1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di
dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2010 adalah 234,2 juta jiwa (BPS, 2010). Dengan jumlah
penduduk yang sebesar itu, ada beberapa permasalahan yang harus dihadapi
Indonesia. Setidaknya ada 3 masalah pokok dalam bidang kependudukan
Indonesia pada saat ini yaitu: (1) Jumlah penduduk yang besar dan tingkat
pertumbuhan penduduk yang masih tergolong tinggi, (2) kualitas penduduk yang
masih tergolong rendah, dan (3) tidak meratanya persebaran penduduk antar pulau
di Indonesia (Prijono Tjiptoherijanto, 1997). Adapun pertumbuhan penduduk
Indonesia pada tahun 2008 adalah 1,36% pertahun selama periode 2000 - 2008
(BPS,2008), sehingga jumlah penduduk Indonesia semakin tahun semakin
banyak. Pertumbuhan penduduk ini di pengaruhi oleh 3 komponen utama, yaitu
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan Mobilitas Penduduk.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi Indonesia di atas, mobilitas
penduduk merupakan hal yang sangat menarik untuk di kaji, karena pemusatan
penduduk Indonesia (pada tahun 1990 sebesar 60% dari seluruh jumlah penduduk
Indonesia) berada di Pulau Jawa, yang luasnya hanya sekitar 7 % dari luas seluruh
Indonesia. Sehingga permasalahan migrasi harus bisa di selesaikan dengan sebaik
- baiknya. Sebagian besar yang melakukan migrasi atau mobilitas penduduk
adalah masyarakat yang tergolong miskin, masyarakat melakukan mobilitas dari
daerah asal ke daerah tujuan karena ingin memperbaiki masalah perekonomiannya
dalam masyarakat, sehingga mereka akan berbondong - bondong untuk
melakukan mobilitas ke daerah yang banyak menyediakan kesempatan kerja
dalam hal ini adalah di kota.
Sebagai perbandingan, pada tahun 1990 sekitar 60% penduduk Indonesia
berdiam di Pulau Jawa. Angka ini sedikit menurun dari 63,8% pada tahun 1971.
2
sementara itu Pulau Sumatera didiami oleh 20,3% dari total penduduk Indonesia
pada tahun 1990. Kecenderungan ini di ikuti oleh Pulau Kalimantan dimana
persentase penduduk di pulau ini meningkat dari 4,4% menjadi 6,1% pada kurun
waktu yang sama. Persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan naik dari
22,4% pada tahun 1980 menjadi 35% pada tahun 1995 (Prijono Tjiptoherijanto,
1997). Peningkatan penduduk di perkotaan ini di mungkinkan karena kota adalah
sebagai pusat pembangunan, sehingga banyak menarik tenaga kerja yang berasal
dari daerah pedesaan untuk mencari pekerjaan ke kota.
Penduduk yang melakukan mobilitas penduduk ke daerah lain, terutama ke
kota adalah kebanyakan penduduk yang tergolong kedalam mobilitas
nonpermanen atau migrasi sirkuler. Tujuan dalam migrasi sirkuler lebih banyak
tertuju ke wilayah perkotaan yang dianggap banyak menyediakan lapangan
pekerjaan, karena perkembangan perkotaan pada umumnya akan diikuti oleh
pertumbuhan ekonomi yang pesat pula (Prijono Tjiptoherijanto, 1997). Dalam hal
pengembangan atau perluasan usaha, para pengusaha cenderung akan memilih
daerah perkotaan. Daerah-daerah perkotaan lebih menjanjikan pengembangan
usaha karena sarana dan prasarana yang ada sudah cukup lengkap. Misalnya,
daerah-daerah perkotaan umumnya mempunyai lingkungan yang lebih baik bagi
kegiatan perindustrian, sumberdaya manusia yang dapat diandalkan,
telekomunikasi, pengadaan air dan sarana-sarana umum lainnya, lembaga-
lembaga perbankan dan kredit, serta transportasi dalam dan antar kota. Akibatnya,
meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin maju, akan tetapi
penyebarannya masih tidak seimbang. Ketimpangan ini tidak saja terjadi antar
desa-kota, tetapi juga antar golongan dan antar sektor ekonomi. Dari
ketimpangan-ketimpangan inilah yang akan menyebabkan masyarakat memilih
untuk bermobilitas keluar dari daerah asal menuju ke daerah perkotaan.
Penduduk yang melakukan migrasi ke luar daerah ini biasanya disusul
pula oleh keluarga yang mempunyai hubungan yang erat. Hubungan yang erat
tersebut ialah hubungan yang mempunyai hubungan tradisi yang makin kuat,
ikatan yang sangat erat di daerah asal menyebabkan penduduk untuk tetap tinggal
(Centripetal Force), antara lain: jalinan persaudaraan dan kekeluargaan diantara
3
warga desa sangat erat, sistem gotong royong pada masyarakat pedesaan jawa
sangat erat pula, penduduk sangat terikat pada daerah pertanian, dan penduduk
sangat terikat pula kepada daerah (desa) dimana mereka dilahirkan. Sedangkan
kekuatan yang mendorong penduduk untuk meninggalkan daerahnya (Centrifugal
Force), antara lain: sempitnya lapangan pekerjaan di luar pertanian, mudahnya
mencari pekerjaan di kota, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan lain-lain (Mantra,
1989). Dari berbagai faktor penarik dan pendorong yang menyebabkan seseorang
melakukan mobilitas, maka faktor pendorong merupakan faktor negatif di daerah
asal, sehingga mendorong untuk melakukan mobilitas ke daerah lain yang lebih
menguntungkan. Sedangkan faktor penarik merupakan faktor positif bagi daerah
tujuan, karena dengan adanya faktor-faktor penarik inilah yang menyebabkan
masyarakat melakukan mobilitas untuk menuju daerah tersebut.
Kebanyakan tenaga kerja di negara berkembang adalah dari daerah
pedesaan, dimana tenaga kerja ini banyak yang tidak memiliki pendidikan yang
tinggi dan tidak pula memiliki keterampilan, sehingga banyak masyarakat
pedesaan akan mencari lapangan pekerjaan apa saja dengan cara pergi ke
perkotaan, dan kebanyakan akan bekerja sebagai pembantu rumah tangga bagi
tenaga kerja wanita, dan tenaga kasar bagi tenaga kerja laki-laki. Masyarakat yang
melakukan mobilitas penduduk keluar daerahnya ini adalah masyarakat desa yang
tergolong miskin di daerahnya. Masyarakat desa melakukan mobilitas penduduk
karena adanya berbagai permasalahan, antara lain: faktor ekonomi, kelebihan
penduduk, perang, penyakit, iklim, faktor psikologis, politis, dan faktor
keagamaan (Bintarto, 1977). Namun dari berbagai faktor tersebut, diyakini oleh
para analis migrasi bahwa faktor ekonomi mendapatkan tempat yang utama
sebagai motivasi seseorang untuk berpindah dari satu daerah ke daerah lain.
Migrasi tenaga kerja tidak lagi hanya di sebabkan oleh tekanan penduduk terhadap
lahan, tetapi juga disebabkan oleh tuntutan tenaga kerja untuk memperoleh
kesempatan kerja dan pekerjaan yang lebih baik. Menurut Lee (1966), Todaro
(1979), dan Titus (1982) bahwa motivasi seseorang untuk pindah adalah motif
ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi
antardaerah. Todaro menyebut motif utama tersebut sebagai pertimbangan
4
ekonomi yang rasional. Mobilitas ke perkotaan mempunyai dua harapan, yaitu
memperoleh pekerjaan dan harapan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi
daripada yang diperoleh di pedesaan. Dengan demikian, mobilitas desa-kota
sekaligus mencerminkan adanya ketidakseimbangan antara kedua daerah tersebut.
Oleh karena itu,arah pergerakan penduduk juga cenderung ke kota yang memiliki
kekuatan-kekuatan yang besar sehingga diharapkan dapat memenuhi pamrih-
pamrih ekonomi mereka.
Secara teoritis, keputusan untuk bermigrasi tidak hanya ditentukan oleh
berupa upah yang akan dia terima seandainya bermigrasi, tetapi juga dengan
memperhitungkan berapa besar peluang untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.
Dengan demikian, upah yang besar belum tentu menarik orang untuk berpindah.
Sebaliknya upah yang relatif rendah akan menarik calon migran kalau peluang
untuk mendapatkan pekerjaan tersebut terbuka lebar. Dalam kenyataan terdapat
beberapa faktor non ekonomi dalam bermigrasi, antara lain disebutkan oleh Hugo
(1978) berdasarkan survainya di Jawa Barat, yaitu: meneruskan pendidikan,
mencari pengalaman serta mengikuti orang lain.
Mantra dalam hasil penelitiannya di empat daerah yaitu Madura, Ciamis,
Sukoharjo, dan Asahan mengemukakan bahwa alasan utama migran sirkular dan
migran ulang alik adalah alasan ekonomi. Selain di empat daerah itu, Mantra
(1981) juga melakukan penelitian di daerah Trimulyo dengan hasil yang di dapat
adalah penduduk yang bekerja di luar wilayah disebabkan oleh kesulitan
mendapatkan pekerjaan di daerah asal. Hal ini dapat dimengerti karena alasan
melakukan mobilitas sirkuler adalah karena daerah pertanian yang semakin
sempit, sedangkan kesempatan kerja di luar sektor pertanian masih terbatas di
daerah asal. Masalah lain yang timbul pada masyarakat desa dapat berupa:
rendahnya tingkat pendidikan, pengangguran, sempitnya luas lahan garapan dan
masih banyak lagi masalah sosial lainnya. Salah satu penyebab kemiskinan yang
ada di pedesaan pada mulanya bersumber pada kelebihan jumlah penduduk yang
tidak dapat di imbangi oleh kesempatan kerja di luar sektor pertanian, lebih parah
lagi dengan masuknya tekhnologi baru di sektor pertanian. Memang masuknya
teknologi baru di sektor pertanian di satu pihak dapat meningkatkan produksi,
5
akan tetapi di lain pihak buruh tani mengalami kerugian dalam bidang kesempatan
kerja (Mubyarto, 1987).
