ANALISIS TASK MENGGUNAKAN CTT
PADA SISTEM KONFIGURASI TRAFFICSQUEEZER
1Willy Andrianto (50407894)
2 Prof. Dr. B. E. F. Da Silva, MSc, DEA
1Mahasiswa Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma,
[email protected] 2 Guru Besar Tetap Universitas Gunadarma
ABSTRAK
Trafficsqueezer merupakan sebuah aplikasi untuk memecahkan berbagai masalah pada
praktek WAN (Wide Area Network). Namun, pada konfigurasi Trafficsqueezer masih
menggunakan CLI (Command Line Interface). Konfigurasi yang menggunakan CLI ini
memiliki kekurangan dalam pengimplementasianya. Seperti perlunya pemahaman terlebih
dahulu perintah – perintah yang digunakan. Hal ini dapat diatasi dengan membuat suatu
aplikasi berupa web yang interaktif sebagai alternatif untuk konfigurasi Trafficsqueezer.
Dalam penulisan ini dibahas mengenai pembuatan web aplikasi untuk pengaturan
konfigurasi Trafficsqueezer. Aplikasi ini memiliki interface yang telah disesuaikan dengan
task yang dapat dilakukan. Setiap task tersebut dianalisis sesuai dengan task model yang
dibuat menggunakan CTT (ConcurTaskTrees) untuk membantu pengaturan konfigurasi
Trafficsqueezer.
Kata Kunci : Analisis Task, Task Model, Trafficsqueezer, CTT
ABSTRACT
Trafficsqueezer is an application for solving various problems in practice of WAN
(Wide Area Network). However, the configuration in Trafficsqueezer still use the CLI
(Command Line Interface). Configuration using the CLI has a deficiency in implementation.
As the need to advance understanding of commands that used. This can be overcome by
creating a form of interactive web application as an alternative to the configuration
Trafficsqueezer.
In this paper discussed about making web applications for Trafficsqueezer
configuration settings. This application has an interface that has been adapted to the task in
Trafficsqueezer. Each task is analyzed according to the task model created using the CTT
(ConcurTaskTrees) to assist Trafficsqueezer configuration settings.
Keywords : Task Analysis, Task Models, CTT, Trafficsqueezer.
PENDAHULUAN
Wide Area Network atau yang biasa lebih dikenal dengan WAN sangat diperlukan
dalam mendukung produktifitas kerja sebuah perusahaan, seperti dalam melakukan transaksi
data antar cabang, melakukan komunikasi dan lainya. Namun dalam pengimplementasianya,
WAN memiliki beberapa masalah seperti redudansi data, bandwidth yang terbatas, network
congestion dan hal lain yang berpengaruh dalam komunikasi data. Semua hal tersebut
menyebabkan komunikasi dan transaksi yang lambat, maka diperlukan sebuah cara
mengurangi masalah tersebut.
Salah satu upaya dalam mengurangi masalah yang telah dijelaskan diatas adalah
menggunakan Trafficsqueezer. Trafficsqueezer adalah aplikasi open source yang memiliki
fungsi sebagai WAN Optimization. Optimization disini mengacu pada penanggulangan
masalah yang telah disebutkan. Prinsip kerjanya pada satu server dengan sistem operasi Linux
yang telah terinstalasi Trafficsqueezer akan melakukan kompresi dan enkripsi serta
mengurangi redudansi data saat mengirim ke client atau server lain yang juga terinstalasi
Trafficsqueezer.
Seperti aplikasi open source di Linux pada umumnya perlu dilakukan konfigurasi
terlebih dahulu sebelum menggunakan perangkat tersebut. Konfigurasi tersebut juga pastinya
dilakukan melalui CLI (Command Line- Interface) pada terminal Linux. Permasalahanya
disini adalah bagi pengguna Trafficsqueezer yang tidak familiar atau terbiasa dengan CLI
tentunya akan mengalami kendala dalam melakukan konfigurasi yang sifatnya text-based.
Untuk pengguna aplikasi yang mengalami masalah tersebut, terdapat solusi berupa sistem
konfigurasi berbasis web yang lebih user friendly untuk memudahkan pengaturan
Trafficsqueezer.
