Download - Asuhan Keperawatan Pada Pasien Revisi
2ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN PENYAKIT TETANUS
Disusun Oleh :
Kelompok 5
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2013
ANGGOTA KELOMPOK
Eni Astutiningsih A11100708
Agus Junaedi A11100709
Nasikhatus Sangadah A11100710
Tri Septi Pujirahayu A11100712
Ikhsan A11100715
Haniati Nur Fazari A11100716
Budiman A11100717
Fedi Sudrajat A11100718
Dwi Nur Miftahul Jannah A11100719
Istingadah A11100720
Nur Arifah Afiani A11100721
Tri Wahyu Widodo A11100722
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan penyakit Tetanus“ sebagai salah satu tugas semester III
pada mata kuliah Blok Persyarafan..
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini
yaitu:
1. H. Giyatmo S Kep Ners, selaku ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong
2. Herniyatun,M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua prodi S1 Keperawatan
3. Ibu dan ayah tersayang yang selalu memberikan dukungan moril
maupun materil serta doa yang tulus sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Gombong, Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan alasan utama
bidang kesehatan. Setiap hari para dokter,perawat dan tenaga
kesehatan lainnya akan menghadapinya baik di rumah sakit
maupun di lapangan kerjanya. Tetanus adalah penyakit infeksi yang
diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanifestasi sebagai kejang otot
paroksismal, diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu
tampak pada otot masseter dan otot-otot rangka.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman
clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan
diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot
masester dan otot rangka. Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
toksin kuman clostiridium tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara
proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak
pada otot masester dan otot rangka .
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tetanus dan penyebabnya
2. Memahami penatalaksanaan tetanus dan pencegahannya
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Sebagai syarat memenuhi tugas semester III
Sebagai sumber reverensi mengenai asuhan keperawatan
tetanus
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai sumber pedoman dalam memahami penyakit tetanus
3. Bagi Dosen
Dapat menjadi referensi bagi dosen terkait dengan penyakit
tetanus
BAB II
ANALISA KASUS
A. KASUS
Tn.S (40 tahun) ,seorang pemulung,sering tidak mengenakan alas kaki ,tercocok paku
berkarat 3 bulan yang lalu,luka bekas tercocok sudah menutup,mendadak 2 hari
pasien mengalami kesulitan saat akan membuka mulut dan menelan makanan, badan
dan abdomen terasa kaku, kaku kuduk(+), kejang (+), nyeri pada otot seluruh
tubuh,demam 38,3C, BAK dan BAB Tidak terkontrol.
Pemeriksaan Lab : Hb 11,3g/dl,eritrosit 3,67 juta /ml,Ht 36,2 % ,leukosit
8700/ml,trombosit 539.10/mm. Terapi injeksi ATS 10.000 unit/hari/IV, procain
penicilin 450.000, IU/12 jam/IM/IVFD D5 %20 tpm, antipiretik dan antikejang
(diazepam ) kalau perlu.
B. Identifikasi kata sulit
1. Kaku kuduk adalah kondisi badan yang kaku karena kerusakan saraf ke tujuh
2. Kejang adalah kondisi otot tubuh berkontraksi dan relaksasi secara cepat dan
berulang
3. ATS adalah serum yang dibuat dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap
toksin tetanus. Plasma ini dimurnikan dan dipekatkan serta mengandung fenol
0,25% sebagai pengawet.
C. Identifikasi masalah
1. Apa pengertian dari tetanus?
2. Bagaimana tetanus bisa terjadi ?
3. Sebutkan klasifikasi dari tetanus ?
4. Bagaimana grade pada tetanus?
5. Apa tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh tetanus ?
6. Bagaimana mekanisme kejang ?
7. Bagaimana mekanisme kaku pada mulut ?
8. Bagaimana mekanisme demam pada tetanus ?
9. Bagaimana patofisioogi tetanus ?
10. Bagaiman cara mencegah tetanus ?
11. Tindakan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi tetanus ?
D. Brainstorming
1. Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium
tetani (Kapita selekta Kedokteran, 2000).
