ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL
Oleh
RIA TUZI DAMAYANTI
H24070061
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Departemen Manajemen
Oleh
RIA TUZI DAMAYANTI
H24070061
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
JudulSkripsi : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan
Bank Konvensional
Nama : Ria Tuzi Damayanti
NIM : H24070061
Menyetujui,
Pembimbing 1
Ir. Budi Purwanto, ME
NIP :196307051994031003
Pembimbing 2
Farida Ratna Dewi, SE, MM.
NIP : 197103072005012001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc
NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RINGKASAN
Ria Tuzi Damayanti. H24070061. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Bank Syariah dan Bank Konvensional. Dibawah bimbingan Budi Purwanto,
Farida Ratna Dewi
Kemajuan regulasi perbankan syariah di Indonesia diiringi dengan
perkembangan bank syariah yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan
berdirinya beberapa bank umum syariah baik yang merupakan konversi penuh
dari bank konvensional seperti Bank Syariah Mandiri (konversi dari Bank Susila
Bakti), maupun bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah
seperti Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank BNI, Bank BRI, dll. Perkembangan
bank syariah cukup mengesankan yang dapat ditinjau tidak hanya dari sisi fisik
pertambahan jumlah jaringan kantor bank melalui pembukaan bank syariah
maupun Unit Usaha Syariah baru, namun dapat juga dilihat dari kinerjanya
berdasarkan rasio keuangan bank.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kinerja BSM dan kinerja
rasio 4 (empat) bank umum konvensional. (2) Menganalisis perbandingan kinerja
BSM dengan masing-masing bank umum konvensional berdasarkan rasio
keuangan untuk membuktikan adakah perbedaan yang signifikan antara kinerja
kedua jenis bank tersebut. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei hingga
Juli 2011, yang mencakup data tahun 2006-2009. Data yang digunakan selama
penelitian ini adalah sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan masing-masing
bank yang dipublikasikan di media massa seperti surat kabar dan atau internet.
Ukuran kinerja (performance measurement) bank yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio,
Non Performing Loan Ratio, Return on Asset Ratio, Loan to Deposit Ratio,
Expenses and Income Operation Ratio. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2007 untuk menghitung semua rasio
keuangan dan pembobotan nilai masing-masing variabel.
Berdasarkan hasil penelitian, dari tujuh rasio keuangan yang digunakan,
BSM cenderung lebih unggul pada empat rasio, yaitu Cash Adequacy Ratio
(CAR), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest
Margin (NIM), dan BOPO, Sementara itu Bank Konvensional cenderung lebih
baik dari sisi Non Performing Loan Ratio (NPL), Return On Asset (ROA), dan
BOPO. Ada pun rasio BOPO dari kedua kelompok bank walaupun ada perbedaan
namun perbedaannya tidak terlalu signifikan.
ABSTRAK
RIA TUZI DAMAYANTI. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan bank
Konvensional. Dibimbing oleh BUDI PURWANTO, FARIDA RATNA DEWI.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja Bank Syariah Mandiri (BSM)
dengan 4 (empat) bank umum konvensional pada periode 2006-2009. Ukuran kinerja ditentukan
berdasarkan rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, NIM/NOI,
LDR/FDR, dan BOPO. Untuk membuktikan adakah perbedaan yang signifikan antara kinerja
BSM dengan bank umum konvensional dan untuk mengetahui perbedaan antarkelompok bank.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan rata-rata (mean) rasio keuangan, BSM relatif
lebih baik pada empat rasio CAR, ROE, LDR/FDR, NIM/NOI, dan BOPO, sementara itu rasio
lainnya BSM relatif lebih rendah kualitasnya.
Kata Kunci: Perbandingan Kinerja Bank, Rasio Keuangan, Bank Syariah.
ABSTRACT
RIA TUZI DAMAYANTI.Comparative Analysis of Financial Performance of Sharia Bank and
Conventional Banks. Guided by BUDI PURWANTO, FARIDA RATNA DEWI.
This study was aimed to compare banking performance between Bank Syariah Mandiri
with 4 conventional banks for 2006-2009 period. Banking performance analysis based on
financial ratio which depends on CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, NIM/NOI, LDR/FDR, and
BOPO. They was used to prove whether there is a significant difference between conventional
banking performance and that of Islamic bank and to find difference inter banks performance.
This study shows that BSM is relatively superior in CAR, ROE, LDR/FDR, NIM/NOI, and
BOPO ratios with significant value.
Keywords: Performance banking comparison, Financial Ratio, Islamic Bank.
iii
RIWAYATHIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ghozi
Rowi dan Tutik Ilmiyati. Jakarta merupakan kota kelahiran penulis tepatnya pada
tanggal 24 November 1989.
Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kuncup Kencana Jakarta
pada tahun 1994-1995. Pada tahun 1995- 1997 penulis melanjutkan pendidikan di
SDI Nurul Iman dan lulus di SD Negeri 13 pada tahun 2001. Kemudian
dilanjutkan pendidikan menengah pertama di tempuh dari tahun 2001-2004 di
SMP Negeri 255 Jakarta. Penulis menempuh pendidikan menengah atas pada
tahun 2004-2007 di SMA Negeri 53 Jakarta.
Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk
IPB (USMI) pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan supporting course.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan
Entrepreneur Centre Club, Shariah Economic Student Club dan Saman
Traditional Dancing.
Selama kuliah, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti kegiatan
mahasiswa di Departemen Manajemen dan kegiatan di Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Penulis pernah bekerja di PT Schneider Electric, lalu sampai
sekarang bekerja PT Alstom Grid – Unindo.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi tepat
pada waktunya. Tak lupa penulis haturkan terima kasih dengan jalan bershalawat
kepada Nabi Muhammad SAW yang tak hentinya membuat penulis bersemangat
ketika mengingat dan membaca kisahnya. Penelitian tugas akhir dengan judul
―Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional‖
ini disusun sebagai syarat kelulusan pendidikan tahap S-1 di program studi
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Tak lupa pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menjalani proses
perkuliahan ataupun penyusunan tugas akhir ini, khususnya kepada :
1. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing pertama yang
telah membimbing dan memberikan petunjuk penulis dalam menjalani
perkuliahan di program studi Ekonomi dan Manajemen IPB, mulai dari
tahun pertama kuliah di IPB sampai tahap penyusunan skripsi.
2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing kedua yang
telah membimbing penulis dalam proses penyusunan tugas akhir ini.
3. Bapak Ghozi Rowi dan Ibu Tutik Ilmiyati selaku orang tua penulis beserta
saudari-saudari penulis yang tak hentinya mendoakan, memotivasi serta
memberikan dukungan dalam segala hal selama penulis menjalani proses
perkuliahan.
4. Segenap rekan-rekan satu bimbingan; Dwi Ratih Mutiarasari, Faizaah, Tio
Panta Sihombing, dan Trijaya Suharto yang telah membantu proses
penyusunan tugas akhir ini.
5. Segenap rekan-rekan Departemen Manajemen 2007 yang telah menjadi
obat pencair pikiran dengan canda dan tawa setiap kali berkumpul.
6. Sahabat-sahabat tercinta Arlena Dini, Izni Sorfina, Windi Widayanti
Siregar, Ekasari Wijayanti, Nadia Willia, Widisya,
7. Teman-teman BoromeusSakti, Erwin Rosadi, danArgy Ardhiansyah yang
sudah meluangkan waktu untuk membantu pengerjaan skripsi ini.
v
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,
oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun.
Semoga tugas akhir ini dapat menjadi manfaat bagi setiap insan yang terkait.
Bogor, Agustus 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN i
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR TABEL .................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1.Latar Belakang.................................................................... 1
1.2.Perumusan Masalah ............................................................ 5
1.3.Tujuan Penelitian ................................................................ 6
1.4.Manfaat Penelitian .............................................................. 6
1.5.Ruang Lingkup Penelitian ................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8
2.1.Lembaga Intermediasi Bank ............................................... 8
2.1.1. Bank Konvensional ................................................. 9
2.1.2. Bank dengan Sistem Syariah ................................... 11
2.2.Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional .......... 14
2.3.Analisis Kinerja Keuangan Bank ....................................... 17
2.3.1. PengertianUmum .................................................... 17
2.3.2. RasioKeuangan Bank ............................................. 18
2.4.PenelitianTerdahulu ............................................................ 24
III. METODE PENELITIAN ....................................................... 26
3.1.Kerangka Pemikiran ........................................................... 26
3.2.Pengumpulan Data ............................................................. 28
3.3.Pengolahan Data ................................................................ 28
3.4.Analisis Data ..................................................................... 32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 33
4.1. Gambaran Umum .............................................................. 33
4.1.1. Bank SyariahMandiri .............................................. 33
4.1.2. BPD Kalimantan Timur ........................................... 34
4.1.3. Bank Mizuho .......................................................... 35
4.1.4. Bank Artha Graha Internasional .............................. 36
4.1.5. Deutsche Bank ....................................................... 37
4.2.Kinerja Keuangan Bank ..................................................... 38
4.2.1. Kinerja Keuangan Bank Konvensional .................... 38
4.2.2. Kinerja Keuangan Bank Syariah .............................. 39
4.3.Perbandingan Kinerja Antar Bank ....................................... 40
vii
4.3.1. Perbandingan Kinerja BSM dan BPD Kaltim .......... 40
4.3.2. Perbandingan Kinerja BSM dan Deutsche Bank ...... 41
4.3.3. Perbandingan Kinerja BSM dan Bank Mizuho ........ 42
4.3.4. Perbandingan Kinerja BSM dan Bank AGI.............. 43
4.4. Implikasi Manajerial.......................................................... 44
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 46
1.Kesimpulan .................................................................................... 46
2. Saran ............................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 48
LAMPIRAN ............................................................................................ 50
viii
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Statistik triwulanan perkembangan perbankan ................................ 1
2. Perbandingan rasio bank syariah dan bank konvensional ................ 2
3. Pertumbuhan jaringan kantor bank umum syariah........................... 4
4. Prinsip-prinsip bank syariah ........................................................... 11
5. Perbandingan bank syariah dengan bank konvensional ................... 16
6. Perbandingan kinerja bank syariah dengan bank konvensional ....... 38
7. Perbandingan kinerja BSM dan BPD Kaltim .................................. 40
8. Perbandingan kinerja BSM dan Deutsche Bank .............................. 41
9. Perbandingan kinerja BSM dan Bank Mizuho ................................ 42
10. Perbandingan kinerja BSM dan AGI............................................... 43
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Bank sebagai lembaga intermediary ............................................... 8
2. Diagram alir penelitian ................................................................... 27
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Hasil perhitungan rasio keuangan ........................................................ 51
2. Laporan keuangan BSM tahun 2006 .................................................... 52
3. Laporan keuangan BPD Kaltim tahun 2006 ......................................... 53
4. Laporan keuangan Bank Mizuho tahun 2006 ....................................... 54
5. Laporan keuanganBank Artha Graha Internasional tahun 2006 ........... 55
6. Laporan keuangan Deutsche Bank tahun 2006 .................................... 56
7. Laporan keuangan BSM tahun 2007 ................................................... 57
8. Laporan keuanganBPD Kaltim tahun 2007 .......................................... 58
9. Laporan keuangan Bank Mizuho tahun 2007 ....................................... 59
10. Laporan keuangan Bank Artha Graha Internasional tahun 2007........... 60
11. Laporan keuangan Deutsche Bank tahun 2007 .................................... 61
12. Laporan keuangan BSM tahun 2008 .................................................... 62
13. Laporan keuangan BPD Kaltim tahun 2008 ......................................... 63
14. Laporan keuangan Bank Mizuho tahun 2008 ....................................... 64
15. Laporan keuangan Bank Artha Graha Internasional tahun 2008........... 65
16. Laporan keuangan Deutsche Bank tahun 2008 .................................... 66
17. Laporan keuangan BSM tahun 2009 .................................................... 67
18. Laporan keuangan BPD Kaltim tahun 2009 ........................................ 68
19. Laporan keuangan Bank Mizuho tahun 2009 ....................................... 69
20. Laporan keuangan Bank Artha Graha Internasional tahun 2009 .......... 70
21. Laporan keuangan Deutsche Bank tahun 2009 ................................... 71
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perbankan Indonesiapada triwulan I-2013 tetap menunjukkan kinerja yang
positif di tengah kondisi perekonomi global yang masih tumbuh lambat. Kinerja
positif tercermin dari kondisi rasio permodalan perbankan yang tercatat jauh di
atas ambang batas 8%, yang dicapai melalui perolehan profitabilitas perbankan
yang cukup tinggi dan upaya peningkatan efisiensi yang dilakukan perbankan
seperti ditunjukkan dalam table 1 (Bank Indonesia, 2013).