Di Indonesia telah terjadi transisi mobilitas penduduk yaitu mobilitas
sirkular dan ulang alik makin meningkat, sedang migran permanen ke kota-kota
nampak ada tanda-tanda mulai menurun (Mantra, 1987). Gejala ini berkaitan
dengan hasil-hasil pembangunan terutama pengembangan sarana dan prasarana
transportasi yang memungkinkan kendaraan umum memasuki pelosok desa dan
komunikasi yang memungkinkan pula untuk masuknya informasi sampai
kepelosok desa. Jarak antara dua daerah terasa makin pendek serta arus barang,
jasa, ide, dan tenaga kerja makin lancar. Begitu pula program pembangunan
masyarakat desa dapat berjalan lebih baik.
Mobilitas penduduk yang dilakukan oleh masyarakat ini selalu di
pengaruhi oleh faktor penarik dan faktor pendorong. Faktor penariknya adalah
semua hal yang menjadikan seseorang untuk pindah meninggalkan daerahnya dan
menuju ke daerah tujuan,misalnya adalah Pembangunan di kota memerlukan
banyak tenaga kerja dari daerah di sekitarnya, sehingga meningkatkan kesempatan
kerja, upah buruh relatif tinggi mempunyai kekuatan menarik untuk penduduk
desa, karena dapat meningkatkan pendapatan, fasilitas di perkotaan yang lebih
bervariasi seperti sekolah, perumahan, penerangan listrik, transportasi, hiburan,
dan masih banyak beberapa lainnya membuat penduduk desa lebih cepat
meninggalkan tempat asalnya, baik dalam jangka waktu yang pendek maupun
dalam jangka waktu yang panjang
Sedangkan faktor pendorong adalah semua hal yang menjadikan seseorang
tidak betah untuk tetap hidup di daerahnya, sehingga akan mendorongnya untuk
bermigrasi keluar daerahnya, misalnya: berkurangnya lapangan pekerjaan di desa
karena meningkatnya pertambahan penduduk, sehingga gejala pengangguran
mulai meluas,menyempitnya luas pemilikan lahan pertanian, karena jumlah
anggota keluarga semakin banyak, sehingga apa yang di peroleh dari tanah
warisan sangat kecil dan tidak mencukupi untuk menghidupi keluarga petani yang
semakin membengkak,semakin berkurangnya sumber-sumber alam seperti kayu,
6
air, atau bahan tambang lainnya, sehingga sangat sulit untuk mengembangkan
usahanya (Bintarto, 1998).
Dari berbagai faktor dan harapan yang baik di masa mendatang, banyak
mengakibatkan masyarakat yang melakukan migrasi, terutama migrasi non
permanen karena niatan mereka hanya bekerja di daerah lain dan jika sudah
mempunyai hasil yang di harapkan, misalnya sudah mendapatkan remiten yang
banyak mereka akan kembali ke daerah asal. Setelah kedatangan migran ke daerah
asal maka mereka kebanyakan akan memperbaiki bangunan rumahnya bahkan ada
yang membangun rumah yang baru dan membeli fasilitas yang lengkap. Dari
kegiatan migrasi ini kebanyakan hasil yang di peroleh di gunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga, terutama hal-hal yang menyangkut
ekonomi.
Desa Gadudero dan Desa Pakem merupakan bagian dari Kecamatan
Sukolilo. Kecamatan Sukolilo ini merupakan bagian dari Kabupaten Pati yang
paling Barat Daya dan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di sebelah Selatan
dan Barat, dengan Kabupaten Kudus di sebelah Utara, dan dengan Kecamatan
Kayen (Kabupaten Pati) di sebelah Timur. Kecamatan Sukolilo sendiri terdiri dari
16 Desa, antara lain : Desa Sukolilo, Desa Baleadi, Desa Baturejo, Desa
Cengkalsewu, Desa Gadudero, Desa Kasiyan, Desa Kedumulyo, Desa Kedung
Winong, Desa Pakem, Desa Pakem, Desa Porang Paring, Desa Prawoto, Desa
Sumbersoko, Desa Tompe Gunung, Desa Wegil, Desa Wotan ( Kecamatan
Sukolilo Dalam Angka Tahun 2010).
Kecamatan Sukolilo mempunyai jumlah penduduk sebesar 86.645 jiwa
yang terdiri dari 42.996 penduduk laki-laki, dan 43.649 penduduk perempuan
dengan jumlah KK sebanyak 26.097 (Monografi Kecamatan Sukolilo, 2010).
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Sukolilo adalah bermata pencaharian
sebagai Petani, yaitu sebesar 37,17% dan disusul dengan Buruh Tani yang
mencapai 33,82% (Monografi Kecamatan Sukolilo, 2010). Luas tanah pertanian
(sawah) di Kecamatan Sukolilo adalah seluas 7.154 Ha, yang terdiri dari Irigasi
Teknis seluas 5.990 Ha (83,73%), irigasi setengah teknis seluas 221 Ha (3,09%),
irigasi sederhana seluas 181 Ha (2,53), dan tadah hujan / sawah rendengan seluas
7
762 Ha (10,65%). Sehingga dari persentase tersebut bisa diketahui bahwa untuk
tanah pertanian sawah di Kecamatan Sukolilo merupakan tanah pertanian sawah
yang irigasinya baik. Namun rata-rata kepemilikan tanah pertanian di Kecamatan
Sukolilo adalah tergolong rendah sekali yaitu hanya 0,083 Ha per orang dan atau
0,27 Ha/KK. Rata-rata kepemilikan lahan sawah yang sangat kecil ini tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masri Singarimbun dan Penny (1976)
mengemukakan bahwa tiap kepala keluarga (KK) untuk bertahan hidup harus
memiliki luas lahan sawah seluas 0,7 Ha dan 0,3 Ha lahan pekarangan atau
tegalan.
Sulitnya memperoleh pekerjaan di luar sektor pertanian bisa dilihat dari
persentase berbagai macam mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Sukolilo
di bandingkan dengan mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Kecamatan
Sukolilo yaitu sebagai petani dan buruh tani dalam tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Sukolilo
Tahun 2010 No Mata Pencaharian Jumlah %
1 Petani
- Petani pemilik tanah
- Petani penggarap tanah
17.868
2.633
37,17
5,50
2 Nelayan 68 0,14
3 Pengusaha sedang/besar 48 0,10
4 Pengrajin/industri kecil 48 0,10
5 Buruh tani 16.199 33,82
6 Buruh industri 3.124 6,52
7 Buruh bangunan 5.453 11,38
8 Buruh pertambangan 106 0,22
9 Pedagang 1.226 2,56
10 Pengangkutan 379 0,79
11 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 558 1,16
12 ABRI 23 0,05
13 Pensiunan (PNS/ABRI) 166 0,35
Sumber: Monografi Kecamatan Sukolilo Tahun 2010
8
Dari tabel 1.1 bisa kita ketahui bahwa mata pencaharian penduduk di
Kecamatan Sukolilo menunjukkan keragaman mata pencaharian, meskipun masih
terpusat pada bidang pertanian. Dan pekerjaan di luar sektor pertanian masih
mempunyai persentase yang rendah. Adanya berbagai keragaman ini juga
menunjukkan heterogenitas masyarakat di Kecamatan Sukolilo.
Desa Gadudero merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukolilo yang
mempunyai luas rata-rata kepemilikan lahan pertanian yang paling luas di antara
desa-desa yang lain di Kecamatan Sukolilo. Desa Gadudero mempunyai luas
wilayah 920,00 Ha. Desa Gadudero mempunyai bentuk yang memanjang dari
utara sampai selatan dan hampir menyerupai sebuah persegi panjang, dengan
batas-batas fisik alami yang berupa sawah, tegalan, sungai-sungai kecil dan jalan.
Batas Desa Gadudero dengan desa-desa lain yang ada di Kecamatan Sukolilo
adalah:
Sebelah Utara : Kabupaten Kudus,
Sebelah Timur : Desa Kasiyan dan Desa Kedumulyo,
Sebelah Selatan : Desa Sumbersoko, dan
Sebelah Barat : Desa Sukolilo dan Desa Baturejo. (IKK Sukolilo, 2007).
Jumlah penduduk Desa Gadudero pada tahun 2009 adalah sebesar 2.325 Jiwa.
Desa Pakem merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukolilo. Desa
Pakem mempunyai luas wilayah 382,00 Ha. Desa Pakem juga mempunyai bentuk
yang tidak beraturan dengan batas-batas fisik alami yang berupa sawah, tegalan,
sungai-sungai kecil dan jalan. Batas Desa Pakem dengan desa-desa lain yang ada
di Kecamatan Sukolilo adalah:
Sebelah Utara : Desa Desa Baleadi,
Sebelah Timur : Desa Kedungwinong dan Desa Porang paring,
Sebelah Selatan : Desa Porang paring dan Kabupaten Grobogan, dan
Sebelah Barat : Desa Pakem dan Desa Wegil. (IKK Sukolilo,2007).
Jumlah penduduk Desa Pakem adalah sebesar 4.350 jiwa pada tahun 2009.
