ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH (KURS),
INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG), DAN SERTIFIKAT
BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP INDEKS SAHAM
SYARIAH INDONESIA (ISSI)
(PERIODE 2012-2016)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
OLEH:
REZA FAHMI NOVINDRA
NIM : 1113086000066
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
1439 H/2018 M
i
ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR (KURS), INDEKS
HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DAN SERTIFIKAT BANK
INDONESIA SYARIAH (SBIS)
TERHADAP INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA (ISSI)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Reza Fahmi Novindra
NIM : 1113086000066
Dibawah bimbingan
Pembimbing I
Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1011
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Senin 11 September 2017 telah dilakukan uji komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Reza Fahmi Novindra
No. Induk Mahasiswa : 1113086000066
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (kurs),
Indeks Harga Saham Gabungan dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyataka LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 September 2017
1. Yoghi Citra Pratama., M.Si (......................................)
NIP: 19830717 201101 1011 Penguji I
2. Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA (......................................)
NIP: 19540 618103 1005 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa 20 Maret 2018 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Reza Fahmi Novindra
No. Induk Mahasiswa : 1113086000066
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (kurs),
Indeks Harga Saham Gabungan dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakanLULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Maret 2018
1. RR Tini Anggraeni M.Sc (………………………..)
NIP. 992010003 01 Ketua
2. Yoghi Citra Pratama., M.Si
(......................................)
NIP: 19830717 201101 1011 Seketaris
3. Dr. Burhanuddin Yusuf, MM., MA
(......................................)
NIP: 19540 618103 1005 Penguji Ahli
4. Yoghi Citra Pratama., M.Si (......................................)
NIP: 19830717 201101 1011 Pembimbing
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Reza Fahmi Novindra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 April 1995
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi/Berat : 171 cm / 65 kg
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jalan Gunung Giri Tidar Blok M4 No.23 Kunciran
Mas Permai Kota tangerang
No. HP : 087808442913
E-mail : [email protected] /
Pendidikan Formal
2001 – 2007 : SD Islam Baiturachman
2007 – 2010 : SMPN 03 Tangerang
2010 – 2013 : SMAN 09 tangerang
2013 – 2018 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
vi
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah (2013 – 2014).
2. KKN (Kuliah Kerja Nyata) UIN Jakarta 2016
3. Ikatan Remaja Masjid Daaruk Magfiroh
4. Karang Taruna Komplek Kunciran Mas Permai
5. Anggota Osis SMAN 09 Tangerang.
Seminar
1. Seminar Internasional Ekonomi Islam Indonesia dengan tema, “Building
Strategic Alliance In Islamic Economic, Finance, and Business Policies”,
Gedung Dhanapala, Kompleks Kementerian Keuangan RI, 2015.
2. Company Visit to Dana Reksa Sekuritas, PT Dana Reksa Sekuritas, 2015.
3. Seminar Nasional Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia denga tema,
“Pembiayaan Properti dan Investasi Syariah Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”, Gedung Dhanapala, Kompleks
Kementerian Keuangan RI, 2016.
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the influence of Inflation, exchange rate
(exchange rate), Composite Stock Price Index (IHSG), and Sharia Bank Indonesia
Certificates (SBIS) against Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) during the period
January 2012 to December 2016. Data used in this study is the monthly data of
each variable. The analysis method used in this research is Vector Autoregressive
(VAR) using Microsoft Excel 2010 and Eviews version 9.0.
The results of this study found that: (1) Based on the Granger Causality
test, there is no variable showing one-way or two-way causality relationship to
Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) (2) Based on the Impulse Response Function
test, Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) shows an unstable response to shocks
on exchange rate variables (exchange rates) but shocks caused by exchange rate
variables tend to be positively responded by the variable variables of the
Indonesian Sharia Stock Index (ISSI). And shocks on Inflation and IHSG variables
tend to be responded negatively to ISSI variables, while SBIS variables show a
positive and stable response to Shariah Indonesia Index (ISSI) variable (3) Based
on the Variance Decomposition test, the variables that give the biggest shock
effect are Indonesian Sharia Stock Index (ISSI) variable itself is followed by
inflation, SBIS, IHSG and Exchange Rate (Kurs) variables.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Inflasi, nilai tukar
(kurs), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Sertifikat bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia selama periode Januari
2012 sampai dengan Desember 2016. Data yang digunakan pada penelitian ini
adalah data bulanan dari masing – masing variabel. Metode analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregressive (VAR) dengan
menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Eviews versi 9.0.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa: (1) Berdasarkan uji Kausalitas
Granger, tidak ada variabel yang menunjukkan hubungan kausalitas satu arah
ataupun dua arah terhadap Indeks saham syariah Indonesia (2) Berdasarkan uji
Impulse Response Function, Indeks Saham Syariah Indonesia, menunjukkan
respon yang tidak stabil terhadap guncangan pada variabel nilai tukar (kurs) tetapi
guncangan (shock) yang ditimbulkan dari variabel nilai tukar(kurs) cenderung
direspon positif oleh variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dan
guncangan (shock) pada variabel Inflasi dan IHSG direspon secara negative pada
variabel ISSI, sedangkan variabel SBIS direspon positif dan stabil oleh variabel
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) (3) Berdasarkan uji Variance
Decomposition, variabel yang memberikan pengaruh guncangan terbesar yaitu
variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) itu sendiri diikuti dengan variabel
inflasi, SBIS, IHSG dan Nilai Tukar (Kurs).
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis
Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (kurs), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) Periode 2012 – 2016” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula shalawat dan salam
tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan, bantuan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini terutama pada:
1. Allah SWT, karena dengan kehendak dan segala pertolonganNya tidak
mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala
keberkahan yang Engkau berikan ya Rabb.
2. Kedua orang tua pembimbing sepanjang masa, Papahdan Mamah. Terima
kasih telah mencintai, mendidik, memberikan pelajaran, memotivasi, dan
berdo‟a tanpa henti kepada penulis. Serta, abang dan adik saya yang selalu
mensupport saya.
x
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc,M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr.Amilin,
SE., Ak.,M.Si., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak Dr.
Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, M.H selaku Wakil Dekan II Bid Administrasi
Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M.A selaku Wakil Dekan III Bid.
Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan bagi saya dalam mengerjakan
skripsi ini.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan
juga selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang dengan kerendahan hati
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, ilmu yang
bermanfaat, serta masukan yang sangat berarti selama penyelesaian skripsi
ini. dan Ibu RR Tini Anggraeni ST., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Syariah.
5. Bapak Ali Rama, S.E., M.Ec selaku Dosen Penasihat Akademik.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami. Semoga amalmu mendapat
keberkahan dari Allah SWT.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
8. Terima kasih banyak kepada Nadia Fada yang sudah menemani, mendukung,
membantu, memotivasi tanpa lelah dalam menyelesaikan penelitian ini
sehingga dapat selesai.
xi
9. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung saya Riki, Gifar dan Dhani
10. Sahabat-sahabat seperjuangan selama kuliah musa, moko, fadhli, fahcri,
indra, erix, Rahman, Aziz yang memberikan canda dan tawa semasa kuliah.
11. Terima kasih teman-teman Ekonomi Syariah angakatan 2013 atas
kebersamaan yang penuh warna selama beberapa tahun ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih terdapat
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun masih sangat diperlukan
penulis. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang positif bagi semua
pihak.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Jakarta, 7 Maret 2018
Reza Fahmi Novindra
xii
DAFTAR ISI :
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………..……..i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………...…ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI………………….……………..iii
KEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI…………………………..iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………..v
ABSTRACT………………………………………………………………….…..vi
ABSTRAK………………………………………………………………………vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…ix
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………....xv
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………...xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Pembatasan Masalah………………………………………………….14
C. Perumusan masalah …………………………………………………..15
D. Tujuan Penelitian……………………………………………………..16
E. Manfaat Penelitian……………………………………………………16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………………………………………………………..18
1. Investasi…………………………………………………………..18
2. Indeks Saham Syariah Indonesia………………………………...19
3. Inflasi……………………………………………………………..21
4. Nilai Tukar (kurs)...........................................................................24
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)........................................29
6. Sertifikat Bank Syariah Indonesia (SBIS)......................................30
B. Keterkaitan Antarvariabel……………………………………………34
C. Penelitian Terdahulu…………………………………………………38
D. Kerangka Berpikir………………………………………………….....42
xiii
E. Hipotesis…………………………………………………………..…45
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………45
B. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………46
C. Metode Analisis……………………………………………………….48
D. Operasional Variabel Penelitian………………………………………54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Data Penelitian……………………………….……55
B. Hasil Analisis Pengujian statistik dan Interpretasi……………………70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………………84
B. Saran…………………………………………………………………..85
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...87
Lampiran – Lampiran………………………………………………………….90
xiv
Daftar Tabel
No. Nama Tabel
Halaman
1.1 kapitalisasi pasar bursa efek Indonesia…………………………… …...4
1.2 Perkembangan ISSI, kurs, inflasi, IHSG, SBIS di Indonesia……….…..5
2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………………………….38
4.1 Hasil Uji ADF Data Tingkat Level……………………………………..73
4.2 Hasil Uji Adf Data Tingkat 1st Difference……………………………...74
4.3 Penentuan Panjang Lag………………………………………………….75
4.4 Uji Stabilitas VAR……………………………………………………....76
4.5 Uji Kointegrasi……………………………………………………..……76
4.6 Uji kausalitas granger………………………………………………........78
4.7 Estimasi VAR……………………………………………………..……..81
4.8 Nilai Response Impulse ISSI……………………………………………82
4.9 Respon ISSI………………………………………………..……………..84
4.10 Variance Decompositions……………………………………………....85
xv
DAFTAR GAMBAR
NO. NAMA GAMBAR
HALAMAN
2.2 Kerangka Berpikir………………………………………………………..43
4.1 PerkembanganISSI…..…………………………………………………...61
4.2 Perkembangan Inflasi...…………………………………………………..63
4.3 Perkembangan Nilai Tukar………………………………………………66
4.4 Perkembangan IHSG……………………………………………………69
4.5 Perkembangan SBIS……………………………………………………71
xvi
DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian…………………………………………………90
Lampiran 2 Uji Stasioneritas Tingkat Level………………………………...91
Lampiran 3 Uji Stasioneritas Tingkat 1st Difference………………………..92
Lampiran 4 Uji Lag Optimum……………………………………………....92
Lampiran 5 Stabilitas VAR…………………………………………………92
Lampiran 6 Uji Kointegrasi…………………………………………………93
Lampiran 7 Uji Kausalitas Granger…………………………………………94
Lampiran 8 Estimasi VECM/VAR.................................................................94
Lampiran 9 Impulse Response Function........................................................95
Lampiran 10 Forecast Error Decompositions Variance.................................95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Investasi secara sederhana dapat diartikan sebagai sesuatu kegiatan yang
bertujuan untuk mengembangkan harta. Selain daripada itu tujuan investasi
merupakan suatu komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat sekarang ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang. Dalam konsep islam dinyatakan bahwa
semua harta dan benda seluruh alat produksi hakikatnya adalah mutlak milik
Allah SWT. Dalam kamus istilah pasar modal dan keuangan kata investasi
diartikan sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau
proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. (Rodoni, 2009:2)
Melihat faktor masa depan yang penuh dengan ketidakpastian membuat
banyak orang mengalokasikan sebagian dananya untuk berinvestasi. Karena
hakikatnya manfaat investasi akan diterima dimasa mendatang. Sebagai salah satu
wahana investasi, pasar modal merupakan financial assets untuk memobilisasi
modal dan sekaligus membuat perusahaan menjadi lebih profesional. Pasar modal
memiliki peran strategis dalam perekonomian modern, sehingga pasar modal
disebut juga sebagai indikator utama perekonomian negara (leading indicator of
economy). (Pasaribu dan Firdaus, 2013)
2
Pasar modal merupakan indikator kemajuan suatu Negara (Tandelilin,
2011) karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana
bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagiperusahaan untuk mendapatkan
dana segar dari masyarakat (pemodal) atau biasa dikatakan, pasar modal
memberikan fasilitas untuk mempertemukan antara pihak-pihak suplus dana
(surplus fund) dengan pihak yang membutuhkan dana dalam kerangka investasii
(Robert Ang, 1995:3)
Produk pasar modal yang menarik bagi investor salah satunya adalah
saham yang dijadikan sebagai alternatif investasi. Tingkat inflasi, nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika ( Kurs ), Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), dan indeks harga saham gabungan (IHSG) adalah beberapa variabel
makroekonomi yang memiliki kecendrungan untuk mempengaruhi pasar modal
secara langsung. Dimana perubahan–perubahan tingkat inflasi, SBIS, Kurs dan
IHSG akan direspon langsung oleh pasar modal, sehingga faktor-faktor tersebut
sangat berpotensi untuk meningkatkan atau menurunkan risiko.
Seiring berkembangnya pasar modal di Indonesia dimana mayoritas
penduduk Indonesia adalah muslim membuat bursa efek Indonesia (BEI)kini juga
memiliki produk-produk dan saham-saham yang sesuai dengan prinsip-prinsip
islam. Pada prakteknya pasar modal syariah tidaklah jauh berbeda dengan pasar
modal konvesional, hanya saja ada beberapa batasan dalam penentuan produk dan
mekanisme transaksi yang harus sesuai dengan syariat islam.
3
Pada tanggal 12 Mei 2011 DSN-MUI meluncurkan fatwa DSN-MUI
No.80 dan indeks saham syariah. Fatwa DSN-MUI No.80 tentang penerapan
prinsip-prinsip syariah dalam mekanisme perdagangan efek di pasar regular bursa
efek dan indeks saham syariah yang dimiliki BEI saat ini ada dua yaitu ISSI
(Indeks Saham Syariah Indonesia) dan JII (Jakarta Islamic index).Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) merupakan salah satu indeks pasar modal berbasis
syariah di BEI yang diterbitkan oleh Bapepam-LK sebagai regulator yang
berwenang dan bekerjasama dengan DSN-MUI. Konstituen ISSI adalah seluruh
saham yang tergabung dalam DES dan tercatat di BEI. Secara historis, walaupun
indeks ini tergolong masih baru namun pergerakan ISSI pada bulan Juli 2012
sampai dengan Juli 2016 bergerak fluktuatif dan trend naik. Hal ini menandakan
ada faktor-faktor yang secara sensitif mempengaruhi fluktuasi pergerakan ISSI.
Indeks saham syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang
mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di bursa efek Indonesia
dan terdaftar dalam daftar efek syariah (DES). Alasan yang melatarbelakangi
dibeentuknya ISSI adalah untuk memisahkan antara saham syariah dengan saham
non-syariah yang dahulunya disatukan dalam Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG). Cara ini diharapkan agar masyarakat yang ingin menginvestasikan
modalnya pada saham syariah tidak lagi salah tempat.
Walapun baru dibentuk pada pertengahan Mei 2011, namun
perkembangan saham syariah yang terdaftar di ISSI menampakan trend positif.
4
Tabel 1.1
Kapitalisasi Pasar Bursa Efek Indonesia
Tahun ISSI
(Miliar Rp.)
JII
(Miliar Rp.)
2011 1.968.091,37 1.414.983,81
2012 2.451.334,37 1.671.004,23
2013 2.557.846,77 1.672.099,91
2014 2.946.892,79 1.944.531,70
2015 2.600.850,72 1.737.290,98
2016 3.175.053,04 2.041.070,80
Sumber : www.ojk.go.id, data diolah
Pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari mulai dibentuknya ISSI pada
Mei 2011 tercatat sebesar 1.968.091,37 hingga tahun 2016 mencapai 3.175.053,04
yang melebihi cukup tinggi dibandingkan dengan indeks JII. Setiap tahunnya,
ISSI memberikan kontribusi yang cukup besar dibandingkan dengan JII. Trend
naik yang dialami ISSI ini menandakan adanya faktor-faktor sensitif yang dapat
mempengaruhi fluktuasi pergerakannya.
Meskipun ISSI ini baru saja dibentuk namun perkembangannya
menunjukkan trend yang sangat positif. Pertumbuhan ISSI yang selalu terjadi
setiap periodenya ini tidak terlepas karena pertumbuhan pangsa pasar syariah
yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia beberapa tahun belakangan ini.
Pertumbuhan pangsa pasar syariah yang berawal dari sektor perbankan yang
5
kemudian merambah ke asuransi dan kini eranya telah masuk pada pasar modal.
Inilah yang dijadikan kesempatan oleh beberapa perusahaan atau emiten untuk
mengeluarkan indeks syariah agar dapat menarik minat para masyarakat penanam
modal yang ingin berinvestasi pada indeks syariah.
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) memberikan kesempatan para
Investor untuk menanamkan dananya pada perusahaan yang sesuai prinsip
syariah. ISSI merupakan Indeks Saham Syariah yang terdiri dari seluruh saham
yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dan yang tergabung pada Daftar Efek
Syariah (DES). Meskipun baru dibentuk pada Mei 2011 tetapi perkembangan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mengalami kenaikan yang cukup bagus
pada setiap periode (Nasir, dkk, 2016).
