.000 per dolar Amerika
Serikat, dari sebelumnya Rp 2.400 per dollar (www.apbi-icma.com). Laba
PT Bank X mengalami peningkatan yang pesat pada tahun 2000 setelah
kerugian yang disebabkan oleh tingginya NPL pada tahun 1999.
Pertumbuhannya sebesar 103% dengan nilai sebesar Rp.2.023.479.000.000.
Peningkatan tersebut terjadi sampai tahun 2004 seperti terlihat pada Gambar
8. Pada tahun 2000, PT Bank X telah berhasil menagih pokok dan bunga
kredit bermasalah sebesar 6,3 triliun dan hal itu berlanjut sampai tahun-
tahun berikutnya. Pada tahun 2005 PT Bank X sempat mengalami
penurunan laba sebesar 84% yang diakibatkan oleh peningkatan NPL bruto
sampai 25,28% yang terlihat pada Gambar 7. Namun setelah penurunan
tersebut, pada tahun 2006 sampai 2007 laba PT Bank X kembali meningkat.
46
Gambar 8. Grafik Perkembangan Laba PT Bank X periode 1999-2007.Sumber : PT Bank X (Data Diolah).
4.5. Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bermasalah Terhadap Laba
Laba dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jumlah Dana Pihak
Ketiga (DPK), pendapatan bunga kredit, pendapatan bunga obligasi
rekapitalisasi pemerintah, jasa-jasa lain, tingkat NPL, dan tingkat suku
bunga. Akan tetapi pada penelitian ini hanya mengukur pengaruh dari DPK
dan rasio NPL terhadap laba pada PT Bank X. Hal ini dikarenakan
keterbatasan data yang didapatkan sehingga tidak dapat melihat pengaruh
dari faktor-faktor lain, sehingga alat analisis yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda yang digunakan untuk melihat pengaruh dana pihak
ketiga dan rasio NPL (variabel bebas) terhadap laba (variabel terikat).
4.5.1. Analisis Korelasi
Analisis korelasi pearson product moment digunakan untuk
mengetahui hubungan dana pihak ketiga dan kredit bermasalah
terhadap laba PT Bank X.
Hasil dari perhitungan korelasi pearson product moment yang diolah
dengan menggunakan Minitab14 didapat hasil yaitu :
-80.000.000
-70.000.000
-60.000.000
-50.000.000
-40.000.000
-30.000.000
-20.000.000
-10.000.000
0
10.000.000
20.000.000
Laba bersih sebelumpajak
47
Tabel 7. Nilai Korelasi Antar Variabel DPK, NPL dan Laba
Variabel Laba DPK
DPKNilaikorelasi 0.532
p-value 0.140
NPLNilaikorelasi -0.972 -0.508
p-value 0.000 0.163
Dari hasil analisis korelasi, terlihat bahwa variabel yang
memiliki pengaruh linear yang paling kuat terhadap laba adalah NPL
dengan nilai korelasi 0,972 dengan pengaruh yang negatif atau
berlawanan arah. Sedangkan variabel DPK terhadap laba
mempunyai nilai korelasi 0,532 yang berarti bahwa antara DPK dan
laba mempunyai korelasi yang sedang dengan pengaruh positif atau
searah.
4.5.2. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk menganalisis pengaruh dana pihak ketiga dan kredit
bermasalah terhadap laba dilakukan analisis regresi berganda. Laba
akan dijadikan peubah tidak bebas (Y) yang dipengaruhi oleh jumlah
DPK dan nilai NPL (X1, X2) yang menjadi peubah bebas.
Persamaan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
Y = 10036961 + 0,0440 X1 – 1,13E+08 X2
Keterangan :
Y : Laba
X1 : DPK
X2 : NPL
Dari persamaan hasil regresi linear berganda di atas, dapat
disimpulkan bahwa jumlah DPK (variabel X ) mempunyai pengaruh
positif terhadap laba bank (variabel Y) dimana setiap kenaikan
variabel X (jumlah DPK) akan mengakibatkan kenaikan pada
variabel Y (laba bank). Sedangkan untuk nilai NPL (variabel X )
mempunyai pengaruh negatif terhadap laba bank dimana setiap
48
kenaikan variabel X (nilai NPL) akan mengakibatkan penurunan
pada variabel Y (laba bank). Pada persamaan regresi terlihat bahwa
koefisien DPK sebesar 0,0440, artinya bahwa kenaikan DPK sebesar
satu satuan akan menaikan laba sebesar 0,0440. Sedangkan untuk
koefisien NPL sebesar 1,13E+08 mempunyai arti bahwa kenaikan
NPL sebesar satu satuan akan menurunkan laba sebesar 1,13E+08.
