Download - ASKEP TUMOR INTRAKRANIAL.doc
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Medikal Bedah dengan baik. Adapun judul tugas ini adalah “ Asuhan Keperawatan
Tumor Intrakranial ”
Tugas ini penulis susun dengan melakukan berbagai studi perpustakaan. Penulis
menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mohon
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa yang
akan datang.
Penulis berharap semoga tugas ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca umumnya.
Tanjungpinang, Mei 2013
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………..…………………... 2
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Tujuan ......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian ......................................................................................................... 5
B. Etiologi ......................................................................................................... 5
C. Klasifikasi ......................................................................................................... 6
D. Patofisiologi ............................................................................................. 8
E. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 9
F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................. 9
G. Penatalaksanaan Medis ................................................................................10
H. Komplikasi ........................................................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian ............................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………..……..14
C. Rencana Keperawatan ………………………………………………..…..14
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………............18
B. Saran ……………….………………………………..………………….18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..……..19
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat
terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak
dinamakan sesuai dengan dimana jaringan tumor itu muncul.
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding
perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai ≥60 tahun (31,85
persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan
sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen)
yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi karena berbagai
alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak
berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di
beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem,
cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA),
jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri
dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan.
B. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan keperawatan medical
bedah.
Memberikan pengetahuan tentang tumor intracranial.
Memberikan asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pasien tumor
intrakaranial dengan pendekatan proses keperawatan secara bio-psikososio
spriritual.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengkajian pada pasien Tumor Intrakranial
Untuk mengetahui diagnosa pada pasien Tumor Intrakranial
Untuk mengetahui intervensi pada pasien Tomor Intrakranial
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Tumor intrakranial adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang
tengkorak.
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor otak belum diketahui pasti, tapi dapat diperkirakan karena :
a. Genetik
Tumor susunan saraf pusat primer nerupakan komponen besar dari beberapa
gangguan yang diturunkan sebagi kondisi autosomal, dominant termasuk sklerasis
tuberose, neurofibromatosis.
b. Kimia dan Virus
Pada binatang telah ditemukan bahwa karsinogen kimia dan virus menyebabkan
terbentuknya neoplasma primer susunan saraf pusat tetapi hubungannya dengan tumor
pada manusia masih belum jelas.
c. Radiasi
Pada manusia susunan saraf pusat pada masa kanak-kanak menyebablkan
terbentuknya neoplasma setelah dewasa.
d. Trauma
Trauma yang berulang menyebabkan terjadinya meningioma (neoplasma selaput
otak). Pengaruh trauma pada patogenesis neoplasma susunan saraf pusat belum diketahui.
4
C. KLASIFIKASI
Tumor intracranial diklasifikasikan berdasarkan jenis tumor, antara lain :
1) Jinak
- Acoustic neuroma
Neuroma akustik sangat sering Tumbuh dari sel-sel Schwann di dalam meatus
auditori pada bagian vestibular saraf cranial III. Biasanya jinak bisa berubah menjadi
maligna. Akan tumbuh kembali bila tidak terangkat lengkap. Reseksi bedah sukar
karena lokasinya.
- Meningioma
Biasanya beningna tapi bisa berubah menjadi ganas. Bisa timbul tanda dan gejala
neurologis seperti anosmia, atropi optic, palsi ekstraokuler, papiledema, disfungsi
serebral.
- Pituitary adenoma
Tumor jinak, biasanya mengsekresikan jumlah yang berlebihan dari hormone
prolaktin, pertumbuhan dan adrenokortikotropik.
- Astrocytoma (grade 1)
Tumor otak primer yang paling sering terjadi. Gambaran histologis memungkinkan
pemisahan kedalam empat tingkat tergantung tingkat keganasan. Penderajatan ini
ketepatannya terbatas dan hanya menunjukkan gambaran contoh biopsi dan tidak
selalu mewakili tumor keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma anaplastik
(derajat IV), terjadi paling sering dan menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas.
Astrocytoma derajat rendah yang lebih jarang terjadi, antaranya jenis pilositik
(juvenil) dan fibriler, protoplasmik dan gemistositik.
