Download - bab 1-2 management keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan merupakan komponen
yang sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah
satu fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
yang merupakan bagian dari system pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara
kesehatan masyarakat seoptimal mungkin. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang
dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Di mana di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999).
Tindakan asuhan keperawatan yang optimal akan terus bergulir sebagai suatu tuntutan
pelayanan kesehatan masa kini dan mendatang. Pada saat ini pelayanan kesehatan
berubah menjadi desentralisasi,karena meningkatnya pendidikan perawat maka diharapkan
pelayanan keperawatan terlaksana berdasarkan kebutuhan klien (Nursalam, 2002)
Menurut Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang diakuinya keperawatan sebagai
profesi dan tumbuhnya pendidikan tinggi keperawatan (DIII Keperawatan dan PSIK)
seperti cendawan yang disemaikan.PERMENKES No.47/2000 : proses registrasi dan
legislasi keperawatan sebagai bentuk pengakuan adanya kewenangan dalam melaksanakan
praktek keperawatan profesional (Nursalam,2007)
Pelaksanaan PERMENKES tersebut masih perlu mendapatkan persiapan yang optimal.
Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala yang di hadapi,antara lain :
a. Belum adanya pengalaman dalam memberikan pengakuan terhadap praktek
keperawatan
b. Belum di pahami wujud dan batas dari praktek keperawatan sebagai praktek
profesional
c. Jenis dan sifat praktek keperawatan profesional yang harus dikembangkan
Bertolak dari keadaan di atas maka perlu di kembangkan praktek manajemen
keperawatan untuk mengaplikasikan langsung tindakan asuhan keperawatan secara
1Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
profesional dan mampu meningkatkan keefektifan pemberian pelayanan keperawatan
sekaligus menjalin kepuasan klien terhadap mutu pelayanan yang diberikan..
Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi
keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik
sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Program Pendidikan Profesi
Ners bertujuan untuk menghasilkan para profesional (Ners) dibidang keperawatan secara
komprehensif kepada individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat dengan
mengimplementasikan teori dan konsep ilmu perilaku, ilmu biomedik, dan ilmu
keperawatan secara terintegrasi. Dengan adanya tenaga kesehatan professional Nurse
maka akan meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan kesehatan demi
meoptimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien.
Rumah Sakit sebagai unit pelayanan kesehatan, dituntut untuk dapat memberikan
pelayanan yang bermutu, efektif dan efisien. Yang berkaitan dengan manajemen Sumber
Daya Manusia, terutama sumber daya perawat sebagai ujung tombak terbesar dari jumlah
tenaga kesehatan di rumah sakit. Ini merupakan suatu tantangan yang besar bagi perawat,
perawat hendaknya dapat menentukan suatu kerangka konsep, keyakinan dasar, filosofi,
dan tujuan dari manajemen keperawatan..
Ruangan atau bangsal sebagai salah satu unit terkecil pelayanan kesehatan
merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk meningkatkan ilmu dan
kiatnya secara optimal. Namun perlu disadari, tanpa adanya tata kelola yang memadai,
maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata.
Salah satu ruangan yang memerlukan tenaga perawat profesional adalah ruang
rawatan interne, karena pada umumnya pasien penyakit dalam memerlukan penanganan
yang lebih dibandingkan dengan ruangan lainnya, terutama pasien totalcare.
Ruang Interne RSUD Arosuka adalah ruang rawat yang terdiri dari 3 kelas pria
dan 3 kelas wanita
Langkah awal dari manajemen keperawatan ini adalah pengumpulan data yang
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner yang telah dibuat.
Pengumpulan data dan observasi dilakukan kelompok mulai dari tanggal 26 Mei – 29 juni
tahun 2014
2Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan proses manajemen keperawatan di Ruang Interne
RSUD Arosuka
1.1.2. Tujuan Khusus
a. Menganalisa data dan memahami masalah dalam fungsi perencanaan manajemen
keperawatan.
b. Menganalisa data dan memahami masalah dalam fungsi pengarahan manajemen
keperawatan.
c. Menganalisa data dan memahami masalah dalam fungsi pendokumentasian
manajemen keperawatan.
d. Teridentifikasinya alternatif pemecahan masalah sesuai prioritas melalui lolakarya
mini
e. Teridentifikasinya hasil evaluasi manajemen keperawatan
3Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Manajemen
Manajemen keperawatan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui upaya
orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen keperawatan
merupakan pengalokasian aktivitas keperawatan yang dilakukan oleh para perawat yang
merupakan dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan yang merupakan bagian
yang integral dari pelayanan kesehatan. (Nursalam; 2002)
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Dimana didalam manajemen tersebut mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana, prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Brant & Massey, 1999).