Kepadatan penduduknya mencapai 11 Jiwa/Ha. Untuk penggunaan sawah di Desa
Pakem adalah tidak ada, karena Desa Pakem tidak mempunyai lahan sawah di
9
daerahnya. Untuk lebih jelasnya tentang deskripsi Desa Gadudero maupun Desa
Pakem dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.2 Profil Desa Gadudero dan Desa Pakem Tahun 2009
No Keterangan Desa Gadudero Desa Pakem
1 Luas Wilayah (Ha) 920,00 382,00
2 Jumlah Penduduk (jiwa) 2.325 4.350
3 Kepadatan Penduduk (jiwa/Ha) 3 11
4 Penggunaan Lahan Sawah (Ha)
a. Irigasi Teknis
b. Irigasi Setengah Teknis
c. Irigasi Sederhana
d. Tadah Hujan
e. Lain-lain
294,00
-
-
292,00
84,00
-
-
-
-
-
Sumber : Kecamatan Sukolilo Dalam Angka 2010
10
Tabel 1.3 Luas Lahan Sawah Menurut Penggunaanya
Tiap Desa di Kecamatan Sukolilo Keadaan Tahun 2009 (Ha) No Desa Irigasi Teknis Irigasi ½
Teknis
Irigasi
Sederhana
Irigasi Desa/non
PU
Tadah Hujan Lain-lain Total
1 Pakem - - - - 10,00 - 10,00
2 Prawoto 371,00 170,00 140,00 - - - 681,00
3 Wegil 646,00 - - 4,00 - - 650,00
4 Kuwawur - - - - - - -
5 Porangparing - - - - 30,00 - 30,00
6 Sumbersoko - - 9,00 - 63,00 - 72,00
7 Tompegunung - - 1,50 - 66,50 - 68,00
8 Kedumulyo 100,00 - - - 283,00 - 383,00
9 Gadudero 294,00 - - - 292,00 84,00 670,00
10 Sukolilo 53,00 20,00 20,00 46,00 - - 139,00
11 Kedungwinong 191,00 - - 48,00 40,00 - 277,00
12 Baleadi 1.056,00 - - - 10,00 - 1.066,00
13 Wotan 1.498,00 - - - 225,00 - 1.723,00
14 Baturejo 643,00 - - - 281,00 - 924,00
15 Kasiyan 409,00 - - - 26,00 - 435,00
16 Cengkalsewu 88,00 - - - 26,00 - 114,00
Sumber: Kecamatan Sukolilo Dalam Angka 2010
11
Tabel 1.4 Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tiap Desa
Di Kecamatan Sukolilo Keadaan Tahun 2009
Penduduk No Desa
Laki-laki Perempuan Total
1 Pakem 2.679 2.677 5.356
2 Prawoto 6.155 5.892 12.047
3 Wegil 2.712 2.743 5.455
4 Kuwawur 2.204 2.146 4.350
5 Porangparing 1.452 1.408 2.860
6 Sumbersoko 1.462 1.302 2.764
7 Tompegunung 1.606 1.656 3.262
8 Kedumulyo 2.713 2.645 5.358
9 Gadudero 1.131 1.194 2.325
10 Sukolilo 6.471 6.493 12.964
11 Kedungwinong 3.022 3.060 6.082
12 Baleadi 3.320 3.263 6.583
13 Wotan 3.552 3.919 7.471
14 Baturejo 2.939 2.940 5.879
15 Kasiyan 1.233 1.280 2.513
16 Cengkalsewu 2.577 2.596 5.173
Sumber: Kecamatan Sukolilo Dalam Angka 2010.
12
Tabel 1.5 Luas Rata-Rata Kepemilikan Lahan Sawah Di Setiap Desa Di
Kecamatan Sukolilo Tahun 2009
Luas Rata-Rata Kepemilikan Lahan Sawah No Desa
Luas Lahan
Sawah (Ha)
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
Rata-Rata Luas
Kepemilikan Lahan
(Ha/Jiwa)
1 Pakem 10,00 5.356 0,002
2 Prawoto 681,00 12.047 0,057
3 Wegil 650,00 5.455 0,120
4 Kuwawur - 4.350 -
5 Porangparing 30,00 2.860 0,010
6 Sumbersoko 72,00 2.764 0,026
7 Tompegunung 71,00 3.262 0,021
8 Kedumulyo 383,00 5.358 0,071
9 Gadudero 670,00 2.325 0,288
10 Sukolilo 139,00 12.964 0,011
11 Kedungwinong 276,00 6.082 0,046
12 Baleadi 1.076,00 6.583 0,162
13 Wotan 1.723,00 7.471 0,231
14 Baturejo 924,00 5.879 0,157
15 Kasiyan 435,00 2.513 0,173
16 Cengkalsewu 114,00 5.173 0,022
Sumber: Kecamatan Sukolilo Dalam Angka 2010.
13
Berdasarkan pada uraian tentang seluk beluk mobilitas penduduk dan
profil Desa Gadudero dan Desa Pakem, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai mobilitas non permanen yang dilakukan oleh masyarakat
Desa Gadudero dan Desa Pakem ke berbagai daerah tujuan. Adapun judul yang
penulis ambil adalah : “Mobilitas Penduduk Non Permanen Dan Perubahan
Keadaan Sosial Ekonomi Keluarga Di Desa Gadudero dan Desa Pakem
Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati Jawa Tengah”. Selain dari Profil Desa
Gadudero dan Desa Pakem, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mobilitas
penduduk non permanen di dua desa di Kecamatan Sukolilo karena, (1) bisa
menghemat waktu dan biaya, karena kedua desa tersebut merupakan desa yang
terletak tidak jauh dengan tempat tinggal penulis (2) berdasarkan catatan dari
Kantor Kecamatan Sukolilo, di kedua desa tersebut belum pernah dilakukan
penelitian tentang mobilitas penduduk non permanen, (3) Desa Gadudero
merupakan desa yang mempunyai luas kepemilikan rata-rata lahan pertanian yang
paling luas diantara desa-desa lain yang ada di Kecamatan Sukolilo, rata-rata luas
pemilikan lahannya sebesar 0,29 Ha per orang, Dan Desa Pakem merupakan desa
yang tidak mempunyai lahan pertanian sama sekali.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi yang telah penulis paparkan tersebut, dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik masyarakat yang melakukan mobilitas
penduduk non permanen yang meliputi karakteristik demografis
(umur, jenis kelamin, status kawin migran, dan latar belakang keluarga
migran), sosial (tingkat pendidikan) dan ekonomi (tingkat
pendapatan)?
2. Faktor pendorong dan penarik apakah yang menyebabkan penduduk di
Desa Gadudero dan Desa Pakem melakukan mobilitas penduduk non
permanen keluar dari desa asal?
14
3. Seberapa besar pengaruh remiten terhadap perubahan keadaan sosial
ekonomi keluarga pelaku mobilitas di Desa Gadudero dan Desa
Pakem?
4. Daerah mana sajakah yang merupakan sebaran daerah tujuan dari
pelaku mobilitas yang keluar dari desa asal, dan mengapa memilih
daerah tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Ingin mengetahui karakteristik masyarakat yang melakukan mobilitas
non permanen, yang meliputi karakteristik demografis (umur,jenis
kelamin, status kawin migran, dan latar belakang keluarga migran),
sosial (tingkat pendidikan), dan ekonomi (tingkat pendapatan).
2. Ingin mengetahui faktor pendorong dan penarik yang menyebabkan
penduduk di Desa Gadudero dan Desa Pakem melakukan mobilitas
penduduk non permanen keluar dari desa asal.
3. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh remiten terhadap perubahan
keadaan sosial ekonomi keluarga pelaku mobilitas di desa Gadudero
dan di Desa Pakem.
4. Ingin mengetahui variasi penyebaran daerah tujuan dari para pelaku
mobilitas penduduk non permanen yang dilakukan oleh penduduk
Desa Gadudero dan Desa Pakem, dan alasannya pergi ke daerah
tersebut.
1.4 Kegunaan
1. Memberi sumbangan teoretis berupa tambahan khasanah keilmuan
dalam bidang studi sosial dan ekonomi, kususnya dalam hal
perubahan keadaan sosial ekonomi dalam masyarakat yang di
sebabkan oleh Mobilitas penduduk non permanen.
2. Memberikan informasi yang riil tentang kondisi mobilitas
nonpermanen yang ada di Kecamatan Sukolilo, terutama untuk Desa
Gadudero dan Desa Pakem.
15
3. Dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melakukan penelitian sejenis
secara mendalam dan dalam lingkup yang lebih luas.
4. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijaksanaan
tentang migrasi dalam rangka pembangunan masyarakat desa.
5. Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 di Fakultas
Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
1.5 Telaah Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
1.5.1 Telaah Pustaka
Istilah bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility
atau secara lebih kusus territorial mobility yang biasanya mengandung makna
gerak spasial, fisik atau geografis. Kedalamnya termasuk baik dimensi gerak
penduduk permanen maupun dimensi non-permanen. Migrasi merupakan dimensi
gerak penduduk permanen, sedangkan dimensi gerak penduduk non-permanen
terdiri dari Sirkulasi dan Komutasi.
Seseorang dikatakan melakukan migrasi apabila ia melakukan pindah
tempat tinggal secara permanen atau relatif menetap (untuk jangka waktu minimal
tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu, atau pindah dari satu unit
geografis ke unit geografis lainnya. Batas wilayah umumnya digunakan batas
administratif, misalnya: propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, pedukuhan
(dusun). Naim (1979) dalam penelitiannya mengenai mobilitas penduduk suku
Minangkabau menggunakan batas budaya Minang sebagai batas wilayah.
Hingga kini belum ada kesepakatan diantara para ahli dalam menentukan
batas wilayah dan waktu tersebut. Hal ini sangat bergantung kepada luas cakupan
wilayah penelitian oleh setiap peneliti. Badan Pusat Statistik (BPS) dalam
melaksanakan Sensus Penduduk di Indonesia menggunakan batas propinsi sebagai
batas wilayah, sedangkan batas waktu digunakan enam bulan atau lebih.
Jadi,menurut definisi yang dibuat oleh BPS, seseorang disebut migran apabila
orang tersebut bergerak melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan
lamanya tinggal di propinsi tujuan adalah enam bulan atau lebih. Atau dapat pula,
16
seseorang disebut migran walau berada di propinsi tujuan kurang dari enam bulan,
tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap atau tinggal enam bulan atau lebih di
propinsi tujuan.
Salah satu analisis ilmiah mengenai migrasi adalah karya Ravenstein
tentang hukum migrasi (The Laws of Migration) yang mencoba melakukan
analisis menyeluruh dari Sensus di Inggris tahun 1881. Ravenstein melacak
migrasi di seluruh Britania Raya dan menemukan hukum migrasi sebagai berikut:
1. Migrasi berbanding lurus dengan penduduk yang dikirim dan penduduk
yang diterima dan berbanding terbalik dengan jarak
2. Migrasi terjadi didalam tahapan-tahapan dan berpusat pada pusat-pusat
industri utama
3. Untuk setiap arus migran, disana ada sebuah arus balik
4. Orang-orang yang lahir di pedesaan lebih mungkin bermigrasi
dibandingkan mereka yang lahir di kota-kota
5. Para wanita memiliki suatu kecenderungan yang lebih tinggi untuk
bermigrasi dibandingkan para pria
Empat tahun kemudian, di tahun 1885 Ravenstein memperluas
penyelidikan empirisnya mengenai migrasi ke Eropa dan Amerika Serikat.
Berdasarkan pada studi kedua ini, dia menambahkan dua hukum lagi, yaitu:
6. Orang-orang bermigrasi untuk membuat hidup mereka lebih baik
7. Migrasi memiliki hubungan positif dengan produksi/ekonomi
(Temple,1974 dalam Tjipto Subadi,2004).
Mantra (1978) dalam penelitiannya mengenai mobilitas penduduk
nonpermanen di sebuah dukuh di Bantul menggunakan dukuh sebagai satuan
wilayah dan batas waktu yang digunakan untuk meninggalkan dukuh asal adalah
enam jam atau lebih. Batas enam jam diambil karena seseorang yang bepergian
meninggalkan dukuh asal dengan keperluan tertentu dan kepergiannya
dipersiapkan terlebih dahulu, dan lamanya meninggalkan dukuh minimal enam
jam. Alasan lain pengambilan batas enam jam adalah untuk menjaring orang-
orang yang melakukan mobilitas ulang aling (commuting).
