5
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Analisis dan Perancangan
Menurut Mcleod (2004, p138) analisis sistem adalah penelitian atas sistem yang
telah ada dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Menurut
Mulyadi (2001, p40) analisis sistem dapat didefinisikan sebagai sebuah tahapan dalam
pengembangan sistem yang akan menghasilkan berbagai dokumen yang menyajikan rencana
pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk mengembangkan sistem tersebut.
Menurut Mcleod (2004, p140) perancangan sistem adalah penentuan proses dan
data yang diperlukan oleh sistem baru. Menurut Mulyadi (2001, p51) perancangan sistem
adalah proses penerjemahan hubungan pemakai informasi kedalam alternatif rancangan
sistem informasi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan.
2.2 Internet
2.2.1 Pengertian Internet
Internet adalah sistem informasi global berbasis computer yang terbentuk dari
jaringan-jaringan komputer-komputer yang saling terkoneksi satu sama lain. (Nugroho, 2006,
p25)
Internet telah membentuk ulang pola berpikir dalam bisnis memberikan manfaat
bagi pelanggannya, berinteraksi dengan para pemasok, dan mengelola karyawannya.
Kelebihan utama internet adalah kecepatan, para manajer mampu membuat keputusan
dengan informasi yang lebih baik dengan waktu yang jauh lebih cepat daripada sebelumnya.
(Heizer dan Render, 2008, p38)
6
2.2.2 Sejarah dan Perkembangan Internet
Internet berawal dari diciptakannya teknologi jaringan komputer sekitar tahun 1960.
Pada tahun 1989 Timothy Berners-Lee, ahli computer dari Inggris menciptakan World Wide
Web, semacam program yang memungkinkan suara, gambar, film, musik ditampilkan di
internet. (www.e-smartschool.com)
Sejak diperkenalkan pada tahun 1970-an, internet mencapai dua kali lipat ukurannya
setiap 9 hingga 14 bulan. Pada tahun 1981 hanya ada 213 komputer yang saling terhubung
ke internet. Pada tahun 2000 jumlahnya berlipat hingga ratusan juta. (Nugroho, 2006, p27)
World wide web pertama kali menemukan bentuknya di November 1990. Hingga
tahun 1993, jaringan internet berkembang demikian pesatnya. Layanan internet kala itu
masih berkisar diantara statik website yang saling dihubungkan dengan hyperlink. Umumnya
website berformat “brosur online” – website yang menyampaikan informasi satu arah –
umumnya berbentuk profile, portal berita, toko online, layanan email, dll. Web kala itu dihuni
oleh website-website yang di desain menggunakan table dan flash. (www.bloggingly.com)
Tahun 1998, Google berdiri dan internet menjadi semakin mudah untuk dijamah. di
kala itu potensi website dengan format portal berita dan toko online (seperti amazon.com) di
lirik besar-besaran oleh investor. Di US, dana jutaan dollar diinvestasikan untuk masuk ke
bidang online yang sayangnya, tidak semua website dengan modal jutaan dollar tadi dapat
menghasilkan. Pada pertengahan 2000, gelembungan dana (bubble) yang masuk ke internet
pecah (burst) juga. Dana yang masuk tidak berputar kembali menjadi keuntungan. Banyak
perusahaan online tumbang di masa DotCom Bubble burst, namun banyak juga yang
bertahan. Google, Yahoo, Amazon dan eBay adalah beberapa diantaranya. Kehancuran selalu
menyisakan pemain berkualitas yang bertahan. Dari keruntuhan DotCom Bubble burst
tersebut, wajah world wide web perlahan mulai berubah.(www.bloggingly.com)
Di tahun 2001, wikipedia di luncurkan. Apple mendirikan iTunes. Di tahun 2002,
friendster di luncurkan. Perlahan, world wide web mulai di huni oleh website – website
7
dengan karakteristik yang berbeda dengan website – website yang eksis sebelum dotcom
bubble burst. Website website tersebut memiliki satu ciri mencolok bernama partisipasi
sehingga pada tahun 2003, istilah web 2.0 muncul. (www.bloggingly.com)
Istilah web 2.0 tidak mengklasifikasikan world wide web berdasarkan teknologinya,
namun berdasarkan karakter website tersetbut. Istilah web 2.0 juga memunculkan istilah
web 1.0: Satu istilah untuk era sebelum web 2.0. (www.bloggingly.com)
Pada garis besarnya, web 2.0 berbicara mengenai partisipasi. hubungan komunikasi
many-to-many. Jika pada era web 1.0 (era sebelum web 2.0, dari 1990 hingga 2001)
pengguna internet dengan mudah membrowse internet, namun pengadaan konten di
internet masih ‘dikuasai’ oleh para geek yang menguasai bahasa HTML untuk membuat
halaman web. Komunikasi yang terjadi pun hanya satu arah: dari pemilik website ke
pengunjungnya. Pada era web 2.0, pengadaan konten di internet tidak lagi dikuasai oleh
geek. Website – website yang digolongkan ke dalam kategori web 2.0 (kita akan menuliskan
lebih rinci tentang web 2.0 di tulisan selanjutnya) memfasilitasi pengguna internet biasa
untuk menuliskan konten mereka sendiri: Website sharing foto seperti flickr, blog service
seperti wordpress.com, blogger.com, video sharing seperti YouTube, dll. Komunikasi pun
terjadi secara dua arah, dimana pengunjung web juga bisa memberikan informasi.