Menurut Gillies (1986) manajemen didefenisikan sebagai proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen keperawatan adalah suatu proses melalui anggota staf keperawatan
untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
2.2 Prinsip Manajemen Keperawatan
2.2.1. Perubahan Model Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan
Dalam hal ini digambarkan tahapan proses manajemen keperawatan yang meliputi
pengkajian, pengumpulan data, analisis SWOT dan identifikasi masalah.
Model system asuhan keperawatan yang dapat dikembangkan adalah :
a. Tim
b. Primer
c. Fungsional
d. Manajemen Kasus
e. Modifikasi Tim Primer
4Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
2.2.1 Pengkajian, Pengumpulan Data, Analisis SWOT dan Identifikasi Masalah
1. Pengumpulan data
a. Sumber Daya Manusia
1) Struktur organisasi
2) Jumlah tenaga di ruang interne
3) Tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga perawat
b. Sarana dan prasarana
1) Lokasi dan denah ruangan
2) Peralatan dan fasilitas
3) Administrasi penunjang
c. Metode Asuhan Keperawatan
1) Penerapan model MAKP
2) Timbang terima
3) Ronde keperawatan
4) Pengelolaan sentralisasi obat
5) Supervisi
6) Dischaege planning
7) Dokumentasi keperawatan – LARB
2. Analisa SWOT
Dari hasil pengkajian, dilakukan analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Thretened) berdasarkan elemen penerapan model MAKP yang meliputi :
a. M1 – ketenagaan dan pasien
b. M2 – sarana dan prasarana
c. Penerapan MAKP
d. Sentralisasi obat
e. Supervisi
f. Timbang terima
g. Ronde keperawatan
h. Deschaege planning
i. Dokumentasian
5Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
2.3 Proses Manajemen Keperawatan
2.3.1 Pengkajian – Pengumpulan Data
Seorang Manajer tidak hanya dituntut untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit / puskesmas), tenaga
keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi
organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan, didalam
proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dan gejala,
eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau keterampilan
kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal.
2.3.2 Perencanaan
Perencanaan dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan yang strategis dalam
mencapai asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakan tujuan, mengalokasikan
anggaran belanjan, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan,
membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektivitas staf serta
menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visi dan misi
institusi yang telah ditetapkan secara bersama.
2.3.3 Pelaksanaan
Dalam melaksanakan manajemen keparawatan memerlukan kerja sama dengan
orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen adalah bagaimana
manajer dapat memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan
dan ditetapkan.
2.3.4 Evaluasi
Tahap evaluasi bertujuan untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan
perannya sesuai dengan tujuan organisasi yang telah diterapkan serta mengidentifikasi
factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
6Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
2.4 Kepemimpinan
Menurut Gillies (1996) gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan
dibedakan menjadi 4, yaitu :
2.4.1 Otoritas / ekploitatif
Merupakan kepemimpinan yang otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah
terhadap bawahannya, memotifasi bawahan melalui ancaman dan hukuman. Komunikasi
dilakukan dalam satu arah kebawah (Top Down)
2.4.2 Benevalen / authoritative
Kepercayaan yang diberikan oleh atasan hanya sampai pada tingkat tertentu.
Memotivasi bawahan dengan ancaman dan hukuman, komunikasi tidak selalu
membolehkan keatas. Memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang.
Dalam pengambilan keputusan melakukan pengawasan ketat.
2.4.3 Consultative
Merupakan kepercayaan pada bawahan cukup besar. Adanya intensif untuk
memotivasi bawahan kadang-kadang menggunakan ancaman untuk hukuman.
Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan.
