Download - ASKEP PSIKOSOSIAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasca peristiwa terjadinya bahaya yang memicu bencana, terdapat kelompok
masyarakat yang selamat dan bertahan hidup. Namun, mereka harus merasakan
dampak tidak hanya pada segi fisik, tetapi mereka juga dapat menghadapi adanya
potensi dampak sosial, seperti stagnasi pertumbuhan ekonomi, melemahnya hubungan
sosial, meningkatnya angka kemiskinan, hilangnya mata pencaharian dan lainnya
(Olshansky and Chang, 2009). Bencana dapat menghancurkan sistem infrastruktur
fisik, sosial, dan ekonomi yang telah ada maupun yang telah diusulkan
sebelumnyayang telah diusulkan dalam rencana jangka panjangnya sebelumnya.
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar.
Banyak korban yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak,
dan peralatan menjadi rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis
akibat bencana, misalnya ketakutan, kecemasan akut, perasaan mati
rasa secara emosional, dan kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak
ini memudar dengan berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana
memberikan dampakpsikologis jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya
depresi , psikosomatis (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun
yang tidak langsung : konflik, hingga perceraian.
Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap
kejadian traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain juga akan menyusul,
ini adalah dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat mengancam
berbagai golongan terutama kelompok yang rentan yaitu anak-anak, remaja, wanita
dan lansia.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik,
banyak korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan,
gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari
dampak fisik dari bencana, dampak psikologis dapat menyebabkan
penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan
social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai askep psikososial pada korban bencana.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bencana?
2. Apa saja jenis-jenis bencana?
3. Apa saja tahap-tahap bencana?
4. Bagaimana dampak psikososial terhadap korban bencana?
5. Bagaimana asuhan keperawatan psikososial pada korban bencana?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian bencana.
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis bencana.
3. Mengetahui apa saja tahap-tahap bencana.
4. Mengetahui dampak psikososial terhadap korban bencana.
5. Mengetahui asuhan keperawatan psikososial pada korban bencana.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti
sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan,kerugian atau
penderitaan.
Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh
alam. (Purwadarminta, 2006)
Menurut Undang-UndangNo.24Tahun2007,bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan,baik oleh factor alam dan atau
factor non alam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,dan dampak
psikologis.Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur,yaitu ancaman
bencana,kerentanan,dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban
manusia (KamadhisUGM, 2007).
2. Jenis-JenisBencanaAlam
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi,tsunami, gunung meletus, banjir,kekeringan,angin topan,dan tanah
longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi,gagal
modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.
c. Bencana social adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
3
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror
(UU RI, 2007).
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu
bencana geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial . Bencana alam geologis
adalah bencana alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam
bumi.Sedangkan bencana alam klimatologis adalah bencana alam yang
disebabkan oleh perubahan iklim,suhu atau cuaca.Lain halnya dengan bencana
alam ekstra-terestrial,yaitu bencana alam yang disebabkan oleh gaya atau
energy dari luar bumi,bencana alam geologis dan klimatologis lebih sering
berdampak terhadap manusia.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-
jenis bencana antara lain:
1) Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energy yang menyebabkan
dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Mekanisme perusakan terjadi karena energy getaran gempa dirambatkan
keseluruh bagian bumi.Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa.Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya
tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
mmerusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan
bencana ikutan berupa,kecelakaan industry dan transportasi serta banjir
akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
2) Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang
ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut.Gangguan impulsif
tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik,erupsi vulkanik atau longsoran.
Kecepatan tsunami yang naik kedaratan (run-up) berkurang menjadi
sekitar25-100 Km/jam dan ketinggian air.
3) Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik
yang dikenal dengan istilah"erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas
lempeng.Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu
yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang
merupakan cairan pijar (magma).Magma akan mengintrusi batuan atau
4
tanah disekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan
bumi.Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari
jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya.Akan tetapi apapun jenis
produk tersebutm kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana
bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan
mematikan.
4) Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya,menuruni atau keluar lereng akibat
dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.
Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada tanah/batuan
penyusun lereng.
5) Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar.Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang
dating secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai
maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga merusak
rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
6) Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh
dibawah kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup,pertanian,kegiatan
ekonomi dan lingkungan.
7) Angin Topan adalah pusaran angina kencang dengan kecepatan
angin120km/jam atau lebih yang sering terjadi diwilayah tropis diantara
garis
8) balik utara dan selatan,kecuali didaerah-daerah yang sangat berdekatan
dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu system cuaca.Angin paling kencang yang terjadi didaerah
tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer disekitar
daerah system tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20
Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.
9) Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas normal dan
dapat menimbulkan bahaya baik dilautan, maupun didarat terutama daerah
pinggir pantai.Umumnya gelombang pasang terjadi karena adanya angina
kencang atau topan, perubahan cuaca yang sangat cepat, dan karena ada
pengaruh dari gravitasi bulan maupun matahari.Kecepatan gelombang pasang
5
sekitar10-100 Km/jam. Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal
yang sedang berlayar pada suatu wilayah yang dapat menenggelamkan kapal-
kapal tersebut. Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan
tersapunya daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.
10) Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan
dilanda api serta hasilnya menimbulkan kerugian.Sedangkan lahan dan
hutan adalah Keadaan dimana lahan dan hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dan
menimbulkan kerugian.
11) Aksi Teror atau Sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan
keresahan masyarakat,kerusakanbangunan,danmengancam
ataumembahayakanjiwa seseorang atau banyak orang oleh seseorang atau
golongan tertentuyang tidak bertanggung jawab.Aksiteror atau sabotase
biasanyadilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis tindakan
seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu,penyerbuan tiba-tiba
suatu wilayah,tempat,dan sebagainya. Aksiteror atau sabotase sangat sulit
dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena direncanakan
seseorang atau golongan secara diam-diam dan rahasia.
12) Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-
hara atau kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman disuatu
daerah tertentu. Yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku,
ataupun organisas itertentu.
13) Epidemi,Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang
diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit disuatu
daerah tertentu. Pada skala besar,epidemic atau wabah atau Kejadian Luar
Biasa(KLB)dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita penyakit
dan korban jiwa.Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di Indonesia
dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain demam
berdarah, malaria, fluburung, anthraks, busung lapar.
6
3. Strategi Penanggulangan Bencana
a. Mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program pembangunan yang
lebih besar.
b. Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.
c. Agar diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil yang segera
tampak.
d. Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah
bencana terjadi.
e. Mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal dalam
manajemen dan perencanaan.
4. Tahap Penanggulangan Bencana
Badan Penanggulangan Bencana dan Daerah yang selanjutnya disebut
BPBD adalah merupakan unsur pendukung dan pelaksana tugas dalam
penyelenggaraan pemerintahan dibidang penanggulangan bencana dan
perlindungan masyarakat terhadap bencana alam,non alam dan sosial.
Penanggulanganbencanaadalah segalaupayakegiatan yangdilakukan meliputi
kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi dan
rekonstruksi,baik sebelum bencana,pada saat terjadinya bencana maupun setelah
bencana dan menghindarkan dari bencana yang terjadi
Upaya penanggulangan dampak bencana dilakukan melalui pelaksanaan
tanggap darurat dan pemulihan kondisi masyarakat diwilayah bencana. Upaya
penanggulangan dampak bencana tersebut dilakukan secara sistematis,menyeluruh
Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan dengan
pendekatan secara utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap darurat,
rehabilitasi dan rekonstruksi dalam pelaksanaan penanggulangan dampak
bencana, yaitu terdiri dari pra bencana, bencana dan pasca bencana.
a. Pra bencana
1) Mitigasi Bencana
Penanggulangan bencana alam bertujuan untuk melindungi masyarakat
dari bencana dan dampak yang ditimbulkannya. Karena itu,dalam
7
penanggulangannya harus memperhatikan prinsip-prinsip penanggulangan
bencana alam. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan
Bencana disebutkan sejumlah prinsippenanggulangan yaitu:
a) Cepat dan Tepat
Yang dimaksud dengan prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus dilaksanakan secara cepatdan tepat sesuai
dengan tuntutan keadaan.Keterlambatan dalam penanggulangan akan
berdampak pada tingginya kerugian material maupun korban jiwa.
