Download - Artikel (Deformasi Getas)(Rev3)
MODEL DEFORMASI GETAS DI ZONA SESAR KALIGARANG
SEMARANG
Fahrudin1 dan Tri Winarno
1
1Prodi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang
Sari
Kegiatan tektonik di Kota Semarang menyebabkan terbentuknya sesar. Identifikasi sesar
dan struktur penyerta yang tepat akan memberikan pemahaman kinematika dan dinamika
dari Zona Sesar Kaligarang. Zona Sesar Kaligarang sudah terbentuk sejak Tersier dengan
orientasi sistem tegasan σ1 = 37°, N158°E, σ2 =,45°, N12°E, σ3 = 30°, N244°E, yang
mengindikasikan pergeseran mendatar mengiri. Setelah itu pada Plio-Plistosen
mengalami reaktifasi dengan pergeseran mendatar menganan yang ditunjukkan oleh
orientasi sistem tegasan σ1 = 51°, N185°E, σ2 = 30°, N205°E, σ3 = 8°, N275°E. Selain itu,
kelurusan di sekitar Sesar Kaligarang mempunyai arah NEE-SWW sampai NWW-SEE.
Struktur ini disebabkan oleh aktivitas Gunung Unggaran.
Kata kunci: Sesar Kaligarang, sistem tegasan, reaktifasi, mendatar mengiri, mendatar
menganan
Abstract
Tectonic activities in Semarang have resulted fault formations. A proper identification on
faults and subsidiary structures will provide understanding on the kinematic and dynamic
of the Kaligarang Fault. The Kaligarang Fault Zone has been formed since the Tertiary
time with stress system orientation of σ1 = 37°, N158°E, σ2 =,45°, N12°E, σ3 = 30°,
N244°E indicating left lateral displacement. Afterwards during Plio-Plistocene, the
Kaligarang Fault Zone was reactivated with right lateral displacement as indicated by
stress system orientation of σ1 = 51°, N185°E, σ2 = 30°, N205°E, σ3 = 8°, N275°E. Beside
that, the linements at surroundings of the Kaligarang Fault have NEE-SWW until NWW-
SEE directions. This structures were caused by the Unggaran activities.
Keywords: Kaligarang Fault, stress system, reactivated, right lateral, left lateral
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penelitian mengenai aktivitas
tektonik di Semarang yang dilakukan
oleh Thanden dkk. (1996)
menyatakan bahwa kegiatan tektonik
paling akhir di Semarang terjadi pada
Plio-Plistosen. Simandjuntak (2003)
menyatakan bahwa di selatan
Semarang terdapat sesar naik (thrust
fault). Sesar ini dipotong oleh sesar
mendatar yang berarah baratlaut-
tenggara atau timurlaut-baratdaya,
diantaranya sesar Kaligarang.
Pramumijoyo (2000) menulis bahwa
sesar-sesar aktif di Semarang adalah
hasil tekanan pada arah utara-selatan.
Sesar naik yang aktif memotong
batuan berumur Plistosen Akhir
maupun yang lebih tua. Menurut
Helmy (2008) bahwa Sesar
Kaligarang merupakan sesar geser
yang memiliki arah relatif utara-
selatan (N5°E–N185°E).
Poedjoprajitno dkk. (2008)
menyatakan bahwa Sesar Kaligarang
yang merupakan sesar aktif sejak
zaman Tersier hingga Kuarter
sebagai sesar geser mengiri.
Deformasi getas tercermin di
permukaan sehingga dapat
memahami Sesar Kaligarang dan
struktur di sekitarnya. Penjelasan
mengenai sesar tersebut terkait
dengan aspek dinamika dan
kinematika Sesar Kaligarang serta
fase tektoniknya.
Permasalahan
Zona Sesar Kaligarang merupakan
hasil deformasi getas sehingga
rekaman pensesaran pastinya juga
terekam dalam batuan baik skala
makro, meso dan mikro.
Permasalahan utama dalam
penelitian adalah bagaimana
mengkombinasikan penelitian
tektonik multiskala untuk
mengetahui kinematika dan dinamika
Zona Sesar Kaligarang.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses pensesaran yang
terjadi di Zona Sesar Kaligarang
sehingga diketahui kinematika dan
dinamika. Penelitian juga
memetakan struktur geologi terinci
pada lokasi terpilih.
Lokasi
Lokasi penelitian berada di
sepanjang Sungai Kaligarang yang
berada di Kota Semarang, Jawa
Tengah.