(www.bloggingly.com)
2.3 E-Business
Pengertian e-business menurut Turban (2004, p3) adalah mengacu pada lingkup
yang lebih luas dari e-commerce, karena e-business mencakup pada layanan pelanggan,
kolaborasi dengan mitra bisnis dan transaksi elektronik internet dalam sebuah organisasi.
Sedangkan menurut Kalakota (2001, p7), e-business bukan saja mengenai transaksi
jual beli melalui internet melainkan strategi keseluruhan memperbaiki model bisnis lama
dengan dukungan teknologi untuk memaksimalkan nilai pelanggan dan keuntungan.
8
Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-business adalah berbagai macam aktivitas
bisnis secara elektronik yang dilakukan dengan menggunakan teknologi berbasis internet,
yang mencakup layanan pelanggan, kolaborasi dengan mitra bisnis dan transaksi elektronik
internet dalam sebuah organisasi, yang memperbaiki model bisnis lama untuk
memaksimalkan nilai pelanggan dan keuntungan.
2.4 E-Commerce
2.4.1 Pengertian E-Commerce
Defiinisi E-commerce sangat beragam, tergantung pada perspektif atau kacamata
orang memanfaatkannya. Association for Electronic Commerce secara sederhana
mendefinisikan dalam arti sempit, E-commerce adalah mekanisme bisnis secara elektronis,
dan seolah-olah tidak ada alternatif komunikasi lain. Dalam arti luas, E-commerce
didefinisikan sebagai perdagangan melalui jaringan elektronik sebagai penggunaan komputer
untuk memudahkan semua operasi perusahaan yang bersifat internal dan eksternal. (Eko
Indrajit, 2001, p1)
Menurut Kalakota (2001, p4-5), e-commerce dapat dibedakan dari e-business.
Perbedaan itu antara lain, jika e-commerce adalah tentang transaksi pembelian dan
penjualan produk melalui media digital dan memiliki fokus terhadap urutan aliran dan
pendapatan kotor, e-business lebih mencakup pada semua aplikasi dan proses yang
memungkinkan perusahaan untuk layanan transaksi bisnis, dengan fokus pada bagaimana
internet dapat berdampak profitabilitas, dan profitabilitas bukan tentang peningkatan
pendapatan kotor, melainkan meningkatkan margin kotor. Dengan demikian, e-business
tidak hanya transaksi e-commerce atau sekedar membeli atau menjual produk melalui
internet, tapi juga merupakan strategi keseluruhan mengenai pendefinisian ulang model
bisnis lama, dengan bantuan teknologi, untuk memaksimalkan nilai pelanggan dan
keuntungan.
9
2.4.2 Keuntungan E-Commerce
Beberapa keuntungan E-commerce bagi perusahaan adalah : (Nugroho, 2006, p20)
• Memperpendek jarak. Perusahaan-perusahaan dapat lebih mendekatkan diri
dengan konsumen. Dengan hanya mengklik link-link yang ada pada situs-situs,
konsumen dapat menuju ke perusahaan dimana pun mereka berada.
• Perluasan pasar. Jangkauan pemasaran menjadi semakin luas dan tidak terbatas
oleh area geografis dimana perusahaan berada.
• Perluasan Jaringan Mitra Bisnis. Pada perdagangan tradisional sangat sulit bagi
suatu perusahaan untuk mengetahui posisi geografis mitra kerjanya yang berada di
negar-negara lain atau benua lain. Dengan adanya E-commerce lewat jaringan
Internet, hal-hal tersebut bukan menjadi masalah yang besar lagi.
• Efisien. Perusahaan-perusahaan E-commerce tidak membutuhkan kantor atau took
yang besar, menghemat kertas-kertas yang digunakan untuk transaksi-transaksi,
periklanan, serta pencatatan-pencatatan. Selain itu E-commerce juga sangat efisien
dari sudut waktu yang digunakan. Pencarian informasi produk dapat dilakukan lebih
cepat dan lebih akurat.
