ANALISIS PENGARUH HARGA, IKLIM, STABILITAS POLITIK, DAN
GDP PER KAPITA TERHADAP EKSPOR KOPI INDONESIA:
STUDI KASUS PADA INDONESIA DAN JEPANG TAHUN 2002-2016
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh:
Diyah Ayu Fatimah
NIM: 11150840000042
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H / 2019
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Pribadi
Nama : Diyah Ayu Fatimah
Tempat,Tanggal Lahir : Temanggung, 18 September 1996
Alamat : Talun Gunungsari RT/RW 01/01,
Kecamatan Bansari, Kabupaten
Temanggung, Jawa Tengah
Telepon : 085773447778
Email : [email protected]
B. Latar Belakang Keluarga
Ayah : Jasmin
Tempat,Tanggal Lahir : Temanggung, 07 Oktober 1967
Ibu : Misriyah
Tempat,Tanggal Lahir : Temanggung, 04 Agustus 1974
C. Pendidikan
1. SDN Gunungsari Tahun 2003-2009
2. SMPN 1 Bansari Tahun 2009-2012
3. SMA N 1 Parakan Tahun 2012-2015
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019
D. Pengalaman Organisasi
1. Anggota HMJ EP UIN Jakarta Tahun 2015
vi
ABSTRACT
The aims of this research to analyze the influence of Price, Climate, Political
Stability, and GDP Per Capita on Indonesian Coffee Exports to Japan 2002-2016
period. The data used in this research is secondary data with multiple linier
regression analysis methods. The results showed that Indonesian Coffee Exports
can be explained by Price, Climate, Political Stability, and GDP Per Capita of
69,42%. Partially the Price has a positive and significant effect, while GDP Per
Capita has a negative and significant effect. Then Climate has a negative and
insignificant effect, while Political Stability has a positive and insignificant effect.
Simultaneously Price, Climate, Political Stability, and GDP Per Capita have an
effect on Indonesian Coffee Exports to Japan.
Keywords: Export, Price, Climate, Political Stability, GDP Per Capita
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Harga, Iklim, Stabilitas
Politik, dan GDP Per Kapita terhadap Ekspor Kopi Indonesia ke Jepang periode
2002-2016. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dengan metode analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Ekspor Kopi Indonesia dapat dijelaskan oleh Harga, Iklim, Stabilitas
Politik, dan GDP Per Kapita sebesar 69,42%. Secara parsial Harga berpengaruh
positif dan signifikan, sementara GDP Per Kapita berpengaruh negative dan
signifikan. Kemudian Iklim berpengaruh negative dan tidak signifikan, sementara
Stabilitas Politik berpengaruh positif dan tidak signifikan. Secara simultan, Harga,
Iklim, Stabilitas Politik, dan GDP Per Kapita berpengaruh terhadap Ekspor Kopi
Indonesia ke Jepang.
Kata Kunci : Ekspor, Harga, Iklim, Stabilitas Politik, GDP Per Kapita
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabilalamin, Puji dan syukur penulis curahkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah kepada penulis. Shalawat dan
salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan
para sahabatnya serta para pengikutnya.
Berkat Ridho Allah SWT serta petunjukNya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Harga, Iklim, Stabilitas Politik, dan
GDP Per Kapita terhadap Ekspor Kopi Indonesia: Studi Kasus pada
Indonesia dan Jepang Tahun 2002-2016”. Semoga bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca yang membaca skripsi ini.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat – syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang ikut berpartisipasi dengan
memberikan dukungan, bimbingan, bantuan, dan doa sehingga skripsi ini tersusun
dengan baik. Oleh karenanya, ijinkanlah penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ibu Misriyah dan Bapak Jasmin yang selalu
mendukung dan mendoakan tiada henti, bekerja keras tanpa mengenal
lelah demi pendidikan dan masa depan anak-anaknya. Terkhusus buat ibu
terima kasih selalu ada ketika penulis ingin berbagi keluh kesah, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga kalian selalu dicintai dan selalu
dalam lindungan Allah SWT.
2. Adik tercinta, Yusalina Usamah yang selalu memberikan semangat dan
doa kepada penulis.
3. Kaka sepupu terbaik, Mba Ana yang memotivasi penulis sehingga penulis
memantapkan diri kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendoakan serta memberikan
dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA., BKP.,CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Bapak Deni Pandu
Nugraha, M.Sc. selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan arahan serta bimbingan dalam
penyelesaian perkuliahan ini.
7. Bapak Djaka Badranaya selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, memberikan arahan dan motivasi, serta ilmu yang sangat
bermanfaat selama perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah
SWT.
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama perkuliahan serta jajaran
karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pelayanan selama perkuliahan.
9. Someone yang tiada henti memberikan semangat, mendoakan, menghibur,
dan selalu siap siaga menjadi tempat berbagi.
10. Cayufi, terima kasih atas kebaikan, kesabaran, dukungan, dan motivasi
selama penulis menjalakan perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
Terima kasih juga selama ini kalian selalu berkenan menjadi tempat
berbagi keluh kesah penulis.
11. Minceu Lovers (Andini, Azalia Nada Bayanillah, Diyah Ayu Setyonur
Zam-zami, Khairun Nisa, Kurniasih Anderesta, Maria Ulfa, Octavira
Maretta, Priska Fatma Anggita, Rara Min Arsyillah, Resha Ayu Nuvisa,
Sofi Pratiwi, Tenti Apriyanti Rukmana), terima kasih atas kebersamaanya,
kalian membuat hari-hari penulis menjadi lebih indah dan berwarna
selama kuliah.
12. Wanita Hebat (Devi Eko Tri Wulandari, Diyah Utami Rizky, Ernia, Fatma
Anjani Putri), terima kasih atas dukungan dan doanya selama penyusunan
skripsi ini.
13. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015.
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Mei 2019
Diyah Ayu Fatimah
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...........................................................i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah............................................................................................ 7
C. Rumusan Masalah ......................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 8
E. Manfaat Penelitian......................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9
A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian ....................................................... 9
1. Ekspor ..................................................................................................... 9
2. Konsep dan Teori Harga ........................................................................ 14
xii
3. Konsep Iklim ......................................................................................... 15
4. Konsep Stabilitas Politik ........................................................................ 29
5. Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita ............................................ 22
6. Keterkaitan Antar Variabel .................................................................... 24
B. Kajian Tinjauan Terdahulu .......................................................................... 26
C. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 38
D. Hipotesis ..................................................................................................... 39
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 40
B. Metode Penentuan Sempel .......................................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 40
D. Metode Analisis Data .................................................................................. 41
E. Definisi Operasional Variabel...................................................................... 47
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................. 49
A. Temuan Hasil Penelitian .............................................................................. 49
1. Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 49
2. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 53
B. Pembahasan ................................................................................................ 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 63
A. Kesimpulan ................................................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 65
LAMPIRAN .......................................................................................................... 70
xiii
DAFTAR TABEL
1.1 Nilai Ekspor Indonesia (Juta US$) ..................................................................... 2
1.2 Ekspor Komoditas Perkebunan Indonesia (Ton) ................................................. 3
1.3 Ekspor Kopi Indonesia Menurut Negara Tujuan (Ton) ....................................... 5
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................ 32
3.1 Operasional Variabel Penelitian ....................................................................... 47
4.1 Hasil Uji Heteroscedasticity Test ..................................................................... 51
4.2 Hasil Uji Autokorelasi...................................................................................... 51
4.3 Hasil Uji Multikolonieritas ............................................................................... 52
4.4 Hail Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) ......................................... 53
4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi R2 .................................................................. 54
4.6 Hasil Uji-F ...................................................................................................... 55
4.7 Hasil Uji-t ........................................................................................................ 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 38
4.1 Hasil Uji Normalitas ...................................................................................... 50
xv
DAFTAR GRAFIK
4.1 Ekspor Kopi Indonesia ke Jepang dan GDP Per Kapita Jepang ....................... 61
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian .................................................................................. 70
Lampiran 2 Hasil Pengolahan Data ...................................................................... 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut system ekonomi
terbuka, dimana dalam system ekonomi terbuka terjadi perdagangan internasional
yakni dalam bentuk ekspor dan impor. Perdagangan internasional terjadi karena
perbedaan sumber daya, iklim, letak geografi, tenaga kerja, harga, struktur
ekonomi dan status sosial yang dimiliki setiap negara. Perdagangan internasional
dilakukan dengan tujuan meningkatkan pendapatan nasional setiap negara yang
melakukan ekspor dan impor (Murni, 2006:218).
Indonesia sudah sejak lama melakukan perdagangan internasional, salah
satunya adalah ekspor. Menurut Sukirno (2010:203) ekspor dapat diartikan
sebagai pengiriman dan penjualan buatan dalam negeri ke negara-negara lain.
Ekspor dilakukan ketika kebutuhan dalam negeri telah terpenuhi. Ekspor juga
merupakan salah satu sumber yang dapat meningkatkan cadangan devisa. Dimana
banyaknya cadangan devisa dapat menunjukkan kemakmuran suatu Negara. Oleh
karena itu, pemerintah melakukan berbagai strategi guna meningkatkan ekspor
Indonesia ke pasar internasional yang pada nantinya dapat meningkatkan
cadangan devisa dan pendapatan nasional. Strategi yang dilakukan pemerintah
diantaranya adalah menjaga ketersediaan bahan baku dan barang modal,
memperluas pasar ekspor, serta memaksimalkan potensi ekspor. Dalam upaya
meningkatkan ekspor dibutuhkan kerjasama antara pelaku usaha dengan
pemerintah.
Indonesia merupakan salah satu negara pemasok ekspor sektor migas dan
nonmigas di pasar internasional. Berbagai komoditas dari sector migas dan
nonmigas Indonesia di ekspor ke negara-negara di dunia. Ekspor merupakan salah
satu sisi yang penting dalam kegiatan perdagangan internasional. Berikut nilai
ekspor migas dan nonmigas Indonesia.
2
Table 1.1
Nilai Ekspor Indonesia (Juta US$)
Tahun Migas Nonmigas Total Ekspor
2011 41.477,00 162.019,60 203.496,60
2012 36.977,30 153.043,00 190.020,30
2013 32.633,03 149.918,76 182.551,79
2014 30.018,80 145.961,20 175.980,00
2015 18.574,40 131.791,90 150.366,30
Sumber: BadanPusatStatistik Indonesia, 2018
Nilai ekspor Indonesia tahun 2011-2015 selalu mengalami penurunan. Total
ekspor Indonesia pada tahun 2011 sebesar US$ 203.496,60 juta menjadi US$
150.366,30 juta pada tahun 2015. Penurunan ekspor Indonesia disebabkan oleh
pelemahan ekonomi global, kurang kompetitif, dan tidak dapat bersaing. Ekspor
migas dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan tercatat pada tahun 2011
sebesar US$ 41.477,00 juta menurun hingga mencapai nilai US$ 18.574,40 juta
pada tahun 2015. Ekspor nonmigas dari tahun ke tahun juga mengalami
penurunan, tercatat sebesar US$ 162.019,60 juta pada tahun 2011 menjadi US$
131.791,90 juta di tahun 2015. Meskipun nilai ekspor Indonesia pada tahun 2011-
2015 selalu mengalami penurunan, namun kontribusi sector nonmigas masih jauh
lebih besar sumbangannya untuk nilai ekspor Indonesia dibandingkan sector
migas.
Indonesia merupakan Negara agraris yang memiliki lahan perkebunan yang
luas. Komoditas-komoditas primer hasil perkebunan masih menjadi produk
unggulan dan mendominasi ekspor Indonesia ke pasar internasional. Komoditas
perkebunan yang diekspor diantaranya adalah tembakau, teh, kopi, biji coklat, dan
buah-buahan. Berikut ini adalah table ekspor komoditas perkebunan Indonesia.
3
Tabel 1.2
Ekspor Komoditas Perkebunan Indonesia (Ton)
Komoditas 2011 2012 2013 2014 2015
Buah-buahan 208.949,6 246.257,5 246.943,8 299.104,3 354.508,9
Kopi 346.062,6 447.010,8 532.139,3 382.750,3 499.612,7
Teh 68.153,8 61.542,5 64.589,2 59.847,7 50.276,6
Tembakau 18.854,5 16.535,4 20.028,8 17.186,7 11.574,2
Biji Coklat 214.739,3 171.986,3 201.504,7 76.624,9 55.299,4
Jumlah 856,759,8 943.332,5 1.065.205,8 835.513,9 971.271,8
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2018
Ekspor komoditas perkebunan Indonesia tahun 2011-2013 mengalami
peningkatan. Tahun 2011 ekspor komoditas perkebunan Indonesia sebesar
856.759,8 ton meningkat menjadi 1.065.205,8 ton pada tahun 2013, dan tahun
2013 ini merupakan jumlah tertinggi selama kurun waktu 2011-2015. Namun
pada tahun 2014 mengalami penurunan menjadi 835.513,9 ton. Selisih penurunan
volume ekspor tahun 2014 dengan tahun 2013 adalah sebesar 229.691,9 ton. Pada
tahun 2015 volume ekspor komoditas perkebunan Indonesia mengalami
peningkatan kembali menjadi 971.271,8 ton. Komoditas yang paling besar
berkontribusi dalam ekspor komoditas perkebunan Indonesia adalah kopi.
Wilayah tropis dan suptropis merupakan lokasi yang baik untuk melakukan
budidaya komoditas perkebunan. Indonesia merupakan wilayah tropis yang sangat
potensial untuk budidaya komoditas perkebunan. Salah satu komoditas utama
perkebunan di Indonesia adalah kopi. Kopi merupakan salah satu komoditas
perkebunan Indonesia yang berkontribusi besar dalam ekspor Indonesia. Kopi
adalah jenis minuman yang populer bagi sebagian besar masyarakat di seluruh
dunia karena kenikmatan yang dihasilkan dan memiliki nilai ekonomis bagi
Negara yang memproduksi dan mengekspor. Perkembangan ekspor kopi
Indonesia pada tahun 2011 sebesar 346.062,6 ton dan mengalami peningkatan
hingga tahun 2013 menjadi sebesar 532.139,3 ton. Penurunan ekspor kopi terjadi
pada tahun 2014 menjadi 382.750,3 ton. Penurunan ekspor kopi terjadi karena
4
produksi kopi yang menurun dikarenakan terjadi kesalahan dalam proses
penanganan pasca panen. Kemudian meningkat kembali pada tahun 2015 menjadi
499.612,7 ton.
Kopi adalah tanaman yang digolongkan ke dalam genus coffea keluarga
rubieceae. Tanaman kopi yang terkenal hampir di seluruh penjuru dunia memiliki
berbagai macam jenis. Jenis kopi yang paling terkenal di dunia termasuk
Indonesia adalah jenis robusta dan arabica. Sejarah mencatat bahwa penemuan biji
kopi sebagai minuman yang berkhasiat dan berenergi pertama kali ditemukan oleh
orang dari bangsa Ethiopia di benua Afrika sekitar 3.000 tahun yang lalu atau
1.000 tahun sebelum masehi. Kopi kemudian terus berkembang hingga sekarang
menjadi salah satu minuman paling populer di kalangan masyarakat.
Menurut data dari International Coffee Organization (ICO, 2018) Indonesia
merupakan Negara keempat sebagai Negara pengekspor kopi di dunia setelah
Brazil, Vietnam, Kolombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopi Indonesia
diekspor dan sisanya 33% untuk dikonsumsi dalam negeri. Dalam setahun
Indonesia rata-rata memproduksi kopi sebesar 650.000-700.000 ton, mengekspor
sekitar 450.000 ton, dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
(Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, 2017). Tingkat konsumsi kopi dalam negeri
berdasarkan hasil survey LPEM UI tahun 1989 adalah sebesar 500
gram/kapita/tahun. Dewasa ini kalangan pengusaha kopi memperkirakan tingkat
konsumsi kopi Indonesia telah mencapai 800 gram/kapita/tahun. Dengan
demikian dalam kurun waktu 20 tahun peningkatan konsumsi kopi telah mencapai
300 gram/kapita/tahun.