b) Prioritas
Yang dimaksud dengan prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi
bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapa tprioritas dan
diutamakan pada kegiatan penyelamatan jiwa manusia.
c) KoordinasidanKeterpaduan
Yang dimaksud dengan prinsip koordinasi adalah bahwa
penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling
mendukung. Yang dimaksud dengan prinsip keterpaduan adalah bahwa
penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai sector secara terpadu
yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
d) Berdaya Guna dan Berhasil Guna
Yang dimaksud dengan prinsip berdayaguna adalah bahwa dalam
mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak membuang
waktu,tenaga, dan biaya yang berlebihan. Yang dimaksud dengan prinsip
berhasil guna adalah bahwa kegiatan penanggulangan bencana harus
berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan masyarakat dengan
tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
e) Transparansi dan Akuntabilitas
Yang dimaksud dengan prinsip transparansi adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang
dimaksud dengan prinsip akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan
bencana dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan
secara etik dan hukum. Kemitraan Penanggulangan tidak bisa hanya
mengandalkan pemerintah.Kemitraan dalam penanggulangan bencana
8
dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat luas termasuk Lembaga
SwadayaMasyarakat(LSM)maupun dengan organisasi- organisasi
kemasyarakatan lainnya.Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan
organisasi atau lembaga di luar negeri termasuk dengan pemerintahannya
f) Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengetahui, memahami dan melakukan langkah-langkah antisipasi,
penyelamatan dan pemulihan bencana.Negara memiliki kewajiban untuk
memberdayakan masyarakat agar mengurangi dampak dari bencana.
g) Non Diskriminatif
Yang dimaksud dengan prinsip non diskriminatif adalah bahwa Negara
dalam penanggulangan bencana tidak memberi perlakuan yang berbeda
terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.
h) Non Proletisi
Yang dimaksud dengan prinsip proletisi adalah bahwa dilarang
menyebarkan agama atau keyakinan pada saat keadaan darurat
bencana,terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat
bencana.
2) Kesiapsiagaan
MenurutUndang-Undang RINo.24 Tahun2007, kesiapsiagaan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna (PresidenRepublikIndonesia, 2007). Adapun
kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah :(1)kemampuan menilai
resiko; (2) perencanaan siaga;(3)mobilisasi sumberdaya;(4)pendidikan dan
pelatihan;(5) koordinasi;(6) mekanisme respon;(7) manajemen informasi;
(8) gladi atausimulasi.
Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban
jiwa,kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan
masyarakat.Sebaiknya suatu kabupaten kota melakukan
kesiapsiagaan.Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi
suatu masyarakat yang baik secara invidu maupun kelompok yang
9
memiliki kemampuan secara fisik dan psikis dalam menghadapi bencana.
Kesiapsiagaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen
bencana secara terpadu. Kesiapsiagaan adalah bentuk apabila suatu saat
terjadi bencana dan apabila bencana masih lama akan terjadi,maka cara
yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan terjadi,tempat tinggal,
seperti jauh dari jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas
sebelum terjadinya bencanayang bertujuan untuk mengembangkan
kapasitas operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu
bencana
terjadi. Perubahan paradigma penanggulangan bencana yaitu tidak
lagi memandang penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi
tanggap darurat tetapi penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada
fasepra bencana yang bertujuan untuk mengurangi resiko bencana
sehingga semua kegiatan yang berada dalam lingkup prabencana lebih
diutamakan.
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Priyanto (2006) bahwa
pada masyarakat yang berpendidikan tinggi lebih mampu dalam
mengurang irisiko, meningkatkan kemampuan dan menurunkan dampak
terhadap kesehatan sehingga akan berpartisipasi baik sebagai individu atau
masyarakat dalam menyiapkan diri.
b) bencana
1) Tahap Tanggap Darurat
Tahap ini telah selesai dilaksanakan oleh Pemerintah melalui
BNPB,BPBD serta LSM dan masyarakat baik local maupun internasional juga
beberapa instansi terkait dipusat. Tahap ini bertujuan membantu masyarakat
yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan
dasarnyayang paling minimal. Sasaran utama dari tahap tanggap darura tini
adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap tanggap
darurat ini,diupayakan pula penyelesaian tempat penampungan sementara
yang layak, serta pengaturan dan pembagian logistic yang cepat dantepat
sasaran kepada seluruh korban bencana.