Tabel 1.2
Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia, kurs, inflasi, Indeks
Harga Saham Gabungan, SBIS di Indonesia periode 2012-2016
TAHUN ISSI
(miliar)
KURS
(rupiah)
INFLASI
(persen)
IHSG
(persen)
SBIS
(persen)
2012 2.451.334,37 9.670 4.30 8.37 4.8
2013 2.557.846,77 12.189 8.38 8.36 7.21
2014 2.946.892,79 12.440 8.36 8.56 6.9
2015 2.600.850,72 13.795 3.35 8.43 7.1
2016 3.175.053,04 13. 600 3.02 8.57 5.9
Sumber : Bank Indonesia, Bursa Efek Jakarta, Duniainvestasi.com (diolah)
6
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Indeks Saham Syariah Indonesia dari
tahun 2012 sampai 2016 selalu mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2015
ISSI mengalami sedikit penurunan sebesar 300.042.07 miliar menjadi
2.600.850,72. Nilai ISSI paling tinggi terdapat pada tahun 2016 yaitu sebesar
3.175.053,04 miliar. Dengan demikian perlu diketahui faktor-fakotr yang
mempengaruhi Indeks Saham Syariah Indonesia yang mengalami peningkatan dan
penurunan setiap tahunnya.
Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukan bahwa perkembangan inflasi
mengalami fluktuatif setiap tahunnya. dapat dilihat bahwa tingkat inflasi dari
tahun 2012-2016 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 – 2013 inflasi
mengalami kenaikan yang cukup tinggi sebesar 4.08% dari 4.30% menjadi 8.38%,
ISSI pun juga mengalami kenaikan pada tahun tersebut, dari 2.451.334.37
menjadi 2.557.846.77. Pada tahun 2013 – 2014 inflasi mengalami penurunan
sebesar 0.02% dari 8.38% menjadi 8.36%, tetapi ISSI mengalami kenaikan dari
2.557.846,77 menjadi 2.946.892,79 pada tahun yang sama. Pada tahun 2014 -
2015 inflasi mengalami penurunan sebesar 5.01% dari 8.36% menjadi 3.35%,
ISSI pun pada tahun yang sama juga mengalami penurunan dari 2.946.892,79
menjadi 2.600.850,72. Pada tahun 2015 – 2016 inflasi kembali mengalami
penurunan sebesar 0.33% dari 3.35% menjadi 3.02%, tetapi ISSI mengalami
kenaikan dari 2.600.850,72 menjadi 3.175.053,04.
Fenomena ini menunjukan adanya ketidak konsistenan hubungan antara
tingkat inflasi dengan ISSI. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah
7
dan Rizki Khoiroh (2015) inflasi mempunyai pengaruh negative terhadap ISSI,
artinya jika inflasi naik maka akan menurunkan ISSI dan sebaliknya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Tabel 1.2 pada tahun 2013 -2014 ketika inflasi
mengalami penurunan ISSI justru mengalami kenaikan. Namun teori tersebut
bertentangan pada Tabel 1.2 pada tahun 2012 – 2013 inflasi mengalami kenaikan
namun ISSI juga mengalami kenaikan, dengan kata lain inflasi dan ISSI memiliki
hubungan positif. Karena ketidak konsistenan ini maka perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut.
Pada Tabel 1.2 bisa dilihat bahwa IHSG cenderung mengalami kenaikan
dari tahun 2012 – 2016, pada tahun 2012-2013 IHSG mengalami penurunan
sebesar 0.01% dari 8.37% menjadi 8.36%, tetapi pada tahun yang sama ISSI
mengalami kenaikan dari 2.451.334.37 menjadi 2.557.846.77. Pada tahun 2013-
2014 IHSG naik 0.2% dari 8.36% menjadi 8.56%, ISSI juga mengalami kenaikan
dari 2.557.846,77 menjadi 2.946.892,79 pada tahun yang sama. Pada tahun 2014-
2015 IHSG mengalami penurunan 0.13% dari 8.56% menjadi 8.43%, ISSI pun
pada tahun yang sama juga mengalami penurunan dari 2.946.892,79 menjadi
2.600.850,72. Pada tahun 2015-2016 IHSG mengalami penimgkatan sebesar
0.14% dari 8.43% menjadi 8.57%. ISSI juga mengalami kenaikan dari
2.600.850,72 menjadi 3.175.053,04.
Fenomena ini telah terjadi hubungan yang cenderung konsisten antara
variabel IHSG dengan variabel ISSI, hal ini diperkuat dari penelitian yang
dilakukan Rowland (2013) yang menyatakan adanya hubungan positif antara
8
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) yang artinya ketika IHSG mengalami kenaikan maka ISSI juga mengalami
kenaikan dan sebaliknya. Untuk memperkuat teori yang ada maka harus dilakukan
penelitian secara lanjut.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa nilai tukar (kurs) pada tahun 2012-
2015 selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2012-2013 nilai tukar (kurs)
mengalami kenaikan dari 9670 menjadi 12.189, Pada tahun yang sama ISSI
mengalami kenaikan dari 2.451.334.37 menjadi 2.557.846.77. Pada tahun 2013-
2014 nilai tukar (kurs) mengalami kenaikan dari 12.189 menjadi 12.440, ISSI juga
mengalami kenaikan dari 2.557.846,77 menjadi 2.946.892,79 pada tahun yang
sama. Pada tahun 2014-2015 nilai tukar (kurs) mengalami kenaikan kembali dari
12.440 menjadi 13.795, tetapi ISSI pada tahun yang sama mengalami penurunan
dari 2.946.892,79 menjadi 2.600.850,72.pada tahun 2015-2016 nilai tukar (kurs)
mengalami penurunan dari 13.795 menjadi 13.600, ISSI pada tahun yang sama
mengalami kenaikan dari 2.600.850,72 menjadi 3.175.053,04.
Fenomena ini menunjukan adanya ketidak konsistenan antara nilai tukar
(kurs) dengan ISSI, menurut penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah dan Rizki
khoiroh (2015) nilai tukar (kurs) berpengaruh negative terhadap ISSI, artinya
semakin tinggi nilai tukar (kurs) akan menurunkan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) dan sebaliknya, penelitian ini sesuai dengan Tabel 1.2 pada tahun
2014-2015 ketika nilai tukar (kurs) naik ISSI mengalami penurunan, dan pada
tahun 2015-2016 ketika nilai tukar (kurs) turun ISSI mengalami kenaikan. Namun
9
hal ini bertentangan pada Tabel 1.2 tahun 2012-2014 dimana nilai tukar (kurs)
dengan ISSI mempunyai hubungan yang positif, artinya ketika nilai tukar (kurs)
naik maka ISSI juga ikut naik, hal ini sesuai dengan penelitian Hadelin Hafni
(2015) yang menunjukan nilai tukar (kurs) berpengaruh positif terhadap Saham
syariah. Karena ketidak konsistenan ini maka perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut.
Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa variabel SBIS mengalami fluktuatif,
pada tahun 2012 – 2013 SBIS mengalami kenaikan dari 4.8% menjadi 7.21%
pada tahun 2013. Pada tahun yang sama ISSI juga mengalami kenaikan dari
2.451.334.37 menjadi 2.557.846.77. pada tahun 2013 – 2014 SBIS mengalami
penurunan dari 7.21% menjadi 5.9% pada tahun 2014, pada tahun yang ISSI
justru mengalami tetap mengalami peningkatan dari 2.557.846.77 menjadi
2.946.892.79 pada tahun 2014. Pada tahun 2014-2015 SBIS kembali mengalami
peningkatan dari 5.9% menjadi 7.1% pada tahun 2015, pada tahun yang sama
ISSI justru mengalami penurunan dari 2.946.892.79 menjadi 2.600.850.72 pada
tahun 2015. Pada tahun 2015-2016 SBIS kembali mengalami penurunan dari
7.1% menjadi 5.9% pada tahun 2016, dan pada tahun yang sama pula ISSI
mengalami kenaikan dari 2.600.850.72 menjadi 3.175.053.04 pada tahun 2016.
Fenomena ini menunjukan adanya ketidak konsistenan antara variabel
SBIS dengan variabel ISSI, menurut penelitian yang dilakukan oleh Handelin
Hafni (2015) SBIS berpengaruh negative terhadap ISSI, penelitian ini sesuai pada
Tabel 1.2 dimana pada tahu 2013 sampai dengan 2016 SBIS berpengaruh negative
10
pada ISSI, sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Dimas (2013) bahwa
SBIS berpengaruh positif terhadap ISSI, penelitian ini sesuai dengan tabel1.2 pada
tahu 2012-2013 ketika SBIS naik ISSI pun mengalami kenaikan. Karena ketidak
konsistenan ini maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Banyaknya penelitian yang telah dilakukan terdapat perbedaan tentang
variabel yang dipilih dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. Diantaranya
ada penelitian dari Aisyah dan Rizki (2015) menyimpulkan bahwa inflasi dan
nilau tukar rupiah berpengaruh secara negative signifikan terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia, yang artinya dimana semakin tinggi tingkat inflasi dan nilai
tukar rupiah sedangkan menurut Penelitian Hafni (2015) menyimpulkan bahwa
tingkat inflasi berpengaruh positif secara signifikan siginifikan.
Penelitian Amalia (2014) menyimpulkan bahwa ISSI dipengaruhi oleh
Tingkat Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar, dan Kurs Rupiah secara
simultan. Namun secara parsial, ISSI dipengaruhi secara signifikan positif oleh
Tingkat Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar, sedangkan Kurs Rupiah
berpengaruh negatif terhadap ISSI
Penelitian Gilang (2015) menyimpulkan bahwa secara parsial Suku Bunga
dan Nilai Tukar Dollar Amerika/Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index. Inflasi, Jumlah Uang Beredar dan Harga Emas
Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap JII.
Penelitian Nassir dan Ayuwandira (2016) menyimpulkan bahwa ISSI
model jangka pendek dipengaruhi oleh Inflasi dan Jumlah Uang Beredar (JUB)
11
pada tingkat kepercayaan 90%. ISSI dipengaruhi Inflasi di lag pertama secara
signifikanmempengaruhi Indonesia Stock Index Syariah. ISSI juga dipengaruhi
oleh JUB.
Menurut Syahrir (1995) dalam Prabowo (2013), untuk dapat menjawab
apakah pasar modal akan terus berkembang secara berkeinambungan, maka
factor-faktor terpenting yang menentukannya tergantung pada dua hal, yaitu
kondisi makroekonomi indonesia dan stabilitas politik nasional. Jadi
perkembangan indeks syariah juga dipengaruhi oleh beberapa variable makro
ekonomi dan moeneter yang diantaranya adalah nilai tukar rupiah, inflasi, indeks
harga saham gabungan, dan factor internal lainnya seperti, kondisi ekonomi
nasional, kondisi politik, keamanan, kebijakan pemerintah, dan lain-lainnya.
Inflasi memiliki dampak positif dan negative tergantung parah atau
tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung, dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat
terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau
dan perekonomian dirasakan lesu. Tak hanya orang miskin, orang kaya pun akan
terkena dampak inflasi. Nilai uang yang mereka miliki akan sama-sama tergerus.
Tapi, tentu saja, daya tahan masing-masing orang orang untuk bias memikul
dampak inflasi berbeda-beda. Orang miskin merasakan dampak paling pahit
(Wikipedia, 2013)
12
Tingkat inflasi suatu Negara sangat berpengaruh terhadap tingkat investasi
suatu Negara. Hal ini diperkuat oleh pernyataan menurut syahrir (1995) yang
menyatakan bahawa adalah sulit atau tidak membayangkan pasar modal
berkembang pesar apabila didalam suatu Negara berlangsung perkembangan
makro seperti diantaranya tingkat inflasi yang double digit atau sampai
hyperinflation. ISSI merupakan salah satu intrumen alat investasi yang ada di
dalam pasar modal di Indonesia. Tingkat inflasi yang selalu berubah tiap bulannya
sangat memungkinkan untuk mempengaruhi tingkat investasi pada pasar modal di
Indonesia khususnya pada ISSI.
Dari variable makro ekonomi lainnya, hubungan antara nilai tukar rupiah
(kurs) dan investasi menarik untuk dikaji. Kekuatan nilai tukar mata uang dalam
negeri terhadap mata uang asing menggambarkan kondisi perekonomian suatu
Negara sedang membaik. Khususnya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar mencerminkan perekonomian
Indonesia yang sedang membaik dan stabil yang akan memberikan daya tarik
kepada investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini yang kemudian
akan berpengaruh terhadap iklim investasi dalam negeri, karena sebelum
memutuskan untuk melakukan investasi di suatu negara para investor tentunya
akan melihat perekonomian di negara tersebut terlebih dahulu, khususnya yang
diinvestasikan pada saham yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI).
13
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indicator yang
mencerminkan kondisi pasar modal suatu negara.IHSG dalam pasar modal
Indonesia terdiri atas pergerakan seluruh saham di BEI yang tergabung dalam satu
indeks yang dinamakan IHSG. Membaiknya IHSG dalam pasar modal
mencerminkan kondisi pasar modal tersebut. Secara umum meningkatnya IHSG
juga akan mempengaruhi indeks lainnya di dalamnya, terutama indeks saham
syariah yang juga merupakan beberapa saham-sahamnya tergolong masuk ke
dalam IHSG.
Investasi dalam bidang syariah tidak selalu kepada saham syariah saja,
akan tetapi ada juga produk investasi syariah yang berkembang pesat di Indonesia
yaitu SBIS. Sama seperti hal nya Indeks syariah, SBIS juga merupakan salah satu
instrument dibidang investasi syariah yang juga memberikan return dari hasil
investasinya terhadap SBIS tersebut sama seperti returnyang akan kita dapatkan
apabila kita berinvestasi pada indeks syariah. Perkembangan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) juga selalu mengalami perubahan tiap bulan. Fluktuasi
tingkat imbalan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) tersebut mampu
mempengaruhi bank syariah untuk berinvestasi di Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), dengan begitu bank syariah mampu mendapatkan keuntungan,
dan bagi hasil pada nasabah tabungan atau deposito juga akan meningkat. Hal
tersebut dapat mempengaruhi investor untuk beralih berinvestasi dibank syariah
dibandingkan pasar modal.
14
Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa adanya
pengaruh antara inflasi dan investasi. Apabila kita melakukan investasi di bidang
saham, tingkat inflasi jelas juga akan berdampak pada harga saham itu sendiri.
Begitu juga hubungan antara nilai tukar (kurs) dengan kegiatan investasi
masyarakat yang khususnya berinvestasi pada sector saham syariah yang terdaftar
pada ISSI, dan juga Hubungan antara IHSG dengan ISSI, dan SBIS dengan ISSI.
Oleh karena penjelasan yang telah penulis jelaskan di atas, penulis
mencoba mengetahui variable apa saja yang mempengaruhi ISSI, maka penelitian
ini penulis beri judul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (Kurs),
Indeks Harga Saham Gabungan dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 2012-2016”, diharapkan
penelitian ini menarik dan perlu untuk dilakukan.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dimaksudkan untuk memperoleh pemahaman yang
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan agar masalah yang akan diteliti tidak terlalu
meluas. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas yang digunakan adalah Inflasi, nilai tukar (kurs), Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS)
2. Variabel terikat yang digunakan adalah adalah Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI).
15
3. Periode penelitian dari januari 2012 sampai dengan desember 2016.
4. Objek penelitian adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah
di atas, ternyata perkembangan pasar modal dan khususnya pasar modal syariah
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor ekonomi makro dan ekonomi moneter
suatu negara seperti inflasi, nilai tukar, IHSG dan SBIS.
Berdasarkan pada latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan kausalitas antara inflasi, nilai tukar, Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2012
sampai dengan 2016?
2. Bagaimana pengaruh guncangan (shock) yang ditimbulkan variabel
inflasi, nilai tukar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2012 sampai dengan 2016?
3. Berapa besar pengaruh guncangan (shock) yang ditimbulak variabel
inflasi, nilai tukar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2012 sampai dengan 2016?
16
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis hubungan kausalitas antara variabel inflasi, nilai
tukar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI) pada periode 2012 sampai dengan 2016
b. Untuk menganalisis pengaruh guncangan (shock) yang ditimbulkan
variabel inflasi, nilai tukar, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG),
dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2012 sampai dengan 2016
c. Untuk menganalisis seberapa besar guncangan (shock) yang
ditimbulkan variabel inflasi, nilai tukar, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2012 sampai dengan
2016
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi
penulis tentang pengaruh inflasi, nilai tukar, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG), dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
17
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode 2012
sampai dengan 2016 dan sebagai syarat kelulusan tugas akhir
penulis, serta media penulisan dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dan dipelajari selama perkuliahan.
2. Bagi Investor
Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk pengambilan
keputusan investasi syariah bagi Investor yang ingin
menginvestasikan dananya di pasar modal, terutama saham syariah.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi
peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang saham
syariah, sekaligus sebagai sumber motivasi dan inspirasi untuk
mengembangkan aspek analisis.
4. Bagi Pemerintah
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dan referensi dalam
menentukan kebijakan yang tepat untuk mengembangkan saham
syariah yang terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi
Ada banyak pengertian tentang investasi. Investasi pada
hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang (Halim,
2005:3). Menurut Fahmi dan Hadi (2011), investasi dapat didefinisikan
sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan
cara menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan akan
memberikan tambahan keuntungan atau coumpouding. Investasi dibedakan
menjadi real investment dan financial investment. Real investment adalah
investasi pada sektor riil yang melibatkan asset berwujud seperti tanah,
mesin, atau pabrik. Sedangkan financial investment adalah investasi yang
melibatkan kontrak tertulis seperti saham dan obligasi.