Ekspor kopi Indonesia ditujukan untuk Negara-negara consumer tradisional
seperti USA, Negara-negara Eropa, dan Jepang. Berikut adalah table ekspor kopi
Indonesia berdasarkan Negara tujuan ekspornya.
5
Tabel 1.3
Ekspor Kopi Indonesia Menurut Negara Tujuan (Ton)
Negara Tujuan 2011 2012 2013 2014 2015
Jepang 58.878,9 51.438,4 41.920,4 41.234,3 41.240,1
Singapura 6.240,4 9.154,1 8.677,9 7.725,9 9.212,9
Malaysia 26.382,1 33.134,1 40.580,4 29.136,2 38.347,5
India 12.162,4 19.884,0 18.292,4 14.434,3 19.303,0
Mesir 10.013,9 17.594,6 17.538,3 15.694,6 20.854,2
Maroko 10.013,0 11.268,6 12.874,3 10.418,7 11.069,1
Aljazair 7.298,4 10.488,9 24.265,5 10.590,6 16.911,6
AmerikaSerikat 48.094,7 69.651,6 66.138,1 58.308,5 65.481,3
Inggris 14.868,4 16.312,4 20.781,0 14.349,2 21.052,6
Jerman 26.461,0 50.978,2 60.418,5 37.976,7 47.662,4
Italia 27.344,4 29.080,8 38.152,5 29.745,5 43.048,3
Rumania 1.497,0 1.362,0 507,6 397,9 492,6
Georgia 6.893,0 9.133,5 12.029,6 10.277,1 12.167,5
Sumber: BadanPusatStatistik Indonesia, 2018
Lima Negara yang menjadi tujuan ekspor kopi Indonesia dengan total ekspor
terbesar adalah Jepang, Malaysia, Amerika Serikat, Jerman, dan Italia dengan
volume ekspor diatas 25.000 ton. Sedangkan ekspor kopi ke Negara Singapura,
India, Mesir, Maroko, Aljazair, Inggris, dan Rumania rata-rata volumenya
dibawah 20.000 ton.
Jepang merupakan salah satu negara mitra dagang Indonesia yang strategis
karena menduduki peringkat pertama sebagai negara tujuan ekspor nonmigas
Indonesia. Jepang juga merupakan partner utama Indonesia dalam perjanjian
perdagangan bebas secara bilateral. Ekspor nonmigas Indonesia terhadap Jepang
salahsatunya adalah kopi. Jepang merupakan negara yang konsumsi kopi per
kapitanya paling tinggi. Rata-rata konsumsi kopi per kapita Jepang sekitar 1.400
cangkir per tahunnya, atau setara dengan 7,10 kilo gram/kapita/tahun.
6
Faktor yang dapat mempengaruhi ekspor kopi di Indonesia diantaranya adalah
harga internasional. Harga internasional merupakan harga barang atau jasa yang
berlaku di pasar dunia. Ketika harga internasional lebih tinggi dibanding harga
domestic maka ekspor akan meningkat. Harga merupakan aspek pokok dalam
pembahasan teori ekonomi dimana pembentukan harga yang terjadi di pasar
disebabkan karena dua ketentuan pokok yaitu permintaan dan penawaran. Apabila
tingkat kuantitas permintaan barang lebih tinggi dari pada kuantitas penawaran
maka harga akan naik, sebaliknya ketika kuantitas permintaan barang lebih rendah
dari kuantitas penawaran maka harga cenderung turun.
Factor lain yang mempengaruhi ekspor kopi di Indonesia adalah iklim, yang
dimaksud dengan iklim adalah kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan
beberapa unsure, yaitu radiasi matahari, temperature, kelembapan, awan,
presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin (Kartasapoetra, 2017:2). Iklim
yang digunakan dalam penelitian ini adalah curah hujan karena unsur yang paling
penting yang dapat mempengaruhi produktivitas suatu tanaman salah satunya
adalah curah hujan. Iklim dapat mempengaruhi produktivitas suatu budidaya
tanaman, seperti yang dinyatakan oleh Setiawan (2009) dalam Wirawan dan
Yogiswara (n.d.) bahwa iklim memegang peran penting dalam penentuan jenis
dan kultivar tanaman yang dapat dibudidayakan dalam penentuan hasil akhir.
Faktor lain yang mempengaruhi ekspor kopi Indonesia adalah stabilitas politik
Negara tujuan, yang dimaksud dengan stabilitas politik adalah pemerintahan yang
berfungsi dengan baik sementara ketidakstabilan politik merupakan
kecenderungan keruntuhan pemerintahan baik karena konflik atau maraknya
persaingan berbagai partai politik (Andriamahery dan Zhou, 2018). Keadaan
politik suatu negara yang stabil dapat meningkatkan kepercayaan negara mitra
dagang untuk melakukan kegiatan perdagangan internasional.
Faktor lain yang mempengaruhi ekspor kopi di Indonesia adalah GDP Per
Kapita negara tujuan ekspor. GDP per kapita merupakan ukuran daya beli
masyarakat di suatu negara. GDP per kapita ini didapat dari hasil pembagian
pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. GDP
per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran suatu negara. Ketika
7
GDP per kapita suatu negara naik, maka konsumsi masyarakat negara tersebut
akan meningkat.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ekspor kopi Indonesia terhadap Jepang dengan judul “Analisis Pengaruh Harga,
Iklim, Stabilitas Politik, dan GDP Per Kapita terhadap Ekspor Kopi
Indonesia: Studi Kasus pada Indonesia dan Jepang Tahun 2002-2016”.
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis akan membatasi permasalahan yakni mengenai:
1. Variabel harga, iklim, stabilitas politik, dan GDP per kapita merupakan
variable bebas (X). Keempat variable tersebut merupakan beberapa variable
yang dapat mempengaruhi variable ekspor sebagai variable terikat (Y).
2. Penelitian ini hanya meneliti negara Indonesia dan Jepang dalam periode
2002-2016.
3. Penelitian ini hanya mengkaji tentang bagaimana variable harga, iklim,
stabilitas politik, dan GDP per kapita dapat berpengaruh terhadap variable
ekspor baik secara parsial maupun simultan.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka muncullah pertanyaan-pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh harga internasional secara parsial terhadap volume
ekspor kopi Indonesia ke Jepang?
2. Bagaimana pengaruh iklim secara parsial terhadap volume ekspor kopi
Indonesia ke Jepang?
3. Bagaimana pengaruh stabilitas politik Jepang secara parsial terhadap volume
ekspor kopi Indonesia ke Jepang?
4. Bagaimana pengaruh GDP per kapita Jepang secara parsial terhadap volume
ekspor kopi Indonesia ke Jepang?
8
5. Bagaimana pengaruh harga internasional, iklim, stabilitas politik Jepang, dan
GDP per kapita Jepang secara simultan terhadap volume ekspor kopi
Indonesia ke Jepang?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh harga internasional secara parsial terhadap
volume ekspor kopi Indonesia ke Jepang
2. Untuk mengetahui pengaruh iklim secara parsial terhadap volume ekspor kopi
Indonesia ke Jepang
3. Untuk mengetahui pengaruh stabilitas politik Jepang secara parsial terhadap
volume ekspor kopi Indonesia ke Jepang
4. Untuk mengetahui pengaruh GDP per kapita Jepang secara parsial terhadap
volume ekspor kopi Indonesia ke Jepang
5. Untuk mengetahui pengaruh harga internasional, iklim, stabilitas politik
Jepang, dan GDP per kapita Jepang secara simultan terhadap volume ekspor
kopi Indonesia ke Jepang
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, manfaat yang ingin
dicapai dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Hasil dari penulisan ini dapat dijadikan sebagai tambahan bacaan bagi
perpustakaan dan juga sebagai bahan tambahan referensi bagi penelitian
sejenis di masa yang akan datang.
2. Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah untuk
mengambil kebijakan yang berhubungan dengan ekspor kopi Indonesia.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian
1. Ekspor
a. Teori Ekspor
Dalam system perekonomian terbuka ekspor merupakan salah satu
kegiatan perdangan internasional yang dilakukan oleh setiap Negara di dunia
atas permintaan dari Negara lain. Kegiatan ekspor memberikan berbagai
manfaat. Manfaat dari ekspor diantaranya adalah dapat meningkatkan
pendapatan nasional dan sumber penghasil devisa suatu Negara.
Menurut Winardi (1986) dalam Sugiarsana dan Indrajaya (n.d.) ekspor
adalah barang-barang yang termasuk dijual kepada penduduk Negara lain
ditambah dengan jasa-jasa yang diselenggarakan kepada penduduk Negara
tersebut berupa pengangkutan dengan kapal, permodalan, dan lain-lain yang
memantau ekspor tersebut. Ekspor terjadi terutama karena kebutuhan akan
barang dan jasa itu sudah tercukupi di dalam negeri atau karena produksi
barang dan jasa yang dihasilkan bisa kompetitif baik harga maupun mutu
produk sejenis di pasar internasional.
Sukirno (2010:203) juga memaparkan bahwa ekspor dapat diartikan
sebagai pengiriman dan penjualan buatan dalam negeri ke negara-negara lain.
Sedangkan menurut Jafar (2015:26) ekspor adalah kegiatan mengeluarkan
barang dari daerah pabean. Kemudian menurut Mankiw (2006:128) ekspor
adalah penjualan berbagai macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri ke luar negeri. Dari paparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
ekspor adalah kegiatan penjualan barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri keluar dari daerah pabean karena kebutuhan di dalam negeri sudah
tercukupi. Ekspor dapat dilakukan oleh setiap perusahaan atau perseorangan
yang telah memiliki Tanda Daftar Usaha Perdagangan (TDUP)/ Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP), izin usaha dari departemen teknis/ lembaga
pemerintah non departemen berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
10
berlaku, Tanda Dasar Perusahaan (TDP), dan tentu saja memiliki Angka
Pengenal Ekspor (APE). (Sasono, 2013:19).
Berdasarkan SK Menteri Perdagangan RI No. 07/M-DAG/PER/4/2005
ditetapkan bahwa pengelompokan barang ekspor meliputi barang yang diatur
ekspornya, yaitu produk perkebunan (kopi), kayu dan produk kayu, produk
industry (pulp), produk pertambangan (intan), produk manufaktur (tekstil dan
produk tekstil). Latar belakang pengaturan ekspor berkaitan dengan upaya
untuk menjamin tersedianya bahan baku bagi industry dalam negeri,
memenuhi kebutuhan dalam negeri, melindungi lingkungan dan kelestarian
alam, serta upaya untuk meningkatkan daya saing dan posisi tawar menawar.
Kegiatan ekspor suatu Negara dipengaruhi oleh beberapa factor. Salah satu
factor yang mempengaruhi ekspor suatu Negara adalah terpenuhinya
kebutuhan dalam negeri. Selain itu, kemampuan dari suatu Negara untuk
mengeluarkan barang-barang yang dapat bersaing dalam pasar luar negeri juga
merupakan factor yang mempengaruhi ekspor. Suatu Negara dapat
mengekspor barang produksinya ke negara lain apabila barang tersebut
diperlukan negara lain. Menurut Soekartawi (2005:122) dalam Aditama, dkk
(2015) factor-faktor yang mempengaruhi ekspor diantaranya adalah:
1. Harga Internasional
2. Nilai Tukar Uang (Exchange Rate)
3. Kuota Ekspor Impor
4. Kebijakan tariff dan nontarif
5. Kebijakan Meningkatkan Ekspor Nonmigas
Ekspor juga memiliki berbagai manfaat bagi suatu negara, seperti
meningkatkan pendapatan nasional, menambah cadangan devisa, menjalin
hubungan kerja sama antar negara, memperkenalkan produk domestic ke luar
negeri, menstabilkan harga domestik, dan lain sebagainya. Ekspor juga dapat
membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi
yang mereka miliki (Todaro dan Smith, 2004:22). Ekspor menciptakan
permintaan efektif yang baru, akibatnya permintaan barang-barang di pasar
11
dalam negeri meningkat karena terjadinya persaingan mendorong industry
dalam negeri mencari inovasi yang ditujukan untuk menaikkan produktivitas
(Setiawan, 2016).
b. Teori Perdagangan Internasional
1) Teori Merkantilisme
Dalam teori merkantilisme belum mengenal konsep keunggulan
komparatif sebagai penentu pola perdagangan sehingga mempengaruhi
struktur produksi dan distribusi pendapatan. Konsep kesejahteraan
pada merkantilisme didasarkan pada kekayaan yang dinilai dari
banyaknya stok emas yang dimiliki suatu Negara. Stok emas yang
dimiliki suatu Negara diperoleh dari surplus perdagangan, sehingga
satu-satunya cara bagi suatu Negara untuk menjadi kaya adalah dengan
meningkatkan ekspor dan menekan impor. Surplus perdagangan yang
diperoleh suatu Negara selanjutnya akan dibentuk logam mulia,
khususnya emas dan perak. Semakin banyak emas dan perak yang
dimiliki maka Negara tersebut semakin kaya dan kuat. Negara
penganut merkantilisme dapat menyebabkan penderitaan bagi
negaranya sendiri, karena cara memperoleh kekayaan yang dilakukan
merkantilisme adalah dengan menguras sumber daya yang murah serta
buruh dipaksa bekerja keras dengan upah sangat rendah.
2) Teori Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage)
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith yang memusatkan
perhatiannya pada variable riil seperti nilai suatu barang diukur dengan
banyaknya tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan output.
Dalam teori ini, dinyatakan bahwa keunggulan mutlak merupakan
basis perdagangan internasional. Keunggulan mutlak merupakan
keunggulan produksi suatu barang atau jasa yang dinikmati oleh suatu
Negara atas Negara lain ketika Negara itu menggunakan lebih sedikit
sumber daya untuk memproduksi barang atau jasa itu daripada yang
dilakukan Negara lain (Case dan Fair, 2007:357). Negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangan internasional karena
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang ketika
12
memiliki keunggulan mutlak dan akan mengimpor ketika tidak
memiliki keunggulan mutlak. Efisiensi penggunaan factor produksi
dalam hal ini menjadi penting. Adam Smith menyarankan dalam
perdagangan bebas tidak ada campur tangan pemerintah, karena
perdagangan bebas akan dapat membuat seseorang bekerja keras untuk
kepentingan negaranya dan mendorong terciptanya spesialisasi yang
pada akhirnya Negara menghasilkan produk yang memiliki
keunggulan mutlak.
3) Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo sebagai penyempurna dari
teori keunggulan mutlak Adam Smith. Keunggulan komparatif
merupakan keunggulan produksi suatu barang atau jasa yang dinikmati
oleh suatu Negara atas Negara lain ketika barang atau jasa itu bisa
diproduksi dengan biaya lebih rendah dalam hal barang atau jasa lain
dibandingkan yang bisa dilakukan oleh Negara lain (Case dan Fair,
2007:358). Dalam teori ini, dinyatakan bahwa keunggulan komparatif
timbul karena adanya perbedaan teknologi antarnegara.
Berlangsungnya kegiatan perdagangan internasional merupakan akibat
adanya perbedaan produktivitas antarnegara. Setiap Negara
mengkhususkan produksinya dalam bidang yang dianggap unggul
secara komparatif dan semua Negara melakukan perdagangan secara
bebas tanpa hambatan, sehingga akan tercapai efisiensi dalam
penggunaan factor produksi. Selain itu, untuk melihat apakah suatu
Negara memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan Negara
lain dapat dilihat dari ongkos tenaga kerja. Ketika ongkos tenaga kerja
rendah maka harga output yang dihasilkan juga akan rendah.
