Download - DocumentB3

Transcript
Page 1: DocumentB3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) pada berbagai kegiatan

antara lain kegiatan perindustrian, kesehatan, maupun kegiatan rumah tangga dapat

dipastikan akan menghasilkan limbah B3. Limbah tersebut akan dapat menimbulkan dampak

negatif bagi lingkungan maupun kesehatan manusia bila tidak dikelola dengan benar.

Keberadaan limbah B3 sebagian besar memang berasal dari sektor industri, namun limbah B3

dari sektor domestik atau yang disebut dengan sampah B3 permukiman juga perlu mendapat

perhatian. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3, adalah sisa suatu

usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat atau

konsentrasinya, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemarkan dan merusakkan lingkungan hidup, sehingga dapat membahayakan lingkungan

hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain

(Peraturan Pemerintah No. 18 Pasal 1 Tahun 1999).

Penggunaan kimia dalam kebudayaan manusia sudah dimulai sejak zaman dahulu.

Kimia merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam, yang berkaitan dengan komposisi

materi, termasuk juga perubahan yang terjadi di dalamnya, baik secara alamiah

maupun sintetis. Senyawa-senyawa kimia sintetis inilah yang banyak dihasilkan oleh

peradaban modern, namun materi ini pulalah yang dapat menimbulkan pencemaran

lingkungan yang berbahaya. Dengan mengetahui komposisi dan memahami bagaimana

perubahan terjadi, manusia dapat mengontrol dan memanfaatkannya untuk

kesejahteraan manusia.

Penggunaan bahan-bahan kimia di dunia telah berkembang pesat, yang sebagian

besar merupakan bahan berbahaya. Ini ditunjukkan oleh hampir 11 juta jenis bahan

kimia telah diidentifikasi pada tahun 1995, baik yang terdapat di alam maupun yang

dibuat oleh manusia, dan hampir setiap tahun 1.000 jenis bahan kimia baru masuk ke

perdagangan. Bahan kimia yang telah digunakan dan diperdagangkan secara umum

sekitar 63.000 jenis, 50.000 jenis diantaranya digunakan sehari-hari, 1.500 jenis

merupakan bahan aktif pestisida, sekitar 4.000 jenis sebagai bahan aktif obat-obatan,

dan 2.500 jenis digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Dari sekian banyak

bahan kimia tersebut, baru beberapa ratus jenis saja yang telah dievaluasi dampaknya

tehadap kesehatan dan lingkungan. Perdagangan bahan kimia dunia pada tahun 1991

mencapai nilai 1,2 M US$, 40% berkaitan dengan petrokimia. Pemakaian bahan kimia

1 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 2: DocumentB3

di Indonesia (1991) sekitar 0,46% dari nilai perdagangan dunia. Proses penggunaan

bahan yang berbahaya dalam kegiatan sehari-hari, terutama dari kegiatan industi

khususnya penggunaan bahan kimia, akan menghasilkan limbah berbahaya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah B3 itu?

b. Bagaimana karakteristik dari B3?

c. Bagaimana efek limbah B3 terhadap kesehatan manusia?

d. Dari manakah sumber B3 berasal?

e. Bagaimana hukum dalam penangan B3?

f. Bagaimana cara pengelolaan limbah B3?

g. Bagaimana cara pengolahan limbah B3

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi atau pengertian B3

b. Untuk menjelaskan bagaimana karakteristik dari B3

c. Menjelaskan efek limbah B3 terhadap kesehatan manusia

d. Untuk mengetahui dari manakah sumber B3 berasal

e. Untuk menjelaskan bagaimana hukum dalam penanganan B3

f. Untuk menjelaskan bagaimana cara mengelola limbah B3

g. Menjelaskan bagaimana cara mengolah limbah B3

2 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 3: DocumentB3

BAB II

ISI

2.1 Pengertian B3

Berdasarkan hukum pasal 1 ayat 1 Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan

yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk

hidup lainnya. Oleh karena itu perlu adanya suatu tempat yang digunakan untuk

penyimpanan sementara limbah B3 sebelum diserahkan kepada pemanfaat dan atau pengolah

dan atau penimbun limbah B3.

Secara umum suatu tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun haruslah

dirancang untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, munculnya risiko

bahaya yang dapat menimbulkan dampak pada manusia, lingkungan, dan harta benda.

Tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus sejak awal dirancang agar

sesuai dengan bahan yang akan disimpan. Perubahan jenis bahan yang disimpan akan

mengubah rancangan dan tata letak tempat penyimpanan. Oleh sebab itu, konstruksi

dari Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 yang baik harus memiliki

system ventilasi, penerangan yang sesuai dengan standar yang ada, sistem penyalur

petir (grounding), sistem labeling dan memiliki penataan ruang yang sesuai dengan standar.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan perancangan untuk TPS limbah B3 sehingga dapat memenuhi

standar yang berlaku dan tidak menimbulkan potensi bahaya dan cedera pada pekerja dan

tidak mencemari lingkungan sekitarnya serta dapat meningkatkan efisiensi bangunan TPS

tersebut.

2.2 Karakteristik B3

Bahan Kimia B3 memiliki karakteristik berdasarkan klasifikasi B3 (Pasal 5 ayat 1

Pemerintah), yaitu sebagai berikut:

a. Materi mudah terbakar (flammable material)

padat, cair, uap,atau gas yang menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila

dipaparkan pada sumber nyala, misalnya pelarut (solvent) seperti benzene, ethanol,

debu aluminum, gas hidrogen dan metan.

3 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 4: DocumentB3

b. Materi yang spontan terbakar (spontaneously ignitable material)

padat atau cair yang dapat menyala secara spontan tanpa sumber nyala, misalnya

karena perubahan panas, tekanan atau kegiatan oksidasi atau kegiatan lain seperti

aktivitas mikrobiologis. Contoh materi ini misalnya fosfor putih.

c. Peledak (explosive)

buangan yang melalui reaksi kimia menghasilkan gas dengan cepat, suhu, tekanan

tinggi mampu merusak lingkungan. Penanganan secara khusus selama pengumpulan,

penyimpanan, maupun pengangkutan. Contoh materi ini misalnya dinamit dan

trinitrotoluene (TNT).

d. Pengoksidasi (oxidizer)

materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam kondisi biasa atau bila terpapar dengan

panas. Contoh materi ini adalah amonium nitrat dan benzoyl peroksida.

e. Materi korosif

padat atau cair seperti asam kuat atau basa kuat, yang dapat membakar dan merusak

jaringan kulit bila berkontak dengannya.

f. Materi toksik

racun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau mengganggu kesehatan, seperti

karbon monoksida dan hidrogen sianida.

g. Materi radioaktif

dicirikan dengan transformasi yang berlangsung dalam inti atom, misalnya uranium

heksafluorida.

Untuk tujuan penanganan, komposisi kimia dari setiap limbah harus ditentukan di

laboratorium dengan tujuan untuk dapat menentukan tingkat potensi toksisitasnya beserta

pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Sebagai contoh kandungan B3 yang dominan

dalam pestisida adalah As, Cl – Hidrokarbon, CN, Pb, Hg, Zn, senyawa Organik

Materi tersebut kadangkala menjadi lebih berbahaya bila berada dalam kondisi

tercampur dengan bahan lain. Kadangkala secara tidak sengaja terjadi pencampuran

antara 2 materi yang asalnya tidak berbahaya. Pencampuran bahan berbahaya dapat

menyebabkan:

Timbulnya bahan toksik

Timbulnya gas bakar yang dapat menimbulkan kebakaran atau ledakan, atau

Panas akibat reaksi kimia yang terjadi akan dapat membakar bahan mudah

terbakar di sekitarnya.

4 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 5: DocumentB3

Beberapa ilustrasi di bawah ini akan menggambarkan hal tersebut:

Interaksi bahan membentuk bahan toksik:

Bila kita mencampur larutan asam yang banyak digunakan secara komersial untuk

menghilangkan karat atau untuk membersihkan wastavel atau WC dengan pemutih

cucian atau disinfektan yang digunakan dalam kolam renang. Reaksi yang terjadi akan

berlangsung secara spontan, menghasilkan gas klorin yang sangat toksik melalui

pernafasan. Tubuh manusia mentolerir konsentrasi bahan ini dengan konsentrasi tidak

lebih dari 1 ppm di udara.

Interaksi bahan membentuk nyala atau bahan eksplosif:

Bahan logam natrium akan dapat terbakar dengan sendirinya bila terdapat uap air yang

berkontak dengannya, karena reaksi yang terjadi akan menghasilkan gas hidrogen yang

dapat terbakar tanpa adanya pemantik api. Misalnya gudang penyimpan logam natrium

terbakar. Bila api yang dipadamkan dilakukan dengan air, maka kebakaran akan

tambah besar, karena dihasilkan gas hidrogen.

Interaksi bahan membentuk panas:

Bahan-bahan pengoksidasi adalah contoh bahan berbahaya yang siap bereaksi dengan

bahan mudah terbakar, menyebabkan terjadinya swa-kebakaran. Bila larutan asam

nitrat (oksidator) tercampur dengan tepung beras, akan memungkinkan bahan tepung

tersebut secara spontan akan terbakar.