Investasi dalam Islam tidak hanya berorientasi pada keuntungan
semata, namun juga merupakan kegiatan yang bernuansa spiritual dan
dilakukan dengan norma-norma syariah dan juga merupakan hakikat dari
sebuah ilmu yang bersifat amaliyah. Oleh karena itu, investasi sangat
dianjurkan bagi setiap muslim (Nawawi, 2012). Hal ini juga dijelaskan
dalam firman Allah SWT (Q.S.59:18) yang berbunyi “Wahai orang-orang
yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
19
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat),
dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa
yang kamu kerjakan”. Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan petunjuk
dan rambu-rambu pokok yang seyogyanya diikuti oleh setiap muslim yang
beriman. Diantara rambu-rambu tersebut adalah terhindar dari unsur riba,
gharar, judi, haram, dan syubhat.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:53), menyatakan bahwa
selain kondisi industri perusahaan analisis fundamental juga menggunakan
berbagai indikator makro ekonomi untuk menilai saham. Perubahan-
perubahan seperti inflasi, suku bunga, dan kurs dapat berpotensi untuk
meningkatkan atau menurunkan harga saham perusahaan-perusahaan yang
sahamnya aktif diperdagangkan di bursa. Perubahan nilai ketiga indikator
makro ekonomi ini merupakan risiko yang dihadapi oleh perusahaan pada
seluruh sektor.
2. Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Menurut Hamid (2009:47) produk investasi berupa saham pada
prinsipnya sudah sesuai ajaran islam di dalam literatur-literatur tidak
terdapat istilah atau pembedaan antara saham yang syariah dengan non
syariah tetapi saham sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan dapat
dibedakan menurut kegiatan usaha dan tujuan pembelian saham tersebut.
Saham-saham perusahaan yang listing di dalam Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) merupakan saham-saham yang sesuai syariah. Saham
20
syariah adalah saham dari perushaan (emiten) yang dalam operasionalnya
sesuai dengan kaidah syariat islam. Kriteria saham bisa dikategorikan
tidak melanggar ketentuan syariah adalah berdasarkan 2 (dua) (Gozali,
2005) yaitu :
1) Perusahaan yang keberadaannya tidak bertentangan dengan syariat
islam. perusahaan yang tidak bertentangan dengan syariat islam yaitu
perusahaan dengan bidang usaha dan manajemen yang tidak
bertentangan dengan syariat islam, serta memiliki produk yang halal.
Perusahaan yang memproduksi minuman keras atau perusahaan
keuangan konvensional tidak memenuhi kategori ini.
2). Saham adalah bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran
setiap pemilik saham ditentukan dari jumlah lembar saham yang
dimilikinya. Namun pada kenyataannya ada perusahaan yang
menerbitkan 2 (dua) macam saham, yaitu saham biasa dan saham
preferen yang tidak punya hak suara namun punya hak untuk
mendapatkan deviden yang sudah pasti. Tentunya hal ini bertentangan
dengan aturan syariat islam tentang bagi hasil. Maka saham yang sesuai
dengan syariat islam adalah saham yang setiap pemiliknya mempunyai
hak yang proposional sesuai dengan jumlah lembar saham dimilikinya.
Bapepam dan Lembaga Keuangan sejak November 2007 telah
mengeluarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang berisi daftar saham
syariah yang ada di Indonesia. DES diharapkan dapat mempermudah
21
masyarakat untuk mengetahui saham-saham apa saja yang termasuk
saham syariah karena DES adalah satu-satunya rujukan tentang daftar
saham syariah di Indonesia. Keberadaan DES tersebut ditindak lanjuti
oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan meluncurkan Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) pada tanggal 12 Mei 2011. Saham konstituen
ISSI update per 4 Desember 2016 terdapat 331 emiten yang terdaftar.
Beberapa diantaranya yang terdaftar merupakan emiten perusahaan aneka
industri.
3. Inflasi
Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum secara terus
menerus. Inflasi akan mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat,
karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Secara umum
inflasi merupakan suatu peristiwa atau proses meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus-menerus (Karim, 2006:135). Dengan kata lain,
inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang yang
berkelanjutan.
Berdasarkan sifatnya inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa
(Karim, 2006:138), yaitu:
a. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun.
b. Inflasi sedang berada diantara 10%-30% setahun.
c. Inflasi berat antara 30%-100% setahun.
22
Hiperinflasi atau inflasi tidak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun.
Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya, yaitu:
a. Natural Inflation dan Human Eror Inflation
Sesuai dengan namanya natural inflation adalah inflasi yang terjadi
karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai
kekuasaan dalam mencegahnya. Human eror inflation adalah inflasi
yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia
sendiri.
b. Expected Inflation dan Unexpected Inflation
Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama
dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi,
sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga pinjaman
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek
inflasi.
c. Demand Pull dan Cosh Pull Inflation
Demand Pull diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada
sisi Permintaan Agregat (AD) dari barang dan jasa pada suatu
perekonomian. Cost Pull Inflation adalah inflasi yang terjadi karena
adanya perubahan-perubahan pada sisi Penawaran Agregat (AS) dari
barang dan jasa pada suatu perekonomian
23
d. Spiralling Inflation
Inflasi jenis ini adalah inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi
sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai
akibat dari inflasi yang sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
e. Imported Inflation dan Domestic Inflation
Imported Inflation bisa dikatakan adalah inflasi di negara lain yang
ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam
perdagangan internasional. Domestic Inflation bisa dikatakan inflasi
yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu
mempengaruhi negara-negara lainnya.
Terdapat tiga teori utama yang menerangkan mengenai inflasi, diantaranya
sebagai berikut:
a. Teori Kuantitas, menyatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah
pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga di masa yang akan datang.
b. Teori Keynes, menurut teori ini, inflasi terjadi karena masyarakat hidup
diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini memfokuskan
bagaimana persaingan dalam mendapatkan penghasilan antargolongan
masyarakat dapat menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar
daripada jumlah barang yang tersedia.
c. Teori Strukturalis, teori ini disebut juga inflasi jangka panjang. Teori ini
menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur
24
ekonomi. Dengan demikian, penambahan barang-barang produksi ini
terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya sehingga
menaikkan harga bahan makanan devisa. Hal ini berakibat pada
kenaikan harga-harga barang lain sehingga terjadi inflasi yang relatif
berkepanjangan jika pembangunann sektor penghasil bahan pangan dan
industri barang ekspor tidak ditambah.
4. Nilai Tukar Rupiah (kurs)
Menurut Fabozzi dan Francis (1996:724), nilai tukar rupiah adalah
harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar Rupiah
merupakan nilai dari satu mata Rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata
uang negara lain. Misalnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, nilai
tukar Rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya.. Nilai tukar riil adalah
nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-
harga didalam negeri dibandingkan dengan harga-harga diluar negeri.
Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal, diantaranya:
a. Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta
asing. Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valas
atau bank membeli valuta asing, sedangkan kurs jual adalah apabila
mereka menjual maka selisih kurs tersebut merupakan keuntungan
bagi para pedagang.
25
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayaran. Di dalam pembayaran valas yang lebih cepat akan
mempunyai kurs yang lebih tinggi.
C. Perbedaan kurs karena tingkat keamanan dalam penerimaan hak
pembayaran.
Pasar valuta asing mempunyai fungsi pokok dalam membantu kelancaran
lalu lintas pembayaran internasional antara lain:
a. Mempermudah penukaran valas serta pemindahan dan dari suatu
Negara ke Negara lain.
b. Memberikan kemudahan untuk dilaksanakan perjanjian/kontrak jual
beli dengan kredit.
c. Mempermudah dilakukannya “hedging” yaitu membantu pedagang
yang melakukan transaksi jual dan beli valas dipasar yang berbeda,
yang bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi resiko akibat
kerugian kurs.
(Nopirin, 2009:170)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurs menurut Sukirno (2012:55)
adalah sebagai berikut :
a. Perubahan dalam cita rasa masyarakat
Cita rasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsinya. Perubahan
citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsinya atas barang-
barang yang diproduksi di dalam maupun di luar negeri. Perbaikan
26
kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan
mengimpor berkurang dan juga dapat menaikkan ekspor. Sedangkan
perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan
masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan
ini menyebabkan permintaan dan penawaran valuta asing.
b. Perubahan harga barang ekspor dan impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-
barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah
akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya
akan berkurang. Pengurangan harga barag impor akan menambah
jumlah impor dan kenaikan harga barang impor akan mengurangai
impor. Dengan demikian perubahan harga barang ekspor dan impor
akan menyebabkan perubahandalam permintaan dan penawaran valuta
asing.
c. Kenaikan harga umum (inflasi)
Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta
asing. Inflasi yang terjadi pada umumnya cenderung menurunkan nilai
valuta asing.
d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah
cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar
negeri Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang
27
tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri.
Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal
negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain.
e. Pertumbuhan ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai
mata uangnya tergantung pada pertumbuhan ekonomi yang terjadi.
Apabila kemajuan ekonomi diakibatkan oleh perkembangan ekspor,
maka permintaan atas mata uang akan bertambah lebih cepat dari
penawarannya sehingga nilai mata uang tersebut akan naik. Akan
tetapi, jika kemajuan ekonomi menyebabkan impor berkembang lebih
cepat dari ekspor maka penawaran atas mata uang akan bertambah
lebih cepat dari permintaannya sehingga nilai mata uang tersebut akan
merosot.
Sifat dari kurs valuta asing tergantung sifat pasar. Apabila transaksi
jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs
valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan
penawaran. Nopirin (2009:173) mengemukakan bahwa ada beberapa
sistem nilai tukar di yaitu:
a. Sistem kurs berubah-ubah
28
Dalam sistem ini makin tinggi tingkat pertumbuhan (relatif terhadap
negara lain), makin besar kemungkinan untuk impor yang berarti makin
besar pula permintaan akan valuta asing. Kurs valuta sing cenderung
naik (harga mata uang sendiri turun). Demikian pula inflasi akan
menyebabkan impor naik dan ekspor turun yang akan mengakibatkan
kurs valuta asing naik. Kenaikan tingkat bunga dalam negeri cenderung
menarik modal masuk dari luar negeri. Kurs valuta asing akan turun
(nilai mata uang sendiri naik relatif terhadap valuta asing).
b. Sistem kurs stabil
Sistem kurs stabil dapat terjadi secara aktif dan pasif. Pada sistem kurs
stabil aktif pemerintah menyediakan dana untuk tujuan stabilitas kurs
(stabilization funds). Kegiatan stabilisasi kurs dijalankan dengan cara
apabila tendensi kurs valuta asing akan turun maka pemerintah akan
membeli valuta asing di pasar. Dengan tambahnya tendensi pemerintah
maka tendensi kurs turun dapat dicegah, dan sebaliknya apabila
tendensi kurs naik maka pemerintah menjual valuta asing di pasar
sehingga penawaran valuta asing bertambah dan kenaikan kurs dapat
dicegah. Pada sistem kurs stabil pasif pemerintah menggunakan standar
emas. Dalamstandar emas, kurs valuta asing suatu negara dengan
negara lain ditentukan dengan dasar emas.
c. Pengawasan devisa (exchange control)
Dalam sistem ini pemerintah memonopoli seluruh transaksi valuta
asing. Tujuannya adalah untuk mencegah adanya aliran modal keluar
29
dan melindungi pengaruh depresi dari negara lain, terutama jika negara
tersebut menghadapi keterbatasan cadangan valuta asing dibanding
dengan permintaannya.
5. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Peningkatan atau penurunan harga saham yang direfleksikan oleh
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan
perkembangan perusaahaan atau industri suatu negara. Perubahan IHSG
bahkan bisa dianggap sebagai perubahan yang lebih fundamental dari
suatu negara, artinya maju mundurnya suatu negara bisa dilihat dari Indeks
Harga Saham Gabungan suatu negara tersebut.
Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat
berkepentingan dengan naik-turunnya Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) karena nilai portofolio sahamnya secara umum tergantung pada
naik turunnya indeks ini. Secara intuitif, sebagian besar saham atau
portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan indeks. Indeks harga
saham sangat dipengaruhi variabel-variabel makro seperti suku bunga
bebas risiko, kurs mata uang, surplus neraca perdagangan, cadangan devisa
dan inflasi.
Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih
banyak masuk atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya
akan menyebabkan mata uang rupiah menguat atau kurs USD dalam
rupiah menurun. Sebagian model asing itu akan ditanamkan dalam
30
portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk pasar saham dan
indeksnya.
Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga
Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat
dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, baisanya
berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu.
IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan pasar
efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham.
IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan.
Angka positif yang menyertai perubahan IHSG menunjukkan kenaikan
dari IHSG sebelumnya. Angka negatif menunjukkan IHSG turun
dibanding IHSG sebelumnya. Jika Indeks Harga Saham tidak berubah
menunjukkan bahwa kondisi stabil. Indeks menggambarkan trend
pergerakan pasar dan menjadi indikator yang sangat penting bagi pelaku
di pasar modal khususnya pasar saham.
6 . Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Dalam rangka pelaksanaan pengendalian moneter Bank Indonesia
menggunakan piranti moneter yang terdiri dari cadangan wajib minimum,
tingkat bunga diskonto, dan operasi pasar terbuka. Dalam operasi pasar
31
terbuka, Bank Indonesia melakukan transksi jual beli surat berharga
termasuk didalamnya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No.63/DSN-
MUI/XII/2007 bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah
surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesiaberjangka waktu pendek berdasarkan prinsip syariah.Dalam
penerbitan intrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
menggunakan akad Ju‟alah. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.62/DSNMUI/XII/2007, ju‟ala adalah janji atau komitmen (iltizam)
untuk memberikan imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil
(natijah) yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu atas pencapaian
hasil pekerjaan (natijah) yang ditentukan, dimana tingkat imbalan
disesuaikan dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Keberadaan SBI sebagai instrumen kebijakan moneter memiliki
tingkat keberhasilan yang signifikan. Akan tetapi SBI dengan sistem
diskontonya tentu saja membuat bank syariah tidak dapat ikut serta dalam
upaya pengendalian jumlah uang beredar tersebut. Untuk itu, kemudian
Bank Indonesia menyiapkan instrumen lain berupa Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia. Akan tetapi, karakteristik dasarnya yang berprinsip wadiah
rupanya kurang efektif. Maka dari itu, untuk meningkatkan efektifitas
pengendalian moneter, maka Bank Indonesia menyiapkan sebuah
instrumen yang bernama Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
32
SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka
waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia. SBIS tentu saja tidak menggunakan sistem diskonto. Akad
yang dapat digunakan dalam SBIS adalah akad mudharabah
(muqaradhah)/qiradh, musyarakah, ju‟alah, wadi‟ah, qardh, dan wakalah.
Dari keenam akad diatas, yang saat ini telah digunakan hanyalah SBIS
berdasarkan akad Ju‟alah. Ju‟alah adalah janji atau komitmen (iltizam)
untuk memberikan imbalan (reward/‟iwadh/ju‟l) tertentu atas pencapaian
hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
Menurut Bank Indonesia (2013), Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) adalah surat berharga sebagai pengakuan utang Bank
Indonesia yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah.
Karakteristik SBIS saat ini adalah:
1. Menggunakan akad Ju‟alah namun, berdasarkan Fatwa DSN-MUI.
SBI Syariah juga dapat diterbitkan dengan menggunakan akad
mudharabah, musyarakah, wadi‟ah, qardh, dan wakalah).
2. Bersatuan unit sebesar Rp. 1 juta.
3. Berjangka waktu paling kurang satu bulan dan paling lama 12
bulan.
4. Diterbitkan tanpa warkat (scripless).
5. Dapat digunakan kepada Bank Indonesia, dan Tidak dapat
diperdagangkan di pasar sekunder (non-negotiable)
33
Seperti halnya SBI, SBIS adalah juga instrumen Bank Indonesia
untuk operasi pasar terbuka, utamanya melalui mekanisme perbankan
syariah. Mekanisme penerbitan SBIS adalah lewat cara lelang. Pihak
yang dapat diikutsertakan dalam proses pelelangan SBIS adalah sebagai
berikut:
a. Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) atau
pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS ; dan
b. BUS atau UUS, baik sebagai peserta langsung maupun peserta
tidak langsung, wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit
Ratio (FDR) yang ditetapkan Bank Indonesia.
Bank Indonesia memberikan imbalan terhadap SBIS yang
diterbitkan. Sedangkan hasil dari transaksi lelang SBIS dapat dibatalkan
dengan cara sebagai berikut:
a. Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan oleh Bank Indonesia.
b. Transaksi SBIS (setelmen lelang SBIS, setelmen first leg Repo
SBIS, dan setelmen second leg Repo SBIS) dinyatakan batal
apabila saldo rekening giro dan saldo rekening surat berharga
BUS atau UUS di Bank Indonesia tidak mencukupi.
Menurut Fatwa DSN-MUI No.63/DSN-MUI/XII/2007 akad
pada SBIS yang digunakan saat ini adalah Ju‟alah. Akad Ju‟alah adalah
janji atau komitmen untuk memberikan imbalan tertentu atas
pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu hasil pekerjaan. Adapun
rukun dan syarat syahnya Ju‟alah adalah sebagai berikut:
34
a. Sighat, hendaknya kalimat itu mengandung arti izin kepada yang
akan bekerja juga tidak ditentukan waktunya.
b. Ja‟il, yaitu pihak yang berjanji akan memberikan imbalan
tertentu dari hasil pencapaian atas suatu pekerjaan yang telah
dijanjikan sebelumnya.
