i
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA
PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK
TAHUN 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
OLEH:
MEITAMA ARIEF BUDHIMAN
NIM: 1111101000079
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2015 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidyatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta.
Jakarta, 14 November 2015
Meitama Arief Budhiman
NIM : 1111101000079
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Jakarta, 14 Desember 2015
Meitama Arief Budhiman, NIM: 1111101000079
ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO ERGONOMI PADA
PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA DEPOK
TAHUN 2015
xxii + 210 halaman + 78 tabel + 29 gambar
ABSTRAK
Postur janggal merupakan salah satu risiko ergonomi yang terdapat pada
pekerja, hal ini dapat ditemui pada pekerja konstruksi dengan tahapan pekerjaan
pada pekerjaan kayu, besi dan pengecoran. Postur janggal yang dilakukan oleh
pekerja ini dapat menyebabkan stres pada kondisi fisik pekerja yang berdampak
pada timbulnya cidera pada pekerja. Untuk mencegah terjadinya cidera perlu
dilakukan penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi proyek Ruko
Graha Depok.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
kasus, melalui observasi langsung terhadap seluruh tahapan kegiatan pada
pekerja kayu, pekerja besi dan pekerja pengecoran. Penilaian tingkat risiko
ergonomi menggunakan metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), Ovako
Working Assesment System (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC).
Penelitian ini berlangsung dari periode Mei - Desember 2015. Pengamatan
dilakukan pada perwakilan satu pekerja dari masing – masing tahapan kerja
dengan rata – rata tinggi badan yang sama, kecuali pada pekerja tahapan
memotong kayu dilakukan pada dua pekerja dikarenakan mengalami perbedaan
tinggi badan yang jauh berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahapan kegiatan pekerjaan
kayu memiliki risiko ergonomi tinggi kecuali pada tahapan mengambil kayu.
Sementara pada tahapan kegiatan pekerja besi juga memiliki risiko ergonomi
tinggi kecuali tahapan membawa besi, membentuk rangka besi dan membetulna
rangkaian besi. Risiko tinggi ergonomi juga dijumpai pada tahapan kegiatan
meratakan semen cor.
Untuk mereduksi tingkat risiko ergonomi perlu dilakukan perubahan
terhadap tindakan dan pergerakan pekerja, penyediaan alat bantu kerja serta
perubahan pada desain kerja pekerja.
Kata Kunci : tingkat risiko ergonomi, REBA OWAS, QEC, Pekerja Konstruksi
Bahan Bacaan : 40 (1981 – 2013)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY
Jakarta, Jakarta, 14 Desember 2015
Meitama Arief Budhiman, NIM: 1111101000079
ANALYSIS OF RISK ASSESSMENT ON ERGONOMIC
CONSTRUCTION PROJECT WORKER SHOP GRAHA DEPOK ON 2015
xxii + 210 pages + 78 tables + 29 images
ABSTRACT
Awkward posture is one of the ergonomic risk contained in the workers, it
can be found on construction workers with carpentry, iron and foundry stages.
Awkward postures performed by these workers can cause stress on physical
conditions of workers who have an impact on the incidence of injury to workers.
To prevent injury, it is necessary to conduct evaluation of ergonomic risk level in
project construction workers Graha Depok.
This research is a quantitative research with case study design, through
direct observation of all stages of the wood workers, iron workers and foundry
workers. The assessment of ergonomic risk level uses Rapid Entire Body
Assessment (REBA) methods, Ovako Working Assessment System (OWAS) and
Quick Exposure Checklist (QEC). This research held on May to December 2015.
Observations were made on the representatives of the workers of each stages who
have same height, except on chopping wood workers, those observations are held
to two workers because they have different height.
The results of research showed that at this stage of the work activities of
wood has a high ergonomic risk except on took the wood stage. While in the
stages of iron workers also have high ergonomic risk except the carrying iron,
forming iron frame and fixing iron circuit stages. High risk ergonomics are also
found on the leveling cement cast stage.
To reduce ergonomic risk level is necessary to change the action and the
movement of workers, the provision of working tools and changes in the design of
workers.
Keywords : Ergonomic Risk Assessment, REBA, OWAS, QEC, Construction
Workers
Bibliography : 40 (1981 – 2013)
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Meitama Arief Budhiman
Tempat/Tanggal Lahir : Depok, 8 Mei 1993
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Berat/tinggi badan : 57 kg/168 cm
Alamat : Jl. KH. Ahmad Dahlan No.5 RT 05/08 Kelurahan
Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pabcoran Mas,
Kota Depok. 16434.
Telp : 021-7791134 / 085285444100
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. 1998 – 1999 : TK Aisyiyah 5
2. 1999 – 2005 : SD Muhammadiyah 2 Depok
3. 2005 – 2008 : SMP Negeri 2 Depok
4. 2008 – 2011 : SMA Sejahtera Satu Depok
5. 2011 – Sekarang : Program Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
PENDIDIKAN NON-FORMAL
1. Pelatihan dan workshop Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) berdasarkan OHSAS 18001:2007 & PP NO 50 tahun 2012
(2014)
2. Pelatihan Fire Fighting, Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (2013)
3. Peserta Workshop management fire & explotion (2014), Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.
4. Peserta Workshop Risk Management (2014), Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.
5. Peserta Workshop Ergonomy (2013), Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.
6. Peserta Workshop Accident Investigation (2013), Perusahaan Jasa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fairuz Artha Sejahtera.
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Staff Rohani Islam (ROHIS) SMP Negeri 2 Depok 2006 – 2007
2. Staff Palang Merah Remaja (PMR) 2008 – 2011
3. Staff Divisi Pengembangan Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) 2011-2012
4. Staff Divisi Kesenian dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
2012-2013
5. Staff Public Relationship, Forum Study Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2012 – 2014
6. Bendahara Persatuan Remaja Blok Menteng Rawa denok, Depok. 2012 -
2013
ix
KEPANITIAAN
1. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan
Masyarakat UIN 2012
2. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan
Masyarakat UIN 2013
3. Orientasi Penerimaan Mahasiswa Baru FKIK Jurusan Kesehatan
Masyarakat UIN 2014
4. Panitia Seminar Profesi K3 “Jalur perlintasan kereta api” 2014
x
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “ANALISIS PENILAIAN TINGKAT RISIKO
ERGONOMI PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK RUKO GRAHA
DEPOK TAHUN 2015”.
Semoga shalawat dan salam selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya dan kita sebagai umatnya yang taat
hingga akhir zaman.
Skripsi ini dalam proses penyusunannya, penulis mendapatkan banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua saya, terimakasih atas kasih sayang, kesabaran, doa dan
perjuangannya sehingga penulis dapat melanjutkan pendidikan hingga saat
ini.
2. Dr. H. Arif Sumantri S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Fajar Ariyanti, Ph.D selaku ketua program studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu DR. Iting Shofwati, ST, M.KKK, selaku dosen peminatan K3 serta
selaku dosen pembimbing.
5. Ibu DR. Ela Laelasari SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing.
6. Segenap Bapak/Ibu dosen program studi Kesehatan Masyarakat yang
telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.
7. Seluruh teman – teman program studi Kesehatan Masyarakat 2011
khususnya peminatan K3, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.
8. Seluruh adik kelas peminatan K3, terima kasih atas kerjasamanya selama
ini.
9. Anissa Florensia, selaku orang terdekat saya yang selalu memberikan
dukungan semangat dan mental dalam penulisan skripsi ini.
xi
Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penulis. Agar penulis dapat berkembang menjadi lebih baik
dikemudian hari, selain itu penulis pun berharap semoga proposal ini dapat
memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja
dan bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.
Jakarta, Maret 2015
Penulis,
Meitama Arief Budhiman
xii
DAFTAR ISI
JUDUL……………………….…………………………………………….…….. i
LEMBAR PERNYATAAN….............................................................................. ii
ABSTRAK………………………………………………………………………… iii
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………..………. v
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI……………………………….………… vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………….…….……. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………….… x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… xv
DAFTAR GAMBAR/BAGAN…………………………………………………… xx
DAFTAR ISTILAH………………………………………………………………. xxi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….….. 1
A. Latar Belakang……………………………………………..….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 5
C. Pertanyaan Penelitian…………………………………………. 6
D. Tujuan Penelitian………………………………………………. 8
1. Tujuan Umum…………………………………………….. 8
2. Tujuan Khusus………………………………………..…… 8
E. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 9
1. Bagi Perusahaan………………..…………………………. 9
2. Bagi Pekerja……………..………………………………... 10
3. Bagi Penelitian……………………………………………. 10
F. Ruang Lingkup Penelitian….………………………………….. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…….………………………………………. 12
A. Ergonomi………………………………………………………. 12
1. Definisi Ergonomi………………………………………… 12
2. Prinsip Ergonomi…………………………………………. 13
B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi.………………………….. 16
1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi……………………… 16
2. Penilaian Risiko Postur Kerja……………………………. 18
C. Kerangka Teori………………………………………………… 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…… 36
A. Kerangka Konsep …………………….……………………….. 36
xiii
B. Definisi Operasional…………………………………………… 38
BAB IV METODE PENELITIAN……………….……….…………………. 51
A. Desain Penelitian………………………………………............. 51
B. Waktu dan Lokasi Penelitian………..……………………….… 51
C. Objek Penelitian……………….………………………………. 51
D. Subjek Penelitian………………………………………………. 52
E. Besar Sampel…………………………………………………... 52
F. Teknik Pengambilan Sampel…………………………………. 52
G. Alat/Instrumen penelitian........................................................... 53
H. Metode pengambilan Data…..………………………………. 55
I. Teknik dan Analisis Data……………………………………… 80
BAB V HASIL……………………………………………………………...... 82
A. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu……. 82
1. Mengambil Kayu…………………………………………. 83
2. Memotong Kayu………………………………………….. 89
3. Membuat Bekisting……………………………………….. 103
4. Memasang Beskisting…………………………………….. 110
B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi……. 118
1. Mengambil Besi…………………………………………. 118
2. Membawa Besi……………………………………………. 124
3. Memotong Besi…………………………………………… 131
4. Membentuk Rangka Besi…………………………………. 137
5. Merangkai Besi…………………………………………… 144
6. Membetulkan Rangkaian Besi……………………………. 150
C. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran………………. 158
BAB VI PEMBAHASAN…………………………………………………….. 165
A. Keterbatasan Penelitian............................................................. 165
B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu.......... 165
1. Mengambil Kayu…………………………………………. 166
2. Memotong Kayu………………………………………….. 167
3. Membuat Bekisting……………………………………….. 170
4. Memasang Beskisting…………………………………….. 172
C. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi............ 175
1. Mengambil Besi…………………………………………... 175
2. Membawa Besi…………………………………………. 177
xiv
3. Memotong Besi…………………………………………… 179
4. Membentuk Rangka Besi…………………………………. 181
5. Merangkai Besi…………………………………………… 182
6. Membetulkan Rangkaian Besi……………………………. 185
D Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja
Pengecoran................................................................................
187
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 190
A. Simpulan.................................................................................... 190
B. Saran........................................................................................... 191
1. Manajemen.......................................................................... 191
2. Pekerja Besi......................................................................... 192
3. Pekerja Pengecoran............................................................. 193
DAFTAR PUSTAKA…………………….………………………………………. 194
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Interaksi Dasar dan Evaluasinya Dalam Sistem Kerja……… 14
Tabel 2.2 Grand Score REBA………..….…………………………….. 20
Tabel 2.3 Grand Score RULA…………………………………………. 23
Tabel 2.4 Grand Score OWAS ……………..………………..……… 27
Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko
Ergonomi……………………………………………………. 30
Tabel 3.1 Definisi Operasional ….…………………………………….. 38
Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A ..…………………..…………….…. 66
Tabel 4.2 Tabel Penilaian Skor B ….……………..………………........ 67
Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C ….…..…….……………………… 68
Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA……… 69
Tabel 4.5 Tabel Frekuenksi Relatif OWAS ..…………………………. 74
Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur Kerja OWAS………………. 76
Tabel 4.7 Tabel Skor Per-Bagian Tubuh ……………..………………. 77
Tabel 4.8 Tabel Skor Per-Bagian Tubuh ……………………………… 78
Tabel 4.9 Tabel Action Level QEC …..….……………………………. 79
Tabel 5.1 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Pengambilan Kayu Pada
Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…….. 85
Tabel 5.2 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu Pada
Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015……. 86
Tabel 5.3 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Kayu Pada Pekerja
Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………………. 87
Tabel 5.4 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu Pada
Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..…….. 88
Tabel 5.5 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Mengambil Kayu Berdasarkan Tiga Metode Tahun
2015….....................................................................................
89
Tabel 5.6 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode REBA Tahun
2015………………………………………………………….
92
Tabel 5.7 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode OWAS Tahun
2015………………………………………………………….
93
Tabel 5.8 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada Pekerja
Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….. 94
Tabel 5.9 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan Metode QEC Tahun 95
xvi
2015………………………………………………..…….…
Tabel 5.10 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Kayu (Sampel I) Berdasarkan Tiga Metode
Tahun 2015……………….............................................…….
96
Tabel 5.11 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode REBA
Tahun 2015…………………………….……..……………..
99
Tabel 5.12 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode OWAS
Tahun 2015……………………………..……………………
101
Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu Pada pekerja
Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…. 101
Tabel 5.14 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Kayu Pada
Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode QEC Tahun
2015………………………………………………………….
102
Tabel 5.15 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Kayu (Sampel II) Berdasarkan Tiga Metode
Tahun 2015….....................………………………………….
103
Tabel 5.16 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun
2015………………………………………………………….
106
Tabel 5.17 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun
2015…..……………………………….……………………..
107
Tabel 5.18 Hasil Kuesioner Tahapan Membuat Bekisting Pada Pekerja
Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………………. 108
Tabel 5.19 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015… 109
Tabel 5.20 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membuat
Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun
2015….....................................................................................
110
Tabel 5.21 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun
2015………………………………………………………….
113
Tabel 5.22 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun
2015……….…………………………………………….…..
114
Tabel 5.23 Hasil Kuesioner Tahapan Memasang Bekisting Pada Pekerja
Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015………………. 115
Tabel 5.24 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun
2015………………………………….………………………
116
xvii
Tabel 5.25 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memasang Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun
2015…………………………………………………...……..
116
Tabel 5.26 Rekapan Hasil Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi
Pada Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Kayu
Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……….
117
Tabel 5.27 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…..… 121
Tabel 5.28 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 122
Tabel 5.29 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Besi Pada Pekerja
Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……………… 122
Tabel 5.30 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……….. 123
Tabel 5.31 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Mengambil Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun
2015………………………………………………………….
124
Tabel 5.32 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015..…… 127
Tabel 5.33 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 128
Tabel 5.34 Hasil Kuesioner Tahapan Membawa Besi Pada Pekerja Besi
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……..…….………… 128
Tabel 5.35 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015….…… 130
Tabel 5.36 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Membawa
Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………………. 130
Tabel 5.37 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…… 133
Tabel 5.38 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015..…… 134
Tabel 5.39 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Besi Pada Pekerja Besi
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..…………………… 135
Tabel 5.40 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..……… 136
Tabel 5.41 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015…… 137
Tabel 5.42 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun
2015…………………………….………………………..…
140
Tabel 5.43 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 141
xviii
2015………………………………………………………….
Tabel 5.44 Hasil Kuesioner Tahapan Membentuk Rangka Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…….…. 142
Tabel 5.45 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun
2015………………………………………………………….
143
Tabel 5.46 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membentuk Rangka Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun
2015………………………………………………………….
143
Tabel 5.47 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015…...… 146
Tabel 5.48 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015…….. 147
Tabel 5.49 Hasil Kuesioner Tahapan Merangkai Besi Pada Pekerja Besi
Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015..…………………… 148
Tabel 5.50 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015……….. 149
Tabel 5.51 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Merangkai
Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015……………….. 150
Tabel 5.52 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode
REBA Tahun 2015…………………………..………………
153
Tabel 5.53 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode
OWAS Tahun 2015…………………………..……………
154
Tabel 5.54 Hasil Kuesioner Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015…. 155
Tabel 5.55 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode
QEC Tahun 2015…………………………..…………….…..
156
Tabel 5.56 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membetulkan Rangkaian Besi Berdasarkan Tiga Metode
Tahun 2015…………………………………………………..
156
Tabel 5.57 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada
Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Besi
Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015………………………
157
Tabel 5.58 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode REBA Tahun
2015……………………….…………………………………
160
Tabel 5.59 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode OWAS
Tahun
161
xix
2015……………………………………………………
Tabel 5.60 Hasil Kuesioner Tahapan Meratakan Semen Cor Pada
Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015.. 162
Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun
2015………………………………………………………….
163
Tabel 5.62 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas Meratakan
Semen Cor Berdasarkan Tiga Metode Tahun
2015……………………………………...…………………..
163
Tabel 5.63 Rekapan Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh
Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun
2015…………………………………….……………………
164
xx
DAFTAR GAMBAR/BAGAN
Gambar 2.1 Bagian Tubuh Utama……………………………………… 17
Gambar 2.2 Kerangka Teori ……………….…………………………… 35
Gambar 3.1 Kerangka Konsep……………..…………………………… 37
Gambar 4.1 Populasi dan Sampel Penelitian...…………….…………… 52
Gambar 4.2 Kamera Digital....………………………………………….. 54
Gambar 4.3 Stopwatch....…………………………………………….…. 54
Gambar 4.4 Handscale....………………………………………….......... 55
Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu…..…….……………………….. 56
Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi ………………………………….. 56
Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran..…………………………. 57
Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung.…………………………………. 59
Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher………………………………………. 60
Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki…….…………………………………. 61
Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas….……………………………. 63
Gambar 4.12 Gambar Posisi Lengan Bawah……………………………. 64
Gambar 4.13 Gambar Posisi Pergelangan Tangan………………………. 65
Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS……….………………………. 72
Gambar 5.1 Tahapan Pengambilan Kayu ………………….………….. 83
Gambar 5.2 Tahapan Memotong Kayu Sampel I……………..……….. 90
Gambar 5.3 Tahapan Memotong Kayu Sampel II……………………… 97
Gambar 5.4 Tahapan Membuat Bekisting………………………………. 104
Gambar 5.5 Tahapan Memasang Bekisting…………………………….. 111
Gambar 5.6 Tahapan Mengambil Besi………………….……………… 119
Gambar 5.7 Tahapan Membawa Besi…………………..………………. 125
Gambar 5.8 Tahapan Memotong Besi…………………..………………. 131
Gambar 5.9 Tahapan Membentuk Rangka Besi…………………..…….. 138
Gambar 5.10 Tahapan Merangkai Besi…………………..………………. 144
Gambar 5.11 Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi………………….... 151
Gambar 5.12 Tahapan Meratakan Semen Cor………………………….... 158
xxi
DAFTAR ISTILAH
Pekerja : Pegawai yang bekerja di CV. Kemiri Muka
MSDs : Musculoskeletal Disorders
OSHA : Occupational Safety and Health Administration
NIOSH : National Institute for Occupational Safety and Health
K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
REBA : Rapid Entire Body Assesment
OWAS : Ovako Working Posture Analysis System
QEC : Quick Exposure Checklist
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan faktor terpenting di dalam sistem kerja, manusia
akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan maksimal karena kondisi
fisik yang baik (Rachman, 2008). Namun dalam kenyataannya, banyak
perusahan ataupun majikan yang masih kurang memperhatikan kondisi fisik
yang baik pada saat merancang sistem kerjanya, serta masih kurang
memperhatikan prinsip – prinsip ergonomi di dalamnya yang menyebabkan
para pekerja tidak dapat bekerja secara optimal (Lianatika, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh OSHA pada tahun 2010,
sekitar 35,4% dari pekerja Eropa menganggap bahwa pekerjaan mereka
mempengaruhi kesehatan mereka. Sekitar 24,7% dari mereka dilaporkan
menderita sakit punggung, bagian sektor pekerjaan tersebut tersebar pada
pekerja dalam konstruksi (36,5%); transportasi, penyimpanan dan
komunikasi (28,4%); diikuti oleh pekerja sosial dan kesehatan (26,3%) dan
bidang lainnya (8,8%) (OSHA, 2010).
Di Indonesia berdasarkan hasil suvey Departemen Kesehatan RI
dalam profil masalah kesehatan tahun 2005 menunjukkan bahwa sekitar
40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya,
gangguan kesehatan yang dialami pekerja menurut studi yang dilakukan
terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia, umumnya berupa
gangguan muskuloskeletal (16%). Hasil dari Pusat Studi Kesehatan dan
2
Ergonomi ITB tahun 2006-2007 diperoleh data sebanyak 40% - 80%
pekerja melaporkan keluhan setelah bekerja (Yassierli, 2008).
Setelah melihat data diatas dapat diketahui bahwa pekerja konstruksi
memiliki risiko yang tinggi, salah satu jenis bahaya yang terdapat
dikonstruksi adalah bahaya ergonomi. Bahaya ergonomi yang sering
dilakukan adalah manual handling, pekerjaan manual handling akan dapat
menyebabkan stress pada kondisi fisik pekerja yang dapat mengakibatkan
terjadinya cidera (Tarwaka, 2011). Lebih seperempat dari total kecelakaan
kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling (HSE, 2007).
Pekerja kosntruksi di Ruko Graha Depok melakukan pelaksanaan
proses kerja secara manual seperti, memotong besi, memotong kayu,
pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja lainnya. Proses
tersebut dapat menimbulkan risiko ergonomi, dikarenakan bekerja dalam
bentuk postur janggal seperti membungkuk, berjongkok, dan memiringkan
badan. Risiko ergonomi lainnya yaitu melakukan gerakan repetitif seperti
menggergaji kayu, memaku kayu, memotong besi dan memikul beban berat
sepeti mengangkat besi dan kayu. Pekerjaan – pekerjaan itu dilakukan dalam
frekuensi yang sering dan dilakukan setiap harinya.
Pekerja konstruksi Ruko Graha Depok merupakan pekerja CV.
Kemiri Muka yang merupakan kontraktor jasa pembangunan gedung yang
dalam menerapkan program K3 diperusahaannya masih belum berjalan
dengan baik. Selain itu CV. Kemiri Muka masih baru dalam melaksanakan
SMK3 dalam setahun terakhir, padahal perusahaan tersebut terbentuk dari
tahun 2001. Sehingga menurut peneliti perlu dilakukan penelitian terkait
3
risiko ergonomi ditempat kerja, agar dapat melakukan pencegahan dan
membantu manajemen dalam memberikan keputusan terkait risiko
ergonomi.
Pemilihan proyek ini dilakukan karena proyek Ruko Graha Depok
baru berlangsung dibandingkan proyek lain yang belum dan sudah lama
berlangsung. Karena penelitian ini membutuhkan waktu yang tidak sedikit,
sehingga dimungkinkan untuk melakukan penelitian ini pada proyek Ruko
Graha Depok ini. Oleh karena itu masalah ergonomi di tempat kerja masih
belum diperhatikan oleh perusahaan tersebut. Para pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya pun masih banyak yang melakukan postur
janggal yang berbahaya bagi tubuh.
Menurut Tompkins (2003), penanganan proses kerja secara manual
adalah istilah yang diberikan untuk proses penanganan proses kerja yang
dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Ergonomi merupakan
penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan ilmu rekayasa untuk
mencapai penyesuaian yang menguntungkan antara pekerja dengan
pekerjaannya secara optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi
dan kesejahteraan (ILO, 2013).
Maka dari itu untuk menyelaraskan antara pekerja dengan
pekerjaannya agar tidak menimbulkan suatu risiko perlu adanya penilaian.
Penilaian risiko ergonomi digunakan untuk mengidentifikasi gangguan otot
rangka yang dapat terjadi pada aktivitas penanganan material secara manual
(Martaleo, 2012).
4
Metode penilaian risiko yang telah diperkenalkan para ahli dalam
mengevaluasi ergonomi untuk menilai risiko ergononi di tempat kerja ada
banyak dengan alat ukur yang bervariasi. Metode - metode tersebut misalnya
seperti REBA, OWAS dan QEC mempunyai perbedaan dalam cara ataupun
bagian yang diamati oleh metode tersebut. Pada penelitian ini peneliti akan
memakai metode REBA sebagai metode utama, namun karena pada metode
REBA masih terdapat kelemahan dalam metodenya sehingga peneliti
menambahkan dua metode untuk menambahkan informasi yang tidak dapat
didapatkan lebih oleh metode REBA, yaitu metode OWAS dan QEC.
Metode REBA dibuat untuk menilai postur tubuh pekerja secara
cepat melalui pengambilan data postur pekerja dan selanjutnya dilakukan
penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah,
dan pergelangan tangan (McAtamney dan Hignett, 1995). Metode REBA
memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode lainnya dalam hal
pembagian tubuh yang lebih spesifik seperti adanya leher, pergelangan
tangan serta lengan yang terbagi atas dua bagian, yaitu atas dan bawah.
Metode OWAS adalah metode analisis sikap kerja yang
mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan, kaki, dan
beban berat yang diangkat. Metode ini digunakan untuk menganalisis
sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan seluruh bagian tubuh yaitu
punggung, lengan, kaki dan beban berat yang diangkat. Masing- masing
anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi sikap kerja (Astuti dan
Suhardi, 2007). Metode OWAS memiliki kelebihan dibandingkan metode
lain dalam hal pembagian skor postur kaki yang dibagi dalam 7 jenis postur
5
kaki. Namun metode OWAS tidak lebih spesifik dalam melakukan
analisis pada sudut bagian tubuh yang akan dinilai sperti hal metode
REBA. (Enggaela dkk, 2013).
