ANGGARAN DASAR
ANGGARAN RUMAH TANGGA
2016
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI
DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
(PERDATIN)
i
KATA SAMBUTAN
Assalamualaikum wr wb,
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT atas ijinnya Pengurus Pusat Perdatin telah terpilih
untuk periode 2016-2019, seiring dengan hal tersebut
dilakukan beberapa rencana kedepan untuk
mengoptimalkan program kerja Pengurus Pusat
Perdatin agar lebih profesional dalam memberikan
pelayanan pada masyarakat.
Salah satu hal yang dilakukan pada rangkaian Kongres
Nasional Pengurus Pusat Perdatin 2016 yaitu
melakukan revisi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga untuk lebih menyesuaikan dengan AD/ART IDI
hasil Muktamar XXIX Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
tahun 2015 di Medan sebagai induk organisasi profesi.
Terima kasih kepada Tim Evaluasi Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Perdatin yang sudah
ii
melakukan evaluasi. Adapun nama-nama Tim Evaluasi
AD / ART Perdatin adalah sebagai berikut :
Penganggung Jawab :
- Ruli Herman Sitanggang, dr., SpAn., KIC., KAP.,
M.Kes
- DR. dr. Hamzah, SpAn, KNA
- Yusni Puspita., dr., SpAn., KAKV., KIC
Anggota Evaluasi AD / ART :
- DR. I Putu Pramana Suarjaya., dr., SpAn., KMN.,
KNA., M.Kes
- Satria Sewu., dr., SpAn
- Richard Lolong Wulung., dr., SpAn., KIC
- Bhirowo Yudo Pratomo., dr., SpAn., KAKV
- Arif HM Marsaban., dr., SpAn., KAP
- Jajang Sudjana Mail., SpAn
- Purwoko., dr., SpAn., KAKV
- DR. Syafri K. Arif., dr., SpAn., KAKV
- Zulkifli., dr., SpAn., KIC., MARS
- Akhyar H. Nasution., dr., SpAn., KAKV
- Widjanarko Hastario., dr., SpAn
- Nasman Puar., dr., SpAn
Kami menyadari bahwa AD/ART ini belum sempurna
masih banyak hal yang perlu disempurnakan, oleh
karena itu kami menunggu masukan yang dapat
disampaikan baik langsung maupun melalui cabang-
cabang sehingga pada revisi AD/ART di Kongres
iii
Nasional yang akan datang lebih mendekati
kesempurnaan dan mengakomodir masukan cabang
dan anggota serta tetap berada pada aturan sesuai
aturan IDI.
Demikian saya sampaikan, semoga kita dapat bersama-
sama membawa organisasi profesi Pengurus Pusat
Perdatin, menjadi organisasi transparan, akuntabel, dan
bersih.
Selamat bekerja semoga Allah SWT melindungi kita
beserta keluarga. Amin Ya Rabbil Alamin
Wabillahi taufik, walhidayah wassalamualaikum wr wb.
Pengurus Pusat Perdatin
Andi Wahyuningsih Attas., dr., SpAn., KIC., MARS
Ketua Umum
1
ANGGARAN DASAR
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
ANESTESIOLOGI
DAN TERAPI INTENSIF INDONESIA
MUKADDIMAH
Bahwa sesungguhnya manusia adalah
mahluk sosial yang selalu hidup berkelompok dan
saling berinteraksi. Dalam sejarah kemanusiaan,
kesamaan darah dan adat menjadi alat pemersatu.
Dalam kehidupan modern yang penuh tantangan
yang datang tak kunjung henti, kesamaan tujuan
dan profesi adalah dua unsur yang dapat menjadi
landasan persatuan untuk terbentuknya satu
kelompok yang bekerjasama. Sangat disadari
bersama bahwa di masa-masa yang akan datang,
tantangan dan ancaman atas kelangsungan hidup
individu maupun profesinya tidak mungkin lagi
dihadapi dan diselesaikan secara perorangan.
Jawaban pemecahannya adalah persatuan dalam
kelompok atau dalam organisasi yang profesional.
2
Atas pemahaman itu maka kami para dokter
spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif
bersepakat untuk menjalin kerjasama yang meliputi
aspek-aspek yang disepakati bersama yang
mencakup bidang profesi kedokteran, profesi
Anestesiologi dan Terapi Intensif serta aktifitas
sosial, kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga
sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang
berazaskan Pancasila.
Anestesiologi dan Terapi Intensif adalah
cabang ilmu kedokteran yang mengelola pasien di
kamar bedah (sebelum, selama, dan pasca bedah)
dan di luar kamar bedah, mengelola nyeri dan
cemas, mengawasi dan menunjang fungsi vital
pasien yang mengalami stres pembedahan,
memberi tindakan anestesia, mengelola pasien
tidak sadar, resusitasi jantung paru otak,
menangani gangguan cairan dan elektrolit, serta
mengelola pasien kritis meliputi kegawatdaruratan
dan terapi intensif.
3
Bahwa Perhimpunan Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia adalah
organisasi profesi yang bernaung di bawah Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), mempunyai tanggung
jawab untuk melaksanakan dan mengembangkan
anestesiologi dan terapi intensif sesuai dengan
perkembangan ilmu kedokteran, mensejahterakan,
melakukan pembinaan dan perlindungan anggota.
Bahwa untuk mendapatkan derajat
pengabdian yang setinggi-tingginya dan hasil guna
serta daya guna yang sebesar-besarnya dalam
usaha-usahanya, maka seluruh Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif di Indonesia perlu
dipersatukan dalam suatu organisasi.
4
BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Perhimpunan ini bernama: PERHIMPUNAN
DOKTER SPESIALIS ANESTESIOLOGI DAN
TERAPI INTENSIF INDONESIA disingkat
PERDATIN dan dalam bahasa Inggris disebut:
“INDONESIAN SOCIETY of
INTENSIVE ANESTHESIOLOGISTS and
THERAPY abbreviated INSAIT”.
Pasal 2
Perhimpunan ini didirikan di Jakarta pada tanggal 1
Juni 1967 untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan dan berkedudukan di Ibukota Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
5
BAB II
AZAS DAN DASAR
Pasal 3
Perhimpunan berazaskan Pancasila dan
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
6
BAB III
SIFAT
Pasal 4
1. Perhimpunan adalah organisasi profesi yang
bernaung di bawah Ikatan Dokter Indonesia
(IDI).
