Download - Askep Tumor Otak
ASUHAN KEPERAWATAN PRE DAN POST OPERASI
PADA PASIEN DENGAN TUMOR OTAK
OLEH
KELOMPOK 1 :
Christhine Kaunang
Letwince Gogugu
Ester Oping
Herensi Pelealu
Julianti Duke
DOSEN PEMBIMBING :
Ns. Grace Marentek, S.Kep
AKADEMI KEPERAWATAN BETHESDA
T O M O H O N
T.A 2013/2014
Tingkat. IIa
BAB I
TINJAUAN TORI PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi
anatomi. Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang ditemukan
tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan cepatnya timbul gejala
tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor kejaringan otak yang dapat
menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari jaringan otak.
B. KLASIFIKASI
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Bram Al Azri:2013) yaitu:
1. JINAK
a) Acoustic neuroma
b) Meningioma
c) Pituitary adenoma
d) Astrocytoma (grade I)
2. MALIGNANT
a) Astrocytoma (grade 2,3,4)
b) Oligodendroglioma
c) Apendymoma
3. BERDASARKAN LOKASI
a. Tumor intradural dibabi menjadi 2, yaitu:
1. Ekstramedural
a. Cleurofibroma
b. Meningioma
2. Intramedural
a. Apendymoma
b. Astrocytoma
c. Oligodendroglioma
d. Hemangioblastoma
b. Tumor Ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–
paru, ginjal dan lambung.
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson, 2000, yaitu :
Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf pusat
(misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 % tumor otak.
Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel mesofel dan
sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari hipofisis
anterior
Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor
intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari seluruh
tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
Tumor pembuluh darah antara lain :
Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang didapat
didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang lambat laun
membesar.
Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma serebelum,
angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang antara
lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida embrional dan
dijumpai pada dasar tengkorak
C. ETIOLOGI
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki mekanisme perbaikan
DNA (DNA repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan
apoptosis jika kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel
yang ditandai dengan pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi
nukleus dan sel itu sendiri. Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya
dapat memicu terjadinya kanker.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas
yang kuat pada neoplasma.
Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma
intrakranial dan kordoma
Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah
dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma,
tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.
Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea.
Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.
D. PATOFISIOLOGI
Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis
pada tumor intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor, yaitu gangguan vokal
olah tumor dan peningkatan intrakranial.
Gangguan vokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja dispensi
yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya, gliobastoma
multiform). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan
gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompresi, invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan
neurologis vokal. Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:
1. Bertambahnya massa dalam tengkorak.
2. Terbentuknya edema sekitar tumor.
3. Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil
tempat dalam ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum
sepenuhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan
penyerapan cairan tumor. Beberapa tumor menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan
edema yang disebabkan oleh sawar darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume
intrakranial dan menyebabkan tekanan intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal
dari ventrikel lateral ke ruangan subarakhnoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah
satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan
waktu berhari-hari atau berbulan-bulan unutk menjadi effektif oleh karen aitu tidak berguna
apabila tekanan itrakranial timbul dengan cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain
bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan
cairan intra sel, dan mengurangi sel-sel parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum.
Herniasi unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon,
menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi
cerebelum, tonsil cerebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu masa
posterior. Kompresi medula oblongata dan henti pernafasan terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardia
progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Gejala tumor otak secara umum
Gejala klinis pada tumor otak secara umum dikenal dengan istilah trias klosis tumor otak,
yaitu:
a. Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala tersering, dapat bersifat dalam, terus-menerus, tumbuh,
dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri paling hebat pada pagi hari dan lebih berat saat
beraktivitas sehingga dapat meningkatkan TIK pada saat membungkuk, batuk, dan mengejan
pada saat BAB. Nyeri kepala dapat berkurang bila diberi aspirin dan kompres air dingin di
daerah yang sakit. Lokasi yang sering menimbulkan nyeri terjadi di 1/3 daerah tumor dan 2/3
di dekat atau di atas tumor.
b. Mual dan muntah
Mual (nausea) dan muntah (vomit) terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada
medulla oblongata. Sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan peningkatan TIK
yang disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadi tanpa didahului mual dan dapat
proyektil.
c. Papil edema
Papil edema disebabkan oleh stress vena yang menimbulkan pembengkakan papilla saraf
optikus. Bila terjadi pada pemeriksaan oftalmoskopi (funduskopi), tanda ini mengisyaratkan
terjadi tekanan TIK. Kadang disertai gangguan penglihatan, termasuk pembesaran bintik buta
dan amaurosis fugaks (saat-saat di mana penglihatan berkurang. ( Batticaca, Fransisca.B.
2008)
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. CT scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi awal ketika
penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang difus atau
fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit
membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan
memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar.
Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai
cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang. (Nn:2013)
G. PENATALAKSANAAN
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi :
1. Pembedahan
Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi patologi dari
otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat tumor. Pembedahan ini dilakukan melalui
pembukaan tengkorak, yang disebut dengan Craniotomy.
Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan intracranial adalah :
- Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
- Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-perasaan
takut yang dialami.
- Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk meyakinkan
pasien dan mengurangi perasaan takut.
- Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan shampo
antiseptik dan mencukur daerah kepala.
Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan pembedahan, meliputi :
1. Balutan kepala.
2. Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka.
3. Menurunnya status mental sementara.
Perawatan post operasi, meliputi :
- Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 - 6
jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika kondisi stabil
pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan setiap 2 samapai 4 jam
sekali.
- Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
- Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar 1.500 cc /
hari.
- Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
- Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2 jam.
- Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran balik
dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
- Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
- Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan darah
lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas darah.
- Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :
antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
- Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.
2. Medis
Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan medis:
Usia
General Health
Ukuran Tumor
Lokasi Tumor
Jenis Tumor
Untuk tumor otak ada tiga metode utama yang digunakan dalam penatalaksaannya, yaitu:
a. Surgery
Terapi Pre-Surgery:
1) Steroid adalah Menghilangkan swelling, contoh dexamethasone
2) Anticonvulsant adalah Untuk mencegah dan mengontrol kejang, seperti
carbamazepine
3) Shunt adalah Digunakan untuk mengalirkan cairan cerebrospinal
Pembedahan merupakan pilihan utama untuk mengangkat tumor. Pembedahan pada
tumor otak bertujuan untuk melakukan dekompresi dengan cara mereduksi efek massa
sebagai upaya menyelamatkan nyawa serta memperoleh efek paliasi. Dengan
pengambilan massa tumor sebanyak mungkin diharapkan pula jaringan hipoksik akan
terikut serta sehingga akan diperoleh efek radiasi yang optimal. Diperolehnya banyak
jaringan tumor akan memudahkan evaluasi histopatologik, sehingga diagnosis
patologi anatomi diharapkan akan menjadi lebih sempurna. Namun pada tindakan
pengangkatan tumor jarang sekali menghilangkan gejala-gelaja yang ada pada
penderita.
b. Radiotherapy
Radioterapi merupakan salah satu modalitas penting dalam penatalaksanaan proses
keganasan. Berbagai penelitian klinis telah membuktikan bahwa modalitas terapi
pembedahan akan memberikan hasil yang lebih optimal jika diberikan kombinasi terapi
dengan kemoterapi dan radioterapi.
Sebagian besar tumor otak bersifat radioresponsif (moderately sensitive), sehingga pada
tumor dengan ukuran terbatas pemberian dosis tinggi radiasi diharapkan dapat mengeradikasi
semua sel tumor. Namun demikian pemberian dosis ini dibatasi oleh toleransi jaringan sehat
disekitarnya. Semakin sedikit jaringan sehat yang terkena maka makin tinggi dosis yang
diberikan. Guna menyiasati hal ini maka diperlukan metode serta teknik pemberian radiasi
dengan tingkat presisi yang tinggi.
Glioma dapat diterapi dengan radioterapi yang diarahkan pada tumor sementara
metastasis diterapi dengan radiasi seluruh otak. Radioterapi juga digunakan dalam tata
laksana beberapa tumor jinak, misalnya adenoma hipofisis.
c. Chemotherapy
Pada kemoterapi dapat menggunakan powerfull drugs, bisa menggunakan satu atau
dikombinasikan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan untuk membunuh sel tumor pada
klien. Diberikan secara oral, IV, atau bisa juga secara shunt. Tindakan ini diberikan dalam
siklus, satu siklus terdiri dari treatment intensif dalam waktu yang singkat, diikuti waktu
istirahat dan pemulihan. Saat siklus dua sampai empat telah lengkap dilakukan, pasien
dianjurkan untuk istirahat dan dilihat apakah tumor berespon terhadap terapi yang dilakukan
ataukah tidak. (Febri : 2012)
3. Diet
Pengobatan tumor otak tidak hanya memerlukan dokter yang ahli dan obat yang mujarak
tetapi juga makanan yang sehat. Berikut beberapa kandungan makanan yang disarankan
beserta alasannya:
a. Omega-3 yang dapat ditemukan di ikan (salmon, tuna dan tenggiri) bermanfaat dalam
menguransi resistensi tumor pada terapi. Omega-3 juga membantu mempertahankan
dan menaikan daya tahan tubuh dalam menghadapi proses pengobatan tumor otak
seperti kemotrapi.
b. Omega-9 yang ada di minyak zaitun pun dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
sekaligus mengurangi pembengkakan dan menguransi sakit saat pengobatan tumor
otak.
c. Serat dari roti gandum, sereal, buah segar, sayur dan suku kacang-kacangan
membantu Anda mengatur tingkat gula. Sel kanker cenderung mengkonsumsi gula
10-15 kali lipat daripada sel normal sehingga semakin meradang. Agar bisa mengatur
gula dengan baik, disarankan mengkonsumsi 4-5 porsi sayur dan 1-2 porsi buah segar.
