Download - Aspek Sosial Budaya Dalam Masa Nifas
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS
Masa nifas (puerperium) secara tradisional di definisikan sebagai periode 6
minggu segera setelah lahirnya bayi dan mencerminkan periode saat fisiologi ibu,
terutama sistem reproduksi, kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Hal ini
mungkin berakar dari tradisi “chuching”, yaitu upacara keagamaan ketika wanita
diterima yaitu pada periode 40hari saat mana mereka dianggap tidak bersih. Seiring
dengan meningkatkan dominasi bidang medis, akhir masa nifas ditandai oleh
pemeriksaan pasca postpartem wanita yang bersangkutan dengan dokter. Hal ini
menyebabkan penjelasan tradisional tentang masa nifas terstruktur sebagai periode
pemulihan ibu, didukung oleh medikalisasi kehamilan menjadi suatu keadaan medis.
Bidan bertanggung jawab mempertahankan pengawasan yang cermat terhadap
perubahan fisiologis pada masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan patologis.
Selama masa nifas,terjadi penurunan yang mencolok kadar estrogen dan
progesteron dalam sistem ibu. Penurunan konsentrasi hormon steroid mempermudah
inisiasi laktasi dan memungkinkan sistem fisiologis kembali ke pra hamil. Pada
kenyataannya masa nifas seyogyanya digambarkan sebagai transisi. Masa ini dimulai
saat lahirnya bayi dan rahimnya saat kembalinya fertilitas. Namun, wanita tidak
kembali ke keadaan fisiologis dan anatomis yang sama. Masa nifas juga, dalam konteks
sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak, dan anggota keluarga yang
lain. Banyak perubahan fisiologis dalam masa nifas, misalnya dalam pembentukan
keterampilan menjadi orangtua, laktasi pemberian makan, dimodifikasi oleh interaksi
sosial dahulu dan sekarang individu dalam situasi keluarga yang baru. (Jane
Coad,Melvyn Dunstall : 2007).
A. Pengertian dan tujuan asuhan masa nifas
Ada beberapa pengertian masa nifas, antara lain:
1. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
berikutnya (JHPEIGO, 2002).
2. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir
persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan
Brown, 1999).
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerpenthy,
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parousmelahirkan. Puerperium berarti masa
setelah melahirkan bayi.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pun kembali, mulai dari persalinan selesai
hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8
minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu tclah diperbolehkan berdiri dan
bcrjalan.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyelurula alat-alat genital.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.
TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS
Semua kcgiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang
lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan cvaluasi
dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengernbalikan kesehatan urnum dengan pergerakan otot untuk memperlancar
peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selcsai
dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal
. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan
adanyagangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan Waktu Asuhan
I
6-8
jampost
partum
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru
lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidanharus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiranatau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II6 haripost
partum
Memastikan involusi uterus barjalan
dengan normal, uterusberkontraksi dengan baik, tinggi fundus
uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukupcairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada
tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III
2
mingg
upost
partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
IV 6
mingg
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
nifas.
upost
partumMemberikan konseling KB secara dini.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Norma
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal Oleh Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1
September 2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata
NiagaMedia Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html diunduh 1
September 2009: 20.05 WIB.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama 6 -
8 minggu. Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa
60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% dari kematian
ibu tersebut
terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga
merupakan
masa kritis bagi bayi , sebab dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4
minggu setelah
persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari
setelah lahir
(Saifuddin et al, 2002). Untuk itu perawatan selama masa nifas merupakan hal
yang sangat
penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari pengaturan dalam
mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri , pengaturan diet, pengaturan miksi
dan defekasi,
perawatan payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran
pemberian air susu
ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain-lain (Rustam Mochtar, 1998 dan
Saifuddin et al,
2002).
Selain perawatan nifas dengan memanfaatkan sistem pelayanan biomedical,
ada juga
ditemukan sejumlah pengetahuan dan perilaku budaya dalam perawatan masa
nifas. Para ahli
antropologi melihat bahwa pembentukan janin, kelahiran, dan masa pasca
kelahiran pada
umumnya dianggap oleh berbagai masyarakat di berbagai penjuru dunia
sebagai peristiwaperistiwa yang wajar dalam kehidupan manusia. Namun
respon masyarakat terhadap
Universitas Sumatera Utaraberbagai peristiwa kehidupan ini bersifat budaya,
yang tidak selalu sama pada berbagai
kelompok masyarakat (Swasono, 1998).