Tabel 1. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan
Indikator Utama
2012 2013
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Triwulan I
Total Aset (Triliun Rp) 3.065,83 3.195,08
3.371,45
3.652,80
3.708,73
3.891,12
4.009,37
4.262,59 4.313,83
DPK (Triliun Rp)
2.351,36
2.438,01 2.544,86
2.784,91 2.826,00
2.955,77 3.050,00 3.225,20
3.243,14
Giro 540,79 577,00 580,56 652,65 656,06 718,27 726,22 767,07 754,23
Tabungan 722,73 753,68 797,01 898,30 888,92 939,20 981,50 1.076,83 1.047,43
Deposito
1.087,83 1.107,34 1.167,30 1.233,97
1.281.02
1.298,30 1.342,28 1.381,30 1.441,47
Kredit 1.814,80 1.950,70
2.079,30
2.200,10
2.266,20
2.452,90
2.555,90
2.707,90 2.768,37
Jumlah NPLs (T Rp) 50,97 53,46 55,51 47,69 51,81 53,38 52,91 50,64 54,42
CAR (%) 17,53% 16,99% 16,62% 16,07% 18,19% 17,45% 17,33% 17,32% 18,92% NPLs Gross (%) 2,81% 2,74% 2,67% 2,17% 2,29% 2,18% 2,07% 1,87% 1,97%
ROA (%) 3,03% 3,03% 3,08% 2,99% 3,01% 3,11% 3,06% 3,08% 2,99%
BOPO (%) 77,83% 85,82% 87,01% 85,34% 76,74% 74,74% 75,20% 75,40% 75,46%
LDR (%) 78,43% 81,20% 82,20% 79,20% 81,21% 83,93% 84,63% 84,70% 86,11%
Jumlah Bank 121 121 120 120 120 120 120 120 120
Jumlah Kantor 14.202 14.454 14.604 14.797 14.84 15.372 15.899 16.625 17.089
Ket: Data triwulan I-2013 menggunakan posisi Maret 2013 Sumber :Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia 2013
Pemulihan ekonomi global semakin menguat di akhir tahun 2009 setelah
terjadinya krisis keuangan global di tahun 2007-2008 memberikan optimisme
perkembangan ekonomi di tahun-tahun berikutnya hingga sekarang. Krisis
keuangan menyebabkan Bank Indonesia meningkatkan BI rate untuk meredam
2
inflasi yang diakibatkan oleh turunnya nilai rupiah terhadap dolar. Kenaikan BI
rate direspon dengan kenaikan tingkat bunga bank konvensional secara masif.
Namun kenaikan tingkat bunga ini tidak mempengaruhi bank syariah secara
langsung. Sistem jual beli di bank syariah, dimana pembayaran margin didasarkan
fixed rate dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa berubah sewaktu-waktu
seperti hanya dengan bunga. (Sudarsono, 2009).
Krisis keuangam 2008 menjadikan tingkat pendapatan yang diperoleh
berkurang.Secara umum kenaikan pendapatan bank syariah lebih tinggi
dibandingkan bank konvensional. Sebaliknya, nilai pendapatan dibandingkan
asset menunjukkan bank konvensional lebih tinggi . Dalam Tabel 2, tingkat rasio
bank syariah dan bank konvensional menunjukkan nilai yang berbeda, tingkat
ROA, ROE, NPL/NPF, dan BOPO bank konvensional lebih tinggi dibanding bank
syariah. Rata-rata rasio laba terhadap asset dan modal bank syariah lebih rendah
dibanding dengan bank konvensional dari tahun 2006 – 2009. Di lain pihak,
tingkat rasio pembiayaan terhadap deposit atau LDR/FDR kedua bank meningkat
di akhir 2008. Tingkat FDR bank syariah lebih tinggi dibanding bank
konvensional.Artinya ekspektasi keuntungan lebih tinggi bank syariah dibanding
bank konvensional walaupun risiko likuiditas yang ditunjukkan dengan tingkat
FDR bank syariah lebih tinggi walaupun masih dalam tingkat ideal antara 85%
sampai 110%.
Tabel 2. Perbandingan Rasio Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional(%)
Rasio 2006 2007 2008 2009
BS BK BS BK BS BK BS BK
ROA 1.55 2.64 2.07 2.78 1.42 2.33 2.15 2.76
ROE 36.94 22.11 53.91 23.61 37.94 20.21 54.78 25.15
NPL/NPF 4.75 6.07 4.05 4.07 3.95 3.32 4.61 4.17
LDR/FDR 98.9 61.56 99.76 66.32 103.65 74.58 100.5 73.08
BOPO 76.54 86.98 76.54 84.05 81.75 88.59 74.61 90.68
Sumber : Bank Indonesia, 2009
Eksistensi bank syariah di Indonesia secara formal telah dimulai sejak
tahun 1992 dengan diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan.Undang-undang ini menjadi dasar hukum keberadaan dual banking
system di Indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan konvensional yang
didampingi oleh sistem perbankan syariah.Namun harus diakui bahwa UU
3
tersebut belum memberikan landasan hukum yang cukup kuat terhadap
pengembangan bank syariah karena masih menggunakan istilah bagi
hasil.Pengertian bank bagi hasil yang dimaksudkan dalam UU tersebut belum
sesuai dengan cakupan pengertian bank syariah yang relatif lebih luas dari bank
bagi hasil (Siregar, 2002).Bahkan menurut Antonio (2007), pembahasan
perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan merupakan
―sisipan‖ belaka. Dengan tidak adanya pasal-pasal dalam UU tersebut yang
mengatur bank syariah, maka hingga tahun 1998 belum terdapat ketentuan
operasinal yang secara khusus mengatur kegiatan usaha bank syariah. Untuk
itulah dirasakan pentingnya dasar hukum yang jelas dan mengikat tentang
berbagai hal yang berkaitan dengan pengaturan perbankan syariah, sehingga pada
tahun 2008 dikeluarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah
(Nasrulloh, 2009).
Kemajuan regulasi perbankan syariah di Indonesia diiringi dengan
perkembangan bank syariah yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan
berdirinya beberapa bank umum syariah baik yang merupakan konversi penuh
dari bank konvensional seperti Bank Syariah Mandiri (konversi dari Bank Susila
Bakti), maupun bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah
seperti Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank BNI, Bank BRI, dll.
Perkembangan bank syariah cukup mengesankan yang dapat ditinjau tidak
hanya dari sisi fisik pertambahan jumlah jaringan kantor bank melalui pembukaan
bank syariah maupun Unit Usaha Syariah baru, namun dapat juga dilihat dari
kinerjanya berdasarkan rasio keuangan bank. Pertumbuhan jaringan kantor bank
yang di tahun 2005 baru ada 3 bank umum syariah dengan total 301 kantor serta
19 Unit Usaha Syariah dengan total 133 kantor menjadi 11 bank umum syariah
dengan total 1.215 kantor, 23 Unit Usaha Syariah denagn 262 kantor, serta 150
BPR Syariah yang tersebar dengan 286 kantor pada bulan Desember 2010 (lihat
tabel 3).
Pertumbuhan tersebut diikuti peningkatan total asset secara signifikan, dari
Rp. 48.014 juta pada akhir Desember 2009 menjadi Rp. 79.186 juta pada akhir
Desember 2010. Dengan kata lain ada peningkatan sebesar Rp. 31.172 juta
(64,92%) (Bank Indonesia, 2010).
4
Tabel 3. Pertumbuhan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah No. Indikator 2005 2006 2007 2008 2009 2010*
1.
Bank Umum Syariah
(BUS)
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
3
301
3
346
3
398
5
576
6
711
11
1215
2.
Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
19
133
20
163
26
170
27
214
25
287
23
262
3.
BPR Syariah
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
-
-
-
-
114
185
131
202
139
223
150
286
TOTAL KANTOR 434 509 753 992 1221 1763
Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI : *Data per Desember 2010
Kinerja pertumbuhan pembiayaan bank syariah tetap tinggi sampai posisi
Februari 2009 dengan kinerja pembiayaan yang baik (NPF, Net Performing
Financing di bawah 5%). Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah per
Februari 2009 secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan
pertumbuhan sebesar 33,3% pada Februari 2008 menjadi 47,3% pada Februari
2009. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah
mencapai Rp.40,2 triliun (Bank Indonesia, 2009). Dapat dilihat bahwa krisis
keuangan global di akhir tahun 2008 menjadikan tingkat pengembalian
pembiayaan meningkat pada bank syariah jika dibandingkan dengan bank
konvensional.
Di Indonesia saat ini dikenal dua metode untuk menghitung tingkat
imbalan (return), yaitu metode profit sharing dan revenue sharing, return
sharing, dana investasi nasabah tidak akan berkurang atau minimal nasabah tidak
mendapatkan profit. Hal ini banyak dilakukan oleh perbankan syariah saat ini
dengan pertimbangan bahwa masyarakat belum siap untuk menerima konsep
perbankan dengan metode PLS (Profit and Loss Sharing) yang dapat
5
mengakibatkan berkurangnya nilai dana investasi akibat kemungkinan kerugian
yang diderita bank syariah (Zulkifli, 2003).
1.2. Perumusan Masalah
Konsep yang ditawarkan bank syariah adalah penggunaan sistem bagi
hasil, yaitu pembagian hasil usaha yang dapat berupa keuntungan atau kerugian
sesusai dengan nisbah bagi hasil (persentase) yang telah disepakati di awal
kontrak antara bank dan nasabah. Bank Syariah Mandiri, salah satu objek
penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode revenue sharing baik pada sisi
pendanaan, (seperti tabungan mudharabah dan deposito mudharabah) maupun
pada sisi pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi hasil seperti musyarakah
dan mudharabah.
Nasabah adalah pemilik modal (shahibul maal) yang menitipkan atau
menginvestasikan dananya dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan atau
produk-produk bank syariah lainnya. Selanjutnya bank syariah sebagai pengelola
modal (mudharib) menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dalam
bentuk pembiayaan yang bersifat produktif, seperti investasi atau modal kerja.
Pada kondisi ini bank syariah berkedudukan sebagai pemilik modal (shahibul
maal) sedangkan pihak yang dibiayai berkedudukan sebagai mudharib. Pada
penelitian ini penulis mengidentifikasi permasalahan utama diantara beberapa
masalah yang ada dalam kaitannya dengan kinerja BSM dan bank umum
konvensional, yaitu:
1. Bagaimana kinerja BSM dan 4 (empat) bank umum konvensional yang lebih
dulu exist dalam tatanan industry perbankan di Indonesia?
2. Bagaimana perbandingan kinerja BSM dengan kinerja 4 (empat) bank umum
konvensional?
1.3. Tujuan
1. Menganalisis kinerja BSM dan 4 (empat) bank umum konvensional
berdasarkan rasio keuangan.
2. Menganalisis perbandingan kinerja BSM dengan masing-masing bank umum
konvensional untuk masing-masing rasio keuangan.
1.4. Manfaat
Dari penulisan ini akan diperoleh beberapa manfaat sebagai berikut:
6
1. Bagi perbankan, dapat dijadikan sebagai catatan untuk tetap mempertahankan
dan meningkatkan kinerja perbankan yang sudah bagus, sekaligus
memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi Bank Indonesia
khususnya Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) dalam rangka
mensosialisasikan bank syariah berdasarkan kinerja perbankan pada periode
dan variabel tertentu.