2.4.3 Keterbatasan E-Commerce
Beberapa segi negatif E-commerce pada umumnya adalah sebagai berikut :
(Nugroho, 2006, p22)
• Meningkatkan Individualisme. Pada E-commerce, seseorang dapat bertransaksi
dan mendapatkan barang/jasa yang diperlukan tanpa harus bertemu dengan siapa
pun. Ini membuat beberapa orang menjadi berpusat pada diri sendiri serta
individualistis dan merasa dirinya tidak membutuhkan kehadiran orang lain dalam
hidupnya.
10
• Terkadang Menimbulkan Kekecewaan. Apa yang dilihat di layer monitor
komputer kadang berbeda dengan apa yang dilihat secara kasat mata.
• Tidak Manusiawi. Dengan E-commerce walaupun kita dapat mengobrol (chatting)
dengan orang lain, tapi kita mungkin tidak dapat merasakan jabat tangannya,
senyuman ramahnya atau candanya.
2.4.4 Media E-Commerce
Berikut ini adalah beberapa media dari E-commerce, yaitu : (Heizer dan Render,
2008, pp40-41)
• Bisnis-ke-bisnis (Business to Business-B2B). Hal ini berarti kedua pihak yang
melakukan transaksi adalah perusahaan, organisasi nirlaba, atau pemerintah.
• Bisnis-ke-konsumen (Business to Consumer-B2C). Definisi ini berarti transaksi e-
commerce merupakan transaksi dimana para pembeli merupakan konsumen
individu.
• Konsumen-ke-konsumen (Consumer to Consumer-C2C). Di sini konsumen menjual
secara langsung satu sama lain melalui iklan elektronik atau situs pelelangan.
• Konsumen-ke-bisnis (Consumer to Business-C2B). Dalam kategori ini individu
menjual barang-barang atau jasa ke perusahaan.
2.5 Pemasaran (Marketing)
2.5.1 Pengertian Pemasaran
Menurut American Marketing Association, pemasaran dapat didefinisikan sebagai
proses analisis, perencanaan, dan implementasi konsep-konsep penetapan harga (pricing),
promosi (promotion), serta penyebaran (distribution) ide-ide, barang-barang, dan layanan-
layanan, untuk menciptakan pertukaran-pertukaran yang memuaskan; baik untuk sasaran-
sasaran organisasi maupun sasaran-sasaran pribadi. (Nugroho, 2006, p203)
11
Menurut Kotler dan Armstrong (2001, p7), pemasaran adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang membuat individual dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan
dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang
lain.
2.5.2 Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2001, pp19-28), ada lima konsep alternatif yang
melandasi aktivitas pemasaran yaitu :
1) Konsep Produksi (Production Concept)
Falsafah yang mengatakan bahwa konsumen akan menyukai produk yang mudah
diperoleh dan sangat terjangkau. Oleh karena itu, manajemen harus berfokus pada
perbaikan efisiensi produksi dan distribusi.
2) Konsep Produk (Product Concept)
Gagasan bahawa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu terbaik,
kinerja terbaik, dan sifat terbaik. Organisasi harus mencurahkan tenaganya untuk
melakukan perbaikan produk terus-menerus.
3) Konsep Penjualan (Selling Concept)
Gagasan bahwa konsumen tidak akan membeli cukup banyak produk perusahaan
kecuali jika perusahaan tersebut melakukan usaha penjualan dan promosi dalam
skala besar.
4) Konsep Pemasaran (Marketing Concept)
Falsafah menajemen pemasaran mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan
organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan
memuaskan pelanggan secara lebih efektif daripada yang dilakukan pesaing.
5) Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial (Societal Marketing Concept)
12
Gagasan yang menyatakan bahwa organisasi harus menentukan kebutuhan,
keinginan, dan minat pasar sasaran dan memberikan kepuasan yang diharapkan
secara lebih efektif dan efisien daripada pesaing dengan suatu cara yang dapat
menjaga dan meningkatkan kesejahteraan pelanggan dan masyarakat.
2.5.3 Unsur Pemasaran
Unsur utama pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama yaitu :
(Rangkuti, 2008, pp48-50)
1) Unsur strategi persaingan, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
• Segmentasi pasar, yaitu tindakan mengidentifikasikan dan membentuk
kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah.
• Targeting, yaitu suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang
akan dimasuki.
• Positioning, yaitu penetapan posisi pasar yang bertujuan untuk membangun dan
mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam
benak konsumen.
2) Unsur taktik pemasaran, memiliki dua unsur dalam taktik pemasaran yaitu :
• Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam
berbagai aspek di perusahaan.
• Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk,
harga, promosi, dan tempat.
3) Unsur nilai pemasaran, nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
• Merek atau brand yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki
dan melekat pada suatu perusahaan.
• Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa
pelayanan kepada konsumen.