Pada masyarakat Bandanaera, Kabupaten Maluku Tengah, perawatan
postpartum
dilakukan dengan memberikan minuman yang salah satu bahannya dari jeruk
nipis,
pemberian makanan berupa rujak dalam beberapa jam setelah persalinan
selesai,
penyembuhan luka jalan lahir dengan menggunakan pasir panas, perawatan
dengan
pengurutan, penguapan badan, konsumsi jamu-jamuan dan aneka perlakuan
lainnya yang
bertujuan untuk kesejahteraan ibu dan bayinya (Swasono, 1998).
Pada masyarakat Bajo di Saloso, Kabupaten Kendari, untuk keselamatan ibu
dan
bayinya dilakukan upacara adat dengan berbagai syarat dan aturan yang
harus dipenuhi
selama proses maupun sebelum proses upacara tersebut terlaksana. Begitu
juga pada
masyarakat Aceh yang memiliki aturan berupa pantangan meninggalkan
rumah selama 44
hari bagi wanita yang baru melahirkan. Anjuran untuk berbaring selama masa
nifas,
perawatan nifas dengan pengurutan , penghangatan badan, konsumsi
minuman berupa jamujamuan dan pantangan makan - makanan tertentu
(Swasono, 1998).
Berbeda dengan etnis Tionghoa, yang merupakan salah satu etnis pendatang
di
Indonesia yang jumlahnya cukup besar dibandingkan masyarakat pendatang
lainnya, yang
memiliki aturan bagi perempuan selama masa nifas meliputi pantangan bagi
wanita nifas
untuk keluar rumah selama satu bulan, tidak boleh mandi dan keramas selama
satu bulan
dengan alasan kondisi ibu yang dianggap dingin setelah melahirkan sehingga
bila terpapar
sesuatu yang dingin lagi akan menyebabkan masuk angin. Pantangan makan
makanan yang
bersifat dingin, kekhususan dalam mengolah makanan, juga penyajian
makanan yang juga
dilakukan secara khusus (Mahriani, 2008).
Universitas Sumatera UtaraBerdasarkan fakta yang terjadi pada masyarakat di
atas, dapatlah dikatakan bahwa
memang benar ada beberapa nilai kepercayaaan masyarakat yang
berhubungan dengan
perawatan postpartum. Mengingat bahwa masyarakat Indonesia adalah
masyarakat yang
multikultural, maka fenomena tersebut sangat wajar terjadi. Dan pengetahuan
tentang aspek
budaya merupakan hal penting diketahui oleh pelayan kesehatan untuk
memudahkan dalam
melakukan pendekatan dan pelayanan kesehatan. Sebab, tidak semua
perawatan yang
dilakukan dengan berpedoman pada warisan leluhur tersebut bisa diterima
sepenuhnya, bisa
saja perawatan-perawatan yang dilakukan tersebut memberikan dampak
kesehatan yang
kurang menguntungkan bagi ibu dan bayinya. Hal ini tentu saja memerlukan
perhatian
khusus untuk mengatasinya (Swasono, 1998).
Dari uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang
aspek budaya, khususnya budaya Jawa, mengingat bahwa masyarakat suku
Jawa adalah
masyarakat yang banyak tersebar di berbagai kepulauan di Indonesia, yang
salah satunya
adalah pulau Sumatera. Selain itu setelah penulis melakukan tinjauan literatur,
belum pernah
ada penelitian yang khusus mempelajari dan membahas perawatan
postpartum menurut
perspektif budaya Jawa. Oleh karena itu, penelitian tentang perawatan
postpartum menurut
perspektif budaya Jawa penting dilakukan.
B. Pertanyaan Penelitian
Universitas Sumatera UtaraBagaimana perawatan postpartum pada
masyarakat suku Jawa di Desa Sei Rejo,
Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara?