3. Bagi perkembangan ilmu ekonomi islam khususnya masalah perbankan
syariah, studi kasus ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian dilakukan terhadap BSM sebagai bank umum syariah dan empat
bank umum konvensional yang sebanding dalam hal total asset. Pada periode
penelitian ini dibuat total asset BSM sebesar Rp 15.385.707 juta. Agar
mendapatkan hasil perbandingan yang fair dan ideal, maka dipilihlah empat bank
umum konvensional yaitu Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur (Rp
13.915.830 juta), Bank Mizuho (Rp 13.120.953 juta), Bank Artha Graha
Internasional (Rp 12.655.984), dan Deutsche Bank AG (Rp 16.612.625 juta).
Selain total asset yang sebanding, alasan pemilihan empat bank tersebut adalah
perbedaan kategori bank. Diantara bank umum konvensional tersebut ada yang
masuk kategori bank pembangunan daerah, bank campuran, bank swasta nasional
devisa, dan bank asing.
Adapun beberapa batasan dalam penelitian ini antara lain:
1. Pengukuran kinerja bank dilakukan berdasarkan Laporan Publikasi Keuangan
Bank yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selama periode 2006 hingga
2009. Data yang diambil adalah laporan tahunan masing-masing bank yang
dipublikasikan di media massa seperti surat kabar dan atau internet.
2. Ukuran kinerja (performance measurement) bank yang digunakan dalam
penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy
Ratio, Non Performing Loan Ratio, Return on Asset Ratio, Return on Earning
Ratio, Net Interest Margin, Loan to Deposit Ratio, Expenses and Income
Operation Ratio.
7
3. Penelitian ini memilih hanya satu bank syariah, hal ini disebabkan karena
BSM sudah berdiri lebih dari 10 tahun dan merupakan salah satu perbankan
syariah yang memiliki perkembangan yang cukup pesat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lembaga Intermediasi Bank
Bank pada hakikatnya adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya
sebagai agent of trust dan agent of development (Judisseno, 2002).Sebagai agent
of trust, bank merupakan lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk
melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan
sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara yang dapat
mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-
kemudahan baik pembayaran maupun penarikan dalam proses transaksi yang
dilakukan oleh para pelaku ekonomi.
Sebagai lembaga perantara (financial intermediaries), kedudukan bank
tampak seperti gambar berikut.
Tabungan
Pinjaman
Gambar 1. Bank Sebagai Lembaga Intermediary
Gambar 1 menjelaskan bahwa bank menerima simpanan (tabungan) dari
kelompok masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund). Selanjutnya bank
mengelola simpanan masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund). Perlu
ditekankan di sini bahwa yang dimaksud kekurangan dapat berarti orang yang
sama sekali tidak memiliki uang untuk keperluan konsumsi, atau kekurangan
dalam arti untuk menambah modal usaha.
Berbeda dengan bank konvensional, fungsi intermediary pada bank
syariah mempunyai dimensi lebih luas, khususnya kaitannya dengan kelompok
masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund). Bank menyalurkan dana tidak
hanya semata-mata dalam bentuk kredit yang seringkali memberatkan pihak
Lembaga Bank Masyarakat
Surplus of fund
Lack of fund
9
debitur, melainkan dapat berupa zakat, infaq, shadaqah, pinjaman kebajikan
(qardhul hasan) dan atau kepentingan social lainnnya. Dengan kata lain bank
syariah harus dapat berfungsi sebagai lembaga leasing, pegadaian dan lembaga-
lembaga lain yang sesuai dengan syariat Islam khusunya di bidang muamalah.
2.1.1 Bank Konvensional
Pengertian bank dapat dijumpai dalam pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Undang-
Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu:
1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya.
2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.
3. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Definisi bank konvensional sama dengan Pasal 1 ayat 3 pada undang-undang
tersebut dengan menghilangkan kalimat ―dan atau berdasarkan prinsip syariah”.
Berdasarkan pasal 1 ayat 2 pada undang-undang tersebut, dapat ditekankan
bahwa kegiatan usaha bank pada dasarnya hanya ada dua yaitu kegiatan
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Kegiatan penghimpunan dana
dapat berbentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, sertifikat deposito
dan kegiatan lain yang bersifat penghimpunan dana dari masyarakat. Kegiatan
penghimpunan dana dapat berbentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito
dan kegiatan lain yang berisi penghimpunan dana dari masyarakat kepada bank
berdasarkan suatu perjanjian. Sedangkan kegiatan penyaluran dana dapat
berbentuk kredit, pemberian jaminan dan penempatan investasi surat berharga.
10
Beberapa penulis lain memberikan pengertian bank antara lain (Dahlan
Siamat,2004):
Howard D. Crosse dan George H. Hempel :
Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan
sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan funsi bank dalam rangka melayani
kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik bank.
F.E. Perry :
Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang,
menerima simpanan (deposit) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap
penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan
kredit dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan
untuk pembiayaan kembali.
Ada 6 faktor penting dalam perbankan:
1. Bank merupakan lembaga keuangan yang terbesar berdasarkan nilai asset.
2. Bank adalah lembaga keuangan yang paling terdiversifikasi dalam arti
menangani spectrum paling luas dari unit Surplus (masyarakat) dan unit
Defisit (Dunia Usaha)
3. Bank mendominasi penerbitan giro yang memfasilitasi transaksi
4. Mekanisme kliring yang diciptakan perbankan serta fasilitas dari Bank Sentral
merupakan mekanisme pembayaran nasional
5. Bank berperan penting dalam keuangan Internasional dan peran ini meningkat
tajam seiring dengan semakin terintegrainya system keuangan dunia
(globalisasi)
6. Bank merupakan wahana utama pelaksanaan kebijakan moneter.
Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai lembaga intermediasi, bank
konvensional menetapkan bungan naik bunga simpanan (giro, tabungan,
deposito), maupun bunga pinjaman (kredit). Selisih antara bungan pinjaman dan
bunga tabungan (sering disebut spread) itulah yang merupakan penghasilan pokok
dari lembaga bank.
11
2.1.2 Bank dengan Sistem Syariah
1. Pengertian dan Konsep Dasar Bank Syariah
Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga
keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu
lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan
masalah uang sebagai dagangan utamanya (Sudarsono, 2008).
Adapun jenis-jenis akad yang menjadi landasan kegiatan operasional
perbankan syariah antara lain:
Tabel 4. Prinsip-Prinsip Bank Syariah
Prinsip Keterangan
Wadi’ah Akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai
barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan
tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan
barang/uang.
Mudharabah Dalam menghimpun dana adalah Akad kerja sama antara pihak
pertama (malik, shahibul mal, atau Nasabah) sebagai pemilik
dana dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Bank Syariah)
yang bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi
keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan
dalam Akad.
Dalam pembiayaan adalah Akad kerja sama suatu usaha antara
pihak pertama (Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal
dan pihak kedua (nasabah) yang bertindak selaku pengelola
dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai kesepakatan,
sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah
kecuali jiks pihsk kedua melakukan kesalahan yang disengaja,
lalai, atau menyalahi perjanjian.
Musyarakah Akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi
dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai
dengan kesepakatan. Sedangkan kerugian ditanggung sesuai
dengan porsi dana masing-masing.
Murabahah Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga
belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
Ijarah Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna
12
atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi
sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu
sendiri.
Ijarah
Muntahiyah
Bit Tamlik
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna
atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi
sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.
Ta’jri Perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang
membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut
dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua belah
pihak. Setelah berakhir masa sewa pemilik barang menjual
barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui
kedua belah pihak.
Salam Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dari
pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat
tertentu yang disepakati.
Istishna’ Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan
barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang
disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dan
penjual atau pembuat (shani’).
Qardh Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa
nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada
waktu yang telah disepakati.
Hawalah Akad pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak
lain yang wajib menanggung atau membayar.
Kafalah Akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada
pihak lain, di mana pemberi jaminan (kafil) bertanggung jawab
atas pembayaran kembali utang yang menjadi hak penerima
jaminan (makful).
Wakalah Akad pemberian kuasa kepada penerima kuasa untuk
melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.
Sumber :Booklet Perbankan Indonesia, 2008
2. Kegiatan Operasional Bank Syariah
Kegiatan operasional Bank syariah baik dalam penghimpunan dan
penanaman dana maupun pemberian jasa-jasa perbankan menurut Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Bank Bagi Hasil, Bank Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Penghimpunan Dana
Dalam penghimpunan dana, bank syariah menerima simpanan dana dari pihak
ketiga (nasabah) dalam bentuk giro, deposito berjangka, tabungan dan atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
13
a) Giro
Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank (perorangan atau badan
hokum, dalam mata uang rupiah atau valuta asing) yang dapat digunakan
sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu
menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pemayaran lainnya atau
dengan cara pemindahbukuan. Penerimaan dana dalam betuk giro
menggunakan prinsip akad wadi’ah. Sesuai dengan prinsip wadi’ah, bank
dapat menggunakan dana yang berasal dari giro dengan atau tanpa ijin dari
nasabah untuk membiayai kegiatan operasi bank. Untuk itu bank
memberikan buku cek kepada pemilik giro sebagai sarana untuk
melakukan penarikan.Seluruh keuntungan atau manfaat yang diperoleh
dari penggunaan giro tersebut menjadi hak milik bank.Atas dasar
kebijaksanaan, bank dapat memberikan pembagian keuntungan kepada
pemilik giro yang besarnya diserahkan kepada bank.
b) Tabungan
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Penerimaan dana dalam
bentuk tabungan ini dapat menggunakan prinsip wadi’ah atau
mudharabah. Penerimaan tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah
digunakan untuk tabungan yang dapat ditarik sewaktu-waktu, sehingga
secara teknis mirip giro.Tabungan berdasarkan prinsip mudharabah
digunakan untuk tabungan yang penarikannya tidak dapat dilakukan
sewaktu-waktu.Sesuai dengan prinsip mudharabah, kepada pemilik
tabungan diberikan imbalan atas dasar pembagian keuntungan (nisbah bagi
hasil) yang telah ditetapkan/disetujui sebelumnya.Selain itu jika bank
mengalami kerugian, maka pemilik tabungan ikut menanggung risiko
kerugian tersebut.
c) Deposito Berjangka
Adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang
bersangkutan.Deposito tersebut dapat diperpanjang otomatis (automatic
14
rollover). Penerimaan dana dalam bentuk deposito berjangka pada
umumnya berdasarkan prinsip mudharabah, dimana berdasarkan prinsip
ini deposan diberikan imbalan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya.
d) Penerimaan Dana Lainnya
Penerimaan jenis ini dapat berupa Zakat, Infaq, dan Shadaqah.
Pengelolaan dana dapat menggunakan prinsip wadi’ah, mudharabah atau
qardh ul-hasan.
2. Penanaman Dana
Penanaman dana bank syariah dilakukan dengan menyediakan pembiayaan
untuk berbagai usaha/kegiatan baik untuk keperluan investasi, modal kerja,
maupun berbagai usaha/kegiatan baik untuk keperluan investasi, modal kerja,
maupun keperluan yang bersifat konsumtif. Prinsip akad yang dapat
digunakan antara lain; mudharabah, musyarakah, murabahah, salam,
istishna’, ijarah muntahiya bittamlik, dan qardh.
3. Pemberian Jasa Perbankan Lainnya
Jasa perbankan yang dapat dilakukan antara lain:
a) Bank Garansi dengan prinsip al-kafalah
b) Transfer Dana dengan prinsip al-hawalah
c) Penitipan Barang dan Surat Berharga dengan prinsip al-wadi’ah atau al-
wakalah
d) Jual Beli Mata Uang Asing, menggunakan prinsip as-sharf
e) Pembukaan L/C untuk perdagangan dalam dan luar negeri dengan prinsip
al-wakalah, al-musyarakah atau al-murabahah.