2. Perhimpunan adalah satu-satunya organisasi
profesi bagi dokter spesialis anestesiologi dan
terapi intensif di Indonesia.
7
BAB IV
TUJUAN
Pasal 5
Perhimpunan mempunyai tujuan mensejahterakan,
pembinaan, perlindungan anggota serta sosial
kemasyarakatan.
Pasal 6
Untuk mencapai tujuan tersebut perhimpunan
melakukan pembinaan dalam pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif, pendidikan,
penelitian dan pengabdian masyarakat serta
kesejahteraan anggota.
8
BAB V
ANGGOTA
Pasal 7
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia adalah:
a. Anggota Biasa
b. Anggota Muda
c. Anggota Luar Biasa
d. Anggota Kehormatan
Pasal 8
Tata Cara Penerimaan Anggota
Tata cara keanggotaan berdasarkan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan oleh organisasi
dan telah ditetapkan dalam kongres.
9
Pasal 9
Hak Anggota
Hak-hak anggota diatur berdasarkan azas
musyawarah dan kepentingan organisasi.
Pasal 10
Kewajiban Anggota
Kewajiban anggota didasarkan pada tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Pasal 11
Perpindahan Anggota
Perpindahan daerah / tempat tugas seseorang
anggota diatur berdasarkan tata cara yang telah
ditentukan oleh perhimpunan.
10
Pasal 12
Kehilangan Keanggotaan dan Pemberhentian
Anggota
Syarat-syarat kehilangan keanggotaan diatur
berdasarkan ketentuan perhimpunan.
11
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13
Kekuasaan
1. Kongres Nasional (KONAS) adalah
merupakan kekuasaan tertinggi organisasi.
2. Musyawarah Pimpinan Pusat
3. Musyawarah Cabang
4. Rapat Kerja Nasional.
5. Rapat Pimpinan Harian.
6. Rapat Pimpinan Harian yang diperluas.
Pasal 14
Struktur Kepemimpinan
Terdiri dari :
1. Pengurus Pusat di tingkat Nasional
2. Pengurus Cabang di tingkat Propinsi
3. Pengurus Komisariat
12
Pasal 15
Badan Kelengkapan
Badan kelengkapan adalah badan yang dibentuk
oleh pengurus pusat, antara lain:
1. Badan Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB)
2. Majalah
3. Biro Hukum, Pembinaan dan Pembelaan
Anggota.
4. Tabungan Solidaritas (TABSOL)
Pasal 16
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus
Tugas dan tanggung jawab para pengurus
dideskripsikan sesuai kebutuhan organisasi, dan
kepentingan anggota.
13
BAB VII
KOLEGIUM
Pasal 17
Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI)
adalah salah satu unsur dalam struktur
kepengurusan perhimpunan, yang berwenang
mengarahkan, membina dan menentukan
kebijaksanaan dalam sistem pendidikan
Anestesiologi dan Terapi Intensif.
14
BAB VIII
MAJALAH PERHIMPUNAN
Pasal 18
1. Majalah perhimpunan adalah “Anestesia
dan Critical Care”
2. Majalah dikelola oleh dewan redaksi
dengan masa jabatan sama dengan jabatan
pengurus pusat. Status dan tata cara
pengelolaan diatur secara tersendiri.
15
BAB IX
KEKAYAAN
Pasal 19
1. Perhimpunan mempunyai kekayaan awal yang
berasal dari berbagai sumber yang awalnya dari
para pendiri organisasi.
2. Semua kekayaan perhimpunan yang didapat
dari upaya sendiri atau dari sumbangan harus
dipergunakan untuk mencapai maksud dan
tujuan perhimpunan dan tidak melanggar
ketentuan atau undang-undang yang berlaku.
16
BAB X
ATRIBUT PERDATIN DAN HIMNE
Pasal 20
Atribut
1. Atribut / simbol PERDATIN : Berbentuk
mahkota bunga wijaya kusuma dengan daun
mahkota warna merah berjumlah 9 (sembilan)
helai ke arah dalam berupa jalur melingkar
dengan warna dasar putih bertuliskan
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
INDONESIA : berwarna hitam, melingkari
suatu bulatan berwarna dasar biru muda
bergambarkan eskulap warna putih melilit
gambar kilat berwarna kuning emas, dibawah
eskulap bertuliskan semboyan : WASPADA
DASA NETRA.
17
2. Atribut lain : vandel, bendera, dan seragam
PERDATIN akan ditentukan dan diatur dalam
ketentuan tersendiri.
Pasal 21
Himne dan Mars
Himne dan Mars PERDATIN telah disetujui dan
disahkan dalam Kongres Nasional ke-III di
Surabaya, dan wajib dikumandangkan di setiap
acara ilmiah perhimpunan dan kongres.
18
BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR / ANGGARAN
RUMAH TANGGA
Pasal 22
Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga PERDATIN hanya dilaksanakan dalam
kongres nasional.
19
BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 23
Pembubaran PERDATIN hanya dapat dilakukan
pada keadaan luar biasa dan hanya dilakukan
pada kongres yang dilaksanakan khusus untuk itu.
20
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 24
Peraturan-peraturan dalam organisasi yang
mengatur seluruh anggota perhimpunan wajib
diketahui dan dilaksanakan setiap anggota dan
melalui mekanisme yang diatur oleh perhimpunan.
21
BAB XIV
ATURAN PERALIHAN
Pasal 25
Perhimpunan terikat secara struktural dan
fungsional dengan organisasi induk profesi dokter
dalam hal ini Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
22
BAB XV
PENUTUP
Pasal 26
1. Setiap anggota PERDATIN harus mentaati isi
anggaran dasar PERDATIN.
2. Setiap anggota yang jelas melanggar anggaran
dasar dikenai sanksi organisasi sebagaimana
yang diatur dalam ketentuan tersendiri.
3. Dengan disahkannya AD/ART ini maka AD/ART
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.
23
ANGGARAN RUMAH TANGGA
24
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan
Terapi Intensif (PERDATIN) adalah wadah atau
tempat untuk berhimpun para dokter anestesiologi
dan terapi intensif, yang berkedudukan di ibukota
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 2
Perhimpunan ini didirikan di Jakarta pada tanggal 1
juni 1967 yang awalnya bernama Ikatan Ahli
Anestesi Indonesia (IAAI) yang kemudian terakhir
bernama Perhimpunan Dokter Spesialis
Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN),
dibentuk untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
25
BAB II
ASAS DAN DASAR
Pasal 3
Perhimpunan berazaskan Pancasila dan
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945.