4) Teori Heckscher-Ohlin
Teori ini mengkaitkan teori keunggulan kompratif dengan anugerah
sumber daya. Suatu Negara akan cenderung mengekspor produk ketika
memiliki factor produksi (tenaga kerja, modal, tanah) yang relative
melimpah secara intensif. Suatu Negara memiliki keunggulan
komparatif dalam produksi suatu barang atau jasa jika Negara itu
13
relative memiliki anugerah yang baik dalam input yang digunakan
secara intensif dalam produksi barang atau jasa tersebut (Case dan
Fair, 2007:367). Asumsi dalam teori ini adalah Negara dengan factor
produksi yang relative tinggi dan biaya murah akan berspesialisasi dan
melakukan ekspor, namun Negara dengan factor peoduksi yang
relative rendah atau langka dan biaya mahal maka Negara tersebut
akan melakukan impor.
5) Teori Perdagangan Intra-Industri
Teori ini dikemukakan oleh Paul Krugman sebagai pelengkap dari
teori Heckscher-Ohlin. Teori perdagangan intra-industri menyatakan
bahwa perdagangan internasional akan tetap terjadi pada Negara yang
memiliki keunggulan komparatif yang relative sama karena lebih
didasarkan pada perbedaan (different) produk dan economies of scale
serta mencakup perdagangan dua arah dalam industry yang sama.
Teori ini juga didasari oleh asumsi bahwa konsumen menyukai variasi
dalam memilih barang yang dikonsumsi sehingga, akan selalu muncul
produk serupa tapi beda merek. Berdasarkan teori ini perdagangan
internasional tidak hanya terjadi antar Negara yang memiliki
perbedaan, tapi juga antar Negara yang memiliki kesamaan teknologi
dan factor produksi lain. Kemudian akan terjadi perdagangan intra-
industri yang ekstensif, sehingga akan menguntungkan bagi Negara
untuk melakukan spesialisasi pada jenis atau merek produk. Dengan
demikian, setiap Negara dapat memperoleh keuntungan dari
memproduksi pada skala ekonomisnya sehingga kesejahteraan
konsumen meningkat karena mendapatkan harga yang rendah dan
produknya bervariasi.(Silvanita, 2009).
c. Teori Neraca Perdagangan
Neraca perdagangan merupakan neraca yang menggambarkan perbedaan
antara ekspor dan impor. Suatu Negara memiliki tiga kemungkinan keadaan
neraca perdagangan yaitu:
14
1) Neraca Perdagangan Surplus
Suatu Negara dikatakan mengalami surplus neraca perdagangan ketika
Negara tersebut mengekspor lebih banyak daripada yang diimpornya.
2) Neraca Perdagangan Defisit
Deficit neraca perdagangan terjadi ketika suatu Negara mengimpor
lebih banyak daripada yang diekspornya.
3) Neraca Perdagangan Seimbang
Neraca perdagangan dikatakan seimbang ketika ekspor dan impor yang
dilakukan suatu Negara sama.
Surplus, defisit, dan seimbangnya neraca perdangan dipengaruhi oleh
biaya produksi, ketersediaan bahan baku, nilai tukar, hubungan antar Negara
yang melakukan perdagangan, dan hambatan perdagangan. Neraca
perdagangan dapat dijadikan tolak ukur pemerintah dan pihak yang terkait
dalam pengambilan kebijakan, menjadi sumber informasi perdagangan
internasional, dan informasi besaran pengeluaran dan pendapatan Negara atau
besaran ekspor dan impor yang dilakukan suatu Negara.
2. Konsep dan Teori Harga
Harga merupakan ketetapan sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk
memperoleh sesuatu yang diinginkan, dan biasanya terbentuk karena kesepakatan
antara produsen dan konsumen atau dapat juga ditetapkan secara langsung oleh
produsen. Menurut Efendi (2009) harga didefinisikan sebagai sejumlah uang atau
barang atau jasa yang ditukar pembeli untuk produk atau jasa yang ditawarkan
penjual. Harga memegang peran penting dalam kegiatan ekonomi, karena harga
barang akan dapat menimbulkan keseimbangan antara produksi dan konsumsi
mengalokasikan sumber-sumber produksi, dan harga dapat mempengaruhi
tindakan konsumen dan produsen untuk mengambil keputusan (Lukman,
2015:26). Kualitas sebuah produk dapat dilihat dari sisi harga, dimana produk
dengan kualitas yang baik tentunya memiliki harga yang mahal dan juga
sebaliknya produk dengan kualitas yang tidak terlalu baik memiliki harga yang
tidak terlalu mahal.
15
Dalam sebuah pasar, salah satu alasan ditetapkannya sebuah harga adalah
karena pada dasarnya semua barang dan jasa mempunyai harga. Penetapan harga
ini tentunya memiliki tujuan. Tujuan dari penetapan harga diantaranya adalah
memaksimalkan laba, kelangsungan hidup perusahaan, kepemimpinan produksi,
dan lain-lain. Dalam ekonomi pasar, peran harga adalah untuk mengalokasikan
sumber daya sesuai dengan permintaan (demand) dan penawaran (supply).
Perdagangan akan terjadi pada perbandingan harga tertentu. Perbandingan
harga yang digunakan dalam perdagangan (baik perdagangan domestic maupun
perdagangan bebas) diantaranya adalah harga domestic dan harga internasional
(world price). Harga domestic merupakan harga suatu barang atau jasa yang
berlaku di pasar dalam negeri, sedangkan harga internasional (world price)
merupakan harga suatu barang atau jasa yang berlaku di pasar dunia. Ketika harga
internasional lebih tinggi dibandingkan dengan harga domestic, maka dalam
perdagangan internasional suatu Negara akan cenderung menjadi eksportir.
Produsen dalam negeri tertarik untuk memanfaatkan harga internasional yang
lebih tinggi dan mulai menjual produk kepada Negara lain. Sebaliknya, ketika
harga internasional lebih rendah dibandingkan dengan harga domestic, maka
dalam perdagangan internasional suatu Negara akan cenderung menjadi importir.
Konsumen dalam negeri tertarik untuk memanfaatkan harga yang lebih rendah
yang ditawarkan oleh Negara lain. Oleh karena itu, banyak yang mengangap harga
sebagai kunci dari perdagangan bebas.
Penetapan harga domestic dan harga internasional memiliki permasalahan
yang berbeda. Dalam penetapan harga domestic permasalahan yang dihadapi
diantaranya adalah ketersediaan bahan baku, biaya produksi, ketersediaan barang
komplementer dibandingkan barang substitusi, dan peraturan pemerintah.
Sementara dalam penetapan harga internasional permasalahan yang akan dihadapi
yaitu tariff, biaya, transportasi, kemasan ekspor, asuransi, dan pajak luar negeri.
3. Konsep Iklim
Iklim merupakan salah satu komponen lingkungan yang merupakan faktor
penentu keberhasilan suatu usaha budidaya tanaman. Iklim setiap Negara di dunia
16
tentunya berbeda-beda. Perbedaan iklim dapat mempengaruhi budidaya tanaman.
Iklim dan tanaman saling berinteraksi yang pada akhirnya iklim mempengaruhi
pertumbuhan dan kualitas tanaman. Pengaruh antara iklim dan pertumbuhan
tanaman ini dikarenakan faktor genetic tanaman yang berkaitan dengan
karakteristik yang biasanya bersifat khas pada tanaman, seperti kondisi batang,
bentuk bunga, bentuk daun, dan sebagainya.
Menurut Kartasapoetra (2017:1) Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam
waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap. Sedangkan
menurut Trewartha dan Horn (1995) dalam Wredaningrum (n.d.) Iklim
merupakan suatu konsep yang abstrak, dimana iklim merupakan komposit dari
keadaan cuaca hari ke hari dan elemen-elemen atmosfer didalam suatu kawasan
tertentu dalam jangka waktu yang panjang. Perubahan iklim merupakan suatu
kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan
fenomena cuaca tidak menentu, seperti curah hujan tidak menentu, terjadi badai,
suhu udara ekstrim, serta arah angin yang berubah drastis. Perubahan iklim terjadi
karena adanya perubahan variabel iklim, seperti suhu udara dan curah hujan yang
terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang panjang antara 50 sampai
100 tahun (Kementrian Lingkungan Hidup 2004).
Iklim memiliki beberapa unsure, yaitu radiasi matahari, temperature,
kelembapan, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin. Unsure
tersebut memiliki perbedaan dari satu tempat ke tempat yang lain. Perbedaan
unsure dalam iklim disebabkan oleh faktor pengendali iklim, yaitu:
a. Ketinggian tempat,
b. Garis lintang,
c. Daerah tekanan,
d. Arus laut,
e. Permukaan tanah.
Iklim diklasifikasikan menjadi beberapa kelas yang memiliki berbagai sifat
karakteristik, dan didasari oleh beberapa factor iklim, yaitu curah hujan,
17
temperature, penguapan, dan formasi tumbuhan. Berikut klasifikasi iklim menurut
Kartasapoetra (2017:20):
a. Klasifikasi Iklim Menurut Mohr
Menurut Mohr dasar pengolongan iklim adalah adanya bulan basah dan
bulan kering. Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya melebihi 100
mm, sedangkan bulan kering adalah bulan yang curah hujannya kurang dari 60
mm, sementara antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan lembab.
b. Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Fergusson
Prinsip yang digunakan oleh Schmidt yaitu dengan mengambil bulan
basah dan bulan kering, dengan cara: data curah hujan diambil untuk 10 tahun
dan ditenentukan berapa bulan basah dan bulan kering, kemudian curah hujan
bulan basah dan bulan kering dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya. bulan
lembab disini tidak dihitung. Dalam klasifikasi ini Schmidt mengemukakan
persamaan sebagai berikut:
Q=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎℎ𝑢𝑗𝑎𝑛𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎𝑐𝑢𝑟𝑎 ℎℎ𝑢𝑗𝑎𝑛𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑏𝑎𝑠𝑎 ℎ x 100%
Dari persamaan tersebut dapat digolongkan iklim sebagai berikut:
0 ≤ Q < 0,143 A = sangat basah
0,143 ≤ Q < 0,333 B = basah
0,333 ≤ Q < 0,600 C = agak basah
0,600 ≤ Q < 1,000 D = sedang
1,000 ≤ Q < 1,670 E = agak kering
1,670 ≤ Q < 3,000 F = kering
3,000 ≤ Q < 7,000 G = sangat kering
7,000 ≤ Q < - H = luar biasa kering
c. Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman
Dasar yang digunakan oleh Oldeman adalah adanya bulan basah yang
berturut-turut dan juga bulan kering yang yang berturut-turut.Kedua bulan ini
dihubungkan dengan kebutuhan tanaman pada padi di sawah serta palawija
terhadap air. Bulan basah menurut Oldeman adalah bulan dengan curah hujan
18
lebih dari 200 mm, sedangkan bulan kering adalah bulan dengan curah hujan
yang kurang dari 100 mm. Berdasarkan penggolongan yang menitikberatkan
pada bulan basah, maka dikemukakan lima zona utama bulan basah yang
berturut-turut, yaitu:
1) Zona A, bulan basah yang lebih dari 9 kali berturut-turut.
2) Zona B, bulan basah 7 sampai 9 kali berturut-turut.
3) Zona C, bulan basah 5 sampai 6 kali berturut-turut.
4) Zona D, bulan basah 3 sampai 4 kali.
5) Zona E, bulan basah yang kurang dari 3 kali.
d. Klasifikasi Iklim Menurut Koppen
Klasifikasi menurut Koppen berdasarkan curah hujan, temperature, dan
vegetasi yang khusus pada suatu daerah. Klasifikasinnya adalah sebagai
berikut:
1) Iklim tipe A : Tropical rainy climates (iklim hujan tropis):
Af : Tropical rainy fotest climate
Am : Monsoon climate
An : Savana Climate
2) Iklim tipe B : Dry climates (iklim kering):
Bs : Steppe climate
Bw : Desert climate
3) Iklim tipe C : Temperate rainy climates (iklim hujan cukup pansa):
Cw : Warm with dry winter
Cf : Warm moist in all season
Cs : Snow forest with dry winter
4) Iklim tipe D : Cold snow forest climate (iklim hujan salju):
Df : Snow forest moist in all season
19
Dw : Snow forest with dry winter
5) Iklim tipe E : Polar climate (iklim kutub):
Et : Tundra
Ef : Perpetual snow and ice
Pada iklim A,C, dan D terdapat kemungkinan tumbuhnya berbagai jenis
tumbuhan, pada iklim B biasanya sangat baik untuk stepa, dan iklim E lumut
sangat berkembang.
e. Klasifikasi Iklim Menurut Thornathwaite
Dalam klasifikasi ini dimasukkan pengertian mengenai penguapan karena
vegetasi atau tumbuhan selain tergantung pada curah hujan juga tergantung
pada air yang menguap. Ketika penguapan melebihi curah hujan yang jatuh
maka keadaan seperti ini tidak berguna bagi tumbuhan.
Posisi geografis Indonesia yang strategis, terletak di daerah tropis, diantara
Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia,
serta dilalui garis khatulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang
membujur dari barat ke timur, dikelilingi oleh luasnya lautan, menyebabkan
wilayah Indonesia memiliki keragaman cuaca dan iklim. Keragaman iklim
Indonesia dipengaruhi oleh fenomena global seperti El Nino Southern
Oscillation (ENSO) yang bersumber dari wilayah ekuator Pasifik Tengah dan
Indian Ocean Dipole (IOD) yang bersumber dari wilayah Samudera Hindia
barat Sumatera hingga timur Afrika, keragaman iklim juga dipengaruhi oleh
fenomena regional, seperti sirkulasi angin monsun Asia-Australia, daerah
pertemuan angin antar tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ)
yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu permukaan
laut sekitar wilayah Indonesia. (BMKG 2018).
4. Konsep Stabilitas Politik
Stabilitas adalah suatu kondisi dari sebuah system yang komponennya
cenderung ke dalam suatu hubungan yang sudah mantap. Stabilitas sama dengan
20
tiadanya perubahan yang mendasar atau kacau di dalam suatu system politik, atau
perubahan yang terjadi pada batas-batas yang telah disepakati atau telah
ditentukan (Jack, et al,1989:249). Sementara politik menurut Kamus Besar Ilmu
Pengetahuan merupakan hal-hal yang berhubungan dengan pemerintah, lembaga-
lembaga dan proses-proses politik, kelompok-kelompok kepentingan (pressure
groups), hubungan-hubungan internasional, dan tata kelola pemerintahan yang
semuanya merupakan kegiatan perorangan atau kelompok dalam kaitan hubungan
kemanusiaan secara mendasar. Sehingga stabilitas politik merupakan gagasan
bahwa lembaga pemerintah dalam suatu negara memiliki control yang baik
sehingga hal-hal yang berhubungan dengan politik suatu negara menjadi stabil
atau tidak ada perubahan yang mendasar.
Stabilitas politik dapat dipahami sebagai kondisi dimana tidak adanya
perubahan mendasar atau revolusioner dalam system politik (pemerintah), atau
perubahan yang terjadi pada batas-batas yang telah ditentukan (Jack, 1985:49).
Menurut Andriamahery dan Zhou (2018) stabilitas politik memberikan gambaran
tentang pemerintahan yang berfungsi dengan baik, sementara ketidakstabilan
politik merupakan kecenderungan keruntuhan pemerintahan baik karena konflik
atau maraknya persaingan berbagai partai politik. Menurut Sanit (1982:2), secara
teoritis stabilitas politik ditentukan oleh tiga variable yang saling berkaitan, yaitu
perkembangan ekonomi yang memadai, perkembangan pelembagaan baik struktur
maupun proses politik, dan partisipasi politik. Perkembangan ekonomi meliputi
adanya tingkat pertumbuhan yang cukup dalam masyarakat. Sedangkan
pelembagaan politik mengarah pada pengertian tidak timbulnya konflik antara
kekuatan-kekuatan politik. Dan partisipasi politik lebih mengacu pada konsep
partisipasi menurut pola pemerintahan dimana bentuk partisipasi lebih bersifat
„mobilized‟.
Pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik saling berkaitan. Stabilitas politik
menjadi prasarat dan merupakan salah satu aspek penting untuk mendukung
proses pembangunan ekonomi. Menurut Roe dan Siegel (2011) Ketidakstabilan
politik sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi secara keseluruhan. Hampir
tidak ada negara yang mampu membangun perekonomian negaranya tanpa politik
21
yang stabil. Pembangunan sektor ekonomi tanpa dibarengi pembangunan sektor
lain seperti politik maka perekonomian yang dibangun tidak akan bertahan lama.
Ketidakstabilan politik mengurangi tingkat pertumbuhan PDB secara signifikan
dan ini berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi (Aisen dan Veiga, 2013).
Ketidakstabilan politik adalah penentu utama dari hasil ekonomi (Alesina, dkk,
1996).
Stabilitas politik suatu Negara dapat diukur salah satunya dengan
menggunakan index. World Bank mengukur stabilitas politik suatu Negara dengan
menggunakan political stability index. Index yang digunakan word bank
merupakan rata-rata gabungan beberapa index, diantaranya adalah dariEconomist
Intelligence Unit, World Economic Forum, dan Political Risk Services. Index
yang mendasarinya adalah:
a. Kemungkinan pengalihan kekuasaan pemerintah secara tidak teratur,
b. Konflik bersenjata,
c. Kekerasan demonstrasi,
d. Kerusuhan sosial,
e. Ketegangan internasional,
f. Terorisme,
g. Konflik etnis dan agama.
Selain itu, index ini juga menggunakan tiga indicator, yakni:
a. Supremasi Hukum,
b. Hak Politik,
c. Persepsi Korupsi.
Penghitungan nilai political stability index dilakukan dengan menetapkan
data dari masing-masing index yang mendasarinya. Kemudian menghasilkan skor
index dengan rentang antara -2,5 sampai 2,5 yang berarti bahwa index stabilitas
politik suatu negara mendekati -2,5 berarti stabilitas politik negara tersebut lemah
atau buruk, dan sebaliknya ketika index stabilitas politik mendekati 2,5 berarti
negara tersebut memiliki stabilitas politik yang kuat atau baik.
22
5. Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita
Pemerintah disuatu negara dapat mengukur keberhasilan perekonomian
negaranya dengan berbagai indikator. Salah satu indikator yang dapat digunakan
adalah Gross Domestic Product (GDP). GDP dapat menilai apakah perekonomian
suatu negara berjalan dengan baik atau buruk. Selain itu, GDP juga mengukur dua
hal secara bersamaan, yakni: total pendapatan semua orang dalam perekonomian
dan total belanja untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan
GDP mengukur kedua hal tersebut secara bersamaan adalah kedua hal tersebut
pasti sama yaitu pendapatan sama dengan pengeluaran.
Menurut Case dan Fair (2007:22) GDP merupakan nilai pasar total semua
barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu periode tertentu oleh faktor
produksi yang terletak dalam suatu negara. Sedangkan menurut Sukirno (2010:35)
GDP dalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh
faktor-faktor produksi milik warga negara negara tersebut dan negara asing.
Kemudian menurut Mankiw (2013:6) GDP adalah nilai pasar seluruh barang dan
jasa akhir yang diproduksi di suatu negara pada periode tertentu.
Dalam GDP terdapat beberapa hal yang tidak diikutsertakan seperti nilai
barang dan jasa yang terjadi di luar pasar, kualitas lingkungan, dan distribusi
pendapatan. Oleh karena itu, GDP per kapita yang merupakan besarnya
pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara merupakan alat yang lebih baik
untuk digunakan dalam memberitahukan apa yang terjadi pada rata-rata
penduduk, standar hidup dari warga negaranya. GDP per kapita juga dapat
digunakan untuk melihat kemampuan daya beli masyarakat suatu Negara. GDP
per kapita yang tinggi dapat diartikan daya beli masyarakat juga tinggi.
GDP dapat dihitung dengan salah satu dari dua cara yang ada, yaitu:
menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga atau
menjumlahkan pendapatan (upah, sewa, dan keuntungan) yang dibayar
perusahaan dan kemudian menghasilkan output yang sama. GDP mencakup
barang berwujud (mobil, pakaian, makanan), jasa tidak berwujud (potong rambut,
membersihkan rumah, mengunjungi dokter), dan barang dan jasa yang sedang
23
diproduksi. GDP juga mengukur beberapa hal, diantaranya adalah harga pasar
yang mencakup nilai pasar jasa perumahan dalam perekonomian, nilai produksi
dalam batas wilayah geografis suatu Negara, nilai produksi dalam periode
tertentu. Namun, ada beberapa hal yang tidak dapat diukur oleh GDP, seperti:
barang yang diproduksi dan dijual secara illegal (obat-obatan terlarang), barang
yang diproduksi dan dikonsumsi rumah tangga yang tidak pernah masuk pasar,
dan transaksi barang bekas.
GDP atau biasa dilambangkan dengan (Y) dibagi menjadi empat komponen,
yakni: konsumsi (C), investasi (I), belanja pemerintah (G), dan ekspor neto (NX).
Komponen-komponen tersebut dapat dijadikan persamaan, yaitu:
Y = C + I + G + NX
Persamaan ini merupakan persamaan identitas-persamaan yang kebenarannya
ditentukan oleh definisi variable-variabel didalamnya (Mankiw, 2013:10).
Keempat komponen tersebut adalah:
a. Konsumsi (consumtion) merupakan belanja rumah tangga atas barang dan
jasa konsumen (kecuali pembelian rumah baru).
b. Investasi (investment) merupakan belanja oleh perusahaan dan rumah
tangga atas modal baru (pabrik, peralatan, persediaan, bangunan atau
struktur termasuk pembelian rumah baru) yang akan digunakan pada masa
yang akan datang dengan tujuan menghasilkan barang dan jasa yang lebih
banyak.
c. Belanja Pemerintah (government purchases) merupakan pembelanjaan
barang dan jasa yang dilakukan pemerintah (mencakup gaji pegawai
negeri dan pengeluaran untuk pekerjaan umum).
d. Ekapor Neto (net exports) merupakan belanja barang produksi dalam
negeri oleh warga negara lain (ekspor) dikurangi dengan pembelian barang
dari Negara lain oleh warga domestic (impor).
GDP adalah ukuran suatu nilai moneter semua barang dan jasa yang
diproduksi dalam setahun di tanah suatu Negara (Kurniawan dan Budhi,
2015:119). Pengukuran nilai moneter menyebabkan masalah nilai mata uang yang
24
berubah dari tahun ke tahun. Inflasi dan deflasi adalah fluktuasi ekonomi yang
memungkinkan mendistorsi nilai GDP. Untuk meminimalkan efek inflasi dan
deflasi pemerintah dapat menghitung GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal
merupakan GDP yang diukur dengan nilai uang saat ini – semua komponen GDP
dinilai pada harganya saat ini (Case dan Fair, 2007:32). Perhitungan GDP nominal
dipengaruhi oleh kenaikan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan kenaikan
dari harga barang atau jasa tersebut. Sedangkan GDP riil merupakan produksi
barang dan jasa yang dinilai pada harga tetap (Mankiw, 2013:14). Dalam suatu
perekonomian untuk menentukan nilai produksi barang dan jasa GDP riil
menggunakan harga tahun pokok yang tetap. Dari GDP nominal dan GDP riil
dapat dilakukan perhitungan statistic ketiga yang disebut dengan GDP deflator.
GDP deflator merupakan ukuran tingkat harga keseluruhan (Case dan Fair,
2007:34). GDP deflator mengukur tingkat harga sekarang dengan harga tahun
basis dimana GDP deflator ini merupakan suatu ukuran yang digunakan oleh para
ekonom untuk memonitor tingkat harga rata-rata dalam perekonomian.
6. Keterkaitan Antar Variable
a. Hubungan Harga dengan Ekspor
Harga memegang peran penting dalam kegiatan ekonomi. Harga
didefinisikan sebagai sejumlah uang atau barang atau jasa yang ditukar
pembeli untuk produk atau jasa yang ditawarkan penjual (Efendi,2009).
Ketika harga internasional lebih tinggi dibanding harga domestic maka ekspor
akan meningkat, begitu pula sebaliknya ketika harga internasional lebih
rendah dibanding harga domestic maka ekspor akan menurun.
Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa harga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ekspor. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad Ridho Al Ghozy, dkk (2017) yang berjudul “Analisis Ekspor
Kakao Indonesia di Pasar Internasional”. Hasil dari penelitian ini adalah
secara simultan dan parsial variabel produksi, harga dunia, dan nilai tukar
berpengaruh signifikan terhadap ekspor kakao Indonesia.
25
b. Hubungan Iklim dengan Ekspor
Setiap Negara di dunia pasti memiliki iklim yang berbeda-beda. Perbedaan
iklim dapat mempengaruhi budidaya suatu tanaman, karena iklim merupakan
salah satu komponen lingkungan yang merupakan faktor penentu keberhasilan
suatu budidaya tanaman. Seperti yang dinyatakan oleh Setiawan (2009) dalam
dalam Wirawan dan Yogiswara (n.d.) bahwa iklim memegang peran penting
dalam penentuan jenis dan kultivar tanaman yang dapat dibudidayakan dalam
penentuan hasil akhir. Keberhasilan suatu produksi tanaman salah satunya
dipengaruhi oleh iklim seperti panas matahari dan curah hujan.
Oleh karena itu, iklim merupakan permasalahan yang cukup berarti bagi
petani terutama petani yang melakukan budidaya tanaman perkebunan, karena
proses pada tanaman perkebunan mulai dari menanam sampai memanen
membutuhkan waktu yang lama. Sehingga dapat diasumsikan iklim
mempunyai pengaruh terhadap ekspor.
c. Hubungan Stabilitas Politik dengan Ekspor
Keadaan politik satu Negara dengan Negara lain tentunya berbeda. Ada
Negara yang keadaan politiknya stabil ada juga yang tidak stabil. Stabilitas
politik suatu negara dapat diukur salah satunya menggunakan index. Index
yang digunakan oleh world bank didasari oleh: kemungkinan pengalihan
kekuasaan pemerintah secara tidak teratur, konflik bersenjata, kekerasan
demonstrasi, kerusuhan sosial, ketegangan internasional, terorisme, serta
konflik etnis dan agama.
Stabilitas politik yang semakin membaik dapat memperlancar kegiatan
ekonomi. Negara dengan stabilitas politik yang baik maka pertumbuhan
ekonominya tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka pendapatan
nasionalnya tinggi sehingga kemampuan untuk membeli atau membayar
(dalam hal ini kempampuan untuk membayar impor dari Negara eksportir)
meningkat. Disamping itu, Negara yang memiliki stabilitas politik yang baik
dapat meningkatkan kepercayaan Negara mitra dagang untuk melakukan
perdagangan internasional. Sehingga dapat diasumsikan bahwa stabilitas
26
politik Negara tujuan ekspor memiliki hubungan terhadap ekspor. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malik Fahim Bashir, dkk
(2013) berjudul “Imapct of Foreign Political Instability on Chinese Exports”.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa ketidakstabilan politik luar
negeri, populasi domestic berdampak negative dan signifikan terhadap ekspor
Cina.
d. Hubungan GDP Per Kapita dengan Ekspor
GDP per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran suatu
Negara dan merupakan ukuran daya beli masyarakat di suatu negara. Setiap
Negara tentunya memiliki GDP per kapita yang berbeda antara Negara yang
satu dengan yang lainnya, perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi, social, dan politik. Semakin tinggi GDP per kapita suatu negara,
maka konsumsi masyarakat negara tersebut akan meningkat, sehingga Negara
yang melakukan ekspor ke Negara yang mengalami peningkatan GDP per
kapita volume ekspornya akan meningkat. Sehingga dapat diasumsikan GDP
per kapita Negara tujuan ekspor memiliki pengaruh terhadap ekspor. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Fattya Rahmah S., dkk
(n.d.) berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Udang di
Indonesia”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa produksi udang
Indonesia dan GDP Negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan terhadap
volume ekspor udang Indonesia.
B. Kajian Tinjauan Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh I Kadek Wirawan dan I Wayan Yogiswara
(2014) berjudul “Pengaruh Kurs, Produksi, Luas Lahan, dan Iklim terhadap
Ekspor Rumput Laut Bali“. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kurs dollar Amerika, jumlah produksi, luas lahan, dan iklim secara
simultan dan parsial terhadap volume ekspor rumput laut Bali, dan untuk
mengetahui variable bebas yang berpengaruh dominan terhadap ekspor
rumput laut Bali tahun 2001-2011. Dengan menggunakan regresi linier
berganda diperoleh hasil bahwa kurs dollar Amerika, jumlah produksi, luas
27
lahan, dan iklim secara simultan berpengaruh signifikan terhadap ekspor
rumput laut Bali tahun 2001-2011. Secara parsial jumlah produksi dan luas
lahan budidaya berpengaruh positif dan signifikan. Namun kurs dollar
Amerika dan iklim secara parsial tidak berpengaruh signifikan. Variable bebas
yang paling dominan berpengaruh terhadap volume ekspor rumput laut Bali
adalah variable luas lahan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Fattya Rahmah S., dkk (n.d.) berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Udang di Indonesia”.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspor udang di Indonesia. Dengan menggunakan metode Generalized Least
Square (GLS) diperoleh kesimpulan bahwa variable produksi udang Indonesia
dan GDP Negara tujuan ekspor berpengaruh signifikan terhadap volume
ekspor udang Indonesia. Sedangkan variable nilai tukar rupiah terhadap dollar
berpengaruh tidak signifikan terhadap volume ekspor udang Indonesia.
Produksi udang Indonesia berpengaruh negative dan signifikan terhadap
volume ekspor udang Indonesia dengan nilai koefisien -0,1954. Sedangkan
GDP Negara tujuan ekspor berpengaruh positif terhadap volume ekspor udang
Indonesia dengan nilai koefisien 0,3127.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ali Wardhana (2011) berjudul “Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Nonmigas Indonesia ke Singapura
tahun 1990-2010”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh nilai tukar, inflasi, dan pendapatan per kapita Singapore terhadap
ekspor nonmigas Indonesia ke Singapore. Dengan menggunakan metode
regresi linier berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS) diberoleh
hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berpengaruh
positif terhadap ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai koefisien sebesar
0,317. Inflasi juga berpengaruh positif terhadap ekspor nonmigas Indonesia
dengan nilai koefisien sebesar 6,096. Pendapatan per kapita Singapore
berpengaruh positif terhadap ekspor nonmigas Indonesia dengan nilai
koefisien sebesar 0,231.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Nimas Febri Dionita dan Made Suyana Utama
(2015) berjudul “Pengaruh Produksi, Luas Lahan, Kurs Dollar Amerika
28
Serikat, dan Iklim terhadap Ekspor Kacang Mete Indonesia Beserta Daya
Saingnya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara
simultan maupun parsial antara produksi, luas lahan, kurs dollar Amerika
Serikat, dan iklim terhadap ekspor kacang mete serta untuk mengetahui daya
saing ekspor kacang mete Indonesia terhadap Negara lain di pasar Amerika
Serikat. Dengan menggunakan metode linier berganda, uji asumsi klasik, uji
signifikansi, dan Revealed Comparative Advantage (RCA) diperoleh hasil
bahwa produksi, kurs dollar Amerika Serikar, dan iklim secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap ekspor kacang mete tahun 1996-2013.