17
Akibat belum adanya kesepakatan diantara para ahli mobilitas penduduk
mengenai ukuran batas wilayah dan waktu ini, hasil penelitian mengenai mobilitas
penduduk diantara peneliti tidak dapat diperbandingkan. Mengingat bahwa skala
penelitian itu bervariasi antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain, sulit
bagi peneliti mobilitas penduduk untuk menggunakan batas wilayah dan waktu
yang baku (standart).
Kalau dilihat dari ada tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan,
mobilitas penduduk dapat pula dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk
permanen atau migrasi dan mobilitas penduduk nonpermanen. Jadi, migrasi
adalah gerak penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju ke wilayah lain
dengan ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan mobilitas
penduduk nonpermanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah
lain dengan tidak ada niatan untuk menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang
menuju ke daerah lain dan sejak semula sudah bermaksud tidak menetap di daerah
tujuan, orang tersebut digolongkan sebagai pelaku mobilitas nonpermanen,
walaupun bertempat tinggal di daerah tujuan dalam jangka waktu yang lama
(Steele, 1983).
Gerak penduduk yang nonpermanen (sirkulasi, circulation) ini dapat pula
dibagi menjadi dua yaitu Ulang alik (Jawa: Nglaju, Inggris: Commuting), dan
dapat menginap atau mondok di daerah tujuan. Ulang alik adalah gerak penduduk
dari daerah asal menuju kedaerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali
ke daerah asal pada hari itu juga. Pada umumnya penduduk yang melakukan
mobilitas ingin kembali ke daerah asal secepatnya sehingga kalau dibandingkan
frekuensi penduduk yang melakukan mobilitas ulang alik, menginap/mondok, dan
migrasi, frekuensi mobilitas penduduk ulang alik terbesar disusul oleh
menginap/mondok dan baru migrasi. Secara operasional, macam-macam bentuk
mobilitas penduduk tersebut diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu.
Misalnya mobilitas ulang alik, konsep waktunya diukur dengan enam jam atau
lebih meninggalkan daerah asal dan kembali pada daerah asal pada hari yang
sama pula. Menginap/mondok diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal
lebih dari satu hari, tetapi kurang dari enam bulan, sedangkan mobilitas permanen
18
(migrasi) diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal enam bulan atau lebih
kecuali orang yang sudah sejak semula berniat menetap di daerah tujuan.
Gambar 1.1 Bentuk-bentuk Mobilitas Penduduk
Sumber:Mantra (2007)
Tabel 1.6 Batasan Ruang dan Waktu dalam penelitian Mobilitas penduduk yang
dilaksanakan oleh Ida Bagoes Mantra Tahun 1975 di Dukuh Piring dan Kadirojo
di D.I. Yogyakarta dengan Batasan Wilayah Dukuh (Dusun)
Bentuk Mobilitas Batas Wilayah Batas Waktu
1 Ulang alik (commuting) Dukuh (Dusun) Enam jam atau lebih dan
kembali pada hari yang sama
2 Menginap/mondok di
daerah tujuan
Dukuh (Dusun) Lebih dari satu hari, tetapi
kurang dari enam bulan
3 Permanen/menetap di
daerah tujuan
Dukuh (Dusun) Enam bulan atau lebih
menetap di daerah tujuan
Sumber:Mantra (1978)
Mobilitas Penduduk
MP Vertikal (Perubahan
Status)
MP Horisontal (MP Geografis)
MP Permanen (Migrasi)
MP Nonpermanen (MP Sirkular)
Ulang-alik (Commuting)
Nginap/Mondok
19
Dari hasil beberapa penelitian mobilitas penduduk yang dilaksanakan di
Jawa dan di beberapa tempat di Indonesia (Hugo 1975, Suharso et al 1976, Mantra
1978, Koentjaraningrat 1957), didapatlah bahwa bentuk mobilitas penduduk yang
non permanen lebih banyak terjadi daripada mobilitas penduduk yang permanen.
Selanjutnya didapat pula bahwa pada mobilitas yang non permanen, frekuensi
mobilitas yang meninggalkan desa yang paling pendek paling banyak terjadi.
Mantra dengan penelitiannya di Dukuh Piring, Kelurahan Murtigading,
Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yang dilakukan dari tanggal 19 Mei 1975 hingga
31 Januari 1976 mengemukakan bahwa selama 8,5 bulan pengamatan, sejumlah
244 penduduk usia kerja melaksanakan mobilitas penduduk sebanyak 9.098 kali
yang terdiri dari 8.575 mobilitas harian (nglaju) dan 523 mobilitas dengan jangka
waktu lebih dari satu hari. Selanjutnya didapat pula, makin lama waktu
meninggalkan daerah asal, makin kecil frekuensi mobilitasnya.
Tabel 1.7 Frekuensi Mobilitas Penduduk dan Lamanya Meninggalkan
Dukuh Piring oleh 244 Penduduk
(19 Mei 1975 – 31 Januari 1976)
Lamanya Meninggalkan
Dukuh Piring
Jumlah Jumlah mobilitas
(Persen)
Kurang dari 1 hari
(minimal 6 jam)
1 hari - < 1 minggu
1 minggu - < 1 bulan
1 bulan - < 1 tahun
8.575
416
89
18
94,2
4,6
1,0
0,2
Jumlah 9.098 100,0
Sumber: Mantra (1981)
Faktor-faktor yang menyebabkan mobilitas non permanen
Daerah asal dan daerah tujuan dapat bernilai positif, negatif, dan netral
(tidak berpengaruh), terhadap seseorang tergantung dari faktor individu yang
menilainya. Faktor positif adalah faktor yang memberi nilai menguntungkan kalau
20
bertempat tinggal di daerah tersebut, misalnya: kesempatan kerja luas, pendapatan
tinggi, mudah mencari pekerjaan. Sedangkan faktor negatif adalah faktor yang
memberi nilai negatif pada daerah yang bersangkutan, sehingga seseorang ingin
pindah dari daerah tersebut. Perbedaan nilai komulatif antara kedua tempat
tersebut cenderung menimbulkan arus migrasi penduduk bila didukung oleh
kemudahan-kemudahan dalam mengatasi rintangan antara, seperti transportasi dan
biaya yang harus dikeluarkan untuk bermigrasi. Teori Lee dapat dipahami melalui
gambar 1.2.
Gambar 1.2 Faktor-faktor yang terdapat pada daerah asal dan daerah tujuan dan
rintangan antar
Penghalang Antara
Daerah Asal Daerah Tujuan
Keterangan :
+ : Faktor Penarik
- : Faktor Pendorong
0 : Faktor Netral
Terjadinya mobilitas sangat tergantung kepada kemampuan individu untuk
mengatasi berbagai rintangan yang harus dihadapi. Gerakan penduduk ditentukan
oleh faktor jarak, biaya, dan informasi yang diperoleh.
Sebenarnya ada beberapa teori yang mengatakan mengapa seseorang
mengambil keputusan melakukan mobilitas, Mantra (2007) menyebutnya dengan
“teori kebutuhan dan stres (Need and Stress), yaitu setiap individu mempunyai
kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan
ekonomi,sosial,politik maupun psikologi. Apabila kebutuhan ini tidak dapat
- 0 - + - 0 - + - 0 - + - 0 - + - 0 - + - 0 - +
- 0 - + - 0 - 0 – 0 + - - 0 – 0 + -
21
dipenuhi, maka timbullah stres. Tinggi rendahnya stres yang dialami oleh individu
berbanding terbalik dengan proporsi pemenuhan kebutuhannya.
Ada dua akibat dari stres yang akan terjadi. Kalau stres seseorang tidak
terlalu besar (masih dalam batas toleransi), maka orang tersebut tidak akan
pindah. Mereka akan tetap tinggal di daerah asal dan menyesuaikan kebutuhannya
dengan keadaan lingkungan yang ada.
22
Gambar 1.3 Hubungan antara Kebutuhan dan Pola Mobilitas Penduduk
Sumber: Mantra (2007)
Tidak terpenuhi
Tidak pindah
Dalam batas toleransi
Diluar batas toleransi
pindah Tidak pindah
Mobilitas non permanen
terpenuhi
Kebutuhan (needs) dan Aspirasi
Menginap/mondok Komuter (ulang-alik)
23
Memperhatikan hubungan antara kebutuhan dan pola mobilitas penduduk
pada gambar 3, dapatlah disimpulkan bahwa proses mobilitas itu terjadi apabila:
1. Seseorang mengalami tekanan (stres), baik ekonomi, sosial, maupun
psikologi di tempat ia berada. Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda, sehingga suatu wilayah oleh seseorang dinyatakan
sebagai wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya, sedangkan orang
lain menyatakan tidak
2. Terjadi perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat yang satu
dengan tempat yang lain. Apabila tempat yang satu dengan tempat yang
lain tidak ada perbedaan nilai kefaedahan wilayah, maka tidak akan terjadi
mobilitas penduduk.
Terjadinya mobilitas penduduk dapat dianalogikan dengan terjadinya
angin (aliran udara). Angin akan berhembus apabila di dua tempat terjadi
perbedaan tekanan udara. Angin akan berhembus dari tempat yang mempunyai
tekanan udara tinggi ke tempat yang memiliki tekanan udara rendah. Kalau kedua
tempat tidak mempunyai perbedaan tekanan atau mempunyai tekanan udara yang
sama,maka angin tidak akan berhembus. Mantra (1985) mengemukakan bahwa
migran sirkuler berperilaku seperti semut. Apabila semut menemukan makanan di
suatu tempat, makanan tersebut tidak dimakan di tempat itu. Tetapi dibawa
bersama-sama dengan teman-teman ke tempat sarangnya. Migran sirkuler
terutama migran ulang-alik akan berusaha membawa sebanyak-banyaknya
pendapatan yang diperoleh dari daerah tujuan ke daerah asal. Mereka pada saat
berada di daerah tujuan akan berusaha untuk menggunakan sedikit mungkin
pendapatan agar dapat membawa pulang remiten sebanyak-banyaknya.