26
BAB III
SIFAT
Pasal 4
1. Perhimpunan adalah organisasi profesi yang
bernaung di bawah Ikatan Dokter Indonesia
(IDI), bermakna seluruh kebijakan, langkah-
langkah organisasi mengacu pada AD/ART IDI
dan kebutuhan organisasi.
2. Bahwa sebagai satu-satunya perhimpunan
profesi maka setiap dokter spesialis
anestesiologi dan terapi intensif wajib menjadi
anggota.
27
BAB IV
TUJUAN
Pasal 5
1. Meningkatkan kesejahteraan anggota, dengan
melakukan pembinaan dan peningkatkan mutu
pelayanan anestesia dan terapi intensif melalui
pendidikan, pelatihan dan penelitian.
2. Perhimpunan mempunyai tujuan di bidang
sosial dan kemasyarakatan berupa kegiatan
partisipatif melalui kemitraan dengan
pemerintah, kelompok profesi lain, lembaga
nirlaba di dalam maupun di luar negeri
3. Menanamkan rasa solidaritas yang tinggi di
kalangan sesama anggota dan melakukan
secara aktif perlindungan anggota dalam
berbagai hal sehubungan profesi.
28
Pasal 6
Untuk mencapai tujuan tersebut perhimpunan
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1. Melakukan pembinaan pelayanan anestesia
dan terapi intensif melalui peningkatan
kompetensi anggota.
2. Berperan dalam pendidikan, pendidikan
berkelanjutan dan penelitian di bidang
anestesiologi dan terapi intensif.
3. Meningkatkan persaudaraan dan solidaritas
anggota melalui kegiatan lain yang tidak
bertentangan dengan anggaran dasar.
4. Wajib memberikan pembinaan kepada
anggota.
29
BAB V
ANGGOTA
Pasal 7
Anggota perhimpunan
1. Anggota biasa ialah dokter yang mempunyai
ijazah dokter spesialis anestesiologi dan terapi
intensif yang telah diakui oleh pemerintah dan
telah menjadi anggota Ikatan Dokter Indonesia
(IDI) dan PERDATIN.
2. Anggota muda ialah dokter yang mempunyai
ijazah dokter yang diakui oleh pemerintah dan
telah menjadi anggota IDI serta tercatat
sedang dalam pendidikan dokter spesialis
anestesiologi Indonesia.
3. Anggota luar biasa adalah dokter spesialis
anestesiologi dan terapi intensif Warga
Negara Asing yang teregistrasi dan diakui oleh
pemerintah Republik Indonesia.
4. Anggota kehormatan ialah seseorang yang
berjasa pada pengembangan pendidikan,
30
pelayanan dan penelitian di bidang
anestesiologi dan terapi intensif di Indonesia.
Pasal 8
Tata Cara Penerimaan Anggota
1. Anggota biasa dan anggota muda diterima
berdasarkan ketentuan perhimpunan, membuat
permohonan tertulis dan pernyataan menerima
AD/ART PERDATIN.
2. Dokter spesialis anestesiologi lulusan luar
negeri bisa diterima menjadi anggota biasa
setelah lulus adaptasi sesuai ketentuan yang
berlaku.
3. Penerimaan anggota luar biasa dilakukan oleh
pengurus pusat PERDATIN melalui
pendaftaran tertulis dan pernyataan
persetujuan terhadap AD/ART PERDATIN.
4. Anggota kehormatan diterima berdasarkan
ketentuan yang berlaku dan disahkan oleh
kongres.
31
5. Untuk dokter spesialis anestesiologi dan terapi
intensif yang berpraktek di 2 (dua) cabang atau
lebih maka keanggotaannya dicatat di tempat
yang bersangkutan melakukan praktek utama.
Pasal 9
Hak Anggota
1. Anggota biasa berhak mengeluarkan pendapat,
mengajukan usul atau pernyataan dengan lisan
atau tertulis kepada perhimpunan.
2. Anggota biasa mempunyai hak memilih dan
dipilih menjadi pengurus.
3. Setiap anggota di dalam menjalankan
profesinya mendapatkan hak perlindungan dan
pembelaan dari perhimpunan.
4. Setiap anggota berhak mendapatkan bantuan
keuangan dari tabungan solidaritas sesuai
aturan perhimpunan.
32
Pasal 10
Kewajiban Anggota
1. Setiap anggota wajib menjunjung tinggi dan
mengamalkan sumpah dokter, kode etik
kedokteran Indonesia, kode etik profesi,
anggaran dasar, anggaran rumah tangga,
program dan peraturan perhimpunan serta
peraturan perundangan yang berlaku.
2. Anggota biasa dan luar biasa wajib membayar
iuran profesi dan tabungan solidaritas
(TABSOL) yang ditentukan oleh perhimpunan.
3. Setiap anggota biasa dan luar biasa wajib
mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi anestesiologi dan terapi intensif
melalui kegiatan Pengembangan Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) untuk dapat
memperoleh sertifikasi atau resertifikasi
kompetensi dari Kolegium Anestesiologi dan
Terapi Intensif Indonesia, dan sebagai
persyaratan memperoleh surat tanda registrasi
dari Konsil Kedokteran Indonesia.
4. Bagi anggota biasa dan luar biasa yang dalam
33
jangka waktu 1 (satu) tahun tidak menjalankan
kegiatan pelayanan di bidang anestesiologi dan
terapi intensif, maka jika ingin kembali
mengerjakan kegiatan profesi, anggota
tersebut harus menjalani program penyegaran
di salah satu pusat pendidikan anestesiologi
untuk mendapatkan kompetensi dari Kolegium
Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia
atas permintaan dari Perdatin cabang.
5. Bagi anggota biasa dan luar biasa yang
sembuh dari penyakit yang dapat berdampak
pada gangguan atau disfungsi fisik dan mental,
harus menjalani pemeriksaan fisik dan mental
sesuai aturan yang berlaku sebelum
menjalankan praktek anestesia dan terapi
intensif.
6. Setiap anggota biasa dan luar biasa yang akan
menjalankan praktek anestesia dan terapi
intensif di suatu daerah wajib meminta
rekomendasi dari perhimpunan cabang
setempat.
