40
BAB. 1V
MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN
BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI
Pajak merupakan salah satu beban yang sangat material. Oleh karena itu,
manajemen pajak harus dilakukan secara matang dan terorganisir agar semua aspek
pengeluaran biaya fiskal dapat ditekan tanpa harus melanggar peraturan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku. Perbedaan laba komersial dan laba fiskal
disebabkan karena adanya perbedaan dalam perlakuan akuntansi dan perlakuan
perpajakan dalam pengakuan beban dan pendapatan. Dalam Laporan Keuangan
Komersial, semua pengeluaran perusahaan dalam operasinya dapat dijadikan beban.
Namun sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku di
Indonesia, tidak semua beban komersial tersebut dapat dijadikan beban fiskal. Hal
inilah yang menyebabkan Perusahaan PI harus melakukan manajemen pajak yang
terbaik dan efektif untuk meminimalkan beban pajak perusahaan. Selain itu,
pelaksanaan manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat
mengefisienkan penggunaan dana perusahaan. Dimana beban-beban fiskal yang
mungkin untuk diminimalkan dapat dialihkan untuk pembayaran beban-beban lain
yang lebih bermanfaat bagi perusahaan.
Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk
meningkatkan efisiensi pada Perusahaan PI, penulis akan menguraikan kegiatan yang
dilakukan perusahaan. Mengacu pada teori yang telah diuraikan pada Bab II, penulis
akan mencoba meninjau pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan pada Perusahaan
41
PI. Agar mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai gambaran perusahaan, maka
berikut ini penulis akan menyajikan evaluasi atas Laporan Keuangan Perusahaan PI
per 31 Desember 2006.
IV. 1. Evaluasi Penghitungan Pendapatan
Evaluasi pajak ini dimaksudkan agar transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi dapat disesuaikan dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Sehingga
rekonsiliasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan antara akuntansi
komersial dan akuntansi fiskal dapat dilakkukan sepenuhnya dengan
berkesinambungan.
Pada Perusahaan PI penghasilan berasal dari Pendapatan Barang Cetakan.
Berdasarkan Akun Pendapatan Barang Cetakan ini, evaluasi penghitungan atas
Pendapatan diuraikan sebagai berikut:
a. Penjualan
Penjualan Barang Cetakan merupakan kegiatan utama perusahaan dalam
memperoleh penghasilan, yang bergerak di bidang jasa dan manufaktur
percetakan. Penjualan dilakukan di Jakarta. Pendapatan Perusahaan PI dari
penjualan barang cetakan pada tahun 2006 adalah sebesar
Rp4.084.543.687
Pendapatan dari penjualan diakui secara akrual. Metode akrual adalah
metode pengakuan di saat uang sudah benar-benar diterima oleh
perusahaan. Jadi suatu transaksi dicatat sebagai penghasilan dalam laporan
keuangan pada saat uang kas diterima oleh perusahaan. Perlakuan ini
42
dilakukan adalah dengan tujuan agar ada kesamaan antara pelaporan
akuntansi komersial dan akuntansi fiskal sehingga koreksi fiskal dapat
diminimalkan.
b. Pendapatan Lain-Lain
Total Pendapatan Lain-Lain sebesar Rp1.200.778. Pendapatan Lain-Lain
merupakan akun menampung kegiatan yang bukan merupakan bagian dari
kegiatan usaha perusahaan, yaitu dalam hal ini adalah pendapatan dari
Jasa Giro.
IV. 2. Evaluasi Atas Penghitungan Harga Pokok Penjualan
Dalam menjalankan kegiatan operasinya, Perusahaan PI tidak menerapkan
adanya persediaan. Barang-barang kebutuhan cetak baru dibeli pada saat ada pesanan.
Jadi, dalam Laporan Keuangan Perusahaan PI tidak terdapat pencatatan dan penilaian
persediaan.
Harga Pokok Penjualan pada Perusahaan PI tercatat senilai Rp2.845.421.508
dan karena tidak adanya sistem persediaan pada Perusahaaan PI, tidak ada yang perlu
dikoreksi dalam hal Laporan Keuangan Fiskal.
IV. 3. Evaluasi Penghitungan Atas Biaya
Perusahaan PI adalah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan, maka
dalam pembukuan transaksi beban, terdapat Harga Pokok Penjualan dan Biaya
Umum dan Operasional. Pengeluaran-pengeluaran tersebut merupakan pengurang
bagi Penghasilan Bruto sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
43
Penerapan pajak pada Perusahaan PI atas semua transaksi bebannya adalah
dengan menggunakan metode akrual dan pembandingan pendapatan terhadap beban..