Menurut Mantra (1978) ada tiga faktor yang menyebabkan mobilitas
sirkuler lebih banyak terjadi, yaitu:
1. Faktor Sentripetal, yaitu kekuatan yang mengikat penduduk untuk tetap
tinggal di daerah asalnya. Dan Faktor Sentrifugal, yaitu kekuatan yang
mendorong penduduk untuk meninggalkan daerah asalnya
2. Perbaikan sarana dan prasarana transportasi
3. Kesempatan kerja disektor formal dan non formal
24
Mantra (1978) dengan hasil penelitiannya di Dukuh Kadirojo dan Piring,
dan hasil penelitian Graeme Hugo (1975) di 14 desa di Jawa Barat, diketahui
bahwa adanya konflik antara kekuatan Sentripetal dan Sentrifugal itu sendiri.
Kurangnya kesempatan kerja di bidang pertanian dan terbatasnya fasilitas
pendidikan yang ada, mendorong penduduk untuk pergi ke daerah di mana
kesempatan kerja terdapat dan terbuka lebar.
Selain faktor pendorong yang mendorong penduduk untuk meninggalkan
daerahnya, adapula faktor yang tetap mengikat penduduk untuk tetap tinggal di
daerah asal. Adapun faktor pengikat tersebut adalah:
1. Jalinan persaudaraan dan kekeluargaan diantara warga desa sangat erat.
Eratnya hubungan ini terutama terlihat di antara sanak keluarga dan
keluarga dekat
2. Sistem gotong royong pada masyarakat pedesaan Jawa sangat erat pula.
Tiap-tiap warga desa merasa mempunyai tugas moral untuk saling
membantu. Orang tidak perlu merasa khawatir akan mati kelaparan selama
berada ditengah-tengah masyarakat desanya. Karena hal tersebut diatas,
sangat mengandung resiko bagi seseorang untuk meninggalkan daerahnya
karena merasa belum yakin bahwa di daerah baru ia akan mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik. Kususnya bagi penduduk golongan ekonomi
lemah, ada kecenderungan untuk tetap berdiam di desa asal.
3. Penduduk sangat terikat pada tanah pertanian. Di daerah pedesaan terdapat
bahwa pemilik tanah mempunyai status lebih tinggi daripada yang tidak
memiliki. Mereka enggan meninggalkan tanah miliknya, apalagi tanah
warisan.
4. Penduduk sangat terikat pula kepada daerah (desa) di mana mereka
dilahirkan. Di daerah ini biasanya terdapat makam nenek moyang mereka
yang setiap ”ruwah” dan ”lebaran” selalu dikunjunginya.
Bintarto (1998) menyebutkan beberapa faktor pendorong dan faktor
penarik yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi. Adapun yang
menjadikan faktor pendorong adalah:
25
1. Berkurangnya lapangan pekerjaan di desa karena meningkatnya
pertambahan penduduk, sehingga gejala pengangguran mulai meluas
2. Menyempitnya luas pemilikan lahan pertanian, karena jumlah anggota
keluarga semakin banyak, sehingga apa yang di peroleh dari tanah warisan
sangat kecil dan tidak mencukupi untuk menghidupi keluarga petani yang
semakin membengkak
3. Semakin berkurangnya sumber-sumber alam seperti kayu, air, atau bahan
tambang lainnya, sehingga sangat sulit untuk mengembangkan usahanya
4. Dampak modernisasi yang menyentuh dan bahkan sudah masuk dalam
budaya penduduk desa, sehingga banyak diantara penduduk terutama
kelompok penduduk yang sudah merasa maju tidak tahan lebih lama untuk
hidup dipedesaan yang dianggapnya sudah tidak sesuai lagi dari segi
ekonomi, sosial-budaya.
5. Lambatnya tekhnologi di bidang pertanian diserap oleh penduduk desa
baik karena miskin ekonomi maupun miskin ilmu, menyebabkan beberapa
bencana seperti, hama tanaman, banjir akibat berkurangnya hutan di
daerah pedesaan.
6. Kondisi alamnya yang keras, sehingga menyulitkan kehidupan penduduk
7. Banyaknya bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung api, banjir,
dan sebagainya.
8. Penindasan terhadap sekte agama tertentu
9. Depresi ekonomi dapat juga menjadi kekuatan yang mendorong.
Selain faktor pendorong yang sudah disebutkan tersebut, adapula faktor
penarik yang menyebabkan penduduk tertarik untuk pindah dari desa menuju ke
perkotaan. Adapun faktor-faktor penariknya adalah:
1. Pembangunan di kota memerlukan banyak tenaga kerja dari daerah di
sekitarnya, sehingga meningkatkan kesempatan kerja
2. Upah buruh relatif tinggi mempunyai kekuatan menarik untuk penduduk
desa, karena dapat meningkatkan pendapatan
26
3. Fasilitas di perkotaan yang lebih bervariasi seperti sekolah, perumahan,
penerangan listrik, transportasi, hiburan, dan masih banyak beberapa
lainnya membuat penduduk desa lebih cepat meninggalkan tempat
asalnya, baik dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka
waktu yang panjang
4. Kesempatan meluaskan wawasan hidupnya melalui sekolah-sekolah yang
ada juga merupakan daya tarik, karena dengan meningkatnya tingkat
pendidikan berarti akan lebih mudah memperoleh kesempatan kerja
5. Iklim daerah baru yang sesuai atau cocok dengan para pendatang
6. Ada kebebasan berfikir dan agak longgar dari tradisi kuno yang kadang-
kadang menjadi hambatan untuk maju.
7. Tempat baru yang menyediakan kesempatan untuk lebih mengembangkan
bakat dan berpetualang.
Rozy Munir dalam buku-buku dasar Demografi menyatakan bahwa yang
tergolong faktor pendorong yang menyebabkan penduduk melakukan mobilitas
adalah:
1. Makin berkurangnya sumber-sumber alam
2. Menyempitnya lahan pekerjaan di tempat asal
3. Adanya tekanan-tekanan dan diskriminasi politik, agama atau suku
4. Tidak cocok lagi dengan budaya atau adaptasi daerah asal
5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yang menyebabkan tidak
berkembangnya karier pribadi
6. Bencana alam.
Menurut Everett S. Lee ada 4 faktor yang menyebabkan orang mengambil
keputusan untuk melakukan migrasi yaitu :
1. Faktor – faktor yang terdapat di daerah asal
2. Faktor – faktor yang terdapat di tempat tujuan
3. Rintangan – rintangan yang menghambat
4. Faktor – faktor pribadi
Dari keempat faktor yang diungkapkan oleh Everett S.Lee tersebut, faktor
pribadi mempunyai peranan yang sangat penting karena faktor-faktor nyata yang
27
terdapat di tempat asal atau tempat tujuan belum merupakan factor utama, karena
pada akhirnya kembali kepada tanggapan seseorang tentang faktor tersebut,
kepekaan pribadi dan kecerdasannya.
Perilaku Mobilitas Penduduk
Beberapa ahli dalam hasil penelitiannya mengungkapkan beberapa
perilaku mobilitas penduduk, diantaranya adalah Ravenstein,1885, Thomas,
Stouffer, 1940; Lee, 1966, Norris, 1972; Mabogunje, 1970; dan Mitchel, 1961
(dalam Mantra, 2007). Diantara perilaku mobilitas penduduk tersebut adalah:
Proses Migrasi Penduduk dari daerah asal ke daerah tujuan
1. Para migran cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan
2. Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi
adalah sulitnya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan
untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daerah
tujuan. Daerah tujuan harus mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place
utility) lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asal
3. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah
lain merupakan informasi yang sangat penting bagi orang-orang yang
ingin bermigrasi
4. Informasi negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk (migran
potensial) untuk bermigrasi
5. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar
tingkat mobilitasnya
6. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi
mobilitasnya
7. Para migran cenderung memilih daerah tempat teman atau sanak saudara
bertempat tinggal di daerah tujuan. Jadi, arah dan arus mobilitas penduduk
menuju ke arah asal datangnya informasi
28
8. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit
diperkirakan. Hal ini karena banyak dipengaruhi oleh kejadian yang
mendadak seperti bencana alam, peperangan, dan epidemi
9. Penduduk yang masih muda dan belum kawin lebih banyak melakukan
mobilitas daripada mereka yang berstatus kawin
10. Penduduk yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak melaksanakan
mobilitas penduduk daripada yang berpendidikan rendah
Setelah para pelaku mobilitas sampai di daerah tujuan (terutama di kota),
beberapa perilaku mereka (terutama sikap mereka terhadap masyarakat kota)
dapat dipostulasikan sebagai berikut:
1. Pada mulanya para pelaku mobilitas memilih daerah tujuan dimana teman
atau sanak saudara bertempat tinggal di daerah tersebut
2. Pada masa penyesuaian diri di kota, para migran terdahulu membantu
mereka dalam menyediakan tempat menginap, membantu mencari
pekerjaan, dan membantu bila kekurangan uang, dan lain-lain
3. Kepuasan terhadap kehidupan di masyarakat baru tergantung pada
hubungan sosial para pelaku mobilitas dengan masyarakat tersebut
4. Kepuasan terhadap kehidupan di kota tergantung pada kemampuan
perseorangan untuk mendapatkan pekerjaan dan adanya kesempatan bagi
anak-anak untuk berkembang
5. Setelah menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, para pelaku mobilitas
pindah ke tempat tinggal dan pemilihan daerah tempat tinggal dipengaruhi
oleh daerah tempat bekerja
6. Keinginan untuk kembali ke daerah asal adalah fungsi kepuasan mereka
dengan kehidupan di kota. Mereka tidak enggan bertempat tinggal pada
tempat dengan kondisi yang serba kurang asal dapat memperoleh
kesempatan ekonomi yang tinggi
7. Kehidupan masyarakat di kota adalah sedemikian rupa, hal ini
menyebabkan para migran cepat belajar untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dihadapi
29
8. Perilaku migran adalah perilaku diantara orang kota dan orang desa
9. Walaupun seorang migran telah bertempat tinggal di daerah asal
(umumnya tempat kelahirannya) tetap menjadi “home” yang pertama dan
tinggal di daerah lain sebagai “home’ yang kedua. Jadi seorang migran
adalah bi local population
1.5.2 Penelitian sebelumnya
Aris Wahyudi dalam penelitiannya dengan judul Mobilitas Sirkuler
Penduduk Desa Lorog Kecamatan Tawangsari Kabupaten Sukoharjo, dengan
tujuan mengetahui karakteristik tenaga kerja wanita lajang yang bekerja di luar
daerah di desa Sidomulyo Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali, mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja wanita lajang bekerja di luar
daerah, mengetahui besar sumbangan penghasilan tenaga kerja wanita lajang
bekerja terhadap ekonomi keluarga.