34
Pasal 11
Perpindahan Anggota
1. Anggota suatu cabang yang pindah ke cabang
lain harus memperoleh surat keterangan
pindah dari cabang di mana anggota tersebut
terdaftar.
2. Kepindahan seorang anggota dari suatu tempat
ke tempat baru dilaksanakan dengan cara
melaporkan secara tertulis kepada
perhimpunan setempat (baru) dengan
tembusan kepada pengurus pusat.
3. Keanggotaan pada cabang baru dianggap sah
apabila telah mendapat persetujuan dan
tercatat oleh pengurus tersebut, dengan
demikian secara otomatis dicabut
keanggotaannya di tempat yang lama.
35
Pasal 12
Kehilangan dan Pemberhentian
Keanggotaan
1. Anggota kehilangan keanggotaannya karena
meninggal dunia, atau atas permintaan sendiri
secara tertulis.
2. Anggota dapat diberhentikan karena bertindak
bertentangan dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi terutama anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga serta
merugikan atau mencemarkan nama baik
perhimpunan.
3. Seorang anggota dapat dikenakan
pemberhentian sementara oleh perhimpunan
setelah didahului dengan peringatan lisan dan
tertulis.
4. Paling lama 6 bulan sesudah pemberhentian
sementara, perhimpunan dapat merehabilitasi
atau tetap melanjutkan usulan kepada
perhimpunan untuk dikukuhkan.
5. Dalam masa pemberhentian sementara,
anggota yang bersangkutan dibebaskan dari
36
segala hak dan kewajiban sebagai anggota.
6. Di depan kongres perhimpunan, anggota yang
diberhentikan sementara tersebut, berhak
untuk membela diri.
7. Penetapan pemberhentian keanggotaan
diputuskan oleh perhimpunan pada rapat
kongres yang khusus dibuat untuk itu.
8. Pemberhentian anggota atas permintaan
sendiri hanya dapat dilakukan dengan
pemberitahuan secara tertulis kepada
perhimpunan, sekurang-kurangnya satu bulan
sebelumnya.
37
BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13
Kekuasaan
1. Kongres Nasional (KONAS)
a. Status:
Kongres merupakan kekuasaan
tertinggi organisasi.
Kongres pada dasarnya merupakan
wadah musyawarah dan mufakat para
utusan.
Kongres dilakukan sekali dalam 3 (tiga)
tahun.
Dalam keadaan luar biasa, kongres
dapat diadakan sewaktu-waktu, disebut
sebagai Kongres Luar Biasa, atas usul
sekurang kurangnya setengah jumlah
cabang tambah satu.
38
b. Kekuasaan dan wewenang:
Mengubah dan menyempurnakan
anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga perhimpunan.
Menilai laporan pertanggung jawaban
Pengurus Pusat perhimpunan.
Memilih dan menetapkan Ketua
Pengurus Pusat.
Menetapkan tempat kongres
berikutnya.
Tata Tertib sidang kongres dibuat oleh
Pengurus Pusat dan selanjutnya
disahkan di dalam sidang pleno
kongres.
Menetapkan dan mengesahkan Ketua
Kolegium Anestesiologi dan Terapi
Intensif.
c. Pelaksanaan Kongres
Kongres diselenggarakan oleh
Pengurus Pusat dan sebagai
pelaksana tekhnis oleh panitia
pelaksana kongres.
39
Panitia pelaksana kongres dibentuk
oleh Pengurus Pusat dengan surat
keputusan.
Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat
dan utusan cabang dengan membawa
surat mandat resmi.
Ketua dan sekretaris Pengurus Pusat
memimpin dan membuka sidang,
sebagai pimpinan sidang sementara.
Ketua sidang mengesahkan kuorum,
pengesahan agenda dan tata tertib
sidang dan memimpin pemilihan ketua
sidang.
Setelah pimpinan sidang baru terpilih
maka pimpinan sidang sementara
menyerahkan pimpinan sidang kepada
pimpinan sidang terpilih dan sekaligus
pernyataan demisioner.
Peserta kongres terdiri dari Pengurus
Pusat, dan para utusan cabang.
Peserta Kongres khususnya pemegang
mandat atau pemilik suara membawa
surat mandat resmi yang ditanda
40
tangani Ketua cabang serta dilampirkan
tanda bukti pemberi mandat, dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. 1 – 50 anggota = 10 suara
(kelipatan 5)
b. 51 – 100 anggota = 5 suara
(kelipatan 10)
c. 101 – 200 anggota = 5 suara
(kelipatan 20)
d. 201 – 400 anggota = 5 suara
(kelipatan 40)
e. Lebih dari 400 anggota (kelipatan
80)
f. Kongres sah bila dihadiri oleh lebih dari
setengah jumlah peserta kongres, bila
persyaratan di atas tidak terpenuhi,
maka kongres diundur paling lama 2
jam atau sesuai kesepakatan peserta
yang hadir. Setelah itu kongres
dianggap sah dengan peserta yang
telah hadir.
g. Hal-hal yang belum tercantum dalam
41
Anggaran Rumah Tangga ini dan
dianggap sangat penting, maka
dimungkinkan dicantumkan dalam
perangkat organisasi, sepanjang tidak
bertentangan dengan anggaran dasar
dan aturan-aturan yang lazim dalam
organisasi.
2. Musyawarah Pimpinan Pusat
a. Status:
- Musyawarah Pimpinan Pusat dihadiri
oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Umum Pengurus Pusat Perdatin, Ketua
Kolegium, Ketua Dewan Pembinaan,
Pertimbangan dan Etika Profesi, Ketua
Redaksi Majalah Anestesia.
b. Kekuasaan dan wewenang:
- Menetapkan kebijaksanaan strategis
yang tidak tertera dalam anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga baik
dalam skala nasional maupun
internasional.
42
- Menilai dan menerima Laporan
pertanggungjawaban kolegium dari
Ketua Kolegium dan Ketua Redaksi
Majalah Anestesia.
c. Pelaksanaan Musyawarah
- Sekurang-kurangnya dilakukan sekali
dalam masa kepengurusan.
3. Musyawarah Cabang.
a. Status:
Musyawarah Cabang merupakan
kekuasaan tertinggi organisasi
ditingkat cabang.