Namun, karena adanya perbedaan perlakuan antara akuntansi komersial dengan
akuntansi fiskal menyebabkan perlu adanya rekonsiliasi atas semua transaksi
bebannya agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
Penerapan atas transaksi biaya berdasarkan pada metode dan pengakuan beban,
peraturan perpajakan yang berlaku, serta bukti fisik yang mendukung transaksi
pengeluaran beban tersebut.
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam
dua golongan, yaitu biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan
biaya yang mempunyai masa manfaat yang tidak lebih dari satu tahun. Biaya yang
mempunyai masa manfaat yang lebih dari satu tahun, pembebanannya dilakukan
melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Beban yang mempunyai masa manfaat
tidak lebih dari satu tahun adalah biaya yang terjadi selama tahun yang bersangkutan
seperti biaya gaji, biaya administrasi bank dan bunga.
Selama tahun 2006, Perusahaan PI melakukan pencatatan atas Biaya Umum dan
Operasional yang merupakan kelompok untuk mencatat pengeluaran-pengeluaran
Perusahaan PI yang terjadi selama satu periode pembukuan dan terkait langsung
dengan kegiatan operasi perusahaan. Metode yang digunakan dalam pengakuan biaya
adalah metode akrual. Kelompok Biaya Umum dan Operasional yang terdapat pada
Perusahaan PI, diklasifikasikan dalam akun-akun, yaitu:
44
1. Biaya Marketing
Biaya Marketing sebesar Rp. 153.133.700 merupakan akun untuk mencatat
kegiatan-kegiatan perusahaan dalam rangka memperkenalkan jasanya kepada
masyarakat melalui media, terutama media cetak. Media cetak yang dimaksud
adalah spanduk dan banner. Selain itu, biaya marketing juga termasuk biaya
untuk mencetak spanduk dan banner tersebut, yang diproduksi sendiri oleh
perusahaan. Spanduk dan banner ini digunakan untuk memperkenalkan jasa
Perusahaan PI yang diletakkan di depan gedung kantor. Oleh karena Biaya
Marketing adalah berhubungan dengan usaha perusahaan dalam memelihara
dan mendapatkan penghasilan, selain itu biaya ini telah dilengkapi bukti-bukti
yang cukup dan wajar, maka biaya ini tidak perlu dikoreksi.
2. Biaya Transport
Biaya Transport sebesar Rp96.109.090 adalah untuk mencatat pengeluaran
perusahaan dalam hal tunjangan. Biaya Transport diberikan dalam bentuk
penggantian biaya iuran tol, dan penggantian biaya isi ulang bahan bakar
kendaraan operasional perusahaan yang dipakai karyawan. Biaya ini tidak
termasuk dalam biaya gaji karena tidak diberikan dalam rangka tunjangan bagi
karyawan, tetapi biaya yang dikeluarkan dalam rangka kegiatan operasional
perusahaan, misalnya mengantar barang pesanan. Biaya ini pun tidak perlu
dikoreksi karena diberikan dalam bentuk uang serta dilengkapi bukti yang
cukup.
45
3. Biaya Gaji
Biaya Gaji sebesar Rp455.404.409 merupakan pengeluaran rutin perusahaan
yang terdiri dari :
• Pembayaran gaji Rp 389.638.788
Unsur biaya gaji tersebut telah sesuai dengan Ketentuan Perpajakan yang
berlaku, dan telah sesuai dengan yang tercatat dalam SPT Tahunan PPh
Pasal 21, sehingga tidak perlu dilakukan koreksi.
• THR Rp 24.684.700
Pada akhir tahun perusahaan memberikan tunjangan berupa uang kepada
karyawan yang merayakan hari raya keagamaan (Natal atau Idul Fitri).
Unsur ini pun tidak perlu dikoreksi..
• Tunjangan Kesehatan Rp 41.080.921
Tunjangan kesehatan yang diberikan perusahaan kepada karyawan
dilakukan dengan cara penggantian biaya konsultasi dan biaya obat, serta
biaya rawat inap sesuai dengan yang tercantum dalam bukti pembayaran
karyawan kepada dokter atau rumah sakit yang bersangkutan. Biaya ini pun
telah sesuai dengan yang tercatat pada SPT Tahunan PPH Pasal 21,
sehingga tidak perlu dikoreksi.