2.4.4 Partisipasif
Merupakan kepercayaan sepenuhnya diserahkan kepada bawahan, selalu
memanfaatkan ide bawahan, menggunakan insif ekonomi untuk memotivasi bawahan,
komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
2.5 Ketenagaan
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung jumlah
pasien dan derajat ketergantungan pasien menurut Douglas (1084) Laveriage & Cummings
(1996) dibagi menjadi 3 kateogri, yaitu :
a. Minimal Care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 1-2 jam / 24 jam.
b. Intermediet/Partial Care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 3–4
jam / 24 jam
c. Total Care waktu bersama klien oleh perawat memerlukan waktu 5–6 jam / 24 jam.
7Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Dalam suatu penelitian, Douglas (1975) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit,
didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada
tingkat ketergantungan pasien pada table di bawah ini :
Klasifikasi 3 kriteria :
2.5.1 Minimal Care
Adapuan pasien yang dimaksud kedalam criteria minimal care adalah : pasien bisa
mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti
naik turun tempat tidur, ambulasi, berjalan sendiri, mampu makan dan minum sendiri,
mampu BAB dan BAK sendiri, status psikologis stabil, pasien dirawat untuk prosedur
diagnostik.
2.5.2 Partial Care
Adapun pasien yang dimaksud kedalam partial care adalah pasien memerlukan
bantuan perawat sebagian untuk memenuhi kebutuhan dasar. Membutuhkan bantuan satu
orang untuk naik turun tempat tidur, membutuhkan bantuan untuk ambulasi,
membutuhkan bantuan untuk makan, membutuhkan bantuan untuk membersihkan mulut,
membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan, membutuhkan bantuan untuk
BAB dan BAK. Pasien post operatif minor, melewati fase akut dari operasi mayor, fase
awal dari penyembuhan, observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam dan gangguan emosional
ringan.
2.5.3 Total Care
Adapun pasien yang memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan 2
orang atau lebih untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti mobilisasi dari tempat tidur ke
kereta dorong atau kursi roda, membutuhkan latihan pasif, kebutuhan nutrisi dan cairan
dipenuhi melalui terapi intravena atau Naso Gatric Tube (sonde), membutuhkan bantuan
untuk membersihkan mulut, membutuhkan bantuan penuh untuk berdandan, dimandikan
perawat, dalam keadaan inkonensia, menggunakan kateter, 24 jam post operasi mayor,
pasien tidak sadar, keadaan pasien tidak stabil, observasi TTV setiap kurang dari jam,
perawatan luka bakar, perawatan kolostomi, menggunakan alat bantu pernafasan,
menggunakan WSD, irigasi kandung kemih secara terus menerus, menggunakan alat
traksi, fraktur dan pasca operasi tulang belakang dan gangguan emosional berat.
8Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Rumus :
a. Menurut Gillies (1982)
Tenaga perawat = Jumlah jam perawat yang dibutuhkan / tahun
Jumlah jam kerja perawat / tahun X jam kerja perawat
Atau TP = A x B x 365
(365-C) x Jam kerja/hari
Keterangan :
A : Jam efektif / 24 jam : waktu perawatan yang dibutuhkan klien
B : Sensus harian : BOR X Jumlah tempat tidur
C : Jumlah hari libur
b. Depkes
KT (Kebutuhan Tenaga) =
Jumalah jam pearawat tenaga / hari + (factor koreksi) dengan hari libur cuti/lost day
Jam efektif perawat
Los day = Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar x kebutuhan
tenaga
Jumlah hari kerja efektif
Faktor koreksi = (Kebutuhan tenaga + Lost Day) x 25%
100
Kebutuhan Tenaga = Kebutuhan tenaga + faktor koreksi
c. Tingkat Ketergantungan pasien
Klasifikasi pasien sangat di perlukan sehubungan dengan kebutuhan akan
perawatan yang terus menerus dalam 24 jam.
Ada beberapa kategori pasien dan jam perawat :
1. Menurut Althaus et al 1982 dan Kirk 1981
a. Level I (minimal) = 3,2 jam
b. Level II (intermediet) = 4,4 jam
c. Level III (maksimal) = 5,6 jam
d. Level IV (intensive care) = 7,2 jam
9Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
2. Menurut Hanson
a. Kategori I (self care) = membutuhkan 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif
1,5/24 jam
b. Kategori II (minimal care) = membutuhkan 3-4 jam dengan rata-rata efektif
3,5 jam/
c. Kategori III (intermediet care) = membutuhkan 5-6 jam dengan rata-rata 5,5
jam/24 jam
d. Kategori IV (modifet intensive care) =membutuhkan 7-8 jam dengann rata-
rata efektif 7,5 jam/24 jam
e. Kategori V (intensif care) =membutuhkan 10-14 jam dengan rata-rata 12
jam/24 jam
3. Douglas (1984) berdasarkan tingkat ketergantungan untuk setiap pasien dan hasil
keseluruhan di tambah 1/3 x hasil total pagi, sore dan malam berdasarkan tingkat
ketergantungan klien.