Musyawarah Cabang pada dasarnya
merupakan wadah musyawarah dan
mufakat para anggota cabang.
Musyawarah Cabang dilakukan
sekali dalam 3 (tiga) tahun dan Ketua
Pengurus Cabang mempertanggung
jawabkan kepengurusan selama
periode tersebut. Dan dalam masa
43
peralihan penggabungan pengurus
cabang hanya ada pada tingkat
provinsi maka pengurus cabang lama
hanya mempertanggungjawabkan
masa tugasnya kepada anggota
kepengurusannya.
Dalam keadaan luar biasa,
Musyawarah Cabang dapat diadakan
sewaktu-waktu atas usul sekurang-
kurangnya setengah jumlah anggota
cabang plus satu, disebut
Musyawarah Cabang Luar Biasa.
Pembentukan Cabang baru
mempunyai minimal 5 (lima) anggota
dan disahkan dengan surat keputusan
Pengurus Pusat dan dilakukan
pelantikan oleh Pengurus Pusat.
b. Kekuasaan dan wewenang:
Mensosialisasikan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga
perhimpunan.
Membahas, menjabarkan dan
44
melaksanakan hasil rapat kerja
nasional.
Menilai laporan pertanggung jawaban
Pengurus Cabang perhimpunan.
Memilih dan menetapkan Ketua
Pengurus Cabang
Tata Tertib sidang Musyawarah
Cabang dibuat oleh pengurus cabang
dan selanjutnya disahkan didalam
sidang pleno Musyawarah Cabang
c. Pelaksanaan Musyawarah Cabang
Musyawarah Cabang
diselenggarakan oleh Pengurus
Cabang dan sebagai pelaksana
tekhnis oleh panitia pelaksana.
Panitia pelaksana Musyawarah
Cabang dibentuk oleh Pengurus
Cabang dengan surat keputusan.
Musyawarah Cabang dihadiri oleh
Utusan Pengurus Pusat, Pengurus
Cabang dan peserta/anggota cabang,
termasuk anggota dari pengurus
45
cabang lain yang harus bergabung
ditingkat propinsi.
Undangan peserta pada Pelaksanaan
Musyawarah Cabang dilakukan oleh
pengurus cabang yang ada di tingkat
propinsi.
Ketua dan sekretaris Musyawarah
Cabang memimpin dan membuka
sidang sebagai pimpinan sidang
sementara.
Ketua sidang mengesahkan kuorum,
pengesahan agenda dan tata tertib
sidang dan memimpin pemilihan
ketua sidang baru.
Setelah pimpinan sidang baru terpilih
maka pimpinan lama menyerahkan
pimpinan sidang dan sekaligus
pernyataan demisioner.
Peserta terdiri dari Pengurus Cabang
di tingkat propinsi dan pengurus
cabang yang bergabung ke tingkat
propinsi.
Peserta pemegang mandat atau
46
pemilik suara di musyawarah cabang
adalah anggota cabang ditingkat
propinsi.
Hal-hal yang belum tercantum dalam
pelaksanaan Musyawarah Cabang ini
dimungkinkan untuk dicantumkan
dalam tata tertib selama sangat
dibutuhkan dalam pelaksanaan
Musyawarah Cabang
4. Rapat Kerja Nasional
a. Status:
Rapat Kerja Nasional adalah rapat
yang dihadiri oleh segenap perangkat
organisasi dari tingkat pusat dan
cabang.
Rapat Kerja Nasional diadakan
sekurang-kurangnya dilakukan sekali
dalam setahun.
Dalam keadaan luar biasa Rapat
Kerja Nasional dapat diadakan
sewaktu-waktu atas usul pengurus
47
cabang dan mendapat persetujuan
sekurang-kurangnya oleh setengah
jumlah cabang yang ada.
b. Kekuasaan dan Wewenang:
Membuat atau menyusun program
kerja nasional dan menyelesaikan
hal-hal yang diamanatkan dalam
kongres.
Membuat rencana strategis lainnya
yang diperlukan organisasi.
Mengadakan, menyusun persiapan
bahan-bahan kongres yang akan
datang.
c. Tata tertib Rapat Kerja Nasional :
Rapat Kerja Nasional diadakan oleh
pengurus pusat.
Panitia pelaksana Rapat Kerja
Nasional dapat dibentuk dan
bertangung jawab mengenai segi
teknis penyelenggaraan Rapat Kerja
Nasional.
48
Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh
seluruh pengurus pusat, ketua dan
sekretaris pengurus cabang, atau
undangan lainnya.
Rapat Kerja Nasional sah jika dihadiri
lebih dari setengah jumlah cabang.
Bila persyaratan di atas tidak
dipenuhi, maka Rapat Kerja Nasional
diundur paling lama 1 X 24 jam dan
setelah itu Rapat Kerja Nasional
dianggap sah dengan jumlah utusan
yang hadir.
Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh
ketua umum dan sekretaris umum.
Hal-hal yang belum tercantum dalam
tata tertib ini, dapat ditambahkan
sepanjang tidak bertentangan
anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga.
49
5. Rapat Pimpinan Harian
a. Status
Rapat pimpinan harian adalah rapat
pimpinan yang dihadiri Ketua umum,
para wakil ketua, sekretaris umum,
para wakil sekertaris, bendahara dan
para wakil bendahara.
Keputusan yang dapat dikeluarkan
adalah hal-hal yang sangat segera
dan tidak vital pada perhimpunan
serta pengeluaran/ belanja keuangan
tidak lebih 100 juta rupiah.
b. Kekuasaan dan Wewenang
Memutuskan hal-hal yang perlu
segera dilakukan demi kelancaran
organisasi.
Membuat perencanaan pra-rapat
kerja dan lain-lain.
Monitoring dan evaluasi keuangan,
administrasi dan tugas-tugas lainnya
yang menjadi tanggung jawab
pengurus pusat.
50
Membuat kesepakatan bersama
antara institusi atau mitra kerja
lainnya.
c. Pelaksanaan Rapat Pimpinan Harian
Rapat minimal 3 bulan sekali kecuali
ada hal-hal yang mendesak yang
perlu diselesaikan.
Rapat dapat dilaksanakan di wilayah
kerja perhimpunan.
Agenda rapat dan hasil-hasilnya
dapat dilaporkan pada rapat pleno
perhimpunan.