Untuk mendeteksi kandungan B3 dalam limbah dapat dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Uji kualitatif adalah Screening test atau Fingerprint test. Uji kualitatif ini untuk

mengetahui karakteristik suatu limbah dengan maksud untuk mengantisipasi langkah-langkah

dan penanganan limbah tersebut serta untuk membedakan/mengidentifikasi suatu jenis

limbah dengan limbah lainnya. Uraian beberapa parameter dalam Screening test atau

Fingerprint test yang dapat dijadikan indikasi awal karakteristik limbah B3 dijelaskan sebagai

berikut:

1. pH

Hasil pengukuran pH jika pH kurang lebih sama dengan 5 atau pH kurang lebih sama

dengan 12,5, maka limbah tersebut dapat dinyatakan sebagai golongan limbah B3 karena

bersifat korosif.

2. Reaktifitas Air

Reaktifitas air ini merupakan suatu parameter untuk menguji reaktifitas menggunakan air.

Suatu limbah dapat dinyatakan bersifat reaktif apabila dalam pengujiannya terjadi gejala-

gejala seperti adanya pelepasan gas, terbentuknya emulsi, perubahan temperatur dan lain-lain.

5 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 6: DocumentB3

3. Pengoksidasi

Dalam pengujian pengoksidasi ini apabila suatu limbah menunjukan adanya kandungan

senyawa oksidan (oksidan positif), maka dapat diambil kesimpulan bahwa limbah tersebut

mempunyai indikasi sebagai limbah B3. Karena apabila senyawa oksidan bercampur dengan

senyawa organik dapat bereaksi secara spontan menghasilkan panas, gas atau bahkan

menimbulkan ledakan.

4. Mudah Terbakar

Seperti kita ketahui bahwa salah satu karakteristik bahan kimia B3 adalah mudah meledak

atau mudah terbakar. Sehingga ketika suatu limbah didekatkan pada suatu nyala api , apabila

sampel langsung terbakar maka dapat diindintikasi limbah tersebut memiliki karakteristik

mudah terbakar.

5. Kandungan Amonia

Dalam hal ini gas amonia pelu diuji karena termasuk gas yang beracun. Apabila suatu

limbah mengandung gas amonia, dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan

termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu basa maka akan

bersifat reaktif.

6. Kandungan Sianida

Sama halnya dengan amonia, gas sianida ini merupakan gas yang beracun dan mematikan.

Apabila suatu limbah mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa limbah

tersebut kemungkinan termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu

asam maka akan bersifat reaktif.

7. Kandungan Sulfida

Gas sulfida merupakan gas yang beracun dan mematikan. Apabila suatu limbah

mengandung sianida positif, maka dapat dinyatakan bahwa limbah tersebut kemungkinan

termasuk kedalam limbah B3, karena apabila bercampur dengan suatu asam maka akan

bersifat reaktif.

Limbah B3 memiliki sifat mudah terbakar dan meledak, dan limbah tersebut bisa berupa

gas, cair, cair ataupun padat dengan karakteristik yang berbeda. Limbah yang bersifat reaktif

adalah limbah-limbah yang mempunyai beberapa sifat berikut :

1) limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan

tanpa peledakan.

2) limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.

3) apabila tercampur air akan meledak, menghasilkan gas, uap, asap beracun yang

membahayakan bagi manusia dan lingkungan.

6 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 7: DocumentB3

4) limbah sianida, sulfida, atau amoniak yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

5) limbah yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar

(25˚C,760 mmHG).

6) limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas/menerima oksigen.

2.3 Efek Limbah B3

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat beracun bagi

manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila

masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit, atau mulut. Limbah yang menyebabkan

infeksi ialah bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang

terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit

yang dapat menular. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang bersifat :

1) menyebabkan iritasi pada kulit.

2) menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja dengan laju korosi lebih besar dari

6,35mm/tahun dengan temperatur 55˚C.

3) mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam atau lebih besar dari

12,5 untuk bersifat basa.

Limbah B3 masuk ke lingkungan melalui media air, tanah, udara, dan hewan / biota yang

mempengaruhi secara kontinyu dan tidak kontinyu, bertahap dan seketika, teratur dan tidak

teratur. Limbah B3 meracuni makhluk hidup melalui rantai makanan sehingga menyebabkan

organisme (tumbuhan, hewan dan manusia) terpapar oleh zat-zat beracun.