Tabel 1
Jumlah
Pasien
Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
10Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Menurut peraturan perundang-undangan ditetapkan sebagai berikut
Jam Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang
hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam
Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77
sampai dengan pasal 85.
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk
melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem
seperti yang telas disebutkan diatas yaitu:
7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja
dalam 1 minggu; atau
8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40
(empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu
kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur
sehingga pekerja/buruh berhak atas upah lembur.
Akan tetapi, ketentuan waktu kerja tersebut tidak berlaku bagi sektor usaha atau
pekerjaan tertentu seperti misalnya pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai, sopir
angkutan jarak jauh, penerbangan jarak jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau
penebangan hutan.
Ada pula pekerjaan-pekerjaan tertentu yang harus dijalankan terus-menerus,
termasuk pada hari libur resmi (Pasal 85 ayat 2 UU No.13/2003). Pekerjaan yang
terus-menerus ini kemudian diatur dalam Kepmenakertrans No. Kep-233/Men/2003
Tahun 2003 tentang Jenis dan Sifat Pekerjaan yang Dijalankan Secara Terus Menerus.
Dan dalam penerapannya tentu pekerjaan yang dijalankan terus-menerus ini dijalankan
dengan pembagian waktu kerja ke dalam shift-shift.
11Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
2.6 Manajemen Pengelolaan Pelayanan
2.6.1 Timbang terima (Overan)
Merupakan satu cara dalam menyampaikan dan menerima suatu laporan yang
berkaitan dengan keadaan klien.
Tujuan dari overan adalah :
1. Menyampaikan kondisi secara umum klien
2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti oleh dinas selanjutnya
3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Langkah-langkah dalam mengikuti overan :
1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2. Shift yang akan menyerahkan dan mengoverkan perlu mempersiapkan hal-hal yang
akan disampaikan kepada penanggung jawab shift yang selanjutnya meliputi
kondisi keadaan klien secara umum, tindak lanjut untuk dinas yang menerima
overan, rencana kerja untuk dinas yang akan menerima overan.
3. Penyampaian overan harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru
4. Perawat primer dan anggota kedua shift dinas bersama-sama secara langsung
melihat keadaan klien.
Prosedur yang perlu diperhatikan dalam timbang terima ( overan ):
a. Persiapan
1. Kedua kelompok dalam keadaan siap
2. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
b. Pelaksanaan
1. Timbang terima dilakukan setiap penggantian shift
2. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah keperawatan
pasien, rencana tindakan yang sudah dan yang belum dilaksanakan serta hal-hal
penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
12Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
3. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang jelas sebaiknya
dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada perawat jaga
berikutnya.
4. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima :
1) Identitas pasien dan diagnosa medis
2) Masalah keperawatan yan gkemungkinan masih muncul
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervensi kolaboratif dan dependensi
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi pemeriksaan kegiatan selanjutnya, pemeriksaan
laboratorium / pemeriksaan penunjang lainnya, persipan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
5. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klasifikasi, tanya jawab
dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang ditimbang terimakan dan berhak
menanyakan mengenai hal yang kurang jelas.
6. Penyampaian saat timbang terima secara singkat dan jelas
7. Lama timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer.
2.6.2 Ronde Keperawatan
a. Pengertian
Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang
dilaksanankan oleh perawat, disamping pasien dilibatkan untuk membahas dan
melaksanakan asuhan keperawatan akan tetapi pada kasus tertentu harus dilakukan
oleh perawat primer atau konsulen, kepala ruangan, perawat asosiet yang perlu juga
melibatkan seluruh anggota tim.