6. Rapat Pimpinan Harian Diperluas
a. Status
Rapat pimpinan harian diperluas
adalah rapat yang dihadiri Pimpinan
harian ditambah dan dengan salah
satu atau lebih pengurus/bidang
lainnya.
Dapat memutuskan hal-hal yang
strategis yang sesuai bidang
51
pembahasan terkait kepentingan
perhimpunan.
Keputusan yang dapat dikeluarkan
adalah hal-hal yang sangat segera
dan tidak vital pada perhimpunan
serta pengeluaran/ belanja keuangan
tidak lebih 100 juta rupiah.
b. Kekuasaan dan wewenang
Memutuskan hal-hal/ kegiatan yang
perlu segera dilakukan demi
kelancaran organisasi.
Membuat perencanaan pra-rapat
kerja dan lain-lain.
Monitoring dan evaluasi keuangan,
administrasi dan tugas-tugas lainnya
yang menjadi tanggung jawab
pengurus pusat.
Membuat kesepakatan bersama
antara institusi atau mitra kerja
lainnya.
c. Pelaksanaan Rapat Pimpinan Harian
52
Diperluas
Rapat dapat dilakukan sesuai
kebutuhan organisasi dan dapat
dilakukan setiap saat diperlukan .
Rapat dapat dilaksanakan di wilayah
kerja perhimpunan.
Agenda rapat menyesuaikan
kebutuhan dan hasil-hasilnya dapat
dilaporkan pada rapat pleno
perhimpunan.
Pasal 14
Struktur Kepemimpinan
Tingkat nasional :
1. Pengurus Pusat (PP)
Pengurus pusat berada pada tingkat nasional
yang secara hirarki sebagai berikut :
Dewan Pembinaan, Pertimbangan dan
Etika Profesi
- Ketua
- Anggota
53
Ketua Umum.
Ketua I Pelayanan dan Pengembangan
Profesi.
Ketua II Pendidikan, Pelatihan dan
Pembinaan Anggota.
Ketua III Organisasi dan Kesejahteraan
Anggota.
Sekretaris Umum
- Bidang Tata Usaha, Kesekretariatan,
dan Aset
- Bidang Data Informasi, Humas dan
Web
Bendahara Umum.
- Bendahara I Bidang Penerimaan
- Bendahara II Bidang Pengeluaran
Bidang-bidang
Bidang Organisasi
Bidang Kesejahteraan Anggota
Bidang Pelayanan Profesi dan Etika
54
Bidang Pendidikan, Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (BP2KB) dan
Penelitian
Bidang Advokasi dan Pembelaan Anggota
Bidang Kelengkapan Tabungan Sosial
Majalah Anestesia dan Asuhan Kritis
Keseminatan
2. Tingkat Propinsi
Pengurus Cabang
a. Pengurus cabang adalah Pimpinan
organisasi pada tingkat Propinsi yang
berkedudukan di Ibukota propinsi.
b. Susunan pengurus dapat mengikuti
susunan struktur PP atau disusun sesuai
kebutuhan organisasi ditingkat propinsi.
c. Badan kelengkapan lain dapat
ditambahkan bila sangat dibutuhkan
perhimpunan dengan mengacu pada
peraturan organisasi.
55
3. Komisariat
Di tingkat Kabupaten/ Kotamadya yang
anggotanya lebih dari lima (5) anggota, boleh
membentuk Komisariat.
Pasal 15
Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus
1. Pengurus Pusat
a. Status
Sebagai struktur kepemimpinan
tingkat pusat atau Nasional.
Ketua dipilih oleh kongres dan
mempunyai kewenangan penuh
menyusun kepengurusan baru,
dengan mempertimbangkan
kebutuhan anggota.
Masa jabatan adalah 3 (tiga) tahun.
Ketua yang sudah menjabat 2 (dua)
periode kepengurusan, tidak dapat
dipilih kembali.
56
b. Tugas dan Wewenang
Melaksanakan isi anggaran dasar,
anggaran rumah tangga dan semua
keputusan yang telah ditetapkan
kongres.
Mewakili perhimpunan dalam
masalah organisasi di forum nasional
dan internasional.
Ikut serta dalam musyawarah cabang
sekaligus melantik dan mengesahkan
kepengurusan baru cabang.
Melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas pengurus cabang
terutama dalam melaksanakan
program kerja organisasi.
Membina hubungan baik dengan
semua lembaga yang ada,
pemerintah maupun swasta di dalam
maupun di luar negeri, khususnya
dengan lembaga yang berhubungan
dengan bidang kesehatan dan
57
kedokteran.
Membentuk Kelompok kerja (POKJA)
yang bertugas menyelesaikan fungsi-
fungsi organisasi bila diperlukan.
Seluruh amanah kongres dan
program kerja dipertanggung
jawabkan di kongres.
c. Tata cara pengelolaan.
Pengurus pusat menjalankan tugas
segera setelah dilakukan serah terima
dengan pengurus pusat demisioner.
Serah terima kepengurusan dilakukan
paling lambat 30 hari setelah
selesainya kongres, kecuali ada
masalah yang sangat krusial.
Hal-hal yang belum tercantum dalam
tata cara pengelolaan ini diatur dalam
peraturan-peraturan tersendiri
sepanjang tidak bertentangan dengan
anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga.
58
2. Ketua Umum.
Ketua bertugas dan bertanggung jawab :
a. Memimpin kepengurusan dalam
menjalankan tugas perhimpunan.
b. Melakukan pembinaan dalam
pelaksanaan tugas pengurus.
c. Bertindak atas nama pengurus
pusat menyampaikan pertangung
jawaban kegiatan perhimpunan
selama masa jabatannya pada
kongres.
d. Menyusun pengurus pusat dan
dapat melakukan pergantian
pengurus antar waktu.
e. Bila ketua umum yang diangkat
oleh kongres berhalangan tetap
atau meninggal dunia maka ketua
umum dijabat sementara oleh
Ketua I sampai ketua umum yang
baru dipilih dan ditetapkan oleh
rapat pengurus pusat dari salah
satu anggota pengurus pusat.
59
3. Ketua I Bidang Pelayanan dan Pengembangan
Profesi.
Ketua I bertugas dan bertanggung jawab :
a. Mewakili ketua umum dalam
melaksanakan tugas-tugas
pelimpahan.
b. Bersama dengan ketua umum
mengkoordinasikan kegiatan bidang
Pelayanan dan Pengembangan
Profesi.
c. Membina dan koordinasi kegiatan
perhimpunan di daerah Indonesia
Barat.
d. Bertanggung jawab kepada ketua
umum.