Metode yang digunakan adalah metode survai,dan hasil yang didapatkan
adalah wanita lajang yang bekerja di luar daerah usia rata-rata mulai kerja 18
tahun dan pada saat penelitian 20 tahun, pendidikan responden 39% tamat SLTA,
responden bekerja pada sektor formal 66%, responden melakukan mobilitas
sirkuler 52%, sumbangan penghasilan responden terhadap ekonomi rumah tangga
rata-rata 30,68%.
Ita Sari Ratnawati dalam penelitiannya dengan judul ”Mobilitas Sirkuler
penduduk asal Kelurahan Kaliancar Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri”,
dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik responden (umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan jumlah tanggungan keluarga), mengetahui faktor yang
mendorong penduduk melakukan mobilitas sirkuler, mengetahui faktor yang
menarik di daerah tujuan,dan mengetahui mengapa penduduk memilih mobilitas
sirkuler.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan
responden yang diambil adalah keluarga dari para pelaku mobilitas sirkuler
maupun beberapa pelaku mobilitas sirkuler itu sendiri yang kebetulan sedang
pulang. Data dalam penelitian ini yang digunakan adalah data primer dan data
30
sekunder. Data primer meliputi umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, faktor
pendorong dan faktor penarik mobilitas, daerah tujuan, jenis pekerjaan,
pendapatan, dan remiten. Sedangkan data sekunder yang diambil adalah jumlah
penduduk, luas daerah, komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan,
komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dan data mobilitas
penduduk.
Hasil dari penelitian adalah (a) migran berumur produktif, umur rata-rata
migran adalah 36 tahun, (b) jenis kelamin migran secagian besar adalah laki-laki
(82,2%), (c) tingkat pendidikan migran tinggi (41,1%), (d) jumlah tanggungan
keluarga migran besar. Faktor yang mendorong melakukan mobilitas sirkuler di
daerah asal adalah sempitnya lahan pertanian (52%), penghasilan rendah (27,3%),
kesempatan kerja yang terbatas (20,5). Faktor penarik di daerah tujuan adalah
kesempatan kerja luas (58,9%), penghasilan tinggi (20,4), lengkapnya sarana
sosial ekonomi (13,7%), dan ikut famili (7,0%). Alasan penduduk memilih
mobilitas sirkuler adalah jarak yang jauh dari daerah asal (61,6%), hemat biaya
(21,9%), transportasi mudah (16,4%).
Untuk lebih jelasnya perbandingan penelitian sebelumnya dengan
penelitian yang dilakukan, bisa dilihat pada tabel 1.8.
31
Tabel 1.8 Perbandingan Penelitian Sebelumnya Dengan Penelitian yang dilakukan
Nama Wahyudi Ita Sari Ratnawati Supriyanto
Tahun 2002 2005 2010
Judul
Penelitian
Faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga
kerja wanita lajang bekerja di luar daerah
di desa Sidomulyo kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali
Mobilitas Sirkuler Penduduk asal
Kelurahan Kaliancar Kecamatan Selogiri
Kabupaten wonnogiri
Mobilitas Penduduk Non Permanen Dan Perubahan Keadaan Sosial Ekonomi
Keluarga Di Desa Gadudero dan Desa Pakem Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati
Jawa Tengah
Tujuan 1. Mengetahui karakteristik tenaga kerja
wanita lajang yang bekerja di luar
daerah di desa Sidomulyo Kecamatan
Ampel Kabupaten Boyolali
2. Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi tenaga kerja wanita
lajang bekerja di luar daerah
3. Mengetahui besar sumbangan
penghasilan tenaga kerja wanita lajang
bekerja terhadap ekonomi keluarga
1. Mengetahui karakteristik responden
(umur, jenis kelamin, pendidikan, dan
jumlah tanggungan keluarga)
2. Mengetahui faktor yang mendorong
penduduk melakukan mobilitas sirkuler
3. Mengetahui faktor yang menarik di daerah
tujuan
4. Mengetahui mengapa penduduk memilih
mobilitas sirkuler.
1. Ingin mengetahui karakteristik masyarakat yang melakukan mobilitas penduduk non
permanen, yang meliputi karakteristik demografis (umur, jenis kelamin, status
kawin pelaku mobilitas, dan latar belakang keluarga pelaku mobilitas), sosial
(tingkat pendidikan), dan ekonomi (tingkat pendapatan).
2. Ingin mengetahui faktor pendorong dan penarik yang menyebabkan penduduk di
Desa Gadudero dan Desa Pakem Kecamatan Sukolilo melakukan mobilitas
penduduk non permanen keluar dari Desa Gadudero dan Desa Pakem Kecamatan
Sukolilo.
3. Ingin mengetahui seberapa besar pengaruh remiten terrhadap perubahan keadaan
sosial ekonomi keluarga pelaku mobilitas di Desa Gadudero dan Desa Pakem
Kecamatan Sukolilo.
4. Ingin mengetahui variasi penyebaran daerah tujuan dari para pelaku mobilitas
penduduk non permanen yang dilakukan oleh penduduk Desa Gadudero dan Desa
Pakem di Kecamatan Sukolilo dan alasannya pergi ke daerah tersebut
Metode
Penelitian
Survai Survai Survai
32
Nama Wahyudi Ita Sari Ratnawati Supriyanto
Hasil 1. wanita lajang yang bekerja di luar
daerah usia rata-rata mulai kerja 18
tahun dan pada saat penelitian 20 tahun
2. pendidikan responden 39% tamat SLTA
3. responden bekerja pada sektor formal
66%
4. responden melakukan mobilitas sirkuler
52%
5. sumbangan penghasilan responden
terhadap ekonomi rumah tangga rata-
rata 30,68%
1. migran berumur produktif, umur rata-rata
adalah 36 tahun, jenis kelamin migran
sebagian besar adalah laki-laki (82,2%),
tingkat pendidikan migran tinggi (41,1%),
jumlah tanggungan keluarga migran besar.
2. faktor pendorong melakukan mobilitas di
daerah asal adalah sempitnya lahan
pertanian (52%), penghasilan rendah
(27,3%), kesempatan kerja yang terbatas
(20,5%).
3. faktor yang menarik di daerah tujuan
adalah kesempatan kerja luas (58,9%),
penghasilan tinggi (20,4%), lengkapnya
sarana sosial ekonomi (13,7%), dan ikut
famili (7,0%).
4. alasan penduduk memilih mobilitas
sirkuler adalah jarak yang jauh dari daerah
asal (61,6%), hemat biaya (21,9%), dan
transportasi mudah (16,4%).
1.Karakteristik pelaku mobilitas adalah sebagai berikut:
a. sebagian besar pelaku mobilitas adalah berumur produktif, yaitu sebagian besar
berumur ≤ 24 tahun, antara lain 52,00% dari Desa Gadudero, dan 47,92% dari
Desa Pakem;
b. jumlah pelaku mobilitas penduduk nonpermanent laki-laki lebih besar daripada
jumlah pelaku mobilitas penduduk nonpermanent perempuan, yaitu 64,00%
(laki-laki), dan 36,00% (perempuan) dari Desa Gadudero, dan 93,75% (laki-laki),
dan 6,25% (perempuan) dari Desa Pakem;
c. tingkat pendidikan pelaku mobilitas penduduk nonpermanen adalah tinggi
(88,00%) untuk Desa Gadudero, dan tingkat pendidikan sedang (47,92%) untuk
Desa Pakem;
d. para pelaku mobilitas memiliki jumlah tanggungan keluarga yang rendah,
80,00% di Desa Gadudero, dan 93,75% di Desa Pakem;
e. status perkawinan pelaku mobilitas berbeda untuk kedua desa penelitian, untuk
Desa Gadudero sebagian besar adalah masih berstatus lajang (56,00%), dan
untuk Desa Pakem adalah berstatus sudah kawin (52,08%);
f. di dua daerah penelitian, sebagian besar pelaku mobilitas adalah tidak bekerja,
persentasenya adalah 60,00% untuk Desa Gadudero dan 95,84% untuk Desa
Pakem. Selain sempitnya lahan pertanian atau bahkan tidak mempunyai lahan
pertanian, para pelaku mobilitas penduduk nonpermanent ini hanya
menggantungkan pekerjaannya di daerah tujuan saja.
2. Adapun faktor pendorong dan faktor penarik yang mempengaruhi seseorang
dalam melakukan mobilitas penduduk nonpermanent adalah sebagai berikut:
a. semakin sulitnya mendapatkan pekerjaan di daerah asal adalah merupakan factor
33
pendorong utama bagi pelaku mobilitas penduduk nonpermanent ini untuk
melakukan mobilitas ke daerah lain, persentasenya adalah 76,00% dari Desa
Gadudero, dan 95,83% dari Desa Pakem;
b. kesempatan kerja lebih banyak dan lebih mudah didapat di daerah tujuan adalah
merupakan factor penarik utama dalam melakukan mobilitas penduduk
nonpermanent untuk kedua daerah penelitian, persentasenya adalah 64,00%
untuk Desa Gadudero, dan 95,83% untuk Desa Pakem.
3. Hubungan remiten dengan keadaan social ekonomi keluarga pelaku
mobilitas penduduk nonpermanent adalah:
a. semakin tingginya jumlah remiten tidak berpengaruh terhadap tingkat pendidikan
keluarga pelaku mobilitas;
b. semakin tingginya remiten tidak berarti semakin tinggi pula pendapatan
keluarga, karena sebagian besar remiten yang dikirimkan adalah tergolong kecil
pada pendapatan yang kecil pula.
4. Sebagian besar daerah tujuan pelaku mobilitas adalah di luar Propinsi Jawa
Tengah, yaitu ke kota-kota besar, terutama ke kota D.K.I Jakarta,
persentasenya yang melakukan mobilitas ke kota D.K.I Jakarta adalah
76,00% dari Desa Gadudero, dan 83,34% dari Desa Pakem.
34
1.6 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian yang menjadi landasan konsepsi dalam penelitian ini
adalah merupakan kombinasi teori dari berbagai pakar tentang mobilitas
penduduk, antara lain adalah dari Ida Bagoes Mantra, Everett Lee, M.Todaro,
Mohammad Idrus Abustam, dan Mochtar Naim. Berikut ini dijelaskan lebih lanjut
mengenai kerangka penelitian tersebut:
Semakin sempitnya lahan pertanian di daerah pedesaan, menyebabkan
masyarakat mencari pekerjaan di luar sektor pertanian. Karena di daerah pedesaan
pekerjaan sangat sulit, maka masyarakat banyak yang melakukan perpindahan
dari daerah asal ke daerah lain yang banyak menyediakan lapangan pekerjaan.