Pada tahap tanggap darurat,hal yang paling pokok yang sebaiknya
dilakukan adalah penyelamatan korban bencana.Inilah sasaran utama dari
10
tahapan tanggap darurat.Selain itu, tanggap darurat bertujuan membantu
masyarakat yang terkena bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan
dasarnya yang paling minimal.
Para korban juga perlu dibawa ketempat sementara yang dianggap
aman danditampung ditempat penampungan sementara yang layak.Pada tahap
ini dilakukan pula pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan
yang cepat dan tepat sasaran kepada seluruh korban bencana.Secara
operasional,pada tahap tanggap darurat ini diarahkan pada kegiatan:
Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal
dan menangani korban yangluka-luka
Penanganan pengungsi
Pemberian bantuan darurat
Pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih
Penyiapan penampungan sementara
Pembangunan fasilitassosial dan fasilitas umum sementara serta
memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan
pelayanan yang memadai untuk para korban.
c) Pasca bencana
1) Tahap Rehabilitasi
Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi
bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk
menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi bangunan
ibadah,bangunansekolah,infrastruktur social dasar, serta prasarana dan
sarana perekonomian yang sangat diperlukan.Sasaran utama dari tahap
rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki pelayanan public hingga pada
tingkat yang memadai.Dalam tahap rehabilitas iini,juga diupayakan
penyelesaian berbagai permasalahan yang terkait dengan aspek psikologis
melalui penanganan trauma korban bencana.
2) Tahap Rekonstruksi
Tahap ini bertujuan membangun kembali daerah bencana dengan
melibatkan semua masyarakat,perwakilan lembaga swadaya
masyarakat,dan dunia usaha.Pembangunan prasarana dan sarana
haruslah dimulai dari sejak selesainya penyesuaian
11
tataruang(apabiladiperlukan)ditingkat kabupaten terutama diwilayah rawan
gempa (daerah patahan aktif).Sasaran utama dari tahap ini adalah
terbangunnya kembali masyarakat dan kawasan wilayah bencana. Selain
upaya yang bersifat preventif, perlu juga ada upaya-upaya yang sifatnya
represif. Tentunya upaya-upaya tersebut harus dikoordinasikan secara baik
dengan pemerintah. Beberapa contoh upaya-upaya tersebut adalah:
Melaks
anakantindakandaruratdenganmengutamakankeselamatanmanusiadan
harta bendanya
Segera membentuk posko-posko penanggulangan bencana, regu
penyelamat, dapur umum, dan lain-lain
Melakukan pendataan terhadap faktor penyebab timbulnya bencana
alam maupun besarnya kemungkinan korban yang diderita untuk
bahan tindakan selanjutnya serta berkoordinasi dengan instansi-
instansiterkait.
Sesuai dengan situasi dan perkembangan bencana alam serta
kemajuan yang dicapaidari upaya-upaya penanggulangan
darurat,segera menetapkan program rehabilitasi baik bidang fisik,
sosial,dan ekonomi.
Perlunya melaksanakan sebuah program pemantapan terhadap
semua faktor kehidupan yang realisasinya dikaitkan dengan
pelaksanaan pembangunan demi terwujudnya konsolidasi dan
normalisasi secara penuh.
5. Dampak bencana pada aspek psikososial
Psikososial merupakan salah satu istilah yang merujuk pada perkembangan
psikologi manusia dan interaksinya dengan lingkungan sosial. Hal ini terjadi
karena tidak semua individu mampu berinteraksi atau sepenuhnya menerima
lingkungan sosial dengan baik. (http: //wikipedia.org/wiki.psychocial) psikososial
adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup psikis dan sosial
atau sebaliknya secara terintegrasi. Aspek kejiwaan berasal dari diri kita,
sedangkan aspek sosial berasal dari luar, dan kedua aspek ini saling berpengaruh
kala mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan.