2) Malignant
- Astrocytoma (grade 2,3,4)
- Oligodendroglioma
Biasanya tumbuh lambat, tumor berbatas tegas. Variannya antara lain bentuk
anaplastik (ganas) dan 'campuran' astrositoma oligodendroglioma.
5
- Apendymoma
Terjadi dimana saja sepanjang sistema ventrikuler dan kanal spinal, namun terutama
terjadi pada ventrikel keempat dan kauda ekuina. Ia menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan mungkin menyebar melalui jalur CSS. Variannya antara lain jenis
anaplastik dan subependimoma yang berasal dari astrosit subependimal. Papiloma
pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan terkadang sebagai penyebab hidrosefalus
akibat produksi CSS yang berlebihan. Biasanya jinak namun terkadang dalam
bentuk ganas.
6
D. PATOFISIOLOGI
s
7
Tumor Intrakranial
Gangguan lokal Kenaikan tekanan intrakranial
Penekanan pada jaringan otak, infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak
dengan kerusakan jaringan neuron
Bertambahnya massa dalam
tengkorak
Perubahan sirkulasi cairan serebrospinal
Terbentuknya edema sekitar
tumor
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal
Mekanisme kompensasi dari peningkatan tekanan
intrakranial
HidrosefalusHeniasi unkus atau serebelum
Kehilangan fungsi secara akut sesuai area yang terkena
Tumor lobus frontalis
Tekanan pada daerah dan
lintasan motorik di dekat tumor
Heniasi menekan mesenfalon
Kompresi medulla oblongata
Hilangnya kesadaran dan menekan saraf
otak
Henti pernapasan, nausea, muntah
proyektif
Gejala perubahan mental,hemiparesis,ata
ksia,dan gangguan bicara
Hemiparese
Lobulus parasentralis
Ujung bawah korteks
prasentralis
Kelemahan pada kaki dan ekstremitas
bawah
Nyeri kepalaKelemahan pada wajah,lidah,dan
ibu jari
Traksi dan pergeseran struktur peka nyeri dalam rongga
intrakranial
Pembengkakan papilla saraf optikus
PapiledemaLobus parietalis Lobus oksipital
Hilangnya fungsi sensorik kortikalis,gangguan
lokalisasi sensorik,diskriminasi dua-
titik,grafestesia,kesan posisi,dan stereogonosis
Serangan kejang
Papiledema dini dan sering menimbulkan nyeri kepala
nukal,gangguan pergerakan
Tumor ventrikalis dan hipotalamus
Samnolensia,diabetes insipidus, obesitas dan gangguan pengaturan
suhu tubuhTumor Serebelum
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala serebral umum :
Nyeri kepala
Muntah
Kejang
Tekanan intracranial tinggi
Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi :
Area lobus frontalis
Gejala perubahan mental, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
Area lobulus parasentralis
Kelemahan pada kaki dan ekstremitas bawah.
Area lobus pareitalis
Hilangnya fungsi sensorik kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, diskriminasi dua-
titik, grafestesia, kesan posisi, dan stereogonosis.
Tumor Serebelum
Papiledema dini dan sering menimbulkan nyeri kepala, gangguan pergerakan.
Area ujung bawah korteks parasentralis
Kelemahan pada wajah,lidah,dan ibu jari.
Area lobus oksipital
Serangan kejang
Tumor ventrikal dan hipotalamus
Samnolensia, diabetes insipidus, obesitas dan gangguan pengaturan suhu tubuh
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Scan otak. Meningkatt isotop pada tumor.
b. Angiografi serebral. Deviasi pembuluh darah.
c. X-ray tengkorak. Erosi posterior atau adanya kalsifikasi intracranial.
d. X-ray dada. Deteksi tumor paru primer atau penyakit metastase.
e. CT scan atau MRI. Identfikasi vaskuler tumor, perubahan ukuran ventrikel
serebral.
f. Ekoensefalogram. Peningkatan pada struktur midline.
8
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pembedahan.
- Craniotomi
b. Radiotherapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal.
Adapun efek samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena
inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.
c. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam aliran darah.
Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase.
H. KOMPLIKASI
a. Edema serebral
b. Herniasi otak
c. Hidrosefalus.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial dan adanya gangguan
fokal, seperti nyeri kepala hebat, muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat
kesadaran.
