-
`ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU KAMBINGDI CV SAWANGAN FARM DAIRY
SKRIPSI
Amalia Suci Annisa1113092000002
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
2017 M / 1438 H
-
ANALISIS RISIKO PRODUKSI SUSU KAMBINGDI CV SAWANGAN FARM DAIRY
Oleh:AMALIA SUCI ANNISA
1113092000002
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Agribisnis
Fakultas Sains dan TeknologiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
-
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH HASIL
KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN
Ciputat, 14 Agustus 2017
Amalia Suci Annisa
-
RIWAYAT HIDUP
Nama : Amalia Suci Annisa
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 11 Desember 1995
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Melati 2 No. 12 RT013/RW008. Perumnas 1.Kelurahan
Jakasampurna. Kecamatan Bekasi Barat. Kota Bekasi
17137 - Jawa Barat.
No. Telp : 087832992589
E-mail : [email protected]
IPK : 3,69
1999 – 2001 : TK Islam Al-Husna
2001 – 2007 : SD Islam Al-Husna
2007 – 2010 : SMP Negeri 4 Kota Bekasi
2010 – 2013 : SMA Negeri 3 Kota Bekasi
2013-2017 : S-1 Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
-
v
2007 : Bendahara Pramuka SMP N 4 Kota Bekasi
2009 – 2010 : Sekretaris Umum OSIS SMP Negeri 4 Kota Bekasi
Koordinator Piket Pustakawan Cilik SMP Negeri 4 Kota Bekasi
2010 - 2011 : Sekretaris II MPK SMA Negeri 3 Kota Bekasi
Anggota DKM SMA Negeri 3 Kota Bekasi
2011 – 2012 : Sekretaris Umum MPK SMA Negeri 3 Kota Bekasi
Wakil Ketua Divisi Keputrian DKM SMA Negeri 3 Kota Bekasi
2014 : Anggota Divisi Peralatan Agri Camp, Agribisnis UIN Jakarta
2015 : Anggota Divisi Peralatan Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, HMJ
Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Anggota Divisi Acara Excellent Dance Cover Award 2015
Anggota Divisi Konsumsi Aplikasi Studi (AKSI) Agribisnis UIN
Jakarta
2016 : Anggota Divisi Konsumsi Excellent Dance Cover Award 2016
2011- 2012 : Asisten Pelatih Karate di Amura Karate-Do Cabang Bekasi
2015 - 2016 : Guru Les Private
2016 – 2017 : Tim Penulis Buku “Tebaran Bakti Di Desa Banyuwangi”
2016 – Sekarang : Tour Guide di D’Kandang Amazing Farm
PENGALAMAN ORGANISASIDAN KEPANITIAAN
PENGALAMAN KERJA
-
vi
Akademik:
2010 : Peringkat 8 Ujian Nasional SMP Negeri 4 Kota Bekasi
2012 : Ranking 2 kelas XI. IA-6 SMA Negeri 3 Kota Bekasi
Non Akademik:
2010: Juara 2 Seleksi Kejuaraan Nasional Amura Karate-Do Indonesia I Se-Jawa
Barat
2014: Juara 2 “Hi Seoul Festival” Dance Cover Competition Se-Jabodetabek
2015: Juara 2 “K-Pop Dance Party” Dance Cover Competition Se-Jabodetabek
Juara 1 “Dream Zone K-Pop Challenge” Dance Cover Competition
2016: Juara 3 “HOBBYCON 3RD ANNIVERSARRY” Dance Cover Competition
Juara 2 “HAPPY BIRTHDAY” Dance Cover Competition
2017: Juara 3 “HOT ROOKIES” Dance Cover Competition
PRESTASI
-
RINGKASAN
AMALIA SUCI ANNISA, Analisis Risiko Produksi Susu Kambing di CVSawangan Farm Dairy. Dibawah bimbingan LILIS IMAMAH ICHDAYATIdan ARMAENI DWI HUMAERAH.
CV Sawangan Farm Dairy adalah salah satu perusahaan di Kota Depokyang memiliki usaha ternak kambing perah dengan hasil utama peternakan yaitususu kambing. Terdapat beberapa hal pada keseluruhan produksi susu kambingyang dapat mempengaruhi jumlah hasil produksi susu kambing yang dapatmenimbulkan kerugian bagi CV Sawangan Farm Dairy itu sendiri. Untukmenghindari terjadinya kerugian lebih lanjut diperlukan penelitian lebih lanjutmenngenai faktor-faktor penyebab dan dampak yang ditimbulkan untuk kemudiandapat ditentukan langkah-langkah yang tepat untuk menghindari risiko penurunanterhadap jumlah susu kambing yang diproduksi.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi penyebab dan dampakrisiko yang terjadi pada produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy; (2)Memetakan risiko produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy; (3)Mengetahui strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko pada produksisusu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode observasi danwawancara baik secara mendalam maupun sistematik dengan paduan wawancaraberupa kuesioner kepada 9 orang narasumber yang terbagi atas 3 orang padamasing-masing proses produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah House Of Risk(HOR) Fase 1 dan 2. Pada penelitian ini akan diidentifikasi penyebab dan dampakrisiko yang ditimbulkan, penentuan prioritas penyebab risiko yang akan diberikanaksi preventif atau pencegahan serta strategi pencegahan risiko yang akandilakukan.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 20 penyebab risiko pada prosespemeliharaan induk, 15 penyebab risko pada proses pemerahan susu, dan 12penyebab risiko pada prosespenyelesaian dan pengemasan susu. Kemudian terdapat12 kejadian risiko pada proses pemeliharaan induk, 12 kejadian risiko pada prosespemerahan susu, serta delapan kejadian risiko pada proses penyelesaian danpengemasan susu. Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebabrisiko dengan nilai tertinggi yaitu 10 penyebab risiko pada proses pemeliharaaninduk, tujuh penyebab risiko pada proses pemerahan susu dan 6 penyebab risikopada proses penyelesaian dan pengemasan susu. Berdasarkan prioritas penyebabrisiko tersebut maka ditentukan 22 strategi preventif yang akan dilakukan.
Kata Kunci: risiko, house of risk, fish bone, strategi preventif
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allaht SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya penulis masih diberikan kesehatan dan kemampuan dalam
menyelesaikan Skripsi yang Berjudul “Analisis Risiko Produksi Susu Kambing
di CV Sawangan Farm Dairy” ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Skripsi ini merupakan salah syarat kelulusan untuk mendapatkan Gelar
Sarjana Agribisnis, Pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyelesaian skripsi
ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
apresiasi kepada seluruh pihak atas tersusunnya tugas skripsi ini. Penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Keluarga penulis, Ayah Andrie, Bunda Siwi, dan Azima yang telah senantiasa
memberi dukungan materi, motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis.
2. Bapak Dr. Agus Salim, M. Sc., beserta jajaran dan staff adiministratif Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah membantu saya dalam pembuatan surat permohonan
pelaksanaan pelaksanaan penelitian.mengurus berbagai keperluan administrasi
penyelesaian skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, M. S. selaku Ketua Program tudi Agribisnis, Bapak
Dr. Ir. Iwan Aminuddin, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis, dan
Ibu Dewi Rohma Wati, SP, M.Si., selaku Dosen Program Studi Agribisnis UIN
-
ix
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam menurus
perihal kebutuhan administratif sebelum, selama, dan setelah penyusunan
skripsi.
4. Ibu Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M. Si., selaku Dosen Pembimibing I dan Ibu
Ir. Armaeni Dwi Humaerah selaku Dosen Pembimbing II yang dengan sabar
telah memberikan bimbingan, nasihat, dan dukungan kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Bapak Dr. Iwan
Aminuddin, M.Si selaku Dosen Penguji II, yang telah bersediameuangkan
waktu untuk menguji hasil penelitian penulis serta memberikan saran,
dukungan dan motivasi dalam perbaikan skripsi ini.
6. Ibu Imtitsal K.I, selaku Kepala Departement Product Development CV
Sawangan Farm Dairy, yang telah membantu penulis dalam mengurus
keperluan administratif sebelum dan setelah penyusunan skripsi di CV
Sawangan Farm Dairy.
7. Bapak Asep Nanang, selaku Supervisor Product Development CV Sawangan
Farm Dairy yang telah bersedia menjelaskan hal-hal yang kurang dipahami
oleh penulis perihal produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.
8. Keluarga besar CV Sawangan Farm Dairy yang telah banyak membantu
penulis melaksanakan penelitian dalam hal pemberian informasi dan
pengetahuan tambahan kepada penulis.
9. Muhammad Aziz Badaruddin, S.H yang senantiasa memberikan perhatian,
dukungan, kasih sayang dan membantu penulis dalam mengedit skripsi.
-
x
10. Mbak Ana Uswatun Hasanah, S.KM yang telah membantu penulis saat
melakukan pengeditan skripsi dan memberikan motivasi kepada penulis untuk
tetap semangat dan tidak bermalas-malasan dalam menyelesaikan skripsi.
11. Kak Reynaldi Kurniawan, S.P atas semangat, motivasi, dukungan, serta saran
yang sangat mebangun kepada penulis dan Kak Ridho Ustho, S.Agr atas
bantuan yang diberikan kepada penulis dalam mempelajari dan memahami
metodologi penelitian yang digunakan.
12. Sahabat-sahabat tercinta yaitu Fernanda Aghnia Hafizha, S.Agr dan Desi
Hestika Putri, S.Agr atas dukungan, semangat serta saran yang sangat
memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman satu kosan penulis, Novhi Sofiah Asih yang telah merawat penulis saat
jatuh sakit selama penyusunan skripsi.
14. Seluruh teman-teman Agribisnis 2013, yang terus memotivasi, mendukung,
serta menyemangati penulis menyelesaikan skripsi..
15. Seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dan penyususnan skripsi ini,
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan karena keterbatasan dan kendalayang dihadapi. Namun, penulis
berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Ciputat, September 2017
Penulis
-
DAFTAR ISI
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iv
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR........................................................................................ viii
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................9
2.1 Risiko dan Manajemen Risiko.........................................................9
2.2 Kambing Perah dan Kambing Dwiguna.........................................15
2.2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE)...........................................152.2.2 Kambing Saenen ...................................................................16
2.3 Susu Kambing ................................................................................17
2.4 Pemeliharaan ..................................................................................18
2.4.1 Pemberian Pakan...................................................................192.4.2 Perawatan Tubuh dan Lingkungan Kambing........................22
2.5 Pemerahan Susu Kambing..............................................................24
2.6 Pengemasan Susu ...........................................................................26
2.7 Diagram Tulang Ikan......................................................................27
2.8 House Of Risk (HOR).....................................................................29
-
xii
2.8.1 HOR Fase 2 ...........................................................................312.8.2 HOR Fase 2 ...........................................................................33
2.9 Diagram Pareto ...............................................................................35
2.10 Penelitian Terdahulu......................................................................37
2.11 Kerangka Pemikiran ......................................................................41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................44
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian..........................................................44
3.2 Sumber dan Jenis Data ...................................................................44
3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................45
3.4 Metode Analisis Data .....................................................................49
3.4.1 House Of Risk (HOR) Fase 1 ................................................493.4.2 House Of Risk (HOR) Fase 2 ................................................52
BAB IV GAMBARAN UMUM CV SAWANGAN FARM DAIRY ................55
4.1 Sejarah Perusahaan .........................................................................55
4.2 Visi dan Misi Perusahaan ...............................................................56
4.3 Struktur Organisasi CV Sawangan Farm Dairy.............................57
4.4 Bidang Usaha CV Sawangan Farm Dairy .....................................58
4.4.1 Agrowisata ............................................................................594.4.2 Usaha Ternak Sapi Perah ......................................................604.4.3 Usaha Ternak Kambing Perah ..............................................61
4.5 Proses Produksi Susu Kambing di CV Sawangan Farm Dairy .....62
4.5.1 Standard Operating Procedure (SOP) PemeliharaanKambing Perah CV Sawangan Farm Dairy Tahun 2014 .....63
4.5.2 Standard Operating Procedure (SOP) Pemerahan SusuKambing Perah CV Sawangan Farm Dairy Tahun 2014 .....65
4.5.3 Standard Operating Procedure (SOP) Pengolahan danPengemasan Dairy Product CV Sawangan Farm DairyTahun 2014 ...........................................................................66
4.6 Produksi Susu Kambing di CV Sawangan Farm Dairy .................69
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN IDENTIFIKASI DANPEMETAAN RISIKO.....................................................................76
5.1 Identifikasi Risiko ..........................................................................76
5.1.1 Identifikasi Kejadian Risiko..................................................79
-
xiii
5.1.2 Identifikasi Penyebab Risiko................................................89
5.2 Pengukuran Risiko........................................................................110
5.2.1 Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko...................1105.2.2 Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang
Kemunculan Penyebab Risiko Dampak KejadianRisiko...................................................................................113
5.2.3 Pengukuran Tingkat Korelasi antara Penyebab Risiko(Risk Agent) dengan Kejadian Risiko (Risk Event)......117
5.2.4 Perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP).....................119
5.3 Pemetaan Risiko ...........................................................................124
5.3.1 Pemetaan Risiko Pada Proses Pemeliharaan Induk ............1255.3.2 Pemetaan Risiko Pada Proses Pemerahan Susu.............1275.3.3 Pemetaan Risiko Pada Proses Penyeleaian dan
Pengemasan Susu...............................................................128
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN STRATEGI PENANGANANRISIKO...............................................................................................130
6.1 Strategi Penanganan Risiko..........................................................130
6.1.1 Strategi Preventif Risiko pada Proses PemeliharaanInduk ...................................................................................130
6.1.2 Strategi Preventif Risiko pada Proses Pemerahan Susu......1346.1.3 Strategi Preventif Risiko pada Proses Penyelesaian dan
Pengemasan Susu................................................................136
6.2 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Penerapan StrategiPenanganan Risiko .......................................................................139
6.2.1 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan PenerapanStrategi Penanganan Risiko Pada Proses PemeliharaanInduk ...................................................................................139
6.2.2 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan PenerapanStrategi Penanganan Risiko Pada Proses PemerahanSusu.....................................................................................140
6.2.3 Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan PenerapanStrategi Penanganan Risiko Pada Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu .......................................................141
6.3 Penilaian Korelasi Antara Strategi Penanganan Risikodengan Agen Penyebab Risiko Prioritas ..................................142
6.4 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada Setiap StrategiPenanganan Risiko .......................................................................145
6.4.1 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada SetiapStrategi Penanganan Risiko pada Proses PemeliharaanInduk ...................................................................................145
-
xiv
6.4.2 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada SetiapStrategi Penanganan Risiko pada Proses PemerahanSusu.....................................................................................147
6.4.3 Perhitungan Total Efektivitas (TEk) pada SetiapStrategi Penanganan Risiko pada Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu .......................................................148
6.5 Perhitungan Keefektivan Derajat Kesulitan Dari Tiap StrategiPenanganan Risiko (ETDk)..........................................................150
6.5.1 Perhitungan Keefektivan Derajat Kesulitan DariTiap Strategi Penanganan Risiko (ETDk) padaProses Pemeliharaan Induk ...............................................150
6.5.2 Perhitungan Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) pada ProsesPemerahan Susu ................................................................152
6.5.3 Perhitungan Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) pada ProsesPenyelesaian dan Pengemasan Susu ..............................153
6.6 Prioritas Aksi / Strategi Preventif.................................................155
6.6.1 Prioritas Aksi / Strategi Preventif pada ProsesPemeliharaan Induk..........................................................155
6.6.2 Prioritas Aksi/Strategi Preventif pada Proses PemerahanSusu.....................................................................................156
6.6.3 Prioritas Aksi / Strategi Preventif pada ProsesPenyelesaian dan Pengemasan Susu ...................................156
6.7 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi PenangananRisiko............................................................................................157
6.7.1 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi PenangananRisiko Pada Proses Pemeliharaan Induk.............................157
6.7.2 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi PenangananRisiko Pada Proses Pemerahan Susu ..................................159
6.7.3 Hubungan Kuat Positif Antara Dua Strategi PenangananRisiko Pada Proses Pemeliharaan Induk.............................160
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................162
7.1 Kesimpulan...................................................................................162
7.2 Saran .............................................................................................165
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................168
LAMPIRAN........................................................................................................171
-
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Provinsi dengan Populasi Kambing Terbanyak Tahun 2012-2016 ................. 2
2. Jumlah Ternak Kambing yang Tersebar Di Kota-kota Di Provinsi JawaBarat Tahun 2015............................................................................................. 3
3. Perbandingan Nilai Gizi Susu Sapi, Susu Kambing, dan ASI. ...................... 18
4. Kebutuhan Nutrisi Kambing Laktasi Berdasarkan Berat Badan (BB),dalam Permentan No.102, Tahun 2014.......................................................... 21
5. Model HOR Fase 1 ........................................................................................ 32
6. Model HOR Fase 2 ........................................................................................ 35
7. Daftar Kuesioner Penelitian ........................................................................... 46
8. Contoh Model HOR Fase 2 Penelitian: Model HOR Fase 2 ProsesPemeliharaan Induk ....................................................................................... 53
9. Daftar Status Kambing Betina Dewasa Pada Peternakan Kambing CVSawangan Farm Dairy, Bulan April 2017 ..................................................... 72
10. Produksi Susu Kambing di CV Sawangan Farm Dairy Bulan Januari-April 2017 ...................................................................................................... 73
11. Perkiraan Pendapatan Perusahaan Berdasarkan Banyaknya Susu yangDikemas ......................................................................................................... 74
12. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses PemeliharaanInduk .............................................................................................................. 83
13. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses PemerahanSusu................................................................................................................ 83
14. Daftar Kejadian Risiko atau Risk Event (Ei) Pada Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu .................................................................................... 87
15. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) Pada Proses PemeliharaanInduk .............................................................................................................. 90
-
xvi
16. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) Pada Proses PemerahanSusu................................................................................................................ 99
17. Daftar Penyebab Risiko atau Risk Agent (Aj) pada Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu ................................................................................ 106
18. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada ProsesPemeliharaan Induk ................................................................................... 111
19. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada ProsesPemerahan Susu ......................................................................................... 112