Variable produksi dan luas lahan secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ekspor kacang mete. Sedangkan variable iklim dan kurs
dollar Amerika Serikat secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
ekspor kacang mete. Variable yang berpengaruh paling dominan dalam
penelitian ini adalah produksi. Hasil analisis RCA untuk ekspor kacang mete
ke Amerika Serikat menunjukkan bahwa Negara Jerman lebih memiliki
tingkat daya saing jika dibandingkan dengan Indonesia, Brazil, India, dan
Perancis.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Aldo Gunawan (n.d.) berjudul “Pengaruh
Harga Internasional, Nilai Tukar, dan GDP Per Kapita Amerika Serikat
terhadap Nilai Ekspor Tekstil Indonesia ke Amerika Serikat”. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan perkembangan harga internasional, nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, GDP per kapita Amerika
Serikat, dan nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat serta menganalisis
pengaruh secara simultan dan secara parsial variable harga internasional, nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, GDP per kapita Amerika Serikat
terhadap nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika Serikat. Dengan
menggunakan metode regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa variable
harga internasional, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, GDP
per kapita Amerika Serikat, dan nilai ekspor TPT Indonesia ke Amerika
Serikat mengalami perkembangan yang cukup bagus. Variable harga
internasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
ekspor TPT Indonesia. Variable nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
29
Serikat dan GDP per kapita Amerika Serikat berpengaruh signifikan terhadap
nilao ekspor TPT Indonesia. Secara simultan variable harga internasional, nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, dan GDP per kapita Amerika
Serikat memiliki pengaruh terhadap nilai ekspor TPT Indonesia.
6. Penelitian yang dilakukan oleh Malik Fahim Bashir, dkk (2013) berjudul
“Imapct of Foreign Political Instability on Chinese Exports”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari ketidakstabilan politik
luar negeri, pendapatan, populasi, dan nilai tukar terhadap ekspor Cina.
Dengan menggunakan model SGMM diperoleh hasil bahwa ketidakstabilan
politik luar negeri, populasi domestic berdampak negative dan signifikan
sementara pendapatan domestic dan asing, populasi asing, dan nilai tukar riil
berdampak positif dan signifikan terhadap ekspor Cina.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang Yu-quan (2014) berjudul ”Modeling
Climate Change Impacts on the US Agricultural Exports”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak perubahan iklim yang
mungkin berguna untuk memperhitungkan efek produktivitas di seluruh dunia.
Dengan menggunakan model ASM diperoleh hasil bahwa mempertimbangkan
atau mengabaikan sisa dampak iklim dunia menyebabkan perubahan
signifikan dalam proyeksi produksi dan ekspor AS.
8. Penelitian yang dilakukan oleh Deni Iswanto (2008) berjudul “Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Ekspor Kayu Lapis Indonesia ke Jepang”. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauhmana pengaruh produksi,
pendapatan negara tujuan, kurs dan dummy kebijakan pemerintah terhadap
ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang. Dengan menggunakan metode analisis
regresi linier berganda hasil penelitian ini menunjukkah bahwa produksi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah ekspor kayu lapis
Indonesia ke Jepang (sig = 0,00< α = 0,05). Pendapatan negara tujuan juga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke
Jepang (sig = 0,01< α = 0,05). Namun kurs mata uang rupiah terhadap dollar
tidak signifikan terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang (sig = 0,239 >
α = 0,05). Dummy kebijakan pemerintah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke Jepang. Secara bersama-sama
30
produksi, kurs, pendapatan Jepang, dan dummy kebijakan kebijakan
pemerintah berpengaruh positif terhadap ekspor kayu lapis Indonesia ke
Jepang (sig = 0,00< α = 0,05).
9. Penelitian yang dilakukan oleh Parrel Tua Halomoan Simanjutak, dkk (2017)
berjudul “Pengaruh Produksi, Harga Internasional, dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia (Studi pada Tahun 2009-
2014)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produksi, harga
internasional, dan nilai tukar terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia.
Dengan menggunakan metode explanatory research dan analisis data regresi
linier diperoleh hasil bahwa secara simultan produksi, harga internasional, dan
nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor rumput laut
Indonesia. Secara parsial produksi dan harga internasional tidak berpengaruh
signifikan, sedangkan nilai tukar secara parsial berpengaruh signifikan.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Ridho Al Ghozy, dkk (2017) yang
berjudul “Analisis Ekspor Kakao Indonesia di Pasar Internasional”. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh produksi kakao, harga
kakao dunia, dan nilai tukar terhadap ekspor. Dengan menggunakan metode
analisis regresi linier berganda hasil dari penelitian ini adalah secara simultan
dan parsial variabel produksi, harga dunia, dan nilai tukar berpengaruh
signifikan terhadap ekspor kakao Indonesia.
11. Penelitian yang dilakukan oleh Firda Nurul Isdiana dan Jaka Aminata (2019)
yang berjudul “Analisis Ekspor Indonesia Dengan Anggota APEC Melalui
Moda Transportasi Laut”. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau kondisi
transportasi maritim terutama infrastruktur pelabuhan Indonesia sebagai
penunjang dalam kegiatan perdagangan internasional serta menganalisis
factor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor Indonesia ke Negara anggota
APEC melalui moda transportasi laut. Dengan menggunakan pendekatan
model gravitasi dan metode regresi data panel REM diperoleh hasil bahwa
GDP per kapita Indonesia berpengaruh positif dan signifikan, sementara GDP
per kapita Negara-negara mitra dagang berpengaruh negative dan tidak
signifikan. Jrak ekonomi antara Indonesia-APEC berpengaruh negative dan
signifikan, nilai tukar juga berpengaruh negative dan signifikan. Quality of
31
Port Infrastructure (QPI) berpengaruh positif dan signifikan, Container Port
Traffict juga berpengaruh positif dan signifikan.
32
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penulis dan
Tahun
Judul Variabel Data dan Metode Hasil
1 I Kadek
Wirawan dan I
Wayan
Yogiswara
(2014)
Pengaruh Kurs,
Produksi, Luas
Lahan, dan Iklim
terhadap Ekspor
Rumput Laut Bali
Variabel Dependen:
Ekspor
Variabel Independen:
Kurs, Produksi, Luas
Lahan, Iklim,
Data: Sekunder
(time saries)
Metode: Regresi
linier berganda
1. Kurs, Produksi, Luas Lahan, dan Iklim secara
simultan berpengaruh signifikan.
2. Produksi dan Luas Lahan secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan.
3. Kurs dan Iklim secara parsial tidak
berpengaruh signifikan.
4. Variable yang berpengaruh paling dominan
adalah Luas Lahan.
2 Fattya Rahmah
S., dkk (n.d.)
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Ekspor Udang di
Indonesia
Variabel Dependen:,
Ekspor
Variabel Independen:
Produksi, GDP Negara
Tujuan, Nilai Tukar
Data: Sekunder
(panel)
Metode:
Generalized
Least Square
1. Produksi berpengaruh negative dan signifikan.
2. GDP Negara Tujuan berpengaruh positif dan
signifikan.
3. Nilai tukar berpengaruh tidak signifikan.
33
(GLS)
3 Ali Wardhana
(2011)
Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Ekspor Nonmigas
Indonesia ke
Singapura tahun
1990-2010
Variable Dependen:
Ekspor
Variabel Independen:
Nilai Tukar, Inflasi,
Pendapatan Per Kapita
Data: Sekunder
(time saries)
Metode:
Ordinary Least
Square (OLS)
Nilai tukar, inflasi, dan pendapatan per kapita
berpengaruh positif.
4 Nimas Febri
Dionita dan
Made Suyana
Utama (2015)
Pengaruh
Produksi, Luas
Lahan, Kurs
Dollar Amerika
Serikat, dan Iklim
terhadap Ekspor
Kacang Mete
Indonesia Beserta
Daya Saingnya
Variable Dependen:
Ekspor dan Daya Saing
Variabel Independen:
Produksi, Luas Lahan,
Kurs, Iklim
Data: Sekunder
(time series)
Metode: Regresi
linier berganda,
Revealed
Comparative
Advantage
(RCA)
1. Produksi, Luas Lahan, Kurs, dan Iklim secara
simultan berpengaruh signifikan.
2. Produksi dan Luas Lahan secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan.
3. Iklim dan kurs secara parsial tidak berpengaruh
signifikan.
4. Variable yang berpengaruh paling dominan
adalah produksi.
5. Jerman lebih memiliki tingkat daya saing jika
dibandingkan dengan Indonesia, Brazil, India,
dan Perancis.
34
5 Aldo Gunawan
(n.d.)
Pengaruh Harga
Internasional,
Nilai Tukar, dan
GDP Per Kapita
Amerika Serikat
terhadap Nilai
Ekspor Tekstil
Indonesia ke
Amerika Serikat
Variable Dependen:
Ekspor
Variabel Independen:
Harga Internasional,
Nilai Tukar, dan GDP
Per Kapita Amerika
Serikat
Data: Sekunder
(time saries)
Metode: Regresi
linier berganda
1. Harga Internasional, Nilai Tukar, GDP Per
Kapita AS, niali ekspor mengalami
perkembangan yang cukup bagus.
2. Harga internasional secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan.
3. Nilai Tukar dan GDP Per Kapita AS
berpengaruh berpengaruh signifikan.
4. Secara simultan Harga Internasional, Nilai
Tukar AS, dan GDP Per Kapita memiliki
pengaruh.
6 Malik Fahim
Bashir, dkk
(2013)
Imapct of
Foreign Political
Instability on
Chinese Exports
Variabel Dependen:
Ekspor
Variable Independen:
Ketidakstabilan Politik
Luar Negeri,
Pendapatan, Populasi,
Nilai Tukar
Data: Sekunder
(panel)
Metode: SGMM
1. Ketidakstabilan politik luar negeri berdampak
negative dan signifikan pada ekspor Cina.
2. Pendapatan domestic dan asing betdampak
positif dan signifikan.
3. Populasi domestic berdampak negative dan
signifikan sementara populasi asing
berdampak positif dan signifikan pada ekspor
Cina.
4. Nilai tukar riil berdampak positif dan
35
signifikan.
7 Zhang Yu-quan
(2014)
Modeling Climate
Change Impact
on the US
Agricultural
Exports
Variable Dependen:
Ekspor
Variabel Independen:
Iklim, Produktivitas.
Data: Sekunder
Metode: ASM
Mempertimbangkan atau mengabaikan sisa
dampak iklim dunia menyebabkan perubahan
signifikan dalam proyeksi produksi dan ekspor AS.
8 Deni Iswanto
(2008)
Factor-faktor
yang
Mempengaruhi
Ekspor Kayu
Lapis Indonesia
ke Jepang
Variable
Dependen:Ekspor
Variable Independen:
Produksi, Pendapatan
Negara Tujuan, kurs,
dummy Kebijakan
Pemerintah
Data: Sekunder
(time series)
Metode: Regresi
linier berganda
1. Produksi dan Pendapatan Negara Tujuan
berpengaruh Positif dan Signifikan.
2. Kurs berpengaruh tidak signifikan.
3. Dummy Kebijakan Pemerintah berpengaruh
positif dan signifikan.
4. Secara simultan Produksi, Kurs, Pendapatan
Negara Tujuan, dan Dummy Kebijakan
Pemerintah berpengaruh positif.
9 Parrel Tua
Halomoan
Simanjutak,
dkk (2017)
Pengaruh
Produksi, Harga
Internasional, dan
Nilai Tukar
Rupiah terhadap
Variable Dependen:
Ekspor
Variabel Independen:
Produksi, Harga
Data: Sekunder
Metode:
Explanatory
research dan
1. Secara simultan produksi, harga internasional,
dan nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan
terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia.
2. Secara parsial produksi dan harga internasional
tidak berpengaruh signifikan, sedangkan nilai
36
Volume Ekspor
Rumput Laut
Indonesia (Studi
pada Tahun
2009-2014)
Internasional, Nilai
Tukar
analisis data
regresi linier
tukar secara parsial berpengaruh signifikan.
10 Muhammad
Ridho Al
Ghozy, dkk
(2017)
Analisis Ekspor
Kakao Indonesia
di Pasar
Internasional
Variable Dependen:
Ekspor
Variabel Independen:
Produksi, Harga Dunia,
Nilai Tukar
Data: Sekunder
(time saries)
Metode: Regresi
linier berganda
Secara simultan dan parsial variabel produksi,
harga dunia, dan nilai tukar berpengaruh signifikan
terhadap ekspor kakao Indonesia.
11 Firda Nurul
Isdiana dan
Jaka Aminata
(2019)
Analisis Ekspor
Indonesia Dengan
Anggota APEC
Melalui Moda
Transportasi Laut
Variabel Dependen:
Ekspor
Variable Independen:
GDP per kapita
Indonesia, GDP per
kapita Negara-negara
APEC, jarak ekonomi,
Data: Sekunder
(panel)
Metode: regresi
data panel REM
1. GDP per kapita Indonesia, quality of part
infrastructure, container port traffic
berpengaruh positif dan signifikan.
2. Jarak ekonomi dan nikali kurs berpengaruh
negative dan signifikan.
3. GDP per kapita Negara mita dagang
berpengaruh negative dan tidak signifikan.
37
nilai kurs, quality of
part infrastructure,
container port traffic
38
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
39
D. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan
kebenarannya melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Harga secara parsial terhadap
Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapat pengaruh Harga secara parsial terhadap Ekspor
Kopi Indonesia tahun 2002-2016
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Iklim secara parsial terhadap
Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapat pengaruh Iklim secara parsial terhadap Ekspor
Kopi Indonesia tahun 2002-2016
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Stabilitas Politik secara parsial
terhadap Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapar pengaruh Stabilitas Politik secara parsial
terhadap Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh GDP Per Kapita secara parsial
terhadap Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapat pengaruh GDP Per Kapita secara parsial terhadap
Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
5. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Harga, Iklim, Stabilitas Politik,
dan GDP Per Kapita secara simultan terhadap Ekspor Kopi
Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapat pengaruh Harga, Iklim, Stabilitas Politik, dan
GDP Per Kapita secara simultan terhadap Ekspor Kopi Indonesia
tahun 2002-2016
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan ekspor kopi sebagai variable
terikat atau variable dependen karena pada ekspor nonmigas komoditas
perkebunan kopi memiliki kontribusi yang besar. Variable bebas atau variable
independen yang digunakan adalah harga, iklim, stabilitas politik, dan GDP per
kapita. Penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif. Data operasional yang
digunakan penulis adalah data runtun waktu atau data time series. Data tahunan
yang digunakan adalah data tahun 2002 sampai 2016.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode penentuan sampel dalam sebuah penelitian tentu akan sangat
membantu karena penelitian dihadapkan pada sampel yang beranekaragam dari
populasi. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekspor kopi Indonesia
ke Jepang tahun 2002 sampai 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
purposive sampling.
Metode purposive sampling merupakan metode non random sampling dimana
peneliti dalam menentukan pengambilan sampel menggunakan cara menetapkan
ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat
menjawab permasalahan dalam penelitian tersebut. Pada dasarnya sampel yang
dipilih berdasarkan pertimbangan dan hasil dari penelitian digunakan untuk
menarik kesimpulan tentang item-item di dalam sampel.
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data harus dilakukan dalam sebuah penelitian agar diperoleh
hasil dari tujuan penelitian tersebut. Dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan beberapa cara:
41
1. Field research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data
yang diperoleh dari lembaga atau instansi resmi terkait sperti Badan Pusat
Statistik (BPS), dan World Bank.
2. Library research
Data yang digunakan dalam penelitian adalah hasil dari studi kepustakaan
yang dilakukan penulis untuk memperoleh data dan informasi dari buku, literatur,
artikel, jurnal, dan lain sebagainya yang berhubungan dengan aspek yang diteliti.