13
• Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat
setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses
memuaskan konsumen.
2.5.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran merupakan hal-hal yang mempengaruhi perilaku konsumen
dalam tindakan-tindakannya membeli suatu produk dan/atau jasa. Dalam hal ini,
dikelompokkan dalam 4 P, yaitu Product, Price, Place, Promotion. (Nugroho, 2006, pp205-
210)
1) Product (Produk)
Product adalah barang atau jasa yag ditawarkan perusahaan pada para konsumen.
Tanpa produk yang ditawarkan pada pada konsumen, perusahaan tak akan dapat
bertahan karena perusahaan tidak memiliki dana-dana untuk biaya operasionalnya.
Komponen produk dalam literatur-literatur pemasaran sering ditempatkan dalam
bagian produksi pada rantai nilai berorientasi konsumen.
2) Pricing (Harga)
Pricing merujuk pada proses yang terlibat dalam penentuan jumlah uang yang harus
ditagihkan pada konsumen untuk suatu barang atau jasa yang diperolehnya. Model
penentuan harga (pricing) biasanya digunakan untuk menentukan harga dari produk
begitu ia keluar dari perusahaan penjual/pabrik dan bukannya harga yang berlaku di
pasar sebab harga di pasar sering kali lebih bergantung pada parameter yang tidak
bias dikendalikan secara langsung oleh perusahaan.
3) Place (Tempat)
Place sering kali dirujuk penyebaran atau distribusi, dimana distribusi dapat
didefinisikan sebagai tugas atau pekerjaan untuk memindahkan produk dari lokasi
produsen ke lokasi konsumen. Produk mungkin mengalir langsung dari produsen ke
14
konsumen, atau produk yang bersangkutan mungkin sampai ke para konsumen
melalui perantara-perantara, seperti gudang atau ritel.
4) Promotion (Promosi)
Promotion dalam ilmu pemasaran tradisional, merupakan suatu upaya perusahaan
agar semua fungsi-fungsi pemasaran suatu saat nanti akan berakhir dengan tahapan
penjualan. Promosi produk yang sukses menghendaki, paling sedikit, pesan positif
yang diterima oleh konsumen-konsumen potensial. Pesan-pesan ini mungkin
dikomunikasikan dengan berbagai cara, yaitu saluran periklanan komersial, cerita-
cerita dan berita-berita pers, kalimat-kalimat dari mulut ke mulut, pengalaman
konsumen secara pribadi, dan pengemasan.
2.5.5 E-Marketing
E-marketing adalah gambaran usaha-usaha perusahaan untuk menginformasikan,
berkomunikasi, mempromosikan, dan memasarkan produk dan jasanya lewat internet.
(Kotler dan Armstrong, 2004, p74)
Manfaat pemasaran online terbagi menjadi dua, yaitu bagi pembeli potensial dan
pemasar. (Kotler dan Armstrong, 2001, pp260-263)
1) Manfaat pemasaran online bagi pembeli potensial adalah :
• Kemudahan, para pelanggan dapat memesan produk 24 jam dalam sehari,
dimana pun mereka berada. Mereka tidak harus berkendaraan, mencari
tempat parkir dan berjalan melewati gang yang panjang untuk mencari dan
memeriksa barang-barang.
• Informasi, para pelanggan dapat memperoleh cukup banyak informasi
komparatif tentang perusahaan , produk, pesaing tanpa meninggalkan
kantor dan rumah mereka.
15
• Faktor emosional yang lebih sedikit, para pelanggan tidak perlu menghadapi
atau melayani bujukan dan faktor-faktor emosional lainnya. Mereka juga
tidak perlu menunggu dalam antrian tertentu.
2) Manfaat pemasaran online bagi pemasar adalah :
• Penyesuaian yang cepat terhadap kondisi pasar, perusahaan-perusahaan
dapat dengan cepat menambahkan produk pada penawaran mereka serta
mengubah harga dan deskripsi atau produk.
• Biaya yang lebih rendah, para pemasar online dapat menghindari biaya
pengelolaan took dan biaya sewa, asuransi, serta prasarana yang
menyertainya. Mereka dapat membuat catalog digital dengan biaya yang
jauh lebih rendah daripada biaya percetakan dan pengiriman catalog kertas.
• Perusahaan kecil dan besar dapat membiayainya.
• Tidak ada keterbatasan nyata untuk tempat iklan.
• Akses dan pengambilan informasi yang cepat, dibandingkan dengan surat
dan bahkan mesin fax.
• Website itu dapat dikunjungi oleh siapa saja di dunia dan kapan saja.
• Belanja dapat dilakukan secara pribadi dan cepat.
