Download - Anatomi Dan Fisiologi Tulang
1. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada intra-seluler. Tulang berasal
dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis”
menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”.
Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.(Simon & schuster,
2003).
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan
dalam lima kelompok berdasarkan bentuknya :
1) Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah
tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di
lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan
oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang
yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular).
Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi,
dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron
merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan
testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang
memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi
sumsum tulang.
2) Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
(spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3) Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
lapisan luar adalah tulang concellous.
4) Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5) Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
misalnya patella (kap lutut).
6) Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya
terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas
berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang.
Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan,
asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana
garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang
terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon ( unit
matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang
berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
7) Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah
osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang
yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh
nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal
yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang
dari 0,1 mm).
8) Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan
periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya
tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum
mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat
dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.
9) Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum
tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang
melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat
endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang).
Struktur tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 % endapan
garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen dan
kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah
kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-
garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya
bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan
yang meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan
kompresi (kemampuan menahan tekanan).
Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan
dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan
tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang
dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang yaitu
osteoblas.
Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon terhadap
berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk,
matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap
pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian
osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati.
Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang
menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran
mikroskopik di tulang.
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian ion
kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai
kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan
interstisium, dan darah.
Sedangkan penguraian tulang disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan
pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut
osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-
monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan
enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada
hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit.
Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai
mengisi daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang
tua yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.
Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus
menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas
melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal.
Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada
orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total
massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas
dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-
tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi
aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah.
Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.
Faktor-faktor yang mengontrol Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres
beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara
drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen,
testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan
pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya
kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-
tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung
pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas
berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.
Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung dengan
bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di
usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang.
Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan
meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa
diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh
hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat
di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap
penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan
merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan
kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon
paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada
osteoklas.
Efek lain Hormon paratiroid adalah meningkatkan kalsium serum dengan menurunkan
sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal
sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal bergantung pada
hormon paratiroid. Sedangkan kalsitonin adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar
tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit
efek menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan
kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum.
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL
1. Macam-Macam Tulang dan Bagiannya
Tulang dalam tubuh setiap makhluk memiliki bentuk yang beranekaragam
termasuk tulang manusia. Tulang pada tubuh manusia terdiri dari beberapa macam
yaitu:
a) Tulang Pipa atau Tulang Panjang (Long Bone)
Sesuai dengan namanya tulang pipa memiliki bentuk seperti pipa atau
tabung dan biasanya berongga. Diujung tulang pipa terjadi perluasan yang
berfungsi untuk berhubungan dengan tulang lain. Tulang pipa terbagi menjadi
tiga bagian yaitu: bagian tengah disebut diafisis, kedua ujung disebut epifisis
dan diantara epifisis dan diafisis disebut cakra epifisis. Beberapa contoh tulang
pipa adalah pada tulang tangan diantaranya tulang hasta (ulna), tulang
pengumpil (radius) serta tulang kaki diantaranya tulang paha (femur), dan
tulang kering (tibia).
b) Tulang Pipih (Flat Bone)
Bentuk tulang yang kedua yaitu tulang pipih. Tulang pipih tersusun
atas dua lempengan tulang kompak dan tulang spons, didalamnya terdapat
sumsum tulang. Kebanyakan tulang pipih menyusun dinding rongga, sehingga
tulang pipih ini sering berfungsi sebagai pelindung atau memperkuat.
Contohnya adalah tulang rusuk (costa), tulang belikat (scapula), tulang dada
(sternum), dan tulang tengkorak.
c) Tulang Pendek (Short Bone)
Dinamakan tulang pendek karena ukurannya yang pendek dan
berbentuk kubus umumnya dapat kita temukan pada pangkal kaki, pangkal
lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.
d) Tulang tak berbentuk (Irregular Bone)
Tulang tak berbentuk memiliki bentuk yang tak termasuk ke dalam
tulang pipa, tulang pipih, dan tulang pendek. Tulang ini terdapat di bagian
wajah dan tulang belakang. Gambar tulang wajah (bagian mandibula) di
samping termasuk tulang irregular.
2. Jenis-Jenis Tulang
Ketika kita masih bayi kita memiliki sekitar 300 tulang. Namun ketika kita
beranjak dewasa beberapa dari tulang-tulang ini ada yang melebur hingga
akhirnya menjadi 206 tulang. Dari 206 tulang ini terdapat beberapa jenis tulang.
Jenis-jenis tulang ini ada yang dibedakan berdasarkan matriksnya dan ada yang
berdasarkan jaringan dan sifat fisik (keras tidaknya) tulang. Untuk mengetahui
lebih lanjut pelajari jenis-jenis tulang di bawah ini.
1) Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya tulang dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah
dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki
sifat lentur karena tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang
berbentuk jelly yaitu condroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut
kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang rawan bersifat lentur dan lebih
kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa.Pada zat interseluler tersebut
juga terdapat rongga-rongga yang disebut lacuna yang berisi sel tulang
rawan yaitu chondrosit.Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
- Tulang rawan hialin
Tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung
serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat kita
temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang,
tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.
- Tulang rawan elastic
Tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang rawan
elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada
telinga) dan laring.