Regresi berganda yang baik memiliki persyaratan uji-uji klasik
yaitu uji multikolinearitas, uji normalitas, uji heteroskedastisitas, dan
uji autokorelasi. Oleh karena itu model regresi akan diuji untuk
mengetahui model regresi yang layak atau tidak.
A. Uji multikolinearitas
Multikolinearitas adalah adalah uji yang dilakukan untuk
melihat apakah terdapat korelasi antar variabel independen yang
digunakan dalam model regresi. Identifikasi adanya
mutikolinearitas dalam model dapat dilakukan dengan melihat
variance inflation factor (VIF). Iriawan dan Astuti (2006)
menyatakan bahwa multikolinearitas dapat diidentifikasi pada
parameter yang memiliki nilai VIF ≥ 5. Jika peubah VIF masing-
masing peubah bebas memiliki nilai lebih besar dari 5 maka
model regresi memiliki multikolinearitas sehingga menjadi tidak
valid. Berdasarkan hasil perhitungan nilai VIF pada masing-
masing peubah bebas didapat nilai VIF seperti pada Tabel 8.
Peubah-peubah bebas dalam model regresi ini tidak mempunyai
kendala multikolinearitas karena nilai VIF pada variabel DPK
dan NPL masing-masing adalah 1,3.
Tabel 8. Nilai VIF peubah bebas regresi berganda
Peubah Bebas Nilai VIFDPK 1,3NPL 1,3
B. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui distribusi kenormalan residual. Hal ini bertujuan
49
untuk memutuskan bahwa residual model regresi yang dibuat
telah terdistribusi normal untuk memenuhi asumsi model regresi
tentang kenormalan residual model. Pengujian normalitas
dilakukan menggunakan statistik kolmogorov-smirnov. Jika nilai
statistik KS lebih kecil dibanding nilai nilai tabel KS dan nilai p-
value lebih besar dari α, maka asumsi kenormalan terpenuhi
sehingga model regresi yang telah dibuat dapat digunakan
(Iriawan dan Astuti, 2006).
RESI1
Perc
ent
150000001000000050000000-5000000-10000000
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
Mean
0.116
4.139211E-09StDev 5600422N 9KS 0.246P-Value
ProbabilityPlotof RESI1Normal
Gambar 9. Uji normalitas residual pada regresi bergandaSumber : PT Bank X (Data Diolah).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
Minitab didapat nilai p-value 0,116 dan nilai statistik KS sebesar
0,246. Uji kolmogorov-smirov dilakukan dengan menggunakan α
sebesar 5% dengan jumlah pengamatan sebanyak 9 didapat nilai
0,430. Nilai statistik KS < nilai tabel KS yaitu 0,246 > 0,430 dan
p-value memiliki nilai 0,116 dimana nilai tersebut lebih besar
dari α yang bernilai 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
residual model regresi yang dibuat telah memenuhi asumsi
kenormalan.
50
C. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antar
anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret
waktu (time series). Model regresi yang baik tidak
memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya
autokorelasi adalah varian residual yang diperoleh akan lebih
daripada semestinya sehingga mengakibatkan koefisien
determinasi menjadi lebih tinggi. Selain itu, autokorelasi
menyebabkan pengujian hipotesis pada uji F dan uji t menjadi
tidak valid dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan
yang menyesatkan pada tingkat signifikansi dan koefisien regresi
yang ditaksir.
Gambar 10. Hasil Run Test Terhadap Residual Model
Uji autokorelasi menggunakan perangkat lunak Minitab
melalui uji Run test residual. Jika p-value lebih besar dari α,
menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Hasil Run test
ditunjukkan pada Gambar 10 bahwa p-value = 1, sehingga p-
value > α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
autokorelasi pada residual sehingga asumsi kebebasan terpenuhi.
D. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat varian dari
variabel independen apakah memiliki nilai yang sama
(homoskedastisitas) atau berbeda. Model regresi yang memiliki
heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-
Runs Test: RESI1
Runs test for RESI1
Runs above and below K = 4.074536E-09
The observed number of runs = 5The expected number of runs = 53 observations above K, 6 below* N is small, so the following approximation maybe invalid.P-value = 1.000
51
koefisien regresi menjadi tidak efisien. Untuk melihat apakah
pada model regresi terdapat heteroskedastisitas dilihat dari
sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan. Sebaran
titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu namun tersebar di
atas dan di bawah nol menunjukkan bahwa pada model regresi
tidak mengalami masalah heterokedastisitas. Pada Gambar 11
dapat terlihat bahwa titik-titik yang tidak membentuk pola
tertentu, melainkan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi heteroskedastisitas.
FittedValue
Res
idua
l
2000
0000
1000
00000
-1000
0000
-2000
0000
-3000
0000
-4000
0000
-5000
0000
-6000
0000
-7000
0000
12500000
10000000
7500000
5000000
2500000
0
-2500000
-5000000
Residuals Versus theFittedValues(response is Laba)
Gambar 11. Output Uji heteroskedastisitas pada regresi
4.5.3. Dampak Perubahan Secara Keseluruhan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh keseluruhan variabel
independen terhadap variabel dependen. Perhitungannya
menggunakan Minitab 14. Untuk mengetahui apakah variabel
independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel variabel
dependen pada tingkat signifikansi tertentu dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut :
52
1. Perumusan hipotesisH : β = 0, , ,Hipotesis nol (H ) yang hendak diuji adalah apakah semua
parameter dalam model sama dengan nol. Artinya, semua
variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.H : ∃ ≠ 0 , , ,Hipotesis alternatifnya (H ), tidak semua parameter secara
simultan sama dengan nol. Artinya, paling sedikit terdapat satu
variabel independen merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen.
2. Menentukan F tabel
Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir.
Derajat bebas pembilang = k-1 = 2-1 = 1
Derajat bebas penyebut = n-k = 9-2 = 7
Dengan demikian F tabel sebesar F 0,05 (7,1) = 5,59
3. Menentukan besarnya F hitung
Hasil perhitungan menggunakan program ninitab menunjukkan
nilai F hitung adalah 53,71.
4. Membandingkan F hitung dengan F tabel
a. Jika F hitung > F tabel atau F hitung < -F tabel, maka Hditolak dan H diterima.
b. Jika –F tabel < F hitung < F tabel, maka H diterima dan Hditolak
Hasil uji menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu
53,71>5,59. Dengan dengan demikian, maka H ditolak dan Hditerima, sehingga DPK dan nilai NPL secara keseluruhan
berpengaruh secara signifikan terhadap laba pada taraf nyata 5%.
Kelayakan model regresi yang telah dibuat juga dapat
dilihat pada hasil uji analysis of variance (ANOVA). ANOVA
merupakan uji hipotesis kesesuaian model dengan data yang ada
53
(Iriawan dan Astuti, 2006). Hipotesis yang digunakan sama
dengan hipotesis uji F, dengan daerah penolakan p-value < α.
Dari hasil uji ANOVA menggunakan α sebesar 0,05, di dapat p-
value = 0 sehingga model regresi yang dibuat nyata (tolak H ).
4.5.4. Dampak Perubahan Secara Parsial (Uji t)
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh parsial antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui variabel
independen mana yang mempengaruhi variabel dependen pada
tingkat signifikansi tertentu, maka dilakukan tahapan berikut :
1. Perumusan hipotesisH : β = 0
Artinya, variabel independen (X ) tidak mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (Y).H : ≠ 0
Artinya, variabel independen (X ) mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen (Y).