2.6 Analisis Kompetitif : Model Lima Kekuatan Porter
Model Lima Kekuatan Porter (Porter’s Five-Forces Model) tentang analisis kompetitif
adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi dalam
banyak industri. Persaingan antar perusahaan sejenis sangatlah tajam, pesaing baru dapat
masuk ke industri dengan relatif mudah, serta pemasok dan pelanggan dapat meningkatkan
kekuatan tawar menawar mereka. Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat
dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu persaingan antar perusahaan sejenis,
kemungkinan masuknya pesaing baru, potensi pengembangan produk substitusi, kekuatan
16
tawar-menawar penjual/pemasok, kekuatan tawar-menawar pembeli/konsumen. (David,
2006, p130)
Gambar 2.1 Model Lima Kekuatan Porter
Sumber : David (2006, p131)
1) Persaingan di Antara Perusahaan Sejenis (Rivalry Among Existing Firms)
Persaingan antar perusahan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima
kekuatan kompetitif. Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil
hanya jika mereka memberikan keunggulan kompetitif dibanidng strategi yang dijalankan
perusahaan pesaing. Perubahan strategi oleh satu perusahaan mungkin akan mendapat
serangan balasan, seperti menurunkan harga, meningkatkan kualitas, menambah fitur,
menyediakan jasa, memperpanjang garansi, dan meningkatkan iklan. (David, 2006,
p133)
Kemungkinan masuknya pesaing baru
Persaingan antar
perusahaan sejenis
Kekuatan tawar-
menawar
penjual/pemasok
Kekuatan tawar-
menawar
pembeli/konsumen
Potensi pengembangan produk substitusi
17
2) Kemungkinan Masuknya Pesaing Baru (Threat of New Entrance)
Ketika perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam industri tertentu,
intensitas persaingan antar perusahaan meningkat. Tetapi, hambatan untuk masuk,
dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi dengan cepat, kebutuhan
untuk mendapatkan teknologi dan pengetahuan khusus, kurangnya pengalaman,
tingginya kesetiaan pelanggan, kuatnya preferensi merek, besarnya kebutuhan akan
modal, kurangnya jalur distribusi yang memadai, peraturan pemerintah, tariff, kurangnya
akses terhadap bahan mentah, kepemilikan paten, loasi yang kurang menguntungkan,
serangan balasan dari perusahaan yang sudah mapan, dan potensi kejenuhan pasar.
(David, 2006, p133)
3) Potensi Pengembangan Produk Substitusi (Threat of Substitute Product)
Dalam banyak industri, perusahaan bersaing dekat dengan produsen produk substitusi
dalam industri yang berbeda. Keberadaan produk substitusi menciptakan batas harga
tertinggi yang dapat dibebankan sebelum konsumen beralih ke produk substitusi.
Tekanan kompetisi yang berasal dari produk substitusi meningkta sejalan dengan
menurunnya harga relatif dari produk substitusi dan sejalan dengan biaya konsumen
untuk beralih ke produk lain menurun, cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif
produk substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk-
produk tersebut, juga dengan memantau rencana perusahaan untuk meningkatkan
kapasitas dan penetrasi pasar. (David, 2006, p133-134)
4) Kekuatan Tawar-menawar Penjual/Pemasok (Bargaining Power of Supplier)
Kekuatan tawar-menawar pemasok (bargaining power of supplier) mempengaruhi
intensitas persaingan dalam suatu industri, khususnya ketika ada sejumlah besar
pemasok, ketika hanya ada sedikit barang substitusi yang cukup bagus, atau ketika biaya
18
untuk mengganti bahan baku sangat mahal. Seringkali kepentingan yang dicari oleh
pemasok dan produsen adalah saling memberikan harga yang masuk akal, memperbaiki
kualitas, mengembangkan jasa baru, pengiriman just-in-time, dan mengurangi biaya
persediaan, dengan demikian memperbaiki profitabilitas jangka panjang untuk semua
pihak. Perusahaan dapat menjalankan strategi integrasi ke belakang untuk mendapatkan
kendali atau kepemilikan dari pemasok. (David, 2006, p134)
5) Kekuatan Tawar-menawar Pembeli/Konsumen (Bargaining Power of Consumer)
Ketika konsumen terkonsentrasi atau besar jumlahnya, atau membeli dalam jumlah
besar, kekuatan tawar-menawar mereka menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi
intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan pesaing mungkin menawarkan
garansi yang lebih panjang atau jasa khusus untuk mendapatkan kesetiaan pelanggan
ketika kekuatan tawar-menawar konsumen (bargaining power of consumer) cukup besar.