12
Definisi lain menyebutkan bahwa aspek psikososial merupakan aspek
hubungan yang dinamis antara dimensi psikologis/kejiwaan dan sosial.
Penderitaan dan luka psikologis yang dialami individu memiliki kaitan erat
dengan keadaaan sekitar atau kondisi sosial. Pemulihan psikososial bagi individu
maupun kelompok masyarakat di tujukan untuk merah kembali fungsi normalnya
sehingga tetap menjadi produktiv dan menjalani hidup yang bermakna setelah
perstiwa yang traumatik (Iskandar, Dharmawan & Tim Pulih,2005). Dengan
demikian dampak psikososial adalah suatu perubahan psikis dan sosial yang
terjadi setelah adanya bencana atau peristiwa traumatik misalnya tsunami, banjir,
tanah longsor atau seperti luapan lumpur lapindo.
Respon individu pada trauma bervariasi tergantung dari persepsi dan
kestabilan emosi yang dimilikinya. Menurut Keliat, dkk (2005), ada 3 tahapan
reaksi emosi yang dapat terjadi setelah bencana, yaitu : pertama, reaksi individu
segera (24 jam) setelah bencana dengan reaksi yang diperlihatkan : tegang, cemas
dan panik; terpaku, linglung, syok, tidak percaya; gembira atau euphoria, tidak
terlalu merasa menderita; lelah; binggung; gelisah; menangis dan menarik
diri;merasa bersalah. Reaksi ini termasuk reaksi normal terhadap situasi yang
abnormal yang memerluka upaya pencegahan primer.
Adapun yang kedua adalah minggu pertama sampai dengan minggu ketiga
setelah bencana. Reaksi yang diperlihatkan antara lain: ketakutan, waspada,
sensitiv,mudah marah, kesulitan tidur, khawatir, sangat sedih; mengulang ngulang
kembali (flasback) kejadian ; bersedih. Reaksi positif yang masih dimiliki yaitu :
berharap dan berpikir tentang masa depan, terlibat dalan kegiatan menolong dan
menyelamatkan ; menerima bencana sebagai takdir. Kondisi ini masih termasuk
respon normal yang membutuhkan tindakan pikososial minimal, terutama untuk
respon yang maladaptif
Sedangkan reaksi yang ketiga adalah lebih dari minggu ketiga setelah
bencana dengan reaksi yang diperlihatkan dapat menetap. Manifestasi diri yang
ditampilkan yaitu: kelelahan, merasa panik, kesedihan terus berlanjut, pesimis dan
berpikir tidak realistis, tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri, kecemasan
yang dimanifestasikan dengan palpitasi, pusing, letih, mual, sakit kepala, dan lain-
lain. Kondisi ini merupakan akumulasi respon yang menimbulkan masalah
psikososial.
13
Masalah psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu
baik yang bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal
balik dan dianggap berpotensi cukup besar sebagai penyebab terjadinya gangguan
jiwa (ganggauan kesehatan) secara nyata atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa
yang berdampak pada lingkungan sosial. Ciri-ciri masalah psikososial antara lain:
a) cemas, khawatir berlebihan, takut, b) mudah tersinggung, c) sulit konsentrasi,
d) bersifat ragu-ragu/merasa rendah diri, e) merasa kecewa, f) pemarah dan
agresif, g) reaksi fisik seperti: jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala (CMHN,
2005).
Danvers, dkk (2006) dalam penelitiannya tentang reaksi psikososial paska
bencana tsunami dan bencana Tamil Eelam di Sri Lanka menemukan 19 reaksi
psikososial yaitu: 1) pada tahap awal timbul ketakutan akan laut dan mimpi-
mimpi buruk, 2) tidak percaya pada laut, mereka menjadi takut unutk kembali
tinggal di pesisir pantai, 3) timbulnya perasaan bersalah, 4) banyak orang yang
mengalami reaksi stress akut, perasaan berduka, bingung dan sangat emosional.