3. Internet research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
internet yang berhubungan dengan apa yang penulis teliti.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh merupakan hasil dari pendekatan
kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan pada angka. Pengolahan data
dilakukan dengan metode kuadrat terkecil atau metode Ordinary Least Square
(OLS) untuk model regresi linier berganda dengan menggunakan model
ekonometrik untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antar variable
yang digunakan. Penelitian ini juga menggunakan dummy variable atau variable
boneka. Dimana tahun basah nilainya 0 dan tahun kering nilainya 1. Alat bantu
yang digunakan penulis adalah alat bantu ekonometrika (software) yaitu e-views.
Menurut Gujarati (2007:150) OLS memiliki varians yang terendah diantara
penaksir-penaksir linier lainnya; dalam hal ini, penaksir OLS disebut sebagai
penaksir tak bias linier terbaik (Best Linier Unbiased Estomator/ BLUE). Jadi,
tiap koefisien regresi yang ditaksir menggunakan OLS bersifat linier dan tidak
bias, secara rata-rata, koefisien yang ditaksir ini tepat sama dengan nilai yang
sebenarnya.
42
Hubungan variable ekspor kopi dengan variable harga, iklim, stabilitas politik,
dan GDP per kapita diformulasikan sebagai berikut:
Y = f (X1, D2, X3, X4)
Sementara model ekonometrika ditulis:
Y = β0 + β1X1 + β2D2 + β3X3 + β4X4 + e
Dimana:
Y : Volume Ekspor Kopi Indonesia
β0 : Konstanta
β1, β2, β3, β4 :Koefisien regresi dari masing-masing variable yang
mempengaruhi volume ekspor kopi Indonesia
X1 : Harga
D2 : Iklim
X3 : Stabilitas Politik
X4 : GDP Per Kapita
e : Eror Term
Seperti yang telah dinyatakan bahwa metode OLS dapat memberikan
koefisien yang baik atau bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) yang
dalam hal ini harus terbebas dari uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik dilakukan
untuk mendeteksi apakah terdapat autokorelasi, multikoloniaritas, dan
heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik penting dilakukan untuk menghasilkan
estimasi yang linier tidak bias dan bersifat BLUE, yang memiliki arti bahwa
model regresi tidak bermasalah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendeteksian
mengenai:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui data dalam variable
yang akan digunakan, apakah sebaran data yang digunakan berdistribusi normal
atau tidak. Suatu variable dikatakan normal jika korelogram pada gambar
43
menunjukkan bahwa residual berdistribusi normal (Winarno, 2009). Untuk
mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan uji Jarque-Bera.
Pengalaman empiris beberapa pakar statistic menunjukkan bahwa data yang
lebih dari 30 dapat diasumsikan berdistribusi normal. Namun, untuk memastikan
apakah data tersebut berdistribusi normal atau tidak sebaiknya dilakukan uji
normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi ketika varians eror antar variable berbeda atau tidak
konstan. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan white test, glejser
test, harvey test, dan lain-lain. Penyebab heteroskedastisitas diantaranya adalah:
a. Typing eror, perbedaan pertumbuhan variable, teknik pengumpulan data.
b. Data yang menyimpang terlalu jauh dari data lainnya (Outlier) tidak dapat
dikontrol.
c. Kesalahan spesifikasi seperti: ada variable yang terlewatkan atau tidak
masuk model, incorrect data transformation, incorrect function form.
d. Varians eror antar variable berbeda.
Hipotesis pada Uji Heteroskedastisitas ini adalah:
H0: Tidak terdapat heteroskedastisitas (Homoskedastisitas)
H1 : Terdapat heteroskedastisitas.
Heteroskedastisitas dapat diatasi dengan cara Weighted Least Square (WLS).
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan hubungan antara nilai eror hari ini dengan eror
sebelumnya (hubungan dua eror). Uji autokorelasi ini hanya dilakukan pada data
time saries (runtun waktu), tidak pada data yang dilakukan secara serentak pada
waktu bersamaan. Jenis autokorelasi ada dua, yaitu autokorelasi positif (eror yang
selalu diikuti eror yang sama tandanya) dan autokorelasi negative (eror akan
44
diikuti oleh eror yang tandanya berbeda). Penyebab autokorelasi diantaranya
adalah:
a. Inersia, yaitu observasi yang berurutan saling bergantungan.
b. Terjadi bias dalam spesifikasi karena ada beberapa variable penting yang
tidak tercakup dalam model.
c. Terjadinya bias dalam spesifikasi karena penggunaan bentuk fungsi yang
tidak tepat.
d. Fenomena sarang laba-laba.
e. Manipulasi data, yaitu mengkira-kira data yang kosong dan mengisi
sendiri dengan perkiraan.
f. Transformasi data.
Autokorelasi dapat dideteksi dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan
uji Durbin Watson (DW), metode grafik, uji Run, dan uji Bruesch-Godfrey (BG)
atau uji Lagrange Multiplier (LM).
Hipotesis pada Uji Autokorelasi ini adalah:
H0 : Tidak terdapat aurokorelasi
H1 : Terdapat autokorelasi
Autokorelasi dapat diatasi dengan cara mentransformasikan data atau bisa juga
dengan mengubah model regresi kedalam bentuk persamaan beda umum dan
memasukkan variable lag dari variable terikatnya menjadi salah satu variable
bebas sehingga data observasi menjadi berkurang satu.
4. Uji Multikolonieritas
Multikolonieritas merupakan hubungan antar variable bebas atau independen.
Masalah ini muncul dalam model regresi yang bentuk fungsinya berbentuk linier
diantara variable-variabel independen. Multikolonieritas terjadi ketika nilai
Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10. Penyebab multikolonieritas
diantaranya adalah:
a. Model berlebihan, variable penjelas lebih tinggi dari banyaknya observasi.
45
b. Ada variable penjelas yang belum dimasukkan atau sebaliknya.
Multikolonieritas dapat dideteksi salah satunya dengan uji Variance Inflation
Factor (VIF), yaitu ketika nilai VIF lebih besar dari 10 maka terjadi
multikolonieritas pada variable bebas atau independent. Cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi multikolonieritas adalah dengan mengeluarkan
variable bebas penyebab multikolonieritas.
Selanjutnya untuk menguji apakah koefisien regresi yang didapat signifikan
atau tidak maka perlu dilakukan uji hipotesis. Ada beberapa uji hipotesis terhadap
koefisien regresi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Uji Statistik t (Uji-t)
Uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial variable bebas atau
independen berpengaruh terhadap variable terikat atau dependen. Uji-t dilakukan
dengan membandingkan t hitung dengan t table dengan ketentuan:
H0 : β = 0, memiliki arti bahwa tidak ada pengaruh positif secara parsial dari
masing-masing variable independen terhadap variable dependen.
H0 : β > 0, memiliki arti bahwa terdapat pengaruh positif secara parsial dari
masing-masing variable independen terhadap variable dependen.
Taraf signifikan yang digunakan adalah 5% (α = 0,05) dengan criteria sebagai
berikut:
a. Jika t hitung > t table, maka terima H1 dan tolak H0 yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan secara parsial dari masing-masing variable
independen terhadap variable dependen.
b. Jika t hitung < t table, maka tolak H1 dan terima H0 yang berarti tidak
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari masing-masing
variable independen terhadap variable dependen.
46
2. Uji Statistik F (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah secara simultan variable bebas atau
independen berpengaruh terhadap variable terikat atau dependen. Uji F dilakukan
dengan membandingkan F hitung dengan F table dengan ketentuan:
H0 : β = 0, memiliki arti bahwa tidak ada pengaruh signifikan secara simultan dari
variable independen terhadap variable dependen.
H0 : β > 0, memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan
dari variable independen terhadap variable dependen.
Taraf signifikan yang digunakan adalah 5% (α = 0,05) dengan criteria sebagai
berikut:
a. Jika F hitung > F table, maka terima H1 dan tolak H0 yang berarti terdapat
pengaruh yang signifikan secara simultan dari variable independen
terhadap variable dependen.
b. Jika t hitung < t table, maka tolak H1 dan terima H0 yang berarti tidak
terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari variable
independen terhadap variable dependen.
3. Koefisien Determinasi R2
R2 memberikan ukuran seberapa banyak variable bebas atau independen
mempengaruhi variable terikat atau dependen. Ketika R2 mendekati 1 berarti
variable independen mampu menjelaskan variable dependen namun, ketika R2
mendekati 0 berarti variable independen tidak mampu menjelaskan pergerakan
variable dependen.
47
E. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Definisi Satuan
Ekspor Ekspor adalah kegiatan
penjualan barang dan jasa yang
diproduksi di dalam negeri
keluar dari daerah pabean
karena kebutuhan di dalam
negeri sudah tercukupi.
Ton
Harga Harga didefinisikan sebagai
sejumlah uang atau barang atau
jasa yang ditukar pembeli
untuk produk atau jasa yang
ditawarkan penjual (Efendi
,2009). Perbandingan harga
yang digunakan dalam
perdagangan internasional
adalah harga domestic dan
harga internasional.
US$
Iklim Iklim merupakan komposit dari
keadaan cuaca hari ke hari dan
elemen-elemen atmosfer
didalam suatu kawasan tertentu
dalam jangka waktu yang
panjang (Trewartha dan Horn,
1995 dalam Wredaningrum
n.d.). Iklim merupakan salah
satu komponen lingkungan
yang merupakan faktor
penentu keberhasilan suatu
Dummy
48
usaha budidaya tanaman.
Stabilitas
Politik
Stabilitas politik merupakan
gagasan bahwa lembaga
pemerintah dalam suatu negara
memiliki kontrol sehingga hal-
hal yang berhubungan dengan
politik suatu negara menjadi
stabil. Stabilitas politik dapat
ditandai dengan adanya
pemerintahan yang dapat
memerintah bertahun-tahun
dan system pemerintahan
mampu menerima perubahan
yang terjadi tanpa merubah
system.
Index
GDP Per
Kapita
GDP per kapita merupakan
besarnya pendapatan rata-rata
penduduk di suatu Negara yang
didapat dari pendapatan
nasional suatu Negara dibagi
dengan jumlah penduduk
Negara tersebut. GDP per
kapita merupakan ukuran daya
beli masyarakat di suatu
negara.
Ribuan US$
49
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada ekspor kopi Indonesia terhadap Jepang
sebagai variable dependen dengan variable independen yang digunakan adalah
harga, iklim, stabilitas politik, dan GDP per kapita. Penelitian ini bersifat
kuantitatif dengan data operasional yang digunakan adalah data time series
periode 2002-2016 dan diolah dengan metode Ordinary Least Square (OLS).
Metode OLS dapat memberikan koefisien yang baik atau bersifat BLUE (Best
Linier Unbiased Estimator) yang dalam hal ini harus terbebas dari uji asumsi
klasik. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
autokorelasi, multikoleniaritas, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik penting
dilakukan untuk menghasilkan estimasi yang linier tidak bias dan bersifat BLUE,
yang memiliki arti bahwa model regresi tidak bermasalah. Berikut adalah hasil
pengolahan data yang telah dilakukan peneliti.
1. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian
berdistribusi normal atau tidak. Untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan
dengan uji Jarque-Bera, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas
Jarque-Bera dengan tingkat kesalahan (alpha). Jika nilai probabilitas Jarque-
Bera lebih besar dibandingkan dengan tingkat alpha maka data tersebut
dinyatakan berdistribusi normal. Begitu pula sebaliknya, ketika nilai
probabilitas Jarque-Bera lebih kecil dibandingkan dengan tingkat alpha maka
data tersebut dinyatakan tidak berdistribusi normal.
50
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: Residuals
Sample 2002 2016
Observations 15
Mean 1.07e-14
Median 0.000000
Maximum 0.179590
Minimum -0.124986
Std. Dev. 0.078964
Skewness 0.495049
Kurtosis 3.140652
Jarque-Bera 0.625047
Probability 0.731598
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas menggambarkan bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hal tersebut terlihat dari Probability
Jarque-Bera (0,731598) lebih besar dibandingkan tingkat kesalahan (0,05) dari
derajat kesalahan α = 5% sehingga data dalam penelitian ini dinyatakan
berdistribusi normal.
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan Uji White, yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas Chi-Square
Obs*R-square dengan tingkat kesalahan (alpha). Jika nilai probabilitas Chi-
Square Obs*R-square lebih besar dibandingkan dengan tingkat alpha maka
data tersebut dinyatakan tidak terdapat heteroskedastisitas. Begitu pula
sebaliknya, ketika nilai probabilitas Chi-Square Obs*R-square lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat alpha maka data tersebut terdapat
heteroskedastisitas.
51
Table 4.1
Hasil Uji Heteroscedasticity Test
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.606955 Prob. F(9,5) 0.3126
Obs*R-squared 11.14645 Prob. Chi-Square(9) 0.2658
Scaled explained SS 5.302374 Prob. Chi-Square(9) 0.8072
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas diatas diketahui bahwa dalam
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal tersebut terlihat dari nilai
probabilitas Chi-Square (0,2658) lebih besar dibandingkan tingkat kesalahan
(0,05) dari derajat kesalahan α = 5% sehingga dapat dinyatakan terima H0
yang berarti tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas).
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi
yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lainnya
pada model regresi. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test, yaitu dengan membandingkan
nilai probabilitas F-statistic dengan tingkat kesalahan (alpha). Jika nilai
probabilitas F-statistic lebih besar dibandingkan dengan tingkat alpha maka
data tersebut tidak terdapat autokorelasi. Begitu pula sebaliknya, ketika nilai
probabilitas F-statistic lebih kecil dibandingkan dengan tingkat alpha maka
data tersebut terdapat autokorelasi.
Tabel 4.2
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.701622 Prob. F(2,8) 0.2422
Obs*R-squared 4.476679 Prob. Chi-Square(2) 0.1066
52
Berdasarkan hasil uji autokorelasi diatas diketahui bahwa dalam penelitian
ini tidak terjadi autokorelasi. Hal tersebut terlihat dari nilai probabilitas F-
Statistik (0,2422) lebih besar dibandingkan tingkat kesalahan (0,05) dari
derajat kesalahan α = 5% sehingga dapat dinyatakan terima H0 yang berarti
tidak terdapat autokorelasi.
d. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variable bebas
atau independent saling berkaitan atau tidak. Untuk mendeteksi
multikolonieritas dapat dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF),
yaitu ketika nilai VIF lebih besar dari 10 maka data tersebut terdapat
multikolonieritas. Begitu pula sebaliknya ketika nilai VIF lebih kecil dari 10
maka data tersebut tidak terdapat multikolonieritas.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF
C 15.13604 26008.45 NA
HARGA 0.017094 24.28793 4.700441
IKLIM 0.009890 1.132893 1.057367
SPJ 0.172598 1.718274 1.686229
GDP_PK 0.144797 27187.32 3.557712
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas diatas diketahui bahwa dalam
penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas. Hal tersebut terlihat dari nilai
nilai Centered VIF yang menunjukkan tidak ada nilai yang lebih dari 10
sehingga dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat
multikolonieritas.
53
2. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji dan mengetahui hubungan antar
variable independen (harga, iklim, stabilitas politik, GDP per kapita) terhadap
variable dependen (ekspor). Dengan menggunakan model regresi linier berganda
Ordinary Least Square (OLS) hasil regresi nantinya akan dilakukan pengujian
signifikansi yang meliputi Uji-t, Uji-F, dan Determinasi R2. Berikut adalah hasil
estimasi dari model.
Tabel 4.4
Hail Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 33.01098 3.890507 8.485008 0.0000
HARGA 0.487402 0.130744 3.727904 0.0039
IKLIM -0.048408 0.099446 -0.486776 0.6369
SPJ 0.505288 0.415449 1.216246 0.2518
GDP_PK -2.160339 0.380522 -5.677300 0.0002
R-squared 0.781623
Adjusted R-squared 0.694272
F-statistic 8.948077
Prob(F-statistic) 0.002438
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Persamaan regresi yang dibentuk dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Ekspor = 33,01098 + 0,487402Harga – 0,048408Iklim + 0,505288SPJ –
2,160339GDP_PK + e
54
a. Koefisien Determinasi R2
Uji ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variable bebas
menjelaskan variable terikat.