2.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki
persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,
teknologi computer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh
pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya.
Tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar di antara keduanya.Perbedaan itu
menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, lingkungan
kerja, dan dasar perhitungan keuntungan/kerugian (Antonio, 2007).
15
1. Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan
ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali
nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila
hokum itu hanya berdasarkan hokum positif belaka, tapi tidak demikian bila
perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah
nanti (Rahman, 1990).
Setiap akad (transaksi) dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang,
pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad,
seperti hal-hal berikut.
a) Rukun, seperti : penjual, pembeli, barang, harga, dan akad/ijab-qabul.
b) Syarat, seperti:
i. Barang atau jasa harus halal sehingga transaksi atas barang atau jasa
yang haram menjadi batal demi hukum syariah.
ii. Harga barang dan jasa harus jelas.
iii. Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada
biaya transportasi.
iv. Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan.
Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti
yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.
2. Struktur Organisasi
Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional,
misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat
membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan
adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank
dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Keanggotaan
Dewan Pengawas Syariah (DPS) dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari
Dewan Syariah Nasional (DSN).
3. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai
Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah harus memenuhi ketentuan
syari’at islam diantaranya, tidak mengandung unsur perjudian (maisir),
16
spekulasi yang tidak berdasar (gharar), tidak berkaitan dengan perbuatan
asusila, haram dan riba.
4. Lingkungan Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan
dengan syariah.Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus
melandasi setiap karyawan.Di samping itu, karyawan bank syariah harus
skillful dan professional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara
team-work dimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh).
Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan
yang sesuai dengan syariah (Rahman, 1990).
Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku karyawan merupakan cerminan
bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama
besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku kasar.
5. Dasar Perhitungan Keuntungan/Kerugian
Bank syariah tidak menggunakan system bunga (interest) sebagai basis
perhitungan dalam menjalankan aktivitasnya (transaksi/akad).Sebagai
gantinya adalah system bagi hasil (profit-loss sharing), yaitu system
pembagian keuntungan antara shahibul maal dan mudharib berdasarkan
nisbah bagi hasil atau persentase yang telah disepakati diawal transaksi.
Secara garis besar, perbandingan bank syariah dengan bank konvensional
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 5. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
1. Melakukan investasi-investasi yang halal
saja.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli,
atau sewa.
3. Profit dan falah oriented (kemakmuran di
dunia dan kebahagiaan di akhirat).
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk
hubungan kemitraan.
5. Penghimpunan dan penyaluran dana
harus sesuai dengan fatwa Dewan
Pengawas Syariah
1. Investasi yang halal dan haram.
2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit oriented.
4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan deitor-debitor.
5. Tidak terdapat dewan sejenis.
Sumber : Antonio, 2007
17
2.3. Analisis Kinerja Keuangan Bank
2.3.1 Pengertian Umum
Penilaian kinerja terhadap pengelolaan keuangan suatu usaha perbankan
dapat diukur dengan beberapa cara, yang salah satunya adalah dengan
menggunakan metode analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan
merupakan suatu studi terhadap saling hubungan dari rekening-rekening didalam
laporan keuangan baik hubungan structural maupun kecenderungannya terhadap
laporan keuangan bank (Harnanto, 1991).
Analisis Kinerja Keuangan Bank didasarkan pada data-data yang berasal
dari laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan alat analisa.Analisa
rasio digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, rentabilitas,
profitabilitas, dan efisiensi bank.
Pada hakekatnya laporan keuangan menyediakan informasi yang dapat
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomis bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Agar dapat membantu proses pengambilan keputusan tersebut,
laporan keuangan perlu dianalisis dan diinterpretasikan.
Pengertian analisis laporan keuangan menurut Leopold A. Bernstein
(1989) adalah sebagai berikut:
―Financial Statement Analysis is the judgement process which aims to
evaluate the curven tan the past position and the results of operation of an
Enterprise, with the primary objective of determining the best possible estimate
and prediction about future conditions and performance.‖
Menurut pengertian ini, analisis laporan keuangan merupakan suatu proses
untuk menilai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang
dan masa lampau, dengan tujuan untuk menaksir dan meramalkan kondisi dan
kinerja perusahaan di masa datang. Jadi, pada dasarnya analisis aporan keuangan
adalah menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan
dengan angka lain atau menjelaskan perubahan- perubahan/trend yang terjadi.
Berdasarkan pernyatan-pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa
analisis laporan keuangan bank merupakan penelaahan atas hubungan-hubungan
angka-angka dalam laporan keuangan dengan angka lain dan perubahan-
perubahannya untuk menentukan keadaan atau posisi keuangan dan hasil
18
perkembangan bank yang bersangkutan. Agar hasil analisis laporan keuangan
dapat memberikan informasi yang optimal dan diperoleh prosedur kerja yang
efisien dan terarah, amka sebelum melakukan analisis laporan keuangan terlebih
dahulu harus ditentukan tujuan yang akan dicapai dari analisis tersebut.
2.3.2 Rasio Keuangan Bank
1. Rasio Permodalan
Bank dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari modal yang harus
dimilikinya.Modal merupakan salah satu faktor penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usahanya.Pada bank konvensional modal juga berfungsi sebagai
factor utama penampung risiko kerugian.Yang dimaksud dengan modal bank
adalah modal inti dan modal pelengkap.
a. Modal Inti
Yang termasuk dalam modal inti adalah ekuitas secara umum yang terdiri
dari:
1. Modal disetor
Adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.Bagi bank
yang berbentuk hokum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok,
simpanan wajib dan modal penyertaan sebagaimana diatur dalam UU No.25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2. Agio saham
Yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga
saham yang melebihi nilai nominalnya.
3. Modal sumbangan
Yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih
antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut
terjual.Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh bank juga
termasuk dalam pengertian modal sumbangan.
4. Cadangan umum
Yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba
bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum
pemegang sahan atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau
anggaran dasar amsing-masing bank.
19
5. Cadangan tujuan
Yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan
tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota.
6. Laba yang ditahan
Yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
7. Laba tahun lalu
Yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak
dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau
rapat anggota.Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka
seluruh kerugian tersebut menjadi factor pengurang modal inti.
8. Laba tahun berjalan
Yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi
taksiran utang pajak.Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut yang
diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.Jika pada tahun berjalan bank
mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor
pengurang modal inti.
b. Modal Pelengkap
1. Cadangan revaluasi aktiva tetap
Yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang
telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.
2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun
berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul
sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva
produktif. PPAP yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal
pelengkap adalah maksimal sebesar 1.25% dari jumlah Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR).
3. Modal pinjaman (modal kuasi)
Yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat
seperti modal.
20
4. Pinjaman Subordinasi
Yaitu pinjaman dengan syarat-syarat sebagi berikut:
a. Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman
b. Terlebih dahulu mendapat persetujuan dari bank Indonesia
c. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh
d. Minimal berjangka waktu 5 tahun
e. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan BI
f. Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala
pinjaman yang ada.
Aspek yang dinilai berkaitan dengan permodalan adalah perbandingan
antara Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Risiko
terhadap aktiva dalam arti luas dapat timbul baik dalam bentuk risiko kredit
maupun risiko yang terjadi karena fluktuasi harga/nilai dari surat berharga dan
tingkat bunga serta nilai tukar valuta asing. Perbandingan ini disebut rasio
Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) atau sering dikenal dengan
sebutan Capital Adequacy Ratio (CAR).
Langkah pertama pada perhitungan CAR adalah menghitung Risk
Weighted Assets atau Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dalam hal ini
seluruh aktiva diberi timbangan bobot tertentu berdasarkan timbangan tertentu
dari yang tidak berisiko (risiko=0%) hingga yang berisiko 100%. Untuk
pembobotan risiko ini digunakan standar internasional yang ditetapkan oleh Bank
for International Settlement.Untuk pembobotan ini, bank terlebih dahulu harus
melakukan pengujian terhadap risiko kredit (credit assessment) berdasarkan
kriteria tertentu.
Untuk mendapatkan nilai CAR langkah selanjutnya adalah membagi
Modal Bank (Bank’s Equities) dengan Risk Weighted Assets (ATMR).Dari rumus
tersebut dapat dilihat bahwa apabila suatu bank semakin agresif menyalurkan
dananya ke dalam aktiva produktif yang berisiko (karena mengharapkan
pendapatan bunga yang lebih besar), sudah seharusnya bank tersebut juga harus
memiliki modal yuang semakin besar.
Bank Indonesia, sebagai regulator perbankan telah mengeluarkan
peraturan No.3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 yang mewajibkan bank-
21
bank di Indonesia untuk mempertahankan rasio kecukupan modal serendah-
rendahnya 8%.Bagi bank yang CAR-nya kurang dari 8%, harus menambah
modalnya baik berupa penambahan modal disetor oleh pemilik atau merger
dengan bank yang memiliki kecukupan modal.
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif
Berdasarkan Pasal 1 butir b Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
No.31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva
Produktif, yang dimaksud dengan kualitas aktiva produktif adalah penanaman
dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat
berharga, penempatan dana antarbank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada
transaksi rekening administratif.
Dalam Pasal 14 ayat (1) disebutkan, ketentuan dalam Surat Keputusan
tersebut berlaku juga bagi bank berdasarkan prinsip syariah. Demikian juga
peniaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP) bagi bank umum konvensional dan
bank umum syariah, keduanya masih menggunakan acuan yang sama yantiu
didasarkan atas (Pasal 3):
1. Prospek usaha
2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur
3. Kemampuan membayar
Berdasarkan ketiga faktor tersebut, kredit yang diberikan bank kepada
nasabah dapat dibedakan menjadi lima kelompok kolektibilitas. Berikut ini
kelompok kolektibilitas yang dinilai berdasarkan kemampuan membayar: (Siamat,
2004)
1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria:
a) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu
b) Memiliki mutasi rekening aktif
c) Bagian dari kredit yang dijamin dengan angsuran tunai
2. Dalam perhatian khusus (special mention)
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bungan sampai dengan
90 hari
b) Jarang mengalami cerukan
22
c) Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan
informasi keuangan secara teratur dan masih akurat
d) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat
e) Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil
3. Kurang lancar (substandard)
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari
b) Terdapat cerukan yang berulang kali khusunya untuk menutupi kerugian
operasional dan kekurangan arus kas
c) Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak
dapat dipercaya
d) Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah
e) Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit
f) Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan
4. Diragukan (doubtful)
a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari, atau
b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen khusunya untuk menutupi
kerugian operasional dan kekurangan arus kas
c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
d) Terjadi kapitalisasi bunga
e) Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikat jaminan
5. Macet (loss)
a) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari
b) Dokumentasi kredit dan/atau agunan tidak ada
c) Kerugian operasional ditutup dengan jaminan baru
Empat kelompok kolektibilitas yang terakhir merupakan kredit bermasalah
atau Non Performing Loan (NPL).Besaran NPL ditunjukkan dengan persentase
perbandingan kredit bermasalah dengan seluruh kredit atau pembiayaan yang
dikucurkan bank.
23
3. Rasio Rentabilitas
Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian keuntungan perusahaan
terhadap modal yang dimiliki. Dengan kata lain rasio ini merupakan tingkat
kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan komersialnya yaitu mencetak
laba. Untuk para penegang saham (pemilik perusahaan) rasio ini menunjukkan
tingkat penghasilan mereka dalam investasi (Yusuf, 1998). Rasio rentabilitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) dan Net Interest
Margin (NIM)/ Net Operational Income (NOI).
Return On Assets (ROA)
ROA yang terkadang disebut juga sebagai Return On Investment (ROI)
adalah rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh
investasi yang telah dilakukan. Dengan kata yang lebih sederhana, ROA
menunjukkan beberapa laba yang diperoleh atas setiap Rp. 1,- investasi yang
dilakukan.
