KUALITAS BATU SAREN DARI BATU KUMBUNG (DOLOMIT)
SEBAGAI BAHAN PASANGAN DINDING KONSTRUKSI GEDUNG DI
DESA MEREK KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
ARTIKEL
OLEH
HERDITA AGUS SETYAWAN
NIM 305522379776
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN
AGUSTUS 2008
KUALITAS BATU SAREN DARI BATU KUMBUNG (DOLOMIT)
SEBAGAI BAHAN PASANGAN DINDING KONSTRUKSI GEDUNG DI
DESA MEREK KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
ARTIKEL
Diajukan kepada Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi persyaratan dalam
menyelesaikan studi pada Program
Diploma Teknik Sipil
dan Bangunan
Oleh
Herdita Agus Setyawan
NIM 305522379776
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN
Agustus 2008
LEMBAR PERSETUJUAN
Artikel hasil penelitian dengan judul “Kualitas Batu Saren dari Batu Kumbung
(Dolomit) sebagai Bahan Dinding Bangunan Rumah Tinggal dari Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan” oleh Herdita Agus Setyawan ini telah disetujui
untuk disertakan dalam pengumpulan naskah Proyek Akhir.
Malang, 25 Agustus 2008
Pembimbing I
Ir. B. Sri Umniati, M.T.
NIP 132163517
Pembimbing II
Drs. Bambang Widarta, M.T.
NIP 131283338
KUALITAS BATU SAREN DARI BATU KUMBUNG (DOLOMIT)
SEBAGAI BAHAN PASANGAN DINDING KONSTRUKSI GEDUNG DI
DESA MEREK KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
Oleh:
Herdita Agus Setyawan1
Ir. B. Sri Umniati, M.T.2
Drs. Bambang Widarta, M.T. 3
Abstrak : Tanah liat dari Kabupaten Lamongan tidak layak digunakan untuk bahan
pembuatan bata merah pejal untuk pasangan dinding disebabkan mengandung
kadar garam. Sebagai pengganti digunakan bahan altenatif yaitu batu saren dari
batu kumbung (dolomit). Sampai saat ini belum ada pengujian terhadap kualitas
batu saren sebagai bahan konstruksi bangunan, penelitian ini bertujuan
mengetahui kualitas batu saren dan diharapkan layak digunakan sebagai bahan
pasangan dinding.
Batu saren yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Desa Merek
Kec. Paciran Kab. Lamongan, yaitu batu kumbung (dolomit) yang dipotong
keliling menggunakan gergaji dan siap dijual dengan ukuran panjang 27 cm, lebar
12 cm dan tebal 8 cm, bentuk prisma segi empat panjang, warna putih dengan
rumus kimia CaMg(CO3)2 dan tidak memiliki kandungan garam. Batu kumbung
(dolomit) yang berkualitas adalah yang berada di bawah permukaan tanah.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil FT Universitas Negeri
Malang, tanggal 7 Juli sampai 20 Juli 2008 dengan sampel 30 buah batu saren.
Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah aksidental sampling. Variabel yang diuji meliputi sifat
tampak, ketepatan ukuran, kerapatan semu, penyerapan air dan kuat tekan. Hasil
pengujian dibandingan dengan SNI 15-2094-2000 dan khusus hasil pengujian
kuat tekan dibandingkan juga dengan PUBI-1982, penarikan kesimpulan
berdasarkan hasil perbandingan antara hasil pengujian dengan standart
Hasil pengujian (1) sifat tampak (keadaan fisik) mendiskripsikan rata-rata
82% memenuhi standart berbentuk prisma segi empat panjang, rusuknya siku,
bidang-bidang datar rata dan tidak menunjukkan retak-retak, (2) ketepatan ukuran
mendiskripsikan rata-rata penyimpangan panjang 3,97 mm memenuhi standart
karena < ± 5 mm, lebar 2,50 mm memenuhi standart karena < ± 6 mm, tebal 2,37
mm memenuhi standart karena < ± 3 mm, (3) koefisien kerapatan semu rata-rata
1,5 gram/cm3 memenuhi standart karena > 1,2 gram/cm
3, (4) koefisien penyerapan
air rata-rata 6% memenuhi standart karena < 20%, (5) koefisien kuat tekan rata-
rata 123 kg/cm2 memenuhi standart PUBI-1982 pada kelas 25, 50 dan 100 serta
memenuhi syarat SNI 15-2094-2000 pada kelas 50 dan 100.
Hasil pengujian menyimpulkan bahwa batu saren dari Desa Merek Kec.
Paciran Kab. Lamongan layak digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi
pasangan dinding.
Kata kunci: batu saren, kumbung (dolomit), kualitas
Herdita Agus Setyawan adalah Mahasiswa Teknik Sipil dan Bangunan, Jurusan
Teknik Sipil. Artikel ini diangkat dari Proyek Akhir Ahli Madya, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang
B. Sri Umniati dan Bambang Widarta adalah Dosen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang.
1
2
Konstruksi dinding gedung di wilayah pesisir pantai seperti Lamongan,
Gresik, Tuban, dan kota lain-lain yang dekat dengan tepi pantai biasanya tidak
menggunakan tanah liat sebagai bahan dasar pembuatan bata merah pejal karena
tanah tersebut mengandung kadar garam yang tinggi akibat dari bercampurnya air
laut dengan tanah liat sehingga tanah di daerah tersebut tidak dapat memenuhi
standardisasi bata merah pejal sebagai bahan dasar pasangan dinding bangunan
gedung dan rumah tinggal.
Akibat dari adanya kadar garam pada bata merah pejal, mengakibatkan
bata merah pejal menjadi lapuk, hal ini akan nampak jelas pada permukaan
tembok bata yang tidak diplester. Pelapukan akibat garam-garam yang larut,
mengakibatkan ikatan yang buruk antara bata dengan adukan, sehingga daya tahan
tembok menjadi rendah. Dengan demikian akan membahayakan bagi konstruksi
tembok tersebut. Pelapukan menyebabkan ikatan buruk antara plesteran dan
tembok(Yunaefi dan Nurani, Puri, 1996:26). Oleh karena itu diperlukan bahan
alternatif lain yang berkualitas. Bahan alternatif tersebut adalah batu saren.
Batu saren adalah batu yang dibuat dari batu kumbung (dolomit) dengan
cara digergaji keliling menjadi bentuk prisma segi empat panjang pejal dengan
ukuran ±27 cm x 13 cm x 10 cm, menyerupai bata merah pejal dan digunakan
sebagai bahan pasangan dinding konstruksi gedung.