2. Menentukan variabel
Dengan taraf nyata (α = 5%), yaitu tingkat kesalahan yang masih
dapat ditolerir; df: n-k = 9-2 = 7. Dengan demikian t-tabel
sebesar t (α/2,df) = t ( 0,025,7 ) = 2,365.
3. Menentukan besarnya t hitung dengan t tabel
Hasil perhitungan menggunkan program minitab menunjukkan
bahwa t hitung untuk variabel X dan X adalah masing-masing
sebesar 0,48 ; -8,68.
4. Membandingkan t hitung dengan t tabel
a. Jika membandingkan t hitung > t tabel atau t hitung < -t tabel
maka H ditolak dan H diterima.
b. Jika –t tabel < t hitung < t tabel maka H diterima dan Hditolak.
5. Pengaruh DPK (X ) terhadap laba PT Bank X (Y)
Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, yaitu 0,48 >
2,365 dengan tingkat signifikansi 0,651. Dengan demikian maka
54
H diterima dan H ditolak. Sehingga secara parsial DPK (X )tidak berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X
pada taraf nyata 5%.
6. Pengaruh NPL (X ) terhadap laba PT Bank X (Y)
Hasil uji menunjukkan bahwa t hitung < -t tabel, yaitu -8,68 < -
2,365 dengan tingkat signifikansi 0. Dengan demikian maka Hditolak dan H diterima. Sehingga secara parsial NPL (X )berpengaruh secara signifikan terhadap laba PT Bank X pada
taraf nyata 5%.
4.6. Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial yang dapat mempengaruhi peningkatan laba PT
Bank X berdasarkan empat bidang manajemen (SDM, pemasaran,
operasional, dan keuangan) melalui peningkatan dana pihak ketiga sebagai
sumber pendanaan utama dan penekanan tingkat Non Performing Loan atas
kredit bermasalah yang berasal dari kegiatan penyaluran kredit.
Peningkatan laba yang dimaksud dapat dicapai dengan keputusan
penetapan suku bunga baik suku bunga dana yang berupa tabungan, giro,
deposito dan suku bunga kredit sehingga akan menghasilkan spread positif
yang merupakan pendapatan bunga. Pendapatan bunga merupakan
pendapatan utama yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
pembentukan dan peningkatan laba. Selain itu, tujuan penetapan tingkat
suku bunga yaitu untuk mendapatkan pengembalian atas investasi (ROI)
sesuai dengan harapan investor.
Penekanan tingkat Non Performing Loan dan peningkatan dana pihak
ketiga yang dimaksud memerlukan sumber daya manusia yang handal baik
itu dari kegiatan penyaluran maupun penghimpunan dana. Agar dapat
menekan tingkat Non Performing Loan tersebut dapat dilakukan dengan
prosedur pemberian kredit secara ketat oleh account officer dalam
melakukan penilaian terhadap calon nasabah dan pengelolaan manajemen
risiko kredit oleh tim manajemen risiko. Dalam meningkatkan produk dana
pihak ketiga diperlukan customer service yang komunikatif, mampu
55
memberikan informasi yang akurat terhadap calon nasabah baru, dan
sebagai pembina hubungan dengan masyarakat atau public relations.
Kegiatan operasional untuk meningkatkan jumlah dana pihak ketiga
dapat dilakukan dengan peningkatan pelayanan oleh customer service dan
teller sehingga akan meningkatkan kepercayaan, kenyamanan, dan loyalitas
nasabah. Sedangkan kegiatan operasional untuk menekan tingkat NPL
sampai di bawah 5 % dapat dilakukan dengan pengawasan secara itensif
oleh account officer terhadap nasabah ketika akad kredit berlangsung.