Riwayat Penyakit Sekarang
Adanya penurunan atau perubahan tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan
didalam intracranial. Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit, dapat terjadi letargik, tidak responsive dan koma.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat nyeri kepala pada masa sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi terdahulu.
Pengkajian Psikososiospiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan konsep diri tidak kooperatif.
Pola penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Pola tat nilai dan
kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibdaah spiritual karean tingkah laku tidak
stabil, dan kelemahan / kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
10
PEMERIKSAAN FISIK
B1 (Breathing)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan kompresi pada medulla oblongata didapatkan
adanya kegagalan pernapasan.
B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medulla oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi.
B3 (Brain)
Trias klasik tumor otak adalah nyeri kepala, muntah, dan papiledema.
Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien tumor intracranial biasanta berkisar
pada tingakt letargi, stupor dan semikamentosa.
Pengkajian Fungsi Serebral
Status Mental
Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika
tingkal laku klien menjadi aneh.
Fungsi Intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi.
Pada beberapa kasus klien mengalami “brain damage”.
Lobus Frontal
Tumor lobus frontal memberi gejala perubahan mental, hemiparesis,
ataksia, dan gangguan bicara.
Pengkajian Saraf Kranial
☺ Saraf I
Pada klien yang tidak mengalami kompresi saraf ini tidak memiliki
kelainan pada fungsi penciuman.
☺ Saraf II
Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari
lintasan visual.Adanya papiledema.
11
☺ Saraf III, IV dan VI
Adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI memberikan
manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.
☺ Saraf V
Pada neurolema yang menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis
wajah unilateral.
☺ Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi yang sehat.
☺ Saraf VIII
Pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi.Tumor lobus temporalis
mennyebabkan tinnitus dan halusinasi pendengaran.
☺ Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik dan terdapat kesulitan membuka mulut.
☺ Saraf XI
Tidak ada atrifi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
☺ Saraf XII
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi. Indera
pengecapapan normal.
Pengkajian Sistem Motorik
Lesi serebelum mengakibatkan gangguan pergerakan.
Pengkajian Refleks
Gerakan involunter
Pengkajian Sistem Sensorik
Nyeri kepala
B4 (Bladder)
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
B5 (Bowel)
Adanya keluhan sulit menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
12
B6 (Bone)
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori dan mudah
lelah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX I : Nyeri kepala b/d traksi dan pergeseran struktur peka – nyeri dalam rongga
intracranial
DX II : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual muntah
DX III : Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan pergerakan dan kelemahan
DX IV : Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral
DX V : Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri
13
C. RENCANA KEPERAWATAN
DX I : Nyeri kepala b/d traksi dan pergeseran struktur peka – nyeri dalam rongga
intracranial
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil : Klien tidak gelisah
INTERVENSI RASIONAL
1. Ajarkan relaksasi.
2. Ajarkan metode distrksi selama nyeri
akut.
3. Berikan kesempatan waktu istirahat bila
nyeri dan berikan posisi yang nyaman;
missal waktu tidur, belakangnya
dipasang bantal kecil.
4. Observasi tingkat nyeri dan respon
motorik, 30 menit setelah pemberian
obat analgetik dan setiap 1-2 jam
setelah tindakan perawatan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat analgetik
1. Melancarkan peredaran darah,
sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan
akan terpenuhi, sehingga akan
mengurangi nyerinya.
2. Mengalihkan perhatian nyerinya ke
hal-hal yang menyenangkan.
3. Istirahat akan merelaksasi semua
jaringan sehingga akan meningkatkan
kenyamanan.
4. Pengkajian yang optimal akan
memberikan perawat data yang
objektif untuk mencegah kemungkinan
komplikasi.
5. Analgetik memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri akan berkurang.
14
DX II : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual muntah
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan : - Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang atau hilang.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kebiasaan makan klien.
2. Hidangkan makanan dalam porsi
kecil tapi sering dan hangat.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik
napas dalam.
4. Timbang berat badan bila
memungkinkan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian vitamin
1. Jenis makanan yang disukai akan
membantu meningkatkan nafsu makan
klien.