“Dolomit adalah batu kapur yang berubah sifatnya karena air laut (Ca
dengan sedikit atau banyak MgCO3)” (Soemargono, 1974:11) dan “Jika
mengandung Fe, mudah lapuk. H = 4” (Soemargono, 1974:7). H = 4 yaitu urutan
skala ke 4 dari 10 skala urutan derajat kekerasan mineralnya. Dibawah ini adalah
tabel 1. mengenai dolomit menurut frick
Tabel 1. Skala derajat kekerasan mineral (Soemargono, 1974:6)
10 Skala Derajat Kekerasan Mineral Oleh M o h s:
Talk H = 1 Veldspaat H = 6
Gips H = 2 Kwarts H = 7
Kalkspaat H = 3 Topaas H = 8
Vloeispaat H = 4 Korund H = 9
Apetit H = 5 Diamont (Intan) H = 10
Dolomit merupakan golongan batuan sedimen (batu endapan). Batu
endapan juga masih dibagi lagi dalam dua jenis, yaitu menurut cara
3
pengendapannya: (a) Endapan-endapan kimia; (b) Endapan-endapan mekanis.
Batu dolomit termasuk batuan endapan-endapan kimia.
“Endapan kimia yaitu endapan membentuk batu-batu seperti batu kapur,
batu gips dan dolomit. Dalam proses ini mineral-mineral tidak diikat oleh bahan
pengikat” (Soemargono, 1974:10).
Tabel 2. Batu akibat pengerasan dan penggunaannya (Frick, 2006:71)
Golongan
batu
Jenis
batu/
tempat
asal
Berisi
mineral
Bentuk
batuan Warna Sifat Penggunaan
Batu kapur Dolomit
- sekapuk
(Jatim)
Kapuspar
dengan
magnesit
Masir
halus
berpasir
Abu-abu
kuning
Lebih
keras
daripada
kapur
murni
Pelat lapis
dinding dan
lantai
Dinyatakan oleh (Madiapoera,1990) bahwa penyebaran dolomit yang
cukup besar terdapat di Propinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Madura serta Papua. Dolomit dapat digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan kaca, keramik, pupuk, bahan pasangan dinding (batu saren) dan
lain-lain.
Dalam penggunaan batu saren dari batu kumbung (dolomit) sebagai bahan
pasangan dinding konstruksi bangunan, konsumen belum memiliki landasan
spesifikasi kualitas bahan batu saren yang jelas. Karena produsen maupun pejabat
yang berwenang belum ada yang mengontrol produksinya sesuai dengan standart
kualitas bahan pasangan dinding konstruksi gedung. Maka pentingnya dilakukan
penelitian ini untuk memperoleh hasil kualitas dari batu saren tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis berkeinginan mengidentifikasi
sejauh mana tingkat kualitas batu saren sebagai bahan pasangan dinding
konstruksi gedung yang berasal dari Desa Merek Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan terutama meliputi dua hal: (1) kualitas fisik meliputi prosentase sifat
tampak (keadaan fisik), rata-rata ketepatan ukuran, koefisien kerapatan semu dan
koefisien penyerapan air pada batu saren, (2) kualitas mekanis yaitu koefisien kuat
tekan rata-rata batu saren. Penelitian ini mengacu pada standardisasi kualitas mutu
bata merah pejal untuk pasangan dinding yaitu Standart Nasional Indonesia (SNI
Tabel ini disarikan menurut: Ebinghaus, Hugo. Op. hlm 6-9
4
15-2094-2000) dan Peratuan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI-1982).
Karena batu saren dinilai mempunyai kekuatan serta mutu yang sebanding dengan
kekuatan pada bata merah pejal sebagai bahan pasangan dinding, maka perlu
dilakukan pembuktian tentang anggapan tersebut dengan cara melakukan
penelitian tentang kualitas batu saren. Pengujian batu saren ini bisa diharapkan
dapat menjadi pelengkap sebagai bahan referensi pada Standart Nasional
Indonesia (SNI).
Standart Kualitas Bahan Pasangan Dinding Batu Saren (Dolomit)
1. Standart Sifat Tampak
Karena batu saren dari batu kumbung (dolomit) yang digunakan sebagai
bahan pasangan dinding bangunan gedung dan rumah tinggal belum ada
standardisasinya dan mempunyai fungsi yang sama sebagai bahan pasangan
dinding konstruksi gedung dan rumah tinggal maka dapat menggunakan acuan
standart bata merah pejal untuk pasangan dinding yang telah disahkan oleh
Bandan Standardisasi Nasional (SNI 15-2094-2000). Bata merah pejal untuk
dinding harus memenuhi syarat mutu sifat tampak sebagai berikut:
• berbentuk prisma segi empat panjang,
• mempunyai rusuk-rusuk yang siku,
• bidang-bidang datar yang rata,
• tidak menunjukkan retak-retak.
2. Standart Ukuran dan Toleransi
Standart Nasional Indonesia (SNI 15-2049-2000) ini menetapkan ukuran dan
toleransi yang diizinkan untuk bata merah pejal untuk bahan pasangan dinding
sesuai tabel 3.
Tabel 3.Ukuran dan toleransi bata merah pejal untuk pasangan dinding
Modul Tinggi Lebar Panjang
M – 5a 65 ± 2 90 ± 3 190 ± 4
M – 5b 65 ± 2 100 ± 3 190 ± 4
M – 6a 52 ± 3 110 ± 4 230 ± 5
M – 6b 55 ± 3 110 ± 6 230 ± 5
M – 6c 70 ± 3 110 ± 6 230 ± 5
M – 6d 80 ± 3 110 ± 6 230 ± 5
(SNI. 15-2049-2000:2) satuan : mm
5
3. Standart Kerapatan Semu (Apparent Density)
Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI 15-2094-2000). Kerapatan
semu minimum bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah 1,2 gram/cm2.
4. Standart Penyerapan Air (Volume Air yang Diserap)
Menurut Standart Nasional Indonesia (SNI 15-2094-2000) dalam
referensinya yang berjudul “Bata merah pejal untuk pasangan dinding”
menetapkan bahwa maksimum penyerapan air yaitu: Penyerapan air maksimum
bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah 20%.