b. Tujuan
1. Menumbuhkan cara berpikir kritis
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah klien
13Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose keperawatan
4. Meningkatkan validitas data klien masalah klien
5. Menilai kemampuan justifikasi
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan
7. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja
c. Peran
1. Perawat primer dan perawat asosiet
a) Menjelaskan keadaan dan data demografi klien
b) Menjelaskan masalah keperawatan utama
c) Menjelaskan tindakan selanjutnya
d) Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilaksanakan
e) Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil
2. Peran perawat primer lain atau konsulen
a) Memberikan justifikasi
b) Memberikan reinforcement
c) Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan, serta tindakan
yang rasional
d) Mengarahkan dan koreksi
e) Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
3. Persiapan
a) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde
b) Pemberian informed consent kepada klien dan keluarga
4. Pelaksanaan ronde
a) Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau
yang telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut
c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor/ kepala ruangan
tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan
d) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan
14Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
5. Pasca ronde
a) Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien
b) Menetapkan tindakan yang perlu dilakukan
2.7 Model Metoda Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
2.7.1 Pengertian
Adalah suatu kerangka yang mendefenisikan 4 unsur yaitu : standar proses
keperawatan dan system MAKP (Nursalam, 2007).
2.7.2 Dasar Pertimbangan Pemilihan MAKP
Mc Laughin, Thomas dan Bartem mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan
keperawatan tetapi yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan keperawatan total,
keperawatan primer. Tetapi setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi
model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan,
sarana dan prasarana, kebijakan rumah sakit, karena setiap perubahan akan berakibat
sesuatu maka perlu mempertimbangkan 6 unsur utama dalam penentuan pemilihan model
pemberian asuhan keperawatan (Marquis dan Huston, 1998:143).
a. Sesuai dengan visi dan misi institusi
b. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
c. Efisien dan efektif penggunaan biaya
d. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
e. Kepuasan kinerja perawat
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya.
2.7.3 Jenis Model Metoda Asuhan Keperawatan
a. Model Fungsional (bukan model MAKP profesional)
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat ini karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawatan maka setiap perawat hanya
melakukan 1- 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
Kelebihan :
15Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
1) Manajemen klasik yang menekankan efisisnesi, pembagian tugas yang jelas
dan pengamatan yang baik
2) Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
3) Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawatan pasien diserahkan kepada perawat junior dan atau belum
berpengalaman.
Kelemahan :
1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan
3) Persepsi perawat cendrung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja.
Diagram : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Fungsional”
(Marquis dan Huston, 1998 : 138)
b. Model Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan Tim
Metode tim keperawatan yaitu penggorganisasian pelayanan keperawatan oleh
sekelompok perawat pada sekelompok pasien. Kelompok ini dipimpin oleh perawat
yangh berijazah dan yang berpengalaman serta memiliki pengetahuan dibidangnya.
Pembagian tugas didalam kelompok dilakukan oleh pemimpin kelompok. Selain itu
ketua kelompok yang bertugas melaporkan kepada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan atau asuhan keperawatan terhadap klien.
Kelebihan :
16Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Kepala Ruangan
Pasien
Perawat Pengobatan
Perawat Pengobatan
Perawat Pengobatan
Perawat Pengobatan
1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasan kepada anggota tim
Kelamahan :
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim yang
biasanya membutuhkan waktu yang sulit untuk dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Diagram : Model Metode Asuhan Keperawatan Tim
(Maquis dan Huston 1998)
Konsep Metoda Tim
1) Ketua Tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan berbagai
tekhnik kepemimpinan
2) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin
3) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
4) Peran Kepala Ruangan penting dalam metoda tim
Tanggung Jawab Anggota Tim
1) Memberikan asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawabnya
2) Kerja sama dalam anggota tim dan antar tim
3) Memberikan laporan
17Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Kepala Ruangan
Perawat Pelaksanan
Ketua TimKetua Tim
Perawat Pelaksana
Klien Klien
Tanggung Jawab Ketua Tim
1) Membuat perencanaan
2) Membuat penugasan supervise dan evaluasi
3) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat kebutuhan
pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota
5) Menyelenggarakan konfrensi
Tanggung Jawab Kepala Ruangan
1) Manajemen personalia atau ketenagaan
2) Manajemen operasional meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
pelayanan keperawatan
3) Manajemen kualitas pelayanan
4) Manajemen financial meliputi budget coss control dalam pelayanan
keperawatan
Fungsi Kepala Ruangan
Kepala ruangan fungsinya adalah sebagai perencanaan, penggorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan atau pengendalian terhadap pelayanan keperawatan di
ruang yang menjadi tanggung jawabnya.