4. Ketua II Bidang Pendidikan, Pelatihan dan
Pembinaan Anggota.
Ketua II bertugas dan bertanggung jawab:
a. Mewakili ketua umum dalam
melaksanakan tugas-tugas
60
pelimpahan.
b. Bersama dengan ketua umum
mengkoordinasikan kegiatan bidang
Pelayanan Profesi dan Etika dan
Perhimpunan keseminatan.
c. Membina dan koordinasi kegiatan
perhimpunan di daerah indonesia
Tengah.
Bertanggung jawab kepada ketua
umum.
5. Ketua III Bidang Organisasi dan Kesejahteraan
Anggota.
Ketua III bertugas dan bertanggung jawab :
a. Mewakili ketua umum dalam
melaksanakan tugas-tugas
pelimpahan.
b. Bersama dengan ketua umum
mengkoordinasikan kegiatan
bidang organisasi dan
kesejahteraan anggota,
c. Membina dan koordinasi kegiatan
61
perhimpunan di daerah Indonesia
Timur.
d. Bertanggung jawab kepada ketua
umum.
6. Sekretaris Umum
Sekretaris umum bertugas dan bertanggung
jawab :
a. Memimpin dan bertanggung jawab
atas kegiatan administrasi
organisasi.
b. Membantu kelancaran pekerjaan
Ketua Umum, Ketua I, II dan III
dalam melaksanakan tugas,
wewenang dan tanggung jawab.
c. Mewakili tugas Ketua Umum atau
Ketua I, II, dan III bila berhalangan.
d. Melaksanakan tugas yang
dilimpahkan Ketua Umum.
e. Membantu kelancaran tugas para
pengurus lainnya, dan pengurus
cabang.
62
f. Bertanggung jawab kepada ketua
umum.
7. Sekretaris I,II,III
Sekretaris I,II,III bertugas dan bertanggung
jawab :
a. Melaksanakan tugas pelimpahan
sekretaris umum.
b. Sekretaris I, membidangi atau
melakukan tugas- tugas
kesektariatan dan tata usaha.
c. Sekretaris II, membidangi atau
melakukan tugas- tugas Inventaris
dan Aset.
d. Sekretaris III. membidangi atau
melakukan tugas- tugas Data
Informasi, Humas dan Web
e. Membantu sekretaris terkait tugas
administrasi yang di bawah kendali
Ketua I, II dan III.
f. Bertanggung jawab langsung
terhadap sekretaris umum.
63
8. Bendahara Umum.
Bendahara umum bertugas dan bertanggung
jawab :
a. Bendahara mengkoordinasikan
tugas administrasi keuangan dan
akutansi.
b. Bendahara melaporkan semua
sumber penghasilan perhimpunan
secara terbuka, akuntabel,
pelaporan dilakukan minimal satu
kali dalam sebulan kepada Ketua
Umum.
c. Bekerja sebagai orang yang
bertanggungjawab mentransfer atau
membayarkan gaji staf.
d. Melakukan verifikasi akhir secara
keseluruhan pengeluaran dan
penerimaan organisasi.
e. Mencatat sistim penggajian dan
sistim kontrak kepegawaian
kesekretariatan.
64
9. Bendahara I,II
Bendahara I,II bertugas dan bertanggung
jawab :
a. Melakukan pengelola administrasi
keuangan.
b. Bendahara I Mencatat dan
menganalisa serta
mendokumentasikan penerimaan
organisasi.
c. Bendahara II mencatat, menganalisa
dan mendokumentasikan
pengeluaran organisasi.
d. Membantu kebutuhan / perencanaan
keuangan Ketua I, II dan III.
e. Melakukan tugas pelimpahan
bendahara umum.
f. Bertanggung jawab langsung ke
bendahara umum.
10. Ketua Cabang dan jajarannya.
Sebagai perpanjangan struktur organisasi di
pusat maka para pengurus cabang melakukan:
65
a. Penyesuaian struktur organisasi di
tingkat cabang sesuai kebutuhan,
dengan tetap berpedoman pada
struktur yang ada diatasnya.
b. Menyusun deskripsi struktur, fungsi
dan kewenangan organisasi di
tingkat cabang.
c. Melakukan sosialisasi AD/ART dan
program kerja organisasi pada
anggota
66
BAB VII
KOLEGIUM
Pasal 17
Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif (KATI)
adalah salah satu unsur dalam struktur
kepengurusan perhimpunan, yang berwenang
mengarahkan, membina dan menentukan
kebijaksanaan dalam sistem pendidikan
anestesiologi dan terapi intensif dan bersifat
otonom, maka:
1. Perangkat struktur dan peraturan organisasi
tersendiri, namun tetap berpedoman pada
anggaran dasar Perdatindan tetap mengacu
Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia
(MKKI).
2. Mengkoordinasikan dan mendiskusikan
rencana dan pelaksanaan serta evaluasi
program KATI kepada Ketua Pengurus Pusat
Perdatin.
3. Menyampaikan laporan akhir tugas Kolegium
pada Sidang khusus kolegium.
67
4. Mengembangkan dan mengupayakan baik
kualitas maupun kuantitas dokter spesialis
anestesiologidan terapi intensif.
5. Pemilihan Ketua Kolegium dilaksanakan pada
sidang khusus pleno kolegium.
6. Ketua Kolegium terpilih, disahkan oleh
Kongres Nasional.
7. Struktur organisasi kolegium disusun sesuai
dengan kebutuhan kolegium.
8. Anggota terdiri dari komisi dan anggota Ex-
Officio.
