![Page 1: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/1.jpg)
ASPEK LEGALITAS TINDAKAN MEDIS DAN PERAWATAN PASIEN
BEDAH
By
Dadi Santoso, S.Kep.
2008
![Page 2: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN Praktik kedokteran dan perawatan bukanlah
pekerjaan yang dapat dilakukan oleh siapa saja, melainkan hanya boleh dilakukan oleh kelompok profesional kedokteran dan perawatan tertentu yang berkompetensi dan memenuhi standar tertentu. Telah mendapat izin dari institusi yang berwenang dan bekerja sesuai dengan standar dan profesionalisme yang ditetapkan oleh organisasi profesinya
![Page 3: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/3.jpg)
Secara teoritis-konseptual, antara masyarakat profesi dengan masyarakat umum terjadi suatu kontrak (mengacu kepada doktrin sosial-kontrak). Di mana kontrak ini memberikan hak kepada masyarakat profesi untuk melakukan self-regulating (otonomi profesi).
Pedoman profesi yang memuat jaminan bahwa personal yang berpraktek memiliki kompetensi dan bekerja sesuai dengan standar
![Page 4: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/4.jpg)
Sikap dan perilaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik, masyarakat profesi maupun masyarakat luas, termasuk klien, dicerminkan dalam sikap profesionalisme. Beberapa ciri profesionalisme merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu "sesuai dengan tempat dan waktu", sikap yang etis sesuai dengan etika profesinya, sikap altruisme (mendahulukan kepentingan pasien), bekerja sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya, dan sikap care
![Page 5: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/5.jpg)
UU Praktik Kedokteran dan akuntabilitas profesi Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran diundangkan untuk mengatur praktik kedokteran. Peraturan ini bertujuan agar dapat memberikan perlindungan kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.
![Page 6: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/6.jpg)
MAL PRAKTEK Kesalahan ? kelalaian ? Black's Law Dictionary mendefinisikan malpraktik
sebagai "Unprofessional misconduct or unreasonable lack of skill" atau "failure of one rendering professional services
malpraktik dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurang-mahiran / ketidak-kompetenan yang tidak beralasan
![Page 7: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/7.jpg)
Professional misconduct yang merupakan kesengajaan dapat dilakukan dalam bentuk pelanggaran ketentuan etik, ketentuan disiplin profesi, hukum administratif, serta hukum pidana dan perdata, seperti melakukan kesengajaan yang merugikan pasien, fraud, "penahanan" pasien, pelanggaran wajib simpan rahasia kedokteran, aborsi ilegal, euthanasia, penyerangan seksual, misrepresentasi atau fraud, keterangan palsu, menggunakan iptekdok yang belum teruji / diterima, sengaja melanggar standar, berpraktek tanpa SIP, berpraktek di luar kompetensinya, dll.
![Page 8: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/8.jpg)
Kelalaian dapat terjadi dalam 3 bentuk 1.Malfeasance berarti melakukan tindakan yang melanggar
hukum atau tidak tepat/layak (unlawful atau improper), misalnya melakukan tindakan medis tanpa indikasi yang memadai (pilihan tindakan medis tersebut sudah improper).
2. Misfeasance berarti melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi dilaksanakan dengan tidak tepat (improper performance) yaitu misalnya, melakukan tindakan medis dengan menyalahi prosedur.
3. Nonfeasance adalah tidak melakukan tindakan medis yang merupakan kewajiban baginya
![Page 9: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/9.jpg)
Unsur Kelalaian adanya kewajiban untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, adanya pelanggaran atau kegagalan memenuhi
kewaiban tersebut, adanya kerugian atau cedera pada pasien dan adanya hubungan kausalitas antara pelanggaran
atau kegagalan memenuhi kewajiban tersebut dengan cedera atau kerugian.
![Page 10: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/10.jpg)
Deklarasikan Charter on Medical Professionalism prinsip utama, yaitu prinsip mengutamakan kesejahteraan
pasien, prinsip otonomi pasien dan prinsip keadilan sosial Ketiga prinsip tersebut diikuti dengan 10 tanggung jawab
(komitmen), yaitu tanggungjawab atas kompetensi profesional, kejujuran kepada pasien, kerahasiaan pasien, hubungan yang baik dengan pasien, peningkatan kualitas layanan, perbaikan akses layanan, distribusi sumberdaya yang terbatas secara adil, pengetahuan ilmiah, pemeliharaan kepercayaan melalui pengelolaan konflik kepentingan dan tanggung jawab profesional
![Page 11: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/11.jpg)
PREVENTIF Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat
informasi yang cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.
Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama.
Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien
![Page 12: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/12.jpg)
KAPAN MEMBERI INFORMASI ? Setelah hubungan dokter pasien terbentuk, dokter
memiliki kewajiban untuk memberitahukan pasien mengenai kondisinya; diagnosis, diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, risiko, alternatif, prognosis dan harapan.