Kekuatan tawar-menawar konsumen juga lebih tinggi ketiika yang dibeli adalah produk
standar atau tidak terdiferensiasi. Ketika kondisinya seperti ini, konsumen sering kali
dapat bernegosiasi tentang harga jual, cakupan garansi dan paket aksesori hingga ke
tingkat yang lebih tinggi. (David, 2006, p134-135)
2.7 Kerangka Kerja Perumusan Strategi Komprehensif
Menurut David (2006, p282), teknik perumusan strategi yang penting dapat
diintegrasikan ke dalam kerangka kerja pengambilan keputusan tiga tahap. Alat yang
disajikan dalam kerangka kerja ini dapat digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi
dan dapat membantu penyusun strategi mengidentifikasi dan memilih strategi.
Tahap 1 dalam kerangka kerja perumusan strategi terdiri atas Matriks EFE, Matriks
IFE, dan Matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile Matrix-CPM). Disebut Tahap Input,
19
tahap 1 meringkas informasi dasar yang dibutuhkan untuk merumuskan strategi. (David,
2006, p282)
Tahap 2, disebut Tahap Pencocokan, berfokus pada menciptakan alternatif
strategi yang layak dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Teknik tahap 2
mencakup Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (Strengths-Weakness-
Opportunities-Threats-SWOT), Matriks Evaluasi Tindakan dan Posisi Strategi (Strategic
Position and Action Evaluation-SPACE), Matriks Boston Consulting Group (BCG), Matriks
Internal-Eksternal (IE), dan Matriks Strategi Besar (Grand Strategy Matrix). (David, 2006,
p282)
Tahap 3, disebut Tahap Keputusan, melibatkan strategi tunggal, yaitu Matriks
Perencanaan Strategis Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix-QSPM). QSPM
menggunakan input dari Tahap 1 untuk mengevaluasi secara objektif alternatif-alternatif
strategi yang layak dan dengan demikian memberikan dasar tujuan untuk memilih strategi
yang spesifik. (David, 2006, p282)
2.7.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matrix EFE)
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation-EFE Matrix)
memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan
persaingan. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan : (David, 2006, p143-144)
1. Buat daftar lima faktor eksternal yang didentifikasikan dalam proses audit eksternal.
Masukkan dari total sepuluh hingga dua puluh faktor, termasuk peluang dan ancaman,
yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Tuliskan peluang terlebih dahulu dan
kemudian ancaman. Usahakan untuk sespesifik mungkin menggunakan persentase,
rasio, dan nilai komparatif bila mungkin.
20
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling
penting). Bobot mengindikasikan tingkat penting relatif dari faktor terhadap keberhasilan
perusahaan dalam suatu industri. Peluang dapat diberi bobot yang tinggi jika mereka
sangat serius atau sangat mengancam. Bobot yang tepat dapat ditentukan dengan
membandingkan keberhasilan atau kegagalan pesaing atau dengan mendiskusikan faktor
dan mencapai consensus kelompok. Penjumlahan dari seluruh bobot yang diberikan
kepada semua faktor harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masing-masing faktor eksternal kunci tentang
seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespons faktor tersebut, di mana
4 = respons perusahaan superior, 3 = respons perusahaan di atas rata-rata, 2 = respons
perusahaan rata-rata, 1 = respons perusahaan jelek. Peringkat didasari pada efektivitas
strategi perusahaan. Dengan demikian, peringkat didasarkan pada perusahaan
(company-based), sedangkan bobot dalam Tahap 2 didasarkan pada industri (industry-
based). Penting untuk diperhatikan bahwa ancaman dan peluang dapat diberi peringkat
1, 2, 3, atau 4.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai
tertimbang.
5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masing-masing variabel untuk menentukan total nilai
tertimbang bagi organisasi.
2.7.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matrix IFE)
Alat formulasi strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
utama dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengidentifikasikan
dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Matriks IFE dapat dikembangkan
dengan lima tahap, yaitu : (David, 2006, p206-208)
21
1. Tuliskan faktor internal utama seperti diidentifikasi dalam proses audit internal. Gunakan
total sepuluh hingga dua puluh faktor internal, mencakup kekuatan dan kelemahan.
Tuliskan kekuatan lebih dahulu dan kemudian kelemahan. Buatlah sespesifik mungkin,
gunakan persentase, rasio, dan angka komparatif.
2. Berikan bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (sangat penting). Bobot
yang diberikan kepada masing-masing faktor mengindikasikan tingkat penting relatif dari
faktor terhadap keberhasilan perusahaan dalam suatu industri. Tanpa memandang
apakah faktor kunci itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang dianggap
memiliki pengaruh paling besar dalam kinerja organisasi harus diberikan bobot yang
paling tinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 untuk masing-masing faktor untuk mengindikasikan apakah
faktor tersebut menunjukkan kelemahan utama (peringkat = 1), atau kelemahan minor
(peringkat = 2), kekuatan minor (peringkat = 3), atau kekuatan utama (peringkat = 4).
Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapatkan peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus
mendapatkan peringkat 1 atau 2. Peringkat adalah berdasarkan perusahaan, di mana
bobot di langkah 2 adalah berdasarkan industri.
4. Kalikan masing-masing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan rata- rata
tertimbang untuk masing-masing variabel.
5. Jumlahkan rata-rata tertimbang untuk masing-masing variabel untuk menentukan total
rata-rata tertimbang untuk organisasi.
Berapa pun banyaknya faktor yang dimasukkan daam Matriks IFE, total rata-rata
tertimbang berkisar antara yang terendah 1,0 dan tertinggi 4,0, dengan rata-rata 2,5. Total
rata-rata tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan organisasi yang lemah secara internal,
sementara total nilai di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Seperti Matriks
EFE, Matriks IFE harus memasukkan 10 hingga 20 faktor utama. Jumlah faktor tidak memiliki
22
pengaruh terhadap kisaran total rata-rata tertimbang karena bobot selalu berjumlah 1,0.
(David, 2006, p208-209)
2.7.3 Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT Matrix)
Matriks SWOT adalah alat untuk mencocokkan yang penting yang membantu
manajer mengembangkan empat tipe strategi, yaitu SO (kekuatan-peluang), WO
(kelemahan-peluang), ST (kekuatan-ancaman), WT (kelemahan-ancaman). Mencocokkan
faktor eksternal dan internal kunci adalah bagian yang paling sulit dalam mengembangkan
matriks SWOT. (David, 2006, 284)
Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan
peluang eksternal. Organisasi pada umunya akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT
agar dapat mencapai situasi di mana mereka dapat menerapkan strategi SO. Ketika suatu
perusahaan memiliki kelemahan utama, ia akan berusaha mengatasinya dan menjadikannya
kekuatan. Ketika sebuah organisasi menghadapi ancaman utama, ia akan berusaha
menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang. (David, 2006, p285)
Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
memanfaatkan peluang eksternal. Kadang-kadang tedapat peluang eksternal kunci tetapi
perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk mengeksploitasi
peluang tersebut. (David, 2006, p285)
Strategi ST menggunakan kekuatan perusahan untuk menghindari atau mengurangi
pengaruh dari ancaman eksternal. Ini tidak berarti bahwa organisasi yang kuat harus selalu
menghadapi ancaman di lingkungan eksternalnya secara langsung. (David, 2006, p285)
Strategi WT adalah taktik defensif yang diarahkan pada pengurangan kelemahan
internal dan menghindari ancaman eksternal. Sebuah organisasi menghadapi berbagai
ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman.
Kenyataannya, perusahaan seperti itu mungkin harus berusaha bertahan hidup, bergabung,
23
mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi. (David, 2006,
p286)
Ada 8 langkah yang terlibat dalam membuat Matriks SWOT, yaitu : (David, 2006, p286)
1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan.
2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan.
3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan.
4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan.
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi SO
dalam sel yang ditentukan.
6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasil Strategi WO
dalam sel yang ditentukan.
7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil Strategi ST
dalam sel yang ditentukan.
8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasil Strategi WT
dalam sel yang ditentukan.
Tujuan dari masing-masing alat pencocokkan adalah untuk menghasilkan alternative
strategi yang layak, bukan untuk memilih strategi mana yang terbaik. Tidak semua strategi
yang dikembangkan dalam Matriks SWOT akan dipilih untuk diimplementasi. (David, 2006,
p286)
2.7.4 Matriks Internal-Eksternal (IE Matrix)
Matriks internal-eksternal memposisikan berbagai divisi organisasi dalam tampilan
sembilan sel, diilustrasikan dalam tabel. Matriks IE mirip dengan matriks BCG dalam hal
keduanya menempatkan divisi organisasi dalam diagram skematis; ini mengapa keduanya
disebut matriks portofolio. Juga, ukuran dari masing-masing lingkaran menggambarkan
24
persentase kontribusi penjualan dari masing-masing divisi dan potongan dalam lingkaran
mengungkapkan persentase kontribusi laba untuk masing-masing divisi dalam Matriks BCG
dan IE. (David, 2006, p300-301)
Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu total rata-rata tertimbang IFE
pada sumbu x dan total rata-rata tertimbang EFE pada sumbu y. ingat bahwa masing-masing
divisi dari sebuah organisasi harus membuat matriks IFE dan EFE untuk bagian dari
organisasi. Total rata-rata tertimbang yang diturunkan dari masing-masing divisi
memungkinkan pembuatan Matriks IE tingkat korporasi. Pada sumbu x dari Matriks IE, total
rata-rata tertimbang dari 1,0 hingga 1,99 dianggap rendah; nilai dari 2,0 sampai 2,99 adalah
menengah; dan nilai dari 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. (David, 2006, p302)
2.7.5 Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM)
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) merupakan teknik analisis dalam
literature yang didesain untuk menentukan daya tarik relatif dari alternatif tindakan yang
layak. Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik.