5. Standart Kuat Tekan Rata-rata
Tabel 4. Kuat tekan rata-rata minimum dan koefisien variasi untuk bata merah
pejal untuk pasangan dinding.
Kelas Kuat tekan rata-rata minimum dari 30 buah bata yang diuji
Kg f/cm2 N/mm
2
50 50 5
100 100 10
150 150 15
(Sumber : SNI 15-2049-2000:2)
Tabel 5. Kuat tekan rata-rata minimum dan koefisien variasi yang diijinkan untuk
bata merah pejal
Kelas Kuat tekan rata-rata minimum dari 30 buah bata yang diuji
Kg f/cm2 N/mm
2
25 25 2,5
50 50 5
100 100 10
150 150 15
200 200 20
250 250 25
(Sumber : PUBI -1982 : 50)
METODE
Populasi dan Sampel
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil FT Universitas Negeri
Malang, tanggal 7 Juli sampai 20 Juli 2008 dengan sampel 30 buah batu saren.
Batu saren dalam penelitian ini berasal dari Desa Merek Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan.
Batu saren diuji kualitasnya di laboratorium Teknik Sipil UM. Standart
jumlah benda uji yang digunakan untuk masing-masing pengujian mengacu pada
6
SNI 15-2094-2000 dalam referensinya berjudul “Bata merah pejal untuk pasangan
dinding” dan Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan 1 (Yunaefi dan Nurani, 1996).
Benda uji mempunyai ukuran lebar 12 cm x panjang 27 cm dan tebal 8 cm. 30
Benda uji batu saren tersebut dibagi menjadi 5 jenis pengujian kualitas bahan
yaitu: (1) 10 buah untuk pengujian sifat tampak, (2) 10 buah untuk pengujian
ukuran dan toleransi, (3) 3 buah untuk pengujian kerapatan semu, (5) 3 buah
untuk pengujian penyerapan air, (6) 10 buah untuk pengujian kuat tekan dan 4
buah sebagai cadangan. Dibawah ini adalah tabel 6. tentang jabaral variabel dan
indikator penelitian.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan alat untuk pengujian dari
Laboratorium Bahan Bangunan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang. Dari
pengujian kualitas batu saren, peralatan dan bahan yang digunakan sebagai
berikut:
Alat-alat
Alat yang digunakan untuk pengujian kualitas sifat tampak batu san yaitu:
(1) Penyiku dari bahan baja untuk memeriksa bidang datar serta kesikuan rusuk-
rusuknya.
Alat yang digunakan untuk pengujian kualitas ketepatan ukuran yaitu: (1)
Callipers atau jangka sorong atau mistar, panjang 30 cm dengan ketelitian 1 mm,
(2) Meteran, untuk mengukur benda uji, (3) Timbangan kapasitas lebih dari 2 kg,
dengan ketelitian 1 gram.
Alat yang digunakan pada pengujian kualitas kerapatan semu yaitut:
(1) Oven, yang suhunya dapat diatur konstan 100 - 110 °C dan dilengkapi
ventilator, (2) Clamp, untuk mengepit batu dari oven, (3) Timbangan, dengan
ketelitian 1 gram, (4) Bejana, berisi air, (5) Mesh Basket, untuk menempatkan
batu saren yang sedang ditimbang dalam air, (6) Kain lap, untuk menghilangkan
air dipermukaan bidang-bidangnya,
Alat yang digunakan pada pengujian kualitas penyerapan air yaitu: (1) Bak
atau ember plastik yang diisi air untuk merendam benda uji, (2) Kain lap, untuk
menghilangkan air dipermukaan bidang-bidangnya, (3) Timbangan, dengan
7
ketelitian 1 gram, (4) Oven, yang suhunya dapat diatur konstan 100 - 110°C dan
dilengkapi ventilator.
Alat-alat yang dipergunakan beserta fungsinya dalam pengujian kualitas
kuat tekan rata-rata sebagai berikut: (1) Sarung Tangan, untuk melindungi tangan,
(2) Meteran, untuk mengukur benda uji yang akan dipotong, (3) Penyiku, untuk
menyikukan dan menyikukan pengukuran dalam pemotongan, (4) Gergaji potong,
untuk memotong benda uji batu saren menjadi 4 bagian, (5) Ayakan diameter 3.00
mm + 1.50 mm + pan, untuk memperoleh gradasi pasir lolos ayakan 3 mm, (6)
Kuas, dengan bulu kuas dari kawat untuk membersihkan kotoran pada lubang
ayakan, (7) Mesin penggetar elektrik atau shieve shaker, untuk menggoyang
ayakan secara elektrik, (8) Cawan, terbuat dari baja putih untuk campuran
luluhan, (9) Bak dan ember plastik, untuk menyimpan bahan, (10) Bak atau
Tangki pematang (curing tank) yang diisi air, (11) Cetok, untuk mengaduk atau
sebagai sendok luluhan dan untuk mengambil pasir dan semen, (12) Spatula, atau
pisau perata dibuat dari baja putih untuk meratakan adukan, (13) Timbangan,
dengan ketelitian 1 gram untuk menimbang benda uji, (14) Mesin tekan benda uji,
menggunakan Standart Kuat Tekan yang telah dimodifikasi dan dikalibrasi
dengan Merek MBT untuk keperluan skala beban yang lebih kecil, pada kuat
tekan dalam satuan kg/cm2 atau N/ mm
2.
Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengujian sebagai berikut: (a) batu saren
yang berasal dari Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, (b) Portland Cemen
Gresik (untuk campuran 1 Semen Gresik : 3 Pasir Kwarsa), (c) Pasir kwarsa, lolos
ayakan 3 mm dan tertahan pada ayakan 1,5 mm, (d) Air Bersih (Sumur UM).
Rancangan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu jenis
penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu pengetahuan yang bermanfaat
bagi masyarakat. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah aksidental
sampling. Variabel yang diuji meliputi prosesntase sifat tampak (keadaan fisik),
rata-rata ketepatan ukuran, koefisien kerapatan semu, koefisien penyerapan air
dan koefisien kuat tekan.