Limbah B3 mempengaruhi kesehatan dengan mencelakakan manusia secara langsung

(akibat ledakan, kebakaran, reaktif dan korosif) dan maupun tidak langsung (toksik akut dan

kronis) bagi manusia. Zat toksik (racun) yang dihasilkan oleh limbah B3 masuk ke tubuh

manusia melalui :

a. Oral yaitu melalui mulut dan kemudian saluran pencernaan, sulit mencapai peredaran

darah.

b. Inhalasi yaitu melalui saluran pernapasan, bersifat cepat memasuki peredaran darah.

c. Dermal yaitu melalui kulit sehingga mudah masuk ke dalam peredaran darah.

d. Peritonial yaitu melalui suntikan, langsung memasuki peredaran darah.

Dampak limbah B3 terhadap kesehatan manusia salah satu contohnya yaitu kasus

Penyakit Minamata. Dipinggir teluk Minamata di Jepang bermukim rakyat nelayan. Para

nelayan rupanya telah terbiasa mengkonsumsi ikan yang berasal dari teluk tersebut.

Akan tetapi teluk tersebut sudah tercemar limbah, yang diakibatkan oleh beberapa industri

7 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 8: DocumentB3

membuang limbah ke teluk Minamata. Para ahli kimia pabrik mengatakan bahwa limbah

pabrik mengandung methylmercury yang tidak berbahaya, namun kenyataannya fitoplankton,

zooplankton dan ikan yang ada di teluk tetap hidup. Namun, setelah terakumulasinya

methylmercury sekitar 10 tahun, tanpa disadari telah berlipat ganda ribuan kali mercury di

dalam tubuh nelayan. Karena methylmercury termasuk logam berat, maka akan menimbulkan

dampak kesehatan yaitu keturunan dari nelayan yang telah mengkonsumsi ikan dari teluk

Minamata mengalami cacat jasmani dan mental. Jadi penyakit sejenis penyakit Minamata

dapat terjadi dimana saja, melalui proses akumulasi dan penggandaan biologik.

Target tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 7% dan pertumbuhan industri

nasional sebesar 9% per tahun, menyebabkan industri di Indonesia akan berkembang, baik

dalam jumlah maupun ragamnya. Dengan kegiatan yang semakin intensif tersebut, resiko

pencemaran lingkungan diperkirakan akan meningkat. Hal tersebut diatas disebabkan

semakin intensifnya penggunaan berbagai bahan kimia dalam suatu proses produksi yang

menyebabkan limbah industri mengandung bahan berbahaya beracun. Limbah B3 sulit diolah

dengan sistem pengolahan limbah industri secara konvensional

Sampai saat ini penanganan limbah merupakan salah satu yang mendesak bagi pihak

industri, disamping kebutuhan lahan juga merupakan masalah serius yang harus dipecahkan

karena ketersediaan lahan terutama di daerah perkotaan semakin sulit. Kuantitas dan

karakteristik limbah semakin kompleks. Akibatnya biaya investasi yang dibutuhkan untuk

pengadaan sarana pengelolaan air limbah meningkat

Pola penanganan limbah industri harus bersifat terintegrasi, yaitu penanganan dimulai

dari sumbernya dengan tujuan untuk mengeliminasi limbah yang diikuti dengan pewadahan

di tempat, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan sampai dengan

pengolahan akhir) yang dilakukan secara aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Masalah dampak ditimbulkan akibat penanganan limbah B3 yang tidak benar akan

mengganggu kesehatan.

Jenis bahan kimia pencemar tertentu sering terdapat dalam limbah B3 yang dapat

berdampak negatif terhadap kesehatan, antara lain :

a. Cadmium (Cd), dapat melalui makanan, minuman, udara yang tercemar. Bila tanah dan

air tercemari cadmium, akan diserap oleh tanaman atau biota, dan melalui rantai

makanan dapat masuk ke dalam tubuh manusia. Cadmium dapat terakumulasi di ginjal

dan hati.

8 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 9: DocumentB3

b. Sianida (CN), yang memiliki sifat mudah larut dalam air. Bila terminum dalam jumlah

melampaui batas menyebabkan sistem transportasi dan metabolisme oksigen darah

terganggu.

2.4 Sumber B3

Sumber limbah B3 adalah, setiap orang atau Badan Usaha yang menghasilkan Limbah

B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan sebelum Limbah B3

tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk dikumpulkan dan diolah.

Sumber penghasil limbah B3 cukup beragam, diantaranya berasal dari rumah sakit, PLTN,

Laboratorium Pengujian dan Laboratorium Penelitian.