Berdasarkan hasil pembuatan aplikasi akan dilakukan analisa task dari aplikasi sistem
konfigurasi berbasis web tersebut. Maka penulis tertarik untuk menyusun penulisan dengan
judul “Analisis Task Menggunakan CTT pada Sistem Konfigurasi Trafficsqueezer”.
LANDASAN TEORI
Trafficsqueezer
Trafficsqueezer adalah sebuah perangkat lunak bebas, dikembangkan dan
didistribusikan di bawah GNU General Public License (GPL), sehingga memberikan
penggunanya kebebasan untuk menggunakan sebuah program, mempelajari bagaimana
kerjanya, memperbaikinya, dan berbagi dengan pengguna yang lain. Trafficsqueezer
merupakan sebuah aplikasi untuk memecahkan WAN (Wide Area Network) problems.
Dimana dalam WAN problems terdapat limited bandwith, redundant data, network
congestion, protocol chattiness yang semuanya berakibat pada menurunnya kecepatan
koneksi. Trafficsqueezer merupakan WAN Akselerasi dengan teknologi seperti kompresi lalu
lintas, lalu lintas pengabungan PDU, protocol percepatan tertentu (missal: mekanisme
percepatan TCP), kualitas layanan, dll.
Trafficsqueezer Pra-Beta didasarkan pada kernel yang stabil 2.6.34, dirilis dan
dibangun pada distribusi Fedora seri, Fedora CORE 13. Trafficsqueezer mendukung
Algoritma Kompresi RLE, LZ77 dan LZO yang merupakan yang terbaik dalam hal tingkat
kompresi. Mampu menghapus data yang duplikat dalam lalu lintas jaringan sehingga kinerja
system jauh lebih handal. Mampu memberikan hingga kurang lebih 80 Mbps (bit per detik)
kecepatan lalu lintas, yang termasuk parameter protokol TCP optimasi yang kritis.
Gambar 1 Mekanisme Trafficsqueezer Compression
Task Model
Task model merupakan deskripsi logis dari kegiatan yang akan dilakukan dalam
mencapai tujuan akhir. Task model berguna untuk merancang, menganalisis dan
mengevaluasi sebuah aplikasi interaktif. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konsep
utama yang mendasari task model.
Beberapa tahun terakhir, minat dalam desain dan pengembangan aplikasi interaktif
telah meningkat, alasan yang mendasarinya adalah kebutuhan untuk memungkinkan sebuah
aplikasi diakses banyak orang dengan tujuan dan konteks yang bervariasi. Pembuatan system
ini lebih mudah untuk digunakan untuk memperhitungkan faktor-faktor dalam desain
interaktif aplikasi, seperti task untuk support, konteks penggunaan, media, preferensi
pengguna, teknik interaksi yang tersedia, dan sebagainya. Hal ini diperlukan agar memiliki
metode yang terstruktur untuk memungkinkan desainer mengelola seperti kompleksitas suatu
aplikasi.
Task Model menggambarkan bagaimana aktivitas dapat dilakukan untuk mencapai
tujuan pengguna saat berinteraksi dengan aplikasi dipertimbangkan. Mereka harus
menggabungkan persyaratan diinginkan terlebih dahulu oleh semua orang dan harus
dipertimbangkan ketika merancang aplikasi interaktif (desainer, pengembangan perangkat
lunak, domain aplikasi ahli, pengguna akhir, dan manajer). Mereka adalah titik pertemuan
dari berbagai perspektif yang harus dipertimbangkan dalam merancang aplikasi interaktif
yang digabungkan.
Kesepakatan luas tentang pentingnya task model ini telah dicapai karena mereka telah
menangkap apa saja kemungkinan dan maksud dari pengguna dan menggambarkanya secara
logis dari kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan mereka. Model ini juga
memungkinkan desainer untuk mengembangkan deskripsi yang terpadu, baik dari aspek
fungsional dan interaktif sehingga meningkatkan pendekatan rekayasa perangkat lunak
tradisional yang lebih difokuskan pada aspek fungsional.