8
Tabel 6. Jabaran variabel dan indikator penelitian
Variabel Sub Variabel Indikator Sumber
Data Instrumen Metode
K
U
A
L
I
T
A
S
B
A
T
U
S
A
R
E
N
a. Sifat Fisik:
Prosesntase
Sifat tampak
1. Kerataan bidang
2. Kesikuan rusuk
3. Retak-retak
3. Rongga dan
4. Ketajaman sisi
10 buah
batu
saren
-tabel pedoman
-penyiku baja
-gergaji besi
-kaca
Penga-
matan
b. Sifat Fisik:
Rata-rata
Ketetapan
Ukuran
(mm)
1. Panjang rata-rata
2. Lebar rata-rata
3. Tebal rata-rata
4. Berat rata-rata
10 buah
batu
saren
-tabel pedoman
-callipers
-roll meter
Uji
labora-
Torium
c. Sifat Fisik:
Koefisien
Kerapatan
Semu (<1,2
gram/cm3)
1. Kerapatan semu
3 buah
batu
saren
-tabel pedoman
-bak air
-timbangan
-oven
Uji
labora-
Torium
d. Sifat Fisik:
Koefisien
penyerapan
air
1. Prosentase
penyerapan air
selama 24 jam 3 buah
batu
saren
-tabel pedoman
-stop watch
-bak air
-ganjal pelat
-kain lap
-timbangan
-oven
Uji
labora-
torium
e. Sifat
Mekanik:
Koefisien
Kuat Tekan
Rata-rata
Hancur
Kg/cm2 (Mpa)
1. Kuat tekan rata-
rata hancur
2. Retak atau pecah 10 buah
batu
saren
-tabel pedoman
-mesin tekan
-bak mandi
-gergaji potong
Uji
labora-
torium
Proses pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1)
Menyiapkan bahan pengujian yaitu batu saren dari daerah Kecamatan Paciran
Kabupaten Lamongan, semen, pasir, dan air bersih dan merawatnya hingga waktu
uji pada umur yang telah diberlakukan, (2) melakukan pengujian sifat tampak,
ukuran dan toleransi, kerapan semu, penyerapan air dan kuat tekan rata-rata
dengan memakai pendekatan standart dan peraturan yang berlaku diantaranya:
(a) Standart Nasional Indonesia (SNI 15-2094-2000) mengenai Mutu dan Cara Uji
Batu Bata pejal untuk pasangan dinding, (b) Peraturan Umum Bahan Bangunan
Indonesia (PUBI 1982) mengenai Mutu dan Cara Uji Batu Bata, (c) Petunjuk
Praktikum Pengujian Bahan 1 mengenai cara uji batu bata, (4) mencatat hasil
pengujian dalam format tertentu (7) Melakukan analisis data dari hasil pengujian,
kemudian dilakukan pembahasan dengan menarik beberapa kesimpulan, (8)
Penutup.
9
Teknik Analisis Data
Hasil pengujian dibandingan dengan SNI 15-2094-2000 dan khusus hasil
pengujian kuat tekan dibandingkan juga dengan PUBI-1982, penarikan
kesimpulan berdasarkan hasil perbandingan antara hasil pengujian dengan
standart
HASIL
A. Kualitas Sifat Tampak
1. Hasil Prosentase Pengujian Kualitas Sifat Tampak Batu Saren
Dalam pengujian sifat tampak yang dilakukan terhadap 10 buah benda uji
dari 30 buah benda uji batu saren yang disediakan. pengujian ini mengacu pada
pengujian sifat tampak pada standardisasi bata merah pejal (SNI 15-2094-2000).
Sedangkan hasil pengujian sifat tampak dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil prosentase pengujian bidang-bidang tampak batu saren
Indikator
Penelitian
Hasil Pengujian
Rata-rata
Syarat mutu
SNI 15-2094-2000 Kualifikasi
Datar 90% • Bidang-bidang
datar yang rata, Datar, memenuhi
baik Tidak datar 10%
Siku 80% • Rusuk-rusuk
yang siku, Siku, memenuhi
baik Tidak siku 20%
Retak-retak 20% • Tidak retak-retak,
Tidak retak,
memenuhi baik Tidak retak 80%
Berongga 10% • Rongga max 15% memenuhi baik
Tajam 70% • Berbentuk prisma
segi 4 panjang.
Halus, memenuhi
bentuk baik Tidak tajam 30%
Rata-rata 82% Memenuhi baik
2. Interpretasi
Dari tabel 7. dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat tampak pada batu saren:
(a) keadaan permukaan batu saren sebagai bahan pasangan dinding memiliki
permukaan yang datar 90% dan 10% tidak datar, (b) rusuk-rusuknya siku 80% dan
20% tidak siku, (c) tidak retak 80% dan retak 20%, (d) tidak berongga 90 % dan
10 % berongga, (e) sisinya tajam 70% dan tidak tajam 30%.
Dalam Standardisasi bata merah pejal untuk pasangan dinding (SNI 15-
2094-2000) benda uji yang memenuhi standart harus berbentuk prisma segi empat
panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang siku, bidang-bidang datar yang rata dan
10
tidak menunjukkan retak-retak. Sehingga nilai rata-rata (dari 10 buah benda uji)
sifak tampak batu saren 82% termasuk memenuhi syarat.
B. Kualitas Ketepatan Ukuran
1. Hasil Rata-rata Pengujian Ketepatan Ukuran Batu Saren
Pengujian rata-rata ketepatan ukuran pada batu saren dilakukan terehadap
10 buah benda uji dari 30 buah benda uji batu saren yang disediakan. Pengujian
ini mengacu pada pengujian ukuran dan toleransi bata merah pejal pada
standardisasi bata merah pejal (SNI 15-2094-2000). Hasil pengujian berat dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Hasil rata-rata pengujian berat batu saren
Indikator
Penelitian
Berat Rata-
rata. (gram)
Syarat Mutu
Penetapan dan SNI 15-2094-2000
(mm1)
Kualifikasi
Berat benda
uji 375,73
Hanya sebagai notasi untuk ukuran
panjang, lebar dan tebal tiap benda uji -
Sedangkan hasil pengujian Ketepatan ukuran dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 9. Hasil rata-rata pengujian ketepatan ukuran batu saren
Indikator
Penelitian
Hasil Pengujian
Rata-rata
penyimpangan
maks. (mm1)
Syarat Mutu
Penetapan dan
SNI 15-2094-2000
(mm1)
Kualifikasi
Panjang 268,4 ( 3,97 ) 270 mm1 ( ± 5 )
3,97 < ± 5
Memenuhi sama
99,4%
Lebar 118,6 ( 2,5 ) 120 mm1 ( ± 6 )
2,5 < ± 6
Memenuhi sama
98,83%
Tebal 82,4 ( 2,37 ) 80 mm1 ( ± 3 )
2,37 < ± 3
Memenuhi sama
97,08%
Rata-rata Memenuhi sama
98,44%
2. Interpretasi
Dari hasil pengujian rata-rata ketepatan ukuran batu saren sebagai bahan
penyusun dinding diperoleh kesimpulan: (a) panjang rata-rata 268,4 mm1 (dari 10
benda uji) dinyatakan memenuhi syarat 99,4% sama karena penyimpangan
ukuran panjangnya 3,97 mm1, berarti tidak melebihi batas maksimum untuk
ukuran panjang ± 5 mm1, (b) lebar rata-rata 118,6 mm
1 (dari 10 benda uji)
11
dinyatakan memenuhi syarat 98,83% sama karena penyimpangan ukuran lebarnya
2,5 mm1, berarti tidak melebihi batas maksimum untuk ukuran panjang ± 6 mm
1,
(c) tebal rata-rata 82,4 mm1 (dari 10 benda uji) dinyatakan memenuhi syarat
97,08% sama karena penyimpangan ukuran tebalnya 2,37 mm1, berarti tidak
melebihi batas maksimum untuk ukuran tebal ± 3 mm1. Sehingga ukuran panjang,
lebar dan tebal pada batu saren 98,44% memenuhi syarat kualifikasi yang
ditetapkan oleh SNI 15-2094-2000.