Uraian Tugas Kepala Ruangan
a. Perencanaan
1) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan, dan standar prosedur tindakan
2) Menujukkan perawat yang bertugas sebagai katim
3) Mengidentifikasi perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat ketergantungan
klien
4) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
5) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan berkelanjutan dan pelatihan
6) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan
medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter
tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
7) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan
18Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
a) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai asuhan
keperawatan
c) Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah
d) Memberikan informasi kepada pasien / keluarga yang baru masuk
8) Membantu membimbing terhadap peserta didik keperawatan
9) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan rumah sakit.
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan system metode penugasan
3) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
4) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua anggota tim dan
ketua tim membawahi 2 – 3 perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat proses dinas,
mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan
7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
8) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di tempat, kepada ketua
tim
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya
11) Identifikasi masalah dan cara penanganan
c. Pengarahan
1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
3) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan
askep pasien dan pelayanan keperawatan diruangan.
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
19Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
d. Pengawasan
1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan yang telah diberikan
kepada pasien.
2) Melalui supervisi :
a) Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri atau melalui
laporan langsung secara lisan dengan memperbaiki / mengawasi
kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
b) Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir ketua tim,
membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta rencana yangdibuat
selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan (didokumentasikan),
mendengar laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
3) Evaluasi bersama Katim hasil upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun
Ketua tim
a. Fungsi ketua tim
1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang yang didelegasi oleh
kepala ruangan
2) Membuat penugasan supervisi dan evaluasi
3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien
4) Mengembangkan kemampuan anggota tim
5) Menyelenggarakan konferens
b. Uraian tugas ketua tim
1) Perencanaan
a) Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas pada setiap
penggantian dinas
b) Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya
20Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
c) Menyusun rencana asuhan keperawatan
d) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
e) Mengikuti visite dokter
f) Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan masalah
yang ada
g) Menciptakan kerja sama yang harmonis antar tim
h) Memberikan pertolongan segera pada klien dengan kegawat daruratan
i) Membuat laporan klien
j) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
k) Mengorientasi klien baru
2) Pengorganisasian
a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
b) Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan klien
c) Membuat rincian anggota tim dalam memberikan askep
d) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim
e) Mendelegasi proses asuhan keperawatan pada anggota tim
f) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian asuhan
keperawatan
3) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan / bimbingan kepada anggota tim
b) Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan keperawatan
c) Mengawasi proses asuhan keperawatan
d) Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan
e) Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim
4) Pengawasan
a) Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat pelaksana dalam
pemberian asuhan keperawatan
b) Melalui supervise
Secara langsung melihat atau mengawasi proses asuhan keperawatan yang
dilaksanakan oleh anggota lain.
21Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Secara tidak langsung melihat daftar hadir perawat pelaksana, membaca
dan memeriksa catatan keperawatan, membaca perawat yang dibuat selam
proses keperawatan, mendengarkan laporan secara lisan dari anggota tim
tentang tugas yang dilakukan.
c) Mengevalussi
Pelaksanaan keperawatan bertanggung jawab kepada kepala ruangan dan
menyelenggarakan asuhan secara optimal kepada klien yang berada
dibawah tanggung jawabnya.
Uraian Tugas Perawat Pelaksana:
1) Perencanaan
a) Melakukan pengkajian pada klien
b) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi klien berdasarkan
hasil pengkajian
c) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan rencana tindakan
d) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah sehingga
tujuan keperawatan tercapai
e) Bersama ketua tim melaksanakan serah terima klien dan tugas pada setiap
pergantian dinas
f) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan tindakan keperawatan
g) Mendamping visite dokter pada klien yang menjadi tanggung jawab bersama
kepala tim untuk menilai kondisi klien dan memungkinkan penyebabnya,
rencana tindakan medis, mengetahui program pengobatan yang akan dilakukan
selanjutnya.