9. Kekuasaan dan Wewenang
a. Mengembangkan katalog/ kurikulum
pendidikan anestesiologi untuk dokter
umum dan dokter spesialis anestesiologi
dan terapi intensif, dan dokter spesialis
anestesiologi dan terapi intensif konsultan.
b. Memantau dan membina pelaksanaan
pendidikan.
c. Menetapkan standarisasi dan akreditasi
pusat pendidikan dokter spesialis
anestesiologi dan terapi intensif, dan
dokter spesialis anestesiologi dan terapi
68
intensif konsultan.
d. Merencanakan dan melaksanakan ujian
nasional.
e. Merencanakan jumlah peserta didik
sesuai dengan kebutuhan nasional.
f. Menilai kompetensi dokter spesialis
anestesiologi dan terapi intensif, dan
dokter spesialis anestesiologi dan terapi
intensif konsultan lulusan luar negeri.
g. Menyelenggarakan dan membina kerja
sama dengan Kolegium lain bidang
kedokteran baik dalam maupun luar
negeri.
h. Memberikan asupan untuk pendidikan S1
kedokteran dalam bidang yang berkaitan
dengan anestesiologi dan terapi intensif.
i. Menerbitkan Sertifikat Kompetensi untuk
keperluan mendapatkan STR.
j. Menyusun dan melaksanakan akreditasi
institusi pelaksana pendidikan
anestesiologi.
69
BAB VIII
MAJALAH PERHIMPUNAN
Pasal 18
1. Dewan Redaksi
status:
a. Dewan redaksi terdiri dari Pimpinan
Redaksi, Wakil pimpinan redaksi, Anggota
dan Editor.
b. Masa jabatan dewan redaksi Majalah
Anestesia & Critical Care sesuai dengan
masa kepengurusan.
c. Sekretariat Dewan redaksi Majalah
Anestesia & Critical Care dapat ditentukan
tersendiri oleh Pengurus Pusat Perdatin.
d. Tata cara pengelolaan.
a. Dewan redaksi Majalah Anestesia &
Critical Care segera menjalankan
tugas setelah dilantik.
b. Pembiayaan untuk menjalankan
Majalah Anestesia & Critical Care
berasal dari iuran anggota ataupun
70
usaha lainnya yang sah.
c. Pengelolaan Majalah Anestesia &
Critical Care tidak bersifat
komersial.
d. Bilamana penanggung jawab
Majalah Anestesia & Critical Care
yang diangkat oleh kongres
berhalangan tetap atau meninggal
dunia maka kedudukan penanggung
jawab Majalah Anestesia & Critical
Care dijabat sementara oleh wakil
penanggung jawab sampai
penanggung jawab Majalah
Anestesia & Critical Care yang baru
dipilih dan ditetapkan rapat
pengurus pusat dari salah seorang
anggota dewan redaksi Majalah
Anestesia & Critical Care.
e. Hal-hal yang belum tercantum
dalam pengelolaan ini diatur dalam
peraturan tersendiri sepanjang tidak
bertentangan dengan anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga.
71
BAB IX
KEKAYAAN
Pasal 19
1. Perhimpunan mempunyai kekayaan awal yang
berasal dari kepengurusan awal berdirinya
perhimpunan atau dari para pendiri organisasi.
2. Selain kekayaan yang dimaksud ayat 1 (satu)
perhimpunan dapat juga diperoleh:
a. Iuran anggota
b. Hibah
c. Hibah wasiat
d. Sumbangan dan bantuan yang tidak
mengikat;
e. Perolehan atau keuntungan lain yang tidak
bertentangan dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga perhimpunan dan/
atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
g. Kekayaan perhimpunan harus diaudit oleh
auditor independen setiap akhir
kepengurusan.
72
BAB X
ATRIBUT PERDATIN DAN HIMNE
Pasal 20
Atribut
1. Mahkota bunga wijaya kusuma dengan daun
mahkota warna merah berjumlah 9 (sembilan)
helai kearah dalam berupa jalur melingkar
dengan warna dasar putih bertuliskan
PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS
ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
73
INDONESIA : berwarna hitam, melingkari suatu
bulatan berwarna dasar biru muda
bergambarkan eskulap warna putih melilit
gambar kilat berwarna kuning emas, dibawah
eskulap bertuliskan semboyan : WASPADA
DASA NETRA.
2. Vandel, Bendera dan seragam Perdatin akan
dibuat tersendiri bila diperlukan.
Pasal 21
Himne dan Mars
Himne dan Mars PERDATIN telah disetujui dan
disahkan dalam Kongres Nasional III di Surabaya,
dan wajib dikumandangkan di setiap acara ilmiah
perhimpunan dan kongres. Himne Perdatin
diciptakan oleh, Bambang Suryono dr., SpAn.,
KNA., KAO, Dr. H. Syarif Sudirman dr., SpAn.,
KAR., KMN dan Endang Melati Maas dr., SpAn.,
KIC., KAP.
74
BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR / ANGGARAN
RUMAH TANGGA
Pasal 22
1. Perubahan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga PERDATIN hanya dapat
dilakukan dalam kongres, rencana perubahan
tersebut diajukan oleh pengurus pusat atau
cabang, selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sebelum kongres.
2. Perubahan anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga yang berkaitan dengan
kolegium diusulkan oleh kolegium melalui
pengurus pusat selambat-lambatnya 3 (tiga)
bulan sebelum kongres.
75
BAB XII
PEMBUBARAN ORGANISASI
Pasal 23
1. Pembubaran PERDATIN hanya dapat
dilakukan oleh kongres yang dilaksanakan
khusus untuk itu.
2. Keputusan pembubaran PERDATIN harus
disetujui sekurang-kurangnya oleh 2/3 suara
yang sah.
3. Sesudah pembubaran, maka segala hak milik
PERDATIN diserahkan kepada badan sosial
atau perkumpulan yang ditetapkan oleh
Kongres Nasional.
76
BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 24
1. Setiap anggota Perhimpunan dianggap telah
mengetahui isi anggaran rumah tangga.
2. Perselisihan dan penafsiran anggaran rumah
tangga diputuskan oleh pengurus pusat.
3. Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran
rumah tangga PERDATIN dimuat dalam
peraturan tersendiri sepanjang tidak
bertentangan dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga PERDATIN.
77
BAB XIV
ATURAN PERALIHAN
Pasal 25
Perhimpunan harus melaksanakan perubahan
peraturan (aturan peralihan) dari organisasi profesi
diatasnya (Ikatan Dokter Indonesia) atau
perundangan–undangan yang berlaku di Indonesia.
78
BAB XV
PENUTUP
Pasal 26
4. Setiap anggota PERDATIN harus mentaati isi
anggaran rumah tangga PERDATIN.
5. Setiap anggota yang jelas melanggar
anggaran rumah tangga dikenai sanksi
organisasi sebagaimana yang diatur dalam
ketentuan tersendiri.
6. Dengan disahkannya anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga ini maka anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku.
79
80