C. Tujuan Penelitian
Identifikasi cara perawatan postpartum yang dilakukan oleh Ibu suku Jawa di
Desa
Sei Rejo, Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi
Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian
1. Pelayanan Kesehatan/Kebidanan
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi sumber
pengetahuan dan strategi bagi pelayan kesehatan dalam memberikan asuhan
yang lebih
komprehensif pada ibu postpartum dengan memperhatikan aspek budaya
setempat yang
dapat dikembangkan tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar budaya itu sendiri,
serta tidak
mengikutsertakan hal - hal yang dapat merugikan kelangsungan proses nifas
yang dapat
memberikan dampak kesehatan kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun
bagi bayi yang
dilahirkannya.
2. Perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai bekal mahasiswa
nantinya
dalam menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu nifas
dengan
memperhatikan aspek budaya setempat dan dikembangkan tanpa
meninggalkan nilai dasar
budaya. Namun, tidak mengikutsertakan hal-hal yang membawa pengaruh
negatif.
3. Penelitian Kebidanan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi awal untuk
penelitian
selanjutnya dalam melakukan penelitian aspek-aspek budaya dalam
kesehatan, khususnya
Universitas Sumatera Utarauntuk populasi ibu postpartum yang bersuku Jawa
di Desa Sei Rejo, Kecamatan Sei
Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai.
Universitas Sumatera Utara
ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS
PEMBAHASAN2.1DefinisiAspek adalah suatu hal yang mendasar Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanserketa yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budidan akal manusia. Dalam bahasa inggris kebudayaan disebut culture yang bersal dari kata latincolere yaitu
mengolah atau mengerjakan bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani.Sosial berarti kata society berasal dari bahasa latin societas yang berarti hubungan persahabatanyang
lain. Societas diturunkan dari katasocius yang berarti teman sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Jadi sosial mengandung makna bahwa setiap
anggotanyamempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.Masa nifas adlah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alatkandungan yang lamnya enam minggu.Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitandengan budi dan akal manusia untuk mencapai
tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.2.2 macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifasmasa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong ,daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang berminyak.Dampak positif:
tidak ada Dampak negative :merugikan karena masa nifas memerlukan makananyang bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh
makan tahu dan tempe tanpa garam³ngayep´dilarang banyak makan dan minum, makanan harus disangan/dibakar. Dampak positif:tida ada dampak negative :merugikan karena
makanan yang sehat akan mempercepat penyembuhan luka.masanifasdilarangtidursiangDampakpositif:tidakadaDampak negative : karena masa
nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat. Karena tenagayangtersediasangatbermanfaatuntukkesehatanibudanbayiMasa nifas /saat menyusui
setelahwaktunya Maghrib harus puasa tidak makan makanan yangpadat. Dampak positif : Hal inidibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat menyebabkan badan masanifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu organ-organ kandungan pada masa
nifas belum pulih kembali.
Dampak negative : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI menjadii berkuran
Masanifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Dampak positif: tidak adaDampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir (pemberianimunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali dalam bulan pertama yaituumur0-7haridan8-30hari Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis /
lerongan dan tapel.Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi menjadii lancar Dampak negative : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak kandungan. Pilisdan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat / menyebabkan alergi.
Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur garam dan asamdiminumkan supaya ASI banyak. Dampak positif : tidakadaDampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi yang diperlukan olehibu menyusui untuk
memperbanyak produksi ASI nya.Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim Dampak positif : dari sisi medis, sanggamamemang dilarang selama 40 hari pertama usai
melahirkan. Alasannya, aktivitas yang satu iniakan menghambat proses penyembuhan jalan lahir maupun involusi rahim, yakni mengecilnyarahim kembali ke bentuk dan ukuran semula.
Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belumlagi libido yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisalkekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi.dampak negative:tidakadaAspek social budaya pada masa nifas
pada daerah yang lain:1.Harus pakais andal kemana pun Bufas pergi, selama 40hari.2.Harus memakai Stagen /udet/ centing. (positif)3.Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti
semula.4.Pakai lulur param kocok keseluruh badan, biar capek pada badannya cepat hilang.5.Tidak boleh bicara dengan keras keras6.tiap pagi harus mandi keramas, biar
badannya cepat segar dan peredaran darah lancar .7.kalau tidur/ duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal itu dapatmempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru melahirkan/ mudah terkenaVarises.8. Harus banyak makanan yang bergizi
atau yang mengandung sayur-sayuran.9. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi
Posted by Ng