B. Keterkaitan Antar Variabel
1. Hubungan Antara Inflasi dengan Indeks Saham Syariah Indonesia
Inflasi merupakan suatu kondisi dimana peningkatan harga – harga
barang secara umum dan terus menerus yang terjadi secara luas
(Mishkin,2001). Inflasi dapat memiliki dampak positif atau negatif
terhadap perekonomian tergantung dari tinggi rendah inflasi. Tingkat
inflasi di Indonesia yang selalu mengalami fluktuasi tidak menutup
kemungkinan akan mempengaruhi tingkat investasi dipasar modal
Indonesia tidak terkecuali pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Menurut Septian (2012) inflasi memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan secara statistik terhadap JII, serta menurut Nor Isniani dan
Nunung (2013) menyatakan bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang
negatif signifikan terhadap resiko investasi. Akan tetapi penelitian Gadang
Gagas dkk (2013) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham.
2. Hubungan Antara Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dengan Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)
35
Nilai tukar IDR/USD merupakan salah satu variabel yang mampu
mempengaruhi pergerakan indeks harga saham pada pasar modal. Menurut
Suta (2000) dalam Rahmi (2012:49), fluktuasi nilai Rupiah terhadap mata
uang asing akan mempengaruhi iklim investasi. Kurs yang terlalu tinggi
akan melemahkan persaingan harga di luar negeri. Secara tidak langsung
akan memengaruhi neraca perdagangan karena menurunnya nilai ekspor
dibandingkan dengan nilai impor. Buruknya neraca perdagangan akan
mengurangi kepercayaan Investor terhadap perekonomian Indonesia. Bagi
Investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga
terjadi capitaloutflow. Menurut Madura (2000:43), dampak nilai tukar
yang melemah akan meningkatkan persaingan produk domestik di luar
negeri.
Menurut Fahmi dan Hadi (2011), terdapat hubungan saling
mempengaruhi antara nilai tukar dan harga saham di pasar modal baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Secara jangka pendek
menguatnya nilai Rupiah berdampak positif pada harga saham secara
keseluruhan dan melemahnya nilai tukar berdampak negatif terhadap harga
saham akibat ekspektasi Investor pada kondisi perekonomian yang lemah.
Kebijakan pemerintah ketika nilai Rupiah terdepresiasi adalah dengan
menaikan suku bunga yang ditujukan untuk menghindari masyarakat
membeli valuta asing dan untuk menarik capital inflowagar Rupiah
terapresiasi. Tapi dengan tingginya suku bunga dapat mengakibatkan
36
turunnya present value dari future cash flow perusahaan sehingga
mengakibatkan harga saham menjadi turun.
3. Hubungan Antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indicator yang
mencerminkan kondisi pasar modal suatu Negara. IHSG dalam pasar
modal di Indonesia terdiri atas pergerakan seluruh saham di BEI yang
tergabung menjadi satu indeks yaitu IHSG. Hubungan antara ISSI dengan
IHSG memiliki hubungan yang positif, karena seluruh saham yang
tergolong dalam ISSI keseluruhannya merupakan saham yang termasuk ke
IHSG. Fluktuatifnya pergerakan saham secara otomatis akan
mempengaruhi antara IHSG dan ISSI dengan arah yang berbanding lurus.
Membaiknya IHSG dalam pasar modal mencerminkan sedang
bagusnya kondisi pasar modal terssebut. Secara umum meningkatnya
IHSG juga akan mempengaruhi indeks lainnyadidalamnya, terutama ISSI
yang juga merupakan beberapa saham-sahamnya tergolong masuk
kedalam IHSG. Dengan demikian hubungan antara IHSG dan ISSI saling
mempengaruhi dengan arah yang sama atau berbanding lurus
4. Hubungan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)
Tujuan terbentuknya SBIS sebagai pengendali moneter tentu
perubahan kebijakan yang dibuat olehBank Indonesia mampu
37
mempengaruhi bank syariahataupun pasar modal syariah. SBIS juga
berfungsisebagai salah satu instrumen untuk membantu dalaminvestasi
bank syariah apabila terjadikelebihan dana(Overlikuiditas). Dalam
penerbitan SBIS akad yangdigunakan adalah ju‟alah. Maka bank syariah
yangmenempatkan dana pada SBIS berhak mendapatkanupah (ujrah) atas
jasa membantu pemeliharaankeseimbangan moneter Indonesia. Tingkat
imbalanyang diberikan oleh Bank Indonesia mengacu pada
SBIkonvensional, sehingga tidak akan memicu kesenjanganprofit yang
diperoleh dari penempatan dana tersebutoleh bank syariah. Ketika imbalan
yang diperoleh banksyariah dalam melakukan investasi SBIS itu besar
tentu keuntungan akan diperoleh bank syariah, selanjutnyareturn yang
dibagi hasilkan pada DPK (Dana Pihak Ketiga) yaitu para nasabah yang
menabung, depositojuga akan tinggi. Hal tersebut mampu menarik
Investoruntuk beralih berinvestasi dibank syariah daripada instrumen
investasi lainnya yaitu pasar modal syariah. Ketika minat Investor turun
untuk berinvestasi dipasar modal syariah tentu hal itu akan memicu
menurunnya indeks saham syariah (Suciningtias dan Khoiroh, 2015:403).
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode
waktu yang digunakan dan penentuan sampel berbeda maka terdapat banyak
38
hal yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling
melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti
(tahun
penelitian)
Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian
1.
Siti Aisiyah
Suciningtias
dan Rizki
Khoiroh
(Jurnal-2015)
Analisis Dampak
Variabel
Makroekonomi
Terhadap Indeks
Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
Analisis Regresi
Linier Berganda
Variabel Inflasi dan Nilai Tukar
IDR/USD mempunyai pengaruh
negatif signifikan terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia (ISSI)
selama periode Mei 2011 sampai
Nopember 2014. Dimana semakin
tinggi tingkat inflasi dan Nilai
Tukar IDR/USD akan menurukan
Indeks Saham Syariah Indonesia
(ISSI)Variabel Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS)
dan Harga Minyak Dunia
mempunyai pengaruh
tidak signifikan terhadap Indek
Saham Syariah
Indonesia (ISSI) selama periode
Mei 2011 sampai
Nopember 2014. Dimana
perubahan tingkat imbalan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) dan perubahan harga
minyak dunia tidak mampu
mempengaruhi secara kuat
pergerakan Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI)
2
Muhammad
Nassir, Fakriah,
dan
Ayuwandirah
(Jurnal-2016)
Analisis Variabel
Makroekonomi
Terhadap Indeks
Saham Syariah
Indonesia dengan
Vector
Autoregression
(VAR) dan
Vector Error
Corection
ISSI model jangka pendek
dipengaruhi oleh Inflasi dan Jumlah
Uang Beredar (JUB) pada tingkat
kepercayaan 90%. ISSI dipengaruhi
Inflasi di lag pertama secara
39
Metode Pendekatan
Vector
Autoregression
Model (VECM) signifikanmempengaruhi Indonesia
Stock Index Syariah. ISSI juga
dipengaruhi oleh lag JUB 2
3
Yudisthira
Ardana (Jurnal-
2016)
Pengaruh Variabel
Makroekonomi
terhadap Indeks
Saham Syariah
Indonesia
Vector Error
Corection
Model (VECM)
Hubungan jangka pendek terhadap
indeks saham syariah hanya terjadi
pada nilai tukar dan SBIS,
sedangkan hubungan jangka
panjang terhadap indeks saham
syariah ialah tingkat suku bunga,
SBIS dan harga minyak dunia.
4
Krishna Reddy
Chiteddy
(Jurnal-2015)
Macroeconomic
variabels impact on
stock prices in BRIC
stock market an
emperyal analysis
ECM (error
Correction
Model)
Semua variabel makro ekonomi
BRIC berpengaruh terhadap harga
pasar saham di BRIC
5
Yoghi Citra
Pratama
(Jurnal-2012)
Pengaruh Indeks
Regional Terhadap
Jakarta Islamic Index
(JII)
Vector Error
Corection
Model (VECM)
Tes kointegrasi menunjukan bahwa
di antara variabel penelitian yang
ada terdapat keseimbangan jangka
panjang dan hubungan yang
simultan. Hasil impulse response
function menunjukan bahwa
terdapat pengaruh IHSG,
downjones, dan Nikkei terhadap JII
adalah negative. Hasil dari uji
dekomposisi varians menunjukan
bahwa guncangan paling besar dari
JII ialah JII itu sendiri, oleh karena
itu disimpulkan pasar modal syariah
lebih stabil dari guncangan
eksternal dibandingkan dengan
konvensional
6
M, Dharani P.
Natarajan
(Jurnal-2011)
Equabnimity of Risk
and Return
Relationship between
shariah index and
general index in india
Vector
autoregresive
Penelitian ini dilakukan secar
empiris dengan memeriksa resiko
dan nilai return nifty syariah indeks
dan indeks nifthy selama periode 2
januari 2007 31 Desember 2010.
Periode sampel telah dibagi lagi
menjadi periode pasar pertama dan
periode pasar kedua berdasarkan
pergerakan indeks kedua selama
masa studi. Tujuan dari studi ini
40
adalah untuk menganalisis kinerja
Indeks Syariah dan Indeks
Konvensional dan untuk menguji
apakah ada perbedaan yang
signifikan antara kedua indeks
tersebut di India.
Berdasarkan studi yang
sebelumnya, tulisan ini
memperlihatkan risiko yang
disesuaikan pengukuran seperti
Sharpe index, indeks Treynor dan
Jensen alpha. T-tes telah digunakan
untuk menguji kembali berarti
perbedaan antara kedua indeks.
Studi menemukan bahwa Nifty
Syariah kurang signifikan selama
periode sampel sampel dan sub.
Menurut t-test, berarti perbedaan
antara kedua indeks belum
signifikan yang mengungkapkan
keduanya konsisten. Pengembalian
risiko disesuaikan untuk
indeks kedua.
7
Dr. Anuj
Kumar Tyagi
dan Mohd.
Rizwan (Jurnal-
2012)
A Study of the
Movement of BSE-
TASIS
Shariah 50 Index in
accordance with
Sensex
Uji Stationer
Penelitian ini menganalisis gerakan
Tasis Syariah dan Sensex selama
periode Desember 2011 sampai
November 2012. Nilai-nilai
penutupan indeks Syariah dari
Sensex yang dikumpulkan dari
situs-situs BSE. Studi ini berbentuk
tabel dan grafik yang kemudian
dianalisis untuk memeriksa
tujuan studi. Hal ini ditemukan
bahwa
Tasis Syariah dan sensex bergerak
hampir dalam arah yang sama pada
bulan tertentu. Oleh karena itu,
studi ini
menyimpulkan bahwa ekuitas
berdasarkan etika investor dapat
memperoleh lebih atau kurang sama
dengan berinvestasi di perusahaan
Syariah & saham lain yang terdapat
di Sensex. Kesimpulannya adalah,
41
penelitian ini telah menunjukkan
bahwayang biasa digunakan untuk
menilai kepatuhan syariah
perusahaan untuk tujuan termasuk
mereka dalam daftar perusahaan
yang dapat diterima, perlu
dimodifikasi.
42
Faktor-faktor yang Mempenagruhi Indeks Saham Syariah Indonesia
Variabel Independen (X):
Inflasi(X1)
Nilai Tukar Rupiah (x2)
IHSG (X3)
SBIS (X4)
Variabel dependen (Y):
Indeks Saham Syariah
Indonesia (Y)
Uji Stationeritas
stationer Tidak stationer
Stationer pada difference
Uji Lag Optimal
Uji Kausalitas Granger
Uji kointegrasi
Terkointegrasi Tidak Terkointegrasi
VAR VECM
Impulse Response Function
Forecast Error Variance Decompsition
43
Berdasarkan gambar 2.1 dapat dijelaskan, bahwa Model VAR adalah model persamaan
regresi yang menggunakan data time series yang berkaitan dengan masalah stasioneritas dan
kointegrasi antar variabel di dalamnya. Langkah pertama pembentukan VAR adalah dilakukan
uji stasioneritas data. Jika data variabel stasioner pada tingkat level maka kita mempunyai
model VAR biasa (unrestricted VAR) sebaliknya jika data tidak stasioner pada level tetapi
stasioner pada proses differensiasi yang sama, maka harus diuji apakah data tersebut
mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi.
Apabila data stasioner pada proses differensiasi namun variabel tidakterkointegrasi, maka
disebut model VAR dengan data differensiasi (VAR indifference). Namun apabila terdapat
kointegrasi maka model VAR tersebut disebut Vector Error Correction Model (VECM). Model
VECM ini merupakan model VAR yang teretriksi (restricted VAR) karena adanya kointegrasi
yang menunjukan adanya hubungan jangka panjang antar variabel di dalam estimasi VAR.
Namun, jika tidak terdapat hubungan jangka panjang maka model yang digunakan adalah
VAR in difference. Tahap selanjutnya adalah menentukan panjang lag yang optimal bagi model
penelitian. Setelah itu, akan dilakukan uji kausalitas Granger (Granger Causality Test), estimasi
modelVAR/VECM, uji Impulse Response Function (IRF) dan uji Forecasting ErrorVariance
Decomposition (FEVD). Pada tahap terakhir akan dilakukan interpretasi hasil penelitian dan
kesimpulan. Dalam menjalankan tahapantahapan penelitan, penulis menggunakan alat bantu
berupa software Eviews 9.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari
kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dapat dibedakan dalam
44
hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis kerja, dan hipotesis statistik, atau
hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik
atau hipotesis nol yang bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau
teori selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Hamid, 2010:16).
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesis yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Setidaknya terdapat minimal satu variabel dari Inflasi, Nilai Tukar, IHSG dan
SBIS yang memiliki hubungan kausalitas satu arah maupun kausalitas dua arah
dengan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
2. Terdapat pengaruh guncangan (shock) yang ditimbulkan variabel Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah (kurs), Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
3. Terdapat variabel yang mempunyai pengaruh guncangan (shocks) paling besar
terhadap perubahan variabel Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah seluruh saham syariah yang
terdaftar pada Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) pada periode waktu 2012-2016. Per
desember 2016 ada 331 emiten yang terdaftar.
Untuk jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder sendiri adalah data yang didapat dari pihak atau instansi lain yang biasa
digunakan untuk melakukan penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data
sekunder yang meliputi dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini. Kedua variabel
tersebut adalah variabel dependen yang diwakili oleh Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
serta variabel independen yang diwakili oleh Inflasi, Kurs, IHSG dan SBIS
B. TEKNIK PENENTUAN DATA
Dalam melakukan penentuan data, sangat dibutuhkan ketelitian agar mendapatkan
data yang bagus. Data yang bagus dapat membantu mendapatkan hasil yang sesuai dalam
penelitian yang sedang dikerjakan.
Dalam penelitian ini data yang didapatkan, sebagai berikut:
1. Sumber Data
Data yang digunakan diperoleh dari duniainvestasi.com (IDX) berupa daftar saham
yang terdaftar pada ISSI pada tahun 2012-2016. Data inflasi dan nilai tukar diperoleh
46
dari Bank Indoensia (BI) periode 2012-2016. IHSG diperoleh dari
duniainvestasi.com (IDX) pada periode tahun 2012-2016. Dan SBIS diperoleh dari
Bank Indonesia (BI) periode 2012 – 2016.
2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari data statistic dan data yang dipublikasikan secara
umum. Data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data statistic kapitalisasi ISSI pada periode tahun 2012-2016 bersumber dari IDX.
b. Data inflasi yang dipublish oleh BPS pada periode tahun 2012-2016 bersumber
pada Bank Indonesia.
c. Data statistic nilai tukar mata uang pada periode tahun 2012-2016 bersumber pada
Bank Indonesia.
d. Data statistic Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode 2012-2016
bersumber pada IDX.
e. Data statistic Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) pada periode 2012-2016
bersumber pada Bank Indonesia.
C. Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat analisis Vector Auto
Regressive (VAR)/ Vector Error Correction Model (VECM). Penelitian menggunakan
model Vector Auto Regression (VAR) apabila data dalam penelitian ini stasioner, namun
bila data tidak stasioner dan terdapat hubungan kointegrasi antara variabel-variabelnya
maka penelitian ini menggunakan model Vector Error Correction Model (VECM). Data-
47
data tersebut akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) Eviews 9 dan
Microsoft Excel 2010.
Metode VAR memperlakukan semua variabel secara simetris tanpa
mempermasalahkan variabel endogen dan eksogen atau dengan kata lain model ini
memperlakukan seluruh variabel sebagai variabel endogen. Pendekatan yang digunakan
dalam metode VAR merupakan pendekatan non-struktural, yakni menggambarkan
hubungan kausalitas antarvariabel (Tanjung, 2013:23).
Keunggulan dari analisis VAR antara lain adalah: (1) Metode ini sederhana,
tidak perlu khawatir untuk membedakan mana variabel endogen mana variabel
eksogen; (2) Estimasinya sederhana, dimana metode OLS biasa dapat diaplikasikan
pada tiap-tiap persamaan secara terpisah; (3) Hasil perkiraan (forecast) yang diperoleh
dengan menggunakan metode ini dalam banyak kasus lebih bagus dibandingkan dengan
hasil yang didapat dengan menggunkan model persamaan simultan yang kompleks
sekalipun. Selain itu, VAR analysis juga merupakan alat analisis yang sangat berguna,
baik di dalam memahami adanya hubungan timbal balik (interreationship) antara
variabel-variabel ekonomi, maupun di dalam pembentukan model ekonomi berstruktur.