Dokter seharusnya tidak mengurangi materi informasi atau memaksa pasien untuk segera memberi keputusan. Informasi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien
![Page 13: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/13.jpg)
Elemen-elemen Informed consent Suatu informed consent harus meliputi :
1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terap dan penyakitnya2. Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan
seberapa besar kemungkinan keberhasilannya 3. Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada
dan akibat apabila penyakit tidak diobati 4. Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau
menolak terapi Risiko yang harus disampaikan meliputi efek samping yang
mungkin terjadi dalam penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang dilakukan.
![Page 14: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/14.jpg)
Ruang Lingkup Pemberian Informasi Ruang lingkup dan materi informasi yang diberikan
tergantung pada pengetahuan medis pasien saat itu. Jika memungkinkan, pasien juga diberitahu mengenai tanggung jawab orang lain yang berperan serta dalam pengobatan pasien.
Beberapa pengadilan membolehkan dokter untuk tidak memberitahukan diagnosis pada beberapa keadaan. Dalam mempertimbangkan perlu tidaknya mengungkapkan diagnosis penyakit yang berat, faktor emosional pasien harus dipertimbangkan terutama kemungkinan bahwa pengungkapan tersebut dapat mengancam kemungkinan pulihnya pasien
![Page 15: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/15.jpg)
HAL-HAL YANG DIINFORMASIKAN
1.Hasil Pemeriksaan
Pasien memiliki hak untuk mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan. Misalnya perubahan keganasan pada hasil Pap smear. Apabila infomasi sudah diberikan, maka keputusan selanjutnya berada di tangan pasien
![Page 16: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/16.jpg)
2. RESIKO
Risiko yang mungkin terjadi dalam terapi harus diungkapkan disertai upaya antisipasi yang dilakukan dokter untuk terjadinya hal tersebut. Reaksi alergi idiosinkratik dan kematian yang tak terduga akibat pengobatan selama ini jarang diungkapkan dokter. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kemungkinan tersebut juga harus diberitahu pada pasien.
Jika seorang dokter mengetahui bahwa tindakan pengobatannya berisiko dan terdapat alternatif pengobatan lain yang lebih aman, ia harus memberitahukannya pada pasien.
Jika seorang dokter tidak yakin pada kemampuannya untuk melakukan suatu prosedur terapi dan terdapat dokter lain yang dapat melakukannya, ia wajib memberitahukan pada pasien.
![Page 17: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/17.jpg)
3. Alternatif Dokter harus mengungkapkan beberapa alternatif
dalam proses diagnosis dan terapi. Ia harus dapat menjelaskan prosedur, manfaat, kerugian dan bahaya yang ditimbulkan dari beberapa pilihan tersebut. Sebagai contoh adalah terapi hipertiroidisme. Terdapat tiga pilihan terapi yaitu obat, iodium radioaktif, dan subtotal tiroidektomi. Dokter harus menjelaskan prosedur, keberhasilan dan kerugian serta komplikasi yang mungkin timbul.
![Page 18: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/18.jpg)
4. Rujukan/ konsultasi Dokter berkewajiban melakukan rujukan apabila
ia menyadari bahwa kemampuan dan pengetahuan yang ia miliki kurang untuk melaksanakan terapi pada pasien-pasien tertentu.
Pengadilan menyatakan bahwa dokter harus merujuk saat ia merasa tidak mampu melaksanakan terapi karena keterbatasan kemampuannya dan ia mengetahui adanya dokter lain yang dapat menangani pasien tersebut lebih baik darinya
![Page 19: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/19.jpg)
5. PROGNOSIS Pasien berhak mengetahui semua prognosis,
komplikasi, sekuele, ketidaknyamanan, biaya, kesulitan dan risiko dari setiap pilihan termasuk tidak mendapat pengobatan atau tidak mendapat tindakan apapun. Pasien juga berhak mengetahui apa yang diharapkan dari dan apa yang terjadi dengan mereka. Semua ini berdasarkan atas kejadian-kejadian beralasan yang dapat diduga oleh dokter. Kejadian yang jarang atau tidak biasa bukan merupakan bagian dari informed consent.
![Page 20: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/20.jpg)
Standar Pengungkapan Yang Dikembangkan Oleh Pengadilan standar pengungkapan profesional, tugas dokter untuk membuka
rahasia diatur oleh standar pelaku medis, dilakukan di dalam lingkungan yang sama atau serupa. Standar pengungkapan ini yang diatur seterusnya baik oleh undang-undang maupun hukum umum pada mayoritas peraturan Amerika Serikat menetapkan bahwa seorang dokter harus memberi informasi sesuai dengan pelayanan kedokteran terkini.