Lebih jelasnya, task model dapat berguna dalam berbagai tujuan seperti :
Memahami suatu domain aplikasi
Rekaman hasil interdisciplanary discussions
Merancang aplikasi baru yang konsisten dengan model konseptual user
Analisis dan evaluasi kegunaan dari suatu system interaktif
Mendukung pengguna dalam satu sesi
Dokumentasi perangkat lunak interaktif
Task model tidak hanya berguna saat merancang interaktif aplikasi. selain itu,
terkadang sulit dikembangkan dari sketsa kosong. Ketika menemui kasus desain sebuah
aplikasi baru atau desain ulang dari aplikasi yang sudah ada, desainer sering kurang mendapat
informasi yang sifatnya formal : dokumentasi mengenai aplikasi yang ada, catatan dari
pertemuan dengan pengguna, persyaratan yang diberikan oleh pihak customer, dan
sebagainya. Task model ini harus memperbaiki materi untuk mengidentifikasi struktur task
didasari aplikasi yang sudah ada untuk dianalisis atau sesuai dengan aplikasi baru yang harus
didesain. Skenario adalah teknik yang sering digunakan selama tahap awal analisis yang
informal.
Task model memberikan deskripsi informal dari penggunaan tertentu dalam spesifik
konteks aplikasi. Identifikasi yang cermat dari satu set scenario yang bermakna
memungkinkan desainer untuk memperoleh gambaran dari sebagian besar kegiatan yang
harus dipertimbangkan dalam task model dan task model dapat digunakan untuk
mengidentifikasi skenario.
Perbedaan utama antara task model dan skenario adalah :
Skenario hanya menunjukkan satu urutan tertentu dari kejadian yang mungkin
sementara task model harus menunjukkan seperangkat macam kegiatan dan
hubungan temporal yang terkait;
Skenario berisi beberapa informasi rinci yang biasanya tidak dipertimbangkan
dalam abstraksi seperti pada task model
ConcurTaskTrees (CTT)
ConcurTaskTrees dikembangkan dengan tujuan untuk menentukan design grafis user
interface pengguna dengan menggunakan notasi Lotos. Lotos adalah notasi resmi yang
ditetapkan sebagai pilihan yang baik untuk menentukan user interface pengguna karena
memungkinkan desainer untuk mendeskripsikan sebuah aplikasi dengan mudah.
Markopoulos memberikan contoh bagaimana notasi ini telah da[at digunakan untuk
menentukan task model. Namun, Lotos mengalami beberapa keterbatasan yang tidak
memungkin, sehingga notasi ini tidak dapat banyak digunakan dalam human-computer
interaction domain. Disadari bahwa terdapat kebutuhan dari operator baru untuk
mengekspresikan satu set perilaku dinamis dalam interaksi manusia dan komputer dengan
cara yang kompak dan informasi tambahan yang berguna dalam menganalisis dan mewakili
task model. Selain itu, Lotos memiliki sintaks tekstual yang dapat dengan mudah
menghasilkan ekspresi kompleks bahkan untuk menggambarkan perilaku yang cukup
sederhana.
Sehingga dikembangkanlah notasi baru, ConcurTaskTrees. Tujuan utamanya adalah
sebagai notasi yang mudah digunakan dan dapat mendukung desain aplikasi industri, yang
biasanya digunakan untuk aplikasi yang berukuran besar.
Fitur utama dari ConcurTaskTrees yaitu :
Fokus pada kegiatan : memungkinkan desainer untuk berkonsentrasi pada kegiatan
yang dilakukan oleh pengguna, merupakan aspek yang paling relevan, ketika
perancangan aplikasi interaktif yang mencakup baik pengguna dan system-aspek
terkait dengan menghindari low-level implementation detail yang pada tahap desain
hanya akan mengaburkan pengambilan keputusan.
Struktur hirarkis : struktur hirarkis muncul cukup intuitif, pada kenyataannya
seringkali ketika seseorang harus memecahkan masalah mereka cenderung
mengarahkan ke masalah yang lebih kecil dengan tetap mempertahankan hubungan
berbagai bagian dari solusi. Struktur hirarkis dari spesifikasi ini memiliki dua
keuntungan : menyediakan cakupan granularity yang luas, memungkinkan struktur
task yang besar dan kecil untuk digunakan kembali, dan itu memungkinkan struktur
task dapat digunakan kembali untuk didefinisikan pada level semantik rendah dan
tinggi.
Sintaks Grafis : sintaks grafis ini lebih sering (walau tidak selalu) mudah ditafsirkan,
dalam hal ini mencerminkan struktur logis sehingga memiliki bentuk seperti pohon.