Namun model VAR juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) VAR
merupakan model yang atheoritic atau tidak berlandaskan teori sehingga hal ini tidak
seperti persamaan simultan. Pada persamaan simultan, pemilihan variabel yang akan
dimasukkan dalam persamaan memegang peranan penting dalam mengidentifikasi
model; (2) Metode ini juga bermasalah pada pemilihan parameter yang akan
bermasalah pada derajat bebas (degrees of freedom-df) akan bertambah; (3) Semua
48
variabel dalam VAR harus stasioner, jika tidak stasioner maka perlu dilakukan
transformasi bentuk data, misalnya melalui first difference.
Langkah-langkah dalam analisis VAR adalah sebagai berikut :
1. Uji Stasioneritas
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam estimasi model ekonomi dengan
time series adalah dengan menguji stasioneritas pada data (stationery stochastic
process). Data stasioner adalah data yang varians-nya tidak terlalu besar dan
punya kecenderungan untuk mendekati nilai rata-ratanya. Tujuan uji ini adalah
agar nilai rata-raa stabil dan random error-nya sama dengan nol.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data stasioner atau tidak. Uji ini
dilakukan dengan menggunakan augmented dickey-fuller (ADF) pada derajat
yang sama (level atau difference) hingga diperoleh suatu data yang stasioner.
Hipotesis :
H0 = data tidak stasioner
H1 = data stasioner
Dengan mengikuti pernyataan bahwa :
1) Nilai t-statistik ADF < nilai kritis ADF pada level 5% maka H0 diterima.
2) Nilai t-statistik ADF > nilai kritis ADF pada level 5% maka H1 diterima.
2. Uji Lag Length
Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah penentuan lag
optimal. Jika lag yang digunakan dalam stasioneritas terlalu sedikit, maka residual
dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak
49
dapat mengestimasi actual error secara tepat. Namun, jika lag yang digunakan
terlalu banyak, makadapat mengurangi kemampuan untuk menolak H0 karena
tambahan parameter terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas. Dalam
penentuan lag optimal dilakukan melalui likelihood ratio test, tentukan kriteria
yang mempunyai Final Frediction Error (FPE), Akaike Information Criterion
(AIC), Schwarz Criterion (SC), dan Hannan-Quinn (HQ).
3. Uji stabilitas VAR
Uji stabilitas VAR dilakukan dengan cara menghitung akar-akar dari fungsi
polonominal, Jika semua akar dari fungsi polonomial tersebut didalam unit circle
atau jika nilainya < 1 maka model VAR tersebut di anggap stabil sehingga hasil
impulse response function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition
(FEVD) yang dihasilkan di anggap valid.
4. Uji Kointegrasi
Kestasioneran data melalui diferensiasi dinilai masih belum cukup apabila peneliti
meneruskan uji VECM. Model harus memiliki kointegrasi atau hubungan jangka
pendek dan jangka panjang. Pendekteksian ini dapat dilakukan dengan Metode
Johansen. Pengujian kontegrasi dalam penelitian ini dilaksanan dengan derajat
kepercayaan 5% dengan cara membandingkan trace statistic trace statistic atau
max eigen statistic dengan critical value-nya. (Ariefianto, 2012). Jika variabel-
variabel tidak terkointegrasi maka dapat diterapkan VAR standar yang hasilnya
akan identik dengan OLS, jika pengujian membuktikan terdapat vektor
50
kointegrasi, maka dapat diterapkan ECM untuk single equation dan VECM untuk
system equation.
Hipotesis yang dihasilkan dari uji kointegrasi, sebagai berikut:
H0 : terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen dan
variabel dependen.
H1 : tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independen
dan variabel dependen.
Dengan mengikuti pernyataan bahwa :
1) Jika nilai trace statistic > nilai critical value maka H0 diterima, model
terkointegrasi, dapat diterapkan VECM.
2) Jika nilai trace statistic < nilai critical value maka H1 diterima, model tidak
terkointegrasi, dapat diterapkan VAR.
5. Uji Kausalitas
Uji kausalitas bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab-akibat (kausalitas) di
antara variabel-variabel yang ingin diuji. Uji kausalitas digunakan untuk melihat
hubungan antarvariabel, apakah hubungan tersebut satu arah atau dua arah
ataupun tidak ada hubungan antarkeduanya, terdapat dua hipotesis dalam uji
kausalitas:
H0 : tidak terdapat hubungan kausalitas antarvariabel.
H1 : terdapat hubungan kausalitas antarvariabel.
Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, digunakan nilai probabilitas. Jika
nilai probabilitasnya lebih kecil dari 5% maka terdapat cukup bukti untuk
51
menolak hipotesis nol dan menyimpulkan bahwa antarvariabel mempunyai
hubungan kausalitas.
6. Estimasi VAR dan VECM
Diketahui dengan membandingkan nilai t-statistik hasil estimasi dengan nilai t-
tabel, jika nilai t-statistiklebih besar dari nilai t-tabelnya, maka dapat dikatakan
variabel Y mempengaruhi variabel X.
Sedangkan jika suatu data time series model VAR terbukti terdapat hubungan
kointegrasi, maka VECM dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka
pendek dari suatu variabel terhadap nilai jangka panjangnya ( Ajija dkk, 2011).
VECM juga digunakan untuk menghitung hubungan jangka pendek antarvariabel
melalui koefisien standar dan mengestimasi hubungan jangka panjang dengan
menggunakan lag residual dari regresi yang terkointegrasi. Sama halnya dengan
estimasi VAR, jika nilai t-statistik lebih besar daripada nilai t-tabelnya, maka
dapat dikatakan terdapat hubungan jangka panjang atau jangka pendek
antarvariabel.
7. Impulse Response Function (IRF)
Analisis IRF dapat melacak respon variabel terikat di dalam sistem VECM karena
adanya shock dari variabel bebas pada persamaan variabel terikat dalam suatu
sistem VECM. Misalnya variabel bebas mengalami kenaikan sebesar x maka akan
mempengaruhi variabel terikat untuk saat ini atau masa depan. Menurut Sims
(1992) fungsi IRF menggambarkan ekspektasi periode dari kesalahan prediksi
suau variabel akibat inovasi dari variabel yanglain. Sehingga lamanya pengaruh
52
shock pada suatu variabel terhadap variabel lain hingga pengaruhnya hilang atau
kembali pada titik keseimbangan dapat dilihat. (Ajija dkk, 2011)
8. Variance Decomposition
Disebut juga forecast error variance decomposition, merupakan perangkat yang
dapat menggambarkan relatif pentingnya variabel-variabel bebas pada model
VECM karena shock dan menjelaskan seberapa kuat peranan variabel tertentu
terhadap variabel lainnya. Analisis ini dilaksanakan dengan cara pemisahan
variasi dari sejumlah variabel yang diestimasi menjadi komponen-komponen
shock, dengan asumsi bahwa komponen-komponen tidak saling berkorelasi.
D. OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Indeks harga saham merupakan ringkasan pengaruh simultan dan kompleks dari
berbagai macam variabel yang berpengaruh terutama kejadian-kejadian ekonomi.
Dengan kata lain indeks harga saham dapat dijadikan sebagai barometer ekonomi suatu
Negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Di
Indonesia terdapat dua indeks saham syariah, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) dan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Dalam penelitian ini indeks saham syariah yang
digunakan adalah ISSI. ISSI merupakan indeks yang telah diluncurkan oleh BEI pada
tanggal 12 Mei 2011 dimana konstituen ISSI adalah seluruh saham yang tergabung
dalam Daftar Efek Syariah dan tercatat di BEI. Hingga saat ini jumlah konstituen ISSI
adalah lebih dari 200 saham. Tujuan pembentukan ISSI adalah untuk meningkatkan
kepercayaan Investor dalam melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan
53
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan
investasi di bursa efek (Pasaribu dan Firdaus, 2013).
2. Variabel Independen
a. Inflasi (X1)
Inflasi merupakan variabel bebas pertama. Inflasi adalah proses kenaikanharga-
hargaumumsecara terus-menerus.Akibatdariinflasi
secaraumumadalahmenurunnyadayabelimasyarakatkarena secara riil tingkat
pendapatan juga menurun.Indikator inflasiyang
digunakanadalahIndeksHargaKonsumen(IHK)
Indonesia.IHKmerupakanpengukurperkembangandaya beliRupiah yang
dibelanjakanuntukmembelibarang danjasadaribulankebulan.
b. Nilai Tukar Rupiah (X2)
Kurs merupakan variable bebas kedua, Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing
menunjukan harga atau nilai mata uang suatu Negara dinyatakan dalam nilai mata
uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
domestic yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit mata uang asing (Sukirno, 2011:132).
Menurut Karim (2007:170), nilai tukar uang mempresentasikan tingkat harga
pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai
transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi
54
internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang melewati
batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
Kurs yang digunakan adalah kurs tengah rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
c. Indeks Harga Saham Gabungan (X3)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)adalah variabel bebas ketiga merupakan
indicator yang mencerminkan kondisi pasar modal suatu Negara. IHSG dalam pasar
modal di Indonesia terdiri atas pergerakan seluruh saham di BEI yang tergabung
menjadi satu indeks yaitu IHSG. Hubungan antara ISSI dengan IHSG memiliki
hubungan yang positif, karena seluruh saham yang tergolong dalam ISSI
keseluruhannya merupakan saham yang termasuk ke IHSG. Fluktuatifnya
pergerakan saham secara otomatis akan mempengaruhi antara IHSG dan ISSI
dengan arah yang berbanding lurus
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X4)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah sertifikat yang diterbitkan Bank
Indonesia yang diterbitkan Bank Indonesia yang dibuat dalam rangka pengendalian
moneter berdasarkan prinsip syariah dan merupakan salah satu upaya untuk
mengatasi bila terjadi kelebihan likuiditas pada bank syariah (Arifin, 2009).
55
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami yak kemajuan,
hal ini disampaikan oleh Friderica (2016) bahwa pangsa pasar saham syariah lebih
dominan dibandingkan dengan non syariah. Terlihat dari jumlah saham di Bursa Efek
Indonesia yang masuk dalam kategori saham syariah sebanyak 318 efek atau 61% dari
total saham. Selain hal itu, perkembangan pasar modal syariah juga tercermin dari
dikeluarkannya Fatwa Nomor 80 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme
Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek.
Begitu juga yang dikatakan Pasaribu dan Firdaus (2013) perkembangan ekonomi
syariah telah tumbuh dan berkembang pesat pada perekonomian Indonesia, baik
dikalangan akademisi maupun praktisi. Hal ini juga berimplikasi pada berkembangnya
pasar modal syariah yang merupakan bagian dari industri keuangan syariah. Salah satu
indeks pasar modal berbasis syariah yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI)
adalah Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang diterbitkan oleh Bapepam-LK
sebagai regulator yang berwenang dan bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) pada 12 Mei 2011.
Konstituen ISSI adalah seluruh saham yang tergabung dalam Daftar Efek Syariah
(DES) dan tercatat di BEI dimana saat ini jumlah konstituen ISSI sudah lebih dari 200
saham. ISSI digunakan sebagai sarana untuk memudahkan dan menarik Investor muslim
dalam pemilihan investasi di pasar modal yang seringkali diragukan kehalalannya,
56
meskipun tidak semua Investor saham syariah adalah mereka yang beragama Islam.
Secara singkat, pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur,asumsi, instrumen,
dan aplikasi yang bersumber padanilai Islam yaitu Al-Quran dan As-Sunnah
yangkemudian disajikan dalam bentuk Fatwa DSN-MUIterkait pasar modal syariah.
Berdasarkan Fatwa tersebut kemudian diaplikasikan oleh lembaga pengawas
yaituBapepam-LK serta pelaksana yaitu Bursa Efek Indonesia, emiten, dan Investor.
Dalam menjalankan peranannya, pasar modalmemiliki dua fungsi utama, yaitu
fungsi ekonomi danfungsi keuangan. Dalam fungsi ekonomi pasar modalmenyediakan
fasilitas untuk mempertemukan duakepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan
dana (Investor) dan pihak yang memerlukan dana (emiten).Dengan adanya pasar modal,
pihak yang memilikikelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebutdengan harapan
memperoleh imbalan, sedangkanemiten dapat memanfaatkan dana tersebut
untukkepentingan operasional perusahaan. Dalam fungsi keuangan, pasar modal
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan bagi Investor, sesuai
dengan karakteristik investasi yang dipilih. Pasar modal diharapkan mampu
meningkatkan aktivitas perekonomian, karena pasar modal merupakan
alternativependanaan jangka panjang bagi perusahaan. Sehingga perusahaan dapat
beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan laba
perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Keberadaan pasar modal di Indonesia
merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan perekonomian nasional,
terbukti telah banyak industry dan perusahaan yang menggunakan institusi ini sebagai
media untuk menyerap dana investasi serta sebagai media untuk memperkuat posisi
keuangannya (Pasaribu dan Firdaus, 2013).
57
GRAFIK 4.1
Perkembangan ISSI Periode Januari 2012 – Desember 2016
Sumber: Duniainvestasi.com (IDX)
Grafik diatas merupakan perkembangan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)
periode Januari 2012 – Desember 2016. Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui
bahwa ISSI hampir selalu mengalami pertumbuhan pada setiap periodenya walaupun ada
beberapa penurunan, penurunan yang signifikan terjadi pada 2015, hal itu disebabkan
efek ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil. Lalu mengalami kenaikan kembali
pada periode 2016, menurut Head of Invesment and research PT. Majoris Asset
Management, Yekti Dewanti mengatakan bawha ada beberapa sector yang memberikan
potensi yang cukup tinggi ke ISSI, sehingga ISSI mengalami kenaikan pada tahun 2016.
Meskipun ISSI ini baru saja dibentuk namun perkembangannya menunjukkan
trend yang sangat positif. Pertumbuhan ISSI yang selalu terjadi setiap periodenya ini
58
tidak terlepas karena pertumbuhan pangsa pasar syariah yang telah tumbuh dan
berkembang di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Pertumbuhan pangsa pasar
syariah yang berawal dari sektor perbankan yang kemudian merambah ke asuransi dan
kini eranya telah masuk pada pasar modal. Inilah yang dijadikan kesempatan oleh
beberapa perusahaan atau emiten untuk mengeluarkan indeks syariah agar dapat menarik
minat para masyarakat penanam modal yang ingin berinvestasi pada indeks syariah.
2. Perkembangan Inflasi di Indonesia
Inflasi merupakan kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum
selama periode waktu tertentu. Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur
tingkat presentase perubahan dalam indeks harga konsumen yang mengindikasikan harga
dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari, peumahan,
bahanbakar, layanan kesehatan, dan listrik (Madura, 2007:128).
Berikut ini disajikan tabel perkembangan Inflasi di Indonesia pada periode
Januari 2012 – Desember 2016:
59
Grafik 4.2
Perkembangan Inflasi Periode Januari 2012 – Desember 2016
Sumber: Bank Indonesia
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus (kontinu) yang berkaitan dengan mekanisme pasar. Tabel 4.2, tingkat inflasi
pada tahun 2012 tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebesar 4,61 persen dan yang
terendah sebesar 2,56 persen. Pada tahun 2013 inflasi tertinggi terjadi pada bulan
Agustus sebesae 8,79 persen dan terendah pada bulan Januari sebesar 4,57 persen.
Tingginya persentase inflasi pada tahun tersebut disebabkan oleh naiknya harga BBM
yang kurang diprediksi, kenaikan tersebut terjadi ketika sebelum lebaran yang
menyebabkan masyarakat mengharuskan membeli BBM ketika harganya meningkat,
selain itu kebijakan pengurangan impor yang menyebabkan harga bawang dan juga
daging sapi meningkat secara signifikan menurut sasmito Deputi Bidang Statistik
Ditribusi dan Jasa BPS. (www.katadata.co.id)
60
Pada tahun 2014 tingkat inflasi tertinggi pada bulan Desember 8,36 persen dan
yang terendah pada bulan Juli dan September sebesar 4,53 persen. Lalu pada tahun 2015
inflasi tertinggi sebesar 7,26 persen terjadi pada bulan Juni dan Juli dan yang terendah
terjadi pada bulan Desember sebesar 3,35 persen. Sedangkan pada tahun 2016 inflasi
tertinggi terjadi pada bulan Maret 4,45 persen dan yang terendah pada bulan Desember
sebesar 3,02 persen. Selama periode pengamatan nilai tingkat inflasi tertinggi
direpresentasikan pada tahun 2013 bulan Agustus sebesar 8,79 persen dan yang
terendah pada tahun 2016 sebesar 3,02 persen.
3. Perkembang Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
Kurs Rupiah adalah nilai tukar Rupiah terhadap uang dari Negara lain, yaitu
banyaknya Rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
Misalnya kurs yang menunjukkan bahwa US$ 1.00 sama dengan Rp. 8.400, berarti
untuk memperoleh satu Dolar Amerika Serikat dibutuhkan 8.400 Rupiah Indonesia
(Sukirno, 2011:397).
Menurut Subalno (2010:25), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap
mata uang Negara lain. Jadi, nilai tukar Rupiah merupakan nilai dari satu mata Rupiah
yang ditranslasikan ke dalam mata uang Negara lain. Misalnya nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS, nilai tukar Rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Dalam
transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan
kurs berjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing
yang paling dikenal transaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazirn
digunakan dalam melakukan pembayaran dan penerimaan valuta asing adalah dalam
jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut. Sedangkan
61
transaksi berjangka (forward transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada
hari ini namun baru berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalarn
penelitian ini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate).