20. Hasil Pengukuran Tingkat Dampak Kejadian Risiko Pada ProsesPenyelesaian dan Pengemasan ................................................................... 113
21. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang KemunculanPenyebab Risiko Pada Proses Pemeliharaan Induk ................................ 114
22. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang KemunculanPenyebab Risiko Pada Proses Pemerahan Susu...................................... 115
23. Hasil Pengukuran Tingkat Frekuensi atau Peluang KemunculanPenyebab Risiko Pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu ..... 116
24. Hasil Peritungan ARP Proses Pemeliharaan Induk................................. 121
25. Hasil Peritungan ARP Proses Pemerahan Susu ...................................... 122
26. Hasil Peritungan ARP Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu ...... 124
27. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Strategi PenangananRisiko pada Proses Pemeliharaan Induk .................................................. 140
28. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Strategi PenangananRisiko pada Proses Pemerahan Susu........................................................ 140
29. Hasil Penilaian Tingkat atau Derajat Kesulitan Strategi PenangananRisiko pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu....................... 142
30. Hasil Perhitungan Nilai Total Efektivitas (TEk) Proses PemeliharaanInduk ............................................................................................................ 146
31. Hasil Perhitungan Nilai Total Efektivitas (TEk) Proses PemerahanSusu.............................................................................................................. 148
-
xvii
32. Hasil Perhitungan Nilai Total Efektivitas (TEk) Proses Penyelesaiandan Pengemasan Susu ................................................................................ 149
33. Hasil Perhitungan Nilai Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) Proses Pemeliharaan Induk ......... 151
34. Hasil Perhitungan Nilai Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) Proses Pemerahan Susu ............... 153
35. Hasil Perhitungan Nilai Keefektivan Derajat Kesulitan Dari TiapStrategi Penanganan Risiko (ETDk) Proses Penyelesaian danPengemasan Susu....................................................................................... 154
-
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1 Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Rangkuman Sebab.......................... 28
2. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Klasifikasi Proses Produksi. ........... 29
3. Struktur Diagram Pareto ................................................................................ 36
4. Kerangka Pemikiran Penelitian...................................................................... 43
5. Rancangan Diagram Fish Bone Penelitian..................................................... 47
6. Model Diagram Pareto Penelitian .................................................................. 51
7. Struktur Organisasi CV Sawangan Farm Dairy, Tahun 2016 ....................... 58
8. Alur Proses Produksi Susu Kambing di CV Sawangan Farm Dairy............. 62
9. Identifikasi Sumber Risiko dengan Metode Fish Bone ................................. 78
10. Diagram Pareto Pada Proses Pemeliharaan Induk ....................................... 126
11. Diagram Pareto Pada Proses Pemerahan Susu............................................. 127
12. Diagram Pareto Pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu.............. 128
-
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Data Jenis Kambing di CV Sawangan Farm Dairy, Januari 2016 .............. 172
2. Data Jumlah Kambing Laktasi dan Produksi Susu Kambing CVSawangan Farm Dairy Januari-April 2017.............................................. 174
3. Kuesioner Profil Perusahaan dan Identifikasi Risiko................................... 177
4. Matriks Instrumen Penelitian ....................................................................... 180
5a. Hasil Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi / PeluangKemunculan Penyebab Risiko (Occurence) dan Tingkat PengaruhDampak (Severity) Risiko pada Proses Pemeliharaan Induk. ................ 185
5b. Hasil Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi / PeluangKemunculan Penyebab Risiko (Occurence) dan Tingkat PengaruhDampak (Severity) Risiko pada Proses Pemerahan. ............................... 188
5c. Hasil Kuesioner dan Hasil Identifikasi Frekuensi / PeluangKemunculan Penyebab Risiko (Occurence) dan Tingkat PengaruhDampak (Severity) Risiko pada Proses Penyelesaian danPengemasan.................................................................................................. 191
5d. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan PenyebabRisiko (Occurence) dengan Pengaruh / Dampak Risiko (Severity)pada Proses Pemeliharaan Induk. ............................................................. 193
5e. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan PenyebabRisiko (Occurence) dengan Pengaruh / Dampak Risiko (Severity)pada Proses Pemerahan Susu .................................................................... 197
5f. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Kemunculan PenyebabRisiko (Occurence) dengan Pengaruh / Dampak Risiko (Severity)pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan. ........................................... 200
6a. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat / Tingkat KesulitanTindakan / Strategi Pencegahan / Preventif dengan PenyebabRisiko pada Proses Pemeliharaan Induk .............................................. 203
6b. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat / Tingkat KesulitanTindakan / Strategi Pencegahan / Preventif dengan PenyebabRisiko pada Proses Pemerahan ............................................................... 205
-
xx
6c. Hasil Pengisian Kuesioner dan Hasil Derajat / Tingkat KesulitanTindakan / Strategi Pencegahan / Preventif dengan PenyebabRisiko pada Proses Penyelesaian dan Pengemasan.............................. 206
6d. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan / StrategiPencegahan / Preventif dengan Penyebab Risiko pada ProsesPemeliharaan Induk ................................................................................... 207
6e. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan / StrategiPencegahan / Preventif dengan Penyebab Risiko pada ProsesPemerahan.................................................................................................... 210
6f. Hasil Pengisian Kuesioner Korelasi Penerapan Tindakan / StrategiPencegahan / Preventif dengan Penyebab Risiko pada ProsesPenyelesaian dan Pengemasan .................................................................... 212
7. Contoh Tabel HOR fase 1 Penelitian: Proses Penyelesaian danPengemasan Susu....................................................................................... 214
8a. Tabel HOR fase 1 Proses Pemeliharaan Induk ............................................ 215
8b. Tabel HOR fase 1 Proses Pemerahan Susu.................................................. 216
8c. Tabel HOR fase 1 Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu ................... 217
9a. Tabel HOR fase 2 Proses Pemeliharaan Induk ............................................ 218
9b. Tabel HOR fase 2 Proses Pemerahan Susu.................................................. 219
9c. Tabel HOR fase 2 Proses Penyelesaian dan Pengemasan Susu ................... 220
-
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan adalah salah satu subsektor usaha pertanian yang memberikan
sumbangsih paling besar dalam pemenuhan kebutuhan protein masyarakat di
Indonesia. Ragam produk yang dihasilkan subsektor peternakan diantaranya
daging, telur dan susu (Susilorini, Sawitri, dan Muharlien, 2008: 3). Terdapat
beberapa jenis ternak di Indonesia yaitu; (1) Ternak unggas dengan produk hasilnya
berupa daging dan telur, seperti ayam, bebek, dan itik; (2) Ternak potong dan kerja
dengan produk hasil utama berupa daging dan pemanfaatan tenaga ternak untuk
mengangkat alat berat, biasanya terdiri atas sapi potong, kambing potong, kerbau,
domba, kuda dan babi; (3) Ternak perah dengan produk hasil utama berupa susu
terdiri atas sapi perah dan kambing perah (Susilorini, Sawitri, dan Muharlien, 2008:
20).
Berdasarkan pada jenis ternak, kambing merupakan salah satu jenis ternak
yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, seperti pemanfaatan daging kambing
untuk keperluan keagamaan seperti saat Idul Adha dan Aqiqah. Selain itu susu
kambing semakin banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena dipercaya sangat
bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia jika dibandingkan dengan susu sapi
(Moelijanto dan Wiryanta, 2002: 5). Kambing merupakan bagian penting dari
sistem usaha tani bagi sebagian petani di Indonesia, bahkan di beberapa negara
Asia, dan tersebar luas menelusuk masuk ke dalam berbagai kondisi agroeko-
sistem, dari daerah dataran rendah di pinggir pantai sampai dataran tinggi di
-
2
pegunungan. Demikian pula tidak jarang ditemui pemeliharaan ternak kambing di
pinggiran kota dan bahkan di tengah-tengah kota. Hal ini didukung oleh karena
ternak kambing adaptif dengan berbagai kondisi agro-sistem dan tidak mempunyai
hambatan sosial, artinya dapat diterima oleh semua golongan masyarakat (Sutama,
2011: 5).
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan, populasi Kambing tersebar di seluruh Provinsi di Indonesia. Adapun
beberapa Provinsi yang memiliki populasi kambing terbanyak dan berpotensi dalam
usaha ternak kambing dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Provinsi dengan Populasi Kambing Terbanyak Tahun 2012-2016
ProvinsiPopulasi Kambing menurut Provinsi (Ekor) Pertumbuhan
(%)2012 2013 2014 2015 2016JAWATENGAH 3.889.878 3.922.159 3.957.917 4.069.797 4.104.130 5,41
JAWATIMUR 2.879.369 2.937.980 3.090.159 3.178.197 3.267.954 12,89
JAWABARAT 2.303.256 2.559.699 2.599.380 2.610.375 2.633.834 14,01
LAMPUNG 1.159.543 1.253.153 1.250.823 1.297.872 1.313.287 12,84
SUMATERAUTARA 781.774 849.487 866.763 868.731 892.667 13,68
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, (2016:1)
Dari Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa lima Provinsi dengan jumlah
populasi kambing terbanyak di Indonesia terdiri atas Provinsi Jawa Tengah, Jawa
Timur, Jawa Barat, Lampung dan Sumatera Utara. Provinsi Jawa Barat memiliki
jumlah populasi kambing sebanyak 2.633.834 ekor merupakan Provinsi yang
memiliki potensi dalam usaha ternak kambing yang tinggi ketiga setelah Provinsi
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jawa Barat juga merupakan Provinsi yang memiliki
tingkat pertumbuhan populasi kambing tertinggi yaitu sebesar 14,01 % dalam kurun
waktu 4 tahun.
-
3
Berdasarkan data yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan, terdapat sebanyak 2.610.375 ekor kambing yang dipelihara oleh
rumah tangga usaha peternakan yang tersebar di 20 kabupaten dan 9 kota yang
terdapat di Provinsi Jawa Barat. Pemeliharaan kambing di daerah perkotaan di Jawa
Barat menunjukkan bahwa Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki
jumlah populasi kambing terbanyak di daerah perkotaan di Jawa Barat seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Jumlah Ternak Kambing yang Tersebar Di Kota-kota Di Provinsi JawaBarat Tahun 2015.
No. Kabupaten/Kota Jumlah Kambing (Ekor)1. Kota Bogor 2.3112 Kota Sukabumi 1143. Kota Bandung 5614. Kota Cirebon 9915. Kota Bekasi 7.0176. Kota Depok 4.8607. Kota Cimahi 1588. Kota Tasikmalaya 2.9699. Kota Banjar 5.232
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat(2016: 319)
Berdasarkan pada Tabel 2, Kota Depok memiliki jumlah populasi kambing
tertinggi ketiga diantara kota-kota lain di Jawa Barat yaitu sebanyak 4.860 ekor.
Jika dilihat dari jumlah populasi kambing di Kota Depok, maka dapat diketahui
bahwa Kota Depok memiliki potensi yang cukup baik dalam hal usaha ternak
kambing, baik kambing tipe pedaging maupun dwiguna atau perah.
CV Sawangan Farm Dairy adalah salah satu perusahaan di Kota Depok
yang memiliki usaha ternak kambing perah. Jenis atau spesies kambing perah yang
dibudidayakan di CV Sawangan Farm Dairy adalah Kambing Peranakan Etawa
-
4
(PE) dan Kambing Saenen. Hasil utama dari usaha ternak kambing perah di CV
Sawangan Farm Dairy tentunya adalah susu kambing.
Menurut Penuturan dari Bapak Asep Nanang yang merupakan Supervisor
dari Departemen Product and Development, usaha peternakan kambing CV
Sawangan Farm Dairy didirikan pada tahun 2011, di mana pada saat itu CV
Sawangan Farm Dairy masih berfokus pada kegiatan dan hasil produksi ternak saja.
Pada awalnya, owner dari CV Sawangan Farm Dairy yaitu Ibu Kreatna Ela Yustisia
membeli 20 ekor kambing betina yang terdiri atas 19 ekor kambing PE dan 1 ekor
kambing saanen, serta 3 ekor kambing PE jantan dari Bapak Yanto yang memiliki
usaha ternak kambing perah juga di Kaligesing, Jawa Tengah. Hasil produksi susu
kambing yang dihasilkan pada saat itu berjumlah kurang lebih sekitar 10-15 Liter
setiap harinya.