h) Menyiapkan klien secara fisik dan mental untuk tindakan pengobatan atau
pemeriksaan penunjang
2) Pengorganisasian
a) Menerima pendelegasian tugas askep dari kepala ruangan melalui kepala tim
b) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien yang menjadi tanggung
jawab askep yang telah dilakukan kepada kepala ruangan melalui kepala tim
c) Menghindari pertentangan antara anggota tim
22Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
d) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang berlaku
e) Mengembangkan kreatifitas
f) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada klien
3) Pengawasan
a) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan klien dan keluarga
selama memberikan askep
b) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap tindakan perawatan dan
pengobatan
c) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan, apakah tujuan telah
tercapai bersama kepala tim
4) Pengarahan
a) Memberikan pengarahan kepada keluarga tentang tindakan yang akan
dilakukan, cara minum obat, aktifitas
b) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai peraturan yang
berlaku, jam kunjungan, pemeriksaan penunjang dan pengadaan obat-obat
c) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan kerja sama
keluarga dengan petugas
c. MAKP Primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai
keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan antara
dipembuat rencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus
antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan
a) Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b) Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri
23Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
c) Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit (Gillies,
1989)
Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan Kriteria asertif, self direction, kemampuan
mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinik, akuntable serta
mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
Diagram : Model Metoda Asuhan Keperawatan Primary Nursing (Marquis dan
Huston 1998)
Konsep dasar metode primer
a) Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
b) Ada otonomi
c) Ketertiban pasien dan keluarga
Tugas perawat primer
a) Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
b) Membuat tujuan dan rencana keperawatan
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasi pelayanan yang telah diberikan oleh
disiplin lain maupun perawat lain
24Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Dokter
Perawat Pelaksana Sore
Kepala Ruangan
Perawat Primer
Pasien
Perawat Pelaksana Pagi
Sarana RS
Perawat Pelaksanan Malam
e) Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
f) Menerima dan menyesuiakan rencana
g) Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
h) Melakukan rujukan kepada pekerja social, dengan lembaga social masyarakat
i) Membuat jadwal perjanjian klinik
j) Mengadakan kunjungan klinik
k) Mengadakan kunjungan rumah
Peran Kepala Ruang / Bangsal Dalam Metode Primer
a) Sebagai konsultan pengendalian mutu perawat primer
b) Orientasi dan merencanakan karyawan baru
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten
d) Evaluasi kerja
e) Merencanakan / menyelenggarakan pengembangan staf
f) Membuat 1 – 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang terjadi
Ketenagaan Metode Primer
a) Setiap perawat primer adalah perawat “bed side”
b) Beban kasus pasien 4 – 6 orang untuk satu perawat
c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
d) Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
professional sebagai perawat asisten
d. Manajemen Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti :
isolasi, intesive care.
25Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Kelebihan
a) Perawat lebih memahami kasus per kasus
b) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah
Kekurangan
a) Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab
b) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
Diagram : Model Metode Asuhan Keperawatan Tim
(Maquis dan Huston 1998)
e. Model Pemberian Asuhan Keperawatan Modifikasi : Tim Primer
Metoda ini digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna
S.Sudarsono (2000) penetapan sistem model MAKP ini didasarkan pada beberapa
alsan :
1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena sebagai perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau
setara
2) Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tnggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
26Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
Pasien/Klien
Staf PerawatStaf Perawat
Pasien/Klien
Staf Perawat
Kepala Ruangan
Pasien/Klien
Disamping itu karena saat ini jenis pendidikan perawat yang ada di rumah sakit
sebahagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapatkan bimbingan dari
perawat primer atau Ketua Tim tentang asuhan keperawatan
Contoh :
Diagram : Metode PRIMARY Tim (Modifikasi)
Salah satu tugas ketua Tim adalah membuat discharge planning
A. Pengertian Discharge Planning
Discharge planning adalah proses sistematis yang diberikan kepada pasien
ketika akan meninggalkan tempat pelayanan kesehatan, baik pulang kerumah maupun
akan melakukan perawatan dirumah sakit lain (Taylor)
Kozier(2004) mendefinisikan discharge planning sebagai proses mempersiapkan
pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang lain didalam atau diluar
suatu agen pelayanan kesehatan umum.
27Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
PP 3PP 1 PP 4PP 2
Kepala Ruangan
7-8 Pasien
PA
PAPA
PA
7-8 Pasien7-8 Pasien7-8 Pasien
PA
PA
PA
PA
Jackson(1994) menyatakan bahwa discharge planning merupakan proses
mengidentifikasi kebutuhan pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi
keberlanjutan suatu pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan yang lain.
Rindhianto (2008) mendefinisikn discharge planning sebagai perencanaan
kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentang hal-
hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubunagan dengan kondisi penyakitnya.