Berikut ini adalah tabel perkembangan Exchange Rate (Kurs) periode Januari
2012 – Desember 2016
Grafik 4.3
Perkembangan Nilai Tukar (kurs) periode Januari 2012 – Desember 2016
Sumber: Bank Indonesia
Pada Grafik 4.3 menunjukan bahwa nilai kurs tertinggi pada tahun 2012 ada
dibulan Desember sebesar 9.718 dan yang terendah ada di bulan Januari sebesar 9.045.
pada tahun 2013 nilai kurs tertinggi ada di bulan Desember sebesar 12.250 dan kurs
terendah ada di bulan Febuari sebesar 9.715. pada tahun 2014 nilai kurs tertinggi ada
di bulan Desember sebesar 12.502 dan kurs terendah ada di bulan Maret sebesar
62
11.461. pada tahun 2015 nilai kurs terbesar ada di bulan September sebesar 14.730 dan
kurs terendah ada di bulan Januari sebesar 12.668. dan pada tahun 2016 nilai kurs
tertinggi ada dibulan Mei sebesar 13.683 dan kurs terendah ada di bulan September
sebesar 13.063. Menurut Gubernur BI Agus Martowardojo pelemahan nilai tukar
rupiah terhadap Dollar salah satunya disebabkan oleh besarnya defisit transakasi
berjalan akibat neraca perdagangan yang defisit. Selain itu tingginya kebutuhan impor
di Indonesia khususnya pada BBM. Di sisi luar negri rencana bank sentral AS yaitu
The Fed mengurangi paket stimulusnya yang mengakibatkan dana asing yang investasi
pada negara-negara berkembang termasuk di Indonesia banyak yang ditarik oleh
pemiliknya.(www.detik.com)
Selama periode penilitian ini nilai kurs tertinggi ada di bulan September 2015
sebesar 14.730 dan yang terendah ada di bulan januari 2012 sebesar 9.045.
4. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan
Peningkatan atau penurunan harga saham yang direfleksikan oleh Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) bukan hanya mencerminkan perkembangan perusaahaan
atau industri suatu negara. Perubahan IHSG bahkan bisa dianggap sebagai perubahan
yang lebih fundamental dari suatu negara, artinya maju mundurnya suatu negara bisa
dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan suatu negara tersebut.
Investor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sangat berkepentingan dengan
naik-turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena nilai portofolio
sahamnya secara umum tergantung pada naik turunnya indeks ini. Secara intuitif,
sebagian besar saham atau portofolio saham bergerak searah dengan pergerakan
63
indeks. Indeks harga saham sangat dipengaruhi variabel-variabel makro seperti suku
bunga bebas risiko, kurs mata uang, surplus neraca perdagangan, cadangan devisa dan
inflasi.
Jika kondisi surplus neraca membaik, modal asing akan lebih banyak masuk
atau terjadi capital inflow. Capital inflow ini pada akhirnya akan menyebabkan mata
uang rupiah menguat atau kurs USD dalam rupiah menurun. Sebagian model asing itu
akan ditanamkan dalam portofolio saham sehingga memberikan efek positif untuk
pasar saham dan indeksnya.
Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang
telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk
membandingkan kegiatan atau peristiwa, baisanya berupa perubahan harga saham, dari
waktu ke waktu.
IHSG atau Indeks Harga Saham Gabungan menunjukkan pasar efek secara
umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham.
IHSG dihitung setiap hari sesudah penutupan perdagangan. Angka positif yang
menyertai perubahan IHSG menunjukkan kenaikan dari IHSG sebelumnya. Angka
negatif menunjukkan IHSG turun dibanding IHSG sebelumnya. Jika Indeks Harga
Saham tidak berubah menunjukkan bahwa kondisi stabil. Indeks menggambarkan
trend pergerakan pasar dan menjadi indikator yang sangat penting bagi pelaku di pasar
modal khususnya pasar saham.
64
Grafik 4.4
Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan
Periode Januari 2012 – Desember 2016
Sumber: duniainvestasi.com (IDX)
Indeks Harga Saham Gabungan merupakan barometer kesehatan pasar modal
yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi. Grafik 4.3, menunjukkan
bahwa nilai IHSG tertinggi pada bulan Maret 2015 sebesar 5,518.511 dan nilai IHSG
terendah pada bulan Mei 2012 sebesar 3,832.710. Penyebab rendahnya IHSG pada
Mei 2012 menurut MNC sekuritas dalam penelitiannya mengatakan IHSG lemah
karena keadaan didalam negeri sendiri, yaitu melemahnya nilai tukar rupiah, didalam
riset tersebut mengatakan "Indonesia yang sedang sekarat butuh infuse bernama
likuiditas dolar AS terhadap Rupiah. Jika Bank Indonesia (BI) tidak secepatnya
memberikan infuse dolar AS kedalam forex market, kami khawatirkan, dolar
berpotensi menuju Rp 10.000," ungkap riset tersebut.
65
5. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 63/DSN-MUI/XII/2007 bahwa
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga dalam mata uang
Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berjangka waktu pendek berdasarkan
prinsip syariah. Dalam penerbitan intrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
menggunakan akad ju‟alah. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 62/DSN-
MUI/XII/2007, ju‟alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan
imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari
suatu pekerjaan. Ja‟il adalah pihak yang berjanji akan memberikan imbalan tertentu
atas pencapaian hasil pekerjaan (natijah) yang ditentukan. Dimana tingkat imbalan
disesuaikan dengan tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Menurut
Bank Indonesia (www.bi.go.id), SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah
satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang
dilakukan berdasarkan prinsip Syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi
bank syariah dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) di bank konvensional (Ardana, 2016).
Berikut ini adalah tabel perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) periode Januari 2012 – Desember 2016:
66
Grafik 4.5
Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Periode Januari 2012 – Desember 2016
Sumber: bank Indonesia
Dari Grafik 4.5 menunjukan imbal hasil secara keseluruhan pada periode
penelitian berubah-ubah. Pada tahun 2012 imbal hasil tertinggi pada bulan Desember
sebesar 4,8 persen dan terendah pada bulan Februari sebesar 3,82 persen. Pada tahun
2013 imbal hasil tertinggi dicapai pada bulan Desember sebesar 7,22 persen dan yang
terendah pada bulan Januari sebesar 4,82 persen. Pada tahun 2014 imbal hasil tertinggi
pada bulan Januari sebesar 7,23 persen dan yang terendah pada bulan Oktober sebesar
6,85 persen. Pada tahun 2015 imbal hasil tertinggi pada bulan September sampai
Desember sebesar 7,1 persen dan yang terendah terjadi pada bulan Maret sampai Juli
sebesar 6,65 persen. Pada tahun 2016 imbal hasil tertinggi pada bulan Januari sebesar
6,65 persen dan yang terendah sebesar pada bulan September sebesar 6,15 persen.
67
Selama periode penelitian berlangsung imbal hasil tertinggi pada bulan Januari 2014
sebesar 7,23 persen dan yang paling rendah pada bulan Februari 2012 sebesar 3,82
persen.
2. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Stationeritas
Langkah pertama dalam melakukan analisis data time series yaitu uji stasioneritas,
uji stasioneritas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang diuji
stasioner atau tidak. Uji stasioneritas data dapat dilakukan dengan menggunakan uji akar
unit yaitu dengan menggunakan Augment Dickey-Fuller (ADF) pada derajat yang sama
(level atau difference) hingga diperoleh suatu data yang stasioner. Pada penelitian ini
menggunakan uji Augment Dickey-Fuller (ADF). Berikut adalah hasil uji stasioneritas
dengan menggunakan Augment Dickey-Fuller (ADF) dari setiap data.
Tabel 4.1 Hasil Uji ADF Data Tingkat Level
Variabel ADF Test t-Statistics Mc Kinnon
Critical Value 5% Prob Keterangan
ISSI -2.140437 -2.912631 0.2301 Tidak Stasioner
Inflasi -2.075865 -2.912631 0.2550 Tidak Stasioner
KURS -1.456034 -2.911739 0.5487 Tidak Stasioner
IHSG -1.851317 -2.911730 0.3527 Tidak Stasioner
SBIS -2.939457 -2.912631 0.0470 Stasioner
Dari hasil pengolahan data pada Tabel 4.1, dapat dilihat nilai t-statistic pada
variabel ISSI, inflasi, KURS dan IHSGlebih besar dari nilai critical value 5%, dan nilai
probabilitasnya lebih besar dari 0.05 . Artinya, pada pengujian stasioneritas data pada
tingkat level terhadap variabel ISSI, inflasi, KURS dan IHSG tidak stasioner pada tingkat
level. Sedangkan, variabel SBIS nilai t-statistic-nya lebih kecil dari nilai critical value
68
5%, dan nilai probabilitasnya lebih kecil dari 0.05. Artinya, pada pengujian stasioneritas
pada tingkat level variabel return sudah stasioner.Apabila data tidak stasioner pada
tingkat level maka perlu dilakukan differencing data untuk memperoleh data yang
stasioner pada derajat yang sama pada first difference. Seperti uji akar unit sebelumnya
keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan
membandingkan antara nilai ADF test t-statistic dengan Mc Kinnon Critical Value 5%
serta dengan melihat nilai probabilitasnya yaitu harus lebih kecil dari 5%. Jika data masih
tidak stasioner pada tingkat first difference maka perlu dilakukan uji derajat integrasi
pada diferensi yang lebih tinggi yaitu second difference sehingga diperoleh data yang
stasioner. Berikut adalah hasil uji stasioneritas pada tingkat first difference dari uji ADF.
Tabel 4.2Hasil Uji Adf Data Tingkat 1st Difference
Variabel ADF Test t-
Statistics
Mc Kinnon
Critical Value 5% Prob Keterangan
ISSI -6.505892 -2.912.631 0.0000 Stasioner
Inflasi -5.857530 -2.913549 0.0000 Stasioner
KURS -8.024.285 -2.912631 0.0000 Stasioner
IHSG -6.794.534 -2.912631 0.0000 Stasioner
Tabel 4.2 memperlihatkan hasil uji stasioneritas pada first difference, dimana
semua data telah stasioner dapat dilihat dari nilai ADF Test t-Statistic pada setiap variabel
lebih kecil dari nilai Mc Kinnon Critical Value 5%, dan nilai probabilitas dari setiap
variabel juga lebih kecil dari 5%. Dari hasil uji stasioner bahwa variabel ISSI, Inflasi,
Kurs, IHSG stasioner pada tingkat first difference.
2. Uji Lag Optimum
Permasalahan yang terjadi pada uji stasioneritas adalah penentuan lag yang
optimal. Pada pendekatan VAR maupun VECM sangat sensitif terhadap panjangnya lag
yang digunakan. Penentuan panjangnya lag dimaksudkan untuk mengetahui panjangnya
69
periode keterpengaruhan suatu variabel terhadap variabel masa lalunya maupun variabel
endogen lainnya.
Untuk menentukan panjang lag yang optimal dapat dilihat dari beberapa kriteria
yaitu: Final Prediction Error (FPI), Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz
Information Criterion (SC),dan Hanna-Quinn Information Criterion (HQ). Hasil uji
panjang lag optimal dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Penentuan Panjang Lag
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 104.7039 NA 1.83e-08 -3.625598 -3.443113 -3.555030
1 413.8114 550.7733 6.00e-13* -13.95678* -12.86187* -13.53337*
2 430.7972 27.17726 8.22e-13 -13.66535 -11.65802 -12.88910
3 452.5636 30.86864 9.81e-13 -13.54777 -10.62801 -12.41867
4 484.3407 39.28808* 8.62e-13 -13.79421 -9.962026 -12.31227
5 495.8848 12.17382 1.72e-12 -13.30490 -8.560297 -11.47013
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5%
level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
Dari Tabel 4.3 menunjukkan hasil dari tabel tersebut memberikan lag yang
berbeda-beda, terlihat bahwa dengan kriteria FPE, AIC, SC dan HQ kandidat lag yang
disarankan adalah lag 1, dapat dilihat dari tanda (*) yang paling banyak dan nilai yang
paling kecil.Tanda (*) yang paling banyak adalah lag 1, dengan demikian lag optimal
yang disarankan adalah lag 1.
70
3. Uji Stabilitas VAR
Setelah terbentuknya hasil estimasi persamaan VAR harus diuji kestabilannya.
Persamaan VAR dikatakan stabil apabila nilai modulusnya lebih kecil atau kurang dari 1.
Pada penelitian ini, nilai modulus dari seluruh roots memiliki nilai modulus lebih kecil
atau kurang dari 1 pada lag 1 yang menyebabkan model menjadi stabil pada lag tersebut.
Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil dari IRF dan FEVD valid.
Tabel 4.4
Uji Stabilitas VAR
Root Modulus
0.957340 - 0.038480i 0.958113
0.957340 + 0.038480i 0.958113
0.841547 0.841547
0.786339 - 0.202144i 0.811906
0.786339 + 0.202144i 0.811906
4. Uji Kointegrasi
Setelah ketiga uji dilakukan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah uji
kointegrasi. Uji kointegrasi dilakukan untuk mengetahui terjadinya kestabilan jangka
panjang terhadap variabel-variabel yang diteliti. Uji kointegrasi pada penelitian ini
menggunakan uji kointegrasi Multivariate Johansen Test.
Tabel 4.5
Uji Kointegrasi
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None 0.401675 69.40554 79.34145 0.2212
At most 1 0.297840 39.61548 55.24578 0.5385
At most 2 0.172179 19.10702 35.01090 0.7616
At most 3 0.115869 8.147474 18.39771 0.6678
At most 4 0.017175 1.004775 3.841466 0.3162
71
Berdasarkan Tabel 4.5, nilai trace statistic lebih kecil dari nilai kritis pada tingkat
keyakinan 5%, dan dapat dilihat bahwa nilai probabilitas lebih besar dari 0.05. Sehingga
hasil uji kointegrasi ini menunjukkan bahwa analisis yang digunakan untuk penelitian ini
adalah analisis VAR.
5. Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel endogen dapat
diperlakukan sebagai variabel eksogen. Hal ini bermula dari ketidaktahuan
keterpengaruhan antarvariabel. Jika ada dua variabel, maka apakah variabel yang satu
menyebabkan variabel lainnya, atau berlaku keduanya atau tidak ada hubungan
keduanya.Berikut adalah hasil uji kausalitas variabel-variabel penelitian yaitu ISSI,
Inflasi, Kurs, IHSG dan SBIS.
Tabel 4.6
Uji Kausalitas Granger
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
INFLASI does not Granger Cause LN_ISSI 59 2.43991 0.1239
LN_ISSI does not Granger Cause INFLASI 0.82995 0.3662
LN_KURS does not Granger Cause LN_ISSI 59 0.30224 0.5847
LN_ISSI does not Granger Cause LN_KURS 3.54395 0.0650
LN_IHSG does not Granger Cause LN_ISSI 59 0.05577 0.8142
LN_ISSI does not Granger Cause LN_IHSG 0.06100 0.8058
SBIS does not Granger Cause LN_ISSI 59 0.64346 0.4259
LN_ISSI does not Granger Cause SBIS 0.00067 0.9794
LN_KURS does not Granger Cause INFLASI 59 3.12904 0.0824
INFLASI does not Granger Cause LN_KURS 2.54910 0.1160
LN_IHSG does not Granger Cause INFLASI 59 0.29939 0.5864
INFLASI does not Granger Cause LN_IHSG 1.88368 0.1754
SBIS does not Granger Cause INFLASI 59 2.11239 0.1517
INFLASI does not Granger Cause SBIS 20.1356 0.0322
72
LN_IHSG does not Granger Cause LN_KURS 59 3.15222 0.0813
LN_KURS does not Granger Cause LN_IHSG 0.98725 0.3247
SBIS does not Granger Cause LN_KURS 59 0.58932 0.4459
LN_KURS does not Granger Cause SBIS 0.00422 0.9484
SBIS does not Granger Cause LN_IHSG 59 1.56283 0.2164
LN_IHSG does not Granger Cause SBIS 0.17411 0.6781
1) H0: Inflasi tidak memengaruhi LN ISSI
H1: Inflasi memengaruhi LN ISSI
Apabila nilai probabilitas F-statistik <a , maka Ho ditolak.
Hasil uji granger menunjukkan nilai probablitas F-stastistik sebesar0.1239 lebih besar dari
0.05. Maka H0 diterima yang berarti Inflasi tidak memengaruhi ISSI.
2 ) H0: ISSI tidak memengaruhi nilai tukar rupiah
H1: ISSI memengaruhi nilai tukar rupiah
Apabila nilai probabilitas F-statistik <a, maka H0ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0650 lebih besar dari 0.05. Maka
dapat disimpulkan H0diterima yang berarti ISSI tidak memengaruhi nilai tukar rupiah.
3) H0 : ISSI tidak mempengaruhi IHSG
H1 : ISSI mempengaruhi IHSG
Apabila nilai probabilitas F-statistik <a, maka H0ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.8058 lebih besar dari 0.05. Maka
dapat disimpulkan H0diterima yang berarti ISSI tidak memengaruhi IHSG.
4) H0 : ISSI tidak mempengaruhi SBIS
H1 : ISSI mempengaruhi SBIS
Apabila nilai probabilitas F-statistik <a, maka H0ditolak.