Memperhatikan formulasi strategi pemasaran yang efektif dalam
menghadapi persaingan pemasaran produk-produk DPK dan kredit. Hal
tersebut dilakukan dengan penetapan suku bunga yang dapat bersaing
dengan bank-bank yang lain, kelengkapan dan keunggulan jenis produk
yang ditawarkan, sarana dan prasarana yang memberikan kenyamanan dan
rasa aman kepada nasabah, mengoptimalkan peran account officer dalam
menginformasikan segala jenis produk yang ditawarkan dan berusaha
menarik calon nasabah baru untuk memperkuat peningkatan upaya
pemasaran produk-produk aktiva dan pasiva.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Komposisi dana pihak ketiga PT Bank X selama periode 1999-2007
didominasi oleh deposito yang memiliki kontribusi terbesar terhadap total
DPK yaitu sebesar 56,50%. Sedangkan tabungan dan giro memiliki
kontribusi yang hampir sama yaitu masing-masing sebesar 21,90% dan
21,61%.
b. Baik Dana pihak ketiga, NPL, dan laba PT Bank X mengalami fluktuasi
selama periode 1999-2007. Dimana DPK tertinggi terjadi pada tahun 2007
yaitu sebesar Rp.247.355.023.000.000 dengan pertumbuhan sebesar
20,25% dan terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar
148.005.573.000.000. NPL terendah tejadi pada tahun 2004 yaitu sebesar
7,10 % dan tertinggi terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 70,84%. PT
Bank X mengalami kerugian yang cukup besar pada tahun 1999 yaitu
Rp.68.155.446.000.000 dan kemudian mengalami perkembangan yang
cukup pesat di tahun 2000 dengan pertumbuhan sebesar 103%. Akan tetapi
pada tahun 2005 sempat mengalami penurunan sebesar 84% namun dapat
ditingkatkan kembali di tahun 2006 sampai 2007.
c. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji F, disimpulkan bahwa secara
keseluruhan dana pihak ketiga dan kredit bermasalah berpengaruh secara
signifikan terhadap laba sebesar 94,7% sedangkan 5,3% dipengaruhi faktor
lain di luar penelitian ini. Model regresi tersebut menunjukkan bahwa DPK
memberikan pengaruh positif terhadap laba sebesar 0,0440, artinya bahwa
kenaikan DPK sebesar satu satuan akan menaikan laba sebesar 0,0440.
Sedangkan NPL memberikan pengaruh negatif sebesar 1,13E+08, artinya
bahwa kenaikan NPL sebesar satu satuan akan menurunkan laba sebesar
1,13E+08. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan uji t, disimpulkan
bahwa secara parsial dana pihak ketiga tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap laba. Sedangkan kredit bermasalah berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap laba.
57
2. Saran
1. Pihak bank sebaiknya memantau lebih intensif atas pergerakan NPL, agar
nilainya tidak melanggar ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia
sehingga tidak digolongkan ke dalam Bank Dalam Perhatian Khusus
(BDPK). Hal tersebut dapat dilakukan dengan peningkatan pengelolaan
dalam penyaluran kredit dengan memperketat prosedur pemberian kredit
dalam hal pemilihan kualitas calon debitur dan memperketat jumlah
penyaluran kredit.
2. Bank dapat meningkatkan kualitas pengelolaan penghimpunan dana. Salah
satunya dengan meningkatkan promosi atas produk simpanan serta berhati-
hati dalam menetapkan tingkat suku bunga dana dan suku bunga kredit.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang faktor selain DPK dan NPL yang
mempengaruhi besarrnya laba dalam suatu bank
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2007. Laporan Tahunan PT Bank X. Jakarta.
Alma, B. 2007. Belajar Mudah Penelitian. Alvabeta, Bandung.
Anonim. 2008. Arsitektur Perbankan Indonesia. www.bi.go.id. [15 November2008]
Anonim. 2008. Status dan Kedudukan Bank Indonesia. www.bi.go.id. [15November 2008]
Anonim. 2008. Laporan Inflasi (Indeks Harga Konsumen). www.bi.go.id. [15April 2009]
Arief, S. 2006. Metodologi Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Darmawi, H. 2006. Manajemen Risiko. Bumi Aksara, Jakarta.
Dendawijaya, L. 2000. Manajemen Perbankan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Djohanputro, B. 2006. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta.
Edratna. 2008. Mengapa Diperlukan Manajemen Risiko Kredit.www.WordPress.com. [15 November 2008].
Gumayantika, R. 2008. Analisis Manajemen Risiko Kredit dan PengaruhnyaTerhadap Laba Perusahaan dengan Penerapan Program Komputer (StudiKasus PT. Bank Jabar Cabang Ciamis). Skripsi pada DepartemenManajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,Bogor.