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik (sebagaimana lampiran I tabel 1 PP 85/1999)

yaitu limbah B3 yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya melainkan

dari kegiatan pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi, pelarutan kerak,

pengemasan dan lain-lain.

b. Limbah B3 dari sumber spesifik (sebagaimana lampiran I tabel 2 PP 85/1999) yaitu sisa

proses suatu industri atau kegiatan yang secara spesifik dapat ditentukan berdasarkan

kajian ilmiah.

c. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan

produk yang tidak memenuhi spesifikasi (sebagaimana lampiran I tabel 3 PP 85/1999).

2.5 Hukum Penanganan B3

Limbah B3 perlu dikelola sebab jumlah dan jenis bahan kimia yang beredar meningkat.

Dengan beredarnya segala jenis limbah B3, maka banyak terjadi kasus-kasus kecelakaan,

keracunan, atau gangguan kesehatan serta lingkungan yang disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya: penanganan dan penggunaan pestisida yang kurang baik dan tepat, peredaran

bahan kimia berbahaya yang sudah dilarang (arsen, garam dan sianida), sistem pengemasan

dan penandaan (simbol/label yang tidak memadai), sistem penyimpanan yang tidak

memenuhi persyaratan teknis.

Dengan kasus-kasus di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah B3 yang baik dan

benar. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup

penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3

termasuk penimbunan hasil pengolahan tersebut (PP No.18 & 85 tahun 1999).

9 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 10: DocumentB3

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas, maka mata rantai siklus perjalanan

limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir oleh

pengolah limbah B3 dapat diawasi.

Penanganan limbah B3 secara umum dapat dilakukan dengan cara, diantaranya :

1. Daur ulang atau recovery dengan memanfaatkan kembali bahan baku dengan metoda

daur ulang atau recovery.

2. Pembakaran (Insinerator) yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran pada alat

pembakar khusus.

3. Proses detoksifikasi dan netralisasi dengan mengurangi kadar racun.

4. Penimbunan / penanaman (Landfill). Penanganan secara penimbunan dilakukan terhadap

limbah padat dan residu dari proses solidifikasi, sisa dari proses daur ulang, sisa

pengolahan fisik-kimia, katalis, ter, lumpur padat (sludge) dan berbagai limbah yang

tidak dapat diolah atau diproses lagi.

Menurut PP No. 85 tahun 1999, selain berdasarkan sumber dan uji karakteristik, suatu

limbah B3 dapat juga diidentifikasi berdasarkan uji toksikologi. Uji toksikologi digunakan

untuk mengetahui sifat akut atau kronik limbah yang dimaksud. Penentuan sifat akut limbah

dilakukan dengan uji hayati untuk mengukur hubungan dosis - respons antara limbah dengan

kematian hewan uji, untuk menetapkan nilai LD50.

LD50 (Lethal Dose fifty) adalah dosis limbah (gram / Kg Berat Badan) yang dapat

menghasilkan 50% respons kematian pada populasi hewan uji. Nilai tersebut diperoleh dari

analisis data secara grafis dan atau statistik terhadap hasil uji hayati tersebut. Sifat kronis

limbah B3 (toksik, mutagenik, karsinogenik, teratogenik) ditentukan dengan cara

mengevaluasi sifat zat pencemar yang terdapat dalam limbah dengan cara mencocokkan zat

pencemar tersebut dengan lampiran III PP 85/1999.

Pola penanganan limbah industri harus bersifat terintegrasi, yaitu penanganan dimulai

dari sumbernya dengan tujuan untuk mengeliminasi limbah yang diikuti dengan pewadahan

di tempat, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan sampai dengan

pengolahan akhir) yang dilakukan secara aman, sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

Masalah dampak ditimbulkan akibat penanganan limbah B3 yang tidak benar akan

mengganggu kesehatan. Jenis bahan kimia pencemar tertentu sering terdapat dalam limbah

B3 yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan, antara lain :

a. Cadmium (Cd), dapat melalui makanan, minuman, udara yang tercemar. Bila tanah

dan air tercemari cadmium, akan diserap oleh tanaman atau biota, dan melalui

rantai makanan dapat masuk ke dalam tubuh manusia.

10 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 11: DocumentB3

Cadmium dapat terakumulasi di ginjal dan hati.

b. Sianida (CN), yang memiliki sifat mudah larut dalam air. Bila terminum dalam

jumlah melampaui batas menyebabkan sistem transportasi dan metabolisme oksigen

darah terganggu.