Berdasarkan hasil regresi data, diperoleh hasil koefisien determinasi
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Koefisien Determinasi R2
R-squared 0.781623
Adjusted R-squared 0.694272
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Table diatas menunjukkan nilai Adjusted R-square sebesar 0,694272 yang
berarti variable bebas dapat menjelaskan variable terikat sebesar 69,42%
sementara sisanya dijelaskan oleh variable lain yang tidak terdapat dalam
penelitian ini.
b. Uji-F
Uji-F atau disebut juga uji simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh
signifikansi semua variable bebas terhadap variable terikat secara bersama-
sama. Penentuan pengaruh signifikansi dapat dilihat dengan membandingkan
nilai probabilitas F-Statistik dengan tingkat signifikansi α = 5%. Uji-F juga
dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Adapun
hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Harga, Iklim, Stabilitas Politik, dan
GDP Per Kapita secara simultan terhadap Ekspor Kopi Indonesia
tahun 2002-2016
55
H1 : Diduga terdapat pengaruh Harga, Iklim, Stabilitas Politik, dan GDP
Per Kapita secara simultan terhadap Ekspor Kopi Indonesia tahun
2002-2016
Berdasarkan hasil regresi data, diperoleh hasil Uji-t sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji-F
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Table diatas menunjukkan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0,002438
dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi α = 5%
(0,002438< 0,05) sehingga dapat dinyatakan tolak H0 yang berarti terdapat
pengaruh antara harga, iklim, stabilitas politik, dan GDP Per Kapita secara
simultan atau bersama-sama terhadap ekspor kopi Indonesia tahun 2002-2016.
c. Uji-t
Uji-t atau disebut juga uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh
signifikansi variable bebas terhadap variable terikat. Penentuan pengaruh
signifikansi dapat dilihat dari nilai probabilitas masing-masing variable
dibandingkan dengan tingkat signifikansi α = 5%. Uji-t juga dapat digunakan
untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Adapun hipotesis tersebut
adalah sebagai berikut:
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Harga secara parsial terhadap
Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapat pengaruh Harga secara parsial terhadap Ekspor
Kopi Indonesia tahun 2002-2016
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Iklim secara parsial terhadap
Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapat pengaruh Iklim secara parsial terhadap Ekspor
F-statistic 8.948077
Prob(F-statistic) 0.002438
56
Kopi Indonesia tahun 2002-2016
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Stabilitas Politik secara parsial
terhadap Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapat pengaruh Stabilitas Politik secara parsial
terhadap Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh GDP Per Kapita secara parsial
terhadap Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
H1 : Diduga terdapat pengaruh GDP Per Kapita secara parsial terhadap
Ekspor Kopi Indonesia tahun 2002-2016
Berdasarkan hasil regresi data, diperoleh hasil Uji-t sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji-t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 33.01098 3.890507 8.485008 0.0000
HARGA 0.487402 0.130744 3.727904 0.0039
IKLIM -0.048408 0.099446 -0.486776 0.6369
SPJ 0.505288 0.415449 1.216246 0.2518
GDP_PK -2.160339 0.380522 -5.677300 0.0002
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Table diatas menunjukkan nilai probabilitas dari masing-masing variable
bebas, sehingga hipotesis dapat dibuktikan dengan hasil sebagai berikut:
1) Variable harga memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0039 dimana nilai
tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi α = 5% (0,0039 <
0,05) sehingga dapat dinyatakan tolak H0 yang berarti terdapat
pengaruh antara harga terhadap ekspor kopi Indonesia tahun 2002-
2016.
2) Variable iklim memiliki nilai probabilitas sebesar 0,6369 dimana nilai
tersebut lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi α = 5% (0,6369
57
> 0,05) sehingga dapat dinyatakan terima H0 yang berarti tidak
terdapat pengaruh antara iklim terhadap ekspor kopi Indonesia tahun
2002-2016.
3) Variable stabilitas politik memiliki nilai probabilitas sebesar 0,2518
dimana nilai tersebut lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi α =
5% (0,2518 > 0,05) sehingga dapat dinyatakan terima H0 yang berarti
tidak terdapat pengaruh antara stabilitas politik terhadap ekspor kopi
Indonesia tahun 2002-2016.
4) Variable GDP per kapita memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0002
dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi α =
5% (0,0002 < 0,05) sehingga dapat dinyatakan tolak H0 yang berarti
terdapat pengaruh antara GDP per kapita terhadap ekspor kopi
Indonesia tahun 2002-2016.
B. Pembahasan
1. Analisis Ekonomi Ekspor dengan Variabel Harga, Iklim, Stabilitas Politik, dan
GDP Per Kapita
a. Harga Terhadap Ekspor
Harga memiliki peran yang penting dalam perdagangan internasional
dimana harga akan menjadi salah satu factor yang menentukan apakah suatu
Negara akan melakukan ekspor atau impor. Dalam perdagangan internasional
perbandingan harga yang digunakan adalah harga domestik dengan harga
internasional. Ketika harga domestik lebih rendah dibandingkan harga
internasional maka suatu Negara akan melakukan ekspor karena, produsen
dalam negeri tertarik untuk memanfaatkan harga internasional yang lebih
tinggi dan mulai menjual produk kepada Negara lain dengan harapan
memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dalam penelitian ini, harga internasional memiliki pengaruh positif dengan
koefisien 0,487402 dan signifikan dengan probabilitas 0,0039. Artinya,
semakin tinggi harga internasional maka ekspor kopi Indonesia akan
meningkat. Harga internasional memiliki pengaruh yang signifikan karena
58
pada dasarnya harga internasional menjadi pertimbangan ketika suatu Negara
akan melakukan ekspor. Ketika harga internasional tinggi maka suatu Negara
akan meningkatkan ekspornya karena harga dan kuantitas penawaran suatu
komoditas memiliki hubungan positif. Hasil penelitian tersebut juga sesuai
dengan hukum penawaran yakni semakin tinggi harga suatu komoditas, maka
semakin banyak jumlah komoditas yang ditawarkan.
Ekspor kopi Indonesia ke Jepang berupa biji kopi mentah atau green beans
dan bubuk kopi halus yang siap diseduh atau soluble coffee. Berdasarkan
penelitian Silvia Veronika Siregar (2008) berjudul “Produksi, Konsumsi,
Harga, dan Ekspor Kopi Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Utama di Asia,
Amerika, Eropa”, menyatakan bahwa dalam jangka pendek maupun jangka
panjang volume ekspor kopi Indonesia ke Jepang tidak responsive (inelastic)
terhadap perubahan harga ekspor. Michael Fesseha Yohanes , dkk (2016)
dalam penelitiannya yang berjudul “Subtitution in Consumer Demand For
Coffee Product Categories in Japan”, menyatakan bahwa di Jepang biji kopi,
kopi bubuk, dan kopi botol bersifat inelastic, sementara kedai kopi yang
menyediakan kopi panggang dengan kualitas terbaik bersifat elastic. Hal
tersebut cukup menjelaskan bahwa ekspor kopi Indonesia tidak mengalami
penurunan ketika terjadi peningkatan harga internasional, dimana jenis kopi
Indonesia (biji kopi dan kopi bubuk) di Jepang tidak terpengaruh oleh
perubahan harga (inelastis).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Aldo Gunawan (n.d.) dengan judul “Pengaruh Harga Internasional, Nilai
Tukar, dan GDP Per Kapita Amerika Serikat terhadap Nilai Ekspor Tekstil
Indonesia ke Amerika Serikat”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa
harga internasional secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
nilai ekspor tekstil Indonesia ke Amerika Serikat.
b. Iklim Terhadap Ekspor
Keadaan iklim pada suatu Negara dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman yang menyebabkan peningkatan atau penurunan hasil produksi.
59
Keadaan iklim seperti curah hujan, suhu udara, penyinaran matahari dapat
menentukan keberhasilan produksi. Keberhasilan produksi akan meningkatan
hasil produksi dan meningkatkan ekspor.
Dalam penelitian ini, iklim memiliki pengaruh negative dengan koefisien -
0,048408 dan tidak signifikan dengan probabilitas 0,6369. Artinya, iklim
dalam hal ini curah hujan tidak berpengaruh terhadap ekspor. Menurut
penulis, hal ini dikarenakan penentu hasil produksi kopi yang nantinya
berdampak pada ekspor tidak hanya dipengaruhi oleh iklim, melainkan
dipengaruhi juga oleh budidaya kopi itu sendiri seperti pemilihan bibit unggul,
pemeliharaan, pengendalian hama, dan pemberian pupuk yang seimbang.
Sehingga ketika teknik budidayanya sudah baik maka iklim tidak akan
berpengaruh.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Nimas Febri Dionita dan Made Suyana Utama (2015) dengan judul
“Pengaruh Produksi, Luas Lahan, Kurs Dollar Amerika Serikat, dan Iklim
terhadap Ekspor Kacang Mete Indonesia Beserta Daya Saingnya”. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa iklim secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap ekspor kacang mete Indonesia.
c. Stabilitas Politik Terhadap Ekspor
Stabilitas politik memiliki keterkaitan dengan pembangunan sector
ekonomi suatu negara. Hampir tidak ada negara yang mampu membangun
perekonomian negaranya tanpa politik yang stabil. Keadaan politik yang stabil
dapat memperlancar pertumbuhan ekonomi sehingga ketika Negara tujuan
ekspor pertumbuhan ekonominya tinggi berarti pendapatan nasionalnya tinggi
sehingga kemampuan untuk membayar impor meningkat.
Dalam penelitian ini stabilitas politik memiliki pengaruh positif dengan
koefisien 0,505288 dan tidak signifikan dengan probabilitas 0,2518. Artinya,
stabilitas politik Negara tujuan ekspor atau Negara importir tidak memiliki
pengaruh terhadap ekspor dari Negara eksportir. Stabilitas politik Jepang yang
fluktuatif sudah biasa sehingga tidak memiliki dampak terhadap ekspor kopi
60
yang dilakukan Indonesia. Negara-negara yang politiknya stabil mengekspor
lebih banyak sementara ketidakstabilan politik Negara pengimpor tidak
mempengaruhi perdagangan bilateral secara signifikan (Srivastava dan Hijau,
1986).
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Malik Fahim Basir, dkk dengan judul “Impact of Foreign Political
Instability on Chinese Exports”. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil
bahwa ketidakstabilan politik asing memiliki dampak negative dan signifikan.
Dari penelitian yang dilakukan peneliti dan Malik Fahim Basir, dkk
terdapat persamaan yakni stabilitas politik terhadap ekspor sama-sama
berpengaruh positif atau ketidakstabilan politik terhadap ekspor berpengaruh
negative. Perbedaan dari penelitian yang dilakukan peneliti dan Malik Fahim
Basir, dkk terletak pada signifikansi, dimana pengaruh stabilitas politik
terhadap ekspor yang dilakukan peneliti tidak signifikan sementara yang
dilakukan Malik Fahim Basir, dkk signifikan. Perbedaan kedua penelitian
dimungkinkan karena wilayah dan data yang digunakan berbeda. Penelitian
yang di lakukan peneliti adalah ekspor di Indonesia dengan data time series,
sementara penelitian yang dilakukan Malik Fahim Basir, dkk adalah ekspor di
Cina dengan data panel.
d. GDP Per Kapita Terhadap Ekspor
GDP per kapita sering digunakan sebagai tolak ukur kemakmuran dan
merupakan ukuran daya beli masyarakat di suatu negara. Semakin tinggi GDP
per kapita suatu negara, maka konsumsi masyarakat negara tersebut akan
meningkat. Sehingga, Negara yang melakukan ekspor ke Negara yang
mengalami peningkatan GDP per kapita volume ekspornya akan meningkat.
61
Dalam penelitian ini, GDP per kapita memiliki pengaruh yang negative
dengan koefisien -2,160339 dan signifikan dengan probabilitas 0,0002.
Artinya, ketika GDP per kapita Jepang meningkat maka ekspor akan menurun.
Menurut penulis, hal ini dikarenakan adanya peraturan keselamatan pangan
yang lebih ketat di Jepang yang diterapkan pada tahun 2010 dan pembatasan
ekspor kopi Indonesia ke Jepang membuat ekspor kopi Indonesia ke Jepang
mengalami penurunan. Pada tahun 2005 setengah dari ekspor kopi Indonesia
ditujukan untuk Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat namun dewasa ini
mengalami penurunan hingga mencapai kurang dari sepertiga kopi Indonesia
yang di ekspor ke Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat.
Ekspor kopi Indonesia ke Jepang juga pernah mengalami penolakan pada
tahun 2011 karena upaya Indonesia untuk menghilangkan hambatan non tariff
yakni hambatan batas ambang residu carbaryl. Agar kopi Indonesia dapat
diterima kembali di Jepang pemerintah Indonesia melakukan pendekatan
dengan pemerintah Jepang untuk melobi pihak Jepang dalam aturan batas
ambang residu carbaryl. Setelah pendekatan antar pemerintah dilakukan
akhirnya Indonesia diperbolehkan mengekspor kembali kopinya ke Jepang.
Meskipun Jepang telah menerima kembali ekspor kopi dari Indonesia namun,
ekspor kopi Indonesia ke Jepang belum meningkat karena krisis global pada
tahun 2012-2014 dan nilai USD sangat tidak stabil sehingga Jepang menahan
diri untuk tidak impor yang salah satunya adalah kopi. Selain itu, belum
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
80000
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
GDP Per Kapita PPP
Ekspor (ton)
62
meningkatnya ekspor kopi Indonesia dikarenakan produksi domestic tahun
2014 menurun yang disebabkan oleh terjadinya kesalahan dalam proses
penanganan pasca panen. Oleh karena itu, meskipun GDP per kapita Jepang
selalu mengalami peningkatan, namun karena beberapa hal ekspor kopi
Indonesia ke Jepang mulai dari tahun 2011 mengalami penurunan dibanding
tahun-tahun sebelumnya yang fluktuatif.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Nur Azizah dan Irfan Syauqi Beik (2015) dengan judul “Forecast and
Determinants Of Indonesia‟s Export To The OIC Member Countries”. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa variable GDP per kapita Negara
importir berpengaruh negative dan signifikan terhadap ekspor Indonesia ke
Negara anggota OIC.
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan data yang telah dibahas
sebelumnya, kesimpulan yang diperoleh penulis dari penelitian mengenai Analisis
Pengaruh Harga, Iklim, Stabilitas Politik, dan GDP Per Kapita terhadap Ekspor
Kopi Indonesia: Studi Kasus pada Indonesia dan Jepang Tahun 2002-2016, adalah
sebagai berikut:
1. Harga Internasional secara parsial memiliki pengaruh positif dengan koefisien
0,487402 dan signifikan dengan probabilitas 0,0039 pada tingkat kepercayaan
95%. Artinya ketika harga internasional naik satu persen maka ekspor kopi
Indonesia ke Jepang akan meningkat sebesar 0,487402 ton.
2. Iklim secara parsial memiliki pengaruh negative dengan koefisien -0,048408
dan tidak signifikan dengan probabilitas 0,6369 pada tingkat kepercayaan
95%.
3. Stabilitas Politik Jepang secara parsial memiliki pengaruh positif dengan
koefisien 0,505288 dan tidak signifikan dengan probabilitas 0,2518 pada
tingkat kepercayaan 95%.
4. GDP Per Kapita Jepang secara parsial memiliki pengaruh negative dengan
koefisien -2,160339 dan signifikan dengan probabilitas 0,0002 pada tingkat
kepercayaan 95%. Artinya ketika GDP Per Kapita Jepang naik satu persen
maka ekspor kopi Indonesia akan menurun sebesar 2,160339 ton.