Reaksi tersebut bersifat temporal, 5) tingkat kehilangan nyawa yang tinggi,
sehingga seluruh masyarakat menderita bersama-sama, dan masalah psikososial
utama yang teridentifikasi adalah reaksi kesedihan, umumnya diperberat oleh rasa
bersalah, kemarahan, dan permusuhan serta gagasan untuk bunuh diri, 6) keadaan
ekonomi berubah secara besar-besaran akibat bencana. Bahkan ada kasus buhuh
diri karena kehilangan harta benda, 7) sistem pendukung umum telah hancur,
semua anggota masyarakat mengalami bencana, individu tidak menerima bantuan
dari masyarakat.
Struktur desa dan masyarakat telah hancur, orang-orang berpindah pada
keadaan dan situasi yang berbeda, baik dari segi lingkungan maupun sosial, 8)
belum adanya persiapan diri dan skala kerusakan akibat tsunami telah menambah
kesusahan masyarakat. Sepertinya mereka tidak mampu untuk menghadapi
tekanan/stress untuk waktu yang lama, 9) orang-orang yang terkena bencana harus
berurusan dengan stress praktis. Stress praktis tersebut misalnya sistem registrasi
yang rumit, berusaha untuk menyatukan kembali anggota keluarga yang masih
ada, tidak meratanya pembagian distribusi dan pertolongan, harus tinggal di pusat-
pusat penampungan dan di tempat penampungan sementara, 10) keluarga yang
terpisah setelah bencana terdapat di tempat penampungan yang berbeda.
14
Emosi dan pertanyaan yang tak terjawab mengenai keadaan kerabatnya,
khusus tubuh yang tidak diketemukan atau hanya teridentifikasi secara
umum/tidak spesifik dan berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan duka
cita, 11) kurangnya kesempatan untuk melaksanakan ritual pemakaman. Hal ini
berhubungan dengan pemakaman dilakukan secara massal karena banyak mayat
yang tidak teridentifikasi dengan baik, 12) ekspresi marah adalah reaksi yang
paling umum mereka juga saling menyalahkan karena kematian anggota
keluarganya marah pada diri sendiri dan merasa bersalah.
Kemarahan juga ditujukan kepada pihak lain seperti kepada kelompok
distribusi bantuan dari pemerintah 13) ada masyarakat yang memandang secara
magis tentang penyebab terjadinya bencana dan berusaha dengan cara cara
tertentu untuk selamat dari bencana, 14) kurangnya koordinasi antara organisasi
dan agensi yang menyebabkan banyaknya bantuan yang tidak tersalurkan kepada
yang membutuhkan. Khususnya pada proses pemulihan bagi yang mengalami
reaksi psiukologis yang berat sehingga penderitaan para korbnan semakin parah,
15) kurangnya sikap peka dan simpatik pemerintah terhadap para korban.
Demikian juga dengan campur tangan politik yang mengejar keuntungan sendiri
menyebabkan sulit terpenuhinya kebutuhan para korban, 16) nbanyak korban yang
mempunyai riwayat kerugian dimasa lalu yang dapat membangkitkan kenangan
dan reaksi emosi mereka karena bencana sekarang. Dengan begitu, semakin sulit
bagin individu untuk menghadapinya, 17) banyak para duda yang kesulitan untuk
mengurus anak kecil terutama bayi. Mereka mengkonsumsi alcohol dalam
menghadapi masalahnya, 18) salah satu kelompok yang mempunyai kebutuhan
pling spesifik yakni para remaja, khususnya yang kehilangan orang tua.
Mereka terlihat dipusat-pusat pemodokan, menarik diri dan marah. Jika
program spesifik tidak dilakukan dengan pada kelompok itu, akan timbul resiko
perkembangan personalitas yang menyimpang seperti tindakan antisocial,
pengeksploitasian oleh pihak pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab, 19)
ada semangat dan antusiasme yang tinggi darinbeberapa kelompok untuk
melakukan aktivitas psikososial, meskipun tidak semua kelompok ini dibedakan
dengan kompetensi yang cukup untuk melakukan intervensi psikososial.