QEC merupakan metode penilaian risiko ergonomi di tempat kerja
yang dikembangkan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle pada tahun 1999
(Pinder, 2002). Fungsi utama QEC adalah untuk mencegah terjadinya Work-
related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) yang dialami oleh pekerja
dengan penanganan material secara manual. Lembar penilaian terdiri dari
empat bagian utama yang akan dinilai yaitu punggung, bahu atau lengan,
pergelangan tangan atau tangan, dan leher. Pada metode QEC, memiliki
kelebihan dalam halmelibakan pekerja secara langsung dalam pengisian
kertas penilaian (score sheet) dengan tujuan untuk memudahkan pengamat
dalam mengidentifikasi bagian tubuh yang memiliki risiko terjadinya cedera.
(Martaleo, 2012). Namun pada metode ini memiliki kekurangan yang hanya
melihat bagian tubuh atas saja, tidak mengamati sampai bagian bawah.
Besarnya tingkat risiko yang diperoleh dari ketiga metode tersebut
dapat digunakan untuk membantu peneliti dalam menemukan adanya tingkat
risiko ergonomi yang mungkin dialami oleh pekerja. Hasil dari penilaian
ketiga metode tersebut memiliki manfaat untuk dapat merekomendasikan
tindakan preventif untuk permasalahan yang ada.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada pekerja
kontruksi proyek ruko, terdapat sebelas jenis pekerjaan yang menggunakan
6
Manual handling. Pekerjaan – pekerjaan tersebut seperti pemotongan besi,
pemotong kayu, pembuatan dan perangkaian rangka besi, serta proses kerja
lainnya. Dari studi pendahuluan pun didapatkan bahwa masih banyak para
pekerja yang dalam melakukan pekerjaannya dilakukan dengan postur yang
janggal atau tidak baik. Postur – postur ini seperti membungkuk, berjongkok,
dan memiringkan badan, adapula yang melakukan gerakan repetisi seperti
memotong kayu, memaku kayu, memotong besi dan adanya pegangkutan
beban secara manual. Hal ini dapat menjadi risiko terjadinya penyakit akiba
kerja yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas dalam bekerja, waktu
kerja yang hilang, penanganan yang membutuhkan biaya yang cukup tinggi
dan meningkatkan risiko kecelakaan dalam bekerja. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran mengenai
analisis penilaian tingkat risiko ergonomi pada pekerja konstruksi.
C. Pertanyaan Penelitian
1 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu proyek ruko
Graha Depok tahun 2015?
2 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu proyek ruko
Graha Depok tahun 2015?
3 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membuat bekisting proyek
ruko Graha Depok tahun 2015?
7
4 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memasang bekisting proyek
ruko Graha Depok tahun 2015?
5 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi proyek ruko
Graha Depok tahun 2015?
6 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi proyek ruko
Graha Depok tahun 2015?
7 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi proyek ruko
Graha Depok tahun 2015?
8 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membentuk rangka besi
proyek ruko Graha Depok tahun 2015?
9 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi proyek ruko
Graha Depok tahun 2015?
10 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membetulkan rangkaian besi
proyek ruko Graha Depok tahun 2015?
11 Bagaimana gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen cor proyek
ruko Graha Depok tahun 2015?
8
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Umum
Diketahuinya analisis tingkat risiko ergonomi pada pekerja
konstruksi proyek ruko Graha Depok Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil kayu
proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
b Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong kayu
proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
c Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membuat bekisting
proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
d Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memasang
bekisting proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
e Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan mengambil besi
proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
f Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membawa besi
proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
9
g Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan memotong besi
proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
h Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membentuk rangka
besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
i Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan merangkai besi
proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
j Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan membetulkan
rangkaian besi proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
k Diketahuinya gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan
metode REBA, OWAS dan QEC pada tahapan meratakan semen
cor proyek ruko Graha Depok tahun 2015.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Bagi Perusahaan
a. Memperoleh informasi mengenai potensi dan tingkat risiko
ergonomi pekerjaan terhadap pekerja.
b. Dapat melakukan upaya – upaya perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja pada pekerja agar terhindar dari risko yang
10
mungkin terjadi, sehingga dapat meminimalisir kerugian yang
terjadi.
c. Sebagai masukan terhadap perusahaan untuk mengambil suatu
tindakan agar mengurangi risko ergonomi pada pekerja.
2. Bagi Pekerja
a. Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai risiko
dan bahaya di tempat kerja, sehingga pekerja terhindar dari
penyakit akibat kerja.
b. Mengetahui bahaya yang akan terjadi ketika mereka bekerja
dengan posisi janggal.
c. Memberi masukan dan motivasi untuk pekerja dalam melakukan
pekerjaan kearah yang lebih baik lagi.
3. Bagi Penelitian
Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk penelitian
selanjutnya dan diharapkan dapat berguna bagi kalangan akademis.
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini meliputi pengukuran postur janggal,
pengamatan sikap, dan analisis risiko ergonomi. Jenis penelitian yang
dilakukan adalah observasional, desain studi kasus, dengan menggunakan
metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai
September 2015, data yang diambil adalah data primer melalui pengukuran
dan kuesioner serta analisis yang digunakan berupa analisis univariat.
Dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat risiko ergonominya
11
menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment), metode
OWAS (Ovako Working Posture Analysis System) dan QEC (Quick
Exposure Checklist) yang ketiganya dibuat dalam bentuk form dan
kuesioner. alat ukur atau instrument lain yang digunakan adalah kamera
untuk mendokumentasikan postur kerja, software MB ruler yang digunakan
untuk mengukur sudut dari postur kerja, serta timbangan yang digunakan
untuk mengukur beban yang dipakai pekerja.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ergonomi
Pada tinjauan mengenai ergonomi akan dibahas mengenai definisi
ergonomi dan metode penilaian risiko MSDs. Kedua hal tersebut dijabarkan
seperti berikut ini :
1. Definisi Ergonomi
Kata ”Ergonomi” yang telah kita ketahui berasal dari bahasa
Yunani, ”Ergon” (kerja) dan ”Nomos” (hukum) atau dapat diartikan
ilmu yang mempelajari tentang hukum –hukum kerja (Priastika, 2012).
Dengan demikian, ergonomi merupakan suatu sistem yang beorientasi
pada disiplin ilmu yang sekarang diterapkan pada aspek pekerjaan atau
kegiatan manusia.
Selanjutnya untuk lebih memahami pengertian mengenai
ergonomi, maka penulis akan menjabarkan beberapa definisi ergonomi
dari beberapa literatur, antara lain:
a. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas
yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat
dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan
manusia baik secara fisik maupun mental, sehingga dicapai
13
suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang akan lebih baik
(Tarwaka, 2011).
b. Ergonomi adalah suatu istilah yang berlaku untuk dasar suatu
studi dan hubungan antara manusia dengan mesin untuk
mencegah penyakit dan cidera serta meningkatkan prestasi
atau performa kerja (ACGIH, 2007).
c. Sedangkan menurut ILO (2013) ergonomi didefinisikan
sebagai penerapan ilmu biologi manusia yang sejalan dengan
ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian yang
menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara
optimal dengan tujuan agar bermanfaat demi efisiensi dan
kesejahteraan.
Berdasarkan berbagai definisi tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa ilmu ergonomi merupakan suatu bidang keilmuan tentang ilmu,
seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan antara manusia
dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya agar tercipta keadaan yang
menguntungkan antara pekerja dengan pekerjaannya secara optimal dan
untuk mencegah timbulnya cidera atau gangguan kesehatan dengan
tujuan meningkatkan produktivitas kerja.
2. Prinsip Ergonomi
Secara prinsip ilmu Ergonomi berfokus pada desain dari suatu
sistem dimana manusia bekerja. Semua sistem kerja tersebut terdiri atas
komponen manusia, komponen mesin dan lingkungan yang saling
14
berinteraksi antara satu dengan lainnya. Fungsi dasar dari ilmu
Ergonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia akan desain
kerja yang memberikan keselamatan dan efisiensi kerja bagi manusia
yang bekerja di dalamnya.
Menurut Bridger (2003) terdapat enam kategori interaksi antara
manusia, mesin dan lingkungannya, interaksi dasar dari enam kategori
tersebut dijabarkan dalam bentuk tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Interaksi dasar dan evaluasinya dalam sistem kerja
Interaksi Evaluasi Manusia > Mesin : Tindakan
pengendalian dasar yang dilakukan
manusia dalam menggunakan mesin.
Aplikasinya berupa penggunaan
kekuatan yang besar, penanganan
material, perawatan dan lainnya.
Anatomi : Postur tubuh,
pergerakan, besaran kekuatan,
durasi dan frekuensi pergerakan,
kelelahan otot.
Fisiologi : Work rate (konsumsi
oksokan dan detak jantung),
kebugaran dan kelelahan fisiologi.
Psikososial : Persyaratan
kemampuan, beban mental, proses
informasi yang
paralel/berkelanjutan.
Manusia > Lingkungan : Efek dari
manusia terhadap lingkungan. Manusia
mengeluarkan karbondioksida,
kebisingan, panas, dan lainya.
Fisik: Pengukuran objektif dari
lingkungan kerja, implikasinya
berupa pemenuhan standar yang
berlaku.
Mesin > Manusia : Umpan balik dan
display informasi. Mesin dapat
memberikan efek tekanan terhadap
manusia berupa getaran, percepatan,
dan lainnya. Beban mesin yang berat
yang harus di angkat juga dapat
mengancam kesehatan manusia
Anatomi : Desain dari kendali dan
alat
Fisik : Pengukuran objektif dari
efek tekanan yang tedapat pada
mesin terhadap manusia.
Fisiologi : Aplikasi dari prinsip
pengelompokkan desain dari
faceplates, panel dan display
grafik.
Mesin > Lingkungan : Mesin dapat
mengubah lingkungan kerja dengan
mengeluarkan kebisingan, panas, dan
buangan gas.
Umumnya ditangani oleh teknisi
lapangan dan industrial hygienist.
Lingkungan > Manusia : Lingkungan
dapat mempengaruhi fungsi dari mesin
dengan menimbulkan pemanasan atau
pembekuan komponen mesin.
Fisik-Fisiologi : Kebisingan,
pencahayaan, dan temperature.
15
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Interaksi Evaluasi Lingkungan > Mesin : Lingkungan
dapat mempengaruhi fungsi dari mesin
dengan menimbulkan pemanasan atau
pembekuan komponen mesin.
Ditangani oleh teknisi lapangan,
personil perawatan, fasilitator
manajemen dan lainnya.
* ( > Causal Direction)
Sumber : Bridger, 2003.
Dalam suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi yang
produktif, aman dan nyaman bagi pekerja, maka diperlukan interaksi
yang baik antara ketiga komponen yaitu, manusia, mesin dan
lingkungan kerja. Dalam ergonomi, manusia merupakan komponen
paling utama yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang
dimiliki. Oleh karena itu biasanya dalam suatu pekerjaan hal yang akan
diperbaiki adalah desain mesin atau alat yang digunakan agar
menyesuaikan pekerjanya (Bridger, 2003).
Sebagai contoh digunakannya penggunaan alat bantu seperti
forklift trye handler, hand pallet, dan penyediaan portable ramp untuk
meminimalisasi aktivitas manual handling yaitu mengangkat, menarik
dan mendorong (Priastika, 2012). Menggunakan alat bantu gerobak
dalam membantu meminiminalisasi aktivitas manual mengangkut
barang, sehingga dapat mengurangi beban yang diterima oleh tubuh dan
dapat mengurangi risiko timbulnya MSDs (Maria, 2012). Adapun
contoh lainnya mengenai perubahan desain kerja seperti perubahan,
pengaturan dan kontrol display untuk menghindari ketidaknyamanan
dalam pemakaian komputer dalam bekerja (Pujadi, 2009).
16
B. Metode Penilaian Risiko Ergonomi
Metode penilaian yang telah diperkenalkan para ahli dalam
mengevaluasi ergonomi untuk menilai tingkat risiko MSDs di tempat kerja
ada banyak, , dan alat ukurnya pun cukup bervariasi. Namun demikian, dari
berbagai alat ukur dan berbagai metode tentunya mempunyai kelebihan dan
keterbatasan masing masing. Untuk itu kita harus dapat secara selektif
memilih dan menggunakan metode secara tepat dan sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan. sebagai berikut :
1. Penilaian Keluhan Risiko Ergonomi
Penilaian subjektif tentang keparahan pada sistem muskuloskeletal
dapat dilakukan dengan metode Nordic Body Map (NBM) dan checklist.
Namun Nordic Body Map (NBM) adalah salah satu cara evaluasi ergonomi
terhadap keluhan muskuloskeletal (Nurliah, 2012).
Nordic Body Map (NBM) merupakan salah satu metode
pengukuran subjektif untuk mengukur rasa sakit otot para pekerja.
Keluhan subjektif ini dipilih karena berdasarkan penelitian oleh The
National Institute for Occupational Safety and Health (1997) yang
menyatakan bahwa keluhan subjektif menjadi pilihan yang baik untuk
melihat keluhan work-related muskuloskeletal disorder.
17
Dalam nordic terdapat bagian tubuh utama yaitu :
a. Leher f. Siku
b. Bahu g. Pinggang
c. Punggung bagian atas h. Lutut
d. Pergelangan tangan/tangan i. Tumit/kaki
e. Punggung bagian bawah
Gambar 2.1 bagian tubuh utama
Kuesioner nordic body map memiliki 28 titik atau pertanyaan
dimulai dari 0 hingga 27 titik nomor yang dinilai dengan menggunakan
skala likert untuk melihat tingkatan keluhan MSDs secara objektif. Semua
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu Leher, upper limb (bahu, siku,
tangan, dan pergelangan tangan), lower limb (pinggul, paha, lutut,
pergelangan kaki, dan kaki) dan low back (punggung atas dan bawah)
(Andersson dkk, 2007).
18
2. Penilaian Risiko Postur Kerja
Ada beberapa cara untuk melakukan penilaian ergonomi dengan
metode observasi postur tubuh pada saat bekerja seperti, Rapid Entire
Body Assesment (REBA), Rapid Upper Limb Assesment (RULA), Quick
Exposure Checklist (QEC), Ovako Working Posture Analysis System
(OWAS), dll. beberapa metode penilaian ergonomi tersebut dijabarkan
seperti di bawah ini :
a. Rapid Entire Body Assesment (REBA)
1) Definisi
REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000) adalah
sebuah metode yang dilakukan untuk mengetahui faktor –
faktor risiko terkait dengan postur pada saat bekerja.
REBA dikembangkan untuk mengkaji postur kerja (postur
statis atau dinamis), berbagai metode kajian, berdasarkan
kategori metode checklist, manual material handling,
kombinasi seluruh tubuh dan computer based.
2) Pengukuran
Metode REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000)
dapat digunakan bila :
a) Seluruh tubuh yang sedang digunakan
b) Postur statis, dinamis, kecepatan perubahan,
atau postur yang tidak stabil
19
c) Pengangkatan yang sedang dilakukan, dan
seberapa sering frekuensinya
d) Modifikasi tempat kerja, peralatan, pelatihan
atau perilaku pekerja.
Penilaian REBA (Hignett and Mc. Atamney, 2000)
dilakukan melalui enam tahapan, tahapan – tahapan
tersebut adalah :
a) Observasi pekerjaan, yang meliputi :
(1) Identifikasi faktor risiko ergonomi
(2) Desain tempat kerja
(3) Lingkungan kerja
(4) Penggunaan peralatan kerja
(5) Perilaku atau sikap bekerja
b) Memilih postur yang akan dikaji, yang meliputi :
(1) Postur yang sering dilakukan
(2) Postur dimana pekerja lama dengan posisi
tersebut
(3) Postur yang membutuhkan banyak tenaga
atau aktivis otot
(4) Postur yang menyebabkan tidak nyaman
(5) Postur ekstrim, janggal, dan tidak stabil
(khususnya yang menggunakan kekuatan)
20
(6) Postur yang mungkin dapat diperbaiki oleh
intervensi, kontrol, atau perubahan lainnya
c) Penilaian postur, dengan menggunakan kertas
penilaian dan menghitung skor postur
d) Penilaian menggunakan tabel
e) Perhitungan nilai REBA
f) Menentukan nilai tingkat aktivitas untuk
melakukan pengkajian lanjutan. Penentuan
tingkatan aktivitas berdasarkan kriteria Tabel 2.3
sebagai berikut :
Tabel 2.2 Grand Score REBA
Skor Action Level
1 Risiko dapat ditiadakan
2-3 Risiko rendah, perubahan mungkin
dibutuhkan
4-7 Risiko menegah, investigasi lebih lanjut,
perubahan segera
8-10 Risiko tinggi, investigasi dan lakukan
perubahan
11+ Risiko sangat tinggi dan lakukan perubahan
Sumber : Hignett and Mc. Atamney, 2000
b. Rapid Upper Limb Assesment (RULA)
1) Definisi
RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur,
gaya dan garakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan
dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb).
21
Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki risiko
kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam
melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota
tubuh bagian atas (upper limb).
Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan
tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap
faktor risiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktor-faktor
risiko yang diselidiki dalam ini adalah yang telah di
deskripsikan oleh Mc Pheasant dalam santon (2005) sebagai
faktor beban eksternal yang meliputi:
a) Jumlah gerakan
b) Kerja otot statis
c) Gaya
d) Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan
perabotan
e) Waktu kerja tanpa istirahat
2) Pengukuran
a) Tahap 1
Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang
cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-
segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu
grup A dan B. grup A meliputi bagian lengan atas dan
22
bawah serta pergelangan tangan. Sementara gurp B
meliputi leher, punggung, dan kaki.
Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur
tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atas atau
batas postur oleh kaki, punggung atau leher yang
mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh
bagian atas dapat tercakup dalam penilaian.
b) Tahap 2
Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A
dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur
dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan
kombinasi postur bagian tubuh. Rekaman video yang
dihasilkan dari postur grup A yang meliputi lengan
atas, lengan bawahm pergelangan tangan dan putaran
pergelangan tangan diamati dan ditentukan skor untuk
masing masing postur. Kemudian skor tersebut
dimasukkan dalam tabel A untuk memperoleh skor A.
c) Tahap 3
Berdasarkan tabel grand score, tindakan yang
akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level,
seperti berikut ini:
23
Tabel 2.3 Grand Score RULA
Level Skor Action Level
Low 1-2 Postur dapat diterima selama tidak dijaga atau
berulang untuk waktu yang lama.
Medium 3-4 Penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan
mungkin saja perubahan diperlukan.
High 5-6 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera
Very
High
>7 Penyelidikan dan perubahan dibutuhkan
sesegera mungkin (mendesak).
Sumber : Handbook of Human Faktor and Ergonomics
Methods. Santon dkk 2005
c. Quick Exposure Checklist (QEC)
1) Definisi
QEC adalah metode yang secara cepat menilai
pajanan risiko dari Muskuloskeletal Disorders (WMSDs).
QEC memiliki tingkat sensitivitas dan kegunaan yang tinggi
serta dapat diterima secara luas realibilitasnya. QEC dapat
diaplikasikan untuk pekerjaan yang lebih luas. Dengan
waktu pelatihan yang singkat, penilaian dapat dilengkapi
secara cepat untuk setiap tugas atau pekerjaan (Li dan
Buckle, 1999).
2) Pengukuran
Metode quick exposure checklist (QEC) ini memiliki
beberapa tahapan, tahapan dalam penggunaan QEC adalah
sebagai berikut :
24
a) Pengukuran oleh peneliti (Observer’s Assessment)
Penelitii memiliki form isian tersendiri yang
dapat diisi melalu pengamatan kerja dilapangan.
Sebagai alat bantu, dapat menggunakan stopwatch
guna menghitung durasi dan frekuensi kerja.
b) Pengukuran oleh pekerja (Worker’s Assessment)
Seperti halnya peneliti, pekerja pun memiliki
form isian tersendiri, yang berisi pertanyaan
seputar pekerjaan yang dilakukan.
c) Mengkalkulasi skor pajanan
Proses kalkulasi dapat dilakukan melalui dua
cara, yakni manual (dengan menjumlahkan skor
pada lembar isian), ataupun dengan program
computer.
QEC secara cepat dapat mengidentifikasi tingkat
pajanan dari punggung, bahu/lengan, tangan, pergelangan
tangan dan leher. Hasil dari metode ini juga
merekomendasikan intervensi ergonomi yang efektif untuk
mengurangi tingkat pajanan. Metode QEC memilki kelebihan
dan kekurangan, yakni sebagai berikut:
25
3) Kelebihan Metode QEC
a) Mencakup beberapa faktor risiko terbesar terkait MSDs
b) Mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan dapat
digunakan oleh peneliti yang belum berpengalaman
c) Mempertimbangkan kombinasi dan interaksi berbagai
macam faktor risiko di tempat kerja
d) Menyediakan tingkat sensitivitas dan kegunaan yang
baik
e) Mudah dipelajari dan cepat digunakan
4) Kekurangan Metode QEC
a) Metode hanya berfokus pada faktor fisik di tempat
kerja
b) Hipotesis skor pajanan yang disarankan pada action
level membutuhkan validasi.
c) Pelatihan dan praktek tambahan diperlukan oleh
pengguna yang belum berpengalaman untuk
pengembangan reabilitas pengukuran.
d. Ovako Working Posture Analysis Sistem (OWAS)
1) Definisi
OWAS merupakan sebuah prosedur untuk menilai
kualitas sebuah postur terutama ketika sedang menerapkan
26
kekuatan. OWAS mengidentifikasi postur, kekuatan,
siklus kerja dan postur kerja dimana postur kekuatan
meningkatkan risiko injuri (Tarwaka, 2011).
2) Pengukuran
Metode OWAS dalam melakukan penilaian terhadap
postur melakukan identifikasi pada bagian – bagian tubuh,
seperti :
a) Tulang belakang (4 Postur)
(1) Punggung lurus
(2) Punggung membungkuk
(3) Punggung memuntir
(4) Punggung ditekuk memutar
b) Lengan (3 Postur), dan
(1) Kedua lengan di bawah bahu
(2) Satu lengah di bawah dan satu lengan diatas
bahu
(3) Kedua lengan diatas bahu
c) Kaki (7 Postur)
(1) Posisi duduk
(2) Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan berat
badan seimbang antara dua kaki
27
(3) Berdiri dengan satu kaki lurus dan kaki
lainnya menekuk dengan berat badan
seimbang antara kedua kaki
(4) Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki agak
ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki
(5) Berdiri atau jongkok dengan kedua kaki
ditekuk dan berat seimbang antara kedua kaki
(6) Kaki dengan posisi berlutut
(7) Berjalan
Metode OWAS pun memperhitungkan juga berat
beban yang ditangani oleh pekerja yang dibagi menjadi 3
kategori, yaitu kurang dari 10 Kg, antara 10-20 Kg dan
lebih dari 20 Kg. Hasil pengamatan melalui metode
OWAS dikategorikan kedalam empat kategori, yaitu :
Tabel 2.4 Grand Score OWAS
Kategori Action Level
1 Tidak perlu perbaikan
2 Tindakan koreksi dalam waktu
dekat
3 Tindakan koreksi sesegera
mungkin
4 Segera lakukan tindakan
perbaikan
Sumber : Tarwaka, 2011
28
e. Baseline Risk Identification of Ergonomics Factors (BRIEF)
1) Definisi
BRIEF adalah alat penyaring awal menggunakan
struktur dan bentuk sistem tingkatan untuk
mengidentifikasi penerimaan tiap tugas dalam suatu
pekerjaan (Humantech, 1989).
2) Pengukuran
Metode BRIEF dalam melakukan penilaian terhadap
postur melakukan identifikasi pada bagian – bagian tubuh,
seperti :
a) Tangan dan pergelangan tangan kiri
b) Siku kiri
c) Bahu kiri
d) Leher
e) Punggung
f) Tangan dan pergelangan tangan kanan
g) Siku kanan
h) Bahu kanan
i) Kaki
Metode BRIEF pun melakukan penilaian pekerjaan
menggambarkan tinjauan ulang ergonomi secara
29
mendalam dari ketiga penetapan data (sederhana, mudah
dipahami, dan dapat dipercaya) dan juga yang paling
penting yang paling memberikan beban paling berat
(Humantech, 1995).
30
Tabel 2.5 Kelebihan dan Kelemahan Metode Analisis Tingkat Risiko Ergonomi
No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan
1. Rapid Entire Body
Assesment (REBA)
a. Merupakan metode yang cepat untuk
menganalisa postur kerja yang
menyebabkan risiko ergonomi
b. Dapat mengidentifikasi faktor – faktor
risiko dalam pekerjaan
c. Dapat digunakan untuk postur tubuh
yang stabil maupun tidak stabil
d. Skor akhir dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah, menentukan
priotitas dan perubahan yang dilakukan
a. Hanya menilai aspek postur dari
pekerja
b. Tidak mempertimbangkan
kondisi yang dialami oleh
pekerja terutama yang berkaitan
dengan faktor psikososial
c. Tidak menilai kondisi
lingkungan kerja terutama yang
berkaitan dengan vibrasi,
temperatur dan jarak pandang
2. Rapid Upper Limb
Assesment (RULA)
a. Menilai sebuah angka perbedaan
postur selama putaran dalam bekerja
untuk menyiapkan sebuah profil dari
beban otot.
a. Hanya untuk pekerjaan dengan
postur statis atau duduk atau
berdiri terus menerus, kurang
cocok untuk pekerjaan dengan
gerakan dinamis
31
Tabel 2.4 (Lanjutan)
No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan
b. Dapat dijadikan tindakan lebih kanjut
dari investigasi dan tindakan
perbaikan.
c. Pemberian skor pada RULA lebih
rinci
d. Mudah digunakan, cepat dam praktis
b. Tidak ada tinjauan rekam medis
c. Metode ini tidak bisa mengukur
gerakan tangan menggenggam,
meluruskan, memutar dan
memerlukan tekanan pada
telapak tangan, dan
d. Metode ini tidak bisa mengukur
antropometri tempat kerja yang
dapat menyebabkan terjadinya
postur janggal
3. Quick Exposure
Checklist (QEC)
a. Mencakup beberapa faktor risiko
terbesar terkait MSDs
b. Mempertimbangkan kebutuhan
pengguna dan dapat digunakan oleh
peneliti yang belum berpengalaman
a. Metode hanya berfokus pada
faktor fisik di tempat kerja
b. Hipotesis skor pajanan yang
disarankan pada action level
membutuhkan validasi.