73
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.9794 lebih besar dari 0.05. Maka
dapat disimpulkan H0diterima yang berarti ISSI tidak memengaruhi SBIS.
5) ) H0 : Inflasi tidak mempengaruhi nilai tukar rupiah
H1 : Inflasi mempengaruhi nilai tukar rupiah
Apabila nilai probabilitas F-statistik <a, maka H0ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.1160 lebih besar dari 0.05.
Maka dapat disimpulkan H0diterima yang berarti Inflasi tidak mempengaruhi nilai tukar
rupiah.
6) ) H0 : Inflasi tidak mempengaruhi IHSG
H1 : Inflasi mempengaruhi IHSG
Apabila nilai probabilitas F-statistik <a, maka H0ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.1754 lebih besar dari 0.05.
Maka dapat disimpulkan H0diterima yang berarti Inflasi tidak mempengaruhi IHSG.
7) H0 : Inflasi tidak mempengaruhi SBIS
H1 : Inflasi mempengaruhi SBIS
Apabila nilai probabilitas F-statistik <a, maka H0ditolak.
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.0322 lebih kecil dari 0.05. Maka
dapat disimpulkan H0ditolak yang berarti Inflasi mempengaruhi SBIS.
8) H0 : IHSG tidak mempengaruhi SBIS
H1 : IHSG mempengaruhi SBIS
Apabila nilai probabilitas F-statistik <a, maka H0ditolak.
74
Pada tabel tersebut nilai probabilitas F-statistik sebesar 0.6781 lebih besar dari 0.05.
Maka dapat disimpulkan H0diterima yang berarti IHSG tidak mempengaruhi SBIS.
6. Estimasi VAR
Selanjutnya, hasil estimasi VAR, untuk melihat apakah variabel X mempengaruhi
variabel Y dan sebaliknya, kita dapat mengetahuinya dengan cara membandingkan nilai t-
statistic lebih besar dari nilai t-tabelnya, maka dapat dikatakan bahwa variabel X
mempengaruhi variabel Y.
Tabel 4.7
Estimasi VAR
LN_ISSI INFLASI LN_KURS LN_IHSG SBIS LN_ISSI(-1) 0.937945 0.084148 0.120061 0.146041 3.705761
(0.29752) (6.02565) (0.20504) (0.29813) (1.53162)
[ 3.15252] [ 0.01397] [ 0.58555] [ 0.48986] [ 2.41951]
INFLASI(-1) -0.009016 0.948798 0.004304 -0.009008 0.096419
(0.00341) (0.06898) (0.00235) (0.00341) (0.01753)
[-2.64704] [ 13.7548] [ 1.83374] [-2.63937] [ 5.49916]
LN_KURS(-1) -0.081648 -1.700717 0.975843 -0.058341 1.367070
(0.07874) (1.59467) (0.05426) (0.07890) (0.40534)
[-1.03695] [-1.06650] [ 17.9835] [-0.73944] [ 3.37266]
LN_IHSG(-1) -0.098601 2.179920 -0.033440 0.688173 -3.471879
(0.30185) (6.11320) (0.20802) (0.30246) (1.55387)
[-0.32666] [ 0.35659] [-0.16075] [ 2.27525] [-2.23434]
SBIS(-1) 0.021644 -0.043978 -0.005110 0.022491 0.778146
(0.01033) (0.20917) (0.00712) (0.01035) (0.05317)
[ 2.09559] [-0.21024] [-0.71798] [ 2.17323] [ 14.6355]
C 1.833437 -2.386633 -0.081910 2.364641 -1.284264
(0.96580) (19.5601) (0.66559) (0.96777) (4.97185)
[ 1.89836] [-0.12202] [-0.12306] [ 2.44340] [-0.25831]
Estimasi VAR digunakan untuk mengetahui hubungan jangka pendek antara
variabel. Bersdasarkan pada Tabel 4.7 tentang estimasi VAR, dapat diketahui bersama
bahwa variabel inflasi berpengaruh Negatif dan signifikan pada variabel ISSI,hal ini di
75
buktikan dengan membandingkan nilai t-statistic hasil estimasi variabel inflasi sebesar -
2.64706 yang berarti lebih besar dari nilai t-tabelnya sebesar 1.67356. sedangkan variabel
IHSG dan KURS menunjukan pengaruh yang negative dan tidak signifikan terhadap
ISSIkarena nilai t-statistic nya tidak lebih besar dari nilai t-tabelnya. Sedangkan variabel
SBIS berpengaruh positif dan signifikan hal ini dibuktikan dengan nilai t-statistic hasil
estimasi variabel SBIS sebesar 2.09559 yang berarti lebih besar dari t-tabel nya sebesar
1.67356.
7. Impulse Response Function
Analisis IRF akan menjelaskan dampak dari guncangan (shock) pada satu variabel
terhadap variabel lainnya, dalam analisis ini tidak hanya dalam jangka waktu yang pendek
teatpi dapat melihat respon dinamika jangka panjang setiap variabel apabila ada shock
tertentu.
Grafik 4.6
Nilai Impulse Respone Function ISSI terhadap Inflasi
-.02
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of LN_ISSI to INFLASI
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Hasil IRF pada grafik 4.6 menunjukan respon variabel ISSI terhadap guncangan (shock)
yang diberikan oleh variabel inflasi pada periode ke-2 sampai dengan periode ke -10 adalah
negatif.
76
Grafik 4.7
Nilai IRF ISSI terhadap Kurs
-.02
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of LN_ISSI to LN_KURS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Hasil IRF pada grafik 4.7 menunjukan respon ISSI terhadap guncangan (shock) yang
diberikan oleh variabel kurs pada periode ke-2, 3 dan 4 adalah negatif, sedangkan pada
periode ke-5 sampai dengan periode ke-10 guncangan (shock) yang diberikan variabel kurs
adalah positif.
Grafik 4.8
Nilai IRF ISSI terhadap IHSG
77
-.02
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of LN_ISSI to LN_IHSG
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Hasil IRF pada grafik 4.8 menunjukan respon variabel ISSI terhadap guncangan (shock)
yang diberikan oleh variabel IHSG pada periode ke-2 sampai dengan periode ke-10 adalah
negatif.
Grafik 4.9
Nilai IRF ISSI terhadap SBIS
-.02
-.01
.00
.01
.02
.03
.04
2 4 6 8 10
Response of LN_ISSI to SBIS
Response to Cholesky One S.D. Innovations
Hasil IRF pada grafik 4.9 menunjukan respon ISSI terhadap guncangan (shock) yang
diberikan oleh varibel SBIS memberikan pengaruh positif pada periode ke-2 sampai dengan
periode ke-10
78
Tabel 4.8
Nilai Response Impulse ISSI
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel ISSI merespon shock yang diberikan
variabel inflasi adalah negatif pada awal periode hingga akhir periode atau negatif
permanen, sedangkan shock yang diberikan oleh variabel SBIS adalah positif di awal
hingga akhir periode atau positif permanen. Selanjutnya shock yang diberikan oleh
variabel jumlah Kurs adalah negatif di periode ke2, 3 dan 4. Shock yang diberikan
variabel IHSG adalah negatif permanen dari awal periode hingga akhir periode.
Selanjutnya akan dibahas mengenai respon ISSI terhadap shock yang ditimbulkan oleh
variabel inflasi, Kurs, IHSG dan SBIS. Pertama akan dibahas mengenai respon ISSI
terhadap shock yang ditimbulkan oleh variabel inflasi, berdasarkan Tabel 4.8
menunjukkan respon yang diberikan variabel ISSI akibat shock yang ditimbulkan variabel
inflasi pada periode ke 2 sebesar -0.006153, artinya kenaikan inflasi sebesar 1% akan
menurunkan ISSI sebesar 0.006153%. Selanjutnya respon ISSI terhadap SBIS, pada
Response of LNIISI:
Period LNISSI INFLASI LNKURS LNIHSG SBIS
1 0.035432
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
2 0.032011 -0.006153 -0.001060 -0.000936 0.003871
3 0.027547
-0.009895
-0.001175
-0.002361
0.006393
4 0.022746
-0.011660
-0.000698
-0.003880
0.007788
5 0.018108
-0.011916
0.00363
-0.005241
0.008307
6 0.013955
-0.011108
0.000985
-0.006305
0.008189
7 0.010457
-0.009632
0.001838
-0.007018
0.007652
8 0.007675
-0.007809
0.002561
-0.007383
0.006874
9 0.005588
-0.005889
0.003109
-0.007441
0.005996
10 0.004125
-0.004049
0.003468
-0.007253
0.005121
79
Tabel 4.13 dapat dilihat respon yang diberikan variabel ISSI terhadap shock yang
ditimbulkan variabel SBIS adalah positif permanen, Tabel 4.8 menunjukkan respon yang
diberikan variabel ISSI akibat shock yang ditimbulkan variabel SBIS pada periode ke 2
sebesar 0.003871, artinya kenaikan SBIS sebesar 1% akan meningkatkan ISSI sebesar
0.003871%.
Respon ISSI terhadap Kurs, pada Tabel 4.8 respon yang diberikan variabel ISSI
terhadap shock yang ditimbulkan variabel Kurspada periode ke 2 adalah sebesar -
0.001060, artinya setiap kenaikan Kurs sebesar 1% akan menurunkan ISSI sebesar
0.001060%. pada periode ke-5 respon yang diberikan ISSI terhadap shock yang
ditimbulkan variabel Kurs sebesar 0.00363, artinya setiap kenaikan kurs 1% akan
meningkatkan ISSI sebesar 0.00363%.
Terakhir respon ISSI terhadap IHSG, pada Tabel 4.8 dapat dilihat respon yang
diberikan variabel ISSI terhadap shock yang ditimbulkan variabel IHSG adalah negatif
permanen, Tabel 4.13 menunjukkan respon yang diberikan variabel ISSI akibat shock
yang ditimbulkan variabel IHSG pada periode ke 2 sebesar -0.000936, artinya kenaikan
IHSG sebesar 1% akan menurunkan ISSI sebesar 0.000936%.
Tabel 4.9
Respon Indeks Saham Syariah Indonesia
Guncangan Variabel Respon ISSI
Inflasi Negatif permanen
Kurs Negatif pada periode kedua,ketiga dan keempat
IHSG Negatif permanen
SBIS Positif permanen
80
8. Variance Decomposition
Tabel 4.10
Variance Decompositions
Variance Descompositon of LNISSI : Period S.E. LN_ISSI INFLASI LN_KURS LN_IHSG SBIS
1 0.035432 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.048321 97.65122 1.621243 0.048102 0.037536 0.641899
3 0.056917 93.80866 4.190774 0.077310 0.199114 1.724140
4 0.063000 89.60136 6.845961 0.075381 0.541753 2.935546
5 0.067345 85.64217 9.121636 0.066153 1.079643 4.090395
6 0.070437 82.21508 10.82573 0.080034 1.788148 5.091008
7 0.072626 79.40496 11.94150 0.139337 2.615578 5.898634
8 0.074181 77.18245 12.55446 0.252776 3.497647 6.512669
9 0.075298 75.46114 12.79659 0.415812 4.371359 6.955101
10 0.076118 74.13644 12.80505 0.614468 5.185528 7.258517
Tabel 4.10 menggambarkan hasil variance decomposition yang menggambarkan
hasil olah data ke empat variabel dalam kurun waktu 10 periode kedepan. Hasil dari uji
ini menerangkan mengenai proporsi dari pergerakan pengaruh shock pada sebuah vaiabel
lainnya yang dapat dilihat pada periode saa ini dan periode yang akan datang.
Dari Tabel 4.10 di awal periode variabel Inflasi, Kurs, IHSG, Dan SBIStidak
memberikan pengaruh terhadap variabel ISSI, hal ini dapat dilihat bahwa nilai pengaruh
dari variabel ISSI itu sendiri adalah 100%. Pada periode kedua hingga ke sepuluh pun
variabel ISSI masih tetap memimpin dibandingkan dengan variabel lainnya, dapat dilihat
pada periode kesepuluh yaitu nilai pengaruh dari variabel inflasi sebesar 12.8%, nilai
pengaruh dari variabel Kurs 0.61%, nilai pengaruh dari variabel IHSG adalah sebesar
5.18%, dan jumlah pengaruh dari variabel SBIS sebesar 7.25%. Nilai pengaruh yang
ditunjukkan sangat besar, karena nilai pengaruh terlihat dari awal periode cenderung
meningkat.
81
9. Analisis Ekonomi
Berdasarkan dari pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa analisis
VAR cukup baik untuk menjelaskan hubungan jangka pendek, dan pengaruh guncangan
(shock) yang di timbulkan antara inflasi, Kurs, IHSG dan SBIS terhadap Indeks Saham
Syariah Indonesia pada bulan Januari 2012-Desember 2016. Berikut hasil dari penelitian
ini.
a. Inflasi terhadao Indeks Saham Syariah Indonesia
Pada hasil Uji estimasi VAR bahwa inflasi dalam jangka pendek berpengaruh
negative dan signifikan terhadap Indeks Saham Syariah, hasil uji Impulse
Response Function variabel Inflasi dengan Indeks Saham Syariah Indonesia,
menunjukan bahwa variabel ISSI merespon Shock yang diberikan Variabel
inflasi adalah negative pada awal sampai akhir periode atau negative permanen,
artinya setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan menurunkan ISSI sebesar
0.00653% pada period eke-2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rowland dan Mikail (2013) menyatakan bahwa tingkat inflasi memiliki
hubungan yang negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
b. Nilai Tukar rupiah terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
Pada hasil Uji estimasi VAR bahwa Kurs dalam jangka pendek berpengaruh
negative dan tidak signifikan terhadap Indeks Saham
82
Syariah, hasil uji Impulse Response Functionvariabel Kurs dengan Indeks
Saham Syariah Indonesia, menunjukan bahwa variabel ISSI merespon Shock
yang diberikan Variabel Kurs adalah negative pada period eke-2,3 dan 4, dan
positif pada periode ke-5 sampai ke-10, artinya setiap kenaikan kurs pada
periode ke-2 sebesar 1% akan menurunkan ISSI sebesar 0.001060% dan pada
periode ke-5 setiap kenaikan 1% kurs akan menaikan ISSI sebesar 0.003630.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Aisyah dan Rizki
khoiroh (2015) nilai tukar (kurs) berpengaruh negative terhadap ISSI.
c. Indeks Harga Saham Gabungan terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia
Pada hasil Uji estimasi VAR bahwa IHSG dalam jangka pendek
berpengaruh negative dan tidak signifikan terhadap Indeks Saham Syariah, hasil
uji Impulse Response Functionvariabel IHSG dengan Indeks Saham Syariah
Indonesia, menunjukan bahwa variabel ISSI merespon Shock yang diberikan
Variabel IHSG adalah negative pada awal sampai akhir periode atau negative
permanen, artinya setiap kenaikan IHSG sebesar 1% akan menurunkan ISSI
sebesar 0.00o926% pada periode ke-2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tomu febriandana (2016) menyatakan bahwa IHSG memiliki
hubungan yang negatif terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia.
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap Indeks Saham Syariah
Indonesia
Pada hasil Uji estimasi VAR bahwa SBIS dalam jangka pendek
berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Indeks Saham Syariah, hasil uji
Impulse Response Functionvariabel SBIS dengan Indeks Saham Syariah
83
Indonesia, menunjukan bahwa variabel ISSI merespon Shock yang diberikan
Variabel SBIS adalah positif pada awal sampai akhir periode atau positif
permanen, artinya setiap kenaikan SBIS sebesar 1% akan menaikan ISSI
sebesar 0.003871% pada periode ke-2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dimas (2013) hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh positif terhadapa Indeks
Saham Syariah Indonesia.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan metode analisis Vector
Autoregressive (VAR) dan mengacu kepada hipotesis penelitian maka pada penelitian ini
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji kausalitas granger ditemukan bahwa antara inflasi, nilai tukar rupiah,
IHSG, SBIS, tidak ada satupun yang memiliki hubunga dua arah atau pun satu arah
dengan ISSI. Dengan demikian, hipotesis pertama yang menyatakan minimal tersapat
satu variabel yang memiliki hubungan kausalitas baik itu satu arah atau pun dua arah
dengan ISSI di tolak. Karena tidak ada satu pun variabel yang memiliki hubunga
kausalitas satu arah ataupun dua arah.
2. Berdasarkan uji Impulse Response Function (IRF) ditemukan bahwa guncangan (shock)
pada variabel inflasi, nilai tukar rupiah, IHSG dan SBIS menyebabkan pergerakan ISSI
cenderung tidak stabil. Guncangan ke empat variabel tersebut memberikan respon positif
dan negative terhadap ISSI. Masing-masing variabel memberikan respon yang
berfluktuaktif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guncangan pada variabel inflasi dan
IHSG masing-masing memiliki pengaruh yang negative terhadap ISSI, sedangkan
guncangan yang diberikan pada variabel kurs dan SBIS cenderung memiliki pengaruh
yang positif terhadap ISSI. Dengan demikian, maka hipotetsis kedua yang menyatakan
terdapat pengaruh guncangan (shock) yang ditimbulkan variabel inflasi, nilai tukar
rupiah, IHSG dan SBIS terhadap ISSI dapat diterima.