- Tulang rawan fibrosa
Tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat
kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku.
Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae
dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis. Pada orang dewasa
tulang rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan anak-
anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan beberapa
tempat, yaitu cuping hidung, cuping telinga, antar tulang rusuk (costal
cartilage) dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antarruas tulang
belakang dan pada cakra epifisis.
b. Tulang Keras (Osteon)
Tulang keras atau yang sering kita sebut sebagai tulang berfungsi
menyusun berbagai sistem rangka. Tulang tersusun atas:
- Osteoblas: sel pembentuk jaringan tulang
- Osteosit: sel-sel tulang dewasa
- Osteoklas : sel-sel penghancur tulang
2) Berdasarkan matriksnya tulang dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Tulang Kompak
Tulang kompak terdiri dari sistem-sistem Havers. Setiap sistem Havers
terdiri dari saluran Havers (Canalis= saluran) yaitu suatu saluran yang
sejajar dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh-
pembuluh darah dan saraf.Disekeliling sistem havers terdapat lamela-
lamela yang konsentris dan berlapis-lapis. Lamela adalah suatu zat
interseluler yang berkapur. Pada lamela terdapat rongga-rongga yang
disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat osteosit. Dari lacuna keluar
menuju ke segala arah saluran-saluran kecil yang disebut canaliculi yang
berhubungan dengan lacuna lain atau canalis Havers. Canaliculi penting
dalam nutrisi osteosit. Di antara sistem Havers terdapat lamela interstitial
yang lamella-lamelanya tidak berkaitan dengan sistem Havers.Pembuluh
darah dari periostem menembus tulang kompak melalui saluran volkman
dan berhubungan dengan pembuluh darah saluran Havers. Kedua saluran
ini arahnya saling tegak lurus. Dan tulang spons tidak mengandung sistem
Havers.
b. Tulang Spons
Tulang spons adalah bagian berongga yang terletak menjelang
tengah tulang. Di dalam tulang spons terdapat sumsum tulang merah
dan sumsum tulang kuning. Sumsum tulang merah membuat sel darah
merah. Sebagian dari sumsum tulang merah pada orang dewasa
terletak di kepala dan femur hemerus. Sumsum tulang kuning
menyimpan lemak.
3. Struktur Tulang
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari
material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan. lapisan-
lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya
periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan
pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka
(skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan
reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak.
Tulang ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium
Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia
dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak
maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak
mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.Tulang kompak paling banyak
ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai
dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut
diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah
sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum
tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan
dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita
karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
4. Terminologi Tulang
Digunakan istilah khusus (nomenklatur) untuk menamai masing-masing
bagian stuktur tubuh. istilah dari bahasa latin dan yunani adalah Nomenklatur
Regional. Istilah anatomi untuk bangunan utama tubuh : kepala (caput), wajah
(facies), leher (collum), badan (truncus), anggota badan (membrum).
POSISI ANATOMIS
Posisi spesifik dari tubuh untuk keperluan/ memudahkan dilakukan deskripsi
tubuh. Posisi tidur /telentang (supine), miring atau telungkup (prone), tetap
mengacu pada posisi anatomi. Posisi Anatomi : berdiri tegak, mata lurus ke depan,
lengan di samping, kedua telapak tangan hadap depan dengan ibu jari mengarah
ke samping badan, kaki dengan mata kaki berhimpit, telapak kaki, ibu jari kaki ke
depan, tidak ada bagian tulang panjang yang menyilang, bagian kanan & kiri
merujuk pada sisi kanan dan kiri subyek yang diamati.
5. Susunan Makroskopis Dan Histologi Tulang
Secara makroskopis tulang disusun menurut 2 cara yaitu:
1) Tulang Spongiosa atau tulang seperti spons (L. cancello = membuat kisi-kisi)
Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus
yaitu trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan
saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk jala-jala seperti spons
dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi oleh sumsum tulang. Pars
spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa).
Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel
darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula.
2) Tulang Kompakta
Tulang yang membentuk masa yang padat tanpa terlihat ruangan. Pars
kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium
Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia
dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan dengan anak-anak
maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang lebih banyak
mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.Tulang kompak paling banyak
ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
6. Susunan Makroskopis Dan Histologi Perikondrium
Perikondrium adalah selubung jaringan ikat padat yang mengelilingi tulang
rawan di kebanyakan tempat, yang membentuk tempat pertemuan anatara tulang
rawan dan jaringan yang disangga tulang rawan tersebut. Perikondrium
mengandung pembuluh darah yang memasok tulang rawan (avaskular) dan juga
saraf dan pembuluh limfe. Tulang rawan sendi yang menutupi permukaan tulang
sendi yang dapat digerakkan, tidak memiliki perikondrium dan dipertahankan oleh
difusi oksigen dan nutrient dari cairan sinovia. Kecuali tulang rawan sendi, semua
tulang rawan hialin ditutupi selapis jaringan ikat padat, yaitu perikondrium, yang
penting untuk pertumbuhan dan ketahanan tulang rawan. Perikondrium kaya akan
serat kolagen tipe I dan mengandung banyak fibroblast. Meskipun sel-sel pada
lapisan dalam perikondrium menyerupai fibroblast, sel-sel ini sebenarnya adalah
kondroblas dan mudah berkembang menjadi kondrosit.