32
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Metode Penilaian Kelebihan Kekurangan
c. Mempertimbangkan kombinasi dan
interaksi berbagai macam faktor risiko
di tempat kerja
d. Menyediakan tingkat sensitivitas dan
kegunaan yang baik
e. Mudah dipelajari dan cepat digunakan
c. Pelatihan dan praktek tambahan
diperlukan oleh pengguna yang
belum berpengalaman untuk
pengembangan reabilitas
pengukuran.
4. Ovako Working
Posture Analysis
System (OWAS)
a. Mudah digunakan
b. Hasil observasi bisa dibandingkan
dengan benchmarks untuk
menentukan prioritas intervensi
c. Angka pada tiap bagian tubuh bisa
digunakan untuk perbandingan
sebelum dan sesudah intervensi untuk
mengevaluasi keefektifitasnya
d. Angka pada tiap bagian tubuh bisa
digunakan untuk studi epidemiologi
a. Tidak adanya informasi
mengenai durasi waktu kerja dari
postur kombinasi
b. Tidak ada perbedaan klasifikasi
antara lengan kiri dan kanan
c. Tidak memperhitungkan
mengenai posisi siku,
pergelangan tangan atau tangan
33
Tabel 2.5 (Lanjutan)
No. Metode penilaian Kelebihan Kekurangan
5. Baseline Risk
Identifiation of
Ergonomics
Factors
a. Dapat mengkaji hampir seluruh
bagian tubuh (sembilan bagian)
b. Dapat menentukan bagian mana yang
memiliki beban paling berat
c. Dapat mengidentifikasi penyebab
awal MSDs
d. Tidak membutuhkan seorang ahli
ergonomi untuk melakukan penilaian
pekerjaan menggunakan BRIEF
a. Tidak dapat mengetahui total
skor secara menyeluruh dari
suatu pekerjaan
b. Banyak faktor yang harus
diuji
c. Membutuhkan waktu
pengamatan yang lebih lama
d. Tidak dapat digunakan untuk
manual handling
6. Nordic Body Map a. Mengkaji seluruh tubuh yang dibagi
kedalam sembilan bagian tubuh.
b. Dapat digunakan untuk mengevaluasi
keluhan MSDs
c. Menggunakan 28 titik atau pertanyaan
bagian tubuh
a. Hanya melihat keluhan
secara subyektif
b. Tidak dapat mengetahui total
skor secara menyeluruh dari
suatu pekerjaan
c. Tidak terlalu milhat faktor
fisik di tempat kerja
34
C. Kerangka Teori
Manajemen risiko adalah suatu istilah yang digunakan dalam melakukan
penilaian risiko yang dilakukan secara logis dan sistematis. Proses penilaian ini
meliputi metode tahap penentuan konteks/kriteria risiko, identifikasi risiko,
analisis risiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko serta komunikasi dan
pemantauan risiko yang terkait dengan kegiatan – kegiatan, fungsi atau proses
dengan cara yang memungkinkan organisasi untuk meminimalkan kerugian dan
memaksimalkan peluang. Manajemen risiko mengidentifikasi kesempatan
sebagai mitigasi atau menghindari kerugian (AS/NZS 4360:1999). Maka
didapatkan skema kerangka teori sebagai berikut:
35
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber : AZ/NZS 4360:1999
Penilaian Risiko
Menentukan Konteks/KriteriaRisiko
Komunikasi
dan
Konsultasi
Identifikasi Risiko
Pemantauan
dan Tinjau
Ulang
Analisis Risiko
Evaluasi Risiko
Pengendalian Risiko
36
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang dibuat penulis mengacu kepada kerangka teori
pada bab sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat risiko
ergonomi berdasarkan metode penilaian risiko ergonomi yaitu REBA, OWAS
dan QEC pada pekerja konstruksi proyek ruko graha depok. Alasan penulis
mengunakan metode REBA, OWAS dan QEC di dalam penelitian ini
dikarenakan metode ini dapat menilai risiko pada beberapa bagian tubuh yang
penting dan juga menilai postur kerja secara dinamis dan juga statis. Validitas
dan realibilitas metode REBA, OWAS dan QEC juga telah diuji, sehingga
penelitian dapat diterima secara ilmiah. Selain itu, metode ini juga tidak
membutuhkan waktu yang lama dalam melakukan pengukurannya dan mudah
digunakan. Metode ini tentu saja bukanlah metode yang paling baik digunakan,
namun mungkin lebih sesuai dengan penelitian ini.
Penilaian ini diawali dengan menentukan Kriteria Risiko, melakukan
identifikasi risiko, melakukan analisis risiko berdasarkan metode REBA, OWAS
dan QEC, lalu didapatkan skor akhir dari masing – masing metode penilaian
risiko ergonomi tersebut yang merupakan indikator tingkat risiko ergonomi yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi risiko serta melakukan pengendalian risiko
pada pekerja. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut:
37
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Menentukan Kriteria Risiko
Menentukan Risiko (Ergonomi) Berdasarkan Proses Pekerjaan Proyek Ruko
Graha Depok
Identifikasi Risiko
Identifikasi Risiko Postur Kerja Yang Dilakukan
Berdasarkan Proses Pekerjaan Proyek Ruko Graha Depok
Analisis Risiko
Melakukan Penilaian risiko postur kerja berdasarkan
metode penilaian ergonomi, yaitu metode REBA, OWAS
dan QEC
Evaluasi Risiko
Mengevaluasi risiko ergonomi pekerjaan tersebut
berdasarkan metode penilaian ergonomic yang dipakai
yaitu, metode REBA, OWAS dan QEC.
Pengendalian Risiko
Mengendalian risiko ergonomi pekerjaan tersebut dengan
memberikan saran.
38
B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang menjelaskan variabel – variabel yang menjadi unsur – unsur dalam melakukan
penelitian. Definisi ini menjelaskan secara jelas mengenai pengertian dari setiap variabel yang akan diteliti. Hal ini dilakukan agar
pembaca dapat mengerti dan lebih mengetahui maksud dari peneliti (Nurliah, 2012). Di bawah ini akan dijelaskan beberapa variabel
tersebut dalam tabel 3.1, seperti :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Identifikasi
Proses
Pekerjaan
Melakukan pengambilan
gambar berbentuk video
postur kerja masing –
masing tahap kerja per
satu siklus kerja.
Kamera
digital
Observasi
dan
wawancara
Langkah kerja masing – masing
jenis pekerjaan per satu siklus kerja
Ratio
2. Penilaian
Postur kerja
Pemberian angka untuk
postur tubuh pekerja
berdasarkan kriteria
metode penilaian
ergonomi.
Kamera
digital, ,
stopwatch
dan form
penilaian
Observasi
REBA :
a. skor 1 (Risiko dapat
ditiadakan)
b. skor 2-3 (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
Ordinal
39
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
c. skor 4-7 (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. skor 7-10 (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
e. skor 11+ (Sangat Tinggi,
dan lakukan perubahan)
(Hignett dkk, 2000)
OWAS :
a. Skor 1 ( Normal Postur) =
posisi normal tanpa efek
yang dapat mengganggu
sistem musculoskeletal,
tidak diperlukan tindakan
perbaikan.
b. Skor 2 (Slightly Harmful) =
posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan
pada sistem
musculoskeletal, tindakan
perbaikan mungkin
diperlukan.
40
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
c. Skor 3 (Distincly
Harmful) = posisi dengan
efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal
(risiko tinggi), tindakan
korektif segera diperlukan.
d. Skor 4 (Extremely
Harmful) = posisi dengan
efek sangat berbahaya
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sangat tinggi), dan
tindakan korektif
diperlukan sesegera
mungkin.
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
41
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
a. Postur
Leher
Gerakan menunduk,
menengadah, miring
dan rotasi leher yang
terjadi pada saat pekerja
bekerja.
Kamera
digital,
stopwatch
dan form
penilaian
observasi REBA :
1) Skor 1 : 0o - 20
o flexion
sampai extension
2) Skor 2 : >20o flexion atau
extension
3) Skor +1 jika leher memutar
ke kanan atau ke kiri
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
Ordinal
42
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan lakukan
perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
b. Postur
Punggung
Gerakan fleksi atau
rotasi punggung yang
terjadi pada saat pekerja
bekerja.
Kamera
digital,
stopwatch
dan form
penilaian
observasi REBA :
1) Skor 1 : Lurus / tegak
alamiah Skor 2 : 0o - 20
o
flexion sampai extension
2) Skor 3 : 20o - 60
o flexion
3) Skor 4 : > 60o flexion
4) Skor +1 : jika
memutar/miring kesamping
Ordinal
OWAS :
1) Skor 1 = posisi punggung
lurus tegak (<20o)
Ordinal
43
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
2) Skor 2 = posisi
punggung bungkuk ke
dapan (>20o)
3) Skor 3 = posisi
punggung miring ke
samping (>20o)
4) Skor 4 = posisi
punggung bungkuk ke
depan sekaligus miring
kesamping (>20o)
QEC :
1) ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
2) 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
3) 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
Ordinal
44
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
4) >70% (Tinggi, dan lakukan
perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
c. Postur
Lengan
Gerakan aduksi,
abduksi, fleksi, ekstensi
pada lengan pekerja
yang terjadi pada
pekerja saat bekerja.
Kamera
digital,
stopwatch
dan form
penilaian
Observasi OWAS :
1) Skor 1 = posisi kedua
lengan berada di bawah
bahu
2) Skor 2 = posisi pada salah
satu lengan berada diatas
bahu
3) Skor 3 = posisi kedua
lengan berada diatas bahu
Ordinal
d. Postur
Lengan atas
Gerakan aduksi,
abduksi, fleksi, ekstensi
pada lengan atas pekerja
yang terjadi pada
pekerja saat bekerja.
Kamera
digital,
stopwatch
dan form
penilaian
Observasi REBA :
1) Skor 1 : 0o - 20
o flexion
sampai extension
2) Skor 2 : > 20o extension
20o - 45
o flexion
3) Skor 3 : 45o - 90
o
flexion
4) Skor 4 : > 90o flexion
45
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
5) Skor +1 : jika posisi
lengan adducted atau
rotated
6) Skor +1 : jika bahu
ditinggikan
7) Skor -1 : jika bersandar,
bobot lengan ditopang
atau sesuai gravitasi
e. Postur
Lengan
bawah
Gerakan aduksi,
abduksi, fleksi, ekstensi
pada lengan bawah
pekerja yang terjadi
pada pekerja saat
bekerja.
Kamera
digital,
stopwatch
Observasi REBA :
1) Skor 1 : 60o - 100
o
flexion sampai extension
2) Skor 2 : <20o flexion
atau >100o flexion
f. Postur
Pergelangan
tangan
Gerakan fleksi atau
ekstensi pada
pergelangan lengan
pekerja yang terjadi
pada pekerja saat
bekerja.
Kamera
digital,
stopwatch
dan form
penilaian
Observasi REBA :
1) Skor 1 : 0o - 15o
flexion sampai extension
2) Skor 2 : >15o flexion
atau extension
3) Skor +1 jika tangan
memutar ke kanan atau
kiri
46
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
>70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
(Li dan Bukle, 1999)
g. Postur Kaki Gerakan postur kaki
pekerja yang stabil,
tidak stabil dan fleksi
yang terjadi pada saat
bekerja.
Kamera
digital,
stopwatch
dan form
penilaian
Observasi REBA :
1) Skor 1 : kaki tertopang,
bobot tersebar merata
jalan atau duduk
2) Skor 2 : kaki tidak
tertopang, bobot tersebar
merata/postur tidak stabil
3) Skor +1 : jika lutut antara
30o - 60
o flexion
Kaki
47
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
4) Skor +2 : Jika lutut >60o
flexion tidak ketika
duduk
OWAS :
a. Skor 1 = posisi duduk
b. Skor 2 = posisi berdiri
dengan kedua kaki lurus
c. Skor 3 = posisi berdiri
dengan bertumpu pada
satu kaki lurus dan satu
kaki lainnya berbentuk
sudut >150o
d. Skor 4 =
berdiri/jongkok dengan
kedua lutut dengan sudut
≤150o
e. Skor 5 = berdiri atau
jongkok satu lutut
dengan sudut ≤150o
48
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
f. Skor 6 = berlutut satu
atau dua lutut yang
berada ditanah/lantai
skor 7 = berjalan atau
bergerak
3. Tingkat Risiko Level atau tingkatan
risiko MSDs yang
diterima oleh pekerja
berdasarkan metode
penilaian risiko
ergonomi
Lembar
kerja form
metode
penilaian
risiko
ergonomi
Kalkulasi
dan
Skoring
REBA :
a. skor 1 (Risiko dapat
ditiadakan)
b. skor 2-3 (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. skor 4-7 (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
Ordinal
d. skor 7-10 (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
e. skor 11+ (Sangat Tinggi,
dan lakukan perubahan)
(Hignett dkk, 2000)
49
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
OWAS :
a. Skor 1 ( Normal Postur) =
posisi normal tanpa efek
yang dapat mengganggu
sistem musculoskeletal,
tidak diperlukan tindakan
perbaikan.
b. Skor 2 (Slightly Harmful)
= posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sedang), tindakan perbaikan
mungkin diperlukan.
c. Skor 3 (Distincly
Harmful) = posisi dengan
efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal
(risiko tinggi), tindakan
korektif segera diperlukan.
50
Tabel 3.1 (lanjutan)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
d. Skor 4 (Extremely
Harmful) = posisi dengan
efek sangat berbahaya
pada sistem
musculoskeletal (risiko
sangat tinggi), dan
tindakan korektif
diperlukan sesegera
mungkin.
QEC :
a. ≤ 40% (Risiko dapat
diterima)
b. 41%-50% (Rendah,
perubahan mungkin
dibutuhkan)
c. 51%-70% (Menengah,
investigasi lebih lanjut,
perubahan segera)
d. >70% (Tinggi, dan
lakukan perubahan)
51
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi
kasus observasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi langsung
terhadap proses pekerjaan serta menilai tingkat risiko ergonomi dengan
menggunakan Rapid Entire Body Assesment (REBA), Ovako Working
Assesment System (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC). Peneliti
melakukan observasi pada setiap proses pekerjaan yang dilakukan pekerja di
proyek Ruko Graha Depok di Depok Timur.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Depok timur, pada proyek Ruko Graha
Depok. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan
Desember 2015.
C. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah seluruh proses kerja yang dilakukan
oleh perusahaan konstruksi CV. Kemiri Muka di proyek Ruko Graha
Depok. Karakteristik pekerja yang diteliti adalah pekerja yang memiliki
tinggi badan rata - rata 168 cm dan pekerja yang memiliki tinggi badan jauh
diatas rata – rata (outlier). Sehingga pekerja yang diteliti dapat mewakili
52
pekerja lain yang tidak diteliti namun pekerjaannya sama. Kedua hal
tersebut dijelaskan dalam bentuk gambar di bawah ini:
: total pekerja konstruksi di proyek Ruko Graha Depok
: pekerja konstruksi yang diteliti
Gambar 4.1 Objek Penelitian
D. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan mengambil 12
sampel (postur kerja) dari 11 proses kerja yang dilakukan dengan cara
mengambil video pekerja pada saat bekerja.
E. Besar Sampel
Sampel yang diambil peneliti berjumlah 12 sampel yang teridiri dari
11 sampel pekerja yang mewakili rata – rata pekerja dan 1 pekerja yang
mewakili tinggi badan yang jauh diatas rata – rata pekerja (outlier). Semua
sampel diambil masing – masing satu dari 11 pekerjaan yang ada di proyek
Ruko Graha Depok.
F. Tekhnik Pengambilan Sampel
Tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini
adalah simple random sampling, dimana setiap satu sampel diambil acak dari
beberapa pekerja yang mengerjakan suatu pekerjaan.
53
G. Alat/Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
sebagai berikut ini:
1. Form Rapid Entire Body Assesment, Ovako Working Posture
Analysis Siste ,dan Quick Exposure Checklist (REBA, OWAS
dan QEC)
Form REBA, OWAS dan QEC merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur tingkat postur tubuh atau posisi
pekerja konstruksi proyek ruko graha pada saat bekerja. Metode
REBA yang digunakan adalah metode yang digunakan oleh
Hignett dan McAtamney (2000) sebagai sarana untuk menilai
postur untuk risiko work-related musculoskeletal disorders
(WRMSDs) terdapat dalam Lampiran 7. Metode OWAS yang
digunakan adalah metode yang digunakan oleh Karhu dkk
(1981) dalam sebagai sarana untuk menilai postur untuk risiko
work-related musculoskeletal disorders (WRMSDs) terdapat
dalam lampiran 8. Metode QEC yang digunakan adalah metode
yang digunakan oleh Li dan Bukle (1999) untuk menilai postur
risiko work-related musculoskeletal disorders (WRMSDs)
terdapat dalam lampiran 9.
2. Software MB Ruler
Software MB Ruler yang digunakan adalah MB Ruler
versi 5.3, software tersebut digunakan untuk mengukur postur
54
dengan ketelitian millimeter, untuk menghitung besar sudut dari
setiap posisi atau postur tubuh saat pekerja bekerja.
3. Kamera Digital
Kamera digunakan untuk mendokumentasikan
posisi/postur pada saat bekerja. Kamera yang digunakan adalah
kamera digital Canon Power Shot S110 Optical Zoom Lens 5X
IS 5.2 -26.0 mm.
Gambar 4.2 Kamera Digital
4. Stopwatch
Stopwatch yang digunakan adalah stopwatch Accusplit
warna hitam Pro Survivor 601X untuk menghitung waktu/durasi
pada saat bekerja.
Gambar 4.3 Stopwatch
5. Timbangan
Timbangan yang digunakan adalah timbangan
Handscale bermerek Scale and length tape measure untuk
menghitung berat beban pada saat bekerja
55
Gambar 4.4 HandScale
H. Metode pengambilan Data
Metode pengambilan data terbagi atas dua bagian, yaitu :
1. Pengambilan Data Primer
Pengambilan data mengenai postur kerja dengan cara
mengobservasi langsung dan didokumentasikan menggunakan kamera
digital, menghitung durasi faktor risiko tersebut serta mengukur besar
sudut menggunakan mistar dan busur. Total waktu observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada satu siklus tahapan
per pekerjaan.
Setelah menentukan total waktu pengamatan dalam satu siklus,
lalu melakukan pengukuran postur dan penilaian dari postur yang
telah diukur. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai
pengumpulan data dari masing – masing tahap kerja per satu siklus :
a. Pekerja Kayu
Pada pekerja kayu proses pengerjaan yang dilakukan
adalah membuat bekisting untuk pengecoran. Pengambilan
rekaman gambar diambil selama satu kali pembuatan bekisting
56
dimulai ketika pekerja mengambil kayu dan membuat
bekisting untuk melakukan pengecoran seperti pada gambar
4.5 di bawah ini:
Gambar 4.5 Bagan Alur Pekerja Kayu
b. Pekerja Besi
Pada pekerja besi proses pengerjaan yang dilakukan
adalah membuat rangka besi untuk bangunan seperti lantai,
tiang atau pondasi. Pengambilan rekaman gambar diambil
selama satu kali pembuatan rangka besi dimulai ketika pekerja
memotong besi hingga merangkai besi sampai rangka
bangunan terbentuk seperti pada gambar 4.6 di bawah ini
Gambar 4.6 Bagan Alur Pekerja Besi
Memotong
kayu
Memaku
kayu
(bekisting)
Memotong
besi
Membuat
rangka besi
Mengambil
kayu
Memasang
bekisting
Mengambil
besi
Membawa
besi
Merangkai
besi
Membetulkan
rangkaian besi
57
c. Pekerja Pengecoran
Pada pekerja pengecoran pengerjaan yang dilakukan
adalah membuat bahan cor untuk mengecor rangka bangunan
seperti lantai, tiang, dan tangga. Pengambilan gambar diambil
selama satu kali pengerjaan pengecoran dimulai pekerja
membuat bahan pengecoran dan melakukan pengecoran
bangunan seperti pada gambar 4.7 di bawah ini:
Gambar 4.7 Bagan Alur Pekerja Pengecoran
2. Pengukuran dan Penilaian faktor risiko
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pengukuran faktor risiko menggunakan lembar penilaian
Rapid Entire Body Assesment (REBA) yang digunakan oleh
Hignett dan McAtamney (2000). Lembar pengukuran diisi dengan
memberikan skor pada setiap faktor yang dinilai untuk Rapid
Entire Body Assesment (REBA). Penilaian skor metode ini dibagi
menjadi tiga bagian yaitu skor A (punggung, leher, kaki, dan
beban), skor B (lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
pegangan) dan skor C (skor A + Skor B + Activity score). Berikut
Menaruh
semen coran
pada
bekisting
Meratakan semen
yang ada di
bekisting
Membuat
semen coran
58
akan dijabarkan proses pengukuran dan penilaian metode Rapid
Entire Body Assesment (REBA) :
1) Skor A
Penilaian skor A dibagi menjadi empat bagian yaitu :
a) Posisi punggung
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung
pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB
ruler (Gambar 4.8). Setelah mendapatkan besarnya
sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu
lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau
kode posisi punggung.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi
punggung sebagai berikut:
(1) Skor 1 : Lurus / tegak alamiah
(2) Skor 2 : 0 o - 20
o flexion sampai extension
(3) Skor 3 : 20o - 60
o flexion
(4) Skor 4 : > 60o flexion
(5) Skor +1 : jika memutar/miring kesamping
59
Gambar 4.8 Gambar Posisi Punggung
b) Posisi leher
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi leher pekerja
pada saat bekerja dengan bantuan software MB ruler
(Gambar 4.9). Setelah mendapatkan besarnya sudut
yang terbentuk pada posisi leher, lalu lakukan penilaian
dengan menentukan hasil skor atau kode posisi leher.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi leher
sebagai berikut:
(1) Skor 1 : 0o - 20
o flexion sampai extension
(2) Skor 2 : >20o flexion atau extension
(3) Skor +1 jika leher memutar ke kanan atau ke
kiri
60
Gambar 4.9 Gambar Posisi Leher
c) Posisi Kaki
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan
tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan
software MB ruler (Gambar 4.10). Setelah
mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada
posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan
hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi
pergelangan tangan sebagai berikut:
(1) Skor 1 : kaki tertopang, bobot tersebar merata
jalan atau duduk
(2) Skor 2 : kaki tidak tertopang, bobot tersebar
merata/postur tidak stabil
(3) Skor +1 : jika lutut antara 30o - 60
o flexion
61
(4) Skor +2 : Jika lutut >60o flexion tidak ketika
duduk
Gambar 4.10 Gambar Posisi Kaki
d) Beban
Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan
cara menentukan besarnya beban objek yang diangkat
atau angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu
lakukan penilaian dengan menentukan hasil skor atau
kode beban. Hasil skor pengukuran terhadap beban
sebagai berikut :
(1) Skor 0 : beban <5 Kg
(2) Skor 1 : beban antara 5 – 10 Kg
(3) Skor 2 : beban >10 Kg
(4) Skor +1 : Jika ada penambahan beban secara
tiba – tiba
62
2) Skor B
Penilaian skor B dibagi menjadi empat bagian, yaitu :
a) Lengan atas
Pengukuran dilakukan dengan merekam
gambar selama proses kerja berlangsung, lalu
menentukan besarnya sudut yang terbentuk pada
posisi lengan atas pekerja pada saat bekerja dengan
bantuan software MB ruler (Gambar 4.11). Setelah
mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada
posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan
menentukan hasil skor atau kode posisi lengan atas.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan
atas sebagai berikut:
(1) Skor 1 : 0o - 20
o flexion sampai extension
(2) Skor 2 : > 20o extension
20o - 45
o flexion
(3) Skor 3 : 45o - 90
o flexion
(4) Skor 4 : > 90o flexion
(5) Skor +1 : jika posisi lengan adducted atau
rotated
(6) Skor +1 : jika bahu ditinggikan
63
(7) Skor -1 : jika bersandar, bobot lengan
ditopang atau sesuai gravitasi
Gambar 4.11 Gambar Posisi Lengan Atas
b) Posisi lengan bawah
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan
bawah pekerja pada saat bekerja dengan bantuan
software MB ruler (Gambar 4.12). Setelah
mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada
posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan
hasil skor atau kode posisi lengan bawah.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi lengan
bawah sebagai berikut:
64
(1) Skor 1 : 60o - 100
o flexion sampai extension
(2) Skor 2 : <20o flexion atau >100
o flexion
Gambar 4.12 Posisi Lengan Bawah
c) Pergelangan tangan
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi pergelangan
tangan pekerja pada saat bekerja dengan bantuan
software MB ruler (Gambar 4.13). Setelah
mendapatkan besarnya sudut yang terbentuk pada
posisi leher, lalu lakukan penilaian dengan menentukan
hasil skor atau kode posisi pergelangan tangan.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi
pergelangan tangan sebagai berikut:
(1) Skor 1 : 0o - 15
o flexion sampai extension
(2) Skor 2 : >15o flexion atau extension
65
(3) Skor +1 jika tangan memutar ke kanan atau
kiri
Gambar 4.13 Posisi Pergelangan Tangan
d) Pegangan
Pengukuran mengenai pegangan pada objek
dilakukan dengan cara menentukan kenyamanan dalam
memegang objek yang dipakai oleh pekerja pada
saat bekerja, lalu lakukan penilaian dengan
menentukan hasil skor atau kode pegangan. Hasil skor
pengukuran terhadap beban sebagai berikut :
(1) Skor 0 (Good) : pegangan pas dan tepat
ditengah, genggaman kuat
(2) Skor 1 (Fair) : pegangan tangan bisa diterima
tapi tidak ideal
(3) Skor 2 (Poor) : pegangan tangan tidak bias
diterima walau memungkinkan
(4) Skor 3 (Unacceptable) : dipaksakan pegangan
yang tidak aman
66
Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja
pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur
kerja pekerja tersebut berdasarkan tabel penilaian metode REBA.