Rumus perhitungan ROA:
ROA = Laba Bersih/Total Aset x 100%
Perusahaan dapat meningkatkan ROA dengan cara meningkatkan profit
margin atau perputaran aktiva (asset turn over). Rasio ini seringkali berguna
untuk menjelaskan strategi keuangan dari suatu perusahaan.Hal ini dapat
dimengerti karena perputaran aktiva menunjukkan kemampuan manajemen dalam
mengelola seluruh investasi (aktiva) guna menghasilkan penjualan.Kenaikan
dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.
Net Interest Margin (NIM)/ Net Operating Income (NOI)
NIM/NOI adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih.Pendapatan bungan bersih diperoleh dari pendapatan
bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam
memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam
bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM/NOI menujukkan semakin efektif
bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang
ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM/NOI adalah 6% keatas. Semakin
besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang
24
dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil atau dengan kata lain kinerja bank semakin membaik.
Rumus Perhitungan NIM/NOI:
NIM = Pendapatan Bunga Bersih/Aktiva Produktif x 100%
Pendapatan Bunga Bersih = Pendapatn Bunga- Beban Bunga
NOI = (Pendapatan Opr – DBH)- Beban Oprl/Aktiva Produktif x 100%
4. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, termasuk kewajiban jangka
panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek.Salah satu rasio
yang digunakan dalam studi ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini
memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam
bentuk kredit (pada bank Syariah dikenal dengan istilah pembiayaan). Rasio yang
terlalu tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank.
LDR merupakan perbandingan antara kredit yang disalurkan dengan dana
masyarakat yang dikumpulkan bank baik berupa giro, tabungan maupun deposito.
Kenaikan LDR berarti meningkatnya ekspansi kredit bank tidak diimbangi dengan
pengumpulan dana pihak ketiga, atau dari sisi lain berarti dana pihak ketiga yang
dikumpulkan bank menurun. Sementara itu bank yang memiliki LDR sangat kecil
berarti bank tersebut tidak menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Bank-
bank seperti ini pada umumnya hanya menampung dana pihak ketiga, kemudian
melakukan placing di pasar uang untuk mencari profit tanpa menyalurkan kredit
kepada masyarakat. Menurut Bank Indonesia, standar terbaik LDR adalah 90%
sampai 110% sedangkan LDR rata-rata industri sebesar 40%.
5. Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi yang dimaksud adalah perbandingan antara Beban
Operasional dengan Pendapatan Operasional atau sering disingkat BOPO, Rasio
BOPO yang lazim dipakai BI adalah sebesar 92%.
2.4. Penelitian Terdahulu
Rosyadi (2004), membandingkan kinerja Bank Muamalat Indonesia
dengan 7 (tujuh) bank umum konvensional pada periode 1994-2003. Ukuran
kinerja ditentukan berdasarkan rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA,
25
ROE, LDR, dan BOPO.Untuk membuktikan hipotesis awal (H0) yang menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kinerja BMI dengan bank umum
konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasrakan rata-rata rasio
keuangan, BMI relative lebih baik pada tiga rasio, yaitu NPL, ROE, dan LDR,
sementara itu rasio lainnya BMI relatif lebih rendah kualitasnya.
Marcella (2009), membandingkan kinerja Bank Konvensional dan Bank
Syariah dengan menggunakan metode rasio keuangan periode 2005-2008.Rasio
yang digunakan adalah CAR, NPL, ROA, LDR, dan BOPO. Hasil analisis
menunjukkan pada tahun 2005 dan 2008 kinerja Bank Konvensional lebih baik
dibandingkan Bank Syariah, sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 kinerja Bank
Syariah lebih baik dibanding Bank Konvensional.
Aribowo (2011), membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah
dengan perbankan konvensional terhadap Dana Pihak Ketiga pada periode
triwulan I 2004 – triwulan II 2010 dengan menggunakan rasio keuangan.Rasio
keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR.
Berdasarkan dari kriteria sampel yang telah ditentukan, diperoleh dua kelompok
sampel penelitian, yaitu bank umum syariah yang diwakili oleh Bank Syariah
Mandiri dan Bank Umun Konvensional diwakili oleh Bank Mandiri. Alat analisis
yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini adalah paired
sample t-test. Analisis kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan
konvensional menggunakan metode CAMEL terhadap dana pihak ketiga adalah
tidakmada perbedaan yang signifikan. CAR BSM – CAR BM -2,722 < -2,008
(tidak ada perbedaan), NPL BSM – NPL BM -2,424 < -2,008 (tidak ada
perbedaan), ROA BSM – ROA BM -1,893 > -2,008 (ada perbedaan), ROE BSM
– ROE BM 4,353 > 2,008 (ada perbedaan), BOPO BSM – BOPO BM 1,338 <
2,008 (tidak ada perbedaan), LDR BSM – LDR BM 23,497 > 2,008 (ada
perbedaan), DPK BSM – DPK BM -25,997 < -2,008 (tidak ada perbedaan).
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Kemajuan regulasi perbankan syariah di Indonesia diiringi dengan
perkembangan bank syariah yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan
berdirinya beberapa bank umum syariah baik yang merupakan konversi penuh
dari bank konvensional seperti Bank Syariah Mandiri (konversi dari Bank Susila
Bakti), maupun bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah
seperti Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank BNI, Bank BRI, dll.
Perkembangan bank syariah cukup mengesankan yang dapat ditinjau tidak
hanya dari sisi fisik pertambahan jumlah jaringan kantor bank melalui pembukaan
bank syariah maupun Unit Usaha Syariah baru, namun dapat juga dilihat dari
kinerjanya berdasarkan rasio keuangan bank.
Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
keuangan bank yang meliputi (1) Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio
permodalan), (2) Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva
produktif), (3) Return On Asset, (4) Return On Earnings, (5) Net Interest Margin
(mewakili rasio rentabilitas), (6) Loan to Deposit Ratio (memakili rasio likuiditas)
dan (7) Rasio Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio
efisiensi).
Analisis perbandingan dimulai dengan tahap menghitung rasio keuangan
(financial ratio) masing-masing bank dalam objek penelitian dengan bantuan
Microsoft Excel 2010. Setelah itu akan didapatkan kinerja keseluruhan dari
masing-masing bank untuk dibandingkan. Kerangka Analisis Perbandingan
Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional dapat dilihat pada
Gambar 2.
27
Gambar 2 Diagram Alir pemikiran
BANK
KONVENSIONAL
KINERJA
Bunga Bagi hasil
Hubungan debitur-
kreditur melaui
DPS
Hubungan
langsung debitur-
kreditur
zzzzzzzzHLDK
RASIO KEUANGAN
Bank Umum
Syariah Bank Umum
Konvensional
BANK SYARIAH
Rasio Kualitas
Aktiva Produktif :
NPL
Rasio Permodalan:
CAR
Rasio Rentabilitas :
ROA, ROE, NIM
Rasio Likuiditas:
LDR
Rasio Efisiensi:
BO/PO
Kinerja
Keseluruhan
Profit
Oriented
Profit and
Falah
Oriented
Perbandingan Bank Syariah dan
Bank Konvensional
28
3.2. Pengumpulan Data
Tahapan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data Laporan
Keuangan Publikasi Bank yang diterbitkan Bank Indonesia dan masing-masing
bank dalam objek penelitian selama periode tahun 2006-2009. Data diperoleh
melalui Perpustakaan bank Indonesia dan beberapa situs di internet (website) dari
bank yang bersangkutan.Adapun jenis laporan yang digunakan antara lain Neraca
Keuangan, Laporan Laba-Rugi, Laporan Kualitas Aktiva Produktif, Ikhtisar
Keuangan dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
3.3. Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan
data yang diawali dengan menghitung rasio keuangan (financial ratio) masing-
masing bank dalam objek penelitian. Rasio keuangan yang digunakan dibagi ke
dalam lima kategori yaitu Rasio Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif,
Rentabilitas, Likuiditas dan Efisiensi dengan perincian sebagai berikut:
1. Rasio Permodalan
Dari kelompok permodalan rasio yang dipilih adalah Capital Adequaccy Ratio
(CAR), dengan rumus:
Modal Bank
CAR =
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif
Dari kelompok Aktiva Produktif rasio yang dipilih adalah Non Performing
Loans (NPL) dengan rumus:
Total Kredit Bermasalah
NPL =
Total Seluruh Kredit
3. Rasio Rentabilitas
Dari kelompok Rentabilitas rasio yang dipilih adalah Return On Asset (ROA)
,Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM). Rumus ketiga rasio
tersebut adalah :
29
Laba Bersih
ROA = x 100%
Total Aset
Laba Bersih
ROE = x 100%
Modal Sendiri
Pendapatan Bunga Bersih
NIM =
Aktiva Produktif
4. Rasio Likuiditas
Dari kelompok Likuiditas rasio yang dipilih adalah Loan to Ddeposit Ratio
(LDR) dengan rumus:
Total Kredit yang Diberikan
LDR = x 100%
Dana Pihak Ketiga
5. Rasio Efisiensi
Rasio yang digunakan adalah Beban Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) dengan rumus:
Biaya Operasional
BOPO =
Pendapatan Operasional
6. Kinerja Bank Secara Keseluruhan
Untuk mengetahui kinerja atau kesehatan bank secara keseluruhan
penulis mendefinisikan variable PERFORMA sebagi satuan pengukur.
Variable tersebut didapat dengan cara menjumlahkan seluruh rasio keuangan,
yaitu rasio CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, LDR, dan BOPO yang sebelumnya
telah diberi bobot nilai tertentu. Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio
tersebut adalah (Lukmam Dendawijaya, 2001):
30
a) CAR
Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang-
kurangnya harus memiliki CAR 8%.CAR merupakan salah satu
komponen utama dalam perhitungan kesehatan bank, oleh karena itu
penulis memberikan persentase sebesar 20%. Skor nilai CAR
ditentukan sebagai berikut, Jika CAR bernilai:
a) Kurang dari 8%, skor nilai = 0
b) Antara 8% - 12%, skor nilai = 80
c) Antara 12% - 20%, skor nilai = 90
d) Lebih dari 20%, skor nilai = 100
Misalnya, suatu bank memiliki nilai CAR 33,84% maka skor akhir
CAR adalah 20%*100 = 20
b) NPL
NPL juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan Bank.Bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh
NPL.Oleh karena itu penulis memberikan boobt nilai sebesar
20%.Dengan mempertimbangkan ketentuan BI yang mengharuskan
NPL berada dibawah 5%. Skor nilai NPL ditentukan sebagai berikut,
Jika NPL bernilai:
a) Lebih dari 8%, skor nilai = 0
b) Antara 5% - 8%, skor nilai = 80
c) Antara 3% - 5%, skor nilai = 90
d) Kurang dari 3%, skor nilai = 100
Misalnya, suatu bank memiliki NPL 6%, maka skor akhir NPL adalah
20%*80 = 16
c) ROA
Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia adalah 1,5%. Variable
ini mempunyai bobot nilai 10%. Skor nilai ROA ditentukan sebagai
berikut, Jika ROA bernilai:
a) Kurang dari 0%, skor nilai = 0
b) Antara 0% - 1%, skor nilai = 80
c) Antara 1% - 2%, skor nilai =100
31
d) Lebih dari 2% , skor nilai = 90
Misalnya, suatu bank memiliki ROA 2,87%, maka skor akhir ROA
adalah 10%*90 = 9
d) ROE
Variable ini mempunyai bobot nilai 10%. Skor nilai ROE ditentukan
sebagai berikut, Jika ROE bernilai:
a) Kurang dari 8%, skor nilai = 0
b) Antara 8% - 10%, skor nilai = 80
c) Antara 10% - 13%, skor nilai = 90
d) Lebih dari 13% , skor nilai = 100
Misalnya, suatu bank memiliki ROE 16,23%, maka skor akhir ROA
adalah 10%*100 = 10
e) NIM
Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6%
keatas.Variable ini mempunyai bobotnilai 10%. Skor nilai NIM
ditentukan sebagai berikut, Jika NIM bernilai:
a) Kurang dari 1,5%, skor nilai = 0
b) Antara 1,5% - 3%, skor nilai = 80
c) Antara 3% - 6%, skor nilai = 90
d) Lebih dari 6 %, skor nilai =100
Misalnya, suatu bank memiliki NIM 5,54%, maka skor akhir NIM
adalah 10%*90 = 9
f) LDR
Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85% -
110%.Variable ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai LDR
ditentukan sebagai berikut, Jika LDR bernilai:
a) Kurang dari 50%, skor nilai = 0
b) Antara 50% - 85%, akor nilai = 80
c) Antara 85% - 110%, skor nilai = 100
d) Lebih dari 110%, skor nilai = 90
Misalnya, suatu bank memiliki LDR 74,93%, maka skor akhir LDR
adalah 15%*80 = 12
32
g) BOPO
Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 85% -
92%.Variable ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai BOPO
ditentukan sebagai berikut, Jika BOPO bernilai:
a) Lebih dari 125%, skor nilai = 0
b) Antara 92% - 125%, skor nilai = 80
c) Antara 85% - 92%, skor nilai = 100
d) Kurang dari 85%, skor nilai = 90
Misalnya, suatu bank memiliki bank memiliki BOPO 130%, maka
skor akhir BOPO adalah 15%*0 = 0
Selanjutnya skor masing-masing variable dijumlahkan ke dalam variable
PERFORMA. Berdasarkan contoh diatas maka PERFORMA bernilai : 20 + 16 +
9 + 10 + 9 + 12 + 0 = 76
3.4. Analisis Data
Jenis perbandingan kinerja yang digunakan adalah inter-bank analysis,
yakni dengan cara membandingkan kinerja BSM dengan empat bank
konvensional sebagaimana disebutkan dalam batasan penelitian. Selanjutnya,
pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan piranti
lunak Microsoft Excel 2010 untuk menghitung semua rasio keuangan dan
pembobotan nilai masing-masing variabel. Kemudian hasilnya akan dianalisis
lebih lanjut dengan menggunakan bobot standard dari Bank Indonesia untuk
mengetahui kesehatan bank tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1 Bank Syariah Mandiri
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis
multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan
beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan
masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri
perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami
krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan
merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki
oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT
Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi
tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta
mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada
tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan
menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru
BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan
konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah.
Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah
di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU
No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi
syariah (dual banking system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan
UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT
34
Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya,
Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan
infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi
PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut,
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25
Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
Visi PT Bank Syariah Mandiri adalah menjadi bank syariah terpercaya
pilihan mitra usaha dan dengan misi sebagai berikut:
1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntunggan yang berkesinambungan
2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumen dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
3. Merekrut dan mengembangkan pegawai professional dalam lingkungan
kerja yang sehat.
4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.
5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat.
4.1.2 BPD Kalimantan Timur
BPD Kaltim adalah salah satu Perusahaan Daerah (BUMD) milik
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Kaltim sebagal hasil
buah pikiran Gubernur KDH Tingkat I Kaltim Bapak A. Moeis Hasan yang
didirikan tanggal 14 Oktober 1965 berdasarkan Perda. Tingkat I Kalimantari
Timur Nomor: 03/PD164 tanggal 19 September 1964 yang telah mendapat
persetujuan Menteri Dalam Negeri No.9/I 0/8-45 tanggal 01 April 1965.
Kemudian Perda. tersebut mengalami perubahan dalam Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2002 tanggai I I Pebruari 2002 tentang Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Timur, Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun
35
2006 tanggal 26 April 2006 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Timur Namor 02 Tahun 2002.
BPD Kaltim sebagai Bank Umum, setelah usianya mencapai 41 tahun
telah beroperasi sebagai bank Devisa dengan ijin BI
No.5/48/KERDGS/2003tanggal 13 Nopember 2003, dan juga telah memiliki
kegiatan Usaha secara Syariah berdasarkan Ijin Prinsip dan Ijin Operasional dan
Bank Indonesia No.8/5/DS/Smr Tanggal 27 November 2006 dan No.8/7/DS/Smr
Tanggal 22 Desember 2006.
Keberadaan BPD Kaltim didirikan adalah dengan maksud dan tujuan
untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian & pembangunan
daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat sehingga terwujudnya masyarakat
Kalimantan Timur yang sejahtera. Sejalan waktu, BPD Kaltim makin
berkembang. Sejumlah sektor usaha mulai dilirik untuk digarap. Namun payung
hukum yang ada, membatasi ruang gerak BPD Kaltim untuk berkembang dinamis.
Antisipasi pun dilakukan pemilik, yakni Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota se-Kaltim, yang mengusulkan kembali perubahan
Perda No 02 Tahun 2002 tentang Bank Pembangunan Daerah Kaltim. Tanggal 26
April 2006 lahirlah Perda Nomor 02 Tahun 2006 tentang Perubahan Pertama
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2002 tentang
Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur.
4.1.3 Bank Mizuho
Bank Mizuho Indonesia adalah sebuah Perusahaan Perbankan di Indonesia
yang berdiri sejak 1989 dan berkantor pusat di Jakarta. Bank ini berstatus Bank
Devisa dengan Surat Keputusan (SK) pendirian bank C2-4563.HT0101.TH89.
PT BANK MIZUHO INDONESIA pada awalnya didirikan dengan nama
PT Fuji Bank International Indonesia. Perubahan Anggaran Dasar Bank
menyangkut antara lain, perubahan nama dari PT Bank Fuji International
Indonesia menjadi PT Bank Mizuho Indonesia dan perubahan modal Bank serta
susunan Dewan Komisaris dan Direksi, sehubungan dengan penggabungan PT
Bank Dai-Ichi Kangyo Indonesia (BDKI) dan PT Bank IBJ Indonesia (IBJ)
36
dengan PT Fuji Bank International Indonesia yang berlaku efektif sejak tanggal 1
Oktober 2001.
Mizuho Corporate Bank, Ltd., Jepang, memegangkepemilikan 99% saham
Bank, sementara kepemilikan 1% dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk. Pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholder) Bank
adalah Mizuho Financial Group, Inc. Jepang.
4.1.4. Bank Artha Graha Internasional
PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk., berkedudukan di Jakarta
Selatan, semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation
berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 7 September 1973, dibuat dihadapan Bagijo,
S.H., pengganti dari Eliza Pondaag, S.H., Notaris di Jakarta, dengan ruang
lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, dan Akta tersebut telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan
Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975 Tambahan Nomor
47.
Pada tanggal 10 Juli 1990, PT. Inter-Pacific Financial Corporation
mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya.Berdasarkan Akta Nomor 67 tanggal 19 Mei 1992, dibuat dihadapan
Adam Kasdarmadji, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia Nomor 10 tanggal 2 Februari 1993 Tambahan Nomor
591, PT. Inter-Pacific Financial Corporation berubah nama menjadi PT. Inter-
Pacific Bank. Pada tanggal 24 Februari 1993, PT. Inter-Pacific Bank
mendapatkan izin usaha sebagai bank umum dengan Surat Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/KMK.017/1993.
Berdasarkan Akta Nomor 44 tanggal 13 Juni 1997 juncto Akta Nomor 8
tanggal 15 Januari 1998, keduanya dibuat dihadapan Sri Nanning, S.H., Notaris di
Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 70
tanggal 1 September 1998 Tambahan Nomor 5056, PT. Inter-Pacific Bank
berubah nama menjadi PT. Bank Inter-Pacific, Tbk.
Pada tanggal 9 April 1999, PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. Mengajukan
permohonan pembatalan pencatatan (delisting) saham di Bursa Efek Surabaya,
37
dan pada tanggal 19 April 1999, Bursa Efek Surabaya memberikan persetujuan
atas permohonan pembatalan pencatatan tersebut.
Pada tanggal 14 April 2005, PT . Bank Inter-Pacific, Tbk. Telah
menandatangani Akta Penggabungan Nomor 17, dibuat dihadapanImas Fatimah,
S.H., Notaris di Jakarta, dimana PT. Bank Artha Graha menggabungkan diri
kedalam PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. Penggabungan tersebut telah mendapat izin
dari Bank Indonesia dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
7/32/KEP.GBI/2005 tanggal 15 Juni 2005, dan berlaku efektif pada tanggal 11
Juli 2005.
Berdasarkan Akta Nomor 27 tanggal 12 Juli 2005, dibuat dihadapan Imas
Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia
dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/49/KEP.GBI/2005 tanggal
16 Agustus 2005, PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. berganti nama menjadiPT. Bank
Artha Graha Internasional, Tbk. Perubahan tersebut telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 101 tangal 19 Desember 2006
Tambahan Nomor 13128.
4.1.5. Deutsche Bank
Deutsche Bank AG (secara harafiah berarti "Bank Jerman") adalah sebuah
perusahaan perbankan dan jasa keuangan global asal Jerman yang berkantor pusat
di Deutsche Bank Twin Towers di Frankfurt, Hesse, Jerman. Bank ini
mempekerjakan lebih dari 100.000 orang di lebih dari 70 negara, dan memiliki
banyak cabang di Eropa, Amerika, Asia-Pasifik, dan pasar-pasar
berkembang.Pada tahun 2009, Deutsche Bank merupakan pedagang valuta
asing terbesar di dunia dengan pangsa pasar 21 persen.
Deutsche Bank memiliki kantor di sejumlah pusat keuangan dunia,
termasuk London, Madrid, Frankfurt, New York, Paris, Moskwa, Amsterdam,
Warsawa, Istanbul, Dublin, George Town, Kepulauan Cayman, Toronto, Kuala
Lumpur, São Paulo, Singapore, Jakarta, Hongkong, Tokyo, Sydney, Dubai,
Riyadh, Manila, Mumbai, Bangkok, dan Belgrade.
Bank ini menawarkan produk dan jasa keuangan untuk perusahaan dan
institusi, serta pihak swasta dan bisnis. Jasa yang ditawarkan meliputi penjualan,
38
perdagangan, penelitian dan penurunan utang dan ekuitas, merger dan
akuisisi (M&A), produk manajemen risiko, dan perbankan transaksi.
Deutsche Bank pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1969 dan
memiliki 300 staf profesional di dua cabang Jakarta dan Surabaya. Deutsche Bank
sebagai bank asing telah beroperasi sebagai bank Devisa dengan ijin BI SK
DIREKSI BI No. 1/7/KEP/DIR tanggal 20 Maret 1969.
4.2. Kinerja Keuangan Bank
Dengan menggunakan Microsoft Excel 2010, diperoleh hasil perbandingan
rata-rata kinerja bank syariah dengan rata-rata kinerja 4 (empat) bank umum
konvensional, periode 2006 – 2009, seperti tampak pada tabel 6.
.Tabel 6. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional (persen)
Rasio 2006 2007 2008 2009
BK BS BK BS BK BS BK BS
CAR 13.19 18.12 12.20 24.87 9.39 22.70 8.96 24.08
NPL/NPF 2.29 1.37 0.86 4.33 1.62 2.34 2.29 1.89
ROA 3.52 2.16 2.46 1.72 3.42 1.93 3.12 2.11
ROE 26.42 16.00 16.23 35.37 21.48 44.49 15.11 40.34
LDR/FDR 68.28 92.71 80.58 92.66 98.46 92.12 85.58 86.22
NIM/NOI 4.01 5.63 3.76 6.31 4.38 6.73 4.14 6.62
BOPO 69.41 84.91 72.82 79.60 67.83 78.19 67.43 73.44
Sumber : Perpustakaan Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia & Statistik
Perbankan Syariah, data diolah, 2011
4.2.1. Kinerja Keuangan Bank Konvensional
Krisis keuangan di tahun 2007 – 2008 menyebabkan Bank Indonesia
meningkatkan BI rate untuk meredam inflasi yang diakibatkan oleh turunnya nilai
rupiah terhadap dolar. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan daya tarik
menyimpan dana di bank konvensional meningkat, namun kenaikan tingkat bunga
ini tidak akan menarik bagi investor yang akan mendapatkan beban bunga yang
lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya dana pihak ketiga (DPK)
yang masuk yang tidak diimbangi dengan penyaluran dana ke masyarakat dalam
bentuk kredit dan investasi lainnya.Hal ini dapat dilihat dengan nilai LDR di akhir
tahun 2007 sebesar 80.58% (tabel 6) dibawah tingkat ideal antara 90% sampai
110%.