7. Susunan Makroskopis Dan Histologi Periosteum Dan Endosteum
Permukaan luar dan dalam dari tulang ditutupi lapisan sel-sel pembentuk tulang
dan jaringan ikat padat disebut periosteum dan endosteum.
a. PERIOSTEUM
Terdiri atas lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblast. Berkas serat
kolagen periosteum yang disebut serta Sharpey, memasuki matriks tulang dan
mengikat periosteum pada tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih
banyak mengandung sel, terdiri atas sel-sel mirip fibroblast yang disebut sel
osteoprogenitor, yang berpotensi membelah melauli mitosis dan berkembang
menjadi osteoblast.
b. ENDOSTEUM
Endosteum melapisi semua rongga dalam di dalam tulang dan terdiri
atas selapis sel osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat.
Karenanya endosteum lebih tipis daripada periosteum. Fungsi utama
periosteum dan endosteum adalah member nutrisi kepada jaringan tulang dan
menyediakan osteoblas baru secara kontinu untuk memperbaiki pertumbuhan
tulang.
8. Lokasi Dan Fungsi 4 Macam Sel-Sel Tulang :
a. Osteoblas (dari Bahasa Yunani yang merujuk kepada “tulang” dan “janin”
atau embrio) . Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang,
oleh karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya
berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian
puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil
karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif
mensintesis protein.Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel
tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam
sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom. Osteoblast yang
mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan
dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk
kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-
tonjolan pendek.
b. Osteosit. Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan
gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-
tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna
yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi.
Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak
jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam
sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling
berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang
berdekatan.Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai
kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat
berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas. Osteosit merupakan komponen
sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting dalam
pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada
tulang.
c. Osteoklas. Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara
20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk
pertama kali oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa
terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut
misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu
lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan
osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang
membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat
dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan
beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim
proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic.
Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan
memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan
tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses
remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan
mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan
homeostasis darah jangka panjang.Osteoklas merupakan sel fagosit yang
mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting.
Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari
deretan sel monosit makrofag.
d. Sel osteoprogenitor. Merupakan sel mesenchimal primitive yang
menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada
permukaan dalam jaringan tulang.Tulang membentuk formasi endoskeleton
yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga
memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam
penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan
luar tulang kompak yang kaku dan padat.Tulang dan kartilago merupakan
jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya
memiliki perbedaan pokok antara lain :
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
9. Mekanisme Kalsifikasi Dan Resorpsi Tulang
Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti, namun
disini akan dibahas garis besarnya.Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari
proses metabolisme kalsium dan fosfat. Bahan-bahan mineral yang akan
diendapkan semula berada dalam aliran darah. Osteoblas berperan dalam
mensekresikan enzim alkali fosfatase. Dalam keadaan biasa, darah dan cairan
jaringan mengandung cukup ion fosfat dan kalsium untuk pengendapan kalsium
Ca3(PO4)2 apabila terjadi penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-
ion tersebut diperoleh dari pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal
tersebut juga dapat diperoleh dari pengaruh hormone parathyreoid dan pemberian
vitamin D atau pengaruh makanan yang mengandung garam kalsium tinggi.Faktor
lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi yang agak asam
lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada Ca3(PO4)2. Karena
CaHPO4 lebih mudah larut, maka untuk mengendapkannya dibutuhkan kadar
fosfat dan kalsium yang lebih tinggi daripada dalam kondisi alkali untuk
mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang dapat larut.
Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan
khondrosit hipertrofi disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan melepaskan
fosfat dari senyawa organik yang ada di sekitarnya.Serabut kolagen yang ada di
sekitar osteoblast akan merupakan inti pengendapan, sehingga kristal-kristal
kalsium akan tersusun sepanjang serabut.Resorpsi tulang sama pentingnya dengan
proses kalsifikasinya, karena tulang akan dapat tumbuh membesar dengan cara
menambah jaringan tulang baru dari permukaan luarnya yang dibarengi dengan
pengikisan tulang dari permukaan dalamnya.Resorpsi tulang yang sangat erat
hubungannya dengan sel-sel osteoklas, mencakup pembersihan garam mineral dan
matriks organic yang kebanyakan merupakan kolagen. Dalam kaitannya dengan
resorpsi tersebut terdapat 3 kemungkinan : osteoklas bertindak primer dengan cara
melepaskan mineral yang disusul dengan depolimerisasi molekul-molekul
organic. Osteoklas menyebabkan depolimerisasi mukopolisakarida dan
glikoprotein sehingga garam mineral yang melekat menjadi bebas.
sel osteoklas berpengaruh kepada serabut kolagen.Cara yang paling mudah untuk
osteoklas dalam membersihkan garam mineral yaitu dengan menyediakan suasana
setempat yang cukup asam pada permukaan kasarnya. Bagaimana cara osteoklas
membuat suasana asam belum dapat dijelaskan. Perlu pula dipertimbangkan
adanya lisosom dalam sitoplasma osteoklas yang pernah dibuktikan.