Seiring dengan berjalannya waktu hingga kini pada tahun 2017, jumlah
kambing perah yang ada di peternakan kambing CV Sawangan Farm Dairy
berjumlah 58 ekor. Adapun jenis kambing perah yang ada di CV Sawangan Farm
Dairy dengan masing-masing bobot tubuhnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Bertambahnya jumlah kambing perah di CV Sawangan Farm Dairy tidak
diimbangi dengan bertambahnya produksi susu kambing yang dihasilkan. Hasil
produksi susu kambing justru semakin menurun. Berdasarkan data jumlah kambing
laktasi dan hasil produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy pada bulan
Januari-April 2017 seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 2, jumlah susu
kambing yang dihasilkan mengalami fluktuasi yang cenderung menurun. Dari 17
hingga 21 ekor kambing laktasi, dihasilkan rata-rata 10-14 Liter susu kambing per
-
5
hari. Hal tarsebut menunjukkan penurunan hasil produksi susu kambing jika
dibandingkan saat awal pertama didirikannya usaha peternakan kambing perah di
CV Sawangan Farm Dairy yaitu dihasilkan10-15 Liter susu kambing per hari dari
17 ekor kambing laktasi.
Terdapat beberapa hal pada saat proses pemeliharaan induk, pemerahan,
penyelesaian dan pengemasan susu yang dapat mempengaruhi jumlah produksi
susu kambing yang berfluktuasi dan menyebabkan kehawatiran terjadinya
penurunan kuantitas pada susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy dalam jangka
panjang yang tentunya akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Hal-hal yang
menimbulkan kerugian tesebut merupakan risiko dari kegiatan produksi susu
kambing di CV Sawangan Farm Dairy. Untuk mencegah kerugian lebih lanjut,
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor risiko beserta
dampak yang ditimbulkan, dengan demikian dapat diambil langkah-langkah yang
tepat untuk menghindari risiko penurunan terhadap jumlah susu kambing yang
diproduksi.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan gambaran latar belakang di atas, maka perumusan masalah dari
penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa saja penyebab dan dampak risiko produksi susu kambing yang
terdapat di CV Sawangan Farm Dairy?
2. Bagaimana pemetaan risiko yang terjadi pada produksi susu kambing di CV
Sawangan Farm Dairy?
-
6
3. Apa saja strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko yang dapat
dilakukan pada produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan pada perumusan masalah di
atas adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi penyebab dan dampak risiko yang terjadi pada produksi
susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.
2. Memetakan risiko produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.
3. Mengetahui strategi preventif yang tepat untuk menghindari risiko pada
produksi susu kambing di CV Sawangan Farm Dairy.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagi perusahaan, dari penelitian ini perusahaan dapat mengetahui penyebab
risiko pada keseluruhan proses produksi susu kambing yang berpotensi
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan diantaranya pemberian pakan
tidak teratur, ambing tidak diberi dipping (iodine 10%) setelah selesai
pemerahan, dan petugas cooling tidak mengukur kembali dan mencatat
banyaknya susu kambing yang diserahkan. Selain itu strategi preventif
pencegahan risiko yang sebaiknya dilakukan terlebih dahulu diantaranya
pengawasan terhadap SOP pemeliharaan kambing oleh Supervisor Product
and Development, pemberian dipping (iodine 10%) setelah pemerahan
-
7
secara teratur, dan penyimpanan back-up data produksi susu kambing pada
google drive atau dropbox email milik perusahaan.
2. Bagi Kalangan Akademisi, dapat memberikan manfaat sebagai sumber bagi
penelitian selanjutnya, dan sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang
membutuhkan terkait dengan risiko produksi susu kambing.
3. Bagi Penulis, penelitian ini dilakukan sebagai persyaratan untuk meraih
gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bagi Pembaca, pada umumnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi terkait pengetahuan di bidang agribisnis terutama dalam hal risiko
produksi susu kambing.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian studi kasus di CV
Sawangan Farm Dairy berfokus pada:
1. Risiko yang terjadi pada serangkaian kegiatan produksi susu kambing yang
dihasilkan dimulai dari proses pemeliharaan dan pemerahan susu pada
peternakan kambing perah di CV Sawangan Farm Dairy hingga proses
pengemasan susu di ruang produksi dan pengolahan susu.
2. Penelitian ini diawali dengan mengamati proses-proses produksi susu
kambing berdasarkan SOP produksi susu kambing yang ada di CV
Sawangan Farm Dairy untuk dapat mengidentifikasi risiko yang terjadi
pada setiap prosesnya. Alat analisis yang digunakan adalah
-
8
mengidentifikasi risiko yang terjadi melalui observasi berdasarkan diagram
tulang ikan atau fishbone. Setelah itu dilakukan pengukuran risiko dengan
bantuan skala likert 1-5 dan skala korelasi yaitu 0, 1, 3, 9 yang akan
dianalisis menggunakan alat analisis House Of Risk (HOR) Fase 1 dan
pemetaan risiko menggunakan diagram pareto untuk menentukan strategi
preventif yang akan dilakukan guna mencegah timbulnya agen atau
penyebab risiko yang menjadi prioritas tindak pencegahan. Kemudian
dilakukan pengukuran korelasi antara strategi preventif dengan agen atau
penyebab risiko berdasarkan derajat kesulitan, tingkat keefektifan, rasio
tingkat keefektifan dan kesulitan strategi preventif menggunakan alat
analisis HOR Fase 2.
-
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Risiko dan Manajemen Risiko
Secara sederhana definisi risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian
merugikan. Terdapat tiga unsur penting yang dianggap sebagai risiko di antaranya;
(1) Merupakan suatu kejadian; (2) Kejadian tersebut masih merupakan
kemungkinan; (3) Jika sampai terjadi dapat menimbulkan kerugian (Kountur, 2008:
6). Menurut Wastra dan Mahbubi (2014: 11-12), risiko adalah kemungkinan situasi
atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran organisasi
atau individu. Implikasi risiko, menurut Tampubolon (2004) dalam Wastra dan
Mahbubi (2014: 12) dapat menyebabkan kerugian finansial, menimbulkan kesulitan
yang signifikan dan kehilangan kepercayaan dari konsumen.
Silalahi (1997) dalam Umar (2005: 200) menyatakan bahwa manajemen
risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak
milik, dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya
kerugian karena adanya suatu risiko. Menurut Wastra dan Mahbubi (2014: 40),
manajemen risiko merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari menyadari,
mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengambil tindakan yang tepat hingga
melakukan pengawasan pelaksanaan pengendalian risiko.
Secara menyeluruh proses manajemen risiko agribsinis dijelaskan sebagai
berikut (Wastra dan Mahbubi, 2014: 40-44):
-
10
1. Kesadaran segenap sumber daya manusia perusahaan mulai dari jajaran
komisaris dan direksi sampai staf bahwa terdapat risiko dalam setiap usaha
termasuk agribisnis.
2. Identifikasi risiko merupakan aktivitas awal yang menghasilkan output
daftar risiko. Dalam identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi
pemegang saham, kreditur, pemasok, karyawan, pihak lain yang
terpengaruh oleh adanya perusahaan. Metode dalam identifikasi risiko
meliputi analisis data historis pengamatan, survey baik dengan kuesioner
atau wawancara, pendapat ahli melalui focus group discussion.
3. Pengukuran risiko berupa data baik berupa kualitatif maupun kuantitatif.
Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan
terhadap risiko. Sedangkan, kualitatif menyangkut kemungkinan risiko
muncul, semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi
pula risikonya.
4. Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan
kepentingan bagi perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan
memeiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang
sehingga perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih
dahulu dan mana yang dinomor duakan, dan mana yang perlu diabaikan.
Selain itu prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki
dampak pada tujuan perusahaan.
5. Pengambilan keputusan menurut Sadgrove (2005) dan Chapman (2006)
dalam Wastra dan Mahbubi (2014: 44), terdapat empat cara dalam
-
11
penanganan risiko yaitu penghindaran risiko (risk avoidance), mitigasi atau
eliminasi risiko (risk elimination), pemindahan risiko (risk transfer) dan
penahan risiko (risk retention). Menurut Culp (2001), IRM (2003), dan
Chapman (2006) dalam Marimin dan Maghfiroh (2013: 137-138) metode
utama dalam menangggulangi risiko sebagai berikut:
a. Menghindari Risiko
Secara intuisi cara yang umum untuk menghindari risiko adalah tidak
mengambil tindakan yang akan berpotensi menyebabkan terjadinya
risiko tersebut.
b. Mitigasi atau Eliminasi Risiko
Mitigasi risiko merupakan metode yang mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang
dihasilkan oleh suatu risiko.
c. Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,
umumnya melalui suatu asuransi dengan membayar premi yang
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya risiko tersebut atau melalui
kontrak dengan menyediakan kompensasi terhadap seluruh pelaku yang
terpengaruh oleh risiko, dan melalui hedging.
d. Penyerapan atau Pengumpulan Risiko
Risiko yang tidak dapat dieliminasi, dialihkan, dan dihindari, maka
risiko tersebut harus diserap dan dianggap bagian penting dari aktivitas.
-
12
6. Pengawasan perlu dilakukan untuk menjamin pelaksanaan keputusan yang
telah dibuat. Risiko berubah-ubah sesuai kondisi sehingga perlu keputusan
yang cepat dan tepat untuk merespon terjadinya perubahan risiko.
7. Evaluasi menekankan upaya menilai proses pelaksanaan rencana, mengenai
ada tidaknya penyimpangan dan tercapai tidaknya sasaran yang telah
ditetapkan berdasarkan rencana yang telah dibuat.
Perusahaan yang menerapkan manajemen risiko akan memperoleh beberapa
manfaat diantaranya sebagai berikut (Wastra dan Mahbubi, 2014: 40):
1. Mengambil keputusan dalam perusahaan mempunyai pijakan yang kuat
berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan ketika mengambil keputusan atas
risiko yang terjadi.
2. Pedoman bagi perusahaan dalam mengelola risiko, sebagai akibat dari
adanya pengaruh internal dan eksternal perusahaan.
3. Mendorong para pengambil keputusan sesuai tingkatannya untuk selalu
memaksimalkan kesempatan mendapatkan keuntungan, dengan risiko
sebagai batasan dan tindakan yang dilakukan.
4. Mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko seminimal mungkin, yang
dampaknya bagi perusahaan sekecil mungkin.
5. Penerapan manajemen risiko mengarah kepada tata kelola perusahaan yang
baik dan benar, serta akan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi
karyawan, pemilik dan pemangku kepentingan lainnya, secara
berkelanjutan.
-
13
Menurut Kountur (2008: 22), manajemen risiko adalah cara bagaimana
menangani semua risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko
tertentu saja. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu preventif dan mitigasi
adalah sebagai berikut (Kountur, 2008: 120-127).
1. Preventif (Menghindari)
Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Sebelum risiko
terjadi harus ada cara-cara preventif yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga risiko tidak terjadi. Preventif dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya :
a. Membuat/Memperbaiki Sistem dan Prosedur
Risiko ini bisa diperkecil jika aturan dan prosedurnya dibuat (jika belum
ada), atau diperbaiki (jika sudah ada Namun belum baik). Risiko-risiko
yang disebabkan oleh manusia dan teknologi dapat diperkecil jika sistem
dan prosedurnya ada dan baik.
b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan pelatihan-
pelatihan, baik pelatihan on-the-job atau pelatihan eksternal. Dengan
mengembangkan sumber daya manusia diharapkan kemungkinan
terjadinya risiko dapat diperkecil, terutama risiko-risiko yang disebabkan
oleh ketidak-kompetenan sumber daya manusia.
-
14
c. Memasang/Memperbaiki Fasilitas Fisik
Beberapa risiko dapat dihindari terjadinya atau setidaknya diperkecil
kemungkinan terjadinya dengan memasang (jika belum ada) atau
memperbaiki (jika sudah ada Namun belum baik) fasilitas fisik.
2. Mitigasi (Mengurangi)
Mitigasi merupakan penanganan risiko yang dimaksudkan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Ada beberapa cara
mitigasi yang dapat dilakukan, diantaranya:
a. Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di beberapa
tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah, tidak akan
menghabiskan semua asset yang dimiliki.
b. Penggabungan (Marger)
Jika diversifikasi dianjurkan untuk berpencar, di sini justru dianjurkan
untuk bergabung atau merger. Seperti risiko bersaing dapat diminimalkan
dengan cara bersatu.
c. Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko adalah mengalihkan risiko ke pihak lain sehingga jika
terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugiannya. Terdapat
beberapa cara pengalihan risiko, yaitu:
Asuransi: Mengasuransikan harta perusahaan yang dampak risikonya
besar, berarti sudah mengalihkan dampak risiko tersebut kepada pihak
asuransi.
-
15
Leasing: Cara di mana suatu asset digunakan, tetapi pemiliknya adalah
pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada asset tersebut, maka pemiliknya
yang adalah pihak lain yang menanggung kerugian atas asset tersebut.
Outsourcing: Mentransfer kerugian ke pihak lain jika terjadi risiko
dengan cara outsource. Outsource merupakan cara di mana pekerjaan
diberikan ke pihak lain untuk mengerjakan, sehingga kita tidak
menanggung kerugian seandainya pekerjaan yang dilakukan gagal.
Hedging: Cara pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan
risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian.
2.2 Kambing Perah dan Kambing Dwiguna
Menurut Suparman (2007: 4), kambing perah adalah kambing yang diternak
atau dipelihara untuk diambil susunya. Sedangkan kambing dwiguna adalah
kambing yang diternak untuk diambil daging dan susunya. Namun, pada
kenyataannya jenis kambing perah juga dapat diambil dagingnya. Adapun jenis
kambing perah ataupun kambing dwiguna yang dibudidayakan di CV Sawangan
Farm Dairy terdiri atas kambing peranakan etawa (PE) ras kaligesing dan senduro
hingga kambing saenen.
2.2.1 Kambing Peranakan Etawa (PE)
Kambing peranakan etawa (PE) merupakan kambing keturunan silangan
(hibrida) antara Kambing Jampari atau Etawa asli dari India dengan kambing lokal
(Syukur dan Suharno, 2015: 15). Produk yang dihasilkan dari Kambing PE adalah
susu dan daging. Menurut Sutama et al (1995) dalam Atmiyati (2001:14) bahwa
kambing PE merupakan temak perah mempunyai produksi susu 0,45 – 2,2
-
16
liter/ekor/hari dengan panjang masa laktasi 92 – 256 hari, dengan puncak produksi
terjadi pada minggu 3 – 6 masa laktasi.
Menurut Kaleka dan Haryadi (2013:15), kambing PE memiliki penampilan
yang gagah layaknya kambing etawa asli, tetapi berukuran lebih kecil, dengan ciri-
ciri bentuk muka berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher, telinga, panjang,
agak terkulai, dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk melengkung, serta memiliki
bulu yang panjang dan lebat di bagian leher, pundak punggung dan kaki belakang.
Kambing ini juga dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 Liter sehari.
Syukur (2016: 25) menyatakan bahwa kambing PE di Indonesia terdiri atas
dua jenis yaitu kambing PE Kaligesing dan Kambing PE Senduro. Kambing PE
Kaligesing dikembangkan di Kecamatan Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Ciri
khas yang utama yaitu telinga melipat ke depan dan warna kepala yang hitam
umumnya seperti ninja. Kambing PE Senduro biasa dikembangkan di daerah
Lumajang, Jawa Timur, tepatnya di lereng gunung berapi senduro. Warna tubuh
kambing PE Senduro ini dominan putih bersih dan bergelambir pada bagian leher.
Panjang telinga mencapai 50 cm, postur besar dan tingginya dapat mencapai 1 m.
2.2.2 Kambing Saenen
Menurut Kaleka dan Haryadi (2013: 12), kambing saenen merupakan ras
kambing yang berasal dari Lembah Saenen, Swiss. Kambing ini memiliki ukuran
tubuh yang besar. Di daerah tropis, kambing ini tidak mampu beradaptasi dengan
baik sehingga sulit berkembang. Di Indonesia, kambing ini dikembangkan dengan
cara disilangkan dengan kambing peranakan etawa (PE). Kambing ini memiliki
warna tubuh yang umumnya putih atau krem pucat. Ciri khas lainnya adalah
-
17
kambing ini memiliki tanduk yang besar, dahi yang lebar, telinga berukuran sedang
dan tegak mengarah ke depan. Kambing Saenen merupakan tipe kambing perah
dengan hasil produksi susu yang tinggi, yaitu bisa mencapai 5 Liter setiap harinya.
2.3 Susu Kambing
Susu adalah cairan berwarna putih yang dihasilkan (disekresikan) oleh
kelenjar mammae (ambing) pada semua binatang mamalia. Susu merupakan bahan
makanan pokok dan sumber gizi untuk bayi sebelum bisa mencerna makanan lain,
baik bayi manusia mapun bayi binatang, khususnya binatang mamalia (Moelijanto
dan Wiryanta, 2002: 2).
Susu kambing adalah susu yang diperoleh dengan jalan pemerahan seekor
kambing perah atau lebih yang dilakukan secara teratur, terus menerus, dan hasilnya
berupa susu segar murni tanpa dicampur apapun (Sarwono, 2008: 72). Susu
kambing memiliki keunggulan dibanding dengan susu lainnya yang sering
dikonsumsi, seperti susu sapi (Setiawan dan MT Farm, 2011: 104). Dibandingkan
dengan susu sapi, susu kambing mempunyai kelebihan dalam komposisi kandungan
gizi, di mana kandungan gizi dari susu kambing memiliki komposisi yang hampir
mendekati komposisi kimiawi pada air susu ibu atau ASI (Moelijanto dan Wiryanta,
2002: 5). Hal tersebut diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh United
States Department Agriculture (USDA) seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3
(Sodiq dan Abidin, 2008: 19).
-
18
Tabel 3. Perbandingan Nilai Gizi Susu Sapi, Susu Kambing, dan ASI.
Kandungan Gizi Susu Sapi Susu Kambing Air Susu
Protein (g) 3,3 3,6 1,0Lemak (g) 3,3 4,2 4,4
Karbohidrat (g) 4,7 4,5 6,9Kalori (kal) 61 69 70Fosfor (g) 93 111 14
Kalsium (g) 19 134 32Magnesium (g) 13 14 3
Besi (g) 0,05 0,05 0,03Natrium (g) 49 50 17Kalium (g) 152 204 51
Vitamin A (IU) 126 185 241Thiamin (mg) 0,04 0,05 0,014Niacin (mg) 0,08 0,28 0,18
Vitamin B6 (mg) 0,04 0,05 0,01Sumber: USDA (1976) dalam Sodiq dan Abidin (2008:19).
Pada Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa susu kambing memiliki beberapa
keunggulan dalam kandungan gizi jika dibandingkan dengan susu sapi dan ASI,
diantaranya dari segi; (1) kandungan gizi makro yaitu dari segi jumlah protein; (2)
kandungan mineral fosfor dan kalsium; (3) kandungan vitamin diantaranya niacin
Vitamin B6.
2.4 Pemeliharaan
Menurut Mulyono dan Sarwono (2014:16) bahwa untuk memelihara
kambing terdapat tiga sistem pemeliharaan kambing yang dapat diterapkan yaitu
sistem pemeliharaan secara ekstensif, semi-intensif, dan intesif. Dari ketiga cara
tersebut, semuanya baik untuk dilakukan tergantung kondisi lahan, tujuan usaha,
ketersediaan dana, dan keterampilan mengelola ternak. Pada sistem pemeliharaan
ekstensif, kambing dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan
gembalaan, pinggiran hutan, atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan
-
19
sumber pakan. Pemilik juga tidak membuatkan kandang hunian untuk ternaknya.
Sistem pemeliharaan semi-intensif adalah sistem pemeliharaan dengan sistem
pengembalan secara teratur dan baik. Selain itu, pemilik juga menyediakan kandang
untuk dihuni dan sebagai tempat tidur ternaknya pada malam hari. Sistem
pemeliharaan intensif adalah sistem pemeliharaan di mana sang pemilik harus
memberikan perhatian khusus kepada ternak kambingnya seperti menyiapkan
pakan hijauan, pakan penguat, dan minuman sesuai jadwal dan kebutuhan serta
membersihkan kandang karena seumur hidup berada di kandang dan tidak bisa
berkeliaran ke mana-mana.