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh clostridium tetani
yang menghasilkan exotoksin
2. Penyebab tetanus adalah bakteri Clostiridium tetani yaitu kuman yang
berbentuk batang seperti penabuh genderang berspora, golongan gram positif,
hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik
(tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf
perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh clostiridium tetani yang
didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan yang salah.
3. Klasifikasi tetanus berdasarkan bentuk klinis dibagi menjadi 3 yaitu
a. Tetanus local, biasanya ditandai dengn otot terasa sakit, lalu timbul
rebiditas dan spasme pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat
menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
b. Tetanus General, merupakan bentuk paling sering, Biasanya timbul
mendadak dengan kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung
dan sakit kepala merupakan manifestasi awal. Dalam waktu singkat
kontraksi otot somatic meluas. Timbul kejang tetanik bermacam grup
otot menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi ekstermitas bagian
bawah. Pada mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai
beberapa menit dan terpisah oleh periode relksasi.
c. Tetatus segal atau chepalic adalah varian tetanus local yang jarang
terjadi. Masa inkubasi 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka
kepala dan muka. Palinh menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII,
IX dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum.
4. Grade pada tetanus menurut Ablett adalah
a) Grade 1 (ringan) :
trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit
pernafasan, tidak ada spasme, sedikit atau tidak ada disfagia
b) Grade 2 (sedang) :
trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang manun
singkat, penyulit pernafasan sedang dengan takipneu
c) Grade 3 (berat) :
trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lam dan sering,
serangan apneu, disfagia berat, spasme memanjang spontan yang sering
dan terjadi reflek, penyulit pernafasan disertai dengan takipneu, serangan
apneu, disfagia berat, takikardi, aktivitas system saraf otonom sedang yang
terus meningkat
d) Grade 4 (sangat berat) :
gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat, sering kali
menyebabkan “autonomic storm”
5. Tanda dan gejala tetanus adalah
a. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)
b. Kesukaran membuka mulut (trismus)
c. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
d. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus
e. adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi
lengan kaku
6. Mekanisme kejang adalah Secara fisiologis, suatu kejang merupakan akibat
dari serangan muatan listrik terhadap neuron yang rentan di daerah fokus
epileptogenik..
7. Mekanisme kaku pada mulut karena toksin menekan neuron spinal dan
menginhibisi terhadap batang otak.Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi
yang normal, yang menyebabkan meningkatnya aktifitas dari neuron yang
mensyarafi otot masseter sehingga terjadi kaku pada mulut.
8. Mekanisme demam pada tetanus adalah ketika clostridium masuk ke dalam
tubuh manusia, maka efek toksik dari clostridium tetani menghambat aktifitas
hipotalamus yang berfungsi mengatur suhu tubuh , akibatnya suhu tubuh
menjadi meningkat akibat toksin tetanus tersebut.
9. Patofisiologi tetanus Chlostridium Tetani dalam bentuk spora masuk ke
tubuh melalui luka yang terkontaminasi dengan debu, tanah, tinja binatang,
pupuk. Cara masuknya spora ini melalui luka yang terkontaminasi
antara lain luka tusuk (oleh besi: kaleng), luka bakar, luka lecet, otitis
media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis, abortus, tali pusat, kadang–kadang
luka tersebut hampir tak terlihat. Bila keadaan menguntungkan di mana
tempat luka tersebut menjadi hipaerob sampai anaerob disertai terdapatnya
jaringan nekrotis, lekosit yang mati,benda–benda asing maka spora
berubah menjadi vegetatif yang kemudian berkembang. Kuman ini
tidak invasif. Bila dinding sel kuman lisis maka dilepaskan
eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmin sangat mudah
diikat oleh saraf dan akan mencapai saraf melalui dua cara.
a. Secara lokal : diabsorbsi melalui mioneural junction pada
ujung–ujung saraf perifer atau motorik melalui axis silindrik kecornu
anterior susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer.
b. Toksin diabsorbsi melalui pembuluh limfe lalu ke sirkulasi darah
untuk seterusnya susunan saraf pusat.