Notasi Concurrent : seperangkat hubungan possible temporal antar task dapat
didefinisikan. Ini semacam aspek yang biasanya implisit, dinyatakan secara informal
dalam output dari task analysis. Alasan untuk inovasi ini adalah bahwa setelah analisis
informal, diharapkan desainer untuk mengekspresikan logical temporal relationships
dengan jelas. Hal ini diperlukan karena setiap perintah yang diminta tersebut harus
sampai pada akun pelaksana di implementasi interface untuk mengizinkan pengguna
melakukan task yang harus aktif setiap waktu dari sudut pandang semantik.
Task Allocation, bagaimana kinerja task dialokasikan dan ditunjukkan oleh kategori
yang berhubungan dan secara eksplisit direpresentasikan dengan menggunakan ikon.
Ada empat kemungkinan : user task (hanya kegiatan kognitif internal seperti memilih
strategi untuk memecahkan masalah); application task (kinerja system saja seperti
menghasilkan hasil query); interaction task (aksi dari pengguna dengan kemungkinan
system feedback, seperti mengedit diagram), abstract task (task yang memiliki subtask
dengan kategori yang berbeda).
Objects, setelah task diidentifikasi, penting untuk menunjukkan objek yang harus
dimanipulasi untuk mendukung kinerjanya. Dua jenis objek yang luas dapat
dipertimbangkan : objek user interface dan application domain objects. Beberapa
objek pengguna interface dapat dikaitkan ke objek domain (misalnya, suhu dapat
diwakili oleh grafik bar dari nilai tekstual).
Notasi ini telah diterapkan oleh user dengan latar belakang yang berbeda dalam
application domain yang berbeda dan menunjukkan dua hasil positif :
1. Notasi ekspresif dan fleksibel mampu merepresentasikan kegiatan yang bersamaan
dan interaktif di mana tujuan dapat dicapai melakukan task yang berbeda, juga dengan
kemungkinan untuk mendukung kerjasama antara beberapa pengguna dan interupsi
yang memungkinkan.
2. Compact, aspek kunci dalam keberhasilan notasi adalah kemampuan untuk
menyediakan banyak informasi dengan cara yang intuitif tanpa memerlukan upaya
berlebihan dari penggunaan notasi. ConcurTaskTrees mampu mendukung ini karena
telah dibuktikan oleh penggunaannya juga oleh orang yang bekerja di industri tanpa
latar belakang Ilmu Komputer. Banyak notasi yang terutama telah digunakan hanya
oleh orang yang mengembangkan CTT, karena mereka terlalu rumit, dibutuhkan
ekspresi yang kompleks untuk menggambarkan perilaku sederhana. Hal ini membuat
mereka secara substansial tidak berguna.
CTTE (ConcurTaskTrees Environment)
CTTE adalah tools yang digunakan dalam membuat dan mendeskripsikan task model.
Pada CTTE dikenal empat kategori task, yaitu :
User Task, (digambarkan dengan kepala manusia) merupakan task yang
dikerjakan oleh pengguna saja. Contoh : melakukan pertimbangan simulasi dan
pengambilan keputusan.
Application Task, (digambarkan dengan sebuah komputer) merupakan task
yang dilakukan oleh aplikasi dalam eksekusi dan penyediaan informasi.
Interaction Task, (digambarkan dengan interaksi manusia dan komputer)
merupakan task yang berupa interaksi antara manusia dan aplikasi.
Abstract Task, (digambarkan dengan awan) merupakan task yang
membutuhkan kegiatan kompleks yang kinerjanya tidak dapat ditentukan siapa
pelakunya. Juga berupa task yang memiliki subtask dengan kategori yang
berbeda.
Pada CTTE juga terdapat notasi yang menjelaskan antar task. Notasi ini berupa
temporary relation. Contoh :
Enabling : T1 >> T2 atau T1 [ ]>> T2 (dengan pertukaran informasi)
Disabling : T1 [> T2
Interruption : T1 |> T2
Choice : T1 [ ] T2
Iteration : T1* atau T1{n}
Concurrency : T1 ||| T2 atau T1 |[]| T2
Optionality : [T]
PEMBAHASAN TASK MODEL
Sistem Konfigurasi Web
Web Aplikasi dikembangkan dengan kegunaan untuk melakukan setting konfigurasi
pada Trafficsqueezer secara mudah sesuai task yang diperlukan. Pada aplikasi ini dilengkapi
dengan fitur tambah input konfigurasi, edit konfigurasi, hapus konfigurasi dan melihat
konfigurasi yang telah dieksekusi untuk Trafficsqueezer.