C. Kualitas Kerapatan Semu
1. Hasil Koefisien Pengujian Kerapatan Semu Batu Saren
Dalam pengujian kerapatan semu pada batu saren dilakukan terhadap 3
buah benda uji dari 30 buah benda uji batu saren yang disediakan. Pada pengujian
ini mengacu pada pengujian kerapatan semu pada standardisasi bata merah pejal
(SNI 15-2094-2000). Hasil pengujian kerapatan semu dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil koefisien pengujian kerapatan semu batu saren
Indilator
penelitian
Hasil pengujian
rata-rata
Syarat Mutu SNI
15-2094-2000 Kualifikasi
Kerapatan semu
batu saren 1,5 gram/cm
3
Kerapatan semu
minimum bata merah
pejal untuk
pasangan dinding
adalah 1,2 gram/cm3
1,5 gram/cm3
> 1,2 gram/cm3
Memenuhi Baik
2. Interpretasi
Dari tabel 10. dapat dinyatakan hasil pengujian kerapatan semu pada batu
saren rata-rata 1,5 gram/cm3, berarti batu saren termasuk dalam batas kualifikasi
yang ditetapkan oleh SNI 15–2094–2000 yaitu batas minimum untuk kerapatan
semu yang dipakai untuk pasangan dinding, sedangkan bata merah pejal yang
dipakai untuk pasangan dinding minimum adalah 1,2 gram/cm3. Sehingga
kerapatan semu batu saren memenuhi syarat untuk dijadikan bahan bangunan
sebagai pasangan dinding.
D. Kualitas Penyerapan Air
1. Hasil Koefisien Pengujian Penyerapan Air Batu Saren
Pada pengujian kualitas penyerapan air pada batu saren dilakukan terhadap
3 buah benda uji dari 30 buah benda uji batu saren yang disediakan. Pengujian ini
12
mengacu pada standardisasi pengujian penyerapan air bata merah pejal sebagai
pasangan dinding (SNI 15-2094-2000). Hasil pengujian kualitas penyerapan air
dapat dilihat pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil koefisien pengujian penyerapan air batu saren
Indilator
penelitian
Hasil pengujian
rata-rata
Syarat Mutu SNI
15-2094-2000 Kualifikasi
Penyerapan air
batu saren 6%
Penyerapan air
maksimum 20% 6% < 20%
Memenuhi baik
2. Interpretasi
Dari tabel 11. dapat dinyatakan bahwa penyerapan air pada batu saren
rata-rata 6% berarti batu saren masih termasuk dalam batas kualifikasi yang
ditetapkan oleh SNI 15–2094–2000 yaitu batas maksimum untuk penyerapan air
adalah 20%. Sehingga penyerapan air pada batu saren memenuhi syarat sebagai
bahan pasangan dinding.
E. Kualitas Kuat Tekan Rata-Rata
1. Hasil Koefisien Pengujian Kuat Tekan Rata-Rata Batu Saren
Pada Pengujian kuat tekan rata-rata pada batu saren dilakukan terhadap 10
buah benda uji dari 30 buah benda uji batu saren yang disediakan. Pengujian ini
mengacu pada standart pengujian kuat tekan pada bata merah pejal. Hasil
pengujian menggunakan komposisi spesi campuran 1Pc : 3Ps yang berguna untuk
melekatkan dan meratakan bidang tekan batu saren. Dan hasil pengujian di
Laboratorium Bahan Bangunan Teknik Sipil Universitas Negeri Malang diperoleh
kuat tekan rata-rata dapat dilihat pada tabel 12.
A. Tabel 12. Hasil koefisien pengujian kuat tekan rata-rata batu saren dengan
campuran 1 Pc : 3 Ps
Indikator
Pengujian
Penampang Luas Bobot Kuat tekan
Rata-rata Ket.
Kls Bidang Tekan Bidang Hancur Batu Saren
Panjang Lebar (cm2) (KN) Kg/cm
2
Kuat tekan
Rata-rata 13,43 11,795 158,39 19,5 123,01 100
13
B. Tabel 13. Hasil Analisa koefisien pengujian kuat tekan rata-rata batu saren
dengan campuran 1 Pc : 3 Ps
Hasil Uji Syarat Mutu Kuat Tekan (N/mm2)
Kualifikasi Kuat Tekan
rata2 (kg/cm2)
PUBI-1982 SNI 15-2094-2000
123,01 Kelas 25.
2,5 (N/mm2) atau 25 kg f/cm
2 - 123 > 25
Memenuhi
123,01 Kelas 50.
5 (N/mm2) atau 50 kg f/cm
2
Kls 50.
50 (Kg/cm2) atau 5 MPa
123 > 50
Memenuhi
123,01 Kelas 100.
10 (N/mm2) atau 100 kg f/cm
2
Kls 100.
100 (Kg/cm2) atau 10 MPa
123 > 100
Memenuhi
123,01 Kelas 150.
15 (N/mm2) atau 150 kg f/cm
2
Kls 150.
150 (Kg/cm2) atau 15 MPa
123 < 150
Tidak
Memenuhi
123,01 Kelas 200.