Gambar 1. Daerah penelitian di
sekitar Sungai
Kaligarang, Semarang.
METODOLOGI
Analisis diawali dengan membuat
kelurusan struktur dari citra SRTM
(Shuttle radar topography mission)
dan IKONOS. Kemudian melakukan
pemetaan geologi dan struktur
geologi di sepanjang Sungai
Kaligarang.
Data pengukuran lipatan, sesar dan
kekar dianalisis dengan
menggunakan stereonet untuk
mengetahui kinematika sesar dan
arah tegasan utama sehingga
diketahui orde tektoniknya.
KONDISI GEOLOGI
Kondisi geologi (Gambar 2B dan
2C) di Sekitar Semarang berupa
batuan sedimen laut yaitu Formasi
Kerek dan Kalibeng berumur Miosen
Awal – Pliosen. Secara tidak selaras
Daerah Penelitian
diendapkan batuan vulkanik klastik
Unggaran tua yaitu Formasi
Kaligetas dan Damar, kemudian
aktivitas vulkanik terakhir ditandai
oleh endapan Unggaran muda yaitu
Formasi Kaligesik, Formasi Gadjah
Mungkur, Formasi Jongkang dan
Formasi Kemalon dan Sengkuh.
ANALISIS DAN HASIL
Kelurusan citra SRTM dan
IKONOS
Kelurusan citra SRTM diasumsikan
akibat tektonik Tersier (garis merah)
dan tektonik Kuarter (garis kuning).
Kelurusan tersebut didominasi arah
NEE-SWW sampai NWW-SEE, yang
mengelilingi Gunung Unggaran di
sebelah utara dan timur laut (Gambar
2A). Kelurusan EW terpotong oleh
kelurusan NS. Diagram rose tektonik
Tersier ada tiga arah kelurusan yaitu
NW-SE, NEE-SWW, dan N-S
(Gambar 3A). Sedangkan diagram
rose tektonik Kuarter arah kelurusan
berkembang pada tiga arah tersebut
ditambah dengan arah yang
dipengaruhi akitivitas vulkanik
Gunung Unggaran yaitu NWW-SEE
sampai NEE-SWW (Gambar 3B).
Kelurusan citra IKONOS berupa
tubuh sungai, morfologi yang
memisahkan daerah tinggi dan
rendah (lembah) berupa kelurusan
up/down (U/D), dan pembelokan
sungai. Pada zona 1, pola kelurusan
berarah NS berupa lembah yang
dikelilingi tebing up/down (U/D)
dengan arah NW-SE dan NE-SW.
Pada zona 2, pola kelurusan berarah
N-S dan NW-SE serta lembah
dengan pola tebing up/down (U/D)
berarah N-S . Pada zona 3, pola
kelurusan pola NW-SE mengikuti
jalur intrusi. Zona 1 dan 2
merupakan daerah yang mengalami
restraining (Gambar 4).
Pemetaan Geologi
Pemetaan geologi difokuskan pada
struktur geologi (Gambar 5)
sedangkan kondisi terinci geologi
hanya dilakukan di tiga tempat yaitu
Sumurrejo, Pakintelan, dan
Tinjomoyo.
A. Sumurrejo
Daerah ini tersusun oleh batuan
Formasi Kaligetas. Batuan ini
tersusun atas konglomerat, batupasir,
batulempung dan breksi. Terdapat
sesar yang memisahkan breksi dan
konglomerat. Di zona sesar telah
mengalami perubahan fisik batuan
sehingga menjadi batuan berukuran
halus (gouge sesar). Gouge sesar
mengalami pelapukan bertingkat
yaitu lempung warna coklat tua.
Lempung warna putih, lempung
warna hitam dan lempung warna
hitam kebiruan, ada material pasir
halus dan mulai ada fragmen
(Gambar 6.1, 6.2, 6.3).
Di Mojo dijumpai sesar normal yang
memotong batuan Formasi Gadjah
Mungkur berumur Holosen (Gambar
6.4), dan diinterpretasikan sebagai
hasil dari kegiatan terakhir yang
terjadi pada zaman Holosen. Di
Kalianyar dijumpai sesar geser
menganan yang memotong batuan
Formasi Kaligetas berumur Plistosen
(Gambar 6.5). Tektonik Plistosen ini
juga menyebabkan sesar yang terjadi
di Sumurrejo.