Aktivitas tetanospamin pada motor end plate akan menghambat pelepasan
asetilkolin, tetapi tidak menghambat alfa dan gamma motor neuron
sehingga tonus otot meningkat dan terjadi kontraksi otot berupa spasme otot.
Tetanospamin juga mempengaruhi sistem saraf simpatis pada kasus yang
berat, sehingga terjadi overaktivitas simpatis berupa hipertensi yang
labil, takikardi, keringat yang berlebihan dan meningkatnya ekskresi
katekolamin dalam urine.Tetanospamin yang terikat pada jaringan saraf
sudah tidak dapat dinetralisir lagi oleh antitoksin tetanus.
10. Komplikasi tetanus adalah
a) Pada saluran pernapasan,oleh karena spasme otot–otot pernapasan
dan spasme otot laring dan seringnya kejang menyebabkan terjadi
asfiksia. Karena akumulasi sekresi saliva serta sukarnya menelan air
liur dan makanan atau minuman sehingga sering terjadi aspirasi
pneumoni, atelektasis akibat obstruksi oleh sekret. Pneumotoraks dan
mediastinal emfisema biasanya terjadi akibat dilakukannya trakeostomi.
b) Pada kardiovaskuler
Komplikasi berupa aktivitas simpatis yang meningkat antara lain berupa
takikardia, hiperrtensi, vasokonstriksi perifer dan rangsangan miokardium.
c) Pada tulang dan otot, pada otot karena spasme yang berkepanjangan
bisa terjadi perdarahan dalam otot. Pada tulang dapat terjadi fraktura
columna vertebralis akibat kejang yang terus–menerus terutama pada
anak dan orang dewasa. Beberapa peneliti melaporkan juga dapat
terjadi miositis ossifikans sirkumskripta.
11. Cara mencegah tetanus adalah
a. Anak mendapatkan imunisasi DPT diusia 3-11 Bulan
b. Ibu hamil mendapatkan suntikan TT minimal 2 X
c. Pencegahan terjadinya luka & merawat luka secara adekuat
12. Penatalaksanaannya adalah
Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan
harus segera diberikan
a. Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin
tetanus disekitar luka
b. Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4%
IV drip; Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM,
IV atau PO tiap 3-6 jam, paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im
tiap 4-6 jam.
c. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-
4 jam, dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg
BB/24 jam untuk dewasa.
d. Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk
total dari 2 mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik,
digunakan untuk pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.
e. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang,
kurangi rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemberian obat
penenang.
f. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi) dapat diganti
dengan tetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida
vegetatif.
g. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.
h. Diit TKTP melalui oral/ sounde/parenteral
i. Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali
fungsi otot dan ambulasi selama penyembuhan.
PHATWAY TETANUS
Clostridium Tetani
Eksotosin (Tetanospasmin)
Pengangkutan tosin melalui saraf motorik
Ganglion sum-sum
tualang belakang
OtakSaraf otonom
tonus otot meningkat
Tercocok paku berkarat
Hipertermi
Keringat meningakat
mengenai saraf simpatis
kekakuan dan kejang
menempel pada cerebral
gangliosides
menjadi kaku
Resiko trauma injury
Hilangnya keseimbangan tonus
otot
Sulit menelan
makananSulit membuka
mulut
Nyeri Akut
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Alamat : Gombong
Keluhan Utama : Pasien kaku mulut dan sulit menelan makanan
Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS dengan keluhan kesulitan saat membuka mulut dan menelan
makanan, badan dan abdomen terasa kaku, kaku kuduk,kejang,nyeri pada otot seluruh
tubuh ,demam 38,3 C ,BAK dan BAB tidak terkontrol.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti ini
B. Pengkajian Pola Virginia Handerson
Kebutuhan nutrisi
1. Pola Pernafasan
Sebelum sakit : Pasien dapat bernafas dengan normal dan tidak mengalami
kesulitan dalam bernafas.
Saat dikaji : tidak mengeluh sesak nafas.