Pada bagian ini akan dibahas mengenai : use case secara global dari sistem, deskripsi
task, rancangan tampilan aplikasi, pembuatan task model menggunakan CTTE ( Concur Task
Trees Environment ) dan implementasi dari task model.
Deskripsi Interaksi Sistem
Aplikasi ini digunakan untuk mempermudah pengguna aplikasi dalam pengaturan
konfigurasi Trafficsqueezer tanpa harus menggunakan CLI (Command Line Interface).
Sebelum melakukan akses pengaturan pada aplikasi, pengguna diharuskan login dahulu.
Login dilakukan dengan memasukan username dan password yang telah didaftarkan oleh
admin, hal ini diperlukan untuk mencegah pengguna lain yang tidak berkepentingan.
Pada aplikasi ini terdapat beberapa menu bantuan seperti User Management, Role
Management dan Logout. Sedangkan menu yang akan dibahas pada penulisan adalah menu
pengaturan berdasarkan Task-nya yaitu Network Setting, Basic Optimization Setting, Routing
Optmization Setting, Compression Setting, Coalescing Setting, Packet Template Setting,
Application Specification Setting dan TCP Optimization Setting. Menu tersebut digunakan
untuk melakukan pengaturan sesuai kebutuhan pengguna.
Setiap menu yang akan dibahas mewakili pengaturan yang dikelompokan dan
ditampilkan juga database dari konfigurasi yang telah tersimpan. Pengaturan untuk semua
menu tersebut dieksekusi melalui sebuah tombol submit. Network Setting adalah menu
pengaturan routing network. Pengaturan yang dilakukan seperti : Port, IP, Subnet Mask,
Gateway, DNS dan Mode dari port (ingress/egress). Setiap menu juga berisikan record
pengaturan yang telah tereksekusi dan disimpan dalam database, ditampilkan dalam bentuk
tabel. Untuk Network setting terdapat tambahan tombol untuk menghapus konfigurasi lama
dan modify untuk mengubah pengaturan. Menu Basic Optimization berisikan info pengaturan
yang berhubungan dan form untuk pengaturan : Optimization Mode (listbox routing /
bridging), Flow RX atau TX, Transport Header Checksum RX atau TX, Transport Protocol
TCP atau UDP, Shared Packet Buffer, dan Binary Check yang bisa menggunakan checkbox
dengan dua buah value enable atau disable.
Menu Routing Optimization pengaturan Bridging untuk mengatur enable atau disable,
Routing untuk mengatur enable atau disable, Remote Subnet untuk mengatur enable atau
disable, input untuk Network id, Subnet Mask dan Remote Machine IP serta Remote
Machine untuk pengaturan enable atau disable dari konfigurasi. Pada menu ini terdapat juga
perlu tambahan untuk hapus dan ubah data pada tampilan database tabel.
Menu Compression Setting berisikan Compression untuk mengatur enable atau
disable dari compression, Compression Protocol masing – masing untuk TCP atau UDP
dalam pengaturan enable atau disable juga pengaturan mode Compression untuk Algoritma
yang digunakan (LZO, LZ77, RLE). Menu Coalescing Setting berisikan pengaturan
Coalescing, besarnya Bucket Size dan Bucket Time yang digunakan dan mode untuk
mengaktifkan atau mematikan Coalescing DNS. Menu Packet Template Setting untuk
pengaturan Templating, Dictionary Templating dengan value enable atau disable dan Mode
Protocol yang dipakai dari list protocol : generic, http, ftp, ssh, smtp, mysql, common, ftp, ssl
dan pop. Menu Application Specification Optimize Setting hanya memiliki satu field
pengaturan mengaktifkan HTTP optimization atau tidak.