Menurut Kaleka dan Haryadi (2013: 43), kegiatan pemeliharaan kambing
meliputi pemberian pakan yang berkualitas, dan perawatan tubuh serta lingkungan
kambing.
2.4.1 Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan kepada kambing terdiri atas pakan hijauan dan pakan
penguat. Berikut hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian pakan menurut
Kaleka dan Haryadi, (2013: 28-30).
1. Pakan hijauan berupa rumput-rumputan dan dedaunan. Pakan rumput-
rumputan misalnya rumput gajah, rumput lapangan, rumput raja, rumput
kolonjono, rumput benggala, jerami padi, jerami jagung, dan daun tebu.
Pakan dedaunan misalnya daun singkong, pepaya, waru, nangka, serta daun
Leguminoceae atau kacang-kacangan seperti daun kacang tanah, kedelai,
lamtoro, turi, gamal, dan kaliandra. Jumlah pakan hijauan yang harus
diberikan setiap harinya sebanyak 10-20% dari bobot tubuh kambing.
-
20
2. Pakan penguat yang diberikan kepada kambing bisa berupa ampas tahu dan
segala jenis bungkil yang mengandung protein tinggi yang bermanfaat
dalam membangun, membentuk dan memperbaiki sel jaringan tubuh, serta
sebagai cadangan energi sehingga dapat mengoptimalkan pertumbuhan
kambing, khususnya kambing muda lebih optimal. Selain itu pakan penguat
yang dapat diberikan kepada kambing dapat berupa kulit singkong, jagung
halus, bekatul, dan umbi-umbian mengandung karbohidrat tinggi yang
merupakan sumber energi yang baik di mana energi dapat digunakan untuk
beraktivitas dan kelebihannya akan disimpan dalam bentuk otot dan daging.
Kambing perlu diberikan pakan penguat dalam bentuk bubur pada pagi dan
sore hari sebanyak 0,5-1 kg/ekor/hari.
Kambing perah yang menghasilkan susu adalah kambing betina yang berada
dalam masa laktasi. Pemberian pakan induk laktasi harus lebih diperhatikan kadar
nutrisinya, seperti yang tertera pada Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia No.102/ Permentan/ OT.140/ 7/ 2014 tentang Pedoman Pembibitan
Kambing dan Domba yang Baik, kadar nutrisi yang harus diperhatikan dalam
pemberian pakan induk laktasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel tersebut
menunjukksn jumlah nutrisi keseluruhan dari pakan yang diberikan pada kambing
betina dewasa pada masa awal dan akhir laktasi. Untuk betina dewasa pada awal
masa laktasi dengan BB 25-50 Kg, dibutuhkan bahan kering yang berjumlah sama
yaitu 4,0 % dari berat badan. Kemudian untuk Protein Kasar (PK), Total Digestible
Nutrient (TDN), Kalsium (Ca), dan Fosfor (P) yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan BB kambing, semakin besar BB kambing maka PK yang diberikan akan
-
21
semakin. Sedangkan betina dewasa pada akhir masa laktasi dengan BB 25-50 Kg
dibutuhkan masing- masing BK, PK, TDN, Ca, dan P yang berbanding terbalik
dengan jumlah BB.
Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Kambing Laktasi Berdasarkan Berat Badan (BB),dalam Permentan No.102, Tahun 2014.
BB, Kg BK, % BB PK, % TDN, % Ca,% P,%Kambing Induk Laktasi (Awal Laktasi)
25 4.0 10,9 60 0,30 0,2230 4.0 10,9 60 0,29 0,2140 4.0 9,1 55 0,28 0,2050 4.0 9,1 55 0,27 0,20
Kisaran 4,0 9,1-10,9 55-60 0,27-0,30 0,20-0,22Kambing Induk Laktasi (Akhir Laktasi)
25 4.0 10,0 60 0,30 0,2230 4.0 10,0 60 0,28 0,2040 4.0 9,1 55 0,27 0,1950 3,5 8,2 55 0,25 0,18
Kisaran 3,5-4,0 8,2-10,0 55-60 0,25-0,30 0,18-0,22Sumber: Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 102 tahun 2014
Keterangan:BB : Bobot BadanBK : Bahan KeringPK : Protein KasarTDN : Total Digestible NutrientCa : CalciumP : Fospor
Adapun pemberian pakan kambing betina laktasi yang baik menurut Kaleka
dan Haryadi (2013: 28) adalah sebagai berikut.
1. Pakan yang mengandung kadar protein kasar (PK) sebanyak (14-16) % dari
bobot tubuh.
2. Pakan hijauan berupa rumput dan legume dengan perbandingan 50:50.
3. Konsentrat atau pakan penguat sebanyak (0,5-1) kg
4. Mineral tambahan untuk kambing baik berupa mineral blok atau mineral
komplit.
-
22
2.4.2 Perawatan Tubuh dan Lingkungan Kambing
Menurut Sodiq dan Abidin (2009: 38), beberapa upaya yang dilakukan
untuk merawat dan menjaga kesehatan kambing diantaranya menjaga sanitasi
peralatan dan kandang, memandikan kambing, memotong kuku, mencukur bulu,
memotong tanduk, menghilangkan kelenjar bau, dan memberi tanda pada kambing.
1. Menjaga Sanitasi Peralatan dan Kandang
Peralatan kandang yang terbuat dari logam sebaiknya segera dibersihkan
menggunakan air bersih dan dikeringkan untuk mencegah terdapatnya karat
(Sodiq dan Abidin, 2009: 40). Kandang kambing harus rutin dibersihkan
setiap pagi, mulai dari membersihkan lantai yang penuh dengan kotoran
kambing hingga tempat pakan dan minum untuk mencegah penyebaran
penyakit (Susanto dan Sitanggang, 2015: 49). Cara membersihkannya dapat
dilakukan menggunakan air apabila ketersediaan melimpah, Namun apabila
ketersediaan air terbatas, kegiatan pembersihan kandang dapat dilakukan
dengan mengangkat atau menyapu kotoran kambing. Setidaknya selama 6
bulan sekali kandang dikosongkan dan disemprot dengan desinfektan untuk
membunuh kuman dan penyakit (Sodiq dan Abidin, 2009: 41).
2. Memandikan Kambing
Di habitat aslinya kambing adalah hewan yang kurang menyukai air dan tidak
pernah membersihkan dirinya sendiri, sehingga kondisi tubuhnya selalu
kotor. Dalam usaha peternakan kambing perah kambing sebaiknya
dimandikan 2 minggu sekali untuk mencegah menyebarnya berbagai parasit,
virus dan mikroba bibit penyakit. Secara tidak langsung, kebersihan tubuh
-
23
kambing bisa meningkatkan produksi susu baik dari segi kualitas dan
kuantitas (Sodiq dan Abidin, 2009: 38). Kambing dimandikan dengan cara
diguyur tubuhnya dengan air bersih. Kambing dipegang dengan sebelah
tangan atau dengan sebelah tangan atau dijepit dengan kedua kaki. Salah satu
tangan memegangi badan dan tangan yang lain mengguyur dengan air atau
menggosok dengan sabut dan sabun. Apabila Kambing memiliki luka maka
luka tersebut jangan digosok agar luka cepat kering dan dibersihkan bagian
sekeliling luka (Djarijah, 1996: 32).
3. Memotong Kuku
Kuku yang panjang bisa berakibat buruk bagi kambing, misalnya
memungkinkan kambing terserang penyakit kuku busuk (foot root) yang
berkembang di sela-sela kuku. Kuku yang patah juga akan dapat
menimbulkan infeksi (Sodiq dan Abidin, 2009: 39). Kuku-kuku kambing
yang panjang dipotong setidaknya selama 3 bulan sekali untuk mencegah luka
pada kuku dan agar tidak mudah terperosok di celah-celah lantai kandang
(Djarijah, 1996: 33).
4. Mencukur Bulu
Kambing yang dipelihara di kandang lemprakkan yang beralaskan tanah akan
memiliki bulu yang kotor dan menggumpal sehingga dapat menjadi sumber
penyakit. Oleh karena itu mencukur bulu kambing dapat dilakukan secara
berkala dengan menggunakan gunting atau alat khusus pencukur bulu (Sodiq
dan Abidin, 2009: 39).
-
24
5. Memotong Tanduk
Tanduk kambing betina harus dipotong untuk mempermudah proses
pemerahan dan agar pemerah tidak ditanduk kambing (Sodiq dan Abidin,
2009: 40).
6. Menghilangkan Kelenjar Bau
Proses menghilangkan kelenjar bau atau yang disebut dengan deodizer
bertujuan untuk mematikan kelenjar bau yang mengeluarkan bau prengus,
yang bisa mencemari susu atau daging. Caranya dengan melakukan
pemanasan di daerah sekitar tanduk selama 5-10 detik dengan tujuan untuk
mematikan kelenjar bau (Sodiq dan Abidin, 2009: 40).
7. Memberi Tanda Pada Kambing
Di beberapa negara yang sudah maju, setiap kambing memiliki tanda yang
khas seperti diberi nomor telinga atau tag (Sodiq dan Abidin, 2009: 40).
2.5 Pemerahan Susu Kambing
Pemerahan susu kambing membutuhkan ketrampilan khusus. Keahlian
memerah sangat menentukan hasil produksi susu dan lamanya masa laktasi.
Menurut Sarwono (2008: 69) dan Redaksi Agro Media (2011:57), berikut beberapa
hal yang harus diperhatikan saat melakukan pemerahan dan tatacara pemerahan
susu kambing.
1. Pemilihan Pemerah atau Petugas Perah dan Tempat Pemerahan
Pemerah susu kambing yang baik adalah orang yang sehat atau tidak
menderita penyakit menular, penyayang hewan, suka kebersihan, dan cakap
-
25
dalam melakukan pekerjaan. Kemudian, tempat pemerahan (Milking Stand)
susu harus bersih, tenang, dan jauh dari kambing lain, terutama kambing
jantan, agar susu yang dihasilkan tidak menyerap bau kambing jantan yang
prengus dan kurang sedap.
2. Waktu Pemerahan
Pemerahan dilakukan dalam waktu interval yang sama misalnya 12 jam dalam
sehari.