Penilaian metode REBA dibagi menjadi empat tahap tahap, keempat
tahapan tersebut dijelaskan di bawah ini, yaitu :
1) Tabel skor A
Pada tahap pertama cocokkan hasil pengukuran skor A
yaitu, postur punggung, postur leher, postur kaki, dan beban.
Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan tabel
penilaian skor A (Tabel 4.1) , pada tahap ini akan
menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada
tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel
penilaian skor A :
Tabel 4.1 Tabel Penilaian Skor A
Punggung Leher
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Beban
0 1 2 +1
<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan
beban secara
tiba – tiba
67
2) Tabel skor B
Pada tahap kedua cocokkan hasil pengukuran skor B
yaitu, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan
pegangan. Keempat pengukuran tersebut dicocokkan dengan
tabel penilaian skor B (Tabel 4.2), pada tahap ini akan
menghasilkan satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada
tahap setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel
penilaian skor B :
Tabel 4.2 Tabel penilaian skor B
Lengan bawah
Lengan atas 1 2
Pergelangan 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Pegangan
0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable
pegangan pas
dan tepat
ditengah,
genggaman kuat
pegangan tangan
bisa diterima
tapi tidak ideal
pegangan tangan
tidak bias
diterima walau
memungkinkan
dipaksakan
pegangan yang
tidak aman
3) Tabel skor C
Pada tahap ketiga cocokkan hasil penilaian skor A dan
hasil penilaian skor B dengan tabel penilaian skor C (Tabel
4.3), lalu lakukan penilaian terhadap Activity score, setelah
68
itu lakukan penjumlahan antara hasil penilaian skor C dengan
nilai pada Activity score. Pada tahap ini akan menghasilkan
satu nilai yang akan dicocokkan kembali pada tahap
setelahnya. Berikut di bawah ini merupakan tabel penilaian
skor C :
Tabel 4.3 Tabel Penilaian Skor C
Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Skor B
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity score
+1 = jika 1 atau lebih
bagian tubuh statis,
ditahan lebih dari 1
menit
+1 = jika ada
pengulangan gerakan
dalam rentang waktu
singkat, diulang lebih
dari 4 kali per menit
(tidak termasuk
berjalan)
+1 = jika gerakan
menyebabkan
perubahan atau
pergeseran postur
yang cepat dari posisi
awal
4) Tabel level risiko dan tindakan
Pada tahap keempat ini cocokkan nilai hasil dari
keseluruhan tahap yang telah dilewati dengan tabel level
risiko dan tindakan (Tabel 4.4). Berikut di bawah ini
merupakan tabel level risiko dan tindakan :
69
Tabel 4.4 Tabel Level Risiko dan Tindakan Perbaikan REBA
Level action Skor REBA Level Risiko Tindakan
Perbaikan
0 1 Bisa
diabaikan
Tidak perlu
1 2-3 Rendah Mungkin
perlu
2 4-7 Sedang Perlu
3 8-10 Tinggi Perlu segera
4 11-15 Sangat Tinggi Perlu saat ini
juga
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pengukuran metode penilaian Ovako Working Posture
Analysis System (OWAS) meliputi 2 faktor yaitu, postur kerja dan
beban. Untuk postur kerja terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
punggung, lengan/bahu dan kaki. Berikut akan dijabarkan proses
pengukuran dan penilaian metode penilaian risiko OWAS, yaitu
(Karhu dkk, 1977) :
1) Postur kerja
Metode OWAS pada pengukuran postur kerja terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
a) Punggung
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi punggung
70
pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB
ruler (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan besarnya
sudut yang terbentuk pada posisi punggung, lalu lakukan
penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi
punggung.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi
punggung sebagai berikut:
(1) Posisi 1 : Lurus / tegak (<20o)
(2) Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)
(3) Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)
(4) Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke
samping miring & bungkuk >20o (Grzybowska,
2010)
b) Lengan/Bahu
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
besarnya sudut yang terbentuk pada posisi lengan/bahu
pekerja pada saat bekerja dengan bantuan software MB
ruler (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan besarnya
sudut yang terbentuk pada posisi lengan, lalu lakukan
penilaian dengan menentukan hasil skor atau kode posisi
lengan.
71
Hasil skor pengukuran terhadap posisi
punggung sebagai berikut:
(1) posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu
(2) posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu
(3) posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu
c) Kaki
Pengukuran dilakukan dengan merekam gambar
selama proses kerja berlangsung, lalu menentukan
bagaimana posisi kaki pekerja pada saat bekerja dengan
observasi (Gambar 4.14). Setelah mendapatkan
bagaimana posisi kaki pekerja, lalu lakukan penilaian
dengan menentukan hasil skor atau kode posisi kaki.
Hasil skor pengukuran terhadap posisi kaki
sebagai berikut:
(1) posisi 1 : Duduk
(2) posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus
dengan sudut lutut >150o
(3) posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu
kaki lurus dan sudut satu kaki lainnya >150o
(4) posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua
lutut dengan sudut ≤150o
(5) posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan
sudut ≤150o
72
(6) posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang
berada di tanah / lantai
(7) posisi 7 : Berjalan atau bergerak
Gambar 4.14 Posisi Postur Kerja OWAS
73
2) Beban
Pengukuran mengenai beban dilakukan dengan cara
menentukan besarnya beban objek yang diangkat atau
angkut oleh pekerja pada saat bekerja, lalu lakukan penilaian
dengan menentukan hasil skor atau kode beban.
Hasil skor pengukuran terhadap beban sebagai
berikut :
a) Skor 1 = apabila berat beban <10 kg (0 kg - 9,9kg)
b) Skor 2 = apabila berat beban <20kg (10kg -19,9kg)
c) Skor 3 = apabila berat beban >20 kg
Setelah melakukan pengukuran berdasarkan postur kerja
pekerja, kemudian lakukan penilaian pada hasil pengukuran postur
kerja pekerja tersebut dengan mengkalkulasikan masing-masing
posisi punggung, lengan, kaki dan beban, berdasarkan tabel
penilaian metode risiko OWAS.
Cara penilaian berdasarkan tabel metode risiko OWAS
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu berdasarkan tabel 4.5 kombinasi
posisi postur kerja dan tabel 4.6 tingkat risiko dan tindakan
perbaikan. Selanjutnya, agar lebih jelas akan dijabarkan sebagai
berikut :
74
Tabel 4.5 Tabel Frekuensi Relatif OWAS
Punggung
Punggung
lurus/tegak
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Punggung
membungkuk
2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
Punggung
memuntir
3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
Punggung
membungkuk &
memuntir
4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
Lengan
Kedua lengan di
bawah bahu
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Satu lengan
diatas bahu
2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
Kedua lengan
diatas bahu
3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
Kaki
Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Berdiri kedua
kaki lurus
2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
Berdiri dengan
satu kaki
ditekuk
3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
Berdiri atau
jongkok dengan
kedua lutut
4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
Berdiri atau
jongkok dengan
satu lutut
5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
Berlutut dengan
satu atau dua
lutut menyentuh
lantai
6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
Berjalan/bergera
k
7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
Frekuensi Relatif ≤
10
%
≤
20
%
≤
30
%
≤
40
%
≤
50
%
≤
60
%
≤
70
%
≤
80
%
≤
90
%
≤
100
%
Penilaian frekuensi relatif dilakukan setelah merekam
gambar selama proses kerja berlangsung, setelah dilakukan
perekaman, lakukan perhitungan terhadap jumlah repetitive dari
setiap posisi yang dominan terjadi pada punggung, lengan dan kaki
75
dalam kaitannya dengan posisi lainnya selama total waktu
pengamatan. Setelah perhitungan ini maka sebagai langkah
terakhir dari metode ini, adalah menentukan kategori risiko yang
mencakup setiap posisi.
Hasil penilaian tabel frekuensi relatif adalah sebagai berikut
ini :
1) Skor 1 (Normal Postur) : Posisi normal tanpa efek
yang dapat mengganggu sistem musculoskeletal
(risiko rendah) - tidak diperlukan tindakan perbaikan.
2) Skor 2 (Slightly Harmful) : Posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan pada sistem musculoskeletal
(risiko sedang) - Tindakan perbaikan mungkin
diperlukan.
3) Skor 3 (Distincly Harmful) : Posisi dengan efek
berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko tinggi) -
Tindakan korektif diperlukan segera.
4) Skor 4 (Extremely Harmful) : Posisi dengan efek
sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal (risiko
sangat tinggi) - Tindakan korektif diperlukan
sesegera mungkin.
76
Tabel 4.6 Tabel Kombinasi Posisi Postur kerja
Tabel diatas menjelaskan mengenai klasifikasi postur
postur kerja ke dalam kategori tindakan. Sebagai contoh postur
kerja dengan kode 2352, maka postur kerja ini merupakan postur
kerja dengan kategori tindakan dengan derajat perbaikan level 4,
yaitu pada sikap ini berbahaya bagi sistem muskuloskeletal
(sikap kerja ini mengakibatkan risiko yang jelas). Perlu
perbaikan secara langsung/saat ini.
Hal tersebut dapat diketahui setelah melihat tabel 4.7
tingkat risiko dan tindakan perbaikan, berdasarkan contoh dapat
diketahui bahwa perlu adanya perbaikan secara langsung yang
dilakukan terhadap postur kerja tersebut.
77
Tabel 4.7 Tabel Tingkat Risiko dan Tindakan Perbaikan OWAS
Kategori
Risiko
Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan
Skor 1
(Normal
Posture)
Posisi normal tanpa efek yang
dapat mengganggu sistem
musculoskeletal (risiko rendah)
Tidak diperlukan
perbaikan
Skor 2
(Slightly
Harmful)
Posisi yang berpotensi
menyebabkan kerusakan pada
sistem musculoskeletal (risiko
sedang)
Tindakan perbaikan
mungkin diperlukan
Skor 3
(Distincly
Harmful)
Posisi dengan efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal (risiko
tinggi)
Tindakan korektif
diperlukan segera
Skor 4
(Extremely
Harmful)
Posisi dengan efek sangat
berbahaya pada sistem
musculoskeletal (risiko sangat
tinggi)
Tindakan korektif
diperlukan sesegera
mungkin
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Pengukuran metode penilaian Quick Exposure Chechklist
(QEC) merupakan metode penilaian risiko yang menilai tingkat
risiko dengan 3 tahapan, yaitu pengamatan oleh peneliti, pengisian
kuesioner oleh pekerja itu sendiri dan kalkulasi skor pajanan.
Ketiga tahapan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut :
1) Pengamatan oleh peneliti
Pengukuran ini dilakukan oleh peneliti yang
dilakukan dengan observasi pekerja dengan mengamati
postur dan mencocokkan dengan form pengamatan.
2) Pengisian kuesioner pekerja
Pengisian kuesioner pekerja ini dilakukan untuk
melakukan penilaian yang memerlukan pekerja untuk
78
menjawab beberapa pertanyaan yang ada pada kuesioner
pekerja.
3) Kalkulasi Skor Pajanan
Pengkalkulasian skor pajanan ini dengan
membandingkan hasil kuesioner yang telah diisi dengan
tabel kalkulasi skor pajanan. Cara mengkalkulasikannya
adalah dengan membandingkan hasil jawaban hasil jawaban
dengan lembar skor QEC. Lembar skor QEC ini dapat
dilihat pada lampiran.
Setelah itu membandingkan hasil olahan kuesioner
dengan tabel skor per bagian postur tubuh. Tabel skor per
bagian tubuh tersebut yang dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8 Tabel Skor Per-bagian Tubuh
Tahap terakhir yaitu dengan menghitung exposure
yang didapat dan dibandingkan dengan tingkat risiko yang
79
diterima pekerja tersebut. Cara menghitung exposure
tersebut dengan menggunakan rumus di bawah ini :
X = Total skor yang didapat untuk paparan
risiko cedera untuk punggung, bahu/lengan, pergelangan
tangan, dan leher yang diperoleh dari perhitungan
kuesioner.
Xmax = Total maksimum skor untuk paparan
yang mungkin terjadi untuk punggung, bahu/lengan,
pergelangan tangan, dan leher.
Tahap terakhir adalah melihat rekapitulasi untuk
Action level setiap posisi kerja beserta tindakannya.
Rekapitulasi action level dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Tabel Action level QEC
Total Exposure
Level
Action
<40% Aman
40 - 49% Perlu penelitian lebih lanjut
50 – 69% Perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan
>69 % Dilakukan penelitian dan tindakan secepatnya
Sumber : Ilman dkk, 2013
80
F. Teknik dan Analisis Data
Hasil data pengukuran postur atau posisi kerja yang dilakukan dengan
menggunakan alat penilaian postur kerja metode REBA, OWAS dan QEC.
Cara penilaian metode REBA yaitu dengan cara memberi nilai untuk masing-
masing penilaian skor A yaitu punggung, leher, kaki, beban dan skor B
yaitu lengan atas, lengan bawah, pergelangan, serta pegangan. Semua skor
dinilai berdasarkan observasi yang dilakukan dengan merekam gambar selama
proses kerja, sehingga didapatkan nilai kategori tingkat risiko (Tabel 4.4)
yang menggambarkan level risiko ergonomi serta tingkat perlu atau tidaknya
suatu tahap kerja diubah. Untuk hasil data frekuensi dan durasi dari postur
kerja dinilai pada tabel penilaian Skor C (Tabel 4.3), sedangkan untuk
penilaian beban dinilai berdasarkan tabel penilaian Skor A (Tabel 4.1).
Cara penilaian metode OWAS yaitu dengan cara memberi nilai untuk
masing-masing postur punggung, lengan, kaki, dan frekuensi relatif
berdasarkan observasi yang dilakukan dengan merekam gambar selama proses
kerja, dan beban objek yang didapat berdasarkan telaah dokumen spesifikasi,
sehingga didapatkan nilai kategori tingkat risiko (Tabel 4.7).
Cara penilaian metode QEC yaitu dengan cara memberi nilai untuk
masing masing postur berdasarkan observasi yang dilakukan dengan
merekam gambar selama proses kerja dan hasil kueisoner pekerja untuk
didapatkan nilai kategori total tingkat risiko dan tindakan perbaikannya
(Tabel 4.9).
Sedangkan untuk cara membandingkan penilaian metode dapat
dilakukan dengan cara membandingkan per postur tubuh dari jenis pekerjaan
81
sehingga diketahui bagaimana perbedaan antara metode satu dengan lainnya,
dapat juga dengan melihat tingkat risiko yang dihasilkan berdasarkan
metode satu dengan lainnya.
82
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini ada beberpa tahapan yang akan dinilai yang terbagi
kedalam tiga kelompok pekerja yaitu, pekerja kayu, pekerja besi, dan pekerja
pengecoran. Pada pekerja kayu terdapat empat tahapan yaitu, mengambil kayu,
memotong kayu, membuat bekisting dan memasang bekisting. Pada pekerja besi
terdapat enam tahapan yaitu, mengambil besi, membawa besi, memotong besi,
membentuk rangka besi, merangkai besi, dan membetulkan rangkaian besi. Pada
pekerja pengecoran hanya ada satu tahapan yang dinilai, yaitu meratakan semen
cor. Semua tahapan yang ini dinilai menggunakan tiga metode analisis ergonomi,
yaitu metode Rapid Entire Body Assesment (REBA), metode Ovako Working
Posture Analysis Sistem (OWAS) dan Quick Exposure Checklist (QEC). Di
bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko semua tahapan diatas berdasarkan tiga
metode tersebut, sebagai berikut :
A. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Kayu
Pekerja kayu pada proyek Ruko Graha Depok ini memiliki beberapa
jenis aktivitas. Beberapa jenis aktivitas tersebut seperti mengambil kayu,
memotong kayu, membuat bekisting dan memasang bekisting. Berikut ini
akan dijelaskan analisis tingkat risiko dari masing – masing aktivitas pekerja
kayu, penjelasan mengenai analisis tersebut adalah sebagai berikut:
83
1. Mengambil kayu
Tahapan pengambilan kayu dilakukan secara manual tanpa
menggunakan alat apapun yang dilakukan oleh salah satu pekerja
kayu. Gerakan yang dilakukan adalah memilih, mengangkat dan
memisahkan kayu untuk digunakan pekerja lainnya. Kegiatan ini
dilakukan terus menerus hingga kayu yang dibutuhkan tersedia.
Gambar 5.1 Tahapan Pengambilan Kayu
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi tahapan
pengambilan kayu berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,
sebagai berikut :
84
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada saat melakukan tahapan pengambilan kayu ini,
posisi punggung pekerja lurus, sehingga mendapatkan skor 1.
Posisi leher pekerja lurus namun agak memutar kearah kiri
pekerja sehingga pekerja mendapatkan skor 2, untuk posisi kaki
pekerja tertopang secara baik sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah itu seluruh skor tersebut dimasukkan ke dalam tabel skor
A. Didapatkan skor 2 yang kemudian akan ditambahkan dengan
skor beban. Beban yang ditangani oleh pekerja lebih dari 10 Kg,
yaitu antara 10,5 sampai 15 Kg, maka beban mendapatkan skor
2. Setelah dijumlahkan dengan skor dari tabel A, maka
keseluruhan untuk skor A mendapatkan nilai 3.
Posisi lengan atas pekerja bagian kanan mengalami
bagian kiri mengalami fleksi 32o dari garis normal tubuh
manusia, mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja bagian
kanan mengalami fleksi 60o , sehingga lengan mendapatkan skor
1 untuk bagian kanan dan skor 2 untuk bagian kiri. Pergelangan
pekerja mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga
mendapatkan skor 1.
Hasil skor dari group B untuk bagian kanan dan kiri
yaitu mendapatkan skor 1. Hasil tersebut akan dijumlahkan
dengan skor pegangan. Pegangan pada objek benda tidak
memiliki pegangan yang tidak pas namun bisa diterima,
85
sehingga mendapatkan skor 2. Setelah dijumlahkan maka skor
yang didapatkan yaitu 3.
Pada tahapan ini pekerja kayu tidak melakukan aktivitas
yang dapat menambah skor. Sehingga untuk skor aktivitas
mendapatkan skor 0. Sehingga jika dikombinasikan skor A dan
skor B pada tabel C. maka akan didapatkan skor, yaitu
mendapatkan skor 3. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan
dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
didapatkan yaitu 3. Di bawah ini akan di jabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.1 sebagai berikut :
Tabel 5.1 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 1 Punggung lurus
2 Leher 2 Lurus dan memutar
kearah kiri
3 Kaki 1 Lurus tertopang
dengan baik
4 Beban 2 10 Kg - 15 Kg
5 Lengan atas 2 Fleksi 32o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 60o
7 Pergelangan
tangan
1 Feksi < 15o
8 Pegangan 2 Tidak pas
9 Jenis aktivitas 0 Tidak ada
Skor akhir REBA 3 Rendah
86
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan pengambilan kayu ini,
posisi punggung pekerja lurus dan membentuk sudut kurang dari
20o sehingga mendapatkan skor 1. Posisi tangan pekerja
keduanya berada di bawah bahu sehingga pekerja mendapatkan
skor 1, untuk posisi kaki pekerja berdiri dengan kedua kaki lurus
dengan sudut lutut > 150o sehingga mendapatkan skor 2. Beban
yang ditangani oleh pekerja mempunyai rentang antara 10,5
sampai 15 Kg sehingga mendapatkan skor 2.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja dan
tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan skor
postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan
ini memiliki nilai 1. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.2 sebagai berikut :
Tabel 5.2 Hasil Nilai skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 1 Lurus
2 Lengan 1 Kedua lengan di
bawah
3 Kaki 2 Lurus dengan sudut
lutut > 150o
4 Beban 2 10 – 15 Kg
Skor akhir OWAS 1 Normal Posture
87
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.3 di bawah ini.
Tabel 5.3 Hasil Kuesioner Proses Tahapan Mengambil Kayu
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A1 Hampir netral
Pergerakan B3 Jarang
2 Lengan C1 Berada di pinggang
Pergerakan D2 Sering
3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G1 Tidak tertekuk
5 Beban H3 Berat (11 Kg – 20 Kg)
6 Kecepatan
bekerja I2
(2 – 4 jam)
7 Tingkat
kekuatan J2
Sedang
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N1 Tidak ada
12 Stress O1 Tidak stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 22, lengan mendapat skor sebesar 22, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor
88
sebesar 4, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress
mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga
total exposure level yang didapatkan yaitu 38%. Di bawah ini
akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel
5.4 sebagai berikut :
Tabel 5.4 Hasil nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Kayu
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 22 Hampir netral
2 Lengan 22 Berada di
pinggang
3 Pergelangan
tangan
16 Hampir lurus
4 Leher 4 Tidak tertekuk
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan
bekerja
1 (2 – 4 jam)
8 Stress 1 Tidak stress
Skor akhir QEC 38% Aman
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.5,
sebagai berikut :
89
Tabel 5.5 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Mengambil Kayu Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 3 Rendah Tidak perlu
OWAS 1 Normal
Posture
Tidak diperlukan
perbaikan
QEC 38 % - Aman
Berdasarkan tabel 5.49 diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang
sama, yaitu aktivitas mengambil kayu mempunyai level risiko
ergonomi yang rendah dengan tidak perlu adanya tindakan
perbaikan.
2. Memotong kayu
Pada tahapan memotong kayu ini peneliti mengamati dua
sampel, pengamatan dua sampel dikarenakan adanya sampel yang
diluar tinggi rata - rata (outlier), sehingga pengamatan sampel diambil
dari kedua group, sampel outlier dan sampel rata – rata pekerja. Di
bawah ini akan jelaskan penilaian pada kedua sampel tersebut, sebagai
berikut :
a. Sampel I
Tahapan memotong kayu dilakukan secara manual
dengan menggunakan alat gergaji yang dilakukan oleh salah
satu pekerja kayu. Gerakan yang dilakukan adalah dengan
memotong kayu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan
untuk membuat bekisting.
90
Gambar 5.2 Tahapan Memotong Kayu Sampel I (Outlier)
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko
ergonomi tahapan memotong kayu berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC, sebagai berikut :
1) Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan memotong posisi punggung pada
saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi
lebih dari 20o dan kurang dari 60
o yaitu 31
o, sehingga
mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat
bekerja yaitu ekstensi sebesar 28o sehingga mendapat
skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang
dengan baik namun memiliki sudut fleksi >60o
91
sehingga mendapatkan skor 3. Setelah itu skor yang
didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan
didapatkan skor 6 untuk postur tubuh A. kemudian
skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor
beban yang akan menjadi skor akhir group A. berat
beban yang digunakan oleh pekerja masih di bawah
5Kg yaitu 2,4 Kg sehingga mendapatkan skor 0.
Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir
group A yaitu 6.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi
27o dari garis normal tubuh manusia, sehingga
mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja
mengalami fleksi membentuk sudut >100o, sehingga
lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja
mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga
mendapatkan skor 1.
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan
skor 2. Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor
pegangan. Pegangan pada objek benda tidak memiliki
pegangan yang pas namun bisa diterima, sehingga
mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka skor
yang didapatkan yaitu 3.
Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan
aktivitas menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan
92
adanya gerakan repetitif yang diulang lebih dari 18
kali gerakan per menit, sehingga untuk skor aktivitas
mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan
skor A dan skor B pada tabel C, maka akan
didapatkan skor 6. Setelah hasil skor C didapatkan
maka akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka
total skor yang didapatkan yaitu 8. Di bawah ini akan
dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu
tabel 5.6 sebagai berikut :
Tabel 5.6 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong
Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan
Metode REBA Tahun 2015
2) Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan pemotongan
kayu ini, posisi punggung pada saat bekerja tidak
lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari 20o dan
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 3 Fleksi 31o
2 Leher 2 Ekstensi 28o
3 Kaki 3 Fleksi >60o
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 2 Fleksi 27o
6 Lengan bawah 2 Fleksi >100o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi < 15o
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 8 Tinggi
93
kurang dari 60o yaitu 31
o, sehingga mendapatkan skor
2. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di
bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan
skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara baik,
yaitu pekerja jongkok dengan kedua kaki yang
membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor
4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih
< 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor
tersebut akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi
posisi postur kerja dan tabel tingkat risiko dan
tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan
dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini
memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.7 sebagai
berikut :
Tabel 5.7 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong
Kayu (Sampel I) Pada Pekerja Kayu Berdasarkan
Metode OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 31o
2 Lengan 1 Kedua lengan di
bawah bahu
3 Kaki 4
Berjongkok dengan
kedua kaki yang
membentuk sudut
<150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
94
3) Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan
hasil kuesioner yang dijelaskan dalam bentuk tabel
5.8 di bawah ini.