Namun, penanganan limbah secara optimal dan menyeluruh masih ada masalah, hal ini

disebabkan oleh:

masih rendahnya sikap peduli pihak industri terhadap bahaya pencemaran yang timbul

apabila limbah B3 dibuang tanpa kontrol

masih terbatasnya upaya penanganan sementara limbah B3 di tempat sebelum diolah atau

dibuang ketempat pembuangan yang telah ditentukan

masih sangat terbatasnya tenaga professional yang belum mampu menangani limbah B3

yang ada di Indonesia.

2.6 Cara Pengelolaan Limbah B3

Dalam upaya penanganan limbah B3, pengindentifikasian karakteristik berbahaya dan

beracun dari limbah suatu bahan yang dicurigai, merupakan langkah awal yang paling

mendasar. Dengan diketahuinya karakteristik limbah, maka suatu upaya penanganan terpadu

akan dapat diterapkan. Yang terdiri dari pengendalian, pengurangan, pengumpul,

penyimpanan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir.

Strategi penanganan untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan, adalah :

1. Hazardous waste minimization, adalah mengurangi sampai seminimum mungkin jumlah

limbah kegiatan industri.

2. Daur ulang dan recovery. Untuk cara ini dimaksudkan memanfaatkan kembali sebagai

bahan baku dengan metoda daur ulang

3. Proses pengolahan. Proses ini untuk mengurangi kandungan unsur beracun sehingga

tidak berbahaya dengan cara mengolahnya secara fisik, kimia dan biologis.

4. Secured landfill. Cara ini mengkonsentrasikan kandungan limbah B3 dengan fiksasi

kimia dan pengkapsulan, untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan aman

5. Proses detoksifikasi dan netralisasi. Untuk menetralisasi kadar racun.

6. Incinerator, yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran pada alat pembakar khusus.

Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang mencakup penyimpanan,

pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan akhir.

Tujuan dari pengelolaan limbah B3 untuk melindungi kesehatan masyarakat dan

mencegah pencemaran lingkungan. Selain itu untuk melindungi air tanah yang disebabkan

11 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 12: DocumentB3

cara penanganan limbah B3 yang belum memadai. Cara yang dilaksanakan dengan

mengendalikan elemen fungsional dan menetapkan pola pengelolaannya.

Berikut cara pengelolaan Limbah B3

Penyimpanan

Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah B3 sampai

jumlahnya mencukupi untuk diangkut atau diolah. Hal ini dilakukan dengan

pertimbangan efisiensi dan ekonomis. Penyimpanan limbah B3 untuk waktu yang lama

tanpa kepastian yang jelas untuk dipindahkan ke tempat fasilitas pengolahan,

penyimpanan dan pengolahan tidak diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlah yang

banyak dapat dikumpulkan di lokasi pengumpulan limbah.

Limbah cair dapat dimasukkan kedalam drum dan disimpan dalam gudang yang

terlindung dari panas dan hujan, sedangkan limbah B3 berbentuk padat/lumpur dapat

disimpan dalam bak penimbun yang dasarnya dilapisi dengan lapisan kedap air.

Penyimpanan harus mempertimbangkan jenis dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan.

Jenis dan karakter limbah B3 akan menentukan bentuk bahan pewadahan yang sesuai

dengan sifat limbah B3, sedangkan jumlah limbah B3 dan periode timbulan menentukan

volume yang harus disediakan. Bahan yang digunakan untuk wadah dan sarana lainnya

dipilih berdasarkan karakteristik buangan. Contoh untuk buangan yang korosif disimpan

dalam wadah yang terbuat dari fiber glass.

Pengangkutan

Apabila tidak ditangani di tempat, limbah B3 diangkut ke sarana penyimpanan,

pengolahan akhir, dengan menggunakan sarana pengangkutan seperti, truk, kereta api

dan kapal. Untuk menjaga agar limbah B3 ditangani sesuai prosedur yang benar, harus

dilakukan sejak sumber sampai ke tempat pembuangan akhir (tracking system)

Pengolahan

Limbah B3 memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke pembuangan akhir atau

didaur ulang, baik secara fisik, kimia, biologis atau pembakaran. Kombinasi dari cara

pengolahan seringkali diterapkan untuk memperoleh hasil yang efektif tetapi murah

biayanya dan dapat diterima oleh lingkungan.

Pengolahan ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan racun/detoksitasi,

merubah bahan berbahaya menjadi kurang berbahaya atau mempersiapkan proses

berikutnya. Pengolahan teknologi secara tepat tergantung jenis yang akan diolah, dan

tergantung dari bentuk limbah (padat, cair, gas atau Lumpur).