B. Pakintelan
Daerah ini tersusun oleh breksi
Formasi Kaligetas dan batulempung
Formasi Kerek. Singkapan terdapat
di meander sungai dan ada bukit
yang menyebabkan pembelokan
sungai. Terdapat sesar naik,
batulempung relatif naik terhadap
breksi dengan dengan bidang
N287°E/76°. Zona breksiasi tersusun
atas gouge sesar dan breksi sesar.
breksi sesar mengalami rekahan
tinggi, matrik breksi sesar
mempunyai ukuran butir lanau
sampai pasir. Gouge sesar lapuk
berwarna hitam, dinding rekahan
berwarna hitam kemerahan (Gambar
7.1, 7.2, 7.3).
C. Tinjomoyo
Di sekitar Tinjomoyo dijumpai
perlapisan napal, batulempung, dan
batupasir. Napal berwarna coklat
kehijauan terdapat fragmen
batugamping berukuran kerikil-
kerakal, ada proses oksidasi warna
coklat kemerahan. Batulempung
berwarna hitam, terdapat gores
garis/striasi (seperti gouge), banyak
rekahan. Di sebelah utara terdapat
napal yang terkekarkan, kekar-kekar
ini terisi oleh batulempung.
Batupasir berwarna coklat dan
mempunyai ukuran butir kasar. Batas
antara batupasir dan batulempung
merupakan batas sesar naik. Bidang
drag fault adalah N260°E/61°.
Sedangkan sebagai bidang
detachment adalah batulempung,
pada bidang ini terkekarkan sehingga
terisi oleh material berukuran pasir
kerikilan-kerakalan berwarna coklat.
Pada batupasir sendiri banyak
terdapat rekahan (Gambar 8.1, 8.2).
Analisis Struktur
Sumurrejo
Bidang sesar naik dengan bidang
sesar N154°E/59° dan pitch 56° pada
breksi Formasi Kaligetas. Bidang
sesar naik pada dinding sebelah
kanan dengan kekar stepping naik
N175°E/65°, N155°E/65°, dan
N130°E/50°. Terdapat juga
slickenside. Kekar di sekitar sesar
yaitu kekar tarik dan kekar gerus
(Tabel 1 dan Gambar 6.3).
Analisis tegasan utama dari sesar
diperoleh gaya sebagai berikut σ1 =
37°, N158°E, σ2 = 45°, N12°E, σ3 =
30°, N244°E (Gambar 9.1),
sedangkan dari kekar gerus diperoleh
tegasan sebagai berikut σ1 = 40°,
N329°E, dan σ3 = 18°, N77°E.
Analisis stereonet di tersebut
diperoleh bidang kekar tarik (gash
fracture (GF)) yaitu N165°E/61° dan
N60°E/49° (Gambar 9.2). Sedangkan
kekar tarik di lapangan mempunyai
arah SW-W. Karena arah kekar tarik
di lapangan relatif sama dengan arah
kekar di stereonet (Gambar 9.3)
maka dapat disimpulkan kekar
tersebut masih dalam satu orde
tektonik.
Pakintelan
Breksi sesar dari sesar naik terdapat
di Pakintelan. Di Pakintelan sesar
naik mempunyai bidang N287°E/76°
dengan lineasi gores garis 45°/N10°E
dari gouge, breksiasi terdapat di
antara Formasi Kaligetas dan
Formasi Kerek. Di sekitar gouge
terdapat kekar tarik (Tabel 2).
Sedangkan kekar di sekitar sesar naik
yaitu kekar tarik dan kekar gerus
(Tabel 3).
Analisis tegasan utama dari kekar
gerus adalah σ1 = 0°, N116°E, σ3 =
55°, N27°E (Gambar 10.1). Analisis
stereonet di tersebut diperoleh
bidang kekar tarik yaitu N117°E/35°.
Sedangkan diagram rose menujukkan
tegasan utama dengan arah N185°E
(Gambar 10.2) kekar tarik di
lapangan mempunyai arah N-S.
Adanya perbedaan arah kekar tarik
ini maka dapat disimpulkan adanya
perbedaan orde tektonik.
Analisis tegasan utama dari sesar
diperoleh sebagai berikut σ1 = 51°,
N53°E, σ3 = 8°, N154°E (Gambar
11.1), sedangkan dari kekar
diperoleh sebagai berikut σ1 = 4°,
N63°E, σ3 = 58°, N331°E (Gambar
11.2). Analisis stereonet di atas
diperoleh bidang kekar tarik (GF)
yaitu N65°E/30° dan N153°E/87°.