2. Pola Nutrisi
Sebelum sakit : Pasien makan 2x sehari ,kadang 1x sehari sesuai pendapatan yang
diperolehnya
Saat dikaji : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa menelan makanan
sehingga belum bisa makan
3. Kebutuhan Eliminasi
Sebelum sakit : BAB 1x sehari, fesesnya lunak, dan BAK lancar tidak ada keluhan.
Saat dikaji : Pasien mengatakn BAB susah dan fesesnya keras , BAK sedikit.
4. Gerak dan keseimbangan
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa gangguan
Saat dikaji : tampak pasien sulit menggerakan tangannya karena kaku.
5. Kebutuhan Istirahat dan tidur
Sebelum sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari
Saat dikaji : Malam hari kadang terbangun karena kejang yang disebabkan suara
gaduh
6. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat dikaji : Pasien mandi dengan di seka oleh istrinya pagi dan sore, serta
gosok gigi.
7. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama keluarga dan istrinya
Saat dikaji : Pasien mengeluh seluruh ototnya terasa nyeri.
8. Kebutuhan berpakaian
Sebelum sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat berpakaian sendiri.
Saat dikaji : Memakai pakaian dibantu oleh anaknya.
9. Kebutuhan Spiritual
Sebelum sakit : Pasien dapat melakukan ibadah solat 5 waktu
Saat dikaji :Pasien masih bisa sholat 5 waktu dalam keadaan berbaring,dan
dibimbing keluarga agar selalu berdoa untuk kesembuhannya.
10. Kebutuhan berkomunikasi dan berhubungan
Sebelum sakit : Hubungan pasien dengan keluarga baik biasa berkomunikasi dengan
bahasa jawa.
Saat dikaji :Pasien tidak mudah diajak berbicara karena kaku pada mulut
11. Temparatur tubuh
Sebelum sakit : Pasien menggunakan pakaian tebal jika merasa dingin, dan
menggunakan yg tipis jika merasa kepanasan.
Saat dikaji : Pasien suhunya meningkat, memakai baju tipis karena merasa panas
12. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit : Pasien adalah seorang pemulung
Saat dikaji : Pasien hanya berbaring ditempat tidur.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit : Pasien tidak biasa bermaian ataupun rekreasi
Saat dikaji : Pasien tidak bisa pergi kemana - mana, hanya tetangganya sering
menjenguk di RS untuk menghibur.
14. Kebutuhan Belajar
Sebelum Sakit : Pasien tidak tahu tentang penyakit tetanus yang dideritanya
Saat dikaji : Pasien sudah tahu tentang penyakit yang dideritanya karena
penjelasan perawat.
C.Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
Tidak ada lesi, kulit kepala bersih
2. Rambut
Rambut hitam,ikal dan bersih
3. Mata
Saat kejang terjadi dilatasi pupil
4. Wajah
Wajah tampak kaku
5. Telinga
Tidak ada lesi,telinga bersih dan tidak ada pembengkakan
6. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung
7. Mulut
Mulut tampak kaku dan sulit untuk menelan
8. Tenggorokan
Tampak kesulitan untuk menelan
9. Leher
Leher terjadi kaku kuduk,
10. Thorax
I : Tampak rata tidak ada benjolan
P : Tidak ada tanda penggunaan otot bantu pernafasan
P : normal
A : Tidak terdengar otot bantu pernafasan
11. Abdomen :
I : tampak kaku
A : pergerakan usus rendah
P : abdomen datar dan kaku
P : terasa berat, karena kekakuan otot abdomen
D.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,3 g/dl
Eritrosit : 3,67 juta/mm
Ht : 36,2 %
Leukosit : 8700/ml
Trombosit : 539.10/mm
Terapi
1. Terapi injeksi ATS 10.000 unit/hari/IV
2. Procain penicilin 450.000 IU/12 jam/IM
3. IVFD D5% 20 tpm
4. Antipiretik dan antikejang diazepam
E.Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS : Keluarga pasien mengatakan
ketika kejang pasien meringis
karena nyeri
DO : Tampak meringis saat kejang
Agen cidera
biologis
Nyeri akut
2 DS : Keluarga mengatakan pasien
panas atau demam
DO : suhu 38,3 C
Proses infeksi Hipertermi
3 DS : Keluarga pasien mengatkan
pasien sering kejang dan
semua benda di dekatnya bisa
jatuh
DO : Tampak kejang
Peningkatan spasme
otot dan kejang
Resiko trauma atau
injury
F.Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut bd agen cidera biologis (00132)
2. Hipertermi bd proses infeksi (00007)
3. Resiko trauma atau injury bd kejang (00035)
G.Intervensi
DX 1
Diagnosa NOC NIC
Nyeri akut bd agen
cidera biologis
(00132 )
Setelah dilakukan intervensi
selama ...jam, pasien akan
menunjukkan tingkat nyeri
berkurang atau hilang.