4. Biaya ATK
Biaya ATK sebesar Rp 67.747.250, merupakan akun untuk mencatat biaya
pembelian alat-alat tulis kantor seperti pen, selotip, paper clip, highlighter,
46
pensil, dan kebutuhan alat tulis kantor lainnya, sehingga biaya ini pun tidak
perlu di koreksi.
5. Biaya Jamuan Makan
Biaya Jamuan Makan sebesar Rp 67.750.000 adalah biaya yang digunakan
perusahaan untuk membiayai pengeluaran pemilik perusahaan dalam menjamu
keluarga pemilik perusahaan dan juga untuk membiayai biaya jamuan makan
pemilik perusahaan beserta rekan-rekan pemilik perusahaan yang semuanya
tidak berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan, dan juga tidak
dilengkapi dengan bukti-bukti yang cukup, sehingga biaya ini perlu dikoreksi
secara keseluruhan.
6. Biaya Sumbangan
Biaya Sumbangan Rp 7.160.000 merupakan akun untuk mencatat semua
sumbangan yang dikeluarkan perusahaan. Biaya-biaya sumbangan yang tercatat
semuanya tidak sesuai dengan Ketentuan Perpajakan mengenai Pajak
Penghasilan, yaitu Undang-Undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 pasal 9
ayat 1 huruf g, mengenai biaya-biaya yang dapat dikurangkan dan biaya-biaya
yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, Biaya Sumbangan yang
tercatat semuanya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, sehingga
perlu dikoreksi.
47
7. Biaya Listrik dan Air
Biaya Listrik dan Air sebesar Rp 14.178.700 adalah akun untuk mencatat
pembayaran rutin listrik dan air perusahaan selama satu periode. Selama tahun
2006, Perusahaan PI telah membebankan seluruh biaya listrik dan air yang
digunakan untuk kantor sebagai pengurang penghasilan bruto. Biaya Listrik dan
Air juga berhubungan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan, sehingga
tidak perlu dilakukan koreksi fiskal.
8. Biaya Telepon dan Faksimile
Biaya Telepon dan Faksimile Rp 186.479.704 merupakan akun untuk
mencatat pengeluaran perusahaan untuk kebutuhan komunikasi perusahaan
dengan pihak lain baik internal, maupun eksternal, seperti komunikasi dengan
klien dan dengan pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan. Biaya ini
hanya untuk mencatat biaya telepon dan faksimile yang digunakan di kantor.
Selama tahun 2006, Perusahaan PI telah membebankan seluruh biaya
Telepon dan Faksimile sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan,
sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal.
9. Biaya Perawatan Kendaraan
Biaya Perawatan Kendaraan sebesar Rp15.750.000 merupakan akun untuk
mencatat pengeluaran perbaikan dan perawatan kendaraan operasional
perusahaan yang rusak. Biaya ini juga perlu dikoreksi sebesar 50% karena
mulai 18 April 2002 berdasarkan KEP-220/PJ/2002, biaya-biaya yang
48
berhubungan dengan kendaraan operasional perusahaan dan semua aktiva tetap
perusahaan yang dapat dibawa pulang, hanya dapat dibebankan sebesar 50%
sebagai pengurang penghasilan bruto, jadi biaya perawatan kendaraan ini perlu
dikoreksi sebesar Rp 7.875.000.
10. Biaya Perlengkapan Kantor
Biaya Perlengkapan Kantor sebesar Rp 10.345.250 merupakan akun untuk
mencatat pengeluaran perbaikan perlengkapan kantor yang rusak seperti printer,
meja dan kursi kantor, dan komputer yang dilakukan oleh teknisi perusahaan.
Biaya ini juga tidak perlu dikoreksi karena dikeluarkan untuk keperluan
perusahaan.
11. Biaya Umum Kantor
Biaya Umum Kantor sebesar Rp 83.117.725 adalah merupakan akun yang
digunakan untuk mencatat biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam
rangka menunjang aktivitas kantor. Biaya Umum Kantor ini antara lain untuk
mencatat pembelian tinta printer yang digunakan untuk mencetak dokumen
sehari-hari, dan juga untuk pembelian binder. Selain itu, digunakan juga untuk
mencatat biaya langganan koran dan majalah.
Menurut penulis, akun biaya ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
karena didukung dengan bukti-bukti yang jelas dan wajar. Biaya ini juga telah
dikurangkan dari penghasilan bruto, sehingga biaya ini tidak perlu dikoreksi.
49
12. Biaya Fotocopy
Biaya Fotocopy sebesar Rp 53.029.385 adalah akun untuk mencatat semua
biaya perusahaan untuk penggandaan dokumen-dokumen penting perusahaan,
selain itu juga untuk penggandaan dokumen-dokumen yang berguna untuk
menunjang kegiatan administrasi perusahaan.
Perusahaan ’PI’ menggunakan asas akrual dalam pengakuan dan pencatatan
biaya fotocopy dan seluruh biaya tersebut telah dibebankan sebagai pengurang
penghasilan bruto perusahaan selama tahun 2006. Biaya ini juga telah
dilengkapi bukti-bukti yang cukup dan wajar, sehingga perusahaan tidak perlu
melakukan koreksi fiskal atas biaya ini.
13. Biaya Entertainment
Biaya Entertainment senilai Rp 6.279.150 merupakan akun untuk mencatat
biaya-biaya yang berhubungan dengan pemberian kenikmatan pada pihak ketiga
berupa entertainment. Menurut pejabat perusahaan yang berwenang,
pengeluaran berupa entertainment ini sangat mendukung dalam meningkatkan
pendapatan perusahaan. Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak dengan
Nomor SE-27/PJ.22/1986 tanggal 14 Juli 1986 setiap pengeluaran dalam bentuk
entertainment dapat dibiayakan sepanjang masih terkait dengan kegiatan operasi
perusahaan dan dibuatkan daftar nominatifnya. Daftar nominatif tersebut harus
dilaporkan pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Badan. Bila tidak
memungkinkan untuk dibuatkan daftar nominatif, maka Perusahaan PI harus
melakukan koreksi fiskal seluruhnya atas Biaya Entertainment.
50
Selama tahun 2006 Perusahaan PI tidak membuat daftar nominatif atas
semua pengeluaran dalam rangka entertainment ini dikarenakan bukti yang
kurang lengkap. Seperti tidak tercantumnya nama klien yang bersangkutan,
dengan alasan tidak etis. Oleh karena itu, sesuai dengan ketentuan perpajakan
dengan tidak dibuatnya daftar nominatif atas pengeluaran biaya entertainment,
maka Perusahaan PI harus melakukan koreksi fiskal secara keseluruhan atas
biaya ini.
14. Biaya Pengurusan dan Perizinan
Biaya Pengurusan dan Perizinan sebesar Rp 14.795.700 adalah akun untuk
menampung semua biaya rutin surat-surat kendaraan seperti perpanjangan
STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), perpanjangan SIM supir, perpanjangan
izin usaha, pengurusan izin pemasangan spanduk. Selama tahun 2006, semua
biaya yang berkaitan dengan pengurusan dan perizinan sudah dilengkapi
dokumen pendukung yang cukup jelas, sehingga Perusahaan PI tidak perlu
melakukan koreksi fiskal atas biaya ini.
15. Biaya Lain-Lain
Dalam akun Biaya Lain-Lain sebesar Rp 40.782.075 tercatat pengeluaran-
pengeluaran perusahaan yang terkait dengan operasional sehari-hari, seperti
pembelian air minum, kopi, gula, serta pembelian makanan dan minuman
lainnya. Akun ini juga termasuk biaya untuk pemberian tip kepada supir dan
kurir. Menurut penulis, biaya lain-lain ini tidak dapat dikurangkan dari
51
penghasilan bruto karena tidak didukung bukti-bukti pendukung yang sah dan
wajar, sehingga biaya ini perlu dikoreksi.
16. Biaya Penyusutan
Biaya Penyusutan sebesar Rp 51.572.408, adalah untuk mencatat biaya
penyusutan aktiva tetap perusahaan yang terdiri dari Biaya Penyusutan
Perlengkapan sebesar Rp 9.338.450 dan Biaya Penyusutan Kendaraan sebesar
Rp 42.233.958. Dalam pengakuan atau pencatatan Biaya Penyusutan,
Perusahaan PI menggunakan asas akrual.
Terdapat dua metode yang diperkenankan untuk digunakan untuk
menghitung penyusutan menurut Undang-Undang Perpajakan, yaitu metode
garis lurus dan metode saldo menurun. Pemilihan metode penyusutan untuk
satu perusahaan dapat berbeda dari perusahaan lainnya, tergantung pada kondisi
keuangan perusahaan. Perusahaan PI menetapkan metode garis lurus untuk
menghitung besarnya penyusutan, baik untuk kendaraan maupun perlengkapan.
Penggunaan metode tersebut dilakukan secara taat asas dan konsisten dengan
memperhatikan perhitungan laba rugi di masa yang akan datang. Setiap
perubahan penggunaan metode penyusutan harus mendapat persetujuan terlebih
dahulu dari Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 Tanggal 18
April 2002, perusahaan harus melakukan koreksi fiskal positif sebesar 50% atas
Biaya Penyusutan Kendaraan. Besarnya koreksi positif yang dilakukan
perusahaan sebesar Rp 21.116.979.
52
Koreksi Fiskal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
I. Koreksi Fiskal Positif
Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak
bertambah sebagai akibat biaya menurut akuntansi komersial tidak diakui
sebagai biaya menurut akuntansi fiskal.
Koreksi Fiskal Positif yang perlu dilakukan oleh Perusahaan PI adalah
sebagai berikut:
1. Biaya Jamuan Makan
Biaya Jamuan Makan yang tercatat pada Perusahaan PI merupakan biaya
jamuan makan keluarga, maupun pihak lain dan jamuan makan ini tidak ada
hubungannya dengan bisnis perusahaan, selain itu juga tidak didukung dengan
bukti-bukti yang lengkap, sehingga nilai Rp 67.750.000 harus dikoreksi
semuanya.
2. Biaya Sumbangan
Biaya Sumbangan senilai Rp 7.160.000 mengalami koreksi fiskal positif
secara keseluruhan. Hal ini terjadi karena semua biaya sumbangan yang
dibiayakan tidak sesuai dengan Ketentuan Perpajakan yang berlaku.
3. Biaya Perawatan Kendaraan
Biaya Perawatan Kendaraan senilai Rp 15.750.000 mengalami koreksi
fiskal positif sebesar 50% sesuai dengan Ketentuan Perpajakan yang berlaku.
53
Jadi, yang boleh menjadi pengurang penghasilan bruto dari unsur biaya ini
adalah sebesar Rp 7.875.000.
4. Biaya Entertainment
Biaya Entertainment sebesar Rp 6.279.150 perlu dikoreksi secara
keseluruhan karena tidak dibuatkan daftar nominative yang lengkap, seperti
tidak tercantumnya nama klien secara jelas, dengan alasan tidak etis. Oleh
karena itu, biaya entertainment ini harus dikoreksi semua.
5. Biaya Lain-Lain
Unsur biaya ini perlu dikoreksi karena karena bukti-bukti pendukung yang
tidak jelas. Selain itu, perusahaan tidak dapat menyebutkan secara jelas unsur-
unsur yang termasuk dalam biaya ini. Jadi, biaya ini perlu dikoreksi sebesar
Rp40.782.075.
6. Biaya Penyusutan
Biaya Penyusutan yang dilakukan koreksi adalah pada Biaya Penyusutan
Kendaraan, yaitu sebesar Rp 21.116.979. Menurut Ketentuan Perpajakan yang
berlaku, Biaya Penyusutan Kendaraan hanya dapat dibebankan sebesar 50%
dari Biaya Penyusutan Kendaraan pada Laporan Keuangan Komersial.
Jumlah Koreksi Fiskal Positif :
• Biaya Jamuan Makan Rp 67.750.000
54
• Biaya Sumbangan Rp 7.160.000
• Biaya Perawatan Kendaraan Rp 7.875.000
• Biaya Entertainment Rp 6.279.150
• Biaya Lain-Lain Rp 40.782.075
• Biaya Penyusutan Rp 21.116.979
Total Koreksi Fiskal Positif Rp 150.963.204
II. Koreksi Fiskal Negatif
Dengan adanya koreksi fiskal negatif, akan lebih menguntungkan
perusahaan karena koreksi fiskal negatif tersebut akan mengurangi laba kena
pajak. Hal ini menyebabkan akan mengurangi jumlah pajak terutang yang harus
dibayar.
Koreksi fiskal negatif yang ada pada Perusahaan PI adalah hanya pada pos
Pendapatan Lain-Lain, yaitu pada Jasa Giro, sebesar Rp 1.200.778 secara
keseluruhan, karena Jasa Giro ini merupakan Objek Pajak PPh Final Pasal 4
ayat 2.
Setelah dilakukan koreksi-koreksi, terdapat selisih perhitungan antara Laporan
Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal. Dalam Laporan Keuangan
Komersial mengakui rugi sebesar Rp 90.052.889 sedangkan menurut Laporan
Keuangan Fiskal, terdapat laba kena pajak sebesar Rp 59.709.537, yang setelah
pembulatan adalah Rp 59.709.000
55
Besarnya Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan tarif umum:
10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
15% x Rp 9.709.000 = Rp 1.456.350
Jumlah PPh Terutang = Rp 6.456.350
IV. 4. Rekonsiliasi Fiskal
Tabel 4.1
PI
Rekonsiliasi Fiskal
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2006
Komersial Koreksi Fiskal positif negatif
Penjualan 4.084.543.687
4.084.543.687
Retur (52.500)
(52.500)
Potongan harga (6.688.800)
(6.688.800)
Penjualan Bersih 4.077.802.387
4.077.802.387
Harga Pokok Penjualan
Biaya Bahan Pembantu 286.296.158
286.296.158
Biaya Cetak 485.000.000
485.000.000
Biaya Kertas 1.911.276.400
1.911.276.400
Biaya Fotocopy LKS / BKS 25.459.000
25.459.000
56
Biaya Fotocopy Kunci Jawaban / Silabus
39.621.750
39.621.750
Biaya Operasional Kendaraan 31.297.200
31.297.200
Biaya Upah Harian & Ongkos Lipat
66.471.000
66.471.000
HPP 2.845.421.508
2.845.421.508
Laba Kotor 1.232.380.879
1.232.380.879
Biaya Umum & Operasional
Biaya Marketing 153.133.700
153.133.700
Biaya Transport 96.109.090 96.109.090
Biaya Biaya Gaji 455.404.409
455.404.409
Biaya ATK 67.747.250
67.747.250
Biaya Jamuan Makan 67.750.000
67.750.000
Biaya Sumbangan 7.160.000
7.160.000
Biaya Listrik & Air 14.178.700
14.178.700
Biaya Telp & Fax 186.479.704
186.479.704
Biaya Perawatan Kendaraan 15.750.000
7.875.000
7.875.000
Biaya Perlengkapan kantor 10.345.250
10.345.250
Biaya Umum Kantor 83.117.725
83.117.725
Biaya Fotocopy 53.029.385
53.029.385
Biaya Entertaintment 6.279.150
6.279.150
Biaya Pengurusan & Perizinan 14.795.700
14.795.700
Biaya Lain-lain 40.782.075
40.782.075
Biaya Penyusutan Perlengkapan 9.338.450
9.338.450
Biaya Penyusutan Kendaraan 42.233.958
21.116.979
21.116.979
Jumlah Biaya Umum & Operasional
1.323.634.546
150.963.204
1.172.671.342
57
Laba (Rugi) Operasional (91.253.667)
59.709.537
Pendapatan lain-lain
Jasa Giro 1.200.778
1.200.778
-
Laba (Rugi) Sebelum Pajak (90.052.889)
59.709.000 *
Taksiran Pajak Penghasilan 6.456.350
Laba Setelah Pajak 53.252.650
* = setelah pembulatan
Dari koreksi-koreksi yang telah dilakukan terdapat perbedaan jumlah pajak.
Perbedaan jumlah pajak terutang diatas, dapat menyebabkan perusahaan memiliki
resiko denda atau sanksi atas besarnya pajak yang masih harus dibayar.
Dari hasil perhitungan diatas, Pajak terutang yang masih harus dibayar oleh
Perusahaan PI adalah sebesar Rp 6.456.350.
IV. 5. Penerapan Manajemen Pajak Pada Perusahaan PI
Berdasarkan hasil evaluasi dan rekonsiliasi yang telah dilakukan, dapat terlihat
bahwa Perusahaan PI relatif belum melaksanakan manajemen pajak secara efektif,
ditambah lagi dengan tidak dilakukannya koreksi-koreksi atas Laporan Keuangan.
58
Dari rekonsiliasi yang telah dilakukan, terdapat koreksi fiskal positif atas biaya-
biaya komersial. Hal tersebut menyebabkan laba perusahaan menjadi lebih besar
sehingga kewajiban perpajakan perusahaan juga akan semakin besar.
Agar dapat meminimalkan laba sebelum pajak, perusahaan harus dapat
melaksanakan manajemen pajak secara efektif. Berikut ini adalah perencanaan-
perencanaan pajak yang mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan:
1. Pada Pos Biaya Umum dan Operasional, terdapat Biaya Jamuan Makan
sebesar Rp 67.750.000 dan Biaya Entertainment sebesar Rp 6.279.150. Biaya
Jamuan Makan dan Biaya Entertainment tersebut tidak dapat dijadikan
pengurang penghasilan bruto. Sebenarnya, berdasarkan Surat Edaran Dirjen
Pajak dengan Nomor SE-27/PJ.22/1986, biaya entertainment, representasi,
jamuan tamu, dan sejenisnya dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto,
dengan syarat dibuatkan daftar nominatif. Oleh karena itu, agar Biaya Jamuan
Makan dan Biaya Entertainment dapat dijadikan biaya pengurang
penghasilan bruto, sebaiknya perusahaan membuat daftar nominatif sebagai
bukti pelaksanaan kegiatan jamuan makan dan entertainment tersebut.
Daftar nominatif tersebut berisi:
a. Nomor Urut.
b. Tanggal entertainment/jamuan makan diberikan.
c. Nama tempat entertainment/jamuan makan diberikan.
d. Alamat entertainment/jamuan makan diberikan.
e. Jenis entertainment/jamuan makan.
f. Jumlah (Rp) entertainment/jamuan makan diberikan.
59
g. Relasi usaha yang diberikan entertainment/jamuan makan sesuai dengan
nomor urut tersebut diatas berisi:
• Nama
• Posisi
• Nama Perusahaan
• Jenis Usaha
2. Selain itu, pada Biaya Umum dan Operasional juga terdapat unsur Biaya
Lain-Lain sebesar Rp 40.782.045. Biaya Lain-Lain tidak dapat dijadikan
pengurang penghasilan bruto. Agar biaya ini dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto, Perusahaan sebaiknya memisahkan unsur-unsur dari Biaya
Lain-Lain tersebut yang dapat dijadikan unsur biaya tersendiri.
Biaya Lain-Lain adalah biaya untuk mencatat keperluan kantor seperti
pembelian air minum berupa air minum kemasan untuk water dispenser yang
diletakkan di kantor untuk digunakan seluruh karyawan. Biaya Lain-Lain ini
juga untuk mencatat pembelian gula, kopi, atau makanan dan minuman yang
diletakkan di kantor dan digunakan oleh seluruh karyawan.
Biaya tersebut dapat dipisahkan menjadi unsur biaya tersendiri, yaitu biaya
makan dan minum karyawan, dan diberikan dalam bentuk uang. Apabila
biaya tersebut dibebankan sebagai unsur biaya tersendiri dan diganti dalam
bentuk uang, karena biaya tersebut adalah biaya yang dikeluarkan untuk
60
kepentingan seluruh karyawan kantor, dengan didukung bukti yang jelas
maka biaya tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Unsur biaya lain yang dapat diperinci dari Biaya Lain-Lain adalah pemberian
tip kepada supir atau kurir. Disertai dengan bukti-bukti pendukung yang
lengkap dan wajar, pengeluaran ini dapat dicatat dalam akun biaya tersendiri,
yaitu biaya komisi sehingga dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
IV. 6. Pelaksanaan Perpajakan Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak
Berdasarkan evaluasi atas pelaksanaan perpajakan yang telah dilakukan pada
Perusahaan PI, terlihat bahwa masih terdapat masalah yang terkait dengan
perencanaan pajak. Inti dari perencanaan pajak adalah mengefisienkan beban pajak
dengan cara mengoptimalkan biaya-biaya komersil yang dapat mengurangi
penghasilan bruto, akan tetapi tetap sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku.
Berikut ini merupakan hasil dari rekomendasi perencanaan pajak yang mungkin dapat
diterapkan oleh Perusahaan PI :
Komersial FiskalPerencanaan
pajak Laporan Fiskal
positif negatifPenjualan 4,084,543,687 4,084,543,687 4,084,543,687 Retur (52,500) (52,500) (52,500) Potongan harga (6,688,800) (6,688,800) (6,688,800) Penjualan Bersih 4,077,802,387 4,077,802,387 4,077,802,387
Harga Pokok PenjualanBiaya Bahan Pembantu 286,296,158 286,296,158 286,296,158 Biaya Cetak 485,000,000 485,000,000 485,000,000 Biaya Kertas 1,911,276,400 1,911,276,400 1,911,276,400 Biaya Fotocopy LKS / BKS 25,459,000 25,459,000 25,459,000 Biaya Fotocopy Kunci Jawaban / Silabus 39,621,750 39,621,750 39,621,750 Biaya Operasional Kendaraan 31,297,200 31,297,200 31,297,200 Biaya Upah Harian & Ongkos Lipat 66,471,000 66,471,000 66,471,000 HPP 2,845,421,508 2,845,421,508 2,845,421,508 Laba Kotor 1,232,380,879 1,232,380,879 1,232,380,879
Biaya Umum & OperasionalBiaya Marketing 153,133,700 153,133,700 153,133,700 Biaya Transport 96,109,090 96,109,090 96,109,090 Biaya Biaya Gaji 455,404,409 455,404,409 455,404,409 Biaya ATK 67,747,250 67,747,250 67,747,250
Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desenber 2006
Tabel 4, 2
PI
Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak
Koreksi
SEBELUM PERENCANAAN PAJAK SETELAH PERENCANAAN PAJAK
Biaya Jamuan Makan 67,750,000 67,750,000 - 1) 33875000 33,875,000 Biaya Sumbangan 7,160,000 7,160,000 - - Biaya Listrik & Air 14,178,700 14,178,700 14,178,700 Biaya Telp & Fax 186,479,704 186,479,704 186,479,704 Biaya Perawatan Kendaraan 15,750,000 7,875,000 7,875,000 7,875,000 Biaya Perlengkapan kantor 10,345,250 10,345,250 10,345,250 Biaya Umum Kantor 83,117,725 83,117,725 83,117,725 Biaya Fotocopy 53,029,385 53,029,385 53,029,385 Biaya Entertaintment 6,279,150 6,279,150 - 1) 6279150 6,279,150 Biaya Pengurusan & Perizinan 14,795,700 14,795,700 14,795,700 Biaya Makan dan Minum Karyawan - - - 2) 12234623 12,234,623 Biaya Komisi 2) 1500000 1,500,000 Biaya Lain-lain 40,782,075 40,782,075 - - Biaya Penyusutan Perlengkapan 9,338,450 9,338,450 9,338,450 Biaya Penyusutan Kendaraan 42,233,958 21,116,979 21,116,979 21,116,979
Jumlah Biaya Umum & Operasional 1,323,634,546 150,963,204 1,172,671,342 1,226,560,115
Laba (Rugi) Operasional (91,253,667) 59,709,537 5,820,764
Pendapatan lain-lainJasa Giro 1,200,778 1,200,778 - -
Laba (Rugi) Sebelum Pajak (90,052,889) 59,709,000 5,820,000 Taksiran Pajak Penghasilan 6,456,350 582,000
Laba Setelah Pajak 53,252,650 5,238,000
63
Tabel 4. 3
Perhitungan Persentase Penghematan Pajak
Sebelum Perencanaan Pajak
Setelah Perencanaan Pajak
Persentase Penghematan
Penghasilan Kena Pajak
59.709.000 5.820.000 90,25%
Pajak Penghasilan
Badan
10% x 50.000.000 5.000.000 10% x 5.820.000 582.000 15% x 9.709.000 1.456.350
Jumlah 6.456.350 582.000 90,99%
Penghematan Pajak yang dapat dilakukan :
Pajak sebelum perencanaan Rp 6.456.350
Pajak setelah perencanaan Rp 582.000
Penghematan Rp 5.874.350
Berdasarkan Tabel 4.2, diasumsikan Biaya Jamuan Makan yang dapat
dibuatkan daftar nominatif adalah sebesar 50%, yaitu Rp 33.875.000, dan biaya
entertainment dapat dibuatkan daftar nominatif secara keseluruhan, yaitu senilai Rp
6.279.150. Selain itu, Biaya Makan dan Minum Karyawan yang dimunculkan sebagai
unsur biaya tersendiri, diasumsikan senilai 30% dari Biaya Lain-Lain, yaitu sebesar
Rp 12.234.623, dan Biaya Komisi diasumsikan sebesar Rp 1.500.000 dari Biaya
Lain-Lain. Akan tetapi, dengan munculnya Akun Biaya Komisi ini, harus
64
diperhatikan akan adanya Pajak Penghasilan Pasal 23 atas komisi yaitu sebesar 6%
(6% x Rp 1.500.000,- = Rp 90.000,-).
Dari perencanaan yang telah dilakukan, dan dilihat dari hasil rekonsiliasi fiskal
sebelum dan sesudah perencanaan pajak, dapat dilihat bahwa sebelum dilakukannya
perencanaan pajak, Perusahaan PI memiliki laba kena pajak sebesar Rp 59.709.000
setelah pembulatan. Setelah dilakukan perencanaan pajak, laba kena pajak perusahaan
berubah menjadi Rp 5.820.000 setelah pembulatan. Dampak dari bertambah kecilnya
laba kena pajak adalah bertambah kecilnya jumlah pajak terutang perusahaan.
Sebelumnya, pajak terutang perusahaan adalah Rp 6.456.350, setelah perencanaan
pajak terutang perusahaan berubah menjadi Rp 582.000. Dengan kata lain,
perusahaan dapat menghemat pajak sebesar Rp 5.874.350 atau sekitar 90,99%