Banyak pengadilan telah menegakkan standar pelaksana medis dalam komunitas yang sama atau serupa, di bawah lingkungan yang sama atau serupa.
Jika seorang dokter bertugas untuk mengungkapkan suatu fakta dan jika begitu, fakta apa yang wajib diberitahukan bergantung pada yang biasa dilakukan pada komunitas setempat
![Page 21: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/21.jpg)
Standar pengungkapan umum atau standar pasien secara layak, yang ditetapkan seterusnya oleh undang-undang atau hukum umum dalam peraturan minoritas yang bermakna, membebankan tugas pada dokter untuk memberitahu setiap informasi yang akan bergantung pada proses pembuatan keputusan oleh pasien. Hal ini berbeda-beda sesuai kemampuan pasien untuk memahaminya
![Page 22: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/22.jpg)
Siapa yang mengungkapkan ? Siapa yang bertanggungjawab untuk mendapatkan informed
consent pasien - pengadilan umumnya telah menempatkan tugas ini pada dokter yang didatangi pasien pada waktu ada pertanyaan.
Pengadilan umumnya mengenali bahwa dokter, bukan perawat atau paramedis lainnya, berkemampuan untuk mendiskusikan tatalaksana dan penanganannya. Perawat atau paramedis lainnya mungkin hanya penambah atau pelengkap informasi spesifik dari dokter dengan informasi umum tergantung situasi pasien. Dokter, selain dari dokter pertama pasien, memiliki kewajiban yang independen untuk memberi informasi mengenai risiko, keuntungan, dan alternatif pilihan yang ditujukan padanya
![Page 23: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/23.jpg)
Peranan Rumah Sakit Pertanyaan yang sering muncul, terutama
dari dokter yang berpraktek di rumah sakit adalah ”Apakah rumah sakit memiliki tanggung jawab untuk menjamin bahwa pasien menerima informasi yang cukup meskipun pengadilan telah menempatkan tugas primer kepada dokter?”
![Page 24: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/24.jpg)
Dalam teori respondeat superior, manajer rumah sakit dapat ditahan dengan dokter pegawai rumah sakit yang lalai untuk memperoleh informed consent yang dapat menimbulkan kecacatan dan kegawatan pada pasien.
Kebijakan rumah sakit harus mengatur mengenai bagaimana informed consent diperoleh. Perawat atau petugas rumah sakit lainnya harus menunda terapi yang sudah direncanakan dokter jika persetujuan yang sebelumnya sudah diberikan ditarik kembali oleh pasien, sehingga dokter dapat mengklarifikasi kembali keputusan pasien.
Pengadilan cenderung untuk menjatuhkan kewajiban yang lebih ketat kepada rumah sakit untuk memastikan bahwa dokter memperoleh persetujuan/penolakan sebelum melakukan tindakan.
![Page 25: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/25.jpg)
Bentuk Persetujuan/Penolakan Rumah sakit memiliki tugas untuk menjamin
bahwa informed consent sudah didapat. Istilah untuk kelalaian rumah sakit tersebut yaitu ”fraudulent concealment”.
Pasien yang akan menjalani operasi mendapat penjelasan dari seorang dokter bedah namun dioperasi oleh dokter lain dapat saja menuntut malpraktik dokter yang tidak mengoperasi karena kurangnya informed consent dan dapat menuntut dokter yang mengoperasi untuk kelanjutannya
![Page 26: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/26.jpg)
Bentuk persetujuan tidaklah penting namun dapat membantu dalam persidangan bahwa persetujuan diperoleh. Persetujuan tersebut harus berdasarkan semua elemen dari informed consent yang benar yaitu pengetahuan, sukarela dan kompetensi
![Page 27: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/27.jpg)
Beberapa rumah sakit dan dokter telah mengembangkan bentuk persetujuan yang merangkum semua informasi dan juga rekaman permanen, biasanya dalam rekam medis pasien. Format tersebut bervariasi sesuai dengan terapi dan tindakan yang akan diberikan. Saksi tidak dibutuhkan, namun saksi merupakan bukti bahwa telah dilakukan informed consent. Informed consent sebaiknya dibuat dengan dokumentasi naratif yang akurat oleh dokter yang bersangkutan
![Page 28: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/28.jpg)
Otoritas Untuk Memberikan Persetujuan Seorang dewasa dianggap kompeten dan oleh karena itu
harus mengetahui terapi yang direncanakan. Orang dewasa yang tidak kompeten karena penyakit fisik
atau kejiwaan dan tidak mampu mengerti tentu saja tidak dapat memberikan informed consent yang sah.
Sebagai akibatnya, persetujuan diperoleh dari orang lain yang memiliki otoritas atas nama pasien. Ketika pengadilan telah memutuskan bahwa pasien inkompeten, wali pasien yang ditunjuk pengadilan harus mengambil otoritas terhadap pasien.