39
Di akhir tahun 2007, krisis keuangan menyebabkan ekspor menurun dan
daya beli masyarakat menurun sehingga pendapatan pengusaha turun.Turunnya
pendapatan pengusaha menyebabkan turunnya kemampuan dalam membayar
kewajiban kepada bank.Keadaan ini bisa dilihat dari turunnya prosentase ROA,
ROE, dan NIM serta meningkatnya nilai NPL pada tahun 2008 dibanding tahun
sebelumnya. Penurunan ROA berpengaruh terhadap rasio permodalan, dapat
dilihat rasio CAR juga mengalami penurunan di tahun 2007 dan 2008 jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan kecukupan modal terutama
dikarenakan kerugian yang berasal dari pencadangan atas penurunan kualitas
aktiva produktif dan gagal bayar bunga kredit.
Sementara itu, tingkat efisiensi bank yang ditunjukkan oleh rasio
operasional biaya dengan pendapatan operasional (BOPO) mengalami
peningkatan di akhir tahun 2007 dibanding dengan tahun sebelumnya meskipun
masih dalam tingkat ideal antara 60% - 80%. Tingginya biaya pada bank
konvensional menunjukkan target pendapatan bank konvensional yang belum
terpenuhi. Apalagi pada saat krisis keuangan berlangsung, beban cost of fund
semakin tinggi dan menurunnya kemampuan peminjam untuk mengembalikan
pinjamannya.
4.2.2 Kinerja Keuangan Bank Syariah
Kenaikan tingkat bunga di tahun 2007 – 2008 tidak mempengaruhi bank
syariah secara langsung. Sistem jual beli di bank syariah, dimana pembayaran
margin didasarkan fixed rate dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa
berubah sewaktu-waktu seperti halnya dengan bunga. Namun, bagi produk bagi
hasil dimungkinkan krisis keuangan ini akan mempengaruhi return bank syariah
karena krisis keuangan akan mempengaruhi hasil bagi hasil pengusaha untuk
mendapatkan laba optimal.
Dalam menjaga likuiditas, tingkat bunga masih menjadi benchmark bagi
bank syariah dalam penentuan tingkat margin dan nisbah bagi hasil bank syariah.
Dengan tingkat margin pembiayaan yang lebih rendah dibanding dengan tingkat
fee/bagi hasil pada tabungan dan deposito, membuat pembiayaan bank syariah
lebih menarik bagi investor dibanding bank konvensional. Keadaan ini akan
menyebabkan meningkatnya dana yang keluar untuk pembiayaan dari dana pihak
40
ketiga (DPK) yang masuk sehingga konsekuensinya financing deposit ratio
(FDR) bank syariah meningkat. Dapat dilihat pada tabel 6, nilai FDR bank syariah
di tahun 2006 – 2008 cenderung stabil dan berada di tingkat ideal yaitu 90% -
110%.
Peningkatan FDR yang menunjukkan tingkat dana yang keluar untuk
pembiayaan meningkat mengindikasikan ekspektasi keuntungan yang juga
meningkat. Hal ini dapat dilihat dengan terus meningkatnya prosentase ROE dan
NOI selama periode 2006 -2008.
Sama hal nya dengan bank konvensional, krisis keuangan menyebabkan
turunnya kemampuan pengusaha dalam membayar kewajiban kepada bank yang
bearti menurunnya tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang
telah dilakukan.Hal ini diperlihatkan pada tabel 6 dengan menurunnya nilai ROA
selama periode 2006 – 2009.
Krisis keuangan menjadikan tingkat pengembalian pembiayaan
meningkat.Tingkat kredit macet bank syariah turun di tahun 2008 dibanding tahun
sebelumnya.Hal ini disebabkan tingkat margin pada pembiayaan bank syariah
tidak berubah selama krisis berlangsung, berbeda dengan bunga yang bisa berubah
setiap saat. Meningkatnya tingkat bunga tidak disertai dengan tingkat margin
menjadikan tingkat NPF bank syariah menurun dari 4.33% di tahun 2007 menjadi
2.34% di akhir tahun 2008. Sementara itu, tingkat efisensi yang ditunjukkan oleh
rasio BOPO memperlihatkan bank syariah cukup efisien. Tingkat BOPO bank
syariah terus menurun selama periode 2006 – 2009 dan menunjukkan nilai kurang
dari 80%.
4.3. Perbandingan Kinerja Antar Bank
4.3.1 Perbandingan Kinerja BSM dan BPD Kaltim
Hasil perbandingan rata-rata antara BSM dan BPD Kaltim selama periode
tahun 2006 - 2009 ditunjukkan seperti tabel berikut.
Tabel 7. Perbandingan Kinerja BSM dan BPD Kaltim
Nama Bank CAR NPL/NPF ROA ROE LDR/FDR NIM/NOI BOPO
BSM
22.440
2.484
1.979
34.048 90.929
6.323
79.031
BPD Kaltim 15.328
0.558
2.903
37.108 36.185
6.135
63.085
41
Berdasarkan tabel 7, perbandingan kinerja BSM dan BPD Kaltim selama
periode 2006 – 2009 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. BSM memiliki rata-rata CAR lebih tinggi dibandingkan dengan angka
rata-rata CAR BPD Kaltim dengan perbedaam yang signifikan.
2. BSM memiliki nilai rata-rata NPF lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
NPL BPD Kaltim. Hal ini berarti kualitas NPL BPD Kaltim lebih baik
dibandingkan dengan BSM dengan perbedaan yang signifikan.
3. BSM memiliki nilai rata-rata ROA lebih rendah dibandingkan angka rata-
rata BPD Kaltim dengan perbedaan yang cukup signifikan.
4. BSM memilki nilai rata-rata ROE lebih rendah dibandingkan dengan
angka rata-rata BPD Kaltim, namun dengan perbedaan yang tidak
signifikan.
5. BSM memiliki nilai rata-rata FDR lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
LDR BPD Kaltim dengan perbedaan yang signifikan.
6. BSM memiliki nilai rata-rata NOI lebih tinggi dibandingkan dengan angka
rata-rata NIM BPD Kaltim dengan perbedaan yang tidak signifikan.
7. BSM memiliki nilai rata-rata BOPO lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata BPD Kaltim namun dengan perbedaan yang tidak signifikan.
4.3.2 Perbandingan Kinerja BSM dan Deutsche Bank
Hasil perbandingan rata-rata antara BSM dan Deutsche Bank selama
periode tahun 2006 - 2009 ditunjukkan seperti tabel berikut.
Tabel 8. Perbandingan Kinerja BSM dan Deutsche Bank
Nama Bank CAR NPL/NPF ROA ROE LDR/FDR NIM/NOI BOPO
BSM
22.440
2.484
1.979
34.048 90.929
6.323
79.031
Deutsche Bank 2.628
1.848
5.425
24.278 64.148
2.565
58.618
Berdasarkan tabel 8, perbandingan kinerja BSM dan Deutsche Bank
selama periode 2006 – 2009 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. BSM memiliki rata-rata CAR lebih tinggi dibandingkan dengan angka
rata-rata CAR Deutsche Bank dengan perbedaam yang signifikan.
42
2. BSM memiliki nilai rata-rata NPF lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
NPL Deutsche Bank. Hal ini berarti kualitas NPL Deutsche Bank lebih
baik dibandingkan dengan BSM dengan perbedaan yang tidak signifikan.
3. BSM memiliki nilai rata-rata ROA lebih rendah dibandingkan angka rata-
rata Deutsche Bank dengan perbedaan yang signifikan.
4. BSM memilki nilai rata-rata ROE lebih tinggi dibandingkan dengan angka
rata-rata Deutsche Bank, namun dengan perbedaan yang tidak signifikan.
5. BSM memiliki nilai rata-rata FDR lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
LDR Deutsche Bank dengan perbedaan yang signifikan.
6. BSM memiliki nilai rata-rata NOI lebih tinggi dibandingkan dengan angka
rata-rata NIM Deutsche Bank dengan perbedaan yang signifikan.
7. BSM memiliki nilai rata-rata BOPO lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai rata-rata Deutsche Bank dengan perbedaan yang signifikan.
4.3.3. Perbandingan Kinerja BSM dan Bank Mizuho
Hasil perbandingan rata-rata seperti ditunjukkan pada tabel 9. Berdasarkan
tabel tersebut perbandingan kinerja BSM dengan Bank Mizuho selama periode
2006 – 2009, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 9. Perbandingan Kinerja BSM dan Bank Mizuho
Nama Bank CAR NPL/NPF ROA ROE LDR/FDR NIM/NOI BOPO
BSM 22.440
2.484
1.979
34.048 90.929
6.323
79.031
Bank Mizuho
5.125
1.425
2.948
13.493 147.745
3.813
58.655
Berdasarkan tabel 9, perbandingan kinerja BSM dengan Bank Mizuho
selama periode 2006 – 2009 adalah sebagai berikut:
1. BSM memiliki nilai rata-rata CAR lebih tinggi dibandingkan dengan
angka rata-rata CAR Bank Mizuho dengan perbedaan yang signifikan.
2. BSM memiliki nilai rata-rata NPF lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
NPL Bank Mizuho, hal ini berarti kualitas NPL Bank Mizuho lebaik baik
dibandingkan dengan BSM dengan perbedaan yang signifikan.
3. BSM memiliki nilai rata-rata ROA lebih rendah dibandingkan angka rata-
rata Bank Mizuho dengan perbedaan yang signifikan.
43
4. BSM memiliki nilai rata-rata ROE lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
ROE Bank Mizuho dengan perbedaan yang signifikan.
5. BSM memiliki nilai rata-rata FDR lebih rendah dibandingkan nilai rata-
rata LDR Bank Mizuho dengan perbedaan yang signifikan.
6. BSM memiliki rata-rata NOI lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata NIM
Bank Mizuho dengan perbedaan yang signifikan.
7. BSM memiliki rata-rata BOPO lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
rata-rata BOPO Bank Mizuho dengan perbedaan yang signifikan.
4.3.4. Perbandingan Kinerja BSM dan Bank Artha Graha International
Hasil perbandingan rata-rata antara BSM dan Bank Artha Graha
Internasional selama periode tahun 2006 - 2009 ditunjukkan seperti tabel berikut.
Tabel 10. Perbandingan Kinerja BSM dan AGI
Nama Bank CAR NPL/NPF ROA ROE LDR/FDR NIM/NOI BOPO
BSM
22.440
2.484
1.979
34.048 90.929
6.323
79.031
Bank Artha Graha Int
20.655
3.233
0.368
4.353 84.813
3.775
97.133
Berdasarkan tabel 10, perbandingan kinerja BSM dan Bank Artha Graha
Internasional selama periode 2006 – 2009 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. BSM memiliki rata-rata CAR lebih tinggi dibandingkan dengan angka
rata-rata CAR Bank Artha Graha Internasional dengan perbedaan yang
tidak signifikan.
2. BSM memiliki nilai rata-rata NPF lebih rendah dibandingkan nilai rata-
rata NPL Bank Artha Graha Internasional. Hal ini berarti kualitas NPF
BSM lebih baik dibandingkan dengan Bank Artha Graha Internasional
dengan perbedaan yang signifikan.
3. BSM memiliki nilai rata-rata ROA lebih tinggi dibandingkan angka rata-
rata Bank Artha Graha Internasional dengan perbedaan yang signifikan.
4. BSM memilki nilai rata-rata ROE lebih tinggi dibandingkan dengan angka
rata-rata Bank Artha Graha Internasional dengan perbedaan yang
signifikan.
44
5. BSM memiliki nilai rata-rata FDR lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata
LDR Bank Artha Graha Internasional, namun dengan perbedaan yang
tidak signifikan.