5. Harga Internasional, Iklim, Stabilitas Politik Jepang, dan GDP Per Kapita
Jepang secara simultan berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia ke
Jepang dengan probabilitas 0,002438 pada tingkat kepercayaan 95%.
64
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis mengajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Harga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekspor kopi Indonesia ke
Jepang. Oleh karena itu, pemerintah hendaknya ikut menjaga harga agar tetap
stabil.
2. Hasil produksi kopi yang pada nantinya dapat mempengaruhi ekspor kopi
tidak hanya dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) melainkan ditentukan juga
dari budidaya kopi itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan
promosi atau sosialisasi mengenai praktik budidaya kopi yang baik, dan
pemberian subsidi pupuk.
3. Stabilitas politik Jepang tidak mempengaruhi ekspor kopi Indonesia secara
signifikan. Oleh karena itu, pemerintah harus tetap menjaga hubungan
bilateral yang baik antara Indonesia dan Jepang.
4. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian mengenai ekspor
kopi Indonesia ke Jepang diharapkan menambahkan variable lain dan data
yang lebih banyak agar penelitian menjadi lebih baik.
65
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Lalan Gugus, dkk. 2015. Pengaruh Produksi dan Nilai Tukar terhadap
Volume Ekspor (Studi pada Ekspor Jahe Indonesia ke Jepang Periode
1994-2013).Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) | Vol. 25 No. 1 Agustus
2015|
Aisen dan Veiga. 2013. Hoe Does Political Instability Affect Economic Growth.
European Journal of Political Economy 29 (2013) 151-167.
Alesina, dkk. 1996. Political Instability and Economic Growth. Journal of
Economic Growth, 1, 189-211.
AlGhozy, Muhammad Ridho, dkk. 2017. Analisis Ekspor Kakao Indonesia di
Pasar Internasional. Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 1 Jilid 4/ Tahun 2017 Hal
453-473.
Andriamahery, Anselme dan Jun Zhou. 2018. The Impact of Political Instability
on Madagascar Vanilla Exports. Open Journal of Social Sciences, 2018, 6,
27 – 38.
Azizah, Nur dan Irfan Syauqi Beik. 2015. Forecast and Determinants Of
Indonesia,s Export To The OIC Member Countries. Conference Paper.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2018. Perkiraan Musim Hujan
Tahun 2018-2019 di Indonesia. Diperoleh dari https://www.bmkg.go.id.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2018.
https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/09/17/899/volume-ekspor-
migas-dan-non-migas-indonesia-berat-bersih-ribu-ton-1990-2015.html.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. https://www.bps.go.id/statictable/2014/04/28/
1349/jumlah-curah-hujan-dan-jumlah-hari-hujan-di-stasiun-pengamatan-
bmkg-2000-2010.html.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2018. https://www.bps.go.id/statictable/2017/02/08/
1959/jumlah-curah-hujan-dan-jumlah-hari-hujan-di-stasiun-pengamatan-
bmkg-2011-2015.html.
66
Bashir, Malik Fahim, dkk. 2013. Impact of Foreign Political Instability on
Chinese Exports. Economic Modeling 33 (2013) 802-807.
Case, Karl E., dan Ray C. Fair. 2007. Prinsip-pronsip Ekonomi Jilid 2 Edisi
Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Dionita, Nimas Febri dan Made Suyana Utama.2015. Pengaruh Produksi, Luas
Lahan, Kurs Dollar Amerika Serikat, dan Iklim terhadap Ekspor Kacang
Mete Indonesia Beserta Daya Saingnya. E-Jurnal EP Unud, 4 [5] : 349 –
366.
Direktorat Jendral Perundingan Perdagangan Internasional. 2018. Internasional
Cofee Organization. http://ditjenppi.kemendag.go.id/index.php/apec-
oi/organisasi-komoditi-internasional/ico.
Gujarati, Damodar. 2007. Ekonometrika Dasar edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Gunawan, Aldo. n.d.Pengaruh Harga Internasional, Nilai Tukar, dan GDP Per
Kapita Amerika Serikat terhadap Nilai Ekspor Tekstil Indonesia ke
Amerika Serikat. Universitas Ma Chung.
Isdhiana,Kontan.co.id. 2017. AEKI: Indonesia Kesulitan Tingkatkan Ekspor Kopi.
https://industri.kontan.co.id/news/aeki-indonesia-kesulitan-tingkatkan-
ekspor-kopi.
Isdiana, Firdha Nurul dan Jaka Aminata.2019. Analisis Ekspor Indonesia dengan
Anggota APEC Melalui Moda Transportasi Laut.Volume 1, Nomor 1,
Tahun 2019, Halaman 130 ISSN (Online): 2337-3814.
Iswanto, Deni. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kayu Lapis
Indonesia ke Jepang.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Jafar, Mohamad. 2015. Kepabeanan Ekspor Impor. Jakarta: PT. Pro Insani
Cendekia.
Kartasapoetra, Ance Gunarsih. 2017. Klimatologo:Pengaruh Iklim Terhadap
Tanah dan Tanaman. Jakarta: PT Bumi Aksara.
67
Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Perubahan Iklim Global.Diperoleh dari
http://climatechange.menhl.go.id.
Lukman. 2015. Ekonomi Mikro. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Mankiw, N. Greogory. 2013. Pengantar Ekonomi Mako Edisi Asia.Jakarta:
Selemba Empat.
Mankiw, N.Greogory. 2006. Teori Makro Ekonomi Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung: PT. Refika Aditama.
Plano, Jack A. 1985. Kamus Analisa Politik, terjemahan: Edi S. Siregar. Jakarta:
Rajawali Press.
Plano, Jack C. (at all). 1989. Kamus Analisa Politik. Jakarta: Rajawali.
Rahmah, Fattya, dkk. n.d. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Udang di Indonesia. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Roe dan Siegel. 2011. Political Instability:Effects on financial development, roots
in the severity of economic inequality. Journal of comparative economic 39
(2011) 279 – 309.
Sanit, Arbi. 1982. System Politik Indonesia; Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan
Pembangunan. Jakarta: Rajawali Press.
Sasono, Herman Budi. 2013. Manajemen Ekspor dan Perdagangan
Internasional.Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Setiawan, Agus. 2016. Pengaruh Nilai Tukar, Pertumbuhan Ekonomi, Harga
Ekspor, Terhadap Ekspor Ikan Tuna Indonesia Tahun 2002-2014 (Ekspor
Indonesia Terhadap Jepang). Fakultas Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
68
Silvanita, Ktut. 2009. Teori Perdagangan Internasional Baru dan Urbanisasi.
Jurnal Ekonomi September 2009 Vol. XIX No. 2.
Simanjuntak, Parell Tua Halomoan, dkk. 2017. Pengaruh Produksi, Harga
Internasional dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Volume Ekspor Rumput
Laut Indonesia (Studi pada tahun 2009-2014). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB)|Vol. 50 No. 3 September 2017|
Siregar, Silvia Veronika. 2008. Produksi, Konsumsi, Harga, dan Ekspor Kopi
Indonesia ke Negara Tujuan Ekspor Utama di Asia, Amerika, dan Eropa.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sugiarsana, Madea, dan I Gusti Bagus Indrajaya. (n.d.).Analisis Pengaruh Jumlah
Produksi, Harga, dan Investasi terhadap Volume Ekspor Tembaga
Indonesia tahun 1995-2010. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana
Sukirno, Sadono. 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta:
Rajawali Pers.
Todaro, Michael, P. dan Stephen C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di
DuniaKetiga, edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Wardhana, Ali. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor
Nonmigas Indonesia ke Singapura tahun 1990-2010.Oktober 2011,
Volume 12 Nomor 2.
Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistik: Eviews.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Wirawan, I Kadek dan I Wayan Yogiswara. 2014. Pengaruh Kurs, Produksi, Luas
Lahan, dan Iklim terhadap Ekspor Rumput Laut Bali. E-Jurnal EP Unud, 3
[9] : 428 – 435.
The Global Economy.2018.https://www.theglobaleconomy.com/rankings/wb_
political_stability/
World Bank. 2018. https://databank.worldbank.org
69
Wredaningrum, Irwanda. n.d. Analisis Perubahan Zono Agroklimat Daerah
Istimewa Yogyakarta Ditinjaudari Klasifikasi Iklim Menurut Oldeman.
Yohannes, Michael Fesseha, dkk. 2016. Substitution in Consumer Demand For
Coffee Product Categories in Japan. Journal of Agricultural Science; Vol.
8, No. 4; 2016.
Yu-quan, Zhang, dkk. 2014. Modeling Climate Change Impacts on the US
Agricultural Exports. Journal of Integrative Agriculture 2014, 13 [4] : 666
– 676.
70
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian
Hasil Perhitungan Data Harga Kopi Internasional (US$) Tahun 2002-2016
Tahun Harga Kopi Internasional LnHarga
2002 1,01 0,00995
2003 1,115 0,108854
2004 1,28 0,24686
2005 1,82 0,598837
2006 2,005 0,695644
2007 2,315 0,83941
2008 2,7 0,993252
2009 2,405 0,87755
2010 3,03 1,108563
2011 4,195 1,433893
2012 3,19 1,160021
2013 2,58 0,947789
2014 3,32 1,199965
2015 2,735 1,006131
2016 2,78 1,022451
Hasil Perhitungan Data Iklim Tahun 2002-2016
Tahun Iklim
2002 0
2003 0
2004 0
2005 0
2006 0
2007 0
2008 0
2009 1
2010 0
2011 0
2012 0
2013 0
2014 0
2015 0
2016 0
71
Data Stabilitas Politik Jepang Tahun 2002-2016
Tahun Stabilitas Politik Jepang LnSPJ
2002 1,18 0.165514
2003 1,03 0.029559
2004 1,03 0.029559
2005 1,04 0.039221
2006 1,14 0.131028
2007 1,01 0.00995
2008 0,89 -0.11653
2009 0,98 -0.0202
2010 0,88 -0.12783
2011 1,00 0
2012 0,95 -0.05129
2013 1,02 0.019803
2014 0,97 -0.03046
2015 1,07 0.067659
2016 0,98 0.00995
Data GDP Per Kapita Jepang (Ribu US$) Tahun 2002-2016
Tahun GDP Per Kapita Jepang LnGDP_Pk
2002 28160,10761 10,24566
2003 28291,59692 10,25032
2004 30361,81497 10,32094
2005 31663,4531 10,36292
2006 33098,90999 10,40726
2007 34502,23491 10,44878
2008 34798,7659 10,45734
2009 33192,67977 10,41008
2010 35000,32121 10,46311
2011 35774,69671 10,485
2012 37191,38595 10,52383
2013 38974,07949 10,57065
2014 39197,15561 10,57636
2015 40717,32438 10,61441
2016 42281,18819 10,6521
72
Data Volume Ekspor Kopi Indonesia ke Jepang Tahun 2002-2016
Tahun Ekspor Kopi LnEkspor
2002 56613,1 10,944
2003 52350,8 10,86572
2004 54341,8 10,90305
2005 49526,6 10,81027
2006 67012,3 11,11263
2007 51725,3 10,8537
2008 52992,2 10,8779
2009 53678,5 10,89077
2010 59170,9 10,98819
2011 58878,9 10,98324
2012 51438,4 10,84814
2013 41920,4 10,64353
2014 41234,3 10,62703
2015 41240,1 10,62717
2016 35351,9 10,47311
73
Lampiran 2 : Hasil Pengolahan Data
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: EKSPOR
Method: Least Squares
Date: 03/15/19 Time: 11:27
Sample: 2002 2016
Included observations: 15 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 33.01098 3.890507 8.485008 0.0000
HARGA 0.487402 0.130744 3.727904 0.0039
IKLIM -0.048408 0.099446 -0.486776 0.6369
SPJ 0.505288 0.415449 1.216246 0.2518
GDP_PK -2.160339 0.380522 -5.677300 0.0002 R-squared 0.781623 Mean dependent var 10.82989
Adjusted R-squared 0.694272 S.D. dependent var 0.168977
S.E. of regression 0.093432 Akaike info criterion -1.641969
Sum squared resid 0.087295 Schwarz criterion -1.405952
Log likelihood 17.31477 Hannan-Quinn criter. -1.644483
F-statistic 8.948077 Durbin-Watson stat 2.998463
Prob(F-statistic) 0.002438
Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
-0.15 -0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
Series: Residuals
Sample 2002 2016
Observations 15
Mean 1.07e-14
Median 0.000000
Maximum 0.179590
Minimum -0.124986
Std. Dev. 0.078964
Skewness 0.495049
Kurtosis 3.140652
Jarque-Bera 0.625047
Probability 0.731598
74
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.606955 Prob. F(9,5) 0.3126
Obs*R-squared 11.14645 Prob. Chi-Square(9) 0.2658
Scaled explained SS 5.302374 Prob. Chi-Square(9) 0.8072
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/15/19 Time: 11:37
Sample: 2002 2016
Included observations: 15
Collinear test regressors dropped from specification Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.249286 1.271934 0.982194 0.3711
HARGA^2 -0.043632 0.051721 -0.843603 0.4374
HARGA*IKLIM -0.009112 0.011007 -0.827865 0.4454
HARGA*SPJ 0.698513 0.426279 1.638628 0.1622
HARGA*GDP_PK 0.202129 0.228775 0.883527 0.4174
HARGA -2.015468 2.291545 -0.879523 0.4194
SPJ^2 1.287055 0.722435 1.781550 0.1349
SPJ*GDP_PK -1.452806 1.161830 -1.250447 0.2665
SPJ 14.64039 11.79047 1.241714 0.2694
GDP_PK^2 -0.011843 0.012135 -0.975969 0.3739 R-squared 0.743097 Mean dependent var 0.005820
Adjusted R-squared 0.280671 S.D. dependent var 0.008814
S.E. of regression 0.007475 Akaike info criterion -6.719761
Sum squared resid 0.000279 Schwarz criterion -6.247727
Log likelihood 60.39821 Hannan-Quinn criter. -6.724789
F-statistic 1.606955 Durbin-Watson stat 1.605486
Prob(F-statistic) 0.312635
75
c. Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.701622 Prob. F(2,8) 0.2422
Obs*R-squared 4.476679 Prob. Chi-Square(2) 0.1066
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/15/19 Time: 11:33
Sample: 2002 2016
Included observations: 15
Presample missing value lagged residuals set to zero. Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.378209 4.992451 0.476361 0.6466
HARGA 0.078583 0.155886 0.504103 0.6278
IKLIM 0.004354 0.094061 0.046290 0.9642
SPJ -0.072104 0.436460 -0.165201 0.8729
GDP_PK -0.233489 0.488196 -0.478270 0.6453
RESID(-1) -0.669673 0.520438 -1.286748 0.2342
RESID(-2) -0.120589 0.561310 -0.214836 0.8353 R-squared 0.298445 Mean dependent var 1.07E-14
Adjusted R-squared -0.227721 S.D. dependent var 0.078964
S.E. of regression 0.087494 Akaike info criterion -1.729759
Sum squared resid 0.061242 Schwarz criterion -1.399335
Log likelihood 19.97319 Hannan-Quinn criter. -1.733278
F-statistic 0.567207 Durbin-Watson stat 2.121657
Prob(F-statistic) 0.747184
d. Hasil Uji Multikolonieritas
Variance Inflation Factors
Date: 03/15/19 Time: 11:31
Sample: 2002 2016
Included observations: 15 Coefficient Uncentered Centered
Variable Variance VIF VIF C 15.13604 26008.45 NA
HARGA 0.017094 24.28793 4.700441
IKLIM 0.009890 1.132893 1.057367
SPJ 0.172598 1.718274 1.686229
GDP_PK 0.144797 27187.32 3.557712