Tabel 5.8 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu
(Sampel I) Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode
QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C2 Berada di dada
Pergerakan D2 Sering
3
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
Repetitif F2 11 kali sampai 20 kali
permenit
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10
Kg)
6 Kecepatan
bekerja
I2 (2 – 4 jam)
7 Tingkat
kekuatan
J2 Sedang
8 Penglihatan K2 Tinggi
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ada, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui
bahwa data tersebut akan dianalisis dan diberikan
skoring. Hasil analisis dan skoring data tersebut yaitu
punggung mendapatkan skor sebesar 28, lengan
95
mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan
mendapatkan skor sebesar 30, leher mendapat skor
sebesar 14, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress
mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan
dan dibagi dengan skor maksimal yang dapat
didapatkan serta dikali dengan 100% untuk
mendapatkan total exposure level, sehingga total
exposure level yang didapatkan yaitu 69%. Di bawah
ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.9 sebagai berikut :
Tabel 5.9 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong
Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel I) Berdasarkan
Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 28 Terlalu membungkuk
2 Lengan 30 Berada di dada
3 Pergelangan tangan 30 Tertekuk
4 Leher 14 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 (2 – 4 jam)
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 68%
Perlu Penelitian lebih
lanjut dan tindakan
perbaikan
96
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis
tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan metode
REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan
mengenai hasil penilaian dari ketiga metode tersebut
pada sampel I dalam bentuk tabel 5.10, sebagai berikut :
Tabel 5.10 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Kayu (Sampel I) Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 8 Tinggi Perlu segera
OWAS 3 Distincly
Harmful
Tindakan korektif diperlukan
segera
QEC 68% - perlu penelitian lebih lanjut
dan tindakan perbaikan
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko
yang sama, yaitu aktivitas memotong kayu mempunyai
level risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu segera
dilakukan tindakan perbaikan.
b. Sampel II
Tahapan memotong kayu dilakukan secara manual
dengan menggunakan alat gergaji yang dilakukan oleh salah
satu pekerja kayu. Gerakan yang dilakukan adalah dengan
memotong kayu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan
untuk membuat bekisting.
97
Gambar 5.3 Tahapan Memotong Kayu Sampel II
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko
ergonomi tahapan memotong kayu berdasarkan metode
REBA, OWAS dan QEC, sebagai berikut :
1) Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan memotong posisi punggung pada
saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi
sebesar 32o, sehingga mendapatkan skor 3. Posisi
leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi sebesar 25o
sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat
bekerja tertopang dengan baik namun memiliki sudut
fleksi >60o sehingga mendapatkan skor 3. Setelah itu
98
skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel A
dan didapatkan skor 6 untuk postur tubuh A.
kemudian skor postur tubuh A akan dijumlahkan
dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir
group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja
masih di bawah 5Kg yaitu 2,4 Kg sehingga
mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan
skor A maka skor akhir group A yaitu 6.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi
32o dari garis normal tubuh manusia, sehingga
mendapatkan skor 2. Lengan bawah pekerja
mengalami fleksi membentuk sudut 40o, sehingga
lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja
mengalami fleksi namun tidak melebihi 61o, sehingga
mendapatkan skor 2.
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan
skor 3. Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor
pegangan. Pegangan pada objek benda tidak memiliki
pegangan yang pas namun bisa diterima, sehingga
mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka skor
yang didapatkan yaitu 4.
Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan
aktivitas menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan
adanya gerakan repetitif yang diulang lebih dari 4 kali
99
per menit, sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan
skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan skor A dan
skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 7.
Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah
kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
didapatkan yaitu 9. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.11 sebagai
berikut :
Tabel 5.11 Hasil Nilai Skoring Tahapan Memotong
Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan
Metode REBA Tahun 2015
2) Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan pemotongan
kayu ini, posisi punggung pada saat bekerja tidak
lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari 20o dan
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 3 Fleksi 32o
2 Leher 2 Fleksi 25o
3 Kaki 3 Fleksi >60o
4 Beban 0 < 5 Kg
5 Lengan atas 2 Fleksi 32o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 40o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi >15o
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 9 Tinggi
100
kurang dari 60o yaitu 32
o, sehingga mendapatkan skor
2. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di
bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan
skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara baik,
yaitu pekerja jongkok dengan kedua kaki yang
membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor
4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih
< 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor
tersebut akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi
posisi postur kerja dan tabel tingkat risiko dan
tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan
dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini
memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.12 sebagai
berikut :
Tabel 5.12 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong
Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode
OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 32o
2 Lengan 1 Kedua lengan di bawah
bahu
3 Kaki 4
Berjongkok dengan kedua
kaki yang membentuk
sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
101
3) Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan
hasil kuesioner yang dijelaskan dalam bentuk tabel
5.13 di bawah ini.
Tabel 5.13 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Kayu
Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode
QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A2 Agak membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C2 Berada di dada
Pergerakan D1 Jarang
3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
Repetitif F3 > 20 kali permenit
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan
bekerja
I2 (2 – 4 jam)
7 Tingkat
kekuatan
J2 Sedang
8 Penglihatan K2 Tinggi
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ada, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui
bahwa data tersebut akan dianalisis dan diberikan
skoring. Hasil analisis dan skoring data tersebut yaitu
punggung mendapatkan skor sebesar 24, lengan
mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan
mendapatkan skor sebesar 34, leher mendapat skor
sebesar 14, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
102
mendapatkan skor 4, kecepatan bekerja 4, dan stress
mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan
dan dibagi dengan skor maksimal yang dapat
didapatkan serta dikali dengan 100% untuk
mendapatkan total exposure level, sehingga total
exposure level yang didapatkan yaitu 68 %. Di bawah
ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.14 sebagai berikut :
Tabel 5.14 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong
Kayu Pada Pekerja Kayu (Sampel II) Berdasarkan Metode
QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor keterangan
1 Punggung 24 Agak membungkuk
2 Lengan 30 Berada di dada
3 Pergelangan
tangan
34 Tertekuk
4 Leher 14 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 4 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 (2 – 4 jam)
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 68%
Perlu Penelitian lebih
lanjut dan tindakan
perbaikan
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis
tingkat risiko ergonomi dengan menggunakan metode
REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan
dijelaskan kembali mengenai hasil penilaian dari
ketiga metode pada sampel II dalam bentuk tabel
5.15, sebagai berikut :
103
Tabel 5.15 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada
Aktivitas Memotong Kayu (Sampel II) Berdasarkan Tiga
Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 9 Tinggi Perlu segera
OWAS 3 Distincly
Harmful
Tindakan korektif
diperlukan segera
QEC 68 % -
Perlu penelitian lebih
lanjut dan tindakan
perbaikan
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil
perhitungan tersebut jika dilihat hasilnya
menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu aktivitas
memotong kayu (sampel II) mempunyai level risiko
ergonomi yang tinggi dengan perlu segera dilakukan
tindakan perbaikan.
3. Membuat bekisting
Tahapan membuat bekisting dilakukan secara manual dengan
menggunakan alat palu yang dilakukan oleh salah satu pekerja kayu.
Gerakan yang dilakukan adalah dengan memaku paku dengan
menggunakan palu sesuai dengan bentuk yang akan digunakan untuk
membuat bekisting.
104
Gambar 5.4 Tahapan Membuat Bekisting
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi
tahapan membuat bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan
QEC, sebagai berikut :
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan membuat bekisting posisi punggung
pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi
lebih dari 20o dan kurang dari 60
o yaitu 38
o, sehingga
mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat bekerja
yaitu 15o sehingga mendapat skor 1. Kaki pekerja pada saat
bekerja tidak tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi
>60o sehingga mendapatkan skor 4. Setelah itu skor yang
105
didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan
skor 6 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A
akan dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor
akhir group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja
masih di bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga mendapatkan
skor 0. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir
group A yaitu 6.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 61o dari
garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.
Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut
68o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan
pekerja mengalami fleksi sebesar 13o, sehingga mendapatkan
skor 1.
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 3.
Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.
Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang
pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 4.
Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan aktivitas
menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan
repetitive yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga
untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika
dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan
didapatkan skor 7. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan
106
dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
didapatkan yaitu 9. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.16 sebagai
berikut:
Tabel 5.16 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat
Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA
Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 3 Fleksi 38o
2 Leher 1 Fleksi 15o
3 Kaki 4
Tidak tertopang dengan
baik dan memiliki sudut
fleksi >60o
4 Beban 0 < 5 Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 61o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 68o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi 13o
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 9 Tinggi
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan pemotongan kayu ini,
posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk
sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60
o yaitu 38
o,
sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja kedua
tangannya berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja
mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara
baik, yaitu pekerja jongkok dengan satu kaki yang membentuk
sudut <150o sehingga mendapatkan skor 5. Terakhir beban
107
yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga
mendapatkan skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja
dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan
skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,
tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan
hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.17 sebagai
berikut :
Tabel 5.17 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat
Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS
Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 38o
2 Lengan 1 Kedua lengan berada di
bawah bahu
3 Kaki 5
tidak tertopang secara
baik, dan membentuk
sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.18 di bawah ini.
108
Tabel 5.18 Hasil Kuesioner Tahapan Membuat Bekisting Pada
Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C2 Berada di dada
Pergerakan D1 Jarang
3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
Repetitif F3 > 20 kali permenit
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan
bekerja
I2 (2 – 4 jam)
7 Tingkat
kekuatan
J2 Sedang
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N1 Tidak pernah
12 Stress O2 Cukup stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 28, lengan mendapat skor sebesar 26, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 34, leher mendapat skor
sebesar 12, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress
mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,
sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 65%. Di
109
bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.19 sebagai berikut :
Tabel 5.19 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membuat
Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun
2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 28 Terlalu membungkuk
2 Lengan 26 Berada di dada
3 Pergelangan tangan 34 Tertekuk
4 Leher 12 Tertekuk (Terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 1 (2 – 4 jam)
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 65%
Perlu penelitian lebih
lanjut dan tindakan
perbaikan
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.20,
sebagai berikut :
Tabel 5.20 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membuat Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 9 Tinggi Perlu segera
OWAS 3 Distincly
Harmful
Tindakan korektif diperlukan
segera
QEC 65 % - perlu penelitian lebih lanjut
dan tindakan perbaikan
110
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat
risiko yang sama, yaitu aktivitas membuat bekisting
mempunyai level risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu
segera dilakukan tindakan perbaikan.
4. Memasang bekisting
Tahapan memasang bekisting dilakukan secara manual dengan
memaku bekisting sehingga terbentuk pinggiran/alas untuk
pengecoran agar membentuk dinding beton atau lantai. Gerakan yang
dilakukan adalah dengan memaku bekisting dengan palu agar sesuai
dengan kontruksi bangunan yang akan dibentuk.
Gambar 5.5 Tahapan Memasang Bekisting
111
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi
tahapan memasang bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan
QEC, sebagai berikut :
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan memasang bekisting posisi punggung
pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih
dari 20o dan kurang dari 60
o yaitu 30
o, sehingga mendapatkan
skor 3. Posisi leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi 26o
sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja
tidak tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi >60o
sehingga mendapatkan skor 4. Setelah itu skor yang
didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor
7 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan
dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir
group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja masih di
bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga mendapatkan skor 0. Setelah
dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 48o dari
garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.
Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut
91o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan pekerja
mengalami fleksi sebesar 13o dan memutar ke kanan sehingga
mendapatkan skor 2.
112
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.
Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.
Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang pas
namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1. Setelah
dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 5.
Pada tahapan ini pekerja kayu melakukan aktivitas
menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan
repetitive yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga
untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika
dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan
didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan
dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
didapatkan yaitu 11. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.21 sebagai berikut :
Tabel 5.21 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang
Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode REBA
Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 3 Fleksi 30o
2 Leher 2 Fleksi 26o
3 Kaki 4 Tidak tertopang dengan
baik dan fleksi >60o
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 48o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 91o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi 13
o dan memutar ke
kanan
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 11 Sangat Tinggi
113
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan pemotongan kayu ini,
posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk
sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60
o yaitu 30
o,
sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja kedua
tangannya berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja
mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak tertopang secara
baik, yaitu pekerja jongkok dengan satu kaki yang membentuk
sudut <150o sehingga mendapatkan skor 5. Terakhir beban
yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga
mendapatkan skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja
dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan
skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,
tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan
hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.22 sebagai
berikut :
114
Tabel 5.22 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang
Bekisting Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode OWAS
Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 30o
2 Lengan 1 Kedua lengan berada di
bawah bahu
3 Kaki 5
Tidak tertopang secara
baik, dan membentuk
sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.23 di bawah ini.
Tabel 5.23 Hasil Kuesioner Tahapan Memasang Bekisting Pada
Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A2 Agak membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C1 Berada di sekitar pinggang
Pergerakan D1 Jarang
3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan
bekerja
I1 < 2 jam
7 Tingkat
kekuatan
J1 Rendah
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O1 Tidak stress
115
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 20, lengan mendapat skor sebesar 16, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor
sebesar 8, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress
mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga
total exposure level yang didapatkan yaitu 41%. Di bawah ini
akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel
5.24 sebagai berikut :
Tabel 5.24 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memasang Bekisting
Pada Pekerja Kayu Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 20 Agak membungkuk
2 Lengan 16 Berada di sekitar pinggang
3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus
4 Leher 8 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 < 2 jam
8 Stress 1 Tidak stress
Skor akhir QEC 41% Perlu penelitian lebih lanjut
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
116
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.25,
sebagai berikut :
Tabel 5.25 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memasang Bekisting Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 11 Sangat tinggi Perlu saat ini juga
OWAS 3 Distincly
Harmful
Tindakan korektif diperlukan
segera
QEC 41 % - perlu penelitian lebih lanjut
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan tersebut
jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang
berbeda diantara ketiganya. Metode REBA menunjukkan tingkat
risiko yang sangat tinggi dengan saran perlu saat ini juga
dilakukan tindakan perbaikan, metode OWAS menunjukkan
tingkat risiko yang tinggi dengan perlu segera dilakukan
tindakan korektif dan metode QEC menunjukkan tingkat risiko
yang sedang dengan perlu adanya penelitian lebih lanjut.
Berdasarkan tabel – tabel penilaian analisis diatas, di bawah ini akan
dijabarkan hasil rekapan analisis tingkat risiko ergonomi pada masing –
masing proses tahapan kerja pekerja kayu berdasarkan tiga metode analisis
tingkat risiko ergonomi dalam bentuk tabel 5.26 sebagai berikut :
117
Tabel 5.26 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada
Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Kayu Berdasarkan Tiga
Metode Tahun 2015
No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Keterangan
1. Mengambil Kayu X X X Sama
2. a. Memotong Kayu (I) XXX XXX XXX Sama
b. Memotong Kayu (II) XXX XXX XXX Sama
3. Membuat Bekisting XXX XXX XXX Sama
4. Memasang Bekisting XXXX XXX XX Berbeda
Rendah (X), Sedang (XX), Tinggi (XXX), Sangat Tinggi (XXXX)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 80% penilaian tingkat
risiko ergonomi berdasarkan tiga metode mempunyai penilaian yang sama.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahapan kayu ini sebagian besar
proses tahapan kerja pekerja kayu dapat dinilai secara sama menurut tiga
metode analisis tingkat risiko ergonomi tersebut.
B. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Besi
Pekerja besi pada proyek Ruko Graha Depok beberapa jenis aktivitas.
Berikut ini merupakan jenis aktivitas yang dilakukan oleh pekerja besi di
proyek Ruko Graha Depok :
1. Mengambil Besi
Tahapan mengambil besi dilakukan secara manual dengan
mengambil besi yang ada pada tumpukkan yang dilakukan oleh salah
ke satu pekerja besi. Gerakan yang dilakukan adalah dengan
118
membungkuk dan mengambil besi dengan kedua tangan lalu
membawanya untuk dipotong atau dibentuk.
Gambar 5.6 Tahapan Mengambil Besi
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi
tahapan mengambil besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan
QEC, sebagai berikut :
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan mengambil besi posisi punggung pada
saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari
60o yaitu 90
o, sehingga mendapatkan skor 4. Posisi leher
pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi lebih besar dari 20o,
sehingga mendapat skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja
tertopang dengan baik dan memiliki sudut fleksi 30o - 60
o
sehingga mendapatkan skor 2. Setelah itu skor yang
119
didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor
6 untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan
dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir
group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai
5Kg – 10Kg yaitu 7 Kg sehingga mendapatkan skor 1. Setelah
dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 91o dari
garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 4.
Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk
sudut 5o, sehingga lengan mendapatkan skor 2. Pergelangan
pekerja mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o, sehingga
mendapatkan skor 1.
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 5.
Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.
Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang
tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 6.
Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang
menyebabkan perubahan psotur yang cepat dari posisi awal,
sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu,
jika dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka
akan didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka
akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
120
didapatkan yaitu 10. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.27 sebagai berikut :
Tabel 5.27 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 4 Fleksi 90o
2 Leher 2 Fleksi > 20o
3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60
o
4 Beban 1 7 Kg
5 Lengan atas 4 Fleksi 91o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 5o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi < 15o
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 1 Perubahan yang cepat
Skor akhir REBA 10 Tinggi
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan mengambil besi ini,
posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk
sudut fleksi sebesar 90o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi
tangan pekerja kedua tangannya berada di atas bahu pekerja
sehingga pekerja mendapatkan skor 3. Posisi kaki pekerja yaitu
berdiri dengan berdiri atau jongkok dengan sudut <150o
sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang ditangani
oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja
dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan
121
skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,
tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan
hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.28 sebagai
berikut :
Tabel 5.28 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Mengambil Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 90o
2 Lengan 3 Kedua tangan berada di
atas bahu
3 Kaki 4 Berdiri atau jongkok
dengan sudut <150o
4 Beban 1 < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.29 di bawah ini.
Tabel 5.29 Hasil Kuesioner Tahapan Mengambil Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B3 Jarang
2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu
Pergerakan D2 Sering
3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G2 Ya, terkadang
122
Tabel 5.29 (Lanjutan)
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan
bekerja I1 < 2 jam
7 Tingkat
kekuatan
J2 Sedang
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O1 Tidak stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 24, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor
sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress
mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,
sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 44%. Di
bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.30 sebagai berikut :
123
Tabel 5.30 Hasil Nilai Skoring Proses Mengambil Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 24 Terlalu membungkuk
2 Lengan 24 Berada di sekitar bahu
3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus
4 Leher 6 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 < 2 jam
8 Stress 1 Tidak stress
Skor akhir QEC 44% Perlu penelitian lebih lanjut
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.31,
sebagai berikut :
Tabel 5.31 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Mengambil Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 10 Tinggi Perlu segera
OWAS 3 Distincly
Harmful
Tindakan korektif diperlukan
segera
QEC 44% - Perlu penelitian lebih lanjut
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang
berbeda, pada dua metode yaitu REBA dan OWAS
menunjukkan tingkat risiko tinggi, sedangkan QEC
menunjukkan tingkat risiko yang sedang.
124
2. Membawa Besi
Tahapan membawa besi dilakukan secara manual dengan
membawa besi untuk dipotong atau dibentuk oleh pekerja besi.
Gerakan yang dilakukan adalah dengan membawa besi diatas pundak
dan membawanya untuk dipotong/dibentuk atau dirangkai pada tahap
selanjutnya.
Gambar 5.7 Tahapan Membawa Besi
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi
tahapan membawa besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,
sebagai berikut :
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan membawa besi posisi punggung pada saat
bekerja tidak lurus tetapi mengalami ekstensi sebesar 11o,
125
sehingga mendapatkan skor 2. Posisi leher pekerja pada saat
bekerja yaitu ekstensi sebesar 19o, sehingga mendapat skor 1.
Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan
memiliki sudut fleksi 30o - 60
o sehingga mendapatkan skor 2.
Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel
A dan didapatkan skor 3 untuk postur tubuh A. kemudian skor
postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang
akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan
oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg yaitu 7 Kg sehingga
mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka
skor akhir group A yaitu 4.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 28o dari
garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 2.
Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk
sudut 98o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan
pekerja mengalami fleksi sebesar 13o, sehingga mendapatkan
skor 1.
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 1.
Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.
Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang
tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 2.
Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas
menahan tubuh statis lebih dari 1 menit, sehingga untuk skor
126
aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan
skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 4.
Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan
dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 5.
Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk
tabel, yaitu tabel 5.32 sebagai berikut :
Tabel 5.32 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Ekstensi 11o
2 Leher 1 Ekstensi 19o
3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60
o
4 Beban 1 Berat 7 Kg
5 Lengan atas 2 Fleksi 28o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 98o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi 13o
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 1 statis
Skor akhir REBA 5 Sedang
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi
punggung pada saat bekerja lurus, sehingga mendapatkan skor
1. Posisi tangan pekerja kedua tangannya berada di bawah
bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan skor 2. Posisi kaki
pekerja yaitu bergerak atau berjalan sehingga mendapatkan
skor 7. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10
Kg, sehingga mendapatkan skor 1.
127
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja
dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan
skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,
tahapan ini memiliki nilai 1. Di bawah ini akan dijabarkan
hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.33 sebagai
berikut :
Tabel 5.33 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 1 Punggung lurus (<20o)
2 Lengan 2 Kedua tangan berada di
bawah bahu
3 Kaki 7 Berjalan
4 Beban 1 < 10 Kg
Skor akhir OWAS 1 Normal posture
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.34 di bawah ini.
128
Tabel 5.34 Hasil Kuesioner Tahapan Membawa Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A1 Hampir netral
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu
Pergerakan D1 Jarang
3
Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
Repetitif F1 10 kali permenit/
kurang
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H2 Cukup (6 Kg – 10 Kg)
6 Kecepatan
bekerja I2 2 - 4 jam
7 Tingkat
kekuatan
J2 Sedang
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O1 Cukup stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 10, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor
sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress
mendapatkan skor 1. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,
sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 38%. Di
129
bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.35 sebagai berikut :
Tabel 5.35 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membawa Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 24 Hampir netral
2 Lengan 10 Berada di sekitar bahu
3 Pergelangan tangan 16 Tertekuk
4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 1 Cukup stress
Skor akhir QEC 38% Aman
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.36,
sebagai berikut :
Tabel 5.36 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membawa Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 5 Sedang Perlu segera
OWAS 1 Normal
Posture
Tidak diperlukan perbaikan
QEC 38% - Aman
130
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang
berbeda, pada dua metode yaitu OWAS dan QEC
menunjukkan tingkat risiko rendah, sedangkan REBA
menunjukkan tingkat risiko yang sedang.
3. Memotong Besi
Tahapan membawa besi dilakukan secara manual dengan
membawa besi untuk dipotong atau dibentuk oleh pekerja besi.
Gerakan yang dilakukan adalah dengan membawa besi diatas pundak
dan membawanya untuk dipotong/dibentuk atau dirangkai pada tahap
selanjutnya.
Gambar 5.8 Tahapan Memotong Besi
131
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi
tahapan memotong besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan QEC,
sebagai berikut :
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan memotong besi posisi punggung pada
saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi lebih dari
20o dan kurang dari 60
o yaitu 51
o dan memiringkan badannya,
sehingga mendapatkan skor 4. Posisi leher pekerja pada saat
bekerja yaitu mengalami fleksi sebesar 23o, sehingga mendapat
skor 2. Kaki pekerja pada saat bekerja tidak tertopang dengan
baik dan memiliki sudut fleksi >60o sehingga mendapatkan
skor 4. Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam
tabel A dan didapatkan skor 8 untuk postur tubuh A. kemudian
skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang
akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan
oleh pekerja masih di bawah 5Kg yaitu 1,5 Kg sehingga
mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka
skor akhir group A yaitu 8.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 52o dari
garis normal tubuh manusia sehingga mendapatkan skor 3.
Lengan bawah pekerja mengalami fleksi membentuk sudut
96o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan pekerja
mengalami fleksi namun tidak melebihi 15o
dan memutar,
sehingga mendapatkan skor 2.
132
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.
Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.
Pegangan pada objek benda memiliki pegangan yang pas dan
bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 0. Setelah
dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 4.
Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas
menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan
repetitif yang diulang lebih dari 4 kali per menit, sehingga
untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika
dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka akan
didapatkan skor 9. Setelah hasil skor C didapatkan maka akan
dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
didapatkan yaitu 11. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.37 sebagai berikut :
Tabel 5.37 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 4 Fleksi 51o
2 Leher 2 Fleksi 23o
3 Kaki 4 Tidak tertopang dengan baik
dan fleksi >60o
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 52o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 96o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi < 15o
8 Pegangan 0 Pegangan yang pas
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 11 Sangat Tinggi
133
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan pemotongan besi ini,
posisi punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk
sudut fleksi lebih dari 20o dan kurang dari 60
o yaitu 51
o dan
memiringkan tubuhnya, sehingga mendapatkan skor 4. Posisi
tangan pekerja kedua tangannya berada di bawah bahu pekerja
sehingga pekerja mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja tidak
tertopang secara baik, yaitu pekerja jongkok dengan kedua
kaki yang membentuk sudut <150o sehingga mendapatkan skor
4. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg,
sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja
dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan
skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,
tahapan ini memiliki nilai 4. Di bawah ini akan dijabarkan
hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.38 sebagai
berikut :
134
Tabel 5.38 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 4 Fleksi 51o
2 Lengan 1 Kedua lengan berada di
bawah bahu
3 Kaki 4
Berjongkok dengan kedua
kaki yang membentuk
sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 4 Extremely Harmful
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.39 di bawah ini.