20 (N/mm2) atau 200 kg f/cm
2
-
123 < 200
Tidak
memenuhi
123,01 Kelas 250.
25 (N/mm2) atau 250 kg f/cm
2
-
123 < 250
Tidak
memenuhi
2. Interpretasi
Dari hasil tabel 12. dan 13. dinyatakan bahwa koefisien kuat tekan rata-
rata batu saren adalah 123,01 kg/cm2 dengan komposisi spesi campuran 1Pc : 3Ps.
Maka hasil pengujian ini memenuhi standart PUBI-1982 pada kelas 25, 50 dan
100 yang mempunyai kuat tekan 25 N/mm2, 50 N/mm
2 dan 100 N/mm
2, serta
memenuhi standart SNI 15-2094-2000 kuat tekan batu bata pada kelas 50 dan 100
yang mempunyai kuat tekan 50 Kg/cm2 dan 100 Kg/cm. Sehingga batu saren yang
teruji mempunyai kuat tekan rata-rata 123,01 kg/cm2 memenuhi syarat pada kelas
tersebut diatas untuk dijadikan bahan bangunan sebagai bahan pasangan dinding.
PEMBAHASAN
1. Kualitas Sifat Tampak (Keadaan Fisik)
Berdasarkan pengujian sifat tampak meliputi pemeriksaan kedataran,
kesikuan, kelurusan tepi, keretakan, dan rongganya. Dari hasil pengujian didapat
bahwa hasil rata-rata sebagai berikut:
a. Kedataran pada batu saren bahan pasangan dinding diperoleh hasil rata 90%
(dari 10 benda uji) dan permukaan yang tidak rata 10%. Berarti 90% masuk
14
dalam batas kualifikasi yang ditetapkan SNI 15-2094-2000 yaitu benda uji
harus berbentuk prisma segi empat panjang yang bidang-bidang yang datar.
Ketidakdataran batu saren sebagai pasangan dinding disebabkan karena pada
waktu pemotongan tidak maksimal. “Batu alam yang baik permukaannya
harus mengkilap dan tidak ada tanda-tanda lapuk” (Soemargono:17).
b. Kesikuan pada batu saren bahan pasangan dinding diperoleh bahwa siku 80 %
(dari 10 benda uji) dan tidak siku 20%. Berarti 80% masuk dalam batas
kualifikasi yang ditetapkan SNI 15-2094-2000 yaitu benda uji harus berbentuk
prisma segi empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang siku. ketidaksikuan
20 % batu saren sebagai pasangan dinding disebabkan pada waktu penyikuan
dan pemotongan kurang maksimal, akibatnya: pasangan dindingnya miring,
kebutuhan bahan meningkat dan pemasangan dinding tidak maksimal serta
akan mengurangi nilai estetikanya. “bata merah harus mempunyai rusu-rusuk
yang tajam dan siku” (Frick, 2006:86).
c. Ketajaman sisi batu saren sebagai bahan pasangan dinding diperoleh bahwa
ketajaman sisi 80% (dari 10 benda uji) dan yang tidak tajam 20%. Berarti
masih termasuk 80% dalam batas kualifikasi yang ditetapkan SNI 15-2094-
2000 yaitu benda uji harus berbentuk prisma segi empat panjang, mempunyai
rusuk-rusuk yang siku, bidang-bidang datar yang rata dan tidak meunjukkan
retak-retak serta penjelasan (Soeharno,1994:42) bahwa “bata merah pejal
harus memiliki rusuk-rusuk yang siku-siku dan tajam”. Ketajaman sisi batu
saren dapat meningkatkan nilai estetika bangunan suatu bangunan dan
mempermudah tukang dalam pemasangan batu saren sebagai bahan pasangan
dinding. Tidak tajamnya sisi 20% pada batu saren disebabkan pada waktu
memindahkan letak batu saren kurang-hati-hati. “Batu alam yang baik harus
tahan terhadap aus” (Soemargono:17).
d. Retak dan tidak retaknya batu saren sebagai bahan pasangan dinding diperoleh
bahwa tidak retak 80% (dari 10 sepuluh benda uji) dan yang retak 20%.
Berarti masih termasuk 80% masuk dalam batas kualifikasi yang ditetapkan
SNI 15-2094-2000. 20% Keretakan batu saren sebagai pasangan dinding
akibat goncangan selama diperjalanan pada waktu berada di atas alat
transportasi kemudian saling tertindih antara batu satu dan lainnya, diatas
15
maupun di bawahnya. “Batu alam yang baik strukturnya harus kompak, keras,
licin dan sisinya tajam” (Soemargono:17).
e. Rongga dan tidaknya batu saren bahan pasangan dinding diperoleh bahwa
tidak berongga 70% (dari 10 benda uji) dan yang berongga 30%. Berarti masih
termasuk 70% dan 30% tidak masuk dalam batas kualifikasi yang ditetapkan
SNI 15-2094-2000. Adanya rongga pada batu saren sebagai pasangan dinding
disebabkan karena letaknya batu yang ditambang tambang berada pada lapisan
atas bukan pada lapisan bawah. Jika endapan yang diambil di bukan di
permukaan maka akan didapatkan lapisan yang padat yang disebabkan karena
adanya “Tekanan tersebut berlangsung dalam waktu lama, sehingga lapisan
tersebut membentuk sebuah agregat batuan yang padat (Munir, 2003:81).
Dari hasil pemeriksaan sifat tampak pada batu saren sebagai bahan
pasangan dinding diperoleh kesimpulan bahwa 82% (dari 10 benda uji)
dinyatakan memenuhi standart dan 18% tidak memenuhi standart yang ditetapkan
SNI 15-2094-2000 yaitu bata merah pejal untuk pasangan dinding harus
berbentuk prisma segi empat panjang, mempunyai rusuk-rsuk yang siku, bidang-
bidang datar yang ratadan tidak menunjukkan retak-retak dan sebagainya dan
hasil dari pengujian kesempurnaan bentuk dinyatakan dalam % dari jumlah yang
diperiksa. Berarti batu saren yang bentuknya sesuai standart diatas bisa digunakan
sebagai bahan pasangan dinding konstruksi bangunan.