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi :

12 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 13: DocumentB3

- Bahan kontainer harus sesuai dengan karakter limbah B3

- Kontainer harus telindung dari hujan dan berventilasi.

- Lantai dasar bangunan harus kedap air untuk menghindari bocor.

- Drum yang berisi limbah yang mudah bereaksi harus disimpan terpisah, untuk

mengurangi kemungkinan kebakaran, ledakan dan atau keluarnya gas beracun. Semua

drum yang disimpan harus dalam keadaan tertutup dan tidak bocor.

- Semua drum harus diberi label yang memuat informasi tentang jenis limbah bahan

berbahaya dan beracun tersebut

Pembakaran (Inceneration)

Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat juga

mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam

jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur molekul umumnya

menentukan bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air

dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang. Untuk penghancuran

dengan panas merupakan salah satu teknik untuk mengolah limbah B3. Inceneration

adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran dengan kondisi terkendali.

Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi senyawa sederhana seperti CO2 dan

H2O.

Incenerator efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat, cair, gas,

lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa digunakan limbah organik seperti

lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam anorganik. Zat karsinogenik

patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila insenerator dioperasikan I

Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan berbagai senyawa

organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator harus yang sudah

terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain dan

potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan

operasional.

Pembuangan Akhir (Disposal)

Pembuangan akhir ke tanah dibedakan atas landfill dan sumur injeksi. Pembuangan ke

tanah bukan merupakan akhir permasalahan dari sistem pengolahan sampah B3.

Penimbunan ke dalam tanah merupakan cara yang popular dan umum. Cara ini mudah

13 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 14: DocumentB3

dilaksanakan, tidak perlu keahlian khusus maupun alat khusus, biaya awal rendah,

namun untuk jangka waktu lama penimbunan menjadi mahal. Buangan industri akan

berakibat lain karena bahan kimia seperti hidrokarbon dan bahan kimia sintetis adalah

nonbiodergradabel, sehingga bila ditimbun materi tersebut akan berada di sana untuk

selamanya.

2.7 Pengolahan Limbah B3

Berikut merupakan teknik pengolahan limbah secara fisik kimia, dimana secara fisik

berupa pemisahan dan mengkonsentrasikan komponen limbah tanpa mengubah struktur

kimia, dengan contoh sedimentasi untuk padatan tersuspensi dan filtrasi. Pengolahan cara

kimia didasarkan pada proses pengubahan struktur kimiawi kandungan limbah untuk

mengubah limbah.

Proses fisik dan kimia sering juga digunakan secara serempak dalam suatu rangkaian

pengolahan. Contoh pengolahan kimia digunakan untuk mengendapkan logam berat,

digumpalkan dan dikeluarkan dari suspensi menggunakan cara sedimentasi dan filtrasi.

Padatan hasil saringan dapat dipadatkan secara fisis-kimia atau dibuang ke landfill,

dimaksudkan untuk ;

- Mengurangi limbah yang akan ditanam (Landfilling),

- Mengurangi sifat racun limbah.

- Menghentikan/mencegah pengotoran racun sebelum ditanam,

- Mempekatkan/mengkonsentrasikan senyawa organik sebelum ke proses pembakaran

(incineration),

- Menghancurkan senyawa beracun dalam limbah.

Teknologi yang digunakan untuk pengolahan fisik kimia, antara lain :

a. Reduksi kimia.

Pada reduksi kimia ini tahap oksidasi dari kontaminan beracun diubah untuk

menurunkan sifat racun kontaminan atau memperbaiki karakteristik limbah untuk diolah.

b. Oksidasi kimiawi.

Pada proses ini, tahap oksidasi kontaminan limbah diubah untuk mengurangi sifat

racunnya secara keseluruhan. Contoh : Cianida dioksidasikan dengan sodium hipochlorid

menghasilkan karbon dioksida dan nitrogen sebagai hasil samping yang kemudian

dilepaskan ke atmosfir.

c. Netralisasi dan pengendapan.

14 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 15: DocumentB3

Netralisasi adalah, pH larutan limbah B3 dinetralkan menggunakan basa. Zat-zat yang

terlarut diendapkan/dikeluarkan dari larutan sebagai hidroksida. Proses ini digunakan

untuk melepaskan logam berat dari air limbah.

d. Pemisahan berdasarkan gaya berat.

Pada proses ini gaya berat digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari

larutan/cairan. Zat padat akan mengendap di dasar tangki pengendapan (sedimentasi) di

tempat pengumpulannya.

e. Solidifikasi.