10. Pertumbuhan Tulang
Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu osteogenesis
desmalis dan osteogenesis enchondralis. Keduanya menyebabkan jaringan
pendukung kolagen primitive diganti oleh tulang, atau jaringan kartilago yang
selanjutnya akan diganti pula menjadi jaringan tulang. Hasil kedua proses
osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang selanjutnya akan mengalami
remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi untuk membentuk tulang dewasa yang
tersusun dari lamella tulang. Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang terjadi pada
rasio yang jauh lebih kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi karena
fungsi dan untuk mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan tulang ini
diatur oleh hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.
Osteogenesis Desmalis. Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis
intramembranosa, karena terjadinya dalam membrane jaringan. Tulang yang
terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal. Yang mengalami penulangan
desmal ini yaitu tulang atap tengkorak. Mula-mula jaringan mesenkhim
mengalami kondensasi menjadi lembaran jaringan pengikat yang banyak
mengandung pembuluh darah. Sel-sel mesenkhimal saling berhubungan melalui
tonjolan-tonjolannya. Dalam substansi interselulernya terbentuk serabut-serabut
kolagen halus yang terpendam dalam substansi dasar yang sangat padat.
Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan tulang yaitu matriks
yang terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh darah yang berdekatan. Oleh karena
di daerah yang akan menjadi atap tengkorak tersebut terdapat anyaman pembuluh
darah, maka matriks yang terbentuk pun akan berupa anyaman. Tempat perubahan
awal tersebut dinamakan Pusat penulangan primer.Pada proses awal ini, sel-sel
mesenkhim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang memulai sintesis dan sekresi
osteoid. Osteoid kemudian bertambah sehingga berbentuk lempeng-lempeng atau
trabekulae yang tebal. Sementara itu berlangsung pula sekresi molekul-molekul
tropokolagen yang akan membentuk kolagen dan sekresi glikoprotein.
Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas tersebut disusul oleh proses
pengendapan garam kalsium fosfat pada sebagian dari matriksnya sehingga
bersisa sebagai selapis tipis matriks osteoid sekeliling osteoblas.
Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam dalam matriks
yang mengapur sehingga sel tersebut dinamakan osteosit. Antara sel-sel tersebut
masih terdapat hubungan melalui tonjolannya yang sekarang terperangkap dalam
kanalikuli. Osteoblas yang telah berubah menjadi osteosit akan diganti
kedudukannya oleh sel-sel jaringan pengikat di sekitarnya. Dengan berlanjutnya
perubahan osteoblas menjadi osteosit maka trabekulae makin menebal, sehingga
jaringan pengikat yang memisahkan makin menipis. Pada bagian yang nantinya
akan menjadi tulang padat, rongga yang memisahkan trabekulae sangat sempit,
sebaliknya pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang berongga, jaingan
pengikat yang masih ada akan berubah menjadi sumsum tulang yang akan
menghasilkan sel-sel darah. Sementara itu, sel-sel osteoprogenitor pada
permukaan Pusat penulangan mengalami mitosis untuk memproduksi osteoblas
lebih lanjut. Osteogenesis Enchondralis Awal dari penulangan enkhondralis
ditandai oleh pembesaran khondrosit di tengah-tengah diaphysis yang dinamakan
sebagai pusat penulangan primer. Sel – sel khondrosit di daerah pusat penulangan
primer mengalami hypertrophy, sehingga matriks kartilago akan terdesak mejadi
sekat – sekat tipis. Dalam sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan glikogen.
Pada saat ini matriks kartilago siap menerima pengendapan garam – garam
kalsium yang pada gilirannya akan membawa kemunduran sel – sel kartilago yang
terperangkap karena terganggu nutrisinya. Kemunduran sel – sel tersebut akan
berakhir dengan kematian., sehingga rongga – rongga yang saling berhubungan
sebagai sisa – sisa lacuna. Proses kerusakan ini akan mengurangi kekuatan
kerangka kalau tidak diperkuat oleh pembentukan tulang disekelilingnya. Pada
saat yang bersamaan, perikhondrium di sekeliling pusat penulangan memiliki
potensi osteogenik sehingga di bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya
pembentukan tulang ini melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat
berubah menjadi tulang. Tulang yang terbentuk merupakan pipa yang
mengelilingi pusat penulangan yang masih berongga – rongga sehingga
bertindeak sebagai penopang agar model bentuk kerangka tidak terganggu.
Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan pipa periosteal.Setelah terbentuknya pipa
periosteal, masuklah pembuluh – pembuluh darah dari perikhondrium,yang
sekarang dapat dinamakan periosteum, yang selanjutnya menembus masuk
kedalam pusat penulangan primer yang tinggal matriks kartilago yang mengalami
klasifikasi. Darah membawa sel – sel yang diletakan pada dinding matriks. Sel –
sel tersebut memiliki potensi hemopoetik dan osteogenik. Sel – sel yang diletakan
pada matriks kartilago akan bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan
mensekresikan matriks osteoid dan melapiskan pada matriks kartilago yang
mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk oleh matriks kartilago yang
mengapur dan dilapisi matriks osteoid akan mengalami pengapuran pula sehingga
akhirnya jaringan osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih
mengandung matriks kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat
penulangan primer yang terjadi dalam diaphysis akan disusun oleh pusat
penulangan sekunder yang berlangsung di ujung – ujung model kerangka
kartilago.Pertumbuhan Memanjang Tulang Pipa Setelah berlangsung penulangan
pada pusat penulangan sekunder di daerah epiphysis, maka teradapatlah sisa – sisa
sel khondrosit diantara epiphysis dan diaphysis. Sel – sel tersebut tersusun bederet
–deret memanjang sejajar sumbu panjang tulang. Masing – masing deretan sel
kartilago dipisahkan oleh matriks tebal kartilago, sedangkan sel –sel kartilago
dalam masing – masing deretan dipisahkan oleh matriks tipis. Jaringan kartilago
yang memisahkan epiphysis dan diaphysis berbentuk lempeng atau cakram
sehingga dinamakan Discus epiphysealis.Sel –sel dalam masing – masing deretan
tidak sama penampilannya. Hal ini disebabkan karena ke arah diaphysis sel – sel
kartilago berkembang yang sesuai dengan perubahan – perubahan yang terjadi
pada pusat penulangan. Karena perubahan sel –sel dalam setiap deret seirama,
maka discus tersebut menunjukan gambaran yang dibedakan dalam daerah –
daerah perkembangan. Daerah – daerah perkembangan :
- Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel – sel
gepeng.
- Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah
besar.
- Zona hypertrophy : sel –sel membesar dan bervakuola.
- Zona kalsifikasi : matriks cartílago mengalami kalsifikasi.
- Zona degenerasi : sel – sel cartílago berdegenerasi diikuti oleh
terbukanya lacuna sehingga terbentuk trabekula.
Karena masuknya pembuluh darah, maka pada permukaan trabekula di
daerah ke arah diaphysis diletakan sel –sel yang akan berubah menjadi
osteoblas yang selanjutnya akan melanjutkan penulangan.Dalam
proses pertumbuhan discus epiphysealis akan semakin menipis,
sehingga akhirnya pada orang yang telah berhenti pertumbuhan
memanjangnya sudah tidak deketemukan lagi.Pembesaran Diameter
Tulang Pipa Pertumbuhan tulang pipa selain memanjang melalui
discus epiphysealis juga mengalami pertambahan diameter dengan cara
pertambahan jeringan tulang melalui penulangan oleh periosteum
lapisan dalam yang dibarengi dengan pengikisan jaringan tulang dari
permukaan dalamnya.Dengan adanya proses pengikisan jaringan
tulang ini, walau pun diameter tulang bertambah namun ketebalannya
tetap dipertahankan. Hal ini penting,karena tanpa pengikisan,berat
tulang akan bertambah terus sehingga mengganggu fungsinya.
11. Pembentukan Tulang
Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula
sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai
dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak
mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung
pembuluh darah akan membentuk kondroblas.Pembentukan tulang rawan terjadi
segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah
menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-
sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk
suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum.
Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah
diafisis yang disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar
kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur
didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan
dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.Kemudian akan terjadi
degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler
(termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini,
sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.Pada tahap selanjutnya
pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi
sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang
rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan
satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram
epifise.Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-
menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di
daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan
tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah
rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga rongga sumsum membesar,
dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan
tulang baru di daerah permukaan.
12. Hubungan Antar Tulang
Di dalam tubuh kita tulang dapat berhubungan secara erat maupun tidak erat.
Hubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya disebut artikulasi.
Agar artikulasi tersebut dapat bergerak diperlukan struktur khusus yang
dinamakan dengan sendi. Sendi dibentuk dari kartilago yang berada di daerah
sendi.
Di dalam sistem rangka manusia terdapat tiga jenis hubungan antartulang,
yaitu:
- Sinartrosis yaitu sendi yang tidak dapat digerakkan.
- Amfiartrosis yaitu sendi yang pergerakannya sedikit.
- Diartrosis yaitu sendi yang pergerakannya bebas.
Untuk lebih jelasnya, silahkan pelajari lebih lanjut.
1.Sinartrosis
Sinartrosis adalah hubungan antartulang yang tidak memiliki celah
sendi. Hubungan antartulang ini dihubungkan dengan erat oleh
jaringan ikat yang kemudian menulang sehingga sama sekali tidak bisa
digerakkan.
Ada dua tipe sinartrosis, yaitu:
a.Suture
Suture adalah hubungan antartulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut ikat
padat. Contohnya: pada tulang tengkorak.
b.Sinkondrosis
Sinkondrodis adalah hubungan antartulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin.
Contohnya :hubungan antara epifisis dan diafisis pada tulang dewasa.
2.Amfiartrosis
Amfiartrosis adalah sendi yang dihubungkan oleh kartilago sehingga memungkinkan untuk
sedikit digerakkan.
Amfiartrosis dibagi menjadi dua, yaitu:
a.Simfisis
Pada simfisis, sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih.
Contohnya : pada sendi antartulang belakang dan pada tulang kemaluan.
b.Sindesmosis
Pada sindesmosis, sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen.
Contohnya : sendi antartulang betis dan tulang kering.
3.Diartrosis
Diartrosis adalah hubungan antartulang yang kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh
jaringan sehingga tulang dapat digerakkan. Hubungan antartulang diartrosis ini sering juga
disebut sendi.
Contoh hubungan antartulang yang bersifat diartrosis adalah sebagai berikut:
a.Sendi engsel
Pada sendi engsel, kedua ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu. Gerakannya hanya
satu arah seperti gerak engsel pintu.