Perpindahan masyarakat ini tidak permanen sifatnya, karena suatu saat akan
kembali ke daerah asal. Perpindahan ini bisa menuju antar desa ataupun ke
perkotaan, namun kebanyakan akan menuju kedaerah perkotaan, karena di daerah
perkotaan banyak menjanjikan lapangan pekerjaan yang banyak, dan di daerah
perkotaan inilah banyak faktor penarik yang menyebabkan penduduk desa
meninggalkan daerah asalnya. Adapun faktor penarik yang menyebabkan kota
lebih banyak untuk di kunjungi antara lain : upah buruh yang relatif tinggi di kota,
kesempatan kerja lebih luas karena pembangunan di kota banyak membutuhkan
tenaga kerja, fasilitas sosial ekonomi di perkotaan lebih lengkap daripada di
daerah asal di pedesaan, fasilitas pendidikan juga lebih lengkap.
Banyak analis mengatakan bahwa alasan utama masyarakat pindah dari
daerah satu ke daerah lain adalah karena alasan ekonomi. Sebagaimana
diungkapkan oleh Lee,bahwa faktor yang melatar belakangi migrasi tenaga kerja
ke daerah tujuan adalah faktor makro yang lebih dikenal dengan daya tarik di
daerah tujuan dan daya dorong dari daerah asal. Sampai saat ini, motif ekonomi
masih dipandang sebagai faktor pendorong utama bagi seseorang untuk
melakukan mobilitas penduduk. Mantra mengungkapkan bahwa awal dari
perpindahan penduduk adalah dari kebutuhan (needs) dan aspirasi. Setiap individu
mempunyai kebutuhan yang perlu di penuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa
kebutuhan ekonomi, sosial, politik, dan psikologi. Apabila kebutuhan itu tidak
35
dapat dipenuhi, maka terjadilah stres. Tinggi rendahnya stres yang dialami oleh
individu berbanding terbalik dengan proporsi pemenuhan kebutuhannya.
Ada dua akibat dari stres tersebut, kalau stres seseorang tidak terlalu besar
(masih dalam batas toleransi), maka orang tersebut tidak akan melakukan pindah.
Dia akan tetap tinggal di daerah asal dan menyesuaikan kebutuhannya dengan
keadaan lingkungan yang ada. Apabila stres yang dialami seseorang di luar batas
toleransinya, maka orang tersebut akan mulai memikirkan untuk melakukan
pindah ke daerah lain di tempat kebutuhannya dapat terpenuhi. Atau dengan
ungkapan lain, seseorang akan pindah dari daerah yang mempunyai nilai
kefaedahan wilayah (place utility) lebih rendah ke daerah yang mempunyai
kefaedahan wilayah lebih tinggi di mana kebutuhannya dapat terpenuhi.
Dengan melakukan mobilitas penduduk non permanen, maka akan adanya
hasil yang disebut dengan remiten. Dari remiten yang di kirimkan oleh para
migran kepada keluarganya yang di tinggalkan di daerah asal, dan di tambah
dengan hasil-hasil pendapatan dari anggota keluarga yang lain inilah yang akan
menyebabkan perubahan sosial ekonomi bagi keluarga migran yang berada di
desa, yaitu adanya perubahan keadaan sosial ekonomi keluarga migran sebelum
dan sesudah mendapatkan sumbangan remiten dari para migran yang melakukan
mobilitas penduduk non permanen. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dari
diagram alir pada gambar 1.4.
36
Gambar 1.4 Diagram Alir Penelitian
Sumber: Ida Bagoes Mantra (2007), dengan Modifikasi
Masyarakat
Kebutuhan
Kebutuhan Terpenuhi
Keputusan Tinggal
Kebutuhan Tidak Terpenuhi:
1. Tekanan Ekonomi
2. Tekanan Sosial 3. Tekanan
Pendidikan
Faktor Pendorong: 1. Lahan Sempit 2. Pendapatan
Rendah 3. Kesempatan Kerja
Terbatas
Alasan Memilih Mobilitas non permanen:
1. Menghemat Biaya 2. Transportasi
Murah
Faktor Penarik: 1. Kesempatan Kerja
Luas 2. Penghasilan
Tinggi
Mobilitas Non Permanen
Karakteristik Migran: 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Jumlah
Tanggungan keluarga
5. Status perkawinan
6. Latar belakang
Pelaku Mobilitas Daerah Tujuan yang dipilih
Pendapatan Pelaku Mobilitas
Pendapatan Anggota Keluarga
Besar Remiten
Sumbangan Remiten terhadap Perubahan Keadaan Sosial Ekonomi
Keluarga Pelaku Mobilitas
Peta Variasi Daerah Tujuan Pelaku
37
1.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban
terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling
tinggi tingkat kebenarannya (Mantra,1987). Dalam penelitian di Desa Gadudero dan
Desa Pakem ini, maka hipotesis yang penulis ajukan yaitu:
1. Karakteristik Responden:
a) Sebagian besar pelaku mobilitas berumur produktif
b) Jumlah pelaku mobilitas laki-laki lebih besar daripada pelaku mobilitas
perempuan
c) Tingkat pendidikan pelaku mobilitas rendah
d) Sebagian besar pelaku mobilitas mempunyai jumlah tanggungan
keluarga besar
e) Sebagian besar pelaku mobilitas berstatus masih lajang
f) Sebagian besar pelaku mobilitas berlatar belakang keluarga petani
2. Faktor pendorong dan faktor penarik dalam mobilitas penduduk non
permanen
a) Sulitnya mendapatkan pekerjaan di daerah asal merupakan faktor
pendorong utama melakukan mobilitas penduduk non permanen
b) Kemudahan mencari pekerjaan di daerah tujuan merupakan faktor
penarik utama melakukan mobilitas penduduk non permanen
3. Hubungan remiten dengan keadaan sosial ekonomi keluarga pelaku mobilitas
a) Semakin tinggi remiten yang dikirimkan pelaku mobilitas ke keluarga di
daerah asal, semakin tinggi pula tingkat pendidikan keluarga pelaku
mobilitas
b) Semakin tinggi remiten yang dikirim pelaku mobilitas ke keluarga
pelaku mobilitas di daerah asal, maka semakin tinggi tingkat pendapatan
keluarga pelaku mobilitas
38
4. Sebagian besar daerah tujuan pelaku mobilitas penduduk non permanen
adalah di luar Provinsi Jawa Tengah.
1.8 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan
kuesioner sebagai alat pengumpul data. Informasi yang dikumpulkan adalah dari
sejumlah atau sebagian populasi total daerah penelitian yang bersangkutan sebagai
pengumpul data. Dalam suatu survai tidak semua individu dalam populasi diamati
tetapi hanya sebagian populasi (sampel). Namun hasil yang diharapkan harus dapat
menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan dan harus representatif. Survai
yang dimaksud dalam penelitian adalah survai sampel untuk mewakili suatu populasi.
Adapan langkah-langkah penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pemilihan Daerah Penelitian
Pemilihan daerah penelitian menggunakan metode Purposive Sampling,
yaitu pemilihan yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Adapun pertimbangan-pertimbangan yang peneliti gunakan adalah sebagai
berikut:
1. Kecamatan Sukolilo, (dimana Desa Gadudero dan Desa Pakem
berada) merupakan Kecamatan di Kabupaten Pati yang mempunyai
lahan pertanian yang subur, namun penguasaan rata-rata lahan
pertanian sangat sempit sekali, yaitu hanya 0,083 Ha per orang dan
atau 0,27 Ha/KK. Rata-rata kepemilikan lahan sawah yang sangat
kecil ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Masri
Singarimbun dan D.H.Penny (1976) mengemukakan bahwa tiap
kepala keluarga (KK) untuk bertahan hidup harus memiliki luas lahan
sawah seluas 0,7 Ha dan 0,3 Ha lahan pekarangan atau tegalan.dari
sempitnya rata-rata kepemilikan lahan sawah inilah yang akan
menyebabkan masyarakat di Kecamatan Sukolilo sulit untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga masyarakat di Kecamatan
39
Sukolilo tidak bisa menggantungkan hidupnya dengan hanya
mengandalkan dari lahan sawah yang dimilikinya.
2. Berdasarkan catatan dari Kantor Kecamatan Sukolilo, untuk penelitian
Mobilitas Penduduk Non Permanen (sirkuler) di Desa Gadudero dan
Desa Pakem belum pernah ada.
3. Desa Gadudero merupakan sebuah desa yang mempunyai lahan
pertanian yang paling luas diantara desa-desa lain yang berada di
Kecamatan Sukolilo, dengan rata-rata penguasaan lahan penduduknya
adalah sebesar 0,29 Ha per orang, dan Desa Pakem merupakan desa di
Kecamatan Sukolilo yang tidak mempunyai lahan pertanian sama
sekali. (Kecamatan Sukolilo Dalam Angka 2010).
b. Pemilihan Responden
Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah pelaku mobilitas
sirkuler sendiri yaitu kepala keluarga (KK) maupun anggota keluarga yang
lain. Pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama untuk
setiap unsur populasi untuk di pilih secara acak (Random), dan yang penulis
gunakan adalah Proportional Random Sampling. Sampel yang penulis ambil
untuk mewakili nilai populasi adalah 10% dari populasi. Hal ini dikarenakan
karena tidak semua populasi mempunyai heterogenitas yang tinggi. Jadi
apabila dalam populasi ditemukan tingkat homogenitas yang tinggi, maka
proporsi dibawah 10% sudah memenuhi kriteria pengambilan sampel yang
representatif. dan semakin tinggi tingkat heterogenitas populasi, maka sampel
yang diambil pun semakin besar pula (semakin besar persentase yang diambil,
maka semakin representatif). Dalam menentukan responden ini, penulis
mendata warga yang melakukan mobilitas penduduk nonpermanen dari
masing-masing Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT), Selain dari
ketua RT desa yang bersangkutan, penulis juga menanyakan nama-nama
orang yang bekerja ke luar daerah penelitian dari teman-teman yang bekerja,
yang masih berada di rumah atau tidak kembali bekerja keluar daerah lagi.