Teori psikososial dari Ericson (1955, dalam Frisch dan Vrisch, 2006)
menjelaskan masalah perkembangan p[sikososial berbeda dalam delapan tahapan.
15
Setiap tahap akan terjadi konflik psikososial berdasarkan usia. Peneliti hanya
menjelaskan perkembangan psikososial yang terkait dengan subyek poenelitian
yaitu usia 20 tahun keatas. Pada usia ini tahap perkembangannya adalah tahap
keintiman persus pengasingan ( Intimaci versus Isolation). Perkembangan tahap
ini terjadi antara usia 18 sampai 25/30 tahun, dimana individu mampu berintraksi
akrab dengan orang lain terutama lawan jenis dan memilikipekerjaan. Kegagalan
tahap ini membuat individu menjauh pergaulan, merasa kesepian dan menyendiri.
Adanya bencana dapat menimbulkkan masa ini tidak dapat dilampaui dengan
baik. Mereka cenbderung lebih memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup dan
harapan masing-masing.
Tahap selanjutnya adalah tahap perluasan persus stagnasi ( Generativity
versus Stagnation) . Perluasan yang dimaksud dalam tahap ini adalah [perluasan
perhatian dan kepedulian terhadap orang lain. Masa ini terjadi pada usia
pertengahan antara 21 sampai 45 / 50 tahun. Perkembangan yang baik pada
periode ini meemuncuklkan semangat untuk (caring) kepada orang lain melebihi
kebutuhan untuk kepentingan pribadinya. Termasuk perhatian dan kepeduliannya
terhadap koluarga dan anak-anaknya. Adanya gangguan pada masa ini dapat
menimbulkan stagnasi, yaitu ketidakpedulian atau pengabaian kepada orang lain
termasuk keluarga. Mereka hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.
Akhir tahapo perkembangan psikososial menurut Ericson adalah tahap
integritas diri versus putus asa (Ego Integrity versus despaired) . Perkembangan
periode ini dapat dimulai pada usia45 / 60 tahun ketika mulai meninggalkan
aktivitas –aktivitas dimasyarakat. Perkembangan psikososial yang baik pada masa
ini diwujudkan dengan adanya integritas yang bai, lebih matang, dan tidak takut
mati karena telah mel;alui kehidupan dengan baik. Namun bila hidup yang dilalui
toidak semstinya , maka akan muncul perasaan putus asa, penyesalan dan
‘’marah’’ dengan dirinya sendiri karena merasa gagal menjalani hidup .
16
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identifikasi kejadian pencetus dam situasi krisis psikososial
Tentukan persepsi klien tentang krisis yang dihadapi, meliputi kebutuhan
utama yang terancam krisis, tingkat gangguan hidup, dan gejala-gejala yang
dialami klien.
b. Tentukan faktor-faktor penyeimbang yang ada, meliputi apakah klien memiliki
persepssi yang realistis terhadap krisis yang terjadi, dukungan situasional (mis,
keluarga, teman, sumber daya finansial, sumber daya spiritual, dukungan
masyarakat), dan penggunaan mekanisme koping.
c. Identifikasi kelebihan klien
Apa yang terjadi pada Anda? = Persepsi individu terhadap hal yang terjadi
(realistik atau terdistorsi)
Apa yang Anda pikir dan rasakan? = Gejala kognitif atau emosional atas
apa yang terjadi.
Apakah Anda mengalami gejala fisik atau perubahan prilaku Anda yang
biasanya? = Gejala fisik, prilaku
Apakah Anda sudah pernah mengalami hal yang serupa dengan kejadian
ini dalam hidup Anda? Kalau ya, bagaimana Anda melakukan koping pada
saat itu ? = Pengalaman di masa lalu tentang krisis dan koping yang
digunakan
Menurut Anda apa yang menjadi kelebihan pribadi Anda? = Pengakuan
individu atas kelebihannya
Siapa yang Anda rasa sangat banyak membantu atau mendukung Anda? =
Sistem pendukung dalam hidup Anda
Apa yang telah Anda coba selama ini untuk mengatasi krisis tersebut ? =
Penggunaan tindakan koping dalam situasi saat ini.