Misalnya gerak sendi pada siku, lutut, mata kaki, dan ruas antarjari.
b.Sendi pelana
Pada sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi seperti pelana dan berporos dua,
tetapi dapat bergerak lebih bebas seperti orang naik kuda.
Misalnya sendi antara tulang telapak tangan dengan pergelangan tangan.
c.Sendi putar
Pada sendi ini, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk seperti
ini memungkinkan gerakan rotasi dengan satu poros.
Misalnya sendi antara tulang hasta dan pengumpil, dan sendi antara tulang atlas dengan
tulang tengkorak.
d.Sendi luncur/Geser
Pada sendi luncur, kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan menggeser
dan tidak berporos.
Contohnya sendi antartulang pergelangan tangan, antar tulang pergelangan kaki, antar tulang
selangka dan tulang belikat.
e.Sendi peluru
Pada sendi ini, kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini memungkinkan
gerakan bebas ke segala arah dan berporos tiga.
Misalnya sendi antara tulang gelang bahu dan lengan atas, dan antara tulang gelang panggul
dan paha.
f.Sendi kondiloid/ ellipsoid
Sendi kondiloid memungkinkan gerakan berporos dua dengan gerakan ke kiri dan ke kanan,
ke depan dan ke belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk ke dalam suatu
lekuk berbentuk elips.
Misalnya sendi antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan.
13. Mekanisme Gerak Sendi
1. Bergeser
Berupa pergeseran antara tulang, contohnya gerakan pada sendi-sendi di antara tulang-tulang
carpalia dan tarsalia, terjadi pada sendi geser.
2. Extensi
Berupa gerakan pelurusan sendi. Extensi bisa terjadi pada sendi engsel, contohnya extensi
sendi lutut
3. Flexi
Berupa gerakan pembengkokan sendi. Flexi terjadi pada sendi engsel, contohnya flexi sendi
jari-jari. Sedangkan flexi-extensi pada pergelangan tangan merupakan gerakan sendi
ellipsoidal
4. Abduksi
Berupa gerakan yang menjauhi sumbu tubuh. Terjadi pada sendi peluru, contohnya
mengangkat lengan ke samping, atau gerakan ibu jari menjauhi telunjuk oleh sendi pelana di
antara metacarpal 1 dan os. Carpal (trapezium)
5. Adduksi
Berupa gerakan yang mendekati sumbu tubuh, gerakan ini berlawanan dengan gerakan
abduksi
6. Rotasi
Berupa gerakan berputar, terjadi pada sendi putar. Misalnya atlas (cervix 1) berputar terhadap
processus odontoideus dari axis (cervix 2) sewaktu menggelengkan kepala.
7. Circumduksi
Berupa gerakan dimana ujung distal satu tulang membentuk 1 lingkaran, sedangkan ujung
proksimalnya tetap. Contohnya gerakan memutar lengan 1 lingkaran mengitari sendi bahu,
terjadi pada sendi peluru dengan arah gerakan 3 poros.
8. Pronasi
Gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah bila lengan bawah ditaru diatas meja
9. Supinasi
Gerakan berlawanan dengan pronasi
10. Protaksi
Gerakan mendorong mendibula ke luar
11. Retraksi
Gerakan menarik mandibula ke dalam
14. Jumlah Sumbu Gerak
Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Rangka manusia terdiri dari 206
tulang. Sistem rangka ini bersama-sama menyusun kerangka tubuh seperti yang kita lihat
pada gambar di bawah ini.
Secara garis besar rangka manusia yang terdiri dari 206 tulang tersebut dibagi menjadi dua,
yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka apendikuler (anggota tubuh).
A. Rangka Aksial
Rangka aksial yang kita sebut juga dengan rangka sumbu tubuh terdiri dari tulang-tulang
yang membentuk sumbu tubuh, diantaranya adalah:
1). Tulang tengkorak
2). Tulang hyoid
3). Tulang belakang (vertebrae)
4). Tulang dada (sternum)
5). Tulang rusuk (costa)
1. Tulang tengkorak
Tulang tengkorak berfungsi melindungi otak, organ pendengaran dan organ penglihatan.
Hubungan antartulang yang terdapat pada tempurung kepala termasuk jenis suture, yaitu
tidak ada gerak. Tulang tengkorak terdiri dari dari tulang tempurung dan tulang muka.
2. Tulang hyoid
Tulang hioid merupakan tulang yang berbentuk seperti huruf U. Terletak di antara laring dan
mandibula. Hioid berfungsi sebagai tempat melekatnya beberapa otat mulut dan lidah.
Jumlah tulang hioid hanya 1 pada setiap manusia.
3. Tulang belakang (vertebrae)
Tulang belakang atau yang disebut dengan vertebrae (baca: vertebre) ber fungsi menyangga
berat tubuh. Tulang belakang memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan
gerakan, misalnya berdiri, duduk atau berlari. Dilihat dari samping tulang belakang
membentuk lekukan yaitu lekukan serviks, lekukan thorax, lekukan lumbar, dan lekukan
sacral. Tulang leher ke-1 bersendi dengan tulang kepala belakang (osipitalis) sehingga
memungkinkan kepala kita dapat mengangguk. Tulang leher ke-2 mempunyai tonjolan yang
bersendi dengan tulang leher ke-1 memungkinkan kepala kita dapat menggeleng.