40
Hal ini penulis lakukan karena tidak semua ketua RW dan ketua RT daerah
yang bersangkutan mengetahui semua nama-nama orang di desanya yang
bekerja ke luar dari daerah penelitian, karena kebanyakan dari para pelaku
mobilitas yang akan bekerja ke luar daerah jarang yang melaporkan kepada
ketua RW maupun kepada ketua RT setempat.Untuk mendapatkan data ini,
metode pengumpulan sampling yang penulis gunakan adalah metode
Snawballing Sampling, yaitu pertama kali menanyakan kepada orang yang
mengetahui siapa saja yang telah melakukan mobilitas non permanen, setelah
dari nara sumber pertama ini, maka akan di dapatkan nara sumber-nara
sumber yang lain yang akan di sebutkan oleh nara sumber yang pertama.
Setelah data dari ketua RW dan ketua RT serta dari sesama teman pelaku
mobilitas penduduk non permanen di Desa Gadudero dan Desa Pakem sudah
penulis dapatkan, maka dari data tersebut (populasi), baru penulis lakukan
sampel untuk mengambil perwakilan di kedua desa tersebut. Pada tahap ini
penulis menggunakan metode proportional random sampling, yaitu
mengambil sampel di setiap RT dengan proporsi yang seimbang dengan
banyak sedikitnya populasi. Sebelum mengambil sampel pada tahap RT,
penulis mengambil RW yang penduduk nya banyak melakukan mobilitas
penduduk non permanen keluar dari daerah penelitian, yang kemuadian baru
penulis ambil sampel pada tahap RT (Purposive Sampling). Hal ini penulis
lakukan karena tidak semua RW di daerah penelitian yang penduduknya
banyak melakukan mobilitas penduduk non permanen.
c. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini, maka data yang penulis kumpulkan
meliputi data primer dan data sekunder.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden
melalui wawancara dengan daftar pertanyaan yang telah penulis
sediakan. Adapun data primer yang penulis peroleh adalah data sosial-
ekonomi masyarakat di Desa Gadudero dan Desa Pakem, antara lain:
41
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, latar belakang keluarga,
alasan melakukan mobilitas, status kawin, jenis pekerjaan, besar
pendapatan, dll.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari catatan dan arsip pada
kantor kecamatan atau instansi yang ada hubungannya dengan
penelitian ini, yaitu data Monografi Kecamatan Sukolilo, Kecamatan
Sukolilo dalam Angka 2010, Monografi Desa Gadudero, Monografi
Desa Pakem, dan Peta Kecamatan Sukolilo, serta dokumen-dokumen
penelitian yang terarsip di Kantor Kecamatan Sukolilo.
Pengumpulan data primer yaitu dengan wawancara langsung dengan
para migran dan keluarga migran. Sebelum wawancara dengan migran dan
keluarga migran, peneliti menanyakan dahulu kepada ketua Rukun Warga
(RW) yang kemudian penulis lanjutkan ke ketua Rukun Tetangga (RT) di
daerah bersangkutan untuk mendata semua warganya yang melakukan
mobilitas nonpermanen yang bekerja keluar dari Desa Gadudero dan Desa
Pakem.
d. Analisa Data
Analisa mobilitas sirkuler yang penulis lakukan adalah dengan
menggunakan tabel frekuensi dan tabel silang.
1. Tabel Frekuensi
Fungsi dari tabel frekuensi, antara lain:
a) Mencek apakah jawaban responden atas pertanyaan adalah konsisten
dengan jawaban atas pertanyaannya (terutama pada pertanyaan-pertanyaan
untuk menyaring responden)
b) Mendapatkan deskripsi ciri atau karakteristik responden atas dasar analisa
satu variabel tertentu (univariate analysis)
c) Mempelajari distribusi variabel-variabel penelitian
d) Menentukan klasifikasi yang paling baik untuk tabulasi silang.
42
Tabel frekuensi ini akan penulis gunakan untuk menjawab hipotesis:
a. Hipotesis no.1. Karakteristik Responden, yaitu (a) migran berumur
produktif (b) Jumlah migran laki-laki lebih besar daripada migran
perempuan (c) Tingkat pendidikan migran rendah (d) Jumlah
tanggungan keluarga migran besar (e) Sebagian besar migran
berstatus masih lajang (f) Sebagian besar migran berlatar belakang
keluarga petani
b. Hipotesis no.2. Faktor pendorong dan faktor penarik dalam mobilitas
penduduk non permanen : (a) Sulitnya mendapatkan pekerjaan di
daerah asal merupakan faktor pendorong utama melakukan mobilitas
penduduk non permanen, (b) Kemudahan mencari pekerjaan di
daerah tujuan merupakan faktor penarik utama melakukan mobilitas
penduduk non permanen
c. Hipotesis no 4. Sebagian besar daerah tujuan migran adalah di luar
Provinsi Jawa Tengah
Contoh tabel frekuensi:
Tabel 1.9 Prosentase Tingkat Pendidikan Pelaku Mobilitas Non Permanen di Kecamatan
Sukolilo Kabupaten Pati Jawa Tengah
No Pendidikan F %
1 Tamat SD
2 Tidak Tamat SD
3 Tamat SLTP
4 Tamat SLTA
5 Tamat Akademi/PT
Jumlah
2. Tabel Silang
Analisa tabel silang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel,yaitu variabel pengaruh dan variabel terpengaruh. Dalam analisa tabel
43
silang ini, penulis menggunakan distribusi persentase pada sel-sel dalam tabel
sebagai dasar untuk menyimpulkan hubungan antara variabel-variabel yang
penulis teliti. Tabel silang ini akan penulis gunakan untuk menjawab Hipotesis
no.3. Hubungan remiten dengan keadaan sosial ekonomi keluarga migran: (a)
Semakin tinggi remiten yang dikirimkan migran ke keluarga di daerah asal,
semakin tinggi pula tingkat pendidikan keluarga migran, (b) Semakin tinggi
remiten yang dikirim migran ke keluarga migran di daerah asal, semakin tinggi
pula tingkat pendapatan keluarga migran.
Contoh Tabel Silang:
Tabel 1.10 Hubungan antara besar remiten yang di kirimkan oleh migran kepada keluarga
migran dengan tingkat pendidikan keluarga migran di daerah asal (per bulan)
Tingkat pendidikan keluarga migran
SD SMP SMA Jumlah
Besar
Remiten
(Rp 1.000) N % N % N % N %
<1.000
1.000 – 3.000
3001 – 5.000
>5.000
Jumlah
1.9 Batasan Operasional
1 Bekerja adalah melakukan sesuatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu
menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan
berupa uang atau barang dalam waktu tertentu (Mantra,1979).
2 Desa adalah suatu hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia
denganlingkungannya. Hasil dari perpaduan itu adalah suatu perujudan geografis
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomis, politis dan
kulturil yang terdapat di situ dalam hubungannya dan pengaruh timbal balik
dengan daerah-daerah lainnya (Bintarto,1977).
44
3 IKK adalah singkatan dari Ibukota Kecamatan, yaitu semacam rencana tata ruang
yang diperuntukkan pada pembangunan Ibu kota suatu kecamatan tertentu, yang
biasanya meliputi pembangunan beberapa desa di sekitar ibukota kecamatan.
4 Indikator sosial ekonomi adalah indikator-indikator yang yang digunakan untuk
mengetahui keadaan sosial ekonomi pelaku mobilitas penduduk non permanen.
Indikator tersebut adalah: untuk indikator sosial meliputi tingkat pendidikan
keluarga migran,dan untuk indikator ekonomi adalah tingkat pendapatan bagi
keluarga pelaku mobilitas penduduk non permanen.
5 Keluarga adalah unit terkecil dari dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami istri dan anaknya, atau ibu dan anaknya, dan atau ayah dan anaknya
(BPS,2000) .
6 Kesempatan Kerja adalah jumlah tenaga kerja yang terserap da;am suatu usaha
(Mubyarto, 1984).
7 Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang
heterogen dan coraknya yang materialistis,atau dapat pula diartikan sebagai
bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alam dan non alami dengan
gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan
yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah
belakangnya (Bintarto,1984).
8 Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan) saluran untuk menahan atau menyalurkan air, dan biasanya
ditanami padi termasuk juga lahan rawa tanpa memandang darimana diperoleh
atau status tanah tersebut (BPS,2000).
9 Migran adalah pelaku yang melakukan mobilitas sirkuler dalam jangka waktu
lebih dari satu hari dan kurang dari satu tahun (Mantra,1985).
10 Mobilitas penduduk adalah gerak (Movement) penduduk yang melintasi batas
wilayah menuju ke wilayah lain dalam jangka waktu tertentu (Mantra,1999).
45
11 Mobilitas Penduduk Non Permanen (sirkuler) adalah suatu pergerakan
penduduk dari daerah satu ke daerah yang lain, melewati batas wilayah tertentu
(kecamatan, kabupaten, provinsi, dll) dengan tidak ada niatan untuk menetap di
daerah tujuan, dengan batasan waktu lebih dari satu hari dan kurang dari satu
tahun (Mantra,1985).
12 Pendapatan total keluarga adalah pendapatan yang diperoleh oleh kepala
keluarga dengan anggota keluarga yang bekerja selama satu bulan (Nunik,2004
dalam Mohamad Nursidik,2005).
13 Pendidikan Rendah adalah mereka yang hanya menamatkan tingkat pendidikan
sampai tingkat SLTP baik dari sekolah swasta maupun dari sekolah negeri.
14 Pendidikan tamat adalah meninggalkan sekolah mengikuti pelajaran pada kelas
tertinggi sampai akhir dengan mendapatkan tanda tamat belajar dari sekolah
negeri atau swasta (BPS,2000) .
15 Perubahan Sosial Ekonomi Keluarga Migran adalah perubahan keadaan sosial
ekonomi keluarga migran yang meliputi tingkat pendidikan keluarga migran dan
tingkat pendapatan keluarga migran sebelum melakukan dan sesudah melakukan
mobilitas penduduk non permanen
16 Populasi (universe) adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya
akan diduga (Mantra).
17 Remiten adalah kiriman uang, barang maupun ide atau gagasan dari orang-orang
yang melakukan mobilitas. Khusus dalam penelitian ini remiten berupa uang dan
barang (Mantra, 1985).
18 Tanggungan Keluarga adalah anggota keluarga yang kebutuhannya masih di
tanggung oleh kepala keluarga atau anggota keluarga yang sudah bekerja.
19 Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan / jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. (Undang-Undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003).
20 Umur produktif adalah penduduk yang berumur 14 tahun – 64 tahun.