Limbah B3 yang berbentuk lumpur, sebelum “dikubur”, dipadatkan terlebih dahulu

dengan cara :

Mencampur limbah B3 dengan bahan semen sehingga terjadi pengerasan. Proses ini

disebut juga dengan istilah sementara

Mencampur limbah B3 dengan aspal sehingga terjadi pemadatan. Limbah yang

dipadatkan ini kemudian dibuang ke TPA “khusus”.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

15 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 16: DocumentB3

Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun

yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun

secara tidak langsung dapat merusak dan/atau mencemarkan lingkungan hidup dan/atau dapat

membahayakan manusia.

Sumber limbah B3 adalah, setiap orang atau Badan Usaha yang menghasilkan Limbah

B3 dan menyimpannya untuk sementara waktu di dalam lokasi kegiatan sebelum Limbah B3

tersebut diserahkan kepada pihak yang bertanggungjawab untuk dikumpulkan dan diolah

Limbah B3 dapat berbentuk padat, cair dan gas yang dihasilkan baik dari proses produksi

maupun proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang mempunyai sifat berbahaya dan

sifat beracun terhadap ekosistem

Pengelompokan limbah B3 dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya yaitu yang bersifat

flamable (mudah terbakar), explosive (mudah meledak), corrosive (menimbulkan karat),

oxidizing waste (buangan pengoksidasi), infectious waste (buangan penyebab penyakit), toxic

waste (buangan beracun). Pola penanganan limbah industri harus bersifat terintegrasi, dimulai

dari sumbernya, pewadahan di tempat, pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan,

pengolahan sampai dengan pengolahan akhir yang dilakukan secara aman, sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan.

Strategi penanganan untuk mengoptimalkan sistem pengelolaan, adalah hazardous waste

minimization, daur ulang dan recovery, proses pengolahan, secured landfill, proses

detoksifikasi dan netralisasi, incinerator. Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan

yang mencakup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan penimbunan

akhir. Tujuan dari pengelolaan limbah B3 adalah untuk melindungi kesehatan

masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan.

Untuk mengetahui suatu limbah merupakan limbah B3 atau bukan dapat dengan

melakukan uji kualitatif dan kuantitatif. Dalam uji kuantitatif dapat menggunakan parameter

pH, reaktifitas air, pengoksidasian, mudah terbakar, kandungan amonia, kandungan sianida

dan kandungan sulfida.

Limbah B3 hasil buangan industri, kesehatan, maupun kegiatan rumah tangga yang

dibuang ke lingkungan sangat berbahaya dan dapat merusak lingkungan. Maka dari hal

tersebut tidak hanya berdampak buruk bagi lingkungan, tetapi juga bagi kesehatan manusia.

Oleh karena itu, untuk mencegah dampak negatif dari limbah B3, yang salah satu caranya

yaitu dengan pengelolaan limbah B3 yang baik sesuai dengan Peraturan Pemerintah :

PP No.18 Pasal 1 dan 85 Tahun 1999. Dan penanganan limbah B3 harus didukung oleh

16 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 17: DocumentB3

semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat umum, guna mencegah peredaran limbah

B3 yang berbahaya ini.

DAFTAR RUJUKAN

Koosbandiah, Hertien Surikarti. (2011). Tosikologi Lingkungan dan Metode Uji Hayati.

17 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )

Page 18: DocumentB3

Bandung : Rizqi Press.

Anonim. (2010). Pengelolaan limbah B3. [Online]. Tersedia : http://k3pelakan.blogspot.com/2010/11/pengelolaan-limbah-bahan-berbahaya-dan.html. [30 Maret 2016]

Anonim. (2011). Zat-zat Berbahaya dan Beracun. [Online]. Tersedia : http://belajar.kemdiknas.go.id/index5.php?display [30 Maret 2016]

Fara. (2012, 20 Februari). Bahan Beracun dan Berbahaya serta Penanganannya [online]. Tersedia: https://faradina96.wordpress.com/2012/02/20/bahan-beracun-dan-berbahaya-serta-penanganannya/ [30 Maret 2016]

Nurrohman. (2012, 31 Mei). Efek B3 terhadap kesehatan dan lingkungan [online]. Tersedia: http://nurrohman99.blogspot.com/2012/05/efek-b3-terhadap-kesehatan-dan-lingkungan.html[30 Maret 2016]

https://wiralabut.wordpress.com/2014/04/15/sumber-dan-masalah-yang-ditimbulkan-akibar-bahan-beracun-dan-berbahaya/ [30 Maret 2016]

18 | B a h a n B e r a c u n d a n B e r b a h a y a ( B 3 )


Top Related