4. Tulang dada (sternum) dan Tulang rusuk (costa)
Tulang dada (sternum) dan tulang rusuk (costa) bersama-sama membentuk perisai pelindung
bagi organ-organ penting yang terdapat di dada, yaitu paru-paru dan jantung. Tulang rusuk
(costa) juga berhubungan dengan tulang belakang (vertebrae).
B.Rangka Apendikuler
Rangka apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak. Rangka apendikuler
terdiri atas bahu, tulang-tulang tangan, telapak tangan, panggul, tungkai, dan telapak kaki.
Secara umum rangka apendikuler menyusun alat gerak, tangan dan kaki.
1. Tulang selangka (Klavikula)
Tulang selangka (Klavikula) merupakan tulang leher membentuk bagian depan bahu.
2. Tulang belikat (Skapula)
Tulang belikat (skapula) terdapat di atas sendi bahu dan merupakan bagian pembentuk bahu.
3. Tulang panggul (Koksa)
Setiap makhluk vertebrata memiliki jumlah tulang panggul (Koksa) 2. 1 bagian terdapat pada
bagian kiri dan 1 bagiannya lagi pada bagian kanan. Tulang panggul membentuk tulang
gelang panggul yang berfungsi untuk menahan berat tubuh. Sewaktu lahir setiap tulang
panggul (Koksa) sebetulnya terdiri dari 3 tulang yaitu ileum, ischium, dan pubis. Namun,
setelah dewasa ketiga tulang ini bersatu menjadi tulang panggul (koksa).
4.Tulang pangkal lengan (Humerus), hasta (Ulna), Pengumpil (Radius)
Tulang pangkal lengan (Humerus) bersama dengan tulang pengumpil (Radius) dan tulang
hasta (Ulna) menyusun lengan atas dan lengan bawah.
5. Tangan dan kaki
Tulang tangan tersusun atas tulang-tulang pergelangan tangan, telapak tangan dan jari-jari.
Jari tangan terdiri dari tiga ruas kecuali ibu jari yang hanya mempunyai dua ruas. Telapak
kaki manusia melengkung dan tidak kaku sehingga berfungsi sebagai pegas ketika berjalan.
Tulang panggul (pelvis) terdiri dari dua tulang coxae, sacrum dan coccygeus.
Berartikulasi di anterior yaitu pada simphisis pubis, di posterior pada artikulasio sacroiliaca.
Struktur mirip cekungan ini memindahkan berat dari badan ke tungkai bawah dan
memberikan perlindungan pada viscera, pembuluh darah , dan saraf di pelvis (Apley, 2000).
Stabilitas cincin pelvis tergantung pada kekakuan tulang-tulang dan integritas
ligament yang kuat yang mengikat tiga segmen tulang bersama-sama pada simphisis pubis
dan artikulasio sacroiliaca. Ligamen pengikat yang paling kuat dan yang paling penting dalah
ligament sacroiliaca dan ligament iliolumbal. Selama ligament-ligamen itu utuh, penahan
beban tidak akan terganggu. Ini adalah factor yang penting untuk membedakan cidera yang
stabil dan yang tidak stabil pada cincin pelvis (Apley,2000).
Tulang coxae (panggul) terdiri dari tiga tulang, yaitu tulang pubis, ilium, dan
ischium yang berhubungan secara sinostosis pada fossa acetabuli, yang dibatasi oleh limbus
acetabuli dan dikelilingi oleh facies lunata. Incisura acetabuli membuka acetabulum ke
inferior dan berbatasan dengan foramen obturatorium (Platzer,2000)
Tulang coxae atau disebut juga dengan innominate bone bentuknya datar dan lebar,
merupakan os ireguler yang membentuk bagian terbesar pelvis. Tulang ini tersusun atas tiga
buah tulang yaitu tulang ilium, tulang ischium dan tulang pelvis yang corpusnya bersatu di
acetabulum, yang terletak di facies eksterna tulang ini. Tulang ilium, disebut demikian karena
menyangga pinggul, lebar di bagian superior dan membentang ke cranial dari acetabulum.
Tulang ischium letaknya paling bawah dan merupakan bagiab paling kuat, berjalan ke bawah
dari acetabulum dan memanjang ke tuber ischiadicum, kemudian melengkung ke ventral,
bersama-sama tulang pubis membentuk lubang besar yaitu foramen obturatorium. Tulang
pubis memanjang ke medial dari acetabulum dan bersendi di linea mediana dengan tulang
pubis sisi yang berseberangan dengan membentuk simfisis osseum pubis, membentuk bagian
depan pelvis (Hadiwidjaja, 2004)
Tulang pubis terdiri dari ramus superior ossis pubis dan ramus inferior ossis pubis.
Kedua rami tersebut dibatasi oleh foramen obturatorium. Dekat ujung superior medialis
facies symphysialis terdapat tuberculum pubicum dari sana terdapat crista pubica terbentang
ke medialis dan pectin pubis mengarah ke lateralis terhadap linea arcuata. Pada tempat
peralihan dari ramus superior pubis ke ilium terdapat peninggian disebut eminentia
iliopubica. Sulcus obturatorius terletak inferior terhadap tuberculum pubicum dan dibatasi
sebelah dalam oleh tuberculum obturatorium anterius dan tuberculum obturatorium posterius
yang tidak selalu ada.