B. Manfaat Discharge Planning
1 .Bagi Pasien
- Dapat memenuhi kebutuhan pasien.
- Merasakan bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang
aktif dan bukan objek yang pasif
- Menyadari haknya untuk dipenuhi
- Merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya untuk memperoleh support sebelum
timbulnya masalah
- Dapat memilih prosedur perawatannya
- Mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui siapa yang dapat dihubungi
2. Bagi perawat
- Merasakan bahwa keahliannya diterma dan dapat digunakan
- Menerima informasi kunci setiap waktu
- Memahami perannya dalam system
- Dapat mengembangkan keterampilan dalam prosedur baru
- Memiliki kesempatan untuk bekerja dalam setting yang berbeda dan cara yang berbeda
- Bekerja dalam suatu sistem dengan efektif
C. Prinsip Discharge Planning
1. Kordinasi (saling berhubungan)
2. Interdisiplin (saling menjaga, disiplin ilmu,keterampilan sesuai standar keperawatan)
3. Pengenalan secara dini mungkin(penjelasan tentang apa yang kita informasi)
28Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
4. Perencanaan secara hati-hati
5. Melibatkan klien dan keluarga dalam memberikan perawatan
D. Karakteristik Indikasi Kebutuhan Discharge Planning
a. Kurang pengetahuan tentang pengobatan
b. Isolasi social
c. Diagnosa baru penyakit kronik
d. Operasi besar
e. Perpanjangan operasi besar
f. Orang labil
g. Penatalaksanaan dirumah secara kompleks
h. Kesulitan financial
i. Ketidakmampuan menggunakan sumber rujukan /fasilitas pelayanan kesehatan
j. Penyakit terminal
E. Prioritas Klien yang Mendapatkan Discharge Planning
a. Umur diatas 70 tahun
b. Maltipe diagnosis
c. Resiko kematian yang tinggi
d. Terbatas mobilitus fisik
e. Keterbatasan merawat diri sendiri
f. Penurunan status kognisi/kognitif
g. Resiko terjadi cedera
h. Tunawisma
i. Fakir miskin
j. Penyakit kronis
k. Pasie diagnosis baru
l. Penyalahgunaan zat
m. Sering keluar masuk emergency
29Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
D. Mekanisme Discharge planning menurut proses keperawatan
1. Pengkajian
Elemen penting dari pengkajian discharge planning adalah :
a. Data kesehatan
b. Data pribadi
c. Pemberi perawatan
d. Lingkungan
e. Keuangan dan pelayanan yang dapat mendukung
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,dikembangkan
untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Yaitu mengetahui problem,etiologi
(penyebab),support sistem (hal yang mendukung klien sehingga dilakukan discharge
planning).
3. Perencanaan
Menurut Luverne dan Barbara (1988) Perencanaan pemulangan pasien membutuhkan
identifikasi kebutuhan klien.kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana
pengajaran yang baik untuk persiapan pulang klien,yang disingkat dengan METHOD
yaitu :
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.pasien
juga sebaiknya memiliki fasilitas pelayanan yang dibutuhkan untuk kelanjutan
perawatannya.
c. Treatment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah klien pulang,
yang dilakukan oleh klien dan anggota keluarga.
d. Healt Teaching (pengajaran kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana mempertahankan
kesehatan.termasuk tanda dan gejala yang mengindikasikan kebutuhan perawatan
kesehatan tambahan.
30Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona
e. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya.ia sebaiknya mampu
memilih diet yang sesuai untuk dirinya.
4. Implementasi
Implementasi dalam discharge planning adalah pelaksanaan rencana pengajaran
referral.seluruh pengajaran yang diberikan harus didokumentsikan pada catatan
perawat dan ringkasan pulang (discharge summary).intruksi tertulis diberikan kepada
klien.demontrasi ulang harus menjadi memuaska.klien dan pemberi perawatan harus
memiliki keterbukaan dan melakukannya dengan alat yang digunakan dirumah.
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja proses
discharge planning.perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan cermat untuk
menjamin kualitas dan pelayanan yag sesuai.
Keberhasilan program rencana pemulangan tergantung pada enam variable :
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlakukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber untuk mencapai pemulihan
31Praktek Profesi Manajemen Keperawatan STIKes Perintis SUMBAR
Abdi,anggi,budi,ed,miftahul,oli,tis,yeni,yona