2. Kualitas Ketepatan Ukuran
Dari hasil pengujian ukuran batu saren bahan pasangan dinding diperoleh
bahwa: (1) panjang rata-rata 268,4 mm1 dinyatakan memenuhi syarat sama
99,4% karena penyimpangan ukuran panjangnya 3,97 mm, berarti tidak melebihi
batas maksimum untuk ukuran panjang ± 5 mm, (2) lebar rata-rata 118,6 mm1
dinyatakan memenuhi syarat sama 98,83% karena penyimpangan ukuran lebarnya
2,5 mm, berarti tidak melebihi batas maksimum untuk ukuran panjang ± 6 mm,
(3) tebal rata-rata 82,4 mm1 dinyatakan memenuhi syarat sama 97,08%, karena
penyimpangan ukuran tebalnya 2,37 mm, berarti tidak melebihi batas maksimum
untuk ukuran tebal ± 3 mm. Sehingga ukuran panjang, lebar dan tebal pada batu
saren 98,44% memenuhi syarat kualifikasi yang ditetapkan oleh SNI 15-2094-2000.
16
Perbedaan ukuran yang sangat besar akan berakibat kebutuhan batu saren
sebagai bahan pasangan dinding menjadi meningkat atau berkurang dari jumlah
yang diperhitungkan. Perbedaan ukuran lebar akan berakibat sisi batu saren
sebagai bahan pasangan dinding tidak rata. Perbedaan ukuran tebal
mengakibatkan ketebalan spesi tidak sama. Hal ini akan menyebabkan kebutuhan
spesi meningkat dan bagus tidaknya sebuah batu saren dipengaruhi 2 faktor:
(1) bahan baku atau bahan dasar dari batu saren, (2) proses pembentukan
(pengukuran dan pemotongan).
3. Kualitas Kerapatan Semu
Kerapatan semu meliputi: Berat kering, berat setelah direndam, berat
dalam bejana yang berisi air dan volume batu saren. Kerapatan semu dipengaruhi
volume rongga yang ada pada batu saren sampai seberapa penuh mengisi air pada
rongga batu saren sehingga mempengaruhi berat sebenarnya. Jika terlalu banyak
volume rongga yang terisi air maka kerapatan semunya semakin ringan, tetapi
sebaliknya jika volume rongga-rongga kecil dan sedikit, maka kerapatan semunya
akan semakin berat. Sesuai dengan teori bahwa ”tekanan yang berlangsung dalam
waktu yang lama, membuat lapisan-lapisan membentuk sebuah agregat batuan
yang padat. Munir” (2003:81).
Dari hasil pengujian kerapatan semu, menunjukkan bahwa batu saren
sebagai bahan pasangan dinding mempunyai kerapatan semu rata-rata sebesar
1,53 gram/cm3. Hal ini berarti batu saren sebagai bahan pasangan dinding
memenuhi syarat yang ditentukan SNI 15-2094-2000 yaitu kerapatan semu
minimum bata merah pejal untuk pasangan dinding adalah 1,2 gram/cm3.
4. Kualitas Penyerapan Air
Dari hasil pengujian kualitas penyerapan air pada batu saren maka dapat
diperoleh kesimpulan bahwa penyerapan air pada batu saren rata-rata 6%, berarti
batu saren sebagai bahan pasangan dinding masih termasuk dalam batas
kualifikasi yang ditetapkan SNI 15–2094–2000, yaitu batas maksimum untuk
penyerapan air adalah 20%. Dengan demikian dapat diartikan bahwa penyerapan
air pada batu saren tersebut kecil atau diterima sebagai bahan bangunan untuk
bahan pasangan dinding. Hal ini disebabkan struktur batu saren sangat padat.
17
Struktur pada batu saren yang sangat padat dapat menyebabkan kecilnya
penyerapan air, karena terjadi kesulitan air untuk dapat mengisi rongga-rongga
pada batu saren tersebut. Disamping itu kecilnya penyerapan air pada batu saren
juga dipengaruhi faktor kedalaman atau semakin jauh kebawah dari permukaan
bukit maka batuan sedimen semakin masif atau padat strukturnya. Batuan sedimen
yang letaknya di dalam bukit penyerapan airnya semakin kecil bila dibandingkan
dengan batuan dolomit yang letaknya di permukaan bukit karena lapisan tebal dari
akumulasi endapan, maka seluruh partikel-partikel dasar dari lapisan berubah
menjadi padat disebabkan adanya tekanan (beban) yang terlalu berat. ”Tekanan
tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga lapisan-lapisan tersebut
membentuk sebuah agregat batuan yang padat” (Munir, 2003:81).
Kecilnya penyerapan terhadap air sangat berpengaruh pada bahan
bangunan tersebut. Beberapa pengarus yang ditimbulkan oleh kecilnya
penyerapan air antara lain: memperkuat kekuatan pasangan dan air yang terdapat
dalam adukan spesi tidak langsung terserap oleh batu saren sehingga dapat
memperkuat daya rekat spesi. Sesuai dengan ”Syarat-syarat batu alam yang
berkualitas adalah hanya sedikit sekali pengikat air Soemargono” (1974:17).
5. Kualitas Kuat Tekan Rata-rata
Dari hasil pengujian kuat tekan pada batu saren diperoleh kesimpulan
bahwa kuat tekan pada batu saren adalah baik dan batu saren mempunyai daya
tahan terhadap tekan yang besar. Hasil pengujian kuat tekan rata-rata adalah
123,01 kg/cm2, berarti masih termasuk dalam batas kualifikasi yang ditetapkan
SNI 15-2094-2000 yaitu batas minimum kuat tekan rata-rata adalah 50 kg/cm2 dan
masih termasuk juga dalam batas kualifikasi yang ditetapkan PUBI 1982 yaitu
batas minimum kuat tekan rata-rata adalah 25 kg/cm2. sehingga kuat tekan batu
saren sebagai bahan pasangan dinding memenuhi syarat atau diterima.
Batu saren yang baik adalah endapan dolomit yang terletak di dasar bukit
yang kepadatan komposisinya masih terjaga artinya semakin ke dalam atau
semakin jauh dari permukaan bukit maka batu saren tersebut semakin tertekan
sampai masif atau padat karena tidak berinteraksi langsung dengan suhu dan
cuaca. “Tekanan tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga lapisan-
lapisan tersebut membentuk sebuah agregat batuan yang padat” (Munir, 2003:81).
18
Dari hasil pengujian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa “batu alam
yang berkualitas baik mempunyai kekerasan terhadap kuat tekan” (Soemargono,
1974:17).