Karakteristik :
1. Frekuensi nyeri
berkurang
2. Ekspresi pada wajah
tersenyum
3. Tidak terjadi
ketegangan otot
4. Tekanan darah normal
Managemen nyeri (1400)
1. Lakukan pengkajian
secara komprehensif
(P,Q,R,S,T)
2. Kontrol lingkugan yang
dapat mempengaruhi
nyeri
3. Berikan analgetik sesuai
resep
4. Tingkatkan istirahat
DX 2
Diagnosa NOC NIC
Hipertermi bd proses
infeksi (00007 )
Setelah dilakukan intervensi
selama ...jam, pasien akan
menunjukkan
termoregulation yang normal
(0800)
Karakteristik :
1. Suhu 36,5 – 37,5
2. Tidak mengeluarkan
banyak keringat
3. RR normal 16 -24
4. Tidak ada perubahan
warna kulit
Fever treatmen (3740)
1. Monitor suhu dan warna
kulit
2. Kolaborasi dalam
pemberian antipiretik
3. Lakukan kompres pasien
pada lipat paha dan axila
4. Tingkatkan sirkulasi
udara
DX 3
Diagnosa NOC NIC
Resiko trauma /
cidera b.d kejang
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ....x 24
Environmental management
(00035) jam klien mampu mengontrol
resiko (1902)
Karakteristik
1.Klien terbebas dari cidera
2.Pasien mengetahaui faktor
yang mempengaruhi cidera
3.Mengetahui strategi resiko
cidera
4.Dapat memonitor kebiasaan
yang mengakibatkan cidera
(6480)
1.sediakan lingkungan yang
aman sesuai kondisi fisik
pasien
2. menghindarkan lingkungan
yang berbahaya misal,
memindah perabotan
3. memasang side rail tempat
tidur
4. Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
Management Kejang (2680)
1. Monitor posisi kepala
dan mata selama kejang
2. Gunakan pakaian yang
longgar
3. Temani atau tetap
bersama klien saat
kejang berlangsung
4. Beri oksigen
5. Monitor TTV
6. Berikan anti convulsan
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani (Kapita
selekta Kedokteran, 2000). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri clostridium tetani yang
menginfeksi pada sistem saraf motorik. Gejalanya adalah kaku kuduk,kejang, nyeri otot, dan
hipertemi .Diagnosa yang muncul pada kasus tetanus adalah
1. Nyeri akut bd agen cidera biologis (00132)
2. Hipertermi bd proses infeksi (00007)
3. Resiko trauma atau injury bd kejang (00035)
B.SARAN
Dengan makalah ini, kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan memahami
konsep tentang tatanus karena sangat bermanfaat bagi kita dalam dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto,Petrus.1992.Atlas Bantu Penyakit Infeksi.Jakarta :Hipokrates
Brown,Sandra Clark.2004.Nursing Outcomes Classification (NOC).US : ELSEVIER
2004.Nursing Intervention Classificatio (NIC).US : ELSEVIER
Brunner and Suddart .2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
Herdman,T.Heather.2010.Diagnosa Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2009-
2011.Jakarta : EGC
Juwono,T.1996.Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek.Jakarta: EGC
Rampengan ,T.H.dkk.1997.Penyakit Infeksi Tropik pada Anak.Jakarta : EGC
Soedarto.1996.Penyakit – penyakit Infeksi di Indonesia.Jakarta : Widya Medika