Sedangkan kekar tarik di lapangan
mempunyai arah SWW-NEE
(Gambar 11.3). Adanya perbedaan
arah kekar tarik ini maka dapat
disimpulkan adanya perbedaan orde
tektonik.
Analisis tegasan utama dari kekar di
Mojo, Bangkong, dan Pakintelan
diperoleh sebagai berikut σ1 = 51°,
N185°E, σ2 = 30°, N205°E, σ3 = 8°,
N275°E.
DISKUSI
Kinematika
Hasil analisis secara seluruhnya
dapat dilihat pada tabel 5, contoh
analisis kinematika (Gambar 12) dan
model diagram balok pada gambar
13. Hasil analisis tersebut dapat
disimpulkan bahwa zona sesar utama
Kaligarang mempunyai kinematika
pergerakan sesar geser menganan
pada Plio-Plistosen, yang
sebelumnya pada Tersier sesar ini
bergerak secara mengiri.
Dinamika
Zona sesar Kaligarang sudah
terbentuk pada tektonik sebelum
Plio-Plistosen dengan pergerakan
sesar geser mengiri. Hal ini
berdasarkan analisis sesar di
Bangkong, Pucung, dan Pakintelan.
Arah tegasan yang membentuk sesar
tersebut adalah SSE-NNW.
Pada Tersier sumbu lipatan di tiga
lokasi tersebut dapat diketahui arah
tegasan utama adalah relatif SE-NW.
Sebelum terbentuk zona lipatan,
terdapat rekahan sebelumnya (pre-
existing fracture). Rekahan
sebelumnya ini terbentuk pada awal
Tersier, yang membentuk sesar geser
mengiri.
Kemudian pada Plio-Plistosen, zona
sesar Kaligarang mengalami
reaktifasi menjadi sesar geser
menganan dan juga mengalami
pergerakan ke arah dip berupa sesar
naik. Hal ini berdasarkan analisis
sesar di Selorejo, Patemon, dan
Sumurrejo. Sesar naik terdapat di
Pakintelan dan Tinjomoyo pada
batuan Formasi Kerek dan Kalibeng
yang dikelilingi batuan lebih muda.
Hal ini menunjukan adanya daerah
restraining.
Model strain elipsoid (Gambar 13C)
menurut Moody dan Hill, 1956
dalam Sapii, B. dan Harsolumakso,
A.H. (2008) dan kombinasi sesar
geser model T. Dooley, tidak
dipublikasikan dalam Davison, I.
(1994) fase tektonik bergerak secara
clockwise dengan arah stress N158°E
pada Tersier berubah menjadi
N185°E pada Plio-Plistosen. Hal ini
menyebabkan reaktifasi sesar
Kaligarang.
KESIMPULAN
Hasil kajian data lapangan dan
sintesis stereonet diperoleh bahwa
Zona Sesar Kaligarang merupakan
reaktifasi dari pergerakan sesar geser
mengiri pada Tersier menjadi sesar
geser menganan pada Plio-Plistosen.
Ada indikasi deformasi Holosen
yaitu adanya sesar normal pada
Formasi Gadjah Mungkur.
Orientasi sistem tegasan di zona
sesar Kaligarang pada Tersier adalah
σ1 = 37°, N158°E, σ2 = 45°, N12°E,
σ3 = 30°, N244°E, sementara pada
Plio-Plistosen σ1 = 51°, N185°E, σ2 =
30°, N205°E, σ3 = 8°, N275°E.
sistem tegasan ini bergerak secara
clockwise.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Aldilla, Prihatin, Syahrul.
Juga kepada Dekan Fakultas Teknik
atas dana DIPA tahun 2011.
ACUAN
Davison, I., 1994. Linked Fault Systems; Extensional, Strike Slip and
Contractional Continnental Deformation. Pergamon Press.
Helmy, M., 2008. Kajian geologi dan neotektonik untuk melaraskan program
pembangunan di wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah. Laporan Penelitian
Hibah Bersaing, UPN Veteran Yogyakarta (Tidak diterbitkan).
Poedjoprajitno, S., Wahyudiono, J., dan Cita, A., 2008. Reaktivasi Sesar Kali
Garang, Semarang. Jurnal Geologi Indonesia Vol.3(3): 129-138.
Pramumijoyo, S., 2000. Existing active fault at Semarang, Central Java,
Indonesia: Revealed by remote sensing and field observation. Proceeding of
the HOKUDAN International Symposium and School on Active Faulting.