Menu TCP Optimization Setting berisikan pengaturan enable atau disable
Timestamps, SACK ( Selective Acknowledgement Variable ) enable atau disable, DACK (D-
Selective Acknowledgement) dengan nilai enable atau disable, FACK (Forward
Acknowledgement) dengan nilai enable atau disable, Window Scaling dengan nilai enable
atau disable, PMTU ( Path-MTU Discovery ) dengan nilai enable atau disable, ECN (Explicit
Congestion Notification Variable) dengan nilai 0 – 2, Maximum Receive Memory dengan
nilai antara 131071-100000000 bytes, Default Receive Memory dengan nilai 112640-
100000000 bytes, Maximum Transmit Memory dengan nilai 131071-100000000 bytes,
Default Transmit Memory dengan nilai 112640-100000000 bytes, Congestion Control berupa
pilihan protocol control seperti : Cubic new TCP variant for high-speed network
environments, BIC (Binary Increase Congestion Control), Vegas variant of reno, Illinois
variant of reno, Yeah Yet another High-Speed, TCP Scalable, Htcp, TCP Westwood, TCP
Reno, dan Hybla.
Deskripsi Task
Use case diagram merupakan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem,
digunakan untuk memodelkan dan menyatakan unit fungsi yang disediakan oleh sistem ke
pengguna. Ditekankan pada use case adalah “apa” yang dapat diperbuat oleh sistem. Sebuah
use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Sebuah aktor
merupakan sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk
melakukan pekerjaan tertentu, dalam konteks ini aktor berperan sebagai pengguna dari
aplikasi.
Gambar 2 Use Case Aplikasi
Task yang dapat dilakukan aktor :
Tambah Konfigurasi, pada tambah konfigurasi seorang aktor dapat melakukan
pengaturan Network Setting, Basic Optimization Setting, Routing Optmization
Setting, Compression Setting, Coalescing Setting, Packet Template Setting,
Application Specification Setting dan TCP Optimization Setting dengan
melakukan input perintah. Konfigurasi yang dapat dilakukan setiap menu
berbeda dan telah dijelaskan pada deskripsi interaksi sistem.
Lihat Konfigurasi, aktor dapat melihat konfigurasi dari : Network Setting,
Basic Optimization Setting, Routing Optmization Setting, Compression
Setting, Coalescing Setting, Packet Template Setting, Application
Specification Setting dan TCP Optimization Setting yang telah tersimpan
sebelumnya. Setiap konfigurasi yang dapat dilihat pada menu satu dan yang
lain berbeda dan telah dijelaskan pada deskripsi interaksi sistem.
Edit Konfigurasi, aktor dapat melakukan edit konfigurasi apabila terjadi
kesalahan. Edit ini hanya terdapat pada Network Setting dan Routing
Optimization Setting dengan tujuan dapat merubah kesalahan saat memasukan
alamat IP, subnet, atau gateway. Rincian konfigurasi yang dapat diubah telah
dijelaskan pada deskripsi interaksi sistem bagian Network Setting dan Routing
Optimization Setting.
Hapus Konfigurasi, pada aplikasi ini aktor dapat menghapus kesalahan
konfigurasi yang ada pada Network Setting dan Routing Optimization Setting.
Task Model Menggunakan CTTE ( Concur Task Trees Environment )
Task Model dibuat dan dirancang menggunakan bantuan CTTE. Analisis yang
dilakukan sesuai dengan notasi yang dipakai pada metode CTT. ConcurTaskTrees berupa
deskripsi logis dari task model untuk membantu merancang, menganalisis dan evaluasi
aplikasi yang akan dibuat. Task model yang akan dibahas, sesuai dengan yang telah dijelaskan
pada bagian deskripsi interaksi sistem.
Task Model serta Rancangan Sistem
Seperti yang telah dijelaskan pada deskripsi task, pengguna aplikasi akan masuk ke
halaman login saat memulai aplikasi. Dilanjutkan eksekusi masuk ke menu utama setelah
submit username dan password.
Gambar 3 Task Model Utama
Kegiatan yang dapat terjadi pada akses awal login dan menu utama dapat dianalisa
dan dijelaskan menggunakan ConcurTaskTrees seperti pada contoh task model Gambar 3.