Tulang ilium dibagi menjadi bagian corpus ossis ilii dan ala ossis ilii. Corpus
membentuk bagian acetabulum dan dibatasi sebelah luar oleh sulcus supra acetabularis dan di
sebelah dalam oleh linea arcuata. Di bagian luar ala ossis ilii terdapat facies glutealis dan
sebelah dalamnya terdapat fossa iliaca mudah dilihat. Di belakang fossa iliaca terdapat facies
sacropelvica dengan tuberositas iliaca dan facies aurikularis. Crista iliaca mulai dari anterior
pada spina iliaca anterior superior dan dibagi atas crista iliaca labium labium eksternum dan
crista iliaca labium internum, serta linea intermedia yang memanjang ke atas dank e
belakang. Terdapat juga di bagian lateralis lbium eksternum berupa tuberositas iliaca. Ujung
crista iliaca berakhir pada spina iliaca superior posterior. Di bawah yang terakhir ini terdapat
spina iliaca posterior inferior, sedangkan yang di bawah depan terdapat spina iliaca anterior
inferior. Linea glutealis inferior, linea glutealis anterior, linea glutealis posteriorterletak pada
facies glutealis. Selain itu terdapat juga beberapa saluran vaskuler diantaranya yang sesuai
dengan fungsinya yaitu vasaemissaria
Tulang ischium dibagi atas corpus ossis ischii dan ramus ossis ischii, yang bersama-
samadengan ramus inferior ossis pubis membentuk batas bawah foramen obturatorium.
Tonjolan ischium disebut spina ischiadica yang memisahkan incisura ischiadica mayor
dengan incisura ischiadica minor. Incisura ischiadica mayor dibentuk sebagian oleh ischium
dan sebagian lagi oleh ilium, serta mengarah ke permukaan bawah facies aurikularis. Tuber
ischiadicum berkembang pada ramus ischium (Platzer, 2000)
Cabang utama dari arteri iliaca komunis muncul di dalam pelvis diantara sendi
sacroiliaca dan incisura ischiadica mayor. Bersama cabang-cabang venanya, pembuluh-
pembuluh itu mudah terkena cidera bila fraktur mengenai bagian posterior cincin pelvis.
Saraf pada pleksus lumbalis dan sacralis juga juga menghadapi resiko bila tejadi cidera pelvis
posterior
Kandung kemih terletak di belakang simphisis pubis. Trigonum dipertahankan pada
posisinya dengan ligament lateralis kandung kemih, dan pada pria dengan prostat. Prostat
terlerak diantara kandung kemih dan dasar pelvis. Prostat dipertahankan di bagian lateral
dengan serabut medial dari levator ani, sedangkan di bagian anterior terikat erat pada tulang
pubis oleh ligament puboprostat. Pada wanita trigonum juga melekat pada serviks dan forniks
vagina anterior. Urethra dipertahankan oleh otot dasar pelvis serta ligament pubourethra.
Akibatnya pada wanita urethra jauh lebih mobil dan cenderung lebih sulit terkena cidera
Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. Namun
semakin bertambahnya usia tempatnya turun dan berlindung di dalam kavum pelvis, sehingga
kemungkinan mendapatkan trauma dari luar jarang terjadi. Angka kejadian trauma buli
kurang lebih 2% dari seluruh trauma urogenitalia. Hampir sekitar 90% trauma buli akibat
fraktur pelvis. Apabila terjadi kontusio kandung kemih bias dipasang kateter dengan tujuan
untuk memberikan istirahat pada kandung kemih, dengan cara ini diharapkan dapat sembuh
7-10 hari. (Purnomo,2007)
Pada cidera pelvis yang berat urethra membranosa dapat rusak bila prostat dipaksa ke
belakang sementara urethra tetap diam. Bila ligament puboprostat robek, prostat dan dasar
kandung kemih dapat banyak mengalami dislokasi dari urethramembranosa
Kolon pelvis dengan mesenteriumnya merupakan struktur yang mobil sehingga tidak
mudah cidera. Tetapi, rectum dan saluran anus lebih erat tertambat pada struktur urogenital
dan otot dasar pelvis sehingga mudah terkena bila terjadi fraktur pelvis (Apley, 2000)
Pada perkembangannya selama masa kehamilan, terdapat tiga bakal tulang, yaitu pada
bulan ketiga dalam kandungan (ilium), pada bulan keempat sampai kelima (ischium) dan
pada bulan kelima sampai keenam (pubis). Ketiga bakal tulang tersebut bersatu pada pusat
acetabulum yaitu penyatuan berbentuk “Y”. Di dalam acetabulum satu atau lebih masing-
masing pusat osifikasi berkembang antara usia 10 sampai 12 tahun. Sinostosis ketiga tulang
terjadi antara usia 5 dan 7 tahun tetapi di dalam acetabulum sendiri tidak sampai antara usia
15 dan 17 tahun. Pusat-pusat osifikasi epifisis terjadi pada spina pada usia 16 tahun,
b. Fisiologi Tulang
Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1). Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2). Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
3). Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).
5). Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.