Hardani, T. 2008. Membedah Krisis 1998 dan 2008. www.apbi-icma.com. [14Mei 2009].
Hidayatullah, T. 2007. Pengaruh Pengembalian Kredit Terhadap TingkatProfitabilitas Pada PT. Bank Mandiri (persero) Tbk. Skripsi pada ProgramStudi Akuntansi Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Pendidikan IlmuPengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Iriawan, N. dan S. P. Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan MudahMenggunkan Minitab 14. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Juanda, B. 2003. Metode Statistik. Departemen Statistika Institut Pertanian Bogor,Bogor.
Kasmir. 2008. Manajemen Perbankan. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Kuncoro, M. 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga, Jakarta.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1985. Kamus Istilah Akuntansi.Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan danKebudayaan. Jakarta.
PT Bank X. 2000. Laporan Keuangan Tahun 1999. PT Bank X, Jakarta.
59
. 2001. Laporan Keuangan Tahun 2000. PT Bank X, Jakarta.
. 2002. Laporan Keuangan Tahun 2001. PT Bank X, Jakarta.
. 2003. Laporan Keuangan Tahun 2002. PT Bank X, Jakarta.
. 2004. Laporan Keuangan Tahun 2003. PT Bank X, Jakarta.
. 2005. Laporan Keuangan Tahun 2004. PT Bank X, Jakarta.
. 2006. Laporan Keuangan Tahun 2005. PT Bank X, Jakarta.
. 2007. Laporan Keuangan Tahun 2006. PT Bank X, Jakarta.
. 2008. Laporan Keuangan Tahun 2007. PT Bank X, Jakarta.
. 2008. Full Year Result Presentation 2007. PT Bank X, Jakarta.
Rivai, V. dan A. P. Veithzal. 2005. Credit Management Handbook. RajaGrafindoPersada, Jakarta.
Riyadi, S. 2004. Banking Assets and Liability Management. Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, Depok.
Siamat, D. 2004. Manajemen Lembaga Keuangan. Fakultas Ekonomi UniversitasIndonesia, Jakarta.
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alvabeta, Bandung.
Susanti, L. 2007. Pengaruh Perubahan Portofolio Kredit Sektor EkonomiTerhadap Pendapatan Bunga Kredit PT. Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi danManajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Zulfikar. 2008. BI: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2009.www.zulfikargroup.blogspot.com. [17 Februari 2009]
PlantationSpecialist
Personel Policy CommitteeInformation Technology CommitteeRisk & Capital Committee
ChiefEconomist
Retail &ConsumerRisk
CustomerCare
CreditOperations
Procurement& FixedAsset
CommercialRisk
Compliance
CentralOperations
Wholesale Executive Committee Retail & Support ExecutiveCommittee
Special AssetManagement
Technology& Operations
CorporateBanking
Finance &Stratgey
ChangeManagementOffice
RiskManagement
Compliance& HumanCapital
Treasury &InternationalBanking
ConsumerFinance
Micro &RetailBanking
CommercialBanking
CorporateSecretary
IT BusinessSolutions &AplicationsServices
InvestorRelations
Market &OperationalRisk
HumanCapital
Inti Banking& CapitalMarketServices
ConsumerCard
JakartaNetwork
JakartaCommercialSales
CreditRecovery I
CorporateBanking I
InternalAudit
ITOperations
Strategy &Performance
Credit Risk& Policy
LearningCenter
TreasuryConsumerLoans
RegionalNetwork
RegionalCommercialSales I
CreditRecovery II
CorporateBanking II
President Director & CEO
Deputy President Director
Planning,Policies,Procedures,Architecture
AccountingCorporateRisk
LegalBankMandiriEuropeLimited
Bank SyariahMandiri
MicroBusiness
RegionalCommercialSales II
AssetManagement
CorporateBanking III
Special AssetManagement
Technology& Operations
CorporateBanking
Finance &Stratgey
ChangeManagementOffice
RiskManagement