Berikut ini adalah 6 langkah pengembangan QSPM, yaitu : (David, 2006, p308-311)
1. Membuat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/kelemahan internal kunci
perusahaan pada kolom kiri dalam QSPM. Informasi ini harus diambil secara
langsung dari Matriks EFE dan IFE. Minimum sepuluh faktor keberhasilan kunci
eksternal dan internal harus dimasukkan dalam QSPM.
2. Berikan bobot untuk masing-masing faktor internal dan eksternal. Bobot ini identik
dengan yang ada pada Matriks EFE dan IFE. Bobot disajikan dalam kolom persis di
samping kanan faktor keberhasilan kunci eksternal dan internal.
3. Evaluasi matriks tahap 2 (pencocokkan), dan identifikasi alternative strategi yang
harus dipertimbangkan organisasi untuk diimplementasikan. Catat strategi-strategi
25
ini pada baris atas dari QSPM. Kelompokkan strategi ke dalam set yang independent
jika memungkinkan.
4. Tentukan nilai daya tarik (attractiveness scores-AS). Ditentukan dengan
mengevaluasi masing-masing faktor internal dan eksternal kunci. Secara spesifik nilai
daya tarik harus diberikan pada masing-masing strategi untuk mengindikasikan daya
tarik relative dari satu strategi atas strategi lainnya, dengan pertimbangan faktor
tertentu. Jangkauan untuk nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak
menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik.
5. Hitung total nilai daya tarik. Total nilai daya tarik dihitung dengan mengalikan bobot
(langkah 2) dengan nilai daya tarik (langkah 4) dalam masing-masing baris. Total
nilai daya tarik mengindikasikan daya tarik relative dari masing-masing alternative
strategi, dengan hanya mempertimbangkan pengaruh faktor keberhasilan kunci
eksternal dan internal yang terdekat.
6. Hitung penjumlahan total nilai daya tarik. Tambahkan total nilai daya tarik dalam
masing-masing kolom strategi dari QSPM. Penjumlahan total nilai daya tarik (STAS)
mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dari setiap set alternative. Nilai
yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menarik, mempertimbangkan
semua faktor internal dan eksternal relevan yang dapat mempengaruhi keputusan
strategis. Tingkat perbedaan antara penjumlahan total nikai daya tarik dari set
alternative strategi tertentu mengindikasikan tingkat kesukaan relatif dari satu
strategi di atas yang lainnya.
2.8 Tahap Perancangan : 7Cs
Menurut Kotler (2003, p48), tantangan utama dalam merancang dan merencanakan
sebuah situs yang menarik adalah pada tampilan pertamanya dan haruslah cukup menarik
26
untuk menarik pengunjung datang berulang. Situs web yg pada awalnya berbasis teks telah
digantikan oleh situs yang semakin canggih yang menyediakan teks, suara, dan animasi.
Ada tujuh elemen yang perlu diperhatikan (7Cs) untuk merancang situs web yang
menarik, yaitu : (Mohammed, 2003, p162)
a) Context, konteks dari situs menggambarkan tampilan yang estetik dan
fungsional.
b) Content, merupakan semua data digital yang berpengaruh pada situs.
c) Community, merupakan hubungan yang terjalin berdasarkan kesamaan
ketertarikan.
d) Customization, kemampuan situs untuk memodifikasi atau dimodifikasi oleh
setiap user.
e) Communication, merupakan dialog antara situs dengan penggunanya.
f) Connection, merupakan jaringan yang menghubungkan situs dengan situs
lainnya.
g) Commerce, merupakan kemampuan transaksi dari suatu situs.
27
Pengumpulan Data :
• Penelitian Kepustakaan
• Penelitian Lapangan :
Observasi & Wawancara
Hasil analisis data :
• Kondisi pemasaran perusahaan saat ini
• Alternatif strategi untuk mendukung
pemasaran perusahaan
Perancangan website e-marketing
Perencanaan e-marketing sesuai strategi pemasaran perusahaan
7C
Analisis Kompetitif :
Model Lima Kekuatan Porter
Kerangka Kerja Perumusan Strategi Komprehensif :
• Tahap Input ( Matriks EFE, IFE )
• Tahap Pencocokan ( Matriks SWOT, IE )
• Tahap Keputusan ( QSPM )
Analisis Data
2.9 Kerangka Penelitian
Analisis dan Perancangan E-Marketing pada PT. Kreasi Sentosa Abadi
Gambar 2.2 Kerangka Penelitian PT. Kreasi Sentosa Abadi