Tabel 5.39 Hasil Kuesioner Tahapan Memotong Besi Pada
Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C1 Berada di sekitar pinggang
Pergerakan D2 Sering
3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
Repetitif F2 11 hingga 20 kali permenit
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H1 Ringan (Sekitar 5 Kg)
6 Kecepatan
bekerja I2 2 - 4 jam
7 Tingkat
kekuatan
J2 Sedang
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress
135
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 24, lengan mendapat skor sebesar 20, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 30, leher mendapat skor
sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress
mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,
sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 55%. Di
bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.40 sebagai berikut :
Tabel 5.40 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Memotong Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 24 Terlalu membungkuk
2 Lengan 20 Berada di sekitar
pinggang
3 Pergelangan tangan 30 Tertekuk
4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 55%
Perlu penelitian lebih
lanjut dan tindakan
perbaikan
136
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.41,
sebagai berikut :
Tabel 5.41 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Memotong Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 11 Sangat tinggi Perlu segera
OWAS 4 Extremely
Harmful
Tindakan korektif diperlukan
sesegera mungkin
QEC 55% - Perlu penelitian lebih lanjut dan
tindakan perbaikan
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang
berbeda, pada dua metode yaitu REBA dan OWAS
menunjukkan tingkat risiko sangat tinggi, sedangkan QEC
menunjukkan tingkat risiko yang tinggi.
4. Membentuk Rangka Besi
Tahapan membuat rangka besi dilakukan secara manual
dengan membentuk/membengkokan besi untuk dibentuk oleh pekerja
besi sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Gerakan yang dilakukan
adalah dengan menarik atau mendorong kunci besi pada besi agar
dapat membentuk besi sesuai dengan yang diperlukan pekerja.
137
Gambar 5.9 Tahapan Membentuk Rangka Besi
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi
tahapan membuat rangka besi berdasarkan metode REBA, OWAS dan
QEC, sebagai berikut:
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan membentuk rangka besi posisi punggung
pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi
sebesar 43o dan memutar ke kanan, sehingga mendapatkan
skor 4. Posisi leher pekerja pada saat bekerja yaitu fleksi
kurang dari 15o sehingga mendapat skor 1. Kaki pekerja pada
saat bekerja tertopang dengan baik sehingga mendapatkan skor
138
1. Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam
tabel A dan didapatkan skor 3 untuk postur tubuh A. kemudian
skor postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang
akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan
oleh pekerja mempunyai berat kurang dari 5Kg, yaitu 4,5 Kg
sehingga mendapatkan skor 0. Setelah dijumlahkan dengan
skor A maka skor akhir group A yaitu 3.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 65o dari
garis normal tubuh manusia dan menjauhi badan, sehingga
mendapatkan skor 4. Lengan bawah pekerja tangan mengalami
fleksi membentuk sudut 30o, sehingga lengan mendapatkan
skor 2. Pergelangan pekerja mengalami fleksi sebesar 45o,
sehingga mendapatkan skor 2.
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 6.
Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.
Pegangan pada objek benda memiliki pegangan yang pas dan
bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 0. Setelah
dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 6.
Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang
membuat posturnya berubah dengan cepat dari postur awal
sehingga mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika dikombinasikan
skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 5.
Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan
dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 6.
139
Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk
tabel, yaitu tabel 5.42 sebagai berikut :
Tabel 5.42 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 4 Fleksi 43
o dan memutar
ke kanan
2 Leher 1 Fleksi <15o
3 Kaki 1 Lurus
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 4 Fleksi 65o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 30o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi 45o
8 Pegangan 0 Pegangan pas
9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat
Skor akhir REBA 6 Sedang
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi
punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut
fleksi sebesar 43o dan memutar ke kanan, sehingga
mendapatkan skor 4. Posisi tangan pekerja kedua tangannya
berada di bawah bahu pekerja sehingga pekerja mendapatkan
skor 1. Posisi kaki pekerja yaitu berdiri dengan kedua kaki
lurus dengan sudut >150o, sehingga mendapatkan skor 2.
Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg,
sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja
140
dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan
skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,
tahapan ini memiliki nilai 2. Di bawah ini akan dijabarkan
hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.43 sebagai
berikut :
Tabel 5.43 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 4 Fleksi 43
o dan memutar ke
kanan
2 Lengan 1 Kedua lengan berada di
bawah bahu
3 Kaki 2 Kedua kaki lurus dengan
sudut >150o
4 Beban 1 < 10 Kg
Skor akhir OWAS 2 Slightly Harmful
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.44 di bawah ini.
141
Tabel 5.44 Hasil Kuesioner Tahapan Membentuk Rangka Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B3 Jarang
2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu
Pergerakan D1 Jarang
3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H1 Ringan (Sekitar 5 Kg)
6 Kecepatan
bekerja I2 2 - 4 jam
7 Tingkat
kekuatan
J2 Sedang
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 18, lengan mendapat skor sebesar 18, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 20, leher mendapat skor
sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress
mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,
sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 41%. Di
142
bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.45 sebagai berikut :
Tabel 5.45 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membentuk Rangka
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 18 Terlalu membungkuk
2 Lengan 18 Berada di sekitar bahu
3 Pergelangan tangan 20 Tertekuk
4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 41% Perlu penelitian lebih
lanjut
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.46,
sebagai berikut :
Tabel 5.46 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membentuk Rangka Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 6 Sedang Perlu
OWAS 2 Slightly
Harmful
Tindakan perbaikan mungkin
diperlukan
QEC 41% - Perlu penelitian lebih lanjut
143
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang
sama, yaitu aktivitas membentuk rangka besi mempunyai level
risiko ergonomi yang sedang dengan perlu adanya tindakan
perbaikan.
5. Merangkai Besi
Tahapan merangkai besi dilakukan secara manual dengan
merangkai besi untuk dibuat tiang atau penyangga oleh pekerja besi.
Gerakan yang dilakukan adalah dengan melilitkan kawat besi pada
cincin besi dan besi yang lurus untuk dirangkai menjadi tiang ataupun
penyangga.
Gambar 5.10 Tahapan Merangkai Besi
144
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi
tahapan membuat bekisting berdasarkan metode REBA, OWAS dan
QEC, sebagai berikut :
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan merangkai besi posisi punggung pada saat
bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi sebesar 30o,
sehingga mendapatkan skor 3. Posisi leher pekerja pada saat
bekerja membentuk sudut ekstensi sebesar 18o, sehingga
mendapat skor 1. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang
dengan baik dan memiliki sudut fleksi >60o sehingga
mendapatkan skor 3. Setelah itu skor yang didapatkan di
masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor 5 untuk
postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan
dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir
group A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai
kurang dari 5Kg yaitu 2Kg sehingga mendapatkan skor 0.
Setelah dijumlahkan dengan skor A maka skor akhir group A
yaitu 5.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 50o dari
garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.
Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk
sudut 66o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan
pekerja mengalami fleksi 16o, sehingga mendapatkan skor 2.
145
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.
Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.
Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang
tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah dijumlahkan maka skor B yang didapatkan yaitu 5.
Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas
menahan tubuh statis lebih dari 1 menit dan adanya gerakan
repetititf yang diulang lebih dari 4 kali, sehingga untuk skor
aktivitas mendapatkan skor 2. Setelah itu, jika dikombinasikan
skor A dan skor B pada tabel C, maka akan didapatkan skor 6.
Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan
dengan skor aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 8.
Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk
tabel, yaitu tabel 5.47 sebagai berikut :
Tabel 5.47 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 3 Fleksi 30o
2 Leher 1 Ekstensi 18o
3 Kaki 3 Fleksi >60o
4 Beban 0 Berat < 5Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 50o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 66o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi 16o
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 2 Statis dan repetitif
Skor akhir REBA 8 Tinggi
146
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan merangkai besi ini, posisi
punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut
fleksi sebesar 30o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan
pekerja kedua tangannya berada di bawah bahu pekerja
sehingga pekerja mendapatkan skor 1. Posisi kaki pekerja yaitu
berdiri atau jongkok dengan kedua kaki membentuk sudut
<150o, sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang
ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan
skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja
dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan
skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,
tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan
hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.48 sebagai
berikut :
Tabel 5.48 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 30o
2 Lengan 1 Kedua lengan berada di
bawah bahu
3 Kaki 4
Berdiri atau jongkok
dengan kedua kaki
membentuk sudut <150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
147
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.49 di bawah ini.
Tabel 5.49 Hasil Kuesioner Tahapan Merangkai Besi
Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A2 Agak membungkuk
Pergerakan B2 Statis
2 Lengan C2 Berada di sekitar dada
Pergerakan D1 Jarang
3 Pergelangan E1 Pergelangan hampir lurus
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G3 Ya, terus menerus
5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)
6 Kecepatan
bekerja I2 2 - 4 jam
7 Tingkat
kekuatan
J1 Rendah
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N1 Tidak pernah
12 Stress O2 Cukup stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 22, lengan mendapat skor sebesar 26, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 16, leher mendapat skor
sebesar 12, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 1, dan stress
148
mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,
sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 51%. Di
bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.50 sebagai berikut :
Tabel 5.50 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Merangkai
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 22 Agak membungkuk
2 Lengan 26 Berada di sekitar dada
3 Pergelangan tangan 16 Hampir lurus
4 Leher 12 Tertekuk (terus menerus)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 1 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 51% Perlu penelitian lebih lanjut
dan tindakan perbaikan
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.51,
sebagai berikut :
149
Tabel 5.51 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Merangkai Besi Berdasarkan Tiga Metode
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 8 Tinggi Perlu segera
OWAS 3 Distincly
Harmful
Tindakan korektif diperlukan
segera
QEC 51% - Perlu penelitian lebih lanjut dan
tindakan perbaikan
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dilihat hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang
sama, yaitu aktivitas membentuk rangka besi mempunyai level
risiko ergonomi yang tinggi dengan perlu segera dilakukan
tindakan perbaikan.
6. Membetulkan Rangkaian Besi
Tahapan membetulkan rangkaian besi dilakukan secara manual
dengan menarik besi panjang untuk membetulkan besi yang turun
pada rangkaian besi yang dibentuk oleh pekerja besi. Gerakan yang
dilakukan adalah dengan menarik turun besi lurus pengunci rangkaian
sehingga rangkaian yang turun terangkat agar bentuk atau
rangkaiannya kembali pada bentuk semula.
150
Gambar 5.11 Tahapan Membetulkan Rangkaian Besi
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi
tahapan membuat rangkaian besi berdasarkan metode REBA, OWAS
dan QEC, sebagai berikut :
a. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan membetulkan rangkaian besi posisi
punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut
fleksi sebesar 45o sehingga mendapatkan skor 3. Posisi leher
pekerja pada saat bekerja yaitu lurus sehingga mendapat skor
1. Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan
memiliki sudut fleksi 30o - 60
o sehingga mendapatkan skor 2.
Setelah itu skor yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel
A dan didapatkan skor 4 untuk postur tubuh A. kemudian skor
151
postur tubuh A akan dijumlahkan dengan skor beban yang
akan menjadi skor akhir group A. berat beban yang digunakan
oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg yaitu 6 Kg sehingga
mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan dengan skor A maka
skor akhir group A yaitu 5.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi 85o dari
garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 3.
Lengan bawah pekerja tangan mengalami fleksi membentuk
sudut 97o, sehingga lengan mendapatkan skor 1. Pergelangan
pekerja mengalami fleksi namun melebihi 15o, sehingga
mendapatkan skor 2.
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4.
Hasil tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan.
Pegangan pada objek benda tidak memiliki pegangan yang
tidak pas namun bisa diterima, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah dijumlahkan maka skor yang didapatkan yaitu 5.
Pada tahapan ini pekerja besi melakukan aktivitas yang
merubah postur dari keadaan postur sebelumnya secara cepat,
sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu,
jika dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, maka
akan didapatkan skor 6. Setelah hasil skor C didapatkan maka
akan dijumlah kan dengan skor aktivitas. Maka total skor yang
didapatkan yaitu 7. Di bawah ini akan dijabarkan hasil
penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.52 sebagai berikut :
152
Tabel 5.52 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode REBA
Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 3 Fleksi 45o
2 Leher 1 Lurus
3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60
o
4 Beban 1 5Kg – 10Kg
5 Lengan atas 3 Fleksi 85o
6 Lengan bawah 1 Fleksi 97o
7 Pergelangan tangan 2 Fleksi >15o
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat
Skor akhir REBA 7 Sedang
b. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi
punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut
fleksi sebesar 45o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan
pekerja kedua tangannya berada di atas bahu pekerja sehingga
pekerja mendapatkan skor 3. Posisi kaki pekerja yaitu berdiri
atau jongkok dengan kedua kaki membentuk sudut kurang dari
150o sehingga mendapatkan skor 4. Terakhir beban yang
ditangani oleh pekerja masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan
skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut
akan dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja
dan tabel tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan
skor postur dan dilihat pada tabel kombinasi posisi postur,
153
tahapan ini memiliki nilai 3. Di bawah ini akan dijabarkan
hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.53 Sebagai
berikut :
Tabel 5.53 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode OWAS
Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 45o
2 Lengan 3 Kedua lengan berada
diatas bahu
3 Kaki 4
berdiri atau jongkok
dengan kedua kaki
membentuk sudut < 150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 3 Distincly Harmful
c. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang
dijelaskan dalam bentuk tabel 5.54 di bawah ini.
154
Tabel 5.54 Hasil Kuesioner Tahapan Membetulkan Rangkaian
Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B3 Jarang
2 Lengan C3 Berada di sekitar bahu
Pergerakan D1 Jarang
3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
Repetitif F2 11 hingga 20 kali permenit
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)
6 Kecepatan
bekerja I2 2 - 4 jam
7 Tingkat
kekuatan
J3 Tinggi
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa
data tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil
analisis dan skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan
skor sebesar 20, lengan mendapat skor sebesar 24, pergelangan
tangan mendapatkan skor sebesar 26, leher mendapat skor
sebesar 6, mengemudi mendapatkan skor 1, getaran
mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja 4, dan stress
mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan dibagi
dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level,
sehingga total exposure level yang didapatkan yaitu 49%. Di
155
bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.55 sebagai berikut :
Tabel 5.55 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Membetulkan
Rangkaian Besi Pada Pekerja Besi Berdasarkan Metode QEC
Tahun 2015
No. Variabel Skor Ketarangan
1 Punggung 20 Terlalu membungkuk
2 Lengan 24 Berada di sekitar bahu
3 Pergelangan tangan 26 Tertekuk
4 Leher 6 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 49% Perlu penelitian lebih lanjut
Pada aktivitas ini dilakukan penilaian analisis tingkat
risiko ergonomi dengan menggunakan metode REBA, OWAS
dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai hasil
penilaian dari ketiga metode tersebut dalam bentuk tabel 5.56,
sebagai berikut :
Tabel 5.56 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Membetulkan Rangkaian Besi Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
Metode Skor Tingkat risiko Tindakan Perbaikan
REBA 7 Sedang Perlu
OWAS 3 Distincly
Harmful
Tindakan korektif diperlukan
segera
QEC 49% - Perlu penelitian lebih lanjut
156
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan
tersebut jika dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat
risiko yang berbeda, pada dua metode yaitu OWAS dan QEC
menunjukkan tingkat risiko tinggi, sedangkan REBA
menunjukkan tingkat risiko yang sedang.
Berdasarkan tabel – tabel penilaian analisis diatas, di bawah ini akan
dijabarkan hasil rekapan penilaian analisis tingkat risiko ergonomi pada
masing – masing proses tahapan kerja pekerja besi berdasarkan tiga metode
analisis tingkat risiko ergonomi dalam bentuk tabel 5.57 sebagai berikut :
Tabel 5.57 Rekapan Hasil Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada
Masing – Masing Proses Tahapan Kerja Pekerja Besi Berdasarkan Tiga
Metode Tahun 2015
No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Keterangan
1. Mengambil Besi XXX XXX XX Berbeda
2. Membawa Besi XX X X Berbeda
3. Memotong Besi XXXX XXXX XXX Berbeda
4. Membentuk Rangka
Besi
XX XX XX Sama
5. Merangkai Besi XXX XXX XXX Sama
6. Membetulkan
Rangkaian Besi
XX XXX XX Berbeda
Rendah (X), Sedang (XX), Tinggi (XXX), Sangat Tinggi (XXXX)
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa 67% penilaian tingkat
risiko ergonomi berdasarkan tiga metode mempunyai penilaian yang berbeda.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada tahapan besi ini sebagian besar
157
proses tahapan kerja pekerja besi tidak dapat dinilai secara sama menurut tiga
metode analisis tingkat risiko ergonomi tersebut.
C. Analisis Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran
Pekerja pengecoran pada proyek Ruko Graha Depok memiliki
aktivitas pengecoran dengan menggunakan alat. Tahapannya dengan
mengaliri bekisting dengan mesin cor, lalu meratakannya dengan
menggunakan alat secara manual oleh pekerja. Oleh karena itu untuk
penilaian postur hanya akan dilakukan pada saat tahapan meratakan semen
cor. Gerakan yang dilakukan adalah dengan menarik atau mendorong alat
untuk meratakan semen coran agar rata.
Gambar 5.12 Tahapan Meratakan Semen Cor
158
Di bawah ini akan dijabarkan penilaian risiko ergonomi tahapan
meratakan semen coran pada lantai berdasarkan metode REBA, OWAS dan
QEC, sebagai berikut :
1. Metode Penilaian Risiko REBA
Pada tahapan meratakan semen cor posisi punggung pada saat
bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi sebesar 72o, sehingga
mendapatkan skor 4. Posisi leher pekerja pada saat bekerja tidak lurus
dan membentuk sudut ekstensi sebesar 23o sehingga mendapat skor 2.
Kaki pekerja pada saat bekerja tertopang dengan baik dan memiliki
sudut fleksi 30o - 60
o sehingga mendapatkan skor 2. Setelah itu skor
yang didapatkan di masukkan ke dalam tabel A dan didapatkan skor 6
untuk postur tubuh A. kemudian skor postur tubuh A akan
dijumlahkan dengan skor beban yang akan menjadi skor akhir group
A. berat beban yang digunakan oleh pekerja mempunyai 5Kg – 10Kg
yaitu 8,8 Kg sehingga mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan
dengan skor A maka skor akhir group A yaitu 7.
Posisi lengan atas pekerja mengalami fleksi sebesar 115o dari
garis normal tubuh manusia, sehingga mendapatkan skor 4. Lengan
bawah pekerja mengalami fleksi sebesar 18o, sehingga lengan
mendapatkan skor 2. Pergelangan pekerja mengalami fleksi sebesar
14o, sehingga mendapatkan skor 1.
Hasil skor dari group B yaitu mendapatkan skor 4, hasil
tersebut akan dijumlahkan dengan skor pegangan. Pegangan pada
objek benda tidak memiliki pegangan yang tidak pas namun bisa
159
diterima, sehingga mendapatkan skor 1. Setelah dijumlahkan maka
skor yang didapatkan yaitu 5.
Pada tahapan ini pekerja pengecoran melakukan aktivitas yang
merubah postur dari keadaan postur sebelumnya secara cepat,
sehingga untuk skor aktivitas mendapatkan skor 1. Setelah itu, jika
dikombinasikan skor A dan skor B pada tabel C, mendapatkan skor 9.
Setelah hasil skor C didapatkan maka akan dijumlah kan dengan skor
aktivitas. Maka total skor yang didapatkan yaitu 10. Di bawah ini akan
dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.58 sebagai
berikut :
Tabel 5.58 Hasil Penilaian Tahapan Meratakan Semen Cor Berdasarkan
Pada Pekerja Pengecoran Metode REBA Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 4 Fleksi 72o
2 Leher 2 Ekstensi 23o
3 Kaki 2 Fleksi 30o - 60
o
4 Beban 1 5Kg – 10Kg
5 Lengan atas 4 Fleksi 115o
6 Lengan bawah 2 Fleksi 18o
7 Pergelangan tangan 1 Fleksi sebesar 14o
8 Pegangan 1 Tidak pas namun bisa
diterima
9 Jenis aktivitas 1 Perubahan postur cepat
Skor akhir REBA 10 Tinggi
2. Metode Penilaian Risiko OWAS
Pada saat melakukan tahapan membawa besi ini, posisi
punggung pada saat bekerja tidak lurus dan membentuk sudut fleksi
sebesar 72o, sehingga mendapatkan skor 2. Posisi tangan pekerja satu
tangannya berada di bawah bahu pekerja dan satu tangan berada diatas
160
bahu, sehingga pekerja mendapatkan skor 2. Posisi kaki pekerja yaitu
berdiri dengan kedua kaki membentuk sudut lebih dari 150o sehingga
mendapatkan skor 2. Terakhir beban yang ditangani oleh pekerja
masih < 10 Kg, sehingga mendapatkan skor 1.
Setelah semua mendapatkan skor, skor – skor tersebut akan
dinilai berdasarkan tabel kombinasi posisi postur kerja dan tabel
tingkat risiko dan tindakan perbaikan. Berdasarkan skor postur dan
dilihat pada tabel kombinasi posisi postur, tahapan ini memiliki nilai
2. Di bawah ini akan dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel,
yaitu tabel 5.59 sebagai berikut :
Tabel 5.59 Hasil Penilaian Tahapan Meratakan Semen Cor Pada
Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode OWAS Tahun 2015
3. Metode Penilaian Risiko QEC
Dari hasil pembagian kuesioner dan pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil kuesioner yang dijelaskan
dalam bentuk tabel 5.60 di bawah ini.
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 2 Fleksi 72o
2 Lengan 2 Lengan berada diatas dan di
bawah bahu
3 Kaki 2 Berdiri dengan kedua kaki
membentuk sudut > 150o
4 Beban 1 Berat < 10 Kg
Skor akhir OWAS 2 Slightly Harmful
161
Tabel 5.60 Hasil Kuesioner Tahapan Meratakan Semen Cor Pada
Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Kode
jawaban
Keterangan
1 Punggung A3 Terlalu membungkuk
Pergerakan B4 Sering
2 Lengan C2 Berada di sekitar dada
Pergerakan D2 sering
3 Pergelangan E2 Pergelangan tertekuk
Repetitif F1 10 kali permenit/ kurang
4 Leher G2 Ya, terkadang
5 Beban H2 cukup (6 - 10 Kg)
6 Kecepatan
bekerja I2 2 - 4 jam
7 Tingkat
kekuatan
J3 Tinggi
8 Penglihatan K1 Rendah
9 Mengemudi L1 < 1 jam
10 Getaran M1 < 1 jam
11 Kesulitan N2 Ya, terkadang
12 Stress O2 Cukup stress
Berdasarkan data tabel diatas, dapat di ketahui bahwa data
tersebut akan dianalisis dan diberikan skoring. Hasil analisis dan
skoring data tersebut yaitu punggung mendapatkan skor sebesar 34,
lengan mendapat skor sebesar 30, pergelangan tangan mendapatkan
skor sebesar 32, leher mendapat skor sebesar 12, mengemudi
mendapatkan skor 1, getaran mendapatkan skor 1, kecepatan bekerja
4, dan stress mendapatkan skor 4. Lalu semua skor ditambahkan dan
dibagi dengan skor maksimal yang dapat didapatkan serta dikali
dengan 100% untuk mendapatkan total exposure level, sehingga total
exposure level yang didapatkan yaitu 67%. Di bawah ini akan
dijabarkan hasil penilaian dalam bentuk tabel, yaitu tabel 5.61 sebagai
berikut :
162
Tabel 5.61 Hasil Nilai Skoring Proses Tahapan Meratakan Semen Cor
Pada Pekerja Pengecoran Berdasarkan Metode QEC Tahun 2015
No. Variabel Skor Keterangan
1 Punggung 34 Terlalu membungkuk
2 Lengan 30 Berada di sekitar dada
3 Pergelangan tangan 32 Tertekuk
4 Leher 12 Tertekuk (terkadang)
5 Mengemudi 1 < 1 jam
6 Getaran 1 < 1 jam
7 Kecepatan bekerja 4 2 - 4 jam
8 Stress 4 Cukup stress
Skor akhir QEC 67%
Perlu penelitian lebih
lanjut dan tindakan
perbaikan
Penilaian aktivitas ini dilakukan dengan menggunakan metode
REBA, OWAS dan QEC. Di bawah ini akan dijelaskan mengenai
hasil penilaian aktivitas pengecoran dari ketiga metode tersebut dalam
bentuk tabel 5.62, sebagai berikut :
Tabel 5.62 Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Meratakan Semen Cor Berdasarkan Tiga Metode
Berdasarkan tabel diatas, ketiga hasil perhitungan tersebut jika
dibandingkan hasilnya menunjukkan tingkat risiko yang berbeda, pada
Metode Skor Tingkat
risiko
Tindakan
Perbaikan
Kode Keterangan
REBA 10 Tinggi Perlu segera XXX
OWAS 2 Slightly
Harmful
Tindakan
perbaikan
mungkin
diperlukan
XX Berbeda
QEC 67% -
Perlu penelitian
lebih lanjut dan
tindakan perbaikan
XXX
163
dua metode yaitu REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko tinggi,
sedangkan OWAS menunjukkan tingkat risiko yang sedang.