85
3. Berdasarkan uji forecasting error variance descomposition, terlihat bahwa variabel ISSI
itu sendiri yang mempunyai pengaruh guncangan (shock) paling besar. Pada periode ke-1
pengaruh yang diberikan sebesar 100 persen dan menurun pada periode ke-10 menjadi
sebesar 74.13 persen. Sedangkan Pada keempat variabel lainnya, variabel yang pengaruh
guncangannya paling besar yaitu inflasi dengan pengaruh sebesar 1.6 persen pada periode
ke-2 dan meningkat sampai menjadi 12.8 persen pada periode ke-10. Dengan demikian,
hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa terdapat variabel yang pengaruh guncangan
(shock)-nya paling besar terhadap variabel ISSI dapat diterima.
B. Saran
Berdasarkan kesipulan yang didapatkan dari penelitian ini, maka saran yang dapat
diberikan sebagai berikut :
1. Bank Indonesia sebagai penggerak utama moneter di Indonesia diharapkan mampu
menjaga kestabilan tingkat SBIS, nilai tukar rupiah, inflasi di masyarakat setiap
periodenya. OJK juga diharapkan dapat memberikan stimulus terhadap pasar modal
syariah yang akhirnya dapat mengundang para investor untuk lebih memilih indeks
syariah daripada indeks konvesional. Selain untuk meningkatkan para investor di
pasar modal syariah cara ini juga efektif untuk mengendalikan tingkat inflasi dengan
cara mengendalikan jumlah uang beredar di masyarakat karena masyarakat
menggunakan uangnya untuk ber-investasi di pasar modal syariah.
2. Diharapkan kedepannya Inflasi, nilai tukar, IHSG dan SBIS dapat stabil dan
berpengaruh lebih besar lagi untuk menumbuhkan indeks syariah ini. Kerja sama
86
yang optimal antara bank Indonesia dengan OJK sebagai pengawas lembaga-lembaga
syairah juga diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ISSI kedepannya.
3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambah variabel ekonomi lainnya misalkan ekonomi mikro. Hal ini guna untuk
melihat pengaruh ISSI secara keseluruhan terhadap variabel – variabel yang ada di
dalam ekonomi.
87
DAFTAR PUSTAKA
Ang, R. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Edisi pertama: Rineka Cipta. Jakarta1997
Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Salemba empat Jakarta 2011
Amalia, Fitri. Bahan Ajar (Diktat) Mata Kuliah: Ekonomi Makro. Jakarta. 2010
Arifin, Zainul.. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah.: Azkia Publisher. Jakarta 2009
Ariefianto, Moch, Doddy. Ekonometrika : Esensi dan Aplikasi Dengan Menggunakan
Eviews:Erlangga. Jakarta 2012
Azizah, Amalia Nur. “Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2), Inflasi, dan Investasi Kepemilikan
Saham Asing Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (Periode Juli 2011 – Juli
2014)”.Jakarta 2015
Darmadji, dkk. “Pasar Modal diIndonesia”. Edisi Kedua. Salemba Empat : Jakarta. 2006
Dewan Syariah Nasional MUI. “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional ”.MUI, Jakarta,
2003.
Dulio, Eugene A. Uang dan Bank. Alih Bahasa: Ir. Burhanuddin Abdullah. PT. Gelora Aksara
Pratama. Jakarta: 1998
Dwiyanti, Vonny. Panduan Praktis Bermain Saham.: Atma Media Press. Jakarta 2010
Fakhruddin, Hendy M. Go Public: Strategi Pendanaan: PT Elex Media. Jakarta 2008
Fakhruddin, M. Sopian. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal.PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta: 2001
Firdaus M. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series: IPBPress, Bogor. 2011
Ghozali, A. Saham Syariah . Retrieved from Web Site Republika Tentang Pasar Modal:
www.webmaster.com Jakarta 2005
Halim, Abdul. “Analisis Investasi”. Edisi Kedua. Salemba Empat : Jakarta. 2005.
Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta,Jakarta, 2009.
Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,2010.
Harfian, Ridho Alfin. “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Nilai
Tukar Rupiah, Inflasi, dan Indeks Harga Saham Terhadap Indeks Saham Gabungan Jakarta
Islamic Index (Periode Oktober 2009 – Desember 2012). UIN Jakarta. Jakarta 2013.
88
Hartono, Jogiyanto. Teori Portofolio dan Anlasis Investasi. BPFE Yogyakarta.Yoygakarta: 1998
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua”. PT Raja GrafindoPersada, Jakarta,
2008.
Kasmir. "Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya" : PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
2008
Muhammad Nasir, dkk. “Analisis Variabel Makroekonomiterhadap Indeks Saham
SyariahIndonesia denganMetodePendekatan Vector Autoregression”. Jurnal Ekonomi danBisnis
Volume 15, No. 1, FEB. Jakarta 2016.
Prabowo, Dimas. “Analisis Pengaruh Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
danJumlah Uang Beredar (JUB) Terhadap Indeks Syariah Yang Terdaftar di Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI)”.Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2013
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,2009. Jakarta
Rowland Pasaribu dan Mikail Firdaus. "Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Indeks
Saham Syariah Indonesia". Vol. 7 No. 2. Jurnal Ekonomi dan Bisnis STIE YKPN : Yogyakarta.
2013
Siti Aisiyah Suciningtias dan Rizki Khoiroh. “Analisis Dampak Variabel Makro Ekonomi
terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)”. Jurnal NISSULA Vol. 2 No. 1, Semarang
2015
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2006.
Sutedi, Adrian. “Pasar Modal Syariah”. Sinar Grafika , Jakarta, 2011.
Sukirno, Sdono. Makro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta: 2004
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar”. Edisi Ketiga : PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta 2011.
Syahrir. Analisis Bursa Efek. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 1995
Widjajanta, Bambang dan Aristianti Widyanigsih. Mengasah Kemampuan Ekonomi. : Penerbit
Citra Praya.Bandung 2007.
www.duniainvestasi.com
www.bi.go.id
www.katadata.co.id
90
LAMPIRAN - LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Data Penelitian
bulan ln issi inflasi ln ihsg sbis ln kurs
12-Jan 4.873188 3.65 8.279336 4.88 1.583748
12-Feb 4.893727 3.56 8.290316 3.82 1.587954
12-Mar 4.932609 3.97 8.323955 3.82 1.595868
12-Apr 4.941528 4.5 8.338212 3.92 1.597675
12-May 4.852936 4.45 8.251328 4.23 1.579584
12-Jun 4.879843 4.53 8.282852 4.32 1.585113
12-Jul 4.926217 4.56 8.328986 4.45 1.594571
12-Aug 4.912361 4.58 8.30899 4.54 1.591755
12-Sep 4.969529 4.31 8.357596 4.67 1.603325
12-Oct 4.995691 4.61 8.377968 4.74 1.608576
12-Nov 4.969042 4.32 8.360777 4.77 1.603227
12-Dec 4.976699 4.3 8.370214 4.8 1.604767
13-Jan 4.993896 4.57 8.401462 4.84 1.608216
13-Feb 5.060327 5.31 8.475464 4.86 1.621431
13-Mar 5.091545 5.9 8.505291 4.86 1.627581
13-Apr 5.117467 5.57 8.523955 4.89 1.63266
13-May 5.134704 5.47 8.530796 5.02 1.636022
13-Jun 5.101329 5.9 8.48027 5.27 1.629501
13-Jul 5.038263 8.61 8.436035 5.52 1.617061
13-Aug 4.969271 8.79 8.34164 5.85 1.603273
13-Sep 4.977802 8.4 8.370095 6.6 1.604988
13-Oct 5.019317 8.32 8.414163 6.97 1.613294
13-Nov 4.963047 8.37 8.356158 7.22 1.60202
13-Dec 4.96777 8.38 8.360317 7.21 1.602971
14-Jan 4.989466 8.22 8.393584 7.23 1.607329
14-Feb 5.02964 7.75 8.438167 7.17 1.615348
14-Mar 5.058498 7.32 8.469711 7.12 1.62107
14-Apr 5.067841 7.25 8.484671 7.13 1.622915
14-May 5.081907 7.32 8.495717 7.14 1.625687
14-Jun 5.073591 6.7 8.49258 7.13 1.624049
14-Jul 5.12004 4.53 8.534768 7.09 1.633162
14-Aug 5.129792 3.99 8.544168 6.97 1.635065
14-Sep 5.116532 4.53 8.544308 6.88 1.632477
14-Oct 5.096275 4.83 8.534914 6.84 1.62851
14-Nov 5.11262 6.23 8.546701 6.86 1.631712
14-Dec 5.127754 8.36 8.561553 6.9 1.634668
91
15-Jan 5.144566 6.96 8.573431 6.93 1.637941
15-Feb 5.160875 6.29 8.603395 6.67 1.641106
15-Mar 5.159618 6.38 8.615863 6.65 1.640863
15-Apr 5.085805 6.79 8.534301 6.65 1.626453
15-May 5.118389 7.15 8.559529 6.66 1.63284
15-Jun 5.062082 7.26 8.499134 6.66 1.621778
15-Jul 5.040175 7.26 8.476868 6.68 1.617441
15-Aug 4.95798 7.18 8.413936 6.75 1.600998
15-Sep 4.900761 6.83 8.348486 7.1 1.58939
15-Oct 4.948448 6.25 8.401793 7.1 1.599074
15-Nov 4.940206 4.89 8.399833 7.1 1.597407
15-Dec 4.977154 3.35 8.432261 7.1 1.604858
16-Jan 4.975927 4.14 8.437073 6.65 1.604612
16-Feb 5.018253 4.42 8.470272 6.65 1.613082
16-Mar 5.049292 4.45 8.485749 6.6 1.619248
16-Apr 5.059171 3.6 8.484348 6.6 1.621203
16-May 5.052103 3.33 8.475689 6.6 1.619805
16-Jun 5.111632 3.45 8.520487 6.4 1.631519
16-Jul 5.157589 3.21 8.559455 6.4 1.640469
16-Aug 5.185513 2.79 8.591544 6.4 1.645869
16-Sep 5.175749 3.07 8.587586 6.45 1.643984
16-Oct 5.18862 3.31 8.59832 5.9 1.646468
16-Nov 5.135781 3.58 8.54654 5.9 1.636232
16-Dec 5.147942 3.02 8.574841 5.9 1.638597
LAMPIRAN 2
1 Hasil Uji ADF Data Tingkat Level
Variabel ADF Test t-Statistics Mc Kinnon
Critical Value 5%
Prob Keterangan
ISSI -2.140437 -2.912631 0.2301 Tidak Stasioner
Inflasi -2.075865 -2.912631 0.2550 Tidak Stasioner
KURS -1.456034 -2.911739 0.5487 Tidak Stasioner
IHSG -1.851317 -2.911730 0.3527 Tidak Stasioner
SBIS -2.939457 -2.912631 0.0470 Stasioner
92
LAMPIRAN 3
Hasil Uji Adf Data Tingkat 1st Difference
Variabel ADF Test t-
Statistics
Mc Kinnon
Critical Value 5%
Prob Keterangan
ISSI -6.505892 -2.912.631 0.0000 Stasioner
Inflasi -5.857530 -2.913549 0.0000 Stasioner
KURS -8.024.285 -2.912631 0.0000 Stasioner
IHSG -6.794.534 -2.912631 0.0000 Stasioner
LAMPIRAN 4
Penentuan Panjang Lag
Lag LogL LR FPE AIC SC HQ
0 104.7039 NA 1.83e-08 -3.625598 -3.443113 -3.555030
1 413.8114 550.7733 6.00e-13* -13.95678* -12.86187* -13.53337*
2 430.7972 27.17726 8.22e-13 -13.66535 -11.65802 -12.88910
3 452.5636 30.86864 9.81e-13 -13.54777 -10.62801 -12.41867
4 484.3407 39.28808* 8.62e-13 -13.79421 -9.962026 -12.31227
5 495.8848 12.17382 1.72e-12 -13.30490 -8.560297 -11.47013
LAMPIRAN 5
Uji Stabilitas VAR
Root Modulus
0.957340 - 0.038480i 0.958113
0.957340 + 0.038480i 0.958113
0.841547 0.841547
0.786339 - 0.202144i 0.811906
0.786339 + 0.202144i 0.811906
93
LAMPIRAN 6
Uji Kointegrasi
Hypothesized Trace 0.05
No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.**
None 0.401675 69.40554 79.34145 0.2212
At most 1 0.297840 39.61548 55.24578 0.5385
At most 2 0.172179 19.10702 35.01090 0.7616
At most 3 0.115869 8.147474 18.39771 0.6678
At most 4 0.017175 1.004775 3.841466 0.3162
LAMPIRAN 7
Uji Kausalitas Granger
Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob.
INFLASI does not Granger Cause LN_ISSI 59 2.43991 0.1239
LN_ISSI does not Granger Cause INFLASI 0.82995 0.3662
LN_KURS does not Granger Cause
LN_ISSI 59 0.30224 0.5847
LN_ISSI does not Granger Cause LN_KURS 3.54395 0.0650
LN_IHSG does not Granger Cause LN_ISSI 59 0.05577 0.8142
LN_ISSI does not Granger Cause LN_IHSG 0.06100 0.8058
SBIS does not Granger Cause LN_ISSI 59 0.64346 0.4259
LN_ISSI does not Granger Cause SBIS 0.00067 0.9794
LN_KURS does not Granger Cause
INFLASI 59 3.12904 0.0824
INFLASI does not Granger Cause LN_KURS 2.54910 0.1160
LN_IHSG does not Granger Cause INFLASI 59 0.29939 0.5864
INFLASI does not Granger Cause LN_IHSG 1.88368 0.1754
SBIS does not Granger Cause INFLASI 59 2.11239 0.1517
INFLASI does not Granger Cause SBIS 20.1356 0.0322
LN_IHSG does not Granger Cause
LN_KURS 59 3.15222 0.0813
LN_KURS does not Granger Cause LN_IHSG 0.98725 0.3247
SBIS does not Granger Cause LN_KURS 59 0.58932 0.4459
LN_KURS does not Granger Cause SBIS 0.00422 0.9484
94
SBIS does not Granger Cause LN_IHSG 59 1.56283 0.2164
LN_IHSG does not Granger Cause SBIS 0.17411 0.6781
LAMPIRAN 8
Estimasi VAR
LN_ISSI INFLASI LN_KURS LN_IHSG SBIS
LN_ISSI(-1) 0.937945 0.084148 0.120061 0.146041 3.705761
(0.29752) (6.02565) (0.20504) (0.29813) (1.53162)
[ 3.15252] [ 0.01397] [ 0.58555] [ 0.48986] [ 2.41951]
INFLASI(-1) -0.009016 0.948798 0.004304 -0.009008 0.096419
(0.00341) (0.06898) (0.00235) (0.00341) (0.01753)
[-2.64704] [ 13.7548] [ 1.83374] [-2.63937] [ 5.49916]
LN_KURS(-1) -0.081648 -1.700717 0.975843 -0.058341 1.367070
(0.07874) (1.59467) (0.05426) (0.07890) (0.40534)
[-1.03695] [-1.06650] [ 17.9835] [-0.73944] [ 3.37266]
LN_IHSG(-1) -0.098601 2.179920 -0.033440 0.688173 -3.471879
(0.30185) (6.11320) (0.20802) (0.30246) (1.55387)
[-0.32666] [ 0.35659] [-0.16075] [ 2.27525] [-2.23434]
SBIS(-1) 0.021644 -0.043978 -0.005110 0.022491 0.778146
(0.01033) (0.20917) (0.00712) (0.01035) (0.05317)
[ 2.09559] [-0.21024] [-0.71798] [ 2.17323] [ 14.6355]
C 1.833437 -2.386633 -0.081910 2.364641 -1.284264
(0.96580) (19.5601) (0.66559) (0.96777) (4.97185)
[ 1.89836] [-0.12202] [-0.12306] [ 2.44340] [-0.25831]
95
LAMPIRAN 9
Nilai Response Impulse ISSI
LAMPIRAN 10
Variance Decompositions
Variance Descompositon of LNISSI : Period S.E. LN_ISSI INFLASI LN_KURS LN_IHSG SBIS
1 0.035432 100.0000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000
2 0.048321 97.65122 1.621243 0.048102 0.037536 0.641899
3 0.056917 93.80866 4.190774 0.077310 0.199114 1.724140
4 0.063000 89.60136 6.845961 0.075381 0.541753 2.935546
5 0.067345 85.64217 9.121636 0.066153 1.079643 4.090395
6 0.070437 82.21508 10.82573 0.080034 1.788148 5.091008
7 0.072626 79.40496 11.94150 0.139337 2.615578 5.898634
8 0.074181 77.18245 12.55446 0.252776 3.497647 6.512669
9 0.075298 75.46114 12.79659 0.415812 4.371359 6.955101
10 0.076118 74.13644 12.80505 0.614468 5.185528 7.258517
Response of LNIISI:
Period LNISSI INFLASI LNKURS LNIHSG SBIS
1
0.035432
0.000000
0.000000
0.000000
0.000000
2
0.032011
-0.006153
-0.001060
-0.000936
0.003871
3
0.027547
-0.009895
-0.001175
-0.002361
0.006393
4
0.022746
-0.011660
-0.000698
-0.003880
0.007788
5
0.018108
-0.011916
0.00363
-0.005241
0.008307
6
0.013955
-0.011108
0.000985
-0.006305
0.008189
7
0.010457
-0.009632
0.001838
-0.007018
0.007652
8
0.007675
-0.007809
0.002561
-0.007383
0.006874
9
0.005588
-0.005889
0.003109
-0.007441
0.005996
10
0.004125
-0.004049
0.003468
-0.007253
0.005121