Compliance& HumanCapital
Treasury &InternationalBanking
ConsumerFinance
Micro &RetailBanking
CommercialBanking
President Director & CEO
Deputy President Director
WealthManagement
AXA XFinancialservices
X Sekuritas
Mass &EloctronicBanking
Syndicated &StructuredFinance
SmallBusiness
WholesaleProductManagement
PlantationSpecialist
CorporateSecretary
IT BusinessSolutions &AplicationsServices
InvestorRelations
Market &OperationalRisk
HumanCapital
Inti Banking& CapitalMarketServices
ConsumerCard
JakartaNetwork
JakartaCommercialSales
CreditRecovery I
CorporateBanking I
InternalAudit
ITOperations
Strategy &Performance
Credit Risk& Policy
LearningCenter
TreasuryConsumerLoans
RegionalNetwork
RegionalCommercialSales I
CreditRecovery II
CorporateBanking II
Planning,Policies,Procedures,Architecture
AccountingCorporateRisk
LegalBank XEuropeLimited
Bank SyariahX
MicroBusiness
RegionalCommercialSales II
AssetManagement
CorporateBanking III
Special AssetManagement
Technology& Operations
CorporateBanking
Finance &Stratgey
ChangeManagementOffice
RiskManagement
Compliance& HumanCapital
Treasury &InternationalBanking
ConsumerFinance
Micro &RetailBanking
CommercialBanking
President Director & CEO
Deputy President Director
Board of Commissioners
Audit CommitteeGood Corporate Governance CommitteeNomination & Remuneration CommitteeRisk Policy Committee
60L
ampiran 1. Struktur O
ganisasi
61
Lampiran 2. Uji Korelasi antara Laba dengan DPK dan NPL
Laba DPKDPK 0.532
0.140
NPL -0.972 -0.5080.000 0.163
Cell Contents: Pearson correlationP-Value
62
Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi antara Laba dengan DPK dan NPL
The regression equation isLaba = 10036961 + 0.0440 DPK - 1.13E+08 NPL
Predictor Coef SE Coef T P VIFConstant 10036961 18944627 0.53 0.615DPK 0.04395 0.09222 0.48 0.651 1.3NPL -113168983 13040725 -8.68 0.000 1.3
S = 6466810 R-Sq = 94.7% R-Sq(adj) = 92.9%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F PRegression 2 4.49226E+15 2.24613E+15 53.71 0.000Residual Error 6 2.50918E+14 4.18196E+13Total 8 4.74318E+15
Source DF Seq SSDPK 1 1.34284E+15NPL 1 3.14943E+15
Unusual Observations
Obs DPK Laba Fit SE Fit Residual St Resid1 148005573 -68155446 -63626812 6189321 -4528634 -2.42R
R denotes an observation with a large standardized residual.
Durbin-Watson statistic = 2.19940
63
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Model DPK dan NPL Terhadap Laba
Normal plot of Residuals for Laba
RESI1
Perc
ent
150000001000000050000000-5000000-10000000
99
95
90
80
70
60504030
20
10
5
1
Mean
0.116
4,139211E-09StDev 5600422N 9KS 0,246P-Value
Probability Plot of RESI1Normal
Residuals vs Fits for Laba
Fitted Value
Res
idua
l
2000
0000
1000
00000
-1000
0000
-2000
0000
-3000
0000
-4000
0000
-5000
0000
-6000
0000
-7000
0000
12500000
10000000
7500000
5000000
2500000
0
-2500000
-5000000
Residuals Versus the Fitted Values(response is Laba)
64
Lanjutan lampiran 4. Hasil Uji Validitas Model DPK dan NPL Terhadap Laba
Residual Histogram for Laba
Residual
Freq
uenc
y
100000007500000500000025000000-2500000-5000000
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Histogram of the Residuals(response is Laba)
Residuals vs Order for Laba
Observation Order
Res
idua
l
987654321
12500000
10000000
7500000
5000000
2500000
0
-2500000
-5000000
Residuals Versus the Order of the Data(response is Laba)
Probability Plot of RESI1
Runs Test: RESI1
Runs test for RESI1
Runs above and below K = 4.074536E-09
The observed number of runs = 5The expected number of runs = 53 observations above K, 6 below* N is small, so the following approximation may be invalid.P-value = 1.000