Selain mengatur kadar gula, serat dapat menurunkan peluang sembelit.
d. Folic acid yang dikenal sebagai vitamin B9 atau Bc bisa mencegah menyebarnya
sehinga bisa membantu pengobatan tumor otak atau bagian lainnya. Vitamin B9 dapat
ditemukan di sayuran dengan daun hijau tua (bayam, asparagus dan daun selada),
kacang polong, kuning telur dan biji bunga matahari.
e. Antioksidan memang dikenal sebagai salah satu senjata untuk membantu pengobatan
tumor otak. Antioksidan dapat di temukan di keluarga beri (strawberi, rasberi dan
blueberi), anggur, tomat, brokoli, jeruk, persik, apricot, bawang putih, gandum, telur,
ayam, kedelai dan ikan.
Makanan yang harus dihindari penderita kanker dan tumor otak adalah Gula dan
karbohindrat harus dihindari karena mereka merupakan makanan utama sel kanker.
Pada saat pengobatan brain tumor and cancer, sel-sel kanker yang ada di dalam tubuh
akan mengkonsumsi 10-15 kali lipat gula. Gula yang dikonsumsi akan menjadi energy
para sel kanker yang mempercepat perkembangan mereka. (Nn:2012)
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pemeriksaan fisik
a. BI (Breathing)
Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula
oblongata didapatkan adanya kegagalan pernapasan.
Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan
tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak di dapatkan bunyi napas tambahan.
c. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata
pada pengkajian tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada
peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain)
merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada
sistem lainnya. Trias Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan papiledema.
Pengkajian tingkat kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang
paling mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian.
Tingkat keterjagaan klien dan respon terhadap lingkungan adalah indikator paling
sensitif untuk disfungsi sistem persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat
peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma,
penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan
evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
dan lobus frontal.
Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi
wajah, dan aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut
biasanya status mental klien menglami perubahan.
Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan
kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu
kesulitan untuk mengenal persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta,
hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian.
Beberapa klien mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika
tingkah laku klien menjadi aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi argumentasi
yang sulit dari perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah.
Hemiparesis disebabkan oleh tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat
tumor.
Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan
motorik yang jelas. Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis
menyebabka kelemahan pada wajah, lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada
lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada kaki dan ekstermitas
bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak
mantap, sering menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau
yang dominan terkena, akan terihat adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.
Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf
ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan
visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan pembengkakan
papila saraf optikus.
Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral dari saraf
VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.
Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak
ada kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini akan di
dapatkan adanya paralisis wajah ulilateral.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi sehat.
Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis
menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin diakibatkan iritasi
korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan membuka
mulut.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.
Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra
pengecap normal.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor
intrakranial.
Tujuan
Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24
jam
Kriteria Hasil
Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan
muntah, GCS : 4,5,6, tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma,
atau penurunan perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan
tekanan intrakarnial.
2. Memonitor TTV tiap 4 jam.
3. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya
prosedur
Rasional :
1. Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi
atau tanda-tanda kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau
tindakan pembedahan.
2. Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau
fluktuasi di tandai dengan tekanan darah sistemik penururnan dan
autolegulator kebanyakan tanda penurun difusilokal paskularisasi darah
serebral. Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana
intrakarnial oleh efek rangsangan kumulatif.
3. Nyeri akut berdasarkan traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam
rongga intrakranial.
Tujuan
Nyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi
Kriteria Hasil
Cara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat
mengidetifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Klien tidak gelisah.
Intervensi :
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non
farmakologi dan non infasif.
2. Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot
rangka, yang dapat menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan
relaksasi masase.
3. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik
Rasional :
1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi
lainnya telah menunjukan keefektifan mengurangi nyeri.
2. Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen
oleh jaringan akan terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.
3. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumor otak adalah neoplasma pada bagian intracranial SSP. Tumor otak primer berasal
dari otak, sedangkan tumor otak sekunder merupakan pindahan dari tempat asal lain.
Penyebab tumor otak belum diketahui. Namun ada bukti kuat yang menunjukan bahwa
beberapa agent bertanggung jawab untuk beberapa tipe tumor-tumor tertentu. Agent tersebut
meliputi faktor herediter, kongenital, virus, toksin, dan defisiensi immunologi.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh dua
faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intrakranial (TIK). Gejala
klinis pada tumor otak secara umum dikenal dengan istilah trias klosis tumor otak, yaitu:
Nyeri kepala, Mual dan muntah, Papil edema.
Untuk penanganan tumor otak dapat di lakukan pembedahan, radiotherapi, kemotherapi
atau dapat pula dengan cara manipulasi hormonal, biasanya dengan obat golongan tamoxifen
untuk tumor yang sudah bermetastase.
B. SARAN
1. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai
penyakit tersebut.
2. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta
meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya
DAFTAR PUSTAKA
Azri, Bram Al. 2013. “Askep Tumor Otak”, (Online),
http://nersbramalazri. blogspot.com/2013/01/askep-tumor-otak.html, diakses pada 10 Mei 2013
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff, 2008, Jakarta:
Salemba Medika).