17
2. Diagnosis Keperawatan.
Tentukan diagnosa keperawatan spesifik untuk klien, keluarga,
masyarakart, atau gabungan dari itu, termasuk, namun tidak terbatas pada yang
berikut ini :
a. Gangguan citra tubuh
b. Ketegangan peran pemberi asuhan
c. Koping komunitas tidak efektif
d. Koping individu tidak efektif
e. Penyangkalan tidak efektif
f. Koping keluarga : potensi untuk pertumbuhan
g. Disfungsi berduka
h. Respon pasca trauma
i. Ketidakberdayaan
j. Sindrom trauma perkosaan
k. Distres spiritual
3. Perencanaan
1. Bantu klien,keluarga, masyarakat, atau gabungan dari itu, dalam menetapkan
tujuan jangka pendek yang realistis untuk pemulihan seperti sebelum bencana.
2. Tentukan kriteria hasil yang diinginkan untuk klien, kelurga, masyarakat, atau
gabungan dari itu. Individu yang mengalami krisis akan :
a. Mengungkapkan secara verbal arti dari situasi krisis
b. Mendiskusikan pilihan –pilihan yang ada untuk mengatasinya.
c. Mengidentifikasi sumber daya yang ada yang dapat memberikan bantuan
d. Memilih strategi koping dalam menghadapi krisis
e. Mengimplementasikan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi krisis.
18
f. Menjaga keselamatan bila situasi memburuk
4. Implementasi
a. Bentuk hubungan dengan mendengarkan secara aktif dan menggunakan
respon empati
b. Anjurkan klien untuk mendiskusikan situasi krisis dengan jelas, dan bantu
kien mengutarakan pikiran dan perasaannya.
c. Dukung kelebihan klien dan penggunaan tindakan koping.
d. Gunakan pendekatan pemecahan masalah.
e. Lakukan intervensi untuk mencegah rencana menyakiti diri sendiri atau bunuh
diri.
1) Kenali tanda-tanda bahaya akan adanya kekerasan terhadap diri sendiri.
(mis ; klien secara langsung mengatakan akan melakukan bunuh diri,
menyatakan secara tidak langsung bahwa ia merasa kalau orang lain akan
lebih baik jika ia tidak ada, atau adanya tanda-tanda depresi)
2) Lakukan pengkajian tentang kemungkinan bunuh diri
3) singkirkan semua benda yang membahayakan dari tempat atau sekitar
klien.
4) Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan jiwa untuk menentukan apakah
hospitalisasi perlu dilakukan atau tidak.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Undang-UndangNo.24Tahun2007,bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan,baik oleh factor alam dan atau factor non alam maupun factor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda,dan dampak psikologis.Bencana merupakan
pertemuan dari tiga unsur,yaitu ancaman bencana,kerentanan,dan kemampuan yang
dipicu oleh suatu kejadian.
Psikososial merupakan salah satu istilah yang merujuk pada perkembangan
psikologi manusia dan interaksinya dengan lingkungan sosial. Hal ini terjadi karena tidak
semua individu mampu berinteraksi atau sepenuhnya menerima lingkungan sosial dengan
baik. (http: //wikipedia.org/wiki.psychocial) psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi
pada individu yang mencakup psikis dan sosial atau sebaliknya secara terintegrasi. Aspek
kejiwaan berasal dari diri kita, sedangkan aspek sosial berasal dari luar, dan kedua aspek
ini saling berpengaruh kala mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan.
B. Saran
Diharapkan bagi perawat dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada korban
bencana yang mengalami masalah pada aspek psikososial.
20
DAFTAR PUSTAKA
Jerome R. Ravertz, 2007, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam (sejarah dan ruang lingkup
bahasan), Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Mustamir, Rizal. Munir, Misnal, 2007, Ilmu Pengetahuan Alam, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
Tim Dosen, 1996, Ilmu Pengetahuan , Liberty Yogyakarta : Yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/banjir
Rahman, Dhohir Taufik dan Tarsisius, 2000, Indonesia Negara Bencana
Jakarta : Yudhistira
21