3. Persiapan Pemerahan
a. Bersihkan semua peralatan pemerahan dengan merendamnya di dalam air
panas atau merebusnya agar peralatan bersih dan steril.
b. Sebelum memerah, tangan dibersihkan dengan sabun dan bilas sampai
bersih.
c. Ambing puting susu kambing dicuci dengan kain yang dicelup dalam air
hangat untuk merangsang keluarnya susu.
d. Bawa kambing ke milking stand atau tempat pemerahan, lalu jepit bagian
kepala kambing agar kambing tidak bergerak. Buatlah kambing tenang
agar proses pemerahan tidak terhambat.
e. Lumuri tangan pemerah atau kedua ambing dengan minyak kelapa agar
ambing dan tangan pemerah tidak lecet.
4. Tahap Pemerahan
a. Kunci ambing dengan tangan yaitu dengan melingkarkan jari telunjuk
dengan ibu jari pada pangkal puting susu. Jari tengah dilingkarkan pada
-
26
puting susu, sehingga air susu akan keluar. Pancaran air susu yang pertama
harus dibuang karena tidak bersih.
b. Setelah itu, jari manis dilingkarkan yang berarti jari dilingkarkan pada
puting susu dengan tekanan yang kuat supaya air susunya memancar deras
keluar, tetapi jangan sampai putingnya ikut tertarik ke bawah.
c. Jari kelingking ikut dilingkarkan dan selanjutnya isi ambing diperah
seluruhnya sampai air susu keluar semua.
d. Tekanan jari dilepas agar puting terisi susu kembali. Kegiatan tersebut
diulangi dengan tangan yang lain. Pemerahan dilakukan berulang sampai
air susu yang menetes tinggal sedikit dan diurut dengan jari agar tuntas
semua.
5. Tahap Penyelesaian
a. Tampung susu hasil pemerahan di dalam botol atau ember khusus yang
bersih
b. Saring susu dan masukkan ke dalam tempat susu yang termuat dari
alumunium (milk can)
c. Catat produksi susu setiap kali pemerahan.
2.6 Pengemasan Susu
Menurut Kalihatu (2014: 2), mengemas didefinisikan sebagai tindakan
membungkus, menutup suatu barang dengan material kemasan. Material kemasan
tersebut bisa berupa kertas, plastik, kaca, tekstil, logam, dan berbagai macam
material dengan tujuan pengemasan. Kotler dan Amstrong (2008) seperti yang
-
27
dikutip Kalihatu (2014: 2) menyatakan bahwa pengemasan juga didefinisikan
sebagai aktivitas merancang dan memproduksi wadah atau pembungkus suatu
produk. Pengemasan berfungsi untuk menempatkan sebuah produk ke dalam
sebuah wadah yang memiliki bentuk tertentu sehingga produk tersebut mudah
disimpan, diangkut maupun didistribusikan (Kalihatu, 2014: 3). Berdasarkan SNI
01-3141-1998, susu segar dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, aman selama
penyimpanan dan pengangkutan, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi.
2.7 Diagram Tulang Ikan
Diagram Tulang Ikan (Fish- Bone Chart) atau Diagram Ishikawa (Ishikawa
Chart) digunakan untuk mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab
dari suatu masalah atau kejadian risiko pada suatu proses atau tahapan kegiatan
produksi. Apabila telah diketahu diketahui hubungan antara sebab dan akibat dari
suatu masalah, maka tindakan pemecahan masalah akan mudah ditentukan, dengan
kata lain, apabila telah diketahui penyebab dari suatu kejadian risiko maka dapat
segera ditentukan strategi atau tindakan penanganan risiko. Diagram ini sering
disebut juga sebagai Diagram Sebab-Akibat (Cause- And- Effect Diagram)
ditemukan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1943.
(Kuswandi dan Mutiara, 2004: 79).
Dalam pembuatan diagram tulang ikan terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan sebagai berikut (Kuswandi dan Mutiara, 2004: 80-82).
1. Hal yang dianggap sebagai akibat atau permasalahan digambarkan pada bagian
kepala ikan.
-
28
2. Faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab diletakkan sebagai tulang ikan.
Penggolongan dalam garis besar faktor-faktor penyebab yang dimaksud terdiri
atas bahan (material), alat (machine), manusia (man), cara (method), dan
lingkungan (environment).
3. Pembuatan diagram tulang ikan terdiri atas:
a. Diagram tulang ikan tipe rangkuman sebab-akibat (cause-and-effect type)
seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu berdasarkan pengelompokan
sebab-sebab.
Gambar 1. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Rangkuman SebabSumber: Kuswandi dan Mutiara (2004: 81)
b. Diagram tulang ikan berdasarkan proses produksi tipe klasifikasi proses
produksi (Classification of Production Process) di mana kejadian yang
dianggap sebagai masalah atau akibat diletakkan pada bagian kepala ikan,
sedangkan proses- proses produksi yang di dalamnya terjadi kesalahan atau
penyimpangan yang dianggap sebagai penyebab terjadinya masalah yang
dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut.
-
29
Gambar 2. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone) Tipe Klasifikasi ProsesProduksi.Sumber: Kuswandi dan Mutiara (2004: 81)
Diagram tulang ikan dapat dipakai secara tersendiri dalam mencari
pemecahan masalah akan tetapi diagram ini digunakan bersama-sama dengan alat-
alat statistik lainnya. Bagaimanapun juga, sebaiknya pada waktu menentukan
pilihan faktor-faktor penyebab apa yang kemungkinan besar paling berpengaruh
terhadap timbulnya masalah, sedapat mungkin dan sejauh mungkin dilakukan
pengujian melalui alat-alat statistik lainnya.
2.8 House Of Risk (HOR)
Model House of Risk (HOR) model yang digunkan untuk mengetahui
prioritas penyebab risiko atau Risk Agent (Aj) dan prioritas pelaksanaan strategi
atau tindakan penanganan risiko guna mencegah atau mengurangi kerugian yang
dialami akibat dari risiko yang terjadi. Model HOR didasarkan pada gagasan bahwa
manajemen risiko suplay chain proaktif berusaha untuk fokus pada tindakan
preventif, yaitu mengurangi kemungkinan terjadinya penyebab risiko. Mengurangi
terjadinya agen risiko biasanya mencegah beberapa peristiwa risiko terjadi. Dalam
kasus seperti itu, perlu untuk mengidentifikasi kejadian risiko dan agen risiko yang
-
30
terkait. Biasanya satu agen risiko bisa mendorong lebih dari satu kejadian risiko.
HOR menetapkan probabilitas untuk agen risiko dan tingkat keparahan ke arah
risiko (Pujawan dan Geraldin, 2009: 95-958),
Sejak satu agen risiko bisa menginduksi sejumlah kejadian risiko, maka
perlu kuantitas potensi risiko agregat agen risiko dalam manajemen risiko rantai
pasok. Jika Oj adalah probabilitas terjadinya agen risiko j, Si adalah keparahan
dampak jika kejadian risiko i terjadi, dan Rij adalah korelasi antara agen risiko j dan
risiko i yang diartikan sebagai seberapa besar kemungkinan agen risiko j akan
mendorong risiko acara i), maka ARPj (potensi risiko keseluruhan agen risiko j)
dapat dihitung sebagai berikut:
ARPj = Oj Ʃ Si RijKeterangan:ARPj = Agregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)Oj = Occurance level of risk (Tingkat kemunculan penyebab risiko)Si = Severity level of risk (tingkat dampak suatu kejadian risiko)Rij = Hubungan (korelasi) antara agen risiko j dengan risiko ii = Urutan Kejadian Risiko (1, 2, 3, ..., n)j = Urutan Penyebab Risiko (1, 2, 3, ..., n)
HOR diadaptasi dari model House Quality (HOQ) untuk menentukan risiko
agen risiko yang harus diberikan prioritas untuk tindakan preventif. Rank atau
peringkat dari setiap agen risiko dtentukan berdasarkan besarnya nilai ARPj untuk
setiap j. Oleh karena itu, jika ada banyak agen risiko, perusahaan dapat memilih
beberapa kejadian yang dianggap memiliki potensi besar untuk menginduksi
kejadian risiko. Dua model penyebaran, disebut HOR, baik yang didasarkan pada
dimodifikasi HOQ; (a) HOR 1 digunakan untuk menentukan agen risiko yang harus
diberikan prioritas untuk tindakan preventif; (b) Prioritas HOR 2 adalah untuk
-
31
memberikan saran atas tindakan yang efektif tetapi dengan biaya yang wajar dan
sumber daya yang ada.
2.8.1 HOR Fase 1
Model HOR Fase 1 digunakan untuk menentukan urutan penyebab risiko
(Aj) yang menjadi prioritas untuk segera ditentukan strategi atau tindakan
penanganan risiko. Adapun prosedur penggunaan HOR 1 dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi dalam setiap proses
bisnis. Hal ini dapat dilakukan melalui proses pemetaan Supply Chain (SC)
seperti rencana, sumber, memberikan, membuat, dan kembali. Kemudian
mengidentifikasi, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam setiap proses
tersebut. Ackermann dkk. (2007) dalam Pujawan dan Geraldin (2009: 956)
menyediakan cara sistematis mengidentifikasi dan menilai risiko. Model
HOR 1 ditunjukkan pada Tabel 5, dimana peristiwa risiko diletakkan di
kolom kiri, direpresentasikan sebagai Kejadian Risiko (Ei).
2. Menilai dampak (keparahan) dari kejadian risiko tersebut (jika terjadi)
menggunakan skala likert 1-5. Suatu dari setiap peristiwa risiko yang
diletakkan di kolom kanan dari Tabel 5, diindikasikan sebagai Si.
3. Mengidentifikasi agen risiko atau penyebab kejadian risiko (Aj) dan menilai
kemungkinan terjadinya setiap agen risiko menggunakan skala likert 1-5, di
mana 1 berarti hampir tidak pernah terjadi dan nilai 5 berarti agen risiko
hampir pasti terjadi. Di mana Aj ditempatkan pada baris atas tabel dan
terjadinya terkait adalah pada baris bawah, dinotasikan sebagai Oj.