![Page 29: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/29.jpg)
Persetujuan pengganti ini menimbulkan beberapa masalah. Otoritas seseorang terhadap persetujuan pengobatan bagi pasien inkompeten termasuk hak untuk menolak perawatan tersebut. Pengadilan telah membatasi hak penolakan ini untuk kasus dengan alasan yang tidak rasional.
Pada kasus tersebut, pihak dokter atau rumah sakit dapat memperlakukan kasus sebagai keadaan gawat darurat dan memohon pada pengadilan untuk melakukan perawatan yang diperlukan. Jika tidak cukup waktu untuk memohon pada pengadilan, dokter dapat berkonsultasi dengan satu atau beberapa sejawatnya
![Page 30: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/30.jpg)
Terdapat beberapa indikasi dimana pengadilan akan mempertimbangkan keinginan pasien, meskipun pasien tidak mampu untuk memberikan persetujuan yang sah. Pada kebanyakan kasus, terapi sebaiknya segera dilakukan (1) jika keluarga dekat setuju, (2) jika memang secara medis perlu penatalaksanaan segera, (3) jika tidak ada dilarang undang-undang
![Page 31: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/31.jpg)
Kemampuan Memberi Perijinan Perijinan harus diberikan oleh pasien yang secara
fisik dan psikis mampu memahami informasi yang diberikan oleh dokter selama komunikasi dan mampu membuat keputusan terkait dengan terapi yang akan diberikan. Pasien yang menolak diagnosis atau tatalaksana tidak menggambarkan kemampuan psikis yang kurang. Paksaan tidak boleh digunakan dalam usaha persuasif. Pasien seperti itu membutuhkan wali biasanya dari keluarga terdekat atau yang ditunjuk pengadilan untuk memberikan persetujuan pengganti.
![Page 32: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/32.jpg)
Pengecualian terhadap materi pemberitahuan 1. seorang dokter dapat saja dalam pandangan profesionalnya
menyimpulkan bahwa pemberitahuan memiliki ancaman kerugian terhadap pasien yang memang dikontradiinkasikan dari sudut pandang medis. Hal ini dikenal sebagai ”keistimewaan terapetik” atau ”kebijaksanaan profesional”. Dokter dapat memilih untuk menggunakan kebijaksanaan profesional terapetik untuk menjaga fakta medis pasien atau walinya ketika dokter meyakini bahwa pemberitahuan akan membahayakan atau merugikan pasien. Tergantung situasinya, dokter boleh namun tidak perlu membuka informasi ini kepada keluarga dekat yang diketahui.
2. pasien yang kompeten dapat meminta untuk tidak diberitahu. Pasien dapat melepaskan haknya untuk membuat informed consent
![Page 33: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/33.jpg)
3. dokter berhak untuk tidak menyarankan pasien mengenai masalah yang diketahui umum atau jika pasien memiliki pengetahuan aktual, terutama berdasarkan pengalaman di masa lampau.
4. tidak ada keharusan untuk memberitahu pada kasus kegawatdaruratan dimana pasien tidak sadar atau tidak mampu memberikan persetujuan sah dan bahaya gagal pengobatan sangat nyata
![Page 34: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/34.jpg)
Kasus Kegawatdaruratan dan Informed Consent Umumnya, hukum melibatkan persetujuan pasien
selama keadaan gawat darurat. Pengadilan biasanya menunda pada keadaan-keadaan yang membutuhkan penanganan segera untuk perlindungan nyawa atau kesehatan pasien karena tidak memungkinkan untuk memperoleh persetujuan baik dari pasiennya maupun orang lain yang memegang otoritas atas nama pasien
![Page 35: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/35.jpg)
Penting untuk didokumentasikan
1) penanganan untuk kepentingan pasien.
2) terdapat situasi gawat darurat.
3) keadaan tidak memungkinkan untuk mendapatkan persetujuan dari pasien atau dari orang lain yang memegang otoritas atas nama pasien.
![Page 36: Aspek Legalitas Tindakan Medis Dan Perawatan Pasien Bedah](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022081417/5571f75e49795991698b4a45/html5/thumbnails/36.jpg)
Peraturan umum terkait persetujuan penanganan keadaan gawat darurat pada seorang anak sama saja dengan orang dewasa.
Pengadilan biasanya menunda menyetujui dokter yang mengobati pasien anak “dewasa muda” (di atas 15 tahun) yang sudah dapat memberi persetujuan penanganan keadaan gawat darurat terhadap dirinya. Namun, tetap perlu diperhatikan untuk membuat informed consent dengan menghubungi orang tua pasien atau orang lain yang bertanggung jawab atas pasien tersebut.