Deskripsi logis yang terbentuk adalah pengguna dapat mengakses menu utama setelah
melakukan login dengan alur yang digambarkan task model. Pada tingkatan pertama dapat
dilihat terdapat interaction task bernama Login task diikuti (>> sequential operator), notasi
ini menjelaskan bahwa setelah interaksi login tereksekusi akan langsung selesai dan
berpindah menuju task berikut yaitu AccessMainMenu yang berupa iteration (*) dan akan
berakhir bila Logout task tereksekusi (dijelaskan dengan notasi [> - deactivation).
Tingkatan berikut dideskripsikan dengan lebih jelas, Login task memiliki subtask
yaitu task EnterParameters dan task Submit. Saat task Submit diekseskusi, akan men-disable
task ([>) EnterParameters yang subtask EnterUsername dan EnterPassword telah dilakukan.
Hubungan antara EnterUsername dan EnterPassword adalah independent concurrency (|||).
Task AccessMainMenu memiliki beberapa subtask, yaitu : UserManagement,
RoleManagement, NetworkSetting, BasicOptSet, CompressionSet, CoalescingSet,
PacketTempSet, AppSpecSet, TcpOptSet yang masing-masing hubunganya berupa pilihan ( []
choice) yang dapat diakses pengguna dan memiliki sifat iteration (*). Setiap subtask dari
main menu akan dijelaskan lebih lanjut.
Rancangan sistem untuk konfigurasi dibagi menjadi beberapa komponen sesuai
dengan Task masing-masing, yaitu :
1. Rancangan Network Setting
2. Rancangan Basic Optimization Setting
3. Rancangan Routing Optimization Setting
4. Rancangan Compression Setting
5. Rancangan Coalescing Setting
6. Rancangan Packet Template Setting
7. Rancangan Specification Optimization Setting
8. Rancangan TCP Optimization Setting
Pada setiap rancangan, disesuaikan dengan hasil Task Model yang telah di analisis
seperti pada contoh Gambar 3. Semua rancangan tersebut akan diterapkan pada aplikasi
yang berbasis web. Pada setiap halaman ini akan mewakili konfigurasi sesuai dengan
penjelasan pada Deskripsi Interaksi Sistem dan Deskripsi Task.
HASIL DAN IMPLEMENTASI
Aplikasi dan Platform yang Dibutuhkan
Di bawah ini merupakan sistem hardware dan software yang dibutuhkan untuk
penerapan aplikasi Sistem Konfigurasi Trafficsqueezer.
Hardware (minimum)
1. CPU: Pentium IV – 2.2 GHz,
2. RAM : 1 GB
3. Ruang kosong di hardisk sebesar 5 GB
Software
1. Operating System:
a. Linux Fedora 14 or later
b. Trafficsqueezer
Implementasi
Proses pembuatan Aplikasi Sistem Konfigurasi pada Trafficsqueezer merupakan
penerapan dari desain yang telah dibahas sebelumnya. Pembuatan akan dibantu dan
disesuaikan dengan task model yang telah dianalisis. Interface yang dibentuk berdasarkan
task yang dapat dilakukan, dengan bantuan html dan php.
Pengujian Aplikasi
Pada tahap pengujian akan dilakukan pengujian pada aplikasi yang telah terdapat pada
server. Browser yang dipakai adalah Mozilla Firefox dan dilakukan pada komputer client.
Pengujian aplikasi dilakukan dengan masuk ke halaman index pada browser. Muncul
tampilan dari Login form. Lalu masukan username dan password untuk Login.
Gambar 4 Index Login
Masuk ke dalam menu Network Setting sesuai dengan module yang telah
didefinisikan (Gambar 5). Dilakukan pengujian berupa memasukan Port, IP, Subnet Mask,
Gateway, DNS dan Mode. Setelah eksekusi dari button Add New maka konfigurasi masuk
dan terlihat pada tabel.
Gambar 5 Network Setting
Tampilan output untuk Basic Optimization Setting (Gambar 6). Pada browser, Basic
Optimization yang aktif diakses. Tampilan telah seperti pada rancangan dan program, serta
pengguna aplikasi akan langsung melihat konfigurasi yang tersimpan di Trafficsqueezer.
Parameter listbox dan checkbox langsung tersinkronisasi sesuai tabel.
Gambar 6 Basic Optimization Setting
Tampilan output untuk Routing Optimization Setting (Gambar 7). Pada browser
halaman Routing Optimization Setting.