-
32
4. Mengembangkan matriks korelasi yaitu hubungan antara masing-masing
agen risiko dan setiap peristiwa risiko, menggunakan skala Rij {0, 1, 3, 9}
di mana 0 mewakili tidak ada korelasi dan 1, 3, dan 9 mewakili masing-
masing, rendah, sedang, dan korelasi yang tinggi.
5. Hitung potensi risiko keseluruhan agen j (ARPj) yang ditentukan sebagai
produk dari kemungkinan terjadinya agen risiko j dan dampak agregat yang
dihasilkan oleh peristiwa risiko yang disebabkan oleh agen risiko j seperti
pada persamaan di atas.
6. Prioritas agen risiko menurut potensi risiko agregat mereka dalam urutan
menurun (dari yang bernilai tinggi ke rendah).
Tabel 5. Model HOR Fase 1
Risk Agent (Aj) Severity ofRisk (Si)Business
ProcessRisk Event(Ei)
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8
Plan
Source
Make
Deliver
Return
Occuranceof Agent j
AggregateRiskPotentialPriorityRank ofAgent jSumber: Pujawan dan Geraldin (2009:956)Keterangan:Ei = Risk Event (Kejadian Risko)Aj = Risk Agent (Penyebab Risiko)Si = Severity (Tingkat Dampak)Oj =Occurrance (Tingkat Probabilitas)ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)Rank = Peringkat Prioritas Penyebab Risiko
-
33
2.8.2 HOR Fase 2
HOR Fase 2 digunakan untuk menentukan tindakan yang harus
dprioritaskan untuk dilakukan, mengingat efektivitas dari masing-masing tindakan
yang berbeda serta sumber daya yang terlibat dan tingkat kesulitan dalam
melakukan masing-masing tindakan. Perusahaan idealnya harus memilih tindakan
yang tidak begitu sulit untuk dilakukan tetapi efektif untuk mengurangi
kemungkinan agen risiko yang terjadi. Langkah-langkah pengaplikasian HOR Fase
2 adalah sebagai berikut:
1. Pilih sejumlah agen risiko (Aj) dengan peringkat prioritas yang tinggi,
menggunakan analisis Pareto dari hasil perhitungan ARPj, agen risiko yang
memiliki persentase kurang dari 80 % yang terkecil harus ditangani terlebih
dahulu karena akan membawa kerugian yang besar bagi perusahaan. Agen
Risiko (Aj) yang terpilih akan ditempatkan di sisi kiri (apa) dari HOR2 seperti
digambarkan dalam Tabel 6, dan nilai-nilai ARPj yang sesuai di kolom kanan.
2. Mengidentifikasi tindakan yang dianggap relevan untuk mencegah agen
risiko. Perhatikan bahwa agen salah satu risiko dapat ditangani dengan lebih
dari satu tindakan dan satu tindakan secara bersamaan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya lebih dari satu agen risiko. Tindakan Perventif atau
Preventive Action (PAk) diletakkan pada baris atas untuk HOR ini.
3. Menentukan korelasi atau hubungan antara setiap tindakan pencegahan dan
setiap agen risiko Ejk menggunakan skala {0,1,3,9} yang mewakili masing-
masing, tidak ada, rendah, sedang, dan tinggi hubungan antara aksi k dan agen
-
34
j. Hubungan ini (Ejk) dapat dianggap sebagai tingkat efektivitas tindakan k
dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risiko agen j.
4. Hitung total efektivitas setiap tindakan sebagai berikut:
TEk = ∑Keterangan:TEk = Total Efffectiveness (Total keefektifan)ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)Ejk = Hubungan antara tiap aksi preventif dengan tiap agen risikoj = Urutan Penyebab atau Agen Risiko Terpilihk = Urutan Strategi atau Tindakan Penanganan Risiko
5. Menilai tingkat kesulitan-kesulitan dalam melakukan setiap tindakan, Dk, dan
menempatkan nilai-nilai berturut-turut di bawah efektivitas keseluruhan.
Tingkat kesulitan-kesulitan, yang dapat diwakili oleh skala dengan nilai {3,
4, 5}, di mana 3 berarti mudah untuk dilakukan; 4 berarti sedang atau masih
dapat dilakukan; dan 5 sulit untuk dilakukan. Strategi yang dibuat harus
mencerminkan dana dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan dalam
melakukan tindakan.
6. Hitung total efektivitas tingkat kesulitan rasio dari tindakan yang dilakukan,
yaitu
ETDk =Keterangan:ETDk = Effectiveness ToDifficulty ratio (Total Keefektifan tingkat kesulitan rasio `
tindakan pencegahan)TEk = Total Efffectiveness (Total keefektifan dari tiap strategi pencegahan)Dk = Degree of Difficulty Performing Action (Derajat kesulitan untuk melakukan aksi
k)k = Urutan Strategi atau Tindakan Penanganan Risiko
7. Menetapkan peringkat prioritas untuk setiap tindakan (Rk) di mana peringkat
1 diberikan untuk tindakan dengan ETDk tertinggi.
-
35
Tabel 6. Model HOR Fase 2
Preventive Action (PAk)
To be treatedRisk Agent(Aj)
PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 AggregateRisk Potential(ARPj)
A1
Matrix Corelations
ARP1A2 ARP2A3 ARP3A4 ARP4A5 ARP5TEk TE1 TE2 TE3 TE4 TE5Dk D1 D2 D3 D4 D5ETDk ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5Rank R1 R2 R3 R4 R5
Sumber: Pujawan dan Geraldin (2009:957)
Keterangan:Dk = Degree of DifficultyPerforming Action (Tingkat kesulitan aksi preventif)TEk = Total Effectiveness (Total Keefektifan dan tiap aksi preventif)ETDk = Effectiveness of Difficulty Ratio (Total kesulitan dan Keefektifan aksi preventif)Ejk = Hubungan antara tiap strategi preventif yang dilakukan dengan tiap agen risikoPAk = Prevemtive Action (Strategi preventif yang dilkukan)ARPj = Aggregate Risk Potential (Potensi Risiko Keseluruhan)
2.9 Diagram Pareto
Diagram Pareto (Pareto Chart) digunakan untuk memvisualisasikan hasil
analisis dari model HOR berupa agen risiko yang menjadi prioritas dalam
penentuan strategi atau aksi penanganan risiko. Diagram ini ditemukan pertama kali
oleh Wilfredo Pareto, yaitu seorang pakar ekonomi Italia di abad ke-19. Diagram
ini merupakan sebuah metode untuk mengelola kesalahan, masalah, atau cacat guna
membantu memusatkan perhatian untuk upaya penyelesaian masalahnya (Heizer
dan Render, 2009: 319). Dalam diagram pareto dikenal istilah “Vital Few-Trivial
Many” yang berarti sedikit tapi vital atau sangat penting, banyak tetapi kurang vital
atau kurang penting (Kuswandi dan Mutiara, 2004: 49).
-
36
Dalam pengguanannya pada penelitian ini, diagram pareto atau yang biasa
disebut dengan diagram prioritas, digunakan dalam rangka menampilkan dan
memilih prioritas agen penyebab risiko yang mengakbatkan kejadian risiko yang
berdampak paling besar, yaitu penyebab risiko yang memiliki nilai kumulatif 0-
80%. Dengan ditanganinya penyebab risiko yang menjadi prioritas tersebut maka
keseluruhan risiko dapat dikendalikan.
Gambar 3. Struktur Diagram ParetoSumber: Kuswandi dan Mutiara (2004: 55)
Dari Gambar 7 di atas dapat diketahui bahwa batang pada diagram pareto
melambangkan nilai kerugian yang dialami suatu perusahaan, sedangkan titik-titik
hitam melambangkan kumulatif dari kerugian yang dialami perusahaan. Adapun
langkah-langkah pembuatan pareto adalah sebagai berikut (Kuswandi dan Mutiara,
2004:50-55).
a. Menentukan hal apa yang akan diteliti dan melakukan pengumpulan data
b. Mengurutkan data dari yang terbesar, data dikumulatifkan dan dihitung
persentase kumulatif dari masing-masing data. Adapun persentase kumulatif
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(0-1
00)%
Nilai Kerugian % Kumulatif
-
37
% = Ʃ /c. Membuat diagram batang dari data yang ada di mana kolom atau batang
sebanyak jumlah pengamatan di mana data yang dimasukkan pada diagram
dimulai dari nilai yang terbesar ke yang terkecil dari kiri ke kanan, dan bagian
sisi kiri diagram terdapat tingkat persentase kumulatif.
d. Memberi penjelasan pada diagram pareto.
2.10 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang juga meneliti mengenai
risiko pada produk pertanian yang digunakan sebagai acuan pada penelitian ini baik
yang menggunakan metode yang sama maupun yang berbeda adalah sebagai
berikut.
Murti (2014) melakukan penelitian dengan menganalisis risiko rantai pasok
ayam potong pada restoran cepat saji Mc Donald di Mc Donalds cabang Kemang,
Jakarta Selatan dengan menggunakan metode House Of Risk (HOR) yang
merupakan pengembangan metode Quality Function Deployment (QFD) dan
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Identifikasi risiko dilakukan dengan
menggunakan diagram tulang ikan (fish bone) yang selanjutnya dijadikan dasar
untuk pembuatan kuesioner pendahuluan berisi identifikasi yang mungkin terjadi
berdasarkan hasil pengamatan di awal dan titik kritis yang telah ditentukan
sebelumnya. Kemudian dilakukan analisis tingkat dampak risiko (Severity) dan
pengukuran tingkat kemunculan dari penyebab risiko (Occurence) dari identifikasi
risiko tersebut. Di samping itu, juga diukur potensi risiko rata-rata dari penyebab
-
38
risiko yang bertujuan untuk mengetahui prioritas penyebab risiko yang akan
ditentukan cara mitigasinya. Setelah itu ditentukan strategi mitigasi yang dapat
mencegah dampak dari kemungkinan risiko yang ditimbulkan. Hasil dari penelitian
tersebut diketahui terdapat sembilan kejadian risiko pada tingkat pemasok, 10
kejadian risiko pada tingkat DC, dan delapan kejadian risiko pada tingkat
McDonald‟s. Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko
dengan nilai tertinggi yaitu lima penyebab risiko pada tingkat pemasok, lima
penyebab risiko pada tingkat distribution center dan tiga