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai hasil dari seluruh proses yang
dilakukan di Proyek Ruko Graha Depok, dapat dilihat bahwa sebagian besar
proses kerja yang dilakukan pekerja memiliki tingkat risiko yang sama setelah
dilakukan penilaian menggunakan tiga metode, yaitu metode REBA, OWAS dan
QEC. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 5.63, sebagai berikut :
Tabel 5.63 Rekapan Penilaian Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Seluruh
Proses Tahapan Kerja Berdasarkan Tiga Metode Tahun 2015
No. Proses Tahapan REBA OWAS QEC Kesimpulan
1. Mengambil Kayu X X X Risiko rendah
2. a. Memotong Kayu (I) XXX XXX XXX Risiko tinggi
b. Memotong Kayu (II) XXX XXX XXX Risiko tinggi
3. Membuat Bekisting XXX XXX XXX Risiko tinggi
4. Memasang Bekisting XXXX XXX XX Berbeda
5. Mengambil Besi XXX XXX XX Berbeda
6. Membawa Besi XX X X Berbeda
7. Memotong Besi XXXX XXXX XXX Berbeda
8. Membentuk Rangka
Besi
XX XX XX Risiko sedang
9. Merangkai Besi XXX XXX XXX Risiko tinggi
10. Membetulkan
Rangkaian Besi
XX XXX XX Berbeda
11. Meratakan Semen Cor XXX XX XXX Berbeda
164
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap proses aktivitas proyek Ruko
Graha Depok ini memiliki keterbatasan. Keterbatasan penelitian tersebut
yaitu pada saat pengambilan data ada hambatan yang didapat peneliti seperti
proses kerja yang tidak dapat diambil videonya secara berulang dikarenkan
sedang tidak ada kegiatan pada proses itu atau terhambatnya melakukan
proses kerja tersebut karena bahan – bahan untuk melakukan proses tersebut
belum tersedia dengan baik.
B. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Kayu
Pada pekerja kayu di Proyek Ruko Graha Depok memiliki beberapa
aktivitas kerja yang dilakukan seperti, mengambil kayu, memotong kayu,
membuat bekisting dan memasang bekisting. Dari setiap aktivitas tersebut
diambil satu sampel yang dapat mewakili keseluruhan pekerja tiap aktivitas
tersebut, namun pada aktivitas memotong kayu diambil tambahan sampel
dikarenakan adanya perbedaan tinggi badan pada pekerja. Di bawah ini akan
dijabarkan pembahasan mengenai penilaian dari keempat aktivitas tersebut
dengan ketiga metode penilaian risiko REBA, OWAS dan QEC.
165
1. Mengambil Kayu
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas mengambil kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah.
Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995), jika suatu
aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya
rendah maka tidak perlu ada tindakan perbaikan yang dilakukan.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas mengambil kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor satu. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah atau
Normal Posture. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu
aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya
rendah, maka tidak diperlukan tindakan perbaikan pada postur
tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil
kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level
exposure < 40%. Sehingga menurut Li dan Bukle (1999) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat
risikonya rendah maka dikatakan aman.
166
Adanya persamaan hasil dari ketiga metode tersebut
diakibatkan adanya hasil penilaian yang serupa pada beberapa
postur. Pada postur lengan metode REBA, OWAS, dan QEC
sama – sama mendapatkan nilai risiko yang rendah. Pada postur
punggung hanya metode REBA dan OWAS yang mendapatkan
skor 1. Pada postur pergelangan tangan metode REBA
mendapatkan skor 1 dan pada metode QEC postur pergelangan
tangan mendapatkan skor yang berada dalam kategori rendah.
Adanya persamaan penilaian ini yang mengakibatkan ketiga
metode tersebut memiliki skor akhir yang sama yaitu memiliki
tingkat risiko yang rendah.
Penilaian tingkat risiko postur mengambil kayu ini ketiga
metode menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu tingkat
risikonya rendah. Sehingga tidak diperlukan lagi tindakan
perbaikan pada postur aktivitas tersebut.
2. Memotong Kayu
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu, didapatkan
penilaian tingkat risiko dengan total skor delapan untuk sampel I
dan total skor sembilan untuk sampel II. Hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan oleh pekerja kayu
ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi. Sehingga menurut
McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu aktivitas (postur)
167
mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka perlu segera
dilakukan tindakan perbaikan postur pada aktivitas tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu, didapatkan
penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga untuk sampel I dan II.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang
dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang
tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977)
jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,
maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas memotong
kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level
exposure 69 % untuk sampel I dan II, sehingga menurut Li dan
Bukle (1999) aktivitas tersebut dikatakan perlu penelitian lebih
lanjut dan tindakan perbaikan.
Pada sampel I dan II hasil penilaian metode OWAS hanya
postur kaki yang mendapatkan skor tinggi, dan pada metode
QEC kedua sampel mendapatkan hasil penilaian dan tingkat
risiko yang sama akan tetapi terdapat perbedaan skor yang didapat
pada bagian pergelangan tangan. Pada sampel I skor yang
didapatkan yaitu dalam katagori sedang, sedangkan pada sampel
II skor yang didapat yaitu dalam kategori tinggi.
168
Pada sampel I dan II terdapat perbedaan skor akhir yang
dinilai berdasarkan metode REBA, yaitu sampel I mendapatkan
skor akhir delapan dan sampel II mendapatkan skor akhir
sembilan. Adanya perbedaan tersebut dikarenakan terdapat
penilaian yang berbeda pada postur pergelangan tangan, yaitu
sampel I mendapatkan skor satu dan sampel II mendapatkan skor
dua. Perbedaan skor penilaian pada pergelangan tangan ini
diakibatkan dari adanya perbedaan sudut ekstensi postur yang
berbeda.
Adanya perbedaan penilaian sudut ekstensi postur
pergelangan tangan ini yang menyebabkan terjadinya perbedaan
skor. Karena semakin ekstensi (>15o) pergelangan tangan
semakin tinggi nilai yang didapat. Jika dilihat dari observasi,
pergelangan tangan yang menekuk ini diakibatkan karena tubuh
yang membungkuk ke depan. Pekerja kayu dalam menjalankan
aktivitas memotong kayu ini, dilakukan dengan berjongkok dari
awal kerja sampai akhir kerja. Landasan kerja yang tidak sesuai
membuat pekerja harus berjongkok dan membungkukan
badannya.
Sehingga saran dari peneliti yaitu dengan menstabilkan
kayu supaya tidak bergerak dan memotong kayu dengan
menggunakan alat bantu gergaji kayu listrik yang dapat
mempermudah dan lebih efisien dibandingkan dengan gergaji
kayu manual. Karena penggunaan alat bantu mekanik dapat
169
mempermudah pekerjaan dan lebih mempercepat pengerjaan
pekerjaan pekerja (Tarwaka, 2011).
3. Membuat Bekisting
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas membuat bekisting,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor sembilan. Hal
ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.
Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu
aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka
perlu segera dilakukan tindakan perbaikan postur pada aktivitas
tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas membuat bekisting,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu
aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka
tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membuat
bekisting, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada
level exposure 66 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur
170
tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan
perbaikan.
Persamaan hasil skor akhir pada ketiga metode tersebut
diakibatkan karena adanya penilaian yang sama diantara ketiga
metode pada beberapa postur bagian tubuh. Seperti postur
punggung yang ketiga metode tersebut sama – sama memiliki nilai
skor yang tinggi. Pada postur lengan hanya metode REBA dan
QEC saja yang mendapatkan skor tinggi, karena pengukuran
metode OWAS pada postur lengan hanya terpaut pada posisi
lengan berada di bawah atau diatas serta jumlah yang berada
diposisi tersebut (salah satu atau keduanya). Pada postur kaki hanya
metode REBA dan OWAS saja yang mendapatkan skor tinggi,
dikarenakan pada metode QEC tidak melihat postur kaki.
Aktivitas membuat bekisting ini dilakukan dengan
berjongkok lalu membungkuk selama bekerja, menurut Tarwaka
(2011) aktivitas membungkukkan badan sambil memegang objek
akan dapat meningkatkan stress pada pinggang. Untuk itu menurut
peneliti merubah desain stasiun kerja, dengan meninggikan
landasan kerja pekerjaan dengan menggunakan meja yang
tingginya 10 – 15 cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri
sehingga terhindar dari postur janggal.
Karena menurut Grandjean (1993) untuk pekerjaan yang
memerlukan penekanan dengan kuat, tinggi landasan kerja adalah
10 -15 cm di bawah tinggi siku berdiri. Sehingga dengan
171
melakukan perubahan cara bekerja ini dihrapkan akan terhindar
dari postur janggal membungkuk dan berjongkok.
4. Memasang Bekisting
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas memasang bekisting,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 11. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sangat
tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sangat
tinggi, maka perlu saat ini juga dilakukan tindakan perbaikan
postur pada aktivitas tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas memasang bekisting,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika suatu
aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka
tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil
bekisting, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada
172
level exposure 41 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur
tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.
Pada metode QEC, metode tersebut memiliki skor yang
paling kecil dibanding dengan metode yang lain. Hal ini
dikarenakan hasil penilaian beberapa postur tubuh metode QEC
memiliki nilai yang kecil seperti pada postur lengan dan
pergelangan tangan yang seharusnya kedua bagian tersebut
memiliki andil yang besar dalam mempengaruhi nilai skor akhir.
Pada metode REBA dan OWAS postur kaki memiliki nilai
skor yang sangat tinggi, sehingga memiliki andil yang besar
dalam mempengaruhi skor akhir kedua metode tersebut. Tetapi
pada metode penilaian risiko QEC, metode tersebut tidak
melihat/menilai postur kaki yang pada metode lainnya memiliki
risiko yang tinggi. Namun pada Metode REBA punggung, lengan,
leher dan pergelangan tangan memiliki nilai skor yang cukup
mempenggaruhi nilai skor akhir. Diantara bagian tubuh tersebut
hanya leher dan pergelangan tangan yang tidak dilihat oleh
metode OWAS yang seharusnya kedua bagian itu memiliki andil
yang besar dalam mempengaruhi nilai skor akhir REBA.
Metode REBA pada dasarnya memiliki kelebihan dalam
menilai postur lengan secara spesifik, dan hal tersebut tidak
dimiliki oleh metode OWAS dan QEC. Pada tahapan memasang
bekisting postur lengan sangat mempengaruhi pekerjaannya,
173
sehingga hanya metode REBA yang sangat sensitif dapat melihat
postur lengan dengan baik.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa
ketiga metode ini memiliki karakteristik penilaian bagian tubuh
yang berbeda pada umumnya dan bagian tersebut memiliki
potensi tersendiri dalam mempengaruhi nilai skor akhir. Sehingga
apabila bagian tubuh tertentu memiliki potensi tinggi
mempengaruhi nilai skor akhir suatu metode dan bagian tersebut
tidak ada pada salah satu atau kedua metode lainnya, hal tersebut
akan menyebabkan nilai skor akhir yang berbeda.
Aktivitas memasang bekisting ini dilakukan dengan
postur janggal berjongkok dengan membungkukkan badan.
Semua sikap tubuh yang tidak alami seharusnya dihindarkan,
biasanya dilakukan perubahan pada postur tubuh untuk
menghindari sikap tubuh yang tidak alami. Karena menurut Anies
(2005) semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap
duduk atau sikap berdiri secara bergantian. Namun untuk
tindakan perbaikan pada aktivitas kali ini tidak dapat merubah
desain kerja karena tempat dan objek yang tidak dapat
dipindahkan.
Oleh karena itu saran dari peneliti adalah dengan
menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang
seimbang. Karena menurut Grandjean (1993) pengaturan waktu
kerja dan istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan
174
kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan
yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
C. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Besi
Pada pekerja besi di Proyek Ruko Graha Depok memiliki beberapa
aktivitas kerja yang dilakukan seperti mengambil besi, membawa besi,
memotong besi, membentuk rangka besi, merangkai besi dan membetulkan
rangkaian besi. Berikut ini akan dijelaskan analisis tingkat risiko dari masing
– masing aktivitas pekerja besi, penjelasan mengenai analisis tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Mengambil Besi
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas mengambil besi,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 10. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.
Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu
aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi, maka
perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas mengambil besi,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
175
Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,
maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil
besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level
exposure 44%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur
tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.
Pada aktivitas kali ini, metode QEC yang memiliki tingkat
risiko yang lebih rendah dibandingkan dua metode lainnya, hal
ini dikarenakan pada metode QEC hanya pada postur punggung
saja yang memiliki nilai skor yang tidak tinggi namun cukup
mempengaruhi nilai skor akhir QEC. Pada metode REBA postur
punggung, lengan dan kaki memiliki nilai yang tinggi sehingga
memiliki potensi yang cukup besar mempengaruhi skor akhir.
Sedangkan pada metode OWAS postur lengan dan kaki yang
memiliki nilai yang tinggi, postur punggung walaupun tidak
mendapatkan skor yang begitu tinggi namun skor tersebut cukup
mempengaruhi nilai skor akhir OWAS sehingga metode OWAS
dan REBA sama – sama mendapatkan nilai tingkat risiko yang
sama, yaitu tinggi.
Untuk aktivitas mengambil besi, pekerja melakukan
aktivitas tersebut dengan adanya pergerakan dan bagian
punggung yang menjadi tumpuan titik beban. Saran dari peneliti
176
untuk tindakan perbaikannya adalah merubah tindakan dan
pergerakan pekerja, yaitu cara mengambil besi yang sebelumnya
membungkuk menggunakan tulang belakang sebagai tumpuan
menjadi berjongkok menggunakan tumpuan pada kaki.
Hal tersebut dilakukan dengan berjongkok di dekat objek
lalu ambil objek dan gunakan kaki untuk mendorong ke atas.
Karena menurut Tarwaka (2011) jika terus menerus melakukan
pengambilan besi dengan menggunakan tulang belakang sebagai
tumpuan maka akan mengalami gangguan berupa kenyerian pada
tulang belakang.
2. Membawa Besi
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas membawa besi, didapatkan
penilaian tingkat risiko dengan total skor lima. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sedang.
Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika suatu
aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang, maka
perlu dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas membawa besi didapatkan
penilaian tingkat risiko dengan total skor satu. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang rendah
177
atau Normal Posture. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang rendah,
maka tidak diperlukan tindakan korektif pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membawa
besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada level
exposure 38%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999) postur
tersebut dikatakan aman
Pada aktivitas ini metode QEC dan OWAS mempunyai
nilai tingkat risiko yang sama, yaitu rendah. Hal ini dapat terjadi
karena pada metode QEC rata – rata variabel yang dinilai
sebagian besar mendapatkan nilai yang rendah sehingga
menyebabkan nilai skor akhir rendah. Sedangkan pada metode
OWAS punggung, lengan dan beban mendapatkan nilai yang
rendah sehingga kedua metode mendapatkan nilai skor akhir
yang sama.
Pada metode REBA punggung, kaki, lengan mendapatkan
nilai skor dua, nilai tersebut cukup mempengaruhi nilai skor
akhir memiliki tingkat risiko yang sedang. Untuk tindakan
perbaikan, saran dari peneliti adalah dengan menggunakan alat
bantu trolley untuk mempermudah mengangkut besi.
Karena Menurut Tarwaka (2011) beban maksimal yang
dapat diangkat oleh laki – laki diatas bahu adalah 10 Kg, lebih
dari itu akan menyebabkan kelelahan dan penekanan yang
178
berlebihan pada tulang belakang dan ditambah stress pada
pinggang akibat membungkukkan badan sambal memegang
objek.
3. Memotong Besi
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor 11. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sangat
tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sangat
tinggi, maka perlu saat ini juga dilakukan tindakan perbaikan
pada postur tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor empat. Hal
ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang
dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang
sangat tinggi atau Extremely Harmful. Sehingga menurut Karhu
dkk (1977) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat
risiko yang sangat tinggi, maka tindakan korektif diperlukan
segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil
179
kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada
level exposure 58 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)
postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan
tindakan perbaikan.
Pada metode REBA postur punggung, kaki dan lengan
yang mendapatkan skor yang tinggi, sehingga mempengaruhi
hasil penilaian skor akhir metode REBA. Sedangkan pada
metode OWAS postur punggung dan kaki mendapatkan nilai
skor yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian
skor akhir metode OWAS.
Pada aktivitas kali ini, metode QEC yang memiliki tingkat
risiko yang lebih rendah dibandingkan dua metode lainnya, hal
ini dikarenakan hanya postur punggung saja yang mendapatkan
nilai tinggi, postur lengan dan leher mendapatkan nilai skor yang
rendah. Pada metode QEC postur kaki tidak dilihat/dinilai,
namun bagian kaki ini pada dua metode lainnya mempunyai skor
yang tinggi dan mempengaruhi nilai akhir skor kedua metode
tersebut.
Untuk tindakan perbaikan yang dapat dilakukan, saran dari
peneliti adalah dengan menggunakan alat mesin gergaji besi,
karena menggunakan alat bantu mesin gergajji besi ini dapat
mempermudah pekerjaan pekerja dan lebih mempercepat proses
pekerjaan. Karena penggunaan alat bantu mekanik dapat
180
mempermudah pekerjaan dan lebih mempercepat pengerjaan
pekerjaan pekerja (Tarwaka, 2011).
4. Membentuk Rangka Besi
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor enam. Hal
ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang
dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang
sedang Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang,
maka perlu dilakukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor dua. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang sedang
atau Slightly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang sedang,
maka tindakan korektif mungkin diperlukan pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil
kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada
level exposure 41 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)
postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut.
181
Pada aktivitas kali ini ketiga metode mendapatkan
penilaian tingkat risiko yang sama, yaitu sedang. Pada metode
REBA postur punggung dan lengan yang memiliki nilai skor
yang tinggi. Pada metode OWAS hanya postur punggung yang
memiliki nilai risiko yang tinggi. Sedangkan pada metode QEC
penilaian postur tubuh hanya mendapatkan nilai yang rendah
tetapi pada variabel kecepatan bekerja dan stress memiliki nilai
yang tinggi sehingga membuat nilai skor akhir dari metode QEC
menjadi tingkat risiko sedang.
Pada aktivitas membentuk rangka besi ini terdapat postur
janggal membungkuk dalam pengerjaannya. Menurut Anies
(2005) semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap
duduk atau sikap berdiri secara bergantian, semua sikap yang
tidak alami seharusnya dihindarkan. Sehingga saran dari peneliti
adalah dengan meninggikan landasan kerja menjadi 10 – 15 cm di
bawah di bawah tinggi siku pada saat berdiri, sehingga terhindar
dari postur janggal membungkuk. Karena menurut Grandjean
(1993) untuk pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan
kuat, tinggi landasan kerja adalah 10 -15 cm di bawah tinggi siku
berdiri.
5. Merangkai Besi
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor delapan.
182
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang
dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang
tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,
maka perlu segera dilakukan tindakan perbaikan pada postur
tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang dilakukan
oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi atau
Distincly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat risiko yang tinggi,
maka tindakan korektif diperlukan segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas mengambil
kayu, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada pada
level exposure 51 %, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)
postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan
tindakan perbaikan.
Pada aktivitas merangkai besi ini, jika dibandingkan
analisis tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai
menunjukkan tingkat risiko yang sama, yaitu aktivitas
merangkai besi memiliki tingkat risiko yang tinggi.
183
Pada metode REBA postur punggung, kaki dan lengan
yang mendapatkan skor tiga. Skor tersebut cukup
mempengaruhi nilai skor akhir REBA menjadi tingkat risiko
tinggi. Pada metode OWAS postur kaki dan punggung yang
memiliki skor yang tinggi. Walaupun skor lengan pada metode
OWAS tidak tinggi namun tidak terlalu mempengaruhi nilai
skor akhir OWAS. Sedangkan Pada metode QEC postur leher
dan variabel stress yang mendapatkan skor yang tinggi serta
postur punggung dan lengan mendapatkan skor yang sedang.
Walaupun skor punggung dan kaki di metode QEC tidak
mendapatkan skor yang tinggi dan di dua metode lainnya
medapatkan skor yang tinggi, hal tersebut tidak mempengaruhi
nilai skor akhir metode QEC.
Aktivitas merangkai besi ini dilakukan dengan berjongkok
dan membungkukan badan, menurut Anies (2005) semua
pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau
sikap berdiri secara bergantian. Semua sikap yang tidak alami
seharusnya dihindarkan, sehingga saran dari peneliti adalah
adalah merubah stasiun kerja yang sebelumnya dilakukan dengan
berjongkok dirubah menjadi berdiri. Hal tersebut dilakukan
dengan menurunkan pijakan kaki sampai landasan kerja sedikit
lebih rendah dari tinggi siku berdiri sehingga pekerjaan dapat
dikerjakan secara leluasa dan nyaman. Karena menurut
Grandjean (1993) selama kerja manual dengan tidak ada
184
penekanan dan ketelitian tinggi landasan kerja sedikit lebih
rendah dari tinggi siku berdiri.
6. Membetulkan Rangkaian Besi
Hasil Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko REBA pada aktivitas memotong kayu,
didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor sembilan.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membetulkan rangkaian
besi yang dilakukan oleh pekerja besi ini memiliki bahaya
ergonomi yang tinggi. Sehingga menurut McAtamney dan
Hignett (1995) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan tingkat
risiko yang tinggi, maka perlu segera dilakukan tindakan
perbaikan postur pada aktivitas tersebut.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko OWAS pada aktivitas membetulkan rangkaian
besi didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total skor tiga.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas membetulkan rangkaian
besi yang dilakukan oleh pekerja besi ini memiliki bahaya
ergonomi yang tinggi atau Distincly Harmful. Sehingga menurut
Karhu dkk (1977) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan
tingkat risiko yang tinggi, maka tindakan korektif diperlukan
segera pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi
dengan metode penilaian risiko QEC pada aktivitas membetulkan
rangkaian besi, didapatkan bahwa tingkat risiko ergonomi berada
185
pada level exposure 49%, sehingga menurut Li dan Bukle (1999)
postur tersebut dikatakan perlu penelitian lebih lanjut dan
tindakan perbaikan.
Pada aktivitas membetulkan rangkaian besi ini, jika
dibandingkan analisis tingkat risiko dari ketiga metode yang
dipakai menunjukkan tingkat risiko yang berbeda, yaitu pada
metode REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko sedang,
sedangkan metode OWAS menunjukkan tingkat risiko tinggi.
Adanya perbedaan ini dikarenakan hasil skor yang
didapatkan oleh metode QEC dan REBA tidak dapat melihat dan
menilai secara sensitif bagian postur yang menurut metode
OWAS memiliki nilai yang tinggi sehingga mempengaruhi nilai
skor akhir OWAS. Postur itu adalah bagian kaki, karena pada
metode REBA bagian kaki memiliki nilai skor dua dan pada
metode QEC postur kaki tidak dilihat. Sedangkan menurut
metode OWAS postur kaki mendapatkan nilai yang tinggi, hal
tersebut dapat terjadi karena metode OWAS dapat secara sensitif
menilai postur kaki. Adanya perbedaan dalam penilaian skor
postur kaki ini berakibat pada hasil skor yang didapatkan masing
– masing metode.
Pada aktivitas ini dapat disimpulkan bahwa diperlukan
tindakan perbaikan dengan segera, tindakan perbaikan yang
dilakukan adalah tidak melakukan postur janggal seperti
membungkuk dan menekukan kaki yang dilakukan pekerja serta
186
menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang
seimbang. Karena menurut Grandjean (1993) pengaturan waktu
kerja dan istirahat yang seimbang serta disesuaikan dengan
kondisi pekerjaan dan lingkungan akan dapat mencegah paparan
yang berlebihan terhadap sumber bahaya.
D. Analisis Tingkat Risiko Postur Kerja Pada Pekerja Pengecoran
Pekerja pengecoran di Proyek Ruko Graha Depok hanya melakukan
satu aktivitas, yaitu meratakan semen cor yang daliri oleh mesin cor. Hasil
Perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian risiko REBA
pada aktivitas pengecoran, didapatkan penilaian tingkat risiko dengan total
skor 10. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas mengambil kayu yang
dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi yang tinggi.
Sehingga menurut McAtamney dan Hignett (1995), jika suatu aktivitas
(postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya tinggi maka perlu
segera ada tindakan perbaikan yang dilakukan.
Hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode penilaian
risiko OWAS pada aktivitas mengambil kayu, didapatkan penilaian tingkat
risiko dengan total skor dua. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas
pengecoran yang dilakukan oleh pekerja kayu ini memiliki bahaya ergonomi
yang sedang atau Slightly Harmful. Sehingga menurut Karhu dkk (1977) jika
suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat risikonya sedang,
maka mungkin diperlukan tindakan perbaikan pada postur tersebut.
Sedangkan hasil perhitungan tingkat risiko ergonomi dengan metode
penilaian risiko QEC pada aktivitas pengecoran, didapatkan bahwa tingkat
187
risiko ergonomi berada pada level exposure 61%. Sehingga menurut Li dan
Bukle (1999) jika suatu aktivitas (postur) mendapatkan hasil penilaian tingkat
risikonya tinggi maka perlu penelitian lebih lanjut dan tindakan perbaikan.
Pada aktivitas meratakan semen cor ini, jika dibandingkan analisis
tingkat risiko dari ketiga metode yang dipakai menunjukkan tingkat risiko
yang berbeda, yaitu pada metode REBA dan QEC menunjukkan tingkat risiko
tinggi, sedangkan metode OWAS menunjukkan tingkat risiko sedang.
Adanya perbedaan ini dikarenakan pada metode OWAS postur
punggung yang dinilai mempunyai skor yang kecil, padahal pada kedua
metode lain bagian punggung mendapatkan skor yang tinggi. Perbedaan
penilaian ini dikarenakan adanya pandangan yang berbeda dalam menilai
risiko dari masing - masing metode. Pada metode OWAS tidak melihat
semakin membungkuk maka risiko yang diterima semakin besar, sehingga
membuat penilaian yang berbeda yang berujung pada hasil skor yang
berbeda. Sedangkan pada metode REBA dan QEC keduanya mempunyai
prinsip yang serupa, semakin membungkuk postur punggung maka akan
semakin berisiko dan semakin besar mendapatkan nilai skor pada postur. Jika
dilihat dari aktivitas pada tahapan meratakan semen cor ini postur punggung
memiliki sikap janggal yang terlalu jauh dari postur tubuh normal, sehingga
metode REBA dan QEC yang memang lebih sensitif menilai postur
punggung dibandingkan metode OWAS akan memberikan nilai skor yang
berbeda.
Oleh karena itu dapat disimpulkan jika dilihat dari ketiga metode
yang dipakai, seluruh metode memberikan saran tindakan untuk melakukan
188
tindakan perbaikan terhadap postur tersebut. Maka pada aktivitas ini tindakan
perbaikan yang dilakukan adalah merubah tindakan atau pergerakan pekerja
yang tadinya melakukan pekerjaan sampai membungkuk dirubah sehingga
menjadi tidak membungkuk. Karena menurut Anies (2005) semua sikap
tubuh yang tidak alami seharusnya dihindarkan. Sehingga sosialisasi training
dan pelatihan mengenai bahaya ergonomi di tempat kerja diperlukan agar
dapat menghindari postur janggal tersebut. Karena menurut Cascio (2006)
training adalah program terencana yang didesain untuk meningkatkan
kemampuan individu, grup, maupun suatu lingkaran organisasi. Training
dapat memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan pembelajaran
terhadap pekerja.
Rekomendasi training diharapkan agar pekerja dapat meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang dapat membantu pekerja dalam
melakukan aktivitasnya. Rekomendasi ini akan diberikan kepada tim manajer
dan tim pengawas yang ada di Proyek Ruko Graha Depok.
189
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang
dilakukan pada tahapan mengambil kayu memiliki tingkat risiko yang
rendah.
2. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang
dilakukan pada tahapan memotong kayu memiliki tingkat risiko yang
tinggi.
3. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang
dilakukan pada tahapan membuat bekisting memiliki tingkat risiko
yang tinggi.
4. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan
memasang bekisting berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko
yang sangat tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki risiko yang
tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki risiko yang sedang. Pada
tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko sangat tinggi.
5. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan
mengambil besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko
yang tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko yang
tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang
190
sedang. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko
tinggi.
6. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan
membawa besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko yang
sedang, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko yang
rendah dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang
rendah. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko
sedang.
7. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan
memotong besi berdasarkan metode REBA memiliki tingkat risiko
yang sangat tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko
yang sangat tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat
risiko yang tinggi. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan
berdasarkan risiko sangat tinggi.
8. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang
dilakukan pada tahapan membentuk rangka besi memiliki tingkat risiko
yang sedang.
9. Gambaran tingkat risiko ergonomi berdasarkan tiga metode yang
dilakukan pada tahapan merangkai besi memiliki tingkat risiko yang
tinggi.
10. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan
membetulkan rangkaian besi berdasarkan metode REBA memiliki
tingkat risiko yang sedang, berdasarkan metode OWAS memiliki
tingkat risiko yang tinggi dan berdasarkan metode QEC memiliki
191
tingkat risiko yang sedang. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan
berdasarkan risiko tinggi.
11. Gambaran tingkat risiko ergonomi yang dilakukan pada tahapan
meratakan semen cor berdasarkan metode REBA memiliki tingkat
risiko yang tinggi, berdasarkan metode OWAS memiliki tingkat risiko
yang sedang dan berdasarkan metode QEC memiliki tingkat risiko yang
tinggi. Pada tahapan ini, intervensi yang dilakukan berdasarkan risiko
tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasa, maka peneliti akan memberikan
saran tindakan perbaikan untuk Proyek Ruko Graha Depok yang diharapkan
dapat menyelesaikan masalah, yaitu :
1. Manajemen
a. Menyediakan mesin gergaji kayu pada pekerja kayu sehingga
memudahkan pekerjaan pekerja kayu agar lebih efisien.
b. Merubah desain stasiun kerja, dengan meninggikan landasan
kerja pekerjaan dengan menggunakan meja yang tingginya 10
– 15 cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri sehingga
terhindar dari postur janggal.
c. Menyeimbangkan pengaturan waktu kerja dan istirahat yang
seimbang karena dapat mencegah paparan yang berlebihan
terhadap sumber bahaya.
192
d. Menyediakan trolley untuk pekerja besi agar dapat
memindahkan besi dengan mudah dan cepat sehingga pekerja
terhindar dari membawa objek yang berat.
e. Menyediakan alat mesin gergaji besi pada pekerja besi agar
pekerja besi lebih mudah dalam memotong besi, sehingga
pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih cepat.
f. Memberikan sosialisasi dan training kepada pekerja
mengenai bahaya ergonomi di tempat kerja, agar pekerja
dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan perilaku
yang dapat membantu pekerja dalam melakukan aktivitasnya.
d. Merubah desain stasiun kerja yang tadinya berjongkok
menjadi berdiri, dengan meninggikan landasan kerja
pekerjaan dengan menggunakan meja yang tingginya 10 – 15
cm di bawah tinggi siku pada saat berdiri.
2. Pekerja Besi
a. Merubah sebelumnya membungkuk menggunakan tulang
belakang sebagai tumpuan menjadi berjongkok menggunakan
tumpuan pada kaki.
b. Merubah tindakan dan pergerakan pekerja, yaitu cara
mengambil besi yang sebelumnya membungkuk
menggunakan tulang belakang sebagai tumpuan menjadi
berjongkok menggunakan tumpuan pada kaki.
c. Tidak melakukan postur janggal seperti membungkuk dan
menekukan kaki yang dilakukan pekerja serta merubah
193
desain stasiun kerja yang tadinya berjongkok menjadi berdiri,
dengan menurunkan pijakan kaki sampai landasan kerja
sedikit lebih rendah dari tinggi siku berdiri sehingga
pekerjaan dapat dikerjakan secara leluasa dan nyaman.
3. Pekerja Pengecoran
Merubah tindakan atau pergerakan pekerja yang
tadinya melakukan pekerjaan sampai membungkuk dirubah
sehingga menjadi tidak membungkuk. Karena sikap tubuh yang
tidak alami seharusnya dihindarkan.
194
DAFTAR PUSTAKA
Accident Facts, National Safety Council. 1990, National Safety
Council. Chicago, IL.
ACGIH. 2007. Threeshold Llimit Values. TLVs® and BEIs ® Book.
Available:
www.washingtonsafepatienthandling.org/images/acgih_lifit
ng_tlv.pdf
American Industrial Hygiene Association Ergonomic Committee.
Ergonomic Assessment Toolkit,[Online], Diakses dari:
http://www.aiha.org/insideaiha/volunteergroups/Ergonomi
cs/Documents/ECToolkit.pdf
Anies. 2005. Penyakit Akibat Kerja. Cetakan Pertama. PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta
Astuti, R.D Dan Suhardi, B. 2007. Analisis Postur Kerja Manual
Material Handling Menggunakan Metode OWAS (Ovako
Work Postur Analysis System). Jurnal Gema Teknik. 10
(01): 67-75.
AZ/NZS 4360:1999. 1999. The Australian Standard/New Zealand
4360:1999. Risk Management Guidlines. Sydney. Australia
Bridger, R.S. 2003. Indtroduction to Ergonomics 2nd Edition. London
and New york : Taylor&Francis.
Andersson Dkk. 2007. Musculoskeletal Disorders In The Workplace:
Principles And Practice. Epidemiology of the Lower
Extremity. Chapter 7a. ISBN-13: 978-0-323-02622-2
Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human Resources. Colorado: Mc
Graw –Hill.
Curtiol, Marc. 2010. The Natural Health benefit of Napping. 23 Mei
2015.http://www.natural-health-journals.com/908/the-
natural-health-benefits-of-napping#more-908
Depkes RI, Departemen Kesehatan RI. 2007. Profil Kesehatan
Indonesia 2005.Jakarta : Departemen Kesehatan RI 2005.
Elza, Delti Selvina. 2012. Gambaran Tingkat Risiko Ergonomi dan
Keluhan Subjektif Musculoskeletal Disorders Pada
Pengrajin Songket Tradisional Silungkang. Skripsi. Depok
: Universitas Indonesia, Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Enggaela, D, dkk. 2013. Analisis Postur Kerja Tenaga Kerja
Pengangkutan Gula Di Gudang Penyimpanan Dengan
Metode Ovako Work Posture Analysis System. Jurnal
Teknik. (online). Diakses dari :
http://skripsitipftp.staff.ub.ac.id/files/2015/03/9.-JURNAL-
Dyah-Intani-Enggaela.pdf
Grandjean, E. 1993. Fitting The Task to The Man. A Textbook of
Occupational Ergonomics, 4th
Ed. London :
Taylor&Francis.
Gallasch, Cristiane H. 2007. THE MEASUREMENT OF
MUSCULOSKELETAL PAIN INTENSITY: a comparison of
195
four methods. Revista Gaúcha de Enfermagem. 28(2):260-
5. Artigo Ordinal
Grzybowska, K. 2010. An OWAS-Based Analysis of Storekepeer
Workloads. Logistics and Transport.
HSE, Health Safety Executive. 2007. Understanding ergonomics at
work – Reduce accidents and ill health and increase
productivity by fitting the task to the worker – Health And
Safety Executive.
ILO. 2013. The Prevention of Occupational Diseases [Online].
Available:
www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/wcms_204755.pdf
John. 2007. Application of Ergonomic at Workplace. Dari :
(http://www.safetyinfo.com/guests/Ergonomic%20and%20MS
D%20Fact%20Sheet.html.) Diunggah pada tanggal 15 Mei
2015
Karhu, O., Harkonen, R., Sorvali, P. And Vepsailanen, P. 1981.
Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS
Application. Applied Ergonomics. 12. Page 13-17. Manual
Guidelines of OWAS available at http://turva.me.tut.fi/owas
Kurniawati, Ita. 2009. Tinjauan Faktor Risiko Ergonomi dan Keluhan
Subjektif Terhadap Terjadinya Gangguan Muskuloskeletal
Pada Pekerja Pabrik Proses Finishing di Depatemen PPC PT
Southern Cross Textile Industry Ciracas Jakarta Timur Tahun
2009. Skripsi. Depok : Universitas Indonesia Fakultas
Kesehatan Masyarakat.
Lianatika. 2007. Analisis Dan Evaluasi Kerja Manual Dengan
Menggunakan Metode Niosh 1991 Dan Reba (Studi Kasus di
Bagian Produksi PT. Progressio Indonesia). Skripsi. Teknik
Industri. JBPTUNPASPP / 2015-02-23 21:19:49. Diunduh dari
http://digilib.unpas.ac.id/ 10 maret 20:43
Li, G. dan BUCKLE, P. 1999. A Practical Method For The
Assesment Of Work-Related Musculoskeletal Risks – Quick
Exposure Check (QEC). In: Proceedings Of The Human
Factorsand Ergonomics Society 42nd
Annual Meeting, October
5-9. Chicago.
Luttmann, Alwin, dkk. 2003. Preventing Musculoskeletal Disorders
In The Workplaces. WHO (online).
(http://www.who.int/occupational_health/publications/en/oehm
sd3.pdf) diakses pada 27 Juli 2015.
Maijunidah, Emi. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keluhan
Musculoskeletal Disorders (Msds) Pada Pekerja
Assembling PT X Bogor Tahun 2010. Skripsi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Maria, Steffi. 2012. Evaluasi Pekerjaan Manual Handling Pada Kuli
Panggul di Toko X dan Pedagang Roti Pikul di Agen Roti Y
Kelapa Dua Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia.
Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
196
Martaleo, M. 2012. Perbandingan Penilaian Risiko Ergonomi Dengan
Metode Reba Dan Qec (Studi Kasus Pada Kuli Angkut
Terigu). Simposium Nasional RAPI XI FT UMS. ISSN :
1412-9612
Mitchell, Tamara. 2008. The Great Stretching Debate. Sally Longyear
(ed)
NIOSH, National Institute For Occupational Safety And Health. 2007.
Ergonomic Guidelines for Manual Material Handling. 4676
Columbia Parkway Cincinnati.
Nurliah, Aah. 2012. Analisis Risiko Musculoskeletal Disorders
(MSDS) Pada Operator Forklift di PT. LLI Tahun 2012. Tesis.
Universitas Indonesia. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Priastika, A. T. 2012. Analisis Tingkat Risiko Ergonomi Pada Aktivitas
Manual Handling di PT Ceva Logistik Indonesia Site Michelin
Pondok ungu Bekasi Tahun 2012. Skripsi. Universitas
Indonesia. Depok. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Pujadi, Tri, Harisno Dan Erik Sugiarto .2009. Aplikasi Sistem
Informasi K3 dengan Metode RULA NIOSH. Seminar
Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009, ISSN: 1907-
5022.
Rachman. 2008. Analisis Perbandingan Keluhan Pengayuh Becak
Menggunakan Kuesioner Nordic. Thesis. Universitas
Gundarma. Depok
Riyadina, Woro. 2008. Musculoskeletal Pain among Industrial
Workers in Pulo Gadung Industrial Estate, Jakarta. Ikatan
Dokter Indonesia
Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi : Manusia, Peralatan dan
Lingkungan. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher
Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Cetakan
Keempat. Jakarta : CV. Haji Mas Agung.
Tarwaka. 2011. Ergonomi Industri, Dasar – Dasar Pengetahuan
Ergonomi dan Aplikasidi Tempat Kerja Ed 1, Cet. 2. Surakarta
: Harapan Press.
Yassierli. 2008. Ergonomics Solutions for More Effective Safety and
Health Management. Diakses dari (http:// www.
filebox.vt.edu/users/yayassie/Booklet Ergonomics
Solution.pdf), pada tanggal 24 September 2015.
WHO, World Health Organization. 2005. Risk Factor. Available
from :
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_03_r
isk_factors.pdf. Accesed 10 Mei 2015.
http://www.safework.sa.gov.au/uploaded_files/CoPHazardousManual
Tasks.pdf (diakses pada 10 Maret 2015 jam 20:13)
197
LAMPIRAN
198
LEMBAR PENGUKURAN REBA
B. Postur Kerja
Grup A
B.1. postur bagian punggung _______________°
B.1. Postur bagian
punggung
Lurus atau
tegak
alamiah
Ekstension/
flexion dari
0°-20°
20°-60°
flexion
>60°
flexion
nilai
Penilaian +1 +2 +3 +4 ( )
B.1
B.1.1
.
Memutar / miring (+1) ya (0) Tidak ( )
B.1.1
B.2. postur bagian leher_______________°
B.2 Postur bagian leher 0°-20° flexion/
extension
>20° flexion/
extension
nilai
Penilaian +1 +2 ( )
B.2
B 2.1 memutar ke kanan atau ke
kiri (+1) ya (1) Tidak ( )
B 2.1
199
B.3. postur kaki______________°
B.3 Postur kaki kaki tertopang,
bobot tersebar
merata jalan
atau duduk
kaki tidak tertopang,
bobot tersebar
merata/postur tidak
stabil
Nilai
Penilaian +1 +2 ( ) B.3
B.3.1 jika lutut antara 30o -
60o flexion
(+1) ya (0) tidak ( )
B.3.1
B.3.2 Jika lutut >60o
flexion tidak ketika
duduk
(+2) ya (0) tidak ( )
B.3.2
B.4. Beban________
B.4 Beban beban
<5 Kg
beban
antara 5 –
10 Kg
beban >10
Kg
Nilai
Penilaian 0 +1 +2 ( ) B.4
B.4.1 Jika ada
penambahan beban
secara tiba - tiba
(+1) ya (0) tidak ( )
B.4.1
Grup B
B.5. postur lengan atas____________°
B.5 Postur lengan
atas
0-20° flexion/
extension
> 20° extension
20-45° flexion
45-90°
flexion
>90°
flexion
Nilai
Penilaian +1 +2 +3 +4 ( )B.5
B.5.1 Lengan adducted
atau rotated (+1) ya Tidak ( )B.5.1
200
B.5.2 Bahu
ditinggikan (+1) ya Tidak ( )B.5.1
B.5.3 Bersandar bobot
lengan ditopang
sesuai gravitasi
(-1) ya Tidak ( )B.5.1
B.6. postur lengan bawah____________°
B.6 Postur lengan bawah 60°-100° flexion
atau extension
<20° flexion atau
>100° extension
Nilai
Penilaian +1 +2 ( )B.6
B.7. postur pergelangan tangan_____________°
B.7 Postur
pergelangan
tangan
0°-15° flexion atau
extension
>15° flexion atau
extension
Nilai
Penilaian +1 +2 ( )B.7
B 7.1 jika tangan memutar
ke kanan atau kiri
(+1) ya Tidak
( )
B7.1
201
B.8. Pegangan________
B.8 Pegangan Pegangan
pas
Pegangan
dapat
diterima
tidak ideal
Pegangan
tangan
tidak bias
diterima
walau
mungkin
Dipaksakan
pegangan
yang tidak
aman
Nilai
Penilaian 0 +1 +2 +3 ( )
B.4
Punggung Leher
1 2 3
Kaki 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6
2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7
3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8
4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9
5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Beban
0 1 2 +1
<5 Kg 5 – 10 Kg >10 Kg Penambahan beban secara
tiba – tiba
202
Lengan bawah
Lengan atas 1 2
Pergelangan 1 2 3 1 2 3
1 1 2 3 1 2 3
2 1 2 3 2 3 4
3 3 4 5 4 5 5
4 4 5 5 5 6 7
5 6 7 8 7 8 8
6 7 8 8 8 9 9
Pegangan
0 – Good 1 – Fair 2 – Poor 3 - Unacceptable
pegangan pas dan
tepat ditengah,
genggaman kuat
pegangan tangan
bisa diterima tapi
tidak ideal
pegangan tangan
tidak bias diterima
walau
memungkinkan
dipaksakan
pegangan yang
tidak aman
Skor A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Skor B
1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12
2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12
4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12
5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12
6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12
7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12
8 5 6 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12
9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12
10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12
Activity score
+1 = jika 1 atau lebih bagian tubuh statis,
ditahan lebih dari 1 menit
+1 = jika ada pengulangan gerakan dalam rentang waktu
singkat, diulang lebih dari 4 kali per menit (tidak termasuk
berjalan)
+1 = jika gerakan menyebabkan perubahan
atau pergeseran postur yang cepat dari posisi awal
203
LEMBAR PENGUKURAN OWAS
Postur Kerja :
1. Punggung
a. Posisi 1 : Lurus / tegak (<20o)
b. Posisi 2 : Bungkuk ke depan (>20o)
c. Posisi 3 : Miring ke samping (miring >20o)
d. Posisi 4 : Bungkuk ke depan & miring ke samping miring &
bungkuk >20o
2. Lengan
a. Posisi 1 : Kedua tangan di bawah bahu
b. Posisi 2 : Satu tangan pada atau diatas bahu
c. Posisi 3 : Kedua tangan pada atau diatas bahu
3. Kaki
a. Posisi 1 : Duduk
b. Posisi 2 : Berdiri dengan kedua kaki lurus dengan sudut lutut
>150o
c. Posisi 3 : Berdiri dengan bertumpu pada satu kaki lurus dan sudut
satu kaki lainnya >150o
d. Posisi 4 : Berdiri atau jongkok dengan kedua lutut dengan sudut
≤150o
e. Posisi 5 : Berdiri atau jongkok satu lutut dengan sudut ≤150o
f. Posisi 6 : Berlutut pada satu atau dua lutut yang berada di tanah /
lantai
g. Posisi 7 : Berjalan atau bergerak
4. Beban
a. Skor 1 = apabila berat beban <10 kg (0 kg - 9,9kg)
b. Skor 2 = apabila berat beban <20kg (10kg -19,9kg)
c. Skor 3 = apabila berat beban >20 kg
Posisi
Posisi
Posisi
Skor
204
Punggung
Punggung
lurus/tegak
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Punggung
membungkuk
2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
Punggung
memuntir
3 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
Punggung
membungkuk
& memuntir
4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
Lengan
Kedua lengan
di bawah bahu
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Satu lengan
diatas bahu
2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
Kedua lengan
diatas bahu
3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3
Kaki
Duduk 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
Berdiri kedua
kaki lurus
2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
Berdiri dengan
satu kaki
ditekuk
3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3
Berdiri atau
jongkok
dengan kedua
lutut
4 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
Berdiri atau
jongkok
dengan satu
lutut
5 1 2 2 3 3 3 3 4 4 4
Berlutut
dengan satu
atau dua lutut
menyentuh
lantai
6 1 1 2 2 2 3 3 3 3 3
Berjalan/berger
ak
7 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
Frekuensi Relatif ≤
10
%
≤
20
%
≤
30
%
≤
40
%
≤
50
%
≤
60
%
≤
70
%
≤
80
%
≤
90
%
≤
100
%
205
Back Arm 1 2 3 4 5 6 7 Legs
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Load
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 2
2
1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3
2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4
3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 1 1 1
2 2 2 3 1 1 1 1 1 2 4 4 4 4 4 4 3 3 3 1 1 1
3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 1 1
4
1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 4 4 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
Kategori
Risiko
Efek Pada Sistem Muskuloskeletal Tindakan Perbaikan
Skor 1
(Normal
Posture)
Posisi normal tanpa efek yang
dapat mengganggu sistem
musculoskeletal (risiko rendah)
Tidak diperlukan
perbaikan
Skor 2
(Slightly
Harmful)
Posisi yang berpotensi menyebabkan
kerusakan pada sistem
musculoskeletal (risiko sedang)
Tindakan perbaikan
mungkin diperlukan
Skor 3
(Distincly
Harmful)
Posisi dengan efek berbahaya pada
sistem musculoskeletal (risiko tinggi)
Tindakan korektif
diperlukan segera
Skor 4
(Extremely
Harmful)
Posisi dengan efek sangat
berbahaya pada sistem
musculoskeletal (risiko sangat
tinggi)
Tindakan korektif
diperlukan sesegera
mungkin
206
Nama pekerja :
Tanggal pengamatan :
Kuesioner Operator
A. Apakah berat maksimal yang diangkat secara manual oleh anda pada
pekerjaan ini
H1. Ringan (sekitar 5Kg atau kurang)
H2. Cukup (6Kg – 10Kg)
H3. Berat (11Kg – 20Kg)
H4. Sangat berat (Lebih dari 20 Kg)
B. Berapa lama rata – rata anda untuk menyelesaikan pekerjaan dalam
sehari
I1. Kurang dari 2 jam
I2. 2 sampai 4 jam
I3. Lebih dari 4 jam
C. Ketika melakukan pekerjaan ini berapa tingkat kekuatan yang
digunakan oleh satu tangan
J1. Rendah (kurang dari 1 kg)
J2. Sedang (1 sampai 4 Kg)
J3. Tinggi (lebih dari 4 Kg)
D. Apakah pekerjaan ini memerlukan penglihatan yang
K1. Rendah (hamper tidak memerlukan penglihatan secara detail)
K2. Tinggi (memerlukan untuk melihat secara detail)
E. Ketika bekerja apakah anda menggunakan kendaraan yang
L1. Kurang dari 1 jam sehari atau tidak pernah
L2. Antara 1 hingga 4 jam sehari
L3. Lebih dari 4 jam sehari
F. Ketika bekerja apakah anda menggunakan alat yang menghasilkan
getaran selama
M1. Kurang dari 1 jam sehari atau tidak pernah
M2. Antara 1 hingga 4 jam sehari
M3. Lebih dari 4 jam sehari
G. Apakah anda mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan ini
G1. Tidak pernah
G2. Ya, terkadang
G3. Ya sering
H. Pada umumnya bagaimana anda mengalami pekerjaan ini
O1. Sama sekali tidak stress
O2. Cukup stress
O3. Stress
O4. Sangat stress
207
Nama pekerja :
Tanggal pengamatan :
Kuesioner Pengamat
Punggung
I. Ketika melakukan pekerjaan, apakah punggung (pilih situasi terburuk)
A1. Hampie neutral
A2. Agak memutar atau membungkuk
A3. Terlalu memutar atau membungkuk
J. Pilih satu dari dua pilihan pekerjaan
Apakah
Untuk pekerjaan duduk atau berdiri secara statis. Apakah punggung
berada dalam posisi statis dalam waktu yang lama
B1. Tidak
B2. Ya
Atau
Untuk pekerjaan mengangkat, mendorong/menarik. Apakah ada
pergerakan pada punggung
B3. Jarang (sekitar 3 kali per menit/ kurang)
B4. Sering (sekitar 8 kali per menit)
B5. Sangat Sering (sekitar 12 kali per menit atau lebih)
Bahu/ Lengan
K. Ketika pekerjaan dilakukan apakah tangan (pilih situasi terburuk)
C1. Berada disekitar pinggang atau lebih rendah
C2. Berada di sekitar dada
C3. Berada di sekitar bahu atau lebih tinggi
L. Apakah pergerakan bahu/lengan
D1. Jarang (sebentar – sebentar)
D2. Sering (pergerakan biasa dengan berhenti sesaat/ istirahat)
D3. Sangat sering (pergerakan yang hamper kontinyu)
Pergerakan tangan / tangan
M. Apakah pekerjaan dilakukan dengan (pilih situasi terburuk)
E1. Pergelangan tangan yang hamper lurus
E2. Pergelangan tangan yang tertekuk
N. Apakah gerakan pekerjaan diulang
F1. 10 kali per menit atau kurang
F2. 11 hingga 20 kali per menit
F3. Lebih dari 20 kali permenit
Leher
O. Ketika melakukan pekerjaan apakah leher kepala tertekuk/berputar
G1. Tidak
G2. Ya, terkadang
G3. Ya secara terus menerus