6. BSM memiliki nilai rata-rata NOI lebih tinggi dibandingkan dengan angka
rata-rata NIM Bank Artha Graha Internasional dengan perbedaan yang
signifikan.
7. BSM memiliki nilai rata-rata BOPO lebih rendah dibandingkan dengan
nilai rata-rata Bank Artha Graha Internasional dengan perbedaan yang
signifikan.
4.4. Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial dari hasil penelitian perbandingan kinerja keuangan
bank syariah dan bank konvensional periode 2006 – 2009 berdampak pada
perlunya meningkatkan kinerja keuangan dengan memperhatikan faktor-faktor /
variabel-variabel yang diperlukan dan berpengaruh besar pada kelangsungan
kegiatan bank baik pada bank konvensional maupun bank syariah. Dari hasil
penelitian, dapat diketahui bahwa bank syariah cenderung lebih unggul pada 5
(lima) rasio, yaitu CashAdequacy Ratio (CAR), Return On Equity (ROE), Loan
to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan BOPO, Sementara itu
Bank Konvensional cenderung lebih baik dari sisi NonPerforming Loan Ratio
(NPL) danReturn On Asset (ROA).
Upaya-upaya maksimal yang harus dilakukan Bank Syariah dan Bank
Umum Konvensional dalam rangka meningkatkan kinerja keuangan antara lain:
a. Menjaga posisi NPL di bawah 5% dengan merestrukturisasi kredit jika
sekiranya mulai muncul gejala kredit macet. Jika terdapat kredit
bermasalah yang sulit untuk direstrukturisasi, kredit macet tersebut perlu
dijual kepada pihak ketiga.
b. Mempertahankan posisi CAR di atas 8% dengan memperhatikan setiap
ekspansi kredit kebutuhan modal dan berhati-hati dalam memberikan
kredit yang mempunyai risiko pasar yang rentan.
c. Mengelola likuiditas secara optimum, artinya Loan to Deposit Ratio
(LDR) harus ditingkatkan dan dijaga ke tingkat yang ideal yaitu dalam
kisaran 90% - 110% agar fungsi intermediasi berjalan.
45
d. Setiap penambahan asset usahakan agar mampu memperbesar
penambahan laba. Mengupayakan posisi laba dibanding asset di atas 1%
dan posisi laba dibanding ekuitas diatas 13% serta posisi pendapatan
operasional dibanding aktiva produktif diatas 6%. Menghindari tindakan
untuk memperbesar asset secara berlebihan, terutama asset berbentuk
aktiva tetap.
e. Mengupayakan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional
dibawah 92%. Setiap kegiatan operasional bank mutlak harus
memperhatikan biaya operasionalnya, jangan sampai peningkatan biaya
operasional lebih cepat dari peningkatan pendapatannya.
46
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa terdapat
perbedaan kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah selama tahun 2006-2009:
1. Ditinjau dari rasio keuangan yang digunakan, BSM cenderung lebih unggul
dibandingkan dengan bank konvensional selama tahun 2006-2009. Sistem
keuangan syariah yang tidak mengenal bunga menjadikan bank syariah
lebih stabil dibandingkan dengan bank konvensional
2. Dari tujuh rasio keuangan yang digunakan, BSM cenderung lebih unggul
pada empat rasio, yaitu CashAdequacy Ratio (CAR), Return On Equity
(ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan
BOPO, Sementara itu Bank Konvensional cenderung lebih baik dari sisi
NonPerforming Loan Ratio (NPL), dan Return On Asset (ROA). Ada pun
rasio BOPO dari kedua kelompok bank walaupun ada perbedaan namun
perbedaannya tidak terlalu signifikan.
2. Saran
Berkaitan dengan kesimpulan pada penelitian ini, penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan kinerja keuangan, dengan memperhatikan faktor-
faktor / variable-variabel yang diperlukan dan berpengaruh besar pada
kelangsungan kegiatan bank baik pada bank konvensional maupun bank
syariah.
2. Secara umum kinerja BSM masih harus ditingkatkan baik dari segi
operasional sehingga rasio keuangan bank yang masih ketinggalan
dibandingkan bank konvensional seperti NonPerforming Loan Ratio
(NPL) dapat lebih baik lagi dengan cara menyalurkan dananya pada
sector-sektor yang tingkat return-nya tinggi dan memiliki risiko kecil,
misalnya tidak masuk pada sector korporasi namun pada sector ritel.
Dengan demikian diharapkan masyarakat akan lebih percaya terhadap
eksistensi perbankan syariah.
47
3. Penelitian ini hanya menilai kinerja perbankan berdasarkan laporan
keuangan yang sifatnya sesaat artinya penilaian kinerja perbankan tersebut
hanya menggambarkan kondisi kinerja bank pada saat lpaoran keuangan
itu dibuat sehingga kekurangannya adalah tidak bisa dijadikan jaminan
bahwa kondisi kinerja perbankan hasil penilaian berdasarkan periode pada
saat laporan keuangan dibuat tersebut akan menghasilkan kondisi kinerja
perbankan yang sama pada periode yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio S. 2007. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta (ID): Gema Insani
Press.
Aribowo A. 2011. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
dengan Perbankan Konvensional menggunakan Metode Camel Terhadap
Dana Pihak Ketiga Periode Triwulan I 2004 – Triwulan II 2010 [skripsi].
Jakarta (ID): ABFI Institut Perbanas.
[BI] Bank Indonesia. 1999. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta(ID):
Bank Indonesia.
[BI] Bank Indonesia.2000. Informasi Perbankan Indonesia.Jakarta(ID): Bank
Indonesia.
[BI] Bank Indonesia. 2008. Booklet Perbankan Indonesia. Jakarta (ID): Bank
Indonesia.
[BI] Bank Indonesia.2009. Perbankan Syariah Lebih Tahan Krisis
Global.Jakarta(ID) : Bank Indonesia.
[BI] Bank Indonesia.2010. Statistik Perbankan Indonesia Desember
2010.Jakarta(ID) : Bank Indonesia.
[BI] Bank Indonesia. 2010. Statistik Perbankan Syariah Desember 2010.
Jakarta(ID) : Bank Indonesia.
[BI] Bank Indonesia.2013.Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank
Indonesia.Jakarta(ID) : Bank Indonesia.
Darsono, Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan.
Yogyakarta (ID): ANDI.
Dendawijaya L. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta(ID): Ghalia Indonesia.
Hakim MC. 2002.Problem Pengembangan Produk Dalam Bank
Syariah.Jakarta(ID): Bank Indonesia. 2002.
Howard CD, George HH. 1973. Management Policies for Commercial Banks.
New Jersey(US): Prentice-Hall,Inc.Englewood Cliffs.
Jusuf J. 1998. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta(ID): PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Marcella. 2009. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Konvensional dan Bank
Syariah dengan Menggunakan Metode Rasio Keuangan Periode 2005 –
2008 [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Rosyadi IF. 2004. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank
Konvensional Berdasarkan Rasio Keuangan [tesis]. Depok (ID):
Universitas Indonesia.
Siamat D. 2004.Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta(ID): Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sudarsono H. 2009. DampakKrisisKeuangan Global terhadapPerbankan di
Indonesia: Perbandinganantara Bank Konvensionaldan Bank Syariah. La-
RibaJurnalEkonomi Islam. Vol III: 12-23.
Siregar M. 2002. PerbankanSyariah di Indonesia : Evaluasi dan Prospek.Jurnal
Hukum Bisnis. Vol. 20: 8-9.
Sudarsono H. 2008. Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi.Yogyakarta(ID): EKONISIA—FE UII.
Wulandari N. 2004 Nov 22. Keunggulan Komparatif Bank Syariah.Suara
Merdeka.
49
Zulkifli S. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta(ID):
Zikrul Hakim.
________. 1992. Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 [internet]. Jakarta (ID):
[diunduh 2012 Jan 24]. Tersedia pada: www.bi.go.id.
________. 1998. Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 [internet]. Jakarta (ID):
[diunduh 2012 Jan 25]. Tersedia pada: www.bi.go.id.
________. 2008. Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2008 [internet]. Jakarta (ID):
[diunduh 2012 Jan 25]. Tersedia pada: www.bi.go.id.
50
LAMPIRAN
49
Lampiran 1 HasilPerhitunganRasioKeuangan
Tahun Indikator (%) BK BS
Skor
Bobot
Final Skor
BK BS BK BS
2006
CAR 13.19 18.12 90 90 20% 18 18
NPL 2.29 1.37 100 100 20% 20 20
ROA 3.52 2.16 90 90 10% 9 9
ROE 26.42 16.00 100 100 10% 10 10
LDR 68.28 92.71 80 100 15% 12 15
NIM 4.01 5.63 90 90 10% 9 9
BO/PO 69.41 84.91 90 90 15% 13.5 13.5
PERFORMA 13.07 13.5
2007
CAR 12.20 24.87 90 100 20% 18 20
NPL 0.86 4.33 100 90 20% 20 18
ROA 2.46 1.72 90 100 10% 9 10
ROE 16.23 35.37 100 100 10% 10 10
LDR 80.58 92.66 80 100 15% 12 15
NIM 3.76 6.31 90 100 10% 9 10
BO/PO 72.82 79.60 90 90 15% 13.5 13.5
PERFORMA 13.07 13.79
2008
CAR 9.39 22.70 80 100 20% 16 20
NPL 1.62 2.34 100 100 20% 20 20
ROA 3.42 1.93 90 100 10% 9 10
ROE 21.48 44.49 100 100 10% 10 10
LDR 98.46 92.12 100 100 15% 15 15
NIM 4.38 6.73 90 100 10% 9 10
BO/PO 67.83 78.19 90 90 15% 13.5 13.5
PERFORMA 13.21 14.07
2009
CAR 8.96 24.08 80 100 20% 16 20
NPL 2.29 1.89 100 100 20% 20 20
ROA 3.12 2.11 90 90 10% 9 9
ROE 15.11 40.34 100 100 10% 10 10
LDR 85.58 86.22 100 100 15% 15 15
NIM 4.14 6.62 90 100 10% 9 10
BO/PO 67.43 73.44 90 90 15% 13.5 13.5
PERFORMA 13.21 13.93
50
Lampiran 2 LaporanKeuangan Bank SyariahMandiritahun 2006
51
Lampiran 3 LaporanKeuangan BPD Kalimantan Timurtahun 2006
52
Lampiran 4 LaporanKeuangan Bank Mizuho tahun 2006
53
Lampiran5 LaporanKeuangan Bank ArthaGrahaInternasionaltahun 2006
54
Lampiran 6 LaporanKeuanganDeutsche Bank tahun 2006
55
56
Lampiran 7 LaporanKeuangan Bank SyariahMandiritahun 2007
57
Lampiran8LaporanKeuangan BPD Kaltimtahun 2007
58
Lampiran9LaporanKeuangan Bank Mizuhotahun 2007
59
Lampiran 10 LaporanKeuangan Bank ArthaGraha International tahun 2007
Lampiran 11 LaporanKeuangan Deutsche Bank tahun 2007
60
Lampiran 12 LaporanKeuangan Bank SyariahMandiritahun 2008
61
62
Lampiran 13 LaporanKeuangan BPD Kaltimtahun 2008
63
Lampiran 14 LaporanKeuangan Bank Mizuho tahun 2008
64
Lampiran 15 LaporanKeuangan Bank ArthaGrahaInternasionaltahun 2008
Lampiran 16 LaporanKeuangan Deutsche Bank tahun 2008
65
Lampiran 17 LaporanKeuangan Bank SyariahMandiritahun 2009
66
Lampiran 18 LaporanKeuangan BPD Kaltimtahun 2009
67
Lampiran 19 LaporanKeuangan Bank Mizuho tahun 2009
68
Lampiran 20 LaporanKeuangan Bank ArthaGrahaInternasionaltahun 2009
69
Lampiran 21 LaporanKeuangan Deutsche Bank tahun 2009
70