Hyogo, Japan. pp. 383-385.
Sapii, B. dan Harsolumakso, A.H., 2008. Prinsip Dasar Geologi Struktur.
Laboratorium Geologi Dinamik. Program studi Teknik Geologi, FITB-ITB
(Tidak diterbitkan).
Simandjuntak, T.O., 2003. Atlas Geologi Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Bandung.
Thanden, RE., Sumadirdja, H., Richards, PW., Sutisna, K., dan Amin, TC., 1996.
Peta Geologi Lembar Magelang dan Semarang, Jawa. Skala 1:100.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Gambar 2A. Kelurusan citra SRTM, garis merah kelurusan Tersier dan garis kuning kelurusan
Kuarter, 2B. Peta geologi regional, dan 2C. Penampangan geologi sayatan A-B.
2A 2B
2C
Gambar 3A. Diagram rose kelurusan akibat tektonik Tersier, dan 3B, kelurusan akibat tektonik Kuarter.
Kelurusan
sesar Rawapening Kelurusan
sesar Kaligarang
Kelurusan
lipatan F. Kerek
Kelurusan lipatan
F. Kaligetas dan
Damar
Kelurusan rekahan
akibat vulkanisme
Unggaran
3A 3B
N = 103 N = 100
Daerah restrainging di Tinjomoyo
Daerah restrainging di Pakintelan
Gambar 4B. Blok diagram yang
menunjukkan bagian
dari sesar geser, ada
daerah yang
mengalami restraining
dan releasing
(Davison, I., 1994).
Gambar 4A. Citra IKONOS (garis kuning
= pola kelurusan dan garis biru
= sungai). Lingkaran hitam
merupakan keterdapatan
Formasi Kerek dan Kalibeng
(umur tua) yang dikelilingi
oleh Formasi Kaligetas dan
Damar (umur muda), sehingga
diinterpretasikan sebagai
daerah restraining dalam
sistem sesar geser.
A
B
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Gambar 5. Peta geologi dan
struktur geologi
daerah
Kaligarang dan
sekitar
(Modifikasi dari
Thanden, dkk.
1996).
Gambar 6. 1.Peta geologi daerah Sumurrejo. 6.2. Sesar naik dan struktur penyerta
serta gouge sesar di Sumurrejo. 6.3A. Bidang sesar naik dengan
bidang sesar N154°E/59° dan pitch 56° pada breksi Formasi
Kaligetas. 4.3B. bidang sesar naik pada dinding sebelah kanan dengan
kekar stepping naik N175°E/65°, N155°E/65°, dan N130°E/50°. 4.3C.
slickenside.
6.1 6.2
6.3
Gambar 6.4 A. Sesar turun dengan
bidang sesar
N93°E/70° yang
memotong
konglomerat (A),
batupasir tufan (B),
breksi (C), tuff (D) dan
breksi sesar (E) pada
Formasi Gadjah
Mungkur berumur
Holosen. B dan C.
Kumpulan stepping
sesar turun. SF =
Kekar gerus dan GF =
Kekar tarik.
Gambar 6.5. Sesar geser
menganan dengan
bidang sesar
N145°E/90° pada
Formasi Kaligetas
berumur Plistosen,
(A) Batupasir, (B)
Breksi. B. SF =
Kekar gerus, dan
GF = Kekar tarik.
Pada batupasir
menunjukkan
struktur perlapisan
normal dengan
perlapisan
N82°E/36°.
6.4
6.5
Gambar 7.1. Peta geologi daerah Pakintelan. 7.2. Breksi dan gouge sesar di
Pakintelan. 7.3A. Sesar naik dengan bidang sesar N287°E/76° pada
batas batuan breksi Formasi Kaligetas dan batulempung Formasi
Kerek. 7.3B. Cermin sesar dengan arah 45°/N10°E, dimana (A)
merupakan fragmen batuan, (B) adalah material lempung (gouge), GF
= Kekar tarik dengan bidang N269°E/79°. 7.3C. Material lempung
(gouge) dengan arah striasi N305°E, N110°E, dan N8°E.
7.1 7.2
7.3
Gambar 8.1. Peta geologi daerah Tinjomoyo. 8.2. Sesar naik dengan bidang
detachment batulempung di Tinjomoyo.