Jadi batu saren bisa digunakan sebagai bahan bangunan pasangan dinding
yang tidak menerima beban struktur atau hanya dapat menerima beban antara
kelas 50-100 kg/cm2. Sedangkan untuk dinding masif (yang menerima beban dan
menyalurkan beban) atau bila digunakan untuk kuat tekan kelas 150 kg/cm2 tidak
disarankan dikarenakan hasil uji menunjukkan kuat tekan rata-rata adalah 123,01
kg/cm2. Sehingga apabila dipaksanakan akan terjadi kehancuran pada dinding.
Solusinya bahwa “dinding masif pada prinsipnya adalah dinding dari suatu bahan
bangunan saja, akan tetapi prinsip ini umumnya ditafsirkan lebih luas sehingga
mortar dan plesteran ditambahkan juga” (Setyawan dan Frick 2001:107).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil pengujian kualitas batu saren sebagai bahan pasangan dinding
dari daerah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Diperoleh hasil yang
menggembirakan, supaya lebih jelas hasil dari kesimpulan penelitian dijabarkan
sebagai berikut:
Hasil pengujian sifat tampak terhadap sampel menunjukkan bahwa 82%
batu saren memenuhi syarat mutu yang ditetapkan oleh SNI 15-2094-2000. Hal
ini menunjukkan bahwa batu saren dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pasangan dinding konstruksi bangunan gedung dari Desa Merek Kecamatan
Paciran Kabupaten Lamongan.
Hasil pengujian ketepatan ukuran menunjukkan bahwa: (a) rata-rata
penyimpangan panjang adalah 3,97 mm berarti memenuhi standart yaitu < ±5
mm, (b) rata-rata penyimpangan lebar adalah 2,5 mm berarti memenuhi standart
yaitu < ±6 mm, (c) rata-rata penyimpangan tebal adalah 2,37 mm berarti
memenuhi standart yaitu < ±3 mm. Berarti secara keseluruhan batu saren
memenuhi syarat mutu yang ditetapkan oleh SNI 15-2094-2000. Hal ini
menunjukkan bahwa batu saren dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar pasangan
dinding dari Desa Merek Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
19
Hasil pengujian kerapatan semu terhadap sampel menunjukkan bahwa
kualitas batu saren 1,5 gram/cm3. Berarti memenuhi syarat mutu yang ditetapkan
oleh SNI 15–2094–2000 yaitu batas minimum 1,2 gram/cm3. Hal ini
menunjukkan bahwa batu saren bisa digunakan sebagai bahan dasar pasangan
dinding dari Desa Merek Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Hasil pengujian penyerapan air terhadap sampel menunjukkan bahwa batu
saren 6%. Berarti memenuhi syarat mutu yang ditetapkan oleh SNI 15–2094–
2000 yaitu tidak boleh lebih dari 20%. Hal ini menunjukkan bahwa batu saren
bisa digunakan sebagai bahan dasar pasangan dinding dari Desa Merek
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Hasil pengujian kuat tekan rata-rata terhadap sampel menunjukkan bahwa
kuat tekan batu saren 123 kg/cm2 memenuhi syarat mutu kelas 25, 50 dan 100
yang ditetapkan oleh PUBI-1982 dan memenuhi syarat mutu kelas 50 dan 100
yang ditetapkan oleh SNI 15–2094–2000. Hal ini menunjukkan bahwa batu saren
bisa digunakan sebagai bahan dasar pasangan dinding dari Desa Merek
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.
Dari kesimpulan diatas, maka dapat disimpulkan secara umum bahwa
kualitas batu saren sebagai bahan dasar pasangan dinding dari Desa Merek
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan memenuhi syarat dan baik digunakan
sebagai bahan bangunan
Saran
Didasarkan pada hasil-hasil penelitian seperti yang telah disimpulkan
diatas, maka saran-saran yang dianggap cukup bermanfaat disajikan sebagai
berikut:
Dengan adanya penelitian ini dihimbaukan kepada masyarakat untuk
menggunakan batu saren dari Desa Merek Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan, karena batu saren di Desa Merek Kecamatan Paciran Kabupaten
Lamongan kualitasnya baik.
Produsen sebaiknya perlu memperhatikan tentang ketepatan bentuk dan
ukuran batu saren untuk pasangan dinding, Sehingga mempermudah konsumen
dalam perhitungan bahan dan kestabilan konstruksi dapat terjaga dengan baik.
Dikarenakan batu saren yang diproduksi di Desa Merek Kecamatan Paciran
20
Kabupaten Lamongan 18% tidak memenuhi syarat mutu bentuk prisma segi
empat panjang yang ditetapkan oleh SNI 15–2094–2000.
Penelitian ini hanya mengulas secara umum mengenai kualitas batu saren
sebagai bahan pasangan dinding, sehingga belum rinci dalam penyampaian
informasi kepada masyarakat, konsumen dan masing-masing produsen, dengan
demikian diharapkan diadakan penelitian lanjutan tentang batu saren yang lebih
rinci penyampaian informasinya.
RUJUKAN
Achmadi, Abu dan Narbuko, Cholid. 2005. Metodologi Penelitian.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2000. Bata Merah Pejal untuk
Pasangan Dinding SNI 15–2094–2000. Bandung:Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Industri Keramik.
Direktorat Penyeledikikan Masalah Bangunan,1982. Persyaratan Umum Bahan
Bangunan di Indonesia (PUBI-1982). Bandung: Departemen Pekerjaan
Umum Direktoral Jendral Cipta Karya.
Frick, Heinz dan Koesmartadi. 2006. Ilmu Bahan Bangunan. Yogyakarta:
Kanisius.
Gunawan, Rudy. 1978. Pengantar Ilmu Bangunan.Jogjakarta: Kanisius.
Munir, Moch. 2003. Geologi Lingkungan. Malang: Bayumedia Publishing.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara. 2005.
Informasi Mineral dan Batubara, Dolomit (Online), Ulasan. 1, No. 9,
(http://www.tekmira.esdm.go.id, diakses 19 Juli 2008).
Setiawan, L dan Frick, Heinz Pujo. 2001. Ilmu Konstruksi Struktur Bangunan.
Yogyakarta: Kanisius.
Soemargono. 1974. Pengetahuan Tentang Bahan Bangunan Batu Alam.
Penerbit: Rapi.
Sudjana. 1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Yunaefi dan Nurani, Puri. 1996. Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan 1.
Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik.