1
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum
2.1.1 Sistem Considine, Parkes, Olesen, Blount, & Speer (2012) menyatakan bahwa
sistem dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang mengambil input, menerapkan
seperangkat aturan atau proses pada input dan menghasilkan output.
Suatu sistem mengambil input yang ditangkap melalui berbagai cara,
memproses input ini, dan menghasilkan output yang berguna untuk pembuat
keputusan dan pengguna informasi.
1. Inputs dapat mencakup data, serta sumber daya lainnya, yang merupakan titik
awal untuk suatu sistem. Ada beberapa alternatif yang tersedia bagi suatu
organisasi untuk dipilih ketika menentukan bagaimana input ke suatu sistem
akan ditangkap, ini dapat mencakup:
• Manual keying (Penguncian manual)
• Scanning through barcode technology (Pemindaian melalui tekhnologi
barcode)
• Scanning through image scanners (Pemindaian gambar)
• Magnetic ink character recognation (Pengenalan karakter tinta magnetik)
• Voice recognition (Pengenalan suara)
• Optical mark readers (Pembaca tanda optik)
2. Processes adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pada input ke dalam
sistem. Sistem penjualan sebagai contoh, setelah data penjualan dimasukkan ke
dalam sistem, berbagai proses dilakukan pada data itu, termasuk memeriksa
format dan validitasnya, manipulasi input dan akhirnya penyimpanan.
3. Outputs merujuk pada apa yang diperoleh dari sistem, atau hasil dari apa yang
dilakukan sistem. Beberapa contoh output dari sistem penjualan bisa berupa
kwitansi dan faktur yang diberikan kepada pelanggan ketika penjualan
dilaksanakan, laporan ringkasan penjualan yang dilakukan oleh manajemen
untuk menilai kinerja dan laporan lain seperti itu.
2
2.1.2 Informasi Considine dkk. (2012) menyatakan bahwa informasi adalah produk dari
penerapan aturan pada data untuk membuatnya bermakna. Tugas mengubah data
menjadi informasi adalah bagian dari peran sistem.
Informasi adalah data-data yang disimpan, diolah dan kemudian
menghasilkan suatu pengetahuan atau keterangan yang berguna bagi para pembaca
atau orang yang membutuhkan informasi tersebut.
2.1.3 Akuntansi Tujuan akuntasi secara keseluruhan adalah memberikan informasi yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan (Hery, 2014)
Menurut Hery (dalam APB statement No.4, 1970) yang berjudul ”Basic
Concepts and Accounting Principles Underlying Financial Statements of Business
Enterprises”, akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa, di mana fungsinya adalah
memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi mengenai keuangan dan
entitas ekonomi, yang dimaksudkan akan menjadi berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi (dalam membuat pilihan di antara berbagai alternatif yang
ada).
Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan peristiwa ekonomi suatu organisasi kepada pengguna yang
tertarik.
2.1.4 Sistem Informasi Sistem informasi merupakan suatu kombinasi teratur dari orang-orang,
hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
(Anggraeni dan Irviani, 2017).
Sistem informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang
mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang dibutuhkan. (Hutahaean, 2017).
3
2.1.5 Sistem Informasi Akuntansi
Gambar 2.1 Accounting and information system – a changing
relationship
Sumber: (Sutton & Arnold, 2002)
Menurut Crelin, Joy, Salem Press Encyclopedia (2018), Sistem informasi
akuntansi (SIA) adalah sistem yang digunakan untuk menyimpan, mengurutkan,
dan melihat informasi keuangan untuk perusahaan atau organisasi lain. Meskipun
sistem awal menggunakan kertas, sistem modern umumnya berbasis komputer dan
karenanya harus diimplementasikan menggunakan kombinasi pengetahuan
akuntansi dan keterampilan ilmu komputer. SIA memungkinkan pengguna untuk
memasukkan sejumlah besar data akuntansi dan mengurutkan data tersebut
sehingga dapat dibaca dan ditafsirkan dengan lebih mudah. Sistem seperti itu
biasanya memungkinkan pengguna untuk membuat laporan ringkas untuk ditinjau
4
oleh akuntan, agen pajak, atau orang yang ditugaskan membuat keputusan tentang
masa depan keuangan perusahaan.
Untuk perusahaan atau organisasi yang melakukan banyak transaksi
keuangan, prosedur akuntansi yang akurat dan efisien sangat penting. Sejumlah
besar data keuangan harus ditata dan disimpan sehingga dapat diakses kapan saja.
Untuk mengumpulkan semua data yang diperlukan, perusahaan biasanya
menggunakan sistem informasi akuntansi (SIA) untuk mengumpulkan,
menyimpan, dan mengurutkan informasi ini. Istilah "sistem informasi akuntansi"
sering merujuk tidak hanya pada perangkat lunak, infrastruktur, dan kontrol
internal (yaitu, langkah-langkah keamanan) yang diperlukan untuk sistem tetapi
juga kepada orang-orang yang memasukkan dan melihat data, prosedur yang
digunakan untuk mengumpulkan dan memproses data, dan data itu sendiri.
Data keuangan yang dikumpulkan dalam SIA dapat mencakup inventaris dan
angka penjualan, informasi penggajian, dan catatan pajak. Karena data yang
dikumpulkan biasanya luas, SIA biasanya dirancang untuk memfasilitasi
pembuatan laporan ringkas yang menyediakan data penting dalam format yang
mudah dibaca dan ditafsirkan. Akuntan dan auditor dapat meninjau data ini untuk
menentukan apakah penggajian dilakukan dengan benar atau untuk menyelidiki
potensi penipuan, sementara individu yang dipekerjakan oleh agen pajak dapat
meninjau data untuk memastikan bahwa pendapatan dan pengeluaran dilaporkan
secara akurat dan pajak yang tepat dibayarkan. Data keuangan adalah kunci utama
bagi investor yang tertarik untuk berpotensi berinvestasi di perusahaan dan bagi
pemilik atau manajer perusahaan yang membuat keputusan terkait staf dan proyek
berdasarkan kesejahteraan keuangan perusahaan secara keseluruhan.
Sistem informasi akuntansi awal didasarkan pada buku akun kertas dan buku
besar. Sejak munculnya komputer, praktik akuntansi telah dicampur dengan
teknologi komputer untuk menciptakan sistem fungsional untuk memproses data
keuangan. Sistem berbasis komputer, yang biasanya menggunakan perangkat lunak
basis data yang kompleks, dapat dirancang oleh pengembang in-house atau disewa
untuk perusahaan tertentu atau dibeli dari perusahaan teknologi seperti Microsoft
atau Oracle. Untuk mengoperasikan sistem kompleks yang memproses sejumlah
5
besar data, perusahaan atau organisasi harus terlebih dahulu membangun
infrastruktur komputer yang tepat, memastikan bahwa semua perangkat keras
mutakhir dan dioptimalkan untuk pekerjaan tersebut. Jika tidak, perangkat lunak
itu sendiri dapat beroperasi secara lambat atau tidak benar, sehingga mengurangi
efisiensi seluruh AIS.
2.1.6 Grounded Theory Menurut Strauss dan Corbin Dikutip Emzir (2007) teori dasar atau grounded
theory dimaknai dengan:
Grounded theory adalah teori yang diturunkan secara induktif dari studi
fenomena yang diwakilinya. Yaitu, ditemukan, dikembangkan, dan diverifikasi
sementara melalui pengumpulan data sistematis, analisis data yang berkaitan
dengan fenomena tersebut. Oleh karena itu, pengumpulan data, analisis, dan teori
berdiri dalam hubungan timbal balik satu sama lain. Seseorang tidak mempelajari
dan apa yang relevan dengan bidang itu diizinkan untuk muncul.
Menurut Putra (2013) definisi grounded theory adalah jenis atau pendekatan
penelitian kualitatif yang berfungsi untuk merumuskan teori atau konsep
berdasarkan data dari lapangan dengan mengikuti prosedur kerja induktif. Dengan
demikian, jenis penelitian ini biasa disebut sebagai teoritisasi data, atau teori dasar-
dasar yang melahirkan atau menciptakan teori berdasarkan data. Selanjutnya
menurut Harley dikutip Creswell (2015) grounded theory merupakan studi yang
berupaya untuk mengembangkan teori tentang proses perilaku para perempuan
Amerika-Afrika yang mencoba menjelaskan garis yang menghubungkan faktor
penting dalam pengintegrasian aktivitas fisik ke dalam gaya hidupnya.
Jika dibandingkan dengan pendekatan fenomenologis yang menekankan
makna dari pengalaman untuk sejumlah individual, grounded theory terfokus
untuk menghasilkan atau menemukan teori, skema analitis abstrak suatu fenomena,
yang berhubungan dengan situasi khusus. Frasa grounded theory mengerucut pada
sebuah pemahaman yang dikembangkan dari kondisi khusus ke umum atau
induktif dari sebuah korpus data. Jika penelitian ini dilakukan dengan baik dan
6
benar akan menghasilkan sebuah teori paling tidak pada suatu kondisi data tertentu
yang sempurna.
Pendekatan grounded theory merupakan suatu cara yang dikembangkan oleh
Strauss yang terditi atas serangkaian fase yang ditempuh dengan cermat yang
dianggap memberi jaminan sebuah teori yang baik sebgai hasilnya. Lebih lanjut,
Straus menyebut bahwa kualitas suatu teori dapat dievaluasi dengan proses yang
dibangunnya. Menurut Crittenden (2006) grounded theory merupakan salah satu
jenis penelitian kualitatif yang berbeda dengan metode yang lain karena metode ini
tidak menguji sebuah hipotesis melainkan mengarah pada pencarian-pencarian
pemhaman tentang kondisi sesuatu.
2.2 Teori Khusus
2.2.1 Business Model Canvas Menurut 50minutes.com (2017) Business Model Canvas adalah bagian dari
tren pemikiran visual dan desain. Ini berarti bahwa, melalui proses non-liniernya,
ini memungkinkan terciptanya sistem visual yang dapat diakses, dibaca dan mudah
dipahami oleh semua orang. Kanvas ini adalah media yang dapat digunakan
pengusaha untuk merenungkan dan membangun model bisnis mereka pada satu
halaman: mereka dapat dengan mudah mengatur ide-ide mereka dalam kotak-kotak
dalam templat, untuk bergerak lebih cepat - dan efektif - untuk bertindak. Fakta
bahwa ia menawarkan tinjauan umum tentang model-model yang sedang dibangun
memfasilitasi definisi yang jelas tentang prioritas, pembuatan rencana aksi konkret
dan pendekatan yang kreatif dan mudah beradaptasi, yang sangat
menyederhanakan pengembangan rencana bisnis di masa depan. Alat ini juga
meningkatkan interaksi dengan pelanggan dan meningkatkan komunikasi antar
karyawan.
7
Gambar 2.2 The Business Model Canvas
Sumber: (Strategizer,2019)
2.2.1.1 Customer Segments Menurut Royan (2017) Segmen pelanggan (customer segments)
adalah pihak tertentu yang menggunakan jasa atau produk dari organisasi
sesuai dengan kebutuhannya. Merekalah yang berkontribusi dalam
memberikan penghasilan bagi organisasi. Umumnya, pelanggan adalah
pihak yang membayar langsung atas jasa atau barang yang dibelinya.
2.2.1.2 Value Propositions Menurut Royan (2017) Value proposition merupakan suatu
keunikan yang menentukan apakah suatu produk atau jasa pantas dipilih
oleh pelanggan. Proposisi nilai memberikan penawaran untuk memecahkan
masalah pelanggan atau memenuhi keinginan pelanggan semaksimal
mungkin. Keunikan yang ditonjolkan ini haruslah sesuatu yang berbeda
disbanding milik pesaing, sekaligus sesuatu yang betul-betul didambakan
customer segments.
2.2.1.3 Channels Menurut Royan (2017) Saluran (channels) adalah elemen yang
menyatakan bagaimana organisasi berkomunikasi dengan customer
8
segment dan menyampaikan value proposition. Komunikasi, distribusi, dan
saluran penjualan adalah factor-faktor yang memungkinkan perusahaan
berinteraksi dengan pelanggan. Saluran menggambarkan interaksi dengan
pelanggan dan berperan penting dalam proses pelayanan pelanggan.
Saluran meliputi cara-cara meningkatkan kesadaran (awareness),
memudahkan pelanggan memberi penilaian, membantu pelanggan membeli
produk atau jasa, menyampaikan produk atau jasa, dan memberikan
layanan purnajual.
2.2.1.4 Customer Relationships Menurut Royan (2017) Pembinaan hubungan dengan pelanggan
bertujuan untuk mendapatkan pelanggan baru, mempertahankan pelanggan
lama, dan menawarkan produk atau jasa lama atau baru kepada pelanggan
lama.
2.2.1.5 Revenue Streams Menurut Royan (2017) Revenue streams menggambarkan
bagaimana organisasi memperoleh uang dari setiap customer segments.
Aliran dana inilah yang memungkinkan organisasi tetap hidup. Pada
intinya, ada dua pendapatan, yaitu yang bersifat transaksional dan yang
berbentuk pengulangan.
2.2.1.6 Key Resources Menurut Royan (2017) Key resources menggambarkan aset-aset
terrpenting yang menentukan keberhasilan pengoperasian model bisnis.
Aset-aset berharga inilah yang memungkinkan organisasi mewujudkan
value proposition yang dijanjikan kepada pelanggan dengan baik. Sumber
daya ini dapat berupa sumber daya fisik (bangunan, kendaraan, dan
peralatan), uang, sumber daya intelektual (merek, hak cipta, hak paten, dan
basis data pelanggan), serta sumber daya manusia. Dari keempat sumber
ini, sumber daya intelektual merupakan aset yang sangat penting karena
sulit ditiru.
9
2.2.1.7 Key Activities Menurut Royan (2017) yang dimaksud key activities adalah
kegiatan yang menentukan keberhasilan suatu model bisnis. Seperti halnya
key resources, kegiatan ini berperan penting dalam mewujudkan value
proposition. Tidak semua kegiatan perlu dikategorikan dalam key activities
ini, melainkan hanya untuk kegiatan-kegiatan kunci yang betul-betul
menunjang keberhasilan organisasi dalam mengantarkan proposisi nilainya
ke pelanggan.
2.2.1.8 Key Partnership Menurut Royan (2017) Key partnership merupakan mitra kerja
sama pengoperasian organisasi. Organisasi membutuhkan kemitraan ini
untuk berbagai tujuan yang umumnya adalah penghematan karena tidak
tercapainya skala ekonomi dan mengurangi risiko dalam memperoleh
sumber daya.
2.2.1.9 Cost Structure Menurut Royan (2017) Struktur biaya (cost structure)
menggambarkan semua biaya yang muncul setelah dioperasikannya model
bisnis ini. Semua upaya untuk mewujudkan value proposition melalui
channels yang tepat, key resources, dan key activities yang andal
membutuhkan biaya. Struktur biaya dipengaruhi strategi yang dipilih oleh
perusahaan, apakah mengutamakan biaya rendah atau manfaat istimewa.
2.2.2 Five Forces Porter
10
Gambar 2.3 The Five Forces Porter
Sumber: (PNRI, 2019)
Menurut Harper, Gavin D. J., MSc, Salem Press Encyclopedia (2019), alat
Five forces analysis dikembangkan oleh profesor Harvard Michael Porter. Alat ini
umumnya diterapkan dalam pengembangan strategi bisnis dan digunakan sebagai
metode untuk memahami persaingan antar berbagai sektor. Porter tidak puas
dengan alat analisis strategis lainnya seperti analisis SWOT dan PEST dan
karenanya mengembangkan bidang teori strategis dengan memperkenalkan alat ini.
Alat ini menjelaskan bagaimana tiga kekuatan eksternal dan dua internal
bergabung untuk membentuk intensitas persaingan, dan karenanya menarik daya
tarik pasar mana pun. Ini cenderung digunakan dalam aplikasi, sebagai penilaian
kualitatif awal dari posisi strategis perusahaan dengan pandangan untuk
menggunakan alat yang lebih berkembang pada tahap analisis selanjutnya.
Alat five forces Michael Porter menelusuri akarnya kembali ke artikel
pertamanya yang diterbitkan di Harvard Business Review, "How Competitive
Forces Shape Strategy" Dia menetapkan bahwa lima kekuatan berikut ini penting
untuk dipertimbangkan ketika mempertimbangkan posisi perusahaan dan produk
serta layanannya. di pasar: (1) ancaman pendatang baru (threat of new entrants);
(2) ancaman produk / layanan pengganti (threat of substitute products/services);
(3) daya tawar pemasok (bargaining power of suppliers); (4) daya tawar pelanggan
(bargaining power of customers); (5) industri (the industry). Gaya-gaya ini
11
umumnya digambarkan dalam diagram dengan gaya satu hingga empat yang
menunjuk pada gaya lima.
Kelima kekuatan lebih lanjut dapat dipertimbangkan dalam hal kekuatan
vertikal, yaitu, daya tawar pemasok dan pelanggan, dan kekuatan horisontal, yaitu,
ancaman pendatang baru, produk pengganti, dan saingan industri yang bersaing
untuk mendapatkan posisi. Secara signifikan, selain mempertimbangkan penentuan
posisi strategis relatif terhadap pesaing industri saat ini, model ini juga melihat
produk dan layanan di masa depan, dan penyedia produk dan layanan baru yang
dapat memasuki industri dan bersaing dengan penawaran yang ada.
Beberapa perusahaan terlibat dalam lebih dari satu industri atau pasar.
Analisis lima kekuatan hanya sesuai untuk analisis lini bisnis individu, jadi ketika
bisnis terlibat dalam berbagai usaha di industri yang berbeda, analisis lima
kekuatan harus dilakukan untuk masing-masing. Perubahan signifikan pada salah
satu dari kelima kekuatan ini harus berfungsi sebagai peluang untuk menghentikan
sementara dan mempertimbangkan strategi bisnis di dalam pasar itu.
Adam Brandenburger dan Barry Nalebuff membuat kontribusi penting
untuk model dengan menambahkan apa yang umumnya dianggap sebagai kekuatan
keenam, yaitu komplementer. Kompresor adalah bisnis yang melengkapi produk
atau layanan dari bisnis lain dan menambah nilai bagi pelanggan bersama mereka.
Contohnya adalah perusahaan yang menghasilkan aplikasi yang dimuat
sebelumnya di ponsel perusahaan lain.
Model lima kekuatan telah dikritik oleh beberapa akademisi. Kevin Coyne
dan Somu Subramaniam menegaskan bahwa model tersebut mengasumsikan
bahwa tidak ada hubungan atau kolusi antara perusahaan-perusahaan yang
mungkin bersaing dengan perusahaan, memasok perusahaan, atau membeli dari
perusahaan. Selain itu, mereka berpendapat bahwa pasar adalah tempat yang tidak
pasti, dan tidak selalu ada peluang untuk merencanakan secara strategis dan
menanggapi kemajuan strategis orang lain.
12
2.2.3 Object Oriented Analysis and Design
2.2.3.1 Object Oriented Analysis Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:241) Object Oriented
Analysis (OOA) adalah suatu proses yang mendefinisikan semua jenis
objek yang melakukan pekerjaan dalam suatu sistem dan menunjukkan
interaksi dari user, apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan dan
menyelesaikan tugas tersebut.
2.2.3.2 Object Oriented Design Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:241) Object Oriented
Design (OOD) adalah suatu proses mendefinisakan semua jenis objek
yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang lain & perangkat
yang ada dalam sistem, dengan menunjukkan bagaimana objek
berinteraksi untuk menyelesaikan suatu tugas dan menyempurnakan
definisi dari tiap jenis objek, sehingga dapat mengimplementasikan secara
spesifik bahasa atau lingkungan tertentu.
2.2.4 Unified Modeling Language Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012:246) UML adalah satu set
standar kontruksi model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk
pengembangan berorientasi pada objek. Dengan menggunakan UML, analisis dan
penggunaan akhir dapat menggambarkan dan memahami berbagai diagram
spesifik yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem.
2.2.4.1 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:57) Activity diagram
merupakan sebuah diagram yang menggambarkan berbagai aktivitas
pengguna atau sistem, siapa yang melakukan setiap aktivitas dan aliran
sekuensial kegiatan tersebut.
Tegarden, Dennis dan Wixom (2013:164) menyatakan bahwa
activity diagram digunakan untuk model perilaku dalam proses bisnis
independen dari objek. Dalam banyak hal, activity diagram dapat dilihat
sebagai data flow diagram yang canggih digunakan dalam hubungannya
13
dengan analisis terstruktur; tidak seperti data flow diagram, activity
diagram termasuk notasi yang membahas pemodelan parallel, kegiatan
bersamaan dan proses pengambilan keputusan kompleks.
Jadi dapat disimpulkan bahwa activity diagram merupakan salah
satu logical models yang menggambarkan bagaimana aliran aktivitas-
aktivitas dari user atau sistem dari awal sampai akhir.
2.2.4.2 Use Case Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:81) use case diagram
adalah proses penyusunan kembali sebagai use case diagram tunggal
untuk sebuah visual yang menyoroti use case dan actor dalam suatu
subsystem. Diagram ini berguna untuk menceritakan pertemuan antara use
case dan actor dalam sebuah subsystem.
Menurut Roberta M. Roth, Alan Dennis, Barbara Haley Wixom
(2013:515) use case diagram adalah sebuah ilustrasi fungsi utama dari
sistem dan berbagai jenis pengguna yang berinteraksi dengannya. Elemen-
elemen yang terdapat dalam use case diagram yaitu: actor, kasus
penggunaan, batas sistem, dan sebuah hubungan asosiasi.
Kesimpulannya, use case diagram merupakan salah satu logical
models yang mendeskripsikan dan menggambarkan kegiatan domain suatu
proses bisnis yang dilakukan oleh actor tanpa menunjukkan bagaimana
hal tersebut dilakukan.
2.2.4.3 Use Case Description Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:121) use case
description adalah model tekstual yang berisi daftar yang menjelaskan
rincian pengolahan untuk use case yang ada.
Roberta M. Roth, Alan Dennis, Barbara Haley Wixom (2013:148)
mengungkapkan bahwa sebuah use case mewakili bagaimana sistem
berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggambarkan aktivitas yang
dilakukan oleh pengguna sistem dan respon sistem.
14
Dapat disimpulkan bahwa use case description merupakan salah
satu diagram yang berisi semua informasi yang dibutuhkan untuk
membangun diagram yang terstruktur dan perilaku yang teratur, serta
mengungkapkan informasi dalam cara yang kurang formal yang biasanya
mudah untuk dipahami oleh users.
2.2.4.4 System Sequence Diagram Menurut Raul Sidnei Wazlawick (2014:95) System Sequence
Diagram adalah alat untuk mencapai deskripsi use case yang lebih formal
dan rinci. Selain itu, mengembangkan System Sequence Diagram
membuat hubungan antara analisis persyaratan (use case diperluas) dan
desain perangkat lunak (operasi sistem yang akan diimplementasikan).
Konstruksi diagram urutan sistem dapat dilakukan dalam dua tahap:
1. Merepresentasikan langkah-langkah use case sebagai pertukaran
informasi antara aktor dan antarmuka sistem.
2. Mewakili operasi sistem sebagai metode yang memanggil antara
antarmuka dan façade controller, yang merangkum tier domain sistem.
Langkah pertama sederhana: untuk setiap input use case (langkah
yang dapat ditandai dengan [IN]), ada peristiwa sistem yang setara di
mana satu aktor mengirimkan informasi antarmuka, dan untuk setiap
output use case (langkah yang dapat ditandai dengan [OUT], ada
pengembalian sistem yang setara di mana aktor menerima informasi dari
sistem. Perhatikan bahwa antara aktor dan antarmuka arus terdiri dari
mengirim dan menerima informasi. Informasi dapat dikirim oleh aktor,
misalnya, dengan mengetiknya dalam formulir. Informasi dapat diterima
oleh aktor ketika itu dicetak di layar, misalnya. Pada level ini, flow
bukanlah metode pemanggilan karena aktor bukan obiects internal.
Kata-kata atau frasa yang digunakan dalam diagram urutan
mengalir untuk mewakili informasi kadang-kadang merupakan sumber
kebingungan dan kesalahpahaman. Untuk menghindari kerancuan seperti
itu, sebuah pola pelabelan disarankan:
15
- Informasi sederhana (data alfanumerik) diwakili oleh satu atau lebih
kata. Misalnya, kata kunci, kuantitas, dan total.
- Informasi kompleks dapat direpresentasikan antara "<" dan ">"
dalam diagram jika terdiri dari beberapa elemen (2 atau 3).
Misalnya, <buku yang dipilih, jumlah>.
- Informasi kompleks yang terdiri dari banyak elemen (lebih dari 3)
dapat direpresentasikan dalam catatan atau kamus data terpisah.
Hanya nama konsep kompleks yang digunakan dalam diagram.
Misalnya, buku dan item.
- Kumpulan nilai ditunjukkan oleh akhiran "*". Misalnya, kata kunci
(langkah 1), buku (langkah 2), <buku yang dipilih, kuantitas>
(langkah 3), dan item (langkah 4).
- Ketika satu objek dipilih dari daftar yang disajikan oleh sistem,
pemilihan ditunjukkan oleh kata "terpilih", di mana "buku yang
dipilih" adalah singkatan dari buku yang dipilih dari buku daftar yang
disajikan.
"Sebuah façade controller" façade mendefinisikan antarmuka
tingkat yang lebih tinggi yang membuat subsistem lebih mudah
digunakan (Gamma, Helm, Johnson, & Vlissides, 1995). Tidak selalu
kasus bahwa informasi kompleks yang dipertukarkan dengan sistem
sesuai dengan set lengkap atribut dari konsep model konseptual
2.2.4.5 Domain Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012:101) domain class
diagram adalah class diagram yang hanya mencakup kelas dari domain
masalah.
Menurut Roberta M. Roth, Alan Dennis, Barbara Haley Wixom
(2013:519) class diagram adalah model statis yang mendukung pandangan
statis dari sistem berkembang. Ini menunjukkan kelas dan hubungan di
antara kelas yang tetap konstan dalam sistem dari waktu ke waktu.
16
Jadi dapat disimpulkan bahwa domain class diagram merupakan
static models yang menunjukkan class dan hubungan di antara class yang
tetap konstan dalam sistem dari waktu ke waktu, serta digunakan untuk
menggambarkan hubungan anatara class yang dimodelkan dalam sistem.
Menurut Jubilee Enterprise (2018), Relasi mengidentifikasi
asosiasi di antara data yang disimpan pada table yang berbeda. Berikut ini
jenis-jenis relasi antar tabel:
1. Relasi one-to-one
Mempersentasikan relasi diantara entity dimana satu data
memiliki relasi dengan satu dan hanya satu data saja dalam entity yang
berelasi.
2. Relasi one-to-many
Merupakan relasi yang paling umum digunakan. Pada relasi one-
to-many, setiap data pada suatu entity memiliki relasi dengan nol atau
lebih pada entity lain.
3. Relasi many-to-many
Dalam relasi many-to-many, setiap data dalam sebuah entity
memiliki relasi dengan nol atau lebih data pada entity kedua, dan pada
saat yang bersamaan, setiap data pada entity kedua memiliki relasi
dengan nol atau lebih data pada entity pertama.
2.2.5 User Interface Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2009:531) user interface adalah
bagian dari suatu informasi yang membutuhkan interaksi pengguna untuk
membuat input dan output.
User interface (UI) adalah cara program dan user berkomunikasi. UI
berfungsi untuk menghubungkan atau penerjemah informasi antara pengguna
dengan sistem operasi, sehingga komputer dapat digunakan. Dengan demikian,
user interface bias juga diartikan sebagai mekanisme inter-relasi atau integrasi
total dari perangkat keras dan lunak yang membentuk pengalaman berkomputer.
UI dari sisi software bisa berbentuk graphical user interface (GUI) atau command
17
line interface (CLI), sedangkan dari sisi hardware bisa berbentuk aplle desktop bus
(ADB), USB dan dan fire wire.
2.2.6 Analisis Biaya dan Manfaat Menurut James A. Hall (2007:287) Analisis biaya dan manfaat (cost-benefit
analysis) membantu manajemen menentukan apakah (dan sampai seberapa besar)
manfaat yang dapat diterima dari sistem yang diusulkan akan melebihi biayanya.
Teknik ini secara berkala akan digunakan untuk menaksir nilai keuangan yang
diharapkan dari investasi bisnis. Namun demikian, dalam kasus ini, investasi
merupakan suatu sistem informasi dimana biaya dan manfaat digunakan karena
kesederhanaannya dan tidak adanya alternatif lain yang jelas lebih baik. Selain
keterbatasannya, analisis biaya–manfaat, dikombinasikan dengan faktor-faktor
kelayakan, analisis ini merupakan perangkat yang berguna untuk membandingkan
desain-desain sistem yang saling bersaing.
2.2.7 Arus Kas Menurut Hery (2014:109) Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk
maupun arus kas keluar perusahaan selama periode. Laporan arus kas ini akan
memberikan informasi yang berguna mengenai kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dari aktivitas operasi, melakukan investasi, melunasi kewajiban,
dan membayar dividen. Laporan arus kas digunakan oleh manajemen untuk
mengevaluasi kegiatan operasional yang telah berlangsung, dan merencanakan
aktivitas investasi dan pembiayaan di masa yang akan datang. Laporan arus kas
juga digunakan oleh kreditor dan investor dalam menilai tingkat likuiditas maupun
potensi perusahaan dalam menghasilkan laba (keuntungan). Dalam laporan arus
kas, penerimaan dan pembayaran kas diklarifikasikan menurut tiga kategori utama,
yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan.
18
2.2.8 Analisa Keuangan
2.2.8.1 Return on Investment Menurut Kariyoto (2017:152) Tingkat pengembalian (ROI) adalah
rasio uang yang diperoleh atau kerugian pada investasi, relatif terhadap
jumlah uang yang diinvestasikan pada kegiatan operasi. Jumlah uang
yang diperoleh atau kerugian disebut bunga atau laba-laba. Investasi uang
ini disebut sebagai aset, modal, investasi berbasis biaya. ROI secara
umum dinyatakan dalam format yang dihitung bukan dalam nilai desimal.
ROI tidak memberikan injeksi waktu yang cukup untuk investasi. Namun
demikian, ROI sering disebut dalam satuan tahun atau dibuat satu tahun
dan sering juga disebut sebagai tahun kalendar fiskal. (wikipedia) ROI
juga disebut sebagai tingkat keuntungan (rate of profit) atau hasil dari
investasi pada waktu sekarang, masa lalu atau perkiraan di masa
mendatang. Atau bahasa simpelnya ROI merupakan laba dari investasi.
Cara menghitung ROI
ROI dapat juga dimaknai sebagai rasio laba bersih terhadap biaya.
Formula menghitung ROI sebagai berikut:
ROI = (Total Sales- Investasi) /Investasi x 100%
Misalnya, bila investasi senilai Rp 10.000.000,00 mendapatkan
penjualan senilai Rp 15.000.000,00 berarti mendapat keuntungan seniali
Rp 5.000.000,00
Maka secara sederhana menghitung ROI dalam presentase Rp
10.000.000,00)/Rp adalah = ((Rp 15.000.000,00 - Rp 10.000.000,00) x
100% adalah senilai 50%. Maka bisa ditarik kesimpulan tingkat ROI nya
adalah senilai 50%
Kadang kita hanya fokus pada tingkat keuntungan terhadap produk
atau jasa, namun demikian kita seharusnya juga menghitung ROI secara
tepat untuk memperolah kepastian dan keyakinan bahwa operasi yang kita
lakukan mampu terus maju.
Dalam usaha bisnis, bahwa seorang entrepeneur harus mencermati
jumlah funding yang harus diinvestasikan dalam mencapai sales target,
jumlah tingkat keuntungan yang diperoleh dan bagian dari tingkat
19
keuntungan tersebut yang akan dimanfaatkan untuk ekspansi bisnis. Jika
investasi yang dilakukan hanya mendapatkan tingkat keuntungan yang
sedikit, maka kegiatan tersebut akan sangat sulit untuk berkembang di
masa yang akan datang dan bahkan dalam jangka waktu lama akan
mengalami kebangkrutan. Sebagai misal adalah investasi Adi sebesar Rp
1000 mendapatkan untung Rp 100,00 (ROI = 10%) dikomparasikan
dengan investasi Budi Rp 100,00 mendapatkan untung Rp 50,00 (ROI =
50%). Investasi Budi mendapatkan jumlah/nominal lebih rendah namun
rasio ROI nya jauh lebih tinggi daripada investasi Adi. Bisa kita jelaskan
dalam hal bahwa investasi Budi lebih baik jika dikomparasikan dengan
investasi Adi.
2.2.8.2 Net Present Value Menurut Walsh, John, PhD, Salem Press Encyclopedia (2019), net
present value (NPV) adalah teknik untuk menghitung nilai moneter aktual
suatu perusahaan (atau jenis organisasi atau individu lain) dengan terlebih
dahulu mengonseptualisasikan nilai sebagai nilai total semua arus kas
masuk dan keluar, dan, kedua, menghitung nilai dari aliran itu. Teknik ini
digunakan dalam ekonomi keuangan atau keuangan dan karenanya hanya
mempertimbangkan aspek moneter dari setiap transaksi yang relevan.
Oleh karena itu ada beberapa kontradiksi dengan praktik bisnis jika dilihat
dari perspektif pemasaran, sumber daya manusia, dan sebagainya.
Konsep dasar net present value terletak pada pemahaman bahwa
uang hari ini lebih baik daripada uang besok. Suatu perusahaan akan
mencoba untuk membayar tagihannya sendiri terlambat sambil mendorong
pelanggan untuk membayar lebih awal sehingga mereka dapat
memaksimalkan manfaat dari fakta ini. Alasannya adalah bahwa uang
umumnya kehilangan nilai seiring berjalannya waktu karena dampak
inflasi (dan juga risiko kebangkrutan atau peristiwa lain yang berarti aliran
uang yang diharapkan di masa depan tidak benar-benar tiba). Meskipun
tingkat inflasi pada awal abad ke-21 umumnya jauh lebih rendah daripada
20
di tahun-tahun sebelumnya, terutama pada tahun 1970an dan tidak
mungkin mencapai ketinggian itu lagi di negara maju, inflasi masih
merupakan kekuatan dinamis yang penting di semua negara. Ini berarti
bahwa sejumlah uang yang ada di tangan saat ini bernilai lebih dari jumlah
uang yang sama setahun karenanya. Lebih jauh, uang yang dipegang
sekarang dapat meningkat nilainya jika diinvestasikan dengan bunga.
NPV karena itu dapat digunakan untuk menghitung kelayakan
proyek individu dengan memperkirakan arus kas masa depan suatu proyek
dibandingkan dengan investasi awal; yaitu, belanjakan x jumlah uang
sekarang dan terima y di masa depan. Ini adalah perkiraan karena tingkat
inflasi yang pasti di masa depan tidak dapat diketahui secara pasti di masa
kini di ekonomi maju di mana tingkat inflasi bervariasi (setidaknya
sebagian) sesuai dengan kekuatan pasar. Kesehatan keuangan suatu
perusahaan secara keseluruhan dapat dihitung sebagai penjumlahan dari
semua aliran seperti itu, apakah masuk atau keluar. Ini dapat dihitung
dengan menggunakan rumus PV = FV / (1 + r) n, di mana nilai sekarang
dari jumlah uang (PV), ditentukan dengan membagi nilai masa depan yang
diantisipasi (FV) dengan 1 ditambah tingkat inflasi r, dinaikkan menjadi
kekuatan n, yang mewakili jumlah tahun di masa depan. Jika tingkat
inflasi adalah angka yang nyaman seperti 10 persen, dengan satu tahun
terlibat, maka untuk keputusan investasi tunggal, jika PV> FV / 1.10,
maka penawaran harus ditolak; yaitu, jika PV = $ 100, maka jika FV /
1.10 = 10, FV harus menjadi $ 110 atau lebih agar keputusan investasi
bermanfaat.
Sebagaimana dibahas, NPV perusahaan dengan transaksi yang
kompleks dapat dipahami dengan menilai agregat semua aliran individu
dan memetakannya berdasarkan tahun ke tahun. Jelas, analisis ini hanya
akan dapat diandalkan sementara kondisi bisnis tetap dalam batas
normalitas — guncangan tak terduga dalam ekonomi eksternal (baik itu
diharapkan atau tidak) dapat menguji batas-batas model terhadap
kehancuran. NPV juga mungkin kurang efektif sepenuhnya dalam
21
mengevaluasi aset, seperti proyek energi terbarukan, yang secara konstan
mengubah nilai masa depan.
2.2.8.3 Internal Rate of Return Menurut Kariyoto (2017:153) Internal Rate of Return adalah cara
perhitungan investasi dengan menghitung interest rate yang menyamakan
present value of investment dengan present value dari net cash proceeds
dimasa datang.
Rumus:
IRR = lower discount rate + (NPV at lower % rate/distance
between 2 NPV) * (Higher % rate - Lower % rate) IRR
Contoh:
Proyek Jaya diharapkan memiliki NPV dari $865,00 pada tingkat
diskonto 20% dan NPV negatif dari $1.040,00 pada tingkat diskonto 22%.
Jawaban:
Jarak antara 2 NPV = 865,00 + 1.040,00 = $ 1.905,00
IRR = + 20% (865,00/1.905,00) * (22% - 20%) = 20,91%
2.2.8.4 Profitability Index Menurut Kariyoto (2017:156) Profitability index metode ini
menghitung perbandingan antara nilai cash flow bersih yang akan datang
dengan the investment value now. Profitability index harus lebih besar dari
1 baru dikatakan layak, semakin besar PI, investasi semakin baik.
Rumus profitability index (PI):
Gambar 2.4 Profitability Index rumus
Sumber: (Kariyoto, 2017)
Kelayakan investasi menurut rujukan standar analisa ini adalah:
Bila PI > 1; maka investasi dapat dijalankan (layak)
Bila PI < 1; maka investasi tidak layak dijalankan (tidak layak)
22
2.2.8.5 Payback Period Menurut Belverd E. Needles, Marian Powers, Susan V. Crosson
(2010:1166) Payback period ditentukan dengan mengurangi setiap jumlah
tahunan (dalam urutan kronologis) dari biaya fasilitas modal. Ketika saldo
nol tercapai, periode pengembalian telah ditentukan. Ini akan sering
terjadi pada pertengahan tahun. Bagian dari tahun terakhir dihitung
dengan membagi jumlah yang dibutuhkan untuk mencapai nol (bagian
investasi yang belum pulih) dengan aliran kas masuk yang diperkirakan
sepanjang tahun.
Keuntungan dan Kerugian Metode Payback Period
Digunakan secara luas karena mudah untuk dihitung dan dipahami.
Ini sangat berguna di bidang di mana teknologi berubah dengan cepat,
seperti di perusahaan internet, dan ketika risiko tinggi, seperti ketika
berinvestasi di negara-negara berkembang. Namun, kelemahan dari
pendekatan ini jauh lebih besar daripada keuntungannya. Pertama, metode
payback period tidak mengukur profitabilitas. Kedua, ia mengabaikan
perbedaan dalam nilai arus kas saat ini dari periode yang berbeda; dengan
demikian, itu tidak menyesuaikan arus kas untuk nilai waktu dari uang.
Akhirnya, metode periode pengembalian menekankan waktu yang
dibutuhkan untuk memulihkan investasi daripada pengembalian jangka
panjang dari investasi. Ini mengabaikan semua arus kas masa depan
setelah penod payback tercapai.
Menurut Michelle R. Clayman, Martin S. Fridson, George H.
Troughton (2012) Payback period adalah jumlah tahun yang diperlukan
untuk memulihkan investasi awal dalam suatu proyek.
23
2.2.8.6 Discounted Payback Period Menurut Michelle R. Clayman, Martin S. Fridson, George H.
Troughton (2012) Discounted payback period adalah jumlah tahun yang
dibutuhkan untuk arus kas diskonto kumulatif dari suatu proyek untuk
menyamai investasi awal.