2. Makanan yang hangat menambah
nafsu makan.
3. Tarik nafas dalam membantu untuk
merelaksasikan dan mengurangi mual.
4. Untuk mengetahui kehilangan berat
badan.
5. Mencegah kekurangan karena
penurunan absorsi vitamin larut dalam
lemak
15
DX III : Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan pergerakan dan kelemahan
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil : Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan
dilakukannya kembali aktivitas.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji derajat mobilisasi pasien dengan
menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
2. Letakkan pasien pada posisi tertentu
untuk menghindari kerusakan karena
tekanan.
3. Bantu untuk melakukan rentang gerak.
4. Tingkatkan aktifitas dan partisipasi
dalam merawat diri sendiri sesuai
kemampuan.
5. Berikan perawatan kulit dengan cermat,
massage dengan pelembab.
1. Seseorang dalam semua kategori
sama-sama mempunyai resiko
kecelakaan.
2. Perubahan posisi yang teratur
meningkatkan sirkulasi pada seluruh
tubuh.
3. Mempertahankan mobilisasi dan
fungsi sendi.
4. Proses penyembuhan yang lambat
sering kali menyertai trauma kepala,
keterlibatan pasien dalam perencanaan
dan keberhasilan.
5. Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas
kulit.
16
DX IV : Kerusakan komunikasi verbal b/d kerusakan sirkulasi serebral
Tujuan : Klien dapat membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat di
ekspresikan
Kriteria hasil : Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi
Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tipe/derajat disfungsi seperti
pasien tidak tampak memahami kata
atau mengalami kesulitan berbicara
atau membuat pengertian sendiri.
2. Perhatikan kesalahan dalam
komunikasi dan berikan umpan balik.
3. Minta pasien untuk mengikuti perintah
sederhana.
4. Katakan secara langsung pada pasien,
bicara perlahan dan tenang.
5. Konsultasikan dengan / rujuk kepada
ahli terapi wicara.
1. Membantu menentukan daerah dan
derajat kerusakan serebral yang terjadi
dan kesulitan pasien dalam beberapa
atau seluruh tahap proses komunikasi.
2. Pasien mungkin kehilangan
kemampuan untuk memantau ucapan
yang keluar dan tidak menyadari
bahwa komunikasi yang diucapkan
tidak nyata.
3. Menilai adanya kerusakan motorik
4. Menurunkan kebingungan / ansietas
selama proses komunikasi dan respon
pada informasi yang lebih banyak pada
satu waktu tertentu.
5. Untuk mengidentifikasikan ke-
kurangan / kebutuhan terapi.
17
DX V : Gangguan harga diri b/d ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra diri
Tujuan : Gangguan harga diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien
terhadap penyakit dan penanganannya.
2. Kaji hubungan antara pasien dan
anggota keluarga dekat.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam
pendidikan dan perencanaan perawatan
di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang
menjadi keluhan.
5. Rujuk pada neuropsikologis dan / atau
konseling sesuai kebutuhan.
1. Untuk mempermudah dalam proses
pendekatan.
2. Support keluarga membantu dalam
proses penyembuhan.
3. Dapat memudahkan beban terhadap
penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Dukungan yang terus menerus akan
memudahkan dalam proses adaptasi.
5. Dapat memudahkan adaptasi terhadap
perubahan peran yang perlu untuk
perasaan/merasa menjadi orang yang
produktif.
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai jinak dan ganas. Tumor intrakranial
jinak mempunyai efek membinasakan karena ia berkembang didalam rongga tengkorak
yang berdinding kaku. Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan yang cepat,
diferensiasi yang buruk, selularitas yang bertambah, mitosis, nekrosis dan proliferasi
vaskuler.
Berdasarkan data di negara-negara maju, dengan diagnosis dini dan juga
penanganan yang tepat melalui pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka
ketahanan hidup 5 tahun (5 years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup
10 tahun (10 years survival) berkisar 30-40%.
B. SARAN
Dalam memberikan perawatan, perawat harus sigap dan cermat agar tidak terjadi
kesalahan dalam pemberian perawatan.
Pasien hendaknya mengikuti / berpartisipasi dalam perawatan yang diberikan oleh
pihak tenaga medis.
19