Gambar 7 Routing Optimization Setting
Tampilan output untuk Compression Setting (Gambar 8). Pada browser, Compression
Setting diakses, tampilan telah seperti pada rancangan dan program, serta pengguna aplikasi
akan langsung melihat konfigurasi yang tersimpan di Trafficsqueezer. Parameter listbox dan
checkbox langsung tersinkronisasi sesuai tabel. Seperti yang terlihat Enable Compression,
serta protocol TCP dan UDP telah tercentang sesuai konfigurasi terakhir yang tersimpan. Juga
pada algoritma yang dipakai adalah RLE.
Gambar 8 Compression Setting
Tampilan output untuk Coalescing Setting (Gambar 9). Tampilan telah seperti pada
rancangan dan program, serta pengguna aplikasi akan langsung melihat konfigurasi yang
tersimpan di Trafficsqueezer. Parameter listbox dan checkbox langsung tersinkronisasi sesuai
tabel.
Gambar 9 Coalescing Setting
Tampilan output untuk Packet Template Setting (Gambar 10). Tampilan telah seperti
pada rancangan dan program, serta pengguna aplikasi akan langsung melihat konfigurasi yang
tersimpan di Trafficsqueezer. Parameter listbox dan checkbox langsung tersinkronisasi sesuai
tabel.
Gambar 10 Packet Template Setting
Tampilan output untuk Application Specification Optimization Setting (Gambar 11).
Pada browser, tampilan telah seperti pada rancangan dan program, serta pengguna aplikasi
akan langsung melihat konfigurasi yang tersimpan di Trafficsqueezer. Parameter listbox dan
checkbox langsung tersinkronisasi sesuai tabel.
Gambar 11 App Spec Optimization Setting
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, aplikasi ini pada dasarnya merupakan
sarana alternatif untuk melakukan konfigurasi Trafficsqueezer tanpa melalui CLI (Command
Line Interface) yang kurang dipahami beberapa pengguna yang tidak biasa dengan CLI.
Aplikasi ini memiliki kelebihan dalam pengaturan konfigurasi yang mudah karena
dibantu dengan interface dibandingkan dengan konfigurasi langsung Trafficsqueezer dari
CLI. Task model yang telah dirancang sangat membantu dalam pembuatan aplikasi sesuai
dengan task yang ada pada Trafficsqueezer. Interface yang dihasilkan dapat dibentuk dengan
bantuan task yang telah dianalisis menggunakan notasi CTT (ConcurTaskTrees).
Kekurangan aplikasi ini yaitu jika aplikasi ini diakses menggunakan browser selain
Mozilla Firefox terdapat beberapa kesalahan penterjemahan tampilan interface. Ini
dimungkinkan adanya perbedaan penerjemahan script pada browser lain.
Saran Aplikasi yang dibuat penulis ini masih dapat dikembangkan lagi karena masih terdapat
beberapa kekurangan seperti, hanya pada browser Mozilla Firefox aplikasi memiliki performa
yang maksimal. Oleh karena itu untuk pengembangan lebih lanjut aplikasi ini diharapkan
dapat berjalan pada semua versi browser. Juga mungkin dapat dikembangkan agar dapat
diakses dari browser ponsel pada sistem operasi mobile sehingga pengguna aplikasi dapat
menggunakannya dimana saja.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Bomsdorf, Birgit, The WebTaskModel Approach to Web Process Modelling, (Online),
(http://www.springerlink.com/content/978-3-540-77221-7/#section =359506&page=
1&locus=0, diakses 9 Agustus 2011).
[2] Paterno, Fabio, 1997, User Interface Evaluation Using Task Models, Italy, CNUCE.
[3] Paterno, Fabio, 2000, Model-Based Design and Evaluation of Interactive
Application, London, Springer.
[4] URL : http://www.trafficsqueezer.org/doc.php?lang= (diakses 21 Juli 2011, 22:14)
[5] URL : http://www.trafficsqueezer.org/d_README.php?lang= (diakses 01 Agustus
2011, 19:00)
[6] Paterno, Fabio, April 2011, Intelligent Design of Multi-Device Service Front-Ends with
Support of Task Models, (e-book),
(http://giove.isti.cnr.it/attachments/publications/HIIS_EN85-web.pdf, diakses 30 Juli
2011).