Tabel 1. Bidang Kekar Tarik dan Gerus di Sumurrejo
Kekar tarik (GF) Kekar gerus (SF)
N160°E/80° N185°E/70° N175°E/80° N175°E/80°
N157°E/85° N175°E/75° N175°E/80° N155°E/40°
N215°E/80° N165°E/70° N155°E/40° N155°E/40°
N175°E/75° N175°E/76° N165°E/70° N165°E/70°
N167°E/80° N165°E/80° N157°E/62° N175°E/65°
N155°E/65° N130°E/50°
Tabel 2. Bidang Kekar Tarik dan Gerus di Pakintelan 1
Kekar tarik (GF) Kekar gerus (SF)
N180°E/80° N175°E/80° N72°E/45° N160°E/45°
N190°E/80° N170°E/80° N75°E/40° N350°E/45°
N175°E/80° N185°E/80° N72°E/45° N165°E/40
N186°E/75° N185°E/75° N71°E/45° N350°E/45°
N180°E/80° N172°E/80° N70°E/40° N162°E/45°
Tabel 3. Bidang Kekar Tarik dan Gerus Pakintelan 2
Kekar tarik (GF) Kekar gerus (SF)
N250°E/80° N240°E/80° N15°E/45° N230°E/45°
N230°E/80° N245°E/85° N20°E/46° N230°E/45°
N265°E/75° N245°E/80° N0°E/46 N115°E/40°
8.1 8.2
N235°E/90° N240°E/85° N10°E/47° N210°E/45°
N260°E/75° N248°E/85° N5°E/47° N120°E/46°
Gambar 9.1. Analisis stereonet sesar naik di Sumurrejo. 9.2. Analisis stereonet
kekar gerus di Sumurrejo. 9.3. Analisis diagram rose kekar tarik di
Sumurrejo.
9.1 9.2
9.3
Gambar 10.1. Analisis stereonet kekar gerus di Pakintelan 1. 10.2. Analisis
diagram rose kekar tarik di Pakintelan 1.
Gambar 11.1. Analisis stereonet sesar di Pakintelan 2. 11.2. Analisis stereonet
kekar gerus di Pakintelan 2. 11.3. Analisis diagram rose kekar tarik
di Pakintelan 2.
10.1 10.2
11.1 11.2
11.3
Gambar 12.1. Bidang kekar tarik: N215°E/80°. 12.2. Bidang sumbu lipatan:
N302°E/76°. 12.3. Kinematika: sesar geser menganan, slip: 74°,
N163°E, pitch: 16°.
Pitch
Slip
12.1 12.2
12.3
Tabel 5. Kinematika Sesar di Daerah Penelitian
No Nama
(lokasi)
Slip Kinematika Keterangan
1 Sesar
Selorejo
Slip: 73°, N67°E, pitch:
41°
Sesar naik
menganan
Kuarter, sumbu lipatan
N261°E/22°
2 Sesar
Bangkong
Slip: 72°, N102°E,
pitch: 26°
Sesar naik
menganan
Tersier, sumbu lipatan
N316°E/57°
3 Sesar
Pucung
Slip: 74°, N163°E,
pitch: 16°
Sesar geser
menganan
Tersier, sumbu lipatan
N302°E/76°
4 Sesar
Patemon
Slip: 61°, N174°E,
pitch : 39°
Sesar geser
menganan
Kuarter, sumbu lipatan
N324°E/76°
5 Sesar
Pakintelan 1
Slip: 88°, N102°E,
pitch: 15°
Sesar naik
menganan
Tersier, sumbu lipatan
N324°E/87°, conto
petrografi
6 Sesar
Pakintelan 2
Slip: 82°, N163°E,
pitch: 10°
Sesar geser
menganan
Tersier, sumbu lipatan
N322°E/82°
7 Sesar
Sumurrejo
Slip: 51°, N287°E,
pitch: 58°
Sesar naik
menganan
Kuarter, sumbu lipatan
N135°E/35°, conto
petrografi
Gambar 13. Fase tektonik pembentuk Zona Sesar Kaligarang dan
sekitarnya 13.A. Fase deformasi pada Tersier. 13.B. Fase
deformasi pada Plio-Plistosen. 13.C. Arah kompresi dan
struktur yang terbentuk menurut model pure shear Moody dan
Hill, 1956 dalam Sapii, B. dan Harsolumakso, A.H. (2008) dan
kombinasi model sesar geser oleh T.Dooley, tidak
dipublikasikan dalam Davison, I. (1996).
A B
C Tersier Kuarter